uin syarif hidayatullah jakarta uji aktivitas ekstrak air...
TRANSCRIPT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi
(Ocimum americanum L.) terhadap Kualitas Sperma dan
Densitas Sel Spermatogenesis Tikus Sprague-Dawley Jantan
secara in vivo
SKRIPSI
AUVA MARWAH MUROD
1110102000075
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2014
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi
(Ocimum americanum L.) terhadap Kualitas Sperma dan
Densitas Sel Spermatogenesis Tikus Sprague-Dawley Jantan
secara in vivo
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi
AUVA MARWAH MUROD
1110102000075
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2014
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar.
Nama : Auva Marwah Murod
NIM : 1110102000075
Tanda Tangan :
Tanggal : 21 Agustus 2014
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
NAMA : AUVA MARWAH MUROD
NIM : 1110102000075
JUDUL : Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi (Ocimum Americanum L.)
terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenesis Tikus
Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo
Menyetujui,
Pembimbing I
Eka Putri, M.Si., Apt NIP. 19790517200912202
Pembimbing II
Dr. Azrifitria, M. Si., Apt NIP. 197211272005012004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v
Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi (Ocimum Americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenesis Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Auva Marwah Murod
NIM : 1110102000075
Program Studi : Farmasi
Judul :
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Eka Putri, M.Si., Apt ( )
Pembimbing II : Dr. Azrifitria, M. Si., Apt ( )
Penguji I : Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt ( )
Penguji II : Yardi, Ph.D., Apt ( )
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 21 Agustus 2014
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi (Ocimum Americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenesis Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo
ABSTRAK
Nama : Auva Marwah Murod
Program Studi : Farmasi
Judul :
Penelitian ini dilakukan untuk menguji efek ekstrak herba kemangi (Ocimum americanum
L.) pada tikus putih jantan. Ekstrak diberikan secara oral sekali sehari selama 48 hari yang
terdiri dari 20 ekor tikus jantan galur Sprague-Dawley dan dibagi 4 kelompok yaitu
kelompok kontrol (Na CMC 1%), kelompok perlakuan dosis rendah (1 mg/kg BB), dosis
sedang (10 mg/kg BB), dan dosis tinggi (100 mg/kg BB). Parameter yang dilakukan
meliputi bobot testis, konsentrasi spermatozoa, morfologi sperma, diameter tubulus
seminiferus, dan tebal sel germinal. Hasil yang didapat kemudian dianalisis dengan
menggunakan analisis ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Multiple
Comparisons. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air herba kemangi
dengan dosis I (1 mg/kg BB), II (10 mg/kg BB), dan III (100 mg/kg BB) tidak memberikan
peningkatan yang bermakna terhadap bobot testis dan konsentrasi spermatozoa, namun
memberikan peningkatan yang bermakna terhadap morfologi sperma, diameter tubulus
seminiferus dan tebal sel germinal dibandingkan dengan kontrol (p ≤ 0,05). Dari beberapa
hasil pengamatan tersebut, disimpulkan bahwa ekstrak air herba kemangi dapat
mempengaruhi spermatogenesis tikus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan
sebagai bahan agen fertilitas pria.
Kata kunci : Herba kemangi (Ocimum americanum L.), bobot testis, konsentrasi
spermatozoa, morfologi sperma, diameter tubulus seminiferus, dan tebal sel germinal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
In Vivo Study of the Activity of Aqueous Extract of Ocimum Americanum L. Herb on sperm quality and spermatogenic cell dencity in male rats
ABSTRACT
Name : Auva Marwah Murod
Program Study : Pharmacy
Title :
This study was aimed to find out activity of aqueous extract of Ocimum americanum L.
herbs in male rats. The extract was given orally once a day for 48 days. The sample
consisted of 3 doses and 1 control that were divided in four groups, each groups consist of
5 Sprague-Dawley male rats : control group (CMC Na 1%), treatment I (1 mg/kg BW), II
(10mg/kg BW), and III (100 mg/kg BW). The result of experiment was analyzed by using
One Way ANOVA and by Multiple Comparisons test. The results showed that aqueous
extract of Ocimum americanum L. in dosage 1 mg/kg BW, 10 mg/kg BW, and 100 mg/kg
BW resulted not significant increase to sperm concentration and testis weight, but
significantly increased sperm morphology, diameter of seminiferous tubules and germinal
cell layer thickness compared with control (p ≤ 0,05). This showed that the aqueous extract
of Ocimum americanum L. herbs affected the spermatogenesis of rat. It is hoped that
results of this study can be used to develop a male fertility agent.
Keyword : Ocimum americanum L., testis weight, sperm concentration, morphology
sperm, diameter of seminiferous tubules, germinal cell layer thickness.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi (Ocimum
Americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenesis
Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo” disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian sampai penyusunan skripsi ini tidak
akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Umar Mansur M.Sc, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Eka Putri, M.Si., Apt sebagai pembimbing, terima kasih telah banyak
memberikan ilmu, pengarahan, waktu, dan bimbingan kepada penulis selama
menyusun skripsi ini.
4. Dr. Azrifitria, M.Si, Apt sebagai pembimbing, terima kasih telah banyak
memberikan ilmu, pengarahan, waktu, dan bimbingan kepada penulis selama
menyusun skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Ayahanda Prof. Dr. Murodi dan Ibunda Dra. Fauzah Ahmad tercinta, yang
tanpa lelah terus memberikan dorongan, semangat, pengertiannya bagi penulis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ix
baik secara moril dan materil. serta doa yang tak terhingga di setiap langkah
penulis.
7. Adik-adikku Alvin Fauzi Murod dan Atini Rahmatika Fauzi Murod yang selalu
mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis serta Te Sumi yang telah
banyak membantu dalam mempersiapkan bahan penelitian penulis.
8. Seluruh kakak-kakak laboran yang telah membantu penulis selama melakukan
penelitian di kampus.
9. Kakak-kakakku Agung Priyanto, Indah Fadlul Maula, Wardah Nabiela,
Muhammad Arif dan yang lainnya yang telah banyak membantu dalam
memberikan masukan dan motivasi.
10. Teman seperjuangan sepenelitian Riamayanti Hutasuhut, terima kasih atas
bantuan serta motivasi sejak awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-teman tim farmakologi Julia, Suchinda, Maytaravika, Dita, Nisa Fitria,
Cahyaningtyas terimakasih atas bantuan, motivasi dan kebersamaannya selama
penelitian.
12. Sahabat-sahabat yang selalu ada (Yeyet, Salsabiela, Myra, Suchinda, Nisa,
Mayta) terimakasih atas motivasi, bantuan dan kebersamaannya selama
penelitian.
13. Sahabat yang selalu menemani sejak SD hingga kuliah, Fatiha Alifia Fahrizal
dan Triajeng Pertiwi yang selalu memberikan doa dan semangat kepada
penulis.
14. Dirgha ahdiansyah S.A yang menemani selama ini, yang tak pernah lelah
memberikan doa, semangat dan motivasi untuk penulis hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuangan Farmasi 2010 A dan B yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terimakasih telah memberikan doa, dukungan, kebersamaan dan
persaudaraan selama ini untuk penulis.
16. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca
yang bersifat membangun guna memperbaiki kemampuan penulis.
Jakarta, Agustus 2014
Penulis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Auva Marwah Murod
NIM : 1110102000075
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,
dengan judul :
Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi (Ocimum Americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenesis Tikus Sprague-Dawley
Jantan secara In Vivo.
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library
Perpustakaan akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 21 Agustus 2014
Yang menyatakan,
(Auva Marwah Murod)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ABSTRAK............................................................................................................. ABSTRACT.......................................................................................................... KATA PENGANTAR.......................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR GAMBAR............................................................................................ DAFTAR TABEL................................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
iii iv v vi vii viii xi xii xiv xvi xvii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 1.4 Hipotesis............................................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................
1 3 3 4 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5 2.1 Tanaman Kemangi...............................................................................
2.1.1 Klasifikasi Ilmiah................................................................. 2.1.2 Nama Lain........................................................................... 2.1.3 Morfologi............................................................................. 2.1.4 Ekologi Dan Penyebaran..................................................... 2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman................................................ 2.1.6 Khasiat Tanaman.................................................................
2.2 Simplisia............................................................................................... 2.3 Ekstrak................................................................................................. 2.4 Ekstraksi...............................................................................................
2.4.1 Cara Dingin......................................................................... 2.4.2 Cara Panas........................................................................... 2.4.3 Destilasi Uap....................................................................... 2.4.4 Cara Ekstraksi Lainnya....................................................... 2.4.5 Pengeringan Ekstrak dengan Metode Freeze Drying.........
2.5 Tinjauan Hewan Coba.......................................................................... 2.5.1 Klasifikasi Tikus Putih........................................................ 2.5.2 Biologis Tikus Putih............................................................
2.6 Sistem Reproduksi Tikus Jantan.......................................................... 2.6.1 Produksi Sperma.................................................................... 2.6.2 Spermatogenesis Pada Tikus................................................. 2.6.3 Peran Hormon Pada Spermatogenesis...................................
5 5 5 6 7 7 7 8 8 9 9 10 10 11 12 12 12 13 14 17 18 20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 22 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiii
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................... 3.2.1 Alat........................................................................................ 3.2.2 Bahan.................................................................................... 3.2.3 Hewan Uji.............................................................................
3.3 Rancangan penelitian........................................................................... 3.3.1 Besar Sampel......................................................................... 3.3.2 Dosis Perlakuan.....................................................................
3.4 Prosedur Kerja..................................................................................... 3.4.1 Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak........................ 3.4.2 Penapisan Fitokimia Ekstrak................................................. 3.4.3 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik...................
3.4.3.1 Parameter Spesifik..................................................... 3.4.3.2 Parameter Non Spesifik.............................................
3.4.4 Penyiapan Hewan Coba......................................................... 3.4.5 Pembuatan Preparat............................................................... 3.4.6 Pengukuran Parameter...........................................................
3.4.6.1 Morfologi Sperma..................................................... 3.4.6.2 Bobot Testis............................................................... 3.4.6.3 Perhitungan Konsentrasi Sperma.............................. 3.4.6.4 Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus............. 3.4.6.5 Tebal Sel Germinal....................................................
3.5 Analisa Data......................................................................................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................
4.1 HASIL PENELITIAN.......................................................................... 4.1.1 Determinasi........................................................................... 4.1.2 Karakterisasi Sampel............................................................. 4.1.3 Pengujian Fitokimia Ekstrak................................................. 4.1.4 Pengujian Parameter Ekstrak................................................ 4.1.5 Pengukuran Berat Badan Tikus............................................. 4.1.6 Pengukuran Bobot Testis...................................................... 4.1.7 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa.................................. 4.1.8 Pengamatan Morfologi Sperma............................................. 4.1.9 Pengamatan Diameter Tubulus Seminiferus......................... 4.2.0 Pengamatan Tebal Sel Germinal...........................................
4.2 PEMBAHASAN.................................................................................. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................
5.1 KESIMPULAN.................................................................................... 5.2 SARAN................................................................................................
22 22 22 23 23 23 23 24 24 24 25 25 25 26 26 27 27 27 27 29 29 29 30 30 30 30 30 30 31 32 33 34 35 36 37 43 43 43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... LAMPIRAN..........................................................................................................
44 51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Herba kemangi (Ocimum americanum L.) ................................. .... 6 2. Anatomi sistem reproduksi tikus jantan ........................................... 15 3. Spermatozoa tikus.......................................................... .................. 18 4. Tahapan dari siklus sel spermatogenesis pada tikus ........................ 18 5. Grafik rata-rata berat badan tikus..................................................... 31 6. Grafik rata-rata bobot testis tikus tiap kelompok ............................. 32 7. Grafik rata-rata konsentrasi spermatozoa ........................................ 33 8. Grafik rata-rata morfologi sperma ................................................... 34 9. Grafik rata-rata diameter tubulus seminiferus ................................. 35 10. Grafik rata-rata tebal sel germinal ................................................... 36 11. Blender (Philips) .............................................................................. 54 12. Timbangan analitik .......................................................................... 54 13. Oven ................................................................................................. 54 14. Tanur ............................................................................................... 54 15. Vacuum rotary evaporator ............................................................... 54 16. Freeze dryer ..................................................................................... 54 17. Timbangan hewan ............................................................................ 54 18. Tikus jantan srain SD ....................................................................... 54 19. Alat bedah minor .............................................................................. 54 20. Kandang tikus beserta tempat makanan dan minuman .................... 55 21. Hemasitometer Improved Neubauer (NESCO) .............................. 55 22. Vortex .............................................................................................. 55 23. Mikroskop cahaya ............................................................................ 55 24. Mikropipet ........................................................................................ 55 25. Herba kemangi ................................................................................. 56 26. Ekstrak kering herba kemangi.......................................................... 56 27. Proses Fresh-Press Juice ................................................................. 56 28. Penyaringan maserat ........................................................................ 56 29. Pemekatan ekstrak dengan vacuum rotary evaporator .................... 56 30. Pembuatan suspensi NaCMC 0.5% ................................................. 56 31. Pembuatan suspensi ekstrak air herba kemangi ............................... 56 32. Penyondean tikus ............................................................................. 56 33. Penimbangan bobot testis ................................................................ 56 34. Proses pengenceran spermatozoa dengan larutan george ................ 57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xv
35. Proses pengenceran sperma dengan larutan eosin ........................... 57 36. Penghomogenan spermatozoa dengan vortex .................................. 57 37. Pemasukan spermatozoa ke dalam bililk hitung .............................. 57 38. Normal ............................................................................................ 80 39. Ekor patah ........................................................................................ 80 40. Kepala pipih ..................................................................................... 80 41. Tanpa ekor ....................................................................................... 80 42. Kepala paku ..................................................................................... 80 43. Tanpa kepala .................................................................................... 80 44. Leher patah ....................................................................................... 80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Data Biologis Tikus .......................................................................... 14 3.1 Rancangan Percobaan ....................................................................... 23 3.2 Pengenceran yang Dilakukan dan Kotak yang Dihitung ................. 27 3.3 Cara Pengenceran ............................................................................. 28 3.4 Rumus Konsentrasi Spermatozoa ..................................................... 28 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia ................................................................ 30 4.2 Pengujian Parameter Ekstrak ............................................................ 31 4.3 Rata-Rata Bobot Testis ..................................................................... 32 4.4 Rata-Rata Konsentrasi Spermatozoa ................................................. 33 4.5 Rata-Rata Morfologi Sperma ............................................................ 34 4.6 Rata-Rata Diameter Tubulus Seminiferus ........................................ 35 4.7 Rata-Rata Tebal Sel Germinal .......................................................... 36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil determinasi tanaman................................. .............................. 51 2. Alur penelitian ................................................................................. 52 3. Perhitungan dosis ekstrak herba kemangi ........................................ 53 4. Gambar alat dan bahan penelitian .................................................... 54 5. Gambar kegiatan penelitian ............................................................. 56 6. Hasil penapisan fitokimia ekstrak air herba kemangi ...................... 58 7. Perhitungan rendemen dan kadar abu .............................................. 59 8. Hasil Pengukuran berat badan tikus ................................................. 60 9. Hasil pengukuran bobot testis .......................................................... 61 10. Hasil perhitungan konsentrasi spermatozoa ..................................... 62 11. Hasil perhitungan morfologi sperma ............................................... 63 12. Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus .............................. 65 13. Hasil pengukuran tebal sel germinal ................................................ 66 14. Analisis statistik data bobot testis .................................................... 67 15. Analisis statistik data konsentrasi spermatozoa ............................... 69 16. Analisis statistik data morfologi sperma .......................................... 71 17. Analisis statistik data diameter tubulus seminiferus ........................ 73 18. Analisis statistik data tebal sel germinal .......................................... 75 19. Gambar morfologi spermatozoa....................................................... 77 20. Gambar histologi tubulus seminiferus dan tebal sel germinal ......... 78
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Angka kejadian infertilitas masih menjadi masalah kesehatan di dunia
termasuk Indonesia. Infertilitas adalah kegagalan untuk mencapai kehamilan
setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual (2-3 kali per minggu)
tanpa menggunakan kontrasepsi (WHO, 2014). Menurut Mascarenhas et al.,
(2012) terdapat 48,5 juta pasangan usia produktif yang tidak dapat memiliki
anak, dimana 19,2 juta pasangan tidak dapat memiliki anak pertama, dan 26,3
juta pasangan tidak dapat memiliki anak kedua dan selanjutnya.
