universitas muria kudus semai (seminar masyarakat ilmiah...
TRANSCRIPT
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ i
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ ii
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018 “MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”
Rektorat Lantai IV UMK, 25 APRIL 2018
DISELENGGARAKAN OLEH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UNIVERSITAS MURIA KUDUS
BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iv
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018
“MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”
Susunan Panitia:
Pelindung : Rektor Universitas Muria Kudus
Penasihat : Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Penanggung jawab : Mila Roysa, M.Pd.
Ketua : Ristiyani, M.Pd
Sekretaris : Eko Widianto, M. Pd.
Bendahara : Muhammad Noor Ahsin, M. Pd.
Seksi Acara : Drs. Moh Kanzunnudin, M. Pd.
Seksi Perlengkapan : Irfai Fathurrahman, M. Pd.
Reviewer:
Drs. Moh. Kanzunnudin, M. Pd.
Editor:
Ristiyani, S.Pd., M.Pd.
Eko Widianto, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover:
Eko Widianto
Desain Layout :
Muhammad Noor Ahsin
BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018
ISBN 978-602-1180-71-6
Alamat: Gondangmanis PO.BOX 53 Bae Kudus 59342
Telp. 0291 438229 Fax. 0291437198
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan izin-Nya
Seminar Mayarakat Ilmiah (SEMAI) tahun 2018 oleh program studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Universitas Muria Kudus dalam tajuk “Mengungkap
Kebenaran melalui Linguistik Forensik”, dapat terlaksana dengan baik dan prosiding ini
dapat diterbitkan.
Melihat situasi mutakhir saat ini, perkembangan kajian ilmu bahasa
menunjukkan kemajuan sangat signifikan. Ilmu bahasa saat ini tidak sebatas hanya
mengkaji ilmu bahasa itu sendiri, melainkan sudah memiliki peran besar dalam
menyelesaikan problematika sosial. Salah satunya adalah kajian bahasa dalam bidang
linguistik forensik. Hal tersebut perlu disambut untuk dirayakan dengan melakukan
pertemuan ilmiah seperti SEMAI 2018 ini.
Tema “Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” tersebut dipilih
dengan alasan untuk memberikan perhatian masyarakat ilmiah tentang pentingnya
mengetahui peran linguistik forensik dalam pembuktian kebenaran hukum di
Indonesia. Mengingat, saat ini antara benar dan salah sangat tipis perbedaannya. Hal
lain yang mendasari SEMAI 2018 ini adalah perlunya wadah untuk masyarakat ilmiah
mendesiminasikan dan mempublikasikan penelitian secara luas, guna dapat diakses
oleh masyarakat yang membutuhkan, maka SEMAI 2018 ini layak untuk dilaksanakan.
Selain sebagai tempat mempresentasikan penelitiannya, juga sebagai tempat bertukar
informasi dan mengembangkan kerja sama.
SEMAI 2018 ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu dari
seluruh Indonesia, yang telah membahas berbagai bidang kajian seperti bidang bahasa,
bidang sastra, bidang hukum, bidang pembelajaran bahasa, sastra, dan inovasinya,
bidang sosial, bidang politik, dan bidang kearifan lokal dalam rangka memberikan
pemikiran dan solusi untuk memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi
perkembangan global.
Akhir kata, semoga SEMAI tahun depan akan terlaksana dengan baik dan akan
selalu memiliki peran positif terhadap perkembangan kajian ilmu bahasa dan sastra di
Indonesia.
Kudus, April 2018.
Tim Editor
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vi
DAFTAR ISI
HAL HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi
PEMATERI UTAMA
1 Prof. Bambang Kaswanti Purwo
LINGUISTIK FORENSIK 1
2 Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum.
