tutorial klinik t. pedis 2

Upload: fano-fahad-taihuttu

Post on 20-Jul-2015

97 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman RSUD AW Sjahranie

Tutorial Klinik

Tinea pedis

Oleh : Fahad Ahmed SKT Kasma Nurlaili Semapur 06.48845.00246.09 05.48844.00245.09 05.48874.00275.09

Pembimbing : dr. Agnes Kartini, Sp. KK Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman RSUD AW Sjahranie Samarinda 2012 BAB I

1

KASUS1. Anamnesa (Autoanamnesa)

Identitas Pasien: Nama Umur Pekerjaan Alamat : Ny.NL : 23 tahun : IRT : Jl. Damai RT. 26

Kunjungan rawat jalan : 3 April 2012, Tanggal pemeriksaan : 3April 2012 Keluhan Utama: Gatal pada kaki kanan dan kiri Riwayat Penyakit Sekarang: Gatal dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, gatal dirasakan terus-menerus, saat malam rasa gatalnya sama saja, jika berkeringat terasa semakin gatal. Awalnya kaki pasien bengkak karena kehamillan (4 bulan yang lalu), kaki pasien juga kemerahan. Pasien sering membiarkan kakinya basah. Pada bagian kaki yang yang gatal pertama kalin yaitu telapak kaki kanan bagian tumit terasa muncul bintikbintik kecil, lalu bintik-bintik tersebut menyebar ke atas sampai betis dan ditemukan juga di kaki kiri. Pasien menggaruk-garuk kaki kanan yang gatal hingga menjadi luka dan nyeri 1 bulan yang lalu. Tidak ada riwayat demam. Selama ini pasien mengobati kakinya dengan kompres bubuk penicillin. Namun karena gatal tidak berkurang dan ada luka, pasien berobat kepuskesmas 3 minggu yang lalu mendapat tablet Dexamethason 3x1 dan salep scabimite, namun keluhan tidak berkurang sehingga pasien datang ke poli kulit. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak memiliki riwayat gatal-gatal setelah makan makanan atau obatobatan tertentu. Tidak ada riwayat mengidap Diabetes Mellitus. Riwayat Penyakit Keluarga:

2

-

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan pasien Tidak ada keluarga yang mengalami riwayat alergi dan sakit asma

Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Kesadaran Tanda Vital : Tampak sakit ringan : Komposmentis : Nadi 84 kali/menit Frekuensi Nafas 21 kali/menit Kepala/Leher/Dada/Punggung/Perut : tidak ada kelainan Pembesaran kelenjar Status dermatologis

: tidak ada pembesaran kelenjar : regio pedis et cruris dekstra Regio pedis sinistra : tampak papul-papul, pustul, ekskoriasi dan krusta

Lokalisasi Efloresensi

3

Gambar 1 Regio pedis et cruris dextra: tampak papul-papul, pustule, ekskoriasi dan krusta. Pemeriksaan Penunjang Tidak Dilakukan Diagnosis Banding Tinea pedis + infeksi sekunder Scabies + infeksi Kandidosis + infeksi sekunder Diagnosis Kerja Tinea pedis + infeksi sekunder Penatalaksanaan Non Farmakologis : Memberikan edukasi kepada pasien agar tidak menggaruk-garuk bagian yang

gatal karena luka akan semakin parah.

4

Minum dan menggunakan obat yang telah diberikan secara tepat dan teratur. Farmakologis Ciprofloxacin 2x500 mg Kompes revanol Fungiderm cream Prognosis

