upaya pencegahan.pdf
DESCRIPTION
ydhgdxfsdgvfcnbg cxvjkftghdtgdbyt]dfgTRANSCRIPT
-
UNIVERSITAS INDONESIA
UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA KERUSAKAN
DAN PEMELIHARAAN REKAM MEDIS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA
SKRIPSI
NADYA HAIRANI
0806392804
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
DEPOK
JULI 2012
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
UNIVERSITAS INDONESIA
UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA KERUSAKAN
DAN PEMELIHARAAN REKAM MEDIS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Humaniora
NADYA HAIRANI
0806392804
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
DEPOK
JULI 2012
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
ii Universitas Indonesia
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
iii Universitas Indonesia
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
iv Universitas Indonesia
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
berkat, rahmat dan juga limpahan hidayah kepada hambanya, sehingga penulis
dapat meraih gelar Sarjana Humaniora. Dalam menyusun skripsi ini, penulis
menemui banyak hambatan, namun karena adanya bantuan dari berbagai banyak
pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah, Mama, Yuki, Arif, dan Mbak Rohati yang telah terus mendukung
penulis dan memberikan doa yang tidak putus-putus selama proses
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Anon Mirmani, selaku dosen pembimbing yang terus memberikan
masukan untuk penulisan skripsi ini sehingga bisa menghasilkan sebuah
mahakarya.
3. Ibu Utami Hariya, ibu Wiwiet M., dan kak Yeni selaku dewan penguji
yang telah memberikan berbagai macam perbaikan demi revisi ini.
4. Para dosen-dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang
telah memberikan ilmu kepada penulis selama 4 tahun ini.
5. Geng CAPS tersayang; Shanty, Nurul, Rizka, dan Susi, terima kasih untuk
segala gosip, canda, dan haru yang telah kita jalin bersama ini.
6. Reza, Niko, Udin, Bagus, Fine, Peppy, Revany, Riva, Lala, Cikur, Sapto,
Rengga, Yuda, Amu, Fahmi, Iqbal, Yani, Dita, Melisa, Weni, Devita,
Ressa, Uni, Raya, Oneng, dan keluarga besar JIP 2008 lainnya terima
kasih untuk segala kenangannya yang telah diberikan selama 4 tahun
terakhir ini.
7. Macin, Ina, Herning, Tanti, Eca, dan Uli terima kasih untuk segala
dukungan dan pengertiannya. Semoga kalian juga bisa cepat menyusul.
8. Dita, Ilmi, Annisa, Andjar, Azmi, dan Nana yang telah membantu dalam
pengeditan naskah ini.
9. Keluarga besar IMASIP UI terima kasih untuk doa dan dukungannya.
10. Hilmi, Ade, Dian, Tika, Kiki, Nisa, Widuri, Itha, Aisya, dan Bang Mamat.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
vi Universitas Indonesia
11. Pihak RSUD Tarakan Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan
pada pengambilan data di lapangan.
12. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,
terima kasih atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.
Jakarta, Juli 2012
Nadya Hairani
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
vii Universitas Indonesia
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Nadya Hairani
Program Studi : Ilmu Perpustakaan
Judul : Upaya Pencegahan Bahaya Kerusakan dan Pemeliharaan
Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta
Penelitian ini membahas mengenai proses/kegiatan pemeliharaan dan pencegahan
bahaya terhadap rekam medis RSUD Tarakan Jakarta. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memicu terjadinya
kerusakan/bahaya pada unit rekam medis RSUD Tarakan Jakarta dan juga
mengetahui tindakan-tindakan pencegahan minimal apa saja yang telah dilakukan
oleh pihak rumah sakit dalam melindungi rekam medis para pasiennya. Penelitian ini
menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian
ini adalah lahirnya sebuah contoh Standard Operational Procedur (SOP)
penanggulangan bencana yang diaplikasikan pada unit rekam medis RSUD Tarakan
Jakarta untuk melindungi rekam medis yang telah dimiliki.
Kata kunci:
Program pemeliharaan arsip vital, rekod vital, rekam medis, rumah sakit.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Nadya Hairani
Study Program : Library Science
Title : The Effort of Damage Prevention and Maintenance of
Medical Record in Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Jakarta
This study focused about the maintenance and the prevention of breakage towards
medical record in RSUD Tarakan Jakarta. The aim of this study are to identify some
factors which can trigger the damage or disaster to medical record unit at hospital and
that hospital management has done to their patients medical records. This study used a study case method with qualitative approaches. The result from this study is a
sample of standard operational procedure of disasters countermeasure which will implied in medical records unit of RSUD Tarakan Jakarta to protect their medical
records.
Keywords:
Vital records maintenance program, vital records, medical records, hospital.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN............................................................. iv
KATA PENGANTAR...................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..... vii
ABSTRAK........................................................................................ viii
ABSTRACT...................................................................................... ix
DAFTAR ISI............................. x
DAFTAR GAMBAR........................................................................ xii
DAFTAR TABEL............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xiv
1. PENDAHULUAN........................................................................ 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah ... 3 1.3. Pertanyaan Penelitan... 3 w w 1.4. Tujuan Penelitian .. . 3 1.5. Manfaat Penelitian .......... 4 1.6. Ruang Lingkup ........... 4 1.7. Kerangka Berpikir............................................................... 4
2. TINJAUAN LITERATUR ............................ 6 2.1. Arsip dan Rekod.................................................................. 6
2.1.1. Pengertian Arsip dan Rekod.................................... 6 2.1.2. Karakteristik Rekod................................................. 7 2.1.3. Daur Hidup Rekod................................................... 9 2.1.4. Manajemen Rekod................................................... 10
2.1.4.1. Pencatatan.................................................. 11 2.1.4.2. Pendaftaran................................................ 11 2.1.4.3. Klasifikasi.................................................. 12 2.1.4.4. Tingkat Keamanan dan Akses................... 12 2.1.4.5. Identifikasi Status Disposisi...................... 13 2.1.4.6. Penyimpanan.............................................. 13 2.1.4.7. Penggunaan dan Pelacakan........................ 14 2.1.4.8. Implementasi Disposisi.............................. 15
2.1.5. Alih Media............................................................... 16 2.2. Rekam Medis .................. 17
2.2.1. Pengertian Rekam Medis......................................... 17 2.2.2. Jenis dan Isi Rekam Medis ................. 18 2.2.3. Manfaat Rekam Medis ................ 20 2.2.4. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis ............. 20 2.2.5. Kepemilikan Rekam Medis.............. 21 2.2.6. Penyimpanan dan Pemusnahan Rekam Medis........ 21 2.2.7. Kerahasiaan Rekam Medis ..................... 22
2.3. Arsip Vital .......................................... 24
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
xi Universitas Indonesia
3. METODE PENELITIAN .. 27 3.1. Pendekatan Penelitian ..... 27 3.2. Subjek dan Objek Penelitian ....... 27 3.3. Informan.. 27 3.4. Tahapan Penelitian .. 28
3.4.1. Tahap Pengumpulan Data Penelitian .. ... 28 3.4.2. Tahap Analisis dan Interpretasi Data Penelitian.... 29 3.4.3. Tahap Penyajian Data dan Penarikan Kesimpulan. 29
4. HASIL PENELITIAN 30 4.1.Profil RSUD Tarakan Jakarta... 30
4.1.1. Sejarah RSUD Tarakan 30 4.1.2. Keadaan Geografis Sekitar RSUD Tarakan............. 30
4.2. Unit Rekam Medis RSUD Tarakan..................................... 31
4.3.Analisis Data. 32 4.3.1. Penciptaan Rekam Medis. 32 4.3.2. Penggunaan Rekam Medis... 34 4.3.3. Pemeliharaaan Rekam Medis... 41 4.3.4. Penyusutan dan Pemusnahan Rekam Medis............ 45 4.3.5. Pengkajian Resiko Bencana..................................... 47 4.3.6. Alih Media............................................................... 56
5. KESIMPULAN DAN SARAN... 58 5.1.Kesimpulan... 58 5.2.Saran. 59
DAFTAR PUSTAKA... 61
LAMPIRAN.. 64
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
xii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Kerangka berpikir.. 5 Gambar 2.1. Daur hidup rekod... 9 Gambar 4.1. Peta lingkungan daerah sekitar RSUD Tarakan........ 31
Gambar 4.2. Floor plan URM RSUD Tarakan... 32 Gambar 4.3. Contoh terminal digit filing....... 34 Gambar 4.4. Kebocoran yang terjadi didepan ruang URM........ 53 Gambar 4.5. Keadaan ruang filing. ....... 54 Gambar 4.6. Keadaan ruang logistik.............. 55
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Profil Informan........................................................... 27
Tabel 4.1. Hubungan antara suhu dan kelembapan relatif......... 50
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bagan......................................................................... 64
Lampiran 2 Transkrip Wawancara 67 Lampiran 3 Usulan SOP Penanggulangan Bencana.. 75
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
1
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 mengenai Praktik
5Kedokteran menyatakan bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pelayanan kesehatan yang baik harus disertai dengan kualitas pelayanan
medis yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk mencapai
kualitas pelayanan yang baik tentu perlu dibantu dengan faktor-faktor lain, seperti
pelayanan yang baik dari para tenaga medis (dokter, perawat, terapis, paramedis,
dan apoteker), administrasi rumah sakit yang tertata dengan baik, dan lainnya.
Administrasi rumah sakit yang baik dapat dilihat melalui pengelolaan manajemen
rumah sakit yang terorganisir dengan baik.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan yang berlokasi di Jalan
Kyai Caringin no. 7 Jakarta, merupakan jenis rumah sakit umum yang setiap
harinya ramai dikunjungi oleh masyarakat. Kebanyakan dari masyarakat yang
mengunjungi rumah sakit ini adalah golongan menengah kebawah, karena harga
pelayanan medis yang disediakan tergolong murah dan dapat dijangkau oleh
masyarakat. Dengan banyaknya jumlah pasien yang datang setiap harinya, tentu
saja rumah sakit tersebut menghasilkan banyak arsip sebagai hasil dari kegiatan
memeriksa para pasien.
