ujian lisan ikakom 1
TRANSCRIPT
-
1 Chicilia Windia T. W
Upaya Pencegahan (Preventive) Menurut Leavel and Clark
Usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum
sakit dan pada masa sakit. Leavell dan clark dalam bukunya Preventive Medicine for the
doctor in his community
Usaha-usaha pencegahan itu adalah :
A. Masa sebelum sakit (pencegahan primer)
1. Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion)
2. Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific protection).
B. Pada masa sakit (pencegahan sekunder)
3. Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan pengobatan yang
tepat dan segera. (Early diagnosis and treatment).
4. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan
bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit, pembatasan cacat (Disability limitation).
C. Pencegahan Tersier
5. Rehabilitasi (Rehabilitation).
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
lima tingkatan (five levels of prevention) dari Leavel and Clark, sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan ( health promotion)
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam Usaha ini merupakan
pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Beberapa usaha di antaranya :
- Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
- Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
- Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
- Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.
- Hygiene perorangan, rekreasi, sex education, persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan
persiapan menopause.
-
2 Chicilia Windia T. W
2. Perlindungan khusus (specific protection)
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan
sangat diperlukan terutama di Negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran
masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada
dirinya maupun anak-anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan diperlukan
sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun tempat kerja.
Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan dan
masker saat bekerja sebagai tenaga kesehatan
Beberapa usaha lain di antaranya :
- Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
- Isolasi penderitaan penyakit menular .
- Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-
kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu
pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini penyakit
kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan pemeriksaan
diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi
atau kolposcopy
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
1) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
2) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
3) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
-
3 Chicilia Windia T. W
Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :
- Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan : misalnya
pemeriksaan darah, roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan
- Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular
(contact person) untuk diawasi agar penyakit yang timbul dapat segera diberikan pengobatan
dan tindakan-tindakan lain yang perlu misalnya isolasi, desinfeksi dan sebagainya.
- Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala
penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari
bahwa berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis
obat serta keahlian tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan
itu diberikan.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
- Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit,bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi
misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
- Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
- Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
- Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.
4. Pembatasan cacat (disability limitation)
Oleh karena kurangnyaa pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan
kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga
diperlukan pada tahap ini.
Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi menjegah terjadinya
infertilitas.
-
4 Chicilia Windia T. W
5. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit,
kadang-kadang malu untik kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau
menerima mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas
pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi
juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat.
Pusat-pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
1) Rehabilitasi fisik
yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya.
Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan,patah kakinya perlu mendapatkan rehabilitasi
dari kaki yang patah ini sama dengan kaki yang sesungguhnya.
2) Rehabilitasi mental
yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social
secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula
kelainan-kelainan atau gangguan mental.
Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelumm kembali ke
dalam masyarakat.
3) Rehabilitasi sosial vokasional
yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatn dalam masyarakat dengan
kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak
mampuannya.
4) Rehabilitasi aesthesis
usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan,walaupun
kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya :
penggunaan mata palsu.
Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,memerlukan bantuan dan
pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan
mereka (fisik,mentaldan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses
penyesuaian dirinya dalam masyarakat,dalam keadaannya yang sekarang.
-
5 Chicilia Windia T. W
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang
berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini. Mereka yang direhabilitasi ini
memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,bukan hanya berdasarkan belas kasihan
semata-mata,melainkan juga berdasarkan hak azasinya sebagai manusia.
Usaha pencegahan dan kejadian penyakit
Bila seseorang seseorang jatuh sakit, dilakukan pengobatan akan terjadi tiga kemungkinan
yaitu :
a. Sembuh sempurna.
b. Sembuh dengan cacat
c. Tidak sembuh lagi (meninggal)
Yang terbaik yaitu bila terjadi kesembuhan secara sempurna seandainya terjadi kecacatan,
maka alat tubuh yang cacat ini akan tetap dimilikinya dan seringkali merupakan beban
(penderitaan) untuk selama-lamanya.
Karena itu sangatlah bijaksana, bila kita selalu berprinsip lebih baik mencegah timbulnya
penyakit dari pada mengobati maupun merehabilitasinya
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau menunda
munculnya penyakit atau gangguan kesehatan.
Pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)
Stop merokok,
Turunkan kolesterol,
Obati tekanan darah tinggi,
Latihan jasmani yang bersifat aerobik,
Pelihara berat badan ideal,
Konsumsi aspirin dosis rendah untuk pencegahan,
Kelola dan kurangi stres.
Pencegahan penyakit kanker
Stop merokok,
Kurangi pajanan sinar matahari yang berlebihan,
-
6 Chicilia Windia T. W
Diet tinggi serat, rendah lemak,
Pemeriksaan pap smear.
Pencegahan kecelakaan (injury)
Gunakan sabuk pengaman jika berkendaraan (seat belt),
Lakukan upaya pengamanan rumah,
Cegah jatuh
Ketahui perihal kekerasan dalam rumah tangga dan penegakan hukumnya,
Pencegahan penyakit paru kronik
Stop merokok.
Pencegahan osteoporosis
Konsumsi kalsium dari makanan sehari-hari,
Suplementasi kalsium,
Latihan jasmani yang melawan gravitasi (weight bearing).
Pencegahan penyakit infeksi
Imunisasi : influenza dan pneumonia.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini adanya
penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini mungkin pula.
Kanker: pemeriksaan pap smear setiap 1-3 tahun, pemeriksaan payudara sendiri
(sarari), setiap bulan setelah selesai menstruasi, dan pemeriksaan payudara oleh
dokter setiap tahun setelah usia 40 tahun, mamografi setiap tahun setelah usia 40
tahun.
Pemeriksaan rektal (colok dubur) setiap tahun pada orang dewasa setelah usia 40
tahun.
Endoskopi pada semua usia lanjut setelah usia 50 tahun, setiap 5 tahun.
Pemeriksaan pemeriksaan PSA setiap tahun antara 50 sampai dengan 70 tahun.
Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun.
Pemeriksaan rutin kimia darah, darah perifer lengkap, dan pemeriksaan urin lengkap.
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG): berikan 1 kopi hasil EKG tersebut kepada
pasien. Manakala pasien mengalami masalah jantung (nyeri dada), hasil EKG tersebut
dapat diberikan ke dokter yang melayaninya untuk digunakan oleh sang dokter dalam
membuat penilaian klinis.
Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap tahun
setelah berusia 40 tahun.
Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan penapisan glaukona setiap 1-3 tahun setelah
usia 50 tahun.
Evaluasi fungsi pendengaran setiap 3 tahun setelah berusia 50 tahun.
Pengkajian fungsi fisik dan mental.
-
7 Chicilia Windia T. W
Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus dilakukan. Diperlukan
kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta keluarganya agar penyakit atau
gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat terkelola dan terkendali dengan baik. Untuk
itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien dalam mengontrol penyakit-penyakit yang diderita
agar tidak timbul komplikasi atau penyulit.
Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan kedisiplinan dan
ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula di dalam pengobatan yang
umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup. Tidak jarang
pasien merasa bosan dan akhirnya menghentikan pengobatannya sehingga penyakit menjadi
tidak terkendali dan kemudian timbul berbagai komplikasi yang tidak jarang sampai
mengancam nyawa.
Perilaku dan Gaya Hidup yang Membahayakan
1. Merokok
2. Makan berlebihan/pola makan yang tidak sehat
3. Obesitas
4. Mengkonsumsi alkohol
5. Berganti ganti pasangan seksual
6. Kurang olahraga
7. Stress
8. Tidak peduli kebersihan lingkungan
9. Membuang sampah sembarangan
10. Membuang feses bukan di WC
KECELAKAAN KERJA DAN PENCEGAHANNYA
KECELAKAAN KERJA adalah kejadian yang menimpa seseorang ditempat kerja yang
berdampak buruk pada pekerja, pengusaha dan lingkungan tempat kerja.
TEMPAT KEJADIAN: adalah tempat selama pekerja berangkat kerja, ditempat kerja sampai
pekerja pulang.
PENYEBAB DASAR KECELAKAAN
1.Pengoperasian yang bukan wewenangnya.
2.Kesalahan pengoperasian
3.Kesalahan pengamanan
4.Pengoperasian kecepatan tinggi
5.Alat pengaman yang tidak beroperasi
-
8 Chicilia Windia T. W
6.Peralatan pengaman yang
7.Menggunakan peralatan yang tidak tepat
8.Menggunakan peralatan yang kurang tepat
9.Kesalahan menggunakan alat pengaman diri
10.Tidak tepat melakukan pekerjaan
PENCEGAHAN :
1. lantai licin :
- Pakai sepatu anti slip
- Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
- Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau
tidak rata konstruksinya.
- Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban : (To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job)
- Beban jangan terlalu berat
- Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
- Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
- Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Mengambil sample darah/cairan tubuh :
- Gunakan alat suntik sekali pakai
- Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai
tapi langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya
gunakan destruction clip).
- Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
-
9 Chicilia Windia T. W
4. Berisiko kebakaran (bahan kimia, flammable)
- Konstruksi bangunan yang tahan api
- Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
- Sistem tanda kebakaran
Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera
Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara
otomatis
- Jalan untuk menyelamatkan diri
- Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
- Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
5. Lab. Biologis ( bakteri, virus, infeksi nasokomial)
o Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
o epidemilogi dan desinfeksi.
o Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
o dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk
o bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
o Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good
Laboratory Practice)
o Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang
benar.
o Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
o infeksius dan spesimen secara benar
o Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
o Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
o Kebersihan diri dari petugas.
6. Lab. Kimia (amoniak, korosif, iritasi)
o Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
o Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
-
10 Chicilia Windia T. W
o Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
o Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata
dan lensa.
o Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
Merancang Program untuk Individu, Lingkungan dan Institusi Kerja :
1. Pelatihan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
2. APD
3. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan
4. Jam kerja
5. Beban Kerja : bahwa beban kerja berpengaruh positif terhadap stres kerja. Semakin berat
beban kerja yang ditanggung, maka akan semakin besar risiko perawat yang bekerja di
tempat tersebut terkena stres.
7 langkah dalam diagnosis PAK :
1.Menentukan diagnosis klinis
Untuk menyatakan bahwa suatu penyakit adalah akibat hubungan pekerjaan harus dibuat
diagnosis klinis dahulu
2.Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan
Identifikasi semua pajanan yang dialami oleh pekerja tersebut.Untuk itu perlu dilakukan
anamnesis pekerjaan yang lengkap dan kalau perlu dilakukan pengamatan ditempat kerja dan
mengkaji data sekunder yang ada
3.Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit
Untuk menentukan adakah hubungan antara pajanan dan penyakit harus berdasarkan
evidence yang ada dan dapat dilihat dari bukti yang ada
4.Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar
Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan secara kuantitatif dengan melihat data
pengukuran lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif dengan mengamati cara kerja
pekerja
-
11 Chicilia Windia T. W
5.Menentukan apakah ada peranan faktor-faktor individu itu sendiri
Hal-hal yang dapat mempercepat terjadinya penyakit akibat kerja atau sebaliknya
menurunkan kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja seperti faktor genetik atau
kebiasaan memakai alat pelindung yang baik
6.Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
Misalnya Kanker paru dapat disebabkan oleh asbes dan bisa juga disebabkan oleh kebiasaan
merokok
7.Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Apabila dapat dibuktikan bahwa paling sedikit ada satu faktor pekerjaan yang berperan
sebagai penyebab penyakit dapat dikategorikan penyakit akibat kerja.
Pencatatan dan Pelaporan PAK
Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan yang diselenggarakan setiap triwulan dan
tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu triwulan dan satu tahun
berjalan serta melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi data kegiatan triwulan dan
tahunan kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang telah ditetapkan
7 LANGKAH KESELAMATAN PASIEN
Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2)
meliputi:
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;dan
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
-
12 Chicilia Windia T. W
Program Pokok Puskesmas
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di
laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan
di Puskesmas yaitu :
1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan
untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan
oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh
selama anamnesis dan pemeriksaan
2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan
untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan
penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di
Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan
Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan
bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).
5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan
gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat. ( 5,6,7 )
-
13 Chicilia Windia T. W
Pembinaan Kesehatan USILA
Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehtan di kelompok usia lanjut meliputi
pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia
lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemerilaharaan Kesehatan (BPPK) usia
lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di puskesmas. Jenis
pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut di puskesmas atau di
kelompok (Posyandu/karang lansia, dll) sebagai berikut :
1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (Activity of daily living) meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan,seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian,naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional,
dengan menggunakan metode 2 menit pada KMS usia lanjut.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dapat dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).
4. Pengukuran tekanan darah dan penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan haemoglobin darah dengan menggunakan Talquist, Sahli atau
Cuprisulfat.
6. Pemeriksaan kadar gula dalam urine sebagai deteksi awal adanya penyakit diabetes
mellitus (DM)
7. Pemeriksaan kadar protein dalam urine urine sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal.
8. Pemeriksaan kolesterol, mata, telinga, tenggorokan, gigi dan mulut dll.
9. Melakukan rujukan bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan dari semua
pemeriksaan di atas.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota Kelompok Usia Lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public
Health Nursing).
11. Pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan
makanan yang berasal dari daerah tersebut.
-
14 Chicilia Windia T. W
12. Kegiatan olah raga antara lain senam usia lanjut, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.