upaya meningkatkan kemandirian belajar ips …eprints.uny.ac.id/51873/1/irma meilina...
TRANSCRIPT
i
UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE MIND MAP
PADA SISWA KELAS VB SD N GEDONGKIWO
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh: Irma Meilina Nurfajriati
NIM 13108241045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
ii
UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE MIND MAP
PADA SISWA KELAS VB SD N GEDONGKIWO
Oleh:
Irma Meilina Nurfajriati
NIM. 13108241045
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya meningkatkan kemandirian belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo dengan menggunakan metode mind map. Metode mind map diterapkan pada awal siklus I. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model penelitian Kemmis & Taggart yang terdiri dari perencanaan, tindakan&observasi, dan refleksi. Subjek penelitian yang digunakan adalah kelas VB berjumlah 17 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar checklist yang divalidasi melalui expert judgment. Data yang diperolehdianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan metode mind map dapat meningkatkan kemandirian belajar IPS pada siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kemandirian belajar IPS yaitu dengan cara meningkatkan tanggung jawab, percaya diri, kreativitas, semangat, dan disiplin siswa. Untuk meningkatkan tanggung jawab siswa diajarkan untuk dapat menyiapkan dan membereskan buku pelajaran sendiri. Rasa percaya diri siswa ditingkatkan dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa secara acak serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Kreativitas siswa ditingkatkan dengan cara memberikan kebebasan untuk berkreasi sendiri dalam membuat mind map. Semangat belajar ditingkatkan melalui penggunaan media pembelajaran agar siswa menjadi tertarik dan konsentrasi saat belajar. Disiplin belajar siswa ditingkatkan dengan cara menetapkan waktu dalam kegiatan membuat mind map. Kata kunci: kemandirian belajar, pembelajaran IPS, metode mind map
iii
IMPROVEMENT SELF-REGULATED LEARNING OF IPS ACHIEVMENT THROUGH MIND MAP METHODE
IN CLASS VB SD N GEDONGKIWO
Irma Meilina Nurfajriati 13108241045
ABSTRACK
This research aimed to explain about improving self regulated learning of IPS in grade VB SDN Gedongkiwo by using the mind map method. The mind map method is applied at the beginning of cycle I. The type of this research was classroom action research (CAR) adopted from Kemmis& Taggart’s research model consisted of planning, action & observation, and reflection.The subjects of the research were 17 students.The data were collected through checklist and validated through expert judgment. The data obtained than analyzed by using quantitative descriptive techniques. The result of data analyzed showed that mind map method could improve self-regulated learning of IPS in students grade VB SDN Gedongkiwo. The efforts in improved self-regulated learning IPS was done by increased responsibility, confidence, creativity, spirit, and discipline. To increase responsibility, students are taught to prepare and complete their own textbooks. The students' confidence is enhanced by randomly questioning students and giving students the opportunity to express their opinions. Student creativity is enhanced by giving freedom to be creative in making mind map. The spirit is enhanced through the used of instructional media then students become interested and concentrated. Discipline is improved by setting the time in mind map activity. Keywords: self regulated learning, IPS learning, mind map
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Bangun dengan sadar, awali dengan niat, jalani dengan sabar, akhiri dengan
syukur, dan selalu sertakan Dia.”
(Penulis)
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT dan dengan mengucap syukur
alhamdulillah atas karunia Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tua, adik, dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan semangat
dan doa.
2. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UNY
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar IPS Menggunakan
Metode Mind Map pada Siswa Kelas VB SD N Gedongkiwo” dapat terselesaikan
denga baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi
salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Hidayati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing TAS yang dengan sabar
membimbing penulis dalam menyusun skripsi dan berkenan meluangkan
waktunya untuk memberikan saran, araha, dan motivasi pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Agung Hastomo, M.Pd., selaku Validator instrumen penelitian TAS yang
memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat
terlaksana sesuai dengnan tujuan.
3. Dr. Taat Wulandari, M.Pd., Sekar Purbarini K,. M.Pd., dan Hidayati,
M.Hum., selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah
memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.
4. Drs. Suparlan, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan beserta dosen dan staf yang
telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra
proposal sampai dengan selesainya TAS ini.
5. Dr. Haryanto, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang
memberikan persetujuan pelaksanaan TAS ini.
6. Rumgayatri, S.Pd selaku kepala SD Negeri Gedongkiwo yang telah
memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian TAS ini.
7. Anik Sutilah, S.Pd selaku guru kelas VB yang telah membimbing dan
x
xi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i ABSTRAK ....................................................................................................... ii ABSTRACT ....................................................................................................... iii SURAT PERNYATAAN................................................................................. iv LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. v HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi MOTTO ........................................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5 C. Batasan Masalah ....................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Belajar ................................................................................. 7
1. Pengertian Kemandirian ..................................................................... 7 2. Pengertian Belajar ............................................................................... 8 3. Pengertian Kemandirian Belajar ......................................................... 9 4. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar ......................... 11 5. Pentingnya Kemandirian Belajar ....................................................... 14 6. Cara Menumbuhkembangkan kemandirian Belajar ........................... 15
B. Pembelajaran IPS di SD ............................................................................ 16 1. Pengertian IPS .................................................................................... 16 2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS ................................................ 17 3. Ruang Lingkup IPS ............................................................................ 19
C. Metode Mind Map ..................................................................................... 19 1. Pengertian Mind Map .......................................................................... 19 2. Manfaat Mind Map ............................................................................. 20 3. Langkah-langkah Membuat Mind Map .............................................. 23
D. Karakteristik Anak SD .............................................................................. 23 E. Langkah-langkah Penggunaan Mind Map dalam Pembelajaran .............. 24 F. Pengaruh Penggunaan Mind Map terhadap Kemandirian Belajar IPS ..... 25 G. Kerangka Pikir .......................................................................................... 27 H. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 28
xii
I. Definisi Operasional ................................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 30 B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................... 30 C. Desain Penelitian ..................................................................................... 30 D. Setting Penelitian ..................................................................................... 32 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 33 F. Instrumen Penelitian ................................................................................ 33 G. Validitas Instrumen .................................................................................. 34 H. Teknik Analisis Data ................................................................................ 34 I. Indikator Keberhasilan ............................................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 36
1. Pra Tindakan ....................................................................................... 37 2. Siklus I ................................................................................................ 47 3. Siklus II ............................................................................................... 73
B. Pembahasan .............................................................................................. 100 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................. 106 B. Saran ........................................................................................................ 107 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 108 LAMPIRAN ................................................................................................... 111
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Checklist Kemandirian Belajar Siswa ................ 33 Tabel 2. Klasifikasi Hasil Pengamatan Lembar Checklist ........................... 35 Tabel 3. Jadwal Penelitian ............................................................................. 36 Tabel 4. Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB
Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan ....................................... 40 Tabel 5. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS pada Pra Tindakan ........................................................................... 45 Tabel 6. Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB
Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 1 ........................... 54 Tabel 7. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 1 .................................... 59 Tabel 8. Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB
Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 2 ........................... 61 Tabel 9. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 2 .................................... 65 Tabel 10. Perbandingan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB
Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan dengan Siklus I ............ 67 Tabel 11. Perbandingan Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa pada Pra Tindakan dengan Siklus I .................. 69 Tabel 12. Hasil Refleksi Siklus I dan Rencana Perbaikan di Siklus II ........... 73 Tabel 13. Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB
Berdasarkan Kategori pada Siklus II Pertemuan 1 .......................... 80 Tabel 14. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa
pada Siklus II Pertemuan 1 .............................................................. 85 Tabel 15. Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 2 ................................... 87 Tabel 16. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa pada Siklus II Pertemuan 2 ............................................................. 91 Tabel 17. Perbandingan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II .................................................................................... 93 Tabel 18. Perbandingan Rata-rata Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB per Indikator pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II .................................................................................... 94 Tabel 19. Perbandingan Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian
Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II………………………………96
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Anatomi Konsep Belajar Mandiri .............................................. 10 Gambar 2. Siklus PTK .................................................................................. 31 Gambar 3. Kondisi Kelas .............................................................................. 38 Gambar 4. Guru dan Siswa Membahas Soal ................................................ 39 Gambar 5. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan ...................................................................... 40 Gambar 6. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Kelas VB pada Pra Tindakan ............................................... 46 Gambar 7. Guru Menjelaskan Cara Membuat Mind Map ............................ 50 Gambar 8. Kegiatan Siswa Saat Membuat Mind Map ................................. 52 Gambar 9. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 1 ................................................................... 54 Gambar 10. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 1 ....................... 60 Gambar 11. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 2 .......................................................... 61 Gambar 12. Diagram Persentase Rata-rata Indikator kemandirian Belajar IPS Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 2 ................................... 66 Gambar 13. Diagram Perbandingan Persentase Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan dengan Siklus I ............................................. 67 Gambar 14. Diagram Perbandingan Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Pra Tindakan dan Siklus I .................................................. 69 Gambar 15. Kegiatan Siswa Membuat Mind Map .......................................... 76 Gambar 16. Siswa Mempresentasikan Mind Map .......................................... 76 Gambar 17. Kegiatan Siswa Membuat Mind Map .......................................... 78 Gambar 18. Siswa Mempresentasikan Mind Map .......................................... 79 Gambar 19. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus II Pertemuan 1 ......................................................... 81 Gambar 20. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 1 ........... 86 Gambar 21. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 2 ................. 87 Gambar 22. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa pada Siklus II Pertemuan 2 ........................... 92 Gambar 23. Diagram Perbandingan Persentase Rata-rata Kemandirian Belajar IPS Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II .................................. 95
xv
Gambar 24. Diagram Perbandingan Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa kelas VB pada Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II ................................... 98
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. RPP ............................................................................................. 112 Lampiran 2. Lembar Checklist Siswa .............................................................. 142 Lampiran 3. Lembar Pengamatan Guru .......................................................... 143 Lampiran 4. Hasil Pengamatan Siswa .............................................................. 144 Lampiran 5. Hasil Pengamatan Guru ............................................................... 190 Lampiran 6. Dokumentasi ................................................................................ 194 Lampiran 7. Surat-surat Penelitian ................................................................... 200
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik adalah anak yang masih memerlukan bantuan dan bimbingan
dari orang yang sudah dewasa dalam upaya mengembangkan kemampuannya
melalui proses pendidikan sehingga anak tersebut dapat melaksanakan tugasnya
sebagai anggota masyarakat (Ahmadi & Uhbiyati, 2007: 251). Pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang penting dan dibutuhkan oleh setiap orang sebagai
proses pembentukan dan pengembangan kemampuan yang dimilki. Melalui
pendidikan, setiap orang dapat mengembangkan potensi diri untuk menjadikan
dirinya menjadi pribadi yang lebih dewasa, mandiri dan lebih baik.
Mandiri merupakan suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu agar
tidak mudah bergantung kepada individu lain, dan pendidikan merupakan salah
satu jalan yang dapat menjembatani setiap individu untuk dapat mengembangkan
sikap mandiri tersebut. Sikap mandiri dapat ditumbuhkan dimanapun dan dengan
cara apapun termasuk dengan pendidikan di sekolah melalui proses belajar.
Kemandirian merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh siswa di sekolah. Hal
ini senada dengan pendapat Umar Tirta rahardja dan La Sulo (Siswoyo, dkk,
2013: 87) yang menyatakan bahwa salah satu ciri khas peserta didik yang perlu
dipahami oleh pendidik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk
mandiri, karena dalam diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri,
sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi setapak
memberikan kebebasan kepada anak dan pada akhirnya pendidik mengundurkan
diri.
2
Kemandirian belajar bagi siswa merupakan hasil dari sebuah proses dimana
siswa sudah mampu melaksanakan tugasnya sendiri dan berkembang sesuai
kemampuannya sendiri sehingga memiliki kebebasan dalam belajar. Kemandirian
belajar dapat ditunjang oleh pembelajaran yang membebaskan siswa untuk belajar
sendiri sesuai dengan keinginan mereka, percaya diri saat belajar, dan mempunyai
semangat untuk memotivasi dirinya sendiri dalam belajar. Seperti yang
dikemukakan oleh Paulina Pannen, dkk (Supardi, 2013: 160) bahwa ciri utama
dalam belajar mandiri adalah adanya pengembangan kemampuan siswa untuk
melakukan proses belajar yang tidak tergantung pada faktor guru, teman, kelas,
dan lain-lain. Dalam posisi seperti itu, maka peran guru adalah menjadi fasilitator
dan pembimbing yang memiliki tugas untuk bisa memfasilitasi dan membimbing
siswanya sehingga siswa mampu mencapai hasil yang maksimal sesuai harapan
guru. Berdasarkan hasil observasi guru saat pembelajaran IPS di kelas VB SD
Negeri Gedongkiwo yang dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2016, terdapat
beberapa masalah yaitu sebagai berikut.
Pertama, guru belum memiliki inovasi yang dapat membuat siswa merasa
senang dan tertarik untuk mempelajari IPS. Hal ini dapat terlihat dari sikap siswa
pada saat guru memberikan tugas untuk membaca dan memahami materi yang ada
pada buku paket. Sebagian siswa tidak melaksanakan perintah guru dan
melakukan kegiatan lain seperti mengerjakan tugas mata pelajaran lain dengan
alasan materi yang harus dibaca dan dipahami terlalu banyak dan membuat
mereka lelah.
3
Kedua, guru kurang memperhatikan semangat dan konsentrasi siswa saat
belajar. Ketika mendengarkan penjelasan mengenai materi yang sedang
disampaikan oleh guru, sikap yang terlihat pada beberapa siswa diantaranya tidak
mendengarkan penjelasan guru, mengobrol dengan teman yang duduk di bangku
depan atau belakangnya, melakukan aktivitas lain yaitu menggambar sesuatu yang
tidak berkaitan dengan materi, bahkan mengantuk saat pembelajaran. Guru belum
bisa menangani dan bertindak untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
beberapa siswa tersebut.
Ketiga, belum memperhatikan keaktifan siswa pada saat pembelajaran. Masih
terlihat beberapa siswa cenderung hanya diam dan bersifat pasif, siswa yang aktif
bertanya dan menjawab hanya beberapa siswa tertentu saja. Guru terlalu sering
bertanya kepada siswa tertentu saja.
Keempat, kemandirian belajar IPS siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat
ketika siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Misalnya ketika siswa
mengerjakan latihan soal atau LKS, beberapa diantaranya masih saja sering
menanyakan jawaban dari soal yang sedang dikerjakan, padahal guru sudah
memberikan toleransi jika siswa boleh membuka buku catatan ataupun buku paket
yang sudah disediakan. Tetapi meskipun guru sudah memberikan toleransi
tersebut, masih saja ada siswa yang terus menerus bertanya kepada teman bahkan
kepada guru secara langsung dengan beberapa alasan seperti kesulitan
menemukan jawabannya dan terlalu lama jika harus membaca kembali materi atau
bahan bacaan untuk mendapatkan jawabannya. Dalam hal tersebut, guru masih
membiarkan siswa dan kurang bersikap tegas dalam menangani maslah tersebut.
4
Kelima, guru terlalu sering menggunakan metode ceramah. Pada saat guru
menggunakan metode ceramah beberapa siswa kurang mendapatkan kesempatan
untuk mencoba menjawab pertanyaan karena tidak semuanya mendapatkan giliran
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Dengan adanya permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti bermaksud
ingin menerapkan sebuah metode belajar. Metode merupakan cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai tujuan yang
dikehendaki (Wuryandani & Fathurrohman, 2012: 135). Dengan demikian,
metode belajar merupakan suatu cara yang digunakan dalam melaksanakan
pembelajaran yang memiliki tujuan untuk membantu guru dan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Terdapat berbagai metode
belajar yang sering diterapkan oleh guru seperti metode ceramah, metode diskusi,
metode tanya jawab, metode latihan, dan lain-lain. Namun penggunaan metode
pada saat pembelajaran tetap harus diperhatikan dan disesuaikan dengan faktor-
faktor tertentu seperti keadaan peserta didik, situasi dan kondisi kelas, dan
terutama disesuaikan dengan materi atau bahan ajar yang akan disampaikan.
Metode yang telah dipilih oleh peneliti adalah metode mind map (peta
pikiran). Menurut Buzan (2008: 10) mind map adalah cara mudah menggali
informasi dari dalam dan dari luar otakmu, cara baru untuk belajar dan berlatih
yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak membosankan, dan cara
terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek. Mind map
merupakan metode belajar yang dapat membantu siswa untuk belajar sesuai
keinginanya sendiri. Metode mind map dapat diterapkan karena sesuai dengan
5
karakteristik siswa SD yaitu senang bermain dan senang melakukan/
memeragakan sesuatu secara langsung, kreatif, senang berimajinasi, dan
melakukan segala sesuatu sesuai kehendaknya. Dalam belajar, siswa senang
bermain dan lebih senang melakukan/ memeragakan sesuatu secara langsung
dalam artian mereka diberikan kesempatan untuk berkreasi seperti menggambar
sesuatu yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan, sehingga mereka
tidak merasa jenuh. Selain itu, setelah siswa menerima informasi atau penjelasan
tentang materi pelajaran dari guru atau buku, mereka akan lebih memahami jika
terlibat langsung dalam pembelajaran. Misalnya seperti menuliskan kembali
informasi yang diterima sesuai pemahaman dan keinginannya sendiri.
Dengan kata lain, melalui metode tersebut siswa diajarkan cara merangkum
materi dengan membuat catatan yang dilengkapi dengan bentuk, gambar serta
warna-warna dalam mencatat materi tersebut sehingga akan menciptakan kreasi
dari masing-masing siswa. Dengan menggunakan mind map siswa mampu
berkreasi dalam belajar yang akan membuat mereka merasa diberikan kebebasan
oleh guru. Siswa juga bebas membuat mind map dalam bentuk apapun seperti
gambar, simbol, warna, dan sebagainya sehingga dapat membantu siswa untuk
mampu belajar secara mandiri.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka teridentifikasi
permasalahan sebagai berikut.
1. Guru belum memiliki inovasi untuk membuat pembelajaran IPS menjadi
menarik.
6
2. Guru kurang memperhatikan semangat dan konsentrasi siswa saat belajar.
3. Guru belum memperhatikan keaktifan siswa pada saat pembelajaran
4. Kemandirian belajar IPS siswa yang rendah.
5. Guru kurang memperhatikan metode belajar.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi masalah pada
kemandirian belajar IPS yang rendah pada siswa kelas VB SD Negeri
Gedongkiwo.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya meningkatkan kemandirian belajar IPS yang rendah pada
siswa kelas VB di SD Negeri Gedongkiwo?
E. Tujuan Penelitian
Untuk menjelaskan upaya meningkatkan kemandirian belajar IPS yang
rendah pada siswa kelas VB di SD Negeri Gedongkiwo.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat adanya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Guru
a. Mengetahui tingkat kemandirian belajar siswa.
b. Menjadi refleksi dalam menggunakan metode pembelajaran yang sudah
diterapkan sebelumnya.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kemandirian Belajar
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian belajar merupakan penggabungan dari kata kemandirian dan
belajar. Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertanggung jawab
atas proses belajar untuk diri sendiri (Wicaksono, 2016: 430). Menurut Desmita
(2011: 185) kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik
secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain.
Selanjutnya, Anwar (2015: 35) menyatakan bahwa kemandirian adalah perilaku
mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa
percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk
mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Zimbardo (Ambarita, 2006: 90) yang
menyatakan bahwa kemandirian (independence) berkenaan dengan sikap dan
perilaku yang cenderung memiliki karakteristik kepribabdian yang kreatif yang
berarti selalu berupaya mencari alternatif, tidak bergantung atau terpengaruh oleh
orang lain dalam proses penentuan keputusan, serta dapat melakukan sesuatu atas
inisiatif dan kreativitas sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemandirian merupakan suatu sikap yang membuat seseorang bebas, kreatif,
percayaan diri serta tanggung jawab dalam melakukan segala sesuatu atas dasar
kehendaknya sendiri sehingga tidak mudah bergantung pada orang lain. Dengan
8
adanya sikap mandiri, setiap orang harus mampu mengembangkan
kemampuannya serta percaya akan kemampuannya sendiri.
Kemandirian merupakan salah satu sikap yang melekat pada diri sesorang dan
bisa terus berkembang. Kemandirian dapat berkembang dengan adanya
kemampuan dan kemauan pada diri yang terus dilatih secara berkelanjutan. Maka
dari itu kemandirian dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan kemauan.
Kemampuan berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (Ambarita, 2006: 90). Pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman bisa didapatkan melalui belajar, salah satunya dengan
belajar di sekolah.
Mustari (2014: 82) sekolah harus lebih efektif dalam melatih kemandirian,
dengan berbagai kegiatannya sekolah harus bisa mengajarkan pada murid agar
tidak bergantung pada orang lain, berusaha menyelesaikan tugas berdasarkan
kemampuan sendiri, berani berbuat tanpa minta ditemani. Sekolah berperan
sebagai lembaga yang memberikan pendidikan dan pelatihan termasuk
pengalaman bagi siapa saja melalui proses belajar.
2. Pengertian Belajar
Djamarah & Zain (2010: 38) belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas. Belajar adalah suatu aktivitas
atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Susanto, 2013: 4).
Menurut Hakim (2005: 1) belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian
manusia dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
9
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dll.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan bagi individu untuk
mengetahui informasi, mengembangkan kemampuan yang dimiliki, merubah
perilaku, dan menanamkan nilai serta sikap pada diri individu tersebut.
3. Kemandirian Belajar
Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan untuk kemandirian belajar
yaitu seperti self- regulated learning dan mandiri belajar. Dickinson (Wicaksono,
2016: 430) mengemukakan bahwa kemandirian dalam belajar ialah sebuah situasi
yang menuntut siswa secara total bertanggung jawab untuk semua keputusan
menyangkut proses belajarnya dan melakukan keputusan tersebut. Menurut Winne
(Amir dan Risnawati, 2016: 168) menyatakan bahwa self-regulated learning
(SRL) adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman
belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang
optimal.
Sumarno (2004: 1) dalam Amir dan Risnawati (2016: 169) menyatakan
bahwa kemandirian belajar merupakan proses perancangan dan pemantauaun diri
yang seksama terhadap proses kognitif dan efektif dalam menyelesaikan suatu
tugas akademik. Selanjutnya, kemandirian belajar merupakan kesiapan dari
individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau
tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar, dan
evaluasi hasil belajar (Tahar dan Enceng, 2006: 92).
10
Mudjiman (2011: 9) menambahkan bahwa belajar mandiri adalah kegiatan
belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu
kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal
pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki.
Anatomi konsep belajar mandiri menurut Mujiman (2009: 4) dapat
digambarkan seperti berikut.
Gambar 1. Anatomi Konsep Belajar Mandiri
Berdasarkan gambar di atas, konsep anatomi belajar mandiri dapat dijelaskan
sebagai berikut.
KOMPE-TENSI
BELAJAR AKTIF
MO
TIV
AS
I B
EL
AJA
R
KONSTRUKTIVISME
Tujuan Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Prekondisi
Paradigma Pembelajaran
11
a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar mandiri adalah mencari kompetensi baru, baik yang berbentuk
pengetahuan maupun keterampilan, untuk mengatasi suatu masalah.
b. Strategi
Dalam mencapai tujuan mandiri, strategi pembelajaran yang dapat digunakan
adalah strategi belajar aktif. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam
mencari, menggali, sekaligus mengolah informasi dari berbagai sumber. Selain
itu, strategi yang digunakan adalah strategi yang mampu membuat siswa senang
saat belajar.
c. Prekondisi/ Prasyarat
Motivasi belajar dapat timbul dengan berbagai cara seperti menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan semangat bagi siswa.
Selain itu, guru juga mempunyai peran untuk memancing siswa dengan
memberikan beberapa informasi untuk selanjutnya digali lebih dalam oleh siswa
sendiri.
d. Paradigma Pembelajaran
Penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki yang bersifat relevan sebagai
modal awal untuk menciptakan pengetahuan baru sehingga proses belajar dapat
berjalan lancar.
Berdasarkan berbagai macam penjelasan di atas mengenai kemandirian
belajar, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan suatu usaha
12
atau keinginan yang muncul karena adanya motivasi dan rasa tanggung jawab dari
diri sendiri untuk belajar secara mandiri.
4. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar
Seseorang yang memiliki kemandirian tinggi dapat mengambil inisiatif,
mengatasi kesulitan, dan ingin melakukan hal-hal untuk dan oleh diri sendiri
(Ambarita, 2006: 90). Hal tersebut ditegaskan oleh pendapat Desmita (2011: 185)
yang menyebutkan bahwa kemandirian biasnya ditandai dengan kemampuan
menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku,
bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan sendiri, serta
mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.