MENGENAL LINGUISTIK FORENSIK: LENTERA DALAM DUNIA HUKUM KITA
3
PEMAKALAH PENDAMPING NO NAMA JUDUL ARTIKEL
1 Anandha PATMI: WOMEN STRUGGLE ON HEGEMONY VORTEX
19
2 Agnes Adhani dan Yovina Putri Pamungkas
KEKERASAN VERBAL TERHADAP PEREMPUAN DALAM MEDIA SOSIAL
24
3 Basuki Sarwo Edi ELEGANSI SIKAP TOKOH DALAM NOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF
32
4 Edy Prihantoro dan Tri Wahyu Retno Ningsih
DIGITAL FORENSIK DALAM SIARAN VARIETY- SHOW DI TELEVISI
44
5 Eko Widianto
MARGINALISASI POSISI SETYA NOVANTO DALAM KASUS PENCATUTAN NAMA PRESIDEN DI KOMPAS TV: ANALISIS WACANA KRITIS PERSPEKTIF FOUCAULT
54
6 Fahrudin Eko Hardiyanto
BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA TENGAH
64
7 Fithriyah Inda Nur Abida
PROGRAM BIPA DALAM MENUNJANG INTERNASIONALISASI
71
8 Hestiyana KLASIFIKASI SATUAN LINGUAL LEKSIKON DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU DAYAK HALONG
75
9
I Putu Gede Sutrisna, I Ketut Alit Adianta, dan Nyoman Dharma Wisnawa
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (MPjBL)TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KINERJA ILMIAH MAHASISWA DALAM MATA AJAR KOMUNIKASI KEPERAWATAN
81
10 Kadek Wirahyuni PERMAINAN “ULAR TANGGA” DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
92
11 M. Noor Ahsin PERAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
97
12 Nia Royani GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU BUKA MATA BUKA TELINGA KARYA SHEILA ON 7
103
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vii
13 Ristiyani dan Savitri Wanabuliandari
PEMBELAJARAN BERBASIS HYPNOMATHEMATICS UNTUK GURU SEKOLAH DASAR
108
14 Tri Wahyu Retno Ningsih dan Debyo Saptono
PENGUJIAN LEGALITAS UJARAN MENGUNAKAN PENDEKATAN FONETIK AKUSTIK DAN LINGUISTIK FORENSIK
114
15 Wenny Wijayanti dan Natalia Desi Subekti
KESANTUNAN BERBAHASA PADA JUDUL BERITA KASUS KORUPSI DI MEDIA SOSIAL
127
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 92
PERMAINAN “ULAR TANGGA”
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Kadek Wirahyuni
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha
Abstrak
Inovasi dalam pembelajaran tidak pernah ada habisnya. Keberhasilan
pembelajaran juga ditentukan oleh cara pengajar menyampaikan materi
dan pebelajar mampu menerimanya dengan baik. Oleh karena itu, salah
satu faktor yang menjadi penting di sini adalah pemilihan media
pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Salah satunya,
yaitu permainan dalam pembelajaran. Penggunaan metode permainan
diharapkan dapat memberikan suatu suasana pembelajaran yang lebih
santai dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan suasana
pembelajaran yang interaktif, bersemangat, memotivasi belajar siswa,
menambah dan memperkuat solidaritas sosial, menambah wawasan, dan
meningkatkan prestasi belajar siswa. Permainan ular tangga merupakan
salah satu permainan yang dapat dijadikan pilihan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia. Cara bermain ular tangga ini mudah dan murah.
Permainan ini menggunakan tikar yang berisi 30 angka, di dalam gambar
tersebut juga terdapat tangga yang menghubungkan angka rendah ke
tinggi secara pintas, dan terdapat pula gambar ular untuk menurunkan
angka dari yang tinggi ke rendah. Permainan ini menggunakan dadu
untuk menentukan langkah pemain. Setiap angka memiliki pertanyaan
yang harus dijawab oleh pemain. Bagi pemain yang lebih dulu mencapai
angka terakhir, dialah pemenangnya. Tujuan permainan ular tangga
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu untuk meningkatkan aspek
kognitif-afektif, meningkatkan kemampuan komunikasi, mengelola
emosional, dan mampu bersosialisasi.
Kata kunci: permainan ular tangga, pembelajaran bahasa Indonesia
I. PENDAHULUAN
Pemanfaatan media pembelajaran
terus berkembang sampai saat ini. Media
pembelajaran menjadi salah satu hal
terpenting untuk mengelola situasi belajar
agar lebih menarik. Menurut Briggs
(1977) media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran seperti : buku, film, video
dan sebagainya. Kemudian menurut
National Education Associaton (1969)
mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi
dalam bentuk cetak maupun pandang-
dengar, termasuk teknologi perangkat
keras. Sehingga, media pembelajaran
dapat diartikan sebagai alat pengajaran
yang digunakan untuk membantu
penyampaian materi oleh pengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Hamalik (1986)
mengemukakan bahwa pemakaian media
pengajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 93
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar,
dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Oleh karena
itu, banyak kreativitas dan inovasi yang
dilakukan oleh pengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Pada
pembelajaran bahasa Indonesia,
sepertinya media video maupun buku
telah banyak digunakan. Selain itu,
permainan-permainan juga sering
digunakan sebagai media untuk
menyampaikan materi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Permainan dan pembelajaran sama-sama
mempelajari tentang kemampuan berpikir
dan prestasi pemecahan solusi. Dalam
permainan, peserta diharapkan dapat
berpikir dengan cepat dan tepat untuk
memecahkan suatu permasalahan. Dalam
pembelajaran juga sama. Pebelajar
dituntut untuk menemukan solusi atas
permasalahan yang dikemukakan. Dalam
permainan, peserta berlomba-lomba
meraih kemenangan atau prestasi. Dalam
pembelajaran juga seperti itu. Pebelajar
saling bersaing memperebutkan prestasi
atau nilai terbaik. Berbagai macam
permainan telah ditawarkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Permainan ice breaking, teka teki silang,
permainan capat, dan rangking 1. Selain
itu, ada satu permainan lagi yang masih
jarang digunakan atau belum diketahui
yaitu permainan ular tangga. Permainan
ular tangga ini merupakan salah satu
permainan baru dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Permainan ular tangga
ini selain menggunakan media yang
mudah, murah, juga menyenangkan.