Arsip merupakan catatan tertulis setiap transaksi yang pernah dilakukan
suatu perusahaan yang berguna sebagai bukti kegiatan perusahaan atau organisasi
yang membuatnya. Bentuk arsip itu dapat berupa formulir, catatan pengeluaran
keuangan, invoice pajak, slip gaji, dan lainnya. Pada dunia kesehatan atau
kedokteran, rekam medis merupakan salah satu bentuk rekod atau dokumen yang
terdaftar secara klinis, ilmiah, dan legal yang berhubungan dengan perawatan
kesehatan pasien yang merekam data-data penting yang disusun secara berurutan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
2
Universitas Indonesia
sesuai dengan tanggal kejadian untuk dapat melakukan diagnosis penyakit pasien
diikuti dengan tindakan dan hasil akhirnya (Goel, 2001: 224).
Rekam medis memiliki peranan yang penting karena rekam medis
merupakan catatan yang harus dijaga keberadaannya dan kerahasiaannya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES) No:
269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
praktik kedokteran wajib membuat rekam medis dimana dokter harus melengkapi
isi rekam medis setelah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan.
Rekam medis merupakan jenis arsip yang berbeda dengan arsip pada
umumnya, namun pengelolaan rekam medis itu sendiri dapat disesuaikan dengan
pengelolaan arsip pada umumnya. Medical record, although hearsay, are
generally admissible into evidence under the Business Records Rule - rekam
medis, meskipun masih merupakan rumor, namun secara umum dapat
dikategorikan atau dijadikan sebagai barang bukti dibawah kebijakan bisnis rekod
(AHIMA, 2012: 453).
Mengingat pentingnya nilai rekam medis tersebut, maka rekam medis
dapat dikategorikan kedalam bentuk arsip vital. Arsip vital adalah arsip yang
keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional
pencipta arsip, tidak dapat diperbaharui, dan tidak tergantikan apabila rusak atau
hilang. (UU 43/2009).
Berkas rekam medis pasien menjadi milik lembaga kesehatan yang
membuat rekam medis tersebut, sedangkan isi rekam medis tersebut menjadi
milik pasien. Pengelolaan rekam medis harus benar-benar dikelola dengan baik
untuk menghindari berbagai macam resiko yang dapat terjadi.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan berada dekat dengan
perumahan masyarakat yang padat, daerah perkantoran dan pasar, juga jalan raya.
Disebelah rumah sakit ini terdapat Kali Cideng yang berhubungan dengan Banjir
Kanal Barat dimana aliran sungai ini biasanya terjadi banjir. Meskipun rumah
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
3
Universitas Indonesia
sakit ini telah direnovasi (perluasan dan peninggian bangunan) tapi tetap saja
dapat mengundang berbagai resiko yang tidak dapat diprediksi oleh manusia.
Resiko tersebut bisa berupa rusaknya rekam medis yang diakibatkan oleh
faktor lingkungan (suhu ruangan, kelembaban relatif, dan lainnya) dan hilangnya
rekam medis yang disebabkan oleh bencana, baik bencana alam (gempa bumi,
banjir, tsunami) dan bencana non alam (vandalism dan terrorism).
Untuk menghindari serangkaian peristiwa tersebut, maka dibuatlah suatu
tindakan untuk meminimalisirkan kerusakan sebelum terjadi kerusakan yang lebih
besar. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan dalam
menghadapi dan menanggulangi bahaya yang akan terjadi sehingga dapat
mengurangi jumlah korban dan kerugian materi.
1.2. Rumusan Masalah
Mengingat pentingnya peranan rekam medis baik bagi pasien maupun
rumah sakit itu sendiri, maka diperlukan suatu prosedur standar operasional dalam
melakukan pengelolaan dan pencegahan bahaya terhadap rekam medis. Unit
rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan belum memiliki suatu prosedur
standar yang secara khusus diaplikasikan pada unit rekam medis itu sendiri. Maka
dari itu penulis ingin melakukan penelitian berjudul Upaya Pencegahan Bahaya
Kerusakan dan Pemeliharaan Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Apa saja faktor-faktor yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi unit
rekam medis?
2. Bagaimana tindakan pencegahan minimal yang telah diupayakan oleh
pihak unit rekam medis (manajemen) rumah sakit?
1.4. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mampu memberikan potensi bahaya
pada unit rekam medis.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
4
Universitas Indonesia
2. Mengetahui upaya pencegahan yang telah dilakukan oleh pihak unit rekam
medis dalam menyelamatkan atau melindungi rekam medisnya.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam
melakukan kegiatan pencegahan dan pemeliharaan rekam medis pada unit
rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.
1.5.2. Bagi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan masukan bagi
pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai kegiatan pencegahan
dan pemeliharaan rekam medis.
1.5.3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian
terutama mengenai program pencegahan dan pemeliharaan rekam medis.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di unit rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan, Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang
akan digunakan adalah wawancara semi-terstruktur dengan beberapa narasumber
yang berada didalam lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan serta
observasi partisipan.
1.7.Kerangka Pemikiran
RSUD Tarakan dalam melakukan kegiatannya yaitu melayani orang sakit,
menghasilkan rekam medis sebagai hasil dari kegiatan tersebut. Rekam medis
merupakan bagian dari sistem manajemen rekod yang mengelola keseluruhan
sistem pengelolaan rekam medis itu sendiri. Mengingat pentingnya peran rekam
medis, maka rekam medis memerlukan perlindungan untuk menyelamatkan
informasi yang terkandung didalamnya. Perlindungan rekam medis ini berada
disalah satu program manajemen arsip vital, yaitu bagian pemeliharaan. Program
perlindungan ini digunakan untuk melindungi rekam medis dari segala bentuk
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
5
Universitas Indonesia
kerusakan atau bahaya yang dapat terjadi. Pengelolaan rekam medis dilakukan
berdasarkan dengan pengelolaan atau manajemen kearsipan. Untuk melakukan
penelitian ini, yang dilaksanakan di RSUD Tarakan ini, maka peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode observasi
partisipan, wawancara, dan studi literatur. Berikut ini adalah gambaran kerangka
berpikir.
Tabel 1.1. Kerangka Berpikir
Rekam Medis
Creation Distribution Use Maintenance Disposition
Pendekatan Kualitatif
Studi Pustaka Observasi Wawancara
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
6 Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1. Arsip dan Rekod
2.1.1. Pengertian Arsip dan Rekod
Read-Smith (2008: 4) mendefinisikan rekod sebagai stored information
made or received by an organization that is evidence of its operations and has
value requiring its retention for a specific period of time informasi terekam,
baik melalui media maupun karakteristik, yang diciptakan atau diterima oleh
suatu organisasi yang menunjukkan bukti atas suatu tindakan dan memiliki nilai
guna sesuai dengan masa retensinya.
Ira Penn (1994: 3) menyatakan bahwa rekod adalah any information
captured in reproducible form that is required for conducting business
informasi terekam yang bentuknya bisa diperbaharui yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan.
Menurut pernyataan Read-Smith (2008: 220) mengenai arsip adalah
archives are the records created or receival and accumulated by a person or an
organization in the conduct of affairs and preserved because of their historical or
continuing value arsip adalah rekod yang diciptakan atau diterima dan
diakumulasikan oleh seseorang atau organisasi dalam melakukan kegiatan dan
menjaganya karena nilai historisnya atau karena memiliki nilai guna.
Kennedy (1998: 7) menjelaskan pengertian arsip dengan mengutip
pernyataan dari Standards Australia 1996, yaitu achives are those records which
are appraised as having continuing value for a range of reasons, including
administrative, legal, or historical arsip adalah rekod yang masih memiliki nilai
guna kelanjutan dengan sejumlah alasan, termasuk masalah administratif, hukum,
atau bersejarah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rekod merupakan bagian dari arsip
yang bersifat aktif atau lebih sering dikenal dengan istilah arsip dinamis,
sedangkan penggunaan kata arsip merujuk pada jenis arsip statis. Di Indonesia,
penggunaan kata rekod tidak begitu lazim dan lebih dikenal dengan istilah arsip
saja. Undang-undang no. 43 tahun 2009 mengenai kearsipan menjelaskan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
7
Universitas Indonesia
pengertian arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk
dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga
pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan
perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan istilah arsip (arsip
dinamis) atau rekod. Penggunaan istilah rekod digunakan karena peneliti
mengutip pada berbagai literatur yang menggunakan istilah rekod sebagai arsip
dinamis.
2.1.2. Karakteristik Rekod
Isi rekod sebaiknya mencerminkan segala tindakan dan kegiatan yang
dilakukan baik oleh organisasi maupun individu. Hal ini bertujuan untuk
menjadikan rekod sebagai bukti yang sah dalam mendukung kegiatan organisasi
ataupun individu.
ISO 15489-1 (2001: 7) menjelaskan bahwa selain isinya, rekod juga
berisikan atau terhubungan atau berasosiasi dengan dokumen lain, seperti:
a) Struktur rekod itu sendiri, format dan hubungannya dengan elemen-
elemen yang dapat diperdebatkan,
b) Konteks kegiatan rekod tersebut yang diciptakan, diterima, dan digunakan
harus tampil atau muncul di rekod itu sendiri (termasuk didalamnya proses
terjadinya kegiatan tersebut, tanggal dan waktu kegiatan, dan orang-orang
yang terlibat didalam kegiatan itu sendiri),
c) Hubungan antar dokumen harus tampak untuk membantu menggabungkan
rekod.
Berikut adalah karakteristik rekod yang berada pada penjelasan ISO
15489-1 (2001: 7):
1. Otentik
Sebuah rekod yang asli/otentik dapat dibuktikan dengan:
a. Tujuan pembuatan rekod tersebut,
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
8
Universitas Indonesia
b. Diciptakan atau dikirim oleh orang yang menciptakan atau mengirim
rekod tersebut, dan,
c. Dikirim atau diciptakan pada saat waktu pembuatan rekod.
