upaya meningkatkan prestasi belajar ipa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/644/5/t1... ·...
TRANSCRIPT
26
dapat dilihat dari hasil observasi yang penulis laksanakan terhadap aktivitas belajar siswa seperti
yang disajikan dalam tabel 4.1 di halaman berikut.
Tabel 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus
No Aspek yang Diamati Kategori Kemunculan
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1
Keaktifan
Senang mengerjakan (4) 5 20
Kurang senang mengerjakan (3) 7 28
Tidak senang mengerjakan (2) 13 52
2
Inisiatif
Selalu memberi tanggapan (4) 4 16
Memberi tanggapan (3) 8 32
Jarang memberi tanggapan (2) 13 52
3
Konsentrasi
Selalu memperhatikan(4) 3 12
Memperhatikan(3) 7 28
Kurang memperhatikan(2) 15 60
4
Kerjasama
Mengerjakan bersama teman(3) 5 20
Mengerjakan sendiri (3) 8 32
Diam saja (2) 12 48
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa pada kondisi awal (pra siklus),
sebagian besar siswa masih kurang akif dalam mengikuti pembelajaran yang ditunjukkan dari
52% siswa tidak senang mengerjakan. Kemudian pada aspek inisiatif juga menunjukkan kategori
kurang, yaitu sebesar 52% tidak pernah memberi tanggapan. Selanjutnya pada aspek kosentarsi
juga menunjukkan hal yang demikian, yaitu 60% siswa kurang memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru. Begitu juga dengan aspek kerjasama, sebagian besar atau 48% siswa
masih diam saja.
Menurut teori, aktivitas siswa akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan siswa
dalam belajar sehingga keadaan ini merupakan masalah yang cukup penting untuk dicari
solusinya sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Keaktifan, inisiatif, kosentrasi dan
kerjasama merupakan beberapa faktor yang dapat mepengaruhi hasil belajar siswa.
27
Untuk mengetahui aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA, peneliti
memberikan angket kepada siswa. Hasil angket tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil Angket tentang Aktivitas Guru IPA dalam Proses Pembelajaran pada Pra Siklus
No Indikator Jawaban Siswa
Ya (%) Ragu-ragu (%)
Tidak (%)
1 Menghargai inisiatif siswa 32 48 20
2 Mengatur tata ruang belajar 60 28 12
3 Melibatkan siswa untuk berdiskusi 12 8 80
4 Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa 48 20 32
5 Menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif 32 20 48
6 Menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan
32 16 52
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa pada pra siklus
masih ragu-ragu dalam menanggapi penghargaan guru terhadap inisiatif siswa. Selain itu, siswa
juga menganggap pembelajaran IPA yang dilaksanakan guru di kelas masih kurang
menyenangkan. Hal ini disebabkan metode pembelajaran yang digunakan guru masih
menggunakan metode ceramah, sehingga semangat/motivasi belajar siswapun masih rendah.
Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kondisi awal (pra siklus) mengenai
hasil belajar IPA, peneliti mengadakan tes awal berupa tes tertulis. Adapun hasil tes awal tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Skor Tes Formatif IPA Pada Pra Siklus
Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan
80 1 4 % Tuntas
75 1 4 % Tuntas
28
70 2 8 % Tuntas
65 1 4 % Tuntas
60 2 8 % Belum Tuntas
55 3 12 % Belum Tuntas
50 5 20 % Belum Tuntas
45 4 16 % Belum Tuntas
40 2 8 % Belum Tuntas
35 3 12 % Belum Tuntas
30 1 4 % Belum Tuntas
Jumlah 25 100%
Agar lebih jelas mengenai hasil tes formatif IPA pada pra siklus dapat dibuat rekapitulasi
dan grafik sebagaimana berikut:
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif IPA Pada Pra Siklus
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 30
Nilai Rata-rata 47,60
Siswa yang Tuntas 5
% Siswa yang Tuntas 20 %
Siswa yang Belum Tuntas 20
% Siswa yang Belum Tuntas 80 %
Grafik 4.1
Distribusi Skor Tes Pada Pra Siklus
29
Berdasarkan dari data-data di atas, terlihat dengan jelas bahwa nilai hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari nilai ketuntasan belajar siswa
yang baru mencapai 20% atau baru 5 siswa yang mencapai nilai KKM 65. Nilai rata-rata IPA juga
masih rendah, yaitu sebesar 47,60.
