ubikayu dan kacang tanah

15
Pengaturan Jarak Tanam Ubikayu dan Kacang Tanah Written by Andy Widjanarko Tuesday, 02 June 2009 Pengaturan Jarak Tanam Ubikayu dan Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Banjarnegara Andy Wijanarko, A. Taufiq dan A.A. Rahmianna Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun meningkat sekitar 4,4% sedangkan produksi kacang tanah hanya meningkat sebesar 2,5%. Peningkatkan produksi kacang tanah, dapat dilakukan dengan meningkatan luas lahan dan/atau meningkatkan produksi. Luas tanam kacang tanah sejak tahun 1969 hingga tahun 2004 terus bertambah, dari sekitar 200.000 ha menjadi sekitar 837.000 ha, atau meningkat lebih dari 200%. Dari luas tanam tersebut, sekitar 60% kacang tanah ditanam di lahan kering. Hal ini menunjukkan bahwa lahan kering memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produksi kacang tanah di tingkat nasional. Luas lahan kering di Kabupaten Banjarnegara mencapai 92% (51.162 ha) dari total lahan pertanian di kabupaten tersebut. Namun demikian, luas pertanaman kacang tanah di Banjarnegara hanya sekitar 3.326 ha dengan produktivitas 1,15 t/ha. Dengan demikian pengembangan kacang tanah di Banjarnegara dapat diarahkan ke lahan kering. Pertumbuhan tanaman di lahan kering sangat dipengaruhi oleh keadaan curah hujan. Untuk menghindari resiko kegagalan panen, pemilihan waktu tanam dan varietas harus tepat. Apabila waktu tanam pada suatu lokasi pengembangan telah diketahui, maka langkah selanjutya adalah menyusun pola tanam. Dalam penyusunan pola tanam, selain aspek biofisik, pola tanam yang telah berkembang pada masyarakat setempat juga harus diperhatikan, sehingga pola tanam yang dikembangkan bukan merupakan sesuatu yang baru sama sekali

Upload: rahmadi

Post on 29-Jun-2015

201 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Uploaded from Google Docs

TRANSCRIPT

Page 1: Ubikayu Dan Kacang Tanah

Pengaturan Jarak Tanam Ubikayu dan Kacang Tanah   Written by Andy Widjanarko    Tuesday, 02 June 2009

Pengaturan Jarak Tanam Ubikayu dan Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan

Kering Masam Banjarnegara

Andy Wijanarko, A. Taufiq dan A.A. Rahmianna

Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun meningkat sekitar 4,4% sedangkan produksi kacang tanah hanya meningkat sebesar 2,5%.  Peningkatkan produksi kacang tanah, dapat dilakukan dengan meningkatan luas lahan dan/atau meningkatkan produksi.  Luas tanam kacang tanah sejak tahun 1969 hingga tahun 2004 terus bertambah, dari sekitar 200.000 ha menjadi sekitar 837.000 ha, atau meningkat lebih dari 200%. Dari luas tanam tersebut, sekitar 60% kacang tanah ditanam di lahan kering.  Hal ini menunjukkan bahwa lahan kering memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produksi kacang tanah di tingkat nasional.

Luas lahan kering di Kabupaten Banjarnegara mencapai 92% (51.162 ha) dari total lahan pertanian di kabupaten tersebut.  Namun demikian, luas pertanaman kacang tanah di Banjarnegara hanya sekitar 3.326 ha dengan produktivitas 1,15 t/ha.  Dengan demikian pengembangan kacang tanah di Banjarnegara dapat diarahkan ke lahan kering.

Pertumbuhan tanaman di lahan kering sangat dipengaruhi oleh keadaan curah hujan.  Untuk menghindari resiko kegagalan panen, pemilihan waktu tanam dan varietas harus tepat.  Apabila waktu tanam pada suatu lokasi pengembangan telah diketahui, maka langkah selanjutya adalah menyusun pola tanam.  Dalam penyusunan pola tanam, selain aspek biofisik, pola tanam yang telah berkembang pada masyarakat setempat juga harus diperhatikan, sehingga pola tanam yang dikembangkan bukan merupakan sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari pola tanam yang telah ada. 