Untuk memastikan keaslian rekod tersebut, organisasi harus menerapkan
kebijakan dan prosedur mengenai pengelolaan penciptaan, penerima,
perpindahan, perawatan, dan disposisi rekod untuk memastikan bahwa
rekod tersebut dimiliki dan dapat diidentifikasi sekaligus mencegah dari
penyalah gunaan, penghapusan, dan lainnya.
2. Reliabilitas
Rekod yang reliebel (bisa diandalkan) adalah dimana konten rekod
tersebut dapat dipercaya sepenuhnya sekaligus menggambarkan
keakuratan kegiatan yang dilakukan atau fakta yang terkandung
didalamnya. Rekod harus diciptakan pada saat transaksi atau kejadian
yang berhubungan atau setelah melakukan kegiatan tersebut, yang
dilakukan oleh individu yang memiliki pengetahuan lansgsung terhadap
fakta atau instrumen yang rutin digunakan pada saat kegiatan berlangsung.
3. Integritas
Integritas sebuah rekod merujuk pada kelengkapan dan tidak berubah. Hal
ini diperlukan untuk melindungi rekod dari akses yang tidak memiliki
kepentingan terhadap rekod tersebut. Kebijakan dan prosedur manajemen
rekod harus secara spesifik menambahkan keterangan apabila setelah
rekod tersebut diciptakan, dalam situasi apapun hanya oranng-orang yang
memiliki kepentingan untuk mengakses rekod tersebut, dan siapa saja
orang-orang tersebut.
4. Bisa digunakan
Rekod yang bisa digunakan adalah rekod yang ditempatkan, ditemu
kembalikan, disajikan, dan diinterpretasikan. Rekod itu juga bisa disajikan
atau dipresentasikan serta berhubungan langsung dengan penyelenggaraan
kegiatan bisnis tersebut. Pada isi kontekstual rekod harus terdapat
informasi yang dibutuhkan untuk bisa memahami kegiatan yang akan
dilakukan dan menggunakannya. Hubungan antara rekod dengan
kegiatannya harus selalu dijaga dengan baik.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
9
Universitas Indonesia
2.1.3. Daur Hidup Rekod
Alur hidup rekod dan informasi adalah putaran hidup rekod yang terdiri
dari 5 tahapan, yaitu penciptaan, penyebaran, penggunaan, pemeliharaan, dan
disposisi akhir (Read-Smith, 2008: 19).
Gambar 2.1. Daur hidup rekod Read-Smith (2008: 19).
Lebih lanjut, Read-Smith (2008: 18-19) menjelaskan mengenai
keseluruhan proses daur hidup ini. Pada tahap penciptaan, apabila sebuah surat,
email, atau formulir telah selesai ditulis atau dicetak, maka sebuah rekod telah
tercipta. Kemudian rekod ini disebarkan atau didistribusikan kepada orang yang
bertanggung jawab untuk menggunakannya. Secara umum, rekod digunakan
sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan, ataupun sebagai
referensi, atau memenuhi tuntutan hukum.
Apabila rekod tersebut diputuskan untuk digunakan lagi dikemudian hari,
maka rekod tersebut harus disimpan, dilindungi/dirawat, dan dapat ditemukan
kembali. Ketiga tahap ini adalah tahap ini merupakan tahap
pemeliharaan/perawatan rekod baik secara fisik maupun elektronik. Selama tahap
ini berlangsung, rekod harus disedakan tempat penyimpanan yang sesuai, baik itu
berupa filing cabinet atau folder didalam sistem komputer. Setelah rekod
disimpan, akan ada permintaan untuk menemukan kembali rekod tersebut.
Penciptaan
(penerimaan rekod )
Distribusi
Internal Users
External Users
Penggunaan
Masalah Hukum
Pengambilan keputusan
Referensi
Pemeliharaan
Temu Kembali
Perlindungan
Penyimpanan
Dispososi
Transfer
Simpan Permanen
Dimusnahkan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
10
Universitas Indonesia
Apabila rekod tersebut sudah tidak aktif lagi, mungkin saja rekod tersebut
disimpan dan dilindungi/dirawat dengan menggunakan peralatan dan lingkungan
yang sesuai serta pengelolaan (human control) untuk memastikan bahwa rekod
tersebut aman. Tahap pemeliharaan ini adalah suatu kegiatan seperti
memperbaharui informasi yang disimpan dan membuang rekod yang sudah tidak
terpakai, baik yang berbentuk fisik atau elektronik, atau mengganti rekod tersebut
dengan rekod baru.
Tahap yang terakhir adalah disposisi. Setelah masa guna rekod aktif
tersebut habis, rekod tersebut dipindahkan ketempat lain, bisa ke tempat
penyimpanan rekod yang berada diluar organisasi atau didalam organisasi itu
sendiri. Setelah beberapa waktu yang telah ditentukan oleh jadwal retensi, rekod
tersebut akan mengalami disposisi, apakah rekod tersebut akan dihancurkan atau
dipindahkan ketempat penyimpanan rekod permanen. Rekod yang disimpan
secara permanen, biasanya memiliki nilai guna lanjutan yang bersifat historis
disebut dengan istilah arsip.
2.1.4. Manajemen Rekod
Kennedy (1998: 8) yang mengutip pernyataan Australian Standard AS
4390-1996 mendefinisikan manajemen rekod sebagai suatu disiplin dan fungsi
organisasi dalam mengelola rekod untuk kebutuhan bisnis, akuntabilitas, dan
harapan komunitas/masyarakat.
Read-Smith (2008: 3) mendefinisikan manejemen rekod sebagai suatu
sistem pengaturan seluruh rekod, mulai dari penciptaan atau penerimaan,
kemudian tahap pendistribusian, pengorganisasian, penyimpanan dan temu
kembali, sampai disposisi akhir.
Sedangkan ISO 15489-1 (2001: 4) mendefinisikan arti manajemen rekod
sebagai bagian dari manajemen yang bertanggung jawab untuk
pengelolaan/pengontrolan rekod yang sistematis dan efisien, mulai dari
penciptaan, penerimaan, pemeliharaan, penggunaan, dan disposisi, termasuk juga
didalamnya proses pencatatan dan pemeliharaan bukti dan infomasi mengenai
kegiatan bisnis dan transaksi rekod.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
11
Universitas Indonesia
ISO 15489-2 (2001: 13) menjelaskan mengenai serangkaian proses
manajemen rekod yang terdiri dari 8 tahapan, yaitu pencatatan (capture),
pendaftaran (registration), klasifikasi (classification), tingkat keamanan dan akses
(access and security classification), identifikasi status disposisi (identification of
disposition status), penyimpanan (storage) penggunaan dan pelacakan (use and
tracking), dan yang terakhir adalah implementasi disposisi (implementation of
disposition).
Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai keseluruhan proses
manajemen rekod ini, yang dikutip dari ISO 15489-2 (2001: 13-21).
2.1.4.1. Pencatatan (Capture)
Pencatatan adalah proses yang menentukan apakah rekod tersebut harus
diciptakan atau disimpan. Termasuk rekod yang telah diciptakan sebelumnya dan
diterima oleh organisasi. Termasuk juga didalamnya siapa saja yang
diperbolehkan untuk mengakses rekod tersebut dan berapa lama masa retensinya.
Keputusan mengenai dokumen yang harus disimpan dan yang harus
dimusnahkan dilakukan berdasarkan analisis bisnis dan akuntabilitas organisasi.
Organisasi bisa menggunakan sejumlah sarana formal seperti kewenangan
pemusnahan rekod atau panduan yang dapat mengidentifikasi rekod mana yang
tidak perlu disimpan.
2.1.4.2. Pendaftaran (Registration)
Pendaftaran bertujuan menyediakan buktu bahwa rekod tersebut telah
diciptakan dan dicatat pada sistem rekod. Termasuk juga didalamnya pencatatan
informasi deskriptif mengenai pendaftaran rekod dan pemberian ID unik pada
rekod tersebut. Proses pencatatan ini biasanya tidak dilakukan pada sistem
manajemen rekod yang masih menggunakan kertas.
Pendaftaran merupakan salah satu cara pencatatan rekod kedalam sistem
rekod yang dilakukan secara formal. Rekod dapat didaftarkan lebih dari satu kali
pada sistem rekod.
Spesifikasi pendaftaran paling tidak harus memenuhi ketentuan/metadata
minimum dibawah ini:
Penanda unik yang telah diberikan/ditentukan oleh sistem
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
12
Universitas Indonesia
Tanggal dan waktu pendaftaran
Judul atau deskripsi singkat
Pengarang (baik individu atau organisasi), pengirim atau penerima.
2.1.4.3. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses mengidentifikasi kategori-kategori kegiatan
bisnis dan mengelompokkan rekod tersebut, apabila memungkinkan, sekaligus
juga pendeskripsian, pengontrolan, hubungan/jaringan, dan disposisi serta
pengaksesan.
Tingkatan klasifikasi dan entry point dari proses klasifikasi ditentukan
oleh sejumlah faktor, seperti:
Akuntabilitas organisasi
Bentuk kegiatan
Ukuran organisasi
Komplesitas struktur organisasi
Penilaian resiko mengenai kecepatan dan ketepatan pada pengontrolan dan
sistem temu kembali rekod
Teknologi yang digunakan
2.1.4.4. Tingkat Keamanan dan Akses (Access and Security Classification)
Pengertian akses dapat berupa hak, kesempatan, menemukan,
menggunakan, dan menemukan kembali informasi. Hak mengakses atau
pembatasan pemberian akses serupa dengan kegiatan klasifikasi. Berikut adalah
skema klasifikasi/tingkat keamanan dan akses:
a) Mengidentifikasi transaksi atau aktifitas bisnis yang didokumentasikan.
b) Mengidentifikasi unit bisnis dimana dokumen tersebut berada.
c) Memeriksa akses dan tingkat keamanan untuk menentukan apakah
aktifitas atau area bisnis diidentifikasi sebagai area yang memiliki resiko
atau mempertimbangkan sistem keamanannya secara hukum.
d) Menempatkan tingkatan akses atau pembatasan menuju rekod dan
mekanisme pengaturan yang sesuai untuk penanganan rekod.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
13
Universitas Indonesia
e) Merekam status akses atau keamanan menuju rekod dalam suatu sistem
untuk memberikan petunjuk yang dibutuhkan sebagai tambahan tingkat
pengawasan.
Akses terhadap rekod hanya dibatasi apabila diperlukan secara khusus
oleh kebutuhan bisnis atau hukum. Pemberian hak akses dan tingkat keamanan
akan ditentukan dengan melakukan konsultasi dengan unit bisnis yang memiliki
rekod tersebut.
2.1.4.5. Identifikasi Status Disposisi (Identification of Disposition Status)
Kebanyakan sistem rekod, terutama sistem rekod eletronik,
mengidentifikasi status disposisi dan jadwal retensi rekod pada saat melakukan
pencatatan dan pendaftara. Proses ini bisa terhubung dengan klasfikasi kegiatan
dan secara otomatis menjadi bagian dari sistem.
Proses ini membutuhkan referensi kewenangan disposisi yang bergantung
pada ukuran dan akuntabilitas organisasi yang bersangkutan. Berikut akan
dijelaskan mengenai langkah-langkahnya:
a) Mengidentifikasi transaksi atau aktifitas bisnis yang didokumentasikan
dalam suatu rekod,
b) Menempatkan transaksi dan rekod ditingkat rekod yang sesuai dalam
kebijakan pemusnahan,
c) Mengalokasikan jadwal retensi yang sesuai dan mengidentifikasi langkah-
langkah pemusnahan,
d) Merekam jadwal retensi dan langkah pemusnhan yang akan dilakukan
dimasa yang akan datang pada sistem rekod,
e) Menentukan seberapa jauh untuk menyimpan metadata mengenai rekod
yang telah dikirim ke layanan penyimpanan eksternal arsip atau yang telah
dimusnahkan.
2.1.4.6. Penyimpanan (Storage)
Kondisi tempat penyimpanan yang sesuai memastikan bahwa rekod
tersebut dilindungi, dapat diakses, dan dikelola dengan baik dan efektif. Bentuk
fisik rekod beserta nilai guna dan tingkat penggunaannya akan menentukan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
14
Universitas Indonesia
fasilitas dan layanan penyimpanan yang dibutuhkan untuk mengelola rekod
selama yang dibutuhkan.
Organisasi perlu melakukan analisis resiko untuk menentukan tempat
penyimpanan dan penanganan yang sesuai bagi rekod mereka. Pemilihan tempat
penyimpanan ini memerlukan sejumlah tingkat akses dan keamanan serta batasan
sebagai kondisi tambahan bagi tempat penyimpanan. Rekod yang dinilai kritis
(memiliki nilai penting) bagi kegiatan bisnis memerlukan beberapa metode
perlindungan tambahan dan duplikasi apabila sewaktu-waktu terjadi bencana.
Berikut adalah sejumlah faktor penting yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk memilih tempat penyimpanan dan penanganan yang sesuai,
yaitu: jumlah dan tingkat pertumbuhan rekod, penggunaan rekod, keamanan rekod
dan sensitivitas, karakter fisik, rekod yang digunakan mencerminkan kebutuhan
sistem temu kembali, harga dan pemilihan tempat penyimpanan rekod, dan akses.
Untuk memastikan bahwa rekod disimpan dengan baik dan terlindungi,
penilaian terhadap fasilitas terdiri dari:
a) Lokasi haruslah mudah diakses dan tidak berada diarea yang dekat dengan
resiko eksternal,
b) Struktur bangunan harus menyediakan tingkat kelembapan dan suhu yang
stabil dan sesuai, perlindungi terhadap api dan api, perlindungan terhadap
kontaminasi (radioaktif, racun, dan lumut), ukuran keselamatan, kontrol
akses ke tempat penyimpanan, sistem pendeteksi untuk orang-orang yang
tidak memiliki kepentingan, dan perlindungan dari serangga dan hama.
c) Peralatan. Lemari penyimpanan disesuaikan dengan format rekod dan kuat
untuk menahan beban yang berat.
2.1.4.7. Penggunaan dan Pelacakan (Use and Tracking)
Penggunaan rekod adalah manajemen transaksi rekod yang perlu dicatat
pada sistem yang merupakan bagian dari metadata. Penggunaan rekod
memberikan pengaruh pada akses dan status disposisi. Pengaturan penggunaan
rekod meliputi:
a) Mengidentifikasi izin pengguna sistem rekod terkait dengan individu dan
jabatannya dalam organisasi,
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
15
Universitas Indonesia
b) Mengidentifikasi status akses dan keamanan rekod,
c) Mengidentifikasi hak akses untuk pengguna eksternal organisasi,
d) Memastikan bahwa hanya individu yang memiliki tingkatan tertentu atau
yang memiliki hak keamanan yang telah diberi akses terhadap rekod
dengan status terbatas,
e) Melacak pergerakan rekod untuk mengidentifikasi pengguna yang
memiliki atau yang telah menggunakan rekod tersebut,
f) Memastikan bahwa semua penggunaan rekod direkam pada tingkatan
yang sesuai dan menyeluruh,
g) Meninjau tingkat akses rekod untuk memastikan bahwa rekod tersebut
mutakhir dan masih dapat digunakan.
Pelacakan (tracking) rekod dengan menggunakan sistem rekod merupakan
ukuran tingkat keaman bagi organisasi. Hal tersebut memastikan bahwa hanya
pengguna yang memiliki izin yang sah yang diperbolehkan untuk mengakses
rekod tersebut. Tingkat pengelolaan akses dan perekaman rekod bergantung pada
kegiatan bisnis dan rekod yang dimiliki. Pola penggunaan rekod yang bisa
digunakan adalah yang bisa memberikan informasi terbaru dan memberikan
informasi/ukuran kapan disposisi terhadap rekod tersebut bisa dilaksanakan.
2.1.4.8. Implementasi Disposisi (Implementation of Disposition)
Disposisi adalah serangkaian proses yang berhubungan dengan retensi
rekod, penghancuran atau pemindahan yang didokumentasikan pada kebijakan
disposisi atau instrument lainnya. Rekod yang memiliki tanggal disposisi yang
sama ditempatkan ditempat yang sama pada sistem.
Catatan penggunaan rekod selama tindakan pemusnahan perlu ditinjau
untuk memastikan dan mengoreksi status pemusnahan. Tindakan penting lainnya
adalah memeriksa hal-hal yang memicu tindakan pemusnahan, mengkonfirmasi
sebagai tindakan kelengkapan dimana suatu rekod terlibat didalamnya, dan
memelihara rekod yang dapat diperiksa dari tindakan pemusnahan.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
16
Universitas Indonesia
2.1.5. Alih Media (Reformatting)
Alih media merupakan salah satu bentuk atau cara untuk merubah bentuk
informasi menjadi sebuah bentuk yang baru. Perubahan ini biasanya terjadi dari
bentuk kertas menjadi bentuk elektronik. Perubahan bentuk ini terjadi karena
adanya berbagai kepentingan, seperti penghematan ruangan dan tempat untuk
menaruh rekod sementara ketersediaan tempat yang ada semakin terbatas, bentuk
asli dari suatu rekod sudah mengalami kerusakan namun karena isi dari rekod
tersebut sangat bernilai maka dilakukanlah alih media untuk menjaga konten/isi
rekod, dan lainnya.
Harvey (1992: 160) menyatakan bahwa tujuan dari alih media adalah
untuk menggunakan isi intelektual dari suatu benda selama mungkin, dengan
menyimpan master copies ditempat yang tepat karena hal ini merupakan bagian
yang vital dari program alih media. Master copies tersebut juga harus disimpan
ditempat yang baik dan benar sehingga kopian tersebut dapat digunakan dimasa
depan dengan jangka waktu yang lama.
Untuk melakukan alih media, perlu dilakukan pemilihan koleksi atau
rekod terlebih dahulu, karena tidak semua rekod atau dokumen yang dimiliki
dapat dialih mediakan. Menurut pedoman yang dimiliki oleh perpustakaan umum
Virginia yang berjudul Virginia Public Records Management Manual (2012: 23)
menyatakan bahwa perlu dilakukannya analisis terhadap rekod sebelum keputusan
akhir (alih media) dilakukan atau diputuskan, dengan mempertimbangkan
sejumlah faktor, seperti:
Memiliki nilai historis atau nilai penting lainnya serta kondisi fisiknya
sudah tidak terlalu bagus.
Memiliki masa retensi yang panjang/lama.
Memiliki tingkat temu kembali yang tinggi.
Digunakan/dibutuhkan oleh banyak orang
Dibutuhkan di sejumlah lokasi
Memiliki nilai guna penelitian.
Memakan banyak tempat.
Perlu ditempatkan secara terpisah demi (alasan) keamanan.
Tidak berhubungan dengan kegiatan bisnis organisasi sehari-hari.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
17
Universitas Indonesia
Untuk menentukan bentuk atau format alih media yang akan digunakan,
banyak hal yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu. Harvey (1992: 168)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa format yang tersedia untuk melakukan alih
media, yaitu fotokopi, mikrofilm, dan bentuk digital (optik dan magnetik).
Masing-masing format ini memilki kelemahan dan kelebihan yang patut untuk
dipertimbangkan sebelum menentukan teknik alih media yang akan digunakan
suatu organisasi.
Pada zaman saat ini, penggunaan teknik digitalisasi telah berkembang dan
menjadi salah satu alat yang mudah untuk digunakan semua orang, selain itu
bentuk digital juga mampu menampung jumlah dokumen dalam jumlah yang
banyak.
