uji kesehatan benih ii (bagian ilmu hama tumbuhan)...filum: arthropoda kelas: insecta ordo:...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
UJI KESEHATAN BENIH II (BAGIAN ILMU HAMA
TUMBUHAN)
Oleh :
Golongan A / Kelompok 7A
1. Yurike Efendi (161510501074)
2. Helmi Faghi Setiawan (161510501113)
3. Ajeng Faradhila Muninggar (161510501184)
LABORATURIUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih dalam proses produksinya perlu adanya penyimpanan dalam kurun
waktu tertentu untuk sampai ke tangan konsumen. Penyimpanan merupakan salah
satu cara yang digunakan dalam pasca panen yang merupakan bagian terpenting.
Selama proses penyimpanan perlu memperhatikan beberapa faktor diantaranya
adalah sifat genetis benih, kondisi benih saat sebelum panen, kondisi kulit pada
benih, dan hubungan antara tingkat kemasakan dan daya simpan benih (Kuswanto,
2003).
Proses penyimpanan hasil dari produksi pertanian akan mengalami
kerusakan, kerusakan yang terjadi umumnya berupa kerusakan fisik, kimia,
mekanin niologis dan mikrobiologis. Kerusakan yang terjadi selama proses
penyimpanan ini dapat merugikan petani karena menurunkan kualitas dan
kuantitas mutu hasil sehingga menimbulkan kerugian yang besar.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi umumnya disebabkan karena adanya
hama pasca panen yang menyerang benih. Hama tersebut biasanya adalah
serangga hama gudang seperti tungau, tikus dan kapang. Hama-hama ini bisa
muncul atau berinfestasi saat benih berada dilapang kemudian mengalami
populasi tertinggi pada saat proses penyimpanan benih. Umumnya, gejala yang
ditimbulkan hama-hama yang menyerang benih pada saat penyimpanan adalah
sama. Gejala yang tampak biasanya menyebabkan benih menjadi berlubang dan
keropos, meninggalkan gerekan yang berupa tepung pada beniih.
Kerusakan yng ditimbulkan oleh serangga umumnya berupa kerusakan
fisik, kerusakan fisik ini terjadi karena sifat serangga yang selalu bermigrasi
sehingga dapat memindahkan spora jamur perusak dan membuka jalan untuk
kontaminasi jamur. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan
hama gudang diantaranya adalah kadar air, temperatur, kelembaban dan lamanya
penyimpanan benih. Salah satu contoh hama yang umum menyerang pada benih
diantaranya adalah bubuk jagung yang menyerang tanaman jagung, kumbang biji
kacang hijau, dan bubuk beras. Oleh karena itu, dilakukan adanya praktikum
2
mengenai uji kesehatan benih pada aspek ilmu hama tumbuhan agar kita dapat
megetahui lebih dalam tentang jenis-jenis hama yang menyerang pada hasil
pascapanen.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis hama pascapanen pada tanaman pangan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan morfologi dari setiap hama pascapanen
tanaman pangan.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan bahan untuk memperbanyak suatu tanaman.
Penyimpanan yang benar akan menghasilkan benih yang tahan lama serta terbebas
dari beberapa hama maupun penyakit. Pada dasarnya mutu benih akan mengalami
penurunan sehingga mudah rusak selama masa penyimpanan. Kerusakan benih
tersebut bisa terjadi ketika hama komoditas tertentu menyerang dan tidak dapat
dikendalikan. Penanaman pada lahan yang menggunakan benih tidak sehat yang
terserang hama memungkinkan tidak dapat berkecambah sehingga tidak
dianjurkan menanam benih yang terserang hama (Hastuti et al, 2015).
Benih yang memiliki mutu baik adalah benih dengan tingkat kemurnian
dan daya tumbuh tinggi meskipun tidak 100% tetapi benih yang bermutu harus
memiliki daya kecambah (vigor dan viabilitas) diatas 80%. Kemungkinan
serangan hama sangat besar hal tersebut dibuktikan dengan 20% benih yang
tersisa merupakan benih yang kurang baik dalam masa pembenihan dengan
mengesampingkan faktor lingkungan. Benih yang baik sekalipun dapat diserang
hama pada masa penyimpanan karena karena hal tersebutlah benih akan
mengalami degradaasi mutu (Siregar, 2013).
