universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-pr-bhata...

139
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA, S.Farm. 1206329423 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Upload: phungthuan

Post on 22-Feb-2018

266 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK.

JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK

PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BHATA BELLINDA, S.Farm.1206329423

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK.

JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK

PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

BHATA BELLINDA, S.Farm.1206329423

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

iv Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah

saya nyatakan dengan benar.

Nama : Bhata Bellinda, S.Farm

NPM : 1206329423

Tanda Tangan :

Tanggal : 17 Januari 2014

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

v Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan syukur kepada Allah Tritunggal Maha Kudus yang telah

memberikan penyertaan, serta kasih karuniaNya yang selalu setia mendampingi

dan menuntun selama proses pengerjaan penyusunan Laporan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk periode 17

Juni s.d 30 Agustus 2013.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Profesi

Apoteker untuk dapat memperoleh gelar Apoteker dan merupakan sarana untuk

memperluas wawasan mahasiswa Program Profesi Apoteker dibidang industri.

1. Lutfhi Zarkasyi, S.Farm., Apt selaku pembimbing dari PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk atas kesempatan, dan bimbingan selama

pelaksanaan PKPA, serta telah merelakan waktu, pikiran, dan tenaga dalam

memberikan bimbingan, saran, perhatian, serta nasehat kepada penulis selama

proses pengerjaan laporan;

2. Drs Mahdi Jufri M.Si sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

dan dosen pembimbing dari Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI,

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama melaksanakan

PKPA dan menyusun tugas akhir

3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Pj.S. Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013.

4. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

5. Drs. M. Sumarno, Apt. sebagai Plant Director PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk. Yang telah mengizinkan, memberikan fasilitas ,serta

kesempatan yang diberikan selama pelaksanaan PKPA;

6. Seluruh manager dan karyawan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk

khususnya Value Stream Cream, yang telah memberikan bantuan dan

perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas

didikan dan bantuannya selama perkuliahan di pendidikan profesi apoteker.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

vi Universitas Indonesia

8. Papa, mama, dan kak Abi yang telah memberikan doa dan semangat untuk

menyelesaikan perkuliahan di pendidikan profesi apoteker.

9. Seluruh teman-teman Apoteker UI Angkatan 77 yang telah berjuang bersama-

sama melaksanakan PKPA untuk mendapatkan gelar apoteker.

10. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan laporan PKPA yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu.

Saya menyadari laporan PKPA ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan

demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Semoga apa yang saya sajikan

dalam laporan ini dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi

perkembangan peranan profesi Apoteker di pemerintahan pada umumnya.

Keterbatasan pada dasarnya dapat menjadi sumber pelajaran bagi perkembangan

berikutnya dan kesempatan adalah titik awal perjuangan untuk menjadi lebih baik.

Jakarta, Januari 2014

Penulis

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

vii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

dibawah ini:

Nama : Bhata Bellinda, S.Farm

NPM : 1206329423

Program Studi : Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYABOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI – 30 AGUSTUS2013beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal : 17 Januari 2014

Yang menyatakan

(Bhata Bellinda, S.Farm.)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Bhata Bellinda, S. Farm.

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. Jalan Raya Bogor Km 38.

Periode 17 Juni – 30 Agustus 2013

Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakatdengan cara meningkatkan kuantitas dan kualitas obat yang akan di produksi.Semua obat-obatan yang di produksi dan akan beredar harus dapat dijaminkeamanan, khasiat, dan mutunya. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukansuatu pedoman yang meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutudengan tujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhipersyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya, yaitu CaraPembuatan Obat yang Baik (CPOB). Semua industri farmasi wajib menerapkanCPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat. PraktekKerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada periode 17 Juni – 30 Agustus2013 di PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. guna memberikan perbekalanbagi para calon Apoteker untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selamamasa kuliah secara praktis dan langsung kepada pengawasan mutu obat di IndustriFarmasi. Kegiatan PKPA tersebut bertujuan untuk membandingkan penerapanketentuan CPOB dengan implementasi di Industri Farmasi, khususnya pada PTTaisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.dan memahami tugas dan tanggung jawabapoteker di Industri Farmasi terutama sebagai penanggung jawab produksi,pemastian mutu, dan pengawasan mutu.

Kata kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk., CPOB, Titik Kritis Proses, Manajemen Risiko Mutu

xii + 76 halaman : 17 lampiran

Daftar Pustaka : 5 (1997-2012)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Bhata Bellinda, S. Farm

Study Program : Pharmacist Profession

Judul :. Report of Pharmacist Internship Program at PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. Jalan Raya Bogor Km 38.

17 Juni – 30 Agustus 2013 Period

Pharmaceutical Industry is the place to meet the needs of public health byincreasing the quantity and quality of the drug to be in production . All drugs arein production and will be circulated to be guaranteed safety , efficacy , and quality. To achieve this we need a guideline that covers all aspects of production andquality control in order to ensure the drug is made consistently , meeting therequirements set out and in accordance with their intended use , namely the GoodManufacturing Practice ( GMP ) . All GMP pharmaceutical industry shall apply inall aspects and activities of a series of drug manufacturing . Work PracticePharmacist ( PKPA ) conducted during the period 17 June to 30 August 2013 inthe PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk . to provide supplies for prospectivepharmacists to apply the knowledge they have learned during the course in apractical and direct the quality control of drugs in the Pharmaceutical Industry .The PKPA activities aimed to compare the application of the provisions of theimplementation of GMP in Pharmaceutical Industry , particularly in PT TaishoPharmaceutical Indonesia Tbk.dan understand the duties and responsibilities ofpharmacists in the Pharmaceutical Industry is mainly in charge of production ,quality assurance , and quality control .

Key Words :. Pharmacist Internship Program, PT Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk, GMP, Critical Point Process, Quality Risk

Management.

xii + 76 pages : 17 appendixes

Bibliography : 5 (1997-2012)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

HALAMAN PUBLIKASI........................................................................ vii

ABSTRAK................................................................................................ viii

ABSTRACT.............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN.…………………………..……………………. xii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………..……. 1

1.1 Latar Belakang………………...………………………...…….. 1

1.2 Tujuan…………...…………………………………………….. 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ………..................................….………… 3

2.1 Industri Farmasi …..…...…….............…..…………………… 3

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)..............……..……. 6

2.3 Aspek – aspek CPOB................................................................. 8

2.4 Kompetensi Apoteker Praktisi Industri...................................... 26

BAB 3 TINJAUAN KEGIATAN........................................................... 28

3.1 PT. Taisho Pharmaceutical Internasional...............……...…… 28

3.2 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk……………........... 29

3.3 Value Stream…………………………………….……………. 30

3.4 Departemen Quality Operation ……..………..……………... 31

3.5 Departemen Plant Logistic..………………………………….. 38

3.6 Departemen Technical Service….……………………………. 44

3.7 Departemen Maintenance Engineering dan EHS…………….. 47

3.8 Lean Continuous Improvement and Training (LCT) ………… 53

BAB 4 PEMBAHASAN …….................…….………………………... 54

4.1 Managemen Mutu...................................................................... 54

4.2 Personalia................................................................................... 55

4.3 Bangunan dan Fasilitas.............................................................. 57

4.4 Peralatan..................................................................................... 58

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

xi Universitas Indonesia

4.5 Sanitasi dan Higiene................................................................... 59

4.6 Produksi...................................................................................... 60

4.7 Pengawasan Mutu....................................................................... 65

4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu..................................................... 67

4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali

Obat dan Produk Kembalian................................................... 69

4.10 Dokumentasi............................................................................. 70

4.11 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak 71

4.12 Kualifikasi dan Validasi 73

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 75

5.1 Kesimpulan……………………………………………………. 75

5.2 Saran…………..………………………..……………………... 75

DAFTAR PUSTAKA………………………….……………….………. 76

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

xii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia

Tbk...................................................................................... 77

Lampiran 2 Struktur Organisasi Value Stream Liquid..……………… 78

Lampiran 3 Struktur Organisasi Value Stream Cream.……………..... 78

Lampiran 4 Struktur Organisasi Value Stream Diamond .…...…....….. 79

Lampiran 5 Struktur Organisasi Departemen Quality Operation.......... 80

Lampiran 6 Struktur Organisasi Departemen Plant Logistic...……..… 81

Lampiran 7 Ruang timbang di Warehouse.............................................. 81

Lampiran 8 Label Identifikasi Material di Warehouse…..……….…… 82

Lampiran 9 Penyimpanan Packaging Material di Warehouse............... 83

Lampiran 10 Struktur Organisasi ME-EHS ...……………………….… 84

Lampiran 11 Diagram HVAC.................................................................. 84

Lampiran 12 Alur Pengolahan Purified Water (PW)............................... 85

Lampiran 13 Limbah Padat Hasil Reject Produk disimpan dalam

Storage Room..................................................................... 86

Lampiran 14 Pengolahan Limbah Cair secara Kimiawi.......................... 86

Lampiran 15 Pengolahan Limbah secara Biologis.................................. 87

Lampiran 16 Pengolahan Penjernihan Limbah (clarifier unit) Tahap

Akhir................................................................................ 87

Lampiran 17 Struktur Organisasi Lean Continuous Improvement and

training............................................................................... 88

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri farmasi merupakan salah satu industri yang turut berpartisipasi

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui perannya dalam

bidang pembuatan dan pengembangan sediaan obat. Obat adalah komoditi khusus

yang memerlukan perlakuan khusus mulai dari bahan baku sampai proses

kemasannya karena aktivitas obat yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologi

tubuh manusia. Sehingga industri farmasi memiliki moral dan tanggung jawab

sosial dalam menghasilkan produk obat yang memenuhi standar mutu, khasiat,

dan keamanan. Oleh karenanya, industri farmasi menjadi salah satu industri yang

dikontrol dan diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan Pengawasan Obat

dan Makanan (BPOM) baik dalam segi perizinan, produksi, peredaran, maupun

kualitas obat yang diedarkan.

Industri farmasi harus memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang

Baik (CPOB) dalam melakukan produksi obat jadi. CPOB tercantum dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1799/MENKES/PER/XII/2010 dijelaskan sebagai suatu pedoman pembuatan obat

yang baik dan benar diseluruh aspek kegiatan produksi bertujuan untuk

memastikan bahwa sifat maupun mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi

persyaratan mutu yang telah ditentukan secara konsisten sesuai dengan tujuan

penggunaannya. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri

farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan (Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012).

Penerapan CPOB antara satu industri farmasi dengan industri farmasi

lainnya dapat berbeda dikarenakan perbedaan fasilitas pendukung yang dimiliki

tiap industri. Sehingga peran penting Apoteker dalam industri farmasi adalah

memastikan obat yang dihasilkan bermutu, aman dan berkhasiat. Kedudukan

Apoteker diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi,

pengawasan mutu dan pemastian mutu sehingga seorang Apoteker dituntut untuk

memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

2

Universitas Indonesia

mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya secara professional agar dapat

mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul di industri farmasi.

Calon Apoteker perlu mendapat bekal pengetahuan dan pengalaman yang

memadai agar memenuhi standar kompetensi yang diperlukan. Salah satu cara

untuk mencapainya adalah melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri

farmasi. Oleh karena itu, Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA). Pada PKPA ini mahasiswa bertugas untuk mengamati dan mempelajari

langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi dari kedatangan raw material hingga

menjadi produk jadi yang dapat dipasarkan yang dilaksanakan di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia.. Pelaksanaan praktek kerja berlangsung dari tanggal 17

Juni 2013 hingga 30 Agustus 2013. Melalui praktek kerja ini, diharapkan

mahasiswa calon Apoteker dapat memperoleh manfaat dan ilmu sebanyak

mungkin yang dapat diaplikasikan saat terjun dalam dunia kesehatan.

1.2 Tujuan

a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai CPOB dalam segala

aspek pada industri farmasi terutama penerapan CPOB di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk.

b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab Apoteker dalam

industri farmasi khususnya di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja yang

sesungguhnya.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia3

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang

memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat

atau bahan obat meliputi seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat mulai

dari pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan,

pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk

didistribusikan. Setiap industri farmasi wajib memiliki izin industri farmasi dari

Direktur Jenderal. Wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan harus memenuhi persyaratan Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Persyaratan lain untuk memperoleh izin

industri farmasi terdiri atas (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010):

a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.

b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.

c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara

Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,

produksi, dan pengawasan mutu.

e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak

langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

kefarmasian.

f. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan

dengan sertifikat CPOB.

g. Pengajuan permohonan persetujuan prinsip untuk pendirian usaha industri

farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal. Permohonan persetujuan

prinsip dilakukan oleh industri Penanaman Modal Asing atau Penanaman

Modal Dalam Negeri, harus memperoleh Surat Persetujuan Penanaman

Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan prinsip

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

4

Universitas Indonesia

diberikan setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk

Pembangunan (RIP) dari kepala BPOM.

h. Setiap industri farmasi wajib melakukan farmakovigilans. Bila industri

farmasi menemukan obat dan atau bahan obat hasil produksinya yang

tidak memenuhi standar dan atau persyaratan keamanan, khasiat/keamanan

dan mutu, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Persyaratan pada poin (a) dan (b) tidak diperlukan bagi pemohon izin

industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara

Republik Indonesia (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010).

Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap

berproduksi sesuai persyaratan CPOB. Izin industri farmasi diberikan oleh

Menteri Kesehatan dan wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010).

Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, industri farmasi

dapat mengajukan permohonan izin industri farmasi. Permohonan izin industri

farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala

Badan dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Surat permohonan izin

industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker

penanggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan sebagai berikut:

a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi.

b. Surat Persetujuan Penanaman Modal untuk Industri Farmasi dalam rangka

Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri.

c. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan.

d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya.

e. Fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari kepala

dinas kesehatan provinsi.

g. Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan.

h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

5

Universitas Indonesia

i. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing

apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab

pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu.

j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung

jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan

apoteker penanggung jawab pemastian mutu dari pimpinan perusahaan.

k. Fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-

masing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab

pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu.

l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung

atau tidak langsung dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang

kefarmasian.

Persyaratan registrasi obat dalam negeri menurut peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 sebagai

berikut:

a. Registrasi obat produksi dalam negeri hanya dilakukan oleh industri

farmasi yang memiliki izin industri farmasi yang dikeluarkan oleh

Menteri.

b. Industri farmasi yang dimaksud tersebut harus memenuhi persyaratan

CPOB.

c. Pemenuhan persyaratan CPOB yang dimaksud dibuktikan dengan

sertifikat CPOB yang dikeluarkan oleh Kepala Badan.

Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama Industri Farmasi

yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan. Industri farmasi yang menghasilkan obat atau bahan obat

dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada

pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan

masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010).

Industri farmasi wajib menyampaikan laporan industri kepada Direktorat

Jenderal BPOM mengenai kegiatan usahanya setiap 6 bulan, meliputi jumlah dan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

6

Universitas Indonesia

nilai produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan dan setiap 1 tahun

untuk laporan lengkapnya (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010).

Jika industri farmasi melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam

Peraturan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010, dapat dikenakan sanksi administratif berupa

(Peraturan Menteri Kesehatan, 2010) :

a. Peringatan secara tertulis.

b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk

penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau

bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,

khasiat/kemanfaatan, atau mutu.

c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi

persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu.

d. Penghentian sementara kegiatan.

e. Pembekuan izin industri farmasi atau pencabutan izin industri farmasi.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia, 2012)

Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi dewasa ini

mengakibatkan berbagai perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta

persyaratan CPOB. Hal ini sesuai dengan filosofi yang akan berubah mengikuti

perkembangan atau teknologi dalam bidang farmasi. Demikian pula

perkembangan penerapan CPOB di Indonesia. CPOB pertama keluar pada tahun

1988. Pada tahun 1989, Petunjuk Operasional Penerapan CPOB diterbitkan agar

pedoman tersebut dapat diterapkan secara efektif diindustri farmasi. Dalam

perkembangannya, CPOB 1988 direvisi pada tahun 2001 lalu direvisi kembali

pada tahun 2006. Karena kedinamisan tersebut, CPOB tahun 2006 pun kembali

direvisi di tahun 2012.

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat

yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan

persyaratan dan tujuan penggunaan. Pada prinsipnya, CPOB bertujuan untuk

menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

7

Universitas Indonesia

dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek

produksi dan pengendalian mutu.

Persyaratan dasar dari CPOB adalah:

a. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara

sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten

menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang

telah ditetapkan.

b. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana

penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi.

c. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk: personil

yang terkualifikasi dan terlatih; bangunan dan sarana dengan luas yang

memadai; peralatan dan sarana penunjang yang sesuai; bahan, wadah dan

label yang benar; prosedur dan instruksi yang disetujui; tempat

penyimpanan dan transportasi yang memadai.

d. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang

jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana

yang tersedia.

e. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar.

f. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama

pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan

dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan

dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang

diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi.

g. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran

riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam

bentuk yang mudah diakses.

h. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap

mutu obat.

i. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran.

j. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu

diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan

pencegahan pengulangan kembali keluhan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

8

Universitas Indonesia

Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman CPOB dapat dikenai sanksi

administratif sebagai berikut:

a. Peringatan secara tertulis.

b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk

penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau

bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,

khasiat/kemanfaatan, atau mutu.

c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi

persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu.

d. Penghentian sementara kegiatan.

e. Pembekuan Sertifikat CPOB/CPBBAOB.

f. Pencabutan Sertifikat CPOB/CPBBAOB.

g. Rekomendasi pencabutan izin industri farmasi.

2.3 Aspek-aspek CPOB (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia, 2012)

Berdasarkan pedoman CPOB tahun 2012, aspek CPOB meliputi

manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan

higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan

keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian,

dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan

validasi. Berikut ini adalah 12 aspek CPOB tersebut, yaitu :

2.3.1. Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen

izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan

penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen

bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”,

yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam

perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu

secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

9

Universitas Indonesia

didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi

Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen

Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.

Unsur dasar manajemen mutu adalah:

a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur

organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.

b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan)

yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.

Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan

ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang

cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada

kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik

secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat

yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat

dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai

dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB

ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan

pengembangan produk. Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi

pembuatan obat hendaklah memastikan bahwa:

a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang

memperhatikan persyaratan CPOB.

b. Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan

CPOB diterapkan.

c. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.

d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan

bahan awal dan pengemas yang benar.

e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses

lain serta dilakukan validasi.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

10

Universitas Indonesia

f. Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan

dan pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan

pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi

semua faktor yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian

selama-proses, pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan),

pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan

persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi, dan pemeriksaan produk dalam

kemasan akhir.

g. Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan

dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar

dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan

mutu, dan pelulusan produk.

h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat

mungkin, produk disimpan, didistribusikan, dan selanjutnya ditangani

sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat.

i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala

mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu.

j. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk

memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.

k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki, dan dicatat.

l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada

mutu produk.

m. Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui.

n. Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses

dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan

pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,

dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang

diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan

tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok

sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

11

Universitas Indonesia

Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan

penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini

dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif. Manajemen risiko mutu

hendaklah memastikan bahwa:

a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara

ilmiah, pengalaman dengan proses, dan pada akhirnya terkait pada

perlindungan pasien.

b. Tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko

mutu sepadan dengan tingkat risiko.

2.3.2. Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh

sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.

Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan

awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan

dengan pekerjaannya.

Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan

berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah

tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko

terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas

spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah

dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan

kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.

Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang

tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.

Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian

Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi

utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

12

Universitas Indonesia

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan

Mutu harus independen satu terhadap yang lain.

2.3.3. Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan

pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan

pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat

menurunkan mutu obat.

Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah

dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan

tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap

pencemaran tersebut.

Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan

dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh

cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung,

binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk

pengendalian binatang pengerat dan hama. Bangunan dan fasilitas hendaklah

dirawat dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur

tertulis rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan.

Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area

penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat

dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur

dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta perawatan bangunan dan fasilitas

hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu

obat. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah

tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

13

Universitas Indonesia

maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan

penyimpanan, atau terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari peralatan.

Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :

a. Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di

dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan.

b. Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum

bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan

bahan atau produk selain yang sedang diproses.

Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang

tidak berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area

pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil

yang tidak bekerja di area tersebut. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di

area yang ditentukan:

a. Penerimaan bahan.

b. Karantina barang masuk.

c. Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas.

d. Penimbangan dan penyerahan bahan atau produk.

e. Pengolahan.

f. Pencucian peralatan.

g. Penyimpanan peralatan.

h. Penyimpanan produk ruahan.

i. Pengemasan.

j. Karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir.

k. Pengiriman produk.

l. Laboratorium pengawasan mutu.

2.3.4. Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan

untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

14

Universitas Indonesia

kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang umumnya

berdampak buruk pada mutu produk.

Desain dan konstruksi peralatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai

dengan tujuannya.

b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara

atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang

dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang

ditentukan.

c. Bahan yang diperlukan untuk peng-operasian alat khusus, misalnya

pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang

sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian

bahan awal, produk antara ataupun produk jadi.

d. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas

dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi

yang tidak tepat.

e. Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah

dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur

tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering.

f. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan

agar tidak menjadi sumber pencemaran.

g. Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada

produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh

bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan

berakibat buruk pada produk.

h. Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau

bahan kimia atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan

mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang

kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar.

i. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan

ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

15

Universitas Indonesia

j. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan

hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan

metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut

hendaklah disimpan.

k. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak

melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak

boleh digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan

filter khusus yang tidak melepaskan serat.

l. Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi

hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah

berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan.

2.3.5. Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan

pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber

pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui

suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan

pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Prosedur

higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung

hendaklah diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area produksi, baik

karyawan purnawaktu, paruhwaktu atau bukan karyawan yang berada di area

pabrik, misal karyawan kontraktor, pengunjung, anggota manajemen senior dan

inspektur. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk

keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang

bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor

dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam

wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau

disterilisasi.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

16

Universitas Indonesia

Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap

berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah

mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene, dan

pakaian pelindung personil. Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara

ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan.

Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara

luas selama sesi pelatihan.

Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat

direkrut. Merupakan suatu kewajiban bagi industri agar tersedia instruksi yang

memastikan bahwa keadaan kesehatan personil yang dapat memengaruhi mutu

produk diberitahukan kepada manajemen industri. Sesudah pemeriksaan

kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan personil

secara berkala. Petugas pemeriksa visual hendaklah menjalani pemeriksaan mata

secara berkala.

Semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik.

Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene perorangan. Semua

personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memerhatikan

tingkat higiene perorangan yang tinggi. Tiap personil yang mengidap penyakit

atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah

dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses,

dan obat jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi

menimbulkan risiko. Semua personil hendaklah diperintahkan dan didorong untuk

melaporkan kepada atasan langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan atau personil)

yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produk. Hendaklah dihindarkan

persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara

dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian

peralatan yang bersentuhan dengan produk.

Personil hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana mencuci

tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Untuk tujuan itu

perlu dipasang poster yang sesuai. Merokok, makan, minum, mengunyah,

memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok atau

obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

17

Universitas Indonesia

produksi, laboratorium, area gudang, dan area lain yang mungkin berdampak

terhadap mutu produk.

