upaya peningkatan tanggung jawab keluarga … fileterhadap pembinaan iman anak di wilayah yoakim...
TRANSCRIPT
i
UPAYA PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA KATOLIK
TERHADAP PEMBINAAN IMAN ANAK DI WILAYAH YOAKIM
PAROKI KELUARGA KUDUS PARAKAN
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Bernadeta Widi Purwati
NIM: 131124013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu
menyertai dan membimbingku, serta kepada Bunda Maria Sang Bunda sejati yang
menghantarkan doa-doaku kepada Bapa. Teruntuk yang terkasih Bapak ku
Ignatius Paidi, Ibu ku Fransisca Suwanti, Adek Padre Pio Raka Widodo, dan
Cornelius Sony Christianto. Keluarga Diro, Sendang Mulyo Minggir, Sleman,
Yogyakarta, keluarga Banjarnegara, dan keluarga Wates, Wonoboyo
Temanggung, Jawa Tengah, dan seluruh umat wilayah Yoakim Paroki Keluarga
Kudus Parakan. Untuk sahabat-sahabat terdekat yang selalu memberikan
dukungan, semangat, hiburan, nasehat-nasehatnya dan petuah yang diberikan
dalam proses skripsi ini. Terimaksih untuk semua yang telah memberi dukungan
dengan sepenuh hati sehingga penulisan skripsi ini selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginan mu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur”.
(Fil 4:6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul UPAYA PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB
KELUARGA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN ANAK DI
WILAYAH YOAKIM, PAROKI KELUARGA KUDUS PARAKAN.
Pemilihan judul ini didasari oleh kesan penulis akan situasi keluarga Katolik
dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap pembinaan iman anak di
wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan. Penulis mempunyai kesan
bahwa di dalam keluarga kurang adanya kerja sama dalam membina iman anak di
rumah. Kenyataan menunjukkan orangtua belum memberikan dorongan kepada
anak untuk berperan aktif dalam hidup doa, orangtua merasa kesulitan, tidak
percaya diri dan merasa kurang mampu dalam membina iman anak di rumah.
Kesibukan orangtua terhadap pekerjaan yang digelutinya cenderung membuat
mereka untuk menyerahkan tanggung jawabnya kepada suatu lembaga terkait,
seperti di sekolah, dan sekolah minggu, tetapi sebenarnya itu semua tidaklah
cukup.
Masalah pokok dalam skripsi ini bagaimana keluarga Katolik dapat
meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab mereka dalam membina iman anak-
anaknya. Menanggapi situasi tersebut penulis menggunakan studi pustaka yang
bersumber dari dokumen-dokumen Gereja, dan pandangan para ahli mengenai
tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak. Di samping itu,
untuk memperoleh gambaran pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik
terhadap pembinaan iman anak penulis melakukan penelitian dengan cara
pengamatan dan penyebaran kuisoner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pemahaman tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman
anak sudah cukup baik. Namun dalam pelaksanaannya masih perlu ditingkatkan
lagi dalam mengembangkan iman anak-anaknya secara khusus pembinaan iman
anak di rumah.
Maka untuk menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, penulis menawarkan
rekoleksi keluarga sebagai usaha untuk meningkatkan pelaksanaan tanggung
jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak di wilayah Yoakim, paroki
Keluarga Kudus Parakan. Melalui kegiatan ini diharapkan keluarga Katolik di
wilayah Yoakim semakin setia dengan panggilannya sebagai pelaku pertama dan
utama dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai orangtua dan semakin
tergerak hatinya untuk membina iman anak-anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis entitled AN INCREASEMENT EFFORT OF CATHOLIC
FAMILY RESPONSIBILITY TOWARD CHILDREN FAITH BUILDING AT
YOAKIM DISTRICT, KELUARGA KUDUS PARISH PARAKAN. This title is
chosen based on the author’s concern of Catholic family situation in doing their
responsibility toward children faith building at Yoakim district, Keluarga Kudus
parish Parakan. The author has an impression that there is a lack of teamwork in
children faith building in family. The fact shows that parents haven’t brought
motivation yet to their children to actively involved in prayer life. Parents feel
some distresses, not self-confidence, and powerless in children faith building at
home. Parent’s businesses at work make them to give their responsibility to an
institution, for example school and Sunday schools. But those are not enough.
The main problem is how the Catholic family can improve their
responsibility in their children faith building. Responding that situation the author
use a literature study which is resourced from Ecclesiastical documents, and
experts views about Catholic family responsibility toward children faith building.
Besides, to get more description about that, the author conducted a research by
observation and questionnaires. The research result shows that the Catholic
family responsibility understanding level is well known enough. However the
concrete actions still need an improvement in developing their children faith
building, especially at home.
Then to follow-up that research result, the author suggest a family
recollection as an effort to increase the action of Catholic family responsibility
toward children faith building at Yoakim district, Keluarga Kudus parish
Parakan. Through this recollection, Catholic families at Yoakim district are
expected to be more faithful with their calls as the first and main role in doing
their responsibility as parents and more reacted in their children faith building.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa Maha Pengasih, karena
atas rahmat kasih-Nya yang teramat besar, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul UPAYA PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA
KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN ANAK DI WILAYAH
YOAKIM, PAROKI KELUARGA KUDUS PARAKAN. Skripsi ini disusun
berdasarkan kesan penulis akan situasi keluarga Katolik dalam melaksanakan
tanggung jawabnya terhadap pembinaan iman anak di wilayah Yoakim paroki
Keluarga Kudus Parakan. Penulis mempunyai kesan bahwa di dalam keluarga
kurang adanya kerja sama dalam membina iman anak. Kenyataan menunjukkan
orangtua belum memberikan dorongan kepada anak untuk berperan aktif dalam
hidup doa, orangtua merasa kesulitan, tidak percaya diri dan merasa kurang
mampu dalam membina iman anak di rumah. Kesibukan orangtua terhadap
pekerjaan yang digelutinya cenderung membuat mereka untuk menyerahkan
tanggung jawabnya kepada suatu lembaga terkait, seperti sekolah, dan sekolah
minggu, tetapi sebenarnya itu semua tidaklah cukup.
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh
banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan
tulus ikhlas menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. B. A. Rukiyanto, SJ, selaku Kaprodi Pendidikan Agama Katolik (PAK)
Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Drs. FX. Heryatno W. W., SJ., M.Ed, selaku pembimbing skripsi sekaligus
dosen pembimbing akademik yang dengan setia dan penuh kesabaran
membimbing, memberikan motivasi dan masukan positif kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Yoseph Kristianto, SFK., M. Pd, selaku dosen penguji kedua dan sekretaris
panitia penguji yang telah memberikan dukungan, meluangkan waktu untuk
mempelajari dan memberikan masukan sehubungan dengan skripsi ini.
4. P. Banyu Dewa Hs, S. Ag., M. Si, selaku dosen penguji ketiga yang telah
memberikan semangat dan meluangkan waktu mempelajari serta memberikan
masukan sehubungan dengan skripsi ini.
5. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi PAK Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses
penulisan skripsi ini.
6. Segenap karyawan perpustakaan Kolsani Kotabaru yang telah melayani
dengan sabar ketika penulis meminjam buku, memberikan semangat dan
pelayanan yang baik selama proses penulisan skripsi.
7. Yustinus Paulus Agus Jayeng Siswanto, MSF sebagai Pastur Kepala Paroki
Keluarga Kudus Parakan yang telah menerima dan memberikan izin kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Bonaventura Suhono sebagai ketua wilayah Yoakim dan seluruh umat
wilayah Yoakim yang telah meluangkan untuk memberikan dukungan kepada
penulis dengan bersedia mengisi kuisoner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 8
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 9
E. Metode Penulisan ........................................................................................ 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 10
BAB II. TANGGUNG JAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP
PEMBINAAN IMAN ANAK .................................................................... 12
A. Tanggung Jawab Keluarga Katolik .............................................................. 13
1. Tanggung Jawab ...................................................................................... 13
a. Pengertian Tanggung Jawab ............................................................ 13
b. Jenis-jenis Tanggung Jawab ............................................................. 15
2. Keluarga Katolik ..................................................................................... 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
a. Pengertian Keluarga Katolik ............................................................ 19
b. Ciri Utama Keluarga Katolik ........................................................... 20
c. Tugas Keluarga Katolik ................................................................... 22
3. Tanggung Jawab Keluarga Katolik ......................................................... 27
a. Persekutuan (Koinonia) .................................................................... 29
b. Liturgi (Leiturgia) ............................................................................ 29
c. Pewartaan Injil (Kerygma) ............................................................... 29
d. Pelayanan (Diakonia) ....................................................................... 30
e. Kesaksian Iman (Martyria) .............................................................. 30
B. Pembinaan Iman Anak ................................................................................. 30
1. Pengertian Pembinaan Iman Anak .......................................................... 30
2. Tujuan Pembinaan Iman Anak ................................................................ 33
3. Bentuk-bentuk Pembinaan Iman Anak ................................................... 34
a. Teladan Tokoh-tokoh Identifikasi .................................................... 35
b. Suasana ............................................................................................. 36
c. Pengajaran ........................................................................................ 37
d. Komunikasi ...................................................................................... 37
e. Kegiatan Rohani ............................................................................... 37
C. Pembinaan Iman Anak Merupakan Tanggung Jawab Keluarga .................. 38
BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB
KELUARGA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN
ANAK DI WILAYAH YOAKIM PAROKI KELUARGA
KUDUS PARAKAN ......................................................................... 42
A. Gambaran Umum Paroki Keluarga Kudus Parakan .................................... 43
1. Situasi Geografis Paroki Keluarga Kudus Parakan ................................. 43
2. Sejarah Singkat Paroki Keluarga Kudus Parakan ................................... 43
3. Visi, Misi, dan Strategi Paroki Keluarga Kudus Parakan ....................... 49
4. Situasi Umat Paroki Keluarga Kudus Parakan ........................................ 51
5. Kekhasan Paroki Keluarga Kudus Parakan ............................................. 56
6. Karya Pastoral Paroki Keluarga Kudus Parakan ..................................... 56
a. Bidang Persekutuan (Koinonia) ....................................................... 57
b. Bidang Pewartaan (Kerygma) .......................................................... 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
c. Bidang Liturgi (Liturgia) ................................................................. 58
d. Bidang Pelayanan (Diakonia) .......................................................... 58
B. Gambaran Umum Wilayah Yoakim, Paroki Keluarga Kudus Parakan ....... 59
1. Situasi Geografis Wilayah Yoakim ......................................................... 59
2. Sejarah Singkat Wilayah Yoakim ........................................................... 59
3. Situasi Umat Wilayah Yoakim ................................................................ 60
a. Mata Pencaharian dan Keadaan Ekonomi Umat ................................ 60
b. Segi Kebudayaan Umat ..................................................................... 60
4. Jumlah Umat Wilayah Yoakim ............................................................... 61
5. Kekhasan Wilayah Yoakim ..................................................................... 61
6. Gambaran Umum Pelaksanaan Pembinaan Iman Anak di Wilayah
Yoakim .................................................................................................... 62
7. Kagiatan Pastoral Wilayah Yoakim ........................................................ 62
C. Penelitian Tentang Tanggung Jawab Keluarga Katolik Terhadap
Pembinaan Iman Anak ................................................................................. 64
1. Persiapan Penelitian ................................................................................ 65
a. Latar Belakang Penelitian................................................................... 65
b. Tujuan Penelitian ................................................................................ 67
c. Jenis Penelitian ................................................................................... 67
d. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 68
e. Responden Penelitian ......................................................................... 68
f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu ............................................... 69
g. Variabel Penelitian ............................................................................. 69
h. Kisi-kisi Penelitian ............................................................................. 70
2. Laporan Hasil Penelitian ......................................................................... 70
a. Identitas Responden............................................................................ 71
b. Pemahaman Tanggung Jawab Keluarga Katolik ................................ 73
c. Pelaksanaan Tanggung Jawab Keluarga Katolik ............................... 77
d. Faktor yang Mendukung dan Menghambat dalam Pembinaan Iman
Anak ................................................................................................... 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
e. Harapan Keluarga Katolik .................................................................. 84
3. Pendalaman Lebih Lanjut Terhadap Hasil Penelitian Menurut Masing-
masing Variabel....................................................................................... 88
a. Identitas Responden............................................................................ 89
b. Pemahaman Tanggung Jawab Keluarga Katolik ................................ 90
c. Pelaksanaan Tanggung Jawab Keluarga Katolik ............................... 92
d. Faktor Yang Mendukung dan Menghambat dalam Pembinaan Iman
Anak ................................................................................................... 95
e. Harapan Keluarga Katolik .................................................................. 98
4. Kesimpulan Hasil Penelitian ................................................................. 100
BAB IV. REKOLEKSI KELUARGA SEBAGAI USAHA UNTUK
MENINGKATKAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB
KELUARGA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN
ANAK DI WILAYAH YOAKIM PAROKI KELUARGA
KUDUS PARAKAN ........................................................................... 103
1. Rekoleksi Keluarga ............................................................................... 103
a. Latar Belakang Pemilihan Kegiatan Rekoleksi................................ 103
b. Tujuan Kegiatan Rekoleksi .............................................................. 105
c. Waktu, Tempat, dan Peserta............................................................. 105
2. Usulan Rekoleksi Keluarga Sebagai Usaha Meningkatkan
Pelaksanaan Tanggung Jawab Keluarga Katolik Terhadap
Pembinaan Iman Anak .......................................................................... 106
a. Latar Belakang Kegiatan .................................................................. 106
b. Tema dan Tujuan Rekoleksi ............................................................ 107
c. Matriks Kegiatan Rekoleksi Keluarga ............................................. 109
d. Persiapan Rekoleksi Keluarga.......................................................... 113
BAB V. PENUTUP ................................................................................................... 122
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 122
B. SARAN ........................................................................................................ 123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 126
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian ......................................... (1)
Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Penelitian ..................................... (2)
Lampiran 3 : Surat Pengambilan Data Paroki Keluarga Kudus Parakan ... (3)
Lampiran 4 : Kuisoner Tertutup ................................................................. (4)
Lampiran 5 : Contoh Jawaban Responden ................................................. (7)
Lampiran 6 : Manuskrip Peta Wilayah ...................................................... (13)
Lampiran 7 : Manuskrip Visi, Misi, dan Strategi Paroki Keluarga Kudus
Parakan ................................................................................. (14)
Lampiran 8 : Manuskrip Keadaan Umat .................................................... (16)
Lampiran 9 : Manuskrip Jenis Kelamin ..................................................... (17)
Lampiran 10 : Manuskrip Status Ekonomi Keluarga ................................... (18)
Lampiran 11 : Manuskrip Pendidikan Umat ................................................ (21)
Lampiran 12 : Manuskrip Suku Bangsa ....................................................... (23)
Lampiran 13 : Manuskrip Jumlah Umat Wilayah Yoakim .......................... (25)
Lampiran 14 : Lagu Mars Keluarga Kudus Nazareth .................................. (26)
Lampiran 15 : Bacaan Kitab Suci ................................................................ (27)
Lampiran 16 : Gambar Keluarga Kudus Nazareth ....................................... (30)
Lampiran 17 : Hasil Akhir Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-
Indonesia ............................................................................... (32)
Lampiran18 : Sinode Keluarga Oktober 2015: Tak Ada Jalan Buntu Bagi
Keluarga Katolik ................................................................... (34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Daftar Tabel
Tabel 1: Kisi-kisi Penelitian ...................................................................................... 70
Tabel 2: Identitas Responden ..................................................................................... 71
Tabel 3: Pemahaman Tanggung Jawab Keluarga Katolik ........................................ 73
Tabel 4: Pelaksanaan Tanggung Jawab Keluarga Katolik ......................................... 77
Tabel 5: Faktor yang Mendukung dan Menghambat Dalam Pembinaan
Iman Anak .................................................................................................... 80
Tabel 6: Harapan Keluarga Katolik ........................................................................... 84
Tabel 7: Matriks Kegiatan Rekoleksi Keluarga ......................................................... 109
Tabel 8: Susunan Acara Rekoleksi Keluarga ............................................................. 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Semua singkatan dalam skripsi ini Alkitab Deutrokanonika © LAI 1976.
(Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang
diselenggarakan oleh lembaga Alkitab Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui
oleh Konfrensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta; LAI, 2009.
Kej :Kejadian
Ef : Efesus
Rm : Roma
Ul :Ulangan
Mat : Matius
Fil : Filipi
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae
Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup,
Klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini. Tanggal
16 Oktober 1979.
FC : Familiaris Consortio
Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern: Anjuran Apostolik Sri
Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Iman-iman dan Umat
beriman seluruh Gereja Katolik, tanggal 22 November 1981.
GE : Gravissium Educationis
Dokumen Konsili Vatikan II yang membahas mengenai Pendidikan
Kristen. Dicetuskan oleh Paus Paulus II, pada tanggal 28 Oktober 1965.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
KGK : Katekismus Gereja Katolik
Terjemahan Indonesia dikerjakan berdasarkan edisi Jerman oleh P.
Herman Embuiri, SVD. tahun 2007.
AL : Amoris Laetitia
Dokumen Konsili Vatikan II yang membahas tentang sukacita kasih di
dalam keluarga. Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 19 Maret 2016.
GS : Gaudium Et Spes
Dokumen Konsili Vatikan II yang membahas mengenai Gereja di dunia
dewasa ini. Dicetuskan oleh Paus Paulus II, 7 Desember 1965.
C. Singkatan Lain
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KK : Kepala Keluarga
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Mgr : Monseignor
MSF : Congregatio Missionariorum a Sacra Familia
SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SMA : Sekolah Menengah Atas
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian terkecil dari Gereja dalam mengambil bagian
pada karya penyelamatan Allah. Dalam 5 tahun terakhir Gereja memberikan
perhatian penting secara khusus bagi hidup keluarga. Melalui SAGKI IV, Mgr.
Ignatius Suharyo, sebagai Ketua Presidium KWI menyampaikan hasil Sinode luar
biasa Oktober 2014 dan Sinode biasa Oktober 2015, keduanya bertema tentang
keluarga. Sinode biasa 2015 merupakan kelanjutan tema Sinode luar biasa 2014.
Mgr. Suharyo menyampaikan 3 bagian dan hasil Sinode 2015: 1) Gereja
mendengarkan keluarga, 2) Keluarga dalam rencana Allah, dan 3) Perutusan
Keluarga. Mgr. Suharyo dalam catatan akhirNya mengatakan bahwa ”Sinode ini
meskipun isinya tidak baru, tetapi membangunkan Gereja, keluarga-keluarga, dan
menjadi pusat beriman”(Heryatno, Sinode Keluarga Oktober 2015: manuskrip ).
Paus Fransiskus menyampaikan kepada Gereja Amanat Apostolik Amoris
Laetitia (Sukacita Kasih) sebagai buah dan tindak lanjut Sinode Keluarga. Dalam
amanat Apostolik tersebut, Bapa Suci Paus Fransiskus mengajak agar Gereja
selalu memancarkan wajah kemurahan hati Allah. Gereja akan selalu terbuka
kepada setiap orang yang membutuhkan kasih Allah. Dalam seruan sukacita kasih
itu, semua keluarga yang berada dalam penderitaan akan melihat pancaran sinar
rahmat Allah dalam hidup mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Bapa Paus Fransiskus mengajarkan bahwa “semua kehidupan berkeluarga
adalah sebuah ‘tuntunan’ dalam rahmat. Masing-masing dari kita, dengan cinta
dan kepedulian kita, meninggalkan tanda bagi kehidupan sesama” (AL, 322). Paus
Fransiskus juga menegaskan keluarga merupakan tempat utama dan pertama
pembinaan iman bagi anak-anak dan orangtua sebagai pelaku utamanya. Sinode
luar biasa 2014 dan sinode biasa 2015, serta Amanat Aposolik Amoris Laetitia
sebagai tanggapan Paus Fransiskus bahwa keluarga merupakan tema sentral dalam
kehidupan Gereja.
Amanat Apostolik Amoris Laetitia memberikan perhatian lebih kepada
keluarga-keluarga Kristiani terlebih kepada keluarga yang menghadapi banyak
tantangan hidup dalam perkembangan zaman seperti saat ini. Dengan demikian,
Paus Fransiskus menghendaki agar para pelayan pastoral sungguh mempunyai
hati yang terbuka untuk mengunjungi, mendampingi, dan memberikan kekuatan
baru kepada keluarga-keluarga yang sedang mengalami krisis untuk kembali
mewujudkan janji-janji pernikahan mereka di hadapan Allah sekaligus keluarga
perlu membangun fondasi yang kokoh berdasarkan cinta kasih, serta keluarga
menjadi tempat pembinaan iman anak-anak untuk belajar mencintai, menghormati
dan berinteraksi dengan orang lain (Heryatno Wono Wulung, 2016: 145).
Kehadiran Allah yang penuh belas dan kasih dapat dirasakan oleh setiap anggota
keluarga. Keluarga tidak hanya menerima cinta kasih dari Kristus namun keluarga
juga menyalurkan cinta kasihNya yang diterimanya kepada orang lain, misal:
bersedia mengalah, saling mengampuni, tidak memperkeruh keadaan. Keluarga
mempunyai tugas dan peranan penting untuk menciptakan suasana keluarga yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dijiwai oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orang lain. Dengan
demikian perkembangan pribadi dan sosial dapat dipupuk di antara anak-anak.
Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI) XI juga
mengangkat tema tentang keluarga “Iman Keluarga: Fondasi Masyarakat
Indonesia yang terus berubah”. PKKI XI menegaskan keluarga sebagai locus dan
focus pembinaan iman. Artinya di dalam keluarga terjalin komunikasi iman antara
orangtua dan anak melalui katekese dalam keluarga. Melalui sarana digital, Gereja
mengemukakan pembinaan iman keluarga dalam masyarakat yang majemuk.
Tema ini diangkat sebagai dukungan dan keterlibatan Komisi Kateketik atas
pilihan pastoral Gereja Indonesia dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia
(SAGKI) IV. Pertemuan ini mengajak para katekis untuk melibatkan keluarga
sebagai tempat atau wadah terwujudnya keluarga mengalami perjumpaan dengan
Allah. Keluarga adalah tempat penyemaian benih iman kepada anak-anak.
Orangtua menjadi katekis yang pertama dan utama dalam iman dan moral
keluarga khususnya anak-anak (Lih. Lampiran manuskrip hal 32).
Keluarga sebagai ‘Ecclesia Domestica’ (Gereja Rumah Tangga) artinya
keluarga menjadi pusat iman, pewartaan iman, pembinaan kebajikan, dan kasih
Kristiani dengan mengikuti cara hidup Gereja perdana (Kis 2,41-47; 4.32-37).
Keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikodrati Gereja. Di
dalam keluarga seperti halnya Gereja, keluarga pun patut menjadi tempat
pewartaan Injil.
Sidang Umum Biasa XIV-Sidang para Uskup (2015: 34) dikatakan bahwa:
Sabda Allah adalah sumber hidup dan spiritualitas bagi keluarga. Semua
karya pastoral demi kepentingan keluarga harus memungkinkan orang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
orang dibentuk secara batiniah dan dibina sebagai anggota Gereja. Keluarga
melalui pembacaan Kitab Suci dalam semangat doa dan menggereja. Sabda
Allah bukan hanya kabar baik dalam hidup pribadi seseorang, tetapi juga
kriteria penghakiman dan terang dalam menimbang-nimbang berbagai
macam tantangan yang dihadapi suami istri dan keluarga.
Orangtua di tengah-tengah kegiatan mereka mengasuh dan membesarkan
anak-anaknya memiliki peluang untuk mengkomunikasikan Injil kepada anak-
anaknya, sehingga anak-anak juga dapat menerima Injil yang sama seperti yang
mereka hayati (Hery Setiawan, 2014: 118). Sabda Allah sebagai sumber hidup
merupakan anugerah Tuhan sendiri untuk para murid-muridNya dan kita
umatNya. Sabda Allah mempunyai peranan penting dalam kehidupan keluarga.
Melalui Sabda Allah tersebut, orangtua dapat menimba kekuatan spiritual dan
memberi inspirasi kepada anak-anak dalam pembinaan iman anak di rumah
sehingga Sabda Allah sungguh-sungguh menjadi sumber hidup dan keluarga
menjadi locus dan focus katekese.
Dalam Gereja Rumah Tangga, keluarga bukan hanya sebuah komunitas
basis manusiawi belaka, melainkan adalah sebuah komunitas basis gerejawi yang
mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah (KWI, 2011: 15). Dengan
demikian keluarga Katolik mempunyai tanggung jawab dalam membina iman
anak secara Katolik demi kesejahteraan rohani dalam doa dan karya yang dijiwai
oleh cinta kasih Allah. Hidup berkeluarga diharapkan menampakkan hidup Gereja
sebagai suatu persekutuan (koinonia), merayakan iman melalui doa peribadatan
(Leiturgia), mewujudkan pelayanan (Diakonia) melalui pekerjaan, dan memberi
kesaksian atau mewartakan iman (Kerygma).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Keluarga sebagai mitra kerja Allah dalam karya penciptaan juga
bertanggung jawab untuk membina iman anak dalam praktek kehidupan Kristiani
baik lewat kata maupun perbuatan. Keluarga merupakan lingkungan pertama
tempat anak dibentuk dalam iman. Ketika anak dibaptis, dia memperoleh
kekuatan iman namun masih belum mendapatkan kesadaran iman secara penuh.
Maka iman anak harus dibina secara intensif dalam keluarga sejak dini.
Paus Yohanes Paulus II dalam (FC, 15) mengatakan bahwa:
Pernikahan dan keluarga Kristen membangun Gereja: sebab dalam keluarga
manusia tidak hanya menerima kehidupan dan secara berangsur-angsur
melalui pendidikan diantar memasuki persekutuan manusiawi; melainkan
melalui kelahiran baptis dan pembinaan iman anak juga diajak memasuki
keluarga Allah, yakni Gereja.
Berdasarkan pendapat dari Yohanes Paulus II dalam Konsili Vatikan II di
atas menegaskan bahwa keluarga sebagai bentuk terkecil dari Gereja dipanggil
dan diutus untuk turut ambil bagian dalam karya Allah. Keluarga sebagai pusat
pewartaan iman dan kasih Kristiani tidak hanya serta merta menerima kehidupan
jasmani secara terus menerus melainkan melalui keluarga yang sudah dibangun
yang diteguhkan oleh sakramen perkawinan dan karya penyelamatan Allah yang
nyata yakni berkat baptis, maka para orangtua diangkat menjadi pendidik iman
sekaligus sebagai gembala bagi anak-anak mereka. Dengan demikian, keluarga
dipanggil untuk menjadi penggerak pewartaan iman dan kasih melalui kegiatan
kerohanian di rumah maupun di Gereja, membina iman anak di rumah, dan
pelopor perdamaian.
Keluarga merupakan lingkungan pembinaan yang pertama dan paling
mendasar bagi hidup memasyarakat. Melihat bahwa peranan orangtua sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
penting dalam kehidupan iman anak dan merupakan panggilan luhur, maka
orangtua dapat menjalin relasi yang bersifat personal dan fungsional dengan anak-
anaknya. Relasi personal dapat dilakukan dengan cara saling menghargai dan
menghormati kepribadian mereka dan sungguh mengetahui potensi yang dimiliki
oleh anak agar tidak bertindak sewenang-wenangnya sehingga proses kepribadian
mereka dapat terbentuk sesuai yang diharapkan oleh orangtuanya. Dalam relasi
fungsional, orangtua sungguh menyadari dan melaksanakan tugasnya dalam
memberikan pengarahan dan pembinaan, baik melalui nasihat, keteladanan hidup
dan mengarahkan anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan menggereja (KWI:
2011, 25).
Berangkat dari pengalaman pribadi, penulis mendapatkan kesan bahwa
keluarga Katolik di Paroki Keluarga Kudus Parakan secara khusus di wilayah
Yoakim masih perlu ditingkatkan dalam melaksanakan tanggung jawab mereka
dalam mengembangkan iman anak-anaknya. Di dalam keluarga kurang adanya
kerja sama dalam membina iman, orangtua masih merasa kesulitan, tidak percaya
diri dan merasa kurang mampu dalam membina iman anak serta
menyelenggarakan pendampingan keluarga berkaitan dengan pokok-pokok iman
Katolik. Penulis merasa bahwa sebagian besar keluarga-keluarga Katolik di
wilayah Yoakim, Paroki Keluarga Kudus Parakan masih kurang menyadari apa
yang menjadi tanggung jawab mereka sebagai pembina iman anak dalam lingkup
keluarga. Kesibukan orangtua terhadap pekerjaan yang digelutinya cenderung
membuat mereka untuk menyerahkan tanggung jawabnya kepada suatu lembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
terkait, seperti di sekolah, dan Sekolah Minggu, tetapi sebenarnya itu semua
tidaklah cukup.
Hasil pengamatan penulis terhadap keluarga Katolik di wilayah Yoakim
Paroki Keluarga Kudus Parakan, orangtua kurang memberikan dorongan kepada
anak untuk berperan aktif dalam hidup doa, seperti doa bersama sebelum dan
sesudah makan, berdoa Rosario di rumah secara bersama-sama, mengikuti
Perayaan Ekaristi, doa sebelum tidur, membaca dan merenungkan Kitab Suci
bersama-sama di rumah, dan lain-lain. Padahal tanggung jawab keluarga Katolik
dalam membina iman anak mendapatkan perhatian penting untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka dan menjawab tantangan zaman dengan segala sarana
dan usaha berdasarkan iman mereka. Melalui keterlibatan anak dalam hidup doa
dan kegiatan menggereja, anak semakin tahu dan mampu untuk mewujudkan
imannya dalam hidupnya hingga mereka dewasa. Keluarga Katolik harus
menyadari tanggung jawabnya untuk memberikan keteladanan dan membina iman
mereka melalui kegiatan kekatolikan misalnya memimpin doa di lingkungan,
memimpin doa keluarga sebelum tidur, mengikuti latihan koor, menjadi misdinar,
lektor/lektris, pemazmur, merenungkan Injil dalam keluarga, dan doa-doa lainnya.
Inilah wujud tanggung jawab orang tua yang harus disadari oleh keluarga-
keluarga Katolik.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin memberikan
sumbangan pemikiran melalui penulisan skripsi dengan judul UPAYA
PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP
PEMBINAAN IMAN ANAK DI WILAYAH YOAKIM PAROKI KELUARGA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
KUDUS PARAKAN. Keluarga Katolik diharapkan dapat lebih bertanggung
jawab terhadap pembinaan iman anak-anak mereka. Dengan demikian sukacita
Injili dalam keluarga dapat dirasakan dengan berdasarkan cinta kasih dan iman
yang tangguh serta siap ambil bagian dalam mengembangkan Gereja dan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab keluarga Katolik terhadap
pembinaan iman anak?
2. Sejauhmana pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik di wilayah
Yoakim Paroki Keluarga Kudus Parakan berpengaruh positif terhadap
pembinaan iman anak-anak mereka?
3. Usaha-usaha apa yang perlu dilakukan oleh keluarga Katolik untuk
meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab mereka?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memberikan penjelasan
tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Menggambarkan tentang tanggung jawab keluarga Katolik bagi pembinaan
iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik di
wilayah Yoakim Paroki Keluarga Kudus Parakan dapat berpengaruh positif
terhadap pembinaan iman anak.
3. Menggambarkan upaya-upaya yang dapat dilaksanakan keluarga Katolik
untuk meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab mereka?
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini:
1. Bagi keluarga-keluarga Katolik di wilayah Yoakim Paroki Keluarga Kudus
Parakan diharapkan dapat mengetahui dan menambah pengetahuan tentang
tanggung jawab dalam membina iman anak sehingga iman mereka dapat
bertumbuh dan berkembang menjadi orang yang dewasa.