4.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
4.2.1 Rencana Tindakan
Berdasarkan gambaran umum tentang kondisi awal (pra siklus) siswa dapat disimpulkan
adanya masalah pokok dalam pembelajaran IPA di kelas yang diteliti, yaitu aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran masih rendah. Hal ini akhirnya menyebabkan nilai ketuntasan belajar
siswa pada mata pelajaran IPA menjadi rendah.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti membuat suatu rencana tindakan penelitian
untuk siklus I dengan menyusun skenario pembelajaran. Dalam skenario ini mulai dicoba
penggunaan metode STAD (Student Team Achievement Divisions) untuk pembelajaran IPA
tentang perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
Materi yang digunakan adalah sesuai dengan Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi wujud
benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan
wujud cair padat cair; cair gas cair; padat gas, dan 6.3 Menjelaskan hubungan
antara sifat bahan dengan kegunaannya.
30
Skenario pembelajaran secara terinci tertuang dalam Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang terdapat dalam lampiran. Namun, secara garis besar dapat dijelaskan
seperti tabel 4.5 berikut.
4..2.2 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan 4 jam pelajaran (4 x 35 menit) yang
dilaksanakan pada minggu II bulan November 2011, yaitu pada hari Rabu tanggal 9 November
2011.
Dalam pelaksanaan tindakan penelitian siklus I ini, peneliti dibantu oleh 2 (dua) orang
rekan sejawat sebagai kolaborator, yaitu Bapak Karmito dan Ibu Siti Sulikhah. Kolaborator ini
membantu mengobservasi aktivitas guru/peneliti dan aktivitas belajar siswa selama kegiatan
pembelajaran dilakukan. Setelah itu, mereka dimintai pendapat dan sarannya dalam kegiatan
refleksi untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan perencanaan
tindakan siklus berikutnya
Tabel 4.5
Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
A. 1.
Pra Pembelajaran Menugaskan siswa membaca materi pelajaran tentang wujud benda
Membaca materi pelajaran tentang wujud benda
2. Menyiapan benda yang akan dibuat percobaan
B 1
Pelaksanaan Pembelajaran Menjelaskan macam-macam wujud benda
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
2 Menjelaskan gambaran umum tentang perubahan wujud benda
Menemutunjukkan macam-macam wujud dan perubahan wujud benda
3 Menjelaskan tata cara permainan kuis dalam model STAD
Memperhatikan penjelasan guru tentang tata cara permainan kuis
4 Membentuk kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 siswa
Melakukan percobaan dan melakukan pengamatan tentang perubahan wujud benda
5 Guru memimpin presentasi kelompok Melakukan presentasi kelompok
6 Guru memberikan kuis individu Menjawab kuis secara individu yang
31
diberikan guru dan anggota kelompok tidak boleh membantu
7 Guru memberikan penilaian Menerima nilai yang diberikan guru
8 Guru memberikan penghargaan Menerima penghargaan yang diberikan guru
9 Melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan
Bertanya/menyampaikan pendapat tentang pembelajaran
10 Memberikan rangkuman materi Mencatat rangkuman materi
11 Melaksanakan evaluasi Mengerjakan lembar evaluasi
.
Berikut hasil observasi proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus I mulai dari awal
sampai akhir pertemuan:
a. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal pertemuan guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan
fisik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran IPA. Kemudian guru melaksanakan kegiatan
apersepsi yaitu mengaitkan materi sebelumnya yaitu tentang macam-macam wujud benda
dengan materi yang akan disampaikan yaitu tentang perubahan wujud benda. Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawabnya. Selanjutnya guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dari materi yang akan dipelajari.
Dilihat dari aktivitas siswa, pada kegiatan awal ini siswa kelihatan siap untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari semangat yang ditunjukkan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa antusias menjawab pertanyaan pendahuluan
yang diberikan guru. Selain itu, siswa juga terlihat memperhatikan tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini, guru IPA lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Guru memfasilitasi munculnya gagasan baru dari siswa baik secara lisan
maupun tertulis. Siswa diberikan tugas untuk melakukan percobaan tentang perubahan
wujud benda melalui kerja kelompok. Masing-masing kelompok disuruh untuk
mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok yang lain menanggapinya.
Untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan umpan balik yang positif, guru
memberikan kuis untuk dijawab siswa. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang mencapai nilai tertinggi.
c. Akhir pertemuan
32
Pada akhir pertemuan, guru IPA bersama siswa membuat rangkuman mengenai
materi yang diajarkan. Selanjutnya melakukan penilaian dan merencanakan tindak lanjut
serta menyampaikan materi pembelajaran berikutnya.
Hasil Tindakan. Setelah tindakan pembelajaran pada siklus I dilakukan, diperoleh hasil belajar
siswa pada aspek kognitif maupun hasil belajar siswa aspek keterampilan sosial. Berdasarkan
dari hasil belajar siswa aspek kognitif, peneliti mendapatkan data hasil tes yang dilakukan pada
akhir siklus. Tes yang diberikan berupa tes tertulis dalam bentuk isian. Adapun hasil tes yang
diperoleh adalah seperti pada tabel 4.6 berikut.
Dengan memperhatikan hasil observasi aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, dapat dilihat bahwa dengan diterapkannya metode STAD dalam pembelajaran IPA,
siswa yang kurang aktif, kurang konsentrasi, dan kurang bekerjasama dengan teman lain
jumlahnya menjadi berkurang bila dibanding dengan kondisi pada pra siklus, yaitu sebelum
diterapkannya metode STAD. Dengan diterapkannya metode ini, keaktifan, inisiatif, konsetrasi
dan kerjasama menjadi meningkat.
Tabel 4.6
Distribusi Skor Tes IPA Pada Siklus I
Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan
90 1 4 % Tuntas
85 1 4 % Tuntas
80 2 8 % Tuntas
75 2 8 % Tuntas
70 4 16 % Tuntas
65 5 20 % Tuntas
60 3 12 % Belum Tuntas
55 2 8 % Belum Tuntas
50 3 12 % Belum Tuntas
45 2 8 % Belum Tuntas
40 1 4 % Belum Tuntas
Jumlah 25 100%
Sedangkan untuk penilaian siswa tentang aktivitas guru dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA dapat dilihat dari jawaban siswa melalui angket yang telah peneliti berikan.
Adapun hasil angket tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
33
Agar lebih jelas mengenai hasil tes formatif IPA pada pra siklus dapat dibuat rekapitulasi
dan grafik sebagaimana berikut:
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif IPA Pada Siklus I
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 40
Nilai Rata-rata 66,40
Siswa yang Tuntas 15
% Siswa yang Tuntas 60 %
Siswa yang Belum Tuntas 10
% Siswa yang Belum Tuntas 40 %
Grafik 4.2
Distribusi SkorTes Formatif IPA Pada Siklus I
34
Adapun hasil belajar siswa pada aspek keterampilan sosial dapat dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 4.8
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
No Aspek yang Diamati Kategori Kemunculan
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1
Keaktifan
Senang mengerjakan (4) 10 40
Kurang senang mengerjakan (3) 12 48
Tidak senang mengerjakan (2) 3 12
2
Inisiatif
Selalu memberi tanggapan (4) 11 44
Memberi tanggapan (3) 11 44
Jarang memberi tanggapan (2) 2 8
3
Konsentrasi
Selalu memperhatikan(4) 9 36
Memperhatikan(3) 15 60
Kurang memperhatikan(2) 1 4
4
Kerjasama
Mengerjakan bersama teman(3) 16 64
Mengerjakan sendiri (3) 6 24
Diam saja (2) 3 12
Tabel 4.9
Hasil Angket tentang Aktivitas Guru IPA dalam
35
Proses Pembelajaran Pada Siklus I
No Indikator Jawaban Siswa
Ya (%) Ragu-ragu (%)
Tidak (%)
1 Menghargai inisiatif siswa 60 28 12
2 Mengatur tata ruang belajar 80 20 0
3 Melibatkan siswa untuk berdiskusi 48 20 32
4 Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa 76 24 0
5 Menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif
84 16 0
6 Menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan
80 20 0
Dari data tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa dengan metode STAD sebagian besar
siswa sudah menganggap bahwa Guru mata pelajaran IPA sudah menghargai inisiatif siswa,
mengatur tata ruang kelas yang tepat, menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan, sehingga siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar. Adanya peningkatan
aktivitas siswa ini akan mampu menjadikan nilai IPA siswa menjadi lebih meningkat dari
sebelumnya.
Hasil wawancara dengan kolaborator juga menunjukkan hasil serupa. Kedua kaloborator
(Bapak Karmito dan Ibu Siti Sulikhah) memberikan penjelasan yang hampir sama, yaitu bahwa
dalam siklus I ini peneliti sudah bisa meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan dari data-data di atas, terlihat dengan jelas bahwa nilai hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA pada siklus I sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dari
kondisi awal (pra siklus). Hal ini ditunjukkan dari nilai ketuntasan belajar siswa yang sudah
mencapai 60%. Nilai rata-rata IPA juga meningkat menjadi 66,40. Namun demikian, nilai hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA pada siklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang
peneliti tetapkan.
4.2.3 Refleksi
Berdasarkan dari data-data yang peneliti kumpulkan bersama mitra kolaborasi
sebagaimana tercantum di atas, maka selanjutnya peneliti melakukan kegiatan refleksi untuk
mengevaluasi kegiatan pembelajaran siklus I. Refleksi ini dilakukan dengan cara menganalisis
36
data-data yang terkumpul mengenai kelebihan, kekurangan, maupun hambatan-hambatan yang
terjadi selama pembelajaran untuk dicarikan solusinya. Dalam kegiatan refleksi ini peneliti
berdisikusi dengan pengamatan/kolaborator dan selanjutnya peneliti jadikan dasar pertimbangan
untuk menyusun skenario pembelajaran pada siklus berikutnya (siklus II).
Dari data yang peneliti peroleh, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah
mengalami peningkatan meskipun masih ada beberapa siswa yang menunjukkan aktivitas belajar
yang relatif rendah. Dari aktivitas guru dalam pembelajaran juga sudah menunjukkan aktivitas
yang meningkat dari pada kondisi awal. Guru mata pelajaran IPA sudah menghargai inisiatif
siswa, mengatur tata ruang kelas yang tepat, menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif
dan menyenangkan, sehingga siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar.
Selain itu, nilai hasil belajar siswa belum mencapai indikator kinerja yang peneliti
tetapkan yaitu ketuntasan belajar IPA juga baru mencapai 60% atau belum mencapai indikator
kinerja 75%. Dengan memperhatikan masukan dari kolaborator, peneliti menyimpulkan bahwa
ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penerapan metode STAD.
Adapun kelebihan kegiatan pembelajaran pada siklus I melalui penerapan metode STAD
adalah sebagai berikut: (1) guru bisa menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan,
(2) Guru bisa mendorong siswa untuk belajar dengan bekerjasama dan mandiri Sedangkan
kelemahan yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran siklus I, yaitu: (1) Sebagian siswa
belum sepenuhnya mengikuti skenario pembelajaran yang ditetapkan oleh guru/peneliti, (2) Guru
belum memanfaatkan media pembelajaran audio visual.
Dengan memperhatikan indikator kinerja yang telah ditetapkan, peneliti menilai bahwa
penelitian tindakan yang telah dilaksanakan sampai siklus I ini belum berhasil. Data yang bersifat
kualitatif memang menunjukkan adanya peningkatan bila dibanding pada kondisi pra siklus. Akan
tetapi jika melihat data hasil belajar siswa, ketuntasan belajar siswa baru mencapai 60%.
Penelitian dianggap baru berhasil jika indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan, yaitu minimal
75% siswa mencapai nilai ketuntasan minimal IPA sebesar 65. Melihat data tersebut, peneliti
memutuskan untuk melanjutkan kegiatan penelitian dengan siklus II.
Tindak Lanjut
Dengan memperhatikan data tes hasil belajar pada siklus I, peneliti membuat program
perbaikan dan program penganyaan. Program penganyaan diberikan kepada siswa yang telah
37
mencapai nilai ketuntasan sejumlah 15 siswa. Sedangkan program perbaikan diberikan kepada
siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan sejumlah 10 siswa.
4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
4.3.1 Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti menyusun
kembali rencana tindakan siklus II yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Siklus II sebagaimana terlampir. Skenario pembelajaran siklus II kegiatan intinya sama
dengan kegiatan pada siklus I, yaitu penerapan model pembelajaran STAD. Namun, dalam
skenario siklus II ini mengalami beberapa perbaikan/penyempurnaan terutama dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam siklus II ini, kegiatan pembelajaran menggunakan media LCD Proyektor
yang sebelumnya belum diterapkan dalam siklus I.
Secara kronologis, skenario pembelajaran siklus II adalah seperti yang tertera pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Skenario Pembelajaran Siklus II
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
A. 1.
Pra Pembelajaran Menugaskan siswa membaca materi pelajaran tentang wujud benda
Membaca materi pelajaran tentang wujud benda
2. Menyiapan media pembelajaran berupa LCD Proyektor
B 1
Pelaksanaan Pembelajaran Menampilkan power point tentang perubahan wujud benda
Memperhatikan tayangan wujud benda melalui power point pada proyektor.
2 Menjelaskan gambaran umum tentang perubahan wujud benda
Menemutunjukkan macam-macam wujud dan perubahan wujud benda
3 Menjelaskan tata cara permainan kuis dalam model STAD
Memperhatikan penjelasan guru tentang tata cara permainan kuis dalam model STAD
4 Membentuk kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 siswa
Melakukan percobaan dan melakukan pengamatan tentang perubahan wujud benda
5 Guru memimpin presentasi kelompok Melakukan presentasi kelompok
6 Guru memberikan kuis individu Menjawab kuis secara individu dari guru dan anggota kelompok tidak boleh membantu
7 Guru memberikan penilaian Menerima nilai yang diberikan guru
8 Guru memberikan penghargaan Menerima penghargaan yang diberikan guru
9 Melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan
Bertanya/menyampaikan pendapat tentang pembelajaran
10 Memberikan rangkuman materi Mencatat rangkuman materi
11 Melaksanakan evaluasi Mengerjakan lembar evaluasi
38
Penggunaan media LCD Proyektor ini dimaksudkan agar kegiatan pembelajaran lebih
menarik dan menyenangkan lagi bagi siswa dan juga menjadi materi yang disampaikan guru lebih
kongkrit sehingga mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, penggunaan media pembelajaran akan
mampu mengatasi kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan
kegairahan, dan sebagainya. Sehingga diharapkan nilai hasil belajar siswa akan menjadi lebih
meningkat.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada Minggu ke III bulan November,
tepatnya hari Rabu 16 November 2011 dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran (4 x 35 menit).
Dalam pelaksanaan tindakan penelitian siklus II ini, peneliti juga masih dibantu oleh 2
(dua) orang rekan sejawat sebagai kolaborator, yaitu Bapak Karmito dan Ibu Sulikhah.
Kolaborator ini membantu mengobservasi aktivitas guru/peneliti dan aktivitas belajar siswa
selama kegiatan pembelajaran dilakukan. Setelah itu, mereka dimintai pendapat dan sarannya
dalam kegiatan refleksi untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan
perencanaan tindakan siklus berikutnya.
Berikut hasil observasi proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus I mulai dari awal
sampai akhir pertemuan:
a. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal pertemuan guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan
fisik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran IPA. Kemudian guru melaksanakan kegiatan
apersepsi yaitu mengaitkan materi sebelumnya yaitu tentang macam-macam wujud benda
dengan materi yang akan disampaikan yaitu tentang perubahan wujud benda. Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawabnya melalui metode tanya
jawab. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dari materi
yang akan dipelajari.
Dilihat dari aktivitas siswa, pada kegiatan awal ini siswa kelihatan siap untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari semangat yang ditunjukkan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa antusias menjawab pertanyaan pendahuluan
yang diberikan guru. Selain itu, siswa juga terlihat memperhatikan tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
39
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini, guru IPA lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Guru menggunakan media audiovisual agar siswa lebih memperhatikan
materi yang disampaikan guru. Guru memfasilitasi munculnya gagasan baru dari siswa baik
secara lisan maupun tertulis. Siswa diberikan tugas untuk melakukan percobaan tentang
perubahan wujud benda melalui kerja kelompok. Masing-masing kelompok disuruh untuk
mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok yang lain menanggapinya. Untuk
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan umpan balik yang positif, guru memberikan kuis
untuk dijawab siswa. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
mencapai nilai tertinggi.
c. Akhir pertemuan
Pada akhir pertemuan, guru IPA bersama siswa membuat rangkuman mengenai materi
yang diajarkan. Selanjutnya melakukan penilaian dan merencanakan tindak lanjut serta
menyampaikan materi pembelajaran berikutnya.
Hasil Tindakan
Berdasarkan dari hasil belajar siswa aspek kognitif, peneliti mendapatkan data hasil tes
yang dilakukan pada akhir siklus. Tes yang diberikan berupa tes tertulis dalam bentuk isian.
Adapun melalui tes hasil belajar IPA siswa pada siklus II ini, peneliti mendapatkan data nilai hasil
belajar siswa adalah seperti pada tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11
Distribusi Skor Tes IPA Pada Siklus II
Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan
100 1 4 % Tuntas
95 1 4 % Tuntas
90 2 8 % Tuntas
85 2 8 % Tuntas
80 3 12 % Tuntas
75 3 12 % Tuntas
70 4 16 % Tuntas
65 4 16 % Tuntas
60 2 8 % Belum Tuntas
55 2 8 % Belum Tuntas
50 1 4 % Belum Tuntas
Jumlah 25 100%
40
Agar lebih jelas mengenai hasil tes formatif IPA pada siklus II dapat dibuat rekapitulasi
dan grafik sebagaimana berikut:
Tabel 4.12
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif IPA Siklus II
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 50
Nilai Rata-rata 73,20
Siswa yang Tuntas 20
% Siswa yang Tuntas 80 %
Siswa yang Belum Tuntas 5
% Siswa yang Belum Tuntas 20 %
Grafik 4.3
Distribusi Skor Tes IPA Pada Siklus II
41
Berdasarkan dari data-data di atas, terlihat dengan jelas bahwa nilai hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA pada siklus II sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dari
siklus I. Siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan belajar sudah mencapai 20 siswa atau 80%.
Nilai rata-rata IPA juga meningkat menjadi 73,20.
Adapun hasil belajar siswa pada aspek keterampilan sosial dapat dilihat dari tabel 4.13
berikut:
Dari data hasil observasi aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada
tabel 4.13, dapat dilihat bahwa dengan diterapkannya metode STAD dalam pembelajaran IPA,
siswa yang kurang aktif, kurang konsentrasi, dan kurang bekerjasama serta diam saja dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran sudah tidak ada. Hal ini menujukkan adanya peningkatan
aktivitas siswa bila dibanding pada pra siklus dan sklus I.
Tabel 4.13
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II
No Aspek yang Diamati Kategori Kemunculan
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1
Keaktifan
Senang mengerjakan (4)
20 80
Kurang senang mengerjakan (3) 5 20
Tidak senang mengerjakan (2) 0 0
2
Inisiatif
Selalu memberi tanggapan (4) 11 44
Memberi tanggapan (3)
14 56
Jarang memberi tanggapan (2) 0 0
3
Konsentrasi
Selalu memperhatikan (4)
16 64
Memperhatikan (3)
9 36
Kurang memperhatikan (2)
0 0
4
Kerjasama
Mengerjakan bersama teman (3)
21 84
Mengerjakan sendiri (3)
4 16
Diam saja (2)
0 0
42
Sedangkan untuk penilaian siswa tentang aktivitas guru dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA dapat dilihat dari jawaban siswa melalui angket yang telah peneliti berikan.
Adapun hasil angket tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini:
Tabel 4.14
Hasil Angket tentang Aktivitas Guru IPA dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II
No Indikator Jawaban Siswa
Ya (%) Ragu-ragu (%)
Tidak (%)
1 Menghargai inisiatif siswa 92 8 0
2 Mengatur tata ruang belajar 88 12 0
3 Melibatkan siswa untuk berdiskusi 76 24 0
4 Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa 88 12 0
5 Menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif
96 4 0
6 Menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan
86 4 0
Dari data tabel 4.14 di atas, dapat diketahui bahwa dengan metode STAD sudah tidak
ada siswa yang menganggap bahwa guru IPA tidak menghargai inisiatif siswa. Bahkan hampir
semua siswa (96%) menganggap guru IPA mampu menjadikan pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan. Sebagian besar merasa dilibatkan guru dalam berdiskusi sehingga keberanian
siswa dalam bertanya, berpendapat dan beragumentasi menjadi meningkat.
Hasil wawancara dengan kolaborator juga menunjukkan hasil serupa. Kedua kaloborator
(Bapak Karmito dan Ibu Siti Sulikah ) memberikan penjelasan yang hampir sama, yaitu bahwa
dalam siklus II ini peneliti sudah bisa meningkatkan aktivitas siswa sepenuhnya dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4.3.3 Refleksi dan Evaluasi Kegiatan Siklus II
Berdasarkan dari data-data yang peneliti kumpulkan bersama mitra kolaborasi pada
siklus II sebagaimana tercantum di atas, maka selanjutnya peneliti melakukan kegiatan refleksi
untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran siklus II. Refleksi ini dilakukan dengan cara
menganalisis data-data yang terkumpul mengenai kelebihan, kekurangan, maupun hambatan-
43
hambatan yang terjadi selama pembelajaran untuk dicarikan solusinya. Dalam kegiatan refleksi ini
peneliti berdisikusi dengan pengamatan/kolaborator dan selanjutnya peneliti jadikan dasar
pertimbangan apakah peneliti perlu melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya.
Dari data yang peneliti peroleh, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada
siklus II sudah mengalami peningkatan. Siswa yang kurang aktif, kurang konsentrasi, dan kurang
bekerjasama serta diam saja dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sudah tidak ada. Selain itu,
nilai ketuntasan belajar IPA juga sudah mencapai mencapai 80%. Dengan demikian, nilai
ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA pada siklus II ini sudah mencapai indikator
kinerja yang peneliti lakukan.
Dengan memperhatikan masukan dari kolaborator, peneliti dapat menjelaskan bahwa
ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penerapan metode STAD. Adapun kelebihan
kegiatan pembelajaran pada siklus II melalui penerapan metode STAD adalah dapat
meningkatkan aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas guru dalam belajar. Penerapan model
pembelajaran STAD akan mampu menjadikan kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan, siswa
lebih aktif dan bekerjasama dengan temannya. Adanya peningkatan aktivitas siswa tersebut akan
dapat menjadikan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.
Sedangkan kelemahan yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran siklus II adalah
bahwa pembelajaran melalui metode STAD akan membawa hasil yang maksimal jika skenario
pembelajaran yang telah disusun oleh guru dilaksanakan dengan sepenuhnya oleh siswa dan
guru memanfaatkan media pembelajaran, terutama media audio visual.
Dengan memperhatikan indikator kinerja yang telah ditetapkan, peneliti menilai bahwa
penelitian tindakan yang telah dilaksanakan sampai siklus II ini sudah berhasil. Indikator kinerja
yang telah peneliti tetapkan, yaitu minimal 75% siswa mencapai nilai ketuntasan minimal IPA
sebesar 65 sudah tercapai. Melihat data tersebut, maka peneliti sudah tidak melaksanakan
tindakan pada siklus berikutnya.
Tindak Lanjut
Dengan memperhatikan data tes hasil belajar pada siklus II, peneliti membuat program
perbaikan dan program penganyaan. Program penganyaan diberikan kepada siswa yang telah
mencapai nilai ketuntasan sejumlah 20 siswa. Sedangkan program perbaikan diberikan kepada
siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan sejumlah 5 siswa.
44
4.4 Pembahasan dan Hasil Penelitian
Setelah peneliti melaksanakan 2 (dua) kali siklus pembelajaran maka terkumpul data-
data penelitian. Penilaian terhadap variabel output yaitu tentang hasil belajar IPA siswa dari pra
siklus sampai siklus II berakhir juga menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa.
Sebelum adanya tindakan (pra siklus) hasil belajar siswa baru 20% siswa yang mencapai nilai
ketuntasan. Hal ini berarti masih 80% siswa yang belum mencapai nilai Ketuntasan Minimal
(KKM).
Kemudian pada siklus I, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA meningkat menjadi
60%. Hal ini berarti ada 40% siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan minimal. Pada siklus II,
hasil belajar siswa meningkat menjadi 80% atau hanya 20% siswa yang belum mencapai nilai
ketuntasan minimal. Hal ini berarti bahwa hasil belajar siswa pada siklus II ini sudah mencapai
indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan yaitu 75%. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada
tabel 4.15 dan Grafik 4.4 berikut:
Tabel 4.15
Perbandingan Ketuntasan Belajar Pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No Kriteria Persentase Ketuntasan
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Tuntas 20% 60% 80%
2 Belum Tuntas 80% 40% 20%
Jumlah 100% 100% 100%
45
Grafik 4.4
Perbandingan Ketuntasan Belajar Pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Selanjutnya nilai rata-rata kelas juga menunjukkan hasil peningkatan mulai dari pra
siklus sampai siklus II. Pada pra siklus nilai rata-rata kelas baru mencapai 47,60. Kemudian
pada siklus I naik menjadi 66,40 atau mengalami peningkatan sebesar 18,80. Begitu juga
pada siklus II juga mengalami peningkatan bila dibandingkan pada siklus I. Pada siklus II ini
nilai rata-rata kelas siswa meningkat menjadi 73,20. Hal ini menunjukkan adanya pencapaian
indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan.
Berdasarkan dari deskripsi dan analisis data yang peneliti sajikan di atas, dapat dilihat
beberapa temuan selama penelitian. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dari pra
siklus sampai siklus II terus mengalami peningkatan dari segi kualitas. Sebelum pra siklus,
kegiatan pembelajaran masih dilaksanakan secara monoton. Hal ini dapat dilihat dari metode
yang digunakannya. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi
pelajaran. Akibatnya siswa lebih banyak menerima pelajaran bukan melaksanakan pengalaman
belajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran kurang menyenangkan dan membosankan bagi
46
siswa. Siswa kurang tertarik dan perhatian terhadap materi yang disampaikan sehingga nilai
ketuntasan belajar siswa menjadi rendah.
Setelah dilaksanakan tindakan, kualitas pembelajaran yang dilaksanakan guru terus
mengalami peningkatan. Pada siklus I, guru mampu menyajikan pembelajaran lebih baik bila
dibanding pra siklus. Siswa sudah merasakan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan guru
sudah menyenangkan dan siswa sudah terlatih untuk kerjasama. Akibatnya keaktifan, inisiatif,
konsentrasi dan kerja sama siswa meningkat. Semua peningkatan aktivitas belajar siswa ini
berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang ditunjukkan oleh
meningkatkan hasil tes secara signifikan.
Aktivitas merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap peningkatan
hasil belajar siswa. Thomas M. Risk (dalam Daradjat, 2008: 137) mengemukakan bahwa
mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar siswa. Pengalaman itu sendiri hanya
mungkin diperoleh bila siswa itu dengan keaktifan sendiri bereaksi dengan lingkungannya. Guru
dapat membantu anak itu belajar, tetapi guru tidak dapat belajar untuk anak itu. Dengan demikian,
aktivitas belajar siswa sangat diperlukan dalam rangka mencapai hasil belajar yang baik.
Kemudian dari hasil angket siswa, dapat dilihat adanya perubahan sikap siswa terhadap
mata pelajaran IPA dan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Pada kondisi awal (pra siklus)
siswa masih menganggap bahwa pembelajaran IPA termasuk mata pelajaran yang sulit. Namun
setelah guru menerapkan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions),
siswa menganggap mata pelajaran IPA lebih mudah dan proses pembelajaran yang dilakukan
guru sudah dirasa lebih menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode yang
dapat mengaktifkan dan membangun kerjasama siswa sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran.
Metode yang demikian akan mampu menjadikan kondisi pembelajaran tidak
membosankan dan lebih menyenangkan, sehingga siswa akan lebih terkonsentrasi dan
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Adanya konsentrasi atau perhatian merupakan salah
satu indikator adanya minat belajar yang ada pada diri siswa. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh ahli, siswa yang berminat akan mampu menunjukkan hasil belajar yang lebih
baik daripada yang tidak memiliki minat belajar.
Hal ini akan berdampak pada meningkatnya nilai ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-
rata siswa. Nilai ketuntasan belajar siswa yang semula rendah setelah guru menerapkan metode
47
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran akan mampu
meningkatkan nilai ketuntasan belajar dan nilai rata-rata siswa. Sehingga nilai hasil belajar siswa
dapat tercapai secara optimal.