,v q §ßbµæÅ ÎÅ Ç5 yûØ

12
HUBUNGAN KEBERADAAN RUNTUNAN OFIOLIT DENGAN KONSENTRASI UNSUR LOGAM DALAM ENDAPAN SUNGAI AKTIF DI DAERAH PELAIHARI, KALIMANTAN SELATAN Baharuddin *) SARI Daerah Pelaihari dan sekitarnya termasuk ke dalam Lajur Tambak-Tamban-Bobaris yang merupakan sayap bagian barat Tinggian Meratus. Daerah ini memiliki prospek mineral logam yang besar. Secara geologi, daerah Pelaihari dan sekitarnya umumnya ditempati oleh satuan batuan ultramafik, terobosan, gunung api, sedimen, dan malihan berumur Mesozoik sampai Tersier. Hasil analisis geokimia endapan sungai aktif di daerah Pelaihari dan sekitarnya menunjukkan adanya hubungan erat antara sebaran batuan dengan konsentrasi unsur logam dalam endapan sungai aktif. Konsentrasi unsur nikel (Ni) dan tembaga (Cu) meninggi di dalam endapan sungai aktif di bagian timur laut. Sedangkan unsur platina (Pt) dan kobal (Co) memperlihatkan nilai konsentrasi meninggi di bagian selatan, kecuali kobal yang juga mempunyai konsentrasi tinggi di bagian tengah dan timur laut. Konsentrasi tinggi unsur metalogenik ini di dalam endapan sungai aktif diduga bersumber dari singkapan batuan ofiolit di daerah ini. Kata kunci: Runtunan ofiolit, endapan sungai aktif, konsentrasi unsur logam ABSTRACT Pelaihari and its surrounding area which belong to the Tambak-Tamban- Bobaris Zone are part of the western limb of the Meratus High. The area has significant metalliferous mineral prospects. Geologically, the area is occupied by ultramafic, intrusive, volcanic, sedimentary, and metamorphic rocks with ages range from Mesozoic to Tertiary. The results of geochemical analyses of active stream sediment samples in this area indicate a close relationship between the distribution of the rocks and concentration of metallogenic elements within the stream sediment samples. Concentration of nickel (Ni) and copper (Cu) elements increase within the stream sediment in the northeastern area while platinum (Pt) and cobalt (Co)show a significant high concentration value in the southern area except Co which also has a high concentration value in central and northeastern area. This high metallogenic concentration presumably derived from the existence of ophiolite sequence in this area. Keywords: Ophiolite sequence, active stream sediment, concentration of metallogenic elements *) Pusat Survei Geologi PENDAHULUAN Daerah penelitian, Pelaihari dan sekitarnya, termasuk salah satu wilayah Kalimantan yang termineralisasi. Daerah ini dibatasi oleh koordinat 114°30'' - 115°00’ BT dan 03°30’ - 04°15’ LS yang secara fisiografi berada pada sayap barat tinggian Meratus (Gambar 1). Hal ini dimungkinkan karena dijumpainya berbagai jenis batuan seperti batuan terobosan, gunung api, sedimen, malihan, dan ofiolit yang berumur Mesozoik sampai Tersier. Peta geologi daerah penelitian, khususnya daerah Tinggian Meratus, umumnya telah tersedia dalam skala 1:250.000, dan sebagian bahkan dalam skala 1:100.000. Namun demikian, data geokimia yang menyajikan konsentrasi unsur, sebaran, lokasi, serta jenis mineral logam ekonomis belum ada. Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran dan konsentrasi unsur logam dalam endapan sungai aktif, serta hubungannya dengan keberadaaan batuan ofiolit, terobosan, gunung api, malihan, dan sedimen di daerah ini. Data unsur logam dalam makalah ini diperoleh dari hasil Penelitian Geokimia Regional Puslitbang Geologi Tahun 2004 di daerah Pelaihari dan sekitarnya (Baharuddin, 2004). 198 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006 Geo-Resources J G S M

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN KEBERADAAN RUNTUNAN OFIOLIT DENGAN KONSENTRASI UNSUR LOGAM DALAM ENDAPAN SUNGAI AKTIF DI DAERAH PELAIHARI,

KALIMANTAN SELATAN

Baharuddin *)

SARI

Daerah Pelaihari dan sekitarnya termasuk ke dalam Lajur Tambak-Tamban-Bobaris yang merupakan sayap bagian barat

Tinggian Meratus. Daerah ini memiliki prospek mineral logam yang besar.

Secara geologi, daerah Pelaihari dan sekitarnya umumnya ditempati oleh satuan batuan ultramafik, terobosan, gunung

api, sedimen, dan malihan berumur Mesozoik sampai Tersier. Hasil analisis geokimia endapan sungai aktif di daerah

Pelaihari dan sekitarnya menunjukkan adanya hubungan erat antara sebaran batuan dengan konsentrasi unsur logam

dalam endapan sungai aktif.

Konsentrasi unsur nikel (Ni) dan tembaga (Cu) meninggi di dalam endapan sungai aktif di bagian timur laut. Sedangkan

unsur platina (Pt) dan kobal (Co) memperlihatkan nilai konsentrasi meninggi di bagian selatan, kecuali kobal yang juga

mempunyai konsentrasi tinggi di bagian tengah dan timur laut. Konsentrasi tinggi unsur metalogenik ini di dalam endapan

sungai aktif diduga bersumber dari singkapan batuan ofiolit di daerah ini.

Kata kunci: Runtunan ofiolit, endapan sungai aktif, konsentrasi unsur logam

ABSTRACT

Pelaihari and its surrounding area which belong to the Tambak-Tamban- Bobaris Zone are part of the western limb of the

Meratus High. The area has significant metalliferous mineral prospects.

Geologically, the area is occupied by ultramafic, intrusive, volcanic, sedimentary, and metamorphic rocks with ages range

from Mesozoic to Tertiary. The results of geochemical analyses of active stream sediment samples in this area indicate a

close relationship between the distribution of the rocks and concentration of metallogenic elements within the stream

sediment samples.