2. Menambah informasi dan wawasan bagi penulis sejauh mana peningkatan
tanggung jawab keluarga-keluarga Katolik berpengaruh positif terhadap
pembinaan iman anak di wilayah Yoakim Paroki Keluarga Kudus Parakan.
3. Penulis dapat memberikan sumbangan berupa kegiatan kepada keluarga
Katolik dalam rangka meningkatkan tanggung jawabnya dalam membina
iman anak di wilayah Yoakim Paroki Keluarga Kudus Parakan.
E. Metode Penulisan
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi analitis. Dalam
metode deskripsi, penulis menguraikan topik-topik tentang tanggung jawab
keluarga Katolik dan pembinaan iman anak menurut studi pustaka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bersumber dari dokumen Gereja, dan pandangan para ahli. Sedangkan dalam
analitis, penulis memahami dan menjelaskan kenyataan yang terjadi melalui
penelitian dengan cara pengamatan dan penyebaran kuisoner untuk memperoleh
gambaran mengenai tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman
anak di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan. Setelah itu penulis
menyampaikan usulan kegiatan untuk meningkatkan pembinaan iman anak dalam
keluarga.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini mengambil judul “Upaya Peningkatan Tanggung Jawab Keluarga
Katolik Terhadap Pembinaan Iman Anak di Wilayah Yoakim Paroki Keluarga
Kudus Parakan” yang diuraikan dalam lima bab:
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II menguraikan topik-topik tentang tanggung jawab keluarga Katolik
menurut bahan-bahan kepustakaan untuk memberikan gambaran bagaimana
tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak. Bab II ini terdiri
dari tiga bagian yaitu tanggung jawab keluarga Katolik, pembinaan iman, dan
pembinaan iman anak tanggung jawab keluarga dari beberapa teori dan pendapat
para ahli.
Bab III ini dibagi menjadi dua pokok bahasan. Pada pokok bahasan pertama
penulis memaparkan situasi umum paroki Keluarga Kudus Parakan dan wilayah
Yoakim. Pokok bahasan pertama berisi gambaran umum situasi geografis, sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
situasi umat, visi, misi serta strategi paroki Keluarga Kudus Parakan dan wilayah
Yoakim. Kemudian pokok kedua membahas penelitian mengenai pelaksanaan
tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak di wilayah
Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan. Pokok bahasan kedua berisi mengenai
persiapan penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian menurut masing-
masing variabel, dan kesimpulan penelitian.
Bab IV berisi usulan kegiatan dalam bentuk rekoleksi sebagai usaha untuk
meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik wilayah Yoakim
terhadap pembinaan iman di paroki Keluarga Kudus Parakan yang dibagi menjadi
dua bagian. Bagian pertama menguraikan rekoleksi keluarga meliputi latar
belakang pemilihan program rekoleksi, tujuan program rekoleksi, waktu, tempat,
dan peserta. Bagian kedua menguraikan usulan kegiatan pelaksanaan tanggung
jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak dalam bentuk rekoleksi
keluarga meliputi latar belakang kegiatan, tema dan tujuan rekoleksi, matriks
kegiatan rekoleksi keluarga, dan contoh satuan persiapan rekoleksi keluarga.
Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama
membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan
skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran
yang ditujukan kepada pihak keluarga Katolik wilayah Yoakim di paroki
Keluarga Kudus Parakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
TANGGUNG JAWAB KELUARGA KATOLIK
TERHADAP PEMBINAAN IMAN ANAK
Bab II ini secara khusus menguraikan topik-topik tentang tanggung jawab
keluarga Katolik menurut bahan-bahan kepustakaan untuk memberikan gambaran
bagaimana tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak.
Keluarga memiliki hak untuk melaksanakan tanggung jawabnya berkenaan
dengan penyaluran kehidupan dan pembinaan iman anak-anak mereka. Tanggung
jawab dan hak pertama serta utama untuk memperhatikan pendidikan sekaligus
pembinaan iman terletak pada orangtua.
Bab II ini terdiri dari tiga bagian yaitu tanggung jawab keluarga Katolik,
pembinaan iman, dan pembinaan iman anak tanggung jawab keluarga. Dalam
setiap bagian akan diuraikan beberapa topik menurut bahan-bahan kepustakaan.
Bagian pertama meliputi tanggung jawab dan keluarga Katolik. Bagian ini
mencakup pengertian tanggung jawab, jenis-jenis tanggung jawab, pengertian
keluarga Katolik, ciri-ciri keluarga Katolik, dan tugas keluarga Katolik. Bagian
kedua membahas pembinaan iman anak. Bagian ini meliputi tiga pokok bahasan
yaitu pengertian pembinaan iman, tujuan pembinaan iman, bentuk-bentuk
pembinaan iman anak. Kemudian bagian ketiga menjelaskan tentang pembinaan
iman anak tanggung jawab keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
A. Tanggung Jawab Keluarga Katolik
1. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku, baik
yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sesuatu sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Dalam hidup berkeluarga,
orangtua sebagai pelaku pertama dan utama bertanggung jawab atas kesejahteraan
keluarganya. Tanggung jawab sangat diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dan
dapat mengembangkan nilai-nilai moral dan sosial. Hal ini perlu diwujudnyatakan
sebagai bentuk kepedulian dan kedewasaan dalam iman maupun perbuatan.
a. Pengertian Tanggung Jawab
Kesadaran dan tanggung jawab merupakan ciri manusia. Manusia yang
bertanggung jawab ialah manusia yang dapat mengatakan kepada diri sendiri
bahwa tindakannya itu baik. Orang yang bertanggung jawab semakin kuat dan
bebas serta semakin luas wawasannya. Orang tersebut adalah orang yang
menguasai diri, yang tidak ditaklukkan oleh perasaan-perasaan dan emosi-
emosinya, yang sanggup mencapai tujuan yang dikehendakinya meski hal itu
berat (Dwi Siswanto, 1997: 31).
Menurut Dapiyanta (2014: 22) tanggung jawab merupakan tuntutan
kesiapan menjawab dan menanggung dan atau kemampuan seseorang
memberikan respon atas tindakannya. Respon tersebut berupa jawaban atas
pertanyaan mengapa aku melakukan hal tertentu. Contohnya: seorang pemuda
ditangkap polisi karena dituduh telah membunuh sebuah keluarga. Pemuda itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
harus mempertanggungjawabkan di pengadilan tindakan membunuh yang telah ia
lakukan. Sehubungan dengan kesiapan menjawab dan menanggung itu maka
tindakan yang bertanggung jawab mengandaikan adanya kesadaran dan
kebebasan. Dalam pengertian yang lebih luas, yakni berhadapan dengan tuntutan
moral, tanggung jawab tidak hanya soal kesiapan memberi jawaban dan
menanggung konsekuensi dari tindakannya, melainkan juga merupakan komitmen
untuk melaksanakan kebaikan.
Hidup bertanggung jawab mengandaikan suatu kesadaran diri yang tidak
hanya berfokus pada keenakan pada diri sendiri. Bertanggung jawab juga berarti
sadar dari apa yang kita lakukan maupun yang tidak kita lakukan, keselamatan
orang lain bisa tergantung dari padanya. Karena itu siapa pun perlu menyadari
bahwa sikap yang diambil akan ada akibatnya bagi orang lain (Magniz Suseno,
2010: 9).
Menurut Gilarso (1996: 14) tanggung jawab dalam membangun keluarga
Kristiani dilakukan dengan penuh cinta kasih. Melalui pernikahan, suami dan istri
membangun suatu persekutuan cinta yang kita sebut keluarga Kristiani. Cinta
pertama-tama harus diusahakan antara mereka berdua, kemudian kepada anak-
anak, juga kepada sanak-saudara, tetangga, lingkungan, dan akhirnya kepada
semua orang lain, terutama orang-orang kecil dan miskin. Suami-istri juga
terpanggil untuk ikut membangun umat. Umat pun terdiri dari keluarga-keluarga.
Maka, mereka pertama-tama diharapkan aktif meneguhkan iman mereka sendiri
dengan membina hidup rohani keluarganya sendiri (berdoa bersama, mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
ibadah di gereja, dan sebagainya), serta mendidik anak-anak mereka dalam sikap
dan cara-cara beriman yang benar.
Tanggung jawab yang diemban oleh keluarga sangatlah penting dan
berpengaruh pada kelanjutan hidup masing-masing anggota keluarga. Orangtua
tidak hanya mengetahui apa yang menjadi tugasnya namun semua perlu diimbangi
dengan tindakan nyata dan sungguh-sungguh melaksanakan tanggung jawabnya
tersebut. Orangtua berperan untuk mengarahkan kehidupan dan iman anak-anak
mereka. Orangtua bertanggung jawab untuk meneruskan imannya sebagai harta
rohani yang paling berharga kepada anak-anaknya. Arah dasar yang harus dituju
dalam pendidikan iman anak secara berangsur-angsur ialah iman yang mendalam,
iman yang dewasa, mandiri, berinkulturasi, dan memasyarakat (Go, 1990: 26).
b. Jenis-jenis Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah bagian dari kehidupan manusia. Samsi Darmawan
(2010: 138) mengatakan bahwa bertanggung jawab memiliki hubungan erat
dengan “tugas atau pelayanan” sebagai utusan, dan diiringi dengan “wewenang
atau otoritas”. Tanpa keduanya, tanggung jawab menjadi tidak berarti apa-apa,
karena tidak ada yang dipertanggungjawabkan dan tidak bisa
mempertanggungjawabkan segala sesuatu dan atau tidak ada otoritas.
Sebagai makhluk sosial yang berbudaya, kita mempunyai tanggung jawab
untuk mewartakan cinta kasih dengan menghadirkan Kerajaan Allah. Wujud
tanggung jawab tersebut di antaranya, tanggung jawab terhadap diri sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
keluarga, terhadap masyarakat, terhadap bangsa dan negara, dan kepada Tuhan.
Jenis-jenis tanggung jawab meliputi:
1) Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Dalam diri manusia terdiri dari raga, pikiran, dan roh. Raga memberikan
kenyamanan dan cenderung negatif, sedangkan roh memberikan rasa aman dan
cenderung positif, maka pikiran diharapkan menjadi penyeimbang keduanya.
Segala sesuatu dalam hidup manusia berpusat pada diri sendiri, dengan demikian
pikiran dapat bekerjasama dengan roh untuk menjaga kesucian raga. Maka dari itu
diperlukan tanggung jawab sosial pribadi untuk diri sendiri. Manusia perlu
menyadari apa yang menjadi kebutuhan dalam hidupnya, misalnya: manusia perlu
merawat dirinya, menjaga tubuhnya, menjaga moralnya dan akhlaknya. Apabila
manusia bertanggung jawab pada dirinya sendiri maka ia pun mampu bertanggung
jawab terhadap yang lainnya, yakni bertanggung jawab kepada Tuhan demi
terjaga kesucian jiwa kita yaitu terus berkomunikasi dalam iman (Samsi
Darmawan, 2010: 144).
2) Tanggung jawab sebagai anggota keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil yang terdiri dari suami-istri, dan
anak-anak. Kesatuan keluarga yang disatukan oleh cinta insani dengan cinta
Kristiani berpuncak pada iman dan kesatuan dalam Kristus. Kesatuan di dalam
keluarga sering kali mengalami berbagai kesulitan hidup. Misalnya: perbedaan
pendapat, segi ekonomi, kurangnya rasa menghargai dan menghormati anggota
keluarga, dan masih banyak lagi. Dalam hal ini tentu saja yang bertanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
atas terbentuknya kesatuan adalah semua anggota keluarga lebih-lebih adalah
ayah dan ibu (Darmaatmadja, 2010: 4).
3) Tanggung jawab sebagai Anggota Masyarakat
Mochtar Buchori (2010: 54) mengungkapkan pada hakikatnya manusia
tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai
makhluk sosial. Rasa tanggung jawab sosial dalam suatu masyarakat ditandai oleh
adanya kepekaan di kalangan penduduk terhadap berbagai jenis persoalan yang
ada dalam masyarakat. Hal senada juga diungkapkan oleh Sutarno (1992: 33-34)
yang berpendapat bahwa manusia sebagai individu yang hidup dan tergabung
dalam masyarakat adalah warga negara dalam suatu negara. Warga negara
memiliki tanggung jawab sosial dan politik. Tanggung jawab tersebut dapat
dimengerti sebagai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yang artinya setiap
warga negara mengemban kewajiban dan mempunyai hak untuk turut menentukan
keadaan dan kehidupan sosial politik di mana ia terkait di dalamnya. Tanggung
jawab sosial dan politik pada hakikatnya merupakan keterlibatan di dalam
memperjuangkan terwujudnya keadaan dan kehidupan sosial dan politik
berdasarkan tujuan-tujuan yang telah disepakati bersama.
4) Tanggung jawab sebagai Umat Beragama
Bangsa Indonesia yang berlandaskan pada suatu Undang-Undang Dasar
yang menghargai kebebasan beragama ternyata tidak pernah lepas dari persoalan-
persoalan agama, antara lain: terjadi upaya-upaya untuk menjadikan bangsa
Indonesia berlandaskan pada hukum satu agama tertentu, rentan dengan peristiwa
dan pengalaman memedihkan yang berhubungan dengan hubungan antar agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
seperti: penghancuran banyak rumah ibadat, terror sekelompok orang yang
mengatasnamakan agama tertentu, diskriminasi, dan berbagai penodaan agama.
Pemahaman terhadap agama dan penggunaannya sangat berpengaruh terhadap
mentalitas dan perilaku dalam hidup sehari-hari. Maka pemerintah perlu
menekankan toleransi, kerukunan antar umat beragama dan keberbedaan masing-
masing agama dengan pluralitas di segala bidang kehidupan. Agama
menggunakan ilmu pengetahuan untuk semakin memahami kebenaran dan
menemukan sarana yang bermartabat dalam mengembangkan kehidupan. Ilmu
menyadari dan bertanggung jawab terhadap peran historis dalam membantu umat
Beragama agar tetap berpijak pada sejarah kehidupan di dunia ini (Mulyatno,
2013: 100-102).
2. Keluarga Katolik
Dalam abad atom ini, keluarga modern dapat dikategorikan sebagai
“nuclear” (inti), yang berarti bagian yang paling dasar. Keluarga seperti atom,
mudah terbelah dan disertai dengan penghancuran dan perubahan besar (Emiyan,
2001: 7). Artinya keluarga secara universal dianggap sebagai sel utama dan sangat
vital dari masyarakat.
Keluarga sebagai komunitas pendidikan yang utama dan mendasar
merupakan sarana yang istimewa bagi penerus nilai-nilai agama dan budaya yang
membantu seseorang memperoleh identitasnya sendiri. Keluarga mengandung di
dalam dirinya sendiri masa depan masyarakat; tugasnya yang sangat khas adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
memberikan sokongan secara efektif bagi suatu masa depan perdamaian (Emiyan,
2001: 11).
Kewajiban orang tua adalah menciptakan suasana keluarga yang dijiwai
oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orang lain, sehingga
perkembangan pribadi dan sosial yang utuh dapat dipupuk di antara anak-anak
(Hery Setyawan, 2014: 111). Keluarga adalah sekolah pertama dan utama bagi
anak-anak demi terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan dan iman Katolik yang
tumbuh dan dapat menjadi bekal bagi hidup anak-anak di kemudian hari.
a. Pengertian Keluarga Katolik
Keluarga merupakan bagian terkecil dari Gereja dalam mengambil karya
penyelamatan Allah. Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1995: 563)
keluarga adalah sel pokok kehidupan sebagai persekutuan kodrati, dimana pria
dan wanita dipanggil untuk menyerahkan diri di dalam cinta kasih untuk
melanjutkan kehidupan. Keluarga seturut rencana Allah telah ditetapkan sebagai
persekutuan hidup dan kasih yang mesra, maka keluarga mengemban misi untuk
menepati jati dirinya; melalui segala sesuatu yang diciptakan dapat mencapai
pemenuhannya dalam Kerajaan Allah (Emiyan, 2001: 85).
Melalui Sakramen Perkawinan, suami dan istri Katolik menandakan misteri
kesatuan dan cinta kasih. Dalam persatuan suami dan istri itu tumbuhlah keluarga
baru, dan tempat lahirnya warga baru baik di dalam Gereja maupun di
masyarakat. Keluarga dapat melanjutkan sebagai rekan kerja Allah untuk
menyalurkan hidup manusiawi bagi setiap anggota keluarga. Sebagai rekan kerja
Allah, keluarga sungguh mempunyai peluang besar untuk mengkomunikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Injil kepada anak-anaknya, sehingga anak-anak juga dapat menerima Injil yang
sama seperti yang mereka hayati (Hery Setyawan, 2014: 118).
Keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikodrati Gereja
serta memiliki ikatan yang mendalam sehingga keluarga disebut ‘Gereja Rumah
Tangga’ (Ecclesia Domestica). Gereja dan keluarga memiliki hubungan yang
begitu erat. Hal ini ingin menegaskan bahwa keluarga mempunyai fungsi sebagai
bentuk terkecil dari Gereja. Dalam ‘Gereja Rumah Tangga’ (Ecclesia Domestica)
orang tua memberikan teladan baik melalui perkataaan maupun perbuatan dalam
hidup sehari-hari. Dalam hal ini, keluarga sangat berperan penting dalam tugas
perutusannya bagi masa depan Gereja dan terbangunnya kesejahteraan dalam
hidup bermasyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pembinaan yang pertama
dan paling mendasar bagi hidup memasyarakat. Sebagai persekutuan cinta kasih,
keluarga mengalami penyerahan sebagai hukum yang menuntun dan
mengembangkannya (Emiyan, 2001: 159).
Soesilo (1992: 19) mengemukakan pendapatnya bahwa keluarga
merupakan tempat pertama untuk menyatakan diri sebagai makhluk sosial.
Keluarga sebagai tempat belajar juga tempat awal bagi proses sosialisasi anak.
Dengan demikian keluarga dapat menjadi tempat untuk sang anak mengharapkan
dan mendapatkan pemenuhan kebutuhan.
b. Ciri Utama Keluarga Katolik
Pernikahan adalah sebuah ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
melahirkan anak, membangun hidup kekerabatan yang bahagia dan sejahtera
(KWI, 2011: 6). Menurut pandangan Katolik, ciri keluarga Katolik yang khas,
yakni monogam dan terceraikan.
KWI (2011: 8) menegaskan bahwa sifat hakiki ikatan pernikahan adalah
monogam (memiliki satu pasangan) dan indissolubilis (tak terputuskan). Hal
senada juga diungkapkan oleh Kristianto (2014: 64) yang berpendapat bahwa
pernikahan adalah persekutuan hidup yang dibangun oleh seorang pria dan
seorang wanita. Seorang suami hanya mempunyai satu istri, demikian pula istri
mempunyai satu suami saja (monogam). Mereka ini “bukan lagi dua melainkan
satu” (Mat 19:6). Pasangan suami istri perlu terus menerus menjaga keutuhan
yang telah mereka bangun. Kesatuan dalam cinta yang eksklusif dan sepenuhnya
hanya dapat terwujud dalam ikatan satu pria dan satu wanita dan berlangsung
sepanjang hidup (kekal tak terceraikan). Gereja mengajarkan bahwa perkawinan
adalah suatu persekutuan seluruh hidup dan kasih mesra antara suami-istri, yang
diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukumNya,
dibangun oleh perjanjian perkawinan yang tak dapat ditarik kembali (KWI, 2011:
7). Maka praktek poligami, apapun alasannya bertentangan dengan kehendak
Allah sendiri (GS, 49).
Kehendak Allah yang terjadi dalam hidup perkawinan antara suami dan istri
bersifat hakiki dalam ikatan suci demi kebahagiaan dan kesejahteraan suami-istri
dalam membangun bahtera keluarga. Dalam perkawinan, suami dan istri telah
mempersatukan diri dengan bebas, bahkan disatukan oleh rahmat Tuhan sendiri.
Cinta sejati adalah cinta yang setia, dalam keadaan bagaimanapun (Gilarso, 1996:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
12). Suami dan istri dipanggil untuk tetap bertumbuh dalam persekutuan mereka
melalui kesetiaan dari hari ke hari terhadap janji pernikahan mereka untuk saling
menyerahkan diri seutuhnya (Yohanes Paulus II, 1993: 19).
Persekutuan pasangan suami isteri ini tidak hanya bercirikan kesatuan
melainkan juga tak terceraikan, “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia”(Mat 19:6). Kesatuan yang tak terceraikan ini menuntut
kesetiaan seutuhnya dari kedua belah pihak baik dari suami maupun isteri dan
demi kepentingan anak-anak (GS, 48). Demi kepenuhan cinta menuju
kesempurnaannya dan demi kesejahteraan anak serta tuntutan makna sakramental,
cinta suami-istri merupakan lambang cinta Allah dan Kristus kepada jemaatNya
yang bersifat kekal, maka perceraian secara tegas ditolak oleh Kristus sendiri.
Oleh karena itu, suami-istri hendaknya sungguh menyadari bahwa perkawinan
yang mereka lakukan sebagai pilihan hidup bukan hanya sekedar memenuhi
kebutuhan psikologis dan biologis masing-masing pribadi, tetapi apa yang telah
mereka lakukan sungguh mengandung sebuah tugas perutusan untuk meghadirkan
cinta kasih Allah dalam hidup keluarga.
c. Tugas Keluarga Katolik
Dalam anjuran Apostolik tentang peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia
Modern (Familiaris Consortio) Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa sesuai
dengan rencana Allah, keluarga Katolik mengemban tugas penting, dalam hal ini
tugas terungkap pula peranan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
1) Membentuk Persekutuan Pribadi – Pribadi Berdasar Cinta Kasih
Keluarga mempunyai tugas untuk membentuk persekutuan pribadi-pribadi.
Membentuk persekutuan pribadi berarti membangun persekutuan dalam suatu
komunitas yang berdasar pada cinta kasih. Pribadi yang bersekutu atau bersatu
adalah pertama-tama suami dan istri, kemudian orang tua dan anak-anak serta
sanak saudara. Pribadi-pribadi yang hidup dalam keluarga memerlukan dasar
untuk mempersatukan mereka (Kristianto, 2014: 63).
Keluarga adalah komunitas pertama dan sekaligus merupakan “persekutuan
pribadi-pribadi” (communion personarum) yang hidupnya berdasarkan dan
bersumber pada cinta kasih (KWI, 2011: 10). Kasih sejati dalam keluarga adalah
kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga. Hal ini menjadi
penting bagi keberlanjutan hidup setiap anggota keluarga sehingga dapat dengan
mudah membangun persekutuan yang berdasarkan cinta kasih antar pribadi.
Kehadiran anak-anak dalam keluarga merupakan anugerah dari Allah sebagai
kekuatan yang dapat mempersatukan sekaligus menyempurnakan bagi keluarga
tersebut. Kehadiran anak-anak juga bisa sebagai dasar yang mengikat persatuan
mereka dalam cinta kasih. Cinta kasih merupakan dasar, kekuatan dan tujuan
akhir dalam hidup keluarga. Tanpa dilandasi dan diperkokoh dengan cinta kasih,
keluarga tidak dapat hidup berkembang atau menyempurnakan diri sebagai
persekutuan pribadi-pribadi (Yohanes Paulus II, 1994: 18). Dengan demikian
cinta kasih dalam keluarga tidak hanya sebagai ungkapan semata melainkan cinta
kasih dalam keluarga perlu diwujudnyatakan dalam tindakan yang nyata demi
terwujudnya kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan anggota keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Setiap anak yang lahir dalam keluarga Kristiani mempunyai hak dan
martabat yang sama. Oleh karena itu seorang anak berhak memperoleh perhatian
yang khusus di berbagai segi kehidupan baik jasmani, emosi, pendidikan dan
pembinaan imannya dan semua itu hendaknya menjadi kekhasan keluarga
Kristiani. Jadi anak mempunyai hak untuk mendapat cinta kasih, pendidikan,
pembinaan iman dari orang tuanya dan berhak juga mengemukakan pendapatnya
serta menentukan masa depannya (KWI, 2011: 11).
Wanita dan pria mempunyai martabat yang sama. Wanita dalam keluarga
bertugas sebagai istri dan ibu. Tugas ibu dalam keluarga perlu dijunjung tinggi
martabatnya. Tugasnya dalam keluarga ikut menentukan terutama dalam
pendidikan iman anak-anaknya. Di samping bertugas sebagai ibu, seorang isteri
juga mempunyai kewajiban untuk selalu taat dan setia kepada suaminya. Seorang
isteri hendaklah menghormati suaminya” (Ef 5:33).
Martabat seorang pria juga harus dihormati dalam kedudukannya sebagai
suami dan ayah dalam keluarga. Demikian pula seorang suami hendaklah mau
menghormati isterinya dan mencintainya dengan sepenuh hati. Seorang suami
diharapkan mampu mengembangkan sikap cinta kasih dan menampakkannya
kepada isterinya yaitu cinta kasih yang penuh kelembutan hati dan kuat. Cinta
kasih yang ditampakkan Kristus terhadap Gereja-Nya menjadi dasar dan teladan
bagi suami istri (Ef 5:25).
2) Mengabdi Kehidupan
Menurut Kristianto (2014: 66) mengungkapkan bahwa “tugas keluarga
Kristiani yang juga sangat penting adalah mengabdi kehidupan”. Penulis tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
melihat tugas dalam rangka peranan. Tugas ini pertama-tama adalah untuk
penyaluran kehidupan yang diwujudkan melalui pengadaan keturunan. Allah
menciptakan laki-laki dan juga perempuan untuk bekerjasama saling memberikan
dirinya yang didasari oleh cinta kasih sebagai suami dan istri terbuka bagi adanya
keturunan melalui hubungan seks. Allah memberkati mereka dan bersabda,
“beranak-cuculah dan bertambah banyak…” (Kej. 1:28). Hal ini memperlihatkan
bahwa Allah sendiri yang mengangkat mereka menjadi rekan kerja dalam karya
penciptaan. Di samping hubungan seks dalam rangka prokreasi keluarga harus
semakin mempersatukan ikatan mereka yang tak terceraikan serta memberikan
hidupnya untuk mencapai perkembangan hidup berkeluarga. Sebagai
konsekuensinya dalam mengabdi kehidupan, orangtua mempunyai kewajiban
untuk memenuhi kebutuhan dasar anak-anak, sehingga mereka dapat hidup dan
berkembang secara manusiawi. Orangtua juga mempunyai tugas yang tidak dapat
digantikan oleh siapapun yakni mendidik dan membina iman anak di dalam
keluarga. Dengan sikap beriman itu, anak-anak siap menyambut kasih Allah dan
membalasnya, aktif untuk ikut serta mengambil bagian dalam hidup Gereja.
3) Ikut Serta dalam Pengembangan Masyarakat
Kristianto (2014: 67) mengungkapkan bahwa keluarga sebagai sel
masyarakat mempunyai tugas yang pertama dan amat penting dalam
mengembangkan masyarakat. Hubungan erat antara keluarga dan masyarakat
menuntut sikap terbuka dari keluarga dan masyarakat untuk bekerjasama membela
dan mengembangkan kesejahteraan bagi setiap orang. Hubungan yang erat ini
menjadi tugas anggota keluarga untuk melaksanakan kewajibannya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
anggota masyarakat misalnya dengan menaati aturan yang berlaku dalam
masyarakat, bertindak jujur, adil dan menghargai orang lain. Selain itu dalam
beberapa hal tertentu keluarga dapat membantu mengembangkan masyarakat
melalui aneka bakat dan kemampuan setiap anggotanya. Sebaliknya masyarakat
juga menghormati keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat dan menjadi
sebuah tempat awal untuk pembentukan seorang pribadi sebelum terjun dalam
masyarakat.
4) Berperan Serta dalam kehidupan dan Perutusan Misi Gereja
Nugroho (2013: 11) mengutip anjuran Apostolik tentang peranan Keluarga
Kristiani dalam Dunia Modern (Familiaris Consortio) yang ditulis oleh Paus
Yohanes Paulus II, menegaskan sebagai berikut, “keluarga Katolik bertugas dalam
kehidupan dan pengutusan misi Gereja”, artinya keluarga dipanggil untuk
mengambil bagian secara aktif dalam pembangunan kerajaan Allah dalam sejarah
dengan ikut serta menghayati kehidupan dan misi Gereja (FC, 49). Melalui
Sakramen perkawinan keluarga Kristiani saling mengikatkan diri pada ikatan yang
tak terceraikan karena mereka telah dipersatukan oleh Allah dan melalui kegiatan
merayakan Sakramen-sakramen Gereja diharapkan dapat semakin memperkaya
dan memperkuat keluarga Kristiani dengan rahmat Kristus, supaya keluarga
dikuduskan demi kemuliaan Bapa. Gereja juga mewartakan cinta kasih terus-
menerus kepada keluarga Kristiani dengan demikian akan semakin mendorong
dan membina keluarga Kristiani untuk melaksanakan pelayanannya dalam cinta
kasih. Tidak hanya itu, keluarga juga dipanggil untuk menjalankan tritugas Gereja
(Kristianto, 2014: 68-70), yakni;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a. Tugas Kenabian
Keluarga Kristiani bersikap kritis terhadap situasi berkenaan dengan
kehendak Allah dengan menyambut dan mewartakan sabda. Keluarga Kristiani
sekaligus menjadi tempat menyalurkan sabda Allah dan menjadi tempat yang
subur bagi pewartaan Injil.
b. Tugas Imamat
Keluarga Kristiani mengemban tugas imamat yaitu menyucikan lewat
pertobatan dan saling mengampuni, serta berpuncak dalam sakramen tobat. Tugas
pengudusan ini dilaksanakan dalam doa bersama yang berpusat pada peristiwa
hidup berkeluarga.
c. Tugas Rajawi
Keluarga Kristiani memiliki tugas untuk melayani sesama manusia, seperti
Kristus Raja (Rm 6:12). Pelayanan tersebut tidak hanya untuk keluarga sendiri
berdasarkan cinta kasih tetapi juga mencakup mereka yang menderita.
3. Tanggung jawab Keluarga Katolik
Berdasarkan uraian mengenai pengertian tanggung jawab dan keluarga
Katolik di depan, maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab merupakan
kewajiban untuk melakukan tugas yang harus ditanggung dan dijalankan oleh
anggota keluarga melalui penyertaan terang dan bimbingan Roh Kudus.
Kehadiran orangtua adalah cerminan sekaligus sarana kehadiran Allah di dalam
keluarga untuk menuntun anak-anak agar dapat mengenal dan mengimaniNya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Maka sejak dini, anak-anak harus diajarkan untuk mengenal Allah seturut dengan
iman yang telah mereka terima dalam sakramen baptis. Untuk mencapai itu
semua, orangtua mempunyai kewajiban membangun suasana keluarga yang
dihidupi oleh semangat cinta kasih dan cinta bakti kepada Allah.
Hery Setyawan (2014: 116) mengemukakan pendapatnya dalam Jurnal
Teologi bahwa “Kewajiban dan tanggung jawab memberikan pewartaan dan
pendidikan iman pada anak merupakan suatu kenyataan ilmiah yang tidak bisa
dipungkiri dan dihindari oleh setiap pribadi sebagai orangtua”. Hal inilah yang
menjadi tugas orangtua sebagai pembina iman untuk memperkenalkan realitas
hidup duniawi sekaligus membimbing anak-anak dan mengajarkan kepada mereka
tentang kebenaran.
Kehidupan di dalam keluarga sungguh berpengaruh bagi tingkah laku setiap
anggotanya dalam hidup menggereja maupun bermasyarakat. Jim Merhaut
menegaskan bahwa orangtua akan mendapatkan buahnya dari apa yang mereka
lakukan. Anak-anak perlu dibina menjadi pribadi Katolik yang dewasa dan penuh
dengan sukacita bersedia untuk mengambil bagian dalam pembangunan hidup
bersama (Heryatno Wono Wulung, 2016: 158).
