universitas indonesia laporan praktek kerja profesi...

142
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT JL. GUDANG UTARA NO. 25-26, BANDUNG PERIODE 1 - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER OLEH : TITIK NURDAYANI, S.Farm. 1206313791 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI LEMBAGA FARMASI

    DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT JL. GUDANG UTARA NO. 25-26, BANDUNG

    PERIODE 1 - 30 APRIL 2013

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

    OLEH :

    TITIK NURDAYANI, S.Farm. 1206313791

    ANGKATAN LXXVI

    FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

    DEPOK JUNI 2013

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • ii

    UNIVERSITAS INDONESIA

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI LEMBAGA FARMASI

    DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT JL. GUDANG UTARA NO. 25-26, BANDUNG

    PERIODE 1 - 30 APRIL 2013

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Apoteker

    OLEH :

    TITIK NURDAYANI, S.Farm.

    1206313791

    ANGKATAN LXXVI

    FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

    DEPOK JUNI 2013

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • iii

    H

    ALAMAN PENGESAHAN

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala

    rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek

    Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan

    Darat (Lafi Ditkesad).

    Tugas Khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu

    syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas

    Farmasi Universitas Indonesia untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Selain itu

    juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan

    tugas Apoteker di Industri Farmasi. Adapun pelaksanaan Praktek Kerja Profesi

    Apoteker (PKPA) di Lafi Ditkesad ini berlangsung mulai dari tanggal 1 – 30 April

    2013.

    Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan

    bimbingan yang diberikan, kepada :

    1. Kolonel Ckm Drs. Hidayatul Rachman, Apt., M.Si, selaku Kepala Lembaga

    Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat yang telah memberikan izin

    dan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi

    Apoteker di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.

    2. Letnan Kolonel Ckm Tantri Murdoyo, S.Si., Apt., selaku Perwira Ahli

    Manajemen Mutu Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat,

    selaku Koordinator Praktek Kerja Mahasiswa di Lembaga Farmasi Direktorat

    Kesehatan Angkatan Darat.

    3. Letnan Kolonel Ckm (K) Dra. Nur Laila, Apt., M.Si., selaku Kepala Bagian

    Administrasi dan Logistik Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan

    Darat dan sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga

    Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.

    4. Prof. Dr. Yahdiana Harahap Apt.,M.S. Selaku Dekan Fakultas Farmasi,

    Universitas Indonesia.

    5. Dr. Harmita, Apt. Selaku Kepala Program Apoteker Fakultas Farmasi,

    Universitas Indonesia.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • v

    6. Dra. Maryati K., M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Profesi

    Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.

    7. Seluruh Staf dan karyawan Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan

    Darat serta semua pihak yang telah membantu selama Praktek Kerja Profesi

    Apoteker di Lafi Ditkesad.

    8. Seluruh Staf dan karyawan Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.

    9. Rekan-rekan PKPA selama di Lafi Ditkesad dari UMP, UMS, UNAND,

    UNPAD, UNJANI, USB, UAD, STFB, dan Poltekkes TNI AU atas cerita

    indahnya selama kurang lebih satu bulan.

    10. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materiil sehingga

    pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar, serta

    pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

    membantu baik langsung maupun tidak langsung.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.

    Namun demikian harapan penulis semoga pengetahuan dan pengalaman yang

    penulis dapatkan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat berguna dan

    bermanfaat bagi pengabdian penulis di masa mendatang dan memberikan manfaat

    sebesar-besarnya bagi para pembaca.

    Bandung, April 2013

    Penulis

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • vi

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    KARYA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

    dibawah ini :

    Nama : Titik Nurdayani, S.Farm.

    NPM : 1206313791

    Program Studi : Profesi Apoteker

    Fakultas : Farmasi

    Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

    Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

    “Laporan Praktek Kerja Profesi di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan

    Angkatan Darat Bandung Periode 1 – 30 April 2013”

    beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

    Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

    mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

    merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

    saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal : Juni 2013

    Yang menyatakan

    (Titik Nurdayani)

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    COVER .......................................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

    DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

    I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

    1.2. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker .......................................... 3

    II. TINJAUAN UMUM .............................................................................. 4

    2.1. Industri Farmasi............................................................................. .. 4

    2.1.1. Pengertian Industri Farmasi .................................................... 4

    2.1.2. Persyaratan Usaha Industri Farmasi ....................................... 4

    2.1.3. Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi ................................ 5

    2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ...................................... 5

    2.2.1. Manajemen Mutu ................................................................... 6

    2.2.2. Personalia ............................................................................... 7

    2.2.3. Bangunan dan Fasilitas .......................................................... 8

    2.2.4. Peralatan ................................................................................. 8

    2.2.5. Sanitasi dan Higiene ............................................................... 9

    2.2.6. Produksi .................................................................................. 9

    2.2.7. Pengawasan Mutu .................................................................. 10

    2.2.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu ................................................ 11

    2.2.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali

    Produk dan Produk Kembalian .............................................. 12

    2.2.10. Dokumentasi ........................................................................ 13

    2.2.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ................. ... 13

    2.2.12. Kualifikasi dan Validasi ...................................................... . 13

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • viii

    III. TINJAUAN KHUSUS LEMBAGA FARMASI

    DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT .................... 15

    3.1. Perkembangan Lafi Ditkesad .......................................................... 15

    3.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Lafi Ditkesad......................... ...... 16

    3.2.1. Tugas (melaksanakan Fungsi Utama) ................................ 17

    3.2.2. Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Militer) ..... ............ 17

    3.2.3. Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan) ........... 17

    3.3. Struktur Organisasi dan Ketenagaan ............................................ 17

    3.3.1. Struktur Organisasi ............................................................ 17

    3.3.2. Kualifikasi Tenaga Kerja di Lafi Ditkesad ........................ 18

    3.3.3. Tugas dan Tanggung Jawab Personil ................................ 19

    3.4. Sertifikasi CPOB .......................................................................... 23

    3.4.1. Sediaan Betalaktam ............................................................ 23

    3.4.2. Sediaan Non Betalaktam .................................................... 23

    3.5. Kegiatan Lafi Ditkesad ................................................................ 23

    3.5.1. Perencanaan dan Pengadaan Barang .................................. 24

    3.5.2. Kegiatan Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu)........... 25

    3.5.3. Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan

    (Installitbang) ..................................................................... 27

    3.5.4. Kegiatan Instalasi Produksi (Instalprod) ........................... 27

    3.5.5. Kegiatan Instalasi Penyimpanan (Instalsimpan) ............... 36

    3.5.6. Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang

    (Instalhar dan Sisjang) ...................................................... 38

    3.5.7. Dokumentasi ....................................................................... 44

    IV. PEMBAHASAN ................................................................................... 45

    4.1. Manajemen Mutu............................................................................. 46

    4.2. Personalia ........................................................................................ 46

    4.3. Bangunan dan Fasilitas .................................................................... 47

    4.4. Peralatan .......................................................................................... 50

    4.5. Sanitasi dan Higiene ........................................................................ 51

    4.6. Produksi ........................................................................................... 51

    4.7. Pengawasan Mutu ............................................................................ 52

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • ix

    4.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu .......................................................... 53

    4.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali

    Produk dan Produk Kembalian.......... .......................................... … 54

    4.10. Dokumentasi ................................................................................. 55

    4.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ........................ .... 55

    4.12. Kualifikasi dan Validasi ........................................................... .... 56

    V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 59

    5.1. Kesimpulan ................................................................................... 59

    5.2. Saran ............................................................................................. 59

    DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 60

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Struktur Organisasi Ditkesad ....................................................... 61

    Lampiran 2. Struktur Organisasi Lafi Ditkesad ............................................... 62

    Lampiran 3. Sistem Pengawasan Mutu Lafi Ditkesad ..................................... 63

    Lampiran 4. Blanko Catatan Pengujian Bahan Baku ....................................... 64

    Lampiran 5. Blanko Hasil Pengujian Laboratorium ........................................ 65

    Lampiran 6. Blanko Catatan Pengujian Tablet/Kapsul .................................... 66

    Lampiran 7. Blanko Catatan Pengujian Larutan/Sirup/Injeksi/Salep/Krim..... 67

    Lampiran 8. Label Karantina, Diluluskan, dan Ditolak ................................... 68

    Lampiran 9. Alur Proses Produksi Sediaan Tablet .......................................... 69

