upaya senam kaki untuk mencegah resiko …eprints.ums.ac.id/52230/6/naskah publikasi-19.pdf ·...

26
UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO KOMPLIKASI PADA TN.S DENGAN DIABETES MELLITUS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: SENJA PUTRI UTAMI J 200 140 048 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: vodan

Post on 11-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

v

UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO KOMPLIKASI

PADA TN.S DENGAN DIABETES MELLITUS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Diploma III pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

SENJA PUTRI UTAMI

J 200 140 048

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes
Page 3: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes
Page 4: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes
Page 5: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

1

UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO

KOMPLIKASI PADA TN.S DENGAN DIABETES MELLITUS

Abstrak

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit endokrin yang sering dijumpai.

Komplikasi menahun diabetes mellitus di Indonesia terdiri atas neuropati 60%,

penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati

7,1%. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan dan perilaku masyarakat yang masih

kurang baik. Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengatahui masalah

keperawatan pada pasien diabetes mellitus serta mengajarkan senam kaki diabetes

sebagai upaya untuk pencegahan komplikasi pada penderita diabetes mellitus. Penulis

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah

yang bersifat mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan di area

kerja Puskesmas. Dalam memperoleh data penulis menggunakan beberapa cara

diantaranya pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,

studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita

diabetes mellitus muncul masalah utama gangguan perfusi jaringan (kesemutan) serta

resiko komplikasi. Untuk menangani masalah tersebut penulis mengajarkan senam

kaki diabetes. Senam kaki ini dapat membantu memperbaiki sirkulasi perifer serta

mengontrol kadar gula darah sehingga mampu mencegah komplikasi.

Kata kunci : diabetes mellitus, komplikasi, senam kaki diabetik

Abstracts

Type 2 diabetes mellitus is a common endocrine disease. Chronic complications of

diabetes mellitus in Indonesia consist of neuropathy 60%, 20,5% of coronary heart

disease, diabetic ulcers 15%, 10% retinopathy, nephropathy 7,1%. This can occur

because of the knowledge and behavior of those who are less good. To write a

scientific journal aimed to know the nursing problems in patients with diabetes and

teaches leg exercise in the effort to prevention of secondary complications in patients

with diabetes mellitus. The authors used the descriptive method with case study

approach is the scientific method is to collect data, analyze data, and draw

conclusions in Puskesmas. In obtaining the data the authors use several ways include

collecting data through observation, physical examination, interview, documentation

study journals and books. The results obtained in patients with type 2 diabetes is a

major problem in tissue perfusion disturbances (tingling) and risk of complications. To

solve the problem, author teaches leg exercise. Leg exercise can help improve

peripheral circulation and control blood sugar levelsso as to prevent complications

that will occur.

Keywords: diabetes mellitus, complications, diabetic foot gymnastics.

Page 6: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

2

1. PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif yang

mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut

Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat prevalensi global penderita

diabetes mellitus pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk dunia,

meningkat menjadi 387 juta kasus di tahun 2014. Indonesia menempati urutan ke 7

dengan penderita diabetes mellitus sebanyak 8,5 juta setelah Cina, India, Amerika

Serikat, Brazil, Rusia dan Mexico (WHO, 2014). Angka kejadian diabetes mellitus

menurut Riskesdas (2013), terjadi peningkatan dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat

menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa.

Prevalensi pasien diabetes mellitus di Provinsi Jawa Tengah mencapai 152.057 kasus,

jumlah pasien diabetes mellitus tertinggi sebanyak 509.319 jiwa di Kota Semarang

(Depkes RI, 2012). Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2014 mencatat

bahwa pasien diabetes mellitus sebanyak 5413 orang (Dinkes Kab.Sukoharjo, 2014).

Penyakit diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat

mengakibatkan terjadinya berbagai penyulit menahun, seperti penyakit

serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai,

gangguan pada mata, ginjal dan syaraf. Penyandang diabetes melitus mempunyai

risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami penyakit jantung koroner dan penyakit

pembuluh darah otak, 5 kali lebih mudah menderita ulkus atau gangren, 7 kali lebih

mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan

akibat kerusakan retina daripada pasien non diabetes (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, 2013).

Menurut KEMENKES RI, 2014 diabetes melitus merupakan penyakit yang

memiliki komplikasi atau menyebabkan terjadinya penyakit lain yang paling banyak.

Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan

berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Komplikasi diabetes

melitus yang sering terjadi antara lain: penyebab utama gagal ginjal, retinopati

diabeticum, neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus

kaki, infeksi dan bahkan kaharusan untuk amputasi kaki, meningkatnya resiko

Page 7: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

3

penyakit jantung dan stroke, dan resiko kematian penderita diabetes secara umum

adalah dua kali lipat dibandingkan bukan penderita diabetes melitus.

Komplikasi menahun diabetes mellitus di Indonesia terdiri atas neuropati 60%,

penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati

7,1%. Hal ini terjadi karena kesalahpahaman masyarakat dalam memahami tentang

faktor resiko diabetes melitus tipe 2. Masyarakat beranggapan bahwa diabetes melitus

hanya disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan dan mereka beranggapan bahwa

kadar gula darah sudah mendekati normal maka tidak perlu lagi melakukan

pencegahan dengan faktor resiko lainnya (Astrini, 2013).