Keluarga Katolik sebagai Gereja Rumah Tangga “Ecclesia Domestica’
mempunyai tanggung jawab dalam membina iman anak secara Katolik demi
kesejahteraan rohani dalam doa dan karya yang dijiwai oleh cinta kasih Allah.
Keluarga sebagai tempat pertama dan utama pembinaan iman yang tidak dapat
tergantikan. Dengan demikian, keluarga diharapkan dapat mengambil bagian
dalam tugas Gereja yakni: koinonia, leiturgia, kerygma, diakonia, dan martyria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Konferensi Waligereja Indonesia (2011: 15-18) menguraikan secara singkat
masing-masing tugas inti keluarga Kristiani sebagai wujud tanggungjawabnya
akan pertumbuhan dan perkembangan iman anak di dalam keluarga.
a) Persekutuan (Koinonia)
Keluarga adalah persekutuan seluruh hidup (consortium totius vitae) antara
seorang laki-laki dan perempuan berlandaskan perjanjian antara kedua pihak
dan diteguhkan melalui kesepakatan perkawinan. Persekutuan antara suami-
isteri diteguhkan dengan kehadiran anak-anak dan keluarga besar. Ciri
pokok dari persekutuan tersebut adalah hidup bersama berdasarkan iman
dan cinta kasih serta kesediaan untuk saling mengembangkan pribadi satu
dengan yang lain. Persekutuan dalam keluarga terwujud pada saat-saat
bersama, doa bersama, kesetiaan dalam suka dan duka, untung dan malang,
ketika sehat maupun sakit.
b) Liturgi (Leiturgia)
Kepenuhan hidup Katolik tercapai dalam sakramen-sakramen dan hidup
doa. Melalui sakramen dan hidup doa keluarga bertemu dan berdialog
dengan Allah, mereka dikuduskan dan menguduskan jemaat gerejawi serta
dunia. Tanggung jawab membangun kesejahteraan rohani dan jasmani
merupakan perutusan dari keluarga khususnya suami isteri. Melalui doa dan
karya tercipta relasi yang mesra dengan Allah.
c) Pewartaan Injil (Kerygma)
Keluarga merupakan Gereja rumah tangga yang turut ambil bagian dalam
tugas Gereja untuk mewartakan Injil. Tugas tersebut dilaksanakan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mendengarkan, menghayati, melaksanakan, dan mewartakan Sabda Allah.
Keluarga merupakan Gereja kecil sebagai tempat utama Injil disalurkan dan
sebagai pemancar sinar cinta kasih yang mampu merengkuh keluarga-
keluarga lainnya.
d) Pelayanan (Diakonia)
Keluarga merupakan persekutuan cinta kasih, maka keluarga dipanggil
untuk mengamalkan cinta kasih itu melalui pengabdiannya kepada sesama
terutama mereka yang papa. Dijiwai oleh cinta kasih dan semangat
pelayanan, keluarga Katolik menyediakan diri untuk melayani setiap orang
sebagai pribadi dan anak Allah. Pelayanan keluarga hendaknya bertujuan
memberdayakan mereka yang dilayani, sehingga dapat mandiri.
e) Kesaksian Iman (Martyria)
Keluarga hendaknya berani memberi kesaksian imannya dengan perkataan
maupun tindakan serta siap menanggung resiko yang muncul dari imannya
itu. Kesaksian iman dilakukan dengan berani menyuarakan kebenaran,
bersikap kritis terhadap berbagai ketidakadilan dan tindak kekerasan.
B. Pembinaan Iman Anak
1. Pengertian Pembinaan Iman Anak
Pembinaan iman anak yang biasa disingkat PIA merupakan salah satu
kegiatan katekese dalam rangka pendidikan iman anak. Pendidikan dalam
keluarga harus memperhatikan pendidikan iman dan moral Katolik. Keluarga
adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman Katolik (KWI, 2011: 29-30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Adisusanto (1995: 1-2) mengemukakan bahwa pendidikan yang sejati perlu
mendalami arti hidup manusia di tengah alam semesta, di antara sesamanya dan di
hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan menyangkut seluruh pribadi
manusia: tubuh, pikiran, perasaan, kehendak, jiwa, dan hubungannya dengan
Allah. Artinya pendidikan iman tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi
juga membentuk sikap iman. Maka yang dimaksud dengan pendidikan iman
adalah proses dan usaha-usaha orang-orang dewasa untuk membantu anak-anak
muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta dan
Penyelamat (Soerjanto dan Widiastoeti, 2007: 10). Pendidikan iman anak
merupakan segala kegiatan apapun, manapun yang dilakukan demi perkembangan
iman anak, baik dalam lingkup keluarga maupun paroki. Dalam pelaksanaannya,
orangtua bekerja sama secara sinergis dan seimbang dengan para pembina iman
anak di sekolah, paroki maupun di lingkungan masyarakat. Pembina iman anak
juga harus memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak dan martabat serta
hak-hak anak (Suhardiyanto, 2010: 10).
Keluarga merupakan pembinaan yang pertama dan mendasar bagi hidup
memasyarakat (FC, 37). Keluarga sebagai persekutuan cinta kasih, mengalami
penyerahan diri sebagai hukum yang menuntun dan mengembangkannya.
Pemberian diri antara suami dan istri menjadi pola yang harus dipraktekkan dalam
hubungan antara kakak-beradik serta semua anggota keluarga. Persekutuan dan
sikap saling berbagi dalam hidup sehari-hari di dalam keluarga baik senang
maupun sedih, merupakan pembinaan yang paling nyata dan efektif bagi kesatuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
anak-anak secara aktif, bertanggung jawab dan berdaya-guna dalam lingkup
masyarakat yang luas.
Orangtua sebagai mitra Allah dalam karya penciptaan, mempunyai tanggung
jawab untuk menjadi pembina utama dan pertama yang tak tergantikan oleh siapa
pun. Keluarga tidak boleh menyerahkan tanggung jawabnya kepada pihak diluar
keluarga, baik di dalam Gereja maupun di sekolah. Anak-anak merupakan bagian
integral dari keluarga, maka dari itu setiap anggota keluarga khususnya orangtua
menurut cara dan kemampuannya ikut berperan dalam pendidikan masing-masing
anak. Anak sebagai generasi masa depan sudah selayaknya dibesarkan dan dibina
dengan baik dan benar. Usaha pendidikan dari orangtua harus menjangkau seluruh
kepribadian anak. Pendidikan harus membantu anak menuju kedewasaan fisik,
emosional, afektif, moral, dan sosial, juga dalam pembinaan akal budi serta iman
(Emiyan, 2001: 155).
Di dalam keluarga, anak-anak juga perlu dilibatkan dalam kegiatan rohani
misalnya, anak diminta untuk memimpin doa rosario keluarga, anak diminta untuk
memimpin doa malam, doa makan, dan membaca Kitab Suci. Orangtua juga dapat
memberikan fasilitas lain dengan mengajak anak-anak untuk pergi ke
perpustakaan rohani membaca-baca buku rohani, ziarah ke goa Maria, kemudian
mendorong anak-anak untuk bersedia mengikuti pertemuan missioner (Tri Priyo,
2017: 10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2. Tujuan Pembinaan Iman Anak
Anak-anak sangat membutuhkan pendampingan dan pembinaan iman sejak
dini. Hal ini sangat diperlukan agar anak dapat menanggapinya dan demi
terwujudnya Karya Allah dalam keluarga. Berkat Sakramen baptis anak-anak
menjadi putra-putri Allah oleh karena itu mereka berhak menerima pendidikan
iman Katolik sampai pada kedewasaan iman (KWI, 2011: 30). Pendidikan iman
bertujuan menumbuhkan sikap beriman dalam diri anak-anak. Dengan sikap
beriman itu anak-anak siap menyambut kasih Allah dan membalasnya, serta ikut
ambil bagian dalam membangun Gereja.
Suhardiyanto (2010: 11) mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan utama
pendidikan iman anak dalam konteks pembinaan iman anak adalah agar anak-
anak memiliki sikap iman Kristiani dan bangga atas imannya, serta anak-anak
memiliki wawasan yang luas sehingga dapat mengungkapkan dan mewujudkan
imannya sesuai usia mereka. Kleden dalam artikel yang berjudul “Tuntunan untuk
Iman Anak” menuliskan bahwa pendidikan iman bertujuan untuk
memperkembangkan iman anak, sehingga anak mampu terlibat dan
bertanggungjawab di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Untuk dapat mencapai
hal tersebut, anak perlu dibantu untuk mengenal misteri karya keselamatan Allah,
belajar bersyukur atas berbagai karunia, serta dapat menghayati hidup sebagai
manusia baru. Tidak hanya itu, pendidikan iman anak juga harus mencakup
pengetahuan, pendidikan liturgi, pembentukan moral, belajar berdoa, pendidikan
hidup berkomunitas, dan pendidikan missioner. Kleden menyampaikan
pandangan Groome bahwa unsur-unsur pendidikan iman mempunyai tiga aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
iman Kristiani yang harus diperhatikan dalam pendidikan iman yaitu: a) aspek
kognitif, memberikan informasi mengenai ajaran iman seseorang, b) aspek afektif,
membuat orang berdoa dan mengembangkan spiritualitasnya, serta c) aspek
tingkah laku, membuat orang bertindak sesuai dengan keutamaan-keutamaan
Kristus (Kleden, 2014: 8).
Pembinaan iman diharapkan mampu untuk menegakkan nilai-nilai Kerajaan
Allah di tengah-tengah kehidupan dan perlu dimengerti sebagai simbol relasi
antara Allah dan manusia. Kerajaan Allah adalah tindakan Allah yang
mewahyukan dan memberikan diri-Nya bagi kehidupan manusia. Allah bertindak
di dalam sejarah hidup manusia dengan maksud menyelamatkan semua manusia
(Heryatno Wono Wulung, 1995: 106).
Paus Fransiskus menegaskan bahwa keluarga memiliki tempat dan peran
yang strategis untuk pelaksanaan pembinaan iman umat demi terwujudnya nilai-
nilai Kerajaan Allah. Beliau juga menegaskan bahwa keluarga merupakan tempat
sentral pembinaan iman dan orangtua merupakan pelaku utamanya (Heryatno
Wono Wulung, 2016: 145). Orangtua sebagai bagian dari keluarga juga memiliki
kewajiban terhadap anak-anaknya. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik, mengasihi, dan menghormati mereka sebagai pribadi serta
menyediakan kebutuhan-kebutuhan material maupun spiritual (Kompendium,
2011: 162).
3. Bentuk-bentuk Pembinaan Iman Anak
Yang dimaksud dengan iman ialah hormat dan kasih manusia terhadap
Allah. Hormat dan kasih manusia terhadap Allah itu biasanya berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
bersamaan dengan perkembangan seluruh kepribadiannya. Bila seseorang
semakin dewasa secara menyeluruh, maka biasanya ia juga semakin dewasa
dalam iman (Soerjanto dan Widiastoeti, 2007: 10).
Iman yang diteladankan serta segala proses yang diusahakan oleh orangtua
dan orang-orang dewasa sungguh penting bagi keberhasilan pembinaan iman
anak-anak. Dengan demikian, untuk mencapai perkembangan iman anak-anak
tentunya harus memperhatikan bentuk-bentuk pendekatan yang diterapkan dalam
hidup sehari-hari sesuai dengan konteks perkembangan iman anak-anak. Soerjanto
dan Widiastoeti (2007: 14) berpendapat bahwa ada empat bentuk pembinaan iman
anak.
a. Teladan tokoh-tokoh identifikasi:
Iman biasanya tumbuh pada anak saat ia mengamati dan mengikuti
tokoh-tokoh identifikasinya, secara spontan dan belum terlalu disadari.
Tokoh-tokoh identifikasi tersebut adalah orang-orang dewasa yang
terpenting dan terdekat baginya, yakni orangtuanya. Sikap dan perilakunya
mengacu pada sikap atau perilaku dari orang-orang dewasa yang
dihormatinya, tokoh-tokoh panutannya.
Kemampuan seorang anak untuk memahami sesuatu secara abstrak
biasanya masih sangat terbatas. Ia lebih mampu memahami sesuatu
dengan melihat contoh-contoh yang konkrit dan cenderung mengikuti
contoh-contoh tersebut. Karena itulah, pimpinan Gereja Katolik berharap
bahwa anak-anak menemukan teladan hidup beriman pertama-tama dalam
diri orangtua dan anggota-anggota keluarganya sendiri. Dalam dokumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang berjudul”Catechesi Tradendae”, ditegaskan bahwa sejak usia dini
para anggota keluarga perlu saling membantu agar bertumbuh dalam iman
(CT, 68).
b. Suasana:
Suasana yang dimaksudkan adalah keadaan dari suatu tempat.
Suasana tersebut sulit dirumuskan, tetapi mudah dirasakan atau dialami.
Bagi seorang anak, suasana merupakan keadaan yang menyenangkan atau
tidak, membuatnya kerasan atau tidak. Pengaruh suasana rumah
terhadapnya sangatlah besar, apalagi bila hal itu dialaminya selama
bertahun-tahun. Karena itulah pimpinan Gereja Katolik menegaskan
bahwa suasana keluarga yang diresapi kasih dan hormat mempengaruhi
anak seumur hidupnya (CT, 68).
Suasana dapat terjadi karena kebetulan saja. Namun, mengingat
pengaruhnya yang besar dalam perkembangan iman anak, suasana di
rumah sebaiknya tidak terjadi karena kebetulan, melainkan karena
”direkayasa” (dalam arti positif) sedemikian rupa sehingga ia
memungkinkan perkembangan iman. Suasana seperti itu dapat diciptakan
antara lain dalam sikap dan perilaku semua anggota keluarga yang penuh
kasih sayang dan keakraban; cara dan irama hidup yang sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan semua anggota keluarga dan sekaligus
memungkinkan terciptanya selingan yang menyegarkan; ruang-ruang
rumah dan kebun ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
yang manusiawi dan Kristiani; dan tersedianya fasilitas yang memadai
terutama bagi anak.
c. Pengajaran:
Keteladanan kadang-kadang bersifat agak tersembunyi (Soerjanto
dan Widiastoeti, 2007: 16). Keteladanan tersebut dapat dilihat melalui apa
yang dilakukan oleh orangtuanya. Maka keteladanan itu sebaiknya juga
diperkuat dengan pengajaran, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
daya tangkap anak, sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan
kepribadiannya.
d. Komunikasi:
“Komunikasi antara semua anggota keluarga merupakan faktor
pendukung perkembangan iman yang tak tergantikan” (Soerjanto dan
Widiastoeti, 2007: 16). Hal-hal yang dikomunikasikan tidak perlu selalu
langsung mengenai iman. Meskipun demikian, isi komunikasi itu
sebaiknya dapat memperluas wawasan iman dan menjadi sumber inspirasi
iman. Sementara itu, bentuk-bentuk komunikasi sangat dipengaruhi oleh
faktor budaya, misalnya: kebiasaan berterus-terang atau sembunyi-
sembunyi, kebebasan berpikir atau ketaatan buta. Proses globalisasi
sekarang ini membuka kemungkinan munculnya bentuk-bentuk
komunikasi yang baru.
e. Kegiatan Rohani
Orangtua dapat melibatkan anak-anak melalui kegiatan rohani dalam
hidup sehari-hari. Orangtua tanpa ragu memberikan kepercayaan penuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kepada anak-anak mereka untuk terlibat aktif dalam kegiatan rohani baik di
rumah, di lingkungan maupun di gereja. Orangtua memberikan peluang
kepada anak-anak untuk berekspresi dalam kegiatan rohani. Anak-anak bisa
dilatih dengan tradisi kekatolikan (KWI, 2011: 31), melalui doa-doa, ibadat-
ibadat baik yang bersifat liturgis maupun devosional, dan kegiatan lainnya.
Keluarga sebagai Gereja rumah-tangga mempersiapkan anak-anak untuk
menerima sakramen-sakramen.
C. Pembinaan Iman Anak Merupakan Tanggung Jawab Keluarga
Hidup adalah rahmat dan harus dipertanggungjawabkan sebab pada saatnya
nanti harus memberi pertanggungjawaban atas hidup yang diterima kepada Sang
Pencipta (Rm 14:11). Tiga bentuk pertanggungjawaban hidup manusia yakni:
mempertahankan hidup (mensyukuri, menghargai, menjaga, merawat,
memelihara, dsb), memaknai hidup (melalui: aktivitas, peranan/tugas, karya,
pilihan status hidup, dsb), serta mengembangkan hidup (mencapai: kemajuan,
prestasi, dsb) artinya hidup berkeluarga perlu ditempatkan dalam perspektif
pertanggungjawaban hidup. Oleh karena itu dalam rangka pertanggungjawaban
hidup, pilihan status hidup berkeluarga terlebih sebagai pemaknaan atas hidup
manusia, perlu ditempatkan dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan
hidup manusia (Kristianto, 2014: 51).
Hendro Budiyanto (2010: 62) mengemukakan bahwa kehidupan dan
pertumbuhan anak-anak menjadi sangat penting. Anak-anak diharapkan menjadi
generasi penerus, bahkan menjadi tumpuan yang dapat diharapkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dibanggakan bagi kehidupan dan perkembangan Gereja masa depan. Pendidikan
anak-anak di segala bidang kehidupan khususnya “pendidikan iman” sangat
penting dan mendesak untuk dipikirkan dan dilakukan oleh orangtua. Pendidikan
iman sejak usia dini dapat menentukan keberadaan dan kehidupan anak-anak di
masa depan, baik kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan beriman,
maupun panggilan hidupnya.
Tugas mendidik pertama-tama adalah tanggung jawab keluarga, karena
keluarga merupakan tempat untuk pertama kalinya anak memperoleh pengajaran
mengenai keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat, tempat anak hidup dan berkembang (GE, 3). Di dalam keluarga,
anak-anak lambat laun diajak untuk berintegrasi dengan masyarakat dan umat
Allah.
Menurut Pudjiono dan Oetomo (2007: 5) kemajuan zaman membawa
dampak negatif, baik yang bersifat eksternal maupun yang bersifat internal. Yang
dimaksud dengan pengaruh eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar
rumah, misalnya dari media komunikasi, acara TV, dan peredaran obat
(psikotropika) yang semakin marak. Karena itu orang tua perlu menyadari dan
bertanggung jawab mengawasi anak-anak dalam menyaksikan berbagai informasi
yang diterima oleh anak. Saat ini maraknya informasi dari media massa dan
berbagai tayangan yang kurang efektif akan mempengaruhi kepribadian anak-
anak. Sedangkan pengaruh internal adalah pengaruh yang berasal dari lingkungan
keluarga sendiri, misalnya hubungan keluarga yang tidak harmonis antar para
anggotanya. Pudjiono dan Oetomo (2007: 6) mengatakan bahwa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
memberikan pendidikan agama Katolik kepada anak-anak di rumah, orang tua
sebaiknya mengusahakan kegiatan berikut:
1. Berdoa, agar diberi karunia hikmat oleh Tuhan, sehingga mampu
memberikan pendidikan iman kepada anak-anak.
2. Meningkatkan iman sendiri, dengan membaca Kitab Suci, buku-buku
rohani, dan buku-buku tentang pendidik anak (seperti: Kiat Sukses
Mendidik Anak Dalam Tuhan; Kuasa Ucapan Berkat, dan sebagainya).
3. Lebih banyak memberikan teladan dan membagikan pengalaman iman
yang konkret daripada bersikap menggurui dengan banyak omongan
yang tidak efektif.
4. Berlaku sebagai sahabat, sehingga anak-anak mau dan mampu terbuka
kepada orang tua sendiri.
5. Mendidik anak-anak dengan banyak menyampaikan ajaran dan teladan
Tuhan Yesus Kristus (Ef 6:4).
6. Bersungguh-sungguh dalam mendidik iman anak, tidak setengah-
setengah, tidak hanya “kalau ada waktu” saja.
7. Tidak pernah merasa bosan, bersedia mengulang-ulang dalam
memberikan nasihat bijaksana (Ul 6:7-8).
Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa orangtua tidak cukup hanya
memenuhi kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup anak-anaknya. Dalam
hal ini anak membutuhkan perhatian yang lebih mendalam serta pengelolaan yang
lebih intensif, baik melalui pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan non
formal (keluarga). Melalui sarana pendidikan, orangtua dapat memberikan
pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan watak yang akan dibawanya
hingga dewasa (Sobur, 1987: 1). Hal senada juga disampaikan oleh Soerjanto dan
Widiastoeti (2007: 14) yang mengatakan melalui orangtua, Allah menginginkan
dan memberikan hal-hal yang baik bagi anak-anak. Hal baik tersebut bukan hanya
materi (sandang, pangan, papan) dan kepuasan psikis, melainkan juga keutamaan-
keutamaan hidup, yakni: iman, harapan, dan kasih. Di dalam keluarga, orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mempunyai peranan sebagai pemberi teladan sekaligus membantu anak-anak
mereka mengembangkan keutamaan-keutamaan tersebut.
Keluarga adalah tempat yang paling baik untuk pendidikan. Tidak ada
tempat pendidikan yang lain, baik yang didirikan oleh pemerintah atau gereja,
yang dapat menggantikan keluarga (Kalis Stevanus, 2016: 10). Dalam
mengembangkan iman anak, metode pendidikan yang baik tidak akan mendikte
orangtua untuk mendidik anak menurut sistem secara kaku, dan mengikuti segala
sesuatu sama persis dengan buku petunjuk atau metode tertentu karena pada
dasarnya setiap keluarga dan setiap anak adalah unik (Sobur, 1987: 6).
Hery Setyawan (2014: 112) mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan
iman anak yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya sangatlah efektif karena
keluarga merupakan Ecclesia Domestica (Gereja Rumah Tangga). Keluarga
bukan hanya merupakan sebuah komunitas basis manusiawi saja, melainkan juga
komunitas basis gerejawi yang mengambil bagian dalam karya penyelamatan
Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA
KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN ANAK DI WILAYAH
YOAKIM PAROKI KELUARGA KUDUS PARAKAN
Pada bab III ini, penulis akan menguraikan gambaran umum tentang paroki
Keluarga Kudus Parakan. Situasi yang penulis paparkan berdasarkan manuskrip
dan wawancara secara langsung dengan bapak Ignatius Pais Ryan Nugroho pada
tanggal 23 Agustus 2017. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab ini
adalah sejauh mana keluarga Katolik di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus
Parakan telah melaksanakan tanggung jawabnya sehingga berpengaruh positif
terhadap pembinaan iman anak.
Bab III ini dibagi menjadi dua pokok bahasan. Pada pokok bahasan pertama
penulis memaparkan situasi umum paroki Keluarga Kudus Parakan. Kemudian
pokok bahasan yang kedua membahas penelitian mengenai pelaksanaan tanggung
jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak di wilayah Yoakim paroki
Keluarga Kudus Parakan.
Pokok bahasan pertama berisi gambaran umum situasi geografis, sejarah
situasi umat, visi, misi serta strategi paroki Keluarga Kudus Parakan. Kemudian,
pokok bahasan kedua berisi mengenai persiapan penelitian, laporan dan
pembahasan hasil penelitian menurut masing-masing variabel, dan kesimpulan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
A. Gambaran Umum Paroki Keluarga Kudus Parakan
1. Situasi Geografis Paroki Keluarga Kudus Parakan
Penulisan situasi geografis paroki Keluarga Kudus Parakan berdasarkan peta
wilayah paroki Keluarga Kudus Parakan (Lih. Pedoman Pelaksanaan Dewan
Paroki, 2006: 10). Data lain yang penulis gunakan adalah hasil dari wawancara
secara langsung dengan bapak Ignatius Peis Ryan Nugroho sebagai pengurus
serketariat paroki Keluarga Kudus Parakan tanggal 23 Agustus 2017. Paroki
Keluarga Kudus Parakan terletak di pusat kota dan wilayahnya strategis sebab
mencakup pusat perbelanjaan (pasar dan pertokoan), rumah sakit, dan juga
kawasan penghasil tembakau. Kota Parakan merupakan wilayah administratif
kecamatan dari Kabupaten Temanggung. Batas-batas geografisnya sebagai
berikut:
1) Barat : Paroki Santo Paulus Wonosobo
2) Utara : Wilayah St.Dominikus Ngadirejo dan wilayah Ephifani Jumo
3) Selatan : Paroki Santo Filipus Kapencar Wonosobo
4) Timur : Paroki Santo Petrus dan Paulus Temanggung
2. Sejarah Singkat Paroki Keluarga Kudus Parakan
Penulisan sejarah singkat Paroki Keluarga Kudus Parakan mengacu pada
buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007 (2007: 25-27). Buku
kenangan tersebut dikoordinir oleh Romo Ignatius Supriyatno, MSF. Paroki
Keluarga Kudus Parakan merupakan paroki yang paling muda di antara paroki-
paroki yang dilayani oleh tarekat MSF Jawa. Diresmikan pada tahun 2005, paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang terletak di kaki gunung yang sejuk ini terus berbenah dan bertumbuh.
Sejarah Gereja Paroki Keluarga Kudus Parakan ini melalui beberapa periode
yakni periode awal, menjadi Stasi, Paroki Administratif, dan menuju paroki
mandiri.
1) Periode Awal
Umat Katolik Parakan bermula dari keluarga Bapak Fs. Noto Wiharjo yang
berdomisili di kampung Jetis Parakan pada tahun 1950. Beliau adalah seorang
Hoopsiner Penilik Sekolah Rakyat Jawa (SRJ). Di keluarga inilah, Misa diadakan
untuk pertama kalinya di Parakan oleh Romo Th. Hardjowasito Pr, dari Magelang
(Buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007: 2007, 25)1. Sejak
Bpk.Noto mengalami perpindahan tugas, umat mengikuti Misa sesuai dengan
tempat yang disediakan. Pada tahun 1957, Bapak Fs. Noto Wiharjo dipindah lagi
ke Parakan dan kembali menghubungi seorang Pastor di Magelang untuk
merayakan Ekaristi setiap sebulan sekali di rumah Bapak Naftali sebagai tokoh
dari Gereja Kristen Jawa. Perkembangan umat semakin meningkat dan
berkembang. Hal ini tidak lepas dari pelayanan dan pengorbanan seorang katekis
yaitu Bapak JB. Ngadimin yang berasal dari Ds. Kebondalem
Pada tahun 1959-1960 Misa dilayani oleh Rm. A. Sandiwan Broto Pr.
Beliau juga melayani umat di sebuah lereng Gunung Prau dan merintis berdirinya
Gereja di Wilayah Wates (Buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa
1932-2007: 2007, 25). Dalam perintisannya Rm. A. Sandiwan Broto Pr dibantu
1 Lih. Ign.Supriyatno, MSF (Ed). Buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007
Satu Visi Satu Perutusan (tanpa tempat, tanpa penerbit), hal 25. Selanjutnya akan dirujuk dengan
“Buku Kenangan MSF”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
oleh Ibu M. Sudjilah yang berasal dari Yogyakarta dan bekerja sebagai guru.
Romo A. Sandiwan Broto Pr digantikan oleh Romo Th.Hardjowasito Pr. Sejak itu
pula bermunculan para katekis relawan yang bersedia melayani seperti Bpk. JB.
Ngadimin, Bpk. Albertus Sukanto, Bpk. Sumiardi, Bpk Faustinus Moekaryoen
serta Ibu Tin Moekayoen. Peran mereka sungguh membantu perkembangan dan
pelayanan umat. Mereka melakukan kunjungan-kunjungan ke daerah Jolopo,
mengajar agama kepada Keluarga Bapak Ali dan juga mengajar agama di sekolah
bagi anak-anak (Buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007:
2007, 25).
Periode tahun 1962 – 1965, atas inisiatif Bpk. Handoyo Bpk. Tan Tjeng Jap,
Misa yang semula diadakan di Jubug, di pindah ke Parakan di rumah Ny. Tan An
Djien, Kampung Ngempon Lor Parakan Wetan. Kedua Bapak tersebut aktif dan
terus berusaha mengajak teman-temannya yang bukan Katolik untuk mengikuti
Misa dan pelajaran agama Katolik. Rm. Tan King Hwat Pr dari Paroki
Temanggung bersedia memberikan diri melayani umat untuk memperkembangkan
iman Katolik. Seiring dengan itu terjadi baptisan seorang tokoh pegawai Kantor
Pajak wilayah Parakan (Bpk. Rudjito) bersama dengan 60 orang (Buku Kenangan
MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007: 2007, 25). Peristiwa ini menjadi
sejarah dalam perkembangan umat sekaligus perkembangan bagi wilayah Parakan
sendiri. Peran dan kerja keras dari tokoh-tokoh umat dan berkat bantuan dari
Muder Agnes dan Suster Yohana untuk mewartakan Injil membuahkan hasil yaitu
perkembangan umat semakin meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2) Menjadi Stasi
Umat mulai merindukan gedung Gereja sendiri dikarenakan jumlah umat
yang semakin bertambah banyak. Upaya untuk mencari lahan yang kosong
dilakukan oleh sejumlah umat. Hingga pada akhirnya mereka menemukan lokasi
yang sekiranya baik untuk membangun Gereja, lokasi tersebut merupakan tanah
kapling dan berdekatan dengan pasar, yaitu di Jalan Aip Mungkar no. 37C
Parakan (lokasi Gereja saat ini). Umat saling bekerja sama dan gotong royong
untuk membangun gedung Gereja.
Pada tanggal 17 Agustus 1974 gedung tersebut diresmikan oleh Mgr.
Darmayuwana Pr, Uskup Agung Semarang. Pada waktu itu gedung yang
dibangun belum diberi nama Gereja namun disebut sebagai “Wisma Pembinaan
Mental.” Sejak saat itu Ekaristi dilaksanakan di gedung tersebut. Dalam
perkembangan, nama “Wisma Pembinaan Mental” diubah namanya menjadi
“Gereja Katolik Keluarga Kudus” atas saran Rm FA. Widiantara MSF (Buku
Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007: 2007, 26).
Wilayah Parakan ditingkatkan menjadi Stasi dari Paroki St. Petrus dan
Paulus Temanggung. Ketua Stasi pertama adalah Bapak YB. Slamet. Mulai saat
itu pelayanan Ekaristi rutin diadakan seminggu sekali. Paguyuban ibu-ibu mulai
dibentuk pada tahun 1978. Paguyuban tersebut mempunyai kegiatan antara lain:
mengadakan arisan setiap bulan sekali yang hasilnya dipakai untuk pembangunan
pastoran (Buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007: 2007,
26).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pembangunan pastoran dapat diselesaikan pada tanggal 2 April 1980 dan
diresmikan oleh Pater Yosephus Scheter MSF (Superior Jenderal MSF).
Komunitas Suster PBHK hadir di Parakan pada bulan Juni tahun 1982 (Buku
Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007: 2007, 26). Umat
menyambut kehadiran suster-suster PBHK dengan penuh antusias dan sukacita.
Para suster PBHK mulai merencanakan untuk mendirikan tempat pendidikan di
Parakan. Para suster bekerja sama dengan umat untuk mendirikan aula yang akan
dipakai untuk pendidikan TK yaitu TK Ade Irma Suryani. Pada tahun 1983,
dibuka juga tempat pendidikan untuk SD St. Maria yang beralamat di Jl. Raya
Kedu km.1 Bulu. Satu tahun kemudian para Suster PBHK juga merintis
pendidikan untuk SMP St.Maria di kompleks yang sama. Komunitas susteran
PBHK tinggal di pasturan untuk sementara.
3) Paroki Administratif
Pada tanggal 1 Januari 1984 Stasi Parakan yang merupakan wilayah dari
Paroki Santo Petrus dan Paulus Temanggung ditingkatkan statusnya dari Stasi
menjadi Paroki Administratif atas ijin dari Bapak Uskup Agung Semarang Mgr.
