tutorial kds
DESCRIPTION
belajar bareng kejang demam sederhanaTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama:An. AUmur:1 tahun
Jenis kelamin:PerempuanAlamat:KendalAgama:IslamBangsal :DahliaTanggal Masuk:24 April 2012IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah:Tn. MNama Ibu:Ny. I
Umur:31 tahunUmur:26 tahun
Pekerjaan:KaryawanPekerjaan:Ibu Rumah Tangga
B. DATA DASAR
1. Anamnesis (Alloanamnesis)Alloanamnesis dengan Ayah dan ibu penderita tanggal 26 April 2012 pukul 10.00 WIB dan didukung catatan medis.Keluhan Utama : kejanga. Riwayat Penyakit Sekarang :
1 hari SMRS penderita panas mendadak tinggi (+), kejang 1x 1 menit, sebelum kejang penderita sadar, selama kejang tidak sadar, saat kejang penderita panas, ini merupakan kejang yang kedua kalinya, batuk (-), pilek (-), sesak (-), nyeri telinga (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri menelan (+), nafsu makan menurun, BAK lancar, warna kuning bening dan jumlahnya cukup, saat kencing tidak rewel, BAB normal tidak mencret. Penderita diberi obat penurun panas, panas turun sebentar kemudian naik lagi. Sampai dengan HMRS sekitar pukul 07.00 WIB, penderita panas (+) , kejang (-).b. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kejang 1 kali 1 menit, saat kejang tidak sadar. Riwayat trauma kepala disangkal Penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien adalah demam, batuk, pilek, diare, tetapi tidak sampai dirawat di rumah sakit atau balai pengobatan.c. Riwayat Penyakit Keluarga Kakak penderita pernah kejang 1 kali 1 menit dan dirawat di rumah sakit.d. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ayah penderita bekerja karyawan sedangkan ibu penderita adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan kakaknya. Biaya pengobatan menggunakan biaya pribadi (umum).Kesan sosial ekonomi : cukupe. Riwayat pemeliharaan prenatalIbu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan terdekat. Mulai saat mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 8 bulan pemeriksaan dilakukan 1x/bulan. Saat usia kehamilan memasuki usia kandungan 8 bulan, pemeriksaan rutin dilakukan 2x/bulan hingga lahir. Selama hamil ibu telah mendapat suntikan TT 2x. Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit. Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu disangkal. Obat obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan tablet tambah darah.f. Riwayat kelahiran
Persalinan
: Lahir spontan di tolong oleh bidanUsia dalam kandungan: 9 bulan
Berat badan lahir
: 3000 gramPanjang badan
: tidak ingatKesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilang. Riwayat Imunisasi
BCG
: 1x umur 1 bulan, scar (+) di lengan atas kananDPT
: 3 x ( 2,3,4) bulan
Polio
: 4 x (1,2,3,4) bulan
Hepatitis B
: 4x umur (0,2,3,4) bulan
Campak
: 1x umur 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap tepat bulan h. Riwayat GiziASI
: Diberikan sejak lahir sampai umur 1 tahun.Susu formula: Diberikan susu formula
Sejak usia 4 - 6 bln SGM I 6 x 90 cc
Usia 6 bln 1 thn SGM II 4 x 120 ccStatus Gizi menurut Z-scoreBerat Badan : 9 kgTinggi badan : 70 cmUsia
: 1 tahun
Kesan : Status gizi baik, perawakan normali. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak
Pertumbuhan :Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir tidak ingat, berat badan sekarang 9 kg, panjang badan sekarang 70 cmKesan : Normal Growth Perkembangan :
Tengkurap : usia 4 bulan
Duduk dengan dibantu : usia 6 bulan
Merangkak : usia 7 bulan
Berjalan : usia 11 bulanKesan : Perkembangan sesuai umur.2. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 26 April 2012 pukul 10.00 WIB (di bangsal Dahlia)
Status Present Jenis kelamin : perempuanUsia
: 1 tahun
Berat badan : 9 kg
Panjang badan : 70 cm
Tanda vital
: HR= 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
: RR= 24 x/menit, reguler, thoracoabdominal
: t= 38o C (aksila)KU/Kesadaran: Sedang / komposmentis
Kepala: Mesosephal, bentuk dan ukuran normalRambut: Hitam, tidak mudah dicabut
Mata:Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), kornea jernih, pupil bulat, isokor, refleks pupil (+/+), reflek kornea (+/+), reflek bulu mata (+/+)Telinga: Bentuk normal, simetris, discharge (-/-), nyeri tekan
tragus (-/-), nyeri tarik (-/-), tidak bengkakHidung: Simetris, nafas cuping (-), sekret (+/+), epistaksis (-/-)Mulut: Bibir kering (-), sianosis (-), karies dentis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-), T1-1 Hiperemis (+/+), faring hiperemis (+/+)Leher:Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kaku kuduk (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi:Iktus kordis teraba di sela iga IV, linea medioclavikula sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar
Perkusi:Redup
Batas atas: ICS II linea parasternal kiri
Pinggang: ICS III linea parasternal kiri
Batas kiri bawah: ICS IV linea midclavicularis kiri
Batas kanan: ICS IV linea sternalis kanan
Auskultasi: Suara jantung I dan II normal, Suara tambahan (-)
Paru-paru
Inspeksi: Hemithorax sinistra dan dextra simetris dalam statis dan dinamis, tidak ada retraksi
Palpasi: Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi :Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler. Suara tambahan: wh-/-, ronkhi -/-Abdomen
Inspeksi: datar, tidak ada gambaran usus ataupun vena
Palpasi: supel, tidak nyeri tekan, turgor cukup
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Perkusi: timpani
Auskultasi: peristaltik ( normalGenital : tidak ada kelainanEkstremitas : tidak ada deformitasSuperiorInferior
Sianosis-/--/-
Akral dingin-/--/-
Oedem-/--/-
Capillary refill< 2< 2
Pemeriksaan Neurologis
Refleks Fisiologis Tendon achilles : +/+, normal
Patella
: +/+, normal
Biceps
: +/+, normal
Triceps
: +/+, normal
Refleks Patologis
Babinski
: -/-
Chaddock
: -/-
Oppenheim : -/-
Gordon
: -/-
Tonus
: Normotonus
Clonus
: -
Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : -
Brudzinski I: - Brudzinski II: -
Brudzinski III: -
Brudzinski IV: -
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah rutin ( 10 Mei 2012 )
Leukosit:10.300 / uI( 4.000 11.000 / uI )
Eritrosit:5,42 x 106 / uI( 3,5 x 106 5,6 x 106/ul )
Hb:12,1 g / dl(11 18 g/dl )
Hematokrit:34,0 %( 32 54 % )
Trombosit:174.000 / uI( 120.000 500.000 / uI )
Kesan: dbN
C. DIAGNOSA BANDING
I. Observasi kejang dengan penurunan kesadaran disertai demamDD/ Cerebral
DD/ Akut Sesaat
DD/ Infeksi
DD/ Ekstrakranial
KDS
DD/ Intrakranial
Meningitis MeningoencephalitisII. ISPA Atas Tonsilofaringitis AkutIII. Status gizi baik, perawakan normalD. DIAGNOSA SEMENTARA1. Kejang demam simpleks2. Tonsilofaringitis akut3. Status Gizi Baik, Perawakan normalE. PENATALAKSANAAN a. Suportif
Kompres hangat
b. Medikamentosa
Infus 2A N 480/20/5tpm Inj. Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB/kali= 3mg iv pelan (bila kejang) P/O : Parasetamol 10-15 mg/kgBB/hr = 4-6 x 100mg (t 38C)
Diazepam 0,5mg/kgBB/hr = 3 x 2 mgc. Diit
3 x makanan lunak 3 x 200 cc susud. Monitor : KU, TTV, pengawasan jika kejang berulangF. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Cek elektrolit
2. Pungsi lumbal3. EEG4. CT Scan otak / MRIG. PROGNOSA
Qua ad vitam
: ad bonam
Qua ad sanam
: ad bonam
Qua ad fungsionam: ad bonamBAB II
PEMBAHASAN
A. KEJANG DEMAM1. DefinisiKejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Ismael S. KPPIK-XI, 1983
Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak.1999.Umur 6 bulan - 5 tahun
Pernah kejang tanpa demam tidak termasuk KD
KD pada umur < 1 bulan tidak termasuk KD
KD pada umur < 6 bln atau > 5 th pikirkan infeksi SSP, Epilepsi disertai demamKD 2 - 4% populasi anak 6 bln -5 thn2. KlasifikasiKlasifikasi kejang demam umumnya dibagi menjadi 2 golongan. Kriteria di bawah ini dikemukakan oleh berbagai pakar dimana terdapat perbedaan kecil dalam hal penggolongan tersebut.
Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :
a. Kejang demam sederhanab. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam
Ciri kejang demam sederhana menurut Livingston yaitu kejang bersifat sederhana, lama kejang berlangsung singkat ( < 15 menit ), usia waktu kejang demam pertama muncul < 6 tahun, frekuensi serangan 1 4 kali dalam satu tahun, EEG normal. Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut oleh Livingston disebut sebagai epilepsi yang dicetuskan oleh demam.
Sedangkan menurut Fukuyama, kejang demam dibagi menjadi :a. Kejang demam sederhanab. Kejang demam kompleks
Kejang demam sederhana menurut Fukuyama harus memenuhi semua kriteria berikut yaitu :1. Di keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan 6 tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkatBila tidak memenuhi kriteria di atas, maka digolongkan ke dalam kejang demam komplek.3. Insiden Dari penelitian oleh berbagai pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2 5 % anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun.Insiden kejang demam sering dijumpai pada anak laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan berkisar antara 1,4 : 1 dan 1,2 : 1. Berdasarkan penelitian Lumbantobing pada 297 anak dengan kejang demam, sebanyak 165 adalah anak laki-laki dan 132 anak perempuan dengan perbandingan 1,25 : 1.
4. Etiologi demam pada kejang demamBeberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam adalah :1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman atau virus) terhadap otak
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui
6. Gabungan semua faktor tersebut di atas
5. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, tapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi >18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulang kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti CT atau MRI jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti a. kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) b. parese nervus VI c. papiledema6. Penatalaksanaana. Terapi pada fase akut
Penderita dimiringkan agar jangan terjadi aspirasi ludah atau lendir dari mulut
Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka, bila perlu beri oksigen
Monitor tanda vital, keadaan umum dan kesadaran
Bila penderita belum sadar dan berlangsung lama, perhatikan kebutuhan dan keadaan cairan, kalori dan elektrolit
Suhu yang tinggi harus diturunkan dengan kompres hangat Selimut dan pembungkus badan harus dibuka agar pendinginan badan berlangsung dengan baik
Berikan obat penurun demam Berikan obat antikonvulsanb. Pengobatan profilaksis terhadap kambuhnya kejang demam Profilaksis intermiten, pada waktu demam Profilaksis terus menerus dengan obat antikonvulsan tiap hari
Mengatasi segera bila terjadi serangan kejangAntikonvulsan pada saat kejang demam
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan kejang. Diazepam rektal diberikan segera saat kejang berlangsung, dan dapat diberikan di rumah. Diazepam rektal yang dianjurkan adalah 0,3-0,5mg/kgBB. Untuk memudahkan dapat digunakan dosis: 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg, 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2 kali dengan diazepam masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-05 mg/kgBB.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang intensif (ICU).Pemberian obat pada saat demam
Pemberian antipiretik saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Antipiretik diberikan setelah kejang teratasi. Dosis acetaminofen adalah 10-15 mg/kgBB/kali, diberikan 4x sehari dan max pemberian 5x. Dosis ibuprofen adalah 5-10 mg/kgBB/kali, diberikan 3-4x sehari
Pemberian Anti Konvulsan dengan diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam saat demam dapat menurunkan resiko berulangnya kejang, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 C.Pemberian obat rumatan
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat meskipun dapat menimbulkan hepatitis namun insidennya kecil.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital 3-4 mg/kgbb/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) : Kejang lama lebih dari 15 menit Adanya kelainan neurologist yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis,cerebral palsy, retardasi mental, hidrosephalus Kejang fokal. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila : Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan Kejang demam 4x atau lebih per tahun.
Lama pengobatan rumat
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
7. Edukasi- Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya dapat teratasi -Memberikan cara penanganan kejang
a. Tetap tenang dan tidak panik
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama sekitar leher
c. Bila tidak sadar ( posisikan terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Jangan masukkan
sesuatu ke dalam mulut
d. Ukur suhu, catat berapa lama dan bentuk kejang
e. Tetap bersama pasien selama kejang
f. Beri diazepam rektal hanya saat kejang
g. Bawa ke dokter atau pelayanan kesehatan lain bila kejang > 5 menit.
h. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim., http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?q=2009421101559, Kejang Demam, IDAI
2. Lumbantobing SM. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 2002 : 1-453. Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Anak, 2004, IDAI4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 1985:847-54, 930-325. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Konsensus Penanganan Kejang Demam, Jakarta, 2005
4