uin syarif hidayatullah jakarta -...

73
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI ANTIHIPERURISEMIA KOMBINASI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L) DAN ALLOPURINOL TERHADAP TIKUS SPRAGUE-DAWLEY YANG DIINDUKSI KAFEIN SKRIPSI YUNI RAHMI 11133102000042 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SEPTEMBER 2017

Upload: ledan

Post on 07-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI ANTIHIPERURISEMIA KOMBINASI EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L) DAN

ALLOPURINOL TERHADAP TIKUS SPRAGUE-DAWLEY

YANG DIINDUKSI KAFEIN

SKRIPSI

YUNI RAHMI

11133102000042

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

SEPTEMBER 2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI ANTIHIPERURISEMIA KOMBINASI EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L) DAN

ALLOPURINOL TERHADAP TIKUS SPRAGUE-DAWLEY

YANG DIINDUKSI KAFEIN

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

YUNI RAHMI

11133102000042

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

SEPTEMBER 2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

vi

ABSTRAK

Nama : Yuni Rahmi

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Antihiperurisemia Kombinasi Ekstrak Etanol 70% Daun

Sidaguri (Sida rhombifoli L) dan Allopurinol Terhadap Tikus

Sprague-Dawley Yang Diinduksi Kafein

Hiperurisemia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan meningkatnya

kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan allopurinol sebagai

penurun hiperurisemia, tetapi secara bersamaan juga menggunakan pengobatan

tradisional yaitu daun sidaguri (Sida rhombifolia L) untuk menurunkan

hiperurisemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan

hiperurisemia pada penggunaan kombinasi daun sidaguri dan allopurinol dalam

menurunkan hiperurisemia. Metodologi penelitian ini adalah eksperimental,

sebanyak 25 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Sebelum diberi

perlakuan, sebanyak 20 tikus uji diinduksi kafein 27 mg/200 g BB secara oral.

Kelompok I (kontrol normal) diberi Na CMC 0,5%, kelompok II ( kontrol negatif)

hanya diinduksi kafein, kelompok III (kontrol positif) diberi allopurinol

10 mg/kgBB, kelompok IV (ekstrak sidaguri 25 mg/kgBB) dan kelompok V

(kombinasi ekstrak sidaguri 25 mg/kgBB dan allopurinol 10 mg/kgBB).

Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada hari ke 9, 12 dan 15 setelah

perlakuan. Hasil: persentase penurunan hiperurisemia pada kontrol positif adalah

67,86%. Persentase penurunan hiperurisemia pada ekstrak sidaguri adalah 64,90%

dan persentase penurunan hiperurisemia pada kombinasi ekstrak sidaguri dan

allopurinol adalah 50,25%. Hasil analisa statistik Kruskal-Wallis menunjukkan

bahwa kontrol positif, ekstrak sidaguri dan kombinasi ekstrak sidaguri dan

allopurinol tidak berbeda signifikan (p ≥ 0.05) dalam menurunkan hiperurisemia

antar kelompok tetapi memberikan perbedaan yang signifikan dengan kontrol

negatif (p ≤ 0.05). Kesimpulan: berdasarkan penelitian ini penggunaan ekstrak

sidaguri dan allopurinol secara tunggal menurunkan hiperurisemia lebih baik

dibandingkan penggunaan secara kombinasi antara ekstrak sidaguri dan

allopurinol.

Kata Kunci: Antihiperurisemia, kafein, daun sidaguri, kadar asam urat

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

vii

ABSTRACT

Name : Yuni Rahmi

Major : Pharmacy

Title : Antihiperurisemia Test of Combination Ethanol Extract 70%

Sidaguri Leaves (Sida rhombifolia L) and Allopurinol in Sprague-

Dawley Rat Induced by Caffein

Hyperurisemia is a condition which indicated by the increase of uric acid levels.

Society not only use allopurinol as a decrease in hyperurisemia, but in collective

use the traditional treatment of sidaguri leaf (Sida rhombifolia L) to reduce

hyperurisemia. The purpose of this research is to determine the decrease in

hyperurisemia by using the combination of sidaguri leaf and allopurinol in

reducing hyperurisemia. The research has been experimental in total of 25 rats

were divided into 5 treatment groups. Preparing for the experiment 20 test rats

induced caffeine 27 mg/200 gBB orally. Group I (normal control) was given Na

CMC 0.5%, group II (negative control) was induced by caffein only, group III

(positive control) was given allopurinol 10 mg/kgBB. Group IV (sidaguri extract

25 mg/kgBB) and group V (combination of sidaguri extract 25 mg/kgBB and

allopurinol 10 mg/kgBB). The measurement of uric acid levels were doing on the

ninth, twelfth, and fifteenth day. Results: the percentage reduction of

hyperuricemia in positive control was 67.86%. The percentage reduction of

hyperuricemia in sidaguri extract was 64.90% and the percentage reduction of

hyperurisemia combination of sidaguri extract and allopurinol was 50.25%. The

result of Kruskal-Wallis statistic analysis showed that positive control, sidaguri

extract and combination of sidaguri extract and allopurinol were not significantly

different ( p ≥ 0.05) in decreasing hyperuricemia between groups but gave

significant difference with negative control (p ≤ 0.05). This research show that

using only allopurinol or sidaguri extract has a better result than the combination

of sidaguri extract and allopurinol

Keywords: Antihiperurisemia, caffeine, sidaguri leaf, uric acid levels

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala

atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi. Shalawat dan salam baginda Nabi Muhammad

shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah membawa petunjuk bagi seluruh umat

manusia, semoga kelak kita mendapatkan syafaat beliau. Skripsi ini berjudul “Uji

Antihiperurisemia Kombinasi Ekstrak Etanol 70% Daun Sidaguri dan Allopurinol

Terhadap Tikus Sprague-Dawley Yang Diinduksi Kafein” yang telah diajukan

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi

Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa penulisan skrispi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan

rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes., Apt dan Ibu Puteri Amelia, M.Farm, Apt.

selaku pembimbing yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Arief Sumantri, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama

masa perkuliahan.

4. Para staf karyawan dan laboran Program Studi Farmasi yang telah banyak

membantu selama berlangsungnya penelitian.

5. Ayahanda Thamrin Habib dan Ibunda tercinta Nurni yang telah

mendukung penulis baik dalam bentuk materi ataupun non materi dengan

sepenuh hati. Serta kakak tercinta Khairul, Zulfadli, Ihsan, Apit, Iyan dan

adik tercinta Rahma Yeni yang selalu menyemangati penulis.

6. Teman-teman farmasi 2013 yang telah banyak membantu penulis selama

masa perkuliahan.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

ix

7. Sahabat tersayang penyemangat hari-hari penulis, dan orang-orang sekitar

penulis yang telah banyak membantu penulis yang namanya tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan pengetahuan khususnya di Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, September 2017

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yuni Rahmi

NIM : 1113102000042

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan dan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi atau

karya ilmiah saya dengan judul:

UJI ANTIHIPERURISEMIA KOMBINASI EKSTRAK ETANOL 70%

DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L) DAN ALLOPURINOL TERHADAP

TIKUS SPRAGUE-DAWLEY YANG DIINDUKSI KAFEIN

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 18 September 2017

Yang menyatakan,

(Yuni Rahmi)

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ............................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

1.4 Hipotesis ................................................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4

1.6 Ruang Lingkup ....................................................................................... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6

2.1 Tanaman Sidaguri .................................................................................. 6

2.1.1 Morfologi ......................................................................................... 6

2.1.2 Sistematika Tumbuhan ..................................................................... 7

2.1.3 Kandungan Kimia ............................................................................ 7

2.1.4 Khasiat Sidaguri ............................................................................... 7

2.1.5 Data Keamanan ................................................................................ 8

2.1.6 Literatur Review............................................................................... 8

2.2 Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi ............................................................ 11

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

xii

2.2.1 Definisi Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi........................................ 11

2.2.2 Metode Ekstraksi ............................................................................. 11

2.3 Hiperurisemia ......................................................................................... 13

2.3.1 Definisi............................................................................................. 13

2.3.2 Patofisiologi ..................................................................................... 13

2.3.3 Manifestasi Klinik............................................................................ 14

2.3.4 Diagnosis ......................................................................................... 15

2.3.5 Penatalaksanaan ............................................................................... 15

2.4 Model Hewan Uji pada Pengujian Efek Antihiperurisemia ................... 18

2.5 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah ...................................... 19

2.5.1 Metode Enzimatik Spektrofotometer UV-Vis ................................. 19

2.5.2 Tes Strip Asam Urat ........................................................................ 19

2.6 Kafein ..................................................................................................... 20

2.7 Allopurinol ............................................................................................. 21

BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................. 24

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 24

3.2 Desain Penelitian .................................................................................... 24

3.3 Alat dan Bahan ....................................................................................... 24

3.3.1 Alat................................................................................................... 24

3.3.2 Bahan ............................................................................................... 24

3.4 Tahapan Penelitian ................................................................................. 23

3.4.1 Pembuatan Simplisia........................................................................ 23

3.4.2 Ekstraksi........................................................................................... 23

3.4.3 Pengujian Parameter non Spesifik ................................................... 24

3.4.4 Pengujian Parameter Spesifik .......................................................... 25

3.5 Penginduksian Asam Urat dengan Kafein .............................................. 25

3.6 Uji Antihiperurisemia ............................................................................. 26

3.6.1 Pembuatan Sediaan Dosis Uji .......................................................... 26

3.6.2 Pengelompokan Hewan Uji dan Cara Kerja .................................... 27

3.6.3 Pengambilan Darah .......................................................................... 27

3.6.4 Pengukuran Asam Urat .................................................................... 27

3.6.5 Terminasi Hewan Uji ....................................................................... 28

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

xiii

3.7 Analisis Data .......................................................................................... 28

3.7.1 Analisis Secara Statistik ................................................................... 28

3.7.2 Perhitungan Persentase Penurunan Asam Urat ................................ 29

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 30

4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 30

4.1.1 Determinasi Tanaman ..................................................................... 30

4.1.2 Ekstraksi ......................................................................................... 30

4.1.3 Parameter Standar ............................................................................ 30

4.2 Pembahasan ........................................................................................... 31

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 37

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 37

5.2 Saran ...................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

LAMPIRAN .................................................................................................... 42

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tumbuhan Sidaguri .................................................................... 6

Gambar 2.2 Patofisiologi Gout ...................................................................... 14

Gambar 2.3 Penatalaksanaan Pengobatan untuk Artritis Gout Akut ............. 18

Gambar 2.4 Kafein ......................................................................................... 20

Gambar 2.5 Allopurinol ................................................................................. 21

Gambar 4.1 Persentase Penurunan Asam Urat .............................................. 32

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Perlakuan hewan uji ......................................................................... 27

Tabel 3.2 Volume Blanko, Sampel dan Standar pada Pengukuran Asam Urat 28

Tabel 4.1 Parameter Standar Ekstrak Etanol 70% Daun Sidaguri ................... 30

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Determinasi Daun Sidaguri ............................................... 43

Lampiran 2. Surat Keterangan Tikus Uji ........................................................ 44

Lampiran 3. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik ............................................... 45

Lampiran 4. Surat CoA Allopurinol ............................................................... 46

Lampiran 5. Alur Penelitian ............................................................................ 47

Lampiran 6. Perhitungan Dosis dan Rendemen .............................................. 48

Lampiran 7. Kadar Air dan Kadar Abu ........................................................... 51

Lampiran 8. Persentase Penurunan Kadar Asam Urat ..................................... 52

Lampiran 9. Analisis Data Kadar Asam Urat .................................................. 53

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam urat merupakan produk akhir dari degradasi purin dalam tubuh yang

tidak memiliki fungsi fisiologis sehingga dianggap sebagai produk buangan

(Dipiro et al., 2009). Pembentukan asam urat dipengaruhi oleh suatu enzim xantin

oksidase yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya

menjadi asam urat (Tjay dan Rahardja, 2007).

