universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-pr-bhata...
TRANSCRIPT
![Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/1.jpg)
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK.
JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK
PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
BHATA BELLINDA, S.Farm.1206329423
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJANUARI 2014
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/2.jpg)
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK.
JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK
PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
BHATA BELLINDA, S.Farm.1206329423
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJANUARI 2014
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/3.jpg)
iii Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/4.jpg)
iv Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar.
Nama : Bhata Bellinda, S.Farm
NPM : 1206329423
Tanda Tangan :
Tanggal : 17 Januari 2014
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/5.jpg)
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan syukur kepada Allah Tritunggal Maha Kudus yang telah
memberikan penyertaan, serta kasih karuniaNya yang selalu setia mendampingi
dan menuntun selama proses pengerjaan penyusunan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk periode 17
Juni s.d 30 Agustus 2013.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Profesi
Apoteker untuk dapat memperoleh gelar Apoteker dan merupakan sarana untuk
memperluas wawasan mahasiswa Program Profesi Apoteker dibidang industri.
1. Lutfhi Zarkasyi, S.Farm., Apt selaku pembimbing dari PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk atas kesempatan, dan bimbingan selama
pelaksanaan PKPA, serta telah merelakan waktu, pikiran, dan tenaga dalam
memberikan bimbingan, saran, perhatian, serta nasehat kepada penulis selama
proses pengerjaan laporan;
2. Drs Mahdi Jufri M.Si sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
dan dosen pembimbing dari Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI,
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama melaksanakan
PKPA dan menyusun tugas akhir
3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Pj.S. Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013.
4. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
5. Drs. M. Sumarno, Apt. sebagai Plant Director PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk. Yang telah mengizinkan, memberikan fasilitas ,serta
kesempatan yang diberikan selama pelaksanaan PKPA;
6. Seluruh manager dan karyawan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
khususnya Value Stream Cream, yang telah memberikan bantuan dan
perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas
didikan dan bantuannya selama perkuliahan di pendidikan profesi apoteker.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/6.jpg)
vi Universitas Indonesia
8. Papa, mama, dan kak Abi yang telah memberikan doa dan semangat untuk
menyelesaikan perkuliahan di pendidikan profesi apoteker.
9. Seluruh teman-teman Apoteker UI Angkatan 77 yang telah berjuang bersama-
sama melaksanakan PKPA untuk mendapatkan gelar apoteker.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan laporan PKPA yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Saya menyadari laporan PKPA ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan
demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Semoga apa yang saya sajikan
dalam laporan ini dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi
perkembangan peranan profesi Apoteker di pemerintahan pada umumnya.
Keterbatasan pada dasarnya dapat menjadi sumber pelajaran bagi perkembangan
berikutnya dan kesempatan adalah titik awal perjuangan untuk menjadi lebih baik.
Jakarta, Januari 2014
Penulis
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/7.jpg)
vii Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama : Bhata Bellinda, S.Farm
NPM : 1206329423
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYABOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI – 30 AGUSTUS2013beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 17 Januari 2014
Yang menyatakan
(Bhata Bellinda, S.Farm.)
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/8.jpg)
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Bhata Bellinda, S. Farm.
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. Jalan Raya Bogor Km 38.
Periode 17 Juni – 30 Agustus 2013
Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakatdengan cara meningkatkan kuantitas dan kualitas obat yang akan di produksi.Semua obat-obatan yang di produksi dan akan beredar harus dapat dijaminkeamanan, khasiat, dan mutunya. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukansuatu pedoman yang meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutudengan tujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhipersyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya, yaitu CaraPembuatan Obat yang Baik (CPOB). Semua industri farmasi wajib menerapkanCPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat. PraktekKerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada periode 17 Juni – 30 Agustus2013 di PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. guna memberikan perbekalanbagi para calon Apoteker untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selamamasa kuliah secara praktis dan langsung kepada pengawasan mutu obat di IndustriFarmasi. Kegiatan PKPA tersebut bertujuan untuk membandingkan penerapanketentuan CPOB dengan implementasi di Industri Farmasi, khususnya pada PTTaisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.dan memahami tugas dan tanggung jawabapoteker di Industri Farmasi terutama sebagai penanggung jawab produksi,pemastian mutu, dan pengawasan mutu.
Kata kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk., CPOB, Titik Kritis Proses, Manajemen Risiko Mutu
xii + 76 halaman : 17 lampiran
Daftar Pustaka : 5 (1997-2012)
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/9.jpg)
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Bhata Bellinda, S. Farm
Study Program : Pharmacist Profession
Judul :. Report of Pharmacist Internship Program at PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. Jalan Raya Bogor Km 38.
17 Juni – 30 Agustus 2013 Period
Pharmaceutical Industry is the place to meet the needs of public health byincreasing the quantity and quality of the drug to be in production . All drugs arein production and will be circulated to be guaranteed safety , efficacy , and quality. To achieve this we need a guideline that covers all aspects of production andquality control in order to ensure the drug is made consistently , meeting therequirements set out and in accordance with their intended use , namely the GoodManufacturing Practice ( GMP ) . All GMP pharmaceutical industry shall apply inall aspects and activities of a series of drug manufacturing . Work PracticePharmacist ( PKPA ) conducted during the period 17 June to 30 August 2013 inthe PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk . to provide supplies for prospectivepharmacists to apply the knowledge they have learned during the course in apractical and direct the quality control of drugs in the Pharmaceutical Industry .The PKPA activities aimed to compare the application of the provisions of theimplementation of GMP in Pharmaceutical Industry , particularly in PT TaishoPharmaceutical Indonesia Tbk.dan understand the duties and responsibilities ofpharmacists in the Pharmaceutical Industry is mainly in charge of production ,quality assurance , and quality control .
Key Words :. Pharmacist Internship Program, PT Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk, GMP, Critical Point Process, Quality Risk
Management.
xii + 76 pages : 17 appendixes
Bibliography : 5 (1997-2012)
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/10.jpg)
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
HALAMAN PUBLIKASI........................................................................ vii
ABSTRAK................................................................................................ viii
ABSTRACT.............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.…………………………..……………………. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………..……. 1
1.1 Latar Belakang………………...………………………...…….. 1
1.2 Tujuan…………...…………………………………………….. 2
BAB 2 TINJAUAN UMUM ………..................................….………… 3
2.1 Industri Farmasi …..…...…….............…..…………………… 3
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)..............……..……. 6
2.3 Aspek – aspek CPOB................................................................. 8
2.4 Kompetensi Apoteker Praktisi Industri...................................... 26
BAB 3 TINJAUAN KEGIATAN........................................................... 28
3.1 PT. Taisho Pharmaceutical Internasional...............……...…… 28
3.2 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk……………........... 29
3.3 Value Stream…………………………………….……………. 30
3.4 Departemen Quality Operation ……..………..……………... 31
3.5 Departemen Plant Logistic..………………………………….. 38
3.6 Departemen Technical Service….……………………………. 44
3.7 Departemen Maintenance Engineering dan EHS…………….. 47
3.8 Lean Continuous Improvement and Training (LCT) ………… 53
BAB 4 PEMBAHASAN …….................…….………………………... 54
4.1 Managemen Mutu...................................................................... 54
4.2 Personalia................................................................................... 55
4.3 Bangunan dan Fasilitas.............................................................. 57
4.4 Peralatan..................................................................................... 58
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/11.jpg)
xi Universitas Indonesia
4.5 Sanitasi dan Higiene................................................................... 59
4.6 Produksi...................................................................................... 60
4.7 Pengawasan Mutu....................................................................... 65
4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu..................................................... 67
4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali
Obat dan Produk Kembalian................................................... 69
4.10 Dokumentasi............................................................................. 70
4.11 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak 71
4.12 Kualifikasi dan Validasi 73
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 75
5.1 Kesimpulan……………………………………………………. 75
5.2 Saran…………..………………………..……………………... 75
DAFTAR PUSTAKA………………………….……………….………. 76
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/12.jpg)
xii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia
Tbk...................................................................................... 77
Lampiran 2 Struktur Organisasi Value Stream Liquid..……………… 78
Lampiran 3 Struktur Organisasi Value Stream Cream.……………..... 78
Lampiran 4 Struktur Organisasi Value Stream Diamond .…...…....….. 79
Lampiran 5 Struktur Organisasi Departemen Quality Operation.......... 80
Lampiran 6 Struktur Organisasi Departemen Plant Logistic...……..… 81
Lampiran 7 Ruang timbang di Warehouse.............................................. 81
Lampiran 8 Label Identifikasi Material di Warehouse…..……….…… 82
Lampiran 9 Penyimpanan Packaging Material di Warehouse............... 83
Lampiran 10 Struktur Organisasi ME-EHS ...……………………….… 84
Lampiran 11 Diagram HVAC.................................................................. 84
Lampiran 12 Alur Pengolahan Purified Water (PW)............................... 85
Lampiran 13 Limbah Padat Hasil Reject Produk disimpan dalam
Storage Room..................................................................... 86
Lampiran 14 Pengolahan Limbah Cair secara Kimiawi.......................... 86
Lampiran 15 Pengolahan Limbah secara Biologis.................................. 87
Lampiran 16 Pengolahan Penjernihan Limbah (clarifier unit) Tahap
Akhir................................................................................ 87
Lampiran 17 Struktur Organisasi Lean Continuous Improvement and
training............................................................................... 88
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/13.jpg)
Universitas Indonesia1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri farmasi merupakan salah satu industri yang turut berpartisipasi
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui perannya dalam
bidang pembuatan dan pengembangan sediaan obat. Obat adalah komoditi khusus
yang memerlukan perlakuan khusus mulai dari bahan baku sampai proses
kemasannya karena aktivitas obat yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologi
tubuh manusia. Sehingga industri farmasi memiliki moral dan tanggung jawab
sosial dalam menghasilkan produk obat yang memenuhi standar mutu, khasiat,
dan keamanan. Oleh karenanya, industri farmasi menjadi salah satu industri yang
dikontrol dan diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) baik dalam segi perizinan, produksi, peredaran, maupun
kualitas obat yang diedarkan.
Industri farmasi harus memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) dalam melakukan produksi obat jadi. CPOB tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 dijelaskan sebagai suatu pedoman pembuatan obat
yang baik dan benar diseluruh aspek kegiatan produksi bertujuan untuk
memastikan bahwa sifat maupun mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang telah ditentukan secara konsisten sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri
farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan (Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012).
Penerapan CPOB antara satu industri farmasi dengan industri farmasi
lainnya dapat berbeda dikarenakan perbedaan fasilitas pendukung yang dimiliki
tiap industri. Sehingga peran penting Apoteker dalam industri farmasi adalah
memastikan obat yang dihasilkan bermutu, aman dan berkhasiat. Kedudukan
Apoteker diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi,
pengawasan mutu dan pemastian mutu sehingga seorang Apoteker dituntut untuk
memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/14.jpg)
2
Universitas Indonesia
mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya secara professional agar dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul di industri farmasi.
Calon Apoteker perlu mendapat bekal pengetahuan dan pengalaman yang
memadai agar memenuhi standar kompetensi yang diperlukan. Salah satu cara
untuk mencapainya adalah melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri
farmasi. Oleh karena itu, Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA). Pada PKPA ini mahasiswa bertugas untuk mengamati dan mempelajari
langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi dari kedatangan raw material hingga
menjadi produk jadi yang dapat dipasarkan yang dilaksanakan di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia.. Pelaksanaan praktek kerja berlangsung dari tanggal 17
Juni 2013 hingga 30 Agustus 2013. Melalui praktek kerja ini, diharapkan
mahasiswa calon Apoteker dapat memperoleh manfaat dan ilmu sebanyak
mungkin yang dapat diaplikasikan saat terjun dalam dunia kesehatan.
1.2 Tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai CPOB dalam segala
aspek pada industri farmasi terutama penerapan CPOB di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk.
b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab Apoteker dalam
industri farmasi khususnya di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja yang
sesungguhnya.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/15.jpg)
Universitas Indonesia3
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat meliputi seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat mulai
dari pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan,
pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk
didistribusikan. Setiap industri farmasi wajib memiliki izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal. Wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan harus memenuhi persyaratan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Persyaratan lain untuk memperoleh izin
industri farmasi terdiri atas (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010):
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
f. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan
dengan sertifikat CPOB.
g. Pengajuan permohonan persetujuan prinsip untuk pendirian usaha industri
farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal. Permohonan persetujuan
prinsip dilakukan oleh industri Penanaman Modal Asing atau Penanaman
Modal Dalam Negeri, harus memperoleh Surat Persetujuan Penanaman
Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan prinsip
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/16.jpg)
4
Universitas Indonesia
diberikan setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) dari kepala BPOM.
h. Setiap industri farmasi wajib melakukan farmakovigilans. Bila industri
farmasi menemukan obat dan atau bahan obat hasil produksinya yang
tidak memenuhi standar dan atau persyaratan keamanan, khasiat/keamanan
dan mutu, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Persyaratan pada poin (a) dan (b) tidak diperlukan bagi pemohon izin
industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010).
Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap
berproduksi sesuai persyaratan CPOB. Izin industri farmasi diberikan oleh
Menteri Kesehatan dan wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010).
Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, industri farmasi
dapat mengajukan permohonan izin industri farmasi. Permohonan izin industri
farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Surat permohonan izin
industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker
penanggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan sebagai berikut:
a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi.
b. Surat Persetujuan Penanaman Modal untuk Industri Farmasi dalam rangka
Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri.
c. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan.
d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya.
e. Fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari kepala
dinas kesehatan provinsi.
g. Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan.
h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/17.jpg)
5
Universitas Indonesia
i. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung
jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan
apoteker penanggung jawab pemastian mutu dari pimpinan perusahaan.
k. Fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-
masing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung
atau tidak langsung dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
Persyaratan registrasi obat dalam negeri menurut peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 sebagai
berikut:
a. Registrasi obat produksi dalam negeri hanya dilakukan oleh industri
farmasi yang memiliki izin industri farmasi yang dikeluarkan oleh
Menteri.
b. Industri farmasi yang dimaksud tersebut harus memenuhi persyaratan
CPOB.
c. Pemenuhan persyaratan CPOB yang dimaksud dibuktikan dengan
sertifikat CPOB yang dikeluarkan oleh Kepala Badan.
Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama Industri Farmasi
yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan. Industri farmasi yang menghasilkan obat atau bahan obat
dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada
pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010).
Industri farmasi wajib menyampaikan laporan industri kepada Direktorat
Jenderal BPOM mengenai kegiatan usahanya setiap 6 bulan, meliputi jumlah dan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/18.jpg)
6
Universitas Indonesia
nilai produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan dan setiap 1 tahun
untuk laporan lengkapnya (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010).
Jika industri farmasi melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam
Peraturan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010, dapat dikenakan sanksi administratif berupa
(Peraturan Menteri Kesehatan, 2010) :
a. Peringatan secara tertulis.
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau
bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat/kemanfaatan, atau mutu.
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu.
d. Penghentian sementara kegiatan.
e. Pembekuan izin industri farmasi atau pencabutan izin industri farmasi.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 2012)
Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi dewasa ini
mengakibatkan berbagai perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta
persyaratan CPOB. Hal ini sesuai dengan filosofi yang akan berubah mengikuti
perkembangan atau teknologi dalam bidang farmasi. Demikian pula
perkembangan penerapan CPOB di Indonesia. CPOB pertama keluar pada tahun
1988. Pada tahun 1989, Petunjuk Operasional Penerapan CPOB diterbitkan agar
pedoman tersebut dapat diterapkan secara efektif diindustri farmasi. Dalam
perkembangannya, CPOB 1988 direvisi pada tahun 2001 lalu direvisi kembali
pada tahun 2006. Karena kedinamisan tersebut, CPOB tahun 2006 pun kembali
direvisi di tahun 2012.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaan. Pada prinsipnya, CPOB bertujuan untuk
menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/19.jpg)
7
Universitas Indonesia
dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu.
Persyaratan dasar dari CPOB adalah:
a. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang
telah ditetapkan.
b. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi.
c. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk: personil
yang terkualifikasi dan terlatih; bangunan dan sarana dengan luas yang
memadai; peralatan dan sarana penunjang yang sesuai; bahan, wadah dan
label yang benar; prosedur dan instruksi yang disetujui; tempat
penyimpanan dan transportasi yang memadai.
d. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana
yang tersedia.
e. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar.
f. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan
dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang
diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi.
g. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam
bentuk yang mudah diakses.
h. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap
mutu obat.
i. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran.
j. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/20.jpg)
8
Universitas Indonesia
Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman CPOB dapat dikenai sanksi
administratif sebagai berikut:
a. Peringatan secara tertulis.
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau
bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat/kemanfaatan, atau mutu.
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu.
d. Penghentian sementara kegiatan.
e. Pembekuan Sertifikat CPOB/CPBBAOB.
f. Pencabutan Sertifikat CPOB/CPBBAOB.
g. Rekomendasi pencabutan izin industri farmasi.
2.3 Aspek-aspek CPOB (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2012)
Berdasarkan pedoman CPOB tahun 2012, aspek CPOB meliputi
manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan
higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan
keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian,
dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan
validasi. Berikut ini adalah 12 aspek CPOB tersebut, yaitu :
2.3.1. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”,
yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam
perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu
secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/21.jpg)
9
Universitas Indonesia
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi
Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen
Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan)
yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan
ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang
cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada
kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB
ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan
pengembangan produk. Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi
pembuatan obat hendaklah memastikan bahwa:
a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memperhatikan persyaratan CPOB.
b. Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan.
c. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan
bahan awal dan pengemas yang benar.
e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses
lain serta dilakukan validasi.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/22.jpg)
10
Universitas Indonesia
f. Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan
dan pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan
pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi
semua faktor yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian
selama-proses, pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan),
pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan
persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi, dan pemeriksaan produk dalam
kemasan akhir.
g. Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar
dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan
mutu, dan pelulusan produk.
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat
mungkin, produk disimpan, didistribusikan, dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat.
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu.
j. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki, dan dicatat.
l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada
mutu produk.
m. Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui.
n. Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses
dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/23.jpg)
11
Universitas Indonesia
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini
dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif. Manajemen risiko mutu
hendaklah memastikan bahwa:
a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara
ilmiah, pengalaman dengan proses, dan pada akhirnya terkait pada
perlindungan pasien.
b. Tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko
mutu sepadan dengan tingkat risiko.
2.3.2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah
tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko
terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas
spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan
kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.
Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang
tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/24.jpg)
12
Universitas Indonesia
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
2.3.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah
dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan
tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap
pencemaran tersebut.
Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan
dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh
cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
pengendalian binatang pengerat dan hama. Bangunan dan fasilitas hendaklah
dirawat dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur
tertulis rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan.
Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur
dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta perawatan bangunan dan fasilitas
hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu
obat. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah
tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/25.jpg)
13
Universitas Indonesia
maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan
penyimpanan, atau terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari peralatan.
Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :
a. Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di
dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan.
b. Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum
bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan
bahan atau produk selain yang sedang diproses.
Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang
tidak berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area
pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil
yang tidak bekerja di area tersebut. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di
area yang ditentukan:
a. Penerimaan bahan.
b. Karantina barang masuk.
c. Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas.
d. Penimbangan dan penyerahan bahan atau produk.
e. Pengolahan.
f. Pencucian peralatan.
g. Penyimpanan peralatan.
h. Penyimpanan produk ruahan.
i. Pengemasan.
j. Karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir.
k. Pengiriman produk.
l. Laboratorium pengawasan mutu.
2.3.4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/26.jpg)
14
Universitas Indonesia
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
Desain dan konstruksi peralatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai
dengan tujuannya.
b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara
atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang
dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang
ditentukan.
c. Bahan yang diperlukan untuk peng-operasian alat khusus, misalnya
pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang
sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian
bahan awal, produk antara ataupun produk jadi.
d. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas
dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi
yang tidak tepat.
e. Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah
dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur
tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
f. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan
agar tidak menjadi sumber pencemaran.
g. Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada
produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh
bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan
berakibat buruk pada produk.
h. Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau
bahan kimia atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan
mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang
kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar.
i. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan
ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/27.jpg)
15
Universitas Indonesia
j. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan
hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan
metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut
hendaklah disimpan.
k. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak
melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak
boleh digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan
filter khusus yang tidak melepaskan serat.
l. Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi
hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah
berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan.
2.3.5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Prosedur
higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung
hendaklah diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area produksi, baik
karyawan purnawaktu, paruhwaktu atau bukan karyawan yang berada di area
pabrik, misal karyawan kontraktor, pengunjung, anggota manajemen senior dan
inspektur. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk
keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang
bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor
dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam
wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau
disterilisasi.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/28.jpg)
16
Universitas Indonesia
Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap
berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah
mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene, dan
pakaian pelindung personil. Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara
ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan.
Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara
luas selama sesi pelatihan.
Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat
direkrut. Merupakan suatu kewajiban bagi industri agar tersedia instruksi yang
memastikan bahwa keadaan kesehatan personil yang dapat memengaruhi mutu
produk diberitahukan kepada manajemen industri. Sesudah pemeriksaan
kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan personil
secara berkala. Petugas pemeriksa visual hendaklah menjalani pemeriksaan mata
secara berkala.
Semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik.
Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene perorangan. Semua
personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memerhatikan
tingkat higiene perorangan yang tinggi. Tiap personil yang mengidap penyakit
atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah
dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses,
dan obat jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi
menimbulkan risiko. Semua personil hendaklah diperintahkan dan didorong untuk
melaporkan kepada atasan langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan atau personil)
yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produk. Hendaklah dihindarkan
persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara
dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian
peralatan yang bersentuhan dengan produk.
Personil hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana mencuci
tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Untuk tujuan itu
perlu dipasang poster yang sesuai. Merokok, makan, minum, mengunyah,
memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok atau
obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/29.jpg)
17
Universitas Indonesia
produksi, laboratorium, area gudang, dan area lain yang mungkin berdampak
terhadap mutu produk.
2.3.6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Produksi hendaklah dilakukan dan
diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti :
penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,
penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan
sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Seluruh bahan
yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan
pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan diberi penandaan
dengan data yang diperlukan. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat
berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat, dan
dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang diterima dan produk
jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah diterima
atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi.
Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani
seperti penerimaan bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan
pada kondisi seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara teratur
untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok. Pemeriksaan hasil nyata
dan rekonsiliasi jumlah hendaklah dilakukan sedemikian untuk memastikan tidak
ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan. Pengolahan produk yang
berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang
kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadi kecampurbauran ataupun
kontaminasi silang.
Produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba
atau pencemaran lain pada tiap tahap pengolahan. Bila bekerja dengan bahan atau
produk kering, hendaklah dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul
serta penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada penanganan bahan yang
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/30.jpg)
18
Universitas Indonesia
sangat aktif atau menyebabkan sensitisasi. Selama pengolahan, semua bahan,
wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja
yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang
sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini
hendaklah juga menyebutkan tahapan proses produksi.
Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda
dan dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna sering kali sangat
membantu untuk menunjukkan status (misal: karantina, diluluskan, ditolak,
bersih, dan lain-lain).
Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain
untuk transfer produk dari satu ke tempat lain telah terhubung dengan benar.
Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan.
Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala
bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
Akses ke fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang
berwenang. Pada umumnya pembuatan produk nonobat hendaklah dihindarkan
dibuat di area dan dengan peralatan untuk produk obat.
2.3.7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan
komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan
keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai
kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
serta termasuk pengaturan, dokumentasi, dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan
tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai
mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga
harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/31.jpg)
19
Universitas Indonesia
Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang
fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan.
Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan
Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab
dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang
membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia
untuk memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan
efektif dan dapat diandalkan.
Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab,
antara lain adalah:
a. Membuat, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu.
b. Menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk.
c. Memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk.
d. Memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk.
e. Ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk.
Semua kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur
tertulis, dan dicatat di mana perlu. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
diterapkan bagian Pengawasan Mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang
diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk
disetujui sebelum didistribusikan.
2.3.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
obyektif.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/32.jpg)
20
Universitas Indonesia
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin serta pada situasi khusus,
misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan
yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.
Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat
program tindak lanjut yang efektif. Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk
inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar
ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara
lain:
a. Personalia.
b. Bangunan termasuk fasilitas untuk personil.
c. Perawatan bangunan dan peralatan.
d. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi.
e. Peralatan.
f. Pengolahan dan pengawasan selama-proses
g. Pengawasan Mutu.
h. Dokumentasi.
i. Sanitasi dan higiene.
j. Program validasi dan revalidasi.
k. Kalibrasi alat atau sistem pengukuran.
l. Prosedur penarikan kembali obat jadi.
m. Penanganan keluhan.
n. Pengawasan label.
o. Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program
yang telah disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip Pemastian
Mutu.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh
personil perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim
inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan
memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu)
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/33.jpg)
21
Universitas Indonesia
kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur
inspeksi diri. Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah
mencakup semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi dan bila
memungkinkan saran untuk tindakan perbaikan.
Pernyataan dari tindakan yang dilakukan hendaklah dicatat. Hendaklah ada
program penindak-lanjutan yang efektif. Manajemen perusahaan hendaklah
mengevaluasi baik laporan inspeksi diri maupun tindakan perbaikan bila
diperlukan.
2.3.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif.
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang
memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami cara
penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk.
Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak
lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk,
dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Penanganan keluhan
dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari penyelidikan serta tindak
lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada manajemen atau
bagian yang terkait.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa produk atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran yang
dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan
mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan.
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/34.jpg)
22
Universitas Indonesia
yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan
tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian
penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan
kembali. Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan
dimutakhirkan jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali.
Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap
saat.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian ke
industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain
misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan
identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Tiap keluhan yang
menyangkut kerusakan produk dicatat yang mencakup rincian mengenai asal usul
keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian
Pengawasan Mutu dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut.
Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka
dipertimbangkan untuk memastikan apakah bets lain juga terpengaruh. Khusus
bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari bets yang cacat diselidiki.
Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan
mengenai suatu produk dilakukan tindak lanjut mencakup tindakan perbaikan bila
diperlukan, penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang
bersangkutan, dan tindakan lain yang tepat. Catatan keluhan dikaji secara berkala
untuk mengidentifikasi hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang
memerlukan perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari
peredaran.
2.3.10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/35.jpg)
23
Universitas Indonesia
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk,
Prosedur Pengolahan Induk, dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula
Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh
bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua
operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan
operasi tertentu, misalnya: pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Metode instruksi
ditulis dengan bahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dan dapat diterapkan
secara spesifik pada sarana yang tersedia; merupakan kewajiban dari suatu
industri untuk memiliki instruksi dari setiap tahapan proses yang jelas dan
terperinci. Laporan berisi ringkasan hasil yang diperoleh. Catatan menyajikan
riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan
yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji, dan didistribusikan
dengan cermat. Bagian dokumen pembuatan dan hendaklah sesuai dengan
dokumen persetujuan izin edar yang relevan. Dokumen hendaklah disetujui,
ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang.
Isi dokumen hendaklah tidak bermakna ganda; judul, sifat dan tujuannya
hendaklah dinyatakan dengan jelas. Penampilan dokumen hendaklah dibuat rapi
dan mudah diperiksa. Dokumen hasil reproduksi hendaklah jelas dan terbaca.
Reproduksi dokumen kerja dari dokumen induk tidak boleh menimbulkan
kekeliruan yang disebabkan proses reproduksi. Dokumen hendaklah dikaji ulang
secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu dokumen direvisi,
hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen
yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/36.jpg)
24
Universitas Indonesia
Dokumen hendaklah tidak ditulistangan; namun, bila dokumen
memerlukan pencatatan data, maka pencatatan ini hendaklah ditulis-tangan
dengan jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus. Hendaklah disediakan ruang yang
cukup untuk mencatat data. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan
pada dokumen hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal; perubahan hendaklah
memungkinkan pembacaan informasi semula. Di mana perlu, alas an perubahan
hendaklah dicatat. Pencatatan hendaklah dibuat atau dilengkapi pada tiap langkah
yang dilakukan dan sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang signifikan
mengenai pembuatan obat dapat ditelusuri. Catatan pembuatan hendaklah
disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi.
Data dapat dicatat dengan menggunakan sistem pengolahan data
elektronis, cara fotografis atau cara lain yang dapat diandalkan, namun prosedur
rinci berkaitan dengan sistem yang digunakan hendaklah tersedia, dan akurasi
catatan hendaklah diperiksa. Apabila dokumentasi dikelola dengan menggunakan
metode pengolahan data elektronis, hanya personil yang diberi wewenang boleh
memasukkan atau memodifikasi data dalam komputer dan hendaklah perubahan
dan penghapusannya dicatat; akses hendaklah dibatasi dengan menggunakan kata
sandi (password) atau dengan cara lain, dan hasil entri dari data kritis hendaklah
diperiksa secara independen. Catatan bets yang disimpan secara elektronis
hendaklah dilindungi dengan transfer pendukung (back-up transfer) menggunakan
pita magnet, mikrofilm, kertas atau cara lain. Adalah sangat penting bahwa data
selalu tersedia selama kurun waktu penyimpanan
2.3.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing
pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/37.jpg)
25
Universitas Indonesia
Kontrak tertulis hendaklah dibuat meliputi pembuatan dan/atau analisis
obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan
untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan
dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar
untuk produk bersangkutan. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan
akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
Pemberi Kontrak.
2.3.12. Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi adalah segala kegiatan pembuktian dan pendokumentasian
bahwa sebuah sistem dan atau alat sudah terpasang dan berfungsi secara benar
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kualifikasi merupakan tahap awal yang
harus dilakukan sebelum validasi. Kualifikasi terdiri dari Kualifikasi Desain (KD),
Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO), dan Kualifikasi Kinerja
(KK).
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan
yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian
risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen
yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data
sebagai berikut:
a. Kebijakan validasi.
b. Struktur organisasi kegiatan validasi.
c. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan, dan proses yang akan divalidasi.
d. Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan
jadwal pelaksanaan.
e. Pengendalian perubahan.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/38.jpg)
26
Universitas Indonesia
f. Acuan dokumen yang digunakan.
2.4. Kompetensi Apoteker Praktisi Industri (World Health Organization,
1997)
Peran apoteker dalam industri farmasi yang digariskan oleh WHO yang
dikenal dengan istilah “seven star pharmacist” meliputi:
2.4.1. Care Giver
Apoteker harus menjadi pemberi pelayanan. Bentuk pelayanan yang
diberikan dalam industri farmasi berupa informasi obat, efek samping obat,
teknologi dalam pembuatan obat, regulasi obat, dan informasi analitis mengenai
hal yang berhubungan dengan obat kepada dokter, sejawat, dan profesi kesehatan
lain. Dalam memberikan pelayanan, apoteker harus mampu berinteraksi dengan
individu dan kelompok dalam lingkungan industri seperti registrasi, formulasi
pengawasan mutu, penjaminan mutu, produksi, maupun di luar industri seperti
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam registrasi dan pengawasan
mutu obat, Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kefarmasian.
2.4.2. Decision Maker
Apoteker mendasarkan pekerjaanya pada ketepatan, keefikasian dan biaya
yang efektif dan efisien terhadap seluruh penggunaan sumber daya misalnya
pengendalian bahan awal dan obat jadi, alokasi dana yang sesuai dengan
kebutuhan, operasi mesin-mesin produksi, prosedur yang tepat dalam
memproduksi obat, pemanfaatan sumber daya manusia dan strategi yang tepat
dalam memasarkan dan memperkenalkan obat kepada masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur
untuk kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pendidikan dan
pelatihan yang diperlukan.
2.4.3. Communicator
Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam berhubungan dengan
masyarakat maupun praktisi kesehatan lain. Oleh karena itu, oleh karena itu ia
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/39.jpg)
27
Universitas Indonesia
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik. Komunikasi
tersebut meliputi komunikasi verbal, nonverbal, mendengar dan kemampuan
menulis dengan menggunakan bahasa sesuai kebutuhan.
2.4.4. Leader
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang
empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil
keputusan.
2.4.5. Manager
Apoteker harus mampu mengelola seluruh sumber daya yang ada di
industri farmasi dan dapat mengakumulasikannya untuk meningkatkan kinerja
industri dari waktu ke waktu.
2.4.6. Life Long Learner
Belajar terus-menerus dan melakukan interaksi yang baik dengan rekan-
rekan sejawat di industri farmasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan.
2.4.7. Teacher
Bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan dunia industri kepada sejawat apoteker dalam
praktek kerja lapangan, dalam seminar mengenai aspek-aspek industri farmasi,
dan lain-lain.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/40.jpg)
Universitas Indonesia28
BAB 3
TINJAUAN KEGIATAN
3.1. PT. Taisho Pharmaceutical Internasional
PT. Taisho Pharmaceutical didirikan pada tanggal 12 Oktober 1912 dan
didirikan di Bunkyo Ward di Tokyo, Jepang pada 5 Mei 1928 untuk pembuatan
obat OTC dengan formulasi yang berbeda. Taisho berkomitmen untuk berperan
dalam kesehatan masyarakat dengan atau tanpa peresepan. Sosok kunci pada
perusahaan ini adalah Shoji Uehara yang kemudian ditunjuk sebagai pimpinan
perusahaan. Taisho memproduksi obat-obat resep maupun OTC selain produk
bermanfaat lainnya.
Produk Taisho untuk peresepan yang terkenal adalah antibiotik
klaritromisin dengan nama paten Clarith & Tomiron, antibiotik lainnya dan
Ancaron untuk pengobatan aritmia. Obat-obat OTC Taisho yang populer
diantaranya adalah makanan/minuman kesehatan yang kaya nutrisi (Lipovitan-D,
Livita), rangkaian makanan untuk penggunaan kesehatan khusus, Pabron-adalah
obat untuk pilek, pengobatan gastrointestinal Kanpro Ichoyaku, Colac-yang
efektif untuk sistem pencernaan, dan RiUp efektif bekerja untuk gangguan
kebotakan pada pria.
PT. Taisho Pharmaceutical telah menandatangani kerjasama
dengan Toyama Chemical untuk menjual produk-produknya. Taisho memahami
dengan baik makanan apa yang ideal dikonsumsi oleh orang-orang di sekitar,
oleh sebab itu Taisho membuat berbagai minuman dan makanan kesehatan kaya
gizi yang mencakup berbagai merek populer seperti Zena, Lipovitan dan Livita.
Disamping berkecimpung dalam bisnis penyediaan obat, perusahaan juga selalu
fokus pada kegiatan pengobatan penyakit yang berkaitan dengan SSP, diabetes,
imunologi, alergi dan berbagai penyakit menular. Setelah lebih dari sembilan
dekade, Taisho berhasil menjaga eksistensinya dalam pasar kesehatan global dan
telah dipercaya oleh konsumen seluruh dunia.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/41.jpg)
29
Universitas Indonesia
3.2. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
Sebelum Taisho Pharmaceutical masuk ke Indonesia, pabrik ini dulunya
adalah milik perusahaan Squibb yang berdiri pada 8 juli 1970 sebagai perusahaan
modal asing yang diberi nama PT. Squibb Indonesia. Pada tahun 1991
perusahaan Squibb di seluruh dunia bergabung dengan perusahaan Bristol yang
sebelumnya telah bergabung bersama perusahaan Mead Johnson dan berubah
nama menjadi PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia (BMSI). Seluruh saham PT.
BMSI selanjutnya dibeli oleh PT. Taisho Pharmaceutical pada tahun 2009, dan
namanya pun berubah menjadi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
Struktur organisasi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. terdapat pada
lampiran 1.
Pabrik PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia berlokasi di Jl. Raya
Bogor Km 38, Cilangkap-Cimanggis, Depok, Jawa Barat 16958, Indonesia.
Sedangkan kantor pusat terletak di Wisma Tamara Lt. 10, Jl. Jend. Sudirman
Kav. 24, Jakarta 12920. Pabrik PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memiliki
luas lahan 22.970 m2 meliputi bangunan kantor, kantin, mushola, dan bangunan
pabrik yang terdiri dari area proses (grey area), area pengemasan (black area),
laboratorium QC, gudang (warehouse), area teknik mesin, gudang bahan mudah
terbakar, dan sarana pengolahan air dan limbah. PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia mempunyai visi, yaitu menghasilkan produk yang excellent, dapat
memperoleh hasil yang efektif dan kompetitif, dan selalu menjamin kualitas
mutu demi memenuhi kebutuhan customer.
Produksi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia dibagi menjadi tiga value
stream, yaitu Value Stream Liquid, Value Stream Cream, dan Value Stream
Diamond. Value stream adalah suatu sistem yang membagi pekerjaan agar lebih
terfokus pada masing-masing pekerjaan di masing-masing value stream. Value
stream mengatur perencanaan produksi untuk memenuhi permintaan pasar
khusus untuk masing-masing produk, dengan data permintaan dan kebutuhan
bahan baku maupun bahan pengemas yang berasal dari Plant Logistic. Plant
Logistic merupakan departemen yang mengatur semua perencanaan penjualan,
pembelian dan juga penyimpanan untuk semua produk.
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memproduksi produk jadi untuk
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/42.jpg)
30
Universitas Indonesia
wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Myanmar, dan
Hongkong. Seluruh penyalur di provinsi-provinsi di Indonesia menyediakan
produk-produk yang dibuat di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia. PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia menerima toll manufacturing dari PT. Janssen Cilag
Indonesia divisi pharma.
3.3. Value Stream
Setiap value stream dipimpin oleh seorang manager yang membawahi
seorang supervisor dan seorang scheduler. Scheduler bertugas mengatur semua
perencanaan produksi. Supervisor bertanggung jawab langsung pada manager
untuk mengatur, mengontrol dan meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia, bahan baku setengah jadi atau jadi dan mesin-mesin produksi di
dalam wilayah tanggung jawabnya guna memaksimalkan efisiensi,
meminimalkan biaya dan menghasilkan bahan setengah jadi/jadi yang memenuhi
standar kebutuhan pelanggan. Jadi, supervisor bertugas untuk menjamin
seluruh proses produksi sesuai dengan standar operasional yang berlaku dan
memenuhi persyaratan CPOB serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Supervisor membawahi line leader mixing dan packaging, foreman, bagian IPC
(In Process Control), dan teknisi.
3.3.1. Value Stream Liquid
Pada value stream Tempra, foreman mixing membawahi operator
dispensing dan operator mixing serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan
dispensing dan mixing berjalan dengan lancar. Foreman packaging membawahi
operator CVC line dan operator KapsAll line, serta bertugas untuk memastikan
bahwa kegiatan packaging berjalan dengan lancar. Struktur organisasi Value
Stream Liquid tersaji dalam Lampiran 2. Varian produk liquid antara lain Tempra
Syrup Grape Flavor,Strawberry Flavor, Mango Flavor, Blueberry Flavor and
Strawberry Flavor.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/43.jpg)
31
Universitas Indonesia
3.3.2. Value Stream Cream
Pada Value Stream Cream, foreman processing membawahi operator
dispensing dan operator mixing serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan
dispensing dan mixing berjalan dengan lancar. Line leader packaging
membawahi operator filling dan operator cartoning, serta bertugas untuk
memastikan bahwa kegiatan packaging (filling dan cartoning) berjalan dengan
lancar. Line leader dan foreman bertanggung jawab langsung kepada supervisor.
Struktur organisasi value stream cream tersaji dalam Lampiran 3.
Selain itu, terdapat seorang scheduler yang bertugas untuk merencanakan
produksi dalam beberapa bulan kedepan. Schedule biasanya dibuat untuk 3 bulan
kedepan. Untuk dapat merencanakan produksi, seorang scheduler berarti harus
dapat merencanakan produk yang akan diproduksi (sesuai pesanan baik lokal
maupun ekspor dan forecasting) dan waktu produksi serta material apa saja yang
dibutuhkan untuk produksi tersebut. Setelah itu nantinya akan diperoleh monthly
production plan dan detail (weekly) production schedule. Varian produk cream,
antara lain Counterpain Cream, Counterpain Cool, dan Counterpain Plus.
3.3.3. Value Stream Diamond
Sama seperti dua value stream yang lain, value stream ini dipimpin oleh
seorang kepala bagian (manager) yang membawahi langsung production
foreman. Production Foreman membawahi foreman processing dan line leader
packaging. Foreman processing membawahi langsung operator dispensing dan
operator mixing serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan dispensing dan
mixing berjalan dengan lancar. Sedangkan line leader packaging membawahi
langsung senior packer dan packer. Struktur organisasi value stream diamond
terlampir dalam Lampiran 4.
Produk yang dihasilkan oleh value stream diamond antara lain
multivitamin, serta produk-produk toll in dari PT. Janssen Cilag divisi pharma
antara lain krim dan serbuk anti jamur.
3.4. Departemen Quality Operation
Quality Operational Department terdiri dari tiga seksi yaitu seksi Quality
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/44.jpg)
32
Universitas Indonesia
Control (QC), seksi Quality Assurance (QA), dan Training. Ketiga bagian
tersebut dikepalai oleh seorang manager yang bertanggung jawab pada manager
Quality Operation. Struktur organisasi Quality Operation tersaji dalam Lampiran
5.
3.4.1. Quality Control (QC)
Bagian Quality Control memiliki tugas antara lain :
a. Melakukan pengujian terhadap bahan baku, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan obat jadi serta menyimpan sampel pertinggal.
stabilitas produk.
b. Mengajukan data lengkap ke QA untuk menolak atau meluluskan setiap
bets bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan
obat jadi.
c. Melakukan analisa terhadap sampel pertinggal dari obat yang dikomplain
jika diperlukan.
d. Mengadakan uji stabilitas.
e. Melakukan penanganan reference standard.
f. Melakukan pemantauan rutin untuk ruang produksi dan sistem penunjang
(air, compresor, dan kualitas udara).
g. Melakukan analisa untuk kegiatan validasi proses, pembersihan, dan
sistem penunjang.
Ruangan dalam QC terdiri dari laboratorium kimia, laboratorium
mikrobiologi, ruang instrumen, ruang timbang, lemari asam, ruang cuci, dan
ruang administrasi. Kegiatan yang dilakukan dalam laboratorium fisika-kimia QC
adalah melakukan analisa sampel secara kimia (antara lain: pengukuran assay,
pH, disolusi, dan disintegrasi) dan pemeriksaan secara fisika (uji secara
visual terhadap warna, bau, rasa, dan particle size). Dalam laboratorium
mikrobiologi dilakukan uji potensi vitamin, uji kontaminasi mikroba terhadap
bahan baku dan produk jadi (pewarnaan gram, uji biokimia, morfologi kimia)
dan pemantauan lingkungan, meliputi pemantauan air dan pemantauan area
produksi.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/45.jpg)
33
Universitas Indonesia
Pemeriksaan air dilakukan berdasarkan pembagian jenis air, yaitu:
a. Deep well water (air sumur) dilakukan setiap satu bulan sekali.
b. City water (air PDAM) dilakukan setiap satu bulan sekali.
c. Process water (air yang diberi perlakuan dengan menambahkan chlorine
dan akan diproses menjadi cold water atau hot water) dilakukan setiap satu
bulan sekali.
d. Cold water adalah air dari process water yang hanya digunakan untuk
membersihkan peralatan dan mesin di area produksi atau di area QC.
e. Hot water (air dari process water yang mengalami proses pemanasan
dan digunakan untuk membersihkan peralatan dan mesin di area produksi)
dilakukan setiap satu bulan sekali.
f. Purified water adalah air yang dihasilkan melalui proses yang
sesuai (deionisasi) dilakukan setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan.
Pemantauan kondisi pada area produksi dilakukan dengan berbagai
metode, antara lain:
a. Pemaparan Cawan Petri yang dilakukan pada area kerja (work level)
saat operasional dan atau saat tidak ada aktivitas (at rest) minimal 1 kali
sebulan.
b. Pemantauan Udara yang dilakukan pada grey area minimal 1 kali sebulan.
c. Compress Dry Air (Sistem Udara Kering Bertekanan) adalah semua
mesin atau peralatan dan instrumen yang digunakan dalam pemampatan
dan pembersihan udara tekanan yang telah ditentukan. Pemeriksaan
terhadap Compress Dry Air dilakukan setiap bulan.
d. Particle Monitoring yang bertujuan untuk mengetahui kualitas udara
dengan cara memantau jumlah partikel pada suatu ruangan.
e. Swab Test untuk memantau kontaminasi dan mengetahui jumlah
mikroorganisme yang terdapat pada permukaan suatu peralatan ataupun
ruangan. Alat yang harus diperiksa antara lain alat baru dari pemasok dan
kontak langsung dengan produk, alat yang kontak langsung dengan
produk dan mengalami reparasi di luar area manufacturing (grey area)
dan/atau di luar area pabrik, alat yang sedang dalam proses cleaning
validation.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/46.jpg)
34
Universitas Indonesia
Sedangkan ruangan yang harus diperiksa adalah:
a. Bagian ruangan Class E dan Class F yang tercemar oleh suatu
mikroorganisme (dinding, lantai, langit-langit).
b. Bila status kebersihan grey area meragukan. Misalnya: setelah perbaikan
ruangan/bagian ruangan, Air Handling Unit (AHU) dimatikan dalam
waktu yang cukup lama.
Hasil analisis semua bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan,
produk obat, uji stabilitas, air, dan pemantauan mikroba di ruangan produksi
yang tidak memenuhi persyaratan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Out of Internal/Alert limit (OAL), apabila hasil analisa berada di
luar spesifikasi internal atau alert limit yaitu spesifikasi yang telah
ditetapkan perusahaan.
b. Out of Official Specification (OOS), apabila hasil analisa berada diluar
spesifikasi yang tercantum dalam farmakope atau yang telah ditetapkan
oleh Badan POM.