Menurut hasil penelitian Syamsiah, seperti dikutip Sari menunjukkan
bahwa di Indonesia, kejadian perempuan infertil 15% pada usia 30-34 tahun,
meningkat menjadi 30% pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada usia 40-44 tahun.
Dari hasil survei gagalnya kehamilan sebanyak 40% disebabkan pria, 40%
wanita, dan 10% dari pria dan wanita, 10% tidak diketahui penyebabnya (Sari,
2013).
Faktor yang mempengaruhi ketidaksuburan pria antara lain pola hidup
yang tidak sehat, asap rokok, dan penyakit. Faktor penting yang mempengaruhi
dan menjadi perhatian dunia adalah stres oksidatif (OS) (Agarwal dan
Prabakaran, 2005). Untuk mengatasi masalah tersebut, berbagai usaha telah
banyak dilakukan pasangan suami istri untuk memperoleh keturunan, salah
satunya adalah mengonsumsi obat tradisional. Campuran bahan obat tradisional
tersebut belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha
pengobatan hanya berdasarkan pengalaman kebiasaan nenek moyangnya (Dep.
Kes. RI 1985).
Penelitian mengenai tanaman yang memiliki efek fertilitas telah banyak
dilakukan, di antaranya adalah biji karabenguk (Mucuna pruriens) asal Bantul
yang menunjukkan terjadinya peningkatan konsentrasi sperma dan motilitas
sperma yang signifikan pada mencit albino jantan (Mus musculus) (Viensa
pradipta, 2013), pemberian tepung kedelai (Glycine max, (Linn.) Merrill) kaya
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
isoflavon, Zn dan vitamin E yang dapat meningkatkan motilitas dan konsentrasi
spermatozoa (S. Astuti et al., 2008), ekstrak daun cincau hijau (Cyclea barbata
L. Miers) yang dapat memberikan efek perbaikan abnormalitas morfologi
spermatozoa mencit jantan yang dipapar asap rokok (Rinda, 2010), minyak
jinten hitam (Nigella sativa) yang dapat meningkatkan motilitas spermatozoa
tikus wistar hiperlipidemia (Siti, 2009). Tanaman-tanaman tersebut telah terbukti
dapat meningkatkan motilitas sperma dan konsentrasi sperma, selain tanaman
tersebut, kemangi (Ocimum americanum L.) juga diduga dapat memperkuat daya
tahan sperma (Setyo Kurniawan, 2013).
Penelitian mengenai kemangi (Ocimum americanum L.) yang sudah
dilakukan antara lain uji aktivitas imunomodulator dari ekstrak metanol benih
kemangi (Ocimum americanum L.) (Sunitha et al., 2013), aktivitas
hepatoprotektif daun Ocimum americanum L. terhadap kerusakan hati tikus yang
diinduksi paracetamol (Aluko, 2013), dan aktivitas antioksidan dan sitotoksik
minyak esensial Ocimum canum dari India (Tamil Selvi et al., 2012). Kemangi
(Ocimum americanum L.), menurut Setyo Kurniawan (2013), memiliki
kandungan arginin yang diduga dapat memperkuat daya tahan sperma dan
mencegah kemandulan, selain itu anetol dan boron juga di duga dapat menjaga
kesehatan reproduksi pria dan wanita dan dapat merangsang hormon esterogen
maupun androgen. Hasil penapisan fitokimia ekstrak air pada tanaman kemangi
(Ocimum americanum L.) sendiri menunjukkan adanya senyawa golongan
flavonoid, tanin, karbohidrat, protein, dan fenol (Sangeetha, 2013). Penelitian
mengenai kemangi yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas sperma
belum dilakukan, oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai efek kandungan yang terdapat pada herba kemangi terhadap kualitas
sperma dan densitas sel spermatogenesis tikus Sprague-Dawley jantan secara in
vivo.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak air herba kemangi (Ocimum
americanum.L) terhadap kualitas sperma yang mencakup profil
morfologi sperma, bobot testis dan konsentrasi spermatozoa pada tikus
putih (Ratus novergicus) jantan galur Spargue dawley secara in vivo?
2. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak air herba kemangi (Ocimum
americanum L.) terhadap densitas sel spermatogenesis yang
mencakup diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal pada
tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Spargue dawley secara in
vivo?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian uji fertilitas ekstrak air herba kemangi (Ocimum
americanum L.) pada tikus sehat jantan galur Spargue dawley secara in vivo
adalah :
1. Untuk menguji pemberian ekstrak air herba kemangi (Ocimum
americanum L.) terhadap kualitas sperma yang mencakup profil
morfologi sperma, bobot testis dan konsentrasi spermatozoa pada
tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Spargue dawley secara in
vivo.
2. Untuk menguji pemberian ekstrak air herba kemangi (Ocimum
americanum L.) terhadap densitas sel spermatogenesis yang
mencakup diameter tubulus seminiferus dan tebal lapisan sel
germinal pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Spargue
dawley secara in vivo.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.4 HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian uji fertilitas ekstrak air herba kemangi (Ocimum
americanum L.) pada tikus sehat jantan galur Spargue dawley secara in vivo
adalah :
1. Pemberian ekstrak air herba kemangi (Ocimum americanum L.)
berpengaruh terhadap kualitas sperma yang mencakup profil
morfologi sperma, bobot testis dan konsentrasi spermatozoa pada
tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Spargue dawley secara in
vivo.
2. Pemberian ekstrak air herba kemangi (Ocimum americanum L.)
meningkatkan densitas sel spermatogenesis yang mencakup diameter
tubulus seminiferus dan tebal sel germinal pada tikus putih (Rattus
novergicus) jantan galur Spargue dawley secara in vivo.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Memberikan manfaat kepada masyarakat luas mengenai khasiat herba
kemangi (Ocimum americanum L.) sebagai peningkat kualitas sperma dan dapat
memberikan informasi dalam pengembangan ilmu reproduksi yang kemudian
dapat digunakan dalam pengobatan infertilitas.
5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kemangi
2.1.1. Klasifikasi Ilmiah (US Departement of Agriculture)
Tanaman kemangi secara taksonomi mempunyai klasifikasi ilmiah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum L.
Spesies : Ocimum canum Sims
2.1.2. Nama Lain (Siemonsma dan Piluek, 1994)
a. Sinonim : Ocimum africanum Lour, Ocimum americanum L, Ocimum
brachiatum Blume.
b. Nama Asing : Selaseh, kemangi, ruku-ruku (Malaysia); American basil,
Hoary basil, Lemon basil, Wild basil (Inggris); Surawung (Sunda),
Selasih putih, kemangi (Indonesia); Maenglak (Thailand); Rau h[us]ng
(Vietnam).
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.3. Morfologi Tanaman Kemangi
(Sumber : koleksi pribadi)
Gambar 1.Ocimum americanum L.
Kemangi merupakan tanaman tegak, bercabang banyak, tanaman
semusim, herbal aromatik yang tingginya dapat mencapai 0,3-1 m. Batang dan
cabangnya berbentuk segi empat, berwarna hijau kekuningan dan terdapat bulu
pada batang terutama pada bagian batang muda (Siemonsma dan Pileuk, 1994).
Bentuk daun sederhana dan saling berhadapan silang dengan ujung daun
berbentuk runcing serta panjang tangkai daun mencapai 2 cm. Helai daun
berbentuk bulat panjang dengan ukuran panjang daun mencapai 5 cm dan lebar
daun mencapai 2,5 cm (Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).
Bunga kemangi merupakan bunga majemuk yang panjangnya dapat
mencapai 15 cm, tersusun berhadapan silang dengan 6 bunga membentuk
lingkaran (karangan semu) yang masing-masing terpisah dengan jarak mencapai
3 cm, berbentuk sederhana atau bercabang. Ibu tangkai bunga dan porosnya
berbentuk segi empat. Panjang daun pelindung pada bunga adalah 2-3 mm
berbentuk bulat panjang serta berbulu. Panjang tangkai bunga mencapai 4 mm,
sangat bengkok pada bagian atas. Kelopak bunga berbelah dua dengan panjang
2-2,5 cm dan berbulu putih pada bagian luarnya serta berwarna putih. Mahkota
bunga berbentuk tabung berbibir dua dengan ukuran 4 mm dan berwarna putih.
Terdapat 4 benang sari yang berbentuk ramping dengan 2 benang sari yang lebih
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
panjang. Putik dengan 4 bakal biji dan 4 bakal buah serta 2 kepala putik
(Siemonsma dan Piluek, 1994).
2.1.4. Ekologi dan Penyebaran
Kemangi sering ditemukan di pinggir jalan, hutan jati, dan tempat
gersang terbuka dekat dengan pemukiman. Tanaman ini lebih suka tempat yang
cerah, terlindung dari angin, tumbuh baik pada dataran dengan ketinggian
mencapai 500-2000 m dari permukaan laut, tanaman ini lebih suka tumbuh
pada dataran tinggi, tetapi banyak juga di tanam di sawah (Siemonsma dan
Piluek, 1994).
Kemangi tumbuh secara liar dan dapat di budidayakan di Afrika dan
Asia yang beriklim tropis. Asal tanaman ini tidak diketahui secara pasti. Di
Asia Tenggara telah dilaporkan terdapat kemangi di Indonesia dan Papua
Nugini. Di Filipina, keberadaan kemangi masih diragukan, namun tanaman ini
juga telah dilaporkan terdapat di Amerika yang beriklim tropis dan beberapa
kepulauan di Hindia Barat (Siemonsma dan Piluek, 1994).
2.1.5. Kandungan Kimia Tanaman
Kandungan kimia pada Ocimum americanum L. antara lain : minyak
atsiri, karbohidrat, fitosterol, alkaloid, senyawa fenolik, tanin, lignin, pati,
saponin, flavonoid, terpenoid dan antrakuinon (Dhale et al., 2010; Sarma dan
Babu, 2011). Sedangkan kandungan utama minyak atsiri pada Ocimum
americanum L. adalah Camphor, limonene, methyl cinnamate dan linalool
(Hadipoeyanti dan Wahyuni, 2008).
2.1.6. Khasiat Tanaman
Secara tradisional, Ocimum spp. digunakan sebagai obat untuk
menyembuhkan beberapa penyakit seperti demam, mengurangi rasa mual, sakit
kepala, sembelit, diare, batuk, penyakit kulit, penyakit cacing, gagal ginjal,
epilepsi dan digunakan sebagai penambah aroma pada makanan (Nurcahyanti
dkk., 2011; Maryati dkk., 2007), selain itu secara empiris kemangi banyak
digunakan untuk mengatasi masalah atau gangguan seksual pada pria maupun
wanita (Setyo Kurniawan, 2013)
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa Ocimum spp.
mengandung senyawa yang bersifat insektisida, larvasida, nematisida,
antipiretik, fungisida, antibakteri dan antioksidan (Nurcahyanti dkk., 2011;
Maryati dkk., 2007).
2.2. Simplisia (Depkes, 2000)
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang
secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
c. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan berupa zat kimia murni.
2.3. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan (Anonim, 2000).
Ada beberapa jenis ekstrak yakni : ekstrak cair, ekstrak kental dan
ekstrak kering. Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang
mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak mengandung senyawa aktif
dari 1 g simplisia yanq memenuhi syarat. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih
bisa dituang biasanya kadar air lebih 30%. Ekstrak kental jika memilki kadar air
antara 5-30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5%
(Saifudin dkk, 2011).
2.4. Ekstraksi
2.4.1. Cara dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruangan (kamar) (Dirjen POM, 2000). Dalam maseraasi
(untuk ekstrak cairan), serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang
kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode
tertentu dengan pengadukan yang sering, sampai zat tertentu dapat
terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang
termolabil (Tiwari et.al., 2011 ).
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengernbangan bahan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya(penetesan/penampungan
ekstrak), terus menerus sampai diperorehekstrak (perkolat) yang
jumlahnya 1- 5 kali bahan (Ditjen POM, 2000).
3. Ekstraksi fresh juice
Fresh juice adalah proses ekstraksi dimana dilakukan dengan
menggunakan alat blender dan bahan yang digunakan adalah bahan segar
tanpa melalui proses pengeringan.
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.2 Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna (Ditjen POM, 2000).
2. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumrah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik (Ditjen POM, 2000).
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC (Ditjen POM, 2000).
4. Infus
lnfus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperature
terukur 96-980C) selama waktu tertentu (15 - 20 menit ) (Ditjen POM,
2000).
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (> 300C ) dan
temperature sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).
2.4.3 Destilasi uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak
atisiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa
tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air darl ketel
secara kontinu sampai sempurna diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama
senyawa kandungan yang memisah sempuma atau memisah sebagian.
Destilasi uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelup ke air yang
mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut
terdestilasi. Destilasi uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau
sebagian dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut
terdestilasi.
2.4.4 Cara ekstraksi lainnya
1. Ekstraksi berkesinambungan
Proses ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan pelarut yang
berbeda atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun berturutan
beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi (jumlah
pelarut) dan dirancang untuk bahan dalam jumlah besar yang terbagi
dalam beberapa bejana ekstraksi (Ditjen POM, 2000).
2. Super kritikal karbondioksida
Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk simplisia,
dan umumnya digunakan gas karbondioksida. Penghilangan cairan
pelarut dengan mudah dilakukan karena karbondioksida menguap dengan
mudah, sehingga hampir langsung diperoleh ekstrak (Ditjen POM, 2000).
3. Ekstraksi Ultrasonik
Getaran ultrasonik (> 20.000 Hz.) memberikan efek pada proses
ekstrak dengan prinsip rneningkatkan permiabilitas dinding sel,
menimbulkan gelembung spontan (cavitation) sebagai stres dinamik
serta menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada
frekuensi getaran, kapasitas alat dan lama proses ultrasonikasi (Ditjen
POM, 2000).
4. Ekstraksi energi listrik
Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet
serta "electric-discharges" yang dapat mempercepat proses dan
meningkatkan hasil dengan prinsip menimbulkan gelembung spontan dan
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menyebarkan gelombang tekanan berkecepatan ultrasonik (Ditjen POM,
2000).
2.4.5. Pengeringan Ekstrak dengan Metode Freeze Drying
Pengeringan secara umum bermaksud untuk menghilangkan pelarut dari
material yang akan dikeringkan. Salah satu tipe pengeringan yaitu freeze-drying.
Pengeringan-beku atau lyophilization adalah proses pengeringan di mana pelarut
dan atau media suspensi yang mengkristal pada temperatur rendah dan
sesudahnya mensublimasi dari padat langsung ke fase uap. Pengeringan-beku
lebih banyak dilakukan dengan air sebagai pelarut. Pengeringan mengubah es
atau air dalam fase amorf menjadi uap. Karena tekanan uap es rendah, volume
uap menjadi besar. Tujuan pengeringan-beku adalah untuk memproduksi suatu
substansi dengan stabilitas yang baik dan tidak berubah setelah rekonstitusi
dengan air, meskipun hal ini sangat tergantung juga pada langkah terakhir
proses: pengemasan dan kondisi penyimpanan(Puspitasari, 2012).
2.5. Tinjauan Hewan Percobaan
2.5.1. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Menurut Krinke (2000) klasifikasi Tikus putih (Rattus norvegicus)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Order : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Rattus
Species : norvegicus
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5.2. Biologis Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang sengaja
dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna
mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala
penelitian atau pangamatan laboratorik. Tikus termasuk hewan mamalia, oleh
sebab itu dampaknya terhadap suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda
dibanding dengan mamalia lainnya. Selain itu, penggunaan tikus sebagai hewan
percobaan juga didasarkan atas pertimbangan ekonomis dan kemampuan hidup
tikus hanya 2-3 tahun dengan lama produksi 1 tahun(Smith dan Mangkoewidjojo
1988).
Kelompok tikus laboratorium pertama-tama dikembangkan di Amerika
Serikat antara tahun 1877 dan 1893. Keunggulan tikus putih dibandingkan tikus
liar antara lain lebih cepat dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman,
dan umumnya lebih cepat berkembang biak. Kelebihan lainnya sebagai hewan
laboratorium adalah sangat mudah ditangani, dapat ditinggal sendirian dalam
kandang asal dapat mendengar suara tikus lain dan berukuran cukup besar
sehingga memudahkan pengamatan. Secara umum, berat badan tikus
laboratorium lebih ringan dibandingkan berat badan tikus liar. Biasanya pada
umur empat minggu beratnya 35-40 g, dan berat dewasa rata-rata 200-250 g,
tetapi bervariasi tergantung pada galur. Galur Sprague Dawley merupakan galur
yang paling besar diantara galur yang lain(Smith dan Mangkoewidjojo 1988).
Terdapat beberapa galur tikus yang sering digunakan dalam penelitian.
Galur-galur tersebut antara lain : Wistar, Sprague-Dawley, Long Evans, dan
Holdzman. Dalam penelitian ini digunakan galur Sprague-Dawley dengan ciri-
ciri berwarna putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang daripada
badannya (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Tikus ini pertama kali diproduksi
oleh peternakan Sprague Dawley. Tikus Sprague Dawley merupakan jenis
outbred tikus albino serbaguna secara ekstensif dalam riset medis. Keuntungan
utamanya adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya. Adapun data
biologis tikus sebagai berikut :
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1. Data biologis tikus (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
2.6. Sistem Reproduksi Tikus Jantan
Sistem reproduksi tikus jantan terdiri atas testis dan skrotum, epididimis,
duktus deferens, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan
bulbouretralis), uretra dan penis. Selain uretra dan penis, semua struktur ini
Lama hidup 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun
Lama produksi ekonomis 1 tahun
Lama bunting 20-22 hari
Umur dewasa 40-60 hari
Umur dikawinkan 8-10 minggu (jantan dan betina)
Siklus kelamin Poliestrus
Siklus estrus (berahi 4-5 hari
Lama estrus 9-20 jam
Perkawinan Pada waktu estrus
Ovulasi 8- 11 jam sesudah timbul estrus, spontan
Ferilisasi 7-10 jam sesudah kawin
Implantasi 5-6 hari sesudah fertilisasi
Berat dewasa 300-400 g jantan; 250-300 g betina
Suhu (rektal) 36-39oC (rata-rata 37,5
oC)
Pernapasan 65-115/menit, turun menjadi 50 dengan
anestesi, naik sampai 150 dalam stress
Denyut jantung 330-480/menit, turun menjadi 250 dengan
anestesi, naik sampai 550 dalam stress
Tekanan Darah 90-180 sistol, 60-145 diastol, turun menjadi
80 sistol, 55 diastol dengan anestesi
Konsumsi oksigen 1,29-2,68 ml/g/jam
Sel darah merah 7,2-9,6 x 106/mm3
Sel darah putih 5,0-13 0 x 103/mm
3
SGPT 17,5-30,2 lU/liter
SGOT 45,7-80,8 IU/liter
Kromosom 2n=42
Aktivitas nokturnal (malam)
Konsumsi makanan 15-30 g/hari (dewasa)
Konsumsi minuman 20-45 ml/hari (dewasa)
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berpasangan. Duktus yang menjadi testis, duktuli eferentes bersama duktus
epididymis, suatu duktus konvolusi bergelung untuk membuat epididimis, suatu
organ yang terletak pada permukaan posterior testis(Fawcett & Bloom, 2002).
Dari epididimis, duktus deferen yang lurus panjang naik dari skrotum dan
melalui aknalis inguinalis masuk ke dalam pelvis, tempat duktus ini berlanjut
dengan duktus ejakulatorius, suatu segmen terminal dari sistem duktus yang
membuka ke arah uretra prostatic. Berhubungan dengan sistem duktus adalah
tiga kelenjar asesorius, vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulboureta.
Spermatozoa dari epididimis, bersama dengan hasil sekretorius kelenjar ini,
merupakan semen yang dikeluarkan melalui uretra penis (Fawcett & Bloom,
2002).
Gambar 2. Anatomi sistem reproduksi tikus jantan (Suckow, 2006)
Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara interna organ
reproduksinya dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ
yang berfungsi menyalurkan spermatozoa dari organisme jantan ke betina.
Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah memproduksi
spermatozoa dan sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel spermatozoa
masuk menuju rahim (William, 2005).
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ketiga kelenjar asesorius mensekresi zat-zat makanan bagi spermatozoa.
Vesikula seminalis merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di
belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan
yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Kelenjar Cowper (kelenjar
bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju urethra.
Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa). Prostat terletak
di pelvis, tepatnya di posterior dan inferior vesika urinaria dekat dengan rektum.
Fungsi dari kelenjar prostat adalah memproduksi cairan prostat yang
mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang merupakan komponen utama
dari semen yang bersifat basa (Faranita, 2009 ).
Testis memiliki dua fungsi, yaitu sebagai tempat spermatogenesis dan
produksi andogen. Oleh sebab itu, maka testis dapat juga dikatakan sebagai
kelenjar ganda, karena secara fungsional bersifat endokrin dan juga eksokrin.
Fungsi endokrin terletak pada sel Leydig yang menghasilkan androgen, terutama
testosteron. Fungsi eksokrin terletak pada epitelium semiferus yang
menghasilkan spermatozoa (Fawcett & Bloom, 2002).
Spermatogenesis terjadi di dalam suatu struktur yang disebut tubulus
seminiferous. Tubulus ini berlekuk-lekuk dalam lobules yang semua duktusnya
kemudian meninggalkan testis dan masuk ke dalam epididimis. Produksi
andogen terjadi di dalam kantung dari sel khusus yang terdapat di daerah
interstitial antara tubulus. Tubulus seminferus dilapisi oleh epitelium bertingkat
yang sangat kompleks yang mengandung sel spermatogenik dan sel-sel yang
menunjang. Sel-sel penunjang berjenis tunggal disebut dengan sel
Sertoli(Heffner & Schust, 2005).
Tubulus seminiferus di kelilingi oleh membran basal. Di dekat membran
basal ini terdapat sel progenitor untuk produksi spermatozoa. Epitel yang
mengandung spermatozoa yang sedang berkembang di sepanjang tubulus disebut
epitel seminiferus atau epitel germinal. Pada potongan melintang testis,
spermatosit dalam tubulus berada dalam berbagai tahap pematangan. Di antara
spermatosit terdapat sel Sertoli. Sel ini berperan secara metabolik dan struktural
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk menjaga spermatozoa yang sedang berkembang. Sel Sertoli memfagosit
sitoplasma spermatid yang telah dikeluarkan. Sel ini merupakan satu-satunya sel
nongerminal dalam epitel seminiferous. Semua sel Sertoli berhubungan dengan
membrane basal pada satu kutubnya dan mengelilingi spermatozoa yang sedang
berkembang pada kutub yang lain. Sel Sertoli memilki jari-jari sitoplasma yang
besar dan kompleks yang dapat mengelilingi banyak spermatozoa dalam satu
waktu(Heffner & Schust, 2005).
Sel ini juga berfungsi pada proses aromatisasi prekursor androgen
menjadi estrogen, suatu produk yang menghasilkan pengaturan umpan balik
lokal pada sel Leydig yang memproduksi androgen. Selain itu sel Sertoli juga
menghasilkan protein pengikat androgen. Produksi androgen sendiri terjadi di
dalam kantong dari sel khusus (sel Leydig) yang terdapat di daerah interstitial
antara tubulus-tubulus seminiferus (Heffner & Schust, 2005).
2.6.1. Produksi Sperma
Produksi sperma tiap hari per testis pada tikus adalah 35,4 x 106/mL,
tidak berbeda signifikan dengan manusia yakni sebesar 45,5 x 106/mL. Tubulus
seminiferus tikus lebih tebal dari manusia yakni 347+5 µm vs 262+9 µm , tetapi
pembatas tubulus pada tikus lebih jauh tipis dibanding manusia (1,4+1 µm vs
15,9+3,4 µm). Epitel seminiferus tikus mengandung40% lebih sel spermatogenik
dari volumenya, dua kali lebih banyak dari epitel seminiferus manusia (Ilyas,
2007).
Spermatozoa pada tikus lebih panjang dibandingkan dengan spesies
mamalia lainnya, termasuk manusia dan hewan domestik lainnya dan biasanya
panjangnya sekitar 150 – 200 mm. Kepala sperma pada tikus berbentuk kail hal
ini sama seperti pada hewan pengerat lainnya (Krinke, 2000).
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 3. Spermatozoa tikus
2.6.2 Spermatogenesis Pada Tikus
Dasar pengetahuan yang cukup telah dibangun tentang spermatogenesis
pada tikus. Sel primodial germinal yang telah berhenti bermigrasi diliputi oleh
sel Sertoli dan membran basal yang menonjol dalam tubulus seminiferus pada
alat kelamin tikus jantan. Sel kelamin jantan tetap tidak aktif sampai sebelum
masa pubertas, yaitu dimana sekitar 50 hari setelah kelahiran. Pada tahap itu
mereka mulai membelah dan menjadi spermatogonium, dan kemudian terus
membelah sampai hewan kehilangan kemampuan untuk memproduksi
spermatozoa.
Gambar 4. Tahapan dari siklus sel spermatogenesis pada tikus, dimulai dari
kiri bawah searah jarum jam. A, tipe spermatogonium A; In , spermatogonium
tipe intermediet; B, tipe spermatogonium B; R, spermatosit primer resting; L,
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
spermatosit leptotene; Z, spermatosit zygotene; P(I), P(VII), P (XII), awal,
pertengahan dan akhir spermatosit pachytene. Angka romawi menunjukkan
tahap siklus di mana mereka ditemukan; Di, diplotene; II, spermatosit
sekunder; 1-19, tahap spermiogenesis. Tabel di tengah memberikan komposisi
sellular dari tahapan sikluspada epitel seminiferus (l-XIV). Penulisan m
menunjukkan terjadinya mitosis (Clermont, 1962).
Sel-sel spermatogenik berkembang dalam tubulus seminiferus testis
melalui suatu perkembangan yang komplek yang disebut dengan
spermatogenesis. Spermatogenesis memerlukan suatu seri komplek dimana
spermatozoa dihasilkan melalui tahap mitosis, meiosis, dan diferensiasi sel untuk
menjadi spermatozoa matang. Perubahan morfologi dari spermatid menjadi
spermatozoa disebut dengan spermiogenesis. Selanjutnya spermatozoa
dilepaskan ke dalam lumen tubulus. Proses pelepasan tersebut dikenal dengan
proses spermiasi (Ilyas, 2007).
Spermatogonium secara garis besar diklasifikasikan ke dalam tiga jenis:
tipe A, tipe intermediet dan tipe B. Tipe spermatogonia A ini dibagi lagi
menjadi tipe AO (disebut juga sel induk) dan tipe Al-A4. Tipe spermatogonium
AO tetap pada membran basal di tubulus seminiferus dan memiliki kemampuan
untuk membelah menjadi dua sel anak, salah satunya menjadi spermatogonium
A1, yang seterusnya lebih lanjut dalam proses spermatogenesis, sedangkan yang
lainnya sebagai sel induk. Pada tikus, spermatogonium A1 kemudian memiliki
enam pembelahan mitosis, dan kemudian mereka menjadi spermatosit prelepton.
Kemudian spermatosit dalam fase meiosis, di mana berkembang menjadi
leptolene, zygotene dan pakiten untuk menjadi spermatosit sekunder di
komponen adluminal dari sel Sertoli dalam tubulus seminiferous. Selama fase
meiosis, masing-masing spermatosit membelah menjadi satu dari empat
spermatid haploid, yang kemudian memasuki fase akrosom, selama akrosom
berkembang. Kondensasi inti dan perpanjangan terjadi berikutnya, diikuti oleh
fase eliminasi dan pelepasan sitoplasma(Krinke, 2000).
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada tikus, 14 tahapan siklus spermatogenesis terjadi di dalam tubulus
seminiferus. Tubulus memiliki susunan ruas, dan setiap potongan melintang
tubula menunjukkan tahapan yang seragam yang melibatkan empat atau lima
generasi di sel germinal dengan sesuai. Tubulus seminiferus di tikus
dikarakterisasi oleh struktur ruas, sedangkan pada manusia dan hewan domestik
lainnya biasanya menunjukkan pola mosaic di beberapa tahap. Pada tikus,
dibutuhkan 12 hari untuk menyelesaikan satu siklus yang terdiri dari 14 tahap.
Spermatogonium tikus membutuhkan empat siklus sampai akhirnya membentuk
spermatozoa, sehingga diperlukan 48 hari untuk menyelesaikan seluruh tahap
spermatogenesis (Krinke, 2000).
2.6.3. Peran Hormon Pada Spermatogenesis
Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan oleh organ hipotalamus, hipofisis dan testis sendiri. Testes
memproduksi sejumlah hormone jantan yang kesemuanya disebut androgen.
Yang paling poten dari androgen adalah testosterone. Fungsi testosterone adalah
merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubulus
seminiferous, merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar asesori dan
merangsang pertumbuhan sifat jantan (Partodihardjo,1980).
Spermatogenesis dan pematangan sperma sewaktu bergerak di sepanjang
epididymis dan vas deferens memerlukan androgen. Androgen juga mengontrol
pertumbuhan dan fungsi vesikula seminalis serta kelenjar prostat.
Spermatogenesis hampir seluruhnya terjadi dibawah pengaruh hormon-hormon
yang berasal dari hipofisa, terutama FSH. Hal ini mirip dengan apa yang terjadi
pada ovarium, dimana terjadi pembentukan folikel di bawah pengaruh FSH.
Spermiogenesis adalah lanjutan spermatogenesis yang berlangsung di bawah
peranan LH dan testosterone. Tanpa testosterone spermatozoa tidak dapat
mencapai pendewasaan yang baik.
Spermatogenesisdimulaipada saatpubertaskarena adanyapeningkatan
sekresigonadotropin(FSHdan LH) dari
hipofisisanterior.FSHdianggaphormonpentinguntuk induksispermatogenesis
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
danmerangsang secara langsungpada tubulusseminiferus, karena
spermatogenesislengkappada tikushypophvsectomizeddipulihkanoleh
perlakuanFSHdalam kombinasi denganLHdan testosteron.Di sisi lain, efek
spermatogenesis dari LH, kadang-kadang disebut hormonselinterstisial
yangmerangsang(ICSH) pada priakarena tindakanandrogenikpadasel-sel
Leydigdiinterstitium, dianggap dimediasi olehandrogen, setidaknya pada
tikus.Dalam konteks ini,sekresi LHjuga merangsangsintesistestosteron di
selLeydigpada testis.
Aksi FSH pada spermatogenesis mungkin dimediasi oleh sel Sertoli,
karena hormon peptida tidak dapat secara langsung mencapai spermatosit dan
spermatid melintasi sawar darah testis, yang terbentuk selama 16 - 19 hari
setelah kelahiran. Sebaliknya, testosteron dapat dengan mudah melewati sawar
darah testis dengan difusi (dan mungkin juga oleh beberapa sistem transportasi).
Telah dilaporkan bahwa tingkat testosteron di dalam cairan interstisial (lebih dari
50 ng / mL) pada tikus dewasa jauh lebih tinggi dibanding pada testis (sekitar
30ng/mL) atau cairan vena perifera (kurang dari 10 ng / ml ), menunjukkan aksi
parakrin atau autokrin dari testosteron pada spermatogenesis di testis.
