ujian skizoafektif tipe manik alvina
TRANSCRIPT
Laporan Kasus Ujian
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK
(F25.0)
Oleh
Alvina Ulfah Rusmayuni, S.Ked
I1A009064
Pembimbing
dr. H. Yulizar Darwis, Sp. KJ, MM
UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unlam-RSUD ULIN
Banjarmasin
Agustus 2013
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.F
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Penanggung Jawab : Ny. Sitawati
Hubungan dengan Pasien : Ibu Kandung Pasien
Alamat : Jl. Astambul Kota RT 007
RW 002 No.7 Martapura
Pendidikan : MTs (tamat)
Pekerjaan : Dekorator janur kuning dan
Gabus acara pernikahan
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Tanggal kunjungan ke poli : 31 Juli 2013
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Diperoleh dari alloanamnesa dengan ibu kandung pasien (Ny.Sitawati),
sepupu pasien (Nn.Mawaddah), dan paman pasien (Tn.Bambang) pada
tanggal 31 Juli 2013 pukul 10.10 WITA di Poliklinik RSJ Sambang Lihum
dan dengan ibu pasien pada tanggal 3 Agustus 2013 pukul 15.00 WITA di
Rumah pasien. Autoanamnesa dengan pasien pada tanggal 31 Juli 2013
1
pukul 11.15 WITA di Poliklinik RSJ Sambang Lihum dan tanggal 3 Agustus
2013 pukul 15.45 WITA di rumah pasien.
A. KELUHAN UTAMA
Bicara kacau
B. KELUHAN TAMBAHAN
Tertawa sendiri, mengaku mendapat wahyu, marah-marah, curiga
dengan orang lain, keluyuran, dan susah tidur.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesa
Tahun 2009, pasien pernah keluyuran keluar rumah. Pasien
berbohong dengan keluarganya, ia mengatakan hendak tadarusan
ke mushola di kampungnya. Ternyata pasien pergi ke mushola di
kampung lain, dan pasien ternyata tidak melakukan tadarus,
melainkan hanya ngobrol-ngobrol saja dengan temannya di sekitar
mushola. Pasien masih bisa makan dan mandi sendiri tanpa perlu
diingatkan. Namun pasien lebih memilih mandi di sungai
dibandingkan mandi di kamar mandi rumah. Sungai berada tak
jauh dari tempat tinggal pasien, sehingga tidak ada kendala bagi
pasien untuk mandi di sungai setiap hari. Pasien juga pernah
melihat bayangan berwarna hitam besar kepada keluarganya saat
berada dirumah, padahal keluarga tidak melihat adanya bayangan
yang dimaksud. Akhir tahun 2009, pasien mulai menunjukkan
2
gejala-gejala aneh, seperti sering tertawa sendiri tanpa ada alasan
yang jelas.
Pada pertengahan tahun 2010, pasien memberikan beberapa
pakaiannya dengan tetangganya. Alasannya tidak diketahui oleh
keluarganya. Pasien juga pernah membagi-bagikan uang kepada
tetangganya. Uang yang dibagi-bagikan tersebut adalah uang yang
diberikan orangtuanya kepadanya, namun pasien membagi-bagikan
dengan tetangganya walaupun tidak sampai habis. Keluarga tidak
mengetahui alasan pasien melakukan hal tersebut. Selain itu, di
tahun yang sama, pasien juga pernah membakar bajunya yang
bergambarkan tengkorak. Alasan pasien melakukan hal tersebut
adalah karena pakaian atau segala sesuatu yang bergambar
tengkorak tidak diperkenankan dalam agama Islam. Apabila
keadaan tersebut dibantah oleh keluarga pasien, maka pasien akan
marah. Keadaan tersebut masih pernah berlanjut hingga kini.
Tahun 2011, pasien pernah mendatangi polisi yang sedang
melakukan razia dijalan. Pasien marah kepada polisi-polisi tersebut
karena pasien menganggap bahwa mereka memakan uang rakyat
kecil dengan cara razia tersebut.
Pada awal bulan Maret 2012, pasien mulai bicara kacau.
Pasien berbicara mengenai candi-candi dan putri junjung buih.
Pasien mengatakan bahwa di sekitarnya banyak candi-candi yang
berdiri tegak dan kokoh sampai sekarang dan banyak makhluk
3
yang memuja candi tersebut. Ketika keluarga menanyakan nama
candi yang diceritakan pasien, pasien hanya tertawa dan
meneruskan ceritanya. Pasien juga pernah mengatakan kepada
keluarga bahwa dirinya dirasuki oleh putri junjung buih. Ia
mengatakan bahwa dirinya memiliki kekuatan sakti yang dapat
menghancurkan candi-candi tersebut apabila ada orang yang
berusaha melawan dirinya.
Satu minggu setelah itu, pasien mulai berjalan keluyuran
hendak ke kampung lain tanpa ada tujuan yang jelas. Pasien
hendak ke kampung sebelah dengan berjalan kaki. Apabila pasien
dicegah oleh keluarganya, maka pasien akan marah.
Pertengahan bulan Maret 2012, pasien memukuli
kerumunan warga yang sedang menyaksikan sebuah konser musik.
Lalu ayah yang ikut dengannya segera membawa pasien ke rumah
paman pasien yang berada di luar kampung tempat tinggal pasien.
Setelah itu, pasien kemudian diobati oleh pamannya (yang
dikatakan keluarga dapat mengobati masalah kejiwaan pasien).
Pasien diobati oleh pamannya dengan cara kepala pasien dipijat-
pijat hingga pasien merasa lebih tenang. Namun setelah beberapa
hari, pasien marah-marah tanpa sebab lagi kepada orang lain.
Pada Bulan April tahun 2012, pasien dibawa ke IGD RSJ
Sambang Lihum dengan keluhan utama keluyuran. Ayah pasien
yang membawanya, menceritakan mengenai keadaan pasien yang
4
keluyuran, bicara kacau, dan memukuli kerumunan orang-orang
yang sedang menonton konser. Ayah pasien mengatakan bahwa
pasien sering tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas. Kemudian
pasien diberikan 3 jenis obat oleh dokter yang sedang bertugas.
Menurut keluarga pasien, obat yang diberikan tersebut adalah
tablet yang berwarna oren besar, oren kecil, dan kuning.
Satu bulan sejak awal pemberian obat, pasien masih mau
minum obat secara rutin. Namun setelah itu, pasien sudah tidak
mau lagi minum obat secara rutin, hingga ia menghentikan obat
tersebut sama sekali. Pasien beralasan, bila ia minum obat tersebut,
itu sama seperti memasukkan racun dalam tubuh. Hal tersebut
dilarang oleh Islam, karena hukumnya sama dengan bunuh diri.
Apabila dilakukan, maka yang meminum obat menjadi kafir karena
berusaha membunuh dirinya sendiri. Ia juga marah apabila ada
keluarganya yang mengingatkan bahkan memaksanya minum obat.
Ia menganggap bahwa keluarganya tersebut ingin membunuhnya.
Setelah beberapa bulan putus obat, menurut pengakuan keluarga
pasien, pasien sudah jarang marah-marah dan keluyuran lagi.
Walaupun terkadang masih bicara kacau. Pasien juga mudah
menaruh curiga dengan orang lain. Apabila ada beberapa orang
yang sedang berbicara di dekatnya, pasien merasa bahwa mereka
sedang membicarakannya.
5
Bulan Mei 2013, pasien hendak membeli pulsa di kios
ponsel dekat rumahnya, namun ia tiba-tiba menampar pembeli
yang tidak dikenalnya sebelumnya yang berada di sebelahnya
dengan alasan ia melihat aura buruk yang ada pada pembeli
tersebut. Namun pembeli yang ditampar pasien tidak melawan.
Sesampainya dirumah, pasien bercerita mengenai kejadian tersebut
dengan keluarganya. Pasien mengatakan bahwa ia melihat pembeli
tersebut seperti seekor monyet yang memiliki aura buruk. Pasien
juga mengatakan “Hati orang itu kotor, rigat, makanya aku muar”.
Keluarga pasien datang lagi ke RSJ Sambang Lihum pada akhir
bulan Mei 2013 dengan alasan ingin meminta obat lagi oleh dokter
dengan keluhan-keluhan tersebut.
Awal bulan Juli 2013 (awal bulan Puasa), pasien
mengalami kesulitan tidur. Pasien sulit saat memulai tidur. Apabila
pasien sulit tidur, ia sering mendengarkan lagu sambil bernyanyi-
nyanyi. Ketika ditanyakan oleh keluarganya mengapa ia tidak
tidur, pasien mengatakan karena kepalanya pusing. Pasien sering
diterapi pijat oleh pamannya apabila kepala pasien sakit dan pusing
karena sulit tidur. Apabila kepala pasien dipijat-pijat oleh
pamannya, pasien menjadi lebih tenang dan malam harinya dapat
tidur, walaupun beberapa saat setelah itu pasien kambuh lagi.
Pasien juga mengatakan kepada keluarga bahwa ada “Jin Iprit”
yang merasuki tubuhnya dan mengendalikan segala perbuatannya.
6
Sehingga segala perbuatannya yang tidak tepat, selalu dikatakan
bahwa hal tersebut yang melakukan adalah Jin Iprit, bukan dirinya.
Pertengahan bulan Juli tahun 2013 (2 minggu sebelum
masuk Rumah Sakit), pasien bicara kacau lagi. Kali ini pasien
berbicara tentang keTuhanan dan ilmu keagamaan. Pasien
menjelaskan tentang tasawuf dan ilmu agama lainnya. Pasien juga
sering bicara sendiri dan tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas.
Ketika ditanya oleh keluarga apa yang dibicarakan atau
ditertawakan, pasien menjawab tidak apa-apa. Pasien sering marah-
marah dengan keluarganya apabila ada orang yang tidak setuju
dengan pembicaraan dan pemikirannya. Satu minggu sebelum
masuk rumah sakit, pasien pernah marah-marah dengan adik
kandungnya yang masih berusia 8 tahun. Ketika adiknya
mengajaknya bermain dengan sebuah mainan, pasien tiba-tiba saja
marah dan mengatakan “Kalo pina ku hampas mainannya nih.
Untung jua mun ku hampas. Mun ku bunuh ikam pang.” Pasien
seringkali lupa menaruh barang pribadi miliknya, dan sering
bertanya dimana barang tersebut sambil marah-marah dengan
anggota keluarga lainnya. Tak jarang pasien menuduh bahwa
keluarganya yang menyimpan barang pribadi miliknya tersebut,
padahal keluarga tidak ada menyentuh barang-barang pasien sama
sekali. Pasien juga mengaku jika ia mendapat bisikan dari Tuhan
bahwa ia mendapat wahyu secara langsung dari Tuhan. Pasien kini
7
mengubah model rambutnya, yang dinamakannya “Model Rambut
Datuk Badak”. Menurut ibu pasien, pasien pernah mengatakan
bahwa apabila ada seseorang yang mengganggunya, maka akan
diseruduknya.
Autoanamnesa
Pasien mengaku bahwa dahulu ia memiliki pacar yang
bernama Kurniawati Azizah, sekitar 7 tahun yang lalu (tahun
2006). Mereka berpacaran selama 1 tahun, namun kemudian
Kurniawati memutuskan dirinya karena Kurniawati suka dengan
pria lain. Ia mengelak bahwa ia sedih ditinggal pacarnya.
Pasien mengatakan bahwa dirinya sedang “garing hati”,
namun pasien mengatakannya sambil tertawa, seolah hal tersebut
merupakan hal yang lucu. Pasien juga mengatakan bahwa ia
sedang galau. Ketika ditanya apa masalah yang menyebabkan
dirinya galau, pasien enggan menjawabnya, pasien hanya tertawa
kecil. Pasien menyangkal pernah melihat bayangan-bayangan
seperti candi-candi, dan lain-lain. Pasien mengelak bahwa sulit
tidur. Ia mengatakan bahwa setiap hari ia dapat tidur dengan
nyenyak. Pasien mengaku sering ke kampung lain untuk
menghibur hati dan ia sering singgah ke warung-warung makan
yang ada disana. Pasien mengatakan bahwa ia berkeinginan untuk
melamar pekerjaan menjadi guru seni budaya, namun hingga saat
ini pasien belum mencoba melamar pekerjaan tersebut. Pasien
8
mengatakan bahwa ia sering memberikan barang-barang miliknya
maupun uang untuk Mushola dan tetangganya dengan alasan
bahwa yang pertama manusia harus cinta kepada Allah, yang
kedua cinta kepada Rasulullah, dan yang ketiga cinta kepada
sesama. Jadi pasien mengutamakan orang lain dahulu baru dirinya
sendiri.
Pasien mengaku sering tertawa sendiri, ketika ditanya
mengapa, pasien mengatakan memang ada hal yang lucu, maka
dari itu ia tertawa. Namun untuk hal pastinya, ia tidak mau
mengatakannya. Pasien juga mengiyakan bahwa ia pernah
menampar orang lain. Namun ia tidak mengatakan alasannya.
Pasien mengatakan bahwa ia mendengar bisikan yang mengatakan
ia mendapatkan wahyu dari Allah, tapi ia enggan menjelaskan
secara rinci. Dan ia juga mengaku mampu melihat mata batin
seseorang. Dimana apabila hati orang yang dilihatnya buruk, maka
ia akan melihat orang tersebut seperti monyet.
Pasien mengaku sedang dirasuki oleh “Jin Iprit”, sehingga
ia tidak berpuasa. Dikatakan olehnya bahwa Jin Iprit tersebut
sedang lapar dan ingin merokok, sehingga ia makan dan merokok.
Pasien juga mengaku malas untuk shalat. Pasien mengakui bahwa
ia pernah marah-marah dirumahnya karena tidak memiliki uang.
Pasien tidak mengakui bahwa sedang mengalami gangguan
jiwa, dan pasien mengaku tidak lagi minum obat yang diberikan
9
karena ia menganggap obat yang diberikan oleh dokter Sp.KJ
tersebut salah obat, karena menyebabkan ia tidur dengan nyenyak
dan ketika bangun ia malah marah-marah.
Diagram longitudinal history
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak pernah dirawat inap di Rumah Sakit Umum
maupun Rumah Sakit Jiwa sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat
kejang demam dan trauma kepala. Pasien tidak pernah minum
minuman beralkohol dan mengkonsumsi zat terlarang.
E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal & Antenatal
Selama pasien dalam kandungan, ibu pasien tidak pernah
mengalami masalah kesehatan yang serius, ibu pasien merasa
sehat, tidak ada mengeluh sakit ataupun mual-mual berlebihan.
10
Lahir 2007-2008 2009-2012 2013
Lahir cukup bulan 9 bulan 10 hari, spontan, tidak ada kesulitan saat
dilahirkan dengan bantuan bidan di kampungnya. Lahir langsung
menangis dan bayi dalam keadaan sehat.
2. Riwayat Masa Bayi dan Kanak-kanak
Denver II
Riwayat tumbuh kembang baik, sesuai dengan anak seusianya,
anak sudah dapat mengucapkan “papa/mama” di usia 9 bulan, dan
berjalan di usia 12 bulan. Anak tidak pernah kejang, panas tinggi
atau sakit berat. Riwayat imunisasi lengkap hingga campak di usia
9 bulan.
Basic Trust Vs Mistrust (0-1,5 tahun)
Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya, tidak
pernah kejang atau panas tinggi dan sakit berat. Menurut keluarga,
pasien tidak ada keterlambatan tumbuh kembang. Pasien mendapat
ASI hanya sampai usia 18 bulan. Ibu menghentikan memberikan
ASI kepada pasien karena ibu pasien merasa sudah cukup
memberikan ASI kepada pasien sampai dengan usia 18 bulan.
Autonomy Vs Shame & Doubt (Usia 1,5-3 tahun)
Pasien dibiarkan bermain sesukanya tetapi diawasi. Orang tua
pasien jarang melarang dan membatasi pasien dalam bermain,
tetapi pernah memarahi pasien bila pasien merusak mainan
miliknya.
11
Initiative Vs Guilt (Usia 3-6 tahun)
Pasien sempat meniru pekerjaan orang tuanya seperti ingin ikut
membersihkan lantai di masa kecilnya, oleh ibu anak kadang
dibiarkan ikut berpartisipasi, kadang dibantu bila pekerjaan belum
selesai. Pasien juga dekat dengan ayahnya. Satu minggu sekali
pasien diajak bermain bola oleh ayahnya di lapangan luas di daerah
kampungnya.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien mulai bersekolah di usia 5 tahun (Bulan Juni 1994) masuk
Taman Kanak-Kanak selama 1 tahun. Pasien termasuk anak yang
senang bermain bersama teman-temannya. Pasien memiliki banyak
teman.
School age (6-12 tahun) Industry vs inferiority
Saat usia 6 tahun pasien masuk sekolah dasar di daerah Astambul.
Pasien merupakan anak yang mandiri. Pasien pergi ke sekolah
dengan berjalan kaki tanpa diantar orangtuanya. Kadang pasien
sendirian ke sekolah, kadang bersama teman-temannya. Pasien
merupakan anak yang bisa menerima pelajaran di sekolah. Pasien
tidak pernah tinggal kelas, walaupun pasien tidak pernah mendapat
peringkat kelas. Pasien memiliki kecenderungan unggul di bidang
seni rupa ataupun seni lukis. Pasien sering dibelikan mainan yang
berbentuk mobil, kapal, dan robot. Pasien tidak dimarahi oleh
12
orangtuanya ketika membongkar kemudian menyusun kembali
mainannya tersebut.
Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion
Pada saat usia ini, pasien memang tidak pernah berkelahi dengan
teman-temannya. Pasien merupakan anak yang pendiam. Pada saat
berusia 14 tahun, pasien tamat MTs dengan nilai yang cukup baik,
namun pasien tidak melanjutkan ke jenjang MAN. Hal ini
disebabkan karena orangtua pasien tidak mampu, sehingga
menyuruh pasien untuk langsung bekerja saja tanpa harus
melanjutkan sekolah MAN.
Pada tahun 2006, saat pasien berusia 17 tahun, pasien memiliki
seorang pacar yang merupakan adik kelasnya ketika MTs dahulu.
Pasien pacaran selama 1 tahun. Pacar pasien bernama Kurniawati.
Keluarga hanya pernah melihat pacar pasien satu kali, ketika
dibawa berkunjung ke rumah pasien. Pasien terlihat sangat
menyayangi pacarnya tersebut. Setelah 1 tahun berpacaran dengan
Kurniawati (Tahun 2007), pasien bercerita kepada pamannya
bahwa ia baru saja diputuskan oleh pacarnya. Alasannya karena
pasien diduakan olehnya. Kurniawati lebih memilih pria lain
dibanding dirinya. Pasien tidak mengetahui siapa pria yang dipilih
Kurniawati tersebut. Setelah diputuskan oleh sang pacar, pasien
terlihat mengurung diri dikamarnya, dan terkadang terlihat
menangis. Keadaan tersebut berlangsung selama 2 bulan. Namun
13
keluarga pasien tidak berani menanyakan lebih jauh kepada pasien
karena takut hal tersebut akan membuat pasien semakin merasa
terganggu. Pasien memang sedari kecil merupakan sosok yang
pendiam, ketika putus dengan pacarnya, pasien semakin
menyendiri dan menutup diri dari lingkungan luarnya.
4. Riwayat Pekerjaan
Pada tahun 2008, pasien bekerja sebagai pembuat janur kuning
untuk pernikahan warga kampungnya saat berusia 19 tahun. Selain
itu pasien juga pandai melukis gabus yang dapat diukir dengan
berbagai macam tulisan. Hal tersebut dijadikan mata pencaharian
oleh pasien, dimana gabus yang sudah dihias tersebut dapat dijual
maupun disewakan. Pasien dikenal memiliki cita rasa seni rupa
yang baik oleh keluarganya. Penghasilan yang didapatkannya
ditabung olehnya. Awal meniti karir dengan modal Rp.50.000,-
untuk membuat hiasan dari gabus. Kemudian gabus tersebut dijual
dengan harga Rp 150.000,-. Untuk biaya pembuatan janur kuning,
pasien mengatakan seikhlasnya saja berapapun yang diberi oleh
konsumen.
Pada tahun 2008 pasien juga mulai rajin mengikuti pengajian yang
diadakan di mushola kampungnya. Pasien mengatakan ingin
mempelajari ajaran tasawuf dan ilmu tauhid. Sehingga setiap
seminggu sekali pasien rutin mengunjungi mushola di dekat
14
rumahnya untuk menimba ilmu agama, atau bahkan sekedar
mengobrol dengan teman-temannya.
F. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Herediter (-)
Keterangan :
Laki-laki : Pasien :
Perempuan : Meninggal :
Pasien merupakan anak kedua dari 5 bersaudara, dari
perkawinan ayah dan ibunya. Dari riwayat keluarga ayah maupun
ibunya, tidak ada yang menderita hal serupa.
G. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Pasien sekarang tinggal bersama kedua orang tua beserta adik
perempuan nomer 4 dan adik laki-laki bungsunya dalam sebuah rumah
beton milik sendiri yang terletak di daerah perumahan yang padat
penduduk. Hubungan pasien dengan kedua adiknya baik, dan juga
15
terhadap kedua orangtuanya, pasien banyak bicara dan kadang
mengamuk bila kehendaknya tidak dituruti. Pasien mendapatkan kasih
sayang dan perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya. Tempat
tinggal pasien merupakan lingkungan padat penduduk dan dengan
keadaan ekonomi terbatas.
Kini pasien mengaku sering curiga dengan orang- orang
disekitarnya. Pasien juga mengaku mengalami kesulitan untuk tidur.
Pasien mengaku marah apabila ada sesuatu hal yang tidak sesuai
dengan keinginannya.
H. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Pasien tidak sadar bahwa dirinya sakit.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pada saat datang ke Poli Jiwa RS ULIN pada tanggal 31 Juli 2013
Saat pasien datang, terlihat bahwa postur tubuh pasien
gemuk, berlemak, dan muka yang kemerah-merahan. Pasien datang
dengan menggunakan baju kaos berwarna biru tua yang ditutupi
dengan jaket berwarna hitam, pasien menggunakan celana jeans
berwarna hitam dan mengenakan alas kaki berupa sendal.
16
Penampilan pasien sesuai umur, cukup rapi, sesuai gender,
dan nampak sehat. Penampilan Psikis pasien selalu terlihat gembira
saat pemeriksaan, sesekali pasien bersenda gurau dan tertawa
menceritakan tentang dirinya.
Pasien mengatakan bahwa ia sedang “garing hati”, namun
pasien mengatakan hal tersebut sambil tertawa seolah itu adalah hal
yang lucu (maniacal). Pasien mengaku sering membagi-bagikan
uangnya kepada tetangga. Pasien mengaku terkadang suka marah
apabila tidak memiliki uang. Pasien mengaku mendapat wahyu
langsung dari Tuhan (waham kebesaran). Pasien mengatakan
bahwa dirinya sedang dirasuki oleh “Jin Iprit” dan dikendalikan
oleh Jin Iprit (delusion of control). Pasien mengatakan tidak mau
minum obat karena ia yakin obat yang diberikan untuknya itu
malah membuatnya menjadi marah-marah. (waham curiga).
2. Kesadaran
Jernih
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Hiperaktif
4. Pembicaraan
Spontan, logore, irama nyaring.
Perbendaharaan kata baik.
17
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif.
6. Kontak Psikis
Kontak ada dan wajar, namun sulit dipertahankan karena pasien
sering melihat ke keluarga di sekitarnya.
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF
KESERASIAN SERTA EMPATI
1. Afek (mood) : Hyperthym (Maniacal)
2. Ekspresi afektif : Sangat gembira
3. Keserasian : Appopriate
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
H. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : Jernih
2. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
- Situasi : Baik
Saat ditanya tadi datang ke Poliklinik Jiwa dengan siapa,
pasien menjawab dengan ibu, sepupu, dan pamannya; Dan
pasien dapat menyebutkan nama ibu, sepupu, dan pamannya
18
dengan benar; Saat ditanya tempat pasien sekarang berada di
mana pasien menjawab di RS jiwa Sambang Lihum;
provinsinya apa, pasien menjawab Kalimantan Selatan. Saat
ditanya ini hari apa, pasien menjawab hari Rabu, ditanya 3 hari
sebelum hari Minggu hari apa, pasien mengatakan Kamis; saat
ditanyakan hari ini tanggal berapa, pasien mengatakan tanggal
31 Juli 2013; saat ditanyakan di Pasar itu ramai apa sepi,
pasien menjawab ramai.
3. Konsentrasi : Baik
Pasien diminta menyebutkan hasil 100 di kurang 7 sampai 5 kali
pengurangan pasien bisa menjawab walaupun agak lambat.
Jawaban pasien adalah 93, 86, 79, 72, dan 65.
4. Daya Ingat
- Segera : Baik
- Jangka pendek : Baik
- Jangka panjang : Baik
Saat disuruh untuk menghapal 3 benda (pulpen, buku, dan
stetoskop) lalu dialihkan perhatiannya, pasien dapat menyebutkan
kembali ke 3 benda tersebut dengan tepat dan cepat. Dan pasien
dapat meletakkan kembali ketiga benda tersebut dengan benar. Saat
pasien di tanya tadi pagi makan apa pasien menjawab dengan cepat
dan tanpa ragu; Ditanyakan nama temannya saat SD, pasien
menjawab Anto.
19
5. Intelektual, Intelegensia dan Pengetahuan Umum :
Sesuai dengan taraf pendidikan dan usia.
Saat ditanyakan siapa nama Gubernur Kalimantan Selatan, pasien
menjawab Rudy Arifin; Saat ditanyakan menara Eiffel berada
dimana, pasien menjawab berada di kota Paris dan di Negara
Prancis.
6. Pikiran abstrak : Baik
Pasien diminta untuk menjelaskan makna Tong kosong nyaring
bunyinya, pasien menjawab banyak bicara tapi tak ada isinya.
I.GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
- Auditorik : (+) karena pasien mendengar
bisikan dari Tuhan bahwa ia
mendapatkan wahyu.
- Visual : (+) pernah melihat bayangan
hitam besar di dalam rumahnya
- Ilusi : (+) visual, karena pasien pernah
melihat seseorang seperti
monyet.
2. Depersonalisasi dan derealisasi : (- / +), karena pasien pernah
melihat di sekelilingnya banyak candi-candi, padahal yang ada di
sekelilingnya hanyalah rumah-rumah warga.
20
J. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Overabundance
b. Kontinuitas : Irrelevan, Rambling, Logore
c.p berbahasa : Flight of ideas
2. Isi Pikir
a. Preocupasi : Ingin mempelajari ilmu tasawuf
dan tauhid.
b. Waham : Kebesaran (pasien meyakini
bahwa ia mendapatkan wahyu secara langsung dari Tuhan, dan
ia pernah mengaku sebagai Putri Junjung Buih yang dapat
mengendalikan sekitarnya, serta ia dapat membaca pikiran atau
mata batin orang lain), dan waham Curiga (pasien curiga
apabila disuruh keluarga minum obat, pasien mengatakan
bahwa keluarganya ingin membunuhnya, dan pasien mudah
merasa dibicarakan oleh orang lain yang berada di sekitarnya).
3. Bentuk pikir
Autistik, dimana cara berpikir pasien hanya berdasarkan
halusinasi/waham pasien saja, yang ia yakini secara benar.
K. PENGENDALIAN IMPULS
Terkendali.
21
L. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik.
Saat ditanya mencuri itu baik
tidak, pasien menjawab tidak
baik. Saat ditanyakan zina itu
boleh apa tidak, pasien
mengatakan bahwa hal tersebut
haram dilakukan.
2. Uji daya nilai : Baik.
Saat ditanyakan apa bedanya
bohong dan khilaf, pasien
menjawab bahwa berbohong
adalah sesuatu perkataan tidak
benar yang disengaja, sedangkan
khilaf adalah sesuatu hal yang
tidak disengaja.
3. Penilaian realita : Terganggu, karena terdapat
waham kebesaran dan curiga,
serta berprilaku aneh.
M. TILIKAN
T1 : Pasien tidak sadat bahwa dirinya sakit.
22
N. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Alloanamnesis : Dapat dipercaya
Autoanamnesis : Tidak dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda vital :
TD = 140/90 mmHg
N = 112 x/menit
RR = 24 x/menit
T = 36,6oC
Bentuk Badan : Gemuk
Kulit : Sawo matang
Kepala :
Rambut : Rambut dengan model Tattooing.
Bentuk : Kepala normal
Wajah : Simetris
Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik.
Pupil : Diameter 3 mm/3 mm, isokor, refleks cahaya +/+
normal.
23
Telinga : Bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal
Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, sekret tidak ada
Mulut : Bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak
kering, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak
berdarah, lidah tidak tremor.
Leher : Vena jugularis : pulsasi tidak terlihat, tekanan tidak
meningkat, tidak ada pembesaran KGB, tidak kaku
kuduk, tidak ada massa dan tortikolis.
Thoraks :
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Fremitus vokal simetris normal
Perkusi :
- Pulmo : Sonor/Sonor
- Cor : Batas jantung normal
Auskultasi:
- Pulmo : Suara napas vesikuler
- Cor : S1=S2 tunggal, bising jantung (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris, tampak cembung
Palpasi : Tidak nyeri tekan; hepar, lien,
massa tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
24
Ekstremitas :
Atas : tidak ada edema dan sianosis , parese (-)
Bawah : tidak ada edema dan sianosis , parese (-)
STATUS NEUROLOGIKUS
Nervus I-XII : tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : tidak ada
Gejala TIK meningkat : tidak ada
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ada
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesa:
Tahun 2006, pasien ditinggalkan pacarnya dan nampak depresif.
Tahun 2009, pasien mengalami halusinasi visual (+) dengan melihat
bayangan hitam besar.
Tahun 2010, pasien memberikan uang dan pakaiannya kepada
tetangganya.
Tahun 2011, pasien pernah marah dengan polisi yang sedang
melakukan razia dijalanan.
Bulan Maret tahun 2012, pasien mengalami derealisasi (+) berupa
melihat candi-candi berada di sekitar rumahnya dan pasien mengaku
25
dirasuki putri junjung buih. Satu minggu setelah itu, pasien mulai
keluyuran ke kampung sebelah tanpa ada tujuan yang jelas.
Pertengahan bulan Maret 2012, pasien memukul kerumunan orang
yang sedang menonton konser musik tanpa ada penyebabnya.
Bulan Juni 2012, pasien menunjukkan waham curiganya, dengan sudah
tidak mau lagi minum obat dan mengatakan bahwa obat itu tidak pantas
diberikan olehnya. Pasien juga mengatakan apabila ia dipaksa minum
obat oleh keluarganya, apabila ia meminum obat tersebut, hukumnya
sama dengan bunuh diri. Pasien menganggap obat itu seperti racun.
Pada bulan Mei tahun 2013, pasien mengalami ilusi (+) menampar
orang yang berada di sebelahnya karena ia dapat melihat aura buruk dari
orang tersebut dan melihatnya seperti seekor monyet.
Awal bulan Juli 2013, pasien mengalami delusion of control (+)
mengatakan bahwa ada “Jin Iprit” yang merasuki tubuhnya.
Pertengahan bulan Juli 2013, pasien logore (+) mulai bicara kacau
mengenai ilmu tauhid dan tasawuf. Pasien juga marah-marah dengan
adiknya dan mengatakan akan membunuh adiknya yang masih berusia 8
tahun kepada ibunya.
Akhir Juli 2013, pasien mengalami waham kebesaran (+) mengaku
mendapat wahyu dari Tuhan yang dibisiki langsung oleh Tuhan
(halusinasi auditorik).
26
Status psikiatri
- Perilaku dan aktifitas psikomotor : Hiperaktif
- Pembicaraan : kecepatan normal, irama nyaring
- Afek : Hyperthym
- Ekspresi afektif
Stabilitas : stabil
Pengendalian : terkendali
Sungguh-sungguh : (+)
Empati : tidak dapat dirabarasakan
Kedalaman : dangkal
Arus emosi : cepat
- Keserasian : Appropriate
- Konsentrasi : tidak terganggu
- Daya ingat : baik
* segera : tidak terganggu
* jangka pendek : tidak terganggu
* jangka panjang : tidak terganggu
- Intelegensi : sesuai tingkat pendidikan dan usia
- Halusinasi : auditorik (+), visual (+).
- Depersonalisasi derealisasi : (-/+)
- Daya nilai : Baik
- Waham : Kebesaran dan waham curiga
- Tilikan : derajat 1
27
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I : Gangguan Skizoafektif tipe Manik (F.25.0)
DD. Skizofrenia Paranoid (F.20.0)
2. Aksis II : Ciri kepribadian siklotimik
3. Aksis III : Tidak ada (none)
4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga tidak mampu
menyekolahkan ke tingkat MAN.
5. Aksis V : GAF scale 80-71 (Gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dan lain-lain)
VII. DAFTAR MASALAH
1. ORGANOBIOLOGIK
Tidak ada faktor keturunan
2. PSIKOLOGIK
Pasien sulit percaya dengan orang lain. Pasien sangat ingin mendalami
ilmu tasawuf dan tauhid, namun tidak pernah kesampaian. Terdapat
waham kebesaran, waham curiga, ilusi, halusinasi auditorik dan visual,
derealisasi, dan gangguan kepribadian.
3. SOSIAL/KELUARGA
Pasien sering marah-marah dengan keluarganya, namun dengan
tetangganya pasien sering memberikan uang dan pakaian miliknya.
28
VIII.PROGNOSIS
Diagnosa penyakit : dubia ad malam
Perjalanan penyakit : dubia ad malam
Ciri kepribadian : dubia ad malam
Stressor psikososial : dubia ad malam
Riwayat herediter : ad bonam
Usia saat menderita : dubia ad malam
Pola keluarga : dubia
Pendidikan : dubia ad malam
Ekonomi : dubia ad malam
Lingkungan sosial : dubia ad bonam
Organobiologik : tidak ada riwayat keluarga
Kesimpulan : dubia ad malam
IX. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka: Po. Haloperidol 5 mg 3x1
Tryhexyphenidyl 2 mg 3x1
Frimania 400 mg 3x1
Psikoterapi : Dukungan terhadap penderita dan keluarga. Dukungan
terhadap keluarga terutama dalam bentuk dukungan moril agar tidak
meninggalkan pasien sendirian bersama penyakitnya. Yakinkan pasien
bahwa dia tidak sendirian menghadapi kelainan tersebut. Terus ajak pasien
agar beraktivitas teratur dan bersosialisasi seperti biasa.
29
Religius : Bimbingan dan ceramah agama, shalat berjamaah, serta
pengajian.
X. DISKUSI
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang
ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan
gejala gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui,
tetapi empat model konseptual telah dikembangkan, yaitu (1) :
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau
suatu tipe gangguan mood.
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama
dari skizofrenia dan gangguan mood.
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga
yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun
suatu gangguan mood.
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan
yang pertama.
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik
gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam
episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian
dalam beberapa hari (2). Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada
episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe
30
manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang
menonjol. Gejala khas pada pasien skizofrenia berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif (2).
Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR (3):
a) Periode penyakit tidak terputus berupa, pada suatu waktu, episode
depresif mayor, episode manik, atau episode campuran yang terjadi
bersamaan dengan gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia.
b) Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
c) Gejala yang memenuhi criteria episode mood timbul dalam jumlah
yang bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit
d) Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau
keadaan kesehatan umum.
Pada pasien ini terdapat waham kebesaran dan waham curiga. Selain
itu didapatkan pula halusinasi berupa auditorik maupun visual. Juga
didapatkan ilusi visual, dan derealisasi. Tak jarang pasien tertawa sendiri,
banyak bicara dan bicara kacau, serta selama wawancara pasien selalu
terlihat gembira. Pada pasien ini terdapat afek yang hipertim dan maniakal,
sehingga memenuhi kriteria diagnosis Gangguan Skizoafektif tipe manik,
yaitu adanya gejala khas skizofrenia ditambah dengan gangguan afektif
(manik) yang sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan.
31
Menurut PPDGJ-III (4):
1. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah
yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana,
sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria
baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
2. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
berbeda.
3. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (depresi
pasca-skizofrenia).
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F 25.1) atau campuran dari
keduanya (F 25.5). Pasien lain mengalami satu atau dua episode
skizoafektif terselip diantara episode manik atau depresif (F30-33).
4. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
Pedoman diagnostik:
a. Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik
yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian
besar episode skizoafektif tipe manik.
32
b. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau
kegelisahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih
baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia).
Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan pasien
cukup terawat dan cukup rapi. Kontak positif wajar namun agak sulit
dipertahankan, karena setiap pembicaraan, pasien melihat ke arah
keluarganya sambil tertawa. Perilaku dan aktifitas psikomotor hiperaktif,
pembicaraan logore atau banyak bicara, empati tidak dapat dirabarasakan,
halusinasi audio (+) mendapat bisikan wahyu langsung dari Tuhan,
halusinasi visual (+) melihat bayangan hitam di rumahnya, ilusi (+) pernah
melihat seseorang berwujud seperti monyet, Derealisasi (+) pernah melihat
candi-candi berada di sekeliling rumahnya. Dari fungsi kognitif didapatkan
daya konsentrasi masih baik. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan jawaban singkat dan sesekali bersenda gurau dengan pemeriksa,
namun terkadang pembicaraan tidak relevan dengan kenyataan.
Stresor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang
menjadi halangan dalam aktivitas sehari-hari sehingga menimbulkan
perubahan dalam kehidupan seseorang, melalui usaha penyesuaian diri
(adaptasi) untuk menanggulangi stressor (tekanan mental) yang timbul.
Usaha penyesuaian diri tersebut dapat disebut stres (5). Apabila seseorang
33
tidak mampu melakukan adaptasi dan mampu menanggulanginya maka
keluhan-keluhan kejiwaan antara lain skizofrenia dapat muncul (5). Pada
umumnya jenis stresor psikososial dapat digolongkan menjadi : masalah
perkawinan / percintaan, masalah dengan orang tua, hubungan interpersonal,
pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit
fisik atau cedera, faktor keluarga dan lain-lain. Stresor psikososial yang
diduga turut berpengaruh terhadap kejiwaan pasien ini adalah faktor
keagamaan, dimana pasien sangat terobsesi untuk bisa menguasai ilmu
tasawuf dan ilmu tauhid.
Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena dilihat
dari diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, stressor psikososial, dan usia
pasien terkena penyakit yang relatif masih muda. Selain itu, pengobatan
psikiatri pasien yang sempat putus obat dan gejala mulai kambuh kembali
walaupun sebelumnya pasien telah menunjukkan kemajuan.
Tujuan umum pengobatan adalah mengurangi keparahan gejala,
mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang
berkaitan dengan kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk
mencapai taraf hidup terbaik. Obat psikotik, aktivitas rehabilitasi dan
komunitas pendukung dan psikoterapi adalah tiga komponen utama dalam
pengobatan (6).
34
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-
syarat antara lain sebagai berikut (7) :
1. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat
2. Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil
3. Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif maupun
negatif skizofrenia.
4. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat)
5. Tidak menyebabkan kantuk
6. Memperbaiki pola tidur
7. Tidak menyebabkan habituasi, adiksi, dan dependensi
8. Tidak menyebabkan lemas otot
9. Kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal (single dose)
Adapun efek samping dari pemberian obat anti psikotik yaitu: (6)
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor
2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut
kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, dan mata kabur).
3. Gangguan endokrin
4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia dan sindrom
Parkinson berupa : tremor, bradikinesia, rigiditas)
5. Hepatotoksik.
Haloperidol 3 x 5 mg sebagai obat antipsikotik yang digunakan untuk
menekan sindrom psikosis yang terjadi pada pasien. Titik tangkap kerjanya
memblokade dopamine pada reseptor post sinaptik di otak khususnya
35
system limbik dan ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist),
selain itu juga memiliki afinitas terhadap Serotonin 5 HT2 receptors
(serotonin-dopamine antagonist) sehingga juga efektif terhadap gejala
negative yang lebih menonjol pada kasus ini. Efek sekunder yang
menguntungkan berupa sedatif yang kuat untuk mengatasi gangguan tidur
dan kegelisahan. THP 3 x 2 mg/ hari (po) (Trihexilfenidiril) digunakan
untuk sindrom Parkinsonism yang biasanya muncul ketika anti psikosis
digunakan dalam jangka waktu panjang. Apabila sindrom parkinson sudah
terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan
apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson (4).
Obat anti psikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai
transquilizer mayor. Obat anti-psikotik pada umumnya membuat tenang
dengan cara mengganggu kesadaran dan tanpa menyebabkan aksitasi
paradoksikal. Penggunaan jangka panjang obat-obat ini memerlukan juga
pemutusan obat secara hati-hati. Pasien dapat kembali apabila prosedur
pemutusan obatnya kurang memadai. Kambuhnya penyakit dapat terjadi
beberapa minggu kemudian sesudah pemutusan obat terjadi (4).
Pada pasien ini juga diberikan terapi psikofarmaka Frimania (Lithium
Carbonate) yang merupakan pilihan utama untuk meredakan gejala mania.
Efek anti-mania dari Lithium disebabkan kemampuannya mengurangi
“dopamine receptor supersensitivity”, dengan meningkatkan “cholinergic-
muscarinic activity”, dan menghambat “Cyclic AMP (Adenosine
monophosphate) & phosphoinositides”. Karena mania sendiri disebabkan
36
oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pada
sistem limbik, yang berdampak terhadap “dopamine receptor
supersensitivity” (4).
Psikoterapi, rehabilitasi, terapi religius dan perilaku juga perlu
diberikan pada pasien ini. Perlu pemeriksaan psikologi terlebih dahulu
untuk memilih metode yang cocok dengan minat dan bakat pasien. Semua
terapi diatas sangat menunjang kesembuhan pasien (7).
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara, 2003.
2. Hodgkinson CA, Goldman D, Jaeger J, et al. Disrupted in schizophrenia 1 (DISC1): association with schizophrenia, schizoaffective disorder, and bipolar disorder. Am J Hum Genet, 2004: 75:862–72.
3. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington, VA: American Psychiatric Association, 2000.
4. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPDGJ – III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2002.
5. Maramis WF dan Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.
6. Mansjoer Arief, et al. (editor). 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapis.
7. Hawari D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia. Jakarta: FKUI, 2001.
38