3.4.2. Quality Assurance (QA)
Seksi Quality Assurance (QA) atau bagian pemastian mutu memegang
peranan penting dalam proses pembuatan obat yang baik. QA bertugas membuat
kebijakan mutu dan memastian mutu obat yang diproduksi agar senantiasa
memenuhi standar mutu sesuai dengan tujuan penggunaannya. Bagian ini
bertanggung jawab dalam memastikan bahwa sistem yang berjalan dalam
melakukan produksi obat telah sesuai ketentuan, mulai dari bahan awal, kondisi
lingkungan produksi, proses produksi, pengemasan, peralatan yang digunakan,
dokumentasi, validasi serta inspeksi diri. Disamping itu QA juga bertugas dalam
meluluskan atau menolak produk jadi. Produk jadi akan ditolak bila berdasarkan
hasil pemeriksaan QC tidak memenuhi persyaratan atau terjadi
penyimpangan saat proses produksi.
Bagian QA dipimpin oleh seorang QA Manager yang membawahi bagian
GMP Compliance, QA inspector, APR, batch record review; document control;
validation & qualification; registration. Bagian GMP Compliance bertugas
melaksanakan audit (internal dan eksternal) dan melakukan investigasi terkait
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/47.jpg)
35
Universitas Indonesia
alert, deviasi dan keluham yang terjadi. Bagian ini juga bertugas untuk
melakukan pemeriksaan IPO (Inspeksi Pra Operasional) yang meliputi
pemeriksaan kondisi ruangan, aliran udara dan memverifikasi hasil produksi.
Apabila terjadi keluhan dari pelanggan yang dilaporkan oleh bagian
marketing, QA staff akan mendaftarkan keluhan tersebut ke dalam database
complaint untuk kemudian diinformasikan kepada departemen terkait. Bagian
ini bertanggung jawab dalam memastikan bahwa sistem yang berjalan dalam
melakukan produksi obat telah sesuai ketentuan, mulai dari bahan yang
digunakan (berasal dari approved vendor dan sudah di-release), kondisi
lingkungan produksi (HVAC, AHU, magnehelic, suhu, Rh), proses pengolahan,
proses pengemasan, peralatan yang digunakan, dan dokumentasi.
Tinjauan produk tahunan (APR) merupakan bagian dari tugas QA juga.
Kegiatan ini dilakukan untuk memonitor dan menilai seluruh rangakaian kegiatan
dalam menghasilkan produk selama setahun. Selain itu bagian ini juga bertugas
untuk melakukan kajian catatan bets yaitu melakukan pemeriksaan kesesuian MI
(Manufacturing Instruction) dengan yang dilakukan pada proses produksi.
Disamping itu terdapat fungsi document control untuk memastikan bahwa
dokumen yang digunakan di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk,
merupakan dokumen yang valid. Dokumen yang hendak didistribusikan harus
disetujui, ditanda tangani dan diberi tanggal dan nomor dokumen terlebih dahulu
oleh personel yang sesuai dan mempunyai wewenang agar dapat dikatakan valid.
Di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., validasi perlu
dilakukan untuk setiap peralatan dan proses produksi. Prosedur pembersihan juga
harus di validasi untuk konfirmasi efektivitas prosedur tersebut. Validasi juga
perlu dilakukan jika terdapat perubahan baik perubahan mayor maupun minor,
untuk memastikan bahwa perubahan tersebut tidak mempengaruhi mutu produk
yang dihasilkan sehingga mutu produk tetap sesuai dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan. Kegiatan validasi yang dilakukan oleh subdepartemen ini antara
lain :
a. Validasi proses (Process Validation)
Validasi proses adalah validasi yang dilakukan terhadap proses suatu
produk, mulai dari penimbangan (dispensing) hingga pencetakan (compressing)
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/48.jpg)
36
Universitas Indonesia
untuk sediaan solid atau hingga pengemasan primer (primary packaging)
untuk sediaan semisolid dan liquid. Validasi proses lengkap (full validation)
dilakukan sebelum produk dipasarkan, dilakukan terhadap 3 batch pertama yang
dihasilkan. Validasi ulang (full revalidation) dilakukan jika terdapat perubahan-
perubahan pada formula, supplier atau pemasok bahan baku, ukuran bets,
proses pembuatan, lokasi pembuatan, dan alat yang digunakan.
Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan
(validasi prospektif). Validasi prospektif dilakukan terhadap tiga bets berurutan
pada skala produksi. Setelah validasi selesai dan sukses, bets validasi dapat
dijual. Dalam keadaan tertentu, jika hal tersebut tidak memungkinkan, validasi
dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren).
Untuk validasi konkurent juga dilakukan terhadap tiga bets berurutan dan
tiap bets dapat dijual sebelum validasi selesai. Proses yang sudah berjalan
hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif). Pada umumnya validasi
retrospektif memerlukan data dari sepuluh sampai tiga puluh bets berurutan
untuk menilai konsistensi proses, namun jumlah bets yang lebih sedikit
dimungkinkan bila dapat dijustifikasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia, 2012).
Perlu atau tidaknya dilakukan validasi serta jumlah batch validasi
tergantung pada jenis perubahan dan dampaknya terhadap status validasi dan
registrasi obat. Sebagai contoh, menurut Peraturan Kepala BPOM No.
HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 jika terjadi perubahan pabrik bahan aktif
dipersyaratkan untuk dilakukan tiga batch validasi prospektif. Sedangkan untuk
perubahan pabrik bahan baku pembantu dipersyaratkan dilakukan satu batch
validasi konkurent.
b. Validasi pembersihan alat (Cleaning Validation)
Validasi pembersihan alat dilakukan untuk membuktikan bahwa prosedur
pembersihan alat secara konsisten dan reprodusibel dapat menghilangkan
residu bahan aktif, bahan pembersih, dan mikrobiologi (jika perlu). Validasi
pembersihan mencakup pemeriksaan visual, pengujian residu bahan aktif dan
bahan pembersih (uji kimia) serta pemeriksaan residu mikroba (uji
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/49.jpg)
37
Universitas Indonesia
mikrobiologi) jika diperlukan. Sampling untuk pengujian dan pemeriksaan
umumnya dilakukan dengan metode swab. Metode bilas dipilih sebagai alternatif
jika metode swab tidak dapat digunakan (untuk bagian-bagian yang sulit
terjangkau).
Validasi pembersihan alat dilakukan pada setiap peralatan non-dedicated
dan dedicated yang kontak dengan produk. Alat-alat yang dimaksud di sini
mencakup semua peralatan produksi dan pengemasan primer di area produksi,
termasuk area dispensing. Peralatan dedicated adalah peralatan yang digunakan
untuk memproduksi satu produk dengan satu potensi. Peralatan non-dedicated
peralatan yang digunakan untuk memproduksi dua atau lebih produk dengan
zat aktif yang berbeda atau satu produk yang memiliki dua atau lebih potensi.
Selama proses validasi, alat harus dikarantina dan tidak boleh digunakan
sampai diperoleh hasil pemeriksaan yang memenuhi syarat. Jika hasil
pengujian dan pemeriksaan dari QC memenuhi syarat, subdepartemen
validation akan menginformasikan bahwa alat sudah dapat digunakan dan
selanjutnya dibuat laporan validasi pembersihan. Laporan validasi pembersihan
ini berlaku sebagai informasi resmi dan terdokumentasi tentang status
keberhasilan atau kegagalan validasi pembersihan.
c. Kualifikasi
Kualifikasi merupakan segala kegiatan pembuktian dan
pendokumentasian bahwa suatu sistem dan atau alat sudah terpasang dan
berfungsi secara benar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kualifikasi
dibagi menjadi empat melipuiti Kualifikasi Desain, Instalasi, Operasional dan
Kinerja. Kualifikasi Kinerja bertujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang
digunakan dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Kualifikasi Kinerja atau PQ baru dapat dilakukan setelah kualifikasi instalasi
(Instlatation Qualification/IQ) dan kualifikasi operasional (Operational
Qualification/OQ). Di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., IQ dan
OQ dilakukan oleh departemen Maintenance, Engineering & Environment,
Health and Safety (ME & EHS). PQ dapat tergabung dalam validasi proses
sehingga tidak ada SOP (Standard Operating Prosedure) ataupun laporan khusus
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/50.jpg)
38
Universitas Indonesia
tentang PQ mesin- mesin produksi. Untuk mesin-mesin pengemas yang tidak
termasuk dalam validasi proses, dilakukan kualifikasi pengemasan.
3.4.3. Training
Bagian ini bertugas untuk menyiapkan modul training untuk karyawan
baru berupa Job Function Training (JFT) dan GMP refreshment untuk karyawan
lama setiap dua kali dalam satu tahun. Training karyawan baru meliputi training
tentang GMP;Halal; Environment, Health, and Safety (EHS); dan Continuous
Improvement (CI). Selain karyawan baru, mahasiswa yang melaksanakan
PKPA di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, juga mendapatkan pelatihan
mengenai GMP dan EHS sebelum mulai melaksanakan kegiatan PKPA.
Training diberikan oleh personel yang telah terkualifikasi. Pada setiap
akhir training, akan dilakukan evaluasi terhadap personel yang mengikuti
training berupa test tertulis (wajib dilakukan untuk karyawan baru; dapat
dilakukan untuk karyawan lama), observasi atau diskusi (untuk karyawan
lama). Personel pada level di bawah foreman harus memiliki score hasil
evaluasi ≥ 80. Sedangkan personel pada level di atas foreman harus memiliki
score hasil evaluasi ≥ 90. Bila score yang diperoleh berada di bawah score yang
telah ditetapkan tersebut, maka karyawan tersebut harus mengikuti training
ulang.
3.5. Departemen Plant Logistic (PL)
Departemen Plant Logistic bertugas untuk menerima dan menyimpan
material inventori, mengatur kestabilan persediaan, dan mengkoordinasi serta
merencanakan produk baru. Aktifitas yang dilakukan pada departemen ini
adalah planning dan monitoring. Planning yang dilakukan meliputi, material
roadiness(raw material and packaging material), dan levelling-desk on hand
dimana berpengaruh terhadap cost inventory&warehouse capacity. Pada proses
perencanaan ini harus memuat kuantitas yang ingin diorder (forecast) yang
berpatokan terhadap Master Production Schedule (MPS) dan Material
Requipment Planning (MRP). MPS ini dapat digunakan sebagai panduan untuk
menentukan Monthly Schedule (Scheduler Value Stream). Sementara MRP
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/51.jpg)
39
Universitas Indonesia
digunakan sebagai panduan dalam menentukan Purchase Request lalu
dilakukan Purchase Order oleh Warehouse. Semua aktivitas tersebut dilakukan
dengan menggunakan sistem nomer kode yang terhubung dengan sistem
komputer online, yaitu dengan menggunakan sistem BPCS (Bussiness Planing
Control System) AS400. Struktur organisasi Plant Logistic tersaji dalam
Lampiran 6. Departemen Plant Logistic memiliki tiga seksi yaitu:
3.5.1. Warehouse (Gudang)
Sesuai CPOB 2012, gudang yang dimiliki oleh PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk, memiliki kapasitas yang memadai untuk
menyimpan bahan dan produk dengan rapi dan teratur, bersih, kering dan
mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu yang telah
ditetapkan. Selain itu,di dalam gudang penerimaan dan pengiriman dilengkapi
dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang
sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan.
Alur proses penerimaan bahan baku dan bahan pengemas primer
dibagian gudang diawali dengan penerimaan material beserta dokumen terkait
oleh petugas penerimaan barang. Petugas penerimaan kemudian melakukan
pengecekan terhadap barang yang akan diterima, meliputi pengecekan kesesuaian
surat jalan dengan surat pesanan, nama material, jumlah yang akan diterima,
kondisi barang (bersih/kotor, rusak/tidak) serta kondisi segel pengaman.
Pengecekan dilakukan dua kali oleh orang yang berbeda (second checker). Jika
hasil pengecekan sesuai, maka petugas membuat receiving report (RC) empat
rangkap dimana rangkap pertama diserahkan pada capacity planning, rangkap
kedua untuk arsip QA, rangkap ke tiga untuk QA dispotion, dan rangkap ke
empat untuk arsip gudang. petugas gudang kemudian menempatkan material
pada area terpisah dan memasukan data status karantina secara komputerisasi.
Pada saat karantina, departemen QC akan mencetak perintah untuk
melakukan sampling, kemudian lembar sampling diteruskan kepada inspektor.
Hasil sampling dikirim ke laboratorium untuk diperiksa baik secara fisik, kimia
maupun mikrobiologi (jika perlu). Jika material sesuai dengan spesifikasi, maka
petugas QA akan mengganti status karantina (H) menjadi status approved (A)
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/52.jpg)
40
Universitas Indonesia
secara komputerisasi yang terhubung pada sistem BPCS. Jika material tidak
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, maka petugas QA akan
menetapkan status reject pada material dan material tersebut akan dipindahkan ke
lokasi terpisah untuk dikembalikan.
Pengeluaran barang dari gudang menggunakan sistem FEFO (First
Expired First Out) secara komputerisasi berdasarkan expired date material dari
QC. Bahan baku yang akan dikeluarkan, akan ditimbang sesuai perintah SO yang
dikeluarkan oleh Plant Logistic tiap value stream. Selanjutnya bahan baku dan
kemasan primer akan dikirim ke setiap line produksi untuk dilakukan
proses produksi. Jika terjadi kelebihan bahan yang dikirim atau terjadi
pembatalan SO, maka bagian produksi akan mengeluarkan RS (Returned slip)
kepada bagian gudang dan mengirim kembali bahan tersebut.
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memiliki 4 sistem gudang yang
terhubung langsung dengan area produksi, yaitu gudang RM (Raw material),
gudang PM (Packaging Material), gudang FG (Finish Good), dan Gudang RJ
(Rejected). Setiap material yang disimpan di gudang diberi label identifikasi
material seperti yang tersaji dalam Lampiran 7.
a. Gudang RM (Raw material)
Gudang RM merupakan tempat penyimpanan dan penerimaan bahan baku
dan bahan pengemas primer. Penerimaan barang raw material harus dilakukan
prosedur pengecekan. Barang yang sudah diperiksa baru boleh masuk ke dalam
gudang RM. Gudang RM terdiri dari beberapa ruang penyimpanan yang
dibedakan berdasarkan suhunya, antara lain temperatur ruang (>25-30oC),
ruang suhu sejuk (15-25oC atau AC room) dan ruang dingin (2-8oC).
Penyimpanan barang di gudang menggunakan sistem nomer kode yang
terhubung dengan sistem komputer online menggunakan sistem BPCS
(Bussiness Planing Control System) AS400. Pada ruang temperatur sejuk atau
AC room terdapat lemari khusus untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah
terbakar, seperti: alkohol, eter, isopropil alkohol dan lain-lain. Didalam gudang
raw material penyimpanan dipisahkan berdasarkan value stream masing- masing
(raw material tempra, raw material diamond, raw material counterpain). Dalam
proses penyimpanannya raw material yang akan disimpan memiliki persyaratan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/53.jpg)
41
Universitas Indonesia
tersendiri, yakni raw material tidak boleh melebihi dari batas pallet yang
tersedia, tingginya tidak boleh melebihi tinggi rak, berat tidak boleh melebihi dari
500 kg, dan penyusunannya harus kuat.
b. Gudang PM (Packaging Material)
Gudang PM adalah tempat menyimpan bahan pengemas sekunder,
termasuk brosur dan label. Sama seperti bahan baku dan bahan pengemas,
penerimaan barang bahan pengemas sekunder juga harus dilakukan prosedur
pengecekan. Barang yang sudah diperiksa baru boleh masuk ke dalam gudang
PM. Pengeluaran bahan pengemas sekunder dari gudang PM dilakukan
berdasarkan SO (Shop Order) yang dikeluarkan. Bahan pengemas sekunder
seperti master Box, dus, brosur dan label tersebut kemudian akan dikirim ke
setiap line produksi berdasarkan SO (Shop order) tersebut. Gudang PM selalu
dalam keadaan terkunci untuk mencegah penyalahgunaan packaging material
yang belum terpakai. Khusus untuk penyimpanan label, disimpan dalam ruang
suhu sejuk atau ruangan suhu 16-25̊C. Sama halnya seperti raw material, proses
penyimpanannya pada packaging material juga memiliki persyaratan tersendiri,
yaitu penyimpanan tidak boleh melebihi dari batas pallet yang tersedia, tingginya
tidak boleh melebihi tinggi rak, berat tidak boleh melebihi dari 500 kg,
penyusunannya harus kuat, dan lokasi penyimpanan, dalam dua lots tidak boleh
dalam satu lokasi.
c. Gudang FG (Finished Good)
Gudang FG adalah gudang untuk menyimpan produk jadi yang sudah di
release oleh QA yang ditujukan untuk penjualan. Alur masuk produk ke
gudang dimulai dengan perhitungan FG per pallet oleh bagian produksi,
kemudian diterimanya DN (Delivery Note) merupakan dokumen bukti
pengiriman produk dari departemen produksi. Bagian Gudang FG juga akan
memeriksa kesesuaian antara DN dengan quantity produk yang ada. Kemudian
bagian gudang FG akan menulis di dalam logbook quantity dan logbook batch,
jika sudah sesuai maka produk akan dipindahkan kedalam gudang baik
secara fisik maupun secara sistem komputerisasi. Selama proses pemindahan itu,
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/54.jpg)
42
Universitas Indonesia
produk masih dalam status karantina sambil menunggu hasil pemeriksaan QC.
Jika hasil memenuhi persyaratan maka status produk tersebut adalah approve,
sedangkan jika tidak memenuhi persyaratan maka statusnya adalah reject.
Selanjutnya produk akan dipindahkan ke lokasi sesuai status yang ditetapkan
oleh QA.
Alur keluar barang dimulai dengan mengecek keberadaan SO (Shop
Order) yang berasal dari Plant Logistic atau Marketing untuk mengetahui jenis
order, jumlah item, dan waktu pengiriman. Selanjutnya dilakukan registrasi
reservasi, y a i t u d e n g a n m e m buat packing list merupakan tahap
persiapan untuk menyesuaikan kebutuhan quantity dengan ukuran container yang
akan digunakan. Setelah itu akan dibuat picker, merupakan dokumen resmi yang
akan disesuaikan dengan packing list, dokumen ini yang akan dimasukkan
kedalam sistem.
Selanjutnya, registrasi reservasi dicetak dan dilakukan penyimpanan
produk yang diminta sesuai SO. Kemudian dilakukan loading dimana produk
yang telah disiapkan dimasukan ke dalam mobil angkutan sambil dilakukan
konfirmasi dengan memeriksa kesesuaian produk list muat barang dan berita
acara loading barang. Setelah semua selesai container di seal dan dilakukan
konfirmasi dari pihak gudang bahwa barang yang masuk telah sesuai. Setelah itu,
pihak gudang akan menginformasikan ke finance untuk melakukan proses
billing.
Setelah diperiksa kesesuaiannya, kemudian dapat dibuat surat pengantar
barang keluar (SPBK) atau Surat Pengantar Delivery Product (SPDP)
berdasarkan list muat barang. Hasil print out SPDP/SPBK yang telah disahkan
oleh pihak finance, manager gudang, dan sequrity, tersebut kemudiaan
diserahkan kepada sopir ekspedisi, diparaf sehingga produk yang dipesan
tersebut siap diantarkan. Setelah dokumen lengkap ditandatangani, maka
dilakukan pelepasan container. SPDP/SPBK yang asli diserahkan ke Departemen
Finance paling lambat satu hari setelahnya.
d. Gudang RJ (Rejected)
Gudang RJ adalah tempat barang-barang status reject untuk dikembalikan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/55.jpg)
43
Universitas Indonesia
atau dimusnahkan, baik bahan baku, pengemas, maupun produk jadi, gudang
ini terpisah dengan yang lain dan dikunci.
3.5.2. Production Planning Inventory Control (PPIC)
Departemen PPIC dipimpin oleh seorang Supervisor yang bertanggung
jawab kepada Plant Logistic Manager, yang memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan koordinasi internal dengan departemen yang terkait
untuk menjaga kestabilan persediaan barang dan kelancaran proses
distribusi.
b. Membuat inventory forecast untuk setiap item barang sesuai
dengan target atau kebutuhan departemen pemasaran.
c. Menyusun organisasi kerja dan menetapkan alokasi tenaga kerja yang
dibutuhkan.
d. Menyiapkan struktur sistem dan mekanisme kerja serta peralatan
pendukung.
e. Menyusun anggaran operasional departemen.
f. Menyelenggarakan pengelolaan gudang yang meliputi kegiatan
receiving staging/pallet storage dan shipping sesuai sistem dan ketentuan
yang berlaku.
g. Melakukan pengawasan setiap persediaan barang melalui mekanisme
stock.
h. Mengikuti dan melaksanakan program pelatihan yang diselenggarakan
perusahaan.
i. Memberikan pelatihan dan bimbingan kerja kepada bawahannya
serta melakukan pengawasan dan teguran kepada setiap karyawan yang
melakukan kesalahan kerja.
j. Memelihara disiplin kerja setiap karyawan dan menjaga ketertiban
dan keamanan lingkungan kerja serta secara berkala melaksanakan
penilaian prestasi kerja bawahannya.
k. Membina hubungan kerja yang baik dengan berbagai pihak untuk ikut
serta menciptakan suasana kerja yang kondusif dan dinamis.
l. Memberikan usulan/ide kepada atasan dalam usaha meningkatkan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/56.jpg)
44
Universitas Indonesia
kualitas dan kuantitas kerja.
m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan secara lisan maupun
tertulis oleh atasan atau direksi.
n. Menangani keluhan distributor mengenai pengiriman barang, keadaan
barang rusak atau expired dan hal-hal terkait dengan masalah distributor.
o. Menyiapkan perjanjian kerjasama dengan Perusahaan Expedisi.
p. Melakukan evaluasi berkala mengenai kinerja expedisi yang
meliputi kecepatan dan ketepatan waktu, keamanan dan keutuhan jumlah
barang serta tarif yang diberlakukan.
q. Melakukan koordinasi untuk produk Toll Manufacturing Out.
3.5.3. New Product Planning & Shipment Coordinator
New Product Planning & Shipment Coordinator memiliki tugas sebagai
berikut:
a. Melakukan koordinasi pengiriman produk.
b. Penjadwalan item produk baru..
c. Mengkoordinasi validasi prosses produk baru.
d. Mencari supplier baru sebagai alternative vendor.
e. Efisiensi desain kemasan baru.
3.6. Departemen Technical Service
Technical Service (TS) adalah suatu departemen yang ada di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia yang bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis yang
berkaitan dengan proses produksi. Di bawah departemen ini terdapat 2 sub-
departemen, yaitu Manufacturing Technology dan Packaging Development.
Masing-masing sub departemen tersebut merupakan suatu tim yang terdiri
dari satu orang atau lebih spesialis yang bertanggung jawab langsung kepada TS
manager.
