universitas indonesia laporan praktek kerja ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-pr...6...

134
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK PERIODE 1 APRIL 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIERDINI HAPSARI LIL NASTITI, S.Farm 1306434162 ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Upload: others

Post on 21-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

FIERDINI HAPSARI LIL NASTITI, S.Farm

1306434162

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

FIERDINI HAPSARI LIL NASTITI, S.Farm

1306434162

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

Universitas Indonesia

1

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

5

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, Pemelihara

seluruh alam raya, karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis

dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) angkatan LXVIII

Universitas Indonesia pada periode 01 April – 30 Mei 2014 di Rumah Sakit

Angkatan Laut Marinir Cilandak dan mampu menyelesaikan laporan PKPA ini

dengan baik.

PKPA ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar sarjana Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dengan harapan

agar calon apoteker dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuann dan

keterampilan mengenai pekerjaan kefarmasiaan di rumah sakit yang merupakan

salah satu tempat pengabdian profesi apoteker. Penulis menyadari bahwa tugas

akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak

terbatas.

Kegiatan PKPA ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih

dan penghargaan kepada:

1. DR. Mahdi Jufri, M. Si., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia.

2. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia.

3. Kolonel Laut dr. Gigih Imanta Jayantri, Sp. PD. Selaku Komandan Rumah Sakit

Marinir Cilandak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir

Cilandak.

4. Letnan Kolonel Laut (K) Drs. Agusman, MM., Apt., selaku Kepala Departemen

Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.

5. Mayor Laut Mayannaria Simarmata, M.Farm., Apt., selaku Pembimbing I di

Rumah sakit Marinir Cilandak, atas bimbingan dan pengarahan selama

pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

6

Universitas Indonesia

6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing II di Rumah sakit

Marinir Cilandak, atas bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan Praktek

Kerja Profesi Apoteker.

7. Seluruf staf Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak .

8. Seluruh staf pengajar khususnya Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

9. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat

kepada penulis.

10. Semua teman – teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 78 serta semua

pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama

Praktek Kerja Profesi Apoteker.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA

ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan

laporan PKPA ini.

Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama

mengikuti PKPA ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi rekan – rekan

sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Penulis,

2014

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

7

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

8

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Fierdini Hapsari Lil Nastiti

NPM : 1306434162

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit

Marinir Cilandak Periode 01 April – 30 Mei 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir Cilandak bertujuan agar

mahasiswa mengetahui penerapan peran dan fungsi Apoteker dalam menjalankan

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Marinir Cilandak. Tugas khusus yang

diberikan yaitu Drug Related Problems Pada Pasien Asma Bronkial di Ruang

Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak, Analisis Rekam Medis 09 – 14

Mei 2014. Tugas khusus diberikan dengan tujuan agar mahasiswa dapat

mengidentifikasi dan memberikan rekomendasi penanganan masalah terkait obat yang

terjadi pada rejimen penggunaan obat salah satu pasien asma bronkial.

Kata Kunci : Rumah Sakit Marinir Cilandak, Asma,

Tugas Umum : xiv + 77 halaman + 25 lampiran

Tugas Khusus : iv + 39 halaman + 1 lampiran

Daftar Acuan Tugas Umum : 8 (1996 – 2009)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 10 (1990 – 2013)

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

9

Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Fierdini Hapsari Lil Nastiti

NPM : 1306434162

Program Study : Pharmacist

Title : Apothecary Internship Report at Rumah Sakit Marinir

Cilandak on

April 01 – May 30, 2014

Apothecary Internship at Cilandak Marine Hospital aims to make students know

the application of roles and functions of pharmacists in pharmacy services in

Cilandak Marine Hospital. Given the special task of Drug Related Problems In

Bronchial Asthma Patients in Flamboyan Space Down Cilandak Marine Hospital,

Medical Records Analysis 9 to 14 May 2014. Special task given with the aim that

students can identify and provide recommendations related to drug handling

problems that occur on a regimen drug use one of the patients of bronchial asthma.

Key Words : Rumah Sakit Marinir Cilandak, Asthma,

Drug Related

Problems

Common Task : xiv + 77 pages + 25 attachments

Special Task : iv + 39 pages + 1 attachment

Bibliography of Common Task : 8 (1996 – 2009)

Bibliography of Special Task : 10 (1990 – 2013)

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

10

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

2.1 Rumah Sakit ................................................................................... 4

2.1.1 Definisi Rumah Sakit ............................................................. 4

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .............................................. 4

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit ......................................................... 5

2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit ...................................... 7

2.1.5 Penilaian Kinerja RumahSakit ............................................... 10

2.1.6 Struktur Organisasi RumahSakit ............................................ 11

2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit ....................................................... 11

2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi ..................................................... 12

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ....................................................... 15

2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................. 15

2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................... 15

2.2.3 Tugas Pokok dan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ....... 16

2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................. 17

BAB 3. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK . 19

3.1 Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak .......... 19

3.2 Tujuan,Visi,Misi,Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak .. 21

3.3 Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak ...................................... 22

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

11

Universitas Indonesia

3.4 Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak ...................................... 22

3.5 Instalasi Rawat Jalan ...................................................................... 22

3.6 Instalasi Rawat Inap ....................................................................... 23

3.7 Fasilitas Penunjang ......................................................................... 23

3.8 Rekam Medis .................................................................................. 24

3.9 Formularium ................................................................................... 25

3.10 Unit Sterilisasi (Sterilization Unit) ............................................... 25

3.11 Pengolahan Limbah RS Marinir Cilandak ................................... 26

BAB 4. TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK ...................................... 27

4.1 Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak .... 27

4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi .............................. 31

4.2.1 Fungsi ................................................................................... 31

4.2.2 Tugas Pokok ......................................................................... 32

4.3 Uraian Tugas Departemen Farmasi ................................................ 32

4.4 Gudang Farmasi .......................................................................... 34

4.4.1 Jam Kerja .......................................................................... 34

4.4.2 Personalia .......................................................................... 34

4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi ................................................. 33

4.5 Apotek PC .................................................................................. 37

4.5.1 Jam Kerja .......................................................................... 37

4.5.2 Personalia .......................................................................... 38

4.5.3 Jenis Pelayanan ................................................................. 38

4.5.4 Pengadaan Obat ................................................................ 38

4.5.5 Penyimpanan ..................................................................... 39

4.5.6 Pelayanan Farmasi ............................................................ 39

4.6 Apotek BPJS ............................................................................... 39

4.6.1 Jam Kerja .......................................................................... 39

4.6.2 Personalia .......................................................................... 40

4.6.3 Jenis Pelayanan ................................................................. 40

4.6.4 Pengadaan Obat ................................................................ 40

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

12

Universitas Indonesia

4.6.5 Penyimpanan ..................................................................... 40

4.6.6 Pelayanan Farmasi ............................................................ 40

4.6.7 Administrasi Penagihan .................................................... 41

4.7 Depo Kamar Farmasi .................................................................. 42

4.7.1 Jam Kerja .......................................................................... 42

4.7.2 Personalia .......................................................................... 42

4.7.3 Pengadaan ......................................................................... 42

4.7.4 Penyimpanan ..................................................................... 43

4.7.5 Jenis Pelayanan ................................................................. 43

4.8 Depo UGD .................................................................................. 43

4.8.1 Jam Kerja .......................................................................... 43

4.8.2 Personalia .......................................................................... 43

4.8.3 Pengadaan ......................................................................... 43

4.8.4 Jenis Pelayanan ................................................................. 43

BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 44

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 51

6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 51

6.2 Saran ........................................................................................................... 51

DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 52

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

13

Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak .............. 53

Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Farmasi RSMC .................. 54

Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RSMC ................................. 55

Lampiran 4. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC ........................................ 56

Lampiran 5. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC ......................................... 57

Lampiran 6. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC .................................... 58

Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Jalan & Rawat Inap di Apotek PC 59

Lampiran 8. Alur Resep Pasien Rawat Inap & Rawat Jalan

di Apotek BPJS ........................................................................ 60

Lampiran 9. Surat Pesanan Obat Apotek BPJS dan PC ............................. 61

Lampiran 10. Surat Pesanan Narkotika ...................................................... 62

Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika .................................................. 63

Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Obat ........................................... 64

Lampiran 13. Laporan Hasil Pengujian Limbah......................................... 65

Lampiran 14. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di RSMC ... 66

Lampiran 15. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSMC .... 67

Lampiran 16. Formulir Pendaftaran Pasien Baru ....................................... 68

Lampiran 17. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan ........................................ 69

Lampiran 18. Lembar Resep Rumah Sakit Marinir Cilandak .................... 70

Lampiran 19. Salinan Resep Apotek Yanmasum RSMC ........................... 71

Lampiran 20. Salinan Resep Apotek BPJS RSMC ..................................... 72

Lampiran 21. Etiket Obat RSMC ............................................................... 73

Lampiran 22. Persyaratan Administrasi Klain Obat BPJS

Kesehatan RSMC I ................................................................ 74

Lampiran 23. Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS

Kesehatan RSMC 3 ............................................................... 75

Lampiran 24. Print Out SIMAK BMN Persediaan Barang per Item .......... 76

Lampiran 25. Print Out SIMAK BMN Neraca RSMC .............................. 77

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

14

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang dapat diartikan sebagai

keadaan sehat, baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

(Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

2009). Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak yang sama untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang paripurna sesuai dengan kebutuhan. Pelayanan kesehatan

yang paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pendekatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan

pemulihan penyakit (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh

dan berkesinambungan (Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit, 2009). Mengingat pentingnya kesehatan, maka Pemerintah

Republik Indonesia memasukkan kesehatan sebagai salah satu prioritas dalam

Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014 melalui

peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan untuk meningkatkan angka

harapan hidup pada tahun 2015 (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2010 – 2014) .

Sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

paripurna salah satunya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahan

kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tigginya. Fungsi

utama rumah sakit yakni menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif

dan rehabilitatif bagi pasien. Rumah sakit dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatannya menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan unit gawat

darurat (Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, 2009).

Dalam rangka melakukan upaya kesehatan tersebut, rumah sakit perlu

didukung oleh semua bagian yang ada didalamnya termasuk tenaga kesehatan.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

15

Universitas Indonesia

Tenaga kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan

dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di rumah sakit. Pelayanan

kefarmasian di rumah sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) dan merupakan pelayanan utama di rumah sakit, karena hampir seluruh

pelayanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit berkaitan dengan

persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Keberadaan pelayanan farmasi yang

baik akan berpengaruh pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan

biaya kesehatan, dan peningkatan perilaku rasional dari seluruh tenaga kesehatan,

pasien, keluarga pasien, dan masyarakat lain. Tenaga kefarmasian di rumah sakit

memiliki fungsi untuk mengelola perbekalan farmasi dan melakukan pelayanan

kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan (Departemen Kesehatan,

2004). Peran apoteker lainnya dalam farmasi rumah sakit adalah memberikan solusi

dari masalah obat yang digunakan untuk diberikan kepada tim medis yang telah

melakukan diagnosis yang tepat, oleh karena itu apoteker diharapkan memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian.

Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Program Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan RS Marinir Cilandak

menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 1 April – 30

Mei 2014. Melalui kegiatan PKPA ini mahasiswa calon apteker diharapkan

memiliki bekal pengetahuan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga dapat

mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional dan handal dimasa yang akan

datang.

1.2 Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Marinir Cilandak adalah :

1. Mengetahui struktur organisasi, tugas, peran, dan fungsi manajemen Rumah

Sakit Marinir Cilandak dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat,

2. Mengetahui dan memahami tugas, peranan, fungsi, serta tanggung jawab

apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

16

Universitas Indonesia

3. Mengetahui permasalahan atau kendala yang terjadi dalam menjalankan

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Marinir Cilandak serta ikut mencari

alternatif solusi yang tepat.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

17

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat. Pelayanan Kesehatan Paripurna

adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif (Kementerian Kesehatan, 2009).

Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit

adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah Sakit

juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

2.1.2.1 Tugas

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna (Kementerian Kesehatan, 2009).

2.1.2.2 Fungsi

Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengaan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

18

Universitas Indonesia

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kepemilikan, tipe

pelayanan, lama tinggal, fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur, afiliasi

pendidikan dan status akreditasi(Siregar Charles, 2003):

2.1.3.1 Kepemilikan

Rumah sakit berdasarkan kepemilikannya dapat digolongkan menjadi:

a. Rumah sakit pemerintah

Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah

baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan,

Kementrian Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara

(BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat nonprofit, tidak mencari keutungan

semata. Sebagai contoh: Rumah Sakit Umum Pemerintah, Rumah Sakit Angkatan

Laut (RSAL), Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD), Rumah Sakit Angkatan

Udara (RSAU), Rumah Sakit Polisi Republik Indonesia (RS POLRI).

b. Rumah sakit non pemerintah (swasta)

Rumah sakit swasta, adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan

oleh yayasan, organisasi keagamaan, atau oleh badan hukum lain dan dapat juga

bekerja sama dengan institusi pendidikan.

a) Rumah sakit swasta berdasarkan tujuan :

1) Rumah sakit profit

Rumah sakit tipe ini yaitu, rumah sakit yang dimiliki dan dikelola oleh

yayasan atau badan yang bukan milik pemerintah, dengan tujuan mencari

keuntungan.

2) Rumah sakit non profit

Rumah sakit tipe ini yaitu, rumah sakit yang biasanya dimiliki oleh

organisasi atau yayasan keagamaan, kekeluargaan, dan tidak mencari keuntungan.

b) Rumah sakit swasta berdasarkan pelayanan :

1) Rumah sakit swasta pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit

pemerintah kelas D.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

19

Universitas Indonesia

2) Rumah sakit swasta madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4

cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.

3) Rumah sakit swasta utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan

subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.

2.1.3.2 Jenis Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanaan yang diberikan, rumah sakit dapat

digolongkan menjadi:

1) Rumah sakit umum

Pelayanaan kesehatan yang diberikan rumah sakit umumbersifat dasar,

spesialitik, dan sub spesialitik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada

berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis

dan terapi untuk berbagi kondisi medik, ibu hamil dan lain sebagainya.

2) Rumah sakit khusus

Rumah sakit khusus, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

khusus bagi penderita dengan spesialisasi dan pelayanan sub spesialis khusus,

misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit paru-paru, rumah sakit mata, rumah sakit

kanker, rumah sakit jantung.

2.1.3.3 Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur

Berdasarkan kapasitas tempat tidurnya, rumah sakit pemerintah dibagi

menjadi lima kelas, yaitu :

1) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A

RSU Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialistik Dasar, 5 Pelayanan

Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain, dan 13 Pelayanan

Medik Sub Spesialis, serta memiliki kapasitas tempat tidur minimal 400 buah.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

20

Universitas Indonesia

2) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B

RSU Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis dasar, 4 Pelayanan

Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya, dan 2 Pelayanan

Medik Subspesialis Dasar, serta memiliki kapasitas tempat tidur minimal 200 buah.

3) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas C

RSU Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis

Penunjang Medik, serta memilki kapasitas tempat tidur minimal 100 buah.

4) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D

RSU Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medic paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar serta memiliki

kapasitas tempat tidur minimal 50 buah.

2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1197, 2004)

2.1.4.1 Bangunan

Fasilitas bangunan, ruangan, dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan

perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, yaitu :

a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.

b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian

di rumah sakit.

c. Dipisahkannya antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,

pelayanan langsung pada pasien, dispensing, serta ada penanganan limbah.

d. Dipisahkannya juga antara jalur steril, bersih, dan daerah abu-abu, bebas

kontaminasi.

e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan, dan

keamanan binatang pengerat.

f. Fasilitas peralatan memenuhi pesyaratan yang ditetapkan terutama untuk

perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair

untuk obat luar atau dalam.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

21

Universitas Indonesia

2.1.4.2 Pembagian Ruangan

a. Ruang Kantor

a) Ruang pimpinan

b) Ruang staf

c) Ruang kerja/administrasi

d) Ruang pertemuan

b. Ruang Produksi

Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi, tertib, dan efisien untuk

meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :

a) Ruang produksi sediaan non steril

b) Ruang produksi sediaan steril

c. Ruang Penyimpanan

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur,

sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas yang terdiri dari :

a) Kondisi umum untuk ruangan penyimpanan obat jadi, obat produksi,

bahan baku obat, alat kesehatan, dll.

b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan obat termolabil, alat kesehatan

dengan suhu rendah, obat mudah terbakar, obat/bahan obat berbahaya,

dan barang karantina.

d. Ruang Distribusi/Pelayanan

Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi rumah sakit :

a) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotek)

b) Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan

penyimpanan barang

c) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)

d) Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan

e) Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan

penyimpanan barang

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

22

Universitas Indonesia

f) Dilengkapi kereta dorong trolley

e. Ruang Konsultasi

Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada

pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.Ruang

konsultasi ini untuk pelayanan rawat jalan (apotek) dan pelayanan rawat inap.

f. Ruang Informasi Obat

Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi dan

penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan informasi

obat. Luas ruang yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat tergantung dari

jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh rumah sakit, yaitu :

a) 200 tempat tidur : 20 m2

b) 400-600 tempat tidur : 40 m2

c) 1300 tempat tidur : 70 m2

g. Arsip Dokumen

Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan

menyiapkan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai hukum,

aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.

h. Peralatan

Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk

perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk

obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan

memenuhi persyaratan, penaraan, dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap

tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia :

a) Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, dan pembuatan obat baik non

steril maupun aseptik

b) Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip

c) Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat

d) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

23

Universitas Indonesia

e) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil

f) Penerangan, sarana air, ventilasi, dan sistem pembuangan limbah yang baik

2.1.5 Penilaian Kinerja Rumah Sakit

Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja rumah sakit

adalah melalui penilaian efisiensi pengelolahan rumah sakit yang menetapkan 4

(empat) parameter dasar dalam perhitungan, yaitu :

1. Bed Occupancy Rate (BOR)

Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di

Rumah Sakit yang digunakan pasien dalam satu periode. Nilai ideal BOR menurut

Depkes (2001) adalah antara 70%-85%.

Rumus : BOR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑥 100%

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

2. Turn Over Interval (TOI)

Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat

tidur kosong. Idealnya adalah 2 sampai 3 hari.

Rumus : TOI = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒−ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)

3. Length of Stay (LOS)

Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1 (satu)

pasien selama 1 (satu) tahun. Idealnya adalah 6 sampai 9 hari.

Rumus : LOS = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑎𝑝 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖

4. Bed Turn Over (BTO)

Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali satu tempat tidur

ditempati pasien dalam satu tahun. Idealnya adalah 40 sampai 50 kali. Data-data

pengunjung yang harus dilengkapi dalam perhitungan tingkat efisiensi tersebut

adalah :

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

24

Universitas Indonesia

a. Rata-rata jumlah tempat tidur per tahun

b. Jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun

c. Jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal

selama 1 (satu) tahun.

Rumus : BTO = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟

2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan

akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala atau direktur

rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,

komite medis, satuan pemeriksa internal, serta administrasi umum dan keuangan

(Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

2009).

2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit

Tenaga kesehatan di rumah sakit terdiri dari (Undang-Undang Republik

Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, 2009):

a. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (sarjana

farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah

farmasi/asisten apoteker).

d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entemolog

kesehatan, mikrobiolog, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan,

sanitarian.

e. Tenaga gizi meliputi nutrition, dietician.

f. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, terapis wicara.

g. Tenaga keteknisian medis : radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi

elektromedia, analis kesehatan, dokter mata, tehnik transfusi, perekam medis.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

25

Universitas Indonesia

2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi

2.1.8.1 Definisi

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan badan penghubung antara staf

medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga anggotanya terdiri dari dokter

yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker yang

mewakili farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Selain itu juga

membuat kebijaksanaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penilaian

dan pemilihan obat di rumah sakit agar didapat penggunaan yang rasional

(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197, 2004). PFT dipimpin

oleh seorang dokter, sedangkan Apoteker dari Instalasi Farmasi sebagai sekretaris.

Tugas utama panitia ini adalah menyeleksi obat yang memenuhi standar kualitas

terapi obat yang efektif, mengevaluasi data klinis obat baru atau bahan yang

diusulkan untuk dipakai di rumah sakit, mencegah duplikasi pengadaan obat,

menganjurkan penambahan-penambahan dan penghapusan obat

dari formularium rumah sakit dan mempelajari reaksi obat yang tidak diinginkan

(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197, 2004).

2.1.8.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut:

a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan dan penggunaan

obat secara rasional serta evaluasinya.

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan

terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan

kebutuhan.

c. Meningkatkan efektivitas, keamanan, dan nilai ekonomis dari penggunaan

obat di rumah sakit.

2.1.8.3 Struktur Organisasi dan Kegiatan

Susunan kepanitian PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi setiap rumah

sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat.

Ketentuan umum bagi PFT di antaranya :

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

26

Universitas Indonesia

a. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang

yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga

dokter bisa melebihi 3 orang yang mewakili semua staf medis fungsional

yang ada.

b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada dalam kepanitiaan dan jika rumah

sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka farmakolog yang

dipilih sebagai ketua. Sekretaris adalah apoteker dari instalasi farmasi atau

apoteker yang ditunjuk.

c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 bulan sekali dan

untuk rumah sakit yang besar diadakan sebulan sekali. Rapat PFT dapat

mengundang pakar-pakar dari dalam maupun luar rumah sakit yang dapat

memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.

d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,

termasuk persiapan dan hasil-hasil rapat.

e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

2.1.8.4 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT

a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi

secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat

yang sama.

b. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis

obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit yang

termasuk dalam kategori khusus.

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di

rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

mengkaji rekam medik dan dibandingkan dengan standar diagnosa dan

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

27

Universitas Indonesia

terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus

penggunaan obat secara rasional.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf

medis dan perawat melalui media berkomunikasi.

2.1.8.5 Peran dan Tugas Apoteker dalam PFT

Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua

kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit

di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Tugas apoteker dalam PFT adalah

sebagai berikut:

a. Menjadi sekretaris PFT

b. Menetapkan jadwal pertemuan

c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan

d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

pembahasan dalam pertemuan khususnya tentang obat

e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada

pimpinan rumah sakit

f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada

seluruh pihak yang terkait

g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam

pertemuan

h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman

penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi

lain

i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT

j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan

k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat

l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan

obat pada pihak terkait

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

28

Universitas Indonesia

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.1 Definisi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit di

suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu

oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional. IFRS juga merupakan

tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh

pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna,

mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan

kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat

inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan

seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinik yang

mencakup layanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan

program rumah sakit secara keseluruhan.

2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.2.1 Manajemen

a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.

c. Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan Farmasi dan

staf melalui pendidikan.

d. Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah dievaluasi dan

berdaya guna untuk pengembangan.

e. Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk peningkatan

mutu pelayanan.

2.2.2.2 Farmasi Klinik

a. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk

pencegahan dan rehabilitasinya.

b. Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik potensial

maupun kenyataan.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

29

Universitas Indonesia

c. Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerja

sama pasien dan tenaga kesehatan lain.

d. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk

menyelasaikan masalah yamg berhubungan dengan obat.

e. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta

tenaga kesehatan rumah sakit.

f. Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat serta

tenaga kesehatan rumah sakit.

g. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.

h. Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.

i. Memonitor kadar obat dalam darah.

j. Melayani konsultasi keracunan.

k. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan, penerapan

dan evaluasi pengobatan.

2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.3.1 Tugas Pokok IFRS

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan

mutu pelayanan farmasi.

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit.

2.2.3.2 Fungsi IFRS

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

30

Universitas Indonesia

2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku.

6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan.

3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.

4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.

5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.

6) Memberi konseling kepada pasien / keluarga.

7) Melakukan pencampuran obat suntik.

8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

9) Melakukan penanganan obat kanker.

10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

12) Melaporkan setiap kegiatan.

2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Ketentuan bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit antara lain :

a. IFRS dipimpin oleh Apoteker.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

31

Universitas Indonesia

b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang mempunyai

pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.

c. Apoteker telah terdaftar di Departemen Kesehatan dan mempunyai surat ijin

kerja.

d. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi (D3) dan

tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker.

e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan

peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun

administrasi barang farmasi.

f. Setiap saat harus ada Apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan

mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang

bertanggung jawab bila apoteker berhalangan.

g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.

h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan

kebutuhan.

i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga

farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki kualifikasi

pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.

Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait

dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang

dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

32

Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak

Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) sebelumnya merupakan suatu

poliklinik kecil yang menempati sebuah ruang dinas bintara KKO. Poliklinik ini

dipindahkan ke lokasi rumah sakit saat ini pada tahun 1961 dan dikembangkan

menjadi balai pengobatan yang dipimpin oleh Kapten Laut (K) dr. O.M. Sianipar.

Berdasarkan S.Kep. Panglima KKO AL No. 5401/5/1968 pada tanggal 22

Maret 1968, status Rumah Sakit diubah menjadi Rumah Sakit Korps Komando TNI

AL (RSKO wilayah barat), yang berlokasi di tempat sekarang ini. Tanggal 22 Maret

diresmikan sebagai hari jadi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Komandan Rumah

Sakit yang pertama adalah Mayor Laut (K) dr. Foead Arief Tirtohusodo.

Berdasarkan ketetapan Menhankam/Pangab S.Kep. No. 226/11/1977 Rumah

Sakit AL Lanmar ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat IV dan mengganti

istilah Komandan Rumah Sakit menjadi Kepala Rumah Sakit (Ka Rumkit).

Penerbitan S.Kep. Kasal No 813/IV/1979 membawa perubahan pada rumah sakit

melalui Surat Keputusan Panglima Daerah No 3 S.Kep/42/VII/1979 tentang

perubahan nama RS TNI AL tingkat IV Lanmar Jakarta Cilandak menjadi RS TNI

AL Daerah 3 (Rumkital Daerah 3 Cilandak).

Pada tahun 1980, rumah sakit telah memiliki 2 orang dokter umum dan 2

orang dokter gigi. Status rumah sakit meningkat menjadi Rumah Sakit ABRI

tingkat III dengan 60 tempat tidur melalui penerbitan S.Kep. Menhankam/Pengab

No. 226a/II/1980. Kedudukan Rumkit AL Cilandak di bawah Suriak Teklap Diskes

daerah 3 yang ditetapkan melalui S.Kep. Kasal No 609/II/1980.

Pada tanggal 24 Maret 1990, jabatan Kepala Rumkital Cilandak

diserahterimakan ke Mayor Laut drg. Moeryono Aladin. Peningkatan pelayanan

kesehatan di rumah sakit terus dilaksanan. Berbagai perbaikan terus dilakukana

baik dari segi sarana rumah sakit maupun kemampuan sumber daya manusia yang

dituangkan melalui “Tiga Perintah Harian” yang berbunyi :

a. Tingkatkan profesionalisme dan semangat pengabdian seluruh jajaranRSMC

b. Ciptakan lingkungan bersih, nyaman dan asri di RSMC.

c. Tingkatkan dukungan dan pelayanan kepada prajurit dan keluarganya.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

33

Universitas Indonesia

Pada tanggal 24 Maret 1990, RSMC ditetapkan sebagai kawasan bebas rokok

dan merupakan rumah sakit pertama di Indonesia yang memberlakukan larangan

merokok di lingkungan rumah sakit. Pada tahun 1992, RSMC menjadi rumah sakit

terbersih se-DKI Jakarta dan menjadi juara II untuk tingkat nasional.

Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Kep/42/VII/1997 dan No.

SKEP/22/III/1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak secara bertahap mengalami

perubahan organisasi, saarana, dan prasarana sesuai persyaratan yang ada sebagai

Rumah Sakit TNI AL tingkat II. Pada tanggal 18 Juni 1998, Rumah Sakit Marinir

Cilandak ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat II B dan sebagai unsur

komando pelaksana fungsi Korps Marinir di Bidang Kesehatan yang berkedudukan

langsung di bawah Korps Marinir.

Pada tahun 1990, akreditasi rumah sakit tingkat dasar berhasil dilaksanakan.

Berdasarkan S.Kep Depkes RI No. YM.00.03.3.5.400, Rumah Sakit TNI AL

Marinir Cilandak telah mendapatkan status akreditasi penuh tingkat dasar pada

tanggal 14 Februari 2000.

Pada tanggal 21 Desember 2000, jabatan Kepala Rumkital diserahkan kepada

Kolonel Laut (K) dr. Musana, Sp.KJ. Peningkatan kemampuan fasilitas dan

pelayanan rumah sakit dilaksanakan dengan moderenisasi peralatan yang ada serta

melengkapi sarana dan prasarana kesehatan. Upaya peningkatan fasilitas rumah

sakit memanfaatkan hasil pelayanan masyarakat umum yang dikelola dengan baik

oleh Rumkital Marinir Cilandak. Kegiatan renovasi diawali dengan melengkapi

kendaraan operasional dan peralatan kesehatan yang canggih, kemudian dilanjutkan

dengan perbaikan registrasi keuangan dan komputerisasi rekam medik pasien.

Pada tahun 2003, pengembangan fasilitas penunjang pelayanan kesehatan

lain dilakukan berupa pembangunan ruang serbaguna, ruang kebidanan dan

kandungan, ruang bayi, ruang bersalin, ruang kesehatan ibu dan anak (KIA), ruang

tunggu rawat jalan, renovasi radiologi dan penyelesaian pembangunan gedung

rawat inap kelas III dengan bantuan dari Departemen Pertahanan. Untuk

meningkatkan pelayanan yang lebih baik, Rumah Sakit Marinir Cilandak

memberikan bantuan keringanan perawatan atau subsidi nonmaterial kepada pasien

miskin dan tidak mampu.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

34

Universitas Indonesia

Unsur pelayanan di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi pelayanan rawat

jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan unit gawat darurat, penunjang medis dan

pelaksanaan pelayanan medis. Selain memberikan pelayanan kesehatan, Rumah

Sakit Marinir Cilandak juga menjadi tempat prakek kerja dari beberapa institusi

pendidikan di Jakarta, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan

Nasional, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia seta beberapa Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan,

Akademi Fisioterapi dan Akademi Farmasi.

3.2 Tujuan, Visi, Misi, Motto, dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak

3.2.1 Tujuan

a. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi personil militer TNI

AL khususnya marinir agar selalu siap operasional.

b. Terpeliharanya kesiapan Rumah Sakit Marinir Cilandak agar selalu siap dalam

memberikan dukungan kesehatan pada operasi Korps Marinir.

c. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara profesional bagi anggota dan

keluarganya serta masyarakat umum, tanpa memandang agama, golongan,

kedudukan, dan pangkat.

3.2.2 Visi

Menjadi Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan

dukungan kesehatan pada operasi militer dan pelayanan kesehatan yang

profesional.

3.2.3 Misi

a. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan pelayanan

kesehatan.

b. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program

secara berhasil guna dan berdaya guna.

3.2.4 Motto

“Keselamatan pasien prioritas layanan kami.”

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

35

Universitas Indonesia

3.2.5 Tugas Pokok

Rumah Sakit Marinir Cilandak bertugas melaksanakan dukungan kesehatan

dan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik terbatas bagi personil

militer dan Pegawai Negeri Sipil TNI AL beserta keluarganya di wilayah barat.

3.3. Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak

Struktur organisasi RS Marinir Cilandak dipimpin oleh seorang Komandan

Rumah Sakit disingkat dengan Dan Rumkit, dibantu oleh Wakil Komandan Rumkit

disingkat WaDan Rumkit. Setelah itu Wakil Komandan Rumkit dibantu oleh

Kepala Departemen Kesehatan Kelautan (Kesla); Kepala Departemen Penyakit

Dalam, Paru, Jantung, Jiwa dan Saraf (P2J2S); Kepala Departemen Gigi dan Mulut

(Gilut); Kepala Departemen Bedah; Kepala Departemen Kulit, Telinga, dan Mata

(Kutema); Kepala Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Kepala Departemen Penunjang

Klinik; Kepala Departemen Farmasi; dan Kepala Departemen Perawatan

(Lampiran 1).

3.4. Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak

Sumber daya manusia merupakan aset terpenting bagi rumah sakit untuk

dapat melaksanakan upaya pelaksa kesehatan. Tenaga profesional yang dimiliki

oleh Rumah Sakit Marinir Cilandak saat ini terdiri dari:

a. Dokter Umum

b. Dokter Gigi Umum dan Spesialis

c. Dokter Spesialis: Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit

Dalam, Jantung, Paru, Bedah Umum, Bedah Plastik, Bedah Tulang, Bedah

Urologi, Bedah Syaraf, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Saraf, Anastesi,

Radiologi, Patologi Klinik, dan Jiwa

3.5. Instalasi Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan yang tersedia di RS Marinir Cilandak terdiri dari:

a. Poliklinik Penyakit Dalam (internist)

b. Poliklinik Penyakit Bedah: Umum, Tulang, Saraf, Plastik, dan Urologi

c. Poliklinik Paru

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

36

Universitas Indonesia

d. Poliklinik Jantung

e. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan

f. Poliklinik Kesehatan Anak

g. Poliklinik Mata

h. Poliklinik Saraf

i. Poliklinik THT

j. Poliklinik Kulit dan Kelamin

k. Poliklinik Fisioterapi

l. Poliklinik Umum

m. Poliklinik Gigi Umum

n. Poliklinik Gigi Spesialis

o. Poliklinik Akupuntur

3.6. Instalasi Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang

membutuhkan perawatan secara intensif di rumah sakit sehingga mengharuskan

pasien untuk tinggal di rumah sakit sampai kesehatannya membaik. Instalasi rawat

inap RSMC memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat rawat inap pasien

sebanyak 190 tempat tidur terpasang yang meliputi:

a. Rawat Inap Paviliun A (Anyelir) : Khusus pasien kebidanan

b. Rawat Inap Paviliun B (Bougenvile) : Khusus pasien bedah

c. Rawat Inap Paviliun C (Cempaka) : Khusus pasien penyakit dalam

d. Rawat Inap Paviliun D (Dahlia) : Khusus pasien anak

e. Rawat Inap Paviliun E (Edelweis) : Khusus pasien VVIP, VIP, Kelas I

f. Rawat Inap Paviliun F (Flamboyan) : Pasien campuran

3.7. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yang terdapat pada Rumah Sakit Marinir Cilandak

adalah:

a. Laboratorium

b. Radiologi

c. Farmasi

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

37

Universitas Indonesia

d. Gizi

e. High Care Unit (HCU)

f. Medical Check Up (MCU)

g. Intensif Care Unit (ICU)

h. Unit Gawat Darurat (UGD)

i. Kamar Operasi (OK)

3.8. Rekam Medis

Rekam medis merupakan alat komunikasi antara pasien, dokter, perawat, dan

apoteker. Rekam medis atau catatan medis adalah kumpulan data medis dan sosial

dari seorang pasien baik rawat inap maupun rawat jalan sejak pasien masuk rumah

sakit hingga pasien sembuh dan pulang (Depkes, 2008).

Penulisan rekam medis di RS Marinir Cilandak dimulai pada saat pasien

mendaftar di tempat pendaftaran, kemudian menuliskan identitas lengkap seperti

nama, umur, alamat, pendidikan, tempat tanggal lahir, dan sebagainya. Kemudian

data-data tersebut akan disimpan dalam file berdasarkan nomor dan warna dan tidak

ada perbedaan antara pasien anggota dan pasien umum. Isi dari rekam medis adalah:

a. Identitas pasien

b. Ringkasan riwayat klinis

c. Kartu pasien

d. Pemeriksaan lab, terdiri dari analisa gas darah, darah rutin, kultur, atau

resistensi

e. Ringkasan masuk darurat yang terdiri dari: anamnesis, pemeriksaan fisik,

diagnosis

f. Pengukuran denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah (untuk rawat inap)

g. Catatan perkembangan pasien dan instruksi dokter

h. Rencana tindakan perawatan

i. Catatan terapi terdiri dari: nama pasien, tanggal masuk, ruang rawat, nama

obat (dosis, tanggal pemberian, waktu pemberian)

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

38

Universitas Indonesia

3.9. Formularium

Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki formularium rumah sakit yang berisi

kelas terapi obat, nama obat, sediaan, nama dagang, dan nama produsen obat.

Susunan daftar obat dievaluasi tiap setahun sekali oleh tim komite medik

berdasarkan kualitas, potensi, dan harga obat.

3.10. Unit Sterilisasi (Sterilization Unit)

Pelaksanaan proses sterilisasi RSMC belum dilakukan di unit sterilisasi yang

terpusat atau Central Sterile Supply Department (CSSD). Proses sterilisasi

dilakukan di setiap ruangan seperti rawat inap, kamar operasi, unit gawat darurat,

dan lain-lain.

Untuk proses sterilisasi ruangan, langkah awal yang dilakukan adalah

ruangan harus dibersihkan lalu disterilkan dengan cara disinari dengan sinar UV.

Setiap 6 bulan sekali dilakukan pengujian terhadap keberadaan bakteri. Apabila

bakteri melebihi ambang batas, maka ruangan harus dibersihkan dengan disinfektan

dan setelah itu di-fogging.

Sterilisasi alat-alat kedokteran dilakukan berdasarkan jenis bahannya, yaitu

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Sterilisasi dengan panas kering

Sterilisasi panas kering digunakan untuk mensterilkan alat-alat logam seperti

gunting bedah, tong spatel, pisau bedah, jarum bedah, dan alat-alat bedah

lainnya. Cara sterilisasi yang dilakukan yaitu memasukkan alat ke dalam oven

dengan suhu 150°C selama 2 jam. Setelah selesai proses sterilisasi, alat-alat

yang sudah steril disimpan di dalam lemari yang disusun berdasarkan jenis

tindakan operasi (bedah umum, bedah ortopedi, bedah kandungan, dan bedah

urologi).

b. Sterilisasi dengan panas basah

Sterilisasi dengan autoklaf digunakan untuk mensterilkan linen/ kain katun,

dressing kain kasa, dan perban. Cara yang dilakukan adalah dengan

memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf dengan suhu 121°C selama 15

menit. Setelah selesai proses sterilisasi, alat dan bahan disimpan di lemari

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

39

Universitas Indonesia

dalam ruangan yang telah disterilisasi menggunakan formaldehid yang

diencerkan.

