unit 5...langkah 5. melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. adapun...

15
UNIT 5 BIMBINGAN BAGI ANAK YANG MENGALAMI MASALAH BELAJAR A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan utama dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas adalah agar peserta didik menguasai bahan-bahan belajar seuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk ini guru melakukan berbagai upaya mulai dari sampai dengan pelaksanaan penilaian dan umpan balik. Namun demikian, kenyataan menunjukkan setelah kegiatan pembelajaran berakhir masih saja ada peserta didik/siswa yang tidak menguasai bahan pelajaran dengan baik sebagimana tercermin dalam nilai hasil belajar yang mereka peroleh. Pada umumnya mereka memperpleh nilai hasil belajar lebih rendah dari kebanyakan siswa-siswa sekelasnya atau nilai hasil belajarya berada di bawah batas tuntas (KKM). Mereka memerlukan pendekatan-pendekatan khusus untuk dapat mencapai hasil-hasil belajar yang diharapkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan hasil siswa-siswa seperti itu adalah dengan cara melaksanakan layanan bimbingan belajar. Uraian berikut ini menyajikan pengertian layanan bimbingan belajar, jenis-jenis masalah belajar, cara-cara pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, cara-cara pengungkapan sebab-sebab terjdinya masalah belajar, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membantu siswa mengatasi masalah-masalah belajar yang dialaminya. B. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar Unuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan belajar terlebih dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan belajar. Banyak definisi tentang belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut: 1. Belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan pribadi (Abin Syamsuddin, 1981). 2. Belajar ialah perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku atau kemampuan yang merupakan hasil dari pengalaman (Vanderzanden & Pace, 1984). 3. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu, yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan berdasarkan atas kecenderungan tanggapan bawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat (misalnya; kelelahan, pengaruh obat-obatan, dan sebagainya. Hilgard (Erman Amti & Majohan, 1993). Walaupun masing-masing ahli mengemukakan rumusan yang berbeda seuai dengan penekanan-penekanan dan penonjolan-penonjolannya masing-masing, tetapi rupanya ada semacam kesamaan pendapat dikalangan para ahli itu sendiri bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Menurut pengertian ini seseorang dikatakan telah belajar apabila dia telah dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi dirumuskan dalam bentuk tujuan atau sasaran pembelajaran. Misalnya

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

UNIT 5

BIMBINGAN BAGI ANAK YANG MENGALAMI MASALAH BELAJAR

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan utama dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas

adalah agar peserta didik menguasai bahan-bahan belajar seuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Untuk ini guru melakukan berbagai upaya mulai dari sampai dengan pelaksanaan

penilaian dan umpan balik. Namun demikian, kenyataan menunjukkan setelah kegiatan

pembelajaran berakhir masih saja ada peserta didik/siswa yang tidak menguasai bahan pelajaran

dengan baik sebagimana tercermin dalam nilai hasil belajar yang mereka peroleh. Pada

umumnya mereka memperpleh nilai hasil belajar lebih rendah dari kebanyakan siswa-siswa

sekelasnya atau nilai hasil belajarya berada di bawah batas tuntas (KKM). Mereka memerlukan

pendekatan-pendekatan khusus untuk dapat mencapai hasil-hasil belajar yang diharapkan. Salah

satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan hasil siswa-siswa seperti itu

adalah dengan cara melaksanakan layanan bimbingan belajar.

Uraian berikut ini menyajikan pengertian layanan bimbingan belajar, jenis-jenis masalah

belajar, cara-cara pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, cara-cara pengungkapan

sebab-sebab terjdinya masalah belajar, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membantu

siswa mengatasi masalah-masalah belajar yang dialaminya.

B. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar

Unuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan belajar terlebih

dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan belajar. Banyak definisi tentang belajar yang

telah dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut:

1. Belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan pribadi (Abin

Syamsuddin, 1981).

2. Belajar ialah perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku atau kemampuan yang

merupakan hasil dari pengalaman (Vanderzanden & Pace, 1984).

3. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu, yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan

tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan berdasarkan atas kecenderungan tanggapan bawaan,

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat (misalnya; kelelahan, pengaruh obat-obatan, dan

sebagainya. Hilgard (Erman Amti & Majohan, 1993).

Walaupun masing-masing ahli mengemukakan rumusan yang berbeda seuai dengan

penekanan-penekanan dan penonjolan-penonjolannya masing-masing, tetapi rupanya ada

semacam kesamaan pendapat dikalangan para ahli itu sendiri bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku. Menurut pengertian ini seseorang dikatakan telah belajar apabila dia

telah dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Perubahan tingkah laku

yang diharapkan terjadi dirumuskan dalam bentuk tujuan atau sasaran pembelajaran. Misalnya

Page 2: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

setelah mempelajari mata pelajaran bahasa Indosesia, siswa dapat menjelaskan pengertian bahasa

Indonesia, dapat membaca lancar dengan baik, dan sebaginya. Namun demikian tidak semua

siswa dapat mencapai tujuan atau sasaran belajar itu dengan baik dan tepat sehingga memerlukan

tugas-tugas khusus yang terencana. Siswa seperti ini perlu diberikan bantuan atau pertolongan

yang disebut layanan bimbingan belajar.

Dengan bertitik tolak dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan layanan bimbingan

belajar ialah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) untuk dapat mengatasi

masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar, agar setelah melaksanakan kegiatan belajar-

mengajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan kemampuan, bakat,

dan minat yang dimiliki masing-masing.

Pelaksnaan layanan bimbingan belajar dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1. Menentukan siswa yang mengalami masalah belajar.

Langkah 2. Mengungkapkan sebab-sebab terjadinya masalah belajar.

Langkah 3. Membantu siswa mengatasi/memecahkan masalah yang dialaminya

dalam belajar.

Langkah 4. Melaksanakan penilaian untuk menentukan sejauh mana layanan bantuan

yang telah diberikan mencapai hasil yang diharapkan.

Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan

sebelumnya.

Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut

(Hartadiningrat, 1999) yaitu:

1. Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik terutama dalam mengerjakan tugas

dalam mengembangkan keterampilan serta bersikap terhadap guru.

2. Menumbuhkan disiplin belajar dan tertib, baik secara mandiri maupun kelompok.

3. Pengembangan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan

sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan

pengembangan pribadi.

Secara operasional bimbingan belajar di sekolah dasar terpadu dengan proses pembelajaran

secara keseluruhan. Sehingga diasmping peran guru sebagai pengajar, kepedulian gurupun

terhadap keragamam\n individu siswa merupakan hal yang penting sebagai dasar penentuan jenis

bantuan dan layanan bimbingan belajar. Jadi, sangat mungkin guru dituntut memberikan

pelayanan kepada siswa secara individu/ perorangan, disamping memperhatikan kelomok kelas

secara keseluruhan.

C. Jenis-Jenis Masalah Belajar

Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam belajar pasti ada

kesulitan atau hambatan yang disebut dengan masalah belajar. Lalu apakah yang dimaksud

dengan masalah masalah belajar? Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami

oleh seseorang peserta didik dan menghambat proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat

berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan

Page 3: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-

masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang terbelakang/kemampuan

belajarnya rendah saja, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang pandai atau cerdas.

Jenis-jenis masalah belajar dasar dapat digongkan atas:

1. Sangat cepat dalam belajar, yaitu peserta didik yang tampaknya memiliki bakat akademik

yang cukup tinggi, memiliki IQ sebesar 130 atau lebih, dan memerlukan tugas-tugas khusus

yang terencana.

2. Keterlambatan akademik, yaitu peserta didik yang tampaknya memiliki inteligensi normal

tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara baik.

3. Lambat belajar, yaitu peserta didik yang tampak memiliki kemampuan yang kurang

memadai. Mereka memiliki IQ sekitar 70 – 90 sehingga perlu dipertimbangkan untuk

mendapatkan bantuan khusus dalam belajar.

4. Penempatan kelas, yaitu peserta didik yang umur, kemampuan, ukuran, dan minat sosial

yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditemaptinya.

5. Kurang motif dalam belajar, yaitu peserta didik yang kurang semangat dlam belajar.

Mereka tampak jera dan malas.

6. Sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu peserta didik yang kegiatan atau

perbuatan belajarnya belawanan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya,

7. Kehadiran di sekolah, yaitu peserta didik yang seriing tidak hadir atau memderita sakit

dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan

belajarnya.

Peserta didik seperti tersebut di atas perlu mendapatkan bantuan dari guru agar mereka

dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar mereka secara baik dan terarah. Pada gilirannya

dapat mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.

D. Penentuan Peserta Didik yang Mengalami Masalah Belajar

Seuai dengan fungsi bimbingan dan konseling, maka yang pertama dan paling awal

harus dilakukan dal rangkaian kegiatan layanan bimbingan belajar adalah menetukan siapa siswa

yang mengalami masalah dalam belajar. Penentuan siapa siswa yang mengalami masalah belajar

dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur berukut ini:

1. Penilaian Hasil Belajar

Guru dihapkan melaksnakan penilaian hasil belajar secara berkesinambungan. Salah satu

tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai

hasil belajar yang direncanakan sebelumnyaini. Dalam hal ini ada dua jenis acuan yang

digunakan yaitu (1) Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan (2) Penilaian Acuan Norma (PAN)

a. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Menurut penilaian yang menggunakan acuan patokan, arah atau sasaran apa yang harus

dicapai siswa dalam belajar ditentukan oleh tujuan-tujuan/indikator-indikator yang ditetapkan

Page 4: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

sebelumnya yang disebut tujuan instruksional umum (TIU)/ kompetensi dasar (KD) dan tujuan

instruksional khusus (TIK)/ indikator pembelajaran yang kadang-kadang juga disebut sasaran

belajar.

Menurut penilaian acuan ini, siswa telah dikatakan mencapai hasil belajar sebagaimana

yang diharapkan apabila telah menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan patokan yang

ditetapkan. Patokan ini dinyatakan dalam bentuk presentase minimal, misalnya 75%, 80%, 90%

dan sebagainya.Memang tidak ada ketentuan yang pasti tentang batas presentase minimal yang

harus digunakan. Biasanya ditetapkan atas dasar kesepakatan dari para perencana pendidikan dan

pengajaran di sekolah atau sekarang disebut kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Dengan menggunakan batas presentase minimal itu, guru dapat menentukan mana siswa

yang telah menguasai bahan pelajaran dan mana yang belum. Peserta didik yang belum

menguasai bahan belajar digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar.

b. Penilaian Acuan Norma

Pelaksnaan penilaian yang menggunakan acuan norma didasarkan atas anggapan bahwa

setelah sekelompok siswa mengikuti kegiatan belajar, maka tingkat keberhasilan belajar merekan

akan menyebar dalam bentuk kurva norma berikut ini:

2,5% 13,5 % 34% 34% 13,5% 2.5%

KS K S B BS

Sebagaian besar (68%) dari siswa itu akan memperoleh hasil belajar sedang (S), sebagiagian

kecil yaitu 13,5% memperoleh hasil belajar baik (B), dan 13,5% lagi kurang (K). Selebihnya

berada pada kedua ujung kurva, yaitu +2,5% memperoleh hasil belajar baik sekali (BS), dan

2,5% lagi kurang sekali (KS).

Dengan menggunakan penilaian acuan ini, guru dpat menentukan siapa siswa yang paling

pandai, kurang pandai, atau paling tidak pandai dibandingkan dengan teman-teman

sekelompoknya. Selanjutnya berdasarkan atas pemahaman itu guru dapat memanfaatkannya

untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling, baik untuk layanan bimbingan belajar

maupun untuk layanan bimbingan lainnya.

2. Pemanfaatan Hasil Tes Inteligensi

Belajar dipengaruhi oleh inteligensi atau kemampuan dasar, semakin tinggi kemampuan

dasar semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh. Klasifikasi kemampuan dasar menurut Erman

Amti & Marjohan (1993) sebagai berikut:

140 - ke atas Sangat tinggi

120 - 139 Tinggi

Page 5: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

110 - 119 Di atas biasa

100 - 109 Biasa/sedang

90 - 99 Di bawah biasa

80 - 89 Rendah

Di bawah 79 Sangat rendah

Tinggi rendahnya tinkat kemampuan dasar itu biasanya diukur dengan tes kemampuan

dasar yang sudah baku (standarized). Beberapa tes yang sering digunakan untuk mengukur

tingkat kemampuan dasar siswa sekolah dasar antara lain adalah Draw a Man Test (DMT),

Colour Progressive Matrices Test (CPM), Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC), dan

Standford Binet Intelligence Test (SBIS). Hasil tes disimpan dalam buku pribadi siswa untuk

selanjutnyan digunakan dalam rangka pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling umumnya

dan layanan bimbingan belajar khususnya.

Hasil belajar yang dicapai siswa seyogyanya dapat mencerminkan kemampuan dasar yang

dimilikinya. Siswa yang tingkat kemampuan dasarnya tinggi diharapkan memperoleh hasil

belajar yang tinggi pula. Dengan membandingkan tingkat kemampuan dasar yang dimiliki oleh

masing-masing siswa dengan hasil belajarnya, guru dapat mengetahui apakah siswa yang

bersangkutan telah mencapai hasil belajar yang optimal atau belum. Peserta didik yang hasil

belajarnya lebih rendah dari tingkat kemampuan dasar yang dimilikinya digolongkan sebagai

siswa yang bermasalah dan perlu mendapat bantuan khusus melalui layanan bimbingan belajar.

3. Pengamatan (Observasi)

Dibandingkan dengan guru sekolah menengah, maka guru sekolah dasar menempati

kedudukan yang menguntungkan dalam mengamati keadaan siswa sehari-hari. Dia diserahkan

tugas untuk memegang dan mengajarkan sebagian besar mata pelajaran yang ada pada salah satu

kelas tertentu. Setiap hari mulai dari jam pertama sampai dengan jam pelajaran terakhir guru

selalu berhadapan dengan siswa yang sama. Kedudukan yang demikian itu memungkinkan dia

dapat mengamati keadaan masing-masing siswa lebih mendalam. Dia mengetahui secara pribadi

siapa siswanya yang sering terlambat datang ke sekolah, siapa siswa yang sikap dan

kebiasaannya buruk dalam belajar, dan sebagainya. Berdasarkan pengenalan yang mendalam itu,

guru hendaknya dapat pula memanfaatkan peluang itu untuk usaha bimbingan dan konseling

umumnya, dan layanan bimbingan belajar khususnya.

E. Pengungkapan Sebab-Sebab Masalah Belajar

Setelah guru mengetahui siapa siswa yang bermasalah dalam belajar dan apa jenis masalah

yang dialaminya, selanjutnya guru perlu mengungkapkan mengapa masalah itu terjadi. Usaha ini

didasarkan pada anggapan bahwa guru tidak dapat mengambil keputusan yang bijaksana tentang

baimana membantu mengatasi masalah yang dialami oleh siswa dalam belajar, jika guru itu

sendiri tidak memiliki gambaran yang jelas tentang apa masalah yang sesungguhnya dan

mengapa masalah itu terjadi. Misalnya, jika masalah belajar yang dialami oleh seseorang siswa

menyangkut kesulitan membaca yang disebabkan oleh pengelihatan jauh, maka guru tidak dapat

Page 6: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

membantu siswa tersebut hanya dengan menyediakan jam tambahan untuk latihan membaca,

ataupun dengan menyuruh siswa agar rajin belajar di rumah.