    Lampiran 10. Alur Proses Produksi Sediaan Kapsul ....................................... 70

    Lampiran 11. Alur Proses Produksi Sediaan Sirup .......................................... 71

    Lampiran 12. Alur Proses Produksi Sirup Kering ........................................... 72

    Lampiran 13. Alur Sistem Pengolahan Air ...................................................... 73

    Lampiran 14. Denah Instalasi Pengolahan Air Limbah ................................... 74

    Lampiran 15. Instalasi AHU Lafi Ditkesad ..................................................... 75

    Lampiran 16. Alur Proses Penerimaan dan Pengeluaran Barang di Instalasi

    Penyimpanan ............................................................................. 76

    Lampiran 17. Sertifikat CPOB ......................................................................... 77

    Lampiran 18. Produk Lafi Ditkesad ................................................................. 78

    Lampiran 19. Daftar Produk Obat Lafi Ditkesad ............................................. 79

    \

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Kualifikasi Personel Lafi Ditkesad .................................................... 18

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) merupakan salah

    satu bagian dari elemen militer bangsa. Aspek kesehatan di lingkungan militer

    dapat mempengaruhi kinerja pertahanan serta perlawanan terhadap berbagai

    bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, baik yang berasal dari luar

    maupun dalam negeri. Dalam menjalankan tugasnya sebagai benteng pertahanan

    negara maka aspek kesehatan dari para anggota militer TNI AD juga harus

    senantiasa diperhatikan.

    Dalam rangka menjamin tersedianya sarana kesehatan yang baik bagi

    prajurit TNI AD, Pemerintah kemudian membentuk suatu lembaga yang disebut

    sebagai Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Ditkesad) yang mana salah satu

    bagiannya adalah Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi

    Ditkesad). Adapun fungsi Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan

    Darat (Lafi Ditkesad) adalah memproduksi obat-obatan yang bermutu, aman dan

    berkhasiat yang dibutuhkan oleh seluruh prajurit, PNS TNI AD, dan keluarganya

    di seluruh indonesia.

    Industri farmasi di Indonesia harus mampu menciptakan produk yang

    bermutu, aman dan berkhasiat agar dapat bersaing serta dapat diterima oleh

    masyarakat luas. Langkah utama untuk menjamin mutu dari produk obat yang

    dihasilkan adalah dengan menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).

    Mutu dari produk obat yang dihasilkan tidak dapat hanya mengandalkan hasil

    pengujian akhir saja tetapi yang terpenting adalah bahwa mutu harus dibangun ke

    dalam produk (built in quality). Lafi Ditkesad sebagai salah satu industri farmasi

    di Indonesia, merupakan industri yang secara berkesinambungan memerlukan

    inovasi, organisasi dan sistem distribusi yang baik, serta pengaturan produk yang

    ketat.

    Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

    Indonesia Nomor 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik

    (CPOB), setiap industri farmasi harus berusaha menjamin mutu obat yang

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 2

    Universitas Indonesia

    dihasilkan dalam seluruh aspek dan serangkaian kegiatan produksi sehingga

    memenuhi syarat mutu yang ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan antara

    lain pengadaan bahan baku, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan,

    peralatan yang digunakan serta personalia yang terlibat dalam proses pembuatan

    obat tersebut.

    Pelaksanaan pedoman CPOB di industri farmasi membutuhkan peranan

    Apoteker, sehingga seorang Apoteker dituntut memiliki pengetahuan dan

    keterampilan yang memadai. Tuntutan tersebut dapat diperoleh salah satunya

    melalui praktek kerja di industri farmasi yang telah melaksanakan produksi sesuai

    dengan pedoman CPOB.

    Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di industri farmasi merupakan

    salah satu sarana bagi mahasiswa calon Apoteker untuk mendapatkan pengalaman

    kerja dan pemahaman yang lebih dalam tentang tugas dan fungsi Apoteker di

    industri farmasi. Mahasiswa calon Apoteker tentunya telah dibekali pengetahuan

    tentang teori yang ada di industri farmasi, namun itu saja tidak cukup. Mahasiswa

    calon Apoteker harus mengetahui juga bagaimana praktek yang ada di lapangan

    sebenarnya, sehingga ketika menjadi Apoteker bisa menerapkan ilmu dan

    pengalaman yang dimiliki di dalam industri farmasi. Pembekalan berupa praktek

    kerja di industri farmasi secara langsung sangat diperlukan untuk mendapatkan

    gambaran mengenai fungsi dan tanggung jawab Apoteker di industri farmasi,

    yang mana hal ini berkaitan dengan penerapan CPOB. Untuk mendukung kondisi

    di atas, Universitas Indonesia mengadakan kerjasama dengan Lafi Ditkesad dalam

    bentuk Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). PKPA ini berlangsung pada

    tanggal 1 - 30 April 2013. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat dipelajari

    kondisi-kondisi khusus yang tidak ditemui dalam teori atau ilmu yang telah

    didapatkan di perguruan tinggi.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 3

    1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker

    Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bertujuan agar :

    1. Mahasiswa profesi Apoteker dapat melihat secara langsung aktivitas yang

    berlangsung dalam suatu industri farmasi.

    2. Mahasiswa profesi Apoteker dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan

    yang lebih luas tentang segala aspek yang terkait di industri farmasi

    terutama dalam hal penerapan CPOB di Lembaga Farmasi Direktorat

    Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad).

    3. Mahasiswa profesi Apoteker dapat memiliki wawasan dan pengetahuan

    yang luas serta pemahaman yang mendalam mengenai peran dan tugas

    Apoteker di industri farmasi.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 4 Universitas Indonesia

    BAB II

    TINJAUAN UMUM

    2.1 Industri Farmasi

    2.1.1 Pengertian Industri Farmasi

    Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

    245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

    Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah

    melalui seluruh tahap proses pembuatan, sedangkan industri bahan baku adalah

    industri yang memproduksi bahan baku dimana bahan baku tersebut adalah semua

    bahan baik bahan berkhasiat ataupun bahan tambahan yang digunakan dalam

    proses pengolahan obat.

    2.1.2 Persyaratan Usaha Industri Farmasi

    Industri farmasi untuk melaksanakan proses industrinya harus memenuhi

    ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Surat Keputusan Menteri

    Kesehatan No.1799/Menkes/Per/XII/2010, Usaha Industri Farmasi wajib

    memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    a. Badan usaha berupa perseroan terbatas

    b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat

    c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

    d. Memiliki secara tepat paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara

    Indonesia masing-masing sebagai penanghung jawab pemastian mutu,

    produksi, dan pengawasan mutu: dan

    e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak

    langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

    kefarmasiaan.

    Dikecualikan dari persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

    dan huruf b, bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional

    Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    Izin Usaha Industri Farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan

    wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawas Obat dan

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 5

    Universitas Indonesia

    Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri

    farmasi tersebut berproduksi, sedangkan untuk industri farmasi Penanaman Modal

    Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. I tahun

    1967 tentang Penanaman Modal Asing dan peraturan pelaksanaannya.

    Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana

    diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan

    hidup, yaitu memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat

    CPOB.

    2.1.3 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi

    Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal:

    a. Melakukan pemindahtanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan

    perluasan usaha tanpa memiliki izin.

    b. Tidak menyampaikan laporan mengenai perkembangan industri selama

    tiga kali berturut-turut atau menyampaikan informasi yang tidak benar.

    c. Melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis

    terlebih dahulu.

    d. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak

    memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.

    e. Tidak memiliki ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.

    2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

    CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur

    atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk

    menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan "Good

    Manufacturing Practices" dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi,

    sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang

    ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

    Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat

    dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan

    tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan

    pengendalian mutu.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 6

    Universitas Indonesia

    Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat essensial

    untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.

    Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan

    untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan.

    Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian

    pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke

    dalam produk tersebut (built in quality). Mutu obat tergantung pada bahan awal,

    bahan pengemas, proses produksi, pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang

    dipakai dan personil yang terlibat.

    CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar

    mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila

    perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu

    obat yang telah ditentukan tetap dicapai.

    Saat ini industri obat diwajibkan untuk melaksanakan produksi sesuai

    aturan CPOB edisi 2006. Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi: manajemen

    mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,

    pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap

    produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi,

    pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.

    Berikut ini dijelaskan mengenai masing-masing aspek yang diatur dalam CPOB

    edisi 2006.

