urin biokimia

13
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeleminasi sisa – sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta mempertahankan homostatis cairan tubuh. Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh 1200 – 1500 ml urine dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresikan prosuk metabolisme tubuh adalah 500 ml. Ada beberapa metode pemeriksaan atau uji terhadap urine. Diantaranya adalah uji benedict, uji obermeyer, uji koagulasi, uji pigmen empedu, dan lain-lain. Uji indikan atau obermeyer merupakan uji untuk mengetahui adanya pembusukan triptofan oleh bakteri usus yang diubah menjadi indol kemudian mengalami penyerapan kembali ke dalam darah dan dibawake hati dan akan mengalami oksidasi dan konjugasi menjadi indoksil sulfat. Sedangkan untuk uji glukosa dalam darah dapat dilakukan dengan uji semikuantitatif dengan pereaksi benedict, sedangkan uji protein dalam urine dapat dilakukan dengan koagulasi melalui pemanasan. Dan uji pigmen empedu bila diperoleh adanya pigmen empedu pada urine. Oleh karena pentingnya penentuan kadar glukosa pada urine maka diperlukan pengujian diatas agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Dan juga untuk mengetahui hasil pemeriksaan urine normal dan urine diabetes. 1.2. Tujuan Percobaan Mengetahui hasil uji warna pada uji benedict dan penafsirannya.

Upload: velyana

Post on 23-Jun-2015

5.357 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: urin biokimia

BAB 1PENDAHULUAN

1. 1. Latar BelakangUrin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2

fungsi utama yaitu mengeleminasi sisa – sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta mempertahankan homostatis cairan tubuh.

Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh 1200 – 1500 ml urine dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresikan prosuk metabolisme tubuh adalah 500 ml.

Ada beberapa metode pemeriksaan atau uji terhadap urine. Diantaranya adalah uji benedict, uji obermeyer, uji koagulasi, uji pigmen empedu, dan lain-lain. Uji indikan atau obermeyer merupakan uji untuk mengetahui adanya pembusukan triptofan oleh bakteri usus yang diubah menjadi indol kemudian mengalami penyerapan kembali ke dalam darah dan dibawake hati dan akan mengalami oksidasi dan konjugasi menjadi indoksil sulfat. Sedangkan untuk uji glukosa dalam darah dapat dilakukan dengan uji semikuantitatif dengan pereaksi benedict, sedangkan uji protein dalam urine dapat dilakukan dengan koagulasi melalui pemanasan. Dan uji pigmen empedu bila diperoleh adanya pigmen empedu pada urine.

Oleh karena pentingnya penentuan kadar glukosa pada urine maka diperlukan pengujian diatas agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Dan juga untuk mengetahui hasil pemeriksaan urine normal dan urine diabetes.

1.2. Tujuan Percobaan Mengetahui hasil uji warna pada uji benedict dan penafsirannya. Mengetahui hasil uji indikan pada penderita diabetes dan urin normal. Mengetahui hasil uji koagulasi pada urine diabetes dan urine normal. Mengetahui hasil uji pigmen empedu pada urine diabetes dan urine

normal.1.3. Prinsip Percobaan

1.3.1. Uji BenedictDidasarkan pada senyawa glukosa yang mempunyai gugus aldehid bebas akan mereduksi ion kupri (benedict) dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah (Cu2O). Banyak endapan merah bata yang terbentuk menunjukkan kadar glukosa didalam urin.

1.3.2. Uji Indikan (obermeyer)Didasarkan pada ada tidaknya pembusukan asam amino triptofan dalam usus dimana gugus indoksil akan dioksidasi oleh pereaksi obermeyer yang

Page 2: urin biokimia

mengandung FeCl3 dalam HCl pekat yang akan membentuk warna indigo yang larut dalam kloroform.

1.3.3. Uji KoagulasiDidasarkan pada penentuan adanya protein dalam urine dimana urine yang dipanaskan akan mengalami koagulasi akibat kenaikan suhu. Endapan protein ini bersama fosfat, dimana penambahan asam asetat akan menunjukkan perbedaan yaitu fosfat yang larut dalam asam asetat sehingga bila masih ada endapan maka positif adanya protein.

1.3.4. Uji Pigmen EmpeduDidasarkan pada penentuan pigmen empedu yang merupakan salah satu protein yang mengalami denaturasi oleh penambahan HNO3 pekat yang tampak sebagai cincin putih diantara dua cairan. Oksidasi terhadap pigmen – pigmen ini menghasilkan sejumlah pigmen – pigmen lain denagn warna – warna mulai hijau menjadi biru, ungu, merah dan jingga.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. UrinUrin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2

fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta mempertahankan homostatis cairan tubuh.

Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200 – 1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pembentukan urine dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urine berkembang. Volume urine yang diperlukan untuk mengekskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml.

Oligouria (volume urin berkurang) ditemukan pada berbagai keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kritis, gangguan hati akut, diare dan gagal jantung. Anuri (tidak berbentuk urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut, keracunan air raksa atau batu ginjal.

Poliuria (volume urin meningkat) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes inpidus, akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiapa hari dapat mencapai 10-20 L. Pada diebetes melitus, volume urin dapat mencapai 5-6 L dalam 1 hari.

Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00 – 20.00) dan urin malam hari (pukul 20.00 – 08.00) adalah 2 : 1, kadang – kadang 3 : 1. Pada kelainan ginjal rasio ini dapat berubah atua bahkan terbalik.

Page 3: urin biokimia

Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan berbau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,003 – 1,030. pH bersifat (pH 6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 sampai 8,0.

Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut : Klorida sebagai NaCl = ± 100 gr Ca2+, Mg2+ dan iodium = sedikit Urea = ± 20 – 30 gr Kreatinin = 1,5 gr Amonia = 0,7 gr Asam Urat = 0,7 gr

Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan enzim.

Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, asam amino, protein dan berbagai senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porifirin yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit tertentu.

Dalam saluran kemih dapat terjadi pembentukan batu sebagai akibat menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira – kira satu per tiga batu saluran kemih terdiri dari Ca-fosfat, Ca-karbonat dan Mg aluminium fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat peningkatan eskresi kalsium , infeksi dan peningkatan pH. Dalam urin juga dapat ditemukan batu oksalat dan batu asam urat. (Hafiez Soewoto,2001)

2.2. Insulin Merupakan Hormon HipoglikemiaPada akhir abad ke-19, penemuan bahwa pengambilan pankreas dari anjing

menimbulkan keadaan menyerupai diabetes melitus pada manusia. Pada hewan tersebut, seperti pada manusia dengan diabetes, tingkat glukosa darah menjadi tinggi secara abnormal. Keadaan ini disebut hiperglikemia. Begitu banyak glukosa dikeluarkan di dalam air seni sehingga rasanya manis, keadan ini disebut glikosuria. (Diabetes melitus dan diabetes inpidus, keduanya menimbulkan pengeluaran air seni dalam jumlah banyak, pernah dibedakan berdasarkan pengujian air seni). Usaha untuk mengobati anjing-anjing yang sudah tidak memiliki pankreas lagi yang dilakukan dengan memberi makanan berupa jaringan pankreas mentah dari hewan normal, gagal ; tetapi suntikan ekstrak pankreas normal terhadap anjing-anjing tersebut mengurangi gejala diabetes. Setelah melalui berbagai percobaan, akhirnya unsur aktif yang ada di dalam ekstrak pankreas dapat diisolasi dalam bentuk murni pada tahun 1922. Zat tersebut dinamakan insulin (“zat dari pulau”), karena jaringan pulau-pulau dikenal sebagai sumber hormon tersebut. Dalam waktu singkat insulin digunakan dalam pengobatan penyakit diabetes pada manusia.

Insulin disintesis oleh sel-sel β atau B pada pankreas dalam bentuk prekursor yang tidak aktif. Prekursor insulin langsung disebut proinsulin yang merupakan polipeptida berantai tunggal dengan 78-86 residu, tergantung pada spesiesnya. Proinsulin dari

Page 4: urin biokimia

pankreas lenibu mempunyai 81 residu dan dua jembatan disulfida. Zat-zat ini disimpan dalam granula sel-sel B dari jaringan pulau-pulau sampai datangnya isyarat untuk sekresi. Pada saat itu proinsulin darah diubah menjadi insulin aktif oleh kegiatan peptida-peptida spesifik, yang menguraikan ikatan dua peptida dalam rantai proinsulin, memindahkan bagian tengahnya. Dua residu asam amino kemudian digeser dari ujung segmen tengah oleh kegiatan peptidase untuk menghasilkan L-peptida. Dua segmen yang dari rantai asal proinsulin menjadi rantai A dan B insulin yang disatukan oleh dua jembatan disulfida.

Proinsulin sendiri dibuat dari prekursor sebelumnya, preproinsulin yang mengandung 23 residu asam amino lebih banyak pada ujung amino terminal proinsulin. Urutan amino terminal ini digeser oleh peptidase untuk membentuk proinsulin. Urutan ekstra asam amino pada ujung amino terminal yang baru dibuat ke tujuan khususnya didalam sel dalam hal ini gelembung sekresi insulin. Dimana secara genetis adalah urutan “pemula” atau “pemberi isyarat” yang mengarahkan proinsulin. (lehninger,1982)

2.3. Sekresi Insulin Diatur Terutama Oleh Glukosa DarahInsulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang terletak di lekukan usus dua

belas jari sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, yaitu untuk orang normal (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik.

Seseorang sudah dapat dikatakan menderita diabetes melitus jika menderita dua dari tiga gejala dibawah ini :

1. Keluhan “TRIAS” :a. Banyak minumb. Banyak kencingc. Penurunan berat badan yang tak jelas sebabnya.

2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dl.3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan ≥ 200 mg/dl.

Karena kadar glukosa darah pada waktu puasa meningkat, kelebihan glukosa tersebut akan dikeluarkan melalui urin, sehingga terjadilah glukosaria, yaitu adanya glukosa di dalam urin. Pada orang normal tidak terjadi glukosaria.

Adanya glukosaria, ini dapat diketahui dengan beberapa cara antara lain : 1. Urin penderita tersebut segera dikerumuni semut karena mengandung glukosa.2. Rasanya manis di urin (Dr.Thomas Wilis dari Inggris yang pertama kali mencoba

menjilat urinnya).3. Timbulnya rasa gatal di daerah kemaluan pada bekas kencing.4. Yang paling tepat adalah pemeriksaan terhadap adanya glukosa di dalam urine

dengan cara :Reaksi fehling (reaksi rebus urin)

Page 5: urin biokimia

Reaksi dengan tablet yaitu dengan clinictest.Kertas strip yang disebut BM test, Glukotest, DiastrixSalah satu atau beberapa dari cara diatas biasanya telah diketahui oleh diabetisi.

(Askandar Tjokoprawiro, 2006)Pengukuran biokimia maupun komponen spesifik darah dan air seni merupakan

indikator penting keadaan metabolik dan dipakai di dalam diagnosis penyakit dan pengobatan. Sebuah contoh adalah diabetes melitus yang menyebabkan abnormalitis nyata pada metabolisme.

Diabetes melitus benar-benar merupakan kelompok penyakit dimana aktivitas pengaturan insulin mungkin terhambat dalam berbagia hal. Lebih lagi, beberapa hormon lainnya dapat mempengaruhi metabolisme glukosa. Diabetes mempunyai suatu komponen genetik, diduga bahwa infeksi yang disebabkan virus meningkatkan perkembangannya.

Batasan diabetes melitus berarti “kelebihan ekskresi air seni manis”. Dalam keadaan parah, yaitu diabetes melitus yang tidak dikontrol , jumlah glukosa dalam urine dapat melebihi 100 gr/24 jam, sedangkan pada individu normal untuk mengeluarkan urin hanya sedikit. Jumlah urine yang besar pada diabetes menggambarkan kebutuhan ginjal untuk mengeluarkan sejumlah air bersama glukosa sejak kapasitas ginjal untuk membersihkan larutan pada urine ada batasnya. (Lehninger,1982)

BAB 3METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat Dan Bahan3.1.1. Alat – Alat :

Rak Tabung Reaksi Tabung Reaksi Gelas Ukur Pipet Tetes Pipetr Volume Bulp Penangas air Beaker Gelas

3.1.2. Bahan-bahan : Urin normal Urin diabetes Pereaksi Obermeyer Kloroform HNO3 pekat Pereaksi Benedict Larutan Glukosa 0,75 %

Page 6: urin biokimia

Larutan Glukosa 1,5 % Larutan glukosa 5% Asam Asetat 2 2% Larutan glukosa 0,3% Tissu

3.2. Prosedur Percobaan3.2.1. Pembuatan Larutan Standar

Disiapkan 6 tabung reaksi Di tabung 1, diambil 1 ml urin diabetes Tabung 2, diambil 1 ml urin normal Tabung 3, diambil 1 ml urin normal dan ditambah 10 ml glukosa 0,3% Tabung 4, diambil 1 ml urin normal dan ditambah 10 ml glukosa 0,75% Tabung 5, diambil 1 ml urin normal dan ditambah 10 ml glukosa 1,5% Tabung 6, diambil 1 ml urin normal dan ditambah 10 ml glukosa 5% Kemudian masing-masing tabung ditambah dengan 10 tetes pereaksi

benedict. Dipanaskan selama 5 menit Diamati perubahan warnanya.

3.2.2. Uji Indikan Diambil 8 ml urin normal Dimasukkan dalam tabung reaksi Diambil 8 ml pereaksi obermeyer Diamkan 5 menit Ditambahkan larutan kloroform 3 ml Diamati dan dicatat perubahannya Diulangi perlakuan diatas untuk sampel diabetes

3.2.3. Uji Pigmen Empedu Diambil 1 ml larutan HNO3(p), dimasukkan dalam tabung reaksi Ditambah 1 ml urin normal melewati dinding Diamati dan dicatat perubahannya Diulangi perlakuan diatas dengan sampel urin diabetes

3.2.4. Uji Koagulasi Diambil 5 ml urin normal, dimasukkan dalam tabung reaksi Didihkan selama 10 menit Diamati Ditambah larutan CH3COOH 2% sebanyak 5 tetes Diamati dan dicatat perubahannya Diulangi perlakuan diatas dengan sampel urin diabetes.

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 7: urin biokimia

4.1.Data Pengamatan4.1.1. Penentuan Kadar Glukosa dalam urin

LarutanTabung Ke -

1 2 3 4 5 6Urin DiabetesUrin NormalGlukosa 0,3%Glukosa 0,75%Glukosa 1,5%Glukosa 5%Pereaksi Benedict

1 ml

10 tetes

1 ml

10 tetes

1 ml10 ml

10 tetes

1 ml

10 ml

10 tetes

1 ml

10 ml

10 tetes

1 ml

10 ml10 tetes

Dipanaskan selama 5 menitDiamati Kuning

Hijau< 0,5%

Hijau

< 0,5%

HijauMuda< 0,5%

HijauKuning< 0,5%

Kuning

0,5%-1%

Kuning

0,5%-1%

4.1.2. Uji IndikanPerlakuan Pengamatan

8 ml urin normal Ditambah 8 ml pereaksi

obermeyer Diamkan beberapa menit Diamati Ditambahkan 3 ml kloroform Diamati Dilakukan utnuk urin diabetes

Pada urin normal hasilnya negatif

Pada urin diabetes hasilnya negatif

4.1.3. Uji Pigmen EmpeduPerlakuan Pengamatan

1 ml asam nitrat pekat Ditambah 1 ml urine normal Diamati Dilakukan perlakuan diatas untuk

urine diabetes

Tidak terbentuk cincin

Terbentuj cincin putih pada sampel urin diabetes

4.1.4. Uji KoagulasiPerlakuan Pengamatan

Dimasukkan 5 ml urine normal Didihkan beberapa menit Ditambahka asam asetat 2%

sebanyak 5 tetes Diamati Dilakukan hal yang sama pada

urin diabetes

Tidak diperoleh endapan

Diperoleh endapan putih dan pada penambahan asam asetat,

Page 8: urin biokimia

endapan tetap ada.

4.2. ReaksiReaksi Oksidasi – Reduksi Uji Benendict

4.3. PembahasanPrinsip uji benedict yaitu penentuan kadar glukosa dalam urin secara

semikuantitatif dimana gula yang memiliki gugus aldehid bebas akan mereduksi ion kupri (benedict) dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah (endapan Cu2O). Banyak endapan yang terbentuk menentukan kadar glukosa yang terdapat di dalam urin.

Dalam percobaan penentuan kadar glukosa dalam urine dimana disediakan 6 buah tabung yang diisi masing-masing, tabung 1 yaitu 1 ml urin diabetes, tabung 2 yaitu 1 ml urin normal, tabung 3 yaitu 1 ml urin normal dan 10 glukosa 0,3%, tabung 4 yaitu 1 ml urin normal dan 10 ml glukosa 0,75%, tabung 5 yaitu 1 ml urin normal dan 10 ml glukosa 1,5% dan tabung 6 yaitu 1 ml urin normal dan 10 ml glukosa 5% kemudian masing-masing ditambahkan 10 tetes larutan benedict dan dipanaskan. Diperoleh warna pada tabung 1 yaitu kuning hijau yang berarti kadarnya < 0,5%, tabung 2 berwarna hijau yang berarti kadarnya <0,5%, tabung 3 dan 4 berwarna hijau kuning yang berarti kadarnya < 0,5%, tabung 5 dan 6 berwarna kuning yang berarti kadarnya antara 0,5% - 1%.

Prinsip uji indikan yaitu pemeriksaan adanya pembusukan asam amino triptofan dalam usus yang bereaksi dengan pereaksi obermeyer membentuk warna biru indigo yang larut dalam klororform.

Dalam percobaan ini menunjukkan hasil negatif pada pengujian terhadap darah normal dan darah diabetes. Hal ini disebabkan mungkin kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung asam amino triptofan.

Prinsip uji koagulasi yaitu penentuan adanya protein dalam urin dimana urin yang dipanaskan akan terkoagulasi akibat kenaikan suhu sehingga protein dan fosfat terendapkan dan penambahan asam asetat untuk mengetahui aoakah protein yang mengendap atau fosfat dimana fosfat larut dalam asam asetat.

Dalam percobaan ini hasil urin normal tidak menunjukkan koagulasi protein sedangkan hasil urin diabetes menunjukkan koagulasi pritein dan penambahan asam asetat, endapan tetap ada menunjukkan bahwa urin diabetes mengandung protein.

Prinsip uji pigmen empedu yaitu penentuan pigmen empedu dalam urin dimana denganlarutan asam nitrat pekat akan terbentuk cincin putih yang menunjukkan adanya pigmen empedu.

Dalam percobaan ini menunjukkan hasil negatif pada urin normal sedangkan pada urin diabetes terbentuk cincin putih antara dua fasa larutan yang berarti hasilnya positif adanya pigmen empedu.

Page 9: urin biokimia

Komponen urin di dalam tubuh manusia yaitu merupakan kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah :

Klorida sebagai NaCl = ± 100 gr Ca2+, Mg2+ dan iodium = sedikit Urea = ± 20 – 30 gr Kreatinin = 1,5 gr Amonia = 0,7 gr Asam Urat = 0,7 gr

Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan enzim.

Dalam urin normal hanya ada urea, garam-garam, asam urat dan senyawa molekul kecil yang tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh namun pada urin diabetes dari hasil percobaan bahwa terbukti adanya glukosa, protein dan pigmen empedu yang sebenarnya tidak boleh ada dalam urin, ini disebabkan rusaknya membran yang menyaring senyawa atau molekul yang akan masuk ke ginjal.

BAB 5PENUTUP

5.1.Kesimpulan Adapun hasil uji benedict penentuan kadar glukosa pada urin diperoleh tabung 1

dan 4 berwarna kuning muda, kadar nilainya < 0,5%, tabung 2 dan 3 berwarna hijau kadar nilainya < 0,5% dan tabung 5 dan 6 berwarna kuning yang nilai kadarnya 0,5% - 1%.

Hasil uji indikan pada urin normal dan urin diabetes adalah negatif. Hasil uji koagulasi pada urin normal menunjukkan hasil negatif sedangkan pada

urin diabetes terbentuk endapan yang tidak larut larutan asam asetat. Hasil uji pigmen empedu pada urin normal menunjukkan hasil negatif dan pada

urin diabetes diperoleh cincin putih yang menunjukkan hasil positif.

5.2.SaranSebaiknya dilakukan pendeteksian warna pigmen empedu pada urin diabetes

dan normal agar diketahui secara kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, Albert L.1982.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta: ErlanggaSoewoto, Hafiz.2001.Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta:UI PressTjokoprawiro,Askandar.2006.Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus.Jakarta : Gramedia.