ulkus kornea e c fungus

29
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea. Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia. Tri Anggun Apriani 1

Upload: amatul-shafi-alfi

Post on 09-Apr-2016

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sebuah paper atau makalah untuk melengkapi

TRANSCRIPT

Page 1: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama

kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan

penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya

ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.

Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda

asing, dan dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri

atau jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan.

Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan

nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh

adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas

jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas

memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan

ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis,

bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan

kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan

mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama

kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi

mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis

atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan

meninggalkan jaringan parut yang luas.

Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879

tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan

menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan

penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa

Tri Anggun Apriani 1

Page 2: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22

beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari

ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan

kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita

ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang

dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan

karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan

resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea. Insiden ulkus kornea tahun

1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan

predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma,

pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.

1.2. Batasan Masalah

Paper ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, faktor

resiko, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari

Ulkus Kornea e.c Fungus.

1.3. Tujuan penulisan

Penulisan Paper ini bertujuan menambah pengetahuan para dokter

muda mengenai Ulkus Kornea e.c Fungus.

1.4. Metoda penulisan

Penulisan Paper ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang

merujuk kepada berbagai literatur.

Tri Anggun Apriani 2

Page 3: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Kornea

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan

kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,

lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea

dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan

diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai

lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel

konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan

lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea

merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau

kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma

yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.

Gambar 1. Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1. Lapisan epitel

Tri Anggun Apriani 3

Page 4: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk

yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan

sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini

terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju

kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel

basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui

desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat

pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat

kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi

rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan

kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal

dari bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar

satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang

teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;

terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang

kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma

kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen

stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat

kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

Tri Anggun Apriani 4

Page 5: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang

stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane

basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,

mempunyai tebal 40 µm.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar

20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui

hemidosom dan zonula okluden.4

Gambar 2. Corneal Cross Section

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari

saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra

koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman

melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin

ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus

terjadi dalam waktu 3 bulan.4

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,

humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen

sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh

strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.

Tri Anggun Apriani 5

Page 6: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

2.2. Definisi Ulkus Kornea Fungus

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh

adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea

yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.

Ulkus kornea e.c fungus adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh

jamur, biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena

pemakaian kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi epitel

kornea.

2.3. Klasifikasi Ulkus Kornea

Berdasarkan penyebabnya ulkus kornea terbagi atas 3 bagian. Ulkus kornea

fungus merupakan bagian dari ulkus kornea akibat infeksi.

a. Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies

Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus

berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret

yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan

infeksi P aeruginosa.

Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus : Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering

dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil

dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat

juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian

sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vaccinia (jarang).

Infeksi Acanthamoeba : Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas

yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan

materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi

yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila

memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan

Tri Anggun Apriani 6

Page 7: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang

tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH : Bahan asam yang

dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik

anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi

pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak

tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat

superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih

yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan

terjadi penghancuran kolagen kornea.

Radiasi atau suhu : Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap

sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.

Sindrom Sjorgen : Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai

keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering

yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau

lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang

menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan

lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel

kornea terpulas dengan flurosein.

Defisiensi vitamin A : Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi

karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di

saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.

Obat-obatan: Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun,

misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan

golongan imunosupresif.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

Neurotropik

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Granulomatosa Wagner

Rheumathoid arthritis

Tri Anggun Apriani 7

Page 8: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Berdasarkan Organisme Penyebabnya:

1. Ulkus Kornea Bakteri

Ulkus kornea bakteri adalah keadaan patologik kornea yang ditandai

oleh infiltrat supuratif disertai defek epitel kornea yang bergaung. Ulkus

kornea bakteri memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah

perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi,

endolftalmitis dan kebutaan.

Gambaran ulkus dapat membantu untuk menentukan kausa

penyebab ulkus kornea.

a) Ulkus stafilokokus

Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan

disertai infiltrat berbatas tegas tepat di bawah defek epitel. Apabila tidak

diobati secara adequat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema

stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion tukak

seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Ulkus kornea marginal

biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas

terhadap stafilokokus aureus.

b) Ulkus pseudomonas

Gambaran ulkus biasanya dimulai dengan ulkus kecil di bagian

sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai edema

epiteldan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam

serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge

kental berwarna kuning kehijauan.

Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik.

Keputusan pemberian antibiotik awal harus didasarkan pada :

1. Gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada

pemeriksaan awal

2. Interpretasi dari hasil pulasan gram

3. Efektivitas dan keamanan antibiotik

Tri Anggun Apriani 8

Page 9: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi

antibiotik yaitu :

1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa

memperhatikan kasil pulasan (shoot gun therapy)

2. Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan

mikrobiologi. Cara ini diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan

dan pemeriksaan pulasan gram hanya ditemukan satu jenis bakteri.

Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam.

Tabel 1. Evaluasi klinis pengobatan ulkus kornea bakteri

Tanda Perbaikan Perburukan

Ukuran defek epitel

Infiltrasi stroma

- batas

- dalam

- ukuran

Reaksi sel darah putih pada

stroma

Reaksi pada bilik mata

depan

Tidak berubah/mengecil

Menurun

Lebih jelas

Tidak berubah

Tidak berubah/mengecil

Menurun/terlokalisasi

Menurun

Meluas

Meningkat

Kurang jelas

Lebih dalam

Lebih luas

Meningkat

Meningkat

Terapi awal dilanjutkan jika respon klinik terhadap pengobatan

membaik walaupun pada hasil uji resistensi menunjukkan bakteri resisten.

Untuk merubah pengobatan awal perlu dipertimbangkan respon klinik

terhadap pengobatan awal, hasil kultur, dan hasil uji resistensi. Jenis

antibiotik dapat diubah jika secara klinis terjadi perburukan dan hasil uji

resistensi menunjukkan organisme resisten.

Obat-obatan penunjang :

Tri Anggun Apriani 9

Page 10: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

1. Sikloplegi

2. Kortikosteroid

3. Inhibitor enzim

4. Lensa kontak lunak

5. Antioksidan

Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau dikuranginya

pemberian antibiotik pada ulkus kornea bakteri. Keberhasilan eradikasi

kuman tergantung pada jenis bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi

dan faktor-faktor lain.

Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah :

1. Reepitelisasi

2. Infiltrat seluler yang berkurang

3. Stroma supurasi menjadi kasa

4. Edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang

Gambar 2 : Ulkus kornea karena bakteri

2. Ulkus Kornea Jamur

Etiologi :

Tri Anggun Apriani 10

Page 11: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat multiseluler dengan

cabang-cabang hifa.

Jamur bersepta : Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp,

Clodosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp,

Curvularia sp, Altenaria sp.

Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.

Jamur ragi (yeast)

Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans,

Cryptococcus sp, Rodotolura sp.

Jamur difasik

Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada media

perbiakan membentuk misellium : Blastomices sp, Coccididies sp,

Histoplasma sp, Sporothrix sp.

Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah

Aspergillus sp dan Fusarium sp.

Gambar 3 : Ulkus kornea karena fungi

3. Ulkus Kornea Viral

Dapat karena toksik dari antiviral topikal sendiri atau karena

pemakaian antiviral dihentikan dan diberikan kortikosteroid

Dapat terjadi Endoteliosis, uveitis, dan retinitis, yang memerlukan

antiviral sistemik

Sensibilitas kornea menurun, dapat terjadi Neurotropik Ulcer

Tri Anggun Apriani 11

Page 12: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Gambar 4 : Ulkus kornea karena viral

2.4. Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi :

a) Jamur berfilamen ( filamentous fungi ); bersifat multiseluler dengan

cabang-cabang hifa.

b) Jamur bersepta: fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp, Clodosporium

sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, phialophora sp, Curvularia sp,

Altenaria sp.

c) Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.

d) Jamur ragi ( yeast ) : Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas :

candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp.

e) Jamur difasik : Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang pada media

perbiakan membentuk miselium : Blastomices sp, Coccidididies sp,

Histoplasma sp, Sporothrix sp.

Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah

Aspergllus sp dan fusarium sp.

Faktor resiko terjadinya ulkus kornea dapat dibedakan atas dua, yaitu :

a) Faktor Okular

Trauma

Trauma akibat tumbuh-tumbuhan, trauma kimia dan panas, Iatrogenic

trauma ocular, seperti Keratoplasty dan Keratorefractive surgery.

Abnormalitas pada permukaan mata

Misdirection of lashes, Incomplete lid closure

Infeksi pada adneksa

Blepharitis, Meibomitis, Dry Eye, Dacryocystitis

Nutrisi

Defisiensi vitamin A

Lensa kontak

Kebersihan lensa kontak, penggunaan solusi yang terkontaminasi

Tri Anggun Apriani 12

Page 13: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Compromised cornea

b) Faktor Sistemik

Diabetes mellitus, Stevens-Johnson Syndrome, Blepharoconjunctivitis, Infeksi

Gonococcal dengan konjungtivitis, Immunocompromised status.

2.5. Patofisiologi Ulkus Kornea

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya

dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk

dan kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina.

Oleh karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan

gangguan penglihatan.4

Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses

infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan

kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea,

segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh

darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.

Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit

polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak

sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan

permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah

ulkus kornea.5,6

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada

kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan

fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra

(terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.

Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan

fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh

iris. 1

Tri Anggun Apriani 13

Page 14: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.

Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini

menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil

dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi

bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian

stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan

terjadinya sikatrik.

2.6. Manifestasi Klinis

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai

beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang

agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti

bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal

penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya.

Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada

infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi

neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai

hipopion.

Tampilan klinis yang spesifik pada keratitis jamur meliputi suatu infiltrat

dengan tepi berbulu, tepi yang meninggi, tekstur yang kasar, pigmentasi putih-

keabu-abuan, lesi satelit, hipopion, plak endotel, dan tampilan cincin putih pada

kornea dan lesi satelit pada tepi fokus primer infeksi.

Pada pasien dengan ulkus kornea karena jamur, biasanya terdapat

riwayat trauma mata saat beraktivitas di luar/lapangan. Selain itu juga perlu

diketahui faktor risiko yang dimiliki, seperti:

Trauma (misalnya, lensa kontak, benda asing); dalam sebuah studi

tentang keratitis jamur dari Florida Selatan, trauma dengan terhadap

sayuran (tumbuhan) adalah faktor risiko utama pada 44% pasien.

Penggunaan kortikostreroid topical.

Tri Anggun Apriani 14

Page 15: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Operasi kornea seperti keratoplasti, operasi katarak kornea bersih (tanpa

benang), atau laser in situ keratomileusis (LASIK).

Keratitis kronis karena herpes simpleks, herpes zoster, atau

konjungtivitis vernal.

Laki-laki muda.

Sehat.

Tidak memiliki penyakit mata yang signifikan.

Riwayat trauma sebelumnya (terutama karena tumbuhan ataupun

tanah)

Pekerjaan pertanian.

Gejala-gejala yang muncul meliputi:

Sensasi Benda asing

Meningkatnya rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada mata

Pandangan mendadak kabur

Mata menjadi merah (kemerahan yang tidak biasa)

Kerusakan yang luas dan keluarnya cairan dari mata

Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya

Kurang nyeri dibandingkan dengan ulkus bakteri (Lesi kornea yang

indolen)

Tanda-tanda yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik:

Ulkus luas, tepi ulkus sedikit menonjol, kering dan irregular, putih abu-

abu, atau coklat sesuai koloni jamur. Tonjolan seperti hifa di bawah

endotel utuh.

injeksi konjungtiva

defek pada epitel

infiltrasi pada stroma

Lesi satelit

Plak endotel

Hipopion, kadang-kadang rekuren

Formasi cincin sekeliling ulkus

Tri Anggun Apriani 15

Page 16: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Reaksi di atas timbul akibat investasi jamur pada kornea yang

memproduksi mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi

nekrosis kornea dan reaksi radang yang cukup berat.

2.7. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan

laboratorium.

1. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma, benda asing dan

abrasi pada kornea, riwayat pernah terkena keratitis yang berulang

misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh,

pemakaian lensa kontak, serta kortikosteroid yang merupakan presdiposisi

infeksi virus dan jamur, dan juga gejala klinis yang ada. Juga mungkin

terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS,

keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya

injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea.

Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.

3. Pemeriksaan Oftalmologi

Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca

pembesar dan pencahayaan terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya

saat menggerakkan cahya di atas kornea, daerah yang kasar menandakan

defek pada epitel.

Ketajaman penglihatan

Tes refraksi

Tes air mata

Pemeriksaan slit-lamp

Keratometri (pengukuran kornea)

Respon reflek pupil

Tri Anggun Apriani 16

Page 17: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi. Pada tes fluoresein

defek epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijau.

Gambar 12. Kornea ulcer dengan fluoresensi

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosa kausa dan juga

penting untuk pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan.

a) Melakukan pemeriksaan kerokan kornea

Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan

spatula kimura yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop.

Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India,

dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%,50-60%,60-75% dan

80%.

Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

Gambar 10 a.Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 10 b.Pewarnaan gram ulkus kornea

herpes simplex herpes zoster

Tri Anggun Apriani 17

Page 18: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Gambar 11. a Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 11. b Pewarnaan gram ulkus kornea

bakteri akantamoeba

c) Biopsi Jaringan kornea

Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.

d) Nomarski differential interference contrast microscope

Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode

Nomarski).

2.8. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada

jenis dari jamur.

a) Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya

Berikan topikal amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,

Natamycin > 10 mg / ml, golongan imidazole.

b) Jenis jamur telah diidentifikasi

Jamur berfilamen

topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin, imidazle.

Ragi (yeast)

Amphotericin B, Natamycin, imidazole

Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati

Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.

Tri Anggun Apriani 18

Page 19: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha

terakhir. Steroid topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi

awal. Diberikan juga obat siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia

posterior untuk mengurangi uveitis anterior.

Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :

a. Debridement

b. Flap konjungtiva, partial atau total

c. Keratoplasti tembus

Penyembuhan lama dan anti jamur topikal masih diperlukan paling

kurang 3 minggu setelah epitelisasi sempurna terjadi. Penanganan yang tidak

akurat sering terjadi perforasi kornea dan diakhiri dengan eviserasi.

2.9. Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi

kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak

kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang

sangat buruk bagi mata.

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa

menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan

basah

- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan

merawat lensa tersebut.

2.10. Komplikasi

Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan

komplikasi yaitu :

1. Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata

2. Perforasi kornea

3. Iritis dan ridosiklitis

4. Descematokel

Tri Anggun Apriani 19

Page 20: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

5. Glaukoma sekunder

6. Endoftalmitis atau panoftalmitis

7. Katarak

2.11. Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat

lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan

ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan

waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.

Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta

timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan

yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini,

apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan

antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan

dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua

metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan

pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil

dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus

yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat

membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

BAB III

KESIMPULAN

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata

sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.

Penyakit ini makin banyak dijumpai pada pekerja pertanian dan kini makin banyak

dijumpai pada penduduk perkotaan sejak mulai dipakainya obat kortikosteroid

dalam pengobatan mata.

Tri Anggun Apriani 20

Page 21: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

Kebanyakan ulkus kornea karena jamur disebabkan oleh organisme oportunis

seperti candida fusarium, aspergillus, penicilium, cephalosporium, dan lain-lain.

Tidak ada ciri khas yang membedakan ulkus jamur ini.

Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat sembuh,

tanpa harus terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi, dapat merusak kornea

secara permanen. Dan juga dapat mengakibatkan perforasi dari interior mata,

sehingga menimbulkan penyebaran infeksi dan meningkatkan resiko kehilangan

penglihatan yang permanen. Semakin telat pengobatan ulkus kornea, akan

menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan parut yang luas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, et al. Kornea dalam Oftalmologi Umum. Jakarta: Widia Medika, 2000, hal. 129-40.

2. Ilyas, Sidarta. Ulkus kornea dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006. Hal. 159-67.

3. James, Bruce., Chew, Chris., Bron Anthony. Lecture Notes Oftamologi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. hal. 5.

Tri Anggun Apriani 21

Page 22: Ulkus Kornea e c Fungus

Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015

4. Wijaya Nana. Ilmu Penyakit Mata.

5. American Academy of Opthalmology section 8. San Francisco. 2008

6. Fungal Keratitis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com. Diakses pada

tanggal 11 Mei 2011.

7. Ulkus Kornea. Diunduh dari : www. razimaulana.files.wordpress.com . Diakses

tanggal 11 mei 2011.

8. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14

Tri Anggun Apriani 22