    2.2.1 Manajemen Mutu

    Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

    tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar

    (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya

    karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung

    jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang

    memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di

    dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan

    mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 7

    Universitas Indonesia

    didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen

    mutu adalah:

    a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur

    organisasi, prosedur, proses dan sumber daya

    b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat

    kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang

    dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

    Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. CPOB adalah

    bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan

    secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan

    penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk.

    2.2.2 Personalia

    Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

    sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar, oleh

    sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang

    terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

    personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.

    Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan

    awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan

    dengan pekerjaan.

    Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan

    kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan

    dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang

    ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek

    penerapan CPOB, tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam

    tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.

    Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan

    Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama

    tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala

    bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu

    harus independen satu terhadap yang lain.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 8

    Universitas Indonesia

    2.2.3 Bangunan dan Fasilitas

    Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,

    konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

    dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

    desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya

    kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain dan memudahkan pembersihan,

    sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang,

    penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu

    obat.

    Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari

    pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah,

    air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak

    sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran

    tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan

    serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan perlu didesinfeksi sesuai prosedur

    tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan.

    Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area

    penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat

    dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur

    dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas

    hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu

    obat pasokan.

    2.2.4 Peralatan

    Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

    yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

    tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan

    untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.

    Peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya.

    Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau

    produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat

    mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 9

    Universitas Indonesia

    Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas atau

    pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga

    tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara

    ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor

    tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan

    adaptasi yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar

    mudah dibersihkan. Pembersihan peralatan dilakukan sesuai dengan prosedur

    tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan

    hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran

    yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

    2.2.5 Sanitasi dan Higiene

    Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

    aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,

    bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan

    segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber

    pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan

    higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam

    pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan, peralatan.

    Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala

    untuk cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.

    2.2.6 Produksi

    Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah

    ditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

    menghasilkan produk yang memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar

    (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang

    kompeten. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap

    produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses

    produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi personalia

    sampai dengan pengemasan.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 10

    Universitas Indonesia

    Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama

    dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang

    dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar

    hendaklah tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi.

    Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat dan ditangani oleh

    karyawan yang melaksanakan tugas.

    2.2.7 Pengawasan Mutu

    Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan

    Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara

    konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

    Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap

    merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan

    sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada

    kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang

    terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi

    dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan

    dengan memuaskan.

    Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai bagian pengawasan

    mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab

    dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang

    membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia

    untuk memastikan bahwa segala kegiatan pengawasan mutu dilaksanakan dengan

    efektif dan dapat diandalkan.

    Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitis yang

    dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan

    pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini

    mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang

    dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan

    memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.

    Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan

    mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 11

    Universitas Indonesia

    sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum

    didistribusikan. Personil Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke area

    produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan.

    2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

    Tujuan Inspeksi Diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

    poduksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.

    Program Inspeksi Diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

    pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

    Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang

    kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila menggunakan auditor luar

    yang independen. Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara rutin dan disamping

    itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi

    atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan

    supaya dilaksanakan. Prosedur dan Catatan Inspeksi Diri hendaklah

    didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

    Pada aspek–aspek Inspeksi Diri hendaklah dibuat daftar periksa Inspeksi

    Diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa

    Inspeksi Diri ini hendaklah mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB

    yang meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan

    bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi,

    peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu,

    dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat

    atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan

    keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan

    perbaikan.

    Inspeksi Diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik,

    namun Inspeksi Diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah

    dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi Inspeksi Diri hendaklah

    tertulis dalam prosedur tetap Inspeksi Diri.

    Penyelenggaraan Audit Mutu berguna sebagai pelengkap Inspeksi Diri.

    Audit Mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 12

    Universitas Indonesia

    manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit Mutu

    umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang

    dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit Mutu juga dapat

    diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.

    2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk

    dan Produk Kembalian

    Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek

    samping yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan

    keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak

    lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi dapat

    berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu

    dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan

    adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar

    pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan

    kesehatan. Penarikan produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau

    penghentian pembuatan obat tersebut.

    Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

    dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah

    keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga

    menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang

    bersangkutan.

    Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,

    penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan

    apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah

    dilakukan evaluasi secara kritis. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang

    hendaklah dimusnahkan. Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk

    harus disiapkan dan mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran

    lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak

    mempunyai wewenang.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 13

    Universitas Indonesia

    2.2.10 Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan

    dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari Pemastian Mutu.

    Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

    personil penerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

    memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena

    hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi

    Induk/Formula Pembuatan, Prosedur, Metode dan instruksi, Laporan dan catatan

    harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen

    sangat penting.

    2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

    Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak harus dibuat secara benar,

    disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat

    menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

    Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara

    jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak

    harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk

    diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu

    (Pemastian Mutu). Kontrak tertulis harus dibuat meliputi pembuatan dan atau

    analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua

    pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk

    perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan

    izin edar untuk produk yang bersangkutan. Kontrak hendaklah mengizinkan

    pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak. Pelulusan akhir

    dalam analisis berdasarkan kontrak harus diberikan oleh kepala bagian

    Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) pemberi kontrak.

    2.2.12 Kualifikasi dan Validasi

    CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang

    diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang

    dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 14

    Universitas Indonesia

    dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan

    kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan

    validasi.

    Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program

    validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana

    Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen

    yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data

    sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi;

    ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format

    dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal

    pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.

    Protokol Validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan.

    Laporan harus dibuat mengacu pada Protokol Kualifikasi dan/atau Protokol

    Validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap

    penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap

    perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah

    didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.

    Kualifikasi terdiri dari:

    a) Kualifikasi Desain

    b) Kualifikasi Instalasi

    c) Kualifikasi Operasional

    d) Kualifikasi Kinerja

    e) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah

    Operasional

    Validasi terdiri dari:

    a) Validasi Proses

    b) Validasi Pembersihan

    c) Validasi Ulang

    d) Validasi Metode Analisis

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 15 Universitas Indonesia

    BAB III

    TINJAUAN KHUSUS

    LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN

    DARAT

    3.1 Perkembangan Lafi Ditkesad

    Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

    merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu

    pemerintah Belanda mendirikan sebuah lembaga yang dinamakan Militaire

    Scheikundig Laboratorium (MSL). Lembaga ini berfungsi sebagai tempat

    pemeriksaan obat-obat kebutuhan tentara Belanda. Setelah zaman kemerdekaan,

    lembaga ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan mengalami

    beberapa kali penggantian nama dan perubahan fungsi hingga pada tahun 1985

    dilakukan reorganisasi dari Lafi Ditkesad dan Dopusbekkes yang difungsikan

    menjadi Lafi Ditkesad hingga tahun 2005. Mulai 1 April 2005 sampai sekarang

    dipisah lagi menjadi Lafi Ditkesad dan Gudang Pusat II (Gupus II) Ditkesad.

    Berdasarkan Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat

    No.Kep/11/2004 Tanggal 30 Januari 2004 tentang Organisasi dan Tugas Lembaga

    Farmasi Angkatan Darat, Lafi Ditkesad telah mengalami perkembangan dan

    perubahan mengenai struktur organisasi yang bertujuan untuk lebih

    mengotimalkan kinerja personil dalam rangka menghadapi kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi. Struktur organisasi ini telah diterapkan sejak bulan

    April 2006.

    Departemen Kesehatan pada tahun 1992 melakukan audit dan menyatakan

    bahwa Lafi Ditkesad belum memenuhi persyaratan CPOB. Pada tahun 1997

    Departemen Pertahanan memberikan bantuan dana untuk mendirikan bangunan

    atau pabrik baru yang dilaksanakan dalam tiga tahap pembangunan yaitu tahap I

    pembangunan Betalaktam, Wastu dan Utility , tahap II pembangunan Non

    Betalaktam dan gedung pengelola, tahap III pembangunan Sefalosporin. Pada

    tahun 2000 dikeluarkan 4 sertifikat CPOB Betalaktam (tablet biasa antibiotika

    penisilin dan turunannya, tablet salut antibiotika penisilin dan turunannya, kapsul

    keras antibiotika penisilin dan turunannya dan suspensi kering oral antibiotika

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 16

    Universitas Indonesia

    penisilin dan turunannya). Tanggal 18 Juni 2001 diberikan sertifikat CPOB

    Betalaktam (serbuk steril injeksi antibiotika penisilin dan turunannya). Tanggal 20

    Mei 2006 dikeluarkan 5 sertifikat CPOB Non Betalaktam (tablet biasa non

    antibiotika, tablet salut non antibiotika, kapsul keras non antibiotika, serbuk oral

    non antibiotika dan cairan obat luar non antibiotika).

    Kegiatan produksi Lafi Ditkesad pada mulanya bertempat di Jl. Gudang

    Utara No. 25 Bandung. Namun seiring dengan tuntutan penerapan CPOB di

    setiap industri farmasi yang dikeluarkan oleh Dirjen POM Depkes RI, maka

    dilakukan pembangunan gedung baru di Jl. Gudang Utara No 26 Bandung yang

    disesuaikan dengan persyaratan CPOB dan perkembangan industri farmasi. Surat

    keputusan Dirjen POM Depkes RI No 02/01/2/4/96/665 tanggal 28 Februari 1996

    menyatakan persetujuan terhadap Rencana Induk Pembangunan (RIP) dalam

    rangka sertifikasi CPOB Lafi Ditkesad, sehingga pembangunan gedung baru dapat

    dilaksanakan.

    Sebagai lembaga yang bertanggung jawab untuk menyediakan obat-obatan

    bagi TNI-Angkatan Darat, Lafi Ditkesad memiliki visi menjadi satu-atunya

    lembaga produksi yang mampu memenuhi kebutuhan obat bermutu bagi TNI.

    Seperti halnya dengan lembaga pemerintahan lain, Lafi Ditkesad juga mempunyai

    misi, yaitu :

    1. Mampu memenuhi kebutuhan obat Dukkes dan Yankes TNI AD

    2. Pusat Litbang dan Informasi obat TNI AD

    3. Mampu menjadi mitra industri farmasi lain dalam memenuhi kebutuhan

    nasional.

    3.2 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Lafi Ditkesad

    Lafi Ditkesad adalah badan pelaksana yang berkedudukan langsung di

    bawah Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Dirkesad). Lafi Ditkesad mempunyai

    tugas pokok membantu Dirkesad menyelenggarakan pembinaan dan

    menyelenggarakan produksi, penelitian serta pengembangan obat dalam rangka

    mendukung tugas pokok Ditkesad.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Lafi Ditkesad menyelenggarakan

    tugas-tugas sebagai berikut :

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 17

    Universitas Indonesia

    3.2.1 Tugas (melaksanakan Fungsi Utama)

    a. Fungsi penelitian dan pengembangan, meliputi segala usaha, pekerjaan,

    kegiatan dibidang penelitian dan pengembangan produk, sistem metode,

    dan personil dalam rangka penyelenggaraan produksi obat.

    b. Fungsi produksi, meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang

    produksi obat.

    c. Fungsi pengawasan mutu, meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan

    pemeriksaan fisik, kimia, mikrobiologi, terhadap bahan baku, bahan

    pendukung produksi, pengawasan selama proses produk antara produk

    ruah dan produk jadi.

    d. Fungsi pemeliharaan, meliputi segala usaha, pekerjaan, kegiatan dibidang

    pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, pengawasan mutu, dan

    sistem penunjang.

    e. Fungsi penyimpanan, meliputi segala usaha, pekerjaaan, dan kegiatan di

    bidang penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku, bahan

    pendukung produksi, peralatan dan obat jadi.

    3.2.2 Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Militer)

    Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang intelijen, operasi,

    personil, logistik, teritorial, perencanaan dan pengawasan serta pemeriksaan

    dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Ditkesad.

    3.2.3 Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan)

    Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang latihan,

    kesatuan dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Ditkesad.

    3.3 Struktur Organisasi dan Ketenagaan

    3.3.1 Struktur Organisasi

    Struktur organisasi Lafi Ditkesad berdasarkan Peraturan Kasad No.

    Perkasad/219/XII/2007, tanggal 10 Desember 2007 dapat dilihat pada

    Lampiran1.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 18

    Universitas Indonesia

    Organisasi Lafi Ditkesad disusun sebagai berikut:

    a. Eselon Pimpinan, terdiri dari:

    1) Kepala Lafi Ditkesad (Kalafi Ditkesad).

    2) Wakil Kepala Lafi Ditkesad (Wakalafi Ditkesad).

    b. Eselon Pembantu Pimpinan, terdiri dari:

    1) Perwira Ahli Lembaga Farmasi (Paahli Lafi Ditkesad).

    2) Bagian Administrasi dan Logistik (Bagminlog).

    c. Eselon Pelayanan

    Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Situud).

    d. Eselon Pelaksana, terdiri dari:

    1) Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Installitbang).

    2) Instalasi Produksi (Instalprod).

    3) Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu).

    4) Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Instalhar dan Sisjang).

    5) Instalasi Penyimpanan (Instalsimpan).

    3.3.2 Kualifikasi Tenaga Kerja di Lafi Ditkesad

    Berdasarkan statusnya, personil Lafi Ditkesad terdiri atas personil

    militer dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan keahliannya personil

    tersebut terdiri dari Magister Farmasi, Apoteker, Sarjana Kimia, Sarjana

    Muda Kimia, Sarjana Muda Analis Farmasi, Asisten Apoteker, Analis,

    Perawat Umum, SMU dan tenaga lainnya yang dapat dilihat pada Tabel

    3.1.

    Tabel 3.1 Kualifikasi Pendidikan Militer dan PNS LAFI DITKESAD per

    Bulan Januari 2013

    No Kualifikasi Pendidikan Militer PNS Jumlah

    1 S2 Farmasi 4 1 5

    2 S2 Managemen 1 0 1

    3 Apoteker 6 3 9

    4 S1 Kimia

    3 2 5 5 S1 Farmasi

    6 Sarjana Lain-lain

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 19

    Universitas Indonesia

    7 SM. Kimia 1 1 2

    8 D.3 Analis Medis/Kesehatan/Komp 2 2 4

    9 Asisten Apoteker 4 5 9

    10 Analis 1 2 3

    11 Perawat Umum/Bidan 2 0 2

    12 STM alkes/ SMF 0 0 0

    13 SLTA (SMA, SMEA, STM, MAN) 26 70 97

    14 SLTP (SMP, ST, SMEP) 1 16 17

    15 SD 0 3 3

    Jumlah 51 105 156

    3.3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Personil

    Tanggung jawab personil di lingkungan Lafi Ditkesad telah ditentukan

    sesuai surat Peraturan Kasad No. Perkasad/219/XII/2007 tanggal 10 Desember

    2007 adalah sebagai berikut:

    a. Eselon Pimpinan

    i. Kepala Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Kalafi

    Ditkesad)

    Kalafi Ditkesad dijabat oleh Perwira Menengah (Pamen) TNI AD,

    berpangkat Kolonel Ckm yang bertanggung jawab langsung kepada

    Direktur Kesehatan TNI Angkatan Darat.

    ii. Wakil Kepala Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat

    (Wakalafi Ditkesad)

    Wakalafi Ditkesad dijabat oleh seorang Pamen TNI AD, berpangkat

    Letnan Kolonel Ckm, merupakan wakil dan pembantu utama Kalafi,

    yang bertanggung jawab kepada Kalafi Ditkesad.

    b. Eselon Pembantu Pimpinan

    i. Perwira Ahli (Paahli)

    Paahli Lafi dijabat oleh 3 (tiga) orang Pamen TNI AD berpangkat Letnan

    Kolonel Ckm, terdiri dari Perwira Ahli Madya Manajemen Industri (Paahli

    Madya Jemen In), Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi (Paahli Madya

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 20

    Universitas Indonesia

    Tekfi), dan Perwira Ahli Madya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    (Paahli Madya AMDAL). Paahli merupakan pembantu Kalafi yang

    bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang keahlian

    Manajemen Mutu, Teknologi Farmasi dan Analisa. Paahli Lafi dalam

    melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi,

    dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.

    ii. Bagian Administrasi Logistik (Bagminlog)

    Kabagminlog dijabat oleh Pamen TNI AD berpangkat Letnan Kolonel

    Ckm, dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 (dua) Kepala Seksi

    yang masing-masing dijabat oleh Pamen TNI AD berpangkat Mayor Ckm,

    yang terdiri dari:

    1. Kepala Seksi Perencanaan Program dan Anggaran disingkat

    Kasirenprogar.

