uji efek kombinasi antibiotik amoksisilin ...repository.usd.ac.id/26526/2/148114074_full.pdfi uji...
TRANSCRIPT
i
UJI EFEK KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN DENGAN EKSTRAK
METANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Pseudomonas aeruginosa
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Valentina Natalia Dwi Kurniawati
NIM : 148114074
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-t
PembimbingUtama.t(Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt.)
Persetuj uan Pembi mbin g
UJI EFEK KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN DENGAN EKSTRAK
METANOL DAUN SIRI H (Piper berle L.) TERI {ADAP PERTUMBUHAN
Pseudomonas aeruginov
Skripsi yang diajukan oleh:
Valentina Natalia Dwi Kumiawati
NIM: 148114074
Telah disetujui oleh:
l'anggal 23 November 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus, sumber kehidupan, kasih, penyelamat dan pengharapan
Papa, Mama, Mbak Sisca dan seluruh keluarga besarku
Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan membantuku
Serta Almameterku Universitas Sanata Dharma
I Can Do All Things Through Christ
Which Strengtheneth Me.
Philippians 4 : 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PERNYATAAN KEASLIITAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya
karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini.
maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peratiran perundang-undangan
yang berlaku.
Yogyakarta, 27 November 2017
Penulis
\Q, I
\ htil.V1
(Valentina Natalia Dwi Kurniawati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KL,PENTINGAN AKADEMIS
Yang berlanda tangan dibarvah ini, saya mahasiswa universitas Sanata Dharma:
Nama : Valentina Natalia Dwi Kurniar,vati
NIM : 148114074
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya rnemberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
UJI EFEK KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN DENGAN
EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH tPiper betle L.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Pseuclomonas aeruginoso.
Besefia perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan. mengalihkan
dalam bentuk lain, mengolah dalam bentuk pangkalan data. mendistribusikan secara
terbatas, dan meinpublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya
selama mencantumkan nama saya sebagai penulis
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 27 November 2017
Yang menyatakan
(Valentina Natalia Dwi Kurniawati)
VI
I
I
I
I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala penyertaan, kasih,
karunia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“UJI EFEK KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN DENGAN EKSTRAK
METANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Pseudomonas aeruginosa” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat mendapat gelar Sarjana Farmasi program studi Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam, pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, doa dan dukungan dar berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing skripsi atas
perhatian, kesabaran, bimbingan, masukkan dan motivasi kepada penulis
dari proses penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi selesai.
3. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc selaku dosen penguji
4. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt selaku dosen penguji.
5. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, Apt selaku Kepala Penanggung jawab
Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam
penggunaan semua faselitas laboratorium untuk penelitian skripsi penulis.
6. Bapak Wagiran, Ibu Novelia, Bapak Mukminin serta seluruh laboran yang
telah membantu selama penelitian sampai skripsi diselesaikan.
7. Keluarga tercinta, Papa Florensius Roseno, Mama Yulia Sumarni, Kakak
Fransisca Ratih Setiani yang selalu memberikan doa, perhatian, pengertian
dan semangat kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
8. Teman-teman seperjuangan satu kelompok skripsi Angelica Rivera
Santoso, Lintang Sari Hermandana, Gusti Ayu Vivin Fitriani, Livia
Setiastuti Hadiwinoto atas kerjasamanya, bantuan, hiburan serta semangat
yang diberikan selama penyususnan skripsi dari awal hingga akhir.
9. Teman-teman Ni Komang Ayu Terra, Gita Yanti, Natalia Devita
Simorangkir, Elisabeth Gio, Sastira Putri, serta teman-teman “sanata kost”
atas kebersamaan, keceriaan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
10. Teman-teman FSM B 2014 dan seluruh angkatan 2014 atas dukungannya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, penulis sangat terbuka dengan segala kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuaan terutama dalam bidang farmasi
serta untuk semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Latar belakang : Kasus resistensi antibiotik amoksisilin terhadap Pseudomonas
aeruginosa semakin meningkat maka, diperlukan cara untuk mengatasi. Salah satu cara
untuk mengatasi dengan pemanfaatan bahan alam atau melakukan kombinasi senyawa
antimikroba. Kombinasi dapat dilakukan antara antibiotik dengan bahan alam yang
memiliki aktivitas sebagai antimikroba dan ekstrak metanol daun sirih mampu
memberikan aktivitas sebagai antimikroba yang lebih baik dibandingkan dengan
ekstrak daun sirih menggunakan pelarut lain. Kombinasi antibiotik amoksisilin (AMX)
dengan ekstrak metanol daun sirih (EMDS) akan diuji untuk mengetahui efek yang
dihasilkan dari kombinasi.
Metode : Rancangan pengukuran kombinasi menggunakan metode Checkerboard .
Nilai kadar hambat minimum digunakan untuk menghitung interaksi dalam kombinasi
yang digambarkan dalam Fractional Inhibition Concentration Index (FICI) yang
diimplementasikan sinergis FICI ≤ 0,5, Indifferent FICI 0,5 – ≤4, dan Antagonis FICI
> 4. Data hasil uji antibakteri dianalisis statistik dengan One Way Anova dan diketahui
perbedaannya dengan post hoc Turkey-HSD.
Hasil : Kadar hambat minimum AMX yang dipilih 200 µg/ml sedangkan AMX
kombinasi 800 µg/ml. Kadar hambat minimum EMDS 200 mg/mg , EMDS kombinasi
200 mg/ml.
Kesimpulan : Nilai FIC kombinasi AMX dan EMDS dalam menghambat
Pseudomonas aeruginosa adalah 5 yang menunjukan efek antagonis.
Kata kunci : Amoksisilin, Pseudomonas aerugiosa, Kombinasi, Daun sirih, Kadar
hambat minimum,Fractional inhibition concentration, Antagonis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Background : The development of antibiotic amoxicillin resistance by Pseudomonas
aeruginosa more increasing then we need a way to get over. One way to get over from
that case is with the utilization of natural materials or doing a combination of
antimicrobial compounds. The combination can be done between the antibiotic with
natural materials which have antimicrobial activity as methanol and extract the betel
leaf is able to provide the anti-microbial activity as better compared to other solvent
uses extracts. Combination antibiotic amoxicillin (AMX) with methanol extract of
betel leaf (EMDS) will be tested to find out the effects resulting from the combination.
