usulan perbaikan stabilitas tanah pada lokasi...
TRANSCRIPT
Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018
ISBN: 978-602-60286-1-7 GT - 123
USULAN PERBAIKAN STABILITAS TANAH PADA LOKASI BANGUNAN YANG
TERLETAK SEBAGIAN DI TANAH ASLI DAN TIMBUNAN : STUDI KASUS PABRIK
DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Clinton Girsang1, Budijanto Widjaja2 dan Freddy Gunawan3
1Mahasiswa Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung
Email: [email protected] 2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung
Email: [email protected] 3Praktisi Geoteknik, GW & Asociates, Jl. Mulyasari II No.12, Bandung
Email: [email protected]
ABSTRAK
Bangunan pabrik yang ditinjau sebagian berada pada tanah asli dan sebagian tanah timbunan. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan sebesar 6 cm selama 5 tahun pada lokasi yang berbatasan dengan
lereng. Pada bangunan pabrik direncanakan akan ditambah mesin oven yang berada dekat dengan
lereng. Adanya penambahan mesin tersebut dikhawatirkan menyebabkan penurunan dan reduksi
keamanan lereng. Tanah pada lokasi pabrik didominasi oleh lempung. Analisis stabilitas lereng
dilakukan dengan metode analitik untuk kondisi jangka pendek, jangka panjang, dan gempa. Pada
kondisi jangka pendek, faktor keamanan memenuhi batas minimum. Namun pada kondisi jangka
panjang dan kondisi gempa, faktor keamanan minimum tidak tercapai. Karena kondisi jangka panjang
dan kondisi gempa yang tidak aman dianjurkan untuk melakukan perkuatan lereng menggunakan
soldier pile. Hasil analisis kestabilan lereng dengan menggunakan soldier pile pada ketiga kondisi
menunjukkan lereng aman.
Kata Kunci: timbunan, penurunan, faktor keamanan, analisis kestabilan lereng
1. PENDAHULUAN
Bangunan pabrik yang dibangun tahun 2013 sebagian berada pada tanah asli dan sebagian tanah timbunan seperti
dapat dilihat pada Gambar 1. Hal ini menyebabkan telah terjadi penurunan sebesar 6 cm selama 5 tahun pada lokasi
yang dekat dengan lereng. Indikasi ini dapat dilihat dengan adanya retakan pada beberapa tempat (Gambar 2).
Bangunan pabrik direncanakan menambah mesin oven yang berada dekat dengan lereng. Dengan adanya
penambahan mesin tersebut dikhawatirkan terjadi penurunan dan reduksi keamanan lereng. Di daerah pabrik, tanah
didominasi oleh lapisan tanah lempung. Untuk itu, analisis dilakukan untuk kondisi jangka pendek, jangka panjang,
dan gempa.
Timbunan
Gedung U
Tanah Asli
Gambar 1. Ilustrasi bangunan
GT - 124
ISBN: 978-602-60286-1-7
(a) (b) (c)
Gambar 2. Retakan pada (a) kamar mandi, (b) pelat lantai, (c) kolom Gedung U
2. KONDISI LAPANGAN DAN KONDISI TANAH
Kondisi lapangan
Daerah pabrik yang mengalami penurunan elevasi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 4 menunjukkan layout
gedung pabrik dan lokasi penyelidikan tanah. Kondisi bangunan pabrik saat ini dapat dilihat pada Gambar 5.
TB
S
U
77
23
50.0
0
77
23
75.0
0
77
24
00.0
0
77
24
25.0
0
77
24
50.0
0
77
24
75.0
0
77
25
00.0
0
77
25
25.0
0
77
25
50.0
0
77
25
75.0
0
77
26
00.0
0
77
26
25.0
0
77
26
50.0
0
77
26
75.0
0
9243475.00
9243500.00
9243525.00
9243550.00
9243575.00
9243600.00
9243625.00
9243650.00
9243675.00
BH-1
BH-2
BH-3
Keterangan:
titik bor
titik sondir
S-2
S-3
S-4
S-5
S-1
Gambar 3. Denah pabrik dan lokasi penyelidikan tanah
GT - 125
ISBN: 978-602-60286-1-7
Gambar 4. Daerah gedung pabrik yang mengalami penurunan
Gambar 5. Kondisi gedung pabrik (2 Maret 2018)
Penyelidikan tanah
Pada lokasi proyek dilakukan pemboran teknik dengan variasi kedalaman antara 20 m – 30 m. Pengujian lapangan
yang dilakukan adalah Standard Penetration Test (SPT). SPT dilakukan untuk memperoleh informasi konsistensi
dan kepadatan tanah. Selain pemboran teknik dilakukan uji sondir atau Cone Penetraton Test (CPT), serta dilakukan
pengambilan sampel tak terganggu Undisturbed Sample (UDS) untuk kemudian dilakukan pengujian di
laboratorium. Hasil penyelidikan geoteknik mengacu pada Laporan Penyelidikan Geoteknik (DRRI, 2018).
