valuasi ekonomi youth camp di taman hutan raya wan …digilib.unila.ac.id/62147/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
VALUASI EKONOMI YOUTH CAMP DI TAMAN HUTAN RAYA
WAN ABDUL RACHMAN
SKRIPSI
Oleh
RAHMAT RIZKY MAULANA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRACT
ECONOMY VALUATION OF YOUTH CAMP IN WAN ABDUL
RACHMAN FOREST PARK
By
Rahmat Rizky Maulana
The study aim at analyzing travel costs, economic valuations, and factors
affecting the frequency of tourist visits to Youth Camp in Wan Abdul Rachman
Forest Park. The research was conducted at the Youth Camp in Wan Abdul
Rachman Forest Park involving 73 tourist visitors selected by the method of
taking moment. Data collection is conducted on November-December 2018.
Travel expenses are analyzed by the analysis of travel expenses, economic
valuation is calculated using the calculation of travel expenses and consumer
surplus and factors that influence the frequency of visitor visits analyzed by
regression Poisson. The study show that (1) the cost of travel borne by visitors to
the Youth Camp in Wan Abdul Rachman Forest Park amounted to Rp 77,188.13
per individual with the highest travel cost is from the cost of consumption and
lowest is from the cost of documentation and miscellaneous charges. (2) Factors
affecting the frequency of tourist visits to Youth Camp in Wan Abdul Rachman
Forest Park are cost of travel, income, distance, and facilities. (3) Economic value
of the Youth Camp in Wan Abdul Rachman Forest Park by using the method of
travel costs is Rp 1,924,199,823,454.41.
Keywords: Economic valuation, Frequency of visits, Travel costs,Youth Camp.
ABSTRAK
VALUASI EKONOMI YOUTH CAMP DI TAMAN HUTAN RAYA
WAN ABDUL RACHMAN
Oleh
Rahmat Rizky Maulana
Tujuan penelitian adalah menganalisis biaya perjalanan, valuasi ekonomi, dan
faktor- faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan wisatawan ke Youth
Camp di Tahura WAR. Penelitian ini dilakukan di Youth Camp di Tahura WAR
dengan responden sebanyak 73 pengunjung wisatawan yang dipilih dengan
metode pengambilan sesaat. Pengumpulan data dilakukan pada November-
Desember 2018. Biaya perjalanan dianalisis dengan analisis biaya perjalanan,
valuasi ekonomi dihitung dengan menggunakan perhitungan biaya perjalanan dan
surplus konsumen dan faktor- faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan
pengunjung dianalisis dengan regresi poisson. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa, Biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung wisata Youth Camp di
Tahura WAR sebesar Rp 77.188,13 per individu dengan alokasi biaya perjalanan
tertinggi pada biaya konsumsi dan terendah pada biaya dokumentasi dan biaya
lain-lain. Faktor- faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan wisatawan ke
Youth Camp di Tahura WAR yaitu biaya perjalanan, pendapatan, jarak dan
fasilitas. Nilai ekonomi Youth Camp di TAHURA WAR dengan metode biaya
perjalanan adalah sebesar Rp 1.924.199.823.454,41.
Kata kunci: Biaya perjalanan, Frekuensi kunjungan, Valuasi konomi, Youth Camp
di TAHURA WAR.
VALUASI EKONOMI YOUTH CAMP DI TAMAN HUTAN RAYA
WAN ABDUL RACHMAN
Oleh
RAHMAT RIZKY MAULANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
Judul Skripsi : VALUASI EKONOMI YOUTH CAMP DI
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL
RACHMAN
Nama Mahasiswa : RAHMAT RIZKY MAULANA
Nomor Pokok Mahasiswa : 1414131213
Program Studi : Agribisnis
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S.
NIP19630827 198603 1 003 NIP 19610921 1987031 003
2. Ketua Jurusan Agribisnis
Dr.Teguh Endaryanto, S.P., M.Si.
NIP 19691003 199403 1 004
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. ………………
Sekretaris : Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S. ………………
Penguji
Bukan Pembimbing: Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S. ……………
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.
NIP 19611020 198603 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 08 Juli
1996 dari pasangan Bapak Zulfikar dan Ibu Retno Noviana
Damayanti. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK)
diselesaikan di TK Al- Kautsar pada tahun 2002, tingkat
Sekolah Dasar (SD) di SD Al- Kautsar di Bandarlampung pada tahun 2008,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPNegeri 22 Bandarlampung pada tahun
2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMANegeri9 Bandarlampung pada
tahun 2014. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Ujian Mandiri (Mandiri).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis pernah menjadi
anggota Bidang Pengembangan Akademik dan Profesi Himpunan Mahasiswa
Agribisnis (Himaseperta) tahun 2014 – 2016. Penulis mengikuti kegiatan
homestay (Praktik Pengenalan Pertanian) di Desa Wonoharjo, Kabupaten
Tanggamus pada tahun 2015. Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada bulan Januari hingga
Februari 2017. Pada Juli 2017, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT
Siger Jaya Abadi Tanjung Bintang selama 30 hari kerja efektif.
Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah
Pembangunan Pertanian pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018, mata kuliah
Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada semester genap tahun ajaran
2017/2018, dan mata kuliah Praktik Pengenalan Pertanian pada semester genap
tahun ajaran 2018/2019. Penulis juga pernah menjadi surveyordalam kegiatan
Survei Konsumen yang dilakukan oleh Banj Indonesia periode Juni- Desember
tahun 2018.
SANWACANA
Bismillahirahmannirrahim,
Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin, segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang
berjudul “Valuasi Ekonomi Youth Camp Di Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman”dengan baik.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan, bimbingan, nasihat dan
dukungan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, atas
arahan, bantuan, dan nasihat yang telah diberikan.
3. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing Pertama
yang telah membimbing, memberikan ilmu, nasihat, arahan, motivasi,
dukungan dan saran selama proses penyelesaian skripsi.
4. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., sebagai Dosen Pembimbing Kedua yang telah
memberikan bimbingan, ilmu yang bermanfaat, motivasi, arahan,
dukungandan saran kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.
5. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S., sebagai Dosen Pembahas atas masukan,
arahan, nasihat, dan motivasi yang telah diberikan untuk penyempurnaan
skripsi ini.
6. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S., sebagai pengganti Dosen Pembahas
saya atas kesediaan untuk menjadi pengganti pembahas, masukan, arahan,
nasihat, dan motivasi yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Dr. Yuniar Aviati Syarief, S.P., M.TA., selaku Dosen Pembimbing Akademik
atas segala bantuan, saran, dan motivasi yang telah diberikan.
8. Keluargaku tercinta, Ayahanda H. Zulfikar, S.H., M.H. dan Ibunda Hj. Retno
Noviana Damayanti, S.T., M.T., serta nenekku Hj. Sofwati Asyura adekku
Hilda Hidayati Anjani, yang telah memberikan yang terbaik, tanpa kenal lelah
untuk selalu memberikan cinta dan kasih sayang, pengorbanan, dukungan
yang tiada henti, serta do’a yang tidak terputus untuk penulis.
9. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba Ayi, Mba Tunjung,
Mba Iin, Mba Vanessa, Mas Boim, dan Mas Bukhari) atas bantuan yang telah
diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.
10. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan, Vidya, Yolanda, Yudi, Shelma,
Yohana, Syendita, dan Vita, atas bantuan, dukungan, kebersamaan dan
semangat yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
11. Sahabat- Sahabat Anxiety Disorder, Fadhli, Niki, Zafira dan Iranda atas
kebersamaan, dukungan, arahan, serta motivasi dan saran yang telah
diberikan kepada penulis.
12. Sahabat- Sahabat APPC, Dete, Hafia, Iis, Vero, Suci, Amma dan Othi,
terimakasih atas motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
13. Teman-teman bimbingan seperjuangan, Skripsweet Prof Bustanul dan Papi
Zai Squad, terimakasih atas kebersamaan selama proses bimbingan skripsi,
see you on top.
14. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014 Kelas D, Synthia, Kiky Marliani,
Tegar, Wernat, Sabel, Rosi T, Kidal, Yani, Rosita, Selvi, Septi, Wayan, Upil,
Oci, Siska, Kia, Prana, Yazid, dan teman-teman lain yang tidak bisa
disebutkan satu per satu atas kebersamaan yang telah diberikan.
15. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Dayu, Vanda, Yances, Nadia
Ayu, Fajar, Ryan apip,Adi, Asih, Devira, Ine, Kayesh, Abu, Bella, Fenti,
Dwifeb, Rinty, Inggit, Jestan, Marita, Uuk, Tuti, Rana, Elok, Cimbul, dan
teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih atas
waktu, bantuan, dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis.
16. Kakak-kakak Agribisnis 2011, 2012, 2013 serta adik-adik Agribisnis 2015
dan 2016 atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
17. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian atas segala yang telah diberikan
kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi banyak pihak dimasa yang akan datang.
Bandar Lampung, 2019
Penulis,
Rahmat Rizky
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.2.1 Nilai EkonomiYouth CampTAHURA WAR Diduga
Masih Rendah ...................................................................... 4
1.2.2 Jumlah Total Pengunjung Setiap Tahunnya Berfluktuatif .. 7
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
II. LANDASAN TEORI DANKERANGKA PEMIKIRAN................ 11
2.1. Teori Dasar.................................................................................... 11
2.1.1 Valuasi Ekonomi ................................................................. 11
2.1.2 Travel Cost Method (TCM) ................................................. 14
2.1.3 Willingness to Pay (WTP) ................................................... 18
2.1.4 Contingent Valuation Method (CVM)................................. 19
2.1.5 Surplus Konsumen............................................................... 23
2.1.6 Wisata Alam ........................................................................ 24
2.1.7 Permintaan Pariwisata ......................................................... 26
2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 30
2.3. Kerangka Pemikiran...................................................................... 41
2.4. Hipotesis ....................................................................................... 46
III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 47
3.1. Metode Penelitian ......................................................................... 47
3.2. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ....................................... 47
3.3. Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian .............................. 51
3.4. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data .................................... 53
3.5. Metode Analisis Data .................................................................... 54
3.5.1. Metode Biaya Perjalanan ..................................................... 54
ii
3.5.2. Analisis Regresi Poisson ..................................................... 54
3.5.3. Valuasi Ekonomi Youth Camp di TAHURA WAR ............ 58
3.6. Diagram Alur Penelitian ............................................................... 60
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................. 61
4.1. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR) ..... 61
4.2. Sejarah dan Profil Youth Camp ..................................................... 64
4.3. Struktur Organisasi Youth Camp di TAHURA WAR .................. 66
4.4. Sarana dan Prasarana Youth Camp diTAHURA WAR ................ 67
4.5. Tata LetakYouth Camp di TAHURA WAR ................................. 75
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 78
5.1. Karakteristik Responden ............................................................... 78
5.1.1. Jenis Kelamin Pengunjung .................................................. 79
5.1.2. Usia Pengunjung .................................................................. 80
5.1.3. Tingkat Pendidikan Pengunjung.......................................... 82
5.1.4. Jenis Pekerjaan Pengunjung ................................................ 83
5.1.5. Tingkat Pendapatan Pengunjung ......................................... 85
5.1.6. Asal Daerah Pengunjung ..................................................... 86
5.1.7. Motivasi Kunjungan Pengunjung ........................................ 87
5.1.8. Jenis Kendaraan Pengunjung ............................................... 89
5.1.9. Frekuensi KunjunganPengunjung ....................................... 90
5.1.10. Sumber Informasi Pengunjung .......................................... 91
5.2 Biaya Perjalanan Pengunjung Youth Camp di TAHURA WAR .. 93
5.3 Kesediaan Membayar Pengunjung Youth Camp di TAHURA
WAR ............................................................................................. 95
5.4. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi
Kunjungan ke Youth Camp di TAHURA WAR ........................... 98
5.4.1. Biaya perjalanan (X1) .......................................................... 99
5.4.2. Pendapatan(X4) .................................................................... 100
5.4.3. Jarak(X5) .............................................................................. 101
5.4.4. Fasilitas (D1) ........................................................................ 102
5.4.5. Uji Normalitas ..................................................................... 103
5.4.6. Overdispersi ......................................................................... 104
5.5 Nilai Ekonomi Youth Camp di TAHURA WAR .......................... 105
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 109
6.1. Kesimpulan ................................................................................... 109
6.2. Saran ............................................................................................. 110
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 111
LAMPIRAN ............................................................................................... 114
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Batasan operasional variabel yang berhubungan dengan valuasi
ekonomiYouth Camp di TAHURA WAR ............................................. 49
2. Batasan operasional variabel yang berhubungan dengan frekuesnsi
kunjungan wisatawan padaYouth Camp di TAHURA WAR ............... 50
3. Karakteristik pengunjungYouth Camp di TAHURA WAR berdasarkan
frekuensi kunjungan .............................................................................. 90
4. Biaya perjalanan pengunjung Youth Camp di TAHURA WAR ........... 94
5. Klasifikasi kesediaan membayar tiket masuk Youth Camp di TAHURA
WAR ..................................................................................................... 96
6. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi
kunjungan di Youth Camp di TAHURA WAR ..................................... 98
7. Hasil uji kolmogorov-smirnov pada variabel terikat fungsi permintaan
Youth Camp di TAHURA WAR ........................................................... 104
8. Hasil pengecekan overdispersi atas fungsi frekuensi kunjungan Youth
Camp di TAHURA WAR ..................................................................... 105
9. Perhitungan nilai ekonomi Youth Camp di TAHURA WAR ............... 106
10. Identitas responden pengunjung Youth Camp di TAHURA WAR ....... 115
11. Biaya perjalanan pengunjung ke Youth Camp di TAHURA WAR ...... 117
12. Biaya perjalanan total responden Youth Camp di TAHURA WAR ..... 123
13. Faktor- faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan wisatawan Youth
Camp di TAHURA WAR ..................................................................... 126
14. Kesediaan membayar tiket responden Youth Camp di TAHURA WAR 129
15. Perhitungan surplus konsumen ............................................................. 131
iv
16. Hasil uji kolmogorov-smirnov pada variabel terikat fungsi frekuensi
kunjungan Youth Camp di TAHURA WAR ......................................... 133
17. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi
kunjungan di Youth Camp di TAHURA WAR ..................................... 134
18. Hasil pengecekan overdispersi atas fungsi frekuensi kunjungan Youth
Camp di TAHURA WAR ..................................................................... 135
19. Perhitungan valuasi ekonomi ................................................................ 136
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perkembangan jumlah pengunjung wisataYouth Camp di TAHURA
WAR tahun 2015-2017 (Dinas UPTD TAHURA WAR, 2018) ........... 3
2. Kurva Surplus konsumen ...................................................................... 24
3. Kerangka pemikiran valuasi ekonomi wisata Youth Camp di TAHURA
WAR ..................................................................................................... 45
4. Diagram Alur Penelitian ....................................................................... 60
5. Struktur organisasi TAHURA WAR .................................................... 64
6. Peta lokasi Youth Camp di TAHURA WAR ........................................ 66
7. Struktur organisasi Youth Camp di TAHURA WAR ........................... 67
8. Air Terjun Gunung Minggu di Youth Camp ......................................... 68
9. Pintu masuk Pasar TAHURA................................................................ 69
10. Gedung aula Youth Camp ..................................................................... 70
11. Gladiator Youth Camp ........................................................................... 71
12. Salah satu toilet Youth Camp ................................................................ 72
13. Mushola Youth Camp .......................................................................... 73
14. Tempat berwudhu.................................................................................. 73
15. Lapangan parkir Youth Camp................................................................ 74
16. Air mancur ........................................................................................... 75
17. Penunjuk arah wisata............................................................................. 75
18. Saung Youth Camp ................................................................................ 75
19. Jalan setapak.......................................................................................... 75
vii
20. Tata letak Youth Camp di Tahura WAR ............................................... 77
21. Grafik karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin (Data diolah,
2019). .................................................................................................... 79
22. Grafik karakteristik pengunjung berdasarkan usia (Data diolah, 2019). 81
23. Grafik karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
(Data diolah, 2019)................................................................................ 82
24. Pekerjaan(Data Diolah, 2019). .............................................................. 84
25. Grafik karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan per
bulan (Data diolah, 2019). ..................................................................... 85
26. Grafik karakteristik pengunjung berdasarkan asal daerah tempat tinggal
(Data diolah, 2019)................................................................................ 86
27. Grafik karakteristik pengunjung berdasarkan motivasi kunjungan
(Data diolah, 2019)................................................................................ 88
28. Grafik karakteristik pengunjung berdasarkan sumber informasi
(Data diolah, 2019)................................................................................ 92
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi suatu
negara. Pentingnya bagi suatu negara menjadikan sektor pariwisata sebagai
sektor yang dapat diprioritaskan dan menjadi media integrasi program dan
kegiatan antar sektor pembangunan, sehingga sektor pariwisata sangat masuk
akal ditetapkan menjadi penggerak perekonomian bangsa (Sekretariat Kabinet
Republik Indonesia, 2017).Menurut Badan Pusat Statistik (2016), kontribusi
sektor pariwisata terhadap devisa sebesar 7.603,45 juta dollar pada tahun
2010 menjadi 12.225,89 juta dollar pada tahun 2015.
