vagina sebagai axis mundi tubuh perempuan perspektif …...sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan...

41
i Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif Luce Irigaray Tentang Bahasa dan Tubuh Perempuan, Suatu Upaya Mengimajinasikan Ulang Konsep Keperawanan Pada Pemuda dan Pemudi GPM Imanuel Karang Panjang, Ambon Oleh: DENIS PATTINASARANY (712014028) TUGAS AKHIR Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 20-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

i

Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan

Perspektif Luce Irigaray Tentang Bahasa dan Tubuh Perempuan, Suatu Upaya

Mengimajinasikan Ulang Konsep Keperawanan Pada Pemuda dan Pemudi GPM Imanuel

Karang Panjang, Ambon

Oleh:

DENIS PATTINASARANY

(712014028)

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 2: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

ii

Page 3: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

iii

Page 4: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

iv

Page 5: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

v

KATA PENGANTAR

Tubuh manusia memiliki ambiguitas tersendiri, hina sekaligus suci, ringkih

sekaligus kuat, serta lain sebagainya. Keunikan atas ambiguitas yang ada pada tubuh

manusia menjadikannya sebagai objek utama diproduksinya kekuasaan, baik yang

membebaskan maupun sebagai alat penakluk. Sayangnya bahasa sebagai salah satu media

utama pembebas, terus diproduksi untuk melanggengkan berbagai hal yang

mengobyektifikasi tubuh manusia, yang daripadanya proses penaklukan atas yang sang

lian terus terjadi, sendangkan keunikan tubuh sebagai pembebas, yang suci, dll, sering

berada di jalan yang sunyi dan gelap. Berangkat dari keresahan ini, tulisan ini pun di buat.

Saya menyadari sungguh bahwa cinta Tuhan, serta relasi saya bersama denganNya,

menjadi daya utama selama proses penulisan ini berlangsung hingga tulisan ini boleh

terselesaikan. Daya utama ini juga yang menuntut saya untuk terus berjalan, menangis

serta menari dalam jalan sunyi dan gelap, bersama dengan mereka yang terluka. Sebab di

dalam jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar

menyadari yang tak terpandang. Tidak memiliki serta mengobyektivikasi. Pada akhirnya

tulisan ini saya persembahkan kepada setiap orang yang tubuhnya terpecah-pecah akibat

berbagai ketidakadilan.

Penulis,

Denis Pattinasarany

Page 6: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Menyadari kerapuhan saya sebagai seorang manusia, yang tanpa kehadiran orang

lain sangat tidak mungkin proyek penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Oleh

karena itu, kepada mereka saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya.

Secara khusus saya sangat bersyukur memiliki keluarga yang selalu memberikan

dukungan yang berarti bagi saya, kedua orang tua saya , Willem Pattinasarany, dan Josina

Naomi Maruwella, terima kasih untuk cinta yang tulus, yang dari pada mereka bahasa yang

penuh dengan cinta selalu tersingkap. Kedua saudara perempuan saya, Vegi Pattinasarany,

dan Frenska Pattinasarany, terima kasih karena selalu mengalah dan meletakan

kepentingan saya di atas kepentingan kalian berdua, tulisan ini sekaligus menjadi

permohonan maaf saya karena telah menjadi adik yang sangat melanggengkan praktek

patriarki dalam relasi persaudaraan kita. Untuk Rensra, Valen, Chery, Naya, Nevilia, Clarita,

Terima kasih untuk keceriaan yang selalu dihadirkan ketika proses penulisan terasa sangat

memberatkan.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada Pdt. Yusak B. Setyawan selaku

pembimbing, Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo selaku dosen wali, serta Ibu Budi selaku TU,

yang dengan punuh kesabaran telah membantu saya selama berproses di kampus ini.

Terima kasih juga kepada teman-teman kelompok diskusi Bonafide, teman-teman

Pimpinan LKF F.Teologi periode 2016-2017, serta teman-teman F.Teologi UKSW 2014.

Saya mengingat berbagai proses yang begitu indah bersama dengan mereka, relasi

bersama mereka menjadikan saya lebih matang dalam berorganisasi serta berpikir.

Ungkapan syukur dan terima kasih yang sama pun saya rasakan ketika berada dalam

forum 4th Annual Meeting ATI di STT Satya Bahkti, Malang, dimana saya bertemu dengan

berbagai Teolog Indonesia dari berbagai denominasi gereja serta sekolah teologi yang

berbeda. Dalam relasi bersama dengan mereka saya dapat lebih memahami betapa

menyenangkannya dunia Teologi dan Filsafat. Di sisi yang lain, dalam forum yang sama (4th

AM ATI, Malang) saya sangat bersyukur ketika dipertemukan dengan Pdt. Septemmy E.

Lakawa. Melalui diskusi singkat bersama dengan ibu Temmy, saya diajak dalam

Page 7: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

vii

pembicaraan yang sangat menubuh, berkiatan dengan Filsafat dan Teologi Feminis, yang

tentunya sangat membantu penulisan ini. Kepada Ibu Temmy saya berterimakasih, dan

tulisan ini sekaligus menjadi afirmasi bahwa Penis can talk and write about Vagina.

Untuk persahabatan yang selama ini dibangun bersama Pakde, Tante Feri, Aa Bayu,

Mams Ira, Azura, Lily, Eman, Kak Fir, Ndust, Put, Yulfan, Mauren, kak Ona, Kak Egi, Jeny,

Nata, Omi, Thelma, Keki. What can I possibly to say? Every word irritates me, but

remember it well. Between us, there is transcendence.

Dari berbagai ungkapan syukur serta rasa terima kasih saya atas perjumpaan

bersama dengan setiap orang yang memberikan kontribusi dalam penulisan ini. Saya

menyadari sungguh pertemuan yang indah bersama dengan mereka tidak akan terjadi

tanpa penerytaan Tuhan yang hadir dalam setiap proses kehidupan saya. Cinta kasih dari

Tuhan, sungguh tersingkap dalam relasi bersama dengan orang-orang yang saya jumpai,

serta dalam relasi yang intim antara saya denganNya.

Page 8: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

viii

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL i

LEMBARAN PENGESAHAN ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES iv

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI ix

MOTTO x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang Masalah 1

Identifikasi Masalah 3

Rumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Metode Penelitian 4

Sistematika Penulisan 5

TUBUH DAN KEPERAWANAN DALAM PERSPEKTIF LUCE IRIGARAY 5

Luce Irigaray dan landasan pemikirannya 6

Luce Irigaray Bahasa dan Tubuh Perempuan 10

Estetika dan Keperawanan dalam Pemikiran Luce Irigaray 12

Page 9: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

ix

PEMAHAM PEMUDA PEMUDI GPM IMANUEL KARANG PANJANG AMBON,

TENTANG KEPERAWANAN 15

Keperawanan dan Bahasa dalam Wacana Pemuda Pemudi GPM Imanuel

Karang Panjang, Ambon 16

Keperawanan Sebagai Identitas 16

Keperawanan Sebagai Harga Dari 17

Keperawanan Sebagai Bait Allah 19

BAHASA BARU: SUATU UPAYA MENGIMAJINASIKAN ULANG KONSEP

KEPERAWANAN DALAM WACANA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI 20

Axis Mundi sebagai simbol dalam agama-agama: suatu langkah estetis melihat

vagina dengan kaca mata bahasa baru 23

Vagina sebagai Axis Mundi tubuh perempuan 24

KESIMPULAN 28

SARAN 28

DAFTAR PUSTAKA 30

Page 10: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

x

If you don’t fight for what you want,

then don’t cry for what you lost

JOKER

Every Women’s Uterus (Vagina) Needs Attention

Love and Gratitude.

When they are one with the Womb (Vagina).

They are with Goddes

DR. ROSITA ARVIGO

But He Said to Me, “My Grace is sufficient for you,

For My power is made perfect in weakness”.

2 CORINTHIANS 12:9

Page 11: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

1

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang masalah

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia dan di Asia pada umumnya,

masyarakat kota Ambon sangat kental dengan kebudayaan patriarki. Hal ini dapat dilihat

dari praktek kehidupan keseharian, misalnya masyarakat masih memandang laki-laki

sebagai acuan pembentukan sistem pengetahuan dalam masyarakat (nilai dan norma).1

Lebih daripada itu, budaya patriarki juga menentukan serta memengaruhi bahasa dan

sebaliknya bahasa terus memproduksi berbagai hal yang budaya patriarki.2 Misalnya,

bahasa yang tersistematisasikan dalam pola pikir biner.

Dalam model berpikir biner, segala sesuatu di tempatkan dalam oposisi dengan

yang lain, misalnya baik-buruk, maskulin (laki-laki)-feminin (perempuan). Dalam model

berpikir ini tubuh perempuan kehilangan nilai, dikarenakan eksistensinya selalu

didefinisikan dari biasan laki-laki. Dengan kata lain feminin sebagai yang bukan maskulin

dan biasan dari laki-laki yang rasional adalah perempuan yang irasional. Pola pikir ini

memengaruhi tutur bicara serta pembahasaan berbagai hal, termasuk cara masyarakat

membahasakan keperawanan. 3

Pada masyarakat yang masih bernafaskan kebudayaan patriarki seperti kota

Ambon, keperawanan dilihat sebagai identitas pada perempuan. Dalam hal ini, jika

perempuan berhasil menjaga keperawanannya, maka akan diidentifikasikan oleh

masyarakat sebagai perempuan yang baik, sebaliknya, menjadi buruk apabila tidak mampu

menjaga keperawanannya. Dengan ini dapat dilihat bahwa konsep keperawanan berjalan

bersama dengan penindasan yang terjadi pada perempuan. Baik antara perempuan dan

laki-laki maupun di antara kaum perempuan, misalnya perbincangan yang sering terjadi di

antara pemuda dan pemudi kota Ambon seperti lomba untuk mendapatkan keperawanan.

Banyak dari mereka merasa lebih menjadi lelaki sejati jika mereka bisa menaklukan

1 T.O. Ihromi. dan Maria Uldah Subadio. Peranan dan Kedudukan wanita indonesia (Yogyakarta: Gadja

Mada University Press,1986), 201. 2 Luce Irigaray. Aku, kamu, kita: belajar berbeda: Je, tu, nous. Pour une culture de la difference ed. Rahayu

S. Hidayat. (Jakarta: KPG-Kepustakaan Populer Gramedia, 2005) Forum Jakarta-Paris. 21 3 A. A. Setyawan, Teologi Seksual: Obrolan Serius tentang Sex (Yogyakarta: Kanisius, 2014), 12.

Page 12: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

2

perempuan. Kesalahan fatal dalam model berpikir ini adalah dengan menganggap bahwa

hanya lelaki yang bisa memberikan identitas kelelakian kepada laki-laki yang lain.4

Lebih lanjut lagi, dalam kehidupan sosial masyarakat kota Ambon sangat

menekankan pada peran laki-laki atau menjunjung tinggi kejantanan. Kejantanan laki-laki

adalah suatu keutamaan terutama lewat pengakuan atas keperkasaan seksual. Hal ini

mengakibatkan penindasan perempuan terhadap keperawanannya terus berlangsung dan

sangat nampak dalam pemaknaan keperawanan yang dibahasakan oleh masyarakat

patriarki, misalnya ketika keperawanan dibahasakan sebagai pusat dari identitas, maka

perempuan yang hidup dalam budaya patriarki dituntut menjaga keutuhan vaginanya. Jika

tidak maka ia akan dimarginalkan dalam masyarakat. 5

Di sisi yang lain, dalam kebudayaan patriarki, keperawanan sering dikaitkan dengan

harga diri perempuan.6 Pada basis keluarga, keperawanan menjadi lambang dari

kehormatan keluarga. Apabila anak perempuan tidak dapat menjaganya, maka keluarga

dianggap telah kehilangan kehormatan. Selain itu, keperawanan juga dijadikan komoditas,

misalnya dalam konteks pelacur. Pelacur yang masih perawan akan dihargai dengan

bayaran yang lebih tinggi dari pada yang tidak perawan.7

Berdasarkan latar belakang di atas terhadap pengobyektifikasikan tubuh

perempuan, maka penulis akan melakukan penelitian lebih mendalam lagi tentang organ

vagina yang kehilangan nilainya ketika dibahasakan oleh masyarakat secara umum,

khususunya pemuda dan pemudi GPM Imanuel Karang Panjang, Ambon. Penulis menyadari

bahwa konstruksi yang berkembang dalam masyarakat kota Ambon telah mengaburkan

nilai dari vagina, dengan membahasakan vagina yang hanya merujuk pada genealogi laki-

laki. Karena itu judul yang penulis berikan untuk tulisan ini adalah: Vagina sebagai Axis

Mundi Tubuh Perempuan. Perspektif Luce Irigaray tentang bahasa dan tubuh perempuan,

4 Deshi Ramdhani, Adam harus bicara, sebuah buku lelaki. (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 64.

5 Pierre Bourdieu, La domination masculine: Dominasi Maskulin, ed. Stephanus Aswar Herwinako

(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), 16. 6 Biasanya ditemukan dalam budaya sosial yang bersifat komunal, dimana identitas seseorang dibentuk

oleh kelompoknya. 7 Arthur Golden, Memoar seorang Geisha (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama) Hal demikian dapat

ditemukan dalam kebudayaan Geisha di Jepang. Pada kebudayaan ini keperawanan seorang perempuan geisha dijadikan objek. Dimana keperawanan dilelang kepada penawar tertinggi.

Page 13: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

3

suatu upaya mengimajinasikan ulang konsep keperawanan pada pemuda dan pemudi GPM

Imanuel, Karang Panjang Ambon.

Dalam mengkaji permasalahan ini, saya akan menggunakan pandangan Luce

Irigaray mengenai bahasa dan tubuh perempuan yang sudah dihilangkan nilainya oleh

bahasa lelaki (kajantanan) sebagai anak kandung yang keluar dari rahim kebudayaan

patriarki. Irigaray selama ini melihat terdapat berbagai macam nilai serta kebudayaan yang

ada justru memenjarakan tubuh manusia terkhususnya perempuan, maka dari itu bagi

Irigaray berbagai nilai sosial budaya yang usianya ratusan tahun dirasa perlu untuk

dipikirkan dan dirumuskan kembali.8 Dalam upaya itu, bahasa merupakan jalan masuk

yang penting dalam pemikiran Irigaray karena baginya bahasa yang berkembang dalam

masyarakat selama ini adalah bahasa lelaki (phallocentiric linguistic) yang mengharuskan

berbagai bentuk pemaknaan harus merujuk pada kaidah dan aturan yang ditetapkan dalam

bahasa lelaki. Dalam bahasa lelaki perempuan kehilangan nilai pada tubuhnya. Oleh karena

itu, bagi Irigaray suatu keadilan sosial, khususnya keadilan seksual hanya dapat

diwujudkan jika ada perubahan kaidah bahasa dan konsepsi mengenai kebenaran serta

nilai-nilai yang mengatur tatanan masyarakat.9

1.2 Identifikasi masalah

Konsep keperawanan menurut pemuda dan pemudi GPM Imanuel Ambon

berkembang dengan begitu liarnya, mengakibatkan keadaan terobyektifikasinya tubuh

perempuan. Hal ini di latarbelakangi oleh kebudayaan patriarki dalam masyarakat kota

Ambon yang melanggengkan berbagai hal yang menguntungkan genealogi laki-laki. Hal ini

sangat terlihat jelas dalam berbagai praktek keseharian masyarakat, hingga cara berbicara

dalam merumuskan suatu nilai. Eksistensi perempuan dalam budaya seperti ini

bergantung pada relasinya dengan laki-laki. Oleh karena itu, ketika laki-laki mengidealkan

keperawanan, maka perempuan tidak memiliki pilihan lain selain harus menjaga

keperawanannya agar dapat diterima oleh laki-laki dan masyarakat secara umum. Untuk

memutuskan rantai ini, maka dirasa perlunya upaya merumuskan bahasa baru yang lebih

8 Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 10

9 Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 24

Page 14: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

4

adil pada kedua jenis kelamin. Hal ini dapat diwujudkan jika ada perubahan kaidah bahasa

dan konsepsi mengenai kebenaran serta nilai-nilai yang mengatur tatanan masyarakat.

1.3 Rumusan masalah

Dari masalah yang sudah dijelaskan, maka tulisan ini akan berfokus pada, Pertama,

apa makna dari keperawanan pada pemuda dan pemudi GPM Imanuel Karang Panjang,

Ambon. Kedua, bagaimana kajian tentang bahasa dan tubuh perempuan dari Luce Irigaray

untuk mengkaji konsep keperawanan yang selama ini dimaknai oleh pemuda pemudi GPM

Imanuel Karang Panjang, Ambon.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan yang sudah dipaparkan maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan pemahaman pemuda dan pemudi GPM Imanuel Karang Panjang,

Ambon terhadap konsep keperawanan yang berkembang dan mengobyekfikasi tubuh

perempuan, serta melakukan kajian kritis melalui proses mengimajinasikan ulang konsep

keperawanan pada pemuda dan pemudi GPM Imanuel Karang Panjang, Ambon dengan

menggunakan kajian teori bahasa dan tubuh perempuan dari Luce Irigaray.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap cara

berpikir yang lebih memberikan penghargaan terhadap tubuh sendiri maupun tubuh

sesama manusia. Serta upaya menciptakan kehidupan sosial yang lebih manusiawi, di

dalamnya meliputi kehidupan yang saling menghargai dan adanya relasi inter subjektif, dll.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang dipakai adalah dengan pendekatan kualitatif didukung oleh

pendekatan kepustakaan. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan

penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah, dengan maksud

menginvestigasi dan memahami berbagai fenomena yang terjadi. Maka dari itu tidak

diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, atau perhitungan statistik. Sifatnya naturalistik

dan mendasar serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus langsung di

Page 15: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

5

lapangan.10 Dengan melakukan pendekatan kualitatif, penulis bertujuan untuk meneliti

objek secara mendalam.

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang di dapatkan

melalui metode wawancara yang dilakukan kepada pemuda dan pemudi GPM Imanuel

Karang Panjang, Ambon, dikarenakan perbincangan mengenai keperawanan perempuan

lebih sering terjadi pada usia 18-25 tahun.

1.7 Sistematika Penulisan

Tulisan ini akan dibagi ke dalam lima bagian. Bagian pertama merupakan

pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan, identifikasi serta rumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan. Pada bagian pendahuluan akan dikemukakan akar permasalahan

dan opini awal penulis yang mendasari penulisan. Bagian kedua berisi teori dari Luce

Irigaray berkaitan dengan bahasa dan tubuh perempuan yang terobyektifikasi pada budaya

patriarki. Bagian ketiga berisi pemaparan hasil wawancara yang dilakukan pada pemuda

dan pemudi di Jemaat GPM Imanuel Karang Panjang, Ambon. Bagian keempat berisi analisa

dan upaya mengimajinasikan ulang konsep keperawanan pada pemuda pemudi GPM

Imanuel Karang Panjang Ambon dan masyarakat umumnya menggunakan kajian teori

bahasa dan tubuh perempuan dalam peta pemikiran Luce Irigaray, dan yang terakhir pada

bagian kelima berisikan kesimpulan dan saran.

2. Tubuh dan Keperawanan dalam Perspektif Luce Irigaray

Luce Irigaray11 merupakan ahli lingustik Prancis, filsuf perempuan serta seorang

psikoanalisis kelahiran Belgia (1932) yang memperoleh dua gelar doktor dalam bidang

10 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitan Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika,

2010), 25-26. 11

Selain Irigaray terdapat juga Helene Cixous dan Julia Kristeva. Mereka bertiga dikenal sebagai pemikir perempuan Prancis yang sangat vokal terkait cita-cita feminis postmodernisme. Mereka menentang ide-ide Freudian yang patriarki, yang melanggengkan pemikiran Phalleogosentris (ide-ide yang dikuasai oleh logos absolut yakni “laki-laki” bereferensi pada phallus). Ketiga pemikir feminis postmodernisme ini memiliki idealisasi perjuangan yang berbeda dari pemikir feminisme pada umumnya yang masih berkutat dengan upaya memperjuangkan kesetaraan dan kenetralan seksualitas. Mereka bertiga lebih menekankan sisi isu-isu kontemporer yang lebih kompleks dan berdiri pada posisi tidak menetralkan perbedaan tubuh perempuan dan laki-laki. Di sini, perbedaan adalah unsur yang berterima dan harus tetap ada. Tubuh perempuan tidak bisa serta-

Page 16: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

6

lingustik dan filsafat serta menjadi pengajar di University of Vincennes. Pada usianya yang

masih muda Irigaray sudah bekerja dan melakukan berbagai penelitian di the Ecole

Freudienne de paris yang didirikan oleh Jacques Lacan dan the Centre National de la

Recherche Scientifique (CNRS), di mana ia menjabat sebagai direktur penelitian filsafat

pada centre tersebut. Irigaray dikenal sebagai pemikir yang brilian ketika berhasil

merumuskan pemikirannya dalam tesis yang berjudul Speculum, de l’autre femme

(Speculum of The Other Woman). Dalam tesis tersebut Irigaray mengkritisi berbagai

konsep yang berpusat pada kejantanan yang diimani oleh kaum Freudian dan Lacanian

serta membahas ketidakhadiran segala sesuatu yang feminin dari pemikir tradisional

seperti Aristoteles, Descartes, Kant dan Hegel. Publikasi tesis ini kemudian menjadikannya

sebagai pemikir yang sangat berpengaruh pada masanya namun berdampak buruk pada

karirnya. Tesisnya dilihat sebagai tulisan yang provokatif dan menyalahi prinsip dasar

psikoanalisis, karena itu Irigaray dibebastugaskan sebagai dosen dan dikeluarkan dari

komunitas Lacanian serta berbagai hambatan yang dialaminya untuk menyatakan

pendapat secara lisan.12

2.1. Luce Irigaray dan landasan Pemikirannya

Sebagai seorang pemikir yang dibesarkan dalam tradisi berpikir filosofi barat dan

psikoanalisis yang sangat kental dengan mitos dan hegemoni kaum laki-laki, serta

bernafaskan ide-ide yang berpusat pada kejantanan. Membuat pemikiran Irigaray berpusat

pada kritiknya terhadap dua hal tersebut, baginya cara berpikir filosofi barat dan

psikoanalisis mengakibatkan ketidakhadiran segala sesuatu yang feminin dalam

pembentukan kebudayaan.

Salah satu cara berpikir filosofi barat yang dikritik oleh Irigaray adalah rasionalitas

abad pencerahan oleh Descartes. Sama seperti pendahulunya Simone De Beauvoir,13

merta disetarakan dengan tubuh laki-laki, karena baik tubuh perempuan maupun laki-laki menyimpan keunikan tersendiri. Lihat: Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought: a More Comperhensive Introduction (USA: Westview Press, 2009) 155.