Yulius Darmaatmaja SJ. Peristiwa bersejarah ini menjadi awal yang baik bagi
masa depan dan perkembangan umat di Parakan. Pada bulan Juni 1985
Komunitas Suster PBHK berpindah tempat di Jalan Stasiun No 40 Parakan dan
Pastoran difungsikan sebagai tempat tinggal Romo yang bertugas di Parakan.
Pada tanggal 10 Oktober 1992 Komunitas Suster PBHK pindah di Jl. Raya Kedu
Km. 1 Bulu (Buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007: 2007,
26).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Perkembangan umat di Parakan tidak lepas dari peran ibu-ibu Paroki
sehingga pada tanggal 29 Mei 1985 dibentuklah paguyuban ibu-ibu Katolik yaitu
“kelompok ibu-ibu Matius dan Markus.” Kegiatan ini bertujuan untuk
mengakrabkan dan mengaktifkan kegiatan ibu-ibu, menggugah dan
menghidupkan nafas kehidupan dalam diri ibu-ibu serta memberikan ruang gerak
bagi ibu-ibu.
Dalam perjalanan, Dewan Paroki membuat keputusan perubahan status Tiga
Lingkungan di dekat paroki menjadi Dua wilayah besar yaitu Wilayah Maria dan
Yosep. Stasi pun mengalami perkembangan dari Enam Stasi menjadi Sebelas
Stasi. Stasi tambahan tersebut adalah: Jumo, Ngadirejo, Cemoro, Wates, dan
Lowungu (Buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007: 2007,
27).
4) Menuju Paroki Mandiri
Dalam rangka mempersiapkan menjadi Paroki mandiri, pada tanggal 30 Mei
2002 kelembagaan Gereja di Paroki Administratif Parakan membentuk Pengurus
Gereja Papa Miskin (PGPM). Selain itu upaya merenovasi Gereja, mengadakan
perluasan bangunan Gereja dan pembangunan Pastoran juga dilakukan. Pada
tanggal 2 Agustus 2004, Dewan Paroki Administratif Keluarga Kudus Parakan
mengajukan permohonan untuk menjadi Paroki mandiri kepada Bapak Uskup
Agung Semarang. Melalui musyawarah, kerinduan umat untuk menjadi Paroki
Mandiri dikabulkan oleh Mgr. Ignatius Suharyo Pr, Uskup Agung Semarang.
Paroki Keluarga Kudus Parakan diresmikan pada tanggal 8 Oktober 2005
oleh Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo Pr. Pada tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
yang sama juga bertepatan dengan perayaan penerimaan Sakramen penguatan/
Krisma kepada umat. Secara resmi pula dinyatakan dengan pembacaan SK bahwa
Romo BS. Haryaasmara, MSF dan Rm, Agustinus Saryanto, MSF menjadi Pastor
Kepala dan Pastor pembantu paroki.
Penataan administrasi dan wilayah pun kembali dilaksanakan. Stasi-stasi
berubah nama menjadi wilayah, bahkan ada yang menjadi lingkungan. Dibentuk
pula kepengurusan Dewan Paroki baru. Penetapan wilayah dan lingkungan ini
dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP) yang disahkan
oleh Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo Pr pada tanggal 12
Agustus 2006 (Buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007:
2007, 27).
3. Visi, Misi dan Strategi Paroki Keluarga Kudus Parakan
a. Visi
Rumusan visi dan misi yang penulis uraikan di bawah ini menurut
Rancangan Anggaran Penerimaan dan Biaya (RAPB) dan Rancangan Anggaran
Investasi (RAI) tahun 2017 yang termuat dalam program kerja paroki (lih.
manuskrip, 2017: 2). Visi dan misi paroki Keluarga Kudus Parakan dibuat sesuai
dengan visi misi Keuskupan Agung Semarang yakni “terwujudnya peradaban
kasih dalam masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat, dan beriman”.
b. Misi
Berdasarkan Rancangan Anggaran Penerimaan dan Biaya (RAPB) dan
Rancangan Anggaran Investasi (RAI) tahun 2017 yang termuat dalam program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kerja paroki (lih. manuskrip, 2017: 2), Misi paroki dibuat sesuai dengan misi
Keuskupan Agung Semarang adalah:
1. Meningkatkan mutu kehidupan bersama umat terutama kaum kecil, lemah,
miskin, tersingkir, difabel, kaum tani, nelayan, buruh, dan sektor ekonomi
kecil.
2. Meningkatkan partisipasi umat, baik laki-laki maupun perempuan, dalam
memperjuangkan kebijakan publik yang bermartabat dan adil, melestarikan
lingkungan sebagai rumah bersama dan nilai-nilai budaya setempat.
3. Menyelenggarakan formation iman yang integral, berjenjang, dan
berkelanjutan yang bercirikan cerdas, tangguh, missioner, dan dialogal.
4. Menyelenggarakan pendidikan yang komprehensif, integral, berwawasan
kebangsaan, dan berlandaskan Pancasila bagi masyarakat.
5. Mengembangkan kerja sama di berbagai tingkat dan berbagai bidang
kehidupan yang menyangkut kesejahteraan, martabat manusia, dan
keberimanan.
c. Strategi
Strategi adalah pengutamaan langkah kerja. Strategi yang diambil dalam
mewujudkan misi untuk mencapai visi Gereja Paroki Keluarga Kudus Parakan
mengacu pada Rancangan Anggaran Penerimaan dan Biaya (RAPB) dan
Rancangan Anggaran Investasi (RAI) tahun 2017 yang termuat dalam program
kerja paroki (lih. manuskrip, 2017: 3). Rumusan strategi paroki keluarga Kudus
Parakan dibuat sesuai dengan strategi Keuskupan Agung Semarang yakni:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
1) Pengembangan karisma dan potensi umat baik fisik, emosional, intelektual,
dan spiritual dengan mengedepankan kesetaraan gender.
2) Peningkatan kerja sama antara kaum tertahbis, para awam dan para religious
pada tingkat territorial maupun kategorial.
3) perhatian pada pastoral keluarga, dengan memperhatikan jenjang umur, dan
kelompok-kelompok khusus.
4) Pemberdayaan unit-unit lembaga pelayanan gerejawi dengan semangat
kemandirian, solidaritas, subsidiaritas, dan desentralisasi serta sinergi.
5) Pemanfaatan kekayaan lintas ilmu,teknologi, dan sarana-sarana secara
optimal dalam pengelolaan dan pelayanan Gereja.
6) Pemanfaatan dan penguatan sumber daya akademik, finansial, organisasi
dan budaya.
7) Peningkatan kerja sama dengan semua pihak pada semua bidang di semua
tingkat baik dalam maupun luar negeri
8) Penguatan jiwa ke-Indonesiaan yang mengembangkan pluralitas berdasar
pada asas kemanusiaan dan keadilan merujuk nilai-nilai otentik Pancasila
4. Situasi Umat Paroki Keluarga Kudus Parakan
a. Situasi Umat Paroki Keluarga Kudus Parakan
Berdasarkan data paroki Keluarga Kudus Parakan (lih. manuskrip tabel
keadaan umat), umat Katolik di paroki Keluarga Kudus Parakan jika dihitung per
kepala keluarga sebanyak 564 KK dengan jumlah umat secara keseluruhan 1,692
jiwa. Berdasarkan sensus tahun 2016, laki-laki sebanyak 651 jiwa dan perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
sebanyak 749 jiwa. Maka total jumlah umat sesuai dengan jenis kelamin adalah
1.400 jiwa (lih. manuskrip tabel jenis kelamin). Jikalau dilihat dari jumlah
keseluruhan umat, paroki Keluarga Kudus Parakan merupakan paroki kecil
dibandingkan dengan paroki disekitarnya misalnya paroki Santo Petrus dan
Paulus Temanggung, atau paroki-paroki lain di Keuskupan Agung Semarang.
Walaupun jumlah umat kecil di paroki Keluarga Kudus Parakan cukup hidup dan
sebagai bagian dari Gereja lokal Keuskupan Agung Semarang, umat Paroki
Keluarga Kudus Parakan menghadirkan Kristus dalam mewujudkan dan
mengembangkan Gereja melalui persekutuan dan paguyuban-paguyuban yang
terbuka, saling mengasihi, bersahabat,dan secara tulus mengutamakan saudara-
saudari yang KLMTD.
Pada tahun 2016 ada penataan ulang lingkungan; perubahan dalam tata
penggembalaan yang menyangkut wilayah dan lingkungan yang semula terbagi
dalam 4 wilayah dan 14 lingkungan, berubah menjadi 4 wilayah dan 17
lingkungan (Rancangan Anggaran Penerimaan dan Biaya dan Rancangan
Anggaran Investasi, 2017: 3).
Adapun ketua wilayah dan pembagian lingkungan sebagai berikut: ketua
wilayah Santa Maria dengan 6 lingkungan yaitu lingkungan Santa Bernadeta
Parakan, lingkungan Santa Sisilia Parakan, lingkungan Santo Yohanes Parakan,
lingkungan Santo Yakobus Parakan, lingkungan Santo Yustinus Barat, Parakan,
dan lingkungan Santo Yustinus Timur Parakan; ketua wilayah Santo Yosef
dengan 5 lingkungan yaitu: lingkungan Santa Maria Karnggedong, lingkungan
Santo Dominikus Ngadirejo, lingkungan Santo Markus Jumo, lingungan Santo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Sebastianus Gondangwinangun, dan lingkungan Santo Yusup Mangunsari; Ketua
wilayah Santa Anna dengan 3 lingkungan yaitu lingkungan Santo Mikael
Kebondalem, lingkungan Santo Lukas Gunungpayung, lingkungan Santa Maria
Fatima Candiroto; dan terakhir ketua wilayah Santo Yoakim dengan 3 lingkungan
yaitu: lingkungan santo Matius Cemoro, lingkungan santo Yohanes Cemoro, dan
lingkungan santo Aloysius Wates ((Rancangan Anggaran Penerimaan dan Biaya
dan Rancangan Anggaran Investasi, 2017: 4).
1) Mata Pencaharian Umat
Berdasarkan wawancara dengan bapak Ignatius Peis Ryan Nugroho sebagai
pengurus serketariat paroki Keluarga Kudus Parakan tanggal 23 Agustus 2017,
mata pencaharian umat di paroki Keluarga Kudus Parakan bervariasi. Mayoritas
mereka berprofesi sebagai petani, baik tanaman pangan (kentang, padi, dan jagung
serta sayuran) maupun komoditas lain yang sempat menjadi ciri khas, yakni
tembakau. Umat yang bekerja sebagai petani adalah mereka yang bertempat
tinggal di lereng gunung Sindoro dan di dataran tinggi. Profesi mayoritas kedua
adalah sebagai pedagang yang berpusat di beberapa pasar tradisional, dan ada juga
yang berprofesi sebagai guru, dokter, perawat, juragan tembakau, karyawan
swasta, pegawai negeri, buruh, dan tukang bangunan.
2) Kondisi Kehidupan Umat dari Beberapa Segi
Segi-segi kondisi kehidupan umat yang penulis paparkan di bawah ini
berdasarkan data paroki dan hasil wawancara dengan bapak Ignatius Peis Ryan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Nugroho sebagai pengurus serketariat paroki Keluarga Kudus Parakan tanggal 23
Agustus 2017. Segi-segi kondisi kehidupan umat sebagai berikut:
a) Segi Ekonomi
Dalam pendataan Ekonomi umat paroki Keluarga Kudus Parakan dibedakan
menjadi tiga yaitu belum menikah, berkeluarga dan janda/duda. Sedangkan untuk
pengelompokan status ekonomi keluarga dapat dibagi menjadi tiga kategori yakni
kategori bisa membantu, biasa, dan perlu dibantu. Keluarga yang bisa membantu
adalah rumah tangga yang memiliki kemampuan ekonomi mapan, memiliki
rumah cukup besar, memiliki kendaraan (mobil dan sepeda motor), dan kekayaan
di atas rata-rata masyarakat sekitarnya. Keluarga biasa adalah mereka yang
memiliki penghasilan tetap, memiliki rumah yang cukup atau sedang, dengan
standar kehidupan yang biasa, memiliki kendaraan pribadi (motor) dan memiliki
sarana standar bagi kehidupan. Sedangkan keluarga yang perlu dibantu adalah
mereka yang memiliki rumah sendiri namun kurang layak. Hal ini mencakup
mereka yang menumpang tinggal, dan bekerja kasar serta berpenghasilan rendah.
Seringkali mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
sehari, kebutuhan pendididikan, dan kesehatan.
Pengelompokan status ekonomi keluarga ditujukan untuk mengetahui
seberapa besar kekuatan ekonomi umat secara keseluruhan atau global. Data
tersebut juga dapat membantu para pelayan pastoral untuk memahami perilaku
umat Katolik dalam setiap wilayah tertentu. Gereja bukanlah sebuah organisasi
yang bertujuan mengambil keuntungan. Namun Gereja ikut bertanggung jawab
atas kesejaheraan umatnya. Ajaran Gereja memiliki rasa solidaritas bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kesejahteraan bersama menjadi acuan untuk keterlibatan Gereja bagi kehidupan
sosial ekonomi umat (lih. lampiran manuskrip).
b) Segi Pendidikan
Tingkat jenjang pendidikan mencerminkan potensi intelektual dan
tantangannya. Keadaan pendidikan dalam masyarakat menjadi salah satu unsur
sebagai penentu dalam pembentukan karakter masyarakat. Semakin tinggi tingkat
pendidikan masyarakat, maka mereka semakin bertanggung jawab misalnya
dalam keikutsertaan dan partisipasi kegiatan Gereja dalam bidang kerygma,
liturgia, diakonia, dan koinonia . Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pola
relasi antar pribadi dalam hidup bermasyarakat. Jika dilihat dari data (lih.lampiran
status pendidikan umat) tingkat pendidikan umat paroki Keluarga Kudus Parakan
sudah cukup baik artinya tidak ada yang buta aksara dan putus sekolah. Tingkat
pendidikan dimulai dari tingkat SD hingga tingkat strata.
c) Segi Kebudayaan
Umat paroki Keluarga Kudus Parakan hampir sebagian besar adalah orang
Jawa, ditambah orang Tionghoa, beberapa orang Batak, orang Sulawesi dan
sebagian kecil orang Flores khususnya yang berada di wilayah perkotaan (lih.
lampiran Suku Bangsa). Mayoritas umat paroki Keluarga Kudus Parakan
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Dialek Jawa di Parakan
tidak jauh berbeda dengan dialek Mataram yang merupakan persentase terbesar
dialek bahasa Jawa di Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
5. Kekhasan Paroki Keluarga Kudus Parakan
Berdasarkan buku kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di Jawa 1932-2007
(Ign. Supriyatno, 2007: 28) Novena Keluarga Kudus dirayakan seluruh umat
secara bergilir dengan mengarak Patung Keluarga Kudus dari kapel ke kapel yang
ada di wilayah paroki Keluarga Kudus Parakan dan dimeriahkan dengan Misa
puncak serta pesta rakyat diyakini menjadi kekhasan paroki Keluarga Kudus
Parakan.
6. Karya Pastoral Paroki Keluarga Kudus Parakan
Karya-karya pastoral di paroki Keluarga Kudus Parakan sangat beragam dan
bervariasi. Pada umumnya karya pastoral tersebut diselenggarakan untuk
mengembangkan iman umat melalui keterlibatan mereka dalam rangka
mewartakan Injil sekaligus mengembangkan empat bidang dasar karya pastoral
(fungsi dasar Gereja). Keempat bidang pastoral tersebut tidak terlepas antara yang
satu dengan yang lain. Namun demikian empat bidang tersebut tidak bisa
disamakan begitu saja, mengingat setiap bidang mempunyai ruang lingkup dan
kekhasan tersendiri. Keempat bidang karya pastoral yang dimaksud adalah bidang
persekutuan (koinonia), bidang pewartaan (kerygma), bidang liturgi (leiturgia),
dan bidang pelayanan (diakonia). Karya-karya pastoral yang akan penulis
paparkan berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu katekis di paroki
Keluarga Kudus Parakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
a. Bidang persekutuan
Persekutuan (koinonia) merupakan keikutsertaan umat dalam persekutuan
atau persaudaraan sebagai anggota Gereja. Sebagai orang beriman, umat dipanggil
dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan sesama melalui Yesus Kristus.
Melalui bidang karya ini, umat dapat memanfaatkannya untuk membentuk jemaat
yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Oleh karenanya diharapkan
dapat menciptakan kesatuan: antar sesama umat, umat dengan paroki/ keuskupan,
dan umat dengan masyarakat. Paguyuban atau persekutuan diwujudkan untuk
menghayati hidup menggereja baik secara territorial (keuskupan, paroki,
stasi/lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial lainnya
yang ada di dalam Gereja. Misalnya saja setiap tahun diadakan novena keluarga
Kudus yang berputar di setiap lingkungan-lingkungan, ditutup dengan misa, dan
penghijauan (go grenn) di dataran tinggi yang melibatkan orang muda dan
masyarakat setempat.
b. Bidang Pewartaan
Pewartaan (kerygma) merupakan keterlibatan umat untuk ikut serta
membawa Kabar Gembira atau suka cita Injil bahwa Allah telah menyelamatkan
dan menebus dosa umat manusia melalui Yesus Kristus, PuteraNya. Bidang karya
ini diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk sungguh mendalami kebenaran
Firman Allah, menumbuhkan semangat baru dalam menghayati hidup berdasarkan
semangat Injil, dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan
pokok-pokok iman Kristiani agar tidak mudah goyah dan tetap setia. Beberapa
karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya: pendalaman iman, katekese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainnya, serta bazar
murah bagi umat Islam yang dilaksanakan menjelang perayaan Idul Fitri.
c. Bidang Liturgi
Liturgi (Liturgia) merupakan keterlibatan dan keikutsertaan dalam perayaan
iman. Dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup
beriman. Melalui bidang karya ini, setiap anggota Gereja dapat menemukan,
mengakui, dan menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal
ini dinyatakan dengan doa, simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan
umat. Partisipasi aktif dalam bidang ini diwujudkan nyatakan dalam memimpin
perayaan liturgis tertentu seperti: memimpin Ibadat Sabda/ Doa Bersama;
membagi komuni; menjadi: lektor, pemazmur, organis, misdinar, paduan suara,
penghias Altar dan Sakristi; dan mengambil bagian secara aktif dalam setiap
perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap
liturgi.
d. Bidang Pelayanan
Yesus adalah sang pelayan. Tujuan hidup Yesus bukan untuk mendapatkan
pelayanan namun memberikan pelayanan. Gereja terpanggil untuk melayani dan
mewujudnyatakan pelayanan sebagai suatu panggilan relasional. Melalui bidang
karya ini, umat beriman diharapkan dapat menyadari tanggung jawab pribadi
mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya
kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan
keikhlasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh umat.
Partisipasi aktif dalam bidang ini diwujudnyatakan dalam mengisi APP,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
prodiakon bertugas untuk membagikan komuni bagi mereka yang menderita sakit,
kegiatan donor darah yang dilakukan setaip 3 bulan sekali, bedah rumah dan
memberikan beasiswa untuk anak yang kurang mampu (berlaku juga bagi yang
non Katolik)
B. Gambaran Umum Wilayah Yoakim, Paroki Keluarga Kudus Parakan
1. Situasi Geografis Wilayah Yoakim
Berdasarkan wawancara dengan bapak Ignatius Paidi salah satu prodiakon
dari lingkungan Aloysius pada tanggal 25 Agustus 2017, wilayah Yoakim terletak
di bagian barat dari paroki Keluarga Kudus Parakan. Wilayah Yoakim terdiri dari
3 lingkungan yakni: lingkungan Santo Matius Cemoro, lingkungan Santo Yohanes
Cemoro yang terletak di bawah bukit Setlerep dan lingkungan Santo Aloysius
Wates terletak di bawah gunung Prau, Dieng. Lingkungan Santo Aloysius Wates
berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo.
2. Sejarah Singkat Wilayah Yoakim
Tulisan ini, berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ignatius Peis Ryan
Nugroho sebagai pengurus serketariat paroki Keluarga Kudus Parakan tanggal 23
Agustus 2017. Beliau mengatakan bahwa pada mulanya paroki Keluarga Kudus
Parakan memiliki 11 stasi namun ada beberapa latar belakang digantinya stasi
menjadi wilayah-wilayah. Salah satunya adalah paroki ingin meluruskan bahwa
stasi merupakan wilayah-wilayah yang berdekatan dan mempunyai kemampuan
untuk menjadi paroki. Hal inilah yang menjadi pertimbangan paroki Keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Kudus Parakan yang sudah menjadi paroki mandiri untuk mengubah stasi-stasi
tersebut menjadi wilayah-wilayah.
3. Situasi Umat Wilayah Yoakim
1) Mata Pencaharian dan Keadaan Ekonomi Umat
Berdasarkan wawancara secara langsung dengan bapak Ignatius Paidi salah
satu prodiakon dari lingkungan Aloysius pada tanggal 25 Agustus 2017, beliau
mengatakan bahwa mayoritas umat bekerja sebagai petani. Tanah yang subur dan
terletak di daerah pegunungan dimanfaatkan petani untuk berladang dengan
menanam sayuran dan tembakau.
Kehidupan ekonomi umat Wilayah Yoakim dari golongan menengah ke
bawah. Bagi mereka yang memiliki pendapatan lebih tinggi dapat memberikan
pendidikan kepada anak sampai tingkat SMA dan sederajatnya. Sementara bagi
mereka yang memiliki pendapatan rendah mereka merasa keberatan untuk
menyekolahkan anak hingga sampai tingkat SMA dan sederajatnya.
2) Segi Kebudayaan Umat
Umat wilayah Yoakim secara keseluruhan adalah orang Jawa. Bahasa
sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa, meskipun demikian dialek
Banyumasan juga mulai mencampur dalam dialog sehari-hari secara khusus di
lingkungan Aloysius yang merupakan perbatasan dengan Kabupaten Wonosobo.
Umat wilayah Yoakim mempunyai prinsip gotong royong dan rasa
kekeluargaan begitu kental. Sikap gotong royong adalah kerja bersama-sama
dalam menyelesaikan pekerjaan secara suka rela dan tanpa pamrih. Umat wilayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Yoakim menunjukkan sikap kekeluargaan dengan makan bersama seusai Misa
Natal atau Paskah, saling menghadiri Misa di setiap lingkungan dan menunjukkan
sikap gotong royong dengan saling membantu membersihkan kapel, menghias
kapel, secara khusus ibu-ibu memasak bersama-sama dan umat saling membagi
tugas demi kelancaran Misa.
4. Jumlah Umat Wilayah Yoakim
Umat Katolik di Wilayah Yoakim berjumlah 105 KK dengan jumlah umat
total 341 jiwa. Jikalau dihitung per lingkungan yaitu lingkungan Santo Yohanes
Cemoro berjumlah 50 KK dengan total 180 jiwa, lingkungan Santo Mateus
Cemoro berjumlah 18 KK dengan total 55 jiwa, dan lingkungan Aloysius Wates
berjumlah 37 KK dengan total 106 jiwa (lih. lampiran manuskrip).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Bonaventura Suhono sebagai
ketua wilayah Yoakim pada tanggal 7 September 2017, beliau mengatakan bahwa
umat wilayah Yoakim mayoritas sudah memasuki usia tua dan hanya sedikit yang
masuk kategori keluarga muda dikarenakan sebagian besar mereka mengikuti
paroki suami atau istrinya di luar paroki Keluarga Kudus Parakan.
5. Kekhasan Wilayah Yoakim
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Bonaventura Suhono sebagai
ketua wilayah Yoakim pada tanggal 7 September 2017, beliau meyakini bahwa
ciri khas yang dimiliki oleh wilayah Yoakim adalah setiap misa dan ibadat secara
khusus lingkungan Aloysius Wates menggunakan gamelan kecuali misa minggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
ketiga menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan di lingkungan Yohanes dan
Mateus Cemoro hanya pada misa Natal atau Paskah. Nuansa daerah begitu kental
yakni ketika Natal atau Paskah, persembahan umat adalah hasil bumi seperti
sayuran, buah carica, dan tembakau.
6. Gambaran Umum Pelaksanaan Pembinaan Iman Anak di Wilayah Yoakim
Pelaksanaan pembinaan iman anak di wilayah Yoakim sudah cukup baik.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar orangtua di wilayah Yoakim
memberikan dorongan kepada anak-anaknya untuk ikut terlibat aktif dalam hidup
doa dan kegiatan Gereja, seperti mengikuti rekoleksi PIA, mengikuti doa
lingkungan, maupun dalam kegiatan Gereja lainnya, dan mengikuti perayaan
Ekaristi. Namun sebagian besar orangtua masih merasa kesulitan, tidak percaya
diri dan merasa kurang mampu dalam membina iman anak. Misalnya saja di
dalam keluarga, orangtua merasa tidak percaya diri untuk mengajak anak-anak
berdoa bersama, orangtua tidak pernah mensharingkan pengalaman iman kepada
anak-anaknya, orangtua belum mempunyai kesadaran untuk memperkenalan Injil
kepada anak-anak sejak usia dini. Hal lain yang masih menjadi kesulitan adalah
kurangnya kesadaran dari beberapa anak itu sendiri untuk mengikuti kegiatan
Gereja sehingga setiap pertemuan atau kegiatan berlangsung hanya terlihat anak-
anak yang sama.
7. Kegiatan Pastoral Wilayah Yoakim
Berdasarkan wawancara dengan bapak Bonaventura Suhono sebagai Ketua
wilayah Yoakim pada tanggal 7 September 2017 dan bapak Ignatius Paidi salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
satu prodiakon dari lingkungan Aloysius pada tanggal 8 September 2017, karya
pastoral di wilayah Yoakim masing-masing lingkungan sudah berkembang cukup
baik dan umat memiliki kesadaran untuk terlibat aktif dalam melaksanakan karya-
karya tersebut. Keempat bidang karya pastoral yang dimaksud adalah bidang
persekutuan (koinonia), bidang pewartaan (kerygma), bidang liturgi (leiturgia),
dan bidang pelayanan (diakonia).
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sudah cukup baik, kegiatan dalam
bidang persekutuan (koinonia), umat lingkungan Aloysius terbagi dalam 3 kring
dan memiliki rutinitas kegiatan yakni setiap hari Senin malam pertemuan ibu-ibu,
hari Kamis malam pertemuan bapak-bapak, dan 1 bulan sekali umat berkumpul
bersama untuk sarasehan di masing-masing kring. Sedangkan untuk lingkungan
Yohanes dan Mateus memiliki 4 blok. Pertemuan bapak-bapak dilaksanakan 2
minggu sekali setelah misa, ibu-ibu melakukan pertemuan ketika menjelang Natal
dan Paskah. Biasanya kegiatan ini untuk membahas rencana-rencana kegiatan
paroki dan wilayah.
Pada Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN), masa Adven, Bulan Maria, dan
Jalan Salib tidak jarang anak-anak diminta untuk ikut terlibat. Misalnya pada
Bulan Kitab Suci Nasional anak-anak diminta untuk membacakan Kitab Suci,
ketika Rosario anak-anak ikut mendaraskan doa Salam Maria.
Dalam bidang pewartaan (kerygma), setiap hari minggu ada pertemuan PIA
di lingkungan Aloysius sedangkan untuk pertemuan PIA di lingkungan Yohanes
dan Mateus dilaksanakan setiap 2 minggu sekali setelah misa. Akan tetapi
pertemuan PIA tidak rutin dilakukan dan mengikuti kegiatan atau kesibukan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
masing-masing pembimbing PIA. Kegiatan lain yakni setiap 1 tahun sekali ada
pertemuan rutin anak-anak missioner se-paroki yang di kemas menjadi rekoleksi
anak. Kegiatan tersebut dapat berjalan tentu berkat dukungan orangtua. Bentuk
dukungan yang diberikan adalah memberikan ijin kepada anak untuk ikut kegiatan
tersebut.
Dalam bidang liturgi (leiturgia), anak-anak dilibatkan dalam perayaan
Ekaristi maupun dalam ibadat. Anak-anak sering menjadi petugas ketika Ekaristi
berlangsung. Misalnya menjadi petugas misdinar bagi mereka yang telah
menerima komuni I, bertugas membawa persembahan, dan mengiringi koor
dengan gamelan yang beranggotakan anak-anak serta koor anak-anak.
Dalam pelayanan (diakonia), anak-anak masih kurang terlibat. Berbeda
dengan orangtua yang mempunyai rasa dan dorongan untuk berbagi kasih kepada
sesamanya. Misalnya memberikan bantuan langsung kepada saudara atau
tetangganya yang kurang mampu berupa makanan, dan pakaian. Sebagai umat
beriman orangtua mampu memperhatikan kebutuhan sesamanya, baik yang
seiman maupun maupun setiap orang yang membutuhkan. Contohnya ikut
memberikan dana solidaritas, ikut serta dalam dalam kepengurusan RT/RW, dan
mengunjungi orang sakit.
C. Penelitian Tentang Tanggung Jawab Keluarga Katolik Terhadap
Pembinaan Iman Anak
Gambaran umum tentang paroki Keluarga Kudus Parakan telah diuraikan
pada pokok bahasan pertama. Pada sub bab ini akan diteruskan dengan pokok
bahasan tentang penelitian untuk menjelaskan judul bab ini yakni pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaaan iman anak di paroki
Keluarga Kudus Parakan. Dan secara khusus akan dipaparkan mengenai persiapan
penelitian laporan penelitian, tujuan, jenis instrumen pengumpulan data,
responden, tempat dan alokasi waktu, kemudian variabel yang akan diteliti, dan
kisi-kisi.
1. Persiapan Penelitian
Penulis akan menguraikan gambaran penelitian yang akan dilaksanakan.
Gambaran tersebut meliputi latar belakang penelitian, tujuan, jenis penelitian,
instrumen pengumpulan data, responden, tempat dan alokasi waktu, kemudian
variabel yang akan diteliti, dan kisi-kisi.
a. Latar Belakang Penelitian
Pengamatan penulis terhadap beberapa keluarga Katolik di paroki Keluarga
Kudus Parakan secara khusus di wilayah Yoakim, penulis mendapatkan kesan
bahwa anak-anak sudah mulai untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan PIA di
lingkungan, wilayah maupun paroki. Namun secara khusus bagi orangtua Katolik
masih kurang mengemban tanggung jawabnya dalam mengembangkan iman
anak-anaknya di rumah. Di dalam keluarga kurang adanya kerja sama antara
suami dan istri dalam memberikan pembinaan berkaitan dengan pokok-pokok
iman Katolik. Kesibukan orangtua terhadap pekerjaannya cenderung membuat
mereka mempercayakan pembinaan iman anak kepada orang lain atau lembaga
lain, misalnya guru agama, pembina sekolah minggu, dan lembaga persekolahan.
Jika ada pendalaman iman, latihan koor, dan ibadat baik di lingkungan
maupun di kapel wilayah, sebagian besar yang mengikuti adalah kalangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
orangtua, sedangkan anak-anak dan kaum muda tidak semua ikut terlibat. Hal ini
merupakan salah satu bentuk keprihatinan. Seharusnya orangtua dapat mendorong
dan mendukung anak agar iman mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan
ikut terlibat aktif dalam hidup menggereja. Sebab pembinaan anak dalam keluarga
merupakan bekal bagi perkembangan anak menjadi individu yang dewasa baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam iman. Anak-anak sebagai penerus
Gereja perlu diajarkan dan dilibatkan sejak dini dalam hidup menggereja. Rasa
memiliki Gereja perlu diwujudnyatakan dengan perbuatan yang konkret, seperti
rajin mengikuti doa dan pertemuan lingkungan maupun wilayah, latihan koor,
bersedia menjadi misdinar, lektor, dan anggota OMK.
