tutorial gtl anak.docx
TRANSCRIPT
Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan dari radangpulpa
akut maupun kronis, atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba2 akibat trauma.
Nekrosis pulpa bisa parsial atau totalis. Ada dua macam tipe nekrosis pulpa
1. Tipe koagulasi. Disini terdapat bagian jaringan yang larut, mengendap, dan
berubah menjai bahan yang padat
2. Tipe liquefaction. Enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi suatu
bahan yang lunak atau cair
Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S,
amoniak, bahan yang bersifat lemak, indikan, ptomaine, Ai, dan co2. Selain itu juga
indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan bau busuk pada peristiwa
kematian pulpa. Bila pada nekrosis juga ikut masuk kuman saprofit anaerob,
kematian pulpa ini disebut gangren pulpa
Penyebab nekrosis adalah bakteri, trauma, iritasi terhadap bahan restorasi silikat
dan akrilik, atau radang pulpa yang berlanjut. Nekrosis pulpa juga bisa terjadi akibat
aplikasi bahan devitalisasi, seperti arsen dan paraforladehid
Gigi yang nekrosis tidak terasa sakit. Petunjuk pertama adanya nekrosis adalah
perubahan warna gigi dan gigi tidak peka terhada preparasi kavitas yang dilakukan
sampai ke kamar pulpa. Kadang gigi terasa sakit jika ada rangsang panas karena
terjadi perubahan gas yang akan menekan ujung saraf jaringan vital yang ada di
sekitarnya
(perawatan pulpa gigi(endodonti), Prof dr drg Rasinta Tarigan edisi 2. 2006)
Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan pergantian gigi yang mengenai
sebagian dari lengkung gigi dan jaringan sekitarnya, dapat terjadi pada rahang
atas maupun bawah, serta dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri (12).
Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dapat memulihkan dan mengembalikan
fungsi gigi dengan mempertahankan gigi yang masih ada. Fungsi gigi tiruan
sebagian lepasan antara lain (1) :
1. Pemulihan fungsi estetik.
Masalah estetik menjadi salah satu alasan utama pasien dalam perawatan
pembuatan gigi tiruan. Pasien yang kehilangan gigi anterior, akan memperlihatkan
wajah dengan bentuk bibir masuk ke dalam, sehingga pada dasar hidung tampak
lebih ke dalam dan dagu menjadi lebih ke depan. Tanggalnya gigi tersebut akan
mengakibatkan migrasi ke gigi tetangga ke arah gigi yang hilang.
2. Peningkatan fungsi bicara.
Terbentuknya suara berawal dari laring, lidah, palatum dan dibantu gigi-gigi.
Rongga mulut dan sinus maksilaris dalam hal ini berfungsi sebagai ruang resonansi.
Menurut tempat terjadinya suara yang dihasilkan dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Labial
2) Merupakan huruf yang diucapkan oleh bibir, antara lain huruf (b), (p), (m).
2) Labiodental
Merupakan huruf yang diucapkan antara bibir bawah dengan tepi insisal gigi anterior
rahang atas, antara lain huruf (f), (v), (ph).
3) Linguodental
Merupakan huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi anterior rahang atas,
antara lain huruf (th).
4) Linguopalatal
Merupakan huruf yang diucapkan antara lidah dengan palatum, antara lain huruf (d),
(s), (c), (j).
5) Nasal
Merupakan huruf yang akan terdengar seperti huruf (n), (ng).
3. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan.
Salah satu bagian terpenting dalam proses pencernaan makanan adalah
mulut. Makanan akan diproses di dalam rongga mulut dengan gigi, agar proses
tersebut dapat berjalan dengan baik harus disertai dengan perawatan dan
pemeliharaan yang optimal dari gigi dan mulut tersebut.
4. Mempertahankan jaringan mulut yang ada.
Jaringan mulut yang ada akan dipertahankan dengan pemakaian gigi tiruan
sebagian lepasan, karena dengan gigi tiruan dapat mencegah atau mengurangi efek
yang timbul karena hilangnya gigi.
5. Pencegahan migrasi gigi.
Tanggalnya gigi sulung yang terlalu dini pada anak, dapat mengakibatkan
migrasi gigi tetangga dan antagonisnya untuk mengisi ruang kosong yang
ditinggalkan oleh gigi tersebut, sehingga lambat laun akan mengakibatkan maloklusi
dan lengkung gigi tidak berkembang secara optimal, bahkan akan menyebabkan
terjadinya gangguan bicara, mastikasi, dan estetis (2).