Pada kondisi normal, kadar asam urat dalam darah adalah 3,4-7,0 mg/dl

pada pria dan 2,4-5,7 mg/dl pada wanita (Howkin et al., 1997). Pada kondisi

patologis, dapat terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah melewati batas

normal yang disebut hiperurisemia yang dapat menyebabkan akumulasi kristal

urat pada persendian sehingga menimbulkan rasa nyeri (Price et al., 1995).

Hiperurisemia merupakan kondisi asimtomatik dengan peningkatan kadar

asam urat lebih dari 7,0 mg/dl (Dipiro et al., 2005) disebabkan karena tubuh

memproduksi asam urat terlalu banyak atau ginjal tidak efisien untuk melakukan

penyaringan asam urat keluar dari darah dan mengekskresikannya melalui urin

(Longe et al., 2002).

Diperkirakan bahwa gangguan asam urat terjadi pada 840 dari setiap

100.000 orang, dan mewakili sekitar 5 % dari total penyakit radang sendi

(Redaksi Vita Health, 2008). Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi

penyakit sendi berdasar diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia 11,9 persen dan

berdasar diagnosis atau gejala 24,7 persen. Prevalensi berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat

(17,5%) dan Papua (15,4%). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti

Jawa Barat (32,1%) dan Bali (30%). Prevalensi penyakit sendi berdasar

wawancara yang didiagnosis tenaga kesehatan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur. Prevalensi tertinggi pada umur ≥ 75 tahun (33% dan 54,8%).

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prevalensi yang didiagnosis tenaga kesehatan lebih tinggi pada perempuan

(13,4%) dibanding laki-laki (10,3%) demikian juga yang didiagnosis tenaga

kesehatan atau gejala pada perempuan (27,5%) lebih tinggi dari laki-laki (21,8%).

Hiperurisemia dapat diobati dengan urikosurik yang bekerja dengan cara

meningkatkan eliminasi asam urat dan urikostatik yang bekerja dengan cara

mengurangi pembentukan asam urat (Dipiro et al. 2009).

Salah satu obat yang sering digunakan untuk hiperurisemia adalah

allopurinol yang termasuk golongan urikostatik dengan mekanisme kerja yaitu

inhibisi kompetitif dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase, yang

mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat sehingga

kristal asam urat dalam tubuh menurun sehingga rasa sakit yang diderita

berkurang (Deglin, 2004). Penggunaan allopurinol dapat menimbulkan efek

samping ruam kulit, urtikaria, leukopenia, masalah gastrointestinal, dan sakit

kepala. Sindrom hipersensitivitas allopurinol yang ditandai dengan demam,

eosinofilia, dermatitis, vaskulitis, dan disfungsi ginjal dan hati jarang terjadi

namun dikaitkan dengan tingkat kematian 20% (Dipiro et al., 2009).

Secara empirik tumbuhan sidaguri (Sida rhombifolia L) telah digunakan

sebagai obat bahan alam oleh masyarakat dalam pengobatan hiperurisemia.

Flavonoid yang terkandung dari ekstrak daun sidaguri secara in vitro memiliki

efek inhibitor xantin oksidase (XO) sehingga dapat mengurangi produksi asam

urat yang berlebih. Tumbuhan sidaguri memiliki efek diuretik sehingga kadar

asam urat mudah diekskresikan melalui urin dengan proses diuresis

(Syafrullah, 2015).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iswantini et al. (2009)

ekstrak tumbuhan sidaguri yang diujikan secara in vitro mengandung flavonoid

yang dapat menghambat aktifitas xantin oksidase (XO) sampai 55% sehingga

mempunyai efek antihiperurisemia dan efek inhibisi xantin oksidase (XO)

48-71% pada konsentrasi 100 – 800 mg/L.

Berdasarkan penelitian Simarmata et al. (2012) ekstrak etanol 70% daun

sidaguri terbukti berkhasiat memiliki efek antihiperurisemia pada mencit dengan

dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB dengan dosis terbaik

50 mg/kgBB.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada beberapa kasus masyarakat sering mengkombinasikan penggunaan

obat konvensional dan obat tradisional. Salah satunya yaitu kombinasi

penggunaan daun sidaguri dan allopurinol sebagai obat antihiperurisemia.

Survei yang dilakukan di Amerika Serikat melaporkan bahwa orang

dewasa yang secara teratur minum obat resep (konvensional), 18.4% melaporkan

penggunaan bersamaan setidaknya satu obat tradisional atau vitamin dosis tinggi

(dan 61.5% dari mereka yang menggunakan terapi konvensional tidak

mengungkapkan penggunaan tersebut kepada dokter mereka) (Lancet, 2000).

Suatu obat tradisional dapat memiliki efek yang menyerupai, memperkuat

atau melawan efek yang ditimbulkan obat. Interaksi obat dengan obat tradisional

dapat menyebabkan perubahan ketersediaan hayati (biovaibility) dan efikasi obat

(Hidayat, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Aldiyati (2012) penggunaan allopurinol

tunggal 10 mg/kgBB menurunkan hiperurisemia yang lebih tinggi dibandingkan

penggunaan kombinasi allopurinol 10 mg/kgBB dengan ekstrak etanol daun

gandarusa pada dosis 111,012 mg/kgBB dan 222,024 mg/kgBB.

Data eksperimen dibidang interaksi obat konvensional - obat tradisional

sangat terbatas (Lancet, 2000). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui efektifitas penggunaan kombinasi obat konvensional – obat

tradisional; uji antihiperurisemia kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan

allopurinol terhadap tikus sprague-dawley yang diinduksi kafein.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diketahui selama ini pengobatan untuk hiperurisemia

yang sering digunakan yaitu allopurinol, secara bersamaan masyarakat

juga menggunakan obat tradisional salah satunya daun sidaguri untuk

menurunkan hiperurisemia. Penelitian ilmiah yang sudah dilakukan yaitu

uji efektifitas ekstrak etanol 70% daun sidaguri terhadap hiperurisemia.

Namun, penelitian uji antihiperurisemia kombinasi ekstrak etanol 70%

daun sidaguri dan allopurinol belum pernah dilakukan.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui penurunan hiperurisemia pada penggunaan ekstrak

etanol 70% daun sidaguri dan kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri

dan allopurinol.

1.3.2 Tujuan khusus

Untuk mengetahui penurunan hiperurisemia pada penggunaan kombinasi

ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol dalam menurunkan

hiperurisemia.

1.4 Hipotesis

Penggunaan kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol

dapat menurunkan hiperurisemia yang lebih tinggi dibandingkan

penggunaan ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol secara

tunggal.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menyumbangkan khazanah keilmuan,

pengetahuan serta wawasan mengenai efektifitas penggunaan kombinasi

obat konvensional allopurinol dan obat tradisional daun sidaguri dalam

menurunkan hiperurisemia.

1.5.2 Secara Metodologi

Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh

pendidikan Farmasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama berkaitan

dengan ilmu bahan alam dan farmakologi.

1.5.3 Secara Aplikatif

Menjadi bahan informasi bagi apoteker dalam pharmaceutical care pasien

tentang antihiperurisemia kombinasi obat konvensional allopurinol dan

obat tradisional daun sidaguri dalam menurunkan hiperurisemia.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian dengan judul “uji antihiperurisemia kombinasi ekstrak etanol

70% daun sidaguri dan allopurinol terhadap tikus sprague-dawley yang diinduksi

kafein” dibatasi pada pengujian kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan

allopurinol terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague-Dawley.

Induksi hiperurisemia menggunakan kafein. Desain penelitian adalah

eksperimental. Jumlah tikus yang digunakan 25 ekor. Lokasi penelitian adalah di

Laboratorium Penelitian 1 dan Laboratorium Animal House di Gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sidaguri

2.1.1 Morfologi

Sidaguri tumbuh liar di tepi jalan, halaman berumput, hutan, ladang, dan

tempat-tempat dengan sinar matahari cerah atau sedikit terlindung. Perdu tegak

bercabang ini tingginya dapat mencapai 2 m dengan cabang kecil berambut rapat.

Daun tunggal, letak berseling, bentuknya bulat telur atau lanset, tepi bergerigi,

ujung runcing, pertulangan menyirip, bagian bawah berambut pendek warnanya

abu-abu, panjang 1,5-4 cm, lebar 1–1,5 cm. Bunga tunggal berwarna kuning cerah

yang keluar dari ketiak daun, mekar sekitar pukul 12 siang dan layu sekitar tiga

jam kemudian. Buah dengan 8-10 kendaga, diameter 6-7 mm (Menkes RI, 2016).

Gambar 2.1 Tumbuhan Sidaguri

(Koleksi Pribadi, 2017)

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Sistematika Tumbuhan

Tumbuhan sidaguri memiliki sistematik sebagai berikut: (Tjitrosoepomo, 1991)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Malvales

Famili : Malvaceae

Marga : Sida

Jenis : Sida rhombifolia L

Nama umum : Sidaguri

Nama daerah: saliguri (Minangkabau), sidaguri (Melayu), sidagori

(Sunda), taghuri (Madura), kahindu (Sumba), hutu gamo

(Halmahera), digo (Ternate)

2.1.3 Kandungan Kimia

Sidaguri memiliki sifat khas manis dan mendinginkan. Kandungan utama

tanaman adalah tanin, flavonoid, saponin, alkaloid dan glikosida. Di samping itu

juga ditemui kalsium oksalat, fenol, steroid, efedrin dan asam amino. Kadar kimia

zat tersebut ditemui pada kisaran yang berbeda-beda pada jaringan tanaman. Pada

akar ditemui alkaloid, steroid dan efedrin. Pada daun ditemui juga alkaloid,

kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino dan minyak atsiri, pada batang

ditemui kalsium oksalat dan tanin (Menkes RI, 2016).

2.1.4 Khasiat Sidaguri

Uji praklinik :

Ekstrak gabungan sidaguri dengan seledri dapat digunakan sebagai

antihiperurisemia dengan mekanisme menghambat aktivitas enzim xantin

oksidase.

Ekstrak etanol daun sidaguri menunjukkan aktivitas anti-inflamasi. Edema

yang diinduksi dengan menyuntikkan karagenan mengalami penurunan pada

perlakuan pemberian ekstrak (400 mg/kg BB) secara oral dibandingkan dengan

kelompok kontrol (p < 0,05). Hasil ini mendukung penggunaan ekstrak etanol

daun sidaguri dalam mengurangi peradangan.

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Flavonoid dari ekstrak sidaguri secara in vitro menghambat aktivitas

xanthine oxidase (XO) sampai 55% sehingga mempunyai efek antihiperurisemia

dan efek inhibisinya 48-71% pada konsentrasi 100-800 mg/L. Studi kinetik

mendapatkan inhibisi flavonoid adalah inhibisi kompetitif dengan afinitas (α) 2.32

dan p < 0.01. Fraksionasi menghasilkan 11 fraksi dengan aktivitas paling tinggi

pada fraksi 4 yaitu 79% (Menkes RI, 2016).

2.1.5 Data Keamanan

LD50 : ekstrak air pada tikus per oral 8,5 g/kg BB. Ekstrak air bersifat non

toksik pada tikus sampai dengan dosis 10 g/kg BB.

Toksisitas subkronik peroral pada tikus dengan dosis 300, 600 dan 1200 mg/kgBB

tidak menimbulkan perubahan pada organ (Menkes RI, 2016).