Concentration of nickel (Ni) and copper (Cu) elements increase within the stream sediment in the northeastern area while

platinum (Pt) and cobalt (Co)show a significant high concentration value in the southern area except Co which also has a

high concentration value in central and northeastern area. This high metallogenic concentration presumably derived from

the existence of ophiolite sequence in this area.

Keywords: Ophiolite sequence, active stream sediment, concentration of metallogenic elements

*) Pusat Survei Geologi

PENDAHULUAN

Daerah penelitian, Pelaihari dan sekitarnya,

termasuk salah satu wilayah Kalimantan yang

termineralisasi. Daerah ini dibatasi oleh koordinat

114°30'' - 115°00’ BT dan 03°30’ - 04°15’ LS yang

secara fisiografi berada pada sayap barat tinggian

Meratus (Gambar 1).

Hal ini dimungkinkan karena dijumpainya berbagai

jenis batuan seperti batuan terobosan, gunung api,

sedimen, malihan, dan ofiolit yang berumur

Mesozoik sampai Tersier. Peta geologi daerah

penelitian, khususnya daerah Tinggian Meratus,

umumnya telah tersedia dalam skala 1:250.000,

dan sebagian bahkan dalam skala 1:100.000.

Namun demikian, data geokimia yang menyajikan

konsentrasi unsur, sebaran, lokasi, serta jenis mineral

logam ekonomis belum ada.

Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran

dan konsentrasi unsur logam dalam endapan sungai

aktif, serta hubungannya dengan keberadaaan

batuan ofiolit, terobosan, gunung api, malihan, dan

sedimen di daerah ini. Data unsur logam dalam

makalah ini diperoleh dari hasil Penelitian Geokimia

Regional Puslitbang Geologi Tahun 2004 di daerah

Pelaihari dan sekitarnya (Baharuddin, 2004).

198JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

GEOLOGI REGIONAL

Secara fisiografi, Tinggian Meratus yang dikelilingi

oleh cekungan-cekungan Tersier, dapat dibagi ke

dalam dua lajur fisiografi utama, yaitu: Lajur Manjam

dan Lajur Tambak - Tamban - Bobaris. Lajur Manjam

yang menempati lereng bagian timur, berarah timur

laut- barat daya. Lajur Tambak - Tamban - Bobaris di

sayap barat, dimana penelitian ini dilakukan

(Sikumbang, 1986), dibagi ke dalam sublajur

Ambungan dan sublajur Dadaringan. Morfologi

Tinggian Meratus dicirikan oleh perbukitan

bertimbulan kasar dengan lembah dalam yang

tertutup oleh hutan primer.

Penelitian geologi di wilayah Tinggian Meratus

Kalimantan Selatan telah dilakukan oleh sejumlah

peneliti terdahulu (Easton 1932; Koolhoven 1935;

van Bemmelen,1949; Yuwono drr.,1988;

Sikumbang dan Heryanto.,1994; Zulkarnain drr.,

1996; dan Hartono drr., 2000). Uraian geologi

regional berikut merupakan ringkasan berbagai

pendapat para peneliti itu.

Geologi Tinggian Meratus dimulai sejak Zaman Jura

dan dianggap sebagai batuan alas, serta merupakan

kumpulan berbagai batuan seperti batuan bancuh,

ofiolit dan malihan. Batuan ofiolit, terdiri atas

hazburgit, piroksenit, werlit, websterit, dunit, gabro,

dan gabrodiorit, setempat terserpentinkan dan

tersingkap memanjang dengan arah timur laut - barat

daya. Umur radiometri batuan malihan adalah 180 jt

dan 116 jt tahun atau Jura Awal dan Kapur Awal

(Zulkarnain drr., 1996). Batuan malihan terdiri atas

sekis horenblenda, sekis mika, sekis glaukofan, dan

filit, sedangkan batuan bancuh umumnya tersusun

oleh rijang, batugamping, dan basal. Batuan

terobosan terutama adalah granit, granodiorit, dan

diorit berumur Permo-Karbon-Kapur Akhir (Dirk &

Amiruddin, 2000). Gejala genang laut di daerah

Kalimantan Selatan dimulai sejak awal Kapur Akhir

yang ditandai oleh pengendapan batuan sedimen

Kelompok Pitap, disertai dengan kegiatan gunung api

yang membentuk Kelompok Haruyan. Kelompok

Haruyan terdiri atas lava, tuf, dan breksi gunung api

-4º

-4º00’

-3º30'

15'

MartapuraBanjarmasin

Pelaihari

Lokasi Penelitian

KALIMANTAN

SARAWAK

BRUNAI

110

0

1°3

14

0’

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian di daerah lembar Pelaihari, Kalimantan Selatan.

199 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

yang menjemari dengan endapan sedimen laut

berciri turbid Kelompok Pitap. Setelah terjadi

pengangkatan pada awal Tersier, pengendapan

batuan sedimen klastika berlangsung di lingkungan

paralis sampai laut dangkal yang mengendapkan

Formasi Tanjung berumur Eosen. Batugamping

Formasi Berai diendapkan pada Kala Oligosen

sampai akhir Miosen. Selanjutnya pada Miosen Awal

diendapkan Formasi Warukin yang diikuti oleh

Formasi Dahor yang menindih secara tak selaras

batuan-batuan yang lebih tua. Struktur geologi

Tinggian Meratus terutama adalah struktur sesar

seperti sesar normal, naik, dan mendatar dengan

arah umum timur laut - barat daya searah dengan

bentuk lancip ujung segi tiga Pulau Kalimantan.

