uji benedict (word 2003)

3
UJI BENEDICT Tujuan : Untuk mengetahui adanya gula reduksi pada larutan. Dasar Teori : Gula mempunyai gugus aldehid/keton bebas dalam karbohidrat dapat mereduksi ion cuprioksida dalam larutan tembaga alkalis menjadi kuprooksida dalam suasana asam membentuk warna endapan merah bata. Banyaknya perubahan endapan merah bata yang terbentuk menentukan banyaknya gula yang terdapat dalam urin. Alat : tabung reaksi 6 buah rak tabung reaksi pemanas pipet tetes 7 buah Bahan : pereaksi benedict urin sewaktu urin patologis A, B, C, D Cara Kerja dan Hasil Pengamatan Bahan 1 2 3 4 5 6 Larutan Benedict 2,5mL 2,5mL 2,5mL 2,5mL 2,5mL 2,5mL Urin sewaktu 4 tetes - - - - - Urin patologis A - 4 tetes - - - - Urin parologis - - 4 - - -

Upload: teru-kira

Post on 01-Oct-2015

220 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

afdfvv

TRANSCRIPT

UJI BENEDICTTujuan

: Untuk mengetahui adanya gula reduksi pada larutan.Dasar Teori: Gula mempunyai gugus aldehid/keton bebas dalam karbohidrat dapat mereduksi ion cuprioksida dalam larutan tembaga alkalis menjadi kuprooksida dalam suasana asam membentuk warna endapan merah bata. Banyaknya perubahan endapan merah bata yang terbentuk menentukan banyaknya gula yang terdapat dalam urin.Alat: tabung reaksi 6 buah

rak tabung reaksipemanas

pipet tetes 7 buahBahan

: pereaksi benedict

urin sewaktu

urin patologis A, B, C, D

Cara Kerja dan Hasil Pengamatan

Bahan123456

Larutan Benedict2,5mL2,5mL2,5mL2,5mL2,5mL2,5mL

Urin sewaktu4 tetes-----

Urin patologis A-4 tetes----

Urin parologis B--4 tetes---

Urin patologis C---4 tetes--

Urin patologis D----4 tetes-

Akuades-----4 tetes

Panaskan dalam air mendidih 3-5 menit

Hasil pengamatanBiruHijau tuaHijau kekuni-nganJingga/orangeMerah bataBiru

Kesimpulan: Semakin banyak endapan merah bata pada specimen urin setelah pemberian benedict, semakin banyak gula yang terdapat dalam urin.Diabetes mellitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit sindrom gangguan metabolik akibat adanya gangguan pada toleransi glukosa. Toleransi glukosa merupakan kemampuan tubuh untuk mengatur kadar glukosa darah setelah pemberian glukosa dengan dosis uji (normalnya img/kgBB). Pada diabetes mellitus tipe 1, atau diabetes mellitus dependen insulin (IDDM) ditandai oleh berkurangnya toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin karena kerusakan progresif sel-sel pulau pancreas. Toleransi glukosa juga terganggu pada diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM) akibat ganngguan sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin. Resistensi insulin yang berkaitan dengan obesitas menyebabkan hipelipidemia, kemudian aterosklerosis dan penyakit jantung koroner, dan diabetes nyata (overt diabetes) yang dikenal dengan sindrom metabolik.

Gangguan toleransi glukosa juga dapat terjadi pada keadaan kerusakan hati pada beberapa infeksi, serta sebagai respon terhadap obat tertentu, dan pada kondisi yang menyebabkan hiperaktivitas hipofisis atau korteks adrenal akibat antagonism hormone yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ini terhadap insulin.

Hormon yang berpengaruh terhadap kadar glukosa darah selain insulin, diantaranya glucagon yang dihasilkan sel alfa pulau pancreas, yang menimbulkan glukoneogenesis dan glikogenolisis yang berperan dalam efek hiperglikemik. Kerja glucagon bertentangan dengan insulin. Hormon lain yang berpengaruh pada kadar glukosa darah adalah glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal. Hormon ini bekerja dengan meningkatkan glukoneogenesis melalui peningkatan katabolisme asam amino di hati akibat induksi pada aminotransferase serta enzim-enzim kunci pada glukoneogenesis, serta menghambat pemakaian glukosa di jaringan ekstrahepatik. Epinefrin yang dihasilkan oleh medulla adrenal akibat adanya rangsangan yang menimulkan stress (rasa takut, perdarahan, hipoglikemik) dan menyebabkan glikogenolisis di hati dan otot karena stimulasi fosforilase melalui pembentukan cAMP.