Pola tanam di lahan tegal di wilayah Banjarnegara pada MH I adalah ubi kayu monokultur, tumpangsari antara ubikayu-jagung atau ubikayu-padi gogo atau ubikayu-kacang tanah dengan populasi masing-masing 100%.  Dengan mengubah tata letak tanaman ubikayu menjadi baris ganda, maka memungkinkan kacang tanah ditanam kembali pada MH II di antara tanaman ubikayu baik setelah jagung, padi gogo atau kacang tanah pertama. Hal ini berarti akan terjadi penambahan luas pertanaman kacang tanah. Dengan menambah intensitas tanam berarti akan meningkatkan produksi dan sekaligus menambah pendapatan petani.

Penelitian di Banjarnegara dilakukan dengan menanam ubikayu

Page 2: Ubikayu Dan Kacang Tanah

dengan jarak tanam baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m dan (60 cm x 70 cm) x 2,6 m.  Kacang tanah ditanam diantara baris ganda ubikayu. Pada saat tanam kacang tanah MH II, ubikayu sudah berumur 3 bulan. Pada sistem tanam baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m dan (60 cm x 70 cm) x 2,6 m populasi ubikayu masing-masing sekitar 105% dan 86% dibandingkan cara petani (monokultur) dengan jarak tanam  120 cm x 80 cm. Populasi kacang tanah pada kedua pola tersebut sekitar 70% dari populasi monokultur.  Dengan pola tanam seperti di atas maka indeks pertanaman yang semula hanya 200 berubah menjadi 256.  Hal ini terjadi karena pada MT I, kacang tanah ditanam dengan populasi 100% dan ubikayu 86%,  sedangkan pada MT II, kacang tanah ditanam dengan populasi 70%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil kacang tanah yang ditanam di antara baris ganda ubikayu 2 m lebih jelek dibandingkan pada jarak 2,6 m, terutama disebabkan oleh tingkat naungan yang lebih tinggi. Hasil kacang tanah MH II pada sistem tanam ubikayu (60 cm x 70 cm) x 2 m berkisar antara  98 kg – 114 kg/ha polong kering, sedangkan pada sistem tanam ubikayu (60 cm x 70 cm) x 2,6 m berkisar antara 676 kg – 924 kg/ha polong kering (populasi kacang tanah 70%).

 

 

 

Gambar 1. Barisan tanaman kacang tanah diantara barisan ubikayu dalam sistem tanam baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m. Banjarnegara, MH II 2007.

Page 3: Ubikayu Dan Kacang Tanah

 

Gambar 2. Barisan tanaman kacang tanah diantara barisan ubikayu dalam sistem tanam baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2,6 m. Banjarnegara, MH II 2007.

Hasil ubikayu pada sistem baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m (populasi ubikayu 105%) maupun (60 cm x 70 cm) x 2,6 m (populasi ubikayu 86%) lebih tinggi dibandingkan cara petani. Berat umbi pada sistem baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m adalah 3,74 kg/pohon atau 25,08% lebih tinggi dibandingkan cara petani (Gambar 3). Sedangkan hasil umbi dengan sistem baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2,6 m adalah 56,86% lebih tinggi dibandingkan cara tanam petani (Gambar 4). Pada sistem baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2,6 m meskipun populasi ubikayu hanya 86% dari cara petani akan tetapi umbi yang diperoleh 56,86% lebih tinggi sehingga kekurangan populasi ubikayu tersebut masih dapat dikompensasi dengan kenaikan hasil. Selain itu, menurut petani dengan cara tanam ubikayu tersebut memudahkan perawatan ubikayu.

 

Gambar 3.     Hasil ubikayu dengan cara tanam baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m dan cara petani (120 cm x 80 cm). Banjarnegara, 2007.