Beberapa materi yang bisa diaplikasikan
ke permainan ular tangga ini yaitu materi
diksi, ragam bahasa, dan kalimat.
Bermain merupakan faktor yang
paling berpengaruh dalam periode
perkembangan diri anak, meliputi dunia
fisik, sosial, dan komunikasi (Mutiah,
2010:146). Permainan juga tidak hanya
disukai anak-anak, tetapi juga orang
dewasa. Oleh karena itu, tak heran jika
permainan dalam pembelajaran dapat
diterapkan di semua jenjang pendidikan.
Tujuan permainan ular tangga dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu
untuk meningkatkan aspek kognitif-
afektif, meningkatkan kemampuan
komunikasi, mengelola emosional, dan
mampu bersosialisasi. Permainan ular
tangga ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan para guru atau
pengajar mengenai keberadaan media
pembelajaran baru yang mendukung
materi pembelajaran terkait, yaitu
permainan ular tangga. Permainan ini juga
dapat digunakan di semua pembelajaran,
tidak hanya bidang studi Bahasa
Indonesia.
II. KAJIAN PUSTAKA DAN
PEMBAHASAN
Permainan dalam Pembelajaran
Menurut Rohani dan Ahmadi
(1995), para sarjana pendidikan
berpendapat bahwa pada dasarnya setiap
individu didik/ peserta didik sangat
membutuhkan permainan dan hiburan
setelah selesai belajar. Kelas pengajaran
yang diliputi oleh suasana hening, sepi,
serius dan penuh konsenstrasi terhadap
pelajaran, maka akibat yang tidak disadari
(side effect) menjadikan individu merasa
kelelahan, bosan, capek, butuh refresing,
istirahat, reaksi dan semacamnya.
Berkaitan dengan metode permainan,
Depdiknas (2000:21), menyebutkan
bahwa permainan (game) adalah suatu
kegiatan yang melibatkan interaksi antar
individu atau antar kelompok untuk
mencapai tujuan. Sasaran permainan
dibatasi berdasarkan pada aturan-aturan
yang telah disepakati baik tertulis maupun
lisan, dan cara penyajian bahan pelajaran
melalui pengalaman atau belajar sambil
bermain. Selanjutnya, fungsi permainan
(game) adalah untuk meningkatkan
motivasi dan menggairahkan rasa ingin
tahu. Manfaat metode permainan menurut
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 94
Rohani dan Ahmadi (1995) adalah untuk
mengendorkan saraf-saraf yang kencang,
tegang, menghindarkan kebosanan,
menghilangkan kelelahan, asalkan semua
itu memiliki nilai manfaat bagi peserta
didik dan bagi kelangsungan dan
kelancaran aktivitas pengajaran, sebatas
kewajaran.
Permainan Ular Tangga dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Permainan ular tangga tentu sudah
tidak asing lagi bagi sebagian anak-anak
maupun remaja. Permainan ular tangga ini
merupakan permainan yang menggunakan
kertas berisi angka-angka dan terdapat
gambar tangga serta gambar ular. Fungsi
gambar tangga adalah untuk menaiki
angka secara pintas, sedangkan gambar
ular berfungsi menurunkan angka secara
pintas. Pemain yang lebih dulu mencapai
angka terakhir, dialah pemenangnya.
