use of lime in the post mordant dyeing batik cotton fabric with ekstrak of tekelan leaf (chromolaena...

USE OF LIME IN THE POST MORDANT DYEING BATIK COTTON FABRIC WITH EKSTRAK OF TEKELAN LEAF (Chromolaena odorata)

Dwi Suheryanto, Lies Susilaning Sri Hastuti

Balai Besar Kerajinan dan BatikBadan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri - Kementrian Perindustrian RIJl Kusumanegara 7 Yogyakarta 55165. Telp. (0274) 546111 Fax (0274) 543582,

e-mail: [email protected]

Abstrack

"Tekelan", plant weeds white flower bush (Chromolaena odorata) with species Chromolaena odorata (L.) King & HE Robins, save a bundle of benefits and very abundant availability (potential resources), but its utility is not optimal, either as crop pests prevention, insecticide vegetable, as well as natural dyes. To obtain natural dyes from leaves Tekelan can be done extracted by boiling. Results dyeing with extracts from Tekelan on cotton batik fabric provides a distinctive yellow color direction, beautiful, natural and difficult to replicate by synthetic dyes. But there are disadvantages, namely color fastness and intensity (aging) relatively poor color. Substance use lime mordant end is one alternative to overcome it. The purpose of this research is to determine how much influence the use of lime at the post of the age (intensity) and the mordant color fastness cotton batik fabric dyeing results with Tekelan leaf extract. The process of researches consist of, cotton batik fabric (primisima) have been mordant beginning with alum 40 g/l, then batik processed, cold dyed with Tekelan leaf extract, followed workmanship mordant final concentration variations lime with 25 g/l, 50 g/l and 75 g/l as independent variables and the dependent variable is aging color and color fastness. The results showed that there was a marked influence on the use of lime concentration 25 g/l, 50 g/l, and 75 g/l against aging color cotton batik fabric is dyed with extracts of Tekelan. It is proven that cotton batik cloth with a solution of lime mordant 25 g/l, 50 g/l and 75 g/l produce different colors with age batik cotton fabrics that are not escorted. No significant effect on the use of lime concentration 25 g/l, 50 g/l and 75 g/l for color fastness to washing, terms of discoloration on cotton batik fabric is dyed with leaves ZWA Tekelan. Cotton batik cloth with a solution of lime escorted 75 g/l produce more optimal age or older colors, when compared with cotton batik cloth with a solution of lime escorted 25 g/l and 50 g/l.

Keywords: leaf Tekelan, intensity, cotton batik fabric, fastness, mordant end lime

PENGGUNAAN MORDAN AKHIR KAPUR PADA PENCELUPAN KAIN BATIK KATUN DENGAN ESKTRAK DAUN TEKELAN




Abstrak

“Tekelan”, tanaman gulma semak bunga putih (Chromolaena odorata) dengan spesies Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins, menyimpan setumpuk manfaat dan ketersediaannya sangat melimpah (potensial resources), akan tetapi pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal, baik sebagai tanaman pengcegah hama, insektesida nabati, maupun pewarna alami. Untuk memperoleh pewarna alam dari daun tekelan dapat dilakukan diekstrak dengan cara perebusan. Hasil pencelupan dengan ektrak daun tekelan pada kain batik katun memberikan arah warna kuning yang khas, indah, natural dan sulit untuk ditiru oleh zat warna sintetis. Namun ada kelemahannya, yaitu ketahanan luntur warna dan intesitas (ketuaan) warna yang relatif kurang baik. Penggunaan zat mordan akhir kapur adalah salah alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh penggunaan kapur pada mordan akhir terhadap ketuaan dan ketahanan luntur warna kain batik katun hasil celupan dengan ekstrak daun tekelan. Proses pengerjaannya meliputi, kain batik katun primisima dimordan awal dengan tawas 40 g/l, kemudian dibatik, dicelup dingin dengan ekstrak daun tekelan, dilanjutkan pengerjaan mordan akhir kapur dengan variasi kosentrasi 25 gram/l, 50 gram/l dan 75 gram/l sebagai variabel bebas dan variabel terikat yaitu ketuaan warna dan ketahanan luntur warna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata pada penggunaan konsentrasi larutan kapur 25 gram/l, 50 gram/l, dan 75 gram/l terhadap ketuaan warna kain batik katun yang dicelup dengan ekstrak zwa daun tekelan. Hal ini terbukti kain batik katun yang diiring dengan larutan kapur 25 gram/l, 50 gram/l dan 75 gram/l menghasilkan ketuaan warna yang berbeda dengan kain batik katun yang tidak diiring. Tidak ada pengaruh yang nyata pada penggunaan konsentrasi larutan kapur 25 gram/l, 50 gram/l dan 75 gram/l terhadap ketahanan luntur warna terhadap pencucian, ditinjau dari perubahan warna pada kain batik katun yang dicelup dengan zwa daun tekelan. Kain batik katun yang diiring dengan larutan kapur 75 gram/l menghasilkan ketuaan warna lebih optimal atau tua, bila dibandingkan dengan kain batik katun yang diiring dengan larutan kapur 25 gram/l dan 50 gram/l.

Kata kunci: daun tekelan, intensitas, kain batik katun, ketahanan luntur, mordan kapur

OPTIMALIZATION ON MANGO LEAF EXTRACT DYE BATIK SILK FABRIC WITH FERROUS SULFATE FIXATION




Abstract

Natural dyes (ZWA) is an environmentally friendly dyes, is not harmful to the perpetrator and the user, and the color is more diverse. Mango leaf extract is a kind ZWA obtained from the extraction of the leaves of mango (Mangifera indica LINN) in the boiling process. ZWA dyeing results with mango leaves on cotton batik fabric provides a distinctive color direction, beautiful, natural and difficult to be imitated by synthetic dyes. However, there are disadvantages in terms of color fastness and intensity (aging) relatively poor color. The use of ferrous sulfate is one alternative to solve the problem. The purpose of this study was to determine the extent of the influence of the use of ferrous sulfate concentration in the procession of the aging process and the color fastness cotton batik fabric is dyed with mango leaves ZWA. Materials used are cotton batik fabric is dyed with extracts primed ZWA mango leaves, then continued working on the procession of ferrous sulfate solution with variation of concentration 40 g/l, 50 g/l and 60 g/l as the independent variable and the dependent variable is the color of aging and color fastness to washing. The results showed that there was a marked influence on the use of ferrous sulfate concentration 40 g/l, 50 g/l, and 60 g/l against aging color cotton batik fabric is dyed with mango leaf extract ZWA. It is evident that fixation cotton batik fabric with a solution of ferrous sulfate 40 g/l, 50 g/l and 60 g/l produce different colors with the aging of batik cotton fabrics that are not escorted. No significant effect on the use of ferrous sulfate concentration 40 g/l, 50 g/l and 60 g/l for color fastness to washing, terms of discoloration on cotton batik fabric is dyed with mango leaves ZWA. Batik Cotton escorted with ferrous sulfate solution 60 g/l produce more optimal age or older colors, when compared with cotton batik fabric escorted with ferrous sulfate solution 40 g/l and 50 g/l.

Keywords: mango leaves extract, procession, age color, batik cotton fabric, color fastness, ferrous sulfate.

OPTIMALISASI CELUPAN EKSTRAK DAUN MANGGA PADA KAIN BATIK SUTERA DENGAN IRING FERO SULFAT


Balai Besar Kerajinan dan BatikBadan Penelitian dan Pengembangan Industri - Kementrian Perindustrian RI

Jl Kusumanegara 7 Yogyakarta 55166. Telp. (0274) 546111 Fax (0274) 543582, e-mail: [email protected]

Abstrak

Zat warna alam (zwa) adalah zat warna yang ramah lingkungan, tidak berbahaya bagi pelaku maupun pengguna, dan warnanya lebih beragam. Ektrak daun mangga adalah jenis zwa yang diperoleh dari hasil ekstraksi daun mangga (Mangifera indica LINN) pada proses perebusan. Hasil pencelupan dengan zwa daun mangga pada kain batik katun memberikan arah warna yang khas, indah, natural dan sulit untuk ditiru oleh zat warna sintetis. Namun ada segi kelemahannya yaitu ketahanan luntur warna dan intesitas (ketuaan) warna yang relatif kurang baik. Penggunaan fero sulfat adalah salah alternatif untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan konsentrasi larutan fero sulfat pada proses iring terhadap ketuaan dan daya tahan luntur warna kain batik katun yang dicelup dengan zwa daun mangga. Bahan yang digunakan adalah kain batik katun prima yang dicelup dengan ekstrak zwa daun mangga, kemudian dilanjutkan pengerjaan iring pada larutan fero sulfat dengan variasi kosentrasi 40 gram/l, 50 gram/l dan 60 gram/l sebagai variabel bebas dan variabel terikat yaitu ketuaan warna dan ketahanan luntur warna terhadap pencucian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata pada penggunaan konsentrasi larutan fero sulfat 40 gram/l, 50 gram/l, dan 60 gram/l terhadap ketuaan warna kain batik katun yang dicelup dengan ekstrak zwa daun mangga. Hal ini terbukti kain batik katun yang diiring dengan larutan fero sulfat 40 gram/l, 50 gram/l dan 60 gram/l menghasilkan ketuaan warna yang berbeda dengan kain batik katun yang tidak diiring. Tidak ada pengaruh yang nyata pada penggunaan konsentrasi larutan fero sulfat 40 gram/l, 50 gram/l dan 60 gram/l terhadap ketahanan luntur warna terhadap pencucian, ditinjau dari perubahan warna pada kain batik katun yang dicelup dengan zwa daun mangga. Kain batik katun yang diiring dengan larutan fero sulfat 60 gram/l menghasilkan ketuaan warna lebih optimal atau tua, bila dibandingkan dengan kain batik katun yang diiring dengan larutan fero sulfat 40 gram/l dan 50 gram/l.

Kata kunci: ekstrak daun mangga, iring, ketuaan warna, kain katun batik, ketahanan luntur warna, fero sulfat.

use of lime in the post mordant dyeing batik cotton fabric with ekstrak of tekelan leaf (chromolaena...

Documents