,v q §ßbµæÅ ÎÅ Ç5 yûØ
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KEBERADAAN RUNTUNAN OFIOLIT DENGAN KONSENTRASI UNSUR LOGAM DALAM ENDAPAN SUNGAI AKTIF DI DAERAH PELAIHARI,
KALIMANTAN SELATAN
Baharuddin *)
SARI
Daerah Pelaihari dan sekitarnya termasuk ke dalam Lajur Tambak-Tamban-Bobaris yang merupakan sayap bagian barat
Tinggian Meratus. Daerah ini memiliki prospek mineral logam yang besar.
Secara geologi, daerah Pelaihari dan sekitarnya umumnya ditempati oleh satuan batuan ultramafik, terobosan, gunung
api, sedimen, dan malihan berumur Mesozoik sampai Tersier. Hasil analisis geokimia endapan sungai aktif di daerah
Pelaihari dan sekitarnya menunjukkan adanya hubungan erat antara sebaran batuan dengan konsentrasi unsur logam
dalam endapan sungai aktif.
Konsentrasi unsur nikel (Ni) dan tembaga (Cu) meninggi di dalam endapan sungai aktif di bagian timur laut. Sedangkan
unsur platina (Pt) dan kobal (Co) memperlihatkan nilai konsentrasi meninggi di bagian selatan, kecuali kobal yang juga
mempunyai konsentrasi tinggi di bagian tengah dan timur laut. Konsentrasi tinggi unsur metalogenik ini di dalam endapan
sungai aktif diduga bersumber dari singkapan batuan ofiolit di daerah ini.
Kata kunci: Runtunan ofiolit, endapan sungai aktif, konsentrasi unsur logam
ABSTRACT
Pelaihari and its surrounding area which belong to the Tambak-Tamban- Bobaris Zone are part of the western limb of the
Meratus High. The area has significant metalliferous mineral prospects.
Geologically, the area is occupied by ultramafic, intrusive, volcanic, sedimentary, and metamorphic rocks with ages range
from Mesozoic to Tertiary. The results of geochemical analyses of active stream sediment samples in this area indicate a
close relationship between the distribution of the rocks and concentration of metallogenic elements within the stream
sediment samples.
Concentration of nickel (Ni) and copper (Cu) elements increase within the stream sediment in the northeastern area while
platinum (Pt) and cobalt (Co)show a significant high concentration value in the southern area except Co which also has a
high concentration value in central and northeastern area. This high metallogenic concentration presumably derived from
the existence of ophiolite sequence in this area.
Keywords: Ophiolite sequence, active stream sediment, concentration of metallogenic elements
*) Pusat Survei Geologi
PENDAHULUAN
Daerah penelitian, Pelaihari dan sekitarnya,
termasuk salah satu wilayah Kalimantan yang
termineralisasi. Daerah ini dibatasi oleh koordinat
114°30'' - 115°00’ BT dan 03°30’ - 04°15’ LS yang
secara fisiografi berada pada sayap barat tinggian
Meratus (Gambar 1).
Hal ini dimungkinkan karena dijumpainya berbagai
jenis batuan seperti batuan terobosan, gunung api,
sedimen, malihan, dan ofiolit yang berumur
Mesozoik sampai Tersier. Peta geologi daerah
penelitian, khususnya daerah Tinggian Meratus,
umumnya telah tersedia dalam skala 1:250.000,
dan sebagian bahkan dalam skala 1:100.000.
Namun demikian, data geokimia yang menyajikan
konsentrasi unsur, sebaran, lokasi, serta jenis mineral
logam ekonomis belum ada.
Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran
dan konsentrasi unsur logam dalam endapan sungai
aktif, serta hubungannya dengan keberadaaan
batuan ofiolit, terobosan, gunung api, malihan, dan
sedimen di daerah ini. Data unsur logam dalam
makalah ini diperoleh dari hasil Penelitian Geokimia
Regional Puslitbang Geologi Tahun 2004 di daerah
Pelaihari dan sekitarnya (Baharuddin, 2004).
198JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
GEOLOGI REGIONAL
Secara fisiografi, Tinggian Meratus yang dikelilingi
oleh cekungan-cekungan Tersier, dapat dibagi ke
dalam dua lajur fisiografi utama, yaitu: Lajur Manjam
dan Lajur Tambak - Tamban - Bobaris. Lajur Manjam
yang menempati lereng bagian timur, berarah timur
laut- barat daya. Lajur Tambak - Tamban - Bobaris di
sayap barat, dimana penelitian ini dilakukan
(Sikumbang, 1986), dibagi ke dalam sublajur
Ambungan dan sublajur Dadaringan. Morfologi
Tinggian Meratus dicirikan oleh perbukitan
bertimbulan kasar dengan lembah dalam yang
tertutup oleh hutan primer.
Penelitian geologi di wilayah Tinggian Meratus
Kalimantan Selatan telah dilakukan oleh sejumlah
peneliti terdahulu (Easton 1932; Koolhoven 1935;
van Bemmelen,1949; Yuwono drr.,1988;
Sikumbang dan Heryanto.,1994; Zulkarnain drr.,
1996; dan Hartono drr., 2000). Uraian geologi
regional berikut merupakan ringkasan berbagai
pendapat para peneliti itu.