Salah satu peran untuk sel Sertoli adalah produksi androgen yang
mengikat protein, dimana dirangsang oleh FSH dan testosteron. Ini juga telah
menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang tidak diketahui yang
dikeluarkan dari sel Sertoli, sebagai respon untuk merangsang FSH dan
testosteron, mungkin berkaitan dengan spermatogenesis (Krinke, 2000).
22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Mei 2014. Pembuatan
ekstrak dilakukan di laboratorium Penelitian 2 dan di Bidang Botani Pusat Penelitian
Biologi-LIPI Bogor, pemeliharaan dan perlakuan hewan uji di Animal House Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sedangkan untuk pembuatan preparat histologi dilakukan di Laboratorium Patologi
Universitas Indonesia.
3.2. ALAT DAN BAHAN
3.2.1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender (Phillips), timbangan
analitik (AND GH-202 dan Wiggen Hauser), vacuum rotary evaporator (EYELA),
Freeze Dryer (EYELA FDU-1200), erlenmeyer, beakerglass, batang pengaduk, spatula,
kertas saring, kapas, corong gelas, tabung reaksi, pipet tetes, tanur (Thermo Scientific),
alumunium foil, timbangan hewan (Ohauss), kandang tikus beserta tempat makanan dan
minum, sonde oral, wadah pembiusan, alat bedah minor, kaca objek dan penutupnya, cawan
penguap, Mikropipet (Eppendorf Research plus), mikroskop cahaya (Motic dan Epson) dan
Hemositometer Improved Neubauer (NESCO).
3.2.2. Bahan Penelitian
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba dari kemangi (Ocimum
americanumL.) yaitu seluruh bagian tanaman beberapa sentimeter di atas permukaan tanah,
kecuali akar, yang digunakan sebagai simplisia disebut herba.Herba kemangi diiperoleh
pada tanggal 16 Februari 2014 dariDesa Grogol, Kecamatan Limo, Depok dan diambil pada
saat usia tanaman 2 bulan. Sebelum dilakukan penelitian, herba kemangi terlebih dahulu
dideterminasi “Herbarium Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi– LIPI
Bogor untuk memastikan kebenaran simplisia.
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%, pereaksi untuk
penapisan fitokimia (amonia 25% dan 10%; etil asetat; HCl pekat, 10% dan 1%; pereaksi
Dragendorff; pereaksi Mayer; aquadest; lempeng magnesium; butanol; eter; pereaksi
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Liebermann – Burchard; FeCl3 1%; NaOH 1 N; petroleum eter; kloroform), eter,
larutan buffer netral formalin, larutan untuk pembuatan preparat [Hematoksilin-Eosin,
larutan Bouin (asam pikrat, formaldehid 4%, asam asetat), larutan xilol, Alkohol, Parafin]
dan larutan George.
3.2.3. Hewan Uji
Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan strain
Sprague Dawley yang sehat dan fertil berumur 2,5–3 bulan dengan berat badan 180–250
gram yang diperoleh dari peternakan Institut Pertanian Bogor.
3.3. RANCANGAN PENELITIAN
3.3.1. Besar Sampel
Penelitian ini bersifat eksperimental yang terbagi dalam 4 kelompok perlakuan
yang masing–masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih jantan strain Sprague
Dawley (WHO, 2000).
3.3.2. Dosis Perlakuan
Untuk perhitungan dosis yang diberikan dapat dilihat pada Lampiran 2. Pemberian
ekstrak air dilakukan selama 48 hari sesuai dengan siklus spermatogenesis tikus (Krinke,
2000).
Tabel 3.1. Rancangan Percobaan
Kelompok Jumlah Tikus Perlakuan Keterangan
I (kontrol) 5
Tikus diberikan pembawa (Na
CMC 0.5 %)
48 hari
II (dosis rendah) 5
Tikus diberikan ekstrak air herba
kemangi (Ocimum americanum
L.) dalam Na CMC 0.5 % dengan
dosis 1 mg/KgBB
48 hari
III (dosis sedang) 5
Tikus diberikan ekstrak air herba
kemangi (Ocimum americanum
L.) dalam Na CMC 0.5 % dengan
dosis 10 mg/KgBB
48 hari
IV (dosis tinggi) 5
Tikus diberikan ekstrak air herba
kemangi (Ocimum americanum
L.) dalam Na CMC 0.5 % dengan
dosis 100 mg/KgBB
48 hari
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4. PROSEDUR KERJA
3.4.1. Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak
Sebanyak 155 gr herba kemangi (Ocimum americanum L.) yang berwarna hijau
segar. Herba kemangi yang telah dikumpulkan kemudian dicuci bersih lalu dirajang kecil-
kecil untuk diekstraksi dengan blender menggunakan pelarut air (fresh pressed juice). Hasil
ekstraksi kemudian disaring lalu dikeringkan dengan freezedryer selama 3-4 hari untuk
menarik sisa kandungan air yangmasih terdapat didalam ekstrak.
Nilai hasil rendemen ekstrak dihitung dengan rumus sebagai berikut :
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑥 100%
3.4.2. Penapisan Fitokimia Ekstrak
1. Identifikasi Alkaloid
Ekstrak dilarutkandengan HCl encer dan disaring.
a. Uji mayer : Filtrat ditambahkan reagen mayer, terbentuk endapan
berwarna kuning menunjukkan adanya alkaloid.
b. Uji wagner : Filtrat ditambahkan reagen wagner, terbentuk endapan
coklat/kemerahan menunjukkan adanya alkaloid.
c. Uji dragendroff : Filtrat ditambahkan reagen dragendroff, terbentuk
endapan merah menunjukkan adanya alkaloid (Tiwari et al., 2011).
2. Identifikasi Saponin, Uji busa/bath
0,5 g ekstrak ditambahkan 5 ml air suling dalam tabung reaksi.
Larutandikocok kuat-kuat dan buih yang stabil diamati. Buih tersebut
dicampur dengan 3 tetes minyak zaitun dan dikocok kuat-kuat setelah itu
diamati apabila terjadi pembentukan emulsi.(Ayoola et al., 2008)
3. Identifikasi Flavonoid
Ekstrak ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH, terbentuk warna kuning
yang pekat. Warna kuning menghilang bila dilakukan penambahan beberapa
tetes asam encer menunjukkan adanya flavonoid (Tiwari et al., 2011).
4. Identifikasi Tanin
Sekitar 0,5 g ekstrak direbus dalam 10 ml air dalam tabung reaksi dan
kemudian disaring. Beberapa tetes 0,1% feri klorida (FeCl3) ditambahkan
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan diamati dimana tannin terhidrolisa memberikan warna biru atau biru-
hitam, sedangkan kondensasi tannin memberikan warna biru-hijau. (Ayoola
et al., 2008)
3.4.3. Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik
3.4.3.1. Parameter spesifik
Identitas ekstrak. Deskripsi tata nama :
Nama ekstrak (generik, dagang, paten)
Nama latin tumbuhan (sistematika Botani)
Bagian tumbuhan yang digunakan
Nama Indonesia tumbuhan. (Depkes RI, 2000)
Organoleptik. Penggunaan pancaindera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa
sebagai berikut :
Bentuk : padat, serbuk-kering, kental, cair.
Warna : kuning, coklat, dll.
Bau : aromatik, tidak berbau, dll.
Rasa : pahit, manis, kelat, dll.
3.4.3.2. Parameter non spesifik
a. Kadar abu
Prosedur: Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang
secara seksama dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan
ditara, ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang.
Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas saring melalui
kertas saring bebas abu. Pijar kan sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang
sama. Masukkan filtrate ke dalam krus, uap kan, pijar kan hingga bobot tetap,
timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
(Depkes RI, 2000)
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.4. Penyiapan Hewan Coba
Tikus jantan diaklimatisasi di laboratorium farmakologi selama 1 minggu. Diberi
makan dan minum secara ad libitum (sesuai dengan kebutuhan) serta ditimbang berat
badannya.Ekstrak air herba kemangi diberikan secara oral menggunakan sonde sekali setiap
hari yaitu pada pagi hari selama 48 hari dengan dosis seperti yang tertera pada tabel
rancangan percobaan (Tabel 1). Pada hari ke-49 masing-masing kelompok tikus dibius
dengan eter hingga tahap anestesi, kemudian dibedah dan diambil testis dan cauda
epididimisnya.
3.4.5. Pembuatan Preparat
Setelah 48 hari, masing-masing hewan coba dikorbankan untuk diambil organ
testisnya. Tikus dibius dengan eterhingga tahap anestesia (pembedahan), kemudian dibedah.
Diambil bagian cauda epididimis dan dihitung jumlah spermatozoa kemudian bagian testis
diambil untuk ditimbang dan dibuat preparat. Pembuatan sediaan mikroanatomi testis
dilakukan di Laboratorium Patologi AnatomiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pembuatan preparat dilakukan dengan cara : testis yang telah diambil, difiksasi dalam
larutan Bouin, kemudian didehidrasi dengan etanol seri bertingkat, dan pada akhirnya
ditanamkan dalam paraffin wax. Blok paraffin dipotong dengan ketebalan 5µm dan
dilakukan pewarnaan dengan hematosiklin –eosin (Yotarlai et al., 2011).
3.4.6. Pengukuran Parameter
3.4.6.1. Morfologi Sperma
Sebanyak50 µl suspensi sperma dimasukkan ke tabung reaksi kemudian
ditambahkan 300 µl eosin Y 1%dan dicampur secara perlahan dengan menggunakan pipet.
Sperma diinkubasi pada suhu kamar selama sekitar 45-60 menit untuk memaksimalkan
pewarnaan (Anonimous, 2000).
3.4.6.2. Bobot Testis
Pengukuran bobot testis dilakukan dengan cara menimbang organ testis dengan
timbangan analitik kemudian hasil bobot testis tikus yang diberikan perlakuan dibandingkan
dengan bobot testis tikus kontrol.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.6.3. Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa
Pengukuran konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara mengambil
spermatozoa pada cauda epididimis. Spermatozoa yang didapat diletakkan pada kaca arloji
yang berisi cairan NaCl fisiologis 0.9% sebanyak 250 μL. Spermatozoa dimasukkan
kedalam bilik hitung Neubauer (Hemasitometer) sampai kamar Neubauer terisi rata.
Kemudian dihitung jumlah spermatozoa pada salah satu kamar hitung Neubauer dan
selanjutnya ditentukan pengenceran yang akan dilakukan dan jumlah kotak yang akan
dihitung (Tabel 3.2).
Tabel 3.2. Pengenceran yang dilakukan dan kotak yang dihitung
No Jumlah spermatozoa
dalam 1 kotak Pengenceran Kotak yang dihitung
1 > 40 50 kali 5
2 15 – 40 20 kali 10
3 < 15 10 kali 25
Dari jumlah spermatozoa yang diketahui, maka dilakukan pengenceran spermatozoa
berdasarkan jumlah spermatozoa yang terhitung (Ilyas, 2007).
Tabel 3.3. Cara pengenceran
No Pengenceran Pembuatan pengenceran
1 50 kali a. 980 μL larutan George + 20 μL spermatozoa
b. 2.450 μL larutan George + 50 μL spermatozoa
2 20 kali 950 μL larutan George + 50 μL spermatozoa
3 10 kali a. 900 μL larutan George + 100 μL spermatozoa
b. 450 μL larutan George + 50 μL spermatozoa
Poin a dan b menunjukan opsi perlakuan (hanya salah satu yang dipilih).
Setelah dilakukan pengenceran, dilakukan perhitungan spermatozoa dengan jumlah
kotak yang dihitung sesuai dengan jumlah spermatozoa dan cara pengenceran pada tabel
diatas. Kemudian dilakukan pengukuran spermatozoa sesuai rumus di bawah ini (Ilyas,
2007).
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 = 𝑛 × 10.000 × 𝐹𝑝 ×25
𝑘× 𝑣𝑁𝑎𝐶𝑙
Keterangan: n adalah jumlah spermatozoa yang terhitung. Angka 10.000 merupakan
volume kamar hitung Neubauer. Fp merupakan faktor pengenceran yang dilakukan. Angka
25 menunjukan total kotak kecil yang terdapat dalam kamar hitung Neubauer sedangkan k
merupakan jumlah kotak kecil yang dihitung pada saat pengamatan. vNaCl merupakan
volume NaCl (mL) fisiologis yang digunakan untuk membantu mengeluarkan spermatozoa
dari vas deferens. Perhitungan konsentrasi spermatozoa (Juta/mL) dapat terlihat dari tabel
3.4 berikut.
Tabel 3.4. Rumus Konsentrasi Spermatozoa
No Jumlah kotak yang dihitung Rumus konsentrasi spermatozoa
1 5 n x 10.000 x 50 x 5 x 0,25
2 10 n x 10.000 x 20 x 2,5 x 0,25
3 25 n x 10.000 x 10 x 1 x 0,25
Dari perhitungan jumlah spermatozoa, dapat dihitung pula frekuensi timbulnya
azoospermia. Azoospermia adalah suatu keadaan dimana tidak ada spermatozoa dalam
cairan semen. Sedangkan oligozoospermia adalah suatu keadaan dimana terdapat sedikit
spermatozoa dalam cairan semen (spermatozoa ≤ 20 juta/mL) (WHO, 1999). Penetapan
timbulnya azoospermia dilakukan dengan cara membagi banyaknya individu yang
mengalami azoospermia (Az) dengan banyaknya individu dalam satu kelompok (n)
dikalikan 100% (Kusmana, 2001).
Persentase Azoospermia =𝐴𝑧
𝑛x 100%
3.4.6.4. Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus
Preparat histologi testis tikus diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100
kali (10 x 10) kemudian difoto. Pengukuran diameter dilakukan pada 100 tubulus
seminiferus yang terpotong bundar dan dipilih secara acak.
3.4.6.5. Tebal Sel Germinal
Preparat histologi testis tikus diamati dibawah mikroskop denganpembesaran 100
kali (10 x 10) kemudian difoto. Pengukuran ketebalan sel germinal dilakukan pada 100
tubulus seminiferus yang terpotong bundar dan dipilih secara acak.
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5. RENCANA ANALISIS DATA
Hasil percobaan yang dianalisis untuk melihat adanya perbedaan yang nyata pada
bobot testis, konsentrasi spermatozoa, ukuran diametertubulus seminiferus dari masing–
masing kelompok perlakuan. Analisis data diolah menggunakan program pengolahan
data statistik SPSS 16 yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji parametrik (one-
way ANOVA) atau non parametrik (Kruskal Wallis). Jika hasil dari uji ANOVA maupun
Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan yang nyata (p ≤ 0,05) maka analisis data
dilanjutkan menggunakan uji Least Significant Difference (LSD).
30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Determinasi
Berdasarkan hasil determinasi menunjukan bahwa sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah spesies Ocimum americanumL.(famili Lamiaceae).
4.1.2. Karakterisasi Sampel
Herba kemangi yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Grogol,
Kecamatan Limo, Depok. Herba kemangi sebanyak 155 gram yang digunakan sebelumnya
dibersihkan terlebih dahulu dengan air mengalir kemudian diblender dengan aquades
sebanyak 5 liter. Ekstrak air herba kemangi kemudian di freeze dry selama 88 jam (3-4 hari)
dan didapat bobot ekstrak sebesar 31 gram.
4.1.3. Hasil Uji Penapisan Fitokimia
Kandungan senyawa metabolit sekunder dari ekstrak air herba kemangi
diidentifikasi dengan cara penapisan fitokimia. Kandungan yang diuji antara lain golongan
flavonoid, golongan alkaloid, golongan tannin, dan golongan saponin. Hasil penapisan
fitokimia ekstrak air herba kemangi dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia
Golongan Hasil
Flavonoid +
Alkaloid -
Tanin +
Saponin -
4.1.4. Hasil Uji Parameter Spesifik dan Non Spesifik
Setelah dilakukan uji penapisan fitokimia pada ekstrak, dilakukan uji parameter
spesifik dan non spesifik dilakukan terhadap ekstrak air herba kemangi, dimana uji
parameter spesifik diantaranya adalah uji identitas ekstrak dan uji organoleptis sedangkan uji
parameter non spesifik yang dilakukan adalah uji kadar abu.