Hama yang menyerang benih pada dasarnya adalah serangga dari ordo
coleoptera karena memiliki ciri fisik kulit luar yang keras dan memiliki tipe mulut
pengunyah. Serangan hama serangga ini menjadi masalah yang sangat serius bagi
pengembangan benih maupun benih yang disimpan. Hal yang harus diperhatikan
dalam pembenihan atau menyimpan benih adalah tempat yang harus steril dari
hama-hama dan dibuat sedemikian rupa tidak cocok dengan syarat tumbuh hama
tersebut (Surachman et al, 2014).
Potensi yang paling besar dari hama penyimpanan adalah dari keluarga
pengerat yang merupakan hama utama dalam ruang. Dikatakan hama karena
hewan pengerat ini makan benih dan dapat menimbulkan penyakit yang dibawa
saat mereka makan benih tersebut. Meskipun telah diberi bungkus berupa blastik
maupun box, hama pengerat tetap bisa menjangkau benih yang berada didalam
karena hama tersebut melubanginya (Stejskal, 2014).
4
Menurut Chakrarvarthy (2017), pencegahan agar benih yang dihasilkan
tidak terserang hama yang dapat merugikan adalah dengan memahami benih
tersebut memiliki hama apa dan cara menanganinya. Semua hal yang
berhubungan dengan hama tersebut dapat dicegah, seperti pemberian musuh alami
yang tidak membahayakan benih itu sendiri. Sedangkan menurut Hartman et al
(2016), benih juga dapat dimodifikasi agar musuh utama dalam masa
penyimpanan tidak menyerang dan merusak benih tersebut. Modifikasi tersebut
dapat berupa modifikasi genetik agar benih menjadi resisten terhadap hama yang
ditujukan.
Contoh hama yang menyerang kedelai pada masa penyimpanan adalah
Bruchus chinensis L. Hama gudang ini sering disebut karena tidak hanya pada
benih kedelai namun juga dapat menjadi masalah pada benih utamanya dari
keluarga kacang-kacangan. Serangga yang aktif pada siang gari ini meletakkan
telurnya di dalam benih dan menggerek benih untuk memenuhi asupan makannya.
Gejala yang ditimbulkan adalah adanya bekas lubang-lubang pada benih kedelai
(Pitojo, 2003).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Kegiatan praktikum Teknologi Produksi Benih acara “Uji Kesehatan Benih
II (Bagian Ilmu Hama Tumbuhan)” dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Oktober
2017 pukul 12.30- selesai WIB. Bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cawan Petri
2. Mikroskop
3.2.2 Bahan
1. Benih Kacang Hijau
2. Klorofom
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Melakukan pengamatan pada benih beruba gabah, jagung, kacang hijau,
kedelai dan kacang tanah.
2. Mematikan hama yang sudah ditemukan dengan klorofom
3. Menaruh hama yang sudah dimatikan di petridish kemudian dengan posisi
yang baik dan memfoto dengan mikroskop perbesaran 25 kali
4. Melakukan pengamatan pada gejala kerusakan benih oleh hama
5. Membuat laporan sesuai format
3.4 Variabel Pengamatan
1. Jenis-jenis hama pascapanen
2. Morfologi hama Sitophilus spp
3. Morfologi Sitophilus zeamais
4. Morfologi Callosobrunchus maculatus
6
5. Morfologi Callosobrucus cinensis
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum, selanjutnya akan
dianalisis mengunakan analisis statistika deskriptif.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Tabel pengamatan uji kesehatan benih II (Bagian ilmu hama tumbuhan)
KEL BENIH GAMBAR KETERANGAN
1 Jagung Sitophilus spp
Klasifikasi:
Kingdom: animalia
Filum: arthropoda
Kelas: insecta
Ordo: coleoptera
Famili: curcolionidae
Spesies: sitophilus zeamays
Morfologi:
Panjang tubuh 3,3 – 5 mm, ujung
adelegus lurus, imago berwarna
coklat terang hingga gelap, sungut
menyiku terdiri 8 ruas, kepala
moncong.
