upaya pencegahan.pdf

Upload: azmi-tok-tok

Post on 10-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ydhgdxfsdgvfcnbg cxvjkftghdtgdbyt]dfg

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA KERUSAKAN

    DAN PEMELIHARAAN REKAM MEDIS

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

    SKRIPSI

    NADYA HAIRANI

    0806392804

    FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

    DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

    PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

    DEPOK

    JULI 2012

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA KERUSAKAN

    DAN PEMELIHARAAN REKAM MEDIS

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

    SKRIPSI

    diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana Humaniora

    NADYA HAIRANI

    0806392804

    FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

    DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

    PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

    DEPOK

    JULI 2012

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • ii Universitas Indonesia

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • iii Universitas Indonesia

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • iv Universitas Indonesia

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • v Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan

    berkat, rahmat dan juga limpahan hidayah kepada hambanya, sehingga penulis

    dapat meraih gelar Sarjana Humaniora. Dalam menyusun skripsi ini, penulis

    menemui banyak hambatan, namun karena adanya bantuan dari berbagai banyak

    pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis

    ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ayah, Mama, Yuki, Arif, dan Mbak Rohati yang telah terus mendukung

    penulis dan memberikan doa yang tidak putus-putus selama proses

    menyelesaikan skripsi ini.

    2. Ibu Anon Mirmani, selaku dosen pembimbing yang terus memberikan

    masukan untuk penulisan skripsi ini sehingga bisa menghasilkan sebuah

    mahakarya.

    3. Ibu Utami Hariya, ibu Wiwiet M., dan kak Yeni selaku dewan penguji

    yang telah memberikan berbagai macam perbaikan demi revisi ini.

    4. Para dosen-dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang

    telah memberikan ilmu kepada penulis selama 4 tahun ini.

    5. Geng CAPS tersayang; Shanty, Nurul, Rizka, dan Susi, terima kasih untuk

    segala gosip, canda, dan haru yang telah kita jalin bersama ini.

    6. Reza, Niko, Udin, Bagus, Fine, Peppy, Revany, Riva, Lala, Cikur, Sapto,

    Rengga, Yuda, Amu, Fahmi, Iqbal, Yani, Dita, Melisa, Weni, Devita,

    Ressa, Uni, Raya, Oneng, dan keluarga besar JIP 2008 lainnya terima

    kasih untuk segala kenangannya yang telah diberikan selama 4 tahun

    terakhir ini.

    7. Macin, Ina, Herning, Tanti, Eca, dan Uli terima kasih untuk segala

    dukungan dan pengertiannya. Semoga kalian juga bisa cepat menyusul.

    8. Dita, Ilmi, Annisa, Andjar, Azmi, dan Nana yang telah membantu dalam

    pengeditan naskah ini.

    9. Keluarga besar IMASIP UI terima kasih untuk doa dan dukungannya.

    10. Hilmi, Ade, Dian, Tika, Kiki, Nisa, Widuri, Itha, Aisya, dan Bang Mamat.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • vi Universitas Indonesia

    11. Pihak RSUD Tarakan Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan

    pada pengambilan data di lapangan.

    12. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,

    terima kasih atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.

    Jakarta, Juli 2012

    Nadya Hairani

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • vii Universitas Indonesia

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • viii Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Nadya Hairani

    Program Studi : Ilmu Perpustakaan

    Judul : Upaya Pencegahan Bahaya Kerusakan dan Pemeliharaan

    Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta

    Penelitian ini membahas mengenai proses/kegiatan pemeliharaan dan pencegahan

    bahaya terhadap rekam medis RSUD Tarakan Jakarta. Tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memicu terjadinya

    kerusakan/bahaya pada unit rekam medis RSUD Tarakan Jakarta dan juga

    mengetahui tindakan-tindakan pencegahan minimal apa saja yang telah dilakukan

    oleh pihak rumah sakit dalam melindungi rekam medis para pasiennya. Penelitian ini

    menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian

    ini adalah lahirnya sebuah contoh Standard Operational Procedur (SOP)

    penanggulangan bencana yang diaplikasikan pada unit rekam medis RSUD Tarakan

    Jakarta untuk melindungi rekam medis yang telah dimiliki.

    Kata kunci:

    Program pemeliharaan arsip vital, rekod vital, rekam medis, rumah sakit.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • ix Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Nadya Hairani

    Study Program : Library Science

    Title : The Effort of Damage Prevention and Maintenance of

    Medical Record in Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan

    Jakarta

    This study focused about the maintenance and the prevention of breakage towards

    medical record in RSUD Tarakan Jakarta. The aim of this study are to identify some

    factors which can trigger the damage or disaster to medical record unit at hospital and

    that hospital management has done to their patients medical records. This study used a study case method with qualitative approaches. The result from this study is a

    sample of standard operational procedure of disasters countermeasure which will implied in medical records unit of RSUD Tarakan Jakarta to protect their medical

    records.

    Keywords:

    Vital records maintenance program, vital records, medical records, hospital.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • x Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME. ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN............................................................. iv

    KATA PENGANTAR...................................................................... v

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..... vii

    ABSTRAK........................................................................................ viii

    ABSTRACT...................................................................................... ix

    DAFTAR ISI............................. x

    DAFTAR GAMBAR........................................................................ xii

    DAFTAR TABEL............................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xiv

    1. PENDAHULUAN........................................................................ 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah ... 3 1.3. Pertanyaan Penelitan... 3 w w 1.4. Tujuan Penelitian .. . 3 1.5. Manfaat Penelitian .......... 4 1.6. Ruang Lingkup ........... 4 1.7. Kerangka Berpikir............................................................... 4

    2. TINJAUAN LITERATUR ............................ 6 2.1. Arsip dan Rekod.................................................................. 6

    2.1.1. Pengertian Arsip dan Rekod.................................... 6 2.1.2. Karakteristik Rekod................................................. 7 2.1.3. Daur Hidup Rekod................................................... 9 2.1.4. Manajemen Rekod................................................... 10

    2.1.4.1. Pencatatan.................................................. 11 2.1.4.2. Pendaftaran................................................ 11 2.1.4.3. Klasifikasi.................................................. 12 2.1.4.4. Tingkat Keamanan dan Akses................... 12 2.1.4.5. Identifikasi Status Disposisi...................... 13 2.1.4.6. Penyimpanan.............................................. 13 2.1.4.7. Penggunaan dan Pelacakan........................ 14 2.1.4.8. Implementasi Disposisi.............................. 15

    2.1.5. Alih Media............................................................... 16 2.2. Rekam Medis .................. 17

    2.2.1. Pengertian Rekam Medis......................................... 17 2.2.2. Jenis dan Isi Rekam Medis ................. 18 2.2.3. Manfaat Rekam Medis ................ 20 2.2.4. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis ............. 20 2.2.5. Kepemilikan Rekam Medis.............. 21 2.2.6. Penyimpanan dan Pemusnahan Rekam Medis........ 21 2.2.7. Kerahasiaan Rekam Medis ..................... 22

    2.3. Arsip Vital .......................................... 24

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • xi Universitas Indonesia

    3. METODE PENELITIAN .. 27 3.1. Pendekatan Penelitian ..... 27 3.2. Subjek dan Objek Penelitian ....... 27 3.3. Informan.. 27 3.4. Tahapan Penelitian .. 28

    3.4.1. Tahap Pengumpulan Data Penelitian .. ... 28 3.4.2. Tahap Analisis dan Interpretasi Data Penelitian.... 29 3.4.3. Tahap Penyajian Data dan Penarikan Kesimpulan. 29

    4. HASIL PENELITIAN 30 4.1.Profil RSUD Tarakan Jakarta... 30

    4.1.1. Sejarah RSUD Tarakan 30 4.1.2. Keadaan Geografis Sekitar RSUD Tarakan............. 30

    4.2. Unit Rekam Medis RSUD Tarakan..................................... 31

    4.3.Analisis Data. 32 4.3.1. Penciptaan Rekam Medis. 32 4.3.2. Penggunaan Rekam Medis... 34 4.3.3. Pemeliharaaan Rekam Medis... 41 4.3.4. Penyusutan dan Pemusnahan Rekam Medis............ 45 4.3.5. Pengkajian Resiko Bencana..................................... 47 4.3.6. Alih Media............................................................... 56

    5. KESIMPULAN DAN SARAN... 58 5.1.Kesimpulan... 58 5.2.Saran. 59

    DAFTAR PUSTAKA... 61

    LAMPIRAN.. 64

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • xii Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1. Kerangka berpikir.. 5 Gambar 2.1. Daur hidup rekod... 9 Gambar 4.1. Peta lingkungan daerah sekitar RSUD Tarakan........ 31

    Gambar 4.2. Floor plan URM RSUD Tarakan... 32 Gambar 4.3. Contoh terminal digit filing....... 34 Gambar 4.4. Kebocoran yang terjadi didepan ruang URM........ 53 Gambar 4.5. Keadaan ruang filing. ....... 54 Gambar 4.6. Keadaan ruang logistik.............. 55

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • xiii Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1. Profil Informan........................................................... 27

    Tabel 4.1. Hubungan antara suhu dan kelembapan relatif......... 50

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • xiv Universitas Indonesia

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Bagan......................................................................... 64

    Lampiran 2 Transkrip Wawancara 67 Lampiran 3 Usulan SOP Penanggulangan Bencana.. 75

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 1

    Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pembukaan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 mengenai Praktik

    5Kedokteran menyatakan bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

    meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

    dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu

    unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-

    Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    Pelayanan kesehatan yang baik harus disertai dengan kualitas pelayanan

    medis yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk mencapai

    kualitas pelayanan yang baik tentu perlu dibantu dengan faktor-faktor lain, seperti

    pelayanan yang baik dari para tenaga medis (dokter, perawat, terapis, paramedis,

    dan apoteker), administrasi rumah sakit yang tertata dengan baik, dan lainnya.

    Administrasi rumah sakit yang baik dapat dilihat melalui pengelolaan manajemen

    rumah sakit yang terorganisir dengan baik.

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan yang berlokasi di Jalan

    Kyai Caringin no. 7 Jakarta, merupakan jenis rumah sakit umum yang setiap

    harinya ramai dikunjungi oleh masyarakat. Kebanyakan dari masyarakat yang

    mengunjungi rumah sakit ini adalah golongan menengah kebawah, karena harga

    pelayanan medis yang disediakan tergolong murah dan dapat dijangkau oleh

    masyarakat. Dengan banyaknya jumlah pasien yang datang setiap harinya, tentu

    saja rumah sakit tersebut menghasilkan banyak arsip sebagai hasil dari kegiatan

    memeriksa para pasien.