Hasil uji parameter spesifik dan non spesifik ekstrak air herba kemangi dapat dilihat
pada tabel 4.2
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.2. Hasil Uji Parameter Spesifik dan Parameter Non Spesifik
Karakteristik Hasil
Uji Parameter Spesifik
Identitas Ocimum americanum.L
Famili : Lamiaceae
Organoleptis Warna Coklat tua
Bau Kuat
Rasa Pahit
Bentuk Serbuk
Uji Parameter Non Spesifik
Kadar Abu (%b/b) 17.13%
4.1.5. Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus
Hasil pengukuran berat badan tikus baik pada kelompok yang tidak mendapat
perlakuan (kontrol) dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dosis rendah (1
mg/KgBB), dosis sedang (10 mg/KgBB), dosis tinggi (100 mg/KgBB) dapat dilihat pada
lampiran 8 dan gambar 5.
Dari data grafik, dapat dilihat terjadi kenaikan berat badan tikus setiap penimbangan
yang dilakukan selama 3 hari sekali. Kenaikan berat badan tikus menunjukkan bahwa tikus
berada dalam kondisi sehat dan telah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar
kandang meski dalam masa pertumbuhan.
Gambar 5. Hasil rata-rata berat badan (gram) tikus setelah pemberian ekstrak air
herba kemangi selama 48 hari.
020406080
100120140160180200220240260280300320340
17
-Mar
20
-Mar
23
-Mar
26
-Mar
29
-Mar
1-A
pr
4-A
pr
7-A
pr
10
-Ap
r
13
-Ap
r
16
-Ap
r
19
-Ap
r
22
-Ap
r
25
-Ap
r
28
-Ap
r
1-M
ay
4-M
ay
7-M
ay
Be
rat
bad
an t
iku
s (g
ram
)
Tanggal penimbangan
kontrol
rendah
sedang
tinggi
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.6. Hasil Pengukuran Bobot Testis
Hasil pengukuran bobot testis baik pada kelompok yang tidak mendapat perlakuan
(kontrol) dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dosis rendah (1 mg/KgBB), dosis
sedang (10 mg/KgBB), dosis rendah (100 mg/KgBB) dapat dilihat pada tabel 4.4 dan
gambar 6.
Tabel 4.4. Rata-rata Bobot Testis Tikus
Kelompok Bobot testis (g)
Kontrol 1.43 ± 0.17
Dosis rendah (1 mg/KgBB) 1.28 ± 0.17
Dosis sedang (10 mg/KgBB) 1.34 ± 0.15
Dosis tinggi (100 mg/KgBB) 1.44 ± 0.13
Keterangan : Angka yang diikuti tanda (*) menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok
kontrol (p ≤ 0,05).
Gambar 6. Hasil rata-rata bobot testis (gram) setelah pemberian ekstrak air herba
kemangi selama 48 hari.
Data grafik pada gambar 6 menunjukkan tidak terjadinya peningkatan bobot testis.
Data bobot testis yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan one-way ANOVA
dan menunjukkan tidak adanya perbedaan peningkatan secara bermakna (p ≤ 0,05)antara
kelompok kontrol dengan kelompok yang mendapat perlakuan. Data hasil analisis statistik
bobot testis dapat dilihat pada Lampiran 14.
1.4321.282 1.342
1.438
0
0.5
1
1.5
2
0 1 10 100
Bo
bo
t te
stis
(gr
am)
Dosis ekstrak kemangi
Rata-rata Bobot Testis (gram)
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.7. Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa
Hasil pengukuran konsentrasi spermatozoa baik pada kelompok yang tidak
mendapat perlakuan (kontrol) dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dosis rendah (1
mg/KgBB), dosis sedang (10 mg/KgBB), dosis rendah (100 mg/KgBB) dapat dilihat pada
tabel 4.5 dan gambar 7.
Tabel 4.5. Rata-Rata Konsentrasi Spermatozoa Tikus
Kelompok Konsentrasi Sperma (Juta/ml)
Kontrol 58.00 ± 19.113
Dosis rendah (1 mg/KgBB) 59.88 ± 13.341
Dosis sedang (10 mg/KgBB) 61.63 ± 12.003
Dosis tinggi (100 mg/KgBB) 71.88 ± 19.689
Keterangan : Angka yang diikuti tanda (*) menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok
kontrol (p ≤ 0,05).
Gambar 7. Hasil rata-rata konsentrasi spermatozoa (juta/ml) setelah pemberian
ekstrak air herba kemangi selama 48 hari.
Data grafik pada gambar 7 menunjukkan terjadinya kenaikan konsentrasi
spermatozoa. Namun data konsentrasi spermatozoa yang diperoleh setelah dilakukan uji
statistik dengan one-way ANOVA menunjukkan tidak adanya perbedaan secara bermakna
(p ≤ 0,05)antara kelompok kontrol dengan kelompok yang mendapat perlakuan. Data hasil
analisis statistik konsentrasi sperma dapat dilihat pada Lampiran 15.
58 59.875 61.63
71.875
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 1 10 100Rat
a-ra
ta k
on
sen
tras
i sp
erm
ato
zoa
Dosis ekstrak air herba kemangi (mg/KgBB)
Rata-rata Konsentrasi Spermatozoa
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.8. Hasil Pengamatan Morfologi Sperma
Hasil pengamatan morfologi sperma baik pada kelompok yang tidak mendapat
perlakuan (kontrol) dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dosis rendah (1
mg/KgBB), dosis sedang (10 mg/KgBB), dosis rendah (100 mg/KgBB) dapat dilihat pada
tabel 4.6 dan gambar 8.
Tabel 4.6. Rata-Rata Morfologi Sperma Tikus.
Kelompok Morfolgi Sperma Abnormal (%)
Kontrol 8.84 ± 2.08
Dosis rendah (1 mg/KgBB) 7.63 ± 1.29
Dosis sedang (10 mg/KgBB) 7.06 ± 1.15
Dosis tinggi (100 mg/KgBB) 4.22 ± 0.96* Keterangan : Angka yang diikuti tanda (*) menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok
kontrol (p ≤ 0,05).
Gambar 8. Hasil rata-rata morfologi sperma setelah pemberian ekstrak air herba
kemangi selama 48 hari.
Data grafik pada gambar 8 menunjukkan terjadinya penurunan abnormalitas
morfologi sperma. Data abnormalitas morfologi sperma yang diperoleh kemudian dilakukan
uji statistik dengan one-way ANOVA dan menunjukkan adanya perbedaan secara bermakna
antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis tinggi dimana nilai p ≤ 0,05. Data hasil
analisis statistik morfologi sperma dapat dilihat pada Lampiran16.
8.837
7.637.055
5.855
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 1 10 100
Spe
rma
Ab
no
rmal
(%
)
Dosis ekstrak air herba kemangi (mg/KgBB)
Rata-rata morfologi sperma
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.9. Hasil Pengamatan Diameter Tubulus
Hasil pengukuran diameter tubulus baik pada kelompok yang tidak mendapat
perlakuan (kontrol) dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dosis rendah (1
mg/KgBB), dosis sedang (10 mg/KgBB), dosis rendah (100 mg/KgBB) dapat dilihat pada
tabel 4.7 dan gambar 9.
Tabel 4.7. Rata-Rata Diameter Tubulus Tikus
Kelompok Diameter Tubulus Seminiferus (nm)
Kontrol 179.83 ± 4.37
Dosis rendah (1 mg/KgBB) 208.33 ± 15.47*
Dosis sedang (10 mg/KgBB) 220.38 ± 19.95*
Dosis tinggi (100 mg/KgBB) 249.04 ± 16.34* Keterangan : Angka yang diikuti tanda (*) menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok
kontrol (p ≤ 0,05).
Gambar 9. Hasil rata-rata diameter tubulus seminiferus setelah pemberian ekstrak
air herba kemangi selama 48 hari.
Data grafik pada gambar 9 menunjukkan terjadinya peningkatan diameter tubulus
seminiferus pada tikus seiring dengan peningkatan dosis. Data yang diperoleh kemudian
dilakukan uji statistik dengan one-way ANOVA dan menunjukkan adanya perbedaan secara
bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok yang mendapat perlakuan dimana
nilai p ≤ 0,05. Data hasil analisis statistik diameter tubulus seminiferus dapat dilihat pada
Lampiran17.
179.83
208.33220.38
248.04
0
50
100
150
200
250
300
0 1 10 100
Dia
me
ter
Tub
ulu
s Se
min
ife
rus
(µm
)
Dosis Ekstrak Air Herba Kemangi (mg/KgBB)
Diameter Tubulus Seminiferus
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21.996849
47.968778
69.825121
89.872687
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 1 10 100
Teb
al S
el
Ge
rmin
al (
µm
)
Dosis Ekstrak Air Herba Kemangi (mg/KgBB)
Tebal Sel Germinal
4.1.10. Tebal Sel Germinal
Hasil pengukuran tebal sel germinal baik pada kelompok yang tidak mendapat
perlakuan (kontrol) dan pada kelompok yang mendapat perlakuan yaitu dosis rendah (1
mg/KgBB), dosis sedang (10 mg/KgBB), dosis rendah (100 mg/KgBB) dapat dilihat pada
tabel 4.8 dan gambar 10.
Tabel 4.8 Rata-Rata Tebal Sel Germinal Tikus
Kelompok Tebal Sel Germinal (nm)
Kontrol 22.00 ± 0.90
Dosis rendah (1 mg/KgBB) 47.97 ± 2.36*
Dosis sedang (10 mg/KgBB) 69.83 ± 4.74*
Dosis tinggi (100 mg/KgBB) 89.87 ± 5.65*
Keterangan : Angka yang diikuti tanda (*) menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok
kontrol (p ≤ 0,05).
Gambar 10. Hasil rata-rata tebal sel germinal setelah pemberian ekstrak air herba
kemangi selama 48 hari.
Data grafik pada gambar 10 menunjukkan terjadinya peningkatan tebal sel germinal
seiring dengan peningkatan dosis. Data tebal sel germinalyang diperoleh selanjutnya
dilakukan uji statistik dengan one-way ANOVA dan menunjukkan adanya perbedaan secara
bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok yang mendapat perlakuan dimana
nilai p ≤ 0,05. Data hasil analisis statistik tebal sel germinal dapat dilihat pada Lampiran18.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2. Pembahasan
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba kemangi (Ocimum
americanum L.) yang diperoleh dari Desa Grogol, Kecamatan Limo, Depok. Hasil
determinasi dari “Herbarium Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi– LIPI
Bogor menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar Ocimum americanum L.
dari famili Lamiaceae.
Ekstrak herba kemangi diperoleh dengan metode fresh-press juice menggunakan
pelarut air. Pemilihan metode fresh-press juice sebagai metode ekstraksi dikarenakan
melihat dari pelarut air yang mudah tercemar kapang dan lainnya apabila dilakukan proses
maserasi dan juga melihat konsumsi kemangi yang biasa digunakan sebagai lalapan.
Penggunaan pelarut air didasarkan pada sifat air yang universal dan sangat polar dan juga
aman dibandingkan pelarut organik. Senyawa yang memiliki peran sebagai agen fertilitas
yang terkandung pada herba kemangi belum diketahui, karena berdasarkan pengetahuan
penulis, belum ada yang melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Oleh karena itu,
penulis memiliki peluang untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan
berdasarkan sifat polar maunpun non polar dari pelarutnya.
Dari 155 gram herba kemangi (Ocimum americanum L.) segar diperoleh 31 gram
ekstrak serbuk, sehingga diperoleh nilai rendemen 20%. Pemeriksaan parameter non
spesifik yang dilakukan adalah kadar abu. Tujuan dari pemeriksaan kadar abu menurut
Depkes RI (2000) adalah untuk mengetahui kandungan mineral yang berasal dari proses
awal hingga menjadi ekstrak. Hasil yang diperoleh pada uji kadar abu ekstrak air herba
kemangi adalah sebesar 17.13%. Ekstrak air herba kemangi kemudian dilakukan penapisan
fitokimia dan diketahui bahwa pada ekstrak air herba kemangi terkandung senyawa tanin
dan flavonoid.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor tikus jantan galur
Sprague Dawley berusia 8 minggu dengan berat badan rata-rata 200 mg. Tikus kemudian
dibagi menjadi 4 kelompok, dimana masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor tikus, yaitu
kelompok I (kontrol), kelompok II (dosis rendah 1 mg/KgBB), kelompok III (dosis sedang
10 mg/KgBB) dan kelompok IV (dosis tinggi 100 mg/KgBB). Pemilihan dosis 1 mg/KgBB,
10 mg/KgBB, 100 mg/KgBB tersebut sebelumnya melihat rasionalitas dan data empiris
penggunaan herba kemangi. Selain itu, dilihat juga data dosis pada uji toksisitas akut ekstrak
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
etanol herba kemangi dimana pada dosis 16000 mg/KgBB tidak terjadi kerusakan pada sel
hati maupun ginjal tikus. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada dosis 16000 mg/KgBB
ekstrak etanol herba kemangi bersifat praktis tidak toksik (Putri, 2013). Hewan uji kemudian
diaklimatisasi selama 1 minggu untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan
yang baru. Selama aklimatisasi, dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan
berat badan. Dari pengamatan tersebut diketahui adanya peningkatan berat badan. Hal ini
menunjukkan bahwa tikus telah mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan
meski dalam masa pertumbuhan.
Setelah diaklimatisasi selama 1 minggu, masing-masing tikus kelompok ditimbang
terlebih dahulu untuk disesuaikan dengan dosis ekstrak air herba kemangi yang akan
diberikan. Tikus kemudian diberikan perlakuan dengan ekstrak air herba kemangi rata-rata
sebanyak 1 ml secara oral dengan alat penyekok oral (sonde) selama 48 hari. Sediaan
ekstrak kemangi dibuat dengan mensuspensikan ekstrak dengan Na CMC konsentrasi 0,5%
yang bertujuan untuk meningkatkan kelarutan ekstrak air herba kemangi.Hal tesebut
dilakukan agar ekstrak kemangi terdispersi sempurna dan tidak cepat mengendap. Pada hari
ke-49, tikus diterminasi dengan cara dibius dengan eter. Pada penelitian ini, aktivitas
fertilitas ekstrak air herba kemangi dievaluasi berdasarkan pengaruh terhadap kualitas
sperma dan densitas sel spermatogenesis.
Dari hasil penelitian ini diperoleh data dari beberapa parameter, yaitu : bobot testis,
konsentrasi spermatozoa, morfologi sperma, serta pengamatan histologi diameter tubulus
seminiferus dan tebal lapisan sel germinal. Data-data yang telah diperoleh selanjutnya
dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan kemudian dilakukan uji Anova atau uji
Kruskal Wallis BNT (LSD). Sebagai data tambahan, data berat badan tikus diambil tanpa
dilakukannya uji statistik, karena bukan parameter dalam penelitian ini.
Data rata-rata bobot testis yang diperoleh diambil dengan cara menimbang sepasang
testis dari 20 ekor tikus jantan, kemudian data rata-rata bobot testis tersebut dilakukan uji
normalitas, uji homogenitas dan uji Anova. Hasil data uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan bahwa data berat testis terdistribusi normal (p ≥ 0.05). Selanjutnya data di uji
Anova, dari data dapat dilihat bahwa tidak terjadi peningkatan bobot testis. Hal tersebut
diduga dikarenakan belum tercapainya dosis ekstrak air dari herba kemangi yang paling
optimal, sehingga tidak terjadi peningkatkan bobot testis.
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selain bobot testis, konsentrasi spermatozoa juga dihitung guna mengetahui
pengaruh ekstrak air herba kemangi terhadap konsentrasi spermatozoa pada tikus.