Dalam rangka mengungkap sebab-sebab terjadinya yang dialami oleh seseorang siswa ada

dua tahapan yang harus dilalui yaitu: (1) tahap menentukan letak (lokasi) masalah, (2) tahap

memperkirakan sebab-sebab terjadinya masalah belajar oleh Koestoer & Hadisaputro (Erman

Amti & Marjohan, 1993).

Tahap penentuan letak masalah merupakan tahap penentuan dimana sebenarnya masalah

itu terjadi. Oleh sebab itu dalam tahap ini perlu dilacak bagian-bagian mana dari tujuan

pembelajaran yang belum dikuasai siswa. Tujuan itu tidak hanya mengenai tujuan-tujuan formal

yang tercantum dalam kurikulum saja, tetapi juga tujuan informal yaitu tujuan-tujuan yang ada di

pikiran guru. Setiap mata pelajarn mempunyai tujuan tertentu. Tujuan itu merupakan tingkah

laku yang diharapkan terjadi setelah siswa melaksanakan kegiatan belajar. Misalnya, setelah

mempelajari mata pelajaran pancasila siswa dapat menyebutkan sekurang-kurangnya dua contoh

pengamalan masing-masing sila dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan yang seperti ini dikatakan

sebagai tujuan formal dari pembelajaran. Tingkah laku siswa yang diharapkan tidak hanya

menyangkut isi pelajaran saja, tetapi juga menyangkut sikap, kebiasaan-kebiasaan bilajar, sopan

santun dan sebagainya. Misalnya, mengangkat tangan setiap kali akan berbicara di dalam kelas

atau minta izin kepada guru setiap kali akan keluar kelas sewaktu jam pelajaran berlangsung.

Setelah guru mengetahui letak masalah yang sesungguhnya, guru dapat melaksanakan

tahap berikutnya, yaitu memperkirakan sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami oleh

siswa dalam belajar. Guru sukar menetukan sebab-sebab terjadinya masalah belajar yang

sesungguhnya karena masalah belajar itu sangat kompleks. Hal ini mengandung pengertian

bahwa: Pertama, maslah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan. Suatu masalah

belajar yang sama dialami oleh dua orang siswa atau lebih, belum tentu disebabkan oleh faktor

yang sama. Misalnya dua siswa kelas II sekolah dasar tidak dapat membaca dengan baik dan

benar sebuah bacaan yang diberikan oleh gurunya. Siswa yang satu mungkin disebabkan oleh

pengelihatan rabun jauh, sedangkan siswa yang lain disebabkan karena tidak menguasai tata

bahasa yang benar. Kedua, dari sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan.

Seringkali suatu kondisi yang sama dimiliki oleh seseorang siswa atau lebih menimbulkan

masalah yang berlainan pada masing-masing individu. Misalnya, dua orang siswa yang sama-

sama berasal dari keluarga yang ekonominya kurang menguntungkan, siswa yang satu mungkin

akan berusaha sekuat tenaga untuk memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran dengan tidak

membuang-buang waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang tidak begitu perlu, sedangkan siswa

yang lain tidak dapat belajar dengan baik. Akhirnya siswa yang satu memperoleh nilai yang baik,

sementara siswa yang lain memperoleh nilai kurang. Ketia, sebab-sebab masalah belajar dapat

saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Kadang-kadang masalah belajar masalah

belajar yang dihadapi oleh seorang siswa tidak timbul dari satu sebab saja, melainkan dapat

timbul dari berbagai sebab yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain.

Misalnya, seseorang memiliki kondisi tertentu (seperti cacat fisik, gagap) yang dapat

menyebabkan ia mengalami masalah belajar. Kondisi yang dimilikinya itu menimbulkan

Page 7: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

tanggapan dari orang-orang lain di sekitarnya.Tanggapan-tanggapan yang diterimanya itu

menyebabkan dia memberikan tanggapan pula terhadap dirinya (misalnya merasa rendah diri).

Perasaan rendah diri itu selanjutnya menimbulkan lagi kesulitan belajar pada siswa yang

bersangkutan.

Uraian di atas memaparkan secara teknis langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

mengungkap sebab-sebab terjadinya masalah belajar yang dialami oleh siswa. Pada dasarnya

masalah belajar itu dapat terjadi oleh berbagai faktor, dan dapat digolongkan atas: (1) faktor

yang bersumber dari siswa itu sendiri, (2) faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga, dan

(3) faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah dan masyarakat.

1. Faktor yang Bersumber dar Siswa itu Sendiri

a. Tingkat kecerdasan rendah

Tidak diragukan lagi bahwa taraf kecerdasan atau kemampuan dasar merupakan

salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang tinggi pada

seseorang anak memungkinkannya dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan

memecahkan persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat, dan berhasil. Sebaliknya,

tingkat kemampuan dasar yang rendah dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan

dalam belajar.

b. Keshatan Sering Terganggu

Belajar tidak hanya melibatkan pikiran, tetapi juga jasmaniah. Badan yang sering

sakit-sakitan, kurang vitamin, dan kurang gizi, dapat membuat seseorang tidak berdaya,

tdak bersemangat, dan tidak memiliki kemampuan dalam belajar. Apabila seseorang

siswa tidak bersemangat dan tidak memiliki kemampuan dalam belajar, maka besar

kemungkinan orang/siswa yang bersangkutan tidak dapat mencapai hasil belajar seperti

yang diharapkan.

c. Alat pengelihatan dan pendengaran kurang berfungsi dengan baik

Pengelihatan dan pendengaran merupakan alat indera yang terpenting untuk belajar.

Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi dengan baik, maka tanggapan

yang disampaikan dari dunia luar, seperti dari guru, tidak mungkin dapat diterima oleh

siswa yang bersangkutan. Oleh sebab itu, siswa tidak dapat menerima dan memahami

bahan-bahan pelajaran, baik yang disampaikan langsung oleh guru maupun melalui

buku-buku bacaan.

d. Gangguan alat perseptual

Setelah sesuatu pesan yang diterima oleh mata dan telinga, langkah berikutnya dalam

proses belajar adalah pengiriman pesan itu ke otak, sehingga pesan itu dapat ditafsirkan.

Langkah itu disebut persepsi, Koestoer P & A. Hadisaputro (Erman Amti & Marjohan,

Page 8: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

1993). Apa yang sebenarnya terjadi dalam persepsi adalah proses pengolahan tanggapan

baru (yang diterima melalui indera) dengan pertolongan ini akan menghasilkan dan

memberikan arti atau m akna tertentu kepada tanggapan yang diterima. Tetapi, persepsi

itu bisa juga salah, kalau ada ganguan-gangguan pada alat perseptual. Dalam hal ini

tanggapan yang diterima oleh alat indera tidak dapat diartikan sebagaimana mestinya.

e. Tidak menguasai cara-cara belajar yang baik

Kegagalan belajar tidak semata-mata disebabkan oleh tingkat kecerdasan rendah

atau karena faktor kesehatan, tetapi juga dapat disebabkan karena tidak menguasai cara-

cara belajar yang baik. Ternyata terdapat hubungan yang berarti antara cara-cara belajar

yang diterapkan dengan hasil belajar yang dicapai (Rosmawati, 1983). Ini berarti bahwa

siswa yang cara-cara belajarnya lebih baik cenderung memperoleh hasil belajar yang

lebih baik pula, demikian juga sebaliknya. Untuk memungkinkan siswa dapat

menerapkan cara-cara belajar yang baik, sejak dini siswa hendaknya diperkenalkan dan

dibiasakan menerapkan cara-cara belajar yang baik dalam kehidupannya sehari-hari,

baik di sekolah maupun di rumah.

2. Faktor-faktor yang Bersumber dari Lingkungan Keluarga

a. Kemampuan ekonomi orang tua kurang memadai

Hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan

keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan

juga alat-alat yang memadai; seperti buku tulis, pensil, pena, peta, dan terlebih lagi buku

bacaan. Sebagian besar alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh siswa yang

bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai sudah barang

tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu secara memuaskan. Apabila

keadaan ini terjadi pada orang tua siswa, maka siswa yang bersangkutan akan

menanggung resiko yang memang tidak diharapkan.

b. Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tua

Pendidikan tidak hanya bergantung di sekolah tetapi juga dalam keluarga.

Sayangnya, masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa tugas mendidik hanyalah

tugas sekolah saja. Pada orang tua seperti itu menganggap bahwa tugas orang tua tidak

lebih dari sekedar mencukupi kebutuhan lahiriah anak; seperti makan, minum, pakaian,

dan alat-alat pelajaran, serta kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat kebendaan. Oleh

sebab itu, para orang tua seperti ini selalu sibuk dengan pekerjaan mereka sejak pagi

sampai sore, bahkan ada juga yang sampai malam untuk mendapatkan uang sebanyak-

banyaknya. Mereka tidak memiliki waktu lagi untuk memperhatikan dan mengawasi

anak-anaknya belajar dan atau brmain di rumah.

Page 9: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

c. Harapan orang tua terlalu tinggi terhadap anak

Di samping adanya orang tua yang kurang memperhatikan dan mengawasi anak-

anaknya, terdapat pula orang tua yang memiliki pengharapan yang sangat tinggi terhadap

anak-anaknya. Mereka memaksa anak-anak untuk selalu rajin belajar dan memperoleh

nilai tinggi tanpa mempertimbangkan apakah anak memiliki kemampuan yang cukup

memadai untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar dan memperoleh nilai tinggi.

Bagi siswa-siswa yang ditakdirkan tidak memiliki kemampuan yang cukup tinggi dengan

sendirinya akan merasakan tugas-tugas dan harapan-harapan itu sebagai suatu siksaan,

dan pada gilirannya dapat menimbulkan putus asa dan tak acuh lagi pada siswa itu

sendiri.

d. Orang tua pilih kasih terhadap anak

Kadaan anak dalam suatu keluarga tidak selalu sama. Dengan kata lain, mereka

dilahirkan dengan membawa kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada anak yang

dilahirkan membawa potensi yang cukup tinggi, tetapi ada juga yang sebaliknya. Ada

anak yang dilahirkan sesuai dengan yang diharapkan , tetapi ada juga yang tidak

demikian. Keadaan-keadaan ini rupanya tidak selalu diterima oleh sebagian orang tua

sebagai kenyataan. Ada orang tua yang menolak anak yang keadaannya tidak sesuai yang

diharapkan. Penolakan ini memang tidak dinyatakan secara terus terang, tetapi

ditampilkan dalam bentuk perlakuan-perlakuan tertentu. Misalnya, dengan melebih-

lebihkan atau menyanjung-nyanjung anak yang mereka anggap memenuhi harapan

mereka, dan mengabaikan atau mencela anak yang tidak mereka harapkan.

e. Hubungan keluarga tidak harmonis

Orang tua merupakan tumpuan harapan siswa. Mereka mengharapkan pendidikan,

bimbingan, kasih sayang dari orang tua agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi

manusia dewasa. Harapan-harapan itu hanya mungkin terwujud apabila dalam keluarga

itu terdapat hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain, yaitu antara ibu

dengan ayah, antara kedua orang tua dengan anak-anak, dan antara anak-anaka dengan

sesamanya. Apabila dalam suatu keluarga tidak terdapat hubungan yang harmonis, seperti

ayah dan ibu selalu cekcok, jarang tinggal dirumah, anak-anak sering bertengkar dengan

sesamanya, dan sebagainya, maka anak akan merasa tidak aman dan tidak dapat

memusatkan perhatiannya dalam belajar. Hal ini terjadi karena proses belajar memang

menuntut adanya ketenangan dan ketentraman di rumah.

3. Faktor-faktor Bersumber dari Lingkungan Sekolah dan Masyarakat

Masalah-masalah yang dialami siswa dalam belajar tidak saja bersumber dari

keadaan rumah tangga atau keadaan siswa, tetapi juga bersumber dari sekolah atau

lembaga pendidikkan itu sendiri. Kondisi-kondisi sekolah dapat menimbulkan masalah

pada siswa antara lain adalah kurikulum kurang sesuai, guru kadang menguasai bahan

Page 10: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

pelajaran, metode mengajar kurang sesuai, alat-alat dan media pengajaran kurang

memadai. Oleh sebab itu, proses belajar akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan tersebut. Mengingat pentingnya pengaruh faktor lingkungan dalam proses

belajar, guru dituntut mengetahui dalam rangka mencegah, mensiasati, bahkan

memodifikasinya untuk kepentingan belajar.

F. Membantu Siswa Mengatasi Masalah Belajar

Berkenaan dengan maslah-maslah yang dihadapi siswa dalam belajar, ada beberapa hal

yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain melaksanakan pengajaran perbaikan, pengajaran

pengayaan, pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dan peningkatan motivasi

belajar.

1. Pengajaran Perbaikan

Pengajaran perbaikan merupakn bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan

kepada seseorang atau eberapa orang siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kekhususan

dari pengajaran ini terletak pada siswa yang dilayani, bahan pelajaran, metode dan media

penyampaiannya. Seperti setelah disinggung di atas, bahwa siswa yang dilayani adalah

siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan-kesulitan itu berupa adanya bagian-

bagian dari bahan pelajaran yang tidak dikuasai, kesalahan memahami konsep-konsep, dan

sebagainya. Hal ini sekaligus menjadi materi atau bahan dari pengajaran perbaikan. Bahan

ini dapat bervariasi antara seorang murod dengan siswa yang lain. Metode dan medianya

juga bervariasi.

Kegiatan pokok dalam pengajaran dan perbaikan terletak pada usaha memperbaiki

kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada siswa kerkenaan

dengan mata pelajaran yang telah dipelajarinya. Oleh sebab itu, guru tidak perlu lagi banyak

menggunakan metode ceramah atau diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran yang sudah

disampaikan. Pengajaran dipusatkan pada bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai

dengan baik oleh siswa, dengan jalan memberikan penjelasan seperlunya, mengadakan

tanya-jawab, demonstrasi, latihan, pemebrian tugas dan evaluasi. Berkenaan dengan hal ini,

Bradfield (Erman Amti & Marjohan, 1993) menyarankan :

a. Berikan tugas-tugas singkat tentang hal-hal yang harus dikerjakan oleh siswa

denganmempertimbangkan juga penyelesaian tugas-tugas sebelumnya.

b. Pastikan bahwa siswa telah memahami secara baik tentang apa yang harus

dikerjakannya. Misalnya, dengan memberi tanda dengan stabilo atau tinta berwarna pada

bagian-bagian yang harus dikerjakan.

c. Selang selingilah waktu pertemuan dengan kegiatan-kegiatan lain dan secara bertahap

tingkatkan lama waktu pertemuan.

d. Hindari memberikan petunjuk secara panjang lebar dan sukar dipahami siswa.

e. Petunjuk-petunjuk mengerjakan tugas hendaklah diberikan bagian perbagian.

Page 11: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

f. Siswa hendaklah ditempatkan pada ruangan yang bebas dari pengaruh-pengaruh atau

perangsang-perangsang yang dapat mengganggu pemusatan perhatiannya. Siswa yang

sedang mengalami masalah belajar amat sukar memusatkan perhatiannya dalam waktu

yang cukup lama. Mereka sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang ada di sekitarnya.

g. Berikan sebanyak mungkin dorongan agar siswa mau menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan.

h. Jagalah agar suasana perasaan siswa selalu dalam keadaan stabil dan tenang.

i. Hindarilah pemberian tugas-tugas yang terlalu berat dan usahakan menumbuhkan suatu

kecintaan untuk belajar secara baik dan rapi serta memiliki sikap positif dalam bekerja.

2. Pengajaran Pengayaan

Pengajaran pengayaan adalah suatu bentu pengajaran yang khusus diberikan kepada

siswa-siswa yang sangat cepat dalam belajar. Biasanya, siswa-siswa yang sangat cepat

dalam belajar dapat menguasai bahan-bahan pelajaran yang diberikan lebih cepat dari

pada teman-teman sekelasnya. Sehubungan dengan hal ini, suatu pertanyaan yang sering

disampaikan adalah: Apakah siswa yang sangat cepat dalam belajar juga disebut sebagai

siswa yang bermasalah dalam belajar? Dilihat dari dari sgi hasil belajar yang dicapainya,

siswa seperti ini memang tidak dapat digolongkan sebagai siswa yang mengalami

masalah dalam belajar, yang menjadi masalah adalah bagaimana agar hasil belajar yang

dicapainya itu dapat lebih ditingkatkan lagi, atau setidak-tidaknya bagaiman hasil belajar

yang telah dicapai itu dapat dipertahankannya terus pada masa yang akan datang.

Sehingga mereka benar-benar dapat mewujudkan perkembangannya secara optimal. Oleh

sebab itu, kepada mereka perlu diberikan pengajaran pengayaan. Melalui pengajaran

pengayaan siswa memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam

pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang yang dipelajarinya.

Beberapa bentuk pengajaran pengayaan yang mungkin dapat ditempuh adalah

dengan jalan menugasi siswa sebagi berikut:

a. Membaca kompetensi dasar, indikator dan pokok-pokok materi pembelajaran yang

lain yang bersfat perluasan atau pendalaman dari pokok-pokok materi yang sedang

dipelajari.

b. Melaksnakan kerja prakter atau percobaan-percobaan, dan

c. Mengerjakan soal-soal latihan.

3. Pembinaan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik

Sikap dan kebiasaan belajar merupakan suatu faktor penentu keberhasilan belajar.

Dari hasi-hasil penelitian yang pernah dilakukan, antara lain oleh Rosmawati (1983) dan

A. Muri Yusuf (1984) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti (signifikan)

antara sikap dan kebiasaan belajar yang baik cenderung memperoleh hasil belajar yang

baik, dan demikian pula sebaliknya. Sejalan dengan itu, Prayitno (Erman Amti &

Marjohan, 1993) menyatakan bahwa: “cara belajar (yang meliputi berbagai kebiasaan dan

Page 12: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

sikap dalam belajar) akan snagat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Oleh sebab

itu, jika seseorang siswa mendapat nilai/hasil belajar yang kurang memuaskan dalam

belajar, salah satu fakto penting yang perlu diperiksa adalah bagaimana cara belajar yang

ditempuh”.

Dengan berpedoman pada uraian di atas, maka siakap dan kebiasaan belajar itu

memegang peranan penting. Siswa perlu memiliki dan menerapkan sikap dan kebiasaan

belajar yang baik dalam belajar untuk dapat mewujudkan kemampuan-kemampuan dasar

yang tinggi saja bukanlah satu-satunya jaminan bagi siswa untuk berhasil dalam belajar

tetapi perlu ditunjang oleh penerapan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

Sikap dan kebiasaan belajar itu tidak dibawa sejak lahir atau diturunkan dari kedua

orang tua melainkan terbentuk dari hasil interaksi dengan dunia luar, dipelajari dan

dilatihkan serta diterapkan secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari. Pembinaan

sikap dan kebiasaan belajar yang baik harus dilaksanakan sejak anak memasuki sekolah

dasar dan dilanjutkan terus dalam kehidupan anak sehari-hari baik di sekolah maupun di

rumah.

Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuh-kembangkan sikap dan

kebiasaan belajar yang dari diri siswa adalah:

a. Membantu siswa menyusun rencana belajar yang baik. Rencana ini memuat pokok

dan sub pokok bahsan/materi yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-

cara mempelajari bahan-bahandi belajar yang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan

dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.

b. Membantu siswa mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Sebagian besar

kegiatan pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Dalam hal ini, Siswa perlu

mengetahui apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan belajar-mengajar,

bagaimana cara memahami dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh

guru, dan apa pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan pembelajaran berakhir

(setelah sampai di rumah).

c. Melatih siswa membaca cepat. Kecepatan menunjuk kepada banyaknya kata-kata

yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan membaca cepat,

kemungkinan siswa memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku

sumber yang dibaca.

d. Melatih siswa untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efektif dan efisien.

Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh siswa adalah metode SQ3R (survey,

Question, Read, Resite, Write dan Review) yang dikembangkan oleh Francis P.

Robinson (Erman Amti, 1993).

e. Membiasakan siswa mengerjakan tugas-tugas secara teratur, bersih dan rapih.

f. Membantu siswa menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah

disusunnnya. Untuk ini diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang

berkesinambungan.

Page 13: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

g. Membantu siswa agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya, dengan

memindahkan tempat duduk siswa yang dilakukan secara berkala, membetulkan

posisi duduk siswa (tidak terlalu membungkuk, jarak mata dengan buku sikitar 30

cm), memerika kebersihan kuku dan sebagainya.

h. Membantu siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, yang meliputi persiapan

mental, pengusaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi

administrasi penyelenggaraan ujian.

4. Meningkatkan Motivasi Siswa untuk Belajar

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mengerahkan, mengarahkan dan

mejaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1990)

Dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting dan menentukan

pencapaian tujuan belajar. Di sekolah seringkali ditemukan adanya siswa-siswa yang

malas dalam belajar. Mereka tampak tidak bersemangat, suka membolos, meninggalkan

jam pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dan

sebagainya. Siswa-siswa tidak sewajarnya dibiarkan begitu saja, karena akan mengurangi

efektivitas belajar siswa itu sendiri. Akibat yang lebih jauh siswa-siswa itu tidak dapat

mencapai tujuan-tujuan pengajaran sesuai dengan yang diharapkan. Untuk siswa yang

seperti itu hendaknya diupayakan agar senantiasa meningkatkan motivasi mereka dalam

belajar. Berkenaan dengan hal ini, di samping memperlihatkan dan menerapkan prinsip-

prinsip belajar yang efektif di dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, guru harus

perlu :

a. Mempelajari hal-hal yang melatarbelakangi tingkah laku siswa yang tidak mau

belajar

b. Memberikan bantuan untuk meningkatkan motyivasi belajar berdasarkan atas

pemahaman yang mendalam tentang latar belakang tingkah laku siswa itu, guru

memberikan bantuan peningkatan motivasi belajar.

c. Menyadarkan siswa tentang adanya semacam kekeurangan yang dimilikinya dengan

maksud agar ia merasakan adanya suatu kebutuhan untuk ingin belajar.

Dibawah ini dikemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk

membangkitkan motivasi siswa-siswa dalam belajar (Dorothy Keiter,1975).

a. Tentukanlah tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh siswa dalam belajar. Tujuan

meliputi tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, dan tujuan jangka panjang.

Tujuan jangka pendek merupakan tujuan-tujuan yang segera dapat dicapai. Tujuan

ini akan mendorong siswa untuk mencapai tujuan berikutnya. Tujuan jangka

menengah merupakan tujuan semntara yang dapat dicapai. Seringkali, tujuan ini

menjadi langkah yang diperlukan sebelum dapat melangkah ke tujuan selanjutnya.

Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai siswa dalam

Page 14: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

belajar. Misalnya, menjadi supir, dokter, dan sebagainya. Tujuan-tujuan yang

diterapkan haruslah realistis sesuai dengan kemampuan siswa untuk mencapainya.

b. Usahakanlah menimbulkan minat siswa agar mau mempelajari pelajaran yang

bersangkutan. Setiap mata pelajaran memiliki nilai praktis dan nilai sosial. Nilai

praktis merupakan nilai yang segera kelihatan. Misalnya, pengetahuan tentang ilmu

hitung untuk berbelanja di toko. Nilai sosial merupakan nilai yangbbermanfaat untuk

kehidupan sosial. Misalnya, cara memainkan beberapa permainan.

c. Ikutsertakanlah semua aspek kehidupan anak sebagai sumber belajar. Seluruh

lingkungan dan pengalaman hidup dapat menjadi alat dan sumber belajar. Belajar

berhitung tidak hanya terbatas pada buku teks saja, tetapi dapat juga menggunakan

situasi nyata yang dilihat anak dalam kehidupannya sehari-hari, misalnya sepak bola.

d. Hubungkanlah hal-hal yang dipelajari dengan kehidupan siswa. Membaca dalam

kelas hanyalah sebagai latuhan untuk memebaca diluar kelas dan dalam kehidupan

orang dewasa. Penemuan ilmiah penting karena akan mempengaruhi kehidupan

(sosial-ekonomi) individu, masyarakat, bangsa,dan negara.

e. Perbanyaklah hal-hal yang menarik perhatian siswa, tetapi jangan berhenti disitu.

Tunjukkanlah bahwa ada saling ketergantungan antara hal-hal yang disukai dengan

hal-hal yang tidak disukainya.

f. Tunjukkanlah kepada siswa-siswa apa yang dapat mereka harapkan untuk dicapai.

Belajar merupakan tanggung jawab individu. Tidak ada orang yang dapat belajar

untuk orang lain, dalam arti siswa hanya dapat mencapai perubahan kalau dia sendiri

yang berusaha belajar ( buakn hanya karena guru).

g. Doronglah siswa untuk menggunakan informasi yang dimilikinya. Berikanlah pujian

kepada siswa setiap kali mencapai kemajuan.

TUGAS

1. Bagaimana cara mendiagnosis anak yang mengalami masalah dalam belajar

2. Beri gambaran langkah-langkah untuk mengatasi anak tersebut

3. Kemukakan langkah-langkah untuk menilai setiap anak yang mengalami masalah

dalam belajar

Page 15: UNIT 5...Langkah 5. Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya. Adapun tujuan pelaksanaan layanan bimbingan belajar di sekolah dasar menurut (Hartadiningrat,

CATATAN

DIKIRIM KE CLASSROOM SEBELUM PERTEMUAN BERIKUTNYA (JAM 23.59) WITA.

SILAHKAN ANDA PELAJARI UNIT 5 SETELAH ITU ANDA SELESAIKAN TUGAS YANG ADA PADA

FILE UNIT 5 KEMUDIAN DIKIRIM KE CLASSROOM SEBELUM PERTEMUAN BERIKUTNYA (JAM

23.59) WITA.