uas dinamika hi pasca 1945
DESCRIPTION
Ujian Akhir Semester yg bersifat TakeHome. Seputar peristiwa Konflik Korea dan Perang VietnamTRANSCRIPT
![Page 1: UAS Dinamika HI Pasca 1945](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082410/5571f95649795991698f584d/html5/thumbnails/1.jpg)
UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010/2011MATA KULIAH DINAMIKA HUBUNGAN INTERNASIONAL PASCA 1945
Nama : Binar Sari Suryandari
NPM : 1006664685
Pertanyaan A
Konflik Korea merupakan konflik panjang yang hingga kini eksistensinya masih
marak di dunia. Konflik ini bermula dari masa perang dingin yang diwarnai dengan
kontestasi politik antara dua kubu raksasa yang memiliki ideologi berbeda yaitu liberalisme
yang diusung oleh Amerika Serikat dan komunisme oleh Uni Soviet. Korea yang
sebelumnya merupakan daerah pendudukan Jepang, dibagi menjadi dua bagian setelah
Jepang kalah dalam Perang Dunia II demi kepentingan pendudukan Amerika Serikat dan
Uni Soviet. Pemisahan itu dibatasi oleh garis 38º lintang utara dan tidak hanya menjadi
pembatas bagi Korea secara geografis, tetapi juga pembatas secara ideologis. Korea Utara
diduduki oleh Uni Soviet yang pada awalnya mengizinkan semua kelompok politik tetapi
melarang pergerakan lintas batas. Sementara di Korea Selatan, Amerika Serikat menolak
untuk bekerja sama dengan Republik Rakyat Korea dan memilih untuk membiarkan struktur
birokrasi yang ditinggalkan oleh Jepang.1
Pemisahan Korea ini berujung pada rivalitas antara kedua belah pihak Korea yang
menolak segala bentuk perwalian dan penyatuan yang akan menguntungkan salah satu pihak
lainnya. Pada Mei 1948, PBB memutuskan untuk mengadakan pemilihan umum yang pada
awalnya ditujukan bagi seluruh rakyat Korea, tetapi ide ini ditolak oleh pihak utara sehingga
pemilu tersebut pada akhirnya diselenggarakan terbatas hanya untuk rakyat Korea Selatan.
Syngman Rhee pada akhirnya keluar sebagai pemenang dan menjadi Presiden pertama dari
Republic of Korea (ROK). Kemudian pada bulan September, Uni Soviet merespons hal
tersebut dan memberikan kekuasaan pada Kim Il-Sung yang kemudian menjadi pemimpin
dari Democratic People’s Republic of Korea (DPRK).2
1 John Young dan John Kent, International Relations Since 1945: A Global History (New York: Oxford University Press, 2004), hlm. 150.
2 Antony Best et. al., International History of The Twentieth Century (New York: Routledge, 2004), hlm. 256.
![Page 2: UAS Dinamika HI Pasca 1945](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082410/5571f95649795991698f584d/html5/thumbnails/2.jpg)
Peristiwa Perang Korea dan pemisahan semenanjung Korea memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan Perang Dingin. Salah satunya adalah memperpanas
hubungan Amerika Serikat dengan China, yang kemudian karena peristiwa ini juga menjadi
sangat dekat dengan Uni Soviet dan mendorong China untuk mengembangkan kekuatan
militernya dan menambah bantuan militer kepada Viet Minh. Rentetan rantai peristiwa
pergerakan China dan Uni Soviet dalam keseluruhan peristiwa ini juga menyadarkan
Amerika Serikat untuk menambah perhatiannya di kawasan sekitar Asia Pasifik. yang secara
langsung mempertebal perbedaan dan permusuhan di antara kedua blok dunia serta
memperkeruh suasana Perang Dingin.
Komitmen Amerika Serikat terhadap kawasan Asia Pasifik kemudian salah satunya
diwujudkan dengan keputusan Amerika untuk menghentikan pendudukan di Jepang pada
tahun 1951 walaupun dengan syarat-syarat khusus tertentu. Kemudian komitmen ini
dilanjutkan dengan penandatanganan pakta keamanan antara Amerika Serikat dengan
Republic of Korea (ROK) pada tahun 1953 serta pembentukan South-East Asia Treaty
Organization (SEATO) setahun kemudian bersamaan dengan pembentukan pakta keamanan
dengan Taiwan. Amerika juga menunjukkan komitmennya dengan meningkatkan bantuan
ekonomi dan militernya terhadap Prancis di Indochina. 3
Peristiwa ini juga secara luas merupakan sebuah wujud nyata bahwa dampak Perang
Dingin dan politik pembendungan Amerika Serikat telah meluas hingga ke kawasan Asia
Pasifik dengan munculnya ancaman komunis dari China dan agresi yang disponsori oleh Uni
Soviet ke Korea.4 Perang Dingin yang semula hanya berkisar di kawasan Eropa Timur dan
Eropa Barat kemudian terekspansi dan meluas hingga mencakup juga kawasan Asia
diantaranya adalah munculnya Proxy Wars seperti di Korea, Filipina dan Vietnam. Amerika
Serikat yang kemudian meningkatkan komitmen politik pembendungannya di kawasan Asia
dengan membentuk SEATO juga tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa pada awalnya
mereka sempat lengah.