    Arsip merupakan catatan tertulis setiap transaksi yang pernah dilakukan

    suatu perusahaan yang berguna sebagai bukti kegiatan perusahaan atau organisasi

    yang membuatnya. Bentuk arsip itu dapat berupa formulir, catatan pengeluaran

    keuangan, invoice pajak, slip gaji, dan lainnya. Pada dunia kesehatan atau

    kedokteran, rekam medis merupakan salah satu bentuk rekod atau dokumen yang

    terdaftar secara klinis, ilmiah, dan legal yang berhubungan dengan perawatan

    kesehatan pasien yang merekam data-data penting yang disusun secara berurutan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 2

    Universitas Indonesia

    sesuai dengan tanggal kejadian untuk dapat melakukan diagnosis penyakit pasien

    diikuti dengan tindakan dan hasil akhirnya (Goel, 2001: 224).

    Rekam medis memiliki peranan yang penting karena rekam medis

    merupakan catatan yang harus dijaga keberadaannya dan kerahasiaannya.

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES) No:

    269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang

    berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan,

    pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah

    diberikan kepada pasien. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan

    praktik kedokteran wajib membuat rekam medis dimana dokter harus melengkapi

    isi rekam medis setelah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan.

    Rekam medis merupakan jenis arsip yang berbeda dengan arsip pada

    umumnya, namun pengelolaan rekam medis itu sendiri dapat disesuaikan dengan

    pengelolaan arsip pada umumnya. Medical record, although hearsay, are

    generally admissible into evidence under the Business Records Rule - rekam

    medis, meskipun masih merupakan rumor, namun secara umum dapat

    dikategorikan atau dijadikan sebagai barang bukti dibawah kebijakan bisnis rekod

    (AHIMA, 2012: 453).

    Mengingat pentingnya nilai rekam medis tersebut, maka rekam medis

    dapat dikategorikan kedalam bentuk arsip vital. Arsip vital adalah arsip yang

    keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional

    pencipta arsip, tidak dapat diperbaharui, dan tidak tergantikan apabila rusak atau

    hilang. (UU 43/2009).

    Berkas rekam medis pasien menjadi milik lembaga kesehatan yang

    membuat rekam medis tersebut, sedangkan isi rekam medis tersebut menjadi

    milik pasien. Pengelolaan rekam medis harus benar-benar dikelola dengan baik

    untuk menghindari berbagai macam resiko yang dapat terjadi.

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan berada dekat dengan

    perumahan masyarakat yang padat, daerah perkantoran dan pasar, juga jalan raya.

    Disebelah rumah sakit ini terdapat Kali Cideng yang berhubungan dengan Banjir

    Kanal Barat dimana aliran sungai ini biasanya terjadi banjir. Meskipun rumah

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 3

    Universitas Indonesia

    sakit ini telah direnovasi (perluasan dan peninggian bangunan) tapi tetap saja

    dapat mengundang berbagai resiko yang tidak dapat diprediksi oleh manusia.

    Resiko tersebut bisa berupa rusaknya rekam medis yang diakibatkan oleh

    faktor lingkungan (suhu ruangan, kelembaban relatif, dan lainnya) dan hilangnya

    rekam medis yang disebabkan oleh bencana, baik bencana alam (gempa bumi,

    banjir, tsunami) dan bencana non alam (vandalism dan terrorism).

    Untuk menghindari serangkaian peristiwa tersebut, maka dibuatlah suatu

    tindakan untuk meminimalisirkan kerusakan sebelum terjadi kerusakan yang lebih

    besar. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan dalam

    menghadapi dan menanggulangi bahaya yang akan terjadi sehingga dapat

    mengurangi jumlah korban dan kerugian materi.

    1.2. Rumusan Masalah

    Mengingat pentingnya peranan rekam medis baik bagi pasien maupun

    rumah sakit itu sendiri, maka diperlukan suatu prosedur standar operasional dalam

    melakukan pengelolaan dan pencegahan bahaya terhadap rekam medis. Unit

    rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan belum memiliki suatu prosedur

    standar yang secara khusus diaplikasikan pada unit rekam medis itu sendiri. Maka

    dari itu penulis ingin melakukan penelitian berjudul Upaya Pencegahan Bahaya

    Kerusakan dan Pemeliharaan Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah

    Tarakan.

    1.3. Pertanyaan Penelitian

    1. Apa saja faktor-faktor yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi unit

    rekam medis?

    2. Bagaimana tindakan pencegahan minimal yang telah diupayakan oleh

    pihak unit rekam medis (manajemen) rumah sakit?

    1.4. Tujuan Penelitian

    1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mampu memberikan potensi bahaya

    pada unit rekam medis.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 4

    Universitas Indonesia

    2. Mengetahui upaya pencegahan yang telah dilakukan oleh pihak unit rekam

    medis dalam menyelamatkan atau melindungi rekam medisnya.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1.5.1. Bagi Rumah Sakit

    Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam

    melakukan kegiatan pencegahan dan pemeliharaan rekam medis pada unit

    rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

    1.5.2. Bagi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB)

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan masukan bagi

    pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai kegiatan pencegahan

    dan pemeliharaan rekam medis.

    1.5.3. Bagi Peneliti

    Peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian

    terutama mengenai program pencegahan dan pemeliharaan rekam medis.

    1.6. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di unit rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah

    Tarakan, Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang

    akan digunakan adalah wawancara semi-terstruktur dengan beberapa narasumber

    yang berada didalam lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan serta

    observasi partisipan.

    1.7.Kerangka Pemikiran

    RSUD Tarakan dalam melakukan kegiatannya yaitu melayani orang sakit,

    menghasilkan rekam medis sebagai hasil dari kegiatan tersebut. Rekam medis

    merupakan bagian dari sistem manajemen rekod yang mengelola keseluruhan

    sistem pengelolaan rekam medis itu sendiri. Mengingat pentingnya peran rekam

    medis, maka rekam medis memerlukan perlindungan untuk menyelamatkan

    informasi yang terkandung didalamnya. Perlindungan rekam medis ini berada

    disalah satu program manajemen arsip vital, yaitu bagian pemeliharaan. Program

    perlindungan ini digunakan untuk melindungi rekam medis dari segala bentuk

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 5

    Universitas Indonesia

    kerusakan atau bahaya yang dapat terjadi. Pengelolaan rekam medis dilakukan

    berdasarkan dengan pengelolaan atau manajemen kearsipan. Untuk melakukan

    penelitian ini, yang dilaksanakan di RSUD Tarakan ini, maka peneliti

    menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode observasi

    partisipan, wawancara, dan studi literatur. Berikut ini adalah gambaran kerangka

    berpikir.

    Tabel 1.1. Kerangka Berpikir

    Rekam Medis

    Creation Distribution Use Maintenance Disposition

    Pendekatan Kualitatif

    Studi Pustaka Observasi Wawancara

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 6 Universitas Indonesia

    BAB II

    TINJAUAN LITERATUR

    2.1. Arsip dan Rekod

    2.1.1. Pengertian Arsip dan Rekod

    Read-Smith (2008: 4) mendefinisikan rekod sebagai stored information

    made or received by an organization that is evidence of its operations and has

    value requiring its retention for a specific period of time informasi terekam,

    baik melalui media maupun karakteristik, yang diciptakan atau diterima oleh

    suatu organisasi yang menunjukkan bukti atas suatu tindakan dan memiliki nilai

    guna sesuai dengan masa retensinya.

    Ira Penn (1994: 3) menyatakan bahwa rekod adalah any information

    captured in reproducible form that is required for conducting business

    informasi terekam yang bentuknya bisa diperbaharui yang diperlukan untuk

    melakukan kegiatan.

    Menurut pernyataan Read-Smith (2008: 220) mengenai arsip adalah

    archives are the records created or receival and accumulated by a person or an

    organization in the conduct of affairs and preserved because of their historical or

    continuing value arsip adalah rekod yang diciptakan atau diterima dan

    diakumulasikan oleh seseorang atau organisasi dalam melakukan kegiatan dan

    menjaganya karena nilai historisnya atau karena memiliki nilai guna.

    Kennedy (1998: 7) menjelaskan pengertian arsip dengan mengutip

    pernyataan dari Standards Australia 1996, yaitu achives are those records which

    are appraised as having continuing value for a range of reasons, including

    administrative, legal, or historical arsip adalah rekod yang masih memiliki nilai

    guna kelanjutan dengan sejumlah alasan, termasuk masalah administratif, hukum,

    atau bersejarah.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa rekod merupakan bagian dari arsip

    yang bersifat aktif atau lebih sering dikenal dengan istilah arsip dinamis,

    sedangkan penggunaan kata arsip merujuk pada jenis arsip statis. Di Indonesia,

    penggunaan kata rekod tidak begitu lazim dan lebih dikenal dengan istilah arsip

    saja. Undang-undang no. 43 tahun 2009 mengenai kearsipan menjelaskan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 7

    Universitas Indonesia

    pengertian arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk

    dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

    dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga

    pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan

    perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

    bernegara.

    Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan istilah arsip (arsip

    dinamis) atau rekod. Penggunaan istilah rekod digunakan karena peneliti

    mengutip pada berbagai literatur yang menggunakan istilah rekod sebagai arsip

    dinamis.

    2.1.2. Karakteristik Rekod

    Isi rekod sebaiknya mencerminkan segala tindakan dan kegiatan yang

    dilakukan baik oleh organisasi maupun individu. Hal ini bertujuan untuk

    menjadikan rekod sebagai bukti yang sah dalam mendukung kegiatan organisasi

    ataupun individu.

    ISO 15489-1 (2001: 7) menjelaskan bahwa selain isinya, rekod juga

    berisikan atau terhubungan atau berasosiasi dengan dokumen lain, seperti:

    a) Struktur rekod itu sendiri, format dan hubungannya dengan elemen-

    elemen yang dapat diperdebatkan,

    b) Konteks kegiatan rekod tersebut yang diciptakan, diterima, dan digunakan

    harus tampil atau muncul di rekod itu sendiri (termasuk didalamnya proses

    terjadinya kegiatan tersebut, tanggal dan waktu kegiatan, dan orang-orang

    yang terlibat didalam kegiatan itu sendiri),

    c) Hubungan antar dokumen harus tampak untuk membantu menggabungkan

    rekod.