2.3.6. Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Produksi hendaklah dilakukan dan

diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti :

penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,

penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan

sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Seluruh bahan

yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan

pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan diberi penandaan

dengan data yang diperlukan. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat

berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat, dan

dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang diterima dan produk

jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah diterima

atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi.

Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani

seperti penerimaan bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan

pada kondisi seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara teratur

untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok. Pemeriksaan hasil nyata

dan rekonsiliasi jumlah hendaklah dilakukan sedemikian untuk memastikan tidak

ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan. Pengolahan produk yang

berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang

kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadi kecampurbauran ataupun

kontaminasi silang.

Produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba

atau pencemaran lain pada tiap tahap pengolahan. Bila bekerja dengan bahan atau

produk kering, hendaklah dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul

serta penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada penanganan bahan yang

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

18

Universitas Indonesia

sangat aktif atau menyebabkan sensitisasi. Selama pengolahan, semua bahan,

wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja

yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang

sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini

hendaklah juga menyebutkan tahapan proses produksi.

Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda

dan dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna sering kali sangat

membantu untuk menunjukkan status (misal: karantina, diluluskan, ditolak,

bersih, dan lain-lain).

Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain

untuk transfer produk dari satu ke tempat lain telah terhubung dengan benar.

Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan.

Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala

bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.

Akses ke fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang

berwenang. Pada umumnya pembuatan produk nonobat hendaklah dihindarkan

dibuat di area dan dengan peralatan untuk produk obat.

2.3.7. Pengawasan Mutu

Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan

Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten

mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan

komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan

keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai

kepada distribusi produk jadi.

Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian

serta termasuk pengaturan, dokumentasi, dan prosedur pelulusan yang

memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan

tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai

mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.

Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga

harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

19

Universitas Indonesia

Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang

fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan

memuaskan.

Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan

Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab

dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang

membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia

untuk memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan

efektif dan dapat diandalkan.

Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab,

antara lain adalah:

a. Membuat, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan

mutu.

b. Menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk.

c. Memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk.

d. Memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk.

e. Ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk.

Semua kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur

tertulis, dan dicatat di mana perlu. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang

diterapkan bagian Pengawasan Mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang

diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk

disetujui sebelum didistribusikan.

2.3.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.

Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang

kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara

obyektif.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

20

Universitas Indonesia

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin serta pada situasi khusus,

misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan

yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.

Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat

program tindak lanjut yang efektif. Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk

inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar

ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara

lain:

a. Personalia.

b. Bangunan termasuk fasilitas untuk personil.

c. Perawatan bangunan dan peralatan.

d. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi.

e. Peralatan.

f. Pengolahan dan pengawasan selama-proses

g. Pengawasan Mutu.

h. Dokumentasi.

i. Sanitasi dan higiene.

j. Program validasi dan revalidasi.

k. Kalibrasi alat atau sistem pengukuran.

l. Prosedur penarikan kembali obat jadi.

m. Penanganan keluhan.

n. Pengawasan label.

o. Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.

Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program

yang telah disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip Pemastian

Mutu.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh

personil perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim

inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan

memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.

Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan,

namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

21

Universitas Indonesia

kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur

inspeksi diri. Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah

mencakup semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi dan bila

memungkinkan saran untuk tindakan perbaikan.

Pernyataan dari tindakan yang dilakukan hendaklah dicatat. Hendaklah ada

program penindak-lanjutan yang efektif. Manajemen perusahaan hendaklah

mengevaluasi baik laporan inspeksi diri maupun tindakan perbaikan bila

diperlukan.

2.3.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.

Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,

bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat

dari peredaran secara cepat dan efektif.

Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani

keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang

memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami cara

penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk.

Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak

lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk,

dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Penanganan keluhan

dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari penyelidikan serta tindak

lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada manajemen atau

bagian yang terkait.

Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu

atau beberapa produk atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran yang

dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan

mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan.

Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan

mengkoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

22

Universitas Indonesia

yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan

tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian

penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan

kembali. Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan

dimutakhirkan jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali.

Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap

saat.

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian ke

industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain

misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan

identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Tiap keluhan yang

menyangkut kerusakan produk dicatat yang mencakup rincian mengenai asal usul

keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian

Pengawasan Mutu dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut.

Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka

dipertimbangkan untuk memastikan apakah bets lain juga terpengaruh. Khusus

bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari bets yang cacat diselidiki.

Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan

mengenai suatu produk dilakukan tindak lanjut mencakup tindakan perbaikan bila

diperlukan, penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang

bersangkutan, dan tindakan lain yang tepat. Catatan keluhan dikaji secara berkala

untuk mengidentifikasi hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang

memerlukan perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari

peredaran.

2.3.10. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

23

Universitas Indonesia

hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi

Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan

harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen

adalah sangat penting.

Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi

produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen

ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk,

Prosedur Pengolahan Induk, dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula

Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh

bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua

operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan

operasi tertentu, misalnya: pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,

pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Metode instruksi

ditulis dengan bahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dan dapat diterapkan

secara spesifik pada sarana yang tersedia; merupakan kewajiban dari suatu

industri untuk memiliki instruksi dari setiap tahapan proses yang jelas dan

terperinci. Laporan berisi ringkasan hasil yang diperoleh. Catatan menyajikan

riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan

yang berpengaruh pada mutu produk akhir.

Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji, dan didistribusikan

dengan cermat. Bagian dokumen pembuatan dan hendaklah sesuai dengan

dokumen persetujuan izin edar yang relevan. Dokumen hendaklah disetujui,

ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang.

Isi dokumen hendaklah tidak bermakna ganda; judul, sifat dan tujuannya

hendaklah dinyatakan dengan jelas. Penampilan dokumen hendaklah dibuat rapi

dan mudah diperiksa. Dokumen hasil reproduksi hendaklah jelas dan terbaca.

Reproduksi dokumen kerja dari dokumen induk tidak boleh menimbulkan

kekeliruan yang disebabkan proses reproduksi. Dokumen hendaklah dikaji ulang

secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu dokumen direvisi,

hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen

yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

24

Universitas Indonesia

Dokumen hendaklah tidak ditulistangan; namun, bila dokumen

memerlukan pencatatan data, maka pencatatan ini hendaklah ditulis-tangan

dengan jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus. Hendaklah disediakan ruang yang

cukup untuk mencatat data. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan

pada dokumen hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal; perubahan hendaklah

memungkinkan pembacaan informasi semula. Di mana perlu, alas an perubahan

hendaklah dicatat. Pencatatan hendaklah dibuat atau dilengkapi pada tiap langkah

yang dilakukan dan sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang signifikan

mengenai pembuatan obat dapat ditelusuri. Catatan pembuatan hendaklah

disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi.

Data dapat dicatat dengan menggunakan sistem pengolahan data

elektronis, cara fotografis atau cara lain yang dapat diandalkan, namun prosedur

rinci berkaitan dengan sistem yang digunakan hendaklah tersedia, dan akurasi

catatan hendaklah diperiksa. Apabila dokumentasi dikelola dengan menggunakan

metode pengolahan data elektronis, hanya personil yang diberi wewenang boleh

memasukkan atau memodifikasi data dalam komputer dan hendaklah perubahan

dan penghapusannya dicatat; akses hendaklah dibatasi dengan menggunakan kata

sandi (password) atau dengan cara lain, dan hasil entri dari data kritis hendaklah

diperiksa secara independen. Catatan bets yang disimpan secara elektronis

hendaklah dilindungi dengan transfer pendukung (back-up transfer) menggunakan

pita magnet, mikrofilm, kertas atau cara lain. Adalah sangat penting bahwa data

selalu tersedia selama kurun waktu penyimpanan

2.3.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat

secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing

pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk

untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen

Mutu (Pemastian Mutu).

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

25

Universitas Indonesia

Kontrak tertulis hendaklah dibuat meliputi pembuatan dan/atau analisis

obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan

untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan

dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar

untuk produk bersangkutan. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan

akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

Pemberi Kontrak.

2.3.12. Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi adalah segala kegiatan pembuktian dan pendokumentasian

bahwa sebuah sistem dan atau alat sudah terpasang dan berfungsi secara benar

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kualifikasi merupakan tahap awal yang

harus dilakukan sebelum validasi. Kualifikasi terdiri dari Kualifikasi Desain (KD),

Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO), dan Kualifikasi Kinerja

(KK).

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang

perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan

yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang

dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian

risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan

validasi.

Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program

validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana

Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen

yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data

sebagai berikut:

a. Kebijakan validasi.

b. Struktur organisasi kegiatan validasi.

c. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan, dan proses yang akan divalidasi.

d. Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan

jadwal pelaksanaan.

e. Pengendalian perubahan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

26

Universitas Indonesia

f. Acuan dokumen yang digunakan.

2.4. Kompetensi Apoteker Praktisi Industri (World Health Organization,

1997)

Peran apoteker dalam industri farmasi yang digariskan oleh WHO yang

dikenal dengan istilah “seven star pharmacist” meliputi:

2.4.1. Care Giver

Apoteker harus menjadi pemberi pelayanan. Bentuk pelayanan yang

diberikan dalam industri farmasi berupa informasi obat, efek samping obat,

teknologi dalam pembuatan obat, regulasi obat, dan informasi analitis mengenai

hal yang berhubungan dengan obat kepada dokter, sejawat, dan profesi kesehatan

lain. Dalam memberikan pelayanan, apoteker harus mampu berinteraksi dengan

individu dan kelompok dalam lingkungan industri seperti registrasi, formulasi

pengawasan mutu, penjaminan mutu, produksi, maupun di luar industri seperti

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam registrasi dan pengawasan

mutu obat, Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kefarmasian.

2.4.2. Decision Maker

Apoteker mendasarkan pekerjaanya pada ketepatan, keefikasian dan biaya

yang efektif dan efisien terhadap seluruh penggunaan sumber daya misalnya

pengendalian bahan awal dan obat jadi, alokasi dana yang sesuai dengan

kebutuhan, operasi mesin-mesin produksi, prosedur yang tepat dalam

memproduksi obat, pemanfaatan sumber daya manusia dan strategi yang tepat

dalam memasarkan dan memperkenalkan obat kepada masyarakat. Untuk

mencapai tujuan tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur

untuk kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pendidikan dan

pelatihan yang diperlukan.

2.4.3. Communicator

Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam berhubungan dengan

masyarakat maupun praktisi kesehatan lain. Oleh karena itu, oleh karena itu ia

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

27

Universitas Indonesia

harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik. Komunikasi

tersebut meliputi komunikasi verbal, nonverbal, mendengar dan kemampuan

menulis dengan menggunakan bahasa sesuai kebutuhan.

2.4.4. Leader

Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang

empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil

keputusan.

2.4.5. Manager

Apoteker harus mampu mengelola seluruh sumber daya yang ada di

industri farmasi dan dapat mengakumulasikannya untuk meningkatkan kinerja

industri dari waktu ke waktu.

2.4.6. Life Long Learner

Belajar terus-menerus dan melakukan interaksi yang baik dengan rekan-

rekan sejawat di industri farmasi untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan.

2.4.7. Teacher

Bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai

hal-hal yang berhubungan dengan dunia industri kepada sejawat apoteker dalam

praktek kerja lapangan, dalam seminar mengenai aspek-aspek industri farmasi,

dan lain-lain.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia28

BAB 3

TINJAUAN KEGIATAN

3.1. PT. Taisho Pharmaceutical Internasional

PT. Taisho Pharmaceutical didirikan pada tanggal 12 Oktober 1912 dan

didirikan di Bunkyo Ward di Tokyo, Jepang pada 5 Mei 1928 untuk pembuatan

obat OTC dengan formulasi yang berbeda. Taisho berkomitmen untuk berperan

dalam kesehatan masyarakat dengan atau tanpa peresepan. Sosok kunci pada

perusahaan ini adalah Shoji Uehara yang kemudian ditunjuk sebagai pimpinan

perusahaan. Taisho memproduksi obat-obat resep maupun OTC selain produk

bermanfaat lainnya.

Produk Taisho untuk peresepan yang terkenal adalah antibiotik

klaritromisin dengan nama paten Clarith & Tomiron, antibiotik lainnya dan

Ancaron untuk pengobatan aritmia. Obat-obat OTC Taisho yang populer

diantaranya adalah makanan/minuman kesehatan yang kaya nutrisi (Lipovitan-D,

Livita), rangkaian makanan untuk penggunaan kesehatan khusus, Pabron-adalah

obat untuk pilek, pengobatan gastrointestinal Kanpro Ichoyaku, Colac-yang

efektif untuk sistem pencernaan, dan RiUp efektif bekerja untuk gangguan

kebotakan pada pria.

PT. Taisho Pharmaceutical telah menandatangani kerjasama

dengan Toyama Chemical untuk menjual produk-produknya. Taisho memahami

dengan baik makanan apa yang ideal dikonsumsi oleh orang-orang di sekitar,

oleh sebab itu Taisho membuat berbagai minuman dan makanan kesehatan kaya

gizi yang mencakup berbagai merek populer seperti Zena, Lipovitan dan Livita.

Disamping berkecimpung dalam bisnis penyediaan obat, perusahaan juga selalu

fokus pada kegiatan pengobatan penyakit yang berkaitan dengan SSP, diabetes,

imunologi, alergi dan berbagai penyakit menular. Setelah lebih dari sembilan

dekade, Taisho berhasil menjaga eksistensinya dalam pasar kesehatan global dan

telah dipercaya oleh konsumen seluruh dunia.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

29

Universitas Indonesia

3.2. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk

Sebelum Taisho Pharmaceutical masuk ke Indonesia, pabrik ini dulunya

adalah milik perusahaan Squibb yang berdiri pada 8 juli 1970 sebagai perusahaan

modal asing yang diberi nama PT. Squibb Indonesia. Pada tahun 1991

perusahaan Squibb di seluruh dunia bergabung dengan perusahaan Bristol yang

sebelumnya telah bergabung bersama perusahaan Mead Johnson dan berubah

nama menjadi PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia (BMSI). Seluruh saham PT.

BMSI selanjutnya dibeli oleh PT. Taisho Pharmaceutical pada tahun 2009, dan

namanya pun berubah menjadi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

Struktur organisasi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. terdapat pada

lampiran 1.

Pabrik PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia berlokasi di Jl. Raya

Bogor Km 38, Cilangkap-Cimanggis, Depok, Jawa Barat 16958, Indonesia.

Sedangkan kantor pusat terletak di Wisma Tamara Lt. 10, Jl. Jend. Sudirman

Kav. 24, Jakarta 12920. Pabrik PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memiliki

luas lahan 22.970 m2 meliputi bangunan kantor, kantin, mushola, dan bangunan

pabrik yang terdiri dari area proses (grey area), area pengemasan (black area),

laboratorium QC, gudang (warehouse), area teknik mesin, gudang bahan mudah

terbakar, dan sarana pengolahan air dan limbah. PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia mempunyai visi, yaitu menghasilkan produk yang excellent, dapat

memperoleh hasil yang efektif dan kompetitif, dan selalu menjamin kualitas

mutu demi memenuhi kebutuhan customer.

Produksi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia dibagi menjadi tiga value

stream, yaitu Value Stream Liquid, Value Stream Cream, dan Value Stream

Diamond. Value stream adalah suatu sistem yang membagi pekerjaan agar lebih

terfokus pada masing-masing pekerjaan di masing-masing value stream. Value

stream mengatur perencanaan produksi untuk memenuhi permintaan pasar

khusus untuk masing-masing produk, dengan data permintaan dan kebutuhan

bahan baku maupun bahan pengemas yang berasal dari Plant Logistic. Plant

Logistic merupakan departemen yang mengatur semua perencanaan penjualan,

pembelian dan juga penyimpanan untuk semua produk.

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memproduksi produk jadi untuk

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

30

Universitas Indonesia

wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Myanmar, dan

Hongkong. Seluruh penyalur di provinsi-provinsi di Indonesia menyediakan

produk-produk yang dibuat di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia. PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia menerima toll manufacturing dari PT. Janssen Cilag

Indonesia divisi pharma.

3.3. Value Stream

Setiap value stream dipimpin oleh seorang manager yang membawahi

seorang supervisor dan seorang scheduler. Scheduler bertugas mengatur semua

perencanaan produksi. Supervisor bertanggung jawab langsung pada manager

untuk mengatur, mengontrol dan meningkatkan kemampuan sumber

daya manusia, bahan baku setengah jadi atau jadi dan mesin-mesin produksi di

dalam wilayah tanggung jawabnya guna memaksimalkan efisiensi,

meminimalkan biaya dan menghasilkan bahan setengah jadi/jadi yang memenuhi

standar kebutuhan pelanggan. Jadi, supervisor bertugas untuk menjamin

seluruh proses produksi sesuai dengan standar operasional yang berlaku dan

memenuhi persyaratan CPOB serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Supervisor membawahi line leader mixing dan packaging, foreman, bagian IPC

(In Process Control), dan teknisi.

3.3.1. Value Stream Liquid

Pada value stream Tempra, foreman mixing membawahi operator

dispensing dan operator mixing serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan

dispensing dan mixing berjalan dengan lancar. Foreman packaging membawahi

operator CVC line dan operator KapsAll line, serta bertugas untuk memastikan

bahwa kegiatan packaging berjalan dengan lancar. Struktur organisasi Value

Stream Liquid tersaji dalam Lampiran 2. Varian produk liquid antara lain Tempra

Syrup Grape Flavor,Strawberry Flavor, Mango Flavor, Blueberry Flavor and

Strawberry Flavor.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

31

Universitas Indonesia

3.3.2. Value Stream Cream

Pada Value Stream Cream, foreman processing membawahi operator

dispensing dan operator mixing serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan

dispensing dan mixing berjalan dengan lancar. Line leader packaging

membawahi operator filling dan operator cartoning, serta bertugas untuk

memastikan bahwa kegiatan packaging (filling dan cartoning) berjalan dengan

lancar. Line leader dan foreman bertanggung jawab langsung kepada supervisor.

Struktur organisasi value stream cream tersaji dalam Lampiran 3.

Selain itu, terdapat seorang scheduler yang bertugas untuk merencanakan

produksi dalam beberapa bulan kedepan. Schedule biasanya dibuat untuk 3 bulan

kedepan. Untuk dapat merencanakan produksi, seorang scheduler berarti harus

dapat merencanakan produk yang akan diproduksi (sesuai pesanan baik lokal

maupun ekspor dan forecasting) dan waktu produksi serta material apa saja yang

dibutuhkan untuk produksi tersebut. Setelah itu nantinya akan diperoleh monthly

production plan dan detail (weekly) production schedule. Varian produk cream,

antara lain Counterpain Cream, Counterpain Cool, dan Counterpain Plus.

3.3.3. Value Stream Diamond

Sama seperti dua value stream yang lain, value stream ini dipimpin oleh

seorang kepala bagian (manager) yang membawahi langsung production

foreman. Production Foreman membawahi foreman processing dan line leader

packaging. Foreman processing membawahi langsung operator dispensing dan

operator mixing serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan dispensing dan

mixing berjalan dengan lancar. Sedangkan line leader packaging membawahi

langsung senior packer dan packer. Struktur organisasi value stream diamond

terlampir dalam Lampiran 4.

Produk yang dihasilkan oleh value stream diamond antara lain

multivitamin, serta produk-produk toll in dari PT. Janssen Cilag divisi pharma

antara lain krim dan serbuk anti jamur.

3.4. Departemen Quality Operation

Quality Operational Department terdiri dari tiga seksi yaitu seksi Quality

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

32

Universitas Indonesia

Control (QC), seksi Quality Assurance (QA), dan Training. Ketiga bagian

tersebut dikepalai oleh seorang manager yang bertanggung jawab pada manager

Quality Operation. Struktur organisasi Quality Operation tersaji dalam Lampiran

5.

3.4.1. Quality Control (QC)

Bagian Quality Control memiliki tugas antara lain :

a. Melakukan pengujian terhadap bahan baku, bahan pengemas, produk

antara, produk ruahan dan obat jadi serta menyimpan sampel pertinggal.

stabilitas produk.

b. Mengajukan data lengkap ke QA untuk menolak atau meluluskan setiap

bets bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan

obat jadi.

c. Melakukan analisa terhadap sampel pertinggal dari obat yang dikomplain

jika diperlukan.

d. Mengadakan uji stabilitas.

e. Melakukan penanganan reference standard.

f. Melakukan pemantauan rutin untuk ruang produksi dan sistem penunjang

(air, compresor, dan kualitas udara).

g. Melakukan analisa untuk kegiatan validasi proses, pembersihan, dan

sistem penunjang.

Ruangan dalam QC terdiri dari laboratorium kimia, laboratorium

mikrobiologi, ruang instrumen, ruang timbang, lemari asam, ruang cuci, dan

ruang administrasi. Kegiatan yang dilakukan dalam laboratorium fisika-kimia QC

adalah melakukan analisa sampel secara kimia (antara lain: pengukuran assay,

pH, disolusi, dan disintegrasi) dan pemeriksaan secara fisika (uji secara

visual terhadap warna, bau, rasa, dan particle size). Dalam laboratorium

mikrobiologi dilakukan uji potensi vitamin, uji kontaminasi mikroba terhadap

bahan baku dan produk jadi (pewarnaan gram, uji biokimia, morfologi kimia)

dan pemantauan lingkungan, meliputi pemantauan air dan pemantauan area

produksi.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

33

Universitas Indonesia

Pemeriksaan air dilakukan berdasarkan pembagian jenis air, yaitu:

a. Deep well water (air sumur) dilakukan setiap satu bulan sekali.

b. City water (air PDAM) dilakukan setiap satu bulan sekali.

c. Process water (air yang diberi perlakuan dengan menambahkan chlorine

dan akan diproses menjadi cold water atau hot water) dilakukan setiap satu

bulan sekali.

d. Cold water adalah air dari process water yang hanya digunakan untuk

membersihkan peralatan dan mesin di area produksi atau di area QC.

e. Hot water (air dari process water yang mengalami proses pemanasan

dan digunakan untuk membersihkan peralatan dan mesin di area produksi)

dilakukan setiap satu bulan sekali.

f. Purified water adalah air yang dihasilkan melalui proses yang

sesuai (deionisasi) dilakukan setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan.