    2. Kepala Seksi Pengendalian Materiil, disingkat Kasidalmat.

    Kabagminlog dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari

    bertanggung jawab kepada Kalafi dan dalam melaksanakan tugas sehari-hari

    dikoordinasikan oleh Wakalafi.

    c. Eselon Pelayanan yakni Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Situud)

    Kasituud dijabat oleh Pamen TNI AD berpangkat Mayor Ckm, yang

    dibantu oleh tiga Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh Perwira

    Pertama (Pama) TNI AD berpangkat Kapten Ckm dan satu PNS Gol III serta satu

    Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama TNI AD berpangkat Letnan Ckm, yang

    terdiri dari:

    i. Kepala Urusan Administrasi Personil dan Logistik (Kaurminperslog)

    ii. Kepala Urusan Tata Usaha (Kaurtu)

    iii. Kepala Urusan Dalam (Kaurdal)

    iv. Perwira Urusan Pengamanan (Paurpam)

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 21

    Universitas Indonesia

    Situud dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab

    kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh

    Wakalafi.

    d. Eselon pelaksana

    Eselon pelaksana dijabat oleh lima Kepala Instalasi (Kainstal), yaitu :

    i. Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Kainstallitbang)

    Kainstallitbang dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan

    Kolonel Ckm, dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kalafi.

    Kainstallitbang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Seksi

    (Kasi) yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat

    Mayor Ckm, yang terdiri dari Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan

    Produksi (Kasilitbangprod) dan Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan

    Sistem Metoda dan Personel (Kasilitbangsistodapers). Kainstallitbang dalam

    pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi, dalam

    pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.

    ii. Kepala Instalasi Produksi (Kainstalprod)

    Kainstalprod dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan

    Kolonel Ckm yang dibantu oleh empat kepala seksi yang masing-masing dijabat

    oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor Ckm, dan satu PNS Golongan,

    terdiri dari Kepala Seksi Sediaan Non Betalaktam (Kasidia Non Betalaktam),

    Kepala Seksi Sediaan Sefalosporin (Kasidia Sefalosporin), Kepala Seksi

    Sediaan Betalaktam (Kasidia Betalaktam) dan Kepala Seksi Kemas (Kasi

    Kemas). Kainstalprod dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

    bertanggungjawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tuga ssehari-hari

    dikoordinasikan oleh Wakalafi.

    iii. Kepala Instalasi Pengawasan Mutu (Kainstalwastu)

    Kainstalwistu dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan

    Kolonel Ckm dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab

    kepada Kalafi. Kainstalwastu dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 22

    Universitas Indonesia

    Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat

    Mayor Ckm, terdiri dari Kepala Seksi Pengujian Kimia, Fisika, dan Mikrobiologi

    (Kasiuji Kifis dan Mikro) dan Kepala Seksi Inspeksi (Kasiinspek). Kainstalwastu

    dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi,

    dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.

    iv. Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Kainstalhar dan

    Sisjang)

    Kainstalhar dan Sisjang dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat

    Mayor Ckm. Kainstalhar dan Sisjang dalam melaksanakan tugas dan

    kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi. Kainstalhar dan sisjang dalam

    melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Urusan yang masing-masing

    dijabat oleh Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten Ckm, terdiri dari Kepala

    Urusan Pemeliharaan (Kaurhar) dan Kepala Urusan Sistem Penunjang

    (Kaursisjang). Kainstalhar dan Sisjang dalam melaksanakan tugas dan

    kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-

    hari dikoordinasikan oleh Wakalafi dan bertugas antara lain: menyiapkan Sisjang

    untuk mendukung kegiatan produksi dan membuat laporan kegiatan pemeliharaan

    dan perbaikan kepada Kalafi.

    v. Kepala Instalasi Penyimpanan (Kainstalsimpan)

    Kainstalsimpan dijabat oleh pamen angkatan darat berpangkat Mayor

    Ckm, dalam melaksanakan tugas dan kewajiban bertanggung jawab kepada

    Kalafi. Kainstalsimpan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu Kepala

    Urusan yang dijabat oleh Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten Ckm dan

    satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama Angkatan Darat berpangkat Letnan

    Ckm, terdiri dari Kepala Urusan Penyimpanan Materiil Produksi

    (Kaursimpanmatprod) dan Perwira Urusan Penyimpanan Obat Jadi (Paursimpan

    Obat Jadi). Kainstalsimpan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

    bertanggung jawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

    dikoordinasikan oleh Wakalafi.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 23

    Universitas Indonesia

    vi. Kepala Instalasi Pemastian Mutu (Kapastitu)

    Dalam hal memenuhi persaratan CPOB dan peraturan perundang-

    undangan, Kalafi membentuk Pemastian Mutu yang melaksanakan tugas-tugas

    bagian pemastian mutu di Lafi Ditkesad, sambil menunggu struktur organisasi

    resmi tentang pemastian mutu yang sudah diajukan ke suprasistem, dalam hal ini

    Kepala Staf Angkatan Darat.

    3.4 Sertifikasi CPOB

    Lafi Ditkesad telah mendapatkan sertifikat CPOB meliputi lima buah

    sertifikat sediaan Beta Laktam dan empat buah sertifikat sediaan Non Beta

    Laktam.

    3.4.1 Sediaan Beta Laktam

    a Tablet antibiotika Penisilin dan turunanannya.

    b Tablet salut antibiotika Penisilin dan turunannya.

    c Kapsul keras antibiotika Penisilin dan turunannya.

    d Suspensi kering oral antibiotika Penisilin dan turunannya.

    e Serbuk steril injeksi antibiotika Penisilin dan turunannya.

    3.4 2 Sediaan Non Beta Laktam

    a Tablet Biasa dan SalutNon Antibiotika.

    b Kapsul Keras Non Antibiotika.

    c Serbuk Oral Non Antibiotika.

    d Cairan Obat Luar Non Antibiotika.

    3.5 Kegiatan Lafi Ditkesad

    Kegiatan Lafi Ditkesad dalam melaksanakan tugas dan fungsi produksi

    obat-obatan meliputi perencanaan dan pengadaan barang, pengawasan mutu,

    penelitian dan pengembangan, proses produksi, pemeliharaan dan sistem

    penunjang, penyimpanan barang, dan kegiatan administrasi (dokumentasi).

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 24

    Universitas Indonesia

    3.5.1 Perencanaan Pengadaan Barang

    Perencanaan pengadaan barang untuk produksi obat Lafi Ditkesad

    dilakukan oleh Ketua bagian administrasi logistik (Kabagminlog) dan stafnya

    yang dibuat berdasarkan data dari Sub Direktorat Pembinaan Pelayanan

    Kesehatan (Subditbinyankes), disusun berdasarkan masukan pola penyakit dari

    daerah dan laporan dari masing-masing Kesehatan Daerah Militer (Kesdam),

    Satuan Kesehatan (Satkes) dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).

    Rencana pengadaan obat kemudian dibuat dengan melakukan penyesuaian antara

    daftar kebutuhan obat dengan anggaran yang tersedia dan selanjutnya dianalisa

    dan dievaluasi oleh Subditbinyankes dan Subditbinmatkes yang dilakukan setahun

    sebelum pelaksanaan.

    Bagminlog membuat rencana kebutuhan produksi obat Lafi Ditkesad yang

    terdiri dari rencana kebutuhan bahan aktif, bahan pembantu dan bahan pengemas

    dan kebutuhan reagensia untuk kebutuhan Instalwastu. Perencanaan tersebut

    disusun berdasarkan formula standar dan spesifikasi obat yang telah ditentukan

    oleh Lafi Ditkesad, disamping itu Bagminlog juga menyusun rencana dan

    anggaran untuk pemeliharaan sarana operasional yang digunakan di tiap instalasi

    yang ada di Lafi Ditkesad. Anggaran tersebut kemudian dilaporkan kepada

    Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Dirkesad) beserta spesifikasi bahan yang

    dibutuhkan.

    Pengadaan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pelelangan yang

    dilaksanakan oleh panitia pengadaan di Ditkesad. Pemasok yang terpilih adalah

    pemasok yang menawarkan harga terendah. Pengadaan barang yang dilakukan

    oleh Ditkesad kemudian dikirim ke Gudang Pusat II disertai dengan surat Perintah

    Penerimaan Material (PPnM), selanjutnya tim komisi penerimaan barang yang

    dibentuk oleh Dirkesad memeriksa keadaan barang secara administrasi dan

    fisiknya sedangkan untuk pemeriksaan mutu dilaksanakan oleh Instalwastu.