3.11 Pengolahan Limbah RSMC

Pengolahan limbah RSMC meliputi limbah padat dan cair.

3. 11.1. Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair berasal dari berbagai unit, seperti ruang perawatan, laboratorium,

dapur, dan laundry. Pemantauan pengolahan limbah RSMC dilakukan setiap 3

bulan sekali dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan

Hidup Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah tersebut dibuang ke sungai

Krukut. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, kesadahan,

senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological

Oxygen Demand (Lampiran 18). Pada proses pengolahan limbah, semua limbah

cair dialirkan ke dalam bak penampungan yaitu bak pertama dan kedua untuk

pemrosesan limbah dan proses aerasi dengan alat blower. Bak ketiga untuk

sedimentasi yang bertujuan memisahkan antara lumpur dengan air yang bersih, bak

keempat untuk proses penyaringan limbah. Bak kelima adalah proses pertumbuhan

bakteri aerob untuk menguraikan limbah serta pengobatan dengan kaporit lalu

dialirkan ke sungai Krukut.

3. 11.2. Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis.

Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari ruangan perawatan,

laboratorium, kamar operasi, UGD, misalnya kassa, jarum suntik, botol infus, vial,

ampul, kapas, dan perban. Penanganan untuk alat-alat yang tajam dimasukkan

dalam wadah khusus seperti jirigen. Limbah padat yang tidak bersifat infeksius

dimasukkan ke dalam plastik hitam sedangkan limbah yang bersifat infeksius

dimasukkan ke dalam plastik kuning. Semua limbah dibakar menggunakan

incinerator dengan suhu 800°C - 1200°C.

Limbah non medis merupakan limbah yang berasal dari dapur, kertas, botol

plastik, botol infus, vial, dan ampul. Penanganan limbah non medis dilakukan

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

40

Universitas Indonesia

dengan pengumpulan oleh petugas kesehatan kemudian dua kali dalam seminggu

diambil oleh petugas kebersihan setempat.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

41

Universitas Indonesia

BAB 4

TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

4.1 Struktur Organisasi Bagian Farmasi RS Marinir Cilandak

Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan suatu unit

fungsional yang mengelola semua perbekalan farmasi yang digunakan oleh RSMC

yang dipimpin oleh seorang Kepala Departemen Farmasi (Kadep Far) yang secara

struktural berada di bawah Komandan Rumah Sakit. Tenaga personalia

Departemen Farmasi RSMC terdiri dari 6 apoteker, 23 orang asisten apoteker, dan

13 orang non asisten apoteker. Struktur Organisasi Departemen Farmasi

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1.1. Kepala Bagian Farmasi

Kepala Bagian Farmasi bertugas dalam membantu Komandan Rumah Sakit

(Dan Rumkit) yang berada di bawah koordinasi dan pengawasan Wakil Komandan

Rumah Sakit (Wadan Rumkit) yang bertugas dalam menyelenggarakan pelayanan

farmasi di RSMC. Dalam menjalankan tugasnya, Kabag Far bertanggung jawab

langsung kepada Dan Rumkit atau melalui Wadan Rumkit.

Dalam kegiatan administrasi Kabag Far dibantu oleh Urusan Tata Usaha (Ur

TU) dengan uraian tugas dan pekerjaan sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan ketatausahaan di Departemen Farmasi dan kegiatan surat

menyurat sesuai dengan petunjuk administrasi yang berlaku

b. Melaksanakan agenda/ ekspedisi serta penyimpanan arsip

c. Menyediakan bahan dan alat-alat kebutuhan surat-menyurat bagi keperluan

Bagian Farmasi

d. Melaksanakan pencatatan, pengawasan, pemeliharaan, dan pengamanan

material/ dokumen serta inventaris yang ada dalam Bagian Farmasi

e. Mengadakan koordinasi dengan sekretariat RSMC tentang surat-menyurat

yang berasal dari dan ditujujkan untuk Bagian Farmasi

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

42

Universitas Indonesia

4.1.2. Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi

Kabag Far dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Kepala Sub

Bagian Pengendalian Farmasi. Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi (Ka

Subbag Dalfar) memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan

b. Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan

c. Melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan

d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengadaan, penyimpanan, dan

penyaluran material kesehatan

e. Merancang sistem penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material

kesehatan

f. Melaksanakan administrasi, penyimpanan, dan penyaluran material

g. Merancang bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik

h. Menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta

pengajuan material kesehatan secara periodik

Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi dalam melaksanakan tugasnya

bertanggung jawab kepada Kabag Far dan dibantu oleh petugas:

4.1.2.1. Kepala Urusan Pengendalian Farmasi (Kaur Dalfar)

Kepala urusan pengendalian farmasi memiliki tugas sebagai berikut:

a. Membuat perencanaan laporan tentang obat-obatan yang sudah habis

b. Menyusun kebutuhan obat berdasarkan sisa stok barang

c. Menyelenggarakan stock opname pada setiap akhir tahun anggaran

d. Memberikan laporan pemakaian narkotika dan obat psikotropika setiap bulan

e. Membuat administrasi penghapusan

f. Membuat evaluasi dan pelaporan dari perencanaan, pengadaan, dan

pembayaran setiap bulan kepada Ka Subbag Dalfar

4.1.3. Kepala Sub Bagian Apotek

Selain dibantu oleh Ka Subbag Dalfar, Kabag Far juga dibantu oleh seorang

Kepala Sub Bagian Apotek (Ka Subbag Apotek) yang memiliki tugas sebagai

berikut:

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

43

Universitas Indonesia

a. Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada pasien rawat inap, rawat

jalan, ruang bedah, gawat darurat, dan unit-unit perawatan

b. Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat kepada

pasien dalam rangka pemberian informasi obat

c. Menyelenggarakan administrasi penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran

material kesehatan

d. Membuat laporan pelaksanaan tugas Sub Bag Apotek secara periodik

e. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kabag Far

Kepala Sub Bagian Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:

4.1.3.1. Kepala Urusan Apotek (Kaur Apotek)

Kepala urusan apotek memiliki tugas sebagai berikut:

a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan dan rawat

inap

b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di pelayanan

pasien rawat jalan dan rawat inap

c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan

pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap

d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya

e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

lainnya

f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan pasien

rawat jalan dan rawat inap secara periodik

g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan

dan rawat inap

h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup apotek rawat jalan dan

rawat inap

i. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Ka Subbag Apotek

Kepala Urusan Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:

4.1.3.1.1. Kepala Urusan Apotek Rawat Jalan (Kaur Apotek Wat Jalan)

Kepala urusan apotek rawat jalan memiliki tugas sebagai berikut:

a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

44

Universitas Indonesia

b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di pelayanan

pasien rawat jalan

c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan

pelayanan pasien rawat jalan

d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya

e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

lainnya

f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan pasien

rawat jalan secara periodik

g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan

h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Apotek Wat Jalan

4.1.3.1.2. Kepala Urusan Apotek Rawat Inap (Kaur Apotek Wat Inap)

Kepala urusan apotek rawat inap memiliki tugas sebagai berikut:

a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat dan suplai medis untuk pasien

rawat inap

b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat dan suplai medis beserta sarana

dan prasarana di unit-unit pelayanan pasien rawat inap

c. Memantau dan mengawasi penggunaan obat dan suplai medis di ruang

perawatan

d. Membuat laporan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan pasien rawat

inap secara periodik

e. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat inap

f. Melaksanakan, memeriksa, dan mengendalikan pelayanan obat dan suplai

medis yang diadakan melalui sistem resitusi

g. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika

setiap bulan

h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup bagian Apotek Wat Inap

4.2. Fungsi dan Tugas Pokok Bagian Farmasi

4.2.1. Fungsi

a. Melaksanakan perencanaan kebutuhan barang farmasi

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

45

Universitas Indonesia

b. Melaksanakan pengadaan barang farmasi sesuai ketentuan yang berlaku

c. Mengatur sistem penyimpanan barang farmasi sesuai peraturan yang berlaku

d. Mengatur sistem pendistribusian barang farmasi ke seluruh poli di RSMC

yang membutuhkan

e. Melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di lingkungan rumah sakit

f. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang pelayanan farmasi

4.2.2. Tugas Pokok

Sebagai salah satu unsur pelaksana utama Dan Rumkit, Kepala Bagian

Farmasi bertugas membantu Dan Rumkit atau Wadan Rumkit untuk

menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh

kegiatan dan kebutuhan pelayanan farmasi yang meliputi obat, alat kesehatan, alat

kedokteran dan alat perawatan, bekal kesehatan, gas medik, dan barang kimia

lainnya di RSMC.

4.3. Uraian Tugas Bagian Farmasi

a. Menyiapkan semua data di Bagian Farmasi untuk disajikan kepada Dan

Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit

b. Memberikan saran mengenai bidang kefarmasian baik diminta maupun

tidak diminta kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui

Wadan Rumkit

c. Menyusun program kerja Bagian Farmasi sebagai bahan penyusunan

program kerja RSMC

d. Mengajukan kebutuhan personel, peralatan, dan anggaran biaya kepada Dan

Rumkit dalam rangka kelancaran tugas dan pengembangan Bagian Farmasi

e. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan farmasi rumah

sakit

f. Menyusun dan menyiapkan petunjuk – petunjuk dalam rangka pelaksanaan

kegiatan di Bagian Farmasi

g. Menyelenggarakan fungsi staf dalam bidang pembinaan kefarmasian di

lingkungan RSMC atas dasar pengembangan ilmu dan teknologi masing –

masing sub bagian

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

46

Universitas Indonesia

h. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin, kebersihan,

keamanan, dan kelancaran tugas di lingkungan Bagian Farmasi

i. Mengatur dan mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua

peralatan dan sarana yang ada di Bagian Farmasi, agar selalu dalam keadaan

baik, lengkap, dan siap pakai

j. Menyiapkan dan meneliti surat – surat yang berhubungan dengan Bagian

Farmasi sebelum ditandatangani Dan Rumkit

k. Melaksanakan koordinasi di lingkungan Bagian Farmasi dengan unit kerja

lain di luar Bagisn Farmasi dalam rangka penyusunan prosedur kerja

pelayanan farmasi di RSMC

l. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Kepala Bagian dan unit

kerja lain yang terkait dalam rangka merencanakan kebutuhan obat, alat

kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, pengembangan pelayanan

farmasi di bagian atau unit kerja yang bersangkutan

m. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan, dan instansi baik di dalam

maupun di luar RSMC untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai

tingkat dan lingkup kewenangannya

n. Mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan penerimaan,

penyimpanan, dan pendistribusian barang – barang farmasi guna menjamin

pencapaian tujuan sasaran program kerjanya berhasil guna dan berdaya

guna

o. Membuat uraian tugas bagi para pelaksana yang bekerja di lingkungan

Bagian Farmasi

p. Mengawasi dan bertanggung jawab agar semua kegiatan di lingkungan

Bagian Farmasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan

yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Membuat laopran kepada Dan Rumkit atau Wadan Rumkit baik

secara langsung maupun secara tertulis

q. Membuat laporan berkala meliputi: pengadaan dan penggunaan obat, alat

kesehatan, alat kedokteran dan bekal kesehatan setiap bulan, per triwulan,

dan setiap akhir tahun anggaran, menyiapkan data penggunaan obat

narkotika, stock opname setiap akhir triwulan dan akhir tahun anggaran,

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

47

Universitas Indonesia

menyelenggarakan usaha – usaha yang bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan farmasi sesuai dengan tuntutan masyarakat pengguna jasa rumah

sakit, dan kemampuan rumah sakit tugas pokok Bagian Farmasi dapat

dilaksanakan secara optimal

r. Selalu mengadakan koordinasi dan kerja sama serta memelihara hubungan

baik dengan bagian lain untuk menunjang tercapainya tugas pokok dan

fungsi Bagian Farmasi

s. Mengadakan kegiatan lain sesuai dengan pengarahan Dan Rumkit atau

Wadan Rumkit

4.4 Gudang Farmasi

Tugas dari gudang farmasi adalah menerima, menyimpan, dan

mendistribusikan perbekalan kesehatan untuk pasien BPJS Kesehatan baik rawat

jalan maupun rawat inap. Perbekalan kesehatan yang dimaksud meliputi material

kesehatan yang berupa obat-obatan dan barang habis pakai serta alat kesehatan.

4.4.1 Jam Kerja

Gudang farmasi buka setiap hari kerja yaitu Senin-Jumat pada jam 07.00-

15.30 WIB dan istirahat pada pukul 12.00-13.00 WIB.

4.4.2 Personalia

Tenaga personalia di bagian gudang farmasi RSMC berjumlah 6 orang

yang terdiri dari 1 apoteker, 2 asisten apoteker, dan 3 non asisten apoteker.

4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi

1. Penerimaan Perbekalan Farmasi

Setiap penerimaan obat harus didukung dengan bukti penerimaan.

Penerima barang harus memeriksa kesesuaian antara fisik barang dengan dokumen

pengantar kiriman barang. Dokumen bukti pemeriksaan tersebut harus

ditandatangani oleh petugas penerima barang, yang menyerahkan barang, serta

diketahui oleh Kepala Bagian Farmasi dan dibubuhi stempel. Untuk jenis barang

yang diadakan melalui pembelian sendiri, bila terjadi ketidaksesuaian antara

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

48

Universitas Indonesia

fisik barang dengan dokumen, maka dilakukan pengembalian barang (retur)

dan dicatat di buku berita acara.

2. Penyimpanan (Pergudangan)

Penyimpanan barang dikelompokkan berdasarkan ruangan yang

membutuhkan, seperti OK dan UGD. Setiap jenis barang yang terdapat di gudang

dilengkapi dengan kartu stok yang menunjukkan jumlah dan tanggal pemasukan

serta pengeluaran dari setiap barang. Sistem pengeluaran obat atau barang

dilakukan menurut metode First In First Out (FIFO) dan First Expired First

Out (FEFO).

3. Pendistribusian

Sistem pendistribusian di gudang farmasi meliputi distribusi untuk ruang

rawat inap, ruang ICU, Ruang OK, UGD, dan laboratorium berupa material

kesehatan seperti kasa, perban, desinfektan, alkohol, reagen, cairan infus, obat

gawat darurat, dan alat kesehatan yang dilakukan dengan sistem yang disebut

“amprahan”.

4. Pelayanan Rutin

Setiap minggunya gudang farmasi melayani amprahan ke Apotek BPJS,

poli rawat jalan, paviliun rawat inap, OK, UGD, ICU, dan laboratorium.

Sebelumnya setiap ruangan mengajukan permintaan mengenai jenis dan jumlah

perbekalan farmasi yang diperlukan kepada gudang farmasi. Gudang farmasi

kemudian membuat jadwal untuk amprahan secara rutin setiap minggunya.

Petugas dari ruangan mendatangi gudang sesuai jadwal yang telah ditentukan

untuk mengambil amprahan. Jadwal pemberian amprahan di gudang farmasi

selama seminggu adalah sebagai berikut:

a. Senin : Paviliun Flamboyan atas dan bawah, OK, serta poli kandungan.

b. Selasa : Paviliun Bougenville.

c. Rabu : Paviliun Cempaka 1 dan 2, serta UGD.

d. Kamis : Ruang bayi, paviliun Dahlia.

e. Jumat : Paviliun Edelweis, OK, dan ICU.

Setiap barang yang diambil dari gudang farmasi kemudian dicatat jenis dan

jumlahnya pada buku khusus amprahan tiap ruangan. Apabila perbekalan farmasi

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

49

Universitas Indonesia

di ruangan telah habis, maka ruangan dapat mengambil amprahan di luar jadwal

yang sudah ditentukan. Gudang juga melayani pengisian gas medik seperti NO2,

O2 dan perbaikan alat kesehatan.

5. Pelaporan

Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak melakukan pelaporan

mengenai sirkulasi/mutasi barang masuk maupun keluar dengan menggunakan

aplikasi SIMAK BMN oleh staf Gudang Farmasi. Aplikasi ini digunakan untuk

mencatat dan mengorganisir barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer

masuk-keluar antar instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik

Negara (Anonim, 2009). Aplikasi SIMAK BMN mulai digunakan sejak tahun 2009

di Bagian Farmasi yang kegiatan pelaporannya dilakukan berkala tiap semester

kepada Kementerian Pertahanan, namun sejak tahun 2012 kegiatan pelaporan

menggunakan SIMAK BMN dilakukan kepada Kementerian Keuangan dengan

tembusan Kementerian Pertahanan.

Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta

melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian

Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian

Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu

aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat

kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan

persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan perlengkapan-

perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain. Pelaporan sirkulasi

barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out dari hasil input

menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian Keuangan dengan

tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi melakukan penginputan

tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN meliputi jumlah barang yang

masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal persediaan. Barang masuk bisa

berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun tender sedangkan barang keluar

kemugkinan dari kegiatan penjualan, penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain.

Aplikasi akan mengumpulkan hasil input data terian Keuangan dengan tembusan

Kementerian Pertahanan.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

50

Universitas Indonesia

Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta

melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian

Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian

Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu

aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat

kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan

persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan perlengkapan-

perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain. Pelaporan sirkulasi

barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out dari hasil input

menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian Keuangan dengan

tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi melakukan penginputan

tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN meliputi jumlah barang yang

masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal persediaan. Barang masuk bisa

berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun tender sedangkan barang keluar

kemugkinan dari kegiatan penjualan, penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain.

Aplikasi akan mengumpulkan hasil input data tersebut menjadi daftar inventaris

barang. Selain itu, aplikasi ini juga dapat membuat rekapitulasi dari tiap ruangan

yang melaporkan kekayaan menjadi sebuah neraca yang memuat informasi seluruh

kekayaan yang dimiliki rumah sakit. Neraca kekayaan tersebut pada umumnya

dibuat satu tahun sekali saat tutup buku/akhir tahun.

4.5 Apotek YANMASUM ( Pelayanan Masyarakat Umum )

Apotek YANMASUM merupakan salah satu apotek yang berada di bawah

struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Apotek YANMASUM dapat melayani

seluruh obat untuk pasien umum maupun obat untuk pasien BPJS Kesehatan yang

tidak ditanggung oleh Apotek BPJS RSMC, baik melalui mekanisme restitusi

untuk pasien anggota TNI AL dan keluarga maupun pembelian sendiri oleh pasien

BPJS Kesehatan. Apotek YANMASUM dapat melayani obat untuk pasien rawat

inap maupun rawat jalan.

4.5.1 Jam Kerja

Apotek Y A N M A S U M RS Marinir Cilandak memberi pelayanan

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

51

Universitas Indonesia

selama 24 jam setiap harinya. Pelayanan dilaksanakan dengan pembagian shift

kerja di Apotek YANMASUM yaitu dengan adanya shift jaga di luar shift normal

setiap harinya. Shift normal apotek adalah pada pukul 07.00 – 15.00 WIB. Di luar

jam tersebut, terdapat tiga orang petugas jaga yang bertugas pada shift jaga

pukul 15.00– 21.00 WIB serta dua orang bertugas jaga mulai pukul 21.00 – 07.00

WIB.

4.5.2 Personalia

Tenaga personalia di Apotek YANMASUM RSMC terdiri dari 1 apoteker,

9 asisten apoteker, dan 4 non asisten apoteker

4.5.3 Jenis Pelayanan

Apotek YANMASUM melayani pasien umum rawat jalan dan rawat inap,

pasien yang terdaftar sebagai anggota asuransi tertentu (pasien jaminan), pasien

gawat darurat dan juga pelayanan restitusi untuk pasien TNI AL dan keluarganya.

Untuk pasien jaminan, apotek YANMASUM melakukan kerjasama dengan

beberapa perusahaan asuransi. R e s e p pasien rawat inap dapat dibeli langsung

oleh keluarga pasien atau melalui hospital pharmacy dimana pasien tidak membeli

langsung ke apotek tetapi melalui perawat.

4.5.4 Pengadaan obat

Pengadaan obat di RSMC dilakukan oleh bagian Dalfar (Pengendalian

Farmasi) dan diadministrasikan secara terpisah untuk Apotek YANMASUM dan

Apotek BPJS. Prosedur pemesanan obat dilakukan dengan memesan langsung ke

distributor. Petugas apotek yang bertanggung jawab atas tugas defekta melihat

stok barang yang perlu dipesan dan mencatatnya pada buku defekta. Kemudian

daftar barang yang perlu dipesan diserahkan pada Kepala Sub Bagian

Pengendalian Farmasi (Ka Sub Bag Dalfar). Setelah disetujui, barang dapat

dipesan langsung ke distributor menggunakan surat pesanan. Surat pesanan

khusus narkotika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dengan menyertakan

tanda tangan dari APA (Apoteker Pengelola Apotek). Barang yang dipesan

kemudian diantarkan langsung oleh distributor ke Apotek YANMASUM. Faktur

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

52

Universitas Indonesia

diserahkan ke apotek oleh distributor, namun mekanisme pembayaran obat

dilakukan melalui bagian Pekas ( Pemegang Kas) Rumah Sakit menurut ketentuan

Rumah Sakit Marinir Cilandak.

4.5.5 Penyimpanan

Pengelompokan barang di Apotek YANMASUM dilakukan berdasarkan

bentuk dan jenis sediaan. Sediaan padat dan cair serta alat kesehatan dipisahkan

dalam penyimpanan. Terdapat lemari khusus untuk menyimpan obat injeksi dan

refrigerator untuk menyimpan jenis-jenis obat yang termolabil seperti

supositoria dan vaksin. Lemari khusus untuk menyimpan sediaan cair memiliki

pemisahan tersendiri untuk jenis sirup antibiotik. Setelah pengelompokan

berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, obat disusun secara alfabetis. Apotek

YANMASUM tidak memiliki ruangan khusus untuk menyimpan persediaan obat

dan alat kesehatan (gudang) sehingga persediaan disimpan pada lemari tersendiri

yang terdapat di ruangan Apotek YANMASUM. Pencatatan stok obat dan alat

kesehatan yang masuk dan keluar dicatat pada kartu stok.

4.5.6 Pelayanan farmasi

Kegiatan pelayanan di Apotek YANMASUM meliputi pelayanan

pemberian obat berdasarkan resep dan non resep kepada pasien umum serta

pemberian obat restitusi kepada pasien T N I A L d a n k e l u a r g a .

4.6 Apotek BPJS

Apotek ini dibentuk atas dasar kerjasama antara Rumah Sakit Marinir

Cilandak (RSMC) dengan BPJS Kesehatan. Apotek BPJS RSMC berfungsi untuk

memberikan pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan

Formularium Nasional yang digunakan untuk pelayanan obat bagi peserta BPJS

Kesehatan, baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.

4.6.1 Jam Kerja

Pelayanan di Apotek BPJS dilakukan setiap hari selama 24 jam. Dibagi

menjadi dua shift yaitu pukul 07.00 – 15.00 WIB dan pukul 15.00 – 07.00 WIB.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

53

Universitas Indonesia

4.6.2 Personalia

Tenaga personalia di Apotek BPJS terdiri dari 1 apoteker, 11 asisten

apoteker, 3 non asisten apoteker.

4.6.3 Jenis Pelayanan

Apotek BPJS hanya melayani pasien yang terdaftar sebagai peserta

BPJS Kesehatan.

4.6.4 Pengadaan Obat

Perencanaan pengadaan obat dilakukan setiap minggu. Prosedur

pengadaan obat di Apotek BPJS adalah dengan mencatat obat-obatan yang

stoknya minimum dalam buku defekta. Buku defekta tersebut kemudian

diserahkan kepada Ka Sub Bag Dalfar. Setelah diperiksa oleh Ka Sub Bag Dalfar,

buku defekta diserahkan kepada Ka Bag Far dan jika disetujui selanjutnya Ka Sub

Bag Dalfar akan membuat surat pemesanan atau Purchase Order (PO) dengan

persetujuan BPJS Kesehatan. Purchase Order dikirim ke PBF (Pedagang Besar

Farmasi) dan PBF akan mengirimkan barang berdasarkan PO yang telah dibuat.

4.6.5 Penyimpanan

Obat di apotek BPJS dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya,

kemudian disusun secara alfabetis. Setiap pemasukan dan pengeluaran obat

dicatat dalam kartu stok obat.

4.6.6 Pelayanan farmasi

Pemberian obat dan atau material kesehatan dilakukan berdasarkan resep

dokter untuk pasien BPJS Kesehatan baik pasien rawat inap atau pasien rawat jalan.

Pelayanan obat yang diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan

Formularium Nasional. Kebutuhan obat-obatan di luar paket Indonesia Case

Based Group's (INA-CBG's) tetap dapat diklaim oleh fasilitas kesehatan yang

mengeluarkan obat untuk pasien. Ketetapan ini dikeluarkan menanggapi

permasalahan pengadaan obat di luar paket yang ditanggung INA-CBG's. Meski

demikian, pengadaan obat tetap mengacu pada standar JKN yaitu Formularium

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

54

Universitas Indonesia

Nasional (Fornas). Khusus untuk pelayanan obat kronis, bila kondisi pasien dengan

penyakit kronis belum stabil, maka fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dapat

mengeluarkan tambahan resep. Tambahan obat dikeluarkan sesuai indikasi medis

sampai jadwal kontrol berikutnya.Sesuai ketetapan ini maka pasien akan menerima

2 resep untuk kebutuhan 30 hari, yaitu resep sesuai komponen INA-CBG's untuk

kebutuhan minimal 7 hari yang disediakan rumah sakit dan resep di luar paket INA-

CBG's untuk kebutuhan 23 hari sesuai hasil diagnosa dokter terkait, yang bisa

diambil di instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) atau apotik yang ditunjuk.

Selanjutnya, IFRS atau apotik dapat menagih biaya yang keluar secara fee for

services kepada BPJS Kesehatan.

4.6.7 Administrasi Penagihan

a. Ketentuan Klaim BPJS Kesehatan

Obat-obat non kronik diklaim menggunakan sistem paket INA CBG’s

melalui rumah sakit sedangkan obat kronik diklaim setelah melalui mekanisme

sebagai berikut : Dilakukan skrining terhadap resep setelah mendapatkan legalisasi

dari BPJS Kesehatan, obat untuk 7 hari pertama diklaim dengan sistem paket INA

CBG’s seperti obat non kronik sedangkan sisanya diinput ke aplikasi BPJS

Kesehatan. Setelah selesai melakukan penginputan selama periode 1 bulan, resep

tersebut diverifikasi oleh verifikator BPJS Kesehatan. Klaim obat Bagian Farmasi

RSMC ke BPJS Kesehatan dapat dilakukan dengan menyerahkan persyaratan

administrasi (Lampiran ):

a. Kwitansi yang ditandatangani atas nama Kabag Farmasi RSMC

b. Kwitansi KU-17

c. Surat Tagihan Obat Kronik 23 Hari Rawat Jalan

d. Umpan balik dari BPJS Kesehatan yang ditandatangani Dan Rumkit Marinir

Cilandak

e. Lampiran resep kronik yang sudah dilegalisasi BPJS Kesehatan

f. SEP asli pasien.

Setelah klaim dilakukan, dana dikirim oleh BPJS Kesehatan melalui rekening

RSMC. Obat-obat kronik yang dapat diklaim adalah obat-obat peserta BPJS rawat

jalan yang masuk dalam 10 golongan obat kronik di bawah ini:

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

55

Universitas Indonesia

a. DM (insulin dll)

b. Hipertensi (Amlodipine, bisoprolol)

c. Jantung

d. Asma

e. Paru

f. Epilepsi

g. Skizoprenia

h. Sirosis Hepatik

i. Stroke

j. Sindrom Lupus

4.7 Depo Kamar Operasi

Depo kamar operasi merupakan salah satu depo farmasi yang berada di

bawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi

menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan operasi.

4.7.1 Jam Kerja

Depo kamar operasi memberi pelayanan selama jam kerja dan juga setiap

hari kerja oleh petugas farmasi yaitu pukul 07.00 – 15.30. Selanjutnya untuk hari

libur dan di luar jam kerja yang bertugas dan bertanggung jawab menyediakan

sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu perawat jaga kamar operasi.

4.7.2 Personalia

Tenaga farmasi di depo ini terdiri dari 2 orang asisten apoteker.

4.7.3 Pengadaan

Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilakukan setiap 1 minggu

sekali atau jika stoknya sudah minimum di ruang operasi. Prosedur pengadaannya

adalah dengan mencatat obat-obatan yang stoknya minimum dalam buku

defekta, kemudian buku tersebut ditandatangani oleh kepala ruang operasi untuk

kemudian sediaan farmasi dan alat kesehatan diambil di gudang farmasi.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

56

Universitas Indonesia

4.7.4 Penyimpanan

Untuk penyimpanan, di ruang operasi terdapat ruangan berukuran sekitar

2x2 m. Di dalam ruang operasi terdapat tiga kamar operasi yang masing-masing

kamar juga terdapat lemari untuk menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

4.7.5 Jenis Pelayanan

Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk

kepentingan operasi. Setiap harinya petugas akan mengisi lemari di setiap kamar

operasi untuk sediaan farmasi dan alat kesehatan yang stoknya sudah menipis.

4.8 Depo UGD

Depo UGD merupakan salah satu depo farmasi yang berada di bawah

struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi menyediakan

sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan pasien UGD.

4.7.1 Jam Kerja

Depo UGD memberi pelayanan selama 24 jam setiap hari.

4.8.2 Personalia

Tenaga personalia farmasi di depo ini belum tersedia karena keterbatasan

jumlah anggota farmasi, tetapi setiap harinya terdapat satu petugas farmasi yang

bertugas memeriksa stok sediaan farmasi dan alat kesehatan di depo ini.

4.8.3 Pengadaan

Pemeriksaan stok dilakukan setiap hari. Depo ini memiliki persediaan

sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam jumlah yang tetap. Pengadaan dilakukan

jika terdapat sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan jumlah

tetap.

4.8.4 Jenis Pelayanan

Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk

pasien UGD. Pasien akan menerima tindakan dari sediaan farmasi dan alat

kesehatan yang tersedia di UGD terlebih dahulu. Keluarga pasien kemudian akan

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

57

Universitas Indonesia

menebus resep ke apotek untuk mengganti sediaan farmasi dan alat kesehatan yang

tadi telah digunakan.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

58

Universitas Indonesia

BAB 5

PEMBAHASAN

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit

mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas

Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna

dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta

pelaksanaan upaya rujukan (Presiden RI, 2009b). Rumah Sakit Marinir Cilandak

(RSMC) merupakan Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir yang digolongkan

sebagai Rumah Sakit tipe B, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas

pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, dan

pelayanan medik subspesialis dasar.. Rumah sakit ini memiliki berbagai unit

fasilitas mulai dari rawat inap, rawat jalan, bedah sentral, Intensive Care Unit

(ICU), unit gawat darurat serta berbagai fasilitas penunjang medik lainnya seperti

instalasi farmasi.

Kegiatan pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi

kegiatan farmasi klinik dan non klinik. Pelayanan farmasi klinik meliputi pelayanan

resep dan pemberian informasi obat yang dilakukan di dua apotek yaitu Apotek

BPJS, dan apotek Yanmasum, sedangan pelayanan farmasi non klinik yang

dilakukan berupa pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengawasan, produksi

administrasi dan pelaporan.

Pelayanan farmasi non klinik yang dilakukan berupa pengelolaan

perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

distribusi, pengawasan, administrasi dan pelaporan. Perencanaan perbekalan

farmasi di RSMC dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan dari setiap

unit. Hal ini dapat dilihat dari hasil konsumsi rata-rata setiap semester atau setiap

tahunnya dari masing-masing unit. Pengadaan perbekalan farmasi di RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

59

Universitas Indonesia

dilakukan dengan sistem satu pintu yaitu seluruh pemesanan perbekalan farmasi

harus melalui bagian pengadaan dan administrasi di Bagian Farmasi

Pengadaan perbekalan farmasi kedua apotek di RSMC memiliki sistem

pengadaan yang berbeda-beda. Sumber barang di Apotek BPJS berasal dari sisa

dropping tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Pusat

Kesehatan TNI (Puskes TNI) dan dari pembelian langsung yang dananya berasal

dari hasil operasional Apotek Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum) rumah

sakit dan Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK) pertriwulan melalui tender.

Sedangkan pengadaan di Apotek Yanmasum dilakukan dengan pembelian langsung

melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pengadaan di Apotek Yanmasum

dilaksanakan berdasarkan formularium RSMC.

Penerimaan, penyimpanan, pendataan defecta barang dan pengelolaan

barang di Apotek BPJS dilakukan oleh gudang farmasi, sedangkan untuk Apotek

Yanmasum dilakukan oleh apotek Yanmasum sendiri. Seluruh daftar defekta yang

berasal dari kedua apotek kemudian diserahkan kepada Kepala Sub Bagian

Pengendalian Farmasi yang memiliki kewenangan dalam hal pengendalian bidang

perencanaan dan distribusi. Dengan demikian pengelolaan perbekalan farmasi di

RSMC menerapkan sistem satu pintu. Sistem satu pintu ini secara teori baik untuk

menjamin pengawasan peredaran perbekalan farmasi di rumah sakit. Hal ini karena

seluruh perbekalan farmasi di seluruh unit rumah sakit dikendalikan dan diawasi

oleh gudang farmasi.

Gudang farmasi di RSMC berfungsi untuk menerima, menyimpan,

memelihara, mendistribusikan dan mengadministrasikan perbekalan farmasi ke

Apotek BPJS dan semua unit RSMC. Untuk setiap kegiatan penerimaan maupun

pendistribusian perbekalan farmasi, di gudang farmasi dibentuk suatu tim

berdasarkan Surat Perintah Komandan Rumah Sakit. Setiap kegiatan yang telah

dilakukan dibuat pencatatan serta pelaporannya. Perbekalan farmasi yang diterima

dicocokkan kembali dengan daftar permintaan serta dilihat waktu kadaluwarsanya.

Setelah itu perbekalan farmasi tersebut disimpan di dalam gudang. Perbekalan

farmasi kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan, sumber penerimaan, dan

tujuan distribusi. Selanjutnya, gudang farmasi akan melakukan kegiatan distribusi

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

60

Universitas Indonesia

setiap minggu ke unit-unit yang berada di Rumah Sakit sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan, termasuk ke Apotek BPJS.

Gudang farmasi RSMC telah memenuhi beberapa syarat gudang yang baik

seperti terdiri dari satu lantai sehingga memberi kemudahan dalam lalu lintas dan

pengawasan perbekalan farmasi, dilengkapi dengan pendingin ruangan untuk

menjamin stabilitas perbekalan farmasi selama penyimpanan, terdapat lemari

penyimpanan obat narkotika dan psikotropika, adanya rak untuk menyusun

perbekalan farmasi, adanya tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan

baik, dan lokasi dekat dengan unit pemakaian. Beberapa hal yang perlu menjadi

perhatian adalah belum sesuainya persyaratan gudang yang baik diantaranya tempat

penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar tidak dipisahkan atau ditempatkan

pada tempat yang khusus dari perbekalan kesehatan yang lainnya, kurangnya

sirkulasi udara dalam gudang, luas gudang yang kurang memadai untuk menyimpan

perbekalan farmasi, ukuran rak tidak sesuai dengan kemasan perbekalan farmasi

yang disimpan sehingga kurang efektif.

Apotek BPJS melayani pasien peserta BPJS yang terdiri dari anggota

Angkatan Laut / Pegawai Negeri Sipil TNI beserta keluarganya yang terdiri atas

suami atau istri dan 3 orang anak berusia di bawah 21 tahun, Pegawai Negeri Sipil,

Polri, Pejabat Negara, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri

dan Pegawai swasta beserta keluarganya yang terdiri atas suami atau istri dan 3

orang anak berusia di bawah 21 tahun atau belum menikah dan tidak mempunyai

penghasilan sendiri. Namun jikalau anak tersebut melanjutkan pendidikannya

hingga Perguruan Tinggi maka akan tetap mendapatkan jaminan kesehatan hingga

usia 25 tahun dengan syarat harus disertai dengan surat aktif kuliah dari institusinya.

Pelayanan di Apotek BPJS telah berjalan dengan baik, pelayanan resep

dapat diselesaikan dengan cepat sehingga pasien tidak menunggu lama. Setiap resep

dilakukan pengecekan berulang dari resep yang dilayani, mulai dari screening,

pemberian harga, peracikan dan proses penyerahan. Hal ini dilakukan untuk

memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan permintaan dalam resep,

sehingga akan terwujud sistem tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi dan tepat

pasien. Namun, tidak tertutup kemungkinan dengan banyaknya resep yang masuk

terdapat kesalahan pemberian obat pada pasien. Resep yang ditebus oleh pasien

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

61

Universitas Indonesia

akan dicocokkan pangkat kesatuan, usia serta nama lengkap pasien sesuai yang

tertera pada resep serta tanda tangan dan nomor telepon bukti penyerahan obat

kepada pasien.

Apotek Yanmasum melayani pasien umum yang merupakan seluruh

masyarakat umum yang berobat di RSMC atau pasien BPJS yang tidak ditanggung

Apotek BPJS, baik melalui mekanisme restitusi maupun pembelian sendiri oleh

pasien. Apotek Yanmasum tidak memiliki gudang penyimpanan obat, sehingga

obat-obat disimpan di rak-rak yang terdapat di apotek tersebut. Hal ini

menyebabkan berkurangnya area di dalam apotek sehingga berkurang pula ruang

gerak bagi para petugas apotek dalam melakukan pelayanan resep terutama saat

peracikan dan atau pengemasan, namun hal ini tidak mengurangi pelayanan yang

optimal yang dilakukan oleh Apotek Yanmasum. Untuk itu disarankan penataan

perbekalan farmasi yang lebih teratur di Apotek Yanmasum.

Sistem distribusi obat bagi pasien rawat inap di RSMC menggunakan sistem

desentralisasi dimana seluruh perbekalan kefarmasian di ruangan rawat inap tertuju

kepada Apotek BPJS dan Apotek YANMASUM serta tidak memiliki stok di

ruangan. Persediaan di ruangan hanya terbatas untuk obat-obat emergency dan

perbekalan farmasi dasar. Tidak terdapat depo farmasi di ruangan untuk melayani

obat dan perbekalan farmasi lainnya, sehingga memudahkan dalam pengawasan

dan pengendalian obat-obat yang digunakan. Sedangkan untuk pasien, sistem

peresepan yang digunakan adalah sistem peresepan individual dengan dosis sehari

(one daily dose).

Pelayanan farmasi klinik di RSMC berupa PIO (Pelayanan Informasi Obat).

Pelayanan Informasi Obat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai obat

dan penggunaannya kepada pasien rawat jalan atau rawat inap yang mengambil

obat di apotek ataupun kepada tenaga kesehatan lain. PIO yang dilakukan kepada

pasien rawat inap dan rawat jalan masih belum terlaksana dengan baik, karena tidak

adanya pemisahan tempat penyerahan obat untuk pasien rawat jalan dan rawat inap

sehingga pelaksanaan PIO tidak maksimal sedangkan PIO untuk tenaga kesehatan

lainnya dapat dilakukan melalui telepon (on call).

Fungsi pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Bagian Farmasi

RSMC masih sangat terbatas karena masih kurangnya kebijakan yang mendukung

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

62

Universitas Indonesia

dan sumber daya manusia seperti tenaga profesi apoteker yang jumlahnya masih

belum memadai serta sarana dan prasarana seperti ruangan untuk konseling yang

kurang memadai. Fungsi pelayanan farmasi klinik tersebut diantaranya yaitu

pelayanan informasi obat, konseling, proses pengawasan terhadap penggunaan

obat, Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan atau pengamatan terhadap Drug

Related Problem’s. Hal ini menyebabkan kegiatan kefarmasian lebih banyak

terpusat pada kegiatan yang bersifat non klinik yang lebih berfungsi dalam kegiatan

manajemen atau pengelolaan perbekalan farmasi. Sedangkan menurut Keputusan

Menteri Kesehatan No. 1197 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

idealnya 1 orang apoteker berbanding 30 tempat tidur pasien. Rumah Sakit Marinir

Cilandak memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 190 tempat tidur, menurut

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit maka idealnya memiliki 6 orang tenaga

apoteker. Untuk rawat jalan setiap apotek memiliki 1 apoteker sehingga Rumah

Sakit Marinir Cilandak memiliki 2 apoteker untuk 2 apotek, untuk peran manajerial

farmasi diperlukan 2 apoteker yaitu sebagai Kepala Bagian Farmasi dan Kepala Sub

Bagian Pengendalian Farmasi. Saat ini Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki 6

orang tenaga apoteker. Untuk memaksimalkan peranan apoteker dalam kegiatan

farmasi klinik dapat disarankan kepada pimpinan Rumah Sakit Marinir Cilandak

untuk penambahan tenaga profesi apoteker terutama apoteker yang berfokus pada

kegiatan farmasi klinik di ruang rawat inap.

Proses sterilisasi di Rumah Sakit Marinir Cilandak dilakukan di setiap

ruangan, seperti ruang rawat inap dan kamar operasi, oleh karena itu dapat

disarankan perlunya CSSD (Centralized Sterile Supply Bagiant) yang

tersentralisasi di suatu tempat dengan penanggung jawab khusus agar proses

sterilisasi semua alat kesehatan dapat terkendali dengan baik. Manfaat lain yang

didapatkan dari diterapkannya CSSD adalah efisiensi penggunaan sarana dan

peralatan sehingga mampu menghemat biaya investasi, operasional serta

pemeliharaan, selain itu dengan adanya CSSD maka tenaga paramedis yang berada

pada masing-masing unit kerja tidak perlu melakukan kegiatan sterilisasi dan yang

terpenting adalah adanya standardisasi prosedur kerja dan jaminan mutu hasil

sterilisasi. Sterilisasi merupakan hal yang penting di suatu rumah sakit karena

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

63

Universitas Indonesia

sterilisasi merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap terjadinya infeksi

nosokomial.

Penghubung antara staf medik dan farmasi di rumah sakit adalah Panitia

Farmasi dan Terapi (PFT). Peran apoteker dalam PFT sangat strategis dan penting

karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di

seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam PFT ini. PFT di RSMC telah terbentuk

dan apoteker dari Bagian Farmasi telah masuk ke dalam struktur PFT sebagai wakil

ketua, sekretaris dan juga sebagai anggota PFT. Salah satu kegiatan PFT dalam

menunjang pelayanan medis di rumah sakit adalah dengan mengkaji dan menyusun

formularium. Rumah Sakit Marinir Cilandak telah memiliki formularium rumah

sakit yang menjadi acuan bagi staf medik dan kefarmasian di rumah sakit dalam hal

peresepan ataupun pengadaan perbekalan farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi

yang sesuai dengan formularium sangat bermanfaat karena dengan adanya

formularium, pengelolaan dana dan pengadaan perbekalan farmasi menjadi lebih

terarah. Walaupun formularium sudah dibuat, namun kondisi di lapangan

memperlihatkan bahwa pola peresepan masih ada yang tidak mengikuti

formularium. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya kepatuhan dokter

dalam penulisan resep dan pemahamam dokter tentang Formularium. Peranan PFT

untuk mengetahui apakah penerapan formularium sudah berjalan dengan baik dan

benar, dan perlu dilakukan evaluasi secara berkala, selain itu perlu disarankan untuk

membuat formularium yang handy seperti membuat formularium dalam ukuran

buku saku sehingga mudah dibawa oleh staf medik maupun farmasis.

Rumah sakit ini juga telah dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah

baik limbah padat maupun limbah cair. Untuk pengelolaan limbah cair dilakukan

pengujian secara berkala untuk memastikan limbah cair RSMC sesuai standar yang

telah ditetapkan. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, ammonia,

kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan

Biological Oxygen Demand. Indikator akhir pengecekan tersebut dilakukan dengan

menggunakan indikator pencemaran ikan emas yang sensitif terhadap adanya

pencemaran. Air limbah sebelum di alirkan ke Sungai Krukut sebaiknya dialirkan

terlebih dahulu ke kolam tempat ikan emas untuk memastikan limbah yang dibuang

bebas dari pencemaran. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan ke BPLHD

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

64

Universitas Indonesia

(Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah). Pengolahan hasil limbah cair RSMC

sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan atau di bawah standar yang diterapkan.

Hasil pemeriksaan limbah cair bisa dilihat pada lampiran 13.

Pengelolaan limbah perbekalan farmasi dalam bentuk padat seperti wadah

gelas, kaca, plastik dan suntikan (syringe) di RSMC dilakukan dengan

menggunakan incinerator yang sudah memiliki efisiensi penghancuran (degradasi)

dan efisiensi pembakaran yang baik. Hasil pembakaran berupa gas juga tidak

menimbulkan polusi ke wilayah sekitarnya, abunya juga dapat langsung dibuang

secara biasa ke tempat sampah. Menurut operator yang bertugas, incinerator yang

digunakan oleh RSMC termasuk yang terbaik, sehingga banyak Rumah Sakit

sekitar yang juga ikut menggunakan incinerator ini untuk proses pengolahan

limbah padatnya. Proses pembakaran incinerator RSMC menggunakan suhu

1200oC dilakukan 3-4 kali dalam seminggu yang dilakukan pada sore hari. Untuk

sekali pembakaran incenerator ini mampu memproses 100 kg limbah padat.

Sistem Manajemen dan Akuntasi (SIMAK) di Rumah Sakit Marinir

Cilandak terhubung langsung (online) ke Dinas Kesehatan Angkatan Laut

(Diskesal). Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak wajib membuat laporan

setiap triwulan, semester dan tahunan ke Dinas Kesehatan Angakatan Laut

(Diskesal) mengenai penerimaan atau pemakaian material kesehatan. Laporan

bukan hanya dalam bentuk penggunaan jumlah item perbekalan kesehatan saja

namun juga dalam bentuk rupiah untuk mengetahui jumlah dana yang digunakan.

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir

Cilandak yang dilaksanakan selama lebih kurang 8 minggu dapat dirasakan

manfaatnya untuk memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang

bagaimana mengelola kegiatan kefarmasian klinik dan non klinik secara

komprehensif di suatu rumah sakit, serta mempelajari permasalahan-permasalahan

dalam menjalankan kegiatan kefarmasian di rumah sakit serta berupaya mencari

solusi dari setiap permasalahan yang mungkin timbul. Praktek Kerja Profesi ini

diharapkan dapat menjadi bekal sebelum memasuki dunia kerja nantinya. Sehingga

para calon apoteker mampu melihat kondisi nyata di bidang kefarmasian dan

mempersiapkan diri dalam menghadapi pekerjaan profesinya, terutama dalam

lingkup pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

65

Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

a. Peran apoteker di RSMC diantaranya memberikan pelayanan kefarmasian

(pelayanan klinik) dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada

pasien serta mengatur manajemen inventori perbekalan farmasi (pelayanan non

klinik). Selain itu, apoteker juga berperan dalam Panitia Farmasi dan Terapi

(PFT), salah satu perannya yaitu mengkaji dan menyusun formularium Rumah

Sakit.

b. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di RSMC, yaitu:

1) Pelayanan farmasi klinik belum berjalan secara optimal karena keterbatasan

Sumber Daya Manusia di bidang farmasi, khususnya profesi apoteker.

2) Belum adanya kebijakan yang mendukung serta belum diterapkannya

sistem distribusi obat rawat inap secara dosis unit.

3) Belum optimalnya peran Panitia Farmasi dan Terapi dalam menetapkan dan

mengawasi kebijakan penggunaan obat di lingkungan RSMC.

6.2 Saran

a. Dilakukan peningkatan pelayanan farmasi klinik seperti konseling kepada

pasien dengan kriteria khusus, monitoring efek samping obat, pengkajian dan

evaluasi penggunaan obat, kunjungan ke ruang perawatan, Therapeutic Drug

Monitoring (TDM) dan Total Parenteral Nutrition (TPN).

b. Perlu diterapkannya distribusi obat rawat inap secara dosis unit agar terapi obat

pasien menjadi lebih optimal.

c. Perlunya penambahan tenaga farmasi, terutama profesi apoteker, yang

memiliki tanggung jawab dan wewenang agar pekerjaan kefarmasian di RSMC

dapat berjalan lebih optimal, dan kegiatan kefarmasian yang berlangsung di

RSMC dapat diawasi langsung oleh apoteker.

Dalam hal kegiatan farmasi nonklinik disarankan untuk dilakukannya pembenahan

dalam hal penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar agar dipisahkan atau

ditempatkan pada tempat yang khusus dari perbekalan kesehatan yang lainnya.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

66

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di

Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam

Medis.2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Peraturan Menteri

Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan. 1996. Jakarta.

Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

Tentang Kesehatan dan Gizi Masyarakat BerdasarkanPerpres No.5 Tahun 2010.

Jakarta.

Siregar, Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

67

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

68

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

69

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Struktur Organisasi Bagian Farmasi RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

70

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

71

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

72

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

73

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

74

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di Apotek PC RSMC

Penerimaan Resep

Pengecekan &

Penghargaan

Pasien

Penyerahan &

KIE

Pengecekan

Resep

Pemberian

Etiket

Sediaan Jadi Peracikan

Pembayaran

Obat

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

75

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inapdi Apotek BPJS

Pasien

Pemberian Harga

Klaim BPJS

Pengecekan Kelengkapan

Persyaratan

Pengecekan

Pemberian Etiket

Peracikan Sediaan Jadi

Penyerahan

Pemberian

Nomor

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

76

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Surat Pesanan Obat BPJS dan PC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

77

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Surat Pesanan Narkotika

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

78

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

79

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Obat

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

80

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Laporan Hasil Pengujian Limbah

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

81

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

82

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

83

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Formulir Pendaftaran Pasien Baru

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

84

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

85

Universitas Indonesia

Lampiran 18. Lembar Resep Rumah Sakit Marinir Cilandak

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

86

Universitas Indonesia

Lampiran 19. Salinan Resep Apotek Yanmasum RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

87

Universitas Indonesia

Lampiran 20. Salinan Resep Apotek BPJS RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

88

Universitas Indonesia

Lampiran 21. Etiket Obat RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

89

Universitas Indonesia

Lampiran 22. Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS Kesehatan RSMC 1

xxxxxxxxxxxxxxx

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

90

Universitas Indonesia

Lampiran 23. Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS Kesehatan RSMC 3

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

91

Universitas Indonesia

Lampiran 24. Print Out SIMAK BMN Persediaan Barang per Item

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

92

Universitas Indonesia

Lampiran 25. Print Out SIMAK BMN Neraca RSMC

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

93

Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM PADA PASIEN

ASMA BRONKIAL MELALUI PENELUSURAN REKAM

MEDIS PADA TANGGAL 09 – 14 MEI 2014

DI RUANG FLAMBOYAN

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

\

Fierdini Hapsari Lil Nastit, S. Farm. (1306434162)

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

94

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan ................................................................................................ 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

2.1 Masalah Terkait Obat ........................................................................ 4

2.2 Asma Bronkial ................................................................................... 5

BAB 3. METODELOGI PENGKAJIAN DATA............................................ 22

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Data ................................................. 22

3.2 Prosedur Pengkajian Data ................................................................. 22

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23

4.1 Hasil .................................................................................................. 23

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 33

BAB 5. PENUTUP ............................................................................................. 36

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 36

5.2 Saran ...................................................................................... 36

DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 37

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

95

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Asma Berdasarkan Berat Penyakit ................................... 8

Tabel 2.2 Efek Samping Obat ............................................................................ 11

Tabel 2.3 Pengobatan Kontrol Terapi Jangka Panjang Pada Asma .................. 20

Tabel 2.4 Pengobatan Quick Relief pada Asma ................................................. 21

Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik............................................................................... 23

Tabel 4.2 Data Perkembangan Pasien ................................................................ 24

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ....................................................... 26

Tabel 4.4 Profil Obat Pasien ............................................................................... 26

Tabel 4.5 Identifikasi DRPs Pada Regimen Pengobatan Pasien ........................ 32

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

96

Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Regimen Terapi Pasien .................................................................. 39

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

97

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan

pemulihan kesehatan yang dilakukan menyeluruh, terpadu, berkesinambungan

(Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

2009).

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang

menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu mencakup semua aspek upaya

kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif). Hal tersebut diperjalas dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar

Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit

adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit

yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,

termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau semua lapisan masyarakat

(Departemen Kesehatan, 2004).

Istilah farmasi klinik digunakan untuk mendeskripsikan praktek kefarmasian yang

berorientasi pelayanan kepada pasien lebih dari orientasi kepada produk. Farmasi

klinik merupakan suatu disiplin yang terkait dengan penerapan dan pengetahuan

dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan

meminimalkan efek toksisitas obat bagi pasien secara individual. Tujuan

dilakukannya kegiatan farmasi klinik yaitu untuk memaksimalkan efek terapeutik

yang meliputi tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat pengaturan dosis sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi pasien dan evaluasi hasil terapi, meminimalkan

reaksi obat yang tidak diinginkan, meminimalkan biaya pengobatan serta mampu

menghormati pilihan pasien (Aslam Mohammed, dkk., 2003).

Salah satu kegiatan farmasi klinis yaitu pengamatan terhadap masalah terkait obat

(Drug Related Problem) atau yang lebih dikenal dengan istilah analisis DRPs.

DRPs didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak diinginkan yang dialami oleh

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

98

Universitas Indonesia

pasien yang berkaitan atau diduga berkaitan dengan terapi obat dan secara nyata

atau potensial mempengaruhi hasil terapi yang diharapkan (Winslade dkk., 1996).

Ada delapan kategori masalah terkait obat yaitu terdapat indikasi yang tidak

diberikan terapi, pemilihan obat tidak tepat, dosis subterapetik, dosis berlebihan,

efek samping obat, interaksi obat, kegagalan menerima pengobatan dan

penggunaan obat tanpa indikasi (Hepler & Strand, 1990). Bila tidak ditangani

dengan baik, masalah terkait obat juga mengakibatkan morbiditas dan mortalitas

pasien. Selain itu masalah terkait obat juga meningkatkan biaya oengobatan bagi

pasien sehingga hal ini akan membebankan bukan hanya kepada pasien tetapi juga

kepada keluarga pasien.

Masalah terkait obat merupakan isu yang membutuhkan perhatian serius dari pihak

dokter, apoteker, dan keluarga pasien, terlebih unutk pasien dengan riwayat

penyakit kronik, pasien dengan usia diatas 65 tahun, pasien yang mendapatkan

pengobatan dengan indeks terapi yang sempit dan atau pasien dengan kegagalan

terapi terdahulu. Hal ini pada akhirnya membutuhkn perhatian dan tanggung jawab

seorang apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian yang bermutu

dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan

masalah yangberhubungan dengan obat dan kesehatan.

Tanggung jawab seorang apoteker salah satunya adalah mengidentifikasi masalah

terkait oabt yang nyata atau berpotensi terjadi dan memberikan rekomendasi

penanganan atau pencegahannya. Oleh sebab itu studi kasus masalah terkait obat

dilakuakn terhadap seorang pasien di salah satu ruang rawat inap di Rumah Sakit

Marinir Cilandak melalui menelusuran rekam medik pasien.

Selanjutnya kegiatan ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada para

tenaga apoteker dalam melakukan kegiatan farmasi klinis terutama dalam hal

identifikasi, pencegahan, dan pemecahan masalah DRPs supaya terbentuk

pelayanan kesehatan yang optimal untuk mendapatkan derajat kesehatan yang

setinggi - tingginya .

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

99

Universitas Indonesia

1.2 Tujuan

Mengidentifikasi dan memberikan rekomendasi penanganan masalah terkait

obat (Drug Related Problems) yang terjadi pada rejimen penggunaan obat salah

satu pasien di Paviliun Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak melalui

penelusuran rekam medik pasien pada tanggal 9 – 14 Mei 2014.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

100

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems)

2.1.1 Definisi

Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan

sebagai suatu keadaan yang tidak diinginkan yang terjadi pada pasien yang

disebabkan oleh terapi obat dan secara nyata atau potensial mengurangi efek terapi

yang diharapkan.

2.1.2 Klasifikasi (Hepler & Strand, 1990)

Masalah terkait obat yang perlu diperhatikan, antara lain :

a. Indikasi yang tidak memperoleh terapi (untreated indication,), yaitu pasien

mempunyai masalah medis yang memerlukan pengobatan, tetapi tidak

menerima obat yang sesuai dengan indikasi tersebut.

b. Pemilihan obat yang tidak tepat (improper drug selection), yaitu pasien

mendapatkan obat yang tidak sesuai dengan kondisi medis yang dialaminya.

c. Dosis terlalu rendah (subtherapeutic dose), yaitu pasien mempunyai masalah

medis dan menerima obat yang sesuai, namun dosis yang diberikan terlalu

rendah.

d. Dosis terlalu tinggi (over dose), yaitu pasien mendapat masalah medis karena

penggunaan obat yangberlebihan.

e. Efek samping obat (adverse drug reaction), yaitu pasien mendapat masalah

mdis karena efek yang tidak dikehendaki atau efek samping obat.

f. Interaksi obat (drug interaction), yaitu pasien mendapat masalah medis karena

adanya interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, dan obat dengan uji

laboratorium.

g. Kegagalan menerima pengobatan (failure to receive medication), yairu pasien

mempunyai masalah medis akan tetapi secara farmasetik, psikologis atau sodio

ekonomis pasien gagal mendapatkan terapi.

h. Penggunaan obat anpa indikasi (medication use without medication), yaitu

pasien menggunakan obat tanpa indikasi medis yang jelas.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

101

Universitas Indonesia

Ketika ditemukan sebuah masalah terkait obat, apoteker harus

merencanakan suatu solusi untuk mengatasinya. Apoteker harus dapat menentukan

skala prioritas untuk masalah terkait obat tersebut, yang didasarkan pada resiko

yang mungkin diperoleh penderita. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam

memnentukan skala prioritas masalah terkait obat :

a. Masalah mana yang harus diselesaikan lebih dahulu dan masalah mana yang

dapat diselesaikan kemudian.

b. Masalah yang merupakan tanggung jawab apoteker

c. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh apoteker

d. Masalah yang dalam penyelesaiannya memerlukan bantuan dari tenaga

kesehatan lainnya seperti dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain – lain.

2.2 Asma Bronkial (Current Medical Treatment and Diagnosis, 2013;

Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma, 2007)

Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi

berperan, terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, netrofil dal sel

epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau

pencetus inflamasi saluran napas pada pasien asma.

Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermitten

maupun asma persisten. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif

(hipereaktifitas) jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berupa mengi,

sesak napas, dada terasa berat, batuk – batuk terutama pada malam dan atau dini

hari. Episodik tertentu berkaitan dengan sumbatan saluran naapas yang luas,

bervariasi, dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

2.2.1 Faktor Resiko

Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host) dan

faktor lingkungan. Faktor pejamu berikut adalah :

a. Prediposisi genetik asma

b. Alergi

c. Hiperaktifitas bronkus

d. Jenis kelamin

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

102

Universitas Indonesia

e. Ras / etnik

Faktor lingkungan dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan / prediposisi asma untuk

berkembang menjadi asma, seperti alergen mite domestik, alergen jamur,

kecoa, tepung sari bunga, sensitisasi (bahan) lingkungan kerja, asap rokok,

polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status ekonomi, obesitas,

besarnya keluarga.

b. Yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan ata menyebabkan gejala asma

menetap, seperti alergen didalam maupun luar ruangan, polusi udara, infeksi

pernapasan, olah raga dan hiperventilasi, perubahan cuaca, makanan, additif

(pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat – obatan, ekspresi emosi yang

berlebihan, asap rokok, iritan seperti parfum, bau – bauan yang merangsang.

2.2.2 Gejala

Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

Gejala awal berupa :

a. Batuk terutama malam atau dini hari

b. Sesak napas

c. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya

d. Rasa berat di dada

e. Dahak sulit keluar

Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, yaitu :

a. Serangan batuk yang hebat

b. Sesak napas yang berat dan tersengal – sengal

c. Sianosis

d. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk

e. Kesadaran menurun

2.2.3 Diagnosis

Diagnosis asma adalah berdasarkan gejala yang bersifat episodik, pemeriksaan fisik

seperti napas menjadi cepat dan dangkal dan terdengar bunyi mengi pada

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

103

Universitas Indonesia

pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar mengi

karena pasien susah lelah untuk bernapas). Hal penting yang harus dilakukan adalah

pemeriksaan fungsi paru, yang dapat diperiksa dengan spirometri atau peak

expiratory flow meter.

2.2.3.1 Spirometri

Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP)

dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan ini sangat

tergantung kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan instruksi operator yang

jelas dan kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai

tertinggi dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai

VEP1 < 80% nilai prediksi atau rasio VEP1 / KVP < 75%.

Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti asma, yaitu

adanya perbaikan VEP1 ≥ 15 % secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator

(uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10 – 14 hari, atau

setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi / oral) 2 minggu.

2.2.3.2 Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)

Alat ini adalah alat yang paling sederhana untuk memeriksa gangguan sumbatan

jalan napas, yang relatif sangat murah, mudah dibawa. Peak Expiratory Flow Meter

(PEF) dapat mengukur Arus Puncak Ekspirasi (APE).

Cara pemeriksaan APE dengan PEF meter adalah sebagai berikut :

Penuntun meteran dikembalikan ke posisi angka 0. Pasien diminta untuk menghirup

napas dalam, kemudian diinstruksikan untuk menghembuskan napas dengan sangat

keras dan cepat ke bagian mulut alat tersebut, sehingga penuntun meteran akan

bergeser ke angka tertentu. Angka tersebut adalah nilai APE yang dinyatakan dalam

liter/menit.

Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi. Selain

itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan perbaikan nilai APE

> 15 % setelah inhalasi bronkodilator, atau setelah pemberian bronkodilator oral

10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

104

Universitas Indonesia

Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam yang berbeda

nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.

Cara pemeriksaan variabilitas APE :

Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan malam

hari untuk mendapatkan nilai tertinggi.

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = 𝐴𝑃𝐸 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑚 − 𝐴𝑃𝐸 𝑝𝑎𝑔𝑖

12

(𝐴𝑃𝐸 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑚 − 𝐴𝑃𝐸 𝑝𝑎𝑔𝑖)× 100%

2.2.4 Klasifikasi

Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola

keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi

pengobatan dan perencanaan penatalaksaan jangka panjang, semakin berat asma

semakin tinggi tingkat pengobatan.

Tabel 2.1 Klasifikasi Asma Berdasarkan Berat Penyakit

Derajat Asma Gejala Fungsi Paru

Intermiten Siang hari ≤ 2 kali per minggu

Malam hari ≤ 2 kali per bulan

Serangan singkat

Tidak ada gejala antar serangan

Intensitas serangan bervariasi

Variabilitas APE < 20%

VEP1 ≥ 80% nilai prediksi

APE ≥ 80% nilai terbaik

Persisten

Ringan

Siang hari > 2 kali per minggu,

tetapi < 1 kali per hari

Malam hari > 2 kali per bulan

Serangan dapat mempengaruhi

aktifitas

Variabilitas APE 20 - 30%

VEP1 ≥ 80% nilai prediksi

APE ≥ 80% nilai terbaik

Persisten

Sedang

Siang hari ada gejala

Malam hari > 1 kali per minggu

Variabilitas APE >30%

VEP1 60 - 80% nilai prediksi

APE 60 - 80% nilai terbaik

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

105

Universitas Indonesia

Serangan mempengaruhi

aktifitas

Serangan ≥ 2 kali per minggu

Serangan berlangsung berhari –

hari

Sehari – hari menggunakan

inhalasi β2-agonis short acting

Persisten

Berat

Siang hari terus menerus ada

gejala

Setiap malam haru serung timbul

gejala

Aktifitas fisik terbatas

Sering timbul serangan

Variabilitas APE >30%

VEP1 ≤ 60% nilai prediksi

APE ≤ 60% nilai terbaik

2.2.5 Terapi Asma Bronkial

2.2.5.1 Terapi non farmakologi

a. Edukasi Pasien

Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra dokter dalam

penatalaksanaan asma. Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk :

1) meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola

penyakit asma sendiri)

2) meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma

sendiri/asma mandiri)

3) meningkatkan kepuasan

4) meningkatkan rasa percaya diri

5) meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri

6) membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol

asma

Pemberian edukasi dapat dilakukan dalam bentuk komunikasi / nasihat pada

saat berobat, ceramah, latihan / training, supervisi, diskusi, tukar menukar

informasi, leaflet , brosur, buku bacaan, video, dan lain-lain.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

106

Universitas Indonesia

b. Pengukuran Peak Flow Meter

Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat. Pengukuran

Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter ini dianjurkan pada :

1) Penanganan serangan akut di gawat darurat, klinik, praktek dokter dan oleh

pasien di rumah.

2) Pemantauan berkala di rawat jalan, klinik dan praktek dokter.

3) Pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma persisten

usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien setelah perawatan di rumah sakit,

pasien yang sulit/tidak mengenal perburukan melalui gejala padahal

berisiko tinggi untuk mendapat serangan yang mengancam jiwa.

c. Pola hidup sehat dengan tidak merokok, menghindari kegemkan,

melakukan senam asma

2.2.5.2 Terapi Farmakologi

1. Simpatomimetik

a. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja dari kelompok simpatomimetik adalah sebagai berikut:

1) Stimulasi reseptor α adrenergik yang mengakibatkan terjadinya

vasokonstriksi, dekongestan nasal dan peningkatan tekanan darah.

2) Stimulasi reseptor β1 adrenergik sehingga terjadi peningkatan kontraktilitas

dan irama jantung.

3) Stimulasi reseptor β2 yang menyebabkan bronkodilatasi, peningkatan

klirens mukosiliari, stabilisasi sel mast dan menstimulasi otot skelet.

Obat-obat simpatomimetik selektif β2 memiliki manfaat yang besar dan

bronkodilator yang paling efektif dengan efek samping yang minimal pada terapi

asma. Penggunaan langsung melalui inhalasi akan meningkatkan

bronkoselektifitas, memberikan efek yang lebih cepat dan memberikan efek

perlindungan yang lebih besar terhadap rangsangan (misalnya alergen, latihan)

yang menimbulkan brokospasme dibandingkan bila diberikan secara sistemik.

b. Indikasi

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

107

Universitas Indonesia

Agonis β2 kerja diperlama (seperti salmeterol dan furmoterol) digunakan

bersamaan dengan obat antiinflamasi, untuk kontrol jangka panjang terhadap gejala

yang timbul pada malam hari. Obat golongan ini juga digunakan untuk mencegah

bronkospasme yang diinduksi oleh latihan fisik. Agonis β2 kerja singkat (seperti

albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin) adalah terapi pilihan untuk

menghasilkan gejala akut dan brokospasme yang diinduksi oleh latihan fisik.

c. Efek Samping

Efek samping umumnya berlangsung dalam waktu singkat dan tidak ada

efek kumulatif yang dilaporkan.

Tabel 2.2 Efek Samping Obat

Nama Obat Efek Samping

Albuterol Bronkitis (1,5-4)%, epistaksis (1-3)%,

peningkatan nafsu makan, sakit perut

(3%), kram otot (1-3)%

Bitolterol Sakit kepala ringan (6,8%), efek pada

kardiovaskular (5%)

Isoproterenol Bronkitis (5%)

Metaproterenol Keparahan asma (1-4)%

Salmeterol Sakit pada sendi/punggung, kram otot,

mialgia, sakit pada otot (1-3)%, infeksi

saluran pernafasan atas (14%), sinus

(6%), infeksi saluran pernafasan bawah

(4%), alergi rinitis dan influenza

(>3%), bronkitis (1-3)%, urtikaria,

sakit gigi, rasa lelah, erupsi kulit dan

dismenorea (1-3)%

d. Interaksi Obat

Interaksi banyak terjadi berkaitan dengan penggunaan simpatomimetik

sebagai vasopresor, sehingga perlu pertimbangan saat menggunakan bronkodilator

simpatomimetik. Obat-obat yang mungkin berinteraksi adalah antihistamin, beta

bloker adrenergik, glikosida jantung, diuretik, alkaloid ergotamin, furazolidin,

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

108

Universitas Indonesia

anastesi umum, levotiroksin, metildopa, inhibitor monoamin oksidase, nitrat,

antidepresan trisiklik, teofilin, insulin atau hipogligemik oral.

2. Xantin

a. Mekanisme Kerja

Metilxantin (teofilin, garamnya yang mudah larut dan turunannya) akan

merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal,

merangsang SSP, menginduksi diuresis, meningkatkan sekresi asam lambung,

menurunkan tekanan sfinkteresofagealbawah, menghambat kontraksi uterus.

Aminofilin mempunyai efek kuat pada kontraktilitas diafragma pada orang sehat

dan dengan demikian mampu menurunkan kelelahan serta memperbaiki

kontraktilitas pada pasien dengan penyakit obstruksi saluran pernapasan kronik.

b. Indikasi

Menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dan bronkospasma

reversibel yangberkaitan dengan bronkitis kronik dan emfisema

c. Efek samping

Efek samping yang terjadi pada kardiovaskular: palpitasi, takikardia,

hipotensi, kegagalan sirkulasi, aritmia ventrikuler. Pada susunan saraf pusat :

iritabilitas, tidak bisa istirahat, sakit kepala, insomnia, kedutan dan kejang. Pada

saluran pencernaan: mal, muntah, sakit epigastrik, diare. Pada ginjal:proteinuria,

potensiasi diuresis. Pada saluran pernafasan: takhipnea dan henti nafas.

d. Interaksi Obat

Obat yang dapat meningkatkan kadar teofilin adalah allopurinol, beta bloker

non selektif, penghambat saluran kalsium, simetidin, kontrasepsi oral,

kortekosteriod, disulfiram, efedrin, vaksin virus influenza, interferon, makrolida,

kuinolon, tiabendazol, hormon tiroid. Obat yang dapat menurunkan kadar teofilin

adalah aminoglutetimida, barbiturat, hidantoin, ketokonazol, rifampisin, perokok,

simpatomimetik.

Interaksi dengan makanan yang akan menyebabkan eleminasi teofilin

meningkat (mempersingkat waktu paruh) adalah karbohidrat rendah dan diet

protein tinggi. Sebaliknya eliminasi menurun dengan diet protein karbohidrat tinggi

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

109

Universitas Indonesia

3. Antikolenergik

1) Ipratropium Bromida

a. Mekanisme Kerja

Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik

(parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks vagal dengan cara

mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat lokal, pada

tempat tertentu dan tidak bersifat sistemik. Ipratropium bromida (semprot hidung)

mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan lokal dapat menghambat sekresi

kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung.

b. Indikasi

Digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator lain

(terutama beta adrenergik) sebagai bronkodilator dalam pengobatan

bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik,

termasuk bronkhitis kronik dan emfisema.

c. Efek Samping

Sakit punggung, sakit dada, bronkhitis, batuk, penyakit paru obstruksi kronik yang

semakin parah, rasa lelah berlebihan, mulut kering, dispepsia, dipsnea, epistaksis,

gangguan pada saluran pencernaan, sakit kepala, gejala seperti influenza, mual,

cemas, faringitis, rinitis, sinusitis, infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi

saluran urin.

d. Interaksi Secara Umum

Ipratropium telah digunakan bersamaan dengan obat-obat lain seperti bronkodilator

beta adrenergik, bronkodilator simpatomimetik, metilxantin, steroid dan obat untuk

penyakit paru-obstruksi kronis tanpa ada efek samping. Interaksi dengan agen

antikolinergik adalah adanya potensi interaksi aditif pada pemberian berturut-turut

dengan obat antikolinergik. Interaksi yang berkaitan dengan larutan

inkompatibilitas adalah berikan informasi kepada pasien bahwa larutan inhalasi

ipratropium dapat dimasukkan dalam nebulizer dengan albuterol atau

meteproterenol jika digunakan dalam waktu satu jam.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

110

Universitas Indonesia

2) Tiotropium Bromida

a. Mekanisme Kerja

Tiotropium adalah obat muskarinik kerja diperlama yang biasanya digunakan

sebagai antikolinergik. Pada saluran pernapasan, tiotropium menunjukkan efek

farmakologi dengan cara menghambat reseptor M3 pada otot polos sehingga terjadi

bronkodilasi. Bronkodilasi yang timbul setelah inhalasi tiotropium bersifat sangat

spesifik pada lokasi tertentu.

b. Indikasi

Tiotropium digunakan sebagai perawatan bronkospasmus yang berhubungan

dengan penyakit paru obstruksi kronis termasuk bronkitis kronis dan emfisema.

c. Efek Samping

Efek samping terjadi pada 3% pasien atau lebih, terdiri dari sakit perut, nyeri dada

(tidak spesifik), konstipasi, mulut kering, dispepsia, edema, epistaksis, infeksi,

moniliasis, myalgia, faringitis, ruam, rhinitis, sinusitis, infeksi pada saluran

pernapasan atas, infeksi saluran urin dan muntah.

d. Interaksi Secara Umum

Penggunaan tiptropium bersamaan dengan obat antikolinergik belum dipelajari,

sehingga tidak direkomendasikan.

4. Kromolin Sodium dan Nedokromil

1) Kromolin Natrium

a. Mekanisme Kerja

Kromolin merupakan obat antiinflamasi. Kromolin tidak mempunyai

aktifitas intrinsik bronkodilator, antikolinergik, vasokonstriktor atau aktivitas

glukokortikoid. Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-

A (Slow Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin

bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan.

b. Indikasi

Asma bronkial (inhalasi, larutan dan aerosol) : sebagai pengobatan

profilaksis pada asma bronkial. Kromolin diberikan teratur, harian pada pasien

dengan gejala berulang yang memerlukan pengobatan secara reguler.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

111

Universitas Indonesia

Pencegahan bronkospasma (inhalasi, larutan dan aerosol) : untuk mencegah

bronkospasma akut yang diinduksi oleh latihan fisik, toluen diisosinat, polutan dari

lingkungan dan antigen yang diketahui.

c. Efek Samping

Efek samping yang paling sering terjadi berhubungan dengan penggunaan kromolin

(pada penggunaan berulang) meliputi saluran pernapasan: bronkospasme (biasanya

bronkospasma parah yang berhubungan dengan penurunan fungsi paru

paru/FEV1), batuk, edema laringeal (jarang), iritasi faringeal dan napas berbunyi.

Efek samping yang berhubungan dengan penggunaan aerosol adalah iritasi

tenggorokan atau tenggorokan kering, rasa tidak enak pada mulut, batuk, napas

berbunyi dan mual.

2) Nedokromil Natrium

a. Mekanisme Kerja

Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk pencegahan asma. Obat ini

akan menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai

tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, sel

mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat perkembangan respon

bronkokonstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi

b. Indikasi

Nedokromil diindikasikan untuk asma. Digunakan sebagai terapi pemeliharaan

untuk pasien dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma ringan sampai

sedang.

c. Efek Samping

Efek samping yang terjadi pada penggunaan nedokromil bisa berupa batuk,

faringitis, rinitis, infeksi saluran pernapasan atas, bronkospasma, mual, sakit kepala,

nyeri pada dada dan pengecapan tidak enak.

5. Kortikosteroid

a. Mekanisme Kerja

Obat-obat ini merupakan steroid adrenokortikal steroid sintetik dengan cara kerja

dan efek yang sama dengan glukokortikoid. Glukokortikoid dapat menurunkan

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

112

Universitas Indonesia

jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta

adrenergik dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi mekanisme

bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara langsung. Penggunaan

inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara efektif dengan efek sistemik

minimal.

b. Indikasi

Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang memerlukan

kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan keuntungan dari penggunaan

dosis sistemik, terapi pemeliharaan asma dan terapi profilaksis pada anak usia 12

bulan sampai 8 tahun. Obat ini tidak diindikasikan untuk pasien asma yang dapat

diterapi dengan bronkodilator dan obat non steroid lain, pasien yang kadang-kadang

menggunakan kortikosteroid sistemik atau terapi bronkhitis non asma.

c. Efek Samping

Iritasi tenggorokan, suara serak, mulut kering, ruam, pernafasan berbunyi, edema

wajah dan sindrom flu.

d. Interaksi Obat

Berinteraksi dengan ketokonazol yang dapat meningkatkan kadar plasma

budesonid dan fluticason setelah pemberian secara bersamaan. Ketoconazol

merupakan inhibitor kuat dari sitokrom P450 3A4. Dampak klinik belum diketahui.

Gunakan dengan perhatian.

6. Antagonis Reseptor Leukotrien

1) Zafirlukast

a. Mekanisme Kerja

Zafirlukast adalah antagonis reseptor leukotrien D4 dan E4 yang selektif dan

kompetitif, komponen anafilaksis reaksi lambat (SRSA - slow-reacting substances

of anaphylaxis). Produksi leukotrien dan okupasi reseptor berhubungan dengan

edema saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan perubahan aktifitas selular

yang berhubungan dengan proses inflamasi, yang menimbulkan tanda dan gejala

asma.

b. Indikasi

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

113

Universitas Indonesia

Profilaksis dan perawatan asma kronik pada dewasa dan anak 5 tahun.

c. Efek Samping

Efek samping terjadi pada 3% pasien seperti sakit kepala, mual, dan infeksi.

d. Interaksi Obat

Zafirlukast dapat menginhibisi isoenzim sitokrom P450 2C9 dan 3A4.

Penggunaan zafirlukast bersamaan dengan obat-obat yang dimetabolisme oleh

sitokrom tersebut harus disertai perhatian.

Obat-obat yang dipengaruhi zafirlukast adalah warfarin. Obat-obat yang

dapat mempengaruhi zafirlukast adalah aspirin, eritromisin, dan teofilin.

Bioavaibilitas zafirlukast menurun jika digunakan bersamaan dengan makanan.

Oleh karena itu penggunaan zafirlukast sekurang – kurangnya 1 jam sebelum

makan atau 2 jam setelah makan.

2) Montelukast Sodium

a. Mekanisme Kerja

Montelukast adalah antagonis reseptor leukotrien selektif dan aktif pada

penggunaan oral, yang menghambat reseptor leukotrien sisteinil (CysLT1).

Leukotrien adalah produk metabolisme asam arakhidonat dan dilepaskan dari sel

mast dan eosinofil. Produksi leukotrien dan okupasi reseptor berhubungan dengan

edema saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan perubahan aktifitas selular

yang berhubungan dengan proses inflamasi, yang menimbulkan tanda dan gejala

asma.

b. Indikasi

Profilaksis dan terapi asma kronik pada dewasa dan anak-anak ≥ 12 bulan.

c. Efek Samping

Efek samping terjadi lebih pada 3% pasien seperti influenza. Pada anak 6-12 tahun,

efek samping yang terjadi dengan frekuensi 2 % adalah diare, laringitis, faringitis,

mual, otitis, sinusitis, infeksi virus. Pada anak 2-5 tahun, efek samping yang terjadi

dengan frekuensi 2% adalah rinorea, otitis, sakit telinga, bronkhitis, sakit lengan,

rasa haus, bersin-bersin, ruam dan urtikaria.

d. Interaksi Obat

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

114

Universitas Indonesia

Fenobarbital dan prednison mungkin berinteraksi dengan montelukast.

3) Zilueton

a. Mekanisme Kerja

Zilueton adalah inhibitor spesifik 5-lipoksigenase dan selanjutnya

menghambat pembentukan (LTB1, LTC1, LTD1, LTE1).

b. Indikasi

Profilaksis danterapi asma kronik pada dewasa dan anak ≥ 12 tahun.

c. Efek Samping

Efek samping terjadi pada 3% pasien atau lebih seperti sakit kepala,

nyeri,sakit perut, rasa lelah, dispepsia, mual, myalgia.

d. Interaksi Obat

Mikrosom hati telah menunjukkan bahwa zilueton dan metabolitnya (N

dehidroksilasi) dapat mengalami metabolisme oksidatif oleh isoenzim 1A2, 2C9

dan 3A4 sitokrom P450. Gunakan dengan perhatian jika meresepkan obat-obat

yang menghambat enzim-enzim ini. Obat-obat yang dapat dipengaruhi zilueton

adalah propranolol, terfenadin, teofilin dan warfarin. Obat-obat yang

mempengaruhi zilueton adalah digoksin, kontrasepsi oral, fenitoin, dan prednison.

7. Obat – Obat Penunjang

1) Ketotifen Fumarat

a. Mekanisme Kerja

Ketotifen adalah suatu antihistamin yang mengantagonis secara nonkompetitif dan

relatif selektif reseptor H1, menstabilkan sel mast dan menghambat penglepasan

mediator dari sel-sel yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas.

b. Indikasi

Manajemen profilaksis asma. Untuk mendapatkan efek maksimum dibutuhkan

waktu beberapa minggu. Ketotifen tidak dapat digunakan untuk mengobati

serangan asma akut.

c. Efek Samping

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

115

Universitas Indonesia

Mulut kering, mengantuk dan rasa malas, meningkatkan nafsu makan, menaikkan

berat badan, stimulasi susunan saraf pusat dan reaksi kulit parah.

d. Interaksi Obat

Penggunaan bersamaan ketotifen dengan anti diabetes oral akan menurunkan

jumlah platelet, jadi penggunaannya secara bersama-sama harus dihindari.

Ketotifen dapat meningkatkan efek depresan dari obat yang mempengaruhi susunan

saraf pusat seperti antihistamin lain, hipnotik dan sedatif.

2) N-Asetilsistein

a. Mekanisme Kerja

Aksi mukolitik asetilsistein berhubungan dengan kelompok sulfhidril pada

molekul, yang bekerja langsung untuk memecahkan ikatan disulfida antara ikatan

molekular mukoprotein, menghasilkan depolimerisasi dan menurunkan viskositas

mukus. Aktivitas mukolitik pada asetilsistein meningkat seiring dengan

peningkatan pH.

b. Indikasi

Asetilsistein merupakan terapi tambahan untuk sekresi mukus yang tidak normal,

penyakit bronkopulmonari kronik (emfisema kronik, emfisema pada bronkhitis,

bronkhitis asma kronik, tuberkulosis, amiloidosis paru-paru) dan penyakit

bronkopulmonari akut (pneumonia, bronkhitis, trakeobronkhitis).

c. Efek Samping

Stomatitis, mual, muntah, demam, rhinorea, mengantuk, berkeringat, rasa sesak di

dada, bronkokonstriksi, bronkospasma, iritasi trakea dan bronkial.

Algoritma Terapi untuk asma bronkial dapat dilihat pada Tabel 2.1

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

116

Universitas Indonesia

Tabel 2.3 Pengobatan Kontrol Terapi Jangka Panjang pada Asma

Obat Dosis Penggunaan

Kortikosteroid sistemik

Metilprednisolon 7,5 – 60 mg sehari dalam single dose

Prednisolon

Prednison

40 – 60 mg / hari dalam single dose

atau dibagi menjadi 2 dosis untuk 3-

10 hari

Inhalasi long acting β2 agonis

Salmeterol DPI 50 mcg setiap 12 jam

Formoterol DPI 12 mcg/single-use kapsul setiap

12 jam

Kombinasi

Fluticasone/Salmeterol 1 inhalasi sehari 2 kali; besarnya

dosis tergantung tingkat keparahan

asma

Budesonide/formeterol 2 inhalasi sehari 2 kali; besarnya

dosis tergantung tingkat keparahan

asma

Kromolin dan Nedokromil

Kromolin 2 puffs sehari 4 kali (0,8 mg/puff); 1

ampul sehari 4 kali (20 mg/ampul)

Nedokromil 2 puffs sehari 4 kali (1,75 mg/puff)

Inhalasi long acting Antikolinergik

Tiotropium 1 blister sehari (DPI 18 mcg/blister)

Antagonis Reseptor Leukotrien

Montelukas 10 mg saat mau tidur dimalam hari

Zafirlukas 40 mg sehari / 20 mg sehari 2 kali

Inhibitor 5-Lipoxygenes

Zileuton 600 mg sehari 4 kali

Metilxantin

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

117

Universitas Indonesia

Teofilin Dosis awal 10 mg/kgBB/hari. Dosis

maksimum 800 mg/hari

Imunodilator

Omalizumab 150 – 375 mg subkutan tiap 2-4

minggu

Tabel 2.4 Pengobatan Quick Relief pada Asma

Obat Dosis Penggunaan

Inhalasi Short Acting β2 Agonis

Albuterol CFC 2 puffs 5 menit sebelum melakukan

kegiatan

1,25 – 5 mg dalam 3 ml NaCl tiap 4-8

jam (nebulizer solution)

Albuterol HFA

Pirbuterol CFC

2 puffs tiap 4 – 6 jam

Levabulterol 2 puffs tiap 4 – 6 jam

0,63-1,25 mg tiap 8 jam (nebulizer

solution)

Antikolinergik

Ipratropium HFA 2-3 puffs tiap 6 jam (MDI)

0,25 mg tap 6 jam (Nebulizer Solution)

Iparatropium dengan albuterol 2-3 puffs tiap 6 jam (MDI)

3 ml tiap 4-6 jam (Nebulizer Solution)

Kortikosteroid Sistemik

Metilprednisolon

Prednisolon

Prednison

40-60 mg/hari pada single dose atau

dibagi menjadi 2 dosis untuk 3-10 hari

Metilprednisolon asetat 20 mg intramuskular

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

118

Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENGKAJIAN DATA

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Data

Pengumpulan data dilakukan di Paviliun Flamboyan bawah Rumah Sakit Marinir

Cilandak pada tanggal 9 – 14 Mei 2014

3.2. Prosedur Pengkajian Data

Pengkajian data dilakukan dengan penelusuran rekam medis secara retrospektif dan

wawancara pasien selama dirawat di Rumah Sakit Marinir Cilandak. Data tersebut

kemudian diolah berdasarkan analisis DRPs menurut Hepler & Strand. Sumber

literature lain yang digunakan dalam mengolah analisis DRPs adalah text book dan

guideline sejak tahun 1990 sampai 2013.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

119

Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Diri Pasien

a. Nama Pasien : Ny. SS

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Tempat Tanggal Lahir : 1 Desember 1945

d. Usia : 68 tahun

e. Asuransi Kesehatan : BPJS

4.1.2 Keluhan Pasien

Ny. SS dengan umur 68 th masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada tanggal 9 Mei

2014 jam datang 08.35. Keluhan utama sesak napas. Sesak napas semalaman

dengan batuk dahak sulit dikeluarkan. Riwayat pasien hipertensi (+) tidak

terkontrol, diabetes mellitus (-), dan congestive heart failure (CHF) (+).

Pada bulan April, pasien juga dirawat di Rumah Sakit Marinir Cilandak dengan

keluhan yang sama. Pasien sudah berobat 2 hari yang lalu juga dengan keluhan yang

sama, tapi ruangan penuh dan pasien menolak dirujuk.

Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik Pasien

Tekanan Darah 140/90

Frekuensi nadi 84 kali/menit

Suhu Tubuh 36°C

Pernapasan 40 kali/menit

Kesadaran CM (Compos Mentis = kesadaran

penuh)

Abdomen Supel, BU (Bising Usus) (+), NTE

(Nyeri Tekan Epigastrik) (+), H/L

(Hepar/ Liver) ttb (tidak teraba)

Ekstremitas Akral hangat

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

120

Universitas Indonesia

Diagnosa sementara dokter terhadap Ny. SS adalah asma bronkial. Pasien diberi O2

nasal 2 tpm, Nebulizer Ventolin : Pulmicort : NaCl (1:1:1), Deksametason 1 ampul,

Ringer Lactate 7 tpm, dan injeksi lasix 2x1.

4.1.3 Perkembangan Pasien

Perkembangan Ny. SS selama dirawat di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4.2 Data Perkembangan Pasien

Tanggal Dokter Subjective

(S)

Objective

(O)

Assesment

(A)

Planning

(P)

09/05/14 Dr.

Sp.Pd

Sesak

napas +

Rh +/+

Wh +/+

TD 140/90

Nadi 100x

Edema -/-

Foto

thorax-

edema paru

Lasix iv 2x1

KSR po 2x1

Ranitidin (stop)

Omeprazol 1x1

Antasida 3x2

Ulsidex 3x1

Dr.

Sp.Paru

sesak,

batuk

berdahak

TD

150/100

HR 100x

RR 40x

Suhu 36°C

Rh -/-

wh +/+

NTE +

leukosit

16000

Asthmatic

attack

HHD

Gastritis

O2 2-4L/mnt

Ceftriaxon iv 1x2g

ranitidin iv 2x1,

nebules/4 jam

(Ventolin:Pulmicort:

NaCl:Bisolvon=

1:1:2:1)

*sesak berkurang

nebules/6 jam

Raber interne

10/5/14 Dr.

Sp.Pd

Mual,

nyeri ulu

hati

Terapi lanjut

Antasida 3x2 1 jam

pc kunyah

Dr.

Sp.Paru

Sesak +

Batuk+

TD 140/90

Wh -/-

Rh +/+

Ama +

HHD

Ceftriaxone iv 2 x 1

gr

Ranitidin iv 2 x 1

Nebules/6jam

Ventolin:Pulmicort:

NaCl:Bisolvon=

1:1:2:1

11/5/14 Dr.

Sp.Pd

Mual 120/70

HR 82x

Sama dengan diatas

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

121

Universitas Indonesia

RR 20x

T 36,2°C

Dr.

Sp.Paru

Sesak ↓

Dahak +

90/60

T 36°C

Wh -/-

Rh +/+

Asma

membaik

Vectrin syr 3x1C

Ceftriaxon iv 2x1gr

ranitidin iv 2x1

nebules/12 jam

Ventolin:Pulmicort:

NaCl:Bisolvon =

1:1:2:1

12/5/14 Dr.

Sp.Pd

Sesak

berkurang

130/80

HR 32x

RR 20x

T 36°C

Rh -/-

Wh +/+

Dengan

tetap

perbaikan

Lasix ↓- fasorbid tab

1x1

KSR 1x1

Dr.

Sp.Paru

Mual + Kesadaran

Cm

TD 120/70

HR 180x

RR 16x

HHD Sama dengan diatas

13/5/14 Dr.

Sp.Pd

Sesak

berkurang

TD 130/80

HR 80x

RR 20x

T 36°C

Rh -/-

Wh +/+

SDA

Lasix 1-0-0

ISDN 3x5 mg

Dr.

Sp.Paru

Sesak - TD 130/70

Nadi 80x

Napas 20x

T 36°C

Rh -/+

Wh -/-

NTE +

Leukosit

12000

Terkontrol SDA

seretide diskus

100/250 / 12 jam

salbutamol/teofilin

caps

ranitidin /12 jam

*cek

leukosit→normal,

cefixim

14/5/14 Dr.

Sp.Paru

Sesak - Rh -/-

Wh -/-

Leukosit

12.000

terkontrol Seretide 100/250/12

jam

4.1.4 Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium Ny. SS dapat dilihat pada Tabel 4.3

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

122

Universitas Indonesia

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien

Darah Rutin Nilai Normal 9/5/14 13/5/14 14/5/14

Hemoglobin 12-16 gr/dl 13,5 14,3 14,1

Hematokrit 37-54% 40 42 44

Leukosit 5-10 ribu/ml 16* 12,5* 12,0*

Trombosit 150-400 ribu/ml 397 362 395

4.1.5 Regimen Pengobatan

Regimen pengobatan pasien selama dilakukan perawatan di Ruang Flamboyan

Rumah Sakit Marinir Cilandak dapat diamati pada Lampiran 1.

4.1.6 Profil Obat Pasien

Obat-obat oral dan injeksi yang diberikan kepada pasien dapat dilihat pada

tabel 4.4.

Tabel 4.4 Profil Obat Pasien

Ulsidex ® (Sucralfate 500 mg)

Indikasi Tukak lambung dan usus (pada nyeri yang hebat karena

tukak lambung, dapat ditambahkan antasida )

Mekanisme Kerja Membentuk kompleks sukralfat dengan protein yang

membentuk lapisan pelindung menutupi ulkus serta

melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan

garam empedu.

Dosis Dewasa Dewasa: 2 tablet @500mg 3-4 kali /hari saat lambung

kosong (1 jam sebelum makan dan saat sebelum tidur)

Pengobatan jangka pendek (s/d 8 minggu)

Efek Samping Konstipasi, diare, mulut kering, pusing, insomnia, mual,

muntah

KSR® (Pottasium klorida 600mg)

Indikasi Pengobatan Hipokalemia

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

123

Universitas Indonesia

Mekanisme Kerja Kalium adalah kation yang banyak terdapat dalam

cairan intraseluler dan penting untuk konduksi impuls

saraf di jantung, otak, dan otot skeletal. Memelihara

fungsi normal ginjal, keseimbangan asam basa,

metabolisme karbohidrat.

Dosis Dewasa 1 – 2 tablet 2 – 3 kali sehari

Efek Samping Gagal ginjal, pasien Addison yang tidak diterapi,

dehidrasi akut, hyperkalemia

Vectrin syrup® (Erdostein 175 mg/ 5ml sirup kering)

Indikasi Mukolitik, pengencer mukus, pada gangguan saluran

nafas akut&kronik

Mekanisme Kerja Anti mukolitik dengan mengencerkan mukus

Dosis Dewasa Dewasa: 2x 10 ml sirup

Dosis max : 900 mg / hari

Efek Samping Mual, muntah, nyeri perut, ruam kulit, pruritus, sakit

kepala

Antasida

Indikasi Hiperasiditas, tukak lambung, gastritis

Mekanisme Kerja Bereaksi dengan asam lambung sehingga dapat

menetralkan asam lambung

Dosis Dewasa Sehari 1-2 tablet 1 jam sebelum makan / sebelum tidur

Efek Samping Konstipasi, diare, mual, muntah

Lasix (Furosemide)

Indikasi Terapi untuk edema yang berhubungan dengan gagal

jantung kongestif, ,penyakit hati , atau penyakit ginjal.

Terapi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi

dalam pengobatan hipertensi

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

124

Universitas Indonesia

Mekanisme Kerja Menghambat reabsorbsi natrium dan klorida pada

tubulus proksimal, distal dan lengkung henle.

Dosis Dewasa I.M., I.V.: 1 mg/kg/dose, dinaikkan 1 mg/kg/dose

intervals 6-12 jam sampai respon yang diinginkan

tercapai hingga 6 mg/kg/dose

Efek Samping Hiperurisemia, hipokalemia, diare, pusing,

hipomagnesemia, hipotensi, mual, kemerahan, vertigo,

photosensitivity

Aminofilin

Indikasi Bronchodilator asthma or COPD; ↑ kontraktilitas

diafragma

Mekanisme Kerja Relaksasi otot polos pada saluran pernafasan

Dosis Dewasa 380 mg/hari, dosis maksimum 928 mg/hari

Efek Samping Takikardia, gelisah, nausea, mual, ruam kulit, gangguan

GI, tremor

ISDN (Isosorbid dinitrat)

Indikasi Profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung

Mekanisme Kerja Relaksasi otot polos vaskular sehingga menyebabkan

vasodilatasi arteri dan vena perifer. Dilatasi pembuluh

darah pasca kapiler menyebabkan penurunan aliran

balik vena ke jantung, hal ini mengakibatkan turunya

tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (preload).

Relaksasi arteriolar menyebabkan penurunan resistensi

vaskular sistemik dan tekanan arteri (afterload).

Sehingga tercapai keseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

Dosis Dewasa Sublingual 5 – 10 mg, sehari dalam dosis terbagi.

Angina 30 – 120 mg. Gagal jantung 40 -160 mg, sampai

240 mg jika perlu

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

125

Universitas Indonesia

Efek Samping Sakit kepala, muka merah, pusing, hipotensi, mual dan

muntah, kedutan otot, palpitasi, nyeri

Ranitidin

Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks

esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat

AINS, tukak duodenum karena h.pylory, sindrom

Zoolinger Ellison

Mekanisme Kerja Menghambat reseptor H2 pada sel parietal lambung

sehingga menurunkan sekresi asam lambung

Dosis Dewasa Oral : 150 mg 2x sehari atau 300 mg malam hari

Injeksi : 50 mg tiap 6-8 jam

Efek Samping Diare, gangguan GI, pusing, ruam dan rasa letih, sakit

kepala

Salbutamol

Indikasi Asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi

saluran nafas reversibel

Mekanisme Kerja Agonis β2 adrenergik sehingga menyebabkan

bronkodilator

Dosis Dewasa 80/4,5 mcg 1g-2 inhalasi 2xsehari atau 160/4,5 mcg 1-

2 inhalasi 2xsehari

Efek Samping Sakit kepala, agitasi, lemah, bingung, pusing, mual,

gangguan tidur, palpitasi, takikardi, tremor, kram

Fluticasone – salmeterol

Indikasi Obstruksi sal nafas reversibel, termasuk asma.

Obstruksi paru kronis, termasuk bronkhitis kronis dan

emfisema.

Mekanisme Kerja Fluticasone : Menghambat beberapa sel seperti sel mast,

eosinofil, basofil, limfosit, makrofag, neutrofil, dan

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

126

Universitas Indonesia

sekresi mediator seperti histamin, leukotrien, sitokin

yang terlibat dalam respon asma.

Salmetarol: Stimulasi intraseluler adenil siklase

sehingga meningkatkan level cAMP dan menyebabkan

relaksasi otot polos bronkial. Menghambat sekresi

mediator reaksi hipersensitivitas, terutama dari sel mast

Dosis Dewasa Fluticasone 100 mcg/salmeterol 50 mcg; Fluticasone

250 mcg/salmeterol 50 mcg; Fluticasone 500

mcg/salmeterol 50 mcg

Efek Samping Suara serak dan kandidiasis di mulut atau tenggorokan,

hipersensitif pada kulit, menurunkan densitas mineral

pada tulang, katarak, glaukoma

Budesonide

Indikasi Profilaksis dan pengobatan rhinitis alergi dan rhinitis

vasomotor, polip nasal

Mekanisme Kerja Menghambat inflamasi dengan menekan migrasi

leukosit dan mengurangi permeabilitas kapiler.

Dosis Dewasa Dosis awal pada penggunaan asma akut atau pergantian

dengan kortikosteroid : 400-2400 mcg/hari dibagi

menjadi 4 dosis; maintenance 200-400 mcg sehari 2 kali

Efek Samping bersin setelah penggunaan, kadang- kadang hidung

kering, iritasi hidung dan tenggorokan, epistaksis, gang.

Indra kecap, reaksi hipersensitivitas ( bronkospasme),

perforasi septum nasal.

Cefixim

Indikasi ISK, otitis media, Infeksi sal.nafas S. Pneumoniae & S.

pyogenes, H. influenzae, and Enterobacteriaceae

Mekanisme Kerja Menghambat sintesis dinding sel mikroba melalui

penghambatan reaksi transpeptidase dalam rangkaian

pembentukan dinding sel mikroba

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

127

Universitas Indonesia

Dosis Dewasa 400 mg/hari

Efek Samping Diare, nyeri abdomen, nausea, dispepsia, flatule

Ceftriaxone

Indikasi Infeksi berat seperti septikemia, pneumonia, dan

meningitis

Mekanisme Kerja Menghambat sintesis dinding sel mikroba melalui

penghambatan reaksi transpeptidase dalam rangkaian

pembentukan dinding sel mikroba

Dosis Dewasa 1-2 g tiap 12-24 jam, tergantung tingkat keparahan

Efek Samping Diare, ruam, eosinophilia, luokopenia

Omeprazol

Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung

dan duodenum terkait dengan AINS, lesi lambung dan

duodenum, regimen eradikasi H. Pylori pada tukak

peptik, refluks esofagitis, syndrom Zollinger-Ellison

Mekanisme Kerja Berikatan dengan H+/K+ ATPase di membran sel

parietal sehingga sekresi asam lambung berkurang

Dosis Dewasa Tukak lambung dan duodenum (termasuk yang

komplikasi terapi AINS 20 mg/hari selama 4 minggu

pada tukak duodenum, 8 minggu pada tukak lambung

Active duodenal ulcer: Oral: 20 mg/day for 4-8 weeks

Gastric ulcers: Oral: 40 mg/day for 4-8 weeks

Symptomatic GERD: Oral: 20 mg/day for up to 4 weeks

Peptic ulcer disease: Oral: 40 mg/day single dose atau

dibagi menjadi 2 dosis

Efek Samping Gangguan GI, Athropic gastritis (penggunaan jangka

panjang)

4.1.7 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat

Hasil identifikasi masalah terkait obat (Drug Related Problems) pada

regimen pengobatan Ny. SS dapat dilihat pada Tabel. 4.5

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

128

Universitas Indonesia

Tabel 4.5 Identifikasi DRPs Pada Regimen Pengobatan Pasien

DRP Obat Masalah/

Mekanisme Rekomendasi

Ada obat tetapi

tidak ada

indikasi.

KSR Tidak ada hasil lab

yang menunjukkan

pasien hipokalemia

sehingga

dikhawatirkan pasien

menjadi

hiperkalemia

Perlu dilakukan

pemeriksaan

elektrolit

Ada indikasi,

tetapi tidak ada

obat

Antihipertensi Pada tanggal 14 Mei

dan untuk obat

pulang pasien tidak

diberikan obat

antihipertensi untuk

mengontrol tekanan

darahnya

RM 13 Mei: 130/80

lifestyle

modification & HCT

(diuretik tiazid)

Dosis terlalu

rendah

Ulsidex

(sucralfate)

Pasien hanya

diberikan sucralfate

500 mg 3 x sehari

Dosis ditingkatkan

menjadi 2 tablet tiap

6 jam 1 jam sebelum

makan

Pemilihan obat

yang tidak

tepat

KSR Tidak ada hasil

laboratorium yang

menunjukkan pasien

hipokalemia

Perlu dilakukan

pemeriksaan

elektrolit

Omeprazole

Ulsidex

Ranitidin

Antasida

Terapi untuk

gastritis adalah

antasida yang

dikombinasikan

dengan Antagonis

H2 atau PPI atau

Sucralfate

Cukup diberikan

Antasida dengan

ranitidin atau

antasida dengan

omeprazole

Ketidakpatuhan

pasien

Ulsidex

KSR

Antasida

Vectrin syr

Penggunaan obat

tidak sesuai dengan

waktu pemberian.

Disebabkan karena

perawat di ruangan

tidak selalu mengisi

lembar terapi rawat

inap

Edukasi pasien

mengenai

pentingnya

kepatuhan

penggunaan obat.

Perawat di ruangan

turun langsung

dalam memberikan

obat kepada pasien

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

129

Universitas Indonesia

dan segera mengisi

lembar terapi pasien

4.2 Pembahasan

Pada laporan ini akan dibahas pengobatan seorang pasien, Ny. SS yang

dirawat di paviliun Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak. Ny. SS

berusia 66 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada tanggal 9 Mei 2014.

Keluhan utama pasien adalah sesak napas. Sesak napas terjadi semalaman dengan

batuk dahak sulit dikeluarkan. Pasien sudah berobat ke UGD dua hari yang lalu

dengan keluhan yang sama tetapi ruangan penuh, pasien menolak dirujuk. Riwayat

pasien hipertensi (+) tidak terkontrol, diabetes mellitus (- ), dan congestive heart

failure (CHF) (+), perokok pasif (+) dengan area rumah berdebu. Pemeriksaan fisik

juga dilakukan yaitu meliputi pemeriksaan abdomen dan ekternal tubuh.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, tekanan darah 140/90 (hipertensi stage 1),

kecepatan napas 40x/ menit (takipnea), rhonki dan wheezing (+), dan nyeri tekan

epigastrik (+). Selain itu pasien juga melakukan uji laboratorium yang meliputi

pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan penunjang meliputi EKG dan rontgen.

Berdasarkan hasil tes laboratorium yang telah dilakukan kadar leukosit darah pasien

tinggi (16.000/ml) yang menandakan pasien mengalami infeksi. Sedangkan untuk

interpretasi dari hasil EKG, pasien mengalami sinus takikardi, pembesaran atrium

kanan, deviasi axis kiri, dan abnormalitas gelombang ST nonspesifik. Untuk hasil

rontgen thorax, pasien mengalami edema pada paru.

Pada saat dirawat di Rumah Sakit Marinir Cilandak, pasien terus dipantau

kesehatannya terutama tekanan darah pasien dan dibuat daftar perkembangan

pasien setiap harinya untuk mengetahui kemajuan kesehatan pasien selama dirawat

di rumah sakit. Pada catatan perkembangan pasien terdapat 4 kategori yang meliputi

kolom Subjektif, Objektif, Assesment dan Planning. SOAP merupakan catatan

harian perkembangan pasien berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh

dokter setiap harinya. Pasien mendapat berbagai macam obat dengan multi regimen

selama perawatan. Pasien mendapatkan obat oral maupun injeksi 5-10 jenis

perharinya. Banyaknya obat yang diberikan kepada pasien selama perawatan

memungkinkan terjadinya masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (Drug

Related Problem).

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

130

Universitas Indonesia

Analisis terhadap penggunaan obat terhadap Ny. SS adalah yaitu penggunaan obat

tanpa indikasi, ada indikasi yang tidak diterapi, dosis terlalu rendah, pemilihan obat

yang tidak tepat, dan ketidakpatuhan pasien.

a. Penggunaan Obat Tanpa Indikasi

Berdasarkan catatan harian pasien, Ny. SS mendapat terapi KSR 2x1 selama

4 hari. KSR digunakan pada indikasi hipokalemia, tetapi dari hasil pemeriksaan

pasien tidak menunjukkan gejala hipokalemia. Gejala dari hipokalemia adalah

lelah, lemah otot, kram otot, hiperkapnia, rabdomiolisis (Current Medical Diagnosis

and Treatment, 2013). Pada pemeriksaan laboratorium juga tidak ada pemeriksaan

kadar kalium darah.

Pemberian KSR juga bisa diindikasikan untuk menghindari kondisi

hipokalemia akibat efek samping dari penggunaan furosemid, tetapi lebih tepat jika

pemberian KSR tersebut dilengkapi dengan hasil pemeriksaan laboratorium kadar

kalium darah sehingga dapat dipastikan apakah pasien perlu diberikan KSR untuk

menghindari efek samping hipokalemia tersebut. Disarankan untuk dilakukan

pemantauan nilai kalium darah pada Ny. SS karena ketika pemberian KSR tetap

dilakukan tanpa ada data kadar kalium darah bisa menyebabkan hiperkalemia yang

dapat mengakibatkan kelumpuhan, fibrilasi ventrikular, dan henti jantung

b. Ada Indikasi yang Tidak Diterapi

Ny. SS memiliki riwayat hipertensi dan selama dirawat tekanan darah Ny.

SS adalah 120-150 / 70-100. Selama dirawat pasien mendapatkan terapi lasix

(furosemid). Pengobatan untuk hipertensi harus dilakukan rutin untuk mengontrol

tekanan darah. Tetapi pada hari terakhir pasien dirawat dan pada saat pulang, pasien

tidak mendapatkan obat hipertensi. Disarankan Ny. SS diberikan obat antihipertensi

golongan diuretik tiazid yang merupakan terapi lini pertama pasien geriatrik dengan

komplikasi CHF (JNC 7, 2003) dan melakukan modifikasi gaya hidup seperti

menghindari stres, teratur berolahraga, mengurangi makanan berkolesterol dan

bergaram tinggi.

c. Dosis Terlalu Rendah

Pasien Ny. SS, selain didiagnosa mengalami asma bronkial juga didiagnosa

mengalami gastritis, sehingga mendapatkan terapi ulsidex (sukralfat) untuk

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

131

Universitas Indonesia

melindungi mukosa lambungnya. Dosis ulsidex yang diberikan pada Ny. SS yaitu

3x sehari 500 mg, sedangkan dosis lazim penggunaan ulsidex adalah 4 g sehari

dengan dosis maksimal 8 g sehari sehingga dosis penggunaan ulsidex perlu

ditingkatkan menjadi 4x sehari 1 g (Martindale 36th edition, 2009)

d. Pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection)

Analisa DRP pada pemilihan obat tidak tepat adalah penggunaan KSR

karena tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk kadar kalium dalam darah,

sehingga tidak ada data yang menunjukkan pasien mengalami hipokalemia.

Pasien Ny. SS juga diberikan omeprazole, ulsidex, ranitidin, dan antasida

untuk terapi gastritis. Nyeri perut yang dialami oleh Ny SS tidak parah dan tidak

menunjukkan adanya gejala ulkus peptik seperti feses berwarna hitam. Pemilihan

terapi gastritis adalah antasida dengan obat golongan antagonis H2 atau Proton

Pump Inhibitor atau Sukralfat (Dipiro, 2005), sehingga pemilihan obat yang

diberikan pada Ny. SS untuk mengobati gastritis yang dialaminya tidak tepat dan

berlebihan. Disarankan Ny. SS menerima antasida dan ranitidin atau antasida dan

omeprazol.

e. Ketidakpatuhan Pasien

Berdasarkan catatan pengobatan rekam medis pasien, ada beberapa obat

yang tidak diminum sesuai dengan dosis yang diberikan dokter. Kepatuhan pasien

dalam meminum obat merupakan faktor yang menentukan keberhasilan terapi

pasien. Perlu dilakukan edukasi terhadap pasien mengenai pentingnya kepatuhan

meminum obat. Tetapi ketidakpatuhan ini mungkin saja disebabkan karena perawat

lupa mengisi lembar terapi rawat inap sehingga perlu juga peningkatan kedisiplinan

utnuk perawat dalam mengisi lembar terapi rawat inap pasien.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

132

Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Hasil identifikasi DRP (Drug Related Problems) yang dilakukan melalui

penelusuran rekam medik di paviliun Flamboyan Bawah Rumah Sakit

Marinir Cilandak didapatkan bahwa pasien mengalami penggunaan obat

tanpa indikasi, ada indikasi yang tidak diterapi, dosis terlalu rendah,

pemilihan obat yang tidak tepat, dan ketidakpatuhan pasien

2. Rekomendasi yang diberikan dari DRP tersebut adalah memantau nilai

kalium darah, pemberian obat antihipertensi, peningkatan dosis ulsidex

(sukralfat), pemberian obat untuk gastritis pasien dikurangi hanya menjadi

dua golongan obat, dan peningkatan pengetahuan pasien mengenai

pentingnya kepatuhan penggunaan obat.

5.2 Saran

1. Perlu direalisasikannya kegiatan identifikasi DRPs oleh apoteker di Rumah

Sakit Marinir Cilandak

2. Perlu adanya komunikasi antara tenaga medis dengan apoteker untuk

mengontrol terapi pasien dan masalah yang berkaitan dengan obat dapat

dihindari atau diminimalisir.

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

133

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Aslam Mohammed, Tan Chik Kaw, Prayitno Adji. (2003). Farmasi Klinis. Jakarta:

PT. Elex media Computindo.

Chisholm Burns Marie A, Wells Barbara G, Schwinghammer Terry L, Malone

Patrick M, Kolesar Jill M, Rotschafer John C, Dipiro Joseph T. (2005).

Pahrmacotherapy : A Pathophysiologic Approach Sixth Edition. United

States of America: Mc Graw Hill Medical.

Chobanian Aram V et al,. (2003). The Seventh Report of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure. United States: Deartement of Health and Human Services.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta. Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pharmaceutical Care Untuk

Penyakit Asma. Jakarta : Depkes RI

Katzung Bertam G. (2006). Basic Ans Clinical Pharmacology 10th edition. United

States of America : Mc. Graw Hil

Hepler, C.D. & Strand, L.M. (1990). Opportunities and Responsibilities in

Pharmaceutical Care. Am J Hosp Pharm.

Lacy, Charles, Amstrong Lora L, Goldman Morton P, Lance Leonard L. (2006).

Drug Information Handbook 17th Edition. American Pharmacists

Association: Lexi-Comp.

Papadakis Maxine & McPhee Stephen. (2013). Current Medical Diagnosis &

Treatment. United States of America : Mc Graw Hill Medical.

Sweetman Sean C. (2009). Martindale thirty sixth edition. London: Pharmaceutical

Press

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-PR...6 Universitas Indonesia 6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing

134

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014