3.6.1. Manufacturing Technology
Manufacturing Technology adalah suatu bagian yang bertugas melakukan
pengembangan produk baru. Bagian ini hampir menyerupai departemen
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/57.jpg)
45
Universitas Indonesia
Research and Development dan dipegang oleh satu atau lebih spesialis
dengan latar belakang pendidikan apoteker. Akan tetapi di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dimana formula produk
baru berasal dari Taisho Pharmaceutical pusat, maka formula yang ada sudah
baku dan tidak boleh diubah-ubah. Tugas sub departemen ini adalah melakukan
evaluasi terhadap formula dan metode yang ada dapat diterapkan atau tidak,
bagaimana ketersediaan bahan bakunya, bagaimana cara memproduksinya,
hingga pengemasannya. Hasil yang didapat dengan formula yang sama seringkali
tidak sesuai dengan keinginan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain perbedaan atau perubahan manufacturer atau vendor bahan baku,
perbedaan merk dan jenis peralatan yang digunakan, dan tidak dijelaskannya
proses teknis dengan rinci pada formula yang diberikan, seperti kecepatan
pengadukan, dan lain-lain.
Setelah produk tersebut dianalisa, maka akan dilakukan perhitungan
Production Cost dan Cost of Good Sold (COGS). Bila COGS tidak diterima
maka proses pengembangan dihentikan, sedangkan bila COGS diterima maka
proses pengembangan dilanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu:
a. Jika diperlukan mesin baru maka dilakukan kualifikasi mesin
b. Menentukan strategi validasi pembersihan
c. Permintaan sampel material untuk keperluan trial bila material tidak
tersedia dalam inventori.
d. Kualifikasi metode analisa sebelum metoda analisa tersebut digunakan
untuk merilis produk komersial.
e. Pengembangan bahan pengemas bila diperlukan desain bahan kemas baru.
Kemudian Manufacturing Technologist akan menyiapkan protokol trial
dan melakukan trial produksi pada:
a. Skala laboratorium untuk memberi gambaran karakteristik produk.
b. Skala pilot dengan menggunakan peralatan yang memiliki prinsip kerja
yang sama dengan yang akan digunakan untuk proses produksi skala
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/58.jpg)
46
Universitas Indonesia
komersil pada kondisi sesuai dengan persyaratan GMP.
c. Skala komersil bila diperlukan untuk menentukan parameter yang
lebih optimal.
Hasil dari trial skala pilot (setelah dikemas ke dalam kemasan primer
yang akan dipasarkan) digunakan sebagai sampel uji stabilitas produk sebelum
dipasarkan. Setelah hasil uji stabilitas dikaji oleh Stability Group untuk
ditentukan waktu kadaluarsanya maka bagian registrasi akan mendaftarkan
produk jadi ini ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Setelah
didapatkan nomor registrasi, dilakukan validasi proses sediaan farmasi dan
bets komersil dapat diproduksi setelah mendapat persetujuan.
3.6.2. Packaging Development
Bahan pengemas (kemasan) memegang peranan penting dalam penentuan
nilai jual suatu produk terutama untuk produk-produk OTC. Kemasan juga
diperlukan dalam registrasi produk baru ke BPOM. Hal-hal yang terkait dengan
pengembangan kemasan dilakukan oleh bagian sub departemen Packaging
Development. Di dalam sub departemen ini terdapat dua bagian, yaitu Artwork
Development dan Packaging Technology. Tugas utama dari sub departemen ini
adalah mengembangkan kemasan, meliputi penentuan nomor kode, pembuatan
kemasan yang baru atau perubahan serta perancangan barcode pada kemasan.
Perubahan kemasan antara lain berupa perubahan dimensi atau ukuran kemasan,
perubahan jenis material, perubahan desain (teks, tampilan, warna, dan lain-lain).
Hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan kemasan, antara lain perubahan
registrasi BPOM, perubahan desain dari bagian marketing, penyesuaian dengan
spesifikasi mesin, dan perubahan atau alternatif material, perubahan mesin dari
supplier.
Selain bertugas mengembangkan kemasan, subdepartemen ini juga
bertanggung jawab untuk membuat master dokumen pengemasan, dokumen
spesifikasi dan daftar bahan pengemas, membuat surat perintah pemusnahan
kemasan dengan nomor kode lama, memasukkan data kemasan dan dokumen
terkait ke dalam sistem packaging database, serta menyimpan artwork atau
desain kemasan asli.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/59.jpg)
47
Universitas Indonesia
3.7. Departemen Maintenance Engineering dan EHS
Maintenance Engineering and EHS Department atau biasa disebut
Departemen ME & EHS adalah salah satu departemen penting yang menunjang
proses di dalam industri farmasi. Departemen ini berfungsi sebagai penunjang
fasilitas, peralatan, sarana penunjang, pengembangan sistem atau proses,
mengatur atau merencanakan proyek serta lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan untuk semua departemen yang terdapat di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. Struktur organisasi ME-EHS dapat dilihat pada
Lampiran 8.
3.7.1. Maintenance and Engineering
Secara umum, kegiatan maintenance mencakup perencanaan dan
penyediaan peralatan-peralatan diproduksi dan laboratorium QC seperti
perencanaan dan penyediaan mesin baru, penanganan mesin baru, administrasi
spare part, serta kalibrasi dan kualifikasi. Untuk mesin-mesin yang telah ada
dilakukan trouble shooter (perbaikan mesin-mesin yang mengalami masalah kecil
saat running), repair (perbaikan mesin-mesin yang mengalami masalah saat
running yang menyebabkan kerusakan serius), Development and Improvement
(memodifikasi bagian mesin, performance upgrade, improvisasi sistem kerja
mesin), spare part (penyediaan suku cadang untuk mesin-mesin produksi), dan
preventive maintenance (perawatan berkala untuk mencegah terjadinya kerusakan
pada mesin). Preventive Maintenance (PM) meliputi pengecekan oleh teknisi saat
jadwal PM, penambahan bagian-bagian mesin, pengecekan bagian-bagian mesin.
Untuk perawatan berkala dibagi menjadi 3 tipe yaitu:
a . Tipe A : Perawatan berkala yang dilakukan setiap empat bulan sekali,
b . Tipe B : Perawatan berkala yang dilakukan setiap delapan bulan sekali,
c . Tipe C : Perawatan berkala yang dilakukan setiap satu tahun sekali.
Untuk mesin-mesin baru dilakukan tahap-tahap berikut; Commisioning
yaitu pemastian mesin sesuai dengan permintaan, Kualifikasi, antaralain:
Installation Qualification dan Operational Qualification, Rekualifikasi, dan
Verifikasi.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/60.jpg)
48
Universitas Indonesia
3.7.2. Occupancy
Occupancy merupakan salah satu bagian di departemen ME & EHS di
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. yang berfungsi menyediakan fasilitas-
fasilitas di industri farmasi. Fasilitas yang tersedia antara lain: bangunan,
drainase, konstruksi, sanitary, gardener, dan pest control.
3.7.3. Utility
Utility merupakan bagian yang menyediakan fasilitas penunjang, seperti
pengolahan air, electrical, steam, HVAC (Heating Ventilating Air Conditioning),
LAN, telephone line, boiler, compressor, generator set, dan lain-lain.
HVAC adalah sistem yang mendistribusikan udara yang dirancang sesuai dengan
kriteria yang diinginkan parameternya, seperti temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, velocity, dan ukuran partikel karena hal ini merupakan sesuatu
yang bersifat kritis yang dapat mempengaruhi kondisi pembuatan obat secara
baik dan benar. Skema instalasi HVAC tersaji dalam Lampiran 9. Sistem HVAC
terdiri dari beberapa sistem, yaitu :
a. AHU (Air Handling Unit) berfungsi untuk mendistribusikan udara
untuk setiap ruangan.
b. Chiller berfungsi untuk mengkondisikan temperatur yang
didistribusikan AHU
c. Heating Coil (Hot Water Distribution) berfungsi untuk mengkondisikan
RH (Relative Humidity).
d. Ducting yang berfungsi sebagai saluran udara.
e. Filter yang berfungsi untuk menyaring udara.
Kombinasi diatas dapat diatur untuk mendapatkan suhu, kelembapan dan ukuran
partikel yang sesuai.
Water distribution system di indusri farmasi umumnya terdiri dari :
a. Portable Water System yaitu suatu sistem yang menyediakan
fasilitas air untuk keperluan toilet, penyiraman tanaman, pembersihan
bagian-bagian non produksi.
b. Process Water System yaitu suatu sistem yang menyediakan fasilitas air
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/61.jpg)
49
Universitas Indonesia
untuk keperluan produksi seperti pencucian mesin, pencucian ruangan
c. Purified Water System yaitu suatu sistem yang menyediakan fasilitas
purified water yang digunakan untuk keperluan produksi seperti bahan
dasar, pencampuran raw material, pencucian peralatan produksi.
Dalam PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebelum diolah menjadi
portable water, pada raw water dilakukan penyaringan menggunakan sand filter
dan catridge filter. Pada tahap ini air sudah dapat digunakan untuk sarana kamar
mandi/toilet. Untuk menjadi portable water, air disaring lagi menggunakan sand
filter dan melalui tahap Reverse osmosis, yaitu teknik pembuatan air murni yang
dapat menurunkan hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air.
Reverse osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001
mikron). Setelah itu, dilakukan penambahan antiscalant sehingga dapat
digunakan untuk pencucian peralatan, ruangan, cuci tangan, dan lain-lain.
Kemudia air ditambahkan dengan NaOCl, disaring menggunakan zeolite
filter, carbon filter dan softener, kemudian ditambahkan NaOH untuk
meningkatkan pH air sesuai spesifikasi. Kemudian air ditampung dan diolah
melalui tahap catridge filter serta reverse osmosis, dan disterilisasi menggunakan
sinar UV serta dilakukan deionisasi (electrodeionization), sehingga menjadi
purified water. Purified water system juga dilengkapi dengan looping system
sehingga memungkinkan air tersebut disirkulasi selama 24 jam. Alur
pengolahan purified water secara garis besar tergambar dalam Lampiran 10.
3.7.4. Project
Project merupakan bagian yang mengatur, merancang, menyeleksi
project- project baru atau modifikasi. Ruang lingkup dari project meliputi
Budgetting (pembiayaan), Schedulling (penjadwalan), Planning (perencanaan),
dan Project Execution (Eksekusi project).
3.7.5. Environment, Health and Safety Comittee
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dalam menjalankan bisnis
bertekad untuk menjaga lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja para
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/62.jpg)
50
Universitas Indonesia
karyawan, kontraktor, pelanggan serta masyarakat dengan cara yang aman serta
ramah lingkungan. Oleh karena itu dibentuk suatu komite yang
bertanggung jawab dalam menangani lingkungan kesehatan dan keselamatan
kerja yaitu EHS committee.
EHS (Environment, Health and Safety) adalah sistem pengelolaan
kualitas lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang akan
mempengaruhi tingkat kesehatan dan keselamatan pekerja maupun lingkungan
pabrik secara umum. Program yang dijalankan pada EHS committee antara lain:
a. Total Recordable Case Risk (TRCR), yaitu tingkat resiko kasus yang
terekam. Kasus yang dilaporkan merupakan kasus mayor, yaitu
kasus-kasus yang membuat pekerja harus dirawat oleh dokter.
b. Day Away from Work Case Risk (DAWCR) yaitu tingkat kasus
yang menyebabkan pekerja meninggalkan pekerjaannya.
c. EHS comittee meeting yaitu pertemuan bulanan untuk mendiskusikan
kasus- kasus dan program-program yang dilakukan oleh EHS committee.
d. Self Inspection Program (SIP), yaitu program inspeksi diri yang
dilakukan oleh EHS untuk mengidentifikasi proses atau temuan yang
berpotensi menimbulkan bahaya. Pada SIP ini akan dibuat daftar
pertanyaan yang mencakup tentang penanganan dan penyimpanan bahan
kimia, pencegahan kebakaran dan persiapan keadaan gawat darurat, alat
pelindung diri, kepatuhan terhadap prosedur, keadaan botol gas
bertekanan, peralatan listrik dan perawatan, ruangan kerja, incinerator dan
pengolahan limbah.
e. Near miss, yaitu keadaan hampir celaka. Near miss yang dialami
oleh karyawan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia harus dilaporkan
kepada EHS committee. Near miss perlu didokumentasikan untuk
menghindari terjadinya kecelakaan dalam tingkat yang lebih parah.
f. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja serta pemelihaaraan lingkungan
hidup. Kegiatan pelatihan diberikan oleh kordinator tiap departemen
dibantu oleh karyawan dari departemen tersebut.
g. Komunikasi yaitu pembahasan mengenai kebijakan EHS di tiap
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/63.jpg)
51
Universitas Indonesia
departemen melalui kegiatan safety talk yang dilakukan tiap bulan.
Bentuk komunikasi lain yang dilakukan EHS yaitu menyediakan
informasi tentang kebijakan EHS di tempat yang mudah dibaca oleh
semua karyawan misalnya di majalah dinding tiap departemen.
h. Kualitas dari hasil keluaran Waste Water Treatment Plant (WWTP) di
bawah standar kelas I yaitu EHS menetapkan nilai COD kurang dari
100 ppm dan nilai BOD kurang dari 75 ppm.
i. Mengurangi biaya pembuangan limbah dengan cara mengurangi limbah
yang dihasilkan sehingga limbah yang ditampung akan berkurang.
j. Konservasi air dengan meningkatkan kemungkinan penggunaan air
hasil pengolahan WWTP untuk toilet dan pertamanan.
EHS committee juga bertanggung jawab dalam pengelolaan limbah yang
meliputi penyimpanan sementara, pengambilan, pengolahan, pengemasan,
pemberian label, penyimpanan hingga pembuangan dan/atau pemusanahan
semua sampah atau limbah yang terdapat di area PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk. Setiap limbah harus mempunyai penandaan limbah kemudian
dilakukan pemisahan berdasarkan bentuknya, yaitu bahan kemas atau bahan
baku. Tiap bahan baku juga dibedakan lagi berdasarkan bentuknya padat atau
cairan serta berdasarkan jenisnya yaitu bahan berbahaya dan beracun (B3) atau
non B3. Penanganan limbah non B3 yaitu dikembalikan ke suppplier (jika status
bahan direject oleh QC), dijual atau dihancurkan di incinerator. Limbah B3 dapat
dikembalikan ke supllier (jika status bahan direject oleh QC), dijual atau
dikirim ke perusahaan pengolah limbah bersertifikat (PPLI). Persyaratan
penanganan limbah adalah sebagai berikut:
a. Pekerja harus memakai alat pelindung diri yang sesuai.
b. Semua limbah yang dihasilkan oleh setiap departemen ditampung di
tempat penampungan awal yang disediakan dengan benar dan aman,
serta diberi label.
c. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang telah dikemas harus
diberi label yang sesuai kemudian disimpan di ruang B3 storage room,
lama penyimpanan tidak boleh lebih 90 hari.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/64.jpg)
52
Universitas Indonesia
d. Tempat limbah diberi penandaan yang menunjukkan kelompok limbah.
Penanganan limbah yang menjadi tanggung jawab EHS committee
antara lain:
a. Waste Water Treatment Plant (WWTP)
WWTP untuk pengolahan limbah cair dari proses pencucian mesin atau
peralatan laboratorium, dan limbah cair dari proses USP water. Pengolahan ini
dimulai dari pengumpulan limbah dalam tangki pengumpul kemudian limbah
dialirkan ke dalam tangki equalisasi untuk mencampur semua limbah yang
terkumpul. Pada limbah dilakukan pre-treatment, yaitu dengan penambahan
koagulan dan basa (NaOH). Lumpur yang mengendap dipisahkan dari cairan dan
dikirim ke PPLI. Bagian limbah cair memiliki nilai COD yang masih tinggi,
sehingga dilakukan proses pengolahan selanjutnya menggunakan bakteri aerob.
Limbah yang sudah memenuhi syarat COD, BOD dan jumlah bakteri kemudian
dikumpulkan dalam penjernihan limbah (clarifier unit). Pada proses penjernihan
limbah ini dilakukan pendiaman selama 2 hari dan endapan dikumpulkan. Bagian
cairan dimasukkan dalam penyaringan dan dialirkan melalui karbon untuk
menghilangkan bau. Limbah cair yang sudah bersih dan telah memenuhi syarat
COD dan BOD kemudian dialirkan ke sungai. Pemantauan kualitas air limbah
dilakukan setiap bulan.
b. Pengolahan limbah oleh Perusahaan Pengolah Limbah bersertifikat (PPLI)
Semua limbah yang diolah PPLI ini merupakan limbah yang
tergolong B3 seperti produk kembalian atau produk reject anti kanker,
limbah campuran asam, basa, pelarut organik, raw material reject yang
tergolong bahan berbahaya atau beracun (B3), produk ruahan dalam jumlah
besar, limbah berbahaya lainnya seperti pacahan termometer, material
mengandung asbes, pereaksi padat dari laboratorium, solar atau pelumas bekas.
c. Pengolahan limbah oleh dinas kebersihan
Pengolahan limbah oleh dinas kebersihan untuk limbah domestik,
limbah botol-botol bekas yang sudah dibersihkan, abu sisa pembakaran
insinerator.
d. Penimbunan limbah
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/65.jpg)
53
Universitas Indonesia
Penimbunan hanya diperbolehkan untuk rumput dan daun.
3.8. Lean Continuous Improvement and Training (LCT)
Lean Continuous Improvement and Training (LCT) merupakan
departemen yang langsung berada di bawah Plant Director. Struktur organisasi
LCT dapat dilihat pada Lampiran 11. LCT melakukan perbaikan secara terus-
menerus dengan menyusun dan mengatur proses perbaikan operasional yang
berkesinambungan dalam pengembangan proses atau sistem. Tujuan LCT adalah
peningkatan kualitas produk agar lebih baik (cepat, akurat, mudah, murah,
aman, kualitas) sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain dan
memberikan keuntungan kepada perusahaan, karyawan, dan pelanggan;
memperbaiki kesalahan kerja; menjadi sarana penerapan ide-ide dari technical
operation; serta membangun budaya kepemimpinan dan pertanggungjawaban.
Pelaksanaan LCT meliputi perencanaan, perbaikan, improvement, dan review
kondisi pada saat ini.
Lean Continuous Improvement and Training (LCT) memiliki langkah
perbaikan dalam berbagai aspek yang dilaksanakan secara rutin dan dilakukan di
seluruh bagian terkecil di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Kegiatan
dimulai dari inovasi strategi, penentuan area improvement, membuat tim khusus
yang dikenal dengan nama Small Group Activity (SGA). Setiap kelompok SGA
akan membuat proposal perbaikan terkait bagiannya masing-masing dan
melakukan penelitian serta perbaikan, kemudian mengevaluasi hasil dari
perbaikan tersebut. Setelah melakukan kegiatan tersebut, hasil perbaikan akan
dipersentasikan oleh masing- masing grup. Kemudian dilaksanakan review
terhadap perbaikan yang dilakukan.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/66.jpg)
Universitas Indonesia54
BAB 4
PEMBAHASAN
PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. sebagai salah satu industri
farmasi di Indonesia menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam
pengoperasian. Cara Pembuatan Obat yang Baik oleh industri farmasi di Indonesia
mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh Badan POM. PT Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk harus menerapkan semua aspek yang ada di
CPOB untuk dapat memperoleh izin produksi (registrasi) dandapat memasarkan
produknya di Indonesia. Aspek-aspek CPOB yang harus diterapkan di industri
farmasi adalah manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan
higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan
terhadap keluhan obat, penarikan obat yang beredar dan obat kembalian,
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, dokumentasi, serta kualifikasi dan
validasi. Semua aspek CPOB ini harus dipenuhi oleh PT Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk untuk menghasilkan produk yang aman, berkhasiat, dan
berkualitas.
4. 1 Manajemen Mutu
Manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan dengan
benar diperlukan agar obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan. Mutu produk dibangun ke dalam produk (built in quality) yang
dilakukan terhadap semua aspek pembuatan obat. PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk, telah menerapkan aspek manajemen mutu yang meliputi
pengawasan dan pemastian mutu berdasarkan CPOB. Seluruh bahan (bahan
baku, bahan pengemas, produk ruahan dan produk jadi), seluruh proses
serta peralatan yang digunakan selama proses produksi terjaga kualitasnya
dengan penerapan sistem pengawasan dan pemastian mutu yang
memadai.
Contoh pelaksanaan manajemen mutu yang dilakukan oleh PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk yaitu:
a. Bahan awal yang digunakan harus diuji terlebih dahulu oleh bagian QC
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/67.jpg)
55
Universitas Indonesia
dan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Setelah disetujui
oleh bagian QC, seluruh bahan baku, bahan pengemas, bahan ruahan dan
obat jadi harus mendapat persetujuan dari QA sebelum produk tersebut
dapat digunakan untuk tahapan selanjutnya maupun sebelum produk jadi
diluluskan untuk dijual ke pasaran.
b. Bahan awal yang digunakan adalah bahan yang berkualitas. Pemasok
bahan awal yang bekerjasama dengan perusahaan merupakan pemasok
yang telah dibuktikan sistem manajemen dan kualitas kinerjanya.
c. Seluruh peralatan yang digunakan baik untuk produksi, analisis hingga
sarana pendukung dalam pabrik selalu dikontrol apakah perlatan tersebut
masih memenuhi persyaratan untuk digunakan. Misalnya dengan
melakukan proses kualifikasi, validasi, pembersihan, dan kalibrasi.
d. Prosedur dalam melakukan suatu pekerjaan tertulis dengan jelas dalam
bentuk SOP, MI (Manufacturing Instruction), dan PI (Packaging
Instruction), WI (Warehouse Instruction). Sehingga pekerjaan tersebut
senantiasa dilakukan dengan cara yang sama oleh setiap orang.
e. Personil yang bekerja di pabrik harus terkualifikasi terlebih dahulu
sebelum melakukan pekerjaannya. Proses kualifikasi dilakukan melalui
penilaian program pelatihan.
f. Semua proses pengerjaan yang dilakukan selalu terdokumentasi sebagai
bukti pelaksaan GMP (“Kerjakan apa ditulis dan tulis apa yang sudah
dikerjakan”). Dokumentasi ini diperlukan sebagai dasar penelusuran jika
terdapat suatu penyimpangan atau kesalahan.
g. Selama proses produksi dan pengemasan produk, QA inspector
akan mengawasi dan memastikan bahwa produksi berjalan sesuai
prosedur yang sudah ditentukan. QA inspector juga akan memeriksa
kelengkapan catatan pengolahan bets.
4. 2 Personalia
Personil yang bekerja di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
adalah personil yang terkualifikasi dan memenuhi beberapa persyaratan,
seperti pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, memiliki tingkat
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/68.jpg)
56
Universitas Indonesia
pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta sehat fisik dan mental.
Personil disetiap departemen diberi tanggung jawab sesuai dengan
kapasitasnya. Setiap bidang pekerjaan memiliki job description masing-masing
yang jelas dan rinci.
