ulkus decubitus_fitri
DESCRIPTION
ulkus decubitus_fitriTRANSCRIPT
REFERAT BEDAH PLASTIK
ULKUS DEKUBITUS
Periode : 12 Oktober – 17 Oktober 2015
Oleh:
Fitri Ika Suryani G99142040
Pembimbing:
dr. Dewi Haryanti K, SpBP
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Secara fisiologis, setiap harinya, kita bisa kehilangan sekitar satu gram sel kulit
oleh karena aktivitas sehari-hari yang menyangkut gesekan pada kulit dan aktivitas
higiene yang dilakukan melibatkan kulit, misalnya mandi. Tekanan-tekanan yang
bekerja pada kulit tersebut masih dalam batas normal dan secara berkala sehingga
hilangnya kulit masih dalam batas fisiologis. Namun, apabila tekanan yang bekerja
lebih dari normal dan tekanan tersebut terus menerus bekerja pada suatu daerah,
kerusakan kulit akan terjadi.1,2,3
Kerusakan kulit yang diakibatkan oleh gangguan vaskularisasi dan iritasi kulit
yang menutupi tulang yang menonjol, di mana kulit tersebut akan mendapat tekanan
yang tinggi secara terus-menerus disebut sebagai ulkus dekubitus. Dekubitus berasal
dari bahasa latin decumbere, yang berarti berbaring. Sebenarnya, ulkus dekubitus
tidak hanya merupakan luka tekan akibat berbaring akibat imobilisasi, tetapi juga bisa
terjadipada seseorang yang menggunakan kursi roda atau protesa. Ada banyak nama
lain dari ulkus dekubitus, yaitu bed ridden, bed rest injury, pressure ulceration, air-
fluidized bed, dan lain-lain.2,3
Prevalensi ulkus dekubitus di rumah sakit sekitar 17-25% kasus dan dua dari
tiga pasien yang berusia 70 tahun akan mengalami ulkus dekubitus. Di antara pasien
dengan kelainan neurologi, angka kejadian ulkus dekubitus bisa mencapai 5-8%
setiap tahun. Ulkus dekubitus bisa menjadi penyebab kematian sekitar 7-8% kasus
paraplegia. Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit akut memiliki angka
insiden ulkus dekubitus sekitar 2-11%. Hal yang patut menjadi perhatian adalah
angka kekambuhan yang sangat tinggi sekitar 90% walaupun telah mendapatkan
terapi medik dan bedah yang baik.3,5,6
Ulkus dekubitus dapat terbentuk pada keadaan-keadaan kesulitan atau tidak
bisa merubah posisi tubuhnya terhadap suatu tekanan yang bekerja. Misalnya pasien
dengan kelainan neurologi, pasien tua, pasien dengna pemyakit akut, dan pasien yang
selalu duduk di kursi roda. Walaupun demikian, tidak semua pasien dengan keadaan-
keadaan seperti itu bisa mengalami ulkus dekubitus. Orang-orang dengan sensitivitas,
mobilitas, dan mental yang baik karena baik disadari atau tidak, penekanan terhadap
suatu bagian tubuh yang terlalu lama akan menstimulasi orang tersebut untuk
berpindah posisi sehingga bisa mencegah terjadinya kerusakan yang irreversibel.
Ulkus dekubitus akan terjadi jika tekanan yang terjadi pada bagian tubuh melebihi
kapasitas penekanan kapiler, yaitu sekitar 32 mmHg.3,4
Masalah ulkus dekubitus akan menjadi suatu masalah yang serius bagi negara
berkembang atau negara maju oleh karena akan semakin meningkatkan biaya
perawatan, memperlambat program rehabilitasi, dan memperberat keadaan penyakit
primer, dan mengancam kehidupan pasien. Maka dari itu sangat penting untuk
diketahui pencegahan, diagnosis dini, dan penanganan ulkus dekubitus.
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya ulkus dekubitus. Namun yang
paling utama adalah tekanan yang menyebabkan iskemik jaringan setempat. Suatu
jaringan sebenarnya mampu mengatasi keadaan iskemik tersebut. Namun, jika terlalu
lama dan melebihi batas tekanan pengisian kapiler, hal ini akan menyebabkan
kerusakan struktur jaringan yang menetap. Tonjolan tulang merupakan tempat
predileksi terjadinya ulkus dekubitus. Tonjolan tulang tersebut antara lain adalah
siku, tumit, pinggul, pergelangan kaki, dan bahu. 3,5,8
Penyebab ulkus dekubitus lainnya adalah kurangnya mobilitas, kontraktur,
spastisitas, berkurangnya fungsi sensorik, paralisis, insensibilitas, malnutrisi, anemia,
hipoproteinemia, dan infeksi bakteri. Selain itu, usia yang tua, perawatan di rumah
sakit yang lama, orang yang kurus, inkontinesia urin dan alvi, merokok, penurunan
kesadaran mental dan penyakit lain (seperti diabetes mellitus dan gangguan vaskular)
akan mempermudah terjadinya ulkus dekubitus.4,6,8
Berikut adalah beberapa faktor risiko ulkus dekubitus: 2,4,8
1.Faktor Intrinsik
a.Penuaan: karena selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih
lambat sehingga kulit akan tipis dan kandungan kolagen pada kulit yang
berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang sehingga rentan
mengalami deformasi dan kerusakan.
b.Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem
arteriovenosus yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi
kulit secara progresif.
c.Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan
insufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler
seperti pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah
pada kulit menurun.
d.Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
e.Anemia
f.Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan
memperjelek penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus
akan menyebabkan kadar albumin darah menurun
g.Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh
darah, juga mempermudah dan memperjelek dekubitus
2.Faktor Ekstrinsik
a.Kebersihan tempat tidur
b.Alas kain yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan
penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan
terjadinya dekubitus
c.Posisi yang tidak tepat dan perubahan posisi yang kurang.
C. PATOMEKANIKAL DAN PATOFISIOLOGI
Patomekanikal merupakan faktor ekstrisik atau faktor primer terbentuknya
ulkus dekubitus. Patomekanikal ulkus dekubitus meliputi;
1.Tekanan yang Lama
Faktor yang paling penting dalam pembentukan ulkus dekubitus adalah
tekanan yang tidak terasa nyeri. Tekanan yang lama yang melampaui tekanan
kapiler jaringan pada jaringan yang iskemik akan mengakibatkan terbentuknya
ulkus dekubitus. Hal ini karena tekanan yang lama akan mengurangi asupan
oksigen dan nutrisi pada jaringan tersebut sehingga akan menyebabkan iskemik
dan hipoksia kemudian menjadi nekrosis dan ulserasi.1,8,10
Pada keadaan iskemik, sel-sel akan melepaskan substansia H yang mirip
dengan histamin. Adanya substansi H dan akumulasi metabolit seperti kalium,
adenosine diphosphat (ADP), hidrogen dan asam laktat akan menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Reaksi kompensasi sirkulasi akan tampak sebagai hiperemia dan
reaksi tersebut masih efektif bila tekanan dihilangkan sebelum periode kritis
terjadiyaitu 1-2 jam. Pada tahap awal ini, di epidermis tidak didapatkan tanda-
tanda nekrosis oleh karena sel-sel epidermis memiliki kemampuan untuk bertahan
hidup pada keadaan tanpa oksigen dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain
itu, perubahan patologis oleh karena tekanan eksternal tersebut terjadi lebih berat
pada lapisan otot daripada pada lapisan kulit dan subkutaneus.8,10
Tekanan darah arteriol sekitar 32 mmHg, tekanan darah pada midkapiler
sebesar 22 mmHg dan tekanan darah pada venoul sebesar 12 mmHg. Tekanan
pada arteriol dapat meningkat menjadi 60 mmHg pada keadaan hiperemia.
Sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversible bila kurang dari 2 jam.1,4,6
2.Tekanan Antar permukaan
Tekanan antar permukaan adalah tekanan tegak lurus setiap unit daerah
antara tubuh dan permukaan sandaran. Tekanan antar permukaan dipengaruhi oleh
kekakuan dan komposisi jaringan tubuh, bentuk geometrik tubuhyang bersandar
dan karakteristik pasien. Tekanan antar permukaan yang melebihi 32 mmHg akan
menyebabkan mudahnyapenutupan kapiler dan iskemik.8,11
3.Luncuran
Luncuran adalah tekanan mekanik yang langsung paralel terhadap
permukaan bidang. Luncuran mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya ulkus
dekubitus terutama pada daerah sakrum. Gerakan anguler dan vertikal atau posisi
setengah berbaring akan mempengaruhi jaringan dan pembuluh darah daerah
sacrum sehingga berisiko untuk mengalami kerusakan.8,11
4.Gesekan
Gesekan adalah gaya antar dua permukaan yangsaling berlawanan.
Gesekan dapat menjadi faktor untuk terjadinya ulkus dekubitus karena gesekan
antar penderita dengan sandarannya akan menyebabkan trauma makroskopis dan
mikroskopis. Kelembaban, maserasi dan kerusakan jaringan akan meningkatkan
tekanan pada kulit. Kelembaban yang terjadi akibat kehilangan cairan dan
inkontinensia alvi dan urin akan menyebabkan terjadinya maserasi jaringan
sehingga kulit cenderung lebih mudah menjadi rusak.8,11
5.Immobilitas
Seorang penderita immobil pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring
di atas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan
daerah tumit mencapai 30-45 mmHg. Pasien dengan posisi telentang, tekanan
eksternal 40-60 mmHg merupakan tekanan yang palingberpotensi untuk terbentuk
ulkus pada daerah sacrum, maleolus lateralis dan oksiput. Sedangkan pada pasien
posisi telungkup, thoraks dan genu mudah terjadiulkus pada tekanan 50 mmHg.
Pada pasien posisi duduk, mudah terjadi ulkus bilatekanan berkisar 100 mmHg
terutama pada tuberositas ischii. Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan
bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit.1,11
Faktor patofisiologi (faktor instrinsik atau sekunder) terbentuknya ulkusd
ekubitus meliputi demam, anemia, infeksi, iskemik, hipoksemia, hipotensi,
malnutrisi, trauma medula spinalis, penyakit neurologi, kurus, usia yang tua dan
metabolisme yang tinggi.1,10,11,13
Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga
kulit akan tipis. Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan
elastisitas kulit berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus yang
kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif. Sejumlah
penyakit yang menimbulkan ulkus dekubitus seperti diabetes mellitus dan
penurunan fungsi kardiovaskuler. Gizi yang kurang dan anemia memperlambat
proses penyembuhan pada ulkus dekubitus.1,11,13
Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan
memperjelek penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akan
menyebabkan kadar albumin darah menurun. Pada keadaan malnutrisi, ulkus
dekubitus lebih mudah terbentuk. Oleh karena itu, faktor nutrisi ini juga penting
dalam patofisiologi terbentuknya ulkus dekubitus.10,11,14
D. TIPE DAN KLASIFIKASI
Berdasarkan tipenya, ulkus dekubitus dibagi menjadi 3, yaitu: 5,13,14
1.Tipe Normal
Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC
dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6
minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan,
tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.
2.Tipe Arteriosklerosis
Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus
dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah
akibat penyakit pada pembuluh darah (arterisklerotik) ikut perperan untuk
terjadinya dekubitus disamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus
ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.
3.Tipe Terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan
sembuh.
Klasifikasi ulkus dekubitus: 8,13,14
1.Stadium 1
Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada
kulit. Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini
umumnya reversible dan dapat sembuh dalam 5 - 10 hari.
2.Stadium 2
Ulserasi mengenai epidermis, dermis dan meluas sampai ke
jaringanadiposa.Terlihat eritema dan indurasi. Stadium ini dapat sembuh
dalam 10 - 15hari.
3.Stadium 3
Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah
mulai terganggu dengan adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya
struktur fibril. Tepi ulkus tidak teratur dan terlihat hiper- atau
hipopigmentasi dengan fibrosis. Kadang-kadang terdapat anemia dan
infeksi sistemik. Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.
4.Stadium 4
Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta sendi.
Dapat terjadi artritis septik atau osteomielitis dan sering disertai anemia.
Dapat sembuh dalam 3 - 6 bulan.
E. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya
dekubitus dengan mengenal penderita risiko tinggi terjadinya dekubitus, misalnya
pada penderita yang immobil. Tindakan berikutnya adalah menjaga kebersihan
penderita khususnya kulit, dengan memandikan setiap hari. Lalu dikeringkan dengan
baik lalu digosok dengan lotion, terutama dibagian kulit yang ada pada tonjolan-
tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan massase untuk melancarkan sirkulasi darah,
semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan hati-hati agari tidak menyebabkan
lecet pada kulit penderita. 6,11,13
Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah
terjadinya dekubitus adalah:6,11,13
1.Meningkatkan status kesehatan penderita dan memperbaiki serta menjaga
keadaan umum penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia
dikoreksi, nutirisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral
(Zn) ditambahkan. Dan secara khusus mengatasi atau mengobati penyakit-
penyakit yang ada pada penderita, misalnya DM.
2.Mengurangi atau memeratakan faktor yang mengganggu aliran darah
a.Alih posisi atau alih baring atau tidur selang seling, paling lama tiap dua
jam. Keberatan pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga
perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan kadang-kadang
mengganggu istirahat penderita bahkan menyakitkan.
b.Kasur khusus untuk lebih memambagi rata tekan yang terjadi pada tubuh
penderita, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik
turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur
c.Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah
setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain dengan menjaga posisi
penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah
memungkinakan untuk duduk dikursi. Atau dengan bantuan balok
penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil utuk menahan tubuh
penderita.
d.Jika tampak kulit yang hiperemis pada tubuh penderita, khususnya pada
tempat-tempat yang sering terjadi dekubitus, semua usaha-usaha diatas
dilakukan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia yang terjadi.
Tindakan medik sesuai dengan derajat ulkus dekubitus antara lain: 3,4,6,12
1.Ulkus dekubitus stadium 1
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, kulit yang
kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion,
kemudian dimassase 2-3 kali/hari.
2.Ulkus dekubitus stadium 2
Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal. Perawatan luka harus
memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan
digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
meransang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Penggantian balut dan
salep ini jangan terlalu sering karena malahan dapat merusakkan
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
3.Ulkus dekubitus stadium 3
Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus
otot dan sering sudah ada infeksi. Diusahakan luka selalu bersih dan
eksudat disusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan
sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen
dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan
mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat dicuci dengan
larutan NaCl fisiologis. Antibiotik sistemik mungkin diperlukan.
4.Ulkus dekubitus stadium 4
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula
diserta jaringan nekrotik. Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan
dan jaringan nekrotik yang adal harus dibersihkan, sebab akan menghalangi
pertumbuhgan jaringan atau epitelisasi.
Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan
tujuan mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga
merupakan alternatif lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka
bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha
mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenisasi pada
daerah luka. Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-
sumbatan pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.
Tindakan bedah bertujuan untuk membersihkan ulkus dan
mempercepat penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus
stadium 3 dan 4 karenanya sering dilakukan penanaman kulit,
myocutaneous flap, skin graft serta intervensi lainnya terhadap ulkus.
Intervensi terbaru terhadap ulkus dekubitus adalah Negative Pressure
Wound Therapy, yang merupakan aplikasi tekanan negatif topikal pada
luka. Teknik ini menggunakan busa yang ditempatkan pada rongga ulkus
yang dibungkus oleh sebuah lapisan yang kedap udara. Dengan demikian,
eksudat dapat dikeluarkandan material infeksi ditambahkan untuk
membantu tubuh membentuk jaringan granulasi dan membentuk kulit baru.
Terapi ini harus dievaluasi setiap dua minggu untuk menetukan terapi
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendland, Susan L., dkk. 2005. Skin and Soft Tissue Infections. Dalam Joseph T. DiPiro, dkk, editor. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Edisi 6. Chicago: McGrawHill Company. Pp: 1998-1990.
2. Staf Mayo klinik. 2007. Bedsores (pressure sores). Availaible from URL:www.mayoclinic.com (diakses tanggal 12 Oktober 2015)
3. Jr, Don R Revis. 2008. Decubitus Ulcer. Availaible from URL:www. emedicine.com(diakses tanggal 12 Oktober 2015)
4. Hidayat, Djunaedi, Sjaiful Fahmi Daili, dan Mochtar Hamzah. Ulkus Dekubitus. Dalam Cermin Dunia Kedokteran No. 64, Tahun 1990. Availaible fromURL:www.kalbe.co.id (diakses tanggal 20 Juli 2008)
5. Anonim. 2008. Bedsore. Availaible from URL:www.wikipedia.org (diakses tanggal 12 Oktober 2015)
6. Wilhelmi, Bradon J. 2008. Pressure Ulcers, Surgical Treatment and Principles. Availaible from URL:www.emedicine.com (diakses tanggal 12 Oktober 2015)
7. Anonim. 2008. Bedsores. Availaible from URL:www.dermnetnz.org(diakses tanggal 12 Oktober 2015)
8. Salcido, Richard. 2006. Pressure Ulcers and Wound Care. Availaible fromURL:www.emedicine.com (diakses tanggal 12 Oktober 2015)
9. Thomas, David R. Prevention and treatment of pressure ulcers: What works?What doesn’t? Dalam Cleveland Clinic Journal Of Medicine. Volume 68 Number 8 Augustus 2001. Availaible from URL:www .ccjm.org (diakses tanggal 12 Oktober 2015)
10. Kirman, Christian N. 2008. Pressure Ulcers, Nonsurgical Treatment and Principles. Availaible from URL:www.emedicine.com (diakses tanggal 12 Oktober 2015)
11. Pershall, Linda D.2008. Decubitus Ulcer Information and Stages of Wounds. From URL:http://expertpages.com (diakses tanggal 12 Oktober 2015)
12. Anonim. 2006. Decubitus Ulcers. Availaible from URL:www.expertlaw.com (diakses tanggal 12 Oktober 2015)
13. Susanto, Heri. 2008. Integumen Disorder. Availaible from URL:http://els.fk.umy.ac.id(diakses tanggal 20 Juli 2008)
14. Anonim 2008. Pressure Sores, Pressure Ulcers or Decubitus Ulcers. Availaible from URL: www .apparelyzed.com (diakses tanggal 12 Oktober 2015)