Method : The measurement method is a Checkerboard method. The value of the levels
of minimum inhibition is used to calculate the interactions in combination described in
Fractional Inhibition Concentration Index (FICI) that implemented synergistically FICI
≤ 0.5, 0.5 – FICI Indifferent ≤ 4, and Antagonis > 4 FICI. Research of anti bacterial
test analyzed statistics "by One Way Anova and the differences in each group were
calculated with post-hoc TukeyHSD.
Results : MIC AMX alone was 200 µg/ml while AMX in combination 800 µg/ml. MIC
EMDS alone was 200 mg/ml, EMDS in combination 200 mg/ml.
Conclusion: The FIC of combination amoxicillin and EMDS in inhibiting
Pseudomonas aeruginosa was 5 which showed antagonistic effect.
Key words : Amoxicillin, Pseudomonas aerugiosa, Combinations, Piper betle leaf,
Minimum inhibition concentration, Fractional inhibition concentration, Antagonism
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................... vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ....................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 10
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN .......................................................................................................... 22
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambat ......................................... 15
Tabel 2. Hasil Metode Checkboard................................................................ 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cara Pengukuran Zona Hambat ......................................................... 6
Gambar 2. Rancangan pengukuran dengan metode checkerboard ...................... 7
Gambar 3. Kontrol Pertumbuhan dan Kontrol Media ....................................... 12
Gambar 4. Hasil Zona Hambat Antibiotik, Ekstrak Metanol Daun Sirih .......... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman (daun sirih hijau) ......................... 22
Lampiran 2. Surat identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa .................. 23
Lampiran 3. Bukti pengukuran dengan Microplate reader ...................... 24
Lampiran 4. Hasil pengukuran dengan Microplate reader ...................... 25
Lampiran 5. Sertifikat pengujian statistik dengan SPSS ........................ 26
Lampiran 6. Hasil perhitungan statistik ........................ 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan ancaman
luas bagi kesehatan terutama terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak
tepat untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik
(Departemen Kesehatan RI 2009). Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak
ditemukan di seluruh dunia, yaitu sebagai contoh Pseudomonas aeruginosa resitensi
terhadap beberapa antibiotik, salah satunya amoksisilin. Pseudomonas aeruginosa
merupakan bakteri aerob Gram negatif, salah satu penyebab terjadinya infeksi
nosokomial. Angka kejadian infeksi nosokomial di dunia sekitar 10-15% (Rustini et
al. 2016).
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan penisilin yang efektif untuk
mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Mekanisme aksi amoksisilin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilin-protein (PBPs – Protein binding
penisilin’s), sehingga menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase
sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel
terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (Kaur et al. 2011). Kasus resistensi
Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik amoksisilin dari September 2013
sampai Januari 2014 sekitar 95% (Ullah et al. 2016). Salah satu cara mengatasi kasus
resistensi dapat menggunakan tanaman obat sebagai alternatif antibiotik. Tanaman
obat sudah banyak digunakan sejak dahulu oleh masyarakat Indonesia. Pemanfaatan
tanaman obat sebagai alternatif pengobatan melahirkan teknik-teknik baru. Salah
satunya dengan melakukan kombinasi antimikroba. Kombinasi antimikroba memiliki
keuntungan yaitu : menekan dan mengendalikan resistensi; serta memberikan efek
sinergis (Yuan et al. 2010). Kombinasi Cefepime dengan amikasin memberikan efek
antibakteri yang sinergis pada Acinetobacter baumannii dan Pseudomonas
aeruginosa (Yuan et al. 2010). Kombinasi dilakukan tidak hanya antar antibiotik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tetapi banyak penelitian melakukan kombinasi antara antibiotik dengan senyawa aktif
yang berasal dari tanaman. Sebagai contoh, kombinasi antara antibiotik amoksisilin
dengan ekstrak metanol daun serai memberikan efek yang sinergis pada
Pseudomonas aeruginosa dengan nilai Fractional Inhibitory Concentration Index
(FICI) 0,46 (Noor 2016). Nilai FICI ≤ 0.5 menunjukan efek sinergis; FICI 0.5 – 4
indifferent, dan FICI > 4 menunjukkan efek antagonis (Blesson et al. 2015). Dari
pernyataan tersebut, peneliti memutuskan untuk melakukan kombinasi antara
tanaman obat dan antibiotik yang telah beredar di masyarakat untuk melihat adanya
efek sinergis. Tanaman sirih khususnya pada bagian daun dikombinasikan dengan
antibiotik amoksisilin untuk melihat apakah kombinasi tersebut mampu memberikan
efek sinergis yang akan meningkatkan efek antibakteri dari amoksisilin sebagai
antibiotik dalam menghambat Pseudomonas aeruginosa.