    Barang yang telah lulus uji mutu akan dibuatkan Laporan Hasil Pengujian (LHP)

    dan Berita Acara (BA) Penerimaan Material, lalu barang disimpan di Gudang

    Pusat II, untuk barang yang tidak memenuhi spesifikasi akan ditolak dan

    dikembalikan kepada pemasok. Bagminlog selanjutnya akan menyusun konsep

    surat Perintah Pengeluaran Materil (PPM), yang ditandatangani oleh Dirkesad,

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 25

    Universitas Indonesia

    untuk memindahkan barang tersebut dari Gudang Pusat II ke Instalsimpan Lafi

    Ditkesad. Apabila barang tersebut akan digunakan oleh Instalprod atau instalasi

    lainnya, maka Kalafi (dalam hal ini dilaksanakan oleh Bagminlog) akan

    menyusun Nota Pengeluaran Materil (NPM), jumlah barang yang dikeluarkan

    adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh Instalasi tersebut. Selain menyusun

    konsep PPM dan NPM, Bagminlog juga menyusun konsep perintah penerimaan

    materil (PPnM) apabila produk jadi, yang sebelumnya disimpan di Instalsimpan,

    akan dipindahkan ke Gudang Pusat II.

    Selain dari tugas pokok yang telah disampaikan sebelumnya, Bagminlog

    juga bertugas untuk menyusun laporan hasil produksi, menyusun program kerja,

    menyusun laporan evaluasi tahunan, menyusun laporan jika ada inspeksi, serta

    memberikan saran kepada Kalafi sesuai dengan bidang tugasnya.

    Penyimpanan barang dilaksanakan oleh Instalasi Penyimpanan Lafi

    Ditkesad. Barang-barang yang diterima di Instalsimpan, disimpan berdasarkan

    jenis dan sifat barang, sedangkan pengeluarannya sesuai jadwal produksi, dengan

    menerapkan pula sistem First In First Out (FIFO), First Expired First Out

    (FEFO) dan First Unstable First Out (FUFO).

    3.5.2 Kegiatan Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu)

    Pengawasan Mutu merupakan bagian integral dari suatu produksi obat.

    Instalwastu bertanggung jawab terhadap setiap hal yang menyangkut kualitas

    bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk ruah,

    dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas setelah

    didistribusikan (dengan standar waktu kadaluarsa). Instalwastu juga bertanggung

    jawab terhadap kualitas lingkungan kerja seperti pengawasan bangunan, ruangan

    dan peralatan serta fasilitas penunjang lainnya seperti pemeriksaan kualitas udara,

    pengendalian mutu air dan pemeriksaan limbah. Pelaksanaan kegiatan di

    Instalwastu ditunjang oleh fasilitas instrumen seperti spektrofotometer UV-Vis

    dengan sistem terkomputerisasi, Laminar Air Flow,Read Biotic (pembaca

    hambatan bakteri), Climatic Chamber, Dissolution Tester serta berbagai fasilitas

    penunjang lainnya.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 26

    Universitas Indonesia

    Kegiatan Instalwastu tersebut dilaksanakan sejak bahan baku diterima Lafi

    Ditkesad sampai obat jadi didistribusikan. Beberapa kegiatan Instalwastu

    diantaranya:

    a. Menyiapkan metoda pemeriksaan, pengujian dan validasi metoda analisa

    yang sesuai dengan acuan standar resmi seperti Farmakope Indonesia.

    b. Menyiapkan prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan dan

    pengujian, dimana setiap sampel yang diambil dicatat dan

    didokumentasikan.

    c. Menyiapkan dan menyimpan baku pembanding kerja untuk pengujian.

    d. Menyimpan contoh pertinggal produk jadi dan Catatan Pengujian atau

    pemeriksaan.

    e. Meluluskan (label hijau) atau menolak (label merah) bahan yang akan

    digunakan dalam produksi meliputi bahan baku obat, bahan baku

    pembantu dan bahan pengemas (embalage). Hasilnya dicatat pada Catatan

    Pengujian.

    f. Melaksanakan In Process Control (IPC) selama proses produksi dan

    memberikan keputusan atas diluluskan atau tidaknya hasil suatu tahap

    produksi sampai hasil produk akhirnya.

    g. Melaksanakan pengujian terhadap hasil jadi suatu sediaan yang diperoleh.

    Dicatat pada Catatan Pengujian sediaan jadi.

    h. Melaksanakan uji stabilitas untuk menetapkan kondisi penyimpanan dan

    masa edar suatu produk.

    i. Membantu pelaksanaan validasi proses produksi.

    j. Memantau stabilitas produk-produk yang telah dikeluarkan atau

    didistribusikan sampai beberapa waktu setelah batas kadaluarsa terutama

    untuk sediaan antibiotika.

    k. Hasil pengujian laboratorium yang dilaksanakan diringkas, dicatat dan

    didokumentasikan dalam lembaran yang disebut Laporan Hasil Pengujian

    (dapat dilihat pada lampiran 4, 5 dan 6).

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 27

    Universitas Indonesia

    3.5.3 Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Installitbang)

    Dalam menjalankan tugasnya Installitbang melakukan penelitian terhadap

    produk baru dan pengembangan produk lama untuk memperoleh kualitas yang

    lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana penelitian

    dan pengembangan produk Lafi Ditkesad yang meliputi:

    a. Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan

    pengemas (embalage).

    b. Mencari dan meneliti formula yang dapat dikembangkan sebagai produk

    Lafi Ditkesad.

    c. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat terjadi

    perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya.

    d. Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat kembalian.

    e. Penelitian dan Pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka,

    pengadaan bahan, penelitian skala lab dan penelitian skala produksi

    kemudian dilanjutkan dengan validasi proses produksi dan pengawasan

    mutu dengan kerja sama antara Instalasi Produksi dan Instalasi

    Pengawasan Mutu.

    f. Melakukan pengkajian, penelitian dan pengembangan peralatan produksi,

    alat bantu, prosedur pengawasan mutu bahan baku, bahan penolong dan

    lain-lain.

    3.5.4 Kegiatan Instalasi Produksi (Instalprod)

    Produksi obat-obatan dilaksanakan oleh Instalprod yang meliputi

    perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengendalian. Produk yang saat ini

    dihasilkan oleh Lafi Ditkesad berupa produk Beta Laktam dan produk Non Beta

    Laktam.

    Obat-obat yang diproduksi oleh Lafi Ditkesad belum diregistrasi karena

    hanya digunakan untuk lingkungan TNI AD, namun demikian proses produksinya

    tetap dilaksanakan sesuai dengan Pedoman CPOB yang dikeluarkan oleh Badan

    POM sehingga mutu obat yang dihasilkan tetap terjamin.

    Rencana produksi dibuat berdasarkan pada banyaknya jenis obat yang

    diminta, jenis peralatan yang dimiliki (kapasitas dan spesifikasi mesin), jumlah

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 28

    Universitas Indonesia

    sumber daya manusia, jam kerja serta waktu produksi yang tersedia serta sistem

    pendukung dan ketersediaan bahan baku obat.

    Seluruh proses produksi yang dilaksanakan, dicatat dan didokumentasikan

    dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets (Batch Record)

    yang disusun oleh Kepala Instal litbang, diperiksa oleh Kepala Instalasi Produksi

    dan Kepala Instalasi Pengawasan Mutu, disetujui oleh Kepala Pemastian Mutu,

    diterima oleh Kepala Instalasi Simpan dan diketahui Kepala Lembaga Farmasi

    Ditkesad, kemudian didistribusikan dan didokumentasikan. Proses produksi

    dimulai dari penimbangan bahan baku yang akan digunakan dan dikeluarkan dari

    Instal simpan berdasarkan Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets

    untuk setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan dari Instal simpan selanjutnya

    memasuki tahap pengolahan pada masing-masing seksi produksi, yaitu seksi

    sediaan non Beta Laktam, seksi sediaan Beta Laktam, seksi Sefalosporin dan seksi

    kemas. Setelah dihasilkan obat jadi yang telah siap didistribusikan, obat jadi

    kemudian diserahkan kembali ke Instalasi Penyimpanan. Instalasi Penyimpanan

    kemudian akan mengeluarkan obat jadi yang telah diluluskan oleh kepala

    Pemastian Mutu ke Gupus II untuk didistribusikan ke seluruh Kesdam di

    Indonesia.