 

Page 4: Ubikayu Dan Kacang Tanah

Gambar 4.     Hasil ubikayu dengan cara tanam baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2,6 m dan cara petani (120 cm x 80 cm). Banjarnegara, 2007

 

Sistem tumpangsari ubikayu dengan kacang tanah mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: (1) Meningkatkan C-organik tanah, juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah lainnya,  (2) Tanaman kacang-kacangan dapat menyumbangkan sekitar 30 % N hasil dari proses fiksasi N kepada tanaman lainnya dalam sistem tumpangsari maupun rotasi.  Tambahan dari residu akar tanaman legume sekitar 5-15 kg N/ha, (3) Menurunkan erosi sekitar 48% dan hasil umbi 20% lebih tinggi dibandingkan dengan hasil ubikayu monokultur, (4) Meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan pendapatan petani, (5) Menjamin ketersediaan pakan ternak dan (6) Menjamin kelestarian lahan dan stabilitas hasil.

Di samping mempunyai beberapa keuntungan, sistem tumpangsari juga mempunyai kelemahan diantaranya adalah terjadinya kompetisi cahaya dan hara antara tanaman utama dan tanaman sela. Adanya kompetisi tersebut dapat menurunkan produktivitas tanaman utama dan tanaman sela. Dampak negatif dari pengaruh kompetisi tersebut dapat dikurangi dengan cara: (1) menyediakan hara sesuai kebutuhan tanaman utama dan tanaman sela, (2)  menanam varietas yang daya kompetisinya tinggi, (3) mengatur populasi tanaman agar optimal, dan (4) memperpendek periode kompetisi. Periode kompetisi dapat diperpendek dengan mengatur jadwal tanam antara tanaman utama dan tanaman sela, hasil ubikayu dan kacang-kacangan mencapai 85% dan 90% dibanding tanam monokultur jika ubikayu ditanam pada 1 hingga 2 minggu setelah tanam kacang-kacangan                   Percepatan Penyebaran Varietas Unggul Melalui Sistem Penangkaran

Page 5: Ubikayu Dan Kacang Tanah

Perbenihan Kedelai Di Indonesia   Written by Purwantoro    Friday, 08 May 2009

PERCEPATAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL MELALUI SISTEM  PENANGKARAN PERBENIHAN KEDELAI DI INDONESIA

Purwantoro

PENDAHULUAN

Situasi perbenihan kedelai di Indonesia sudah menjurus pada krisis benih. Hal ini dapat dilihat pada saat musim tanam petani mengalami kesulitan untuk mencari benih unggul, sehingga benih yang ditanam berasal dari pasar atau benih asalan yang memiliki daya tumbuh rendah. Sebagian besar benih untuk tanaman pangan dikuasai oleh perusahaan multinasional. Sebagai contoh, 43% benih hibrida jagung dipasok oleh perusahaan besar seperti Syngenta dan Bayer Corp. Kondisi seperti ini merupakan bentuk monopoli yang menyebabkan biaya tinggi, akibatnya petani menanggung beban ongkos produksi yang semakin mahal. Sampai saat ini sudah dilepas 70 varietas kedelai namun penyebarannya masih mengalami kendala karena belum teraturnya sistem perbenihan di Indonesia. Disisi lain, upaya pengembangan benih kedelai terhambat atau jalan ditempat. Penyebab dari tidak jalannya perbenihan kedelai di Indonesia disebabkan oleh minat menjadi penangkar benih kedelai kurang memberikan prospek yang lebih baik dibandingkan komoditas padi, karena kurang memberikan keuntungan bagi penangkar. Untuk itu perlu adanya cara-cara menumbuhkan minat penangkar benih melalui kelompok-kelompok tani pada sentra-sentra produksi kedelai di Indonesia, dengan membangun sistem jaringan benih sertifikasi antar musim dan antar wilayah (jabalsim).

Benih dari suatu kelompok ke kelompok lain memiliki keragaman/perbedaan yang mencakup aspek genetik, fisiologik, dan fisik.  Kondisi dari ketiga aspek tersebut akan menentukan kualitas (mutu) benih, dan selanjutnya akan menentukan keragaan pertumbuhan dan produksi di lapang, karena pertumbuhan dan produksi suatu tanaman ditentukan  faktor genetik dan faktor lingkungan.

