uji kekerasan
DESCRIPTION
pengujian kekerasan secara destruktif dengan brinnelTRANSCRIPT
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
BAB II
PENGUJIAN KEKERASAN
2.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahuai angka kekerasan suatu benda
2. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan bahan.
3. Mengetahui salah satu cara pengukuran kekerasan.
4. Mengetahui perubahan struktur pada setiap perlakuan
2.2 Teori Dasar Pengujian
Kekerasan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tusukan (penetrasi)
dari luar sehingga tidak mengalami kerusakan.
2.2.1 Macam-macam Metode Pengujian Kekerasan
Secara garis besar pengukuran kekerasan dibagi tiga (3) jenis, yaitu :
1. Metode Pengujian dengan Goresan (Moh’s Method)
Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggoreskan material dengan
mineral standar yang diketahui nilai kekerasannya. Urutan kekerasan mineral
berdasarkan cara Moh’s adalah sebagai berikut:
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Tabel 2.1 Kekerasan Material berdasarkan Moh’s Method
No Nama material Skala kekerasan
1 Kalium, Natrium 0,5 – 0,6
2 Talk 1
3 Kalsium, Sulfur 2
4 Tembaga, Arsenik 3
5 Flourit, Besi 4
6 Apasit, Kobalt 5
7 Benlium, Molibdenum 5,5
8 Titanium, Mangan 6
9 Kwarsa, Vanadium 7
10 Topas 8
11 Kromium 8,5
12 Korundum, Silicon 9
13 Intan 10
Sumber : William D. Callister, Jr. (2007:227)
2. Metode Pengujian dengan Cara Pantulan (Shore Scleroscope Method)
Pengujian ini dengan menggunakan intan tipped hammer (palu hitam) yang
mana palu hitam ini dinaikkan pada ketinggian tertentu dan dijatuhkan secara bebas
pada permukaan material uji. Ketinggian pantulan menunjukkan kekerasan yang
diukur. Semakin tinggi pantulan menunjukkan kekerasan yang semakin besar.
Gambar 2.1 Scleroscope
Sumber : Vander Voort, George F. (1984 : 370)
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
3. Metode Pengujian dengan Cara Lekukan (Idention Hardness)
a. Brinell Method
Pengujian Brinell menggunakan bola baja yang ditekankan secara tegak
lurus pada permukaan benda uji (bola baja sebagai identor) karena penekanan
dan penusukan tersebut maka permukaan benda uji akan terjadi tapak tekan yang
berbentuk tembereng bola, yang dapat dihitung dengan rumus :
BHN
Dimana:
BHN = angka kekerasan Brinell (kg/mm2)
= beban (kg)
D = diameter indentor (mm)
d = diameter tapak tahan (mm)
Gambar 2.2 Brinell Tester
Sumber : William D. Callister, Jr. (2007:224)
Pada pengujian kekerasan Brinell standard, digunakan bola baja yang
dikeraskan berdiameter 10 mm. Gaya tekan 3000 kg (untuk pengujian kekerasan
baja). Untuk material yang telah lunak gaya tekan dapat dikurangi menjadi 1500
kg atau 500 kg untuk menghindari identasi yang berlebihan. Lama penekanan
normalnya 10-15 detik khusus untuk besi dan baja. Sedangkan bahan lain bisa
mencapai 30 detik.
b. Vickers Method
Prinsipnya sama dengan pengujian Brinell, hanya saja menggunakan
identor berbentuk pyramida beralas bujur sangkar dengan sudut puncak antara
dua sisi berhadapan 136o, beban yang diberikan antara lain 5 kg, 10 kg, 20 kg,
30 kg, 50 kg, 100 kg atau 120 kg. Angka kekerasan dinyatakan oleh :
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
VHN =
Dimana :
VHN = angka kekerasan (kg/mm2)
ρ = beban yang ditatapkan (kg)
d = panjang diagonal tapak tekan (mm)
Gambar 2.3 Vickers Tester
Sumber : William D. Callister, Jr. (2007:224)
c. Rockwell Method
Cara Rockwell menggunakan prinsip yang sama dengan cara Brinell,
hanya saja identor yang dipakai ada dua (2) jenis dan berukuran lebih kecil
daripada identor Brinell. Identor yang digunakan yaitu :
1. Menggunakan kerucut intan dengan sudut puncak yang agak bulat, berjari-jari
0.2 mm.