    Berikut ini adalah uraian mengenai proses produksi pada masing-masing

    seksi yang ada di Instalasi Produksi:

    a. Seksi Sediaan Non Beta Laktam

    Kasi Sediaan Non Beta Laktam adalah seorang Apoteker. Seksi ini

    melakukan kegiatan produksi tablet, kapsul, sirup kering Non Beta Laktam, sirup

    basah, sediaan salep, dan sediaan cairan obat luar.

    i. Sediaan Tablet

    Ruang produksi tablet terdiri dari ruang mucilago, ruang pencampuran,

    ruang granulasi, ruang pengeringan dengan oven, ruang pengeringan dengan FBD

    (Fluid Bed Dryer), ruang Supermixer, ruang pengayakan, ruang cetak yang terdiri

    dari empat ruang cetak dengan satu mesin cetak di masing-masing ruangan, ruang

    penyalutan, ruang stripping, ruang IPC (In Process Control), ruang karantina

    produk antara dan produk ruah, ruang penyimpanan peralatan dan ruang cuci alat.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 29

    Universitas Indonesia

    Ruangan-ruangan ini dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai, AHU,

    ventilator dengan penghisap debu, dan lapisan epoksi pada dinding dan lantai.

    Peralatan yang digunakan untuk sediaan padat pada proses pembuatan

    tablet diantaranya adalah timbangan elektrik, mesin pembuat mucilago dengan

    energi panas dari uap (Double Jacket), mesin pencampur, alat pengering berupa

    oven dan FBD (Fluid Bed Dryer), granulator, mesin cetak tablet yang terdiri dari

    dua tipe mesin cetak yaitu tipe “B” tooling dan tipe”D” tooling, mesin salut film,

    dan mesin strip tablet.

    Metode pembuatan tablet yang biasa digunakan adalah metode cetak

    langsung dan metode granulasi basah. Tablet yang diproduksi adalah tablet biasa,

    tablet kunyah, dan tablet salut film. Ukuran diameter tablet yang diproduksi 6,5;

    7,5; 10; 12; 13 dan 15 mm.

    Alur Proses Produksi Sediaan Tablet dapat di lihat pada Lampiran

    4.Proses pembuatan tablet di Lafi Ditkesad sebagian besar menggunakan metode

    granulasi basah dimulai dengan urutan sebagai berikut:

    1) Proses penimbangan bahan baku

    Proses penimbangan terhadap bahan baku dan bahan tambahan lainnya

    dilakukan di ruang timbang Instalasi Penyimpanan.

    2) Proses pembuatan bahan pengikat (mucilago)

    Proses pembuatan mucilago harus diperhatikan bahwa bahan mucilago

    telah dicampur homogen sebelum penambahan aqua demineralisata panas,

    kemudian dilakukan pengadukan sampai terbentuk massa bening.

    Pembuatan mucilago ini dilakukan di dalam tangki pemanas double jacket.

    3) Proses pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam

    Bahan berkhasiat dicampurkan dengan fase dalam, diaduk sampai

    homogen selama 15 menit. Pada proses pencampuran yang harus

    diperhatikan adalah waktu pencampuran, putaran mesin dan kapasitas

    mesin pencampur agar dihasilkan massa yang homogen.

    4) Proses granulasi basah

    Pada proses granulasi ditambahkan sejumlah bahan pengikat (mucilago)

    ke dalam hasil campuran zat berkhasiat dengan fase dalam dan diaduk

    hingga homogen sampai terbentuk massa yang dapat dikepal.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 30

    Universitas Indonesia

    5) Proses pengeringan

    Massa yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu dan waktu

    tertentu sampai terbentuk massa setengah kering (tergantung jenis tablet

    yang dibuat).

    6) Proses pengayakan

    Massa setengah kering diayak dengan ayakan mesh tertentu tergantung

    dari jenis dan ukuran tablet.

    7) Proses pengeringan

    Massa yang telah diayak dikeringkan kembali di oven pada suhu dan

    waktu tertentu sampai mencapai kadar air sekitar 2-5 % (tergantung jenis

    tablet yang dibuat).

    8) Proses pengayakan

    Massa yang telah kering, diayak kembali dengan ayakan ukuran mesh

    tertentu sampai menjadi granul.

    9) Pengawasan mutu (IPC)

    Granul yang telah dikeringkan dilakukan uji mutu meliputi pemeriksaan

    susut pengeringan air granul.

    10) Proses pembuatan massa cetak

    Granul yang telah lulus dalam uji mutu (IPC) dibuat massa cetak yaitu

    dengan penambahan pelincir dan penghancur luar kemudian diaduk hingga

    homogen.

    11) Pengawasan mutu (IPC)

    Massa cetak yang akan dicetak, sebelumnya dilakukan uji mutu meliputi

    pemeriksaan homogenitas terhadap kadar zat aktif dan susut pengeringan.

    12) Proses pencetakan tablet

    Massa cetak yang telah lulus uji mutu dilakukan pencetakan tablet dengan

    mesin yang sesuai dengan ukuran diameter dan berat tablet yang

    diinginkan. Selama pencetakan harus diperhatikan kekerasan dan

    keregasan tablet, kemudian hasil pencetakan dialirkan ke dalam alat

    deduster untuk menghilangkan debu/fines yang masih ada pada permukaan

    tablet.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 31

    Universitas Indonesia

    13) Pengawasan mutu (IPC)

    Selama pencetakan dilakukan IPC di ruang produksi meliputi keragaman

    bobot dan kekerasan, sedangkan uji mutu oleh Wastu meliputi uji waktu

    hancur, keregasan, diameter dan tebal tablet, kekerasan, keseragaman

    bobot, kadar bahan aktif, dan uji disolusi untuk tablet tertentu.

    14) Proses penyalutan

    Tablet yang telah dicetak, ada yang disalut dan ada yang langsung distrip.

    Tablet yang disalut maka pada proses penyalutan harus diperhatikan suhu,

    frekuensi penyemprotan, kecepatan putar panci penyalut dan sudut

    penyemprotan.

    15) Pengawasan mutu

    Pemeriksaan yang dilakukan terhadap tablet salut adalah waktu hancur,

    tebal tablet dan bobot tablet.

    16) Proses penyetripan

    Tablet salut ataupun tablet biasa yang telah lulus uji mutu, distrip dengan

    menggunakan bahan pengemas Polycellonium sebagai pengemas primer.

    Untuk bahan pengemas Polycellonium, suhu mesin diatur antara ± 80°-

    100°C. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyetripan yaitu

    sebelum digunakan, roller stripping machine harus dipanaskan dulu. Suhu

    mesin tidak boleh terlalu rendah karena akan menyebabkan kemasan tidak

    dapat melekat satu sama lain dan juga tidak boleh terlalu tinggi karena

    akan menyebabkan perlekatan yang buruk atau pelelehan pada stripnya.

    17) Pengawasan mutu (IPC)

    Uji mutu yang dilakukan pada hasil stripping berupa pemeriksaan uji

    kebocoran strip. Tablet yang telah distrip akan dikirim ke seksi kemas

    untuk dikemas, lalu obat jadi dikirim ke Instalsimpan. Pembuatan tablet

    dengan metoda cetak langsung dimulai dari proses penimbangan bahan

    baku, selanjutnya mengikuti proses pencampuran massa cetak sampai

    dengan proses penyetripan dan pengemasan tanpa melalui proses

    granulasi.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 32

    Universitas Indonesia

    ii. Sediaan Kapsul

    Ruang produksi kapsul terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian

    dan polishing, serta ruang stripping. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan

    kapsul diantaranya adalah mesin pencampur, mesin pengisi kapsul, mesin

    polishing dan mesin strip.

    Alur Proses Produksi Sediaan Kapsul dapat dilihat pada Lampiran 5.

    Proses produksi kapsul terdiri dari tahapan sebagai berikut:

    1) Penimbangan bahan baku

    Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif, bahan

    pengisi, bahan pelincir dilakukan di ruang timbang Instalsimpan.

    2) Pencampuran/granulasi

    Semua bahan yang telah ditimbang, dilakukan proses pencampuran hingga

    homogen. Bahan yang diisikan ke dalam kapsul ada yang harus

    digranulasi terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat alirnya, sedangkan

    untuk bahan yang tidak digranulasi langsung diisikan pada cangkang

    kapsul.

    3) Pengawasan mutu (IPC)

    Massa kapsul sebelum diisikan ke dalam cangkang kapsul, hasil

    pencampurannya dilakukan IPC (In Process Control) oleh Instalwastu

    untuk diperiksa homogenitas dan kadar zat aktifnya.

    4) Pengisian kapsul

    Massa kapsul yang telah diluluskan oleh Instalwastu diisikan ke dalam

    cangkang kapsul. Selama pengisian, dilakukan pengawasan mutu (IPC)

    untuk diperiksa keseragaman bobot, dan waktu hancur, kadar zat aktif.

    5) Polishing

    Kapsul sebelum dilakukan stripping mengalami polishing terlebih dahulu

    untuk menghilangkan debu-debu yang menempel pada bagian luar

    cangkang kapsul.

    6) Penyetripan

    Kapsul yang telah dipolishing siap distrip dengan cara yang sama seperti

    pada proses stripping tablet.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 33

    Universitas Indonesia

    7) Pengawasan mutu (IPC)

    Hasil penyetripan dilakukan uji mutu yaitu tes kebocoran strip. Kapsul

    yang telah lulus uji mutu siap dikemas dan obat jadi dikirim ke Instal

    simpan.

    iii. Sediaan Sirup

    Ruang produksi sirup terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian,

    ruang pencucian alat. Peralatan yang digunakan antara lain mixer, colloid mill,

    panci double jacket, drum stainless, mesin pengisi sirup, penutup botol dan

    pemasangan etiket yang merupakan satu rangkaian (In Line Process). Alur Proses

    Produksi Sediaan Sirup dapat dilihat pada Lampiran 6. Proses pembuatan sirup

    diawali dengan:

    1) Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang timbang Instal simpan.

    2) Pembuatan larutan gula pekat (Syrupus Simplex)

    Pembuatan larutan gula pekat dilakukan pada panci double jacket.

    Pemanasan menggunakan gliserin yang dipanaskan oleh pemanas listrik.

    3) Pencampuran

    Zat aktif dan zat tambahan lain (zat pewarna dan pengawet) masing-

    masing dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sampai larut sempurna,

    kemudian dicampur dengan larutan gula pekat. Essence ditambahkan di

    akhir pencampuran dan dalam keadaan dingin dan volume ditambahkan

    sampai tanda batas yang telah ditentukan.

    4) Pengawasan mutu (IPC)

    Pada hasil pencampuran dilakukan uji mutu terhadap homogenitas larutan,

    kadar zat aktif, pH larutan dan berat jenis.

    5) Pengisian, penutupan dan labelling

    Setelah lulus uji mutu maka dapat dilakukan pengisian, penutupan dan

    pemberian etiket atau label, dilakukan dengan mesin ban berjalan yang

    bekerja secara semi otomatis. Proses ini dilakukan kontrol setiap 15 menit

    terhadap keseragaman volume, hasil penutupan dan pemasangan label.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 34

    Universitas Indonesia

    6) Pengawasan mutu

    Produk yang telah dikemas dilakukan pengambilan sampel untuk

    dilakukan pemeriksaan mutu meliputi keseragaman isi/volume, kadar zat

    aktif, pH larutan dan bobot jenis. Produk yang telah lulus uji mutu dapat

    dilakukan pengemasan, kemudian obat jadi diserahkan ke Instal simpan.

    b. Seksi sediaan Beta Laktam

    Seksi sediaan Beta Laktam bertugas untuk memproduksi produk Beta

    Laktam. Proses produksi betalaktam dilakukan pada gedung yang terpisah dengan

    produksi Non Beta Laktam untuk menghindari terjadinya pencemaran silang.

    Gedung produksi Beta Laktam telah dilengkapi dengan sistem tata udara (Air

    Handling System), air washer, air shower, dan ruang penyangga (air lock).

    Lantai, dinding, dan langit-langit dilapisi oleh bahan epoksi untuk memudahkan

    pembersihan. Seksi sediaan Beta Laktam khusus bertugas untuk memproduksi

    sediaan Beta Laktam.

    Setiap personil yang masuk ke ruangan Beta Laktam diharuskan

    menggunakan pakaian khusus lengkap dengan aksesorisnya yang berupa masker

    untuk wajah, alas kaki dan sarung tangan. Sebelum memasuki ruangan,

    diharuskan melewati air shower yang dimaksudkan untuk menghilangkan

    partikel-partikel pengotor yang melekat pada pakaian. Setelah selesai

    melaksanakan kegiatan produksi, setiap personil diharuskan untuk membersihkan

    diri dengan cara mandi. Produk yang dihasilkan saat ini oleh Seksi Beta laktam

    Lafi Ditkesad yaitu Sirop kering Ampisillin 60 ml, Sirop kering Amoksisillin 60

    ml, Kaplet Amoksisillin 500 mg, Kaplet Ampisillin 500 mg, Kapsul Amoksisilin

    250 mg, dan Kapsul Ampisilin 250 mg.

    c. Seksi Sefalosporin

    Seksi Sefalosporin sampai saat ini belum berproduksi. Tetapi fasilitas dan

    prasarananya sudah siap dan sekarang sedang dalam persiapan untuk pengajuan

    sertifikat. Ruang untuk produksi sediaan serbuk steril injeksi terdiri dari:

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 35

    Universitas Indonesia

    1) Ruang kelas A (ruang di dalam cubical untuk pengisian serbuk) yang

    dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF) dan HEPA filter, serta

    terdapat juga ruang antara berupa airlock in dan air lock out.

    2) Ruang kelas B (ruang di bawah LAF untuk menempatkan material

    sebelum dimasukkan ke dalam cubical) yang merupakan latar belakang

    kelas A.

    3) Ruang kelas C (ruang antara locker).

    4) Ruangkelas D (ruang pencucian alat dan ruang visual).

    Sistem tata udara (Air Handling System / AHS) untuk ruang kelas A dan B

    adalah dengan sistem tertutup (closed system). Untuk ruang B, C dan D hampir

    sama dengan kelas A, namun ada penambahan udara segar (fresh air) sebanyak

    10-20% untuk udara yang masuk ke kelas-kelas tersebut. Pertimbangannya adalah

    karena pada ruangan kelas B, C, dan D terdapat personil yang bekerja dan

    membutuhkan udara segar. Secara umum udara kotor di ruangan disedot lewat

    grill outlet, kemudian disaring dengan beberapa filter seperti pre-filter, médium

    filter, dan untuk kelas A dan B biasanya ditambahkan HEPA filter. Begitupun

    dengan udara segar (freshair) dari luar mengalami proses yang sama. Sebelum

    masuk kedalam ruangan, udara segar yang telah disaring, dan udara yang berasal

    dari grill outlet yang juga telah disaring, bercampur, dan melewati filter lagi

    sebelum akhirnya masuk ke ruangan melewati grill inlet.

    d. Seksi Kemas

    Kasi kemas adalah seorang Apoteker yang bertanggung jawab kepada

    Kainstalprod. Pengemasan dilakukan pada produk ruah tablet, kapsul, sirup, dan

    salep. Pengemasan tablet dilakukan setelah proses stripping. Tablet yang sudah

    distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam zak plastik dan diberi

    identitas berupa brosur kemudian di-seal, setiap zak plastik berisi 25 strip, tiap-

    tiap strip berisi 10 tablet. Hasil seal dimasukkan ke dalam dus di mana setiap dus

    isinya berbeda sesuai dengan ukuran diameter tablet. Untuk tablet dengan

    diameter 6,5-7,5 mm, setiap dus berisi 50 zak plastik. Untuk tablet dengan

    diameter 10-13 mm, setiap dus berisi 30 zak plastik. Untuk tablet dengan diameter

    15 mm, kaplet dan kapsul, setiap dus berisi 20 zak plastik.

    Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013

  • 36

    Universitas Indonesia

    Pengemasan kapsul dilakukan setelah proses stripping. Kapsul yang

    sudah distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam zak plastik dan

    diberi identitas berupa brosur lalu di-seal. Hasil seal kemudian dimasukkan ke

    dalam dus di mana tiap dus berisi 20 zak plastik, setiap zak plastik berisi 25 strip,

    dan setiap strip berisi 10 kapsul. Untuk sirup dimasukkan ke dalam dus. Tiap dus

    berisi 25 botol untuk volume 100 ml dan dus isi 36 botol untuk volume 60 ml