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Tatanan stratigrafi daerah penelitian diambil dari

peta geologi daerah Lembar Banjarmasin skala

1:250.000 (Sikumbang dan Heryanto,1994)

sebagai berikut (Gambar 2a &b). Batuan tertua yang

tersingkap di daerah penelitian terdiri atas batuan

malihan (Mm), batuan ultrabasa (Mub), dan gabro

(Mgb) berumur Jura Akhir. Satuan batuan tersebut

diterobos oleh satuan batuan diorit (Mdi) berumur

Kapur Awal. Secara tak selaras di atasnya

diendapkan Kelompok Pitap Formasi Pudak (Kap),

Formasi Keramaian, dan Formasi Pudak Anggota

Batukora. Kelompok Pitap yang berumur Kapur Akhir

menjemari dengan Formasi Pitanak (Kvpi) Kelompok

Haruyan. Di beberapa tempat satuan batuan tersebut

diterobos oleh batuan gunung api berkomposisi

diabas (Mdb) dan basal (Mba) yang berumur Kapur

Akhir. Di atas satuan batuan tersebut secara tak

selaras diendapkan berturut-turut satuan batuan

sedimen Tersier Formasi Tanjung (Tet), Formasi Berai

(Tomb), dan Formasi Warukin (Tmw) yang berumur

dari Eosen hingga Miosen Akhir. Formasi Dahor

(TQd) berumur Plio-Plistosen dan Aluvium menindih

secara tak selaras batuan yang lebih tua.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian meliputi pengambilan percontoh

endapan sungai aktif/konsentrasi dulang. Percontoh

endapan sungai aktif selanjutnya dianalisis memakai

metode ICP-MS dan hasilnya diplot dalam bentuk

peta kontur konsentrasi unsur.

Pengambilan percontoh endapan sungai aktif

(stream sediment) dan konsentrat dulang (panned

concentrate) dilakukan pada lokasi aliran sungai

aktif berdasarkan penyebaran dan indikasi jenis

batuan terobosan, gunung api, batuan ofiolit, serta

malihan. Percontoh endapan sungai aktif diambil

pada kedalaman 10-40 cm sebanyak 2-3 kg yang

kemudian disaring hingga berukuran 80 mesh.

Secara umum, kerapatan jarak rata-rata lokasi

pengambilan percontoh endapan sungai aktif

berkisar antara 5-10 km (Gambar 3). Dari sejumlah

lokasi yang direncanakan telah terkumpul sebanyak

50 percontoh endapan sungai aktif (Tabel 1) dan 10

percontoh konsentrat dulang. Beberapa lokasi tidak

diambil contohnya karena tertutup oleh rawa,

pemukiman penduduk, atau kondisi sungai yang

kering.

Pengambilan percontoh konsentrat dulang dilakukan

secara terpilih, terutama pada lokasi (Gambar 3)

yang diperkirakan mengandung mineral berat atau

butiran emas dan platina. Endapan konsentrat du-

lang yang diperoleh direkatkan pada kertas tahan air

untuk diamati di bawah mikroskop (Gambar 6a-b).

Analisis laboratorium percontoh endapan sungai aktif

ini melalui beberapa tahapan sbb: Percontoh

endapan sedimen sungai aktif yang diperoleh dari

lapangan dikeringkan, kemudian digerus memakai

alat penggerus hingga mencapai ukuran 100 mesh.

Selanjutnya serbuk hasil penggerusan disaring

kembali untuk memperoleh ukuran serbuk hingga

< 200 mesh. Tahapan berikutnya ialah pelarutan

percontoh memakai larutan kimia HNO , Hf, HCl 3

serta asam borak. Proses pelarutan dilakukan pada

alat putar MARS-5 untuk memperoleh larutan

homogen tanpa endapan. Hasil pelarutan akhir

sebanyak 10 ml yang telah diencerkan selanjutnya

dianalisis memakai alat Induced Couple Plasma

(ICP-MS) seri X-7, Thermo Elemental dengan tingkat

ketelitian standar deviasi < 2%. Data hasil analisis

laboratorium yang diperoleh selanjutnya dikoreksi

dan diolah dalam bentuk peta-peta kontur

konsentrasi unsur. Peta Geologi Daerah Lembar

Banjarmasin skala 1:250.000. (Sikumbang &

Heryanto, 1994) dilampirkan sebagai acuan tatanan

geologi daerah penelitian.

200JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

O114 30' O115 00'

5 0 5 10 15 20 25 30 km

K A L I M A N T A N

SI A

M AL A Y

BRUNAI

Daerah penelitian

Tg. Selatan

TQd

S.S

epung

gur

aS.Sanin h

n

S. P

anda

Jorong

Seuu

. Sbhr

S. K

dang

an

an

Batutungku

Pg

rk

S.

aerjaa

S. B

aang

ya

tga

m

Takisung

S. Tabanio

Tabanio

Bawahalajung

S Lu ng. tu

.S MatukaS.

atuk

aci

l

M

ke

Tg. Burung

kan

S. Apu

S Cema

.pak

Ambawang

S. an ga R g

S. Tab

anio

G. Kemuning

G. Batubelaran

S. Aba ang

i

b

S. T

ani

oa

Pelaihari

Tanjungpecah

S Sa aranga

. wn

Mgb

Mub

aKkKpvi

Mgb

Mub

Mm

Mm

Tet

Tomb Kak

Tet

Kap

Mub

MmQa

Mub

Mm

Mub

Qa

TQd

Qa

TQd

TQd

Kap

Kak

Mdb

Mdb

Qa

Kak

KakKap

Kab

Mdi

Mgb

G. Kamahan

Mub

Tet

Mgb

Mbg

Mgb TombTmw

TQd

TQd

Qa

Kap

Mm

Kvpi

MmMgb

TQd

Mgb

Mba

Mba

TQd

Qa

TQd

Qa Mgb

Kap

Kap

Mub

Qa

Asem

045

050

030

020

045

750901

951

701

035

AS. sem

085

625

060

U

T

L A

J A

W

A

TQd

Mdi

Mgb

Gambar 2a. Peta geologi daerah Pelaihari (Sikumbang dan Heryanto, 1994).

201 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

Mm Batuan Malihan

Mub Batuan Ultrabasa

Mdi Batuan Diorit

Mba Batuan Basal

Mdb Batuan DiabasQa Aluvium

TQd Formasi Dahor

Tmw Formasi Warukin

Tomb Formasi Berai

Tet Formasi Tanjung

KapKakKvpi

Kab

KapKab

KvpiKak

Formasi Pudak

Formasi Batukora

Formasi Pitanak

Formasi Keramaian

Batuan GabroMgb

Mub MmMgb

Batuan sedimen-gunung apiSedimentary-volcanic rocks

Batuan beku

Igneous rocks

Batuan tektonit

Tectonite

ZA

MA

NP

ER

IOD

KLA

AE

CP

OH

MS

AA R

EA

UR

TE

KA

RU

TE

RN

RY

QA

AT

ER

SIE

RT

ER

TIA

RY

UR

KA

PTA

CE

OU

SC

RE

AJU

RUJ

RA

SS

IC

SZ

OI

ME

OK

UM

OC

ME

SZ

OI

KE

NO

ZO

IKU

MZ

IC

EN

OO

C

HOLOSENHOLOCENE

EP

LIS

TO

SN

LO

CN

PE

IST

EE

ION

MS

EC

EM

IOE

N

PLIOSENPLIOCENE

OLIGOSENOLIGOCENE

EOSENEOCENE

PALEOSENPALEOCENE

AkhirLate

AwalEarly

AkhirLate

AwalEarly

TengahMiddle

AkhirLate

TengahMiddle

AwalEarly

Qa

TQd

Tmw

Tomb

Tet

Mdb

Mba

Mdi

KapKak Kvpi

Kab

AwalEarly

AkhirLate

TengahMiddle

KORELASI SATUAN BATUANCORRELATION OF ROCK UNITS

KETERANGAN PETA :

Gambar 2b. Korelasi Satuan Batuan Daerah Pelaihari menurut Sikumbang dan Heryanto, 1994.

202JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

K A L I M A N T A N

M A L AY S

I A

BRUNAI

Daerah Penelitian

Tg. Selatan S.

eS

pung

gur S.Saninah

S. P

andan

Jorong

S. S

ebuhurng

a

S. K

anda

n

Batutungku

Pa

er a

S.

gj

rak

S.

aa

ga

Bt

ng

ay

m

Takisung

a oS. Tab ni

Tabanio

Bawahalajung

uS. Lut ng

a kS. M tu a

.

l

SM

atuk

akec

i

Tg. Burung

S. Apuk na

S. Cempaka

Ambawang

S. g aRan g

S. Tab

anio

G. Kemuning

G. Batubelaran

al

S. Abang

S. T

aban

io

Pelaihari

Tajaupecah

S. S wa an ana r g

G. Kamahan

Asem

S. semA

BA 12

GY 06

GY 04

HZ 06

HZ 01

BJ 04

AK 05

HZ10

Lokasi pengambilan percontohkonsentrat dulang (panned concentrate).

KETERANGAN:

Lokasi pengambilan percontohsedimen aktif (stream sediment).

AK 01 AK 02

AK 03 AK 04

AK 06

AK 07

AK 08

BA 01 BA 02

BA 03 BA 04

BA 05 BA 06

BA 07

BA 08

BA 10

BA 13

BA 20

BA 21

BA 22

BA 23 BA 24

BA 25

BA 28

BA 29

BA 30

GY 01 GY 02

GY 03

GY 07

HZ 02

HZ 03

HZ 04

HZ 05

HZ 07

HZ 08 HZ 09

JW 01

JW 03 JW 04

JW 05

JW 06

JW 07

JW 09

04BJ01

04BJ02

04BJ03

114°30’ 115°00’

BA 27

GY 05

JW 08

5 0 5 10 15 20 25 30 km

LAUT JAWA

A Al

A Pr

A Al

A Al

A Pr

A Pr

A Al

A Al

A Al

Gambar 3. Peta lokasi pengambilan percontoh endapan sungai aktif (stream sediment) dan konsentrat dulang (panned concentrate) Daerah Pelaihari, Kalimantan Selatan.

203 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

DISKUSI HASIL ANALISIS

Runtunan batuan ofiolit lengkap menurut Moores

(1982) dan Wilson (1992) (Gambar 4) dimulai dari

satuan paling bawah, yaitu alas ubahan

(metamorphic sole) bersentuhan tektonik dengan

satuan lerzolit yang merupakan asal selubung

(primary mantle), dan diikuti oleh satuan tektonit

ultramafik (hazburgit & dunit). Satuan ultramafik

kumulat (piroksenit & gabro) yang merupakan batas

petrologi dan seismik Moho berada di atas satuan

tektonit ultramafik. Selanjutnya satuan gabro-

gabrodiorit yang berangsur menjadi terobosan retas

tegak, ditutupi oleh lava bantal dan sedimen pelagos.

Mineralisasi primer metalogenik terdiri atas tembaga

(Cu), nikel (Ni), dan kobal (Co) yang umumnya

terdapat pada satuan gabro-gabrodiorit. Unsur kobal

(Co), nikel (Ni), dan tembaga (Cu) dalam tabel

periode unsur memiliki nilai radius atom dan radius

kovalen (Covalent radii) yang berdekatan, yaitu Co =

125,3 & 116, Ni = 124,6 & 115 dan Cu = 127,8 &

117. Hal inilah yang memungkinkan unsur-unsur

tersebut dijumpai dalam satu kelompok metalogenik.

Sedangkan unsur platina (Pt) dan kobal (Co) yang

merupakan unsur kompatibel (mempunyai KD>1)

umumnya dijumpai bersama dalam suatu kelompok

satuan batuan ofiolit. Kandungan tinggi unsur Ni, Co

& Cr pada batuan menunjukkan asal magma primer,

dan sebaliknya penurunan kandungan unsur-unsur

tersebut disebabkan oleh terjadinya fraksinasi

mineral olivin (Green, 1980).

Hasil analisis percontoh endapan sungai aktif di

daerah Pelaihari dan sekitarnya terlihat dalam Tabel

1. Peta kontur (Gambar 5a & 5b) sebaran unsur nikel

(Ni), tembaga (Cu), platina (Pt), dan kobal (Co)

menunjukkan adanya nilai konsentrasi tinggi dan

rendah unsur metalogenik dalam endapan sungai

aktif di daerah penelitian. Nilai konsentrasi tinggi

unsur Ni dan Cu terdapat di bagian timur laut daerah

penelitian, yaitu pada lokasi HZ 02 dan HZ 05,

masing-masing Ni (2,5 - 2,2%) dan Cu (781-645)

ppm. Sedangkan konsentrasi tertinggi untuk unsur

kobal (Co) dan platina (Pt) di jumpai pada lokasi

BA024, yaitu Co (552 ppm) dan Pt (8,727 ppm),

kecuali unsur kobal (Co) yang juga meninggi di

bagian tengah (HZ 08 = 397,7 ppm) dan timur laut

(BJ 02 = 248,1 ppm).

Konsentrasi unsur metalogenik yang tinggi dalam

endapan sungai aktif di bagian timur laut daerah

penelitian dipastikan bersumber dari adanya

singkapan runtunan batuan ofiolit berupa satuan

Long. Lat. Samp. No 65Cu 60Ni 59Co 192Pt

114.7366 -3.8666 BA.22. 47.9 144 25.9 0.001

114.8293 -3.8691 BA.07. 38.5 20 13.1 0.061

114.8564 -3.8033 BA.02. 113.4 112 43.6 0.289

114.898 -3.6873 AK07 97.4 1075 193.0 0.777

114.9056 -3.6851 AK.08. 128.6 1219 43.9 0.496

114.7333 -3.9607 BA.23. 29.5 118 9.1 0.000

114.8226 -3.9922 BA.29. 96.4 193 14.6 0.057

114.8374 -3.8051 BA.01. 60.9 406 19.0 1.173

114.8324 -3.7014 GY.02. 48.1 221 32.1 0.000

114.8689 -3.8029 BA.04. 100.5 531 29.7 0.254

114.8393 -3.7674 AK.03. 114.8 468 46.8 0.170

114.8393 -3.7690 AK.01 80.0 131 36.7 0.166

114.8365 -3.6858 GY.03. 104.1 1500 31.2 1.194

114,902 -3.5440 BJ.02. 138.9 782 248.1 0.865

114.9361 -3.9802 BA.28 54.0 588 22.3 0.323

114.8249 -3.7057 GY.01. 68.7 845 26.9 0.228

114.940 -3.5171 BJ.01. 392.7 1007 87.9 0.456

114.8393 -3.7797 HZ.09. 43.3 109 15.8 0.000

114.8788 -3.6023 HZ.04. 74.2 394 18.7 0.042

114.8416 -3.9337 JW.08. 139.8 4942 44.7 0.249

114.8062 -3.8871 JW.09 150.5 2371 37.0 0.147

114.853 -3.9651 JW.07. 29.6 101 8.6 0.508

114.900 -3.9081 JW.03. 77.3 78 19.8 0.167

114.922 -3.8923 JW.05. 48.0 62 10.2 0.170

114.8536 -3.8966 JW.04. 29.2 27 12.4 0.254

114.7834 -3.9834 BA.30. 58.6 1659 16.5 0.541

114.9562 -3.8040 BA.05. 202.9 7131 53.6 0.222

114.8000 -3.9120 BA.25 106.7 47 28.6 0.218

114.7626 -3.6958 BA.10. 133.6 221 59.5 0.872

114.8226 -3.8896 BA.08. 63.7 114 39.0 0.053

114.8913 -3.8042 BA.06. 58.5 54 16.5 0.176

114.8133 -3.5428 HZ.05. 645.0 22280 196.7 1.153

114.8540 -3.7318 AK.06. 92.7 496 109.0 1.279

114.7624 -3.7387 BA.21. 152.3 1393 82.9 1.114

114.7486 -3.5561 HZ.07. 32.9 140 19.8 0.905

114.8669 -3.5784 HZ.02. 781.2 26750 219.1 0.762

114.8171 -3.7733 AK.04. 51.3 221 107.1 2.223

114.7952 -3.8664 BA.20. 223.9 179 40.1 1.333

114.7489 -3.7370 BA.13. 65.9 399 74.2 1.061

114.7846 -3.6514 GY.07. 113.9 2262 71.1 1.722

114.8687 -3.5943 BJ.03. 76.5 42 62.6 2.790

114.8655 -3.7787 HZ.08. 101.4 1562 397.7 0.453

114.8133 -3.6222 GY.05. 114.2 0 53.9 1.461

114.7582 -3.9666 BA.24. 71.0 4829 552.0 8.727

114.8553 -3.7713 AK 02 80.0 131 36.7 0.166

114.8588 -3.8058 BA 03 113.4 111.6 43.6 0.289

114.8687 -3.5943 HZ 03 74.2 394.1 18.7 0.042

114.8518 -3.9286 JW 01 77.3 77.69 19.8 0.167

114.9248 -3.9286 JW 06 48.0 62.42 10.2 0.170

114.7400 -3.8639 BA 12 65.9 399.2 74.2 1.060

Nilai konsentrasi tertinggi dalam ppm

Tabel 1. Hasil Analisis Percontoh Endapan Sungai Aktif di Daerah Pelaihari dan Sekitarnya

gabro-gabrodiorit yang merupakan sumber primer

unsur nikel (Ni), tembaga (Cu), dan kobal (Co). Unsur

platina (Pt) dan kobal (Co) yang meningggi di bagian

barat daya kemungkinan berasal dari satuan yang

lebih primitif, yaitu hazburgit (Baharuddin drr.,

2001).

204JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

Petrologi Geofisik

Sedimen laut Lapisan

PrimerSekunder

Lava bantal(Basalt & Spilit)

Lapisan 2

Mineralisasi

Terobosan retas tegak(diabas,gabro,diorit,plagiogranit)

Gabro, Gabrodiorit

Kumulat ultramafik(Piroksenit, Gabro)

Tektonit ultramafik

(Depleted mantle)Hazburgit, Dunit

“Primary mantle”(Lerzolit)

Alas ubahan

Lapisan 3

Lapisan 4

-----------Petrologi Moho----

-----------Seismik Moho------

Kromitkaya Al

Kromit

pods

Kromitkaya Cr

Cu,Ni,Co sulfidaFeS

MagnesitTalkAsbesLateritNi-laterit

CuPiritZnS

disseminated

KompleksPluton

Gambar 4: Kolom runtunan ofiolit lengkap menurut Moores (1982), Wilson (1992), dan sumber lainnya.

Hasil pengamatan di bawah mikroskop (Gambar 6a

& 6b) pada percontoh konsentrat dulang (pem-

besaran 3709x2782 mikron) memperlihatkan

adanya butiran emas (Au) dan platina (Pt) yang

bersatu dalam satu butiran sebagai hasil endapan

pengayaan sekunder. Butiran emas dan platina ini

berukuran halus sampai sangat halus, berwarna

kuning cerah (Au) - kelabu terang (Pt), membulat

tanggung (sub-rounded) dan terpilah sedang

(medium sorted). Hal ini menunjukkan jarak

transportasi dari sumber utama relatif dekat.

KESIMPULAN

Daerah Pelaihari dan sekitarnya, Kalimantan Selatan

yang merupakan sayap barat Tinggian Meratus,

termasuk ke dalam Lajur Tambak-Tamban-Bobaris.

Satuan batuan ofiolit yang banyak tersingkap di

daerah ini adalah satuan batuan gabro-gabrodiorit,

yang tercermin dari kandungan unsur metalogenik

yang terdapat di dalam endapan sungai aktif.

Konsentrasi dan sebaran unsur metalogenik sangat

dipengaruhi oleh jenis singkapan batuan dan asosiasi

unsur metalogeniknya. Hal ini terlihat dari asosiasi

jenis unsur yang menonjol dalam endapan sungai

aktif. Unsur- unsur nikel (Ni), tembaga (Cu), dan

kobal (Co) mempunyai konsentrasi tinggi di bagian

timur laut dimana satuan batuan gabro-gabrodiorit

tersingkap. Sebaliknya,unsur platina (Pt) dan kobal

(Co) yang memperlihatkan konsentrasi menonjol di

bagian barat daya diduga berhubungan dengan

singkapan runtunan batuan ofiolit yang lebih

primitif, yaitu hazburgit.

205 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

115°

00’T

03°3

0’S

03°3

0’S

114°

30’T

114°

30’T

04°1

5’S

04°1

5’s

115°

00’T

03°4

5’S

03°4

5’S

04°0

0’S

04°0

0’S

im

S.

aR

S. K

anda

ngan

S.Pandan

A

U

T

J

AL

AW

. Bro Sait

Tg.

Sel

ata

n

. S

aa

o

Tab

ni

Wad

uk T

.IW

aduk

T.I

I

Tak

isun

g

Am

baw

ang

.

wa

g

Sm

baA

nS. A

sem

asem

r

Sun

ka. T

gan

.

a

S Gya

m

Lok

asi

Pet

a

KA

LIM

AN

TA

N

Bat

ibat

i

PE

LA

IHA

RI

Bat

uam

par

Pam

alun

gan

Ku

rau

Sab

uhur

Pan

yip

atan

Kan

dan

ganb

aru

Men

tew

a

Tan

jung

dew

a

Kan

dang

an L

ama

Pan

atai

hara

pan T

abai

noBaw

ahla

yung

Asa

han

Am

baw

ang

Joro

ng

Ara

nio

Pul

auob

i

010

20 k

m

G. B

atu

be

saw

ar

G.

Ba

tube

lara

n

G. Ta

ndu

kanG

. B

atu

man

di

G.

Pu

lai

G. B

uki

tbe

sar

G. P

atr

ab

ulu

G. B

akat

G. M

an

taus

G.

Kalu

hin

G.

Me

lati

G.

Pe

mata

ng

de

nd

a

G.

Se

kum

pa

ng

G. P

em

ato

n

G.

Pa

lasu

ng

an

G. D

am

ark

ala

G. B

ulu

ben

tok

G. A

pu

kan

G.

Po

tong

mirin

g

G.

Lad

an

gta

pu

s

G.

Ma

lahin

G. D

ilam

G.

Lin

gka

ras

G. Ta

ranb

an

tu

G.

Be

lan

da

G.

Kera

ma

ian

G. B

atu

G.

Be

sar

G. D

am

arw

ula

n

G. P

an

cur

G. Ta

lokda

lam

G. A

mb

ura

n

G.

Mu

run

gp

and

an

G.

Paik

at

G. B

atu

kora

G.

Da

ma

rgu

sang

G. C

ang

krin

g

G. S

ab

et

G. K

atu

no

n

G. D

ad

arin

gan

Ppm

-30

00

-20

00

-10

00

0100

0

200

0

300

0

400

0

500

0

600

0

700

0

800

0

900

0

100

00

110

00

120

00

130

00

140

00

150

00

160

00

170

00

180

00

190

00

200

00

210

00

220

00

230

00

240

00

Ni (

Nik

el)

115°

00’T

03°3

0’S

03°3

0’S

114°

30’T

114

°30’

T04

°15’

S04

°15’

s11

5°0

0’T

03°4

5’S

03°4

5’S

04°0

0’S

04°0

0’S

iS.

Ram

S. K

and

anga

n

.n

a

S Pa

dn

J

L

U

A

A

A

T

W

.t S Brio a

Tg.

Sel

ata

n

.a

ia

o

ST

ba

n

Wad

uk T

.IW

aduk

T.I

I

Tak

isun

g

Am

baw

ang

baw

ang

S.A

m

eS.

As

ma

e

sm

Tar

a

S.gk

nun

S.y

m

a

aG

Lok

asi

Pet

a

KA

LIM

AN

TA

N

Bat

ibat

i

PE

LA

IHA

RI

Bat

uam

parP

amal

unga

n

Ku

rau

Sab

uhu

r

Pan

yip

atan

Kan

dan

ganb

aru

Men

tew

a

Tan

jung

dew

a

Kan

dan

gan

Lam

a

Pan

atai

hara

pan T

abai

noBaw

ahla

yun

g

Asa

han

Am

baw

ang

Joro

ng

Ara

nio

Pul

auob

i

010

20 k

m

G. B

atu

besaw

ar

G. B

atu

bela

ran

G. Ta

nd

uka

nG. B

atu

ma

nd

i

G. P

ula

i

G. B

ukitb

esar

G. P

atr

ab

ulu

G. B

aka

t

G. M

an

tau

s

G. K

alu

hin

G. M

ela

ti

G. P

em

ata

ng

de

nd

a

G. S

eku

mp

an

g

G. P

em

ato

n

G. P

ala

su

ng

an

G. D

am

ark

ala

G. B

ulu

be

nto

kG

. A

puka

nG

. P

oto

ngm

irin

g

G. L

ada

ng

tap

us

G. M

ala

hin

G. D

ilam

G. Lin

gka

ras

G. Ta

ran

ba

ntu

G. B

ela

nd

a

G. K

era

maia

n

G. B

atu

G. B

esa

rG

. D

am

arw

ula

n

G. P

ancu

r

G. Ta

lokd

ala

m

G. A

mb

ura

n

G. M

uru

ngp

an

da

n

G. P

aik

at

G. B

atu

kora

G. D

am

arg

usa

ng

G. C

an

gkr

ing

G. S

ab

et

G. K

atu

no

n

G. D

ad

aring

an

Ppm

-50

-25

025

50

75

100

125

150

175

200

225

250

275

300

325

350

375

400

425

450

475

500

525

550

575

600

625

650

675

700

Cu

(Te

mb

ag

a)

Gam

bar

5a.

Peta

kon

tur

unsu

r N

i (N

ikel

), C

u (T

emba

ga)

dala

m e

ndap

an s

unga

i akt

if di

dae

rah

Pela

ihar

i dan

sek

itarn

ya.

206JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

Gam

bar 5b. Peta kontur unsur Pt (Platina), Co (Kobal) dalam

endapan sungai aktif di daerah Pelaihari dan sekitarnya.

115°00

’T0

3°3

0’S0

3°3

0’S

114

°30

’T

114

°30’T

04°15’S0

4°15’s115°00

’T

03°45’S

03°45’S

04°00’S

04

°00’S

S. Ri

ma

S. K

an

dang

an

Pan

S.

dan

A

L

A

W

A

U

T

J

ar oS. B t i

Tg

. Selata

n

io

S. Tabana

Wa

duk T.I

Wa

du

k T.II

Tak

isun

g

Am

baw

ang

.Ab

an

S

maw

g

sa

S

emsem

. A

S. Tunga

ar

nk

G

m

Sa

.ya

Lo

kasi P

eta

KA

LIM

AN

TA

N

Batibati

PE

LA

IHA

RI

Batu

amp

ar Pam

alungan

Ku

rau

Sabuh

ur

Pan

yip

ata

n

Kan

danganbaru

Men

tewa

Tanju

ngdewa

Kan

dangan L

ama

Panataih

arapanT

abaino B

awahlayu

ng

Asah

an

Am

baw

ang

Joro

ng

Ara

nio

Pulauo

bi

01

020 km

G. B

atu

be

sa

wa

r

G. B

atu

be

lara

n

G. T

an

du

ka

n G. B

atu

ma

nd

i

G. P

ula

i

G. B

ukitb

esa

r

G. P

atra

bulu

G. B

aka

t

G. M

an

tau

s

G. K

alu

hin

G. M

ela

ti

G. P

em

ata

ngd

en

da

G. S

eku

mp

an

g

G. P

em

ato

n

G. P

ala

sun

ga

n

G. D

am

ark

ala

G. B

ulu

be

nto

kG

. Ap

uka

nG

. Po

ton

gm

iring

G. L

ad

an

gta

pu

s

G. M

ala

hin

G. D

ilam

G. L

ing

kara

s

G. T

ara

nb

an

tu

G. B

ela

nd

a

G. K

era

ma

ian

G. B

atu

G. B

esa

rG

. Da

ma

rwu

lan

G. P

an

cur

G. T

alo

kd

ala

m

G. A

mb

ura

n

G. M

uru

ng

pa

nd

an

G. P

aika

t

G. B

atu

ko

ra

G. D

am

arg

usa

ng

G. C

an

gkrin

g

G. S

ab

et

G. K

atu

no

n

G. D

ad

arin

ga

n

Pp

m

-1.0

-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

1.8

2.0

2.2

2.4

2.6

2.8

3.0

3.2

3.4

3.6

3.8

4.0

4.2

4.4

4.6

4.8

5.0

5.2

5.4

5.6

5.8

6.0

Pt (P

latin

a)

115°0

0’T03

°30’S03°30’S

114°3

0’T

114°30’T

04°15’S04

°15’s115°0

0’T

03°45’S

03°45’S

04°00’S

04°00’S

.m

S R

ia

S. Ka

ndangan

S. Paan

nd

A

AL

U

J

W

A

T

o S.B aritT

g. Selatan

Ta

o

S. ab

ain

Waduk T.I

Waduk T.II

Takisu

ng

Am

bawang

m

ag

S.Abaw

n

aS

sem. A

sem

Tuk

S. ng

aran

m

S.

aGay

Lokasi P

eta

KA

LIM

AN

TA

N

Batibati

PE

LA

IHA

RI

Batu

ampar P

amalun

gan

Ku

rau

Sabuhur

Pan

yipatan

Kand

anganbaru

Mentew

a

Tanjungdew

a

Kandang

an Lam

a

PanataiharapanT

abaino Baw

ahlayung

Asahan

Am

bawang

Joron

g

Aran

io

Pulauobi

010

20 k

m

G. B

atu

besa

war

G. B

atu

bela

ran

G. T

and

uka

n G. B

atu

man

di

G. P

ula

i

G. B

ukitb

esa

r

G. P

atra

bu

lu

G. B

aka

t

G. M

anta

us

G. K

alu

hin

G. M

ela

ti

G. P

em

ata

ngd

enda

G. S

ekum

pang

G. P

em

ato

n

G. P

ala

sung

an

G. D

am

ark

ala

G. B

ulu

ben

tok

G. A

pu

kan

G. P

oto

ng

mirin

g

G. L

ad

an

gta

pus

G. M

ala

hin

G. D

ilam

G. L

ingka

ras

G. T

ara

nba

ntu

G. B

ela

nda

G. K

era

ma

ian

G. B

atu

G. B

esa

rG

. Dam

arw

ula

n

G. P

an

cur

G. T

alo

kd

ala

m

G. A

mbu

ran

G. M

uru

ng

pa

nd

an

G. P

aika

t

G. B

atu

kora

G. D

am

arg

usa

ng

G. C

ang

kring

G. S

ab

et

G. K

atu

no

n

G. D

ada

ring

an

Ppm

-100

-80

-60

-40

-20

0 20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

260

280

300

320

340

360

Co

(Ko

ba

l)

207 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

Inset

AuPt

AuZr

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala

Pusat Survei Geologi Dr. Ir. Djadjang Sukarna, atas

penerbitan makalah ini. Kepada Bapak M. Saderi,

Kepala Bagian Umum Pemda Tingkat II Tanahlaut,

Kalimantan Selatan penulis ucapkan terima kasih

atas bantuannya selama pekerjaan lapangan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

para Anggota Tim atas kerja samanya selama

penelitian di lapangan.

Gambar 6a. Foto mikrograph ICP percontoh konsentrat dulang pada lokasi 04 BJ 04 pembesaran 1484 X 1113 mikron.

Gambar 6b. Foto inset mikrograph ICP percontoh konsentrat dulang pada lokasi 04 BJ 04 pembesaran 3709 X 2782 mikron.

ACUAN

Baharuddin., Dirk, M.H.J., dan Hartono, U., 2001. Ciri Petrologi dan Geokimia Batuan Ofiolit Bobaris,

Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan dan Potensi Mineral Ekonomisnya. Dalam U, Hartono

(Ed.). Ofiolit di Sulawesi, Halmahera dan Kalimantan, Genesa, Alih Tempat dan Mineral

Ekonomis. Publikasi Khusus , P3G, No.28. pp. 61-73.

Baharuddin., 2004. Penelitian Geokimia Regional Lembar Banjarmasin, skala 1:250.000, daerah Lembar

Pelaihari Kalimantan Selatan. P3G2, Puslitbang Geologi (Laporan tidak terbit).

Bemmelen, R.W.van., 1949. The geology of Indonesia, IA.The Hague, Netherlands, Govt. Printing Office, 732p.

Dirk, M.H.J. dan Amiruddin., 2000. Batuan Granitoid. Dalam U, Hartono., R. Sukamto., Surono & H.

Panggabean. (Ed.). Evolusi Magmatik Kalimantan Selatan. Publikasi Khusus, P3G, No.23.pp.

37-51.

Easton, N.Wing., 1932. Lebour, diamant en kimerliet. De Mijn Ingenieur, p.225-227.

Hartono,U., Sukamto, R., Surono dan Panggabean, H., 2000. Evolusi Magmatik Kalimantan Selatan.

Publikasi Khusus, P3G, No.23. pp.140.

Heryanto, R, Supriatna, S, Rustandi, E, dan Baharuddin,1994. Peta Geologi Lembar Sampanahan, Kalimantan

Selatan, skala 1: 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi ,Bandung.

Koolhoven, W.C.B., 1935. Het primarie voorkomen van den Zuid Borneo diamant: Minjuw Genoosch, Kolonien

Nederland Geol. Verh. Geol. Ser., 11, pp.189-232.

Moores, E.M., 1982. Origin and emplacement of ophiolite. Review of Geophysics and Space Physics, 20. 734-

760 pp.

Sikumbang, N., 1986. Geology and Tectonics of Pre-Tertiary Rocks in the Meratus Mountains, South

Kalimantan, Indonesia, University of London (Unpubl. Dissertation).

208JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M

Sikumbang, N, and Heryanto, R., 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan, skala 1:250.000.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Yuwono, Y.S., Priyomarsono, S., Maury, R.C., Rampnoux, J.P., Soeria-Atmaja, R., Bellon, H and Chotin, P., 1988.

Petrology of the Cretaceous magmatic rocks from Meratus Range, South Kalimantan, Journal of

South East Asia Earth Science., 2, pp.15-22.

Zulkarnain, I., Sopaheluwakan, J., Miyazaki, K., and Wakita, K., 1996. Chemistry and radiometric age data of

metamorphic rocks from Meratus accretionary complex, South Kalimantan and its tectonic

implication. Prosiding Seminar Nasional Geoteknologi III, pp.687-700.

Wilson, M., 1989. Igneous Petrogenesis, A Global Tectonic Approach. Unwin Hyman Ltd, London, UK.

209 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006

Geo-Resources

J G S M