2 Jagung Sitophylus zeamays
Klasifikasi:
Kingdom: animalia
Filum: arthropoda
Kelas: insekta
Ordo: coleoptera
Family: curcolionidae
Genus: sitophilius
Spesies: sitophilus zeamays
Morfologi:
Kepala pada ujungnya meruncing
melengkung agak ke bawah, warna
tubuh coklat merah sampai coklat
8
gelap. Antena menyiku dengan
bagian ujung membesar seperti gada.
3 Jagung Sitophilus zeamays
Klasifikasi:
Kingdom: animalia
Filum: arthropoda
Kelas: insecta
Ordo: coleoptera
Genus: sitophilus
Spesies: sitophilus zeamays
Morfologi:
Merusak biji jagung ketika dalam
penyimpanan kumbang bubuk
meletakkan telur satu persatu pada
lubang gerekan yang kemudian
bertelur. Telur menetas menjadi larva
kemudian menggerek biji dan hidup
didalam biji jagung hingga dewasa.
4 Kedelai Callosobrunchus
maculatus
Klasifikasi:
Domain: eukaryota
Kingdom: metazoa
Phylum: arthropoda
Sub phylum: uniramia
Kelas: insekta
Ordo: coleoptera
Famili: bruchidae
Genus: calosobruchus
Spesies: callosobrunchus maculatus.
Morfologi:
Mempunyai sifat holometabola
9
dimana terdiri dari stadia telur larva
dan imago. Satu telur C. Maculatus
berukuran kurang lebih 0,75 mm
bentuk oval/gelondong terang dan
menempel kuat pada biji kedelai.
5 Kedelai Callosobrunchus
maculatus
Klasifikasi:
Domain: eukaryota
Kingdom: metazoa
Phylum: arthropoda
Sub phylum: uniramia
Kelas: insekta
Ordo: coleoptera
Famili: bruchidae
Genus: calosobruchus
Spesies: callosobrunchus maculatus.
Morfologi:
Tubuh berwarna coklat kemerahan.
Panjang 1/8 inci. Bentuk tubuh
sedikit memanjang. Elytra berwarna
hitam dan abu-abu. Alat mulut
pengunyah.
6 Kacang
hijau
Callosobrucus
cinensis
Klasifikasi:
Kingdom: metazoa
Phylum: arthropoda
Sub phylum: uniramia
Class: insecta
Ordo: coleoptera
Family: bruchidae
Genus: callosobrucus
Spesies: callosobrucus cinensis
10
Morfologi:
Bagian kepala meruncing, elytra
agak gelap, ukuran tubuh kurang
lebih 5-6 mm. Imago betina bertelur
hingga 150 butir, menetaskan setelah
3-5 hari. Larva menggerek di sekitar
tempat telur diletakkan.
7 Kacang
hijau
Callosobrucus
cinensis
Klasifikasi:
Kingdom: metazoa
Phylum: arthropoda
Sub phylum: uniramia
Class: insecta
Ordo: coleoptera
Family: bruchidae
Genus: callosobrucus
Spesies: callosobrucus cinensis
Morfologi:
Imago berbentuk bulat telur. Bagian
kepala meruncing. Elytra berwarna
agak gelap. Prosotum halus. Tubuh
betina 5-6 mm, bertelur 150 butir,
telur diletakkan pada permukaan
kacang hijau menetas setelah 3-5
hari, lama tidak keluar dari telur,
produk yang diserang tampak
berlubang.
4.1.1 Jenis-jenis hama pascapanen
` Pada pengamatan praktikum kali ini, dapat diketahui hasilnya berdasarkan
data tabel diatas. Data tabel di atas merupakan perolehan dari data golongan.
11
Dapat diketahui bahwa pada praktikum kali ini mengunakan 3 jenis benih, yaitu
benih jagung, kedelai dan kacang hijau. Kelompok 1, 2 dan 3 menggunakan benih
jagung, kelompok 4 dan 5 mengunakan benih kedelai sedangkan kelompok 6 dan
7 menggunakan benih kacang hijau. Pada ketiga benih yang digunakan terdapat
beberapa jenis hewan yang merusak benih tersebut yang biasa disebut sebagai
hama. Hama yang ditemukan pada setiap jenis benih berbeda-beda, namun
ditemukan hama yang sama pada jenis benih yang sama oleh kelompok yang
berbeda, sehingga pada data diatas dapat diketahui bahwa ditemukannya satu jenis
hama yang terdapat di dalam satu jenis benih.