2. Menggunakan bola baja berdiameter 1/16 in, 1/8 in , ¼ in dan ½ in.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Tabel 2.2 Skala kekerasan Rockwell
SKALA MAJOR
LOAD, KG
TIPE
INDENTOR
MATERIAL YANG DI
UJI
A 60 Intan kerucut Extremely hard materials,
fungsten carbides, etc
B 100 1/14" Bola
Medium hard materials,
low and medium-carbon
steels, brass, bronze, etc
C 150 Intan kerucut Hardened steels, hardened
and tempered alloys
D 100 Intan kerucut Case-hardened steel
E 100 1/8" Bola Cast iron, alumunium and
magnesium alloys
F 60 1/16" Bola Annealed brass and copper
G 150 1/16" Bola Beryllium copper,
phosphor bronze, etc
H 60 1/8" Bola Alumunium sheet
K 150 1/8" Bola Cast iron, alumunium
alloys
L 60 1/4" Bola practics and soft metals
such as lead
M 100 1/4" Bola same as L scale
P 150 1/4" Bola same as L scale
R 60 1/2" Bola same as L scale
S 100 1/2" Bola same as L scale
V 150 1/2" Bola same as L scale
Sumber: Avner, Sidney H (1974:30)
Rumus yang digunakan :
HRC =
Dimana :
HRC = angka kekerasan Rockwell
k = konstanta; intan = 0,2 dan bola baja = 0,6
h1 = kedalaman akibat beban mayor (mm)
h2 = kedalaman akibat beban minor (mm)
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Gambar 2.4 Rockwell Tester
Sumber : Avner, Sidney H (1974:27)
Dalam cara Rockwell, terdapat beberapa skala yaitu A sampai V.
Masing-masing skala memiliki beban serta identor tersendiri dan digunakan
untuk material dengan kekerasan yang amat keras. Skala B untuk kekerasan
medium. Skala C untuk material dengan kekerasan rendah dan seterusnya
sampai skala V untuk plastic dan sort metal seperti timbale. Terdapat juga
superficial Rockwell untuk menguji spesimen yang tipis sampai 0.006 in dan
juga untuk powdered metal.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekerasan
Kekerasan material dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Kadar karbon
Semakin tinggi kadar karbon, maka logam akan semakin keras namun rapuh.
Kadar karbon sebesar 0,6 – 1% merupakan kadar karbon yang sangat berpengaruh
pada kekerasan logam. Setelah lebih dari 1% maka kadar karbon tidak berpengaruh
pada nilai kekerasannya.
2. Unsur paduan
Unsur paduan akan mempengaruhi sifat mekanik logam. Beberapa unsur
paduan pada logam beserta pengaruhnya pada sifat mekanik antara lain:
1. Nikel (Ni)
- Meningkatkan kekuatan dan kekerasan pada baja.
- Meningkatkan ketahanan korosi
- Meingkatkan keuletan dan tahan gesek
2. Chromium, fungsinya adalah :
- Membentuk karbida
- Menambah keelastisan sehingga baik buat pegas.
- Meningkatkan kekerasan baja.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
3. Mangan, fungsinya adalah :
- Meningkatkan kekerasan
- Membuat baja mengkilap
4. Silicon, fungsinya adalah :
- Meningkatkan kekenyalan dan kekerasan
- Menaikkan titik kritis
- Bersifat deoksidan.
5. Boron, fungsinya adalah :
- Menaikkan kekerasan
- Pada karbon kurang dari 0.6% akan menyebabkan kerapuhan.
6. Titanium
- Efektif menambah pertumbuhan butiran.
- Meningkatkan kekerasan baja.
3. Perlakuan Panas
Pengaruh perlakuan panas akan mempengaruhi kekerasan logam tergantung
pada perlakuan yang diberikan. Hardening akan meningkatkan kekerasan (paling
keras), berikutnya tempering, lalu normalizing dan yang paling lunak adalah
annealing.
4. Bentuk Butir dan Dimensinya
Material dengan bentuk butir kecil memiliki kekerasan yang tinggi
dibandingkan dengan butiran besar, karena butir kecil memiliki gaya ikat antar atom
yang lebih besar sehingga membuat material tersebut keras.
5. Homogenitas.
Homogenitas akan mempengaruhi kekerasan karena semakin homogen suatu
material atau semakin sama arah orientasi kristalnya maka material tersebut bersifat
ulet. Bila strukturnya heterogen maka materialnya bersifat keras dan getas.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
2.3 Pelaksaan Pengujian
2.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
1. Spesifikasi Alat yang Digunakan
a. Uji Kekerasan
1. Rockwell Type Hardness Tester
Spesifikasi alat :
- Merk : CV 600A
- Indentor bola Rockwell : 1/16”
- Indentor Intan : 120˚
- Buatan : Jerman
- Skala pembebanan : HRA = 588 N
HRB = 980 N
HRC = 1470 N
Gambar 2.5 Rockwell Type Hardness Tester
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Universitas Brawijaya (2015)
2. Centrifugal Sand Paper Machine
Spesifikasi alat :
- Merk : Saphir
- Buatan : Jerman
- Diameter : 15 cm
- Putaran : 50 – 600 rpm
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Gambar 2.6 Centrifugal Sand Paper Machine
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Universitas Brawijaya (2015)
b. Uji Mikrostruktur
1. Mikroskop Logam
Spesifikasi alat :
- Merk : Nikon
- Buatan : Jepang
- Pembesaran : 450 kali
Gambar 2.7 Mikroskop Logam
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Universitas Brawijaya (2015)
2. Etsa
Digunakan untuk menghilangkan korosi dan karat pada spesimen.Berupa
cairan kimia yang akan bereaksi dengan cairan tertentu pada logam. Atom
yang tidak stabil misalnya atom pada batas elastik. Pada pengujian kali ini
digunakan etsa yang mengandung 1-1,5 ml white nitric dalam 10 ml ethyl
alcohol 95-100%
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Gambar 2.9 Etsa
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Universitas Brawijaya (2015)
3. Kertas Gosok
Digunakan untuk menghaluskan dan meratakan permukaan specimen
dengan cara digosokkan dan kehalusan dari kertas gosok ditunjukkan oleh
angka yang tercantum di balik kertas gosok tersebut. Semakin besar angka
yang tertulis menunjukkan semakin halus dan rapat susunan pasir dari kertas
gosok tersebut. Penggunaan jenis kertas gosok yang tepat agar tidak merusak
komponen material.
Gambar 2.10 Kertas Gosok
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4. Batu Hijau
Digunakan untuk menghaluskan dan mengkilapkan permukaan
specimen.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Gambar 2.11 Batu Hijau
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Universitas Brawijaya (2015)
5. Kain Flanel
Digunakan untuk menghaluskan dan membersihkan spesimen dari batu
hijau yang tersisa.
Gambar 2.12 Kain Flanel
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2. Komposisi Kimia Spesimen
Spesimen : Baja ASSAB 760
Komposisi Kimia : C = 0,5 %
Mn = 0,5 %
Si = 0,25 %
3. Pergeseran Titik Eutectoid
No Logam Komposisi Suhu Eutectoid %C
1 Mn 0,5% 725 0,74
2 Si 0,25% 730 0,72
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Perhitungan
Pergeseran Titik Eutectoid
1. Temperatur Eutectoid
= 727,47 oC
2. Kadar Karbon Eutectoid
= 0,729 %
Gambar 2.13 Pergeseran Titik Eutectoid
Sumber: Dokumentasi Pribadi
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
3. Bentuk dan Dimensi Spesimen
Gambar 2.14 Bentuk dan Dimensi Spesimen
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2.3.2 Prosedur Pengujian
a. Uji Kekerasan
1. Dilakukan proses heat treatment.
2. Siapkan permukaan benda kerja:
a. Ratakan kedua permukaan benda kerja menggunakan kikir dan amplas kasar,
sehingga kedua permukaan tersebut sejajar.
b. Haluskan permukaan benda kerja menggunakan centrifugal sand paper
machine sampai betul-betul rata halus dan siap diuji
3. Siapkan perangkat uji kekerasan Rockwell C pada Universal Hardness Tester:
a. Memasang bandul beban (1470 N)
b. Memasang indentor intan
c. Memasang benda kerja pada landasan
d. Atur tuas pada posisi unloading
4. Putar turn wheel hingga benda kerja menyentuh pada indentor sampai jarum besar
skala C dan jarum kecil menunjuk pada titik berwarna merah. Jika terasa berat,
jangan dipaksakan tetapi harus diputar balik kemudian cek tuas pembebanan dan
diulangi.
5. Dorong tuas pembebanan kea rah loading secara perlahan-lahan. Tunggu hingga
jarum besar pada skala berhenti dengan sendirinya.
6. Tunggu selama 10 detik dari saat berhentinya jarum, kemudian gerakkan tuas ke
unloading secara perlahan-lahan sampai maksimal. Dengan naiknya tuas jarum
ikut berputar searah putaran jarum jam sampai akhirnya berhenti.
7. Baca harga kekerasan HRC pada saat jarum telah berhenti. Bacalah pada skala C
yang berwarna hitam.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
b. Uji Mikrostruktur
1. Permukaan specimen yang akan difoto diratakan dan haluskan dengan
centrifugal sand paper machine.
2. Permukaan spesimen dihaluskan dengan batu hijau dan di gosok dengan kain
flannel sampai benar-benar mengkilap dan halus.
3. Permukaan spesimen yang sudah mengkilap dibersihkan dengan alkohol,
kemudian di tetesi cairan etsa.
4. Spesimen diletakkan pada mikroskop logam, kemudian focus diatur sampai di
dapatkan gambar yang jelas dengan pembesaran 450 kali.
5. Dilakukan pemotretan dengan kamera, kemudian hasilnya dicuci dan dicetak.
2.4 Hipotesa
a. Uji Kekerasan
1. Heat treatment dapat menyebabkan perubahan tingkat kekerasan.dalam
pengujian kali ini perlakuan yang diberikan pada material adalah
hardening, tempering, tanpa perlakuan, normalizing dan annealing. Dari proses
tersebut dapat dijelaskan mulai tingkat kekerasan paling tinggi ke rendah.seperti
penjelasan di bawah ini.
a. Hardening
Dapat diketahui bahwa perlakuan panas yang diberikan pada suhu
maksimum dapat meningkatkan kekerasan untuk mendapatkan martensite.
b. Tempering
Dapat meningkatkan kekerasan setelah proses perlakuan panas
hardening untuk meningkatkan keuletan agar mendapatkan bainite.
c. Tanpa perlakuan
Spesimen tidak mengalami perlakuan panas apapun.
d. Normalizing
Dapat menghaluskan butiran yang mengalami pemanasan berlebihan
sehingga terjadi transformasi fase untuk menghasilkan austenite yang
homogen.
e. Annealing
Dapat meningkatkan keuletan material, tetapi kekerasan material
menurun.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
b. Uji Mikrostruktur
Dengan perlakuan panas yang diberikan pada suhu maksimum(austenite)
dengan holding yang relative lama akan meningkatkan kekerasan secara maksimum.
Hal ini disebut dengan banyak kandungan pearlite dan ferriete.Pada uji fisik
didapatkan presentase pearlite lebih banyak dari ferrite.
2.5 Pengolahan Data
Data dari hasil pengujian dihitung dan disusun dalam bentuk Tabel, masing-
masing untuk spesimen tanpa perlakuan dan dengan perlakuan, selain data tersebut, di
ambil pula hasil pengujian berupa kekerasan rata-rata untuk perlakuan panas yang
berbeda.Dari data-data tersebuat dilakukan dua macam pengolahan data.
2.5.1 Analisa Mikrostruktur
Mikrostruktur tanpa perlakuan panas
Foto Mikro M450 kali
Dari hasil foto mikrostruktur tersebut diambil sepuluh sampel untuk dihitung
prosentase warna hitam dan putih
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Dari sepuluh sampel tersebut dapat diperoleh data sebagai berikut :
No. Putih (%) Hitam (%)
1 31 69
2 22 78
3 38 62
4 41 59
5 31 69
6 41 59
7 34 66
8 38 62
9 38 62
10 57 43
∑ 371 629
Proporsi dari sampel (p1) :
n1 = 10 x 100 = 1000
p1 = = 0,371
Standar deviasi sampel (δ1)
q1 = 1 – p1 = 1 – 0,371 = 0,629
δ1 = = = 0,01527
Dari tabel distribusi standar dengan α = 5 % maka diperoleh nilai Z(α / 2) = ±
1,96 interval penduga rata-rata proporsi warna putih :
p1 – Z(α / 2) . δ1< p < p1 + Z(α / 2) . δ1
0,371 - (1,96 x 0,01527) < p <0,371 + (1,96 x 0,01527)
0,325 < p < 0,417
Jadi proporsi warna putih untuk foto mikrostruktur logam tanpa perlakuan panas
berkisar antara 0,325 % sampai 0,417% dengan tingkat keyakinan 95 %
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Mikrostruktur dengan perlakuan panas Normalizing 950◦C
Foto Mikro M450 kali
Dari hasil foto mikrostruktur tersebut diambil sepuluh sampel untuk dihitung
prosentase warna hitam dan putih
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Dari sepuluh sampel tersebut dapat diperoleh data sebagai berikut :
No. Putih (%) Hitam (%)
1 32 68
2 24 76
3 26 74
4 14 86
5 17 83
6 23 77
7 20 80
8 15 85
9 19 81
10 18 82
∑ 208 792
Proporsi dari sampel (p2) :
n2 = 10 x 100 = 1000
p2 = = 0,208
Standar deviasi sampel (δ2)
q2 = 1 – p2 = 1 – 0,208 = 0,792
δ2 = = = 0,041
Dari tabel distribusi standar dengan α = 5 % maka diperoleh nilai Z(α / 2) = ±
1,96 interval penduga rata-rata proporsi warna putih :
p2 – Z(α / 2) . δ2< p < p2 + Z(α / 2) . δ2
0,208 - (1,96 x 0,041) < p <0,208 + (1,96 x 0,041)
0,127 < p < 0,288
Jadi proporsi warna putih untuk foto mikrostruktur logam tanpa perlakuan panas
berkisar antara 0,127 % sampai 0,288 % dengan tingkat keyakinan 95 %
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Uji Beda Dua Proporsi
Untuk mengetahui perbedaan antara proporsi warna putih spesimen tanpa
perlakuan panas dan spesimen dengan perlakuan panas dilakukan pengujian dua
proporsi
Hipotesa : H0 : p1 = p2
H1 : p1 ≠ p2
Data untuk menghitung Zhitung
n1 = 1000
n2 = 1000
p1 = 0,371
p2 = 0,208
q1 = 0,629
q2 = 0,792
Perhitungan Zhitung :
Zhitung =
Zhitung = 12,47292
Kedudukan Zhitung pada kurva normal adalah sebagai berikut :
Dari kurva uji Z diketahui bahwa Zhitung terletak pada daerah tolak berarti ada
perbedaan yang nyata antara prosentase warna putih untuk spesimen tanpa perlakuan
panas dan spesimen dengan perlakuan panas.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
2.5.2 Data Kelompok
Dilakukan perbandingan nilai kekerasan sebelum dengan sesudah perlakuan
panasuntuk menentukan ada tidaknya perubahan nilai kekerasan. Untuk itu
perludigunakan pengujian dengan metode uji standart.
Tabel 2.3 Data Spesimen Tanpa Perlakuan Panas
No X [ X – ] [ X – ]2
1 19 -0,1 0,01
2 19,5 0,4 0,16
3 20 0,9 0,81
4 20 0,9 0,81
5 19 -0,1 0,01
6 19,5 0,4 0,16
7 18 -1,1 1,21
8 19 -0,1 0,01
9 19 -0,1 0,01
10 18 -1,1 1,21
Σ 191 0 4,4
Kekerasan rata-rata
Standartdeviasi
StandarDeviasi Rata-Rata
db = n-1 = 10 – 1 = 9
dengan α = 5% makanilai t Tabel → t (α/2;db) = t (0,025;9) = ±2,26 interval
penduga kekerasan specimen tanpa perlakuan panas
18,600314 < µ < 19,599686
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Grafik 2.1 Uji T Tanpa Perlakuan
Jadi kekerasan spesimen rata-rata tanpa perlakuan panas berkisar antara
18,600314 HRC sampai 19,599686 HRC dengan tingkat keyakinan 95 %
Tabel 2.4 Data Spesimen Dengan Perlakuan Normalizing 950° C
No X [ X – ] [ X – ]2
1 15,3 -1,4 1.96
2 15 -1,7 2,89
3 17 0,3 0,09
4 18 1,3 1,69
5 16,4 -0,3 0,09
6 16 -0,7 0,49
7 17,8 1,1 1,21
8 18 1,3 1,69
9 16,5 -0,2 0,04
10 17 0,3 0,09
Σ 167 0 10,24
Kekerasan rata-rata
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Standar deviasi
Standar deviasi rata-rata
db = n-1 = 10 – 1 = 9
dengan α = 5% maka nilai t Tabel → t (α/2;db)
t (0,025;9) = ±2,26
interval penduga kekerasan spesimen tanpa perlakuan panas
15,892 < µ < 17,507
Grafik 2.2 Uji T Perlakuan Normalizing 950oC
Jadi kekerasan specimen rata-rata dengan perlakuan Normalizing 950° C berkisar
antara 15,892 HRC sampai 17,507 HRC dengan tingkat keyakinan 95%.
Uji Beda Dua Rata-Rata
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kekerasan pada specimen tanpa
perlakuan dan dengan perlakuan panas dilakukan uji beda dua rata-rata dengan uji
standart t.
Hipotesa : Ho : μ1 = μ2 (tidak ada perbedaan kekerasan antara spesimen tanpa
perlakuan dengan spesimen yang diberi perlakuan)
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
H1 : μ1 ≠ μ2( terdapat perbedaan kekerasan antara spesimen tanpa
perlakuan dengan spesimen yang diberi perlakuan )
Digunakan pengujian dua arah dengan
α = 5% dan db = (n1 -1) + (n2 -1)
= (10-1) + (10-1) = 18
Makanilai t Tabel → t (0,025;18) = ±2,101
Perhitungan thitung
Kedudukan thitung pada kurva distribusi t adalah sebagai berikut
Grafik 2.3 Hitung pada Distribusi Uji T
Dari kurva uji t diketahui bahwa thitung terletak di daerah tolak, berarti
terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata kekerasan specimen tanpa perlakuan
panas dan specimen dengan perlakuan panas dengan keyakinan 95%.
Analisa Varian DuaArah
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pemanasan waktu
holding dan kombinasi keduanya terhadap kekerasan specimen
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Hipotesa :
H01 : α1 = α2 ( perlakuan panas tidak berpengaruh)
H11 : α1 ≠ α2 ( perlakuan panas berpengaruh)
H02 : β1 = β2 ( suhu tidak berpengaruh)
H12 : β1 ≠ β2 ( suhu berpengaruh)
H03 : (αβ)1 = (αβ)2 ( perlakuan panas dan suhu tidak berpengaruh)
H13 : (αβ)1 ≠ (αβ)2 ( perlakuan panas dan suhu berpengaruh)
Perulangan (z) = 5 kali
Banyaknya data(n) = 20
Banyaknya data tiap kolom (u) = 10
Banyaknya data tiap baris (v) = 10
Banyaknya variasi holding (x) = 2
Banyaknya variasi heating (y) = 2
Tabel 2.5 Analisa Varian Dua Arah
FAKTOR SUHU
F
A
K
T
O
R
P
E
R
L
A
K
U
A
N
Norm
ali
zin
g
850 oC 950oC Σr
16 15,3 31,3
15,5 15 30,5
17 17 34
15,5 18,4 33,9
16 16 32
Σ1 = 80 Σ2 = 81,7 Σbaris 1 = 161,7
An
nea
lin
g
8,2 9,5 17,7
9 1 10
10,5 2 12,5
9,1 3 12,1
9,5 1 10,5
Σ3 = 46,3 Σ4 = 16,5 Σbaris 2 = 62,8
Σ Σkolom1 = 126,3 Σkolom2 = 98,2 Σtotal = 224,5
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Fk =
=
2520,0125
JKT = ( a2+ b2+c2+ …+t2) – Fk
= (3079,95)-(2520,0125) = 559,9375
= 3009,073-2520,0125
= 489,06
= 2559,493 – 2520,0125
= 39,4805
= 3098,166 – 2520,0125
= 578,1535
JKAB = JKP - JKA – JKB
= 578,1535 – 489,06 – 39,4805
= 49,613
JKG = JKT - JKA - JKB – JKAB
= 559,9375 – 489,06 – 39,4805 – 49,613
= -18,216
Dimana :
Fk : Frekuensi Komulatif
JKB : Jangkauan Kuartil Bawah
JKT : Jangkauan Kuartil Tengah
JKP : Jangkauan Kuartil Tengah
JKA : Jangkauan Kuartil Atas
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
JKG : Jangkauan Kuartil Galat
F Tabel dengan α = 5% → F (α, V1 ,V2)
F1Tabel : V1= (x-1) = (2-1) = 1
V2= (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F1 Tabel ( 5%, 1, 16) = 4,49
F2 Tabel :V1 = (x-1) = (2-1) = 1
V2 = (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F2Tabel ( 5%, 1, 16) = 4,49
F3Tabel : V1 = (x-1) = (2-1) = 1
V2 = (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F3Tabel ( 5%, 1, 16) = 4,49
Tabel 2.6 Analisa Varian Dua Arah
SumberKeragaman Db JK KT Fhitung
Pengaruh A
(Perlakuan)
(x-1) =
(2 – 1) = 1
JKA =
489,06
12 = JKA/(x-1)
=
489,06
F1 = 12/ 2
=
3.811,295
PengaruhB
(Suhu)
(y-1) =
(2- 1) = 1
JKB =
39,4805
22 = JKB/(y-1)
=
39,4805
F2= 22/ 2
=
18,86351
Pengaruh
A& B
(Perlakuan&Suhu)
(x-1)(y-1) =
(2-1)(2-1) =
1
JKAB =
49,613
32 = JKAB/(x-1) (y-
1)
=
49,613
F3= 32/ 2
=
16,82578
Galat
(xy) (z-1)=
(2.2)(5-1)=
16
JKG =
-18,216
2 = JKG/(xy)(z-1)
=
1,68325
Jumlah () 19 510,3245
HasilAnalisa
1. F1 hitung>F1 Tabel = 3.811,295 > 4,49
Keterangan :
Variasi holding yang diberikan pada specimen berpengaruh pada kekerasan, hal
ini sesuai dengan hipotesa H11 : α1 ≠ α2 .
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
2. F2 hitung < F2 Tabel = 18,86351 > 4,49
Keterangan :
Variasi suhu yang diberikan pada specimen berpengaruh pada kekerasan, hal ini
sesuai dengan hipotesa H12 : β1 ≠ β2
3. F3 hitung > F3 Tabel = 16,82578 > 4,49
Keterangan :
Variasi holding dan suhu yang diberikan pada specimen tidak berpengaruh pada
kekerasan, Hal ini sesuai dengan hipotesa H03 : (αβ)1 = (αβ)2
Tabel 2.7 Data Kekerasan Tanpa perlakuan
Tanpa Perlakuan
No Kekerasan (HRC)
1 19
2 19,5
3 20
4 20
5 19
6 19,5
7 18
8 19
9 19
10 18
19,1
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Tabel 2.8 Data Kekerasan Normalizing 950° C
Normalizing 950° C
No Kekerasan (HRC)
1 15,3
2 15
3 17
4 18
5 16,4
6 16
7 17,8
8 18
9 16,5
10 17
16,7
Tabel 2.9 Data Kekerasan Annealing 950°C
Annealing 950°C
No Kekerasan (HRC)
1 9,5
2 1
3 2
4 3
5 1
6 3
7 1
8 4
9 4
10 4
3,25
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Tabel 2.10 Data Kekerasan Hardening 950°C
Hardening 950°C
No Kekerasan (HRC)
1 33,5
2 35,5
3 36
4 36
5 41
6 41
7 40
8 42
9 45
10 39
35,3
Tabel 2.11 Data Kekerasan Rata-rata Perlakuan Panas
No Perlakuan Kekerasan Rata - Rata
(HRC)
1 Hardening 950° C 35,3
2 Tanpa Perlakuan 19,1
3 Normalizing 950°C 16,7
4 Annealing 950°C 3,25
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
2.6 Pembahasan
Hubungan perlakuan panas dengan tingkat kekerasan
Gra
fik 2
.4 H
ubung
an P
erla
kuan
Pan
as d
eng
an T
ingkat
Kek
eras
an D
ata
Kel
om
pok
Pad
a S
pes
imen
hard
enin
g o
li
800
° C
dan
Tan
pa
Per
lak
uan
.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Pemberian perlakuan panas pada spesimen dapat merubah sifat mekanik suatu
spesimen. Spesimen tanpa perlakuan panas memiliki sifat kekerasan yang berbeda
dengan spesimen yang mendapatkan perlakuan panas tergantung dari perlakuan panas
yang diberikan.Pada pengujian kali ini menggunakan specimen baja Assab 760 yang
diberikan perlakuan Normalizing 950oC.
Dari perlakuan tersebut dan diuji kekerasannya didapatkan nilai kekerasan
raat-rata 16,7 HRC. Dengan perhitungan menggunakan rumus interval penduga
kekerasan specimen diperoleh bahwa nilai kekerasan dari specimen tersebut berkisar
antara 15,892 HRC sampai 17,507 HRC dengan tingkat keyakinan 95%, sedangkan
pada specimen tanpa perlakuan didapatkan nilai kekerasan rata-rata 19,1 HRC. Dengan
perhitungan menggunakan rumus interval penduga kekerasan specimen diperoleh
bahwa nilai kekerasan dari specimen tersebut berkisar antara 18,600314 HRC sampai
19,599686 HRC dengan tingkat keyakinan 95%.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai kekerasan specimen
Normalizing 9500C memiliki kekerasan yang lebih rendah dibandingkan dengan
spesimen dengan tanpa perlakuan
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Hubungan perlakuan panas dengan tingkat kekerasan Data antar
kelompok
Gra
fik 2
.5 H
ubung
an P
erla
kuan
P
anas
den
gan
T
ingkat
K
eker
asan
D
ata
A
nta
r K
elom
pok
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
Pada grafik perbandingan nilai kekerasan dengan berbagai macam perlakuan
menerangkan hubungan antara berbagai macam perlakuan panas dengan kekerasan rata-
ratanya.Spesimen yang memiliki nilai kekerasan dari yang tinggi sampai yang terendah
ialah Hardening 950oC, Tanpa perlakuan, Normalizing 950oC dan Annealing 950°C.
Hardening 950°C dengan mempunyai kekerasan yang tertinggi yaitu 35,3 HRC.
Hal ini dikarenakan terjadinya pendinginan cepat pada specimen sehingga terbentuk
struktur martensit yang memiliki sifat keras. Berikutnya, specimen tanpa perlakuan
mempunyai kekerasan sebesar 19,1 HRC. Specimen tanpa perlakuan memiliki nilai
kekerasan dibawah kekerasan hardening karena tidak mengalami perlakuan panas
apapun. Spesimen dengan perlakuan Normalizing 950°C mempunyai kekerasan 16,7
HRC. Dan nilai kekerasan yang berada padaurutan paling akhir adalah specimen dengan
perlakuan annealing 950°C dengan kekerasan sebesar 3,25 HRC. Hal ini dikarenakan
pendinginan annealing dilakukan secara perlahan dalam dapur pemanas.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai kekerasan spesimen yang paling
tinggi ke yang paling rendah kekerasannya adalah hardening 9500C, tanpa perlakuan,
normalizing 9500C, dan annealing 9500C.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2014/2015
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan
2.7 Kesimpulan dan Saran
2.7.1 Kesimpulan
1. Dengan perlakuan panas yang berbeda-beda didapatkan nilai kekerasan yang
berbeda-beda pula. Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada perlakuan hardening.
2. Proses pendinginan pada spesimen dengan perlakuan panas tertentu akan
mempengaruhi kekerasan spesimen tersebut.
3. Suhu pemanasan yang semakin tinggi membuat material lebih keras, karena
semakin banyak butiran atom yang terbentuk daripada temperatur atau suhu yang
tidak mencapai suhu austenite.
2.7.2 Saran
1. Hendaknya alat pengujian kekerasan yang rusak mulai diperbaiki.
2. Asisten sebaiknya lebih berkordinasi lagi dengan praktikan sehingga praktikan
menadi lebih terbentu saat praktikum.
3. Praktikan harus lebih teliti dalam membaca skala kekerasan pada alat uji dan
menghaluskan permukaan spesimen dengan konsisten untuk mendapatkan data
pengujian yang lebuh akurat.