Penerapan CPOB pada aspek personalia di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. antara lain adalah adanya personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Setiap karyawan baru di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk harus
mengikuti GMP training, EHS training, HALAL training dan Job Function
Training terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. GMP training tidak hanya
dilaksanakan pada awal masuk, tetapi secara berkala 3 bulan sekali yang
wajib diikuti oleh semua personil yang pekerjaannya terkait mutu produk,
misalnya bagian produksi. Karyawan yang membutuhkan keahlian khusus
diberikan pelatihan khusus untuk pemahaman teori dan pelaksanaan
kualifikasi untuk pemahaman cara prakteknya. Contoh kegiatannya adalah
training SGA (Small Group Activity), pelatihan untuk analis di laboratorium
QO Departement atau operator mesin di Manufacturing Department, pelatihan
tambahan seperti EHS (Environtment, Health, and Safety) yang kegiatannya
mencakup pelaksanaan simulasi kebaran, pelatihan P3K, pelatihan keselamatan
kerja, dan lain-lain. Pelatihan yang diadakan PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk. Ini dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
Pelatihan juga diberikan kepada peserta atau mahasiswa Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) sebelum memulai kegiatan di PT Taisho
Pharmaceutical Indonesia. Pelatihan untuk peserta PKPA meliputi GMP
training, EHS training, dan HALAL training.
Personil atau pengunjung yang tidak mendapat pelatihan tidak
diperbolehkan masuk ke dalam area produksi dan laboratorium QO. Bila tidak
dapat dihindarkan, mereka dapat masuk dengan pengawasan dan diberi
penjelasan terlebih dahulu, terutama mengenai pakaian pelindung dan higiene.
Salah satu cara yang diterapkan PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
untuk menghindari orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam area
produksi dan laboratorium QO adalah dengan adanya akses finger-scan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/69.jpg)
57
Universitas Indonesia
sebagai kunci untuk masuk ruangan.
4. 3 Bangunan dan Fasilitas
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia terdiri dari Bangunan dan fasilitas
yang memiliki desain, ukuran, dan konstruksi serta letak strategis yang sesuai
dengan kebutuhan produksi. Kondisi bangunan dan fasilitasnya pun terawat
dengan baik. Ruangan-ruangan dibuat terpisah dan masing-masing dirancang
untuk setiap satu proses dan produk, untuk mencegah kontaminasi silang dan
mencapai efisiensi kerja.
Bangunan dan fasilitas dibersihkan dan disinfeksi sesuai prosedur
tertulis yang rinci dengan catatan pembersihan dan disinfeksi disimpan. Desain
dari dinding bangunan berbentuk lengkungan sehingga mudah untuk
pembersihan, sanitasi dan perawatan. Selain itu, perlindungan dari adanya
serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain (pest control system)
juga diberikan disetiap bangunan dan fasilitas yang ada di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia.
Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban, dan ventilasi
diatur dengan baik pada bangunan dan fasilitas agar tidak mengakibatkan
dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan.
Bangunan di Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dibagi menjadi dua
kelas, yaitu Class E dan Class F yang dipisahkan oleh ruang penyangga (air
lock). Class E meliputi area dispensing, mixing, dan filling (packaging primer),
sedangkan Class F meliputi packaging sekunder, laboratorium dan gudang.
Ruang produksi di Class E juga terpisah antara produk semisolid-liquid dan
solid. Ruangan ini dipisahkan oleh ruang penyangga (airlock) karena
adanya perbedaan kelembaban untuk produk semisolid-cair dan solid.
Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar,
seperti pintu bahaya kebakaran, diamankan sedemikian rupa dengan
menjaga agar area tersebut tetap bebas (keep clean area). Pintu di dalam area
produksi yang berfungsi sebagai barrier terhadap pencemaran silang selalu
ditutup apabila sedang tidak digunakan.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/70.jpg)
58
Universitas Indonesia
Sarana pendukung yang terdapat di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia
Tbk. diantaranya ruang istirahat, mushola, dan kantin yang terletak terpisah
dengan area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Terdapat pula
ruang loker untuk karyawan pria dan wanita untuk menyimpan barang-barang,
dan gowning room untuk mengganti pakaian kerja dan membersihkan diri.
Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi namun
letaknya terpisah.
Toilet disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses
serta tidak berhubungan langsung dengan area produksi atau area
penyimpanan. Selain itu terdapat pula bengkel perbaikan dan perawatan
peralatan (Engineering Workshop) yang terletak terpisah dari area produksi.
4. 4 Peralatan
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. menggunakan peralatan
pembuatan obat dengan desain dan bentuk yang sesuai dengan fungsinya,
ukuran yang memadai, telah terkualifikasi, dan mudah dalam
pembersihan serta perawatan. Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung
dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi terbuat dari stainless steel
sehingga tidak menimbulkan reaksi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu,
atau kemurnian produk diluar batas yang ditentukan.
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memiliki beberapa peralatan yang
digunakan khusus untuk produksi tiap line masing-masing value stream agar
tidak terjadi kontaminasi silang.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa, dan
mencatat diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai dengan program dan
prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi selalu
didokumentasikan dan disimpan dengan baik. Pemeriksaan dan kalibrasi
serta pendokumentasiannya dilakukan oleh Maintenance Engineering dan
EHS Departement.
Peralatan yang digunakan diletakan dengan rapi dan diberi penandaan
sesuai fungsinya dengan nomor identitas yang jelas. Pipa tidak langsung
menempel ke tembok dan diberi penandaan yang jelas untuk menunjukan isi
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/71.jpg)
59
Universitas Indonesia
dan arah aliran. Mesin diletakkan sedemikian rupa agar mempermudah
pekerjaan dan pergerakan operator.
Setiap mesin dan peralatan memiliki log book yang memuat data:
kapan mesin digunakan, siapa yang menggunakan, digunakan untuk produk
apa dan nomor bets berapa, kapan mesin dibersihkan, siapa yang
membersihkan, bagaimana cara pembersihannya. Mesin dan peralatan yang
telah dibersihkan dan dikeringkan, diberi label penandaan (label status
kebersihan) yang menandakan mesin itu sudah bersih dan siap pakai untuk
proses produksi selanjutnya.
4. 5 Sanitasi dan Higiene
Sanitasi dan higiene mencakup higiene perorangan, sanitasi bangunan
dan fasilitas, serta pembersihan dan sanitasi peralatan. PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk. selalu memperhatikan sanitasi dan higiene agar selalu
berada dalam tingkat sanitasi dan kebersihan yang tinggi sehingga mutu
produk yang dihasilkan tetap bersih dan higienis. Penerapan sanitasi dan
higiene di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia mencakup:
a. Pemeriksaan kesehatan setiap tahun dilakukan terhadap setiap karyawan
tetap PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Personil yang mengidap
penyakit atau luka terbuka dilarang untuk bekerja di area produksi.
b. Penerapan personal hygiene oleh setiap karyawan PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk seperti mencuci tangan sebelum masuk
ke ruang produksi, memakai pakaian produksi dengan benar, tidak
memakai perhiasan dan make up berlebihan ketika masuk ke ruang
produksi, dan lain-lain.
c. Setiap perpindahan area, misal dari Class E ke Class F, personil
diwajibkan mengganti pakaiannya atau menggunakan pakaian pelindung
khusus tambahan, termasuk penutup kepala dan penutup sepatu untuk
mencegah kontaminasi dari Class F ke Class E yang lebih bersih.
d. Sentuhan langsung dengan bahan awal, produk antara dan produk
ruahan tidak diperbolehkan sehingga operator diwajibkan mengenakan
sarung tangan ketika bekerja. Sarung tangan ketika bekerja di suatu
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/72.jpg)
60
Universitas Indonesia
ruangan juga tidak boleh di bawa ke ruangan lain untuk menghindari
kontaminasi silang.
e. Tidak boleh membawa makanan/minuman dan merokok di dalam ruang
produksi. Kegiatan-kegiatan ini hanya dapat dilakukan di ruangan-
ruangan tertentu, seperti kantin atau pantry untuk makan dan minum
dan tempat khusus merokok yang disediakan oleh PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia yang berada dekat parkir motor.
f. Setiap ruangan di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia dilengkapi
dengan sistem ventilasi yang sesuai dan terdapat toilet, tempat cuci
serta sarana pembersihan lainnya dalam jumlah yang memadai dan
mudah ditemukan di area PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia.
g. Kegiatan housekeeping dilakukan secara rutin untuk menjaga kebersihan
dan kerapian ruangan di luar area produksi. Pembersihan ruangan
produksi juga dilakukan setiap kali selesai proses pengolahan. Ada 3
jenis pembersihan ruangan di area produksi:
1) Cleaning A, yaitu pembersihan secara menyeluruh baik ruangan, mesin,
maupun peralatan yang dilakukan setelah masa cleaning holding time
habis.
2) Cleaning B, yaitu pembersihan pada campaign batch, yakni pembersihan
mesin dan peralatan yang dilakukan setelah 1 bets selesai diproses dan
akan memproses bets selanjutnya dengan produk yang sama.
3) Cleaning C, yaitu pembersihan secara menyeluruh baik ruangan, mesin,
maupun peralatan setelah masa Cleaning A habis.
h. Setiap mesin dan peralatan yang digunakan untuk produksi selalu
dibersihkan setelah penggunaan. Pembersihan dan penyimpanan peralatan
yang dapat dipindah-pindah dilakukan di ruangan terpisah dari ruangan
pengolahan. Sama seperti ruangan di area produksi, ada 3 jenis
pembersihan peralatan produksi, yaitu: Cleaning A, Cleaning B dan
Cleaning C.
4. 6 Produksi
Produksi di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia selalu dilaksanakan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/73.jpg)
61
Universitas Indonesia
sesuai prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang
berlaku untuk menjamin produksi senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan
izin edar (registrasi). Produksi dilaksanakan oleh operator yang terkualifikasi
dan diawasi oleh personil yang kompeten, mulai dari line leader, foreman,
maupun supervisor.
CPOB yang diterapkan pada tahapan produksi di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia antara lain dalam hal:
a. Pengadaan, penimbangan, penyerahan bahan awal.
Pengadaan bahan awal yang terdiri dari bahan baku dan bahan
pengemas dibeli dari agen atau supplier yang telah dievaluasi dan disetujui
oleh QA agar dipastikan mutunya selalu terjaga. Tata cara penerimaan bahan
awal yaitu periksa dokumen pengiriman, periksa keutuhan kemasan,
bersihkan wadah luar, beli label identitas (identification material), letakkan
di area karantina, pemeriksaan sampel bahan awal oleh QC.
Bahan awal disimpan di gudang (warehouse) yang luas dan selalu dijaga
kebersihannya. Ruang penyimpanan bahan awal diklasifikasikan berdasarkan
sifat tiap bahan awal, yaitu ruang khusus bahan yang mudah terbakar,
temperatur ruang (>25- 300C), ruang suhu sejuk (15-250C atau AC Room) dan
ruang dingin (2-80C/ cool room). Ruang penyimpanan bahan awal juga
dikendalikan cahaya dan kelembabannya. Pengeluaran bahan awal dari
gudang menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out), artinya bahan
awal yang digunakan terlebih dahulu yang datangnya awal dan masa
expirednya yang lebih cepat.
Pada area penyerahan bahan awal (stage in), hanya bahan-bahan yang
telah dikeluarkan Shop Order saja yang ditempatkan di daerah penyerahan
berupa airlock yang menghubungkan antara ruang penimbangan dengan area
gudang. Bahan-bahan yang akan ditimbang diletakan di pallet. Satu pallet
hanya untuk bahan-bahan dari satu bets.
Hasil penimbangan diletakkan di dalam wadah stainless steel yang
kemudian dibungkus dengan plastik yang diikat kencang dan diletakkan
pada pallet di area penyerahan (stage out) untuk proses pengolahan.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/74.jpg)
62
Universitas Indonesia
Dokumen yang harus dilengkapi setelah proses penimbangan adalah SO
(Shop Order), MI (Manufacturing Instruction), summary dispensing report,
dan label (label kebersihan, dispensing label tiap cointaner).
b. Validasi proses
Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan, harus
dibuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin dan proses
yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah
ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu dengan cara validasi proses. Adanya perubahan yang berarti
dalam proses, peralatan, atau bahan juga harus dilakukan validasi ulang untuk
menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu.
c. Pencegahan pencemaran silang
Pencemaran silang dalam proses produksi harus dihindari dengan
tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya produksi tiap sediaan
atau proses yang berbeda dilakukan di dalam ruang yang terpisah, tersedia
ruang penyangga udara dan penghisap udara yang memisahkan area grey dan
black, memakai pakaian pelindung yang sesuai dengan area dimana produk
yang berisiko tinggi terhadap pencemaran silang di proses, melaksanakan
prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif, pengujian
residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat.
d. Sistem penomoran bets/lot
Sistem penomoran bets menjelaskan tahun dan bulan pembuatan serta
nomor bets dan lot produk tertentu. Contoh sistem penomoran bets di PT.
Taisho Pharmaceutical Indonesia adalah sebagai berikut:
3H4281
1 : tahun 2013
H : bulan kedelapan (Agustus)
428 : nomor bets
1 : nomor lot
e. Pengolahan
Masing-masing ruangan di area produksi hanya digunakan untuk
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/75.jpg)
63
Universitas Indonesia
pembuatan 1 (satu) bets produk. Di dalam ruang pembuatan produk tersebut
tidak boleh terdapat produk lain, walaupun merupakan produk yang sama
yang hanya berbeda bets. Terdapat Work in Process (WIP) Room sebagai area
penyerahan produk ruahan yang selanjutnya akan dikemas primer. Kondisi
lingkungan di area pengolahan dipantau dan dikendalikan sehingga selalu
berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Kondisi
lingkungan yang diperhatikan antara lain Air Handling Unit (AHU) dan
tekanan udara ruangan yang dipantau pagi hari dan siang hari.
Sebelum kegiatan pengolahan dimulai, operator mempersiapkan jalur
pengolahan untuk memastikan bahwa area pengolahan dan peralatan bersih
serta bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan
untuk kegiatan pengolahan yang akan dilakukan. Semua peralatan yang
dipakai dalam pengolahan diperiksa sebelum digunakan. Sebelum
digunakan, baik ruangan, mesin, dan peralatan dinyatakan bersih secara
tertulis pada label kebersihan untuk masing- masing ruangan, mesin, dan
peralatan. Pada setiap ruangan yang sedang digunakan untuk pengolahan harus
dilengkapi dengan label In Process yang menyatakan nama produk yang sedang
diolah, nomer bets, dan kuantitasnya.
Semua kegiatan pengolahan dilaksanakan mengikuti prosedur yang
tertulis, yaitu Manufacturing Instruction (MI). Setiap terjadinya penyimpangan
dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada line leader, foreman,
supervisor, bahkan section head bila perlu. Semua produk antara dan ruahan
diberi label dengan benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian
Pengawasan Mutu dan diberi label “H” (Hold) sedangkan apabila telah
diluluskan diberi label “A” (Approved). Semua pengawasan selama proses
yang dipersyaratkan dicatat dengan akurat pada saat pelaksanaannya.
Penyimpanan produk dalam proses harus mengikuti ketentuan batas waktu
maupun kondisi yang telah ditetapkan.
f. Pengemasan
Pengemasan dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk
menjaga identitas, keutuhan, dan mutu produk akhir yang dikemas.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/76.jpg)
64
Universitas Indonesia
Semua kegiatan pengemasan dilaksanakan sesuai dengan Packaging
Instruction dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur
Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan dicatat dalam Catatan
Pengemasan Bets. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, dilakukan
pemeriksaan untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta
bebas dari produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan
untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan.
g. Pengembalian
Bahan awal, produk ruahan, produk jadi, bahan pengemas dari sisa
proses dikembalikan ke gudang penyimpanan dihitung dan didokumentasikan.
Setiap bahan yang dikembalikan, diberi label “return of material” yang berisi
antara lain: nama produk, nomor bets, proses yang telah berlangsung, jumlah
yang dikembalikan serta tanda tangan dan paraf operator.
h. Pengawasan selama proses
Terdapat prosedur tertulis yang menjelaskan teknik pengambilan sampel,
pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets
produk yang dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala
bagian Pemastian Mutu (QA Manager) dan hasilnya didokumentasikan. Selama
proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada awal,
tengah, dan akhir proses oleh personil yang terkualifikasi. Hasil
pengujian/inspeksi selama proses hendaklah dicatat dan dokumen tersebut
hendaklah menjadi bagian dari catatan bets.
i. Pengiriman dan pengangkutan
Bahan obat dan obat diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga
keutuhannya dan kondisi penyimpanan terjaga. Catatan pengiriman
menyatakan minimal tanggal pengiriman, nama dan alamat pengirim, uraian
tentang produk, kondisi pengangkutan dan penyimpanan. Catatan pengiriman
harus terdokumentasi dengan rapih. Semua catatan mudah diakses dan
tersedia apabila diminta. Bagian pengiriman dan pengangkutan di bawah
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/77.jpg)
65
Universitas Indonesia
pengawasan bagian gudang (warehouse).
4.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu bertujuan untuk menjamin bahwa kualitas produk
yang dihasilkan selalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, baik pada saat
sebelum, saat, dan setelah dilakukan proses produksi. Pengawawan mutu tidak
terbatas pada kegiatan laboratorium tetapi juga harus terlibat dalam semua
keputusan yang terkait dengan mutu produk. Kegiatan yang dilaksanakan di
laboratorium pengawasan mutu (Quality Control) harus berpedoman pada Good
Laboratory Practice (GLP) sehingga laboratorium kimia dan mikrobiologi dapat
dirancang dengan baik serta dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk
menunjang pemeriksaan kemasan, bahan awal, produk ruahan, maupun produk
jadi.
Beberapa ruang untuk masing-masing kegiatan yang berbeda terdapat di
dalam laboratorium diantaranya, ruang untuk laboratorium kimia, laboratorium
mikrobiologi, ruangan instrumen, ruangan timbang, lemari asam, ruang cuci,
ruang stabilitas, dan ruang administrasi. Ruang lingkup kerja pengawasan mutu
yang dilakukan yaitu kualifikasi, kalibrasi, dan maintenance alat laboratorium;
penanganan reference standard; program uji stabilitas; validasi metode analisis;
dan pengujian sampel bahan baku dan bahan pengemas; serta monitoring program
air dan lingkungan.
4.7.1 Kualifikasi, kalibrasi, dan maintenance alat laboratorium
Terdapat tiga level dalam kualifikasi alat laboratorium, yaitu level 1 untuk
alat yang tidak perlu dikualifikasi dan dikalibrasi, contohnya shaker; level 2 untuk
alat yang perlu dikalibrasi, contohnya timer, termometer, penggaris; dan level 3
untuk alat yang perlu dikualifikasi dan dikalibrasi, contohnya HPLC, GC, dan
AAS. Kalibrasi dan maintenance alat laboratorium dilakukan periodik setiap enam
bulan sekali oleh vendor dan departemen ME.
4.7.2 Penanganan reference standard
Baku pembanding, pereaksi kimia, media perbenihan, dan peralatan harus
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/78.jpg)
66
Universitas Indonesia
dikontrol dengan baik untuk menunjang hasil analisis yang akurat. Baku
pembanding ditangani oleh penanggung jawab reference standard. Sumber
reference standard yang digunakan berasal dari Sigma dan Adrich. Hal yang perlu
tertera pada wadah baku pembanding diantaranya nama standar, kode, nomor lot,
potensi atau kadar, tanggal pembuatan, tanggal daluarsa, dan kondisi
penyimpanannya. Penyimpanan baku pembanding disesuaikan dengan kondisi
penyimpanan masing-masing. Pengujian bahan baku, produk ruahan dan produk
jadi dilakukan berdasarkan testing standard sedangkan pengujian bahan kemas
berdasarkan purchase specification yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Pengontrolan untuk bahan kimia dimulai dengan pemberian label yang
mencantumkan identitas, tanggal dibuat, serta tanggal kadaluwarsanya.
Penyimpanan bahan kimia dan pereaksi disesuaikan dengan kondisi penyimpanan
masing-masing.
4.7.3 Program Uji Stabilitas
Pengujian stabilitas dilakukan pada produk yang sudah beredar (post
market stability) untuk memantau produk selama masa edar dan menentukan
bahwa produk tetap atau dapat diperkirakan akan tetap, memenuhi spesifikasinya
selama di pasaran dan tiap satu bets produk per tahun. Jenis uji stabilitas yang
dilakukan adalah uji stabilitas dipercepat (accelerated stability) dan jangka
panjang (long term stability). Kondisi uji stabilitas mengikuti ASEAN guideline.
Bagian pengawasan mutu juga bertugas menangani pengujian stabilitas retain
sampel yang bertujuan untuk pembuktian kestabilan produk jika ada keluhan dari
konsumen.
4.7.4 Validasi Metode Analisis
Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa metode
analisis sesuai tujuan penggunaannya yang menghasilkan hasil uji yang tepat dan
konsisten. Metode analisis yang berasal dari buku standar (compendial) hanya
dilakukan verifikasi, sedangkan metode analisis non compendial dilakukan
validasi dengan memperhatikan parameter akurasi, presisi, spesifitas, batas
deteksi, batas kuantifikasi, linearitas, dan ruggedness.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/79.jpg)
67
Universitas Indonesia
4.7.5 Pengujian sampel bahan baku dan bahan pengemas.
Secara umum, jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus √n + 1
untuk bahan baku yang lebih dari 3 wadah. Jika kurang dari 3 wadah, semua
wadah harus disampling. Sampel yang diuji dilakukan di dalam sampling room di
bawah sampling booth. Jumlah sampel yang diambil dari wadah (container)
berdasarkan Masterlist Quantity Sampling Raw Material PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk.
4.7.6 Monitoring Program Air dan Lingkungan.
Pengawasan kualitas air dilakukan terhadap purified water, portable dan
hot water, serta process water. Pengawasan purified water dilakukan setiap hari
untuk memeriksa kualitas dan kondisi purified water yang didistribusikan, tiap
minggu untuk memeriksa kualitas dan kondisi tempat penyimpanan purified water
(storage tank), dan tiap bulan untuk memeriksa kualitas dan kondisi purified
water ditempat pemakaiannya seperti di lab dan area produksi grey.
Parameter yang diuji adalah kejernihan, TPC, Pseudomonas, TOC, dan
kondutivitas. Pengawasan terhadap portable dan hot water dilakukan tiap sebulan
sekali untuk memeriksa kualitas dan kondisi di tempat pemakaiannya. Parameter
yang diuji adalah TPC, Coliform, dan Pseudomonas. Pengawasan process water
dilakukan untuk memeriksa kualitas dan kondisi sumber air untuk purified water,
portable water dan hot water yang berasal dari air sumur dan air PAM.
4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu
4.8.1 Inspeksi Diri
Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi semua aspek produksi dan
pengendalian mutu memenuhi atau tidak memenuhi ketentuan CPOB. Program
inspeksi diri merupakan langkah yang diperlukan dalam suatu industri untuk
meninjau kembali sarana, prasarana, dan seluruh tata kerja pabrik yang mungkin
dapat berpengaruh pada jaminan mutu. Perbaikan dapat terus-menerus dilakukan
terhadap berbagai kelemahan yang mungkin timbul dengan adanya inspeksi diri.
Inspeksi diri juga bertujuan untuk mengetahui cacat kritis, berdampak kecil,
berdampak besar sehingga langkah-langkah pencegahan dan perbaikan cacat
tersebut dapat segera ditentukan.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/80.jpg)
68
Universitas Indonesia
Inspeksi diri adalah kegiatan penilaian yang dilakukan secara reguler,
sistematis, dan objektif. Reguler diartikan sebagai kegiatan rutin, terdapat jadwal
pelaksanaan inspeksi diri dalam jangka waktu tertentu untuk menjamin
tercapainya kesesuaian secara kontinyu. Selain itu, inspeksi juga harus dilakukan
secara sistematis yakni terdapat langkah-langkah pengerjaan yang jelas dan daftar
hal-hal yang harus diperiksa untuk mendapatkan standar inspeksi yang seragam.
Objektif artinya inspeksi dilakukan oleh seseorang yang tidak terkait dengan
departemen yang sedang diperiksa.
Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim auditor yang kompeten serta
memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis maupun praktis.
Laporan inspeksi diri mencakup hasil, penilaian, kesimpulan dan usulan tindakan
perbaikan. Hasil dari inspeksi diri ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan kebijakan baru, agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang
kembali.
Inspeksi dilakukan terhadap semua departemen yang terdapat di PT.
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. minimal 1 kali per tahun dan dilaporkan
oleh QA. Pelaksanaan inspeksi dilakukan oleh suatu tim yang minimal terdiri dari
2 orang yang dipimpin oleh personil dari divisi QA dan anggotanya dari
departemen yang diinspeksi, orang tersebut harus kompeten dan bersifat
independen. Tindakan perbaikan dan pencegahan akan dilakukan oleh departemen
yang bersangkutan jika pada saat inspeksi ditemukan ada hal-hal yang tidak sesuai
dengan penerapan CPOB.
4.8.2 Audit Mutu
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian
dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu.
Audit yang dilakukan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. bersifat eksternal
yang dilakukan oleh Badan POM dan PT. Janssen Cilag Indonesia). Selain itu,
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. juga melakukan audit terhadap pihak
luar (vendor audit), yaitu pihak bahan pemasok dan distributor yang bekerja sama
dengan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. agar produk yang dihasilkan
tetap memenuhi standar yang ada.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/81.jpg)
69
Universitas Indonesia
4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Obat dan
Produk Kembalian
Keluhan terhadap produk obat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan
yang menyangkut efek samping obat dan menyangkut keluhan teknis kualitas
obat. Keluhan terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan.
Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang berhubungan
dengan kegiatan produksi. Keluhan dari luar perusahaan dapat berasal dari dokter,
pasien, apoteker, rumah sakit atau klinik, pemerintah (BPOM), distributor, dan
media massa. Semua keluhan yang berasal dari luar perusahaan, ditangani oleh
bagian marketting yang akan menyaring keluhan tersebut. Kemudian, laporan
keluhan dikirim ke bagian QA disertai dengan contoh obatnya. Apabila penyebab
keluhan telah diketahui, maka akan dibuat laporan dan dikirimkan ke bagian
marketting agar dapat disampaikan kepada customer. Berdasarkan hasil
investigasi dapat dilakukan tindakan perbaikan sebagai tindakan pencegahan
sementara jika diperlukan atau tindakan lain yang tepat.
Penarikan kembali produk merupakan proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets tertentu dari peredaran dikarenakan adanya
produk obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atas dasar pertimbangan
munculnya efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
Penarikan obat jadi ini dapat dilakukan atas keinginan produsen (misal karena
kestabilan obat tidak baik) atau keinginan badan POM.
Masalah kualitas yang terjadi harus segera diberitahukan kepada QA
Section Head, selanjutnya dilakukan pengkajian ulang apabila masalah tersebut
berpotensi menyebabkan penarikan produk. QA Section Head kemudian segera
melaporkan kepada manajer QO dan direktur Tecnical Operation jika ada potensi
penarikan produk. Bila dianggap berpotensi terjadinya penarikan produk, maka
harus segera diadakan investigasi untuk mengetahui uraian mengenai produk,
bets-bets terkait sumber produk serta rincian masalah yang berpotensi penarikan
produk tersebut. QO manager akan melaporkan masalah ini ke headquarter
Taisho pharmaceutical International, kemudian akan dibentuk PRC (Product
Review Committee). PRC selanjutnya akan mengkaji ulang semua informasi yang
ada, bila dianggap perlu dilakukan penarikan maka PRC akan membentuk PAC
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/82.jpg)
70
Universitas Indonesia
(Product Action Committee) untuk melakukan aktivitas penarikan ulang. PAC
akan menginformasikan hal ini ke bagian marketing yang kemudian akan
memberitahukan penarikan produk kepada BPOM dan distributor sesuai dengan
tingkat distribusi produk yang akan ditarik tersebut. Produk yang dikembalikan
akan diterima oleh bagian warehouse dan dibuat laporan penerimaan produk yang
dikembalikan. Produk tersebut kemudian akan dimusnahkan dan dibuat berita
acara pemusnahannya, PAC kemudian akan melaporkan hasil penarikan tersebut
kepada PRC. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar yang
kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
daluarsa atau alasan lain, misalnya karena kondisi wadah atau kemasan yang
dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat
yang bersangkutan. Dalam penanganan produk kembalian, QA bertanggung jawab
untuk memeriksa kondisi fisik produk kembalian dan dokumen yang
menyertainya, menyaksikan dan membuat berita acara proses pemusnahan,
membuat label hold untuk produk re-stock atau label reject untuk produk expired,
defective dan damage.
4.10 Dokumentasi
Setiap kegiatan dan proses yang dilakukan di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. selalu didokumentasikan dengan baik. Setiap
dokumen yang ada di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah didesain,
disiapkan dan dikaji sedemikian rupa serta didistribusikan dengan cermat ke
seluruh bagian yang berkepentingan. Dokumen yang hendak didistribusikan harus
disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal terlebih dahulu oleh personel yang
sesuai dan mempunyai wewenang agar dapat dikatakan valid. Seluruh dokumen,
selain tersedia dalam bentuk hard copy juga terdapat dalam bentuk soft copy dan
disimpan oleh personel yang berkepentingan. Dalam dokumentasi kegiatan yang
telah dilaksanakan, tidak boleh ada kolom kosong, tetapi harus diberi tanda NA
(Not Applicable) dan setiap perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan
dokumen (koreksi penulisan) sebaiknya dihindari, tetapi jika terpaksa maka harus
diberi paraf dan tanggal. Perubahan tersebut juga harus memungkinkan
pembacaan informasi semula (tidak dihilangkan).
Pengkajian dokumen juga hendaklah dilakukan karena setiap dokumen
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/83.jpg)
71
Universitas Indonesia
memiliki “life cycle”. Pengkajian ulang tersebut dilakukan oleh QA Document
Controler. Setiap perubahan yang dilakukan harus dicantumkan dalam histori
yang terdapat dalam dokumen hasil revisi. Dokumen yang ada di PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. untuk pedoman dalam melaksanakan kegiatan
telah meliputi semua dokumen penting yang dipersyaratkan CPOB, antara lain :
TS (Testing Standard) yang berisi spesifikasi masing-masing bahan dan produk,
MI (Manufacturing Instruction) dan PI (Packaging Instruction) yaitu prosedur
pengolahan dan pengemasan induk, Batch record yang isinya meliputi
catatanpengolahan bets dan pengemasan bets. Setiap batch record produk disertai
dengan dokumen lengkap yang terdiri dari SO (Shop Order) hingga Lab Report
yang menyatakan bahwa bets tersebut lulus pengujian sehingga dapat dirilis.
Selain dokumen tersebut, ada pula SOP (Standard Operating Procedure)
untuk prosedur umum selain produksi, misal SOP validasi pembersihan alat-alat,
WI (Working Instruction) untuk prosedur praktis, misal WI pembersihan dan
pengoprasian mesin Mixing; GM (General Methode) yang berisi metode-metode
baku untuk pengujian di laboratorium, dan lain lain. Pendokumentasian lain yang
dilakukan adalah pendokumentasian kegiatan artinya setiap kalinya selesai
melakukan kegiatan, hasilnya dilaporkan dalam bentuk antara lain: log book, lab
report, raw data hasil analisa (misal print out hasil penimbangan), label
kebersihan, sampling form, dan lain-lain. Adanya kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan yang terjadi selama proses produksi dilaporkan, diinvestigasi dan
didokumentasikan dalam bentuk laporan penyimpangan (terkait produk) atau isu
EHS (terkait kecelakaan kerja).
4.11 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak
Salah satu perusahaan farmasi yang memiliki kontrak dengan PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. memiliki kontrak dengan yaitu PT. Janssen
Cilag Indonesia divisi pharma. Adanya kontrak tertulis antara PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. dengan PT. Janssen Cilag Indonesia dengan jelas
menentukan tanggung jawab dan kewajiban antara pemberi kontrak dan penerima
kontrak, meliputi pembuatan dan analisis obat yang dikontrakkan dan semua
pengaturan teknis terkait yang sesuai dengan izin edar untuk produk tersebut. Di
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/84.jpg)
72
Universitas Indonesia
dalam kontrak tersebut, PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma diizinkan
untuk melakukan audit kepada PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Contoh
produk PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma yang diproduksi oleh PT.
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. adalah serbuk anti jamur.
4.11.1 Pemberi Kontrak
Dalam menilai kompetensi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, PT.
Janssen Cilag Indonesia divisi pharma bertanggung jawab untuk melakukan audit
apakah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk telah melaksanakan tugas dan
pemastian mutu sesuai prinsip dan pedoman CPOB diikuti. PT. Janssen Cilag
Indonesia menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. untuk melaksanakan pekerjaan kontrak sesuai izin
edar dan persyaratan legal lain. PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma
memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu).
4.11.2 Penerima Kontrak
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah mempunyai gedung dan
peralatan yang memadai, pengetahuan dan pengalaman, serta personil yang
kompeten untuk melakukan tugas yang diberikan oleh PT. Janssen Cilag
Indonesia divisi pharma dengan baik. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
juga telah memiliki sertifikat CPOB, maka pembuatan obat berdasarkan kontrak
ini dapat dilakukan.
4.11.3 Kontrak
Kontrak dibuat antara PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma dan
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dengan menetapkan tanggung jawab
masing-masing pihak yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu
produk. Pada kontrak diuraikan secara jelas penanggung jawab pengadaan,
pengujian, dan pelulusan bahan, produksi, dan pengendalian mutu, termasuk
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/85.jpg)
73
Universitas Indonesia
pengawasan selama proses, dan penanggung jawab pengambilan sampel dan
fungsi analisis. Kontrak juga memuat izin PT. Janssen Cilag Indonesia divisi
pharma untuk menginspeksi sarana PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
merupakan subjek untuk diinspeksi oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO).
4.12 Kualifikasi dan Validasi
Sebagai salah satu satu industri farmasi, PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk telah menerapkan kualifikasi dan validasi dalam setiap
kegiatannya. Kualifikasi dilakukan untuk memastikan alat maupun ruangan yang
digunakan memenuhi standar spesifikasi atau tidak. Penilaian dapat dilakukan
dengan mengevaluasi dokumen kalibrasi alat dan catatan pemeliharaan sehingga
tidak perlu dilakukan rekualifikasi jika alat masih memenuhi spesifikasi dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Installation Qualification (IQ) dan
Operational Qualification (OQ) di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
dilakukan oleh Departemen Maintenance and Engineering, sementara
Performance Qualification (PQ) dilakukan oleh Validation Specialist setelah IQ
dan OQ selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui.
Setiap sistem dan peralatan yang ada di PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk. telah terkualifikasi. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
memiliki bagian tersendiri yang khusus mengurus validasi, yaitu validation yang
dibawahi oleh TS (Technical Service) Department. Seluruh kegiatan validasi di
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. memiliki perencanaan yang tertuang
dalam bentuk Validation Master Plan. Protokol validasi tersedia untuk setiap
validasi maupun kualifikasi dan setiap kali selesai melakukan validasi dibuat
laporan yang mengacu pada protokol tersebut.
Validasi yang dilakukan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.,
meliputi validasi proses atau pengemasan, validasi pembersihan, validasi metode
analisis dan validasi sistem komputerisasi. Validasi tersebut dilakukan terhadap
fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk.Validasi
proses lengkap (Full Validation) dilaksanakan sebelum produk dipasarkan
(validasi prospektif). Setiap perubahan dalam proses yang sedang berjalan akan
dievaluasi, baik berupa Confirmation Study ataupun Acceptance Trial (validasi
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/86.jpg)
74
Universitas Indonesia
konkuren). Validasi pembersihan (Cleaning Validation) dilakukan untuk setiap
prosedur pembersihan alat yang digunakan dalam produksi. Selain validasi
pembersihan, ada juga Campaign Study untuk menilai jumlah maksimum
campaign yang dapat digunakan pada proses produksi rutin dan Dirty Holding
Time Study untuk menilai lama maksimum alat boleh dalam keadaan kotor.
Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan, dan proses termasuk proses
pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi sebelumnya masih
berlaku. Evaluasi proses yang telah tervalidasi akan dibuat dalam bentuk laporan
Validation Assestment. Jika hasil laporan Validation Assestment menunjukkan
adanya perubahan signifikan dalam proses yang dapat mempengaruhi mutu
produk, maka akan dilakukan validasi ulang.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/87.jpg)
Universitas Indonesia75
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan yang dilakukan selama
PKPA di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., dapat disimpulkan bahwa:
a. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah menerapkan aspek CPOB
dengan baik yang meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan
fasilitas, peralatan, sanitasi dan higienis, produksi, pengawasan mutu,
inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk,
penarikan kembali obat dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan
dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
b. Peran dan tanggung jawab apoteker di PT. Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk. ditempatkan di posisi-posisi strategis seperti manager/head
of value stream dan supervisor di departemen Produksi, maupun
investigator di departemen Quality Operational yang terdiri dari bagian
Pemastian Mutu dan bagian Pengawasan Mutu, staf ahli di departement
Technical Service, serta staf di departemen Regulatory.
5.2 Saran
a. Penerapan aspek CPOB di PT Taisho Pharmaceutical sudah baik dan harus
tingkatkan.
b. Sebaiknya mahasiswa peserta PKPA dapat terlibat langsung di semua
departemen yang menjadi tanggung jawab utama Apoteker dalam industri
farmasi.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/88.jpg)
Universitas Indonesia76
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehaan Republik Indonesia
Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta :
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2011).
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria
dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.
World Health Organization. (1997). The Role of Pharmacist in The Health Care
System. Report of A Third WHO Consultative Group on The Role.
Vancouver, Canada.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/89.jpg)
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/90.jpg)
77
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
Value StreamCream
Manager
Technical OperationDirector
Lean ContinousImprovement andTraining Manager
TechnicalOperationAssistance
ProductionAdvisor
Regulatory AffairsManager
Value StreamDiamondManager
QualityOperationManager
PlantLogisticManager
ME - EHSManager
TechnicalService
Manager
Value StreamLiquid
Manager
QC Section Head
QA Manager- Product
Facility- Utility- Occupancy- EHS
- New ProductDevelopment- Package
Development- Manufacturing
Technology
- Warehouse- New ProCom- PPIC- Sales and
OperationPlanning
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/91.jpg)
78
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Struktur Organisasi Value Stream Liquid
Lampiran 3. Struktur Organisasi Value Stream Cream
Value StreamCream Manager
ProductionSupervisor
SchedulerForeman
Packaging LineLeader
ProcessingForeman
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/92.jpg)
79
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Struktur Organisasi Value Stream Diamond
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/93.jpg)
80
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Struktur Organisasi Departemen Quality Operation
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/94.jpg)
81
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Struktur Organisasi Departemen Plant Logistic
Lampiran 7. Ruang timbang di Warehouse
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/95.jpg)
82
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Label Identifikasi Material di Warehouse
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/96.jpg)
83
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Penyimpanan Packaging Material di Warehouse
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/97.jpg)
84
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Struktur Organisasi ME-EHS
Lampiran 11. Diagram HVAC
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/98.jpg)
85
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Alur Pengolahan Purified Water (PW)
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/99.jpg)
86
Universitas Indonesia
Lampiran 13. Limbah Padat Hasil Reject Produk disimpan dalam StorageRoom
Lampiran 14. Pengolahan Limbah Cair secara Kimiawi
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/100.jpg)
87
Universitas Indonesia
Lampiran 15. Pengolahan Limbah secara Biologis
Lampiran 16. Pengolahan Penjernihan Limbah (clarifier unit) Tahap Akhir
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/101.jpg)
88
Universitas Indonesia
Lampiran 17. Struktur Organisasi Lean Continuous Improvement and Training
PlantDirector
LCTManager
LCTForeman
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/102.jpg)
UNIVERSITAS INDONESIA
TITIK KRITIS PROSES PEMBUATAN PRODUK “X”DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK.
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
BHATA BELLINDA, S. Farm.1206329423
ANGKATAN LXXVII
PROGRAM PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI
DEPOKJANUARI 2014
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/103.jpg)
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. iDAFTAR ISI.......................................................................................................... iiDAFTAR GAMBAR............................................................................................ iiiDAFTAR TABEL ................................................................................................ ivDAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................11.1 Latar Belakang..................................................................................11.2 Tujuan...............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................32.1 Manajemen Risiko Mutu ..................................................................32.2 Perangkat dan Metode Manajemen Risiko....................................13
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN .........................................................213.1 Waktu dan Tempat Pengkajian.......................................................213.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................213.3 Metode Pengolahan Data................................................................21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................23
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................275.1 Kesimpulan.....................................................................................275.2 Saran ...............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/104.jpg)
iii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambaran proses manajemen risiko mutu ............................ 6
Gambar 2.2 Simbol umum dalam Flowchart………………………….... 14
Gambar 4.1 Proses produksi produk “X”……………………………….. 23
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/105.jpg)
iv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Lambang tingkatan keterulangan …………………………….. 24
Tabel 4.2 Proses produksi dengan keterulangan tinggi dan sedang pada
produk “X”…………………………………………………… 25
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/106.jpg)
v Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Flowchart proses penimbangan produk “X” secara umum.... 28
Lampiran 2 Flowchart proses pencampuran produk “X” secara umum… 29
Lampiran 3 Flowchart proses pengisian produk “X” secara umum……... 30
Lampiran 4 Flowchart proses pengemasan produk “X” secara umum….. 31
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/107.jpg)
Universitas Indonesia1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. merupakan perusahaan farmasi
yang selalu berupaya memperbaiki dan mengembangkan mutu dari setiap
produknya. Salah satu cara dalam mencapai tujuan ini adalah diperlukannya
“kebijakan mutu”, yakni dengan menjalankan sistem pemastian mutu, Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), pengawasan mutu, dan manajemen risiko
mutu yang harus didesain secara menyeluruh dan diterapkan dengan benar.
Keempat aspek ini saling terkait, sehingga memerlukan partisipasi, perhatian dan
komitmen dari semua pihak di dalam perusahaan, para pemasok, dan para
distributor untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan.
Manajemen risiko mutu merupakan aspek penting yang diperlukan untuk
memungkinkan dilakukan pengambilan keputusan yang efektif dan konsisten
berdasarkan penilaian risiko terkait mutu produk. Kata risiko berhubungan dengan
ketidakpastian yang terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup
informasi tentang apa yang akan terjadi dimana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Oleh karena itu, manajemen risiko mutu adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan berupaya mengurangi risiko
dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya (CPOB, 2012).
Menjalankan manajemen risiko mutu memerlukan adanya perangkat dan
metode dalam memanajemen risiko. Perangkat atau metode ini digunakan untuk
memberikan gambaran umum dan referensi yang berguna sebagai alat utama yang
biasanya digunakan dalam melakukan manajemen risiko mutu. Referensi
disertakan sebagai bantuan untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan dan
detail tentang perangkat tertentu yang berguna dalam pengambilan keputusan
yang efektif dan konsisten untuk memperbaiki dan mengembangkan mutu.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/108.jpg)
2
Universitas Indonesia
Perangkat yang digunakan dalam kajian ini adalah metode dasar
manajemen risiko berupa pembuatan flowcharts process dan Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP) untuk produk “X” dari PT Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk.. Perangkat atau metode manajemen risiko mutu ini
digunakan dalam industri farmasi dikarenakan salah satu alat untuk mengevaluasi
terjadinya potensi kegagalan dalam proses dan kemungkinan efeknya pada hasil
dan/atau kinerja produk, sehingga dapat menjamin mutu suatu produk.
Dalam hal ini, menjamin kualitas mutu produk yang baik merupakan aspek
yang menjadi perhatian PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.. Sehingga salah
satu cara untuk meningkatkan mutu yaitu melakukan kajian risiko terhadap
produk yang dimiliki perusahaan ini, salah satu yang menjadi fokus utama adalah
produk yang mempunyai tingkat penjualan yang tinggi seperti pada produk “X”.
Oleh karena itu, penulis melakukan pengamatan terhadap proses produksi produk
“X”, serta menentukan titik kritis proses berdasarkan keterulangan kejadian
penyimpangan/secara historikal selama tahun 2010 hingga Juli 2013.
Pengelompokan data-data penyimpangan yang telah tercatat tersebut dilakukan
berdasarkan tahapan proses produksi yang kemudian dianalisis menjadi suatu titik
kritis proses yang kedepannya dapat menjadi bahan untuk mengambil tindakan
korektif dan preventif dalam proses.
1.2. Tujuan
Penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bertujuan
untuk :
a. Mengetahui aktifitas produksi suatu sediaan farmasi terutama produk “X”
di PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk..
b. Menganalisis titik kritis proses pembuatan produk berdasarkan data
historikal.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/109.jpg)
Universitas Indonesia3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Risiko Mutu
2.1.1 Pendahuluan
Lampiran Manajemen Risiko Mutu terdapat dalam CPOB tahun 2012,
yang merupakan pedoman mengenai pendekatan sistematis terhadap Manajemen
Risiko Mutu dan kemudahan bagi pemenuhan CPOB dan persyaratan mutu lain.
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian, dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal
ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif. Hal ini juga
mencakup prinsip yang digunakan dan beberapa pilihan proses, metode dan
perangkat yang dapat digunakan pada saat menerapkan pendekatan Manajemen
Risiko Mutu secara formal.
Meskipun terdapat beberapa contoh penggunaan Manajemen Risiko Mutu
di industri farmasi saat ini, namun ruang lingkupnya terbatas dan tidak mewakili
keseluruhan kontribusi yang dapat diberikan manajemen risiko. Selain itu, bahwa
sistem mutu adalah penting telah diakui oleh industri farmasi dan terbukti bahwa
Manajemen Risiko Mutu merupakan komponen yang berharga dalam suatu sistem
mutu yang efektif.
Secara umum dipahami bahwa risiko adalah kombinasi kemungkinan
terjadi kerusakan (pada kesehatan masyarakat) dan tingkat keparahan dari
kerusakan tersebut. Namun demikian adalah sulit mencapai pemahaman bersama
di antara kepelbagaian pihak yang berkepentingan dalam mengaplikasi
manajemen risiko, karena masing-masing pihak mungkin memiliki persepsi
kerusakan potensial yang berbeda, memberikan nilai probabilitas yang berbeda
dan tingkat keparahan yang berbeda bagi tiap kerusakan yang terjadi.
Terkait dengan obat, walaupun terdapat kepelbagaian pihak yang
berkepentingan, termasuk pasien dan praktisi kesehatan juga industri dan
pemerintah, perlindungan terhadap pasien mutlak dipertimbangkan sebagai yang
terpenting dalam penilaian risiko terhadap mutu produk. Adalah wajar bila
pembuatan dan penggunaan obat termasuk komponennya, mengandung risiko
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/110.jpg)
4
Universitas Indonesia
pada tingkat yang berbeda. Risiko terhadap mutu hanyalah salah satu komponen
dari keseluruhan risiko. Penting untuk dipahami bahwa mutu produk hendaklah
dipertahankan selama siklus-hidup produk agar atribut penting bagi mutu produk
tetap konsisten dengan yang digunakan dalam uji klinis.
Suatu pendekatan Manajemen Risiko Mutu yang efektif dapat lebih
menjamin mutu yang tinggi dari produk kepada pasien melalui usaha proaktif
mengidentifikasi dan mengendalikan masalah mutu potensial selama
pengembangan dan pembuatan. Selain itu, penggunaan Manajemen Risiko Mutu
dapat membuat pengambilan keputusan lebih baik bila terjadi masalah mutu.
Manajemen risiko mutu hendaklah memastikan bahwa:
a. evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara
ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait pada
perlindungan pasien;
b. tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko
mutu sepadan dengan tingkat risiko.
Manajemen Risiko Mutu yang efektif dapat memberi kemudahan dalam
pengambilan keputusan dengan informasi yang lebih lengkap, dapat
meningkatkan keyakinan Badan POM akan kemampuan perusahaan dalam
menangani risiko potensial dan secara menguntungkan dapat memengaruhi
tingkat dan rentang pengawasan Badan POM.
Tujuan pedoman ini adalah memberikan metode pendekatan sistematis
pada Manajemen Risiko Mutu. Pedoman ini secara spesifik memberikan prinsip
dan beberapa perangkat Manajemen Risiko Mutu yang memungkinkan
pengambilan keputusan yang efektif dan konsisten berdasarkan penilaian risiko,
baik oleh Badan POM maupun industri, terkait mutu bahan aktif obat dan produk
jadi selama siklus-hidup produk. Tidak selalu perlu dan tepat menggunakan
proses manajemen risiko yang formal (menggunakan metode yang telah diketahui
dan/atau prosedur internal seperti Protap). Penggunaan proses manajemen risiko
informal (menggunakan metode empiris dan/atau prosedur internal) juga bisa
diterima. Penggunaan Manajemen Risiko Mutu yang tepat dapat memberi
kemudahan namun tidak meniadakan kewajiban industri untuk memenuhi
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/111.jpg)
5
Universitas Indonesia
persyaratan yang ditetapkan dan tidak dapat menggantikan komunikasi yang
diperlukan antara industri dan Badan POM.
2.1.2 Ruang Lingkup
Pedoman ini menyediakan prinsip dan beberapa perangkat untuk mengkaji
risiko mutu yang dapat diterapkan pada berbagai aspek pembuatan obat. Aspek
tersebut mencakup pengembangan, proses pembuatan, distribusi, inspeksi dan
pendaftaran/ pengkajian proses yang mencakup sejak pembuatan sampai
penggunaan bahan aktif obat, produk jadi, produk biologi dan produk
bioteknologi (termasuk penggunaan bahan baku aktif, pelarut, bahan pengisi,
bahan pengemas dan label produk jadi, produk biologi dan produk bioteknologi).
2.1.3 Prinsip Manajemen Risiko Mutu
Dua prinsip utama dalam Manajemen Risiko Mutu adalah:
Evaluasi risiko terhadap mutu hendaklah berdasarkan pengetahuan ilmiah
dan dikaitkan dengan perlindungan pasien sebagai tujuan akhir; dan
Tingkat usaha, formalitas, dan dokumentasi pengkajian risiko mutu
hendaklah setara dengan tingkat risiko yang ditimbulkan.
2.1.4 Proses Umum Manajemen Risiko Mutu
Manajemen Risiko Mutu adalah proses sistematis untuk menilai,
mengendalikan, mengomunikasikan, dan mengkaji risiko terhadap mutu produk
jadi sepanjang siklus-hidup. Model untuk Manajemen Risiko Mutu diuraikan
dalam diagram (Gambar 2.1). Model lain dapat digunakan. Penekanan pada tiap
komponen diagram mungkin berbeda pada satu kasus dengan kasus lain, tetapi
proses yang tangguh akan menyatukan semua elemen pada tingkat rincian yang
setara dengan risiko yang spesifik.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/112.jpg)
6
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Gambaran proses manajemen risiko mutu
Bagan pengambilan keputusan tidak ditunjukkan dalam diagram di atas
karena keputusan dapat terjadi pada tahap manapun di dalam proses. Keputusan
dapat kembali ke langkah sebelumnya dan mencari informasi lebih jauh, untuk
menyesuaikan pengkajian model risiko atau bahkan mengakhiri proses
manajemen risiko berdasarkan informasi yang menunjang suatu keputusan.
Catatan: “tidak dapat diterima” dalam diagram alur tidak hanya mengacu pada
persyaratan peraturan, perundang-undangan atau regulasi, tetapi juga terhadap
kebutuhan untuk meninjau kembali proses penilaian risiko.
a. Tanggung Jawab
Aktivitas Manajemen Risiko Mutu biasanya, tetapi tidak selalu
dilakukan oleh tim interdisipliner. Ketika tim dibentuk, hendaklah
disertakan tenaga ahli dari bidang yang sesuai (misal unit mutu,
pengembangan bisnis, teknik, registrasi, produksi, penjualan dan
pemasaran, hukum, statistik dan klinis) sebagai tambahan terhadap
individu yang mempunyai pengetahuan tentang proses Manajemen Risiko
Mutu.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/113.jpg)
7
Universitas Indonesia
Pengambil keputusan hendaklah:
Bertanggung jawab untuk mengoordinasi Manajemen Risiko Mutu
lintas fungsi dan departemen yang berbeda dalam organisasi mereka;
dan
Memastikan bahwa proses Manajemen Risiko Mutu telah ditetapkan,
dijabarkan dan dikaji dan memiliki sumber daya yang layak dan cukup.
b. Memulai Proses Manajemen Risiko Mutu
Manajemen Risiko Mutu hendaklah mencakup proses sistematis
yang dirancang untuk mengoordinasi, memberi kemudahan dan membuat
pengambilan keputusan lebih baik secara ilmiah dalam hal risiko. Langkah
yang mungkin digunakan untuk memulai dan merencanakan proses
Manajemen Risiko Mutu mencakup hal berikut:
Tetapkan masalah dan/atau risiko yang dipersoalkan, termasuk asumsi
terkait yang mengidentifikasi potensi risiko.
Kumpulkan latar belakang informasi dan/ atau data bahaya potensial,
ancaman atau pengaruh pada kesehatan manusia yang relevan untuk
penilaian risiko.
Tentukan pemimpin dan sumber daya yang diperlukan.
Tetapkan batas waktu, hasil yang akan dilaporkan dan tingkat
pengambilan keputusan yang layak untuk proses manajemen risiko.
c. Penilaian Risiko
Penilaian risiko terdiri dari identifikasi bahaya, dan analisis serta
evaluasi risiko terkait dengan paparan bahaya (seperti yang dijelaskan di
bawah ini). Penilaian risiko mutu dimulai dengan penetapan masalah atau
risiko yang dipersoalkan yang diuraikan dengan baik . Ketika risiko yang
dimaksud telah diuraikan dengan baik, perangkat manajemen mutu yang
layak dan jenis informasi yang diperlukan untuk mengarahkan pertanyaan
tentang risiko akan lebih mudah teridentifikasi. Sebagai bantuan untuk
menguraikan secara jelas risiko untuk tujuan penilaian risiko, berikut ini
tiga pertanyaan dasar yang dapat dipakai:
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/114.jpg)
8
Universitas Indonesia
1. Apa yang mungkin menjadi salah?
2. Probabilitas akan terjadi kesalahan?
3. Apa konsekuensi yang mungkin terjadi (tingkat keparahan)?
Identifikasi risiko adalah informasi yang digunakan secara
sistematis untuk mengidentifikasi bahaya menyangkut risiko yang
dipersoalkan atau deskripsi masalah. Informasi terdiri dari riwayat data,
analisis secara teoritis, opini yang ada dan kepedulian pemangku
kepentingan. Identifikasi risiko dengan mengajukan pertanyaan “Apa yang
mungkin menjadi salah?”, termasuk mengidentifikasi kemungkinan
konsekuensi. Hal ini merupakan dasar untuk langkah selanjutnya dalam
proses Manajemen Risiko Mutu.
Analisis risiko adalah estimasi terhadap risiko terkait bahaya yang
diidentifikasi. Hal tersebut merupakan proses kualitatif atau kuantitatif dari
kemungkinan terjadi tingkat keparahan bahaya. Dalam beberapa perangkat
manajemen risiko, kemampuan untuk mendeteksi bahaya, juga faktor
dalam mengestimasi risiko. Evaluasi risiko membandingkan risiko yang
sudah diidentifikasi dan dianalisis terhadap kriteria risiko yang ditentukan.
Tiga pertanyaan dasar di atas dipakai sebagai kekuatan pembuktian dalam
evaluasi risiko.
Dalam melakukan penilaian risiko yang efektif, ketangguhan data
sangat penting karena hal tersebut menentukan mutu keluaran.
Pengungkapan asumsi dan sumber yang layak atas ketidakpastian akan
menambah kepercayaan terhadap keluaran dan / atau membantu
mengidentifikasi keterbatasannya. Ketidakpastian disebabkan oleh
kombinasi dari pengetahuan yang tidak lengkap tentang proses dan
variabilitas baik yang terduga maupun yang tidak terduga. Sumber yang
khas atas ketidakpastian termasuk kesenjangan dalam pengetahuan ilmu
kefarmasian dan pemahanan proses, sumber kerusakan (misal: kegagalan
proses, sumber variabilitas) dan probabilitas pendeteksian masalah.
Keluaran penilaian risiko dapat berupa perkiraan kuantitatif risiko
ataupun deskripsi kualitatif tentang rentang risiko. Jika risiko diungkapkan
secara kuantitatif, gunakan probabilitas numeris. Sebagai alternatif, risiko
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/115.jpg)
9
Universitas Indonesia
dapat diungkapkan menggunakan deskripsi kualitatif, seperti “tinggi”,
“sedang” atau “rendah”, yang hendaklah didefinisikan serinci mungkin.
Kadang-kadang sebuah skor risiko digunakan untuk menetapkan lebih
lanjut deskripsi peringkat risiko. Dalam penilaian risiko secara kuantitatif,
estimasi risiko memberikan kemungkinan konsekuensi spesifik, dengan
menetapkan sebelumnya kondisi yang akan menimbulkan risiko. Jadi,
perkiraan risiko secara kuantitatif berguna untuk konsekuensi tertentu pada
suatu waktu.
Cara lain, beberapa perangkat manajemen risiko menggunakan
sebuah perhitungan risiko relatif untuk mengombinasikan tingkat yang
berjenjang antara tingkat keparahan dan probabilitas ke dalam perkiraan
risiko relatif secara keseluruhan. Langkah antara dalam proses pemberian
skor terkadang dapat menggunakan estimasi risiko kuantitatif.
d. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko mencakup pengambilan keputusan untuk
mengurangi dan/ atau menerima risiko. Tujuan pengendalian risiko adalah
untuk mengurangi risiko sampai batas yang dapat diterima. Tingkat usaha
yang digunakan untuk mengendalikan risiko hendaklah sebanding dengan
signifikan risiko. Pembuat keputusan mungkin menggunakan proses yang
berbeda, termasuk analisis keuntungan-biaya, untuk memahami tingkat
yang optimal terhadap pengendalian risiko.
Pengendalian risiko terfokus pada pertanyaan di bawah ini:
Apakah risiko tersebut melebihi tingkat yang dapat diterima?
Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko?
Apa keseimbangan yang layak antara keuntungan, risiko dan sumber
daya?
Apakah muncul risiko baru sebagai hasil identifikasi risiko yang
sedang dikendalikan?
Pengurangan risiko terfokus pada proses untuk mengurangi atau
menghindarkan risiko mutu bila melampaui tingkat yang disetujui (dapat
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/116.jpg)
10
Universitas Indonesia
diterima) (lihat Gambar 2.1). Pengurangan risiko mungkin termasuk
tindakan yang diambil untuk mengurangi tingkat keparahan dan
probabilitas kerusakan.
Proses yang memperbaiki kemampuan deteksi bahaya serta risiko
mutu mungkin dapat juga digunakan sebagai bagian dari strategi untuk
mengendalikan risiko. Implementasi tindakan pengurangan risiko dapat
memunculkan risiko baru ke dalam sistem atau meningkatkan signifikansi
risiko lain yang ada. Karena itu, mungkin perlu mengkaji ulang penilaian
risiko untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi perubahan yang mungkin
terjadi setelah penerapan proses pengurangan risiko.
Risiko yang dapat diterima adalah suatu keputusan untuk menerima
risiko. Penerimaan risiko dapat menjadi sebuah keputusan formal untuk
menerima sisa risiko atau hal tersebut dapat menjadi keputusan pasif di
mana sisa risiko tidak ditetapkan bagi beberapa tipe kerusakan, bahkan
penerapan Manajemen Risiko Mutu terbaik pun mungkin tidak dapat
menghilangkan risiko secara keseluruhan. Dalam keadaan seperti ini,
mungkin dapat diterima bahwa strategi Manajemen Risiko Mutu yang
sesuai telah diterapkan dan risiko mutu tersebut dikurangi sampai pada
suatu tingkat tertentu (yang dapat diterima). Tingkat (tertentu) yang dapat
diterima ini akan bergantung pada berbagai parameter serta hendaklah
diputuskan berdasarkan kasus per kasus.
e. Komunikasi Risiko
Komunikasi risiko adalah proses berbagi informasi tentang risiko
dan manajemen risiko antara pembuat keputusan dan pihak lain. Pihak
terkait dapat mengomunikasikan pada tingkat mana saja dari proses
manajemen mutu (lihat Gambar 2.1: garis putus-putus). Keluaran/hasil
akhir proses Manajemen Risiko Mutu hendaklah dikomunikasikan dan
didokumentasikan (lihat Gambar 2.1: garis penuh).
Komunikasi mungkin melibatkan pihak yang berkepentingan;
misal, Badan POM dan industri, industri dan pasien, internal perusahaan,
industri atau Badan POM, dll. Informasi mungkin terkait dengan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/117.jpg)
11
Universitas Indonesia
keberadaan, sifat, bentuk, probabilitas, tingkat keparahan, tingkat
penerimaan, pengendalian, perlakuan, tingkat deteksi atau aspek risiko lain
terhadap mutu. Komunikasi tidak perlu dilakukan untuk masing-masing
dan tiap penerimaan risiko. Komunikasi antara industri dan Badan POM
terkait keputusan Manajemen Risiko Mutu mungkin dilaksanakan melalui
jalur yang ada seperti yang ditetapkan dalam regulasi dan pedoman.
f. Kajian Risiko
Manajemen risiko hendaklah menjadi proses manajemen mutu
yang berkesinambungan. Hendaklah diterapkan mekanisme untuk
meninjau atau memantau kejadian (yang menimbulkan risiko).
Keluaran/hasil proses manajemen risiko hendaklah dikaji untuk mencatat
penggunaan pengetahuan dan pengalaman baru.
Ketika proses Manajemen Risiko Mutu telah dimulai, proses
tersebut hendaklah dilanjutkan untuk digunakan dalam kejadian yang
mungkin memberi dampak pada keputusan Manajemen Risiko Mutu awal,
baik kejadian tersebut direncanakan (misal, hasil pengkajian produk,
inspeksi, audit, pengendalian perubahan) maupun yang tidak direncanakan
(misal, akar penyebab masalah dari investigasi penyimpangan, penarikan
kembali produk jadi). Frekuensi pengkajian hendaklah didasarkan pada
tingkat risiko. Pengkajian risiko dapat termasuk mempertimbangkan
kembali keputusan penerimaan risiko.
2.1.5 Metodologi Manajemen Risiko (MRM)
Manajemen Risiko Mutu mendukung pendekatan secara ilmiah dan praktis
dalam pengambilan keputusan. MRM menyediakan metode terdokumentasi,
transparan, serta dapat diulang dalam menyelesaikan langkah proses Manajemen
Risiko Mutu berdasarkan pengkajian pengetahuan terkini tentang penilaian
probabilitas, tingkat keparahan dan kadang-kadang kemampuan mendeteksi
risiko. Secara tradisional, risiko mutu telah dinilai dan dikelola melalui berbagai
cara yang informal (empiris dan/ atau prosedur internal) berdasarkan misal,
kumpulan data observasi, tren, dan informasi lain.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/118.jpg)
12
Universitas Indonesia
Pendekatan seperti ini dilakukan terus memberikan informasi berguna
yang dapat mendukung topik seperti penanganan keluhan, cacat mutu,
penyimpangan dan alokasi sumber daya. Di samping itu, industri farmasi dan
Badan POM dapat menilai dan mengelola risiko dengan menggunakan perangkat
manajemen risiko dan/ atau prosedur internal (misal, prosedur tetap). Berikut ini
adalah beberapa saja daftar perangkat tersebut:
Metode dasar manajemen risiko (flowcharts, check sheets, dll)
Failure Mode Effects Analysis (FMEA)
Failure Mode, Effects and Criticality Analysis (FMECA)
Fault Tree Analysis (FTA)
Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP)
Hazard Operability Analysis (HAZOP)
Preliminary Hazard Analysis (PHA)
Penyaringan dan pemberian skala (pemeringkatan) risiko
Perangkat statistik pendukung
Mungkin sesuai untuk menggunakan perangkat tersebut di area tertentu
yang berhubungan dengan mutu bahan aktif obat dan produk jadi. Metode
Manajemen Risiko Mutu dan perangkat statistik pendukung dapat digunakan
secara kombinasi (misal, Penilaian Risiko Probabilistik). Pemakaian gabungan
keduanya memberikan fleksibilitas yang dapat memfasilitasi aplikasi prinsip
Manajemen Risiko Mutu. Tingkat keketatan dan formalitas Manajemen Risiko
Mutu hendaklah merefleksikan pengetahuan yang ada dan sepadan dengan
kompleksitas dan/ atau tingkat kekritisan masalah yang dituju.
2.1.6 Integrasi Manajemen Risiko Mutu ke dalam Kegiatan Industri dan Badan
POM
Manajemen Risiko Mutu adalah suatu proses yang menunjang
pengambilan keputusan praktis dan berdasarkan kajian ilmiah bila diintegrasikan
ke dalam sistem mutu. Seperti yang telah diuraikan pada paragraf pendahuluan,
penggunaan Manajemen Risiko Mutu yang tepat tidak meniadakan keharusan
industri untuk mematuhi persyaratan Badan POM. Namun, Manajemen Risiko
Mutu yang efektif dapat memfasilitasi keputusan yang lebih baik dan lebih
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/119.jpg)
13
Universitas Indonesia
informatif, lebih meyakinkan Badan POM bahwa industri mampu mengelola
risiko potensial dan dapat memengaruhi tingkat dan jangkauan pengawasan
langsung Badan POM. Sebagai tambahan, Manajemen Risiko Mutu dapat
memfasilitasi penggunaan sumber daya yang lebih baik oleh semua pihak.
Pelatihan personil industri dalam proses Manajemen Risiko Mutu
menunjang pengertian yang lebih baik terhadap proses pengambilan keputusan
serta membangun kepercayaan diri dalam memberikan keluaran Manajemen
Risiko Mutu. Manajemen Risiko Mutu hendaklah diintegrasikan ke dalam
kegiatan yang dilakukan sekarang dan didokumentasikan secara tepat. Beberapa
contoh penggunaan Manajemen Risiko Mutu dalam kegiatan dan aktivitas
industri:
Pengembangan
Fasilitas, peralatan dan sarana penunjang
Manajemen bahan
Produksi
Pengujian di laboratorium dan uji stabilitas
Pengemasan dan pelabelan
Contoh penggunaan Manajemen Risiko Mutu dalam fungsi pengawasan
Badan POM yaitu aktivitas inspeksi dan penilaian.
2.2 Perangkat dan Metode Manajemen Risiko (Q9, 2006)
Tujuan adanya perangkat dan metode manajemen risiko adalah untuk
memberikan gambaran umum dan referensi yang berguna sebagai alat utama yang
biasanya digunakan dalam manajemen risiko mutu selain untuk industri dan badan
regulator yang berwenang. Referensi disertakan sebagai bantuan untuk
memperoleh lebih banyak pengetahuan dan detail tentang perangkat tertentu.
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada satu perangkat atau seperangkat alat yang
dapat berlaku untuk setiap situasi dimana prosedur manajemen risiko mutu yang
diterapkan.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/120.jpg)
14
Universitas Indonesia
2.2.1 Metode dasar manajemen risiko
Beberapa teknik sederhana yang biasa digunakan untuk menstrukturisasi
manajemen risiko berdasarkan pengorganisasian data dan memfasilitasi
pengambilan keputusan adalah:
Flowchart
Lembar pemeriksaan
Proses Pemetaan
Diagram Cause and Effect (juga disebut diagram Ishikawa atau diagram
tulang ikan)
2.2.1.1 Flowchart
Secara harafiah flowchart atau diagram alur merupakan gambar langkah-
langkah dalam proses, atau merupakan urutan dan interaksi dari kegiatan dan
keputusan. Urutan atau aliran dari proses ini biasanya ditunjukkan dengan panah,
sementara berbagai bentuk atau simbol dapat digunakan untuk menggambarkan
langkah-langkah dan keputusan.
Gambar 2.2 Simbol umum dalam Flowchart
Sebuah flowchart menyediakan dokumentasi yang sangat baik dari suatu
proses dan dapat menjadi alat yang berguna untuk menganalisis bagaimana
berbagai langkah dalam proses terkait satu sama lain, mengungkapkan redudansi
(kelebihan), penundaan, kebuntuan, dan "black holes" dalam suatu proses.
Flowcharting juga membantu dalam merancang atau merevisi proses,
menyediakan bahasa umum untuk membayangkan bagaimana proses bisa
idealnya berfungsi yang membuatnya lebih mudah untuk mendiskusikan pilihan
dari berbagai perspektif. Sebuah flowchart dapat digunakan untuk:
Dokumentasi proses yang ada
Mendesain sebuah proses yang "ideal"
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/121.jpg)
15
Universitas Indonesia
Menentukan apakah langkah-langkah dalam proses sudah logis
Mengidentifikasi hambatan dan kompleksitas yang tidak perlu
Mengungkap usaha duplikasi
Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan proses
2.2.2 Failure Mode Effects Analysis (FMEA)
FMEA merupakan metode untuk mengevaluasi terjadinya potensi
kegagalan dalam proses dan kemungkinan efeknya pada hasil dan/atau kinerja
produk. Setelah mode/cara kegagalan disusun, pengurangan risiko dapat
dilakukan untuk menghilangkan, memperbaiki, mengurangi, atau mengontrol
potensi kegagalan. FMEA mengandalkan pada produk dan pemahaman proses.
Metode FMEA mematahkan proses analisis yang kompleks menjadi langkah-
langkah yang dapat dikelola. Metode ini adalah perangkat yang ampuh untuk
merangkum mode kegagalan yang penting, faktor penyebab kegagalan, dan
kemungkinan efek dari kegagalan ini.
Potensi area penggunaan
FMEA dapat digunakan untuk memprioritaskan risiko dan memantau
efektivitas kegiatan pengendalian risiko. FMEA dapat diterapkan untuk
peralatan dan fasilitas serta mungkin dapat digunakan untuk menganalisis
kerja pabrik dan pengaruhnya terhadap produk atau proses. Selain itu,
dapat mengidentifikasi elemen / kerja dalam sistem yang dapat membuat
rentan. Output/hasil FMEA dapat digunakan sebagai dasar dalam
mengdesain atau melanjutkan analisis atau untuk membimbing penyebaran
sumber daya.
2.2.3 Failure Mode, Effects, and Criticality Analysis (FMECA)
Failure Mode, Effects, and Criticality Analysis (FMECA) merupakan
metode FMEA yang dilengkapi investigasi dari tingkat konsekuensi keparahan,
probabilitas masing-masing kejadian, dan berbagai hal yang terdeteksi. Dalam
rangka analisis yang akan dilakukan, produk atau proses spesifikasi harus
didirikan. FMECA dapat mengidentifikasi titik-titik yang perlu dilakukan
tindakan pencegahan tambahan yang mungkin tepat untuk meminimalkan risiko.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/122.jpg)
16
Universitas Indonesia
Potensi Area Penggunaan
FMECA diaplikasikan dalam industri farmasi, sebagian besar digunakan
untuk kemungkinan risiko dan kegagalan yang terkait dengan proses
manufaktur; akan tetapi hal itu tidak terbatas pada aplikasi ini. Hasil
output dari FMECA adalah "nilai" risiko relatif untuk setiap mode
kegagalan, yang digunakan untuk menentukan peringkat mode secara
dasar risiko relatif.
2.2.4 Fault Tree Analysis (FTA)
Metode FTA adalah sebuah pendekatan dengan mengasumsikan kegagalan
dari fungsi proses produk. Analisis ini mengevaluasi sistem (atau subsistem)
kegagalan satu per satu tetapi bisa menggabungkan beberapa penyebab kegagalan
dengan mengidentifikasi rantai sebab-musabab. Hasilnya diwakili tergambar
dalam bentuk pohon mode kesalahan. Pada setiap tingkat di pohon tersebut,
kombinasi mode kesalahan dijelaskan dengan logika operator. FTA mengandalkan
pada pemahaman ahli yang memproses untuk mengidentifikasi faktor penyebab.
Potensi Area Penggunaan
FTA dapat digunakan untuk membangun alur ke akar penyebab kegagalan.
FTA juga dapat digunakan untuk menyelidiki keluhan atau penyimpangan
dalam rangka untuk memahami akar penyebab dan untuk memastikan
bahwa perbaikan akan sepenuhnya mengatasi masalah ini dan tidak
mengakibatkan masalah lain (misalnya memecahkan satu masalah dan
belum menimbulkan masalah yang berbeda ). Fault Tree Analysis adalah
sebuah perangkat yang efektif untuk mengevaluasi beberapa faktor yang
mempengaruhi menjadi suatu masalah. Output dari FTA termasuk
representasi visual mode kegagalan. Hal ini berguna untuk kedua penilaian
risiko dan dalam mengembangkan program monitoring.
2.2.5 Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP)
HACCP adalah metode yang sistematis, proaktif, dan merupakan metode
pencegahan untuk menjamin kualitas, kehandalan, dan keselamatan dari produk.
Perangkat ini adalah pendekatan secara berstruktur yang diaplikasikan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/123.jpg)
17
Universitas Indonesia
berdasarkan prinsip teknis dan ilmiah untuk menganalisis, mengevaluasi,
mencegah, dan mengontrol risiko atau kagagalan dengan konsekuensi yang tinggi
atau berbahaya berdasarkan desain, pengembangan, produksi, dan guna dari
produk. HACCP terdiri dari tujuh langkah:
1. Melakukan analisis bahaya dan mengidentifikasi pencegahan untuk
setiap langkah dari proses
2. Tentukan titik kontrol kritis
3. Menentukan batas kritis
4. Membangun suatu sistem untuk memantau titik kontrol kritis
5. Menetukan tindakan korektif untuk diambil saat monitoring, yang
menunjukkan bahwa titik kontrol kritis tidak berada dalam kontrol
pusat
6. Membangun sistem untuk memverifikasi HACCP bahwa sistem bekerja
efektif
7. Membangun sistem pencatatan
Potensi Area Penggunaan
HACCP dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko
yang terkait dengan fisik, kimia, dan bahaya biologis (termasuk
kontaminasi mikrobiologi). HACCP adalah metode yang paling berguna
ketika produk dan proses pemahaman cukup komprehensif mendukung
identifikasi dari titik kontrol kritis. Output dari HACCP adalah informasi
analisis manajemen risiko yang difasilitasi pemantauan titik kritis tidak
hanya dalam proses manufaktur tetapi juga fase siklus hidup lainnya.
2.2.6 Hazard Operability Analysis (HAZOP)
Hazard Operability Analysis (HAZOP) didasarkan pada teori yang
mengasumsikan bahwa kejadian risiko yang disebabkan oleh penyimpangan dari
desain atau tujuan kerja. Metode ini adalah sistematik teknik diskusi untuk
mengidentifikasi bahaya menggunakan kata-kata panduan. Panduan kata yang
diterapkan pada parameter yang relevan (misalnya: kontaminasi, suhu) untuk
membantu mengidentifikasi potensi penyimpangan dari penggunaan normal atau
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/124.jpg)
18
Universitas Indonesia
tujuan desain. HAZOP sering menggunakan sekelompok orang dengan keahlian
yang meliputi desain proses atau produk dan aplikasinya.
Potensi Area Penggunaan
HAZOP dapat diterapkan untuk proses manufaktur, termasuk produksi
outsourcing dan formulasi serta pemasok hulu, peralatan dan fasilitas
untuk obat dan produk obat. Analisis ini juga telah digunakan terutama di
industri farmasi untuk mengevaluasi proses keselamatan bahaya. Seperti
halnya dengan HACCP, output dari analisis HAZOP adalah daftar kritikal
proses untuk manajemen risiko. Hal ini memudahkan pemantauan berkala
dari titik kritis dalam proses manufaktur.
2.2.7 Preliminary Hazard Analysis (PHA)
PHA adalah alat analisis berdasarkan penerapaan pengalaman sebelumnya
atau pengetahuan tentang bahaya atau kegagalan dalam mengidentifikasi bahaya
masa depan, situasi berbahaya dan peristiwa yang mungkin menyebabkan
kerusakan, serta probabilitas perkiraan kejadian dalam kegiatan, fasilitas, produk ,
atau sistem tertentu. Metode ini terdiri dari :
1. Identifikasi Kemungkinan Itu kejadian risiko yang terjadi,
2. Evaluasi kualitatif hingga kemungkinan dapat mengakibatkan cedera
atau kerusakan kesehatan,
3. Tingkatan relatif dari bahaya menggunakan kombinasi keparahan dan
kemungkinan terjadinya, dan
4. Identifikasi tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan.
Potensi Area Penggunaan
PHA dapat berguna ketika menganalisis sistem yang telah ada atau
memprioritaskan bahaya dimana keadaan yang ada mencegah penggunaan
teknik yang lebih luas dari yang telah digunakan. Hal ini dapat digunakan
untuk produk, proses dan desain fasilitas sebaik dalam mengevaluasi jenis
bahaya untuk tipe produk umum, kemudian kelas produk, dan produk
tertentu. PHA yang paling umum digunakan dalam awal pengembangan
proyek ketika hanya ada sedikit informasi tentang detail desain atau
operasi prosedur; dengan demikian, hal tersebut akan sering menjadi
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/125.jpg)
19
Universitas Indonesia
prekursor untuk studi lebih lanjut. Biasanya, bahaya diidentifikasi di PHA
adalah penilaian lebih lanjut dari metode manajemen risiko lainnya.
2.2.8 Penyaringan dan pemberian skala (pemeringkatan) risiko
Penyaringan dan pemberian skala risiko adalah alat untuk membandingkan
dan memberikan skala risiko. Skala risiko dari sistem yang kompleks biasanya
melibatkan beberapa evaluasi beragam faktor kuantitatif dan kualitatif untuk
masing-masing risiko. Metode ini melibatkan pertanyaan risiko dasar yang diubah
menjadi beberapa komponen yang diperlukan untuk mengetahui faktor yang
terlibat dalam risiko. Faktor-faktor ini digabungkan menjadi nilai risiko relatif
tunggal yang kemudian dapat digunakan dalam membuat peringkat risiko.
"Saring" sebagai bentuk faktor pembobotan atau pemotongan nilai risiko, dapat
digunakan sebagai skala atau disesuaikan dengan peringkat risiko manajemen atau
kebijakan berdasarkan tujuan.
Potensi Area Penggunaan
Penyaringan dan pemberian skala risiko dapat digunakan untuk
memprioritaskan titik manufaktur yang harus dilakukan pemeriksaan/audit
dari regulator atau industri. Metode peringkat risiko digunakan terutama
membantu dalam situasi dimana ada data risiko yang mendasari dan
konsekuensi yang ada untuk dikelola sangat beragam dan sulit bila
dibandingkan menggunakan alat tunggal. Pemberian skala risiko berguna
bagi manajemen untuk mengevaluasi penilaian risiko kuantitatif dan
kualitatif dalam kerangka organisasi yang sama.
2.2.9 Perangkat statistik pendukung
Perangkat statistik dapat mendukung dan memfasilitasi manajemen risiko
mutu. Alat ini dapat mengefektifkan penilaian data, membantu dalam menentukan
signifikansi dari penyusunan data dan memfasilitasi dalam pengambilan
keputusan yang lebih dapat diandalkan. Sebuah daftar dari beberapa alat statistik,
umum digunakan dalam industri farmasi yang menyediakan:
Grafik kontrol, misalnya:
Diagram Acceptance control
Diagram kontrol dengan rata-rata aritmatika dan peringatan batas
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/126.jpg)
20
Universitas Indonesia
Diagram jumlah kumulatif
Diagram Shewhart control
Weighted Moving Average
Desain Eksperimen
Histogram
Diagram Pareto
Analisis kemampuan proses
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/127.jpg)
Universitas Indonesia21
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
Jalan Raya Bogor Km 38, pada pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) periode Periode 17 Juni – 30 Agustus 2013.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan melakukan pengamatan secara terperinci terhadap
proses produksi dari produk “X”, seperti melakukan:
Observasi proses dalam tiap aktifitas produksi yakni penimbangan,
pencampuran, pengisian, dan pengemasan. Di dalam observasi ini
dilakukan pemetaan proses pada tiap aktifitas. Pemetaan proses
dilakukan untuk lebih memahami proses, secara efektif mencari cara
agar proses tersebut lebih berhasil, dan memastikan bahwa nilai mutu
yang sesungguhnya akan diberikan kepada para pelanggan.
Pembuatan Flow Process secara terperinci dari keempat proses tersebut.
Hal ini berguna dalam menstrukturisasi manajemen risiko berdasarkan
pengorganisasian data dan sebagai alat yang berguna untuk
menganalisis bagaimana berbagai langkah dalam proses terkait satu
sama lain.
Flow Process tersebut disesuaikan dengan prosedur baku yang telah ada
seperti manufacturing instruction dan packaging instruction kemudian
dibuat menjadi bentuk flowchart.
3.3 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode dasar manajemen
risiko berupa pembuatan flowcharts process dan Hazard Analysis and Critical
Control Points (HACCP). Setelah membuat flowchart, selanjutnya melakukan
penentuan titik kritis proses yang harus dikontrol kedepannya dengan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/128.jpg)
22
Universitas Indonesia
mengumpulkan data penyimpangan yang terjadi dan tercatat selama tahun 2010
hingga Juli 2013 (berdasarkan data historikal), kemudian dilakukan:
Melakukan analisa data penyimpangan untuk memahami dan
mendapatkan informasi yang terkandung di dalam data tersebut.
Melakukan kompilasi data penyimpangan selama tahun 2010 hingga
Juli 2013 tersebut berdasarkan tiap proses pada aktivitas produksi
dalam flowchart. Hal ini dilakukan untuk mengetahui proses-proses
dalam produksi yang sering mengalami penyimpangan untuk
menentukan titik kritis proses dari segi keterulangan kasus.
Memberikan skala keterulangan sebagai titik kritis proses berdasarkan
jumlah keterulangan penyimpangan pada proses tersebut dalam
flowchart. Pembuatan skala ini berguna dalam memproritaskan dalam
menganalisis, mengevaluasi, mencegah, dan mengontrol risiko atau
kegagalan yang berpotensi dalam proses.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/129.jpg)
Universitas Indonesia23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setiap perusahaan farmasi menetapkan standar mutu pada tiap produknya.
Dalam mencapai standar mutu ini, diperlukan proses produksi yang telah
dibakukan. Secara prinsip proses produksi seperti preparasi bahan awal,
penimbangan, pengolahan, penyimpanan bulk, pengisian, pengemasan, dan
penyimpanan di gudang harus mengikuti prosedur baku dan memenuhi
persyaratan kualitas yang berlaku sehingga terjamin standar mutu dari produk.
Selama pelaksanaan PKPA di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.,
dilakukan pengamatan tentang aktifitas produksi pada produk “X”. Aktifitas
produksi yang diamati adalah penimbangan, pencampuran, pengisian, dan
pengemasan . Hasil pengamatan dari keempat aktifitas ini kemudian disesuaikan
dengan prosedur baku yang telah ada seperti manufacturing instruction dan
packaging instruction, selanjutnya dibuat dalam bentuk flowchart.
Gambar 4.1 Proses produksi produk “X”
Setiap aktifitas tersebut terdiri dari berbagai proses. Tiap proses memiliki
risikonya masing-masing yang dapat memberi dampak pada produk akhir
terutama dalam hal kualitas, keamanan, dan efek terapi. Maka perlu diketahui titik
kritis proses dan tingkatannya di tiap aktifitas dengan cara membuat flowchart
process secara detail agar dapat terlihat risiko-risiko yang dapat terjadi, sehingga
dapat menentukan critical process dari masing-masing tahap (penimbangan,
pencampuran, pengisian, pengemasan). Titik kritis proses adalah suatu titik dalam
suatu proses yangmenimbulkan kesalahan atau kekeliruan yang dapat/mungkin
terjadi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap produk yang
dihasilkan dan menimbulkan dampak yang besar.
Penimbangan
Pencampuran
Pengisian
Pengemasan
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/130.jpg)
24
Universitas Indonesia
Manajemen Risiko Mutu dilakukan berdasarkan pengkajian pengetahuan
terkini tentang penilaian probabilitas, tingkat keparahan dan kemampuan
mendeteksi risiko. Penentuan titik kritis proses merupakan salah satu
metode/perangkat dalam HACCP yang digunakan untuk memberikan gambaran
umum dan referensi yang berguna sebagai alat utama yang biasanya digunakan
dalam manajemen risiko mutu. Tetapi pada analisis ini, HACCP yang dilakukan
hanya sampai langkah kedua yakni penentuan titik kritis. Pendekatan seperti ini
perlu dilakukan terus menerus agar memberikan informasi berguna yang dapat
mendukung topik seperti penanganan keluhan, cacat mutu, penyimpangan dan
alokasi sumber daya.
Menganalisis titik kritis proses dilakukan berdasarkan penilaian data
historikal yang telah terjadi. Data historikal berisikan data-data penyimpangan
selama proses produksi yang tercatat di tahun 2010 hingga Juli 2013. Setelah
diolah diketahui bahwa kejadian deviasi produk “X” tahun 2010 sebanyak 46
kasus, sedangkan tahun 2011 terdapat 28 kasus, tetapi di tahun 2012 meningkat
jauh menjadi 56 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa dimungkinkan keterulangan
kasus di tahun berikutnya pada proses yang sama ataupun selalu terjadi
penyimpangan setiap tahunnya hanya diproses tersebut. Keterulangan
penyimpangan pada suatu proses merupakan cara menilai tingkatan risiko
keterulangan. Sehingga hal ini dapat berguna dalam mengidentifikasi dan
memprediksi deviasi yang akan terjadi.
Tabel 4.1 Lambang tingkatan keterulangan
Tingkatan keterulangan Lambang Kejadian penyimpangan
High ≥4 kali
Medium 3-4 kali
Low 1-2 kali
Pada proses yang merupakan titik kritis diberikan lambang sesuai dengan
tingkatan risiko sesuai pada Tabel 4.1. Dalam pengelompokkan data
penyimpangannya, jika pada proses tersebut ditemukan lebih dari sama dengan 4
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/131.jpg)
25
Universitas Indonesia
kali kejadian penyimpangan dapat berupa keterulangan atau berbeda kasus maka
dimasukkan dalam tingkatan keterulangan tinggi. Dari hasil pengamatan
pengidentifikasian data historikal pada flowchart process, sebanyak 4 proses
produksi yang termasuk dalam tingkatan keterulangan tinggi, yakni yang perlu
diawasi dan dikontrol dengan baik, serta dipastikan sesuai dengan standar yang
tervalidasi agar tidak terjadi kasus penyimpangan kembali pada proses-proses
tersebut/pengurangan risiko. Selanjutnya ditemukan 7 proses produksi produk
“X” yang masuk dalam tingkat keterulangan sedang. Walaupun banyaknya
kejadian penyimpangan pada tingkat ini tidak sebanyak tingkat keterulangan
tinggi dan beberapa kasus tidak terjadi keterulangan kembali di tahun selanjutnya,
titik kritis ini tetap perlu diawasi dan dikontrol. Pada tabel 4.2 di bawah ini
merupakan proses-proses produksi produk “X” yang masuk dalam tingkat
keterulangan tinggi dan sedang.
Tabel 4.2 Proses produksi dengan keterulangan tinggi dan sedang pada
produk “X”
Tingkat
keterulangan
Proses
(Tinggi)
• Checklist kesiapan jalur pencampuran
• Zat A dimasukkan ke tank pencampuran
• Mesin pengisian tersetting dengan baik
• Checklist kesiapan jalur pengemasan
(Menengah)
• Checklist kesiapan jalur penimbangan
• Sisa raw material yang telah digunakan,
disimpan kembali
• Material yang diambil dan disesuaikan
dengan instruksi produksi, dicek kembali
• Zat aktif “X” ditransfer ke dalam basis
krim
• Checklist kesiapan jalur pengisian
• Tube dipastikan bersih dan tidak penyok
• Box disusun dan dimasukkan kedalam
shipper
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/132.jpg)
26
Universitas Indonesia
Selain itu, diperoleh 22 proses produksi yang masuk dalam tingkat
keterulangan rendah, pada tingkat ini mayoritas kejadian penyimpangan terjadi
karena human error dari operator dan tidak/jarang terjadi keterulangan kasusnya.
Di tingkat ini dapat diatasi dengan pelatihan atau pengingatan operator secara
berkala dan berkesinambungan, serta menjadi awareness untuk kedepannya.
Penetapan peringkat risiko tersebut dapat menjadi titik kontrol dalam
manjalankan proses produksi, kontrol ini memberikan jaminan bahwa risiko-
risiko tersebut dapat dikendalikan. Titik kontrol ini dapat berupa tindakan koreksi
yaitu memperbaiki penyimpangan yang terjadi dan tindakan prefentif berupa
tindakan pencegahan keterulangan atau berpotensial terjadinya penyimpangan.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/133.jpg)
Universitas Indonesia27
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Aktifitas produksi suatu sediaan farmasi terutama produk “X” secara garis
besar adalah penimbangan, pencampuran, pengisian, dan pengemasan. Hasil
pengamatan dari keempat proses ini kemudian disesuaikan dengan prosedur
baku yang telah ada seperti manufacturing instruction dan packaging
instruction, selanjutnya dibuat dalam bentuk flowchart.
b. Diperoleh titik kritis proses pembuatan produk “X” sebanyak 4 proses
produksi yang termasuk dalam tingkatan risiko tinggi, 7 proses produksi yang
masuk dalam tingkat risiko sedang, 22 proses produksi yang masuk dalam
tingkat risiko rendah, hal ini disusun berdasarkan data historikal yang
diperoleh dari tahun 2010 hingga Juli 2013 yang disesuaikan dengan
flowchart process yang telah dibuat.
5.2 Saran
Titik kritis proses dengan risiko tinggi dan sedang perlu diawasi dan
dikontrol dengan baik, serta dipastikan sesuai dengan standar yang tervalidasi agar
tidak terjadi kasus penyimpangan kembali pada proses-proses tersebut.
Penanganan yang dilakukan dalam mengatasinya dapat berupa tindakan koreksi
dan tindakan prefentif, seperti dilakukan pelatihan atau pengingatan operator
secara berkala dan berkesinambungan ataupun pengecekan dan pemastian proses
–proses ini dilakukan penanggung jawab yang lebih tinggi.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/134.jpg)
Universitas Indonesia28
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
International Conference on Harmonisation. 2006. Q9 Quality Risk Manajement:
Guidance for Industry. United State : Departemen of Health and Human
Services Food and Drug Administration.
Office of Quality Improvement. 2007. Process Flowcharting: A Powerful Tool for
Continuous Improvement. United State : University of Wisconsin System
Board of Regents.
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/135.jpg)
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/136.jpg)
29
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Flowchart proses penimbangan produk “X” secara umum
Checklistkesiapan jalur
Penyiapan rawmaterial
Setting komputer
Timbang
Pengembaliansisa raw material
Penyimpanan rawmaterial yang
telah ditimbang
Persiapanoperator
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/137.jpg)
30
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Flowchart proses pencampuran produk “X” secara umum
Pembuatanvolatile oil
Checklistkesiapan jalur
Pengambilan rawmaterial
Cleaning mesinmixer
Persiapanoperator
Pembuatanoil phase
Pembuatanwater phase
Emulsifikasi
pH adjustment
Finalpencampuran
Transfer bulk kekontainer
Cooling
Basis krim
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/138.jpg)
31
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Flowchart proses pengisian produk “X” secara umum
Checklistkesiapan jalur
Penyiapan bulkdan kemasan
primer
Persiapanoperator
Set up mesin
Transfer tube keblack area
Pengisian sambildilakukan
pengawasan(Challenge test
dan IPC)
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014
![Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367063-PR-Bhata Bellinda-Laporan... · Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022102515/5a8e31d37f8b9a7f398cdfb5/html5/thumbnails/139.jpg)
32
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Flowchart proses pengemasan produk “X” secara umum
Checklistkesiapan jalur
Transfer tubeyang telah diisi
Prosespengemasan
sekunder
Persiapanoperator
Penyusunan boxdalam shipper,
kemudian diautosealer dan
inject print
Check Weigher
Simpan ke dalamgudang
Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014