uji stabilitas fisik dan penentuan nilai sun...
TRANSCRIPT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI STABILITAS FISIK DAN PENENTUAN NILAI
SUN PROTECTION FACTOR (SPF)
KRIM RICE BRAN OIL
SKRIPSI
NIEKHA ZOELIENNA ILYAS
1111102000111
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
DESEMBER 2015
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI STABILITAS FISIK DAN PENENTUAN NILAI
SUN PROTECTION FACTOR (SPF)
KRIM RICE BRAN OIL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi
NIEKHA ZOELIENNA ILYAS
1111102000111
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
DESEMBER 2015
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : Niekha Zoelienna Ilyas
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Stabilitas Fisik dan Penentuan Nilai Sun Protection
Factor (SPF) Krim Rice Bran Oil
Dedak (bran) merupakan hasil samping pengolahan padi yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Dedak dapat diambil minyaknya. Minyak dedak
padi (RBO) merupakan sumber alami antioksidan karena mengandung gamma-
oryzanol yang memiliki peran protektif pada sinar UV dan digunakan sebagai
agen tabir surya. RBO sebagai komponen dalam sediaan krim lebih baik daripada
minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, dan memiliki
gaya adhesi yang lebih kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
tabir surya dengan mengukur nilai SPF dari sediaan krim mengandung minyak
dedak padi yang diekstraksi dengan metode cold press (RBOcp) yang kemudian
dibandingkan dengan nilai SPF krim yang mengandung minyak dedak padi yag
dijual dipasaran (RBOTM
). Terdapat 3 formula, formula pertama mengandung basis krim saja, formula kedua mengandung RBO
TM, dan formula ketiga
mengandung RBOcp. Nilai SPF sediaan krim diuji secara in vitro menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Evaluasi fisik sediaan krim dilakukan dengan beberapa
parameter uji, yaitu pengamatan organoleptik, pengukuran pH, pengujian
homogenitas, pengukuran viskositas, pengujian stabilitas dengan metode
sentrifugasi yang dilakukan selama 21 hari dan pengujian cycling test sebanyak 6
siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan krim RBOcp memiliki
efektivitas tabir surya dengan proteksi yang minim. Ketiga formulasi sediaan krim
menunjukkan ketidakstabilan secara fisik.
Kata kunci: Rice bran oil, cold press, krim, nilai SPF, in vitro, spektrofotometer
UV-Vis, stabilitas fisik.
vii
ABSTRACT
Name : Niekha Zoelienna Ilyas
Program Study : Pharmacy
Title : Physical Stability Test and Determination of Sun
Protection Factor (SPF) Value in Rice Bran Oil Cream
Bran is a byproduct of rice processing that has not been used optimally. Bran oil
can be taken. Rice Bran Oil (RBO) is a natural source of antioxidants because it
contains gamma-oryzanol which has a protective role in UV light and is used as a
sunscreen agent. RBO as a component in cream is better than mineral oil because
it is more easily mixed with the fat of the ski, and has a stronger adhesion force.
This study aims to determine the effectiveness of a sunscreen with an SPF value
of the creamcontaining rice bran oil extracted by cold press method (RBOcp)
which is compared with the value of SPF cream containing rice bran oil sold in
the market (RBOTM
). There are 3 formulas, the first formula only contains cream
base, the second formula contains RBOTM
, and the last formula contains RBOcp.
SPF value of the cream preparations were tested in vitro using UV-Vis
spectrophotometer. Physical evaluation cream preparation is done with several
test parameters, namely the organoleptic observations, measurements of pH,
homogeneity testing, measurement of viscosity, stability testing with
centrifugation method were performed for 21 days and testing cycling test as
much as 6 cycles. The results showed that the cream preparations RBOcp have
sunscreen effectiveness with minimal protection. The third formulation cream
physically unstable. SPF value of the cream were tested in vitro using UV-Vis
spectrophotometer. The evaluation on physical characteristics was done based on
organoleptic, pH, homogenity, viscosity, stability test using sentrifugation method
for 21 days, and cycling test for 6 cycles. The results showed that the RBOcp
cream have sunscreen effectiveness with minimal protection. Both of cream
formulation showed physical instability.
Keywords: Rice bran oil, cold pressed, cream, SPF value, in vitro, UV-Vis
spectrophotometer, physical stability.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini. Shalawat serta salam ditunjukkan kepada junjungan besar Nabi
Muhamad SAW yang telah memberikan petunjuk kebenaran sebagai rahmat
sekalian alam.
Skripsi dengan judul “Uji Stabilitas Fisik dan Penentuan Nilai Sun
Protection Factor (SPF) Krim Rice Bran Oil” ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi di Program Studi Farmasi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari
banyak pihak, penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini akan mengalami
banyak hambatan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt dan Ibu Nelly Suryani, M.Si., Apt,
Ph.D. selaku pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk
memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk, serta dorongan bagi penulis
dari awal hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt dan Ibu Ismiarni Komala, Ph.D., Apt
selaku penguji yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan
petunjuk, serta arahan bagi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Untuk ayahanda R. Deni Ilyas dan ibunda Eka Sugestiana yang tiada
hentinya memberikan bantuan materil, non materil, motivasi dan juga doa
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Untuk Wa Emi dan Wa Imo serta seluruh keluarga besar yang tiada
hentinya memberikan bantuan materil, non materil, motivasi dan juga doa
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Adikku tercinta Demyrio Lathieffo yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
ix
6. Bapak Dr. H. Arif Soemantri., S.KM., M.Kes Selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Yardi, Ph.D., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak dan Ibu staf pengajar Prodi Farmasi dan tata usaha di lingkungan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan informasi kepada
penulis.
9. Sahabat Ana, Ambar, Faradhila, Khairunisa, Sukma, Ikna, Miyadah, Afif,
Dzaki, Fatnan, Fakhri, Birry, Fattah, Aditya, Galih, dan Askandari yang
tidak pernah berhenti memberikan semangat, bantuan dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh sahabat dan teman Program Studi Farmasi angkatan 2011 sebagai
teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat.
11. Semua laboran yang telah memberikan pengetahuan dan informasi tentang
teknis pengerjaan di laboratorium kepada penulis.
12. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal baik dan bantuannya mendapat ganjaran dari Allah SWT dan
laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya. Tidak ada manusia
yang luput dari sesalahan dan kekhilafan, demikian pula dengan penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun dari semua pihak pembaca. Semoga dalam penulisan skripsi ini,
bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam dunia kefarmasian.
Jakarta, Desember 2015
Penulis
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
ABSTRACT........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.....................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xi
xiii
xiv
xv
1
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang .........................................................................................
Rumusan Masalah ....................................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Manfaat Penelitian ....................................................................................
1
2
2
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
Tanaman Padi .........................................................................................
Bekatul / Dedak .....................................................................................
Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil / RBO) ..........................................
γ – Oryanol ............................................................................................
Cold Press .............................................................................................
Sediaan Krim .........................................................................................
Kulit .......................................................................................................
Radiasi Ultraviolet .................................................................................
Tabir Surya .............................................................................................
3
3
6
8
10
11
11
12
13
2.9.1
2.9.2
Syarat Tabir Surya ........................................................................
Sun Protection Factor (SPF) ........................................................
14
15
2.10 Preformulasi Bahan Sediaan Krim ......................................................... 17
2.10.1
2.10.2
2.10.3
2.10.4
2.10.5
2.10.6
2.10.7
Asam Stearat .................................................................................
Gliserin ..........................................................................................
Setil Alkohol .................................................................................
Trietanolamin ................................................................................
Metil Paraben ................................................................................
Propil Paraben ...............................................................................
Aquades ......................................................................................
17
18
19
20
21
22
24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 25
3.1
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................
Bahan dan Alat .......................................................................................
25
25
3.2.1
3.2.2
3.2.3
Alat ................................................................................................
3.2.1 Bahan Utama .................................................................................
Bahan Kimia .................................................................................
25
25
25
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................ 25
xii
3.4.1
3.4.2
Preparasi Dedak ............................................................................
Pengolahan Minyak Dedak ...........................................................
25
26
3.4.2.1
3.4.2.2
Stabilisasi Dedak Padi .......................................................
Ekstraksi Dedak Padi Dengan Metode Cold Press............
26
26
3.4.3
3.4.4
3.4.5
3.4.6
Karakterisasi RBO ........................................................................
3.4.1 Formula Sediaan Krim ..................................................................
3.4.2 Pembuatan Sediaan Krim ..............................................................
3.4.3 Evaluasi Sediaan Krim ..................................................................
26
27
27
28
3.4.6.1 3.4.6.1 Uji Evaluasi Fisik .............................................................. 28
3.4.6.1.1
3.4.6.1.2
3.4.6.1.3
3.4.6.1.4
3.4.6.1.5
3.4.6.1.6
3.4.6.1.7
Pengamatan Organoleptis ...................................
Pengukuran pH ..................................................
Uji Homogenitas .................................................
Pengukuran Viskositas ........................................
Uji Stabilitas .......................................................
Cycling Test ........................................................
Uji Sentrifugal ....................................................
28
28
28
28
28
29
29
3.4.6.2 Uji In Vitro Nilai SPF Sediaan Krim ................................ 29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 30
4.1
4.2
Hasil Preparasi Dedak Padi ...................................................................
Pengolahan Minyak Dedak ....................................................................
30
30
4.2.1
4.2.2
Stabilisasi Dedak Padi ..................................................................
4.2.1 Ekstraksi Dedak Padi Dengan Metode Cold Press .......................
30
30
4.3
4.4
4.5
Karakterisasi RBOcp ...............................................................................
Hasil Pembuatan Sediaan Krim...............................................................
Hasil Evaluasi Fisik Krim Rice Bran Oil................................................
32
33
33
4.5.1
4.5.2
4.5.3
4.5.4
4.5.5
4.6
Hasil Pengamatan Organoleptis ....................................................
4.5.1 Hasil Uji Homogenitas ..................................................................
4.5.2 Hasil Pengukuran pH ....................................................................
4.5.3 Hasil Pengukuran Viskositas ........................................................
Hasil Uji Sentrifugal Krim RBO ..................................................
Hasil Uji Nilai SPF Dengan Metode In Vitro................................
33
34
35
36
37
37
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 38
5.1
5.2
Kesimpulan .............................................................................................
Saran .......................................................................................................
38
38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 39
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Komposisi Kimia Rice Bran Oil..................................................
Komposisi Asam Lemak Rice Bran Oil.....................................
Keefektifan Sediaan Tabir Surya Berdasarkan Nilai SPF...........
Formula Sediaan Krim ...............................................................
Hasil Ekstraksi RBOcp.................................................................
Hasil Pengamatan Organoleptis RBOcp ......................................
Hasil Karakterisasi RBOcp ..........................................................
Formula Sediaan Krim................................................................
Hasil Pengamatan Organoleptis Hari Ke-0 ................................
Hasil Pengamatan Organoleptis Hari Ke-21 ..............................
Hasil Uji Homogenitas ...............................................................
Hasil Pengukuran pH .................................................................
Hasil Pengukuran Viskositas ....................................................
Hasil Uji Sentrifugal ..................................................................
Hasil Uji Nilai SPF ..................................................................
7
7
16
27
32
32
32
33
34
34
35
35
36
36
37
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gabah.......................................................................................
Dedak Padi...............................................................................
Mesin Penggiling.....................................................................
Struktur Kimia Komponen Utama γ-Oryzanol........................
Data Penyerapan UV dari γ-Oryzanol.....................................
Hydraulic Expressing dan Expeller Expressing......................
Struktur Molekul Asam Stearat ..............................................
Struktur Molekul Gliserin .......................................................
Struktur Molekul Setil Alkohol ..............................................
Struktur Molekul Trietanolamin .............................................