Daun sirih memiliki kandungan kimia alkaloid, tannin, karbohidrat, asam
amino, steroid, minyak atsiri : eugenol, chavibetol, Hydroxychavicol (HC) (Dwivedi
and Tripathi 2014). Daun sirih di ekstraksi menggunakan pelarut metanol, karena
pelarut metanol mampu menarik senyawa- senyawa lebih banyak dibandingkan
pelarut lain (Tiwari et al. 2011). Menurut Khan dan Kumar (2011), ekstrak metanol
menunjukkan aktivitas antimikroba yang lebih baik dalam menghambat pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa. Penelitian terkait kombinasi antara ekstrak daun sirih
dengan antibiotik serupa penelitian (Taukoorah et al. 2016), ekstrak daun sirih etil
asetat, aqueous, dichloromethane serta ekstrak etanol daun sirih dikombinasi dengan
streptomisin dan kloramfenikol menunjukan efek sinergi. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan kombinasi antara antibiotik amoksisilin dengan ekstrak
metanol daun sirih, untuk mengukur apakah kombinasi ini memiliki efek yang
sinergis untuk mengatasi kasus resistensi Pseudomonas aeruginosa terhadap
amoksisilin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penelitian antara lain: Alat-alat gelas (tabung reaksi,
erlenmeyer, labu takar, labu alas bulat 500 ml, gelas beker , cawan petri, batang
pengaduk (Iwaki Pyrex)), blender, oven (Memmert), autoclave (ALP), shaker
(Optimal), rotary evaporator (Buchi), pengayak, mikropipet, yellow tip steril, jarum
ose, pelubang sumuran, IWAKI microplate 96-well, micro plate reader, incubator
(Hemmert), Biological Safety Cabinet class II type A2 (ESCO), alat destilasi
(pendingin air balik, alat penampung, dan tabung penerima), hot plate, corong
Buchner, timbangan analitik (OHAUS), Bunsen, nephelometer (PhoenixSpec).
Bahan yang digunakan antara lain: bakteri uji Pseudomonas aeruginosa didapat
dari Laboratorium Kesehatan Yogyakarta , daun sirih yang diperoleh dari daerah
Sleman, Daerah Istimiwa Yogyakarta, amoksisilin tablet 500 mg, Media Nutrient
Agar (Oxoid), Nutrient Broth (Oxoid), larutan standar McFarland 0.5, toluene P,
Dimetilsulfoksida 1% (Merck), aquadest, Buffered Pepton Water (Oxoid) yang
diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma. Pelarut
ekstrak daun sirih yang digunakan adalah metanol teknis, antibiotik amoksisilin.
Penyiapan bahan uji dan determinasi tanaman sirih
Daun sirih diperoleh dari daerah Sleman, Yogyakarta. Daun sirih yang dipilih
adalah daun sirih tidak berlubang, dan berwarna hijau muda. Determinasi tanaman
dilakukan di Fakultas Farmasi bidang Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pembuatan simplisia
Daun sirih diambil yang masih segar berwarna hijau muda, tidak berlubang
dan dipisahkan dari bahan pengotor yang menempel pada daun sirih. Kemudian
dicuci sampai bersih menggunakan air mengalir. Daun sirih dipotong-potong kecil,
dioven pada suhu 40⁰C, lalu dibuat serbuk dengan menggunakan blender.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Penetapan kadar air pada simplisia kering daun sirih
Tujuan penetapan kadar air dari simplisia memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air yang diperbolehkan yaitu kurang dari 10%.
Penetapan kadar air dilakukan dengan menimbang 10 g simplisia kering daun sirih
dan dimasukkan ke dalam alat destilasi toluene. Kemudian dimasukkan 200 ml
toluene jenuh air kedalam labu dan pasang rangkaian alat. Kemudian labu dipanaskan
dengan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, penyulingan diatur
dengan kecepatan 2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan
kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Penyulingan dilanjutkan selama 5
menit, tabung penerima didinginkan hingga suhu ruang. Kemudian volume air dibaca
setelah air dan toluene memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam % v/b
(Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI. 2011).
%Kadar air =volume air (ml)
berat simplisia yang ditimbang (g) × 100%
Pembuatan ekstrak metanol daun sirih
Pembuatan ekstrak metanol daun sirih dilakukan dengan metode maserasi
menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (2010) jumlah serbuk yang
dimaserasi berjumlah 10 gram dan pelarut metanol sebanyak 75 ml. Tahapan
maserasi dilakukan dengan merendam 10 gram serbuk daun sirih, dimasukan ke
dalam erlenmeyer, kemudian dilarutkan dengan pelarut metanol hingga terendam
semua. Maserasi dilakukan selama 3 kali dengan bantuan shaker. Hasil maserat yang
diperoleh disaring dengan corong Buchner yang dilapisi kertas saring dengan bantuan
pompa vakum. Hasil kemudian diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 70°C
untuk menguapkan pelarut pada ekstrak. Ekstrak diletakan pada cawan petri dan
diuapkan kembali pada waterbath pada suhu 50-60°C untuk menghilangkan pelarut
yang mungkin masih ada dalam ekstrak. Kemudian dihitung persen rendemen setelah
didapat ekstrak kental. % RendemenBobot ekstrak
Bobot simplisia yang dihitung × 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pembuatan larutan stok dan variasi konsentrasi amoksisilin (AMX)
Tablet amoksisilin 500 mg digerus dan dilarutkan dalam 5 ml aquadest steril
sehingga didapat konsentrasi 100 mg/ml. Konsentrasi 100 mg/ml diambil 1 ml
kemudian ditambahkan aquadest steril hingga 10 ml sehingga didapat konsentrasi
larutan 10 mg/ml. Pada konsentrasi larutan 10 mg/ml diambil 1 ml ditambahkan
aquadest steril hingga 10 ml sehingga didapat larutan stok 1 mg/ml.
Konsentrasi amoksisilin yang dibuat adalah 200, 400, 800 μg/ml. Cara:
larutan stok 1 mg/ml diambil 8 ml dan ditambahkan aquadest steril hingga 10 ml
hingga didapat konsentrasi 800 μg/ml. Konsentrasi larutan 800 μg/ml, diambil 5 ml
dan ditambahkan aquadest steril hingga 10 ml sehingga didapatkan konsentrasi
amoksisilin 400 μg/ml. Pengenceran dilakukan dengan cara yang sama hingga
didapat konsentrasi 200 μg/ml.
Pembuatan larutan stok dan variasi konsentrasi ekstrak metanol daun sirih
(EMDS)
Ekstrak kental metanol ditimbang 4 gram dilarutkan ke dalam 10 ml DMSO
1% steril hingga diperoleh konsentrasi larutan stok 400 mg/ml. Konsentrasi ekstrak
metanol daun sirih yang dibuat adalah 50, 100, 200, 400 mg/ml. Cara: larutan stok
400 mg/ml diambil 5 ml dan ditambahkan DMSO 1% steril hingga 10 ml sehingga
konsentrasi 200 mg/ml. Pengenceran dilakukan dengan cara yang sama hingga
didapat konsentrasi 50 mg/ml.