Zimbardo (Ambarita, 2006: 90) berpendapat bahwa kemandirian
(independence) berkenaan dengan sikap dan perilaku yang cenderung memiliki
karakteristik kepribadian yang kreatif yang berarti selalu berupaya mencari
alternatif, tidak bergantung atau terpengaruh oleh orang lain dalam proses
penentuan keputusan, serta dapat melakukan sesuatu atas inisiatif dan kreativitas
sendiri. Guglielmino dan Guglielmino (1991) dalam Islam (2010: 2) menyatakan
bahwa siswa yang mempunyai kemampuan belajar mandiri dicirikan oleh
beberapa faktor, yaitu: a) mempunyai inisiatif dalam belajar; b) bertanggung
jawab terhadap proses belajarnya sendiri; c) disiplin dan mempunyai rasa ingin
tahu yang besar; d) memiliki keinginan yang kuat untuk belajar atau melakukan
perubahan serta memiliki rasa percaya diri yang tinggi; e) mampu mengatur
waktu, mengatur kecepatan belajar, dan rencana penyelesaian tuga; f) senang
belajar dan berkecenderungan untuk memenuhi target yang telah direncanakan.
13
Zumbrunn, Tadlock, dan Danielle Roberts (2011: 13) menyebutkan bahwa
siswa yang memiliki kemandirian belajar adalah sebagai berikut.
In summary, self-regulated learners are able to set short- and long-term goals for their learning, plan ahead to accomplish their goals, self-motivate themselves, and focus their attention on their goals and progress. They also are able to employ multiple learning strategies and adjust those strategies as needed, self-monitor their progress, seek help from others as needed, and self-evaluate their learning goals and progress based upon their learning outcomes.
Pernyataan di atas memaparkan bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki
kemandirian belajar yaitu: a) mampu menentukan tujuan jangka panjang dan
jangka pendek belajarnya. Misalnya seperti belajar untuk mempersiapkan ulangan
akhir semester, siswa belajar dari jauh-jauh hari dengan memanfaatkan waktu
luangnya untuk belajar sehingga mendapatkan nilai/ hasil yang memuaskan; b)
merencanakan tujuan yang ingin dicapainya. Misalnya mempunyai target untuk
mendapatkan nilai sempurna di mata pelajaran IPS; c) memotivasi dirinya sendiri.
Siswa mempunyai semangat dan kemauan yang dapat memacu dirinya untuk rajin
belajar; d) fokus terhadap tujuan dan kemajuan diri. Mampu memfokuskan diri
dalam belajar; e) mampu menggunakan dan menyesuaikan berbagai macam
strategi yang dibutuhkan. Siswa mampu menyesuaikan dan mengikuti
pembelajaran yang dilakukan oleh guru; f) memantau perkembangan diri.Siswa
terus melihat perkembangan belajarnya, apakah prosesnya menghasilkan
kemajuan atau tanpa perubahan sehingga siswa dapat mengetahui sejauh mana
tujuannya sudah tercapai; g) mencari bantuan yang dibutuhkan.Suatu saat siswa
akan mencari bantuan mengenai kekurangannya yang dibutuhkan, tetapi tidak
untuk meminta bantuan sepenuhnya; h) mengevaluasi pencapaian tujuan dan
14
kemajuan belajar melalui hasil belajar. Mencermati hasil dari proses belajar yang
sudah dilakukan sehingga mampu mengukur dan melihat sejauh mana tujuan dan
kemajuan yang tercapai.
Berdasarkan pendapat Zimbardo (Ambarita, 2006: 90) dan Guglielmino &
Guglielmino (Islam, 2010: 12) dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang
memiliki kemandirian belajar adalah sebagai berikut.
a. Memiliki sikap tanggung jawab
b. Memiliki rasa percaya diri
c. Memiliki kreativitas
d. Memiliki semangat belajar.
e. Memiliki sikap disiplin
5. Pentingnya Kemandirian Belajar
Sikap kemandirian merupakan salah satu sikap yang penting dan perlu
ditanamkan dalam diri siswa untuk membantu membangun kepercayaan diri dan
tidak mudah bergantung kepada orang lain. Hal tersebut ditegaskan dengan
pendapat Musbikin (2006: 50) yang menyatakan bahwa kemandirian anak sangat
penting bagi perkembangan jiwa anak karena akan menimbulkan tingkat
kepercayaan diri anak. Selanjutnya Musbikin menambahkan bahwa dampaknya,
anak memiliki semangat untuk melakukan aktivitasnya, dan memiliki keinginan
untuk banyak mencoba sesuatu yang baru dan meningkatkan prestasinya.
Sikap kemandirian yang ada pada diri juga dapat membantu anak agar
terhindar dari dampak negatif dan kebiasaan belajar yang kurang baik.Seperti
yang dikemukakan oleh Desmita (2011: 189) bahwa fenomena peserta didik yang
15
kurang mandiri dalam belajar dapat menimbulkan gangguan mental dan kebiasaan
belajar yang kurang baik seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya
menjelang ujian, membolos, menyontek, dan mencari bocoran soal-soal ujian.
Melihat dari beberapa fenomena dan dan dampak negatif yang ada, maka
kemandirian merupakan salah satu sikap yang penting yang harus ada pada diri
siswa.Siswa yang mandiri akan jauh dari sifat dan sikap bergantung pada orang
lain, selalu berusaha mencari dan memanfaatkan kesempatan untuk perbaikan diri
sehingga lebih berkualitas (Ambarita, 2006: 92). Dengan adanya kualitas diri yang
baik, siswa akan mampu memahami apa yang seharusnya ia lakukan untuk
perbaikan dirinya sebagai usaha pencapaian tujuan.
Dengan adanya peran penting kemandirian bagi siswa untuk menghindari
banyaknya fenomena dan dampak negatif dari kurangnya kemandirian, maka hal
tersebut menuntut dunia pendidikan khususnya sekolah agar dapat menjadi tempat
dan sarana untuk menumbuhkembangkan kemandirian pada diri siswa
6. Cara Menumbuhkembangkan Kemandirian Belajar
Kemandirian bukanlah hal yang diperoleh dengan sendirinya, tetapi
membutuhkan proses, dukungan, dorongan, serta kesempatan (Ambarita, 2006:
89). Ambarita juga menambahkan bahwa kemandirian dapat berkembang dengan
baik apabila diberi kesempatan berupa latihan yang berkesinambungan.
Berdasarkan pendapat tersebut, siswa tidak mungkin dapat berjalan sendiri dalam
melalui proses menuju kemandirian, dalam hal ini seorang guru mempunyai peran
yang penting dalam membantu dan membimbing siswa. Seperti pendapat dari
Mujiman (2009: 169) yang menyebutkan bahwa tugas seorang guru dalam belajar
16
mandiri siswa adalah 1) mengajar dengan bahan dan cara yang merangsang siswa
untuk tertarik memperdalam dan mengembangkannya sendiri; 2)memberikan
bantuan kepada siswa dalam proses pendalaman dan pengembangan bila
diperlukan.
Desmita (2011: 184) berpendapat bahwa kemandirian muncul dan berfungsi
ketika siswa menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat
kepercayaan diri. Desmita menambahkan bahwa pendidikan di sekolah perlu
melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian siswa, diantaranya yaitu: a)
menciptakan proses pembelajaran yang membuat siswa merasa dihargai; b)
mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran; c)
memberi kebebasan kepada anak untuk bereksplorasi dan mendorong rasa ingin
tahu mereka; d) menerimaan kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-
bedakan anak yang satu dengan yang lain; e) menjalin hubungan yang harmonis
dan akrab dengan anak.
B. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
1. Pengertian IPS
Sumaatmadja (Siska, 2016: 6) berpendapat bahwa IPS adalah mata pelajaran
yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-
bidang ilmu sosial dan humaniora. Pendapat tersebut diperjelas oleh Siska (2016:
7) yang mengemukakan jika Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi
dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, seperti: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
17
Hidayati (2002: 4) mengemukakan bahwa IPS bagi pendidikan dasar dan
menengah merupakan hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:
geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi,
sosiologi dan sebagainya.
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS
IPS sebagai bidang studi tidak sekedar memberikan pengetahuan saja, tetapi
juga mengarahkan siswa agar mengetahui perannya di masyarakat sehingga
mampu menjadi masyarakat yang bertanggung jawab. Menurut Sapriya (2009: 12)
tujuan pendidikan IPS di Indonesia pada dasarnya mempersiapkan para peserta
didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat
dipergunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, mengambil
keputusan, dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar
menjadi warga negara yang baik. Pendapat tersebut diperjelas lagi oleh Siska
(2016: 9) yang mengungkapkan bahwa tujuan diberikannya pengajaran IPS pada
jenjang sekolah dasar adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Hidayati (2002: 22) menyatakan bahwa tujuan utama Social studies (IPS)
adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan
mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk
menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta emnjadikan
negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.
18
Sumaatmadja (Hidayati, 2002: 24-25) menyatakan Tujuan Kurikuler pengajaran
IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya yaitu: a) membekali anak didik
dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat; b)
membekali anak didik dengan kemampuan memecahkan masalah sosial yang
terjadi dalam kehidupan di masyarakat; c) membekali anak didik dengan
kemampuan berkomunikasi yang baik dengan masyarakat; d) membekali anak
didik dengan sikap dan mental yang baik; e) membekali anak didik dengan
kemampuan untuk bereksplorasi.
Sapriya (2009: 194) berpendapat bahwa mata pelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
kondisi kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat
yang dinamis, dengan tujuan: a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya; b) memiliki kemampuan dasar untuk
berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial; c) memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; d) memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
di tingkat lokal, nasional, dan global.
Fungsi mata pelajaran IPS adalah untuk memberikan kepada peserta didik
informasi tentang segala sesuatuu yang menyangkut peri-kehidupan manusia
dalam lingkungannya. Menurut Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial tahun 2006
(Siska, 2016: 13) fungsi mata pelajaran IPS adalah mengembangkan pengetahuan,
19
nilai, sikap, dan keterampilan sosial peserta didik agar dapat direfleksikan dalam
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
3. Ruang Lingkup IPS
Pembelajaran IPS memang berhubungan dengan segala macam aspek dalam
kehidupan manusia. IPS tidak hanya mempelajari bagaimana cara berinteraksi
dengan individu lain, tetapi juga mempelajari tentang kebudayaan, lingkungan,
kebutuhan, dll. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 2) ruang
lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI meliputi bebrapa aspek yaitu sebagai
berikut.
a. Manusia, tempat tinggal, dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
C. Metode Mind Map
1. Pengertian Mind Map
Mind map atau peta pikiran merupakan salah satu metode pembelajaran aktif
yang melibatkan siswa secara langsung dan menuntut siswa belajar aktif dan
kreatif. Buzan (2006: 4) memaparkan bahwa “mind map merupakan cara
termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi
ke luar dari otak. Informasi yang panjang bisa dialihkan bisa dialihkan menjadi
diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat”. Menurut Olivia (2008:
13) anak tidak akan menyadari jika ia sebenarnya sedang belajar, metode belajar
mind map merupakan gabungan dari creative thinking dan active learning yang
20
akan menyajikan konsep belajar sekaligue bermain. Olivia menambahkan, minnd
map anak dapat menuangkan isi bacaan secara ringkas dan menunjukkan
kreativitasnya dalam membuat mind map sesuai keinginannya.
Mind map merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah
akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.Selain itu, menurut Sugiarto (2004: 75)
peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan
memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik
sehingga lebih mudah memahaminya.Mind map merupakan bentuk penulisan
catatan yang penuh warna dan bersifat visual, yang bisa dikerjakan oleh satu
orang atau sebuah tim.
Buzan (2006: 5) juga mengemukakan bahwa mind map merupakan peta rute
yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran
sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti
mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada
menggunakan teknik pencatatan tradisional.
2. Manfaat Mind Map
Menurut Buzan (2006: 176) mind map mendatangkan banyak manfaat seperti
menghemat waktu, membantu menyusun dan menjelaskan pikiran, menghasilkan
ide baru, melacak segalanya, memperbaiki ingatan dan konsentrasi, lebih
merangsang otak. Mind map juga dapat bermanfaat bagi keseimbangan otak kanan
dan kiri kita, hal tersebut ditegaskan oleh Buzan (2005: 7) bahwa mind map
menggunakan huruf dan angka, dan juga warna dan gambar. Garis, urutan, huruf
21
dan daftar merupakan keterampilan mental otak kiri. Sedangkan keterampilan
otak kanan meliputi interpretasi warna, gambar, irama, dan kesadaran ruang.
Buzan (2006: 5) memaparkan lebih rinci bahwa manfaat dari mind map yaitu:
a) memberi ringkasan atas suatu subjek atau area yang luas; b) memudahkan kita
membuat rencana perjalanan atau suatu pilihan, dan membantu kita mengetahui
tujuan kita dan posisi kita sekarang; c) mengumpulkan sejumlah besar data dan
meletakannya di suatu tempat; d) memberi dorongan atas upaya pemecahan
masalah dengan memberi kesempatan untuk melihat jaln-jalan keluar kreatif yang
baru; e) merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca,
direnungkan, dan diingat.
Menurut Porter dan Hernacki (2002: 152) otak seringkali mengingat
informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan
perasaan.Manfaat peta pikiran menunrut Porter dan Hernacki (2002: 172) adalah
fleksibel, dapat memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, serta
menyenangkan. Berikut adalah penjelasan dari berbagai manfaat tersebut.
a. Fleksibel, peta pikiran bersifat fleksibel dalam cara penulisannya yang. Jika
kita lupa belum mencatat suatu hal dan ingin menambahkannya kita dapat
langsung menuliskannya dengan mudah.
b. Dapat memusatkan perhatian, dengan menggunakan peta pikiran kita mampu
memusatkan perhatian karena peta pikiran disajikan dalam bentuk poin-poin
singkat dan ringkas sehingga membantu kita untuk bisa berkonsentrasi pada
tulisan tersebut.
22
c. Meningkatkan pemahaman, peta pikiran dapat membantu kita saat membaca
untuk memahami ulang apa yang telah kita tulis, karena bacaan tersebut
merupakan sebuah ringkasan.
d. Menyenangkan, peta pikiran tidak hanya menyajikan tulisan saja, tetapi kita
dibebaskan untuk berkreasi dalam membuatnya sehingga dapat lebih
menyenangkan.
Sugiarto (2004: 78) menambahkan supaya fungsi otak bisa optimal
dianjurkan untuk menggunakan peta pikiran supaya mempermudah dalam hal
mengingat atau mengulang kembali.Berikut adalah penjelasan mengenai
keuntungan menggunakan peta pikiran yaitu: a) tema utama diletakkan di tengah-
tengah sehingga cepat dapatdilihat dan dimengerti, selain itu jika terdapat
beberapa informasi tambahan maka informasi tersebut lebih mudah untuk
ditempatkan karena terdapat ruang yang cukup selain di bagian tengah-tengah; b)
lebih dapat berkonsentrasi dan mengembangkan pemikiran kita melalui
penggunaan kata-kata kunci karena tidak terlalu panjang sehingga lebihn mudah
untuk diingat; c) peta pikiran sangat cocok untuk mengulang kembali apa yang
telah dipelajari karena hanya berupa ringkasan materi sehingga mudah dipelajari;
d) peta pikiran dapat meringkas beberapa lembar bahan yang dipelajari menjadi
satu halaman saja; (e) lebih mudah mengingat karena di dalam peta pikiran, kita
bisa mempergunakan gambar, warna, serta simbol-simbol; (f) peta pikiran
memberikan kita langkah pertama menuju era persaingan.
23
3. Langkah-langkah Membuat Mind Map
Buzan (2006: 14) menyatakan karena mind map begitu mudah dan alami,
bahan-bahan untuk resep mind map sangatlah sedikit yaitu sebagai berikut.
a. Kertas kosong tak bergaris.
b. Pena dan pensil warna.
c. Otak
d. Imajinasi
Selanjutnya Buzan menjelaskan lebih rinci langkah-langkah dalam membuat
mind map yaitu: a) memulai dari bagian tengah kertas; b) menggunakan gambar
untuk membantu memperjelas maksud tulisan; c) menggunakan warna, karena
dapat membuat mind map lebih menarik; d) menghubungkan cabang-cabang
berisi informasi yang saling berkaitan; e) membuat garis hubung yang
melengkung agar tidak membosankan otak; f) menggunakan satu kata kunci
untuk setiap garis.
D. Karakteristik Anak SD
Dalam proses pembelajaran, siswa merupakan sasaran utama untuk dilihat
perkembangan belajarnya. Dalam hal ini guru harus mampu memahami
karakteristik siswa agar siswa dapat belajar dengan baik dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Sulistyorini (2007: 7) mengemukakan bahwa sifat-sifat khas yang
terdapat pada anak usia SD adalah: 1) sangat ingin tahu tentang segala sesuatu
yang ada dalam dunia realitas dan sekitarnya; 2) tidak lagi semata-mata
tergantung pada orang yang lebih tua; 3) suka melakukan kegiatan-kegiatan yang
berguna terhadap lingkungannya; 4) telah dapat melakukan kompetisi dengan
24
sehat; dan 5) sudah mulai muncul kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain.
Menurut Sholeh dan Ahmadi (2005: 39) beberapa karakteristik atau sifat khas
anak-anak pada kelas tinggi Sekolah dasar adalah yaitu: 1) sangat ingin tahu
tentang segala sesuatu yang ada dalam dunia realitas di sekitarnya; 2) tidak lagi
semata-mata tergantung pada orang yang lebih tua; 3) sudah mulai muncul
kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain; 4) anak lebih mudah memahami
dan mengingat sesuatu yang bersifat konkret dan dekat dengan kehidupan siswa;
5) realistis, ingin tahu, ingin belajar, anak memiliki rasa ingin tahu terhadap
sesuatu yang belum ia ketahui; 6) anak memiliki minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus, anak sudah mulai memilih mata pelajaran yang ia sukai.
E. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Mind Map
Berikut adalah langkah-langkah penerapan mind map dalam pembelajaran
di kelas.
a. Menentukan dan memberikan materi. Guru memberikan materi sekaligus
menjelaskan pokok-pokok materi yang akan dipelajari oleh siswa.
b. Membaca isi materi. Masing-masing siswa membaca dan mempelajari materi
yang diberikan oleh guru lebih dalam.
c. Menentukan pokok materi atau hal-hal penting dari materi. Masing-masing
siswa membuat ringkasan materia ataupun menandai dan menggarisbawahi
pokok-pokok bacaan.
d. Membuat mind map. Guru menunjukkan contoh mind map dan membimbing
siswa dalam membuat mind map.
25
e. Mempresentasikan mind map dan ngevaluasi mind map. Siswa
mempresentasikan mind map yang sudah dibuat.
F. Pengaruh Penggunaan Mind Map terhadap Kemandirian Bealajar IPS
Olivia (2008: 13) mengemukakan bahwa mind map merupakan metode
belajar aktif dan kreatif yang dapat membantu siswa untuk mengeksplorasi
pengetahuan serta ide-ide baru yang didapat melalui pembelajaran yang
menyenangkan. Melalui mind map siswa dapat berkreativitas sesuai keinginanya
sendiri. Wahyudin (2007: 15) berpendapat bahwa kreativitas merupakan segala
proses yang dilakukan anak dalam melakukan, mempelajari, dan menemukan
sesuatu yang baru. Kreativitas merupakan salah satu sikap yang dapat membangun
kemandirian pada diri seseorang. Zimbardo (Ambarita, 2006: 90) menyatakan
bahwa kemandirian (independence) berkenaan dengan sikap dan perilaku yang
cenderung memiliki karakteristik kepribadian yang kreatif yang berarti selalu
berupaya mencari alternatif, tidak bergantung atau terpengaruh oleh orang lain
dalam proses penentuan keputusan, serta dapat melakukan sesuatu atas inisiatif
dan kreativitas sendiri. Kemandirian setiap orang tentu tidak bisa muncul begitu
saja dengan sendirinya, melainkan melalui sebuah proses. Seperti pendapat
Ambarita (2006: 91) yang mengemukakan bahwa kemandirian merupakan bagian
dari kepribadian, yang dapat berkembang dengan baik, apabila diberi kesempatan
berupa latihan yang berkesinambungan untuk melakukan eksplorasi ide-ide yang
dimiliki.
Kemandirian dapat muncul dengan adanya kesempatan dan latihan melalui
proses belajar di sekolah. Salah satu contoh sikap kemandirian yang dapat tumbuh
26
dengan adanya pembelajaran di sekolah adalah sikap kemandirian belajar.
Kemandirian belajar sangat penting bagi siswa karena dapat membantu
membangun rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa dalam belajar, termasuk
menghindarkan siswa dari pengaruh negatif seperti malasa saat belajar di sekolah.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran penting yang harus dipelajari karena
memuat berbagai macam ilmu seperti tentang nilai, sikap, ekonomi,
masyarakat.IPS membantu menyiapkan siswa untuk dapat menempatkan dirinya
sebagai anggota masyarakat yang baik. Mata pelajaran IPS memang identik
dengan materi hafalan yang menuntut siswa untuk rajin membaca agar dapat
memahami isi materi, dan hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat
siswa malas untuk belajar IPS sehingga siswa kurang bersemangat saat belajar.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka solusinya adalah dengan
menumbuhkan kemandirian belajar siswa. Salah satu cara menumbuhkan
kemandirian belajar IPS bagi siswa adalah dengan menggunakan mind map.
Porter dan Hernacki (2002:175) menjelaskan, mind map merupakan metode
mencatat yang membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan
pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasikan materi, daan
memberikan wawasan baru dengan cara yang tidak biasa. Informasi yang panjang
bisa dialihkan bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan
mudah diingat sesuai kreativitas masing-masing (Buzan, 2006: 4). Dari penjelasan
tersebut, mind map cocok diterapkan pada mata pelajaran IPS yang padat akan
materi. Mind map dapat membantu siswa dalam meringkas materi dan membuat
catatan sesuai kreativitas mereka. Setiap siswa dibebaskan membuat bentuk mind
27
map sesuai keinginannya dan membuat catatan sesuai pemahaman masing-
masing. Dari mind map inilah kemandirian belajar IPS siswa dapat tumbuh karena
mereka diberikan kebebasan dalam belajar tanpa harus bergantung kepada
temannya.
G. Kerangka Pikir
Kemandirian belajar sangat penting bagi siswa karena dapat membantu
membangun rasa percaya diri, tanggung jawab, kreativitas serta menjauhkan
siswa dari kebiasaan buruk dalam belajar. Peneliti melihat masih terdapat
beberapa masalah yang berkaitan dengan kemandirian belajar seperti siswa tidak
melaksanakan perintah guru ketika diminta untuk mencatat suatu materi,
bergantung kepada temannya ketika diberikan tugas, dan kurang bersemangat
sehingga menjadi malas mengikuti pembelajaran di kelas. Kemandirian belajar
dalam mata pelajaran IPS merupakan kegiatan belajar yang membebaskan siswa
dalam memahami materi IPS yang dipelajari tanpa terus bergantung kepada orang
lain sehingga siswa bebas berkreasi dalam mencatat materi mata pelajaran IPS.
Sebagai orang yang membimbing siswa saat pembelajaran di kelas, guru harus
ikut serta dalam membangun kemandirian belajar siswa. Salah satu yang dapat
dilakukan guru adalah menyelenggarakan pembelajaran aktif yaitu dengan
menggunakan metode mind map. Mind map merupakan metode belajar yang
melibatkan siswa secara langsung dan aktif dalam pembelajaran, metode ini sesuai
dengan karakteristik siswa yang senang bermain dan berkreasi serta senang
melakukan segala sesuatu secara langsung. Mind map memberikan kebebasan
kepada siswa untuk membuat catatan sesuai kehendak dan kreasi siswa. Dengan
28
menggunakan mind map, siswa diharapkan mampu belajar aktif, dan dan
bersemangat saat belajar. Siswa diharapkan mampu mandiri melalui pembelajaran
menggunakan mind map dengan cara membuat catatan sesuai keinginan dan
kreasi siswa, sehingga dapat membantu menunmbuhkan dan meningkatkan
kemandirian belajar siswa terutama dalam mata pelajaran IPS.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah penggunaan metode mind map
dapat meningkatkan kemandirian belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri
Gedongkiwo.
I. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang perlu didefinisikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar IPS merupakan merupakan suatu sikap yang membuat
seseorang bebas, kreatif, percayaan diri serta tanggung jawab dalam melakukan
segala sesuatu atas dasar kehendaknya sendiri sehingga tidak mudah bergantung
pada orang lain. Dengan adanya sikap mandiri, setiap orang harus mampu
mengembangkan kemampuannya serta percaya akan kemampuannya sendiri.
2. Mind Map
Mind map merupakan cara belajar aktif yang membantu siswa untuk
mengembangkan kreativitas dan pengetahuannya.Metode mind map membantu
siswa untuk dapat mencatat dan meringkas materi yang dipelajari sesuai kehendak
siswa, siswa diberikan kebebasan untuk berkreasi dalam membuat catatan
29
tersebut. Cara atau langkah-langkah dalam membuat mind map yaitu: (a) menulis/
mencatat judul materi di bagian tengah kertas; (b) menuliskan beberapa kata kunci
dari materi di bagian atas, bawah, samping kanan dan kiri dari bagian tengah judul
tadi (membuat cabang dari pusat); (c) menuliskan isi atau penjelasan sesuai kata
kunci yang telah dibuat secara singkat (dibuat bercabang kembali); (d)
menggunakan garis untuk mengaitkan antar kata kunci jika terdapat keterkaitan;
(e) menggunakan warna atau gambar sesuai keinginan/ kreasi untuk memperjelas
dan membuatnya lebih menarik. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran di
kelas dengan menggunakan metode mind map yaitu sebagai berikut.
a. Menentukan dan memberikan materi. Guru memberikan materi sekaligus
menjelaskan pokok-pokok materi yang akan dipelajari oleh siswa.
b. Membaca isi materi. Masing-masing siswa membaca dan mempelajari materi
yang diberikan oleh guru lebih dalam.
c. Menentukan pokok materi atau hal-hal penting dari materi. Masing-masing
siswa membuat ringkasan materia ataupun menandai dan menggarisbawahi
pokok-pokok bacaan.
d. Membuat mind map. Guru menunjukkan contoh mind map dan membimbing
siswa dalam membuat mind map.
e. Mempresentasikan mind map dan ngevaluasi mind map. Siswa
mempresentasikan mind map yang sudah dibuat.
30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Arikunto (2006: 3) PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersamaan. Menurut Sanjaya (2011: 26) PTK dapat diartikan sebagai
proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri
dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan
berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap
pengaruh dari perlakuan tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemandirian belajar IPS
dengan menggunakan metode mind map yang melibatkan siswa untuk aktif dan
kreatif dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu
peneliti bekerjasama dengan guru kelas yang bersangkutan dalam pelaksanaan
tindakan.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo
dengan jumlah 17 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan. Sedangkan objek penelitian ini adalah pembelajaran IPS
menggunakan metode mind map.
31
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model PTK yang dikembangkan oleh Stephen
Kemmis dan Robin Mc Taggart. Model ini terdiri dari empat komponen penelitian
dalam setiap siklus. Komponen tersebut yaitu perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Pada model Kemmis dan Robin Mc Taggart, komponen tindakan dan
observasi menjadi satu komponen karena kedua kegiatan ini dilakukan secara
bersamaan (Pardjono, dkk 2007: 23). Berikut adalah visualisasi dari model
Kemmis dan Robin Mc Taggart.
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010: 132).
Berikut penjelasan kegiatan dengan model Kemmis dan Robin Mc Taggart
yang dilakukan dalam penelitian ini.
32
1. Perencanaan
Dalam perencanaan peneliti menyusun kegiatan apa saja yang akan dilakukan
pada saat melaksanakan tindakan. Susunan kegiatan yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut.
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang kemudian
dikonsultasikan kepada guru kelas.
b. Membuat instrumen pengamatan.
c. Membuat contoh mind map.
d. Menyiapkan peralatan atau sarana yang akan digunakan saat pembelajaran
seperti media dan alat tulis.
e. Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi saat pembelajaran.
2. Pelaksanaan tindakan dan Pengamatan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan rencana yang sudah dibuat sekaligus
melakukan pengamatan/ observasi. Pengamatan dilakukan untuk melihat kegiatan
pembelajaran terkait dengan tindakan yang dilakuakan. Pengamatan dilakukan
sesuai dengan lembar instrumen observasi yang telah dibuat.
3. Refleksi
Dalam tahap ini peneliti berdiskusi dengan guru terkait pembelajaran dan
tindakan yang sudah dilakukan. Peneliti dan guru melihat dan menilai apa saja
kekurangan dan permasalahan yang muncul dalam tindakan beserta solusinya
untuk perbaikan. Hasil refleksi siklus I menjadi acuan bagi siklus berikutnya.
33
D. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri Gedongkiwo yang
terletak di jalan Bantul, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/ 2017. Gambaran penataan
kelas VB untuk penelitian yaitu tempat duduk siswa menghadap ke depan ke arah
papan tulis dengan jumlah siswa dalam satu meja berjumlah dua orang, sedangkan
tempat duduk guru berada di depan samping kanan siswa. Setting tempat duduk
siswa ditujukan agar siswa mampu berkonsentrasi dan memperhatikan guru saat
pembelajaran berlangsung.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dapat digunakan peniliti
dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 62). Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar checklist.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dan
pedoman wawancara.
1. Lembar Checklist
Lembar checklist digunakan selama proses tindakan berlangsung untuk
melihat dan mengetahui kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran IPS serta
aktivitas guru pada saat mengajar menggunakan metode mind map. Kisi-kisi pada
lembar observasi siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
34
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Checklis Kemandirian Belajar Siswa
No. Aspek yang diamati Jumlah Butir No. Butir 1. Memiliki sikap tanggung jawab 4 2, 5, 6, 14 2. Memiliki rasa percaya diri 3 9, 10, 11 3. Memiliki kreativitas 2 8, 15 4. Memiliki semangat belajar 1 7 5. Memiliki sikap disiplin 5 1,3,4,12,13
Jumlah 15 G. Validitas Instrumen
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya dikur. Validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah
instrumen yang telah dibuat oleh peneliti dapat digunakan atau tidak. Pengujian
validitas dilakukan melalui pertimbangan dari para ahli (expert judgment).
H. Teknik Analisis Data
Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
deskriptif kuantitatif. Rincian analisis yang digunakan untuk data-data yang
didapatkan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
1. Analisis data hasil lembar checklist.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui sebaran
centangan pada kolom pilihan “Ya” dan “Tidak” (Arikunto, 2010: 187). Data hasil
lembar checklis dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
cara menghitung jawaban checklist “Ya” dan “Tidak”, skor untuk checklist“Ya”
yaitu 1 dan skor untuk checklist “Tidak” yaitu 0. Selanjutnya skor yang sudah
diperoleh dijumlahkan. Jumlah skor yang sudah didapat kemudian
dipersentasekan dengan cara membagi jumlah skor keseluruhan yang diperoleh
35
siswa dengan skor maksimum, dan kemudian dikalikan 100 persen (Yoni dkk,
2010: 177). Berikut adalah gambaran dari rumus tersebut.
Persentase kemudian dikategorikan dengan klasifikasi berdasarkan
perhitungan rumus interval kelas sebagai berikut (Riduwan dan Akdon, 2010:
177).
Tabel 2. Klasifikasi Hasil Lembar Checklist.
Persentase skor yang diperoleh Kategori 81-100% Sangat Tinggi 61-80% Tinggi 41-60% Sedang 21-40% Rendah 0-20% Sangat Rendah
I. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan tindakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari meningkatnya
kemandirian siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan metode mind map.
Penelitian dinyatakan berhasil apabila persentase rata-rata kemandirian belajar
siswa kelas VB sebesar ≥ 70% dengan 70% siswa mencapai kategori minimum
tinggi.
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan sejak bulan Oktober 2016 sampai bulan Maret 2017
di kelas VB SD Negeri Gedongkiwo. Pada bulan Oktober peneliti melakukan
observasi awal untuk melihat permasalahan yang ada di kelas, sedangkan
pelaksanaan penelitian di kelas dilaksanakan selama bulan Maret 2017. Siswa VB
awalnya berjumlah 21 siswa, tetapi peneliti hanya mengambil 17 siswa sebagai
subjek penelitian dikarenakan terdapat 1 siswa yang tidak pernah masuk sekolah
sejak awal semester genap, 3 orang siswa tidak masuk sekolah pada saat pra
tindakan dan pertemuan pertama di siklus 1 karena dua diantaranya sakit dan satu
siswa harus mengikuti latihan untuk persiapan lomba. Subjek penelitian 17 siswa
tersebut terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuuan. Adapun jadwal
penelitian yang telah dilaksanakan yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. Jadwal Penelitian
Siklus Waktu Materi
Pra Tindakan
Senin, 13 Maret 2017
07.30-08.40 Penjajahan Belanda di Indonesia
Siklus 1 Rabu, 15 Maret 2017
09.35-10.45 Perjuangan tokoh-tokoh daerah pada masa penjajahan Belanda
Rabu, 22 Maret 2017
09.35-10.45 Perjuangan tokoh-tokoh daerah pada masa penjajahan Belanda
Siklus 2 Senin, 27 Maret 2017
07.30-08.40 Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Rabu, 29 Maret 2017
09.35-10.45 Agresi Militer Belanda
37
Deskripsi penelitian yang sudah dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai
berikut.
1. Pra Tindakan
Pengamatan pra tindakan dilaksanakan pada hari Senin, 13 Maret 2017.
Pengamatan pra tindakan bertujuan untuk mengamati kondisi awal siswa dengan
menggunakan lembar checklist.
Setiap hari senin setelah melaksanakan upacara pagi, seluruh siswa dihimbau
untuk masuk ke kelas masing-masing dan berdo’a dengan membaca surat-surat
pendek serta menunggu bel mulai pembelajaran. Selesai berdo’a peneliti
membagikan name tag untuk dipakai oleh siswa, name tag digunakan agar
memudahkan peneliti dalam mengobservasi siswa. Setelah berdo’a hanya ada 8
orang yang tetap berada di dalam kelas sedangkan sisanya berada di luar kelas,
beberapa diantaranya pergi ke kantin.
Ketika peneliti meminta siswa yang berada di luar kelas untuk masuk, siswa
tersebut menjawab dengan alasan menunggu guru yang belum datang, sementara
siswa yang berada di dalam kelas tetap di tempat duduk masing-masing.
Sebagian melakukan aktivitas menggambar, sebagian berbicara dengan teman di
samping dan belakangnya, dan dua orang terlihat sedang membuka-buka buku
paket IPS. Semua siswa masuk ke kelas ketika terdapat guru kelas IV yang
meminta mereka untuk masuk kelas.
38
Gambar 3. Suasana ketika guru belum berada di kelas
Ketika guru masuk, guru melihat kondisi kelas terlebih dahulu dengan
melihat semua siswa dan mengecek kesiapan siswa. Guru membuka pembelajaran
dengan mengucapkan salam dan melakukan presensi, pada saat itu hanya terlihat
dua siswa yang sudah menyiapkan buku paket dan lembar fotokopian di atas meja.
Di awal pembelajaran, guru memberikan acuan dengan membahas sedikit materi
yang sudah disampaikan pada pembelajaran sebelum pelaksanaan UTS,
selanjutnya guru menyampaikan bahwa pembelajaran hari ini akan diisi dengan
membahas materi yang sudah dipelajari di pertemuan sebelum UTS selama satu
jam dan satu jam berikutnya digunakan untuk membahas soal-soal UTS .
Pada saat guru menjelaskan materi, empat siswa tidak memperhatikan
penjelasan guru karena mengobrol, satu siswa melakukan kegiatan lain yaitu
menggambar dan menulis sesuatu yang tidak jelas, empat siswa beberapa kali
mengobrol dengan teman sebangku dan teman di belakangnya. Setelah
menjelaskan, guru melakukan tanya-jawab dengan siswa terkait materi yang
dipelajari. Sebagian siswa sudah benar dalam menjawab pertanyaan meskipun
39
mereka menjawabnya secara bersama-sama karena siswa belum berani menjawab
sendiri dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu.
Selanjutnya guru membagikan hasil UTS siswa dan membahas soal-soal
tersebut secara bersama-sama. Pada saat guru membagikan hasil UTS terdapat
tiga siswa laki-laki yang saling mengejek karena nilai UTS yang diperoleh tidak
begitu baik sehingga membuat suasana kelas menjadi ramai, kemudian salah satu
siswa laki-laki bertindak menghentikan mereka dan guru pun ikut
menertibkannya. Saat membahas soal-soal, terdapat empat siswa yang aktif
berpendapat mengenai jawaban yang sedang dibahas, sedangkan dua siswa
terlihat tidak memperhatikan dan menanyakan kunci jawaban yang benar kepada
siswa perempuan yang ada disebrang tempat duduknya.
Gambar 4. Siswa dan guru membahas soal UTS
Sebelum menutup pembelajaran, siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh
guru yang harus dikumpulkan dalam waktu 5 menit. Setelah 5 menit, hanya ada
tiga siswa yang mengumpulkannya tepat waktu. Guru juga memberikan informasi
40
bahwa semua siswa ditugaskan untuk membawa pensil warna atau spidol atau
crayon pada pembelajaran IPS berikutnya.
Dari hasil observasi pra tindakan menunjukkan bahwa rata-rata kemandirian
belajar IPS siswa kelas VB sebesar 39,55% (di lampiran) dan belum terdapat
siswa yang mampu mencapai kategori keberhasilan. Hasil pengamatan
kemandirian belajar siswa berdasarkan kategori yang dicapai dapat dilihat sebagai
berikut.
Tabel 4. Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan
Kategori Persentase Skor (%) Frekuensi Persentase Siswa (%)
Sangat Tinggi 81-100% 0 0% Tinggi 61-80% 0 0% Sedang 41-60% 4 24% Rendah 21-40% 13 76%
Sangat Rendah 0-20% 0 0%
Gambar 5. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan
0% 0%
24%
76%
0% 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah SangatRendah
Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan
41
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dapat diketahui jika kemandirian
belajar IPS siswa kelas VB yang termasuk dalam kategori sangat tinggi belum ada
(0%); kategori tinggi belum ada (0%); kategori sedang sebanyak 4 siswa (24%);
kategori rendah sebanyak 13 siswa (76%); dan kategori sangat rendah 0%. Hanya
terdapat 4 siswa yang kemandirian belajarnya termasuk ke dalam kategori sedang,
sebagian besar dari 4 siswa tersebut masih kurang dalam indikator percaya diri
yaitu menjawab pertanyaan sebelum ditunjuk oleh guru dan mengemukakan
pendapat atau menambahkan jawaban. Lalu siswa juga masih kurang dalam
indikator kreativitas yaitu mencatat dan menandai/menggaris bawahi hal-hal
penting. Siswa belum bisa menyelesaikan tugas tepat waktu serta belum bisa
bersikap tegas ketika kelas mulai tidak kondusif.
Sedangkan 13 siswa yang kemandirian belajarnya termasuk ke dalam kategori
rendah, sebagian besar siswa tersebut masih kurang dalam indikator disiplin yaitu
belum bisa menyelesaikan tugas tepat waktu, kurang tertib dan belum siap belajar,
serta siswa masih berada di luar kelas ketika guru belum hadir. Siswa hanya
menggunakan satu buku sebagai sumber belajar, belum mampu menyelesaikan
tugas tepat waktu, masih bergantung kepada teman ketika mengerjakan tugas,
belum berani berpendapat dan belum berani menjawab pertanyaan.
Penjelasan secara rinci hasil pengamatan kemandirian belajar IPS setiap
siswa berdasarkan kategori yang dicapai yaitu sebagai berikut.
1. Siswa nomor 1 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 33%
yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator
disiplin, percaya diri, dan kreativitasnya. Hal ini dikarenakan siswa tidak
42
terlihat fokus saat pembelajaran, dan cenderung pasif. Siswa hanya menjawab
ketika guru memintanya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
2. Siswa nomor 2 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 60%
yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam indikator
tanggung jawab dan percaya diri, hal ini disebabkan karena siswa masih
terlihat ragu-ragu ketika menjawab soal-soal yang sedang dibahas.
3. Siswa nomor 3 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40%
yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator
disiplin, tanggung jawab dan kreativitas. Hal ini dikarenakan siswa tidak
fokus saat belajar, siswa lebih banyak mengobrol bersama teman satu
bangkunya.
4. Siswa nomor 4 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40%
yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator
percaya diri, semangat, dan kreativitas. Ketika membahas soal-soal, siswa
terlihat kurang bersemangat dan jarang memperhatikan temannya yang
sedang membacakan soal.
5. Siswa nomor 5 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 33%
yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator
disiplin, percaya diri dan tanggung jawab. Siswa terlihat tidak fokus ketika
guru menjelaskan materi, siswa juga beberapa kali terlihat menanyakan
jawaban dari soal-soaol yang sedang dibahas kepada temannya.
6. Siswa nomor 6 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 47%
yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam indikator
43
disiplin, kreatif, dan semangat. Siswa terlihat belum siap sejak awal
pembelajaran, siswa juga terlihat lebih sering bermain dengan alat tulisnya.
7. Siswa nomor 7 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 47%
yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam indikator
tanggung jawab dan semangat belajar. Siswa cenderung pasif dan diam
selama pembelajaran.
8. Siswa nomor 8 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40%
termasuk dalam kategori rendah. Siswa belum mencapai indikator disiplin,
kreatif, dan semangat belajar. Siswa belum berani menjawab ataupun
mengemukakan pendapat serta terlalu sering bergantung kepada teman satu
bangkunya.
9. Siswa nomor 9 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40%
termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator disiplin
dan semangat. Siswa terlihat belum siap belajar ketika guru memulai
pembelajaran, siswa masih bermain dengan buku pelajaran membatik.
10. Siswa nomor 10 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 33%
termasuk dalam kategori rendah. Siswa belum mampu mencapai idikator
tanggung jawab, percaya diri, kreatif, dan semangat belajar. Siswa nomor 10
memang tergolong lamban dalam belajar, sehingga siswa harus selalu
dibimbing oleh guru.
11. Siswa nomor 11 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 47%
yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa belum mampu mencapai
44
indikator disiplin dan kreativitas. Hal tersebut dikarenakan siswa belum siap
karena mengobrol ketika guru memulai pembelajaran.
12. Siswa nomor 12 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40%
yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator
disiplin, percaya diri dan kreativitas. Hal ini dikarenakan siswa belum terlihat
siap ketika guru mulai menjelaskan materi, serta menjawab pertanyaan
dengan bantuan teman.
13. Siswa nomor 13 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40%
yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa belum menunjukkan indikator
percaya diri, kreatif, dan semangat belajar. Hal tersebut karena siswa kurang
fokus pada saat pembelajaran.
14. Siswa nomor 14 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40%
yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator
tanggung jawab, kreatif, dan semangat. Hal tersebut dikarenakan siswa
terlihat kurang serius dalam belajar, siswa beberapa kali terlihat mengobrol
bersama temannya.
15. Siswa nomor 15 seecara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
33% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam
indikator tanggung jawab, kreatif, dan semangat. Hal tersebut dikarenakan
siswa terlihat kurang serius dalam belajar, siswa beberapa kali terlihat
mengobrol bersama temannya.
16. Siswa nomor 16 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
27% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam
45
indikator disiplin, percaya diri dan semangat. Siswa kurang fokus selama
pembelajaran, siswa juga melakukan kegiatan lain yaitu menggambar.
17. Siswa nomor 17 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
33% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam
indikator disiplin, tanggung jawab dan semangat belajarnya. Siswa beberapa
kali terlihat menanyakan kunci jawaban dari soal yang dibahas kepada
temannya karena tidak fokus pada saat guru membahas soal-soal tersebut.
Selain berdasarkan kategori, adapun hasil pengamatan berdasarkan rata-rata
per indikator kemandirian belajar siswa kelas VB pada saat pra tindakan yaitu
sebagai berikut.
Tabel 5. Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Pra Tindakan
No. Indikator Hasil
Persentase (%) Kategori
1. Tanggung jawab 49,95% Sedang
2. Percaya diri 43,1% Sedang
3. Kreativitas 2,9% Sangat Rendah
4. Semangat Belajar 17,6% Sangat Rendah
5. Disiplin 48,21% Sedang
46
Gambar 6. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Kelas VB pada Pra Tindakan
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, peneliti dapat menjelaskan lebih
rinci dari setiap indikator yaitu sebagai berikut.
1. Indikator tanggung jawab termasuk ke dalam kategori sedang karena
indikator tersebut hanya tercapai 49,95%. Sebagian besar yang belum dapat
dicapai oleh siswa pada indikator tanggung jawab adalah bersikap tegas
ketika kelas kurang kondusif serta belum menyiapkan buku pelajaran ketika
pembelajaran dimulai.
2. Indikator percaya diri termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator
tersebut hanya tercapai 43,1%. Sebagian besar yang belum dapat dicapai oleh
siswa pada indikator percaya diri adalah siswa berani menjawab sebelum
ditunjuk oleh guru dan belum berani menambahkan pendapat atau jawaban.
49,95% 43%
2,9%
17,6%
48,21%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tanggungjawab
Percaya diri Kreativitas SemangatBelajar
Disiplin
Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Pra Tindakan
47
3. Indikator kreativitas termasuk ke dalam kategori sangat rendah karena
indikator tersebut hanya tercapai 2,9%. Siswa masih bergantung pada satu
buku sebagai sumber belajar, siswa juga tidak mencatat atau menandai hal-hal
penting dari materi yang sedang dipelajari.
4. Indikator semangat belajar termasuk ke dalam kategori sangat rendah karena
indikator tersebut hanya tercapai 17,6%. Sebagian besar siswa masih terlihat
bekerjasama dengan temannya dalam mengerjakan tugas.
5. Indikator disiplin termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator
tersebut hanya tercapai 48,21%. Sebagian besar siswa masih berada di luar
ketika guru belum hadir di kelas, siswa terlihat belum siap dan tertib ketika
guru akan memulai pembelajaran, serta siswa belum mampu mengumpulkan
tugas tepat waktu.
2. Siklus 1
Siklus 1 terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada Rabu, 15 Maret
2017 dan Rabu, 22 Maret 2017. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan yaitu 2x35
menit, dengan materi tentang Perjuangan Para Tokoh Sebelum Kebangkitan
Nasional dan pada Masa Kebangkitan Nasional. Berikut adalah penjelasan dari
penelitian Siklus 1 yang telah dilaksanakn oleh peneliti.
a. Perencanaan Siklus 1
Perencanaan dilaksanakan guna mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan tindakan. Kegiatan perencanaan Siklus 1 yaitu
sebagai berikut.
48
1) Menyusun RPP
Dalam menyusun RPP, peneliti berkolaborasi dengan guru, RPP disusun
oleh peneliti yang selanjutnya dikonsultasikan kepada guru.
2) Membuat lembar evaluasi
Peneliti dan guru bekerjasama dalam membuat lembar evaluasi untuk
diberikan pada pertemuan kedua atau akhir siklus. Lembar evaluasi yang dibuat
yaitu berupa isian singkat.
3) Menyiapkan instrumen observasi
Peneliti menjelaskan kepada guru terkait lembar observasi yang akan
digunakan dalam mengamati siswa saat pembelajaran berlangsung.
4) Menyiapkan media pembelajaran
Media pembelajaran disiapkan oleh peneliti dan guru. Dalam membuat
contoh mind map peneliti berkolaborasi dengan guru terkait isi dari mind map
yang akan dibuat. Selain itu, peneliti dan guru juga menyiapkan kertas putih
kosong berukuran A3 serta pensil warna dan spidol yang akan dipakai oleh siswa
untuk membuat mind map.
4) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan yang
ada pada RPP. Berikut adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada siklus 1.
49
1) Pertemuan Ke-1
a) Kegiatan Awal
Pembelajaran IPS menggunakan metode mind map dimulai setelah jam
istirahat yaitu pukul 09.35 dengan rincian kegiatan sebagai berikut.
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya guru
memberikan acuan dengan membahas materi yang sudah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya yaitu tentang penjajahan yang dilakukan oleh bangsa
Belanda terhadap rakyat Indonesia. Dalam menyampaikan acuan, guru juga
memberikan beberapa pertanyaan terkait materi seperti dampak apa yang terjadi
dari adanya penjajahan oleh pihak Belanda, serta apa alasan yang membuat pihak
Belanda memerintahkan rakyat Indonesia untuk membuat jalan raya dari Anyer
sampai Panarukan. Pada saat guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak langsung
menjawab pertanyaan tersebut dan terlihat pasif. Guru harus membimbing siswa
agar mereka berani menjawab dan berpendapat.
Sebelum menjelaskan materi, guru melakukan apersepsi dengan mengeluarkan
uang kertas nominal seribu dan bertanya kepada siswa“anak-anak apakah kalian
tahu nama tokoh yang ada pada uang ini?”. Dari pertanyaan tersebut, beberapa
siswa mencoba menjawab tetapi belum ada jawaban yang tepat. Selanjutnya guru
memberikan petunjuk kedua dengan cara menyebutkan inisial nama tokoh
tersebut serta asal daerahnya. Setelah guru melakukan tanya-jawab, guru
memberikan nasehat kepada siswa agar membiasakan rajin belajar di rumah dan
mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya meskipun guru tidak
menyuruhnya.
50
b) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi tentang perjuangan tokoh daerah yaitu Pattimura
dan Pangeran Diponegoro secara singkat. Siswa mendengarkan penjelasan terkait
perjuangan kedua tokoh tersebut pada saat menghadapi segala macam perlawanan
dari pihak Belanda. Setelah menjelaskan materi, guru meminta siswa untuk
mengambil buku paket di perpustakaan sebagai bahan materi untuk membuat
mind map. Semua siswa pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku paket.
Selanjutnya, siswa memperhatikan contoh mind map yang sudah jadi yang
ditempelkan oleh guru di papan tulis serta mendengarkan penjelasan guru
mengenai cara membuat mind map. Ketika guru selesai menjelaskan sebagian
besar siswa (65%) masih bertanya terkait cara pembuatan mind map salah satunya
yaitu bertanya tentang penulisan isi/ materi.
Gambar 7. Guru menjelaskan cara membuat mind map Setelah melihat contoh mind map dan mendengarkan penjelasan guru tentang
cara membuat mind map, guru membagikan kertas putih kosong ukuran A3 serta
menyediakan pensil warna dan spidol bila ada siswa yang lupa membawanya,
51
kemudian guru meminta para siswa membuat mind map berisi materi yang sudah
dipelajari.
Selama kegiatan membuat mind map, guru turut serta membimbing siswa, guru
membantu mengarahkan siswa yang masuh belum paham mengenai cara membuat
mind map dan berkeliling untuk melihat aktivitas siswa. Guru mengingatkan
siswa untuk mengumpulkan mind map dalam 10 menit lagi. Karena setelah 10
menit menjelang akhir pembelajaran hanya terdapat beberapa siswa yang sudah
selesai membuat mind map, akhirnya guru memutuskan untuk tidak
mengumpulkannya dan menugaskan siswa untuk melanjutkan tugas tersebut di
rumah. Guru meminta tugas tersebut dibawa pada pertemuan selanjutnya.
c) Kegiatan Akhir
Pada lima menit terakhir, guru memberikan pertanyaan tentang materi yang
sudah dipelajari. Guru memberikan beberapa pertanyaan secara umum kepada
siswa, dan menutup pembelajaran.
2) Pertemuan Ke-2
Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke-2 dalam pembelajaran IPS
menggunakan metode mind map yaitu sebagai berikut.
a) Kegiatan Awal
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek
kondisi kelas dan siswa. Guru menanyakan siswa yang belum hadir di kelas.
Karena terdapat dua siswa yang belum masuk kelas, guru menasaehati semua
siswa agar dapat disiplin dalam waktu. Setelah itu, guru memberikan acuan
tentang materi pada pertemuan sebelumnya, pada saat guru memberikan acuan
52
guru memberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana siswa
mempelajari dan mengingat materi pertemuan sebelumnya. Guru juga
menghimbau kepada siswa agar semua siswa sudah menyiapkan buku pelajaran
sendiri meskipun guru belum menyuruhnya, serta harus siap belajar dan tertib
meskipun guru belum datang ke kelas.
b) Kegiatan Inti
Setelah memberikan acuan, guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi tentang
perjuangan tokoh-tokoh pada masa kebangkitan nasional secara singkat. Setelah
mendengarkan penjelasan tersebut, siswa langsung ditugaskan untuk membuat
mind map. Siswa membuat mind map dengan bimbingan guru.
Gambar 8. Kegiatan siswa saat membuat mind map
Setelah siswa membuat mind map, guru meminta beberapa siswa untuk
maju mempresentasikan mind map tersebut. Karena tidak ada siswa yang berani
maju, guru memutuskan untuk meminta perwakilan dari setiap baris untuk maju
53
presentasi. Siswa diminta berdiskusi untuk menetukan siapa yang akan maju.
Tetapi karena mempertimbangkan waktu, presentasi hanya dilakukan oleh
perwakilan dari salah satu baris saja.
Selanjutnya setelah terdapat perwakilan siswa yang melakukan presentasi,
guru memberikan beberapa pertanyaan terkait isi mind map yang sudah dibacakan
untuk mengecek apakah siswa lain memperhatikan temannya yang sudah
presentasi atau tidak.
c) Kegiatan Akhir
Guru membagikan soal evaluasi untuk setiap siswa. Seluruh siswa diberikan
waktu untuk mengerjakan lembar evaluasi selama 10 menit. Sebelum menutup
pembelajaran, guru menyampaikan pesan kepada siswa untuk gemar membaca
buku pelajaran serta rajin belajar, karena dengan membaca dan belajar kita bisa
mengetahui segala sesuatu yang belum kita ketahui. Diakhir pembelajaran, guru
menugaskan semua siswa untuk membawa kertas A3 atau karton, pensil warna
dan perlengkapan lainnya untuk membuat mind map pada pembelajaran IPS yang
akan datang.
c. Hasil Pengamatan Siklus 1
Pengamatan dilakukan di setiap pertemuan selama pelaksanaan tindakan.
Hasil yang diperoleh di siklus I sebesar 65,05% (di lampiran) dengan rincian
pada pertemuan pertama rata-rata kemandirian belajar IPS siswa kelas VB sebesar
59,6% (di lampiran), dengan jumlah 6 siswa (35%) yang mampu mencapai
kategori keberhasilan. Sedangkan hasil observasi siklus I pertemuan kedua
menunjukkan bahwa rata-rata kemandirian belajar IPS siswa kelas VB sebesar
54
70,5% (di lampiran), dengan jumlah 11 siswa (65%) yang mampu mencapai
kategori keberhasilan. Hasil yang diperoleh berdasarkan kategori pada siklus I
pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 1
Kategori Persentase Skor (%) Frekuensi Persentase Siswa (%)
Sangat Tinggi 81-100% 1 6% Tinggi 61-80% 5 29% Sedang 41-60% 9 53% Rendah 21-40% 2 12%
Sangat Rendah 0-20% 0 0%
Gambar 9. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 1
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dapat diketahui jika kemandirian
belajar IPS siswa kelas VB yang termasuk dalam sangat tinggi hanya terdapat 1
siswa (6%); kategori tinggi sebanyak 5 siswa (29%); kategori sedang sebanyak 9
6%
29%
53%
12%
0%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah SangatRendah
Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I
Pertemuan 1
55
siswa (53%); kategori rendah sebanyak 2 siswa (12%); dan tidak ada siswa yang
termasuk dalam kategori sangat rendah (0%). Terdapat 9 siswa yang kemandirian
belajarnya termasuk ke dalam kategori sedang, sebagian besar dari 9 siswa
tersebut masih kurang dalam indikator tanggung jawab yaitu belum menyiapkan
buku ketika pembelajaran dimulai dan belum bersikap tegas jika suasana kelas
mulai tidak kondusif. Siswa belum percaya diri ketika harus menjawab pertanyaan
dari guru sehingga masih bergantung kepada temannya, dan belum berani dalam
mengemukakan pendapat. Selain itu, siswa juga belum menuliskan atau menandai
pokok-pokok dari materi yang sedang dipelajarai.
Sedangkan dua siswa yang kemandirian belajarnya termasuk ke dalam
kategori rendah, sebagian besar siswa tersebut masih kurang dalam indikator
percaya diri yaitu belum berani menjawab pertanyaan jika guru tidak
menunjukknya serta belum berani berpendapat maupun menambahkan jawaban.
Siswa masih kurang dalam indikator tanggung jawab yaitu belum menyiapkan
buku pelajaran ketika pembelajaran dimulai serta belum menunjukkan sikap tegas.
Siswa belum terlihat siap belajar dan tidak menyelesaikan tugas tepat waktu.
Penjelasan secara rinci hasil observasi kemandirian belajar IPS setiap siswa
berdasarkan kategori yang dicapai yaitu sebagai berikut.
1. Siswa nomor 1 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 53%
yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa nomor 1 masih kurang dalam
indikator percaya diri dan kreatif. Siswa belum berani berpendapat ataupun
menjawab sebelum guru memberikan perintah, siswa juga belum
56
menyelesaikan mind map. Siswa masih berada di luar kelas ketika bel sudah
berbunyi.
2. Siswa nomor 2 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 20%
yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Siswa hanya belum berani dalam
mengemukakan pendapat.
3. Siswa nomor 3 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 73%
yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa masih kurang dalam indikator
disiplin, siswa belum bisa mengefisienkan waktu ketika akan dimulainya
pembelajaran. Siswa masih berada di luar setelah bel masuk berbunyi.
4. Siswa nomor 4 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 40%
yang termasuk dalam kategori sangat rendah. 1 masih kurang dalam indikator
tanggung jawab, percaya diri dan kreatif. Siswa tidak konsentrasi dan belum
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa hanya
menggunakan satu sumber belajar. Siswa masih bermain kertas lipat saat guru
membuka pembelajaran.
5. Siswa nomor 5 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 40%
yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator
tanggung jawab, percaya diri, dan semangat belajar. Siswa terlihat kurang
bersemangat dan lebih banyak diam, siswa hanya melakukan suatu kegiatan
jika guru memerintahkannya. Siswa masih melihat pekerjaan temannya saat
membuat mind map.
6. Siswa nomor 6 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 60%
yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam indikator
57
disiplin dan tanggung jawab. Siswa masih kurang disiplin dalam waktu dan
belum bisa melaksanakan tugasnya sendiri. Siswa masih berada di luar
setelah bel masuk berbunyi.
7. Siswa nomor 7 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 67%
yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa hanya kurang dalam indikator
percaya diri karena terlihat pasif pada saat guru melakukan tanya jawab
dengan siswa, siswa lebih banyak diam.
8. Siswa nomor 8 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 53%
yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa nomor masih kurang dalam
semua indikator tanggung jawwab dan percaya diri. Siswa belum berani
dalam berpendapat dan menjawab pertanyaan, siswa juga sering terlihat tidak
fokus ketika guru melakukan tanya-jawab dengan siswa. Siswa mengobrol
ketika guru menjelaskan.
9. Siswa nomor 9 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 73%
yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa hanya masih kurang dalam
semua indikator kreatif karena siswa hanya menggunakan satu sumber belajar
yaitu buku paket. Siswa mengobrol ketika guru menjelaskan.
10. Siswa nomor 10 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
47% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam
indikator percaya diri dan kreatif. Siswa belum bisa menjawab pertanyaan
dan belum berani untuk berpendapat. Siswa terlihat pasif.
11. Siswa nomor 11 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
53% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam
58
indikator disiplin dan percaya diri. Siswa trelihat beberapa kali kurang
konsentrasi saat guru menjelaskan, siswa juga masih bertanya kepada
temannya ketika guru memberikan pertanyaan.
12. Siswa nomor 12 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
60% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam
indikator tanggung jawab dan percaya diri. Siswa belum berani dalam
berpendapat dan menjawab pertanyaan, siswa juga sering terlihat tidak fokus
ketika guru melakukan tanya-jawab dengan siswa.
13. Siswa nomor 13 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
73% yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa hanya kurang bersemangat
dan belum dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
14. Siswa nomor 14 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
73% yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa hanya belum dapat
menyelesaikan tugas tepat waktu serta menyiapkan buku sendiri.
15. Siswa nomor 15 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
60% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam
indikator percaya diri dan kreatif. Siswa masih bergantung pada teman ketika
guru meminta siswa menjawab pertanyaan serta hanya menggunakan satu
sumber belajar.
16. Siswa nomor 16 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
53% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam
indikator disiplin dan percaya diri. Ketika bel masuk berbunyi siswa masih
59
berada di luar kelas serta belum berani menjawab ketika guru memberikan
pertanyaan.
17. Siswa nomor 17 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar
47% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam
indikator disiplin. Ketika bel masuk berbunyi siswa masih berada di luar
kelas, siswa masih mengobrol ketika pembelajaran sudah dimulai serta belum
dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
Adapun hasil pengamatan berdasarkan persentase rata-rata per indikator
kemandirian belajar siswa pada siklus I pertemuan1 yaitu sebagai berikut.
Tabel 7. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 1
No. Indikator Hasil
Persentase (%) Kategori
1. Tanggung jawab 61,7% Tinggi
2. Percaya diri 46,9% Sedang
3. Kreativitas 41,15% Sedang
4. Semangat Belajar 76,4% Tinggi
5. Disiplin 69,38% Tinggi
60
Gambar 10. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 1
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, peneliti dapat menjelaskan lebih rinci
dari setiap indikator kemandirian belajar yaitu sebagai berikut.
1. Indikator tanggung jawab termasuk dalam kategori tinggi karena tercapai
61,7%.
2. Indikator percaya diri termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator
tersebut hanya tercapai 46,9%. Sebagian besar yang belum dapat dicapai oleh
siswa pada indikator percaya diri adalah belum bisa menjawab pertanyaan
dengan mandiri, siswa masih meminta bantuan kepada temannya.
3. Indikator kreativitas termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator
tersebut hanya tercapai 41,15%. Siswa tidak mencatat atau menandai hal-hal
penting dalam bacaan.
61,7%
46,9% 41,15%
76,4% 69,38%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tanggungjawab
Percaya diri Kreativitas Semangatbelajar
Disiplin
Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 1
61
4. Indikator semangat belajar termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
76,4%. Siswa sudah terlihat mengerjakan tugasnya sendiri.
5. Indikator disiplin termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 69,38%.
Siswa memperhatikan ketika guru menjelaskan, tertib sebelum pembelajaran
dimulai, dan berada di dalam kelas selama pembelajaran.
Sedangkan hasil observasi kemandirian belajar siswa pada siklus I pertemuan
kedua berdasarkan kategori yang telah dicapai dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 8. Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 2
Kategori Persentase Skor (%) Frekuensi Persentase Siswa (%)
Sangat Tinggi 81-100% 3 18% Tinggi 61-80% 8 47% Sedang 41-60% 6 35% Rendah 21-40% 0 0%
Sangat Rendah 0-20% 0 0%
Gambar 11. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 2
18%
47%
35%
0% 0% 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah SangatRendah
Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 2
62
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dapat diketahui jika kemandirian
belajar IPS siswa kelas VB yang terrmasuk dalam kategori sangat tinggi terdapat
3 siswa (18%); kategori tinggi sebanyak 8 siswa (47%); kategori sedang sebanyak
6 siswa (35%); tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori rendah dan sangat
rendah. Enam siswa yang termasuk dalam kategori sedang masih belum
menyiapkan buku pelajaran ketika pembelajaran sudah dimulai, belum
menunjukkan sikap tegas, belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru secara mandiri, belum berani berpendapat dan menambhakan jawaban,
serta tidak menandai hal-hal penting dari materi.
Penjelasan secara rinci hasil observasi kemandirian belajar IPS setiap siswa
berdasarkan kategori yang dicapai yaitu sebagai berikut.
1. Siswa nomor 1 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 47%
yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam indikator
percaya diri dan kreatif. Siswa belum berani menjawab pertanyaan yang
diberikan dan masih bertanya kepada teman di sebelahnya, siswa membuat
mind map yang sama seperti yang dicontohkan oleh guru. Siswa tidak
menyelesaikan soal evaluasi tepat waktu.
2. Siswa Siswa nomor 2 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 93% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Siswa hanya belum
menunjukkan sikap tegas.
3. Siswa Siswa nomor 3 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 80% yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa masih kurang dalam
63
indikator percaya diri karena belum berani menjawab pertanyaan dengan
inisiatif sendiri.
4. Siswa Siswa nomor 4 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 60% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang
dalam indikator percaya diri dan tanggung jawab, karena belum berani
menjawab pertanyaan serta belum terlihat siap ketika pembelajaran dimulai.
5. Siswa Siswa nomor 5 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 67% yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa masih kurang dalam
indikator tanggung jawab dan kreativitas, karena siswa terlihat belum siap
ketika pembelajaran dimulai dan tidak mencatat/ menandai hal-hal pokok
bacaan.
6. Siswa Siswa nomor 6 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 80% yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa hanya kurang
percaya diri karena belum berani mengacungkan jari untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
7. Siswa Siswa nomor 7 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 73% yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa masih kurang dalam
indikator percaya diri karena belum bernai berpendapat maupun menjawab
ketika guru memberikan kesempatan siswa untuk berkomentar.
8. Siswa Siswa nomor 8 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 73% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang
dalam indikator kreativitas, siswa tidak menandai pokok-pokok bacaan.
64
9. Siswa Siswa nomor 9 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 53% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang
dalam indikator disiplin dan semangat belajar, siswa belum dapat
menyelesaikan tugas tepat waktu serta masih mengobrol ketika pembelajaran
dimulai.
10. Siswa Siswa nomor 10 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 47% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang
dalam indikator tanggung jawab dan percaya diri , siswa tidak menyiapkan
buku sebelum belajar dan membereskannya kembali, siswa juga belum bisa
menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
11. Siswa Siswa nomor 11 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 93% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Siswa hanya belum
bisa bersikap tegas ketika kondisi kelas mulai gaduh.
12. Siswa Siswa nomor 12 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 73% yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa masih kurang dalam
indikator tanggung jawab dan percaya diri, siswa menyiapkan buku ketika
guru memerintahkannya serta menjawab pertanyaan dengan bertanya kepada
temannya terlebih dahulu.
13. Siswa Siswa nomor 13 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 93% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Siswa hanya belum
menunjukkan sikap tegasnya ketika kondisi kelas ramai.
14. Siswa Siswa nomor 14 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 60% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang
65
dalam indikator disiplin dan tanggung jawab, siswa belum dapat
menyelesaikan tugas tepat waktu serta belum menunjukkan sikap peduli
ketika kelas mulai ramai.
15. Siswa Siswa nomor 15 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 80% yang termasuk dalam kategori tinggi. Siswa hanya belum berani
menambahkan jawaban temannya yang belum tepat.
16. Siswa Siswa nomor 16 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 60% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang
dalam indikator disiplin dan tanggung jawab. Siswa terlambat masuk kelas
dan tidak menyelesaikan tugas tepat waktu.
17. Siswa Siswa nomor 17 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar
sebesar 67% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang
dalam indikator disiplin dan percaya diri. Siswa terlambat masuk kelas dan
belum bisa menjawab ketika guru memberikan pertanyaan.
Adapun hasil observasi berdasarkan persentase rata-rata per indikator
kemandirian belajar IPS siswa pada siklus I pertemuan kedua yaitu sebagai
berikut.
Tabel 9. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 2
No. Indikator Hasil
Persentase (%) Kategori 1. Tanggung jawab 64,6% Tinggi 2. Percaya diri 50,9% Sedang 3. Kreativitas 61,7% Tinggi 4. Semangat Belajar 82,3% Tinggi 5. Disiplin 88,2% Tinggi
66
Gambar 12. Diagram Persentase Rata-rata Indikator kemandirian Belajar IPS Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 2
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, peneliti dapat menjelaskan secara rinci
dari indikator kemandirian belajar yaitu sebagai berikut.
1. Indikator tanggung jawab termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
64,6%.
2. Indikator percaya diri termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator
tersebut hanya tercapai 50,9%. Sebagian besar yang belum dapat dicapai oleh
siswa pada indikator percaya diri adalah belum bisa menjawab pertanyaan
dengan mandiri, siswa masih meminta bantuan kepada temannya.
3. Indikator kreativitas termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
61,7%.
64,6%
50,9%
61,7%
82,3% 88,2%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tanggungjawab
Percaya diri Kreativitas Semangatbelajar
Disiplin
Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 2
67
4. Indikator semangat belajar termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
82,3%.
Indikator disiplin termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 88,2% .
Adapun perbandingan dari hasil observasi berdasarkan persentase kemandirian
belajar berdasarkan kategori pada saat pra tindakan dengan siklus I yaitu sebagai
berikut.
Tabel 10. Perbandingan Persentase Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan dengan Siklus I
Kategori Persentase Skor
(%)
Frekuensi Persentase Siswa (%)
Pra Tindakan
Siklus I Pra
Tindakan Siklus I
P1 P2 P1 P2 Sangat Tinggi
81-100% 0 1 3 0% 6% 18%
Tinggi 61-80% 0 5 8 0% 29% 47% Sedang 41-60% 4 9 6 24% 53% 35% Rendah 21-40% 13 2 0 76% 12% 0% Sangat Rendah
0-20% 0 0 0 0% 0% 0%
Gambar 13. Diagram Perbandingan Persentase Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan dengan Siklus I
0% 0%
24%
76%
0% 6%
29%
53%
12% 0%
18%
47% 35%
0% 0% 0%
20%
40%
60%
80%
100%
SangatTinggi
Tinggi Sedang Rendah SangatRendah
Perbandingan Persentase Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan dengan
Siklus I
Pra
Siklus I P1
Siklus I P2
68
Penjelasan secara rinci dari tabel dan diagram perbandingan di atas yaitu
sebagai berikut.
1. Belum terdapat siswa (0%) yang termasuk dalam kategori sangat tinggi pada
pra tindakan, pada siklus I pertemuan pertama terdapat 1 siswa (6%),
kemudian pada siklus pertemuan kedua terdapat 3 siswa (18%).
2. Belum terdapat siswa (0%) yang termasuk dalam kategori tinggi pada pra
tindakan, kemudian pada siklus I pertemuan pertama terdapat 5 siswa (29%),
kemudian pada pertemuan kedua terdapat 8 siswa (47%).
3. Terdapat 4 siswa (24%) yang termasuk dalam kategori sedang pada pra
tindakan, kemudian pada siklus I pertemuan pertama terdapat 9 siswa (53%)
dan pertemuan kedua menurun menjadi 6 siswa (35%) karena terdapat siswa
yang naik ke kategori tinggi dan sangat tinggi.
4. Terdapat 13 siswa (76%) yang termasuk dalam kategori rendah pada pra
tindakan, kemudian pada siklus I pertemuan pertama terdapat 2 siswa (12%)
dan pertemuan kedua berkurang menjadi tidak ada (0%) karena terdapat
siswa yang naik ke kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
5. Tidak terdapat siswa (0%) yang termasuk dalam kategori sangat rendah sejak
pra tindakan.
Selain itu, perbandingan persentase hasil observasi rata-rata per indikator
kemandirian belajar IPS siswa pada pra tindakan dengan siklus I dapat dilihat
sebagai berikut.
69
Tabel 11. Perbandingan Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa pada Pra Tindakan dengan Siklus I
No. Indikator Pra Tindakan
Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2
(%) Kategori (%) Kat % Kategori 1. Tanggung jawab 49,95% S 61,7 T 64,6 T 2. Percaya diri 43,1% S 46,9 S 50,9 S 3. Kreativitas 2,9% SR 41,15 S 61,7 T 4. Semangat Belajar 17,6% SR 76,4 T 82,3 ST 5. Disiplin 48,21% S 69,38 T 88,2 ST
Keterangan:
ST : Sangat Tinggi
T : Tinggi
S : Sedang
R : Rendah
SR : Sangat Rendah
Gambar 14. Diagram Perbandingan Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Pra Tindakan dan Siklus I
49,95% 43,1%
2,9%
17,6%
48,21% 61,7%
46,9% 41,15%
76,4% 69,38% 64,6% 50,9% 61,7%
82,3% 88,2%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tanggungjawab
Percaya diri Kreativitas Semangatbelajar
Disiplin
Perbandingan Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa pada Pra Tindakan dengan Siklus I
Pra
Siklus I P1
Siklus I P2
70
Berdasarkan tabel dan diagram tersebut, setiap indikator kemandirian
belajar IPS dari pra tindakan ke siklus I mengalami kenaikan.
1. Tanggung jawab, pada saat pra tindakan hanya tercapai 49,95%, sedangkan
pada siklus I pertemuan pertama menjadi 61,7%, dan pertemuan kedua
meningkat menjadi 64,6%.
2. Percaya diri, pada saat pra tindakan hanya tercapai 43,1% sedangkan pada
siklus I pertemuan pertama menjadi 46,9%, dan pertemuan kedua meningkat
menjadi 50,9%
3. Kreativitas, pada saat pra tindakan hanya tercapai 2,9% sedangkan pada
siklus I pertemuan pertama menjadi 41,15%, dan pertemuan kedua meningkat
menjadi 61,7%
4. Semangat belajar, pada saat pra tindakan hanya tercapai 17,6% sedangkan
pada siklus I pertemuan pertama menjadi 76,4%, dan pertemuan kedua
meningkat menjadi 82,3%
5. Disiplin, pada saat pra tindakan hanya tercapai 48,21% sedangkan pada siklus
I pertemuan pertama menjadi 69,38%, dan pertemuan kedua meningkat
menjadi 88,2%.
d. Hasil Pengamatan Guru
Selain melakukan observasi terhadap siswa, peneliti juga melakukan
observasi terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Pada pertemuan pertama dan kedua, guru sudah melakukan sebagian besar
kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP. Di awal pembelajaran, guru belum
mengecek kesiapan belajar siswa dan langsung menyampaikan tujuan
71
pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan materi, setelah itu guru langsung
memperlihatkan dan menjelaskan contoh mind map yang sudah jadi. Dalam
menjelaskan cara membuat mind map guru sudah cukup menguasainya karena
sebelumnya peneliti sudah membimbing dan mengajarkan guru cara membuat
mind map. Guru sudah mampu menjelaskan dengan detil langkah-langkah dalam
membuat mind map. Namun setelah itu guru belum meminta siswa untuk
mempelajari materi lebih lanjut pada buku paket, guru tidak meminta siswa untuk
mencatat atau menandai hal-hal penting yang akan dicantumkan dalam mind map
dan langsung menugaskan siswa untuk membuat mind map sehingga membuat
beberapa siswa masih bingung apa saja yang harus dituliskan.
Guru juga sudah membimbing siswa dalam kegiatan membuat mind map.
Namun selama pembelajaran, guru lebih banyak memberikan pertanyaan kepada
siswa yang bersifat umum (siswa menjawab secara bersama-sama), serta belum
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpendapat.
e. Refleksi Siklus 1
Refleksi dilaksanakan agar peneliti dapat mengetahui kekurangan yang ada di
siklus 1 dan melakukan perbaikan untuk tindakan di siklus II. Setelah peneliti
melaksanakan tindakan siklus 1, peneliti menemukan beberapa kekurangan yaitu:
1) Beberapa siswa membuat mind map dengan cara meniru mind map yang telah
dibuat oleh guru (mind map yang ditempel di papan tulis). Siswa juga terlihat
ragu-ragu dan bingung dalam membuat mind map. Akibatnya, banyak siswa
yang terus-menerus bertanya kepada guru dan observer tentang cara membuat
mind map dan membuat guru harus menjelaskan secara lebih rinci lagi.
72
2) Masih banyak siswa yang belum mandiri dalam mengerjakan tugas (membuat
mind map), mereka bekerjasama dengan temannya.
3) Siswa masih ragu-ragu dan malu dalam berpendapat maupun menjawab
pertanyaan, beberapa siswa hanya menjawab secara lirih karena takut jika
jawabannya salah. Belum ada siswa yang berani mengacungkan tangan
sendiri, mereka menunggu ditunjuk oleh guru untuk menjawabnya.
4) Beberapa siswa belum bisa fokus dan tidak memperhatikan jika guru sedang
menjelaskan, siswa laki-laki melakukan aktivitas sendiri seperti menggambar
atau menulis sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran IPS,
sedangkan siswa perempuan lebih banyak berbicara dengan teman
sebangkunya.
5) Pengelolaan waktu pada saat guru menjelaskan materi secara singkat serta
waktu dalam penugasan membuat mind map kepada siswa. Guru menentukan
waktu untuk siswa membuat mind map sebelum siswa mengerjakannya.
Hasil refleksi siklus I dan perencanaan perbaikan pada siklus II dapat
digambarkan sebagai berikut.
73
Tabel 12. Hasil Refleksi Siklus I dan Rencana Perbaikan di Siklus II
No. Hasil Refleksi Siklus I Rekomendasi Siklus II
1. Sebanyak 65% siswa terlihat masih bingung dalam membuat mind map
Setiap kali akan membuat mind map guru memberikan penjelasan dan arahan terlebih dahulu
2. Sebanyak 20% siswa masih bekerjasama dalam membuat mind map
Meminta siswa untuk dapat berkreativitas sendiri tanpa meniru karya temannya
3. Sebanyak 60% siswa ragu-ragu dan belum berani dalam menjawab pertanyaan maupun berpendapat
Memberikan pertanyaan dengan cara menunjuk siswa secara acak
4. Sebanyak 40% siswa belum bisa fokus dalam belajar
Menggunakan media pada saat menjelaskan materi
5. Pengelolaan dan pemanfaatan waktu masih kurang
Menetapkan waktu untuk membuat mind map
3. Siklus II
Siklus II terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada Senin, 27 Maret
2017 dan Rabu, 29 Maret 2017. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan yaitu 2x35
menit, dengan materi pertemuan pertama tentang “Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan”. Berikut adalah penjelasan dari penelitian Siklus 1 yang telah
dilakukan oleh peneliti.
a. Perencanaan Siklus II
Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus II yaitu sebagai berikut.
1) Menyusun RPP
Dalam menyusun RPP, peneliti berkolaborasi dengan guru, RPP disusun oleh
peneliti yang selanjutnya dikonsultasikan kepada guru.
2) Membuat lembar evaluasi
74
Peneliti dan guru bekerjasama dalam membuat lembar evaluasi untuk
diberikan pada pertemuan kedua atau akhir siklus. Lembar evaluasi yang dibuat
yaitu berupa isian singkat.
3) Menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati siswa
selama pembelajaran pada setiap pertemuan;
4) Menyiapkan media pembelajaran yang akan dipakai;
5) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dengan rincian kegiatan sebagai
berikut.
1) Pertemuan Ke-1
a) Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan
dengan menanyakan kabar siswa sekaligus melakukan presensi. Di awal guru
memberikan acuan tentang materi sebelumnya dengan cara bertanya kepada
beberapa siswa. Ketika ada siswa yang belum bisa menjawab, guru memberikan
kesempatan kepada siswa yang lainnya untuk membantu menjawab.
Sebelum menjelaskan materi, guru melakukan apersepsi terlebih dahulu. Pada
awalnya guru akan menggunakan video sebagai apersepsi, tetapi karena terdapat
kendala dalam LCD guru akhirnya memutuskan untuk mengganti apersepsi
dengan bercerita. Guru bercerita tentang kehidupan zaman dahulu pada saat
Indonesia merdeka. Ketika apersepsi guru tidak hanya bercerita, sesekali guru
melakukan komunikasi dua arah dengan siswa seperti bertanya kepada siswa
75
“Apakah kalian juga pernah mendengar cerita dari nenek dan kakek atau orang tua
kalian tentang kehidupan mereka di zaman dahulu? Coba siapa yang pernah, atau
mungkin mau bercerita?”. Salah satu siswa (nomor 14) berbicara dan berpendapat
mengenai kehidupan pada zaman dahulu, kemudian beberapa siswa juga ikut
berbicara dan berpendapat. Guru memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat
siswa menjadi lebih aktif berbicara dan mengungkapkan pendapat.
b) Kegiatan Inti
Siswa mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru secara singkat
mengenai materi tentang perjuangan-perjuangan rakyat daerah dalam
mempertahankan kemerdekaan, selanjutnya guru meminta siswa untuk
mempelajari dan memahami materi tersebut pada buku paket.
Selain membaca di buku paket, siswa juga mendapatkan kertas fotokopian
berisi ringkasan materi yang sudah disediakan oleh guru sebagai tambahan
informasi bagi siswa. Guru meminta siswa untuk menggarisbawahi atau menandai
hal-hal yang dianggap penting yang ada dalam bacaan.
Di awal penugasan, guru sudah menentukan waktu untuk membuat mind
map. Ketika mulai mengerjakan, hampir seluruh siswa menggaris bawahi hal-hal
penting yang akan ditulis dalam membuat mind map. Siswa juga mulai membuat
mind map sesuai kreasinya masing-masing. Guru mengingatkan siswa untuk
mengerjakan tugas tersebut secara mandiri dan kreatif karena di akhir
pembelajaran beberapa siswa akan maju mempresentasikannya, sehingga semua
siswa harus siap. Awalnya semua siswa tidak mau jika harus maju presentasi,
tetapi guru memberikan motivasi agar siswa harus patuh pada guru dan belajar
76
berani serta percaya diri. Kemudian siswa melanjutkan mengerjakan mind map
masing-masing.
Gambar 15. Kegiatan siswa saat membuat mind map
Guru memilih siswa secara acak untuk maju dan mempresentasikan mind
map yang sudah dibuat. Dua orang siswa maju untuk presentasi, mereka
membacakan isi dari mind map yang sudah dibuat. Pada saat presentasi, terdapat
salah satu siswa yang belum selesai membuat mind map, siswa tersebut memang
tergolong lamban dalam mengerjakan tugas. Setelah dua orang siswa melakukan
presentasi, guru bertanya kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana mereka
memperhatikan temannya yang presentasi
Gambar 16. Siswa mempresentasikan mind map yang telah dibuat
77
c) Kegiatan Akhir
Dalam menyimpulkan pembelajaran, guru dan siswa juga melakukan tanya-
jawab seputar materi yang sudah dipelajari.
Guru memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam belajar, dan disiplin
dalam memanfaatkan waktu. Guru juga menghimbau kepada seluruh siswa agar
meminjam buku paket IPS untuk pertemuan selanjutnya dan buku tersebut sudah
disiapkan sebelum pembelajaran dimulai. Selain itu, guru menugaskan siswa
untuk mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya, serta menugaskan
membawa perlengkapan untuk membuat mind map.
2) Pertemuan Ke-2
a) Kegiatan Awal
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek
kesiapan belajar siswa. Untuk mengecek kesiapan dan memfokuskan siswa, guru
melakukan tanya jawab bersama siswa sebelum memulai pembelajaran. Guru
menyebutkan beberapa nomor siswa yaitu nomor 2, 7, 10, 16. Semua siswa
terlihat fokus dan memperhatikan guru. Selanjutnya guru memberikan perintah
kepada empat siswa tersebut untuk berlomba-lomba dalam menjawab pertanyaan
yang akan dibacakan. Guru membacakan satu pertanyaan dan pertanyaan tersebut
dapat dijawab oleh siswa dengan nomor 2.
Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan
“Coba sebutkan, negara mana yang pernah menjajah Indonesia dalam waktu yang
lama yaitu 350 tahun atau 3,5 abad” kemudian siswa menjawab Belanda secara
78
bersama-sama, meskipun masih ada siswa yang menjawab Jepang, guru langsung
memberikan arahan jawaban yang benar.
b) Kegiatan Inti
Siswa mendengarkan materi mengenai “Agresi Militer Belanda”. Pada
pertemuan kali ini, guru tidak hanya menjelaskan, tetapi juga menyebutkan
beberapa contoh hal penting yang dapat siswa catat dan cantumkan dalam mind
map yang akan dibuat. Siswa juga diminta untuk membaca dan mempelajari lebih
lanjut materi tersebut. Guru menyarankan kepada siswa untuk menandai atau
menggarisbawahi materi penting agar mempermudah siswa dalam membuat mind
map. Pada pertemuan kali ini, semua siswa sudah menyiapkan perlengkapan
untuk membuat mind map tanpa diperintah oleh guru. Ketika guru membimbing
siswa, guru juga mengingatkan kembali lama waktu dalam membuat mind map.
Gambar 17. Kegiatan siswa saat membuat mind map
79
Setelah itu, guru menawarkan apakah ada siswa yang ingin maju untuk
presentasi sebelum guru menunjuknya. Terdapat dua siswa perempuan
mengacungkan tangan dan maju untuk presntasi. Guru mengapresiasi siswa yang
sudah bersedia dan berani untuk maju dengan memberikan tepuk tangan. Setelah
selesai seperti biasa guru melakukan tanya-jawab dengan siswa terkait isi dari
mind map tersebut. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
mengomentari dan memberikan pendapat tentang mind map hasil temannya
tersebut.
Gambar 18. Siswa mempresentasikan mind map
80
c) Kegiatan Akhir
Setelah kegiatan presentasi, guru membagikan soal evaluasi kepada siswa,
setelah selesai guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar evaluasi yang
sudah dikerjakan. Setelah itu, guru membahas soal evaluasi dengan melibatkan
siswa untuk menjawab soal-soal tersebut. Sebelum mengakhiri pembelajaran,
guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari bersama-sama
sekaligus melakukan refleksi tentang pembelajaran IPS menggunakan mind map.
c. Hasil Pengamatan Siklus II
Pengamatan dilakukan di setiap pertemuan selama pelaksanaan tindakan.
Hasil yang diperoleh di siklus II yaitu sebesar 77,41% (di lampiran) dengan
rincian pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa rata-rata kemandirian
belajar IPS siswa kelas VB sebesar 76,8% dengan jumlah 16 siswa (94%) sudah
mampu mencapai kategori keberhasilan. Sedangkan hasil observasi siklus II
pertemuan kedua menunjukkan bahwa rata-rata kemandirian belajar IPS siswa
sebesar 78,02% dengan jumlah 16 siswa (94%) sudah mampu mencapai kategori
keberhasilan. Adapun persentase hasil pengamatan rata-rata kemandirian belajar
IPS siswa kelas VB yaitu sebagai berikut.
Tabel 13. Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus II Pertemuan 1
Kategori Persentase Skor (%) Frekuensi Persentase Siswa (%)
Sangat Tinggi 81-100% 4 23% Tinggi 61-80% 12 71% Sedang 41-60% 1 6% Rendah 21-40% 0 0%
Sangat Rendah 0-20% 0 0%
81
Gambar 19. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus II Pertemuan 1
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dapat diketahui jika kemandirian
belajar IPS siswa kelas VB yang termasuk dalam kategori sangat tinggi terdapat 4
siswa (23%); kategori tinggi terdapat 12 siswa (71%); dan yang masih termasuk
dalam kategori sedang hanya terdapat 1 siswa (6%). Siswa tersebut masih kurang
dalam indikator percaya diri, siswa tidak terlihat fokus saat guru sedang
menjelaskan, dan tidak menyelesaikan tugas tepat waktu.
Penjelasan secara rinci hasil pengamatan kemandirian belajar IPS setiap siswa
berdasarkan kategori yang dicapai yaitu sebagai berikut.
1. Siswa nomor 1 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa sudah menunjukan sikap disiplin, sebagian besar
sikap tanggung jawab dan percaya diri serta semangat. Siswa masih kurang
23%
71%
6% 0% 0%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah SangatRendah
Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus II
Pertemuan 1
82
dalam indikator kreatif yaitu menandai pokok-pokok bacaan, siswa juga tidak
membawa buku paket.
2. Siswa nomor 2 memiliki kemandirian belajar sebesar 93% yang termasuk
dalam kategori sangat tinggi. Siswa mampu menunjukkan sikap disiplin,
tanggung jawab, semangat, percaya diri, dan kreatif. Siswa hanya belum
menunjukkan sikap tegas.
3. Siswa nomor 3 memiliki kemandirian belajar sebesar 93% yang termasuk
dalam kategori sangat tinggi. Siswa mampu menunjukkan sikap disiplin,
tanggung jawab kecuali tegas, semangat, percaya diri, dan kreatif.
4. Siswa nomor 4 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan sikap disiplin, semangat dan
kreatif. Siswa juga menunjukkan sebagian sikap tanggung jawab, tetapi
masih kurang dalam hal percaya diri karena belum mampu menjawab
pertanyaan guru. Siswa tidak membereskan bukunya ketika pembelajaran
berakhir.
5. Siswa nomor 5 memiliki kemandirian belajar sebesar 67% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan sikap disiplin, semangat dan
kreatif. Siswa juga menunjukkan sebagian sikap tanggung jawab, tetapi
masih kurang dalam hal percaya diri yaitu menjawab pertanyaan tanpa
bertanya kepada teman serta menambahkan jawaban. Siswa belum
membereskan buku dan mejanya.
6. Siswa nomor 6 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi . Siswa sudah menunjukkan sikap disiplin, tanggung
83
jawab serta semangat, tetapi siswa masih kurang dalam sikap percaya diri dan
kreatif. Siswa nomor 6 tidak membawa buku paket.
7. Siswa nomor 7 memiliki kemandirian belajar sebesar 80% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan sikap disiplin, tanggung jawab,
semangat dan kreatif, tetapi masih kurang dalam sikap percaya diri karena
belum berani dalam menambahkan pendapat atau jawaban.
8. Siswa nomor 8 memiliki kemandirian belajar sebesar 80% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan sikap disiplin, tanggung jawab,
semangat dan kreatif, tetapi masih kurang dalam sikap percaya diri karena
belum bisa menjawab pertanyaan secara mandiri. Siswa nomor 8 tidak
membawa buku paket.
9. Siswa nomor 9 memiliki kemandirian belajar sebesar 67% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan sebagian sikap disiplin, percaya
diri dan tanggung jawab, tetapi kreativitas siswa masih kurang karena siswa
tidak menandai hal-hal penting dalam bacaan. Siswa masih menyiapkan buku
saat guru memulai pembelajaran.
10. Siswa nomor 10 memiliki kemandirian belajar sebesar 60% yang termasuk
dalam kategori sedang. Siswa sudah menunjukkan sebagian sikap disiplin dan
tanggung jawab. Siswa terlihat semangat dan kreatif tetapi masih kurang
percaya diri karena masih ragu-ragu ketika menjawab pertanyaan yang
diajukan.
11. Siswa nomor 11 memiliki kemandirian belajar sebesar 67% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa sudah mampu menunjukkan sebagian besar
84
sikap tanggung jawab, disiplin dan semangat. Siswa masih kurang dalam
sikap percaya diri dan kreativitas karena siswa tidak menuliskan/ menandai
hal-hal penting dalam bacaan. Siswa mengobrol di awal pembelajaran dan
tidak menyelesaikan mind map tepat waktu.
12. Siswa nomor 12 memiliki kemandirian belajar sebesar 80% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan semua sikap tanggung jawab,
sebagian besar sikap disiplin, semangat dan kreatif. Sikap yang masih kurang
yaitu percaya diri.
13. Siswa nomor 13 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan semua sikap tanggung jawab,
percaya diri, dan, semangat, serta sebagian besar sikap disiplin. Siswa masih
belum terlihat kreatif.
14. Siswa nomor 14 memiliki kemandirian belajar sebesar 80% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa sudah mampu menunjukkan sebagian besar
sikap disiplin, tanggung jawab, percaya diri karena berani berpendapat dan
maju untuk presentasi, semangat, dan kreatif. Siswa belum menunjukkan
sikap tegas dan tertib sebelum pembelajaran dimulai.
15. Siswa nomor 15 memiliki kemandirian belajar sebesar 87% yang termasuk
dalam kategori sangat tinggi. Siswa menunjukkan semua sikap disiplin,
tanggung jawab, semangat, serta sebagian besar sikap percaya diri karena
berani maju presentasi tetapi belum bisa menjawab pertanyaan guru. Siswa
masih terlihat belum kreatif dalam menuliskan pokok-pokok bacaan.
85
16. Siswa nomor 16 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa sudah menunjukkan sebagian besar sikap
tanggung jawab, disiplin dan percaya diri, tetapi siswa masih kurang dalam
semangat dan kreativitasnya.
17. Siswa nomor 17 memiliki kemandirian belajar sebesar 87% yang termasuk
dalam kategori sangat tinggi. Siswa mampu menunjukkan semua sikap
tanggung jawab, semangat, percaya diri, dan sebagian besar sikap disiplin,
tetapi siswa masih terlihat kurang kreatif., dan terlihat tidak fokus di awal
pembelajaran.
Selain berdasarkan kategori, adapun hasil observasi berdasarkan rata-rata
indikator kemandirian belajar siswa pada siklus II pertemuan 1 yaitu sebagai
berikut.
Tabel 14. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 1
No. Indikator Hasil
Persentase (%) Kategori 1. Tanggung jawab 72,02 T 2. Percaya diri 56,85 S 3. Kreativitas 70,55 T 4. Semangat Belajar 94,1 ST 5. Disiplin 91,74 ST
86
Gambar 20. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 1
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, peneliti dapat menjelaskan lebih rinci
indikator kemandirian belajar yaitu sebagai berikut.
1. Indikator tanggung jawab termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
72,02%. Siswa sudah menyiapkan buku tanpa diperintah oleh guru dan
membereskannya ketika pembelajaran selesai, serta memperhatikan ketika
guru menjelaskan.
2. Indikator percaya diri termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator
tersebut hanya tercapai 56,85%. Sebagian besar siswa belum mampu
menjawab pertanyaan secara mandiri, siswa hanya akan menjawab ketika
guru memintanya.
3. Indikator kreativitas termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
70,55%. Siswa tidak hanya menggunakan satu sumber belajar dan mulai
mencatat/ menandai hal-hal penting.
72,02%
56,85%
70,55%
94,1% 91,74%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tanggungjawab
Percaya diri Kreativitas Semangatbelajar
Disiplin
Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 1
87
4. Indikator semangat belajar termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan
persentase 94,1%. Siswa mengerjakan tugasnya secara mandiri.
5. Indikator disiplin termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan persentase
91,74% . Siswa masuk ke kelas tepat waktu, memperhatikan guru, tertib, dan
mampu menyelesaikan tugas tepat waktu.
Sedangkan hasil yang diperoleh di siklus II pada pertemuan kedua dapat
dilihat berdasarkan kategori yang telah dicapai yaitu sebagai berikut.
Tabel 15. Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 2
Kategori Persentase Skor (%) Frekuensi Persentase Siswa (%)
Sangat Tinggi 81-100% 5 29% Tinggi 61-80% 11 65% Sedang 41-60% 1 6% Rendah 21-40% 0 0%
Sangat Rendah 0-20% 0 0%
Gambar 21. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 2
29%
65%
6% 0% 0%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah SangatRendah
Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 2
88
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dapat diketahui jika kemandiriana
belajar IPS siswa kelas VB yang temasuk dalam kategori sangat tinggi terdapat 5
siswa (29%); kategori tinggi terdapat 11 siswa (65%); dan yang masih termasuk
ke dalam kategori sedang yaitu hanya 1 siswa (6%). Siswa tersebut masih terlihat
pasif karena belum terlihat percaya diri untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan guru, siswa juga belum terlihat menyiapkan buku pelajaran ketika
pembelajaran dimulai.
Penjelasan secara rinci hasil pengamatan kemandirian belajar IPS setiap siswa
berdasarkan kategori yang dicapai yaitu sebagai berikut.
1. Siswa nomor 1 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa sudah menunjukan sebagian besar sikap disiplin,
semua sikap tanggung jawab, dan semangat. Siswa masih kurang percaya diri
dan kreatif.
2. Siswa nomor 2 memiliki kemandirian belajar sebesar 87% yang termasuk
dalam kategori sangat tinggi. Siswa mampu menunjukkan sikap disiplin,
semangat, kreatif, sebagian besar tanggung jawab dan percaya diri. Siswa
mampu menjawab kuis, merangkum materi, dan maju presentasi.
3. Siswa nomor 3 memiliki kemandirian belajar sebesar 87% yang termasuk
dalam kategori sangat tinggi. Siswa mampu menunjukkan sikap tanggung
jawab, semangat, kreatif, sebagian disiplin, dan sebagian besar sikap disiplin
serta percaya diri. Siswa masih mengobrol saat guru membuka pembelajaran.
4. Siswa nomor 4 memiliki kemandirian belajar sebesar 67% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan sebagian besar sikap disiplin,
89
tanggung jawab, semangat dan kreatif, tetapi siswa masih kurang dalam sikap
percaya diri. Siswa masih mengobrol saat guru membuka pembelajaran.
5. Siswa nomor 5 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan semua sikap disiplin, semangat,
sebagian besar tanggung jawab dan kreatif, tetapi masih kurang dalam hal
percaya diri.
6. Siswa nomor 6 memiliki kemandirian belajar sebesar 93% yang termasuk
dalam kategori sangat tinggi . Siswa sudah menunjukkan semua sikap
disiplin, tanggung jawab, percaya diri dan semangat, tetapi siswa masih
kurang kreatif. Siswa sudah berani untuk maju presentasi
7. Siswa nomor 7 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan sikap disiplin, tanggung jawab,
semangat dan kreatif, tetapi masih kurang dalam sikap percaya diri.
8. Siswa nomor 8 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan sikap disiplin, tanggung jawab,
semangat dan kreatif, tetapi masih kurang dalam sikap percaya diri. Siswa
masih menanyakan jawaban kepada temannya no.9.
9. Siswa nomor 9 memiliki kemandirian belajar sebesar 80% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan sebagian sikap disiplin, percaya
diri dan tanggung jawab, tetapi kreativitas siswa masih kurang. Siswa mampu
menjawab pertanyaan guru saat apersepsi.
10. Siswa nomor 10 memiliki kemandirian belajar sebesar 60% yang termasuk
dalam kategori sedang. Siswa sudah menunjukkan semua sikap disiplin dan
90
sebagian sikap tanggung jawab. Siswa terlihat semangat dan kreatif tetapi
masih kurang dalam percaya diri. Siswa belum siap belajar dan tidak bisa
menjawab saat membahas soal evaluasi.
11. Siswa nomor 11 memiliki kemandirian belajar sebesar 80% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa sudah mampu menunjukkan sebagian besar
sikap tanggung jawab, disiplin dan semangat. Siswa masih kurang dalam
sikap percaya diri dan kreativitas.
12. Siswa nomor 12 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan semua sikap tanggung jawab,
sebagian besar sikap disiplin, semangat dan kreatif. Sikap yang masih kurang
yaitu percaya diri.
13. Siswa nomor 13 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa menunjukkan semua sikap tanggung jawab,
semangat, serta sebagian besar sikap disiplin dan kreatif. Siswa masih kurang
dalam hal percaya diri.
14. Siswa nomor 14 memiliki kemandirian belajar 93% yang termasuk dalam
kategori sangat tinggi. Siswa sudah mampu menunjukkan semua sikap
tanggung jawab, percaya diri, semangat, kreatif, dan sebagian besar sikap
disiplin. Siswa sudah berani mengemukakan pendapat.
15. Siswa nomor 15 memiliki kemandirian belajar sebesar 87% yang termasuk
dalam kategori sangat tinggi. Siswa menunjukkan semua sikap disiplin,
tanggung jawab, semangat, dan percaya diri, tetapi kurang dalam percaya diri.
91
16. Siswa nomor 16 memiliki kemandirian belajar sebesar 73% yang termasuk
dalam kategori tinggi. Siswa sudah menunjukkan semua sikap disiplin,
kreatif, serta sebagian besar sikap tanggung jawab, percaya diri, dan
semangat. Siswa menjawab pertanyaan guru saat apersepsi.
17. Siswa nomor 17 memiliki kemandirian belajar sebesar 80% yang termasuk
dalam kategori sangat tinggi. Siswa mampu menunjukkan semua sikap
disiplin, semangat, dan sebagian besar tanggung jawab, percaya diri, namun
kreatif siswa masih belum terlihat. Siswa menjawab pertanyaan guru saat
apersepsi.
Selain berdasarkan kategori, adapun hasil pengamatan rata-rata per indikator
kemandirian belajar siswa pada siklus II pertemuan 2 yaitu sebagai berikut.
Tabel 16. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa pada Siklus II Pertemuan 2
No. Indikator Hasil
Persentase (%) Kategori 1. Tanggung jawab 76,45 Tinggi 2. Percaya diri 54,8 Sedang 3. Kreativitas 61,7 Tinggi 4. Semangat Belajar 88,2 Sangat Tinggi 5. Disiplin 97,54 Sangat Tinggi
92
Gambar 22. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa pada Siklus II Pertemuan 2
Berdasarkan tabel di atas, peneliti dapat menjelaskan lebih rinci masing-
masing indikator yaitu sebagai berikut.
1. Indikator tanggung jawab termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
76,45%. Sebagian besar siswa menyiapkan dan membereskan kembali buku
tanpa diperintah oleh guru.
2. Indikator percaya diri termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator
tersebut hanya tercapai 54,8%. Masih terdapat siswa yang bertanya kepada
temannya ketika menjawab pertanyaan serta beberapa siswa belum
mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan.
76,45%
54,8%
61,7%
88,2%
97,54%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tanggung jawab Percaya diri Kreativitas Semangatbelajar
Disiplin
Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa pada Siklus II Pertemuan 2
93
3. Indikator kreativitas termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
61,7%. Sebagian besar siswa menggunakan lebih dari satu sumber belajar
serta menandai hal-hal penting bacaan.
4. Indikator semangat belajar termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
88,2%. Sebagian besar siswa mengerjakan tugasnya secara mandiri.
5. Indikator disiplin termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 97,54%.
Semua siswa masuk kelas tepat waktu, memperhatikan guru ketika
menjelaskan, dann menyelesaikan tugas tepat waktu.
Adapun perbandingan dari persentase hasil observasi berdasarkan kategori
pada saat pra tindakan, siklus I, dan siklus II yaitu sebagai berikut.
Tabel 17. Perbandingan Persentase Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Kategori Persentase
Skor (%)
Frekuensi Persentase Siswa (%)
PT S I S II
PT S I S II
P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 Sangat Tinggi
81-100% 0 1 3 4 5 0% 6% 18% 23% 29%
Tinggi 61-80% 0 5 8 12 11 0% 29% 47% 71% 65% Sedang 41-60% 4 9 6 1 1 24% 53% 35% 6% 6% Rendah 21-40% 13 2 0 0 0 76% 12% 0% 0% 0% Sangat Rendah
0-20% 0 0 0 0 0 0% 0% 0% 0% 0%
Berdasarkan tabel perbandingan di atas, dapat dilihat bahwa kemandirian
belajar siswa mengalami kenaikan.
1. Pada pra tindakan belum ada siswa (0%) yang termasuk dalam kategori
sangat tinggi, namun pada siklus I pertemuan pertama terdapat 1 siswa (6%),
94
pertemuan kedua menjadi 3 siswa (18%), sedangkan pada siklus II pertemuan
pertama bertambah menjadi 4 (23%), dan pertemuan kedua menjadi 5 (29%).
2. Pada pra tindakan belum ada siswa (0%) yang termasuk dalam kategori
tinggi, namun pada siklus I pertemuan pertama terdapat 5 siswa (29%),
pertemuan kedua menjadi 8 siswa (47%), sedangkan pada siklus II pertemuan
pertama bertambah menjadi 12 (71%), dan pertemuan kedua turun menjadi 11
(65%) karena terdapat siswa yang naik kategori sangat tinggi.
3. Pada pra tindakan terdapat 4 siswa (24%) yang termasuk dalam kategori
sedang, pada siklus I pertemuan pertama terdapat 9 siswa (53%), pertemuan
kedua menjadi 6 siswa (35%), sedangkan pada siklus II pertemuan pertama
dan kedua menjadi 1 siswa (6%).
4. Pada pra tindakan masih terdapat 13 siswa (76%) yang termasuk dalam
kategori rendah, namun pada siklus I pertemuan pertama hanya terdapat 2
siswa (12%), sedangkan pada pertemuan kedua sampai akhir siklus II tidak
ada siswa (0%) yang masuk dalam kategori rendah.
5. Selama penelitian tidak terdapat siswa (0%) yang termasuk ke dalam kategori
sangat rendah.
Selain itu, perbandingan persentase rata-rata kemandirian belajar siswa kelas
VB berdasarkan kategori yaitu sebagai berikut.
95
Tabel 18. Perbandingan Persentase Rata-rata Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Kategori Persentase
Skor (%)
Frekuensi Persentase Siswa
(%)
Pra S I S II Pra S I S II
Sangat Tinggi
81-100% 0 2 5 0% 12% 29%
Tinggi 61-80% 0 9 11 0% 53% 65% Sedang 41-60% 4 6 1 24% 35% 6% Rendah 21-40% 13 0 0 76% 0% 0% Sangat Rendah
0-20% 0 0 0 0% 0% 0%
Gambar 23. Diagram Perbandingan Persentase Rata-rata Kemandirian Belajar IPS Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Pada pra tindakan belum terdapat siswa yang mencapai kategori keberhasilan
(tinggi dan sangat tinggi) karena 4 siswa (24%) masih termasuk dalam kategori
sedang dan 13 siswa (76%) termasuk dalam kategori rendah. Hasil rata-rata siklus
I meningkat dengan jumlah 11 siswa (65%) yang mampu mencapai kategori
0% 0%
24%
76%
0%
12%
53%
35%
0% 0%
29%
65%
6% 0% 0%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah SangatRendah
Perbandingan Persentase Rata-rata Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II
Pra
Siklus I
Siklus 2
96
keberhasilan (tinggi dan sangat tinggi), dan 6 siswa (35%) termasuk dalam
kategori sedang. Kemudian hasil rata-rata siklus II kemandirian belajar IPS siswa
kelas VB semakin meningkat menjadi 16 siswa (94%) yang sudah mampu
mencapai kategori keberhasilan (tinggi dan sangat tinggi) dan 1 siswa (6%)
termasuk dalam kategori sedang.
Adapun perbandingan hasil observasi berdasarkan indikator kemandirian
belajar IPS siswa pada pra tindakan dengan siklus I dan siklus II yaitu sebagai
berikut.
Tabel 19. Perbandingan Persentase Rata-rata Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB per Indikator pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
No.
Indikator
Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
Skor (%)
Kat
P1
P2
P1 P2
Skor (%)
Kat Skor (%)
Kat Skor (%)
Kat Skor (%)
Kat
1. Tanggung jawab
49,95% S 61,7 T 64,6 T 72,02 T 76,45 T
2. Percaya diri 43,1% S 46,9 S 50,9 S 56,85 S 54,8 S 3. Kreativitas 2,9% SR 41,15 S 61,7 T 70,55 T 61,7 T
4. Semangat Belajar
17,6% SR 76,4 T 82,3 ST 94,1 ST 88,2 ST
5. Disiplin 48,21% S 69,38 T 88,2 ST 91,74 ST 97,54 ST
Berdasarkan tabel tersebut, rata-rata setiap indikator kemandirian belajar IPS
dari pra tindakan ke siklus I dan siklus II terus mengalami kenaikan, namun untuk
indikator percaya diri masih berada dalam kategori sedang.
1. Tanggung jawab, pada saat pra tindakan hanya tercapai 49,95%, pada siklus I
pertemuan pertama meningkat menjadi 61,7% dan pertemuan kedua menjadi
97
64,6%. Kemudian pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi
72,02% dan pertemuan kedua menjadi 76,45%.
2. Percaya diri, pada saat pra tindakan hanya tercapai 43,1% pada siklus I
pertemuan pertama meningkat menjadi 46,9% dan pertemuan kedua menjadi
50,9%. Kemudian pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi
56,85% dan pertemuan kedua menjadi 54,8%.
3. Kreativitas, pada saat pra tindakan hanya tercapai 2,9% pada siklus I
pertemuan pertama meningkat menjadi 41,15% dan pertemuan kedua menjadi
61,7%. Kemudian pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi
70,55% dan pertemuan kedua menjadi 61,7%.
4. Semangat belajar, pada saat pra tindakan hanya tercapai 17,6%, sedangkan
pada siklus I pertemuan pertama meningkat menjadi 76,4% dan pertemuan
kedua menjadi 82,3%. Kemudian pada siklus II pertemuan pertama
meningkat menjadi 94,1% dan pertemuan kedua menjadi 88,2%.
5. Disiplin, pada saat pra tindakan hanya tercapai 48,21%, sedangkan pada
siklus I pertemuan pertama meningkat menjadi 69,38% dan pertemuan kedua
menjadi 88,2%. Kemudian pada siklus II pertemuan pertama meningkat
menjadi 91,74% dan pertemuan kedua menjadi 97,54%.
98
Gambar 24. Diagram Perbandingan Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa kelas VB pada Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan diagram di atas, persentase rata-rata indikator kemandirian
belajar pra tindakan hasilnya menunjukkan bahwa indikator tanggung jawab yang
tercapai sebesar 49,95%, percaya diri 43,1%, kreativitas 2,9%, semangat belajar
17,6%, dan disiplin 48,21%.
Sedangkan hasil persentase rata-rata indikator kemandirian belajar pada siklus
I indikator tanggung jawab tercapai sebesar 63,15%, percaya diri 48,9%,
kreativitas 51,42%, semangat belajar 79,35%, dan disiplin 78,79%. Kemudian
persentase rata-rata indikator kemandirian pada siklus II indikator tanggung jawab
tercapai sebesar 74,23%, percaya diri 55,82%, kreativitas 66,12%, semangat
belajar 91,15%, dan disiplin 94,69%.
49,95% 43,1%
2,9%
17,6%
48,21%
63,15%
48,9% 51,42%
79,35% 78,79% 74,23%
55,82% 66,12%
91,15% 94,69%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tanggungjawab
Percaya diri Kreativitas Semangatbelajar
Disiplin
Perbandingan Persentase Rata-rata Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB per Indikator pada Pra Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II
Pra
Siklus I
Siklus II
99
d. Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Pada pertemuan pertama di awal pembelajaran guru sudah berencana untuk
menayangkan video sebagai apersepsi agar siswa bisa fokus dan mendengarkan
guru serta bisa melakukan tanya jawab dengan siswa terkait isi video tersebut,
tetapi akhirnya guru tidak bisa menggunakan media tersebut karena adanya
kendala sehingga guru memutuskan untuk menggantinya dengan bercerita. Guru
hanya menjelaskan materi secara singkat sehingga guru menugaskan siswa untuk
membaca materi lebih lanjut pada buku paket serta meminta siswa untuk
menandai hal-hal penting dalam bacaan. Selanjutnya guru langsung menugaskan
siswa membuat mind map, diakhir pembelajaran guru meminta perwakilan dari
siswa untuk maju dan mempresentasikan mind map yang sudah dibuat.
Pada pertemuan kedua guru mengadakan kuis di awal pembelajaran untuk
memfokuskan siswa. Seperti biasanya guru menjelaskan materi secara singkat
agar siswa bisa membaca materi lebih lanjut di buku paket secara individu. Di
akhir pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin maju
untuk mind map. Setelah siswa mempresentasikan mind map guru memberikan
beberapa pertanyaan dan meminta siswa berpendapat untuk mengomentari mind
map yang telah dipresentasikan. Di akhir pembelajaran guru membagikan soal
evaluasi yang harus dikerjakan setiap siswa, dan membahasnya bersama-sama
e. Refleksi Siklus II
1) Siswa sudah mampu mengerjakan sendiri tugas membuat mind map tanpa
bertanya kepada guru maupun peneliti karena siswa sudah paham dengan
langkah-langkah membuat mind map.
100
2) Siswa sudah menyiapkan buku dan membereskannya kembali tanpa diperintah
oleh guru. Selain itu, mereka juga sudah mempersiapkan perlengkapan untuk
membuat mind map sendiri sehingga tidak mengganggu siswa lain.
3) Siswa yang tergolong pasif sudah mulai aktif dalam menjawab pertanyaan dari
guru karena mereka diberikan kesempatan untuk menjawab.
4) Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik, mereka menjadi lebih
fokus pada saat belajar.
5) Siswa sudah mampu disiplin dalam menggunakan dan memanfaatkan waktu.
B. Pembahasan
Pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk
dipelajari, maka dari itu proses pembelajaran IPS harus bisa menjadi pembelajaran
yang menarik dan berkesan bagi siswa. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan
untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan yaitu menggunakan metode
belajar mind map. Menurut DePorter dan Hernacki (2004: 172) manfaat mind map
adalah fleksibel, memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, dan
menyenangkan. Dari pembelajaran menyenangkan, siswa dapat melakukan segala
sesuatu secara bebas dan mandiri dalam belajar tanpa bergantung kepada orang
lain. Kemandirian belajar siswa dapat dilihat dari adanya sikap tanggung jawab,
percaya diri, kreativitas, semangat belajar, dan disiplin. Indikator kemandirian
tersebut dapat dilihat dalam pembelajaran menggunakan mind map.
Dalam langkah awal pembelajaran mind map yaitu guru menjelaskan materi
yang dipelajari sehingga siswa harus fokus untuk memperhatikan guru. Selain itu,
siswa mempelajari lebih lanjut materi yang sedang dipelajari karena guru hanya
101
menjelaskan materi tersebut secara singkat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Islam (2010: 2) yang berpendapat bahwa siswa mandiri ditandai dengan adanya
tanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri.
Langkah selanjutnya, siswa mencatat atau menandai hal-hal penting dari
materi agar mempermudah dan meringkas bacaan. Selanjutnya siswa membuat
mind map yang berisi pokok-pokok materi. Di tahap ini siswa dituntut kreatif
dalam membuat mind map sesuai kehendaknya. Sesuai pendapat Islam (2010: 2)
bahwa siswa mandiri biasanya senang dan semangat belajar.
Selanjutnya siswa membuat mind map dan harus menyelesaikannya dalam
waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Islam (2010: 2) menyatakan bahwa dalam
mandiri terdapat sikap disiplin seperti mampu mnegatur waktu dan merencanakan
penyelesaian tugas.
Selanjutnya siswa mempresentasikan mind map yang sudah dibuat, siswa
maju untuk menyampaikan hasil dari mind map nya. Islam (2010: 2)
menyebutkan bahwa siswa mandiri memiliki keinginan untuk memiliki rasa
percaya diri yang tinggi.
Hasil pengamatan pada saat pra tindakan, peneliti mendapatkan data bahwa
rata-rata kemandirian belajar IPS kelas VB masih 39,95% yang termasuk dalam
kategori rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku siswa seperti siswa masih
berada di luar kelas ketika guru belum datang, siswa terlihat belum siap belajar
(mengobrol dan ramai) ketika guru membuka pembelajaran, tidak memperhatikan
guru yang sedang menjelaskan karena mengobrol dan melakukan berbagai macam
kegiatan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran IPS sehingga pembelajaran
102
menjadi kurang kondusif. Siswa juga masih terlihat pasif terutama pada saat
dimintai pendapat dan kurang aktif karena hanya menunggu perintah dari guru,
serta disiplin terhadap waktu yang masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari
adanya data hasil pengamatan berdasarkan kategori keberhasilan yang
menunjukkan bahwa belum terdapat siswa yang mencapai kategori keberhasilan
karena 4 siswa (24%) masih termasuk dalam kategori sedang dan 13 siswa (76%)
termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan berdasarkan indikator kemandirian
belajar hasilnya menunjukkan bahwa indikator tanggung jawab yang tercapai
sebesar 49,95%, percaya diri 43,1%, kreativitas 2,9%, semangat belajar 17,6%,
dan disiplin 48,21%.
Tindakan yang dilakukan pada siklus 1 yaitu menerapkan metode mind map
dalam pembelajaran IPS. Penerapan metode mind map bertujuan untuk membantu
menanamkan sikap kreatif, percaya diri, tanggung jawab disiplin, dan semangat
belajar pada diri siswa.
Pada tindakan siklus 1, peneliti masih melihat beberapa masalah seperti
terdapat siswa yang terlihat tidak fokus dan tidak memperhatikan ketika guru
sedang menjelaskan, belum berani dalam menjawab pertanyaan, siswa yang
terlihat bingung dalam membuat mind map sehingga masih bergantung pada guru
dan teman-temannya. Beberapa siswa terlihat bekerjasama pada saat membuat
tugas mind map, mereka belum bisa menunjukkan kreativitas dan percaya diri
masing-msing.
Selain itu, siswa belum menunjukkan sikap disiplin dan tanggung jawabnya
dalam mengerjakan tugas, masih banyak siswa yang tidak tepat waktu pada saat
103
guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas di pertemuan pertama, hal
tersebut membuat guru memutuskan untuk mengumpulkan tugas tersebut pada
pertemuan selanjutnya (pertemuan kedua).
Meskipun demikian, jika dilihat secara menyeluruh kemandirian belajar IPS
siswa menggunakan metode mind map menunjukkan adanya peningkatan.
Persentase ata-rata Kemandirian belajar IPS siswa kelas VB pada siklus I yaitu
65,05% dengan jumlah 11 siswa (65%) yang mampu mencapai kategori
keberhasilan, dan 6 siswa (35%) termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan jika
dilihat berdasarkan rata-rata per indikator kemandirian belajar, pada siklus I
indikator tanggung jawab tercapai sebesar 63,15%, percaya diri 48,9%, kreativitas
51,42%, semangat belajar 79,35, dan disiplin 78,79%.
Selain melakukan observasi terhadap siswa, peneliti juga melakukan
observasi terhadap guru di setiap pertemuan ketika melakukan pembelajaran
menggunakan mind map. Hasil dari observasi yang telah dilakukan terhadap guru
selama dua pertemuan di siklus I yaitu guru belum mengecek kesiapan dan
memfokuskan siswa sebelum belajar. Guru juga belum memberikan arahan untuk
mencatat atau menandai pokok-pokok materi sehingga kreativitas siswa belum
terlihat, serta hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan secara umum/ untuk
semua siswa yang membuat percaya diri masing-masing siswa belum muncul.
Peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II. Dalam pelaksanaan siklus II,
guru dan peneliti memiliki beberapa fokus perbaikan sesuai dengan refleksi dari
siklus 1, yaitu mengenai keaktifan siswa dalam bertanya maupun menjawab,
kreativitas dan percaya diri pada saat mengerjakan tugas, serta disiplin dalam
104
memanfaatkan waktu. Untuk perbaikan tersebut, guru dan peneliti melakukan
upaya-upaya seperti membuat pembelajaran lebih aktif dengan adanya tanya-
jawab secara acak yang dilakukan oleh guru, menggunakan media atau teknik
pada saat guru menjelaskan materi agar siswa dapat fokus , meminta siswa untuk
memilih atau menandai pokok-pokok materi untuk membuat mind map serta
berkreasi (memberikan warna-warna dan gambar atau pola) dalam menyusunnya.
Setelah siklus II dilaksanakan, peneliti melihat bahwa kemandirian belajar
IPS siswa semakin meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan persentase rata-rata
kemandirian belajar IPS siswa kelas VB pada siklus II yaitu sebesar 77,41%
dengan jumlah 16 siswa (94%) sudah mampu mencapai kategori keberhasilan dan
1 siswa (6%) termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan jika dilihat berdasarkan
rata-rata per indikator kemandirian, pada siklus II indikator tanggung jawab
tercapai sebesar 74,23%, percaya diri 55,82%, kreativitas 66,12%, semangat
belajar 91,15%, dan disiplin 94,69%.
Selama penelitian siklus II berlangsung, guru juga sudah mampu
mengkondisikan siswa di awal pembelajaran dan memfokuskan siswa dengan
memberikan beberapa pertanyaan secara acak kepada siswa. Guru menyarankan
siswa untuk menandai hal-hal penting dalam bacaan dan memberikan kesempatan
kepada siswa yang ingin maju untuk mempresentasikan mind map.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan terdapat tiga indikator
kemandirian belajar yang mengalami penurunan pada siklus II pertemuan kedua
yaitu indikator percaya diri, kreativitas, dan semangat belajar. Indikator percaya
diri mengalami penurunan pada item kegiatan siswa dalam mengemukakan
105
pendapat. Indikator kreativitas mengalami penurunan pada item penggunaan
sumber belajar karena pada saat itu terdapat beberapa siswa yang lupa membawa
lembar fotokopi materi sehingga hanya menggunakan buku paket. Indikator
semangat belajar mengalami penurunan karena terdapat dua siswa yang meniru
mind map teman sebangkunya dengan alasan kesulitan dalam memahami materi
yang sedang dipelajari. Selain itu, terdapat satu siswa (nomor 10) yang selama
penelitian siswa tersebut memiliki kemandirian belajar IPS kategori sedang.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut terkait siswa tersebut, peneliti
melakukan wawancara terhadap guru. Dari hasil wawancara, guru menyebutkan
bahwa siswa nomor 10 memang termasuk siswa yang pasif dan lamban dalam
belajar. Selanjutnya peneliti juga menemukan bahwa terdapat indikator
kemandirian belajar siswa yang belum tinggi yaitu percaya diri. Hal tersebut
dikarenakan pada saat guru memberikan pertanyaan, guru beberapa kali menunjuk
siswa tertentu saja tanpa memperhatikan siswa yang lain yang jarang atau belum
pernah ditunjuk.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan di kelas VB SD Negeri Gedongkiwo
memiliki keterbatasan yaitu sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan percaya diri siswa, guru harus memberikan pertanyaan
secara acak kepada siswa serta memberikan kesempatan siswa untuk
mengemukakan pendapat.
2. Untuk meningkatkan semangat belajar siswa, guru harus menggunakan media
pembelajaran agar siswa senang dan tertarik untuk belajar.
106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode mind map dalam pembelajaran IPS dapat membantu
meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata
kemandirian belajar IPS siswa kelas VB yang terus meningkat dari pra tindakan
sampai siklus II. Metode mind map mulai diterapkan pada awal siklus I sampai
akhir siklus II.
Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kemandirian belajar IPS siswa
yaitu dengan cara meningkatkan tanggung jawab, percaya diri, kreativitas,
semangat, dan disiplin siswa. Untuk meningkatkan tanggung jawab siswa
diajarkan untuk dapat menyiapkan dan membereskan buku pelajaran. Rasa
percaya diri siswa ditingkatkan dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa
secara acak agar semua siswa dapat mempersiapkan diri dan guru dapat melihat
siswa mana saja yang dapat menjawab pertanyaan tersebut secara mandiri atau
bergantung kepada temannya serta memberikan kesempatan kepada untuk
mengemukakan pendapat. Semangat belajar ditingkatkan melalui penggunaan
media pembelajaran agar siswa tertarik dan konsentrasi saat belajar. Disiplin
belajar siswa ditingkatkan dengan cara menetapkan waktu dalam kegiatan
membuat mind map agar siswa belajar disiplin dalam mengerjakan tugas yang
diterimanya. Kreativitas siswa ditingkatkan dengan cara memberikan kebebasan
107
untuk berkreasi sendiri dalam membuat mind map agar tidak bekerjasama dengan
temannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian metode mind map dapat meningkatkan
kemandirian belajar IPS, sebaiknya guru menggunakan metode mind map dalam
pembelajaran agar dapat meningkatkan dan memperbaiki kemandirian belajar IPS.
108
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. & Uhbiyati. (2007). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Akdon, R. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
pemula. Bandung: Alfabeta. Ambarita, A. (2006). Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti
Direktorat Ketenagaan. Amir, Z. & Risnawati. (2016). Psikologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo. Anwar, S. (2015). Management of Student Development. Riau. Yayasan Indra Giri
Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. _________. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta: Kemendiknas. Buzan, T. (2005). Mind Maps at Work. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ______. (2006). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ______. (2008). How To Mind Map: Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitats.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. DePorter, B. & Hernacki, M. (2002). Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Djamarah, B.S, & Zain A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. Hakim, T. (2005). Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Hidayati. (2002). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah. Yogyakarta:
UNY. Islam, S. (2010). Kesiapan Belajar Mandiri Mahasiswa UT dan Siswa SMA untuk
Belajar dengan Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh di Indonesia. (Volume 11, Nomor 1, Maret 2010, Halaman 1-14).
109
Mujiman, H. (2009). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_________. (2011). Belajar Mandiri: Pembekalan dan Penerapan. Surakarta:
UNS Press. Musbikin, I. (2006). Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. Yogyakarta: Mitra
Pustaka. Mustari, M. (2014). Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Pustaka. Olivia, F. (2008). Gembira Belajar dengan Mind Mapping. Jakarta: PT. Eka
Media Komputindo. Pardjono, dkk. (2007). Panduan Penelitian Tindakan kelas. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian UNY. Sanjaya, W. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group. Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: Rosda Karya. Sholeh, M. & Ahmadi, A. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka
Cipta. Siska, Y. (2016). Konsep Dasar IPS Untuk SD/MI. Yogyakarta: Garudhawaca. Siswoyo, D., dkk. (2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiarto, I. (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berpikir Holistik
dan Kreatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dan
Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana. Supardi. (2013). Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: Rajawali
Press. Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group. Tahar, I. & Enceng. (2006). Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar
pada Pendidikan Jarak Jauh. (Volume 7, Nomor 2, September 2006, Halaman 91-101).
110
Wahyudin. (2007). A to Z Anak Kreatif. Jakarta: Gema Insani. Wicaksono, A. (2016). Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat).
Yogyakarta: Garudhawaca. Wuryandani, W. & Fathurrohman. (2011). Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ombak. Yoni A., dkk. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia Zumburn, S., Tadlock J., & Roberts E.D. (2011). Encouraging Self Regulated
Learning in the Classroom: A Review of Literature. Metropolitan Educational Research Consortium (MERC).Virginia Commonwealth University.
111
LAMPIRAN
112
Lampiran 1. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD Negeri Gedongkiwo
Mata Pelajaran :IPS
Kelas/ Semester :VB/II
Alokasi Waktu :2x35 menit
Siklus : I
Pertemuan : I
A. Standar Kompetensi (SK)
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan.
B. Kompetensi Dasar (KD)
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang.
C. Indikator
1. Menyebutkan tokoh-tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda.
2. Menyebutkan peristiwa yang terjadi pada masa penjajahan Belanda.
3. Menjelaskan perjuangan para tokoh daerah yang berjuang pada masa
penjajahan Belanda.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui metode mind map siswa mampu menyebutkan tokoh-tokoh pejuang
pada masa penjajahan Belanda.
2. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menyebutkan
peristiwa yang terjadi pada masa penjajahan Belanda.
3. Melalui metode mind map siswa mampu menjelaskan perjuangan tokoh-
tokoh daerah pada masa penjajahan Belanda.
E. Materi Pembelajaran
Perjuangan tokoh-tokoh daerah pada masa penjajahan Belanda
113
F. Metode dan Media Pembelajaran
1. Metode : Mind Map, tanya jawab, penugasan
2. Media : Uang Kertas, contoh mind map
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam dan menanyakan kabar siswa.
2. Guru dan siswa berdo’a bersama-sama.
3. Guru melakukan presensi dengan menanyakan
siapa saja yang tidak berangkat sekolah pada saat
itu.
4. Guru memberikan acuan materi pertemuan
sebelumnya.
5. Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan
uang kertas nominal seribu dan bertanya kepada
siswa “anak-anak apakah kalian tahu nama tokoh
yang ada pada uang ini?
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
10 menit
Kegiatan
Inti
1. Siswa mendengarkan materi yang dijelaskan oleh
guru.
2. Siswa dan guru melakukan tanya jawab seputar
materi.
3. Siswa membaca dan memahami materi yang ada
di buku paket lebih lanjut.
4. Siswa menuliskan pokok-pokok materi pada buku
catatan atau menandai hal-hal penting dari materi.
5. Siswa menyimak penjelasan guru tentang cara
membuat mind map yaitu sebagai berikut.
a. Menulis/ mencatat judul materi di bagian
45 menit
114
tengah kertas.
b. Menuliskan beberapa kata kunci dari materi di
bagian atas, bawah, samping kanan dan kiri
dari bagian tengah judul tadi (membuat
cabang dari pusat).
c. Menuliskan isi atau penjelasan sesuai kata
kunci yang telah dibuat secara singkat (dibuat
bercabang kembali).
d. Menggunakan garis untuk mengaitkan antar
kata kunci jika terdapat keterkaitan.
e. Menggunakan warna atau gambar sesuai
keinginan/ kreasi untuk memperjelas dan
membuatnya lebih menarik.
6. Siswa melihat contoh mind map yang sudah jadi.
7. Siswa membuat mind map secara individu.
8. Siswa mempresentasikan mind map yang sudah
dibuat.
9. Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran
yang dilaksanakan hari ini.
Kegiatan
Akhir
1. Guru memberikan refleksi dan motivasi kepada
siswa.
2. Guru menutup pelajaran dengan berdo’a dan
salam
10 menit
H. Sumber Pembelajaran
Pramita Indriani dan Saefur Rochmat.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas 5. Bogor: Yudhistira
115
I. Penilaian a. Penilaian proses
Menggunakan format pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai akhir.
116
Ringkasan Materi
Perjuangan Para Tokoh dalam Mengusir Penjajah
A. Perjuangan Tokoh Sebelum Kebangkitan Nasional
1. Pattimura atau Thomas Matulessi
Perlawanan Pattimura atau Thomas Matulessi terjadi di Saparua, Maluku
pada tahun1817. Perlawanan ini terjadi karena kembalinya Belanda ke
maluku yang menimbulkan kebencian dan kekcewaan rakyat Maluku.
Maka dari itulah rakyat maluku dibawah pimpinan Pattimura menyerang
Belanda.
2. Tuanku Imam Bonjol
Imam Bonjol memimpin perlawanan kaum Padri yang terjadi pada tahun
1821-1837 di Minangkabau, Sumatra Barat. Perlawanan terjadi akibat
Belanda memperalat kaum Adat untuk menyerang kaum Padri sehingga
Belanda bisa menguasai Maluku.
3. Pangeran Diponegoro (Raden Mas Ontowiryo)
Perang Diponegoro terjadi di Jawa Tengah pada tahun 1825-1830.
Perlawanan ini bermula saat Belanda memasang patok-patok jalan di
Desa Tegalrejo yang membuat Pangeran Diponegoro marah karena patok
itu melewati makam leluhurnya tanpa izin terlebih dahulu. Akhirnya
patok tersebut dicabut kembali sehingga membuat pihak Belanda marah.
4. Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan terjadi di Aceh pada tahun 1873-1904. Tokoh yang terkenal
dalam perlawananan ini yaitu Teuku Umar dan Cut Nyak Dien (Istri
Teuku Umar). Mereka melakukan perlawanan karena merasakan
ketidakadilan dari pihak Belanda yang ingin menguasai wilayah Aceh.
Untuk mensiasati Belanda, Teuku Umar berpura-pura patuh dan tunduk
pada Belanda. Setelah mendapatkan senjata, ia berbalik lagi ke
pasukannya untuk menyerang Belanda. Karena itulah pihak Belanda
marah dan menyerang rakyat Aceh.
117
B. Perjuangan Tokoh pada Masa Kebangkitan Nasional
1. Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara 21 April 1879, ia dikenal
sebagai pelopor kebangkitan kaum perempuan karena berhasil mendirikan
sekolah bagi kaum wanita. Beliau menganggap bahwa wanita juga harus
memperoleh kebebasan dan persamaan hak. Kartini juga terkenal dengan
bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
2. Dewi Sartika
Dewi Sartika lahir di Bandung tanggal 4 Desember 1884 dan terkenal
sebagai tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan. Beliau sama
seperti Kartini yang memiliki keinginan memajukan wanita Indonesia.
Tahun 1904 Dewi Sartika membuka sekolah untuk perempuan bernama
Sakola Istri.
3. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara (Raden Mas Suwardi Suryaningrat) lahir di
Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Beliau dikenal sebagai pelopor
pendidikan bagi bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan
pendiri sekolah Taman Siswa dan sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pertama di Indonesia. Selain itu, beliau merupakan pendiri
Indische Partij (organisasi politik pertama di Indonesia) bersama Douwes
Dekker. Atas jasa-jasanya tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara
diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional.
4. Douwes Dekker
Douwes Dekker atau Dr. Danudirja Setiabudi merupakan keturunan
Belanda yang lahir di Pasuruan tanggal 8 Oktober 1897, beliau dikenal
gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Misalnya seperti
memimpin harian De Express bersama Ki Hajar Dewantara yang menulis
kritikan terhadap pemerintah Belanda, dan mendirikan Indische Partij
bersama Ki Hajar Dewantara.
118
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD Negeri Gedongkiwo
Mata Pelajaran :IPS
Kelas/ Semester :VB/II
Alokasi Waktu :2x35 menit
Siklus : I
Pertemuan : II
A. Standar Kompetensi (SK)
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan.
B. Kompetensi Dasar (KD)
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang.
C. Indikator
1. Menyebutkan tokoh- tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda.
2. Menyebutkan peristiwa yang terjadi pada masa penjajahan Belanda.
3. Menjelaskan perjuangan para tokoh daerah yang berjuang pada masa
penjajahan Belanda.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui metode mind map siswa mampu menyebutkan tokoh-tokoh pejuang
pada masa penjajahan Belanda.
2. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menyebutkan
peristiwa yang terjadi pada masa penjajahan Belanda.
3. Melalui metode mind map siswa mampu menjelaskan perjuangan tokoh-
tokoh daerah pada masa penjajahan Belanda.
E. Materi Pembelajaran
Perjuangan tokoh-tokoh daerah pada masa penjajahan Belanda
F. Metode dan Media Pembelajaran
a. Metode : Mind Map, tanya jawab, penugasan
119
b. Media : Contoh mind map
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam dan menanyakan kabar siswa.
2. Guru dan siswa berdo’a bersama-sama.
3. Guru melakukan presensi dengan menanyakan
siapa saja yang tidak berangkat sekolah pada saat
itu.
4. Guru memberikan acuan materi pertemuan
sebelumnya.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
10 menit
Kegiatan
Inti
1. Siswa mendengarkan materi yang dijelaskan oleh
guru.
2. Siswa dan guru melakukan tanya jawab seputar
materi.
3. Siswa membaca dan memahami materi yang ada
di buku paket lebih lanjut.
4. Siswa menuliskan pokok-pokok materi pada buku
catatan atau menandai hal-hal penting dari materi.
5. Siswa menyimak penjelasan guru tentang cara
membuat mind map yaitu sebagai berikut.
a. Menulis/ mencatat judul materi di bagian
tengah kertas.
b. Menuliskan beberapa kata kunci dari materi di
bagian atas, bawah, samping kanan dan kiri
dari bagian tengah judul tadi (membuat
cabang dari pusat).
c. Menuliskan isi atau penjelasan sesuai kata
45 menit
120
kunci yang telah dibuat secara singkat (dibuat
bercabang kembali).
d. Menggunakan garis untuk mengaitkan antar
kata kunci jika terdapat keterkaitan.
e. Menggunakan warna atau gambar sesuai
keinginan/ kreasi untuk memperjelas dan
membuatnya lebih menarik.
6. Siswa melihat contoh mind map yang sudah jadi.
7. Siswa membuat mind map secara individu.
8. Siswa mempresentasikan mind map yang sudah
dibuat.
9. Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran
yang dilaksanakan hari ini.
Kegiatan
Akhir
1. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
2. Guru menutup pelajaran dengan berdo’a 10 menit
121
122
Ringkasan Materi
Perjuangan Para Tokoh dalam Mengusir Penjajah
C. Perjuangan Tokoh Sebelum Kebangkitan Nasional
5. Pattimura atau Thomas Matulessi
Perlawanan Pattimura atau Thomas Matulessi terjadi di Saparua, Maluku
pada tahun1817. Perlawanan ini terjadi karena kembalinya Belanda ke
maluku yang menimbulkan kebencian dan kekcewaan rakyat Maluku.
Maka dari itulah rakyat maluku dibawah pimpinan Pattimura menyerang
Belanda.
6. Tuanku Imam Bonjol
Imam Bonjol memimpin perlawanan kaum Padri yang terjadi pada tahun
1821-1837 di Minangkabau, Sumatra Barat. Perlawanan terjadi akibat
Belanda memperalat kaum Adat untuk menyerang kaum Padri sehingga
Belanda bisa menguasai Maluku.
7. Pangeran Diponegoro (Raden Mas Ontowiryo)
Perang Diponegoro terjadi di Jawa Tengah pada tahun 1825-1830.
Perlawanan ini bermula saat Belanda memasang patok-patok jalan di
Desa Tegalrejo yang membuat Pangeran Diponegoro marah karena patok
itu melewati makam leluhurnya tanpa izin terlebih dahulu. Akhirnya
patok tersebut dicabut kembali sehingga membuat pihak Belanda marah.
8. Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan terjadi di Aceh pada tahun 1873-1904. Tokoh yang terkenal
dalam perlawananan ini yaitu Teuku Umar dan Cut Nyak Dien (Istri
Teuku Umar). Mereka melakukan perlawanan karena merasakan
ketidakadilan dari pihak Belanda yang ingin menguasai wilayah Aceh.
Untuk mensiasati Belanda, Teuku Umar berpura-pura patuh dan tunduk
pada Belanda. Setelah mendapatkan senjata, ia berbalik lagi ke
pasukannya untuk menyerang Belanda. Karena itulah pihak Belanda
marah dan menyerang rakyat Aceh.
123
D. Perjuangan Tokoh pada Masa Kebangkitan Nasional
5. Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara 21 April 1879, ia dikenal
sebagai pelopor kebangkitan kaum perempuan karena berhasil mendirikan
sekolah bagi kaum wanita. Beliau menganggap bahwa wanita juga harus
memperoleh kebebasan dan persamaan hak. Kartini juga terkenal dengan
bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
6. Dewi Sartika
Dewi Sartika lahir di Bandung tanggal 4 Desember 1884 dan terkenal
sebagai tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan. Beliau sama
seperti Kartini yang memiliki keinginan memajukan wanita Indonesia.
Tahun 1904 Dewi Sartika membuka sekolah untuk perempuan bernama
Sakola Istri.
7. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara (Raden Mas Suwardi Suryaningrat) lahir di
Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Beliau dikenal sebagai pelopor
pendidikan bagi bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan
pendiri sekolah Taman Siswa dan sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pertama di Indonesia. Selain itu, beliau merupakan pendiri
Indische Partij (organisasi politik pertama di Indonesia) bersama Douwes
Dekker. Atas jasa-jasanya tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara
diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional.
8. Douwes Dekker
Douwes Dekker atau Dr. Danudirja Setiabudi merupakan keturunan
Belanda yang lahir di Pasuruan tanggal 8 Oktober 1897, beliau dikenal
gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Misalnya seperti
memimpin harian De Express bersama Ki Hajar Dewantara yang menulis
kritikan terhadap pemerintah Belanda, dan mendirikan Indische Partij
bersama Ki Hajar Dewantara.
124
Lembar Evaluasi
a. Ayam Jantan dari Timur adalah julukan yang diberikan kepada …..
b. Penarikan pajak oleh pihak Belanda dilakukan dengan cara …..
c. Perjuangan melawan penjajah dilakukan oleh rakyat Maluku yang dipimpin
oleh …..
d. Seorang keturunan Belanda yang mendirikan Indische Partij bersama Ki
Hajar Dewantara adalah …..
e. Latar belakang terjadinya Perang Diponegoro yaitu ……
f. Perlawanan kaum Padri terjadi di …..
g. Tokoh perempuan yang mendirikan sekolah bernama Sakola Istri yaitu …..
h. Perjuangan R.A. Kartini sebagai pelopor kebangkitan kaum perempuan
diabadikan dalam sebuah buku yang berjudul …..
i. Mengapa rakyat di daerah melakukan perlawanan terhadap Belanda?
j. Di daerah manakah tokoh-tokoh berikut ini memimpin perlawanan melawan
Belanda?
a. Thomas Matulessi
b. Cut Nyak Dien
c. Sultan Hasanudin
125
Kunci Jawaban Soal Evaluasi
1. Sultan Hasanudin
2. Secara paksa
3. Pattimura
4. Dowes Dekker
5. Karena pihak Belanda memasang patok-patok tanpa izin yang melewati batas
makam leluhur
6. Minangkabau
7. Dewi Sartika
8. Habis gelap terbitlah terang
9. Karena rakyat Indonesia tidak ingin dimanfaatkan dan dijajah oleh Belanda
10. Maluku, Aceh, Sulawesi
126
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD Negeri Gedongkiwo
Mata Pelajaran :IPS
Kelas/ Semester :VB/II
Alokasi Waktu :2x35 menit
Siklus : II
Pertemuan : I
A. Standar Kompetensi (SK)
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan.
B. Kompetensi Dasar (KD)
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
C. Indikator
1. Menyebutkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
rangka mempertahankan kemerdekaan.
2. Menyebutkan dan menjelaskan perjuangan tokoh-tokoh pejuang dalam
mempertahankan kemerdekaan.
3. Menyebutkan cara menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menyebutkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam rangka mempertahankan
kemerdekaan.
2. Melalui metode mind map siswa mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
3. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menyebutkan para
tokoh pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan.
4. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menjelaskan
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
127
5. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menyebutkan
cara menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
E. Materi Pembelajaran
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
F. Metode dan Media Pembelajaran
1. Metode : Mind Map, tanya jawab, penugasan
2. Media : Video dan gambar
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam dan menanyakan kabar siswa.
2. Guru dan siswa berdo’a bersama-sama.
3. Guru melakukan presensi dengan menanyakan
siapa saja yang tidak berangkat sekolah pada saat
itu.
4. Guru memberikan acuan materi pertemuan
sebelumnya.
5. Guru melakukan apersepsi dengan menayangkan
video dan bertanya kepada siswa “peristiwa apa
yang ada dalam video tadi?, apa latar belakang
terjadinya peristiwa tersebut?”.
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
15 menit
Kegiatan
Inti
1. Siswa mendengarkan materi yang dijelaskan
oleh guru.
2. Siswa dan guru melakukan tanya jawab seputar
materi.
3. Siswa membaca dan memahami materi lebih
lanjut yang ada di buku paket.
4. Siswa menuliskan pokok-pokok materi pada
45 menit
128
buku catatan atau menandai hal-hal penting dari
materi.
5. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang
cara membuat mind map yaitu sebagai berikut.
a. Menulis/ mencatat judul materi di bagian
tengah kertas.
b. Menuliskan beberapa kata kunci dari materi di
bagian atas, bawah, samping kanan dan kiri
dari bagian tengah judul tadi (membuat
cabang dari pusat).
c. Menuliskan isi atau penjelasan sesuai kata
kunci yang telah dibuat secara singkat (dibuat
bercabang kembali).
d. Menggunakan garis untuk mengaitkan antar
kata kunci jika terdapat keterkaitan.
e. Menggunakan warna atau gambar sesuai
keinginan/ kreasi untuk memperjelas dan
membuatnya lebih menarik.
6. Siswa menuliskan pokok-pokok materi.
7. Siswa membuat mind map secara individu.
8. Siswa mempresentasikan mind map yang sudah
dibuat.
9. Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran
yang dilaksanakan hari ini.
Kegiatan
Akhir
1. Guru memberikan motivasi kepada siswa
2. Guru menutup pelajaran dengan berdo’a dan
salam
10 menit
129
H. Sumber Pembelajaran
Pramita Indriani dan Saefur Rochmat.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas 5. Bogor: Yudhistira
I. Penilaian a. Penilaian proses
Menggunakan format pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai akhir.
Yogyakarta, 27 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Kelas VB Peneliti
Anik Sutilah, S.Pd Irma Meilina N. NIP. 19621104 198506 2 002 NIM.13108241045
Kepala Sekolah
130
Ringkasan Materi
Mengenal perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan
1. Peristiwa 10 Novermber 1945
Dalam Perang Dunia II, Jepang dinyatakna kalah dari Sekutu. Dengan
kekalahan tersebut, Sekutu akan mengambil alih kekuasaan semua daerah
jajahan Jepang termasuk Indonesia. Pasukan yang mendarat di Semarang
dipimpin oleh Brigadir Jendral Betheli pada tanggal 20 Oktober 1945.
Sementara itu, pasukan Sekutu yang mendarat di Surabaya dipimpin oleh
Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby pada tanggal 35 Oktober 1945. Pasukan
Sekutu datang ke Indonesia bertugas untuk mengurusi tentara Jepang, namun
kedatangannya disertai oleh tentara NICA (Netherland Indies Civil
Administration). Tentara NICA adalah tentara Belanda yang ingin kembali
menguasai Indonesia.
Awalnya kedatangan sekutu hanya melucuti senjata tentara Jepang dan
membebaskan tawanan perang, tetapi Sekutu menyerbu Penjara Kalisosok,
Surabaya dan membebaskan beberapa perwira Belanda yang ditawan.
Senajutnya mereka juga menyebarkan pamflet yang berisi agar rakyat
Surabaya menyerahkan senjatanya dalam waktu 48 jam, sekutu juga
menduduki pangkalan udara dan gedung-gedung penting. Rakyat Surabaya
akhirnya menyerang Sekutu dan terjadilah pertempuran selama dua hari. Pada
tanggal 29 Oktober 1945 Presiden Sukarno, Wakil Presiden Moh. Hatta dan
Menteri Penerangan Amir Syarifudin tiba di Surabaya. Mereka dan pihak
Sekutu bersepakat untuk mengadakan gencatan senjata yang menyebabkan
tewasnyna Brigadir Jenderal Mallaby. Pada tanggal 9 November 1945 Sekutu
mengeluarkan peringatan yang berisi agar para pemimpin dan rakyat
Indonesia menyerahkan senjatanya, jika tidak dihiraukan, Surabaya akan
diserang.
131
Rakyat Surabaya menolaknya sehingga Sekutu menyerangnya. Pada
tanggal 10 November 1945 Surabaya diserang dari darat, laut, dan udara.
Perlawanan rakyat Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo, Surabaya dapat
dipertahankan selama tiga minggu sampai akhirnya pejuang Surabaya ke luar
kota dan melakukan perang gerilya. Maka dari itu, tanggal 10 November
ditetapkan sebagai hari pahlawan.
2. Pertempuran Margarana di Bali
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 29 November 1946 yang dipimpin
oleh I Gusti Ngurah Ray. Pertempuran ini dilatarbelakangi oleh hasil dari
Perjanjian Linggarjati yang menyatakan bahwa wilayah Indonesia hanyalah
Sumatra, Jawa, dan Madura. Oleh karena itu, Bali tidak termasuk wilayah
Indonesia, dan terjadilah pertempuran besar yang disebut dengan perang
puputan (perang besar-besaran).
3. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini terjadi di kota Ambarawa yang terletak diantara Semarang
dan Magelang, Jawa Tengah. Pertempuran ini dimulai pada tanggal 20
November 1945 antara pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) melawan
Sekutu. Pada tanggal 26 November 1945, Letnan Kolonel Isdiman yang
memimpin pasukan TKR gugur dan pimpinan beralih kepada Kolonel
Sudirman. Pada tanggal 12 Desember 1945, pasukan Indonesia menyerang
Sekutu, kota Ambarawa dikepung selama empat hari, dan pada tanggal 15
Desember 1945pasukan Sekutu mundur dan meninggalkan Ambarawa. Untuk
mengenang peristiwa ini dibuatlah Monumen Palagan Ambarawa.
4. Pertempuran Medan Area
Pertempuran di Medan ini terjadi tanggal 10 Desember 1945 antara
Belanda yang dibantu Sekutu dengan para pejuang Medan. Diawali ketika
pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly tiba di
132
Medan tanggal 9 Oktober 1945 dengan tujuan membebaskan tawanan
Belanda. Tanpa sepengetahuan pemerintah Indonesia, Sekutu mempersenjatai
tawanan Belanda dan membentuk pasukan “Medan Batalyon KNIL” yang
disertai pasukan NICA. Para pemuda membentuk Divisi TKR di Medan.
Pertempuran terjadi pada tanggal 13 Oktober 1945, dan pada tanggal 18
Oktober 1945 Sekutu mengeluarkan peringatan yang melarang rakyat
membawa senjata. Pertempuran besar antara pasukan TKR yang dipimpin
oleh Kolonel Achmad Tahir dengan Sekutu terjadi pada tanggal 10 Desember
1945.
5. Bandung Lautan Api
Pada saat para pejuang Bandung sedang melakukan perampasan senjata
Jepang, pasukan Sekutu mengeluarkan peringatan yang berisi agar Bandung
bagian utara dikosongkan paling lambat tanggal 29 November 1945.
Peringatan tersebut tidak dipatuhi oleh rakyat Bandung sehingga sering
terjadi bentrokan senjata. Pada tanggal 23 Maret 1946 datang perintah dari
pemerintah Indonesia di Jakarta untuk mengosongkan Kota Bandung, dan
para pejuang pun melaksanakannya dengan berat hati. Sebelumnya mereka
membumihanguskan Bandung bagian selatan terlebih dahulu agar tentara
sekutu tidak dapat memanfaatkan bangunan-bangunan yang ada di kota
Bandung. Dalam peristiwa ini gugur seorang pahlawan bernama Mohammad
Toha.
133
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD Negeri Gedongkiwo
Mata Pelajaran :IPS
Kelas/ Semester :VB/II
Alokasi Waktu :2x35 menit
Siklus : II
Pertemuan : II
A. Standar Kompetensi (SK)
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan.
B. Kompetensi Dasar (KD)
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
C. Indikator
1. Menyebutkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
rangka mempertahankan kemerdekaan.
2. Menyebutkan dan menjelaskan perjuangan para tokoh pejuang dalam
mempertahankan kemerdekaan.
3. Menyebutkan cara menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menyebutkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam rangka mempertahankan
kemerdekaan.
2. Melalui metode mind map siswa mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
3. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menyebutkan para
tokoh pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan.
4. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menjelaskan
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
134
5. Melalui metode mind map siswa mampu mengetahui dan menyebutkan cara
menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
E. Materi Pembelajaran
Agresi Militer Belanda
F. Metode dan Media Pembelajaran
1. Metode : Mind Map, tanya jawab, penugasan
2. Media : -
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam dan menanyakan kabar siswa.
2. Guru dan siswa berdo’a bersama-sama.
3. Guru melakukan presensi dengan menanyakan
siapa saja yang tidak berangkat sekolah pada saat
itu.
4. Guru memberikan acuan materi pertemuan
sebelumnya.
5. Guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya
kepada siswa “Coba sebutkan, negara mana yang
pernah menjajah Indonesia dalam waktu yang
lama yaitu 350 tahun atau 3,5 abad!”
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
15 menit
Kegiatan
Inti
1. Siswa mendengarkan materi yang dijelaskan oleh
guru.
2. Siswa dan guru melakukan tanya jawab seputar
materi.
3. Siswa membaca dan memperlajari lebih lanjut
materi pada buku paket.
4. Siswa menuliskan pokok-pokok materi pada buku
45 menit
135
catatan atau menandai hal-hal penting dari
materi.atau menandai materi.
5. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang
cara membuat mind map yaitu sebagai berikut.
a. Menulis/ mencatat judul materi di bagian
tengah kertas.
b. Menuliskan beberapa kata kunci dari materi di
bagian atas, bawah, samping kanan dan kiri
dari bagian tengah judul tadi (membuat
cabang dari pusat).
c. Menuliskan isi atau penjelasan sesuai kata
kunci yang telah dibuat secara singkat (dibuat
bercabang kembali).
d. Menggunakan garis untuk mengaitkan antar
kata kunci jika terdapat keterkaitan.
e. Menggunakan warna atau gambar sesuai
keinginan/ kreasi untuk memperjelas dan
membuatnya lebih menarik.
6. Siswa membuat mind map secara individu.
7. Siswa mempresentasikan mind map yang telah
dibuat.
8. Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran
yang dilaksanakan hari ini.
Kegiatan
Akhir
1. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
2. Guru dan siswa membahas soal evaluasi.
3. Guru menutup pelajaran dengan berdo’a dan
salam
10 menit
136
H. Sumber Pembelajaran
Pramita Indriani dan Saefur Rochmat.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas 5. Bogor: Yudhistira
I. Penilaian a. Penilaian proses
Menggunakan format pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai akhir.
b. Penilaian hasil belajar
Menggunakan lembar evaluasi
137
Ringkasan Materi
Agresi Militer Belanda
1. Agresi Militer Belanda 1
Setelah Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya, Belanda ingin
kembali menguasi Indonesia. Dengan diboncengi oleh pihak sekutu, Inggris,
Belanda melakukan penyerangan-penyerangan terhadap Negara Indonesia.
a. Latar belakang
Agresi Militer Belanda 1 dilatar belakangi oleh Belanda yang tidak menerima
hasil Perundingan Linggajati yang telah disepakati bersama pada tanggal 25 Maret
1947. Atas dasar tersebut, pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melakukan agresi
militer pertamanya dengan menggempur Indonesia.
b. Tujuan Agresi Militer Belanda 1
Agresi militer pertama yang dilakukan oleh Belanda mengandung beberapa misi
yang harus mereka selesaikan. Adapun tujuan dari agresi militer ini adalah sebaga
berikut:
1. Bidang Politik
Mengepung ibu kota RI dan menghapus RI dari peta (menghilangkan de facto RI).
2. Bidang Ekonomi
Merebut daerah-daerah penting, seperti Jawa Barat dan Timur sebagai penghasil
bahan makanan, Sumatera sebagai wilayah perkebunan dan pertambangan.
3. Bidang Militer
Menghancurkan Tentara Negara Indonesia (TNI).
c. Sejarah Agresi Militer Belanda 1
Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda menggempur Indonesia dengan
menyerang Pulau Jawa dan Sumatra dan berhasil menguasai kota-kota penting.
Pasukan TNI yang dikejutkan dengan serangan tersebut, terpencar-pencar dan
mundur ke daerah pinggiran untuk membangun daerah pertahanan baru. Pasukan
TNI selanjutnya membatasi pergerakan pasukan Belanda dengan taktik perang
gerilya. Dewan Keamanan PBB pun ikut campur dalam masalah ini, dan
membentuk Komisi Tiga Negara untuk menyelesaikan konflik ini melalui
138
serangkaian perundingan, seperti Perundingan Renville. Akan tetapi,
perundingan-perundingan tersebut tetap tidak diindahkan oleh Belanda.
2. Agresi Militer Belanda 2
Kegagalan PBB dalam menyelesaikan konflik antara Belanda-Indonesia
melalui jalan perundingan menyebabkan Belanda tetap bersikeras untuk
menguasai Republik Indonesia. Oleh karena itu, Belanda melancarkan agresi
militernya yang kedua.
a. Latar Belakang
Agresi militer Belanda 2 dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan mereka
terhadap pejanjian Renvile yang telah disepakati. Mereka menolak adanya
pembagian kekuasaan dan tetap ingin menguasai Republik Indonesia seutuhnya.
b. Sejarah Agresi Militer 2
Pada tanggal 19 Desember 1948, tepat pukul 06.00, Belanda melancarkan
serangannya ke Ibu Kota Indonesia pada saat itu, Yogyakarta. Dalam peristiwa
ini, Belanda menangkap dan menawan pimpinan- pimpinan RI, seperti Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Syahrir (Penasihat Presiden) dan beberapa
menteri termasuk Menteri Luar Negeri Agus Salim. Presiden Soekarno dan Moh.
Hatta kemudian diasingkan di Bangka. Jatuhnya Yogyakarta, dan ditawannya
beberapa pimpinan RI membuat Belanda merasa telah menguasai Indonesia dan
segera membentuk Pemerintah Federal. Akan tetapi, sebelum Belanda membentuk
Pemerintahan Federal, Ir. Soekarno meminta Syarifudin Prawiranegara untuk
membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Selanjutnya, Pada
tanggal 19 Desember 1948 Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
berhasil dibentuk di Bukittinggi, Sumatera.
Sementara itu Belanda terus menambah pasukannya ke wilayah RI untuk
menunjukan bahwa mereka telah menguasai Indonesia. Namun pada
kenyataannya, Belanda hanya menguasai wilayah perkotaan dan jalan raya,
sementara itu Pemerintahan RI masih terus berlangsung hingga di wilayah
pedesaan.
139
Rakyat dan TNI bersatu berperang melawan Belanda menggunakan siasat gerilya.
TNI yang berada di bawah pimpinan Jenderal Sudirman melancarkan serangan
terhadap Belanda dan merusak fasilitas-fasilitas penting, seperti: memutus kawat-
kawat telepon, jalan-jalan kereta api, dan menghancurkan jembatan agar Belanda
tidak dapat menggunakannya.
Meskipun Jenderal Sudirman sedang berada dalam keadaan sakit, Beliau
masih sanggup berperang dengan bergerilya di Jawa Timur dan Jawa Tengah
dengan menempuh perjalanan dari Yogyakarta, Surakarta, Madiun, dan Kediri.
Pada tanggal 23 Desember 1948, Pemerintah Darurat RI mengirimkan perintah
Kepada wakil RI di PBB untuk menyampaikan bahwa pemerintah RI bersedia
untuk penghentian peperangan dan mengadakan perundingan.
Namun, Belanda tidak mengindahkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28
Januari 1949 untuk menghentikan perang. Mereka pula menyakini bahwa RI telah
hilang. Akan tetapi, TNI dan rakyat melancarkan Serangan Umum 1 Maret 1949
untuk membuktikan bahwa RI masih ada dan TNI masih kuat.
Serangan ini berhasil memukul Belanda keluar dari Yogyakarta. Meskipun
Yogyakarta hanya berhasil dikuasai selama 6 jam, kenyataan ini membuktikan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap berjalan
140
Soal Evaluasi
1. Untuk mengenang Pertempuran Surabaya, pemerintah menetapkan 10
November sebagai hari …….
2. Pertempuran margarana terjadi di ……
3. Pahlawan yang terkenal dalam peretempuran di Surabaya yaitu …...
4. Peristiwa yang terjadi di salah satu daerah di Jawa Barat adalah …...
5. Pertempuran margarana terjadi di …..
6. Pertempuran Ambarawa dipimpin oleh …..
7. Latar belakang terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api yaitu ….
8. Seorang pahlawan yang gugur pada perang puputan di Margarana adalah …..
9. Tokoh/ pahlawan yang terkenal dalam pertempuran Medan Area adalah …..
10. Pemimpin sekutu yang tewas dalam pertempuran di Surabaya adalah ….
141
Kunci Jawaban Soal Evaluasi
1. Hari Pahlawan
2. Bali
3. Bung Tomo
4. Bandung lautan Api
5. Bali
6. Jendral Sudirman
7. Karena Belanda ingin menguasai wilayah tersebut, sehingga warga
mengosongkan daerah dan membumi hanguskan wilayah jawa barat.
8. I Gusti Ngurahray
9. Ahmad Tahir
10. A.W.S Mallaby
142
Lampiran 2. Lembar Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB
Petunjuk: 1. Amatilah sikap siswa selama pembelajaran. 2. Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” di nomor siswa, jika siswa
melakukan kegiatan sesuai item. 3. Mengosongkan kolom “Tidak” di nomor siswa, jika siswa tidak melakukan
kegiatan sesuai item. 4. Berikan keterangan jika diperlukan.
No. Item Hasil
Keterangan Ya Tidak
1. Siswa masuk ke kelas tepat waktu tanpa menunggu guru
2. Siswa menyiapkan buku pelajaran tanpa diperintah oleh guru
3. Memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan
4. Siswa tertib dan sudah siap belajar meskipun guru belum memulai pembelajaran
5. Siswa patuh pada perintah guru
6. Siswa bersikap tegas/ menegur temannya yang tidak fokus dan gaduh saat pembelajaran
7. Siswa mengerjakan tugas sendiri dengan antusias
8. Siswa tidak hanya belajar dari satu sumber (buku paket)
9. Menjawab pertanyaan sebelum ditunjuk guru
10. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru tanpa bertanya kepada teman terlebih dahulu
11. Menambahkan pendapat atau membenarkan jawaban temannya yang belum tepat
12. Menyelesaikan tugas tepat waktu
13. Siswa tidak keluar kelas pada saat pembelajaran
14. Siswa membereskan buku ketika selesai pembelajaran
15.
Mencatat hal-hal penting dari materi dengan caranya sendiri (memiliki buku catatan kecil, dll) atau menggarisbawahi pokok-pokok materi.
143
Lampiran 3. Lembar Pengamatan Guru dalam Pembelajaran Menggunakan Metode Mind Map
No. Aktivitas Hasil
Ya Tidak Keterangan
1. Guru menyampaikan materi
2. Guru menugaskan siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut
3.
Guru menugaskan siswa untuk mencatat/ menandai pokok-pokok materi
4. Guru memberikan/ menunjukkan contoh mind map
5. Guru membimbing siswa dalam membuat mind map
6. Guru mengevaluasi mind map yang telah dibuat oleh siswa
144
Lampiran 4. Hasil Pengamatan Siswa
Tabel Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Pra Tindakan
No. Siswa
Nomor Item Hasil
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml % Kat
1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 5 33,3 R
2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 9 60 S
3 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6 40 R
4 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 6 40 R
5 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 5 33,3 R
6 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 7 46,7 S
7 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 7 46,7 S
8 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 6 40 R
9 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 6 40 R
10 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 5 33,3 R
11 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 7 46,7 S
12 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 R
13 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 6 40 R
14 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 6 40 R
15 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 5 33,3 R
16 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 4 26,7 R
17 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 5 33,3 R
Rata-rata 39,55% R
145
Tabel Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Siklus 1 Pertemuan 1
No. Siswa
Nomor Item Hasil
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml % Kat
1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 8 53,3 S
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13 86,7 ST
3 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11 73,3 T
4 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 R
5 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 6 40 R
6 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9 60 S
7 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 10 66,7 T
8 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 8 53,3 S
9 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 73,3 T
10 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 7 46,7 S
11 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 8 53,3 S
12 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9 60 S
13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 11 73,3 T
14 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11 73,3 T
15 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 9 60 S
16 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 8 53,3 S
17 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 7 46,7 S
Rata-rata 59,6% T
146
Tabel Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Siklus 1 Pertemuan 2
No. Siswa
Nomor Item Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml % Kat
1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 7 46,7 S
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,3 ST
3 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 12 80 T
4 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 9 60 S
5 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 10 66,7 T
6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 12 80 T
7 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 11 73,3 T
8 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 11 73,3 T
9 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 8 53,3 S
10 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 7 46,7 S
11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,3 ST
12 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 11 73,3 T
13 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,3 ST
14 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 9 60 S
15 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 12 80 T
16 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 9 60 S
17 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 10 66,7 T
Rata-rata 70,5% T
147
Tabel Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Siklus II Pertemuan 1
No. Siswa
Nomor Item Hasil
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml % Kat
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 11 73,3 T
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,3 ST
3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,3 ST
4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 11 73,3 T
5 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 10 66,7 T
6 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 11 73,3 T
7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 12 80 T
8 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 12 80 T
9 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 10 66,7 T
10 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9 60 S
11 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 10 66,7 T
12 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 12 80 T
13 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 73,3 T
14 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 80 T
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 13 86,7 ST
16 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 11 73,3 T
17 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 86,7 ST
Rata-rata 76,8% T
148
Tabel Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Siklus II Pertemuan 2
No. Siswa
Nomor Item Hasil
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml % Kat
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 11 73,3 T
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 86,7 ST
3 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 86,7 ST
4 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 10 66,7 T
5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 11 73,3 T
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 93,3 ST
7 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 11 73,3 T
8 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 11 73,3 T
9 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 80 T
10 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 9 60 S
11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 12 80 T
12 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 73,3 T
13 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 11 73,3 T
14 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,3 ST
15 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 13 86,7 ST
16 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 11 73,3 T
17 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 12 80 T
Rata-tara 78,02% T
149
Rata-rata per Indikator Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB pada Pra Tindakan
No. Item yang diamati
Banyaknya siswa yang melaksanakan
item f %
1. Tanggung jawab a. Siswa menyiapkan buku pelajaran tanpa
diperintah oleh guru 10 58,8
b. Siswa patuh pada perintah guru 11 64,7 c. Siswa bersikap tegas/ menegur temannya yang
tidak fokus dan gaduh saat pembelajaran 1 5,8
d. Siswa membereskan buku ketika selesai pembelajaran
12 70,5
Jumlah rata-rata tanggung jawab 34 49,95 2. Percaya diri a. Menjawab pertanyaan sebelum ditunjuk guru 3 17,6
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru tanpa bertanya kepada teman terlebih dahulu
14 82,3
c. Menambahkan pendapat atau membenarkan jawaban temannya yang belum tepat
5 29,4
Jumlah rata-rata tanggung jawab 22 43,1 3. Kreativitas a. Siswa tidak hanya belajar dari satu sumber (buku
paket) 1 2,9
b. Mencatat hal-hal penting dari materi dengan caranya sendiri (memiliki buku catatan kecil, dll) atau menggarisbawahi pokok-pokok materi.
0 0
Jumlah rata-rata tanggung jawab 1 2,9 4. Semangat belajar a. Siswa mengerjakan tugas sendiri dengan antusias 3 17,6
Jumlah rata-rata tanggung jawab 3 17,6 5. Disiplin
a. Siswa masuk ke kelas tepat waktu tanpa menunggu guru
8 47,05
b. Memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan 11 64,7 c. Siswa tertib dan sudah siap belajar meskipun
guru belum memulai pembelajaran 4 23,5
d. Menyelesaikan tugas tepat waktu 3 17,6 e. Siswa tidak keluar kelas pada saat pembelajaran 15 88,2
Jumlah rata-rata tanggung jawab 41 48,21
150
Rata-rata per Indikator Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB pada Siklus I
No. Item yang diamati
Banyaknya siswa yang melaksanakan item
Pertemuan 1 Pertemuan 2 f % f %
1. Tanggung jawab a. Siswa menyiapkan buku pelajaran tanpa
diperintah oleh guru 5 29,4 8 47,05
b. Siswa patuh pada perintah guru 17 100 17 100 c. Siswa bersikap tegas/ menegur temannya
yang tidak fokus dan gaduh saat pembelajaran
6 35,2 5 29,4
d. Siswa membereskan buku ketika selesai pembelajaran
14 82,3 14 82,3
Jumlah rata-rata tanggung jawab 42 61,7 44 64,6 2. Percaya diri a. Menjawab pertanyaan sebelum ditunjuk guru 12 70,5 10 58,8
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru tanpa bertanya kepada teman terlebih dahulu
6 35,2 9 52,9
c. Menambahkan pendapat atau membenarkan jawaban temannya yang belum tepat
6 35,2 7 41,1
Jumlah rata-rata percaya diri 24 46,9 26 50,9 3. Kreativitas a. Siswa tidak hanya belajar dari satu sumber
(buku paket) 11 64,7 14 82,3
b. Mencatat hal-hal penting dari materi dengan caranya sendiri (memiliki buku catatan kecil, dll) atau menggarisbawahi pokok-pokok materi.
3 17,6 7 41,1
Jumlah rata-rata kreativitas 14 41,15 21 61,7 4. Semangat belajar a. Siswa mengerjakan tugas sendiri dengan
antusias 13 76,4 14 82,3
Jumlah rata-rata semangat belajar 13 76,4 14 82,3 5. Disiplin
a. Siswa masuk ke kelas tepat waktu tanpa menunggu guru 12 70,5 15 88,2
b. Memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan
16 94,1 17 100
c. Siswa tertib dan sudah siap belajar meskipun guru belum memulai pembelajaran
10 58,8 14 82,3
d. Menyelesaikan tugas tepat waktu 4 23,5 12 70,5 e. Siswa tidak keluar kelas pada saat
pembelajaran 17 100 17 100
Jumlah rata-rata disiplin 59 69,38 75 88,2
151
Rata-rata per Indikator Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB pada Siklus II
No. Item yang diamati
Banyaknya siswa yang melaksanakan item
Pertemuan 1 Pertemuan 2 f % f %
1. Tanggung jawab a. Siswa menyiapkan buku pelajaran tanpa
diperintah oleh guru 15 88,2 13 76,4
b. Siswa patuh pada perintah guru 17 100 17 100 c. Siswa bersikap tegas/ menegur temannya
yang tidak fokus dan gaduh saat pembelajaran
2 11,7 5 29,4
d. Siswa membereskan buku ketika selesai pembelajaran
15 88,2 17 100
Jumlah rata-rata tanggung jawab 49 72,02 52 76,45 2. Percaya diri f. Menjawab pertanyaan sebelum ditunjuk guru 10 58,8 11 64,7
g. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru tanpa bertanya kepada teman terlebih dahulu
8 47,05 9 52,9
h. Menambahkan pendapat atau membenarkan jawaban temannya yang belum tepat
11 64,7 8 47,05
Jumlah rata-rata percaya diri 29 56,85 28 54,8 3. Kreativitas c. Siswa tidak hanya belajar dari satu sumber
(buku paket) 14 82,3 12 70,5
d. Mencatat hal-hal penting dari materi dengan caranya sendiri (memiliki buku catatan kecil, dll) atau menggarisbawahi pokok-pokok materi.
10 58,8 9 52,9
Jumlah rata-rata kreativitas 24 70,55 21 61,7 4. Semangat belajar b. Siswa mengerjakan tugas sendiri dengan
antusias 16 94,1 15 88,2
Jumlah rata-rata semangat belajar 16 94,1 15 88,2 5. Disiplin
d. Siswa masuk ke kelas tepat waktu tanpa menunggu guru 17 100 17 100
e. Memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan
13 76,4 17 100
f. Siswa tertib dan sudah siap belajar meskipun guru belum memulai pembelajaran
15 88,2 15 88,2
i. Menyelesaikan tugas tepat waktu 16 94,1 17 100 j. Siswa tidak keluar kelas pada saat
pembelajaran 17 100 17 100
Jumlah rata-rata disiplin 78 91,74 83 97,64
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
Lampiran 5 Tabel Hasil Pengamatan Guru dalam Pembelajaran Menggunakan Metode Mind
Map Siklus 1 Pertemuan 1
No. Item Hasil
1. Guru menyampaikan materi Guru menyampaikan materi tentang perjuangan tokoh-tokoh daerah pada masa penjajahan Belanda
2. Guru menugaskan siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut
-
3. Guru menugaskan siswa untuk mencatat/ menandai pokok-pokok materi
Siswa langsung diberikan tugas untuk membuat mind map
4. Guru memberikan/ menunjukkan contoh mind map
Guru menunjukkan contoh mind map sederhana yang sudah jadi dan menempelkannya di papan tulis.
5. Guru membimbing siswa dalam membuat mind map
Guru membimbing siswa yang bertanya dan terlihat bingung dalam membuat mind map
6. Guru mengevaluasi mind map yang telah dibuat oleh siswa
Waktu tidak cukup sehingga tugas membuat mind map dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.
191
Tabel Hasil Pengamatan Guru dalam Pembelajaran Menggunakan Metode Mind Map Siklus I Pertemuan 2
No. Item Hasil
1. Guru menyampaikan materi Guru melanjutkan materi yang sudah dipelajari pada pertemuan berikutnya
2. Guru menugaskan siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut
Guru langsung meminta siswa untuk membuat mind map dari materi yang dipelajari
3. Guru menugaskan siswa untuk mencatat/ menandai pokok-pokok materi
-
4. Guru memberikan/ menunjukkan contoh mind map
Guru memberikan gambaran contoh mind map
5. Guru membimbing siswa dalam membuat mind map
Guru berkeliling untuk melihat siswa pada saat membuat mind map
6. Guru mengevaluasi mind map yang telah dibuat oleh siswa
Guru meminta siswa untuk mempresentasikan mind map. Setelah itu guru mengumpulkan mind map yang sudah dibuat oleh siswa
192
Tabel Hasil Pengamatan Guru dalam Pembelajaran Menggunakan Metode Mind Map Siklus II Pertemuan 1
No. Item Hasil
1. Guru menyampaikan materi
Guru menjelaskan materi tentang perjuangan rakyat daerah dalam mempertahankan kemerdekaan
2.
Guru menugaskan siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi lebih lanjut pada buku paket
3.
Guru menugaskan siswa untuk mencatat/ menandai pokok-pokok materi
Guru menghimbau siswa untuk menandai hal-hal penting yang ada pada bacaan
4. Guru memberikan/ menunjukkan contoh mind map
Guru membuat mind map sederhana di papan tulis. Guru juga menghimbau siswa untuk membuat mind map secara mandiri karena dari hasil evaluasi sebelumnya guru menemukan banyak mind map yang sama. Guru juga meminta siswa untuk lebih kreativ seperti memberikan warna dan gambar/ pola tertentu.
5. Guru membimbing siswa dalam membuat mind map
Guru berkeliling ketika siswa membuat mind map
6. Guru mengevaluasi mind map yang telah dibuat oleh siswa
Guru meminta siswa untuk mempresentasikan mind map dan mengumpulkan mind map yang sudah dibuat oleh siswa
193
Tabel Hasil Pengamatan Guru dalam Pembelajaran Menggunakan Metode Mind Map Siklus II Pertemuan 2
No. Item Hasil
1. Guru menyampaikan materi
Guru menjelaskan materi tentang “Agresi Militer Belanda” secara singkat
2. Guru menugaskan siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi lebih lanjut pada buku paket
3.
Guru menugaskan siswa untuk mencatat/ menandai pokok-pokok materi
Guru menghimbau siswa untuk menandai hal-hal penting yang ada pada bacaan. Guru juga menyebutkan beberapa contoh hal penting yang dapat siswa catat dan cantumkan dalam mind map
4. Guru memberikan/ menunjukkan contoh mind map
Guru memberikan contoh mind map sederhana di papan tulis
5. Guru membimbing siswa dalam membuat mind map
Guru berkeliling ketika siswa membuat mind map
6. Guru mengevaluasi mind map yang telah dibuat oleh siswa
Guru memberikan tawaran kepada siswa yang ingin maju untuk mempresentasikan mind map. Setelah kegiatan presentasi guru mengumpulkan mind map yang sudah dibuat oleh siswa
194
Lampiran 6. Dokumentasi
Siswa menyiapkan buku sebelum pembelajaran dimulai
Siswa mendengarkan penjelasan materi dari guru
195
Guru menjelaskan cara membuat mind map
Siswa membaca dan memilih pokok-pokok materi
196
Kegiatan siswa membuat mind map
197
Kegiatan siswa mempresentasikan mind map
198
Beberapa mind map yang dibuat oleh siswa kelas VB
199
Beberapa siswa tidak memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan
Beberapa siswa melihat pekerjaan temannya, dan melihat contoh mind map yang dibuat oleh guru
200
Lampiran 7. Surat-surat Penelitian
201
202
203
204