2.1.6 Literatur Review

2.1.6.1 Efek Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida Rhombifolia L) pada

Mencit Jantan (Simarmata et al., 2012)

Pengujian efek ekstrak etanol daun sidaguri (EEDS) dilakukan secara

eksperimental menggunakan alat ukur kadar asam urat Nesco dengan

menggunakan potasium oxonate sebagai penginduksi asam urat.

Dosis EEDS yang diujikan yaitu 50 mg/kgBB , 100 mg/kgBB dan

200 mg/kgBB diberikan secara oral, pengamatan selang waktu 60 menit selama

5 jam. Kontrol positif yaitu allopurinol 10 mg/kgBB dan kontrol negatif CMC

dosis 1% BB. Data hasil pengujian dianalisis dengan metode analisis variasi

(ANAVA). Dilanjutkan dengan uji post hoc duncan.

Hasil analisis yaitu ketiga dosis EEDS memberikan efek penurunan

terhadap kadar asam urat. Pemberian ekstrak etanol 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB

dan 200 mg/kgBB memberikan hasil yang tidak berbeda signifikan dengan

pemberian allopurinol dosis 10 mg/kgBb (p > 0,05) dan memberikan perbedaan

yang signifikan dengan pemberian CMC dosis 1% BB (p < 0,05).

Kesimpulan: semua ekstrak etanol daun sidaguri dapat menurunkan kadar asam

urat dalam darah dengan dosis terbaik 50 mg/kg BB dengan persentase penurunan

49,45%.

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.6.2 Sidaguri sebagai Antigout dan Kinetika Inhibisi Flavonoid pada

Aktifitas Xantin (Iswantini et al., 2009)

Hasil menunjukkan bahwa LC50 pada konsentrasi 501 mg/L dan efek

inhibisi xantin oksidase 48 – 71 % pada konsentrasi 100 – 800 mg/L.

Studi kinetik menunjukkan tipe inhibisi ekstrak flavonoid yaitu inhibisi

kompetitif dengan afinitas inhibisi (α) 2.32 dan p <0.01. Fraksinasi yang

dihasilkan yaitu 11 fraksi dengan fraksi 4 memiliki afinitas yang paling tinggi

sebesar 79%. Analisis GC-MS pada fraksi 4 menunjukkan ada 39 senyawa

organik dan fragmen flavonoid dengan waktu retensi 4.14 , 6.53 , dan 6.74 yang

memiliki kesamaan dengan fragmen asam benzoat. Pada uji fitokimia fraksi 4

mengandung flavonoid.

2.1.6.3 Interaksi Allopurinol dengan Infusa Daun Salam (Eugenia polyantha

W) terhadap Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih (Firdausi,

2012)

Subyek penelitian yaitu 20 ekor tikus putih jantan galur Wistar, ± 3 bulan,

± 200 gram. Dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok tanpa perlakuan,

kelompok allopurinol 10 mg/kgBB, kelompok kombinasi allopurinol 10 mg/kgBB

dengan infusa daun salam 2,5 g/kgBB dan kelompok kombinasi allopurinol 10

mg/kgBb dengan infusa daun salam 5 g/kgBB. Induksi hiperurisemia dilakukan

dengan memberikan jus hati ayam 3 mg/200 gBB. Pengukuran kadar asam urat

darah dilakukan saat sebelum induksi (awal), sebelum perlakuan (pre test) dan

setelah perlakuan (post test).

Selisih kadar asam urat darah kelompok tanpa perlakuan yaitu 0,32 ± 0,38;

kelompok allopurinol 10 mg/kgBB yaitu 0,76 ± 0,33; kelompok kombinasi

allopurinol 10 mg/kgBB dengan infusa daun salam 2,5 g/kgBB yaitu 0,56 ± 0,54;

dan kelompok kombinasi allopurinol 10 mg/kgBB dengan infusa daun salam

5 g/kgBB yaitu 0,60 ± 0,80.

Pada penelitian ini, pemberian kombinasi allopurinol dengan infusa daun

salam menimbulkan interaksi obat yang bersifat antagonistik. Kombinasi

allopurinol 10 mg/kgBB dan infusa daun salam 2,5 g/kgBB memiliki efek

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antagonistik yang lebih kuat dibandingkan dengan kombinasi allopurinol

10 mg/kgBB dan infusa daun salam 5 g/kgBB.

2.1.6.4 Interaksi Allopurinol dan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus

burahol) terhadap Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih Jantan

(Rezkiawan, 2012)

Penelitian eksperimental yang dilakukan secara in vivo menggunakan

20 ekor tikus putih jantan galur Wistar, usia 3-4 bulan, berat ± 200 g dibagi dalam

4 kelompok: tanpa perlakuan (I), allopurinol 10 mg/kgBB (II), ekstrak daun kepel

dosis 50 mg/kgBB dan allopurinol 10 mg/kgBB (III), ekstrak daun kepel dosis

100 mg/kgBB dan allopurinol 10 mg/kgBB (IV).

Tikus diinduksi dengan jus hati ayam dosis 3 mg/200 gBB. Allopurinol

dan ekstrak daun kepel diberikan sekali sehari selama 7 hari. Darah diambil dari

vena mata dan pemeriksaan kadar asam urat dilakukan pada hari ke-0, 28 dan 35.

Dalam penelitian ini didapatkan selisih kadar asam urat darah kelompok

tanpa perlakuan : 0,32 ± 0,38 mg/dl, kelompok allopurinol : 0,76 ± 0,32 mg/dl,

ekstrak daun kepel dosis 50 mg/kgBB dan allopurinol 10 mg/kgBB : 0,66 ± 0,38

mg/dl ,ekstrak daun kepel dosis 100 mg/kgBB dan allopurinol dosis 10 mg/kgBB

: 0.46 ± 0.46 mg/dl. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa allopurinol

10 mg/kgBB dan allopurinol 10 mg/kgBB + ekstrak daun kepel 50 mg/kgBB

memiliki efek penurunan kadar asam urat darah lebih baik daripada allopurinol

10 mg/kgBB + ekstrak daun kepel 100 mg/kgBB.

2.1.6.5 Interaksi Allopurinol dan Ekstrak Etanol Daun Gandarusa (Justicia

gendarussa B) terhadap Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih

Jantan (Aldiyati, 2012)

Penelitian eksperimental dengan 20 ekor tikus putih jantan diinduksi

dengan jus hati ayam 3 mg/200 g BB selama 28 hari, dilanjutkan pemberian

perlakuan hingga hari ke-35. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok yaitu (I) tanpa

perlakuan, (II) allopurinol 10 mg/kgBB, (III) kombinasi allopurinol 10 mg/kgBB

dan 111,012 mg/kgBB ekstrak etanol daun gandarusa (IV) kombinasi allopurinol

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10 mg/kgBB dan 222,024 mg/kgBB ekstrak etanol daun gandarusa. Perlakuan

selama 7 hari, pemeriksaan kadar asam urat dilakukan pada hari 0, 28 dan 35.

Hasil penelitian diolah dengan menggunakan Kruskal Wallis,

menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara keempat kelompok

(p<0,05). Selanjutnya diolah menggunakan Mann-Whitney test dan menunjukkan

ada perbedaan yang bermakna antara pemberian allopurinol tunggal dan tanpa

perlakuan (p<0,05). Sedangkan antara kelompok tanpa perlakuan dengan kedua

kelompok kombinasi tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Dapat

disimpulkan bahwa penggunaan allopurinol tunggal 10 mg/kgBB lebih efektif

dibandingkan penggunaan kombinasi allopurinol 10 mg/kgBB dengan ekstrak

etanol daun gandarusa 111,012 mg/kgBB dan 222,024 mg/kgBB.

2.2 Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi

2.2.1 Definisi Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang

digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Kecuali

dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60°

(Depkes RI, 2008).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung (Depkes RI, 2008).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia

yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang

tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif

yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan

minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes RI, 2000).

2.2.2 Metode Ekstraksi

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000) ekstraksi

menggunakan pelarut terdiri dari dua yaitu:

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Cara Dingin

1) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat

pertama, dan seterusnya.

2) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi

antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak),

terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali

bahan.

b. Cara Panas

1) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2) Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara

umum dilakukan pada temperatur 40 - 50°C.

4) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (~30°C) dan temperatur

sampai titik didih air.

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5) Infus

lnfus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur

96 - 98°C) selama waktu tertentu (15 - 20 menit ).

2.3 Hiperurisemia dan Gout

2.3.1 Definisi

Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik

yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Penyakit

gout merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi karena penumpukan kristal

asam urat pada sekitar jaringan sendi akibat kadar asam urat serum yang melebihi

kelarutannya. Kristalisasi natrium urat dalam jaringan lunak dan persendian akan

membentuk endapan yang dinamakan tofus. Proses ini menyebabkan suatu reaksi

inflamasi akut, yaitu artritis akut gout, yang dapat berlanjut menjadi artritis kronis

gout. Hiperurisemia didefinisikan sebagai konsentrasi asam urat dalam serum

yang melebihi 7 mg/dl. Konsentrasi ini adalah batas kelarutan monososdium urat

dalam plasma. Pada konsentrasi 8 mg/dL atau lebih, monosodium urat lebih

cenderung mengendap di jaringan (Dipiro et al. 2009).

Ekskresi keseluruhan asam urat pada manusia yang normal berkisar rata-rata

400-600 mg dalam 24 jam. Dua pertiga asam urat yang terbentuk dieliminasi

melalui ginjal, sedangkan sepertiganya melalui saluran cerna (Dipiro et al., 2005).

2.3.2 Patofisiologi

Pada kondisi normal kadar asam urat pada laki-laki 3,4-7,0 mg/dl sedangkan

pada perempuan antara 2,4-5,7 mg/dl. Jika kelebihan produksi ataupun penurunan

ekskresi asam urat dalam tubuh akan meningkat yang disebut hiperurisemia.

Keadaan hiperurisemia tersebut dapat menimbulkan penyakit gout sebagai akibat

adanya penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang disertai rasa nyeri

(Howkin et al., 1997).

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Patofisiologi Asam Urat

Gambar 2.2 Patofisiologi Gout

Sumber: Buku Patofisiologi, 2006

2.3.3 Manifestasi Klinik

Serangan akut artristis gout ditandai dengan onset rasa nyeri yang

menyiksa, pembengkakan, dan inflamasi. Serangan ini pada awalnya khas

monoartikular, lebih sering mempengaruhi sendi metatarsofalangeal (podagra)

dan kemudian mempengaruhi bagian dorsal kaki, pergelangan kaki, tumit, lutut,

pergelangan tangan, jari dan siku. Serangan biasanya dimulai pada malam hari,

dengan pasien terbangun dari tidurnya dengan rasa nyeri yang menyiksa. Demam

dan leukositosis umum terjadi. Serangan yang tidak diobati dapat berlangsung

selama 3 hingga 14 hari sebelum penyembuhan spontan.

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Serangan akut artritis gout dapat ditimbulkan oleh stres, trauma, konsumsi

alkohol, infeksi, operasi, penurunan kadar asam urat serum yang cepat akibat

mengkonsumsi obat penurun asam urat, dan mengkonsumsi obat-obat tertentu

yang diketahui dapat meningkatkan konsentrasi asam urat (Dipiro et al., 2009).

2.3.4 Diagnosis

Diagnosis definitif dilakukan dengan mengambil cairan sinovial dari sendi

yang terkena dan identifikasi kristal intraselular monosodium urat monohidrat

pada cairan leukosit sinovial. Bila diagnosis definitif tidak dapat dilakukan,

diagnosis preskriptis artritis gout akut dapat dilakukan berdasarkan adanya tanda

dan gejala karakteristik serta respons terhadap pengobatan (Dipiro et al., 2009).

