usulan penelitian - directory umm : universitas ...directory.umm.ac.id/data...
TRANSCRIPT
Usulan Penelitian
EVALUASI PEMBERIAN KREDIT OLEH PT BPR ARTA PANGGUNG PERKASA TRENGGALEK
Oleh
Frengky Lady03610443
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANGFAKULTAS EKONOMI
JUNI 2007
Usulan Penelitian
EVALUASI PEMBERIAN KREDIT OLEH PT BPR ARTA PANGGUNG PERKASA TRENGGALEK
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Frengky Lady03610443
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANGFAKULTAS EKONOMI
JUNI 2007
Usulan Penelitian
EVALUASI PEMBERIAN KREDIT OLEH PT BPR ARTA PANGGUNG PERKASA TRENGGALEK
Oleh
Frengky Lady03610443
Diterima dan disahkanPada tanggal ……………………
Pembimbing :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Warsono, MM Drs. Jihadi, MM
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Manajemen
Drs. H Bambang Widagdo, MM Rahmad Wijaya, SE, MM
EVALUASI KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT OLEH
PT BPR ARTA PANGGUNG PERKASA TRENGGALEK
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia perbankan telah terlihat kompleks, dengan berbagai
macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif.
Kekomplekan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia
perbankan, bukan hanya persaingan antar bank tetapi juga antara bank dengan
lembaga keuangan. Sektor perbankan telah menunjukkan peranan yang semakin
penting didalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, baik melalui
fungsinya sebagai penghimpunan dana dari masyarakat maupun sebagai lembaga
yang dapat menyalurkan dana keberbagai pihak dan kegiatan yang potensial.
Bank Indonesia menilai koordinasi erat antara BI dan pemerintah sangat
dibutuhkan untuk mencapai stabilitas makro-ekonomi dan pertumbuhan 6 persen
pada tahun 2007. BI memiliki enam dari delapan syarat atau langkah yang
dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik. Hasil rapat Dewan
Gubernur Bank Indonesia (BI) mengenai prospek perekonomian Indonesia tahun
2007 yang dipublikasikan, Selasa (22/11) di Jakarta juga mengungkapkan bahwa
pertumbuhan ekonomi 2007 berpotensi meningkat lebih tinggi mencapai 6,3
persen jika langkah yang dibutuhkan direalisasikan lebih cepat. Jika langkah-
langkah yang dibutuhkan gagal diimplementasikan secara tuntas, pertumbuhan
ekonomi 2007 diperkirakan hanya 5,7 persen.
Keuangan mikro di Indonesia telah ada sejak akhir abad ke-19 dengan
berdirinya Bank Kredit Rakyat dan Lumbung Desa. Kedua lembaga ini dibentuk
untuk membantu petani, pegawai, dan buruh melepaskan diri dari lintah darat.
Pada 1905 Bank Kredit Rakyat ditingkatkan menjadi Bank Desa yang cakupan
pelayanannya diperluas meliputi kegiatan usaha di luar bidang pertanian. Keadaan
ini berubah setelah keluarnya Undang-undang (UU) No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan yang menetapkan bahwa hanya ada dua jenis bank di Indonesia, yaitu
Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Lembaga keuangan yang tidak
memenuhi syarat sebagai BPR kemudian dikenal sebagai lembaga keuangan
nonformal atau bank gelap. Lembaga keuangan nonformal tercatat ada 2.272
LDKP dan 5.345 BKD yang tidak memenuhi syarat sebagai BPR. Kegiatan utama
BPR adalah menerima simpanan dan memberikan kredit skala kecil dalam jangka
pendek kepada pedagang-pedagang di pasar dan penduduk desa. Wilayah
kerjanya umumnya bersifat lokal tingkat katapraja/desa.
Selama ini BPR seolah berada dalam kegelapan pada saat melaksanakan
proses untuk memberikan fasilitas kredit (penyediaan dana) kepada calon debitur
yang belum dikenal dengan baik, karena sangat sulit untuk mendapatkan
informasi tentang calon debitur tersebut terutama debitur yang sebelumnya telah
memperoleh penyediaan dana dari bank lain. Debitur yang bermasalah berpindah
dari bank lain ke BPR sangat mungkin terjadi. Hal tersebut karena belum
diikutsertakannya BPR dalam Sistem Informasi Debitur (SID) yang dikelola oleh
BI. BPR, maka mulai tahun 2006 BPR diikutsertakan dalam SID, berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No.7/8/PBI/3005 tanggal 24 Januari 2005 tentang
Sistem Informasi Debitur. SID menjadikan BPR bertindak sebagai pelapor dan
wajib bagi BPR dengan total asset Rp10,00 miliar keatas, sedangkan BPR dengan
total asset dibawah Rp10 miliar tidak wajib, namun diperkenankan untuk menjadi
pelapor sepanjang memiliki infrastruktur yang memadai. (www.bi.go.id)
PT BPR Arta Panggung Perkasa dalam pemberian kredit tetap berdasarkan
pada prinsip kehati-hatian (prudential banking) untuk menghindari risiko kredit
macet. Bank juga langsung melakukan penanganan atas permohonan kredit yang
di terima dengan melakukan survei ke tempat usaha dan survei jaminan setelah
dilakukan wawancara pendahuluan. Pelayanan yang cepat namun tepat sasaran
akan memberikan rasa nyaman bagi para calon nasabah kredit. Untuk produk
kredit diberikan dengan jangka waktu bervariasi yaitu modal kerja sampai dengan
1 tahun dan investasi sampai dengan 3 tahun. Untuk kredit dengan jangka waktu
yang panjang diberikan untuk fasilitas yang berhubungan dengan pemilikan
rumah. Penyaluran kredit merupakan faktor yang sangat menjadi perhatian bagi
PT BPR Arta Panggung Perkasa maka perlu ditumbuh kembangkan dengan
memberikan kredit kepada sektor-sektor usaha yang produktif untuk skala Usaha
Kecil Menengah (UKM) serta selalu menjaga hubungan yang harmonis antara
nasabah dengan Bank dalam rangka menghindari terjadinya kredit macet.
Lembaga perkreditan baik formal maupun non formal keberadaanya saat ini
sangat membantu para industri kecil dalam memenuhi kekurangan modal untuk
usahanya. Pada umumnya suatu usaha memanfaatkan dana yang tidak kecil
jumlahnya dan manfaat dari dari usaha tersebut baru akan diterima pada masa
yang akan dating. Waktu yang akan datang penuh dengan ketidakpastian,
sehingga diperlukan suatu penilaian dalam suatu usaha, dimana seorang nasabah
apakah mampu dalam mengembalikan suatu pinjaman yang telah dipinjam untuk
menjalankan usahanya.
Usaha Kecil Menengah (UKM) pada umumnya sangat membutuhkan
pemberian kredit untuk menambah modal usahanya, baik itu kredit program
maupun non program. Sebagai contoh yaitu petani, jika petani diberikan kredit
berupa uang tunai maka dikhawatirkan petani tidak akan mengutamakan produksi
tinggi tetapi hanya mengutamakan laba yang optimal. Hal ini dikarenakan periode
kredit dan waktu pengembaliannya. Petani membutuhkan waktu sekitar 5 bulan
untuk satu proses produksi dan pengembalian/hasil produksi diperoleh satu laki,
petani mengharapkn kredit dengan lama pinjaman sekitarv 4-6 bulan (satu
musim), waktu pengembalian setelah panen dengan frekwensi pembayaran satu
kali (bunga dan pokok). Berbeda denagn nasabh non petani seperti pedagang
hasil, kios semprotan, pengolahan hasil, mereka bias akses baik musiman maupun
tahunan dengan waktu pengembalian biasanya secara bulanan, per semester,
maupun tahunan.
Dengan adanya latar belakang yang telah terpaparkan diatas, maka menarik
penulis untuk menilai/mengevaluasi kelayakan pemberian kredit yang disalurkan
oleh bank untuk para nasabah yang membutuhkan tambahan modal dalam rangka
memajukan usahanya. Pihak yang menyalurkan kredit yaitu bank, haruslah pintar
dalam menilai suatu usaha para nasabah dimasa yang akan datang akan
menguntungkan/maju ataukah tidak. Faktor ini sangatlah penting bagi pihak bank
karena hal ini akan menunjukkan bahwa layak atau tidaknua suatu usaha diberikan
kredit dalam rangka untuk memajukan usahanya.
Berdasarkan uraian di atas maka mendorong penulis untuk mempelajari
kelayakan pemberian kredit yang disalurkan oleh bank. Penulis dalam hal ini lebih
memperhatikan pada aspek ” Evaluasi kelayakan pemberian kredit oleh PT BPR
Arta Panggung Perkasa Trenggalek”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut : “Sejauh mana kelayakan pemberian kredit
yang dilakukan oleh pihak PT BPR Arta Panggung Perkasa Trenggalek kepada
debitur untuk menilai layak atau tidak kredit tersebut diberikan”.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari keluasan masalah, maka peneliti membatasai
permasalahan evaluasi kelayakan pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak PT
BPR Arta Panggung Perkasa Trenggalek untuk menilai layak atau tidak kredit
tersebut diberikan kepada debitur yang mengajukan permohonan kredit di BPR.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kelayakan pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak PT
BPR Arta Panggung Perkasa Trenggalek kepada debitur untuk menilai layak
atau tidak kredit tersebut diberikan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Manajemen PT BPR Arta Panggung Perkasa Trenggalek
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana sumbangan pikiran
dalam menentukan kebijaksanaan kredit yang diberikan kepada nasabah.
b. Bagi Pemilik/Pemegang Saham
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kwalitas produk yang ditawarkan untuk masa yang akan
datang.
c. Bagi Calon Debitur
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan wawasan dalam
mengambil pinjaman kredit.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
E. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti terdahulu dilakukan oleh Purnawati pada tahun 2001 dengan judul
pentingnya Evaluasi Pemberian Kredit untuk Mencapai Kredit yang Sehat pada
PT BPR Hamindo Natamakmur di Kediri.
Alat analisis yang dipakai yaitu menggunakan perbandingan laporan keuangan
Bank secara time series. Metode ini digunakan dengan cara membandingkan
laporan atau data yang ada dengan menunjukkan: data yang absolute atau jumlah-
jumlah dalam rupiah, kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, dan
kenaikan atau penurunan dalam jumlah prosentase. Kenaikan atau penurunan
dalam rupiah dapat dicari dengan selisih antara tahun yang lalu dengan tahun yang
sekarang dikalikan 100%.
Persamaan peneliti yang dilakukan Purnawati dengan peneliti sekarang
adalah sama-sama meneliti tentang kelayakan pemberian kredit kepada debitur.
Perbedaan peneliti sekarang dengan terdahulu adalah peneliti terdahulu
menggunakan metode perbandingan laporan keuangan Bank secara time series
sedangkan peneliti sekarang menggunakan metode tolok ukur 6C, 7P dan rasio
keuangan untuk menganalisis laporan keuangan debitur.
F. Tinjauan Teori
Pada masa sekarang ini Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai pelaku sektor
riil dihadapkan pada persoalan keterbatasan kemampuan dalam mengakses
sumber permodalan. Kondisi ini menjadikan perbankan dituntut untuk lebih
berani dalam melaksanakan penyederhanaan ketentuan dan persyaratan secara
teknis dengan tidak mengabaikan peraturan dalam pemberian kredit, sehingga
analisis laporan keuangan debitur merupakan salah satu informasi yang sangat
dibutuhkan oleh pihak kreditur dalam mengambil keputusan. Keputusan
pemberian kredit dilakukan jika pihak kreditur telah menganalisis laporan
keuangan pihak debitur, hal ini dilakukan guna memperkecil risiko kredit dan
menentukan layak atau tidak debitur tersebut diberi kredit.
Kredit yang diberikan oleh bank merupakan penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dirpersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit yang diberikan oleh bank pada
dasarnya sangat bervariasi seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit
ekspor, kredit perumahan, kredit sindikasi, dan sebagainya menurut Taswan
(1997; 173).
Pemberian kredit harus berdasarkan atas kebijaksanaan kredit yang berlaku.
Kebijaksanaan perkreditan meliputi penetapan standar kredit dan analisis kredit.
Kebijaksanaan perkreditan bank harus diprogram dengan baik dan benar. Program
perkreditan harus didasarkan pada asas yuridis, ekonomis dan kehati-hatian.
Pinjaman usaha kecil lebih kompleks karena bank seringkali diminta
mengambil resiko kredit. Dalam pemberian kredit membutuhkan suatu analisis
terhadap usaha yang dilakukan debitur untuk menentukan suatu keputusan dalam
pemberian kredit. Salah satu cara menilai kegiatan usaha debitur adalah dengan
menggunakan prinsip-prinsip kredit pada aspek-aspek usaha debitur. Adapun
prinsip-prinsip yang digunakan adalah berupa analisis 6C dan 7P.
Adapun 6C menurut Gup and Kolari (2005; 263) tersebut adalah :
1. Character, sifat dan watak dari nasabah (kejujuran, tanggungjawab,
integritas dan konsisten). Sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, tercermi dari latar belakang
debitur baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat
pribadi.
2. Capacity, kemampuan seseorang untuk menjalankan bisnis. Debitur perlu
dianalisis apakah dia mampu memimpin dengan baik dan benar usahanya.
Jika dia mampu memimpin usahanya, maka dia juga akan mampu untuk
mengembalikan pinjamam sesuai dengan perjanjian dan perusahaannya
tetap berjalan.
3. Capital, kondisi keuangan dari nasabah (pendapatan bersihnya).
4. Colleteral, kekayaan yang dijanjikan untuk keamanan dalam transaksi
kredit/anggunan. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan. Jika terjadi kredit macet, maka agunan inilah yang digunakan
untuk membayar kredit tersebut.
5. Condition, faktor luar (kondisi ekonomi) yang mengontrol perusahaan.
Menilai kredit hendakya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan
dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek
usaha dari sektor yang ia (peminjam) jalankan.
6. Compliance, kepatuhan terhadap undang-undang yang berlaku.
Sedangkan penilaian dengan analisa 7P kredit adalah sebagai berikut menurut
Kasmir (2004; 106) :
1. Personality, menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Sifat, kepribadian calon debitur
dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit.
2. Party, mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakter.
3. Perpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
4. Prospect, untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya.
5. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit.
6. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba.
7. Protection, tujuannya adalah bagainama menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindunngan. Perlindungan dapat berupa barang atau orang
atau jaminan asuransi.
Nilai kredit merupakan dasar kinerja keuangan yang lalu pada perusahaan
peminjam yang sama untuk sebuah nilai. Kewajiban pembayaran yang lalu, beban
hutang yang relatif dengan pendapatan, dan jabatan merupakan contoh faktor yang
berhubungan dengan kredit konsumen dan pinjaman hipotik perusahaan. Ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai suatu kelayakan
kredit, yaitu menurut Gup and Kolari (2005; 218) :
1. Kredit konsumen, menggunakan model variabel dimana pembayaran
historis (bobotnya 35%); berapa banyak hutang (bobotnya 30%); panjang
kredit historis (bobotnya 15%); kredit baru (bobotnya 10%); tipe kredit
yang dipakai (bobotnya 10%). Nilai kredit yang tinggi merupakan tanda
resiko kredit yang rendah.
2. Bisnis kecil, menggunakan model nilai kredit untuk pinjaman hingga
$250,000, walaupun banyak bank yang masih menggunakan pinjaman
hingga $100,000. Pinjaman dengan resiko tinggi berarti biaya bunga yang
ditanggung juga tinggi. Model ini sangat efisien, karena dengan model ini
akan taat pada peraturan dibanding kebijakan ketika membuat pinjaman.
Tujuan dari adanya analisa kredit adalah untuk menentukan kesanggupan dan
kesungguhan seorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai
dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pinjaman. Metode yang
dipakai adalah menurut Soediyono Reksoprayitno (1992; 169) :
1. Rasio lancar merupakan angka perbandingan antara niali aktiva lancar
dengan nilai pasiva lancar. Rasio ini sangat lazim digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya.
2. Rasio uji lancar, untuk mengetahui tingginya likuiditas sebuah perusahaan
pemohon kredit dengan hanya melihat rasio lancarnya saja tidak cukup
untuk dapat meyakinkan bahwa perusahaan tersebut dalam waktu dekat
tidak menjumpai kesulitan dalam memenuhi kewajiban dalam melunasi
utang-utangnya.
3. Lama penagihan rata-rata, biasanya dipergunakan sebagai tolok ukur untuk
menilai tingkat likuiditas aktiva lancar yang berbentuk piutang jangka
pendek.
4. Rasio perputaran piutang, tujuannya untuk menilai tingginya likuidits
aktiva lancar berupa piutang jangka pendek.
5. Rasio perputaran persediaan, tujuannya untuk menilai tingkat likuiditas
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
6. Angka kelipatan pendapatan terhadap bunga/jumlah berapa kali beban
bunga telah dapat ditutup oleh pendapatan, menunjukkan semakin jauh
niulainya diatas angka satu, bisa diinterprestasikan sebagai semakin
terjamin kelestarian perusahaan.
7. Angka kelipatan pendapatan terhadap beban tetap, tidak jauh berbeda
dengann rasio keuangan angka kelipatan pendapatan terhadap bunga.
Hanya saja beban tetap perusahaan tidak hanya berupa bunga.
G. Kerangka Pikir
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disusun
kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 1
Evaluasi kelayakan pemberian kredit
Pemohon kredit
Penelitian berkas oleh bank
Analisis kredit
Laporan keuangan debitur
Tolok ukur 6C Rasio keuangan
Pengambilan keputusan
TidakLayak
Debitur dalam mengajukan permohonan kredit harus memenuhi
persyaratan/berkas sebagai permohonan kredit, yang kemudian akan diperiksa
keabsahannya oleh pihak bank/kreditur, salah satu berkas yang dianalisis yaitu
laporan keuangan debitur. Analisis laporan keuangan tersebut dilakukan dengan
menggunakan beberapa jenis rasio keuangan, diantaranya yaitu rasio lancar, rasio
uji lancar, lama penagihan rata-rata, angka kelipatan pendapatan terhadap bunga,
dan angka kelipatan pendapatan terhadap beban tetap serta tolok ukur 6C,
diantaranya yaitu character, capacity, capital, colleteral, condition, compliance.
Kedua alat analisis tersebut digunakan bank untuk melihat keadaan atau kondisi
usaha yang dilakukan debitur, apakah debitur tersebut layak atau tidak
mendapatkan kredit dari bank.
H. Metode Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni mengambil lokasi pada PT BPR
Arta Panggung Perkasa, yang terletak di Ruko Hayam Wuruk Trenggalek.
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif karena sifatnya hanya
menggambarkan tentang prosedur pelaksanaan pemberian kredit yang disalurkn
oleh PT BPR Arta Panggung Perkasa.
3. Definisi Operasional
Debitur adalah orang yang meminjam kredit pada kreditur, debitur contohnya
pedagang pasar, toko dan lainnya.
Kreditur adalah lembaga yang memberikan kredit pada pemohon kredit atau
debitur.
Kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian
hasil keuntungan.
Pemberian kredit adalah langkah-langkah yang diambil perusahaan sehubungan
dengan penyaluran dananya pada masyarakat yang sedang dijalankan selama
ini.
Analisis laporan keuangan adalah suatu informasi yang sangat penting yang
hasilnya untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan.
4. Data dan Sumber data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,
yaitu :
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara
diamati dan dicatat. Data ini dikumpulkan melalui wawancara dan tanya jawab
secara langsung dengan pemohon kredit/debitur. Data yang diperoleh yaitu berupa
laporan keuangan debitur.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari luar (disajikan oleh pihak lain) untuk
menunjang data primer. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku
literatur.
5. Teknik pengumpulan data
a. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah penelitian yang dilakukan secara langsung dengan
proses tanya jawab yang berkaitan dengan topik yang dibahas oleh penulis
terhadap pihak karyawan yang terkait pada PT. BPR Arta Panggung Perkasa
Trenggalek.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara untuk memperoleh data dengan jalan
memcetak secara langsung dari buku pedoman yang dimiliki oleh PT. BPR
Arta Panggung Perkasa Trenggalek.
c. Study Pustaka
Study pustaka adalah mengumpulkan data dengan cara mempelajari dan
mencari referensi atau literatur yang ada sesuai dengan judul permasalahan
yang diteliti oleh penulis. Study pustaka juga dipergunakan oleh penulis
sebagai landasan teori.
6. Teknik analisis data
Teknik yang digunakan pihak manajemen bank untuk menganalisis layak atau
tidak debitur menerima kredit, yaitu :
1. Tolok ukur 6C :
Character, dilihat dari sifat atau watak dari debitur yang tercermi
dari latar belakang debitur baik yang bersifat latar belakang
pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.
Capacity, dilihat dari kemampuan seseorang dalam menjalankan
bisnis dan cara memimpin perusahaan.
Capital, dilihat dari laporan kuangan nasabah.
Colleteral, dilihat dari jaminan nasabah.
Condition, dilihat dari kondisi perekonomian yang sekarang ada.
Compliance, dilihat dari kepatuhan terhadap undang-undang yang
berlaku.
2. Rasio keuangan :
Rasio lancar = aktiva lancar
kewajiban lancar
Rasio uji lancar = nilai quick assets
nilai utang jangka pendek
Semakin besar rasio lancar dan rasio uji lancar, maka kemampuan untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek semakin tinggi.
Lama penagihan rata-rata = piutang niaga neto
Penjualan kredit : 365 hari
Perputaran piutang = hasil penjualan neto
Piutang niaga rata-rata, neto
Perputaran persediaan = harga pokok penjualan
Persediaan barang dagangan rata-rata
Semakin tinggi rasio perputaran persediaan, maka semakin cepat
persediaan menjadi kas.
Angka kelipatan pendapatan terhadap bunga
= laba sebelum pajak + bunga obligasi
Bunga obligasi
Semakin tinggi nilai rasio angka kelipatan pendapatan terhadap bunga,
maka semakin terjamin pembayaran bunga dan pengembalian modal
pinjaman jangka panjangnya.
Angka kelipatan pendapatan terhadap beban tetap
= pretax profit + bond interest + other fixed charges
bond interest + other fixed charges
Daftar Pustaka
Cornett, MM and Saunders, A. 1999. Fundamentals of Financial Institutions Management. Mc Graw Hill. Singapore.
Gup, Benton E and Kolari, James W. 2005. Commercial Banking. John Wiley and Sons. USA.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Reksoprayitno, Soediyono. 1992. Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Bank Umum. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Taswan, SE. 1997. Akuntansi Perbankan. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Semarang.
www.bi.go.id
www.suarapembaharuan.com
RENCANA DAFTAR ISI SKRIPSI
KATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRANRINGKASAN
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Perumusan MasalahC. Pembatasan MasalahD. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian2. Manfaat Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESISA. Landasan Penelitian TerdahuluB. Landasan Teori
1. Arti penting Bank2. Arti penting kredit3. Kegunaan tolok ukur 6C dan 7P4. Jenis-jenis rasio keuangan
III. METODE PENELITIANA. Lokasi PenelitianB. Jenis PenelitianC. Definisi OperasionalD. Data dan Sumber DataE. Teknik Pengumpulan DataF. Teknik Analisis Data
IV. HASIL PENELITIANA. Hasil Penelitian
1. Sejarah PT BPR Arta Panggung Perkasa2. Visi dan misi PT BPR Arta Panggung Perkasa3. Struktur organisasi PT BPR Arta Panggung Perkasa4. Ruang lingkup usaha PT BPR Arta Panggung Perkasa5. Produk dan jasa pelayanan pada PT BPR Arta Panggung Perkasa6. Prosedur pemberian kredit pada PT BPR Arta Panggung Perkasa7. Evaluasi kelayakan pemberian kredit pada PT BPR Arta
Panggung Perkasa
B. Analisa Data dan Pembahasan1. Analisis Data
a) Tolok ukur 6C dan 7P
b) Rasio keuangan2. Pembahasan
a) Prinsip-prinsip dalam evaluasi kelayakan pemberian kredit pada PT BPR Arta Panggung Perkasa
b) Kendala-kendala pelaksanaan evaluasi kelayakan pemberian kredit pada PT BPR Arta Panggung Perkasa
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASIA. KesimpulanB. Implikasi
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
Draft Wawancara
Berapa lama usaha anda sudah berdiri?
Strategi apa yang anda terapkan dalam meningkatkan usaha anda?
Mengapa anda ingin mengambil kredit?
Berapa banyak uang yang anda harapkan?
Bila permohonan kredit diterima, perubahan apa yang akan dilakukan dalam
usaha anda?