4.1.2 Morfologi hama Sitophilus spp
Sitophilus spp adalah hama yang didapatkan pada benih tanaman jagung.
Hama ini memiliki morfologi panjang tubuh berukuran 3,3-5 mm dengan ujung
adelgus lurus, pada imago berwarna coklat terang hingga gelap. Hama ini
memiliki sungut menyiku yang terdiri dari 8 ruas dan kepala moncong.
4.1. 3 Morfologi Sitophilus zeamais
Sitophilus zeamais adalah hama yang ditemukan pada benih tanaman jagung
yang biasanya dikenal sebagai kumbang bubuk jagung. Hama ini memiliki morfologi
kepala pada bagian ujungnya meruncing dan melengkung kebawah. Tubuhnya berwarna
coklat kemerahan sampai coklat gelap. Memiliki antenna menyiku dengan bagian
ujungnya membesar mirip seperti gada.
4.1.4 Morfologi Callosobrunchus maculatus
Callosobrunchus maculatus adalah hama yang ditemukan pada benih
tanaman kedelai. Hama ini termasuk tipe metamorfosis holometabola dimana
hanya terdiri dari stadia telur, larva dan imago. Satu telur dari hama ini memiliki
ukuran kurang lebih 0,75 mm dengan bentuk oval/gelondong terang dan
menempel kuat pada biji kedelai.
12
4.1.5 Morfologi Callosobrucus cinensis
Hama Callosobrucus cinensis merupakan hama yang ditemukan pada
benih tanaman kacang hijau yang memiliki kepala meruncing, elytra berwarna
agak gelap. Memiliki ukuran tubuh kurang lebih 5-6 mm. Imago betina bertelur
hingga 150 hari. Larva hama ini menggerek disekitar tempat telur diletakkan
4.2 Pembahasan
Benih dalam penggunaannya dalam hal penanaman maupun untuk
komsumsi, harus terlebih dahulu dilakukannya uji kesehatan benih. Pada acara
praktikum yang berjudul “Uji Kesehatn Benih 1” dilakukannya pengamatan pada
benih yang telah disimpan lama. Benih yang digunakan sebagai bahan praktikum
terdapat 3 jenis benih, benih jagung, benih kedelai dan benih kacang hijau. Pada
setiap benih yang di uji kesehatannya terdapat beberapa jenis hewan atau hama
yang menyerangnya. Beberapa hama yang ditemukan tercampur pada benih
tanaman jagung diantaranya adalah Sitophilus spp. sitophilus zeamays,
Callosobrunchus maculatus, Callosobrucus cinensis
Hama pada benih jagung memiliki nama ilmiah sitophilus zeamays. Hama
benih jagung ini termasuk kedalam ordo coeloptera. Sitophilus zeamais termasuk
dalam bangsa kumbang. Hama ini memiliki panjang tubuh 3,3 – 5 mm, imagonya
berwarna coklat gelap, sungutnya menyiku dan kepala berbentuk moncong. S.
Zeamais menyerang benih jagung setelah benih mengalami proses pasca panen.
Setelah benih jangung mengalami pasca panen, mutu dan kualitas dari benih
jagung rentan terserang oleh hama S zeamais tersebut Sitophilus zeamais sering
disebut dengan kumbang bubuk, kumbang bubuk ini akan meletakkan telurnya
satu persatu pada lubang gerekan yang kemudian akan menetas menjadi larva
yang akan menggerek biji jagung tersebut hingga larva kumbang bubuk ini
menjadi dewasa . (Respyan dkk, 2015). Sitophilus zeamais. merupakan hama yang
terdapat pada benih jagung yang menjadi kendala dalam proses penyimpanan
benih. Hama ini dikenal sebagai kumbang bubuk pada jagung yang dapat
ditemukan dan dapat berkembang dengan baik pada kondisi lingkungan yang
panas dan lembab. Hama jagung ini memiliki sifat polifag. Selain sebagai hama
13
yang menyerang benih jagung, hama ini juga menyerang serealia lain seperti
gabah, gandum maupun sorgum. Akan tetapi, Sitophilus zeamais. dikenal sebagai
hama yang sangat penting bagi benih jagung. Kerusakan dan kehilangan hasil
yang disebabkan oleh Sitophilus zeamais. sangat tinggi yaitu berkisar 30-100%.