Luka diabetik atau ulkus diabetik adalah adanya kelainan pada saraf, pembuluh

darah dan adanya infeksi yang menimbulkan luka (Fady, 2015). Perkiraan tahunan

prevalensi kejadian ulkus kaki kira-kira dari 4% sampai 10%, sedangkan risiko

seumur hidup ulkus diabetik berkisar antara 15% sampai 25% (Amin & Doupis,

2016). Prevalensi penderita ulkus diabetik sekitar 15% dengan risiko amputasi 30%

serta sebesar 80% di Indonesia, ulkus diabetik merupakan penyebab paling besar

perawatan di rumah sakit (Sulistyowati, 2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi komplikasi diabetes mellitus adalah umur,

jenis kelamin, status obesitas, aktivitas fisik dan merokok (Rosyada & Trihandini,

2013). Diabetes melitus (DM) memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar dapat

mengendalikan kadar gula darah dalam keadaan normal dan stabil. Usaha untuk

menyembuhkan kembali menjadi normal sangat sulit jika sudah terjadi penyulit,

karena kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap. Usaha pencegahan diperlukan

lebih dini untuk mengatasi penyulit tersebut dan diharapkan akan sangat bermanfaat

untuk menghindari terjadinya berbagai hal yang tidak menguntungkan. Menurut

Perkeni (2015), ada empat pilar penanganan diabetes mellitus di Indonesia, yaitu

edukasi, perencanaan makan, aktivitas fisik, dan intervensi farmakologis.

Kaki diabetik mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropati dianjurkan

untuk melakukan latihan jasmani atau senam kaki sesuai dengan kondisi dan

kemampuan tubuh. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

(deformitas) (Nurrahmani, 2012). Pengaruh senam kaki diabetik terhadap perubahan

Page 8: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

4

kadar gula darah yaitu pada otot-otot yang bergerak aktif dapat meningkatkan

kontraksi permeabilitas membran sel terhadap peningkatan glukosa, resistensi insulin

berkurang dan sensitivitas insulin meningkat (Parichehr, et al, 2012). Penelitian yang

dilakukan Rusli dan Farianingsih (2015) menunjukkan bahwa dari 20 responden

didapatkan bahwa hari-1 sebelum dilakukan senam kaki diabetik sebagian besar 70%

(14 responden) kadar gula darahnya pada interval 240-249. Dan terjadi penurunan

kadar gula darah dilakukan senam kaki diabetik sebagian besar responden 70% (14

responden) kadar gula darahnya pada interval 230-239. Hal ini menunjukkan bahwa

senam kaki diabetik berpengaruh terhadap penurunan gula darah.

Berdasarkan fakta yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk membuat Karya

Tulis Ilmiah mengenai upaya senam kaki pada pasien diabetes mellitus untuk

mencegah terjadinya komplikasi. Tujuan umum penulis adalah mengaplikasikan

tindakan senam kaki diabetik sebagai upaya untuk mencegah resiko komplikasi pada

Tn.S dengan diabetes mellitus. Sedangkan tujuan khusus adalah penulis mampu

melakukan pengkajian pada Tn.S dengan diabetes mellitus, pemulis mampu

merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan diabetes mellitus, penulis

mampu menyusun intervensi keperawatan untuk Tn.S dengan diabetes mellitus,

penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.S dengan diabetes mellitus serta

penulis dapat melakukan evaluasi pada Tn.S dengan diabetes mellitus.

Adapun manfaat karya tulis ilmiah ini bagi Puskesmas adalah sebagai upaya

promotif dan preventif di masyarakat untuk mencegah komplikasi pada diabetes, bagi

masyarakat hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan

dalam mencegah resiko komplikasi diabetes, terutama bagi keluarga yang memiliki

anggota keluarga yang menderita diabete meliitus. Bagi peneliti lain karya tulis ilmiah

ini dapat menjadi acuan atau referensi dalam upaya mencegah komplikasi pada pasien

diabetes mellitus.

2. METODE

Karya tulis ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif. Pengambilan

kasus pada karya tulis ilmiah ini adalah di Puskesmas pada satu keluarga di Kab.

Sukoharjo pada tanggal 9 Februari 2017 – 16 Februari 2017. Penulis menggunakan

Page 9: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

5

pendekatan proses keperawatan yang komprehensif meliputi pengkajian, klasifikasi

data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi dari tindakan keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan data sekunder. Wawancara langsung

kepada keluarga dilakukan agar mendapatkan data langsung dari kepala keluarga.

Wawancara atau yang disebut juga anamnesis adalah kegiatan tanya jawab yang

berhubungan dengan masalah yang dihadapai klien (Deswani, 2009).

Penulis juga melakukan observasi pada keluarga dengan cara pengamatan secara

langsung, sehingga mendapatkan data lebih jelas. Observasi merupakan metode

pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan menggunakan panca-indra

(Asmadi, 2008). Selain itu, penulis juga mencari data sekunder dari hasil pemeriksaan

prolanis, follow up dokter dan hasil pemeriksaan diagnosis di Puskesmas. Penulis juga

menggunakan beberapa sumber buku tentang penyakit diabetes mellitus, didukung

dengan hasil jurnal yang mempunyai tema yang berkaitan dengan pemberian asuhan

keperawatan yang dilakukan penulis.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi kasus dimulai dengan mengkaji keluarga di Kab.Sukoharjo pada tanggal 9

Februari 2017. Dari hasil pengkajian diperoleh data dari keluarga Tn.S yaitu kepala

keluarga yang berumur 55 tahun, pendidikan terakhir adalah SMK, pekerjaan saat ini

adalah seorang wiraswasta. Ny.E berumur 45 tahun merupakan istri Tn.S. Pendidikan

terakhir Ny.E adalah SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pengurus

koperasi di desanya. Tn.S dan Ny.E mempunyai 2 orang anak, anak pertama bernama

Nn.D berumur 20 tahun saat ini sedang berkuliah di luar kota, anak kedua bernama

Sdr.H berumur 16 tahun sedang duduk di bangku SMK kelas 1. Selain keluarga inti

Tn.S, dalam satu rumah terdapat Tn.K yang berumur 86 tahun serta Ny.M berumur 72

tahun yang merupakan mertua dari Tn.S. Seluruh keluarga Tn.S berasal dari suku jawa

dan beragama islam. Tipe keluarga Tn.S adalah the extended family (keluarga besar).

Extended Family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya

nenek, kakek, paman, bibi, keponakan, saudara sepupu dan sebagainya (Harmoko,

2012).

Page 10: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

6

Penghasilan keluarga berasal dari Tn.S, Ny.E, dan Tn.K. Penghasilan Tn.S

sebagai wiraswasta, hasil kegiatan kelompok tani dan tambahan dari bekerja lainnya

sekitar Rp. 2.000.000,-. Penghasilan Ny. E sebagai pengurus koperasi dan dari hasil

tambahan lainnya sebesar ± Rp. 300.000,-. Sedangkan penghasilan Tn. K dari dana

pensiunan sebesar Rp. 1.000.000,-. Tn. S memiliki tabungan di Koperasi. Pemanfaatan

keuangan digunakan untuk biaya kebutuhan pokok seperti makan, biaya listrik, serta

biaya sekolah anak-anak Tn. S. Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan

kebutuhan dasar dan kemampuan memenuhi ekonominya keluarga Tn. S berada pada

keluarga sejahtera tahap III (KS. III). Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga yang

telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangan, tetapi

belum dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat secara teratur, serta berperan

aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan (Muhlisin, 2012). Keluarga

Tn.S jarang melakukan rekreasi di luar rumah, aktifitas yang biasa dilakukan untuk

hiburan keluarga yaitu berkumpul untuk menonton TV bersama pada malam hari.

Tahap perkembangan keluarga Tn.S saat ini berada pada tahap V, yaitu keluarga

dengan anak remaja, karena anak pertama Tn. S sudah berumur 20 tahun. Menurut

(Muhlisin, 2012) tugas perkembangan keluarga anak remaja adalah memberikan

kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah

bertambah dewasa dan meningkat otonominya, mempertahankan hubungan yang

intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua

indari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan, serta perubahan sistem peran dan

peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Tugas perkembangan keluarga Tn.S yang

belum terpenuhi adalah perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga. Dimana anak-anak Tn. S sudah remaja dan ingin melakukan aktivitas atau

keputusan yang mereka inginkan namun orang tua tidak mendukung atau berbeda

pendapat karena khawatir.

Saat ini Tn.S dan keluarga tinggal di rumah pemberian dari mertua Tn.S, rumah

permanen dengan luas bangunan 15 x 10 m. Terdapat 1 kamar mandi dengan WC di

dalamnya, 2 dapur, ruang tamu, ruang tv, dan ruang makan, 2 kamar di sekat tembok

dan 2 kamar hanya disekat dengan triplex. Sumber air berasal dari sumur gali, kondisi

air tidak berbau, tidak berwarna, tidak terasa dan warnanya sedikit keruh. SPAL

Page 11: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

7

dialirkan ke got samping rumah. Ventilasi ada di ruang tamu dan disetiap kamar.

Pencahayaan di siang hari cukup. Pencahayaan di malam hari menggunakan lampu.

Rumah Tn.S berseberangan dengan rumah tetangganya, kanan, kiri dan belakang

rumah adalah sawah.

Keluarga tinggal di lingkungan yang tidak terlalu padat. Umumnya tetangga

adalah suku jawa dan beragama islam. Hubungan dengan tetangga baik, keluarga aktif

mengikuti kegiatan masyarakat seperti gotong royong, pertemuan rutin, dan pengajian.

Tn. S bekerja dari pukul 08.00 s.d pukul 16.00. Ny.E pagi mengurus rumah, kemudian

bekerja mulai pukul 08.00. Sedangkan Tn. K dan Ny. M hanya di rumah, Nn. D

kuliah di luar kota dan Sdr. H keluar jika bersekolah. Keluarga saling mendukung satu

sama lain, jika ada masalah, keluarga mencari jalan keluar bersama dengan

musyawarah. Komunikasi keluarga sehari-hari menggunakan bahasa jawa, terbuka,

jelas, langsung dan jujur. Masing-masing keluarga melaksanakan peran masing-

masing. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai peran yang tidak sesuai.

Pada saat dikaji Tn. S mengatakan sudah menderita diabetes mellitus sejak 15

tahun yang lalu, dalam keluarganya tidak ada yang menderita diabetes mellitus, namun

ayahnya memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan di puskesmas tanggal 8

Februari 2017 EDP : 146 mg/dL 2 JPP : 190 mg/dL, Al : 2,8 gr/dL, TD : 120/80

mmHg, BB : 63 kg. Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik

terutama metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau

ketikadaan hormon insulin dari sel beta pankreas, atau akibat gangguan fungsi insulin,

atau keduanya (Sutedjo, 2010). Tn. S mengatakan ujung jari dan kakinya kesemutan

terutama pada malam hari. Tn.S mengatakan tidak tahu bagaimana cara merawat diri

agar penyakitnya tidak bertambah parah dan serius. Keadaan seperti Tn.S disebut

paraestesi. Paraestesi adalah sensasi kesemutan, rasa seperti ditusuk dengan jarum dan

kebas sebagai akibat dari perubahan sensoris yang bersifat abnormal. Biasanya

ekstremitas bawah adalah yang pertama kali terkena karena mempunyai saraf yang

paling panjang di seluruh tubuh dan terjauh dari nukleus saraf. Sensasi ini menjadi

lebih berat pada malam hari dan bisa mengganggu tidur pasien. Perubahan ini

berlangsung perlahan tetapi progresif (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009).

Page 12: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

8

Kadar gula darah Tn.S yang tinggi harus di kontrol agar tidak menimbulkan

komplikasi. Keluarga mengetahui bahwa Tn. S menderita diabetes mellitus namun

keluarga tidak mengetahui secara pasti diabetes mellitus itu apa, penyebab, serta

komplikasinya. Menurut keluarga diabetes mellitus adalah kelebihan gula dalam

darah, keluarga tidak tahu akibat selanjutnya, keluarga tidak mengetahui penyebab

kesemutan pada Tn.S dan cara merawatnya. Tn. S memutuskan mengikuti kegiatan

Prolanis yang dilakukan di Puskesmas. Lewat Prolanis Tn. S selalu mengecek gula

darah setiap satu bulan sekali dan mendapatkan obat dari Puskesmas. Keluarga belum

maksimal dalam merawat Tn. S, keluarga tidak mengetahui diit untuk diabetes

mellitus, keluarga hanya mengetahui jika penderita diabetes mellitus harus

menghindari makanan dan minuman manis sehingga keluarga tidak menyediakan

makanan tersebut. Dari hasil pengamatan langsung terlihat kaki Tn. S kotor, kuku

panjang, dan kadang jika keluar rumah tidak memakai alas kaki. Keluarga menyadari

pentingnya kebersihan lingkungan terhadap kesehatan, namun penataan rumah Tn.S

belum maksimal sehingga beresiko menimbulkan cidera. Nampak meja, kursi tidak

tertata rapi sehingga mengganggu aktifitas di dalam rumah. Keluarga Tn.S

memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk menunjang kesehatan, apabila keluarga ada

yang sakit selalu di bawa ke Puskesmas.

Tn.S mengalami stres jangka pendek karena selalu memikirkan tentang

kesemutan yang ia rasakan, ia takut bertambah parah. Stress merupakan tingkat

emosional yang dapat mengakibatkan stimulus saraf simpatis meningkat sehingga

frekuensi denyut jantung, curah jantung, dan resistensi vaskular juga meningkat (Potter

& Perry, 2010). Dari data tersebut muncul masalah utama pada keluarga Tn.S yaitu

gangguan perfusi jaringan perifer. Gangguan perfusi jaringan perifer merupakan

penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan

atau membahayakan kesehatan dengan karakteristik subyektif berupa perubahan

sensasi. Batasan karakteristik adanya gangguan pada perfusi jaringan perifer yaitu

perubahan karakteristik kulit, bruit, nadi arteri lemah, edema, kulit pucat, perubahan

suhu kulit, nadi lemah atau tidak teraba (NANDA, 2012). Pada penderita diabetes

mellitus keadaan ini disebabkan oleh penebalan dinding pembuluh darah besar

(makroangiopati), atau lazimnya disebut aterosklerosis. Dengan penebalan tersebut,

Page 13: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

9

aliran darah ke tungkai dan kaki menjadi tidak lancar dan berkurang. Hal tersebutlah

yang menimbulkan keluhan seperti kesemutan dan kaki terasa dingin (Nurrahmani,

2012).

Berdasarkan masalah utama yang muncul tersebut, penulis menetapkan diagnosa

keperawatan pertama yaitu gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah anggota keluarga yang sakit. Penulis

menetapkan diagnosa tersebut karena dari hasil pemeriksaan fisik Tn.S didapatkan

data tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit. Suhu 36,5˚C, RR 21 kali/menit,

kaki terlihat bengkak, telapak kaki dan tangan nampak pucat, teraba dingin, nadi teraba

lemah, serta bulu di kaki mudah rontok. Hasil pemeriksaan di puskesmas tanggal 8

Februari 2017 EDP : 146 mg/dL 2 JPP : 190 mg/dL, Al : 2,8 gr/dL. Tn.S dan keluarga

tidak mengetahui bagaimana kesemutan itu dapat terjadi. Penulis juga mengangkat

diagnosa resiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit karena, Tn.S sudah menderita diabetes mellitus

lebih dari 10 tahun dan tidak tidak tahu bagaimana cara merawat tubuh agar sakitnya

tidak bertambah parah dan serius, serta keluarga belum maksimal dalam merawat

keluarga yang menderita diabetes mellitus. Paraestesi merupakan manifestasi klinis

neuropati diabetic, sebagian besar diantaranya mengidap diabetes mellitus lebih dari

10 tahun (40,54%) (Pinzon, 2012).

Berdasarkan diagnosa tersebut kemudian penulis menyusun intervensi

keperawatan. Intervensi keperawatan adalah tindakan perawat yang dilakukan

berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis untuk meningkatkan perawatan

klien (Potter & Perry, 2009). Rencana tindakan keperawatan atau intervensi

keperawatan yang penulis lakukan untuk gangguan perfusi jaringan perifer

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah anggota keluarga

yang sakit yaitu berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang penyakit

diabetes mellitus. Penyuluhan (edukasi) diabetes mellitus adalah pendidikan dan

latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes.

Disamping kepada pasien, pendidikan kesehatan juga diberikan kepada anggota

keluarga (Arisman, 2011).

Page 14: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

10

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang memerlukan perilaku manajemen-

diri khusus seumur hidup. Informasi dasar adalah hal yang paling wajib pasien ketahui

untuk bertahan hidup, pendidikan yang lebih lanjut dan lebih mendalam mencakup

penyuluhan yang lebih detail terkait keterampilan bertahan hidup dan penyuluhan

tentang tindakan preventif guna mencegah komplikasi jangka panjang (Smeltzer,

2015). Dari tindakan tersebut diharapkan keluarga mampu mengenal, merawat, serta

mengambil keputusan yang tepat tentang diabetes mellitus. Selanjutnya kaji

kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, hal ini dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

menderita diabetes mellitus. Salah satu tindakan keperawatan yang bisa dilakukan

untuk mengatasi gangguan perfusi perifer adalah senam kaki, sehingga ajarkan senam

kaki diabetik kepada keluarga, serta berikan reinforcement positif atas perilaku positif

keluarga.

Senam kaki diabetik adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien yang

menderita diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

memperlancar peredaran darah di kaki (Kushariyadi & Setyoadi, 2011). Senam kaki

diabetik berfungsi untuk memperbaiki sirkulasi perifer akibat adanya gangguan

vaskularisasi dan gangguan metabolisme glukosa pada penderita diabetes mellitus.

Senam ini dilakukan 3-4 seminggu untuk mendapatkan hasil yang efektif (Atun,

2010). Selain itu gerakan-gerakan senam kaki ini dapat memperkuat otot kaki dan

mempermudah gerakan sendi kaki. Dengan demikian diharapkan kaki penderita dapat

terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes. Guyton &

Hall (2007) menjelaskan, pasien diabetes melitus yang melakukan senam kaki akan

terjadi pergerakan tungkai yang mengakibatkan menegangnya otot-otot tungkai dan

menekan vena di sekitar otot tersebut. Hal ini akan mendorong darah ke arah jantung

dan tekanan vena akan menurun, mekanisme ini yang dikenal dengan pompa vena.

Mekanisme ini akan membantu melancarkan peredarah darah bagian kaki dan

memperbaiki sirkulasi darah.

Untuk intervensi keperawatan diagnosa resiko terjadinya komplikasi berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit yaitu jelaskan

kepada keluarga tentang komplikasi diabetes mellitus. Komplikasi makrovaskuler

Page 15: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

11

merupakan penyebab utama kematian pada pasien diabetes mellitus tipe 2, mencakup

50% kematian dalam kelompok ini. Risiko relatif penyakit kardiovaskular adalah dua

sampai tiga kali lipat lebih tinggi pada pria dan tiga sampai empat kali lipat lebih tinggi

pada wanita dengan diabetes daripada kelompok kontrol berusia sama. Penyandang

diabetes tiga kali lipat lebih berpeluang mengalami stroke dan 15 kali lipat lebih

berpeluang mengalami amputasi tungkai bawah daripada mereka yang tidak

menderita diabetes. Dalam jangka panjang, pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 juga

dapat mengalami komplikasi mikrovaskular seperti nefropati diabetik yang merupakan

penyebab kedua tersering penyakit ginjal stadium akhir di Inggris (Greebstein &

Wood, 2010). Diabetes menunjukkan gejala komplikasi yang bersifat ringan berupa

kesemutan, rasa tebal, sampai yang berat berupa lemah otot sampai penderita tidak

bisa berjalan atau nyeri hebat pada malam hari, disertai gangguan napas atau gangguan

pencernaan. Kerusakan saraf pada pria dapat menimbulkan impotensi. Dan kerusakan

saraf pada perasa dapat menyebabkan pasien tidak bisa merasakan panas, dingin dan

lain-lain. Kerusakan saraf sensoris umumnya terjadi pada kaki, tungkai, tangan, dan

lengan dengan gejala kram, kesemutan, kebas, atau nyeri. Namun yang berbahaya

adalah rasa kebas pada kaki. Rasa kebas itu membuat penderita tidak merasakan sakit

sehingga tidak menyadari bahwa dirinya terluka dan terinfeksi. Infeksi dapat

menimbulkan borok (neuropathic foot ulcer) yang jika tidak dirawat dapat menjadi

gangren sehingga bagian tubuh tersebut harus diamputasi (Waluyo, 2009).

Untuk mengatasi resiko komplikasi tersebut penulis membuat intervensi

keperawatan yaitu demonstrasikan cara perawatan kaki diabetik. Salah satu perubahan

patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Seorang penderita

diabetes mellitus harus selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan kaki. Jika tidak

dirawat, dikhawatirkan suatu saat kaki penderita akan mengalami gangguan peredaran

darah dan kerusakan syaraf yang menyebabkan berkurangnya sensitivitas terhadap

rasa sakit, sehingga penderita mudah mengalami cedera tanpa ia sadari. Luka bisa

mengundang infeksi, kerusakan saraf berkurangnya pasokan darah sehingga

menyebabkan pembusukan dan menimbulkan gangren. Jika sudah menjadi gangren

harus diamputasi. Untuk itu, penderita diabetes mellitus tidak hanya fokus pada

pengendalian kadar gula dalam darah atau mengubah gaya hidup , tetapi penderita

Page 16: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

12

diabetes juga perlu menjaga kesehatan organ tubuh terutama kaki., sehingga harus

melakukan perawatan kaki setiap hari (Nurrahmani, 2012). Black dan Hawks (2009)

menjelaskan edukasi yang tepat mengenai perawatan kaki serta penanganan awal

diharapkan mampu mencegah infeksi kaki. Perawatan kaki yang efektif mampu

memutus risiko ulkus menjadi amputasi. Perawatan kaki yang bersifat preventif

mencakup tindakan mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan meminyakinya;

harus berhati-hati agar jangan sampai celah di antara jari-jari kaki menjadi basah.

Inspeksi atau pemeriksaan kaki harus dilakukan setiap hari untuk memeriksa apakah

terdapat gejala kemerahan, lepuh, fisura, kalus, atau ulserasi (Smeltzer & Bare, 2008).

Intervensi selanjutnya adalah jelaskan kepada keluarga cara memodifikasi

lingkungan untuk mencegah cidera. Hal ini dilakukan karena berdasarkan hasil

pengamatan langsung di lingkungan rumah Tn.S nampak perabotan rumah tangga

seperti kursi, meja serta alat-alat yang mudah melukai tidak tertata dengan baik .

Diharapkan dengan penjelasan ini keluarga semakin paham tentang lingkungan yang

mendukung untuk perawatan Tn.S. Intervensi terakhir adalah jelaskan kepada

keluarga cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah cidera, serta jelaskan kepada

keluarga jika terdapat komplikasi sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan

(Puskesmas). Hal ini dilakukan agar keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan untuk menunjang kesehatan keluarga.

Setelah menyusun intervensi kemudian dilakukan tindakan keperawatan atau

implementasi. Tindakan pertama yang penulis lakukan adalah memberikan

pendidikan kesehatan kepada keluarga Tn.S tentang diabetes mellitus meliputi

pengertian, penyebab dan faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi, serta cara

pencegahan komplikasi tersebut. Penulis menyampaikan pendidikan kesehatan

dengan menggunakan media leaflet. Dengan pendidikan kesehatan ini diharapkan

dalam jangka waktu pendek dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan

pengetahuan individu, kelompok dan masyarakat. Penulis menyampaikan pendidikan

kesehatan satu persatu, mulai dari pengertian. Diabetes Melitus merupakan penyakit

gangguan metabolik terutama metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh

berkurangnya atau ketidakadaan hormon insulin dari sel beta pankreas, atau akibat

gangguan fungsi insulin, atau keduanya (Sutedjo, 2010). Menurut Bilotta (2012) gejala

Page 17: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

13

umum diabetes mellitus berupa polyuria, polydipsia, polifagia, berat badan yang

menurun dengan cepat dan letih. Komplikasi Diabetes sebagai komplikasi

makrovaskular yang meliputi penyakit vaskular jantung, serebral, dan perifer srta

komplikasi mikrovaskuler yang meliputi retinopati, nefropati, dan neuripati diabetik

(Chang, et al, 2010). Kemudian faktor-faktor risiko diabetes mellitus antara lain faktor

keturunan (genetik) dan obesitas. Dalam penanganan diabetes hal yang harus

ditekankan adalah pengendalian glukosa darah yang ketat melalui kombinasi

intervensi gaya hidup dan farmakologi. Intervensi gaya hidup berfokus pada

perubahan pola makan dan olahraga (Chang, et al, 2010). Pemberian pendidikan

kesehatan sangat penting untuk menambah pengetahuan keluarga. Pendidikan

kesehatan ini dilakukan selama beberapa kali secara berulang agar keluarga Tn.S

paham dan mengerti tentang diabetes mellitus.

Tindakan kedua yaitu mengkaji kemampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit. Keluarga mengatakan biasanya jika Tn.S mengeluh kesemutan

hanya dipijit pelan-pelan dan digerak-gerakkan. Penulis kemudian mengajarkan

senam kaki diabetik untuk mengatasi kesemutan yang dirasakan Tn.S. Tn.S

mengatakan sebelumnya tidak pernah mengetahui tentang senam kaki diabetik dan

baru pertama kali ini mencobanya. Pada awalnya Tn.S nampak kesulitan menirukan

gerakan-gerakan senam yang diajarkan, namun setelah beberapa kali diajarkan dan

beberapa kali mencoba melakukan sendiri, Tn.S sudah mulai bisa memperagakan

sendiri.

Implementasi selanjutnya adalah mengajarkan Tn.S dan keluarga perawatan kaki

diabetik. Penulis menjelaskan tentang cara perawatan kaki dimulai dengan mencuci

kaki (telapak kaki) dicuci dengan sabun lembut, disiram air kemudian dibilas hingga

bersih. Proses tersebut diulang hingga kaki benar-benar bersih. Lalu kaki dikeringkan

terutama bagian sela-sela jari kaki, karena dalam keadaan basah sela-sela jari tersebut

rawan infeksi. Apabila kaki terlalu kering penulis menganjurkan Tn.S menggunakan

lotion sebagai pelembab. Kemudian menganjurkan Tn.S selalu mengenakan kaus kaki

untuk melindungi kaki. Penulis juga menyampaikan agar Tn.S selalu memakai alas

kaki terutama ketika berada di luar rumah, menganjurkan untuk tidak memotong kuku

mengikuti alur kaki agar mencegah luka, memakai sepatu yang tidak terlalu kecil dan

Page 18: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

14

sempit, serta mengusahakan untuk mengenakan alas kaki dengan bagian depan

tertutup. Keluarga sangat antusias memperhatikan apa yang disampaikan penulis.

Setelah melakukan demontrasi cara perawatan kaki diabetik, keluarga dapat

menyebutkan kembali langkah-langkahnya.

Dari implementasi keperawatan, selanjutnya melakukan evaluasi untuk

membuktikan keberhasilan suatu tindakan yang dilakukan. Pendidikan kesehatan

tentang diabetes mellitus yang telah disampaikan, keluarga mengatakan paham

tentang diabetes mellitus dan mampu menyebutkan kembali penyebab, tanda gejala

serta komplikasinya. Untuk hasil evaluasi senam kaki diabetik keluarga mampu

memperagakan gerakan senam kaki diabetik. Tn.S mengatakan setelah beberapa kali

melakukan senam kaki kesemutan yang ia rasakan sudah mulai berkurang walaupun

belum hilang sepenuhnya. Berdasrkan hasil pemeriksaan fisik nampak kaki Tn.S

sudah tidak terlalu pucat, nadi sudah mulai teraba kuat, kaki teraba hangat dan

bengkak sudah berkurang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Salam (2012) tentang perbedaan perfusi pada kaki klien diabetes mellitus sebeum dan

sesudah dilakukan senam kaki diabetik yang dilakukan di desa Sukowono Kecamatan

Sukowono yang menunjukkan terjadi peningkatan kualitas perfusi pada kaki klien

diabetes mellitus setelah dilakukan senam kaki diabetik. Responden dengan kategori

perfusi kurang sebelum dilakukan senam kaki diabetes berjumlah 12 responden

kemudian setelah dilakukan senam kaki diabetes bekurang menjadi 0 responden. Hasil

penelitian tersebut sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa tujuan yang diperoleh

setelah melakukan senam kaki adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien

diabetes mellitus, sehingga nutrisi lancar ke jaringan tersebut (Widianti, 2010).

Gerakan dalam senam kaki tersebut seperti yang disampaikan dalam 3rd National

Diabetes Educator Training Camp tahun 2005 dapat membantu memperbaiki sirkulasi

darah dikaki. Bisa mengurangi keluhan dari neuropati sensorik seperti rasa pegal,

kesemutan di kaki (Soegondo, 2011).

Hasil penelitian Rusli dan Farianingsih (2015) pada 20 responden di wilayah

Gresik, Jawa Timur yaitu, senam kaki merupakan salah satu latihan jasmani yang

berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa pada diabetes tipe 2 dengan

pengurasan glukosa akibat latihan. Penelitian yang dilakukan Fauzi (2013) dan Rusli

Page 19: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

15

dan Farianingsih (2015) menunjukkan bahwa senam kaki efektif dalam menurunkan

kadar glukosa penderita diabetes melitus. Senam kaki diabetik dapat menurunkan

kadar glukosa melalui peningkatan ambilan glukosa otot, karena senam kaki lebih

meningkatkan kerja otot ekstremitas bawah utamanya ankle dan jari-jari kaki. Dengan

cara ini kadar gula darah dapat terkontrol sehingga dapat menghindari resiko

komplikasi yang dapat terjadi. Evaluasi selanjutnya adalah tentang demonstrasi

perawatan kaki diabetik. Tn.S mengatakan ketika akan bekerja dan setelah pulang

bekerja ia selalu membersihkan kaki terlebih dahulu. Tn.S mampu menjelaskan

kembali hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam perawatan kaki.

Ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Supriadi, dkk

(2013) bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi

terhadap kemampuan merawat kaki pada penderita diabetes mellitus. Dengan adanya

perubahan perilaku ini diharapkan mampu mencegah resiko komplikasi pada Tn.S.

Dari hasil pengamatan langsung, keluarga Tn.S belum dapat memodifikasi

lingkungan, nampak perabot rumah masih berantakan dan tidak tertata dengan rapi.

Memodifikasi lingkungan belum dapat dicapai, hal ini dikarenakan kesibukan masing-

masing anggota keluarga. Walaupun Tn.K dan Ny.M selalu ada di rumah, namun

keterbatasan fisik karena usia yang sudah lanjut sehingga tidak mampu menata rumah

dengan maksimal. Hasil dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn.S, senam

kaki dijadikan suatu terapi nonfarmakologi dalam upaya mengurangi gangguan

sirkulasi perifer. Jadi dapat disimpulkan bahwa senam kaki diabetik selain dapat

memperbaiki sirkulasi perifer juga dapat sebagai terapi non-farmakologi bagi

masyarakat untuk menurunkan kadar gula darah sehingga dapat mencegah

komplikasi.

Masalah keperawatan utama pada diabetes mellitus tipe 2 adalah keseimbangan

cairan, perubahan nutrisi, kurang pengetahuan, kurang perawatan diri, serta ansietas.

Dari masalah-masalah tersebut penulis tidak menemukan masalah pada keseimbangan

cairan dan perubahan nutrisi. Tanda-tanda adanya masalah tersebut tidak terkaji. Pada

saat wawancara Tn.S tidak mengeluhkan tentang poliuria, polidipsi, polifagia maupun

penurunan berat badan. Dari pemeriksaan fisik tidak dutemukan tanda-tanda

Page 20: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

16

kekurangan cairan seperti turgor kulit >3 detik, kulit kering. Sebagian pasien yang

telah melewati melewati fase awal diabetes justru tidak pernah mengeluhkan gejala

poliuria, polidipsi, polifagia (Arisman, 2011).

4. PENUTUP

a. Simpulan

Dari hasil pengkajian diatas dirumuskan diagnosa keperawatan gangguan

perfusi jaringan perifer berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah anggota keluarga yang sakit Intervensi yang dilakukan adalah memberikan

pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus dan mengajarkan senam kaki

diabetik. Diagnosa yang kedua adalah resiko terjadinya komplikasi berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan

intervensi jelaskan kepada keluarga tentang komplikasi diabetes mellitus dan

mengajarkan perawatan kaki. Dari hasil evaluasi senam kaki diabetik mampu

memperbaiki sirkulasi perifer Tn.S. Selain itu juga ada pengaruh pendidikan

kesehatan dengan metode demonstrasi perawatan kaki diabetik terhadap

kemampuan merawat kaki pada Tn.S,

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa diabetes melitus

merupakan penyakit yang memiliki komplikasi paing banyak diantara penyakit

lain. Penatalaksanaan yang tepat sangat diperlukan agar dapat mengendalikan

kadar gula darah dalam keadaan normal dan stabil agar tidak terjadi penyulit, salah

satunya adalah dengan senam kaki diabetik. Dengan mengajarkan senam kaki

diabetik mampu memperbaiki sirkulasi perifer pada penderita diabetes mellitus.

Selain itu senam kaki diabetik juga mampu menurunkan kadar gula darah, sehingga

dapat mencegah komplikasi selanjutnya.

b. Saran

1) Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dan masukan bagi

Puskesmas sebagai upaya promotif dan preventif di masyarakat untuk

mencegah komplikasi pada diabetes.

Page 21: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

17

2) Bagi Klien dan Keluarga

Diharapkan klien dan keluarga dapat berpartisipasi dalam upaya mencegah

komplikasi dengan terapi nonfarmakologi seperi senam kaki dan perawatin

kaki diabetik, sehingga

3) Bagi Peneliti Lain

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi acuan atau referensi dalam

upaya mencegah komplikasi pada pasien diabetes mellitus. Selain itu, tindakan

dapat dikembangkan sehingga memberikan kriteria hasil yang lebih baik.

PERSANTUNAN

Penelitian ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk program Diploma III

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penelitian dan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah. Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Allah SWT, atas ridho dan karunia-Nya penulis diberikan kelancaran serta

kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Prof. Drs. Bambang Setiadji, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

3. Dr. Suwaji, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

4. Okti Sri P., S.Kep., M.Kes., Ns.Sp.Kep.M.B, selaku Ketua Program DIII

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

5. Arina Maliya, S.Kep., Ns., Msc, selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

6. Supratman, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah membantu

mengarahkan serta memberi bimbingan kepada penulis dalam pembuatan

Karya Tulis Ilmiah.

7. Arif Widodo, A.Kep., M.Kes., selaku pembimbing akademik DIII

Keperawatan kelas B yang sudah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

Page 22: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

18

8. Segenap Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang

telah mendidik dan memberikan banyak ilmu.

9. Kedua orang tua, terima kasih Bapak Ibu yang telah memebesarkan,

mendoakan, menyemangati penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

10. Teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta 2014 yang tekah berjuang bersama dan membrikan semangat untk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga amal dan kebaikan

yang telah diberikan mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, N., & Doupis, J. (2016). Diabetic foot disease: From the evaluation of the

“foot at risk” to the novel diabetic ulcer treatment modalities. World Journal

of Diabetes , 7(7): 153-164.

Arisman. (2011). Obesitas, Diabetes Melitus & Dislipidemia: Konsep, Teori, dan

Penanganan Aplikatif. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Astrini, L. (2013). Pelaksanaan Diit pada Pasien Diabetes Tipe 2 di Kelurahan

Sendang Mulyo Semarang. Skripsi Fikkes Unimus , 1.

Atun, M. (2010). Diabetes Mellitus : Memahami, Mencegah, dan Merawat

Penderita Penyakit Gula. Bantul : Kreasi Wacana.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar.

Laporan Nasional 2013, 1–384. http://doi.org/22 Maret 2017

Baradero, M., Dayrit, M.W., & Siswadi, Y. (2009). Seri Asuhan Keperawatan:

Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Bilotta, K. A. J. (2012). Kapita Selekta Penyakit: dengan Implikasi Keperawatan.

Jakarta: EGC.

Black, J.M. & Hawks, J. H. (2009). Medical surgical nursing clinical management

for positive outcomes (8thed). Singapore : Elsevier Pte Ltd.

Page 23: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

19

Chang, E., Daly J., & Elliott. (2010). Patofiologi. Aplikasi pada Praktik

Keperawatan. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI.

Deswani. (2009). ProsesKeperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba

Medika.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten

Sukoharjo 2014: Kabid Promosi.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah . (2012). Profil Kesehatan Jawa Tengah

Tahun 2012: Semarang.

Fady, F. A. (2015). Madu dan Luka Diabetik. Yogyakarta: Gosyen.

Fauzi, L. 2013. Intensitas Jalan Kaki terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah.

Kemas. 8. 2: 2013: 106 - 112.

Guyton A.C. & J.E. Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:

EGC.

Greenstein, B., & Wood, D. (2010). At a Glance Sistem Endokrin – Edisi Kedua.

Indonesia : Erlangga.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

IDF (International of Diabetic Federation). (2015). IDF Diabetes Atlas Sixth

Edition Update, Internasional Diabetes Federation 2014. http://www.idf.org/

worlddiabetesday/toolkit/gp/fact-figures. Diakses tanggal 22 Maret 2017.

Kemenkes RI. (2014). Waspada Diabetes. Jakarta Selatan: Pusat Data dan

Informasi Kemenkes RI.

Kushariyadi & Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien

Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Page 24: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

20

NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klsifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC.

Nurrahmani, U. (2012). Stop Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Familia.

Parichehr, K., Mohamad, T.N., Soheilikhah, Marsyam, R. (2012). Evaluation of

patients education on foot self-care status in diabetic patients. Iranian Red

Crescent Medical Jurnal, 14(12) :829-832.

PERKENI.(2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus

Tipe2 di Indonesia.

Pinzon, R. (2012). Diagnosis Nyeri Neuropatik dalam Praktik Sehari-Hari. Praktis,

39(2), 142–143.

Potter, P. A., & Perry, A. G.(2010). Keperawatan Fundamental Buku 2 Edisi 7.

Jakarta: Salemba Medika

Rusli, G. R., & Farianingsih, S. 2015. Senam Kaki Diabetes Menurunkan Kadar

Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Journals of Ners Community. 6.

2: November 2015: 189 - 197.

Rosyada, A., & Trihandini, I. (2013). Determinan Komplikasi Kronik Diabetes

Melitus pada Lanjut Usia. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,

7(9), 395–402. http://doi.org/10.21109/kesmas.v7i9.11

Salam, A.Y. (2012). Perbedaan Perfusi pada Kaki Klien Diabetes Melitus Sebelum

dan Sesudah Dilakukan Senam Kaki Diabetes di Desa Sukowono kecamatan

Sukowono. Skripsi Universitas Jemeber.

Smeltzer, S. C. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:

EGC

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC

Soegondo. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

Page 25: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

21

Sulistyowati, D. A. (2015). Efektivitas Elevasi Ektrimitas Bawah Terhadap Proses

Penyembuhan Ulkus Diabetik di Ruang Melati RSUD Dr. Moewardi Tahun

2014. Kosala , 3(1): 83-88.

Supriadi, D., Kusyati, E., & Sulistyawati, E. (2013). Pengaruh Pendidikan

Kesehatan dengan Metode Demonstrasi Terhadap Kemampuan Merawat

Kaki pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Managemen Keperawatan,

1(1), 39–47.

Sutedjo, A.Y. (2010). 5 Strategi Penderita Diabetes Melitus Berusia Panjang.

Yogyakarta : Kanisius.

Waluyo, S. (2009). 100 Questions & Answer DIABETES. Jakarta : Gramedia.

Widianti, T. A. (2010). Senam Kesehatan. Cetakan I. Yogyakarta: Nuha Medika.

World Health Organization. (2014). Global Report On Diabetes. Geneva: World

Health Organization.

Page 26: UPAYA SENAM KAKI UNTUK MENCEGAH RESIKO …eprints.ums.ac.id/52230/6/NASKAH PUBLIKASI-19.pdf · studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil yang diperoleh pada penderita diabetes

22