uji impak
TRANSCRIPT
I. TUJUAN Menentukan kemampuan logam atau baja menyerap energi yang dihasilkan oleh
pembebanan kejut, serta mengetahui temperatur transisi pada baja berubah dari ulet
menjadi getas.
II. TEORI DASAR
Sifat mekanik logam yang muncul sebagai respon terhadap gaya impak adalah
ketangguhan. Adapun ketangguhan sendiri didefinisikan sebagai kemampuan logam
untuk menyerap energi dan berdeformasi plastis tanpa mengalami patah. Ketangguhan
suatu logam sangat dipengaruhi oleh kekuatan dan keuletan material tersebut, logam
yang terlalu kuat atau terlalu ulet tidak dapat digolongkan sebagai logam yang
tangguh.
Pengujian impak yang ideal diasumsikan bahwa semua energi yang muncul akibat
pembebanan impak akan diserap seluruhnya oleh spesimen, namun pada kenyataanya,
kondisi ideal tersebut tidak pernah tercapai, sebagian kecil energi akan hilang akibat
dari gesekan dengan udara dan getaran mesin. Bentuk spesimen juga memegang
peranan dalam menentukan besarnya energi yang diserap.
Secara umum, pengujian impak dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
pengujian dengan metode Izod dan Charpy, mengikuti Standar ASTM E23, sebagai
berikut:
1. Metode Izod
Pada pengujian impak dengan metode Izod, spesimen berfungsi seperti batang jepit
(cantilever). Pengujian dengan metode Izod hanya dapat dilakukan pada suhu kamar,
dan pengujian dengan metode Izod umumnya digunakan di Inggris/Eropa.
2. Metode Charpy
Pada pengujian dengan metode Charpy, spesimen berfungsi seperti batang
tumpuan sederhana (simple beam),
Izod Charpy
Gambar 1. Posisi spesimen uji impak dengan metode Izod dan Charpy
Uji Charpy tidak hanya dilakukan pada suhu kamar, namun juga dapat dilakukan
pada suhu yang bervariasi, daru suhu rendah (kriogenik) sampai suhu tinggi. Oleh
karena itu, metode ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu material
memiliki karakteristik perubuahan dari ulet mnjadi getas dengan turunnya temperatur
operasi, Ductile to Brittle Transition. Dengan demikian temperatur transisi perubahan
dapat ditentukan. Seperti yang dapat dilihat di gambar 2.
Gambar 2. Diagram Ductile to Brittle Temperature Transition.
Spesimen yang digunakan pada pengujian dengan metode Izod maupun Charpy
mempunyai bentuk batang dengan dimensi 10 mm x 10 mm, notch (takik) berbentuk
V dengna sudut 45o dan kedalaman 2 mm. Seperti yang dapat dilihat di Gambar 3.
Gambar 3. Spesimen uji Impak
Oleh karena spesimen impak memiliki takik berbentuk V, maka pengujian ini
sering disebut sebagai The Notched Bar Test atau pada metode Charpy dikenal
sebagai Charpy V Notched . Pengujian dilakukan dengan cara memberikan beban
impak dalam bentuk palu pendulum dari ketinggian tertentu, h0. Pada saat palu
diayunkan akan menumbuk spesimen, selanjutnya spesimen akan patah didaerah
takikan yang berfungsi sebagai konsentrasi tegangan. Palu pendulum akan terus
terayun sampai ketinggian maksimum, h1, yang tentu saja lebih rendah dari h, Gambar
4.
Gambar 4. Skema peralatan impak dengan arah ayunan palu pendulum.
Besarnya penyerapan energi untuk mematahkan spesimen dihitun berdasarkan
perbedaan ketinggian antar h dan h1, mengikuti persamaan sebagai berikut:
Energi sebelum patah U0= Wh= WR (1-cos α)
Energi setelah patah U1= Wh1= WR (1-cos β)
Energi untuk mematahkan spesimen U= W(h-h1) = WR (cos β – cos α)
Keterangan :
U = energi yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen = energi yang diserapW = berat pendulumh = ketinggian awal dari palu pendulumh1 = ketinggian akhir
U= mg (h-h1)
α = sudut jatuh pendulumβ = sudut pantul pendulumR = Jarak dari titik pusat
Pengujian Impak dengan takik metode Charpy sebenarnya sangat dibutuhkan untuk
mengetahui temperatur transisi perubahan sifatulet menjadi getas pada logam akiat
penurunan temperatur, Ductile to Brittle Temperature Transition. Oada bebarapa
logam ternyata terjadi perubahan fisik dari ulet menjadi getas apabila terjadi
perubahan temperatur kerja. Kondisi di bawah temperatir transisi, logam akan
cenderung menjadi getas dan patah pada energi penyerapan yang rendah, sedangkan
di atas temperatur transisi maka logam cenderung bersifat ulet.
III. PERALATAN PERCOBAAN a. Mesin uji impak merek TIME model JB-300A
b. Ukuran spesimen mengikuti standar ASTM E 23-82 tipe C.
c. Jenis spesime dapat terdiri dari: baja karbon, baja karbon hasil proses hardening,
dan baja karbon hasil tempering, atau kuningan (sesuai petunjuk asisten).
d. Tungku/furnace.
e. Media pendingin (N2 cair)
f. Termometer tipe K
g. Penjepit panjang
h. Stereo Mikroscope
IV. PROSEDUR PERCOBAAN a. Siapkan spesimen sesuai dengan petunjuk asisten. Terdapat 3 buah spesimen
yang akan di uji, pertama baja pada suhu kamar, baja pada suhu tinggi, dan baja
dengan suhu rendah.
b. Untuk mendapatkan baja suhu tinggi, spesimen dapat dipanaskan terlebih dahulu
didalam tungku, dan untuk baja suhu rendah dapat dimasukkan ke lemari
pendingin atau ditungkan N2 cair ke spesimen.
c. Ukur dimensi spesimen pada suhu kamar, luas penampang dan kedalaman
takiknya
d. Untuk memulai pengujian nyalakan mesin alat uji impak dengan cara
memindahkan tuas ke posisi 2.
e. Letakkan spesimen pada dudukan sesuai tanda yang ada yang telah dibuat,
dengan cara menahan pendulum sedikit diatas dudukan menggunakan kunci
inggris terlebih dahulu.
f. Pengoperasian uji impak dapat dilakukan menggunakan control manual ataupun
menggunakan kontrol otomatis melalui screen. Posisi kontrol manual harus
berada pada posisi ON, apapun pilihan pengoperasian yang dipilih. Selanjutnya
lakukan langkah sebagai berikut.
No Uraian Langkah Tombol Manual Layar Sentuh
1 Naikan pendulum pada posisi
tertinggi
Rising Rise
2 Melepaskan pin pengaman Pin off Dowell
3 Ayunkan pendulum Impact Impact
4 Kembalikan pendulum ke posisi
terendah
Release Fall
5 Ambil patahan spesimen
*) Catatan tambahan:
Dalam menggunaka tombol manual, saat menurunkan pedulum harus ditekan
terus hingga ke posisi terendah sampai mengeluarkan suara “klik” baru dapat
dilepas, bila tidak maka pendulum akan cendrung untuk kembali ke posisi
tertinggi, Dalam penggunaan layar sentuh hal tersebut tidak perlu dilakukan.
g. Amati besarnya nilai yang ditunjukan oleh 2 indikator besaran energi yang
terserap, baik melalui layar ataupun manual (analog).
h. Amati juga bentuk patahan dengan mengambil gambar permukaan patahan yang
terjadi dengan stereo microscope.
i. Ambil spesimen selanjutnya yang sudah dipanaskan dari tungku dan lakukan
kembali ke tahap e hingga h (ikuti petunjuk asisten).
j. Demikian halnya pada spesimen dengan suhu rendah lakukan tahap e hingga h
(ikuti petunjuk asisten).
V. TUGAS DAN PERTANYAAN 1. Dari data yang diperoleh berikan analisis terhadap kekuatan impak pada
temperatur yang berbeda!
Jawab:
Dari literatur diperoleh bahwa semakin tinggi temperatur, baja dapat menyerap
energi lebih tinggi, dapat dikatakan sifatnya akan semakin ulet, tetapi pada
temperatur rendah, kemampuan baja menyerap energi akan berkurang, sifatnya
akan menjadi getas.
Hasil yang kita peroleh mirip, karena pada suhu ruangan dapat dilihat
spesimen setelah dilakukan uji impak tidak patah, masih dapat dilihat keuletan
baja, sedangkan baja yang di dinginkan patah, dan dari patahannya dapat dilihat
sangat getas, sedangkan baja yang dipanaskan di dalam tungku hanya bengkok,
dan dapat dilihat sifatnya sangat ulet.
Kemiripan tersebut juga dapat dilihat dari angka yang diperoleh. Harga impak
baja yang didinginkan lebih rendah dari pada baja pada suhu runganan. Tetapi
pada baja yang dipanaskan juga memiliki harga impak lebih rendah dari pada suhu
runganan yang menunjukan ketidak sesuaian dengan literatur. Tetapi hal tersebut
dapat terjadi karena kesalahan alat, dimana baja yang sangat ulet ini langsung
bengkok dengan gaya yang sangat kecil dan mengikuti pendulum, sehingga alat
membaca bahwa baja tersebut sudah patah dengan gaya yang sangat rendah.
4. Jelaskan mengapa dalam uji impak perlu dibuat takik?
Jawab: Takik berfungsi sebagai pemusat tegangan, sehingga patahan terjadi
ditempat tersebut, karena memiliki luas penahan tegangan paling kecil.
7. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan impak suatu material?
Jawab: Temperatur: dapat dilihat dari percobaan ini, dimana pada suhu rendah
baja akan bersifat getas, sedangkan pada suhu tinggi baja akan bersifat ulet.
Arah butir: semakin kecil ukuran butir maka ruang untuk berdislokasinya akan semakin besar sehingga kemampuan untuk menahan bebannya lebih besar. Ukuran butir dapat dipengaruhi oleh arah roll saat proses produksi
Jenis kristal: Apabila suatu material struktur kristalnya BCC (Body center Cubic) material tersebut cenderung getas karena slip sistemnya kecil, sedangkan jika struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic) material tersebut ulet karena slip sistemnya besar, sehingga membuat material tersebut menjadi ulet.
10. Jelaskan ada berapa jenis patahan yang mungkin terjadi dari suatu proses deformasi plastis dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi?Jawab: 1. Patah ulet: patah ulet dapat terjadi karena adanya penyerapan energi yang
cukup besar sehingga deformasi pastis yang terjadi cukup besar. Patah ulet dalam uji tarik biasannya berbentuk cup and cone dan patahannya cenderung kasar dan bewarna kelabu.
2. Patah getas: patah getas terjadi karena penyerapan energi sangat kecil sehingga deformasi plastis yang terbentuk sangat kecil. Patah getas memiliki bentuk yang sangat mengkilap dan relatif rata.
VI. GAK USAH
PERHITUNGAN● Perhitungan Harga Impak Material Kuningan :
Diketahui : Energi : 9,5 Joule
Temperatur : 22oC
Luas Patahan : 76,77 mm2
Jawab : Harga Impak = Energi Perhitungan
Luas Patahan
= 9,5Joule
76,77 mm2 =0,124 Jmm2
= 11, 85 Joule/cm2
● Perhitungan Harga Impak Material Baja Karbon Temperatur Rendah :
Diketahui : Energi : 28,7 Joule
Temperatur : -2,8oC
Luas Patahan : 57,725 mm2
Jawab : Harga Impak = Energi Perhitungan
Luas Patahan
= 28,7 Joule
57,725m m2=0,497 Jmm2
No.Suhu (oC)
Energi (J)
Luas Patahan (mm2)
Harga Impak Percobaan(J/mm2)
Harga Impak Perhitungan (J/mm2)
1 22 9,5 76,77 11,9 0,1237462 -2,8 28,7 57,725 35,9 0,4971853 22,3 210,1 36,79 262,6 5,7107914 245 110,2 22,3 137,7 4,941704
- 5 0 0 5 0 1 0 0 1 5 0 2 0 0 2 5 0 3 0 00
50
100
150
200
250
Diagram dbtt
temperature
Ener
gy a
bsor
b
Grafik diatas tidak sesuai dengan yang seharusnya dimana pada suhu yang tinggi energi yang dapat diserap seharusnya lebih besar dari pada suhu rungan. Tetapi kita tetap dapat menghitung suhu transisi dengan cara:
Temperatur transisi = T tinggi+T Rendah
2=245−2,8
2=121,1oC
ANALISISDari percobaan yang telah kita lakukan kita dapat mengetahui kemampuan
suatu material menyerap energi. Kemampuan baja menyerap energi dipengaruhi
beberapa hal seperti suhu, bentuk kristal, ataupun arah butir.
Dapat dilihat bahwa baja yang di dinginkan memiliki kemampuan menyerap
energi sangat kecil. Sehingga memiliki patahanan yang terjadi adalah patah getas,
yang datar dan mengkilap.
Baja pada suhu ruangan memiliki kemampuan menyerap energi lebih besar,
sehinggah patahan yang terjadi adalah patah yang sangat kasar dan dapat dilihat masih
memiliki sifat ulet.
Baja yang dipanaskan seharusnya memiliki kemampuan menyerap energi yang
lebih besar daripada baja pada suhu runganan, dan patahan yang sangat ulet karena
bentuknya seperti necking. Tetapi energi yang diserap baja yang dipanaskan dari hasil
percobaan lebih kecil dari pada baja pada suhu rungan. Hal ini dapat disebabkan
kesalahan pada alat.
Baja yang dipanaskan hanya membutuhkan energi yang kecil untuk dibengkokan,
dan lepas dari penahan spesimen. Sehingga alat mengira bahwa spesimen telah patah.
Tetapi kita dapat melihat bahwa luas patahan pada baja yang dipanaskan paling kecil.
Selain dari suhu pengaruh lain yang mempengaruhi kemampuan baja menyerap
energi adalah bentuk butir. Bentuk butir dapat disebabkan arah peng-roll-an saat
produksi. Jika butir spesimen kecil maka kemampuan spesimen tersebut menahan
beban lebih besar.
VII. SIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan praktikan dapat membuktikan bahwa
baja akan berubah sifatnya tergantung suhu.
Semakin tinggi suhu baja makan sifatnya akan semakin ulet.
Sebaliknya jika suhunya semakin rendah maka sifatnya akan semakin getas.
Praktikan juga dapat mengetahui harga impak suatu material. Menggunakan
alat yang ada. Tetapi terjadi kesalahan alat pada saat spesimen baja yang
dipanaskan. Baja yang bengkok dengan gaya yang kecil, dan lepas dari
penahan spesimen dibaca oleh alat bahwa spesimen telah patah dengan gaya
yang kecil sehingga kemampuan menyerap kecil.
Dari percobaan yang telah dilakukan seharusnya kita dapat memperkirakan
suhu transisi dari ulet ke getas. Tetapi karena kesalahan kita tidak dapat secara
akurat mengetahui suhu tersebut.
Pengaruh lain yang dapat mempengaruhi kemampuan material menyerap
energi adalah bentuk kristal dan ukuran butir.
VIII. DAFTAR PUSTAKA [1.] Callister, William D. Materials Science and Engineering, Fifth Edition. New
York : John Willey & Sons. 2003. Halaman 251-255
[ 2 . ] D i e t e r , G e o r g e E . Mechanical Metallurgy.
Mc Gra wH i l l Book Co . 1988 . Halaman 207-210
IX. LAMPIRAN
Kuningan Baja suhu ruangan
Baja dipanaskan Baja didinginkan