Spermatozoa yang diamati berasal dari cauda epididimis. Dasar pemilihan bagian cauda
epididimis adalah spermatozoa dari tubulus seminiferus langsung masuk ke epididimis dan
juga epididimis merupakan tempat pematangan spermatozoa sebelum diejakulasian keluar
tubuh, sehingga diperkirakan bahwa konsentrasi spermatozoa yang telah matang paling
banyak terdapat dibagian cauda epididimis.
Hasil data konsentrasi tikus yang didapat menunjukkan kenaikan pada dosis rendah,
dosis sedang, dan dosis tinggi yang kemudian dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan
uji Anova. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Sminorv menunjukkan bahwa data konsentrasi
spermatozoa terdistribusi normal (p ≥ 0.05). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
peningkatan konsentrasi sperma tidak bermakna secara statistik karena nilai P ≤ 0.05.
Parameter yang diamati selanjutnya adalah morfologi sperma. Menurut Rafiqa et al
(2013), abnormalitas sprematozoa dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
Abnormalitas primer merupakan spermatozoa yang mengalami kelainan pada saat proses
spermatogenesis. Spermatozoa yang abnormal meliputi kepala yang terlampau besar atau
terlampau kecil, kepala pendek, kepala pipih memanjang, kepala rangkap dan ekor ganda.
Abnormalitas sekunder merupakan spermatozoa yang mengalami kelainan setelah
meninggalkan tubulus seminiferus yang ditandai dengan ekor putus, kepala tanpa ekor dan
kepala pecah (Fitriani et al, 2010). Morfologi spermatozoa menurut Nugraheni et al (2003),
merupakan salah satu faktor yang menentukan fertilitas spermatozoa. Abnormalitas primer
dari spermatozoa di dalam testis dikarenakan kesalahan spermatogenesis ataupun
spermiogenesis yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keturunan, penyakit, dan
pengaruh lingkungan yang buruk (Salisbury dan Vandemark, 1985).
Data rata-rata morfologi sperma abnormal didapat dengan cara melihat apusan
sperma di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Morfologi abnormal yang diamati di
antaranya adalah leher patah, tanpa kepala, kepala pipih, kepala rangkap, tanpa ekor dan
ekor patah. Hasil data rata-rata morfologi sperma kemudian dilakukan uji normalitas, uji
homogenitas dan uji Anova. Data hasil uji Kolmogorov-Sminorv menunjukkan bahwa data
morfologi sperma terdistribusi normal (p ≥ 0.05) dan data morfologi sperma yang abnormal
menunjukkan terjadinya penurunan sperma abnormal seiring dengan peningkatan dosis.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil data kemudian diuji one-wayAnova dan menujukkan bahwa morfologi sperma
abnormal bermakna secara statistik antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis tinggi
karena nilai P ≤ 0.05.
Penelitian yang dilakukan oleh Titisari (2003) menunjukkan bahwa minyak Nigella
sativa dapat menurunkan abnormalitas morfologi sperma, dimana tanaman tersebut
mengandung senyawa antioksidan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mujahidatul
(2012) menunjukkan terjadi penuruan abnormalitas morfologi sperma pada mencit yang
diberi vitamin C.
Menurut teori, di dalam bagian testis terdapat lobuli-lobuli yang di dalamnya terdiri
atas saluran-saluran kecil yang bergulung disebut dengan tubulus seminiferus yang
berfungsi menghasilkan dan berisi spermatozoa (Toelihere, 1985). Perubahan histopatologi
dari testis dapat dijadikan dasar fungsi spermatogenesis terutama dalam tubulus seminiferus
(Larasati, 2013). Selain itu, pengukuran diameter tubulus seminiferus dapat digunakan
untuk memprediksi produksi sperma (Krishnalingam et al, 1982). Menurut Juniarto (2004),
ukuran dari diameter tubulus seminiferus sendiri dapat menggambarkan proses aktif dari
spermatogenesis.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan diameter tubulus seminiferus. Hasil
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air herba kemangi pada dosis 1 mg/KgBB, 10
mg/KgBB, dan 100 mg/KgBB terjadi peningkatan diameter tubulus seminiferus. Hasil data
statistik pengukuran diameter tubulus seminiferus menunjukkan perbedaan bermakna (p ≤
0.05) antara kelompok kontrol dengan seluruh kelompok perlakuan dimana peningkatan
diameter tubulus seminiferus terjadi seiring dengan meningkatnya dosis ekstrak air herba
kemangi yang diberikan pada tikus.
Pengamatan yang dilakukan selanjutnya adalah tebal sel germinal. Menurut Russell
et al (1990), dalam testis terdapat dua komponen penting yaitu komponen spermatogenesis
dan komponen interlobular. Sel germinal dan sel sertoli pada tubulus seminiferus
merupakan komponen spermatogenesis. Sedangkan sel interstesial Leydig dan jaringan
peritubular serta sistem limfatik dan sistem vaskular merupakan komponen interlobular
(Loegiono, 2013). Pengamatan dilakukan dengan mengukur tebal sel germinal pada tubulus
seminiferus dari preparat histologi testis dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan
perbesaran 100x. Hasil data statistik pengukuran tebal sel germinal menunjukkan perbedaan
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bermakna (p ≤ 0.05) antara kelompok kontrol dengan seluruh kelompok perlakuan dimana
peningkatan tebal sel germinal terjadi seiring dengan meningkatnya dosis ekstrak air herba
kemangi yang diberikan kepada tikus.
Peningkatan dalam proses spermatogenesis yang terlihat pada diameter tubulus
seminiferus, tebal sel germinal, dan morfologi sperma dari pengamatan di atas berhubungan
erat dengan aktivitas senyawa yang terkandung dalam ekstrak air pada herba kemangi. Dari
hasil penapisan fitokimia, ekstrak air herba kemangi menunjukkan terdapat senyawa tanin
dan flavonoid. Walaupun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan
senyawa tanin dan flavonoid, namun senyawa-senyawa tersebut telah dilaporkan pada
beberapa penelitian dapat meningkatkan proses spermatogenesis dengan berbagai
mekanisme yang berbeda-beda. Flavonoid pada rebung bambu tabah (Gigantovhloa
nigrociliata) (Sukmaningsih et al, 2012), flavonoid pada daun gandarusa (Justicia
gendarusa Burm.f) (Nita Lukitawati et al, 2011), flavonoid pada jeruk (Citrus sinesis)
(Khaki et al, 2011).
Flavonoid memiliki peran utama dalam mengobati atau memperlambat penyakit
kronis, termasuk antioksidatif, antikarsinogenik dan antiinflamasi (Khaki et al, 2011).
Antioksidan berperan dalam melindungi DNA dan molekul penting lainnya dari oksidasi
dan kerusakan, dan dapat meningkatkan kualitas sperma sehingga dapat meningkatkan
kesuburanpria (Yang et al, 2006).
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesuburan pria yaitu stres
oksidatif (OS) (Agarwal dan Prabakaran, 2005). Menurut Arabi et al (2011), stres oksidatif
diketahui memainkan peran penting dalam kerusakan sperma. Stres oksidatif dapat terjadi
ketika Reactive Oxygen Species (ROS) diproduksi secara berlebihan atau terjadi gangguan
mekanisme pertahanan antioksidan sehingga berbahaya bagi spermatozoa (Agarwal et al.
2005). Spermatozoa rentan terhadap ROS karena pada membran plasma dan sitoplasma
mengandung sejumlah besar asam lemak tak jenuh ganda sehingga rentan terhadap
peroksidasi lipid (Agarwal et al. 2005). ROS merupakan metabolit yang berasal dari oksigen
dimana dapat memodifikasi fungsi sel dan membahayakan kelangsungan hidup sel (Agarwal
et al. 2005). Di sisi lain ROS dapat memiliki efek menguntungkan atau merugikan pada
fungsi sperma tergantung pada sifat dan konsentrasinya. ROS dalam konsentrasirendah
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mempunyai peran yang sangat penting dalam mengendalikan motilitas (Taufiqurraehman,
2012).
Seperti yang diduga oleh Setyo Kurniawan (2013), kandungan arginin pada daun
kemangi diduga dapat memperkuat daya tahan sperma dan mencegah kemandulan, hal
tersebut didukung oleh penelitian ekstrak rimpang Zingiber officinale roscoe var yang
mengandung arginin yang dapat meningkatkan motilitas dan konsentrasi spermatozoa
(Mahendra, 2009).
Arginin merupakan asam amino non-esensial dan bersifat polar yang sangat
diperlukan dalam sintesis protein dan memiliki peran penting dalam sistem ketahanan tubuh
dan imunitas seluler. Selain itu, arginin berperan aktif dalam proses pembentukan
spermatozoa (Srivastava et al., 2006). Gassner dan Hopwood (1952) mengemukakan bahwa
beberapa asam amino dalam seminal plasma memiliki peran penting dalam metabolisme
dan motilitas spermatozoa (Srivastava et al., 2006).
43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian ekstrak air herba kemangi (Ocimum americanum L.) pada tikus
jantan strain Sprague-Dawley dengan dosis 1 mg/KgBB, 10 mg/KgBB, dan
100 mg/KgBB tidak dapat meningkatkan bobot testis dan konsentrasi
spermatozoa secara bermakna dibandingkan kontrol, namun dapat
menurunkan abnormalitas morfologi sperma secara bermakna dibandingkan
dengan kontrol.
2. Pemberian ekstrak air herba kemangi (Ocimum americanum L.) pada tikus
jantan strain Sprague-Dawley dengan dosis 1 mg/KgBB, 10 mg/KgBB, dan
100 mg/KgBB dapat meningkatkan diameter tubulus seminiferus dan tebal
sel germinal secara bermakna dibandingkan dengan kontrol.
3. Ekstrak air herba kemangi (Ocimum americanum L.) berpotensi sebagai agen
fertilitas karena dapat meningkatkan proses spermatogenesis dan
menurunkan kerusakan pada sperma.
1.2. SARAN
Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis yang sama untuk
mengetahui pengaruh ekstrak air herba kemangi terhadap kadar hormonal
(FSH, LH, dan testosteron dalam serum darah).
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi senyawa untuk
mengetahui struktur senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
antifertilitas.
3. Perlu dilakukan uji fertilitas atau uji kehamilan dengan menggunakan tikus
betina.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Daftar Pustaka
Agarwal A., Prabakaran S.A., 2005. Mechanism, measurement and prevention of
oxidative stress in male reproductive physiology. Indian Journal of
Experimental Biology43, 963-974.
Arabi, M., Anand, R.J.K., Kanwar, U.K., 2001. Analysis of the impact of caeffine on
membrane integrity, redox ratio and GST in human ejaculated sperm:
Effectiveness of antioxidants. Proceedings of VIIth International Congress of
Andrology, Montreal, Quebec, Canada, pp. 365-69.
Astuti. S et al. 2008. Kualitas Spermatozoa Tikus yang Diberi Tepung Kedelai Kaya
Isoflavon, Seng (Zn) dan Vitamin E. Media Peternakan. Vol 32. No. 1
Atikasari, Rinda Gita. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun(Cyclea barbata L.
Miers) Terhadap Morfologi Spermatozoa Mencit Balb/C Jantan Yang
Dipapar Asap Rokok. S1, Universitas Diponegoro.
Ayoola. GA. Coker. HAB, Adesegun. SA, Adepoju-Bello. AA, Obaweya. K,
Ezennia. EC, Atangbayila. TO. 2008. Phytochemical Screening and
Antioxidant Activities of Some Selected Medicinal Plants Used for Malaria
Therapy in Southwestern Nigeria. Tropical Journal of Pharmaceutical
Research. 7 (3)
Depkes RI. 1985. Kodifikasi Peraturan Perundang-Undangan Obat Tradisional. Ed
ke-3. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Dirjen POM
Ditjen POM, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Departemen Kesehatan RI: Jakarta
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Faranita, O.V.2009. Kualitas Spermatozoa Pada Tikus Wistar Jantan Diabetes
Melitus.Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran
UniversitasDiponegoro. Semarang.
Fawcett DW. 2002. Buku Ajar Histologi Bloom & Fawcetr. 12th
ed Trans Tambayong
J. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Hal : 687.
Fitriani., Eriani, Kartini., Sari, Widya., 2010. The Effect of Cigarettes Smoke
Exposured Causes Fertility of Male Mice (Mus musculus). Jurnal Biologi,
FMIPA Unsyiah. Darussalam. Banda Aceh.
Hadipoentyanti, Endang., Wahyuni, Sri. 2008. Keragaman Selasih (Ocimum spp.)
Berdasarkan Karakter Morfologi Produksi dan Mutu Herba.Jurnal
Litri, Vol 14(4). hal. 141-148
Heffner, L.J., Schust, D.J. 2005. At a Glance Sistem ReproduksiEdisi 2. Jakarta:
Erlangga. Hal : 26-27
Hestiantoro A. 2011. Infertilitas. Dalam: Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editor.
Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. hlm. 425-35
I, Taufiqurraehman. 2012. Peran Ros Terhadap Fungsi Spermatozoa. Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung.
Ilyas, S. 2007. Azoospermia dan Pemulihannya Melalui Regulasi Apoptosis Sel
Spermatogenik Tikus (Rattus sp) Pada Penyuntikan Kombinasi TU & MPA.
Disertasi. Program doktor IlmuBiomedik FKUI.
Juniarto, A.Z. (2004). Perbedaan Pengaruh Pemberian Ekstrak Pasak Bumi dan
Purwaceng Terhadap Spermatogenesis Tikus Galur Spraguey Dawley. Tesis.
Program Magister Ilmu Biomedik Universitas Diponegoro. Semarang.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Khaki, Arash., Fathlazad, Fatemeh., Nouri, Mohammad., Khaki, Amir Afshin.,
Ghanbari, Zahra., Ghanbari, Maryam., Ouladsahebmadarek, Elaheh., Javadi,
Layla., Farzadi, Laya. 2011. Anti-oxidative Effects of Citro Flavonoids on
Spermatogenesis in Rat. African Journal of Pharmacy and Pharmacology
Vol. 5(6), pp. 721-725.
Krinke, G. J. 2000. The laboratory rat. San Diego, CA: Academic Press. Hal : 150-
152.
Krishnalingam V, Ladds PW, Entwistle KW, Holroyd RG. 1982. Quantitative
macroscopic and histological study of testicular hypoplasia in Bos indicus
strain bulls. Res Vet Sci.(2):131-9.
Kurniawan, Setyo. 2013. Daun kemangi, bawang merah, bawang putih & bengkuang,
terapi herbal kesehatan & kecantikan. Yogyakarta : DIVA press.
Larasati, Widya. 2013. Uji Antifertilitas Ekstrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar
(Jatropha CurcasL.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Galur
Sprague DawleySecara In Vivo. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Loegiono, Dharma Christian., Farida, Mia Nur., Kasenda, Reynaldo. 2013. Potensi
Ekstrak Teh Hijau (Camelia sinensis) untuk Mengurangi Penurunan Kualitas
Sperma Akibat Polusi Padat Kendaraan di Jalan.Yogyakarta. Universitas
Gajah Mada.
Lukitawati, Nita., Lestari, Fetri., Choesrina, Ratu. Efek Ekstrak Daun Gandarusa
(Justicia gendarusa Burm.f) Terhadap Sistem Reproduksi dan Kualitas
Spermatozoa Serta Reversibilitasnya Pada Mencit Jantan Galur
WistarWebster. Universitas Islam Bandung. Bandung.
Mascarenhas, Maya N., Flaxman, Seth R., Boerma, Ties., Vanderpoel, Sheryl.,
Stevens, Gretchen A. 2012. National, Regional, and Global Trends in
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Infertility Prevalence Since 1990: A Systematic Analysis of 277 Health
Surveys. Plos Medicine. Vol 9 (2).
Mahendra, Tirta. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber
officinale roscoe var. rubrum) Terhadap Motilitas dan Konsentrasi
Spermatozoa Tikus Putih (Rattus Novergicus) Jantan. Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Airlangga. Surabaya.
Musfiroh, Mujahidatul., Muslim, Rifki., Wijayahdi, Noor. 2012. Pengaruh Minyak
Nigella sativa terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Wistar yang Terpapar
Asap Rokok. J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5.
Nugraheni, Titisari., Astirin, Okid Prama., Widiyani, Tetri. 2003. Pengaruh Vitamin
C terhadap Perbaikan Spermatogenesis dan Kualitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabacum
L.). Jurnal Biologi FMIPA, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Nurcahyanti, Agustina. D. R., dkk. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri
Ekstrak Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum Linn). Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XXII, No.1
Oetjen, Georg-Wilhem & Haseley, Peter. 2004. Frezz-Drying. From Germany
:WILEY-VCH Verlag Gmbh & Co.KGaA
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara. Hal : 114.
Puspitasari, Juli Dwiandi. 2012. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Campuran Daun
Sirih (Piper Betle L.), Gambir (Uncaria Gambir R.), Dan Kapur Sirih (Cao)
Secara In Vivo. Skripsi. Program Studi Farmasi, FKIK UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Putri, Eka., Nurmeilis, Febriani, Ajeng Ayu. 2013. Acute Toxicity Test of Ethanol
Extract of Kemangi (Ocimum canum Sims) on Male White Mice. Skripsi.
Program Studi Farmasi, FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Rafiqa, A., Ramadhan., Tureni, Dewi., The Influence of The Extract of Netherland
Eggplant Fruit (Solanum bataceum) Towards Morphology and Motility Of
Spermatozoa of Mice (Mus musculus). 2013. Jurnal Biologi FMIPA,
Univesitas Tadulako. Sulawesi Tengah.
Russell, L.D., R.A. Ettlin, A.P.S Hikim, and E.D. Clegg. 1990. Histological
andHistopathological Evaluation of the Testis. Cache River Press, Clearwater
Salisbury, G.W. dan N.L. Vandemark. 1988. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan pada Sapi. Penerjemah: Djanuar, R.. Yogyakarta: UGM Press.
Sangeetha, K., B, Suganthi., R Priya, Amutha., 2013. Evaluation of Antioxidant
Potential in Ocimum Americanum. International Journal Pharmacy vol. 20(1).
Sari, Nana. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pasangan Usia
Subur Tentang Infertilitas di Yayasan Klinik Bersalin Hj. Darnelis Zam
Darussalam Banda Aceh. STIKes U’budiyah. Banda Aceh
Sarma, D. Sai Koteswar and Babu, A. Venkata Suresh. 2011. Pharmacognostic and
phytochemical studies of Ocimum americanum. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research., Volume 3, Nomor 3. Hal. 337 – 347
Sharlip, I. D., Jarow, J. P., Belker, A. M., Lipshultz, L. I., Sigman, M., Thomas, A. J.,
et al. (2002). Best practice policies for male infertility. Fertility and Sterility,
77, 873–882.
Siemonsma, J. S., and Piluek, K. 1994. Plant Resources of South – East Asia No.
8 Vegetables. Prosea Foundation. Bogor.
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Siti Sopia et al. 2009. Pengaruh Pemberian Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa)
Terhadap Motilitas Spermatozoa Tikus Wistar Hiperlipidemia. S1,
Universitas Diponegoro.
Smith, Mangkoewijoyo.S, 1998. Pemeliharaan,Pembiakan dan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis. Edisi 1. : Jakarta: UI Press. Hal : 37-39.
Srivastava S., P. Desai, E. Coutinho, G.Govil. 2006. Mechanism of Action of L-
Arginine on the Vitality of Spermatozoa is Primarily Through Increased
Biosynthesis of Nitric Oxide. Tata Institute of Fundamental Research. India.
Biology of Reproduction Journal. Volume 74. 954 -958.
Suckow, M.A., Weisbroth, S.H., Franklin, C.L. (2006).The Laboratory Rat (Second
Edition). USA: Elsevier Inc. Page: 113.
Sukmaningsih , A.A.Sg.A., Widia,I Wayan., Antara, Nyoman Semadi., Kencana,
Pande Diah., Gunam, Ida Bagus Wayan. 2012. Rebung Bambu Tabah
(Gigantochloa nigrociliata) Sebagai Bahan Afrodisiak pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Jantan. Pusat Studi Ketahanan Pangan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Udayana. Bali.
Sunitha. K, Begum, Nasreen. 2013. Immunomodulatory Activity of Methanolic
Extract of Ocimum Americanum Seeds. International Journal of Research In
Pharmacy and Chemistry.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung.
United States Departement of Agriculture. Classification for Kingdom Plantae Down
to Species Ocimum canum Sims. [online].
http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol=OC
CA4&display=31
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Viensa Pradipta. 2013. Pengaruh Ekstrak Daging Biji Karabenguk Asal Bantul
(Mucuna Pruriens) Terhadap Fertilitas Mencit Albino Jantan (Mus
Musculus). S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
William O. R. 2005. Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animals Third
Edition. USA: Baltimore, Maryland. Male Reproduction chapter 13 hal 379-
399.
World Health Organization. (1999). WHO laboratory manual for the examination of
human semen and semen-cervical mucus interaction, 4th ed. Cambridge:
Cambridge University Press, p.1–86.
World Health Organization. 2000. General Guidelines for Methodologies on
Research and Evaluation of Traditional Medicine. Geneva: World Health
Organization.
World Health Organization. 2014.
www.who.int/reproductivehealth/topics/infertility/definitions/en/index.html.
16th
February, 2014.
Yang HS, Han DK, Kim JR, Sim JC. 2006. Effects of Alpha-tocopherol on
Cadmium-Induced Toxicity in Rat Testis and Spermatogenesis. J.Korean
Med. Sci., 21: 445-451.
Yotarlai, S., Chaisuksunt, V., Saenphet, K., Sudwan, P. 2011. Effects of Boesenbergia
rotunda juice on sperm qualities in male rats. Journal of medicinal plants
research. 5 (16) : 3861-3876.
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Alur Penelitian
Penapisan fitokimia
Parameter non
spesifik
Dibersihkan & ditimbang
Determinasi
Herba kemangi (Ocimum
americanum L.)
Penapisan fitokimia
Parameter non spesifik
Diblender dengan air
Freeze drying
Ekstrak kering
Pemberian ekstrak pada
tikus secara per oral
selama 48 hari
Saring
Hewan uji : tikus jantan
galur Sprague-Dawley
Tikus diaklimatisasi
selama 1 minggu
Hewan uji di kelompokkan
secara acak berdasarkan
perlakuan (@dosis 5 ekor) :
- Dosis rendah (1 mg/KgBB)
- Dosis sedang (10 mg/KgBB)
- Dosis tinggi (100 mg/kgBB)
Pada hari ke-49 tikus
dikorbankan dan diambil organ
reproduksinya
Cauda epididimis Testis
Dihitung bobot testis Dibuat perparat histologi
Pengukuran diameter
tubulus seminiferus
Pengukuran tebal sel
germinal
Pengukuran konsentrasi
sperma
Morfologi
sperma
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Ekstrak Herba Kemangi
Untuk perhitungan dosis uji ekstrak herba kemangi digunakan rumus sebagai
berikut:
VAO =Dosis ( mg kg BB ) x Berat Badan ( kg )
Konsentrasi (mg ml)
1. Dosis rendah ( 1 mg/kg )
VAO =Dosis ( mg kg BB ) x Berat Badan ( kg )
Konsentrasi (mg ml)
1 ml =1 mg x 0,25
Konsentrasi (mg ml )
Konsentrasi = 0,25 mg/ml
Dibuat 5 ml = 5 ml x 0,25 mg = 1.25 mg/5 ml
2. Dosis sedang ( 10 mg/kg )
VAO =Dosis ( mg kg BB ) x Berat Badan ( kg )
Konsentrasi (mg ml)
1 ml =10 mg x 0,25
Konsentrasi (mg ml )
Konsentrasi = 2.5 mg/ml
Dibuat 5 ml = 5 ml x 2.5 mg = 12.5 mg/5 ml
= 12.5 mg/5 ml
3. Dosis tinggi ( 100 mg/kg )
VAO =Dosis ( mg kg BB ) x Berat Badan ( kg )
Konsentrasi (mg ml)
1 ml =100 mg x 0,25
Konsentrasi (mg ml )
Konsentrasi = 25 mg/ml
Dibuat 5 ml = 5 ml x 25 mg = 125 mg/5 ml
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 11. Blender
(Philips)
Gambar 12. Timbangan
analitik (OGAWA SEIKI)
Gambar 13. Oven
(Memmert)
Gambar 14. Tanur
(Thermo Scientific)
Gambar 15. Vacum rotary
evaporator (EYELA)
Gambar 16.Freeze dryer
Gambar 17. Timbangan
hewan (SF-400A)
Gambar 18. Tikus putih
jantan strain SD
Gambar 19. Alat bedah
minor
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 20. Kandang
tikus beserta tempat
makanan dan minum
Gambar 21.
Hemasitometer Improved
Neubauer (NESCO) Gambar 22. Vortex
(Wiggen Hauser)
Gambar 23. Mikroskop
cahaya (1)
Motic, 2)
Epson)
Gambar 24. Mikropipet
(Eppendorf Research Plus)
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Gambar Kegiatan Penelitian
Gambar 25. Herba
kemangi
Gambar 26. Ekstrak kering
herba kemangi Gambar 27. Proses
Fresh-press juice
Gambar 28. Penyaringan maserat
Gambar 29. Pemekatan
ekstrak dengan vacum rotary
evaporator
Gambar 30. Pembuatan
suspensi Na CMC 0.5%
Gambar 31. Pembuatan
suspensi ekstrak air
herba kemangi
Gambar 32 . Penyondean
tikus
Gambar 33.
Penimbangan bobot
testis
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 34. Proses
pengenceran
spermatozoa dengan
larutan George
Gambar 35. Proses
pengenceran sperma dengan
larutan eosin
Gambar 36.
Penghomogenan
spermatozoa dengan
vortex
Gambar 37. Pemasukan
spermatozoa ke dalam
bilik hitung
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Air Herba Kemangi
Penapisan Ekstrak Hasil Uji Penapisan Keterangan Gambar
Alkaloid
1) Filtrat sebelum diberi
pereaksi.
2) (-) Alkaloid setelah
diberi pereaksi
Dragendorff.
Flavonoid
1) Filtrat ditambahkan
beberapa tetes larutan
NaOH, terbentuk warna
kuning yang pekat.
2) (+) Flavonoid, warna
kuning menghilang
setelah penambahan
asam encer.
Tanin 1) Filtrat ekstrak
sebelum ditambahkan
FeCl3 0.1%.
2) (+) Tanin setelah
ditambahkan FeCl3
memberikan warna biru
hijau.
Saponin 1) Sebelum dilakukan
pengocokan.
2) (-) Saponin :
busa.buih tidak stabil
setelah dikocok kuat-
kuat.
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Perhitungan Rendemen dan Kadar Abu
1. Perhitungan Rendemen
Berat serbuk simplisia yang diekstraksi = 115 g
Berat ekstrak kering yang didapat = 31 g
% Rendemen = Berat ekstrak kering yang didapat
Berat serbuk simplisia yang di ekstraksi𝑥 100%
=31
115x 100 %
= 20 %
2. Penetapan Kadar Abu
Bobot cawan = 25.1947
Bobot sampel = 2. 0932
Bobot akhir = 25.5525
% Kadar Abu =Bobot akhir − Bobot cawan
Bobot sampelx 100%
=25.55 − 25.19
2.09x 100%
= 17.09 %
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus
No. Tanggal Rata-rata Berat Badan Tikus Tiap Kelompok (Gram)
I II III IV
1. 20 Maret 2014 236 200 202 228
2. 25 Maret 2014 239.4 207.8 215 235
3. 28 Maret 2014 253.2 221 230.2 246
4. 31 Maret 2014 257.2 228.5 229.4 256.2
5. 3 April 2014 258.8 237.6 230 252.8
6. 6 April 2014 263.8 242 243.4 256
7. 9 April 2014 262 239.2 238.2 256
8. 12 April 2014 273 251 247.3 263.8
9. 15 April 2014 274.8 259 250.8 269.4
10. 18 April 2014 283.4 268.8 254.2 272.6
11. 21 April 2014 287.2 262.4 259.6 278.6
12. 23 April 2014 292.8 266.8 260.8 286
13. 28 April 2014 298.8 269.6 267.4 278.6
14. 1 May 2014 299.8 268.6 271.4 288.6
15. 4 May 2014 308.4 281.8 277 293.4
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Hasil Pengukuran Bobot Testis
No Kelompok Hewan
Uji
Bobot Testis
(gram)
Rata-rata Bobot
Testis TiapTikus
(gram)
Rata-rata Bobot
Testis Tiap
Kelompok (gram) Kanan Kiri
1. Kontrol 1 1.30 1.20 1.25
1.43 ± 0.17
2 1.26 1.27 1.26
3 1.63 1.62 1.63
4 1.57 1.51 1.54
5 1.50 1.46 1.48
2. Dosis rendah
(1 mg/kgBB)
1 1.14 1.24 1.19
1.28 ± 0.17
2 1.29 1.21 1.25
3 1.16 1.17 1.17
4 1.57 1.58 1.57
5 1.26 1.20 1.23
3. Dosis sedang
(10 mg/kgBB)
1 1.44 1.44 1.44
1.34 ± 0.15
2 1.40 1.31 1.35
3 1.17 1.14 1.16
4 1.23 1.24 1.23
5 1.56 1.49 1.53
4. Dosis tinggi
(100
mg/kgBB)
1 1.61 1.67 1.64
1.44 ± 0.13
2 1.36 1.36 1.36
3 1.29 1.31 1.30
4 1.45 1.46 1.45
5 1.43 1.44 1.44
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa
No Kelompok
HewanUji
(No.
Tikus)
Jumlah
Spermatozoa
dalam 10 Kotak
(Ekor)
Konsentrasi
Spermatozoa
(Juta/mL)
Rata-rata
KonsentrasiTiap
Tikus (Juta/ml)
Rata-rata
Konsentrasi
Tiap Kelompok
(Juta/ml) ± SD Kanan Kiri Kanan Kiri
1 Kontrol 1 54 59 67.50 73.75 70.63
58± 19.11
2 43 42 53.75 52.50 53.13
3 39 26 48.75 32.50 40.63
4 23 43 28.75 53.75 41.25
5 56 79 70.00 98.75 84.38
2 Dosis
Rendah
(1
mg/KgBB)
1 38 49 47.50 61.25 54.38
59.88± 13.34
2 17 49 21.25 61.25 41.25
3 36 67 45.00 83.75 64.38
4 59 65 73.75 81.25 77.50
5 51 48 63.75 60.00 61.88
3 Dosis
Sedang
(10
mg/KgBB)
1 30 55 37.50 68.75 53.13
61.63± 12.00
2 53 35 66.25 43.75 48.75
3 65 62 81.25 77.55 79.40
4 34 70 42.50 90.00 66.25
5 39 58 48.75 72.50 60.63
4 Dosis
Tinggi
(100
mg/KgBB)
1 51 104 63.75 130.00 96.88
71.88± 19.69
2 42 100 52.50 125.00 88.75
3 37 46 46.25 57.50 51.88
4 50 46 62.50 57.50 60.00
5 46 53 57.50 66.25 61.88
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Morfologi Sperma
No Kelompok
Hewan
Uji
(No.
Tikus)
Jumlah
Sperma
yang
Dihitung
Morfologi
Sperma
Abnormal
Persen Sperma
Abnormal (%)
Total
Persen
Sperma
Abnormal
Tiap
Kelompok
Rata-rata
Persen Sperma
Abnormal (%)
Total Persen
Sperma
Abnormal Tiap
Kelompok (%) Head Tail Head Tail Head Tail
1 Kontrol 1 200 9.16 11.25 4.58 5.63 10.21
4.23 4.61 8.84 ± 2.08a
2 200 9.91 5.16 4.96 2.58 7.54
3 200 5.75 7.83 2.88 3.92 6.79
4 200 11.66 11.91 5.83 5.96 11.79
5 200 5.83 9.91 2.92 4.96 7.87
2 Dosis rendah 1 200 7.41 7.41 3.71 3.71 7.41
3.63 4.00 7.63 ± 1.29 a
(1 mg/kgBB) 2 200 8.91 9.50 4.46 4.75 9.21
3 200 6.25 5.08 3.13 2.54 5.67
4 200 6.75 9.41 3.38 4.71 8.08
5 200 7.00 8.58 3.50 4.29 7.79
3 Dosis sedang 1 200 9.00 6.16 4.50 3.08 7.58 4.35 2.71 7.06 ± 1.15 a
(10 mg/kgBB) 2 200 8.00 3.41 4.00 1.71 5.71
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 200 10.58 6.75 5.29 3.38 8.67
4 200 8.91 5.16 4.46 2.58 7.04
5 200 7.00 5.58 3.50 2.79 6.29
4 Dosis tinggi 1 200 8.08 3.83 4.04 1.92 5.96
4.22 1.63
5.86 ± 0.96a
(100 mg/KgBB) 2 200 12.41 1.33 6.21 .67 6.87
3 200 8.25 4.41 4.13 2.21 6.33
4 200 7.91 3.75 3.96 1.88 5.83
5 200 5.58 3.00 2.79 1.50 4.29
Perhitungan morfologi abnormal :
𝐻𝑒𝑎𝑑 =n1 + n2 + n3 + … . . . . . n12
12= 𝑋
𝑇𝑎𝑖𝑙 =n1 + n2 + n3 + … . . . . . n12
12= 𝑋
𝑋
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑥 100% = % 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎 𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Hasil Pengukuran Diameter Tubulus Semnifierus
No Kelompok
Hewan
Uji
(No.
Tikus)
Diameter tubulus (µm)
Rata-rata (µm) Rata-rata Diameter
Tubulus (µm)± SD Kanan Kiri
1 Kontrol
1 201.28 169.07 185.18
179.83± 4.37 a
2 176.17 185.58 180.88
3 183.35 180.81 182.08
4 180.35 167.77 174.06
5 179.36 174.52 176.94
2
Dosis rendah
(1 mg/KgBB)
1 204.54 195.80 200.17
208.33 ± 15.47 a
2 272.46 193.10 232.78
3 194.31 197.51 195.91
4 197.72 198.87 198.29
5 222.39 206.63 214.51
3 Dosis sedang
(10 mg/KgBB)
1 205.48 204.69 205.09
220.38± 19.95 a
2 214.09 211.87 212.98
3 215.84 222.01 218.93
4 199.76 220.24 210
5 234.81 275.04 254.92
4 Dosis tinggi
(100 mg/KgBB)
1 230.22 240.35 235.29
249.04 ± 16.34 a
2 232.81 250.74 241.78
3 259.78 293.63 276.71
4 241.45 258.72 250.09
5 217.70 264.94 241.32
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Hasil Pengukuran Tebal Sel Germinal
No Kelompok
Hewan
Uji
(No.
Tikus)
Tebal Sel Germinal
(µm) Rata-rata (µm)
Rata-rata Tebal Sel
Germinal (µm)± SD Kanan Kiri
1 Kontrol
1 33.22 30.13 31.67
22.00± 0.90 a
2 31.15 30.22 30.68
3 33.30 30.02 31.66
4 30.73 28.36 29.54
5 30.19 30.65 30.42
2
Dosis rendah
(1 mg/KgBB)
1 47.55 48.23 47.89
47.97± 2.36 a
2 51.13 42.96 47.04
3 45.26 44.37 44.81
4 48.78 48.91 48.85
5 55.19 47.32 51.25
3 Dosis sedang
(10 mg/KgBB)
1 83.88 56.81 70.34
69.83± 4.74 a
2 90.11 61.57 75.84
3 82.00 62.09 72.04
4 74.39 61.02 67.70
5 61.20 65.19 63.20
4
Dosis tinggi
(100
mg/KgBB)
1 90.40 105.36 97.88
89.87± 5.65 a
2 75.49 98.52 87.00
3 81.52 103.99 92.75
4 80.94 85.34 83.14
5 93.72 83.46 88.59
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14. Analisis Statistik Data Bobot Testis
1. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Bobot Testis
a. Uji Normalitas Kolmogrov-Sminorv
Tujuan : Untuk melihat distribusi data bobot testis tikus.
Hipotesis : Ho : Data bobot testis terdistribusi normal.
Ha : Data bobot testis tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
BeratTestis
N 20
Normal Parametersa,b
Mean 1.37359
Std. Deviation .156785
Most Extreme Differences
Absolute .164
Positive .164
Negative -.107
Kolmogorov-Smirnov Z .732
Asymp. Sig. (2-tailed) .658
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : Uji normalitas bobot testis seluruh kelompok terdistribusi normal
(p ≥ 0,05).
2. Uji Analisis Varians (ANOVA) satu arah terhadap bobot testis kelompok hewan uji.
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data bobot testis tikus.
Hipotesis : Ho : Data bobot testis tidak berbeda secara bermakna.
Ha : Data bobot testis berbeda secara bermakna.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ANOVA
BeratTestis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .085 3 .028 1.186 .346
Within Groups .382 16 .024
Total .467 19
Keputusan : Bobot testis tidak berbeda secara bermakna, sehingga tidak dilanjutkan uji
BNT/LSD.
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Analisis Statistik Data Konsentrasi Spermatozoa
1. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Konsentrasi Spermatozoa
a. Uji Normalitas Kolmogrov-Sminorv
Tujuan : Untuk melihat distribusi data konsentrasi spermatozoa tikus.
Hipotesis : Ho : Data konsentrasi spermatozoa terdistribusi normal.
Ha : Data konsentrasi spermatozoa tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KonsentrasiSpermatozo
a
N 20
Normal Parametersa,b
Mean 64.47000
Std. Deviation 16.637868
Most Extreme Differences
Absolute .115
Positive .115
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .516
Asymp. Sig. (2-tailed) .953
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : Uji normalitas konsentrasi spermatozoa seluruh kelompok
terdistribusi normal (p ≥ 0,05).
2. Uji Analisis Varians (ANOVA) satu arah terhadap konsentrasi spermatozoa kelompok
hewan uji.
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data konsentrasi
spermatozoa tikus.
Hipotesis : Ho : Data konsentrasi spermatozoa tidak berbeda secara bermakna.
Ha : Data konsentrasi spermatozoa berbeda secara bermakna.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ANOVA
KonsentrasiSpermatozoa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 656.023 3 218.674 .760 .533
Within Groups 4603.532 16 287.721
Total 5259.555 19
Keputusan : Konsentrasi spermatozoa tidak berbeda secara bermakna, sehingga tidak
dilanjutkan uji BNT/LSD.
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 16. Analisis Statistik Data Morfologi Sperma
1. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Morfologi Sperma
a. Uji Normalitas Kolmogrov-Sminorv
Tujuan : Untuk melihat distribusi data morfologi sperma tikus.
Hipotesis : Ho : Data morfologi sperma terdistribusi normal.
Ha : Data morfologi sperma tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
MorfologiSperma
N 20
Normal Parametersa,b
Mean 7.3443
Std. Deviation 1.71756
Most Extreme Differences
Absolute .134
Positive .134
Negative -.114
Kolmogorov-Smirnov Z .600
Asymp. Sig. (2-tailed) .864
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : Uji normalitas morfologi sperma seluruh kelompok terdistribusi normal (p
≥ 0,05).
2. Uji Analisis Varians (ANOVA) satu arah terhadap morfologi sperma kelompok hewan
uji.
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data morfologi sperma
tikus.
Hipotesis : Ho : Data morfologi sperma tidak berbeda secara bermakna.
Ha : Data morfologi sperma berbeda secara bermakna.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ANOVA
MorfologiSperma
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 23.057 3 7.686 3.727 .033
Within Groups 32.993 16 2.062
Total 56.050 19
Keputusan : Morfologi sperma berbeda secara bermakna, sehingga dilanjutkan dengan
pengujian BNT/LSD.
3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap morfologi sperma
Tujuan :Untuk menentukan data morfologi sperma kelompok mana yang memberikan
nilai yang berbeda secara bermakna dengan data morfologi sperma kelompok
lainnya.
Hipotesis : Ho : Data morfologi sperma tidak berbeda secara bermakna.
Ha : Data morfologi sperma berbeda secara bermakna.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
Multiple Comparisons
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol
2 1.20700 .90819 .202 -.7183 3.1323
3 1.78200 .90819 .067 -.1433 3.7073
4 2.98200* .90819 .005 1.0567 4.9073
Rendah
1 -1.20700 .90819 .202 -3.1323 .7183
3 .57500 .90819 .536 -1.3503 2.5003
4 1.77500 .90819 .068 -.1503 3.7003
Sedang
1 -1.78200 .90819 .067 -3.7073 .1433
2 -.57500 .90819 .536 -2.5003 1.3503
4 1.20000 .90819 .205 -.7253 3.1253
Tinggi
1 -2.98200* .90819 .005 -4.9073 -1.0567
2 -1.77500 .90819 .068 -3.7003 .1503
3 -1.20000 .90819 .205 -3.1253 .7253
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : Morfologi sperma pada kelompok dosis tinggi berbeda bermakna terhadap
kelompok kontrol (p ≤ 0.05).
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17. Analisis Statistik Data Diameter Tubulus Seminiferus
1. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Diameter Tubulus Seminiferus
a. Uji Normalitas Kolmogrov-Sminorv
Tujuan : Untuk melihat distribusi data diameter tubulus seminiferus.
Hipotesis : Ho : Data diameter tubulus seminiferus terdistribusi normal.
Ha:Data diameter tubulus seminiferus tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Diameter
tubulus
N 20
Normal Parametersa,b
Mean 214.3950
Std. Deviation 29.04719
Most Extreme Differences
Absolute .098
Positive .098
Negative -.087
Kolmogorov-Smirnov Z .440
Asymp. Sig. (2-tailed) .990
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : Uji normalitas diameter tubulus seminiferus seluruh kelompok
terdistribusi normal (p ≥ 0,05).
2. Uji Analisis Varians (ANOVA) satu arah terhadap diameter tubulus seminiferus
kelompok hewan uji.
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data diameter tubulus
seminiferus tikus.
Hipotesis : Ho : Data diameter tubulus seminiferus tidak berbeda secara bermakna.
Ha : Data diameter tubulus seminiferus berbeda secara bermakna.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ANOVA
Diameter tubulus
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12337.257 3 4112.419 17.813 .000
Within Groups 3693.784 16 230.862
Total 16031.042 19
Keputusan : Diameter tublus seminiferus berbeda secara bermakna, sehingga
dilanjutkan dengan pengujian BNT/LSD.
3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap diameter tubulus seminiferus
Tujuan : Untuk menentukan data diameter tubulus seminiferus kelompok mana
yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan data
diameter tubulus seminiferus kelompok lainnya.
Hipotesis : Ho : Data diameter tubulus seminiferus tidak berbeda secara bermakna.
Ha : Data diameter tubulus seminiferus berbeda secara bermakna.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
Multiple Comparisons
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol
2 -28.50677* 9.60961 .009 -48.8782 -8.1353
3 -40.55522* 9.60961 .001 -60.9267 -20.1838
4 -69.20785* 9.60961 .000 -89.5793 -48.8364
Rendah
1 28.50677* 9.60961 .009 8.1353 48.8782
3 -12.04846 9.60961 .228 -32.4199 8.3230
4 -40.70109* 9.60961 .001 -61.0726 -20.3296
Sedang
1 40.55522* 9.60961 .001 20.1838 60.9267
2 12.04846 9.60961 .228 -8.3230 32.4199
4 -28.65263* 9.60961 .009 -49.0241 -8.2812
Tinggi
1 69.20785* 9.60961 .000 48.8364 89.5793
2 40.70109* 9.60961 .001 20.3296 61.0726
3 28.65263* 9.60961 .009 8.2812 49.0241
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : Diameter tubulus seminiferus pada kelompok dosis rendah, dosis sedang
dan dosis tinggi berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol (p ≤ 0.05).
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 18. Analisis Statistik Data Tebal Sel Germinal
1. Uji Normalitas dan Homogenitas Terhadap Tebal Sel Germinal
1. Uji Normalitas Kolmogrov-Sminorv
Tujuan : Untuk melihat distribusi data tebal sel germinal.
Hipotesis : Ho : Data tebal sel germinal terdistribusi normal.
Ha : Data tebal sel germinal tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tebalsel
germinal
N 20
Normal Parametersa,b
Mean 59.6155
Std. Deviation 23.13899
Most Extreme Differences
Absolute .141
Positive .141
Negative -.097
Kolmogorov-Smirnov Z .631
Asymp. Sig. (2-tailed) .821
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : Uji normalitas tebal sel germinal seluruh kelompok terdistribusi normal
(p ≥ 0,05).
2. Uji Analisis Varians (ANOVA) satu arah terhadap tebal sel germinal kelompok hewan
uji.
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data tebal sel germinal
tikus.
Hipotesis : Ho : Data tebal sel germinal tidak berbeda secara bermakna.
Ha : Data tebal sel germinal berbeda secara bermakna.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ANOVA
Tebalsel germinal
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9929.836 3 3309.945 217.929 .000
Within Groups 243.011 16 15.188
Total 10172.846 19
Keputusan : Tebal sel germinal berbeda secara bermakna, sehingga dilanjutkan dengan
pengujian BNT/LSD.
3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Terhadap Tebal Sel Germinal
Tujuan : Untuk menentukan data tebal sel germinal kelompok mana yang
memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan data tebal sel
germinal kelompok lainnya.
Hipotesis: Ho : Data tebal sel germinal tidak berbeda secara bermakna.
Ha : Data tebal sel germinal berbeda secara bermakna.
Pengambilan keputusan :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
- Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
Multiple Comparisons
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol
2 -17.17319* 2.46480 .000 -22.3983 -11.9480
3 -39.02953* 2.46480 .000 -44.2547 -33.8044
4 -59.07710* 2.46480 .000 -64.3023 -53.8519
Rendah
1 17.17319* 2.46480 .000 11.9480 22.3983
3 -21.85634* 2.46480 .000 -27.0815 -16.6312
4 -41.90391* 2.46480 .000 -47.1291 -36.6788
Sedang
1 39.02953* 2.46480 .000 33.8044 44.2547
2 21.85634* 2.46480 .000 16.6312 27.0815
4 -20.04757* 2.46480 .000 -25.2727 -14.8224
Tinggi
1 59.07710* 2.46480 .000 53.8519 64.3023
2 41.90391* 2.46480 .000 36.6788 47.1291
3 20.04757* 2.46480 .000 14.8224 25.2727
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : Tebal sel germinal pada kelompok dosis rendah, dosis sedang dan dosis
tinggi berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol (p ≤ 0.05).
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 19. GambarMorfologi Spermatozoa Abnormal Tikus
Gambar 38.Normal Gambar 39.Ekor patah
Gambar 40.Kepala pipih
Gambar 41. Tanpa ekor
Gambar 42. Kepala paku
Gambar 43. Tanpa kepala
Gambar 44. Leher patah
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 20. Gambar Histologi Tubulus Seminiferus dan Tebal Sel Germinal Testis
Tikus
Gambar Keterangan
Gambaran histologi kelompok kontrol
a. Lumen
b. Membran basal
c. Spermatogonium
d. Spermatosit
e. Spermatid
f. Diameter tubulus seminiferus
g. Tebal sel germinal
Gambaran histologi kelompok dosis
rendah
d
e
g
a
f
c
b
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambaran histologi kelompok dosis
sedang
Gambaran histologi kelompok dosis
tinggi