ureterolithiasis
DESCRIPTION
ureterolitiasisTRANSCRIPT
![Page 1: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/1.jpg)
1
Judul
Melisa Citra Ika Mulya
102013443
Kelompok F5
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
citra _ [email protected]
Pendahuluan
Rumusan Masalah
Laki-laki usia 60 tahun mengeluh sakit pada pinggang kanan yang menjalar ke
kantong kemaluan sejak 1 minggu yang lalu dan hilang timbul.
Hipotesis
Laki-laki didiagnosa terkena ureterolitiasis.
Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara teliti, teratur, dan lengkap karena sebagian besar
data yang diperlukan diperoleh dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis. Hal-hal
yang perlu ditanyakan dalam anamnesis adalah identitas pribadi, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
penyakit sosial, dan riwayat pribadi.1
Pada kasus ini, perlu ditanyakan mengenai kebiasaan minum, diet sehari-hari,
apakah suka meminum minuman yang tinggi vitamin c atau suplemen tertentu, apakah
ada riwayat penyakit gout, apakah dikeluarga terdapat keluhan yang sama, dan juga
riwayat batu sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
![Page 2: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah dengan melihat keadaan umum pasien
serta kesadaran. Kemudian memeriksa tanda-tanda vital pasien yang terdiri dari
tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh pasien.
Pada pemeriksaan fisik, yang pertama kali diperiksa adalah periksa keadaan
umumnya, kemudian ditentukan juga kesadaran pasien. Setelah itu diperiksa tanda-
tanda vital sang pasien yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu.
Kemudian setelah melakukan pemeriksaan diatas dilanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.1,2
Pemeriksaan inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan melihat kelainan-
kelainan yang mungkin saja dapat timbul pada pasien. Pemeriksaan palpasi adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara menekan bagian tubuh pasien dengan
menggunakan tangan kanan dan menggunakan jari ke 2, 3, dan 4 untuk mengetahui
adanya rasa nyeri, perbesaran dari organ-organ, dan benjolan. Pemeriksaan perkusi
merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian tubuh pasien
dengan menggunakan tangan kanan untuk mengetuk dan tangan kiri diletakkan sebagai
dasar untuk mengetuk. Pada kasus ini, perlu dilakukan pemeriksaan nyeri ketok CVA
untuk diketahui apakah ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan auskultasi dilakukan
dengan cara menaruh stetoskop untuk mendengarkan bunyi seperti bising usus, suara
jantung, paru-paru, dan sebagainya.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan pH, berat jenis,
sedimen urine untuk menentukan ada tidaknya hematuri, leukositoria, dan kristaluria.
Pemeriksaan kultur kuman penting untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih.
Apabila batu keluar, diperlukan pencarian faktor resiko dan mekanisme timbulnya batu.
Selain dilakukan pemeriksaan laboratorium, dapat juga dilakukan pemeriksaan
secara radiologi, yaitu dengan ultrasonografi (USG) maka akan terlihat batu ureter dan
tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen. Pada foto polos abdomen
![Page 3: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/3.jpg)
3
dapat menunjukkan ukuran, bentuk, dan posisi, dapat membedakan batu kalsifikasi, jika
terdapat densitas tinggi dapat diketahui bahwa jenis batunya adalah batu kalsium
oksalat atau kalsium fosfat. Jika densitasnya rendah maka dapat diketahui jenis batu
yang terbentuk adalah batu struvite, sistin, atau campuran keduanya. Kekurangan dari
foto polos abdomen adalah tidak dapat menentukan batu radiolusen, batu kecil, dan
batu yang tertutup bayangan struktur tulang.
IVP (Intra Venous Pyelografi) adalah jenis pemeriksaan dengan menggunakan
kontras. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran radiologi
dari letak anatomi dan fisiologi serta mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter,
dan vesika urinaria. Selain itu, pemeriksaan IVP ini dapat mendeteksi adanya batu semi
opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat dengan foto polos abdomen.
Indikasi pemeriksaan IVP ini adalah untuk melihat batu ginjal, batu saluran kemih,
kelainan kongenital, dan tumor ginjal.