Penyiapan bakteri uji dan suspensi bakteri
Kultur bakteri Pseudomonas aeruginosa diambil 1-2 ose ke Nutrient Broth
(NB) Agar steril diinkubasi pada suhu 37°C selama 16-24 jam untuk mendapatkan
stok bakteri. Suspensi bakteri diambil secukupnya diencerkan dengan Buffered
Pepton Water (BPW kemudian disetarakan kekeruhannya dengan larutan standar
McFarland 0.5 dengan bantuan nephelometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Uji aktivitas antimikroba amoksisilin (AMX), ekstrak metanol daun sirih
(EMDS) dengan metode difusi sumuran
Suspensi bakteri yang telah disetarakan dengan Mc Farland 0.5 diambil 1 ml
kemudian ditambahkan pada media NA steril, divortex , dipindahkan ke cawan petri.
Setelah media memadat, dibuat sumuran. Berikut yang diujikan dengan metode difusi
sumuran: Kontrol negatif (DMSO 1%, aquadest, dan BPW); Konsentrasi EMDS
tunggal 50, 100, 200, 400 mg/ml; Konsentrasi Amoksisilin tunggal 200, 400, 800
μg/ml. Pengukuran dilakukan 24 jam setelah perlakuan dan diukur dalam satuan mm.
Pengukuran zona hambat dilakukan dengan rumus: ((𝑥−𝑑)+(𝑦−𝑑))
2 (Sendy dkk., 2014).
Gambar 1. Cara Pengukuran Zona Hambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Penentuan kadar hambat minimum (KHM) dengan metode checkboard
Pengukuran dilakukan dengan microplate reader di Laboratorium
Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Lampiran
3)
Gambar 2. Rancangan Pengukuran dengan metode Checkboard (Hijau muda: variasi
konsentrasi ekstrak metanol daun sirih tunggal; Pink: variasi konsentrasi amoksisilin
tunggal (kontrol positif); Kuning: kombinasi ekstrak metanol daun sirih dan
amoksisilin (1:1); Biru (B1): blank media dan pelarut; Hijau tua B2: blank ekstrak
metanol daun sirih 50 mg/ml; Hijau tua B3: blank ekstrak metanol daun sirih 100
mg/ml; Hijau tua B4: blank ekstrak metanol daun sirih 200 mg/ml; Hijau tua B5:
blank ekstrak metanol daun sirih 50 mg/ml, kombinasi; Hijau tua B6: blank ekstrak
metanol daun sirih 100 mg/ml, kombinasi; Hijau tua B7: blank ekstrak metanol daun
sirih 200 mg/ml, kombinasi).
Berikut penjelasan perlakuan:
a. Blank media dan pelarut (B1) berisi 50 μl NB dan pelarut aquadest, DMSO 1%, dan
BPW dengan perbandingan 1:1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
b. Blank ekstrak metanol daun sirih tunggal hanya berisikan variasi konsentrasi ekstrak
metanol daun sirih sebanyak 50 μl dibagi menjadi 3 yaitu: blank ekstrak metanol
daun sirih konsentrasi 50 mg/ml (B2), konsentrasi 100 mg/ml (B3), konsentrasi 200
mg/ml (B4).
c. Blank ekstrak metanol daun sirih kombinasi hanya berisikan variasi konsentrasi
ekstrak metanol daun sirih sebanyak 25 μl dibagi menjadi 3 yaitu: blank ekstrak
kombinasi konsentrasi 50 mg/ml (B5), konsentrasi 100 mg/ml (B6), dan konsentrasi
200 mg/ml (B7).
d. Konsentrasi amoksisilin yang diujikan adalah 200, 400, 800 μg/ml. Well B1-D1, F1-
H1, F2-H2 merupakan variasi konsentrasi amoksisilin tunggal. Cara: well diisi NB
sebanyak 50 μl, 50 μl variasi konsentrasi amoksisilin, dan 50 μl suspensi bakteri.
e. Konsentrasi ekstrak metanol daun sirih yang diujikan adalah 50, 100, 200 mg/ml.
Well A2-A10 merupakan variasi konsentrasi ekstrak metanol daun sirih tunggal.
Cara: well diisi NB sebanyak 50 μl, 50 μl variasi konsentrasi ekstrak metanol daun
sirih , dan 50 μl suspensi bakteri.
f. Well berwarna kuning adalah kombinasi ekstrak metanol daun sirih dan amoksisilin
dengan berbagai variasi konsentrasi. Cara: well diisi NB sebanyak 50 μl, 25 μl variasi
konsentrasi ekstrak metanol daun sirih, 25 μl variasi konsentrasi amoksisilin, dan 50
μl suspensi bakteri.
g. Kontrol pertumbuhan bakteri (well bewarna coklat): 50 μl NB dan 50 μl suspensi
bakteri. Kontrol negatif (well bewarna orange): 50 μl NB dan pelarut aquadest,
DMSO 1%, dan BPW, 50 μl suspensi bakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Pengukuran nilai Fractional Inhibitory Concentration Index (FICI)
Penentuan nilai kadar hambat minimum (KHM) ini akan digunakan untuk
menentukan Fractional Inhibitory Concentration Index (FICI). Fractional Inhibitory
Concentration Index (FICI) dapat dihitung dengan rumus :
FICI =KHM ekstrak kombinasi
KHM ekstrak tunggal+
KHM obat kombinasi
KHM obat tunggal
Nilai FICI ≤ 0.5 menunjukan efek sinergis; FICI 0.5 – 4 indifferent, dan FICI > 4
menunjukan efek antagonis (Blesson et al. 2015).
Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis data pengukuran efek dalam kombinasi diukur secara statistik yang diawali
dengan menguji distribusi normalitas dengan uji Shapiro-Wilk. Uji homogenitas
dilakukan dengan uji Levene. Apabila didapati data terdistribusi normal dan variansi
data homogen, maka dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA. Jika ditemukan
perbedaan, maka dilanjutkan Post-Hoc Tukey HSD pada taraf kepercayaan 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang
digunakan adalah benar tanaman yang dimaksud untuk digunakan dalam penelitian.
