universitas indonesia laporan praktek kerja ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391093-pr...6...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
FIERDINI HAPSARI LIL NASTITI, S.Farm
1306434162
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
FIERDINI HAPSARI LIL NASTITI, S.Farm
1306434162
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
1
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
5
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, Pemelihara
seluruh alam raya, karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) angkatan LXVIII
Universitas Indonesia pada periode 01 April – 30 Mei 2014 di Rumah Sakit
Angkatan Laut Marinir Cilandak dan mampu menyelesaikan laporan PKPA ini
dengan baik.
PKPA ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar sarjana Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dengan harapan
agar calon apoteker dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuann dan
keterampilan mengenai pekerjaan kefarmasiaan di rumah sakit yang merupakan
salah satu tempat pengabdian profesi apoteker. Penulis menyadari bahwa tugas
akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak
terbatas.
Kegiatan PKPA ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. DR. Mahdi Jufri, M. Si., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
2. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
3. Kolonel Laut dr. Gigih Imanta Jayantri, Sp. PD. Selaku Komandan Rumah Sakit
Marinir Cilandak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir
Cilandak.
4. Letnan Kolonel Laut (K) Drs. Agusman, MM., Apt., selaku Kepala Departemen
Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.
5. Mayor Laut Mayannaria Simarmata, M.Farm., Apt., selaku Pembimbing I di
Rumah sakit Marinir Cilandak, atas bimbingan dan pengarahan selama
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
6
Universitas Indonesia
6. Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku Pembimbing II di Rumah sakit
Marinir Cilandak, atas bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker.
7. Seluruf staf Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak .
8. Seluruh staf pengajar khususnya Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
9. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat
kepada penulis.
10. Semua teman – teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 78 serta semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama
Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan
laporan PKPA ini.
Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama
mengikuti PKPA ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi rekan – rekan
sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis,
2014
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
8
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Fierdini Hapsari Lil Nastiti
NPM : 1306434162
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Marinir Cilandak Periode 01 April – 30 Mei 2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir Cilandak bertujuan agar
mahasiswa mengetahui penerapan peran dan fungsi Apoteker dalam menjalankan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Marinir Cilandak. Tugas khusus yang
diberikan yaitu Drug Related Problems Pada Pasien Asma Bronkial di Ruang
Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak, Analisis Rekam Medis 09 – 14
Mei 2014. Tugas khusus diberikan dengan tujuan agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi dan memberikan rekomendasi penanganan masalah terkait obat yang
terjadi pada rejimen penggunaan obat salah satu pasien asma bronkial.
Kata Kunci : Rumah Sakit Marinir Cilandak, Asma,
Tugas Umum : xiv + 77 halaman + 25 lampiran
Tugas Khusus : iv + 39 halaman + 1 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 8 (1996 – 2009)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 10 (1990 – 2013)
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
9
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Fierdini Hapsari Lil Nastiti
NPM : 1306434162
Program Study : Pharmacist
Title : Apothecary Internship Report at Rumah Sakit Marinir
Cilandak on
April 01 – May 30, 2014
Apothecary Internship at Cilandak Marine Hospital aims to make students know
the application of roles and functions of pharmacists in pharmacy services in
Cilandak Marine Hospital. Given the special task of Drug Related Problems In
Bronchial Asthma Patients in Flamboyan Space Down Cilandak Marine Hospital,
Medical Records Analysis 9 to 14 May 2014. Special task given with the aim that
students can identify and provide recommendations related to drug handling
problems that occur on a regimen drug use one of the patients of bronchial asthma.
Key Words : Rumah Sakit Marinir Cilandak, Asthma,
Drug Related
Problems
Common Task : xiv + 77 pages + 25 attachments
Special Task : iv + 39 pages + 1 attachment
Bibliography of Common Task : 8 (1996 – 2009)
Bibliography of Special Task : 10 (1990 – 2013)
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
10
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Rumah Sakit ................................................................................... 4
2.1.1 Definisi Rumah Sakit ............................................................. 4
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .............................................. 4
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit ......................................................... 5
2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit ...................................... 7
2.1.5 Penilaian Kinerja RumahSakit ............................................... 10
2.1.6 Struktur Organisasi RumahSakit ............................................ 11
2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit ....................................................... 11
2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi ..................................................... 12
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ....................................................... 15
2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................. 15
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................... 15
2.2.3 Tugas Pokok dan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ....... 16
2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................. 17
BAB 3. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK . 19
3.1 Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak .......... 19
3.2 Tujuan,Visi,Misi,Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak .. 21
3.3 Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak ...................................... 22
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
11
Universitas Indonesia
3.4 Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak ...................................... 22
3.5 Instalasi Rawat Jalan ...................................................................... 22
3.6 Instalasi Rawat Inap ....................................................................... 23
3.7 Fasilitas Penunjang ......................................................................... 23
3.8 Rekam Medis .................................................................................. 24
3.9 Formularium ................................................................................... 25
3.10 Unit Sterilisasi (Sterilization Unit) ............................................... 25
3.11 Pengolahan Limbah RS Marinir Cilandak ................................... 26
BAB 4. TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK ...................................... 27
4.1 Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak .... 27
4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi .............................. 31
4.2.1 Fungsi ................................................................................... 31
4.2.2 Tugas Pokok ......................................................................... 32
4.3 Uraian Tugas Departemen Farmasi ................................................ 32
4.4 Gudang Farmasi .......................................................................... 34
4.4.1 Jam Kerja .......................................................................... 34
4.4.2 Personalia .......................................................................... 34
4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi ................................................. 33
4.5 Apotek PC .................................................................................. 37
4.5.1 Jam Kerja .......................................................................... 37
4.5.2 Personalia .......................................................................... 38
4.5.3 Jenis Pelayanan ................................................................. 38
4.5.4 Pengadaan Obat ................................................................ 38
4.5.5 Penyimpanan ..................................................................... 39
4.5.6 Pelayanan Farmasi ............................................................ 39
4.6 Apotek BPJS ............................................................................... 39
4.6.1 Jam Kerja .......................................................................... 39
4.6.2 Personalia .......................................................................... 40
4.6.3 Jenis Pelayanan ................................................................. 40
4.6.4 Pengadaan Obat ................................................................ 40
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
12
Universitas Indonesia
4.6.5 Penyimpanan ..................................................................... 40
4.6.6 Pelayanan Farmasi ............................................................ 40
4.6.7 Administrasi Penagihan .................................................... 41
4.7 Depo Kamar Farmasi .................................................................. 42
4.7.1 Jam Kerja .......................................................................... 42
4.7.2 Personalia .......................................................................... 42
4.7.3 Pengadaan ......................................................................... 42
4.7.4 Penyimpanan ..................................................................... 43
4.7.5 Jenis Pelayanan ................................................................. 43
4.8 Depo UGD .................................................................................. 43
4.8.1 Jam Kerja .......................................................................... 43
4.8.2 Personalia .......................................................................... 43
4.8.3 Pengadaan ......................................................................... 43
4.8.4 Jenis Pelayanan ................................................................. 43
BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 44
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 51
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 51
6.2 Saran ........................................................................................................... 51
DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 52
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
13
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak .............. 53
Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Farmasi RSMC .................. 54
Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RSMC ................................. 55
Lampiran 4. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC ........................................ 56
Lampiran 5. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC ......................................... 57
Lampiran 6. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC .................................... 58
Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Jalan & Rawat Inap di Apotek PC 59
Lampiran 8. Alur Resep Pasien Rawat Inap & Rawat Jalan
di Apotek BPJS ........................................................................ 60
Lampiran 9. Surat Pesanan Obat Apotek BPJS dan PC ............................. 61
Lampiran 10. Surat Pesanan Narkotika ...................................................... 62
Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika .................................................. 63
Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Obat ........................................... 64
Lampiran 13. Laporan Hasil Pengujian Limbah......................................... 65
Lampiran 14. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di RSMC ... 66
Lampiran 15. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSMC .... 67
Lampiran 16. Formulir Pendaftaran Pasien Baru ....................................... 68
Lampiran 17. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan ........................................ 69
Lampiran 18. Lembar Resep Rumah Sakit Marinir Cilandak .................... 70
Lampiran 19. Salinan Resep Apotek Yanmasum RSMC ........................... 71
Lampiran 20. Salinan Resep Apotek BPJS RSMC ..................................... 72
Lampiran 21. Etiket Obat RSMC ............................................................... 73
Lampiran 22. Persyaratan Administrasi Klain Obat BPJS
Kesehatan RSMC I ................................................................ 74
Lampiran 23. Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS
Kesehatan RSMC 3 ............................................................... 75
Lampiran 24. Print Out SIMAK BMN Persediaan Barang per Item .......... 76
Lampiran 25. Print Out SIMAK BMN Neraca RSMC .............................. 77
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
14
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang dapat diartikan sebagai
keadaan sehat, baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
2009). Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak yang sama untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang paripurna sesuai dengan kebutuhan. Pelayanan kesehatan
yang paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pendekatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan penyakit (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh
dan berkesinambungan (Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, 2009). Mengingat pentingnya kesehatan, maka Pemerintah
Republik Indonesia memasukkan kesehatan sebagai salah satu prioritas dalam
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014 melalui
peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan untuk meningkatkan angka
harapan hidup pada tahun 2015 (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010 – 2014) .
Sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
paripurna salah satunya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahan
kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tigginya. Fungsi
utama rumah sakit yakni menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif bagi pasien. Rumah sakit dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatannya menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan unit gawat
darurat (Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, 2009).
Dalam rangka melakukan upaya kesehatan tersebut, rumah sakit perlu
didukung oleh semua bagian yang ada didalamnya termasuk tenaga kesehatan.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
15
Universitas Indonesia
Tenaga kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di rumah sakit. Pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) dan merupakan pelayanan utama di rumah sakit, karena hampir seluruh
pelayanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit berkaitan dengan
persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Keberadaan pelayanan farmasi yang
baik akan berpengaruh pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan
biaya kesehatan, dan peningkatan perilaku rasional dari seluruh tenaga kesehatan,
pasien, keluarga pasien, dan masyarakat lain. Tenaga kefarmasian di rumah sakit
memiliki fungsi untuk mengelola perbekalan farmasi dan melakukan pelayanan
kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan (Departemen Kesehatan,
2004). Peran apoteker lainnya dalam farmasi rumah sakit adalah memberikan solusi
dari masalah obat yang digunakan untuk diberikan kepada tim medis yang telah
melakukan diagnosis yang tepat, oleh karena itu apoteker diharapkan memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian.
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan RS Marinir Cilandak
menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 1 April – 30
Mei 2014. Melalui kegiatan PKPA ini mahasiswa calon apteker diharapkan
memiliki bekal pengetahuan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga dapat
mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional dan handal dimasa yang akan
datang.
1.2 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Marinir Cilandak adalah :
1. Mengetahui struktur organisasi, tugas, peran, dan fungsi manajemen Rumah
Sakit Marinir Cilandak dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
2. Mengetahui dan memahami tugas, peranan, fungsi, serta tanggung jawab
apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
16
Universitas Indonesia
3. Mengetahui permasalahan atau kendala yang terjadi dalam menjalankan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Marinir Cilandak serta ikut mencari
alternatif solusi yang tepat.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
17
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat. Pelayanan Kesehatan Paripurna
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif (Kementerian Kesehatan, 2009).
Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah Sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
2.1.2.1 Tugas
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna (Kementerian Kesehatan, 2009).
2.1.2.2 Fungsi
Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengaan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
18
Universitas Indonesia
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kepemilikan, tipe
pelayanan, lama tinggal, fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur, afiliasi
pendidikan dan status akreditasi(Siregar Charles, 2003):
2.1.3.1 Kepemilikan
Rumah sakit berdasarkan kepemilikannya dapat digolongkan menjadi:
a. Rumah sakit pemerintah
Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah
baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan,
Kementrian Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat nonprofit, tidak mencari keutungan
semata. Sebagai contoh: Rumah Sakit Umum Pemerintah, Rumah Sakit Angkatan
Laut (RSAL), Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD), Rumah Sakit Angkatan
Udara (RSAU), Rumah Sakit Polisi Republik Indonesia (RS POLRI).
b. Rumah sakit non pemerintah (swasta)
Rumah sakit swasta, adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan
oleh yayasan, organisasi keagamaan, atau oleh badan hukum lain dan dapat juga
bekerja sama dengan institusi pendidikan.
a) Rumah sakit swasta berdasarkan tujuan :
1) Rumah sakit profit
Rumah sakit tipe ini yaitu, rumah sakit yang dimiliki dan dikelola oleh
yayasan atau badan yang bukan milik pemerintah, dengan tujuan mencari
keuntungan.
2) Rumah sakit non profit
Rumah sakit tipe ini yaitu, rumah sakit yang biasanya dimiliki oleh
organisasi atau yayasan keagamaan, kekeluargaan, dan tidak mencari keuntungan.
b) Rumah sakit swasta berdasarkan pelayanan :
1) Rumah sakit swasta pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit
pemerintah kelas D.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
19
Universitas Indonesia
2) Rumah sakit swasta madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4
cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.
3) Rumah sakit swasta utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan
subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.
2.1.3.2 Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanaan yang diberikan, rumah sakit dapat
digolongkan menjadi:
1) Rumah sakit umum
Pelayanaan kesehatan yang diberikan rumah sakit umumbersifat dasar,
spesialitik, dan sub spesialitik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada
berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis
dan terapi untuk berbagi kondisi medik, ibu hamil dan lain sebagainya.
2) Rumah sakit khusus
Rumah sakit khusus, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
khusus bagi penderita dengan spesialisasi dan pelayanan sub spesialis khusus,
misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit paru-paru, rumah sakit mata, rumah sakit
kanker, rumah sakit jantung.
2.1.3.3 Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur
Berdasarkan kapasitas tempat tidurnya, rumah sakit pemerintah dibagi
menjadi lima kelas, yaitu :
1) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A
RSU Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialistik Dasar, 5 Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain, dan 13 Pelayanan
Medik Sub Spesialis, serta memiliki kapasitas tempat tidur minimal 400 buah.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
20
Universitas Indonesia
2) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B
RSU Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis dasar, 4 Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya, dan 2 Pelayanan
Medik Subspesialis Dasar, serta memiliki kapasitas tempat tidur minimal 200 buah.
3) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas C
RSU Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, serta memilki kapasitas tempat tidur minimal 100 buah.
4) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D
RSU Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medic paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar serta memiliki
kapasitas tempat tidur minimal 50 buah.
2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.1197, 2004)
2.1.4.1 Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan, dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, yaitu :
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian
di rumah sakit.
c. Dipisahkannya antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing, serta ada penanganan limbah.
d. Dipisahkannya juga antara jalur steril, bersih, dan daerah abu-abu, bebas
kontaminasi.
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan, dan
keamanan binatang pengerat.
f. Fasilitas peralatan memenuhi pesyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair
untuk obat luar atau dalam.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
21
Universitas Indonesia
2.1.4.2 Pembagian Ruangan
a. Ruang Kantor
a) Ruang pimpinan
b) Ruang staf
c) Ruang kerja/administrasi
d) Ruang pertemuan
b. Ruang Produksi
Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi, tertib, dan efisien untuk
meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :
a) Ruang produksi sediaan non steril
b) Ruang produksi sediaan steril
c. Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur,
sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas yang terdiri dari :
a) Kondisi umum untuk ruangan penyimpanan obat jadi, obat produksi,
bahan baku obat, alat kesehatan, dll.
b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan obat termolabil, alat kesehatan
dengan suhu rendah, obat mudah terbakar, obat/bahan obat berbahaya,
dan barang karantina.
d. Ruang Distribusi/Pelayanan
Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi rumah sakit :
a) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotek)
b) Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
c) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
d) Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
e) Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
22
Universitas Indonesia
f) Dilengkapi kereta dorong trolley
e. Ruang Konsultasi
Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada
pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.Ruang
konsultasi ini untuk pelayanan rawat jalan (apotek) dan pelayanan rawat inap.
f. Ruang Informasi Obat
Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi dan
penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan informasi
obat. Luas ruang yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat tergantung dari
jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh rumah sakit, yaitu :
a) 200 tempat tidur : 20 m2
b) 400-600 tempat tidur : 40 m2
c) 1300 tempat tidur : 70 m2
g. Arsip Dokumen
Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyiapkan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai hukum,
aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
h. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk
obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan
memenuhi persyaratan, penaraan, dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap
tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia :
a) Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, dan pembuatan obat baik non
steril maupun aseptik
b) Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c) Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
d) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
23
Universitas Indonesia
e) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f) Penerangan, sarana air, ventilasi, dan sistem pembuangan limbah yang baik
2.1.5 Penilaian Kinerja Rumah Sakit
Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja rumah sakit
adalah melalui penilaian efisiensi pengelolahan rumah sakit yang menetapkan 4
(empat) parameter dasar dalam perhitungan, yaitu :
1. Bed Occupancy Rate (BOR)
Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di
Rumah Sakit yang digunakan pasien dalam satu periode. Nilai ideal BOR menurut
Depkes (2001) adalah antara 70%-85%.
Rumus : BOR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
2. Turn Over Interval (TOI)
Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat
tidur kosong. Idealnya adalah 2 sampai 3 hari.
Rumus : TOI = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒−ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)
3. Length of Stay (LOS)
Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1 (satu)
pasien selama 1 (satu) tahun. Idealnya adalah 6 sampai 9 hari.
Rumus : LOS = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑎𝑝 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖
4. Bed Turn Over (BTO)
Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali satu tempat tidur
ditempati pasien dalam satu tahun. Idealnya adalah 40 sampai 50 kali. Data-data
pengunjung yang harus dilengkapi dalam perhitungan tingkat efisiensi tersebut
adalah :
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
24
Universitas Indonesia
a. Rata-rata jumlah tempat tidur per tahun
b. Jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun
c. Jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal
selama 1 (satu) tahun.
Rumus : BTO = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟
2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan
akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala atau direktur
rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksa internal, serta administrasi umum dan keuangan
(Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
2009).
2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit
Tenaga kesehatan di rumah sakit terdiri dari (Undang-Undang Republik
Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, 2009):
a. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (sarjana
farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah
farmasi/asisten apoteker).
d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entemolog
kesehatan, mikrobiolog, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan,
sanitarian.
e. Tenaga gizi meliputi nutrition, dietician.
f. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, terapis wicara.
g. Tenaga keteknisian medis : radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedia, analis kesehatan, dokter mata, tehnik transfusi, perekam medis.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
25
Universitas Indonesia
2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi
2.1.8.1 Definisi
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan badan penghubung antara staf
medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker yang
mewakili farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Selain itu juga
membuat kebijaksanaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penilaian
dan pemilihan obat di rumah sakit agar didapat penggunaan yang rasional
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197, 2004). PFT dipimpin
oleh seorang dokter, sedangkan Apoteker dari Instalasi Farmasi sebagai sekretaris.
Tugas utama panitia ini adalah menyeleksi obat yang memenuhi standar kualitas
terapi obat yang efektif, mengevaluasi data klinis obat baru atau bahan yang
diusulkan untuk dipakai di rumah sakit, mencegah duplikasi pengadaan obat,
menganjurkan penambahan-penambahan dan penghapusan obat
dari formularium rumah sakit dan mempelajari reaksi obat yang tidak diinginkan
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197, 2004).
2.1.8.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan dan penggunaan
obat secara rasional serta evaluasinya.
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan.
c. Meningkatkan efektivitas, keamanan, dan nilai ekonomis dari penggunaan
obat di rumah sakit.
2.1.8.3 Struktur Organisasi dan Kegiatan
Susunan kepanitian PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi setiap rumah
sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat.
Ketentuan umum bagi PFT di antaranya :
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
26
Universitas Indonesia
a. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang
yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga
dokter bisa melebihi 3 orang yang mewakili semua staf medis fungsional
yang ada.
b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada dalam kepanitiaan dan jika rumah
sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka farmakolog yang
dipilih sebagai ketua. Sekretaris adalah apoteker dari instalasi farmasi atau
apoteker yang ditunjuk.
c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 bulan sekali dan
untuk rumah sakit yang besar diadakan sebulan sekali. Rapat PFT dapat
mengundang pakar-pakar dari dalam maupun luar rumah sakit yang dapat
memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,
termasuk persiapan dan hasil-hasil rapat.
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
2.1.8.4 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
b. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis
obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit yang
termasuk dalam kategori khusus.
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji rekam medik dan dibandingkan dengan standar diagnosa dan
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
27
Universitas Indonesia
terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional.
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat melalui media berkomunikasi.
2.1.8.5 Peran dan Tugas Apoteker dalam PFT
Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua
kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit
di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Tugas apoteker dalam PFT adalah
sebagai berikut:
a. Menjadi sekretaris PFT
b. Menetapkan jadwal pertemuan
c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan khususnya tentang obat
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan rumah sakit
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait
g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam
pertemuan
h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi
lain
i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT
j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat pada pihak terkait
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
28
Universitas Indonesia
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Definisi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit di
suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional. IFRS juga merupakan
tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna,
mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat
inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinik yang
mencakup layanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan
program rumah sakit secara keseluruhan.
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.2.1 Manajemen
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
c. Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan Farmasi dan
staf melalui pendidikan.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah dievaluasi dan
berdaya guna untuk pengembangan.
e. Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk peningkatan
mutu pelayanan.
2.2.2.2 Farmasi Klinik
a. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk
pencegahan dan rehabilitasinya.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik potensial
maupun kenyataan.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
29
Universitas Indonesia
c. Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerja
sama pasien dan tenaga kesehatan lain.
d. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk
menyelasaikan masalah yamg berhubungan dengan obat.
e. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta
tenaga kesehatan rumah sakit.
f. Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat serta
tenaga kesehatan rumah sakit.
g. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.
h. Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.
i. Memonitor kadar obat dalam darah.
j. Melayani konsultasi keracunan.
k. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan, penerapan
dan evaluasi pengobatan.
2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.3.1 Tugas Pokok IFRS
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi.
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
2.2.3.2 Fungsi IFRS
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
30
Universitas Indonesia
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku.
6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.
6) Memberi konseling kepada pasien / keluarga.
7) Melakukan pencampuran obat suntik.
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9) Melakukan penanganan obat kanker.
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
12) Melaporkan setiap kegiatan.
2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Ketentuan bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit antara lain :
a. IFRS dipimpin oleh Apoteker.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
31
Universitas Indonesia
b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang mempunyai
pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.
c. Apoteker telah terdaftar di Departemen Kesehatan dan mempunyai surat ijin
kerja.
d. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi (D3) dan
tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker.
e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi barang farmasi.
f. Setiap saat harus ada Apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan
mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang
bertanggung jawab bila apoteker berhalangan.
g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga
farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki kualifikasi
pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang
dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
32
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak
Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) sebelumnya merupakan suatu
poliklinik kecil yang menempati sebuah ruang dinas bintara KKO. Poliklinik ini
dipindahkan ke lokasi rumah sakit saat ini pada tahun 1961 dan dikembangkan
menjadi balai pengobatan yang dipimpin oleh Kapten Laut (K) dr. O.M. Sianipar.
Berdasarkan S.Kep. Panglima KKO AL No. 5401/5/1968 pada tanggal 22
Maret 1968, status Rumah Sakit diubah menjadi Rumah Sakit Korps Komando TNI
AL (RSKO wilayah barat), yang berlokasi di tempat sekarang ini. Tanggal 22 Maret
diresmikan sebagai hari jadi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Komandan Rumah
Sakit yang pertama adalah Mayor Laut (K) dr. Foead Arief Tirtohusodo.
Berdasarkan ketetapan Menhankam/Pangab S.Kep. No. 226/11/1977 Rumah
Sakit AL Lanmar ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat IV dan mengganti
istilah Komandan Rumah Sakit menjadi Kepala Rumah Sakit (Ka Rumkit).
Penerbitan S.Kep. Kasal No 813/IV/1979 membawa perubahan pada rumah sakit
melalui Surat Keputusan Panglima Daerah No 3 S.Kep/42/VII/1979 tentang
perubahan nama RS TNI AL tingkat IV Lanmar Jakarta Cilandak menjadi RS TNI
AL Daerah 3 (Rumkital Daerah 3 Cilandak).
Pada tahun 1980, rumah sakit telah memiliki 2 orang dokter umum dan 2
orang dokter gigi. Status rumah sakit meningkat menjadi Rumah Sakit ABRI
tingkat III dengan 60 tempat tidur melalui penerbitan S.Kep. Menhankam/Pengab
No. 226a/II/1980. Kedudukan Rumkit AL Cilandak di bawah Suriak Teklap Diskes
daerah 3 yang ditetapkan melalui S.Kep. Kasal No 609/II/1980.
Pada tanggal 24 Maret 1990, jabatan Kepala Rumkital Cilandak
diserahterimakan ke Mayor Laut drg. Moeryono Aladin. Peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit terus dilaksanan. Berbagai perbaikan terus dilakukana
baik dari segi sarana rumah sakit maupun kemampuan sumber daya manusia yang
dituangkan melalui “Tiga Perintah Harian” yang berbunyi :
a. Tingkatkan profesionalisme dan semangat pengabdian seluruh jajaranRSMC
b. Ciptakan lingkungan bersih, nyaman dan asri di RSMC.
c. Tingkatkan dukungan dan pelayanan kepada prajurit dan keluarganya.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Pada tanggal 24 Maret 1990, RSMC ditetapkan sebagai kawasan bebas rokok
dan merupakan rumah sakit pertama di Indonesia yang memberlakukan larangan
merokok di lingkungan rumah sakit. Pada tahun 1992, RSMC menjadi rumah sakit
terbersih se-DKI Jakarta dan menjadi juara II untuk tingkat nasional.
Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Kep/42/VII/1997 dan No.
SKEP/22/III/1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak secara bertahap mengalami
perubahan organisasi, saarana, dan prasarana sesuai persyaratan yang ada sebagai
Rumah Sakit TNI AL tingkat II. Pada tanggal 18 Juni 1998, Rumah Sakit Marinir
Cilandak ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat II B dan sebagai unsur
komando pelaksana fungsi Korps Marinir di Bidang Kesehatan yang berkedudukan
langsung di bawah Korps Marinir.
Pada tahun 1990, akreditasi rumah sakit tingkat dasar berhasil dilaksanakan.
Berdasarkan S.Kep Depkes RI No. YM.00.03.3.5.400, Rumah Sakit TNI AL
Marinir Cilandak telah mendapatkan status akreditasi penuh tingkat dasar pada
tanggal 14 Februari 2000.
Pada tanggal 21 Desember 2000, jabatan Kepala Rumkital diserahkan kepada
Kolonel Laut (K) dr. Musana, Sp.KJ. Peningkatan kemampuan fasilitas dan
pelayanan rumah sakit dilaksanakan dengan moderenisasi peralatan yang ada serta
melengkapi sarana dan prasarana kesehatan. Upaya peningkatan fasilitas rumah
sakit memanfaatkan hasil pelayanan masyarakat umum yang dikelola dengan baik
oleh Rumkital Marinir Cilandak. Kegiatan renovasi diawali dengan melengkapi
kendaraan operasional dan peralatan kesehatan yang canggih, kemudian dilanjutkan
dengan perbaikan registrasi keuangan dan komputerisasi rekam medik pasien.
Pada tahun 2003, pengembangan fasilitas penunjang pelayanan kesehatan
lain dilakukan berupa pembangunan ruang serbaguna, ruang kebidanan dan
kandungan, ruang bayi, ruang bersalin, ruang kesehatan ibu dan anak (KIA), ruang
tunggu rawat jalan, renovasi radiologi dan penyelesaian pembangunan gedung
rawat inap kelas III dengan bantuan dari Departemen Pertahanan. Untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik, Rumah Sakit Marinir Cilandak
memberikan bantuan keringanan perawatan atau subsidi nonmaterial kepada pasien
miskin dan tidak mampu.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Unsur pelayanan di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi pelayanan rawat
jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan unit gawat darurat, penunjang medis dan
pelaksanaan pelayanan medis. Selain memberikan pelayanan kesehatan, Rumah
Sakit Marinir Cilandak juga menjadi tempat prakek kerja dari beberapa institusi
pendidikan di Jakarta, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia seta beberapa Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan,
Akademi Fisioterapi dan Akademi Farmasi.
3.2 Tujuan, Visi, Misi, Motto, dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak
3.2.1 Tujuan
a. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi personil militer TNI
AL khususnya marinir agar selalu siap operasional.
b. Terpeliharanya kesiapan Rumah Sakit Marinir Cilandak agar selalu siap dalam
memberikan dukungan kesehatan pada operasi Korps Marinir.
c. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara profesional bagi anggota dan
keluarganya serta masyarakat umum, tanpa memandang agama, golongan,
kedudukan, dan pangkat.
3.2.2 Visi
Menjadi Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan
dukungan kesehatan pada operasi militer dan pelayanan kesehatan yang
profesional.
3.2.3 Misi
a. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan pelayanan
kesehatan.
b. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program
secara berhasil guna dan berdaya guna.
3.2.4 Motto
“Keselamatan pasien prioritas layanan kami.”
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
35
Universitas Indonesia
3.2.5 Tugas Pokok
Rumah Sakit Marinir Cilandak bertugas melaksanakan dukungan kesehatan
dan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik terbatas bagi personil
militer dan Pegawai Negeri Sipil TNI AL beserta keluarganya di wilayah barat.
3.3. Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak
Struktur organisasi RS Marinir Cilandak dipimpin oleh seorang Komandan
Rumah Sakit disingkat dengan Dan Rumkit, dibantu oleh Wakil Komandan Rumkit
disingkat WaDan Rumkit. Setelah itu Wakil Komandan Rumkit dibantu oleh
Kepala Departemen Kesehatan Kelautan (Kesla); Kepala Departemen Penyakit
Dalam, Paru, Jantung, Jiwa dan Saraf (P2J2S); Kepala Departemen Gigi dan Mulut
(Gilut); Kepala Departemen Bedah; Kepala Departemen Kulit, Telinga, dan Mata
(Kutema); Kepala Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Kepala Departemen Penunjang
Klinik; Kepala Departemen Farmasi; dan Kepala Departemen Perawatan
(Lampiran 1).
3.4. Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak
Sumber daya manusia merupakan aset terpenting bagi rumah sakit untuk
dapat melaksanakan upaya pelaksa kesehatan. Tenaga profesional yang dimiliki
oleh Rumah Sakit Marinir Cilandak saat ini terdiri dari:
a. Dokter Umum
b. Dokter Gigi Umum dan Spesialis
c. Dokter Spesialis: Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit
Dalam, Jantung, Paru, Bedah Umum, Bedah Plastik, Bedah Tulang, Bedah
Urologi, Bedah Syaraf, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Saraf, Anastesi,
Radiologi, Patologi Klinik, dan Jiwa
3.5. Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan yang tersedia di RS Marinir Cilandak terdiri dari:
a. Poliklinik Penyakit Dalam (internist)
b. Poliklinik Penyakit Bedah: Umum, Tulang, Saraf, Plastik, dan Urologi
c. Poliklinik Paru
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
36
Universitas Indonesia
d. Poliklinik Jantung
e. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
f. Poliklinik Kesehatan Anak
g. Poliklinik Mata
h. Poliklinik Saraf
i. Poliklinik THT
j. Poliklinik Kulit dan Kelamin
k. Poliklinik Fisioterapi
l. Poliklinik Umum
m. Poliklinik Gigi Umum
n. Poliklinik Gigi Spesialis
o. Poliklinik Akupuntur
3.6. Instalasi Rawat Inap
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
membutuhkan perawatan secara intensif di rumah sakit sehingga mengharuskan
pasien untuk tinggal di rumah sakit sampai kesehatannya membaik. Instalasi rawat
inap RSMC memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat rawat inap pasien
sebanyak 190 tempat tidur terpasang yang meliputi:
a. Rawat Inap Paviliun A (Anyelir) : Khusus pasien kebidanan
b. Rawat Inap Paviliun B (Bougenvile) : Khusus pasien bedah
c. Rawat Inap Paviliun C (Cempaka) : Khusus pasien penyakit dalam
d. Rawat Inap Paviliun D (Dahlia) : Khusus pasien anak
e. Rawat Inap Paviliun E (Edelweis) : Khusus pasien VVIP, VIP, Kelas I
f. Rawat Inap Paviliun F (Flamboyan) : Pasien campuran
3.7. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang yang terdapat pada Rumah Sakit Marinir Cilandak
adalah:
a. Laboratorium
b. Radiologi
c. Farmasi
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
37
Universitas Indonesia
d. Gizi
e. High Care Unit (HCU)
f. Medical Check Up (MCU)
g. Intensif Care Unit (ICU)
h. Unit Gawat Darurat (UGD)
i. Kamar Operasi (OK)
3.8. Rekam Medis
Rekam medis merupakan alat komunikasi antara pasien, dokter, perawat, dan
apoteker. Rekam medis atau catatan medis adalah kumpulan data medis dan sosial
dari seorang pasien baik rawat inap maupun rawat jalan sejak pasien masuk rumah
sakit hingga pasien sembuh dan pulang (Depkes, 2008).
Penulisan rekam medis di RS Marinir Cilandak dimulai pada saat pasien
mendaftar di tempat pendaftaran, kemudian menuliskan identitas lengkap seperti
nama, umur, alamat, pendidikan, tempat tanggal lahir, dan sebagainya. Kemudian
data-data tersebut akan disimpan dalam file berdasarkan nomor dan warna dan tidak
ada perbedaan antara pasien anggota dan pasien umum. Isi dari rekam medis adalah:
a. Identitas pasien
b. Ringkasan riwayat klinis
c. Kartu pasien
d. Pemeriksaan lab, terdiri dari analisa gas darah, darah rutin, kultur, atau
resistensi
e. Ringkasan masuk darurat yang terdiri dari: anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosis
f. Pengukuran denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah (untuk rawat inap)
g. Catatan perkembangan pasien dan instruksi dokter
h. Rencana tindakan perawatan
i. Catatan terapi terdiri dari: nama pasien, tanggal masuk, ruang rawat, nama
obat (dosis, tanggal pemberian, waktu pemberian)
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
38
Universitas Indonesia
3.9. Formularium
Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki formularium rumah sakit yang berisi
kelas terapi obat, nama obat, sediaan, nama dagang, dan nama produsen obat.
Susunan daftar obat dievaluasi tiap setahun sekali oleh tim komite medik
berdasarkan kualitas, potensi, dan harga obat.
3.10. Unit Sterilisasi (Sterilization Unit)
Pelaksanaan proses sterilisasi RSMC belum dilakukan di unit sterilisasi yang
terpusat atau Central Sterile Supply Department (CSSD). Proses sterilisasi
dilakukan di setiap ruangan seperti rawat inap, kamar operasi, unit gawat darurat,
dan lain-lain.
Untuk proses sterilisasi ruangan, langkah awal yang dilakukan adalah
ruangan harus dibersihkan lalu disterilkan dengan cara disinari dengan sinar UV.
Setiap 6 bulan sekali dilakukan pengujian terhadap keberadaan bakteri. Apabila
bakteri melebihi ambang batas, maka ruangan harus dibersihkan dengan disinfektan
dan setelah itu di-fogging.
Sterilisasi alat-alat kedokteran dilakukan berdasarkan jenis bahannya, yaitu
menggunakan cara sebagai berikut:
a. Sterilisasi dengan panas kering
Sterilisasi panas kering digunakan untuk mensterilkan alat-alat logam seperti
gunting bedah, tong spatel, pisau bedah, jarum bedah, dan alat-alat bedah
lainnya. Cara sterilisasi yang dilakukan yaitu memasukkan alat ke dalam oven
dengan suhu 150°C selama 2 jam. Setelah selesai proses sterilisasi, alat-alat
yang sudah steril disimpan di dalam lemari yang disusun berdasarkan jenis
tindakan operasi (bedah umum, bedah ortopedi, bedah kandungan, dan bedah
urologi).
b. Sterilisasi dengan panas basah
Sterilisasi dengan autoklaf digunakan untuk mensterilkan linen/ kain katun,
dressing kain kasa, dan perban. Cara yang dilakukan adalah dengan
memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf dengan suhu 121°C selama 15
menit. Setelah selesai proses sterilisasi, alat dan bahan disimpan di lemari
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
39
Universitas Indonesia
dalam ruangan yang telah disterilisasi menggunakan formaldehid yang
diencerkan.
3.11 Pengolahan Limbah RSMC
Pengolahan limbah RSMC meliputi limbah padat dan cair.
3. 11.1. Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair berasal dari berbagai unit, seperti ruang perawatan, laboratorium,
dapur, dan laundry. Pemantauan pengolahan limbah RSMC dilakukan setiap 3
bulan sekali dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan
Hidup Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah tersebut dibuang ke sungai
Krukut. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, kesadahan,
senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological
Oxygen Demand (Lampiran 18). Pada proses pengolahan limbah, semua limbah
cair dialirkan ke dalam bak penampungan yaitu bak pertama dan kedua untuk
pemrosesan limbah dan proses aerasi dengan alat blower. Bak ketiga untuk
sedimentasi yang bertujuan memisahkan antara lumpur dengan air yang bersih, bak
keempat untuk proses penyaringan limbah. Bak kelima adalah proses pertumbuhan
bakteri aerob untuk menguraikan limbah serta pengobatan dengan kaporit lalu
dialirkan ke sungai Krukut.
3. 11.2. Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis.
Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari ruangan perawatan,
laboratorium, kamar operasi, UGD, misalnya kassa, jarum suntik, botol infus, vial,
ampul, kapas, dan perban. Penanganan untuk alat-alat yang tajam dimasukkan
dalam wadah khusus seperti jirigen. Limbah padat yang tidak bersifat infeksius
dimasukkan ke dalam plastik hitam sedangkan limbah yang bersifat infeksius
dimasukkan ke dalam plastik kuning. Semua limbah dibakar menggunakan
incinerator dengan suhu 800°C - 1200°C.
Limbah non medis merupakan limbah yang berasal dari dapur, kertas, botol
plastik, botol infus, vial, dan ampul. Penanganan limbah non medis dilakukan
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
40
Universitas Indonesia
dengan pengumpulan oleh petugas kesehatan kemudian dua kali dalam seminggu
diambil oleh petugas kebersihan setempat.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
41
Universitas Indonesia
BAB 4
TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
4.1 Struktur Organisasi Bagian Farmasi RS Marinir Cilandak
Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan suatu unit
fungsional yang mengelola semua perbekalan farmasi yang digunakan oleh RSMC
yang dipimpin oleh seorang Kepala Departemen Farmasi (Kadep Far) yang secara
struktural berada di bawah Komandan Rumah Sakit. Tenaga personalia
Departemen Farmasi RSMC terdiri dari 6 apoteker, 23 orang asisten apoteker, dan
13 orang non asisten apoteker. Struktur Organisasi Departemen Farmasi
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.1.1. Kepala Bagian Farmasi
Kepala Bagian Farmasi bertugas dalam membantu Komandan Rumah Sakit
(Dan Rumkit) yang berada di bawah koordinasi dan pengawasan Wakil Komandan
Rumah Sakit (Wadan Rumkit) yang bertugas dalam menyelenggarakan pelayanan
farmasi di RSMC. Dalam menjalankan tugasnya, Kabag Far bertanggung jawab
langsung kepada Dan Rumkit atau melalui Wadan Rumkit.
Dalam kegiatan administrasi Kabag Far dibantu oleh Urusan Tata Usaha (Ur
TU) dengan uraian tugas dan pekerjaan sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan ketatausahaan di Departemen Farmasi dan kegiatan surat
menyurat sesuai dengan petunjuk administrasi yang berlaku
b. Melaksanakan agenda/ ekspedisi serta penyimpanan arsip
c. Menyediakan bahan dan alat-alat kebutuhan surat-menyurat bagi keperluan
Bagian Farmasi
d. Melaksanakan pencatatan, pengawasan, pemeliharaan, dan pengamanan
material/ dokumen serta inventaris yang ada dalam Bagian Farmasi
e. Mengadakan koordinasi dengan sekretariat RSMC tentang surat-menyurat
yang berasal dari dan ditujujkan untuk Bagian Farmasi
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
42
Universitas Indonesia
4.1.2. Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi
Kabag Far dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Kepala Sub
Bagian Pengendalian Farmasi. Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi (Ka
Subbag Dalfar) memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan
b. Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan
c. Melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan
d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran material kesehatan
e. Merancang sistem penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material
kesehatan
f. Melaksanakan administrasi, penyimpanan, dan penyaluran material
g. Merancang bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik
h. Menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta
pengajuan material kesehatan secara periodik
Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Kabag Far dan dibantu oleh petugas:
4.1.2.1. Kepala Urusan Pengendalian Farmasi (Kaur Dalfar)
Kepala urusan pengendalian farmasi memiliki tugas sebagai berikut:
a. Membuat perencanaan laporan tentang obat-obatan yang sudah habis
b. Menyusun kebutuhan obat berdasarkan sisa stok barang
c. Menyelenggarakan stock opname pada setiap akhir tahun anggaran
d. Memberikan laporan pemakaian narkotika dan obat psikotropika setiap bulan
e. Membuat administrasi penghapusan
f. Membuat evaluasi dan pelaporan dari perencanaan, pengadaan, dan
pembayaran setiap bulan kepada Ka Subbag Dalfar
4.1.3. Kepala Sub Bagian Apotek
Selain dibantu oleh Ka Subbag Dalfar, Kabag Far juga dibantu oleh seorang
Kepala Sub Bagian Apotek (Ka Subbag Apotek) yang memiliki tugas sebagai
berikut:
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
43
Universitas Indonesia
a. Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada pasien rawat inap, rawat
jalan, ruang bedah, gawat darurat, dan unit-unit perawatan
b. Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat kepada
pasien dalam rangka pemberian informasi obat
c. Menyelenggarakan administrasi penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran
material kesehatan
d. Membuat laporan pelaksanaan tugas Sub Bag Apotek secara periodik
e. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kabag Far
Kepala Sub Bagian Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
4.1.3.1. Kepala Urusan Apotek (Kaur Apotek)
Kepala urusan apotek memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan dan rawat
inap
b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di pelayanan
pasien rawat jalan dan rawat inap
c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan
pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap
d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya
e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
lainnya
f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan pasien
rawat jalan dan rawat inap secara periodik
g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan
dan rawat inap
h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup apotek rawat jalan dan
rawat inap
i. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Ka Subbag Apotek
Kepala Urusan Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
4.1.3.1.1. Kepala Urusan Apotek Rawat Jalan (Kaur Apotek Wat Jalan)
Kepala urusan apotek rawat jalan memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
44
Universitas Indonesia
b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di pelayanan
pasien rawat jalan
c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan
pelayanan pasien rawat jalan
d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya
e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
lainnya
f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan pasien
rawat jalan secara periodik
g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan
h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Apotek Wat Jalan
4.1.3.1.2. Kepala Urusan Apotek Rawat Inap (Kaur Apotek Wat Inap)
Kepala urusan apotek rawat inap memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat dan suplai medis untuk pasien
rawat inap
b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat dan suplai medis beserta sarana
dan prasarana di unit-unit pelayanan pasien rawat inap
c. Memantau dan mengawasi penggunaan obat dan suplai medis di ruang
perawatan
d. Membuat laporan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan pasien rawat
inap secara periodik
e. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat inap
f. Melaksanakan, memeriksa, dan mengendalikan pelayanan obat dan suplai
medis yang diadakan melalui sistem resitusi
g. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika
setiap bulan
h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup bagian Apotek Wat Inap
4.2. Fungsi dan Tugas Pokok Bagian Farmasi
4.2.1. Fungsi
a. Melaksanakan perencanaan kebutuhan barang farmasi
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
45
Universitas Indonesia
b. Melaksanakan pengadaan barang farmasi sesuai ketentuan yang berlaku
c. Mengatur sistem penyimpanan barang farmasi sesuai peraturan yang berlaku
d. Mengatur sistem pendistribusian barang farmasi ke seluruh poli di RSMC
yang membutuhkan
e. Melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di lingkungan rumah sakit
f. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang pelayanan farmasi
4.2.2. Tugas Pokok
Sebagai salah satu unsur pelaksana utama Dan Rumkit, Kepala Bagian
Farmasi bertugas membantu Dan Rumkit atau Wadan Rumkit untuk
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh
kegiatan dan kebutuhan pelayanan farmasi yang meliputi obat, alat kesehatan, alat
kedokteran dan alat perawatan, bekal kesehatan, gas medik, dan barang kimia
lainnya di RSMC.
4.3. Uraian Tugas Bagian Farmasi
a. Menyiapkan semua data di Bagian Farmasi untuk disajikan kepada Dan
Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit
b. Memberikan saran mengenai bidang kefarmasian baik diminta maupun
tidak diminta kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui
Wadan Rumkit
c. Menyusun program kerja Bagian Farmasi sebagai bahan penyusunan
program kerja RSMC
d. Mengajukan kebutuhan personel, peralatan, dan anggaran biaya kepada Dan
Rumkit dalam rangka kelancaran tugas dan pengembangan Bagian Farmasi
e. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan farmasi rumah
sakit
f. Menyusun dan menyiapkan petunjuk – petunjuk dalam rangka pelaksanaan
kegiatan di Bagian Farmasi
g. Menyelenggarakan fungsi staf dalam bidang pembinaan kefarmasian di
lingkungan RSMC atas dasar pengembangan ilmu dan teknologi masing –
masing sub bagian
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
46
Universitas Indonesia
h. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin, kebersihan,
keamanan, dan kelancaran tugas di lingkungan Bagian Farmasi
i. Mengatur dan mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua
peralatan dan sarana yang ada di Bagian Farmasi, agar selalu dalam keadaan
baik, lengkap, dan siap pakai
j. Menyiapkan dan meneliti surat – surat yang berhubungan dengan Bagian
Farmasi sebelum ditandatangani Dan Rumkit
k. Melaksanakan koordinasi di lingkungan Bagian Farmasi dengan unit kerja
lain di luar Bagisn Farmasi dalam rangka penyusunan prosedur kerja
pelayanan farmasi di RSMC
l. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Kepala Bagian dan unit
kerja lain yang terkait dalam rangka merencanakan kebutuhan obat, alat
kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, pengembangan pelayanan
farmasi di bagian atau unit kerja yang bersangkutan
m. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan, dan instansi baik di dalam
maupun di luar RSMC untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai
tingkat dan lingkup kewenangannya
n. Mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan penerimaan,
penyimpanan, dan pendistribusian barang – barang farmasi guna menjamin
pencapaian tujuan sasaran program kerjanya berhasil guna dan berdaya
guna
o. Membuat uraian tugas bagi para pelaksana yang bekerja di lingkungan
Bagian Farmasi
p. Mengawasi dan bertanggung jawab agar semua kegiatan di lingkungan
Bagian Farmasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Membuat laopran kepada Dan Rumkit atau Wadan Rumkit baik
secara langsung maupun secara tertulis
q. Membuat laporan berkala meliputi: pengadaan dan penggunaan obat, alat
kesehatan, alat kedokteran dan bekal kesehatan setiap bulan, per triwulan,
dan setiap akhir tahun anggaran, menyiapkan data penggunaan obat
narkotika, stock opname setiap akhir triwulan dan akhir tahun anggaran,
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
47
Universitas Indonesia
menyelenggarakan usaha – usaha yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan farmasi sesuai dengan tuntutan masyarakat pengguna jasa rumah
sakit, dan kemampuan rumah sakit tugas pokok Bagian Farmasi dapat
dilaksanakan secara optimal
r. Selalu mengadakan koordinasi dan kerja sama serta memelihara hubungan
baik dengan bagian lain untuk menunjang tercapainya tugas pokok dan
fungsi Bagian Farmasi
s. Mengadakan kegiatan lain sesuai dengan pengarahan Dan Rumkit atau
Wadan Rumkit
4.4 Gudang Farmasi
Tugas dari gudang farmasi adalah menerima, menyimpan, dan
mendistribusikan perbekalan kesehatan untuk pasien BPJS Kesehatan baik rawat
jalan maupun rawat inap. Perbekalan kesehatan yang dimaksud meliputi material
kesehatan yang berupa obat-obatan dan barang habis pakai serta alat kesehatan.
4.4.1 Jam Kerja
Gudang farmasi buka setiap hari kerja yaitu Senin-Jumat pada jam 07.00-
15.30 WIB dan istirahat pada pukul 12.00-13.00 WIB.
4.4.2 Personalia
Tenaga personalia di bagian gudang farmasi RSMC berjumlah 6 orang
yang terdiri dari 1 apoteker, 2 asisten apoteker, dan 3 non asisten apoteker.
4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi
1. Penerimaan Perbekalan Farmasi
Setiap penerimaan obat harus didukung dengan bukti penerimaan.
Penerima barang harus memeriksa kesesuaian antara fisik barang dengan dokumen
pengantar kiriman barang. Dokumen bukti pemeriksaan tersebut harus
ditandatangani oleh petugas penerima barang, yang menyerahkan barang, serta
diketahui oleh Kepala Bagian Farmasi dan dibubuhi stempel. Untuk jenis barang
yang diadakan melalui pembelian sendiri, bila terjadi ketidaksesuaian antara
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
48
Universitas Indonesia
fisik barang dengan dokumen, maka dilakukan pengembalian barang (retur)
dan dicatat di buku berita acara.
2. Penyimpanan (Pergudangan)
Penyimpanan barang dikelompokkan berdasarkan ruangan yang
membutuhkan, seperti OK dan UGD. Setiap jenis barang yang terdapat di gudang
dilengkapi dengan kartu stok yang menunjukkan jumlah dan tanggal pemasukan
serta pengeluaran dari setiap barang. Sistem pengeluaran obat atau barang
dilakukan menurut metode First In First Out (FIFO) dan First Expired First
Out (FEFO).
3. Pendistribusian
Sistem pendistribusian di gudang farmasi meliputi distribusi untuk ruang
rawat inap, ruang ICU, Ruang OK, UGD, dan laboratorium berupa material
kesehatan seperti kasa, perban, desinfektan, alkohol, reagen, cairan infus, obat
gawat darurat, dan alat kesehatan yang dilakukan dengan sistem yang disebut
“amprahan”.
4. Pelayanan Rutin
Setiap minggunya gudang farmasi melayani amprahan ke Apotek BPJS,
poli rawat jalan, paviliun rawat inap, OK, UGD, ICU, dan laboratorium.
Sebelumnya setiap ruangan mengajukan permintaan mengenai jenis dan jumlah
perbekalan farmasi yang diperlukan kepada gudang farmasi. Gudang farmasi
kemudian membuat jadwal untuk amprahan secara rutin setiap minggunya.
Petugas dari ruangan mendatangi gudang sesuai jadwal yang telah ditentukan
untuk mengambil amprahan. Jadwal pemberian amprahan di gudang farmasi
selama seminggu adalah sebagai berikut:
a. Senin : Paviliun Flamboyan atas dan bawah, OK, serta poli kandungan.
b. Selasa : Paviliun Bougenville.
c. Rabu : Paviliun Cempaka 1 dan 2, serta UGD.
d. Kamis : Ruang bayi, paviliun Dahlia.
e. Jumat : Paviliun Edelweis, OK, dan ICU.
Setiap barang yang diambil dari gudang farmasi kemudian dicatat jenis dan
jumlahnya pada buku khusus amprahan tiap ruangan. Apabila perbekalan farmasi
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
49
Universitas Indonesia
di ruangan telah habis, maka ruangan dapat mengambil amprahan di luar jadwal
yang sudah ditentukan. Gudang juga melayani pengisian gas medik seperti NO2,
O2 dan perbaikan alat kesehatan.
5. Pelaporan
Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak melakukan pelaporan
mengenai sirkulasi/mutasi barang masuk maupun keluar dengan menggunakan
aplikasi SIMAK BMN oleh staf Gudang Farmasi. Aplikasi ini digunakan untuk
mencatat dan mengorganisir barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer
masuk-keluar antar instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik
Negara (Anonim, 2009). Aplikasi SIMAK BMN mulai digunakan sejak tahun 2009
di Bagian Farmasi yang kegiatan pelaporannya dilakukan berkala tiap semester
kepada Kementerian Pertahanan, namun sejak tahun 2012 kegiatan pelaporan
menggunakan SIMAK BMN dilakukan kepada Kementerian Keuangan dengan
tembusan Kementerian Pertahanan.
Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta
melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian
Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian
Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu
aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat
kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan
persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan perlengkapan-
perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain. Pelaporan sirkulasi
barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out dari hasil input
menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian Keuangan dengan
tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi melakukan penginputan
tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN meliputi jumlah barang yang
masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal persediaan. Barang masuk bisa
berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun tender sedangkan barang keluar
kemugkinan dari kegiatan penjualan, penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain.
Aplikasi akan mengumpulkan hasil input data terian Keuangan dengan tembusan
Kementerian Pertahanan.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
50
Universitas Indonesia
Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta
melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian
Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian
Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu
aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat
kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan
persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan perlengkapan-
perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain. Pelaporan sirkulasi
barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out dari hasil input
menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian Keuangan dengan
tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi melakukan penginputan
tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN meliputi jumlah barang yang
masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal persediaan. Barang masuk bisa
berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun tender sedangkan barang keluar
kemugkinan dari kegiatan penjualan, penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain.
Aplikasi akan mengumpulkan hasil input data tersebut menjadi daftar inventaris
barang. Selain itu, aplikasi ini juga dapat membuat rekapitulasi dari tiap ruangan
yang melaporkan kekayaan menjadi sebuah neraca yang memuat informasi seluruh
kekayaan yang dimiliki rumah sakit. Neraca kekayaan tersebut pada umumnya
dibuat satu tahun sekali saat tutup buku/akhir tahun.
4.5 Apotek YANMASUM ( Pelayanan Masyarakat Umum )
Apotek YANMASUM merupakan salah satu apotek yang berada di bawah
struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Apotek YANMASUM dapat melayani
seluruh obat untuk pasien umum maupun obat untuk pasien BPJS Kesehatan yang
tidak ditanggung oleh Apotek BPJS RSMC, baik melalui mekanisme restitusi
untuk pasien anggota TNI AL dan keluarga maupun pembelian sendiri oleh pasien
BPJS Kesehatan. Apotek YANMASUM dapat melayani obat untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
4.5.1 Jam Kerja
Apotek Y A N M A S U M RS Marinir Cilandak memberi pelayanan
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
51
Universitas Indonesia
selama 24 jam setiap harinya. Pelayanan dilaksanakan dengan pembagian shift
kerja di Apotek YANMASUM yaitu dengan adanya shift jaga di luar shift normal
setiap harinya. Shift normal apotek adalah pada pukul 07.00 – 15.00 WIB. Di luar
jam tersebut, terdapat tiga orang petugas jaga yang bertugas pada shift jaga
pukul 15.00– 21.00 WIB serta dua orang bertugas jaga mulai pukul 21.00 – 07.00
WIB.
4.5.2 Personalia
Tenaga personalia di Apotek YANMASUM RSMC terdiri dari 1 apoteker,
9 asisten apoteker, dan 4 non asisten apoteker
4.5.3 Jenis Pelayanan
Apotek YANMASUM melayani pasien umum rawat jalan dan rawat inap,
pasien yang terdaftar sebagai anggota asuransi tertentu (pasien jaminan), pasien
gawat darurat dan juga pelayanan restitusi untuk pasien TNI AL dan keluarganya.
Untuk pasien jaminan, apotek YANMASUM melakukan kerjasama dengan
beberapa perusahaan asuransi. R e s e p pasien rawat inap dapat dibeli langsung
oleh keluarga pasien atau melalui hospital pharmacy dimana pasien tidak membeli
langsung ke apotek tetapi melalui perawat.
4.5.4 Pengadaan obat
Pengadaan obat di RSMC dilakukan oleh bagian Dalfar (Pengendalian
Farmasi) dan diadministrasikan secara terpisah untuk Apotek YANMASUM dan
Apotek BPJS. Prosedur pemesanan obat dilakukan dengan memesan langsung ke
distributor. Petugas apotek yang bertanggung jawab atas tugas defekta melihat
stok barang yang perlu dipesan dan mencatatnya pada buku defekta. Kemudian
daftar barang yang perlu dipesan diserahkan pada Kepala Sub Bagian
Pengendalian Farmasi (Ka Sub Bag Dalfar). Setelah disetujui, barang dapat
dipesan langsung ke distributor menggunakan surat pesanan. Surat pesanan
khusus narkotika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dengan menyertakan
tanda tangan dari APA (Apoteker Pengelola Apotek). Barang yang dipesan
kemudian diantarkan langsung oleh distributor ke Apotek YANMASUM. Faktur
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
52
Universitas Indonesia
diserahkan ke apotek oleh distributor, namun mekanisme pembayaran obat
dilakukan melalui bagian Pekas ( Pemegang Kas) Rumah Sakit menurut ketentuan
Rumah Sakit Marinir Cilandak.
4.5.5 Penyimpanan
Pengelompokan barang di Apotek YANMASUM dilakukan berdasarkan
bentuk dan jenis sediaan. Sediaan padat dan cair serta alat kesehatan dipisahkan
dalam penyimpanan. Terdapat lemari khusus untuk menyimpan obat injeksi dan
refrigerator untuk menyimpan jenis-jenis obat yang termolabil seperti
supositoria dan vaksin. Lemari khusus untuk menyimpan sediaan cair memiliki
pemisahan tersendiri untuk jenis sirup antibiotik. Setelah pengelompokan
berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, obat disusun secara alfabetis. Apotek
YANMASUM tidak memiliki ruangan khusus untuk menyimpan persediaan obat
dan alat kesehatan (gudang) sehingga persediaan disimpan pada lemari tersendiri
yang terdapat di ruangan Apotek YANMASUM. Pencatatan stok obat dan alat
kesehatan yang masuk dan keluar dicatat pada kartu stok.
4.5.6 Pelayanan farmasi
Kegiatan pelayanan di Apotek YANMASUM meliputi pelayanan
pemberian obat berdasarkan resep dan non resep kepada pasien umum serta
pemberian obat restitusi kepada pasien T N I A L d a n k e l u a r g a .
4.6 Apotek BPJS
Apotek ini dibentuk atas dasar kerjasama antara Rumah Sakit Marinir
Cilandak (RSMC) dengan BPJS Kesehatan. Apotek BPJS RSMC berfungsi untuk
memberikan pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan
Formularium Nasional yang digunakan untuk pelayanan obat bagi peserta BPJS
Kesehatan, baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.
4.6.1 Jam Kerja
Pelayanan di Apotek BPJS dilakukan setiap hari selama 24 jam. Dibagi
menjadi dua shift yaitu pukul 07.00 – 15.00 WIB dan pukul 15.00 – 07.00 WIB.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
53
Universitas Indonesia
4.6.2 Personalia
Tenaga personalia di Apotek BPJS terdiri dari 1 apoteker, 11 asisten
apoteker, 3 non asisten apoteker.
4.6.3 Jenis Pelayanan
Apotek BPJS hanya melayani pasien yang terdaftar sebagai peserta
BPJS Kesehatan.
4.6.4 Pengadaan Obat
Perencanaan pengadaan obat dilakukan setiap minggu. Prosedur
pengadaan obat di Apotek BPJS adalah dengan mencatat obat-obatan yang
stoknya minimum dalam buku defekta. Buku defekta tersebut kemudian
diserahkan kepada Ka Sub Bag Dalfar. Setelah diperiksa oleh Ka Sub Bag Dalfar,
buku defekta diserahkan kepada Ka Bag Far dan jika disetujui selanjutnya Ka Sub
Bag Dalfar akan membuat surat pemesanan atau Purchase Order (PO) dengan
persetujuan BPJS Kesehatan. Purchase Order dikirim ke PBF (Pedagang Besar
Farmasi) dan PBF akan mengirimkan barang berdasarkan PO yang telah dibuat.
4.6.5 Penyimpanan
Obat di apotek BPJS dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya,
kemudian disusun secara alfabetis. Setiap pemasukan dan pengeluaran obat
dicatat dalam kartu stok obat.
4.6.6 Pelayanan farmasi
Pemberian obat dan atau material kesehatan dilakukan berdasarkan resep
dokter untuk pasien BPJS Kesehatan baik pasien rawat inap atau pasien rawat jalan.
Pelayanan obat yang diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan
Formularium Nasional. Kebutuhan obat-obatan di luar paket Indonesia Case
Based Group's (INA-CBG's) tetap dapat diklaim oleh fasilitas kesehatan yang
mengeluarkan obat untuk pasien. Ketetapan ini dikeluarkan menanggapi
permasalahan pengadaan obat di luar paket yang ditanggung INA-CBG's. Meski
demikian, pengadaan obat tetap mengacu pada standar JKN yaitu Formularium
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
54
Universitas Indonesia
Nasional (Fornas). Khusus untuk pelayanan obat kronis, bila kondisi pasien dengan
penyakit kronis belum stabil, maka fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dapat
mengeluarkan tambahan resep. Tambahan obat dikeluarkan sesuai indikasi medis
sampai jadwal kontrol berikutnya.Sesuai ketetapan ini maka pasien akan menerima
2 resep untuk kebutuhan 30 hari, yaitu resep sesuai komponen INA-CBG's untuk
kebutuhan minimal 7 hari yang disediakan rumah sakit dan resep di luar paket INA-
CBG's untuk kebutuhan 23 hari sesuai hasil diagnosa dokter terkait, yang bisa
diambil di instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) atau apotik yang ditunjuk.
Selanjutnya, IFRS atau apotik dapat menagih biaya yang keluar secara fee for
services kepada BPJS Kesehatan.
4.6.7 Administrasi Penagihan
a. Ketentuan Klaim BPJS Kesehatan
Obat-obat non kronik diklaim menggunakan sistem paket INA CBG’s
melalui rumah sakit sedangkan obat kronik diklaim setelah melalui mekanisme
sebagai berikut : Dilakukan skrining terhadap resep setelah mendapatkan legalisasi
dari BPJS Kesehatan, obat untuk 7 hari pertama diklaim dengan sistem paket INA
CBG’s seperti obat non kronik sedangkan sisanya diinput ke aplikasi BPJS
Kesehatan. Setelah selesai melakukan penginputan selama periode 1 bulan, resep
tersebut diverifikasi oleh verifikator BPJS Kesehatan. Klaim obat Bagian Farmasi
RSMC ke BPJS Kesehatan dapat dilakukan dengan menyerahkan persyaratan
administrasi (Lampiran ):
a. Kwitansi yang ditandatangani atas nama Kabag Farmasi RSMC
b. Kwitansi KU-17
c. Surat Tagihan Obat Kronik 23 Hari Rawat Jalan
d. Umpan balik dari BPJS Kesehatan yang ditandatangani Dan Rumkit Marinir
Cilandak
e. Lampiran resep kronik yang sudah dilegalisasi BPJS Kesehatan
f. SEP asli pasien.
Setelah klaim dilakukan, dana dikirim oleh BPJS Kesehatan melalui rekening
RSMC. Obat-obat kronik yang dapat diklaim adalah obat-obat peserta BPJS rawat
jalan yang masuk dalam 10 golongan obat kronik di bawah ini:
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
55
Universitas Indonesia
a. DM (insulin dll)
b. Hipertensi (Amlodipine, bisoprolol)
c. Jantung
d. Asma
e. Paru
f. Epilepsi
g. Skizoprenia
h. Sirosis Hepatik
i. Stroke
j. Sindrom Lupus
4.7 Depo Kamar Operasi
Depo kamar operasi merupakan salah satu depo farmasi yang berada di
bawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi
menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan operasi.
4.7.1 Jam Kerja
Depo kamar operasi memberi pelayanan selama jam kerja dan juga setiap
hari kerja oleh petugas farmasi yaitu pukul 07.00 – 15.30. Selanjutnya untuk hari
libur dan di luar jam kerja yang bertugas dan bertanggung jawab menyediakan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu perawat jaga kamar operasi.
4.7.2 Personalia
Tenaga farmasi di depo ini terdiri dari 2 orang asisten apoteker.
4.7.3 Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilakukan setiap 1 minggu
sekali atau jika stoknya sudah minimum di ruang operasi. Prosedur pengadaannya
adalah dengan mencatat obat-obatan yang stoknya minimum dalam buku
defekta, kemudian buku tersebut ditandatangani oleh kepala ruang operasi untuk
kemudian sediaan farmasi dan alat kesehatan diambil di gudang farmasi.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
56
Universitas Indonesia
4.7.4 Penyimpanan
Untuk penyimpanan, di ruang operasi terdapat ruangan berukuran sekitar
2x2 m. Di dalam ruang operasi terdapat tiga kamar operasi yang masing-masing
kamar juga terdapat lemari untuk menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
4.7.5 Jenis Pelayanan
Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk
kepentingan operasi. Setiap harinya petugas akan mengisi lemari di setiap kamar
operasi untuk sediaan farmasi dan alat kesehatan yang stoknya sudah menipis.
4.8 Depo UGD
Depo UGD merupakan salah satu depo farmasi yang berada di bawah
struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi menyediakan
sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan pasien UGD.
4.7.1 Jam Kerja
Depo UGD memberi pelayanan selama 24 jam setiap hari.
4.8.2 Personalia
Tenaga personalia farmasi di depo ini belum tersedia karena keterbatasan
jumlah anggota farmasi, tetapi setiap harinya terdapat satu petugas farmasi yang
bertugas memeriksa stok sediaan farmasi dan alat kesehatan di depo ini.
4.8.3 Pengadaan
Pemeriksaan stok dilakukan setiap hari. Depo ini memiliki persediaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam jumlah yang tetap. Pengadaan dilakukan
jika terdapat sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan jumlah
tetap.
4.8.4 Jenis Pelayanan
Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk
pasien UGD. Pasien akan menerima tindakan dari sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tersedia di UGD terlebih dahulu. Keluarga pasien kemudian akan
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
57
Universitas Indonesia
menebus resep ke apotek untuk mengganti sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
tadi telah digunakan.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
58
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit
mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas
Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna
dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan (Presiden RI, 2009b). Rumah Sakit Marinir Cilandak
(RSMC) merupakan Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir yang digolongkan
sebagai Rumah Sakit tipe B, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, dan
pelayanan medik subspesialis dasar.. Rumah sakit ini memiliki berbagai unit
fasilitas mulai dari rawat inap, rawat jalan, bedah sentral, Intensive Care Unit
(ICU), unit gawat darurat serta berbagai fasilitas penunjang medik lainnya seperti
instalasi farmasi.
Kegiatan pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi
kegiatan farmasi klinik dan non klinik. Pelayanan farmasi klinik meliputi pelayanan
resep dan pemberian informasi obat yang dilakukan di dua apotek yaitu Apotek
BPJS, dan apotek Yanmasum, sedangan pelayanan farmasi non klinik yang
dilakukan berupa pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengawasan, produksi
administrasi dan pelaporan.
Pelayanan farmasi non klinik yang dilakukan berupa pengelolaan
perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pengawasan, administrasi dan pelaporan. Perencanaan perbekalan
farmasi di RSMC dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan dari setiap
unit. Hal ini dapat dilihat dari hasil konsumsi rata-rata setiap semester atau setiap
tahunnya dari masing-masing unit. Pengadaan perbekalan farmasi di RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
59
Universitas Indonesia
dilakukan dengan sistem satu pintu yaitu seluruh pemesanan perbekalan farmasi
harus melalui bagian pengadaan dan administrasi di Bagian Farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi kedua apotek di RSMC memiliki sistem
pengadaan yang berbeda-beda. Sumber barang di Apotek BPJS berasal dari sisa
dropping tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Pusat
Kesehatan TNI (Puskes TNI) dan dari pembelian langsung yang dananya berasal
dari hasil operasional Apotek Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum) rumah
sakit dan Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK) pertriwulan melalui tender.
Sedangkan pengadaan di Apotek Yanmasum dilakukan dengan pembelian langsung
melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pengadaan di Apotek Yanmasum
dilaksanakan berdasarkan formularium RSMC.
Penerimaan, penyimpanan, pendataan defecta barang dan pengelolaan
barang di Apotek BPJS dilakukan oleh gudang farmasi, sedangkan untuk Apotek
Yanmasum dilakukan oleh apotek Yanmasum sendiri. Seluruh daftar defekta yang
berasal dari kedua apotek kemudian diserahkan kepada Kepala Sub Bagian
Pengendalian Farmasi yang memiliki kewenangan dalam hal pengendalian bidang
perencanaan dan distribusi. Dengan demikian pengelolaan perbekalan farmasi di
RSMC menerapkan sistem satu pintu. Sistem satu pintu ini secara teori baik untuk
menjamin pengawasan peredaran perbekalan farmasi di rumah sakit. Hal ini karena
seluruh perbekalan farmasi di seluruh unit rumah sakit dikendalikan dan diawasi
oleh gudang farmasi.
Gudang farmasi di RSMC berfungsi untuk menerima, menyimpan,
memelihara, mendistribusikan dan mengadministrasikan perbekalan farmasi ke
Apotek BPJS dan semua unit RSMC. Untuk setiap kegiatan penerimaan maupun
pendistribusian perbekalan farmasi, di gudang farmasi dibentuk suatu tim
berdasarkan Surat Perintah Komandan Rumah Sakit. Setiap kegiatan yang telah
dilakukan dibuat pencatatan serta pelaporannya. Perbekalan farmasi yang diterima
dicocokkan kembali dengan daftar permintaan serta dilihat waktu kadaluwarsanya.
Setelah itu perbekalan farmasi tersebut disimpan di dalam gudang. Perbekalan
farmasi kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan, sumber penerimaan, dan
tujuan distribusi. Selanjutnya, gudang farmasi akan melakukan kegiatan distribusi
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
60
Universitas Indonesia
setiap minggu ke unit-unit yang berada di Rumah Sakit sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan, termasuk ke Apotek BPJS.
Gudang farmasi RSMC telah memenuhi beberapa syarat gudang yang baik
seperti terdiri dari satu lantai sehingga memberi kemudahan dalam lalu lintas dan
pengawasan perbekalan farmasi, dilengkapi dengan pendingin ruangan untuk
menjamin stabilitas perbekalan farmasi selama penyimpanan, terdapat lemari
penyimpanan obat narkotika dan psikotropika, adanya rak untuk menyusun
perbekalan farmasi, adanya tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan
baik, dan lokasi dekat dengan unit pemakaian. Beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian adalah belum sesuainya persyaratan gudang yang baik diantaranya tempat
penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar tidak dipisahkan atau ditempatkan
pada tempat yang khusus dari perbekalan kesehatan yang lainnya, kurangnya
sirkulasi udara dalam gudang, luas gudang yang kurang memadai untuk menyimpan
perbekalan farmasi, ukuran rak tidak sesuai dengan kemasan perbekalan farmasi
yang disimpan sehingga kurang efektif.
Apotek BPJS melayani pasien peserta BPJS yang terdiri dari anggota
Angkatan Laut / Pegawai Negeri Sipil TNI beserta keluarganya yang terdiri atas
suami atau istri dan 3 orang anak berusia di bawah 21 tahun, Pegawai Negeri Sipil,
Polri, Pejabat Negara, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri
dan Pegawai swasta beserta keluarganya yang terdiri atas suami atau istri dan 3
orang anak berusia di bawah 21 tahun atau belum menikah dan tidak mempunyai
penghasilan sendiri. Namun jikalau anak tersebut melanjutkan pendidikannya
hingga Perguruan Tinggi maka akan tetap mendapatkan jaminan kesehatan hingga
usia 25 tahun dengan syarat harus disertai dengan surat aktif kuliah dari institusinya.
Pelayanan di Apotek BPJS telah berjalan dengan baik, pelayanan resep
dapat diselesaikan dengan cepat sehingga pasien tidak menunggu lama. Setiap resep
dilakukan pengecekan berulang dari resep yang dilayani, mulai dari screening,
pemberian harga, peracikan dan proses penyerahan. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan permintaan dalam resep,
sehingga akan terwujud sistem tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi dan tepat
pasien. Namun, tidak tertutup kemungkinan dengan banyaknya resep yang masuk
terdapat kesalahan pemberian obat pada pasien. Resep yang ditebus oleh pasien
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
61
Universitas Indonesia
akan dicocokkan pangkat kesatuan, usia serta nama lengkap pasien sesuai yang
tertera pada resep serta tanda tangan dan nomor telepon bukti penyerahan obat
kepada pasien.
Apotek Yanmasum melayani pasien umum yang merupakan seluruh
masyarakat umum yang berobat di RSMC atau pasien BPJS yang tidak ditanggung
Apotek BPJS, baik melalui mekanisme restitusi maupun pembelian sendiri oleh
pasien. Apotek Yanmasum tidak memiliki gudang penyimpanan obat, sehingga
obat-obat disimpan di rak-rak yang terdapat di apotek tersebut. Hal ini
menyebabkan berkurangnya area di dalam apotek sehingga berkurang pula ruang
gerak bagi para petugas apotek dalam melakukan pelayanan resep terutama saat
peracikan dan atau pengemasan, namun hal ini tidak mengurangi pelayanan yang
optimal yang dilakukan oleh Apotek Yanmasum. Untuk itu disarankan penataan
perbekalan farmasi yang lebih teratur di Apotek Yanmasum.
Sistem distribusi obat bagi pasien rawat inap di RSMC menggunakan sistem
desentralisasi dimana seluruh perbekalan kefarmasian di ruangan rawat inap tertuju
kepada Apotek BPJS dan Apotek YANMASUM serta tidak memiliki stok di
ruangan. Persediaan di ruangan hanya terbatas untuk obat-obat emergency dan
perbekalan farmasi dasar. Tidak terdapat depo farmasi di ruangan untuk melayani
obat dan perbekalan farmasi lainnya, sehingga memudahkan dalam pengawasan
dan pengendalian obat-obat yang digunakan. Sedangkan untuk pasien, sistem
peresepan yang digunakan adalah sistem peresepan individual dengan dosis sehari
(one daily dose).
Pelayanan farmasi klinik di RSMC berupa PIO (Pelayanan Informasi Obat).
Pelayanan Informasi Obat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai obat
dan penggunaannya kepada pasien rawat jalan atau rawat inap yang mengambil
obat di apotek ataupun kepada tenaga kesehatan lain. PIO yang dilakukan kepada
pasien rawat inap dan rawat jalan masih belum terlaksana dengan baik, karena tidak
adanya pemisahan tempat penyerahan obat untuk pasien rawat jalan dan rawat inap
sehingga pelaksanaan PIO tidak maksimal sedangkan PIO untuk tenaga kesehatan
lainnya dapat dilakukan melalui telepon (on call).
Fungsi pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Bagian Farmasi
RSMC masih sangat terbatas karena masih kurangnya kebijakan yang mendukung
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
62
Universitas Indonesia
dan sumber daya manusia seperti tenaga profesi apoteker yang jumlahnya masih
belum memadai serta sarana dan prasarana seperti ruangan untuk konseling yang
kurang memadai. Fungsi pelayanan farmasi klinik tersebut diantaranya yaitu
pelayanan informasi obat, konseling, proses pengawasan terhadap penggunaan
obat, Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan atau pengamatan terhadap Drug
Related Problem’s. Hal ini menyebabkan kegiatan kefarmasian lebih banyak
terpusat pada kegiatan yang bersifat non klinik yang lebih berfungsi dalam kegiatan
manajemen atau pengelolaan perbekalan farmasi. Sedangkan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1197 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
idealnya 1 orang apoteker berbanding 30 tempat tidur pasien. Rumah Sakit Marinir
Cilandak memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 190 tempat tidur, menurut
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit maka idealnya memiliki 6 orang tenaga
apoteker. Untuk rawat jalan setiap apotek memiliki 1 apoteker sehingga Rumah
Sakit Marinir Cilandak memiliki 2 apoteker untuk 2 apotek, untuk peran manajerial
farmasi diperlukan 2 apoteker yaitu sebagai Kepala Bagian Farmasi dan Kepala Sub
Bagian Pengendalian Farmasi. Saat ini Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki 6
orang tenaga apoteker. Untuk memaksimalkan peranan apoteker dalam kegiatan
farmasi klinik dapat disarankan kepada pimpinan Rumah Sakit Marinir Cilandak
untuk penambahan tenaga profesi apoteker terutama apoteker yang berfokus pada
kegiatan farmasi klinik di ruang rawat inap.
Proses sterilisasi di Rumah Sakit Marinir Cilandak dilakukan di setiap
ruangan, seperti ruang rawat inap dan kamar operasi, oleh karena itu dapat
disarankan perlunya CSSD (Centralized Sterile Supply Bagiant) yang
tersentralisasi di suatu tempat dengan penanggung jawab khusus agar proses
sterilisasi semua alat kesehatan dapat terkendali dengan baik. Manfaat lain yang
didapatkan dari diterapkannya CSSD adalah efisiensi penggunaan sarana dan
peralatan sehingga mampu menghemat biaya investasi, operasional serta
pemeliharaan, selain itu dengan adanya CSSD maka tenaga paramedis yang berada
pada masing-masing unit kerja tidak perlu melakukan kegiatan sterilisasi dan yang
terpenting adalah adanya standardisasi prosedur kerja dan jaminan mutu hasil
sterilisasi. Sterilisasi merupakan hal yang penting di suatu rumah sakit karena
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
63
Universitas Indonesia
sterilisasi merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap terjadinya infeksi
nosokomial.
Penghubung antara staf medik dan farmasi di rumah sakit adalah Panitia
Farmasi dan Terapi (PFT). Peran apoteker dalam PFT sangat strategis dan penting
karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di
seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam PFT ini. PFT di RSMC telah terbentuk
dan apoteker dari Bagian Farmasi telah masuk ke dalam struktur PFT sebagai wakil
ketua, sekretaris dan juga sebagai anggota PFT. Salah satu kegiatan PFT dalam
menunjang pelayanan medis di rumah sakit adalah dengan mengkaji dan menyusun
formularium. Rumah Sakit Marinir Cilandak telah memiliki formularium rumah
sakit yang menjadi acuan bagi staf medik dan kefarmasian di rumah sakit dalam hal
peresepan ataupun pengadaan perbekalan farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi
yang sesuai dengan formularium sangat bermanfaat karena dengan adanya
formularium, pengelolaan dana dan pengadaan perbekalan farmasi menjadi lebih
terarah. Walaupun formularium sudah dibuat, namun kondisi di lapangan
memperlihatkan bahwa pola peresepan masih ada yang tidak mengikuti
formularium. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya kepatuhan dokter
dalam penulisan resep dan pemahamam dokter tentang Formularium. Peranan PFT
untuk mengetahui apakah penerapan formularium sudah berjalan dengan baik dan
benar, dan perlu dilakukan evaluasi secara berkala, selain itu perlu disarankan untuk
membuat formularium yang handy seperti membuat formularium dalam ukuran
buku saku sehingga mudah dibawa oleh staf medik maupun farmasis.
Rumah sakit ini juga telah dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah
baik limbah padat maupun limbah cair. Untuk pengelolaan limbah cair dilakukan
pengujian secara berkala untuk memastikan limbah cair RSMC sesuai standar yang
telah ditetapkan. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, ammonia,
kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Biological Oxygen Demand. Indikator akhir pengecekan tersebut dilakukan dengan
menggunakan indikator pencemaran ikan emas yang sensitif terhadap adanya
pencemaran. Air limbah sebelum di alirkan ke Sungai Krukut sebaiknya dialirkan
terlebih dahulu ke kolam tempat ikan emas untuk memastikan limbah yang dibuang
bebas dari pencemaran. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan ke BPLHD
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
64
Universitas Indonesia
(Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah). Pengolahan hasil limbah cair RSMC
sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan atau di bawah standar yang diterapkan.
Hasil pemeriksaan limbah cair bisa dilihat pada lampiran 13.
Pengelolaan limbah perbekalan farmasi dalam bentuk padat seperti wadah
gelas, kaca, plastik dan suntikan (syringe) di RSMC dilakukan dengan
menggunakan incinerator yang sudah memiliki efisiensi penghancuran (degradasi)
dan efisiensi pembakaran yang baik. Hasil pembakaran berupa gas juga tidak
menimbulkan polusi ke wilayah sekitarnya, abunya juga dapat langsung dibuang
secara biasa ke tempat sampah. Menurut operator yang bertugas, incinerator yang
digunakan oleh RSMC termasuk yang terbaik, sehingga banyak Rumah Sakit
sekitar yang juga ikut menggunakan incinerator ini untuk proses pengolahan
limbah padatnya. Proses pembakaran incinerator RSMC menggunakan suhu
1200oC dilakukan 3-4 kali dalam seminggu yang dilakukan pada sore hari. Untuk
sekali pembakaran incenerator ini mampu memproses 100 kg limbah padat.
Sistem Manajemen dan Akuntasi (SIMAK) di Rumah Sakit Marinir
Cilandak terhubung langsung (online) ke Dinas Kesehatan Angkatan Laut
(Diskesal). Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak wajib membuat laporan
setiap triwulan, semester dan tahunan ke Dinas Kesehatan Angakatan Laut
(Diskesal) mengenai penerimaan atau pemakaian material kesehatan. Laporan
bukan hanya dalam bentuk penggunaan jumlah item perbekalan kesehatan saja
namun juga dalam bentuk rupiah untuk mengetahui jumlah dana yang digunakan.
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir
Cilandak yang dilaksanakan selama lebih kurang 8 minggu dapat dirasakan
manfaatnya untuk memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang
bagaimana mengelola kegiatan kefarmasian klinik dan non klinik secara
komprehensif di suatu rumah sakit, serta mempelajari permasalahan-permasalahan
dalam menjalankan kegiatan kefarmasian di rumah sakit serta berupaya mencari
solusi dari setiap permasalahan yang mungkin timbul. Praktek Kerja Profesi ini
diharapkan dapat menjadi bekal sebelum memasuki dunia kerja nantinya. Sehingga
para calon apoteker mampu melihat kondisi nyata di bidang kefarmasian dan
mempersiapkan diri dalam menghadapi pekerjaan profesinya, terutama dalam
lingkup pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
65
Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a. Peran apoteker di RSMC diantaranya memberikan pelayanan kefarmasian
(pelayanan klinik) dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada
pasien serta mengatur manajemen inventori perbekalan farmasi (pelayanan non
klinik). Selain itu, apoteker juga berperan dalam Panitia Farmasi dan Terapi
(PFT), salah satu perannya yaitu mengkaji dan menyusun formularium Rumah
Sakit.
b. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di RSMC, yaitu:
1) Pelayanan farmasi klinik belum berjalan secara optimal karena keterbatasan
Sumber Daya Manusia di bidang farmasi, khususnya profesi apoteker.
2) Belum adanya kebijakan yang mendukung serta belum diterapkannya
sistem distribusi obat rawat inap secara dosis unit.
3) Belum optimalnya peran Panitia Farmasi dan Terapi dalam menetapkan dan
mengawasi kebijakan penggunaan obat di lingkungan RSMC.
6.2 Saran
a. Dilakukan peningkatan pelayanan farmasi klinik seperti konseling kepada
pasien dengan kriteria khusus, monitoring efek samping obat, pengkajian dan
evaluasi penggunaan obat, kunjungan ke ruang perawatan, Therapeutic Drug
Monitoring (TDM) dan Total Parenteral Nutrition (TPN).
b. Perlu diterapkannya distribusi obat rawat inap secara dosis unit agar terapi obat
pasien menjadi lebih optimal.
c. Perlunya penambahan tenaga farmasi, terutama profesi apoteker, yang
memiliki tanggung jawab dan wewenang agar pekerjaan kefarmasian di RSMC
dapat berjalan lebih optimal, dan kegiatan kefarmasian yang berlangsung di
RSMC dapat diawasi langsung oleh apoteker.
Dalam hal kegiatan farmasi nonklinik disarankan untuk dilakukannya pembenahan
dalam hal penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar agar dipisahkan atau
ditempatkan pada tempat yang khusus dari perbekalan kesehatan yang lainnya.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
66
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis.2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. 1996. Jakarta.
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
Tentang Kesehatan dan Gizi Masyarakat BerdasarkanPerpres No.5 Tahun 2010.
Jakarta.
Siregar, Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
67
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
69
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Struktur Organisasi Bagian Farmasi RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
70
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
71
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
73
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di Apotek PC RSMC
Penerimaan Resep
Pengecekan &
Penghargaan
Pasien
Penyerahan &
KIE
Pengecekan
Resep
Pemberian
Etiket
Sediaan Jadi Peracikan
Pembayaran
Obat
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inapdi Apotek BPJS
Pasien
Pemberian Harga
Klaim BPJS
Pengecekan Kelengkapan
Persyaratan
Pengecekan
Pemberian Etiket
Peracikan Sediaan Jadi
Penyerahan
Pemberian
Nomor
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
76
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Surat Pesanan Obat BPJS dan PC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
77
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Surat Pesanan Narkotika
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
78
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
79
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Obat
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
80
Universitas Indonesia
Lampiran 13. Laporan Hasil Pengujian Limbah
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
81
Universitas Indonesia
Lampiran 14. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
82
Universitas Indonesia
Lampiran 15. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
83
Universitas Indonesia
Lampiran 16. Formulir Pendaftaran Pasien Baru
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
84
Universitas Indonesia
Lampiran 17. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
85
Universitas Indonesia
Lampiran 18. Lembar Resep Rumah Sakit Marinir Cilandak
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
86
Universitas Indonesia
Lampiran 19. Salinan Resep Apotek Yanmasum RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
87
Universitas Indonesia
Lampiran 20. Salinan Resep Apotek BPJS RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
88
Universitas Indonesia
Lampiran 21. Etiket Obat RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
89
Universitas Indonesia
Lampiran 22. Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS Kesehatan RSMC 1
xxxxxxxxxxxxxxx
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
90
Universitas Indonesia
Lampiran 23. Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS Kesehatan RSMC 3
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxx
xxxxxxxxxx
xxxxxxxxxx
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
91
Universitas Indonesia
Lampiran 24. Print Out SIMAK BMN Persediaan Barang per Item
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
92
Universitas Indonesia
Lampiran 25. Print Out SIMAK BMN Neraca RSMC
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
93
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM PADA PASIEN
ASMA BRONKIAL MELALUI PENELUSURAN REKAM
MEDIS PADA TANGGAL 09 – 14 MEI 2014
DI RUANG FLAMBOYAN
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
\
Fierdini Hapsari Lil Nastit, S. Farm. (1306434162)
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
94
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Masalah Terkait Obat ........................................................................ 4
2.2 Asma Bronkial ................................................................................... 5
BAB 3. METODELOGI PENGKAJIAN DATA............................................ 22
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Data ................................................. 22
3.2 Prosedur Pengkajian Data ................................................................. 22
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23
4.1 Hasil .................................................................................................. 23
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 33
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................. 36
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 36
5.2 Saran ...................................................................................... 36
DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 37
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
95
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Asma Berdasarkan Berat Penyakit ................................... 8
Tabel 2.2 Efek Samping Obat ............................................................................ 11
Tabel 2.3 Pengobatan Kontrol Terapi Jangka Panjang Pada Asma .................. 20
Tabel 2.4 Pengobatan Quick Relief pada Asma ................................................. 21
Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik............................................................................... 23
Tabel 4.2 Data Perkembangan Pasien ................................................................ 24
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ....................................................... 26
Tabel 4.4 Profil Obat Pasien ............................................................................... 26
Tabel 4.5 Identifikasi DRPs Pada Regimen Pengobatan Pasien ........................ 32
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
96
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Regimen Terapi Pasien .................................................................. 39
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
97
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan
pemulihan kesehatan yang dilakukan menyeluruh, terpadu, berkesinambungan
(Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
2009).
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu mencakup semua aspek upaya
kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif). Hal tersebut diperjalas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau semua lapisan masyarakat
(Departemen Kesehatan, 2004).
Istilah farmasi klinik digunakan untuk mendeskripsikan praktek kefarmasian yang
berorientasi pelayanan kepada pasien lebih dari orientasi kepada produk. Farmasi
klinik merupakan suatu disiplin yang terkait dengan penerapan dan pengetahuan
dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan
meminimalkan efek toksisitas obat bagi pasien secara individual. Tujuan
dilakukannya kegiatan farmasi klinik yaitu untuk memaksimalkan efek terapeutik
yang meliputi tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat pengaturan dosis sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien dan evaluasi hasil terapi, meminimalkan
reaksi obat yang tidak diinginkan, meminimalkan biaya pengobatan serta mampu
menghormati pilihan pasien (Aslam Mohammed, dkk., 2003).
Salah satu kegiatan farmasi klinis yaitu pengamatan terhadap masalah terkait obat
(Drug Related Problem) atau yang lebih dikenal dengan istilah analisis DRPs.
DRPs didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak diinginkan yang dialami oleh
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
98
Universitas Indonesia
pasien yang berkaitan atau diduga berkaitan dengan terapi obat dan secara nyata
atau potensial mempengaruhi hasil terapi yang diharapkan (Winslade dkk., 1996).
Ada delapan kategori masalah terkait obat yaitu terdapat indikasi yang tidak
diberikan terapi, pemilihan obat tidak tepat, dosis subterapetik, dosis berlebihan,
efek samping obat, interaksi obat, kegagalan menerima pengobatan dan
penggunaan obat tanpa indikasi (Hepler & Strand, 1990). Bila tidak ditangani
dengan baik, masalah terkait obat juga mengakibatkan morbiditas dan mortalitas
pasien. Selain itu masalah terkait obat juga meningkatkan biaya oengobatan bagi
pasien sehingga hal ini akan membebankan bukan hanya kepada pasien tetapi juga
kepada keluarga pasien.
Masalah terkait obat merupakan isu yang membutuhkan perhatian serius dari pihak
dokter, apoteker, dan keluarga pasien, terlebih unutk pasien dengan riwayat
penyakit kronik, pasien dengan usia diatas 65 tahun, pasien yang mendapatkan
pengobatan dengan indeks terapi yang sempit dan atau pasien dengan kegagalan
terapi terdahulu. Hal ini pada akhirnya membutuhkn perhatian dan tanggung jawab
seorang apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian yang bermutu
dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan
masalah yangberhubungan dengan obat dan kesehatan.
Tanggung jawab seorang apoteker salah satunya adalah mengidentifikasi masalah
terkait oabt yang nyata atau berpotensi terjadi dan memberikan rekomendasi
penanganan atau pencegahannya. Oleh sebab itu studi kasus masalah terkait obat
dilakuakn terhadap seorang pasien di salah satu ruang rawat inap di Rumah Sakit
Marinir Cilandak melalui menelusuran rekam medik pasien.
Selanjutnya kegiatan ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada para
tenaga apoteker dalam melakukan kegiatan farmasi klinis terutama dalam hal
identifikasi, pencegahan, dan pemecahan masalah DRPs supaya terbentuk
pelayanan kesehatan yang optimal untuk mendapatkan derajat kesehatan yang
setinggi - tingginya .
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
99
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Mengidentifikasi dan memberikan rekomendasi penanganan masalah terkait
obat (Drug Related Problems) yang terjadi pada rejimen penggunaan obat salah
satu pasien di Paviliun Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak melalui
penelusuran rekam medik pasien pada tanggal 9 – 14 Mei 2014.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
100
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems)
2.1.1 Definisi
Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan
sebagai suatu keadaan yang tidak diinginkan yang terjadi pada pasien yang
disebabkan oleh terapi obat dan secara nyata atau potensial mengurangi efek terapi
yang diharapkan.
2.1.2 Klasifikasi (Hepler & Strand, 1990)
Masalah terkait obat yang perlu diperhatikan, antara lain :
a. Indikasi yang tidak memperoleh terapi (untreated indication,), yaitu pasien
mempunyai masalah medis yang memerlukan pengobatan, tetapi tidak
menerima obat yang sesuai dengan indikasi tersebut.
b. Pemilihan obat yang tidak tepat (improper drug selection), yaitu pasien
mendapatkan obat yang tidak sesuai dengan kondisi medis yang dialaminya.
c. Dosis terlalu rendah (subtherapeutic dose), yaitu pasien mempunyai masalah
medis dan menerima obat yang sesuai, namun dosis yang diberikan terlalu
rendah.
d. Dosis terlalu tinggi (over dose), yaitu pasien mendapat masalah medis karena
penggunaan obat yangberlebihan.
e. Efek samping obat (adverse drug reaction), yaitu pasien mendapat masalah
mdis karena efek yang tidak dikehendaki atau efek samping obat.
f. Interaksi obat (drug interaction), yaitu pasien mendapat masalah medis karena
adanya interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, dan obat dengan uji
laboratorium.
g. Kegagalan menerima pengobatan (failure to receive medication), yairu pasien
mempunyai masalah medis akan tetapi secara farmasetik, psikologis atau sodio
ekonomis pasien gagal mendapatkan terapi.
h. Penggunaan obat anpa indikasi (medication use without medication), yaitu
pasien menggunakan obat tanpa indikasi medis yang jelas.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
101
Universitas Indonesia
Ketika ditemukan sebuah masalah terkait obat, apoteker harus
merencanakan suatu solusi untuk mengatasinya. Apoteker harus dapat menentukan
skala prioritas untuk masalah terkait obat tersebut, yang didasarkan pada resiko
yang mungkin diperoleh penderita. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam
memnentukan skala prioritas masalah terkait obat :
a. Masalah mana yang harus diselesaikan lebih dahulu dan masalah mana yang
dapat diselesaikan kemudian.
b. Masalah yang merupakan tanggung jawab apoteker
c. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh apoteker
d. Masalah yang dalam penyelesaiannya memerlukan bantuan dari tenaga
kesehatan lainnya seperti dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain – lain.
2.2 Asma Bronkial (Current Medical Treatment and Diagnosis, 2013;
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma, 2007)
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi
berperan, terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, netrofil dal sel
epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau
pencetus inflamasi saluran napas pada pasien asma.
Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermitten
maupun asma persisten. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif
(hipereaktifitas) jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berupa mengi,
sesak napas, dada terasa berat, batuk – batuk terutama pada malam dan atau dini
hari. Episodik tertentu berkaitan dengan sumbatan saluran naapas yang luas,
bervariasi, dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
2.2.1 Faktor Resiko
Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host) dan
faktor lingkungan. Faktor pejamu berikut adalah :
a. Prediposisi genetik asma
b. Alergi
c. Hiperaktifitas bronkus
d. Jenis kelamin
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
102
Universitas Indonesia
e. Ras / etnik
Faktor lingkungan dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan / prediposisi asma untuk
berkembang menjadi asma, seperti alergen mite domestik, alergen jamur,
kecoa, tepung sari bunga, sensitisasi (bahan) lingkungan kerja, asap rokok,
polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status ekonomi, obesitas,
besarnya keluarga.
b. Yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan ata menyebabkan gejala asma
menetap, seperti alergen didalam maupun luar ruangan, polusi udara, infeksi
pernapasan, olah raga dan hiperventilasi, perubahan cuaca, makanan, additif
(pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat – obatan, ekspresi emosi yang
berlebihan, asap rokok, iritan seperti parfum, bau – bauan yang merangsang.
2.2.2 Gejala
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Gejala awal berupa :
a. Batuk terutama malam atau dini hari
b. Sesak napas
c. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya
d. Rasa berat di dada
e. Dahak sulit keluar
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, yaitu :
a. Serangan batuk yang hebat
b. Sesak napas yang berat dan tersengal – sengal
c. Sianosis
d. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
e. Kesadaran menurun
2.2.3 Diagnosis
Diagnosis asma adalah berdasarkan gejala yang bersifat episodik, pemeriksaan fisik
seperti napas menjadi cepat dan dangkal dan terdengar bunyi mengi pada
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
103
Universitas Indonesia
pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar mengi
karena pasien susah lelah untuk bernapas). Hal penting yang harus dilakukan adalah
pemeriksaan fungsi paru, yang dapat diperiksa dengan spirometri atau peak
expiratory flow meter.
2.2.3.1 Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP)
dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan ini sangat
tergantung kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan instruksi operator yang
jelas dan kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai
tertinggi dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai
VEP1 < 80% nilai prediksi atau rasio VEP1 / KVP < 75%.
Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti asma, yaitu
adanya perbaikan VEP1 ≥ 15 % secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator
(uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10 – 14 hari, atau
setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi / oral) 2 minggu.
2.2.3.2 Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)
Alat ini adalah alat yang paling sederhana untuk memeriksa gangguan sumbatan
jalan napas, yang relatif sangat murah, mudah dibawa. Peak Expiratory Flow Meter
(PEF) dapat mengukur Arus Puncak Ekspirasi (APE).
Cara pemeriksaan APE dengan PEF meter adalah sebagai berikut :
Penuntun meteran dikembalikan ke posisi angka 0. Pasien diminta untuk menghirup
napas dalam, kemudian diinstruksikan untuk menghembuskan napas dengan sangat
keras dan cepat ke bagian mulut alat tersebut, sehingga penuntun meteran akan
bergeser ke angka tertentu. Angka tersebut adalah nilai APE yang dinyatakan dalam
liter/menit.
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi. Selain
itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan perbaikan nilai APE
> 15 % setelah inhalasi bronkodilator, atau setelah pemberian bronkodilator oral
10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
104
Universitas Indonesia
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam yang berbeda
nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.
Cara pemeriksaan variabilitas APE :
Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan malam
hari untuk mendapatkan nilai tertinggi.
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = 𝐴𝑃𝐸 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑚 − 𝐴𝑃𝐸 𝑝𝑎𝑔𝑖
12
(𝐴𝑃𝐸 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑚 − 𝐴𝑃𝐸 𝑝𝑎𝑔𝑖)× 100%
2.2.4 Klasifikasi
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola
keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi
pengobatan dan perencanaan penatalaksaan jangka panjang, semakin berat asma
semakin tinggi tingkat pengobatan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Asma Berdasarkan Berat Penyakit
Derajat Asma Gejala Fungsi Paru
Intermiten Siang hari ≤ 2 kali per minggu
Malam hari ≤ 2 kali per bulan
Serangan singkat
Tidak ada gejala antar serangan
Intensitas serangan bervariasi
Variabilitas APE < 20%
VEP1 ≥ 80% nilai prediksi
APE ≥ 80% nilai terbaik
Persisten
Ringan
Siang hari > 2 kali per minggu,
tetapi < 1 kali per hari
Malam hari > 2 kali per bulan
Serangan dapat mempengaruhi
aktifitas
Variabilitas APE 20 - 30%
VEP1 ≥ 80% nilai prediksi
APE ≥ 80% nilai terbaik
Persisten
Sedang
Siang hari ada gejala
Malam hari > 1 kali per minggu
Variabilitas APE >30%
VEP1 60 - 80% nilai prediksi
APE 60 - 80% nilai terbaik
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
105
Universitas Indonesia
Serangan mempengaruhi
aktifitas
Serangan ≥ 2 kali per minggu
Serangan berlangsung berhari –
hari
Sehari – hari menggunakan
inhalasi β2-agonis short acting
Persisten
Berat
Siang hari terus menerus ada
gejala
Setiap malam haru serung timbul
gejala
Aktifitas fisik terbatas
Sering timbul serangan
Variabilitas APE >30%
VEP1 ≤ 60% nilai prediksi
APE ≤ 60% nilai terbaik
2.2.5 Terapi Asma Bronkial
2.2.5.1 Terapi non farmakologi
a. Edukasi Pasien
Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra dokter dalam
penatalaksanaan asma. Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk :
1) meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola
penyakit asma sendiri)
2) meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma
sendiri/asma mandiri)
3) meningkatkan kepuasan
4) meningkatkan rasa percaya diri
5) meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
6) membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol
asma
Pemberian edukasi dapat dilakukan dalam bentuk komunikasi / nasihat pada
saat berobat, ceramah, latihan / training, supervisi, diskusi, tukar menukar
informasi, leaflet , brosur, buku bacaan, video, dan lain-lain.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
106
Universitas Indonesia
b. Pengukuran Peak Flow Meter
Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat. Pengukuran
Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter ini dianjurkan pada :
1) Penanganan serangan akut di gawat darurat, klinik, praktek dokter dan oleh
pasien di rumah.
2) Pemantauan berkala di rawat jalan, klinik dan praktek dokter.
3) Pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma persisten
usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien setelah perawatan di rumah sakit,
pasien yang sulit/tidak mengenal perburukan melalui gejala padahal
berisiko tinggi untuk mendapat serangan yang mengancam jiwa.
c. Pola hidup sehat dengan tidak merokok, menghindari kegemkan,
melakukan senam asma
2.2.5.2 Terapi Farmakologi
1. Simpatomimetik
a. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari kelompok simpatomimetik adalah sebagai berikut:
1) Stimulasi reseptor α adrenergik yang mengakibatkan terjadinya
vasokonstriksi, dekongestan nasal dan peningkatan tekanan darah.
2) Stimulasi reseptor β1 adrenergik sehingga terjadi peningkatan kontraktilitas
dan irama jantung.
3) Stimulasi reseptor β2 yang menyebabkan bronkodilatasi, peningkatan
klirens mukosiliari, stabilisasi sel mast dan menstimulasi otot skelet.
Obat-obat simpatomimetik selektif β2 memiliki manfaat yang besar dan
bronkodilator yang paling efektif dengan efek samping yang minimal pada terapi
asma. Penggunaan langsung melalui inhalasi akan meningkatkan
bronkoselektifitas, memberikan efek yang lebih cepat dan memberikan efek
perlindungan yang lebih besar terhadap rangsangan (misalnya alergen, latihan)
yang menimbulkan brokospasme dibandingkan bila diberikan secara sistemik.
b. Indikasi
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
107
Universitas Indonesia
Agonis β2 kerja diperlama (seperti salmeterol dan furmoterol) digunakan
bersamaan dengan obat antiinflamasi, untuk kontrol jangka panjang terhadap gejala
yang timbul pada malam hari. Obat golongan ini juga digunakan untuk mencegah
bronkospasme yang diinduksi oleh latihan fisik. Agonis β2 kerja singkat (seperti
albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin) adalah terapi pilihan untuk
menghasilkan gejala akut dan brokospasme yang diinduksi oleh latihan fisik.
c. Efek Samping
Efek samping umumnya berlangsung dalam waktu singkat dan tidak ada
efek kumulatif yang dilaporkan.
Tabel 2.2 Efek Samping Obat
Nama Obat Efek Samping
Albuterol Bronkitis (1,5-4)%, epistaksis (1-3)%,
peningkatan nafsu makan, sakit perut
(3%), kram otot (1-3)%
Bitolterol Sakit kepala ringan (6,8%), efek pada
kardiovaskular (5%)
Isoproterenol Bronkitis (5%)
Metaproterenol Keparahan asma (1-4)%
Salmeterol Sakit pada sendi/punggung, kram otot,
mialgia, sakit pada otot (1-3)%, infeksi
saluran pernafasan atas (14%), sinus
(6%), infeksi saluran pernafasan bawah
(4%), alergi rinitis dan influenza
(>3%), bronkitis (1-3)%, urtikaria,
sakit gigi, rasa lelah, erupsi kulit dan
dismenorea (1-3)%
d. Interaksi Obat
Interaksi banyak terjadi berkaitan dengan penggunaan simpatomimetik
sebagai vasopresor, sehingga perlu pertimbangan saat menggunakan bronkodilator
simpatomimetik. Obat-obat yang mungkin berinteraksi adalah antihistamin, beta
bloker adrenergik, glikosida jantung, diuretik, alkaloid ergotamin, furazolidin,
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
108
Universitas Indonesia
anastesi umum, levotiroksin, metildopa, inhibitor monoamin oksidase, nitrat,
antidepresan trisiklik, teofilin, insulin atau hipogligemik oral.
2. Xantin
a. Mekanisme Kerja
Metilxantin (teofilin, garamnya yang mudah larut dan turunannya) akan
merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal,
merangsang SSP, menginduksi diuresis, meningkatkan sekresi asam lambung,
menurunkan tekanan sfinkteresofagealbawah, menghambat kontraksi uterus.
Aminofilin mempunyai efek kuat pada kontraktilitas diafragma pada orang sehat
dan dengan demikian mampu menurunkan kelelahan serta memperbaiki
kontraktilitas pada pasien dengan penyakit obstruksi saluran pernapasan kronik.
b. Indikasi
Menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dan bronkospasma
reversibel yangberkaitan dengan bronkitis kronik dan emfisema
c. Efek samping
Efek samping yang terjadi pada kardiovaskular: palpitasi, takikardia,
hipotensi, kegagalan sirkulasi, aritmia ventrikuler. Pada susunan saraf pusat :
iritabilitas, tidak bisa istirahat, sakit kepala, insomnia, kedutan dan kejang. Pada
saluran pencernaan: mal, muntah, sakit epigastrik, diare. Pada ginjal:proteinuria,
potensiasi diuresis. Pada saluran pernafasan: takhipnea dan henti nafas.
d. Interaksi Obat
Obat yang dapat meningkatkan kadar teofilin adalah allopurinol, beta bloker
non selektif, penghambat saluran kalsium, simetidin, kontrasepsi oral,
kortekosteriod, disulfiram, efedrin, vaksin virus influenza, interferon, makrolida,
kuinolon, tiabendazol, hormon tiroid. Obat yang dapat menurunkan kadar teofilin
adalah aminoglutetimida, barbiturat, hidantoin, ketokonazol, rifampisin, perokok,
simpatomimetik.
Interaksi dengan makanan yang akan menyebabkan eleminasi teofilin
meningkat (mempersingkat waktu paruh) adalah karbohidrat rendah dan diet
protein tinggi. Sebaliknya eliminasi menurun dengan diet protein karbohidrat tinggi
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
109
Universitas Indonesia
3. Antikolenergik
1) Ipratropium Bromida
a. Mekanisme Kerja
Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik
(parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks vagal dengan cara
mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat lokal, pada
tempat tertentu dan tidak bersifat sistemik. Ipratropium bromida (semprot hidung)
mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan lokal dapat menghambat sekresi
kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung.
b. Indikasi
Digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator lain
(terutama beta adrenergik) sebagai bronkodilator dalam pengobatan
bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik,
termasuk bronkhitis kronik dan emfisema.
c. Efek Samping
Sakit punggung, sakit dada, bronkhitis, batuk, penyakit paru obstruksi kronik yang
semakin parah, rasa lelah berlebihan, mulut kering, dispepsia, dipsnea, epistaksis,
gangguan pada saluran pencernaan, sakit kepala, gejala seperti influenza, mual,
cemas, faringitis, rinitis, sinusitis, infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi
saluran urin.
d. Interaksi Secara Umum
Ipratropium telah digunakan bersamaan dengan obat-obat lain seperti bronkodilator
beta adrenergik, bronkodilator simpatomimetik, metilxantin, steroid dan obat untuk
penyakit paru-obstruksi kronis tanpa ada efek samping. Interaksi dengan agen
antikolinergik adalah adanya potensi interaksi aditif pada pemberian berturut-turut
dengan obat antikolinergik. Interaksi yang berkaitan dengan larutan
inkompatibilitas adalah berikan informasi kepada pasien bahwa larutan inhalasi
ipratropium dapat dimasukkan dalam nebulizer dengan albuterol atau
meteproterenol jika digunakan dalam waktu satu jam.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
110
Universitas Indonesia
2) Tiotropium Bromida
a. Mekanisme Kerja
Tiotropium adalah obat muskarinik kerja diperlama yang biasanya digunakan
sebagai antikolinergik. Pada saluran pernapasan, tiotropium menunjukkan efek
farmakologi dengan cara menghambat reseptor M3 pada otot polos sehingga terjadi
bronkodilasi. Bronkodilasi yang timbul setelah inhalasi tiotropium bersifat sangat
spesifik pada lokasi tertentu.
b. Indikasi
Tiotropium digunakan sebagai perawatan bronkospasmus yang berhubungan
dengan penyakit paru obstruksi kronis termasuk bronkitis kronis dan emfisema.
c. Efek Samping
Efek samping terjadi pada 3% pasien atau lebih, terdiri dari sakit perut, nyeri dada
(tidak spesifik), konstipasi, mulut kering, dispepsia, edema, epistaksis, infeksi,
moniliasis, myalgia, faringitis, ruam, rhinitis, sinusitis, infeksi pada saluran
pernapasan atas, infeksi saluran urin dan muntah.
d. Interaksi Secara Umum
Penggunaan tiptropium bersamaan dengan obat antikolinergik belum dipelajari,
sehingga tidak direkomendasikan.
4. Kromolin Sodium dan Nedokromil
1) Kromolin Natrium
a. Mekanisme Kerja
Kromolin merupakan obat antiinflamasi. Kromolin tidak mempunyai
aktifitas intrinsik bronkodilator, antikolinergik, vasokonstriktor atau aktivitas
glukokortikoid. Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-
A (Slow Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin
bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan.
b. Indikasi
Asma bronkial (inhalasi, larutan dan aerosol) : sebagai pengobatan
profilaksis pada asma bronkial. Kromolin diberikan teratur, harian pada pasien
dengan gejala berulang yang memerlukan pengobatan secara reguler.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
111
Universitas Indonesia
Pencegahan bronkospasma (inhalasi, larutan dan aerosol) : untuk mencegah
bronkospasma akut yang diinduksi oleh latihan fisik, toluen diisosinat, polutan dari
lingkungan dan antigen yang diketahui.
c. Efek Samping
Efek samping yang paling sering terjadi berhubungan dengan penggunaan kromolin
(pada penggunaan berulang) meliputi saluran pernapasan: bronkospasme (biasanya
bronkospasma parah yang berhubungan dengan penurunan fungsi paru
paru/FEV1), batuk, edema laringeal (jarang), iritasi faringeal dan napas berbunyi.
Efek samping yang berhubungan dengan penggunaan aerosol adalah iritasi
tenggorokan atau tenggorokan kering, rasa tidak enak pada mulut, batuk, napas
berbunyi dan mual.
2) Nedokromil Natrium
a. Mekanisme Kerja
Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk pencegahan asma. Obat ini
akan menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai
tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, sel
mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat perkembangan respon
bronkokonstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi
b. Indikasi
Nedokromil diindikasikan untuk asma. Digunakan sebagai terapi pemeliharaan
untuk pasien dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma ringan sampai
sedang.
c. Efek Samping
Efek samping yang terjadi pada penggunaan nedokromil bisa berupa batuk,
faringitis, rinitis, infeksi saluran pernapasan atas, bronkospasma, mual, sakit kepala,
nyeri pada dada dan pengecapan tidak enak.
5. Kortikosteroid
a. Mekanisme Kerja
Obat-obat ini merupakan steroid adrenokortikal steroid sintetik dengan cara kerja
dan efek yang sama dengan glukokortikoid. Glukokortikoid dapat menurunkan
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
112
Universitas Indonesia
jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta
adrenergik dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi mekanisme
bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara langsung. Penggunaan
inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara efektif dengan efek sistemik
minimal.
b. Indikasi
Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang memerlukan
kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan keuntungan dari penggunaan
dosis sistemik, terapi pemeliharaan asma dan terapi profilaksis pada anak usia 12
bulan sampai 8 tahun. Obat ini tidak diindikasikan untuk pasien asma yang dapat
diterapi dengan bronkodilator dan obat non steroid lain, pasien yang kadang-kadang
menggunakan kortikosteroid sistemik atau terapi bronkhitis non asma.
c. Efek Samping
Iritasi tenggorokan, suara serak, mulut kering, ruam, pernafasan berbunyi, edema
wajah dan sindrom flu.
d. Interaksi Obat
Berinteraksi dengan ketokonazol yang dapat meningkatkan kadar plasma
budesonid dan fluticason setelah pemberian secara bersamaan. Ketoconazol
merupakan inhibitor kuat dari sitokrom P450 3A4. Dampak klinik belum diketahui.
Gunakan dengan perhatian.
6. Antagonis Reseptor Leukotrien
1) Zafirlukast
a. Mekanisme Kerja
Zafirlukast adalah antagonis reseptor leukotrien D4 dan E4 yang selektif dan
kompetitif, komponen anafilaksis reaksi lambat (SRSA - slow-reacting substances
of anaphylaxis). Produksi leukotrien dan okupasi reseptor berhubungan dengan
edema saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan perubahan aktifitas selular
yang berhubungan dengan proses inflamasi, yang menimbulkan tanda dan gejala
asma.
b. Indikasi
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
113
Universitas Indonesia
Profilaksis dan perawatan asma kronik pada dewasa dan anak 5 tahun.
c. Efek Samping
Efek samping terjadi pada 3% pasien seperti sakit kepala, mual, dan infeksi.
d. Interaksi Obat
Zafirlukast dapat menginhibisi isoenzim sitokrom P450 2C9 dan 3A4.
Penggunaan zafirlukast bersamaan dengan obat-obat yang dimetabolisme oleh
sitokrom tersebut harus disertai perhatian.
Obat-obat yang dipengaruhi zafirlukast adalah warfarin. Obat-obat yang
dapat mempengaruhi zafirlukast adalah aspirin, eritromisin, dan teofilin.
Bioavaibilitas zafirlukast menurun jika digunakan bersamaan dengan makanan.
Oleh karena itu penggunaan zafirlukast sekurang – kurangnya 1 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan.
2) Montelukast Sodium
a. Mekanisme Kerja
Montelukast adalah antagonis reseptor leukotrien selektif dan aktif pada
penggunaan oral, yang menghambat reseptor leukotrien sisteinil (CysLT1).
Leukotrien adalah produk metabolisme asam arakhidonat dan dilepaskan dari sel
mast dan eosinofil. Produksi leukotrien dan okupasi reseptor berhubungan dengan
edema saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan perubahan aktifitas selular
yang berhubungan dengan proses inflamasi, yang menimbulkan tanda dan gejala
asma.
b. Indikasi
Profilaksis dan terapi asma kronik pada dewasa dan anak-anak ≥ 12 bulan.
c. Efek Samping
Efek samping terjadi lebih pada 3% pasien seperti influenza. Pada anak 6-12 tahun,
efek samping yang terjadi dengan frekuensi 2 % adalah diare, laringitis, faringitis,
mual, otitis, sinusitis, infeksi virus. Pada anak 2-5 tahun, efek samping yang terjadi
dengan frekuensi 2% adalah rinorea, otitis, sakit telinga, bronkhitis, sakit lengan,
rasa haus, bersin-bersin, ruam dan urtikaria.
d. Interaksi Obat
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
114
Universitas Indonesia
Fenobarbital dan prednison mungkin berinteraksi dengan montelukast.
3) Zilueton
a. Mekanisme Kerja
Zilueton adalah inhibitor spesifik 5-lipoksigenase dan selanjutnya
menghambat pembentukan (LTB1, LTC1, LTD1, LTE1).
b. Indikasi
Profilaksis danterapi asma kronik pada dewasa dan anak ≥ 12 tahun.
c. Efek Samping
Efek samping terjadi pada 3% pasien atau lebih seperti sakit kepala,
nyeri,sakit perut, rasa lelah, dispepsia, mual, myalgia.
d. Interaksi Obat
Mikrosom hati telah menunjukkan bahwa zilueton dan metabolitnya (N
dehidroksilasi) dapat mengalami metabolisme oksidatif oleh isoenzim 1A2, 2C9
dan 3A4 sitokrom P450. Gunakan dengan perhatian jika meresepkan obat-obat
yang menghambat enzim-enzim ini. Obat-obat yang dapat dipengaruhi zilueton
adalah propranolol, terfenadin, teofilin dan warfarin. Obat-obat yang
mempengaruhi zilueton adalah digoksin, kontrasepsi oral, fenitoin, dan prednison.
7. Obat – Obat Penunjang
1) Ketotifen Fumarat
a. Mekanisme Kerja
Ketotifen adalah suatu antihistamin yang mengantagonis secara nonkompetitif dan
relatif selektif reseptor H1, menstabilkan sel mast dan menghambat penglepasan
mediator dari sel-sel yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas.
b. Indikasi
Manajemen profilaksis asma. Untuk mendapatkan efek maksimum dibutuhkan
waktu beberapa minggu. Ketotifen tidak dapat digunakan untuk mengobati
serangan asma akut.
c. Efek Samping
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
115
Universitas Indonesia
Mulut kering, mengantuk dan rasa malas, meningkatkan nafsu makan, menaikkan
berat badan, stimulasi susunan saraf pusat dan reaksi kulit parah.
d. Interaksi Obat
Penggunaan bersamaan ketotifen dengan anti diabetes oral akan menurunkan
jumlah platelet, jadi penggunaannya secara bersama-sama harus dihindari.
Ketotifen dapat meningkatkan efek depresan dari obat yang mempengaruhi susunan
saraf pusat seperti antihistamin lain, hipnotik dan sedatif.
2) N-Asetilsistein
a. Mekanisme Kerja
Aksi mukolitik asetilsistein berhubungan dengan kelompok sulfhidril pada
molekul, yang bekerja langsung untuk memecahkan ikatan disulfida antara ikatan
molekular mukoprotein, menghasilkan depolimerisasi dan menurunkan viskositas
mukus. Aktivitas mukolitik pada asetilsistein meningkat seiring dengan
peningkatan pH.
b. Indikasi
Asetilsistein merupakan terapi tambahan untuk sekresi mukus yang tidak normal,
penyakit bronkopulmonari kronik (emfisema kronik, emfisema pada bronkhitis,
bronkhitis asma kronik, tuberkulosis, amiloidosis paru-paru) dan penyakit
bronkopulmonari akut (pneumonia, bronkhitis, trakeobronkhitis).
c. Efek Samping
Stomatitis, mual, muntah, demam, rhinorea, mengantuk, berkeringat, rasa sesak di
dada, bronkokonstriksi, bronkospasma, iritasi trakea dan bronkial.
Algoritma Terapi untuk asma bronkial dapat dilihat pada Tabel 2.1
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
116
Universitas Indonesia
Tabel 2.3 Pengobatan Kontrol Terapi Jangka Panjang pada Asma
Obat Dosis Penggunaan
Kortikosteroid sistemik
Metilprednisolon 7,5 – 60 mg sehari dalam single dose
Prednisolon
Prednison
40 – 60 mg / hari dalam single dose
atau dibagi menjadi 2 dosis untuk 3-
10 hari
Inhalasi long acting β2 agonis
Salmeterol DPI 50 mcg setiap 12 jam
Formoterol DPI 12 mcg/single-use kapsul setiap
12 jam
Kombinasi
Fluticasone/Salmeterol 1 inhalasi sehari 2 kali; besarnya
dosis tergantung tingkat keparahan
asma
Budesonide/formeterol 2 inhalasi sehari 2 kali; besarnya
dosis tergantung tingkat keparahan
asma
Kromolin dan Nedokromil
Kromolin 2 puffs sehari 4 kali (0,8 mg/puff); 1
ampul sehari 4 kali (20 mg/ampul)
Nedokromil 2 puffs sehari 4 kali (1,75 mg/puff)
Inhalasi long acting Antikolinergik
Tiotropium 1 blister sehari (DPI 18 mcg/blister)
Antagonis Reseptor Leukotrien
Montelukas 10 mg saat mau tidur dimalam hari
Zafirlukas 40 mg sehari / 20 mg sehari 2 kali
Inhibitor 5-Lipoxygenes
Zileuton 600 mg sehari 4 kali
Metilxantin
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
117
Universitas Indonesia
Teofilin Dosis awal 10 mg/kgBB/hari. Dosis
maksimum 800 mg/hari
Imunodilator
Omalizumab 150 – 375 mg subkutan tiap 2-4
minggu
Tabel 2.4 Pengobatan Quick Relief pada Asma
Obat Dosis Penggunaan
Inhalasi Short Acting β2 Agonis
Albuterol CFC 2 puffs 5 menit sebelum melakukan
kegiatan
1,25 – 5 mg dalam 3 ml NaCl tiap 4-8
jam (nebulizer solution)
Albuterol HFA
Pirbuterol CFC
2 puffs tiap 4 – 6 jam
Levabulterol 2 puffs tiap 4 – 6 jam
0,63-1,25 mg tiap 8 jam (nebulizer
solution)
Antikolinergik
Ipratropium HFA 2-3 puffs tiap 6 jam (MDI)
0,25 mg tap 6 jam (Nebulizer Solution)
Iparatropium dengan albuterol 2-3 puffs tiap 6 jam (MDI)
3 ml tiap 4-6 jam (Nebulizer Solution)
Kortikosteroid Sistemik
Metilprednisolon
Prednisolon
Prednison
40-60 mg/hari pada single dose atau
dibagi menjadi 2 dosis untuk 3-10 hari
Metilprednisolon asetat 20 mg intramuskular
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
118
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENGKAJIAN DATA
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Data
Pengumpulan data dilakukan di Paviliun Flamboyan bawah Rumah Sakit Marinir
Cilandak pada tanggal 9 – 14 Mei 2014
3.2. Prosedur Pengkajian Data
Pengkajian data dilakukan dengan penelusuran rekam medis secara retrospektif dan
wawancara pasien selama dirawat di Rumah Sakit Marinir Cilandak. Data tersebut
kemudian diolah berdasarkan analisis DRPs menurut Hepler & Strand. Sumber
literature lain yang digunakan dalam mengolah analisis DRPs adalah text book dan
guideline sejak tahun 1990 sampai 2013.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
119
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Diri Pasien
a. Nama Pasien : Ny. SS
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Tempat Tanggal Lahir : 1 Desember 1945
d. Usia : 68 tahun
e. Asuransi Kesehatan : BPJS
4.1.2 Keluhan Pasien
Ny. SS dengan umur 68 th masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada tanggal 9 Mei
2014 jam datang 08.35. Keluhan utama sesak napas. Sesak napas semalaman
dengan batuk dahak sulit dikeluarkan. Riwayat pasien hipertensi (+) tidak
terkontrol, diabetes mellitus (-), dan congestive heart failure (CHF) (+).
Pada bulan April, pasien juga dirawat di Rumah Sakit Marinir Cilandak dengan
keluhan yang sama. Pasien sudah berobat 2 hari yang lalu juga dengan keluhan yang
sama, tapi ruangan penuh dan pasien menolak dirujuk.
Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik Pasien
Tekanan Darah 140/90
Frekuensi nadi 84 kali/menit
Suhu Tubuh 36°C
Pernapasan 40 kali/menit
Kesadaran CM (Compos Mentis = kesadaran
penuh)
Abdomen Supel, BU (Bising Usus) (+), NTE
(Nyeri Tekan Epigastrik) (+), H/L
(Hepar/ Liver) ttb (tidak teraba)
Ekstremitas Akral hangat
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
120
Universitas Indonesia
Diagnosa sementara dokter terhadap Ny. SS adalah asma bronkial. Pasien diberi O2
nasal 2 tpm, Nebulizer Ventolin : Pulmicort : NaCl (1:1:1), Deksametason 1 ampul,
Ringer Lactate 7 tpm, dan injeksi lasix 2x1.
4.1.3 Perkembangan Pasien
Perkembangan Ny. SS selama dirawat di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4.2 Data Perkembangan Pasien
Tanggal Dokter Subjective
(S)
Objective
(O)
Assesment
(A)
Planning
(P)
09/05/14 Dr.
Sp.Pd
Sesak
napas +
Rh +/+
Wh +/+
TD 140/90
Nadi 100x
Edema -/-
Foto
thorax-
edema paru
Lasix iv 2x1
KSR po 2x1
Ranitidin (stop)
Omeprazol 1x1
Antasida 3x2
Ulsidex 3x1
Dr.
Sp.Paru
sesak,
batuk
berdahak
TD
150/100
HR 100x
RR 40x
Suhu 36°C
Rh -/-
wh +/+
NTE +
leukosit
16000
Asthmatic
attack
HHD
Gastritis
O2 2-4L/mnt
Ceftriaxon iv 1x2g
ranitidin iv 2x1,
nebules/4 jam
(Ventolin:Pulmicort:
NaCl:Bisolvon=
1:1:2:1)
*sesak berkurang
nebules/6 jam
Raber interne
10/5/14 Dr.
Sp.Pd
Mual,
nyeri ulu
hati
Terapi lanjut
Antasida 3x2 1 jam
pc kunyah
Dr.
Sp.Paru
Sesak +
Batuk+
TD 140/90
Wh -/-
Rh +/+
Ama +
HHD
Ceftriaxone iv 2 x 1
gr
Ranitidin iv 2 x 1
Nebules/6jam
Ventolin:Pulmicort:
NaCl:Bisolvon=
1:1:2:1
11/5/14 Dr.
Sp.Pd
Mual 120/70
HR 82x
Sama dengan diatas
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
121
Universitas Indonesia
RR 20x
T 36,2°C
Dr.
Sp.Paru
Sesak ↓
Dahak +
90/60
T 36°C
Wh -/-
Rh +/+
Asma
membaik
Vectrin syr 3x1C
Ceftriaxon iv 2x1gr
ranitidin iv 2x1
nebules/12 jam
Ventolin:Pulmicort:
NaCl:Bisolvon =
1:1:2:1
12/5/14 Dr.
Sp.Pd
Sesak
berkurang
130/80
HR 32x
RR 20x
T 36°C
Rh -/-
Wh +/+
Dengan
tetap
perbaikan
Lasix ↓- fasorbid tab
1x1
KSR 1x1
Dr.
Sp.Paru
Mual + Kesadaran
Cm
TD 120/70
HR 180x
RR 16x
HHD Sama dengan diatas
13/5/14 Dr.
Sp.Pd
Sesak
berkurang
TD 130/80
HR 80x
RR 20x
T 36°C
Rh -/-
Wh +/+
SDA
Lasix 1-0-0
ISDN 3x5 mg
Dr.
Sp.Paru
Sesak - TD 130/70
Nadi 80x
Napas 20x
T 36°C
Rh -/+
Wh -/-
NTE +
Leukosit
12000
Terkontrol SDA
seretide diskus
100/250 / 12 jam
salbutamol/teofilin
caps
ranitidin /12 jam
*cek
leukosit→normal,
cefixim
14/5/14 Dr.
Sp.Paru
Sesak - Rh -/-
Wh -/-
Leukosit
12.000
terkontrol Seretide 100/250/12
jam
4.1.4 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium Ny. SS dapat dilihat pada Tabel 4.3
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
122
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien
Darah Rutin Nilai Normal 9/5/14 13/5/14 14/5/14
Hemoglobin 12-16 gr/dl 13,5 14,3 14,1
Hematokrit 37-54% 40 42 44
Leukosit 5-10 ribu/ml 16* 12,5* 12,0*
Trombosit 150-400 ribu/ml 397 362 395
4.1.5 Regimen Pengobatan
Regimen pengobatan pasien selama dilakukan perawatan di Ruang Flamboyan
Rumah Sakit Marinir Cilandak dapat diamati pada Lampiran 1.
4.1.6 Profil Obat Pasien
Obat-obat oral dan injeksi yang diberikan kepada pasien dapat dilihat pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Profil Obat Pasien
Ulsidex ® (Sucralfate 500 mg)
Indikasi Tukak lambung dan usus (pada nyeri yang hebat karena
tukak lambung, dapat ditambahkan antasida )
Mekanisme Kerja Membentuk kompleks sukralfat dengan protein yang
membentuk lapisan pelindung menutupi ulkus serta
melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan
garam empedu.
Dosis Dewasa Dewasa: 2 tablet @500mg 3-4 kali /hari saat lambung
kosong (1 jam sebelum makan dan saat sebelum tidur)
Pengobatan jangka pendek (s/d 8 minggu)
Efek Samping Konstipasi, diare, mulut kering, pusing, insomnia, mual,
muntah
KSR® (Pottasium klorida 600mg)
Indikasi Pengobatan Hipokalemia
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
123
Universitas Indonesia
Mekanisme Kerja Kalium adalah kation yang banyak terdapat dalam
cairan intraseluler dan penting untuk konduksi impuls
saraf di jantung, otak, dan otot skeletal. Memelihara
fungsi normal ginjal, keseimbangan asam basa,
metabolisme karbohidrat.
Dosis Dewasa 1 – 2 tablet 2 – 3 kali sehari
Efek Samping Gagal ginjal, pasien Addison yang tidak diterapi,
dehidrasi akut, hyperkalemia
Vectrin syrup® (Erdostein 175 mg/ 5ml sirup kering)
Indikasi Mukolitik, pengencer mukus, pada gangguan saluran
nafas akut&kronik
Mekanisme Kerja Anti mukolitik dengan mengencerkan mukus
Dosis Dewasa Dewasa: 2x 10 ml sirup
Dosis max : 900 mg / hari
Efek Samping Mual, muntah, nyeri perut, ruam kulit, pruritus, sakit
kepala
Antasida
Indikasi Hiperasiditas, tukak lambung, gastritis
Mekanisme Kerja Bereaksi dengan asam lambung sehingga dapat
menetralkan asam lambung
Dosis Dewasa Sehari 1-2 tablet 1 jam sebelum makan / sebelum tidur
Efek Samping Konstipasi, diare, mual, muntah
Lasix (Furosemide)
Indikasi Terapi untuk edema yang berhubungan dengan gagal
jantung kongestif, ,penyakit hati , atau penyakit ginjal.
Terapi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi
dalam pengobatan hipertensi
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
124
Universitas Indonesia
Mekanisme Kerja Menghambat reabsorbsi natrium dan klorida pada
tubulus proksimal, distal dan lengkung henle.
Dosis Dewasa I.M., I.V.: 1 mg/kg/dose, dinaikkan 1 mg/kg/dose
intervals 6-12 jam sampai respon yang diinginkan
tercapai hingga 6 mg/kg/dose
Efek Samping Hiperurisemia, hipokalemia, diare, pusing,
hipomagnesemia, hipotensi, mual, kemerahan, vertigo,
photosensitivity
Aminofilin
Indikasi Bronchodilator asthma or COPD; ↑ kontraktilitas
diafragma
Mekanisme Kerja Relaksasi otot polos pada saluran pernafasan
Dosis Dewasa 380 mg/hari, dosis maksimum 928 mg/hari
Efek Samping Takikardia, gelisah, nausea, mual, ruam kulit, gangguan
GI, tremor
ISDN (Isosorbid dinitrat)
Indikasi Profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung
Mekanisme Kerja Relaksasi otot polos vaskular sehingga menyebabkan
vasodilatasi arteri dan vena perifer. Dilatasi pembuluh
darah pasca kapiler menyebabkan penurunan aliran
balik vena ke jantung, hal ini mengakibatkan turunya
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (preload).
Relaksasi arteriolar menyebabkan penurunan resistensi
vaskular sistemik dan tekanan arteri (afterload).
Sehingga tercapai keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Dosis Dewasa Sublingual 5 – 10 mg, sehari dalam dosis terbagi.
Angina 30 – 120 mg. Gagal jantung 40 -160 mg, sampai
240 mg jika perlu
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
125
Universitas Indonesia
Efek Samping Sakit kepala, muka merah, pusing, hipotensi, mual dan
muntah, kedutan otot, palpitasi, nyeri
Ranitidin
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks
esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat
AINS, tukak duodenum karena h.pylory, sindrom
Zoolinger Ellison
Mekanisme Kerja Menghambat reseptor H2 pada sel parietal lambung
sehingga menurunkan sekresi asam lambung
Dosis Dewasa Oral : 150 mg 2x sehari atau 300 mg malam hari
Injeksi : 50 mg tiap 6-8 jam
Efek Samping Diare, gangguan GI, pusing, ruam dan rasa letih, sakit
kepala
Salbutamol
Indikasi Asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi
saluran nafas reversibel
Mekanisme Kerja Agonis β2 adrenergik sehingga menyebabkan
bronkodilator
Dosis Dewasa 80/4,5 mcg 1g-2 inhalasi 2xsehari atau 160/4,5 mcg 1-
2 inhalasi 2xsehari
Efek Samping Sakit kepala, agitasi, lemah, bingung, pusing, mual,
gangguan tidur, palpitasi, takikardi, tremor, kram
Fluticasone – salmeterol
Indikasi Obstruksi sal nafas reversibel, termasuk asma.
Obstruksi paru kronis, termasuk bronkhitis kronis dan
emfisema.
Mekanisme Kerja Fluticasone : Menghambat beberapa sel seperti sel mast,
eosinofil, basofil, limfosit, makrofag, neutrofil, dan
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
126
Universitas Indonesia
sekresi mediator seperti histamin, leukotrien, sitokin
yang terlibat dalam respon asma.
Salmetarol: Stimulasi intraseluler adenil siklase
sehingga meningkatkan level cAMP dan menyebabkan
relaksasi otot polos bronkial. Menghambat sekresi
mediator reaksi hipersensitivitas, terutama dari sel mast
Dosis Dewasa Fluticasone 100 mcg/salmeterol 50 mcg; Fluticasone
250 mcg/salmeterol 50 mcg; Fluticasone 500
mcg/salmeterol 50 mcg
Efek Samping Suara serak dan kandidiasis di mulut atau tenggorokan,
hipersensitif pada kulit, menurunkan densitas mineral
pada tulang, katarak, glaukoma
Budesonide
Indikasi Profilaksis dan pengobatan rhinitis alergi dan rhinitis
vasomotor, polip nasal
Mekanisme Kerja Menghambat inflamasi dengan menekan migrasi
leukosit dan mengurangi permeabilitas kapiler.
Dosis Dewasa Dosis awal pada penggunaan asma akut atau pergantian
dengan kortikosteroid : 400-2400 mcg/hari dibagi
menjadi 4 dosis; maintenance 200-400 mcg sehari 2 kali
Efek Samping bersin setelah penggunaan, kadang- kadang hidung
kering, iritasi hidung dan tenggorokan, epistaksis, gang.
Indra kecap, reaksi hipersensitivitas ( bronkospasme),
perforasi septum nasal.
Cefixim
Indikasi ISK, otitis media, Infeksi sal.nafas S. Pneumoniae & S.
pyogenes, H. influenzae, and Enterobacteriaceae
Mekanisme Kerja Menghambat sintesis dinding sel mikroba melalui
penghambatan reaksi transpeptidase dalam rangkaian
pembentukan dinding sel mikroba
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
127
Universitas Indonesia
Dosis Dewasa 400 mg/hari
Efek Samping Diare, nyeri abdomen, nausea, dispepsia, flatule
Ceftriaxone
Indikasi Infeksi berat seperti septikemia, pneumonia, dan
meningitis
Mekanisme Kerja Menghambat sintesis dinding sel mikroba melalui
penghambatan reaksi transpeptidase dalam rangkaian
pembentukan dinding sel mikroba
Dosis Dewasa 1-2 g tiap 12-24 jam, tergantung tingkat keparahan
Efek Samping Diare, ruam, eosinophilia, luokopenia
Omeprazol
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung
dan duodenum terkait dengan AINS, lesi lambung dan
duodenum, regimen eradikasi H. Pylori pada tukak
peptik, refluks esofagitis, syndrom Zollinger-Ellison
Mekanisme Kerja Berikatan dengan H+/K+ ATPase di membran sel
parietal sehingga sekresi asam lambung berkurang
Dosis Dewasa Tukak lambung dan duodenum (termasuk yang
komplikasi terapi AINS 20 mg/hari selama 4 minggu
pada tukak duodenum, 8 minggu pada tukak lambung
Active duodenal ulcer: Oral: 20 mg/day for 4-8 weeks
Gastric ulcers: Oral: 40 mg/day for 4-8 weeks
Symptomatic GERD: Oral: 20 mg/day for up to 4 weeks
Peptic ulcer disease: Oral: 40 mg/day single dose atau
dibagi menjadi 2 dosis
Efek Samping Gangguan GI, Athropic gastritis (penggunaan jangka
panjang)
4.1.7 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat
Hasil identifikasi masalah terkait obat (Drug Related Problems) pada
regimen pengobatan Ny. SS dapat dilihat pada Tabel. 4.5
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
128
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Identifikasi DRPs Pada Regimen Pengobatan Pasien
DRP Obat Masalah/
Mekanisme Rekomendasi
Ada obat tetapi
tidak ada
indikasi.
KSR Tidak ada hasil lab
yang menunjukkan
pasien hipokalemia
sehingga
dikhawatirkan pasien
menjadi
hiperkalemia
Perlu dilakukan
pemeriksaan
elektrolit
Ada indikasi,
tetapi tidak ada
obat
Antihipertensi Pada tanggal 14 Mei
dan untuk obat
pulang pasien tidak
diberikan obat
antihipertensi untuk
mengontrol tekanan
darahnya
RM 13 Mei: 130/80
lifestyle
modification & HCT
(diuretik tiazid)
Dosis terlalu
rendah
Ulsidex
(sucralfate)
Pasien hanya
diberikan sucralfate
500 mg 3 x sehari
Dosis ditingkatkan
menjadi 2 tablet tiap
6 jam 1 jam sebelum
makan
Pemilihan obat
yang tidak
tepat
KSR Tidak ada hasil
laboratorium yang
menunjukkan pasien
hipokalemia
Perlu dilakukan
pemeriksaan
elektrolit
Omeprazole
Ulsidex
Ranitidin
Antasida
Terapi untuk
gastritis adalah
antasida yang
dikombinasikan
dengan Antagonis
H2 atau PPI atau
Sucralfate
Cukup diberikan
Antasida dengan
ranitidin atau
antasida dengan
omeprazole
Ketidakpatuhan
pasien
Ulsidex
KSR
Antasida
Vectrin syr
Penggunaan obat
tidak sesuai dengan
waktu pemberian.
Disebabkan karena
perawat di ruangan
tidak selalu mengisi
lembar terapi rawat
inap
Edukasi pasien
mengenai
pentingnya
kepatuhan
penggunaan obat.
Perawat di ruangan
turun langsung
dalam memberikan
obat kepada pasien
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
129
Universitas Indonesia
dan segera mengisi
lembar terapi pasien
4.2 Pembahasan
Pada laporan ini akan dibahas pengobatan seorang pasien, Ny. SS yang
dirawat di paviliun Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak. Ny. SS
berusia 66 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada tanggal 9 Mei 2014.
Keluhan utama pasien adalah sesak napas. Sesak napas terjadi semalaman dengan
batuk dahak sulit dikeluarkan. Pasien sudah berobat ke UGD dua hari yang lalu
dengan keluhan yang sama tetapi ruangan penuh, pasien menolak dirujuk. Riwayat
pasien hipertensi (+) tidak terkontrol, diabetes mellitus (- ), dan congestive heart
failure (CHF) (+), perokok pasif (+) dengan area rumah berdebu. Pemeriksaan fisik
juga dilakukan yaitu meliputi pemeriksaan abdomen dan ekternal tubuh.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, tekanan darah 140/90 (hipertensi stage 1),
kecepatan napas 40x/ menit (takipnea), rhonki dan wheezing (+), dan nyeri tekan
epigastrik (+). Selain itu pasien juga melakukan uji laboratorium yang meliputi
pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan penunjang meliputi EKG dan rontgen.
Berdasarkan hasil tes laboratorium yang telah dilakukan kadar leukosit darah pasien
tinggi (16.000/ml) yang menandakan pasien mengalami infeksi. Sedangkan untuk
interpretasi dari hasil EKG, pasien mengalami sinus takikardi, pembesaran atrium
kanan, deviasi axis kiri, dan abnormalitas gelombang ST nonspesifik. Untuk hasil
rontgen thorax, pasien mengalami edema pada paru.
Pada saat dirawat di Rumah Sakit Marinir Cilandak, pasien terus dipantau
kesehatannya terutama tekanan darah pasien dan dibuat daftar perkembangan
pasien setiap harinya untuk mengetahui kemajuan kesehatan pasien selama dirawat
di rumah sakit. Pada catatan perkembangan pasien terdapat 4 kategori yang meliputi
kolom Subjektif, Objektif, Assesment dan Planning. SOAP merupakan catatan
harian perkembangan pasien berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
dokter setiap harinya. Pasien mendapat berbagai macam obat dengan multi regimen
selama perawatan. Pasien mendapatkan obat oral maupun injeksi 5-10 jenis
perharinya. Banyaknya obat yang diberikan kepada pasien selama perawatan
memungkinkan terjadinya masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (Drug
Related Problem).
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
130
Universitas Indonesia
Analisis terhadap penggunaan obat terhadap Ny. SS adalah yaitu penggunaan obat
tanpa indikasi, ada indikasi yang tidak diterapi, dosis terlalu rendah, pemilihan obat
yang tidak tepat, dan ketidakpatuhan pasien.
a. Penggunaan Obat Tanpa Indikasi
Berdasarkan catatan harian pasien, Ny. SS mendapat terapi KSR 2x1 selama
4 hari. KSR digunakan pada indikasi hipokalemia, tetapi dari hasil pemeriksaan
pasien tidak menunjukkan gejala hipokalemia. Gejala dari hipokalemia adalah
lelah, lemah otot, kram otot, hiperkapnia, rabdomiolisis (Current Medical Diagnosis
and Treatment, 2013). Pada pemeriksaan laboratorium juga tidak ada pemeriksaan
kadar kalium darah.
Pemberian KSR juga bisa diindikasikan untuk menghindari kondisi
hipokalemia akibat efek samping dari penggunaan furosemid, tetapi lebih tepat jika
pemberian KSR tersebut dilengkapi dengan hasil pemeriksaan laboratorium kadar
kalium darah sehingga dapat dipastikan apakah pasien perlu diberikan KSR untuk
menghindari efek samping hipokalemia tersebut. Disarankan untuk dilakukan
pemantauan nilai kalium darah pada Ny. SS karena ketika pemberian KSR tetap
dilakukan tanpa ada data kadar kalium darah bisa menyebabkan hiperkalemia yang
dapat mengakibatkan kelumpuhan, fibrilasi ventrikular, dan henti jantung
b. Ada Indikasi yang Tidak Diterapi
Ny. SS memiliki riwayat hipertensi dan selama dirawat tekanan darah Ny.
SS adalah 120-150 / 70-100. Selama dirawat pasien mendapatkan terapi lasix
(furosemid). Pengobatan untuk hipertensi harus dilakukan rutin untuk mengontrol
tekanan darah. Tetapi pada hari terakhir pasien dirawat dan pada saat pulang, pasien
tidak mendapatkan obat hipertensi. Disarankan Ny. SS diberikan obat antihipertensi
golongan diuretik tiazid yang merupakan terapi lini pertama pasien geriatrik dengan
komplikasi CHF (JNC 7, 2003) dan melakukan modifikasi gaya hidup seperti
menghindari stres, teratur berolahraga, mengurangi makanan berkolesterol dan
bergaram tinggi.
c. Dosis Terlalu Rendah
Pasien Ny. SS, selain didiagnosa mengalami asma bronkial juga didiagnosa
mengalami gastritis, sehingga mendapatkan terapi ulsidex (sukralfat) untuk
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
131
Universitas Indonesia
melindungi mukosa lambungnya. Dosis ulsidex yang diberikan pada Ny. SS yaitu
3x sehari 500 mg, sedangkan dosis lazim penggunaan ulsidex adalah 4 g sehari
dengan dosis maksimal 8 g sehari sehingga dosis penggunaan ulsidex perlu
ditingkatkan menjadi 4x sehari 1 g (Martindale 36th edition, 2009)
d. Pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection)
Analisa DRP pada pemilihan obat tidak tepat adalah penggunaan KSR
karena tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk kadar kalium dalam darah,
sehingga tidak ada data yang menunjukkan pasien mengalami hipokalemia.
Pasien Ny. SS juga diberikan omeprazole, ulsidex, ranitidin, dan antasida
untuk terapi gastritis. Nyeri perut yang dialami oleh Ny SS tidak parah dan tidak
menunjukkan adanya gejala ulkus peptik seperti feses berwarna hitam. Pemilihan
terapi gastritis adalah antasida dengan obat golongan antagonis H2 atau Proton
Pump Inhibitor atau Sukralfat (Dipiro, 2005), sehingga pemilihan obat yang
diberikan pada Ny. SS untuk mengobati gastritis yang dialaminya tidak tepat dan
berlebihan. Disarankan Ny. SS menerima antasida dan ranitidin atau antasida dan
omeprazol.
e. Ketidakpatuhan Pasien
Berdasarkan catatan pengobatan rekam medis pasien, ada beberapa obat
yang tidak diminum sesuai dengan dosis yang diberikan dokter. Kepatuhan pasien
dalam meminum obat merupakan faktor yang menentukan keberhasilan terapi
pasien. Perlu dilakukan edukasi terhadap pasien mengenai pentingnya kepatuhan
meminum obat. Tetapi ketidakpatuhan ini mungkin saja disebabkan karena perawat
lupa mengisi lembar terapi rawat inap sehingga perlu juga peningkatan kedisiplinan
utnuk perawat dalam mengisi lembar terapi rawat inap pasien.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
132
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil identifikasi DRP (Drug Related Problems) yang dilakukan melalui
penelusuran rekam medik di paviliun Flamboyan Bawah Rumah Sakit
Marinir Cilandak didapatkan bahwa pasien mengalami penggunaan obat
tanpa indikasi, ada indikasi yang tidak diterapi, dosis terlalu rendah,
pemilihan obat yang tidak tepat, dan ketidakpatuhan pasien
2. Rekomendasi yang diberikan dari DRP tersebut adalah memantau nilai
kalium darah, pemberian obat antihipertensi, peningkatan dosis ulsidex
(sukralfat), pemberian obat untuk gastritis pasien dikurangi hanya menjadi
dua golongan obat, dan peningkatan pengetahuan pasien mengenai
pentingnya kepatuhan penggunaan obat.
5.2 Saran
1. Perlu direalisasikannya kegiatan identifikasi DRPs oleh apoteker di Rumah
Sakit Marinir Cilandak
2. Perlu adanya komunikasi antara tenaga medis dengan apoteker untuk
mengontrol terapi pasien dan masalah yang berkaitan dengan obat dapat
dihindari atau diminimalisir.
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
133
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Aslam Mohammed, Tan Chik Kaw, Prayitno Adji. (2003). Farmasi Klinis. Jakarta:
PT. Elex media Computindo.
Chisholm Burns Marie A, Wells Barbara G, Schwinghammer Terry L, Malone
Patrick M, Kolesar Jill M, Rotschafer John C, Dipiro Joseph T. (2005).
Pahrmacotherapy : A Pathophysiologic Approach Sixth Edition. United
States of America: Mc Graw Hill Medical.
Chobanian Aram V et al,. (2003). The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure. United States: Deartement of Health and Human Services.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta. Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Asma. Jakarta : Depkes RI
Katzung Bertam G. (2006). Basic Ans Clinical Pharmacology 10th edition. United
States of America : Mc. Graw Hil
Hepler, C.D. & Strand, L.M. (1990). Opportunities and Responsibilities in
Pharmaceutical Care. Am J Hosp Pharm.
Lacy, Charles, Amstrong Lora L, Goldman Morton P, Lance Leonard L. (2006).
Drug Information Handbook 17th Edition. American Pharmacists
Association: Lexi-Comp.
Papadakis Maxine & McPhee Stephen. (2013). Current Medical Diagnosis &
Treatment. United States of America : Mc Graw Hill Medical.
Sweetman Sean C. (2009). Martindale thirty sixth edition. London: Pharmaceutical
Press
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014
134
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Fierdini Hapsari Lil Nastiti, FF UI, 2014