Sebagai bagian dari umat paroki Keluarga Kudus Parakan, penulis merasa
prihatin dengan permasalahan yang ada di paroki tersebut. Apakah tanggung
jawab yang dipahami oleh keluarga Katolik masih kurang atau ada faktor lain
yang ikut mempengaruhi hal tersebut. Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor
tersebut penulis perlu melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini diusahakan
untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat pemahaman tanggung jawab
keluarga Katolik, pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik, faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat pelaksanaan tanggung jawab serta harapan
keluarga Katolik dalam meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab orangtua
terhadap pembinaan iman anak. Melalui hasil penelitian tersebut, penulis mencoba
memahami dan membantu menjawab persoalan-persoalan yang dialami berkaitan
dengan pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
anak. Dengan demikian keluarga Katolik di paroki Keluarga Kudus Parakan
semakin meningkatkan tanggung jawabnya sebagai keluarga Katolik.
b. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang diangkat di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapat gambaran pemahaman tentang pelaksanaan tanggung jawab
keluarga Katolik bagi pembinaan iman anak.
2. Mendapat gambaran tentang pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik
bagi pembinaan iman anak.
3. Mendapat gambaran faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik bagi pembinaan iman anak
4. Mendapat gambaran tentang harapan keluarga Katolik untuk meningkatkan
tanggung jawab bagi pembinaan iman anak.
c. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yang didukung
oleh data-data kuantitatif. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moelong (2012: 4)
menyatakan dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan gambaran data
deskriptif berupa kata-kata tertulis. Data yang dikumpulkan dapat memberikan
gambaran mengenai pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik terhadap
pembinaan iman anak. Penulis menganalisis tabel hasil penelitian dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mendapatkan data berupa angka dalam bentuk persentase. Penulis juga
mendukung data hasil penelitian dengan metode penelitian kuantitatif.
d. Instrumen Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan kuisoner sebagai metode
pengumpulan data. Penulis memilih kuisoner karena adanya pertimbangan
banyaknya responden yang tersebar di beberapa tempat. Berdasarkan cara
menjawab kuisoner dapat dibedakan menjadi kuisoner terbuka, kuisoner tertutup,
dan kuisoner semi terbuka (Dapiyanta, 2008: 23).
Bentuk kuisoner yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini ada
kuisoner tertutup. Kuisoner tertutup adalah serangkaian pertanyaan yang jawaban
telah tersedia, responden tinggal memilih alternatife jawaban yang telah tersedia.
Kuisoner dalam penelitian ini ditujukan untuk orangtua dengan menggunakan
skala Likert.
e. Responden Penelitian
Responden penelitian adalah keluarga Katolik di wilayah Yoakim paroki
Keluarga Kudus Parakan. Teknik pengambilan responden yang dipakai dalam
penelitian ini adalah purposive sample. Teknik ini digunakan untuk mengambil
beberapa responden dari keseluruhan responden objek penelitian berdasarkan
pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel responden (Nana Sudjana dan
Ibrahim, 1989: 96). Berdasarkan data paroki Keluarga Kudus Parakan, keluarga
Katolik di wilayah Yoakim berjumlah 105 KK (lih. lampiran manuskrip). Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
penelitian ini penulis tidak mengambil semua keluarga Katolik di wilayah
Yoakim. Penulis hanya mengambil 30 responden (satu keluarga, satu kuisoner ibu
atau bapak) untuk diteliti dengan alasan setiap responden dapat memberikan
informasi yang diperlukan dan juga keluarganya yang dipilih adalah mereka yang
memiliki anak usia SD hingga SMP.
f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu
Mengacu pada judul skripsi yang penulis ambil maka penelitian akan
dilaksanakan di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan. Waktu
penelitian akan dimulai pada awal bulan oktober 2017 dan berakhir pertengahan
bulan oktober 2017.
g. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa
yang nilainya bisa berubah-ubah. Ciri tersebut memungkinkan untuk dilakukan
pengukuran, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif (Nana Sudjana dan
Ibrahim, 1989: 11). Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian mengenai
tanggung jawab keluarga Katolik adalah:
1) Tingkat pemahaman pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik
2) Pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik
3) Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan tanggung
jawab keluarga Katolik bagi pembinaan iman anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4) Harapan keluarga Katolik dalam upaya peningkatan tanggung jawab
terhadap pembinaan iman anak
h Kisi-kisi Penelitian
Tabel 1
Kisi-kisi
No Variabel No Item Jumlah
1 Identitas Responden
2 Tingkat pemahaman tanggung jawab
keluarga Katolik
1 s/d 5 5
3 Pelaksanaan tanggung jawab keluarga
Katolik
6 s/d 10 5
4 Faktor yang mendukung dan menghambat
dalam pembinaan iman anak
11 s/d 15 5
5 Harapan keluarga Katolik 16 s/d 20 5
Jumlah 20
2. Laporan Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan menyampaikan laporan hasil penelitian
berkaitan dengan pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik wilayah Yoakim
terhadap pembinaan iman anak. Penulis akan melaporkan hasil penelitian dalam
bentuk tabel. Penulis mencoba mendiskripsikan tabel secara verbal. Tabel tersebut
terdiri dari: pemahaman tanggung jawab keluarga Katolik, pelaksanaan tanggung
jawab keluarga Katolik, faktor yang mendukung dan menghambat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
pembinaan iman anak, dan harapan keluarga Katolik wilayah Yoakim, Paroki
Keluarga Kudus Parakan.
a. Identitas Responden
Tabel 2
Identitas Responden
N= 30
No Item Pernyataan Jumlah Dalam Persen %
1 Usia Sekarang:
a. di bawah 30 tahun
b. 30 tahun – 35 tahun
c. 36 tahun – 40 tahun
d. di atas 40 tahun
2
8
10
10
7%
27%
33%
33%
2 Pendidikan terakhir:
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Lainnya (SMK)
17
9
3
1
57%
30%
10%
3%
3 Profesi:
a. Petani
b. Pedagang
c. Pegawai Negeri
d. Guru
27
1
0
0
90%
3%
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
e. Lainnya
- Wiraswasta
- Pelayaran
1
1
3%
3%
Item nomor 1 pada bagian a mengungkap usia responden. Berdasarkan
tabel di atas, dapat dilaporkan 2 responden (7%) berusia di bawah 30 tahun, 8
responden (27%) berusia 30 tahun – 35 tahun, 10 responden (33%) berusia 36
tahun – 40 tahun, dan 10 responden (33%) berusia di atas 40 tahun. Melihat data
di atas, penulis berpendapat mayoritas responden berusia 36 tahun hingga di atas
40 tahun.
Item nomor 2 adalah tingkat pendidikan responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 17 responden (57%) pendidikan terakhir SD, 9 responden
(30%) pendidikan terakhir adalah SMP, 3 responden (10%) pendidikan terakhir
SMA, dan 1 responden (3%) pendidikan terakhir SMK. Berdasarkan data yang
terungkap, penulis berpendapat bahwa banyak keluarga Katolik di wilayah
Yoakim mayoritas menempuh pendidikan terakhir sampai pada jenjang SD.
Item nomor 3 adalah profesi responden. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 27 responden (90%) berprofesi sebagai petani, 1 responden (3%)
berprofesi sebagai pedagang, 1 responden (3%) berprofesi sebagai wiraswasta,
dan 1 responden (3%) berprofesi sebagai pelaut. Berdasarkan data yang diperoleh
mayoritas responden di wilayah Yoakim berprofesi sebagai petani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 3
Pemahaman Tanggung Jawab Keluarga Katolik
N= 30
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam
Persen %
1 Keluarga sebagai
komunitas
pembinaan yang
paling utama dan
mendasar untuk
meneruskan nilai-
nilai agama dan
budaya.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
18
12
0
0
0
60%
40%
0
0
0
2 Suami dan istri
bersama-sama
terlibat dalam
melaksanakan
tanggung jawabnya
sebagai pembina
iman anak yang tak
dapat tergantikan
oleh siapa pun
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
11
19
0
0
0
36.67%
63%
0
0
0
3 Tanggung jawab
keluarga Katolik
dapat diwujudkan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
17
13
56.67%
43.33%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
melalui pembinaan
yang berdasarkan
cinta kasih, nilai-nilai
Injili, keharmonisan
dalam keluarga demi
kesejahtaran
bersama.
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
0
0
0
0
0
0
4 Tanggung jawab
pembinaan iman
anak dalam keluarga
sebatas memberikan
pendidikan formal
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
2
8
6
11
3
6.67%
26.67%
20.00%
36.67%
10.00%
5 Pembinaan iman
anak dalam keluarga
menjadi tanggung
jawab utama seorang
ibu
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
3
4
3
13
6
10.00%
13.33%
10.00%
43.33%
20.00%
Pada bagian ini, penulis akan melaporkan hasil penelitian tentang
gambaran pemahaman pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik wilayah
Yoakim terhadap pembinaan iman anak di Paroki Keluarga Kudus Parakan. Dari
data yang sudah terkumpul dapat diperinci sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Pada item nomor 1 berhubungan dengan arti keluarga. Arti keluarga yang
dipahami adalah sebagai komunitas pembinaan yang paling utama dan mendasar
untuk meneruskan nilai-nilai agama dan budaya. Dari hasil penelitian dapat
dilaporkan 18 responden (60%) sangat setuju, dan 12 responden (40%) setuju
dengan arti keluarga di atas. Data yang diperoleh menunjukkan pemahaman umat
terhadap arti keluarga sudah baik dengan didukung 100% umat yang memberikan
persetujuan.
Pernyataan tentang tanggung jawab keluarga Katolik terdiri dari nomor 2,
3, 4 dan 5. Untuk pernyataan item nomor 2 berhubungan dengan pemahaman
suami istri untuk terlibat bersama-sama dalam melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai pembina iman yang tidak dapat tergantikan oleh siapa pun. Data yang
dapat dilaporkan yaitu 11 responden (36,67%) sangat setuju, dan 19 responden
(63%) menyatakan setuju. Data yang diperoleh menunjukkan pemahaman
keluarga Katolik terhadap keterlibatan dalam membina iman anak sudah baik
dengan didukung 100% keluarga Katolik yang memberikan persetujuan.
Pernyataan item nomor 3 juga berhubungan dengan tanggung jawab
keluarga Katolik, yakni tanggung jawab keluarga Katolik dapat diwujudkan
melalui pembinaan yang berdasarkan cinta kasih, nilai-nilai Injili, keharmonisan
dalam keluarga demi kesejahteraan bersama. Dari hasil penyebaran kuisoner dapat
diketahui 17 responden (56.67%) sangat setuju, dan 13 responden (43.33%)
menyatakan setuju. Dari data di atas menunjukkan bahwa 100% keluarga Katolik
memahami pembinaan iman dapat diwujudkan melalui cinta kasih, nilai-nilai Injil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dan keharmonisan dalam keluarga menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi
kesejahteraan bersama.
Pada Item nomor 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman
tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak sudah baik.
Berdasarkan data yang diperoleh, penulis berpendapat seluruh responden
menyatakan setuju hingga sangat setuju dikarenakan pernyataan tersebut bersifat
pernyataan positif.
Item nomor 4 masih berhubungan dengan tanggung jawab keluarga
Katolik, yaitu tanggung jawab pembinaan iman anak dalam keluarga sebatas
memberikan pendidikan formal. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 2
responden (6.67%) menyatakan sangat setuju, 8 responden (26.67%) menyatakan
setuju, 6 responden (20.00%) menyatakan netral, 11 responden (36.67%)
menyatakan tidak setuju, dan 3 responden (10.00%) menyatakan sangat tidak
setuju. Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden
menyatakan tidak setuju sampai pada sangat tidak setuju apabila tanggung jawab
keluarga Katolik hanya sebatas memberikan pendidikan formal.
Item nomor 5 juga masih berkaitan dengan pemahaman tanggung jawab
yaitu pembinaan iman anak dalam keluarga menjadi tanggung jawab utama
seorang ibu. Dari data yang diperoleh dapat dilaporkan 3 responden (10.00%)
menyatakan sangat setuju, 4 responden (13.33%) menyatakan setuju, 3 responden
(10.00%) menyatakan netral, 13 responden (43.33%) menyatakan tidak setuju,
dan 6 responden (20.00%) menyatakan sangat tidak setuju. Berdasarkan data di
atas, dapat disampaikan bahwa sebagian besar pemahaman keluarga Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
sudah baik yakni sebagian besar menyatakan tidak setuju apabila pembinaan iman
anak menjadi tanggung jawab utama seorang ibu.
Pada item nomor 4 dan 5 merupakan pernyataan negatif sehingga
responden tidak cenderung memilih pada satu atau dua jenis alternative jawaban.
Melainkan responden dalam menjawab pernyataan tersebut menggunakan
pertimbangan yang sesuai dengan kenyataannya masing-masing keluarga.
Tabel 4
Pelaksanaan Tanggung Jawab Keluarga Katolik
N=30
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam
Persen %
6 Keluarga
menyediakan waktu
setiap malam untuk
doa bersama dan
makan bersama
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
1
4
8
16
1
3.33%
13.33%
26.67%
53.33%
3.33%
7 Keluarga terlibat
aktif dalam
mengikuti kegiatan di
lingkungan dan hidup
menggereja
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
4
15
9
2
0
13.33%
50.00%
30.00%
6.67%
0
8 Orangtua a. Sangat Setuju
b. Setuju
16
12
53.33%
40.00%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
memberikan teladan
melalui perilaku baik
dalam kehidupan
sehari-hari
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
2
0
0
6.67%
0
0
9 Tujuan pembinaan
iman anak dalam
keluarga membantu
anak berkembang
menjadi pribadi yang
mandiri, tanggung
jawab dan terbuka
sesuai dengan usia.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
10
18
2
0
0
33.33%
60.00%
6.67%
0
0
10 Ada kebiasaan
berdoa bersama
untuk mendoakan
salah satu anggota
keluarga saat
berulang tahun.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
0
2
9
12
7
0
6.67%
30.00%
40.00%
23.33%
Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian pelaksanaan
tanggung jawab keluarga Katolik wilayah Yoakim terhadap pembinaan iman anak
di Paroki Keluarga Kudus Parakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Pada pernyataan item nomor 6 merupakan cara keluarga Katolik untuk
melaksanakan tanggung jawabnya terhadap pembinaan iman anak, yakni keluarga
menyediakan waktu setiap malam untuk berdoa bersama dan makan bersama.
Dari hasil yang diperoleh adalah 1 responden (3.33%) menyatakan sangat setuju,
4 responden (13.33%) menyatakan setuju, 8 responden (26.67%) menyatakan
netral, 16 responden (53.33%) menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (33.3%)
menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas dapat disampaikan bahwa
keluarga Katolik belum sepenuhnya menyediakan waktu untuk berdoa bersama
dan makan bersama.
Item nomor 7 berbicara mengenai keluarga terlibat aktif dalam mengikuti
kegiatan di lingkungan dan hidup menggereja. Data yang diperoleh adalah 4
responden (13.33%) menyatakan sangat setuju, 15 responden (50.00%)
menyatakan setuju, 9 responden (30.00%) menyatakan netral, dan 2 responden
(6.67%) menyatakan tidak setuju. Data yang terkumpul memberikan gambaran
bahwa keluarga Katolik sudah baik dalam mengikuti kegiatan baik di lingkungan
maupun hidup menggereja dengan 63.33% keluarga Katolik yang memberikan
persetujuan.
Item nomor 8 yakni orangtua memberi teladan melalui perilaku baik dalam
kehidupan sehari-hari. Data yang diperoleh 16 responden (53.33%) menyatakan
sangat setuju, 12 responden ( 40.00%) menyatakan setuju, dan 2 (6.67%)
menyatakan netral. Berdasarkan data yang telah diperoleh, penulis berpendapat
hampir seluruh orangtua di wilayah Yoakim memberikan teladan kepada anak-
anaknya dalam hidup sehari-hari yakni 93.33% memberikan persetujuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Item nomor 9 berbicara mengenai tujuan pembinaan iman anak dalam
keluarga membantu anak berkembang menjadi pribadi yang mandiri, tanggung
jawab, dan terbuka sesuai dengan usia. Data yang didapatkan adalah 10 responden
(33.33%) sangat setuju, 18 responden (60.00%), dan 2 responden (6.67%) netral.
Dari hasil data yang terungkap, dapat dikatakan bahwa pembinaan iman anak
dalam keluarga sungguh sangat penting bagi perkembangan anak terbukti 93.33%
memberikan persetujuan.
Item nomor 10 mengungkapkan pelaksanaan tanggung jawab keluarga
Katolik terhadap pembinaan iman anak di rumah dengan cara membiasakan
berdoa bersama untuk mendoakan salah satu anggota keluarga saat berulang
tahun. Dari data yang diperoleh yakni, 2 responden (6.67%) setuju, 9 responden
(30.00%) netral, 12 responden (40.00%) tidak setuju, dan 7 responden (23.33%)
sangat tidak setuju. Data di atas, dapat dikatakan bahwa keluarga Katolik sebagian
besar masih belum melaksanakan tanggung jawabnya untuk membina iman anak
dengan cara membiasakan untuk berdoa bersama apabila salah satu anggota
keluarga berulang tahun.
Tabel 5
Faktor Yang Mendukung dan Menghambat Dalam Pembinaan Iman Anak
N= 30
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam
Persen %
11 Orangtua yang
menjadi pengurus
lingkungan dapat
memotivasi
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
6
15
9
20.00%
50.00%
30.00%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
keterlibatan anak
dalam kegiatan
lingkungan.
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
0
0
0
0
12 Kegiatan PIA di
lingkungan dalam
satu wilayah
berperan penting bagi
perkembangan iman
anak
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
8
20
1
1
0
26.67%
66.67%
3.33%
3.33%
0
13 Kesulitan finansial
menghambat
partisipasi anak-anak
dalam mengikuti
kegiatan PIA di
wilayah maupun di
paroki.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
3
12
10
3
2
10.00%
40.00%
33.33%
10.00%
6.67%
14 Kegiatan PIA di
masing-masing
lingkungan wilayah
Yoakim bergantung
pada waktu yang
dimiliki pendamping
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
6
10
7
6
1
20.00%
33.33%
23.33%
20.00%
3.33%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
15 Keluarga
menyediakan waktu
untuk mendalami
Kitab Suci bagi
perkembangan iman
anak.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
0
7
13
4
5
0
23.33%
43.33%
13.33%
16.67%
Pada bagian ini, penulis akan melaporkan hasil penelitian berkaitan
dengan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tanggung jawab keluarga
Katolik wilayah Yoakim terhadap pembinaan iman anak di paroki Keluarga
Kudus Parakan. Data yang diperoleh sebagai berikut:
Pada pernyataan item nomor 11 merupakan faktor pendukung yaitu
orangtua yang menjadi pengurus lingkungan dapat memotivasi keterlibatan anak
dalam kegiatan lingkungan. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 6 responden
(20.00%) sangat setuju, 15 responden (50.00%) setuju, dan 9 responden (30.00%)
netral. Dari data di atas dapat disampaikan bahwa pelaksanaan kegiatan di
lingkungan sudah cukup baik yakni 70.00% responden memberikan persetujuan.
Item pada nomor 12 juga merupakan faktor pendukung yakni kegiatan PIA
di lingkungan dalam satu wilayah berperan penting bagi perkembangan iman
anak. Dari hasil penyebaran kuisoner dapat diperoleh data bahwa 8 responden
(26.67%) sangat setuju, 20 responden (66.67%) setuju, 1 responden (3.33%)
netral, dan 1 responden (3.33%) tidak setuju. Data yang dihasilkan dari penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
memperlihatkan 93.34% responden memberikan persetujuan. Artinya kegiatan
PIA sangat penting untuk membantu memperkembangan iman anak.
Pada pernyataan item nomor 13 berisi faktor penghambat yang disajikan
dalam pernyataan negatif yaitu kesulitan finansial dapat menghambat partisipasi
anak-anak dalam mengikuti kegiatan PIA di wilayah Yoakim maupun di Paroki.
Dari data yang diperoleh dapat dilaporkan bahwa 3 responden (10.00%)
menyatakan sangat setuju, 12 responden (40.00%) menyatakan setuju, 10
responden (33.33%) menyatakan netral, 3 responden (10.00%) menyatakan tidak
setuju, dan 2 responden (6.67%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang
diperoleh memperlihatkan sebagian besar responden setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya ketika sedang mengalami kesulitan finansial, orangtua kurang
mendorong anak untuk mengikuti kegiatan PIA baik di wilayah Yoakim maupun
di paroki.
Item nomor 14 juga merupakan faktor penghambat yang berhubungan
dengan pelaksanaan kegiatan PIA di masing-masing lingkungan yakni kegiatan
PIA bergantung pada waktu yang dimiliki pendamping. Data yang diperoleh
adalah 6 responden (20.00%) menyatakan sangat setuju, 10 responden (33.33%)
menyatakan setuju, 7 responden (23.33%) menyatakan netral, 6 responden
(20.00%) menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (3.33%) menyatakan sangat
tidak setuju. Data yang dihasilkan dari penelitian memperlihatkan 53.33%
responden memberikan persetujuan. Artinya kegiatan PIA tidak rutin
dilaksanakan hal ini dikarnakan bergantung pada waktu yang dimiliki oleh
pendamping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Item nomor 15 merupakan faktor pendukung yang berhubungan dengan
pelaksanaan tanggung jawab keluarga terhadap pembinaan iman anak yakni
keluarga menyediakan waktu untuk mendalami Kitab Suci bagi perkembangan
iman anak. Dari hasil penelitian dapat dilaporkan 7 responden (23.33%)
menyatakan setuju, 13 responden (43.33%) menyatakan netral, 4 responden
(13.33%) menyatakan tidak setuju, dan 5 responden (16.67%) menyatakan sangat
tidak setuju. Dari hasil penelitian memberi gambaran bahwa sebagian besar
keluarga masuk dalam kategori netral yaitu dengan jumlah 43,33%. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka masih belum sepenuhnya menyediakan waktu untuk
mendalami Kitab Suci.
Tabel 6
Harapan Keluarga Katolik
N=30
No
Item
Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah Dalam
Persen %
16 Di tengah keluarga
terwujud suasana
saling menghormati,
menghargai, dan
adanya kerukunan
yang membantu
perkembangan iman
anak
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
19
8
3
0
0
63.33%
26.67%
10.00%
0
0
17 Kegiatan rohani a. Sangat Setuju 6 20.00%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dalam keluarga
seperti doa bersama,
membaca Kitab Suci,
makan bersama, dan
sharing keluarga
perlu ditingkatkan
demi perkembangan
iman anak
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
20
4
0
0
66.67%
13.33%
0
0
18 Lingkungan yang
harmonis dan terbuka
dapat membantu
anak untuk
meningkatkan
perkembangan iman
anak
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
12
18
0
0
0
40.00%
60.00%
0
0
0
19 Untuk meningkatkan
tanggung jawab
keluarga dalam
pembinaan iman
anak dapat dilakukan
dengan
pendampingan
khusus bagi
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
9
17
3
1
0
30.00%
56.67%
10.00%
3.33%
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
keluarga-keluarga
Katolik seperti
rekoleksi keluarga,
sarasehan keluarga.
20 Orangtua menjalin
relasi dan kerja sama
dengan guru
agama/katekis untuk
membantu
meningkatkan
perkembangan iman
anak.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
8
19
3
0
0
26.67%
63.33%
10.00%
0
0
Pada bagian ini, penulis akan melaporkan hasil penelitian berkaitan
dengan harapan keluarga Katolik wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus
Parakan. Data yang diperoleh sebagai berikut:
Item nomor 16 berbicara mengenai harapan agar di tengah keluarga
terwujud suasana saling menghormati, menghargai, dan adanya kerukunan yang
membantu perkembangan iman anak. Data yang diperoleh adalah 19 responden
(63.33%) sangat setuju, 8 responden (26.67%) setuju, dan 3 responden (10.00%)
netral. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat bahwa suasana keluarga
sangat menentukan keberhasilan dalam membina iman anak. Tentu hal ini
menjadi harapan bagi setiap keluarga yakni 90.00% memberikan persetujuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Item nomor 17 berkaitan dengan pelaksanaan tanggung jawab keluarga
Katolik terhadap pembinaan iman anak. Kegiatan rohani dalam keluarga seperti
doa bersama, membaca Kitab Suci, makan bersama, dan sharing keluarga perlu
ditingkatkan demi perkembangan iman anak. Dari data yang didapatkan adalah 6
responden (20.00%) menyatakan sangat setuju, 20 responden (66.67%)
menyatakan setuju, dan 4 responden (13.33%) menyatakan netral. Berdasarkan
data di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan rohani di dalam masing-masing
keluarga sangatlah penting dengan demikian mereka mempunyai kesadaran untuk
meningkatkan pembinaan iman anak melalui kegiatan rohani.
Item nomor 18 berbicara lingkungan yang harmonis dan terbuka dapat
membantu anak untuk meningkatkan perkembangan iman anak. Dari data yang
diperoleh 12 responden (40.00%) sangat setuju, dan 18 responden (60.00%)
setuju. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat bahwa peran lingkungan
sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang anak. Keluarga katolik mengharapkan
lingkungan tempat mereka tinggal sungguh mendukung proses perkembangan
iman anak sehingga 100% mereka memberikan persetujuan.
Item nomor 19 berbicara mengenai upaya yang dapat dilakukan yakni
untuk meningkatkan tanggung jawab keluarga dalam pembinaan iman anak dapat
dilakukan dengan pendampingan khusus bagi keluarga-keluarga Katolik seperti
rekoleksi keluarga, sarasehan keluarga. Dari data yang di peroleh 9 responden
(30.00%) sangat setuju, 17 responden (56.67%) setuju, 3 responden (10.00%)
netral, dan 1 responden (3.33%) tidak setuju. Berdasarkan data tersebut, penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
berpendapat bahwa keluarga Katolik di wilayah Yoakim mengharapkan adanya
pendampingan khusus untuk mendampingi keluarga-keluarga Katolik.
Item nomor 20 berbicara juga mengenai upaya yang dapat dilakukan oleh
orangtua yakni orangtua menjalin relasi dan kerja sama dengan guru
agama/katekis untuk membantu meningkatkan perkembangan iman anak. Data
yang di dapatkan adalah 8 responden (26.67%) sangat setuju, 19 responden
(63.33%) setuju, dan 3 (10.00%) netral. Berdasarkan data yang diperoleh,
keluarga Katolik menjawab perlu menjalin relasi dan kerja sama antara orangtua
dan guru agama/katekis agar ada komunikasi dan tindaklanjut.
3. Pendalaman lebih lanjut Terhadap Hasil Penelitian Menurut
masing-masing Variabel
Pendalaman terhadap hasil penelitian mengacu pada tanggung jawab
keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak yang telah dibahas pada bab II.
Bab II secara khusus menguraikan tentang tanggung jawab keluarga Katolik
terhadap pembinaan iman anak. Keluarga memiliki hak untuk melaksanakan
tanggung jawabnya berkenaan dengan penyaluran kehidupan dan pembinaan iman
anak-anak mereka. Tanggung jawab dan hak pertama serta utama untuk
memperhatikan pendidikan sekaligus pembinaan iman terletak pada orangtua. Hal
ini dapat diartikan bahwa suami istri bersama-sama terlibat dalam melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai pembina iman anak yang tak dapat tergantikan oleh
siapa pun. Iman anak-anak di dalam keluarga dibina agar mereka menjadi pribadi
yang mengenal dan meneladani pribadi Yesus Kristus sebagai jalan kebenaran dan
hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Berkaitan dengan penjelasan tersebut maka hasil penelitian yang telah
disajikan sebelumnya akan dibahas lebih lanjut agar semakin memperjelas sejauh
mana keluarga Katolik di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan telah
melaksanakan tanggung jawabnya sehingga berpengaruh positif terhadap
pembinaan iman anak. Pembahasan berikut akan mengungkapkan pendapat
penulis terhadap tiap-tiap variabel yang meliputi identitas responden, pemahaman
tentang tanggung jawab keluarga Katolik, pelaksanaan tanggung jawab keluarga
Katolik, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan tanggung
jawab keluarga Katolik, dan harapan keluarga Katolik terhadap pembinaan iman
anak.
a. Identitas Responden
Responden penelitian berjumlah 30 keluarga (satu keluarga, satu kuisoner
ibu atau bapak). Sebagian besar dari mereka berusia 36 tahun – 40 tahun dan di
atas 40 tahun. Melihat dari tingkat usia tersebut, dapat dikatakan bahwa usia
responden sebagian besar di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan
tergolong sudah berumur. Namun mereka masih tetap semangat untuk bekerja.
Melalui data penelitian dapat diungkapkan bahwa jumlah terbesar
pendidikan dari responden adalah tingkat Sekolah Dasar. Namun tidak menutup
kemungkinan ada pula yang melanjutkan hingga ke jenjang SLTP hingga ke
jenjang SLTA atau SMK. Latar belakang pendidikan sangat mempengaruhi
pengetahuan, dan wawasan setiap pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Jika dilihat dari jenis pekerjaan, hasil penelitian mengungkapkan bahwa
jumlah orangtua yang berprofesi sebagai petani lebih besar dibandingkan dengan
profesi yang lain seperti pedagang, wiraswasta, dan seorang pelaut. Dengan
melihat jenis pekerjaan, mereka hampir sebagian besar sibuk untuk bekerja.
Seperti yang dialami oleh penulis saat mengundang salah satu perwakilan
orangtua untuk pengisian kuisoner beberapa orangtua tidak bisa hadir dikarenakan
sibuk bekerja di ladang sehingga penulis mendatangi beberapa keluarga yang
tidak hadir dari rumah ke rumah untuk pengisian kuisoner.
b. Pemahaman Tanggung Jawab Keluarga Katolik
Pembahasan mengenai pemahaman tanggung jawab keluarga Katolik
meliputi arti keluarga dan pemahaman tanggung jawab keluarga Katolik terhadap
pembinaan iman anak. Berdasarkan hasil penyebaran kuisoner diketahui bahwa
responden sependapat dengan arti keluarga pada bab sebelumnya, yakni
mengungkapkan bahwa keluarga sebagai komunitas pendidikan yang utama dan
mendasar merupakan sarana yang istimewa bagi penerus nilai-nilai agama dan
budaya yang membantu seseorang memperoleh identitasnya sendiri. Keluarga
mengandung di dalam dirinya sendiri masa depan masyarakat; tugasnya yang
sangat khas adalah memberikan sokongan secara efektif bagi suatu masa depan
perdamaian (Emiyan, 2011: 11).
Pemahaman responden berkaitan dengan tanggung jawab keluarga Katolik
cukup baik. Hal itu didukung dengan pernyataan setuju bahwa sebagai suami dan
istri bersama-sama terlibat dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
pembina iman anak yang tidak dapat tergantikan oleh siapa pun (Kristianto, 2014:
67) mengutip anjuran Apostolik tentang peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia
Modern (Familiaris Consortio) yang di tulis oleh Paus Yohanes Paulus II. Hal
senada juga disampaikan oleh Heryatno Wono Wulung (2016: 145)
mengungkapkan bahwa keluarga merupakan tempat sentral pembinaan iman dan
orangtua merupakan pelaku utamanya.
Dari hasil penelitian diketahui pemahaman responden mengenai tanggung
jawab keluarga Katolik sudah baik, responden memahami bahwa tanggung jawab
sebagai orangtua dapat diwujudkan melalui pembinaan yang berdasarkan cinta
kasih, nilai-nilai Injili, keharmonisan dalam keluarga demi kesejahteraan bersama.
Hal ini didukung bahwa Gereja juga mewartakan cinta kasih terus-menerus
kepada keluarga Kristiani dengan demikian akan semakin mendorong dan
membina keluarga Kristiani untuk melaksanakan pelayanannya dalam cinta kasih.
Tidak hanya itu, keluarga juga dipanggil untuk menjalankan tritugas Gereja
(Kristianto, 2014: 68-70).
Kemudian berkaitan dengan pemahaman pembinaan iman anak dalam
keluarga, sebagian besar responden tidak setuju apabila tanggung jawab
pembinaan iman anak dalam keluarga sebatas memberikan pendidikan formal.