    Berikut adalah karakteristik rekod yang berada pada penjelasan ISO

    15489-1 (2001: 7):

    1. Otentik

    Sebuah rekod yang asli/otentik dapat dibuktikan dengan:

    a. Tujuan pembuatan rekod tersebut,

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 8

    Universitas Indonesia

    b. Diciptakan atau dikirim oleh orang yang menciptakan atau mengirim

    rekod tersebut, dan,

    c. Dikirim atau diciptakan pada saat waktu pembuatan rekod.

    Untuk memastikan keaslian rekod tersebut, organisasi harus menerapkan

    kebijakan dan prosedur mengenai pengelolaan penciptaan, penerima,

    perpindahan, perawatan, dan disposisi rekod untuk memastikan bahwa

    rekod tersebut dimiliki dan dapat diidentifikasi sekaligus mencegah dari

    penyalah gunaan, penghapusan, dan lainnya.

    2. Reliabilitas

    Rekod yang reliebel (bisa diandalkan) adalah dimana konten rekod

    tersebut dapat dipercaya sepenuhnya sekaligus menggambarkan

    keakuratan kegiatan yang dilakukan atau fakta yang terkandung

    didalamnya. Rekod harus diciptakan pada saat transaksi atau kejadian

    yang berhubungan atau setelah melakukan kegiatan tersebut, yang

    dilakukan oleh individu yang memiliki pengetahuan lansgsung terhadap

    fakta atau instrumen yang rutin digunakan pada saat kegiatan berlangsung.

    3. Integritas

    Integritas sebuah rekod merujuk pada kelengkapan dan tidak berubah. Hal

    ini diperlukan untuk melindungi rekod dari akses yang tidak memiliki

    kepentingan terhadap rekod tersebut. Kebijakan dan prosedur manajemen

    rekod harus secara spesifik menambahkan keterangan apabila setelah

    rekod tersebut diciptakan, dalam situasi apapun hanya oranng-orang yang

    memiliki kepentingan untuk mengakses rekod tersebut, dan siapa saja

    orang-orang tersebut.

    4. Bisa digunakan

    Rekod yang bisa digunakan adalah rekod yang ditempatkan, ditemu

    kembalikan, disajikan, dan diinterpretasikan. Rekod itu juga bisa disajikan

    atau dipresentasikan serta berhubungan langsung dengan penyelenggaraan

    kegiatan bisnis tersebut. Pada isi kontekstual rekod harus terdapat

    informasi yang dibutuhkan untuk bisa memahami kegiatan yang akan

    dilakukan dan menggunakannya. Hubungan antara rekod dengan

    kegiatannya harus selalu dijaga dengan baik.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 9

    Universitas Indonesia

    2.1.3. Daur Hidup Rekod

    Alur hidup rekod dan informasi adalah putaran hidup rekod yang terdiri

    dari 5 tahapan, yaitu penciptaan, penyebaran, penggunaan, pemeliharaan, dan

    disposisi akhir (Read-Smith, 2008: 19).

    Gambar 2.1. Daur hidup rekod Read-Smith (2008: 19).

    Lebih lanjut, Read-Smith (2008: 18-19) menjelaskan mengenai

    keseluruhan proses daur hidup ini. Pada tahap penciptaan, apabila sebuah surat,

    email, atau formulir telah selesai ditulis atau dicetak, maka sebuah rekod telah

    tercipta. Kemudian rekod ini disebarkan atau didistribusikan kepada orang yang

    bertanggung jawab untuk menggunakannya. Secara umum, rekod digunakan

    sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan, ataupun sebagai

    referensi, atau memenuhi tuntutan hukum.

    Apabila rekod tersebut diputuskan untuk digunakan lagi dikemudian hari,

    maka rekod tersebut harus disimpan, dilindungi/dirawat, dan dapat ditemukan

    kembali. Ketiga tahap ini adalah tahap ini merupakan tahap

    pemeliharaan/perawatan rekod baik secara fisik maupun elektronik. Selama tahap

    ini berlangsung, rekod harus disedakan tempat penyimpanan yang sesuai, baik itu

    berupa filing cabinet atau folder didalam sistem komputer. Setelah rekod

    disimpan, akan ada permintaan untuk menemukan kembali rekod tersebut.

    Penciptaan

    (penerimaan rekod )

    Distribusi

    Internal Users

    External Users

    Penggunaan

    Masalah Hukum

    Pengambilan keputusan

    Referensi

    Pemeliharaan

    Temu Kembali

    Perlindungan

    Penyimpanan

    Dispososi

    Transfer

    Simpan Permanen

    Dimusnahkan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 10

    Universitas Indonesia

    Apabila rekod tersebut sudah tidak aktif lagi, mungkin saja rekod tersebut

    disimpan dan dilindungi/dirawat dengan menggunakan peralatan dan lingkungan

    yang sesuai serta pengelolaan (human control) untuk memastikan bahwa rekod

    tersebut aman. Tahap pemeliharaan ini adalah suatu kegiatan seperti

    memperbaharui informasi yang disimpan dan membuang rekod yang sudah tidak

    terpakai, baik yang berbentuk fisik atau elektronik, atau mengganti rekod tersebut

    dengan rekod baru.

    Tahap yang terakhir adalah disposisi. Setelah masa guna rekod aktif

    tersebut habis, rekod tersebut dipindahkan ketempat lain, bisa ke tempat

    penyimpanan rekod yang berada diluar organisasi atau didalam organisasi itu

    sendiri. Setelah beberapa waktu yang telah ditentukan oleh jadwal retensi, rekod

    tersebut akan mengalami disposisi, apakah rekod tersebut akan dihancurkan atau

    dipindahkan ketempat penyimpanan rekod permanen. Rekod yang disimpan

    secara permanen, biasanya memiliki nilai guna lanjutan yang bersifat historis

    disebut dengan istilah arsip.

    2.1.4. Manajemen Rekod

    Kennedy (1998: 8) yang mengutip pernyataan Australian Standard AS

    4390-1996 mendefinisikan manajemen rekod sebagai suatu disiplin dan fungsi

    organisasi dalam mengelola rekod untuk kebutuhan bisnis, akuntabilitas, dan

    harapan komunitas/masyarakat.

    Read-Smith (2008: 3) mendefinisikan manejemen rekod sebagai suatu

    sistem pengaturan seluruh rekod, mulai dari penciptaan atau penerimaan,

    kemudian tahap pendistribusian, pengorganisasian, penyimpanan dan temu

    kembali, sampai disposisi akhir.

    Sedangkan ISO 15489-1 (2001: 4) mendefinisikan arti manajemen rekod

    sebagai bagian dari manajemen yang bertanggung jawab untuk

    pengelolaan/pengontrolan rekod yang sistematis dan efisien, mulai dari

    penciptaan, penerimaan, pemeliharaan, penggunaan, dan disposisi, termasuk juga

    didalamnya proses pencatatan dan pemeliharaan bukti dan infomasi mengenai

    kegiatan bisnis dan transaksi rekod.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 11

    Universitas Indonesia

    ISO 15489-2 (2001: 13) menjelaskan mengenai serangkaian proses

    manajemen rekod yang terdiri dari 8 tahapan, yaitu pencatatan (capture),

    pendaftaran (registration), klasifikasi (classification), tingkat keamanan dan akses

    (access and security classification), identifikasi status disposisi (identification of

    disposition status), penyimpanan (storage) penggunaan dan pelacakan (use and

    tracking), dan yang terakhir adalah implementasi disposisi (implementation of

    disposition).

    Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai keseluruhan proses

    manajemen rekod ini, yang dikutip dari ISO 15489-2 (2001: 13-21).

    2.1.4.1. Pencatatan (Capture)

    Pencatatan adalah proses yang menentukan apakah rekod tersebut harus

    diciptakan atau disimpan. Termasuk rekod yang telah diciptakan sebelumnya dan

    diterima oleh organisasi. Termasuk juga didalamnya siapa saja yang

    diperbolehkan untuk mengakses rekod tersebut dan berapa lama masa retensinya.

    Keputusan mengenai dokumen yang harus disimpan dan yang harus

    dimusnahkan dilakukan berdasarkan analisis bisnis dan akuntabilitas organisasi.

    Organisasi bisa menggunakan sejumlah sarana formal seperti kewenangan

    pemusnahan rekod atau panduan yang dapat mengidentifikasi rekod mana yang

    tidak perlu disimpan.

    2.1.4.2. Pendaftaran (Registration)

    Pendaftaran bertujuan menyediakan buktu bahwa rekod tersebut telah

    diciptakan dan dicatat pada sistem rekod. Termasuk juga didalamnya pencatatan

    informasi deskriptif mengenai pendaftaran rekod dan pemberian ID unik pada

    rekod tersebut. Proses pencatatan ini biasanya tidak dilakukan pada sistem

    manajemen rekod yang masih menggunakan kertas.

    Pendaftaran merupakan salah satu cara pencatatan rekod kedalam sistem

    rekod yang dilakukan secara formal. Rekod dapat didaftarkan lebih dari satu kali

    pada sistem rekod.

    Spesifikasi pendaftaran paling tidak harus memenuhi ketentuan/metadata

    minimum dibawah ini:

    Penanda unik yang telah diberikan/ditentukan oleh sistem

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 12

    Universitas Indonesia

    Tanggal dan waktu pendaftaran

    Judul atau deskripsi singkat

    Pengarang (baik individu atau organisasi), pengirim atau penerima.

    2.1.4.3. Klasifikasi (Classification)

    Klasifikasi adalah proses mengidentifikasi kategori-kategori kegiatan

    bisnis dan mengelompokkan rekod tersebut, apabila memungkinkan, sekaligus

    juga pendeskripsian, pengontrolan, hubungan/jaringan, dan disposisi serta

    pengaksesan.

    Tingkatan klasifikasi dan entry point dari proses klasifikasi ditentukan

    oleh sejumlah faktor, seperti:

    Akuntabilitas organisasi

    Bentuk kegiatan

    Ukuran organisasi

    Komplesitas struktur organisasi

    Penilaian resiko mengenai kecepatan dan ketepatan pada pengontrolan dan

    sistem temu kembali rekod

    Teknologi yang digunakan

    2.1.4.4. Tingkat Keamanan dan Akses (Access and Security Classification)

    Pengertian akses dapat berupa hak, kesempatan, menemukan,

    menggunakan, dan menemukan kembali informasi. Hak mengakses atau

    pembatasan pemberian akses serupa dengan kegiatan klasifikasi. Berikut adalah

    skema klasifikasi/tingkat keamanan dan akses:

    a) Mengidentifikasi transaksi atau aktifitas bisnis yang didokumentasikan.

    b) Mengidentifikasi unit bisnis dimana dokumen tersebut berada.

    c) Memeriksa akses dan tingkat keamanan untuk menentukan apakah

    aktifitas atau area bisnis diidentifikasi sebagai area yang memiliki resiko

    atau mempertimbangkan sistem keamanannya secara hukum.

    d) Menempatkan tingkatan akses atau pembatasan menuju rekod dan

    mekanisme pengaturan yang sesuai untuk penanganan rekod.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 13

    Universitas Indonesia

    e) Merekam status akses atau keamanan menuju rekod dalam suatu sistem

    untuk memberikan petunjuk yang dibutuhkan sebagai tambahan tingkat

    pengawasan.

    Akses terhadap rekod hanya dibatasi apabila diperlukan secara khusus

    oleh kebutuhan bisnis atau hukum. Pemberian hak akses dan tingkat keamanan

    akan ditentukan dengan melakukan konsultasi dengan unit bisnis yang memiliki

    rekod tersebut.

    2.1.4.5. Identifikasi Status Disposisi (Identification of Disposition Status)

    Kebanyakan sistem rekod, terutama sistem rekod eletronik,

    mengidentifikasi status disposisi dan jadwal retensi rekod pada saat melakukan

    pencatatan dan pendaftara. Proses ini bisa terhubung dengan klasfikasi kegiatan

    dan secara otomatis menjadi bagian dari sistem.

    Proses ini membutuhkan referensi kewenangan disposisi yang bergantung

    pada ukuran dan akuntabilitas organisasi yang bersangkutan. Berikut akan

    dijelaskan mengenai langkah-langkahnya:

    a) Mengidentifikasi transaksi atau aktifitas bisnis yang didokumentasikan

    dalam suatu rekod,

    b) Menempatkan transaksi dan rekod ditingkat rekod yang sesuai dalam

    kebijakan pemusnahan,

    c) Mengalokasikan jadwal retensi yang sesuai dan mengidentifikasi langkah-

    langkah pemusnahan,

    d) Merekam jadwal retensi dan langkah pemusnhan yang akan dilakukan

    dimasa yang akan datang pada sistem rekod,

    e) Menentukan seberapa jauh untuk menyimpan metadata mengenai rekod

    yang telah dikirim ke layanan penyimpanan eksternal arsip atau yang telah

    dimusnahkan.

    2.1.4.6. Penyimpanan (Storage)

    Kondisi tempat penyimpanan yang sesuai memastikan bahwa rekod

    tersebut dilindungi, dapat diakses, dan dikelola dengan baik dan efektif. Bentuk

    fisik rekod beserta nilai guna dan tingkat penggunaannya akan menentukan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 14

    Universitas Indonesia

    fasilitas dan layanan penyimpanan yang dibutuhkan untuk mengelola rekod

    selama yang dibutuhkan.

    Organisasi perlu melakukan analisis resiko untuk menentukan tempat

    penyimpanan dan penanganan yang sesuai bagi rekod mereka. Pemilihan tempat

    penyimpanan ini memerlukan sejumlah tingkat akses dan keamanan serta batasan

    sebagai kondisi tambahan bagi tempat penyimpanan. Rekod yang dinilai kritis

    (memiliki nilai penting) bagi kegiatan bisnis memerlukan beberapa metode

    perlindungan tambahan dan duplikasi apabila sewaktu-waktu terjadi bencana.

    Berikut adalah sejumlah faktor penting yang digunakan sebagai bahan

    pertimbangan untuk memilih tempat penyimpanan dan penanganan yang sesuai,

    yaitu: jumlah dan tingkat pertumbuhan rekod, penggunaan rekod, keamanan rekod

    dan sensitivitas, karakter fisik, rekod yang digunakan mencerminkan kebutuhan

    sistem temu kembali, harga dan pemilihan tempat penyimpanan rekod, dan akses.

    Untuk memastikan bahwa rekod disimpan dengan baik dan terlindungi,

    penilaian terhadap fasilitas terdiri dari:

    a) Lokasi haruslah mudah diakses dan tidak berada diarea yang dekat dengan

    resiko eksternal,

    b) Struktur bangunan harus menyediakan tingkat kelembapan dan suhu yang

    stabil dan sesuai, perlindungi terhadap api dan api, perlindungan terhadap

    kontaminasi (radioaktif, racun, dan lumut), ukuran keselamatan, kontrol

    akses ke tempat penyimpanan, sistem pendeteksi untuk orang-orang yang

    tidak memiliki kepentingan, dan perlindungan dari serangga dan hama.

    c) Peralatan. Lemari penyimpanan disesuaikan dengan format rekod dan kuat

    untuk menahan beban yang berat.

    2.1.4.7. Penggunaan dan Pelacakan (Use and Tracking)

    Penggunaan rekod adalah manajemen transaksi rekod yang perlu dicatat

    pada sistem yang merupakan bagian dari metadata. Penggunaan rekod

    memberikan pengaruh pada akses dan status disposisi. Pengaturan penggunaan

    rekod meliputi:

    a) Mengidentifikasi izin pengguna sistem rekod terkait dengan individu dan

    jabatannya dalam organisasi,

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 15

    Universitas Indonesia

    b) Mengidentifikasi status akses dan keamanan rekod,

    c) Mengidentifikasi hak akses untuk pengguna eksternal organisasi,

    d) Memastikan bahwa hanya individu yang memiliki tingkatan tertentu atau

    yang memiliki hak keamanan yang telah diberi akses terhadap rekod

    dengan status terbatas,

    e) Melacak pergerakan rekod untuk mengidentifikasi pengguna yang

    memiliki atau yang telah menggunakan rekod tersebut,

    f) Memastikan bahwa semua penggunaan rekod direkam pada tingkatan

    yang sesuai dan menyeluruh,

    g) Meninjau tingkat akses rekod untuk memastikan bahwa rekod tersebut

    mutakhir dan masih dapat digunakan.

    Pelacakan (tracking) rekod dengan menggunakan sistem rekod merupakan

    ukuran tingkat keaman bagi organisasi. Hal tersebut memastikan bahwa hanya

    pengguna yang memiliki izin yang sah yang diperbolehkan untuk mengakses

    rekod tersebut. Tingkat pengelolaan akses dan perekaman rekod bergantung pada

    kegiatan bisnis dan rekod yang dimiliki. Pola penggunaan rekod yang bisa

    digunakan adalah yang bisa memberikan informasi terbaru dan memberikan

    informasi/ukuran kapan disposisi terhadap rekod tersebut bisa dilaksanakan.

    2.1.4.8. Implementasi Disposisi (Implementation of Disposition)

    Disposisi adalah serangkaian proses yang berhubungan dengan retensi

    rekod, penghancuran atau pemindahan yang didokumentasikan pada kebijakan

    disposisi atau instrument lainnya. Rekod yang memiliki tanggal disposisi yang

    sama ditempatkan ditempat yang sama pada sistem.

    Catatan penggunaan rekod selama tindakan pemusnahan perlu ditinjau

    untuk memastikan dan mengoreksi status pemusnahan. Tindakan penting lainnya

    adalah memeriksa hal-hal yang memicu tindakan pemusnahan, mengkonfirmasi

    sebagai tindakan kelengkapan dimana suatu rekod terlibat didalamnya, dan

    memelihara rekod yang dapat diperiksa dari tindakan pemusnahan.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 16

    Universitas Indonesia

    2.1.5. Alih Media (Reformatting)

    Alih media merupakan salah satu bentuk atau cara untuk merubah bentuk

    informasi menjadi sebuah bentuk yang baru. Perubahan ini biasanya terjadi dari

    bentuk kertas menjadi bentuk elektronik. Perubahan bentuk ini terjadi karena

    adanya berbagai kepentingan, seperti penghematan ruangan dan tempat untuk

    menaruh rekod sementara ketersediaan tempat yang ada semakin terbatas, bentuk

    asli dari suatu rekod sudah mengalami kerusakan namun karena isi dari rekod

    tersebut sangat bernilai maka dilakukanlah alih media untuk menjaga konten/isi

    rekod, dan lainnya.

    Harvey (1992: 160) menyatakan bahwa tujuan dari alih media adalah

    untuk menggunakan isi intelektual dari suatu benda selama mungkin, dengan

    menyimpan master copies ditempat yang tepat karena hal ini merupakan bagian

    yang vital dari program alih media. Master copies tersebut juga harus disimpan

    ditempat yang baik dan benar sehingga kopian tersebut dapat digunakan dimasa

    depan dengan jangka waktu yang lama.

    Untuk melakukan alih media, perlu dilakukan pemilihan koleksi atau

    rekod terlebih dahulu, karena tidak semua rekod atau dokumen yang dimiliki

    dapat dialih mediakan. Menurut pedoman yang dimiliki oleh perpustakaan umum

    Virginia yang berjudul Virginia Public Records Management Manual (2012: 23)

    menyatakan bahwa perlu dilakukannya analisis terhadap rekod sebelum keputusan

    akhir (alih media) dilakukan atau diputuskan, dengan mempertimbangkan

    sejumlah faktor, seperti:

    Memiliki nilai historis atau nilai penting lainnya serta kondisi fisiknya

    sudah tidak terlalu bagus.

    Memiliki masa retensi yang panjang/lama.

    Memiliki tingkat temu kembali yang tinggi.

    Digunakan/dibutuhkan oleh banyak orang

    Dibutuhkan di sejumlah lokasi

    Memiliki nilai guna penelitian.

    Memakan banyak tempat.

    Perlu ditempatkan secara terpisah demi (alasan) keamanan.

    Tidak berhubungan dengan kegiatan bisnis organisasi sehari-hari.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 17

    Universitas Indonesia

    Untuk menentukan bentuk atau format alih media yang akan digunakan,

    banyak hal yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu. Harvey (1992: 168)

    menjelaskan bahwa terdapat beberapa format yang tersedia untuk melakukan alih

    media, yaitu fotokopi, mikrofilm, dan bentuk digital (optik dan magnetik).

    Masing-masing format ini memilki kelemahan dan kelebihan yang patut untuk

    dipertimbangkan sebelum menentukan teknik alih media yang akan digunakan

    suatu organisasi.

    Pada zaman saat ini, penggunaan teknik digitalisasi telah berkembang dan

    menjadi salah satu alat yang mudah untuk digunakan semua orang, selain itu

    bentuk digital juga mampu menampung jumlah dokumen dalam jumlah yang

    banyak.

    Menurut Dewi Chandra, terdapat 5 kelebihan yang diperoleh pada

    dokumen dengan bentuk digital, yaitu:

    1) Hemat tempat atau ringkas

    2) Rasio pemanfaatan lebih maksimal, bisa dimanfaatkan oleh banyak

    pemakai dalam waktu yang bersamaan/multiuser.

    3) Memungkinkan keluasan akses. Akses bisa dilakukan kapan saja dan

    dimana saja.

    4) Kepuasan lebih maksimal.

    5) Efisiensi dan efektifitas kerja secara teknis.

    2.2. Rekam Medis

    2.2.1. Pengertian Rekam Medis

    Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pengertian

    rekam medis adalah sebagai berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang

    identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta

    tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan adalah

    tulisan yang dibuat oleh dokter dan dokter gigi tentang segala tindakan yang

    dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen

    adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan

    hasil pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan harian dan semua

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 18

    Universitas Indonesia

    rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman

    eletro diagnostik.

    Menurut Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah

    Sakit di Indonesia (2006: 11) rekam medis diartikan sebagai keterangan baik yang

    tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese, pemeriksaan fisik,

    laboratorium, diagnosa serta segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan

    kepada pasien, dan pengobatan bai yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang

    mendapatkan pelayanan gawat darurat.

    M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (1999: 59) mendefinisikan rekam

    medis sebagai kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis,

    pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari

    waktu ke waktu. Catatan ini dapat berupa tulisan maupun gambar, dan belakangan

    ini berupa rekaman elekronik seperti komputer, mikrofilm, dan rekaman suara.

    McKinley Health Center menjelaskan pengertian rekam medis sebagai

    suatu dokumentasi yang disusun secara sistematis mengenai sejarah kesehatan

    pasien dan perawatan yang telah dilakukan. Entri pada rekam medis dibuat oleh

    dokter, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya.

    2.2.2. Jenis dan Isi Rekam Medis

    Rekam medis terbagi menjadi dua jenis, yaitu rekam medis elektronik dan

    rekam medis konvensional (paper based). Penyelenggaraan rekam medis yang

    berdasarkan sistem eletronik diatur berdasarkan ketentuan masing-masing

    lembaga yang menyelenggarakannya.

    Berdasarkan PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 3, isi

    rekam medis sekurangnya-kurangnya memuat:

    1. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat:

    a. Identitas pasien,

    b. Tanggal dan waktu,

    c. Anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

    penyakit,

    d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis,

    e. Diagnosis,

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 19

    Universitas Indonesia

    f. Rencana penatalaksanaan,

    g. Pengobatan dan/atau tindakan,

    h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien,

    i. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik dan,

    j. Persetujuan tindakan bila perlu.

    2. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat:

    a. Identitas pasien,

    b. Tanggal dan waktu,

    c. Anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

    penyakit,

    d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis,

    e. Diagnosis,

    f. Rencana penatalaksanaan,

    g. Pengobatan dan/atau tindakan,

    h. Persetujuan tindakan bila perlu,

    i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan,

    j. Ringkasan pulang (discharge summary),

    k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan

    tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan,

    l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu,

    m. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik

    3. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat:

    a. Identitas pasien,

    b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan,

    c. Identitas pengantar pasien,

    d. Tanggal dan waktu,

    e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan

    riwayat penyakit,

    f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis,

    g. Diagnosis,

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 20

    Universitas Indonesia

    h. Pengobatan dan/atau tindakan,

    i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit

    gawat darurat dan rencana tindak lanjut,

    j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan

    tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan,

    k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan

    dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain dan,

    l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.

    2.2.3. Manfaat Rekam Medis

    Secara garis besar manfaat rekam medis adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai indikator penentuan pengobatan pasien.

    2. Sebagai acuan atau referensi untuk keperluan penelitian dan pendidikan

    dimasa yang akan datang.

    3. Sebagai indikator dasar perhitungan biaya pengobatan dan pelayanan

    kesehatan yang telah diberikan kepada pasien.

    4. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan peningkatan kualitas

    pelayanan dimasa yang akan datang.

    5. Sebagai bukti penting dalam melakukan proses penegakan hukum,

    penegakan disiplin, dan penegakan etika kedokteran dan kedokteran gigi.

    6. Sebagai acuan statistik kesehatan guna mengetahui dan mempelajari

    perkembangan kesehatan dan menetukan jumlah penderita pada penyakit

    tertentu.

    2.2.4. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis

    Pada PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 5 menegaskan

    bahwa dokter dan dokter gigi wajib membuat dan melengkapi rekam medis

    setelah pasien tersebut menerima pelayanan medis. Pembuatan rekam medis

    dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan,

    pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

    Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 21

    Universitas Indonesia

    dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan

    atau tindakan.

    Dalam hal terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan pada rekam medis,

    catatan dan berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun.

    Pembetulan catatan atas kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan

    dengan pencoretan dan kemudian dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.

    2.2.5. Kepemilikan Rekam Medis

    Berdasarkan PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 12

    menyatakan bahwa berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan

    kesehatan dan isi rekam medis merupakan milik pasien. Isi rekam medis tersebut

    berupa sebuah ringkasan rekam medis milik pasien yang dapat diberikan, dicatat,

    atau digandakan oleh pasien atau orang yang telah diberikan kuasa atau

    persetujuan tertulis dari pasien atau keluarga pasien. Rumah sakit harus berusaha

    agar rekam medis seorang pasien tidak jatuh kepada pihak yang tidak berwenang.

    2.2.6. Kerahasiaan Rekam Medis

    Rekam medis merupakan salah satu jenis dokumen yang sifatnya rahasia.

    Dikatakan rahasia karena yang mengetahuinya hanyalah pasien dan dokter yang

    bersangkutan; dokter yang memeriksa dirinya. Hal ini disebabkan oleh rasa saling

    menghormati dan saling mempercayai antara dokter dan pasien. Si pasien

    menceritakan segala keluhan yang dialaminya dan juga segala riwayat

    kesehatannya kepada dokter supaya ia bisa diobati. Untuk beberapa masalah,

    pasien tidak ingin memberitahukan keluarganya mengenai sakit yang dideritanya,

    dan dokter yang menanganinya harus menghargai keputusan si pasien.

    Menurut Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah

    Sakit di Indonesia (2006: 108-109) terdapat dua kategori informasi yang terdapat

    pada rekam medis, yaitu:

    1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan.

    Yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis

    sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 22

    Universitas Indonesia

    pasien. Informasi ini tidak boleh disebar luaskan kepada pihak-pihak yang

    tidak berwenang karena menyangkut informasi pribadi individu si pasien.

    2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan.

    Jenis informasi yang dimaksud adalah perihal identitas (nama, alamat, dan

    lain-lain) serta informasi yang tidak mengandung nilai medis.

    Pemberian data-data yang ada pada rekam medis harus mengikuti prosedur

    yang berlaku, hal ini bertujuan untuk mencegah penyebarluasan rekam medis

    kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki wewenang

    untuk mendapatkan informasi yang terkandung didalam rekam medis tersebut.

    Berdasarkan PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 10 ayat 2,

    dokter ataupun pihak rumah sakit dapat memberikan informasi mengenai rekam

    medis seseorang dengan alasan sebagai berikut:

    a. Untuk kepentingan kesehatan pasien,

    b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka

    penegakan hukum atas perintah pengadilan,

    c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri,

    d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-

    undangan, dan,

    e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis,

    sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.

    Yang dapat menjelaskan mengenai isi rekam medis tersebut adalah dokter

    yang telah memberikan pengobatan kepada pasien atas seizin pasien (izin tertulis)

    atau berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pimpinan rumah

    sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya juga dapat menjelaskan isi rekam

    medis secara tertulis ataupun lisan kepada yang meminta informasi tersebut tanpa

    seizin pasien berdasarkan ketentuan yang berlaku ataupun dalam situasi tertentu

    yang mengharuskannya.

    2.2.7. Penyimpanan dan Pemusnahan Rekam Medis

    Untuk menghemat pemakaian ruang penyimpanan, maka dibuatlah suatu

    ketentuan untuk menyimpan rekam medis. Berdasarkan PERMENKES No:

    269/MENKES/PER/III/2008 dijelaskan bahwa untuk rekam medis pasien rawat

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 23

    Universitas Indonesia

    inap disimpan sekurang-kurangnnya 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir

    pasien berobat atau dipulangkan, setelah melewati batas waktu, maka rekam

    medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan

    medis (informed consent). Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medis

    (informed consent) disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari

    tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.

    Sedangkan untuk rekam medis yang terdapat pada pelayanan kesehatan

    non rumah sakit, rekam medisnya wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk

    jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat dan

    setelah melampaui batas waktu maka rekam medis tersebut dapat dimusnahkan.

    M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (1999: 64-65) menyimpulkan

    pernyataan American Medical Association dan American Hospital Association

    bahwa:

    a. Berkas rekam medis yang masih dalam perkara hukum disimpan

    selama 10 (sepuluh) tahun setelah perkara terakhir selesai.

    b. Dalam keadaan biasa, menyimpan berkas rekam medis 5 (lima)

    tahun setelah kunjungan pasien terakhir, sesudahnya berkas rekam

    medis boleh dimusnahkan kecuali dihalangi oleh peraturan yang

    ada sebelumnya.

    Sedangkan Departemen Kesehatan Inggris merekomendasikan minimum

    masa retensi rekam medis adalah sebagai berikut:

    a. Rekam medis obstetri disimpan selama 25 (dua puluh lima) tahun.

    b. Rekam medis untuk anak-anak dan usia muda disimpan sampai

    mereka berulang tahun yang ke 25 (dua puluh lima) atau 8

    (delapan) tahun sesudah kunjungan terakhir mereka.

    c. Rekam medis bagi pasien penyakit mental (ganggungan kejiwaan)

    disimpan selama 20 (dua puluh) tahun sesudah dokter yang

    merawat menyatakan bahwa pasien tersebut sudah sembuh.

    d. Rekam medis lainnya disimpan selama 8 (delapan) tahun dan

    ringkasan akhir dibuat.