Menurut Dewi Chandra, terdapat 5 kelebihan yang diperoleh pada
dokumen dengan bentuk digital, yaitu:
1) Hemat tempat atau ringkas
2) Rasio pemanfaatan lebih maksimal, bisa dimanfaatkan oleh banyak
pemakai dalam waktu yang bersamaan/multiuser.
3) Memungkinkan keluasan akses. Akses bisa dilakukan kapan saja dan
dimana saja.
4) Kepuasan lebih maksimal.
5) Efisiensi dan efektifitas kerja secara teknis.
2.2. Rekam Medis
2.2.1. Pengertian Rekam Medis
Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pengertian
rekam medis adalah sebagai berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan adalah
tulisan yang dibuat oleh dokter dan dokter gigi tentang segala tindakan yang
dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen
adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan
hasil pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan harian dan semua
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
18
Universitas Indonesia
rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman
eletro diagnostik.
Menurut Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah
Sakit di Indonesia (2006: 11) rekam medis diartikan sebagai keterangan baik yang
tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese, pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnosa serta segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan
kepada pasien, dan pengobatan bai yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat.
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (1999: 59) mendefinisikan rekam
medis sebagai kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis,
pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari
waktu ke waktu. Catatan ini dapat berupa tulisan maupun gambar, dan belakangan
ini berupa rekaman elekronik seperti komputer, mikrofilm, dan rekaman suara.
McKinley Health Center menjelaskan pengertian rekam medis sebagai
suatu dokumentasi yang disusun secara sistematis mengenai sejarah kesehatan
pasien dan perawatan yang telah dilakukan. Entri pada rekam medis dibuat oleh
dokter, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya.
2.2.2. Jenis dan Isi Rekam Medis
Rekam medis terbagi menjadi dua jenis, yaitu rekam medis elektronik dan
rekam medis konvensional (paper based). Penyelenggaraan rekam medis yang
berdasarkan sistem eletronik diatur berdasarkan ketentuan masing-masing
lembaga yang menyelenggarakannya.
Berdasarkan PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 3, isi
rekam medis sekurangnya-kurangnya memuat:
1. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien,
b. Tanggal dan waktu,
c. Anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit,
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis,
e. Diagnosis,
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
19
Universitas Indonesia
f. Rencana penatalaksanaan,
g. Pengobatan dan/atau tindakan,
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien,
i. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik dan,
j. Persetujuan tindakan bila perlu.
2. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien,
b. Tanggal dan waktu,
c. Anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit,
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis,
e. Diagnosis,
f. Rencana penatalaksanaan,
g. Pengobatan dan/atau tindakan,
h. Persetujuan tindakan bila perlu,
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan,
j. Ringkasan pulang (discharge summary),
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan,
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu,
m. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik
3. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien,
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan,
c. Identitas pengantar pasien,
d. Tanggal dan waktu,
e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit,
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis,
g. Diagnosis,
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
20
Universitas Indonesia
h. Pengobatan dan/atau tindakan,
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit
gawat darurat dan rencana tindak lanjut,
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan,
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain dan,
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
2.2.3. Manfaat Rekam Medis
Secara garis besar manfaat rekam medis adalah sebagai berikut:
1. Sebagai indikator penentuan pengobatan pasien.
2. Sebagai acuan atau referensi untuk keperluan penelitian dan pendidikan
dimasa yang akan datang.
3. Sebagai indikator dasar perhitungan biaya pengobatan dan pelayanan
kesehatan yang telah diberikan kepada pasien.
4. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan peningkatan kualitas
pelayanan dimasa yang akan datang.
5. Sebagai bukti penting dalam melakukan proses penegakan hukum,
penegakan disiplin, dan penegakan etika kedokteran dan kedokteran gigi.
6. Sebagai acuan statistik kesehatan guna mengetahui dan mempelajari
perkembangan kesehatan dan menetukan jumlah penderita pada penyakit
tertentu.
2.2.4. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis
Pada PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 5 menegaskan
bahwa dokter dan dokter gigi wajib membuat dan melengkapi rekam medis
setelah pasien tersebut menerima pelayanan medis. Pembuatan rekam medis
dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
21
Universitas Indonesia
dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan
atau tindakan.
Dalam hal terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan pada rekam medis,
catatan dan berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun.
Pembetulan catatan atas kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan
dengan pencoretan dan kemudian dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.
2.2.5. Kepemilikan Rekam Medis
Berdasarkan PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 12
menyatakan bahwa berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan
kesehatan dan isi rekam medis merupakan milik pasien. Isi rekam medis tersebut
berupa sebuah ringkasan rekam medis milik pasien yang dapat diberikan, dicatat,
atau digandakan oleh pasien atau orang yang telah diberikan kuasa atau
persetujuan tertulis dari pasien atau keluarga pasien. Rumah sakit harus berusaha
agar rekam medis seorang pasien tidak jatuh kepada pihak yang tidak berwenang.
2.2.6. Kerahasiaan Rekam Medis
Rekam medis merupakan salah satu jenis dokumen yang sifatnya rahasia.
Dikatakan rahasia karena yang mengetahuinya hanyalah pasien dan dokter yang
bersangkutan; dokter yang memeriksa dirinya. Hal ini disebabkan oleh rasa saling
menghormati dan saling mempercayai antara dokter dan pasien. Si pasien
menceritakan segala keluhan yang dialaminya dan juga segala riwayat
kesehatannya kepada dokter supaya ia bisa diobati. Untuk beberapa masalah,
pasien tidak ingin memberitahukan keluarganya mengenai sakit yang dideritanya,
dan dokter yang menanganinya harus menghargai keputusan si pasien.
Menurut Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah
Sakit di Indonesia (2006: 108-109) terdapat dua kategori informasi yang terdapat
pada rekam medis, yaitu:
1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan.
Yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis
sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
22
Universitas Indonesia
pasien. Informasi ini tidak boleh disebar luaskan kepada pihak-pihak yang
tidak berwenang karena menyangkut informasi pribadi individu si pasien.
2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan.
Jenis informasi yang dimaksud adalah perihal identitas (nama, alamat, dan
lain-lain) serta informasi yang tidak mengandung nilai medis.
Pemberian data-data yang ada pada rekam medis harus mengikuti prosedur
yang berlaku, hal ini bertujuan untuk mencegah penyebarluasan rekam medis
kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki wewenang
untuk mendapatkan informasi yang terkandung didalam rekam medis tersebut.
Berdasarkan PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 10 ayat 2,
dokter ataupun pihak rumah sakit dapat memberikan informasi mengenai rekam
medis seseorang dengan alasan sebagai berikut:
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien,
b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan,
c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri,
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
undangan, dan,
e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis,
sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.
Yang dapat menjelaskan mengenai isi rekam medis tersebut adalah dokter
yang telah memberikan pengobatan kepada pasien atas seizin pasien (izin tertulis)
atau berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pimpinan rumah
sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya juga dapat menjelaskan isi rekam
medis secara tertulis ataupun lisan kepada yang meminta informasi tersebut tanpa
seizin pasien berdasarkan ketentuan yang berlaku ataupun dalam situasi tertentu
yang mengharuskannya.
2.2.7. Penyimpanan dan Pemusnahan Rekam Medis
Untuk menghemat pemakaian ruang penyimpanan, maka dibuatlah suatu
ketentuan untuk menyimpan rekam medis. Berdasarkan PERMENKES No:
269/MENKES/PER/III/2008 dijelaskan bahwa untuk rekam medis pasien rawat
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
23
Universitas Indonesia
inap disimpan sekurang-kurangnnya 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat atau dipulangkan, setelah melewati batas waktu, maka rekam
medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan
medis (informed consent). Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medis
(informed consent) disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari
tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.
Sedangkan untuk rekam medis yang terdapat pada pelayanan kesehatan
non rumah sakit, rekam medisnya wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk
jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat dan
setelah melampaui batas waktu maka rekam medis tersebut dapat dimusnahkan.
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (1999: 64-65) menyimpulkan
pernyataan American Medical Association dan American Hospital Association
bahwa:
a. Berkas rekam medis yang masih dalam perkara hukum disimpan
selama 10 (sepuluh) tahun setelah perkara terakhir selesai.
b. Dalam keadaan biasa, menyimpan berkas rekam medis 5 (lima)
tahun setelah kunjungan pasien terakhir, sesudahnya berkas rekam
medis boleh dimusnahkan kecuali dihalangi oleh peraturan yang
ada sebelumnya.
Sedangkan Departemen Kesehatan Inggris merekomendasikan minimum
masa retensi rekam medis adalah sebagai berikut:
a. Rekam medis obstetri disimpan selama 25 (dua puluh lima) tahun.
b. Rekam medis untuk anak-anak dan usia muda disimpan sampai
mereka berulang tahun yang ke 25 (dua puluh lima) atau 8
(delapan) tahun sesudah kunjungan terakhir mereka.
c. Rekam medis bagi pasien penyakit mental (ganggungan kejiwaan)
disimpan selama 20 (dua puluh) tahun sesudah dokter yang
merawat menyatakan bahwa pasien tersebut sudah sembuh.
d. Rekam medis lainnya disimpan selama 8 (delapan) tahun dan
ringkasan akhir dibuat.