Struktur Molekul Metil Paraben .............................................
Struktur Molekul Propil Paraben ............................................
4
5
5
8
10
10
17
18
19
20
21
22
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Alur Pengolahan Dedak menjadi RBO.......................................
Gambar Alat Cold Press..............................................................
Gambar RBOcp: dan Gambar RBOTM
..........................................
Kandungan RBOTM
.....................................................................
Sertifikat Pengujian RBOcp ........................................................
Tabel Data Serapan Krim Rice Bran Oil......................................
Perhitungan Nilai SPF Krim Hari Ke-0 ......................................
Perhitungan Nilai SPF Krim Hari Ke-21 ....................................
Hasil Pengamatan Organoleptis ..................................................
Hasil Uji Homogenitas ................................................................
Hasil Uji Sentrifugal ...................................................................
45
46
47
48
49
50
52
55
58
59
60
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dedak (bran) adalah hasil samping proses penggilingan padi, terdiri atas
lapisan sebelah luar butiran padi dengan sejumlah lembaga biji. Dedak merupakan
hasil samping pengolahan padi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Bila
produksi beras tahun 2004 yang menurut data Departemen Pertanian mencapai
31,8 juta ton maka bekatul yang dihasilkan sekitar 3,18 juta ton, jumlah yang
sangat berlimpah sehingga perlu usaha-usaha memanfaatkannya (Hadipernata,
2007). Selama ini, dedak hanya dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan unggas
selebihnya dipakai untuk bahan abu gosok atau dibiarkan begitu saja (Adi, 2003).
Dedak dapat diambil minyaknya dan dapat berpotensi sebagai antioksidan
alami dan sebagai bioaktif untuk mencegah bebagai penyakit kronis (Xu, 2001).
Fitokimia bioaktif dalam dedak padi adalah antioksidan yang terjadi secara
alamiah termasuk tokoferol, tokotrienol, ɣ-oryzanol, lesitin dan karotenoid, flavon
TRICIN dan α-octakosanol dan squalene. Konsentrasi tokoferol, tokotrienol
(0,10-0,14%) dan ɣ-oryzanol (0,9-2,9%) di RBO bervariasi yang sebagian besar
pada faktor-faktor genetik dan lingkungan (Singanusong, 2014).
Sejumlah studi klinis telah melaporkan bahwa γ-oryzanol sangat
bermanfaat dalam beberapa pengobatan. γ-oryzanol memiliki peran protektif pada
sinar UV yang diinduksi pada peroksida lipid dan karena itu digunakan sebagai
agen tabir surya (Patel & Naik, 2004).
Tabir surya digunakan untuk melindungi kulit manusia dari radiasi UVA
dan UVB matahari, yang merupakan risiko utama dalam sunburns, photoaging
dan kanker kulit (Badea et al, 2014). Tabir surya dapat dibuat ke dalam sediaan
topikal (Shaath, 1990).
Minyak dedak padi (RBO) sekarang sudah banyak dimanfaatkan menjadi
minyak goreng (Hadipernata, 2006), bahan biodiesel (Ju dan Vali, 2005), nano
partikel (Yingngam, 2007), nano-emulsi (Bernardi et al, 2001), dan nano carrier
(Badea, 2014).
1
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pemanfaatan RBO sebagai komponen dalam sediaan krim lebih baik
daripada minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit,
lebih mampu menembus sel-sel stratum korneum dan memiliki daya adhesi yang
lebih kuat (Tranggono, 2007).
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas dan belum adanya
laporan mengenai RBO di Indonesia yang digunakan sebagai sediaan kosmetik
tabir surya, maka dibuatlah sediaan krim tabir surya yang berbahan dasar RBO
yang didapat dengan cara cold press dan RBO komersil.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Belum adanya informasi dari
pemanfaatan RBO dari ekstrak padi ciherang sebagai komponen utama sediaan
krim yang berfungsi sebagai tabir surya.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mengukur nilai SPF krim RBOcp (RBO yang didapat dengan cara cold
press) yang kemudian dibandingkan dengan nilai SPF krim RBOTM (RBO
komersil).
2. Membuat sediaan krim tabir surya yang aman dan nyaman untuk
digunakan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi nilai SPF krim
RBO agar bisa menjadi krim tabir surya yang efektif untuk proteksi dan
menghasilkan sediaan krim tabir surya yang aman dan nyaman untuk digunakan.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi
Tanaman padi merupakan tanaman musiman golongan rumput-rumputan
yang memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Family : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Species : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan,
tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup baik pada daerah yang
beriklim panas yang lembab (AKK,1990).
2.2 Bekatul / Dedak
Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan komoditas yang
sangat penting di Indonesia. Sebagai bahan makanan pokok, menjadi sumber zat
gizi dan pangan fungsional bagi rakyat Indonesia. Rata-rata konsumsi beras
masyarakat Indonesia 139,15 kg/kapita/tahun. Di Indonesia beras menyumbang
energi (63,1%), zat besi (25-30%) dari kebutuhan tubuh manusia. Berbagai beras
dapat ditemukan di Indonesia (Darmadjati, 2007).
Beras umumnya melalui berbagai tahapan proses sebelum dapat
dikonsumsi dan merupakan hasil utama yang diperoleh dari proses penggilingan
gabah hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) yang seluruh lapisan sekamnya
terkelupas dan seluruh atau sebagian lembaga serta lapisan bekatulnya dipisahkan
(BSNI, 2008). Setelah padi digiling akan menghasilkan hasil sampingan berupa
3
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bekatul, yaitu lapisan terluar dari beras yang terlepas saat padi digiling dimana
bekatul itu terdiri dari lapisan aleuron, endosperm, dan germ. Warna bekatul
adalah krem kecoklatan yang mempunyai aroma yang sama seperti aroma beras.
Penggilingan padu menghasilkan beras sebanyak 60-65% dan bekatul sekitar 8 -
12%. Dedak atau bekatul adalah kulit ari yang dihasilkan dari proses penyosohan.
Sebenarnya bekatul memiliki karakteristik cita rasa lembut dan agak manis.
Namun pada kenyataannya, cita rasa bekatul sering digambarkan bau tengik, apek,
dan asam. Hal ini terjadi karena bekatul mudah mengalami kerusakan. Penurunan
mutu bekatul ditandai dengan bau tengik dan struktur menggumpal. Hal ini
disebabkan aktivitas lipase yang menghidrolisis lipid bekatul menjadi asam lemak
bebas dan gliserol (Widowati, 2001).
Dedak padi yang diperoleh selama proses penggilingan beras mempunyai
potensi yang sangat besar karena memiliki banyak nutrisi yang bermanfaat dan
mempunyai efek biologis (Patel & Naik, 2004). Menurut Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, berdasarkan definisinya, dedak (bran)
adalah hasil samping proses penggilingan padi yang terdiri atas lapisan sebelah
luar butiran padi dengan sejumlah lembaga biji. Sementara bekatul (polish) adalah
lapisan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk bagian kecil endosperm berpati.
Namun, karena alat penggilingan tidak memisahkan antara dedak dan bekatul
maka umumnya bercampur menjadi satu dan disebut dengan dedak atau bekatul
saja.
Untuk memperoleh bekatul yang tidak mudah tengik dan memperpanjang
masa simpan, maka bekatul harus diawetkan segera setelah diperoleh dari
penggilingan padi (Damayanthi, 2004).
Gambar 2.1. Gabah Padi (Dokumen Pribadi)
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2 Dedak Padi (Dokumen Pribadi)
Gambar 2.3 Mesin Penggiling (Dokumen Pribadi)
Bekatul mengandung lemak tidak jenuh tinggi, sehingga aman untuk
dikonsumsi oleh penderita kolesterol dan penyakit jantung. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa bekatul memiliki kualitas atau nutrisi yang baik
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
seperti lemak, protein, serat, vitamin, mineral dan komponen bioaktif
(antioksidan). Menurut Luh (1980), komponen kimia bekatul terdiri dari protein
11,8 – 13,0%, lemak 10,1 – 12,4%, abu 5,2 – 7.3%, karbohidrat 51,1 – 55,0%,
serat kasar 2,3 – 3,2% dan lain – lain. Lalu Mazza (1998) mendapatkan komposisi
kimia bekatul yang sangat bervariasi, tergantung pada faktor agronomis, varietas
padi, dan proses penggilingannya. Secara umum bekatul mengandung protein
(11,5%-17,2%), lipid (10-23%), karbohidrat (51,1%-55%), abu (8%-17,7%), serat
kasar (6,2%-31,5%), mineral dan vitamin.
2.3 Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil / RBO)
Minyak dedak padi (Rice Bran Oil) merupakan minyak hasil ekstraksi dari
dedak padi (Nursalim & Razali, 2007). Rice Bran Oil (RBO) memiliki
keunggulan dibandingkan minyak nabati lainnya karena memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh yang tinggi sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol.
Dan juga mengandung komponen komponen kimia yang baik bagi kesehatan
manusia (Nursalim & Razali, 2007; Hadipernata, 2007).
RBO memiliki umur simpan yang sangat baik jika dibandingkan dengan
minyak nabati lainnya karena adanya antioksidan alami didalamnya. RBO
memiliki beberapa sifat unik yang sangat menarik dan memberikan kekhasan
sendiri. Antara lain adanya aroma khas seperti kacang dan ketika diekstrak
memiliki kestabilan yang tinggi. Namun karakteristik yang paling terkenal adalah
memiliki kandungan komponen fungsional yang tinggi seperti γ-oryzanol,
tokotrienol, dan tokoferol (Ghosh, 2007).
Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
RBO mengandung beberapa jenis lemak, yaitu 47% lemak monounsaturated, 33%
polyunsatured, dan 20% saturated, serta asam lemak yaitu asam oleat 38,4%,
linoleat 34,4%, palmitat 21,5%, dan stearat 2,9%.
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Rice Bran Oil (Sukma, 2011)
No Komponen Kandungan (mg
/100gr)
1 Tokol 11
2 Tokoferol 4
3 Tokotrienol 7
4 Gamma Oryzanol 1176
5 Sikloartanol 106
6 Sikloartenol 482
7 24-Metilen Sikloartenol 492
8 Fitosterol 1806
9 Campesterol 51
10 Stigmasterol 271
11 Beta-Sitosterol 885
12 Squalen 756
13 Fosfolipid 4200
14 Lilin 3000
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Rice Bran Oil (Tahira, 2007)
Karbon Nama Sistematik Nama Trivial Kandungan (%)
C10:0 Kapric Asam kaprat 0,31
C14:0 Tetradekanoat Asam miristat 0,02
C16:0 Heksadekanoat Asam palmitat 16,74
C16:1 Cis-9-heksadekenoat Asam palmitoleat 0,22
C17:0 Heptadekanoat Asam heptadeknoat 0,07
C18:0 Oktadekanoat Asam stearat 1,79
C18:1 cis-9-oktadekanoat Asam oleat 42,79
C18:2 9,12-oktadekadienoat Asam linoleat 34,65
C18:3 6,9,12-oktadekatrienoat Asam linolenat 0,19
C20 Eikosanoat Asam arachidat 0,64
C20:1 Cis-11-eikosenoat Asam eikosamonoeonat 0,70
C22:0 Dokosanoat Asam behenat 0,20
Minyak dedak padi (rice bran oil) mempunyai manfaat yang sangat baik
bagi kesehatan, diantaranya : antioksidan (Rana, 2004), penurunan kolesterol
dalam darah (Kahlon, 1996), hiperlipidaemia (Kuriyan, 2005), penurunan LDL
(Low Density Lipoprotein) tanpa penurunan HDL (High Density Lipoprotein)
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Anon, 2004), pencegahan penyakit kardiovaskular, kanker, menghambat waktu
menopause (Anon, 2007), menyerap UV (Ando, 1982), serta mengatasi iritasi dan
kulit kering (Shikakuma, 1984,).
2.4 γ-Oryzanol
Salah satu komponen paling penting dalam bekatul adalah kandungan
antioksidan alami oryzanol. Oryzanol adalah antioksidan yang hanya terdapat
pada bekatul, sangat kuat mencegah oksidasi dan lebih efektif mencegah radikal
bebas dibanding vitamin E (Hadipernata, 2007).
Kandungan fitokimia yang ditemukan dengan konsentrasi tinggi dalam
beras adalah γ-oryzanol, sekelompok asam ferulat dari fitosterol dan alkohol
triterpen. Kandungan γ-oryzanol pada satu jenis bekatul dari padi tidak bisa
menjadi acuan yang mutlak, karena menurut penelitian Chen dan Bergman (2005)
kandungan γ-oryzanol pada masing-masing varietas akan berbeda. Butsat dan
Siriamornpun (2010) menyatakan bahwa kandungan γ-oryzanol pada padi
dipengaruhi oleh varietas dan kondisi tempat tumbuh, karena komponen
antioksidan akan memberikan respon yang berbeda terhadap perubahan
lingkungan.
Tiga komponen utama γ-oryzanol (C40H58O4) adalah Campesterol ferulate,
Cycloartenol ferulate, dan 24-methylenecycloartanol ferulate. γ-oryzanol baik
disimpan pada suhu kamar di wadah gelap dan dalam kondisi di segel atau di
tutup. Hindari tempat dengan suhu tinggu dan kelembaban tinggi.
Gambar 2.4 Struktur Kimia Komponen Utama γ-Oryanol (Patel dan Naik, 2004)
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
γ-oryzanol mempunyai manfaat yang sangat tinggi bagi kesehatan. γ-
oryzanol dapat menurunkan kadar kolesterol darah, mempunyai aktivitas
antiinflamasi, serta dapat menghambat oksidasi kolesterol (Rong, 1997). γ-
oryzanol terbukti dapat meningkatkan massa otot, memiliki aktivitas anti
karsinogenik, menurunkan serum TSH, mengobati hiperlipidemia dan merupakan
nutrisi penting untuk mencegah proses penuaan kulit (Patel & Naik, 2004).
γ-oryzanol mempunyai aktivitas yang tinggi sebagai antioksidan, bahkan
empat kali lebih efektif menghentikan oksidasi dalam jaringan tubuh dibanding
vitamin E (Patel & Naik 2004). Hal ini disebabkan karena γ-oryzanol
mengandung asam ferulat yang merupakan antioksidan asam fenolik. Ketiga
komponen utama γ-oryzanol mempunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi
dibanding empat komponen vitamin E (alfa dan gamma tokoferol serta alfa dan
gamma tokotrienol). Menurut Xu (2001), komponen γ-oryzanol yang mempunyai
aktivitas antioksidan paling tinggi adalah 24-methylenecycloartenyl ferulate.
γ-oryzanol dianggap menghambat kemajuan melanin pigmentasi dengan
menahan aktivitas eritema tirosinase karena memotong sinar ultraviolet di
permukaan kulit dan menghalangi sinar ultraviolet untuk transmisi. Hal ini
meningkatkan sirkulasi mikro, dan membantu melindungi kulit terhadap bitik-
bintik dan penuaan. Karena γ-oryzanol adalah minyak larut, mudah diserap ke
dalam kulit dan memiliki efek merangsang sirkulasi darah dibawah kulit, diakui
sebagai nutrisi yang efektif untuk kulit. Kamimura (1963) melaporkan bahwa
aplikasi topikal dari γ-oryzanol meningkatkan suhu permukaan kulit dan
pemberian secara oral juga dapat meningkatkan sirkulasi kulit yang menyebabkan
peningkatan suhu permukaan kulit. Ibata (1980) awalnya mendapatkan bahwa γ-
oryzanol dapat menyerap sinar UV. Sementara Ando (1982) Melaporkan bahwa
aplikasi topikal dari γ-oryzanol mengurangi eritema karena paparan sinar UV di
Guinea.
γ-oryzanol bebas larut dalam kloroform, sedikit larut dalam etanol dan
larut dalam air. Stabil pada suhu 30oC mencapai 80 hari. γ-oryzanol memiliki
peran protektif dalam sinar UV yang menyebabkan peroksidasi lipid dan karena
itu digunakan sebagai agen tabir surya. Gambar dibawah ini menunjukkan
penyerapan UV dari 1 mg γ-oryzanol dilarutkan dalam 100 mL n-heptana. Dari
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hasil penelitian, penyerapan UV-B diamati, SPF yang didapatkan dari 1% krim γ-
oryzanol adalah 1,7.
Gambar2.5. Data Penyerapan UV dari γ-Oryzanol (Tsuno.co.jp)
2.5 Cold Press
Tekanan dingin (cold pressing) atau pengepresan (expression) merupakan
segala proses fisika dimana glandula minyak essensial pada kulit buah
dihancurkan atau dirusak untuk melepaskan minyak essensial. Pembuatan minyak
essensial dengan cara tekanan dingin merupakan dengan cara pengepresan tanpa
pemanasan, dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang
dihasilkan dari tanam yang termasuk jenis sitrus, karena minyak dari jenis
tanaman tersebut akan mengalami kerusakan bila dibuat dengan cara destilasi.
Berdasarkan tipe alat tekanan dibedakan menjadi 2 macam yaitu
(Widyanati, 2011):
1) Hydraulic Expressing, dan
2) Expeller Expressing
Gambar 2.6 Hydraulic Expressing dan Expeller Expressing
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6 Sediaan Krim
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan
setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia
Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Sifat umum sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat
pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau
dihilangkan. Krim dapat memberikan efek mengkilap, berminyak, melembapkan,
dan mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah/sulit diusap,
mudah/sulit dicuci air (Anwar, 2012).
Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak (A/M)
dan emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A). Sebagai pengemulsi dapat
digunakan surfaktan anionik, kationik dan non anionik. Untuk krim tipe A/M
digunakan : sabun monovalen, tween, natrium lauril sulfat, dan lain-lain. Krim
tipe M/A mudah dicuci. (Anief,1994).
Fungsi krim adalah:
1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
2. Sebagai bahan pelumas bagi kulit
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung
dengan zat-zat berbahaya. (Anief,1999)
2.7 Kulit
Kulit adalah organ yang terletak palig luar dan membatasi dari lingkungan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2m2 dengan berat kira-kira 16% beraat
badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangan kompleks, elastis dan sensitif,
bervariasi pada iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh (Tortora, Derrickson, 2009).
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang memisahkan dermis dan subkutis. Subkutis ditandai dengan adanya jaringan
ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009).
Epidermis adalah lapisan kulit paling dangkal. Hal ini sangat penting dari
segi kosmetik, karena lapisan ini yang memberikan tekstur kulit dan kelembaban,
dan menyumbang pada warna kulit. Jika permukaan epidermis adalah kering atau
kasar, kulit tampak tua. Pengetahuan tentang struktur dasar epidermis yang baik
memungkinkan seorang praktisi untuk meningkatkan penampilan kulit pasien
(Baumann, 2009).
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, termasuk lapisan korneum,
dermis, dan hipodermis. Dermis mengandung melanosit yang menghasilkan
pigmen melanin yang bertanggung jawab atas warna kulit. Paparan sinar dengan
panjang gelombang dalam wilayah UV-A akan merangsang pembentukkan
melanin, yang berfungsi sebagai lapisan pelindung pada kulit. Kulit akan
ditampilkan bersama dengan jumlah radiasi UV yang menembus setiap lapisan.
Radiasi UV 300nm (UV-B) menembus dengan baik stratum korneum dan
epidermis yang eneergik cukup parah menyebabkan pembakaran (erhytema) kulit,
terutama pada individu berkulit putih. Radiasi dengan panjang gelombang lebih
panjang dari 350nm mulai menembus dermis sehingga merangsang
pembentukkan melanin dan menghasilkan pencoklatan (tanning) yang melindungi
kulit dari terbakar langsung akibat paparan sinar matahari. Meskipun sinar UV-A
merupakan energi yang lebih rendah daripada sinar UV-B, yang kenyataannya
bahwa mereka dapat menembus lebih jauh ke dalam hipodermis, menyebabkan
elastosis (kekurangan dukungan struktural dan elastisitas kulit) dan kerusakan
kulit lainnya yang berpotensi mengarah ke kanker kulit (Shaath, 2005).
2.8 Radiasi Ultraviolet
Sejak ditemukan sinar X oleh Rontgent dan sinar ultraviolet orang mulai
menyelidiki pengaruhnya terhadap bakteri atau mikroba yang lain. Sinar ulraviolet
mempunyai panjang gelombang 210 – 310 nm, sinar X, sinar γ, sinar β, sinar α
dan sinar netron dapat dihasilkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik.
Penyerapan energi dari radiasi dengan sinar ultraviolet dapat menimbulkan dua
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hal penting dalam bakteri yaitu kematian sel atau terjadi mutasi (Wanto & Arief,
1981).
Sinar ultraviolet (UV) adalah salah satu sinar yang dipancarkan oleh
matahari yang berada pada kisaran panjang kelombang 200-400 nm. Spektrum
UV terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang gelombang, yaitu:
1. UV A (320 – 400 nm) : UV A1 (340 – 400 nm) & UV A2 (320 - 340 nm)
2. UV B (290 – 320 nm)
3. UV C (200 – 290 nm)
(COLIPA, 2006).
Tidak semua radiasi sinar UV dari matahari mencapai permukaan bumi.
Sinar UV C yang memiliki energi terbesar tidak dapat mencapai permukaan bumi
karena mengalami penyerapan di lapisan ozon. Lapisan ozon adalah gas cadangan
yang berada 10 sampai 50 km di atas permukaan bumi. Energi dari radiasi sinar
ultraviolet yang mencapai permukaan bumi dapat memberikan tanda dan gejala
terbakarnya kulit. Diantaranya adalah eritema, yaitu timbulnya kemerahan pada
permukaan kulit, rasa sakit, kulit melepuh dan terjadinya pengelupasan kulit
(Parrish, Jaenicke & Anderson, 1982).
UV B sangat berperan dalam menyebabkan luka bakar (sunburn) dan
kanker kulit, sedangkan UV A berperan dalam menyebabkan kulit hitam (tanning)
dan fotosensitivitas. Keduanya sama-sama berperan dalam menyebabkan kanker
kulit walaupun sebenarnya UV B lebih karsinogenik 1000 – 10.000 kali dibanding
UV A, karena sinar ultraviolet UV B memiliki kekuatan 1000 kali lebih kuat
daripada UV A pada peristiwa pembentukkan eritema pada kulit (McKinlay &
Diffey, 1987).
2.9 Tabir Surya
Tabir surya didefinisikan sebagai senyawa yang secara fisik atau kimia
dapat digunakan untuk menyerap sinar matahari secara efektif terutama daerah
emisi gelombang UV sehingga dapat mencegahh gangguan pada kulit akibat
pancaran langsung sinar UV (Soeratri, 1993).
Secara alami, kulit berusaha melindungi dirinya beserta organ di
bawahnya dari bahaya sinar UV, yaitu dengan membentuk butir–butir pigmen
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(melanin) yang akan memantulkan kembali sinar matahari. Ada dua tipe reaksi
melanin ketika kulit terpapar sinar matahari, yaitu:
1. Perubahan melanin secara cepat ke permukaan kulit dan pembentukkan
tambahan melanin baru.
2. Pembentukkan tambahan melanin yang berlebihan dan terus – menerus
akan membentuk noda hitam pada kulit (Tranggono, 2007).