    Rekam medis yang sudah tidak aktif, dapat dimusnahkan ataupun dialih

    mediakan kedalam bentuk elektronik mikrofilm, digitalisasi, dan lain-lain. Akan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 24

    Universitas Indonesia

    tetapi karena proses alih media ini membutuhkan biaya yang jumlahnya cukup

    besar maka hal ini dilakukan berdasarkan keputusan dari pihak manajemen rumah

    sakit masing-masing. Sebelum rekam medis dimusnahkan, M. Jusuf Hanafiah dan

    Amri Amir (1999: 65) mengatakan bahwa rekam medis tersebut harus terlebih

    dahulu:

    1. Diambil informasi-informasi utama.

    2. Menyimpan berkas anak-anak hingga batas usia tertentu sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

    3. Menyimpan berkas rekam medis dengan kelainan jiwa sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

    2.3. Arsip (Rekod) Vital

    Menurut Undang-undang nomor 43 tahun 2009 mengenai kearsipan, arsip

    vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi

    kelangsungan operasional pencipta arsip, tidak dapat diperbaharui, dan tidak

    tergantikan apabila rusak atau hilang. Undang-undang tersebut juga menjelaskan

    bahwa lembaga negara, pemerintah daerah, perguruan tinggi negeri, serta BUMN

    dan/atau BUMD wajib membuat program arsip vital. Program arsip vital ini

    dilaksanakan melalui kegiatan identifikasi, perlindungan dan pengamanan, serta

    penyelamatan dan pemulihan.

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan kata rekod

    pada penelitian ini dimaksudkan juga dengan penggunaan kata arsip. Mengingat

    penggunaan literature yang digunakan penulis menggunakan kata rekod.

    Menurut Ira Penn (1994: 130), rekod vital adalah those records essential

    to the continued functioning of an organization during and after an emergency

    and those records which protect the rights and interest of the organization,

    employees, stockholders, customers, and the public rekod vital adalah rekod

    yang memiliki kepentingan terhadap fungsi sebuah organisasi selama dan setelah

    terjadinya keadaan darurat dan rekod tersebut juga menjadi pelindung yang bisa

    melindungi organisasi, karyawannya, para pemegang saham, pelanggan, dan

    masyarakat umum.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 25

    Universitas Indonesia

    Ira Penn (1994: 131) menjelaskan bahwa program rencana perlindungan

    rekod vital harus mencakup:

    1. Rekod yang dibutuhkan dan bisa digunakan pada saat terjadi

    bencana.

    2. Rekod yang dibutuhkan untuk mereka ulang atau merekonstruksi

    pemerintah setelah selesai terjadinya bencana.

    3. Rekod yang dibutuhkan untuk melindungi hak individu

    masyarakat.

    Program perlindungan rekod vital perlu dilakukan dengan seksama dan

    cermat mengingat rekod vital tersebut memiliki nilai penting bagi suatu

    organisasi. Pihak manajemen organisasi juga bertanggung jawab dalam

    melindungi rekod. Program perlindungan rekod vital tersebut juga harus bisa

    mengidentifikasi hal-hal yang mampu memberikan potensi bahaya atau kerusakan

    terhadap rekod dan juga organisasi.

    Pengkajian Resiko Terjadinya Bahaya

    Untuk melakukan pengkajian resiko bahaya/bencana, perlu diadakan suatu

    peninjauan (survey) untuk mengetahui masalah-masalah yang memiliki ancaman

    atau potensi terjadinya sebuah bahaya yang berada di suatu lingkungan, sehingga

    hasil survey ini nantinya dapat digunakan untuk merencanakan langkah

    pencegahan yang tepat. Rhys-Lewis (2000: 15) menjelaskan bahwa sebuah survey

    harus dapat mengidentifikasi hal-hal berikut:

    Menilai kondisi terkini dari koleksi

    Menilai keadaan tempat penyimpanan, baik lingkungannya maupun

    tempat penyimpanannya.

    Mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan preservasi dari koleksi.

    Mengumpulkan data minimal yang diperlukan untuk mengisi kekosongan

    yang ada.

    Meminta pendapat atau berkonsultasi dengan orang-orang yang memiliki

    keahlian tertentu untuk menelaah potensi-potensi yang ada.

    Memperhitungkan biaya yang diperlukan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 26

    Universitas Indonesia

    Ross Harvey (1992: 53) membagi dua jenis survey ini, yang terdiri dari:

    1. Survey lingkungan

    Survey ini menjelaskan mengenai segala aspek mengenai lingkungan

    secara fisik, baik itu berupa kondisi lingkungan dan gedungnya, sebagai

    dasar pertimbangan demi melindungi koleksi karena kondisi lingkungan

    turut memberikan sejumlah efek samping untuk kelangsugan hidup

    koleksi. Tujuannya adalah mengevaluasi kecocokan antara bangunan

    dengan tempat penyimpanan koleksi. Untuk mengetahuinya maka

    dibuatlah sejumlah pertanyaan:

    a. Karakteristik bentuk bangunan,

    b. Lingkungan disekitar bangunan,

    c. Keamanan bangunan, dan,

    d. Ruangan kerja dan stackroom.

    2. Survey kondisi

    Survey kondisi memberikan informasi mengenai kondisi fisik koleksi

    sehingga dapat dilakukannya tindakan pencegahan (preservasi) sesuai

    dengan kondisi yang ada dilingkungan dengan tepat. Tujuan dari survey ini

    adalah mengevaluasi segala bentuk kerusakan-kerusakan yang ada pada

    suatu koleksi dan mengetahui penyebab kerusakan tersebut. Untuk

    mengetahuinya maka pertanyaannya dibagi menjadi:

    a. Preliminary information

    b. Bentuk asli dan kondisi perlindungan buku (asli),

    c. Bentuk dan kondisi isi suatu koleksi.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 27 Universitas Indonesia

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian yang akan dilakukan kali ini merupakan jenis penelitian studi

    kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk

    memahami secara mendalam fenomena utama yang akan dibahas dalam suatu

    penelitian.

    3.2. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah sejumlah pihak-pihak terkait yang

    berada didalam unit rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan. Objek

    penelitian ini adalah indicator-indikator yang menjadi faktor pemicu terjadinya

    bencana, tindakan pencegahan minimal yang telah dilakukan, serta rencana

    perencanaan dan penanggulangan bencana terhadap rekam medis yang ada

    didalam unit rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan

    3.3. Informan

    Peneliti memilih 7 (tujuh) orang informan untuk menjadi sumber

    informasi pada penelitian ini. Nama dari ketujuh orang tersebut akan disamarkan

    dan menggunakan nama samaran. Hal ini disebabkan adanya permintaan dari

    pihak informan untuk menyamarkan identitas mereka. Berikut adalah profil

    ketujuh informan tersebut.

    No. Nama Informan Jabatan Jenis Kelamin

    1 Izzie Kepala URM Perempuan

    2 Bella Staff URM Perempuan

    3 Christina Staff URM Perempuan

    4 Emmy Staff MIK Perempuan

    5 Ryan Staff URM Laki-laki

    6 Alex Staff URM Laki-laki

    7 Peter Staff URM Laki-laki

    Tabel 3.1. Profil Informan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 28

    Universitas Indonesia

    3.4. Tahapan Penelitian

    3.4.1. Tahap Pengumpulan Data Penelitian

    Dalam melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti melakukan studi

    pustaka, survey lapangan, observasi, dan juga wawancara. Peneliti melakukan

    studi pustaka mengenai tema penelitian ini, dengan mencari literatur yang

    berhubungan berupa buku teks, buku referensi, undang-undang, bahan kuliah

    terdahulu, serta sumber dari internet, baik jurnal maupun artikel.

    Wawancara yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah

    wawancara semi-terstruktur. Metode wawancara semi-terstruktur dengan

    menggunakan daftar pertanyaan mencakup beberapa pertanyaan spesifik dan

    beberapa pertanyaan bebas (Sulistyo Basuki, 2006: 172). Wawancara dilakukan

    dengan sejumlah informan yang berada didalam unit rekam medis Rumah Sakit

    Umum Daerah Tarakan.

    Dalam wawancara ini, peneliti dapat melakukan wawancara secara tatap

    muka dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tidak terstruktur

    dan terbuka yang sengaja dirancang untu memunculkan pandangan dan opini dari

    para partisipan/informan (Creswell: 267).

    Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti

    langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-

    individu di lokasi penelitian. Peneliti juga dapat terlibat dalam peran-peran yang

    beragam, mulai dari non partisipan hingga partisipan utuh (Creswell: 267).

    Keuntungan dari proses observasi adalah peneliti dapat melihar berbagai hal-hal

    yang tidak biasa, ganjil, dan aneh selama proses observasi.

    Peneliti melakukan observasi dengan menggunakan pedoman Hazard

    Survey dan Building Safety Checklist yang berada pada Module 1: Disaster

    Preparedness and Prevention dimana modul ini merupakan bagian dari Generic

    Disaster Plan Workbook yang dikeluarkan oleh CalPreservation, sebuah lembaga

    program preservasi yang berada di California, Amerika Serikat. Kemudian

    peneliti juga menggunakan pedoman observasi yang dikeluarkan oleh Texas State

    Library and Archives Commission.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 29

    Universitas Indonesia

    3.4.2. Tahap Analisis dan Interpretasi Data Penelitian

    Analisis data merupakan proses yang terus menerus berkelanjutan selama

    penelitian. Analisis ini melibatkan analisis informan partisipan dan peneliti

    biasanya menerapkan langkah-langkah analisis umum dan strategi-strategi khusus

    di dalamnya. (Creswell, 2009: 301).

    Pada proses analisis data, peneliti menyaring data-data yang diperoleh

    melalui transkrip wawancara, hasil observasi lapangan, dan memilih materi yang

    sesuai dengan tema penelitian dan melakukan analisis data.

    Setelah melakukan analis data, peneliti melakukan interpretasi data.

    Creswell (2009: 284) menyatakan bahwa interpretasi juga bisa berupa makna

    yang berasal dari literatur atau teori. Peneliti menegaskan apakah hasil

    penelitiannya membenarkan atau justru menyangkal informasi sebelumnya.

    Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data dengan melakukan

    pencocokan antara teori atau literatur yang digunakan peneliti dengan hasil

    penelitian yang telah dilakukan dilapangan.

    3.4.3. Tahap Penyajian Data Penelitian dan Penarikan Kesimpulan

    Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang

    memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambil tindakan.

    Melalui data yang disajikan kita melihat dan akan dapat memahami apa yang

    sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman yang

    didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

    Pada tahap penarikan kesimpulan, pada awalnya akan muncul kesimpulan-

    kesimpulan yang belum jelas, namun pada akhirnya akan menjadi lebih terperinci.

    Upaya penarikan kesimpulan dilakukan oleh peneliti secara terus menerus selama

    berada dilapangan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi selama

    penelitian berlangsung dan makna-makna yang muncul dari data harus diuji

    kebenarannya, kekukuhannya, dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 30 Universitas Indonesia

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1. Profil Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan

    4.1.1. Sejarah RSUD Tarakan

    Pada tahun 1953, RSUD Tarakan hanya berbentuk Balai Pengobatan yang

    berlokasi dijalan Kyai Caringin, Jakarta Pusat adalah untuk memenuhi kebutuhan

    pelayanan kesehatan masyarakat sekitar. Kemudian pada tahun 1956, balai

    pengobatan ini beralih menjadi Puskesmas Kecamatan Gambir dan Suku Dinas

    Kesehatan Jakarta Pusat dengan luas gedung mencapai 2.570m2.

    Di tahun 1987, puskesmas tersebut beralih menjadi rumah sakit kelas C

    berdasarkan SK. MENKES 15/1989, sebuah gedung yang berlantai empat dan

    dilengkapi dengan 30 (tiga puluh) buah tempat tidur.

    Pada tahun 1997, rumah sakit ini berganti menjadi rumah sakit kelas B

    Non Pendidikan berdasarkan SK MENKES No. 1224/MENKES/SK/1997

    sekaligus menjadi rumah sakit SWADANA berdasarkan PERDA DKI No.

    10/1997 yang dilengkapi dengan 153 tempat tidur.

    Tahun 2003, mulai dilakukan pembangunan gedung baru yang berlokasi di

    Jalan Siantar, bersebelahan dengan Jalan Kyai Caringin. Gedung baru (DP II) ini

    mulai beroperasional pada bulan Juni 2008. Gedung ini terdiri dari 6 lantai dan

    berkapasitas 142 tempat tidur. Sedangkan di tahun 2004, gedung lama

    mendapatkan renovasi total dan selesai pada akhir tahun 2005. Maret 2006

    gedung lama (DP I) sudah bisa beroperasi.

    Sehingga pada tahun 2006, RSUD Tarakan mempunyai 2 gedung, yaitu

    gedung DP I dan DP II dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 352 tempat tidur.

    Pada tahun ini juga, RSUD Tarakan telah beralih status menjadi BLUD secara

    penuh dengan sertifikasi ISO 9001: 2008 dan akreditasi 5 pelayanan.

    4.1.2. Keadaan Geografis Sekitar RSUD Tarakan

    RSUD Tarakan merupakan salah satu rumah sakit yang dimiliki oleh

    Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang terletak di lingkungan bisnis atau

    perkantoran dan satu-satunya rumah sakit daerah yang berdekatan dengan Istana

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 31

    Universitas Indonesia

    Negara dan Kantor Pemda DKI Jakarta. Batas-batas wilayah administrasi RSUD

    Tarakan adalah:

    Batas Utara : Jln. Kyai Caringin, halte busway RS. Tarakan. Batas Selatan : Jln. Lematang, Jln. Siantar, serta komplek ruko dan

    perkantoran.

    Batas Timur : Kali Cideng, Jln. Cideng Barat, Jln. Cideng Timur, komplek ruko dan perkantoran

    Batas Barat : Jln. Musi, Jln. Biak, dan komplek perumahan.

    Gambar 4.1. Peta lingkungan daerah sekitar RSUD Tarakan Jakarta Google Maps.

    4.2. Unit Rekam Medis RSUD Tarakan Jakarta

    Unit rekam medis (URM) atau sering disebut Medical Record (MR)

    RSUD Tarakan terletak di basement gedung DP I RSUD Tarakan. Didalam

    basement ini juga terdapat 7 unit lainnya, yaitu Rumah Tangga, Gudang Rumah

    Tangga, Gudang Farmasi, P2BJU, Gizi, Laundry, dan Sanitasi. URM ini terletak

    di bagian belakang bangunan (paling pojok). Disebelah kanan URM ini terdapat

    lift barang dan disebelah kirinya terdapat musola. Di dekat musala terdapat

    hydrant dan didepan URM ini terdapat tangga untuk jalur evakuasi.

    URM ini terdiri dari empat ruangan, yaitu dua ruangan yang digunakan

    sebagai kantor, satu ruangan digunakan sebagai ruang filing, dan ruangan terakhir

    yang paling besar merupakan ruangan logistik. Ruang filing adalah tempat

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 32

    Universitas Indonesia

    penyimpanan rekam medis rawat inap dan rawat jalan yang masih aktif,

    sedangkan ruang logistik adalah tempat penyimpanan rekam medis rawat inap

    aktif dan inaktif.

    Gambar 4.2. Floor plan unit rekam medis RSUD Tarakan Jakarta

    Visi Rekam Medis RSUD Tarakan adalah memberikan pelayanan

    informasi yang cepat, tepat, dan akurat.

    Misi Rekam Medis RSUD Tarakan adalah meningkatkan kualitas hidup

    manusia dengan cara memberikan pelayanan informasi yang cepat, tepat,

    dan akurat.

    4.3. Analisis Data

    4.3.1. Penciptaan Rekam Medis

    Suatu lembaga pasti memiliki rekod sebagai hasil dari kegiatan yang telah

    dilakukan didalam lembaga/organisasi dalam menjalankan fungsinya. Menurut

    ISO 15489 (2001) rekod adalah segala macam bentuk informasi yang diciptakan,

    diterima, dan dipelihara sebagai bukti dan infomasi bagi suatu organisasi atau

    personal, dengan tujuan kepentingan hukum atau transaksasi bisnis. Rekod ini

    dapat berupa berbagai macam bentuk, seperti kertas, mikrofilm, data elektronik,

    dan lainnya. Kennedy (1998: 5) menjelaskan bahwa aspek penting rekod mengacu

    pada alasan mengapa rekod tersebut diciptakan dan disimpan. Rekod diciptakan

    untuk mendukung kegiatan bisnis dan disimpan sebagai bukti dari kegiatan bisnis

    tersebut.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 33

    Universitas Indonesia

    Rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan layanan kesehatan

    juga memiliki rekod sebagai hasil kegiatan. Rekod tersebut adalah rekam medis.

    Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

    medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

    hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan

    lain yang telah diberikan kepada pasien.

    Rekam medis yang dimiliki oleh RSUD Tarakan dibagi menjadi tiga jenis,

    yaitu: rekam medis untuk bayi yang baru lahir, rekam medis pasien rawat jalan,

    dan rekam medis untuk pasien rawat inap. Rekam medis untuk pasien rawat jalan

    berupa lembaran kartu, untuk bayi yang baru lahir, rekam medisnya berupa

    sejumlah kertas atau formulir, sedangkan untuk pasien rawat inap rekam medis

    dimasukkan kedalam map untuk memudahkan cara pembayaran yang digunakan.

    Terdapat 3 jenis map yang digunakan, yaitu:

    1. Warna Kuning untuk pasien yang memiliki kartu Gakin dan SKTM.

    2. Warna Hijau untuk pasien umum, ASKES, JAMSOSTEK, dan

    lainnya.

    3. Warna Orange untuk bayi yang baru lahir.

    Alex:

    Sebenernya map tuh fungsinya buat mempermudah di kasir aja, jadi kasir nanti kan tau tuh cara bayaran pasiennya kaya gimana, soalnya uda

    keliatan dari warna mapnya.

    Ryan:

    Yang ini bayi yang baru lahir nih, beda dia. Kalo yang kuning gini sebetulnya buat membedakan. Dia kan buat pemerintah ya, kaya SKTM,

    ada GAKIN, kaya gitu, jadi buat dibedain. Kalo yang ijo gitu umum.

    Berdasarkan paparan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa rekam

    medis yang dimiliki oleh URM RSUD Tarakan dibagi menjadi 3 jenis kelompok,

    rekam medis pasien rawat inap, rawat jalan, dan bayi yang baru lahir. Ketiga jenis

    rekam medis ini dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing.

    Pengelompokkan rekam medis ini juga memudahkan bagian pebayaran/kasir

    untuk mempercepat mereka melayani pasien yang ingin membayar karena disetiap

    jenis rekam medis memiliki map/tanda masing-masing.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 34

    Universitas Indonesia

    4.3.2. Penggunaan Rekam Medis

    Sistem Penyimpanan dan Klasifikasi

    Rekam medis memiliki 2 sistem penyimpanan yang umum untuk

    digunakan, yaitu sistem penyimpanan sentralisasi dan desentralisasi. Pedoman

    Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia (2006:

    80) menjelaskan pengertian sistem penyimpanan sentralisasi, yaitu penyimpanan

    rekam medis seorang pasien dalam satu kesatuan baik catatan-catatan kunjungan

    poliklinik maupun catatan-catatan selama seorang pasien dirawat.

    Sistem penyimpanan yang digunakan di unit rekam medis RSUD Tarakan

    ini menggunakan sistem penyimpanan sentralisasi. Pada sistem ini, seluruh rekam

    medis pasien rawat inap, rawat jalan, dan bayi berada pada satu pengelolaan.

    Penggunaan sistem ini mengakibatkan seluruh karyawan menjadi sangat sibuk.

    Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di

    Indonesia (2006: 82) menyebutkan bahwa penggunaan sistem sentralisasi lebih

    baik dibandingkan sistem desentralisasi karena merupakan sistem yang tepat

    mengingat pelayanan akan lebih mudah diberikan kepada pasien, tetapi

    pelaksanaannya tergantung pada situasi dan konsisi masing-masing rumah sakit.

    Hal-hal yang mempengaruhi tersebut antara lain: terbatasnya tenaga terampil;

    terutama yang menangani pengelolaan rekam medis, dan kemampuan dana rumah

    sakit terutama rumah sakit pemerintah daerah.

    Izzie: Kita disini tuh kurang orang, jumlah orang yang ada ga sebanding sama jumlah tugas yang kita pegang.

    Menurut informan, pelaksanaan tugas dilapangan tidak sebanding dengan

    jumlah karyawan yang ada, sehingga unit rekam medis ini selalu sibuk untuk

    memenuhi permintaan berkas rekam medis para pasien.

    15489 (2001: 2),klasifikasi adalah suatu proses identifikasi yang sistematis

    dan pengaturan/penyusunan aktifitas bisnis dan/atau rekod kedalam kategori

    berdasarkan susunan terstruktur yang logis, metode, dan prosedur yang

    ditampilkan dalam sistem klasifikasi. Secara umum, sistem klasifikasi terdiri dari

    tiga jenis, yaitu susunan secara alfabetis, numerikal, dan subjek.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 35

    Universitas Indonesia

    Susunan klasifikasi berdasarkan angka adalah susunan klasifikasi yang

    mengurutkan rekod berdasarkan nomor urut rekod. Susunan ini biasa digunakan

    untuk organisasi/lembaga yang memiliki jumlah rekod yang besar. Read-Smith

    (2008: 276) menyatakan bahwa angka digunakan untuk menyimpan rekod yang

    telah diberikan pada masing-masing rekod untuk dapat mengidentifikasi lokasi

    penyimpanannya. Angka tersebut mungkin saja sudah tertera/tercetak pada setiap

    rekod atau baru akan diberikan angka berdasarkan jenis penyusunan numeric

    filing.