Hama ini terdapat pada benih jagung mulai awal menjadi telur kemudian telur dari
hama ini menetas dan berkembang pada benih. Pengendalian hama jagung ini ada
beberapa cara, diantaranya adalah dengan cara menyimpan jagung pada tempat
yang benar-benar higienis agar hama ini tidak berkembangbiak. Cara kedua
adalah dengan menanam varietas jagung yang tahan terhadap hama ini.
Penggunaan musuh alami juga sangat baik untuk mengendalikannya, musuh alami
hama ini diantaranya adalah parasit, predator dan patogen seperti parasitoid
Lariophagus distiguendus dan Anisopteromalus calendrae (Nonci dan Muis, 2015)
Hama lain yang ditemukan pada kegiatan praktikum adalah
Callosobruchus maculatus F. Pada benih kacang hijau. Salah satu penyebab
berkembangnya hama ini adalah pengaruh dari kemasan tempat benih disimpan
dan kadar air yang masih terkandung dalam benih meskipun kemasan dan kadar
air memberikan pengaruh baik terhadap daya kecambah dan indeks vigor benih
(Hastuti dkk, 2015). Hama pada benih kacang hijau yaitu Callosobrunchus
chinensis. Hama ini termasuk ke dalam ordo coleoptera yang memiliki bentuk
imago bulat telur, kepala meruncing, elytra gelap dan ukurannya sekitar 5 – 6 mm.
Imago betina akan bertelur hingga 150 butir, telur-telur tersebut diletakkan pada
permukaan biji kacang hijau. Telur dari callosobrunchus akan menetas setelah 3 –
5 hari. Telur yang telah menetas akan menjadi larva yang tidak akan keluar dari
dalam biji kacang hijau, namun dia akan merobek bagian kulit kacang hijau yang
melekat dan akan menggerek pada biji kacang hijau tempat larva tersebut menetas.
Kacang hijau yang terserang oleh callosobrunchus akan tampak berlubang karena
hama callosobrunchus termasuk hama penggerek dari biji kacang hijau.
14
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jenis-jenis hama yang menyerang pada benih jagung, kedelai, dan kacang
hijau yaitu jenis hama ordo coeloptera. Pada benih jagung ditemukan adanya
hama sitophilus spp dan sitophylus zeamais, pada benih kedelai
ditemukannya jenis hama callosobrunchus maculatus dan pada benih kacang
hijau ditemukan adanya hama callosobrunchus cinensis. Hama tersebut
ditemukan oleh praktikan hampir sama pada setiap kelompok yang bagian
benihnya sama.
2. Morfologi dari hama jagung sitophylus zeamais kepala pada bagian ujungnya
meruncing dan melengkung kebawah. Tubuhnya berwarna coklat kemerahan
sampai coklat gelap. Memiliki antenna menyiku dengan bagian ujungnya
membesar mirip seperti gada. Morfologi pada hama kedelai callosobrunchus
maculatus yaitu termasuk tipe metamorfosis holometabola dimana hanya
terdiri dari stadia telur, larva dan imago. Satu telur dari hama ini memiliki
ukuran kurang lebih 0,75 mm dengan bentuk oval/gelondong terang dan
menempel kuat pada biji kedelai, sedangkan morfologi pada hama benih
kacang hijau callosobrunchus cinensis ialah memiliki kepala meruncing,
elytra berwarna agak gelap. Memiliki ukuran tubuh kurang lebih 5-6 mm.
Imago betina bertelur hingga 150 hari. Larva hama ini menggerek disekitar
tempat telur diletakkan.
5.2 Saran
Praktikum pada acara uji kesehatan benih II ini sudah dapat dikatakan baik
karena telah berjalan dengan lancar, namun praktikan yang melakukan praktikum
kurang kondusif.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chakravarthy, A. K., K. S. Nitin, R. Yadav, and D. Lokeshwari. 2017. National
Meet of Entomologists 2016. Current Science, 112(2): 217-218.
Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.
Yogyakarta: Kanisius.
Hartman, G. L., M. L. Pawlowski, T. K. Herman, and D. Eastburn. 2016.
Organically Grown Soybean Production in the USA: Contraints and
Management of Pathogens and Insect Pest. Agronomy, 6(16): 1-18.
Hastuti, D., Sumadi dan E. Suminar. 2015. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan
Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Callosobruchus maculatus F.,
Viabilitas dan Vigor Benih Kedeli (gycine max L Merr.) Setelah
Penyimpanan Tiga Bulan. Agri Sci, 2(1): 53-63.
Nonci, N dan A. Muis. 2015. Biologi, Gejala Serangan, dan Pengendalian Hama
Bubuk Jagung Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: Curculinidae).
Litbang Pert, 34(2): 61-70.
Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai.Yogyakarta: Kanisius.
Respyan, G., B, T, Rahardjo, dan L, P, Astuti. 2015. Pengaruh Inert Dusty
terhadap Mortalitas Sitophilus zeamais Mostchulsky pada Biji Jagung dalam
Simpanan. HPT 3(2):31-38.
Siregar, G. 2013. Analisis Kontribusi Program SL-PTT terhadap Peningkatan
Produksi Padi di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang,
Provinsi Sumatera Utara. Agrium,18(2): 121-129.
Stejskal, V., R. Aulicky and Z. Kucerova. 2014. Pest Control Strategies and
Demage Potential of Seed-Infesting Pests in the Czecs Stores. Plant Protect,
50(4): 165-173.
Surachman, I. K., Indriyanto, dan A. M. Hariri. 2014. Inventarisasi Hama
Persemaian di Hutan Tanaman Rakyat Desa Ngambur Kecamatan
Bengkunat Belimbing Kabupaten Lampung Barat. Sylva Lestari, 2(2): 7-16.
LAMPIRAN
Dokumentasi
Gambar 1. Hama Sitophilus spp pada benih jagung
Gambar 2. Hama Sitophilus zeamais pada benih jagung
Gambar 3. Hama Sitophilus zeamais pada benih jagung
Gambar 4. Hama Callosobrunchus maculatus pada benih kedelai
Gambar 5. Hama Callosobrunchus maculatus pada benih kedelai
Gambar 6. Hama Callosobrucus cinensis pada benih kacang hijau
Gambar 7. Hama Callosobrucus cinensis pada benih kacang hijau
Chakravarthy, A. K., K. S. Nitin, R. Yadav, and D. Lokeshwari. 2017. National
Meet of Entomologists 2016. Current Science, 112(2): 217-218.
Hartman, G. L., M. L. Pawlowski, T. K. Herman, and D. Eastburn. 2016.
Organically Grown Soybean Production in the USA: Contraints and
Management of Pathogens and Insect Pest. Agronomy, 6(16): 1-18.
Hastuti, D., Sumadi dan E. Suminar. 2015. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan
Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Callosobruchus maculatus F.,
Viabilitas dan Vigor Benih Kedeli (gycine max L Merr.) Setelah
Penyimpanan Tiga Bulan. Agri Sci, 2(1): 53-63.
Nonci, N dan A. Muis. 2015. Biologi, Gejala Serangan, dan Pengendalian Hama
Bubuk Jagung Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: Curculinidae).
Litbang Pert, 34(2): 61-70.
Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai.Yogyakarta: Kanisius.
Respyan, G., B, T, Rahardjo, dan L, P, Astuti. 2015. Pengaruh Inert Dusty
terhadap Mortalitas Sitophilus zeamais Mostchulsky pada Biji Jagung
dalam Simpanan. HPT 3(2):31-38.
Siregar, G. 2013. Analisis Kontribusi Program SL-PTT terhadap Peningkatan
Produksi Padi di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang,
Provinsi Sumatera Utara. Agrium,18(2): 121-129.
Surachman, I. K., Indriyanto, dan A. M. Hariri. 2014. Inventarisasi Hama
Persemaian di Hutan Tanaman Rakyat Desa Ngambur Kecamatan
Bengkunat Belimbing Kabupaten Lampung Barat. Sylva Lestari, 2(2): 7-16.
Stejskal, V., R. Aulicky and Z. Kucerova. 2014. Pest Control Strategies and
Demage Potential of Seed-Infesting Pests in the Czecs Stores. Plant Protect,
50(4): 165-173.