2.3.5 Penatalaksanaan

Terapi Non Farmakologi

Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan yang tinggi

mengandung purin, menghindari alkohol, dan menurunkan berat badan jika

obesitas (Dipiro et al., 2009).

Terapi Farmakologi

a) Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)

Mekanisme kerja: dalam dosis tunggal AINS mempunyai aktivitas

analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih disukai

terutama untuk pasien usia lanjut. Dalam dosis penuh yang lazim AINS sekaligus

memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat

berguna pada pengobatan nyeri yang berlanjut atau nyeri berulang akibat radang.

Oleh karena itu, walaupun parasetamol sering mengatasi nyeri dengan baik pada

osteoartritis, AINS lebih tepat daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam

artritis meradang (yaitu artritis rematoid) dan pada beberapa kasus osteoartritis

lanjut.

Efek samping: kadang-kadang timbul rasa tidak nyaman pada saluran

cerna, mual, diare, kadang-kadang pendarahan dan tukak; dispepsia bisa ditekan

dengan meminum obat ini bersama makanan atau susu. Efek samping lain

termasuk hipersensitivitas (terutama ruam kulit, angiodema), sakit kepala, pusing,

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vertigo, gangguan pendengaran. Juga terjadi gangguan pada darah (Dipiro et al.,

2009).

b) Kortikosteroid

Mekanisme kerja: kortikosteroid memiliki aktifitas glukokortikoid dan

mineralokortikoid sehingga memperlihatkan efek yang sangat beragam yang

mempunyai efek terhadap metabolisme karbohidrat, protein dan lipid; efek

terhadap kesetimbangan air dan elektrolit; dan efek terhadap pemeliharaan fungsi

berbagai sistem dalam tubuh. Kerja obat ini sangat rumit dan bergantung pada

kondisi hormonal seseorang. Namun, secara umum efeknya dibedakan atas retensi

Na, efek terhadap metabolisme karbohidrat (glukoneogenesis) dan efek

antiinflamasi.

Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik

di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan

menghasilkan perubahan dalam sintesis protein lain. Protein terakhir inilah yang

akan mengubah fungsi seluler organ target sehingga diperoleh efek antiinflamasi,

meningkatnya reabsorbsi Na, meningkatnya asam lemak dan meningkatkan

reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif.

Efek samping: penggunaan jangka lama akan menimbulkan efek samping

glukokortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi

usia lanjut. Pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis avaskular dan

sindrom Cushing yang sifatnya berpulih (reversibel). Dan juga dapat terjadi

gangguan mental, euphoria, dan miopati (Dipiro et al, 2009).

c) Obat-obat untuk mengatasi gout

Obat yang digunakan untuk mengatasi gout dibedakan menjadi obat untuk

penanganan serangan akut gout dan obat yang digunakan untuk penanganan

jangka panjang penyakit gout. Obat jangka panjang akan menimbulkan kambuhan

dan memperpanjang manifestasi akut bila dimulai saat serangan.

Serangan gout akut biasanya diobati dengan AINS dosis tinggi. Kolkisin

bisa dijadikan sebagai alternatif. Untuk pengendalian gout jangka panjang

(interval), pembentukan asam urat dan purin bisa dikurangi dengan penghambat

xantin oksidase allopurinol atau urikosurik seperti probenesid untuk

meningkatkan ekskresi asam urat dalam urin.

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Kolkisin

Mekanisme kerja: mekanisme pasti kerja kolkisin masih belum diketahui.

Kolkisin menunjukkan efeknya dengan mengurangi respon inflamasi terhadap

kristal yang terdeposit dan juga dengan mengurangi fagositosis. Kolkisin

mengurangi produksi asam laktat oleh leukosit secara langsung dan dengan

mengurangi fagositosis sehingga mengganggu siklus deposisi kristal urat dan

respon inflamasi.

Efek samping: mual, muntah, dan nyeri pada perut; dosis yang berlebihan

juga dapat menyebabkan diare berat, pendarahan saluran cerna, ruam, kerusakan

pada ginjal dan hati (Dipiro et al., 2009).

- Allopurinol

Mekanisme kerja: allopurinol dan metabolit utamanya, oksipurinol,

merupakan inhibitor xantin oksidase dan mempengaruhi perubahan hipoxantin

menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Allopurinol juga menurunkan

konsentrasi intraseluler PRPP. Oleh karena waktu paruh metabolitnya yang

panjang, allopurinol dapat diberikan sekali sehari. Dosis oral harian sebesar 300

mg biasanya mencukupi.

Efek samping: ruam, demam, limfadenopati, artalgia, dan eosinofilia,

sindrom mirip Stevens-Johnson atau Lyell, jarang terjadi. Gangguan saluran

cerna; jarang malaise, sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan pengecapan,

hipertensi, dan neuropati (Dipiro et al., 2009).

- Probenesid

Mekanisme kerja: secara kompetitif menghambat reabsorpsi asam urat

pada tubulus proksimal sehingga meningkatkan ekskresi asam urat dan

mengurangi konsentrasi urat serum.

Data farmakokinetik: probenesid diabsorpsi dengan baik setelah

pemberian oral dan menghasilkan konsentrasi plasma puncak dalam 2 sampai 4

jam. Sebesar 85-95% obat ini terikat pada protein. Probenesid diekskresikan

dalam urin terutama sebagai metabolitnya.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Efek samping: kadang mual dan muntah, sering buang air kecil, sakit

kepala, muka merah, pusing, jarang hipersensitivitas, nekrosis hati dan anemia

aplastik (Dipiro et al., 2009).

Tatalaksana Pengobatan untuk Artritis Gout Akut

Gambar 2.3 Penatalaksanaan Pengobatan untuk Artritis Gout Akut

Sumber: Iso Farmakoterapi, 2008

2.4 Model Hewan Uji pada Pengujian Efek Antihiperurisemia

Tikus putih sering digunakan dalam penelitian karena memiliki beberapa

kelebihan antara lain: mudah dipelihara dalam populasi yang sangat besar, dapat

berkembang biak dengan pesat, dan memiliki ukuran yang lebih besar daripada

mencit sehingga untuk beberapa percobaan tikus lebih menguntungkan. Tikus

putih memperlihatkan masa hamil yang singkat (21-23 hari), jumlah anak yang

cukup banyak (6 - 12 ekor), dan dapat hidup sampai 4 tahun. Seekor tikus putih

Artritis gout akut

Onset gejala < 48 jam? NSAID pilihan

Kontraindikasi terhadap

NSAID?

Jumlah sendi yang terlibatRespon tidak mencukupi

Kolkisin

Kortikosteroid

intraartikular

Respon tidak mencukupi

Parenteral atau

kortikosteroid oral

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dewasa membutuhkan 15 gram makanan dan 20 - 45 ml air per 100 gram berat

badan perhari. Suhu kandang yang dibutuhkan tikus 18-27˚C dan kelembapan

relatif 40-70%.

Ada beberapa galur tikus putih antara lain: Long-Evans, Sprague-Dawley,

dan Wistar. Tikus putih galur Wistar mempunyai ciri-ciri: warna tubuh putih,

mata berwarna merah (albino), ukuran kepala dan ekor lebih pendek dari

badannya; galur Sprague-Dawley mempunyai ciri-ciri: warna tubuh putih, mata

berwarna merah (albino), ukuran kepala yang kecil, dan ekor lebih panjang dari

badannya; sedangkan galur Long-Evans ditandai dengan warna hitam dibagian

kepala, dan tubuh bagian depan (Malole dan Pramono, 1989).

2.5 Metoda Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah

2.5.1 Metode Enzimatik Spektrofotometer UV-Vis

Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada

asam urat, sehingga memberikan hasil yang relatif lebih tepat dibandingkan

metode lainnya. Prinsip reaksinya adalah mengoksidasi asam urat menjadi

alantoin, hidrogen peroksida dan karbon dioksida yang dikatatalisis oleh enzim

urikase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 3,5 dikloro 2-

hidroksibenzen sulfonat (DCHBS) dan 4 aminophenzon (PAP) membentuk zat

warna quinonimin yaitu N-(4-antipirin)-3 klor-5-sulfonat-p-benzokuinonimuin

yang diukur pada panjang gelombang 520 nm dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis (Yuno, 2003).

2.5.2 Tes Strip Asam Urat

Pengukuran kadar asam urat darah tikus putih dilakukan dengan alat tes

strip asam urat. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk memonitor tingkat

asam urat di dalam darah. Tes ini merupakan spesifik untuk asam urat. Tes

tersebut menggunakan oksidasi asam urat dan berdasarkan pada kemajuan

teknologi biologi sensor (Prasetya, 2009).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Kafein

Gambar 2.4 Kafein

Sumber: www.informasiobat.com

Kafein adalah komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus

metil yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga

dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Pada penelitian ini kafein

digunakan sebagai penginduksi asam urat yang dapat menyebabkan hewan coba

menjadi hiperurisemia (Azizahwati et al. 2005).

Kafein adalah basa sangat lemah dari larutan air atau alkohol tidak

terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai

jarum mengkilap putih, tidak berbau dan rasanya pahit.

Kafein larut dalam air (1:50), alkohol (1:75), atau kloroform (1:6) tetapi kurang

larut dalam eter. Kelarutan naik dalam air panas (1:6 pada 80ºC) atau alkohol

panas (1:25 pada 60ºC). Kafein merupakan perangsang susunan saraf pusat,

merangsang otot jantung dan melemaskan otot jantung dan melemaskan otot polos

bronkus (Sudarmi, 1997).

Dalam dosis standar antara 50-200 mg, kafein utamanya mempengaruhi

lapisan luar otak. Pengaruh ini biasanya kelelahan. Dalam dosis besar pusat

vasomotor dan pernapasan terpengaruh. Konsumsi kafein sebaiknya tidak

melebihi 300 mg sehari. Para ahli menyarankan 200-300 mg kafein dalam sehari

merupakan jumlah yang cukup. Mengkonsumsi kafein sebanyak 100 mg tiap hari

dapat menyebabkan individu tersebut tergantung pada kafein. Keracunan kafein

kronis, bila minum 5 cangkir teh setiap hari yang setara dengan 600 mg kafein.

Lama kelamaan akan memperlihatkan tanda dan gejala seperti gangguan

percernaan makanan, rasa lelah, gelisah, suka tidur, tida nafsu makan, sakit

kepala, pusing, bingung, berdebar, serak, sesak nafas, dan kadang sukar buang air

besar (Setiawan, 2012).

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7Allopurinol

Gambar 2.5 Allopurinol

Sumber: Buku Dasar Farmakologi Terapi, 2014

Allopurinol merupakan analog hipoxantin. Baik allopurinol maupun

metabolit utamanya yaitu oksipurinol (aloxantin), merupakan inhibitor xantin

oksidase. Penghambatan enzim inilah yang menghasilkan efek farmakologis

utama allopurinol.

Pada gout atau pirai, allopurinol umumnya digunakan untuk bentuk kronis

parah yang ditandai dengan satu atau lebih keadaan berikut: nefropati pirai,

pengendapan tofi, batu urat di ginjal, gangguan fungsi ginjal, atau hipourikemia

yang tidak mudah dikendalikan dengan obat-obat urikosurik.

Tujuan terapi ini adalah untuk menurunkan konsentrasi asam urat dalam

plasma di bawah 6 mg/dl (setara dengan 360 μM). Terapi dimulai dengan dosis

rendah untuk meminimalkan risiko memicu serangan akut artritis pirai. Dosis

awal 100 mg sehari dinaikkan dengan penambahan 100 mg pada interval satu

minggu sampai maksimum 800 mg per hari. Dosis lazim pemeliharaan untuk

orang dewasa 200 sampai 300 mg sehari untuk pasien dengan pirai ringan dan 400

sampai 600 mg untuk pasien dengan pirai tofi yang parah sedang. Dosis sehari

yang melebihi 300 mg harus diberikan dalam takaran terbagi. Dosis harus

dikurangi pada pasien yang mengalami gangguan ginjal sebanding dengan

penurunan filtrasi glomerulus (Hardman et al., 2012).

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratotium Penelitian 1 dan Animal House

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

bulan Mei – Agustus 2017.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimental.

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley

dengan umur 2 - 3 bulan dan berat badan 200 - 250 gram sebanyak 25 ekor

dengan pengelompokan secara acak.

Metode induksi hiperurisemia yang digunakan adalah induksi kafein pada dosis

27 mg/200 g BB.

Penelitian ini dilakukan dengan mengekstraksi daun sidaguri

menggunakan pelarut etanol 70% dengan metode maserasi. Ekstrak yang

diperoleh diberikan kepada tikus yang telah diinduksi hiperurisemia dengan

kafein dan selanjutnya diamati penurunan kadar asam urat tikus tersebut.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Terdiri dari: timbangan hewan (Ohauss), kandang tikus beserta tempat

makan dan minum, sonde oral, jarum suntik, hot plate (Wiggen Hauser), blender,

oven, timbangan analitik (Wiggen Hauser), holder, vaccum rotary evaporator

(Memmert Eyele), kertas saring, kapas, kamera, uric acid TBHBA,

Spektrofotometer UV Vis, sentrifus, mikropipet, mikrohematokrit dan alat-alat

gelas (Iwaki pyrex).

3.3.2 Bahan

3.3.2.1 Tanaman Uji

Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah daun sidaguri.

Tanaman sidaguri yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan

Aromatik (BALITRO) sebanyak 5 kg daun segar dan digunakan 500

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

gram serbuk kering daun sidaguri. Sebelum diproses menjadi ekstrak, tanaman

dideterminasi yaitu memverifikasi identitas tanaman di Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor.

3.3.2.2 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

galur Sprague-Dawley berusia 2-3 bulan, memiliki berat badan 200-250 gram.

Hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor dengan 5 ekor tiap kelompok

(WHO, 2000). Tikus uji diperoleh di Institut Pertanian Bogor.

3.3.2.3 Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

- Ekstrak etanol 70% daun sidaguri

Ekstrak etanol 70% daun sidaguri diperoleh dari 5 kg daun sidaguri.

Dibuat menjadi simplisia serbuk kering sebanyak 500 gram. Simplisia

kemudian diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%.

Pembuatan ekstrak dilakukan di Laboratorium Penelitian 1.

- Allopurinol (kontrol positif) yang diperoleh dari PT. Indofarma

- Kafein (penginduksi hiperurisemia) yang diperoleh dari Aldrich Chemical.

3.4 Tahapan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Simpliasia

Daun sidaguri sebanyak 5 kg disortasi untuk memudahkan pencucian dan

pemisahan pengotor pada simplisia. Pencucian daun sidaguri dilakukan dengan air

mengalir. Daun sidaguri dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu

ruang yang tidak terpapar sinar matahari langsung hingga simplisia kering.

Simplisia kering dilakukan kembali sortasi untuk memastikan simplisia bebas dari

pengotor. Simplisia ditimbang dan diblender hingga menjadi serbuk.

3.4.2 Ekstraksi

Serbuk simplisia kering daun sidaguri ditimbang sebanyak 500 gram,

kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca berwarna gelap (agar tidak tembus

cahaya). Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan merendam serbuk

simplisia dengan menggunakan pelarut etanol 70% dan pelarut dilebihkan setinggi

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lebih kurang 2 cm di atas permukaan serbuk simplisia. Masa perendaman pada

maserasi dilakukan selama 3 hari dan selama perendaman dilakukan pengadukan

pada 6 jam pertama dan dibiarkan terendam selama 3 hari. Maserat di saring

dengan kertas saring. Maserat dipisahkan dan diremaserasi, proses yang sama

diulangi sebanyak tiga kali dengan jenis dan pelarut yang sama. Semua filtrat

diuapkan dengan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak cair

(Simarmata et al., 2012).

Ekstrak yang diperoleh dihitung rendemen ekstrak dengan rumus:

3.4.3 Pengujian Parameter non Spesifik

3.4.3.1 Parameter Kadar Air

Metode yang digunakan untuk uji kadar air yaitu metode Aufhauser.

Dibersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci dan dibilas

dengan air. Tabung penerima dan pendingin dikeringkan dalam lemari pengering.

Dimasukkan ke dalam labu kering sejumlah ekstrak yang ditimbang saksama yang

diperkirakan mengandung 2 ml sampai 4 ml air. Dimasukkan lebih kurang 200 ml

toluen ke dalam labu, alat dihubungkan. Dituang toluen ke dalam tabung

penerima (R) melalui alat pendingin. Dipanaskan labu secara hati-hati selama 15

menit.

Toluen yang mulai mendidih, disuling dengan lebih kurang 2 tetes per

detik hingga sebagian air tersuling. Kecepatan penyulingan dinaikkan hingga

lebih kurang 4 tetes per detik. Setelah semua air tersuling, dibilas bagian dalam

tabung kondensor dengan toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang

disambungkan pada kawat tembaga dan dijenuhkan dengan toluen. Penyulingan

dilanjutkan selama 5 menit, pemanasan dihentikan dan dinginkan hingga suhu

kamar. Bila ada tetesan air menempal pada dinding tabung penerima, digosok

dengan karet yang dikaitkan pada sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan

toluen hingga tetesan air turun. Bila air dan toluen memisah sempurna, dibaca

volume air, dan dihitung persentase yang ada dalam zat (Depkes RI, 2000).

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.3.2 Parameter Kadar Abu

Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang

saksama, dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara

ratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, dan ditimbang.

Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring

melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam

krus yang sama. Dimasukkan filtrat ke dalam krus, diuapkan, dan dipijarkan

hingga bobot tetap, dan ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah

dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000).

3.4.4 Pengujian Parameter Spesifik

3.4.4.1 Identitas

Diidentifikasi dengan tata nama meliputi nama ekstrak, nama latin

tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan

(Depkes RI, 2000).

3.4.4.2 Organoleptik

Dalam Depkes RI (2005) identifikasi organoleptik menggunakan

pancaindera mendeskripsikan berupa: bentuk, warna, bau dan rasa.

3.5 Penginduksian Hiperurisemia dengan Kafein 27 mg/200 g BB

Prosedur induksi kafein terhadap tikus uji sebagai berikut: hewan uji

diaklimatisasi selama 2 minggu sebanyak 25 ekor. Tikus uji sebanyak 5 ekor

dijadikan sebagai kontrol normal dan 20 ekor diinduksi dengan kafein. Tikus uji

dipuasakan selama 12 jam, sebelum dilakukan pengambilan darah tikus diinduksi

dengan kafein. Induksi kafein diberikan secara oral dengan dosis 27 mg/200 g BB.

Induksi kafein dilakukan selama 6 hari. 1 jam setelah penginduksian pada

hari ke-6, kadar asam urat tikus uji diukur dengan metode kolorimetri enzimatik.

Pada hari ke-7 hewan uji diberikan perlakuan berdasarkan kelompok masing-

masing setiap hari. Pengukuran kadar asam urat selanjutnya dilakukan pada hari

ke 9, 12 dan 15.

Parameter hiperurisemia adalah tikus uji dengan kadar asam urat melebihi

batas normal. Taconic Technical Laboratory, 1998 dalam Kusmiyati, 2008

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyebutkan kadar asam urat normal pada tikus jantan adalah 4,37 ± 1.11 mg/dl

dan 2,92 ± 0,241 mg/dl pada tikus betina.

3.6 Uji Antihiperurisemia

3.6.1 Pembuatan Sediaan Dosis Uji

a. Dosis Ekstrak Daun Sidaguri

Dosis yang digunakan pada ekstrak etanol 70% daun sidaguri adalah dosis

50 mg/kgBB pada mencit. Untuk dosis pada tikus dikonversikan menjadi 25

mg/kgBB. Perhitungan dosis ada pada Lampiran 6. Jumlah suspensi ekstrak yang

diberikan kepada 1 ekor tikus dengan berat badan 200 gram adalah 2 ml. Ekstrak

diberikan secara oral dalam bentuk suspensi. Suspending agent yang digunakan

adalah Na CMC dengan konsentrasi 0,5%. Proses pembuatan suspensi Na CMC

0,5% adalah dengan mengembangkan Na CMC dengan air panas sebanyak 20 kali

berat Na CMC.

b. Dosis Allopurinol sebagai Kontrol Positif

Dosis allopurinol untuk asam urat pada manusia adalah 100 mg per hari.

Dosis allopurinol untuk setiap 200 g BB tikus yaitu 10 mg/kgBB. Perhitungan

dosis ada pada Lampiran 6. Jumlah suspensi allopurinol yang diberikan kepada 1

ekor tikus dengan berat badan 200 gram adalah 2 ml. Allopurinol diberikan secara

oral dalam bentuk suspensi. Suspending agent yang digunakan adalah Na CMC

dengan konsentrasi 0,5%. Proses pembuatan suspensi Na CMC 0,5% adalah

dengan mengembangkan Na CMC dengan air panas sebanyak 20 kali berat Na

CMC.

c. Dosis Kafein sebagai Penginduksi Asam Urat pada Tikus

Dosis yang digunakan pada kafein sebagai penginduksi asam urat adalah

dosis 27 mg/ 200 g BB (Azizahwati, 2005).

Perhitungan dosis ada pada Lampiran 6. Jumlah kafein yang diberikan kepada 1

ekor tikus dengan berat badan 200 gram adalah 2 ml. Kafein diberikan secara oral

dalam bentuk suspensi. Suspending agent yang digunakan adalah Na CMC

dengan konsentrasi 0,5%. Proses pembuatan suspensi Na CMC 0,5% adalah

dengan mengembangkan Na CMC dengan air panas sebanyak 20 kali berat Na

CMC.

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.6.2 Pengelompokan Hewan Uji dan Cara Kerja

Menurut WHO (2000) untuk perlakuan menggunakan hewan uji berupa

tikus tiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 tikus. Untuk mengatasi drop out

hewan uji dilebihkan 20% atau dilebihkan 1 ekor tikus tiap kelompok.

Tabel 3.1 Perlakuan Hewan Uji

Kelompok Jumlah Perlakuan

Kontrol normal 5 Diberikan suspensi Na CMC 0,5 %

Kontrol negatif 5 Diberikan suspensi kafein 27 mg/200 g BB

sebanyak 2 ml

Kontrol positif

(allopurinol)

5 Diberikan suspensi kafein 27 mg/200 g BB

sebanyak 2 ml, satu jam kemudian diberi suspensi

allopurinol 10 mg/kgBB sebanyak 0,5 ml

Ekstrak sidaguri

tunggal

5 Diberikan suspensi kafein 27 mg/200 g BB

sebanyak 2 ml, satu jam kemudian diberi suspensi

ekstrak daun sidaguri dosis 25 mg/kgBB

Kombinasi ekstrak

sidaguri dan

allopurinol

5 Diberikan suspensi kafein 27 mg/200 g BB

sebanyak 2 ml, satu jam kemudian diberi

kombinasi ekstrak daun sidaguri dosis 25

mg/kgBB dan allopurinol 10 mg/kgBB

3.6.3 Pengambilan Darah

Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbital mata tikus pada hari ke

0, 6,9,12 dan 15. Tikus diberikan anastesi umum secara inhalasi dengan eter. Pada

mata tikus, mikrohematokrit dimasukkan ke dalam pangkal bola mata sambil

diputar halus ke arah belakang bola mata sehinga darah mengalir melalui

mikrohematokrit tersebut.

Darah ditampung hati-hati ke dalam mikrotube, kemudian disentrifugasi

dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Serum yang diperoleh kemudian

dipisahkan dengan mikropipet lalu disimpan dalam lemari pendingin pada suhu

2-8ºC hingga dilakukan pengukuran asam urat.

3.6.4 Pengukuran Asam Urat

Pengukuran kadar asam urat dilakukan dengan metode kolorimetri

enzimatik menggunakan pereaksi untuk asam urat.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prinsip reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

urikase

Asam urat + O2 + H allantoin + CO2 +H2O2

peroksidase

H2O2 + DCHBS + 4-aminoantipiril N-(4-antipiril)-3-kloro-5-sulfonat-p-

benzokuinonimuin +HCl +H2O

Ket: DCHBS = diklorohidroksi benzen sulfonat

Pada kuvet blanko, sampel, dan standar dimasukkan 1000 µL pereaksi

asam urat. Pada kuvet sampel ditambahkan 20 µL serum dan pada kuvet standar

ditambahkan 20 µL standar asam urat, lalu dikocok. Campuran tersebut diinkubasi

selama 30 menit pada suhu 25-30ºC hingga terbentuk warna merah muda. Serapan

sampel dan standar diukur terhadap blanko pereaksi pada panjang gelombang 520

nm.

Tabel 3.2 Volume blanko, sampel, dan standar pada pengukuran asam urat

Kuvet Pereaksi Asam

Urat

Akuades Serum Standar

Blanko 1000 µL 20µL - -

Standar 1000 µL - - 20µL

Sampel 1000 µL - 20µL -

3.6.5 Terminasi Hewan Uji

Terminasi hewan uji dilakukan dengan metode inhalasi senyawa eter.

Cairan eter dimasukkan ke dalam toples, lalu dijenuhkan. Tikus dimasukkan ke

dalam toples yang telah dijenuhkan dengan eter, diamkan hingga denyut jantung

tikus uji tidak terasa.

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis secara Statistik

Data yang didapatkan diolah secara statistik dengan menggunakan aplikasi

SPSS. Analisis data yang pertama yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Metode

Kolmogorov-Smirnof, sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan

menggunakan Metode Levene. Analisis masalah yang dilakukan adalah dengan

Metode One-Way ANOVA yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil

(BNT) apabila data terdistribusi normal dan memiliki varian homogen. Apabila

data tidak terdistribusi normal atau varian tidak homogen, dilakukan analisis

dengan metode Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney

(Dahlan, 2010).

Hipotesis :

Ho : tidak ada perbedaan bermakna antara setiap kelompok

Ha : ada perbedaan bermakna antara setiap kelompok

Pengambilan keputusan :

Apabila nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima.

Apabila nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak.

3.7.2 Perhitungan Persentase Penurunan Asam Urat (Purwatiningsih

et al., 2010)

Data yang diperoleh berupa persentase penurunan kadar asam urat dalam

darah. Persentase penurunan kadar asam urat dihitung dengan rumus:

Persentase penurunan kadar asam urat =

Keterangan:

AU0: kadar asam urat darah normal pada hari ke-0

AU6: kadar asam urat darah pada hari ke-6

AUx: kadar asam urat darah pada hari ke-9, 12 dan 15

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Hasil determinasi

menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar tanaman sidaguri dari famili

Malvaceae. Surat determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.

4.1.2 Ekstraksi

Berdasarkan hasil pengeringan maserat, diperoleh rendemen ekstrak etanol

70% daun sidaguri sebesar 17,26%. Perhitungan rendemen ekstrak sidaguri dapat

dilihat pada lampiran 6.

4.1.3 Parameter Standar

Hasil pengujian parameter standar spesifik dan non spesifik yang

dilakukan terhadap ekstrak dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Parameter standar ekstrak etanol 70% daun sidaguri

Pengujian Parameter Hasil

Parameter Spesifik

Identitas Ekstrak

a. Nama Ekstrak

b. Nama Latin

c. Bagian Yang Digunakan

d. Nama Indonesia

Tumbuhan

Organoleptik Ekstrak

a. Bentuk

b. Warna

c. Bau

d. Rasa

Parameter Non-Spesifik

Kadar Air

Kadar Abu

a. Ekstrak Etanol 70% Daun

Sidaguri (Sida rhombifolia

Linn.)

b. Sida rhombifolia Linn.

c. Daun

d. Sidaguri

a. Kental

b. Hijau Tua

c. Aromatik

d. Pahit

16,85% (Standar : <10%)

17,35% (Standar : 8%)

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, dilakukan uji antihiperurisemia kombinasi ekstrak

etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol terhadap tikus Sprague Dawley yang

diinduksi kafein. Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah

tanaman sidaguri pada bagian daunnya yang diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO). Sebelum daun sidaguri digunakan

sebagai bahan penelitian, dilakukan determinasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar daun sidaguri dari

famili Malvaceae.

Daun sidaguri kemudian diproses menjadi simplisia dengan berbagai

tahapan: yaitu sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan

penghalusan menjadi serbuk simplisia. Serbuk simplia daun sidaguri yang

digunakan untuk ekstraksi sebanyak 500 gram yang kemudian diperoleh ekstrak

kental etanol 70% daun sidaguri sebanyak 86,3 gram dengan rendemen 17,26%.

Ekstraksi dilakukan secara maserasi, metode ini dipilih karena mudah dan

menghasilkan rendemen yang tinggi (Saifudin, 2014). Penelitian yang dilakukan

oleh Ridwanty (2011) rendemen ekstrak etanol 70% daun sidaguri diperoleh

sebesar 29,21%. Pemilihan etanol sebagai pelarut berdasarkan metode yang

distandarisasi BPOM (2005) bahwa untuk ekstraksi suatu bahan yang akan

digunakan sebagai obat harus menggunakan etanol sebagai pelarutnya. Etanol

memiliki sifat mudah menguap, murah, mudah didapat dan cukup aman. Etanol

sebesar 70% digunakan karena etanol 70% dapat menarik senyawa bersifat polar,

semipolar, dan non polar dimana senyawa yang diharapkan yaitu senyawa

flavonoid yang bersifat polar.

Ekstrak kental yang diperoleh, dilakukan uji parameter standar ekstrak

yakni parameter standar spesifik dan non spesifik. Uji parameter spesifik adalah

identifikasi terhadap bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak secara organoleptis.

Diperoleh hasil berupa ekstrak kental berwarna hijau tua, berbau aromatik dan

memiliki rasa pahit.

Uji parameter non spesifik berupa uji kadar air dan kadar abu. Persentase

kadar air ekstrak etanol 70% daun sidaguri diperoleh sebesar 16,85%. Batas kadar

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

air ekstrak yang memenuhi syarat menurut Depkes (1995) adalah dibawah 10%.

Penelitian yang dilakukan oleh Ridwanty (2011), persentase kadar air yang

diperoleh yaitu sebesar 14,7%. Kelebihan air dalam simplisia menyebabkan

pertumbuhan mikroba, jamur atau serangga serta mendorong kerusakan bahan

aktif (WHO, 1998). Ekstrak yang diperoleh tetap digunakan pada penelitian

walaupun tidak memenuhi standar karena selama penyimpanan ekstrak tidak

ditumbuhi jamur ataupun mikroba.

Uji kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral

internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.

Prinsip uji kadar abu yaitu dengan memanaskan ekstrak pada temperatur dimana

senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur

mineral dan anorganik (Depkes RI, 2000). Hasil uji kadar abu ekstrak didapatkan

persentase 17,35%. Dalam Depkes (2005) kadar abu sidaguri adalah sebesar 8%.

Besarnya persentase kadar abu yang diperoleh pada penelitian ini dapat

disebabkan oleh terdapatnya mineral seperti oksalat pada daun sidaguri yang

menyebabkan kadar abu tinggi. Umur panen tanaman berkaitan erat dengan kadar

pati maksimum, yang menentukan tinggi rendahnya kadar oksalat. Semakin

panjang umur panen, maka kadar oksalatnya semakin rendah, demikian

sebaliknya (Pancasasti, 2016).

Pada penelitian ini hewan uji yang digunakan adalah tikus putih galur

Sprague-Dawley berjenis kelamin jantan yang berusia 2-3 bulan dalam kondisi

sehat dengan berat badan 200-250 gram. Tikus dipilih sebagai hewan uji karena

tikus memiliki sifat fisiologis yang mirip dengan manusia.

Kelompok perlakuan yang diujikan yaitu kelompok kontrol dan kelompok

uji. Kelompok kontrol terdiri dari kontrol normal, kontrol positif, dan kontrol

negatif. Menurut Budiharto (2008) kelompok kontrol digunakan untuk

memastikan bahwa hasil uji tidak terpengaruh oleh faktor lain yang dapat

mempengaruhi hasil uji.

Senyawa yang digunakan pada kontrol positif adalah allopurinol dengan

dosis tikus 10 mg/kgBB dengan tujuan untuk memastikan bahwa asam urat tikus

uji terbukti menurun dengan obat asam urat yang telah beredar di masyarakat.

Obat allopurinol memiliki mekanisme kerja menghambat kerja enzim xantin

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

oksidase (Dipiro et al. 2009). Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja dari

sidaguri, flavonoid yang terkandung dari ekstrak sidaguri memiliki efek inhibitor

xantin oksidase (Iswantini, et al. 2009).

Pada kelompok uji normal, tikus uji diberikan Na CMC 0,5% untuk

memastikan bahwa kadar asam urat tikus tanpa perlakuan berada pada rentang

normal. Kelompok uji negatif, tikus diberikan kafein 27 mg/ 200 g BB tanpa

diberikan tambahan berupa ekstrak sidaguri ataupun allopurinol. Hal ini bertujuan

untuk memastikan bahwa kadar asam urat tikus uji yang diinduksi kafein 27 mg/

200 g BB dapat meningkatkan kadar asam urat seperti kondisi penderita asam

urat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Azizahwati (2005) kafein

dapat digunakan sebagai penginduksi asam urat karena kafein merupakan

komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metil yang akan

dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga dapat

meningkatkan kadar asam urat di dalam tubuh.

Pengujian yang dilakukan yaitu kelompok uji penggunaan ekstrak sidaguri

secara tunggal dan penggunaan kombinasi ekstrak sidaguri dan allopurinol. Dosis

yang digunakan untuk ekstrak sidaguri yaitu 25 mg/kgBB, berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Simarmata et al (2012) dosis terbaik dalam menurunkan

kadar asam urat yaitu dosis 50 mg/kgBB pada mencit. Untuk tikus dikonversikan

dosisnya menjadi 25 mg/kgBB. Dosis allopurinol yang digunakan pada manusia

sehari yaitu 100 mg, dikonversikan pada tikus menjadi 10 mg/kgBB (Perhitungan

dosis pada lampiran 6).

Tikus uji diaklimatisasi selama 2 minggu sebelum dilakukan

penginduksian asam urat. Aklimatisasi tikus bertujuan untuk membuat tikus uji

beradaptasi dengan lingkungannya, menstabilkan parameter fisiologis dan

perilaku tikus akibat proses pengiriman, dan menganalisa kelayakan tikus untuk

menjadi tikus uji. Arts et al. (2012) tikus dianggap layak menjadi tikus uji apabila

selama proses aklimatisasi tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%.