Ciri tanaman yang digunakan sama dengan hasil determinasi yang dilakukan di
Laboratorium Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, yang disertai dengan surat keterangan keaslihan tanaman (Lampiran 1)
yang digunakan sebagai bukti bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian
merupakan tanaman sirih (Piper betle L.).
Daun sirih yang di dapat dilakukan sortasi basah secara manual untuk
memisahkan pengotor yang menempel pada daun sirih sehingga mendapatkan daun
sirih yang berkualitas. Setelah proses sortasi basah, dilakukan penimbangan daun
sirih. Hasil penimbangan daun sirih yang diperoleh penimbangan awal 3500 gram
dan penimbangan setelah kering 584.63 gram. Proses pengeringan bertujuan untuk
mempermudah dalam penyerbukan dan mengurangi kadar air dalam simplisia
sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh kapang dan bakteri (Manoi, 2015).
Pengeringan dilakukan hingga daun sirih berubah warna dan mudah dihancurkan
sehingga akan mudah untuk dibuat serbuk.
Simplisia kering daun sirih dilakukan penetapan kadar air. Penetapan kadar air
menggunakan metode destilasi toluene karena terdapat kandungan simplisia yang
bersifat termolabil terhadap panas (Ioannou et al. 2012). Tujuan dari penetapan kadar
air untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air
yang diperbolehkan pada simplisia (Zainab et al. 2016). Menurut Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI. 2011, kadar air yang
diperbolehkan kurang dari 10% hal ini bertujuan untuk menghindari cepatnya
pertumbuhan jamur dalam ekstrak. Volume air yang didapat 0,2 ml, berat simplisia
9,9811 gram. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus :
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 =𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 (𝑚𝐿)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑔) × 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Maka dari hasil menunjukkan bahwa kadar air pada simplisia masih masuk dalam
rentang batas yang diperbolehkan yaitu 2,0037%.
Pembuatan ekstrak metanol daun sirih dilakukan dengan metode maserasi.
Metode maserasi dipilih karena tidak membutuhkan pemanasan sehingga tidak
merusak senyawa-senyawa yang terdapat di dalam ekstrak yang memiliki fungsi
sebagi antibakteri yang bersifat termolabil seperti flavonoid (Ioannou et al. 2012).
Prinsip dari metode maserasi yaitu keseimbangan konsentrasi komponen aktif di
dalam sel simplisia dan di dalam pelarut sama. Hasil maserasi yang didapat disaring
dengan corong bucher yang dilapisi oleh kertas saring agar partikel-partikel kecil dari
serbuk tidak ikut tersaring. Hasil filtrat kemudian di uapkan dengan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 70 ⁰C. Prinsip dari rotary evaporator yaitu intrumen
yang menggunakan prinsip destilasi (pemisahan). Memisahkan suatu larutan dari
pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu sesuai yang
diinginkan.
Setelah proses penguapan selesai dan telah mendapat ekstrak kental maka
dilakukan bobot tetap. Bobot tetap dilakukan untuk memastikan bahwa pelarut yang
digunakan sudah tidak ada di dalam ekstrak. Ekstrak dikatakan sudah memenuhi
bobot tetap saat penimbangan berturut-turuk ekstrak yang dikeringkan setiap 1 jam
tidak melebihi 0,5 mg (Peraturan Menteri Kesehatan. 2009). Hasil bobot tetap yang
didapat sebesar 11,3313 gram sehingga % rendemen yang didapat yaitu :
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 × 100%
=11,3313 gram
59,9357 gram × 100%
= 18, 9057%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Selanjutnya dilakukan persiapan untuk melakukan uji kombinasi antibiotik
amoksisilin dengan ekstrak metanol daun sirih. Tahap pertama yang dilakukan yaitu
melakukan sterilisasi alat dan bahan. Setelah selesai melakukan sterilisasi dilakukan
pembuatan pelarut ekstrak. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak yaitu
DMSO 1%. Pemilihan DMSO 1% karena tidak memberikan aktivitas antibakteri. Hal
ini didukung dengan penelitian Sangkanu et al. 2017, yang menyatakan bahwa
DMSO 1% tidak memberikan zona hambat disekitar sumuran. Setelah dilakukan
pembuatan pelarut ekstrak dilanjutkan dengan pembuatan stok dan suspensi bakteri.
Bakteri uji yang digunakan diidentifikasi (Lampiran 2) terlebih dahulu untuk
memastikan kultur bakteri yang digunakan benar kultur bakteri Pseudomonas
aeruginosa. Sebelum digunakan, stok bakteri diambil secukupnya dan diencerkan
dengan Buffered Pepton Water (BPW) kemudian disetarakan kekeruhannya dengan
larutan standar Mc Farland 0.5 agar jumlah bakteri yang digunakan untuk perlakuan
tetap sama. Dibuat penanaman bakteri pada media Nutrient Agar padat secara poor
plate untuk memastikan bahwa bakteri yang digunakan dapat bertumbuh baik pada
media Nutrient Agar.
(a) (b)
Gambar 3. Kontrol Pertumbuhan Kontrol Media
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri Pseudomonas aeruginosa
dapat bertumbuh baik pada media Nutrient Agar dengan ditandai media menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
tampak keruh seluruhnya (Gambar a). Sedangkan pada (Gambar b) merupakan
kontrol media yang tampak bening, sehingga menunjukkan bahwa teknik aseptis
yang dilakukan sudah tepat dan tidak ada kontaminasi.
Selanjutnya dilakukan pembuatan variasi konsentrasi antibiotik amoksisilin
dan variasi ekstrak metanol daun sirih. Permbuatan konsentrasi antibiotik berdasarkan
kadar hambat minimum yang dihasilkan untuk menghambat bakteri Pseudomonas
aeruginosa. Menurut Clinical and Laboratory Standards Institute (2016), kadar
hambat minimum antibiotik amoksisilin yaitu 32 µg/ml. Kemudian antibiotik
amoksisilin 32 µg/ml dilakukan uji difusi sumuran untuk melihat apakah benar pada
konsentrasi tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Hasil yang di
dapat pada konsentrasi 32 µg/ml antibiotik amoksisilin tidak menunjukkan adanya
penghambatan terhadap Pseudomonas aeruginosa maka untuk menentukan kadar
hambatan, konsentrasi dinaikkan menjadi 64 µg/ml dan 128 µg/ml. Pada hasil
pengamatan amoksisilin konsentrasi 64 µg/ml dan 128 µg/ml belum mampu memberi
penghambatan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Kemudian dilakukan
peningkatan konsentrasi antibiotik kembali menjadi 200 µg/ml ; 400 µg/ml dan 800
µg/ml. Pada konsentrasi 400 µg/ml dan 800 µg/ml menunjukkan adanya zona
hambat, sedangkan pada konsentrasi 200 µg/ml zona hambat hanya sedikit/kecil.
(a) (b)
Gambar 4. Konsentrasi AMX dan EMDS
Keterangan gambar a dan b : 1. Pelarut ; 2a. AMX 400 µg/ml ; 2b. AMX 800 µg/ml; 3. EMDS 50
mg/ml ; 4. EMDS 100 mg/mg ; 5. EMDS 200 mg/ml ; 6. EMDS 400 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Adanya perbedaan konsentrasi hambat antibiotik amoksisilin dengan acuan
bisa saja disebabkan karena bakteri Pseudomonas aeruginosa yang digunakan sudah
tahan atau kebal terhadap antibiotik amoksisilin. Hasil dapat diketahui konsentrasi
penghambatan antibiotik amoksisilin untuk Pseudomonas aeruginosa dimulai dari
konsentrasi 200 µg/ml, 400 µg/ml, 800 µg/ml kemudian dilakukan pengukuran
diameter zona hambat dengan mengukur diameter X dan Y dalam satuan millimeter,
masing-masing dikurangi lubang sumuran . Hasil kemudian dijumlah dan dibagi dua.
Rumus diameter zona hambat (𝑋−𝑑)+(𝑌−𝑑)
2 (Sendy et al. 2014). Didapat zona hambat
konsentrasi 200 µg/ml yaitu 2,5 mm, konsentrasi 400 µg/ml : 5 mm dan 800 µg/ml
sebesar 6,5 mm. Berdasarkan hasil zona hambat pada antibiotik amoksisilin
konsentrasi 200 µg/ml memiliki daya hambat lemah sedangkan konsentrasi 400
µg/ml ; 800 µg/ml memiliki daya hambat sedang terhadap Pseudomonas aeruginosa
dimana hasil diameter zona hambat berada pada rentang 5-10 mm. Selanjutnya
dilakukan pembuatan variasi konsentrasi ekstrak metanol daun sirih. Menurut
penelitian Bhardwaj dan Tiwari (2017) kadar hambat minimum ekstrak metanol daun
sirih sebesar 40 mg/ml dapat menghambat bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Dilakukan pengecekan untuk konsentrasi 40 mg/ml apakah dapat memberikan
penghambatan untuk bakteri uji. Pada konsentrasi 40 mg/ml ekstrak metanol daun
sirih dilakukan uji difusi sumuran dan belum menunjukan adanya penghambatan. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa yang sudah terlalu kuat
atau resistensi sehingga ekstrak sirih pada konsentrasi tersebut tidak dapat
menghambat pertumbuhan bakteri. Untuk mengetahui konsentrasi hambat maka
dilakukan peningkatan konsentrasi yaitu 50 mg/ml, 100 mg/ml dan 200 mg/ml.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pada konsentrasi 50 ; 100 ; 200
mg/ml memberikan penghambatan. Pada konsentrasi 50 mg/ml zona hambat yang
dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan 100 mg/ml, begitu juga dengan 100
mg/ml zona hambat yang dihasilkan lebih besar dibandingkan 200 mg/ml. hasil zona
hambat ekstrak metanol daun sirih sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Table I. Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak metanol Daun Sirih (EMDS)
Konsentrasi Mean ± SD
EMDS 50 mg/ml 10,667 mm ± 0,2887
EMDS 100 mg/ml 8,833 mm ± 0,764
EMDS 200 mg/ml 6,333 mm ± 2,020
Negatif 0 ± 0
N = 3
Pada ekstrak metanol daun sirih konsentrasi 50 mg/ml memiliki daya hambat
kuat terhadap Pseudomonas aeruginosa sedangkan, konsentrasi 100 mg/ml ; 200
mg/ml memiliki daya hambat sedang terhadap Pseudomonas aeruginosa. Menurut
Bian et al. 2015 dikatakan sangat kuat jika diameter zona hambat ≥20 mm, kuat
apabila 10-20 mm, sedang jika zona hambat 5-10 mm dan lemah apabila <5 mm.
Setelah ditentukan konsentrasi antibiotik dan ekstrak metanol maka dilakukan
uji kombinasi. Menurut Blesson et al. 2016 saat suatu agen antimikroba di kombinasi
maka akan menghasilkan efek yang berbeda-beda. Efek yang dihasilkan antara lain
sinergis, indifferent dan antagonis. Uji kombinasi ini menggunakan metode
checkboard dengan menggunakan 96well yang diukur dengan microplate reader yang
memiliki prinsip fotometrik. Setiap well berisi 150 µl yang terdiri 50 µl media
Nutriet Broth Agar, 50 µl suspensi bakteri Pseudomonas aeruginosa, 50 µl antibiotik
amoksisilin tunggal/ ekstrak metanol daun sirih tunggal atau kombinasi amoksisilin
dan ekstrak metanol daun sirih masing-masing 25 µl.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel II. Hasil Metode Checkboard
EMDS
50 mg/ml
EMDS
100 mg/ml
EMDS 200
mg/ml
0,111
0,183
0,328
Amoksisilin 200 µg/ml
0,412 0,115 0,121 0,218
Amoksisilin 400 µg/ml 0,375 0,091 0,113 0,206
Amoksisilin 800 µg/ml 0,255 0,122 0,145 0,256
Keterangan :
*Hasil absorbansi metode checkboar setelah dikurangi blank.
** Kontrol Pertumbuhan sebagai pembanding = 0,632.
Kadar hambat minimum (KHM) merupakan konsentrasi dimana suatu agen
antibakteri yang digunakan menghambat penuh pertumbuhan mikroorganisme (Vipra
et al. 2013). KHM ditentukan berdasarkan optical density atau absorbansi yang
diukur dengan mikroplate reader. Kekeruhan menjadi indikator dalam menentukan
konsentrasi bakteri. Semakin keruh kultur bakteri maka absorbansi yang dihasilkan
semakin besar. Hasil absorbansi dibandingkan dengan kontrol pertumbuhan dan
dilihat absorbansi yang paling mendekati kontrol pertumbuhan. Hasil tabel
menjelaskan kadar hambat minimum yang dihasilkan jika dibandingkan dengan
kontrol pertumbuhan mengalami penurunan. KHM amoksisilin tunggal yaitu
konsentrasi 200 µg/ml sedangkan KHM amoksisilin kombinasi pada konsentrasi 800
µg/ml. Pada ekstrak tunggal KHM yaitu 200 mg/ml sedangkan untuk KHM
kombinasi ekstrak metanol daun sirih yaitu konsentrasi 200 mg/ml. Setelah
mengetahui nilai kadar hambat minimum dilakukan perhitungan dengan rumus FICI
yaitu 𝐾𝐻𝑀 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝐾𝑜𝑚𝑏𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖
𝐾𝐻𝑀 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙+
𝐾𝐻𝑀 𝑂𝑏𝑎𝑡 𝐾𝑜𝑚𝑏𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖
𝐾𝐻𝑀 𝑂𝑏𝑎𝑡 𝑇𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 maka diperoleh nilai FICI sebesar 5
yang artinya bersifat antagonis.
Analisis statistik untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antara kelompok
pertumbuhan bakteri, kontrol negatif, kombinasi dengan masing-masing tunggalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Uji Shapiro-Wilk menunjukkan data terdistribusi normal. Uji variansi levene
mendapati data memiliki variansi homogen. Syarat pengujian ANOVA terpenuhi
sehingga dilakukan uji perbandingan lebih dari dua kelompok dengan ANOVA-One
Way. Hasil uji ANOVA menunjukan adanya perbedaan signifikan pada data dengan
nilai p dibawah 0,05 sehingga dilanjutkan uji Post-Hoc Tukey (Lampiran 6) .
Pada efek antagonis menyebabkan aktivitas antibakteri mengalami penurunan.
Efek antagonis merupakan efek agen kombinasi lebih rendah atau lemah
dibandingkan dengan efek agen tunggalnya (Jain et al. 2011). Efek antagonis bisa
disebabkan karena efek dari kedua bahan yang digunakan memiliki tempat
pengikatan yang sama dari target aksi yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti
menduga adanya senyawa dari tanaman yang memiliki mekanisme aksi yang sama
seperti amoksisilin sehingga efek yang dihasilkan bersifat antagonis. Amoksisilin
memiliki mekanisme aksi dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilin-protein (PBPs – Protein binding
penisilin’s), sehingga menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase
sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel
terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (Kaur et al. 2011). Pada tanaman daun sirih
terdapat kandungan eugenol, Hydroxychavicol (HC). Eugenol memiliki mekanisme
yang menyebabkan kerusakan pada dinding sel (menginduksi lisisnya sel) dan
menyebabkan kebocoran protein (Oyedemi et al. 2009). Hydroxychavicol (HC)
menyebabkan gangguan permeabilitas membran mikroba karena memiliki
mekanisme dengan mengubah struktur membrane (Oyedemi et al. 2009). Adanya
kesamaan mekanisme aksi dapat menyebabkan suatu kombinasi tidak menghasilkan
efek sinergis tetapi efek yang dihasilkan dapat bersifat indifferent dan antagonis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
KESIMPULAN dan SARAN
Hasil yang didapat menunjukkan terdapat perbedaan bermakna. Kombinasi
antibiotik amoksisilin dengan ekstrak metanol daun sirih terhadap Pseudomonas
aeruginosa menghasilkan efek bersifat antagonis dimana nilai FICI adalah 5.
Saran, dapat dilakukan penambahan seri konsentrasi antibiotik amoksisilin
dan ekstrak metanol daun sirih dalam metode checkboard agar lebih jelas dalam
menentukan nilai kadar hambat minimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal. Volume 5,
Edisi 1, Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan, 6-8.
Bian, F., Febby, E.F.K., Marhaenus, J. R., 2015. Daya Hambat Ekstrak Etanol
Schismatoglottis Sp. Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia
Coli. Jurnal Ilmiah Sains, 15(2), 149-153.
Blesson, J., Saji, C. V, Nivya, R.M., and Kumar, R., 2015. Synergistic Antibacterial
Activity of Natural Plant Extracts and Antibiotics Against Methicillin Resistant
Staphylococcus Aureus ( Mrsa ), 4 (3), 741–763.
Clinical and Laboratory Standards Intitute., 2016. Performance Standards for
Antimicrobial Susceptibility Testing. 26 th edition, 62.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonsesia
Nomor 2046/MENKE/PER/XII/201. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, 1.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011.
Farmakope Herbal. Suplemen II. Edisi 1, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI,
110-111.
Dwivedi, V. and Tripathi, S., 2014. Review study on potential activity of Piper betle.
Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry JPP, 93 (34), 9398.
Ioannou, I., Ines, H., Salem, H., Celine, C., Mohamed, G., 2012. Review of the
effects of food processing and formulation on flavonol and anthocyanin
behaviour. Journal of Food Engineering, 111, 208-217.