Rekam medis yang sudah tidak aktif, dapat dimusnahkan ataupun dialih
mediakan kedalam bentuk elektronik mikrofilm, digitalisasi, dan lain-lain. Akan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
24
Universitas Indonesia
tetapi karena proses alih media ini membutuhkan biaya yang jumlahnya cukup
besar maka hal ini dilakukan berdasarkan keputusan dari pihak manajemen rumah
sakit masing-masing. Sebelum rekam medis dimusnahkan, M. Jusuf Hanafiah dan
Amri Amir (1999: 65) mengatakan bahwa rekam medis tersebut harus terlebih
dahulu:
1. Diambil informasi-informasi utama.
2. Menyimpan berkas anak-anak hingga batas usia tertentu sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3. Menyimpan berkas rekam medis dengan kelainan jiwa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2.3. Arsip (Rekod) Vital
Menurut Undang-undang nomor 43 tahun 2009 mengenai kearsipan, arsip
vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi
kelangsungan operasional pencipta arsip, tidak dapat diperbaharui, dan tidak
tergantikan apabila rusak atau hilang. Undang-undang tersebut juga menjelaskan
bahwa lembaga negara, pemerintah daerah, perguruan tinggi negeri, serta BUMN
dan/atau BUMD wajib membuat program arsip vital. Program arsip vital ini
dilaksanakan melalui kegiatan identifikasi, perlindungan dan pengamanan, serta
penyelamatan dan pemulihan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan kata rekod
pada penelitian ini dimaksudkan juga dengan penggunaan kata arsip. Mengingat
penggunaan literature yang digunakan penulis menggunakan kata rekod.
Menurut Ira Penn (1994: 130), rekod vital adalah those records essential
to the continued functioning of an organization during and after an emergency
and those records which protect the rights and interest of the organization,
employees, stockholders, customers, and the public rekod vital adalah rekod
yang memiliki kepentingan terhadap fungsi sebuah organisasi selama dan setelah
terjadinya keadaan darurat dan rekod tersebut juga menjadi pelindung yang bisa
melindungi organisasi, karyawannya, para pemegang saham, pelanggan, dan
masyarakat umum.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
25
Universitas Indonesia
Ira Penn (1994: 131) menjelaskan bahwa program rencana perlindungan
rekod vital harus mencakup:
1. Rekod yang dibutuhkan dan bisa digunakan pada saat terjadi
bencana.
2. Rekod yang dibutuhkan untuk mereka ulang atau merekonstruksi
pemerintah setelah selesai terjadinya bencana.
3. Rekod yang dibutuhkan untuk melindungi hak individu
masyarakat.
Program perlindungan rekod vital perlu dilakukan dengan seksama dan
cermat mengingat rekod vital tersebut memiliki nilai penting bagi suatu
organisasi. Pihak manajemen organisasi juga bertanggung jawab dalam
melindungi rekod. Program perlindungan rekod vital tersebut juga harus bisa
mengidentifikasi hal-hal yang mampu memberikan potensi bahaya atau kerusakan
terhadap rekod dan juga organisasi.
Pengkajian Resiko Terjadinya Bahaya
Untuk melakukan pengkajian resiko bahaya/bencana, perlu diadakan suatu
peninjauan (survey) untuk mengetahui masalah-masalah yang memiliki ancaman
atau potensi terjadinya sebuah bahaya yang berada di suatu lingkungan, sehingga
hasil survey ini nantinya dapat digunakan untuk merencanakan langkah
pencegahan yang tepat. Rhys-Lewis (2000: 15) menjelaskan bahwa sebuah survey
harus dapat mengidentifikasi hal-hal berikut:
Menilai kondisi terkini dari koleksi
Menilai keadaan tempat penyimpanan, baik lingkungannya maupun
tempat penyimpanannya.
Mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan preservasi dari koleksi.
Mengumpulkan data minimal yang diperlukan untuk mengisi kekosongan
yang ada.
Meminta pendapat atau berkonsultasi dengan orang-orang yang memiliki
keahlian tertentu untuk menelaah potensi-potensi yang ada.
Memperhitungkan biaya yang diperlukan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
26
Universitas Indonesia
Ross Harvey (1992: 53) membagi dua jenis survey ini, yang terdiri dari:
1. Survey lingkungan
Survey ini menjelaskan mengenai segala aspek mengenai lingkungan
secara fisik, baik itu berupa kondisi lingkungan dan gedungnya, sebagai
dasar pertimbangan demi melindungi koleksi karena kondisi lingkungan
turut memberikan sejumlah efek samping untuk kelangsugan hidup
koleksi. Tujuannya adalah mengevaluasi kecocokan antara bangunan
dengan tempat penyimpanan koleksi. Untuk mengetahuinya maka
dibuatlah sejumlah pertanyaan:
a. Karakteristik bentuk bangunan,
b. Lingkungan disekitar bangunan,
c. Keamanan bangunan, dan,
d. Ruangan kerja dan stackroom.
2. Survey kondisi
Survey kondisi memberikan informasi mengenai kondisi fisik koleksi
sehingga dapat dilakukannya tindakan pencegahan (preservasi) sesuai
dengan kondisi yang ada dilingkungan dengan tepat. Tujuan dari survey ini
adalah mengevaluasi segala bentuk kerusakan-kerusakan yang ada pada
suatu koleksi dan mengetahui penyebab kerusakan tersebut. Untuk
mengetahuinya maka pertanyaannya dibagi menjadi:
a. Preliminary information
b. Bentuk asli dan kondisi perlindungan buku (asli),
c. Bentuk dan kondisi isi suatu koleksi.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
27 Universitas Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan kali ini merupakan jenis penelitian studi
kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk
memahami secara mendalam fenomena utama yang akan dibahas dalam suatu
penelitian.
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah sejumlah pihak-pihak terkait yang
berada didalam unit rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan. Objek
penelitian ini adalah indicator-indikator yang menjadi faktor pemicu terjadinya
bencana, tindakan pencegahan minimal yang telah dilakukan, serta rencana
perencanaan dan penanggulangan bencana terhadap rekam medis yang ada
didalam unit rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
3.3. Informan
Peneliti memilih 7 (tujuh) orang informan untuk menjadi sumber
informasi pada penelitian ini. Nama dari ketujuh orang tersebut akan disamarkan
dan menggunakan nama samaran. Hal ini disebabkan adanya permintaan dari
pihak informan untuk menyamarkan identitas mereka. Berikut adalah profil
ketujuh informan tersebut.
No. Nama Informan Jabatan Jenis Kelamin
1 Izzie Kepala URM Perempuan
2 Bella Staff URM Perempuan
3 Christina Staff URM Perempuan
4 Emmy Staff MIK Perempuan
5 Ryan Staff URM Laki-laki
6 Alex Staff URM Laki-laki
7 Peter Staff URM Laki-laki
Tabel 3.1. Profil Informan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
28
Universitas Indonesia
3.4. Tahapan Penelitian
3.4.1. Tahap Pengumpulan Data Penelitian
Dalam melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti melakukan studi
pustaka, survey lapangan, observasi, dan juga wawancara. Peneliti melakukan
studi pustaka mengenai tema penelitian ini, dengan mencari literatur yang
berhubungan berupa buku teks, buku referensi, undang-undang, bahan kuliah
terdahulu, serta sumber dari internet, baik jurnal maupun artikel.
Wawancara yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah
wawancara semi-terstruktur. Metode wawancara semi-terstruktur dengan
menggunakan daftar pertanyaan mencakup beberapa pertanyaan spesifik dan
beberapa pertanyaan bebas (Sulistyo Basuki, 2006: 172). Wawancara dilakukan
dengan sejumlah informan yang berada didalam unit rekam medis Rumah Sakit
Umum Daerah Tarakan.
Dalam wawancara ini, peneliti dapat melakukan wawancara secara tatap
muka dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tidak terstruktur
dan terbuka yang sengaja dirancang untu memunculkan pandangan dan opini dari
para partisipan/informan (Creswell: 267).
Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti
langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-
individu di lokasi penelitian. Peneliti juga dapat terlibat dalam peran-peran yang
beragam, mulai dari non partisipan hingga partisipan utuh (Creswell: 267).
Keuntungan dari proses observasi adalah peneliti dapat melihar berbagai hal-hal
yang tidak biasa, ganjil, dan aneh selama proses observasi.
Peneliti melakukan observasi dengan menggunakan pedoman Hazard
Survey dan Building Safety Checklist yang berada pada Module 1: Disaster
Preparedness and Prevention dimana modul ini merupakan bagian dari Generic
Disaster Plan Workbook yang dikeluarkan oleh CalPreservation, sebuah lembaga
program preservasi yang berada di California, Amerika Serikat. Kemudian
peneliti juga menggunakan pedoman observasi yang dikeluarkan oleh Texas State
Library and Archives Commission.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
29
Universitas Indonesia
3.4.2. Tahap Analisis dan Interpretasi Data Penelitian
Analisis data merupakan proses yang terus menerus berkelanjutan selama
penelitian. Analisis ini melibatkan analisis informan partisipan dan peneliti
biasanya menerapkan langkah-langkah analisis umum dan strategi-strategi khusus
di dalamnya. (Creswell, 2009: 301).
Pada proses analisis data, peneliti menyaring data-data yang diperoleh
melalui transkrip wawancara, hasil observasi lapangan, dan memilih materi yang
sesuai dengan tema penelitian dan melakukan analisis data.
Setelah melakukan analis data, peneliti melakukan interpretasi data.
Creswell (2009: 284) menyatakan bahwa interpretasi juga bisa berupa makna
yang berasal dari literatur atau teori. Peneliti menegaskan apakah hasil
penelitiannya membenarkan atau justru menyangkal informasi sebelumnya.
Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data dengan melakukan
pencocokan antara teori atau literatur yang digunakan peneliti dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan dilapangan.
3.4.3. Tahap Penyajian Data Penelitian dan Penarikan Kesimpulan
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambil tindakan.
Melalui data yang disajikan kita melihat dan akan dapat memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman yang
didapat dari penyajian-penyajian tersebut.
Pada tahap penarikan kesimpulan, pada awalnya akan muncul kesimpulan-
kesimpulan yang belum jelas, namun pada akhirnya akan menjadi lebih terperinci.
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan oleh peneliti secara terus menerus selama
berada dilapangan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi selama
penelitian berlangsung dan makna-makna yang muncul dari data harus diuji
kebenarannya, kekukuhannya, dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
30 Universitas Indonesia
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Profil Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan
4.1.1. Sejarah RSUD Tarakan
Pada tahun 1953, RSUD Tarakan hanya berbentuk Balai Pengobatan yang
berlokasi dijalan Kyai Caringin, Jakarta Pusat adalah untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan masyarakat sekitar. Kemudian pada tahun 1956, balai
pengobatan ini beralih menjadi Puskesmas Kecamatan Gambir dan Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Pusat dengan luas gedung mencapai 2.570m2.