Sebelum dilakukan penginduksian, pada hari ke-0 dilakukan pengukuran

kadar asam urat tikus untuk mengetahui seluruh kelompok tikus mempunyai kadar

asam urat yang normal. Tikus dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengambilan darah, hal ini bertujuan agar tidak terjadi perubahan kadar asam urat

karena asupan makanan.

Taconic Technical Laboratory, 1998 dalam Kusmiyati, 2008 menyebutkan

bahwa kadar asam urat normal pada tikus jantan adalah 4,37 ± 1,11 mg/dl,

sedangkan pada tikus betina sebesar 2,92 ± 0,241 mg/dl. Pada penelitian rerata

kadar asam urat tikus putih jantan sebelum perlakuan (hari ke-0) untuk semua

kelompok adalah 4,46 ± 1,50 mg/dl (Tabel 4.3). Rerata yang didapatkan

menunjukkan nilai asam urat tikus uji pada hari ke-0 adalah normal.

Rerata kadar asam urat setelah dilakukan penginduksian kafein selama 6

hari yaitu 5,86 ± 1,74. Nilai yang dihasilkan menunjukkan nilai kadar asam urat

lebih tinggi daripada rerata kadar asam urat pada hari ke-0. Dengan demikian

pengkondisian hiperurisemia berhasil dilakukan, yaitu nilai asam urat lebih tinggi

dibandingkan nilai asam urat normal.

Hasil pengukuran kadar asam urat tikus uji dianalisis secara statistika

dengan menggunakan program SPSS 22.0. Berdasarkan pada uji normalitas (One-

Sample Kolmogrof-Smirnov Test) diketahui bahwa nilai kadar asam urat tikus uji

seluruh kelompok terdistribusi normal (p ≥ 0.05) dan pada uji homogenitas

(Levene) menunjukkan terdistribusi homogen (p ≥ 0.05) pada H6, H9, H12, dan

H15 tapi tidak terdistribusi homogen pada H0 sehingga dilakukan uji Kruskal

Wallis. Uji Kruskal Wallis untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kadar

asam urat pada kelompok uji. Menurut Dahlan (2010) pengolahan data tidak bisa

dilanjutkan dengan uji One-Way Anova jika terdapat setidaknya satu kelompok

tidak terdistribusi normal.

Nilai yang diperoleh dari Kruskal Wallis yaitu (p ≥ 0.05) data kadar asam

urat tikus tidak berbeda secara bermakna pada H0, H6, H9, dan H12 tapi ada

perbedaan secara bermakna pada H15. Sehingga dilanjutkan dengan uji Mann-

Whitney pada hari ke 15, bertujuan untuk menentukan kelompok mana yang

memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya. Hasil

uji statistik Mann-Whitney menunjukkan bahwa hasil antara kelompok uji kontrol

positif (allopurinol 10 mg/kgBB), ekstrak sidaguri 25 mg/kgBB dan kombinasi

ekstrak sidaguri 25 mg/kgBB dan allopurinol 10 mg/kgBB tidak berbeda

signifikan (p ≥ 0.05) pada H15 yang berarti tidak ada perbedaan efek yang

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dihasilkan dalam menurunkan kadar asam urat antar kelompok perlakuan. Data

kadar asam urat tikus uji kontrol negatif berbeda secara bermakna ( p ≤ 0.05)

dengan kelompok perlakuan; kontrol positif, ekstrak tunggal dan penggunaan

kombinasi pada H15.

Berdasarkan hasil persentase penurunan kadar asam urat tikus uji selama

15 hari. Persentase penurunan kadar asam urat pada pemberian ekstrak tunggal

sidaguri 25 mg/kgBB adalah 64,90%. Ekstrak etanol 70% daun sidaguri yang

dilakukan oleh Simarmata et al. (2012) persentase penurunan kadar asam urat

diperoleh sebesar 49.45%. Flavonoid yang terkandung dari ekstrak sidaguri

memiliki mekanisme kerja menghambat kerja enzim xantin oksidase, sehingga

dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat (Iswantini et al. 2009).

Persentase penurunan kadar asam urat pada tikus uji kontrol positif

(allopurinol) diperoleh sebesar 67,86%. Penelitian yang dilakukan oleh

Simarmata et al. (2012) persentase penurunan kadar asam urat dengan allopurinol

10 mg/kgBB sebesar 44,31%. Obat allopurinol digunakan sebagai penurun kadar

asam urat karena memiliki mekanisme kerja menghambat kerja enzim xantin

oksidase, yang berperan mengubah hipoxantin menjadi asam urat. (Dipiro, et al.

2009).

Kombinasi penggunaan ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol

diperoleh persentase penurunan kadar asam urat sebesar 50,25%. Berdasarkan

hasil persentase penurunan kadar asam urat tikus uji, persentase penurunan kadar

asam urat pada pemberian ekstrak etanol 70% daun sidaguri 25 mg/kgBB secara

tunggal sebesar 64,90% lebih besar dibandingkan persentase penurunan kadar

asam urat pada pemberian kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri 25

mg/kgBB dan allopurinol 10 mg/kgBB yakni 50,25%. Allopurinol 10 mg/kgBB

yang diberikan secara tunggal memiliki persentase penurunan kadar asam urat

yang lebih tinggi dibandingkan persentase penurunan ekstrak etanol 70% daun

sidaguri 25 mg/kgBB secara tunggal ataupun kombinasi ekstrak etanol 70% daun

sidaguri 25 mg/kgBB dan allopurinol 10 mg/kgBB yakni sebesar 67,86%.

Persentase penurunan kadar asam urat pada penggunaan kombinasi

memiliki persentase penurunan yang lebih kecil dibandingkan penggunaan

allopurinol dan ekstrak sidaguri secara tunggal. Hal ini disebabkan karena

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

allopurinol memiliki mekanisme kerja inhibisi kompetitif dengan menghambat

kerja enzim xantin oksidase (Deglin, 2004) dan flavonoid yang terkandung dari

ekstrak sidaguri memiliki mekanisme kerja inhibisi kompetitif dengan

menghambat kerja enzim xantin oksidase (Iswantini, et al. 2009). Penggunaan

secara kombinasi allopurinol dan ekstrak sidaguri tidak memberikan hasil yang

signifikan dalam menurunkan kadar asam urat bisa terjadi karena kompetisi dalam

memperebutkan sisi aktif enzim xantin oksidase pada penggunaan kombinasi

tidak hanya terjadi antara inhibitor dengan substrat (xantin), tetapi antara inhibitor

dengan inhibitor (Aldiyati, 2012).

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan:

1. Kadar asam urat tikus uji kelompok perlakuan pada hari ke 15 terdapat

perbedaan secara bermakna ( p ≤ 0.05) dengan kontrol negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa kontrol positif, ekstrak sidaguri tunggal dan

penggunaan kombinasi ekstrak sidaguri dan allopurinol mampu

menurunkan kadar asam urat dan aktif sebagai antihiperurisemia secara in

vivo.

2. Persentase penurunan kadar asam urat tikus uji yang diberikan secara

kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri 25 mg/kgBB dan allopurinol

10 mg/kgBB memiliki persentase penurunan kadar asam urat yang lebih

kecil dibandingkan persentase penurunan kadar asam urat yang diberikan

ekstrak sidaguri secara tunggal ataupun allopurinol secara tunggal, yakni

sebesar 50,25% ( p ≥ 0.05).

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui interaksi yang

terjadi pada penggunaan kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan

Allopurinol dalam menurunkan hiperurisemia.

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Aldiyati, (2012). Interaksi Allopurinol dan Ekstrak Etanol Daun Gandarusa

(Justicia gendarussa B) terhadap Kadar Asam Urat Darah pada Tikus

Putih Jantan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Arts et al. 2012. The Impact of Transportation on Physiological and Behavioral

Parameters in Rats: Implications for Acclimatization Periods. ILAR J

(2012) 53 (1): E82-E98 DOI: 10.1093/ilar.53.1.82

Azizahwati et al (2005). Efek Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus

Putih Jantan dari Rebusan Akar Tanaman Akar Kucing (Acalypha indica

L). Departemen Farmasi FMIPA-UI. Depok. ISSN: 1412-2855. Vol. 4 No.

I. hlm. 213-218.

BPOM RI. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak. Jakarta: BPOM RI.

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu

Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit IKAPI. hlm. 51.

Dahlan, Sopiyudin. (2010). Mendiagnosis dan Menata Laksana 13 Penyakit

Statistik: Disertai Aplikasi Program Stata. Jakarta: IKAPI. hlm. 178.

Deglin, Judith Hopfer. (2004). Pedoman Obat untuk Perawat (4 ed.). Jakarta:

EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Edisi I. hlm. 13-31.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia.

Jakarta: Ditjen POM. Edisi IV. hlm. 1035.

Departemen Kesehatan republik Indonesia. (2005). Materia Medika Indonesia.

Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. hlm.

247-251.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008). Farmakope Herbal Indonesia.

Edisi I. hlm. XXV.

Dipiro et al. (2005). Pharmacotherapy ; A Pathophysiologic Approach (6 th).

New York: McGRAW-HILL. hlm. 1705.

Dipiro et al. (2009). Pharmacotherapy Handbook (7 th). New York: McGRAW-

HILL. hlm. 1-3.

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Firdausi (2012). Interaction of Allopurinol with Salam (Eugenia polyantha

Weight) Leaves Infusion to Blood Uric Acid Level of Male White Rat.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hardman et al. (2012). Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi (10 ed.,

Vol.2). Jakarta: EGC. Hlm. 666-705.

Kusmiyati, A. (2008). Kadar Asam Urat Serum dan Urin Tikus Putih

Hiperurikemia Setelah Pemberian Jus Kentang (Solanum tuberosum L).

Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Mipa UNS, Surakarta.

Hidayat. (2006). Obat Herbal (H. Medicine): Apa Yang Perlu Disampaikan Pada

Mahasiswa Farmasi dan Mahasiswa Kedokteran. Pengembangan

Pendidikan. 3. No. 1. hlm. 141-147.

Howkin, DW, Rahn, DW. (1997). Pharmacotherapy; A Pathophysiological

Approach (3 th). London: Black Well Scientific Publication. hlm. 1755-

1760.

Iswantini et al. (2009). Indonesian Sidaguri (Sida rhombifolia L) as Antigout and

Inhibition Kinetics of Flavonoids Crude Extract on the Activity of Xanthine

Oxidase. Biopharma Research Center. IPB. hlm. 408-504.

Lancet. (2000). Herb-drug Interaction. Vol. 355. hlm. 134-138.

Longe et al. (2002). The Gale Encyclopedia of Medicine (Vol. 3). America: Gale

Group.

Malole dan Pramono. (1989). Penggunaan Hewan-hewan di Laboratorium.

Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar universitas

Bioteknologi. hlm. 104-107.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Formularium Obat Herbal

Indonesia. hlm. 58-60.

Pancasasti, Ranthy. (2016). Pengaruh Elevasi Terhadap Kadar Asam Oksalat

Talas Beneng (Xanhosoma undipes K.Koch) Di Sekitar Kawasan Gunung

Karang Provinsi Banten. Volume 5. No. I. p-ISSN: 2301-4652 / e-ISSN :

2503-068X.

Prasetya, Yudha. (2009). Uji Efektifitas Etanol Daun Sirih (Piper betle L)

terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih Jantan

yang Diinduksi Kafeina. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Price et al. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.

Jakarta: EGC. hlm. 1402-1406.

Purwatiningsih et al. (2010). Antihyperuricemic Activity of the Kepel

(Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.F.& Th). Leaves Extract and Xanthine

Oxidase Inhibitory Study. International Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Science. Vol.2. hlm. 123-127.

Redaksi Vita Health. (2008). Asam Urat. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

hlm. 12.