Jain, S.N., Vishwanatha, T., Reena, V., Divyashree, B.C., Sampath, A.,
Siddhalingeshwara, K.G., Venugopal, N., and Ramesh, I., 2011. Antibiotic
Synergy Test: Checkerboard Method on Multidrug Resistant Pseudomonas
aeruginosa. International Research Journal of Pharmacy, 2 (12), 196–198.
Khan, N. and Kumar, J., 2011. Evaluation of Antibacterial Properties of Extracts of
Piper betel Leaf. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Sciences, 11 (11),
1–3.
Kaur, S.P., Rekha, R., Sanju, N., 2011. Amoxicillin : A Broad Spectrum Antibiotic.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3 (3), 30-37.
Manoi, F., 2015. Pengaruh Kehalusan Bahan Dan Lama Ekstraksi Terhadap
Mutu Ekstrak Tempuyung (Sonchus Arvensis L.). Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 15(2),156-161.
Noor, S., 2016. Synergistic Effect of the Methanolic Extract of Lemongrass and
Some Antibiotics to Treat Urinary Tract Bacteria. Journal of Biosciences and
Medicines, 48–58.
Oyedemi, S.S., Okoh, A.I., Mabinya, L.V., Pirochenva, G., Afolayan, A.J., 2009. The
proposed mechanism of bactericidal action eugenol, α-terpineol, γ-terpinene
against Listeria monocytogenes, Streptococcus pyogenes, Proteus vulgaris, and
Escherichia coli. African Journal of Technology, 8(7), 1280-1286.
Rustini., Silvya, I., Fithriani, A., 2016. Penentuan MultI Drug Resisten Pseudomonas
aeruginosa (MDRPA) Yang Berasal Dari Sampel Klinis Pasien RSUP DR. M.
DJAMIL Padang. Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan
Apoteker Indonesia, 87-91.
Sendy, V.A.A., Pujiastuti, P., Ernawati, T., 2014. Daya Antibakteri Ekstrak Daun
Sirih Merah Terhadap Pophyromonas gingivalis. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa Universitas Jember, 1-5.
Taukoorah, U., Lall, N., Mahomoodaly, A., 2016. Piper betle L. (betle quid) shows
bacteriostatic, additive, and synergistic antimicrobial action when combined
with conventional antibiotics. South African Journal of Botany, Vol. 105, 133-
140
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., and Kaur, H., 2011. Phytochemical
screening and Extraction: A Review. International Pharmaceutical Sciencia, 1
(1), 98–106.
Tripathi, I.P., 2010. Chemistry, Biochemistry, and Ayuverda of Indian Medicinal
Plants. International E-Publication, 50-60.
Ullah, W., Qasim, M., Rahman, H., Bari, F., Khan, S., Rehman, Z.U., Khan, Z.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Dworeck, T., and Muhammad, N., 2016. Multi drug resistant Pseudomonas
aeruginosa: Pathogen burden and associated antibiogram in a tertiary care
hospital of Pakistan. Microbial Pathogenesis, 97, 209–212.
Vipra, A., Desai, S.N., Junjappa, R.P., Roy, P., Poonacha, N., Ravinder, P., Sriram,
B., Padmanabhan, S., 2013. Determining the Minimum Inhibitory Concentration
of Bacteriophage : Potential Advantages. Scientific Research, 3, 181-190.
Yuan, Z., Ledesma, K.R., Singh, R., Hou, J., Prince, R.A., and Tam, V.H., 2010.
Quantitative Assessment of Combination Antimicrobial Therapy against
Multidrug-Resistant Bacteria in a Murine Pneumonia Model. JID, 889–897.
Zainab., Faril, G., Hardi, A.W., Citra, A.E., Mustafa., Mimiek, M., 2016. Penetapan
Parameter Standarisasi Non SpesifikEkstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa Bilimbi L.). Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia, 210-214.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman (daun sirih)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 2. Surat identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 3. Bukti pengukuran dengan Microplate reader
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 4. Hasil pengukuran dengan Microplate reader
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 5. Sertifikat pengujian statistik dengan SPSS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 6. Hasil perhitungan statistik
Test of Homogeneity of Variances
MIC
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.672 4 10 .232
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
MIC Kontrol Pertumbuhan Bakteri .976
3 .702
Kontrol Negatif .873 3 .304
MIC Ekstrak Metanol Daun Sirih .900 3 387
MIC Antibiotik Amoksisilin .939 3 .522
MIC Kombinasi EMDS dan Amoksisilin .814 3 .149
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
MIC
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound
K
PERTUMBUHAN 3 .58000 .044542 .025716 .46935 .69065
K NEGATIF 3 .67800 .063151 .036460 .52113 .83487
MIC KOMBINASI 3 .31500 .032140 .018556 .23516 .39484
MIC ANTIBIOTIK 3 .41867 .040772 .023540 .31738 .51995
MIC EKSTRAK 3 .37967 .017388 .010039 .33647 .42286
Total 15 .47427 .143482 .037047 .39481 .55372
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
ANOVA
Daun sirih
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .270 4 .068
37.
666 .000
Within Groups .018 10 .002
Total .288 14
Multiple Comparisons
Dependent Variable: MIC
Turkey HSD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi bernama Valentina Natalia Dwi Kurniawati,
lahir di Menggala pada tanggal 28 Desember 1995. Penulis
yang akrab dipanggil Valen merupakan anak kedua dari
dua bersaudara dari pasangan Florensius Roseno dan Yulia
Sumarni. Penulis menempuh pendidikannya di TK Dharma
wanita Bumi Dipasena (2001 – 2002), SD Negeri 1 Bumi
Dipasena (2002 – 2008), SMP Xaverius Pringsewu (2008 –
2011), SMA Negeri 1 Pagar Dewa (2011 – 2014), dan pada tahun 2014 melanjutkan
pendidikan di Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama perkuliahan, penulis aktif dalam mengikuti kegiatan seminar, kepanitiaan dan
organisasi seperti Cara Belajar Insan Aktif (2014), Desa Mitra 2 dan 3 (2015), Donor
Darah (2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI