ukhuwah islamiyah

18
DIMENSI SOSIAL AJARAN ISLAM KELAS MPK AGAMA ISLAM 11 Alisha Putri Ramadhanti (1406530672) Silvia Maharani Hapasari (1406576654) Muhammad Hanafi Lubis (1406533030) Talitha Ayu ( 1406533226) Alyani Sajidah (1406530792) Makalah untuk Mata Kuliah MPK Agama Islam 2015 FAKULTAS TEKNIK

Upload: silva-amanat-t

Post on 14-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tugas MKT Agama Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Ukhuwah Islamiyah

DIMENSI SOSIAL AJARAN ISLAM

KELAS MPK AGAMA ISLAM 11

Alisha Putri Ramadhanti (1406530672)

Silvia Maharani Hapasari (1406576654)

Muhammad Hanafi Lubis (1406533030)

Talitha Ayu (1406533226)

Alyani Sajidah (1406530792)

Makalah untuk Mata Kuliah MPK Agama Islam 2015

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2015

Page 2: Ukhuwah Islamiyah

BAB I

KELUARGA DAN MASYARAKAT ISLAMI

A. KARAKTERISTIK MASYARAKAT ISLAM

Dalam surat Al-Hujurat ayat 1-10 telah dijelaskan tentang karakteristik

masyarakat Islam, yaitu sebagai berikut.

A. Berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Sunah Masyarakat Islam selalu berpedoman

pada al-Qur’an dan al-Sunnah dalam segala aspek kehidupannya secara totalitas, baik

dalam urusan duniawi maupun ukhrawi, dan perbuatan maupun perkataan. Mereka

tidak berani mendahului Allah dan Rasul-Nya dalam berpendapat, memberi

keputusan, dan melangkah sebelum mendapat izin dari padanya.

B. Menghargai Sesamanya secara Profesional Pada ayat 2 – 5 Q.S. al-Hujurat, Allah

menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar. Nabi

Muhammad SAW dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain, namun,

dinyatakan pula bahwa beliau adalah seorang Rasul yang memperoleh wahyu dan

bimbingan dari Allah SWT.

Atas dasar ini, beliau berhak memperoleh penghormatan yang melebihi

manusia lain. Diantara penghormatan yang diajarkan Allah SWT adalah sebagai

berikut:

1. Tidak lebih tinggi dalam bersuara Di antara adab yang diajarkan Allah SWT

kepada orang-orang mukmin adalah berkomunikasi dan berdialog dengan siapa saja

yang berhak dihormati seperti Nabi SAW dengan cara yang sopan. Di antaranya,

suara berbicara tidak lebih tinggi dari suara beliau, karena suara yang lebih tinggi bisa

berindikasi kurang sopan, kurang hormat dan menyakiti beliau, bahkan berdosa besar

jika mempunyai maksud merendahkan atau meremehkan seseorang (Syaukani, tt).

2. Tidak berkata kasar atau keras Suara kasar atau keras sebagaimana yang

sudah mentradisi antar sesama kita juga tidak layak diungkapkan dihadapan Nabi

SAW, akan tetapi hendaknya bicara dengan kata yang sopan dan sikap yang sopan

serta tenang.

3. Sabar Menunggu Sabar, salah satu akhlak yang baik dan salah satu senjata

untuk meraih kesuksesan, akan tetapi ia berat dan pahit bagaikan jadam yang getir

bagi setiap lidah yang menjilatnya. Orang muslim yang baik, bersikap sabar terhadap

Page 3: Ukhuwah Islamiyah

segala sesuatu, terutama menyangkut haknya orang lain yang harus dihormati, seperti

bertemu kepada orang yang dihormati seperti Nabi SAW.

C. Waspada Terhadap Isu Masyarakat muslim akan selalu waspada dan berhati-hati

dalam menerima isu yang dimunculkan oleh provokator yang fasik, sebelum diadakan

pemeriksaan yang lebih lanjut dan terpercaya. Hal ini dikarenakan menerima isu yang

tidak jelas kebenarannya itu akan menjerumuskan kepada kebodohan dan

kesengsaraan. Provokator fasik memang tidak peduli dengan dusta dan dosa, oleh

karena itu sebagian ulama menolak hadits yang dibawa oleh orang fasik, bahkan

orang yang tidak jelas identitasnya selakipun karena ada kemungkinan fasiknya (Ibn

Katsir, tt) atau menerima berita dari seseorang (kabar wahid) yang adil.(alShamadi,

tt).

D. Ishlah dengan adil Langkah ishlah adalah solusi terbaik bagi dua kelompok

masyarakat Islam yang bertikai atau konflik senjata, agar kembali kepada hukum

Allah, hukum yang seadil-adilnya, dan agar rela keputusannya baik menang atau

kalah. Jikalau salah satunya tidak mau diajak tahkim atau ishlah bahkan tetap

memberontak dan membangkang, maka perangilah pemberontak tersebut, sehingga

mereka kembali kepada hukum Allah. Kalau mereka mau kembali, maka ajaklah

ishlah dengan adil sehingga tidak terjadi konflik baru dikesempatan yang lain.

B. Peran Keluarga dalam Pembentukan Masyarakat Islami

Tingkatan terkecil di masyarakat adalah individu. Individu-individu tersebut

akan membentuk sebuah tingkatan yang lebih tinggi yaitu keluarga. Sekolompok

keluarga ini nantinya akan membentuk tingkatan yang lebih kompleks yaitu

masyarakat. Dari skema ini terlihat bahwa masyarakat berasal dari individu yang

dibimbing dan dibina di dalam keluarga sehingga dapat bertahan di masyarakat serta

membentuk masyarakat yang Islami.

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang memiliki fungsi internal dan

eksternal. Fungsi internal keluarga adalah saling menyayangi dengan motivasi

ruhiyah/ ibadah, Berusaha untuk meraih kebahagian dan kesejahteraan dalam keluarga

dan menciptakan generasi yang bermartabat dan bertaqwa. Sedangkan fungsi

Page 4: Ukhuwah Islamiyah

eksternal keluarga adalah setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab terhadap

pembangunan masyarakat yang kuat dan lurus (Islami)

Keluarga mempunyai peran penting dalam pembentukan masyarakat Islami

karena dari keluargalah, terlahir generasi-generasi yang akan membentuk karakteristik

masyarakat, apakah akan membentuk masyarakat yang islami atau tidak. Dengan

demikian, keluarga menjadi pondasi dasar pembentukan karakter per individu

sebelum terjun dan mengambil peran di masyarakat.

Pendidikan di dalam keluarga adalah pendidikan awal bagi seorang manusia.

Keluarga berperan sebagai pengedukasi individu, pembentuk karakter yang baik dan

menciptakan generasi yang bertaqwa sehingga nantinya individu-individu tersebut

dapat membawa pengaruh kepada masyarakat. Jika di dalam sebuah masyarakat

terdiri dari keluarga yang islami maka akan terbentuk pula masyarakat islami di

lingkungan tersebut.

Begitu pentingnya pembinaan dan pendidikan di dalam keluarga, pendidikan

anak sejak dini di dalam keluarga akan tertanam secara kuat pada diri seorang anak.

Sebab pengalaman hidup pada masa-masa awal umur manusia akan membentuk ciri

khas, baik dalam tubuh maupun pemikiran yang bisa jadi tidak ada yang dapat

mengubahnya sesudah masa itu. Sehingga , keluarga secara langsung atau tidak turut

mempengaruhi jatidiri sebuah masyarakat

Untuk membentuk keluarga yang sakinah agar dapat membangun masyarakat

Islami, maka keluarga tersebut harus didirikan berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah

serta dibangun berdasarkan ketaqwaan dalam rangka mencari ridho ALLAH. Rumah

Tangga berasaskan kasih sayang (Mawaddah Warahmah--terdapat di QS Ar-Ruum

ayat 21)

Selain itu, setiap angota keluarga menjalankan hak dan kewajibannya menurut

Islam sehingga menjadikan Islam sebagai landasan dalam bertindak dan berpikir di

kehidupan sehari-hari.

Sekolompok masyarakat yang tidak memiliki karaketeristik Islami condong

anarkis. Salah satu penyebabnya adalah gagalnya peran keluarga dalam pembentukan

pribadi seseorang sehingga pribadi yang tercipta adalah pribadi yang tidak ramah dan

tidak saling menyanyangi. Minimnya bimbingan pengetahuan agama dari keluarga

dan rusaknya sebuah keluarga (keluarga yang tidak harmonis, sakinah, mawaddah, wa

rahmah) juga dapat menjadi faktor penyebab lemahnya ukhuwah islamiyah. Individu-

individu tersebut tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang tali

Page 5: Ukhuwah Islamiyah

persaudaraan, saling menyayangi dan saling tolong menolong yang seharusnya

didapat sejak dini di dalam sebuah keluarga.

Untuk itu penataan kehidupan yang benar berkaitan dengan semua urusan

masyarakat sangat diperlukan. Dengan sistem politik Islamlah semua ini bisa

terwujud. Sistem politik Islam memiliki kemampuan untuk memberikan solusi atas

semua persoalan, baik menyangkut persoalan individu, keluarga maupun masyarakat.

Dengan begitu kaum muslim bisa keluar dari keterpurukannya dan sekaligus bangkit

kembali sebagai umat terbaik yang tegak di atas keluarga – keluarga yang kuat.

C. Upaya Mengurangi Rusaknya Moral Masyarakat Islami

Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih

teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan

akhlak. Karena kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri.

Apabila seseorang bergaul di lingkungan yang baik, maka ia akan timbul kepribadian

yang baik juga. Dan apabila seseorang bergaul pada kondisi lingkungan yang kurang

baik, maka akan timbul kepribadian yang kurang baik juga.

Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,

terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua

juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat

menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. Seperti halnya karena kurangnya

perhatian orang tua,seseorang akan cenderung melampiaskan amarahnya pada orang

lain dengan tindakan yang tidak wajar dilakukan oleh kaum muda.

Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring

pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok.  Orang-orang

menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan.

Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak

penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya

akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.

Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal

sholeh. Dengan kita mendektkan diri kepada Allah,rajin beribadah,beramal

shaleh,tentu akan membuat kita terhindarkan dari perbuatan yang tidak sesuai di jalan

Allah. Seperti halnya dalam surat Al-Qalam ayat 

Page 6: Ukhuwah Islamiyah

“ Sesungguhnya engkau ( Muhammad ) berada pada landasan akhlak

yang agung.”

Berdasarkan teori diatas kita dapat mengkaitkannya dengan kasus yang ada,

dimana dapat kita simpulkan bahwa para penyerang yang menyerang ke salah satu

tempat pesatren merupakan orang-orang yang moralnya telah rusak. Ketika moral

seseorang telah rusak maka dia tidak dapat mengendalikan emosi mereka juga tidak

dapat berpikir secara jernih. Ditambah mereka berada di lingkungan yang penuh

dengan anarkisme sehingga pengaruh dari lingkungan tersebut tidak dapat dielakkan

lagi oleh mereka. Juga disini kita melihat kurangnya peran orang tua yang

memberikan edukasi sejak dini sehingga menghasilkan generasi penerus bangsa yang

bersifat merusak. Seharusnya orang tua memiliki peran edukasi mengenai agama yang

kuat agar menjadi pondasi bagi anak tersebut kelak.

BAB II

PRANATA SOSIAL ISLAM

A. Masjid dan Fungsinya bagi Masyarakat

Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah

shalat berjama’ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama’ah adalah merupakan salah

satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan

fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat berjama’ah merupakan perintah yang

benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.

“Sesungguhnya  masjid-masjid  itu adalah milik Allah, maka janganlah kamu

menyembah sesuatu di dalamnya selain Allah”. (QS. Al-Jinn {72}: 18)

Abdullah Ibn Mas’ud r.a. berkata: “Saya melihat semua kami (para shahabat)

menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan menghadiri jama’ah, selain dari orang-

orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa

ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang

sebelah kiri, sehingga didirikannya ke dalam shaff.” (HR: Al Jamaah selain Bukhory

dan Turmudzy). Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan

umat Islam, beberapa di antaranya adalah:

Page 7: Ukhuwah Islamiyah

1) Sebagai tempat beribadah : Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat

sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat.

2) Sebagai tempat menuntut ilmu   : Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar

mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat

Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora,

keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.

3) Sebagai tempat pembinaan jama’ah : Dengan adanya umat Islam di sekitarnya,

Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan

kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam

organisasi Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan

da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.

4) Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam   : Masjid merupakan jantung

kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah

islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi,

dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah dan kebudayaan Islam yang

menyahuti kebutuhan masyarakat

5) Sebagai pusat kaderisasi umat   : Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan

kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan

Islam secara istiqamah dan berkesinambungan.

6) Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam   : Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah

dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang

sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha

untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Kebangkitan ini

memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari

Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi

dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak

(urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.

BAB III

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

A. Ukhuwah Islamiyah Insaniyah dan Wathoniyah

Page 8: Ukhuwah Islamiyah

Istilah Ukhuwah berasal dari kara akha-yakhu-ukhuwatan, yang artinya

menjadi saudara, teman atau sahabat. Ukhuwah berarti persaudaraan atau

persahabatan antara dua orang atau lebih yang dirajut dengan rasa saling mencintai,

saling mengasihi dan saling beirba hati. Dengan ukhuwah setiap anggota masyarakat

saling membantu dan tolong menolong dalam rangka mewujudkan kebenaran dan

kebaikan dan kesejahteraan bersama. Persaudaraan atau ukhuwah digambarkan

bagaikan tubuh yang satu, apabila salah satu anggota tubuh itu merasa sakit, maka

seluruh tubuh ikut merasakannya.

Ukhuwah atau persaudaraan dan persahabatan berlaku secara menyeluruh, dari

yang paling khusus sampai yang paling umum. Ukhuwah dapat dibagi menjadi 3

bagian yaitu Ukhuwah Islamiah, Ukhuwah Wathaniah dan Ukhuwah Insaniah.

Ukhuwah Islamiah adalah persaudaraan dan persahabatan yang dijalin antar

sesama umat Islam, mereka saling menghormati, saling mencintai dan mengasihi.

Setiap orang muslim merasa sebagai saudara dengan muslim yang lain karena

persamaan agama dan keimanan. Saling mengasihi dan menyayangi terhadap sesama

muslim dapat diwujudkan dengan saling memberi, saling membantu, saling

berkunjung, bergaul dengan baik dalam berbagai kegiatan yang terpuji. Apabila

seseorang tidak mengasihi sesamanya atau enggan berbuat baik, mengakibatkan ia

dijauhkan dari rahmat Allah S.W.T. Menjalin ukhuwah sesama manusia dan

mengasihi sesama makhluk disyariatkan dengan tegas oleh ajaran Islam, akan halnya

menjalin ukhuwah sesama manusia yang memiliki persamaan dalam hal keimanan

dan agama menjadi suatu hal yang lebih diutamakan. Karena itu, Ukhuwah Islamiah

harus selalu dikembangkan secara menyeluruh dan dilakukan dengan kesadaran serta

ketulusan.

Ukhuwah Islamiah, dikembangkan lebih luas menjadi Ukhuwah Wathaniah.

Wathaniah berasal dari kata al-Wathan yang artinya tanah air atau kampung halaman.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan Ukhuwah Wathaniah adalah persaudaraan

sesama warga negara dalam satu tanah air dan satu bangsa. Setiap diri manusia

memiliki tanah air dan kebangsaannya, biasanya ia memiliki kebanggaan terhadap

tanah air itu. Sikap itu merupakan perwujudan rasa syukurnya pada Allah s.w.t. yang

telah mengaruniakannya tanah air tercinta. Pada saat sesorang tinggal di negeri

sendiri, Ukhuwah Wathaniah kurang terasa berpengaruh dalam dirinya. Mencintai

tanah air merupakan pernyataan syukur seorang hamba kepada Khaliknya yang telah

Page 9: Ukhuwah Islamiyah

mengaruniaka padanya tanah air yang indah. Di tanah air itu kita dibesarkan oleh

kedua orang tua kita, memperoleh pendidikan dari teman sejawat, sejak masa kanak-

kanak sampai dewasa, dan mungkin sampai kita menutup mata yang terakhir.

Ukhuwah Wathaniah dikembangkan lebih luas lagi menjadi Ukhuwah

Insaniah, yaitu persaudaraan dan persahabatan sesama manusia yang disebut

brotherhood humanities. Semua umat manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin

dapat hidup sendirian, karena itu satu sama lain hakekatnya saling membutuhkan

untuk beinteraksi. Hubungan sosial berkembang dengan hubungan-hubungan yang

lain, seperti hubungan ekonomi, politik, peradaban, kebudayaan dan lain sebagainya.

Dalam melakukan interaksi di tengah masyarakat, setiap diri manusia dari manapun

latar belakangnya, selalu mengharapkan agar terjalin hubungan yang baik dan saling

menguntungkan. Hubungan itu terjalin secara alamiah baik lahir maupun batin.

Manusia dalam kehidupan dunia, terdiri dari berbagai ras, bangsa, suku, adat istiadat

dan berbagai kelompok diharapkan agar saling mengenal dan saling memahami.

Dengan mengenal dan memahami orang lain secara mendalam, makan akan terwujud

kedamaian dunia dan persaudaraan sesama umat manusia. Perbedaan dan persamaan

dalam berbagai bidang kehidupan dari manusia seluruh dunia merupakan fitrah Allah,

karena itu tidak boleh ada paksaan untuk mengikuti agama atau peradaban tertentu.

Semua manusia diberi kebebasan oleh Allah s.w.t. untuk menetapkan jalan hidupnya

berdasarkan akal fikiran yang dimilikinya.

Pada kasus penyerangan komplek ponpes Arifin Ilham yang disinyalir karena

perbedaan aliran Islam ini, jelas tidak mencerminkan ketiga jenis Ukhuwah yang telah

dijelaskan di atas. Sesama umat Islam yang ada di bumi ini tidak seharusnya saling

melukai dan menyerang satu sama lain. Mereka tidak saling menghormati, tidak

saling mencintai dan tidak mengasihi. Seharusnya setiap orang muslim merasa

sebagai saudara dengan muslim yang lain karena persamaan agama dan keimanan.

Dengan melakukan tindakan seperti itu, sama juga menjelekkan wajah negara

Indonesia di mata dunia apabila berita kasus tersebut tersebar luas. Sebagai sesama

warga negara mereka tidak mencerminkan sikap toleransi sama sekali. Mereka sama

sekali tidak mengindahkan perbedaan yang ada di negeri IniPerbedaan dan persamaan

dalam berbagai bidang kehidupan dari manusia seluruh dunia merupakan fitrah Allah,

karena itu tidak boleh ada paksaan untuk mengikuti agama atau peradaban tertentu.

Page 10: Ukhuwah Islamiyah

B. Faktor Penyebab Retaknya Ukhuwah Islamiyah

Secara Bahasa Ukhuwah Islamiyah berarti Persaudaraan Islam. Adapun secara

istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan

Allaah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan

kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara

seakidah. Dengan berukhuwah akan timbul sikap tolong menolong, pengertian dan

tidak mendzalimi harta maupun kehormatan orang lain.

Di dalam surat Al Hujurat ayat 10, dijelaskan tentang perintah untuk menjaga

Ukhuwah Islamiyah. “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah

terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Namun pada saat ini, terjadi keretakan dalam Islam. Seperti yang telah

dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat, ”Akan datang kepada

kalian, taun-taun yang penuh dengan kesulitan maka didalamnya akan banyak orang

yang berkhianat orang yang tercela. Dimana orang-orang yang berkata dusta akan

dibenarkan, dan orang-orang yang berkata jujur didustakan.”

Tentu ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hal ini terjadi, yakni:

Kurangnya pemahaman terhadap Islam

Kaum-kaum dapat menimbulkan perpecahan karena mereka mempelajari

Islam secara sepotong-sepotong. Mereka cenderung dominan di salah satu

poin saja sedangkan seharusnya Islam dipelajari secara menyeluruh. Maka

itu pemahaman-pemahan dan prinsip mereka pun berbeda-beda dan

akhirnya mencerai beraikan umat Islam.

Adanya kedengkian antara sesama umat muslim

Timbul persaingan dan perselisihan yang seharusnya tak terjadi. Hal ini

dapat dipicu oleh nafsu duniawi.

Tidak menggunakan akal

Seringkali orang-orang mengenyampingkan akal nya, padahal Allah SWT

sudah meberikan kita petunjuk mulai dari Kitab Suci Al-Quran dan

Sunnah, namun ketika mendapatkan informasi yang bertentangan, kaum

tersebut menerima saja tanpa menelaah lebih jauh.

Hal ini bisa juga sudah ditanamkan di pendidikan, sehingga “doktrin”

pengenyampingan akal sudah dilakukan sejak dini.

Page 11: Ukhuwah Islamiyah

Selain itu hal ini bisa juga dpicu oleh kebutuhan ekonomi. Hal ini adalah

salah satu yang paling mudah dimanfaatkan, karena pada umumnya orang

yang berekonomi rendah ingin menaikkan taraf hidupnya. Contohnya

seperti Kaum Syiah yang sebenarnya sangat mengagungkan ahli bait

namun mereka mengkafirkan para sahabat termasuk Abu Bakar, Umar,

dan bahkan mencela Al-Quran dan menikam kaum Seperti yang ada di

dalam firman Allah, yakni:

“Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali

dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok.

Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka

itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena

sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.” (QS: Al-Hasyr

Ayat: 14)

KESIMPULAN

Berdasarkan teori yang telah kami dapat, dapat disimpulkan bahwa hipotesis

kami “Penyerangan dikarenakan retaknya Ukhuwah Islamiah” benar, namun kurang

lengkap. Dilihat dari faktor lainnya, kejadian penyerangan ini bertentangan juga

dengan karakteristik masyarakat islam. Jauh sekali dari karakteristik masyarakat islam

yang sejati.

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, Gilman. 2014. Fungsi Masjid dalam Membangun Peradaban Islam.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan

Khutbah Jumat : Penyimpangan ISIS dan Syiah Terhadap Islam - Syaikh Ali bin

Hasan Al-Halaby (diterjemahkan oleh Ustadz Askar Wardana, Lc)

Mubarak, Zakky. 2007. Menjadi Cendekiawan Muslim. Jakarta: Yayasan Ukhuwah

Ihsaniyah.

Sahih Bukhari dan Muslim