Hasil uji laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan pada sampel tanah tak terganggu (UDS) yang diambil pada saat pemboran teknik.
Gambar 6 menunjukkan nilai kadar air (wn), batas plastis (PL), dan batas cair (LL) terhadap kedalaman. Nilai kadar
air berkisar antara 44 % - 74 %. Kadar air cenderung berada pada kondisi plastis, namun untuk kedalaman 8 m – 10
m, nilai kadar air berdekatan dengan LL. Hal ini mengindikasikan adanya lapisan tanah lunak. Gambar 7
menunjukkan nilai indeks likuiditas (LI) terhadap kedalaman yang berkisar antara 0.25 – 1.06.
GT - 126
ISBN: 978-602-60286-1-7
Gambar 6. Nilai kadar air (wn), batas plastis (PL) dan batas cair terhadap kedalaman
Gambar 7. Nilai indeks likuiditas (LI) terhadap kedalaman
Gambar 8 menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku tanah yang diuji di laboratorium berdasarkan kurva
plastisitas dari Cassagrande didominasi oleh tanah lempung degnan plastisitas tinggi (CH) dan lanau dengan
plastisitas tinggi (MH).
GT - 127
ISBN: 978-602-60286-1-7
Gambar 8. Perilaku tanah pada proyek berdasarkan kurva plastisitas Cassagrande (after Das, 2005)
Kondisi pelapisan tanah
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah, pelapisan tanah di lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan
data pemboran pada BH-1 tanah berupa campuran tanah asli dan timbunan yang didominasi tanah lempung
konsistensi lunak hingga sedang dengan nilai NSPT 2 – 3 pada kedalaman 0 m – 10 m. Kedalaman 10 m – 12 m
merupakan tanah lanau konsistensi sedang hingga sangat teguh dengan nilai NSPT 7 – 19.
Gambar 9. Pelapisan tanah pada lokasi proyek
Pada kedalaman lebih dari 12 m ditemukan lapisan pasir kepadatan sangat padat dengan nilai NSPT>50. Pada BH-2
merupakan tanah timbunan dengan ketebalan 15 m yang didominasi tanah lempung dengan konsistensi sangat lunak
hingga sedang dengan nilai NSPT 2 – 6. Kedalaman 15 m – 20 m merupakan tanah lanau dengan konsistensi lunak
hingga keras. Kedalaman lebih dari 20 m ditemukan lapisan pasir kepadatan sangat padat dengan nilai NSPT>50.
Pada BH-3 merupakan tanah asli yang didominasi tanah lempung konsistensi lunak hingga sedang dengan nilai NSPT
2 – 3 pada kedalaman 0 m – 9 m. Kedalaman 9 m – 14 m merupakan tanah lanau konsistensi sedang hingga teguh
dengan nilai NSPT 5 – 12. Kedalaman lebih dari 12 m merupakan tanah pasir dengan nilai NSPT >50.
3. ANALISIS STABILITAS LERENG DAN DESAIN PERKUATANNYA
Berdasarkan hasil data uji lapangan (SPT) dan uji laboratorium dapat dilakukan pengambilan parameter tanah untuk
dianalisis yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pemodelan pelapisan tanah dengan model Mohr Coulomb yang
digunakan dalam analisis dapat dilihat Gambar 10. Analisis dilakukan pada 3 kondisi yaitu Total Stress Analysis
(TSA), Total Stress Analysis dengan gempa (TSA-EQ), dan Effective Stress Analysis (ESA). Koefisien gempa yang
digunakan pada kondisi TSA-EQ adalah sebesar 0.5 x PGA (Peak Ground Acceleration), di mana nilai PGA pada
lokasi adalah sebesar 0.5 g (g = gravitasi).
GT - 128
ISBN: 978-602-60286-1-7
Gambar 10. Pemodelan pada lokasi proyek
Tabel 1. Parameter tanah yang digunakan dalam analisis
Jenis
Tanah NSPT
kN/m3
Jangka Pendek Jangka Panjang
c kPa Eu kPa c’ kPa ’ Ed kPa
Clay 3 15 0.33 30 - 6000 5 28 4800
Clay 5 15 0.33 50 - 10000 5 28 8000
Silt 22 16 0.33 183 - 36666 5 28 29333
Silt 2 15 0.33 17 - 3333 5 28 2666
Silt 39 17 0.33 325 - 50000 5 28 40000
Silt 7 15 0.33 58 - 11666 5 28 9333
Clay 12 15.5 0.33 120 - 24000 5 28 19200
Sand 50 20 0.30 - 42 50000 - 42 40000
Hasil analisis dengan menggunakan progam Slide 5.0 dapat dilihat Gambar 11 sampai dengan Gambar 13. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pada kondisi TSA dapat dikatakan aman karena nilai faktor keamanan lebih besar dari
faktor keamanan minimum. Namun, untuk kondisi TSA-EQ dan ESA, nilai FK lebih rendah dari FK minimum.
Rangkuman nilai faktor kemanan hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2. Untuk meningkatkan nilai FK, diperlukan
perkuatan lereng. Nilai faktor keamanan minimum mengacu pada SNI Geoteknik, Duncan (1975), dan Lee, at al.
(2002).
1.7611.761
10.00 kN/m2 10.00 kN/m2
1.7611.761
Batas Bangunan Gedung U
Safety Factor
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000+
60
40
20
0-2
0-4
0
-20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
Gambar 11. Hasil analisis kestabilan lereng pada kondisi TSA
GT - 129
ISBN: 978-602-60286-1-7
0.7470.747
10.00 kN/m2 10.00 kN/m2
0.7470.747
Batas Bangunan Gedung U
0.25
Safety Factor
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000+
60
40
20
0-2
0-4
0
-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140
Gambar 12. Hasil analisis kestabilan lereng pada kondisi TSA-EQ
1.1211.121
W
W
10.00 kN/m2 10.00 kN/m2
1.1211.121
Batas Bangunan Gedung U
Safety Factor
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000+
60
40
20
0-2
0-4
0
-20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260
Gambar 13. Hasil analisis kestabilan lereng pada kondisi ESA
Secara umum berdasarkan hasil analisis kestabilan lereng kondisi TSA dapat dikatakan aman karena nilai faktor
keamanan lebih besar dari faktor keamanan minimum. Namun, untuk kondisi TSA-EQ dan ESA, nilai FK lebih
rendah dari FK minimum. Untuk meningkatkan nilai FK, direkomendasikan lereng harus diperkuat.
Alternatif perkuatan lereng untuk kemiringan lereng pada area tersebut dengan menggunakan soldier pile diameter
60 cm jarak as ke as 1.0 m (Gambar 14). Panjang soldier pile adalah 20.0 m. Hasil analisis pada kondisi TSA, TSA-
EQ, dan ESA menggunakan soldier pile dapat dilihat pada Gambar 15 sampai dengan Gambar 17.
Penampang Soldier Pile PT. LMB Padalarang
Tiang Bor
D60 cm
100 cm 100 cm 100 cm
A A
Gambar 14. Perkuatan lereng dengan menggunakan soldier pile diameter 60 cm jarak 1.0 m
GT - 130
ISBN: 978-602-60286-1-7
2.4112.411
10.00 kN/m2 10.00 kN/m2
2.4112.411
Batas Bangunan Gedung U
Soldier Pile
20.0
Safety Factor
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000+
40
20
0-2
0-4
0
-20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Gambar 15. Hasil analisis kestabilan lereng pada kondisi TSA dengan soldier pile
1.0911.091
10.00 kN/m2 10.00 kN/m2
1.0911.091
Batas Bangunan Gedung U
Soldier Pile
20.0
0.25
Safety Factor
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000+
40
20
0-2
0-4
0
-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140
Gambar 16. Hasil analisis kestabilan lereng pada kondisi TSA-EQ dengan soldier pile
1.3111.311
W
W
10.00 kN/m2 10.00 kN/m2
1.3111.311
20.0
Batas Bangunan Gedung U
Soldier Pile
Safety Factor
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000+
60
40
20
0-2
0-4
0
-20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220
Gambar 17. Hasil analisis kestabilan lereng pada kondisi ESA dengan soldier pile
GT - 131
ISBN: 978-602-60286-1-7
Hasil analisis dengan menggunakan soldier pile meningkatkan nilai faktor keamanan lereng. Hal tersebut dapat
dilihat dari Tabel 2.
Tabel 2. Faktor keamanan dan hasil analisis kestabilan lereng
Kondisi Faktor Keamanan
minimum tanpa soldier pile dengan soldier pile
TSA 1.5 1.7 2.4
TSA-EQ 1.1 0.7 1.1
ESA 1.3 1.1 1.3
Gaya-gaya dan defleksi pada soldier pile diperoleh dengan melakukan analisis dengan menggunakan metode elemen
hingga. Gaya yang bekerja pada soldier pile dapat dilihat pada Tabel 3. Gambar 18 menunjukkan kurva bending
moment, gaya geser, dan defleksi untuk kondisi jangka pendek dan jangka panjang.
Tabel 3. Nilai bending moment, gaya geser, dan deformasi pada soldier pile
Gaya Kondisi
jangka pendek jangka panjang
Bending moment (kN.m/m) -15.88 -4.55
Gaya geser (kN/m) -16.92 -4.07
Defleksi (cm) 2.18 0.87
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
-20 -10 0 10 20
Kedala
man (
m)
Bending Moment (kN.m)
BENDING MOMENT
Soldier Pile D60 cm, L = 20.0 m
jangka pendek jangka panjang
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
-20 -15 -10 -5 0 5 10
Kedala
man (
m)
Gaya Geser (kN)
GAYA GESER
Soldier Pile D60 cm, L = 20.0 m
jangka pendek jangka panjang
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 1 2 3 4 5 6
Kedala
man (
m)
Defleksi (cm)
DEFLEKSI
Soldier Pile D60 cm, L = 20.0 m
jangka pendek jangka panjang
(a) (b) (c)
Gambar 18. (a) bending moment, (b) gaya geser, dan (c) defleksi pada soldier pile
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis lereng pada kasus ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hasil analisis stabilitas lereng menunjukkan bahwa nilai faktor keamanan lereng tanpa perkuatan lereng
kondisi TSA, TSA-EQ, dan ESA berturut-turut adalah 1.7, 0.7, dan 1.1. Nilai faktor keamanan ini tidak sesuai
dengan faktor keamanan minimum berdasarkan SNI Geoteknik (SNI 8460-2017).
2. Hasil analisis stabilitas lereng menunjukkan bahwa nilai faktor keamanan lereng menggunakan perkuatan
lereng dengan soldier pile diameter 60 cm dengan jarak as 1 m kondisi TSA, TSA-EQ dan ESA berturut-turut
GT - 132
ISBN: 978-602-60286-1-7
adalah 2.4, 1.1, dan 1.3. Hasil analisis kestabilan lereng dengan menggunakan soldier pile pada ketiga kondisi
menunjukkan lereng aman.
3. Untuk mengetahui pergerakan lereng, dapat dilakukan pemasangan monitoring seperti inklinometer.
DAFTAR PUSTAKA
Das, M. Braja. (2005). Principles of Geotechnical Engineering 6th Edition, Sacramento: Thomson
SNI 8460:2017. (2017). Persyaratan Perancangan Geoteknik, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta
Lee, W. Abramson, Thomas S. Lee, Sunil Sharma, and Glenn M. Boyce (2002). Slope Stability and Stabilization
Methods, John Wiley & Sons
Michael, J. Duncan, Stephen, G. Wright, Thomas, L. Brandon (2014). Soil Strength and Slope Stability, John Wiley
& Sons
DRRI (2018). Laporan Penyelidikan Geoteknik, Duta Rangka Rekayasa Indonesia, Bandung