Quo ad Vitam Quo ad Sanationam

: Bonam : Bonam

Quo ad Cosmeticam : Bonam

5

BAB II PEMBAHASAN Pasien Ny. NL usia 23 tahun, dengan keluhan utama gatal pada kaki kanan dan kiri sebelum pasien memeriksakan diri ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD AWS. Dari anamnesis, didapatkan keluhan rasa gatal sejak 6 bulan yang lalu. Rasa gatalnya sama saja saat malam hari dan semakin gatal bila berkeringat. Pada awalnya berupa bengkak pada kedua kaki saat hamil 7 bulan, Lalu muncul bintikbintik pada telapak kaki yang gatal, menyebar ke atas sampai betis. Pasien mengaku munculnya bintik-bintik dan gatal tidak berhubungan dengan makan makanan atau konsumsi obat tertentu. Karena digaruk-garuk terlalu kuat kulit kaki terkelupas dan menjadi luka serta bernanah. Berbagai jenis jamur dapat berkembang biak di kulit, istilah medisnya adalah dermatomikosis yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit. Sedangkan dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.1 Dermatofita merupakan golongan jamur yang gemar mencerna jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin), misalnya stratum korneum pada epidermis (kulit ari), rambut, dan kuku. Dermatofitosis sering disebut tinea ringworm, kurap, teigne, atau Herpes sirsinata. Dermatofita terbagi dalam tiga genus: trichophyton, mycrosporum, dan epidermophyton.2,3 Pada pasien ini didapatkan lokasi lesi pada bermula pada telapak kaki lalu menyebar ke atas sampai betis. Sesuai dengan lokasi infeksi jamur Tinea pedis yaitu kulit pada sela jari kaki dan telapak kaki dikenal juga sebagai ringworm of the foot atau Athletes foot. 4 Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum yang sering memberikan kelainan menahun.1,5,6,7 Tinea pedis sering menyerang orang dewasa yang bekerja ditempat basah seperti tukang cuci, petani atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup untuk waktu yang lama2,5,7,, bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit karena mekanis, dan paparan terhadap jamur merupakan faktor risiko yang menyebabkan terjadinya Tinea pedis.8 Tinea pedis atau ringworm of the foot adalah infeksi dermatofita pada

6

kaki, terutama pada sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis merupakan infeksi jamur yang paling sering terjadi.23 Penyebabnya yang paling sering adalah Trichophyton rubrum yang memberikan kelainan menahun.1,5,6,7 Paling banyak ditemukan diantara jari ke-4 dan ke-5, dan seringkali meluas ke bawah jari dan sela jari-jari lain.5 Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terlihat maserasi-- berupa kulit putih dan rapuh. Jika bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang jamur.7 Pada umumnya, jamur tumbuh pada kulit kaki karena faktor kelembaban. Hal itu dapat disebabkan kaki yang sering berkeringat, kaos kaki kurang dijaga kebersihannya, atau sepatu terlalu tertutup. Jari-jari kaki sangat rentan terinfeksi jamur Tinea pedis, terutama pada orang yang sering memakai sepatu tertutup pada kesehariannya.8 Kejadian Tinea pedis di sela jari banyak ditemukan pada pria

dibandingkan pada wanita.7 Keadaan sosial ekonomi serta kurangnya kebersihan memegang peranan yang penting pada infeksi jamur, yaitu insiden penyakit jamur lebih sering terjadi pada sosial ekonomi rendah.2 Hal ini berkaitan dengan status gizi yang mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit.2 Beberapafaktor lain bisa disebut seperti obesitas (kegemukan), pengidap penyakit diabetes, AIDS, kanker, atau daya tahan tubuh menurun, kehamilan dan menstruasi (kedua kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur).8 Bentuk klinis Tinea pedis dapat terjadi bertahun-tahun, tanpa keluhan berarti. Bahkan sebagian di antara penderitanya total bebas gejala. Sebagian penderitanya baru merasa terganggu ketika muncul bau tak sedap dari kulit kaki mereka. Morfologi

dermatofitosis pada kulit sangat khas yaitu bercak-bercak yang berbatas tegas, adanya kerusakan jaringan kulit dan reaksi radang pada kulit pejamu. Disertai dengan perasaan gatal, apabila digaruk papul atau vesikel akan pecah sehingga bila mengering akan terjadi krusta dan skuama.2 Tidak menutup kemungkinan munculnyainfeksi bakteri (infeksi sekunder) yang dapat menunjukkan gejala mulai dari yang ringan (bintil-bintil merah yang perih) hingga yang lebih berat seperti nyeri dan demam.3 Tinea pedis terdiri dari beberapa macam tipe klinis, dan yang paling sering ditemukan adalah1,2,7:

7

1. Bentuk interdigitalis yang merupakan kelainan berupa maserasi, skuamasi serta erosi di celah-celah jari terutama jari ke-4 dan 5. Kulit terlihat putih, dapat berbentuk fisura dan sering tercium bau yang tidak enak. Lesi dapat meluas ke bawah jari dan telapak kaki. 2. Bentuk hiperkeratosis menahun yaitu terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama pada tumit, telapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Lesi dapat berupa bercak dengan skuama putih agak mengkilat, melekat, dan relatif tidak meradang. Lesi umumnya setempat, akan tetapi dapat bergabung sehingga mengenai seluruh telapak kaki, sering simetris dan disebut moccasin foot. 3. Bentuk vesikular subakut yaitu kelainan timbul pada daerah sekitar jari kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki, disertai rasa gatal yang hebat. Bila vesikel pecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut koloret. Bila terjadi infeksi akan memperberat keadaan sehingga terjadi erysipelas.

Cara memastikan penyakit jamur adalah dengan pemeriksaan tampilan secara klinis dan pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV), kerokan kulit, mukosa, kuku untuk pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnya.2 Diagnosis tinea pada umumnya dapat ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinis yang khas dan pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20% dan biakan.1,2,8 Untuk mendiagnosis diperlukan skuama dari bagian tepi lesi yang diambil dengan menggunakan skalpel. Skuama tersebut ditaruh pada slide yang ditetesi oleh larutan kalium hidroksida. Diagnosis dibuat dengan memeriksa skuama yang terinfeksi tersebut secara mikroskopis dan mengisolasi mikroorganismepenyebab dalam media kultur.8

Selama ini pasien memberi taburan bubuk penisilin pada bintik-bintik yang gatal. Lalu karena luka dan nyeri, pasien berobat ke puskesmas dan mendapat salep scabimite dan dexamethason 3 x 1 tablet, namun keluhan tidak berkurang. Pasien melahirkan bulan Februari dan saat ini sedang menyusui. Penatalaksanaan pasien ini dapat diberikan terapi kausatif dan simptomatik. Terapi kausatif yang diberikan berupa anti jamur oral topical, yaitu ketokonazole. Ketokonazole merupakan anti jamur spectrum luas golongan imidazole yang menghambat pertumbuhan dermatofita termasuk Candida albicans, yang bekerja8

menghambat enzim sitokrom P450 sehingga menghambat sintesis ergosterol yang merupakan komponen dari membrane sel jamur. Dosis ketokonazole oral untuk dewasa adalah 200 mg/hari maksimal 400 mg/hari selama 4 minggu. Ketokonazole topical dapat diberikan 2 kai per hari setiap setelah mandi. Antibiotik pada pasien ini diberikan ciprofloxacin tablet 2x500 mg dan kompres rivanol. Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu kering dengan segera mengeringkan kaki jika basah atau berkeringat. Preparat anti jamur topical adalah terapi pilihan untuk lesi terbatas yang dapat dijangkau. Berbagai macam preparat imidazoe dan alilamin tersedia dalam berbagai formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi (70-100%) dan jarang ditemukan efek samping. Mengobati atau menghilangkan sumber penularan merupakan hal penting untuk mencegah reinfeksi dan penyebaran lebih lanjut pada manusia. Obat peroral yang efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazole yang bersifat fungistatik. Tinea pedis mempunyai prognosis baik dengan pengobatan yang adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu dijaga.

DAFTAR PUSTAKA

9

1. Perdoski. Dermatofitosis superfisialis. balai penerbit FKUI, Jakarta, 2. 3. 4.

5.

6.

7. 8.

2001:3-5, 40-45. Siregar, Penyakit jamur kulit, penerbit buku kedokteran, Palembang, 2005: 1-7, 17-23, 33-34. Hainer, BL. Dermatophyte infections. Medical University of South Carolina. Charleston. 2003. www.aafp.org.afp Makatutu, HA. dan Manginsengi, M. Diagonsis dan penatalaksanaan dermatomikosis: Tinea pedis. Penerbit: balai penerbit FKUI, Jakarta, 1992: 61-63 Hafeez, ZH. The pattern of Tinea pedis in 90 patients in the San fransisco Bay Area. Departement of dermatology research. University of California, San Fransisco, CA, USA. 2002. Yi-Cheng, Sau. A prospectie epidemiological study on Tinea pedis and onychomycosis in Hongkong. Departement of health. Yaumatei. Email: [email protected] Courtney, MR. Tinea pedis. 2005. www.emedicine.com Soekandar, TM. Angka kejadian dan pola jamur penyebab Tinea pedis di asrama Brimob Semarang , Ilmu kesehatan kulit dan kelamin FK Undip, 2004: 1-6.

10