Permasalahan yang dihadapi dalam penyiapan atau pengadaan benih kedelai adalah viabilitas benih kedelai yang cepat mengalami penurunan.  Sering terjadi viabiltas benih kedelai menurun sampai kurang dari 80% dalam waktu 2-3 bulan.  Faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan viabiltas benih kedelai selama penyimpanan adalah  (a) benih kedelai yang disimpan memiliki vigor awal yang rendah, (b)  benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi, (c)  kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan (d)  kerusakan benih oleh hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis.

Benih unggul akan menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan hasil panen (60% keberhasilan/kegagalan panen ditentukan oleh benih). Oleh karena itu petani harus bisa mengakses benih yang berkualitas baik. Untuk itu perlu dibangkitkan kembali sistem perbenihan di Indonesia melalui pembinaan penangkaran pada daerah-daerah sentral produksi yang melibatkan kelompok tani yang berbasis komunitas.

Page 6: Ubikayu Dan Kacang Tanah

                        

POTENSI DAN KENDALA SISTEM PENANGKARAN BENIH KEDELAI

Potensi

Kelembagaan yang ada di tingkat petani (kelompok tani) memiliki potensi yang cukup baik untuk dilakukan pembinaan penangkaran perbenihan. Jika penangkaran benih bisa berkembang di tingkat kelompok tani maka  kebutuhan akan benih dapat dipenuhi oleh kelompok tani tersebut, sehingga biaya pengadaan benih relatif lebih murah dan akan menambah pendapatan bagi kelompok tani. Dengan demikian keberadaan benih tidak terlalu jauh dari pengguna, sehingga para petani mudah mendapatkan benih yang bermutu, dan juga  memberikan nilai tambah bagi kelompok tani.

 

 

Kendala sistem penangkaran di kelompok tani

Dalam pembinaan kelompok tani perlu dilihat kesiapan atau minat kelompok tani apakah sudah memiliki kelembagaan yang baik, ini akan menentukan tingkat keberhasilan dalam pembinaan penangkaran perbenihan. Untuk memperkecil kendala dalam pembinaan penangkaran benih kedelai, pemilihan kelompok tani merupakan kunci utama dalam mengatasi kendala yang akan muncul. Kelompok tani  harus memiliki jiwa usaha  sehingga kelompok tani mampu menangkap peluang dalam usaha perbenihan yang di kelolanya. Pada tahun 2008 telah dilakukan pembinaan penangkaran di dua lokasi yaitu di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dan  Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Dari dua kelompok tani yang dibina kelompok tani Kabul Lestari yang dapat melaksanakan sistem sertifikasi perbenihan dengan baik dan hasil benih yang didapat telah terdistribusi ke berbagai wilayah seperti, Blora, Jawa Tengah, Binangun, Blitar, Gresik, Madura dan Bayuwangi.

PERCEPATAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI

Metode pembinaan penangkaran perbenihan di kelompok tani disamping mendekatkan

Page 7: Ubikayu Dan Kacang Tanah

sistem perbenihan pada pengguna (petani), juga memiliki manfaat dalam percepatan penyebaran varietas unggul baru, sehingga adopsi varietas unggul baru ke petani lebih mudah dan cepat. Melalui kelompok yang dibentuk sebagai penangkar, varietas unggul baru dikenalkan sekaligus ditangkarkan sebagai benih yang bersertifikasi.

 

 

SISTEM PERBENIHAN KEDELAI

Sistem perbenihan berbasis komunitas memerlukan peran serta anggota kelompok tani secara proaktif, dimana anggota kelompok tani merupakan plasma dari kelompok tani tersebut. Dengan sistem penangkaran benih berbasis komunitas akan mempermudah pembinaan dan pelaksanaan sosialisasi sistem perbenihan di daerah sentra produksi. Sistem pembinaan yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan agar bisa eksis dan termonitor keberadaannya. Untuk mempercepat pengembangan benih antar musim antar wilayah diperlukan adanya hubungan antara penangkar dari satu wilayah dengan wilayah lainnya, sehingga penangkar binaan perlu dihubungkan satu dengan yang lainnya agar terbangun hubungan antar penangkar dari berbagai wilayah di sentra-sentra produksi kedelai. Dengan terbangunnya hubungan penangkar dari berbagai daerah atau wilayah di Indonesia diharapkan sistem penangkaran perbenihan kedelai akan menjadi baik, dan akan mempercepat proses penyebaran benih unggul baru. Disamping itu dengan terjalinnya hubungan antar penangkar benih dari berbagai wilayah diharapkan kendala yang dihadapi oleh petani saat tanam benih  dapat diatasi.

 

 

Wilayah B

Wilayah A

Page 8: Ubikayu Dan Kacang Tanah

Petani dalam kelompok.tani

Penangkar/pedagang benih

Pengguna benih

Gambar 1. Struktur supply chain benih kedelai berbasis komunitas

Wilayah C

Wilayah D

 

 

Gambar 1. Struktur supply chain benih kedelai berbasis komunitas

 

  Last Updated ( Friday, 09 October 2009 )                                        

Page 9: Ubikayu Dan Kacang Tanah

                                     

Budidaya Kacang Tanah pada Lahan Kering

LAST_UPDATED2 Kamis, 21 Januari 2010 15:24

Pendahuluan       Kacang tanah (Arachis hypogeae L.) merupakan tanaman pangan yang mendapat prioritas kedua untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya setelah padi. Hal ini didorong dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan, bahan baku industri dan pakan ternak.       Propinsi Banten mempunyai lahan kering pertanian dan perkebunan seluas 301.901 ha, namun yang baru dimanfaatkan untuk pertanaman kacang tanah dan jagung adalah 22.293 ha. Oleh karena itu, peluang pengembangan tanaman palawija di lahan kering masih terbuka untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Tahun 1989 produktivitas kacang tanah di Provinsi Banten 1,25 ton/ha. Tahun 2003 nilai produktivitasnya mengalami penurunan menjadi 0,75 ton/ha.

Syarat tumbuh       Pertumbuhan tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, ketinggian tempat, penyinaran dan tekstur tanah. Tanaman kacang tanah membutuhkan suhu udara 23 – 26,5 0C, ketinggian tempat 0 –500 m dpl, curah hujan 800 – 1.300 mm/tahun, kelembaban udara 65 – 75 %

Page 10: Ubikayu Dan Kacang Tanah

dan tanah bertekstur pasir sampai lempung berdebu (tanah andosol, regosol dan latosol) dengan pH 6 – 7.

Tekhnik Budidaya Benih • Benih yang digunakan berasal dari tanaman sehat, bebas hama dan penyakit, kualitas bijinya baik, mempunyai hasil tinggi dan berumur genjah. • Varietas unggul kacang tanah yang telah dilepas oleh Badan Litbang pertanian adalah: Gajah, Kelinci, Zebra, Kidang, Rusa, Anoa, Tapir, Pelanduk, Kancil, dan Domba. • Dari hasil kajian yang dilakukan di lahan petani seluas 1 ha di desa Bantarwaru Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang, diperoleh hasil Kidang 2,3 ton/ha, Gajah 1,3 ton/ha, Anoa 0,3 ton/ha dan Lokal 0,54 ton/ha.

Pengolahan tanah dan persiapan tanam• Tanah diolah dengan membersihkan lahan terlebih dahulu kemudian dibajak dan digaru sedalam 20 – 30 cm. • Buat petakan dan saluran antar-petak (saluran drainase) dengan jarak 3-4 m. Lebar saluran 25-30 cm, tinggi saluran petakan 20-30 cm. • Buat bedengan dengan jarak tanam 40 x 10 cm.

Penanaman • Benih ditanam pada lubang dengan kedalaman 3-5 cm dengan cara tugal, 1 benih/lubang. • Jumlah benih yang dibutuhkan sekitar 80 kg biji/ha.

Pemupukan• Dosis pupuk rekomendasi adalah: Urea 75 kg/ha, SP-36 75 kg/ha, KCl 50 kg/ha dan pupuk organik 2 ton/ha. • Pupuk organik diberikan pada saat tanam sebagai penutup lubang tanam. • Pemupukan pertama diberikan secara larikan pada saat tanaman berumur 7-10 hari (Urea dengan dosis 40 kg/ha, Sp-36 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha). • Pada saat tanaman berumur 30 hari, diberikan pupuk susulan Urea 35 kg/ha.

Penyiangan • Penyiangan dilakukan minimal 2 kali selama pertumbuhan tanaman yaitu pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam (HST) dan umur 40 HST.• Saat penyiangan kedua tanah digemburkan dan ditimbun dekat pangkal batang tanaman agar bakal buah mudah menembus tanah sehingga pertumbuhannya optimal.

Pengairan • Tanaman kacang tanah tidak menghendaki tanah yang tegenang.• Waktu pengairan yang baik adalah pagi atau sore hingga tanah cukup basah.

Pengendalian hama dan Penyakit • Pengendalian hama dan penyakit menggunakan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). • Jenis hama yang menyerang pada tanaman kacang tanah adalah :1. Uret Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan. 2. Ulat Penggulung Daun Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona. 3. Ulat Grayak (Spodoptera litura) Ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman, penyemprotan

Page 11: Ubikayu Dan Kacang Tanah

menggunakan Natural Vitura. 4. Ulat Jengkal (Plusia sp) Ulat menyerang daun kacang tanah. Pengendalian:penyemprotan menggunakan Pestona. 5. Kumbang Daun Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: penanaman serentak; penyemprotan menggunakan Pestona. 6. Wereng Empoasca Hama yang penting bagi tanaman kacang tanah adalah hama Empoasca. Hama ini tidak terlalu merugikan bagi tanaman kacang tanah. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan Azodrin, Karphos atau lnsektisida yang tersedia.7. Hama lainnya adalah Aphis dan tungau yang menjadi vektor (pembawa) virus.

• Penyakit yang sering menyerang kacang tanah :1. Layu Bakteri (Xanthomonas solanacearum ) Gejala : saat matahari terik tanaman terkulai seperti disiram air panas, dan langsung mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian dengan pergiliran tanaman dan penggunaan varietas tahan.2. Bercak Daun (Cercospora personata) disebabkan oleh jamur. Gejala : terdapat bercak pada permukaan daun sebelah atas berwarna coklat sedangkan sebelah bawah daun hitam. Ditengah bercak daun kadang-kadang terdapat bintik hitam dari Conidiospora. Serangan muncul biasanya pada tanaman umur 40 -50 hari hingga 70 hari Pengendalian: Anthracol atau Daconil 3. Penyakit Selerotium Disebabkan oleh jamur Selerotium rolfsii, merusak tanaman pada waktu cuaca lembab. Gejala : terdapat bercak hitam pada pangkal batang dan tanaman yang terserang akan layu dan mati. Pengendalian : tanaman yang terserang dicabut dan dibakar, memperbaiki saluran drainase agar air tidak tergenang. 4. Penyakit Karat (Uromyces arachidae) Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian:, menanam varitas yang tahan, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. 5. Penyakit sapu setan Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua, daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek. Pengendalian: tanaman yang terserang dicabut, dibuang dan dimusnahkan, sanitasi lingkungan, menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya dengan menggunakan Pestona atau Natural BVR

Panen • Panen dilakukan pada umur 100 -110 hari yang ditandai dengan : sebagian daun telah rontok, kulit polong mengeras dan berwarna kehitaman, polong berisi penuh, kulit biji mengkilat dan tidak berair, jika ditekan pada ujung polong mudah pecah.• Selain polong kering, hasil lain yang dapat dimanfaatkan dalam usahatani kacang tanah adalah brangkasan. Bobot brangkasan basah yang diperoleh berkisar 8,4-9,1 ton/ha atau 2,5-2,7 ton/ha brangkasan kering