unika soegijapranatanews.unika.ac.id/wp-content/uploads/kronik-126-resize.pdfkronik edisi 126/th.xvi...

28
1 Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018 th.XVI/ 15 Desember 2018 Unika Soegijapranata 126 snap QR code Pendidikan Karakter merupakan proses untuk membuat seseorang memiliki kualitas diri utama, dimana seseorang dibentuk oleh kepatuhan terhadap nilai-nilai tertentu, bukan dengan retorika atau niat baik. atau karakter adalah etika dalam tindakan. Karakter dibangun secara bertahap layaknya orang membangun sebuah rumah. Karakter tidak dapat secara instant terbentuk, membutuhkan waktu dan proses yang panjang batu demi batu keputusan demi keputusan. Pendidikan karakter merupakan suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya, yang memiliki tujuan membentuk penyempurnaan diri individu dengan berkelanjutan serta melatih kemampuan untuk arah hidup yang lebih baik. (Doni Kusuma 2007). The Joseph Institute of Ethics mengelompokkan dalam Enam jenis karakter (enam pilar) adalah sebagai berikut: a. Trustworthiness: kepercayaan: bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki: integritas, kejujuran, dan loyalitas b. Fairness: Keadilan: membentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pikiran terbuka dan tidak ingin mengambil keuntungan dari orang lain. c. Caring: Kepedulian: bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan kepedulian terhadap orang lain dan kondisi sosial lingkungan. d. Respect: Hormat, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain. e. Citizenship: kewarganegaraan, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar akan hukum dan peraturan serta perawatan terhadap lingkungan alam. f. Responsibility: Tanggung jawab, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan hal-hal sebaik mungkin. Mgr. Soegijapranata (Soegija) sebagai seorang pemimpin tertinggi pada masa itu ternyata memiliki model yang sama dalam mendidi, memahami apa yang harus dilakukan untuk mengangkat martabat bangsanya. Selain kegiatan yang dilakukan dalam berpolitik, berdiplomasi, dalam setiap kesempatan Soegija selalu menyampaikan pesan bagaimana mendidik, mengembangkan diri, mengisi hidup bagi diri, gereja dan Negara. Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan, Soegija sangat giat dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada umat atau masyarakat yang ditemui. Tentu nilai-nilai yang disampaikan merupakan proses pendidikan yang beliau dapat dan alami sendiri. Soegija membagi pendidikan dalam beberapa bagian antara lain: 1. pendidikan selaku orang perseorangan, selaku kepribadian, yang berdiri sendiri, merdeka, berdaulat, bertanggung jawab atas tuntutan hidup yang terakhir. pendidikan perseorangan: memuat pendidikan badan (kesehatan, keuletan, keutuhan, kemurnian) dan jiwa (budi, hati, kehendak, ingatan, perasaan, pengetahuan, ilmu, spiritual agama moril, sopan santun, budi bicara, budi bahasa, aestetis, peradaban). 2. pendidikan selaku isi rumah tangga 3. pendidikan selaku pengikut suatu agama 4. pendidikan selaku warga negara 5. pendidikan selaku warga suatu negara atau suku bangsa Pendidikan Karakter Menurut Mgr. Soegijapranata

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    th.XVI/15 Desember 2018

    Unika Soegijapranata126

    snapQR code

    Pendidikan Karakter merupakan proses untuk membuat seseorang memiliki kualitas diri utama, dimana seseorang dibentuk oleh kepatuhan terhadap nilai-nilai tertentu, bukan dengan retorika atau niat baik. atau karakter adalah etika dalam tindakan. Karakter dibangun secara bertahap layaknya orang membangun sebuah rumah. Karakter tidak dapat secara instant terbentuk, membutuhkan waktu dan proses yang panjang batu demi batu keputusan demi keputusan. Pendidikan karakter merupakan suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya, yang memiliki tujuan membentuk penyempurnaan diri individu dengan berkelanjutan serta melatih kemampuan untuk arah hidup yang lebih baik. (Doni Kusuma 2007).

    The Joseph Institute of Ethics mengelompokkan dalam Enam jenis karakter (enam pilar) adalah sebagai berikut:a. Trustworthiness: kepercayaan: bentuk karakter yang

    membuat seseorang memiliki: integritas, kejujuran, dan loyalitas

    b. Fairness: Keadilan: membentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pikiran terbuka dan tidak ingin mengambil keuntungan dari orang lain.

    c. Caring: Kepedulian: bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan kepedulian terhadap orang lain dan kondisi sosial lingkungan.

    d. Respect: Hormat, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain.

    e. Citizenship: kewarganegaraan, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar akan hukum dan peraturan serta perawatan terhadap lingkungan alam.

    f. Responsibility: Tanggung jawab, bentuk karakter yang

    membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan hal-hal sebaik mungkin.

    Mgr. Soegijapranata (Soegija) sebagai seorang pemimpin tertinggi pada masa itu ternyata memiliki model yang sama dalam mendidi, memahami apa yang harus dilakukan untuk mengangkat martabat bangsanya. Selain kegiatan yang dilakukan dalam berpolitik, berdiplomasi, dalam setiap kesempatan Soegija selalu menyampaikan pesan bagaimana mendidik, mengembangkan diri, mengisi hidup bagi diri, gereja dan Negara.

    Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan, Soegija sangat giat dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada umat atau masyarakat yang ditemui. Tentu nilai-nilai yang disampaikan merupakan proses pendidikan yang beliau dapat dan alami sendiri.

    Soegija membagi pendidikan dalam beberapa bagian antara lain: 1. pendidikan selaku orang perseorangan, selaku

    kepribadian, yang berdiri sendiri, merdeka, berdaulat, bertanggung jawab atas tuntutan hidup yang terakhir. pendidikan perseorangan: memuat pendidikan badan (kesehatan, keuletan, keutuhan, kemurnian) dan jiwa (budi, hati, kehendak, ingatan, perasaan, pengetahuan, ilmu, spiritual agama moril, sopan santun, budi bicara, budi bahasa, aestetis, peradaban).

    2. pendidikan selaku isi rumah tangga3. pendidikan selaku pengikut suatu agama4. pendidikan selaku warga negara5. pendidikan selaku warga suatu negara atau suku

    bangsa

    Pendidikan Karakter Menurut Mgr. Soegijapranata

  • 2 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    6. pendidikan internasional dan mungkin supernasional7. pendidikan selaku anggota masyarakat selaras

    dengan bakatnya lahir batin, keahlian, jawatan(sosial)

    Soegija dalam sambutan mengatakan dengan iklas hati kami berseru: anak-anaku usahalah dengan tekun dan tubi, dengan cermat dan seksama dengan murah hati dan gagah berani, untuk menyuguhkan dengan bukti yang nyata, epiteton oranang, sesebutan penghiasan penghargaan dan kehormatan yang diberikan oleh masyarakat katolik Indonesia kepadamu, ialah kusuma bangsa, harapan gereja dan Negara.

    Pada kesempatan lain Soegija juga menyampaikan bagaimana cara menjadi diri yang memiliki karakter dan bagaimana iman katolik yang menjadi inti hidup harus terus diperjuangkan beliau mengatakan:

    hendaknya para siswa mulai sekarang juga mempergiat semangat belajar, justru semangat menggembleng diri sendiri. imam cerdik pandai, cukup cakap dalam membina sesama manusia untuk mengatasi kesulitan, kesukaran di medan perjuangan sehari-hari memang kami butuhkan, terutama pamong jiwa, yang bebas jiwanya dari pengaruh yang menyeleweng baik dari dalam maupun luar sehingga mampu berfikir yang hening, bertindak tegas dalam perkara yang perlu-perlu akan memberi hati kepada golongan katolik dalam melaksanakan hidupnya secara katolik.

    Dalam hidup berbangsa dan bernegara Soegija memberikan nilia-nilai yang harus dijunjung tinggi bagaimana melawan berbagai jenis kejahatan yang timbul seiring berkembangnya masyarakat:

    hanya dengan semangat radikalisme kita dapat mempertahankan perikemanusiaan dengan kesusilaan, kejujuran dan ketulusan hatinya, semangat radikalisme hanya dapat digalang dengan cinta kasih yang berkobar-kobar terhadap Tuhan dan sesama manusia. Sebab kejahatan pun menjalar secara radikal pula, membabi-buta. kejahatan meresap dalam lapisan masyarakat.

    Pada kesempatan lain Soegija menuliskan bahwa pada masa itu kehidupan masyarakat Indonesia hidup penuh toleransi dan kerjasama:

    “bangsa Indonesia, yang belum terbakar oleh api pertentangan lapisan pada umumnya pergaulan hidup sehari-hari bersemangat ramah-tamah, persaudaraan, sederhana dan bersahaja gemar akan gotong royong dan toleransi. meskipun berbeda agama, keyakinan dan aliran mereka hidup bersama, merupakan rukun kampung, rukun desa, saling menghargai dan menghormati bersandaran keri kemanusiaan dan perhitungan, bahwa mereka saling membutuhkan dalam hidup bermasyarakat. mereka menghargai sopan santun, yang menampak pada tingkah lakunya dan langkah jejaknya, yang nampak pula dalam bahasanya dan perasaannya yang lemah lembut”.

    Soegija mengajak untuk berjuang dalam kemerdekaan jiwa, dengan kemerdekaan jiwa, orang dapat bebas lepas menentukan pilihan hidupnya, dan diharapatkan dapat digunakan untuk kepentingan yang lebih tinggi, mengalahkan kepentingan diri sendiri: kemerdekaan jiwa

    itulah yang membebaskan kita dari semangat ateis, materialis, amoralis, individualis, nudis, rapuhisme. Kemerdekaan jiwa itulah yang berani menolak dengan tegas apapun yang melemahkan perjuangan kita, yang merosotkan kesusilaan bangsa kita, meskipun meminat budi dan menawan hati, menyedapkan mata membujuk pancaindra.

    Mengedepankan kesaradan akan kepentingan bangsa, mencintai, memelihara bangsanya yang merupakan warisan leluhur dengan niat yang kuat seturut perkembangan jamannya juga merupakan ajakan Soegija ”… memberi hati, untuk berani mempertahankan, menjunjung tinggi harta benda pusaka nasional warisan nenek moyang, baik bersifat jasmani maupun rohani, sadar akan cultuur patrimonum atau harta benda pusaka nasional, sadar akan adat istiadat dan kesusilaan nasional, dengan niat yang bulat untuk memeliharanya, memperbaikinya, memperkembangkannya sesuai dengan permintaan jaman, itulah cinta kasih kepada bangsa atau nasionalisme yang sehat, seperti cinta kepada patria atau tanah air adalah patriotism.

    Tampak jelas bahwa Soegija sebagai Pemimpin Umat katolik memikirkan dan mengajak bagaimana berkehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Pancasila sebagai dasar Negara dihidupi dengan prinsip-prinsip katolik sehingga umat katolik memiliki pandangan yang jelas bagaimana hidup dalam masyarakat yang plural itu dengan mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Maka Soegija mengajak “isilah pancasila haluan negara dan haluan masyarakat dengan prinsip-prinsip katolik yang masuk akal dan boleh dipertanggungjawabkan dan dibanggakan. isilah amanat penderitaan rakyat dengan kecintaan katolik yang berani bertindak dan lupa akan kepentingan diri yang bersifat fana, sementara duniawi dengan menyangkan diri dan dengan berkorban. isilan front nasional dengan tenaga katolik, yang bermutu aristokrat menurut budi dan hatinya. tidak menurut asal dan aslinya. isilah pramuka dengan asal pendidikan yang bedasar prinsip katolik dalam corak nasional.

    Pendidikan dalam keluarga menurut Soegija merupakan tempat paling utama dalam mendidik, dalam keluarga itulah menjadi tempat persemaian karakter yang diharapkan menjadi tulang punggung sebuah bangsa. Pendidikan sekolah nampaknya Mgr. Soegija memilih model Model pendidikan asrama yang tegas, teratur, bebas dan sangat memberi warna pada masyarakat.

    Harga manusia itu adalah harga kesusilaannya adapun ukuran kesusilaan manusia itu ialah budi pekertinya padahal budi pekerti manusia itu merupakan tiga perempat hidup manusia.

    Adapun tempat penggemblengan itu bukan tempat yang senantiasa memberi girang gembira. sebab digembleng itu berarti ditaruh diatas landasan besi yang di sebut paron, lalu dipukul, ditempa, kadang dihantam dengan sebuah pukul besi atau godam penggemblengan itu terasa pait dan sakit menyebabkan pedih dan perih. tetapi pada akhirnya pengobatan jiwa itupun mengakibatkan perasaan lega puas, senang dan tenang juga dengan lonceng yang kejam dan peraturan yang jelas, apalagi disiplinnya yang tegas selama mereka melakukan kalwat sebagai cantrik. Merekai diwajibkan bekerja dengan mempersiapkan diri, agar

  • 3Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    Wira yang merupakan alumnus SMA Kebon Dalem Semarang dan penyuka warna putih ini, membagikan pengalamannya selama kuliah hingga dirinya terpilih menjadi salah satu wisudawan terbaik pada wisuda periode III tahun 2018 Unika Soegijapranata. “Sebetulnya dalam hal kuliah saya seperti mahasiswa pada umumnya, namun memang dalam kegiatan kuliah tugas-tugas yang menjadi kewajiban mahasiswa memang perlu dibuat jadwal yang teratur untuk mengerjakan beberapa hal. Seperti misalnya untuk tugas perkuliahan dikerjakan sedikit demi sedikit sejak beberapa hari sebelum deadline serta untuk proyek alat harus dirancang jadwal pembuatan alat secara terperinci langkah demi langkah supaya hasilnya maksimal,” terangnya.

    Meski demikian sebagai manusia biasa tentu Wira juga pernah mengalami kegagalan, dan saat mengalami kegagalan ada satu prinsip yang dia pegang sehingga dia mampu untuk melangkah kembali. Prinsip itu adalah Kegagalan adalah awal kesuksesan. Ingat kembali alasan berjuang hingga saat ini.

    Wira juga memiliki hobi membaca dan mendengarkan musik. Dalam kesibukannya kuliah, Wira yang merupakan putra dari Bapak Silvanus Halim Cahyo Saputro serta memiliki dua saudara ini juga masih menyempatkan diri untuk terlibat aktif dalam organisasi kampus yaitu sebagai Sekretaris dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro.

    Selain itu ada juga prestasi bertaraf internasional yang dimilikinya semasa kuliah, salah satunya adalah sebagai presenter seminar internasional : The 5th International Conference of Information Technology and Computer

    Electrical Engineering 2018 (ICITACEE 2018) yang dilaksanakan pada tanggal 26-28 September 2018.

    Menutup wawancara dengan tim Kronik, Wira yang memiliki motto : Segala sesuatu harus direncanakan, juga berpesan kepada adik kelasnya untuk jangan malu bertanya kepada dosen dan manfaatkan segala fasilitas lab untuk menambah

    ilmu dan pengalaman.(AAT-AS)

    Atur Jadwal dan

    Rancang Kegiatan

    Sebelum Dijalankan

    Wira Adhitama Cahyo Saputro

    Berhasil menyelesaikan studi di Program Studi (Prodi) Teknik Elektro Fakultas Teknik Unika Soegijapranata, ternyata telah membawanya pada prestasi menjadi Wisudawan Terbaik Prodi Teknik Elektro dengan IPK 3,67 serta predikat kelulusan ‘Dengan Pujian’.

    Wira Adhitama Cahyo Saputro atau sering disapa Wira telah berhasil meraih prestasi terbaiknya setelah melalui ujian skripsi dengan judul “Inverter 11-Tingkat Satu Fasa Untuk Aplikasi Photovoltaic”.

    supaya mampu mengabdikan diri kepada masyarakat selaku guru, yang cukup pandai dan cerdas budinya yang cukup jujur dan tulus hatinya yang cukup sehat dan kuat badannya.

    Penggemblengan membutuhkan waktu yang cukup lama, Dougn norman mengatakan bahwa “it takes 5000 hours to turn a novice into an expert” yang selanjutnya dikenal dengan sebutan apprentices law. Menjadi pakar itu membutuhkan waktu 5000 jam, artinya jika kita belajar dalam bidang tertentu dengan focus sehari 8 jam maka kita akan menguasai materi dalam waktu sekitar 2 tahun.

    Mgr. Soegija mengajarkan bagaimana menjadi pribadi yang utuh dengan nilai-nilai luhur yang digunakan dalam kehidupan pribadi, hidup social bahkan hidup berbangsa dan bernegara.

    Pendidikan karakter dalam keluarga dan sekolah tersebut

    diharapkan dapat membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter, yang mengedepankan kepentingan umum yang berniat bulat akan memperhambakan diri kepada nusa bangsa.

    Nilai-nilai yang disampaikan Soegija antara lain: sopan, santun berusaha, tekun, tubi, cermat, murah hati, gagah berani, kehormatan, sukarela, gembira, sehat djiwa, sehat badannya, hening budi, murni hati, halus dan tulus perasaannya, jujur, utuh, ulet dan kuat tubuhnya, bersopan santun, bertata tertib, bertata susila, dan dipercaya, belajar dengan rajin, dengan sabar hati dan berbudi, bertanggung jawab, peduli, berbangsa, bernegara.

    _________________________

    Albertus Dwiyoga Widiantoro

    Anggota The Soegijapranata Institute, Dosen Prodi Sistem Informasi

  • 4 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Menjadi aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa tidak selalu membuat prestasi akademik menurun, justru dengan berbagai kegiatan tersebut membuat Cindy Regan Handoyo berhasil menorehkan tinta keberhasilan melalui perjuangannya dalam menempuh pendidikan di Program Studi Teknik Sipil. Dara yang akrab dipanggil Regan ini merupakan wisudawan terbaik di program studinya pada Wisuda Periode III Desember 2018. Regan cukup aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan serta menjadi salah satu penerima beasiswa Djarum angkatan ke-32.

    Regan menuturkan bahwa dengan mengikuti berbagai kegiatan dapat meningkatkan motivasinya dalam menempuh pendidikan. Hal tersebut tak lepas dari berbagai dukungan teman-temannya yang ada di organisasi serta Beswan Djarum. Berbagai kegiatan tersebut memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai aspek kegiatannya, termasuk pendidikan. Daya tahan dalam menghadapi kesulitan dan kendala dalam pengerjaan tugas akhir menjadi bukti bahwa tak selamanya berkegiatan membuat prestasi menjadi menurun.

    “Sebenarnya kesulitan yang saya hadapi ketika harus mencari proyek gedung pencakar langit di Kota Semarang sangatlah sulit karena adanya regulasi pelarangan gedung tinggi. Maka mau tidak mau saya harus ke Surabaya untuk mendapatkan data-data penelitian. Dalam mendapatkan data juga bukan perkara mudah karena harus menunggu proyek berjalan dan waktu itu selalu dimulai jam 12 malam. Daya tahan itu tidak akan saya dapatkan jika saya tidak ikut berbagai kegiatan organisasi. belajar menjadi pribadi tangguh dan tahan banting tidak didapatkan dalam teori di kelas saja, melainkan harus ada kegiatan langsung.”

    Melalui Tugas Akhir yang diusung yakni ESTIMASI LIFE CYCLE COSTING CO2 (LCCCO2) PADA PEKERJAAN PENGECORAN STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGKAT TINGGI, sempat membuat Regan berhenti selama satu bulan dalam proses pengerjaanya. Walaupun begitu, ia mampu bangkit kembali untuk mengerjakan TA tersebut. Tantangan lain bagi Alumnus SMA Sedes Sapientiae ini adalah ketika harus membagi waktu antara bekerja dengan penyelesaian kewajibannya. Ia mengaku pada awalnya kesulitan dalam membagi waktu, namun belajar dari pengalamannya mengikuti berbagai kegiatan pada akhirnya Ia membuat perencanaan jangka panjang dan jadwal agar pekerjaan dapat seimbang dengan penyelesaian Tugas Akhir.

    “Sebenarnya saya sudah bekerja sejak lulus dari sidang proposal, namun ketika memulai pekerjaan saya terbentur dalam manajemen waktu. Pada akhirnya saya mencoba menikmati ritme dan membuat jadwal rutin. Kembali lagi pada komitmen yang saya pegang, Jalani dulu apa yang ada saat ini dan perjuangkanlah, maka apa yang diperjuangkan akan berbuah manis.” Pungkasnya (Ign)

    Hasil Tak Akan

    Mengkhianati

    Usaha Cindy Regan Handoyo

  • 5Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    Perjalanan sulit itu menjadikan dr Laurensius Lungan atau yang akrab dipanggil dr Ari ini semakin kuat dan tidak gampang patah arang. Mengambil penelitian tesis dengan judul TANGGUNG JAWAB DOKTER TERHADAP PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BERDASARKAN KEPUTUSAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 188.46/265/DINKES/2016 TENTANG PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT 24 JAM DI PUSKESMAS NON PERAWATAN KABUPATEN TANAH BUMBU berhasil membawa dr Ari sebagai wisudawan terbaik dari Program Studi Magister Hukum Kesehatan pada wisuda periode III tahun 2018 Unika Soegijapranata.

    “Puji Tuhan, saya boleh sampai pada tahap wisuda ini. Dengan penuh rasa syukur, saya sangat senang dan berterima kasih kepada semua dosen, manajemen kampus, serta berbagai pihak terkait, yang telah mendukung dan mendoakan saya, hingga bisa mendapatkan predikat yang luar biasa ini, yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan.”

    Berprofesi sebagai seorang dokter umum, tidak serta merta membuat dr Ari lupa dengan tanggung jawabnya pada studi yang dijalani sekarang. Demi kemajuan bidang hukum kesehatan di daerah Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, menjadi motivasi tersendiri bagi dr Ari dalam menjalani studinya. Walaupun Terkendala dengan lokasi penelitian yang hanya bisa ditempuh dengan transportasi perahu klotok untuk menyusuri sungai selama kurang lebih setengah jam perjalanan, tidak menyurutkan semangat dr Ari untuk menyelesaikan tesisnya dengan maksimal.

    “Segalanya disesuaikan dengan kemampuan berpikir itu sendiri, bertanggung jawab dan mandiri,” demikian dr Ari mengutarakan spirit yang mendorongnya untuk bisa bekerja dengan maksimal. Dan tentu saja buah dari kegigihannya membuahkan hasil dengan menjadi yang terbaik dalam wisuda mendatang.

    Penyuka warna biru dan ungu ini pun akan kembali melanjutkan apa yang telah ditugaskan dalam pemerintahan di Kalimantan Selatan, sekembalinya menyelesaikan studi. Dan tentu saja masih ada keinginan yang akan diwujudkan setelahnya, yaitu menjadi dr spesialis atau membangun rumah sakit.

    Di bagian akhir dr Ari menyampaikan tentang prinsip yang dia yakini : Jika sudah memilih dan memulai, jangan pernah berhenti berusaha untuk mencapai hasil terbaik, apapun tantangan yang di hadapi, harus tetap yakin dan bergerak maju, hingga saat selesai tiba.

    Selanjutnya dr Ari yang memiliki motto hidup,“Tidak ada jalan yang terlalu sulit selagi kita mau dan mencoba,” mengutarakan harapannya untuk kemajuan Prodi Magister Hukum Kesehatan Unika. “Semoga Prodi

    Jangan Pernah Berhenti Berusaha Untuk Mencapai Hasil Terbaik

    Magister Hukum Kesehatan Unika Soegijapranata tetap menjadi yang terbaik di Indonesia, dan semoga sistem hukum kesehatan dapat terus berkembang dengan baik, agar dapat benar-benar mendukung kelancaran sistem pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia.” (C.Eliz)

    dr. Laurensius Lungan

  • 6 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Margarita, nama singkat yang menggambarkan sosok perempuan muda yang baru saja menyelesaikan studinya di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dengan menyandang gelar Sarjana Hukum. Margarita merupakan salah satu dari wisudawan-wisudawati terbaik yang dimiliki Unika dengan menjadi wisudawan terbaik Program Studi Ilmu Hukum dalam wisuda periode III tahun 2018.

    Kuliah di Unika mulai tahun 2015 dan lulus pada tahun 2018. Hal tersebut menjadi dambaan semua mahasiswa , dimana Margarita bisa lulus tepat pada waktunya dan bahkan lebih cepat. Selain itu, dengan judul skripsinya “Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Putusan Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Kasus Putusan Nomor. 163/Pid.Sus/2016/Pn.Kds)”, Margarita juga berhasil menyelesaikan studi dengan IPK 3,72 dan predikat kelulusan ‘Dengan Pujian’.

    “Hal tersebut tentu tidak didapatkan dengan mudah. Ketika kita ingin mencapai sesuatu kita harus memulai dari hal yang kecil. Salah satu contohnya dengan mencintai apa yang kita pelajari,” terang Margarita. Dan hal itu terbukti dengan kecintaannya pada bidang hukum maka akhirnya dia memilih ilmu hukum sebagai studi S-1nya dan berhasil menyandang prestasi wisudawan terbaik.

    Dalam menjalani kehidupan di kampus tentunya tak jauh dari berbagai masalah yang dihadapinya. “Saya selalu berusaha untuk tetap melakukan yang terbaik dengan cara memotivasi

    Mencintai Apa Yang Kita

    Pelajari

    diri sendiri. Selanjutnya kita perlu juga berfikir tentang kebahagiaan yang dialami di dalam kampus karena dari situlah kita akan mendapat semangat kembali. Terlepas dari itu, kebahagiaan di dalam kampus juga perlu di syukuri, mulai dari mengenal berbagai karakter teman, dosen hingga menikmati indahnya kehidupan berorganisasi,” ungkap Margarita yang merupakan alumnus SMA Kanisius Kudus.

    “Nikmatilah kehidupan dan suasana di kampus. Mungkin itu yang dapat memotivasi kita untuk tidak cepat bosan terhadap situasi yang selalu monoton dan bahkan membuat kita bosan dan lelah. Kita harus bisa memotivasi diri kita sendiri dalam menghadapi berbagai situasi selama kita mampu dan hal tersebut harus dilakukan,” lanjut Margarita.

    “Belajar adalah tahapan menimba ilmu dari berbagai situasi yang ada. Jangan pernah merasa sendiri, motivasi diri dari dalam dan dari luar. Terus lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan. Tetap semangat dalam menjalani dinamika di Kampus Ungu Unika Soegijapranata Semarang,”pesan Margarita kepada rekan-rekannya yang masih bergelut dalam studi di kampus. (Lia)

    Margarita

  • 7Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    Felicitas Devita Pravijanti yang akrab di panggil Devi ini lahir di Semarang, 10 Juli 1996. Wanita manis ini menjadi salah satu wisudawan terbaik Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum dan Komunikasi pada wisuda periode III tahun 2018 Unika Soegijapranata. Devi mengaku kaget dan tidak percaya jika dirinya menjadi salah satu wisudawan terbaik dengan IPK 3,70.

    “Ya ini bonus dari kuliah aku selama ini, aku tidak mengejar hal itu tapi ternyata Tuhan memberikan bonus di akhir masa kuliahku,” katanya sambil tersenyum.

    Devi yang merupakan alumnus SMA PL Don Bosco Semarang menyatakan bahwa menempuh studi di Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi dirasa sesuai dengan passion yang dimilikinya, karena sejak SMP dia sering dimintai tolong menjadi pembawa acara dalam acara-acara yang diselenggarakan. Kemantapannya memilih prodi Ilmu Komunikasi juga merupakan saran dari guru matematikanya sewaktu SMA. Meskipun awal pendaftaran di Unika, Devi diterima di dua program studi yaitu Psikologi dan Ilmu Komunikasi.

    “Awalnya bingung ya, tapi setelah berdoa dan di penentuan akhir dalam nama Tuhan Yesus aku memilih Ilmu Komunikasi,” tuturnya.

    Tidak hanya pandai dalam hal akademis saja, namun dirinya juga aktif dalam organisasi dan kepanitiaan yang ada di kampus. Banyak kepanitiaan yang Devi ikuti, Devi juga tercatat menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Komunikasi selama dua periode. Baginya kuliah sambil aktif dalam kepanitiaan bukan menjadi suatu halangan, yang penting adalah bagaimana kita sebagai mahasiswa bisa sadar diri dan menempatkan skala prioritas kita dengan tepat. Apalagi sudah menjadi seorang mahasiswa yang pasti dunianya akan sangat berbeda dengan SMA. Semua harus dilakukan secara mandiri dan tidak ada yang akan mengingatkan kita.

    Namun Devi bersyukur karena selama belajar di program studi Ilmu Komunikasi dia memiliki teman-teman yang baik dan kooperatif. Dosen dosennya juga mumpuni dan mau membimbing mahasiswa. Bahkan mata kuliah di jurusan ilmu komunikasi dianggapnya sangat cukup bagi bekal mahasiswa di dalam dunia pekerjaan nantinya. Devi juga merasa beruntung karena program wajib program studi Ilmu Komunikasi yaitu magang menjadikannya semakin tahu dan paham mengenai Ilmu Komunikasi. Hal-hal diataslah yang membantu Devi meraih kesuksesan sampai pada saat ini.

    “Sebenarnya aku juga bukan tipe orang yang suka belajar ya, tapi aku memiliki prinsip bahwa aku di kelas

    harus benar-benar memperhatikan penjelasan dari dosen dan mencatat hal-hal yang penting. Dengan begitu tidak usah belajar sampai kebut semalam pun pasti kita akan tetap ingat dan paham materinya. Selain itu yang terpenting adalah lakukan semuanya dengan sepenuh hati, dengan mood dan suasana hati yang gembira. Dengan begitu apa yang kita lakukan akan jadi berkat. Jangan khawatir karena Tuhan turut bekerja dalam segala yang kita lakukan,” kata Devi sambil tersenyum.(SIC)

    Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala yang Kita Lakukan Felicitas Devita Pravijanti

  • 8 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Namanya adalah Maria Veronika Dhianita Oktavia Indratno. Nita adalah sapaan akrabnya, anak dari pasangan Mikael Yudhi Indratno. Mengenyam pendidikan Magister Manajemen selama dua tahun lamanya, Nita meraih predikat cukup membanggakan yakni sebagai lulusan terbaik di Program Studi Magister Manajemen dengan IPK 3,78 dan predikat kelulusan Dengan Pujian.

    Sebelumnya wanita yang memiliki hobi menari dan memasak ini sudah menyelesaikan studi S1 pada program studi Psikologi di Unika Soegijapranata. Mengawali jenjang pendidikan di SD Marsudirini kemudian mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Maria Mediatrix dan berlanjut di SMA Sedes Sapientiae. Pendidikan kuliah S1 dan S2 di tempuhnya di Unika Soegijapranata.

    Selama berkuliah di Unika Soegijapranata, Nita merasa terkesan dengan pihak kampus yang sangat memperhatikan kecerdasan dan ilmu pengetahuan mahasiswanya, tetapi juga soft skill dari peserta didiknya. Perjuangan yang ditempuh selama dua tahun di S2 tidaklah mudah, demikian juga dalam penyusunan tesis dengan judul "Inovasi Bisnis Pada Phoenix Dancer Semarang Melalui Kanal Youtube". Ia juga bertutur untuk bisa mendapatkan hasil yang memuaskan harus bisa mengatur waktu maupun kesibukan yang lain semaksimal mungkin.

    Predikat sebagai lulusan terbaik dirasanya seperti mendapatkan hadiah natal dari Tuhan dan juga pencapaian ini dihadiahkan untuk ayahnya yang berulang tahun pada akhir Oktober lalu. (Boby)

    Hadiah Natal Buat Ayah

    Maria Veronika Dhianita Oktavia Indratno

  • 9Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    Menjadi wisudawan terbaik tidak pernah terlintas di benak Joshua Steven Han’s sepanjang kehidupannya. Ia tidak pernah menargetkan hal tersebut dalam proses menempuh ilmu di Unika Soegijapranata. Namun siapa sangka, skripsi yang berjudul SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN METODE WEIGHTED PRODUCT MODEL UNTUK SELEKSI KARYAWAN TETAP PADA CV. MITRA MOULDING SENTOSA SEMARANG mampu mengantarkannya menjadi seorang wisudawan Terbaik dari Program Studi Manajemen dalam wisuda periode III Desember 2018.

    “Saya melihat ini adalah sebuah pencapaian terbesar yang bahkan tidak pernah saya bayangkan akan saya terima. Sebenarnya topik tersebut saya ambil karena ada tantangan yang cukup besar mengingat penelitian tersebut sangat jarang ditemui dan dosen juga merekomendasi. Saya tidak menyangka bahwa saya menjadi wisudawan terbaik karena kakak kelas yang jadi wisudawan terbaik memiliki hal yang luar biasa daripada saya, namun saya mensyukuri apa yang saya dapatkan ini,” cetusnya.

    Alumnus SMA Karangturi ini bercerita bahwa proses pengerjaan skripsi ini menjadi hal yang tidak semenakutkan seperti apa yang ada di benak mahasiswa kebanyakan tentang skripsi, asalkan dengan niat yang kuat dan berpegang pada prinsip menimbulkan persepsi bahwa skripsi tidaklah sulit.

    “Dalam menempuh skripsi saya tidak begitu banyak menemui kendala yang berarti, karena kerangka teoritisnya dapat disesuaikan dan lebih fleksibel, selain itu ketersediaan subjek penelitian juga membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Pada intinya skripsi itu bukanlah hal yang sulit, saya selalu berpedoman pada nilai hidup yang saya yakini bahwa Apa yang dimulai harus diselesaikan, maka saya berusaha menyelesaikan apa yang saya mulai dengan sebaik yang saya bisa dan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri,” cerita Pria yang akrab disapa Steven ini.

    Hal menarik yang dialami oleh Steven adalah ketika pembuatan kuisioner penelitian, justru peran Human Resource dari perusahan lebih dominan karena harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Maka hal-hal teknis dan nonteknis selalu di konsultasikan kepada manajerial sumber daya manusia dari Perusahaan tersebut,

    “Hal teknis yang menurut saya menarik ketika harus sering bolak-balik untuk datang ke Perusahaan sekedar berkonsultasi mengenai pertanyaan penelitian serta hasil yang diperoleh, berkaitan pula dengan proses perijinan kan. Maka saya juga harus bisa menyaring apa yang boleh ditulis dan apa yang tidak. Walaupun sering begitu, saya melakukan ini dengan sukacita tanpa beban apapun.” (Ign)

    Skripsi Bukanlah Hal Yang Sulit

    Joshua Steven Han’s

  • 10 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Helena Wijayanti Hardjoprawiro yang kerap disapa Helen anak dari Kusbianto Hardjoprawiro dan Widajati Soewignjo menjadi salah satu wisudawati terbaik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi pada wisuda periode III tahun 2018.

    Judul skripsi nya yang berjudul “Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Pertumbuhan Perusahaan, Nilai Perusahaan, Kinerja Keuangan dan Kinerja Lingkungan” sempat membuatnya putus asa diawal karena cukup susah untuk menghubungkannya dengan teori yang ada. Namun berkat dukungan kedua orang tua, teman-teman terdekatnya (Gossip Squad dan Sarjana Legit), dan yang pasti bimbingan dari Dr Theresia Dwi Hastuti selaku dosen pembimbingnya akhirnya Helen berhasil menyelesaikan skripsi dengan sangat baik serta dapat lulus dengan IPK 3,71 serta predikat “Dengan Pujian”.

    Dibalik kepintarannya dan kegigihannya, selama kuliah Helen melatih soft skillnya melalui beberapa kepanitiaan dan pengabdian masyarakat yang Ia ikuti, seperti UKM Kelompok Studi Investasi (KSI), Thalasemia Day, Training FEB to Cebu, dan To Gather in Saturday.

    “Ora et Labora” yang menjadi motto hidupnya sungguh terbukti dalam hidupnya. Tepat setelah lulus dan sambil menunggu wisuda, Ia pun sudah mendapatkan pekerjaan di Jakarta sebagai staff Finance di perusahaan Orang Tua (OT). Perjuangan dan kegigihannya selama kuliah kini terbayarkan sudah.

    “Untuk kalian yang masih berjuang skripsi, tetap berjuang, berusaha, dan berdoa. Percaya Tuhan pasti tolong dan semua akan indah pada waktuNya.” tutup Helen. (Tata)

    Sempat Putus Asa

    Diawal Namun Akhirnya

    Berhasil Meraih Yang

    Terbaik

    Helena Wijayanti Hardjoprawiro

  • 11Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    “Lakukan apa yang aku suka, dan buatlah orang lain menjadi terkesan” Itulah motto dari seorang Cornelia Seilsa Dewi atau yang akrab disapa Cecha sebagai salah satu wisudawan terbaik dari Program Studi D3 Perpajakan Unika Soegijapranata dengan IPK 3,5. Wanita kelahiran 6 September 1996 di kota Magelang ini mengungkapkan bahwa untuk menjadi orang yang sukses yang perlu kita lakukan adalah dengan “Out of the box”.

    “Kesuksesan tidak dapat diraih dengan cara yang biasa-biasa saja. Kita harus berani untuk out of the box atau dalam kata lain berarti kita harus berani untuk keluar dari zona nyaman. Ketika kita mampu keluar dari zona nyaman maka kita harus siap menanggung semua resiko yang ada,” ucapnya.

    Cecha yang katanya sejak SMA mempunyai hobi fotografi, membuat video dan editing, menuturkan pengalamannya saat memutuskan untuk mendalami studi di Prodi Perpajakan. “Awalnya sih pengin belajar di bidang ilmu yang aku pilih, tapi karena sesuatu hal maka akhirnya aku putuskan memilih mendalami ilmu perpajakan di Unika Soegijapranata. Dan tidak disangka justru karena keputusan itulah aku akhirnya bisa menjadi wisudawan terbaik Prodi Perpajakan,” ujarnya bangga.

    Tentu saja kesuksesan yang diraihnya, bukan berarti tanpa hambatan dan mudah. Hal itu terungkap ketika putri dari pasangan Petrus Gregorius Sapto Utomo dan Cicilia Sri Sayekti ini membagikan pengalamannya. “Rasa malas kadang membuat aku patah semangat. Dan untuk

    mengantisipasinya, aku lebih sering memilih untuk sejenak melakukan aktifitas yang bisa membangkitkan semangatku, misalnya melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobiku yaitu fotografi atau membuat video maupun kegiatan lainnya yang bisa membuat aku fun,” terangnya.

    Wanita yang berasal dari SMA Negeri 2 Magelang ini juga aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia

    pernah menjadi Koordinator HMPSP (Himpunan Mahasiswa Program Studi Perpajakan) di bidang Penelitian dan Pengembangan periode 2016/2017. Ia juga pernah menjadi Ketua Panitia EBA (Economics Bussines Ambassador). Selain itu Ia juga aktif dalam OMK (Orang Muda Katolik) dan aktif pula dalam KOMSOS (Komisi Komunikasi Sosial) di Gereja Santa Maria Fatima Magelang. (AAT-AS)

    Berani Out of the box

    Cornelia Seilsa Dewi

  • 12 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Menjadi wisudawan terbaik tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Susana Adi Astuti. Wanita kelahiran Semarang, 29 Juli 1970 ini mengaku tak menyangka dapat menjadi wisudawan terbaik Magister Sains Psikologi pada wisuda periode III dengan IPK 3,91. Susana, begitu ia biasa disapa, menceritakan kisahnya mengapa memilih menekuni bidang Psikologi dan melanjutkan studi di Magister Sains Psikologi Unika Soegijapranata. “Saya tertarik untuk belajar psikologi yang mempelajari perilaku manusia, tetapi karena S1 saya bukan dari psikologi maka saya tidak dapat memilih profesi psikologi. Latar belakang S1 saya dari perikanan Undip. Maka dari itu saya memilih melanjutkan studi S2 di Magister Sains Psikologi yang dapat menerima mahasiswa dari latar belakang berbagai disiplin ilmu. Inilah keunggulan magister sains psikologi dan kebanyakan mahasiswanya juga sudah bekerja, sehingga kuliah sore hari juga menjadi pilihan,” ungkap Susana.

    Dalam tesisnya, Susana mengangkat topik mengenai perilaku beladiri karate. Hal ini sejalan dengan kesibukannya saat ini sebagai pengajar dan praktisi beladiri karate sabuk hitam. Tesisnya yang berjudul “Pengaruh Self-efficacy terhadap Perilaku Beladiri Karate Usia Dewasa dengan Self-Determined Motivation sebagai intervening variable” dipilihnya karena keprihatinannya terhadap minat mengajar dari pemegang sabuk hitam karate yang mulai menurun. “Sebagai pemegang sabuk hitam karate, saya merasa prihatin bahwa saat ini jumlah karate-ka (praktisi beladiri karate)

    sabuk hitam yang mau menjadi pelatih semakin lama semakin menurun, dengan alasan karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, karena tidak ada waktu, atau karena merasa tidak mampu dan tidak percaya diri untuk mengajar. Padahal sebagai seorang karate-ka sabuk hitam, mereka sebenarnya secara teknis sudah menguasai, tetapi justru tidak percaya diri dan merasa tidak mampu untuk mengajar,” terang Susana.

    Untuk itu, Susana meneliti bagaimana rasa percaya diri seseorang berpengaruh terhadap perilaku beladiri karate, khususnya pada praktisi sabuk hitam karate. Hal ini juga dipengaruhi oleh motivasi orang tersebut, yang menjadi variabel perantara dalam penelitian tesisnya.

    “Saya memasukkan variabel motivasi sebagai variabel perantara, yang artinya rasa percaya diri yang tinggi tidak menjamin karate-ka sabuk hitam otomatis menjadi pelatih, tanpa adanya motivasi dan tujuan yang jelas. Self-efficacy adalah keyakinan dan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Tujuan yang tidak jelas menyebabkan tidak adanya motivasi untuk melatih,” ungkapnya.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, “Kebanyakan karate-ka mempunyai tujuan untuk menjadi atlet dalam kompetisi pertandingan. Padahal aspek dari karate bukan hanya kompetisi, tetapi juga ada aspek kesehatan dan olahraga, serta untuk membentuk karakter melalui filosofi yang dipelajari dari karate. Filosofi

    inilah yang masih kurang dipelajari dalam karate, sehingga kebanyakan orang masih menganggap bahwa karate hanya untuk pertandingan saja. Padahal kompetisi atau pertandingan terbatas pada usia, sehingga karate-ka sabuk hitam yang sudah berusia dewasa berhenti melatih karate karena keterbatasan fisik dan umur mereka untuk melatih atlet. Padahal perlu diingat juga, bahwa sebenarnya tidak semua murid karate mempunyai tujuan untuk bertanding di kompetisi. Sehingga karate-ka sabuk hitam sebenarnya bisa melatih karate sebagai sarana kesehatan, bahkan untuk beladiri praktis. Dengan mengetahui tujuan yang jelas maka mereka akan termotivasi untuk tetap melatih walau sudah berusia dewasa,” jelas Susana.

    Dalam menyelesaikan studinya, kendala tentu saja tak lepas dari perjuangannya. “Menurut saya kendala terbesar yang dihadapi adalah rasa malas dan menunda pekerjaan,” terangnya. Namun, hal itu tak menjadi alasan baginya untuk berhenti. “Sebisa mungkin dalam sehari saya pasti mengerjakan tesis meskipun hanya satu jam, itu lebih baik daripada ditunda terus-menerus dan akhirnya malah menumpuk. Selain itu, komitmen adalah kunci utamanya. Jadi sesibuk apapun kita dan semalas apapun rasanya, jika ada komitmen untuk menyelesaikan tesis, maka kita tentu akan berusaha menyelesaikannya. Komitmen adalah wujud dari rasa tanggung jawab kita, bahwa apa yang sudah kita mulai sebaiknya diselesaikan dengan semaksimal mungkin,” ungkap Susana. Kendala lain yang dihadapinya adalah ketika menghadapi jalan buntu. “Kalau sudah tidak ada ide lagi, sedapat mungkin kita mencari solusi dengan orang yang tepat. Mungkin bertanya pada dosen, atau mencari buku, atau mengobrol dengan teman yang memang berkompeten,” lanjutnya.

    Selama menempuh studi S2 di Magister Sains Psikologi Unika Soegijapranata, semua pengalaman selama kuliah adalah pengalaman yang mengesankan bagi Susana, di mana ia bisa bertemu dengan teman dari berbagai jurusan, berdiskusi, dan mempelajari ilmu yang baru. Kepada teman-teman mahasiswa yang masih berdinamika dalam kuliah, ia berpesan, “Tetap semangat dan pantang menyerah. Sesulit apapun kendala yang dihadapi, pasti ada jalan keluar dan tentu saja dengan diiringi doa,” pungkasnya. (B.Agth)

    Kaji Self-Efficacy Pemegang Sabuk Hitam Karate

    Susana Adi Astuti

  • 13Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    “Life is like a box of chocolate, you never know what will you get.” Itulah moto yang dipegang teguh oleh Anita Susanti, wisudawati terbaik prodi Magister Profesi Psikologi periode wisuda Desember 2018, dengan IPK 3,65. Perempuan kelahiran 7 Agustus 1990 ini mengibaratkan kehidupan bagaikan sebuah kotak cokelat yang random. Kita tidak akan tahu rasa yang akan kita dapat kecuali telah membuka kotak tersebut. “Karena hidup itu tidak bisa ditebak, maka harus selalu bersyukur karena itulah yang paling penting,” ungkap Anita.

    Dalam menjalani studi Magister Profesi Psikologi, Anita mengungkapkan bahwa ia tidak mengalami kesulitan sama sekali. Baginya segala studi beserta tugasnya memang sudah menjadi pilihannya, jadi harus dijalani dengan sebaik-baiknya seperti air mengalir. “Tapi kalau ingin berbicara mengenai kesulitan, sebenarnya intervensi dan praktek sih yang agak sulit,” pungkasnya.

    Namun bagi perempuan yang memiliki passion di bidang psikologi klinis ini, praktek dan intervensi tidak menjadi halangan dalam menjalani studinya. “Karena aku nyaman aja dengan dinamika praktek: melakukan observasi, diagnosis, dan intervensi. Memang passionku dari dulu di sini, aku ingin membantu lebih banyak orang,” jawab Anita.

    Berbicara mengenai tesis, lulusan Universitas Muria Kudus ini mengangkat ‘Dinamika Gangguan Afektif Musiman Pada Wanita Dewasa Muda’ sebagai judul tesisnya. Pemilihan judul tesis tersebut tidak lepas dari dinamika pergaulan yang dialami Anita. “Jadi aku sering bertemu dengan teman-teman yang mengalami depresi. Selain itu aku juga punya seorang teman dekat yang juga mengalami depresi berat. Melihat hal-hal seperti itu, aku tergerak untuk membantu mereka. Maka aku membuat tesis dengan tema depresi musiman dan subjeknya adalah temanku sendiri,” paparnya.

    Menurutnya, depresi menjadi silent killer bagi kehidupan manusia. “Kalau di penyakit biologis, kita mengenal penyakit jantung sebagai silent killer kita. Kalau di gangguan psikologis, depresi adalah silent killer-nya. Ini karena orang depresi tidak bisa langsung terlihat depresi. Kalau bertemu orang lain ya nampak biasa saja. Tapi kalau sudah sendiri lagi, situasi depresinya baru terlihat,” jelas Anita. “Maka dari itu harus dibantu. Sebenarnya tidak hanya depresi, semua gangguan psikologis harus kita bantu,” ungkap Anita. Bagi Anita, cara paling baik untuk membantu seseorang lepas dari depresi adalah perhatian, care.

    “Sebenarnya ada banyak cara untuk membantu seseorang keluar dari depresi. Tapi cara yang paling baik ialah dengan memberikan perhatian, care. Dengan memperhatikan seseorang secara lebih, kita membuat orang itu merasa berguna, membuat orang itu merasa dibutuhkan. Dengan itu kita membantu orang tersebut keluar dari depresinya,” tambah Anita. Namun ia tetap memberi catatan bahwa kemauan seseorang untuk bisa keluar dari depresi itulah yang mempengaruhi. Bila seorang individu sudah membulatkan tekad untuk keluar dari permasalahannya itulah, intervensi yang dilakukan akan semakin efektif dan memberikan hasil.

    Tidak hanya studi yang baik, Anita juga pernah memiliki beberapa pengalaman bekerja, seperti menjadi asisten psikolog dan pembina di salah satu lembaga negara. Tidak hanya itu, ia pun memiliki berbagai pengalaman observasi, seperti observasi ke Nusakambangan, panti jompo, pusat rehabilitasi pecandu narkotika, serta komunitas LGBT.

    Mengenai kepedulian itu sendiri, perempuan kelahiran Pati ini menyatakan ingin membangun sebuah shelter, sebuah tempat yang dapat menampung mereka yang memiliki gangguan psikologis dan kurang beruntung. “Itu mimpi besarku ke depan. Aku ingin membantu orang-orang yang kurang beruntung, yang tidak memiliki kemampuan materil cukup untuk pergi ke psikolog. Aku ingin membantu mereka,” pungkas Anita. Walaupun jalan itu masih panjang, tapi Anita tidak takut terhadap rintangan dan kegagalan yang menantinya. “Sebab bagiku, kegagalan itu akan benar-benar gagal kalau kita berhenti. Tapi bila kita gagal dan tetap melangkah, niscaya kita akan menikmati keberhasilan, buah kegagalan itu,” Anita mengakhiri. (ffi)

    Passion di Bidang

    Psikologi Klinis

    Anita Susanti

  • 14 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Kerendahan hati Feby Roseleen Hadiwibowo dalam menyikapi hidup menjadikan dia orang yang disenangi disetiap pergaulannya, ia yang sering di sapa Feby menjadi salah satu wisudawan terbaik di Program Studi S1 Psikologi Unika Soegijapranata dengan IPK 3,83 dan mendapatkan predikat kelulusan ‘Dengan Pujian’.

    Melalui judul “Hubungan Gangguan Kepribadian Dissosial dengan Pemaafan” mampu membawanya menuju gelar Sarjana dan menjadikan dia Wisudawan terbaik. Menurutnya, belajar dan berdoa adalah kunci prestasinya.

    “Kehidupan kadang mengalami pasang surut, terkadang kita senang kadang pula kita akan mengalami kesulitan. Oleh karana itu lakukan yang terbaik dan berdoa adalah kunci untuk melewati proses kehidupan. Saya tidak menyangka menjadi wisudawan terbaik, bersyukur adalah cara saya menyikapi keberhasilan ini”

    Ketertarikan feby dalam melakukan penelitian tentang kehidupan sosial dan didukung dengan keilmuan tentang Psikologi memanggil rasa penasaran untuk melihat kehidupan sosial jaman sekarang, yaitu dengan semakin banyaknya orang yang mulai cuek dan tidak sadar dengan kehidupan sekitar juga termasuk kemampuan seseorang untuk memaafkan dengan cepat andaikata ada masalah dengan orang lain. Dari penelitian ini pula feby menjadi lebih tahu dan dapat menjelaskan secara teoritis tentang problem sosial yang timbul di masyarakat.

    “Dalam penyelesaian skripsi tentu saja ada pengalaman yang didapat, baik pengalaman positif dengan terpilihnya menjadi wisudawan terbaik maupun

    pengalaman lainnya, diantaranya

    adalah pengalaman menghadapi

    hambatan-hambatan yang datang dari

    dalam diri sendiri seperti rasa malas

    dan kesulitan dalam mengumpulkan

    teori-teori untuk menyusun skripsi,

    maka dari sini saya belajar banyak

    sambil berproses,” ujar feby yang

    merupakan alumnus SMA Karangturi Semarang.

    “Motto yang selalu didengungkan

    dalam hati yaitu Lakukan Sebisamu dan

    Tuhan yang akan Menyempurnakan

    menjadikan kekuatan dalam melewati

    hambatan yang selalu datang silih

    berganti,” cetusnya. (RK)

    Lakukan Yang Terbaik dan Berdoa Feby Roseleen Hadiwibowo

  • 15Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    Berpikir untuk kuliah jurusan yang berhubungan dengan

    bangku SMA dulu. Hingga akhirnya Ira Yuliani Prajitno

    atau sering disapa Ira, memutuskan untuk kuliah di

    Unika Soegijapranata di Program Studi Teknologi Pangan

    Fakultas Teknologi Pertanian. Alasan lain yang mendorong

    Ira mendalami ilmu di Teknologi Pangan karena pangan

    merupakan satu dari tiga kebutuhan pokok manusia dan

    dengan berjalannya waktu akan semakin berkembang.

    Hingga akhirnya keputusan yang diambilnya untuk studi

    di Teknologi Pangan berbuah manis, yaitu Ira dapat lulus

    dengan IPK 3,82 dan terpilih menjadi wisudawan terbaik

    di Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi

    Pertanian, pada wisuda periode III tahun 2018 Unika

    Soegijapranata.

    Ira yang merupakan alumnus SMA Krista Mitra Semarang

    telah menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Pengaruh

    Suhu dan Waktu Proses Ekstraksi Ultrasonik Daun Kersen

    (Muntingia calabura L.) terhadap Komponen Bioaktif

    serta Aplikasi Ekstrak dalam Permen Jeli.”

    Lebih ingin mengangkat pada daun kersennya yang

    ternyata mempunyai banyak kandungan komponen

    bioaktif namun masih jarang dimanfaatkan oleh

    masyarakat. Sehingga, Ira mengaplikasikannya menjadi

    produk pangan yaitu permen jeli yang dapat menambah

    nilai fungsionalitas dan memperkenalkan kepada

    masyarakat bahwa kersen daunnya ternyata bermanfaat.

    Dalam menjalani kehidupan selama kuliah hingga akhirnya

    lulus dengan pujian, Ira tidak tanggung-tanggung

    untuk terus fokus dan tidak stress juga. “Secara pribadi

    prinsipnya saya mengerjakan segala sesuatu dengan

    semaksimal mungkin baik kecil maupun besar, terutama

    mengerjakan tugas. Jadi secara tidak langsung kalau pas

    tidak bisa mengerjakan ujian, setidaknya sudah punya

    tabungan dari hasil mengerjakan tugas. Terus makin

    merasa tertantang dengan mata kuliah yang dianggap

    killer sehingga itu bisa bikin challenge untuk diri sendiri

    dan membuktikan bahwa mata kuliah tersebut dapat

    dijalani dan dalam menjalaninya dibawa dengan santai,”

    kata Ira dengan penuh semangat.

    Hambatan yang kebanyakan muncul itu dari pribadi

    Ira sendiri yang terkadang malas mencatat dan masih

    menggunakan sistem kebut semalam. Menghadapi

    hambatan tersebut Ira bersyukur sekali dengan kehadiran

    keluarga dan teman-teman yang selalu mengingatkan dan

    memberi support. “Bagi aku sendiri kalau ada kesusahan

    sering konsul aja ke teman atau dosen. Kalau jenuh sama

    kegiatan kuliah ya main sejenak tapi jangan kelewat batas.

    Kuliah itu jangan cuma ngejar IPK saja, seimbangkan juga

    dengan kegiatan di luar perkuliahan (organisasi, freelance,

    dsb) yang bisa mengembangkan soft skill, menambah

    koneksi. Paling penting lagi nih, tidak perlu khawatir kalau

    teman seangkatan udah pada lulus duluan karena semua

    akan lulus pada waktunya dengan diimbangi niat, usaha

    dan doa juga. “Just believe that all of your tears, sleepless

    nights, failures, struggles, hardwork, and sacrifices will pay off soon. You will when you believe!” (lid).

    Prinsip Kerja Maksimal Jadi Tabungan

    Ira Yuliani Prajitno

  • 16 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Kezia Carolina Harianto merupakan salah salah

    satu wisudawan terbaik Unika Soegijapranata dari

    Program Studi Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan

    Seni. Mahasiswa lulusan SMA Sedes Sapientiae

    Semarang ini lulus dengan IPK 3,89 dan predikat

    kelulusan Dengan Pujian.

    Mahasiswi yang akrab di panggil Kezia ini, sudah

    menyelesaikan studinya dan lulus pada Juli 2018 yang

    lalu. Skripsi yang ia teliti adalah tentang lingusitik

    dalam sudut pandang Bahasa Inggris, dengan judul

    skripsi “Joke Strategies In A Situational Comedy”.

    Ketika ditanya pengalamannya selama membuat

    skripsi, Kezia mensharingkan pengalamannya,

    “Bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing tidak

    sulit sih, yang penting sudah janjian dengan dosen

    pembimbing pasti bisa bimbingan dengan dosen,”

    tutur Kezia.

    “Kadang aku juga kurang motivasi saat mengerjakan

    skripsi, apalagi ketika skripsiku dikoreksi atau

    dicoret-coret oleh pembimbing, seakan jadi malas

    melihatnya,” tandasnya.

    Namun dibalik itu semua, Kezia kembali menyerahkan

    segala upayanya kepada Tuhan, dan dengan

    kesungguhan serta doa, Kezia akhirnya bisa

    menyelesaikan skripsinya.

    Kezia sendiri pun pernah merasa stuck dalam

    mengerjakan skripsinya. Dalam kondisi itu, Ia lebih

    suka tidur ataupun menonton film. “Kadang kalau memang sudah malas banget mengerjakan skripsi,

    ya aku tinggal tidur atau nonton film. Biar ada semangat mengerjakan lagi sesudahnya,” ujarnya

    mensharingkan pengalamannya.

    “Sempat terbersit keinginan untuk studi S2 setelah

    lulus ini, tapi sepertinya mau bekerja dulu agar punya

    penghasilan sendiri,” tutur Kezia dengan semangat.

    Kezia juga tak lupa memberikan semangat kepada

    teman-teman yang sedang menyelesaikan skripsi

    . “Jangan pesimis dan tetap semangat, pasti

    dosen pembimbing kita juga akan membantu kita

    menyelesaikan skripsi kita. Lulus pun kita juga jangan

    asal lulus aja, tapi upayakan hasilnya maksimal.

    Sehingga apa yang kita pelajari tidak sia-sia,”

    pungkasnya. (Otn.GW)

    Jangan Pesimis &

    Tetap Semangat

    Kezia Carolina Harianto

  • 17Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    Mediyanti, salah satu mahasiswi dari Program Studi

    Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer (FIKom)

    Unika Soegijapranata angkatan 2014 berhasil meraih

    predikat lulusan terbaik pada Wisuda Periode III tahun

    2018 dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,44.

    Odi, sapaan akrab dari gadis kelahiran Jakarta, 8 Juni

    1996 ini menulis skripsinya dengan judul “Implementation

    Support Vector Machine (SVM) Algorithm to Classify Topic

    of Final Project”. Dalam proses pembuatan skripsinya,

    Odi membagikan pengalamannya tatkala masih berkutat

    mengawali skripsinya .

    “Hambatan jelas pasti ada. Awalnya saya akui banyak

    tema yang ingin saya kembangkan untuk skripsi saya,

    dan sudah banyak juga tema yang ditolak oleh dosen

    pembimbing saya. Namun akhirnya salah satu dosen di

    TI (Teknik Informatika) meminta saya untuk mempelajari

    tentang salah satu algoritma. Lalu diberi algoritmanya,

    terus saya disuruh mengembangkan sendiri dan mencari

    tema sendiri,”ungkapnya.

    Selain itu, Alumnus SMA Regina Pacis Jakarta ini

    juga menceritakan kesannya saat kuliah di Unika

    Soegijapranata.

    “Saya senang kuliah di Unika. Awalnya sih memang bukan

    kemauan saya, namun karena keluarga pindah dari Jakarta

    dan menetap di Semarang, maka akhirnya saya mengikuti

    tes di Unika dan diterima. Waktu kuliah di Unika pun awal-

    awalnya memang agak sulit buat saya karena kan tinggal di

    lingkungan yang baru, jadi perlu adaptasi dan mencari tahu

    karakter tiap-tiap orang yang beda-beda di sini,” jelasnya.

    Meski harus berhadapan dengan lingkungan yang baru,

    Odi tetap terus berjuang karena ia harus bertanggung

    jawab atas apa yang telah ia pilih, seperti yang tertera

    pada motto hidupnya yaitu “Apapun pilihan kita, kita harus

    tanggung jawab atas pilihan itu.” Melalui mottonya itu pula,

    ia menyampaikan pesannya untuk para mahasiswa yang

    masih mengenyam pendidikan di Unika Soegijapranata

    Semarang.

    “Kalau memang kita sudah pilih untuk kuliah, maka kita

    juga harus serius dengan pilihan kita. Walau misalnya uang

    kuliah kita itu dari orangtua atau bukan dari orangtua, kita

    tetap harus tanggung jawab atas pilihan kita itu. Kita tahu

    bahwa perjuangan orangtua menyekolahkan kita sampai

    ke titik ini tuh pasti berat banget. Jadi kita harus balas budi

    kita ke orangtua dengan memberikan hasil yang terbaik,”

    tegasnya. (CBL)

    Berani Memilih, Berani Tanggung Jawab

    Mediyanti

  • 18 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Jangan pernah menyerah dan lakukan yang terbaik adalah motto hidup dari seorang Lydia Kusweanto atau yang akrab disapa Lydia sebagai salah satu wisudawan terbaik dari program studi S1 Sistem Informasi Unika Soegijapranata dengan IPK 3,80. Melalui skripsinya yang berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Manajemen Keuangan Untuk Penyelenggaraan Kuliah Kerja Lapangan” membawanya menuju gelar sarjana sekaligus mendapatkan gelar tambahan yaitu wisudawan terbaik dengan pujian. Menurutnya, dalam setiap langkah yang dijalani memiliki rintangan tersendiri yang muncul dari dalam diri sendiri maka dari itu perlu adanya semangat dalam diri untuk tidak mudah menyerah dan melakukannya dengan maksimal.

    “Dalam menjalani hidup pastinya ada banyak tantangan yang dihadapi dan salah satu musuh terbesarnya adalah dari dalam diri kita sendiri. Kita sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan hanya dapat berdoa dan melakukan yang terbaik. Berusaha keras dalam setiap hal yang kita jalani maka Tuhan akan memberikan ganjaran yang sesuai dengan apa yang telah kita perjuangkan,” tutur alumnus SMA Terang Bangsa ini.

    Ketika ditanya mengenai kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan skripsi, ia tidak menampik bahwa dirinya sendiri lah yang menjadi musuh besarnya. Dukungan dari orang terdekat dan kepercayaan diri untuk mampu mengalahkan kemalasannya itu dan membuatnya bangkit kembali untuk

    menyelesaikan program yang menjadi bahan skripsinya. Ia tidak menyangka bahwa hasil kerja keras dan dinamika yang dihadapi membuatnya terpilih menjadi wisudawan terbaik tahun ini.

    “Kesulitan yang saya miliki adalah seperti kebanyakan yang mahasiswa miliki yaitu kemalasan. Saat pembuatan program yang menjadi bahan skripsi memasuki tahap akhir, saat itulah timbul rasa malas. Salah satu kekuatan saya adalah dukungan dari orang tua dan teman yang selalu menyemangati saya untuk segera menyelesaikan skripsi saya. Saya tidak menyangka jika akan mendapat gelar sebagai wisudaawan terbaik. Hal itu saya ketahui pun dari teman-teman saya yang menyatakan nilai IPK saya lebih tinggi dari yang lain,” jelas Lydia.

    Lydia yang kini membantu orang tuanya di toko menuturkan bahwa

    program yang ia buat adalah untuk memudahkan mahasiswa yang sedang menjalani KKL.

    “Aplikasi yang saya buat ini untuk memudahkan mahasiswa ketika menjalani KKL. Mahasiswa tidak perlu lagi membayar secara langsung kepada bendahara panitia KKL tetapi cukup mentransfer biaya tersebut kepada bendahara panitia KKL melalui aplikasi ini. Sehingga lebih mudah dan cepat,” jelas Lydia.

    Tidak hanya prestasi akademik yang ia miliki tetapi juga pengalaman berorganisasi yang ia miliki selama kuliah di Unika Soegijapranata. Ia pernah terdaftar sebagai salah satu panitia Asal Muter di fakultasnya. Pengalaman ini menjadi salah satu nilai tambah yang ia miliki untuk menghadapi dunia kerja yang akan segera ia hadapi. (YBH)

    Pantang

    Menyerah

    Menjadi

    Jalan Menuju

    Kesuksesan

    Lydia Kusweanto

  • SIDANG REDAKSI: Wakil Rektor 4, Humas REDAKTUR PELAKSANA: Humas Unika Soegijapranata REPORTER: Tim Kronik LAYOUT: Ernanto

    KANTOR REDAKSI: Humas Unika Gedung Mikael Lt. 3 Telp. 024 - 8441 555, 850 5003 ext. 1433

  • Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    Contoh kartu alumni yang sudah dilengkapi barcode ber QR Code :

    Unika Soegijapranata terus berusaha menjadi Perguruan Tinggi yang konsisten melakukan transformasi dan memberikan inspirasi bagi lingkungan akademik di internal maupun eksternal kampus. Melalui perjumpaan dengan inovasi-inovasi baru, civitas akademika diharapkan dapat memperoleh berbagai pengalaman baru dan memperkaya wawasan, baik selama menjadi mahasiswa maupun saat lulus nanti.

    Salah satu pengalaman baru yang dihadirkan kali ini adalah laman verifikasi.unika.ac.id yang awalnya merupakan fasilitas legalisasi ijazah dan transkrip secara online untuk mempermudah berbagai permintaan dari instansi atau perusahaan alumni untuk memverifikasi ijazah dan transkrip. Melalui situs verifikasi online ini pula, sejak awal tahun 2017 para alumni tidak harus datang ke kampus untuk melakukan legalisasir ijazah maupun transkrip. Semuanya bisa dilakukan dalam waktu yang singkat melalui internet.

    Guna mewujudkan program UnikaConnect dalam rencana strategis Unika Soegijapranata tahun 2017-2021, universitas menggandeng organisasi alumni IKASOEPRA (Ikatan Alumni Unika Soegijapranata) untuk mengembangan kartu alumni yang tidak hanya menjadi identitas semata, tetapi juga berfungsi untuk mengakses layanan alumni melalui fitur QR Code.

    Tatanan dunia baru yang terlihat dari pergantian generasi, membuat perguruan tinggi mau tidak mau harus menyesuaikan perubahan itu. Pada kesempatan ini, dalam wisuda periode III tahun 2018, Unika Soegijapranata kembali meluncurkan inovasi melalui kartu alumni IKASOEPRA yang dilengkapi dengan QR Code. Kode ini ketika dipindai, di-scan, atau di-snap akan terhubung dengan laman verifikasi.unika.ac.id dari masing-masing alumni.

    Hasil dari memindai dan men-snap QR Code pada kartu alumni para alumni akan mendapatkan layanan alumni, yaitu legalisasi ijazah dan transkrip online. Selain itu, jika dibutuhkan, tersedia softcopy akreditasi institusi maupun program studi yang umumnya dibutuhkan untuk melamar pekerjaan yang mensyaratkan sertifikat akreditasi tersebut (seperti formasi CPNS). Layanan yang terbaru, para alumni bisa melihat dan mengunduh buku wisuda mulai periode III-2018 yang terkoneksi dengan aplikasi Hallo Alumni yang telah diluncurkan pada akhir tahun 2017.

    Berikut akan kami informasikan petunjuk praktis cara memindai QR Code di kartu alumni untuk mendapatkan fitur-fitur di dalam laman verifikasi.unika.ac.id:

    Perjumpaan dengan

    pengalaman baru

    i

  • Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Tampilan menu verifikasi.unika.ac.id setelah login :

    Tampilan sub menu legalisasi :

    ii

  • Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    Tampilan buttom menu export PDF pada sub menu ijazah :

    Tampilan sub menu transkrip :

    iii

  • Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018

    Tampilan buttom menu export PDF pada sub menu transkrip :

    Tampilan sub menu akreditasi :

    iv

  • Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018

    Tampilan sertifikat akreditasi universitas atau program studi sesuai pilihan yang diminta :

    Tampilan sub menu buku wisuda : Tampilan buku wisuda versi pdf :

    v