Hal ini tentu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kalis Stevanus (2016: 10)
bahwa Keluarga adalah tempat yang paling baik untuk pendidikan. Tidak ada
tempat pendidikan yang lain, baik yang didirikan oleh pemerintah atau gereja,
yang dapat menggantikan keluarga. Namun beberapa responden lainnya
memahami tanggung jawab pembinaan iman anak diberikan dalam pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
formal sudah cukup. Hal ini tentu menjadi keprihatianan sebab pembina iman
utama bukan datang dari sekolah, guru agama, atau pendamping PIA tapi lebih-
lebih dari keluarga sendiri sebagai pembina iman yang utama.
Melihat aspek pemahaman akan tanggung jawab keluarga Katolik,
sebagian besar responden tidak setuju apabila pembinaan iman anak dalam
keluarga menjadi tanggung jawab utama seorang ibu. Kecuali bagi janda beberapa
diantara mereka setuju dengan pernyataan tersebut. Pemahaman responden
bergantung pada situasi dan kondisi masing-masing keluarga. Namun pada
dasarnya bahwa kewajiban dan tanggung jawab memberikan pewartaan dan
pendidikan iman pada anak merupakan suatu kenyataan ilmiah yang tidak bisa
dipungkiri dan dihindari oleh setiap pribadi sebagai orangtua (Hery Setyawan,
2014: 116). Dengan demikian penulis dapat mengatakan bahwa tingkat
pemahaman keluarga Katolik di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan
sudah cukup mendalam. Hal ini perlu dipertahankan dan dikembangkan agar tidak
hanya sekedar memahami saja namun lebih pada tindakan secara nyata dalam
hidup sehari-hari dalam masing-masing keluarga.
c. Pelaksanaan Tanggung Jawab Keluarga Katolik
Keluarga adalah sarana untuk menuntun anak-anak agar dapat mengenal
Allah dan mengimaniNya sejak dini. Di dalam keluarga, orangtua mempunyai
peranan sebagai pemberi teladan sekaligus membantu anak-anak mereka
mengembangkan keutamaan hidup yakni iman, harapan, dan kasih. Orangtua
dapat membiasakan anak-anak untuk berperan aktif dalam hidup doa, hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
menggereja, dan mencontoh perilaku yang baik. Jika dilihat dari hasil penelitian
pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik di wilayah Yoakim sebagai berikut:
Orangtua dapat melibatkan dan memberi peluang kepada anak-anak mereka
untuk berekspresi dalam kegiatan rohani. Anak-anak bisa dilatih dengan tradisi
kekatolikan melalui doa-doa, ibadat-ibadat baik yang bersifat liturgis maupun
devosional, dan kegiatan lainnya (KWI, 2011: 31). Dari data yang diperoleh
mengenai pelaksanaan tanggung jawab di wilayah Yoakim sebagian besar
keluarga Katolik tidak menyediakan waktu untuk berdoa bersama dan makan
bersama. Namun ada juga sebagian kecil keluarga Katolik yang hanya kadang-
kadang saja menyediakan waktu untuk berdoa bersama dan makan bersama. Hal
ini sungguh menjadi keprihatinan bersama, oleh karena itu anak perlu dibantu
untuk mengenal misteri karya keselamatan Allah, belajar bersyukur atas berbagai
karunia, serta dapat menghayati hidup sebagai manusia baru (Kleden, 2014: 8).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa 50% responden menyetujui dengan
pernyataan keluarga terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan di lingkungan dan
hidup menggereja. Hanya sebagian kecil yang menjawab netral sampai pada
kurang terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan di lingkungan dan hidup
menggereja. Dilihat dari hasil penelitian tersebut, penulis berpendapat bahwa
keluarga Katolik wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan telah berusaha
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan dampak positif
bagi perkembangan iman anak.
Dalam ‘Gereja Rumah Tangga’ (Ecclesia Domestica) orang tua memberikan
teladan baik melalui perkataaan maupun perbuatan dalam hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Dalam hal ini, keluarga sangat berperan penting dalam tugas perutusannya bagi
masa depan Gereja dan terbangunnya kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat.
Selaras dengan pernyataan tersebut 53% responden memberikan persetujuan
bahwa mereka memberikan teladan melalui perilaku baik dalam kehidupan sehari-
hari sudah terlaksana dengan baik. Penulis berpendapat bahwa orangtua di
wilayah Yoakim telah melaksanakan tanggung jawabnya dalam memberikan
pembinaan sikap/ tingkah laku melalui perilaku baik serta pembinaan iman
kepada anak-anak di rumah.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisoner diketahui bahwa responden
sependapat dengan tujuan pembinaan iman anak pada bab sebelumnya, yakni
mengungkapkan bahwa tujuan utama pendidikan iman anak dalam konteks
pembinaan iman anak adalah agar anak-anak memiliki sikap iman Kristiani dan
bangga atas imannya, serta anak-anak memiliki wawasan yang luas sehingga
dapat mengungkapkan dan mewujudkan imannya sesuai usia mereka
(Suhardiyanto, 2010: 11). Hasil penelitian diperoleh 60% peserta menyatakan
setuju dengan pernyataan tujuan pembinaan iman anak dalam keluarga dapat
membantu anak berkembang menjadi pribadi yang mandiri, tanggung jawab dan
terbuka sesuai dengan usia. Artinya keluarga Katolik mempunyai kesadaran
bahwa betapa pentingnya peran keluarga dalam membantu anak untuk
memperkembangkan pribadi dalam diri sesuai usia anak.
Hasil penyebaran kuisoner yang berisi tentang kebiasaan berdoa bersama
untuk mendoakan salah satu anggota keluarga saat berulang tahun belum berjalan
dengan baik namun sudah ada sebagian kecil dari tiap-tiap keluarga yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
melaksanakannya. Hasil ini didukung oleh pernyataan responden 67%
memberikan persetujuan dengan pernyataan tersebut. Sedangkan 40% tidak
memberikan persetujuan. Artinya sebagian besar dari mereka belum
melaksanakan kebiasaan berdoa bersama untuk mendoakan salah satu anggota
keluarga saat berulang tahun. Pembinaan iman sejak usia dini dapat menentukan
keberadaan dan kehidupan anak-anak di masa depan, baik kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kehidupan beriman, maupun panggilan hidupnya.
d. Faktor-faktor Yang Mendukung dan Menghambat dalam Pembinaan Iman
Anak
Keluarga menjadi promotor atau pendorong bagi perkembangan iman anak-
anak melalui iman yang diteladankan. Segala proses yang diusahakan oleh
orangtua dan kegiatan PIA sungguh penting bagi keberhasilan pembinaan iman
anak-anak. Orangtua sebagai aktifis Gereja juga mampu menjadi elemen penting
bagi anak-anak untuk ikut terlibat aktif di dalam kegiatan menggereja. Dalam
pembinaan iman tentu ada faktor pendukung dan faktor penghambat apabila
dilihat dari hasil penelitian yakni:
Iman biasanya tumbuh pada anak saat ia mengamati dan mengikuti tokoh-
tokoh identifikasinya, secara spontan dan belum terlalu disadari. Tokoh-tokoh
identifikasi tersebut adalah orang-orang dewasa yang terpenting dan terdekat
baginya, yakni orangtuanya. Sikap dan perilakunya mengacu pada sikap atau
perilaku dari orang-orang dewasa yang dihormatinya, tokoh-tokoh panutannya
(Soerjanto dan Widiastoeti, 2007: 14). Selaras dengan pernyataan tersebut dalam
pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik sebagian besar responden meyakini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
apabila orangtua yang menjadi pengurus lingkungan dapat memotivasi
keterlibatan anak dalam kegiatan lingkungan. Melalui data ini, penulis
berpendapat bahwa orangtua yang menjadi pengurus lingkungan mempunyai
banyak peluang untuk mendorong dan membangkitkan semangat anak untuk
terlibat aktif dalam setiap kegiatan.
Keluarga merupakan tempat pertama untuk menyatakan diri sebagai
makhluk sosial. Keluarga sebagai tempat belajar juga tempat awal bagi proses
sosialisasi anak (Soesilo, 1992: 19). Demikian juga responden meyakini bahwa
kegiatan PIA di lingkungan dalam satu wilayah dapat berperan penting bagi
perkembangan iman anak. Dilihat dari hasil penelitian tersebut, penulis
berpendapat bahwa keluarga Katolik sudah cukup mempunyai pemahaman bahwa
anak-anak juga perlu untuk berinteraksi, belajar bersama, bersosialisasi, dan
memperdalam iman sesuai dengan usia mereka.
Orangtua mempunyai tanggung jawab untuk mendidik, mengasihi, dan
menghormati mereka sebagai pribadi serta menyediakan kebutuhan-kebutuhan
material maupun spiritual (Kompendium, 2011: 162). Namun jika dilihat dari
hasil penelitian responden yang memberikan persetujuan bahwa kesulitan
finansial tidak mempengaruhi semangat orangtua untuk tetap mengijinkan anak
mengikuti kegiatan ditunjukkan dengan persentase 10%. Sedangkan 40%
responden menunjukkan persetujuan dengan pernyataan kuisoner tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa kesulitan finansial menjadi salah satu penghambat bagi
partisipasi anak-anak dalam mengikuti kegiatan PIA di wilayah maupun di paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Pendidikan iman dalam rangka pembinaan adalah proses dan usaha-usaha
orang-orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu
menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta dan Penyelamat (Soerjanto dan
Widiastoeti, 2007: 10). Namun pada kenyataannya tidak selaras dengan kegiatan
PIA yang dilaksanakan di lingkungan masing-masing atau wilayah Yoakim
sebagian besar responden meyakini kegiatan PIA dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan tergantung pada waktu yang dimiliki oleh pendamping. Hal ini tentu
memperihatinkan dan harus diupayakan oleh seluruh pendamping PIA untuk
saling bekerjasama sehingga proses kegiatan PIA dapat terlaksana sesuai dengan
jadwal yang sudah ditentukan.
Keluarga merupakan Gereja rumah tangga yang turut ambil bagian dalam
tugas Gereja untuk mewartakan Injil (Konferensi Waligereja Indonesia, 2011: 16).
Hal senada juga diungkapkan oleh Hery Setyawan (2014: 118) yang menyatakan
bahwa keluarga sungguh mempunyai peluang besar untuk mengkomunikasikan
Injil kepada anak-anaknya, sehingga anak-anak juga dapat menerima Injil yang
sama seperti yang mereka hayati. Namun pada kenyataannya jika dilihat dari hasil
penelitian pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik yakni keluarga
menyediakan waktu untuk mendalami Kitab Suci bagi perkembangan iman anak
sebagian besar responden masih dalam kategori netral. Dalam hal ini berarti
pemahaman keluarga tentang faktor pendukung pembinaan iman anak dengan
mendalami Kitab Suci belum bisa dikategorikan melebihi target. Netral artinya
tidak banyak yang melakukan, namun juga ada sebagian yang melakukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
mendalami Kitab Suci. Hal ini dapat menjadi masukan bagi keluarga untuk lebih
berusaha melaksanakan tugas sebagai pewarta
e. Harapan keluarga Katolik
Tugas membina pertama-tama adalah tanggung jawab keluarga, karena
keluarga merupakan tempat untuk pertama kalinya anak memperoleh pembinaan.
Tugas orangtua berat dan sulit, namun sebagai orangtua tentu ingin memberikan
yang terbaik bagi perkembangan iman anak. Harapan-harapan orangtua menjadi
salah satu motivasi mereka untuk terus melakukan sebuah perubahan.
Orangtua bertanggung jawab untuk meneruskan imannya sebagai harta
rohani yang paling berharga kepada anak-anaknya. Arah dasar yang harus dituju
dalam pendidikan iman anak secara berangsur-angsur ialah iman yang mendalam,
iman yang dewasa, mandiri, berinkulturasi, dan memasyarakat (Go, 1990: 26).
Dengan demikian keluarga sangat setuju apabila di tengah keluarga mereka
terwujud suasana saling menghormati, menghargai, dan adanya kerukunan yang
membantu perkembangan iman anak, keluarga juga semakin menyadari untuk
meningkatkan terlaksananya doa bersama, membaca Kitab Suci, makan bersama,
dan sharing dalam keluarga
Masih berkaitan dengan harapan keluarga Katolik, responden meyakini
bahwa lingkungan yang harmonis dan terbuka juga dapat membantu anak untuk
meningkatkan perkembangan iman anak. Perkembangan iman anak tidak hanya
dipengaruhi dari dalam atau internal namun perkembangan iman anak juga dapat
dipengaruhi dari pihak luar atau eksternal (Pudjiono dan Oetomo, 2007: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Faktor-faktor tersebut dapat diupayakan tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan
sehari-hari demi kelangsungan hidup anak-anaknya namun orangtua dapat
memberikan perhatian yang lebih mendalam serta pengelolaan yang lebih intensif,
baik melalui pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan non formal
(keluarga). Melalui sarana pendidikan, orangtua dapat memberikan pengaruh
dalam pembentukan pribadi anak dan watak yang akan dibawanya hingga dewasa
(Sobur, 1987: 1).
Berkaitan dengan harapan untuk meningkatkan tanggung jawab keluarga
Katolik terhadap pembinaan iman anak dapat dilakukan dengan pendampingan
khusus bagi keluarga-keluarga Katolik. Hasil penelitian responden merasa sangat
perlu diadakan pendampingan misalnya rekoleksi keluarga, sarasehan keluarga
atau kegiatan lain yang mendukung untuk terus memberikan kesadaran dan
semakin memperdalam tanggung jawab keluarga bagi pembinaan iman anak serta
keluarga Katolik tidak hanya sekedar memahami secara materi, namun juga
bersedia menerapkan tanggung jawab tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Hal lain yang juga menjadi respon positif responden adalah pembinaan iman
dapat dilakukan melalui kegiatan apapun dan dimanapun. Hal ini dilakukan demi
perkembangan iman anak, baik dalam lingkup keluarga maupun paroki. Dalam
pelaksanaannya, orangtua perlu sekali bekerja sama secara sinergis dan seimbang
dengan para pembina iman anak di sekolah, paroki maupun di lingkungan
masyarakat. Pembina iman anak juga harus memperhatikan apa yang menjadi
kebutuhan anak dan martabat serta hak-hak anak (Suhardiyanto, 2010: 10).
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keluarga Katolik di
wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan memiliki pemahaman tentang
tanggung jawab keluarga terhadap pembinaan iman anak sudah cukup baik.
Hanya saja pada pelaksanaannya harus lebih ditingkatkan lagi terutama pada
tindakan konkret dalam hidup sehari-hari agar pemahaman tanggung jawab
tersebut tidak sebatas pada materi atau sebatas dipahami saja, melainkan juga
dilaksanakan. Hal ini menjadi penting dikarenakan tanggung jawab keluarga
sebagai pembina iman tidak dapat tergantikan oleh siapa pun.
Kedua, pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan
iman anak di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan sudah cukup baik.
Hal ini dibuktikan dari dukungan orangtua kepada anak-anaknya untuk mengikuti
kegiatan PIA baik di lingkungan, wilayah maupun paroki. Orangtua membina
iman anak melalui penghayatan dalam hidup menggereja, yakni mengajak anak-
anak untuk mengikuti doa Rosario, mengikuti doa jalan salib, mengikuti
pertemuan adven di lingkungan, mengikuti doa lingkungan, dan kerja bakti di
kapel. Orangtua juga memberikan teladan kepada anak-anaknya dalam hidup di
tengah-tengah masyarakat, yakni memberikan contoh bertutur kata dan cara
berpakaian yang sopan, bertingkah laku yang baik, membangun relasi dengan
siapa saja tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya, menaati tata tertib
yang berlaku di desa setempat, dan ikut terlibat dalam kegiatan masyarakat.
Sedangkan di dalam keluarga, orangtua menjalin relasi dan komunikasi yang baik
kepada anak-anak, hidup rukun, saling membantu antar anggota keluarga, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
menanamkan tingkah laku yang baik kepada anggota keluarga. Secara
keseluruhan orangtua dalam melaksanakan tanggung jawabnya sudah berjalan
baik, namun mereka perlu meningkatkan lagi kerja sama dalam pembinaan iman
anak di rumah dengan mengajak anak untuk berdoa bersama, Rosario bersama,
orangtua juga dapat membiasakan membaca Kitab Suci untuk anak-anak baik
sebelum tidur atau pada waktu yang sudah disepakati, memperkenalkan tokoh-
tokoh Kitab Suci yang menginspirasi dan memiliki kebiasaan berdoa bersama
ketika salah satu anggota keluarga berulang tahun.
Ketiga, faktor pendukung pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik
terhadap pembinaan iman anak di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus
Parakan menjadi dorongan yang baik bagi kesadaran atau minat anak-anak untuk
terlibat aktif di dalam setiap kegiatan baik lingkungan, wilayah maupun paroki.
Setiap kegiatan yang diikuti membantu anak untuk menemukan suasana baru yang
tidak didapatkan di dalam keluarga. Anak-anak juga dapat belajar untuk
mengenal, memahami dan berproses bersama teman-temannya melalui setiap
kegiatan. Namun ketika keluarga sedang mengalami kesulitan finansial, orangtua
cenderung tidak mengijinkan anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan PIA di
wilayah. Orangtua meminta anak untuk membantu bekerja di ladang. Hal lain
yang menjadi faktor penghambat adalah kegiatan PIA yang dilaksanakan di
masing-masing lingkungan bergantung pada waktu yang dimiliki oleh
pendamping. Apabila pendamping PIA sedang sibuk, maka kegiatan PIA
ditiadakan namun apabila pendamping PIA mempunyai waktu maka kegiatan PIA
dapat dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Keempat, keluarga Katolik di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus
Parakan memiliki harapan untuk meningkatkan tanggung jawabnya demi
memperkembangkan iman anak. Harapan itu di antaranya di tengah keluarga
terwujud suasana saling menghormati, menghargai, dan adanya kerukunan yang
membantu perkembangan iman anak. Tidak hanya itu, kegiatan rohani dalam
keluarga perlu ditingkatkan serta orangtua dapat mengawasi anak-anak di dalam
berteman karena lingkungan juga berpengaruh bagi perkembangan iman anak.
Dan yang terakhir keluarga Katolik mengharapkan adanya pendampingan khusus
bagi keluarga-keluarga Katolik seperti rekoleksi keluarga, sarasehan keluarga.
Keluarga mengharapkan program tersebut sebagai usaha untuk meningkatkan
kesadaran serta tanggung jawabnya sebagai orangtua dalam membina iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
BAB IV
REKOLEKSI KELUARGA SEBAGAI USAHA UNTUK
MENINGKATKAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA
KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN ANAK DI WILAYAH
YOAKIM, PAROKI KELUARGA KUDUS PARAKAN
Pada bab sebelumnya penulis telah menguraikan mengenai hasil penelitian
tentang pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman
anak di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan. Maka dari itu, sebagai
tindak lanjut dari penelitian tersebut, penulis berusaha memberikan sumbangan
pemikiran berkaitan dengan model pendampingan dalam bentuk rekoleksi untuk
keluarga Katolik di wilayah Yoakim. Rekoleksi ini sebagai usaha untuk
meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan
iman anak di wilayah Yoakim. Tujuan rekoleksi ini untuk membangkitkan dan
kesadaran orangtua akan kewajibannya sebagai pembina iman anak yang pertama
dan utama. Rekoleksi dibuat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan peserta serta
dikemas secara menarik, sehingga dapat membangun minat orangtua untuk
mengikuti kegiatan tersebut dan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya
pelaksanaan tanggung jawab keluarga terhadap pembinaan iman anak di rumah.
1. Rekoleksi Keluarga
a. Latar Belakang Pemilihan Kegiatan Rekoleksi
Keluarga sebagai rekan kerja Allah merupakan salah satu tempat untuk
mengembangkan nilai-nilai luhur yang berasal dari Allah sendiri yang dijiwai oleh
setiap anggota keluarga. Keluaga sebagai pusat umat beriman mempunyai peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
dalam kehidupan Gereja, masyarakat, maupun bangsa. Di dalam keluarga,
orangtua memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan hidup rohani anak-
anaknya (Kalis Stevanus, 2016: 47). Orangtua mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan tanggung jawabnya yakni memberikan pembinaan iman kepada
anak dalam situasi apapun, karena orang tua merupakan pembina iman paling
utama di dalam keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dilihat bahwa: pertama,
dalam tingkat kedalaman pemahaman akan penghayatan tanggung jawab keluarga
Katolik cukup mendalam. Hanya saja pada pelaksanaan secara konkret belum
maksimal. Kedua, pelaksanaan tanggung jawab keluarga Katolik terhadap
pembinaan iman anak di wilayah Yoakim paroki Keluarga Kudus Parakan sudah
cukup baik hanya perlu ditingkatkan secara khusus hidup rohani dalam keluarga.
Ketiga, faktor pendukung pelaksanaan tanggung jawab keluarga katolik terhadap
pembinaan iman adalah paroki menyelenggarakan banyak kegiatan, sebagian
besar orangtua mulai menyadari pentingnya melibatkan anak di dalam setiap
kegiatan, dan orangtua menjadi pengurus lingkungan atau aktifis Gereja
mendorong dan memotivasi anak untuk terlibat aktif mengikuti kegiatan baik di
lingkungan, wilayah maupun Gereja. Faktor penghambat pelaksanaan tanggung
jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman adalah kegiatan PIA yang tidak
rutin dilakukan dan bergantung pada waktu yang dimiliki oleh pendamping,
kesulitan finansial menghambat partisipasi anak untuk mengikuti kegiatan,
orangtua cenderung meminta anak untuk membantu bekerja di ladang. Keempat,
umat wilayah Yoakim memiliki harapan untuk dapat meningkatkan pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
tanggung jawab sebagai keluarga Katolik dalam membina iman anak di dalam
keluarga. Maka dari itu, salah satu model pendampingan iman dalam bentuk
rekoleksi dirasa baik bagi mereka karena lebih efektif dan efisien. Melalui
kegiatan ini diharapkan keluarga Katolik semakin menyadari pentingnya
meningkatkan tanggung jawabnya sebagai orangtua dalam membina iman anak.
b. Tujuan Kegiatan Rekoleksi
Penulis memberikan sumbangan pemikiran yaitu berupa kegiatan
pendampingan iman dalam bentuk rekoleksi. Tujuan rekoleksi dapat dilihat dari
kata rekoleksi itu sendiri. Menurut Mangunhardjana (2017: 47) istilah rekoleksi
berasal dari bahasa Inggris recollection dan bahasa Latin recollectio yang berarti
berusaha mengumpulkan kembali. Dalam hal ini yang dikumpulkan adalah
pengalaman peserta rekoleksi dalam kesehariannya. Maka tujuan umum rekoleksi
adalah agar peserta mampu menyadari peran Kristus dalam hidup mereka melalui
pengalaman sehari-hari dalam berkarya.
Secara umum rekoleksi ingin mengajak peserta melihat kembali pengalaman
yang sudah dilalui. Peserta diajak untuk mengolah setiap pengalaman supaya
menjadi lebih utuh dan terfokus untuk berjumpa dengan Allah (Mangunhardjana,
2017: 48).
c. Waktu, Tempat, dan Peserta
Rekoleksi ini merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian pelaksanaan
tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak di wilayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Yoakim. Rekoleksi ini dibuat sebagai bentuk pendampingan keluarga Katolik.
Rekoleksi ini diharapkan dapat mengembangkan keluarga sebagai komunitas yang
berdasarkan iman dan kasih. Maka setiap keluarga diharapkan untuk ikut terlibat
di dalamnya.
Rekoleksi ini dilaksanakan satu tahun sekali yakni pada bulan Desember
bertepatan semua umat atau secara khusus keluarga-keluarga Katolik di wilayah
Yoakim memperingati pesta Keluarga Kudus Nazareth. Berkaitan dengan tempat
pelaksanaannya dapat ditentukan bersama-sama dengan pengurus wilayah dan
dapa mencari tempat yang nyaman untuk melaksanakannya.
2. Usulan Rekoleksi Keluarga Sebagai Usaha Meningkatkan Pelaksanaan
Tanggung Jawab Keluarga Katolik Terhadap Pembinaan Iman Anak.
a. Latar Belakang Kegiatan
Orangtua sebagai penyaluran kehidupan mempunyai kewajiban untuk
mendidik anak-anak (GE, 3). Keluarga Katolik yang telah diperkaya dengan
rahmat Sakramen Perkawinan mempunyai kewajiban melaksanakan tanggung
jawab untuk membina iman anak sejak dini secara Katolik. Membina secara
Katolik artinya orangtua memperkenalkan Allah kepada anak-anaknya, baik
tentang pribadi Allah maupun nilai-nilai luhur yang ditumbuhkan sebagai sikap
bakti kepada Allah dan mengasihi sesama seturut iman yang telah mereka terima
dalam pembaptisan.
Tugas dan tanggung jawab tersebut bukan sesuatu yang mudah dilakukan
oleh orangtua. Dengan demikian orangtua perlu memiliki komitmen, niat yang
sungguh-sungguh, persiapan dan perencanaan yang matang. Dalam membina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
iman anak, orangtua menjadi pewarta Injil yang pertama bagi anak. Selain itu
orangtua juga perlu membiasakan untuk berdoa bersama anak-anak, dengan
pembacaan Sabda Tuhan, dan memperkenalkan anak kepada Gereja (FC, 39).
Dalam hal ini orangtua tidak hanya bekerja sendirian, namun juga dibantu
oleh pihak sekolah, ataupun para pendamping pembinaan iman anak di wilayah
maupun di masing-masing lingkungan. Walaupun demikian, keberadaan sekolah
dan kegiatan PIA di wilayah atau lingkungan tetap tidak dapat menggantikan
peran orangtua sebagai pembinaan iman anak yang pertama dan utama.
b. Tema dan Tujuan Rekoleksi
Penulis mengusulkan tema rekoleksi keluarga yakni: “Keluarga sebagai
komunitas iman Kristiani”. Artinya, orangtua dalam komunitas iman Kristiani
ikut serta mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Orangtua
diharapkan dapat membantu anak-anaknya untuk menemukan panggilan hidup
mereka, dengan menanamkan nilai-nilai luhur untuk melayani sesama dengan
penuh kasih, melakukan tugas-tugasnya dengan setia dan menyadari keikutsertaan
mereka dalam misteri pengorbanan Kristus.
Tujuan yang hendak dicapai melalui rekoleksi adalah membantu keluarga
sebagai komunitas iman Kristiani untuk mengambil bagian dalam karya
keselamatan Allah dengan meneladani hidup keluarga Kudus Nazaret. Keluarga
Katolik diharapkan semakin setia dengan panggilannya sebagai pelaku pertama
dan utama dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai orangtua dan semakin
tergerak hatinya untuk membina iman anak-anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tema dan tujuan umum akan diuraikan sebagai berikut:
Tema : Keluarga sebagai komunitas iman Kristiani
Tujuan :Membantu keluarga sebagai komunitas iman Kristiani untuk mengambil
bagian dalam karya keselamatan Allah dengan meneladani hidup
keluarga Kudus Nazaret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c.
Mat
riks
Keg
iata
n R
ekole
ksi
Kel
uar
ga
Tem
a U
mum
:
Kel
uar
ga
sebag
ai k
om
unit
as i
man
Kri
stia
ni
Tuju
an U
mum
:M
emban
tu p
eser
ta s
ebag
ai k
om
unit
as i
man
Kri
stia
ni
untu
k m
engam
bil
bag
ian d
alam
kar
ya
kes
elam
atan
All
ah d
engan
men
elad
ani
hid
up k
eluar
ga
Kudus
Naz
aret
Tab
el 7
: M
atr
iks
Keg
iata
n R
ekole
ksi
Kel
uarg
a
No
A
cara
T
uju
an
Mat
eri
Met
od
e S
aran
a S
um
ber
Bah
an
1
Pem
bukaa
n
Pen
dam
pin
g
dan
p
eser
ta
dap
at
sali
ng
men
gen
al
dan
m
enget
ahui
tem
a,
tuju
an,
sert
a pro
ses
rekole
ksi
.
a.
Pen
dam
pin
g
men
gu
capkan
sela
mat
dat
ang
kep
ada
sem
ua
pes
erta
dan
ber
teri
ma
kas
ih
atas
ked
atan
gan
mer
eka.
b.
Pen
dam
pin
g
men
yam
pai
kan
tem
a,
tuju
an,
sert
a pro
ses
yan
g
akan
dil
aksa
nak
an
sela
ma
rekole
ksi
.
Per
ken
alan
Sam
buta
n
Info
rmas
i
a.
Mic
b.
Lap
top
c.
Vie
wer
- P
ow
er
poin
t
tenta
ng,
tem
a,
tuju
an,
sert
a
pro
ses
rekole
ksi
- W
ign
yas
um
arta
,
Ign.,
M
SF
, dkk
(2002).
P
anduan
Rek
ole
ksi
Kel
uar
ga.
Yog
yak
arta
:
Kan
isiu
s.
Hal
36
dan
152
2
Ses
i I:
Kel
uar
ga
men
jadi
pem
bin
a
Ora
ngtu
a se
mak
in
men
yad
ari
pen
tin
gn
ya
a.
Tra
dis
i
Kek
atoli
kan
Pen
ayan
gan
vid
eo
a.
Lap
top
b.
Vie
wer
- V
ideo
”keb
iasa
an
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iman
yan
g
per
tam
a dan
uta
ma.
mel
aksa
nak
an t
anggun
g
jaw
abn
ya
seb
agai
pem
bin
aan i
man
an
ak
b.
Pen
dam
pin
g
men
yam
pai
kan
nil
ai-n
ilai
yan
g
dap
at
dic
onto
h,
dih
ayat
i m
elal
ui
vid
eo.
c.
Pen
dam
pin
g
mem
ber
i
kes
impula
n
ber
das
arkan
tanggap
an
dan
mem
per
jela
s
den
gan
se
dik
it
mat
eri.
ber
judul
“keb
iasa
an
kel
uar
ga
Kat
oli
k”
Tan
ya
jaw
ab
Info
rmas
i
c.
Spea
ker
kel
uar
ga
Kat
oli
k”
- K
onfe
rensi
Wal
iger
eja
Indon
esia
.
(2011).
Ped
om
an
Past
ora
l
Kel
uarg
a.
Jakar
ta:
Obor.
- Y
ohan
es
Pau
lus
II.
(1981
).
Fam
ilia
ris
Conso
rtio
.
(R.H
ardaw
iryan
a
, P
ener
jem
ah).
Jakar
ta:
Dokpen
KW
I
3
Ses
i II
:
Men
elad
ani
tan
ggun
g j
awab
Mar
ia d
an Y
ose
f
sebag
ai o
ran
gtu
a
Yes
us.
Ora
ngtu
a dap
at
men
elad
ani
tan
ggun
g
jaw
ab M
aria
dan
Yose
f
sebag
ai o
ran
gtu
a Y
esus.
a.
Pen
dal
aman
pen
gal
aman
pes
erta
dal
am
mel
aksa
nak
an
tanggun
g
jaw
abn
ya
terh
adap
pem
bin
aan
iman
- P
erta
nyaa
n
refl
eksi
- S
har
ing
dal
am
kel
om
pok
kec
il
- P
eneg
uh
an
- In
form
asi
a. K
erta
s
Per
tan
yaa
n
b.
Ker
tas
HV
S
c. B
olp
oin
- P
engal
aman
Pes
erta
- N
ugro
ho,
Sta
nil
aus.
(2012).
Kel
uarg
a
Kudus
sebagai
Idola
.
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
anak
di
rum
ah.
b.
Kel
uar
ga
mem
ban
gun
kom
unit
as
pri
bad
i at
as d
asar
iman
dan
k
asih
.
Kit
a den
gan
men
elad
ani
Mar
ia d
an Y
ose
f
dal
am
mem
bin
a
iman
anak
.