Pemantauan kondisi pada area produksi dilakukan dengan berbagai

metode, antara lain:

a. Pemaparan Cawan Petri yang dilakukan pada area kerja (work level)

saat operasional dan atau saat tidak ada aktivitas (at rest) minimal 1 kali

sebulan.

b. Pemantauan Udara yang dilakukan pada grey area minimal 1 kali sebulan.

c. Compress Dry Air (Sistem Udara Kering Bertekanan) adalah semua

mesin atau peralatan dan instrumen yang digunakan dalam pemampatan

dan pembersihan udara tekanan yang telah ditentukan. Pemeriksaan

terhadap Compress Dry Air dilakukan setiap bulan.

d. Particle Monitoring yang bertujuan untuk mengetahui kualitas udara

dengan cara memantau jumlah partikel pada suatu ruangan.

e. Swab Test untuk memantau kontaminasi dan mengetahui jumlah

mikroorganisme yang terdapat pada permukaan suatu peralatan ataupun

ruangan. Alat yang harus diperiksa antara lain alat baru dari pemasok dan

kontak langsung dengan produk, alat yang kontak langsung dengan

produk dan mengalami reparasi di luar area manufacturing (grey area)

dan/atau di luar area pabrik, alat yang sedang dalam proses cleaning

validation.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

34

Universitas Indonesia

Sedangkan ruangan yang harus diperiksa adalah:

a. Bagian ruangan Class E dan Class F yang tercemar oleh suatu

mikroorganisme (dinding, lantai, langit-langit).

b. Bila status kebersihan grey area meragukan. Misalnya: setelah perbaikan

ruangan/bagian ruangan, Air Handling Unit (AHU) dimatikan dalam

waktu yang cukup lama.

Hasil analisis semua bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan,

produk obat, uji stabilitas, air, dan pemantauan mikroba di ruangan produksi

yang tidak memenuhi persyaratan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Out of Internal/Alert limit (OAL), apabila hasil analisa berada di

luar spesifikasi internal atau alert limit yaitu spesifikasi yang telah

ditetapkan perusahaan.

b. Out of Official Specification (OOS), apabila hasil analisa berada diluar

spesifikasi yang tercantum dalam farmakope atau yang telah ditetapkan

oleh Badan POM.

3.4.2. Quality Assurance (QA)

Seksi Quality Assurance (QA) atau bagian pemastian mutu memegang

peranan penting dalam proses pembuatan obat yang baik. QA bertugas membuat

kebijakan mutu dan memastian mutu obat yang diproduksi agar senantiasa

memenuhi standar mutu sesuai dengan tujuan penggunaannya. Bagian ini

bertanggung jawab dalam memastikan bahwa sistem yang berjalan dalam

melakukan produksi obat telah sesuai ketentuan, mulai dari bahan awal, kondisi

lingkungan produksi, proses produksi, pengemasan, peralatan yang digunakan,

dokumentasi, validasi serta inspeksi diri. Disamping itu QA juga bertugas dalam

meluluskan atau menolak produk jadi. Produk jadi akan ditolak bila berdasarkan

hasil pemeriksaan QC tidak memenuhi persyaratan atau terjadi

penyimpangan saat proses produksi.

Bagian QA dipimpin oleh seorang QA Manager yang membawahi bagian

GMP Compliance, QA inspector, APR, batch record review; document control;

validation & qualification; registration. Bagian GMP Compliance bertugas

melaksanakan audit (internal dan eksternal) dan melakukan investigasi terkait

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

35

Universitas Indonesia

alert, deviasi dan keluham yang terjadi. Bagian ini juga bertugas untuk

melakukan pemeriksaan IPO (Inspeksi Pra Operasional) yang meliputi

pemeriksaan kondisi ruangan, aliran udara dan memverifikasi hasil produksi.

Apabila terjadi keluhan dari pelanggan yang dilaporkan oleh bagian

marketing, QA staff akan mendaftarkan keluhan tersebut ke dalam database

complaint untuk kemudian diinformasikan kepada departemen terkait. Bagian

ini bertanggung jawab dalam memastikan bahwa sistem yang berjalan dalam

melakukan produksi obat telah sesuai ketentuan, mulai dari bahan yang

digunakan (berasal dari approved vendor dan sudah di-release), kondisi

lingkungan produksi (HVAC, AHU, magnehelic, suhu, Rh), proses pengolahan,

proses pengemasan, peralatan yang digunakan, dan dokumentasi.

Tinjauan produk tahunan (APR) merupakan bagian dari tugas QA juga.

Kegiatan ini dilakukan untuk memonitor dan menilai seluruh rangakaian kegiatan

dalam menghasilkan produk selama setahun. Selain itu bagian ini juga bertugas

untuk melakukan kajian catatan bets yaitu melakukan pemeriksaan kesesuian MI

(Manufacturing Instruction) dengan yang dilakukan pada proses produksi.

Disamping itu terdapat fungsi document control untuk memastikan bahwa

dokumen yang digunakan di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk,

merupakan dokumen yang valid. Dokumen yang hendak didistribusikan harus

disetujui, ditanda tangani dan diberi tanggal dan nomor dokumen terlebih dahulu

oleh personel yang sesuai dan mempunyai wewenang agar dapat dikatakan valid.

Di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., validasi perlu

dilakukan untuk setiap peralatan dan proses produksi. Prosedur pembersihan juga

harus di validasi untuk konfirmasi efektivitas prosedur tersebut. Validasi juga

perlu dilakukan jika terdapat perubahan baik perubahan mayor maupun minor,

untuk memastikan bahwa perubahan tersebut tidak mempengaruhi mutu produk

yang dihasilkan sehingga mutu produk tetap sesuai dengan spesifikasi yang

dipersyaratkan. Kegiatan validasi yang dilakukan oleh subdepartemen ini antara

lain :

a. Validasi proses (Process Validation)

Validasi proses adalah validasi yang dilakukan terhadap proses suatu

produk, mulai dari penimbangan (dispensing) hingga pencetakan (compressing)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

36

Universitas Indonesia

untuk sediaan solid atau hingga pengemasan primer (primary packaging)

untuk sediaan semisolid dan liquid. Validasi proses lengkap (full validation)

dilakukan sebelum produk dipasarkan, dilakukan terhadap 3 batch pertama yang

dihasilkan. Validasi ulang (full revalidation) dilakukan jika terdapat perubahan-

perubahan pada formula, supplier atau pemasok bahan baku, ukuran bets,

proses pembuatan, lokasi pembuatan, dan alat yang digunakan.

Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan

(validasi prospektif). Validasi prospektif dilakukan terhadap tiga bets berurutan

pada skala produksi. Setelah validasi selesai dan sukses, bets validasi dapat

dijual. Dalam keadaan tertentu, jika hal tersebut tidak memungkinkan, validasi

dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren).

Untuk validasi konkurent juga dilakukan terhadap tiga bets berurutan dan

tiap bets dapat dijual sebelum validasi selesai. Proses yang sudah berjalan

hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif). Pada umumnya validasi

retrospektif memerlukan data dari sepuluh sampai tiga puluh bets berurutan

untuk menilai konsistensi proses, namun jumlah bets yang lebih sedikit

dimungkinkan bila dapat dijustifikasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia, 2012).

Perlu atau tidaknya dilakukan validasi serta jumlah batch validasi

tergantung pada jenis perubahan dan dampaknya terhadap status validasi dan

registrasi obat. Sebagai contoh, menurut Peraturan Kepala BPOM No.

HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 jika terjadi perubahan pabrik bahan aktif

dipersyaratkan untuk dilakukan tiga batch validasi prospektif. Sedangkan untuk

perubahan pabrik bahan baku pembantu dipersyaratkan dilakukan satu batch

validasi konkurent.

b. Validasi pembersihan alat (Cleaning Validation)

Validasi pembersihan alat dilakukan untuk membuktikan bahwa prosedur

pembersihan alat secara konsisten dan reprodusibel dapat menghilangkan

residu bahan aktif, bahan pembersih, dan mikrobiologi (jika perlu). Validasi

pembersihan mencakup pemeriksaan visual, pengujian residu bahan aktif dan

bahan pembersih (uji kimia) serta pemeriksaan residu mikroba (uji

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

37

Universitas Indonesia

mikrobiologi) jika diperlukan. Sampling untuk pengujian dan pemeriksaan

umumnya dilakukan dengan metode swab. Metode bilas dipilih sebagai alternatif

jika metode swab tidak dapat digunakan (untuk bagian-bagian yang sulit

terjangkau).

Validasi pembersihan alat dilakukan pada setiap peralatan non-dedicated

dan dedicated yang kontak dengan produk. Alat-alat yang dimaksud di sini

mencakup semua peralatan produksi dan pengemasan primer di area produksi,

termasuk area dispensing. Peralatan dedicated adalah peralatan yang digunakan

untuk memproduksi satu produk dengan satu potensi. Peralatan non-dedicated

peralatan yang digunakan untuk memproduksi dua atau lebih produk dengan

zat aktif yang berbeda atau satu produk yang memiliki dua atau lebih potensi.

Selama proses validasi, alat harus dikarantina dan tidak boleh digunakan

sampai diperoleh hasil pemeriksaan yang memenuhi syarat. Jika hasil

pengujian dan pemeriksaan dari QC memenuhi syarat, subdepartemen

validation akan menginformasikan bahwa alat sudah dapat digunakan dan

selanjutnya dibuat laporan validasi pembersihan. Laporan validasi pembersihan

ini berlaku sebagai informasi resmi dan terdokumentasi tentang status

keberhasilan atau kegagalan validasi pembersihan.

c. Kualifikasi

Kualifikasi merupakan segala kegiatan pembuktian dan

pendokumentasian bahwa suatu sistem dan atau alat sudah terpasang dan

berfungsi secara benar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kualifikasi

dibagi menjadi empat melipuiti Kualifikasi Desain, Instalasi, Operasional dan

Kinerja. Kualifikasi Kinerja bertujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang

digunakan dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

Kualifikasi Kinerja atau PQ baru dapat dilakukan setelah kualifikasi instalasi

(Instlatation Qualification/IQ) dan kualifikasi operasional (Operational

Qualification/OQ). Di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., IQ dan

OQ dilakukan oleh departemen Maintenance, Engineering & Environment,

Health and Safety (ME & EHS). PQ dapat tergabung dalam validasi proses

sehingga tidak ada SOP (Standard Operating Prosedure) ataupun laporan khusus

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

38

Universitas Indonesia

tentang PQ mesin- mesin produksi. Untuk mesin-mesin pengemas yang tidak

termasuk dalam validasi proses, dilakukan kualifikasi pengemasan.

3.4.3. Training

Bagian ini bertugas untuk menyiapkan modul training untuk karyawan

baru berupa Job Function Training (JFT) dan GMP refreshment untuk karyawan

lama setiap dua kali dalam satu tahun. Training karyawan baru meliputi training

tentang GMP;Halal; Environment, Health, and Safety (EHS); dan Continuous

Improvement (CI). Selain karyawan baru, mahasiswa yang melaksanakan

PKPA di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, juga mendapatkan pelatihan

mengenai GMP dan EHS sebelum mulai melaksanakan kegiatan PKPA.

Training diberikan oleh personel yang telah terkualifikasi. Pada setiap

akhir training, akan dilakukan evaluasi terhadap personel yang mengikuti

training berupa test tertulis (wajib dilakukan untuk karyawan baru; dapat

dilakukan untuk karyawan lama), observasi atau diskusi (untuk karyawan

lama). Personel pada level di bawah foreman harus memiliki score hasil

evaluasi ≥ 80. Sedangkan personel pada level di atas foreman harus memiliki

score hasil evaluasi ≥ 90. Bila score yang diperoleh berada di bawah score yang

telah ditetapkan tersebut, maka karyawan tersebut harus mengikuti training

ulang.

3.5. Departemen Plant Logistic (PL)

Departemen Plant Logistic bertugas untuk menerima dan menyimpan

material inventori, mengatur kestabilan persediaan, dan mengkoordinasi serta

merencanakan produk baru. Aktifitas yang dilakukan pada departemen ini

adalah planning dan monitoring. Planning yang dilakukan meliputi, material

roadiness(raw material and packaging material), dan levelling-desk on hand

dimana berpengaruh terhadap cost inventory&warehouse capacity. Pada proses

perencanaan ini harus memuat kuantitas yang ingin diorder (forecast) yang

berpatokan terhadap Master Production Schedule (MPS) dan Material

Requipment Planning (MRP). MPS ini dapat digunakan sebagai panduan untuk

menentukan Monthly Schedule (Scheduler Value Stream). Sementara MRP

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

39

Universitas Indonesia

digunakan sebagai panduan dalam menentukan Purchase Request lalu

dilakukan Purchase Order oleh Warehouse. Semua aktivitas tersebut dilakukan

dengan menggunakan sistem nomer kode yang terhubung dengan sistem

komputer online, yaitu dengan menggunakan sistem BPCS (Bussiness Planing

Control System) AS400. Struktur organisasi Plant Logistic tersaji dalam

Lampiran 6. Departemen Plant Logistic memiliki tiga seksi yaitu:

3.5.1. Warehouse (Gudang)

Sesuai CPOB 2012, gudang yang dimiliki oleh PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk, memiliki kapasitas yang memadai untuk

menyimpan bahan dan produk dengan rapi dan teratur, bersih, kering dan

mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu yang telah

ditetapkan. Selain itu,di dalam gudang penerimaan dan pengiriman dilengkapi

dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang

sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan.

Alur proses penerimaan bahan baku dan bahan pengemas primer

dibagian gudang diawali dengan penerimaan material beserta dokumen terkait

oleh petugas penerimaan barang. Petugas penerimaan kemudian melakukan

pengecekan terhadap barang yang akan diterima, meliputi pengecekan kesesuaian

surat jalan dengan surat pesanan, nama material, jumlah yang akan diterima,

kondisi barang (bersih/kotor, rusak/tidak) serta kondisi segel pengaman.

Pengecekan dilakukan dua kali oleh orang yang berbeda (second checker). Jika

hasil pengecekan sesuai, maka petugas membuat receiving report (RC) empat

rangkap dimana rangkap pertama diserahkan pada capacity planning, rangkap

kedua untuk arsip QA, rangkap ke tiga untuk QA dispotion, dan rangkap ke

empat untuk arsip gudang. petugas gudang kemudian menempatkan material

pada area terpisah dan memasukan data status karantina secara komputerisasi.

Pada saat karantina, departemen QC akan mencetak perintah untuk

melakukan sampling, kemudian lembar sampling diteruskan kepada inspektor.

Hasil sampling dikirim ke laboratorium untuk diperiksa baik secara fisik, kimia

maupun mikrobiologi (jika perlu). Jika material sesuai dengan spesifikasi, maka

petugas QA akan mengganti status karantina (H) menjadi status approved (A)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

40

Universitas Indonesia

secara komputerisasi yang terhubung pada sistem BPCS. Jika material tidak

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, maka petugas QA akan

menetapkan status reject pada material dan material tersebut akan dipindahkan ke

lokasi terpisah untuk dikembalikan.

Pengeluaran barang dari gudang menggunakan sistem FEFO (First

Expired First Out) secara komputerisasi berdasarkan expired date material dari

QC. Bahan baku yang akan dikeluarkan, akan ditimbang sesuai perintah SO yang

dikeluarkan oleh Plant Logistic tiap value stream. Selanjutnya bahan baku dan

kemasan primer akan dikirim ke setiap line produksi untuk dilakukan

proses produksi. Jika terjadi kelebihan bahan yang dikirim atau terjadi

pembatalan SO, maka bagian produksi akan mengeluarkan RS (Returned slip)

kepada bagian gudang dan mengirim kembali bahan tersebut.

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memiliki 4 sistem gudang yang

terhubung langsung dengan area produksi, yaitu gudang RM (Raw material),

gudang PM (Packaging Material), gudang FG (Finish Good), dan Gudang RJ

(Rejected). Setiap material yang disimpan di gudang diberi label identifikasi

material seperti yang tersaji dalam Lampiran 7.

a. Gudang RM (Raw material)

Gudang RM merupakan tempat penyimpanan dan penerimaan bahan baku

dan bahan pengemas primer. Penerimaan barang raw material harus dilakukan

prosedur pengecekan. Barang yang sudah diperiksa baru boleh masuk ke dalam

gudang RM. Gudang RM terdiri dari beberapa ruang penyimpanan yang

dibedakan berdasarkan suhunya, antara lain temperatur ruang (>25-30oC),

ruang suhu sejuk (15-25oC atau AC room) dan ruang dingin (2-8oC).

Penyimpanan barang di gudang menggunakan sistem nomer kode yang

terhubung dengan sistem komputer online menggunakan sistem BPCS

(Bussiness Planing Control System) AS400. Pada ruang temperatur sejuk atau

AC room terdapat lemari khusus untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah

terbakar, seperti: alkohol, eter, isopropil alkohol dan lain-lain. Didalam gudang

raw material penyimpanan dipisahkan berdasarkan value stream masing- masing

(raw material tempra, raw material diamond, raw material counterpain). Dalam

proses penyimpanannya raw material yang akan disimpan memiliki persyaratan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

41

Universitas Indonesia

tersendiri, yakni raw material tidak boleh melebihi dari batas pallet yang

tersedia, tingginya tidak boleh melebihi tinggi rak, berat tidak boleh melebihi dari

500 kg, dan penyusunannya harus kuat.

b. Gudang PM (Packaging Material)

Gudang PM adalah tempat menyimpan bahan pengemas sekunder,

termasuk brosur dan label. Sama seperti bahan baku dan bahan pengemas,

penerimaan barang bahan pengemas sekunder juga harus dilakukan prosedur

pengecekan. Barang yang sudah diperiksa baru boleh masuk ke dalam gudang

PM. Pengeluaran bahan pengemas sekunder dari gudang PM dilakukan

berdasarkan SO (Shop Order) yang dikeluarkan. Bahan pengemas sekunder

seperti master Box, dus, brosur dan label tersebut kemudian akan dikirim ke

setiap line produksi berdasarkan SO (Shop order) tersebut. Gudang PM selalu

dalam keadaan terkunci untuk mencegah penyalahgunaan packaging material

yang belum terpakai. Khusus untuk penyimpanan label, disimpan dalam ruang

suhu sejuk atau ruangan suhu 16-25̊C. Sama halnya seperti raw material, proses

penyimpanannya pada packaging material juga memiliki persyaratan tersendiri,

yaitu penyimpanan tidak boleh melebihi dari batas pallet yang tersedia, tingginya

tidak boleh melebihi tinggi rak, berat tidak boleh melebihi dari 500 kg,

penyusunannya harus kuat, dan lokasi penyimpanan, dalam dua lots tidak boleh

dalam satu lokasi.

c. Gudang FG (Finished Good)

Gudang FG adalah gudang untuk menyimpan produk jadi yang sudah di

release oleh QA yang ditujukan untuk penjualan. Alur masuk produk ke

gudang dimulai dengan perhitungan FG per pallet oleh bagian produksi,

kemudian diterimanya DN (Delivery Note) merupakan dokumen bukti

pengiriman produk dari departemen produksi. Bagian Gudang FG juga akan

memeriksa kesesuaian antara DN dengan quantity produk yang ada. Kemudian

bagian gudang FG akan menulis di dalam logbook quantity dan logbook batch,

jika sudah sesuai maka produk akan dipindahkan kedalam gudang baik

secara fisik maupun secara sistem komputerisasi. Selama proses pemindahan itu,

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

42

Universitas Indonesia

produk masih dalam status karantina sambil menunggu hasil pemeriksaan QC.

Jika hasil memenuhi persyaratan maka status produk tersebut adalah approve,

sedangkan jika tidak memenuhi persyaratan maka statusnya adalah reject.

Selanjutnya produk akan dipindahkan ke lokasi sesuai status yang ditetapkan

oleh QA.

Alur keluar barang dimulai dengan mengecek keberadaan SO (Shop

Order) yang berasal dari Plant Logistic atau Marketing untuk mengetahui jenis

order, jumlah item, dan waktu pengiriman. Selanjutnya dilakukan registrasi

reservasi, y a i t u d e n g a n m e m buat packing list merupakan tahap

persiapan untuk menyesuaikan kebutuhan quantity dengan ukuran container yang

akan digunakan. Setelah itu akan dibuat picker, merupakan dokumen resmi yang

akan disesuaikan dengan packing list, dokumen ini yang akan dimasukkan

kedalam sistem.

Selanjutnya, registrasi reservasi dicetak dan dilakukan penyimpanan

produk yang diminta sesuai SO. Kemudian dilakukan loading dimana produk

yang telah disiapkan dimasukan ke dalam mobil angkutan sambil dilakukan

konfirmasi dengan memeriksa kesesuaian produk list muat barang dan berita

acara loading barang. Setelah semua selesai container di seal dan dilakukan

konfirmasi dari pihak gudang bahwa barang yang masuk telah sesuai. Setelah itu,

pihak gudang akan menginformasikan ke finance untuk melakukan proses

billing.

Setelah diperiksa kesesuaiannya, kemudian dapat dibuat surat pengantar

barang keluar (SPBK) atau Surat Pengantar Delivery Product (SPDP)

berdasarkan list muat barang. Hasil print out SPDP/SPBK yang telah disahkan

oleh pihak finance, manager gudang, dan sequrity, tersebut kemudiaan

diserahkan kepada sopir ekspedisi, diparaf sehingga produk yang dipesan

tersebut siap diantarkan. Setelah dokumen lengkap ditandatangani, maka

dilakukan pelepasan container. SPDP/SPBK yang asli diserahkan ke Departemen

Finance paling lambat satu hari setelahnya.

d. Gudang RJ (Rejected)

Gudang RJ adalah tempat barang-barang status reject untuk dikembalikan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

43

Universitas Indonesia

atau dimusnahkan, baik bahan baku, pengemas, maupun produk jadi, gudang

ini terpisah dengan yang lain dan dikunci.

3.5.2. Production Planning Inventory Control (PPIC)

Departemen PPIC dipimpin oleh seorang Supervisor yang bertanggung

jawab kepada Plant Logistic Manager, yang memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan koordinasi internal dengan departemen yang terkait

untuk menjaga kestabilan persediaan barang dan kelancaran proses

distribusi.

b. Membuat inventory forecast untuk setiap item barang sesuai

dengan target atau kebutuhan departemen pemasaran.

c. Menyusun organisasi kerja dan menetapkan alokasi tenaga kerja yang

dibutuhkan.

d. Menyiapkan struktur sistem dan mekanisme kerja serta peralatan

pendukung.

e. Menyusun anggaran operasional departemen.

f. Menyelenggarakan pengelolaan gudang yang meliputi kegiatan

receiving staging/pallet storage dan shipping sesuai sistem dan ketentuan

yang berlaku.

g. Melakukan pengawasan setiap persediaan barang melalui mekanisme

stock.

h. Mengikuti dan melaksanakan program pelatihan yang diselenggarakan

perusahaan.

i. Memberikan pelatihan dan bimbingan kerja kepada bawahannya

serta melakukan pengawasan dan teguran kepada setiap karyawan yang

melakukan kesalahan kerja.

j. Memelihara disiplin kerja setiap karyawan dan menjaga ketertiban

dan keamanan lingkungan kerja serta secara berkala melaksanakan

penilaian prestasi kerja bawahannya.

k. Membina hubungan kerja yang baik dengan berbagai pihak untuk ikut

serta menciptakan suasana kerja yang kondusif dan dinamis.

l. Memberikan usulan/ide kepada atasan dalam usaha meningkatkan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

44

Universitas Indonesia

kualitas dan kuantitas kerja.

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan secara lisan maupun

tertulis oleh atasan atau direksi.

n. Menangani keluhan distributor mengenai pengiriman barang, keadaan

barang rusak atau expired dan hal-hal terkait dengan masalah distributor.

o. Menyiapkan perjanjian kerjasama dengan Perusahaan Expedisi.

p. Melakukan evaluasi berkala mengenai kinerja expedisi yang

meliputi kecepatan dan ketepatan waktu, keamanan dan keutuhan jumlah

barang serta tarif yang diberlakukan.

q. Melakukan koordinasi untuk produk Toll Manufacturing Out.

3.5.3. New Product Planning & Shipment Coordinator

New Product Planning & Shipment Coordinator memiliki tugas sebagai

berikut:

a. Melakukan koordinasi pengiriman produk.

b. Penjadwalan item produk baru..

c. Mengkoordinasi validasi prosses produk baru.

d. Mencari supplier baru sebagai alternative vendor.

e. Efisiensi desain kemasan baru.

3.6. Departemen Technical Service

Technical Service (TS) adalah suatu departemen yang ada di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia yang bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis yang

berkaitan dengan proses produksi. Di bawah departemen ini terdapat 2 sub-

departemen, yaitu Manufacturing Technology dan Packaging Development.

Masing-masing sub departemen tersebut merupakan suatu tim yang terdiri

dari satu orang atau lebih spesialis yang bertanggung jawab langsung kepada TS

manager.

3.6.1. Manufacturing Technology

Manufacturing Technology adalah suatu bagian yang bertugas melakukan

pengembangan produk baru. Bagian ini hampir menyerupai departemen

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

45

Universitas Indonesia

Research and Development dan dipegang oleh satu atau lebih spesialis

dengan latar belakang pendidikan apoteker. Akan tetapi di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dimana formula produk

baru berasal dari Taisho Pharmaceutical pusat, maka formula yang ada sudah

baku dan tidak boleh diubah-ubah. Tugas sub departemen ini adalah melakukan

evaluasi terhadap formula dan metode yang ada dapat diterapkan atau tidak,

bagaimana ketersediaan bahan bakunya, bagaimana cara memproduksinya,

hingga pengemasannya. Hasil yang didapat dengan formula yang sama seringkali

tidak sesuai dengan keinginan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain perbedaan atau perubahan manufacturer atau vendor bahan baku,

perbedaan merk dan jenis peralatan yang digunakan, dan tidak dijelaskannya

proses teknis dengan rinci pada formula yang diberikan, seperti kecepatan

pengadukan, dan lain-lain.

Setelah produk tersebut dianalisa, maka akan dilakukan perhitungan

Production Cost dan Cost of Good Sold (COGS). Bila COGS tidak diterima

maka proses pengembangan dihentikan, sedangkan bila COGS diterima maka

proses pengembangan dilanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu:

a. Jika diperlukan mesin baru maka dilakukan kualifikasi mesin

b. Menentukan strategi validasi pembersihan

c. Permintaan sampel material untuk keperluan trial bila material tidak

tersedia dalam inventori.

d. Kualifikasi metode analisa sebelum metoda analisa tersebut digunakan

untuk merilis produk komersial.

e. Pengembangan bahan pengemas bila diperlukan desain bahan kemas baru.

Kemudian Manufacturing Technologist akan menyiapkan protokol trial

dan melakukan trial produksi pada:

a. Skala laboratorium untuk memberi gambaran karakteristik produk.

b. Skala pilot dengan menggunakan peralatan yang memiliki prinsip kerja

yang sama dengan yang akan digunakan untuk proses produksi skala

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

46

Universitas Indonesia

komersil pada kondisi sesuai dengan persyaratan GMP.

c. Skala komersil bila diperlukan untuk menentukan parameter yang

lebih optimal.

Hasil dari trial skala pilot (setelah dikemas ke dalam kemasan primer

yang akan dipasarkan) digunakan sebagai sampel uji stabilitas produk sebelum

dipasarkan. Setelah hasil uji stabilitas dikaji oleh Stability Group untuk

ditentukan waktu kadaluarsanya maka bagian registrasi akan mendaftarkan

produk jadi ini ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Setelah

didapatkan nomor registrasi, dilakukan validasi proses sediaan farmasi dan

bets komersil dapat diproduksi setelah mendapat persetujuan.

3.6.2. Packaging Development

Bahan pengemas (kemasan) memegang peranan penting dalam penentuan

nilai jual suatu produk terutama untuk produk-produk OTC. Kemasan juga

diperlukan dalam registrasi produk baru ke BPOM. Hal-hal yang terkait dengan

pengembangan kemasan dilakukan oleh bagian sub departemen Packaging

Development. Di dalam sub departemen ini terdapat dua bagian, yaitu Artwork

Development dan Packaging Technology. Tugas utama dari sub departemen ini

adalah mengembangkan kemasan, meliputi penentuan nomor kode, pembuatan

kemasan yang baru atau perubahan serta perancangan barcode pada kemasan.

Perubahan kemasan antara lain berupa perubahan dimensi atau ukuran kemasan,

perubahan jenis material, perubahan desain (teks, tampilan, warna, dan lain-lain).

Hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan kemasan, antara lain perubahan

registrasi BPOM, perubahan desain dari bagian marketing, penyesuaian dengan

spesifikasi mesin, dan perubahan atau alternatif material, perubahan mesin dari

supplier.

Selain bertugas mengembangkan kemasan, subdepartemen ini juga

bertanggung jawab untuk membuat master dokumen pengemasan, dokumen

spesifikasi dan daftar bahan pengemas, membuat surat perintah pemusnahan

kemasan dengan nomor kode lama, memasukkan data kemasan dan dokumen

terkait ke dalam sistem packaging database, serta menyimpan artwork atau

desain kemasan asli.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

47

Universitas Indonesia

3.7. Departemen Maintenance Engineering dan EHS

Maintenance Engineering and EHS Department atau biasa disebut

Departemen ME & EHS adalah salah satu departemen penting yang menunjang

proses di dalam industri farmasi. Departemen ini berfungsi sebagai penunjang

fasilitas, peralatan, sarana penunjang, pengembangan sistem atau proses,

mengatur atau merencanakan proyek serta lingkungan, kesehatan, dan

keselamatan untuk semua departemen yang terdapat di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. Struktur organisasi ME-EHS dapat dilihat pada

Lampiran 8.

3.7.1. Maintenance and Engineering

Secara umum, kegiatan maintenance mencakup perencanaan dan

penyediaan peralatan-peralatan diproduksi dan laboratorium QC seperti

perencanaan dan penyediaan mesin baru, penanganan mesin baru, administrasi

spare part, serta kalibrasi dan kualifikasi. Untuk mesin-mesin yang telah ada

dilakukan trouble shooter (perbaikan mesin-mesin yang mengalami masalah kecil

saat running), repair (perbaikan mesin-mesin yang mengalami masalah saat

running yang menyebabkan kerusakan serius), Development and Improvement

(memodifikasi bagian mesin, performance upgrade, improvisasi sistem kerja

mesin), spare part (penyediaan suku cadang untuk mesin-mesin produksi), dan

preventive maintenance (perawatan berkala untuk mencegah terjadinya kerusakan

pada mesin). Preventive Maintenance (PM) meliputi pengecekan oleh teknisi saat

jadwal PM, penambahan bagian-bagian mesin, pengecekan bagian-bagian mesin.

Untuk perawatan berkala dibagi menjadi 3 tipe yaitu:

a . Tipe A : Perawatan berkala yang dilakukan setiap empat bulan sekali,

b . Tipe B : Perawatan berkala yang dilakukan setiap delapan bulan sekali,

c . Tipe C : Perawatan berkala yang dilakukan setiap satu tahun sekali.

Untuk mesin-mesin baru dilakukan tahap-tahap berikut; Commisioning

yaitu pemastian mesin sesuai dengan permintaan, Kualifikasi, antaralain:

Installation Qualification dan Operational Qualification, Rekualifikasi, dan

Verifikasi.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

48

Universitas Indonesia

3.7.2. Occupancy

Occupancy merupakan salah satu bagian di departemen ME & EHS di

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. yang berfungsi menyediakan fasilitas-

fasilitas di industri farmasi. Fasilitas yang tersedia antara lain: bangunan,

drainase, konstruksi, sanitary, gardener, dan pest control.

3.7.3. Utility

Utility merupakan bagian yang menyediakan fasilitas penunjang, seperti

pengolahan air, electrical, steam, HVAC (Heating Ventilating Air Conditioning),

LAN, telephone line, boiler, compressor, generator set, dan lain-lain.

HVAC adalah sistem yang mendistribusikan udara yang dirancang sesuai dengan

kriteria yang diinginkan parameternya, seperti temperatur, kelembaban,

sirkulasi udara, velocity, dan ukuran partikel karena hal ini merupakan sesuatu

yang bersifat kritis yang dapat mempengaruhi kondisi pembuatan obat secara

baik dan benar. Skema instalasi HVAC tersaji dalam Lampiran 9. Sistem HVAC

terdiri dari beberapa sistem, yaitu :

a. AHU (Air Handling Unit) berfungsi untuk mendistribusikan udara

untuk setiap ruangan.

b. Chiller berfungsi untuk mengkondisikan temperatur yang

didistribusikan AHU

c. Heating Coil (Hot Water Distribution) berfungsi untuk mengkondisikan

RH (Relative Humidity).

d. Ducting yang berfungsi sebagai saluran udara.

e. Filter yang berfungsi untuk menyaring udara.

Kombinasi diatas dapat diatur untuk mendapatkan suhu, kelembapan dan ukuran

partikel yang sesuai.

Water distribution system di indusri farmasi umumnya terdiri dari :

a. Portable Water System yaitu suatu sistem yang menyediakan

fasilitas air untuk keperluan toilet, penyiraman tanaman, pembersihan

bagian-bagian non produksi.

b. Process Water System yaitu suatu sistem yang menyediakan fasilitas air

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

49

Universitas Indonesia

untuk keperluan produksi seperti pencucian mesin, pencucian ruangan

c. Purified Water System yaitu suatu sistem yang menyediakan fasilitas

purified water yang digunakan untuk keperluan produksi seperti bahan

dasar, pencampuran raw material, pencucian peralatan produksi.

Dalam PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebelum diolah menjadi

portable water, pada raw water dilakukan penyaringan menggunakan sand filter

dan catridge filter. Pada tahap ini air sudah dapat digunakan untuk sarana kamar

mandi/toilet. Untuk menjadi portable water, air disaring lagi menggunakan sand

filter dan melalui tahap Reverse osmosis, yaitu teknik pembuatan air murni yang

dapat menurunkan hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air.

Reverse osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001

mikron). Setelah itu, dilakukan penambahan antiscalant sehingga dapat

digunakan untuk pencucian peralatan, ruangan, cuci tangan, dan lain-lain.

Kemudia air ditambahkan dengan NaOCl, disaring menggunakan zeolite

filter, carbon filter dan softener, kemudian ditambahkan NaOH untuk

meningkatkan pH air sesuai spesifikasi. Kemudian air ditampung dan diolah

melalui tahap catridge filter serta reverse osmosis, dan disterilisasi menggunakan

sinar UV serta dilakukan deionisasi (electrodeionization), sehingga menjadi

purified water. Purified water system juga dilengkapi dengan looping system

sehingga memungkinkan air tersebut disirkulasi selama 24 jam. Alur

pengolahan purified water secara garis besar tergambar dalam Lampiran 10.

3.7.4. Project

Project merupakan bagian yang mengatur, merancang, menyeleksi

project- project baru atau modifikasi. Ruang lingkup dari project meliputi

Budgetting (pembiayaan), Schedulling (penjadwalan), Planning (perencanaan),

dan Project Execution (Eksekusi project).

3.7.5. Environment, Health and Safety Comittee

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dalam menjalankan bisnis

bertekad untuk menjaga lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja para

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

50

Universitas Indonesia

karyawan, kontraktor, pelanggan serta masyarakat dengan cara yang aman serta

ramah lingkungan. Oleh karena itu dibentuk suatu komite yang

bertanggung jawab dalam menangani lingkungan kesehatan dan keselamatan

kerja yaitu EHS committee.

EHS (Environment, Health and Safety) adalah sistem pengelolaan

kualitas lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang akan

mempengaruhi tingkat kesehatan dan keselamatan pekerja maupun lingkungan

pabrik secara umum. Program yang dijalankan pada EHS committee antara lain:

a. Total Recordable Case Risk (TRCR), yaitu tingkat resiko kasus yang

terekam. Kasus yang dilaporkan merupakan kasus mayor, yaitu

kasus-kasus yang membuat pekerja harus dirawat oleh dokter.

b. Day Away from Work Case Risk (DAWCR) yaitu tingkat kasus

yang menyebabkan pekerja meninggalkan pekerjaannya.

c. EHS comittee meeting yaitu pertemuan bulanan untuk mendiskusikan

kasus- kasus dan program-program yang dilakukan oleh EHS committee.

d. Self Inspection Program (SIP), yaitu program inspeksi diri yang

dilakukan oleh EHS untuk mengidentifikasi proses atau temuan yang

berpotensi menimbulkan bahaya. Pada SIP ini akan dibuat daftar

pertanyaan yang mencakup tentang penanganan dan penyimpanan bahan

kimia, pencegahan kebakaran dan persiapan keadaan gawat darurat, alat

pelindung diri, kepatuhan terhadap prosedur, keadaan botol gas

bertekanan, peralatan listrik dan perawatan, ruangan kerja, incinerator dan

pengolahan limbah.

e. Near miss, yaitu keadaan hampir celaka. Near miss yang dialami

oleh karyawan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia harus dilaporkan

kepada EHS committee. Near miss perlu didokumentasikan untuk

menghindari terjadinya kecelakaan dalam tingkat yang lebih parah.

f. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya

menjaga keselamatan dan kesehatan kerja serta pemelihaaraan lingkungan

hidup. Kegiatan pelatihan diberikan oleh kordinator tiap departemen

dibantu oleh karyawan dari departemen tersebut.

g. Komunikasi yaitu pembahasan mengenai kebijakan EHS di tiap

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

51

Universitas Indonesia

departemen melalui kegiatan safety talk yang dilakukan tiap bulan.

Bentuk komunikasi lain yang dilakukan EHS yaitu menyediakan

informasi tentang kebijakan EHS di tempat yang mudah dibaca oleh

semua karyawan misalnya di majalah dinding tiap departemen.

h. Kualitas dari hasil keluaran Waste Water Treatment Plant (WWTP) di

bawah standar kelas I yaitu EHS menetapkan nilai COD kurang dari

100 ppm dan nilai BOD kurang dari 75 ppm.

i. Mengurangi biaya pembuangan limbah dengan cara mengurangi limbah

yang dihasilkan sehingga limbah yang ditampung akan berkurang.

j. Konservasi air dengan meningkatkan kemungkinan penggunaan air

hasil pengolahan WWTP untuk toilet dan pertamanan.

EHS committee juga bertanggung jawab dalam pengelolaan limbah yang

meliputi penyimpanan sementara, pengambilan, pengolahan, pengemasan,

pemberian label, penyimpanan hingga pembuangan dan/atau pemusanahan

semua sampah atau limbah yang terdapat di area PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk. Setiap limbah harus mempunyai penandaan limbah kemudian

dilakukan pemisahan berdasarkan bentuknya, yaitu bahan kemas atau bahan

baku. Tiap bahan baku juga dibedakan lagi berdasarkan bentuknya padat atau

cairan serta berdasarkan jenisnya yaitu bahan berbahaya dan beracun (B3) atau

non B3. Penanganan limbah non B3 yaitu dikembalikan ke suppplier (jika status

bahan direject oleh QC), dijual atau dihancurkan di incinerator. Limbah B3 dapat

dikembalikan ke supllier (jika status bahan direject oleh QC), dijual atau

dikirim ke perusahaan pengolah limbah bersertifikat (PPLI). Persyaratan

penanganan limbah adalah sebagai berikut:

a. Pekerja harus memakai alat pelindung diri yang sesuai.

b. Semua limbah yang dihasilkan oleh setiap departemen ditampung di

tempat penampungan awal yang disediakan dengan benar dan aman,

serta diberi label.

c. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang telah dikemas harus

diberi label yang sesuai kemudian disimpan di ruang B3 storage room,

lama penyimpanan tidak boleh lebih 90 hari.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

52

Universitas Indonesia

d. Tempat limbah diberi penandaan yang menunjukkan kelompok limbah.

Penanganan limbah yang menjadi tanggung jawab EHS committee

antara lain:

a. Waste Water Treatment Plant (WWTP)

WWTP untuk pengolahan limbah cair dari proses pencucian mesin atau

peralatan laboratorium, dan limbah cair dari proses USP water. Pengolahan ini

dimulai dari pengumpulan limbah dalam tangki pengumpul kemudian limbah

dialirkan ke dalam tangki equalisasi untuk mencampur semua limbah yang

terkumpul. Pada limbah dilakukan pre-treatment, yaitu dengan penambahan

koagulan dan basa (NaOH). Lumpur yang mengendap dipisahkan dari cairan dan

dikirim ke PPLI. Bagian limbah cair memiliki nilai COD yang masih tinggi,

sehingga dilakukan proses pengolahan selanjutnya menggunakan bakteri aerob.

Limbah yang sudah memenuhi syarat COD, BOD dan jumlah bakteri kemudian

dikumpulkan dalam penjernihan limbah (clarifier unit). Pada proses penjernihan

limbah ini dilakukan pendiaman selama 2 hari dan endapan dikumpulkan. Bagian

cairan dimasukkan dalam penyaringan dan dialirkan melalui karbon untuk

menghilangkan bau. Limbah cair yang sudah bersih dan telah memenuhi syarat

COD dan BOD kemudian dialirkan ke sungai. Pemantauan kualitas air limbah

dilakukan setiap bulan.

b. Pengolahan limbah oleh Perusahaan Pengolah Limbah bersertifikat (PPLI)

Semua limbah yang diolah PPLI ini merupakan limbah yang

tergolong B3 seperti produk kembalian atau produk reject anti kanker,

limbah campuran asam, basa, pelarut organik, raw material reject yang

tergolong bahan berbahaya atau beracun (B3), produk ruahan dalam jumlah

besar, limbah berbahaya lainnya seperti pacahan termometer, material

mengandung asbes, pereaksi padat dari laboratorium, solar atau pelumas bekas.

c. Pengolahan limbah oleh dinas kebersihan

Pengolahan limbah oleh dinas kebersihan untuk limbah domestik,

limbah botol-botol bekas yang sudah dibersihkan, abu sisa pembakaran

insinerator.

d. Penimbunan limbah

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

53

Universitas Indonesia

Penimbunan hanya diperbolehkan untuk rumput dan daun.

3.8. Lean Continuous Improvement and Training (LCT)

Lean Continuous Improvement and Training (LCT) merupakan

departemen yang langsung berada di bawah Plant Director. Struktur organisasi

LCT dapat dilihat pada Lampiran 11. LCT melakukan perbaikan secara terus-

menerus dengan menyusun dan mengatur proses perbaikan operasional yang

berkesinambungan dalam pengembangan proses atau sistem. Tujuan LCT adalah

peningkatan kualitas produk agar lebih baik (cepat, akurat, mudah, murah,

aman, kualitas) sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain dan

memberikan keuntungan kepada perusahaan, karyawan, dan pelanggan;

memperbaiki kesalahan kerja; menjadi sarana penerapan ide-ide dari technical

operation; serta membangun budaya kepemimpinan dan pertanggungjawaban.

Pelaksanaan LCT meliputi perencanaan, perbaikan, improvement, dan review

kondisi pada saat ini.

Lean Continuous Improvement and Training (LCT) memiliki langkah

perbaikan dalam berbagai aspek yang dilaksanakan secara rutin dan dilakukan di

seluruh bagian terkecil di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Kegiatan

dimulai dari inovasi strategi, penentuan area improvement, membuat tim khusus

yang dikenal dengan nama Small Group Activity (SGA). Setiap kelompok SGA

akan membuat proposal perbaikan terkait bagiannya masing-masing dan

melakukan penelitian serta perbaikan, kemudian mengevaluasi hasil dari

perbaikan tersebut. Setelah melakukan kegiatan tersebut, hasil perbaikan akan

dipersentasikan oleh masing- masing grup. Kemudian dilaksanakan review

terhadap perbaikan yang dilakukan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia54

BAB 4

PEMBAHASAN

PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. sebagai salah satu industri

farmasi di Indonesia menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam

pengoperasian. Cara Pembuatan Obat yang Baik oleh industri farmasi di Indonesia

mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh Badan POM. PT Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk harus menerapkan semua aspek yang ada di

CPOB untuk dapat memperoleh izin produksi (registrasi) dandapat memasarkan

produknya di Indonesia. Aspek-aspek CPOB yang harus diterapkan di industri

farmasi adalah manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan

higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan

terhadap keluhan obat, penarikan obat yang beredar dan obat kembalian,

pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, dokumentasi, serta kualifikasi dan

validasi. Semua aspek CPOB ini harus dipenuhi oleh PT Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk untuk menghasilkan produk yang aman, berkhasiat, dan

berkualitas.

4. 1 Manajemen Mutu

Manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan dengan

benar diperlukan agar obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi spesifikasi yang

ditetapkan. Mutu produk dibangun ke dalam produk (built in quality) yang

dilakukan terhadap semua aspek pembuatan obat. PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk, telah menerapkan aspek manajemen mutu yang meliputi

pengawasan dan pemastian mutu berdasarkan CPOB. Seluruh bahan (bahan

baku, bahan pengemas, produk ruahan dan produk jadi), seluruh proses

serta peralatan yang digunakan selama proses produksi terjaga kualitasnya

dengan penerapan sistem pengawasan dan pemastian mutu yang

memadai.

Contoh pelaksanaan manajemen mutu yang dilakukan oleh PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk yaitu:

a. Bahan awal yang digunakan harus diuji terlebih dahulu oleh bagian QC

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

55

Universitas Indonesia

dan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Setelah disetujui

oleh bagian QC, seluruh bahan baku, bahan pengemas, bahan ruahan dan

obat jadi harus mendapat persetujuan dari QA sebelum produk tersebut

dapat digunakan untuk tahapan selanjutnya maupun sebelum produk jadi

diluluskan untuk dijual ke pasaran.

b. Bahan awal yang digunakan adalah bahan yang berkualitas. Pemasok

bahan awal yang bekerjasama dengan perusahaan merupakan pemasok

yang telah dibuktikan sistem manajemen dan kualitas kinerjanya.

c. Seluruh peralatan yang digunakan baik untuk produksi, analisis hingga

sarana pendukung dalam pabrik selalu dikontrol apakah perlatan tersebut

masih memenuhi persyaratan untuk digunakan. Misalnya dengan

melakukan proses kualifikasi, validasi, pembersihan, dan kalibrasi.

d. Prosedur dalam melakukan suatu pekerjaan tertulis dengan jelas dalam

bentuk SOP, MI (Manufacturing Instruction), dan PI (Packaging

Instruction), WI (Warehouse Instruction). Sehingga pekerjaan tersebut

senantiasa dilakukan dengan cara yang sama oleh setiap orang.

e. Personil yang bekerja di pabrik harus terkualifikasi terlebih dahulu

sebelum melakukan pekerjaannya. Proses kualifikasi dilakukan melalui

penilaian program pelatihan.

f. Semua proses pengerjaan yang dilakukan selalu terdokumentasi sebagai

bukti pelaksaan GMP (“Kerjakan apa ditulis dan tulis apa yang sudah

dikerjakan”). Dokumentasi ini diperlukan sebagai dasar penelusuran jika

terdapat suatu penyimpangan atau kesalahan.

g. Selama proses produksi dan pengemasan produk, QA inspector

akan mengawasi dan memastikan bahwa produksi berjalan sesuai

prosedur yang sudah ditentukan. QA inspector juga akan memeriksa

kelengkapan catatan pengolahan bets.

4. 2 Personalia

Personil yang bekerja di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

adalah personil yang terkualifikasi dan memenuhi beberapa persyaratan,

seperti pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, memiliki tingkat

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

56

Universitas Indonesia

pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta sehat fisik dan mental.

Personil disetiap departemen diberi tanggung jawab sesuai dengan

kapasitasnya. Setiap bidang pekerjaan memiliki job description masing-masing

yang jelas dan rinci.

Penerapan CPOB pada aspek personalia di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. antara lain adalah adanya personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.

Setiap karyawan baru di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk harus

mengikuti GMP training, EHS training, HALAL training dan Job Function

Training terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. GMP training tidak hanya

dilaksanakan pada awal masuk, tetapi secara berkala 3 bulan sekali yang

wajib diikuti oleh semua personil yang pekerjaannya terkait mutu produk,

misalnya bagian produksi. Karyawan yang membutuhkan keahlian khusus

diberikan pelatihan khusus untuk pemahaman teori dan pelaksanaan

kualifikasi untuk pemahaman cara prakteknya. Contoh kegiatannya adalah

training SGA (Small Group Activity), pelatihan untuk analis di laboratorium

QO Departement atau operator mesin di Manufacturing Department, pelatihan

tambahan seperti EHS (Environtment, Health, and Safety) yang kegiatannya

mencakup pelaksanaan simulasi kebaran, pelatihan P3K, pelatihan keselamatan

kerja, dan lain-lain. Pelatihan yang diadakan PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk. Ini dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.

Pelatihan juga diberikan kepada peserta atau mahasiswa Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) sebelum memulai kegiatan di PT Taisho

Pharmaceutical Indonesia. Pelatihan untuk peserta PKPA meliputi GMP

training, EHS training, dan HALAL training.

Personil atau pengunjung yang tidak mendapat pelatihan tidak

diperbolehkan masuk ke dalam area produksi dan laboratorium QO. Bila tidak

dapat dihindarkan, mereka dapat masuk dengan pengawasan dan diberi

penjelasan terlebih dahulu, terutama mengenai pakaian pelindung dan higiene.

Salah satu cara yang diterapkan PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk

untuk menghindari orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam area

produksi dan laboratorium QO adalah dengan adanya akses finger-scan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

57

Universitas Indonesia

sebagai kunci untuk masuk ruangan.

4. 3 Bangunan dan Fasilitas

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia terdiri dari Bangunan dan fasilitas

yang memiliki desain, ukuran, dan konstruksi serta letak strategis yang sesuai

dengan kebutuhan produksi. Kondisi bangunan dan fasilitasnya pun terawat

dengan baik. Ruangan-ruangan dibuat terpisah dan masing-masing dirancang

untuk setiap satu proses dan produk, untuk mencegah kontaminasi silang dan

mencapai efisiensi kerja.

Bangunan dan fasilitas dibersihkan dan disinfeksi sesuai prosedur

tertulis yang rinci dengan catatan pembersihan dan disinfeksi disimpan. Desain

dari dinding bangunan berbentuk lengkungan sehingga mudah untuk

pembersihan, sanitasi dan perawatan. Selain itu, perlindungan dari adanya

serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain (pest control system)

juga diberikan disetiap bangunan dan fasilitas yang ada di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia.

Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban, dan ventilasi

diatur dengan baik pada bangunan dan fasilitas agar tidak mengakibatkan

dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan.

Bangunan di Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dibagi menjadi dua

kelas, yaitu Class E dan Class F yang dipisahkan oleh ruang penyangga (air

lock). Class E meliputi area dispensing, mixing, dan filling (packaging primer),

sedangkan Class F meliputi packaging sekunder, laboratorium dan gudang.

Ruang produksi di Class E juga terpisah antara produk semisolid-liquid dan

solid. Ruangan ini dipisahkan oleh ruang penyangga (airlock) karena

adanya perbedaan kelembaban untuk produk semisolid-cair dan solid.

Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar,

seperti pintu bahaya kebakaran, diamankan sedemikian rupa dengan

menjaga agar area tersebut tetap bebas (keep clean area). Pintu di dalam area

produksi yang berfungsi sebagai barrier terhadap pencemaran silang selalu

ditutup apabila sedang tidak digunakan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

58

Universitas Indonesia

Sarana pendukung yang terdapat di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia

Tbk. diantaranya ruang istirahat, mushola, dan kantin yang terletak terpisah

dengan area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Terdapat pula

ruang loker untuk karyawan pria dan wanita untuk menyimpan barang-barang,

dan gowning room untuk mengganti pakaian kerja dan membersihkan diri.

Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi namun

letaknya terpisah.

Toilet disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses

serta tidak berhubungan langsung dengan area produksi atau area

penyimpanan. Selain itu terdapat pula bengkel perbaikan dan perawatan

peralatan (Engineering Workshop) yang terletak terpisah dari area produksi.

4. 4 Peralatan

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. menggunakan peralatan

pembuatan obat dengan desain dan bentuk yang sesuai dengan fungsinya,

ukuran yang memadai, telah terkualifikasi, dan mudah dalam

pembersihan serta perawatan. Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung

dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi terbuat dari stainless steel

sehingga tidak menimbulkan reaksi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu,

atau kemurnian produk diluar batas yang ditentukan.

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memiliki beberapa peralatan yang

digunakan khusus untuk produksi tiap line masing-masing value stream agar

tidak terjadi kontaminasi silang.

Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa, dan

mencatat diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai dengan program dan

prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi selalu

didokumentasikan dan disimpan dengan baik. Pemeriksaan dan kalibrasi

serta pendokumentasiannya dilakukan oleh Maintenance Engineering dan

EHS Departement.

Peralatan yang digunakan diletakan dengan rapi dan diberi penandaan

sesuai fungsinya dengan nomor identitas yang jelas. Pipa tidak langsung

menempel ke tembok dan diberi penandaan yang jelas untuk menunjukan isi

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

59

Universitas Indonesia

dan arah aliran. Mesin diletakkan sedemikian rupa agar mempermudah

pekerjaan dan pergerakan operator.

Setiap mesin dan peralatan memiliki log book yang memuat data:

kapan mesin digunakan, siapa yang menggunakan, digunakan untuk produk

apa dan nomor bets berapa, kapan mesin dibersihkan, siapa yang

membersihkan, bagaimana cara pembersihannya. Mesin dan peralatan yang

telah dibersihkan dan dikeringkan, diberi label penandaan (label status

kebersihan) yang menandakan mesin itu sudah bersih dan siap pakai untuk

proses produksi selanjutnya.

4. 5 Sanitasi dan Higiene

Sanitasi dan higiene mencakup higiene perorangan, sanitasi bangunan

dan fasilitas, serta pembersihan dan sanitasi peralatan. PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk. selalu memperhatikan sanitasi dan higiene agar selalu

berada dalam tingkat sanitasi dan kebersihan yang tinggi sehingga mutu

produk yang dihasilkan tetap bersih dan higienis. Penerapan sanitasi dan

higiene di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia mencakup:

a. Pemeriksaan kesehatan setiap tahun dilakukan terhadap setiap karyawan

tetap PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Personil yang mengidap

penyakit atau luka terbuka dilarang untuk bekerja di area produksi.

b. Penerapan personal hygiene oleh setiap karyawan PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk seperti mencuci tangan sebelum masuk

ke ruang produksi, memakai pakaian produksi dengan benar, tidak

memakai perhiasan dan make up berlebihan ketika masuk ke ruang

produksi, dan lain-lain.

c. Setiap perpindahan area, misal dari Class E ke Class F, personil

diwajibkan mengganti pakaiannya atau menggunakan pakaian pelindung

khusus tambahan, termasuk penutup kepala dan penutup sepatu untuk

mencegah kontaminasi dari Class F ke Class E yang lebih bersih.

d. Sentuhan langsung dengan bahan awal, produk antara dan produk

ruahan tidak diperbolehkan sehingga operator diwajibkan mengenakan

sarung tangan ketika bekerja. Sarung tangan ketika bekerja di suatu

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

60

Universitas Indonesia

ruangan juga tidak boleh di bawa ke ruangan lain untuk menghindari

kontaminasi silang.

e. Tidak boleh membawa makanan/minuman dan merokok di dalam ruang

produksi. Kegiatan-kegiatan ini hanya dapat dilakukan di ruangan-

ruangan tertentu, seperti kantin atau pantry untuk makan dan minum

dan tempat khusus merokok yang disediakan oleh PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia yang berada dekat parkir motor.

f. Setiap ruangan di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia dilengkapi

dengan sistem ventilasi yang sesuai dan terdapat toilet, tempat cuci

serta sarana pembersihan lainnya dalam jumlah yang memadai dan

mudah ditemukan di area PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia.

g. Kegiatan housekeeping dilakukan secara rutin untuk menjaga kebersihan

dan kerapian ruangan di luar area produksi. Pembersihan ruangan

produksi juga dilakukan setiap kali selesai proses pengolahan. Ada 3

jenis pembersihan ruangan di area produksi:

1) Cleaning A, yaitu pembersihan secara menyeluruh baik ruangan, mesin,

maupun peralatan yang dilakukan setelah masa cleaning holding time

habis.

2) Cleaning B, yaitu pembersihan pada campaign batch, yakni pembersihan

mesin dan peralatan yang dilakukan setelah 1 bets selesai diproses dan

akan memproses bets selanjutnya dengan produk yang sama.

3) Cleaning C, yaitu pembersihan secara menyeluruh baik ruangan, mesin,

maupun peralatan setelah masa Cleaning A habis.

h. Setiap mesin dan peralatan yang digunakan untuk produksi selalu

dibersihkan setelah penggunaan. Pembersihan dan penyimpanan peralatan

yang dapat dipindah-pindah dilakukan di ruangan terpisah dari ruangan

pengolahan. Sama seperti ruangan di area produksi, ada 3 jenis

pembersihan peralatan produksi, yaitu: Cleaning A, Cleaning B dan

Cleaning C.

4. 6 Produksi

Produksi di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia selalu dilaksanakan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

61

Universitas Indonesia

sesuai prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang

berlaku untuk menjamin produksi senantiasa menghasilkan produk yang

memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan

izin edar (registrasi). Produksi dilaksanakan oleh operator yang terkualifikasi

dan diawasi oleh personil yang kompeten, mulai dari line leader, foreman,

maupun supervisor.

CPOB yang diterapkan pada tahapan produksi di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia antara lain dalam hal:

a. Pengadaan, penimbangan, penyerahan bahan awal.

Pengadaan bahan awal yang terdiri dari bahan baku dan bahan

pengemas dibeli dari agen atau supplier yang telah dievaluasi dan disetujui

oleh QA agar dipastikan mutunya selalu terjaga. Tata cara penerimaan bahan

awal yaitu periksa dokumen pengiriman, periksa keutuhan kemasan,

bersihkan wadah luar, beli label identitas (identification material), letakkan

di area karantina, pemeriksaan sampel bahan awal oleh QC.

Bahan awal disimpan di gudang (warehouse) yang luas dan selalu dijaga

kebersihannya. Ruang penyimpanan bahan awal diklasifikasikan berdasarkan

sifat tiap bahan awal, yaitu ruang khusus bahan yang mudah terbakar,

temperatur ruang (>25- 300C), ruang suhu sejuk (15-250C atau AC Room) dan

ruang dingin (2-80C/ cool room). Ruang penyimpanan bahan awal juga

dikendalikan cahaya dan kelembabannya. Pengeluaran bahan awal dari

gudang menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out), artinya bahan

awal yang digunakan terlebih dahulu yang datangnya awal dan masa

expirednya yang lebih cepat.

Pada area penyerahan bahan awal (stage in), hanya bahan-bahan yang

telah dikeluarkan Shop Order saja yang ditempatkan di daerah penyerahan

berupa airlock yang menghubungkan antara ruang penimbangan dengan area

gudang. Bahan-bahan yang akan ditimbang diletakan di pallet. Satu pallet

hanya untuk bahan-bahan dari satu bets.

Hasil penimbangan diletakkan di dalam wadah stainless steel yang

kemudian dibungkus dengan plastik yang diikat kencang dan diletakkan

pada pallet di area penyerahan (stage out) untuk proses pengolahan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

62

Universitas Indonesia

Dokumen yang harus dilengkapi setelah proses penimbangan adalah SO

(Shop Order), MI (Manufacturing Instruction), summary dispensing report,

dan label (label kebersihan, dispensing label tiap cointaner).

b. Validasi proses

Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan, harus

dibuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin dan proses

yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah

ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi

persyaratan mutu dengan cara validasi proses. Adanya perubahan yang berarti

dalam proses, peralatan, atau bahan juga harus dilakukan validasi ulang untuk

menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang

memenuhi persyaratan mutu.

c. Pencegahan pencemaran silang

Pencemaran silang dalam proses produksi harus dihindari dengan

tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya produksi tiap sediaan

atau proses yang berbeda dilakukan di dalam ruang yang terpisah, tersedia

ruang penyangga udara dan penghisap udara yang memisahkan area grey dan

black, memakai pakaian pelindung yang sesuai dengan area dimana produk

yang berisiko tinggi terhadap pencemaran silang di proses, melaksanakan

prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif, pengujian

residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat.

d. Sistem penomoran bets/lot

Sistem penomoran bets menjelaskan tahun dan bulan pembuatan serta

nomor bets dan lot produk tertentu. Contoh sistem penomoran bets di PT.

Taisho Pharmaceutical Indonesia adalah sebagai berikut:

3H4281

1 : tahun 2013

H : bulan kedelapan (Agustus)

428 : nomor bets

1 : nomor lot

e. Pengolahan

Masing-masing ruangan di area produksi hanya digunakan untuk

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

63

Universitas Indonesia

pembuatan 1 (satu) bets produk. Di dalam ruang pembuatan produk tersebut

tidak boleh terdapat produk lain, walaupun merupakan produk yang sama

yang hanya berbeda bets. Terdapat Work in Process (WIP) Room sebagai area

penyerahan produk ruahan yang selanjutnya akan dikemas primer. Kondisi

lingkungan di area pengolahan dipantau dan dikendalikan sehingga selalu

berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Kondisi

lingkungan yang diperhatikan antara lain Air Handling Unit (AHU) dan

tekanan udara ruangan yang dipantau pagi hari dan siang hari.

Sebelum kegiatan pengolahan dimulai, operator mempersiapkan jalur

pengolahan untuk memastikan bahwa area pengolahan dan peralatan bersih

serta bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan

untuk kegiatan pengolahan yang akan dilakukan. Semua peralatan yang

dipakai dalam pengolahan diperiksa sebelum digunakan. Sebelum

digunakan, baik ruangan, mesin, dan peralatan dinyatakan bersih secara

tertulis pada label kebersihan untuk masing- masing ruangan, mesin, dan

peralatan. Pada setiap ruangan yang sedang digunakan untuk pengolahan harus

dilengkapi dengan label In Process yang menyatakan nama produk yang sedang

diolah, nomer bets, dan kuantitasnya.

Semua kegiatan pengolahan dilaksanakan mengikuti prosedur yang

tertulis, yaitu Manufacturing Instruction (MI). Setiap terjadinya penyimpangan

dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada line leader, foreman,

supervisor, bahkan section head bila perlu. Semua produk antara dan ruahan

diberi label dengan benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian

Pengawasan Mutu dan diberi label “H” (Hold) sedangkan apabila telah

diluluskan diberi label “A” (Approved). Semua pengawasan selama proses

yang dipersyaratkan dicatat dengan akurat pada saat pelaksanaannya.

Penyimpanan produk dalam proses harus mengikuti ketentuan batas waktu

maupun kondisi yang telah ditetapkan.

f. Pengemasan

Pengemasan dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk

menjaga identitas, keutuhan, dan mutu produk akhir yang dikemas.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

64

Universitas Indonesia

Semua kegiatan pengemasan dilaksanakan sesuai dengan Packaging

Instruction dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur

Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan dicatat dalam Catatan

Pengemasan Bets. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, dilakukan

pemeriksaan untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta

bebas dari produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan

untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan.

g. Pengembalian

Bahan awal, produk ruahan, produk jadi, bahan pengemas dari sisa

proses dikembalikan ke gudang penyimpanan dihitung dan didokumentasikan.

Setiap bahan yang dikembalikan, diberi label “return of material” yang berisi

antara lain: nama produk, nomor bets, proses yang telah berlangsung, jumlah

yang dikembalikan serta tanda tangan dan paraf operator.

h. Pengawasan selama proses

Terdapat prosedur tertulis yang menjelaskan teknik pengambilan sampel,

pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets

produk yang dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala

bagian Pemastian Mutu (QA Manager) dan hasilnya didokumentasikan. Selama

proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada awal,

tengah, dan akhir proses oleh personil yang terkualifikasi. Hasil

pengujian/inspeksi selama proses hendaklah dicatat dan dokumen tersebut

hendaklah menjadi bagian dari catatan bets.

i. Pengiriman dan pengangkutan

Bahan obat dan obat diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga

keutuhannya dan kondisi penyimpanan terjaga. Catatan pengiriman

menyatakan minimal tanggal pengiriman, nama dan alamat pengirim, uraian

tentang produk, kondisi pengangkutan dan penyimpanan. Catatan pengiriman

harus terdokumentasi dengan rapih. Semua catatan mudah diakses dan

tersedia apabila diminta. Bagian pengiriman dan pengangkutan di bawah

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

65

Universitas Indonesia

pengawasan bagian gudang (warehouse).

4.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu bertujuan untuk menjamin bahwa kualitas produk

yang dihasilkan selalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, baik pada saat

sebelum, saat, dan setelah dilakukan proses produksi. Pengawawan mutu tidak

terbatas pada kegiatan laboratorium tetapi juga harus terlibat dalam semua

keputusan yang terkait dengan mutu produk. Kegiatan yang dilaksanakan di

laboratorium pengawasan mutu (Quality Control) harus berpedoman pada Good

Laboratory Practice (GLP) sehingga laboratorium kimia dan mikrobiologi dapat

dirancang dengan baik serta dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk

menunjang pemeriksaan kemasan, bahan awal, produk ruahan, maupun produk

jadi.

Beberapa ruang untuk masing-masing kegiatan yang berbeda terdapat di

dalam laboratorium diantaranya, ruang untuk laboratorium kimia, laboratorium

mikrobiologi, ruangan instrumen, ruangan timbang, lemari asam, ruang cuci,

ruang stabilitas, dan ruang administrasi. Ruang lingkup kerja pengawasan mutu

yang dilakukan yaitu kualifikasi, kalibrasi, dan maintenance alat laboratorium;

penanganan reference standard; program uji stabilitas; validasi metode analisis;

dan pengujian sampel bahan baku dan bahan pengemas; serta monitoring program

air dan lingkungan.

4.7.1 Kualifikasi, kalibrasi, dan maintenance alat laboratorium

Terdapat tiga level dalam kualifikasi alat laboratorium, yaitu level 1 untuk

alat yang tidak perlu dikualifikasi dan dikalibrasi, contohnya shaker; level 2 untuk

alat yang perlu dikalibrasi, contohnya timer, termometer, penggaris; dan level 3

untuk alat yang perlu dikualifikasi dan dikalibrasi, contohnya HPLC, GC, dan

AAS. Kalibrasi dan maintenance alat laboratorium dilakukan periodik setiap enam

bulan sekali oleh vendor dan departemen ME.

4.7.2 Penanganan reference standard

Baku pembanding, pereaksi kimia, media perbenihan, dan peralatan harus

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

66

Universitas Indonesia

dikontrol dengan baik untuk menunjang hasil analisis yang akurat. Baku

pembanding ditangani oleh penanggung jawab reference standard. Sumber

reference standard yang digunakan berasal dari Sigma dan Adrich. Hal yang perlu

tertera pada wadah baku pembanding diantaranya nama standar, kode, nomor lot,

potensi atau kadar, tanggal pembuatan, tanggal daluarsa, dan kondisi

penyimpanannya. Penyimpanan baku pembanding disesuaikan dengan kondisi

penyimpanan masing-masing. Pengujian bahan baku, produk ruahan dan produk

jadi dilakukan berdasarkan testing standard sedangkan pengujian bahan kemas

berdasarkan purchase specification yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Pengontrolan untuk bahan kimia dimulai dengan pemberian label yang

mencantumkan identitas, tanggal dibuat, serta tanggal kadaluwarsanya.

Penyimpanan bahan kimia dan pereaksi disesuaikan dengan kondisi penyimpanan

masing-masing.

4.7.3 Program Uji Stabilitas

Pengujian stabilitas dilakukan pada produk yang sudah beredar (post

market stability) untuk memantau produk selama masa edar dan menentukan

bahwa produk tetap atau dapat diperkirakan akan tetap, memenuhi spesifikasinya

selama di pasaran dan tiap satu bets produk per tahun. Jenis uji stabilitas yang

dilakukan adalah uji stabilitas dipercepat (accelerated stability) dan jangka

panjang (long term stability). Kondisi uji stabilitas mengikuti ASEAN guideline.

Bagian pengawasan mutu juga bertugas menangani pengujian stabilitas retain

sampel yang bertujuan untuk pembuktian kestabilan produk jika ada keluhan dari

konsumen.

4.7.4 Validasi Metode Analisis

Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa metode

analisis sesuai tujuan penggunaannya yang menghasilkan hasil uji yang tepat dan

konsisten. Metode analisis yang berasal dari buku standar (compendial) hanya

dilakukan verifikasi, sedangkan metode analisis non compendial dilakukan

validasi dengan memperhatikan parameter akurasi, presisi, spesifitas, batas

deteksi, batas kuantifikasi, linearitas, dan ruggedness.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

67

Universitas Indonesia

4.7.5 Pengujian sampel bahan baku dan bahan pengemas.

Secara umum, jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus √n + 1

untuk bahan baku yang lebih dari 3 wadah. Jika kurang dari 3 wadah, semua

wadah harus disampling. Sampel yang diuji dilakukan di dalam sampling room di

bawah sampling booth. Jumlah sampel yang diambil dari wadah (container)

berdasarkan Masterlist Quantity Sampling Raw Material PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk.

4.7.6 Monitoring Program Air dan Lingkungan.

Pengawasan kualitas air dilakukan terhadap purified water, portable dan

hot water, serta process water. Pengawasan purified water dilakukan setiap hari

untuk memeriksa kualitas dan kondisi purified water yang didistribusikan, tiap

minggu untuk memeriksa kualitas dan kondisi tempat penyimpanan purified water

(storage tank), dan tiap bulan untuk memeriksa kualitas dan kondisi purified

water ditempat pemakaiannya seperti di lab dan area produksi grey.

Parameter yang diuji adalah kejernihan, TPC, Pseudomonas, TOC, dan

kondutivitas. Pengawasan terhadap portable dan hot water dilakukan tiap sebulan

sekali untuk memeriksa kualitas dan kondisi di tempat pemakaiannya. Parameter

yang diuji adalah TPC, Coliform, dan Pseudomonas. Pengawasan process water

dilakukan untuk memeriksa kualitas dan kondisi sumber air untuk purified water,

portable water dan hot water yang berasal dari air sumur dan air PAM.

4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

4.8.1 Inspeksi Diri

Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi semua aspek produksi dan

pengendalian mutu memenuhi atau tidak memenuhi ketentuan CPOB. Program

inspeksi diri merupakan langkah yang diperlukan dalam suatu industri untuk

meninjau kembali sarana, prasarana, dan seluruh tata kerja pabrik yang mungkin

dapat berpengaruh pada jaminan mutu. Perbaikan dapat terus-menerus dilakukan

terhadap berbagai kelemahan yang mungkin timbul dengan adanya inspeksi diri.

Inspeksi diri juga bertujuan untuk mengetahui cacat kritis, berdampak kecil,

berdampak besar sehingga langkah-langkah pencegahan dan perbaikan cacat

tersebut dapat segera ditentukan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

68

Universitas Indonesia

Inspeksi diri adalah kegiatan penilaian yang dilakukan secara reguler,

sistematis, dan objektif. Reguler diartikan sebagai kegiatan rutin, terdapat jadwal

pelaksanaan inspeksi diri dalam jangka waktu tertentu untuk menjamin

tercapainya kesesuaian secara kontinyu. Selain itu, inspeksi juga harus dilakukan

secara sistematis yakni terdapat langkah-langkah pengerjaan yang jelas dan daftar

hal-hal yang harus diperiksa untuk mendapatkan standar inspeksi yang seragam.

Objektif artinya inspeksi dilakukan oleh seseorang yang tidak terkait dengan

departemen yang sedang diperiksa.

Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim auditor yang kompeten serta

memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis maupun praktis.

Laporan inspeksi diri mencakup hasil, penilaian, kesimpulan dan usulan tindakan

perbaikan. Hasil dari inspeksi diri ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam penyusunan kebijakan baru, agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang

kembali.

Inspeksi dilakukan terhadap semua departemen yang terdapat di PT.

Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. minimal 1 kali per tahun dan dilaporkan

oleh QA. Pelaksanaan inspeksi dilakukan oleh suatu tim yang minimal terdiri dari

2 orang yang dipimpin oleh personil dari divisi QA dan anggotanya dari

departemen yang diinspeksi, orang tersebut harus kompeten dan bersifat

independen. Tindakan perbaikan dan pencegahan akan dilakukan oleh departemen

yang bersangkutan jika pada saat inspeksi ditemukan ada hal-hal yang tidak sesuai

dengan penerapan CPOB.

4.8.2 Audit Mutu

Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian

dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu.

Audit yang dilakukan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. bersifat eksternal

yang dilakukan oleh Badan POM dan PT. Janssen Cilag Indonesia). Selain itu,

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. juga melakukan audit terhadap pihak

luar (vendor audit), yaitu pihak bahan pemasok dan distributor yang bekerja sama

dengan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. agar produk yang dihasilkan

tetap memenuhi standar yang ada.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

69

Universitas Indonesia

4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Obat dan

Produk Kembalian

Keluhan terhadap produk obat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan

yang menyangkut efek samping obat dan menyangkut keluhan teknis kualitas

obat. Keluhan terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan.

Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang berhubungan

dengan kegiatan produksi. Keluhan dari luar perusahaan dapat berasal dari dokter,

pasien, apoteker, rumah sakit atau klinik, pemerintah (BPOM), distributor, dan

media massa. Semua keluhan yang berasal dari luar perusahaan, ditangani oleh

bagian marketting yang akan menyaring keluhan tersebut. Kemudian, laporan

keluhan dikirim ke bagian QA disertai dengan contoh obatnya. Apabila penyebab

keluhan telah diketahui, maka akan dibuat laporan dan dikirimkan ke bagian

marketting agar dapat disampaikan kepada customer. Berdasarkan hasil

investigasi dapat dilakukan tindakan perbaikan sebagai tindakan pencegahan

sementara jika diperlukan atau tindakan lain yang tepat.

Penarikan kembali produk merupakan proses penarikan kembali dari satu

atau beberapa bets atau seluruh bets tertentu dari peredaran dikarenakan adanya

produk obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atas dasar pertimbangan

munculnya efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan.

Penarikan obat jadi ini dapat dilakukan atas keinginan produsen (misal karena

kestabilan obat tidak baik) atau keinginan badan POM.

Masalah kualitas yang terjadi harus segera diberitahukan kepada QA

Section Head, selanjutnya dilakukan pengkajian ulang apabila masalah tersebut

berpotensi menyebabkan penarikan produk. QA Section Head kemudian segera

melaporkan kepada manajer QO dan direktur Tecnical Operation jika ada potensi

penarikan produk. Bila dianggap berpotensi terjadinya penarikan produk, maka

harus segera diadakan investigasi untuk mengetahui uraian mengenai produk,

bets-bets terkait sumber produk serta rincian masalah yang berpotensi penarikan

produk tersebut. QO manager akan melaporkan masalah ini ke headquarter

Taisho pharmaceutical International, kemudian akan dibentuk PRC (Product

Review Committee). PRC selanjutnya akan mengkaji ulang semua informasi yang

ada, bila dianggap perlu dilakukan penarikan maka PRC akan membentuk PAC

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

70

Universitas Indonesia

(Product Action Committee) untuk melakukan aktivitas penarikan ulang. PAC

akan menginformasikan hal ini ke bagian marketing yang kemudian akan

memberitahukan penarikan produk kepada BPOM dan distributor sesuai dengan

tingkat distribusi produk yang akan ditarik tersebut. Produk yang dikembalikan

akan diterima oleh bagian warehouse dan dibuat laporan penerimaan produk yang

dikembalikan. Produk tersebut kemudian akan dimusnahkan dan dibuat berita

acara pemusnahannya, PAC kemudian akan melaporkan hasil penarikan tersebut

kepada PRC. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar yang

kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,

daluarsa atau alasan lain, misalnya karena kondisi wadah atau kemasan yang

dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat

yang bersangkutan. Dalam penanganan produk kembalian, QA bertanggung jawab

untuk memeriksa kondisi fisik produk kembalian dan dokumen yang

menyertainya, menyaksikan dan membuat berita acara proses pemusnahan,

membuat label hold untuk produk re-stock atau label reject untuk produk expired,

defective dan damage.

4.10 Dokumentasi

Setiap kegiatan dan proses yang dilakukan di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. selalu didokumentasikan dengan baik. Setiap

dokumen yang ada di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah didesain,

disiapkan dan dikaji sedemikian rupa serta didistribusikan dengan cermat ke

seluruh bagian yang berkepentingan. Dokumen yang hendak didistribusikan harus

disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal terlebih dahulu oleh personel yang

sesuai dan mempunyai wewenang agar dapat dikatakan valid. Seluruh dokumen,

selain tersedia dalam bentuk hard copy juga terdapat dalam bentuk soft copy dan

disimpan oleh personel yang berkepentingan. Dalam dokumentasi kegiatan yang

telah dilaksanakan, tidak boleh ada kolom kosong, tetapi harus diberi tanda NA

(Not Applicable) dan setiap perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan

dokumen (koreksi penulisan) sebaiknya dihindari, tetapi jika terpaksa maka harus

diberi paraf dan tanggal. Perubahan tersebut juga harus memungkinkan

pembacaan informasi semula (tidak dihilangkan).

Pengkajian dokumen juga hendaklah dilakukan karena setiap dokumen

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

71

Universitas Indonesia

memiliki “life cycle”. Pengkajian ulang tersebut dilakukan oleh QA Document

Controler. Setiap perubahan yang dilakukan harus dicantumkan dalam histori

yang terdapat dalam dokumen hasil revisi. Dokumen yang ada di PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. untuk pedoman dalam melaksanakan kegiatan

telah meliputi semua dokumen penting yang dipersyaratkan CPOB, antara lain :

TS (Testing Standard) yang berisi spesifikasi masing-masing bahan dan produk,

MI (Manufacturing Instruction) dan PI (Packaging Instruction) yaitu prosedur

pengolahan dan pengemasan induk, Batch record yang isinya meliputi

catatanpengolahan bets dan pengemasan bets. Setiap batch record produk disertai

dengan dokumen lengkap yang terdiri dari SO (Shop Order) hingga Lab Report

yang menyatakan bahwa bets tersebut lulus pengujian sehingga dapat dirilis.

Selain dokumen tersebut, ada pula SOP (Standard Operating Procedure)

untuk prosedur umum selain produksi, misal SOP validasi pembersihan alat-alat,

WI (Working Instruction) untuk prosedur praktis, misal WI pembersihan dan

pengoprasian mesin Mixing; GM (General Methode) yang berisi metode-metode

baku untuk pengujian di laboratorium, dan lain lain. Pendokumentasian lain yang

dilakukan adalah pendokumentasian kegiatan artinya setiap kalinya selesai

melakukan kegiatan, hasilnya dilaporkan dalam bentuk antara lain: log book, lab

report, raw data hasil analisa (misal print out hasil penimbangan), label

kebersihan, sampling form, dan lain-lain. Adanya kejadian-kejadian yang tidak

diinginkan yang terjadi selama proses produksi dilaporkan, diinvestigasi dan

didokumentasikan dalam bentuk laporan penyimpangan (terkait produk) atau isu

EHS (terkait kecelakaan kerja).

4.11 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak

Salah satu perusahaan farmasi yang memiliki kontrak dengan PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. memiliki kontrak dengan yaitu PT. Janssen

Cilag Indonesia divisi pharma. Adanya kontrak tertulis antara PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. dengan PT. Janssen Cilag Indonesia dengan jelas

menentukan tanggung jawab dan kewajiban antara pemberi kontrak dan penerima

kontrak, meliputi pembuatan dan analisis obat yang dikontrakkan dan semua

pengaturan teknis terkait yang sesuai dengan izin edar untuk produk tersebut. Di

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

72

Universitas Indonesia

dalam kontrak tersebut, PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma diizinkan

untuk melakukan audit kepada PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Contoh

produk PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma yang diproduksi oleh PT.

Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. adalah serbuk anti jamur.

4.11.1 Pemberi Kontrak

Dalam menilai kompetensi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, PT.

Janssen Cilag Indonesia divisi pharma bertanggung jawab untuk melakukan audit

apakah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk telah melaksanakan tugas dan

pemastian mutu sesuai prinsip dan pedoman CPOB diikuti. PT. Janssen Cilag

Indonesia menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. untuk melaksanakan pekerjaan kontrak sesuai izin

edar dan persyaratan legal lain. PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma

memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. memenuhi spesifikasi yang ditetapkan

atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu).

4.11.2 Penerima Kontrak

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah mempunyai gedung dan

peralatan yang memadai, pengetahuan dan pengalaman, serta personil yang

kompeten untuk melakukan tugas yang diberikan oleh PT. Janssen Cilag

Indonesia divisi pharma dengan baik. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

juga telah memiliki sertifikat CPOB, maka pembuatan obat berdasarkan kontrak

ini dapat dilakukan.

4.11.3 Kontrak

Kontrak dibuat antara PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma dan

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dengan menetapkan tanggung jawab

masing-masing pihak yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu

produk. Pada kontrak diuraikan secara jelas penanggung jawab pengadaan,

pengujian, dan pelulusan bahan, produksi, dan pengendalian mutu, termasuk

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

73

Universitas Indonesia

pengawasan selama proses, dan penanggung jawab pengambilan sampel dan

fungsi analisis. Kontrak juga memuat izin PT. Janssen Cilag Indonesia divisi

pharma untuk menginspeksi sarana PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

merupakan subjek untuk diinspeksi oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO).

4.12 Kualifikasi dan Validasi

Sebagai salah satu satu industri farmasi, PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk telah menerapkan kualifikasi dan validasi dalam setiap

kegiatannya. Kualifikasi dilakukan untuk memastikan alat maupun ruangan yang

digunakan memenuhi standar spesifikasi atau tidak. Penilaian dapat dilakukan

dengan mengevaluasi dokumen kalibrasi alat dan catatan pemeliharaan sehingga

tidak perlu dilakukan rekualifikasi jika alat masih memenuhi spesifikasi dan

sesuai dengan standar yang ditetapkan. Installation Qualification (IQ) dan

Operational Qualification (OQ) di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

dilakukan oleh Departemen Maintenance and Engineering, sementara

Performance Qualification (PQ) dilakukan oleh Validation Specialist setelah IQ

dan OQ selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui.

Setiap sistem dan peralatan yang ada di PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk. telah terkualifikasi. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

memiliki bagian tersendiri yang khusus mengurus validasi, yaitu validation yang

dibawahi oleh TS (Technical Service) Department. Seluruh kegiatan validasi di

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. memiliki perencanaan yang tertuang

dalam bentuk Validation Master Plan. Protokol validasi tersedia untuk setiap

validasi maupun kualifikasi dan setiap kali selesai melakukan validasi dibuat

laporan yang mengacu pada protokol tersebut.

Validasi yang dilakukan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.,

meliputi validasi proses atau pengemasan, validasi pembersihan, validasi metode

analisis dan validasi sistem komputerisasi. Validasi tersebut dilakukan terhadap

fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk.Validasi

proses lengkap (Full Validation) dilaksanakan sebelum produk dipasarkan

(validasi prospektif). Setiap perubahan dalam proses yang sedang berjalan akan

dievaluasi, baik berupa Confirmation Study ataupun Acceptance Trial (validasi

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

74

Universitas Indonesia

konkuren). Validasi pembersihan (Cleaning Validation) dilakukan untuk setiap

prosedur pembersihan alat yang digunakan dalam produksi. Selain validasi

pembersihan, ada juga Campaign Study untuk menilai jumlah maksimum

campaign yang dapat digunakan pada proses produksi rutin dan Dirty Holding

Time Study untuk menilai lama maksimum alat boleh dalam keadaan kotor.

Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan, dan proses termasuk proses

pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi sebelumnya masih

berlaku. Evaluasi proses yang telah tervalidasi akan dibuat dalam bentuk laporan

Validation Assestment. Jika hasil laporan Validation Assestment menunjukkan

adanya perubahan signifikan dalam proses yang dapat mempengaruhi mutu

produk, maka akan dilakukan validasi ulang.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia75

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan yang dilakukan selama

PKPA di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., dapat disimpulkan bahwa:

a. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah menerapkan aspek CPOB

dengan baik yang meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan

fasilitas, peralatan, sanitasi dan higienis, produksi, pengawasan mutu,

inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk,

penarikan kembali obat dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan

dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.

b. Peran dan tanggung jawab apoteker di PT. Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk. ditempatkan di posisi-posisi strategis seperti manager/head

of value stream dan supervisor di departemen Produksi, maupun

investigator di departemen Quality Operational yang terdiri dari bagian

Pemastian Mutu dan bagian Pengawasan Mutu, staf ahli di departement

Technical Service, serta staf di departemen Regulatory.

5.2 Saran

a. Penerapan aspek CPOB di PT Taisho Pharmaceutical sudah baik dan harus

tingkatkan.

b. Sebaiknya mahasiswa peserta PKPA dapat terlibat langsung di semua

departemen yang menjadi tanggung jawab utama Apoteker dalam industri

farmasi.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia76

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehaan Republik Indonesia

Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta :

Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2011).

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria

dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

World Health Organization. (1997). The Role of Pharmacist in The Health Care

System. Report of A Third WHO Consultative Group on The Role.

Vancouver, Canada.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

77

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

Value StreamCream

Manager

Technical OperationDirector

Lean ContinousImprovement andTraining Manager

TechnicalOperationAssistance

ProductionAdvisor

Regulatory AffairsManager

Value StreamDiamondManager

QualityOperationManager

PlantLogisticManager

ME - EHSManager

TechnicalService

Manager

Value StreamLiquid

Manager

QC Section Head

QA Manager- Product

Facility- Utility- Occupancy- EHS

- New ProductDevelopment- Package

Development- Manufacturing

Technology

- Warehouse- New ProCom- PPIC- Sales and

OperationPlanning

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

78

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Struktur Organisasi Value Stream Liquid

Lampiran 3. Struktur Organisasi Value Stream Cream

Value StreamCream Manager

ProductionSupervisor

SchedulerForeman

Packaging LineLeader

ProcessingForeman

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

79

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Struktur Organisasi Value Stream Diamond

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

80

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Struktur Organisasi Departemen Quality Operation

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

81

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Struktur Organisasi Departemen Plant Logistic

Lampiran 7. Ruang timbang di Warehouse

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

82

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Label Identifikasi Material di Warehouse

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

83

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Penyimpanan Packaging Material di Warehouse

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

84

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Struktur Organisasi ME-EHS

Lampiran 11. Diagram HVAC

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

85

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Alur Pengolahan Purified Water (PW)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

86

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Limbah Padat Hasil Reject Produk disimpan dalam StorageRoom

Lampiran 14. Pengolahan Limbah Cair secara Kimiawi

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

87

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Pengolahan Limbah secara Biologis

Lampiran 16. Pengolahan Penjernihan Limbah (clarifier unit) Tahap Akhir

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

88

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Struktur Organisasi Lean Continuous Improvement and Training

PlantDirector

LCTManager

LCTForeman

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

UNIVERSITAS INDONESIA

TITIK KRITIS PROSES PEMBUATAN PRODUK “X”DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK.

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BHATA BELLINDA, S. Farm.1206329423

ANGKATAN LXXVII

PROGRAM PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. iDAFTAR ISI.......................................................................................................... iiDAFTAR GAMBAR............................................................................................ iiiDAFTAR TABEL ................................................................................................ ivDAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................11.1 Latar Belakang..................................................................................11.2 Tujuan...............................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................32.1 Manajemen Risiko Mutu ..................................................................32.2 Perangkat dan Metode Manajemen Risiko....................................13

BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN .........................................................213.1 Waktu dan Tempat Pengkajian.......................................................213.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................213.3 Metode Pengolahan Data................................................................21

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................275.1 Kesimpulan.....................................................................................275.2 Saran ...............................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

iii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran proses manajemen risiko mutu ............................ 6

Gambar 2.2 Simbol umum dalam Flowchart………………………….... 14

Gambar 4.1 Proses produksi produk “X”……………………………….. 23

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

iv Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Lambang tingkatan keterulangan …………………………….. 24

Tabel 4.2 Proses produksi dengan keterulangan tinggi dan sedang pada

produk “X”…………………………………………………… 25

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

v Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Flowchart proses penimbangan produk “X” secara umum.... 28

Lampiran 2 Flowchart proses pencampuran produk “X” secara umum… 29

Lampiran 3 Flowchart proses pengisian produk “X” secara umum……... 30

Lampiran 4 Flowchart proses pengemasan produk “X” secara umum….. 31

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. merupakan perusahaan farmasi

yang selalu berupaya memperbaiki dan mengembangkan mutu dari setiap

produknya. Salah satu cara dalam mencapai tujuan ini adalah diperlukannya

“kebijakan mutu”, yakni dengan menjalankan sistem pemastian mutu, Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), pengawasan mutu, dan manajemen risiko

mutu yang harus didesain secara menyeluruh dan diterapkan dengan benar.

Keempat aspek ini saling terkait, sehingga memerlukan partisipasi, perhatian dan

komitmen dari semua pihak di dalam perusahaan, para pemasok, dan para

distributor untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan.

Manajemen risiko mutu merupakan aspek penting yang diperlukan untuk

memungkinkan dilakukan pengambilan keputusan yang efektif dan konsisten

berdasarkan penilaian risiko terkait mutu produk. Kata risiko berhubungan dengan

ketidakpastian yang terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup

informasi tentang apa yang akan terjadi dimana terdapat kemungkinan yang

merugikan. Oleh karena itu, manajemen risiko mutu adalah suatu pendekatan

terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan

ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: penilaian risiko,

pengembangan strategi untuk mengelolanya dan berupaya mengurangi risiko

dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya (CPOB, 2012).

Menjalankan manajemen risiko mutu memerlukan adanya perangkat dan

metode dalam memanajemen risiko. Perangkat atau metode ini digunakan untuk

memberikan gambaran umum dan referensi yang berguna sebagai alat utama yang

biasanya digunakan dalam melakukan manajemen risiko mutu. Referensi

disertakan sebagai bantuan untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan dan

detail tentang perangkat tertentu yang berguna dalam pengambilan keputusan

yang efektif dan konsisten untuk memperbaiki dan mengembangkan mutu.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

2

Universitas Indonesia

Perangkat yang digunakan dalam kajian ini adalah metode dasar

manajemen risiko berupa pembuatan flowcharts process dan Hazard Analysis and

Critical Control Points (HACCP) untuk produk “X” dari PT Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk.. Perangkat atau metode manajemen risiko mutu ini

digunakan dalam industri farmasi dikarenakan salah satu alat untuk mengevaluasi

terjadinya potensi kegagalan dalam proses dan kemungkinan efeknya pada hasil

dan/atau kinerja produk, sehingga dapat menjamin mutu suatu produk.

Dalam hal ini, menjamin kualitas mutu produk yang baik merupakan aspek

yang menjadi perhatian PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.. Sehingga salah

satu cara untuk meningkatkan mutu yaitu melakukan kajian risiko terhadap

produk yang dimiliki perusahaan ini, salah satu yang menjadi fokus utama adalah

produk yang mempunyai tingkat penjualan yang tinggi seperti pada produk “X”.

Oleh karena itu, penulis melakukan pengamatan terhadap proses produksi produk

“X”, serta menentukan titik kritis proses berdasarkan keterulangan kejadian

penyimpangan/secara historikal selama tahun 2010 hingga Juli 2013.

Pengelompokan data-data penyimpangan yang telah tercatat tersebut dilakukan

berdasarkan tahapan proses produksi yang kemudian dianalisis menjadi suatu titik

kritis proses yang kedepannya dapat menjadi bahan untuk mengambil tindakan

korektif dan preventif dalam proses.

1.2. Tujuan

Penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bertujuan

untuk :

a. Mengetahui aktifitas produksi suatu sediaan farmasi terutama produk “X”

di PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk..

b. Menganalisis titik kritis proses pembuatan produk berdasarkan data

historikal.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Risiko Mutu

2.1.1 Pendahuluan

Lampiran Manajemen Risiko Mutu terdapat dalam CPOB tahun 2012,

yang merupakan pedoman mengenai pendekatan sistematis terhadap Manajemen

Risiko Mutu dan kemudahan bagi pemenuhan CPOB dan persyaratan mutu lain.

Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan

penilaian, pengendalian, dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal

ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif. Hal ini juga

mencakup prinsip yang digunakan dan beberapa pilihan proses, metode dan

perangkat yang dapat digunakan pada saat menerapkan pendekatan Manajemen

Risiko Mutu secara formal.

Meskipun terdapat beberapa contoh penggunaan Manajemen Risiko Mutu

di industri farmasi saat ini, namun ruang lingkupnya terbatas dan tidak mewakili

keseluruhan kontribusi yang dapat diberikan manajemen risiko. Selain itu, bahwa

sistem mutu adalah penting telah diakui oleh industri farmasi dan terbukti bahwa

Manajemen Risiko Mutu merupakan komponen yang berharga dalam suatu sistem

mutu yang efektif.