Peristiwa-peristiwa tersebut juga secara luas menegaskan bentuk militerisasi dari
konflik bahwa kejadian di Korea tersebut mengindikasikan keinginan Stalin untuk
3 Ibid., hlm. 260.4 Young & Kent, Op. Cit., hlm. 149.
![Page 3: UAS Dinamika HI Pasca 1945](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082410/5571f95649795991698f584d/html5/thumbnails/3.jpg)
menggunakan paksaan dan perang terbatas untuk merealisasikan tujuan ekspansionisnya.5
Interpretasi tersebut membuat Blok Barat melihat bahwa ini bukanlah hanya sebuah tes
tentang efektifitas mereka untuk menahan agresi komunis, tetapi juga tentang bagaimana
mereka dapat tetap bersatu dengan membuat aksi militer dalam konteks kawasan yang selalu
terancam untuk mengglobal. Determinasi mereka untuk bertindak tegas melawan ancaman
komunis telah terkombinasi dengan beberapa penilaian yang sangat jelas bahwa kekuatan
militer sangat diperlukan untuk dapat menahan Uni Soviet dan sekutu mereka, serta
kesadaran yang mereka miliki akan keharusan mereka untuk tetap menghindari pecahnya
Perang Dingin menjadi Perang Panas.6
Peristiwa Perang Korea, yang berlanjut ke pemisahan Korea baik secara geografis
maupun secara idelogis, merupakan sebuah cerminan yang nyata bahwa perang dingin telah
meluas dan mengalami sebuah proses yang kita kenal sebagai globalisasi hingga ke kawasan
Asia Pasifik, serta memiliki andil penting dalam memperkeruh suasana perang dingin, salah
satunya adalah dengan memperpanas hubungan antara Amerika Serikat dengan China.
Peristiwa Perang Korea ini membuat China menjadi lebih dekat dengan Uni Soviet dan pada
akhirnya mengembangkan kekuatan militernya sementara Amerika Serikat menggeser
fokusnya ke kawasan Asia Pasifik yang mengalami pula dampak globalisasi Perang Dingin
yang juga pada akhirnya mewujudkan komitmennya dalam bentuk SEATO dan beberapa
pakta pertahanan lain. Dampak dari peristiwa yang terjadi semasa Perang Dingin ini masih
dapat dilihat hingga saat ini. Kedua wilayah, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan, hingga
saat ini sering diberitakan mengalami persengketaan. Suasana perang dingin masih terasa
cukup kental dalam kedua daerah ini, begitu juga dengan wacana mengenai penyatuan
kedua daerah yang masih sering diperdebatkan oleh dunia internasional.
Pertanyaan B
Perang Vietnam yang terjadi pada tahun 1946-1975 merupakan suatu episode yang
cukup signifikan dalam sejarah perang dingin antara dua kubu ideologi besar, yaitu komunis
yang ‘dirajai‘ oleh Uni Soviet dan liberalisme yang diusung oleh Amerika Serikat. Pada
5 Young & Kent, Ibid.6 Ibid., hlm. 151.
![Page 4: UAS Dinamika HI Pasca 1945](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082410/5571f95649795991698f584d/html5/thumbnails/4.jpg)
masa itu, Vietnam menjadi sebuah ‘titik panas‘ di tengah-tengah periode perang yang
seharusnya ’dingin‘. Perang Vietnam adalah titik di mana pertikaian bersenjata terbuka
terjadi. Perang yang terjadi ini pun tak lepas dari proses dekolonisasi, karena pada awalnya
konfrontasi yang dilakukan dipengaruhi oleh dekolonisasi yang terjadi akibat peningkatan
gelombang nasionalisme yang terjadi di Vietnam serta kekuatan kolonial yang sebelumnya
menguasai mereka saat itu mulai melemah.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dekolonisasi yang terjadi pasca Perang
Dunia ke-II mengakibatkan banyaknya negara-negara yang sebelumnya terjajah akhirnya
dapat terlepas dari genggaman negara penjajahnya, termasuk Vietnam. Setelah Perancis
jatuh ke tangan Jerman, Jepang melihat adanya kesempatan untuk menggulingkan
pemerintahan Perancis di Vietnam. Kemudian pada Agustus 1945, gerakan nasionalis
Vietnam mencuri kesempatan atas kalahnya Jepang dalam Perang Dunia ke-II untuk dapat
akhirnya mengklaim kemerdekaan negaranya.7 Bertekad untuk dapat memulihkan
kerajaannya, Perancis berusaha untuk memperoleh kekuasaan kembali atas Vietnam. Hal ini
mengakibatkan merebaknya perang yang dimulai pada November 1946 dan berakhir saat
jatuhnya kota Saigon pada 1975.8 Sehingga pada dasarnya, perang yang terjadi di Vietnam
ini dimulai dengan usaha pengusiran tentara Perancis yang dilakukan oleh kaum Viet Minh
yang akhirnya berhasil pada tahun 1954. Hal inilah yang menarik dan berbeda dalam
peristiwa ini, yaitu bahwa proses dekolonisasi yang terjadi di Vietnam ini gerakan
nasionalisnya dimotori oleh kaum komunis.
Peristiwa ini menarik keterlibatan negara-negara yang memiliki kekuatan politik
yang cukup besar di dunia internasional pada masa Perang Dingin, yaitu Amerika Serikat,
Uni Soviet, dan China. Pada dasarnya, perang yang terjadi hampir menyerupai Proxy Wars
yang terjadi di wilayah lain yaitu diwarnai oleh kontestasi politik antara dua kekuatan
ideologi. Setelah Vietnam mengalahkan pasukan Perancis yang ingin mengkolonialkan
kembali Vietnam pasca Perang Dunia ke-II, pada tahun 1954 sebuah konferensi
internasional di Geneva memisahkan negara Vietnam menjadi dua zona militer, yaitu
7 George C. Herring, “The Cold War and Vietnam”, OAH Magazine of History, Vol. 18, No. 5 (Vietnam: Oktober 2004), hlm. 18.
8 Ibid.
![Page 5: UAS Dinamika HI Pasca 1945](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082410/5571f95649795991698f584d/html5/thumbnails/5.jpg)
komunis utara dan non-komunis selatan pada garis 170 lintang utara.9 Ketiga negara yang
telah disebutkan sebelumnya, memiliki keterlibatan yang cukup besar, terutama pada
penanaman model ideologi di kawasan tersebut. Vietnam Utara merupakan kawasan
komunis yang didukung oleh blok persekutuan antara Uni Soviet dengan China atau yang
disebut Sino-Soviet, sedangkan Vietnam Selatan merupakan kawasan yang didukung oleh
Amerika Serikat dalam pengaplikasian ideologi demokrasi liberal.
Keterlibatan Amerika Serikat, Uni Soviet dan China ini memang dipengaruhi dengan
pemisahan kawasan Vietnam menjadi dua bagian. Vietnam Selatan merupakan kawasan
yang menjunjung tinggi demokrasi. Hal ini menarik keterlibatan Amerika Serikat, terutama
setelah Amerika sadar bahwa konflik ini bukan lagi merupakan konflik antara negara
penjajah dan negara yang dijajah, melainkan menjadi konflik pertentangan ideologi antara
dua kawasan. Amerika Serikat semakin tertarik, namun keterlibatan Amerika Serikat tidak
dapat dianggap sebagai sumbangsih yang total bagi Vietnam. Keterlibatan Amerika Serikat
dalam konflik ini sebenarnya adalah sebuah bentuk usaha Amerika Serikat untuk
mempertahankan kredibilitasnya kepada PBB perihal komitmen yang mereka buat akan
pengusahaan ‘free world‘ sebagaimana tertuang dalam piagam PBB.10 Konflik Vietnam ini
dapat dipandang sebagai test case akan komitmen tersebut. Adanya pengaruh komunisme
yang ingin menguasai seluruh Vietnam membuat Amerika Serikat merasa harus bergerak.
Karena hanya dilandasi oleh perasaan ingin membuktikan komitmen inilah yang membuat
Amerika Serikat tidak total dalam Perang Vietnam, walaupun mereka juga memiliki
kekhawatiran akan terjadinya domino theory di Asia Tenggara apabila seluruh Vietnam
jatuh ke haluan politik komunis.11
Amerika Serikat pada dasarnya menyadari kekuatan komunisme di Vietnam
sangatlah kuat. Oleh karena itulah, Amerika Serikat tidak sepenuhnya berintensi untuk dapat
menaklukan Vietnam Utara, Amerika Serikat hanya berusaha terlihat bahwa mereka
membela terbentuknya pemerintahan yang bebas, dan berusaha membela kekuatan politik
Vietnam Selatan. Selain itu, kekalahan Amerika Serikat juga diakibatkan karena Vietnam
9 Joseph S. Nye, Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and History (New York: Longman, 2009) hlm. 133.
10 William L. Hosch, ed., Korean War and the Vietnam War: People, Politics, and Power (New York: Britannica Educational Publishing, 2010) hlm. 92.
11 Joseph S. Nye, Op. cit., hlm. 134.
![Page 6: UAS Dinamika HI Pasca 1945](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082410/5571f95649795991698f584d/html5/thumbnails/6.jpg)
merupakan medan perang yang sangat jauh bagi negara super-power tersebut, sehingga
persenjataan yang dikirimkan pun tidak terlalu lengkap dan mencukupi serta biaya yang
dikeluarkan pun cukup banyak. Alasan-alasan inilah yang membuat Amerika Serikat enggan
total terlibat dalam Perang Vietnam yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh Vietnam.
Di lain pihak, Vietnam Utara yang berbasiskan komunisme didukung oleh dua
negara besar penganut paham yang sama yaitu Uni Soviet dan China. Kelompok komunis ini
tergabung dalam Viet Minh, yang memiliki cengkraman politik yang kuat. Uni Soviet dan
China membela dan membantu dengan total kekuatan politik yang disandang oleh Vietnam
Utara. Persekutuan kekuatan antara Uni Soviet dan China ini juga sering disebut dengan
Blok Sino-Soviet. Blok ini sebelumnya cenderung pragmatis akan konflik Vietnam, namun
akhirnya mereka menjadi lebih tertarik dan lebih banyak terlibat sejak keterlibatan dari
Amerika Serikat. Kedua negara ini berusaha membantu kaum Vietnam Utara untuk dapat
mengalahkan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam. Namun demikian, Blok Sino-Soviet
tidak dapat dikatakan sebagai blok yang solid. Uni Soviet dan China justru berlomba-lomba
untuk dapat memberikan bantuan terbesar kepada Vietnam Utara agar dapat dipandang
sebagai kekuatan komunis yang paling kuat. Hal ini tentu saja menguntungkan Vietnam
Utara yang akhirnya dapat memanipulasi bantuan-bantuan yang diberikan dari Uni Soviet
dan China tersebut untuk mengusir eksistensi Amerika Serikat di Vietnam.
Dalam perang yang terjadi di Vietnam ini, dapat dikatakan bahwa Vietnam menang
mutlak, karena dapat mengalahkan Amerika Serikat dengan pasukannya sendiri, bukan
pasukan Uni Soviet maupun China. Vietnam berhasil memenuhi semua kepentingannya,
mendapatkan kemerdekaan, menjaga keutuhan negaranya, mengimplementasikan sistem
komunis, serta menjaga independensi mereka dari kekuatan-kekuatan besar lainnya.
Vietnam memang menjadi negara independen berideologi komunisme hingga saat ini,
namun hal ini tidak berdampak terlalu buruk pada Amerika Serikat, karena pada akhirnya
domino theory yang dikhawatirkan tidak meluas. Meskipun Laos dan Kamboja menjadi
negara komunis, namun Asia Tenggara tidak menjadi sebuah blok komunis baru yang
tergabung dengan Blok Sino-Soviet. Ketiga negara komunis inipun bukan merupakan negara
tetangga yang akur antara satu sama lain, bahkan ironisnya saat ini pemerintahan komunis
![Page 7: UAS Dinamika HI Pasca 1945](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082410/5571f95649795991698f584d/html5/thumbnails/7.jpg)
Vietnam memiliki hubungan diplomasi yang baik dengan Amerika Serikat.12 Perang
Vietnam memiliki pengaruh terhadap Perang Dingin, terutama perihal kekalahan Amerika
Serikat. Implikasi Perang Vietnam yang terjadi ini tidak sebesar Perang Dunia ke-II dan
menjadi sebuah ajang bagi Amerika Serikat untuk melakukan peredaan ketegangan (détente)
dengan Uni Soviet dan pembangunan hubungan kembali dengan China. Oleh karena itulah,
peristiwa Perang Vietnam ini dapat dilihat sebagai suatu langkah awal meredamnya
ketegangan antara dua kekuatan politik, karena peredaan ketegangan pun mulai dilakukan
pasca terjadinya Perang Vietnam tersebut.
12 Joseph S. Nye, Ibid.