    Salah satu jenis klasifikasi untuk rekam medis yang sering digunakan

    adalah terminal digit filing, yaitu suatu sistem klasifikasi yang menggunakan dua

    digit angka terakhir sebagai lokasi penyimpanan. Jenis klasifikasi ini digunakan

    bagi suatu organisasi yang memiliki jumlah rekod lebih dari 10.000 dokumen.

    Read-Smith (2008: 290) menyatakan bahwa penggunaan sistem terminal digit

    filing ini akan sangat efektif untuk jumlah rekod yang telah mencapai ribuan, dan

    angkanya terdiri (paling tidak) dari 5 digit angka atau lebih. Nomor-nomor pada

    terminal digit ini terdiri dari sejumlah digit angka dan angka-angka tersebut

    dipecah menjadi 3 kelompok angka yang masing-masing kelompok terdiri dari

    dua digit angka (primer, sekunder, dan tersier). Menurut Kennedy (1998: 170)

    keuntungan dari sistem ini adalah data-data baru yang dimasukan kedalam sistem

    dapat disusun berurutan, sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah secara

    periodik, bank data ini perlu dipindahkan untuk menciptakan sebuah ruang yang

    kosong bagi file baru.

    Selain menggunakan sistem klasifikasi terminal digit filing, digunakan

    juga sistem klasifikasi berdasarkan warna (color coding). Read-Smith (2008: 182)

    menyatakan bahwa dengan menggunakan color coding akan meningkatkan

    kecepatan dalam sistem temu kembali dan misfiling dapat dihindari. Kennedy

    (1998: 184) menjelaskan bahwa color coding digunakan dalam dua cara, yaitu:

    Digunakan untuk mewakili kata atau sekelompok kata atau angka. Digunakan untuk mempermudah pengelompokkan.

    Di RSUD Tarakan, nomor rekam medis terdiri dari 8 (delapan) digit

    angka. Dua digit angka terakhir merupakan kode lokasi penyimpanan rekod

    tersebut (primer), 4 (empat) digit angka yang berada di depan merupakan nomor

    sekunder yang menyatakan kode sub-penyimpanan (folder), dan dua angka

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 36

    Universitas Indonesia

    terakhir yang berada ditengah merupakan nomor tersier, yang menyatakan nomor

    urut rekam medis.

    01004020 0100 40 20

    20: Nomor Primer (menyatakan lokasi penyimpanan)

    0100: Nomor Sekunder (menyatakan lokasi sub-penyimpanan)

    40: Nomor Tersier (menyatakan nomor urut rekam medis/rekod)

    Gambar 4.3. Contoh terminal digit filing

    Selain menggunakan sistem terminal digit filing, digunakan juga

    klasifikasi berdasarkan warna. Klasifikasi berdasarkan warna ini digunakan

    supaya memudahkan petugas dalam mengelompokkan rekam medis, sehingga

    dapat mengurangi kemungkinan misplacing.

    Christina:

    Kalo ketentuan warna ini Kalo ketentuan warna ini ada sih diteorinya. Warna 9 apa. Bukan dari UU sih yang nentuin, kalo dari UU sih ga sampe

    warnanya tapi dari juknis (petunjuk teknis). Kalo pake warna gini sih enak, jadi kalo ada yang nyelip kan warnanya beda sendiri nih jadi bisa dikembaliin ke warna yang sebenernya.

    Pengklasifikasian nomor primer di RSUD Tarakan dibagi menjadi 10

    (sepuluh) kelompok, yaitu mulai dari nomor 00 90 dan terdapat juga 10

    (sepuluh) kode warna untuk setiap nomor primer tersebut. Masing-masing nomor

    ini mendapatkan seorang penanggung jawab yang bertugas untuk bertanggung

    jawab dalam pengelolaan rekam medis rawat jalan.

    Sedangkan untuk rekam medis rawat inap, penggunaan color coding

    berbeda dengan yang diterapkan pada rekam medis rawat jalan. Rekam medis

    rawat inap memiliki 3 warna untuk setiap rekam medis.

    Alex:

    Warna-warna ini diambil dari dua angka yang ini. Kalo kotak kecil ini itu buat tahun. Tiap tahun warnanya beda-beda.

    Tiga warna tersebut terdiri dari representasi klasifikasi terminal digit filing

    dan kode tahun. Kode untuk setiap tahunnya berubah-ubah. Keputusan

    penggunaan warna ini ditentukan oleh bagian MIK.

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 37

    Universitas Indonesia

    Penggunaan sistem klasifikasi di URM RSUD Tarakan telah berjalan

    dengan baik karena sistem klasifikasi untuk rekam medis memang sebaiknya

    menggunakan sistem sistem terminal digit filing mengingat banyaknya jumlah

    rekod yang dimiliki. Mereka menggunakan sistem terminal digit filing yang

    dikombinasikan dengan color coding, hal ini dikarenakan rekod yang telah

    mereka miliki atau ciptakan setiap harinya berjumlah besar dan juga dapat

    mencegah terjadinya misfiling.

    Sistem Temu Kembali Rekam Medis

    Sebuah sistem manajemen rekod yang baik seharusnya memiliki sistem

    temu kembali yang efektif dan efisien. ISO 15489-1 (2001: 10) menjelaskan

    bahwa sebuah sistem harus memasukan dan menerapkan pengontrolan terhadap

    akses untuk memastikan bahwa integritas rekod tidak dapat diperdebatkan. Suatu

    pengelolaan rekod yang efektif adalah sistem yang dapat memastikan kembalinya

    rekod tersebut dengan tepat dan aman. Read-Smith (2008: 214) menjelaskan

    prosedur ini menjadi 3 bagian, yaitu requisition, charge-out, dan follow-up yang

    dapat dilakukan baik secara manual ataupun automasi (elektronik). Dengan

    mengikuti keseluruhan standar prosedur ini secara konsisten, maka akan

    mengurangi jumlah rekod yang hilang atau misfiling.

    Permintaan akan rekod dapat dilakukan melalui perorangan, telepon, fax,

    email, atau alat komunikasi lainnya. Permintaan terhadap rekod ini sebaiknya

    dilakukan secara tertulis dengan demikian, permintaan tersebut dapat menjadi

    barang bukti dikemudian hari.

    Charge out adalah sebuah prosedur yang mengontrol lokasi terkini dari

    rekod yang pada saat itu sedang keluar (tidak berada di central file). Menurut

    Read-Smith (2008: 287), pada saat rekod dikeluarkan dari tempat penyimpanan

    numerik untuk suatu keperluan tertentu, maka dapat menggunakan OUT Indicator

    yaitu suatu alat pengontrol, seperti kertas atau folder yang menunjukkan lokasi

    rekod yang dipinjamkan. OUT Indicator ini mencatat siapa yang meminjam rekod

    tersebut, tanggal peminjaman, dan informasi lainnya untuk memudahkan melacak

    dan mengawasi rekod yang dipinjam tersebut agar tidak hilang. Apabila database

    OUT Indicator ini dijaga dengan baik, maka dapat dilihat secara keseluruhan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 38

    Universitas Indonesia

    rekod-rekod yang pernah dipinjam selama ini, dengan pengurutan berdasarkan

    tanggal pinjam.

    Read-Smith (2008: 219) menegaskan bahwa siapapun yang bertanggung

    jawab untuk temu kembali dan mengeluarkan sebuah rekod dari tempat

    penyimpanan, maka dia bertanggung jawab untuk memastikan bahwa rekod

    tersebut kembali. Follow up adalah sebuah sistem yang memastikan bahwa benda

    yang dibawa keluar dari tempat penyimpanannya, kembali tanpa ada kurang suatu

    apapun.

    Di RSUD Tarakan, pada saat pasien telah mendaftar, pegawai pendaftaran

    mengirimkan pesan kepada bagian URM untuk diambilkan rekam medisnya dan

    diantar sesuai poliklinik yang diminta pasien. Pesan tersebut berupa kertas struk

    yang berisikan tanggal dikeluarkannya struk tersebut, nomor rekam medis pasien,

    nama pasien, jenis rekam medis, poliklinik yang dituju, dan lainnya. Setelah

    menerima pesan tersebut, pegawai URM segera mencari rekam medis pasien

    tersebut, dan meletakkannya di suatu tempat, kemudian kertas struk tersebut

    dijadikan satu dengan rekam medis pasien, dan didaftarkan di buku ekspedisi.

    Setelah itu barulah rekam medis diantar menuju poliklinik masing-masing.

    Selain dicatat di buku ekspedisi, catatan mengenai keluarnya rekam medis

    dari URM juga dicatat didalam sistem komputer. Hal ini bertujuan untuk

    menghindari adanya rekam medis yang belum tercatat disalah satu sisi. Buku

    ekspedisi yaitu sebuah buku yang mencatat keluarnya rekam medis,tanggal

    keluar, unit yang meminta rekam medis tersebut, siapa penanggung jawab yang

    menyerahkannya, dan hal lainnya dicatat didalam buku tersebut.

    Christina:

    Di buku ekspedisi ini, nih bukunya kaya gini. Ini kan dia pinjem keluar nih, nanti kan pas daftar diatas langsung tuh print disini dianter keatas,

    trus dianterin keatas, nah dibuku ini dicatet nih tanggal keluar masuknya

    status, jadi ada buktinyalah kalo statusnya uda keluar dari sini.

    Izzie:

    Rekam medis yang keluar masuk nanti dicatet disini, ini juga dikelompokin pertanggal sama per-unit, jadi nanti bisa dibikin

    statistiknya.

    Setelah seluruh rekam medis yang telah keluar tersebut kembali masuk ke

    URM diperiksa di laporan rekam medis yang keluar tadi. Apabila ditemukan

    Upaya pencegahan..., Nadya Hairani, FIB UI, 2012

  • 39

    Universitas Indonesia

    adanya rekam medis yang belum kembali, maka pihak URM menelpon bagian

    yang meminta rekam medis tersebut dan menanyakan mengapa rekam medis

    tersebut belum dikembalikan. Untuk beberapa hal, rekam medis tersebut belum

    dikemba