2.9.1 Syarat Tabir Surya
Untuk mendapatkan sediaan tabir surya yang sesuai terdapat beberapa
syarat yang diperlukan menurut Wilkinson dan Moore (1982), yaitu:
a) Efektif dalam menyerap sinar eritmogenik pada rentang panjang
gelombang 290 – 320 nm tanpa menimbulkan gangguan yang akan
mengurangi efisiensinya atau yang akan menimbulkan toksik atau iritasi.
b) Memberikan transmisi penuh pada rentang panjang gelombang 300 – 400
nm untuk memberikan efek terhadap tanning maksimum.
c) Tidak mudak menguap dan resisten terhadap air dan keringat.
d) Memiliki sifat – sifat mudah larut yang sesuai untuk memberikan
formulasi kosmetik yang sesuai.
e) Tidak berbau dan memiliki sifat – sifat yang memuaskan, misalnya daya
lengketnya, dan lain – lain.
f) Tidak menyebabkan toksik, tidak iritan, dan tidak menimbulkan sensitisas.
g) Dapat mempertahankan daya proteksinya selama beberapa jam.
h) Stabil dalam penggunaan.
i) Tidak memberikan noda pada pakaian.
Tidak toksik dan dapat diterima secara dermatologis merupakan hal yang
penting. Sebagai kosmetik tabir surya sering digunakan dalam penggunaan harian
pada daerah permukaan tubuh yang luas. Selalin itu tabir surya juga dapat
digunakan pada bagian kulit yang telah rusak karena matahari. Tabir surya
mungkin juga digunakan pada asemua kelompok umur dan kondisi kesehatan
yang bervariasi (Wilkinson & Moore, 1982).
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Preparasi tabir surya sangat dibutuhkan untuk mencegah ataupun
meminimalkan efek bahaya yang ditimbulkan dari radiasi matahari. Penggunaan
tabir surya diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sunburn preventive agent
Tabir surya yang mengabsorpsi 95% atau lebih dari radiasi UV dengan
panjang gelombang 290 – 320 nm.
b. Suntanning agents
Tabir surya yang mengabsorbsi sedikitnya 85% dari radiasi UV dengan
rentang panjang gelombang dari 290 – 320 nm tetapi meneruskan sinar UV pada
panjang gelombang yang lebih besar dari 320 nm dan menghasilkan tan ringan
yang bersifat sementara. Bahan-bahan ini akan menghasilkan eritema tanpa
adanya rasa sakit.
c. Opaque sunblock agents
Tabir surya yang memberikan perlindungan maksimum dalam bentuk
penghalang secara fisik. Titanium dioksida dan zink oksida merupakan senyawa
yang paling sering digunakan dalam kelompok ini. Titanium dioksida
memantulkan dan memencarkan semua radiasi pada rentang UV – Vis (290 –
320nm), sehingga dapat mencegah atau meminimalkan kulit terbakar (sunburn)
dan pencoklatan kulit (suntan) (Panda, 2000).
2.9.2 Sun Protection Factor (SPF)
Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya
dengan nilai SPF yang didefinisikan sebagai jumlah energi UV yang dibutuhkan
untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh
suatu tabir surya, dibagi dengan jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk
mencapai MED pada kulit yang diberikan perlindungan. Semakin besar nilai SPF,
maka semakin besar perlindungan yang diberikan oleh produk tabir surya tersebut
(Wilkinson & Moore, 1982). MED didefinisikan sebagai waktu jangka waktu
terendah atau dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan
terjadinya eritema (Wolf, 2001).
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.3 Keefektifan Sediaan Tabir Surya Berdasarkan Nilai SPF
(Wilkinson & Moore, 1982)
No Nilai SPF Kategori Proteksi Tabir Surya
1. 2 – 4 Proteksi minimal
2. 4 – 6 Proteksi sedang
3. 6 – 8 Proteksi ekstra
4. 8 – 15 Proteksi maksimal
5. ≥ 15 Proteksi ultra
Pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in
vitro. Metode pengukuran nilai SPF secara in vitro secara umum terbagi dalam
dua tipe yaitu:
a. Dengan mengukur serapan atau transmisi radiasi UV melalui produk tabik
surya pada plat kuarsa atau biomembran.
b. Dengan menentukkan karakteristik serapan tabir surya menggunakan
analisis secara spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari tabir surya
yang diuji (Fourneron et al., 1999).
Nilai SPF dihitung dengan terlebih dahulu menghitung luas daerah di
bawah kurva serapan (AUC) dari nilai serapan pada panjang gelombang 290 –
400 nm dengan interval 2 nm. Nilai AUC dihitung menggunakan rumus berikut:
[AUC] =
x dPa–b
Ket: Aa = Absorbansi pada panjang gelombang a nm
Ab = Absorbansi pada panjang gelombang b nm
dPa-b = Selisih panjang gelombang a dan b
Nilai total AUC dihitung dengan menjumlahkan semua nilai AUC pada
tiap segmen panjang gelombang. Nilai SPF masing – masing konsentrasi
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Log SPF = [
] x FP
Ket: λn = Panjang gelombang terbesar
λ1 = Panjang gelombang terkecil (290 nm)
n-1 = interval aktivitas eritemogenik
FP = faktor pengenceran
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penilaian SPF mengacu pada ketentuan FDA yang mengelompokkan
keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan SPF (Wilkinson & Moore, 1982).
2.10 Preformulasi Bahan Sediaan Krim
2.10.1 Asam Stearat (Rowe, 2009)
a. Struktur Molekul
Gambar 2.7 Struktur Molekul Asam Stearat
b. Rumus empiris dan Berat Molekul
C18H36O2
BM : 284,47
c. Fungsional Kategori
Agen pengemulsi, agen pelarut.
d. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai agent
pengemulsi dan pelarut. Asam stearat juga banyak digunakan dalam
produk kosmetik.
e. Deskripsi
Stearat adalah asam keras, putih atau agak berwarna kuning, agak glossy,
kristal padat putih atau bubuk putih atau kekuningan. memiliki sedikit bau
dan rasa seperti lemak.
f. Sifat Khas
Nilai asam : 195-212
Titik didih : 383oC
Titik lebur : 69 – 70oC
g. Kelarutan
Terlarut bebas dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter;
larut dalam etanol (95%), heksana, dan propilen glikol; praktis tidak larut
dalam air.
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
h. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Asam stearat merupakan bahan yang stabil; dan juga dapat ditambahkan
antioksida; Disimpan wadah di tempat yang sejuk dan kering.
i. Inkompatibilitas
Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida dan
juga mungkin dengan basa, zat pereduksi, dan oksidator.
2.10.2 Gliserin (Rowe, 2009)
a. Struktur Molekul
Gambar 2.8 Struktur Molekul Gliserin
b. Rumus Empiris dan Berat Molekul
C3H8O3
BM: 92,09
c. Kategori Fungsional
Emollient; humektan.
d. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Dalam formulasi farmasi topikal dan kosmetik, gliserin digunakan
terutama untuk humektan dan sifat emolien. Gliserin digunakan
sebagai pelarut atau cosolvent dalam krim dan emulsi.
e. Deskripsi
Gliserin adalah, tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan
higroskopis jelas; memiliki rasa manis, kira-kira 0,6 kali semanis
sukrosa.
f. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap
oksidasi oleh atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi
terurai pada pemanasan. Campuran dari gliserin dengan air, etanol
(95%), dan propilen glikol stabil secara kimiawi. Gliserin dapat
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengkristal jika disimpan pada suhu rendah; kristal tidak meleleh
sampai hangat untuk 20oC. Gliserin harus disimpan dalam wadah
kedap udara, di tempat yang sejuk dan kering.
g. Inkompatibilitas
Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti
kromium trioksida, potasium klorat, atau kalium permanganat. Dalam
larutan encer, hasil reaksi pada tingkat yang lebih lambat dengan
beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Hitam warna gliserin terjadi
di hadapan cahaya, atau kontak dengan seng oksida atau dasar bismuth
nitrat.
2.10.3 Setil Alkohol (Rowe, 2009)
a. Struktur Molekul
Gambar 2.9 Struktur Molekul Setil Alkohol
b. Rumus Empiris dan Berat Molekul
C16H34O
BM : 242.44
c. Kategori Fungsional
Agen pengemulsi dan agen pengeras.
d. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Dalam lotion, krim, dan salep, setil alkohol digunakan karena emolien
yang, penyerapan air, dan sifat pengemulsi. Hal ini meningkatkan
stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi. Sifat
emolien terjadi karena penyerapan dan retensi setil alkohol di epidermis
dimana ia melumasi dan melembutkan kulit.
e. Deskripsi
Setil alkohol berbentuk lilin, serpihan putih, butiran, atau kubus. Memiliki
bau khas yang samar dan rasa hambar.
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
f. Sifat Khas
Titik Didih 316–344oC dan Titik Leleh 45-52
oC
g. Kelarutan
Terlarut bebas dalam etanol (95%) dan ether, kelarutan meningkat dengan
meningkatnya suhu; praktis tidak larut dalam air. Larut bila dilelehkan
dengan lemak, cairan dan parafin padat, dan isopropil miristat.
h. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan udara; tidak
menjadi tengik. Setil alkohol harus disimpan dalam wadah yang tertutup di
tempat yang sejuk dan kering.
i. Inkompatibilitas
Tidak kompatibel dengan oksidator kuat.
2.10.4 Trietanolamin (Rowe, 2009)
a. Struktur Molekul
Gambar 2.10 Struktur Molekul Trietanolamin
b. Rumus Empiris dan Berat Molekul
C6H15NO3
BM: 149.19
c. Kategori Fungsional
Agen pengemulsi; agen pengalkali.
d. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Banyak digunakan dalam formulasi farmasi topikal, terutama dalam
pembentukan emulsi.
e. Deskripsi
Trietanolamin adalah cairan kental berwarna kuning jernih, tidak berwarna
pucat memiliki bau amonia sedikit. Ini adalah campuran dari basis,
terutama 2,2’,2’’-nitrilotriethanol, meskipun juga mengandung 2,2’-
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iminobisethanol (dietanolamina) dan jumlah yang lebih kecil dari 2-
aminoethanol (monoethanolamine).
f. Sifat Khas
Titik didih: 335oC; Titik beku: 21,6
oC; Titik leleh: 20 – 21
oC.
g. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Trietanolamin dapat berubah coklat pada paparan udara dan cahaya. 85,
trietanolamin cenderung stratifikasi bawah 15oC; homegenisitas dapat
dikembalikan dengan pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan.
Triethanolamine harus disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari
cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
h. Inkompatibilitas
Trietanolamin adalah amina tersier yang berisi kelompok hidroksi; ia
mampu menjalani reaksi khas amina tersier dan alkohol. Triethanolamine
akan bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk garam kristal dan
ester. Dengan asam lemak lebih tinggi, trietanolamina membentuk garam
yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun. Triethanolamine
juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks.
Perubahan warna dan curah hujan dapat terjadi dengan adanya garam
logam berat.
2.10.5 Metil Paraben (Rowe, 2009)
a. Struktur Molekul
Gambar 2.11 Struktur Molekul Metil Paraben
b. Rumus empiris dan Berat Molekul
C8H8O3 BM : 152,15
c. Kategori Fungsional
Pengawet antimikroba.
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Metilparaben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi paraben atau dengan
agen antimikroba lainnya. Dalam kosmetik, Metilparaben adalah yang
paling sering digunakan sebagai pengawet antimikroba.
e. Deskripsi
Metil Paraben merupakan kristal tidak berwarna atau bubuk kristal putih,
tidak berbau atau hampir tidak berbau dan memiliki rasa sedikit terbakar
f. Sifat Khas
Titik lebur 125-128oC
g. Kelarutan
1 : 2 dalam etanol; 1 : 60 dalam gliserin; 1 : 3 dalam etanol (95%); 1 : 400
dalam air (20 0C); dan 1 : 10 dalam eter.
h. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Metil parabean menunjukan aktivitas antimikroba, pH 4-8 efikasi
pengawet menurun dengan meningkatnya pH karena pembentukan anion
prenolat. Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan ditempat sejuk dan
kering
i. Inkompatibilitas
Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, metyl
parabean berubah warna dengan adanya besi dan terhidrolisis dengan
adanya basa lemah dan asam kuat.
2.10.6 Propil Paraben (Rowe, 2009)
a. Struktur Molekul
Gambar 2.12 Struktur Molekul Propil Paraben
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Rumus empiris dan Berat Molekul
C10H12O3
BM : 180.20
c. Fungsional Kategori
Pengawet Antimikroba.
d. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Propil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi. Ini dapat digunakan
sendiri, dalam kombinasi dengan ester paraben lain, atau dengan agen
antimikroba lainnya. Ini adalah salah satu pengawet yang paling sering
digunakan dalam kosmetik
e. Deskripsi
Propil paraben terjadi sebagai putih, kristal, tidak berbau, dan bubuk
hambar.
f. Sifat Khas
Titik Didih 295oC dan Stabil pada pH 3-6
g. Kelarutan
Aseton : terlarut bebas; Etanol (95%) : 1 dalam 1.1; Etanol (50%) : 1
dalam 5,6; Eter : terlarut bebas; Gliserin : 1 dalam 250; Mineral oil : 1
dalam 3330; Minyak kacang tanah : 1 dalam 70; Propilen glikol : 1 dalam
3,9; Propylene glycol (50%) : 1 dalam 110; Air : 1 dalam 4350 pada 15oC;
1 dalam 2500; dan 1 dalam 225 di 80oC.
h. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Larutan propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf,
tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan air yang stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan larutan
pada pH 8 atau lebih akan terhidrolisis cepat (10% atau lebih setelah
sekitar 60 hari pada ruang suhu).
i. Inkompatibilitas
Aktivitas antimikroba dari propil paraben berkurang jauh di hadapan
surfaktan non-ionik sebagai akibat dari micellization. Penyerapan propil
paraben oleh plastik telah dilaporkan, dengan jumlah yang diserap
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tergantung pada jenis plastik dan pembawa. Magnesium aluminium silikat,
magnesium trisilikat, oksida besi kuning, dan Ultramarine biru juga telah
dilaporkan untuk menyerap propil paraben, sehingga mengurangi
efektivitas pengawet.
2.10.7 Aquades (Rowe, 2009)
a. Rumus empiris dan bobot molekul
H2O
BM : 18,02
b. Deskripsi
Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
c. Fungsional Kategori
Pelarut.
d. Kelarutan
Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya
e. Sifat Khas
D dan itik beku 0 C dan itik didi 100 C
f. Stabilitas dan kondisi penyimpanan
Stabil disemua keadaan fisik (padat, cair, gas). Disimpan pada wadah yang
dapat membatasi pertumbuhan mikroorganisme dan mencegah
kontaminasi
g. Inkompatibilitas
Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang rentan akan
hidrolisis pada peningkatan temperatur. Air bereaksi secara kuat dengan
logam alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali tanah dan oksidanya
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi
dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Industri Agro,
Laboratorium Formulasi Sediaan Padat, Laboratorium Penelitian II, dan
Laboratorium Sediaan Steril Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Waktu penelitian dimulai
pada bulan Februari sampai dengan September 2015.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: spatula, batang
pengaduk, labu ukur, pipet tetes, cawan penguap, kaca arloji, penangas air,
magnetic stirer, termometer, gelas ukur, gelas piala, timbangan, kertas perkamen,
kertas whatmann no.42, object glass, wadah, kuvet, Viskometer Brookfield, pH
Universal Indicator Paper, pH meter, Oven, Spektrofotometer UV-Vis, Mesh 20,
Sentrifuge, alat press hydraulic, vacuum filter, dan filter membrane.
3.2.2 Bahan Utama
Bahan utama yang digunakan adalah dedak padi.
3.2.3 Bahan Kimia
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: dedak, n-
heksan, etil asetat, TEA, gliserin, asam stearat, setil alkohol, metil paraben, propil
paraben, aquadest, dan air.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Preparasi Dedak Padi
Sampel bekatul didapatkan dari daerah Kampung Cijolang, Desa
Linggasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Dedak
yang didapat berasal dari jenis Padi Ciherang.
Untuk mendapatkan bekatul yang diinginkan, padi digiling menggunakan
alat hiller yang ada. Padi digiling sampai didapatkan beras yang bersih dari
25
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekam dan bekatul, yaitu dua kali proses penggilingan. Setelah proses
penggilingan selesai, bekatul diambil disimpan dalam wadah kering dan tertutup.
Dedak yang didapat lalu diayak menggunakan mesh 20 untuk
menyamakan ukuran partikel serta untuk memisahkan dari bahan pengotor
lainnya.
3.3.2 Pengolahan Minyak Dedak
3.3.2.1 Stabilisasi Dedak Padi (Nasir, 2009)
Dedak di stabilisasi dengan melakukan pemanasan menggunakan oven
selama 15 menit dengan suhu 110oC.
3.3.2.2 Ekstraksi Dedak Padi dengan Metode Cold Press
(Sesuai Standar BBIA)
Dedak yang sudah di stabil lalu di ekstraksi menggunakan metode Cold
Press. Dedak sebanyak 4kg di basahi menggunakan n-heksan sebanyak 4L dan
dimasukkan ke alat press, alat ditekan untuk mendapatkan minyak mentah
menggunakan sekrup jenis hydraulic. Setelah didapatkan larutan ekstrak, larutan
lalu di evaporasi dengan suhu 40oC untuk memisahkan minyak dengan pelarut n-
heksan. Dan didapatlah Crude Rice Bran Oil (CRBO).
CRBO yang didapat lalu di murnikan untuk memisahkan kandungan pati
dan pengotor yang terdapat didalamnya. CRBO di saring menggunakan kertas
saring whatmann no.42 pada corong buchner dan di vakum. Lalu minyak yang
didapat dimasukkan ke dalam corong pisah dan dicampur dengan air panas.
Kocok dan diamkan beberapa saat.
Akan terbentuk 3 fase yaitu minyak (atas), pati (tengah) dan air (bawah).
Keluarkan fase bagian tengah dan bawah, sampai tersisa hanya fase minyaknya
saja. Campurkan kembali minyak dengan air panas, lalu kocok kembali dan
diamkan sampai terjadi pemisahan fase kembali. Dan pisahkan kembali minyak
dari fase lainnya. Lalu minyak yang didapat di sentrifuge untuk memastikan ada
atau tidaknya endapan (pati) yang tersisa. Maka didapatkan Rice Bran Oil (RBO).
3.3.3 Karakterisasi RBO (Sesuai Standar BALLITRO)
Minyak RBO yang didapat di karakterisasi dengan metode titrimeri sesuai
standar BALLITRO untuk mendapatkan bilangan penyabunan, bilangan iod dan
bilangan peroksida.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.4 Formula Sediaan Krim (Iswindari, 2014)
Formula sediaan krim tabir surya, komposisi tiap formulasi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Formula Sediaan Krim
Fase Bahan Jumlah (%)
Formula 1 Formula 2 Formula 3
I
Rice Bran Oil - 10 10
Asam Stearat 12 12 12
Setil Alkohol 0,2 0,2 0,2
Propil Paraben 0,08 0,08 0,08
II
Trietanolamin 2 2 2
Gliserin 10 10 10
Metil Paraben 0,1 0,1 0,1
Aquadest Add 100% Add 100% Add 100%
Ket: Formula 2 menggunakan RBOTM
dan Formula 3 menggunakan RBOcp.
3.3.5 Pembuatan Sediaan Krim (Iswindari, 2014)
Proses diawali dengan penimbangan bahan-bahan yang akan digunakan.
Bahan-bahan yang larut dalam air (fase II) seperti trietanolamin, gliserin, metil
paraben dicampur ke dalam aquades dan dipanaskan hingga 70oC. Pada bagian
lain bahan-bahan yang tergolong fase minyak (Fase I) seperti RBO, asam stearat,
setil alkohol dan propil paraben dicmpur dan dipanaskan pada temperatur yang
sama yaitu 70oC.
Fase air kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak
dan dilakukan proses pengadukan dengan menggunakan homogenizer agar
diperoleh sediaan krim yang homogen dengan kecepatan 2000 rpm selama 25
menit. Krim yang terbentuk kemudian dipindahkan dalam wadah dan dilakukan
pendinginan pada suhu kamar hingga diperoleh sediaan krim yang mengental.
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.6 Evaluasi sediaan Krim
3.3.6.1 Uji Evaluasi Fisik (Sharon, 2013)
Evaluasi fisik sediaan krim yang dilakukan selama 21 hari meliputi
pengamatan organoleptik krim, pengujian homogenitas, pengukuran pH,
pengukuran viskositas dan pengujian stabilitas dengan metode sentrifugasi.
3.3.6.1.1 Pengamatan Organoleptis (Faradiba, 2013)
Pengamatan organoleptis sediaan krim meliputi pengamatan terhadap
warna, tekstur, dan bau dari sediaan krim.
3.3.6.1.2 Pengukuran pH (Aswal, 2013)
Pengukuran pH menggunakan pH meter. Ditimbang sebanyak 0,5 gram
krim dan dilarutkan dalam 50 mL aquadest, kemudian pH-nya diukur. Rentang
toleransi pH krim berkisar antara 4,0 – 7,5.
3.3.6.1.3 Uji Homogenitas (Ditjen POM, 1979)
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan gelas objek.
Sejumlah tertentu krim dioleskan pada kaca objek dan diamati adanya butiran
kasar secara visual.
3.3.6.1.4 Pengukuran Viskositas (Elya, 2013)
Pengukuran viskosiitas dilakukan dengan menggunakan Viskometer
HAAKE ViscoTester 6R. Sediaan diimpan dalam beaker glass 100 mL. Power
alat ditekan dan alat akan mengkalibrasi terlebih dahulu kemudian dipilih spindel
yang cocok dengan kecepatan 2 rpm.
3.3.6.1.5 Uji Stabilitas pada Suhu Kamar, dan Suhu 40±2oC (Djajadisastra,
2004 dengan modifikasi)
Tiap formula disimpan pada suhu kamar, dan suhu 40±2oC dan diukur
parameter – parameter kestabilannya seperti bau, warna, pH dan viskositas selama
21 hari dengan pengamatan pada hari pertama dan hari ke 21.
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.6.1.6 Cycling Test (Djajadisastra, 2004)
Sampel disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu dipindahkan ke dalam
oven bersuhu 40±2oC selama 24 jam, waktu selama penyimpanan dua suhu
tersebut dianggap satu siklus. Uji stabilitas dilakukan sebanyak 6 siklus kemudian
diamati ada tidaknya pemisahan fase dan inversi (Djajadisastra, 2004).
3.3.6.1.7 Uji Sentrifugal
Pengujian stabilitas dilakukan dengan menempatkan sampel krim ke dalam tube
sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit (Iswindari, 2014).
3.3.6.2 Uji In Vitro Nilai SPF Sediaan Krim (Mokodompit, 2013)
Penentuan efektivitas tabir surya dilakukan dengan menentukkan nilai SPF
secara in vitro dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Krim di encerkan 4000 ppm,
dengan mengambil masing-masing 0,1 gram dan dilarutkan dalam etil asetat
sebanyak 25mL lalu dicampur hingga homogen. Sebelumnya spektoftometer
dikalibrasi menggunakan etil asetat.
Sebany ak 1 mL sampel dimasukkan kedalam kuvet lalu dimasukkan
dalam spektofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi. Buat kurva serapa uji
dalam kuvet, dengan panjang gelombang antara 290-320 nm, gunakan etil asetat
sebagai blanko. Tetapkan serapan rata-ratanya (Ar) dengan interval 5 nm.
Hasil absorbansi dicatat kemudian dihitung nilai SPFnya dengan rumus
sebagai berikut: (Theresia, 2010)
(i) AUC = (
)(λn+1 – λn)
(ii) AUC = L1+L2+L3+L4+L5
(iii) Log SPF = (
) x 2
(iv) SPF = Arc . Log SPF
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Preparasi Dedak Padi
Padi digiling dengan alat penggiling untuk memisahkan beras dengan
sekam. Hasil penggilingan pertama menghasilkan beras yang masih terbalut
dengan dedak, lalu digiling kembali untuk memisahkan dedak dari beras tersebut.
Dedak yang didapat lalu diayak menggunakan mesh 20 untuk
menyamakan ukuran partikelnya yaitu ≤ 0,510 mm sekaligus untuk memisa kan
dari pertikel pengotor yang masih tercampur seperti sekam dan kotoran lainnya.
4.2 Pengolahan Minyak Dedak
Menurut Hadipernata (2007), pengolahan minyak dedak meliputi dua
faktor penting yaitu stabilisasi dan ekstraksi.
4.2.1 Stabilisasi Dedak Padi
Menurut Hadipernata (2007), stabilisasi dengan panas menyebabkan
enzim lipase dalam dedak terdeaktivasi pada pada suhu 100o – 120
oC dalam
waktu beberapa menit. Dedak padi di stabilisasi dengan pemanasan menggunakan
oven dengan suhu 110oC selama 15 menit, karena Nasir (2009) mengungkapkan
bahwa itu adalah waktu stabilisasi dedak yang optimal. Stabilisasi dilakukan
bertujuan untuk menghancurkan enzim lipase yang terdapat didalam dedak
sehingga rendemen minyak meningkat dan kadar asam lemak bebas menurun.
4.2.2 Ekstraksi Dedak Padi Dengan Metode Cold Press
Dedak yang sudah stabil lalu diekstraksi menggunakan metode Cold
Press. Dedak sebanyak 4kg dibasahi menggunakan n-heksan sebanyak 2L dan
diaduk agar pembasahannya merata. Dedak yang sudah dibasahi lalu dimasukkan
kedalam kain dan dimasukkan pada wadah alat press, alat ditekan untuk
mendapatkan minyak mentah menggunakan sekrup jenis hydraulic. Ampas dedak
yang sudah digunakan dibasahi kembali dengan n-heksan 2L dan lakukan metode
30
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
press seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, lalu didapatlah ekstrak n-heksan
minyak dedak (EkstraknRBO).
Menurut Hadipernata (2007), ekstraksi dengan menggunakan pelarut
mudah menguap merupakan cara terbaik untuk mengambil minyak, dan pelarut
yang dapat digunakan adalah etanol dan n-heksan. Pada penelitian ini pelarut yang
digunakan adalah n-heksan, sesuai dengan apa yang dikatakan Patel dan Naik
(2004), bahwa n-heksan bisa digunakan sebagai pelarut untuk mengekstrak
minyak dari dedak padi. Dan penelitian Nasir (2009) menunjukkan bahwa
persentase Crude Rice Bran Oil (CRBO) yang dihasilkan dengan pelarut n-heksan
lebih tinggi dibanding dengan menggunakan pelarut etanol. Rendemen CRBO
sebesar 17,055%, sesuai pernyataan Hadipernata(2007), bahwa minyak dedak
kadarnya kurang dari 25%. Pada penelitian yang dilakukan Nasir (2009), ekstraksi
dedak padi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang sama
mendapatkan rendemen CRBO sebesar 18,34%.
Perhitungan Rendemen CRBO (Nasir, 2009):
% CRBO =
x 100%
=
gr x 100%
% CRBO = 17,055 %
Selanjutnya minyak dedak hasil ekstraksi dipisahkan dari pelarut melalui
penguapan. Setelah didapatkan larutan ekstrak n-heksan, larutan lalu dievaporasi
dengan suhu 40oC untuk memisahkan minyak dengan pelarut n-heksan
Murnikan CRBO yang sudah didapat untuk memisahkan kandungan pati
dan pengotor yang terdapat didalamnya. CRBO di saring menggunakan kertas
saring whatmann no.42 pada corong buchner dan di vakum. Lalu minyak yag
didapat dimasukkan ke dalam corong pisah dan dicampur dengan air panas.
Kocok dan diamkan beberapa saat.
Akan terbentuk 3 fase yaitu minyak (atas), pati (tengah) dan air (bawah).
Setelah fase terpisah sempurna, pisahkan fase minyak. Lalu minyak yang didapat
di sentrifuge untuk memisahkan sisa kandungan pati yang tersisa di dalam
minyak. Didapatkan Rice Bran Oil (RBOcp) dengan bentuk cairan berwarna coklat
yang beraroma khas dedak.
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi RBOcp
Sampel Keterangan
Berat Dedak Awal 4 Kg
Berat Minyak Dedak 267,19 Gr
Rendemen CRBO 17,055 %
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis RBOcp
Organoleptis
Warna Coklat
Bentuk Larutan
Bau Bau Dedak
4.3 Karakterisasi RBOcp
RBO yang didapat di karakterisasi dengan metode titrimeri sesuai standar
BALLITRO untuk mendapatkan bilangan penyabunan, bilangan iod dan bilangan
peroksida.
Tabel 4.3 Hasil Karakterisasi RBOcp
Sampel Jenis Pengujian /
Pemeriksaan
Hasil Pengujian /
Pemerikaan Metode Pengujian
Rice
Bran
Oil
1. Bilangan Penyabunan
2. Bilangan Iod
3. Bilangan Peroksida
(m
/kg)
184,32
91,88
22,15
Titrimetri
Bilangan penyabunan RBO yang didapat sebesar 184,32 yang menyatakan
bahwa hasil sesuai dengan range yang ada menurut FAO yaitu sebesar 180-195.
Bilangan Iod yang didapat sebesar 91,88, dimana nilai itu masih termasuk
dalam range. FAO menyatakan bahwa RBO memiliki nilai penyerapan iod
dengan range 90 – 105, dimana berisi 29 – 42 % asam linoleat dan 0,8 – 1,0 %
asam linolenat. Hal ini menyatakan bahwa RBO adalah minyak yang kaya akan
vitamin E dan berbagai sterol.
ASA (2000), menyatakan bahwa mutu dari suatu minyak dapat diketahui
dari rasa dan aromanya. Salah satunya adalah ketengikan atau adanya peroksida.
Peroksida merupakan suatu tanda adanya pemecahan atau kerusakan paa minyak
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
karena terjadi oksidasi yang menyebabkan aroma tengik pada minyak. Semakin
tinggi bilangan peroksda maka semakin tinggi tingkat ketengikan suatu minyak.
Wildan (2002), mengatakan bahwa bilangan peroksida pada nilai diatas 50
sudah menunjukkan ketengikan, yang berarti RBO tidak menunjukkan ketengikan
karena bilangan peroksida yang didapat adalah sebesar 22,15.
4.4 Hasil Pembuatan Sediaan Krim
Krim dibuat tiga formulasi, dimana formulasi pertama hanya basis krim
tanpa adanya kandungan minyak dedak padi. Formulasi kedua mengandung
minyak dedak padi yang dijual dipasaran (RBOTM
). Dan formulasi ketiga
mengandung minyak dedak padi hasil ekstraksi menggunakan metode cold press
(RBOcp).
Tabel 4.4 Formula Sediaan Krim
Fase Bahan Jumlah (%)
Formula 1 Formula 2 Formula 3
I
Rice Bran Oil - 10 10
Asam Stearat 12 12 12
Setil Alkohol 0,2 0,2 0,2
Propil Paraben 0,08 0,08 0,08
II
Trietanolamin 2 2 2
Gliserin 10 10 10
Metil Paraben 0,1 0,1 0,1
Aquadest Add 100% Add 100% Add 100%
Ket: Formula 2 menggunakan RBOTM
dan Formula 3 menggunakan RBOcp.
4.5 Hasil Evaluasi Fisik Krim Rice Bran Oil
4.5.1 Hasil Uji Organoleptis
Hasil pengamatan organoleptis krim RBO pada F1, F2, dan F3 pada hari
ke-0 menunjukkan bahwa F1 menunjukkan warna putih transparan dengan bau
khas base krim serta tekstur yang lembut dan tidak terasa lengket, F2
menunjukkan warna putih dengan bau khas RBO serta tekstur yang lembut dan
tidak terasa lengket, F3 menunjukkan warna putih gading dengan bau khas RBO
yang lebih pekat serta tekstur yang lembut dan tidak terasa lengket.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setelah dilakukan penyimpanan selama 21 hari tidak ada perubahan yang
signifikan pada ketiga formulasi, hasil pengujian organoleptis menunjukkan
bahwa F1 menunjukkan warna putih transparan dengan bau khas base krim serta
tekstur yang lembut dan tidak terasa lengket, F2 menunjukkan warna putih dengan
bau khas RBO serta tekstur yang lembut dan tidak terasa lengket, F3
menunjukkan warna putih gading dengan bau khas RBO yang lebih pekat serta
tekstur yang lembut dan tidak terasa lengket.
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Organoleptis Hari Ke – 0
Hari Ke – 0
Formulasi Organoleptis
Warna Bau Tekstur
F1 Putih Transparan Base Krim Lembut, tidak terasa lengket
F2 Putih Bau RBO Lembut, tidak terasa lengket
F3 Putih Tulang Bau RBO lebih pekat Lembut,tidak terasa lengket
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Organoleptis Hari Ke – 21
Hari Ke – 21
Formulasi Organoleptis
Warna Bau Tekstur
F1 Putih Transparan Base Krim Lembut, tidak terasa lengket
F2 Putih Bau RBO Lembut, tidak terasa lengket
F3 Putih Tulang Bau RBO lebih pekat Lembut,tidak terasa lengket
4.5.2 Hasil Uji Homogenitas
Pada hari ke–0, krim RBO formulasi 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa krim
homogen. Pada hari ke–21, krim RBO formula 2 dan 3 menunjukkan homogen.
Dan pada formulasi 1 menjadi tidak homogen dikarenakan adanya partikel-
partikel kecil zat padat yang memisah. Dicurigai hal tersebut terjadi karena
masuknya udara dalam sediaan pada saat pembuatan. Menurut Lachman (1994),
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
homogenitas sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang
dilakukan serta alat yang digunakan pada proses emulsi tersebut. Pengadukan juga
dapat memecah emulsi. Pengadukan dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan
masuknya udara ke dalam produk, tetapi pencampuran yang lambat tidak dapat
membentuk emulsi yang baik.
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas
Krim RBO
Homogenitas
Hari Ke – 0 Hari Ke – 21
Cycling Test Suhu Ruang Suhu Tinggi
F1 + - + +
F2 + + + +
F3 + + + +
Keterangan: (+) homogen, (-) tidak homogen
4.5.3 Hasil Pengukuran pH
Semua nilai pH yang didapat pada saat pembuatan awal tidak sesuai
dengan pH kulit. Menurut Tranggono (2007) nilai pH sediaan harus mendekati
nilai pH kulit yaitu 4,5 – 6,5. Nilai pH krim RBO F1, F2, dan F3 pada hari ke-0
berturut – turut yaitu 7,364, 7,417, dan 7,26. Terjadi perubahan pH pada ketiga
formulasi setelah dilakukan penyimpanan pada hari ke-21 suhu ruang, hari ke-21
suhu tinggi dan pengujian cycling test. Sediaan yang mempunyai pH terlalu basa
akan menyebabkan kulit menjadi bersisik (Sharon, 2013). Nilai pH yang basa
tersebut kemungkinan disebabkan karena proses penyimpanan dan lingkungan
saat dilakukan pengujian. Diperlukan preformulasi sediaan untuk mendapatkan
pH sediaan krim yang sesuai dengan pH kulit.
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran pH
Formula
Hari Ke-0
Hari Ke-21
Cycling Test Suhu Ruang Suhu Tinggi
I 7,364 8,84 8,138 8,452
II 7,417 8,392 8,524 8,058
III 7,26 7,946 8,058 8,267
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.5.4 Hasil Pengukuran Viskositas
Viskositas cairan akan menurun jika temperatur dinaikkan (Sinko, 2011).
Pada hari ke-0 nilai viskositas krim RBO F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah
129160 cPs, 186500 cPs, dan 179600 cPS. Setelah dilakukan penyimpanan
selama 21 hari, viskositas krim RBO berubah yaitu berturut-turut 138110 cPs,
194100 cPs, dan 126100 cPs. Menurut Lachman (1994), peningkatan viskositas
disebabkan oleh adanya bulatan gumpalan. Pada F3 viskositas menurun, yang
disebabkan oleh efek akibat proses homogenisasi. Ketidaksesuaian hasil dengan
teori yang ada kemungkinan disebabkan karena saat proses pengujian, dimana
suatu molekul dalam aliran dapat berbalik, berputar, dan bermanuver dalam suatu
ruang (Sinko, 2011).
Tabel 4.9 Hasil Pengkuran Viskositas
Formulasi Hari Ke – 0 Hari Ke – 21
Cycling Test Suhu Ruang Suhu Tinggi
F1 129160 138110 133690 144010
F2 186500 194100 174100 164800
F3 128700 126100 172600 149500
4.5.5 Hasil Uji Sentrifugal Krim RBO
Menurut Lachman (1994), jika suatu emulsi membentuk krim ke atas (naik
ke atas) atau membentuk krim ke bawah (endapan), emulsi bisa tetap dapat
diterima secara farmasetik selama emulsi tersebut dapat dibentuk kembali dengan
pengocokkan biasa, tetapi dalam kosmetik pembentukkan krim biasanya tidak
dapat diterima. Hasil pengujian stabilitas pada Krim RBO F1, F2, dan F3 ini
menunjukkan tidak adanya pemisahan fase pada semua uji.
Tabel 4.10 Hasil uji Sentrifugal
Krim RBO
Pemisahan
Hari ke – 0 Suhu Ruang
Hari ke – 21
Suhu Tinggi
Hari ke -21 Cycling Test
F1 - - - -
F2 - - - -
F3 - - - -
Keterangan: (-) tidak terjadi pemisahan, (+) terjadi pemisahan
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6 Hasil Uji Nilai SPF Dengan Metode In Vitro
Berdasarkan data yang diperoleh hasil menunjukkan bahwa F1 yang hanya
berupa base krim tidak mempunya keefektifan sebagai tabir surya karena
mempunyai nilai dibawah nilai proteksi minimal. F2 yang mengandung minyak
rice bran oil yang di jual di pasaran diketahui mempunyai kandungan γ-oryzanol
sebesar 229mg/100ml juga tidak mempunyai keefektifan sebagai tabir surya
karena nilai tidak mencapai nilai SPF minimal. F3 menggunakan minyak rice
bran oil yang dibuat dari ekstraksi denga metode cold press memiliki keefektifan
sebagai tabir surya tetapi hanya termasuk dalam kategori proteksi minimal.
Dimana menurut Wilkinson dan Moore (1982), kategori proteksi tabir surya
minimal mempunyai rentang nilai SPF dari 2 – 4. Nilai SPF pada F3 tersebut
belum bisa dikatakan karena mengandung γ-oryzanol, sebab belum dilakukan
pengujian untuk mengetahui kandungan senyawa RBOcp, dan hal itu kemungkinan
terjadi karena banyaknya senyawa kompleks yang terdapat di dalam RBOcp.
Tabel 4.11 Hasil Uji Nilai SPF
Pengujian Nilai SPF
F1 (base krim) F2 (RBOTM
) F3 (RBOcp)
Hari ke – 0 1,024856 1,232318 2,074319
Hari Ke – 21 Suhu Ruang 0,86165 1,036597 2,16277
Hari Ke – 21 Suhu Tinggi 1,07014 1,300337 2,466987
Cycling Test 1,10745 1,187267 1,795237
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ketiga formulasi sediaan krim tidak stabil secara fisik. Sediaan
krim yang mengandung 10% RBOcp yang diekstraksi dengan metode cold press
mempunyai nilai SPF yang menunjukkan bahwa sediaan krim mempunyai
proteksi UV yang minimal, sedangkan nilai SPF krim dengan kandungan RBOTM
10% tidak mempunyai efektivitas proteksi tabir surya.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan identifikasi kandungan senyawa minyak rice bran oil
dengan HPLC.
2. Perlu dilakukan optimasi formulasi untuk mendapatkan sediaan yang stabil
dan untuk mendapatkan pH sediaan yang sesuai dengan pH kulit.
3. Perlu dilakukan pengujian secara in vivo untuk mengetahui efektivitas
tabir surya pada krim rice bran oil.
4. Perlu dilakukan pengujian menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
rentang panjang gelombang 300-400 nm.
38
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Nurdiansyah. 2003. Ekstraksi Minyak dari Dedak Padi dengan Pelarut n-
Hexane. Proceeding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia.
Yogyakarta.
Ando, Y. 1982. Fragrance Journal, No. 53, 125-6.
AKK., 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius.
Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Anief, M., 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Famasi. Jakarta: UI Press.
Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi (Karakterisasi dan
Aplikasi). Jakarta: Dian Rakyat.
ASA. 2000. Feed Quality Managemeng Workshop. Penentuan Bilangan
Peroksida. Ciawi.
Aswal, A., Kalra, M., & Rout, A. 2013. Preparation and Evaluation of
Polyherbal Cosmetic Cream. Der Pharmacia Lettre.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2008. Persyaratan Mutu Beras Giliing.
SNI 01-6128-2008.
Badea, Nicoleta., Bogdan Stefan., Stan Roluca., Aurelia Meghea., Gabriela
Niculae., & Ioana Lacatus. 2014. Rice Bran and Rasberry Seed Oil Based
Nanocarriers With Self-Antioxidative Property as Safe Photoprotective
Formulations. Romania: PubMed.
Baumann, Leslie. 2009. Cosmetic Dermatology Principles and Practice 2nd
. New
York: McGraw Hill Companies Inc.
Bernardi, Daniela A., Tatiana A., Naira R., Josiane Bortoloto., Gisely S., Gustavo
C., & Pedro A. 2011. Formation and Stability of Oil-in-Water
Nanoemulsions Containing Rice Bran Oil: In Vitro and In Vivo
Assessments. Journal of Nanobiotechnology. 9:44.
Butsat, Sunan., Siriamornpun, Sirithon. 2010. Antioxidant Capacities and
Phenolic Compounds of the Husk, Bran and Endosperm of Thai Rice.
Journal Food Chemistry 119 (2010) : 606-613.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Chen, MH., Bergman, CJ. 2005. A Rapid Procedure for Analysing Rice Bran
Tocopherol, Tocotrienol and Gamma Oryzanol Contents. Journal of Food
Composition and Analysis. 18 : 139-151.
COLIPA. 2006. COLIPA Guidelines: International Sun Protection Factor Test
Method.
Damayanthi, E., D. Muchtadi, H. Syarief, F. R. Zakaria, C. H. Wijaya dan D. S
Darmadjati. 2003. Pengaruh Derajat Sosoh Terhadap Kandungan Gizi,
Serat, Pangan, dan Oryzanol Bekatul Padi (Oryza sative) Awet. Media
Gizi & Keluarga.
Damayanthi, E. dkk. 2004. Aktivitas Antioksidan Minyak Bekatul Padi Awet dan
Fraksinya Secara In Vitro. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol 15,
No. 1, pp. 11-19
Damayanthi, E., L. T. Tjing, L. Arbianto. 2007. Rice Bran. Penerbit Swadaya,
Jakarta.
Darmadjati. D.S. 1997. Masalah dan Upaya Peningkatan Kualitas Beras Ditinjau
dari Aspek Pra dan Pasca Panen dalam Menghadapi Era Globalisasi.
Makalah pada Seminar HUT BULOG ke-36. Jakarta
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Elya, B., Dewi, R., & Budiman, M. H. 2013. Antioxidant Cream of Solanum
lycopersicum L. International Journal of Pharmtech Vol. 5, No.1, pp. 233-
238.
Faradiba., Attammi, Faisal., Maulida, Ruhama. 2013. Formulasi Krim Wajah
Dari Sari Buah Jeruk Lemon (Citrus lemon L.) Dan Anggur Merah (Vitis
vinifera L.) Dengan Variasi Konsentrasi Emulgator. Majalah Farmasi dan
Farmakologi, Vol. 17, No. 1, ISSN: 1410-7031.
FDA. 2009. Sunburn Protection Factor (SPF). Dapat diakses melalui
http://www.fda.gov/aboutfda/centersoffices/officeofmedicalproductsandto
bacco/cder/ucm106351.htm.
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fourneron, J. D., et al. 1999. Sur la measure in vitro de la protection solaire de
cremes cosmetiues. Paris: C. R. Acad. Sci.
Ghosh, M. 2007. Review on Recent Trends in Rice Bran Oil Processing. Journal
of the American Oil Chemist’s Society.
Hadipernata, M. 2007. Mengolah Dedak Menjadi Minyak Rice Bran Oil. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29, No. 4, 2007.
Ibata, Y. 1980. Fragrance Journal, 8 (6), 92-7
Iswindari, Desti. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Rice Bran
Oil. Jakarta.
J, Parrish., K, Jaenicke., R, Anderson. 1982. Erythema and Melanogenesis Action
Spectra of Normal Human Skin. Photochem Photobiol; 36: 187-191.
Ju, Yi-Hsu dan Shaik Ramjan Vali. 2005. Rice Bran Oil as Potential Resources
for Biodiesel: A Review. J. Scientific & Industrial Research. 64: 866-882.
Kamimura, M., Takahashi S., & Sato S. 1964. Influence of γ-Oryanol on The Skin
Microcirculation. Vitamins, 30, 341-344.
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri II. Jakarta: UI Press.
Mansur, L. S., et al. 1986. Determination of Sun Protection Factor For
Spectrophotometry. Rio de Janeiro: An. Bran. Dermatologhy.
Marshall, et al. 1994. Rice science and Technology. New York : Marcel Dekker ,
Inc.
McKinlay, A. & Diffey, B. (1987). A References spectrum for Ultraviolet Induced
Erythema in Human Skin.
Mokodompit, A. N., Edy, H. J., Wiyono, E. 2013. Penentuan Nilai Sun Protection
Factor (SPF) Secara In Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Kulit
Alpukat. Pharmacon Vol. 2 No. 03. ISSN 2302-2493
Nasir, Subriyer., Fitriyanti., & Kamila, Hilma. 2009. Ekstraksi Dedak Padi
Menjadi Minyak Mentah Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil) dengan Pelarut
N-Hexane dan Ethanol. Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol. 16.
Nursalim, Y. & Z. Y. Razali. (2007). Bekatul Makanan yang Menyehatkan.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Panda, H. 2000. Herbal Cosmetics Handbook. India: Asia Pasific Business Press
Inc.
Pakki, Ermina. Fatmawaty, Aisyah. Aswad, M. Fauziah N. dan Sumarheni. 2010.
Uji Kestabilan Fisik Krim Minyak Dedak Padi Menggunakan Emulgator
Nonionik. Fakultas Farmasi Universitas Hasanudin Makassar.