Secara umum dipahami bahwa risiko adalah kombinasi kemungkinan

terjadi kerusakan (pada kesehatan masyarakat) dan tingkat keparahan dari

kerusakan tersebut. Namun demikian adalah sulit mencapai pemahaman bersama

di antara kepelbagaian pihak yang berkepentingan dalam mengaplikasi

manajemen risiko, karena masing-masing pihak mungkin memiliki persepsi

kerusakan potensial yang berbeda, memberikan nilai probabilitas yang berbeda

dan tingkat keparahan yang berbeda bagi tiap kerusakan yang terjadi.

Terkait dengan obat, walaupun terdapat kepelbagaian pihak yang

berkepentingan, termasuk pasien dan praktisi kesehatan juga industri dan

pemerintah, perlindungan terhadap pasien mutlak dipertimbangkan sebagai yang

terpenting dalam penilaian risiko terhadap mutu produk. Adalah wajar bila

pembuatan dan penggunaan obat termasuk komponennya, mengandung risiko

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

4

Universitas Indonesia

pada tingkat yang berbeda. Risiko terhadap mutu hanyalah salah satu komponen

dari keseluruhan risiko. Penting untuk dipahami bahwa mutu produk hendaklah

dipertahankan selama siklus-hidup produk agar atribut penting bagi mutu produk

tetap konsisten dengan yang digunakan dalam uji klinis.

Suatu pendekatan Manajemen Risiko Mutu yang efektif dapat lebih

menjamin mutu yang tinggi dari produk kepada pasien melalui usaha proaktif

mengidentifikasi dan mengendalikan masalah mutu potensial selama

pengembangan dan pembuatan. Selain itu, penggunaan Manajemen Risiko Mutu

dapat membuat pengambilan keputusan lebih baik bila terjadi masalah mutu.

Manajemen risiko mutu hendaklah memastikan bahwa:

a. evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara

ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait pada

perlindungan pasien;

b. tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko

mutu sepadan dengan tingkat risiko.

Manajemen Risiko Mutu yang efektif dapat memberi kemudahan dalam

pengambilan keputusan dengan informasi yang lebih lengkap, dapat

meningkatkan keyakinan Badan POM akan kemampuan perusahaan dalam

menangani risiko potensial dan secara menguntungkan dapat memengaruhi

tingkat dan rentang pengawasan Badan POM.

Tujuan pedoman ini adalah memberikan metode pendekatan sistematis

pada Manajemen Risiko Mutu. Pedoman ini secara spesifik memberikan prinsip

dan beberapa perangkat Manajemen Risiko Mutu yang memungkinkan

pengambilan keputusan yang efektif dan konsisten berdasarkan penilaian risiko,

baik oleh Badan POM maupun industri, terkait mutu bahan aktif obat dan produk

jadi selama siklus-hidup produk. Tidak selalu perlu dan tepat menggunakan

proses manajemen risiko yang formal (menggunakan metode yang telah diketahui

dan/atau prosedur internal seperti Protap). Penggunaan proses manajemen risiko

informal (menggunakan metode empiris dan/atau prosedur internal) juga bisa

diterima. Penggunaan Manajemen Risiko Mutu yang tepat dapat memberi

kemudahan namun tidak meniadakan kewajiban industri untuk memenuhi

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

5

Universitas Indonesia

persyaratan yang ditetapkan dan tidak dapat menggantikan komunikasi yang

diperlukan antara industri dan Badan POM.

2.1.2 Ruang Lingkup

Pedoman ini menyediakan prinsip dan beberapa perangkat untuk mengkaji

risiko mutu yang dapat diterapkan pada berbagai aspek pembuatan obat. Aspek

tersebut mencakup pengembangan, proses pembuatan, distribusi, inspeksi dan

pendaftaran/ pengkajian proses yang mencakup sejak pembuatan sampai

penggunaan bahan aktif obat, produk jadi, produk biologi dan produk

bioteknologi (termasuk penggunaan bahan baku aktif, pelarut, bahan pengisi,

bahan pengemas dan label produk jadi, produk biologi dan produk bioteknologi).

2.1.3 Prinsip Manajemen Risiko Mutu

Dua prinsip utama dalam Manajemen Risiko Mutu adalah:

Evaluasi risiko terhadap mutu hendaklah berdasarkan pengetahuan ilmiah

dan dikaitkan dengan perlindungan pasien sebagai tujuan akhir; dan

Tingkat usaha, formalitas, dan dokumentasi pengkajian risiko mutu

hendaklah setara dengan tingkat risiko yang ditimbulkan.

2.1.4 Proses Umum Manajemen Risiko Mutu

Manajemen Risiko Mutu adalah proses sistematis untuk menilai,

mengendalikan, mengomunikasikan, dan mengkaji risiko terhadap mutu produk

jadi sepanjang siklus-hidup. Model untuk Manajemen Risiko Mutu diuraikan

dalam diagram (Gambar 2.1). Model lain dapat digunakan. Penekanan pada tiap

komponen diagram mungkin berbeda pada satu kasus dengan kasus lain, tetapi

proses yang tangguh akan menyatukan semua elemen pada tingkat rincian yang

setara dengan risiko yang spesifik.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

6

Universitas Indonesia

Gambar 2.1 Gambaran proses manajemen risiko mutu

Bagan pengambilan keputusan tidak ditunjukkan dalam diagram di atas

karena keputusan dapat terjadi pada tahap manapun di dalam proses. Keputusan

dapat kembali ke langkah sebelumnya dan mencari informasi lebih jauh, untuk

menyesuaikan pengkajian model risiko atau bahkan mengakhiri proses

manajemen risiko berdasarkan informasi yang menunjang suatu keputusan.

Catatan: “tidak dapat diterima” dalam diagram alur tidak hanya mengacu pada

persyaratan peraturan, perundang-undangan atau regulasi, tetapi juga terhadap

kebutuhan untuk meninjau kembali proses penilaian risiko.

a. Tanggung Jawab

Aktivitas Manajemen Risiko Mutu biasanya, tetapi tidak selalu

dilakukan oleh tim interdisipliner. Ketika tim dibentuk, hendaklah

disertakan tenaga ahli dari bidang yang sesuai (misal unit mutu,

pengembangan bisnis, teknik, registrasi, produksi, penjualan dan

pemasaran, hukum, statistik dan klinis) sebagai tambahan terhadap

individu yang mempunyai pengetahuan tentang proses Manajemen Risiko

Mutu.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

7

Universitas Indonesia

Pengambil keputusan hendaklah:

Bertanggung jawab untuk mengoordinasi Manajemen Risiko Mutu

lintas fungsi dan departemen yang berbeda dalam organisasi mereka;

dan

Memastikan bahwa proses Manajemen Risiko Mutu telah ditetapkan,

dijabarkan dan dikaji dan memiliki sumber daya yang layak dan cukup.

b. Memulai Proses Manajemen Risiko Mutu

Manajemen Risiko Mutu hendaklah mencakup proses sistematis

yang dirancang untuk mengoordinasi, memberi kemudahan dan membuat

pengambilan keputusan lebih baik secara ilmiah dalam hal risiko. Langkah

yang mungkin digunakan untuk memulai dan merencanakan proses

Manajemen Risiko Mutu mencakup hal berikut:

Tetapkan masalah dan/atau risiko yang dipersoalkan, termasuk asumsi

terkait yang mengidentifikasi potensi risiko.

Kumpulkan latar belakang informasi dan/ atau data bahaya potensial,

ancaman atau pengaruh pada kesehatan manusia yang relevan untuk

penilaian risiko.

Tentukan pemimpin dan sumber daya yang diperlukan.

Tetapkan batas waktu, hasil yang akan dilaporkan dan tingkat

pengambilan keputusan yang layak untuk proses manajemen risiko.

c. Penilaian Risiko

Penilaian risiko terdiri dari identifikasi bahaya, dan analisis serta

evaluasi risiko terkait dengan paparan bahaya (seperti yang dijelaskan di

bawah ini). Penilaian risiko mutu dimulai dengan penetapan masalah atau

risiko yang dipersoalkan yang diuraikan dengan baik . Ketika risiko yang

dimaksud telah diuraikan dengan baik, perangkat manajemen mutu yang

layak dan jenis informasi yang diperlukan untuk mengarahkan pertanyaan

tentang risiko akan lebih mudah teridentifikasi. Sebagai bantuan untuk

menguraikan secara jelas risiko untuk tujuan penilaian risiko, berikut ini

tiga pertanyaan dasar yang dapat dipakai:

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

8

Universitas Indonesia

1. Apa yang mungkin menjadi salah?

2. Probabilitas akan terjadi kesalahan?

3. Apa konsekuensi yang mungkin terjadi (tingkat keparahan)?

Identifikasi risiko adalah informasi yang digunakan secara

sistematis untuk mengidentifikasi bahaya menyangkut risiko yang

dipersoalkan atau deskripsi masalah. Informasi terdiri dari riwayat data,

analisis secara teoritis, opini yang ada dan kepedulian pemangku

kepentingan. Identifikasi risiko dengan mengajukan pertanyaan “Apa yang

mungkin menjadi salah?”, termasuk mengidentifikasi kemungkinan

konsekuensi. Hal ini merupakan dasar untuk langkah selanjutnya dalam

proses Manajemen Risiko Mutu.

Analisis risiko adalah estimasi terhadap risiko terkait bahaya yang

diidentifikasi. Hal tersebut merupakan proses kualitatif atau kuantitatif dari

kemungkinan terjadi tingkat keparahan bahaya. Dalam beberapa perangkat

manajemen risiko, kemampuan untuk mendeteksi bahaya, juga faktor

dalam mengestimasi risiko. Evaluasi risiko membandingkan risiko yang

sudah diidentifikasi dan dianalisis terhadap kriteria risiko yang ditentukan.

Tiga pertanyaan dasar di atas dipakai sebagai kekuatan pembuktian dalam

evaluasi risiko.

Dalam melakukan penilaian risiko yang efektif, ketangguhan data

sangat penting karena hal tersebut menentukan mutu keluaran.

Pengungkapan asumsi dan sumber yang layak atas ketidakpastian akan

menambah kepercayaan terhadap keluaran dan / atau membantu

mengidentifikasi keterbatasannya. Ketidakpastian disebabkan oleh

kombinasi dari pengetahuan yang tidak lengkap tentang proses dan

variabilitas baik yang terduga maupun yang tidak terduga. Sumber yang

khas atas ketidakpastian termasuk kesenjangan dalam pengetahuan ilmu

kefarmasian dan pemahanan proses, sumber kerusakan (misal: kegagalan

proses, sumber variabilitas) dan probabilitas pendeteksian masalah.

Keluaran penilaian risiko dapat berupa perkiraan kuantitatif risiko

ataupun deskripsi kualitatif tentang rentang risiko. Jika risiko diungkapkan

secara kuantitatif, gunakan probabilitas numeris. Sebagai alternatif, risiko

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

9

Universitas Indonesia

dapat diungkapkan menggunakan deskripsi kualitatif, seperti “tinggi”,

“sedang” atau “rendah”, yang hendaklah didefinisikan serinci mungkin.

Kadang-kadang sebuah skor risiko digunakan untuk menetapkan lebih

lanjut deskripsi peringkat risiko. Dalam penilaian risiko secara kuantitatif,

estimasi risiko memberikan kemungkinan konsekuensi spesifik, dengan

menetapkan sebelumnya kondisi yang akan menimbulkan risiko. Jadi,

perkiraan risiko secara kuantitatif berguna untuk konsekuensi tertentu pada

suatu waktu.

Cara lain, beberapa perangkat manajemen risiko menggunakan

sebuah perhitungan risiko relatif untuk mengombinasikan tingkat yang

berjenjang antara tingkat keparahan dan probabilitas ke dalam perkiraan

risiko relatif secara keseluruhan. Langkah antara dalam proses pemberian

skor terkadang dapat menggunakan estimasi risiko kuantitatif.

d. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko mencakup pengambilan keputusan untuk

mengurangi dan/ atau menerima risiko. Tujuan pengendalian risiko adalah

untuk mengurangi risiko sampai batas yang dapat diterima. Tingkat usaha

yang digunakan untuk mengendalikan risiko hendaklah sebanding dengan

signifikan risiko. Pembuat keputusan mungkin menggunakan proses yang

berbeda, termasuk analisis keuntungan-biaya, untuk memahami tingkat

yang optimal terhadap pengendalian risiko.

Pengendalian risiko terfokus pada pertanyaan di bawah ini:

Apakah risiko tersebut melebihi tingkat yang dapat diterima?

Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan

risiko?

Apa keseimbangan yang layak antara keuntungan, risiko dan sumber

daya?

Apakah muncul risiko baru sebagai hasil identifikasi risiko yang

sedang dikendalikan?

Pengurangan risiko terfokus pada proses untuk mengurangi atau

menghindarkan risiko mutu bila melampaui tingkat yang disetujui (dapat

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

10

Universitas Indonesia

diterima) (lihat Gambar 2.1). Pengurangan risiko mungkin termasuk

tindakan yang diambil untuk mengurangi tingkat keparahan dan

probabilitas kerusakan.

Proses yang memperbaiki kemampuan deteksi bahaya serta risiko

mutu mungkin dapat juga digunakan sebagai bagian dari strategi untuk

mengendalikan risiko. Implementasi tindakan pengurangan risiko dapat

memunculkan risiko baru ke dalam sistem atau meningkatkan signifikansi

risiko lain yang ada. Karena itu, mungkin perlu mengkaji ulang penilaian

risiko untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi perubahan yang mungkin

terjadi setelah penerapan proses pengurangan risiko.

Risiko yang dapat diterima adalah suatu keputusan untuk menerima

risiko. Penerimaan risiko dapat menjadi sebuah keputusan formal untuk

menerima sisa risiko atau hal tersebut dapat menjadi keputusan pasif di

mana sisa risiko tidak ditetapkan bagi beberapa tipe kerusakan, bahkan

penerapan Manajemen Risiko Mutu terbaik pun mungkin tidak dapat

menghilangkan risiko secara keseluruhan. Dalam keadaan seperti ini,

mungkin dapat diterima bahwa strategi Manajemen Risiko Mutu yang

sesuai telah diterapkan dan risiko mutu tersebut dikurangi sampai pada

suatu tingkat tertentu (yang dapat diterima). Tingkat (tertentu) yang dapat

diterima ini akan bergantung pada berbagai parameter serta hendaklah

diputuskan berdasarkan kasus per kasus.

e. Komunikasi Risiko

Komunikasi risiko adalah proses berbagi informasi tentang risiko

dan manajemen risiko antara pembuat keputusan dan pihak lain. Pihak

terkait dapat mengomunikasikan pada tingkat mana saja dari proses

manajemen mutu (lihat Gambar 2.1: garis putus-putus). Keluaran/hasil

akhir proses Manajemen Risiko Mutu hendaklah dikomunikasikan dan

didokumentasikan (lihat Gambar 2.1: garis penuh).

Komunikasi mungkin melibatkan pihak yang berkepentingan;

misal, Badan POM dan industri, industri dan pasien, internal perusahaan,

industri atau Badan POM, dll. Informasi mungkin terkait dengan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

11

Universitas Indonesia

keberadaan, sifat, bentuk, probabilitas, tingkat keparahan, tingkat

penerimaan, pengendalian, perlakuan, tingkat deteksi atau aspek risiko lain

terhadap mutu. Komunikasi tidak perlu dilakukan untuk masing-masing

dan tiap penerimaan risiko. Komunikasi antara industri dan Badan POM

terkait keputusan Manajemen Risiko Mutu mungkin dilaksanakan melalui

jalur yang ada seperti yang ditetapkan dalam regulasi dan pedoman.

f. Kajian Risiko

Manajemen risiko hendaklah menjadi proses manajemen mutu

yang berkesinambungan. Hendaklah diterapkan mekanisme untuk

meninjau atau memantau kejadian (yang menimbulkan risiko).

Keluaran/hasil proses manajemen risiko hendaklah dikaji untuk mencatat

penggunaan pengetahuan dan pengalaman baru.

Ketika proses Manajemen Risiko Mutu telah dimulai, proses

tersebut hendaklah dilanjutkan untuk digunakan dalam kejadian yang

mungkin memberi dampak pada keputusan Manajemen Risiko Mutu awal,

baik kejadian tersebut direncanakan (misal, hasil pengkajian produk,

inspeksi, audit, pengendalian perubahan) maupun yang tidak direncanakan

(misal, akar penyebab masalah dari investigasi penyimpangan, penarikan

kembali produk jadi). Frekuensi pengkajian hendaklah didasarkan pada

tingkat risiko. Pengkajian risiko dapat termasuk mempertimbangkan

kembali keputusan penerimaan risiko.

2.1.5 Metodologi Manajemen Risiko (MRM)

Manajemen Risiko Mutu mendukung pendekatan secara ilmiah dan praktis

dalam pengambilan keputusan. MRM menyediakan metode terdokumentasi,

transparan, serta dapat diulang dalam menyelesaikan langkah proses Manajemen

Risiko Mutu berdasarkan pengkajian pengetahuan terkini tentang penilaian

probabilitas, tingkat keparahan dan kadang-kadang kemampuan mendeteksi

risiko. Secara tradisional, risiko mutu telah dinilai dan dikelola melalui berbagai

cara yang informal (empiris dan/ atau prosedur internal) berdasarkan misal,

kumpulan data observasi, tren, dan informasi lain.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

12

Universitas Indonesia

Pendekatan seperti ini dilakukan terus memberikan informasi berguna

yang dapat mendukung topik seperti penanganan keluhan, cacat mutu,

penyimpangan dan alokasi sumber daya. Di samping itu, industri farmasi dan

Badan POM dapat menilai dan mengelola risiko dengan menggunakan perangkat

manajemen risiko dan/ atau prosedur internal (misal, prosedur tetap). Berikut ini

adalah beberapa saja daftar perangkat tersebut:

Metode dasar manajemen risiko (flowcharts, check sheets, dll)

Failure Mode Effects Analysis (FMEA)

Failure Mode, Effects and Criticality Analysis (FMECA)

Fault Tree Analysis (FTA)

Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP)

Hazard Operability Analysis (HAZOP)

Preliminary Hazard Analysis (PHA)

Penyaringan dan pemberian skala (pemeringkatan) risiko

Perangkat statistik pendukung

Mungkin sesuai untuk menggunakan perangkat tersebut di area tertentu

yang berhubungan dengan mutu bahan aktif obat dan produk jadi. Metode

Manajemen Risiko Mutu dan perangkat statistik pendukung dapat digunakan

secara kombinasi (misal, Penilaian Risiko Probabilistik). Pemakaian gabungan

keduanya memberikan fleksibilitas yang dapat memfasilitasi aplikasi prinsip

Manajemen Risiko Mutu. Tingkat keketatan dan formalitas Manajemen Risiko

Mutu hendaklah merefleksikan pengetahuan yang ada dan sepadan dengan

kompleksitas dan/ atau tingkat kekritisan masalah yang dituju.

2.1.6 Integrasi Manajemen Risiko Mutu ke dalam Kegiatan Industri dan Badan

POM

Manajemen Risiko Mutu adalah suatu proses yang menunjang

pengambilan keputusan praktis dan berdasarkan kajian ilmiah bila diintegrasikan

ke dalam sistem mutu. Seperti yang telah diuraikan pada paragraf pendahuluan,

penggunaan Manajemen Risiko Mutu yang tepat tidak meniadakan keharusan

industri untuk mematuhi persyaratan Badan POM. Namun, Manajemen Risiko

Mutu yang efektif dapat memfasilitasi keputusan yang lebih baik dan lebih

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

13

Universitas Indonesia

informatif, lebih meyakinkan Badan POM bahwa industri mampu mengelola

risiko potensial dan dapat memengaruhi tingkat dan jangkauan pengawasan

langsung Badan POM. Sebagai tambahan, Manajemen Risiko Mutu dapat

memfasilitasi penggunaan sumber daya yang lebih baik oleh semua pihak.

Pelatihan personil industri dalam proses Manajemen Risiko Mutu

menunjang pengertian yang lebih baik terhadap proses pengambilan keputusan

serta membangun kepercayaan diri dalam memberikan keluaran Manajemen

Risiko Mutu. Manajemen Risiko Mutu hendaklah diintegrasikan ke dalam

kegiatan yang dilakukan sekarang dan didokumentasikan secara tepat. Beberapa

contoh penggunaan Manajemen Risiko Mutu dalam kegiatan dan aktivitas

industri:

Pengembangan

Fasilitas, peralatan dan sarana penunjang

Manajemen bahan

Produksi

Pengujian di laboratorium dan uji stabilitas

Pengemasan dan pelabelan

Contoh penggunaan Manajemen Risiko Mutu dalam fungsi pengawasan

Badan POM yaitu aktivitas inspeksi dan penilaian.

2.2 Perangkat dan Metode Manajemen Risiko (Q9, 2006)

Tujuan adanya perangkat dan metode manajemen risiko adalah untuk

memberikan gambaran umum dan referensi yang berguna sebagai alat utama yang

biasanya digunakan dalam manajemen risiko mutu selain untuk industri dan badan

regulator yang berwenang. Referensi disertakan sebagai bantuan untuk

memperoleh lebih banyak pengetahuan dan detail tentang perangkat tertentu.

Penting untuk dicatat bahwa tidak ada satu perangkat atau seperangkat alat yang

dapat berlaku untuk setiap situasi dimana prosedur manajemen risiko mutu yang

diterapkan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

14

Universitas Indonesia

2.2.1 Metode dasar manajemen risiko

Beberapa teknik sederhana yang biasa digunakan untuk menstrukturisasi

manajemen risiko berdasarkan pengorganisasian data dan memfasilitasi

pengambilan keputusan adalah:

Flowchart

Lembar pemeriksaan

Proses Pemetaan

Diagram Cause and Effect (juga disebut diagram Ishikawa atau diagram

tulang ikan)

2.2.1.1 Flowchart

Secara harafiah flowchart atau diagram alur merupakan gambar langkah-

langkah dalam proses, atau merupakan urutan dan interaksi dari kegiatan dan

keputusan. Urutan atau aliran dari proses ini biasanya ditunjukkan dengan panah,

sementara berbagai bentuk atau simbol dapat digunakan untuk menggambarkan

langkah-langkah dan keputusan.

Gambar 2.2 Simbol umum dalam Flowchart

Sebuah flowchart menyediakan dokumentasi yang sangat baik dari suatu

proses dan dapat menjadi alat yang berguna untuk menganalisis bagaimana

berbagai langkah dalam proses terkait satu sama lain, mengungkapkan redudansi

(kelebihan), penundaan, kebuntuan, dan "black holes" dalam suatu proses.

Flowcharting juga membantu dalam merancang atau merevisi proses,

menyediakan bahasa umum untuk membayangkan bagaimana proses bisa

idealnya berfungsi yang membuatnya lebih mudah untuk mendiskusikan pilihan

dari berbagai perspektif. Sebuah flowchart dapat digunakan untuk:

Dokumentasi proses yang ada

Mendesain sebuah proses yang "ideal"

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

15

Universitas Indonesia

Menentukan apakah langkah-langkah dalam proses sudah logis

Mengidentifikasi hambatan dan kompleksitas yang tidak perlu

Mengungkap usaha duplikasi

Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan proses

2.2.2 Failure Mode Effects Analysis (FMEA)

FMEA merupakan metode untuk mengevaluasi terjadinya potensi

kegagalan dalam proses dan kemungkinan efeknya pada hasil dan/atau kinerja

produk. Setelah mode/cara kegagalan disusun, pengurangan risiko dapat

dilakukan untuk menghilangkan, memperbaiki, mengurangi, atau mengontrol

potensi kegagalan. FMEA mengandalkan pada produk dan pemahaman proses.

Metode FMEA mematahkan proses analisis yang kompleks menjadi langkah-

langkah yang dapat dikelola. Metode ini adalah perangkat yang ampuh untuk

merangkum mode kegagalan yang penting, faktor penyebab kegagalan, dan

kemungkinan efek dari kegagalan ini.

Potensi area penggunaan

FMEA dapat digunakan untuk memprioritaskan risiko dan memantau

efektivitas kegiatan pengendalian risiko. FMEA dapat diterapkan untuk

peralatan dan fasilitas serta mungkin dapat digunakan untuk menganalisis

kerja pabrik dan pengaruhnya terhadap produk atau proses. Selain itu,

dapat mengidentifikasi elemen / kerja dalam sistem yang dapat membuat

rentan. Output/hasil FMEA dapat digunakan sebagai dasar dalam

mengdesain atau melanjutkan analisis atau untuk membimbing penyebaran

sumber daya.

2.2.3 Failure Mode, Effects, and Criticality Analysis (FMECA)

Failure Mode, Effects, and Criticality Analysis (FMECA) merupakan

metode FMEA yang dilengkapi investigasi dari tingkat konsekuensi keparahan,

probabilitas masing-masing kejadian, dan berbagai hal yang terdeteksi. Dalam

rangka analisis yang akan dilakukan, produk atau proses spesifikasi harus

didirikan. FMECA dapat mengidentifikasi titik-titik yang perlu dilakukan

tindakan pencegahan tambahan yang mungkin tepat untuk meminimalkan risiko.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

16

Universitas Indonesia

Potensi Area Penggunaan

FMECA diaplikasikan dalam industri farmasi, sebagian besar digunakan

untuk kemungkinan risiko dan kegagalan yang terkait dengan proses

manufaktur; akan tetapi hal itu tidak terbatas pada aplikasi ini. Hasil

output dari FMECA adalah "nilai" risiko relatif untuk setiap mode

kegagalan, yang digunakan untuk menentukan peringkat mode secara

dasar risiko relatif.

2.2.4 Fault Tree Analysis (FTA)

Metode FTA adalah sebuah pendekatan dengan mengasumsikan kegagalan

dari fungsi proses produk. Analisis ini mengevaluasi sistem (atau subsistem)

kegagalan satu per satu tetapi bisa menggabungkan beberapa penyebab kegagalan

dengan mengidentifikasi rantai sebab-musabab. Hasilnya diwakili tergambar

dalam bentuk pohon mode kesalahan. Pada setiap tingkat di pohon tersebut,

kombinasi mode kesalahan dijelaskan dengan logika operator. FTA mengandalkan

pada pemahaman ahli yang memproses untuk mengidentifikasi faktor penyebab.

Potensi Area Penggunaan

FTA dapat digunakan untuk membangun alur ke akar penyebab kegagalan.

FTA juga dapat digunakan untuk menyelidiki keluhan atau penyimpangan

dalam rangka untuk memahami akar penyebab dan untuk memastikan

bahwa perbaikan akan sepenuhnya mengatasi masalah ini dan tidak

mengakibatkan masalah lain (misalnya memecahkan satu masalah dan

belum menimbulkan masalah yang berbeda ). Fault Tree Analysis adalah

sebuah perangkat yang efektif untuk mengevaluasi beberapa faktor yang

mempengaruhi menjadi suatu masalah. Output dari FTA termasuk

representasi visual mode kegagalan. Hal ini berguna untuk kedua penilaian

risiko dan dalam mengembangkan program monitoring.

2.2.5 Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP)

HACCP adalah metode yang sistematis, proaktif, dan merupakan metode

pencegahan untuk menjamin kualitas, kehandalan, dan keselamatan dari produk.

Perangkat ini adalah pendekatan secara berstruktur yang diaplikasikan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

17

Universitas Indonesia

berdasarkan prinsip teknis dan ilmiah untuk menganalisis, mengevaluasi,

mencegah, dan mengontrol risiko atau kagagalan dengan konsekuensi yang tinggi

atau berbahaya berdasarkan desain, pengembangan, produksi, dan guna dari

produk. HACCP terdiri dari tujuh langkah:

1. Melakukan analisis bahaya dan mengidentifikasi pencegahan untuk

setiap langkah dari proses

2. Tentukan titik kontrol kritis

3. Menentukan batas kritis

4. Membangun suatu sistem untuk memantau titik kontrol kritis

5. Menetukan tindakan korektif untuk diambil saat monitoring, yang

menunjukkan bahwa titik kontrol kritis tidak berada dalam kontrol

pusat

6. Membangun sistem untuk memverifikasi HACCP bahwa sistem bekerja

efektif

7. Membangun sistem pencatatan

Potensi Area Penggunaan

HACCP dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko

yang terkait dengan fisik, kimia, dan bahaya biologis (termasuk

kontaminasi mikrobiologi). HACCP adalah metode yang paling berguna

ketika produk dan proses pemahaman cukup komprehensif mendukung

identifikasi dari titik kontrol kritis. Output dari HACCP adalah informasi

analisis manajemen risiko yang difasilitasi pemantauan titik kritis tidak

hanya dalam proses manufaktur tetapi juga fase siklus hidup lainnya.

2.2.6 Hazard Operability Analysis (HAZOP)

Hazard Operability Analysis (HAZOP) didasarkan pada teori yang

mengasumsikan bahwa kejadian risiko yang disebabkan oleh penyimpangan dari

desain atau tujuan kerja. Metode ini adalah sistematik teknik diskusi untuk

mengidentifikasi bahaya menggunakan kata-kata panduan. Panduan kata yang

diterapkan pada parameter yang relevan (misalnya: kontaminasi, suhu) untuk

membantu mengidentifikasi potensi penyimpangan dari penggunaan normal atau

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

18

Universitas Indonesia

tujuan desain. HAZOP sering menggunakan sekelompok orang dengan keahlian

yang meliputi desain proses atau produk dan aplikasinya.

Potensi Area Penggunaan

HAZOP dapat diterapkan untuk proses manufaktur, termasuk produksi

outsourcing dan formulasi serta pemasok hulu, peralatan dan fasilitas

untuk obat dan produk obat. Analisis ini juga telah digunakan terutama di

industri farmasi untuk mengevaluasi proses keselamatan bahaya. Seperti

halnya dengan HACCP, output dari analisis HAZOP adalah daftar kritikal

proses untuk manajemen risiko. Hal ini memudahkan pemantauan berkala

dari titik kritis dalam proses manufaktur.

2.2.7 Preliminary Hazard Analysis (PHA)

PHA adalah alat analisis berdasarkan penerapaan pengalaman sebelumnya

atau pengetahuan tentang bahaya atau kegagalan dalam mengidentifikasi bahaya

masa depan, situasi berbahaya dan peristiwa yang mungkin menyebabkan

kerusakan, serta probabilitas perkiraan kejadian dalam kegiatan, fasilitas, produk ,

atau sistem tertentu. Metode ini terdiri dari :

1. Identifikasi Kemungkinan Itu kejadian risiko yang terjadi,

2. Evaluasi kualitatif hingga kemungkinan dapat mengakibatkan cedera

atau kerusakan kesehatan,

3. Tingkatan relatif dari bahaya menggunakan kombinasi keparahan dan

kemungkinan terjadinya, dan

4. Identifikasi tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan.

Potensi Area Penggunaan

PHA dapat berguna ketika menganalisis sistem yang telah ada atau

memprioritaskan bahaya dimana keadaan yang ada mencegah penggunaan

teknik yang lebih luas dari yang telah digunakan. Hal ini dapat digunakan

untuk produk, proses dan desain fasilitas sebaik dalam mengevaluasi jenis

bahaya untuk tipe produk umum, kemudian kelas produk, dan produk

tertentu. PHA yang paling umum digunakan dalam awal pengembangan

proyek ketika hanya ada sedikit informasi tentang detail desain atau

operasi prosedur; dengan demikian, hal tersebut akan sering menjadi

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

19

Universitas Indonesia

prekursor untuk studi lebih lanjut. Biasanya, bahaya diidentifikasi di PHA

adalah penilaian lebih lanjut dari metode manajemen risiko lainnya.

2.2.8 Penyaringan dan pemberian skala (pemeringkatan) risiko

Penyaringan dan pemberian skala risiko adalah alat untuk membandingkan

dan memberikan skala risiko. Skala risiko dari sistem yang kompleks biasanya

melibatkan beberapa evaluasi beragam faktor kuantitatif dan kualitatif untuk

masing-masing risiko. Metode ini melibatkan pertanyaan risiko dasar yang diubah

menjadi beberapa komponen yang diperlukan untuk mengetahui faktor yang

terlibat dalam risiko. Faktor-faktor ini digabungkan menjadi nilai risiko relatif

tunggal yang kemudian dapat digunakan dalam membuat peringkat risiko.

"Saring" sebagai bentuk faktor pembobotan atau pemotongan nilai risiko, dapat

digunakan sebagai skala atau disesuaikan dengan peringkat risiko manajemen atau

kebijakan berdasarkan tujuan.

Potensi Area Penggunaan

Penyaringan dan pemberian skala risiko dapat digunakan untuk

memprioritaskan titik manufaktur yang harus dilakukan pemeriksaan/audit

dari regulator atau industri. Metode peringkat risiko digunakan terutama

membantu dalam situasi dimana ada data risiko yang mendasari dan

konsekuensi yang ada untuk dikelola sangat beragam dan sulit bila

dibandingkan menggunakan alat tunggal. Pemberian skala risiko berguna

bagi manajemen untuk mengevaluasi penilaian risiko kuantitatif dan

kualitatif dalam kerangka organisasi yang sama.

2.2.9 Perangkat statistik pendukung

Perangkat statistik dapat mendukung dan memfasilitasi manajemen risiko

mutu. Alat ini dapat mengefektifkan penilaian data, membantu dalam menentukan

signifikansi dari penyusunan data dan memfasilitasi dalam pengambilan

keputusan yang lebih dapat diandalkan. Sebuah daftar dari beberapa alat statistik,

umum digunakan dalam industri farmasi yang menyediakan:

Grafik kontrol, misalnya:

Diagram Acceptance control

Diagram kontrol dengan rata-rata aritmatika dan peringatan batas

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

20

Universitas Indonesia

Diagram jumlah kumulatif

Diagram Shewhart control

Weighted Moving Average

Desain Eksperimen

Histogram

Diagram Pareto

Analisis kemampuan proses

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia21

BAB 3

METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

Jalan Raya Bogor Km 38, pada pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA) periode Periode 17 Juni – 30 Agustus 2013.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melakukan pengamatan secara terperinci terhadap

proses produksi dari produk “X”, seperti melakukan:

Observasi proses dalam tiap aktifitas produksi yakni penimbangan,

pencampuran, pengisian, dan pengemasan. Di dalam observasi ini

dilakukan pemetaan proses pada tiap aktifitas. Pemetaan proses

dilakukan untuk lebih memahami proses, secara efektif mencari cara

agar proses tersebut lebih berhasil, dan memastikan bahwa nilai mutu

yang sesungguhnya akan diberikan kepada para pelanggan.

Pembuatan Flow Process secara terperinci dari keempat proses tersebut.

Hal ini berguna dalam menstrukturisasi manajemen risiko berdasarkan

pengorganisasian data dan sebagai alat yang berguna untuk

menganalisis bagaimana berbagai langkah dalam proses terkait satu

sama lain.

Flow Process tersebut disesuaikan dengan prosedur baku yang telah ada

seperti manufacturing instruction dan packaging instruction kemudian

dibuat menjadi bentuk flowchart.

3.3 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode dasar manajemen

risiko berupa pembuatan flowcharts process dan Hazard Analysis and Critical

Control Points (HACCP). Setelah membuat flowchart, selanjutnya melakukan

penentuan titik kritis proses yang harus dikontrol kedepannya dengan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

22

Universitas Indonesia

mengumpulkan data penyimpangan yang terjadi dan tercatat selama tahun 2010

hingga Juli 2013 (berdasarkan data historikal), kemudian dilakukan:

Melakukan analisa data penyimpangan untuk memahami dan

mendapatkan informasi yang terkandung di dalam data tersebut.

Melakukan kompilasi data penyimpangan selama tahun 2010 hingga

Juli 2013 tersebut berdasarkan tiap proses pada aktivitas produksi

dalam flowchart. Hal ini dilakukan untuk mengetahui proses-proses

dalam produksi yang sering mengalami penyimpangan untuk

menentukan titik kritis proses dari segi keterulangan kasus.

Memberikan skala keterulangan sebagai titik kritis proses berdasarkan

jumlah keterulangan penyimpangan pada proses tersebut dalam

flowchart. Pembuatan skala ini berguna dalam memproritaskan dalam

menganalisis, mengevaluasi, mencegah, dan mengontrol risiko atau

kegagalan yang berpotensi dalam proses.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia23

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setiap perusahaan farmasi menetapkan standar mutu pada tiap produknya.

Dalam mencapai standar mutu ini, diperlukan proses produksi yang telah

dibakukan. Secara prinsip proses produksi seperti preparasi bahan awal,

penimbangan, pengolahan, penyimpanan bulk, pengisian, pengemasan, dan

penyimpanan di gudang harus mengikuti prosedur baku dan memenuhi

persyaratan kualitas yang berlaku sehingga terjamin standar mutu dari produk.

Selama pelaksanaan PKPA di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.,

dilakukan pengamatan tentang aktifitas produksi pada produk “X”. Aktifitas

produksi yang diamati adalah penimbangan, pencampuran, pengisian, dan

pengemasan . Hasil pengamatan dari keempat aktifitas ini kemudian disesuaikan

dengan prosedur baku yang telah ada seperti manufacturing instruction dan

packaging instruction, selanjutnya dibuat dalam bentuk flowchart.

Gambar 4.1 Proses produksi produk “X”

Setiap aktifitas tersebut terdiri dari berbagai proses. Tiap proses memiliki

risikonya masing-masing yang dapat memberi dampak pada produk akhir

terutama dalam hal kualitas, keamanan, dan efek terapi. Maka perlu diketahui titik

kritis proses dan tingkatannya di tiap aktifitas dengan cara membuat flowchart

process secara detail agar dapat terlihat risiko-risiko yang dapat terjadi, sehingga

dapat menentukan critical process dari masing-masing tahap (penimbangan,

pencampuran, pengisian, pengemasan). Titik kritis proses adalah suatu titik dalam

suatu proses yangmenimbulkan kesalahan atau kekeliruan yang dapat/mungkin

terjadi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap produk yang

dihasilkan dan menimbulkan dampak yang besar.

Penimbangan

Pencampuran

Pengisian

Pengemasan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

24

Universitas Indonesia

Manajemen Risiko Mutu dilakukan berdasarkan pengkajian pengetahuan

terkini tentang penilaian probabilitas, tingkat keparahan dan kemampuan

mendeteksi risiko. Penentuan titik kritis proses merupakan salah satu

metode/perangkat dalam HACCP yang digunakan untuk memberikan gambaran

umum dan referensi yang berguna sebagai alat utama yang biasanya digunakan

dalam manajemen risiko mutu. Tetapi pada analisis ini, HACCP yang dilakukan

hanya sampai langkah kedua yakni penentuan titik kritis. Pendekatan seperti ini

perlu dilakukan terus menerus agar memberikan informasi berguna yang dapat

mendukung topik seperti penanganan keluhan, cacat mutu, penyimpangan dan

alokasi sumber daya.

Menganalisis titik kritis proses dilakukan berdasarkan penilaian data

historikal yang telah terjadi. Data historikal berisikan data-data penyimpangan

selama proses produksi yang tercatat di tahun 2010 hingga Juli 2013. Setelah

diolah diketahui bahwa kejadian deviasi produk “X” tahun 2010 sebanyak 46

kasus, sedangkan tahun 2011 terdapat 28 kasus, tetapi di tahun 2012 meningkat

jauh menjadi 56 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa dimungkinkan keterulangan

kasus di tahun berikutnya pada proses yang sama ataupun selalu terjadi

penyimpangan setiap tahunnya hanya diproses tersebut. Keterulangan

penyimpangan pada suatu proses merupakan cara menilai tingkatan risiko

keterulangan. Sehingga hal ini dapat berguna dalam mengidentifikasi dan

memprediksi deviasi yang akan terjadi.

Tabel 4.1 Lambang tingkatan keterulangan

Tingkatan keterulangan Lambang Kejadian penyimpangan

High ≥4 kali

Medium 3-4 kali

Low 1-2 kali

Pada proses yang merupakan titik kritis diberikan lambang sesuai dengan

tingkatan risiko sesuai pada Tabel 4.1. Dalam pengelompokkan data

penyimpangannya, jika pada proses tersebut ditemukan lebih dari sama dengan 4

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

25

Universitas Indonesia

kali kejadian penyimpangan dapat berupa keterulangan atau berbeda kasus maka

dimasukkan dalam tingkatan keterulangan tinggi. Dari hasil pengamatan

pengidentifikasian data historikal pada flowchart process, sebanyak 4 proses

produksi yang termasuk dalam tingkatan keterulangan tinggi, yakni yang perlu

diawasi dan dikontrol dengan baik, serta dipastikan sesuai dengan standar yang

tervalidasi agar tidak terjadi kasus penyimpangan kembali pada proses-proses

tersebut/pengurangan risiko. Selanjutnya ditemukan 7 proses produksi produk

“X” yang masuk dalam tingkat keterulangan sedang. Walaupun banyaknya

kejadian penyimpangan pada tingkat ini tidak sebanyak tingkat keterulangan

tinggi dan beberapa kasus tidak terjadi keterulangan kembali di tahun selanjutnya,

titik kritis ini tetap perlu diawasi dan dikontrol. Pada tabel 4.2 di bawah ini

merupakan proses-proses produksi produk “X” yang masuk dalam tingkat

keterulangan tinggi dan sedang.

Tabel 4.2 Proses produksi dengan keterulangan tinggi dan sedang pada

produk “X”

Tingkat

keterulangan

Proses

(Tinggi)

• Checklist kesiapan jalur pencampuran

• Zat A dimasukkan ke tank pencampuran

• Mesin pengisian tersetting dengan baik

• Checklist kesiapan jalur pengemasan

(Menengah)

• Checklist kesiapan jalur penimbangan

• Sisa raw material yang telah digunakan,

disimpan kembali

• Material yang diambil dan disesuaikan

dengan instruksi produksi, dicek kembali

• Zat aktif “X” ditransfer ke dalam basis

krim

• Checklist kesiapan jalur pengisian

• Tube dipastikan bersih dan tidak penyok

• Box disusun dan dimasukkan kedalam

shipper

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

26

Universitas Indonesia

Selain itu, diperoleh 22 proses produksi yang masuk dalam tingkat

keterulangan rendah, pada tingkat ini mayoritas kejadian penyimpangan terjadi

karena human error dari operator dan tidak/jarang terjadi keterulangan kasusnya.

Di tingkat ini dapat diatasi dengan pelatihan atau pengingatan operator secara

berkala dan berkesinambungan, serta menjadi awareness untuk kedepannya.

Penetapan peringkat risiko tersebut dapat menjadi titik kontrol dalam

manjalankan proses produksi, kontrol ini memberikan jaminan bahwa risiko-

risiko tersebut dapat dikendalikan. Titik kontrol ini dapat berupa tindakan koreksi

yaitu memperbaiki penyimpangan yang terjadi dan tindakan prefentif berupa

tindakan pencegahan keterulangan atau berpotensial terjadinya penyimpangan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia27

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Aktifitas produksi suatu sediaan farmasi terutama produk “X” secara garis

besar adalah penimbangan, pencampuran, pengisian, dan pengemasan. Hasil

pengamatan dari keempat proses ini kemudian disesuaikan dengan prosedur

baku yang telah ada seperti manufacturing instruction dan packaging

instruction, selanjutnya dibuat dalam bentuk flowchart.

b. Diperoleh titik kritis proses pembuatan produk “X” sebanyak 4 proses

produksi yang termasuk dalam tingkatan risiko tinggi, 7 proses produksi yang

masuk dalam tingkat risiko sedang, 22 proses produksi yang masuk dalam

tingkat risiko rendah, hal ini disusun berdasarkan data historikal yang

diperoleh dari tahun 2010 hingga Juli 2013 yang disesuaikan dengan

flowchart process yang telah dibuat.

5.2 Saran

Titik kritis proses dengan risiko tinggi dan sedang perlu diawasi dan

dikontrol dengan baik, serta dipastikan sesuai dengan standar yang tervalidasi agar

tidak terjadi kasus penyimpangan kembali pada proses-proses tersebut.

Penanganan yang dilakukan dalam mengatasinya dapat berupa tindakan koreksi

dan tindakan prefentif, seperti dilakukan pelatihan atau pengingatan operator

secara berkala dan berkesinambungan ataupun pengecekan dan pemastian proses

–proses ini dilakukan penanggung jawab yang lebih tinggi.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

Universitas Indonesia28

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia.

International Conference on Harmonisation. 2006. Q9 Quality Risk Manajement:

Guidance for Industry. United State : Departemen of Health and Human

Services Food and Drug Administration.

Office of Quality Improvement. 2007. Process Flowcharting: A Powerful Tool for

Continuous Improvement. United State : University of Wisconsin System

Board of Regents.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

29

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Flowchart proses penimbangan produk “X” secara umum

Checklistkesiapan jalur

Penyiapan rawmaterial

Setting komputer

Timbang

Pengembaliansisa raw material

Penyimpanan rawmaterial yang

telah ditimbang

Persiapanoperator

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

30

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Flowchart proses pencampuran produk “X” secara umum

Pembuatanvolatile oil

Checklistkesiapan jalur

Pengambilan rawmaterial

Cleaning mesinmixer

Persiapanoperator

Pembuatanoil phase

Pembuatanwater phase

Emulsifikasi

pH adjustment

Finalpencampuran

Transfer bulk kekontainer

Cooling

Basis krim

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

31

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Flowchart proses pengisian produk “X” secara umum

Checklistkesiapan jalur

Penyiapan bulkdan kemasan

primer

Persiapanoperator

Set up mesin

Transfer tube keblack area

Pengisian sambildilakukan

pengawasan(Challenge test

dan IPC)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

32

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Flowchart proses pengemasan produk “X” secara umum

Checklistkesiapan jalur

Transfer tubeyang telah diisi

Prosespengemasan

sekunder

Persiapanoperator

Penyusunan boxdalam shipper,

kemudian diautosealer dan

inject print

Check Weigher

Simpan ke dalamgudang

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014