Working Diagnosis
Ureterolithiasis
Batu saluran kemih merupakan kejadian yang paling sering terjadi. Insidensnya pada
laki-laki lebih sering daripada wanita yaitu 3-4:1. Pada wanita, batu yang paling sering
ditemukan adalah batu amonium magnesium fosfat (struvit). Usia rata-rata batu saluran
kemih adalah pada usia 30-50 tahun. Rata-rata kekambuhan adalah 50% dalam 5 tahun
dan 70% dalam 10 tahun meskipun mendapat terapi bedah. Kekambuhan dapat terjadi
bila tidak menjaga pola hidup dengan benar.
Differential Diagnosis
Nefrolitiasis
Pasien dengan batu ginjal akan merasa pegal dan kolik pada daerah sudut
kostovertebralis (costovertebra angle = CVA). Bila terjadi hidronefrosis akan teraba
adanya massa. Dapat terjadi infeksi dan bila terjadi sepsis akan demam, menggigil serta
![Page 4: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/4.jpg)
4
apatis. Gejala traktus digestivus seperti nausea, vomitus dan distensi abdomen dapat
terjadi karena ileus paralitik. Hematuria dapat terjadi secara mikro (90%) atau makro
(10%).
Vesikolitiasis
Pada pasien dengan batu buli-buli terdapat gejala miksi yang lancar tiba-tiba
terhenti dan terasa sakit yang menjalar ke penis. Miksi yang berhenti itu dapat lancar
kembali bila posisi diubah. Bila hal ini terjadi pada anak-anak, mereka akan berguling-
guling dan menarik-narik penisnya. Bila terjadi infeksi ditemukan tanda-tanda sistisis
hingga hematuria. Pada pemeriksaan fisis ditemukan nyeri tekan supra simfisis karena
infeksi atau teraba massa karena retensio urin. Hanya batu yang besar dapat diraba
bimanual.
Uretrolitiasis
Pasien dengan batu uretra dapat mengalami miksi yang tiba-tiba berhenti disertai
rasa sakit yang hebat pada glans penis, batang penis, perineum dan rektum.
Pyelonefritis
Merupakan infeksi pada tubulus renalis yang kadang disebabkan oleh obat dan zat
kimia. Bila kerusakkannya sudah mengenai membran basal maka akan digantikan
dengan jaringan ikat dan biasanya diobati dengan kortikosteroid.3
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor itu meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang
berasal dari dalam tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal
dari lingkungan disekitarnya.
![Page 5: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Faktor intrinsik itu antara lain adalah keturunan yaitu penyakit ini diduga diturukan
dari orang tuanya, umur yaitu penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50
tahun, dan jenis kelamin yaitu jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding
dengan pasien perempuan.3
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah infeksi dimana infeksi saluran kemih
dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu
saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk ammonium
akan mengubah PH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat
sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada. Kemudian, adanya
obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadinya infeksi. Selain itu, jenis kelamin
juga menentukan kejadian batu saluran kemih. Pada laki-laki, kejadian batu saluran
kemih lebih sering ditemukan dibandingkan pada perempuan. Perbedaan ras juga dapat
menentukan kejadian batu saluran kemih. Ras Batu saluran kencing lebih banyak
ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang.
Kemudian keturunan juga berperan, riwayat anggota keluarga yang mempunyai batu
saluran kencing mempunyai factor resiko lebih besar menderita batu saluran kencing
dibandingkan dengan tidak mempunyai riwayat tersebut.
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar substansi dalam
urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang
diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan
mempengaruhi terbentuknya batu saluran kencing.
Pekerjaan juga berpengaruh, misalnya pada pekerja-pekerja keras seperti buruh dan
petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya batu saluran kencing daripada pekerja-
pekerja yang lebih banyak duduk.
Diet sehari-hari juga berperan, pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan
protein hewani angka morbiditas batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada
golongan masyarakat dengan kondisi social ekonominya rendah lebih sering terjadi.
Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran
![Page 6: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/6.jpg)
6
kencing (vesika urinaria dan uretra) dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu
ginjal atau piala.
Suhu berperan pada proses pembentukkan batu, misalnya pada tempat bersuhu
panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan banyak mengeluarkan
keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan batu saluran
kencing.3,4
Patogenesis
Patogenesis pasti terjadinya batu belum diketahui, akan tetapi diduga adanya
supersaturasi dan nukelasi yang berperan dalam pembentukkan batu. Dalam
supersaturasi adalah adanya substansi yang menyusun batu dalam jumlah yang besar
dalam urin. Kejadian ini dapat terjadi karena adanya penurunan volume urin dan kimia
urin yang dapat menekan pembentukkan batu. Sedangkan pada nukleasi adalah adanya
natrium hidrogen urat, asam urat, dan kristal hidroksiapatit yang membentuk inti dan
kemudian ion kalsium dan oksalat melekat di inti untuk membentuk campuran batu dan
akhirnya terbentuklah nukleasi heterogen.
Batu ginjal merupakan pengendapan dan kristalisasi mineral di ginjal. Batu
terbentuk dan berkembang dari kristal mikroskopis di tubulus ginjal dan kemudian
menuju ke ansa henle. Pembentukkan batu dipengaruhi oleh jumlah urin, konsentrasi
kalsium, fosfat, oksalat, sodium, asam urat, konsentrasi inhibitor batu (sitrat, Mg,
Tamm-horsfall mucoproteins, bikunin) dan pH urin. Tingginya level ion, pH urin yang
rendah, volume urin yang rendah, kadar sitrat yang rendah akan menunjang
terbentuknya batu.5
Klasifikasi Batu
Batu yang terbentuk adalah bermacam-macam, diantaranya adalah batu kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat, struvite, dan sistin. Batu kalsium biasanya dapat
terlihat pada pemeriksaan radiologi, sedangkan batu non kalsium (asam urat, sistin, dan
struvite) sangat sulit terlihat pada pemeriksaan foto polos abdomen.3
![Page 7: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/7.jpg)
7
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada letak batu, besar batu, dan
penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada
pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik
terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu
menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari
terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan
kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.5
Batu yang terletak disebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada
saat kencing atau sering kencing. Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar
spontan setelah melalui hambatan pada perbatasan uretero-pelvik, saat ureter
menyilang vasa iliaka, dan saat ureter masuk ke dalam buli-buli. Hematuria sering kali
dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh
batu. Kadang-kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa
hematuria mikroskopik.
Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu sepsis dan ini merupakan ke gawat
daruratan di bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan
anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsi dan segera dilakukan
terapi berupa drainase dan pemberian antibiotika.3
Penatalaksanaan
Biasanya lokasi batu menentukan apakah suatu keadaan merupakan keadaan gawat
darurat atau tidak. Bila batu turun dalam sistem kolektivus maka hal ini merupakan
suatu keadaan gawat darurat karena dapat menyebabkan keluhan kolik ginjal dan
infeksi. Untuk penatalaksanaannya dapat diberikan obat spasmolitik intra vena atau
suppositoria. Untuk batu dengan ukuran lebih dari 6 mm maka tidak dapat dikeluarkan
secara spontan sehingga diperlukan upaya untuk pengeluaran batu. Pengambilan batu
dapat dengan menggunakan uretrolitotripsi, PCLN, ESWL, dan operasi terbuka.6
![Page 8: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Untuk batu ureter dengan ukuran kurang dari 6 mm biasanya dapat dikeluarkan
secara spontan. Perlu diterapi konservatif selama 6 bulan pertama dengan pemberian
analgesik dan obat yang dapat membantu pergerakkan batu ke distal. Bila pengeluaran
secara spontan gagal dan disertai dengan rasa sakit yang tidak dapat ditoleransi maka
harus dilakukan terapi intervensi. Jika batu terdapat di ureter distal maka sangat baik
ditatalaksana dengan ekstraksi ureteroskopi atau ESWL, batu akan terfragmentasi dan
dapat keluar 2 minggu setelah dilakukan tindakan.
Untuk batu ginjal diperlukan evaluasi foto polos abdomen serial atau dengan USG.
Bila batu bertambah besar dan timbul gejala maka tindakan intervensi perlu dilakukan.
Jika ukuran batu kurang dari 3 cm maka perlu dilakukan tindakkan ESWL, akan tetapi jika
batu lebih besar maka perlu dilakukan PCLN atau operasi terbuka.
Untuk batu vesika dapat diatasi dengan cara vesikolitopaksi, vesikolitotripsi,
vesikolitotomi perkutan, vesikolitotomi terbuka dan ESWL. Sedangkan untuk batu uretra
dapat menggunakan laser, litotripsi pneumatik, atau operasi terbuka.
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), alat ini dapat memecah batu ginjal,
batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih.
PNL (Percutaneus Nephrolitomy), adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui
insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi
fragmen-fragmen kecil.6,7
Komplikasi
Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di
saluran kemih. obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu
ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau
di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaiutu
pembengkakan pelvis ginjal dan system duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat
![Page 9: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/9.jpg)
9
menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan
elektrolit dan cairan.
Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstisium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan
penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan
kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat
terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine
(stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat
peradangan dan cedera berulang.3,5
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya batu diperlukan adanya evaluasi dasar seperti
anamnesis, riwayat penyakit, usia waktu pertama kali timbul, frekuensi dan jumlah batu
yang timbul, terapi/operasi apa yang telah dilakukan. Dan juga diperlukan adanya
evaluasi tambahan seperti kebiasaan asupan cairan dan diet, gout, riwayat batu saluran
kencing dalam keluarga.
Pada pemeriksaan darah, diperlukan pemeriksaan elektrolit, kalsium, fosfat, asam
urat, dan kadar hormon paratiroid. Dan pada evaluasi, diperlukan pengumpulan urine
24 jam dan harus dicek pH urine tersebut, kadar kalsium, kreatinin, sodium, fosfat,
oksalat, sitrat, dan sistin.
Selain itu juga dapat dilakukan analisis kristal untuk membantu menentukan
penyakit yang mendasari dan kondisi metabolik pasien tersebut. Pencegahan juga dapat
dilakukan dengan memberikan terapi medikamentosa kepada pasien dengan
disesuaikan dengan kondisi sang pasien. Untuk pasien dengan kekambuhan yang sering
maka diperlukan tatalaksana yang lebih agresif. Pencegahan yang dilakukan adalah
dengan menurunkan konsentrasi reaktan seperti kalsium dan oksalat, meningkatkan
konsentrasi inhibitor pembentuk batu, dan dengan pangaturan diet.3
Hal terpenting dalam mengurangi kekambuhan adalah dengan meningkatkan intake
cairan. Pasien dianjurkan minum cairan saat makan dan 2 jam setelah makan terutama
![Page 10: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/10.jpg)
10
bila dehidrasi serta meminum cairan sebelum tidur sore dan malam hari. Peningkatan
asupan cairan pada siang hari dan malam hari dapat mengencerkan urine yang
saturasinya tinggi, meningkatkan aliran air kemih, menurunkan konsentrasi pembentuk
batu dalam air kemih.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara meningkatkan inhibitor pembentuk
batu yaitu dengan cara pemberian kalsium sitrat 20 mEq tiap malam, pembatasan
natrium sampai 80-100 mEq/hari memperbaiki reabsorpsi kalsium proksimal karena
adanya penurunan ekskresi kalsium sampai 100 mg/hari, pembatasan protein sampai 1
mg/kgBB/hari. Pembatasan kalsium tidak dianjurkan karena dapat merugikan, terutama
pada hiperkalsiuria idiopatik karena keseimbangan kalsium yang negatif dapat memacu
pengambilan kalsium dari tulang.3
Tanpa adanya terapi medikamentosa, dalam 5 tahun pertama setelah operasi
biasanya 50% terjadi kekambuhan.
Prognosis
Sebaiknya cepat ditangani sedini mungkin, maka gejala akan dapat hilang dan tidak
akan menyebabkan komplikasi. Semakin cepat terdiagnosa maka keadaan pasien
tersebut dapat baik.
Kesimpulan
Hipotesis diterima, laki-laki ini menderita ureterolitiasis karena adanya nyeri pada
pinggang yang menjalar hingga ke kantong kemaluan dan hilang timbul. Nyeri yang
timbul adalah karena adanya hambatan aliran urin dan adanya peregangan dari reseptor
nyeri. Pasien ini harus segera dilakukan terapi karena bila tidak segera dilakukan maka
dapat terjadi hidronefrosis dan infeksi pada ginjal maupun sistemik.
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005. h.
55.
![Page 11: ureterolithiasis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022072106/5695d2dc1a28ab9b029bfab6/html5/thumbnails/11.jpg)
11
2. Bickley L.S. Bates’ Guide to physical examination and history taking. International
edition. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health; 2009. p. 30-
5.
3. Mansjoer A, Suprohaita, editor. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta:
Media aesculapius; 2001. h. 334-6.
4. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung seto; 2011. h. 87-99.
5. Wayne D, Rubenstein D, Bradley J. Kedokteran klinis. Edisi 6. Jakarta: Erlangga; 2007.
h. 219.
6. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 171-
2.
7. Spencer SS. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2005. h. 591.