universitas indonesia hubungan fear of crime dan...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN FEAR OF CRIME DAN RESPONS PERILAKU
PEREMPUAN PEKERJA PENGGUNA ANGKUTAN UMUM
DI KOTA DEPOK
SKRIPSI
ALOISIUS DAVID
0606095342
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI KRIMINOLOGI
DEPOK
JUNI 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN FEAR OF CRIME DAN RESPONS PERILAKU
PEREMPUAN PEKERJA PENGGUNA ANGKUTAN UMUM
DI KOTA DEPOK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
ALOISIUS DAVID
0606095342
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI KRIMINOLOGI
DEPOK
JUNI 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber, baik yang dikutip maupun yang dirujuk,
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Aloisius David
NPM : 0606095342
Tanda tangan :
Tanggal : 25 Juni 2012
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Aloisius David
NPM : 0606095342
Program Studi : Kriminologi
Judul Skripsi : Hubungan Fear of Crime dan Respons Perilaku Perempuan
Pekerja Pengguna Angkutan Umum di Kota Depok
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program
Studi Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Yogo Tri Hendiarto, S.Sos., M.Si ( )
Penguji Ahli : Prof. Dr. Bambang Widodo Umar, SIK., M.Si ( )
Ketua Sidang : Kisnu Widagso, S.Sos., M.T.I. ( )
Sekretaris Sidang : M. Irvan Olii, S.Sos., M.Si ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 25 Juni 2012
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur peneliti ucapkan pada Tuhan yang Maha Esa. Atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya, peneliti akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Fear of Crime dan Respons Perilaku Perempuan Pekerja
Pengguna Angkutan Umum di Kota Depok” ini.
Tulisan ini disusun sebagai tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Pada tulisan
ini, peneliti membahas mengenai hubungan ketakutan akan kejahatan (fear of
crime) di dalam angkutan umum dengan respons perilaku penggunanya. Dalam
konteks penelitian ini, respons perilaku berfokus pada perempuan pekerja yang
menggunakan angkutan umum dan bekerja di daerah Depok.
Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan
menambah pengetahuan bagi masyarakat luas, khususnya bagi para pembaca.
Dengan demikian, penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Depok, Juni 2012
Aloisius David
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Atas terciptanya skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
Tuhan YME yang mengizinkan peneliti menyelesaikan skripsi ini.
Kepada Ibu, Ayah, dan Kakak yang telah memberikan kepercayaan, doa, dan
materi bagi kelangsungan pendidikan peneliti.
Kepada Mas Yogo yang telah bersedia membimbing peneliti.
Kepada anak krim angkatan 2005, Muhammad Haikal Mikhail, yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan materi untuk membimbing dan
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada anak krim angkatan 2006, Imre Mussuary R. Muhammad, yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan materi untuk membantu peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada anak krim angkatan 2008, Momoth, Vira, Agam, dan Rima, yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan materi untuk membantu peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada semua pihak yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu per satu.
Terima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan doa yang telah diberikan.
Depok, Juni 2012
Peneliti
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Aloisius David
NPM : 0606095342
Program Studi : Kriminologi
Departemen : Kriminologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-Exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Hubungan Fear of Crime dan Respons Perilaku Perempuan Pekerja
Pengguna Angkutan Umum di Kota Depok”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan memublikasika tugas akhir saya selama tetap mencantumkan saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada Tanggal: 25 Juni 2012
Yang menyatakan,
(Aloisius David)
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Aloisius David
Program Studi : Kriminologi
Judul : Hubungan Fear of Crime dan Respons Perilaku Perempuan
Pekerja Pengguna Angkutan Umum di Kota Depok
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh keberadaan kejahatan yang terjadi di
dalam angkutan umum terhadap perilaku seseorang ketika menggunakan angkutan
umum tersebut. keberadaan kejahatan tersebut menimbulkan perasaan takut akan
kejahatan dan kemudian memberikan pengaruh kepada perilaku seseorang yang
menggunakan angkutan umum. Penelitian ini mengambil perempuan pekerja
sebagai sampel penelitian dengan asumsi bahwa kerentanan perempuan terhadap
kejahatan lebih besar dibandingkan laki-laki. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan menggunakan survey sebagai sarana pengumpulan data primer.
Hasil penelitian menemukan bahwa rasa takut memberikan pengaruh signifikan
pada respons seseorang untuk mengasuransikan barang-barangnya dan juga
menyebarkan berita akan kejahatan tersebut.
Kata Kunci:
Ketakutan akan Kejahatan, Respons Perilaku, Angkutan Umum, Perempuan
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
ABSTRACT
Name : Aloisius David
Study Program: Criminology
Title : Relation Between Fear of Crime and Response of Woman’s
Behavior while Using Mass Public Transportation in Depok
This research is a study about finding the influences between the fear of crime and
the behavior response among the passengers. Crime that happens inside the public
transportation such as pickpocket, robbery, threaten, sexual harrasment, and
hypnosis creating fear that stimulating responses from the passengers. This
research is try to find whether it’s true or not that fear of crime have an influence
with the behavior or act based on response that coming from the passenger. This
study take women that work and using public transportation in Depok city as the
research sample based on the assumptions that women is more vulnerable to crime
than men. The research done with quantitative method with survey as the primary
data collecting tools.
Keyword: Fear of Crime, Behavior Respons, Public Transportation, Women
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..............................................
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ...
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .........................................
ABSTRAK ..................................................................................................... ..
ABSTRACT .................................................................................................. ...
DAFTAR ISI ................................................................................................. .
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
I.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................
I.2 Permasalahan ......................................................................................
I.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................
I.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................
I.5 Signifikansi Penelitian .............................................................................
I.5.1 Signifikansi Akademis ..................................................................
I.5.2 Signifikansi Praktis .................................................................... .
BAB II LANDASAN TEORITIS ..................................................................
II.1 Tinjauan Pustaka ..............................................................................
II.2 Kerangka Pemikiran ..............................................................................
II.2.1 Fear of Crime ................................................................................
II.2.2 Respons Fear of Crime ..........................................................
II.3 Definisi Konseptual .........................................................................
II.3.1 Fear of Crime ........................................................................
II.3.2 Gender dan Kerentanan ...........................................................
II.3.3 Pengetahuan tentang Kejahatan ..............................................
II.3.4 Pengalaman Menjadi Korban Kejahatan ...................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
1
1
5
5
6
6
6
6
7
7
14
14
18
18
18
19
20
21
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
x
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................
III.1 Metode Penelitian ................................................................................
III.1.1 Pendekatan Penelitian .................................................................
III.1.2 Tipe Penelitian .........................................................................
III.1.3 Populasi Penelitian ...................................................................
III.1.4 Sampel Penelitian ....................................................................
III.1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................
III.1.6 Teknik Penarikan Sampel .........................................................
III.1.7 Teknik Pengumpulan data .........................................................
III.1.8 Teknik Analisis Data ...............................................................
III.2 Model Analisis ...................................................................................
III.2. 1 Hipotesis ..............................................................................
III.3 Operasionalisasi Konsep ......................................................................
III.4 Hambatan Penelitian ..............................................................................
III.6 Sistematika Penulisan .........................................................................
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA LAPANGAN ................................
IV.1 Kondisi Kota Depok secara Umum ......................................................
IV.2 Analisis Univariat ...............................................................................
IV.2.1 Karakteristik Responden ............................................................
IV.2.2 Penggunaan Angkutan Umum ...................................................
IV.2.3 Pengalaman Responden dengan Kejahatan di Dalam Angkutan
Umum .....................................................................................
IV.2.4 Pengetahuan Responden Akan Kejahatan di Angkutan Umum
IV.2.5 Gender dan Kerentanan ..............................................................
IV.2.6 Variable Independen .................................................................
IV.2.7 Variable Dependen ....................................................................
IV.3 Analisis Bivariat .................................................................................
IV.3.1 Crosstab ...................................................................................
IV.3.2 Uji Korelasi ............................................................................
BAB V PENUTUP .....................................................................................
V.1 Kesimpulan ...............................................................................
V.2 Saran .......................................................................................
23
23
23
23
24
24
25
25
25
26
27
27
29
32
33
34
34
34
35
35
40
44
56
62
74
80
89
89
96
96
97
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
xi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 latar Belakang Masalah
Alat transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan
masyarakat. Keberadaan alat transportasi menjadi hal penting karena berguna
sebagai sarana mobilisasi individu dalam menjalankan berbagai aktivitas sehari-
hari. Dengan keberadaan alat transportasi, individu-individu di dalam masyarakat
dapat melakukan mobilisasi dengan lebih efisien.
Di dalam masyarakat, terdapat dua jenis alat transportasi, yakni
transportasi pribadi dan alat transportasi umum. Berkaitan dengan alat transportasi
umum, terdapat tiga jenis alat transportasi umum, yakni darat, laut, dan udara.
Kota Jakarta dan Kota Depok memiliki mobilisasi komuter dari
penduduknya dimana mereka bepergian dari Jakarta menuju Depok atau
sebaliknya. Keberadaan mobilisasi di kedua kota ini juga tidak lepas dari
penggunaan moda transportasi darat yang jumlahnya cukup banyak dan bervariasi
trayeknya, baik itu didalam kota ataupun antar kota. Sebagai sarana mobilisasi
yang penting dalam masyarakat, alat transportasi, dalam hal ini khususnya alat
transpotasi darat, juga tidak terlepas dari sasaran kejahatan.
Sepanjang tahun 2011 lalu, terdapat beberapa kasus kejahatan yang terjadi
di angkutan umum diberitakan oleh media massa:
Tabel 1. 1
Tabel Kasus Kejahatan yang Terjadi di Angkutan Umum
Jabodetabek Sepanjang Tahun 2011
Korban Waktu
Kejadian
Pelaku Cerita Singkat Kejadian
Yani
(27)
10 Feb
2011
- Yani menggunakan bus
Transjakarta, keadaan dalam bus
penuh sesak dan saat itu Yani
diraba-raba bagian paha dan
bokongnya, Yani berteriak dan
pelaku menghentikan aksinya,
namun karena keadaan penuh sesak
tidak dapat diketahui siapa
pelakunya
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Korban Waktu
Kejadian
Pelaku Cerita Singkat Kejadian
- 12 Feb
2011
- Anita seorang penumpang bus kota,
menyaksikan aksi penodongan
ketika akan turun dari bus. Korban
duduk di bangku belakang dan
dikelilingi sejumlah pria, para pelaku
meminta handphone dan dompet
korban. Ketika kejahatan
berlangsung penumpang-penumpang
lain terkesan pura-pura tidak tahu
dan cuek EF (40),
karyawan
PT. Pos
Indoensia
1 Jan
2011
2 dari 5 pelaku
ditangkap di
Sukmajaya,
Depok
Saat hendak menuju kantornya di
Jalan Margonda, Depok, EF
ditodong di dalam angkot D-04
jurusan Depok-Kukusan yang
ditumpanginya. Supir angkot dan 5
orang lainnya saling berkomplot, EF
dipaksa menarik uang dari ATMnya
(sekitar 15 juta) dan setelah itu EF
dibuang di daerah Tambun, Bekasi Toyo dan
Sukirman 10 Jan
2011
6 orang pelaku Saat angkot T11 jurusan Cililitan-
Mekarsari yang ditumpangi korban
berada di pertigaan Cibubur, Jakarta
Timur sekitar pukul 21.00 WIB,
pelaku mulai menodong korban.
Para pelaku akhirnya mengambil
dompet korban, namun korban
melakukan perlawanan dan kedua
korban dibacok di bagian muka dan
kepala Livia
Pavita
Soelistio
(20),
mahasisiwi
Universitas
Bina
Nusantara
16 Aug –
21 Aug
2011
MS (supir
angkot)
RH, IN, A
(pelaku
perampokan dan
pemerkosaan)
SR, AB
(penadah barang
curian)
Korban menumpangi Mikrolet M 24
jurusan Slipi-Binus-Kebon Jeruk
yang dikendarai MS, didalam
mikrolet, A, RH, dan IN merampas
tas korban, karena melawan korban
dicekik hingga tewas, mayat korban
lalu diperkosa di dalam angkot oleh
RH dan A. Kemudan mayat korban
dibuang di daerah Cisauk,
Tangerang WA (32),
karyawan
Kemenkes
3 Apr
2011
- Korban mengalami hipnotis setelah
pelaku sebelumnya berpura-pura
epilepsinya kambuh, kemudian
korban tanpa sadar mengikuti
kemauan pelaku untuk menolong
penyakitnya dan menguras uang dari
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
3
Universitas Indonesia
ATM sebesar 15 juta
Korban Waktu
Kejadian
Pelaku Cerita Singkat Kejadian
Ros (35),
karyawan
14 Des
2011
Riko, Saad, DR Korban diperkosa didalam angkot
jurusan M26 Kampung Melayu–
Bekasi ketika korban hendak pergi
ke pasar Kemiri, Beji, namun angkot
tersebut berhenti dan sopir (Saad)
masuk ke tempat penumpang dan
digantikan pelaku lain (DR) di antara
Jalan Raden Saleh dan jalan
Margonda Raya Sektor III kemudian
pemerkosaan dilakukan oleh Saad
dan Riko yang ada dalam tempat
penumpang Monica
(20),
mahasiswi
Universitas
Bina
Nusantara
12 Jan
2012
- Korban menumpangi Metromini
jurusan 91 Batusari-Tanah Abang, di
daerah Tanjung Duren pelaku naik
dan mengancam sopir dan
penumpang dengan pisau. Lalu
pelaku meminta handphone dan
dompet korban serta penumpang
lainnya. Setelah melakukan aksinya
pelaku turun dan naik motor yang
diduga dikendarai komplotannya. FN (15),
DS (16),
RS (16),
ketiganya
pengamen
jalanan
04-13
Feb 2012
Ucok, Wawan
(keduanya supir
angkot M01
Kampung
Melayu-Senen
Pelaku menawarkan pekerjaan
kepada ketiga korban, kemudian
ketiga korban tersebut dibawa ke
sebuah kafe di kawasan Kali Jodo,
Tambora, Jakarta Barat. Disana
korban selama seminggu dipaksa
menjadi pekerja seks. Orangtua
korban kemudian melaporkan
kepada polisi setelah seminggu
kemudian anaknya pulang ke rumah.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Korban Waktu
Kejadian
Pelaku Cerita Singkat Kejadian
- 22 jan
2012
- Korban menumpang angkot M-16
jurusan Pasar Minggu-Kampung
Melayu. Didalam ada 3 orang
perempuan dan 1 orang laki-laki.
Ketika sampai daerah Kalibata
ketiga perempuan tersebut turun dan
hanya tinggal korban dan
penumpang laki-laki. Lalu angkot
tersbut berjalan tidak pada rute
seharusnya sehingga korban curiga,
namun sopir beralasan ingin isi
bensin, setelah itu mobil terus
melaju kearah pancoran dan terus ke
arah Manggarai dengan cepat,
penumpang tersebut lalu menutup
pintu angkot. Korban meronta dan
kejadian ini terlihat oleh pengendara
motor di sekitar angkot, angkot
tersebut kemudian dikejar dan
dilempari batu oleh beberapa
pengendara motor lain. Korban
langsung berusaha turun dan diantar
salah satu pengendara motor sampai
dekat rumahnya. Esok paginya
keluarga korban melaporkan
kejadian tersebut kepada pihak
berwajib.
Sumber: Dirangkum dari berbagai artikel berita di internet
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa kejahatan lebih kerap terjadi di
angkutan umum yang tidak didukung oleh keberadaan petugas keamanan. Tidak
adanya petugas keamaan menjadi bagian penting dalam terciptanya kondisi
pengawasan yang kurang. Pengawasan yang kurang tidak hanya terjadi ketika
tidak ada petugas keamaan, namun juga ketika kondisi angkutan umum penuh
sesak. Kondisi angkutan umum yang penuh sesak ini biasanya terjadi di jam-jam
keberangkatan dan kepulangan para pekerja.
Dari data di atas juga dapat dilihat bahwa kejahatan yang terjadi di
angkutan umum lebih banyak terjadi di wilayah Jakarta sebagai pusat kota yang
memang aktivitas mobilisasi individu di dalamnya sangat tinggi. Namun, selain
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
5
Universitas Indonesia
Jakarta, kejahatan di angkutan umum juga kerap terjadi di wilayah pendukung
kota Jakarta, salah satunya adalah Depok.
1. 2. Permasalahan
Kondisi kendaraan dan kualitas awak angkutan umum merupakan
kelemahan dari angkutan umum sebagai salah satu penyedia jasa transportasi.
Timbulnya kesan dimana pihak pemilik dan awak angkutan umum tidak memiliki
rasa kepedulian untuk menunjang keamanan dan kenyamanan penumpangnya,
dan juga disertai kondisi padat penumpang dan sepi penumpang pada waktu
tertentu, menjadikan keuntungan bagi penjahat ataupun mendukung timbulnya
niat jahat dan terjadinya kejahatan. Penumpang sebagai pengguna jasa transportasi
angkutan umum menjadi pihak yang dirugikan dari kejahatan ini, perempuan pada
khususnya sebagai penumpang angkutan umum menjadi pihak yang rentan
menjadi korban kejahatan pelecehan seksual ataupun tindak kejahatan lainnya.
Adanya kerugian yang dialami tersebut, turut membentuk fear of crime di
dalam setiap individu perempuan. Besar kecilnya rasa fear of crime pada diri
setiap individu memang tidaklah sama. Kaum perempuan cenderung memiliki
ketakutan yang lebih besar akan kejahatan serta yang disebabkan oleh kerentanan
fisik dan keterbatasan sosial yang dimiliki oleh kaum perempuan. Kedua hal
tersebutlah yang mengakibatkan dampak kejahatan baik secara fisik, finansial,
maupun psikologis akan lebih besar pada kaum perempuan dibandingkan pada
laki-laki (O’Block, 1981). Oleh karena itulah, peneliti akan mencoba memberikan
analisis dengan menguji sejauh mana hubungan dalam respons fear of crime pada
perempuan pekerja yang menggunakan angkutan umum di kota Depok.
1. 3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
Adakah hubungan antara fear of crime dan respons perilaku pada perempuan pada
saat menggunakan moda transportasi darat di Depok?
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
6
Universitas Indonesia
1. 4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari jawaban atas pertanyaan
penelitian yang ada yaitu: Mencari tahu adanya hubungan antara fear of crime dan
responnya yang ada diantara perempuan sebagai pengguna angkutan umum ketika
mereka menggunakan jasa transportasi angkutan umum.
1. 5. Signifikansi Penelitian
1. 5. 1. Signifikansi akademis
Secara akademis, selain sebagai salah satu syarat kelulusan, peneliti
berharap penelitian ini menjadi sumbangan pengetahuan mengenai fear of crime
pada kasus kejahatan terutama yang berhubungan dengan pencopetan dan
pelecehan seksual di moda transportasi umum. Selain itu peneliti berharap
penelitian ini dapat menambah literatur akademis bagi Departemen Kriminologi
FISIP UI, Depok, Jawa Barat.
1. 5. 2. Signifikansi Praktis
Secara praktis, penelitian ini menyumbangkan wawasan pembaca
mengenai permasalahan fear of crime dan menjadi masukan pengetahuan dalam
usaha memberikan ide perlindungan dari kejahatan terutama ketika menggunakan
moda transportasi umum.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
7 Universitas Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2. 1. Tinjauan Pustaka
Fear of crime, penyebab dan konsekuensinya bervariasi, fear of crime sendiri
berbeda-beda dari waktu ke waktu, tempat, dan kelompok masyarakat, lebih lanjut,
fear of crime merugikan baik individu ataupun kelompok, dan menghambat aktifitas
seseorang atau mempengaruhi kehidupannya sehari-hari, ketakutan tersebut bahkan
dapat menyebabkan seseorang mengurung diri di rumahnya, dan kehilangan
kepercayaan akan masyarakat sekitarnya. (Gary Cordner, 2010). Untuk melengkapi
pemahaman mengenai penelitian tentang fear of crime, berikut ini penulis menambah
kajian pustaka yang bersumber dari jurnal penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti.
Travis Franklin, Cortney Franklin, and Noelle Fearn (2008) dalam
penelitiannya terkait dengan fear of crime secara khusus membahas tiga aspek yang
terkait dengan faktor pesnyebab fear of crime, yaitu aspek kerentanan, „gangguan‟
sosial di masyarakat, serta integrasi sosial, dan bagaimana efeknya pada sisi kognitif
dan afektif seseorang. Penelitian ini melibatkan sebanyak 2599 responden dan
berhasil menemukan bahwa dari ketiga aspek tersebut, aspek yang peranannya paling
besar bagi sisi kognitif dan afektif terkait fear of crime seseorang adalah aspek
„gangguan‟ di masyarakat. „ gangguan sosial‟ dalam penelitian ini erat kaitannya
dengan persepsi seseorang akan keadaan lingkungannya, baik dari segi keamanan,
hubungan sosial, hingga stereotipe terhadap kelompok tertentu yang ada di
lingkungannya. Gangguan sosial juga dapat berupa tindak kejahatan ringan dan
delinkuensi anak-anak muda di sekitar tempat tinggal. Semakin seseorang meyakini
bahwa dilingkungannya terdapat banyak „gangguan sosial‟, semakin besar pula
peranannya dalam domain kognitif dan afektif seseorang, yang pada akhirnya
menumbuhkan fear of crime.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Franklin dan Fearn relevan dengan penelitian
ini karena dapat membantu menggambarkan bagaimana respon perempuan pekerja
terhadap fear of crime yang pada angkutan umum di Depok. Dapat terlihat bahwa
fear of crime merupakan salah satu „gangguan sosial‟ yang ada. Hal ini
mengindikasikan bahwa respon seseorang terhadap fear of crime tidak hanya menjadi
ranah personal, namun sudah menjadi ranah publik karena sudah dapat dikategorikan
menjadi „gangguan sosial‟.
Steven Balkin (1979) dalam tulisannya, Victimization Rates, Safety and Fear
of Crime, menemukan hubungan antara viktimisasi dan fear of crime dimana semakin
tinggi fear of crime korban maka semakin rendah kejahatan yang dilaporkan sehingga
jumlah kejahatan yang sebenarnya terjadi dan jumlah kejahatan yang dilaporkan akan
tidak sama. Hal ini akan merugikan bagi kinerja kepolisian karena kejahatan yang
tidak dilaporkan menyebabkan polisi tidak tahu sejauh mana keseriusan dan frekuensi
kejahatan tersebut, selain itu pelaporan akan kejahatan adalah masukan bagi polisi
untuk menyusun strategi penanggulangannya sehingga bila tidak dilaporkan polisi
akan kesulitan mengetahui karakteristik kejahatan tersebut.
Penelitian Balkin diatas menjadi salah satu pijakan dalam penelitian ini untuk
membuktikan kembali apakah terdapat korelasi antara fear of crime dengan respons
yang diberikan. Dalam penelitian diatas, salah satu bentuk respons yang diberikan
adalah berupa pelaporan kepada polisi. Hal ini menjadi signifikan untuk mengetahui
bagaimana respon fear of crime pada perempuan pekerja pengguna angkutan umum.
Penelitian tentang fear of crime dilakukan oleh Ted Chiricos, Sarah Eschholz,
dan Marc Gertz (1997). Penelitian ini dilakukan untuk mencari bagaimana pengaruh
konsumsi berita kejahatan terhadap munculnya fear of crime diantara pemirsanya.
Penelitian ini berfokus mengukur fear of crime melalui 5 acuan tertentu, yaitu:
substitution (seberapa kuat konsumsi media mempengaruhi persepsi pemirsanya
sehingga menonton tayangan berita menjadi pengganti pengalaman
viktimisasi/menjadi korban), resonance (seberapa kuat berita tersebut bisa
mempengaruhi ketakutan konsumennya), vulnerability (kerentanan akan kejahatan),
affinity (persamaan antara korban yang diberitakan di media dan konsumen berita di
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
9
Universitas Indonesia
media), ceiling effect (apakah ketakutan akan kejahatan sudah tinggi tanpa ditambah
terpaan media). Menurut 5 acuan diatas, penelitian ini menemukan:
a. Substitution: Perasaan bahwa “media menjadi pengganti dari pengalaman
menjadi korban”, dirasakan amat tinggi oleh perempuan kulit putih yang
memiliki pendapatan tinggi dan belum pernah mengalami menjadi korban
kejahatan.
b. Resonance: Media memiliki pengaruh yang kuat akan munculnya
ketakutan terutama di kalangan perempuan kulit putih dan kulit hitam yang
pernah mengalami pengalaman menjadi korban dan memiliki pendapatan
rendah.
c. Vulnerability: Tidak ditemukan adanya rasa kerentanan pada sampel,
terutama pada perempuan dan orangtua.
d. Affinity: Peneliti menemukan bahwa perasaan adanya kesamaan antara
korban di berita dan konsumennya amat tinggi di kalangan perempuan kulit
putih. Hal ini didukung pula lewat penelitian kecil dimana peneliti
merekam berita di media selama 9 minggu dan menemukan dalam
pemberitaan tersebut 32% korbannya adalah perempuan kulit putih.
e. Ceiling effect: Perempuan kulit hitam menjadi kelompok yang paling tidak
terpengaruh media karena mereka sudah memiliki ketakutan akan
kejahatan yang tinggi.
Penelitian selanjutnya tentang fear of crime dilakukan oleh Frank
Clemente,Michael B. Kleiman (1977). Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana
pengaruh jenis kelamin, ras, usia, tingkat ekonomi, ukuran masyarakat (variable
independen) dengan tingkat fear of crime (variable dependen), peneliti ingin
mengetahui keakuratan dari tiap variable independen tersebut dalam mendukung
variable independen lain dan mengukur kevalidan tingkat fear of crime. Dari 2700
responden dimana 1139 orang mengaku takut dan 1561 orang mengaku tidak takut,
diakui kevalidannya berdasarkan pengukuran dari kelima variable independen. Dari
1139 orang yang mengaku merasa takut tersebut setelah diuji korelasi dari tiap
variable independen ditemukan 757 orang yang merasa takut dan 382 orang tidak
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
10
Universitas Indonesia
merasa takut.Sementara dari 1561 orang yang mengaku tidak takut,setelah diuji
dengan kelima variable ditemukan 383 orang yang merasa takut dan 1178 orang yang
tidak merasa takut.
Dalam penelitian ini, penelitian Kleiman diatas menjadi salah satu literatur
untuk mengetahui validitas dan realibilitas penelitian tersebut. Hal yang membedakan
penelitian diatas dengan penelitian ini adalah dalam memposisikan variabel yang ada.
Jika dalam penelitian Kleiman diatas yang menjadi variabel dependennya adalah fear
of crime, maka dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah
respons sedangkan variabel independenya adalah fear of crime. Dapat dilihat dalam
pemilihan variabel tersebut, penelitian ini nantinya akan melihat bagaimana fear of
crime berpengaruh terhadap respons perempuan pekerja di Depok.
Terance D. Miethe (1995) meneliti bagaimana fear of crime bisa
mempengaruhi mempengaruhi seseorang hingga mengisolasikan dirinya dari
partisipasi atau rutinitasnya di dalam masyarakat serta bagaimana reaksi seseorang
akan fear of crime khusunya dalam perilaku dan psikologinya. Berdasarkan hasil
survey penelitian-panelitian sebelumnya peneliti melihat bahwa survey tidak
memberi gambaran mengenai reaksi atau kondisi sebenarnya dari psikologikal dan
perilaku korban sehingga peneliti ingin melihat bahwa ada beberapa hal yang
dilakukan seseorang berdasarkan reaksi akan fear of crime diantaranya: avoidance
behavior, protective actions, general behavior and liestyle changing, and collective
reaction. Berdasarkan hasil surveynya peneliti mendapatkan bagaimana reaksi-reaksi
responden akibat pengaruh keberadaan fear of crime, sebagai berikut:
1. Avoidance Behavior
Peneliti melihat bahwa dalam reaksi akan fear of crime, seseorang akan
menghindari hal-hal yang bisa membuatnya menjadi korban kejahatan,
sebagai contoh, korban akan menghindari berinteraksi dengan orang
tertentu, menghindari pergi ke tempat tertentu dan khususnya pada malam
hari. Selain itu dalam bertingkah laku, seseorang akan membatasi baik
dalam bertutur kata ataupun bersikap ketika berkomunikasi dengan orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
11
Universitas Indonesia
lain untuk tidak mengundang konfrontasi. Juga menghindari kegiatan sosial
dan rutinitas karena rasa takut.
2. Protective Actions
Sebagai reaksi akan fear of crime, seseorang akan melindungi dirinya atau
propertinya untuk mencegah kejahatan dengan berbagai cara, antara lain
memasang kunci atau alarm, menambah penerangan di dalam dan luar
rumah, memelihara anjing penjaga, hingga memiliki senjata api. Selain itu,
seseorang mengikuti aktifitas tertentu yang dianggap mengurangi resiko
kejahatan seperti pelatihan bela diri, tinggal bersama orang lain atau tidak
pergi sendirian dan mengajak orang lain ketika bepergian.
3. General behavior and lifestyle change
Sebagai reaksi atas ketakutan akan kejahatan, sebelumnya seseorang akan
menghindari tempat atau orang tertentu, selain itu ada juga perubahan pada
rutinitasnya, seperti rute perjalanan, tempat yang biasa dikunjungi atau
kegiatan yang bisa dilakukan, terutama yang berhubungan dengan adanya
tindak kejahatan yang terjadi pada rute perjalanan, tempat, atau kegiatan
yang menjadi rutinitas orang tersebut.
4. Collective reaction
Ketika adanya ketakutan akan kejahatan, terkadang masyarakat memberikan
reaksi dalam bentuk kelompok. Reaksi kelompok ini antara lain
pembentukan organisasi yang melindungi, menolong, dan mensuport korban
atau mereka yang dianggap rentan menjadi korban kejahatan, selain itu
adanya kerja sama antara masyarakat dengan petugas keamanan dalam
mengurangi kejahatan juga menjadi salah satu bentuk dari reaksi kolektif.
Mark Warr (1985) melakukan penelitian tentang fear of crime dengan
melakukan survei. Dalam survei tersebut, peneliti ingin mencari tahu apa kejahatan
yang paling ditakuti dan jenis kejahatan apa yang beresiko terjadi setelah sebelumnya
kejahatan lain terjadi, kejahatan yang diteliti antara lain: kasus pemerkosaan
dibandingkan jenis kejahatan lain seperti penipuan, penyerangan, perampokan dan
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
12
Universitas Indonesia
lain-lain. Peneliti juga ingin mencari tahu apakah ketakutan tersebut mempengaruhi
atau membatasi aktifitas mereka sehari-hari. Responden dipilih secara acak
berdasarkan nomor telepon di Seattle pada tahun 1981. Kemudian kuesioner dikirim
lewat pos. Dari 500 kuesioner hanya 339 yang menjawab dan mengembalikan
kuesioner tersebut. Ternyata, berdasarkan pengelompokkan usia, perempuan muda
umur 19-35 paling takut dengan kejahatan pemerkosaan, selain itu pemerkosaan
menduduki tempat paling tinggi dalam hal keseriusan kejahatan. Diantara responden,
sebagian besar menjawab bahwa ketakutan akan kejahatan membatasi kegiatan
mereka sehari-hari terutama di malam hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Warr diatas relevan dengan penelitian ini
karena salah satu yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah, apakah masih
sama jenis kejahatan yang paling ditakuti masih sama atau tidak, dalam hal ini
pemerkosaan menjadi jenis kejahatan yang paling ditakuti oleh perempuan berusia 19
– 35 tahun. Selain itu, relevansi lainnya antara penelitian yang dilakukan oleh Warr
dengan penelitian ini adalah subjek penelitian yang diambil adalah sama, yaitu
perempuan.
Kemudian, dijelaskan pula oleh Peter Yin (1982) dalam Fear of Crime as a
Problem for the Elderly yang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah fear of crime sebagai masalah yang serius bagi kalangan lansia atau tidak.
Dari penelitian yang menggunakan sebanyak 1228 responden lansia yang berumur
diatas 60 tahun tersebut, maka hasil survey dalam mengindikasikan fear of crime
ditemukan bahwa sebanyak 52% merasa sangat aman, 36% merasa cukup aman, 6%
merasa cukup tidak aman, 2% merasa sangat tidak aman berjalan di siang hari di
daerah tempat tinggal dan 16% merasa sangat aman, 35% merasa cukup aman, 21%
merasa cukup tidak aman, 19% merasa sangat tidak aman berjalan di malam hari di
daerah tempat tinggal. Selain itu, mengenai fear of crime sebagai masalah besar bagi
lansia ternyata hanya 1% yang menjawab fear of crime sebagai masalah terbesar bagi
mereka, 25% menjawab masalah kesehatan, serta 9% karena kurang uang sebagai
masalah terbesar bagi lansia.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Penelitian diatas terkait dengan penelitian ini karena usia lanjut (lansia)
termasuk salah satu subjek penelitian dalam penelitian yang sedang dilakukan ini. Hal
ini untuk melihat bagaimana respons lansia terhadap fear of crime yang terdapat di
angkutan umum di Depok.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Beverly L. Stiles, Shaheem Halim, dan
Howard B. Kaplan (2003) yang berjudul Fear of Crime among Individual with
Physical Limitation yang melihat bagaimana hubungan kesehatan fisik dan fear of
crime dari persepsi yang ada di masyarakat. Penelitian dilakukan terhadap murid
kelas 7 dari 18 sekolah swasta di daerah Houston. Penelitian tersebut menggunakan
variabel dependen yaitu fear of crime dan variabel independennya yaitu a) persepsi
akan kesehatan dan b) keterbatasan fisik. Dari penelitian tersebut menemukan bahwa
mereka yang memiliki keterbatasan fisik merasa lebih rentan atas kejahatan, serta
keinginan mereka untuk melaporkan ketakutan tersebut lebih besar dibandingkan
orang normal. Untuk itu bisa dikatakan bahwa keterbatasan fisik memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap fear of crime. Sementara itu, persepsi seseorang akan
kesehatan tidak memberi pengaruh yang signifikan pada fear of crime ataupun
kerentanan seseorang menjadi korban.
Penelitian lain terkait fearof crime dilakukan oleh Tom Wynne (2008) yang
meneliti mengenai fear of crime dan kecenderungan menjadi korban. Wynne
menganalisis satu per satu keterkaitan antara fear of crime dan faktor gender, fear of
crime dan faktor usia, fear of crime dan ras, fear of crime dan resiko kejahatan. Ia
mendapatkan hasil bahwa antara fear of crime dan faktor-faktor kecenderungan
menjadi korban sebaiknya dipisahkan agar tidak ada lagi ketidaksesuaian dalam
beberapa hal, misalnya seperti dinyatakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya
bahwa kaum perempuan dan kaun lansia adalah pihak yang memiliki fear of crime
paling besar, pada kenyataannya justru kaum perempuan dan lansia adalah pihak
yang paling kecil angka viktimisasinya.
Christina Pantazis (2000) juga melakukan penelitian terkait dengan fear of
crime. Ia meneliti tentang keterkaitan antara kerentanan dengan persepsi rasa aman
bagi orang-orang yang dalam lembah kemiskinan. Temuan yang didapat oleh
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
14
Universitas Indonesia
Panatazis dalam penelitian ini adalah orang-orang miskin dalam masyarakat
merupakan kalangan yang paling menderita dari keseluruhan rangkaian kekhawatiran
yang terkait dengan kejahatan. Lebih lanjut lagi menurut Panatazis, orang-orang
miskin dalam masyarakat juga menderita akibat kemungkinan bertambahnya jumlah
kejadian-kejadian non kriminal seperti kehilangan pekerjaan, utang-piutang, serta
masalah kesehatan. Karena itu, fear of crime dan kekhawatiran terhadap kejadian-
kejadian non kriminal dalam kalangan orang-orang miskin bisa dilihat sebagai sebuah
bagian dalam mata rantai kekhawatiran yang dialami secara akut oleh orang-orang
miskin dalam masyarakat. Selain itu juga, Pantazis juga menemukan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dalam hal ketidakamanan dalam populasi. Meskipun
gender adalah merupakan faktor yang paling signifikan dalam menentukan seseorang
merasakan ketidakamanan atau tidak. Pantazis menemukan perbedaan yang cukup
signifikan antara laki-laki dan perempuan. Usia tua dan faktor-faktor yang terkait
dengan kemiskinan merupakan faktor yang paling dominan dalam pembentukan rasa
kekhawatiran dan ketidakamanan bagi perempuan. Sementara bagi laki-laki,
kemampuan untuk melindungi diri sendiri dari serangan dan rendahnya pendapatan
merupakan faktor yang paling dominan dalam pembentukan rasa ketidakamanan dan
kekhawatiran.
2. 2. Kerangka Pemikiran
2. 2. 1. Fear of Crime
James Garofalo (1981) mendefinisikan fear of crime, atau rasa takut akan
kejahatan, sebagai suatu reaksi emosional yang ditandai dengan adanya perasaan
terancam bahaya dan kecemasan terutama dalam hubungannya dengan bahaya secara
fisik. Lebih jelasnya, Garofalo mengemukakan bahwa fear of crime erat kaitannya
dengan adanya perasaan terancam bahaya secara fisik yang diperoleh dari
lingkungannya. Hal ini diperoleh dari lingkungan yang berhubungan dengan aspek
kejahatan bagi seseorang.
Perasaan terancam bahaya ini oleh Garofalo kemudian dibagi menjadi dua,
yaitu (Garofalo, 1981: 844):
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
15
Universitas Indonesia
a. Ketakutan aktual, yaitu adanya perasaan takut bahwa ancaman kejahatan
memang nyata, dan ketika semakin sering mereka menemukan diri mereka
berada dalam situasi yang menakutkan secara nyata.
b.Ketakutan antisipatif, yaitu adanya perasaan takut akan mengalami kejahatan,
dimana seseorang berada dalam suasana yang sama dengan peristiwa
kejahatan yang pernah dialaminya, baik sebagai korban maupun sebagai saksi.
Ketakutan antisipatif berhubungan timbal balik dengan ketakutan aktual,
dimana hal ini dipengaruhi oleh (Kusumah, 1988: 44-46):
a. Karakteristik sosial ekonomi (usia, jenis kelamin, pendapatan, tingkat
pendidikan, gaya hidup, dan sebagainya)
b. Informasi tentang kejahatan (jumlah dan sifat informasi, pengalaman
langsung, komunikasi interpersonal secara langsung maupun tidak melalui
media massa)
c. Faktor-faktor antara (sikap dan kepentingan yang mempengaruhi persepsi
selektif atau informasi yang tersedia)
d. Gambaran tentang kejahatan (luas kejahatan dilingkungannya, sifat dan
seriusitas kejahatan, ciri-ciri pelaku dan korban serta psikis dan sosial akibat
kejahatan)
e. Penilaian resiko (pandangan bahwa seseorang akan menjadi target potensial
kejahatan, kerawanan individual dalam kaitan dengan ciri-ciri fisik pribadi,
„atraktivitas‟ serta konsekuensi fisik, psikis, dan finansial yang dimiliki
individu tertentu)
Terbentuknya fear of crime menurut Koichiro Ito, yang melakukan penelitian
mengenai persepsi dan realitas mengenai rasa takut akan kejahatan, disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu (Ito, 1993: 381):
a. Faktor pengetahuan akan kejahatan, terbagi menjadi:
- Sumber langsung, pengalaman menjadi korban kejahatan
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
16
Universitas Indonesia
- Sumber tidak langsung, berupa pengetahuan tentang viktimisasi
orang lain
- Media massa yang meliput peristiwa kejahatan
b. Faktor kerentanan menjadi korban kejahatan, terbagi menjadi:
- Usia
- Perempuan
c. Faktor keadaan lingkungan tempat tinggal
d. Kepercayaan akan sistem peradilan pidana suatu negara
Sanford H. Kadish (1983: 766) menjelaskan pula faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pembentukan rasa takut, yaitu:
1. Sosiodemografik (Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan ras atau etnik
budaya)
2. Pengalaman Menjadi Korban (orang yang pernah menjadi korban cenderung
memiliki perasaan ketakutan yang lebh tinggi dibanding yang belum pernah
menjadi korban)
3. Pengetahuan tentang tindak kejahatan (orang yang pernah mendengar tentang
tingginya tindak kejahatan, cenderung lebih waspada terhadap terjadinya
tindak kejahatan tersebut)
4. Persepsi tentang tempat tinggal (keadaan tempat tinggal seseorang dapat
mempengaruhi terbentuknya perasaan takut terhadap kejahatan)
5. Media massa (tayangan atau pemberitaan di media dapat memunculkan
perasaan takut terhadap kejahatan)
Terkait tingkat fear of crime, terdapat beberapa jenis kejahatan tertentu yang
memberi tingkat fear of crime yang berbeda. Perampokan, misalnya. Skogan &
Klecka (1997) mengungkapkan, kejahatan perampokan ditakuti orang karena
umumnya melibatkan penggunaan senjata, ancaman, kekerasan fisik, dan kehilangan
harta benda yang nilainya tidak sedikit (John Howard Society of Alberta, 1999).
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
17
Universitas Indonesia
General Social Survey (1999) mengajukan 8 tingkatan kejahatan yang paling
memberikan fear of crime bagi masyarakat, yaitu:
1. Kejahatan seksual
2. Perampokan
3. Pembobolan dan penerobosan rumah
4. Kekerasan baik fisik maupun verbal
5. Vandalisme
6. Pencurian kendaraan bermotor
7. Pencurian rumah tangga
8. Pencurian barang pribadi
Kedelapan tingkatan kejahatan tersebut memiliki „daya tarik‟ masing-masing
bagi „calon‟ pelaku. „daya tarik‟ yang dimiliki kejahatan pencurian dapat dijelaskan
diantaranya melalui faktor daya tarik properti yang dimiliki target yang terkait dengan
value, visibility and accessibility (nilai harta benda, visibilitas kepemilikan material,
serta akses menuju hal tersebut) (General Social Survey, 1999). Dengan kata lain,
calon pelaku pencurian sebenarnya tertarik pada properti yang akan dicuri yang
memilikitiga karakteristik tadi (value, visibility and accessibility) dan menjadikan
properti tersebut sebagai target, bukan tertarik pada pemilik properti dan
menjadikannya sebagai target (Gould, 1969).
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
18
Universitas Indonesia
2. 2. 2. Respons Fear of Crime
Menurut Garofalo lagi, respons seseorang terhadap fear of crime yang mereka
alami dapat dibagi 5 , yaitu :
1) Avoidence Behaviour
Adalah tindakan pencegahan akan kejahatan dengan menghindari tindakan-
tindakan yang dapat menyebabkan dirinya menjadi korban.
2) Protective Behavior
Adalah tindakan yang bertujuan untuk meminimalisir resiko untuk menjadi
korban dari pada harus menghindari suatu tindakan yang harus ia lakukan
karena takut akan menjadi korban kejahatan..
3) Insurance behavior
Adalah tindakan seseorang yang mengasuransikan harta benda miliknya
untuk berjaga-jaga ketika dia menjadi korban kejahatan.
4) Communicate Behavior
Adalah tindakan seseorang yang menceritakan dan berbagi perasaan dengan
seseorang dalam hal yang berkaitan dengan kejahatan untuk menenangkan
perasaannya.
5) Participation Behavior
Adalah tindakan seseorang yang menyerukan suatu peringatan ber-skala
besar agar orang lain tidak menjadi korban seperti dirinya.
Kerangka fear of crime yang ada diatas digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana repons pekerja perempuan terhadap fear of crime yang
terdapat di angkutan umum di Depok. Ini juga untuk membuktikan respons mana
yang paling signifikan akan terlihat mengenai fear of crime yang berada di sekitar
mereka.
2. 3. Definisi Konseptual
2. 3. 1. Fear of Crime
Adrianus Meliala (Fear of Crime, n.d.), menjelaskan fear of crime sebagai suatu
reaksi psikologis individual yang bersifat subjektif terhadap stimulus yang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
19
Universitas Indonesia
mengerikan berupa kejahatan. Dengan kata lain, adanya fear of crime atau rasa takut
akan kejahatan ditandai dengan adanya perasaan terancam bahaya dan kecemasan
terutama dalam hubungannya dengan bahaya secara fisik. Adrianus juga mengutip
hasil penelitian Hindelang, Gottfredson & Garofalo (1978) yang menyatakan bahwa
vulnerable people (kanak-kanak, perempuan dan manula), mereka yang pernah
menjadi korban kejahatan, dan mereka yang dekat dengan sumber-sumber ataupun
aspek pendukung terjadinya kejahatan (karyawan yang pulang malam, perempuan
yang sedang dalam kondisi sendirian, dan lain-lain) merupakan pihak-pihak yang
paling rentan menjadi korban kejahatan dan lebih mudah mengalami fear of crime
Dalam penelitian ini, yang tergolong vulnerable people adalah kanak-kanak dan
remaja yang berada antara batasan kanak-kanak dan dewasa secara usia dan
psikologis, terkait dengan responden penelitian yang merupakan remaja sisiwi SMPN
28.
2. 3. 2. Gender dan Kerentanan
Gender, seperti yang dikemukakan oleh Moore (1988), adalah pembedaan peran
laki-laki dan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat yang dikembangkan oleh
budaya dari masing-masing masyarakat. Pembedaan peran antara laki-laki dan
perempuan ini menimbulkan suatu perasaan subyektif tentang identitas gender
seseorang (sebagai perempuan atau laki-laki) dan merupakan bagian penting dari
konsep diri orang tersebut (Ihromi, 1995).
Sadli & Patmonodewo (1992) menjelaskan identitas gender sebagai definisi
seseorang atas dirinya sebagai jenis kelamin tertentu yang merupakan hasil interaksi
antara kondisi biologisnya dan beragam karakteristik dan perilaku khas perempuan
yang merupakan hasil proses sosialisasi budayanya (Ihromi, 1995). Salah satu hasil
sosialisasi mengenai identitas gender adalah bahwa perempuan lebih lemah daripada
laki-laki, lebih rentan menjadi korban kejahatan, lebih emosional, serta lebih „pasrah‟
(Gordon, et. al., 1980). Hal ini menjadi salah satu pelanggengan praktek subordinasi
yang menimpa perempuan.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Perempuan menurut Finney (2006) dan Nicholas et. al. (2007) adalah korban
utama dari kekerasan seksual baik yang dilaporkan ataupun yang tidak dilaporkan.
Hal ini karena terkait dengan peran-peran yang dilekatkan kepadanya sehingga
reproduksi perempuan menjadi salah satu sasaran strategis untuk melumpuhkan
keperempuanannya. Selain itu juga, Humm (2002: 501) dalam bukunya menulis
bahwa istilah untuk konstruksi sosial dari perempuan yang identitasnya
(feminitasnya) diterapkan dan dikonstruksi melalui penggambaran.
Nils Christie (1986) dalam persepsinya mengenai kerentanan menjadi korban
membagi menjadi 6 atribut stereotipe mengenai “korban yang ideal”:
1) Korban adalah orang yang lemah dalam hubungannya dibanding si pelaku –
„korban ideal‟ adalah: perempuan, yang sakit, sangat tua, sangat muda
(ataupun kombinasi dari kesemuanya)
2) Korban yang sehari-harinya memiliki suatu pola yang berlangsung sama
setiap hari
3) Korban tidak bisa disalahkan akan kejahatan yang menimpanya
4) Korban tidak mengenal atau tidak mengetahui si pelaku
5) Pelaku adalah orang yang besar dan jahat
6) Korban memiliki kombinasi antara kekuatan, pengaruh dan simpati untuk
mendapatkan status korban sehingga beresiko adanya pihak-pihak yang ingin
mengambil keuntungan dari kejahatan yang menimpanya
Dapat dilihat dalam konsep diatas bahwa perempuan merupakan kelompok
potensial yang menjadi korban. Hal ini karena adanya peran-peran yang yang
dilekatkan kepada kelompok tersebut sedari kecil. Hal inilah yang menjadi akar
mengapa mereka mejadi korban potensial dalam suatu kejahatan, dalam hal ini
adalah kejahatan di dalam angkutan umum.
2. 3. 4. Pengetahuan tentang Kejahatan
Masalah kriminalitas atau kejahatan adalah suatu kenyataan sosial yang tidak
dapat dihindari. Kriminalitas berkaitan dengan masalah sosial ekonomi, politik, dan
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
21
Universitas Indonesia
budaya, sehingga diasumsikan kriminalitas di perkotaan berkembang sejalan dengan
bertambahnya penduduk, pembangunan, modernisasi, dan urbanisasi. Keadaan ini
mengakibatkan keresahan masyarakat dan pemerintah di kota tersebut (Gosita, 1993:
3).
Kejahatan adalah pola tingkah laku yang merugikan masyarakat, secara fisik
maupun psikologis (Mustofa, 2005: 6). Tingkah laku tersebut dapat dirumuskan oleh
hukum maupun tindakan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat di luar
hukum (Mannheim dalam Dermawan, 1994: 2). Perbuatan tersebut merugikan,
merusak, dan asusila sehingga menimbulkan guncangan dalam suatu masyarakat,
sehingga masyarakat berhak mencela dan melawan dengan menjatuhkan suatu
nestapa dengan sengaja (Voigt, 1994, h. 31-32).
Pengalaman tidak langsung yang berupa pengetahuan atau kabar adanya
viktimisasi di lingkungan seseorang dapat meningkatkan rasa takut, sebab informasi
yang didapat langsung dari korban akan meningkatkan kekuatiran dan keyakinan
akan kondisi tidak aman (Covington & Taylor, 1991).
Selain itu media, baik itu media elektronik ataupun cetak, berperan dalam
memberitakan atau menyampaikan berita atau pengetahuan akan kasus kejahatan.
Lebih lanjut, media massa memberikan suatu pengaruh terhadap persepsi penonton,
bagaimana penonton merepresentasikan dan mengevaluasi hubungan sosialnya
dengan korban dalam pemberitaan tersebut (Romer, Jamieson, & Aday, 2003).
Kemudian, pembuata berita di media massa tidaklah lebih dari penyusunan realitas
sehingga membentuk suatu cerita, sehingga realitas tentang kriminalitas di media
yang dibentuk secara tidak proporsional telah memberikan rasa takut akan kejahatan
bagi masyarakat (Sobur, 2002).
2. 3. 5. Pengalaman menjadi Korban Kejahatan
Secara definitif, korban kejahatan merupakan orang atau badan yang telah
dilukai, dikenai bahaya, disakiti, atau dirugikan dalam hal fisik, psikologis atau
materiil, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh pelaku kejahatan (Doerner
& Lab, 1998)
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Andrew Karmen (1984: 59) mendefinisikan korban sebagai:
Individual who experience injury, loss or hardship for any reason.
People can be victims of accidents, diseases, natural disaster, or social
problem like warfare, discrimination, or other injustices. Crime victims
are harmed because of illegal act.
Terjemahan bebas:
Setiap individu yang mengalami luka-luka, kerugian, kehilangan,
ataupun penderitaan dengan alasan-alasan apapun. Seseorang dapat
menjadi korban karena kecelakaan, penyakit, bencana alam, atau
permasalahan sosial seperti peperangan, diskriminasi, atau bentuk
ketidakadilan lainnya. Korban kejahatan dirugikan karena adanya
tindakan pelanggaran.
Pengalaman menjadi korban secara psikologis sangat negatif karena adanya niat
si pelaku yang ingin menyebabkan celaka kepada korban atau calon korannya (Craig-
Henderson & Sloan, 2003). Seandainya kejahatan tersebut tidak menyebabkan luka
fisik, namun, kejahatan memberikan akibat munculnya rasa trauma sehubungan
kondisi emosional dan psikologis. 44 persen korban merasa terkejut akan insiden
yang menimpanya, 29 persen merasa ketakutan, dan satu dari empat orang merasa
kesal, satu dari lima orang merasa sulit untuk tidur (Maguire and Kynch, 2000: 4ff,
berdasarkan analisis data dari 1998 British Crime Survey)
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
23 Universitas Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN
III. 1. Metode Penelitian
III. 1. 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif
dapat dijelaskan sebagai suatu penelitian dimana peneliti mengikuti alur deduktif
yang dimulai dengan suatu ide atau gagasan yang diikuti prosedur pengukuran dan
diakhiri dengan data empiris yang menggambarkan ide atau gagasan tersebut.
Penelitian kuantitatif memiliki alur linear dimana penelitian dilakukan secara
bertahap yang diibaratkan seperti tangga dan penelitian secara bertahap tersebut
sudah memiliki satu arah atau satu tujuan yang sudah ditentukan. Lebih lanjut,
penelitian kuantitatif menggunakan variabel sebagai penggambaran idenya, variabel-
variabel tersebut dibuat secara deduktif dan linear untuk selanjutnya diukur korelasi
atau hubungan diantara variabel tersebut hingga akhirnya didapatkan hipotesa yang
menjadi kesimpulan dari ide atau gagasan penelitian (Neuman W., 2004).
III. 1. 2. Tipe Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif memberikan detail
spesifik mengenai situasi, kondisi sosial atau hubungan tertentu; penelitian deskriptif
berfokus pada pertanyaan “Bagaimana?” dan “Siapa?” dalam suatu tema penelitian.
Peneliti yang menggunakan deskriptif sebagai tipe penelitiannya sebagian besar
menggunakan survey, studi lapangan, kajian suatu penelitian sebelumnya, dan
pembandingan penelitian sebelumnya dengan penelitiannya sendiri. Peneliti memulai
penelitiannya dengan subyek penelitian yang sudah spesifik dan melakukan
penelitiannya untuk menjelaskan dengan akurat sehingga hasil penelitiannya
kemudian memberikan gambaran yang jelas mengenai subyek penelitiannya
(Neuman W., 2004).
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
24
Universitas Indonesia
III. 1. 3. Populasi Penelitian
Populasi penelitian dapat dikatakan sebagai kelompok individu yang
diinginkan peneliti untuk diteliti dengan tujuan untuk digeneralisasi (Gorard S.,
2003). Penelitian ini diharapkan dapat menggeneralisasi populasi yang diteliti dengan
kelompok atau orang-orang yang memiliki kriteria yang sama atau mirip seperti
populasi penelitian. Populasi penelitian ini adalah perempuan yang kriterianya
menggunakan moda transportasi darat khususnya angkutan umum sebagai sarana
transportasi ketika bepergian dalam aktifitasnya. Maka subyek penelitian yang ingin
diteliti peneliti adalah para pekerja khususnya perempuan yang menggunakan
angkutan umum ketika bertransportasi dari Depok menuju Jakarta atau sebaliknya.
Populasi penelitian ini dipilih dengan alasan bahwa pekerja perempuan yang
menggunakan angkutan umum dari Depok menuju Jakarta atau sebaliknya ini
memiliki waktu kerja yang relatif sama yaitu pagi hingga sore dan malam, sehingga
penggunaan angkutan umum diasumsikan adalah saat mereka berangkat dan pulang
yaitu pagi dan malam hari, pemilihan populasi penelitian ini diharapkan dapat
mewakili perempuan pengguna angkutan umum lain.
III. 1. 4. Sampel Penelitian
Sampel adalah sub-grup, dari keseluruhan populasi penelitian, yang dipilih
untuk mewakili keseluruhan populasi penelitian (Singh, K., 2007). Sampel yang ideal
menurut Koentjaraningrat (1997: 47) harus memenuhi beberapa sifat, yaitu: a) dapat
memberikan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi, b) sampel harus
sesederhana mungkin mudah dilaksanakan, dan c) dapat memberikan keterangan
sebanyak mungkin dengan biaya sekecil-kecilnya.
Dalam penelitian ini peneliti memilih 100 orang sampel sebagai perwakilan
populasi penelitian, 100 orang ini adalah pekerja perempuan yang sehari-harinya
menggunakan angkutan umum sebagai moda transportasi mereka.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
25
Universitas Indonesia
III. 1. 5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Terminal bus dan Stasiun yang ada di sekitar
wilayah Depok, Jawa Barat, serta dilakukan di beberapa tempat-tempat usaha seperti
toko, mall, kantor, dan warnet. Waktu yang akan digunakan dalam penelitian ini
bersifat cross sectional, dimana informasi yang dikumpulkan hanya pada saat tertentu
saja (Neuman, 2003: 31), yaitu diantara bulan Oktober 2011 hingga Juni 2012 .
III. 1. 6. Teknik Penarikan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik sampling non
probabilita, yakni penarikan sampel dari anggota populasi dimana setiap anggotanya
tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Prasetyo & Jannah,
2006). Teknik ini peneliti gunakan karena keterbatasan kerangka sampel yaitu pekerja
perempuan yang menggunakan angkutan umum sebagai moda transportasinya.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Teknik Penarikan Sampel
Kuota (quota sampling). Teknik penarikan sampel kuota merupakan teknik penarikan
sampel yang hampir sama dengan penarikan sampel stratifikasi dengan perbedaan
pada ketiadaan kerangka sampel dan penarikan sampel yang tidak secara acak
(Sukandarrumidi, 2006). Metode ini dapat digunakan apabila adanya keterbatasan
dalam ketiadaan kerangka sampel. Dalam penelitian ini, peneliti akan menarik sampel
sebanyak 100 orang dari kalangan pekerja atau karyawan perempuan yang
menggunakan angkutan umum.
III. 1. 7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan adalah merupakan kegiatan dalam pengumpulan data
yang bertujuan untuk mengumpulkan data (informasi) yang dapat menjawab
permasalahan penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer dan data
sekunder.
Teknik pengumpulan data yang akan peneliti lakukan menyangkut dua aspek,
yakni:
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Data primer sebagai data utama yang hendak peneliti cari dalam
penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara respons perempuan
pekerja pengguna angkutan umum di kota Depok. Data ini diperoleh
melalui penyebaran kuesioner yang bersifat Self Administered
Questionnaire (responden mengisi sendiri kuesioner yang diberikan tanpa
bantuan penelti) kepada 100 orang perempuan pekerja yang ada di depok
yang kesehariannya menggunakan kendaraan umum untuk beraktivitas.
Data sekunder yang berfungsi sebagai pendukung dalam penelitian ini
berasal dari studi literatur yang dilakukan oleh penulis yang bersumber
dari literatur kepustakaan yang dilengkapi dengan berbagai sumber, baik
berupa majalah, surat-surat kabar, jurnal ilmiah, dan data melalui
informasi dari internet (situs) yang terkait, dengan tetap mengingat proses
ilmiah dari proses ilmiah sebuah penulisan. Dalam hal ini, data-data yang
diambil dari studi literatur hanya data-data yang menurut penulis
dianggap perlu untuk mendukung argumentasi penulis dalam penelitian
ini.
III. 1. 8. Teknik Analisa Data
Analisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data ke dalam
susunan-sususnan tertentu di dalam rangka penginterpretasian data; ditabilasi, sesuai
dengan susunansajian data yang dibutuhkan untuk menjawab masing-masing masalah
dan/atau hipotesis penelitian; juga melakukan perhitungan-perhitungan tertentu sesuai
dengan jenis pengolahan statistik yang digunakan di masing-masing masalah dan/atau
hipotesis penelitian; dan akhirnya diinterpretasikan atau disimpulkan, baik untuk
masing-masing masalah atauhipotesis penelitian maupun untuk keseluruhan masalah
atau hipotesis penelitian maupun untuk keseluruhan masalah yang diteliti (Burhan,
2005: 34)
Peneliti menggunakan analisa data dengan menggunakan program SPSS
untuk mengolah data yang didapatkan dari hasil survey. Variabel-variabel dalam
penelitian tersebut akan dicari korelasinya sehingga didapatkan intensitas fear of
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
27
Universitas Indonesia
crime dan respons fear of crime yang dirasakan perempuan pengguna angkutan
umum ketika menggunakan angkutan umum. Selain itu data sekunder berupa kajian
literatur akan digunakan sebagai penunjang dan referensi dalam menjelaskan teori
fear of crime dan sejarah serta kondisi angkutan umum dan seputar kasus kejahatan
didalam angkutan umum yang ada di Jakarta.
III. 2. Model Analisis
Dalam penelitian ini peneliti ingin mencari adakah korelasi antara variabel
independen yaitu tingkat fear of crime dengan respons fear of crime yang muncul di
kalangan perempuan pengguna angkutan umum ketika mereka menggunakan
angkutan umum. Sebelumnya terlebih dahulu peneliti mencari tahu bagaimana
intensitas fear of crime tersebut di kalangan perempuan pengguna angkutan umum
berdasarkan pengalaman pribadi mereka.
III. 2. 1. Hipotesis
Penelitian ini menggunakan hipotesa sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat fear of crime di kalangan perempuan
pengguna angkutan umum dan respons fear of crime yang muncul
Ha: Terdapat hubungan antara tingkat fear of crime di kalangan perempuan
pengguna angkutan umum dan respons fear of crime yang muncul
3. 2. 2. Pretest (Uji Reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha)
Sebelum kuesioner diberikan pada responden, sebe;umnya kuesioner akan
diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kuesioner sebagai instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
Variabel Independen Variabel Dependen Tingkat Fear of Crime Respons Fear of Crime
ketika menggunakan
angkutan umum
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
28
Universitas Indonesia
bisa menghasilkan data yang bisa dipertanggungjawabkan. Jika data yang diolah
dengan teknik statistik tertentu itu dapat dipertanggungjawabkan, maka hasil analisa
yang diperoleh juga dapat dipertanggung jawabkan sehingga dapat digunakan untuk
mengambil kesimpulan (Nugiantoro & Gunawan, 2004, hal. 333). Pengujian
dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 30 responden (n=30) yang tidak
termasuk dalam populasi. Pada instrumen penelitian ini terdapat tujuh variabel
dengan jumlah butir pernyataan/pertanyaan yang berbeda-beda. Butir pernyataan
yang diujikan mempunyai pilihan jawaban dengan skala likert.
Pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS volume 18 untuk
Windows. Butir pernyataan/pertanyaan dikatakan valid jika koefisien korelasi (r
hitung) ≥ nilai kritis r tabel pada taraf signifikansi 5%. Pada pengujian reliabilitas
menggunakan reliabilitas Alpha Cronbach. Butir pernyataan/pertanyaan dikatakan
reliabel jika nilai r yang diperoleh ≥ r tabel. Nilai r tabel diperoleh melalui df(degree
of freedom)= n-2, yaitu 30-2 = 28. Nilai r tabel dari 28 adalah 0.361.
Setelah dilakukan pengujian, variabel yang tidak reliabel akan diperbaiki
dengan cara menghilangkan butir-butir pernyataan(items) yang tidak valid, dan
demikian juga dengan butir-butir yang tidak valid akan dihilangkan, atau butir-butir
pernyataan tersebut diperbaiki.
Nilai koefisien korelasi (r hitung) yang didapat setelah dilakukan pengujian
adalah 0,629. Sedangkan r tabel dari df = 28 adalah 0,361. Karena koefisien korelasi
(r hitung) ≥ r tabel yakni 0,629 ≥ 0,361, maka butir-butir pernyataan/pertanyaan
dalam kuesioner adalah reliabel atau valid
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
29
Universitas Indonesia
III. 3. Operasionalisasi Konsep
Konsep Variabel Indikator Kategori Skala
Pengukuran
Fear of
Crime
Pencopetan,
Penodongan,
Pelecehan,
seksual,
Hipnotis
Memiliki kekhawatiran mengalami
kejahatan ketika sedang menggunakan
angkutan umum
Tinggi
Rendah
Interval
Yakin bahwa angkutan umum adalah
tempat yang rawan kejahatan
Tinggi
Rendah
Interval
Mengetahui berita atau pengetahuan
mengenai kejahatan di dalam angkutan
umum baik itu bersumber dari pengalaman
pribadi, orang lain, atau media massa
Tinggi
Rendah
Interval
Mengetahui atau memikirkan cara-cara
untuk melindungi diri dari kejahatan ketika
sedang menggunakan angkutan umum
Tinggi
Rendah
Interval
Mencurigai dan mewaspadai penumpang
lain di dalam angkutan umum
Tinggi
Rendah
Interval
Respon
s
Avoidance Karena takut menjadi korban kejahatan
menghindari menggunakan angkutan
umum di malam hari
Tinggi
Rendah
Interval
Karena takut menjadi korban kejahatan
menghindari menggunakan angkutan
umum yang padat penumpangnya
Tinggi
Rendah
Interval
Karena takut menjadi korban kejahatan
menghindari menggunakan angkutan
umum yang kosong
Tinggi
Rendah
Interval
Karena takut menjadi korban kejahatan
menghindari menggunakan angkutan
umum yang menggunakan kaca film
Tinggi
Rendah
Interval
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Protective Karena takut mengalami pelecehan seksual
ketika menggunakan angkutan umum
selalu memakai pakaian longgar ketika
akan bepergian menggunakan angkutan
umum sehingga pelaku tidak tergoda
Tinggi
Rendah
Interval
Karena takut mengalami pelecehan seksual
ketika menggunakan angkutan umum
selalu memakai masker untuk menutupi
wajah sehingga pelaku tidak tergoda
Tinggi
Rendah
Interval
Karena takut mengalami pelecehan seksual
ketika menggunakan angkutan umum
selalu memasang ekspresi galak atau seram
ketika menggunakan angkutan umum agar
pelaku gentar
Tinggi
Rendah
Interval
Insurance Karena takut mengalami pencopetan ketika
menggunakan angkutan umum selalu
memasang gembok kecil pada tas bawaan
saya
Tinggi
Rendah
Interval
Karena takut mengalami pencopetan ketika
menggunakan angkutan umum selalu
memasang ekspresi galak atau seram
ketika menggunakan angkutan umum agar
pelaku gentar
Tinggi
Rendah
Interval
Communicate Bila menjadi korban kejahatan di angkutan
umum menceritakan kepada teman atau
keluarga
Tinggi
Rendah
Interval
Bila menjadi korban kejahatan di angkutan
umum melaporkan kepada pihak berwajib
Tinggi
Rendah
Interval
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Bila mengalami kejahatan di angkutan
umum berteriak meminta tolong kepada
penumpang-penumpang lain
Tinggi
Rendah
Interval
Karena takut menjadi korban kejahatan
saat menggunakan angkutan umum selalu
memberitahu kemana pergi kepada teman
atau keluarga
Tinggi
Rendah
Interval
Participate Karena takut menjadi korban saat
menggunakan angkutan umum harus
mengajak teman untuk menemani
Tinggi
Rendah
Interval
Karena takut menjadi korban saat
menggunakan angkutan umum selalu
menemani teman atau keluarga
Tinggi
Rendah
Interval
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
32
Universitas Indonesia
3.5 Hambatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menemui beberapa kendala dalam
melakukan penelitian. Hambatan-hambatan yang dialami peneliti yaitu:
Sulitnya menemukan jurnal ilmiah atau karya tulis yang dengan spesifik
meneliti tentang respons dari fear of crime, terutama dengan tema
penelitian angkutan umum.
Pengumpulan data jenis-jenis transportasi dari Dinas Perhubungan,
hambatan yang dirasakan adalah adany proses birokrasi yang berbelit-belit
dimana peneliti harus meminta izin dari satu tempat ke tempat lain,
terutama pada dinas perhubungan kota Jakarta dimana responden harus
menunggu sebulan sebelum bisa dapat izin mengakses data angkutan
umum.
Sulitnya mewawancara responden yang sedang menunggu angkutan
umum, sehingga untuk mendapatkan data wawancara responden, peneliti
harus ikut menggunakan angkutan umum yang digunakan responden. Hal
ini dirasakan menghabiskan waktu, tenaga dan biaya karena responden
harus kembali lagi ke kota Depok untuk mendapatkan responden dengan
karakteristik yang ditentukan.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
33
Universitas Indonesia
3.6 Sistematika Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan dalam skripsi ini:
BAB I : Bab I berisi latar belakang permasalahan yang akan diteliti,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan signifikansi penelitian
BAB II : Bab II berisi tentang kajian kepustakaan yang merupakan penelitian-
penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, definisi konseptual
BAB III : Bab III berisi mengenai metode penelitian yang digunakan, tipe
penelitian, populasi penelitian, deskripsi populasi, jumlah sampel,
sampel penelitian, teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, model analisis, hipotesis penelitian, hasil
pre-test, operasional konsep, hambatan penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB IV : Bab IV berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik
responden, analisis univariat, aalisis bivariat, uji regresi, uji korelasi,
dan analisa teori
BAB V : Bab V berisi tentang kesimpulan penelitian yang dibuat berdasarkan
hasil pengolahan data-data yang didapat ketika melakukan penelitian.
Selain itu juga berisi daftar pustaka dan lampiran
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
34 Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN DATA LAPANGAN
4. 1. Kondisi Kota Depok Secara Umum
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’
00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara
geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada
dalam lingkungan wilayah Jabotabek dan memiliki 11 Kecamatan. Bentang alam
Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan
bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut
dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda
di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai
Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu
terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan
kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. Kondisi topografi berupa dataran
rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan
masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa
sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung,
Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas.
Perkembangan kota Depok tidak terlepas dari fungsinya sebagai daerah
penyangga Kota Jakarta. Oleh karena itulah kota depok dilalui berbagai jenis
transportasi darat baik berupa mikrolet, bus kota, serta kereta listrik. Dari situs
resmi pemerintah Kota depok, terdapat kurang lebih 32 trayek angkutan umum
yang berupa mikrolet dan bus kota serta kereta listrik yang terdiri dari kereta
ekonomi dan commuter line.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
35
Universitas Indonesia
4.2. Analisis Univariat
4. 2. 1. Karakteristik Responden
a. Domisili Tempat Tinggal Responden
Dari hasil wawancara dengan responden menggunakan kuesioner
didapatkan lokasi atau domisili tempat tinggal responden sebagai berikut:
Tabel 4.1.1 Domisili Tempat Tinggal Responden
Tempat tinggal Jumlah Persentasi
Bekasi 8 8%
Bintaro 3 3%
Bogor 11 11%
Ciledug 1 1%
Cipinang 1 1%
Ciputat 3 3%
Depok 30 30%
Depok 2 1 1%
Jakarta 20 20%
Jakarta Selatan 1 1%
Jakarta Timur 1 1%
Kober 3 3%
Lenteng Agung 4 4%
Pasar Minggu 4 4%
Pasar Rebo 2 2%
Rawa Belong 1 1%
Sawangan 3 3%
Tanah Kusir 1 1%
Tangerang 1 1%
Tangsel 1 1%
Total 100 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden terbagi diantara 2 propinsi
yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat, dengan sebaran kota terbagi lagi menjadi
Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, dan Tangerang.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Dari tabel tersebut menurut domisilinya, dapat diurutkan dari terbanyak
menuju terrendah sebagai berikut:
DKI Jakarta (39 orang), Jawa Barat (56 orang), Banten (5 orang). Lalu menurut
kota: Jakarta (39 orang). Depok (37 orang), Bogor (11 orang), Bekasi (8 orang),
dan Tangerang (5 orang).
b. Jenis Kelamin
Penelitian ini berfokus pada perempuan sebagai obyek penelitiannya,
dimana responden pada kuesioner yang dibuat peneliti sampelnya adalah
perempuan yang bekerja di daerah kota Depok dan sehari-hari menggunakan
moda transportasi darat.
c. Usia Responden
Grafik 4. 1. 1. Diagram Usia Responden
Dari 100 orang responden yang ditemui, jumlah terbesar adalah
perempuan pekerja berusia 20-24 tahun dan hampir sama jumlahnya adalah usia
15-19 dan 25-39 tahun. Sementara yang paling sedikit adalah usia 40-44 tahun
sebanyak 5 orang. Jumlah ini dipengaruhi oleh lokasi penelitian dimana peneliti
mengambil responden kuesioner di tempat-tempat seperti mall, warnet, toko
ataupun restoran dan tempat usaha lainnya untuk memudahkan mencari populasi
penelitian, dan sebagian lagi diwawancara ketika responden sedang atau akan
menggunakan angkutan umum di terminal, dalam angkutan umum, ataupun di
halte bus.
15-19 Tahun 20-24 Tahun 25-39 Tahun 40-44 Tahun
24 Orang (24%)
23 Orang (23%)
48 Orang (48%)
5 Orang (5%)
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
37
Universitas Indonesia
d. Status Perkawinan Responden
Grafik 4. 1. 2. Diagram Status Perkawinan Responden
Dari 100 orang responden, 77 responden belum kawin dan 33 diantaranya
sudah kawin dan berkeluarga. Dapat dimaklumi karena sebagian besar responden
masih berusia muda seperti dijelaskan pada diagram sebelumnya.
e. Agama Responden
Grafik 4. 1. 3. Diagram Agama Responden
Mayoritas responden yang ditemui beragama Islam, diikuti sejumlah kecil
yang beragama Katolik dan Kristen. Hindu dan Budha jumlahnya paling sedikit
diantara semuanya.
15-19 Tahun
20-24 Tahun
23 Orang
77 Orang
Islam Kristen Katolik Hindu Budha
13 Orang7 Orang
76 Orang
1 Orang
3 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
38
Universitas Indonesia
f. Tingkat Pendidikan Responden
Grafik 4. 1. 4. Diagram Tingkat Pendidikan Responden
Pekerja perempuan dalam kuesioner ini sebagian besar masih lulusan
SMA, beberapa responden yang ditemui juga ada yang berkuliah sambil bekerja.
Sementara responden lainnnya adalah lulusan S1 atau D3 dan sisanya S2.
g. Pekerjaan Responden
Grafik 4. 1. 5. Diagram Pekerjaan Responden
Dari 100 responden, 68 orang bekerja sebagai pegawai swasta, 19 orang
pegawai negeri, dan sisanya 6 orang guru/dosen dan 7 orang
pedagang/wiraswasta. Jumlah ini dipengaruhi oleh lokasi penelitian atau
penyebaran kuesioner yang berada di pusat perbelanjaan dimana pekerja
perempuan yang menjadi sampel penelitian mudah untuk dijumpai.
SMA D3/S1 S2
44 Orang
53 Orang
3 Orang
19 Orang
6 Orang
68 Orang
7 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
39
Universitas Indonesia
h. Tingkat Pengeluaran Responden dalam Sebulan
Grafik 4. 1. 6. Diagram Pengeluaran Responden dalam Sebulan
Berdasarkan diagram diatas, pendapatan terbanyak terbagi dua, yaitu
antara Rp 1.000.001,00-Rp 3.000.000,00 (51 orang) dan Rp 500.000,00-Rp.
1.000.000,00 (32 orang).
i. Tempat Tinggal Responden Saat Ini
Grafik 4. 1. 7. Diagram Tempat Tinggal Responden
Berdasarkan diagram diatas, responden sebanyak 52 orang masih tinggal
di rumah orangtua, dengan asumsi, maka responden tinggal bersama orangtua,
kakak, atau a responden masih memiliki keluarga inti, dan dapat dikatakan
kebanyakan responden masih terhitung muda dan belum berkeluarga.
Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.001,00-Rp 3.000.000,00
Rp 3.000.001,00-Rp 5.000.000,00
Rp 5.000.000,00-Rp 10.000.000,00
13 Orang
4 Orang
51 Orang
32 Orang
Rumah Orangtua/Keluarga
Rumah Sendiri Kos-kosan Rumah Kontrakan
21 Orang14 Orang
13 Orang
52 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
40
Universitas Indonesia
4. 2. 2. Penggunaan Angkutan Umum
Angkutan umum di kota Depok cukup banyak, dan trayeknya menjangkau
berbagai daerah hingga antar kota dan antar propinsi. Maka tidak heran jika
pengguna angkutan umumnya juga banyak dan berasal dari kota Jakarta, Bogor,
Tangerang, Bekasi dan dalam kota Depok sendiri. Dibawah ini adalah trayek
angkutan umum yang melayani jasa transportasi ke berbagai daerah di kawasan
Jakarta – Depok – Bogor.
Tabel 4.2.1 Data Trayek dalam Kota Depok
Data Trayek Dalam Kota
No Kode Lintasan Jumlah
Unit
1 D 01 Terminal Depok - Depok I Dalam 158
2 D 02 Terminal Depok - Depok II Dalam 567
3 D 03 Terminal Depok - Parung 547
4 D 04 Terminal Depok - Beji 170
5 D 05 Terminal Depok - Citayam - Bojonggede 376
6 D 06 Terminal Depok - Cisalak 287
7 D 07 Terminal Depok - Rawa Denok 46
8 D 07A Terminal Depok - Citayam 74
9 D 08 Terminal Depok - BBM - Kp. Sawah 34
10 D 09 Terminal Depok - Studio Alam - Jatimulya 56
11 D 10 Terminal Depok - Desa Tengah 81
12 D 11 Terminal Depok - Akses UI - Palsigunung 145
13 D 15 Terminal Depok - Simpangan Limo 26
14 D 21 Terminal Sawangan - Bedahan - Duren Seribu 21
Data Trayek Dalam Kota
No Kode Lintasan Jumlah
Unit
15 D 25 Terminal Sawangan - Pondok Petir - Curug 32
16 D 26 Terminal Sawangan - Citayam 27
17 D 27 Perum Arco - Sawangan - Cinangka 12
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
41
Universitas Indonesia
18 107 Cisalak - Gas Alam - Leuwinanggung 116
19 35 Pasar Palsigunung - Pangkalan Sugutumu 18
20 35A Pasar Palsigunung - Pasar Cisalak 5
21 69 Cisalak - Pekapuran - Leuwinanggung 86
Jumlah 2884
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Depok
Pada tabel diatas ada 21 trayek perjalanan yang melayani jasa tansportasi
dalam kota Depok dan beberapa daerah di kota lain, trayek-trayek tersbut ditandai
dengan kode nomor angkutan umum.
Tabel 4.2.2 Data Trayek MPU
Data Trayek MPU (Perizinan Dishub Propinsi Jabar)
No Kode Lintasan Jumlah Unit
1 102 Terminal Sawangan - Pr. Bingung - Lebak Bulus 168
2 105 Terminal Depok - Tanah Baru - Lebak Bulus 245
3 106 Parung - Pondok Cabe - Lebak Bulus 278
4 110 Terminal Depok - Mampang - Cinere - Ciputat 46
5 112 Terminal Depok - Ciracas - Kampung Rambutan 200
6 114 Pankalan Cinere - Jl. Jati - Jl. H. Ipin - Terminal Ciputat 147
7 128 Terminal Depok - M. Kahfi - Warung Silah 38
8 129 Mekarsari - Akses UI - Pasar Minggu 95
9 129.. Parung - Pondok Petir - Ciputat 6
10 28 Parung - Cinangka - Ciputat 87
11 29 Cibinong - Kampung Rambutan 273
12 37 Cibingong - Cilodong - Kampung Rambutan 604
Data Trayek MPU (Perizinan Dishub Propinsi Jabar)
No Kode Lintasan Jumlah Unit
13 37.. Citeureup - Cibinong - Kampung Rambutan 183
14 41 Pangkalan Desa Limo - Pasar Minggu 598
15 61 Cisalak - Radar AURI - Taman Bunga - LW. Nanggung 327
16 79 Depok - Pasar Minggu 47
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
42
Universitas Indonesia
17 83 Cisalak - Cibubur - Taman Bunga 52
18 97 Terminal Depok - Pasar Minggu 73
19 M. 03 Depok Timur - Pasar Minggu 35
20 M. 04 Depok (Cisalak) - Bogor (Cileungsi) 99
21 T. 19 Depok - Pinangranti 125
Jumlah 3745
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Depok
Pada tabel diatas menunjukkan trayek perjalanan antar kota yang berasal
dari kota Depok menuju kota-kota lain, ada 21 trayek perjalanan yang ditandai
dengan nomor-nomor kode angkutan umum.
4. 2. 2. 1. Penggunaan Angkutan Umum Responden dalam Seminggu
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
menggunakan angkutan umum sebagai sarana transportasi utama, terlihat pada
tabel diatas, sebanyak 51 orang (51%) dari total 100 responden menjawab
menggunakan angkutan umum setiap hari dalam seminggu.
9 Orang14 Orang
26 Orang
51 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
43
Universitas Indonesia
4. 2. 2. 2 Jenis Angkutan Umum yang Digunakan Responden
ketika Berangkat ke Tempat Kerja
Jenis Angkutan Umum Responden
Angkutan Umum Kecil 56
Bus Sedang 39
Bus Besar 28
KRL 21
Omprengan 0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari tabel diatas didapat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 56
dari 100 orang memilih menggunakan angkutan umum kecil sebagai sarana
transportasi untuk berangkat ke tempat kerja.
4. 2. 2. 3. Jenis Angkutan Umum yang Digunakan Responden
ketika Pulang ke Rumah
Jenis Angkutan Umum Responden
Angkutan Umum Kecil 56
Bus Sedang 37
Bus Besar 27
KRL 20
Omprengan 0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari tabel diatas didapat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 56
dari 100 orang memilih menggunakan angkutan umum kecil sebagai sarana
transportasi untuk pulang ke rumah.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
44
Universitas Indonesia
4. 2. 2. 4. Alasan Responden Menggunakan Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Responden mayoritas memilih menggunakan angkutan umum karena lebih hemat
biaya dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi
4. 2. 3. Pengalaman Responden dengan Kejahatan di dalam Angkutan
Umum
4. 2. 3. 1. Penodongan
a. Responden Pernah diancam Memberikan Barang Berharga ketika Berada
di dalam Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari keseluruhan responden sebanyak 100 orang, 6 orang menjawab pernah
mengalami penodongan dalam 1 tahun terakhir dan 94 orang sisanya belum
pernah mengalami penodongan dalam 1 tahun terakhir.
Menghemat biaya daripada
menggunakan kendaraan pribadi
Menghemat waktu daripada
menggunakan kendaraan pribadi
Tidak memiliki kendaraan pribadi
Tidak memiliki SIM
15 Orang11 Orang
16 Orang
58 Orang
ya
tidak
6 Orang
94 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
45
Universitas Indonesia
b. Frekuensi Kejadian pada Responden yang Mengalami Penodongan dalam
1 Tahun Terakhir
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
c. Jenis Angkutan Umum Tempat Responden Mengalami Penodongan
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Responden yang menjawab pernah mengalami penodongan dalm 1 tahun terakhir,
menjawab mengalami kejadian tersbut di angkutan umum kecil dan bus sedang,
dimana 2 orang mengalami penodongan di angkutan umum kecil dan 4 orang di
dalam bus sedang. Maka bisa dilihat bahwa kejahatan penodongan tersebut lebih
banyak terjadi di dalam bus sedang dibandingkan dengan di dalam angkutan
umum kecil.
1 kali
6 Orang
angkutan umum kecil
bus sedang
2 Orang
4 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
46
Universitas Indonesia
d. Waktu Kejadian Penodongan yang Dialami Responden
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari keenam orang yang menjawab pernah mengalami penodongan dalam 1 tahun
terakhir, 2 orang menjawab mengalaminya pada pagi hari, 2 orang menjawab pada
sore hari, dan sisanya 2 orang pada malam hari.
e. Kondisi Penumpang pada Saat Kejadian Penodongan yang Dialami
Responden Terjadi
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Responden yang mengalami penodongan dalam 1 tahun terakhir, 2 orang
menjawab bahwa kejadian terjadi pada saat kondisi penumpang di dalam
angkutan umum ada beberapa penumpang, tidak ramai ataupun sepi, dan 4 orang
Pagi Hari
Sore Hari
Malam Hari
2 Orang
2 Orang
2 Orang
Ada beberapa orang
Sepi
2 Orang
4 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
47
Universitas Indonesia
lainnya menjawab kejadian penodongan yang dialami terjadi pada saat kondisi
penumpang di dalam angkutan umum sedang sepi.
4. 2. 3. 2. Pencopetan
a. Responden Pernah Kehilangan Barang Berharga ketika Berada di dalam
Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari 100 orang responden, 33 orang diantaranya pernah mengalami kehilangan
barang berharga tanpa sepengetahuan dalam 1 tahun terakhir.
b. Frekuensi Kejadian pada Responden yang Mengalami Pencopetan dalam
1 Tahun Terakhir
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
ya
tidak
33 Orang
67 Orang
1 kali
2 kali
6 Orang
27 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Dari 33 orang yang menjadi korban, 6 orang mengamalminya 1 kali dalm 1 tahun
terakhir, sementara 27 orang mengalaminya sebanyak 2 kali dalam 1 tahun
terakhir.
c. Jenis Angkutan Umum Tempat Responden Mengalami Pencopetan
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari diagram diatas, korban mengalami kejahatan pencopetan paling banyak di
dalam bus besar, diikuti angkutan umum kecil, lalu bus sedang dan KRL.
d. Waktu Kejadian Pencopetan yang Dialami Responden
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
angkutan umum kecil
angkutan umum bus sedang
angkutan umum bus besar
KRL
18 Orang
8 Orang
22 Orang
7 Orang
Pagi hari
Siang hari
Sore hari
Malam hari
4 Orang7 Orang
22 Orang
1 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Dari keseluruhan korban, paling banyak mengalami pencopetan paling banyak
pada saat sore hari dengan jumlah 22 orang, lalu pada saat malam hari, dan diikuti
pada saat siang hari dan pagi hari.
e. Kondisi Penumpang pada Saat Pencopetan yang Dialami Responden
Terjadi
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari 33 orang yang pernah mengalami pencopetan pada 1 tahun terakhir, paling
banyak menjawab bahwa mereka mengalami kejadian tersbut pada saat kondisi
angkutan umum sedang penuh sesak/ramai, kemudian kedua terbanyak adalah
saat angkutan umum ada berepa orang di dalamnya, dan yang terakhir 2 orang
menjadi korban pada saat angkutan umum sedang dalam kondisi sepi.
Penuh Sesak/Ramai
Ada beberapa orang
Sepi
2 Orang
4 Orang
27Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
50
Universitas Indonesia
4. 2. 3. 3. Pelecehan Seksual Verbal
a. Responden Pernah Digoda atau Dirayu dengan Kata-kata yang Tidak
Senonoh ketika Berada di dalam Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari 100 orang responden, 36 orang menjawab pernah dioda atau diberikan kata-
kata yang tidak senonoh pada 1 tahun terakhir ketika sedang menggunakan
angkutan umum.
b. Frekuensi Kejadian pada Responden yang Mengalami Pelecehan Seksual
Verbal dalam 1 Tahun Terakhir
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
2 korban menjawab bahwa mereka mengalami digoda atau dirayu di angkutan
umum sebanyak lebih dari 3 kali, 2 orang menjawab pernah digoda sebanyak 3
ya
tidak
36 Orang
64 Orang
1 kali
2 kali
3 kali
lebih dari 3 kali
19 Orang2 Orang
8Orang
7 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
51
Universitas Indonesia
kali, 8 orang menjawab 2 kali, dan paling banyak menjawab setidaknya
mengalami digoda tersebut sebanyak 1 kali.
c. Jenis Angkutan Umum Tempat Responden Mengalami Pelecehan Seksual
Verbal
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Hasil jawaban responden yang pernah digoda di angkutan umum, paling banyak
terjadi di angkutan umum kecil dengan jumlah 17 responden, lalu 12 orang di bus
besar, dan sebanyak 5 dan 6 orang mengalaminya di KRL dan bus sedang.
d. Waktu Kejadian Pelecehan Seksual Verbal yang Dialami Responden
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
angkutan umum kecil
Bus sedang
Bus besar
KRL
17 Orang
6 Orang
12 Orang
5 Orang
Pagi hari
Siang hari
Sore hari
Malam hari
6 Orang
9 Orang
10Orang
21 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Responden menjawab bahwa paling sering mereka digoda pada saat menggunakan
angkutanumum di sore hari, diikuti pada siang hari, malam, dan pagi hari.
e. Kondisi Penumpang pada Saat Pelecehan Seksual Verbal yang Dialami
Responden Terjadi
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Adapun kondisi penumpang pada saat responden digoda paling banyak saat ada
beberapa orang di dalam angkutan umum, kemudian pada saat sepi, dan pada saat
penuh sesak atau ramai.
4. 2. 3. 4. Pelecehan Seksual Fisik
a. Responden Pernah Diraba, Dicium, Disentuh dengan Tidak Senonoh
Secara Paksa ketika Berada di dalam Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Penuh sesak/ramai
Ada beberapa orang
Sepi
8 Orang
18 Orang
10 Orang
ya
tidak
25 Orang
75 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Dari 100 orang responden, 25 orang diantaranya pernah mengalami diraba,
ataupun dicium, ataupun disentuh dengan tidak senonoh dengan paksa dalam 1
tahun terakhir
b. Frekuensi Kejadian pada Responden yang Mengalami Pelecehan Seksual
Verbal dalam 1 Tahun Terakhir
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Responden yang menjadi korban menjawab mengalminya sebanyak 1 kali dalam
1 tahun terakhir, kemudian 7 orang menjawab 2 kali dan sisanya menjawab
mengalaminya sebanyak 3 kali dalam 1 tahun terakhir.
c. Jenis Angkutan Umum Tempat Responden Mengalami Pelecehan Seksual
Verbal
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
1 kali
2 kali
3 kali17
Orang
1Orang
7 Orang
angkutan umum kecil
Bus sedang
Bus besar
KRL
13 Orang
6 Orang
1 Orang
5 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Kejadian yang dialami responden pelecehan seksual fisik dialami paling sering di
dalam angkutan umum kecil, diiluti bus sedang, KRL, dan bus besar.
d. Waktu Kejadian Pelecehan Seksual Verbal yang Dialami Responden
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pelecehan seksual fisik tersebut paling banyak terjadi pada waktu sore hari,
kemudian pada siang hari, dan sisanya pada malam dan pagi hari.
Pagi hari
Siang hari
Sore hari
Malam hari
4 Orang
7 Orang
10 Orang
12 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
55
Universitas Indonesia
e. Kondisi Penumpang pada Saat Pelecehan Seksual Verbal yang Dialami
Responden Terjadi
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Adapun pelecehan seksual fisik tersebut paling banyak terjadi pada saat kondisi
angkutan umum dal m keadaan penuh sesak, sementara 9 orang mengalaminya
pada saat sepi.
Penuh sesak/ramai
Sepi
9 Orang
16 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
56
Universitas Indonesia
4. 2. 4. Pengetahuan Responden akan Kejahatan di Angkutan Umum
4. 2. 4. 1. Responden Mengetahui Keberadaan Kejahatan di dalam Angkutan
Umum
Dari 100 orang responden, menjawab mengetahui atau pernah mendengar akan
keberadaan kejahatan yang terjadi di dalam angkutan umum. Sehingga
pengetahuan akan kejahatan ini persentasenya mencapai 100%.
a. Responden Mengetahui adanya Penodongan yang Terjadi di dalam
Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
b. Responden Mengetahui adanya Pencopetan yang Terjadi di dalam
Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Ya
Tidak
24 Orang
76 Orang
Ya
Tidak
2 Orang
98 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
57
Universitas Indonesia
c. Responden Mengetahui adanya PelecehanSeksual yang Terjadi di dalam
Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
d. Responden Mengetahui adanya Hipnotis yang Terjadi di dalam Angkutan
Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Ya
Tidak
3 Orang
97 Orang
Ya
Tidak
31 Orang
69 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
58
Universitas Indonesia
e. Responden Mengetahui adanya Pembunuhan yang Terjadi di dalam
Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
f. Responden Mengetahui adanya Penganiayaan yang Terjadi di dalam
Angkutan Umum
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Kesimpulan: Dari beberapa kejahatan yang terjadi di dalam angkutan umum,
maka dapat diurutkan menurut jumlah respondennya mana yang paling umum
atau yang paling banyak diketahui responden sebagai berikut: pencopetan (98%),
pelecehan seksual (97%), penodongan (76%), hipnotis (69%), pembunuhan
(36%), dan terakhir penganiayaan (22%).
Ya
Tidak
Tidak Menjawab
5 Orang
59 Orang
36 Orang
Ya
Tidak
22 Orang
78 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
59
Universitas Indonesia
4. 2. 4. 2. Sumber Pengetahuan Responden akan Kejahatan di dalam
Angkutan Umum
a. Responden Mendengar tentang Kejahatan di dalam Angkutan Umum dari
Pengalaman Pribadi
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
b. Responden Mendengar tentang Kejahatan di dalam Angkutan Umum dari
Pengalaman Teman atau Saudara
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Ya
Tidak58
Orang
42 Orang
Ya
Tidak73
Orang
27 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
60
Universitas Indonesia
c. Responden Mendengar tentang Kejahatan di dalam Angkutan Umum dari
Berita di Televisi
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
d. Responden Mendengar tentang Kejahatan di dalam Angkutan Umum dari
Majalah, Buku, atau Koran
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Ya
Tidak81
Orang
19 Orang
Ya
Tidak70
Orang
30 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
61
Universitas Indonesia
e. Responden Mendengar tentang Kejahatan di dalam Angkutan Umum dari
Artikel Internet
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Kesimpulan: Berdasarkan diagram-diagram diatas, dapat diurutkan darimana
sumber pengetahuan responden akan kejahatan di dalam angkutan umum sebagai
berikut: Berita di televisi (81%), Pengalaman teman atau saudara (73%), Artikel
di majalah, koran, atau buku (70%), Pengalaman pribadi (58%), Artikel di Internet
(51%).
Ya
Tidak51
Orang
49 Orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
62
Universitas Indonesia
4. 2. 5. Gender dan Kerentanan
a. Responden setuju perempuan memiliki rasa takut lebih besar
dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 1. Responden setuju perempuan memiliki rasa takut lebih besar
dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
STS 11 11.0
TS 19 19.0
N 15 15.0
S 52 52.0
SS 3 3.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari tabel di atas diketahui bahwa 3 dari 100 responden (3%) menjawab
sangat setuju bahwa perempuan memiliki rasa takut lebih besar dibandingkan
laki-laki, 52 responden (52%) menjawab setuju akan hal tersebut, 15 responden
(15%) menjawab netral atau tidak tahu, 19 responden (19%) menjawab tidak
setuju, dan 11 responden (11%) menjawab sangat tidak setuju. Dapat diartikan
bahwa mayoritas responden setuju bahwa perempuan memiliki rasa takut lebih
besar dibandingkan laki-laki. Temuan data ini secara tidak langsung menunjukkan
bahwa mayoritas responden beranggapan bahwa laki-laki memiliki rasa takut
yang lebih kecil dari perempuan dan cenderung lebih berani ketimbang
perempuan.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
63
Universitas Indonesia
b. Responden setuju perempuan lebih rentan menjadi korban pencopetan di
dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 2. Responden setuju perempuan lebih rentan menjadi korban
pencopetan di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
TS 16 16.0
N 6 6.0
S 68 68.0
SS 10 10.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Tabel di atas menyatakan bahwa 10 dari 100 responden (10%) sangat
setuju bahwa perempuan lebih rentan menjadi korban pencopetan di dalam
angkutan umum dibandingkan laki-laki, 68 responden (68%) menyatakan setuju
akan hal tersebut, 6 responden (6%) menyatakan netral atau tidak tahu, dan 16
responden (16%) menyatakan tidak setuju bahwa perempuan lebih rentan menjadi
korban pencopetan di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki. Dari tabel di
atas dapat diartikan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju akan
kerentanan perempuan untuk menjadi korban pencopetan di dalam angkutan
umum lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
64
Universitas Indonesia
c. Responden setuju perempuan lebih rentan menjadi korban penodongan di
dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 3. Responden setuju perempuan lebih rentan menjadi korban
penodongan di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
TS 2 2.0
N 17 17.0
S 79 79.0
SS 2 2.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada pernyataan mengenai perempuan lebih rentan menjadi korban
penodongan di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki, sebanyak 2 dari
100 responden (2%) menyatakan setuju akan hal tersebut, 79 reponden (79%)
menyatakan sangat setuju, 17 responden (17%) menyatakan netral atau tidak tahu,
dan 2 responden (2%) menyatakan tidak setuju akan pernyataan tersebut. dari data
temuan di atas dapat diartikan bahwa perempuan lebih rentan menjadi korban
penodongan di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki karena perempuan
memiliki rasa takut yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan memiliki
kerentanan lebih besar dibandingkan laki-laki.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
65
Universitas Indonesia
d. Responden setuju perempuan lebih rentan menjadi korban pelecehan
seksual di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 4. Responden setuju perempuan lebih rentan menjadi korban
pelecehan seksual di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
S 53 53.0
SS 47 47.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada pernyataan mengenai perempuan lebih rentan menjadi korban
pelecehan seksual di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki sebanyak 47
dari 100 responden (47%) menyatakan sangat setuju dan sebanyak 53 responden
(53%) menyatakan setuju bahwa perempuan lebih rentan menjadi korban
pelecehan seksual. Dari tabel di atas dapat diartikan bahwa mayoritas responden
menyatakan bahwa setuju bahwa perempuan lebih rentan menjadi korban
pelecehan seksual di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki. Hal tersebut
dapat disebabkan karena perempuan memiliki ketakutan yang lebih besar
dibandingkan laki-laki sehingga mudah mendapatkan tekanan dari laki-laki yang
memiliki rasa takut yang lebih kecil dibandingkan perempuan.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
66
Universitas Indonesia
e. Responden setuju perempuan lebih rentan menjadi korban hipnotis di
dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 5. Responden setuju perempuan lebih rentan menjadi korban
hipnotis di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
TS 29 29.0
N 15 15.0
S 55 55.0
SS 1 1.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari tabel di atas menyatakan bahwa perempuan lebih rentan menjadi
korban hipnotis di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki. Sebanyak 1 dari
100 responden (1%) menyatakan sangat setuju, 55 reponden (55%) meyatakan
sangat setuju, 15 responden menyatakan netral atau tidak tahu, dan 29 responden
(29%) menyatakan tidak setuju akan pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas dari
responden menyatakan setuju bahwa perempuan lebih rentan menjadi korban
hipnotis di dalam angkutan umum dibandingkan laki-laki.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
67
Universitas Indonesia
f. Responden setuju pelaku pencopetan lebih memilih perempuan sebagai
korbannya dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 6. Responden setuju pelaku pencopetan lebih memilih perempuan
sebagai korbannya dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
TS 26 26.0
N 42 42.0
S 31 31.0
SS 1 1.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Tabel di atas menyatakan bahwa responden setuju bahwa pelaku
pencopetan lebih memilih perempuan sebagai korbannya dibandingkan laki-laki.
Dari data yang didapatkan sebanyak 1 dari 100 responden (1%) menyatakan
sangat setuju, 31 responden (31%) menyatakan setuju, 42 responden netral atau
tidak tahu, dan 26 responden (26%) menyatakan tidak setuju akan pernyataan
tersebut. Dari data yang ditemukan dapat diartikan bahwa, mayoritas responden
menyatakan bahwa mereka netral atau tidak tahu bahwa pelaku pencopetan lebih
memilih perempuan sebagai korbannya dibandingkan laki-laki.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
68
Universitas Indonesia
g. Responden setuju pelaku penodongan lebih memilih perempuan sebagai
korbannya dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 7. Responden setuju pelaku penodongan lebih memilih
perempuan sebagai korbannya dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
TS 28 28.0
N 7 7.0
S 62 62.0
SS 3 3.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari 100 orang responden, 62 orang (62%) menjawab setuju dengan
pernyataan bahwa pelaku penodongan lebih memilih perempuan sebagai
korbannya dibandingkan laki-laki, sebanyak 28 orang (28%) menjawab tidak
setuju, 7 orang menjawab netral atau tidak tahu (7%), dan sisanya 3 orang
menjawab sangat setuju (3%). Mayoritas responden pada pernyataan tersebut
menyatakan setuju bahwa pelaku penodongan lebih memilih perempuan sebagai
korbannya dibandingkan laki-laki.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
69
Universitas Indonesia
h. Responden setuju pelaku pelecehan seksual lebih memilih perempuan
sebagai korbannya dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 8. Responden setuju pelaku pelecehan seksual lebih memilih
perempuan sebagai korbannya dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
N 11 11.0
S 69 69.0
SS 20 20.0
Total 100 11.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada pernyataan pelaku pelecehan seksual lebih memilih perempuan
sebagai korbannya, ada 69 orang menjawab setuju (69%) dengan pernyataan
tersebut, lalu ada 20 orang menjawab sangat setuju (20%) dan sisanya sebanyak
11 orang menjawab netral atau tidak tahu (11%). Tabel tersbut menunjukkan
bahwa mayoritas responden menyatakan setuju bahwa pelaku pelecehan seksual
lebih memilih perempuan sebagai korbannya dibandingkan laki-laki.
i. Responden setuju pelaku hipnotis lebih memilih perempuan sebagai
korbannya dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 9. Responden setuju pelaku hipnotis lebih memilih perempuan
sebagai korbannya dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
TS 23 23.0
N 37 37.0
S 39 39.0
SS 1 1.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada pernyataan dimana pelaku hipnotis lebih memilih perempuan sebagai
korbannya dibandingkan laki-laki, ada 39 orang yang setuju dengan pernyataan
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
70
Universitas Indonesia
tersebut (39%), 37 orang menjawab netral atau tidak tahu (37%), 23 orang
menjawab tidak setuju (23%), dan sisanya 1 orang menjawab sangat setuju (1%).
Maka dapat dilihat bahwa mayoritas responden setuju bahwa pelaku hipnotis lebih
memilih perempuan sebagai korbannya dibandingkan laki-laki.
j. Responden setuju perempuan tidak bisa melindungi dirinya ketika
mengalami pencopetan dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 10. Responden setuju perempuan tidak bisa melindungi dirinya
ketika mengalami pencopetan dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
STS 2 2.0
TS 69 69.0
N 10 10.0
S 19 19.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari 100 responden, 69 orang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
perempuan tidak bisa melindungi ketika mengalami pencopetan dibandingkan
laki-laki (69%), sedangkan 19 orang menyatakan setuju (19%), 10 orang
menjawab netral atau tidak tahu (10%), dan 2 orang menjawab sangat tidak setuju
(2%). Mayoritas responden tidak setuju bila pelaku perempuan tidak bisa
melindungi diri dibandingkan laki-laki ketika mengalami pencopetan.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
71
Universitas Indonesia
k. Responden setuju perempuan tidak bisa melindungi dirinya ketika
mengalami penodongan dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 11. Responden setuju perempuan tidak bisa melindungi dirinya
ketika mengalami penodongan dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
STS 18 18.0
TS 39 39.0
N 26 26.0
S 17 17.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari 100 orang responden, 39 orang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan perempuan tidak bisa melindungi diri ketika mengalami penodongan
dibandingkan laki-laki (39%), kemudian ada 26 orang menjawab netral atau tidak
tahu (26%), dan ada 18 orang menjawab sangat tidak setuju (18%), dan 17 orang
menjawab setuju (17%). Kebanyakan responden sangat tidak setuju dengan
pernyataan perempuan tidak bisa melindungi dirinya ketika mengalami
penodongan dibandingkan laki-laki.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
72
Universitas Indonesia
l. Responden setuju perempuan tidak bisa melindungi dirinya ketika
mengalami pelecehan seksual dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 12. Responden setuju perempuan tidak bisa melindungi dirinya
ketika mengalami pelecehan seksual dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
STS 2 2.0
TS 47 47.0
N 44 44.0
S 5 5.0
SS 2 2.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Mengenai kejahatan pelecehan seksual, 47 responden menjawab tidak
setuju dengan pernyataan perempuan tidak bisa melindungi diri ketika mengalami
pelecehan seksual (47%), 44 orang menjawab netral atau tidak tahu (44%), 5
orang menjawab setuju (5%), dan 2 orang masing-masing menjawab sangat tidak
setuju (2%) dan sangat setuju (2%). Ditunjukkan tabel tersebut bahwa responden
mayoritas tidak setuju bahwa perempuan tidak bisa melindungi dirinya ketika
mengalami pelecehan seksual dibandingkan laki-laki.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
73
Universitas Indonesia
m. Responden setuju perempuan tidak bisa melindungi dirinya ketika
mengalami hipnotis dibandingkan laki-laki
Tabel 4. 5. 13. Responden setuju perempuan tidak bisa melindungi dirinya
ketika mengalami hipnotis dibandingkan laki-laki
Jawaban Frequency Percent
STS 1 1.0
TS 35 35.0
N 43 43.0
S 20 20.0
SS 1 1.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas dijelaskan bahwa ada 45 orang yang netral atau tidak
tahu (45%) apabila perempuan tidak bisa melindungi dirinya ketika mengalami
hipnotis dibandingkan laki-laki, 35 orang menjawab tidak setuju (35%), 20 orang
menjawab setuju (20%), dan sisanya masing-masing 1 orang menjawab sangat
tidak setuju dan sangat setuju (1%). Pada tabel dapat diartikan bahwa mayoritas
responden netral atau tidak tahu apabila perempuan tidak bisa melindungi diri
ketika mengalami hipnotis.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
74
Universitas Indonesia
4. 2. 6. Variabel Independen: Fear of Crime
4. 2. 6. 1. Responden setuju merasa takut uangnya menjadi sasaran
pencopetan di dalam angkutan umum
Jawaban Frequency Percent
TS 15 15.0
N 17 17.0
S 40 40.0
SS 28 28.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 40 orang (40%) menjawab
setuju dengan pernyataan merasa takut uangnya menjadi sasaran pencopetan di
dalam angkutan umum, 28 orang (28%) menjawab sangat setuju, 17 orang (17%)
menjawab netral atau tidak tahu, dan sisanya 15 orang (15%) menjawab tidak
setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden sangat
setuju takut uangnya menjadi sasaran pencopetan di dalam angkutan umum.
4. 2. 6. 2. Responden setuju merasa takut karena pelaku pencopetan lebih
memilih perempuan sebagai targetnya
Jawaban Frequency Percent
TS 21 21.0
N 22 22.0
S 52 52.0
SS 5 5.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 52 orang (52%) menjawab
setuju dengan pernyataan merasa takut karena pelaku pencopetan lebih memilih
perempuan sebagai targetnya, 22 orang (22%) menjawab netral atau tidak tahu, 21
orang (21%) menjawab tidak setuju, dan sisanya 5 orang (5%) menjawab sangat
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
75
Universitas Indonesia
setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden setuju
takut karena pelaku pencopetan lebih memilih perempuan sebagai targetnya.
4. 2. 6. 3. Responden setuju merasa takut menjadi korban pencopetan di
dalam angkutan umum karena melihat pemberitaan kasus pencopetan di
media massa
Jawaban Frequency Percent
TS 2 2.0
N 10 10.0
S 86 86.0
SS 2 2.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 86 orang (86%) menjawab
setuju dengan pernyataan merasa takut menjadi korban pencopetan di dalam
angkutan umum karena melihat pemberitaan kasus pencopetan di media massa, 10
orang (10%) menjawab netral atau tidak tahu, 2 orang (2%) menjawab tidak
setuju, dan sisanya 2 orang (2%) menjawab sangat setuju. Maka, dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden setuju merasa takut menjadi
korban pencopetan di dalam angkutan umum karena melihat pemberitaan kasus
pencopetan di media massa.
4. 2. 6. 4. Responden setuju merasa takut uangnya menjadi sasaran
penodongan di dalam angkutan umum
Jawaban Frequency Percent
TS 9 9.0
N 17 17.0
S 55 55.0
SS 19 19.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
76
Universitas Indonesia
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 55 orang (55%) menjawab
setuju dengan pernyataan takut uangnya menjadi sasaran penodongan di dalam
angkutan umum, 19 orang (19%) menjawab sangat setuju, 17 orang (17%)
menjawab netral atau tidak tahu, dan sisanya 9 orang (9%) menjawab tidak setuju.
Maka, dari tabel tersebut dapat dil ihat bahwa mayoritas responden setuju dengan
pernyataan takut uangnya menjadi sasaran penodongan di dalam angkutan umum.
4. 2. 6. 5. Responden setuju merasa takut karena pelaku penodongan lebih
memilih perempuan sebagai targetnya
Jawaban Frequency Percent
TS 23 23.0
N 10 10.0
S 65 65.0
SS 2 2.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 65 orang (65%) menjawab
setuju dengan pernyataan takut karena pelaku penodongan lebih memilih
perempuan sebagai targetnya, 23 orang (23%) menjawab tidak setuju, 10 orang
(10%) menjawab netral atau tidak tahu, dan sisanya 2 orang (2%) menjawab
sangat setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat dil ihat bahwa mayoritas responden
setuju dengan pernyataan takut karena pelaku penodongan lebih memilih
perempuan sebagai targetnya.
4. 2. 6. 6. Responden setuju merasa takut karena perempuan rentan menjadi
sasaran pelecehan seksual verbal di dalam angkutan umum
Jawaban Frequency Percent
S 78 78.0
SS 22 22.0
Total 100 100.0
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 78 orang (78%) menjawab
setuju dengan pernyataan takut karena perempuan rentan menjadi sasaran
pelecehan seksual verbal di dalam angkutan umum, dan 22 orang (23%) sisanya
menjawab sangat setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat dil ihat bahwa mayoritas
responden setuju dengan pernyataan takut karena perempuan rentan menjadi
sasaran pelecehan seksual verbal di dalam angkutan umum.
4. 2. 6. 7. Responden setuju merasa takut karena perempuan sering digoda
dengan kata-kata yang tidak pantas di dalam angkutan umum
Jawaban Frequency Percent
TS 9 9.0
N 19 19.0
S 37 37.0
SS 35 35.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 37 orang (37%) menjawab
setuju dengan pernyataan merasa takut karena perempuan sering digoda dengan
kata-kata yang tidak pantas di dalam angkutan umum, 35 orang (35%) menjawab
sangat setuju, 19 orang (19%) menjawab netral atau tidak tahu, dan sisanya 9
orang (9%) menjawab tidak setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat dil ihat bahwa
mayoritas responden setuju dengan pernyataan merasa takut karena perempuan
sering digoda dengan kata-kata yang tidak pantas di dalam angkutan umum.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
78
Universitas Indonesia
4. 2. 6. 8. Responden setuju merasa takut bila mengalami disentuh pada
bagian tubuh tertentu oleh laki-laki tidak dikenal dengan sengaja di dalam
angkutan umum
Jawaban Frequency Percent
N 4 4.0
S 42 42.0
SS 54 54.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 54 orang (54%) menjawab
sangat setuju dengan pernyataan takut bila mengalami disentuh pada bagian
tubuh tertentu oleh laki-laki tidak dikenal dengan sengaja di dalam angkutan
umum, 42 orang (42%) menjawab setuju, dan sisanya 4 orang (4%) menjawab
netral atau tidak tahu. Maka, dari tabel tersebut dapat dil ihat bahwa mayoritas
responden sangat setuju dengan pernyataan takut bila mengalami disentuh pada
bagian tubuh tertentu oleh laki-laki tidak dikenal dengan sengaja di dalam
angkutan umum.
4. 2. 6. 9. Responden setuju merasa takut karena melihat pemberitaan
pemerkosaan di dalam angkutan umum
Jawaban Frequency Percent
STS 21 21.0
N 7 7.0
S 52 52.0
SS 20 20.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 52orang (52%) menjawab
setuju dengan pernyataan merasa takut karena melihat pemberitaan pemerkosaan
di dalam angkutan umum, 20 orang (20%) menjawab sangat setuju, 21 orang
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
79
Universitas Indonesia
(21%) menjawab sangat tidak setuju, dan sisanya 7 orang menjawab netral atau
tidak tahu.. Maka, dari tabel tersebut dapat dil ihat bahwa mayoritas responden
sangat setuju dengan pernyataan merasa takut karena melihat pemberitaan
pemerkosaan di dalam angkutan umum.
4. 2. 6. 10. Responden setuju merasa takut uangnya menjadi sasaran hipnotis
di dalam angkutan umum
Jawaban Frequency Percent
TS 5 5.0
N 18 18.0
S 50 50.0
SS 27 27.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 50 orang (50%) menjawab
setuju dengan pernyataan merasa takut uangnya menjadi sasaran hipnotis di dalam
angkutan umum, 27 orang (27%) menjawab sangat setuju, 18 orang (18%)
menjawab netral atau tidak tahu, dan sisanya 5 orang (5%) menjawab tidak setuju.
Maka, dari tabel tersebut dapat dil ihat bahwa mayoritas responden setuju dengan
pernyataan uangnya menjadi sasaran hipnotis di dalam angkutan umum.
4. 2. 6. 11. Responden setuju merasa takut karena pelaku hipnotis lebih
memilih perempuan sebagai targetnya
Jawaban Frequency Percent
TS 33 33.0
N 29 29.0
S 21 21.0
SS 17 17.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 33 orang (33%) menjawab
setuju dengan pernyataan merasa takut uangnya menjadi sasaran hipnotis di dalam
angkutan umum, 29 orang (29%) menjawab netral atau tidak tahu, 21 orang
(21%) menjawab setuju, dan sisanya 17 orang (17%) menjawab sangat setuju.
Maka, dari tabel tersebut dapat dil ihat bahwa mayoritas responden setuju dengan
pernyataan merasa takut karena pelaku hipnotis lebih memilih perempuan sebagai
targetnya.
4. 2. 7. Variabel Dependen: Respons Fear of Crime
4. 2. 7. 1. Responden menggunakan angkutan umum trayek lain ketika
trayek angkutan umum yang biasa digunakan menjadi rawan akan
kejahatan
Jawaban Frequency Percent
STS 1 1.0
TS 37 37.0
N 23 23.0
S 35 35.0
SS 4 4.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari 100 responden, 37 orang (37%) menjawab tidak setuju dengan
pernyataan menggunakan angkutan umum trayek lain ketika trayek angkutan
umum yang biasa digunakan menjadi rawan akan kejahatan, 35 orang (35%)
menjawab setuju, 23 orang (23%) menjawab netral atau tidak tahu, 4 orang (4%)
menjawab sangat setuju atas pernyataan tersebut. Sisanya, yaitu sebanyak 1 orang
(1%) menjawab sangat tidak setuju. Maka, dari tabel tersebut didapat bahwa
mayoritas responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa menggunakan
angkutan umum trayek lain ketika trayek angkutan umum yang biasa digunakan
menjadi rawan akan kejahatan.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
81
Universitas Indonesia
4. 2. 7. 2. Responden menghindari menggunakan angkutan umum yang
jurusan atau trayeknya pernah atau sering terjadi kejahatan di dalamnya
Jawaban Frequency Percent
STS 18 18.0
TS 16 16.0
N 8 8.0
S 37 37.0
SS 21 21.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Dari 100 responden, 37 orang (37%) menjawab setuju dengan pernyataan
menghindari menggunakan angkutan umum yang jurusan atau trayeknya pernah
atau sering terjadi kejahatan di dalamnya, 21 orang (21%) menjawab sangat
setuju, 18 orang (18%) menjawab sangat tidak setuju, 16 orang (16%) menjawab
tidak setuju atas pernyataan tersebut. Sisanya, yaitu sebanyak 8 orang (8%) netral
atau tidak tahu. Maka, dari tabel tersebut didapat bahwa mayoritas responden
setuju dengan pernyataan bahwa menghindari menggunakan angkutan umum
yang jurusan atau trayeknya pernah atau sering terjadi kejahatan di dalamnya.
4. 2. 7. 3. Responden sengaja mempelajari bela diri untuk melindungi diri
dari kejahatan
Jawaban Frequency Percent
STS 3 3.0
TS 40 40.0
N 30 30.0
S 13 13.0
SS 14 14.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
82
Universitas Indonesia
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 40 orang (40%) menjawab
tidak setuju dengan pernyataan mempelajari bela diri untuk melindungi diri dari
kejahatan, 30 orang (30%) menjawab netral atau tidak tahu, 14 orang (14%)
menjawab sangat setuju, 13 orang (13%) menjawab setuju, dan sisanya 3 orang
(3%) menjawab sangat tidak setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
mayoritas responden tidak setuju mempelajari bela diri untuk melindungi diri dari
kejahatan.
4. 2. 7. 4. Responden memiliki atau membawa senjata untuk melindungi diri
dari kejahatan
Jawaban Frequency Percent
STS 19 19.0
TS 62 62.0
N 17 17.0
S 2 2.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 62 orang (62%) menjawab
tidak setuju dengan pernyataan memiliki atau membawa senjata untuk melindungi
diri dari kejahatan, 19 orang (19%) menjawab sangat tidak setuju, 17 orang
(17%) menjawab netral atau tidak tahu, dan sisanya 2 orang (2%) menjawab
setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak
setuju memiliki atau membawa senjata untuk melindungi diri dari kejahatan.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
83
Universitas Indonesia
4. 2. 7. 5. Responden memastikan tas atau barang bawaan lain berada dalam
posisi yang mudah untuk diawasi
Jawaban Frequency Percent
STS 10 10.0
S 52 52.0
SS 38 38.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 52 orang (52%) menjawab
setuju dengan pernyataan memastikan tas atau barang bawaan lain berada dalam
posisi yang mudah untuk diawasi, 38 orang (38%) menjawab sangat setuju, dan
sisanya 10 orang (10%) menjawab sangat tidak setuju. Maka, dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa mayoritas responden setuju memastikan tas atau barang
bawaan lain berada dalam posisi yang mudah untuk diawasi.
4. 2. 7. 6. Responden memastikan perusahaan pemilik jasa angkutan umum
yang ditumpangi akan memberikan ganti rugi seandainya responden
mengalami kejahatan di dalamnya
Jawaban Frequency Percent
STS 5 5.0
TS 39 39.0
N 32 32.0
S 18 18.0
SS 6 6.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 39 orang (39%) menjawab
tidak setuju dengan pernyataan memastikan perusahaan pemilik jasa angkutan
umum yang ditumpangi akan memberikan ganti rugi seandainya responden
mengalami kejahatan di dalamnya, 32 orang (32%) menjawab netral atau tidak
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
84
Universitas Indonesia
setuju, 18 orang (18%) menjawab setuju, 6 orang (6%) menjawab sangat setuju,
dan sisanya 5 orang (5%) sangat tidak setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa mayoritas responden tidak setuju memastikan perusahaan pemilik
jasa angkutan umum yang ditumpangi akan memberikan ganti rugi seandainya
responden mengalami kejahatan di dalamnya.
4. 2. 7. 7. Responden mengasuransikan dirinya sendiri untuk mengantisipasi
seandainya sewaktu-waktu mengalami kejahatan di dalam angkutan umum
Jawaban Frequency Percent
STS 26 26.0
TS 42 42.0
N 5 5.0
S 25 25.0
SS 2 2.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 42 orang (42%) menjawab
tidak setuju dengan pernyataan mengasuransikan dirinya sendiri untuk
mengantisipasi seandainya sewaktu-waktu mengalami kejahatan di dalam
angkutan umum, 26 orang (26%) menjawab sangat tidak setuju, 25 orang (25%)
menjawab setuju, 5 orang (5%) menjawab netral atau tidak tahu, dan sisanya 2
orang (2%) menjawab sangat setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
mayoritas responden tidak setuju mengasuransikan dirinya sendiri untuk
mengantisipasi seandainya sewaktu-waktu mengalami kejahatan di dalam
angkutan umum.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
85
Universitas Indonesia
4. 2. 7. 8. Responden selalu membayar premi asuransi terhadap barang2
berharga yang dia asuransikan
Jawaban Frequency Percent
STS 25 25.0
TS 28 28.0
N 17 17.0
S 18 18.0
SS 12 12.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 28 orang (28%) menjawab
tidak setuju dengan pernyataan selalu membayar premi asuransi terhadap barang2
berharga yang dia asuransikan, 25 orang (25%) menjawab sangat tidak setuju, 18
orang (18%) menjawab setuju, 17 orang (17%) menjawab netral atau tidak tahu,
dan sisanya12 orang (12%) menjawab sangat setuju. Maka, dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak setuju selalu membayar premi
asuransi terhadap barang2 berharga yang dia asuransikan.
4. 2. 7. 9. Responden menceritakan kejahatan di dalam angkutan umum yang
dialami sendiri kepada teman atau saudara
Jawaban Frequency Percent
STS 5 5.0
N 2 2.0
S 68 68.0
SS 25 25.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 68 orang (68%) menjawab
setuju dengan pernyataan menceritakan kejahatan di dalam angkutan umum yang
dialami sendiri kepada teman atau saudara, 25 orang (25%) menjawab sangat
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
86
Universitas Indonesia
setuju, 5 orang (5%) menjawab sangat tidak setuju, dan sisanya 2 orang (2%)
menjawab netral atau tidak tahu. Maka, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
mayoritas responden setuju dengan pernyataan menceritakan kejahatan di dalam
angkutan umum yang dialami sendiri kepada teman atau saudara.
4. 2. 7. 10. Responden selalu berpesan kepada teman atau saudaranya untuk
memperhatikan barang bawaan dengan baik bila akan menggunakan
angkutan umum yang pernah atau sering terjadi kejahatan
Jawaban Frequency Percent
N 16 16.0
S 67 67.0
SS 17 17.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 67orang (67%) menjawab
setuju dengan pernyataan selalu berpesan kepada teman atau saudaranya untuk
memperhatikan barang bawaan dengan baik bila akan menggunakan angkutan
umum yang pernah atau sering terjadi kejahatan, 16 orang (23%) menjawab tidak
setuju, , dan sisanya 17 orang (17%) menjawab sangat setuju menjawab netral
atau tidak tahu. Maka, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden
setuju selalu berpesan kepada teman atau saudaranya untuk memperhatikan
barang bawaan dengan baik bila akan menggunakan angkutan umum yang pernah
atau sering terjadi kejahatan.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
87
Universitas Indonesia
4. 2. 7. 11. Responden menceritakan kejahatan di dalam angkutan umum
yang dia alami sendiri di situs jejaring sosialnya agar banyak orang menjadi
tahu
Jawaban Frequency Percent
STS 3 3.0
TS 18 18.0
N 23 23.0
S 48 48.0
SS 8 8.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 48 orang (48%) menjawab
setuju dengan pernyataan responden menceritakan kejahatan di dalam angkutan
umum yang dia alami sendiri di situs jejaring sosialnya agar banyak orang
menjadi tahu, 23 orang (23%) menjawab netral atau tidak tahu, 18 orang (18%)
menjawab tidak setuju, 8 orang (8%) menjawab sangat setuju dan sisanya 3 orang
(3%) menjawab sangat tidak setuju. Maka, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
mayoritas responden setuju menceritakan kejahatan di dalam angkutan umum
yang dia alami sendiri di situs jejaring sosialnya agar banyak orang menjadi tahu.
4. 2. 7. 12. Responden tertarik bergabung bila ada organisasi yang
memprotes pemerintah untuk segera menangani kejahatan di dalam
angkutan umum
Jawaban Frequency Percent
STS 29 29.0
TS 5 5.0
N 32 32.0
S 34 34.0
Total 100 100.0
Sumber: Hasil olah data primer menggunakan SPSS
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
88
Universitas Indonesia
Pada tabel diatas, dari 100 orang responden, 34 orang (34%) menjawab
setuju dengan pernyataan responden tertarik bergabung bila ada organisasi yang
memprotes pemerintah untuk segera menangani kejahatan di dalam angkutan
umum, 32 orang (32%) menjawab netral atau tidak tahu, 29 orang (29%)
menjawab sangat tidak setuju, dan sisanya 5 orang (5%) menjawab tidak setuju.
Maka, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden setuju tertarik
bergabung bila ada organisasi yang memprotes pemerintah untuk segera
menangani kejahatan di dalam angkutan umum.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
89
Universitas Indonesia
4. 3. Analisis Bivariat
Untuk analisis bivariat dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan dua
bagian yaitu tabulasi silang antara tingkat fear of crime yang dimiliki oleh
responden dengan tingkat respon yang dilakukan oleh responden dan uji korelasi
antara variabel dependen dan independen. Uji korelasi dilakukan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dalam penelitian ini. Tabulasi silang yang dilakukan dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui korelasi tingkat respon yang dilakukan oleh
responden dengan tingkat fear of crime responden.
4.2.1 Tabulasi Silang (Cross Tabs)
Tabel 4. 1
Tabel Crosstabulation Hubungan antara fear of crime dengan tingkat respon
Respon
Total Sedang tinggi
Fearofcrime sedang 81
(100%)
0
(0 %)
81
(100%)
tinggi 14
(73,6%)
5
(26,4%)
19
(100%)
Total 95
(95%)
5
(5%)
100
(100%)
Berdasarkan tabulasi silang di atas mengenai hubungan antara fear of crime
dengan respon, terlihat bahwa responden yang memiliki tingkat fear of crime yang
sedang memiliki respon yang sedang juga dan tidak ada memiliki respon yang
tinggi. Sedangkan untuk tingkat fear of crime yang dimiliki oleh responden tinggi,
73,6 % diantaranya memiliki respon yang sedang dan sisanya, 26,4 % memiliki
respon yang tinggi.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Tabel 4.2
Tabel Crosstabulation Hubungan Respon avoidance dengan fear of crime
avoidance3
Total Sedang Tinggi
fearofcrime sedang 54
(66,7%)
27
(33,3%)
81
(100%)
tinggi 9
(47,3%)
10
(52,7%)
19
(100%)
Total 63 37 100
Berdasarkan tabulasi silang antara tingkat fear of crime yang dimiliki oleh
responden dengan respon avoidance yang dilakukan oleh responden, dari 81
responden yang memiliki tingkat fear of crime yang sedang, mayoritas responden
memiliki fear of crime yang sedang dengan respon avoidance yang sedang
berjumlah 54 orang atau 66,7 %. Sedangkan sisanya, 27 orang atau 33,3 %
memiliki fear of crime yang sedang dengan respon avoidance yang tinggi. Untuk
19 responden yang memiliki tingkat fear of crime yang tinggi, 9 diantaranya atau
47,3 % memiliki respon avoidance yang sedang dan sisanya, 10 responden atau
52,7% yang memiliki tingkat fear of crime yang tinggi, memiliki respon
avoidance yang tinggi.
Tabel 4.3
Tabel Crosstabulation Hubungan respon protective dengan tingkat fear of crime
protective
Total Sedang tinggi
fearofcrime sedang 43
(53 %)
38
(47%)
81
(100%)
tinggi 7
(36,8%)
12
(63,2%)
19
(100%)
Total 50 50 100
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
91
Universitas Indonesia
Dari tabel di atas terlihat bahwa, mayoritas responden yang memiliki tingkat fear
of crime yang sedang dengan jumlah 43 orang atau 53 % akan melakukan respon
protective dengan tingkat sedang pula. Sedangkan sisanya, yakni 38 orang atau
sekitar 47% akan melakukan respon protective yang tinggi meski memiliki tingkat
fear of crime yang sedang. Dari total 19 orang yang memiliki tingkat fear of crime
yang tinggi, 12 orang atau 63,1 % akan melakukan respon protective yang tinggi
pula. Dan sisanya, yakni 7 orang atau sekitar 36,8 % melakukan respon protective
yang sedang meski memiliki tingkat fear of crime yang tinggi.
Tabel 4.4
Tabel Crosstabulation Tabel Crosstabulation Hubungan respon insurance dengan
fear of crime
Insurance
Total Sedang Tinggi
fearofcrime sedang 62
(76,5%)
19
(23,5%)
81
(100%)
tinggi 3
(15,7%)
16
(84,3%)
19
(100%)
Total 65 35 100
Dari hasil tabulasi silang antara tingkat fear of crime responden dengan respon
insurance, 76,5 % responden melakukan respon insurance dengan kadar sedang.
Sedangkan sisanya, yakni 23,5 % atau 19 orang melakukan respon insurance yang
tinggi meski mereka memiliki tingkat fear of crime yang sedang. Sementara dari
19 responden yang memiliki tingkat fear of crime yang tinggi, 16 orang atau
84,3% melakukan respon insurance yang tinggi pula. Sedangkan sisanya yakni 3
orang atau sekitar 15,7% melakukan respon insurance yang sedang meski mereka
memiliki fear of crime yang tinggi.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
92
Universitas Indonesia
Tabel 4.5
Tabel Crosstabulation Hubungan respon communicative dengan tingkat fear of
crime
Communicative
Total sedang Tinggi
fearofcrime sedang 70
(86,4%)
11 81
tinggi 14
(73,6%)
5 19
Total 84 16 100
Dari tabel tabulasi silang antara respon communicative dengan tingkat fear of
crime yang ada pada responden, 70 orang atau 86,4% responden yang memiliki
tingkat fear of crime yang sedang akan melakukan respon communicative dengan
tingkat sedang juga. Sedangkan 11 orang sisanya atau 13,6 % akan melakukan
respon communicative yang tinggi meski memiliki kadar fear of fear crime yang
sedang. Di sisi lain, 14 responden dari 19 responden yang memiliki tingkat fear of
crime yang tinggi, atau sekitar 73,6% memilih untuk melakukan respon
communicative yang sedang. 5 orang responden lainnya atau sekitar 26,4%
memilih untuk melakukan respon communicative yang tinggi dengan tingkat fear
of crime yang tinggi.
Tabel 4.6
Tabel Crosstabulation Hubungan respon participation responden dengan tingkat
fear of crime
Participation
Total sedang tinggi
fearofcrime sedang 42
(51,8%)
39 81
tinggi 9
(47,3%)
10 19
Total 51 49 100
Hasil tabulasi silang antara tingkat fear of crime yang dimiliki oleh responden
dengan respon participation yang dilakukan oleh responden menunjukkan bahwa
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
93
Universitas Indonesia
42 responden atau 51,8 % dari 81 responden yang memiliki tingkat fear of crime
sedang memilih untuk melakukan respon participation dengan tingkatan sedang.
Sedangkan 39 responden lainnya atau 48,2% melakukan respon participation yang
tinggi meski memiliki tingkat fear of crime yang rendah. Sementara itu, dari 19
responden yang memiliki tingkat fear of crime yang tinggi, 9 orang responden
atau 47,3% melakukan respon participation yang sedang dan 10 responden lainnya
atau 52,7% melakukan respon participation yang tinggi karena tingkat fear of
crime yang tinggi.
4.2.2 Uji Korelasi
Tabel 4.7
Correlations (a)
fear of
crime
Avoidanc
e protective Insurance
communic
ative
participa
tion
fear of crime Pearson
Correlation
1 .226* .228* .549** .283** .303**
Sig. (2-tailed) .024 .022 .000 .004 .002
N 100 100 100 100 100 100
Avoidance Pearson
Correlation
.226* 1 -.036 .119 .065 .011
Sig. (2-tailed) .024 .720 .238 .521 .917
N 100 100 100 100 100 100
Protective Pearson
Correlation
.228* -.036 1 .255* .247* -.004
Sig. (2-tailed) .022 .720 .010 .013 .970
N 100 100 100 100 100 100
Insurance Pearson
Correlation
.549** .119 .255* 1 .064 .035
Sig. (2-tailed) .000 .238 .010 .529 .730
N 100 100 100 100 100 100
Communicative Pearson
Correlation
.283** .065 .247* .064 1 .084
Sig. (2-tailed) .004 .521 .013 .529 .407
N 100 100 100 100 100 100
Participation Pearson
Correlation
.303** .011 -.004 .035 .084 1
Sig. (2-tailed) .002 .917 .970 .730 .407
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
94
Universitas Indonesia
Sumber Data : Data Primer
Dari tabel uji korelasi di atas dapat diketahui bahwa korelasi antara variabel fear
of crime dengan variabel respon avoidance adalah 0,226, yang berarti keeratan
kedua variabel ini bersifat positif dan lemah. Selanjutnya adalah nilai p-value
pada kolom Sig.(2-tailed) adalah 0,024 yang lebih besar dari α = 0,005 (α adalah
level of significant). Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain,
tidak terdapat korelasi antara munculnya respon avoidance dari responden akibat
fear of crime yang dimiliki oleh responden. Begitun pun pada korelasi antara
variabel respon protective dengan tingkat fear of crime yang dimiliki oleh
responden. Tabel menunjukkan, koefisien korelasi kedua variael ini adalah 0,228
yang berarti keduanya memiliki korelasi namun sifatnya lemah. Dan karena nilai
p-value pada kolom Sig. (2-tailed) adalah 0,022 yang lebih besar dari α = 0,005,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, tidak terdapat korelasi yang signifikan
antara tingkat fear of crime yang dimiliki oleh responden dengan variabel respon
protective yang dilakukan oleh responden.
Tingkat fear of crime yang dimiliki oleh responden ternyata mempunyai
korelasi yang signifikan dengan respon insurance yang dilakukan oleh responden.
Tabel di atas menunjukkan nilai koefisien korelasi kedua variabel ini adalah
0,549, yang artinya kedua variabel ini memiliki hubungan yang positif dan
signifikan. Kemudian, p-value pada kolom Sig. (2-tailed) adalah 0,000 yang lebih
kecil dari α = 0,005, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, tingkat fear of
crime yang dimiliki oleh responden dapat memicu responden untuk melakukan
tindakan insurance sebagai respons dari fear of crime yang dimiliki. Ini sesuai
dengan kajian Garofalo (1981) yang mengemukakan respon insurance atau
tindakan seseorang yang mengasuransikan harta benda miliknya untuk berjaga-
N 100 100 100 100 100 100
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
95
Universitas Indonesia
jaga ketika ia menjadi korban kejahatan sebagai salah satu respon terhadap fear of
crime yang timbul dalam diri manusia.
Respon communicative juga memiliki korelasi dengan tingkat fear of
crime yang ada pada diri responden. Dari hasil uji korelasi, koefisien korelasi
kedua variabel ini adalah 0,283. Meski tidak sebesar koefisien korelasi antara
respon insurance dan tingkat fear of crime, respon communicative responden yang
dipengaruhi oleh tingkat fear of crime berpengaruh karena nilai p-value pada
kolom Sig. (2-tailed) adalah 0,004 yang lebih kecil dari α = 0,005. Maka dari itu,
Ho diterima dan Ha ditolak, berarti responden melakukan respon communicative
tentang kejahatan akibat dipengaruhi oleh tingkat fear of crime yang ada dalam
diri responden.
Korelasi antara variabel respon participation dengan tingkat fear of crime
yang ada dalam diri responden menjadi bagian terakhir dalam uji korelasi di
penelitian ini. Koefisien korelasi kedua variabel ini di tabel uji korelasi
menunjukkan angka 0,303 yang berarti kedua variabel ini memiliki korelasi yang
positif dan cukup kuat. Nilai p-value pada kolom Sig. (2-tailed) adalah 0,002 yang
lebih kecil dari nilai α = 0,005. Oleh karena ini, Ho diterima dan Ha ditolak yang
berarti terdapat korelasi antara tingkat fear of crime dengan variabel respon
participation.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
96
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini ingin mencari hubungan antara ketakutan akan kejahatan (fear of crime)
dengan respons perilaku penumpangnya. Responden dikategorikan sesuai dengan kriterianya
yaitu perempuan pekerja yang domisili daerah kerjanya di kota Depok dan menggunakan
angkutan umum atau moda transportasi darat sebagai fasilitas mobilisasi dalam aktifitas
sehari-harinya.
Respons perilaku yang diambil mengacu pada penelitian James F. Garofalo tentang
fear of crime, dimana respons tersebut terbagi menjadi lima yaitu: Avoidance, Protective,
Insurance, Communication, dan Participation, dimana secara singkat dapat diasumsikan
sebagai menghindari, melindungi, mengasuransikan, memberitakan, dan bertindak sebagai
respons dari keberadaan ketakutan tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menggunakan kuesioner
dan mensurvei opini dari tiap responden sebagai upaya pengumpulan data untuk kemudian
diolah, dari hasil olah data didapatkan bahwa fear of crime memiliki hubungan yang
signifikan pada respons insurance, communication, dan participation.
Maka dengan respons yang signifikan tersbut dapat dikatakan responden akan
melakukan tindakan dibawah ini:
1. Insurance:
Responden mengasuransikan diri sendiri atau barang berharga yang dimiliki
untuk mengantisipasi ketika suatu hari mengalami kejahatan
Responden akan mencari tahu keberadaan ganti rugi bila suatu hari dia
mengalami kejahatan di dalam angkutan umum, baik itu oleh penyedia jasa
angkutan umum, pengelola jalan raya tempat terjadinya kejahatan, dan dari
kantor tempat responden bekerja
Bila mengalami kejahatan di dalam angkutan umum responden akan meminta
ganti rugi baik itu dari penyedia jasa angkutan umum, pengelola jalan raya
tempat terjadinya kejahatan, dan dari kantor tempat responden bekerja
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
97
2. Communication:
Responden akan menceritakan pengetahuannya akan kejahatan di dalam
angkutan umum, berdasarkan pengalaman pribadi, melihat kejadian tersebut
secara langsung, atau dari media massa yang dikonsumsi
Responden akan menceritakan pengetahuannya akan kejahatan kepada jejaring
sosial yang dia miliki, baik itu di dunia nyata atau lewat dunia maya (internet)
3. Participation:
Responden memiliki keinginan untuk melakukan tindakan yang bisa
membantu orang lain dalam mengetahui tindak kejahatan di dalam angkutan
umum lewat media massa
Responden memiliki keinginan untuk melakukan tindakan yang bisa
membantu korban kejahatan di dalam angkutan umum dengan bergabung
dengan organisasi yang mendesak pemerintah untuk menanganani kejahatan di
dalam angkutan umum
5. 2. Saran
Penelitian mengenai fasilitas umum terutama yang digunakan oleh orang banyak akan
berguna untuk memperbaiki kekurangan dari fasilitas tersebut, kejahatan yang terjadi di
dalam angkutan umum adalah salah satu contohnya, penelitian ini masih jauh dari sempurna,
semoga untuk kedepannya ada penelitian lain yang sejenis yang jauh lebih baik sehingga bisa
membantu banyak orang untuk menggunakan fasilitas umum dengan aman dan nyaman.
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bragdon, Clifford. (2008). Transportation Security. Elsevier Inc.
Brandon c welsh david p farrington. (2009).Making Public Places Safer, Surveilance and crime
prevention. Copyright by Oxford University Press, Inc
Brandon R. Kooi. Policing Public Transportation An Environmental and Procedural Evaluation
of Bus Stops
Burhan, Bungin H.M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Carmen, Andrew. (1984). Crime Victim: An Introduction to Victimology. California: Wadswort,
Inc
Clete Snell.(2001). Neighborhood Structure, Crime, and Fear of Crime: Testing Bursik and
Grasmick.s Neighborhood Control Theory. New York: LFB Scholarly Publishing LLC.
Clifford R. Bragdon. (2008) .Transportation Security.UK: Butterworth-Heinemann.
Dermawan, Mohammad Kemal. (1994). Strategi Pencegahan Kejahatan. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti
Doerner, William G & Steven P. Lab. (1998). Victimology (2nd
ed.). Ohio: Anderson Pub. Co
Farrall, Stephen & Murray .(2008). Fear of crime : critical voices in an age of anxiety.
Routledge-Cavendish
Gary Cordner.(2010).Reducing Fear of Crime Strategies for Police.Kutztown University
Gorard, Stephen. (2003). Quantitative Methods inSocial Science .Printed and bound in Great
Britain by Biddies Ltd, King's Lynn, Norfolk
Gosita, Arif. (1993). Masalah Korban Kejahatan. Jakarta : Akademika Pressindo
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
Greasley, Pete .(2008). Quantitative Data Analysis Using SPSS An Introduction for Health &
Social Science .Open University Press
Humm, Maggie. (2002). Ensiklopedia Feminisme. Banguntapan: Fajar Pustama Baru
Ihromi, T.O. (Ed.). (1995). Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Kadish, Stanford H.(1983). Fear of Crime, Encyclopedia of Crime and Justice Volume 2.
London: The Free Press
Koentjaraningrat, dkk. (1997). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Kusumah, Mulyana W. (1988). Kejahatan dan Penyimpangan: Suatu Perspektif Kriminologi.
Jakarta: Yayasan LBH
Moore, Henrietta. (1988). Feminism and Anthropology. In Ihromi, T.O (Ed.). (1995). Kajian
Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Mustofa, Muhammad. (2005). Metodologi Penelitian Kriminologi. Depok: FISIP UI Press
Neuman, W. Lawrence. (2003). Social Research Methods, Qualitative andQuantitative
Approaches, New York: Allyn and Bacon
O’Block, Robert. (1981). Security and Crime Prevention. Missouri: The CV Mosby Company
Parillo, Vincent N. (2008). Ensyclopedia of Social Problems. California: SAGE Pub
Sadli, Saparinah & Soemarti Patmonodewo. (1992). Identitas Gender dan Peranan Gender. In
Ihromi, T.O (Ed). (1995). Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Sideris, L Anastasia et al. (2009). How to Ease Women’s Fear of Transportation Environments:
Case Studies and Best Practices. Mineta Transportation Institute
Sobur, Alex. (2002). Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
Voigt, Lydia et. al.(1994). Criminology and Justice. USA : Mc Graw Hill Inc.
Jurnal:
Adams, Richard E. and Richard T. Serpe.(2000).Social Integration, Fear of Crime, and Life
Satisfaction. Sociological Perspective, Vol. 43, 4, 605-629
Balkin, Steven. (1979). Victimtization Rates, Safety and Fear of Crime. Social Problems, Vol.
26, 3, 343-358
Chiricos, Ted, Sarah Eschholz, Marc Gertz. (1997). Crime, News and Fear of Crime: Toward an
Identification of Audience Effects. Social Problems, Vol. 44, 342-357
Clemente, Frank and Michael B. Kleiman. (1977). Fear of Crime in The United States: A
Multivariate Analysis. Social Forces, Vol. 56, 2, 519-531
Covington & Taylor. (1993). Community Structural Change and Fear of Crime.Social Problems.
Vol. 40, 3, 374-397
David J. Bartholomew. 1995. What is Statistics? Published by: Blackwell Publishing
Elizabeth A. Stanko. 1995. Women, Crime, and Fear. Published by: Sage Publications, Inc.
Garofalo, James. (1981). The Fear of Crime: Causes and Consequences. Vol. 72, 2, 839-857
George A. Lundberg . (1961). Quantitative Methods in Sociology: 1920-1960. Social Forces, 39,
19-24
Gould, Leroy C. (1969). The Changing Structure of Property Crime in an Affluent Society.
Social Forces. Vol. 48, 1, 50-59
Miethe, Terance D. (1995). Fear and Withdrawal From Urban Life. Annals of the American
Academy of Political and Social Science, Vol. 539, 14-27
Pantazis, Christina. (2000). Fear of Crime, Vulnerability and Poverty. British Journal of
Criminology. Vol. 40, 3, 414-436
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
R. J. MacKay and R. W. Oldford. 2000. Scientific Method, Statistical Method and the Speed of
Light. Published by: Institute of Mathematical StatisticsStable
Smith, J. Martha and Clark, V. Ronald. (2000). Crime and Public Transport. Crime and Justice,
Vol. 27, 169-233
Stiles, Beverly L., Shaheem Halim and Howard B. Kaplan. (2007). Fear of Crime among
Individuals with Physical Limitations. Criminal Justice Review, 28, 232
Warr, Mark. (1985). Fear of Rape among Urban Women. Social Problems, Vol. 32, 3, 238-250
Yin, Peter. (1982). Fear of Crime as a Problem for the Elderly. Social Problems, Vol. 30, 240-
245
Internet
Detik News. (2011, Februari 12). Aneka Kejahatan di Ankot Tahun ini. Retrieved September 15,
2011, from http://www.detiknews.com/read/2011/09/15/162616/1723383/10/aneka-
kejahatan-di-angkot-tahun-ini
Detik News. (2011, Agustus 26). Livia jadi Korban Kejahatan di Angkutan Umum. Retrieved
Oktober 7, 2011, from
http://www.detiknews.com/read/2011/08/26/232452/1712243/10/livia-jadi-korban-
kejahatan-di-angkutan-umum
John Howard Society of Alberta (1999). Fear of Crime. October 29, 2008.
http://www.johnhoward.ab.ca/PUB/C49.htm
Kompas.com. (2011, Februari 10). Ada yang Meraba Bokong Saya. Retrieved Oktober 9, 2011,
from
http://regional.kompas.com/read/2011/02/10/16131957/Ada.yang.Meraba.Bokong.Saya.
Moore, M & Trojanowicz, R. (1988). Policing and the Fear of Crime. In Canadian Centre for
Justice Statistics (2001, August). A Profile of Criminal Victimization: Result of the 1999
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
General Social Survey. October 29, 2008. http://www.statcan.ca/english/freepub/85-553-
XIE/0019985-553-XIE.pdf
Wynne, Tom. (2008). An Investigation into the Fear of Crime: Is there a Link Between the Fear
of Crime and the Likelihood of Victimisation?. October 29, 2008. Dissertation Division
of Criminology, Public Health and Policy Studies, Nottongham Trent University.
www.internetjournalofcriminology.com/ijcundergrad.html
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
LAMPIRAN
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
1
KUESIONER
Responden yang terhormat,
Perkenalkan, nama saya Aloisius David, mahasiswa Universitas
Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Kriminologi (NPM
0606095342). Kuesioner ini dibuat sebagai sarana penelitian skripsi saya yang
berjudul “Respons Fear of Crime diantara Perempuan Pengguna Angkutan Umum
Terkait adanya Kejahatan yang Terjadi didalam Angkutan Umum”.
Penjelasan singkat mengenai skripsi saya adalah untuk mencari tahu
tingkat ketakutan perempuan yang menggunakan angkutan umum sehubungan
adanya kejahatan yang terjadi di dalam angkutan umum, dan lebih lanjut, mencari
tahu bagaimana respons para pengguna angkutan umum dengan adanya ketakutan
tersebut.
Identitas dan jawaban Anda akan disimpan kerahasiaannya dan hanya
akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian skripsi saja. Saya memohon
bantuan Saudari untuk menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini dengan sejujur-
jujurnya. Atas waktu dan energi yang telah Anda berikan saya ucapkan banyak
terima kasih.
A. Petunjuk:
Beri lingkaran pada jawaban yang sesuai dengan Anda.
Contoh: Ibukota Jawa Barat adalah:
a. Jakarta d. Yogyakarta
b. Bandung e. Surabaya
c. Semarang
Bila Anda ingin mengganti jawaban Anda, cukup beri tanda silang pada
jawaban sebelumnya kemudian beri lingkaran pada jawaban yang lain
Contoh: Ibukota Jawa Barat adalah:
a. Jakarta d. Yogyakarta
b. Bandung e. Surabaya
c. Semara
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
2
Apakah Anda bersedia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner ini?
a. Ya
b. Tidak (Stop sampai disini dan kuesioner bisa dikembalikan)
I. Karakteristik Responden
1. Domisili tempat tinggal responden:
………………………………………………………………….
2. Tempat tujuan menggunakan angkutan umum responden sehari-hari: (Jawaban
boleh lebih dari satu)
a. Kantor/tempat kerja
b. Sekolah
c. Kampus
d. Pasar
3. Usia responden:
a. 15-19 tahun d. 40-44 tahun
b. 20-24 tahun e. 45-49 tahun
c. 25-39 tahun f. >50 tahun
4. Agama responden:
a. Islam d. Hindu
b. Kristen e. Budha
c. Katolik f. Konghuchu
5. Status perkawinan:
a. Kawin
b. Belum kawin
c. Cerai
6. Tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan:
a. SD d. S1
b. SMP e. S2
c. SMA f. S3
7. Tingkat pengeluaran responden dalam sebulan:
a. <Rp 500.000,00
b. Rp 500.001,00 - Rp1.000.000,00
c. Rp 1.000.001,00 - Rp 3.000.000,00
d. Rp3.000.001,00 - Rp 5.000.000,00
e. Rp 5.000.001,00 - Rp 10.000.000,00
f. >Rp 10.000.000,00
8. Pekerjaan:
a. Guru/Dosen d. Pegawai Swasta
b. Polisi e. Pegawai Negeri Sipil
c. Tentara f. Pedagang/Pengusaha/Wiraswasta
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
3
9. Saat ini Anda tinggal di:
a. Rumah Orangtua/Keluarga
b. Rumah Sendiri
c. Kos-kosan
d. Rumah kontrakan
10. Saat ini Anda tinggal bersama:
a. Sendiri
b. Orangtua/Kakak/Adik/Saudara
c. Teman
d. Pacar
e. Suami/Istri dan Anak
II. Penggunaan Angkutan Umum
11. Seberapa sering Anda menggunakan angkutan umum dalam 1 minggu?
a. Setiap harinya dalam 1 minggu
b. 2-4 hari dalam 1 minggu
c. 1-2 hari dalam 1 minggu
d. Sesekali/kadang-kadang
12. Dibawah ini, mana jenis angkutan umum yang sehari-hari Anda gunakan
untuk berangkat dari tempat tinggal ke tempat kerja atau tempat tujuan lain?
Jawaban boleh lebih dari satu.
a. Angkutan umum kecil (Mikrolet, Angkot/KWK)
b. Bus sedang (Metromini, Kopaja)
c. Bus besar (Mayasari Bhakti/Patas AC, Damri)
d. KRL/Kereta api
e. Omprengan (kendaraan pribadi yang menyambi menjadi angkutan umum
pada malam hari)
13. Dibawah ini, mana jenis angkutan umum yang sehari-hari Anda gunakan
untuk pulang ke rumah atau tempat tinggal Anda dari tempat kerja atau
tempat tujuan lain? Jawaban boleh lebih dari satu.
a. Angkutan umum kecil (Mikrolet, Angkot/KWK)
b. Bus sedang (Metromini, Kopaja)
c. Bus besar (Mayasari Bhakti/Patas AC, Damri)
d. KRL/Kereta api
e. Omprengan (kendaraan pribadi yang menyambi menjadi angkutan umum
pada malam hari)
14. Apa alasan utama Anda memilih menggunakan angkutan umum sebagai
sarana moda transportasi?
a. Menghemat biaya daripada menggunakan kendaraan pribadi
b. Menghemat waktu daripada menggunakan kendaraan pribadi
c. Tidak memiliki kendaraan pribadi
d. Tidak memiliki SIM
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
4
III. Pengalaman Menjadi Korban
III. A. Penodongan
19. Apakah Anda pernah diancam untuk memberikan barang berharga ketika
berada di dalam angkutan umum?
a. Ya b. Tidak (Lanjut ke bagian III. B)
20. Berapa kali Anda mengalami kejadian tersebut dalam 1 tahun terakhir?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. lebih dari 3 kali
21. Dimanakah kejadian tersebut terjadi? Jawaban boleh lebih dari satu
a. Angkutan umum kecil (Mikrolet, Angkot/KWK)
b. Bus sedang (Metromini, Kopaja)
c. Bus besar (Mayasari Bhakti/Patas AC, Damri)
d. KRL/Kereta api
e. Omprengan (kendaraan pribadi yang menyambi menjadi angkutan umum
pada malam hari)
22. Kapan waktu kejadian tersebut? Jawaban boleh lebih dari satu
a. Pagi hari
b. Siang hari
c. Sore hari
d. Malam hari
23. Bagaimana kondisi penumpang di dalam angkutan umum pada saat kejahatan
terjadi?
a. Penuh sesak/ramai
b. Ada beberapa orang, tidak ramai tapi juga tidak sepi
c. Sepi
III. B. Pencurian Barang Berharga
24. Apakah Anda pernah mengalami pencurian barang berharga ketika berada di
dalam angkutan umum?
a. Ya b. Tidak (Lanjut ke bagian III. C.)
25. Berapa kali Anda mengalami kejadian tersebut dalam 1 tahun terakhir?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. lebih dari 3 kali
26. Dimana kejadian tersebut terjadi? Jawaban boleh lebih dari satu
a. Angkutan umum kecil (Mikrolet, Angkot/KWK)
b. Bus sedang (Metromini, Kopaja)
c. Bus besar (Mayasari Bhakti/Patas AC, Damri)
d. KRL/Kereta api
e. Omprengan (kendaraan pribadi yang menyambi menjadi angkutan umum
pada malam hari)
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
5
27. Kapan waktu kejadian tersebut? Jawaban boleh lebih dari satu
a. Pagi hari
b. Siang hari
c. Sore hari
d. Malam hari
28. Bagaimana kondisi penumpang di dalam angkutan umum pada saat kejahatan
terjadi?
a. Penuh sesak/ramai
b. Ada beberapa orang, tidak ramai tapi juga tidak sepi
c. Sepi
III. C. Pelecehan Seksual Verbal
29. Apakah Anda pernah digoda atau dirayu dengan kata-kata yang tidak senonoh
ketika berada di dalam angkutan umum?
a. Ya b. Tidak (Lanjut ke bagian III. D)
30. Berapa kali Anda mengalami kejadian tersebut dalam 1 tahun terakhir?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. lebih dari 3 kali
31. Dimana kejadian tersebut terjadi? Jawaban boleh lebih dari satu
a. Angkutan umum kecil (Mikrolet, Angkot/KWK)
b. Bus sedang (Metromini, Kopaja)
c. Bus besar (Mayasari Bhakti/Patas AC, Damri)
d. KRL/Kereta api
e. Omprengan (kendaraan pribadi yang menyambi menjadi angkutan umum
pada malam hari)
32. Kapan waktu kejadian tersebut? Jawaban boleh lebih dari satu
a. Pagi hari
b. Siang hari
c. Sore hari
d. Malam hari
33. Bagaimana kondisi penumpang di dalam angkutan umum pada saat kejahatan
terjadi?
a. Penuh sesak/ramai
b. Ada beberapa orang, tidak ramai tapi juga tidak sepi
c. Sepi
III. D. Pelecehan Seksual Fisik
34. Apakah Anda pernah mengalami pelecehan seksual (diraba, dicium, disentuh
dengan tidak senonoh secara paksa) ketika berada di dalam angkutan umum?
a. Ya b. Tidak
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
6
35. Berapa kali Anda mengalami kejadian tersebut dalam 1 tahun terakhir?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. lebih dari 3 kali
36. Dimana kejadian tersebut terjadi? Jawaban boleh lebih dari satu
a. Angkutan umum kecil (Mikrolet, Angkot/KWK)
b. Bus sedang (Metromini, Kopaja)
c. Bus besar (Mayasari Bhakti/Patas AC, Damri)
d. KRL/Kereta api
e. Omprengan (kendaraan pribadi yang menyambi menjadi angkutan umum
pada malam hari)
37. Kapan waktu kejadian tersebut? Jawaban boleh lebih dari satu
a. Pagi hari
b. Siang hari
c. Sore hari
d. Malam hari
38. Bagaimana kondisi penumpang di dalam angkutan umum pada saat kejahatan
terjadi?
a. Penuh sesak/ramai
b. Ada beberapa orang, tidak ramai tapi juga tidak sepi
c. Sepi
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
7
IV. Pengetahuan akan Kejahatan
39. Apakah Anda pernah mendengar atau mengetahui tentang tindak kejahatan di
dalam angkutan umum?
a. Ya b. Tidak (Lanjut ke bagian V)
40. Dari beberapa contoh kejahatan dibawah ini, mana yang Anda ketahui atau dengar
terjadi didalam angkutan umum? (Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Penodongan
b. Pencopetan
c. Pelecehan seksual
d. Hipnotis
e. Pembunuhan
f. Pemukulan/penganiayaan
41. Darimana Anda mengetahui atau mendengar tindak kejahatan tersebut? (Jawaban
boleh lebih dari satu)
a. Pengalaman pribadi atau melihat langsung orang lain menjadi korban
b. Mendengar pengalaman teman atau saudara atau orang dekat
c. Berita di televisi
d. Majalah, buku, atau koran
e. Artikel di internet
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
8
B. Panduan: Berilah tanda centang (√) pada salah satu dari lima kotak yang
terdapat di sebelah kanan setiap pernyataan
Contoh:
No Pernyataan STS TS N S SS
99 Saya suka makan roti dengan selai
STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju
N = Netral/Tidak Tahu S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Jika Anda “Sangat Setuju” dengan pernyataan tersebut, maka berilah
tanda centang(√) pada kotak “SS”.
Contoh:
No Pernyataan STS TS N S SS
99 Saya suka makan roti dengan selai √
Jika Anda ingin mengganti jawaban Anda dari “Sangat Setuju” menjadi
“Sangat Tidak Setuju”, maka beri tanda silang (X) pada kotak “SS” yang
telah Anda beri tanda centang(√) dan setelah itu beri tanda centang(√)
pada kotak “STS”.
Contoh:
No Pernyataan STS TS N S SS
99 Saya suka makan roti dengan selai √ √
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
9
V. Gender dan Kerentanan
No Pernyataan STS TS N S SS
42 Perempuan lebih lemah dibandingkan laki-
laki
43 Masyarakat menganggap perempuan lebih
lemah dibandingkan laki-laki
44 Perempuan memiliki rasa takut lebih besar
dibandingkan laki-laki
45 Perempuan memiliki kekhawatiran lebih
besar dibandingkan laki-laki
46 Perempuan kurang bisa melindungi dirinya
dibandingkan laki-laki
47 Perempuan lebih kurang waspada
dibandingkan laki-laki
48 Perempuan lebih ceroboh dibandingkan
laki-laki
49 Perempuan lebih rentan menjadi korban
pencopetan didalam angkutan umum
dibandingkan laki-laki
50 Perempuan lebih rentan menjadi korban
penodongan didalam angkutan umum
dibandingkan laki-laki
51 Perempuan lebih rentan menjadi korban
pelecehan seksual didalam angkutan umum
dibandingkan laki-laki
No Pernyataan STS TS N S SS
52 Perempuan lebih rentan menjadi korban
hipnotis didalam angkutan umum
dibandingkan laki-laki
53 Pelaku pencopetan lebih memilih
perempuan sebagai korbannya
dibandingkan laki-laki
54 Pelaku penodongan lebih memilih
perempuan sebagai korbannya
dibandingkan laki-laki
55 Pelaku pelecehan seksual lebih memilih
perempuan sebagai korbannya
dibandingkan laki-laki
56 Pelaku hipnotis lebih memilih perempuan
sebagai korbannya dibandingkan laki-laki
57 Perempuan tidak bisa melindungi dirinya
ketika mengalami pencopetan
58 Perempuan tidak bisa melindungi dirinya
ketika mengalami penodongan
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012
10
No Pernyataan STS TS N S SS
59 Perempuan tidak bisa melindungi dirinya
ketika mengalami pelecehan seksual
60 Perempuan tidak bisa melindungi dirinya
ketika mengalami hipnotis
Hubungan fear..., Aloisius David, FISIP UI, 2012