Geologi Tinggian Meratus dimulai sejak Zaman Jura
dan dianggap sebagai batuan alas, serta merupakan
kumpulan berbagai batuan seperti batuan bancuh,
ofiolit dan malihan. Batuan ofiolit, terdiri atas
hazburgit, piroksenit, werlit, websterit, dunit, gabro,
dan gabrodiorit, setempat terserpentinkan dan
tersingkap memanjang dengan arah timur laut - barat
daya. Umur radiometri batuan malihan adalah 180 jt
dan 116 jt tahun atau Jura Awal dan Kapur Awal
(Zulkarnain drr., 1996). Batuan malihan terdiri atas
sekis horenblenda, sekis mika, sekis glaukofan, dan
filit, sedangkan batuan bancuh umumnya tersusun
oleh rijang, batugamping, dan basal. Batuan
terobosan terutama adalah granit, granodiorit, dan
diorit berumur Permo-Karbon-Kapur Akhir (Dirk &
Amiruddin, 2000). Gejala genang laut di daerah
Kalimantan Selatan dimulai sejak awal Kapur Akhir
yang ditandai oleh pengendapan batuan sedimen
Kelompok Pitap, disertai dengan kegiatan gunung api
yang membentuk Kelompok Haruyan. Kelompok
Haruyan terdiri atas lava, tuf, dan breksi gunung api
-4º
-4º00’
-3º30'
15'
MartapuraBanjarmasin
Pelaihari
Lokasi Penelitian
KALIMANTAN
SARAWAK
BRUNAI
5°
110
0
1°3
14
0’
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian di daerah lembar Pelaihari, Kalimantan Selatan.
199 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
yang menjemari dengan endapan sedimen laut
berciri turbid Kelompok Pitap. Setelah terjadi
pengangkatan pada awal Tersier, pengendapan
batuan sedimen klastika berlangsung di lingkungan
paralis sampai laut dangkal yang mengendapkan
Formasi Tanjung berumur Eosen. Batugamping
Formasi Berai diendapkan pada Kala Oligosen
sampai akhir Miosen. Selanjutnya pada Miosen Awal
diendapkan Formasi Warukin yang diikuti oleh
Formasi Dahor yang menindih secara tak selaras
batuan-batuan yang lebih tua. Struktur geologi
Tinggian Meratus terutama adalah struktur sesar
seperti sesar normal, naik, dan mendatar dengan
arah umum timur laut - barat daya searah dengan
bentuk lancip ujung segi tiga Pulau Kalimantan.
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Tatanan stratigrafi daerah penelitian diambil dari
peta geologi daerah Lembar Banjarmasin skala
1:250.000 (Sikumbang dan Heryanto,1994)
sebagai berikut (Gambar 2a &b). Batuan tertua yang
tersingkap di daerah penelitian terdiri atas batuan
malihan (Mm), batuan ultrabasa (Mub), dan gabro
(Mgb) berumur Jura Akhir. Satuan batuan tersebut
diterobos oleh satuan batuan diorit (Mdi) berumur
Kapur Awal. Secara tak selaras di atasnya
diendapkan Kelompok Pitap Formasi Pudak (Kap),
Formasi Keramaian, dan Formasi Pudak Anggota
Batukora. Kelompok Pitap yang berumur Kapur Akhir
menjemari dengan Formasi Pitanak (Kvpi) Kelompok
Haruyan. Di beberapa tempat satuan batuan tersebut
diterobos oleh batuan gunung api berkomposisi
diabas (Mdb) dan basal (Mba) yang berumur Kapur
Akhir. Di atas satuan batuan tersebut secara tak
selaras diendapkan berturut-turut satuan batuan
sedimen Tersier Formasi Tanjung (Tet), Formasi Berai
(Tomb), dan Formasi Warukin (Tmw) yang berumur
dari Eosen hingga Miosen Akhir. Formasi Dahor
(TQd) berumur Plio-Plistosen dan Aluvium menindih
secara tak selaras batuan yang lebih tua.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian meliputi pengambilan percontoh
endapan sungai aktif/konsentrasi dulang. Percontoh
endapan sungai aktif selanjutnya dianalisis memakai
metode ICP-MS dan hasilnya diplot dalam bentuk
peta kontur konsentrasi unsur.
Pengambilan percontoh endapan sungai aktif
(stream sediment) dan konsentrat dulang (panned
concentrate) dilakukan pada lokasi aliran sungai
aktif berdasarkan penyebaran dan indikasi jenis
batuan terobosan, gunung api, batuan ofiolit, serta
malihan. Percontoh endapan sungai aktif diambil
pada kedalaman 10-40 cm sebanyak 2-3 kg yang
kemudian disaring hingga berukuran 80 mesh.
Secara umum, kerapatan jarak rata-rata lokasi
pengambilan percontoh endapan sungai aktif
berkisar antara 5-10 km (Gambar 3). Dari sejumlah
lokasi yang direncanakan telah terkumpul sebanyak
50 percontoh endapan sungai aktif (Tabel 1) dan 10
percontoh konsentrat dulang. Beberapa lokasi tidak
diambil contohnya karena tertutup oleh rawa,
pemukiman penduduk, atau kondisi sungai yang
kering.
Pengambilan percontoh konsentrat dulang dilakukan
secara terpilih, terutama pada lokasi (Gambar 3)
yang diperkirakan mengandung mineral berat atau
butiran emas dan platina. Endapan konsentrat du-
lang yang diperoleh direkatkan pada kertas tahan air
untuk diamati di bawah mikroskop (Gambar 6a-b).
Analisis laboratorium percontoh endapan sungai aktif
ini melalui beberapa tahapan sbb: Percontoh
endapan sedimen sungai aktif yang diperoleh dari
lapangan dikeringkan, kemudian digerus memakai
alat penggerus hingga mencapai ukuran 100 mesh.
Selanjutnya serbuk hasil penggerusan disaring
kembali untuk memperoleh ukuran serbuk hingga
< 200 mesh. Tahapan berikutnya ialah pelarutan
percontoh memakai larutan kimia HNO , Hf, HCl 3
serta asam borak. Proses pelarutan dilakukan pada
alat putar MARS-5 untuk memperoleh larutan
homogen tanpa endapan. Hasil pelarutan akhir
sebanyak 10 ml yang telah diencerkan selanjutnya
dianalisis memakai alat Induced Couple Plasma
(ICP-MS) seri X-7, Thermo Elemental dengan tingkat
ketelitian standar deviasi < 2%. Data hasil analisis
laboratorium yang diperoleh selanjutnya dikoreksi
dan diolah dalam bentuk peta-peta kontur
konsentrasi unsur. Peta Geologi Daerah Lembar
Banjarmasin skala 1:250.000. (Sikumbang &
Heryanto, 1994) dilampirkan sebagai acuan tatanan
geologi daerah penelitian.
200JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
O114 30' O115 00'
5 0 5 10 15 20 25 30 km
K A L I M A N T A N
SI A
M AL A Y
BRUNAI
Daerah penelitian
Tg. Selatan
TQd
S.S
epung
gur
aS.Sanin h
n
S. P
anda
Jorong
Seuu
. Sbhr
S. K
dang
an
an
Batutungku
Pg
rk
S.
aerjaa
S. B
aang
ya
tga
m
Takisung
S. Tabanio
Tabanio
Bawahalajung
S Lu ng. tu
.S MatukaS.
atuk
aci
l
M
ke
Tg. Burung
kan
S. Apu
S Cema
.pak
Ambawang
S. an ga R g
S. Tab
anio
G. Kemuning
G. Batubelaran
S. Aba ang
i
b
S. T
ani
oa
Pelaihari
Tanjungpecah
S Sa aranga
. wn
Mgb
Mub
aKkKpvi
Mgb
Mub
Mm
Mm
Tet
Tomb Kak
Tet
Kap
Mub
MmQa
Mub
Mm
Mub
Qa
TQd
Qa
TQd
TQd
Kap
Kak
Mdb
Mdb
Qa
Kak
KakKap
Kab
Mdi
Mgb
G. Kamahan
Mub
Tet
Mgb
Mbg
Mgb TombTmw
TQd
TQd
Qa
Kap
Mm
Kvpi
MmMgb
TQd
Mgb
Mba
Mba
TQd
Qa
TQd
Qa Mgb
Kap
Kap
Mub
Qa
Asem
045
050
030
020
045
750901
951
701
035
AS. sem
085
625
060
U
T
L A
J A
W
A
TQd
Mdi
Mgb
Gambar 2a. Peta geologi daerah Pelaihari (Sikumbang dan Heryanto, 1994).
201 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
Mm Batuan Malihan
Mub Batuan Ultrabasa
Mdi Batuan Diorit
Mba Batuan Basal
Mdb Batuan DiabasQa Aluvium
TQd Formasi Dahor
Tmw Formasi Warukin
Tomb Formasi Berai
Tet Formasi Tanjung
KapKakKvpi
Kab
KapKab
KvpiKak
Formasi Pudak
Formasi Batukora
Formasi Pitanak
Formasi Keramaian
Batuan GabroMgb
Mub MmMgb
Batuan sedimen-gunung apiSedimentary-volcanic rocks
Batuan beku
Igneous rocks
Batuan tektonit
Tectonite
ZA
MA
NP
ER
IOD
KLA
AE
CP
OH
MS
AA R
EA
UR
TE
KA
RU
TE
RN
RY
QA
AT
ER
SIE
RT
ER
TIA
RY
UR
KA
PTA
CE
OU
SC
RE
AJU
RUJ
RA
SS
IC
SZ
OI
ME
OK
UM
OC
ME
SZ
OI
KE
NO
ZO
IKU
MZ
IC
EN
OO
C
HOLOSENHOLOCENE
EP
LIS
TO
SN
LO
CN
PE
IST
EE
ION
MS
EC
EM
IOE
N
PLIOSENPLIOCENE
OLIGOSENOLIGOCENE
EOSENEOCENE
PALEOSENPALEOCENE
AkhirLate
AwalEarly
AkhirLate
AwalEarly
TengahMiddle
AkhirLate
TengahMiddle
AwalEarly
Qa
TQd
Tmw
Tomb
Tet
Mdb
Mba
Mdi
KapKak Kvpi
Kab
AwalEarly
AkhirLate
TengahMiddle
KORELASI SATUAN BATUANCORRELATION OF ROCK UNITS
KETERANGAN PETA :
Gambar 2b. Korelasi Satuan Batuan Daerah Pelaihari menurut Sikumbang dan Heryanto, 1994.
202JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
K A L I M A N T A N
M A L AY S
I A
BRUNAI
Daerah Penelitian
Tg. Selatan S.
eS
pung
gur S.Saninah
S. P
andan
Jorong
S. S
ebuhurng
a
S. K
anda
n
Batutungku
Pa
er a
S.
gj
rak
S.
aa
ga
Bt
ng
ay
m
Takisung
a oS. Tab ni
Tabanio
Bawahalajung
uS. Lut ng
a kS. M tu a
.
l
SM
atuk
akec
i
Tg. Burung
S. Apuk na
S. Cempaka
Ambawang
S. g aRan g
S. Tab
anio
G. Kemuning
G. Batubelaran
al
S. Abang
S. T
aban
io
Pelaihari
Tajaupecah
S. S wa an ana r g
G. Kamahan
Asem
S. semA
BA 12
GY 06
GY 04
HZ 06
HZ 01
BJ 04
AK 05
HZ10
Lokasi pengambilan percontohkonsentrat dulang (panned concentrate).
KETERANGAN:
Lokasi pengambilan percontohsedimen aktif (stream sediment).
AK 01 AK 02
AK 03 AK 04
AK 06
AK 07
AK 08
BA 01 BA 02
BA 03 BA 04
BA 05 BA 06
BA 07
BA 08
BA 10
BA 13
BA 20
BA 21
BA 22
BA 23 BA 24
BA 25
BA 28
BA 29
BA 30
GY 01 GY 02
GY 03
GY 07
HZ 02
HZ 03
HZ 04
HZ 05
HZ 07
HZ 08 HZ 09
JW 01
JW 03 JW 04
JW 05
JW 06
JW 07
JW 09
04BJ01
04BJ02
04BJ03
114°30’ 115°00’
BA 27
GY 05
JW 08
5 0 5 10 15 20 25 30 km
LAUT JAWA
A Al
A Pr
A Al
A Al
A Pr
A Pr
A Al
A Al
A Al
Gambar 3. Peta lokasi pengambilan percontoh endapan sungai aktif (stream sediment) dan konsentrat dulang (panned concentrate) Daerah Pelaihari, Kalimantan Selatan.
203 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
DISKUSI HASIL ANALISIS
Runtunan batuan ofiolit lengkap menurut Moores
(1982) dan Wilson (1992) (Gambar 4) dimulai dari
satuan paling bawah, yaitu alas ubahan
(metamorphic sole) bersentuhan tektonik dengan
satuan lerzolit yang merupakan asal selubung
(primary mantle), dan diikuti oleh satuan tektonit
ultramafik (hazburgit & dunit). Satuan ultramafik
kumulat (piroksenit & gabro) yang merupakan batas
petrologi dan seismik Moho berada di atas satuan
tektonit ultramafik. Selanjutnya satuan gabro-
gabrodiorit yang berangsur menjadi terobosan retas
tegak, ditutupi oleh lava bantal dan sedimen pelagos.
Mineralisasi primer metalogenik terdiri atas tembaga
(Cu), nikel (Ni), dan kobal (Co) yang umumnya
terdapat pada satuan gabro-gabrodiorit. Unsur kobal
(Co), nikel (Ni), dan tembaga (Cu) dalam tabel
periode unsur memiliki nilai radius atom dan radius
kovalen (Covalent radii) yang berdekatan, yaitu Co =
125,3 & 116, Ni = 124,6 & 115 dan Cu = 127,8 &
117. Hal inilah yang memungkinkan unsur-unsur
tersebut dijumpai dalam satu kelompok metalogenik.
Sedangkan unsur platina (Pt) dan kobal (Co) yang
merupakan unsur kompatibel (mempunyai KD>1)
umumnya dijumpai bersama dalam suatu kelompok
satuan batuan ofiolit. Kandungan tinggi unsur Ni, Co
& Cr pada batuan menunjukkan asal magma primer,
dan sebaliknya penurunan kandungan unsur-unsur
tersebut disebabkan oleh terjadinya fraksinasi
mineral olivin (Green, 1980).
Hasil analisis percontoh endapan sungai aktif di
daerah Pelaihari dan sekitarnya terlihat dalam Tabel
1. Peta kontur (Gambar 5a & 5b) sebaran unsur nikel
(Ni), tembaga (Cu), platina (Pt), dan kobal (Co)
menunjukkan adanya nilai konsentrasi tinggi dan
rendah unsur metalogenik dalam endapan sungai
aktif di daerah penelitian. Nilai konsentrasi tinggi
unsur Ni dan Cu terdapat di bagian timur laut daerah
penelitian, yaitu pada lokasi HZ 02 dan HZ 05,
masing-masing Ni (2,5 - 2,2%) dan Cu (781-645)
ppm. Sedangkan konsentrasi tertinggi untuk unsur
kobal (Co) dan platina (Pt) di jumpai pada lokasi
BA024, yaitu Co (552 ppm) dan Pt (8,727 ppm),
kecuali unsur kobal (Co) yang juga meninggi di
bagian tengah (HZ 08 = 397,7 ppm) dan timur laut
(BJ 02 = 248,1 ppm).
Konsentrasi unsur metalogenik yang tinggi dalam
endapan sungai aktif di bagian timur laut daerah
penelitian dipastikan bersumber dari adanya
singkapan runtunan batuan ofiolit berupa satuan
Long. Lat. Samp. No 65Cu 60Ni 59Co 192Pt
114.7366 -3.8666 BA.22. 47.9 144 25.9 0.001
114.8293 -3.8691 BA.07. 38.5 20 13.1 0.061
114.8564 -3.8033 BA.02. 113.4 112 43.6 0.289
114.898 -3.6873 AK07 97.4 1075 193.0 0.777
114.9056 -3.6851 AK.08. 128.6 1219 43.9 0.496
114.7333 -3.9607 BA.23. 29.5 118 9.1 0.000
114.8226 -3.9922 BA.29. 96.4 193 14.6 0.057
114.8374 -3.8051 BA.01. 60.9 406 19.0 1.173
114.8324 -3.7014 GY.02. 48.1 221 32.1 0.000
114.8689 -3.8029 BA.04. 100.5 531 29.7 0.254
114.8393 -3.7674 AK.03. 114.8 468 46.8 0.170
114.8393 -3.7690 AK.01 80.0 131 36.7 0.166
114.8365 -3.6858 GY.03. 104.1 1500 31.2 1.194
114,902 -3.5440 BJ.02. 138.9 782 248.1 0.865
114.9361 -3.9802 BA.28 54.0 588 22.3 0.323
114.8249 -3.7057 GY.01. 68.7 845 26.9 0.228
114.940 -3.5171 BJ.01. 392.7 1007 87.9 0.456
114.8393 -3.7797 HZ.09. 43.3 109 15.8 0.000
114.8788 -3.6023 HZ.04. 74.2 394 18.7 0.042
114.8416 -3.9337 JW.08. 139.8 4942 44.7 0.249
114.8062 -3.8871 JW.09 150.5 2371 37.0 0.147
114.853 -3.9651 JW.07. 29.6 101 8.6 0.508
114.900 -3.9081 JW.03. 77.3 78 19.8 0.167
114.922 -3.8923 JW.05. 48.0 62 10.2 0.170
114.8536 -3.8966 JW.04. 29.2 27 12.4 0.254
114.7834 -3.9834 BA.30. 58.6 1659 16.5 0.541
114.9562 -3.8040 BA.05. 202.9 7131 53.6 0.222
114.8000 -3.9120 BA.25 106.7 47 28.6 0.218
114.7626 -3.6958 BA.10. 133.6 221 59.5 0.872
114.8226 -3.8896 BA.08. 63.7 114 39.0 0.053
114.8913 -3.8042 BA.06. 58.5 54 16.5 0.176
114.8133 -3.5428 HZ.05. 645.0 22280 196.7 1.153
114.8540 -3.7318 AK.06. 92.7 496 109.0 1.279
114.7624 -3.7387 BA.21. 152.3 1393 82.9 1.114
114.7486 -3.5561 HZ.07. 32.9 140 19.8 0.905
114.8669 -3.5784 HZ.02. 781.2 26750 219.1 0.762
114.8171 -3.7733 AK.04. 51.3 221 107.1 2.223
114.7952 -3.8664 BA.20. 223.9 179 40.1 1.333
114.7489 -3.7370 BA.13. 65.9 399 74.2 1.061
114.7846 -3.6514 GY.07. 113.9 2262 71.1 1.722
114.8687 -3.5943 BJ.03. 76.5 42 62.6 2.790
114.8655 -3.7787 HZ.08. 101.4 1562 397.7 0.453
114.8133 -3.6222 GY.05. 114.2 0 53.9 1.461
114.7582 -3.9666 BA.24. 71.0 4829 552.0 8.727
114.8553 -3.7713 AK 02 80.0 131 36.7 0.166
114.8588 -3.8058 BA 03 113.4 111.6 43.6 0.289
114.8687 -3.5943 HZ 03 74.2 394.1 18.7 0.042
114.8518 -3.9286 JW 01 77.3 77.69 19.8 0.167
114.9248 -3.9286 JW 06 48.0 62.42 10.2 0.170
114.7400 -3.8639 BA 12 65.9 399.2 74.2 1.060
Nilai konsentrasi tertinggi dalam ppm
Tabel 1. Hasil Analisis Percontoh Endapan Sungai Aktif di Daerah Pelaihari dan Sekitarnya
gabro-gabrodiorit yang merupakan sumber primer
unsur nikel (Ni), tembaga (Cu), dan kobal (Co). Unsur
platina (Pt) dan kobal (Co) yang meningggi di bagian
barat daya kemungkinan berasal dari satuan yang
lebih primitif, yaitu hazburgit (Baharuddin drr.,
2001).
204JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
Petrologi Geofisik
Sedimen laut Lapisan
PrimerSekunder
Lava bantal(Basalt & Spilit)
Lapisan 2
Mineralisasi
Terobosan retas tegak(diabas,gabro,diorit,plagiogranit)
Gabro, Gabrodiorit
Kumulat ultramafik(Piroksenit, Gabro)
Tektonit ultramafik
(Depleted mantle)Hazburgit, Dunit
“Primary mantle”(Lerzolit)
Alas ubahan
Lapisan 3
Lapisan 4
-----------Petrologi Moho----
-----------Seismik Moho------
Kromitkaya Al
Kromit
pods
Kromitkaya Cr
Cu,Ni,Co sulfidaFeS
MagnesitTalkAsbesLateritNi-laterit
CuPiritZnS
disseminated
KompleksPluton
Gambar 4: Kolom runtunan ofiolit lengkap menurut Moores (1982), Wilson (1992), dan sumber lainnya.
Hasil pengamatan di bawah mikroskop (Gambar 6a
& 6b) pada percontoh konsentrat dulang (pem-
besaran 3709x2782 mikron) memperlihatkan
adanya butiran emas (Au) dan platina (Pt) yang
bersatu dalam satu butiran sebagai hasil endapan
pengayaan sekunder. Butiran emas dan platina ini
berukuran halus sampai sangat halus, berwarna
kuning cerah (Au) - kelabu terang (Pt), membulat
tanggung (sub-rounded) dan terpilah sedang
(medium sorted). Hal ini menunjukkan jarak
transportasi dari sumber utama relatif dekat.
KESIMPULAN
Daerah Pelaihari dan sekitarnya, Kalimantan Selatan
yang merupakan sayap barat Tinggian Meratus,
termasuk ke dalam Lajur Tambak-Tamban-Bobaris.
Satuan batuan ofiolit yang banyak tersingkap di
daerah ini adalah satuan batuan gabro-gabrodiorit,
yang tercermin dari kandungan unsur metalogenik
yang terdapat di dalam endapan sungai aktif.
Konsentrasi dan sebaran unsur metalogenik sangat
dipengaruhi oleh jenis singkapan batuan dan asosiasi
unsur metalogeniknya. Hal ini terlihat dari asosiasi
jenis unsur yang menonjol dalam endapan sungai
aktif. Unsur- unsur nikel (Ni), tembaga (Cu), dan
kobal (Co) mempunyai konsentrasi tinggi di bagian
timur laut dimana satuan batuan gabro-gabrodiorit
tersingkap. Sebaliknya,unsur platina (Pt) dan kobal
(Co) yang memperlihatkan konsentrasi menonjol di
bagian barat daya diduga berhubungan dengan
singkapan runtunan batuan ofiolit yang lebih
primitif, yaitu hazburgit.
205 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
115°
00’T
03°3
0’S
03°3
0’S
114°
30’T
114°
30’T
04°1
5’S
04°1
5’s
115°
00’T
03°4
5’S
03°4
5’S
04°0
0’S
04°0
0’S
im
S.
aR
S. K
anda
ngan
S.Pandan
A
U
T
J
AL
AW
. Bro Sait
Tg.
Sel
ata
n
. S
aa
o
Tab
ni
Wad
uk T
.IW
aduk
T.I
I
Tak
isun
g
Am
baw
ang
.
wa
g
Sm
baA
nS. A
sem
asem
r
Sun
ka. T
gan
.
a
S Gya
m
Lok
asi
Pet
a
KA
LIM
AN
TA
N
Bat
ibat
i
PE
LA
IHA
RI
Bat
uam
par
Pam
alun
gan
Ku
rau
Sab
uhur
Pan
yip
atan
Kan
dan
ganb
aru
Men
tew
a
Tan
jung
dew
a
Kan
dang
an L
ama
Pan
atai
hara
pan T
abai
noBaw
ahla
yung
Asa
han
Am
baw
ang
Joro
ng
Ara
nio
Pul
auob
i
010
20 k
m
G. B
atu
be
saw
ar
G.
Ba
tube
lara
n
G. Ta
ndu
kanG
. B
atu
man
di
G.
Pu
lai
G. B
uki
tbe
sar
G. P
atr
ab
ulu
G. B
akat
G. M
an
taus
G.
Kalu
hin
G.
Me
lati
G.
Pe
mata
ng
de
nd
a
G.
Se
kum
pa
ng
G. P
em
ato
n
G.
Pa
lasu
ng
an
G. D
am
ark
ala
G. B
ulu
ben
tok
G. A
pu
kan
G.
Po
tong
mirin
g
G.
Lad
an
gta
pu
s
G.
Ma
lahin
G. D
ilam
G.
Lin
gka
ras
G. Ta
ranb
an
tu
G.
Be
lan
da
G.
Kera
ma
ian
G. B
atu
G.
Be
sar
G. D
am
arw
ula
n
G. P
an
cur
G. Ta
lokda
lam
G. A
mb
ura
n
G.
Mu
run
gp
and
an
G.
Paik
at
G. B
atu
kora
G.
Da
ma
rgu
sang
G. C
ang
krin
g
G. S
ab
et
G. K
atu
no
n
G. D
ad
arin
gan
Ppm
-30
00
-20
00
-10
00
0100
0
200
0
300
0
400
0
500
0
600
0
700
0
800
0
900
0
100
00
110
00
120
00
130
00
140
00
150
00
160
00
170
00
180
00
190
00
200
00
210
00
220
00
230
00
240
00
Ni (
Nik
el)
115°
00’T
03°3
0’S
03°3
0’S
114°
30’T
114
°30’
T04
°15’
S04
°15’
s11
5°0
0’T
03°4
5’S
03°4
5’S
04°0
0’S
04°0
0’S
iS.
Ram
S. K
and
anga
n
.n
a
S Pa
dn
J
L
U
A
A
A
T
W
.t S Brio a
Tg.
Sel
ata
n
.a
ia
o
ST
ba
n
Wad
uk T
.IW
aduk
T.I
I
Tak
isun
g
Am
baw
ang
baw
ang
S.A
m
eS.
As
ma
e
sm
Tar
a
S.gk
nun
S.y
m
a
aG
Lok
asi
Pet
a
KA
LIM
AN
TA
N
Bat
ibat
i
PE
LA
IHA
RI
Bat
uam
parP
amal
unga
n
Ku
rau
Sab
uhu
r
Pan
yip
atan
Kan
dan
ganb
aru
Men
tew
a
Tan
jung
dew
a
Kan
dan
gan
Lam
a
Pan
atai
hara
pan T
abai
noBaw
ahla
yun
g
Asa
han
Am
baw
ang
Joro
ng
Ara
nio
Pul
auob
i
010
20 k
m
G. B
atu
besaw
ar
G. B
atu
bela
ran
G. Ta
nd
uka
nG. B
atu
ma
nd
i
G. P
ula
i
G. B
ukitb
esar
G. P
atr
ab
ulu
G. B
aka
t
G. M
an
tau
s
G. K
alu
hin
G. M
ela
ti
G. P
em
ata
ng
de
nd
a
G. S
eku
mp
an
g
G. P
em
ato
n
G. P
ala
su
ng
an
G. D
am
ark
ala
G. B
ulu
be
nto
kG
. A
puka
nG
. P
oto
ngm
irin
g
G. L
ada
ng
tap
us
G. M
ala
hin
G. D
ilam
G. Lin
gka
ras
G. Ta
ran
ba
ntu
G. B
ela
nd
a
G. K
era
maia
n
G. B
atu
G. B
esa
rG
. D
am
arw
ula
n
G. P
ancu
r
G. Ta
lokd
ala
m
G. A
mb
ura
n
G. M
uru
ngp
an
da
n
G. P
aik
at
G. B
atu
kora
G. D
am
arg
usa
ng
G. C
an
gkr
ing
G. S
ab
et
G. K
atu
no
n
G. D
ad
aring
an
Ppm
-50
-25
025
50
75
100
125
150
175
200
225
250
275
300
325
350
375
400
425
450
475
500
525
550
575
600
625
650
675
700
Cu
(Te
mb
ag
a)
Gam
bar
5a.
Peta
kon
tur
unsu
r N
i (N
ikel
), C
u (T
emba
ga)
dala
m e
ndap
an s
unga
i akt
if di
dae
rah
Pela
ihar
i dan
sek
itarn
ya.
206JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
Gam
bar 5b. Peta kontur unsur Pt (Platina), Co (Kobal) dalam
endapan sungai aktif di daerah Pelaihari dan sekitarnya.
115°00
’T0
3°3
0’S0
3°3
0’S
114
°30
’T
114
°30’T
04°15’S0
4°15’s115°00
’T
03°45’S
03°45’S
04°00’S
04
°00’S
S. Ri
ma
S. K
an
dang
an
Pan
S.
dan
A
L
A
W
A
U
T
J
ar oS. B t i
Tg
. Selata
n
io
S. Tabana
Wa
duk T.I
Wa
du
k T.II
Tak
isun
g
Am
baw
ang
.Ab
an
S
maw
g
sa
S
emsem
. A
S. Tunga
ar
nk
G
m
Sa
.ya
Lo
kasi P
eta
KA
LIM
AN
TA
N
Batibati
PE
LA
IHA
RI
Batu
amp
ar Pam
alungan
Ku
rau
Sabuh
ur
Pan
yip
ata
n
Kan
danganbaru
Men
tewa
Tanju
ngdewa
Kan
dangan L
ama
Panataih
arapanT
abaino B
awahlayu
ng
Asah
an
Am
baw
ang
Joro
ng
Ara
nio
Pulauo
bi
01
020 km
G. B
atu
be
sa
wa
r
G. B
atu
be
lara
n
G. T
an
du
ka
n G. B
atu
ma
nd
i
G. P
ula
i
G. B
ukitb
esa
r
G. P
atra
bulu
G. B
aka
t
G. M
an
tau
s
G. K
alu
hin
G. M
ela
ti
G. P
em
ata
ngd
en
da
G. S
eku
mp
an
g
G. P
em
ato
n
G. P
ala
sun
ga
n
G. D
am
ark
ala
G. B
ulu
be
nto
kG
. Ap
uka
nG
. Po
ton
gm
iring
G. L
ad
an
gta
pu
s
G. M
ala
hin
G. D
ilam
G. L
ing
kara
s
G. T
ara
nb
an
tu
G. B
ela
nd
a
G. K
era
ma
ian
G. B
atu
G. B
esa
rG
. Da
ma
rwu
lan
G. P
an
cur
G. T
alo
kd
ala
m
G. A
mb
ura
n
G. M
uru
ng
pa
nd
an
G. P
aika
t
G. B
atu
ko
ra
G. D
am
arg
usa
ng
G. C
an
gkrin
g
G. S
ab
et
G. K
atu
no
n
G. D
ad
arin
ga
n
Pp
m
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
2.2
2.4
2.6
2.8
3.0
3.2
3.4
3.6
3.8
4.0
4.2
4.4
4.6
4.8
5.0
5.2
5.4
5.6
5.8
6.0
Pt (P
latin
a)
115°0
0’T03
°30’S03°30’S
114°3
0’T
114°30’T
04°15’S04
°15’s115°0
0’T
03°45’S
03°45’S
04°00’S
04°00’S
.m
S R
ia
S. Ka
ndangan
S. Paan
nd
A
AL
U
J
W
A
T
o S.B aritT
g. Selatan
Ta
o
S. ab
ain
Waduk T.I
Waduk T.II
Takisu
ng
Am
bawang
m
ag
S.Abaw
n
aS
sem. A
sem
Tuk
S. ng
aran
m
S.
aGay
Lokasi P
eta
KA
LIM
AN
TA
N
Batibati
PE
LA
IHA
RI
Batu
ampar P
amalun
gan
Ku
rau
Sabuhur
Pan
yipatan
Kand
anganbaru
Mentew
a
Tanjungdew
a
Kandang
an Lam
a
PanataiharapanT
abaino Baw
ahlayung
Asahan
Am
bawang
Joron
g
Aran
io
Pulauobi
010
20 k
m
G. B
atu
besa
war
G. B
atu
bela
ran
G. T
and
uka
n G. B
atu
man
di
G. P
ula
i
G. B
ukitb
esa
r
G. P
atra
bu
lu
G. B
aka
t
G. M
anta
us
G. K
alu
hin
G. M
ela
ti
G. P
em
ata
ngd
enda
G. S
ekum
pang
G. P
em
ato
n
G. P
ala
sung
an
G. D
am
ark
ala
G. B
ulu
ben
tok
G. A
pu
kan
G. P
oto
ng
mirin
g
G. L
ad
an
gta
pus
G. M
ala
hin
G. D
ilam
G. L
ingka
ras
G. T
ara
nba
ntu
G. B
ela
nda
G. K
era
ma
ian
G. B
atu
G. B
esa
rG
. Dam
arw
ula
n
G. P
an
cur
G. T
alo
kd
ala
m
G. A
mbu
ran
G. M
uru
ng
pa
nd
an
G. P
aika
t
G. B
atu
kora
G. D
am
arg
usa
ng
G. C
ang
kring
G. S
ab
et
G. K
atu
no
n
G. D
ada
ring
an
Ppm
-100
-80
-60
-40
-20
0 20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
320
340
360
Co
(Ko
ba
l)
207 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
Inset
AuPt
AuZr
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
Pusat Survei Geologi Dr. Ir. Djadjang Sukarna, atas
penerbitan makalah ini. Kepada Bapak M. Saderi,
Kepala Bagian Umum Pemda Tingkat II Tanahlaut,
Kalimantan Selatan penulis ucapkan terima kasih
atas bantuannya selama pekerjaan lapangan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
para Anggota Tim atas kerja samanya selama
penelitian di lapangan.
Gambar 6a. Foto mikrograph ICP percontoh konsentrat dulang pada lokasi 04 BJ 04 pembesaran 1484 X 1113 mikron.
Gambar 6b. Foto inset mikrograph ICP percontoh konsentrat dulang pada lokasi 04 BJ 04 pembesaran 3709 X 2782 mikron.
ACUAN
Baharuddin., Dirk, M.H.J., dan Hartono, U., 2001. Ciri Petrologi dan Geokimia Batuan Ofiolit Bobaris,
Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan dan Potensi Mineral Ekonomisnya. Dalam U, Hartono
(Ed.). Ofiolit di Sulawesi, Halmahera dan Kalimantan, Genesa, Alih Tempat dan Mineral
Ekonomis. Publikasi Khusus , P3G, No.28. pp. 61-73.
Baharuddin., 2004. Penelitian Geokimia Regional Lembar Banjarmasin, skala 1:250.000, daerah Lembar
Pelaihari Kalimantan Selatan. P3G2, Puslitbang Geologi (Laporan tidak terbit).
Bemmelen, R.W.van., 1949. The geology of Indonesia, IA.The Hague, Netherlands, Govt. Printing Office, 732p.
Dirk, M.H.J. dan Amiruddin., 2000. Batuan Granitoid. Dalam U, Hartono., R. Sukamto., Surono & H.
Panggabean. (Ed.). Evolusi Magmatik Kalimantan Selatan. Publikasi Khusus, P3G, No.23.pp.
37-51.
Easton, N.Wing., 1932. Lebour, diamant en kimerliet. De Mijn Ingenieur, p.225-227.
Hartono,U., Sukamto, R., Surono dan Panggabean, H., 2000. Evolusi Magmatik Kalimantan Selatan.
Publikasi Khusus, P3G, No.23. pp.140.
Heryanto, R, Supriatna, S, Rustandi, E, dan Baharuddin,1994. Peta Geologi Lembar Sampanahan, Kalimantan
Selatan, skala 1: 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi ,Bandung.
Koolhoven, W.C.B., 1935. Het primarie voorkomen van den Zuid Borneo diamant: Minjuw Genoosch, Kolonien
Nederland Geol. Verh. Geol. Ser., 11, pp.189-232.
Moores, E.M., 1982. Origin and emplacement of ophiolite. Review of Geophysics and Space Physics, 20. 734-
760 pp.
Sikumbang, N., 1986. Geology and Tectonics of Pre-Tertiary Rocks in the Meratus Mountains, South
Kalimantan, Indonesia, University of London (Unpubl. Dissertation).
208JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M
Sikumbang, N, and Heryanto, R., 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan, skala 1:250.000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Yuwono, Y.S., Priyomarsono, S., Maury, R.C., Rampnoux, J.P., Soeria-Atmaja, R., Bellon, H and Chotin, P., 1988.
Petrology of the Cretaceous magmatic rocks from Meratus Range, South Kalimantan, Journal of
South East Asia Earth Science., 2, pp.15-22.
Zulkarnain, I., Sopaheluwakan, J., Miyazaki, K., and Wakita, K., 1996. Chemistry and radiometric age data of
metamorphic rocks from Meratus accretionary complex, South Kalimantan and its tectonic
implication. Prosiding Seminar Nasional Geoteknologi III, pp.687-700.
Wilson, M., 1989. Igneous Petrogenesis, A Global Tectonic Approach. Unwin Hyman Ltd, London, UK.
209 JSDG Vol. XVI No. 4 Juli 2006
Geo-Resources
J G S M