Rezkiawan. (2012). Interaction of Allopurinol and Kepel Leaves Extract

(Stelecocharpus burahol) towards Serum Uric Acid Levels in Rats.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Ridwanty et al., (2011). Uji Edektifitass Ekstrak etanol Daun Sidaguri (Sida

rhombifolia L.) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Pada Tikus

Putih Jantan Galur Sprague-Dawley. FMIPA. Universitas Pakuan.

Riskesdas. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia. hlm. 96-97.

Saifudin, Aziz. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder. Teor, Konsep, dan

Teknik Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish

Simarmata, Y. B., Saragih A., & Saiful Bahri. (2002). Efek Hipourikemia Ekstrak

Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L) Pada Mencit Jantan. Journal of

Pharmaceutics and Pharmacology, Volume 1. Edisi I. hlm. 21-28.

Sukandar et al.,(2008). Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI. hlm. 645-658.

Syafrullah. (2015). Indonesian Sidaguri (Sida rhombifolia L) an Antigout and

Inhibition Kinetics of Flavonoid. Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung. Nomor 1. hlm. 81-85.

Tjay dan Rahardja. (2007). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-

efek Sampingnya. Edisi 6. Jakarta: Gramedia.

Tjitrosoepomo, C. (1991). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah

Mada.

WHO. (1998). Quality Control Methods For Medicinal Plant Materials. Geneva:

WHO. hlm. 26-27.

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

WHO. (2000). General Guidelines for Methodologies on Research and

Evaluation of Traditional Medicine. hlm. 28.

Yuno, S. (2003). Uji Efek Campuran Ekstrak Herba Seledri (Apium graveolens L)

dan Jahe Merah (Zingeber Officinale R) terhadap Penurunan Kadar Asam

Urat pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kalium Oksonat.

Departemen Farmasi FMIPA-UI.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Hasil determinasi Daun Sidaguri

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Keterangan Tikus Uji

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Surat CoA Allopurinol

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Alur Penelitian

Tikus uji diaklimatisasi selama 2 minggu

Tikus uji dipuasakan selama 12 jam, diukur kadar asam urat pada hari ke 0

Kontrol

normal

Ekstrak

sidaguri

Kontrol

negatif

Kontrol

positif

Kombinasi

ekstrak dan

Allopurinol

Induksi kafein 27 mg/ 200 g BB selama 6 hari Na CMC

0,5%

Pengukuran asam urat pada hari ke 6

Kombinasi

ekstrak

sidaguri dan

Allopurinol

Ekstrak

sidaguri 25

mg/kgBB

Allopurinol

10 mg/kgBB

Kafein 27

mg/200 g

BB

Na

CMC

0,5%

Analisis data

Pengukuran adar asam urat pada hari ke 9, 12 dan 15

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Perhitungan Dosis dan Rendemen

Perhitungan Dosis

Konversi Dosis Hewan ke HED (Human Equivalent Doses) berdasarkan

BSA (Reagan-Shaw, Shannon, Nihal, Minakashi and Ahmad, 2008)

( ) ( ) ( )

( )

Spesies Weight

(kg)

BSA (m²) Km Factor

Manusia

Dewasa 60 1,6 37

Anak-anak 20 0,8 25

Babon 12 0,6 20

Anjing 10 0,5 20

Monyet 3 0,24 12

Kelinci 1,8 0,15 12

Guinea pig 0,4 0,05 8

Tikus 0,15 0,025 6

Hamster 0,08 0,02 5

Mencit 0,02 0,007 3

a. Perhitungan dosis ekstrak etanol 70% daun sidaguri konsentrasi 1% (b/v)

Dosis pada mencit 50 mg/kgBB, dikonversikan pada manusia:

( ) ( ) ( )

( )

( ) ( )

( )

Dosis untuk tikus:

( ) ( ) ( )

( )

( )

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Volume yang diberikan pada tikus 200 g:

( ) ( )

( )

( )

5 mg/ml

Sediaan dibuat menjadi 50 ml, sehingga ekstrak yang ditimbang sebanyak:

Ekstrak (mg) = Volume (ml) x Konsentrasi (mg/ml)

Ekstrak = 50 ml x 2,5 mg/ml = 125 mg

Pembuatan suspensi ekstrak etanol 70% daun sidaguri: ditimbang 125

gram ekstrak sidaguri, kemudian dimasukkan ke dalam lumpang, digerus.

Ditambahkan suspensi Na CMC 0,5% kemudian dihomogenkan.

Selanjutnya dituang ke dalam labu tentukur 50 ml sampai batas tanda.

b. Perhitungan dosis allopurinol

Dosis allopurinol pada manusia 100 mg 1 kali sehari. Dosis untuk tikus:

( ) ( ) ( )

( )

( )

( )

Volume yang diberikan pada tikus 200 g :

( ) ( )

( )

( )

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sediaan dibuat menjadi 50 ml, sehingga allopurinol yang ditimbang

sebanyak:

Allopurinol (mg) = Volume (ml) x Konsentrasi (mg/ml)

Allopurinol = 50 ml x 1 mg/ml = 50 mg

Pembuatan suspensi allopurinol: ditimbang 50 mg allopurinol, kemudian

dimasukkan ke dalam lumpang, digerus. Ditambahkan suspensi Na CMC

0,5% kemudian dihomogenkan. Selanjutnya dituang ke dalam labu

tentukur 50 ml sampai batas tanda.

c. Perhitungan dosis kafein

Dosis yang digunakan yaitu 27 mg /200 g BB

( ) ( )

( )

( )

Sediaan dibuat menjadi 50 ml, sehingga kafein yang ditimbang sebanyak:

Kafein (mg) = Volume (ml) x Konsentrasi (mg/ml)

Kafein = 50 ml x 13,5 mg/ml = 675 mg

Pembuatan suspensi kafein: ditimbang 675 mg kafein, kemudian

dimasukkan ke dalam lumpang, digerus. Ditambahkan suspensi Na CMC

0,5% kemudian dihomogenkan. Selanjutnya dituang ke dalam labu

tentukur 50 ml sampai batas tanda.

Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol 70% Daun Sidaguri

Persentase Rendemen Ekstrak =

=

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Kadar Air dan Kadar Abu

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Persentase Penurunan Kadar Asam Urat

a. Kontrol Positif (Allopurinol) Tunggal

Hari ke-9 :

=

39,29%

Hari ke-12 :

=

= 60,71 %

Hari ke-15 :

=

= 67,86%

b. Ekstrak Sidaguri Tunggal

Hari ke-9 :

=

= -3,31 %

Hari ke-12 :

=

= 49,67 %

Hari ke-15 :

=

= 64,90 %

c. Kombinasi Ekstrak Sidaguri dan Allopurinol

Hari ke-9 :

=

= -8,46%

Hari ke-12 :

=

= 30,35 %

Hari ke-15 :

=

= 50,25 %

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Analisis Data Kadar Asam Urat

1. Uji Normalitas dan Homogenitas kadar asam urat

a. Uji Normalitas Kolmograf-Smirnov

Tujuan: untuk melihat data kadar asam urat tikus uji terdistribusi

normal atau tidak

Hipotesis:

Ho = Data kadar asam urat tikus terdistribusi normal

Ha = Data kadar asam urat tikus tidak terdistribusi normal

Pengambilan Keputusan:

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ha ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 25

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 1,04499852

Most Extreme Differences Absolute ,131

Positive ,079

Negative -,131

Test Statistic ,131

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Keputusan: Kadar asam urat darah tikus uji terdistribusi normal pada

data ( p ≥ 0,05)

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan: untuk melihat data kadar asam urat tikus uji terdistribusi

homogen atau tidak

Hipotesis: Ho = Data kadar asam urat tikus terdistribusi homogen

Ha = Data kadar asam urat tikus terdistribusi tidak homogen

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan Keputusan:

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

H0 5,104 4 19 ,006

H6 1,081 4 19 ,394

H9 ,741 4 19 ,575

H12 1,319 4 19 ,299

H15 1,684 4 19 ,195

- Keputusan: Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa pada hari

ke 6, 9,12 dan 15 data terdistribusi homogen ( p ≥ 0.05). Pada hari

ke-0 data tidak terdistribusi homogen ( p ≤ 0,05), sehingga analisis

dilanjutan dengan uji Kruskal-Wallis.

2. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar asam

urat tikus uji

Hipotesis: Ho = Data kadar asam urat tikus tidak berbeda secara bermakna

Ha = Data kadar asam urat tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan:

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Test Statisticsa,b

H0 H6 H9 H12 H15

Chi-Square 3,402 ,242 2,660 6,569 13,811

df 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. ,493 ,993 ,616 ,161 ,008

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Keputusan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna ( p ≥ 0.05) pada H0,

H6, H9 dan H12. Terdapat perbedaan yang bermakna ( p ≤ 0,05) pada

H15, sehingga analisis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney pada H15.

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Uji Mann-Whitney

Tujuan: untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar asam

urat tikus uji antar kelompok perlakuan

Hipotesis: Ho = Data kadar asam urat tikus tidak berbeda secara bermakna

antar kelompok perlakuan

Ha = Data kadar asam urat tikus berbeda secara bermakna antar

kelompok perlakuan

Pengambilan Keputusan:

- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

a. Kontrol Positif vs Ekstrak Tunggal

- Keputusan: Tidak ada perbedaan secara bermakna ( p ≥ 0.05) pada

kontrol positif vs ekstrak tunggal pada H15.

b. Kontrol Positif vs Penggunaan Kombinasi

Test Statisticsa

H15

Mann-Whitney U 9,000

Wilcoxon W 24,000

Z -,731

Asymp. Sig. (2-tailed) ,465

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,548b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

H15

Mann-Whitney U 5,000

Wilcoxon W 20,000

Z -1,567

Asymp. Sig. (2-tailed) ,117

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,151b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Keputusan: Tidak ada perbedaan secara bermakna ( p ≥ 0.05) pada

kontrol positif vs penggunaan kombinasi pada H15.

c. Ekstrak Tunggal vs Penggunaan Kombinasi

-

-

-

-

-

- Keputusan: Tidak ada perbedaan secara bermakna ( p ≥ 0.05) pada

ekstrak tunggal vs penggunaan kombinasi pada H15.

d. Kontrol Negatif vs Kontrol Positif

Test Statisticsa

H15

Mann-Whitney U 1,000

Wilcoxon W 16,000

Z -2,402

Asymp. Sig. (2-tailed) ,016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,016b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

- Keputusan: Terdapat perbedaan secara bermakna ( p ≤ 0.05) pada

kontrol negatif vs kontrol positif pada H15.

Test Statisticsa

H15

Mann-Whitney U 8,000

Wilcoxon W 23,000

Z -,940

Asymp. Sig. (2-tailed) ,347

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,421b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37182/1/YUNI... · kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Kontrol Negatif vs Ekstrak Tunggal

- Keputusan: Terdapat perbedaan secara bermakna ( p ≤ 0.05) pada

kontrol negatif vs ekstrak tunggal pada H15.

f. Kontrol Negatif vs Kombinasi

Test Statisticsa

H15

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

- Keputusan: Terdapat perbedaan secara bermakna ( p ≤ 0.05) pada

kontrol negatif vs kombinasi pada H15.

Kesimpulan:

- Data kadar asam urat tikus uji tidak berbeda secara bermakna

( p ≥ 0.05) antar kelompok perlakuan; kontrol positif, ekstrak

tunggal, dan penggunaan kombinasi pada H15.

- Data kadar asam urat tikus uji kontrol negatif berbeda secara

bermakna ( p ≤ 0.05) dengan kelompok perlakuan; kontrol positif,

ekstrak tunggal dan penggunaan kombinasi pada H15.

Test Statisticsa

H15

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.