Di tahun 1987, puskesmas tersebut beralih menjadi rumah sakit kelas C
berdasarkan SK. MENKES 15/1989, sebuah gedung yang berlantai empat dan
dilengkapi dengan 30 (tiga puluh) buah tempat tidur.
Pada tahun 1997, rumah sakit ini berganti menjadi rumah sakit kelas B
Non Pendidikan berdasarkan SK MENKES No. 1224/MENKES/SK/1997
sekaligus menjadi rumah sakit SWADANA berdasarkan PERDA DKI No.
10/1997 yang dilengkapi dengan 153 tempat tidur.
Tahun 2003, mulai dilakukan pembangunan gedung baru yang berlokasi di
Jalan Siantar, bersebelahan dengan Jalan Kyai Caringin. Gedung baru (DP II) ini
mulai beroperasional pada bulan Juni 2008. Gedung ini terdiri dari 6 lantai dan
berkapasitas 142 tempat tidur. Sedangkan di tahun 2004, gedung lama
mendapatkan renovasi total dan selesai pada akhir tahun 2005. Maret 2006
gedung lama (DP I) sudah bisa beroperasi.
Sehingga pada tahun 2006, RSUD Tarakan mempunyai 2 gedung, yaitu
gedung DP I dan DP II dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 352 tempat tidur.
Pada tahun ini juga, RSUD Tarakan telah beralih status menjadi BLUD secara
penuh dengan sertifikasi ISO 9001: 2008 dan akreditasi 5 pelayanan.
4.1.2. Keadaan Geografis Sekitar RSUD Tarakan
RSUD Tarakan merupakan salah satu rumah sakit yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang terletak di lingkungan bisnis atau
perkantoran dan satu-satunya rumah sakit daerah yang berdekatan dengan Istana
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
31
Universitas Indonesia
Negara dan Kantor Pemda DKI Jakarta. Batas-batas wilayah administrasi RSUD
Tarakan adalah:
Batas Utara : Jln. Kyai Caringin, halte busway RS. Tarakan. Batas Selatan : Jln. Lematang, Jln. Siantar, serta komplek ruko dan
perkantoran.
Batas Timur : Kali Cideng, Jln. Cideng Barat, Jln. Cideng Timur, komplek ruko dan perkantoran
Batas Barat : Jln. Musi, Jln. Biak, dan komplek perumahan.
Gambar 4.1. Peta lingkungan daerah sekitar RSUD Tarakan Jakarta Google Maps.
4.2. Unit Rekam Medis RSUD Tarakan Jakarta
Unit rekam medis (URM) atau sering disebut Medical Record (MR)
RSUD Tarakan terletak di basement gedung DP I RSUD Tarakan. Didalam
basement ini juga terdapat 7 unit lainnya, yaitu Rumah Tangga, Gudang Rumah
Tangga, Gudang Farmasi, P2BJU, Gizi, Laundry, dan Sanitasi. URM ini terletak
di bagian belakang bangunan (paling pojok). Disebelah kanan URM ini terdapat
lift barang dan disebelah kirinya terdapat musola. Di dekat musala terdapat
hydrant dan didepan URM ini terdapat tangga untuk jalur evakuasi.
URM ini terdiri dari empat ruangan, yaitu dua ruangan yang digunakan
sebagai kantor, satu ruangan digunakan sebagai ruang filing, dan ruangan terakhir
yang paling besar merupakan ruangan logistik. Ruang filing adalah tempat
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
32
Universitas Indonesia
penyimpanan rekam medis rawat inap dan rawat jalan yang masih aktif,
sedangkan ruang logistik adalah tempat penyimpanan rekam medis rawat inap
aktif dan inaktif.
Gambar 4.2. Floor plan unit rekam medis RSUD Tarakan Jakarta
Visi Rekam Medis RSUD Tarakan adalah memberikan pelayanan
informasi yang cepat, tepat, dan akurat.
Misi Rekam Medis RSUD Tarakan adalah meningkatkan kualitas hidup
manusia dengan cara memberikan pelayanan informasi yang cepat, tepat,
dan akurat.
4.3. Analisis Data
4.3.1. Penciptaan Rekam Medis
Suatu lembaga pasti memiliki rekod sebagai hasil dari kegiatan yang telah
dilakukan didalam lembaga/organisasi dalam menjalankan fungsinya. Menurut
ISO 15489 (2001) rekod adalah segala macam bentuk informasi yang diciptakan,
diterima, dan dipelihara sebagai bukti dan infomasi bagi suatu organisasi atau
personal, dengan tujuan kepentingan hukum atau transaksasi bisnis. Rekod ini
dapat berupa berbagai macam bentuk, seperti kertas, mikrofilm, data elektronik,
dan lainnya. Kennedy (1998: 5) menjelaskan bahwa aspek penting rekod mengacu
pada alasan mengapa rekod tersebut diciptakan dan disimpan. Rekod diciptakan
untuk mendukung kegiatan bisnis dan disimpan sebagai bukti dari kegiatan bisnis
tersebut.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
33
Universitas Indonesia
Rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan layanan kesehatan
juga memiliki rekod sebagai hasil kegiatan. Rekod tersebut adalah rekam medis.
Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam
medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien.
Rekam medis yang dimiliki oleh RSUD Tarakan dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu: rekam medis untuk bayi yang baru lahir, rekam medis pasien rawat jalan,
dan rekam medis untuk pasien rawat inap. Rekam medis untuk pasien rawat jalan
berupa lembaran kartu, untuk bayi yang baru lahir, rekam medisnya berupa
sejumlah kertas atau formulir, sedangkan untuk pasien rawat inap rekam medis
dimasukkan kedalam map untuk memudahkan cara pembayaran yang digunakan.
Terdapat 3 jenis map yang digunakan, yaitu:
1. Warna Kuning untuk pasien yang memiliki kartu Gakin dan SKTM.
2. Warna Hijau untuk pasien umum, ASKES, JAMSOSTEK, dan
lainnya.
3. Warna Orange untuk bayi yang baru lahir.
Alex:
Sebenernya map tuh fungsinya buat mempermudah di kasir aja, jadi kasir nanti kan tau tuh cara bayaran pasiennya kaya gimana, soalnya uda
keliatan dari warna mapnya.
Ryan:
Yang ini bayi yang baru lahir nih, beda dia. Kalo yang kuning gini sebetulnya buat membedakan. Dia kan buat pemerintah ya, kaya SKTM,
ada GAKIN, kaya gitu, jadi buat dibedain. Kalo yang ijo gitu umum.
Berdasarkan paparan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa rekam
medis yang dimiliki oleh URM RSUD Tarakan dibagi menjadi 3 jenis kelompok,
rekam medis pasien rawat inap, rawat jalan, dan bayi yang baru lahir. Ketiga jenis
rekam medis ini dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing.
Pengelompokkan rekam medis ini juga memudahkan bagian pebayaran/kasir
untuk mempercepat mereka melayani pasien yang ingin membayar karena disetiap
jenis rekam medis memiliki map/tanda masing-masing.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
34
Universitas Indonesia
4.3.2. Penggunaan Rekam Medis
Sistem Penyimpanan dan Klasifikasi
Rekam medis memiliki 2 sistem penyimpanan yang umum untuk
digunakan, yaitu sistem penyimpanan sentralisasi dan desentralisasi. Pedoman
Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia (2006:
80) menjelaskan pengertian sistem penyimpanan sentralisasi, yaitu penyimpanan
rekam medis seorang pasien dalam satu kesatuan baik catatan-catatan kunjungan
poliklinik maupun catatan-catatan selama seorang pasien dirawat.
Sistem penyimpanan yang digunakan di unit rekam medis RSUD Tarakan
ini menggunakan sistem penyimpanan sentralisasi. Pada sistem ini, seluruh rekam
medis pasien rawat inap, rawat jalan, dan bayi berada pada satu pengelolaan.
Penggunaan sistem ini mengakibatkan seluruh karyawan menjadi sangat sibuk.
Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia (2006: 82) menyebutkan bahwa penggunaan sistem sentralisasi lebih
baik dibandingkan sistem desentralisasi karena merupakan sistem yang tepat
mengingat pelayanan akan lebih mudah diberikan kepada pasien, tetapi
pelaksanaannya tergantung pada situasi dan konsisi masing-masing rumah sakit.
Hal-hal yang mempengaruhi tersebut antara lain: terbatasnya tenaga terampil;
terutama yang menangani pengelolaan rekam medis, dan kemampuan dana rumah
sakit terutama rumah sakit pemerintah daerah.
Izzie: Kita disini tuh kurang orang, jumlah orang yang ada ga sebanding sama jumlah tugas yang kita pegang.
Menurut informan, pelaksanaan tugas dilapangan tidak sebanding dengan
jumlah karyawan yang ada, sehingga unit rekam medis ini selalu sibuk untuk
memenuhi permintaan berkas rekam medis para pasien.
15489 (2001: 2),klasifikasi adalah suatu proses identifikasi yang sistematis
dan pengaturan/penyusunan aktifitas bisnis dan/atau rekod kedalam kategori
berdasarkan susunan terstruktur yang logis, metode, dan prosedur yang
ditampilkan dalam sistem klasifikasi. Secara umum, sistem klasifikasi terdiri dari
tiga jenis, yaitu susunan secara alfabetis, numerikal, dan subjek.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
35
Universitas Indonesia
Susunan klasifikasi berdasarkan angka adalah susunan klasifikasi yang
mengurutkan rekod berdasarkan nomor urut rekod. Susunan ini biasa digunakan
untuk organisasi/lembaga yang memiliki jumlah rekod yang besar. Read-Smith
(2008: 276) menyatakan bahwa angka digunakan untuk menyimpan rekod yang
telah diberikan pada masing-masing rekod untuk dapat mengidentifikasi lokasi
penyimpanannya. Angka tersebut mungkin saja sudah tertera/tercetak pada setiap
rekod atau baru akan diberikan angka berdasarkan jenis penyusunan numeric
filing.
Salah satu jenis klasifikasi untuk rekam medis yang sering digunakan
adalah terminal digit filing, yaitu suatu sistem klasifikasi yang menggunakan dua
digit angka terakhir sebagai lokasi penyimpanan. Jenis klasifikasi ini digunakan
bagi suatu organisasi yang memiliki jumlah rekod lebih dari 10.000 dokumen.
Read-Smith (2008: 290) menyatakan bahwa penggunaan sistem terminal digit
filing ini akan sangat efektif untuk jumlah rekod yang telah mencapai ribuan, dan
angkanya terdiri (paling tidak) dari 5 digit angka atau lebih. Nomor-nomor pada
terminal digit ini terdiri dari sejumlah digit angka dan angka-angka tersebut
dipecah menjadi 3 kelompok angka yang masing-masing kelompok terdiri dari
dua digit angka (primer, sekunder, dan tersier). Menurut Kennedy (1998: 170)
keuntungan dari sistem ini adalah data-data baru yang dimasukan kedalam sistem
dapat disusun berurutan, sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah secara
periodik, bank data ini perlu dipindahkan untuk menciptakan sebuah ruang yang
kosong bagi file baru.
Selain menggunakan sistem klasifikasi terminal digit filing, digunakan
juga sistem klasifikasi berdasarkan warna (color coding). Read-Smith (2008: 182)
menyatakan bahwa dengan menggunakan color coding akan meningkatkan
kecepatan dalam sistem temu kembali dan misfiling dapat dihindari. Kennedy
(1998: 184) menjelaskan bahwa color coding digunakan dalam dua cara, yaitu:
Digunakan untuk mewakili kata atau sekelompok kata atau angka. Digunakan untuk mempermudah pengelompokkan.
Di RSUD Tarakan, nomor rekam medis terdiri dari 8 (delapan) digit
angka. Dua digit angka terakhir merupakan kode lokasi penyimpanan rekod
tersebut (primer), 4 (empat) digit angka yang berada di depan merupakan nomor
sekunder yang menyatakan kode sub-penyimpanan (folder), dan dua angka
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
36
Universitas Indonesia
terakhir yang berada ditengah merupakan nomor tersier, yang menyatakan nomor
urut rekam medis.
01004020 0100 40 20
20: Nomor Primer (menyatakan lokasi penyimpanan)
0100: Nomor Sekunder (menyatakan lokasi sub-penyimpanan)
40: Nomor Tersier (menyatakan nomor urut rekam medis/rekod)
Gambar 4.3. Contoh terminal digit filing
Selain menggunakan sistem terminal digit filing, digunakan juga
klasifikasi berdasarkan warna. Klasifikasi berdasarkan warna ini digunakan
supaya memudahkan petugas dalam mengelompokkan rekam medis, sehingga
dapat mengurangi kemungkinan misplacing.
Christina:
Kalo ketentuan warna ini Kalo ketentuan warna ini ada sih diteorinya. Warna 9 apa. Bukan dari UU sih yang nentuin, kalo dari UU sih ga sampe
warnanya tapi dari juknis (petunjuk teknis). Kalo pake warna gini sih enak, jadi kalo ada yang nyelip kan warnanya beda sendiri nih jadi bisa dikembaliin ke warna yang sebenernya.
Pengklasifikasian nomor primer di RSUD Tarakan dibagi menjadi 10
(sepuluh) kelompok, yaitu mulai dari nomor 00 90 dan terdapat juga 10
(sepuluh) kode warna untuk setiap nomor primer tersebut. Masing-masing nomor
ini mendapatkan seorang penanggung jawab yang bertugas untuk bertanggung
jawab dalam pengelolaan rekam medis rawat jalan.
Sedangkan untuk rekam medis rawat inap, penggunaan color coding
berbeda dengan yang diterapkan pada rekam medis rawat jalan. Rekam medis
rawat inap memiliki 3 warna untuk setiap rekam medis.
Alex:
Warna-warna ini diambil dari dua angka yang ini. Kalo kotak kecil ini itu buat tahun. Tiap tahun warnanya beda-beda.
Tiga warna tersebut terdiri dari representasi klasifikasi terminal digit filing
dan kode tahun. Kode untuk setiap tahunnya berubah-ubah. Keputusan
penggunaan warna ini ditentukan oleh bagian MIK.
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
37
Universitas Indonesia
Penggunaan sistem klasifikasi di URM RSUD Tarakan telah berjalan
dengan baik karena sistem klasifikasi untuk rekam medis memang sebaiknya
menggunakan sistem sistem terminal digit filing mengingat banyaknya jumlah
rekod yang dimiliki. Mereka menggunakan sistem terminal digit filing yang
dikombinasikan dengan color coding, hal ini dikarenakan rekod yang telah
mereka miliki atau ciptakan setiap harinya berjumlah besar dan juga dapat
mencegah terjadinya misfiling.
Sistem Temu Kembali Rekam Medis
Sebuah sistem manajemen rekod yang baik seharusnya memiliki sistem
temu kembali yang efektif dan efisien. ISO 15489-1 (2001: 10) menjelaskan
bahwa sebuah sistem harus memasukan dan menerapkan pengontrolan terhadap
akses untuk memastikan bahwa integritas rekod tidak dapat diperdebatkan. Suatu
pengelolaan rekod yang efektif adalah sistem yang dapat memastikan kembalinya
rekod tersebut dengan tepat dan aman. Read-Smith (2008: 214) menjelaskan
prosedur ini menjadi 3 bagian, yaitu requisition, charge-out, dan follow-up yang
dapat dilakukan baik secara manual ataupun automasi (elektronik). Dengan
mengikuti keseluruhan standar prosedur ini secara konsisten, maka akan
mengurangi jumlah rekod yang hilang atau misfiling.
Permintaan akan rekod dapat dilakukan melalui perorangan, telepon, fax,
email, atau alat komunikasi lainnya. Permintaan terhadap rekod ini sebaiknya
dilakukan secara tertulis dengan demikian, permintaan tersebut dapat menjadi
barang bukti dikemudian hari.
Charge out adalah sebuah prosedur yang mengontrol lokasi terkini dari
rekod yang pada saat itu sedang keluar (tidak berada di central file). Menurut
Read-Smith (2008: 287), pada saat rekod dikeluarkan dari tempat penyimpanan
numerik untuk suatu keperluan tertentu, maka dapat menggunakan OUT Indicator
yaitu suatu alat pengontrol, seperti kertas atau folder yang menunjukkan lokasi
rekod yang dipinjamkan. OUT Indicator ini mencatat siapa yang meminjam rekod
tersebut, tanggal peminjaman, dan informasi lainnya untuk memudahkan melacak
dan mengawasi rekod yang dipinjam tersebut agar tidak hilang. Apabila database
OUT Indicator ini dijaga dengan baik, maka dapat dilihat secara keseluruhan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
38
Universitas Indonesia
rekod-rekod yang pernah dipinjam selama ini, dengan pengurutan berdasarkan
tanggal pinjam.
Read-Smith (2008: 219) menegaskan bahwa siapapun yang bertanggung
jawab untuk temu kembali dan mengeluarkan sebuah rekod dari tempat
penyimpanan, maka dia bertanggung jawab untuk memastikan bahwa rekod
tersebut kembali. Follow up adalah sebuah sistem yang memastikan bahwa benda
yang dibawa keluar dari tempat penyimpanannya, kembali tanpa ada kurang suatu
apapun.
Di RSUD Tarakan, pada saat pasien telah mendaftar, pegawai pendaftaran
mengirimkan pesan kepada bagian URM untuk diambilkan rekam medisnya dan
diantar sesuai poliklinik yang diminta pasien. Pesan tersebut berupa kertas struk
yang berisikan tanggal dikeluarkannya struk tersebut, nomor rekam medis pasien,
nama pasien, jenis rekam medis, poliklinik yang dituju, dan lainnya. Setelah
menerima pesan tersebut, pegawai URM segera mencari rekam medis pasien
tersebut, dan meletakkannya di suatu tempat, kemudian kertas struk tersebut
dijadikan satu dengan rekam medis pasien, dan didaftarkan di buku ekspedisi.
Setelah itu barulah rekam medis diantar menuju poliklinik masing-masing.
Selain dicatat di buku ekspedisi, catatan mengenai keluarnya rekam medis
dari URM juga dicatat didalam sistem komputer. Hal ini bertujuan untuk
menghindari adanya rekam medis yang belum tercatat disalah satu sisi. Buku
ekspedisi yaitu sebuah buku yang mencatat keluarnya rekam medis,tanggal
keluar, unit yang meminta rekam medis tersebut, siapa penanggung jawab yang
menyerahkannya, dan hal lainnya dicatat didalam buku tersebut.
Christina:
Di buku ekspedisi ini, nih bukunya kaya gini. Ini kan dia pinjem keluar nih, nanti kan pas daftar diatas langsung tuh print disini dianter keatas,
trus dianterin keatas, nah dibuku ini dicatet nih tanggal keluar masuknya
status, jadi ada buktinyalah kalo statusnya uda keluar dari sini.
Izzie:
Rekam medis yang keluar masuk nanti dicatet disini, ini juga dikelompokin pertanggal sama per-unit, jadi nanti bisa dibikin
statistiknya.
Setelah seluruh rekam medis yang telah keluar tersebut kembali masuk ke
URM diperiksa di laporan rekam medis yang keluar tadi. Apabila ditemukan
Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012
-
39
Universitas Indonesia
adanya rekam medis yang belum kembali, maka pihak URM menelpon bagian
yang meminta rekam medis tersebut dan menanyakan mengapa rekam medis
tersebut belum dikembalikan. Untuk beberapa hal, rekam medis tersebut belum
dikemba