K
ana,
H.6
-7
4
Ses
i II
I:
Men
gh
ayat
i ca
ra
hid
up M
aria
dan
Yo
sef
dal
am
mem
bin
a im
an
anak
Ora
ngtu
a m
emil
iki
gam
bar
an s
ekal
igus
dap
at m
enghayat
i ca
ra
hid
up M
aria
dan
Yose
f.
a.
Yusu
f dan
Mar
ia
sebag
ai ora
ngtu
a
Yes
us
ket
ika
Dia
ber
um
ur
del
apan
har
i
b.
Kel
uar
ga
Kudus
Naz
aret
m
enja
di
kom
unit
as
iman
Kri
stia
ni
c.
Pro
ble
mat
ika
hid
up
moder
n
sebag
ai
sara
na
pen
dew
asaa
n
hid
up d
i had
apan
All
ah
- M
engam
ati
beb
erap
a
gam
bar
sekal
igu
s
mem
bac
a
Lukas
2:2
1-
23;
41
-52
dal
am
kel
om
pok
kec
il.
- T
anya
jaw
ab
- S
har
ing
- P
eneg
uh
an
- In
form
asi
a. G
ambar
Kel
uar
ga
Kudus
(Keh
idupan
Yes
us,
Mar
ia,
dan
Yose
f)
b.
Kit
ab S
uci
c. K
erta
s H
VS
d.
Bolp
oin
- L
ukas
2:2
-23;
41-5
2
- G
ambar
keh
idupan
Yes
us,
M
aria
dan
Yose
f
- N
ugro
ho,
Sta
nil
aus.
(2012).
Kel
uarg
a
Kudus
sebagai
Idola
.
Kan
a, H
.6-7
5
Ses
i IV
: S
atukan
hat
i, e
ratk
an
Pes
erta
men
gin
gat
kem
bal
i keg
iata
n p
osi
tif
Pen
gal
aman
pes
erta
yan
g
sudah
Ref
leksi
a. K
erta
s H
VS
b.
Bolp
oin
- P
engal
aman
Pes
erta
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tan
gan
untu
k
mem
ban
gun
kel
uar
ga.
dan
mam
pu
mer
enca
nak
an s
uat
u a
ksi
nyat
a dal
am m
embin
a
iman
an
ak.
dil
akukan
dan
yan
g
akan
dil
akukan
sebag
ai
up
aya
pen
ingk
atan
tanggun
g
jaw
ab
dal
am
mem
bin
a
iman
anak
.
c. M
usi
k
ara
nse
men
t
6
Pen
utu
p
Pes
erta
m
eref
leksi
kan
kem
bal
i pro
ses
rekole
ksi
dar
i aw
al
hin
gga
akhir
dan
m
enyam
pai
kan
nia
t-
nia
t yan
g
ingin
dic
apai
dal
am d
oa
per
mohon
an.
-
Mis
a
- S
har
ing
a. P
erle
ngk
ap
an M
isa
b.
Kit
ab S
uci
c. T
eks
lagu
d.
Lem
bar
Eval
uas
i
Kit
ab S
uci
Ef
6:1
-9
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
d. Persiapan Rekoleksi Keluarga.
1 Tema : Keluarga sebagai komunitas iman Kristiani
2 Tujuan : Membantu peserta sebagai komunitas iman Kristiani
untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan
Allah dengan meneladani hidup keluarga Kudus
Nazaret.
3 Peserta :
Pasangan suami istri (orangtua) di wilayah Yoakim
yang mempunyai anak usia 6 – 14 tahun (SD – SMP)
4 Tempat dan waktu: a. Tempat : Kapel Santo Petrus Cemoro
b. Waktu : Hari Minggu pukul 09.00 WIB
5 Bentuk Rekoleksi :
Rekoleksi dilaksanakan dalam bentuk sharing
pengalaman dari orangtua, mengamati gambar, melihat
tayangan dalam video inspiratif, menyampaikan
materi, penyusunan aksi nyata keluarga, serta misa.
Rekoleksi dilaksanakan dalam suasana santai agar
orangtua dapat berbagi pengalaman atau menanggapi
secara bebas terhadap gambar yang dibagikan atau
video yang ditayangkan serta penyampaian materi
merupakan sarana sebagai peneguhan atas pengalaman
orangtua atau refleksi dari Kitab Suci. Pada akhir
pertemuan orangtua membuat aksi nyata untuk
mengembangkan iman anak dengan melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai pembina iman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
pertama dan utama dengan meneladani hidup keluarga
Kudus Nazaret.
6 Sarana :
a. Perlengkapan berupa laptop, speaker, viewer,
wireless, dan kabel rol.
b. Kitab suci, teks lagu, kertas HVS, spidol
c. Perlengkapan Misa
7 Tim Pendamping :
Rekoleksi dipandu oleh tim dari paroki dan pengurus
wilayah yang menangani bidang keluarga.
8 Susunan Acara :
Tabel 8
Susunan Acara Rekoleksi Keluarga
No Waktu Acara Keterangan
Pembukaan
1 09.00-09.15 Presensi peserta dan
snack
Peserta melakukan presensi dan
snack
2 09.15-09.35 Salam dan kata
pembukaan
Ketua panitia mengucapkan selamat
datang kepada semua peserta dan
berterima kasih atas kedatangan
mereka yang telah bersedia
menyediakan waktu untuk
berpartisipasi mengikuti rekoleksi
keluarga, serta kepada pembimbing
atas kesediaan mendampingi
rekoleksi keluarga ini. Kemudian
menyampaikan harapan agar
rekoleksi ini memampukan peserta
untuk semakin menyadari karya
Allah, dan semakin meningkatkan
pelaksanaan tanggung jawabnya
dalam membina iman anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
3 09.35-09.45 Pengarahan dan
penyampaian tema
dari pembimbing
rekoleksi.
Tema pada rekoleksi keluarga hari
ini adalah Keluarga sebagai
komunitas iman Kristiani. Dalam
rekoleksi keluarga ini kita juga akan
meneladani tanggung jawab Yosef
dan Maria dalam membina iman
anak, menghayati hidup keluarga
Kudus Nazaret. Kita akan melihat
dan belajar bagaimana Yesus,
Maria, dan Yosef menghayati hidup
berkeluarga sebagai anak, ibu, dan
ayah.
4 09.45-10.00 Nyanyian dan doa
pembukaan
Pendamping mengajak peserta
untuk mengawali rekoleksi dengan
bernyanyi ”Mars Keluarga Kudus”.
Klip video ini ditayangkan
menggunakan LCD. Setelah itu,
peserta masuk dalam doa
pembukaan sebagai langkah awal
membuka rangkaian rekoleksi
keluarga.
Doa pembukaan:
Allah Bapa yang penuh kasih,
terima kasih untuk berkat dan
penyertaan mu dalam hidup kami
hingga saat ini. Allah Bapa kami
juga mengucap syukur karena
Engkau mengumpulkan kami di
tempat ini untuk sejenak melihat
bersama-sama perjalanan hidup
kami. Kami Engkau panggil untuk
membesarkan, mendidik, dan
membina iman anak-anak kami
yang Engkau percayakan kepada
kami dengan kepercayaan yang
penuh. Kami berkumpul untuk
bersama belajar menjadi keluarga
Katolik yang baik melalui teladan
keluarga Kudus Nazaret. Kami
sebagai orangtua mempunyai
harapan untuk semakin menyadari
dan bersedia melaksanakan
tanggung jawab kami demi anak-
anak kami. Ajarilah kami untuk
terbuka dan bersedia menyediakan
waktu agar kami dan anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
kami dapat menjalin komunikasi,
dan relasi yang akrab. Demi Kristus
Tuhan dan pengantara kami. Amin
10.00-10.15 Ice Breaking Pendamping rekoleksi mengajak
peserta untuk menyanyikan lagu
“Tra la la le lo” ( gerak dan lagu)
untuk menghidupkan suasana, dan
permainan untuk mencairkan
suasana.
Sesi I: Keluarga menjadi pembina iman yang pertama dan utama.
10.15-10.40 Penayangan video
berjudul “kebiasaan
keluarga Katolik”
Peserta menyaksikan video. Setelah
itu pendamping mengajukan
pertanyaan berkaitan dengan video
tersebut, kemudian peserta diberi
kesempatan untuk menyampaikan
tanggapannya dan nilai-nilai yang
menginspirasi dan dapat diambil.
10.40-11.15 Kesimpulan dari
tanggapan peserta
Pendamping menyampaikan
kesimpulan berdasarkan tanggapan
dan memperjelas dengan sedikit
materi.
Keluarga merupakan lingkungan
pembinaan yang pertama dan paling
mendasar bagi hidup memasyarakat
(FC, 37). Anak perlu mendapatkan
bimbingan sekaligus pembinaan
agar iman yang telah diterimanya
dapat tertanam seterusnya hingga
menjadi milik pribadi. Akan ada
saatnya bagi anak, ketika sudah
cukup dewasa untuk menyatakan
persetujuannya dengan keputusan
yang telah diambil oleh
orangtuanya. Itulah alasan orangtua
harus menjamin dan memelihara
iman anak, menciptakan suasana
Kristiani dalam hidup mereka.
Orangtua perlu menyadari bahwa
mereka dapat mengambil bagian
dalam karya keselamatan dengan
membaptis anak berarti telah
memasukkan anak menjadi warga
Gereja. Dengan demikian orangtua
mempunyai peran dan tanggung
jawab memberikan pembinaan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
menuju kedewasaan iman.
Sesi II: Meneladani tanggung jawab Maria dan Yosef sebagai orangtua Yesus.
11.15-12.00 Pembimbing
meminta peserta
untuk menjawab
pertanyaan-
pertanyaan berikut
sebelum
melanjutkan sesi ke
II.
Selanjutnya
pembimbing
meminta peserta
untuk
merefleksikan
dalam bentuk
jawaban dan
mensharingkan
dalam kelompok
kecil.
Peserta menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut dan
mensharingkan dalam kelompok
kecil.
1. Apa yang bapak ibu lakukan
sebagai bentuk tanggung
jawab dalam membina iman
anak dirumah?
2. Faktor-faktor apa yang
mendukung dan
menghambat bapak ibu
untuk melaksanakan
tanggung jawab dalam
membina iman anak?
3. Adakah tokoh yang bapak
ibu teladani dalam membina
iman anak dirumah?
12.00-12.30 Pendamping
memberikan
peneguhan:
Sebagai orangtua tentu kita
diharapkan dapat membangun suatu
komunitas pribadi atas dasar iman
dan kasih. Kita dapat meneladani
Maria dan Yosef dalam membina
iman anak.
a. Maria dan Yosef membangun
komitmen terlebih dahulu
dengan Allah dan rencanaNya.
Komitmen itu menjadi nyata
ketika Maria mengatakan
“Sesungguhnya aku ini hamba
Tuhan; terjadilah padaku
menurut perkataanmu”. Begitu
juga Yosef, Sesudah bangun dari
tidurnya, Yosef berbuat seperti
yang diperintahkan malaikat
Tuhan itu kepadanya. Ia
mengambil Maria sebagai
istrinya”. Dewasa ini
penghayatan keutamaan
komitmen semakin lama
semakin tergerus oleh pola
hidup konsumtif, kenikmatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
dan kenyamanan menjadi
prioritas. Perbedaan menjadi
kemungkinan “konflik” namun
sekaligus “memperkaya”, jika
konflik dikelola ketrampilan
berkomunikasi hati dirinya
secara terbuka dan bertanggung
jawab kepada pasangan dan
anak.
b. Maria dan Yosef setia pada
komitmennya biarpun perjalanan
hidup mereka tidaklah mulus
dan berakhir dengan “no happy
ending”. Yesus anaknya
mengakhiri hidupnya di atas
kayu Salib, hal seperti ini bagi
bangsa Yahudi merupakan
sebuah penghinaan dan aib
menyakitkan. Begitu juga waktu
Yesus masih balita, keluarga ini
mengungsi ke Mesir, suatu
perjalanan yang membebani
secara fisik dan psikologis.
Dapat dibayangkan tantangan
yang dihadapi Yosef, tetapi Ia
sanggup menjalankan perannya
sebagai suami sekaligus ayah
yang bertanggung jawab atas
keselamatan keluarganya.
c. Pada waktu Maria dan Yosef
membawa Yesus ke Yerusalem
pada hari raya Paskah. Dalam
perjalanan pulang Yesus tidak
ikut bersama orangtuaNya.
Maria dan Yosef memutuskan
untuk kembali dan mencari
Yesus. Sesudah tiga hari
akhirnya mereka menemukan
Yesus dalam Bait Allah. Hal
inilah adalah bukti bahwa Maria
dan Yosef sangat bertanggung
jawab atas keselamatan Yesus.
12.00-12.30 Makan siang Pendamping dan peserta makan
siang.
Sesi III: Menghayati cara hidup Maria dan Yosef dalam membina iman anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
12.30-13.00 Pendamping
mengajak peserta
untuk mengamati
beberapa gambar
sekaligus membaca
Lukas 2:21-23; 41-
52 dalam kelompok
kecil. Setelah itu,
peserta diajak untuk
menjawab
pertanyaan dan
mensharingkan
dalam kelompok
besar.
Peserta mengamati beberapa
gambar. Setelah itu pendamping
mengajukan pertanyaan:
1) Apa yang dilakukan Yosef dan
Maria sebagai orangtua Yesus
ketika berumur delapan hari?
2) Mengapa orangtua Yesus
melakukan hal demikian?
3) Apa pesan yang dapat kita ambil
dari kisah atau gambar tersebut
dalam rangka pengembangan
keluarga sebagai komunitas
iman Kristiani?
Pendamping
merangkum hasil
sharing peserta dan
memberikan
peneguhan:
1) Yosef dan Maria adalah
orangtua Yesus. Mereka adalah
orang yang saleh dan suci.
Ketika Yesus berumur delapan
hari untuk disunat dan Yesus
berumur dua belas tahun
pergilah mereka ke Yerusalem
seperti yang lazim pada hari
raya itu. Mereka sangat menaati
hukum Tuhan dan bertekun
dalam doa. Anak
dipersembahkan kepada Tuhan
dalam doa agar anaknya selalu
dibimbing dan diberkati oleh
Tuhan serta tumbuh menjadi
anak yang baik. Kita sebagai
keluarga Kristiani sadar, baik
melalui pengalaman pribadi
maupun dalam kesatuan dengan
keluarga sebagai komunitas
antar pribadi, bahwa doa dan
pengharapan mempunyai
kekuatan besar yang dapat
mengubah dan memampukan
manusia hidup setia dalam
perkawinannya. Kekuatan yang
timbul dalam diri setiap pribadi
bukan dari kita sebagai manusia
melainkan datang dari Allah
dalam Roh Kudus.
2) Yesus taat kepada Bapa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
penuh cinta kepada sesama
merupakan buah dari pembinaan
iman yang dilakukan oleh
orangtuaNya. Orangtua yang
penuh iman percaya pada
penyelenggaraan ilahi serta setia
menjalankan hukum Tuhan,
menjadi inspirasi hidup Yesus di
hadapan BapaNya. Keluarga
Kudus Nazaret menjadi
komunitas iman Kristiani yang
hidup dan mampu memberikan
rasa kesejukan batin bagi Yesus
untuk tumbuh menjadi pribadi
yang penuh rahmat.
3) Keluarga sebagai komunitas
iman Kristiani berarti keluarga
sebagai tempat persemaian dan
sekolah iman. Di dalam keluarga
sendiri iman dan
pengungkapannya
diperkenalkan, diajarkan, dan
dihayati.
4) Problematika kehidupan modern
saat ini tidak boleh menjauhkan
kita dari sikap hadir kepada
Allah dalam kebersamaan
sebagai keluarga. Meneladan
keluarga Kudus dari Nazaret
juga banyak mengungkapkan
problematika kehidupan
keluarga modern. Kesalehan
hidup merekalah yang membuat
Allah hadir dalam keluarga
mereka dan ikut berperan
menghadapi berbagai
problematika keluarga. Mari
bersama-sama belajar dan
berjuang untuk meneladan
sekaligus menghayati cara hidup
keluarga Kudus. Bersedia
menerima segala problematika
hidup modern sebagai sarana
pendewasaan hidup di hadapan
Allah dan menyerahkan segala
niat dan usaha serta upaya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
memberikan yang terbaik bagi
keluarga untuk mengambil
bagian dalam keselamatan
Allah.
13.30-13.45 Ice Breaking Untuk mencairkan suasana dan
membangkitkan semangat
pendamping mengajak peserta
untuk bermain.
Sesi IV: Satukan hati, eratkan tangan untuk membangun keluarga.
13.45-14.10 Pendamping
mengajak peserta
membuat aksi nyata
untuk
mengembangkan
iman anak dengan
melaksanakan
tanggung jawabnya
sebagai pembina
iman yang pertama
dan utama dengan
meneladani hidup
keluarga Kudus
Nazaret.
Peserta menuliskan aksi nyata dan
berkomitmen untuk
mengembangkan iman anak dengan
melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai pembina iman yang
pertama dan utama dengan
meneladani hidup keluarga Kudus
Nazaret.
14.10-14.30 Sharing mengenai
aksi nyata yang
akan dilaksanakan.
Beberapa peserta menyampaikan
aksi nyata yang akan dilaksanakan
untuk mengembangkan iman anak
di rumah.
14.30-15.30 Misa Penutup Seluruh peserta dan pendamping
mengikuti misa bersama dengan
romo paroki.
15.30-16.00 Foto bersama dan
pulang.
Seluruh peserta dan pendamping
serta romo paroki foto bersama dan
pamit untuk pulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
BAB V
PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian pertama menyampaikan
kesimpulan berdasarkan rumusan permasalahan. Kemudian bagian kedua
mengemukakan saran untuk beberapa pihak demi pelaksanaan tanggung jawab
keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak yang lebih baik.
A. Kesimpulan
Keluarga merupakan bagian terkecil dari Gereja dalam mengambil karya
penyelamatan Allah. Orangtua sebagai mitra Allah dalam karya penciptaan,
mempunyai tanggung jawab untuk menjadi pembina utama dan pertama yang tak
tergantikan oleh siapa pun. Kehadiran orangtua adalah cerminan sekaligus sarana
kehadiran Allah di dalam keluarga untuk menuntun anak-anak agar dapat
mengenal dan mengimaniNya. Maka sejak dini, anak-anak harus diajarkan untuk
mengenal Allah seturut dengan iman yang telah mereka terima dalam sakramen
baptis. Untuk mencapai itu semua, orangtua mempunyai kewajiban membangun
suasana keluarga yang dihidupi oleh semangat cinta kasih dan bakti kepada Allah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab keluarga
Katolik terhadap pembinaan iman anak di wilayah Yoakim sudah cukup baik. Hal
ini dibuktikan dengan dukungan orangtua kepada anak-anaknya untuk mengikuti
kegiatan PIA dan melalui penghayatan dalam hidup menggereja, yakni mengajak
anak-anak untuk mengikuti berbagai doa di lingkungan, dan mengikuti kegiatan
baik di kapel lingkungan maupun wilayah. Secara keseluruhan orangtua dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
melaksanakan tanggung jawabnya sudah berjalan baik, namun orangtua perlu
meningkatkan lagi pembinaan iman anak di rumah dengan mengajak anak untuk
memiliki kebiasaan hidup doa dan membaca Kitab Suci sebelum tidur atau pada
waktu yang sudah disepakati. Orangtua perlu memiliki komitmen untuk terus
melakukan sebuah perubahan demi membantu perkembangan iman anak.
Keseluruhan permasalahan di atas perlu ditanggapi dalam suatu bentuk
kegiatan pendampingan yang relevan dengan keadaan umat. Maka penulis
menawarkan rekoleksi keluarga demi membantu menjawab kebutuhan umat.
Sebab rekoleksi membantu orangtua meluangkan waktu sejenak untuk melihat
kembali pengalaman hidup dalam membina iman anak. Rekoleksi juga membantu
keluarga sebagai komunitas iman Kristiani untuk mengambil bagian dalam karya
keselamatan Allah dengan meneladani hidup keluarga Kudus Nazaret. Keluarga
Katolik diharapkan semakin setia dengan panggilannya sebagai pelaku pertama
dan utama dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai orangtua dan semakin
tergerak hatinya untuk membina iman anak-anaknya.
B. Saran
Berdasarkan kenyataan yang terjadi, penulis menyampaikan saran kepada
beberapa pihak sebagai upaya meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab
keluarga Katolik terhadap pembinaan iman anak di wilayah Yoakim.
1. Bagi keluarga – keluarga Katolik di wilayah Yoakim, perlu memiliki
komitmen untuk terus melakukan perubahan demi membantu perkembangan
iman anak. Wujud dari perubahan tersebut dengan bersedia terlibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
mengikuti rekoleksi maupun kegiatan lain yang menunjang pengetahuan
serta penghayatan iman. Keluarga juga diharapkan mempunyai kesadaran
diri dalam memberikan prioritas dan totalitas untuk membina iman anak-
anak, menciptakan suasana yang harmonis dalam keluarga, serta
berkomunikasi dengan baik antara orangtua dengan anak demi
perkembangan iman anak-anak.
2. Bagi pengurus lingkungan dan wilayah, perlu menyadari pentingnya
pendampingan keluarga-keluarga Katolik dan bersedia untuk ikut
melibatkan diri dalam usaha pendampingan tersebut sebagai bentuk gerakan
atau dorongan bagi umat. Pihak pengurus lingkungan dan wilayah bekerja
sama dengan umat secara khusus keluarga-keluarga Katolik untuk
menindaklanjuti kegiatan-kegiatan yang positif bagi keluarga-keluarga
Katolik bisa dengan rekoleksi, sarasehan keluarga, dan pendampingan
khusus bagi anak-anak.
3. Bagi pendamping PIA di lingkungan masing-masing dalam satu wilayah
Yoakim, banyak anak-anak yang semangat untuk mengikuti kegiatan
tersebut. Mereka merasa senang dan bergembira ketika berkumpul, berdoa,
belajar, bernyanyi dan berkegiatan bersama teman-temannya. Pendamping
PIA bisa kembali mengatur jadwal untuk setiap pertemuannya. Untuk
lingkungan Yohanes dan Mateus hari minggu setelah ibadat pagi dan
lingkungan Aloysius menghidupkan kembali doa bergilir setiap hari rabu
sore serta minggu gembira setiap minggu sore. Pendamping diharapkan up
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
date dengan informasi sekaligus pengetahuan serta kreatif membuat alat
peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Daftar Pustaka
Adisusanto, FX., SJ. (1995) “ Katekese Sebagai Pendidikan Iman” dalam M.
Sumarno DS, SJ. Bunga Rampai Pendidikan Iman
Dapiyanta, FX. (2014) “Kebebasan dan Tanggung Jawab” dalam B.A Rukiyanto
dan Esti Sumarah (Eds) Semakin Menjadi Manusiawi; Teologi
Moral Masa Kini
____________. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Darmaatmadja, Julius Kardinal, SJ. (2010) “Mari bertanggung jawab” dalam
A.Widyahadi Seputra, dkk (Ed). Tanggungjawab Sosial Umat Beriman.
Jakarta: Sekertariat Komisi PSE/ APP
Darmawijaya, St. (1994) “Pembinaan Iman Dalam Keluarga” dalam I. Puja
Raharja, dkk (Ed). Keluarga; Peran Dan Tanggung Jawabnya Di Zaman
Modern.Yogyakarta: Ikatan Penerbit Indonesia
Dwi Siswanto. (1997). Kesadaran dan Tanggung Jawab Pribadi Dalam
Humanisme Jean-Paul Sartre. Jurnal Filsafat Fakultas Filsafat
Universitas Gadjah Mada, H. 31
Emiyan, Maurice, SJ. (2001). Teologi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius.
Gilarso, T. Drs, SJ. (editor).(1996). Membangun Keluarga Kristiani; Pembinaan
Persiapan Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius.
Go, Piet, O Carm. (1990). Pokok-pokok Moral Perkawinan Dan Keluarga
Katolik. Malang: Dioma
Hardawiryana, R., SJ. (1995). Katekismus Gereja Katolik. Gerejani Ende:
Arnoldus Ende
Hendro Budiyanto, Stanilaus. (2010) “Pertumbuhan Dan Perkembangan Iman
Anak-Anak Tanggung Jawab Siapa” dalam A.Widyahadi Seputra, dkk
(Ed). Tanggung jawab Sosial Umat Beriman. Jakarta: Sekertariat Komisi
PSE/ APP
Hery Setyawan, Oktavianus. (2014). Pewarisan dan Pendidikan Iman anak
sebagai Tanggung Jawab Orangtua Menurut Ecclesia Domestica Studi
Kasus Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur; Jurnal Teologi.
Heryatno Wono Wulung, FX., SJ. (2016) “Menemani Perjalanan Keluarga
Keluarga Kristiani Mengalami Belas Kasih Allah yang Cuma-Cuma”
dalam Hendrikus Midun dan Matheus Beny Mite (Edt). Peran
Keluarga Dan Pendidikan Di Era Globalisasi; Prosiding
eminar Nasional STKIP Santo Paulus Ruteng, Flores. Malang: Dioma
___________________________. (1995) “Pembinaan Dan Pewartaan Iman yang
Berdimensikan Keadilan” dalam M. Sumarno DS, SJ (Edt). Bunga
Rampai Pendidikan Iman
Kleden, Stephie. (2014). Tuntunan Untuk Iman Anak. Kana, H.08
Kompendium Katekismus Gereja Katolik. (2011). Kasihilah Sesamamu Seperti
Dirimu Sendiri. H.162. Malang: Dioma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Kristianto, Yoseph. (2014) “Ciri-ciri dan Peranan Keluarga Kristiani” dalam B.A
Rukiyanto dan Esti Sumarah. Semakin Menjadi Manusiawi; Teologi
Moral Masa Kini
KWI. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor
Laras Mustikarani dan Dena, Lucia (eds). (2016). Kasih dalam Keluarga:
Ringkasan Nasihat Apostolik Amoris Leititia. Yogyakarta: Pusat Studi
Ignasian
Mangunhardjana, A.M., SJ. (2017). Prodiakon Rekoleksi & Ibadat Masa Adven
Dan Prapaskah. Jakarta: Obor
Magnis Suseno, Franz, SJ. (2010) “Bertanggung jawab” dalam A.Widyahadi
Seputra, dkk (Ed). Tanggung jawab Sosial Umat Beriman. Jakarta:
Sekertariat Komisi PSE/ APP
MAWI. (1975).Pedoman Pastoral Keluarga; Pegangan Dalam Menghadapi
Beberapa Masalah Pembinaan Keluarga Katolik. Jakarta: bagian
dokumentasi dan penerangan MAWI
Mochtar Buchori. (2010) ”Pendidikan multikultural dan perkembangan
tanggung jawab sosial” dalam A. Widyahadi Seputra, dkk (Ed).
Tanggung jawab Sosial Umat Beriman. Jakarta: Sekertariat KomisiPSE/
APP
Moleong, L.J. (2012) “Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi”.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Mulyatno, CB. (2013). Filsafat Ilmu Pengetahuan; Membuka Cakrawala Pada
Pluralitas Ilmu. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Nana Sudjana dan Ibrahim, M. A. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru
Nugroho, Stanislaus. (2013). Keluarga Misioner. Kana, H.10-11
Prasetya, L., Pr (2014). Allah Memberkati Hidup Keluarga. Yogyakarta: Kanisius
Pudjiono, V. dan Oetomo, M.L. (2007). Pendidikan Iman Anak Di Rumah Di
Bidang Iman. Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga Keuskupan
Agung Semarang.
Rukiyanto, B.A. Dr. SJ. dan Sumarah Esti, Ignatia (eds). (2014). Semakin Menjadi
Manusiawi; Teologi Moral Masa Kini. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma
Samsi Darmawan. (2010) “Pribadi yang bertanggung jawab sosial” dalam
A.Widyahadi Seputra, dkk (Ed). Tanggung jawab Sosial Umat Beriman.
Jakarta: Sekertariat Komisi PSE/ APP
Sekertaris. (2017). Manuskrip berisi Rancangan Anggaran Penerimaan Dan
Biaya & Rancangan Anggaran Investasi Paroki Keluarga Kudus
Parakan
________. (2016). Manuskrip berisi Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki
Keluarga Kudus Parakan
Sobur, Alex. (1987). Pembinaan Anak Dalam Keluarga. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
Soesilo, A.L.S. (1992) “Pengaruh Sikap Orang Tua Terhadap Anak” dalam Dra.
Kartini Kartono. Peranan Keluarga Memandu Anak . Jakarta: CV.
Rajawali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Soerjanto, Al. dan Widiastoeti (2007). Pendidikan anak-anak dalam Keluarga
Katolik. Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga KAS.
Stevanus, Kalis., pdt (2016) “Pentingnya Pendidikan di Keluarga” dalam Bert
Tallulembang. Menjadi Orangtua Bijak; Solusi Mendidik Dan Melindungi
Anak Dari Pengaruh Pergaulan Buruk. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusatama
Suhardiyanto, H.J. Drs, SJ. (2010). “Pendidikan Iman Anak”. Diktat Mata Kuliah
PIA bagi Semester III, Program Studi Pendidikan Agama Katolik Jurusan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Supriyatno, Ignatius. MSF. (2007). Buku Kenangan MSF 75 Tahun Berkarya di
Jawa 1932-2007. Manuskrip
Sutarno. (1992) “Tanggung Jawab Sosial dan Politik Warga Negara Indonesia”
dalam Gultom, R.M.S (Edt). Tanggung Jawab Warga Negara. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia
Sutarno, Alfonsus, Pr. (2013). Catholic Parenting; Metode Mendidik Anak Secara
Katolik. Yogyakarta: Kanisius
Tri Priyo Widarto, FX. SCJ. (2017). Pembinaan Iman Anak Tanggung Jawab
Semua Pihak. Praba, H.10
Widyahadi Seputra (dkk). (2010). Tanggung jawab Sosial Umat Beriman. Jakarta:
Komisi PSE/KWI
Wignyasumarta, Ig., MSF, dkk. (2000). Panduan Rekoleksi Keluarga.
Yogyakarta: Kanisius
________________________________(2014). Membangun Taman Firdaus
Dalam Keluarga. Yogyakarta: Kanisius
Yohanes Paulus II (2011). Familiaris Consortio (Peranan Keluarga Kristen
dalam Dunia Modern) : Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II,
kepada para Uskup, Imanm-iman dan Umat beriman seluruh Gereja
Katolik (22 November 1981). Seri Dokumen Gereja No. 30. Diterjemahkan
oleh R.Hardawiryana, SJ., Jakarta: Departemen Dokumentasi dan
Penerbangan Konferensi WaliGereja Indonesia.
(2015). Lineamenta (Panggilan Dan Perutusan Keluarga
Dalam Gereja Dan dunia Zaman Sekarang) : Sidang Umum Biasa XIV;
Sidang para Uskup (4-25 Oktober 2015). Seri Dokumen Gerejawi No. 96.
Diterjemahkan oleh Susanto, SJ., dan Harini Tri Prasasti, Bernadeta.,
Jakarta:Departemen Dokumentasi dan Penerbangan Konferensi
WaliGereja Indonesia.
http://komkat-kwi.org/hasil-akhir-pertemuan kateketik-antar-keuskupan-se-
indonesia-pkki.html diunduh pada tanggal 24 Maret 2017, pukul 16.00 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 4 Kuisoner Tertutup
Silahkan mengisi angket di bawah ini, dengan cara memberi tanda check (√)
pada nomor yang telah tersedia....
A. Identitas Responden
1. Berapakah usia anda sekarang?
a. di bawah 30 tahun
b. 30 tahun – 35 tahun
c. 36 tahun – 40 tahun
d. di atas 40 tahun
2. Apa pendidikan terakhir anda?
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Lainnya
3. Apa profesi anda?
a. Petani
b. Pedagang
c. Pegawai Negeri
d. Guru
e. Lainnya
…………………………………….
Nama : ...............................................
Lingk : ............................................
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
No Pernyataan SS S N TS STS
1
Keluarga sebagai komunitas pembinaan yang
paling utama dan mendasar untuk meneruskan
nilai-nilai agama dan budaya.
2
Suami dan istri bersama-sama terlibat dalam
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
pembina iman anak yang tak dapat tergantikan
oleh siapa pun.
3
Tanggung jawab keluarga Katolik dapat
diwujudkan melalui pembinaan yang
berdasarkan cinta kasih, nilai-nilai Injili,
keharmonisan dalam keluarga demi kesejahtaran
bersama.
4
Tanggung jawab pembinaan iman anak dalam
keluarga sebatas memberikan pendidikan formal
5
Pembinaan iman anak dalam keluarga menjadi
tanggung jawab utama seorang ibu
No Pernyataan SS S N TS STS
6 Keluarga menyediakan waktu setiap malam
untuk doa bersama dan makan bersama
7 Keluarga terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan
di lingkungan dan hidup menggereja
8 Orangtua memberikan teladan melalui perilaku
baik dalam kehidupan sehari-hari
9
Tujuan pembinaan iman anak dalam keluarga
membantu anak berkembang menjadi pribadi
yang mandiri, tanggung jawab dan terbuka
sesuai dengan usia.
10
Ada kebiasaan berdoa bersama untuk
mendoakan salah satu anggota keluarga saat
berulang tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
No Pernyataan SS S N TS STS
11
Orangtua yang menjadi pengurus lingkungan
dapat memotivasi keterlibatan anak dalam
kegiatan lingkungan.
12 Kegiatan PIA di lingkungan dalam satu wilayah
berperan penting bagi perkembangan iman anak
13
Kesulitan finansial menghambat partisipasi
anak-anak dalam mengikuti kegiatan PIA di
wilayah maupun di paroki
14
Kegiatan PIA di masing-masing lingkungan
wilayah Yoakim bergantung pada waktu yang
dimiliki pendamping
15 Keluarga menyediakan waktu untuk mendalami
Kitab Suci bagi perkembangan iman anak.
No Pernyataan SS S N TS STS
16
Di tengah keluarga diharapkan terwujud suasana
saling menghormati, menghargai, dan adanya
kerukunan yang membantu perkembangan iman
anak
17
Kegiatan rohani dalam keluarga seperti doa
bersama, membaca Kitab Suci, makan bersama,
dan sharing keluarga perlu ditingkatkan demi
perkembangan iman anak
18
Lingkungan yang harmonis dan terbuka dapat
membantu anak untuk meningkatkan
perkembangan iman anak
19
Untuk meningkatkan tanggung jawab keluarga
dalam pembinaan iman anak dapat dilakukan
dengan pendampingan khusus bagi keluarga-
keluarga Katolik seperti rekoleksi keluarga,
sarasehan keluarga.
20
Orangtua menjalin relasi dan kerja sama dengan
guru agama/katekis untuk membantu
meningkatkan perkembangan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
Lampiran 8: Keadaan Umat
Tabel : KEADAAN UMAT SECARA UMUM
Paroki : Keluarga Kudus – Parakan
No.
Wilayah
KK dan Umat
Jumlah KK Jumlah Jiwa
Wil: WIL. MARIA
1 ST. BERNADETTE, PARAKAN 22 57
2 ST. YAKOBUS, PARAKAN 48 134
3 ST. YUSTINUS, PARAKAN 57 175
4 ST.SISILIA, PARAKAN 23 74
5 ST. YOHANES, PARAKAN 33 104
Total per WILAYAH 183 544
Wil: WIL. YOSEF
1 ST. MARIA, KARANGGEDONG 52 143
2 ST. DOMINIKUS, NGADIREJO 42 133
3 ST. MARKUS, JUMO 22 60
4 ST. YUSUF, MANGUNSARI 33 113
5 ST. SEBASTIANUS 39 99
Total per WILAYAH 188 548
Wil. WIL: ANNA
1 ST. MARIA FATIMA,CANDIROTO 34 98
2 ST. LUKAS, GUNUNG PAYUNG 29 86
3 ST. MIKAEL, KEBONDALEM 25 75
Total per WILAYAH 88 259
Wil. WIL: YOAKIM
1 ST. YOHANES, CEMORO 50 180
2 ST. MATEUS, CEMORO 18 55
3 ST. ALOYSIUS WATES 37 106
Total per Wilayah
Total per Paroki
105 341
564 1, 692
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
Lampiran 9: Jenis Kelamin
Tabel : Jenis Kelamin
Paroki : Keluarga Kudus – Parakan
No.
Wilayah
Jenis Kelamin Jumlah
Umat Laki-laki Perempuan
Wil: WIL. MARIA
1 ST. BERNADETTE, PARAKAN 22 24 46
2 ST. YAKOBUS, PARAKAN 50 57 107
3 ST. YUSTINUS, PARAKAN 63 81 144
4 ST.SISILIA, PARAKAN 26 39 65
5 ST. YOHANES, PARAKAN 40 51 91
Total per WILAYAH 201 252 453
Wil: WIL. YOSEF
1 ST. MARIA,
KARANGGEDONG
50 70 120
2 ST. DOMINIKUS, NGADIREJO 45 57 102
3 ST. MARKUS, JUMO 21 30 51
4 ST. YUSUF, MANGUNSARI 52 45 97
5 ST. SEBASTIANUS 39 34 73
Total per WILAYAH 207 236 443
Wil. WIL: ANNA
1 ST. MARIA
FATIMA,CANDIROTO
30 33 63
2 ST. LUKAS, GUNUNG
PAYUNG
36 45 81
3 ST. MIKAEL, KEBONDALEM 29 34 63
Total per WILAYAH 95 112 207
Wil. WIL: YOAKIM
1 ST. YOHANES, CEMORO 70 85 155
2 ST. MATEUS, CEMORO 27 19 46
3 ST. ALOYSIUS WATES 51 45 96
Total per Wilayah
Total per Paroki
148 149 297
651 749 1,400
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
Lampiran 10: Status Ekonomi Keluarga
Tabel : Status Ekonomi
Paroki : Keluarga Kudus – Parakan
No Wilayah-Lingkungan Keluarga Status Ekonomi Keluarga Jumlah
KK Bisa Membantu Biasa Perlu Dibantu
WIL. MARIA
1 ST. BERNADETTE, PARAKAN Single - 3 - 3
ST. BERNADETTE, PARAKAN Keluarga - 13 - 13
ST. BERNADETTE, PARAKAN Janda/Duda - 5 - 5
2 ST. YAKOBUS, PARAKAN Single 2 2 2 6
ST. YAKOBUS, PARAKAN Keluarga 19 14 2 35
ST. YAKOBUS, PARAKAN Janda/Duda 2 5 - 7
3 ST. YUSTINUS, PARAKAN Single 1 3 - 4
ST. YUSTINUS, PARAKAN Keluarga 21 24 1 46
ST. YUSTINUS, PARAKAN Janda/Duda 3 2 - 5
4 ST.SISILIA, PARAKAN Single - 1 - 1
ST.SISILIA, PARAKAN Keluarga 9 10 - 19
ST.SISILIA, PARAKAN Janda/Duda - 1 - 1
5 ST. YOHANES, PARAKAN Single 2 1 - 3
ST. YOHANES, PARAKAN Keluarga 13 10 - 23
ST. YOHANES, PARAKAN Janda/Duda 1 2 1 4
Total per WILAYAH 73 96 6 175
WIL. YOSEF
6 ST. MARIA, KARANGGEDONG Single - - - 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
ST. MARIA, KARANGGEDONG Keluarga 7 31 - 38
ST. MARIA, KARANGGEDONG Janda/Duda 2 9 - 11
7 ST. DOMINIKUS, NGADIREJO Single - - - 0
ST. DOMINIKUS, NGADIREJO Keluarga 5 31 - 36
ST. DOMINIKUS, NGADIREJO Janda/Duda 2 3 - 5
8 ST. MARKUS, JUMO Single - - - 0
ST. MARKUS, JUMO Keluarga - 13 - 13
ST. MARKUS, JUMO Janda/Duda - 4 - 4
9 ST. YUSUF, MANGUNSARI Single - - - 0
ST. YUSUF, MANGUNSARI Keluarga - 27 1 28
ST. YUSUF, MANGUNSARI Janda/Duda - 2 - 2
10 ST. SEBASTIANUS Single - 8 2 10
ST. SEBASTIANUS Keluarga 5 9 7 21
ST. SEBASTIANUS Janda/Duda 1 3 2 6
Total per WILAYAH 22 140 12 174
WIL: ANNA
11 ST. MARIA FATIMA,CANDIROTO Single - 3 - 3
ST. MARIA FATIMA,CANDIROTO Keluarga 1 23 1 25
ST. MARIA FATIMA,CANDIROTO Janda/Duda - 3 2 5
12 ST. LUKAS, GUNUNG PAYUNG Single - - 1 1
ST. LUKAS, GUNUNG PAYUNG Keluarga 4 14 1 19
ST. LUKAS, GUNUNG PAYUNG Janda/Duda 2 3 1 6
13 ST. MIKAEL, KEBONDALEM Single - - - 0
ST. MIKAEL, KEBONDALEM Keluarga - 18 1 19
ST. MIKAEL, KEBONDALEM Janda/Duda - 3 - 3
Total per WILAYAH 7 67 7 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
WIL: YOAKIM
14 ST. YOHANES, CEMORO Single - - - 0
ST. YOHANES, CEMORO Keluarga 6 30 11 47
ST. YOHANES, CEMORO Janda/Duda - 2 - 2
15 ST. MATEUS, CEMORO Single - - - 0
ST. MATEUS, CEMORO Keluarga 3 13 - 16
ST. MATEUS, CEMORO Janda/Duda - 2 - 2
16 ST. ALOYSIUS WATES Single - 1 - 1
ST. ALOYSIUS WATES Keluarga 1 24 1 26
ST. ALOYSIUS WATES Janda/Duda - - 4 4
Total per Wilayah 10 72 16 98
Total per Paroki 112 375 41 528
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
Lampiran 11: Pendidikan Umat
Tabel : Pendidikan Umat
Paroki : Keluarga Kudus – Parakan
No Wilayah-Lingkungan Status Pendidikan Jumlah
Umat Buta
Aksara
SD SLTP SLTA D1-D3 S1 S2-S3 Msh
Sekolah
0-6
th
Putus
Sekolah
WIL. MARIA
1 ST. BERNADETTE,
PARAKAN
- - 1 26 2 7 - 10 - - 46
2 ST. YAKOBUS, PARAKAN - 16 5 31 9 15 - 20 7 - 103
3 ST. YUSTINUS, PARAKAN - 9 17 27 15 26 2 37 11 - 144
4 ST.SISILIA, PARAKAN - 8 1 15 9 11 - 18 3 - 65
5 ST. YOHANES, PARAKAN - 5 8 25 5 10 - 22 10 - 85
Total per Wilayah 0 38 32 124 40 69 2 107 31 0 443
WIL. YOSEF
6 ST. MARIA,
KARANGGEDONG
- 19 20 34 10 9 - 27 1 - 120
7 ST. DOMINIKUS,
NGADIREJO
- 2 8 38 8 15 1 19 11 - 102
8 ST. MARKUS, JUMO - 9 5 13 4 4 - 11 5 - 51
9 ST. YUSUF,
MANGUNSARI
- 20 8 28 5 4 - 25 7 - 97
10 ST. SEBASTIANUS - 21 11 10 7 4 - 12 8 - 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
Total per Wilayah 0 71 52 123 34 36 1 94 32 0 443
WIL: ANNA
11 ST. MARIA
FATIMA,CANDIROTO
- 11 7 16 1 9 2 16 1 - 63
12 ST. LUKAS, GUNUNG
PAYUNG
- 31 12 7 2 4 - 21 4 - 81
13 ST. MIKAEL,
KEBONDALEM
- 21 8 10 1 2 - 14 6 - 62
Total per Wilayah 0 63 27 33 4 15 2 51 11 0 206
WIL: YOAKIM
14 ST. YOHANES, CEMORO - 82 16 10 - 2 - 36 9 - 155
15 ST. MATEUS, CEMORO - 25 6 3 - 1 - 7 4 - 46
16 ST. ALOYSIUS WATES - 58 10 1 1 2 - 15 9 - 96
Total per Wilayah 0 165 32 14 1 5 0 58 22 0 297
Total per Paroki 337 143 294 79 125 5 310 96 0 1,389
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
Lampiran 12: Suku Bangsa
Tabel : Suku Bangsa
Paroki : Keluarga Kudus – Parakan
No Wilayah-Lingkungan Suku Bangsa Jumlah
Umat Jawa Tionghoa Sunda/
Bali
Sumatera Kalimantan Ns
Tenggara
Sulawesi Papua Lainnya
WIL. MARIA
1 ST. BERNADETTE, PARAKAN 8 - - - - - - - 5 46
2 ST. YAKOBUS, PARAKAN 25 - - - - - - - 14 107
3 ST. YUSTINUS, PARAKAN 59 - - - - - - - 6 144
4 ST.SISILIA, PARAKAN 48 - - - - - - - - 65
5 ST. YOHANES, PARAKAN 45 4 - - - 4 - - 11 91
Total per Wilayah 185 228 0 0 0 4 0 0 36 453
WIL. YOSEF
6 ST. MARIA, KARANGGEDONG 107 4 - - - 4 - - 6 120
7 ST. DOMINIKUS, NGADIREJO 57 - - - - - - - 5 102
8 ST. MARKUS, JUMO 51 - - - - - - - - 51
9 ST. YUSUF, MANGUNSARI 97 - - - - - - - - 97
10 ST. SEBASTIANUS 72 - - - - - 1 - - 73
Total per Wilayah 384 43 0 0 0 4 1 0 11 443
WIL: ANNA
11 ST. MARIA
FATIMA,CANDIROTO 59 - - - - - - - 1 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
12 ST. LUKAS, GUNUNG PAYUNG 81 - - - - - - - - 81
13 ST. MIKAEL, KEBONDALEM 58 - - - - - - - 1 63
Total per Wilayah 198 7 0 0 0 0 0 0 2 207
WIL: YOAKIM
14 ST. YOHANES, CEMORO 155 - - - - - - - - 155
15 ST. MATEUS, CEMORO 46 - - - - - - - - 46
16 ST. ALOYSIUS WATES 94 1 - - - 1 1 - - 96
Total per Wilayah 295 0 0 0 0 1 1 0 0 297
Total per Paroki 1,062 278 0 0 0 9 2 0 49 1,400
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(25)
Lampiran 13: Jumlah Umat Wilayah Yoakim
Tabel : KEADAAN UMAT SECARA UMUM
Paroki : Keluarga Kudus – Parakan
Wilayah : Yoakim
WIL: YOAKIM
1 ST. YOHANES, CEMORO 50 180
2 ST. MATEUS, CEMORO 18 55
3 ST. ALOYSIUS WATES 37 106
Total per Wilayah 105 341
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
Lampiran 14: Lagu Mars Keluarga Kudus
Mars Keluarga Kudus
Paroki Keluarga Kudus Parakan
1. Di dalam keluarga sederhana Allah Putera menjadi manusia
2. Di dalam keluarga yang beriman tampak nyata gambaran manusia
3. Di dalam hidup kita di dunia terjalin rasa satu keluarga
1. Imam Abadi utusan Bapa pancarkan cahya kabar gembira
2. Yesus Maria Yusuf setia menangkap menjawab panggilanNya
3. selalu kita siap sedia tunaikan tugas perutusanNya
1-2 Keluarga Kudus saling hormat penuh cinta, bersatu berdoa berkarya.
3 Marilah saudara saling hormat penuh cinta, bersatu berdoa berkarya.
Keluarga Kudus teladan bagi kita, dambakan Keluarga Bapa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(27)
Lampiran 15: Bacaan Kitab Suci
LUKAS 2:2-23; 41-52
2:2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi
wali negeri di Siria.
2:3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya
sendiri.
2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota
Daud yang bernama Betlehem, -- karena ia berasal dari keluarga dan
keturunan Daud --
2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang
sedang mengandung.
2:6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,
2:7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu
dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan,
karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
2:8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga
kawanan ternak mereka pada waktu malam.
2:9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan
kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya
aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota
Daud.
2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi
dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar
bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di
bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(28)
2:15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga,
gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita
pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang
diberitahukan Tuhan kepada kita."
2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan
bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.
2:17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah
dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.
2:18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan
gembala-gembala itu kepada mereka.
2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan
merenungkannya.
2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan
Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat,
semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
2:21 Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama
Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-
Nya.
2:22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka
membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
2:23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung
harus dikuduskan bagi Allah",
2:41 Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya
Paskah.
2:42 Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke
Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.
2:43 Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah
Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.
2:44 Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang
seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu
mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
2:45 Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem
sambil terus mencari Dia.
2:46 Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang
duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
2:47 Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya
dan segala jawab yang diberikan-Nya.
2:48 Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata
ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian
terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."
2:49 Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah
kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
2:50 Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.
2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam
asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam
hatinya.
2:52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-
Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
Lampiran 16: Gambar Keluarga Kudus Nazaret
Penampilan gambar cara hidup Maria dan Yosef dalam membina iman
anak.
a. Gambar 1 dan 2: Yesus disunat
b. Gambar 3 dan 4: Maria, Yosef, dan Yesus tekun dalam doa dan menghayati
Kitab Suci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(31)
c. Gambar 5 : Yosef membawa Maria dan Yesus ke Yerusalem yakni pada hari
raya Paskah
Gambar 6: Maria mencari Yesus dan menemukanNya dalam Bait Allah.
d. Gambar 7: Yesus diajarkan untuk bekerja
Gambar 8: Yesus mencintai semua makhluk hidup tidak terkecuali hewan
peliharaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(32)
Lampiran 17
Hasil Akhir Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI) XI
Submitted by administrator on Tue, 06/09/2016 - 10:28
Pengantar
Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI) XI diadakan pada
tanggal 29 Agustus – 02 September 2016 di Hotel Kenari – Makassar dengan
mengambil tema “Iman Keluarga: Fondasi Masyarakat Indonesia yang terus
berubah”. Sub tema pertemuan adalah: Melalui Sarana Digital, Gereja
mengembangkan Pembinaan Iman keluarga dalam masyarakat yang majemuk”.
Tema ini diangkat sebagai dukungan dan keterlibatan Komisi Kateketik atas
pilihan pastoral Gereja Indonesia dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia
(SAGKI) IV tanggal 2-6 November 2015 dengan tema: Keluarga Katolik,
Sukacita Injil. PKKI XI ini dihadiri 110 peserta yang terdiri dari uskup, para
imam dan para katekis dari 35 komisi Kateketik Keuskupan serta perwakilan dari
lembaga dan sekolah kateketik.
PKKI XI mendalami katekese keluarga di era digital. Proses diawali dengan
melihat pengalaman berkatekese dari keuskupan-keuskupan yang kemudian
diteguhkan kembali oleh ahli berkaitan denganhakikat katekese. Untuk membawa
pada panorama keluarga dan tantangan katekese di era digital, dihadirkan
kesaksian beberapa keluarga tentang sukacita, maupun pergumulan yang dialami
dalam hidup keluarga. Pengalaman tersebut diperkaya dengan melihat era digital
sebagai medan baru yang perlu untuk dimasuki dalam kegiatan berkatekese.
Pengalaman-pengalaman itu kemudian diperkaya dengan sharingpara peserta
dalam regio dan kelompok lembaga/sekolah katekese yang memusatkan diri pada
iman dalam keluarga, relasi dalam keluarga, ekonomi rumah tangga dan
pendidikan anak dalam keluarga. Katekese membawa pribadi berjumpa dengan
Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(33)
Bercermin dari proses perjalanan katekese selama ini, semakin disadari
mendesaknya keperluan akan katekis-katekis yang semakin hari semakin
professional dan handal. Sumber daya katekis harus semakin dipersiapkan dengan
baik melalui studi yang khusus agar proses katekese makin hari makin
berkembang dan bertumbuh secara professional tanpa menghilangkan proses
katekese yang melibatkan peranan umat yang menjadi lahan pewartaan mereka.
Keluarga: Fokus dan Locus Katekese.
Keluarga adalah “ecclesia domestica”. Sebagai gereja rumah tangga, keluarga
adalah pusat iman, pewartaan iman, pembinaan kebajikan dan kasih kristiani
dengan mengikuti cara hidup Gereja perdana (Kis 2,41-47; 4.32-37). Katekese
dalam hidup berkeluarga harus menyentuh tanggung jawab masing masing
keluarga sebagai imam, nabi, dan raja dalam tindakan untuk saling mendoakan
dan menguduskan (leitourgia); saling melayani (diakonia), membangun
kebersamaan dalam kasih (koinonia) dan kesadaran satu akan yang lain untuk
mewartakan iman dan kebaikan (kerygma). Semuanya itu dilandasi oleh sikap
pengorbanan yang tulus dan tanpa pamrih (martyria).
Keluarga adalah tempat penyemaian benih iman dan kebajikan dari orangtua
kepada anak-anak. Dengan demikian, keluarga adalah lahan katekese yang sangat
penting dalam pertumbuhan iman umat dan Gereja. Proses beriman pada awalnya
tumbuh di dalam keluarga, ketika orang tua menjadi katekis yang pertama dan
utama dalam iman dan moral. Peranan dari para katekis juga lah melalui katekese
untuk membantu dan mengingatkan orang tua sehingga mereka mengalami
“perubahan pada diri orang tua karena menggugah tanggungjawab imannya dan
perubahan pada diri anak karena menemukan kedalaman dan kesaksian iman pada
kehidupan berkeluarganya (Amoris Laetitia 200). Kesadaran Keluarga sebagai
Gereja rumah tangga (ecclesia domestica) menjadi jalan katekese untuk orangtua
dan anak-anak.
https://googleweblight.com/lite_url=http://komkat-kwi.org/hasil-akhir pertemuan
kateketik-antar-keuskupan-se-indonesia-pkki.html diunduh pada tanggal
24 Maret 2017, pukul 16.00 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
Lampiran 18
Sinode Keluarga Oktober 2015: Tak ada Jalan Buntu bagi
Keluarga Katolik
SINODE biasa Oktober 2015 yang baru berakhir 25 Oktober 2015 mengambil
tema “Panggilan dan Perutusan Keluarga dalam Gereja dan Dunia Sekarang ini”.
Sementara Sinode Luar Biasa tahun 2014 mengambil tema “Tantangan-tantangan
Pastoral Keluarga dalam Konteks Evangelisasi”. Pada hari ketiga SAGKI 2015,
Mgr. Suharyo membagikan ‘oleh-oleh’ informasi hasil Sinode tersebut.
Informasi Umum
Acara kumpul-kumpul para Uskup dari seluruh dunia yang dikenal dengan istilah
‘sinode’ berawal dari sinode pertama yang digagas oleh mendiang Paus Paulus
VI. Yang disebut Sinode Biasa terjadi dalam kurun waktu setiap tiga tahun sekali.
Pada Sinode Uskup di bulan Oktober 2015, Gereja Katolik Indonesia diwakili
oleh dua uskup: Mgr. Ignatius Suharyo selaku Ketua KWI dan Mgr. Fransiskus
Kopong Kung dari Diosis Larantuka, Flores, NTT dalam kapasitasnya sebagai
Ketua Komisi Keluarga KWI. Karena memiliki 37 Keuskupan dan satu orang
Uskup TNI/Polri, maka Indonesia mendapat jatah mengirim dua uskup sebagai
peserta Sinode. Perbedaan antara Sinode Biasa dan Sinode Luar Biasa adalah pada
rutinitas dan jangka waktunya; Kalau Sinode Biasa, rutin diselenggarakan tiga
tahun sekali, tetapi tidak ada batasan waktu untuk menyelenggarakan Sinode Luar
Biasa.
Sinode Biasa Oktober 2015 sebenarnya merupakan kelanjutan Sinode Luar Biasa
Oktober 2014 dimana untuk pertama kalinya keluarga menjadi pokok bahasan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(35)
untuk pertama kalinya pula topik yang sama dibahas dua kali berturut-turut. Ini
menunjukkan begitu pentingnya isu keluarga dipandang oleh Gereja.
Menjelang sinode, terdapat begitu banyak tulisan yang dibuat oleh berbagai pihak
mengenai tema keluarga. Ada pihak-pihak yang sengaja membuat pertemuan dan
mencoba mempengaruhi para peserta Sinode dengan mempublikasikan
keprihatinan dan harapan mereka.
Salah satu tulisan yang bagus datang dari Konferensi Uskup Jerman dimana
mereka bicara tentang upaya bisa “Membantu pasangan bercerai yang kemudian
menikah kembali melalui jalan-jalan yang bertanggung jawab secara teologis dan
pastoral”
Sementara itu, para Uskup Afrika membuat publikasi dengan judul menantang:
“Afrika, Tanahair Kristus yang Baru”
Mgr. Suharyo mengungkapkan bahwa suasana awal sinode diwarnai dengan
penuh kecurigaan. Secara diam-diam para peserta Sinode saling membatin, Uskup
ini ada di pihak siapa? Anggota sinode sebanyak 270 dan hanya mereka yang
punya hak suara. Pendengar dan undangan boleh bicara, tetapi tidak punya hak
suara.
Pada waktu pembukaan Sinode, salah satu Uskup berkomentar tentang
kegelisahan yang terasa di awal Sinode “Bau setan sudah masuk ke ruang ini.”
Begitulah contoh suara-suara sumbang yang terjadi menjelang Sinode.
Banyak lobi terjadi di luar forum sinode. Banyak pula muncul undangan-
undangan dari dua kelompok berseberangan: konservatif dan moderat. Karena
daftar peserta Sinode dipublikasikan sebelum Sinode dimulai, Mgr. Suharyo
mengemukakan bahwa account emailnya dipenuhi oleh email dari berbagai
kelompok kepentingan yang bermaksud melobinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(36)
Namun, lagi-lagi berkat bimbingan Roh Kudus, semua berakhir sangat bagus. Hal
itu tampak pada hasil akhir, dari 94 pernyataan, semua diterima mutlak. “Semua
hasil dipublikasikan demi transparansi, termasuk pemungutan suaranya,”
demikian ungkap Mgr. Suharyo mengutip pernyataan Paus Fransiskus.
Tentang Sinode
Mgr. Suharyo juga menjelaskan bahwa pembahasan sempat alot selain karena
topik juga karena masalah penerjemahan. Dokumen asli ditulis dalam bahasa
Italia dan kemudian baru diterjemahkan ke bahasa-bahasa lainnya. Mengenai
bahasa ‘tinggi’ yang biasanya ditemui dalam dokumen Gereja, Mgr. Suharyo
mengatakan sempat ada usulan agar dokumen Gereja dibuat dalam dua versi: versi
mudah dan versi asli.
Untuk memperoleh gambaran umum hasil akhir Sinode Oktober 2015,
berikut dikutipkan daftar isi naskah akhir yang disetujui oleh para Bapak Sinode.
Ketua Presidium KWI Mgr. Ignatius Suharyo memimpin misa pembukaan Sidang
Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI ke-4) tahun 2015, 2-6 November 2015.
Hasil Sinode 2015 secara umum dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian Pertama: Gereja Mendengarkan Keluarga
Jati diri manusia selalu berubah. Istilah yang digunakan oleh Mgr. Suharyo
adalah: dari tradisi menuju opsi. Tradisi sangat besar mempengaruhi cara pikir
orang pada zaman dulu. Orangtua katolik, maka saya pun juga (harus) katolik.
Sekarang, tradisi mulia zaman lampau itu sudah luntur. Lalu ada masalah yang
dulu tidak ada di zaman sebelumnya. Kini, ribuan pengungsi telah membanjiri
Eropa; sedangkan keluarga-keluarga di Eropa malah tidak punya banyak anak.
15 juta orang non kristiani kini menjadi penduduk di Jerman. Jerman juga telah
menerima limpahan banyak pengungsi untuk kemudian tinggal di Jerman; juga
menerima banyak pengungsi dari Afrika. Kita tidak tahu, 10 tahun lagi Jerman
akan menjadi seperti apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(37)
Keprihatinan lain: terjadinya campur tangan negara. Masalah pasangan hidup
sejenis kemudian dilegalisir oleh berbagai negara dan legalisasi adopsi bagi
pasangan-pasangan seperti ini. Di Amerika dan Eropa, pasangan hidup sejenis
sudah menjadi gejala yang sangat luas. Ini semua menjadi tantangan besar.
Penelitian Sinode 2014 atas pemahaman umat tentang perkawinan gerejani sangat
rendah. Contoh lokal: Mengapa perkawinan katolik disebut sakramen? Itu karena
diberkati oleh Pastor. Itu jawaban seorang ibu guru yang minta surat ke seorang
pastor.
Bagian Kedua: Keluarga dalam Rencana Allah
Bagian ini berisi uraian tentang kerahiman Allah. Ini berkaitan dengan kesan
banyak orang yang telah dipinggirkan oleh Gereja tanpa alasan jelas. Termasuk
pertanyaan mendasar yang kini kian mengemuka soal komuni: apakah keluarga-
keluarga ‘pecah’ masih tetap boleh menerima komuni?
Gereja berangkat dari kerahiman Allah, maka Gereja tanpa henti harus selalu
mendampingi anak-anak Yesus dengan penuh cinta kasih. “Saya akan bicara
dengan para pastor KAJ berkaitan dengan pengumuman di gereja sebelum
komuni. Antara lain imbauan tidak boleh menerima komuni bagi mereka yang
perkawinannya bermasalah,” kata Mgr. Suharyo.
Bagian Ketiga: Perutusan Keluarga
Ini berisi imbauan agar Gereja memiliki suara hati yang jernih di hadapan Allah.
Juga punya integritas dan kejujuran. Gereja juga telah merampingkan proses
anulasi. “Jangan dimengerti secara salah sebagai upaya meresmikan perceraian,”
tandas Mgr. Suharyo.
Pokok-pokok masalah ini tengah digodok serius oleh para ahli Hukum Gereja.
Pokok pembahasan mereka sekitar usaha keras pihak Gereja yang melakukan
‘perampingan’ prosedur anulasi perkawinan. “Jadi, ini ada indikasi sangat jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(38)
bahwa Paus Fransiskus ingin membantu saudara-saudara kita yang sedang
menghadapi kesulitan dalam perkawinan mereka,” Mgr. Suharyo.
Ini soal logika penerimaan, bukan logika peminggiran atau pengucilan. Sebuah
langkah yang sangat berani diambil oleh Tahta Suci, demikian penegasan Mgr.
Suharyo.
Kecenderungan Gereja Katolik saat ini bukanlah untuk melemahkan iman. Yang
terjadi malah sebaliknya: Gereja ingin mengungkapkan kasih dalam hal-hal ini.
Pada bagian ini, Mgr. Suharyo juga menyampaikan agar umat katolik semakin
rajin membaca dokumen-dokumen resmi Gereja yang kini dikoleksi oleh KWI
(Dokpen KWI) dalam format digital yang bisa diakses oleh semua orang.
Dokumen-dokumen itu sangat bagus dan diolah dari berbagai macam sumber
terpercaya.
Catatan tambahan
Mgr. Suharyo sangat bisa merasakan adanya semacam “tegangan” antara suara
hati versus aturan-aturan hukum yang kaku. Antara kerahiman Allah dan keadilan
hukum. Antara kebenaran dan pengampunan. Itu karena, tambahnya, tidak ada
keadilan yang berdiri sendiri. Juga, tidak ada kebenaran yang berdiri sendiri.
Mengutip Misericordiae Vultus, Paus mengatakan: “Gereja menyerupakan
sikapnya dengan sikap Yesus yang dengan kasih tanpa batas, memberikan diri
untuk semua, tanpa kecuali”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI