ulkus kornea e c fungus
DESCRIPTION
sebuah paper atau makalah untuk melengkapiTRANSCRIPT
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama
kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan
penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya
ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda
asing, dan dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri
atau jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan.
Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan
nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas
jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas
memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan
ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis,
bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan
mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama
kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis
atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan
meninggalkan jaringan parut yang luas.
Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879
tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan
menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan
penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa
Tri Anggun Apriani 1
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22
beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari
ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan
kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita
ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan
karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan
resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea. Insiden ulkus kornea tahun
1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan
predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma,
pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.
1.2. Batasan Masalah
Paper ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, faktor
resiko, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari
Ulkus Kornea e.c Fungus.
1.3. Tujuan penulisan
Penulisan Paper ini bertujuan menambah pengetahuan para dokter
muda mengenai Ulkus Kornea e.c Fungus.
1.4. Metoda penulisan
Penulisan Paper ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang
merujuk kepada berbagai literatur.
Tri Anggun Apriani 2
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan
diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai
lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan
lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea
merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau
kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma
yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.
Gambar 1. Anatomi Kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
Tri Anggun Apriani 3
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan
sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini
terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju
kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel
basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui
desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi
rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal
dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar
satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen
stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Tri Anggun Apriani 4
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane
basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar
20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidosom dan zonula okluden.4
Gambar 2. Corneal Cross Section
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari
saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra
koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin
ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus
terjadi dalam waktu 3 bulan.4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,
humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen
sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh
strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.
Tri Anggun Apriani 5
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
2.2. Definisi Ulkus Kornea Fungus
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea
yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Ulkus kornea e.c fungus adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh
jamur, biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena
pemakaian kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi epitel
kornea.
2.3. Klasifikasi Ulkus Kornea
Berdasarkan penyebabnya ulkus kornea terbagi atas 3 bagian. Ulkus kornea
fungus merupakan bagian dari ulkus kornea akibat infeksi.
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret
yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan
infeksi P aeruginosa.
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus : Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering
dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat
juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian
sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vaccinia (jarang).
Infeksi Acanthamoeba : Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas
yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan
materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi
yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila
memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan
Tri Anggun Apriani 6
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang
tercemar.
b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH : Bahan asam yang
dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik
anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak
tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat
superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih
yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan
terjadi penghancuran kolagen kornea.
Radiasi atau suhu : Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap
sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen : Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai
keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering
yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau
lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang
menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan
lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel
kornea terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A : Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi
karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di
saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan: Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun,
misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan
golongan imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Granulomatosa Wagner
Rheumathoid arthritis
Tri Anggun Apriani 7
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Berdasarkan Organisme Penyebabnya:
1. Ulkus Kornea Bakteri
Ulkus kornea bakteri adalah keadaan patologik kornea yang ditandai
oleh infiltrat supuratif disertai defek epitel kornea yang bergaung. Ulkus
kornea bakteri memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi,
endolftalmitis dan kebutaan.
Gambaran ulkus dapat membantu untuk menentukan kausa
penyebab ulkus kornea.
a) Ulkus stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat di bawah defek epitel. Apabila tidak
diobati secara adequat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema
stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion tukak
seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Ulkus kornea marginal
biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas
terhadap stafilokokus aureus.
b) Ulkus pseudomonas
Gambaran ulkus biasanya dimulai dengan ulkus kecil di bagian
sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai edema
epiteldan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam
serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge
kental berwarna kuning kehijauan.
Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik.
Keputusan pemberian antibiotik awal harus didasarkan pada :
1. Gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada
pemeriksaan awal
2. Interpretasi dari hasil pulasan gram
3. Efektivitas dan keamanan antibiotik
Tri Anggun Apriani 8
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi
antibiotik yaitu :
1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa
memperhatikan kasil pulasan (shoot gun therapy)
2. Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan
mikrobiologi. Cara ini diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan
dan pemeriksaan pulasan gram hanya ditemukan satu jenis bakteri.
Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam.
Tabel 1. Evaluasi klinis pengobatan ulkus kornea bakteri
Tanda Perbaikan Perburukan
Ukuran defek epitel
Infiltrasi stroma
- batas
- dalam
- ukuran
Reaksi sel darah putih pada
stroma
Reaksi pada bilik mata
depan
Tidak berubah/mengecil
Menurun
Lebih jelas
Tidak berubah
Tidak berubah/mengecil
Menurun/terlokalisasi
Menurun
Meluas
Meningkat
Kurang jelas
Lebih dalam
Lebih luas
Meningkat
Meningkat
Terapi awal dilanjutkan jika respon klinik terhadap pengobatan
membaik walaupun pada hasil uji resistensi menunjukkan bakteri resisten.
Untuk merubah pengobatan awal perlu dipertimbangkan respon klinik
terhadap pengobatan awal, hasil kultur, dan hasil uji resistensi. Jenis
antibiotik dapat diubah jika secara klinis terjadi perburukan dan hasil uji
resistensi menunjukkan organisme resisten.
Obat-obatan penunjang :
Tri Anggun Apriani 9
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
1. Sikloplegi
2. Kortikosteroid
3. Inhibitor enzim
4. Lensa kontak lunak
5. Antioksidan
Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau dikuranginya
pemberian antibiotik pada ulkus kornea bakteri. Keberhasilan eradikasi
kuman tergantung pada jenis bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi
dan faktor-faktor lain.
Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah :
1. Reepitelisasi
2. Infiltrat seluler yang berkurang
3. Stroma supurasi menjadi kasa
4. Edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang
Gambar 2 : Ulkus kornea karena bakteri
2. Ulkus Kornea Jamur
Etiologi :
Tri Anggun Apriani 10
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat multiseluler dengan
cabang-cabang hifa.
Jamur bersepta : Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp,
Clodosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp,
Curvularia sp, Altenaria sp.
Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
Jamur ragi (yeast)
Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans,
Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
Jamur difasik
Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada media
perbiakan membentuk misellium : Blastomices sp, Coccididies sp,
Histoplasma sp, Sporothrix sp.
Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah
Aspergillus sp dan Fusarium sp.
Gambar 3 : Ulkus kornea karena fungi
3. Ulkus Kornea Viral
Dapat karena toksik dari antiviral topikal sendiri atau karena
pemakaian antiviral dihentikan dan diberikan kortikosteroid
Dapat terjadi Endoteliosis, uveitis, dan retinitis, yang memerlukan
antiviral sistemik
Sensibilitas kornea menurun, dapat terjadi Neurotropik Ulcer
Tri Anggun Apriani 11
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Gambar 4 : Ulkus kornea karena viral
2.4. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi :
a) Jamur berfilamen ( filamentous fungi ); bersifat multiseluler dengan
cabang-cabang hifa.
b) Jamur bersepta: fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp, Clodosporium
sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, phialophora sp, Curvularia sp,
Altenaria sp.
c) Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
d) Jamur ragi ( yeast ) : Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas :
candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
e) Jamur difasik : Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang pada media
perbiakan membentuk miselium : Blastomices sp, Coccidididies sp,
Histoplasma sp, Sporothrix sp.
Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah
Aspergllus sp dan fusarium sp.
Faktor resiko terjadinya ulkus kornea dapat dibedakan atas dua, yaitu :
a) Faktor Okular
Trauma
Trauma akibat tumbuh-tumbuhan, trauma kimia dan panas, Iatrogenic
trauma ocular, seperti Keratoplasty dan Keratorefractive surgery.
Abnormalitas pada permukaan mata
Misdirection of lashes, Incomplete lid closure
Infeksi pada adneksa
Blepharitis, Meibomitis, Dry Eye, Dacryocystitis
Nutrisi
Defisiensi vitamin A
Lensa kontak
Kebersihan lensa kontak, penggunaan solusi yang terkontaminasi
Tri Anggun Apriani 12
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Compromised cornea
b) Faktor Sistemik
Diabetes mellitus, Stevens-Johnson Syndrome, Blepharoconjunctivitis, Infeksi
Gonococcal dengan konjungtivitis, Immunocompromised status.
2.5. Patofisiologi Ulkus Kornea
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk
dan kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina.
Oleh karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan
gangguan penglihatan.4
Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses
infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea,
segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh
darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah
ulkus kornea.5,6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra
(terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.
Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan
fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh
iris. 1
Tri Anggun Apriani 13
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian
stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan
terjadinya sikatrik.
2.6. Manifestasi Klinis
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai
beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang
agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti
bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal
penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya.
Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada
infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi
neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai
hipopion.
Tampilan klinis yang spesifik pada keratitis jamur meliputi suatu infiltrat
dengan tepi berbulu, tepi yang meninggi, tekstur yang kasar, pigmentasi putih-
keabu-abuan, lesi satelit, hipopion, plak endotel, dan tampilan cincin putih pada
kornea dan lesi satelit pada tepi fokus primer infeksi.
Pada pasien dengan ulkus kornea karena jamur, biasanya terdapat
riwayat trauma mata saat beraktivitas di luar/lapangan. Selain itu juga perlu
diketahui faktor risiko yang dimiliki, seperti:
Trauma (misalnya, lensa kontak, benda asing); dalam sebuah studi
tentang keratitis jamur dari Florida Selatan, trauma dengan terhadap
sayuran (tumbuhan) adalah faktor risiko utama pada 44% pasien.
Penggunaan kortikostreroid topical.
Tri Anggun Apriani 14
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Operasi kornea seperti keratoplasti, operasi katarak kornea bersih (tanpa
benang), atau laser in situ keratomileusis (LASIK).
Keratitis kronis karena herpes simpleks, herpes zoster, atau
konjungtivitis vernal.
Laki-laki muda.
Sehat.
Tidak memiliki penyakit mata yang signifikan.
Riwayat trauma sebelumnya (terutama karena tumbuhan ataupun
tanah)
Pekerjaan pertanian.
Gejala-gejala yang muncul meliputi:
Sensasi Benda asing
Meningkatnya rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada mata
Pandangan mendadak kabur
Mata menjadi merah (kemerahan yang tidak biasa)
Kerusakan yang luas dan keluarnya cairan dari mata
Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya
Kurang nyeri dibandingkan dengan ulkus bakteri (Lesi kornea yang
indolen)
Tanda-tanda yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik:
Ulkus luas, tepi ulkus sedikit menonjol, kering dan irregular, putih abu-
abu, atau coklat sesuai koloni jamur. Tonjolan seperti hifa di bawah
endotel utuh.
injeksi konjungtiva
defek pada epitel
infiltrasi pada stroma
Lesi satelit
Plak endotel
Hipopion, kadang-kadang rekuren
Formasi cincin sekeliling ulkus
Tri Anggun Apriani 15
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Reaksi di atas timbul akibat investasi jamur pada kornea yang
memproduksi mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi
nekrosis kornea dan reaksi radang yang cukup berat.
2.7. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan
laboratorium.
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma, benda asing dan
abrasi pada kornea, riwayat pernah terkena keratitis yang berulang
misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh,
pemakaian lensa kontak, serta kortikosteroid yang merupakan presdiposisi
infeksi virus dan jamur, dan juga gejala klinis yang ada. Juga mungkin
terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS,
keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya
injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea.
Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
3. Pemeriksaan Oftalmologi
Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca
pembesar dan pencahayaan terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya
saat menggerakkan cahya di atas kornea, daerah yang kasar menandakan
defek pada epitel.
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Tri Anggun Apriani 16
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi. Pada tes fluoresein
defek epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijau.
Gambar 12. Kornea ulcer dengan fluoresensi
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosa kausa dan juga
penting untuk pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan.
a) Melakukan pemeriksaan kerokan kornea
Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan
spatula kimura yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop.
Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India,
dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%,50-60%,60-75% dan
80%.
Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi
Gambar 10 a.Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 10 b.Pewarnaan gram ulkus kornea
herpes simplex herpes zoster
Tri Anggun Apriani 17
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Gambar 11. a Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 11. b Pewarnaan gram ulkus kornea
bakteri akantamoeba
c) Biopsi Jaringan kornea
Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.
d) Nomarski differential interference contrast microscope
Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode
Nomarski).
2.8. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada
jenis dari jamur.
a) Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya
Berikan topikal amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,
Natamycin > 10 mg / ml, golongan imidazole.
b) Jenis jamur telah diidentifikasi
Jamur berfilamen
topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin, imidazle.
Ragi (yeast)
Amphotericin B, Natamycin, imidazole
Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati
Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.
Tri Anggun Apriani 18
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha
terakhir. Steroid topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi
awal. Diberikan juga obat siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia
posterior untuk mengurangi uveitis anterior.
Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :
a. Debridement
b. Flap konjungtiva, partial atau total
c. Keratoplasti tembus
Penyembuhan lama dan anti jamur topikal masih diperlukan paling
kurang 3 minggu setelah epitelisasi sempurna terjadi. Penanganan yang tidak
akurat sering terjadi perforasi kornea dan diakhiri dengan eviserasi.
2.9. Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak
kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang
sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan
basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.
2.10. Komplikasi
Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan
komplikasi yaitu :
1. Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata
2. Perforasi kornea
3. Iritis dan ridosiklitis
4. Descematokel
Tri Anggun Apriani 19
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
5. Glaukoma sekunder
6. Endoftalmitis atau panoftalmitis
7. Katarak
2.11. Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan
ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan
waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta
timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan
yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini,
apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan
antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan
dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua
metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan
pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil
dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus
yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat
membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
BAB III
KESIMPULAN
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata
sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.
Penyakit ini makin banyak dijumpai pada pekerja pertanian dan kini makin banyak
dijumpai pada penduduk perkotaan sejak mulai dipakainya obat kortikosteroid
dalam pengobatan mata.
Tri Anggun Apriani 20
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
Kebanyakan ulkus kornea karena jamur disebabkan oleh organisme oportunis
seperti candida fusarium, aspergillus, penicilium, cephalosporium, dan lain-lain.
Tidak ada ciri khas yang membedakan ulkus jamur ini.
Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat sembuh,
tanpa harus terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi, dapat merusak kornea
secara permanen. Dan juga dapat mengakibatkan perforasi dari interior mata,
sehingga menimbulkan penyebaran infeksi dan meningkatkan resiko kehilangan
penglihatan yang permanen. Semakin telat pengobatan ulkus kornea, akan
menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan parut yang luas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, et al. Kornea dalam Oftalmologi Umum. Jakarta: Widia Medika, 2000, hal. 129-40.
2. Ilyas, Sidarta. Ulkus kornea dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006. Hal. 159-67.
3. James, Bruce., Chew, Chris., Bron Anthony. Lecture Notes Oftamologi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. hal. 5.
Tri Anggun Apriani 21
Paper Ulkus Kornea Fungus SMF Mata Rumah Sakit Haji Medan 2015
4. Wijaya Nana. Ilmu Penyakit Mata.
5. American Academy of Opthalmology section 8. San Francisco. 2008
6. Fungal Keratitis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com. Diakses pada
tanggal 11 Mei 2011.
7. Ulkus Kornea. Diunduh dari : www. razimaulana.files.wordpress.com . Diakses
tanggal 11 mei 2011.
8. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14
Tri Anggun Apriani 22