Ruang kosong pada gigi yang tanggal akan mengakibatkan makanan
tertinggal pada daerah yang kosong, sehingga mudah terjadi akumulasi plak
interdental, serta akan mengakibatkan peradangan jaringan periodontal dan
dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Akibat lain dapat terjadi erupsi berlebih
gigi antagonis.
Prinsip dan teknik perawatan pembuatan gigi tiruan pada anak sama dengan
pembuatan gigi tiruan dewasa. Perbedaan yang harus diperhatikan yaitu mengenai
pertumbuhan dan perkembangan terutama gigi dan rahang (14,4).
Pembuatan gigi tiruan anak harus memperhatikan perkembangan alveolar
akan berjalan ke arah lateral, maka disain landasan dibuat sampai 1/3 forniks atau
kurang lebih sejajar dengan puncak alveolar (alveolar crest), dengan tujuan agar
tidak menghambat pertumbuhan. Disain landasan dapat dibuat sampai forniks tetapi
dengan menggunakan tissue conditioner atau soft acrylic. Pada pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan dewasa perluasan sayap landasan dibuat sampai forniks
dengan tujuan mendapatkan retensi dan stabilisasi (6).
Selama periode pertumbuhan, gigi tiruan memerlukan penyesuaian secara
periodik dan terus-menerus. Gigi tiruan yang sudah tidak sesuai lagi dengan
pertumbuhan rahang karena terlalu kecil, maka perawatan harus dihentikan.
Pembuatan gigi tiruan baru merupakan perawatan yang dilakukan dokter gigi untuk
menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang.
Perawatan pada pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dewasa dilakukan
pemeriksaan jika ada keluhan dan tidak dilakukan pemeriksaan secara terus-
menerus (7).
Pengguanaan gigi tiruan sebagian lepasan dewasa selamanya dan diganti
atau dibuat ulang jika terdapat keluhan pada gigi tiruan tersebut, sedangkan gigi
tiruan sebagian lepasan pada anak perlu dibuat ulang mengikuti pola pertumbuhan
dan erupsi gigi tetap (6). Prosedur ini dilakukan agar pasien lebih nyaman dalam
penggunaan gigi tiruan.
Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan memegang peranan penting dalam
perawatan gigi anak, sebab perawatan tersebut bertujuan untuk memulihkan fungsi
mastikasi dan bicara anak, mengembalikan keadaan gigi dan estetik wajah anak
serta mencegah kebiasaan buruk (3). Gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi
estetik, sekaligus memelihara dan mempertahankan gigi yang tersisa serta jaringan
pendukungnya (6). Pembuatan gigi tiruan ini juga dapat membantu mengatasi
masalah-masalah psikologis yang timbul pada pasien (5).
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan memerlukan beberapa syarat antara
lain (3,4,7,15) :
1. Alat yang dipakai dapat mengembalikan dan memperbaiki fungsi mastikasi,
estetik dan bentuk muka pasien.
2. Alat memiliki kekuatan yang baik untuk mengunyah dan stabil bila digunakan.
3. Tidak mengganggu fungsi bicara.
4. Tidak menghambat pertumbuhan normal lengkung rahang.
5. Dapat mencegah erupsi berlebihan gigi antagonis, migrasi dan kemungkinan
terjadinya kebiasaan buruk.
6. Mudah untuk dibersihkan.
7. Disain harus disesuaikan, agar mudah dipasang dan dikeluarkan oleh pasien.
8. Disain harus seimbang, agar dapat diperbaiki untuk penyesuaian erupsi gigi
tetap.
9. Alat tidak menyebabkan karies dan tidak mengiritasi jaringan pendukungnya.
Kasus tanggalnya gigi secara dini pada anak memerlukan pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan, oleh karena itu perlu indikasi yang tepat dalam pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan. Gigi tiruan sebagian lepasan anak dibuat pada keadaan
antara lain sebagai berikut (3,4,6):
1. Secara radiografis, mempunyai gambaran gigi tetap pengganti yang
diperkirakan akan erupsi lebih dari enam bulan.
2. Tanggalnya gigi molar sulung secara dini, sehingga memerlukan penahan
ruang untuk perbaikan fungsi mastikasi.
3. Gigi penyangga tidak mampu mendukung alat prostodonti cekat, akibat adanya
resorpsi akar, trauma atau karies luas yang melibatkan pulpa.
4. Tanggalnya gigi anterior sulung akibat trauma.
5. Pada kasus tidak adanya gigi secara kongenital, misalnya oligodonsia
sebagian. Oligodonsia dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap.
6. Adanya celah pada palatum yang harus ditutup dengan protesa.
7. Kehilangan gigi tetap muda akibat trauma.
8. Pasien kooperatif, tidak ada keluhan jika dilakukan perawatan.
9. Usia di atas 2,5 tahun merupakan anjuran dan prasyarat untuk
menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan.
Indikasi
1. Terdapat kehilangan gigi prematur pada gigi molar sulung yang
diperlukan sebagai space maintainer dan juga diperlukan untuk
fungsi kunyah
2. Secara radiologis tampak erupsi gigi permanen penggantinya > 6bln
3. Gigi anterior sulung yang hilang oleh karenatrauma
4. Gigi permanen muda yg hilang oleh karena trauma
5. Congenital absence, mis: ectodermal dysplasia
6. Pertimbangan estetik. Pada anak 2-3 tahun, sudah dapat menerima
penggunaan gigi tiruan
Kontraindikasi dalam pembuatan gigi tiruan diantaranya (1,2) :
1. Pasien yang tidak kooperatif, dapat dikatakan termasuk dalam kelompokhysterical
mind.
2. Faktor kesehatan secara umum yang tidak mendukung untuk dilakukan
perawatan.
3. Keadaan sosial ekonomi dapat menjadi pertimbangan dalam melanjutkan
rencana perawatan.
4. Kasus hilangnya semua gigi yang memerlukan pembuatan gigi tiruan penuh.
5. Dalam foto rontgen terlihat gigi pengganti yang akan erupsi.
6. Pasien yang mengalami keterbelakangan mental akan sulit untuk memberikan
penjelasan dalam perawatan penggunaan gigi tiruan.
Keuntungan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan antara lain (4,15) :
1. Mengembalikan fungsi mastikasi dan estetik.
2. Mudah dalam membersihkan.
3. Pasien serta orang tua pasien dapat memasang dan mengeluarkan gigi tiruan.
4. Perawatan gigi tiruan lebih mudah, karena dapat diperbaiki mengikuti
perkembangan rahang anak.
Dampak yang merugikan pada pemakaian gigi tiruan lepasan adalah (1,4,15) :
1. Perawatan tergantung pada pasien dan orang tua yang kooperatif.
2. Peningkatan akumulasi plak.
3. Penyaluran daya kunyah yang tidak seimbang.
4. Terjadi peradangan mukosa.
5. Resorpsi tulang alveolar, jika terjadi kontak prematur.
6. Halitosis pada pasien yang kurang memperhatikan oral higiene yang baik.
7. Kelainan gigi penyangga dapat berupa gingivitis dan periodontitis.
8. Karies dan kegoyangan pada gigi sandaran.
Klasifikasi gigi tiruan pada periode gigi campuran adalah sebagai berikut (3) :
Kelas I : Kehilangan gigi posterior rahang atas satu sisi
Kelas II : Kehilangan gigi posterior rahang bawah satu sisi
Kelas III : Kehilangan gigi posterior rahang atas dua sisi
Kelas IV : Kehilangan gigi posterior rahang bawah dua sisi
Kelas V : Kehilangan gigi anterior-posterior rahang atas
Kelas VI : Kehilangan gigi anterior-posterior rahang bawah
Kelas VII : Kehilangan satu atau lebih gigi susu/ gigi tetap anterior
Kelas VIII : Kehilangan semua gigi susu
Pada kasus kehilangan gigi kelas VII, akan membutuhkan pemakaian gigi
tiruan lepasan (16). Menurut penelitian bahwa kehilangan gigi anterior pada periode
gigi campuran akan mengakibatkan gangguan dalam proses erupsi gigi tetap.
Tanggalnya gigi tersebut akan mengakibatkan migrasi gigi tetangga ke arah yang
hilang (3) .
Desain
Disain gigi tiruan sebagian lepasan pada anak sama dengan prinsip dasar
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada orang dewasa. Perbedaan yang
harus diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak adalah
waktu pemakaian yang disesuaikan dengan usia pertumbuhan dan perkembangan
gigi (4).
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan memerlukan beberapa tahap (1) :
1. Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.
Daerah tak bergigi pada suatu lengkung gigi dapat bervariasi, anatara lain
dalam hal panjang, macam, jumlah dan letaknya. Semua ini akan mempengaruhi
rencana pembuatan disain gigi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor maupun
pendukungnya.
2. Menentukan macam dukungan dari setiap sadel.
Bentuk daerah tidak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Bentuk sadel dibagi
menjadi dua yaitu sadel tertutup dan berujung bebas. Terdapat tiga pilihan untuk
dukungan sadel tertutup, yaitu dukungan gigi, mukosa, atau kombinasi. Sebaliknya
untuk sadel berujung bebas dukungan pada umumnya berasal dari mukosa.
Dukungan terbaik untuk gigi tiruan sebagian lepasan diperoleh dengan
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut antara lain keadaan jaringan
pendukung, panjang dan jumlah sadel serta keadaan rahang.
3. Menentukan jenis penahan.
Penahan yang akan dipilih dapat ditentukan dengan memperhatikan faktor-
faktor berikut:
1) Dukungan sadel
Dukungan sadel berkaitan dengan indikasi macam cangkolan yang akan dipakai dan
gigi penyangga yang diperlukan.
2) Stabilitas gigi tiruan
Berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung yang ada dan yang akan
dipakai.
3) Estetika
Berhubungan dengan bentuk dan tipe cangkolan dan lokasi gigi penyangga.
4. Menentukan jenis konektor.
Konektor yang dipakai biasanya berbentuk pelat, yaitu pada gigi tiruan dari resin.
Sebelum gigi tiruan sebagian lepasan dipasang dalam mulut anak, sebaiknya
persiapan dalam mulut dilakukan terlebih dahulu. Persiapan mulut ini bertujuan
untuk mendapatkan keadaan mulut yang mampu mendukung dan memberikan
retensi pada gigi tiruan sebagian lepasan, serta memelihara sisa gigi dan jaringan
pendukungnya. Persiapan mulut ini dapat meliputi berbagai cabang kedokteran
gigi, antara lain (11) :
1. Persiapan bedah
Gigi yang tidak dapat dipertahankan lagi sebaiknya harus dilakukan
pencabutan sebelum pembuatan gigi tiruan (5,11).
2. Persiapan konservasi dan endodontik
Perawatan konservasi dilakukan untuk memperbaiki gigi yang karies atau
untuk melindungi gigi penyangga pada pasien yang rentan karies, serta untuk
memperoleh bentuk mahkota gigi yang dapat mendukung gigi tiruan agar cukup
retensi (5). Selain itu, perawatan konservasi dapat mengurangi resiko akumulasi plak
pada gigi yang mengalami karies (14). Perawatan endodontik akan memungkinkan
pemeliharaan gigi yang dapat menjadi penyangga gigi tiruan yang akan dibuat (11).
3. Persiapan periodontik
Pasien anak sering membutuhkan prosedur periodontik terutama untuk
penderita gingivitis karena adanya karang gigi dan akumulasi plak. Kebersihan mulut
anak perlu diperhatikan, agar mendapatkan hasil yang baik dalam perawatan (14).
Dokter gigi perlu memberikan penjelasan yang dapat dimengerti anak sebelum
melakukan pencetakan rahang karena anak-anak belum memiliki pengalaman
mengenai tahap pencetakan (14). Hasil yang optimal dapat diperoleh dengan
mengetahui beberapa pertimbangan dalam pencetakan (4) , antara lain:
1. Pemilihan sendok cetak
Pencetakan pada anak menggunakan sendok cetak ukuran kecil (7). Berbagai
macam ukuran sendok cetak yang cocok pada anak sudah tersedia dan dapat
digunakan dalam berbagai macam keadaan (4). Sendok cetak kaku yang berlubang
telah tersedia dalam berbagai ukuran yang sesuai untuk anak-anak (14). Ukuran yang
telah dianjurkan untuk pencetakan adalah jarak anatara gigi dan sendok cetak
sekitar 3 mm, dengan perluasan distal yang cukup.
2. Pemilihan bahan cetak
Pemilihan bahan cetak akan menentukan keberhasilan suatu pencetakan.
Bahan cetak yang sebaiknya digunakan adalah alginat, dapat digunakan
jenis regular setting maupun fast setting (4). Alginat yang digunakan untuk anak-anak
biasanya yang masa pengerasannya relatif pendek (3). Perlu diperhatikan
perbandingan air dan bubuk sesuai dengan petunjuk dari pabrik untuk mendapatkan
hasil yang optimal (4).
3. Mengatasi refleks mual
Pasien pada umumnya akan merasa mual pada saat melakukan pencetakan,
oleh karena itu perlu penanganan yang tepat untuk mencegah atau mengontrol
refleks mual. Refleks mual pada anak dapat dicegah dengan menggunakan bahan
cetak yang memiliki rasa, meminta anak berkumur dengan air hangat yang berisi
cairan anastetik sehingga memberikan rasa kebal, anak diminta bernafas teratur,
atau juga mengalihkan perhatian anak pada hal-hal lain sampai pencetakan selesai
dilakukan (4,14). Kelebihan bahan cetak sebaiknya dihindari agar tidak mengalir ke
orofaring. Anak dapat juga dialihkan perhatiannya dengan memberikan sedikit bahan
cetak yang belum mengeras pada jarinya. Anak diinstruksikan untuk bernapas
melalui hidung serta menundukkan kepalanya ke depan (14). Penggunaan
suction atau penyedot saliva untuk membuang saliva dapat digunakan untuk
mencegah refleks mual pada anak (3).
4. Pencetakan rahang bawah
Pencetakan rahang bawah biasanya dilakukan dahulu untuk menghindari
rasa mual dan rasa takut anak. Dokter gigi berdiri di samping kanan depan anak
saat menyiapkan sendok cetak. Jari tangan diletakkan di daerah molar sendok cetak
dan ibu jari di bawah rahang bawah, pada posisi tersebut anak tidak akan dapat
merubah posisi sendok cetak, demikian juga dengan pergerakan badan atau
kepala(3). Anak diminta untuk mendorong lidahnya keluar untuk mendapatkan
kontraksi otot milohioid (14). Hasil cetakan jika sudah baik tidak terdapat cacat atau
rusak maka dilanjutkan dengan pencetakan rahang atas (3).
5. Pencetakan rahang atas
Posisi dokter pada pencetakan rahang atas yaitu berdiri di samping kanan
belakang anak, kemudian sendok cetak dimasukkan. Penekanan dengan jari tengah
atau telunjuk kedua tangan pada daerah posterior sendok cetak dan ibu jari berada
di atas arkus zigomatikus. Penekanan pada sendok cetak yang berada dalam mulut
anak pada rahang atas maupun rahang bawah adalah pada bagian posterior terlebih
dahulu kemudian pada daerah anterior (14).
Gigi tiruan pada anak terdiri atas landasan gigi tiruan, cangkolan dan elemen
gigi tiruan (4). Landasan pada umumnya dibuat dari resin akrilik karena mudah
dimodifikasi mengikuti pertumbuhan dan perkembangan gigi serta erupsi gigi (14).
Landasan sebaiknya dibuat transparan dan cukup kuat saat dipakai makan (4). Gigi
tiruan rahang atas didisain dari landasan akrilik, tetapi gigi tiruan sebagian rahang
bawah dapat dirancang dari konektor logam untuk menambah retensi yang lebih
baik (10,14) Landasan gigi tiruan sebagian lepasan dibuat menutupi permukaan
palatal/lingual gigi-gigi yang ada dan daerah interdental dengan tujuan mendapatkan
stabilitas dan retensi (3).
Cangkolan dibuat dari kawat logam tahan karat dan diperlukan untuk
mendapatkan retensi serta dukungan dari gigi atau jaringan lunak. Jenis cangkolan
yang digunakan pada gigi tiruan sebagian lepasan antara lain cangkolan Adam,
cangkolan bola, dan cangkolan sirkumferensial (4). Cangkolan suatu gigi tiruan perlu
dirancang dengan akurat, karena jika tidak akan mempengaruhi terhadap
peningkatan aktivitas karies (3).
Disain gigi tiruan perlu diperhatikan faktor-faktor di bawah ini (4,14) :
1. Garis fulkrum merupakan garis khayal yang membagi dua daerah tidak bergigi
dan berfungsi untuk menentukan tempat dan arah cangkolan, selain itu perluasan
landasan gigi tiruan harus memperhatikan nilai beban kunyah di sebelah kanan dan
kiri garis fulkrum.
2. Arah pemasangan cangkolan pada gigi kaninus dari mesial ke distal, cara
tersebut disesuaikan dengan bererupsinya gigi insisif tetap dan bergesernya gigi
kaninus sulung ke arah distal. Cangkolan tidak menempel pada gigi dan diberi jarak
0,5 mm, dengan tujuan tidak menghambat pertumbuhan.
3. Pemakaian pada rahang bawah dalam jangka waktu yang panjang sebaiknya
dibuat lingual bar dari logam dengan arah 2 mm lebih ke lingual dari jaringan lunak.
4. Perkembangan alveolar akan berjalan ke arah lateral, maka disain landasan
dibuat sampai 1/3 forniks atau kurang lebih sejajar dengan puncak alveolar (alveolar
crest), dengan tujuan agar tidak menghambat pertumbuhan.
5. Perluasan sayap bukal pada rahang atas dibuat rendah dan warna harus
sesuai dengan jaringan sekitarnya. Landasan akrilik pada rahang atas harus
menutupi seluruh bagian palatum dengan tujuan untuk mendapatkan retensi dan
stabilisasi.
6. Jurusan pemasangan gigi tiruan memudahkan pasien dalam pemakaian.
7. Kesehatan jaringan yang tersisa dalam pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan
lebih ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan jaringan yang tersisa.
8. Faktor estetis berpengaruh pada penampilan, maka harus disesuaikan dengan
kepribadian pasien, antara lain dalam hal warna gigi, bentuk gigi, penyusunan gigi,
dimensi vertikal, panjang dan lebar gigi.
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak dapat dilihat dari
pertimbangan berdasarkan usia, dapat digolongkan sebagai berikut (6) :
1. Usia 2,5–3 tahun
Cangkolan pada gigi kaninus sulung tidak boleh memberikan tekanan, hal ini
ditujukan untuk memberikan kesempatan rahang bergerak ke anterior. Cangkolan
untuk gigi molar sulung harus dibuat dengan tangan cangkolan harus mengelilingi
permukaan terluar gigi. Hal ini ditujukan karena mahkota gigi molar sangat pendek.
Selain itu pada rahang atas perluasan landasan harus menutupi palatum sampai
batas daerah getar atau vibrating line. Perluasan ke arah bukal atau labial pada
umumnya pendek tidak melebihi sampai ke forniks. Pada rahang bawah dianjurkan
menggunakan lingual bar yang ditempatkan 2 mm dari jaringan lunak.
2. Usia 5,5 – 6 tahun
Cangkolan yang digunakan adalah cangkolan Adam dan cangkolan C.
Cangkolan C harus dilepas dari landasan pada saat erupsi gigi incisivus tetap dan
gigi molar pertama dan dilakukan perbaikan. Gigi molar pertama yang telah
bererupsi seluruhnya dapat dijadikan gigi sandaran untuk perawatan selanjutnya.
Landasan yang digunakan berupa tissue conditioner pada bagian labial dan bukal
dengan tujuan agar pertumbuhan rahang tidak terhambat.
3. Usia 7 – 8 tahun
Usia 7–8 tahun terjadi pertumbuhan pada daerah anteroposterior, sehingga
panjang landasan harus pendek dan sesuai dengan warna jaringan lunak, selain itu
digunakan tissue conditioner pada daerah pertumbuhan. Cangkolan C digunakan
untuk gigi molar pertama tetap.
4. Usia 12 tahun
Erupsi gigi telah lengkap, kecuali gigi molar ketiga, selain itu
pertumbuhan rahang berjalan lambat, sehingga untuk penyesuaian gigi tiruan
sebagian lepasan dapat lebih mudah.
Prinsip biomekanik merupakan prinsip mekanika yang memperhitungkan
respon dari jaringan hidup. Prinsip biomekanik merupakan dasar penting dalam
mendisain gigi tiruan sebagian lepasan. Prinsip biomekanik yang harus
diperhatikan dalam mendisain gigi tiruan meliputi (17) :
1. Timbulnya ungkitan dari gigi tiruan yang menyebabkan terjadinya daya pada gigi
sandaran (daya torsi).
Perbedaan kompresibilitas antara jaringan periodontal dan jaringan lunak akan
menyebabkan landasan akan bergerak menurun pada saat terkena beban
fungsional/beban kunyah. Turunnya landasan ini, menimbulkan ungkitan dan
menyebabkan gigi sandaran menjadi longgar.
2. Penyebarluasan beban kunyah pada masing-masing jaringan.
Gigi tiruan harus di dukung oleh gigi dan linggir alveolar, selain itu beban fungsional
seimbang di antara jaringan lunak dan gigi yang masih ada.
3. Faktor yang mempengaruhi besarnya daya yang disalurkan pada gigi sandaran.
4. Pertimbangan kemampuan fisiologis.
Mendapatkan prognosa yang baik dapat ditentukan dengan membagi daya
fungsional secara seimbang antara gigi sandaran dan linggir alveolar, sehingga efek
ungkitan dapat dikurangi serta tidak menerima daya oklusal yang melebihi batas
kemampuan fisiologis.
Rencana perawatan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak dengan
kehilangan gigi sejak lahir yang disebabkan oleh faktor genetik lebih sulit, terutama
jika dibandingkan dengan tanggalnya gigi dengan keadaan masih terdapat gigi
kodratnya, sebab pada kehilangan gigi sejak lahir akan sulit untuk menentukan
disain yang akan dibuat karena tidak terdapat oklusi gigi sebelumnya (14).
Pemeriksaan, Diagnosa dan Rencana Perawatan
1. Pemeriksaan klinis
2. Pemeriksaan rontgen à disarankan foto panoramic untuk melihat
benih, urutan erupsi dan kondisi rahang menyeluruh
3. Merencanakan desain gigi tiruan
4. Menumpat gigi yang dipakai sebagai penjangkaran
Syarat GTL Ideal Untuk Anak
1. Gigi tiruan harus memperbaiki/meningkatkan fungsi kunyah, estetik
dan kontur wajah
2. Tidak mengganggu pertumbuhan lengkung rahang yang normal
3. Ketebalan gigi tiruan tidak boleh mengganggu fungsi bicara
4. Gigi tiruan harus mudah dipasang dan dilepas
5. Gigi tiruan harus mudah diperbaiki
6. Mudah dibersihkan
7. Desain membutuhkan sedikit/tidak sama sekali preparasi dari gigi
penyangga
Syarat Design GTL Pada Anak
1. Bisa diterima dan memuaskan sama seperti GTL pada umumnya
2. Pada anak-anak ada 2 hal penting / pertimbangan yaitu Lama
penggunaanPerubahan dan Lengkung rahang secara alamiah
Pertimbangan Khusus GTL Pada Anak
1. Untuk RA, basis denture harus meliputi seluruh daerah palatal
2. Bila ada sayap labial/bukal à tipis, pendek & warna baik
3. Bila ada klamer pada c sulung, harus dihilangkan untuk pergerakan c
ke lateral saat I permanen erupsi
4. Untuk PD RB harus menggunakan basis akrilik
5. Untuk penggunaan dlm waktu yang lama maka gunakan metal
framework/lingual bar. Adaptasi 2 mm dari soft tissue untuk
mengakomodasi perkembangan rahang bila gigi permanen erupsi
6. Untuk penggunaan dlm waktu yang lama maka gunakan occlusal rest
pd permanen M1 , bila pada Central Fossa perlu cek oklusi
7. Bila perlu, peranti dibuat sebelum ekstraksi sebagai immediate
PD/immediate SM
Insersi
1. Beri penjelasan dan instruksi pada orang tua dan anak meliputi cara
insersi, melepas dan home care
2. Tunjukkan cara yang tepat untuk insersi dan melepas à Gunakan
kaca, pasien meniru
3. Tekankan pentingnya penggunaan alat ketepatan bentuk dan ukuran
partial denture supaya pasien/orang tua menyimpannya dengan baik
Keberhasilan atau kegagalan penggunaan alat gigi tiruan sebagian lepasan
pada anak didukung oleh tiga faktor utama yaitu (3,5,6) :
1. Kemampuan dokter gigi
Dokter gigi dan tekniker harus dapat merancang gigi tiruan yang mampu
beradaptasi dengan baik sesuai bentuk anatomi gigi yang hilang. Kemampuan
dokter gigi dalam memberikan motivasi kepada pasien dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam penggunaan gigi tiruan.
2. Usia pasien
Berdasarkan penelitian, penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak
usia 2,5 tahun dan usia 5 tahun tidak ditemukan adanya perubahan, perbaikan atau
kesulitan yang berarti. Penggunaan gigi tiruan lepasan dapat disesuaikan dengan
usia pasien sehingga dapat dilakukan perbaikan atau penggantian gigi tiruan
lepasan.
3. Kerjasama orang tua
Memberikan informasi secara langsung mengenai pemakaian gigi tiruan
kepada pasien maupun orang tua pasien sehingga mempermudah dalam
penggunaan dan pemeliharaan, selain itu orang tua yang berpengalaman dalam
pemakaian gigi tiruan lepasan dapat membantu anaknya dalam memakai dan
merawat gigi tiruan tersebut.
Keberhasilan dalam pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan pada anak, dapat
ditentukan dengan memberikan informasi dan instruksi-instruksi khusus pada
pasien maupun orang tua, yaitu (3,4,5,7) :
1. Instruksi pada anak
Anak diberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana, sehingga anak dapat
memberikan kerjasama yang baik, selain itu anak dianjurkan untuk memberitahukan
kepada orang tuanya jika ada keluhan pada pemakaian gigi tiruan.
Memberikan motivasi terutama pada anak usia 2 – 5 tahun agar gigi tiruan tidak
dilepas dari dalam mulut tanpa sepengetahuan orang tua. Pemasangan gigi tiruan
pertama kali dilakukan oleh dokter dengan menggunakan cermin untuk melihat cara
memasang dan melepas gigi tiruan, setelah itu anak dapat mencoba sendiri. Gigi
tiruan sebagian lepasan sebaiknya dilepas pada saat berolah raga dan pada saat
malam hari, gigi tiruan direndam dalam air dan dibersihkan setiap hari dengan
bantuan orang tua.
2. Instruksi orang tua
Orang tua diharapkan ikut melihat pada saat anak memasang dan
melepas gigi tiruan, selain itu jika anak tidak memakai gigi tiruan karena ada keluhan
rasa sakit pada gusi maka orang tua diharapkan segera untuk menghubungi dokter
gigi untuk mengatasi masalah yang dikhawatirkan mengganggu pemakaian gigi
tiruan tersebut.
Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dapat mengakibatkan perubahan
patologis, jika tidak mengikuti instruksi mengenai pemeliharaan kebersihan mulut(1).
Dampak yang timbul antara lain bertambahnya akumulasi plak, meningkatnya
frekuensi karies, terjadi denture stomatitis dan menyebabkan gigi tetangga menjadi
goyang.
Instruksi Pada Pasien dan Ortu
1. GTL dilepas pada aktivitas olahraga berat, bekali dengan small
plastic box untuk penyimpanan, gunakan mouthguard untuk
olahraga berat
2. Dilepas pd malam hari, diletakkan pada segelas air. Dibersihkan tiap
hari dengan denture cleanser/ sikat dengan pasta
3. Beri disclosing agent untuk membersihkan plak pada gigi-gigi
4. Cek apakah ada iritasi mukosa/GTL tidak fit
5. Kesalahan terhadap penggunaan alat à perawatan lebih lama & biaya
tinggi
6. Beri instruksi secara tertulis
Perawatan yang dilakukan untuk mengurangi faktor-faktor yang
mengakibatkan keluhan pada pasien yaitu (1) :
1. Pasien dianjurkan untuk menyikat gigi setiap hari terutama sebelum tidur.
2. Gigi tiruan pada waktu tidur dilepas dan disimpan dalam gelas yang berisi air,
setiap hari harus dibersihkan.
3. Denture stomatitis terjadi karena pemakaian gigi tiruan yang diakibatkan trauma
pada mukosa. Perawatan yang diperhatikan antara lain posisi cangkolan agar tidak
melukai jaringan sekitar.
4. Pengurangan bagian oklusal dari gigi tiruan dilakukan jika terjadi kontak prematur
antara gigi antagonisnya.
5. Cangkolan dan sayap landasan yang merupakan retensi dari gigi tiruan harus
sesuai dengan disain, agar gigi tiruan tidak mudah lepas.
Setelah gigi tiruan sebagian lepasan digunakan anak, untuk tahap berikutnya
dilakukan pengontrolan secara berkala kurang lebih 4 – 6 minggu, jika tidak ada
keluhan dan perkembangan normal, soft acrylic yang digunakan sebagai sayap
landasan akan keluar dan dilakukan penyesuaian dengan cara mengurangi akrilik
tersebut. Bertambahnya usia anak, maka suatu gigi tiruan sebagian lepasan
memerlukan penyesuaian secara periodik untuk mengikuti pola pertumbuhan dan
perkembangan rahang, serta erupsi gigi tetap anak (7).
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunadi, H.A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid 1. Hal 12,
30-50, 108-111 Jakarta: Hipokrates
2. Andlaw, R.J. and W.P. Rock. 1993. A Manual of Paedodontics. 3rd ed. London:
Churchill Livingstone.
3. Lindahl, R.L. 1964. Removable Denture Prosthetis. 4th ed. Hal: 271-285. McGraw-
Hill Book Company Inc.
4. Finn, S.B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th ed. Hal 309-31, 360-3. Philadelphia: W.B
Saunders Company inc.
5. Goodarce, C.J dan Brown, T.D, 1994. Prosthodontic Treatment of the Adolescent
Patient Care. Editor: Sthephen H.Y.Wei. Philadelphia: Lea and Febiger.
6. McDonald, R.E. and D.R. Avery, 2000. Dentistry forThe Child and Adolescent.
7th ed. Saint Louis: Mosby
7. Andajani, T. 1993. Penanggulangan Kerusakan Gigi yang Parah dengan Gigi Tiruan
Tumpang. Volume 2. Hal 571-580. Jakarta: Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Usakti.
8. Heartwell, C.M. and Rahn, A.O. 1986. Glossary of Prosthodontics. Fourth edition.
Philadelphia: Lea and Febriger.
9. McCracken’s. 1995. Removable Partial Prosthodontics. 9th ed. St. Louis: C.V.
Mosby Company.
10.Dykema, E.W, Cunningham, D.M, and Johnston, J.F. 1978. Modern practice in
removable partial prosthodontics. Philadelphia- London- Toronto: W.B Saunders
Company.
11.Blakesslee, R.W., et al. 1980. Dental Technology Theory and Practice. Hal: 113-5,
120-1, 313-15. St. Louis-Toronto-London: C.V. Mosby Company
12.Dyson, J.E. 1988. Prosthodontic for Children. Hal: 259-68. Philadelphia: Lea and
Febriger.
13.Herman, W. 1980. Majalah Kedokteran Gigi. Volume 1. Bandung: Yabina.
14.Mathewson, R.J and Primosch, R.E. 1995. Fundamentals of Pediatric
Dentistry. 3rd ed. Hal: 356-9. Chicago: Quintessence Books.