Permainan semacam ini sangat menarik
untuk dikolaborasikan dengan
pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu
pada mata kuliah atau mata pelajaran
diksi. Ular tangga yang digunakan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia ini berupa
tikar yang berisi 30 angka. Untuk
melakukan permainan ini, pebelajar akan
dibentuk ke dalam beberapa kelompok
dan akan berjalan sesuai angka yang
diperoleh dari dadu yang dilempar.
Selanjutnya, setiap nomor akan berisi
pertanyaan yang sudah disiapkan oleh
guru atau dosen. Permainan ular tangga
ini sangat bermanfaat untuk mengelola
pembelajaran. Guru akan menjelaskan
materi selama satu jam, setelah itu
sebagai bahan evaluasi, guru dapat
melakukan permainan ini untuk
mengetahui keberhasilan pembelajaran
yang telah dilakukan saat itu.
Manfaat Permainan Ular Tangga
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Perkembangan Kognitif-Afektif
Permainan ular tangga dapat
membantu peserta didik mampu
membangun konsep dan pengetahuan.
Saat peserta didik dihadapkan dengan
pertanyaan, mereka akan memacu otak
atau pikirannya untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan. Permainan
ular tangga ini juga menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang telah
disiapkan oleh pengajar. Peserta didik
akan dituntut untuk memahami
pertanyaan, mengingat materi,
memecahkan masalah, dan menentukan
jawaban yang tepat. Selanjutnya, yaitu
aspek afektif. Pebelajar atau peserta didik
akan dilatih untuk bersikap. Saat
mendapatkan giliran main, mereka harus
belajar bersikap adil dan jujur. Adil dalam
bermain sesuai giliran serta jujur terhadap
angka yang diperoleh sesuai dengan
lemparan dadu.
b. Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi
Komunikasi dapat dikatakan
sangkil apabila terdapat hubungan
interaksi informasi dua arah antara
komunikator dengan komunikan.
Kemampuan berkomunikasi akan terlihat
melalui permainan ini. Pebelajar yang
terdiri atas kelompok-kelompok kecil
akan selalu berkomunikasi dengan
anggota kelompoknya untuk memecahkan
masalah atau menjawab pertanyaan.
Masing-masing kelompok akan berperan
serta aktif dalam menjawab pertanyaan
agar memenangkan permainan.
Setidaknya terdapat lima aspek
komunikasi yang dapat diperoleh dalam
permainan ini, yaitu kejelasan, ketepatan,
dan konteks.
c. Pengembangan Sosial-Emosional
Setiap permainan pasti memiliki
manfaat sosial-emosional. Sama halnya
dengan permainan ular tangga dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia ini. Yusuf
(2007) menyatakan bahwa perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Perkembangan
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 95
sosial dapat pula diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi. Perkembangan sosial yang terjadi
melalui permainan ini, yaitu kemampuan
berinteraksi antarkelompok, mampu
berbagi ide atau gagasan, dan mampu
menerima gagasan atau pendapat orang
lain. Selanjutnya, Goleman (2000:57)
membagi lima aspek kecerdasan emosi,
yaitu: 1) kesadaran diri, 2) mengelola
emosi, 3) memanfaatkan emos dengan
produk/ motivasi diri sendiri, 4) empati,
dan 5) membina hubungan. Dalam hal ini,
pebelajar harus mampu mengendalikan
emosi pada saat menang atau kalah.
Kemenangan agar tidak menjadi alat
untuk menyombongkan diri, dan
kekalahan agar tidak menjadi alat untuk
mengurung diri atau putus asa. Dalam
permainan ini, pebelajar diajari untuk
mampu mengendalikan diri, memiliki rasa
empati, selalu membina hubungan baik
kepada kelompok lain.
d. Langkah-langkah Permainan Ular
Tangga dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Permainan ular tangga dalam
pembelajaran bahasa Indonesia memiliki
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Guru membentuk kelompok yang
terdiri atas 5-6 orang, disesuaikan
dengan jumlah siswa/mahasiswa.
2. Masing-masing kelompok
diberikan benda sebagai penanda
kelompoknya di tikar ular tangga
tersebut.
3. Kelompok pertama yang bermain,
harus melemparkan dadu terlebih
dahulu. Kelompok melaju sesuai
angka di dadu. Misalnya,
kelompok 1 melemparkan dadu
dan keluar angka 5. Jadi,
kelompok satu kini berada di
posisi angka 5.
4. Kelompok yang sudah melaju,
akan mendapatkan pertanyaan
sesuai nomor henti yang
diperoleh. Misalnya, kelompok
satu berhenti di angka 5, maka
kelompok tersebut akan
mendapatkan pertanyaan nomor 5.
5. Kelompok yang telah
mendapatkan pertanyaan harus
menjawab pertanyaan tersebut.
Apabila kelompok tersebut tidak
bisa menjawab, maka akan
dilanjutkan oleh kelompok lain
untuk melempar dadu. Bagi
kelompok yang bisa menjawab,
akan diberikan kesempatan
melempar dadu sekali lagi tanpa
diberikan pertanyaan di nomor
perhentian kedua. Misalnya,
kelompok satu mampu menjawab
pertanyaan nomor 5, maka mereka
akan melempar dadu kembali. Jika
dadu menunjukkan angka 4,
berarti mereka akan melaju ke
nomor 9. Tetapi, mereka hanya
berhenti saja di nomor ini dan
terbebas dari pertanyaan nomor 9.
6. Setelah itu, dadu diberikan kepada
kelompok lain untuk melaju.
Begitu seterusnya sampai
diperoleh kelompok yang melaju
lebih dulu ke angka terakhir.
Kelompok yang menang dan bisa
menjawab soal akan diberikan
apresiasi dengan pemberian satu
poin bagi kelompok yang bisa
menjawab dan 1 poin bagi
kelompok yang lebih dulu sampai
ke angka terakhir.
Keunggulan permainan ini
adalah sebagai berikut.
1. Peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran dengan penuh
semangat.
2. Melatih kemampuan berpikir
peserta didik secara cepat dan
tepat.
3. Melatih kekompakkan kelompok.
4. Melatih pengelolaan emosi saat
bermain.
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 96
5. Meningkatkan solidaritas
antaranggota kelompok.
6. Evaluasi pembelajaran terangkum
dalam pertanyaan.
7. Alat dan bahan yang murah dan
mudah didapat.
Kelemahannya adalah sebagai
berikut.
1. Pemenang dalam permainan ini
belum tentu kelompok yang
memperoleh poin yang banyak
(perolehan poin sesuai jumlah
pertanyaan dan jawaban yang
benar).
2. Apabila permainan terlalu seru,
dapat menimbulkan teriakan yang
akan mengganggu kelas lain.
3. Memerlukan banyak pertanyaan
yang harus dipersiapkan.
III. SIMPULAN
Secara umum, permainan dalam
pembelajaran ini memang penting
dilakukan untuk meningkatkan keaktifan
dan motivasi belajar siswa. Permainan
yang dipilih harus disesuaikan dengan
materi pembelajaran yang akan diberikan
kepada peserta didik. Kemampuan
mengelola permainan akan berdampak
kepada peningkatan hasil belajar atau
prestasi siswa. Permainan ular tangga ini
dapat dilakukan pada materi pembelajaran
mengenai diksi, ragam bahasa, penulisan
huruf, dan sebagainya. Keunggulan
permainan ini, yaitu 1) Peserta didik dapat
mengikuti pembelajaran dengan penuh
semangat, 2) Melatih kemampuan
berpikir peserta didik secara cepat dan
tepat, 3) Melatih kekompakkan kelompok,
4) Melatih pengelolaan emosi saat
bermain, 5) Meningkatkan solidaritas
antaranggota kelompok, 6) Evaluasi
pembelajaran terangkum dalam
pertanyaan, 7) Alat dan bahan yang
murah dan mudah didapat. Kelemahannya
adalah sebagai berikut. 1) Pemenang
dalam permainan ini belum tentu
kelompok yang memperoleh poin yang
banyak (perolehan poin sesuai jumlah
pertanyaan dan jawaban yang benar). 2)
Apabila permainan terlalu seru, dapat
menimbulkan teriakan yang akan
mengganggu kelas lain. 3) Memerlukan
banyak pertanyaan yang harus
dipersiapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ahmadi dan Rohani. 1991. Bimbingan
dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Briggs, Leslie J. 1997. Instructional
Design, Educational Technology
Publications Inc. New Jersey:
Englewood Cliffs.
Depdiknas. 2000. Permainan Membaca
dan Menulis di Taman Kanak-
kanak. Jakarta: Depdiknas.
Goleman, Daniel. 2000. Emotional
Intelligence (terjemahan).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Hamalik, Oemar. 1986. Media
Pendidikan. Bandung: Alumni.
Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain
Anak Usia Dini. Jakarta;
Kencana.
National Education Association. 1969.
Audovisual Instruction
Department, New Media and
College Teaching. Washington,
D.C. : NEA.
Rohani, Ahmad, dkk. 1995. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya