uranium sebagai bahan
TRANSCRIPT
Uranium Sebagai Bahan BakarPosted on 5 November 2012 by deerakusuma
2 Votes
Sejarah Uranium dan Proses Pengambilan Uranium sebagai
Bahan Bakar Nuklir
Uranium ditemukan pada tahun 1789 oleh Martin Klaproth, seorang
ilmuwan Jerman. Nama Uranium diambil dari nama planet Uranus yang
ditemukan 8 tahun sebelumnya. Uranium terbentuk bersamaan dengan
terjadinya bumi. Karena itu uranium dapat diketemukan di setiap batuan
dan juga di air laut. Batuan yang mengandung uranium kadar tinggi
disebut batuan uranium atau ”uranium ore” atau ”pitch-blende”.
Peristiwa-peristiwa alam dan proses geologi telah membentuk uranium
sebagai mineral. Karena mineral tersebut bersifat radioaktif dan untuk
mendapatkannya harus melalui proses penggalian dalam tambang, maka
uranium seringkali dikenal juga sebagai bahan galian nuklir. Mineral
uranium terdapat dalam kerak bumi pada hampir semua jenis batuan,
terutama batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4 gram dalam satu
ton batuan. Di alam dapat ditemukan lebih dari 100 jenis mineral
uranium, antara lain yang terkenal adalah uraninite, pitchblende, coffinite,
brannerite, carnatite dan tyuyamunite.
Kandungan uranium dalam mineral, besarnya cadangan dan sifat
cadangan sangat menentukan nilai ekonomi mineral tersebut. Untuk
selanjutnya perlu dibedakan antara mineral dan bijih. Mineral adalah
senyawa alamiah dalam kerak bumi, sedang bijih merupakan mineral
yang memberi nilai ekonomi apabila dieksploitasikan. Dahulu hanya bijih
dengan kadar di atas 0,1 persen yang menarik perhatian. Namun karena
permintaan uranium yang terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke
waktu, maka saat ini orang mengambil bijih dengan kadar uranium kurang
lebih 0,03 persen.
Kadar uranium dalam batuan granit relatif paling tinggi bila dibandingkan
dengan kadarnya di dalam batuan beku lainnya. Oleh sebab itu, batuan
tersebut dapat dikatakan sebagai pembawa uranium. Batuan granit
dengan volume 1 km3 dapat membentuk cebakan uranium sebanyak
2.500 ton. Pada umumnya uranium dalam batuan ini terdistribusi secara
merata dan dapat dijumpai dalam bentuk mineral uranit maupun oksida
komplek euksinit betafit. Uranit merupakan bahan di mana komponen
utamanya dengan prosentase lebih dari 80 % berupa uranium, sedang
euksinit betafit merupakan bahan dengan kandungan uraniumnya cukup
besar (lebih dari 20 %) tetapi uranium tersebut bukan merupakan
komponen utamanya.
Mineral uranium yang terdapat dalam batuan mudah dikenali karena sifat-
sifat fisiknya yang khas, antara lain :
Uranium beserta anak luruhnya bersifat radioaktif sehingga mampu
memancarkan radiasi pengion berupa sinar alpha, betha dan gamma .
Oleh sebab itu keberadaannya dapat dipantau dengan alat ukur radiasi.
Sifat ini dapat membedakan uranium dari batuan lainnya. Karena batuan
lain tidak memancarkan radiasi, maka batuan tersebut tidak dapat
diidentifikasi dengan alat ukur radiasi.
Oksida alam dari uranium mempunyai warna hijau kekuning-kuningan dan
coklat tua yang mencolok sehingga mudah dikenali.Apabila disinari
dengan cahaya ultra ungu, uranium akan mengeluarkan cahaya
fluoresensi yang sangat indah dan mudah dikenali
Ada tiga jenis isotop uranium alam yang diperoleh dari hasil
penambangan, yaitu 235U dengan kadar 0,715 %, 238U dengan kadar
99,825 % dan 234U dengan kadar yang sangat kecil. Dari ketiga isotop
uranium tersebut, hanya 235U yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar fisi.
Eksplorasi bahan galian nuklir merupakan bagian awal dari daur bahan
bakar yang sekaligus dapat digunakan untuk menginventarisasi sumber
daya bahan galian nuklir. Kegiatan eksplorasi uranium pada umumnya
dimulai dari penentuan suatu lokasi dimana pada lokasi tersebut
diharapkan dapat ditemukan bahan galian nuklir. Metode eksplorasi yang
dianut sampai sekarang adalah melalui penelitian konvensional, penelitian
geologi, pengukuran tingkat radiasi dan geokimia. Metode tersebut
digunakan karena cukup murah dengan hasil yang cukup bagus.
Cara penambangan uranium sangat mirip dengan cara penambangan
bijih-bijih tambang lainnya, yaitu melalui penambangan terbuka dan
penambangan bawah tanah. Dari kegiatan penambangan ini diperoleh
bongkahan-bongkahan berupa batuan yang di dalamnya terdapat
mineral-mineral uranium. Batuan tersebut selanjutnya dikirim ke unit
pengolahan untuk menjalani proses lebih lanjut.
Secara alamiah bijih uranium mengadung anak luruh yang radioaktiv,
sehingga sinar radiasi dapat membantu pelaksanaan survai dan deteksi
adanya uranium.
Eksplorasi Deposit Uranium
Secara garis besar, kegiatan eksplorasi ditahapkan sebagai berikut:
a) Pemetaan geologis
Pemetaan geologis tidak dimaksudkan untuk menemukan deposit, tapi
menentukan metode apa untuk eksplorasi nanti. Pemetaan dibuat untuk
memberikan informasi tentang sejarah geologis pembentukan lapisan
batuan,struktur geologi dan juga dapat mengilhami penemuan ditempat
lain, karena faktor kemiripan data.
Kelemahan peta geologis :
1. Ongkos pembuatannya mahal, bila terpencil dan waktu lama
2. Tidak mampu memberikan praduga adanya deposit, lebih-lebih jauh
dalam tanah. Perkembangan teknologi pemetaan dengan bantuan foto
udara dan foto satelit
b)Survey berdasarkan pada laju cacah total
Survay cacah total jalan kaki ,membawa survaimeter untuk cacah total di
area yang dikehendaki ( GM atau sintilator)
Kelemahan survey berdasarkan pada laju cacah total :
1. Hasil pengamatan cach total tidak bisa menentukan macam isotop;
pencacahan tidak bisa mencapai sumber tertutup tanah lebih besar
dari 20 Cm;Areal luas perlu waktu lama
2. Survai cacah total dengan mobil : Hampir sama dengan jalann kaki,
bedanya lebih cepat dan alat permanen dipasang dimobil
3. Survai cacah total dengan pesawat udara : dipakai ditektor gamma
9sintilator) lebih sensitif, tapi terbang terbatas tingginya, pendugaan
lebih tepat,harganya mahal,perawatan sulit,perlu kalibrasi, waktu
lama
c) Survey non konvensional
Alat ini banyak dipakai, dilengkapi dengan MCA baik kualitatif dan
kuantitatif. Kelemahan non konvensional : Harga mahal, perawatan sulit,
perlu kalibrasi.
Penambangan Uranium
a) Cara penambangan U hampir tidak berbeda dengan cara yang lazim
untuk deposit lain, perbedaan hanyalah pada sifat radioaktifitas.
b) Cara penambangan ada 2 :
1) Penambangan terbuka (open pit mining )
Lapisan tanah yang menutup dibuka, kemudian deposit yang terkelupas
ditambang
2) Penambangan dalam tanah (underground mining)
Adalah penambangan dibawah tanah dilakukan dengan membuat
terowongan untuk mencapai deposit. Untuk itu bergantung situasi medan.
Terowongan dibuat 3 posisi berbeda :
a) Terowongan dibuat horizontal
b) Terowongan dibuat vertikal
c) Terowongan dibuat menyudut
Gambar 1. Posisi Terowongan untuk mendapat Deposit
Dalam proses penambangan uranium ada beberapa teknik yang bisa
dilakukan untuk membuat terowongan penambangan uranium, yaitu
dengan penyangga gua tambang disangga pilar, dibuat lori-lori, memakai
pompa untuk mengambil air rembesan, dibuat sistem ventilasi udara
segar, menggunakan perlengkapan keselamatan pekerja seperti poket
dosimeter; masker, alat pemadam kebakaran.
Proses Pengolahan Uranium
Kadar uranium dalam bijih umumnya sangat rendah, yaitu berkisar antara
0,1 – 0,3 % atau 1-3 kg uranium tiap ton bijih. Untuk mempermudah dan
menekan biaya transportasi, maka uranium dalam bijih ini perlu diolah
terlebih dahulu. Tujuan utama dari pengolahan adalah untuk pemekatan
dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bahan lain yang ada dalam
bijih sehingga dapat menyederhanakan proses transportasi ke tempat
pemrosesan berikutnya. Pengolahan bijih uranium dapat dilakukan
dengan cara penggerusan, pelindihan maupun ekstraksi kimia dan
pengendapan. Hasil akhir dari proses pengolahan uranium ini adalah
diperolehnya endapan kering berwarna kuning yang disebut pekatan
(konsentrat) yang berkadar uranium sekitar 70 %. Karena berwarna
kuning maka endapan ini disebut juga yellowcake. Dari 1000 ton bijih
rata-rata dapat dihasilkan 1,5 ton yellowcake.
Pengolahan uranium terdiri dari : pemanggangan, penghancuran,
pemekatan fisis, pelindian asam/basa, dekantasi, pertukaran ion,
presipitasi, filtrasi.
Pemanggangan
Proses pemanggangan bertujuan untuk membuat senyawa Uranium dan
Vanadium lebih mudah dilindi, sehinnga Vanadium dapat diam bi l
sebagai hasil samping, karena proses pemanggangan ada pengaruh
terhadap pemungutan Uranium dan Vanadium.Pada suhu 350oC U
terambil dulu, tapi diatas 350 -500oC % U terambil turun, diatas 500oC –
800oC dengan NaCl V mulai banyak terambil. Selain itu pemanggangan
dapat merusak ikatan organik, sehingga memudahkan pelindian dan
memudahkan pengenapan/dekantasi.
Penghancuran
Proses ini bertujuan untuk mereduksi ukuran bijih agar lebih mudah
terlindi (+10 Mesh )
Pemekatan fisis
Bertujuan : untuk mengurangi bahan pelindi, mengurangi bahan-bahan
yang tidak membawa U tinggi.
Pemekatan fisis bergantung pada tipe bijih,sehingga dapat dilakukan
dengan cara yaitu :
a) Flotasi buih
b) Pengenapan grafitasi
c) Pemilahan dengan meja-alur-getar
d) Pemilahan radioaktif
e) Pemungutan bahan bijih lain yang bernilai ekonomis
Bijih yang telah melalui pemekatan fisis, sudah memiliki grade rata-rata
lebih tinggi.
Pelindian
Pelindian yang dikenakan dapat berupa :
1. Pelindian basa / alkali, dengan Na2CO3
2. Pelindian asam, umumnya dengan H2SO4 encer
Sebagaian besar bijih dapat dikenai lindi asam, tapi bijih dengan
konstituen basa, lebih ekonomis dikenai lindi basa, karena kalau lindi
asam, perlu banyak. Mengingat semua bijih U dilindi dengan asam sulfat
atau dengan karbonat, maka hasil lindiannya banyak mengandung asam
bebas, Fe, Al; F;Mn;Ca;Ti;Si dan U dalam konsentrasi kecil, oleh karena itu
diperlukan cara seekonomis mugkin. Jadi cara pengendapan langsung
umumnya tidak ekonomis dan layak secara teknis
Cara pertukaran ion ternyata sangat layak. Cara ini bekerja atas dasar
kemampuan resin-penukar anion dalam menyerap anion U secara selektif
dari lautan asam / basa. Setelah U terserap cukup banyak, maka
dilakukan pengusiran U dari resin menggunakan garam tetentu, supaya
bisa dihasilkan U lebih pekat dan relatif lebih murni. Kemudian hasil
pemekatan ini bisa diendapkan dengan alkali menghasilkan Yellow
Cake dengan kadar U yang cukup tinggi.
Selain dengan cara pertukaran ion, pemurnian juga dapat dilakukan
dengan proses ekstraksi pelarut. Cara ini berdasar pada sifat pelarut
organik tertentu yang tidak bercampur dengan air ( eter; ester, amina
dll)yang mencapai kesetimbangan dan punya kemampuan membentuk
komplek dengan garam U Kemudian kedua fase dibiarkan memisah, maka
senyawa logam akan terdistribusi dalam fase-fase tersebut
Cara ekstraksi memberikan keuntungan : karena dapat isolasi U /
pemekatan U dan penghilangan kontaminan atau impuritas. Dalam
proses ekstraksi larutan mengandung U dan pengotor, akan diekstraksi
dengan menggunakan alat MIXER SETTLER. Alat untuk
ekstraksi(ekstraktor).
Gambar 2. Mixer Settler (Pesawat Pengaduk Pengenap) 1 Stage
Langkah terakhir adalah proses pengendapan, filtrasi dan pengeringan
untuk memperoleh U-Konsentrat, karena umumnya hasil ekstraksi
maupun penukar ion berupa larutan encer.
Biasanya U mengendap bersama-sama bersama-sama dengan impuritas
atau pengotor, tanpa dimurnikan lagi.Tapi sering juga dilakukan
pengendapan selektif dengan cara pengaturan pH. Jadi tujuan utama
proses pengendapan adalah untuk menghasilkan konsentrat padat dari
uranium dan terkenal dengan sebutan YELLOW CAKE.
Pemurnian Uranium
Proses pemurnian bertujuan untuk merubah yellowcake menjadi bahan
dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga berderajad nuklir dan
bebas dari unsur-unsur pengotor lainnya. Senyawa kimia bahan bakar
berderajad nuklir yang dihasilkan dapat berbeda bergantung proses
pemurnian yang digunakan. Dari proses pemurnian akan diperoleh produk
akhir berupa UO2, U3O8 atau U-logam yang siap untuk proses
selanjutnya. Ketiga macam produk akhir proses pemurnian itu disesuaikan
dengan kebutuhan calon pemakai bahan bakar nuklir.
Gambar 3. Lokasi Reaktor Nuklir
1. Konsentrat uranium Yellow Cake(YC) sebagai umpan pelarutan
mengandung uranium cukup tinggi(50-90 %) U3O8
2. Pengotor dalam konsentrat masih cukup banyak
3. Pengotor yang paling banyak justru dari bahan yang digunakan dalam
pengendapan ( contoh penggunakan NaOH dalam lar.carbonat) dan
ion SO-4 terdapat dalam konsentrat yang dihasilkan dari”Ion Exchange”
4. Selain itu terdapat Pengotor lainnya yang keberadaannya tidak
diizinkan dalam jumlah besar, seperti cadmium, boron, dan logam
tanah jarang yang mampu menyerap neutron sehingga mengganggu
ekonomi neutron dalam reaktor.
Pemurnian uranium tersebut dilakukan dengan cara ekstraksi pelarut
menggunakan peralatan Mixer settler yang telah digambarakan
sebelumnya. Mixer Settler terdiri dari dua bagian yaitu bagian pencampur,
yang merupakan bagian tempat terjadinya kontak antara fase air dan fase
organik. Dibagian ini terjadi perpindahan massa dari fase air ke fase
organik. Kemudian bagian lain Mixer Settler adalah bagian pengenapan,
yaitu tempat terjadinya pengenapan dan pemisahan antara fase organik
dan fase air
Dalam proses ekstraksi pelarut yang banyak digunakan : Pelarut TBP
dengan pengencer Kerosen.
Beberapa sifat TBP :
1. Sifat TBP pada suhu kamar berupa cairan tak berbau dan tak
berwarna, berwarna kuning kecoklatan.
2. Densitas ( g/ml) 0,973
3. Viskositas (millipoise) 33,2
4. Kelarutan dalam air(g/l) 0,39
5. Kelarutan air dalam TBP(g/l 64
Pemilihan TBP sebagai solven, karena pertimbangan keamanan. TBP stabil
pada konsentrasi asam nitrat tinggi, tidak eksplosif, modal rendah, biaya
operasi rendah. TBP dapat terhidrolisa menjadi DBP dan MBP walaupun
kecil diperkirakan peruraian TBP kurang dari 0,001 %. Persyaratan
pengencer ( kerosen) adalah : tidak bercampur dengan air, harus campur
sempurna dengan TBP,viskositas rendah,harga murah
Pemurnian UO2
1. Proses ekstraksi dalam pemurnian uranium memegang peranan
penting, sebab dengan cara ekstraksi ini uranium dapat dipisahkan
dari pengotor, shg didapatkan UO2 murni nuklir dan pengotor dalam
skala ppm
2. Larutan U murni nuklir hasil proses ekstraksi pelarut perlu dilakukan
proses lebih lanjut yaitu tahap pengendapan.
3. Pengendapan dengan amonia ( NH4OH ) memberi hasil berupa
Ammonium diuranate (ADU)= (NH4)2U2O7
4. Reaksi :
5. 2UO2(NO3)2 + 6NH4OH (NH4)2U2O7+ 4NH4NO3 + 3 H2O
Selain pengandapan dengan ammonia, juga dapat dilakukan
pengendapan dengan gas NH3 dan CO2membentuk Ammonium uranyl
Carbonat(AUC) dengan reaksi sebagai berikut :
1. UO2(NO3)2 + 3NH4(CO3) (NH4)4UO2(CO3)+ 2NH3
Faktor Yang berpengaruh : pH, suhu, konsentrasi U, amonia, carbonat
1. Hasil AUC lebih menguntungkan dari ADU
2. Endapan tidak bersifat koloidal,sehingga mudah disaring
3. Filtrat lebih sedikit,sehingga efisiensi lebih besar
4. Ukuran partikel lebih homogen bulat(ADU runcing)
5. Free flowing lebih baik
Dalam rangkaian pembuatan bahan bakar UO2, kalsinasi dilakukan
sebelum proses reduksi dan perlakuan panas dilakukan dalam atmosfer
udara. Tujuan dari kalsinasi adalah untuk menghilangkan semua zat yang
tidak dibutuhkan (senyawa non uranil) yaitu bahan volatil,H2O serta
untuk membentuk U3O8.
Seperti halnya densitas, porositas merupakan salah satu karakteristik fisis
yang diperlukan terutama untuk mengkarakterisasi bahan padatan hasil
proses maupun yang akan diproses kembali. Sifat porositas bahan saling
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh besaran fisis yang lain maupun sifat
thermalnya, misalnya bahan yang porous akan mempunyai nilai
kerapatan yang rendah, luas permukaan yang lebih besar, konduktivitas
panas yang rendah, dan sebagainya.
1. ADU : (NH4)2U2O7 2UO3 + 10H2O + O2 (500oC)
2. AUC : (NH4)4UO2(CO3) UO3 +2H2O+4NH3+3CO2 (400oC)
Salah satu proses dalam pembuatan UO2 adalah proses reduksi, Reduksi
merupakan proses konversi oksida-oksida uranium meliputi UO3 dan
U3O8 menjadi UO 2 yang didahului dengan pelepasan air dan dekomposisi
senyawa organik . Reaksi reduksi U3O8 menjadi UO2 adalah sebagai
berikut:
U3O8 (s) + 2H2(g) à 3UO2(s) + 2H2O(g)
Reduksi terhadap l U3O8 dapat dilakukan dengan gas H2 dalam medium
gas N2. Reduksi berlangsung pada kondisi atmosfer, hal ini karena dengan
kadar H2 yang kecil dapat menghindari bahaya kebakaran bila terjadi
kebocoran pada tungku reduksi. Suhu yang terlampau tinggi
memungkinkan terjadinya pelelehan sehingga dapat menutup pori-pori .
Prosesnya reduksi sangat dipengaruhi oleh suhu dan waktu reduksi, Suhu
reduksi merupakan faktor yang berpengaruh pada proses reduksi dan
biasanya berkaitan dengan waktu yang digunakan, semakin tinggi suhu
reduksi semakin singkat waktu yang digunakan. Suhu reduksi juga
bergantung dari kereaktifan bahan yang hendak direduksi dan sifat
UO2yang dihasilkan. Perubahan fase selama proses reduksi U3O8 menjadi
UO2 terjadi dalam dua tahapan, yaitu:
U3O8 à U4O9 à UO2
Pada konversi U3O8 menjadi U4O9 terjadi reaksi pada permukaan antara
hidrogen dengan oksigen, laju reaksi proses ini sebanding dengan
konsentrasi hidrogen dan oksigen pada permukaan oksida. Selama proses
reduksi ukuran partikel butir kernel UO2 mengalami penyusutan.
Mekanisme reaksi yang terjadi pada proses reduksi yaitu mula-mula
terjadi difusi gas hidrogen melaluifilm gas ke permukaan, kemudian gas
hidrogen masuk ke dalam butiran dan terjadi reaksi difusi, karena oksigen
yang berada dibutiran U3O8 sangat reaktif, maka hal ini merupakan suatu
sebab terjadinya difusi dari permukaan butiran ke dalam butiran. Suhu
dan waktu dalam proses reduksi U3O8 akan memberikan pengaruh pada
kualitas UO2 yang dihasilkan, diantaranya terhadap densitas, rasio O/U
dan luas muka spesifik, volume pori total, rerata jari-jari pori. Kenaikan
suhu reduksi akan menaikkan kualitas kernel UO2 yang dihasilkan. Waktu
reduksi yang lebih lama akan menghasilkan kernel UO2 yang lebih baik,
karena semakin sempurnanya reaksi yang terjadi.
Reduksi : UO3 dan U3O8 jadi UO2
1. UO3(p) + H2(g) UO2(p)+H2O
2. U3O8(p) +2 H2(g) 3 UO2(p)+2H2O
UO2 yang dihasilkan dipakai sebagai bahan bakar nuklir. Oleh karena itu
dituntut mempunyai sifat kimia, fisis maupun thermodinamika yang baik ,
shg memenuhi spesifikasi bahan bakar. Pemakaian UO2sebagai bahan
bakar dalam pil(pellet) dan disintering dengan densitas lebih besar 95 %
x10,96 g/Cm3(TD).
Bahan bakar reaktor nuklir yang menggunakan keramik uranium
diantaranya UO2, Struktur kristal UO2adalah face centered cubic tipe
CaF2 dan memiliki densitas teoritis 10,96 gr/cm3.Keramik uranium sebagai
bahan bakar memiliki beberapa keuntungan yaitu tahan terhadap
temperatur operasi reaktor yang tinggi dikarenakan memiliki titik leleh
yang tinggi, titik leleh dari UO2 yaitu sekitar 2760o C ). Selain memiliki titik
leleh yang tinggi, keramik uranium juga memiliki kestabilan terhadap
irradiasi yang baik (dimensi, struktur, volume) karena tidak adanya
transformasi fase pada suhu rendah, dan ketahanan korosi yang baik.
Persyaratan Bahan Bakar UO2
1. Densitasnya harus tinggi mendekati densitas teoritis UO2 (10,96
gr/cm3), pada kondisi ini UO2memiliki konduktivitas panas, elastisitas
dan perlakuan dimensional (dimensional behavior) yang paling baik.
2. Permukaan bahan bakar haruslah halus dan tidak ada retakan atau
serpihan.(Bahan Bakar kernel untuk Reaktor Suhu Tinggi)
3. Bahan yang dipergunakan harus memiliki kemurnian yang tinggi.
4. Perbandingan stokiometris O/U harus sama atau mendekati 2,00
karena pada kondisi UO2 memiliki konduktivitas panas yang paling
tinggi.
5. Porositas butir bahan bakar harus merata dan berukuran antara 1-10
μm, karena porositas berkaitan erat dengan densitas UO2 dan perilaku
dimensional bahan bakar reaktor.
Pengayaan
Pengayaan dimaksudkan untuk meningkatkan kadar 235U dalam bahan
bakar nuklir hasil proses pemurnian. Perlu diketahui bahwa dalam
uranium alam hasil penambangan terdapat tiga jenis isotop uranium,
yaitu 238U dengan kadar 99,285 %, 235U dengan kadar 0,715 % dan
234U dengan kadar yang sangat kecil. Dalam reaktor nuklir yang dapat
berperan sebagai bahan bakar hanyalah 235U, sedang 238U dan 234U
tidak dapat dijadikan bahan bakar karena tidak dapat melakukan reaksi
fisi. Dengan proses pengayaan maka kadar 235U menjadi tinggi sehingga
bahan bakar dapat dipakai dalam waktu lama. Proses pengayaan ini akan
meningkatkan kadar 235U dalam bahan bakar menjadi 3-5 % seperti
lazimnya dibutuhkan oleh suatu reaktor nuklir. Proses pengayaan tidak
selalu dilewati oleh bahan bakar, karena ada jenis reaktor nuklir yang
dapat memanfaatkan uranium alam.
Untuk memperkaya uranium terdapat beberapa proses pemisahan yang
telah dikembangkan dan terpakai dalam skala industri. Semua cara
berprinsip pada pemisahan fase gas (UF6).
Proses pengkayaan dilakukan dengan cara :
1. Proses difusi gas
Prinsip proses difusi gas adalah gas UF6 dialirkan dari ruang tekanan tinggi
ke ruang tekanan ruang lebih rendah melalui sekat berpori. Pada
kenyataannya bahwa UF 6 (U-235) memiliki kecepatan difusi lebih besar
dari pada UF6(U-238), sehingga diperoleh pengayaan U-235 pada ruangan
tekanan rendah. Untuk UF6, fraksi disisi tekanan rendah memiliki
kekayaan 1.0043 lipat lebih tinggi dari fraksi pada ruangan tekanan tinggi.
Pada difusi gas efek pisah tiap tingkat begitu kecil, sehingga untuk
memperoleh pengkayaan untuk bahan bakar LWR diperlukan ribuan
tingkat dalam suatu kaskade . Untuk pengaliran gas memerlukan
kompresi untuk menembus barier difusi, maka proses ini memerlukan
energi sangat tinggi
2. Proses sentrifugasi gas
Prinsip pemisahan pada dasarnya adalah apabila pesawat sentrifus
diputar dengan kecepatan rotasi amat tinggi, maka akan tercipta suatu
medan gaya berat buatan yang dapat dimanfaatkan untuk memisahkan
isotop. Jadi apabila UF6 dalam wadah sentrifuse diputar dengan
kecepatan amat tinggi, maka isotop lebih berat cenderung bergerak
mendekati mantel sentrifus, sedangkan isotop yang lebih ringan
cenderung bergerak mendekati rotor pesawat. Cara sentrifugasi
mempunyai efek pisah jauh lebih tinggi dari pada pemisahan difusi gas,
dari segi konsumsi energi untuk menjalankan operasi pemisahan dengan
sentrifugasi membutuhkan jauh lebi kecil , kira- kira 0,1 lipat dari
kebutuhan untuk proses difusi gas untuk tugas yang sama.
Proses gas sentrifuse merupakan proses yang menggunakan silinder
berputar dan tersusun seara paralel. Rotasi pada silinder menciptakan
gaya sentrifuse yang kuat yang menyebabkan molekul gas yang lebih
berat (U-238) bergerak keluar dari silinder. Sedangkan molekul gas yang
lebih ringan (U-235) akan berada didekat pusat silinder.
Setelah pengayaan, gas UF6 diperkaya diubah menjadi serbuk uranium
dioksida (UO2) yang kemudian difabrikasi menjadi pelet bahan bakar.
Pelet-pelet selanjutnya diletakkan dalam kelongsong logam dan dirakit
menjadi perangkat bakar nuklir yang siap digunakan di dalam teras
reaktor.
Pabrikasi
Proses pabrikasi bertujuan untuk menyiapkan bahan bakar nuklir dalam
bentuk fisik yang sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir
calon pemakai bahan bakar tersebut. Ada bermacam-macam bentuk
bahan bakar bergantung pada jenis rancang bangun reaktor. Perbedaan
tersebut umumnya terletak pada bentuk dan ukuran bahan bakar yang
digunakannya. Dalam proses pabrikasi, sebagian besarnya merupakan
proses fisis mekanis ditambah sedikit proses kimia. Ada berbagai macam
bentuk elemen bakar bergantung pada rancang bangun yang dikaitkan
dengan kinerja reaktor pemakainya. Misal ada jenis reaktor yang
memakai bahan bakar diperkaya dengan pengayaan 2-3 % berbentuk
UO2 yang diproses menjadi pelet dengan diameter ± 10 mm. Pelet
kemudian dimasukkan ke dalam tabung kelongsong paduan zirkonium
dengan panjang 4-5 m. Pellet UO2 dapat difabrikasi dengan mudah dengan
cara “pressing dan Sintering”
Serbuk UO2 yang sudah berderajad keramik dilakukan pressing dengan
langkah :
Serbuk UO2 dicampur dengan polyetilene glykol dan polyvynil alkohol
(PVA), kemudian ditambah air dan pelumas hingga seperti lumpur.
Pengeringan pertama 70oC, campuran diayak. Serbuk tergranulasi
tersebut, kemudian dikompakkan dan diperoleh pellet hijau. Selanjutnya
sebagai(pengikat dan pelumas/zeng stearat/ asam stearat) pada pellet
hijau tersebut dihilangkan pada suhu dibawah suhu sintering,
Proses sintering adalah proses perlakuan panas pada suhu tinggi
mendekati 0,5 – 0,7 titik lelehnya.Proses sintering harus bebas O2 supaya
tidak terjadi oksidasi dan dilakukan dalam lingkungan gas inert yaitu Ar
atau H2 . Tujuan sintering untuk menaikkan densitas mendekati 95%
densitas teoritis, mengatur mikro struktur, porositas. Diharapkan densitas
butir yang dihasilkan mendekati teoritis yaitu 10,5 – 10,96 g/ml
Tahapan proses sinter :
1. Ikatan mula antar partikel serbuk
Proses pengikatan diri meliputi difusi atom-atom. Ikatan ini terjadi pada
kontak fisik antar partikel yang berdekatan. Ikatan ini tidak menyebabkan
perubahan demensi pada pellet.Semakin besar bidang kontak permukaan
pellet, maka semakin besar juga proses pengikatan dalam proses sinter.
2. Pertumbuhan leher
Pertumbuhan leher terjadi setelah pengikatan mula antar partikel dan
terjadi karena adanya perpindahan massa pada proses
sinter.Pertumbuhan ini tidak mempengaruhi jumlah porositas dan tidak
menyebabkan penyusutan pada pellet.
3. Pertumbuhan leher
Karena adanya pertumbuhan butir, maka menyebabkan terjadinya proses
penutupan saluran pori. Dapat juga disebabkan oleh penyusutan pori.
4. Penutupan saluran pori
Karena adanya pertumbuhan butir, maka menyebabkan terjadinya proses
penutupan saluran pori. Dapat juga disebabkan oleh penyusutan pori.
5. Pembulatan pori
Bila massa diangkut kedaerah leher dari permukaan pori, maka pori
tersebut akan menuju proses pembulatan pori.Proses ini berjalan
sempurna, bila waktu dan suhu sinter cukup.
6. Penyusutan pori
Karena gas-gas yang terdapat dalam pori-pori keluar ke permukaan, maka
terjadi penurunan volume pellet, shg juga terjadi penurunan luas muka.
Dengan kata lain dapat dikatakan proses pemadatan, shg terjadi
peningkatan berat jenis dan peningkatan kekuatan
7. Pengkasaran pori
Proses ini terjadi setelah kelima proses tersebut terjadi dan berjalan
sempurna. Pengkasaran terjadi karena adanya bersatunya lubang-lubang
kecil dari pori sisa dan menjadi besar dan kasar. Jumlah total pori tetap,
tetapi luas permukaan pori bertambah besar
Pelet tersinter masuk kelongsong, dan kedua ujung kelongsong ditutup
dan dilas, yang membentuk batang bahan bakar, kmd dirakit menjadi
bundel batang sebagai elemen bahan bakar.
Proses Pembakaran Uranium dalam Reaktor
Inti atom dari U-235 terdiri dari 92 proton dan 143 neutron
(92+143=235). Saat sebuah inti atom U-235 menangkap neutron, ia akan
membelah menjadi dua inti atom baru dan melepaskan sejumlah energi
dalam bentuk panas, disertai pelepasan 2 atau 3 neutron baru.
Jika neutron yang dilepaskan tersebut dapat memicu reaksi yang sama
pada atom U-235 lainnya, dan melepaskan neutron baru lain, reaksi fisi
berantai dapat terjadi. Reaksi ini dapat terjadi dan terjadi lagi, hingga
berjuta-juta kali, maka energi panas dalam jumlah sangat besar dapat
dihasilkan dari sedikit Uranium. Secara kasar energi panas dari reaksi inti
1 gram U-235 adalah sama dengan energi panas dari pembakaran 1 ton
batubara.
Reaksi fisi uranium yang berlangsung di dalam reaktor nuklir
Proses membelah atau “membakar” uranium secara berantai dan
terkendali adalah sebagaimana yang terjadi di dalam reaktor nuklir. Panas
yang dihasilkan digunakan untuk membangkitkan uap air, dan selanjutnya
uap air digunakan untuk memutar turbin dan akhirnya
menghasilkanlistrik.
Tabel berikut memberikan gambaran tentang bertapa besarnya
kandungan energi dalam bahan bakar uranium dibandingkan sumber
energi lainnya.
Kandungan Energi dalam 1 ton berat (GJ)
Kayu 14
Batubara 29
Minyak 42
Gas alam (cair) 46
Uranium (bahan bakar PLTN – PWR) 630.000
Seperti unsur lainnya, uranium memiliki beberapa isotop. Uranium alami
sebagaimana yang terdapat dalam lapisan kerak bumi utamanya tersusun
atascampuran isotop U-238 (99.3%) dan U-235 (0.7%). Isotop adalah
elemen atau unsur yang memiliki nomor atom yang sama tetapi jumlah
neutron atau berat atom-nya berbeda.
U-235 merupakan isotop uranium yang penting, sebab dalam kondisi
tertentu inti ini dapat dibelah yang diikuti dengan pelepasan energi dalam
jumlah besar (sekitar 200 MeV per-pembelahan). Reaksi pembelahan inti
atom dikenal dengan ”fisi nuklir”, dan isotop U-235 disebut sebagai
”bahan fisil”.
Seperti isotop radioaktif lainnya, uranium juga mengalami peluruhan. U-
238 meluruh dalam jangka waktu yang panjang dengan waktu paro yang
sama dengan umur bumi (4500 juta tahun). Ini dapat diartikan U-238
hampir tidak radioaktif jika dibandingkan dengan isotop lain di lapisan
batuan dan tanah. Namun demikian peluruhan U-238 menghasilkan
energi 0,1 watt/ton dalam bentuk panas. Energi peluruhan ini cukup untuk
menghangatkan inti bumi. Adapun U-235 meluruh dalam jangka waktu
sedikit lebih cepat dibanding U-238 (sekitar 700 juta tahun).
Isotop uranium U-238 dan U-235 adalah pemancar radiasi alpha dengan
energi cukup rendah dan dapat ditahan oleh selembar kertas. Bahaya
radiasi akan muncul apabila isotop uranium masuk ke dalam tubuh karena
akan merusak jaringan dan dapat menimbulkan penyakit kanker.
Di dalam sebuah reaktor nuklir, bahan bakar uranium dirakit dalam
bentuk tertentu sedemikian hingga reaksi fisi berantai yang terkendali
dapat dicapai. Panas yang dihasilkan dari pembelahan U-235 kemudian
digunakan untuk membangkitkan uap yang akan memutar turbin dan
menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
Pada dasarnya PLTN dan PLT Fosil, dengan kapasitas yang sama, memiliki
banyak kemiripan. Keduanya sama-sama membutuhkan panas untuk
menghasilkan uap guna memutar turbin dan generator. Namun
perbedaan pokok yang perlu digarisbawahi disini bahwa PLTN
memanfaatkan fisi atom uranium yang dapat menggantikan pembakaran
batubara atau gas.
Reaksi fisi berantai yang berlangsung di dalam teras reaktor nuklir
dikendalikan oleh batang kendali yang mempunyai sifat menyerap
neutron dan dapat ditarik/didorong untuk mengatur reaktor pada tingkat
daya yang dibutuhkan.
Di dalam teras reaktor yang menerapkan konsep fisi thermal
sebagaimana reaktor PLTN komersial saat ini, bahan bakar uranium
dikelilingi oleh materi yang disebut moderator. Bahan ini berfungsi untuk
memperlambat kecepatan neutron yang dihasilkan dari reaksi reaksi fisi
sehingga memungkinkan terjadinya reaksi berantai. Air, grafit dan air
berat biasa digunakan sebagai moderator dalam berbagai jenis reaktor.
Karena jenis bahan bakar yang digunakan (konsentrasi U-235 dalam
bahan bakar uranium hanya 3 – 5%), maka apabila terjadi malfungsi yang
fatal dalam reaktor, bahan bakar dapat saja menjadi terlalu panas dan
meleleh, akan tetapi tidak dapat meledak seperti bom nuklir.
Ada banyak jenis reaktor nuklir yang digunakan dalam PLTN komersial
saat ini, dan yang masuk 3 besar dari 440 PLTN adalah PWR – Pressurized
Water Reactor (48%), BWR – Boilling Water Reactor (20,8%), dan PHWR –
Pressurized Heavy Water Reactor (7,7%) .
Karena di dalam reaktor nuklir PLTN terdapat U-238 dalam jumlah besar
(bahan bakar reaktor PLTN hanya mengandung 3 – 5% U-235, dan sisanya
adalah U-238), reaksi U-238 dengan neutron akan sangat sering terjadi.
Faktanya sekitar 1/3 energi yang dihasilkan bahan bakar dalam reaktor
berasal dari pembelahan Pu-239.
Tapi terkadang Pu-239 dapat menangkap neutron tanpa membelah dan
berubah menjadi Pu-240. Karena Pu-239 secara progresif
terbakar/membelah atau berubah menjadi Pu-240, maka semakin lama
bahan bakar berada di dalam reaktor akan semakin banyak Pu-240 di
dalamnya.