12 Danti Pudjiati, Pemikiran Kritis Luce Irigaray dalam Lingustik (Jakarta: Al-Turas, Vol. 13, No 1, 2007) 77

13 Penting untuk mengerti kritik Simone terhadap rasionalitas abad pencerahan karena kritik yang

dilakukan oleh irigaray terhadap rasionalitas abad pencerahan tidak lebih dari memperkaya kritik Simone sebelumnya. Simone melihat manusia yang dimaksud Descartes adalah manusia-laki-laki dengan mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan fundamental seperti, apakah perempuan berpikir, apakah perempuan bebas? Atau lebih

Page 17: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

7

Irigaray melihat bahwa rasionalitas abad pencerahan yang seharusnya menjadi pembebas

atas pandangan abad pertengahan yang mengekang tubuh perempuan, justru

menitikberatkan pemaknaanya tentang tubuh sebagai bagian yang lebih rendah daripada

rasio. Melalui diktumnya cogito, ergo sum yang artinya saya berpikir maka saya ada,

Descartes memperlihatkan bagaimana rasio lebih dapat dipercaya dan rasio membuat

manusia menjadi subjek yang berpikir. Baginya pengetahuan sebagai makhluk yang

berpikir itu sangat jelas dan pasti. Seseorang bisa saja meragukan benda-benda yang ada

disekitarnya tidak ada, namun ia tidak dapat meragukan pikirannya. Kegiatan berpikir itu

menjadi bukti dari mengada seorang manusia. 14 Oleh karena itu, bagi Decartes manusia

adalah makhluk dualis yang terdiri dari pemikiran yang spiritual dan tubuh yang material.

Baginya tubuh adalah mesin sedangkan pikiran bersifat immortal.

Bagi Irigaray, terjadi ketidakhadiran sesuatu yang feminin dalam rasionalitas abad

pencerahan yang dipikirkan oleh Descartes. Irigaray menganggap bahwa hanya laki-lakilah

yang memiliki akses untuk berpikir, sedangkan yang ada pada parempuan justru keraguan

karena dirinya telah terfragmentaris oleh masyarakat. Di sisi yang lain, bagi Irigaray

sangat berbahaya apabila melihat rasionalitas sebagai prinsip berpikir yang mampu

menyelesaikan segala sesuatu, dikarenakan bisa saja atas dasar rasionalitas membuat

manusia berhak melakukan berbagai hal, termasuk menindas dan menghancurkan.

Lebih lanjut lagi, kritik Irigaray terhadap rasionalitas pencerahan bukanlah sebuah

penegasan bahwa perempuan adalah makhluk yang irasional. Melainkan Irigaray hanya

ingin menunjukan bahwa prinsip rasionalitas itu memiliki struktur yang khas, yakni

terdapat prinsip identitas yang non kontradiksi yang mengakibatkan ketidakhadiran

realitas abstrak. Misalnya, maskulin adalah maskulin, maskulin bukan feminin, dengan kata

lain, ketika yang feminin ingin berbicara maka ia harus berbicara sesuai dengan strukur

tepat lagi apakah perempuan boleh berpikir dan boleh menjadi bebas. Descartes melihat Cogito yang kekuasaannya mendasar pada saya berpikir (I Think) sebagai hal yang mampu menyelesaikan segala hal. Sementara, manusia perempuan tidak memiliki akses Cogito tetapi keraguan karena ia diidentifikasikan oleh masyarakat. Perlu diketahui perjuangan pembebasan irigaray diakuinya dipengaruhi oleh Simone. Lihat: Gadis Arivia, dkk. Subjek yang dikekang: Pengantar ke pemikiran Julia Kristeva, Simone de Beauvoir, Michael Foucault, Jacques Lacan (Jakarta: Salihara, 2013) Lihat: Filsafat, Hasrat, Seks dan Simone de Beavoir

14 Fitzerald Kennedy Sitorus, Rasionalisme Rene Descartes: “Saya berpikir maka saya ada” (Jakarta:

Salihara, 2016), Makalah Salihara.

Page 18: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

8

maskulin. Prinsip dasar berpikir ini mengakibatkan ketidakhadiran serta hilangnya

keunikan dari sesuatu yang feminin.15

Sejalan dengan kritiknya terhadap rasionalitas pencerahan yang mengaburkan

sesuatu yang feminin, Irigaray menyadari bahwa dorongan seksuallah yang memengaruhi

kultur dan kehidupan sosial manusia. Oleh karena itu Irigaray sangat dibantu dengan

kajian psikoanalisa yang melihat dorongan seksual sebagai dasar pembentukan subjek.

Landasan utama pemikiran psikoanalisa Irigaray dipengaruhi oleh teori Jacques Lacan

mengenai proses pembentukan subjek yang terbagi dalam tiga tahapan. Di antaranya,

tahapan Real (need), tahapan Imajiner (demand), dan tahapan Simbolik (desire).16 Tetapi

tidak sejalan dengan Lacan, bagi Irigaray teori Lacan justru telah menimbulkan bentuk-

bentuk pereduksian terhadap tubuh perempuan, oleh karena itu Irigaray melakukan

pembalikan makna terhadap teori Lacan dengan memperlihatkan aspek lain yang tidak

dilihat Lacan, sembari mengkritik pemikiran Lacan. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan di

bawah ini:

Pada tahapan Real (need-pra-lingustik), anak tidak dapat mengenali dirinya. Ia

masih berada dalam masa pengasuhan total sang ibu, di mana ia mendapatkan

kebutuhannya untuk diasi dan diasuh, oleh karena itu, ia mengidentifikasi dirinya dan

ibunya adalah satu. Sehingga dalam tatanan ini, anak tidak mengenal batasan egonya.

Bahasa sebagai penanda belum terjadi pada tatanan ini. Berakhirnya tatanan ini ketika

kebutuhan bergeser ke tuntutan yang diakibatkan oleh proses mirror-stage (pantulan

cermin).

Proses pantulan cermin terjadi pada tahapan Imajiner (demand). Pada tahapan ini,

anak melihat dirinya melalui pantulan cermin yang mengakibatkan ia menyadari bahwa

dirinya dan ibunya bukanlah satu, dengan demikian, anak mulai menyadari dirinya sebagai

subjek namun subjektifitasnya mengalami fragmentaris karena subjektifitasnya

bergantung pada ibunya; sebagai subjek yang diasi dan diasuh, serta melihat ibunya

sebagai sang liyan. Keterpisahan anak dengan ibu sekaligus membuat anak menjadi cemas

15

Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 20-22. 16

Lisa Lukman, Proses Pembentukan Subjek-Antroplogi Filosofis Jacques Lacan (Yogyakarta: Percetakan Kanisius, 2011), 74.

Page 19: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

9

dikarenakan ia merasa ada sesuatu yang akan hilang daripadanya, yaitu kehangatan yang

selama ini ia rasakan pada tahapan real, dengan demikian tuntutan anak adalah untuk

tetap menyatu dengan ibunya agar ia tidak mengalami kastrasi oleh ayah sebagai sosok

orang ketiga, namun bagi Lacan proses ini tidak berlangsung lama karena sosok ayah

memainkan peranan yang sangat kuat melalui language game (permainan bahasa). Ingatan

akan kehilangan akibat tuntutan yang tidak dipenuhi mengakibatkan seorang anak harus

bergeser dari tuntutan ke keinginan.

Tahapan yang terakhir adalah tahapan Simbolik (desire-linguistik), merupakan

tahapan yang sama-sama menjadi inti dari pembentukan subjek yang ditekankan Lacan

dan Irigaray, serta menjadi dasar kritik Irigaray terhadap Lacan. Pada tahapan ini, bahasa

lelaki17 memainkan peran yang sangat penting. Oleh karena itu melalui permainan bahasa

anak mulai menampilkan keinginan untuk membentuk subjek yang utuh agar dapat

diterima dalam masyarakat. Bagi Irigaray pada tahap ini proses penindasan terhadap anak

perempuan dimulai, di mana ketika anak laki-laki berusaha untuk tidak meniru ibunya

karena takut dikebiri, yang terjadi pada anak perempuan adalah dikarenakan anatomi

tubuhnya membuat ia tidak dapat mengidentifikasi dirinya dengan bahasa lelaki.18 Maka

anak laki-laki mulai mengidentifikasi dirinya dengan ayahnya, mengakibatkan dirinya

dapat diterima dalam masyarakat karena berbicara dengan bahasa lelaki, sedangkan yang

dialami oleh anak perempuan adalah, jika ia ingin diterima dalam masyarakat maka ia

harus menyesuaikan diri dengan bahasa lelaki.

Irigaray menyayangkan Lacan yang hanya menggunakan bahasa lelaki untuk

menjelaskan pemisahan antara ibu dan anak. Seolah-olah kekacauan psikis yang berakhir

dengan trauma adalah satu-satunya cara untuk membahasakan pemisahan antara ibu dan

anak. Padahal bagi Irigaray, ada bahasa lain yang juga dapat menjelaskan pemisahan itu.

Bagi Irigaray pemisahan ibu dan anak sudah lama berlangsung ketika proses mengandung.

17

Bahasa lelaki yang dimaksudkan adalah berbagai sistem pengetahuan dalam masyarakat yang timbul dari pengaruh kehidupan budaya dan sosial yang sangat luas, namun sebagaimana yang diketahui bahwa kehidupan budaya dan sosial sudah terkonstruksi melalui berbagai bentuk pewacanaan sebagaimana yang dikatakan Michel Foucault, berbagai bentuk pewacanaan yang terjadi memproduski berbagai sistem yang menindas, salah satunya adalah sistem patriarki. Perlu diketahui bahwa Irigaray juga dipengaruhi oleh Foucault dalam melihat berbagai realitas yang terjadi dalam masyarakat.

18 Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, 129.

Page 20: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

10

Sejak seorang ibu mengandung, pemisahan ibu dan anak terjadi melalui plasenta dan pada

saat kelahiran, pemisahan ibu dan anak terjadi melalui rongga uterus. Dengan demikian,

pemisahan ini tidak terjadi semata-mata seperti yang dipikirkan oleh kaum Freudian dan

Lacanian.19 Saat pemisahan yang terjadi selalu dikaitkan dengan kekacauan psikis yang

berujung trauma sebagaimana dijelaskan oleh bahasa lelaki, maka perempuan akan dilihat

semata sebagai biasan (Speculum) dari laki-laki. Itu berarti saat penis dilihat sebagai yang

aktif, maka vagina dikonsepkan sebagai yang pasif.

Perempuan di konsepkan hanya merujuk pada satu genealogi yang menekankan

pemaknaan bahasa lelaki.20 Sampai pada tahap ini Irigaray menyimpulkan betapa sulitnya

menjadi seorang anak yang dilahirkan tanpa direduksi oleh permaianan bahasa lelaki,

dimulai saat kelahirannya dan kemudian terhisap dalam masyarakat yang sangat

menekankan bahasa lelaki. Oleh sebab itu, bagi Irigaray sangat penting merumuskan

bahasa baru yang tidak direduksi sama sekali untuk kepentingan satu genealogi saja.21

2.1.1 Luce Irigaray Bahasa dan Tubuh Perempuan

Perumusan bahasa baru merupakan bagian penting dalam pemikiran Irigaray.

Dikarenakan, baginya berbagai wacana yang melanggengkan sistem yang menindas

terkristalkan dalam bahasa. Irigaray melihat bahwa tidak ada satu struktur linguistik baku

yang digunakan sejak dulu oleh para penutur. Stuktur bahasa hadir dan dipengaruhi oleh

konteks dan kebutuhan, yang mana bagi Irigaray konteks dan kebutuhan para penutur jika

ditelusuri lebih dalam sangat dipengaruhi oleh sistem dan cara berpikir yang merujuk pada

satu genenologi semata.22

Pembentukan bahasa yang hanya menguntungkan satu genealogi mengakibatkan

perempuan selalu berada dalam keadaan terobyekfikasi. Hal ini dapat dengan jelas di lihat

pada strukur gender gramatikal yang memengaruhi identitas. Misalnya matahari

19

Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 54. 20

Luce Irigaray, This is Sex Which is Not One: Ce Sexe qui n’en est pas un, ed. Catherine Potrer. (Ithaca, NY: Cornell University Press,1985), 23.

21 Luce Irigaray, Speculum of The Other Women: Speculum, de l’autre femme, ed. Gillian C. Gill (Ithaca, NY:

Cornell University Press,1987) 61. 22

Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 35-42. Perlu ditegaskan bahwa konteks masyarakat yang dirumuskan oleh Irigaray adalah masyarakat eropa dan perancis secara khusus.

Page 21: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

11

(maskulin), bulan (feminin), mobil (maskulin), sepeda (Feminin), dll.23 Gender gramatikal

yang memiliki fungsi penanda bagi identitas subjek justru memperkuat posisi laki-laki

dalam bahasa. Laki-laki menjadi tuhan penanda. Dengan demikian, gender gramatikal

sebagai hasil biasan patriarki akan selalu menindas perempuan. Lebih lanjut lagi, Irigaray

melihat berbagai hal yang berharga dan bernilai justru dimarkahi sebagai laki-laki. Dengan

demikian, bagi Irigaray pembebasan berbasis gender tidak mungkin dicapai tanpa diikuti

dekonstruksi kaidah bahasa yang berkaitan dengan gender gramatikal.24

Dekonstruksi kaidah bahasa yang berkaitan dengan gender gramatikal

dimungkinkan apabila bahasa lelaki diruntuhkan, oleh karena itu prinsip kerja bahasa baru

bukan hanya melakukan perubahan besar-besaran terhadap gramatikal bahasa, tetapi

pemaknaan ulang berbagai hal yang terobyektifikasi oleh bahasa lelaki, dalam konteks ini

tubuh perempuan. Mulai dari sini Irigaray melakukan pembalikan makna terhadap

pemikiran Simone mengenai sang liyan. Menurut Irigaray penanda liyan tetap dibutuhkan

oleh perempuan untuk menentukan nilai pada dirinya, dengan syarat pemaknaan negatif

dari sang liyan harus disucikan. Sang liyan harus tampil dengan subyektifitasnya sendiri,

dengan bahasanya sendiri di luar pemaknaan bahasa lelaki, sehingga dengan ini

perempuan akan menemukan nilai pada tubuhnya. Bagi Irigaray ada jenis perempuan lain

yang harus dikenali, yaitu perempuan feminis, yakni perempuan yang hidup dalam

bahasanya sendiri.25

Dalam proses merumuskan bahasa baru pada tubuh perempuan, Irigaray kemudian

berupaya untuk mendekonstruksi nilai internal pada laki-laki dan perempuan. Ia kemudian

mengkaji nilai tersebut melalui berbagai cara, diantaranya pembacaan ulang berbagai

mitos tentang tubuh dalam agama dan juga mengkaji genealogi perempuan yang telah

dilupakan.

23

Dalam struktur Bahasa perancis yang dipengaruhi oleh Bahasa Latin akan dengan sangat mudah dapat ditemukan bentuk penindasan pada identitas perempuan, dimana pada kata ganti persona il (dia maskulin) sering sekali dikaitkan hal-hal yang bernilai tinggi, sebaliknya elle (dia Feminin) untuk benda-benda yang dianggap kurang bernilai. Lihat: Irigaray. Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 20-45.

24 Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 40.

25 Irigaray, This is Sex Which is Not One, 24-33.

Page 22: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

12

Pertama, terkait mitos tubuh dalam agama dan bangsa. Bagi Irigaray kebudayaan

(Prancis) sangat dipengaruhi oleh budaya dan agama besar seperti Yunani, Yahudi, dan

Kristen yang masih memiliki jejaknya hingga kini. Sistem patriarki adalah salah satu jejak

yang berhasil ditinggalkan dan terkristalkan dalam ortodoksi, doktrin, simbol dan ornamen

bangunan ibadah serta berbagai mitos dalam kekristenan. Kekristenan cenderung

memberikan pengagungan pada tubuh laki-laki, misalnya melalui kisah heroik penyaliban

dan setelah itu dibuat ke dalam bentuk ornamen dan simbol keagamaan. Padahal menurut

Irigaray kekristenan perlu seimbang dalam memberi penghargaan pada setiap jenis

kelamin, dengan memberikan pemaknaan yang lebih terhadap peristiwa pembuahan,

kelahiran, masa kanak kanak, masa remaja dan perkawinan perempuan. Dengan begitu

genealogi perempuan juga mempunyai tempat dalam keagamaan.26

Kedua, genealogi perempuan yang telah dilupakan. Menurutnya selama ini kita

hidup hanya mengikuti sistem genealogi laki-laki. Misalnya mengandung yang harusnya

menjadi bahasa perempuan dan media identitas perempuan sebagai subjek yang otentik,

telah direduksi oleh kepentingan laki-laki. Irigaray bahkan memberikan penjelasan sangat

menarik berkaitan dengan keunikan dalam proses mengandung, di mana mekanisme

plasenta bekerja dengan sangat indahnya untuk memperdamaikan berbagai ketegangan

yang mungkin saja terjadi antara embrio dan tubuh ibu. Plasenta yang ada pada tubuh

perempuan dapat berfungsi dalam pembentukan bahasa baru.27

2.1.2 Estetika dan Keperawanan dalam Pemikiran Luce Irigaray

Dalam bahasa lelaki, hampir setiap bagian tubuh manusia khusunya perempuan

tidak terlepas dari pengobyektifikasikan. Mulai dari bentuk payudara, bokong bahkan

vagina. Pada vagina khususnya hanya dilihat berdasarkan fungsinya untuk memenuhi

26

Ketika mengikuti konfrensi di beberapa kota yang ada di Italia, Irigaray menemukan suatu pengalaman yang secara indrawi dan mental. Ketika ia berkunjung ke museum ia melihat patung Ibu Maria (Anna) sedang menggendong Maria, patung yang sebelumnya ia kira adalah patung Maria dan Yesus. Melalui pengalamannya berjumpa dengan patung ibu maria dan maria membuat ia semakin yakin bahwa perlu adanya ruang dalam agama agar bahasa perempuan juga mendapatkan tempat. Lihat: Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 28-29.

27 Bahasa baru yang dimakusd Irigaray adalah Bahasa yang menyentuh aspek non-rasional (estetis) seperti

cinta, keadilan, penghargaan terhadap kepelbagaian setiap geneologi. Proses kehamilan hingga kelahairan merupakan metafora yang digunakan untuk menjelaskan bahasa baru sebagai tandingan dari proses kekacauan psikis yang berujung trauma akibat kastrasi yang dijelaskan oleh bahasa lelaki. Lihat: Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 16.

Page 23: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

13

libido primitif laki-laki. Perlu ada bahasa baru untuk memberikan pemaknaan yang baru

terkait dengan genealogi perempuan, yang melihat vagina tidak hanya pada fungsinya

untuk memenuhi libido primitif laki-laki, tetapi lebih dari pada itu memiliki kedalaman

nilai yang tidak dapat seutuhnya dijelaskan oleh cara berpikir rasional yang

melanggengkan bahasa lelaki.

Irigaray menyadari bahwa bahasa lelaki sudah sekian lama terkristalkan dalam cara

berpikir rasionalitas yang menghilangkan nilai-nilai non-rasional seperti cinta, keadilan,

kehangatan, dll.28 Oleh karena itu dalam merumuskan bahasa baru yang menghargai tubuh

manusia khususnya perempuan, Irigaray tidak hanya menyentuh aspek sistematis dari

gender gramatikal, melampaui itu, Irigaray juga menyentuh aspek estetika sebagai

upayanya untuk memperlihatkan aspek non-rasional yang juga memiliki posisi penting

dalam memberikan pemaknaan terhadap bahasa.29 Upaya itu sangat jelas tergambar dalam

tulisan-tulisannya yang tidak hanya berupa pemaparan sistematis sebuah ide, tatapi juga

menyertakan unsur estetis melalui media, prosa, puisi, serta mengimajinasikan ulang

tubuh perempuan yang telah kehilangan nilainya dengan cara menggali nilai-nilai estetis

pada ajaran keagamaan dan mitologi-mitologi besar dunia.30 Penggalian nilai-nilai estetis

ini tidak terbatas pada kritik Irigaray terhadap cara berpikir rasional, melampaui itu,

dengan melihat nilai estetis maka akan ditemukan bagian lain dari tubuh perempuan yang

tidak terepresentasikan oleh bahasa. Bagaimanapun yang estetis selalu memanifestasikan

yang ilahi dan spiritual.

Dalam konteks menemukan nilai estetis yang dapat memberikan nilai pada

keperawanan perempuan, Irigaray mulai berangkat dari mitologi Yunani yang bercerita

tentang dewi Hestia, dewi penjaga api rumah tangga. Cerita dewi Hestia diceritakan turun

temurun oleh ibu kepada anak perempuan. Singkatnya dalam tradisi ini ibu akan

menyalakan obor pada altar rumah anak perempuannya, lalu mendahului anak perempuan

28

Mekanisme kerja plasenta yang memperdamaikan antara embrio dan tubuh ibu merupakan gambaran paling jelas dari aspek non-rasional yang digambarkan Irigaray.

29 Bagi Irigaray, cara berfikir rasional dan no-rasional harus berjalan berdampingan, tidak satu

mengharamkan yang lain. 30

Dapat di lihat dalam beberapa karyanya: This is Sex Which is Not One, To Be Born, Elemental Passion, Key Writings. hal yang sama pulah akan saya lakukan dalam mengimajinasikan Vagina Sebagai Axis Mundi pada tubuh perempuan.

Page 24: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

14

dan suaminya, ibu pergi ke rumah kediaman mereka yang baru untuk menyalakan api

(Hestia) di rumah putrinya. Api yang dinyalakan merupakan lambang dari kemurnian

perempuan, bahwa meskipun perempuan telah menikah, api kemurnian genealogi

perempuan tetap menyala dan tidak terhisap ke dalam genealogi laki-laki. Kemurnian

bermakna kesetiaan perempuan terhadap genealogi perempuan.31 Bukan pada

keperawanan sebagai konsep yang dipahami oleh orang kafir zaman ini.

Lebih menarik lagi, ketika Irigaray mencoba untuk mengimajinasikan ulang

keperawanan dengan kaitannya-dengan suku kata om. Suara resonansi yang biasanya

diucapkan dalam praktek Yoga untuk mencapai persatuan dengan yang ilahi. Ketika

diucapakan kata om suara secara bertahap memindahkan bibir yang terbuka ke posisi

tertutup. Proses ini menuju pada apa yang misterius dan belum termanifestasi. Jika

dikaitkan dengan seksualitas perempuan, tertutup dan terbukanya selaput dara pada

perempuan selalu berkaitan dengan nilai dan norma yang dapat diciptakan oleh bahasa

baru, bahasa yang selalu membawanya terhadap pengenalan akan ilahi.32

Dengan bahasa baru tubuh perempuan akan mendapatkan tempat yang adil dalam

masyarakat, serta melalui tubuh perempuan setiap orang dapat melihat hal-hal yang tak

termanifestasi. Lebih lanjut lagi, perempuan akan memiliki otoritas atas tubuh khususnya

keperawanannya. Hancur atau tidaknya selaput itu, perempuan akan selalu memiliki

bahasa untuk merumuskan nilai padanya, asalkan dunia yang dibangun adalah dunia yang

menghargai perbedaan di antara perempuan dan laki-laki. Jikalau dunia hanya bergerak

satu arah menguntungkan genealogi laki-laki, maka perempuan akan tetap berada dalam

ketertindasan, salah satunya perempuan akan terus berbicara menggunakan bahasa lelaki

yang menyetujui keperawanan secara anatomi sebagai lambang kesucian.33

Pada akhirnya Luce Irigaray berpendapat, selama ini kebudayaan antara laki-laki

dan perempuan adalah kebudayaan yang hanya bergerak satu arah, mengagungkan bahasa

lelaki yang menjadikan laki-laki sebagai subjek dan perempuan sebagai liyan.

Pendefenisian perempuan didasarkan pada kehadirannya bersama dengan laki-laki; laki-

31

Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 19. 32

Luce Irigaray, Teaching, (London: British Library cataloguing-in-Publication data, 2008), 23 33

Luce Irigaray, Key Writings (London-New York: Continuum, 2004), 161

Page 25: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

15

laki adalah kuat dan aktif, maka perempuan adalah lemah dan pasif. Laki-laki memuja

keperawanan maka perempuan harus menjaga keperawanan. Perempuan yang tidak dapat

hidup dalam bahasa lelaki, akan diberikan penilaian buruk oleh masyarakat. Bagi irigaray,

satu-satunya cara untuk memutuskan rantai ini adalah dengan sang liyan harus hadir

dengan bahasanya sendiri, bahasa yang memberikan pengagungan pada setiap jenis

kelamin. Untuk mencapai konteks bahasa baru maka penting di lakukan perubahan gender

gramatikal dan pemeberian makna baru terhadap tubuh, dalam konteks ini Irigaray

melakukan penggalian nilai-nilai estetis pada mitologi, agama, dan berbagai hal lainnya

untuk memberikan makna baru pada tubuh.

3 Pemahaman pemuda-pemudi GPM Imanuel Karang Panjang, Ambon tentang

Keperawanan

Bahasa lelaki mengakibatkan perempuan selalu berada dalam wacana laki-laki,

bahkan untuk menjelaskan keperawanannya. Berangkat dari kenyataan ini, maka rasa

ingin tahu penulis terarah pada bentuk komunikasi serta bahasa yang digunakan oleh

pemuda pemudi di Jemaat GPM Imanuel Karang Panjang Ambon, terkait pemaknaan

keperawanan serta dampak dari pemaknaan tersebut.34 Dengan demikian wawancara dan

analisa pada bagian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan di GPM Imanuel Karang

Panjang Ambon pada bulan Agustus-September 2017.

Jemaat GPM Imanuel Karang Panjang Ambon merupakan bagian dari klasis kota

Ambon- Sinode GPM yang terletak di pusat Pemerintahan Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

Keberadaan Jemaat GPM Imanuel secara kuantitatif berjumlah 4086 jiwa, terdiri dari 2061

perempuan dan 2025 laki-laki dengan total jumlah kepala keluarga sebanyak 1041.35

Seluruh anggota Jemaat GPM Imanuel diwadahi oleh empat kelompok bina umat sesuai

34

Beberapa fakor utama dipilih Jemaat GPM Imannuel Karang Panjang, Ambon. Pertama, merupakan lingkungan saya dibesarkan. Kedua, saya pernah menyetujui Bahasa Ayah sebagai suatu kebenaran tunggal dan itu dipengaruhi oleh lingkungan saya dibesarkan. Ketiga, topik yang dibahas dalam tulisan ini adalah seksulitas dan sangat jarang ditemukan orang yang ingin terbuka dengan seksulitas mereka oleh karena itu responden yang pun adalah pemuda/I yang memiliki hubungan emosional dengan saya, agar data yang didapatkan adalah data yang berangkat dari pengalaman mereka tanpa perlu malu untuk diutarakan. (antara responden pada umumnya tidak memiliki kedekatan emosional)

35 Rencana Strategis (RENSTRA) Jemaat GPM Imanuel Karang Panjang, Ambon 2016-2020. 15

Page 26: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

16

dengan pengkategorian usia,36 diantaranya Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil (SMTPI)

1-15 tahun, Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) 37 16-45 tahun, Wadah

Pelayanan Perempuan, 16 tahun ke atas (bagi yang sudah sidi) dan Wadah Pelayanan Laki-

Laki, 16 tahun ke atas (bagi yang sudah sidi). Kelompok bina yang belum terwadahi adalah

kelompok bina warga gereja senior atau Lanjut usia.

Dari data yang dipaparkan, memperlihatkan Jemaat GPM Imanuel di dominasi oleh

pemuda-pemudi yang sekaligus merupakan bagian dari AMGPM cabang Imanuel.38 Realitas

ini sekaligus memperlihatkan AMGPM cabang Imanuel sebagai aset penting bagi pelayanan

kedepannya. Di sisi yang lain, AMGPM cabang Imanuel memiliki tanggungjawab moral

untuk menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:13a,14a).39 Dalam kepelbagaian menjadi

garam dan terang dunia, maka saya merasakan bahwa pembahasan mengenai

keperawanan sebagai suatu realitas sosial dalam dunia pemuda dan pemudi dapat menjadi

sumber ber-Teologi yang hidup.

3.1 Keperawanan dan Bahasa dalam wacana pemuda-pemudi GPM Imanuel Karang

Panjang Ambon.40

3.1.1 Keparawanan sebagai Identitas

Bagi pemuda dan pemudi GPM Imanuel Karang Panjang, Ambon, keperawanan

memiliki arti yang sangat penting. Sebab bukan hanya sekedar selaput dara pada vagina,

36

Rencana Strategis (RENSTRA) 2016-2020. 18 37

Anggaran dasar AMGPM, BAB VII, mengenai Status dan Bentuk, Pasal 10 “Sebagai bagian integral dari Gereja Protestan Maluku, AMGPM adalah organisasi pemuda gereja yang fungsional dan Organisasi Kemasyarakatn Pemuda (OKP) yang tetap berakar pada Gereja, dan terbuka kepada dunia.

38 Anggaran dasar AMGPM, BAB VIII mengenai keanggotaan, Pasal 13 “Anggota AMGPM adalah warga

GPM berusia 17-45” 39

Anggaran dasar AMGPM, BAB V mengenai Moto, Pasal 8 “Kamu adalah Garam dan terang dunia (Matius 5, ayt 13 a dan 14 b)

40 Pada bagian ini akan dipaparkan pandangan pemuda-pemudi jemaat GPM Imanuel Karang Panjang

Ambon mengenai Keperawanan. Data diperoleh melalui proses wawancara pada sepuluh orang muda dalam jemaat, diantaranya, lima pemuda dan lima pemudi mengikuti jumlah sektor/ranting yang ada dalam jemaat dengan kategori umur 18-25 tahun. Sengaja dipilih lima pemuda dan lima pemudi untuk menelusuri apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Bahasa yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan dalam memaknai keperawanan. Perlu untuk diketahui, bahwa pemahaman sepuluh responden yang akan dinarasikan kemudian, tidaklah merepresentasikan pemahaman pemuda-pemudi Jemaat GPM Imanuel secara keseluruhan, namun, setidaknya dari hasil penelitian ini memperlihatkan kepada pembaca GPM Imanuel secara khusus dan masyarakat pada umumnya, bahwa masih terdapat pandangan tentang keperawanan yang berujung pada pengobjekfikasian tubuh perempuan.

Page 27: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

17

lebih dari pada itu, keperawanan adalah identitas perempuan.41 Keperawanan sebagai

identitas, berjalan bersama dengan nilai baik dan buruk yang melekat padanya. Dengan

kata lain, identitas sebagai perempuan yang baik akan diberikan kepada perempuan yang

berhasil menjaga keperawanannya, begitupun sebaliknya.42

Di sisi yang lain, menjaga identitas sebagai perempuan perawan merupakan

tantangan tersendiri, terlebih lagi perempuan distigma sebagai makhluk yang lemah serta

berpotensi mengalami berbagai tindakan pelecehan.43 Oleh karena itu bagi pemuda dan

pemudi Imanuel Karang Panjang Ambon, perempuan sebagai mahkluk yang lemah, yang

dituntut untuk menjaga identitasnya memerlukan laki-laki sebagai pelindungnya, karena

sudah pasti ia tidak mampu untuk sendiri menjaga keperwanannya.44 Perempuan harus

tetap berada dibawah kontrol ayah atau laki-laki sekitarnya jika ia ingin melindungi

keperawanannya. Karena keperawanan sebagai identitas juga berkiatan erat dengan harga

diri orang disekitarnya, khususnya ayah, saudara laki-laki dan pacarnya.45 Dengan

demikian perempuan yang berhasil menjaga keperawanannya adalah perempuan yang

ideal dan patut untuk dihargai oleh masyarakat dan masyarakat laki-laki secara khusus.46

3.1.2 Keperawanan Sebagai Harga Diri

Harga diri dari perempuan yang sudah tidak perawan lagi tentunya berkaitan

dengan nilai buruk yang diberikan masyarakat kepadanya. Menariknya bagi pemuda dan

pemudi Imanuel Karang Panjang Ambon perosalan harga diri tidak hanya terbatas pada

harga diri perempuan yang tidak perawan saja, rasa kehilangan harga diripun dirasakan

oleh orang-orang sekitar perempuan itu, baik orang tua, saudara, lingkungan pertemanan

bahkan suami atau pacar.47 Dalam basis keluarga misalnya, orang tua dan saudara-

saudaranya terlebih lagi ayah dan saudara laki-laki akan dianggap masyarakat kurang

mendidik dan menjaga anak serta saudara perempuannya sehingga anak perempuan

41

Wawancara dengan Pemudi Pertama (5 September 2017) 42

Kesepuluh responden yang menyetujui nilai baik dan buruk berikaitan dengan keperawanan sebagi identitas.

43 Wawancara dengan Pemudi Kedua (29 Agustus 2017)

44 Wawancara dengan Pemudi Pertama (5 September 2017)

45 Wawancara dengan Pemuda Kelima (20 Agustus 2017)

46 Wawancara dengan Pemuda Pertama (5 September 2017)

47 Wawancara dengan Pemuda Kedua (17 Agustus 2017)

Page 28: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

18

kehilangan keperawanannya. Dengan demikian keluarga dianggap kehilangan

kehormatannya atau harga diri. Hal serupapun terjadi dalam lingkungan pertemanan,

teman-teman dari lingkungan pertemanan anak perempuan yang kehilangan

keperawanannya akan diberikan penilaian buruk, sama buruk seperti anak perempuan

yang kehilangan keperawananya, serta dianggap memberikan pengaruh yang buruk

kepada masyarakat.48

Berbeda dengan keluarga dan lingkungan pertemanan, dalam relasi perempuan

yang tidak perawan dengan suami atau pacar, harga diri seorang laki-laki akan merasa

dipermainkan bahkan direndahkan ketika mendapati pasangannya tidak perawan lagi. Hal

ini dikarenakan perempuan yang tidak perawan dianggap sebagai bekas dari laki-laki lain.

Oleh karena itu setiap perempuan dituntut untuk menjaga keperawanannya, jika

perempuan tidak mampu untuk menjaga keperawanannya berarti ia tidak lebih daripada

“piala bergilir”.49 Oleh karena itu, tidak pantas untuk dijadikan istri, lebih pantas untuk

dijadikan pelampiasan hasrat seksual semata, 50 itupun belum tentu mendatangkan

kenikmatan pada laki-laki, dikarenakan bagi pemuda dan pemudi Imanuel Karang Panjang

Ambon, dinding atau lubang vagina perempuan yang tidak perawaan sudah pasti tidak

rapat, akibat berhubungan dengan banyak laki-laki.51 Dengan kata lain terdapat asumsi

dasar yang berkembang dalam pemikiran pemuda dan pemudi Imanuel Karang Panjang

Ambon, di mana perempuan yang sudah tidak perawan pastinya dia adalah piala bergilir

yang telah berhubungan seks dengan banyak laki-laki, hal ini mengakibatkan dinding atau

lubang vaginanya tidak rapat lagi dan oleh karena itu tidak dapat membawa kenikmatan

seksual pada laki-laki ketika berlangsungnya proses penetrasi saat berhubungan seks.

Maka dengan demikian, laki-laki perlu berhati-hati dalam melampiaskan hasrat seksual

48

Wawancara dengan Pemuda Kelima (20 Agustus 2017) 49

Wawancara dengan Pemuda Pertama (5 September 2017) 50

Wawancara dengan Pemudi Ketiga (30 Agustus 2017). Responden menceritakan, dirinya pernah tidak dihargai oleh pacaranya ketika pertama kali mereka melakukan hubungan sex dan Vaginanya tidak mengeluarkan darah. Ia dianggap sebagai perempuan yang tidak baik. Merasa masih memiliki selaput dara yang utuh, maka, hubungan sex yang keduapun dilakukan. Pada hubungan sex yang kedua, ia baru berhasil mengeluarkan darah, yang kemudian dirasa berhasil mengembalikan penghargaan laki-laki pada dirinya.

51 Wawancara dengan Pemuda Ketiga (17 Agustus 2017) Responden menyatakan bahwa perempuan ia

pacari sekarang tidak akan disentuhnya sebelum menikah agar tetap menjaga kekudusannya. Oleh karena itu perempuan-perempuan yang ia kenal sudah tidak perawan lagi merupakan objek yang baik untuk melampiaskan hasrat seksual pra-menikah.

Page 29: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

19

mereka, dikarenakan perempuan yang tidak perawan sangat berpotensi mendatangkan

berbagai penyakit seksualitas.52

3.1.3 Keperawanan sebagai Bait Allah

Lebih lanjut lagi, bagi pemuda dan pemudi Imanuel Karang Panjang Ambon

keperawanan memang merupakan hak setiap perempuan. Perempuan memiliki kebebasan

atas tubuhnya sendiri, namun, hal ini tidak menghilangkan fakta bahwa baik perempuan

ataupun laki-laki terikat pada sistem pengetahuan dalam masyarakat yang menjunjung

tinggi nilai keperawanan. Oleh karena itu, perempuan yang baik adalah perempuan yang

dapat mematuhi serta mengikuti sistem pengetahuan dalam masyarakat.53 Perempuan

yang tidak mampu untuk berada dalam sistem dengan sendirinya akan nampak melalui

caranya bertutur, berpikir dan bertindak di dalam masyarakat. Misalnya dalam

pemikirannya selalu dipenuhi dengan berbagai hal yang negatif yang terepresentasikan

dalam bagaimana ia berbicara ataupun bertindak.54

Sistem pengetahuan dalam masyarakat yang paling mendarah daging adalah

sistem yang bernafaskan nilai dan norma kekristenan yang khas patriarki. Dalam sistem

ini, tubuh dilihat sebagai Bait Allah (1 Korintus 3:16), maka, menjaga keperawanan bagi

pemuda dan pemudi Imanuel Karang Panjang Ambon merupakan cara perempuan menjaga

bagian dari kekudusan Bait Allah.55 Pemahaman tubuh sebagai Bait Allah yang harus dijaga

kekudusannya, terkristalkan dalam pengajaran-pengajaran pada sub bidang pelayanan,

sekolah minggu tunas pekabaran injil (SMTPI)56 yang menekankan pengagungan tentang

tubuh secara spiritulitas sebagai Bait Allah.

Lebih lanjut lagi, tubuh sebagai Bait Allah yang kudus, dianggap kekudusannya

hanya boleh diberikan kepada laki-laki yang pantas untuk memilikinya melalui hubungan

52

Wawancara dengan Pemuda Kelima (20 Agustus 2017) 53

Wawancara dengan Pemudi Keempat (2 September 2017) 54 Wawancara dengan Pemudi Kelima (2 September 2017) 55

Wawancara dengan Pemudi Kedua (29 Agustus 2017) 56

Dalam temuan wawancara, sebagian besar pemuda dan pemudi menyatakan pemahaman yang sama, walaupun sebenarnya dalam konteks pengajaran tubuh sebagai Bait Allah yang diajarkan oleh para Guru Sekolah Minggu lebih ke konteks dirusak dengan hal-hal seperti merokok, bertato, dan pergaulan bebas, namun seiring bertambahnya usia pemikiran pemuda dan pemudi tidak hanya terbatas pada pelecahan seksual dalam artian yang sederhana, melampaui pemuda dan pemudi melihat hal-hal yag rusak (keperawanan) akibat pergaulan bebes (baca: sex bebas)

Page 30: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

20

pernikahan. Bagaimanapun, laki-laki pasti akan sangat bahagia serta merasa dihargai

ketika perempuan yang dinikahinya menghadiahkan keperawanan yang berhasil dijaga

ditengah-tengah masyarakat yang sangat berpotensi menghilangkan keperawanannya.57

Perempuan yang berhasil menjaga keperawanannya adalah perempuan kristen yang baik,

begitupun pada laki-laki yang dapat menolong perempuan untuk menjaga

keperawanannya. Sebaliknya, menjadi perempuan berdosa apabila tidak dapat menjaga

Bait Allahnya.58 Dengan meyakini keperawanan sebagai hal yang penting, maka perempuan

yang tidak perawan bukannya hanya merusak Bait Allahnya tetapi juga merusak tubuh

jasmaninya.59

Dengan demikian keperawanan bagi pemuda-pemudi GPM Imanuel karang

panjang Ambon memiliki arti yang sangat penting. Di mana keperawanan dapat

merepresentasikan kehidupan seorang perempuan. Baik dan buruk serta berharga dan

tidaknya seorang perempuan tergantung pada selaput dara yang ada di vaginanya. Oleh

karena itu bagi pemuda dan pemudi GPM Imanuel karang panjang Ambon, tugas menjaga

keperawanan bukan hanya terletak pada pundak perempuan, namun orang-orang terdekat

perempuan juga, terlebih lagi masyarakat laki-laki. Dikarenakan harga diri merekapun

tergantung pada keperawanan perempuan, selain itu pemuda dan pemudi GPM Imanuel

Karang Panjang Ambon juga mengganggap perempuan sebagai makhluk yang lemah yang

harus di lindungi. Tidak hanya terbatas pada fungsi anatomi keperawanan yang

menjadikan sebagai identitas dan harga diri. Keperawanan juga dilihat memiliki aspek

spiritual yakni sebagai bagian dari Bait Allah, apabila seorang perempuan berhasil menjaga

keperawanannya berarti ia berhasil menjaga kekudusan Bait Allah. Apabila ia kehilangan

kekudusannya, maka ia layaknya Hawa yang mudah digoda atau ular yang adalah

penggoda.

4 Bahasa baru: Suatu upaya mengimajinasikan ulang konsep keperawanan dalam wacana

perempuan dan laki-laki.

57

Wawancara dengan Pemudi Keempat (2 September 2017) 58

Wawancara dengan Pemudi Kelima (2 September 2017) 59

Wawancara dengan Pemuda Keempat (17 Agustus 2017)

Page 31: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

21

Pemaknaan keperawanan60 yang diimajinasikan dan dipelihara oleh pemuda dan

pemudi GPM Imanuel karang panjang Ambon, merupakan pemaknaan yang masih berpusat

pada genealogi laki-laki. Berjalan bersama dengan itu, pemuda berbicara dengan bahasa

lelaki untuk memberikan pemaknaan terhadap keperawanan perempuan. Di sisi yang lain,

pemudi secara tidak sadar; bahkan mungkin sadar, tidak diberikan pilihan lain selain harus

berbicara menggunakan bahasa lelaki dalam memberikan pemaknaan terhadap

keperawanannya. Misalnya menyetujui keperawanan sebagai identitas dan Bait Allah yang

membuatnya dapat dihargai oleh masyarakat. Dalam bahasa lelaki perempuan lebih

menyetujui untuk berjuang melindungi keperawanannya, dibandingkan menuntut untuk

mengubah pola pikir primitif khas bahasa lelaki. Bersama dengan itu perempuan tidak

menyadari bahwa sistem itu justru mengobyektifikasi tubuhnya. 61

Lain halnya dengan laki-laki, karena diuntungkan oleh sistem, membuat laki-laki

terus berbicara menggunakan bahasa lelaki yang menyetujui keperawanan sebagai

identitas dan Bait Allah, serta letak dari harga diri seorang laki.62 Di sisi lain, pemuda dan

pemudi secara tidak sadar; bahkan mungkin sacara sadar, tetap membaca, memelihara,

menafsirkan Alkitab menggunakan kacamata kuda yang dilanggengkan oleh bahasa lelaki

yang mengakibatkan nilai-nilai etis dalam Alkitab yang seharusnya mampu melepaskan

setiap manusia dari berbagai bentuk pengobyektifikasian justru mengobyektifikasi tubuh

perempuan serta berlangsung turun-temurun. Bagi penulis, ini justru merupakan dosa

keturunan.

Berjalan di dalam pemaknaan keperawanan yang dinarasikan oleh pemuda pemudi

GPM Imanuel Karang Panjang Ambon, memaksa setiap orang, terpanggil untuk

merumuskan bahasa baru. Bahasa yang memberikan penghargaan terhadap setiap

60

Tidak hanya Gramatikal Perancis yang memiliki unsur seksisme dan memenjarakan tubuh perempuan, dalam gramatikal Bahasa Indonesia pun terdepat banyak leksikon yang menyerang tubuh perempuan. Konteks ini misalnya perawan: dalam KBBI, Perawan diartikan: anak perempuan yang sudah patut kawin, belum pernah bersetubuh dengan laki-laki, belum digarap, masih murni. Sedangkan Keperawanan diterjemahkan KBBI dengan kesucian. Berbeda dengan Perjaka yang dalam KBBI diterjemahkan laki-laki yang belum berumah tangga, bujang, jejaka, teruna, yang dari bentuk leksikon kata yang dipakai berkaitan dengan power pada laki-laki dan untuk perawan lebih menggunakan leksikon yang berkontasi pasif. Selain keperawan bisa juga dilihat kata menggagahi, dll.

61 Irigaray. Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 20-22

62 Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis. 129

Page 32: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

22

genealogi. Bahasa yang tidak lahir dari rahim budaya patriarki tetapi dari relasi

kemanusiaan. Bahasa yang membebaskan perempuan dari berbagai bentuk

pengobyektifikasian yang dilanggengkan oleh bahasa lelaki.

Bahasa baru menjadi jalan masuk yang penting dalam merumuskan kembali nilai

pada setiap genealogi sebagaimana yang dipikirkan oleh Irigaray, dikarenakan bahasa yang

dipengaruhi kebudayaan patriarki menyebabkan tubuh manusia terkhususnya perempuan

terus terobyektifikasi. Hal ini mengakibatkan perempuan terkungkung dalam wilayah

seksualitas yang sempit, di sisi yang lain, gender gramatikal feminis sebagai dasar

pembentukan bahasa baru sirna, mengakibatkan leksikon untuk menggambarkan

perempuan dibentuk dari berbagai istilah yang merendahkan bahkan menghina

perempuan dalam hubungannnya dengan subjek maskulin.63 Lebih lanjut lagi, Irigaray

menegaskan apabila perempuan dan laki-laki terus berbicara dengan bahasa yang sama

maka yang akan diproduksi adalah sejarah yang sama. Sejarah yang terus

mengobyektifikasikan tubuh manusia.64

Bahasa baru sebagai bahasa yang membebaskan perempuan dari berbagai bentuk

pengobyekfikasian, tidaklah berarti hanya perempuan yang dapat merumuskan bahasa ini.

Laki-laki juga memiliki andil penting dalam perumusan bahasa baru, oleh karena itu perlu

dipahami lebih dalam lagi bahwa tujuan merumuskan bahasa baru bukan untuk melawan

genealogi laki-laki, tetapi dalam rangka melawan sistem patriarki yang melanggengkan

bahasa lelaki serta mengobyektifikasi baik tubuh laki-laki maupun perempuan.

Menyadari kenyataan ini, maka dengan menggunakan cara berpikir Luce Irigaray

yaitu mengimajinasikan ulang tubuh perempuan yang telah kehilangan nilainya, dengan

cara menggali nilai-nilai estetis pada ajaran keagamaan dan mitologi-mitologi besar dunia,

akan membantu untuk meruntuhkan pamaknaan terhadap keperawanan yang dibahasakan

oleh bahasa lelaki, serta dengan sendirinya akan memberikan pemaknaan baru

keperawanan yang telah tereduksi nilainya oleh bahasa lelaki. Untuk mencapai konteks ini

penulis mencoba untuk merumuskan bahasa baru sebagai upaya meruntuhkan bahasa

63

Irigaray. Aku, kamu, kita: belajar berbeda. 21 64

Luce Irigaray. To Be Born (Switzerland: palgrave macmillan, 2017) Lihat: Language to Produce Something or to Produce Someone?

Page 33: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

23

lelaki dalam pemuda dan pemudi GPM Imanuel Karang Panjang Ambon, dan masyarakat

secara luas, dengan melihat Vagina Sebagai Axis Mundi pada tubuh perempuan. Perlu

untuk dipertegas bahwa upaya mengimajinasikan yang dimaksud bukanlah kegiatan

berangan-angan, tatapi lebih pada upaya meletakan dasar bahasa baru yang dapat

digunakan oleh setiap orang untuk memaknai keperawanan perempuan.65

4.1 Axis Mundi sebagai simbol dalam agama-agama: suatu langkah estetis melihat Vagina

dengan kaca mata Bahasa baru.

Simbol selalu mempunyai tempat untuk berbicara dalam kehidupan manusia

dengan bahasanya sendiri. Dari aktivitas yang sangat banal, aktivitas kontemplasi dan

refleksi, sampai pada aktivitas alam bawah sadar manusia (Carl G. Jung).66 Misalnya, simbol

rambu lalulintas yang berbicara sebagai penunjuk jalan, atau pada simbol salib yang

berbicara sebagai lambang penderitaan dan keselamatan. Di sisi lain, simbol bukan hanya

berbicara melalui benda atau bangunan, simbol juga dapat berbicara melalui bunyi, suara,

bentuk geometri, teks rahasia, tarian bahkan gesture tubuh. Pada dasarnya simbol

termanifestasikan dalam berbagai hal, namun bertujuan mengantarkan manusia pada

pengertian dan pemahaman akan sesuatu.67 Oleh karena itu tidak jarang terdapat berbagai

simbol terkenal dan diimani oleh komunitas tertentu sebagai simbol suci yang dapat

mengantarkan manusia pada pengertian akan yang ilahi.

Simbol-simbol itu diantaranya, Bintang Daud dan pohon pengetahuan pada agama

Yahudi, delapan simbol dan pohon Bodhi pada Agama Buddha, salib dan pohon

pengetahuan pada Agama Kristen, Kabah dan batu Hajar Aswad dalam Islam, Linggam dan

Yoni pada agama Hindu, dll.68 Pada umumnya simbol-simbol ini dipakai dalam ritual

keagamaan untuk menolong manusia mencapai kesatuan dengan Tuhan, misalnya,

Mandala berupa salib dan Foto Bunda Maria pada ibadah Taize serta Batu Hajar aswad dan

65

KBBI. Lihat: Imajinasi. Bukan digambarkan sebatas kegiatan berangan-angan. Lebih daripada itu imajinasi dilihat sebagai proses menciptakan. Serta proses melihat berbagai kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.

66 Carl G. Jung, Psikologi dan Agama, uraian psikologi perihal dogma dan simbol: Psychology and Religion

ed. Afthonul Afif. (Yogyakarta: IRCiSoD, 2017) Lihat: Dogma dan simbol-simbol alamiah, 73-126 67

Erika Wilson, Emotions and Spirituality in Relgions and Spiritual Movments. (Lanham, Mayland: Universty Press of America, 2012), 60.

68 Wilson, Emotions and Spirituality in Relgions and Spiritual Movments. 60.

Page 34: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

24

kabah pada ibadah haji.69 Simbol-simbol ini yang kemudian disebut sebagaiWorld Axis

(Axis Mundi) atau representasi pada Axis Mundi.70 Dengan demikian, setiap agama

merepresentasikan Axis Mundi dengan simbol dan cara yang berbeda-beda sesuai dengan

kepercayaannya.

Terlepas dari berbagai bentuk penggambaran Axis Mundi pada berbagai agama,

Axis Mundi pada umumnya sering disimbolkan dengan pohon.71 Pohon dilihat sebagai

poros utama dunia karena struktur dari pohon menggambarkan hubungan antara

kematian, kehidupan, bahkan surga. Akar yang merambat ke dalam tanah menunjuk pada

dunia bawah-dunia orang mati, batang pohon yang berada di permukaan tanah menunjuk

pada dunia manusia atau kehidupan, dan cabang serta daun menunjuk pada surga. Namun

pada umumnya lebih banyak dimaknai sebagai simbol kehidupan dan kematian.

Pemaknaan akan kehidupan dan kematian ini yang akan mengantarkan manusia pada

pengenalan akan keabadian.72 Seperti yang simbol salib yang dimaknai sebagai kematian

sekaligus kehidupan dan pohon pengetahuan yang baik dan jahat pada taman eden yang

mengantarkan manusia pada pengenalan akan yang Ilahi.

4.2 Vagina sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan

Axis mundi sebagaimana dipaparkan di atas sangat kental dengan pemaknaan yang

spiritual, berbeda dengan vagina yang selama ini dimaknai dan dikonstruksikan dalam

bahasa lelaki sebatas pada fungsi anatominya. Dinding vagina yang tidak kendur dan

selaput dara yang masih utuh dianggap ideal, untuk pembenarannya ditambahkan tafsir

alkitab yang dangkal, yang melihat kudus dan hancurnya Bait Allah tegantung pada

perawan dan tidak perawan, tanpa menyadari bahwa tubuh perempuan telah

terobyektifikasikan dalam skema yang kompleks tersebut.

69

Jung, Psikologi dan Agama, 125

70 Pengecualian pada Agama Buddha, dalam ajarannya, Buddha sendiri merupakan Axis Mundi, sedangkan

pohon Bodhi sebagai representasi dari Axis Mundi, tempat Buddha mendapatkan pencerahan. 71

Butler, Joseph, Encyclopedia of Religion, Second Edition (USA: Thomson Gale, a part of Thomson Corporation,2005), 712. Termasuk di dalamnya Kristen dan Yahudi yang mensakralkan pohon pengetahun yang baik dan yang jahat, serta Bodhi pada ajaran Buddha. Selain disimbolkan sebagai pohon, axis mundi juga biasa disimbolkan dengan gunung kosmos dan tiang.

72 Wilson, Emotions and Spirituality in Relgions and Spiritual Movments. 61.

Page 35: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

25

Perempuan yang ideal dalam bahasa lelaki menjadi korban dari hasrat, nasfu

primitif laki-laki, baik secara fisik saat penis terpuaskan melalui penetrasi berulang-ulang

kali,73 maupun secara psikis ketika penis berhasil merobek selaput dara pada vagina. Hal

ini kemudian tidak menegaskan bahwa hasrat seksual tidaklah penting, hanya saja selama

ini hasrat berada dalam pemaknaan bahasa lelaki yang menghilangkan nilai padanya. Hal

ini yang kemudian disesalkan oleh Irigaray, di mana ketika manusia diberikan berbagai

pilihan untuk membahasakan sesuatu, ia justru dikekang dalam budaya yang hanya

mengkristalkan satu bahasa.74 Untuk masuk ke dalam pemaknaan lebih mendalam terkait

vagina sebagai Axis Mundi, maka berbagai bentuk bahasa lelaki pada vagina yang

berlandaskan fungsi anatomi semata harus dihilangkan, demi mulai merumuskan bahasa

baru yang kaya akan nilai spiritual.

Dengan menggunakan peta berpikir Irigaray, maka vagina dapat dirumuskan

sebagai Axis Mundi dengan melihat kembali nilai pada vagina melalui genealogi

perempuan, salah satunya proses melahirkan. Konteks genealogi ini sebagai jalan

memaknai vagina secara baru. Dalam temuannya sejalan dengan cara memaknai Axis

Mundi yang terdapat pada agama-agama dan kebudayaan melalui bingkai kisah kelahiran

dan kematian.

Peristiwa mengandung dan melahirkan adalah proses alamiah yang hanya dimiliki

dan dilalui perempuan. Peristiwa itu dimulai dari pembentukan seorang bayi yang

berlangsung pada rahim sampai akhirnya ia dilahirkan. Selama sembilan bulan, uterus

memainkan peranan penting dalam menjamin kelangsungan hidup bayi dalam hal

perlindungan dan penyaluran nutrisi. Uterus seorang perempuan berfungsi seperti sebuah

rumah yang sempurna bagi sang bayi. Tubuh seorang perempuan hamil bekerja dalam satu

mekanisme hormonal yang kompleks, yang kemudian menentukan hidup sang bayi.

Dengan membentuk plasenta sebagai sumber makanan sang bayi, yang terhubung dengan

uterus. Manifestasi kerja sistem hormonal ini bertujuan akhir pada uterus, karena sang

bayi hidup di dalamnya. Pada akhirnya, seorang bayi harus mengalami proses kelahiran. Ia

73

Dalam seksualitas istilah penetrasi digunakan untuk menjelaskan aktivitas seksual ketika penis berusaha menerobos liang Vagina.

74 Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda, 54

Page 36: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

26

akan mengalami keterpisahan dengan uterus, karena sistem hormonal sang Ibu juga

mendorong proses ini untuk segera terjadi. Terjadi chaos dalam organ reproduksi seorang

perempuan, ketika seorang bayi harus segera keluar. Ditandakan melalui rasa sakit luar

biasa, karena otot rahim, tekanan tulang panggul, dan otot vagina bekerja dalam satu irama

kontraksi agar mendorong bayi keluar. Proses panjang dari mekanisme kontraksi organ

reproduksi ini berakhir pada vagina yang dengan tingkat elastisitasnya menyebabkan

tubuh bayi dapat dikeluarkan. Keberhasilan seluruh proses perkembangan bayi dalam

tubuh perempuan dan proses kelahirannya bertumpu pada vagina. 75

Vagina sebagai ambang penentu akhir seluruh proses kelahiran bayi inilah yang

memanifestasikan Axis Mundi pada tubuh perempuan, karena pada akhirnya mekanisme

kerja dari vagina yang menentukan hidup dan matinya ibu dan anak, layaknya Axis Mundi

yang digambarkan sebagai pusat atau tempat bertemunya kematian dan kehidupan.

Sayangnya mekanisme pada vagina yang bekerja dengan sangat indah, tidak hadir dalam

bahasa lelaki yang hanya memberikan nilai pada vagina perempuan berdasarkan

kegunaannya, tanpa melihat nilai lain pada genealogi perempuan yang melampaui

pemahaman masyarakat patriarki. Atas keprihatinan ini Irigaray mengatakan:

Budaya antarlelaki bergerak terbalik. Artinya, menata diri dengan menyingkirkan dari

masyarakatnya sumbangan dari jenis kelamin yang lain. Ketika tubuh perempuan memberi

keturunan dengan menghormati perbedaan (menerima tubuh yang lain dalam dirinya), kelompok

masyarakat patriarki dibangun secara hierarkis dengan menyingkirkan perbedaan.76

Dengan mengimajinasikan ulang vagina sebagai Axis Mundi pada tubuh perempuan,

dapat kembali membukakan mata setiap setiap orang yang lahir daripada mekanisme yang

sangat indah ini, untuk dapat melihat bahwa pada tubuh perempuan terdapat berbagai

bentuk pemaknaan, melampaui pemaknaan pada masyarakat patriarki. Bahkan vagina

yang tidak elastis dan rahim yang tidak mampu lagi berprokreasi selalu memiliki nilai

tersendiri dalam pemaknaan bahasa yang berpusat pada pengalaman yang menubuh,

genealogi perempuan, dan keadilan.

75

Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda. Lihat: Mengenai garis ibu. 76

Irigaray, Aku, kamu, kita: belajar berbeda. 57

Page 37: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

27

Di sisi yang lain, vagina sebagai Axis Mundi juga mengantarkan setiap orang untuk

mengerti keadilan melalui Yesus Kristus. Layaknya manusia, Yesus sebagai bayi

penyelamat juga melewati mekanisme yang indah pada organ reproduksi bunda Maria.

Mekanisme kelahiran ditandakan pada robekan vagina. Melalui vagina yang robek, jalan

penyelamatan manusia dimulai. Dalam dunia patriarki, kisah heroik perempuan yang

vaginanya robek ketika melahirkan selalu terlupakan. Orang hanya melihat produk yang

dihasilkan, yakni bayi. Bahkan akan ada pengagungan lebih, bila bayi berjenis kelamin laki-

laki. Yesus, seorang manusia bergenealogi laki-laki yang kudus, yang hadir di dunia melalui

mekanisme genealogi perempuan dapat menjadi sebuah impuls kekuatan yang

menyadarkan kaum patriarki. Ada pemulihan nilai terhadap vagina ketika Yesus lahir.

Bahwa kelahirannya yang agung, juga turut mengagungkan vagina yang robek dan vagina

sebagai lambang dan situs kekuatan kehidupan pada perempuan. 77

Dalam keadilan Yesus, Yesus juga membangun relasi yang luar biasa dengan

perempuan-perempuan yang dijumpainya. Perjumpaannya dengan perempuan pelacur

menjadi tamparan keras bagi kaum patriarki, karena Yesus justru menunjukkan

keberpihakannya pada keadilan yang diberikan bagi genealogi perempuan. Keberpihakan

ini yang menjadikan diri-Nya juga sebagai korban sistem patriarki. Yesus memang

dibesarkan dalam lingkungan patriarki, sehingga Ia memiliki keistimewaan dan keutamaan

dalam masyarakat Yahudi yang patriarki. Tetapi Ia justru mati dalam cara penyaliban yang

merupakan cara menghukum khas kaum patriarki. Penyaliban yang dialami Yesus telah

turut menyalibkan nilai-nilai patriarki yang tidak adil pada perempuan dalam semua

bentuk penindasan, termasuk pemaknaan keperawanan pada pemuda dan pemudi jemaat

GPM Imanuel Karang Panjang Ambon.

Yesus yang adalah representasi dari genealogi laki-laki menunjukkan diri-Nya,

sebagai korban kaum patriarki. Ia melepaskan semua keutamaan nilai patriarki dalam diri-

Nya. Dari seorang pelaku yang diterima dalam sejarah patriarki, menjadi seorang korban

dalam dunia patriarki. Dan hal ini menjadi kekuatan simpatik bagi perjuangan pembebasan

kemanusiaan.

77

Vagina sebagai situs (memiliki niai sejarah) dalam hal ini sejarah penyelamatan yang kudus maka mematahkan berbagai anggapan vagina sebagai bagian dari anatomi tubuh yang memuaskan laki-laki.

Page 38: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

28

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Konsep keperawanan yang berkembang dalam masyarakat patriarki telah

menghilangkan nilai pada tubuh perempuan. Hal ini mengakibatkan pemaknaan pada

tubuh perempuan hanya dilihat sebatas fungsi antominya. Vagina yang masih suci dan

masih ada selaputnya dilihat sebagai yang ideal dalam keindahan hidup yang ditawarkan

oleh bahasa lelaki yang melanggengkan budaya patriarki. Namun bersama dengan seluruh

orang percaya pada setiap abad dan tempat kita diperhadapakan dengan pertenyaan

dilematis, Apakah keindahan itu, hingga kita lupa yang namanya akan keadilan?.78 Di dalam

keadilan, vagina tidak lagi dibahasakan merujuk pada fungsi anatomi semata, melampaui

itu, vagina adalah Axis Mundi pada tubuh yang padanya terdapat bentuk estetis yang

mengantarkan manusia pada pengenalan akan ilahi.

4.1 Saran

Dalam upaya melangsungkan kehidupan yang penuh dengan penghargaan terhadap

kepelbagaian dalam lingkup pemuda gereja secara khusus dan masyarakat secara umum,

maka pertama-tama yang harus dilakukan adalah melihat orang lain sebagai manusia yang

di dalam tubuh dan jiwanya terdapat berbagai macam keunikan dan pengungkapan dari

rahasia-rahasia ilahi. Selain itu, saran yang dapat saya berikan kepada sinode GPM dan

AMGPM secara umum dan Jemaat GPM Imanuel Karang Panjang dan AMGPM cabang

Imanuel secara khusus adalah dengan mulai menanamkan nilai-nilai atas dasar

penghargaan terhadap kepelbagaian yang ada pada setiap genealogi, baik laki-laki ataupun

perempuan. Namun tidaklah muda menanamkan nilai-nilai ini dalam masyarakat yang

dikenal masih memelihara sistem patriarki seperti kota Ambon yang melanggengkan

bahasa lelaki, oleh karena itu penanaman nilai-nilai ini dapat direalisasikan dalam bentuk

pengajaran dalam basis lingkungan paling kecil seperti keluarga sampai ke kehidupan

bergereja dan bermasyarakat. Setiap elemen harus saling mendidik satu dengan yang lain.

Selain itu secara khusus pada setiap wadah pelayanan yang ada di Jemaat GPM Imanuel

78

Pertanyaan ini terdapat dalam buku spiritualisme kritis dan estetika banal karya Ayu Utami dan Eka Prasetyo. Melalui hasil refleksi, mereka menantang kebudayaan ptariarki yang diwarisi oleh gereja dan kehidupan sekitar.

Page 39: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

29

Karang Panjang Ambon, agar dapat membuat program atau materi mengajar yang

berkaitan dengan penghargaan akan tubuh manusia.

Page 40: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

30

Daftar Pustaka

Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku

Arivia Gadis. Filsafat Berprespektif Feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan. 2003.

______________, dkk. Subjek yang dikekang: Pengantar ke pemikiran Julia Kristeva, Simone de

Beauvoir, Michael Foucault, Jacques Lacan. Jakarta: Salihara. 2013

Butler, Joseph. Encyclopedia of Religion: Second Edition. USA: Thomson Gale, a part of

Thomson Corporation. 2005

Beauvior De Semone. Second Sex: The Second Sex: Kehidupan Perempuan. ed. Toni B.

Febrianto dan Nurani Juliastuti Yogyakarta: Narasi-Pustaka Prometha. 2016

Bourdieu Pierre. Dominasi Maskulin. Yogyakarta: Jalasutra.2010.

Creswell, Jhon W. Penelitian & Desain riset. memilih diantara lima pendekatan

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2014

Golden Arthur. Memoar seorang Geisha Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Herdiansyah Harish. Metodologi Penelitan Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 2010

Ihromi T.O dan Subadio Maria Uldah. Peranan dan Kedudukan wanita indonesia

Yogyakarta: Gadja Mada University Press. 1986

Irigaray Luce. Aku, kamu, kita: belajar berbeda, terj, Rahayu S. Hidayat Jakarta: KPG-

Kepustakaam Populer Gramedia. Forum Jakarta-Paris. 2005

______________. This is Sex Which is Not One, Catherine Potrer. terj. Ithaca, NY: Cornell

University Press. 1985

______________. Speculum of The Other Women. Gillian C. Gill. terj. Ithaca. NY: Cornell

University Press. 1987

______________. Teaching, London: British Library cataloguing in Publication data. 2008

______________. To Be Born. Switzerland: palgrave macmillan. 2017

______________. Key Writings. London-New York: Continuum. 2004

______________. Elemental Passion. Joanne Collie dan Judith Still. Terj. NY: The Athlone Press

Jung. Carl. G Psikologi dan Agama. uraian psikologi perihal dogma dan simbol, terj Afthonul

Afif. Yogyakarta: IRCiSoD. 2017

Page 41: Vagina Sebagai Axis Mundi Tubuh Perempuan Perspektif …...Sebab di . dalam . jalan yang sunyi dan gelap saya menyentuh, meraba, tak tergesa-gesa, serta belajar menyadari yang tak

31

Lukman Lisa. Proses Pembentukan Subjek-Antroplogi Filosofis Jacques Lacan. Yogyakarta:

Percetakan Kanisius. 2011

Pudjiati Danti. Pemikiran Kritis Luce Irigaray dalam Lingustik. Jakarta: Al-Turas. Vol. 13. No

1. 2007

Ramdhani Deshi. Adam harus bicara, sebuah buku lelaki. Yogyakarta: Kanisius. 2010

Rencana Strategis (RENSTRA) Jemaat GPM Imanuel Karang Panjang, Ambon 2016-2020

Setyawan, A. Teologi Seksual: Obrolan Serius tentang Sex. Yogyakarta: Kanisius. 2014

Sitorus, Fitzerald Kennedy Rasionalisme Rene Descartes: Saya berpikir maka saya ada.

Jakarta: Salihara. 2016

Tong Rosemarie Putnam. Feminist Thought: a more Comperhensive Introduction. USA:

Westview Press. 2009

Wilson Erika. Emotions and Spirituality in Relgions and Spiritual Movments. Lanham,

Mayland: Universty Press of America. 2012