Patel, M. and Naik, S. N. 2004. Gamma-Oryzanol From Rice Bran Oil - A
Review. Journal of Scientific and Industrial Research. 63, 569-578
Rong, N., Ausman L. M., & Nicolosi R. J. 1997. Oryzanol Decreases Cholesterol
Absorption and Aortic Fatty Streaks in Hamsters, Lipids.
Rowe, R.C., Sheskey P. J., & Owen S. C. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th
edition. London: Pharmaceutical Press.
Setiawan, Tri. 2010. Uji Stabilitas Fisik dan Penentuan Nilai SPF Krim Tabr
Surya Yang Mengandung Ekstrak Daun Teh Hijau (Camelia sinensis L.),
Oktil Metoksisinamat dan Titanium Dioksida. FMIPA UI.
Shaath, N. A. 1990. The Chemistry of Sunscreens, in Sunscreen: Development,
Evaluation, and Regulatory Aspect. New York: Marcel Dekker Inc.
Shaath, N. A. 2005. Sunscreen 3rd Ed. New York: Taylor & Francis Group.
Sharon, N., Anam, S., & Yuliet. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Bawang
Hutan (Eleutherine palmifolia L. Merr). Journal of Natural Sciences. Vol
2(3): 111-122.
Singanusong, R. Junsangsree, P. Noitup, P. Katsri, K. 2014. Physical, Chemical
and Microbiological Properties of Mixed Hydrogenated Palm Kernel Oil
and Cold-Pressed Rice Bran Oil As Ingredients In Non-Dairy Creamer.
Natural Resources and Environment, Naresuan University, Mueang,
Phitsanulok, 65000 Thailand. Songklanakarin J. Sci. Technol. 36 (1), 73-81,
Jan. - Feb. 2014
Sinko, Patrick J. 2011. Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. Jakarta: EGC.
Soeratri, W., Hadinoto, I., & Anastasia, T. Penentuan Nilai SPF In Vitro Sediaan
Krim Tabir Surya Matahari Etilheksil-p-metoksisinamat dan Oksibenson.
Majalah Farmasi Airlangga.
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sukma, Lingga N. 2011. Pengkayaan Asam lemak Tak Jenuh pada Bekatul
dengan Cara Fermentasi Padat Menggunakan Aspergillus terreus.
Tahira, R., A. Rehman dan M.A. Butt. (2007). Characterization of Rice Bran Oil
Journal Agricultural Research.
Theresia, Siska. 2010. Pengaruh Penambahan Zink Oksida (ZnO) Terhadap
Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson dan
Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream. Medan: USU.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
12th ed. New York: John Wiley & Sons Inc.
Tranggono, R. I. S. 2007. Buku Pegangan Ilmu pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Voight, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wanto., & Arief, S. 1981. Dasar – Dasar Mikrobiologi Industri. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press.
Widowati, S. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi Dalam
Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan. Jurnal Tinjauan Ilmiah Riset
Biologi dan Bioteknologi Pertanian 4.
Widyanati, Pulan. 2011. Pembuatan Minyak Essensial Dengan Cara Enfleurage
dan Tekanan Dingin. Fakultas Farmasi Program Magister Herbal
Universitas Indonesia.
Wildan, Farihah. 2002. Penentuan Bilangan Peroksida Dalam Minyak Nabati
dengan Cara Titrasi. Balai Penelitian Ternak. Ciawi.
Wilkinson, J. B. & Moore, R. J. 1982. Harry’s Cosmeticology 7th Ed. New York:
Chemical Publishing Company.
Wolf, R., et al. 2001. The Spectrophotometric Analysis and Modelling of
Sunscreen. Washington: J. Chem. Educ.
Xu, Z., Godber, JS. 1999. Purification and Identification of Components of
gamma oryzanol In Rice Bran Oil. Journal of Agriculture and Food
Chemistry 47 : 2724-2728.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Xu, Z., Hua, N., Godber, JS. 2001. Antioxidant Activity of Tocopherols,
Tocotrienols, and Gamma Oryzanol Components from Rice Bran Against
C olesterol Oxidation Accelerated by2,2’-Azobis(2-methylpropionamidine)
dihydrochloride. Journal of Agricultural and Food Chemistry 49 : 2077-
2081.
Yingngam, Bancha., Phimpanit, Y., Wongkasemchai N., Sila-on, W.,
Rungseevijitprapa, w., 2007. Encapsulated of Rice Bran Oil in Solid Lipid
Nanoparticles (SLN) for Skin Hydration and Viscoelasticity. Isan Journal of
Pharmaceutical Sciences.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Alur Pengolahan Dedak Menjadi RBO
Dedak
Dedak Ukuran ≤0,510 mm
Dedak Stabil
Ampas Dedak Ekstrak N-
heksan RBO
CRBO
Air Pati Minyak
RBO
Pelarut n-heksan
Diayak menggunakan
mesh 20
Distabilisasi
Diekstraksi menggunakan
n-heksan dengan metode
cold press
Dievaporasi
Dimurnikan
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Gambar Alat Cold Press
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Gambar RBOcp dan Gambar RBOTM
(a)
(b)
Keterangan: (a) RBOcp; (b) RBOTM
.
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Kandungan RBOTM
.
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Sertifikat pengujian RBOcp
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Tabel Data Serapan Krim Rice Bran Oil
Hari Ke – 0
Λ Formula 1 Formula 2 Formula 3
290 0,005 0,052 0,139
295 0,002 0,046 0,147
300 0,004 0,045 0,15
305 0,006 0,045 0,154
310 0,007 0,046 0,166
315 0,007 0,05 0,184
320 0,008 0,053 0,198
∆AUC 0,1625 1,35 4,8475
Log SPF 0,01083 0,09 0,323167
SPF 1,025258 1,230268 2,10458
(a)
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hari Ke-21
Λ Formula 1 Formula 2 Formula 3
290 -0,027 0,016 0,156
295 -0,033 0,009 0,158
300 -0,033 0,007 0,157
305 -0,033 0,006 0,159
310 -0,033 0,006 0,168
315 -0,032 0,009 0,182
320 -0,032 0,011 0,194
∆AUC -0,9675 0,2325 4,995
Log SPF -0,0645 0,0155 0,333
SPF 0,86198 1,03633 2,15278
(b)
Keterangan: (a) Hari ke-0; (b) Hari ke-21.
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Perhitungan Nilai SPF Krim Hari Ke-0
Hasil absorbansi dihitung nilai SPFnya dengan rumus sebagai berikut
(Theresia, 2010):
(v) AUC = (
)(λn+1 – λn)
(vi) ∆AUC = L1+L2+L3+L4+L5
(vii) Log SPF = (
) x 2
(viii) SPF = Arc . Log SPF
Perhitungan formula I, sebagai berikut:
(i) AUC = (
)(λn+1 – λn)
L1 = (
)(295 - 290) = 0,0175
L2 = (
)(300 - 295) = 0,015
L3 = (
)(305 - 300) = 0,025
L4 = (
)(310 - 305) = 0,0325
L5 = (
)(315 - 310) = 0,035
L6 = (
)(320 - 315) = 0,0375
(ii) ∆AUC = L1+L2+L3+L4+L5+L6
= 0,0175 + 0,015 + 0,025 + 0,0325 + 0,035 + 0,0375
= 0,1625
(iii) Log SPF = (
) x FP
= (
) x 2
= 0,01083
(iv) SPF = Arc . Log SPF
= 1,025258
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Perhitungan formula II, sebagai berikut:
(i) AUC = (
)(λn+1 – λn)
L1 = (
)(295 - 290) = 0,245
L2 = (
)(300 - 295) = 0,2275
L3 = (
)(305 - 300) = 0,225
L4 = (
)(310 - 305) = 0,2275
L5 = (
)(315 - 310) = 0,24
L6 = (
)(320 - 315) = 0,2575
(ii) ∆AUC = L1+L2+L3+L4+L5+L6
= 0,245 + 0,2275 + 0,225 + 0,2275 + 0,24 + 0,2575
= 1,35
(iii) Log SPF = (
) x FP
= (
) x 2
= 0,09
(iv) SPF = Arc . Log SPF
= 1,230268
Perhitungan formula III, sebagai berikut:
(i) AUC = (
)(λn+1 – λn)
L1 = (
)(295 - 290) = 0,715
L2 = (
)(300 - 295) = 0,7425
L3 = (
)(305 - 300) = 0,76
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
L4 = (
)(310 - 305) = 0.8
L5 = (
)(315 - 310) = 0,875
L6 = (
)(320 - 315) = 0,955
(ii) ∆AUC = L1+L2+L3+L4+L5+L6
= 0,715 + 0,7425 + 0,76 + 0,8 + 0,875 +0,955
= 4,8475
(iii) Log SPF = (
) x FP
= (
) x 2
= 0,323167
(iv) SPF = Arc . Log SPF
= 2,10458
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Perhitungan Nilai SPF Krim Hari Ke-21
Perhitungan formula I, sebagai berikut:
(i) AUC = (
)(λn+1 – λn)
L1 = (
)(295 - 290) = - 0,15
L2 = (
)(300 - 295) = - 0,165
L3 = (
)(305 - 300) = - 0,165
L4 = (
)(310 - 305) = - 0,165
L5 = (
)(315 - 310) = - 0,1625
L6 = (
)(320 - 315) = - 0,16
(ii) ∆AUC = L1+L2+L3+L4+L5+L6
= -0,15 + -0,165 + -0,165 + -0,165+ -0,1625+ -0,16
= -0,9675
(iii) Log SPF = (
) x FP
= (
) x 2
= -0,0645
(iv) SPF = Arc . Log SPF
= 0,86198
Perhitungan formula II, sebagai berikut:
(i) AUC = (
)(λn+1 – λn)
L1 = (
)(295 - 290) = 0,0625
L2 = (
)(300 - 295) = 0,02
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
L3 = (
)(305 - 300) = 0,0325
L4 = (
)(310 - 305) = 0,03
L5 = (
)(315 - 310) = 0,0375
L6 = (
)(320 - 315) = 0,05
(ii) ∆AUC = L1+L2+L3+L4+L5+L6
= 0,0625 + 0,02 + 0,0325 + 0,03 + 0,0375 + 0,05
= 0,2325
(iii) Log SPF = (
) x FP
= (
) x 2
= 0,0155
(iv) SPF = Arc . Log SPF
= 1,03633
Perhitungan formula III, sebagai berikut:
(i) AUC = (
)(λn+1 – λn)
L1 = (
)(295 - 290) = 0,785
L2 = (
)(300 - 295) = 0,7875
L3 = (
)(305 - 300) = 0,79
L4 = (
)(310 - 305) = 0,8175
L5 = (
)(315 - 310) = 0,875
L6 = (
)(320 - 315) = 0,94
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(ii) ∆AUC = L1+L2+L3+L4+L5+L6
= 0,785 + 0,7875 + 0,79 + 0,8175 + 0,875 + 0,94
= 4,995
(iii) Log SPF = (
) x FP
= (
) x 2
= 0,333
(iv) SPF = Arc . Log SPF
= 2,15278
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Hasil Pengamatan Organoleptis
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Keterangan: (a) F1 hari ke-0; (b) F2 hari ke-0; (c) F3 hari ke-0; (d) F1 hari ke-21;
(e) F2 hari ke-21; (f) F3 hari ke-21.
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Hasil Uji Homogenitas
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan: (a) hari ke-0; (b) hari ke-21 suhu ruang; (c) hari ke-21 suhu tinggi;
(d) cycling test.
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Hasil Uji Sentrifugal
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan: (a) hari ke-0; (b) hari ke-21 suhu ruang; (c) hari ke-21 suhu tinggi;
(d) cycling test.