usul penelitian hibah unggulan program studi filekacang panjang (vigna sinensis l.) merupakan salah...
TRANSCRIPT
1
Bidang Unggulan : Ketahanan Pangan Kode/Nama Bidang Ilmu : 153/Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman
USUL PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
UJI KERAGAMAN KISARAN INANG TERHADAP PENULARAN BEAN COMMON MOSAIC VIRUS PADA TANAMAN KACANG PANJANG
(Vigna sinensis) DI BALI
TIM PENELITI Trisna Agung Phabiola / 0010127408 Prof.Dr. I Made Sudana, MS / 0018065401 Prof. Dr. I Gede Rai Maya Temaja, MP / 0009106204
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
JULI 2015
2
HALAMAN PENGESAHAN Judul : Uji Keragaman Kisaran Inang Terhadap
Penularan Bean Common Mosaik Virus Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis) di Bali.
Peneliti / Pelaksana Nama Lengkap : Trisna Agung Phabiola Sp., MSi NIDN : 0010127408 Jabatan Fungsional : Asisten Ahli Program Studi : Agroekoteknologi Nomor HP : 081246750432 Alamat e-mail : [email protected] Anggota (1) Nama Lengkap : Prof.Dr. I Made Sudana, MS NIDN : 0018065401 Perguruan Tinggi : Universitas Udayana Anggota (2) : Nama Lengkap : Prof. Dr. I Gede Rai Maya Temaja, MP NIDN : 0009106204 Perguruan Tinggi : Universitas Udayana Institusi Mitra (jika ada) Nama Institusi Mitra : - Alamat : - Penanggung Jawab : - TahunPelaksanaan : Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp. 25.000.000 Biaya Keseluruhan : Rp. 25.000.000
Denpasar, 29 Juli 2015
(Trisna Agung Phabiola Sp., Msi) NIP. 197410122008012005
3
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ 2 DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3 RINGKASAN ........................................................................................................ 4 BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 5 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 5 1.2 Tujuan Kusus ................................................................................................... 6 1.3 Urgensi Penelitian ............................................................................................ 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7 2.1 Budidaya Tanaman Kacang Panjang ................................................................ 7 2.2 Hama dan Penyakit pada Tanaman Kacang Panjang ......................................... 7 2.3 Virus BCMV .................................................................................................... 8 2.4 Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) ............................................... 9 BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 11 3.1 Bahan dan Alat ................................................................................................ 11 3.2 Sumber Inokulum ............................................................................................ 11 3.3 Uji Kisaran Inang terhadap BCMV .................................................................. 11 3.4 Pengamatan Gejala .......................................................................................... 12 3.5 Deteksi BCMV pada Tanaman Kacang Panjang dan Tanaman Inang Alternatif
Melalui Metode DAS-ELISA .......................................................................... 13 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14
4.1 Kisaran Inang BCMV ..................................................................................... 14 4.2 Variasi Gejala Virus BCMV pada Tanaman Alternatif .................................... 15 BAB V. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................................. 17
BAB VI. KESIMPULAN ...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17 LAMPIRAN .......................................................................................................... 19
4
RINGKASAN
Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura yang dikonsumsi di Indonesia sebagai sumber vitamin dan mineral menjadi
salah satu manfaat dalam upaya peningkatan gizi masyarakat. Pada tahun 2011
mengalami penurunan produksi menjadi 456.254 ton (BPS, 2012). Terjadinya fluktuasi
kualitas dan kuantitas produksi dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
adalah penyakit tanaman, yang ditemui pada tanaman kacang panjang adalah penyakit
mosaik yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang berasosiasi, diantaranya Bean
common mosaic virus (BCMV), (Damayanti dkk., 2009) .Gejala mosaik yang muncul
pada kacang panjang yang diinfeksi BCMV ditunjukkan berupa lepuhan, pola warna
kuning dan hijau pada daun, malformasi daun (Setyastuti, 2008). Virus BCMV
merupakan virus yang tergolong kedalam genus potivirus (400-800 nm)yang mempunyai
kisaran inang yang cukup luas, dapat ditularkan oleh kutu daun secara non persisten
(Sutic et al., 1999), dan bersifat tular benih (Udayashankar et al., 2010).Beberapa
tanaman yang menjadi inang Potyvirus yaitu Capsicum frutescens, Capsicum annuum,
Solanum tuberosum, Lycopersicon esculentum, Solanum melongena, Datura
stramonium, Nicotiana spp, dan Chenopodium spp (Green et al., 1999). Namun infeksi
BCMV pada tanaman lain selain kacang panjang belum banyak yang meneliti.Meskipun
sudah dilakukan pengendalian terhadap BCMV , virus ini masih bertahan, karena virus
ini memiliki inang alternatif. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui kisaran inang alternatif dari BCMV .
5
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura yang menempati urutan ke- 8 dari 20 jenis sayuran yang dikonsumsi di
Indonesia.Kacang panjang sebagai sumber vitamin dan mineral menjadi salah satu
manfaat dalam upaya peningkatan gizi masyarakat. Kacang panjang banyak mengandung
vitamin A dan vitamin C serta mengandung mineral terutama pada polong muda. Biji
kacang panjang mengandung protein, lemak, dan karbohidrat, sehingga kacang panjang
merupakan sumber protein nabati yang baik bagi manusia (Haryanto dkk.,
1999).Kacang panjang berumur pendek, tumbuh baik pada dataran rendah sampai
dataran tinggi, dapat ditanam di lahan sawah, tegalan atau pekarangan pada setiap musim.
Usahatani kacang panjang dapat diandalkan sebagai usaha agribisnis yang mampu
meningkatkan pendapatan petani (Suryadi dkk., 2003).
Pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 456.254 ton (BPS, 2012).
Terjadinya fluktuasi kualitas dan kuantitas produksi dapat disebabkan oleh beberapa hal,
salah satunya adalah penyakit tanaman, yang ditemui pada tanaman kacang panjang
adalah penyakit mosaik yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang berasosiasi,
diantaranya Bean common mosaic virus (BCMV), Cowpea aphid born mosaic virus
(CABMV) dan Cucumber mosaic cucumovirus (CMV) (Damayanti dkk., 2009).
Salah satu penyakit penting pada tanaman kacang panjang yaitu penyakit dengan
gejala mosaik yang disebabkan oleh BCMV yang baru-baru ini ditemukan pada
pertanaman kacang panjang di daerah Bali. Infeksi BCMV menyebabkan kerugian
sebesar 65.87% (Kuswanto dkk., 2007) dan BCMV dilaporkan sebagai salah satu
penyebab mosaik kuning kacang panjang yang menginfeksi secara tunggal ataupun
bersama CMV di Jawa Barat (Damayanti dkk., 2009).
Virus BCMV merupakan virus yang tergolong kedalam genus potivirus (400-800
nm)yang mempunyai kisaran inang yang cukup luas, dapat ditularkan oleh kutu daun
secara non persisten (Sutic et al., 1999), dan bersifat tular benih (Udayashankar et al.,
2010).Beberapa tanaman yang menjadi inang Potyvirus yaitu Capsicum frutescens,
Capsicum annuum, Solanum tuberosum, Lycopersicon esculentum, Solanum melongena,
6
Datura stramonium, Nicotiana spp, dan Chenopodium spp (Green et al., 1999). Namun
infeksi BCMV pada tanaman lain selain kacang panjang belum banyak yang meneliti .
Gejala mosaik yang muncul pada kacang panjang yang diinfeksi BCMV
ditunjukkan berupa lepuhan, pola warna kuning dan hijau pada daun, malformasi daun
(Setyastuti, 2008). Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap BCMV yaitu dengan
pergiliran tanaman , mengendalikan vektor penyebab penyakit (kutu daun), dan dapat
dilakukan dengan mencabut tanaman kacang panjang yang terinfeksi BCMV kemudian
dibakar. Meskipun sudah dilakukan pengendalian terhadap BCMV , virus ini masih
bertahan, karena virus ini memiliki inang alternatif. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kisaran inang alternatif dari BCMV.
1.2. Tujuan Khusus
BCMV merupakan patogen yang penting karena distribusi dan kisaran inangnya
yang luas, selain karena kerusakan yang ditimbulkannya pada tanaman budidaya
terutama kacang panjang.Perhatian terhadap virus ini tidak pernah surut dari para peneliti
terbukti dengan terus bermunculan penelitian-penelitian berfokus pada virus yang
kosmopolitan ini. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk:
1. Mengidentifikasi keragaman kisaran inang terhadap virus BCMV pada tanaman
kacang panjang di Bali.
2. Mengetahui variasi gejala virus BCMV pada tanaman inang alternatif
3. Memberikan sumbangan pada pengkayaan ilmu pengetahuan dan teknologi antara
lain melalui publikasi hasil penelitian yang diusulkan pada jurnal ilmiah nasional atau
internasional
4. Memberikan pendidikan dan pengalaman penelitian bagi mahasiswa strata-1 pada
Konsentrasi Ilmu Penyakit Tumbuhan Universitas Udayana.
1.3. Urgensi Penelitian
Mengingat bahwa pengendalian yang dapat dilakukan terhadap BCMV yaitu
dengan pergiliran tanaman , mengendalikan vektor penyebab penyakit (kutu daun), dan
dapat dilakukan dengan mencabut tanaman kacang panjang yang terinfeksi BCMV
kemudian dibakar. Meskipun sudah dilakukan pengendalian terhadap BCMV , virus ini
masih bertahan, karena virus ini memiliki inang alternatif. Oleh karena itu perlu
7
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kisaran inang alternatif dari BCMV
virus tanaman sehingga diharapkan dapat memberikan suatu informasi tentang
keragaman kisaran inang alternatifsehingga pencegahan terhadap penularan virus ini
dilapangan dapat dikendalikan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman Kacang Panjang
Kacang panjang termasuk dalarn divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae,
subkelas Dicotyledonae, ordo Rosales, famili Leguminosae, genus Vigna, spesies Vigna
sinensis L. Budi daya kacang panjang dapat dilakukan di dataran rendah maupun dataran
tinggi dengan ketinggian antara 0-1500 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian
tanaman ini tumbuh lebih baik pada ketinggian kurang dari 600m dpl, sehingga kacang
panjang banyak diusahakan di dataran rendah dan digolongkan dalam sayuran dataran
rendah. Sebelum dilakukan penanaman benih kacang panjang perlu dilakukan
pengolahan tanah terlebih dahulu seperti penggemburan, pembuatan bedengan, dan
pengapuran. Tanaman kacang panjang membutuhkan tanah yang gembur yaitu tanah
yang kaya akan bahan organik atau ditambah pupuk kandang pada saat pengolahan tanah
agar tumbuh dengan baik. Pemeliharaan yang umum dilakukan pada pertanaman kacang
panjang adalah penyulaman, penyiangan, penyiraman, pemangkasan cabang, dan
pemupukan.Tanaman kacang panjang mulai berbunga pada umur 30 hari setelah tanam
dan pemanenan polong kacang panjang dapat dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari
(Susila, 2005).
2.2 Hama dan Penyakit pada Tanaman Kacang Panjang
Kendala utama pada budidaya tanaman kacang panjang adalah adanya gangguan
dari hama dan penyakit. Hama penting yang dilaporkan menyerang kacang panjang
antara lain, tungau merah Tetranychus bimaculatus (Acarina: Tetranychidae), kutu kebul
Bemisia tabaci (Hemiptera : Aleyrodidae), penggerek polong Riptortus linearis
(Hemiptera: Alydidae), dan kutu daun Aphis craccivora (Hemiptera : Aphididae). Upaya
yang banyak dilakukan untuk mengendalikan hama-hama tersebut adalah dengan
8
melakukan pergiliran tanaman, melakukan pengendalian secara biologi dengan
menggunakan musuh alaminya yaitu kumbang Scymnus sp. (Anwar dkk., 2005).
Penyakit yang menyerang tanaman kacang panjang diantaranya layu cendawan
(Fusarium sp.), antraknosa (Colletotricum lindemuthianum), puru akar (Meloidogyne
sp.), penyakit sapu (Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus), layu bakteri
(Pseudomonas solanacearum) dan penyakit mosaik yang disebabkan oleh Bean common
mosaic potyvirus (BCMV), Bean yellow mosaic potyvirus (BYMV) dan Cowpea aphid
borne mosaic potyvirus (CABMV) (Anwar dkk.,2005).
2.3 Virus BCMV
BCMV termasuk ke dalam familia Potyviridae dan genus Potyvirus. Potyvirus
merupakan kelompok virus tumbuhan terbesar yang diketahui saat ini (Agrios, 2005).
Partikel BCMV mempunyai panjang 720 – 770 nm dan lebar 12 – 15 nm. Partikel
virusnya terdiri dari 95% protein dan 5% RNA utas tunggal. Kestabilan virus dalam sap
tanaman tergantung dari strain virus dan waktu infeksinya. Virus ini mempunyai titik
panas inaktivasi 50 – 60oC (CABI, 2007). Potyvirus mempunyai partikel berbentuk
batang lentur dan mengandung genom monopartit berupa RNA (ribonucleic acid) untai
tunggal yang terdiri dari 9830 nukleotida (Nicolas and Laliberte, 1992).
Genom Potyvirus mempunyai satu open reading frame (ORF) yang mengkode
340-350 KDa prekursor poliprotein. Translasi RNA Potyvirus dimulai dari kodon awal
AUG pada posisi nukleotida 145-147 dari ujung 5’ genom Potyvirus, stop kodon terletak
pada nukleotida ke 9525- 9589 dari ujung 3’ genom Potyvirus dan diikuti oleh sikuen
poliadenilasi (poly A) (Gambar 2.1).
Genom Potyvirus diekspresikan melalui translasi poliprotein dari genom virus.
Poliprotein mengalami pemotongan menjadi protein fungsional dan struktural sesuai
dengan gen yang disandikannya yang terjadi di dalam sitoplasma. Selama dan sesudah
translasi terjadi pemotongan poliprotein oleh protease yang berasal dari ekspresi dari
genom Potyvirus. Poliprotein yang diekspresikan oleh genom virus diproses menjadi 10
protein fungsional oleh tiga jenis enzim proteinase yang dihasilkan oleh virus itu sendiri
(Hull, 2002).
9
BCMV dapat ditularkan secara mekanis melalui beberapa spesies kutu daun
secara non persisten dan melalui benih. Adapun beberapa spesies kutu daun yang dapat
menjadi vektor BCMV antara lain Aphis gossypii, A. craccivora, A. medicanigis, A.
rumicis, Hyalopterus atriplicis, Macrosiphum ambrosiae, M. pisi dan M. solanifolii
(Morales & Bos, 1988). Kutu daun menularkan virus ini secara non persisten, dimana
kutu daun mendapat virus dengan mengisap tanaman yang terinfeksi hanya dengan waktu
beberapa detik, kemudian kutu daun akan menularkan virus dengan cepat, setelah itu dia
akan kehilangan virus dan tidak mampu lagi menularkan virus. virus ini juga ditularkan
melalui penggunaan alat budidaya yang tidak steril sehingga ketika melukai tanaman lain
dapat terinfeksi virus (Millah, 2007).
Tanaman yang terinfeksi secara sistemik menunjukkan gejala daun dengan pola
mosaik, daun menggulung dan malformasi daun pada daun-daun muda. Secara umum
tanaman yang diinokulasi dengan virus biasanya gejala akan muncul pada 7-10 hari
setelah inokulasi (Djikstra & De Jager, 1998). Kisaran inang dari BCMV yaitu
kalopogonium/kacang asu (Jawa) (Calopogonium mucuniodes), kacang ercis (Pisum
sativum), buncis (Phaseolus vulgaris L.) dan kacang tolo (Vigna unguiculata) (CABI,
2007). Pengendalian BCMV dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa ekstrak
tanaman. BCMV dilaporkan dapat ditekan dengan menggunakan ekstrak bunga
Clerodendrum japonicum (bunga pagoda), Mirabilis jalapa (bunga pukul empat), dan
Andrographis paniculata (sambiloto). Ekstrak bunga pagoda dan ekstrak bunga pukul
empat mampu menghambat infeksi virus hingga 90% (Kurnianingsih, 2010).
Penyemprotan kitosan pada daun mampu menghambat BCMV dan menekan persentase
penyakit masing-masing sebesar 84.8% dan 62.1% (Haryanto, 2010). Pengendalian yang
lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan benih sehat, menghilangkan
tanaman terinfeksi, menggunakan varietas tahan, dan penyemprotan insektisida untuk
mengendalikan serangga vektor (Saleh, 1997).
2.4 Deteksi BCMV
Deteksi BCMV dapat dilakukan berdasarkan karakter biologi dan molekuler.
Deteksi berdasarkan karakter biologi dapat dilakukan melalui pengujian kisaran inang
dan tanaman indikator. Sedangkan deteksi menggunakan karakter molekuler umumnya
dilakukan dengan dua cara yaitu berdasarkan sifat asam nukleat dengan PCR
(Polymerase chain reaction)/RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase chain
10
reaction) dan berdasarkan sifat protein dengan uji serologi yaitu DIBA (Dot
Immunobinding assay) dan ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) (Foster and
Taylor, 1998).
Deteksi berdasarkan karakter biologi yaitu dengan pengujian kisaran inang dan
tanaman indikator yaitu dilakukan dengan mengamati gejala penyakit yang muncul.
Namun pengamatan terhadap gejala saja tidak cukup untuk menditeksi virus pada
tanaman, karena beberapa virus dapat menimbulkan gejala yang sama pada tanaman yang
sama, satu virus dapat menghasilkan variasi gejala tergantung strain virusnya. Selain itu
suatu virus dapat menimbulkan gejala yang berbeda pada tanaman yang berbeda. Kondisi
lingkungan dan iklim dapat berpengaruh terhadap tipe gejala yang muncul (Hull, 2002).
Oleh karena itu perlu dilakukan cara mendeteksi virus secara akurat. Deteksi yang umum
digunakan yaitu deteksi secara serologi yaitu dengan uji ELISA.
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) merupakan uji serologi yang
umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapa
keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki
sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter
Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi
di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor. Prinsip serologi
adalah mereaksikan antara antigen dan antiserum pada lubang plat mikrotiter yang
terbuat dari bahan polystyrene. Zat-zat yang dapat mengindikasi terbentuknya antibodi di
dalam serum disebut antigen. Antigen umumnya adalah protein. Serum yang
mengandung antibodi disebut antiserum. Interaksi antara antigen dan antiserum bersifat
spesifik, artinya antiserum hanya mengenali satu jenis epitop pada antigen. Epitop
merupakan bagian dari antigen yang dapat dikenali oleh antibody atau bagian dari antigen
yang dapat berinteraksi dengan antibody (Crowther, 1996).
ELISA memiliki 2 metode, yaitu direct ELISA (ELISA langsung) salah satunya
adalah DAS-ELISA (direct double antibody sandwich), dan indirect ELISA (ELISA
tidak langsung). Perbedaan metode ELISA tersebut yaitu pada direct ELISA enzim
konjugat terdapat pada molekul immunoglobulin pertama yang langsung bereaksi dengan
antigen. Sedangkan pada metode indirect ELISA enzim konjugat terdapat pada molekul
immunoglobulin kedua yang bereaksi dengan antivirus. Untuk metode DAS-ELISA
11
dalam satu sumuran plat terdapat dua antibody yang mengapit antigen yang berada
ditengah (Crowther, 1996)
Beberapa kelebihan ELISA dibandingkan dengan uji serologi yang lain yaitu konsentrasi
virus yang diperlukan untuk pendeteksian sangat rendah, antiserum yang diperlukan
sedikit, sehingga sesuai untuk pengujian sampel skala besar dan hasil pengujiannya
bersifat kuantitatif (Dijkstra and De jagger, 1998)
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa reagen DAS-ELISA, polybag,
tanah subur, arang sekam, bufer fosfat, kapas steril, daun tanaman kacang panjang yang
telah terinfeksi BCMV, tanaman uji yaitu tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.),
cabai rawit (Capsicum frutescens L.), Tomat (Lycopersicon esculentum), Terong
(Solanum melongena), Mentimun (Cucumis sativus) , Buncis (Phaseolus vulgaris L.),
Kedelai (Glycine max), Kubis (Brassica oleracea), Sawi Hijau (Brassica juncea),
Kangkung Darat (Ipomoea reptana poir), Bayam Cabut (Amaranthus tricolor), Kacang
Tanah (Arachis hypogaea), Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina), dan Kacang Panjang
(Vigna sinensis L.) komersial dengan jenis Panah Merah, KPK, Aura, dan Pusaka hijau
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mortar, timbangan digital,
gunting, pinset, gelas ukur, erlenmeyer, pipet mikro, lemari es, kamera digital, kotak
keranjang pembibitan (tray), plate Elisa, ELISA reider, dan alat tulis.
3.2 Sumber Inokulum
Sumber inokulum berasal dari tanaman kacang panjang yang telah terinfeksi
BCMV yang didapat dari pertanaman kacang panjang milik petani di Desa Perean,
kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
3.3 Uji Kisaran Inang Terhadap BCMV
Selain tanaman kacang panjang sebagai tanaman inang utama, inang alternatif
dari virus BCMV ini perlu diteliti untuk mengetahui cara bertahan hidup virus jika
12
tanaman utamanya tidak ada. Untuk mengetahui kisaran inang virus BCMV, maka dalam
penelitian ini, berbagai spesies tanaman diinokulasi dengan virus BCMV.
Bibit tanaman uji ditanam dalam polybag yang berukuran 10 x 10 x 10 cm yang
berisi campuran tanah dan arang sekam dengan perbandingan 1:2. Tanaman uji yang
digunakan adalah dari famili (1) Solanaceae : yaitu tanaman cabai besar (C. annuum L.),
cabai rawit (C. frutescens L.), Tomat (L. esculentum), dan Terong (Solanum melongena),
(2) Cucurbitaceae : yaitu Mentimun (Cucumis sativus), (3) Fabaceae : yaitu Buncis
(Phaseolus vulgaris L.) , dan Kedelai (Glycine max), (4) Cruciferaceae : yaitu Kubis
(Brassica oleracea ) dan Sawi Hijau (Brassica juncea), (5) Convolvulaceae : yaitu
Kangkung Darat (Ipomoea reptana poir), (6) Amaranthaceae : yaitu Bayam Cabut
(Amaranthus tricolor), (7) Leguminoceae: yaitu Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dan
Kacang Panjang (V. sinensis L.) komersial dengan jenis Panah Merah, KPK, Aura, dan
Pusaka hijau, (8) Balsaminaceae : yaitu Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina ).
Inokulasi dilakukan secara mekanis menggunakan cairan perasan tanaman (sap)
sakit. Sap dibuat dari daun tanaman yang terinfeksi BCMV. Daun yang terinfeksi digerus
sebanyak 1 gr sampai halus didalam mortar dimana sebelumnya ditambahkan bufer fosfat
(0.01M; pH 7.0) dengan perbandingan 1:5. Daun tanaman kacang panjang yang akan
diinokulasi sebelumnya ditaburi dengan carborundum (600 mesh). Sap dioleskan pada
permukaan daun dengan menggunakan kapas steril dimulai dari bagian pangkal daun ke
ujung secara searah dengan tidak mengulangi pada daerah yang sama. Setelah pengolesan
sap selesai, daun tanaman disiram dengan air mengalir untuk membersihkan sisa-sisa sap
yang masih melekat. Tanaman yang sudah diinokulasi dipelihara dan dirawat sampai
muncul gejala.
3.4 Pengamatan Gejala
Pengamatan secara kualitatif dilakukan dengan mengamati gejala yang muncul dari tanaman kacang panjang dan tanaman inang lain. Pengamatan dilakukan setiap hari selama satu bulan setelah dilakukan inokulasi.
13
3.5 Deteksi BCMV pada Tanaman Kacang Panjang dan Tanaman Inang Alternatif Melalui Metode DAS-ELISA
Metode serologi yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan metode ELISA dengan mengikuti prosedur dalam kit antiserum yang digunakan (Agdia, USA). Pada umumnya prosedur tersebut sebagai berikut: 1. 0,1 gr sampel tanaman disiapkan dengan cara digerus dengan ekstrak buffer 2. Kemudian 100 µl sampel yang sudah digerus dimasukan ke dalam masing-masing
well, 2 well untuk setiap sampel. Kemudian 2 well untuk buffer ekstrak dan 2 well untuk kontrol negatif.
3. Setelah semua masuk dalam plate ELISA, plate ELISA diinkubasi selama 4 jam pada suhu 37oC.
4. Setelah inkubasi, sampel dalam plate dibuang lalu dicuci dengan PBST (pengenceran PBST 100 ml PBS dengan 400 ml Aquades dan 0.5 ml tween 20) sebanyak 5 kali.
5. Setelah pencucian, antibodi dimasukan dengan perbandingan 1 : 200 coating buffer (sesuai dengan kebutuhan sampel). 100 µl setiap well. Antibodi pertama yang tersedia sebanyak 5 ml.
6. Kemudian plate yang berisi antibodi diinkubasi selama 2 jam. 7. Setelah inkubasi, antibodi dibuang lalu plate ELISA dicuci dengan PBST sebanyak 5
kali. 8. Kemudian 100 µl conjugate (antibodi kedua) dimasukan , 100 µl setiap well (larutkan
konjugate A dan B dengan perbandingan 1: 200 conjugate buffer sesuai dengan well yang dipakai). Antibodi kedua yang tersedia sebanyak 10 ml.
9. Plate diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37oC. 10. Conjugate dibuang lalu plate dicuci dengan PBST sebanyak 5 kali. 11. 100 µl PNP dimasukan ke dalam masing-masing plate yang sudah dicairkan (0,1 g
PNP dalam 10 ml substrate buffer). PNP yang tersedia 0.1 gr. Sampai terjadi perubahan warna pada well plate ELISA. Tanaman uji positif terinfeksi BCMV jika pada well plate ELISA terjadi perubahan warna menjadi kuning.
12. Pengamatan secara kuantitatif dilakukan dengan pembacaan nilai absorban pada panjang gelombang 405 nm dengan ELISA reider.
13. Stop reaksi dengan 0.3 M NaOH.
14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Uji Keragaman Kisaran Inang Terhadap Penularan Bean Common Mosaic Virus Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Di Bali dilakukan di Desa Perean Kecamatan Baturiti Tabanan. Penelitian sudah berjalan selama 2 bulan, mulai sejak penentuan lokasi penelitian, penyiapan benih, penanaman dan inokulasi tanaman. 4.1 Kisaran Inang BCMV
Tanaman yang diuji pada kisaran inang ini yaitu tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.), kacang panjang (Vigna sinensis L.) komersial dengan kultivar KPK, aura, pusaka hijau, dan panah merah, buncis (Phaseolus vulgaris L.), kedelai (Glycine max), cabai besar (Capsicum annuum L.), cabai rawit (Capsicum frutescens L.), tomat (Lycopersicon esculentum), terong (Solanum melongena), mentimun (Cucumis sativus), kubis (Brassica oleracea), sawi hijau (Brassica juncea), kangkung darat (Ipomoea reptana Poir.), bayam cabut (Amaranthus tricolor), dan bunga pacar air (Impatiens balsamina) (Gambar 4.1).
Gambar 4.1
Empat belas spesies tanaman untuk uji kisaran inang BCMV
Inokulasi BCMV secara mekanis dapat menimbulkan gejala pada beberapa
tanaman uji yaitu tanaman kacang panjang, buncis, mentimun, bayam, dan bunga pacar
air sedangkan pada tanaman kacang tanah, kedele, cabai besar, cabai rawit, tomat,
terong, kubis, sawi hijau, dan kangkung darat tidak menunjukkan gejala (Tabel 4.1).
Munculnya gejala pada tanaman uji yaitu pada tanaman kacang panjang, buncis,
mentimun, bayam, dan bunga pacar air merupakan hasil interaksi antara patogen, inang
dan lingkungan. Pengaruh keadaan lingkungan terhadap penyakit yang disebabkan oleh
virus sangat tergantung pada kondisi inangnya, mengingat virus tidak dapat mengadakan
15
metabolisme sendiri. Sinar matahari dan suhu sering mempengaruhi perkembangan
gejala yang tampak pada tanaman uji. Sinar matahari dan suhu yang tidak diikuti dengan
ketersediaan air dan unsur hara secara optimal dapat meningkatkan penampakan gejala
virus pada tanaman uji, Hal ini diakibatkan karena virus memerlukan hasil metabolime
inang yang aktif untuk keperluan perbanyakannya (Bos,1994).
4.2 Variasi Gejala Virus BCMV pada Kisaran inang alternatif
Tanaman alternatif yang menunjukan gejala setelah dilakukan inokulai
menunjukan gejala yang berbeda-beda dengan tanaman utama. Gejala pada tanaman
utama yaitu daun menjadi mosaik/belang, tulang daun mengalami vein banding,
melepuh, dan mengalami malformasi ( Gambar.4.2).
Menurut Agrios (2005) gejala awal daun yang terinfeksi BCMV adalah daun
menjadi bergelombang dan selanjutnya warna daun menjadi berubah dan tidak merata,
seiring dengan berjalannya waktu daun melengkung ke bawah dan ke atas, selanjutnya
daun terlihat mengerut dan tahap selanjutnya terjadi mosaik, malformasi daun dan green
vein banding ( penebalan di sekitar pertulangan daun berwarna hijau tua ).
Gambar.4.2 Variasi gejala pada tanaman kacang panjang akibat infeksi BCMV, A. Daun
menjadi belang, B.Tulang daun mengalami vein banding, C. Daun menjadi melepuh, D. Daun menjadi mosaik, tulang daun mengalami vein banding dan malformasi (daun bergelombang)
A B
C D
16
Gejala-gejala yang muncul pada tanaman uji yaitu berbeda-beda, gejala daun mosaik/belang, melepuh, vein banding dan malformasi ditemukan pada tanaman kacang panjang komersial dengan jenis AURA dan Panah merah. Gejala daun melepuh ditemukan pada tanaman Timun, dan kacang panjang komersial dengan jenis KPK dan Pusaka hijau. Gejala daun melepuh dan malformasi ditemukan pada tanaman buncis, bayam, pacar air dan sawi hijau, sedangkan gejala yang ditunjukan dengan daun mosaik/belang ditemukan pada tanaman kedelai (Gambar. 4.3).
Munculnya variasi tipe gejala pada tanaman uji dapat disebabkan oleh faktor tanaman dan strain virus (Walkey, 1991). Menurut Matthews (1992), variasi gejala tanaman yang terinfeksi virus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur tanaman, kultivar, genotipe tanaman, serta fase pertumbuhan tanaman. Faktor lain yang berpengaruh terhadap gejala infeksi virus adalah faktor lingkungan antara lain kesuburan tanah dan iklim. Sinar matahari dan suhu sering mempengaruhi perkembangan gejala yang tampak pada tanaman uji. Sinar matahari dan suhu yang tidak diikuti dengan ketersediaan air dan unsur hara secara optimal dapat meningkatnya penampakan gejala virus pada tanaman uji, hal ini diakibatkan karena virus memerlukan hasil metabolime inang yang aktif untuk keperluan perbanyakannya (Bos,1994).
Gambar.4.3 Variasi gejala tanaman uji akibat infeksi BCMV. A. Gejala daun melepuh dan malpormasi pada tanaman bayam. B. Gejala daun melepuh dan malformasi pada tanaman buncis. C. Gejala daun mosaik pada tanaman kedelai. D. Gejala daun melepuh pada tanaman mentimun. E. Gejala daun melepuh dan malformasi pada tanaman sawi hijau F. Gejala daun melepuh dan malpormasi pada tanaman pacar air.
F
A B C
D E
17
BAB V. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana selanjutnya perlu dilakukan penelitian terhadap tanaman inang alternatif
dari virus BCMV yang lebih luas dengan menggunakan jenis tanaman uji yang lebih
banyak, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengendalikan virus BCMV yaitu
dengan tidak menanam tanaman tersebut disekitar tanaman kacang panjang.
BAB VI. KESIMPULAN
Hasil penelitian sementara menunjukan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan : Variasi
gejala pada tanaman yang terinfeksi virus BCMV menunjukkan gejala yang
berbeda-beda seperti mosaik, vein banding, mengkerut dan melengkung pada tanaman
kacang panjang komersial dengan jenis aura dan panah merah; gejala mengkerut pada
tanaman kacang panjang komersial dengan jenis KPK dan pusaka hijau, mentimun, dan
bayam cabut; gejala mengkerut dan menggulung pada tanaman buncis; gejala mengkerut
dan melengkung ke atas pada tanaman bunga pacar air
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, GN. 1997. Plant Pathology. Ed ke-4. New York:Academic Press
Agrios, GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. New York:Academic Press
Anwar, A, Sudarsono, S. Ilyas, 2005. Indonesian Vegetable Seeds: Current Condition and Prospects in Business of Vegetable seeds. Bul Agron 33: 38-47.
Bos, L.1994. Pengantar Virology Tumbuhan. Penerjemah Triharso. Gajah Mada University Press.
Bos, L. 1990. Pengantar virology tumbuhan. Triharso, Penerjemah.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Introduction to Plant Virology.
[BPS] Badan Pusat Statistik, 2012. Produksi sayuran di Indonesia. Jakarta [ID]: Badan Pusat Tersedia pada: http://www.bps.go.id /tab_sub/view.php.
CABI [Central of Agricultural and Biosciences International]. 2005. Corp Protection Compendium. CAB International, Wallingford.
Damayanti, T.A.,O.J. Alibi, R.A., Naidu, dan A. Rauf. 2009. Severe Outbreak of a Yellow Mosaic Disease on the Yard Long Bean in Bogor, West Java. Hayati Journal of Biosciences 16: 78-82.
18
Djikstra, J. and De Jegger. 1998. Practical Plant Virology: protocol and Exercise. Boston: Springer.
Fraser, R.S.S. 1998. The Genetic of Plant Virus Interaction Implication for Plant Breeding. Euphytica 63:175-185.
Gibbs A.J., and B.D. Harrison. 1976. Plant Virology: The Principles. London: Edwad Arnold.
Green, S.K., Y. Hiskias, D.E. Lesemann, and H.J. Vetten. 1999. Characterization of Chilli Veinal Mottle Virus as a Potyvirus Distinct from Pepper Veinal Mottle Virus. Petria 9: 332.
Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu . 1999. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Haryanto, E., T.Suhartini, dan E.Rahayu. 2007. Budidaya Kacang Panjang. Ed ke-14. Jakarta [ID]: Penebar Swadaya.
Kuswanto, L., A. Soetopo dan B. Waluyo. 2007. Evaluasi Keragaman Genetic Toleransi Kacang Panjang ( Vigna sesquipedalis (L). fruwirth) terhadap Hama Aphid. J. Ilmu-Ilmu Hayati.18
Matthews, R.E.F. 1992. Fundamentals of plant virology.Academic Press Inc. San Diego. 403p
Matthews, R.E.F. 2002. Plant Virologi.4thEd.Academic Press. San Francisco.
Morales, F.J., and Bos L. 1988.Bean Common Mosaic Virus.Description of Plant Viruses 37.
Russel, G.E. 1981. Plant Breeding For Pest And Disease Resistance. Butterworths. Toronto. 427p.
Setyastuti, L. 2008. Tingkat Ketahanan Sembilan Kultivar Kacang Panjang terhadap Infeksi Bean Common Mosaic Virus (BCMV). [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Suryadi, Luthfy, Y. Kusandriani, dan Gunawan. 2003. Karakteristik dan Deskripsi Plasma Nutfah Kacang Panjang. Buletin Plasma Nutfah 9(1): 1-10.
Susila, A.D. 2005. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor: IPB Press.
Sutic, D.D., R.E. Ford, and M.T. Tosic. 1999. Handbook of Plant Virus Diseases.
CRC Press: 174-176.
Udayashankar, A.C., S.C. Nayaka, H.B. Kumar, C.N. Mortensen, H.S. Shetty, and H.S. Prakash. 2010. Establishing Inoculum Threshold Levels for Bean Common Mosaic Virus Strain Blackeye Cowpea Mosaic Infection in Cowpea Seed. African Journal of Biotechnology. 9(53):8958-8969.
Walkey David, G.A. 1991. Applied Plant Virology.Ed ke-2. London: Chapman and Hall.
19
Lampiran 1. Justifikasi anggaran penelitian Dana yang diterima 70% dari Rp. 25.000.000 = Rp. 17.500.000 Pajak 15 % = Rp. 3.750.000 1. Gaji/Upah
Honor Honor/jam (Rp) Waktu (Jam/
minggu) Minggu
Honor Per
Tahun Trisna Agung Phabiola SP., MSi 100000 3.5 7 2450000 Prof. Dr. I Made Sudana ,MP 100000 2.5 7 1750000 Prof.Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, MSi. 100000 1.5 7 1050000
Sub Total 5250000
2. Bahan/perangkat penunjang
Material Justifikasi pemakaian Kualitas Harga Satuan
(Rp)
Harga pertahun
(Rp) Bibit tanaman cabe, tomat,dll Pembibitan 300000 300000 Mini Grean House Tempat penanaman 2000000 2000000 Kompos Pembibitan 100000 100000 Pot tanaman Pembibitan 500000 500000 Elisa BCMV Complete kit PSA 46000/0288
Uji Tanaman 4615000 4615000
Elisa plate (10 plate) Uji Tanaman 1800000 1800000 Karborandum Inokulasi 200000 200000 buffer Inokulasi 385000 385000 Aquadest Inokulasi 100000 100000
Sub Total 10000000 3. Biaya Perjalanan
Material Justifikasi perjalanan Kualitas Harga Satuan
(Rp)
Harga pertahun
(Rp) Perjalanan ke Desa Perean Tabanan (5 orang) Survey lahan dan lokasi 500000 500000
Perjalanan ke Desa Perean Tabanan (5 orang)
Penyiapan mini grean house dan penyiapan bibit tanaman 500000 500000
Perjalanan ke Desa Perean Tabanan(5 orang)
Penanaman 500000 500000
Perjalanan ke Desa Perean Tabanan (5 orang)
Perlakuan inokulasi dan pengamatan 500000 500000
Sub Total 2000000
Total 17250000
20
Lampiran 2. Catatan Harian (Log Book)
Judul : Uji Keragaman Kisaran Inang Terhadap Penularan Bean
Common Mosaic Virus Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis) di Bali.
Hibah : Hibah Unggulah Program Studi
Peneliti/Pelaksana :
Nama Ketua : Trisna Agung Phabiola. SP., MSi
Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
NIDN : 0004035502
Nama Anggota (1) : Prof. Dr. I Made Sudana.MS
Nama Anggota (2) : Prof. Dr. I Gede Rai Maya Temaja.MP
Tahun Pelaksanaan : 2015
Dana Tahun Berjalan : Rp 25.000.000,-
No. Tanggal Kegiatan Hasil 1 20-04-2015 Survei Lokasi untuk penelitian
tanaman kacang panjang di Desa Perean, Kecamatan Baturirti, Kabupaten Tabanan
Didapatkan 1 lokasi untuk penelitian tanaman kacang panjang
2 14-06-2015 Penyiapan mini grean house dan penyiapan bibit tanaman
Sudah dibuatakan 5 mini grean house dan benih okeran dengan polybag
3 17-06-2015 Penanaman bibit tanaman Benih okeran dipindah ke dalam pot mini
4 30-06-2015 Perlakuan inokulasi dan pengamatan
Semua tanaman yang dipergunakan sesuai perlakuan diinokulasi dan diamati gejala yang muncul pada masing tanaman