Provinsi Lampung memiliki sumber daya alam yang dibutuhkan industri
pariwisata dimana obyek wisata yang cukup banyak dan beragam yang
tersebar diberbagai kabupaten/kota.Pemerintah Provinsi Lampung berusaha
untuk mengembangkan dan mengelola sektor pariwisata yang menggunakan
konsep ekowisata. Konsep ekowisata merupakan bentuk pengelolaan
pariwisata dengan pendekatan konservasi alam. Konsep ekowisata dapat
dilihat dengan lima elemen inti, seperti bersifat alami, berkelanjutan secara
ekologis, lingkungannya bersifat edukatif, menguntungkan masyarakat lokal,
dan menciptakan kepuasan wisatawan. Dewasa ini sektor pariwisata banyak
2
yang telah dikembangkan sebagai ekowisata, yang memanfaatkan sumber
daya alam baik daratan atau perairan sebagai lokasi wisata. Salah satu
sumber daya alam yang sedang dikembangkan sebagai pariwisata (ekowisata)
di Provinsi Lampung yaitu hutan. Hutan merupakan salah satu sumberdaya
yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia (UNEP, 2014).
Destinasi wisata hutan di Provinsi Lampung yang sedang dikembangkan
potensinya dan mempunyai daya tarik untuk wisatawan yaitu Youth Camp di
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR) yang berada
Kabupaten Pesawaran, Kecamatan Teluk Pandan. Menurut Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung (2009), TAHURA WAR merupakan wilayah sistem
penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan
tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan iklim mikro, penghasil udara
bersih, menjaga siklus makanan dan pusat pengawetan keanekaragaman
hayati. Potensi yang terdapat pada wisata Youth Campdi vegetasi hutan,
perkemahan, tempat outbond, tujuh tingkatan air terjun, berbagai macam flora
dan fauna, serta berbagai macam spot foto.
Terdapatnya kawasan wisata Youth Camp di TAHURA WAR dapat
memberikan dampak positif bagi masyarakat, di antaranya seperti
peningkatan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja, dan peluang usaha.
Seiring berkembangnya kegiatan wisata yang ada di wisata Youth Camp di
TAHURA WAR, banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang datang
untuk menikmati keindahan panorama alam hutan, keindahan air terjun,
melihat keanekaragaman flora dan fauna atau menjadikan tempat untuk
3
penelitian dan pembelajaran. Berikut perkembangan jumlah pengunjung
wisata Youth Camp di TAHURA WAR lima tahun terakhir yang tersaji pada
Gambar 1.
2015 2016 2017
Jumlah kunjunganwisata
1764 1141 3690
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
Jumlah kunjungan wisata
54,60 %
69,07 %
Gambar 1. Perkembangan jumlah pengunjung wisataYouth Camp di
TAHURA WAR tahun 2015-2017 (Dinas UPTD TAHURA
WAR, 2018)
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tiga tahun tahun terakhir jumlah
wisatawan wisata Youth Camp di TAHURA WAR mengalami fluktuasi yang
signifikan. Jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2016 mengalami
penuruan yang cukup besar yaitu sebesar 54,60% dengan jumlah total
pengunjung 1.141 orang dengan harga tiket masuk sebesar Rp 4.000, dan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang jauh lebih tinggi jumlahnya
sebesar 1.764 orang. Pada tahun 2017 merupakan jumlah tertinggi kunjungan
wisatawan yang datang ke wisata Youth Camp tersebut dengan jumlah
4
sebesar 3.690 orang, persentase kunjungan sebesar 69,07% dengan harga tiket
masuk sebesar Rp 4.000.
Wisatawan yang datang ke wisata Youth Camp di TAHURA WAR sangat
berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat disekitarnya, karena wisatawan
akan mengeluarkan sebagian uangnya untuk kesediaan mereka dalam
membayar sejumlah fasilitas dan jasa- jasa atau kegiatan wisata sehingga
berdampak terhadap tingkat pendapatan dan mata pencaharian masyarakat
disekitarnya. Persepsi wisatawan dalam memberikan harga terhadap sesuatu
tempat, yaitu pada obyek wisata wisata Youth Camp di TAHURA WAR yang
dapat dijadikan suatu acuan valuasi kawasan wisata tersebut.Valuasi terhadap
wisata Youth CampTAHURA WARmenggunakan metode travel cost. Prinsip
kerja metode travel cost cukup sederhana, asumsi mendasar yang digunakan
pada pendekatan metode biaya perjalanan adalah bahwa utilitas dari setiap
konsumen terhadap aktivitas, seperti rekreasi, bersifat dapat dipisahkan.
Artinya, fungsi permintaan kegiatan rekreasi tidak dipengaruhi oleh
permintaan kegiatan lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Nilai EkonomiYouth CampTAHURA WAR Diduga Masih Rendah
Wisata Youth Camp pada kawasan TAHURA WAR merupakan
kawasan hutan konservasi yang dijadikan sebagai obyek wisata yang
dikelola oleh pemerintah setempat dengan bantuan masyarakat sekitar
guna untuk melestarikan hutan dan untuk menikmati keindahan alam
5
yang terdapat didalamnya. Youth Camp pada TAHURA WAR dapat
dijadikan salah satu destinasi wisata bagi masyarakat lokal atau
domestik hingga mancangeara untuk menikmati rekreasi dengan
keindahan alam seperti air terjun, berbagai macam jenis flora dan fauna.
Pada obyek wisata ini juga dapat dijadikan sebagai tempat bumi
perkemahan remaja untuk kegiatan organisasi maupun kegiatan lintas
alam.
Terdapatnya kegiatan wisata pada obyek wisata tersebut harus didukung
dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana
yang terdapat pada wisata Youth Camp dapat dikatakan masih kurang
diperhatikan baik dari pihak pengelola wisata maupun pemerintah yang
bertanggung jawab. Beberapa sarana dan prasarana yang kurang
diperhatikan yaitu sarana informasi penunjuk jalan mengenai letak
lokasi wisata Youth Camp di TAHURA WAR masih belum jelas, jalan
setapak untuk menuju wisata air terjun Wan Abdul Rachman juga
belum diperbaiki secara menyeluruh, kurangnya fasilitas MCK yang
memadai ditandai dengan kurangnya ketersediaan air bersih,
ketersediaan jasa transportasi umum sebagai akses untuk menuju pada
obyek wisata kurang memadai, sehingga wisatawan dari luar daerah
yang ingin datang berkunjung sulit untuk mendapatkan akses
transportasi untuk berkunjung karena tidak semua transportasi umum
melewati wisata Youth Camp di TAHURA WAR. Permasalahan
tersebut seharusnya dapat langsung ditanggapi atau diperbaiki, karena
di dalam suatu kawasan obyek wisata fasilitas atau sarana dan prasarana
6
yang terdapat didalamnya harus memadai dan diperhatikan guna untuk
menunjang dan menjadi daya tarik wisatawan untuk dapat berkunjung
ke obyek wisata tersebut, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan
penilaian terhadap obyek wisata tersebut.
Penilaian lain terhadap potensi wisata Youth Camp pada TAHURA
WAR di Provinsi Lampung dapat dinyatakan dalam bentuk nilai
kuantitatif terutama dalam nilai rupiah.. Bentuk nilai rupiah tersebut
yaitu diukur dengan biaya perjalanan yang ditempuh oleh pengunjung
dari tempat ia berasal hingga sampai pada lokasi dan kesediaan
wisatawan untuk membayar terhadap wisata tersebut, seperti membayar
tiket masuk, parkir, dokumentasi dan fasilitas lain yang tersedia pada
wisata tersebut. Untuk saat ini harga tiket masuk wisata Youth Camp di
TAHURA WAR sebesar Rp 3.000 per orang dan harga tiket bagi
kendaraan roda 2 sebesar Rp 2.000, roda 4 sebesar Rp 3.000, serta biaya
untuk berkemah dikenai biaya sebesar Rp 10.000/ orang. Nominal nilai
tersebut dapat dikatakan sangat rendah dan tidak sebanding dengan
sumber daya alam yang tersedia pada wisata Youth Camp di TAHURA
WAR terhadap manfaat yang dirasakan oleh wisatawan dari aktivitas
ekowisata yang mereka lakukan. Kecenderungan permasalahan
tersebut dapat membuat pemberian nilai bagi wisata Youth Camp di
TAHURA WAR menjadi penting bagi keberlanjutan pengelolaan
sumber daya tersebut, dengan tujuan untuk dapat menjadikan wisata
tersebut menjadi wisata yang unggul dan diminati oleh wisatawan.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka ada beberapa hal yang
7
menjadi perhatian yaitu berapakah valuasi ekonomi wisata Youth
Campdi TAHURA WAR? Berpakah kesediaan membayar wisatawan
terhadap wisata Youth Camp di TAHURA WAR?.
1.2.2 Jumlah Total Pengunjung Setiap Tahunnya Berfluktuatif
Youth Camp di TAHURA WAR merupakan salah satu lokasi wisata
yang menyuguhkan keindahan alam hutan yang dapat dinikmati,
didalamnya juga terdapat keindahan air terjun tujuh tingkatan, wisata
ini dapat juga dijadikan tempat berkemah, serta dapat dijadikan sebagai
tempat edukasi atau penelitian. Pengunjung yang datang ke lokasi
tersebut melakukan kegiatan wisata berupa menikmati keindahan alam
air terjun serta mengabadikan foto, melakukan penelitian, melihat
beragam macam flora dan fauna, dan melakukan kegiatan organisasi
yaitu kemah remaja.
Wisatawan yang datang ke Youth Camp di TAHURA WAR biasanya
secara perorangan, rombongan atau kelompok baik bersama keluarga
maupun bersama teman sekelompok bermainnya. Berdasarkan data
pengunjung tiga tahun terakhir yang didapatkan dari UPTD TAHURA
WAR, bahwa pada tahun 2015 jumlah pengunjung yaitu sebanyak
1.764 wisatawan, pada tahun 2016 sebesar 1.141 wisatawan, dan pada
tahun 2017 sebesar 3.690 wisatawan. Berdasarkan data diatas bahwa
dapat dikatakan dalam kurun tiga tahun terakhir wisatawan yang
berkunjung ke wisata Youth Camp di TAHURA WAR mengalami
fluktuasi, dan pada tahun 2017 terdapat lonjakan kenaikan jumlah
8
pengunjung yang sangat besar, jika dibandingkan dengan tahun- tahun
sebelumnya. Jumlah pengunjung yang naik turun disebabkan karena
adanya persaingan lokasi wisata yang searah dengan wisata Youth
Camp di TAHURA WAR yaitu berupa berbagai macam wisata pantai
dan resort, lalu wisata yang sejenis dengan wisata Youth Camp. Tidak
hanya persaingan lokasi wisata hal lain yang menyebabkan
permasalahan tersebut yaitu perbedaan minat wisatawan untuk
berwisata di lokasi yang berbeda- beda.
Terkait permasalahan diatas pihak pengelola setempat telah melakukan
suatu tindakan dengan cara mempromosikan obyek wisatanya dengan
menyebarkan informasi yang terkandung pada wisata Youth Camp di
TAHURA WAR melalui media sosial, dan pada bulan Desember 2017
pengelola setempat mengadakan suatu bentuk kerja sama dengan
Generasi Pesona Indonesia (Genpi) dengan mengadakan satu cara
promosi untuk menarik wisatawan yaitu dengan terdapatnya “Pasar
TAHURA WAR”. Program ini dapat dikatakan sebagai salah satu
keunggulan yang dimiliki oleh wisata Youth Camp TAHURA WAR
yang dapat dikatakan sebagai daya saing wisatanya tersebut dan
program ini baru berjalan selama delapan bulan dan diadakan setiap
hari minggu, program Pasar TAHURA WAR ini didalamnya
menawarkan berbagai macam jajanan, hiburan serta wisatawan dapat
menikmati pemandangan yang berada pada wisata Youth Camp di
TAHURA WAR. Cara tersebut dapat menimbulkan keinginan
masyarakat untuk mengetahui informasi tersebut untuk melakukan
9
kegiatan wisata. Menurut sudut pandang lain cara seperti ini dapat
dikatakan kurang efektif, karena penawaran atraksi atau hiburan yang
terkandung di dalam wisata Youth Camp TAHURA WAR tersebut
kurang menarik, inovatif, dan waktunya tidak intensif, akibatnya daya
saing wisata yang dimiliki oleh wisata Youth Camp TAHURA
WARmasih bisa kurang bersaing dengan pesaing wisata disekitarnya.
Permasalahan iniyang mengakibatkan jumlah pengunjung tidak
menentu yang datang dan kurangnya minat wisatawan untuk menikmati
keindahan alam hutan. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka
faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi frekuensi kunjungan
wisatawan Youth Camp di TAHURA WAR?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisi biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung Youth Camp
di TAHURA WAR.
2. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi frekuensi
kunjunganYouth Camp di TAHURA WAR.
3. Mengetahui valuasi ekonomi Youth Camp di TAHURA WAR.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Estimasi biaya perjalanan pengunjung Youth Camp di TAHURA WAR
sebagai proksi nilai ekonomi.
10
2. Penilaian wisata Youth Camp di TAHURA WAR dalam memunculkan
daya tarik wisata sebagai faktor untuk meningkatkan frekuensi kunjungan.
3. Penilaian ekonomi sebagai dasar kebijakan pengembangan wisata Youth
Camp di TAHURA WAR.
II. LANDASAN TEORI DANKERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Teori Dasar
2.1.1 Valuasi Ekonomi
Valuasi ekonomi merupakan nilai ekonomi yang terkandung dalam
suatu sumber daya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang
harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya
sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara
benar dan mengenai sasaran (Husni, 2018). Menurut Gravitiani
(2010), nilai ekonomi total terbagi menjadi dua bagian, yaitu nilai
guna dan nilai non- guna, dimana nilai guna terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu nilai guna langsung, nilai guna tak langsung dan nilai
pilihan.
Nilai guna langsung merupakan nilai yang diperoleh atau dirasakan
seseorang karena berhubungan langsung dengan lingkungan atau
mengunjungi suatu lingkungan tertentu. Nilai guna langsung terbagi
menjadi nilai konsumtif dan nilai non- konsumtif, nilai konsumtif
merupakan nilai yang langsung dapat diperoleh karena seseorang
mengkonsumsi barang tersebut contohnya seperti makanan, minuman
dan obat- obatan, sedangkan nilai non konsumtif merupakan nilai
12
yang langsung dapat diperoleh seseorang bukan merupakan barang
konsumtif, seperti rekreasi, kesehatan dan kenyamanan. Nilai guna
tak langsung adalah barang dan jasa yang ada karena keberadaan
ekosistem yang tidak secara langsung dapat diambil dari sumberdaya
alam tersebut. Nilai pilihan adalah nilai kemungkinan penggunaan
lingkungan pada masa yang akan datang bagi generasi mendatang,
nilai pilihan ini seringkali disebut dengan nilai warisan.
Nilai non guna merupakan nilai keberadaan, dimana manfaat baru
diketahui ketika sumber daya alam digunakan tanpa adanya ekspektasi
penggunaannya di masa sekarang maupun masa yang akan datang
(Gravitiani, 2010). Valuasi digunakan untuk membuat perbandingan
antara manfaat marginal dan biaya marginal, sehingga diperlukan
informasi berupa angka untuk dilakukannya penilaian dengan unit
uang. Valuasi ekonomi merupakan suatu upaya untuk memberikan
nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber
daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia
atau tidak (Hasibuan, 2014).
Analisis nilai pasar terdapat biaya marginal yang menjelaskan tentang
nilai seseorang yang disediakan pasar. Berdasarkan analisis non-pasar
valuasi ekonomi dapat digunakan dalam hal pemberian nilai moneter
pada produk barang dan jasa yang tidak dipasarkan. Contohnya
seperti penilaian manfaat terhadap keindahan alam dan rekreasi wisata
yang didasarkan pada kesediaan membayar konsumen.
13
Menurut Mubarok (2012), menyatakan bahwa terdapat dua kelompok
golongan untuk penilaian teknik valuasi ekonomi sumber daya alam
yang tidak dapat dipasarkan. Kelompok pertama adalah teknik valuasi
yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to pay
terungkap melalui model yang dikembangkan. Kelompok kedua
adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan
membayar yang diperoleh langsung dari responden.
Nilai ekonomi dari suatu barang atau jasa diukur dengan
menjumlahkan kehendak untuk membayar Willingness to pay dari
banyak individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud. Kesediaan
membayar merefleksikan preferensi individu untuk membayar suatu
barang yang dipertanyakan. Artinya, valuasi ekonomi dalam konteks
lingkungan hidup adalah pengukuran preferensi masyarakat akan
lingkungan hidup yang baik dibandingkan terhadap lingkungan hidup
yang buruk (Fauzi, 2010).
Pemahaman tentang konsep valuasi ekonomi memungkinkan para
pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan sumber daya
alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Aplikasi valuasi
ekonomi menunjukkan hubungan antara konservasi SDA dengan
pembangunan ekonomi.Valuasi ekonomi dapat dijadikan alat yang
penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
Tujuan valuasi ekonomi adalah membantu pengambil keputusan untuk
14
menduga efisiensi ekonomi dari berbagai pemanfaatan yang mungkin
dilakukan (Soemarno, 2010).
2.1.2 Travel Cost Method (TCM)
Metode biaya perjalanan ini merupakan salah satu metode dari teknik
penilaian lingkungan. Biaya perjalanan (travel cost) direpresentasi
sebagai nilai atau harga barang lingkungan tersebut (Siwi, 2010).
Metode biaya perjalanan sering sekali digunakan untuk menganalisis
permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka, seperti hiking, berburu,
menikmati keindahan alam. Secara prinsip, metode ini mengkaji
biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-
tempat rekreasi.Metode travel cost dapat digunakan untuk mengukur
manfaat biaya akibat:
a. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi.
b. Penambahan tempat rekreasi baru.
c. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi.
d. Penutupan tempat rekreasi yang ada (Fauzi, 2010).
Prinsip kerja metode travel cost cukup sederhana, prinsipnya ingin
mengetahui nilai sumber daya alam atraktif untuk rekreasi (misalnya
taman hutan raya) yang terletak dalam suatu radius tertentu. Tujuan
dasar dari metode biaya perjalanan yaitu ingin mengetahui nilai
kegunaan dari sumber daya alam ini melalui pendekatan proxy.
Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan metode biaya
perjalanan adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap
15
aktivitas, seperti rekreasi, bersifat dapat dipisahkan. Artinya, fungsi
permintaan kegiatan rekreasi tidak dipengaruhi oleh permintaan
kegiatan lainnya.
Menurut Fauzi (2010)Travel cost method (TCM) memiliki dua
pendekatan, yaitu:
a. Zonasi travel cost
Pendekatan metode biaya perjalanan melalui zonasi merupakan
pendekatan yang relatif simpel dan murah, karena data yang
diperlukan relatif banyak mengandalkan data sekunder dan
beberapa data sederhana dari responden pada saat survei.
b. Individual travel cost
Metodologi pendekatan individual metode biaya perjalanan secara
prinsip sama dengan sistem zonasi, namun pada pendekatan ini
analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui
survei dan teknik statistika yang relatif kompleks. Kelebihan
individual travel cost ini adalah hasil yang didapat relatif lebih
akurat dibandingkan metode zonasi.Menentukan fungsi permintaan
terhadap kunjungan ke tempat wisata, pendekatan individual travel
cost menggunakan teknik ekonometrika seperti regresi sederhana
(OLS). Hipotesis yang dibangun bahwa kunjungan ketempat wisata
akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan diasumsikan
berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang
memiliki kemiringan negatif. Secara sederhana fungsi permintaan
di atas dapat ditulis sebagai berikut: Vij= f (cij,Tij,Qij,Sij,Mi)
16
Keterangan:
Vij= Jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j
Cij= Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i ke tempat j
Tij= Biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i ke tempat j
Qij= Persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat
yang dikunjungi.
Sij= Karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain
Mi= Pendapatan dari individu i
Agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui metode biaya
perjalanan tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan
asumsi dasar, antara lain:
a. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas
harga dari rekreasi.
b. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan
utilitas maupun disutilitas.
c. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (Fauzi, 2010).
Menurut Fauzi (2010) meski dianggap sebagai suatu pendekatan
yang praktik, metode biaya perjalanan memiliki beberapa
kelemahan, antara lain:
a. Metode biaya perjalanan dibangun berdasarkan asumsi bahwa
setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi
tempat wisata yang dituju. Artinya seseorang tidak menelaah
aspek kunjungan ganda, jika pada kenyataannya seorang
17
individu bisa saja mengunjungi tempat lain terlebih dahulu
sebelum ke tempat wisata yang dimaksud.
b. Metode biaya perjalanan tidak membedakan individu yang
memang datang dari kalangan pelibur (holiday makers) dan
mereka yang datang dari wilayah setempat. Artinya jika para
holiday makers ini memang datang untuk menikmati keindahan
alam tempat wisata yang diteliti, maka tentunya biaya perjalanan
penduduk sekitar harus dialokasikan pada kalangan pelibur.
c. Permasalahan pada pengukuran nilai dari waktu.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai kelemahan metode biaya
perjalanan, tentunya metode ini memiliki kekuatan. Kekuatan
metode biaya perjalanan (Travel Cost Method):
a. Metode biaya perjalanan mensimulasikan teknik empiris yang
lebih konvensional yang digunakan oleh para ekonom.
b. Memperkirakan nilai ekonomi berdasarkan harga pasar.
c. Metode ini didasarkan pada perilaku aktual.
d. Survei di tempat memberikan kesempatan untuk ukuran sampel
yang besar, karena pengunjung cenderung tertarik untuk
berpartisipasi.
e. Hasilnya relatif mudah untuk ditafsirkan dan dijelaskan.
f. Metode ini relatif murah untuk diaplikasikan (Mavsar dkk,
2016).
18
2.1.3 Willingness to Pay (WTP)
Nilai ekonomi merupakan pengukuran dimana jumlah maksimum
seseorang bersedia mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh
barang dan jasa lainnya.Secara formal, konsep ini disebut keinginan
membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa
yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Pengertian
lain mengenai willingness to pay diartikan sebagai jumlah maksimal
seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan
terhadap sesuatu (Fauzi, 2010).
Menurut Fauzi (2010) menyatakan bahwa pengukuran WTP yang
dapat diterima harus memenuhi syarat:
1) WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif.
2) Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan.
3) Adanya konsistensi antara keacakan pendugaaan dan
4) keacakan perhitungannya.
Terdapatnya syarat memenuhi diatas dapat diakui bahwa ada
kelemahan dalam pengukuran keinginan membayar ini. Contohnya,
meskipun sebagian barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam
dapat diukur nilainya karena diperdagangkan, sebagian yang lain,
seperti keindahan pantai atau laut, kebersihan, dan keaslian alam tidak
diperdagangkan sehingga tidak atau sulit diketahui nilainya, karena
masyarakat tidak membayarnya secara langsung. Alasan lain
mengatakan, karena masyarakat kurang mengetahui dengan cara
19
pembayaran jasa seperti itu, keinginan membayar mereka juga sulit
diketahui. Pada akhirnya, dalam pengukuran nilai sumber daya alam,
nilai tersebut tidak selalu harus diperdagangkan untuk mengukur nilai
moneternya, yang diperlukan hanya pengukuran seberapa besar
kemampuan membayar masyarakat untuk memperoleh barang dan
jasa dari sumber daya (Fauzi, 2010).
Pengukuran nilai ekonomi dapat juga dilakukan dengan pengukuran
WTA (willingness to accept) yaitu kesediaan seseorang untuk
menerima kompensasi terhadap penurunan kualitas lingkungan
disekitarnya. Pada umumnya kesediaan membayar lebih sering
ditemui dibandingkan kesediaan menerima kompensasi karena
kesediaan menerima kompensasi bukan merupakan pengukuran
berdasarkan insentif, oleh sebab itu kurang tepat untuk menjadi studi
kasus yang berdasarkan perilaku manusia (Mubarok dan
Ciptomulyono, 2012).
2.1.4 Contingent Valuation Method (CVM)
C on t in g en t Va l ua t io n M et h od (CVM) merupakan metode yang
dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa
lingkungan/fungsi ekosistem yang dianggap tidak memiliki nilai guna.
Pendekatan CVM secara teknik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan, dan
dengan teknik survei. Pada hakikatnya CVM bertujuan untuk
20
mengetahui keinginan membayar dari masyarakat dan keinginan
menerima dari suatu kerusakan lingkungan (Fauzi, 2010).
Pada tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat lima
tahap kegiatan atau proses. Tahapan tersebut dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Membuat Hipotesis Pasar
Pada awal proses kegiatan CVM, seorang peneliti biasanya harus
terlebih dahulu membuat hipotesis pasar terhadap sumber daya
yang akan dievaluasi.
b. Mendapatkan Nilai Lelang
Tahap mendapatkan nilai lelang dilakukan dengan melakukan
survei, baik melalui survei langsung dengan kuisioner, wawancara
melalui telepon, dan lewat surat. Berdasarkan ketiga cara tersebut
cara survei langsung akan memperoleh hasil yang lebih baik.
Tujuan dari survei ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum
keinginan membayar (WTP) dari responden terhadap suatu
proyek.
c. Menghitung Rataan WTP dan WTA
Tahap ini merupakan tahap dimana untuk mendapat nilai dari
menghitung rataan WTP dan WTA dari setiap individu, nilai ini
dihitung berdasarkan nilai lelang. Perhitungan ini biasanya
didasarkan pada nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah).
Pada tahap ini harus diperhatikan kemungkinan timbulnya outlier
(nilai yang sangat jauh menyimpang dari rata- rata).
21
d. Memperkirakan Kurva Lelang
Kurva lelang diperoleh dengan meregresikan WTP/WTA sebagai
variabel tidak bebas dengan beberapa variabel bebas.
e. Mengagregatkan Data
Mengagregatkan data merupaka tahap terakhir dalam teknik CVM.
Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan
populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi
ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga
dalam populasi (N).
Contingent Valuation Method telah mendapatkan perhatian luas dalam
ekonomi dan kebijakan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, yakni :
a. Contingent Valuation Method merupakan satu-satunya cara praktis
dalam memperkirakan berbagai benefit lingkungan, misalnya jika
pembuat kebijakan ingin memperkirakan nilai eksistensi habitat
alam yang unik atau daerah hutan konservasi pada masyarakat,
maka CVM merupakan prosedur estimasi benefit yang tersedia.
b. Perkiraan benefit lingkungan yang diperoleh dari survei contingent
valuation, yang dilakukan dan didesain dengan baik, sama baiknya
dibandingkan dengan hasil perkiraan diperoleh dengan metode
lainnya.
c. Kemampuan mendesain dan melakukan survei skala besar dan
analisis rinci dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh
telah meningkat dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam teori
22
sampling, teori ekonomi estimasi benefit, manajemen data yang
terkomputerisasi dan Poll opini publik.
Metode CVM dapat dikatakan sebagai pendekatan yang cukup baik
untuk mengukur WTP, namun terdapat kelemahan yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaannya. Kelemahan yang utama adalah
timbulnya bias. Bias yang dimaksud jika timbul nilai yang overstate
maupun understate secara sistematis dari nilai yang sebenarnya.
Sumber- sumber bias dapat ditimbulkan oleh dua hal yang utama,
diantaranya:
a. Bias yang timbul dari strategi yang keliru. Bias ini dapat terjadi
jika pada saat melakukan wawancara dan dalam kuisioner
dinyatakan bahwa responden akan dipungut biaya untuk perbaikan
lingkungan, sehingga akan timbul kecenderungan pada responden
untuk memberi nilai understate dari nilai biaya tersebut.
b. Bias yang ditimbulkan oleh rancangan penelitian. Bias ini dapat
terjadi jika informasi yang diberikan pada responden mengandung
hal- hal yang kontroversial (Fauzi, 2010).
Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu
lingkungan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :
a. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal
penting, yaitu : seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk
mengestimasi manfaat, dan dapat diaplikasikan pada berbagai
konteks kebijakan lingkungan.
23
b. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang
lingkungan di sekitar masyarakat.
c. Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya CVM
memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna.
Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari
penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan
secara langsung.
d. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analis yang
kompeten, namun hasil dari penelitian menggunakan metode ini
tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan.
2.1.5 Surplus Konsumen
Surplus konsumenadalah keinginanpembeli untuk membayar suatu
barangdikurangi jumlah yang sebenarnyadibayar untuk barang
tersebut.Surplus konsumen timbul karena konsumen menerima lebih
dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar dari hukum utilitas
marginal yang semakin menurun. Surplus konsumen memberikan
gambaran manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit
barang pada tingkatan rendah. Perhatikan gambar 2 dibawah ini.
24
D S
Surplus konsumen Kelebihan Penawaran
Surplus produsen
Kelebihan Permintaan
0 M Q
Gambar 2. Kurva Surplus konsumen
Gambar 2.menunjukkan bahwa surplus konsumen mengukur selisih
antara nilai total konsumen bersedia membayar semua unit yang
dikonsumsi dari suatu komoditi tertentu, dengan jumlah pembayaran
yang harus dilakukannya untuk membeli sejumlah komoditi tertentu.
Surplus konsumen untuk setiap unit yang dikonsumsi merupakan
perbedaan antara harga pasar dengan harga yang maksimum yang
mampu dibayar oleh konsumen untuk memperoleh setiap unitnya.
Surplus konsumen merupakan ukuran yang baik bagi kesejahteraan
ekonomi konsumen, sehingga hal ini harus selalu diingat oleh para
pembuat kebijakan untuk merumuskan suatu kebijakan bagi
kepentingan para konsumen.
2.1.6 Wisata Alam
Indonesia memiliki berbagai macam sumber daya alam yang dapat
dirasakan dan dimanfaatkan oleh berbagai macam kalangan
25
masyarakat, dimana sumber daya alam tersebut berbentuk suatu
tempat wisata. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalamjangka
waktu sementara (Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan). Contohnya berdasarkan prinsip kelestarian alam
salah satu bentuk pemanfaatan tersebut yaitu dengan adanya wisata
alam atau rekreasi alam. Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi
dan pariwisata yang memanfaatkan potensi alam untuk menikmati
keindahan alam baik yang masih alami atau sudah ada usaha
budidaya, agar ada memiliki tarik wisata ke tempat tersebut.
Wisata alam sangat ditentukan oleh keberadaan perilaku dan sifat dari
objek dan daya tarik alam. Menurut Fandeli dan Mukhlison (2002)
mengemukakan sifat dan karakteristik wisata alam sebagai berikut :
1. Obyek dan daya tarik wisata alam hanya dapat dinikmati secara
utuh dan sempurna di ekosistemnya.
2. Obyek dan daya tarik wisata alam yang dipengaruhi oleh suatu
gejala atau proses ekosistem hanya terjadi pada waktu tertentu
membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara mendalam
untuk dipasarkan.
3. Suatu ekosistem alam mempunyai sifat dan perilaku pemulihan
yang tidak sama. Adanya upaya pemulihan maka hasilnya tidak
akan sama dengan kondisi semula.
26
4. Obyek wisata alam anatar satu dengan lainnya, jarang sekali yang
memiliki kemiripan, misalnya pantai antara satu tempat dengan
tempat yang lain akan berbeda.
Dapat dikatakan wisata alamadalah suatu bentuk pemanfaatan bagi
kepentingan rekreasi dan kebudayaan yang didalalmnya memiliki
unsur keindahan alam baik keindahan nabati, keindahan hewani,
maupun keindahan alamnya sendiri yang memiliki corak yang khas
dan dirasakan oleh berbagai kalangan masyarakat atau wisatawan.Hal
ini menunjukan bahwa wisata alam digunakan sebagai penyeimbang
hidup setelah melakukan aktivitas yang sangat padat, dan suasana
keramaiankota. Melakukan kegiatan pada wisata alam dapat membuat
tubuh dan pikiran kita menjadi segar kembali dan bisa bekerja dengan
lebih kreatif lagi, karena dengan wisata alam memungkinkan kita
memperoleh kesenangan jasmani dan rohani.
2.1.7 Permintaan Pariwisata
Permintaan diartikan sebagai keinginan seseorang terhadap barang-
barang tertentu yang diperlukan atau diinginkan. Permintaan sebagai
suatu konsepmengandung pengertian bahwa permintaan berlaku
terhadap tiga variabel yang saling mempengaruhi, yaitu: kualitas
produk barang atau jasa, harga, manfaat produk barang atau jasa
tersebut yang sangat mempengaruhi konsumen dalam melakukan
pembelian kebutuhannya. Permintaan seseorang atau suatu
27
masyarakat akan suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-
faktor tersebut yang terpenting adalah :
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang-barang lain yang bersifat substitutif terhadap barang
tersebut
c. Pendapatan rumah-tangga atau pendapatan masyarakat
d. Selera seseorang atau masyarakat
e. Jumlah penduduk.
Pariwisata mampu menciptakan permintaan yang dilakukan oleh
wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata
biasanya diukur dari segi jumlah kunjungan wisatawan dari negara
asal ke negara tujuan wisata atau dari suatu daerah asal ke daerah
tujuan wisata. Dapat dikatakan, permintaan pariwisata adalah jumlah
total dari wisatawan yang melakukan perjalanan wisata. Menurut
teori ekonomi, permintaan suatu barang merupakan fungsi dari
pendapatan dan harga barang tersebut dan barang lainnya. Demikian
juga halnya, permintaan pariwisata juga dipengaruhi oleh pendapatan
wisatawan dan harga pariwisata (Stabler, et al., 2010).
Permintaan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubung dengan
jumlah wisatawan secara kuantitatif. Permintaan pariwisata dapat
dibagi menjadi dua komponen, yaitu :
28
a. Wisatawan/ pengunjung
Pengunjung terbagi menjadi dua, yaitu yang pertama pengunjung
potensial adalah sejumlah orang yang secara potensial sanggup
dan mampu melakukan perjalanan wisata. Yang kedua pengunjung
sebenarnya/ aktual adalah sejumlah orang yang sebenarnya
berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, artinya sejumlah
wisatawan yang secara nyata sedang berkunjung pada suatu daerah
tujuan wisata.
b. Masyarakat setempat
Masyarakat lokal adalah pihak yang paling akan menerima
dampak dari kegiatan wisata yang dikembangkan di daerahnya.
Aspirasi masyarakat sangatlah penting dan komponen permintaan
yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan wisata.
Aspirasi masyarakat khususnya masyarakat setempat dalam
pengembangan pariwisata sangat dibutuhkan dengan tujuan untuk
menimbulkan hubungan saling menguntungkan antara pengelola
pariwisata dengan masyarakat sehingga menjadi sebuah multiplier
effect yang positif bagi perekonomian masyarakatsetempat.
Terdapat beberapa variabel sosio ekonomi yang mempengaruhi
permintaan pariwisata, yaitu:
a. Umur
Hubungan antara pariwisata dan juga umur mempunyai dua
komponen yaitu : besarnya waktu luang dan aktifitas yang
berhubungan dengan tingkatan umur tersebut. Terdapat juga
29
beberapa perbedaan pola konsumsi antara kelompok yang lebih
tua dengan kelompok yang lebih muda.
b. Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor terpenting dalam membentuk
permintaan untuk mengadakan sebuah perjalanan wisata. Bukan
hanya perjalanan itu sendir yang memakan biaya wistawan juga
harus mengeluarkan uang untuk jasa yang terdpat pada tujuan
wisata dan juga di semua aktifitas selama mengadakan perjalanan.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaryhi tipe dari waktu yang luang
untuk digunakan dalam perjalanan yang dipilih. Pendidikan juga
merupakan suatu motivasi untuk melakuakan perjalanan wisata.
Pada dasarnya bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi
pandangan seseorang dan memberikan lebih banyak pilihan yang
bisa diambil oleh seseorang.
Menurut Aryanto (2005 dalam penelitian Vanna, 2017) terdapat tiga
pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan
pariwisata, yaitu :
a. Pendekatan ekonomi, permintaan pariwisata menggunakan
pendekatan elastisitas permintaan/ pendapatan dalam
menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat
harap atau permintaan dengan variabel lainnya.
b. Pendekatan geografi, sedangkan para ahli geografi berpendapat
bahwa untuk menafsirkan permintaan harus berfikir lebih luas dari
30
sekedar pengaruh harga, sebagai penentu permintaan karena
termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun belum mampu
melakukan wisata karena alasan tertentu.
c. Pendekatan psikologi, para ahli psikologi berpikir bahwa dalam
melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara
kepribadian calon wisata, lingkungan dan dorongan dari dalam
jiwa untuk melakukan pariwisata.
2.2. Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang serupa dengan
penelitian iniyaitu: penelitian yang dilakukan olehEkayani (2014) tentang
“Wisata Alam Taman Nasional Gunung Halimun Salak: Solusi Kepentingan
Ekologi dan Ekonomi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Jasa
lingkungan berupa wisata alam di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(TNGHS) memiliki nilai ekonomi tinggi, melakukan valuasi ekonomi
manfaat yang diterima dari ekowisata (obyek wisata alam), memprediksi
nilai ekonomi jasa ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
dengan pendekatan willingnes to pay (WTP), menganalisa dampak
pariwisata (ekowisata) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak terhadap
perekonomian daerah dengan pendekatan keynesian local income multiplier
dan ratio income multiplier.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, jasa
lingkungan berupa wisata alam di TNGHS memiliki nilai ekonomi tinggi,
artinya TNGHS memiliki arti penting sebagai penyedia jasa wisata alam
yang mengandalkan kelestarian dan keindahan alam. Tarif tiket wisata
31
sesuai kesediaan membayar pengunjung menunjukkan bahwa pengunjung
masih bersedia membayar lebih dari tarif yang berlaku. Nilai surplus
konsumen menunjukkan wisatawan mendapat kepuasan lebih dari harga
yang dibayarkan. Hal ini menunjukkan adanya nilai ekonomi potensial yang
masih dapat direalisasikan sebagai tambahan manfaat bagi masyarakat dan
TNGHS sebagai penyedia jasa wisata, Wisata alam TNGHS memberikan
kontribusi penting bagi konservasi berupa dana konservasi dan pemenuhan
ekonomi masyarakat berupa penyerapan tenaga kerja dan dampak ekonomi
bagi perekonomian lokal. Kontribusi ini dapat ditingkatkan dengan
memanfaat-kan surplus konsumen, salah satunya dengan menaikkan tarif
tiket dan memaksimalkan belanja pengunjung, Masyarakat akan turut serta
menjaga kelestarian kawasan konservasi jika mendapat manfaat ekonomi
dari kegiatan wisata alam. Kelestarian kawasan diperlukan untuk
kelangsungan wisata alam, yang artinya adalah kelangsungan pendapatan
masyarakat itu sendiri.
Premono, Kunarso (2009) melakukan penelitian tentang “Valuasi Ekonomi
Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang”. Tujuan dari penelitian ini
yaitu mengetahui karakteristik pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu;
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan rekreasi,
persamaan permintaan manfaat rekreasi dari Taman Wisata Alam Punti
Kayu, valuasi ekonomi Taman Wisata Alam. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi adalah
biaya perjalanan yang memiliki pengaruh positif ter- hadap kunjungan,
sedangkan faktor jumlah penduduk per kecamatan dan jumlah waktu kerja
32
memiliki pengaruhnegatif, pendugaan persamaan permintaan manfaat
ekonomi rekreasi dari Taman Wisata Alam Punti Kayu berda- sarkan metode
biaya perjalanan yaitu Y = -4,018 + 0,0002428 X1dengan r2 =0,767 dan nilai
ekonomi Taman Wisata Alam Punti Kayu berupa kesediaan berkorban, nilai
yang dikorbankan, dan sur- plus konsumen per 1.000 penduduk masing-
masing adalah Rp 365.932,215, Rp 165.485,907, dan Rp 200.446,218.
Khoirudin, Khasanah (2018) melakukan penelitian tentang “Valuasi
Ekonomi Objek Wisata Pantai Parangtritis, Bantul Yogyakarta”. Penelitian
ini bertujuan untukmeng- identifikasivariabelapasajakahyangdapatberpe-
ngaruhterhadapjumlahkunjunganke tempat rekreasi Pantai Parangtritis dan
mengesti- masi berapakah nilai ekonomi Pantai Parangtritis berdasarkan
metode biaya perjalanan. Data yang dipergunakan adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara
dengan kuesioner kepada pengunjung objek wisata Pantai Parangtritis, baik
wisatawan domestik maupun mancanegara.Data primer tersebut berupa
kesediaan membayar pengunjung terhadapa wisata Pantai Parangtritis, biaya
perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung, jumlah kunjungan
pengunjung dan pendapatan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
nilaiekonomiobjekPantaiParangtritis,ditemukan bahwa nilai rata-rata
ekonomi Pantai Parangtritis sebesar Rp14.605101.491/tahun dengan
menggunakan regresi count data dalam model poisson. Hasil dari
perhitungan surplus konsumenmenunjukkan bahwa surplus konsumen rata-
ratasebesar Rp7.376,80 dan berada pada rentang Rp4.278,341 sampai
dengan Rp15.901,99. Sedangkan untuk ta- rif retribusi masuk ke Pantai
33
Parangtritis adalah sebesar Rp5.000 per orang. Faktor-faktor yang
memengaruhijumlahkunjungandiPantaiParangtritis,terdapatduavariabelyang
berpengaruhdan signifikanyaituvariabeltotalcostdantingkatpendapatan.
Biaya perjalanan yang rendah akan memberikan kesempatan yang besar
kepada wisatawan untuk berkunjung dan sebaliknya, semakin tinggi biaya
perjalanan maka akan memberikan kesempatan yang kecil untuk dapat
berkunjung ke Pantai Parangtritis. Tingkatpendapatanmenunjukkanbahwa
pendapatan memiliki pengaruh negatif
dansiginifikan,yangakanmendoronguntuksemakin tingginya jumlah
kunjungan adalah terbukti. Artinya, semakin tinggi pendapatan seseorang,
akan mendorong seseorang untuk memilih destinasi yang lebih mahal.
Pantai Parangtritis merupakan destinasi yang murah dan kategori
pengunjungnya adalah menengah kebawah.
Munandar (2016) meneliti tentang “Valuasi Ekonomi Pemanfaatan Hasil
Hutan Yang Tidak Dapat Dipasarkan Pada Kawasan Hutan Lindung Taman
Hutan Raya Sultan Adam Kalimantan Selatan”.Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengidentifikasi potensi hasil hutan dan menghitung nilai
ekonomihasil hutan yang tidak dapat dipasarkan tetapi, dimanfaatkan
masyarakat sekitar kawasan lindungdi Taman Hutan Raya Sultan Adam
dengan menggunakan pengukuran willingness to pay dilakukan langsung
melalui pendekatan contingent valuation methode. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa,komoditas hasil hutan yang tidak dapat dipasarkan di
Tahura Sultan Adam dari kelompok flora mencapai dua belas jenis.
Keduabelas jenis tersebut meliputi tujuh jenis flora yang dimanfaatkan
34
sebagai bahan makanan, dua jenis flora yang berkhasiat sebagai obat dan
tonikum, satu jenis flora berkhasiat kosmetik, satu jenis flora yang
dimanfaatkan sebagai bahan racun hama, dan satu jenis flora yang berguna
sebagai bahan kerajinan/anyaman. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi
adalah jenis keramayan yakni 66,89 Jenis jualing mempunyai indeks nilai
penting 39,10 dan salah satu jenis rotan yakni rotan rotan minong
mempunyai indeks nilai penting 29,70. Hasil sampel di lima desa, diperoleh
rata-rata nominal kesediaan membayar warga masyarakat terhadap 12 jenis
flora dan 17 jenis satwa hasil hutan yang tidak dapat dipasarkan adalah
kesediaan membayar (Willingness toPay/WTP) Rp 10.000 sebanyak 13,5 %,
WTP Rp16.000, sebanyak 3,70 %, WTP Rp 19.300 sebanyak 5,76 %, WTP
Rp 50.000 sebanyak 7,82%, WTP Rp 75.000 sebanyak 18,93 %, WTP Rp
100.000 sebanyak 12,76 %, WTP Rp 400.000 sebanyak 3,70 %, dan WTP
Rp 0 sebanyak 33,74 %. Kesedian membayar total dalam perspektif
masyarakat lokal sebesar Rp 494.483.164,61 per tahun atau Rp 7.271,81 per
hektar per tahun atas pemanfaatan hasil hutan yang tidak dapat dipasarkan
sebagai representasi penghargaan atas hutan yang dinikmati.
Al-Khoiriah (2017) melakukan penelitian tentang “Evaluasi Ekonomi
Dengan Metode Travel Cost Pada Taman Wisata Pulau Pahawang
Kabupaten Pesawaran”.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis
status taman wisata Pulau Pahawang, menganalisiskesediaan membayar tiket
masuk oleh pengunjung taman wisata Pulau Pahawang, mengestimasi biaya
perjalanan yang dikeluarkan pengunjung taman wisata Pulau
Pahawang,mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi
35
kunjungan wisatawan taman wisataPulau Pahawang, mengetahui nilai
ekonomi taman wisata Pulau Pahawang berdasarkananalisis biaya
perjalanan. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jarak
tempat tinggal dengan lokasi wisata, umur, pendidikan, pendapatan, biaya
perjalanan, dan sarana. Variabel terikat pada jurnal ini adalah frekuensi
kunjungan wisatawan ke taman wisata Pulau Pahawang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, status kepemilikan taman wisata Pulau Pahawang
yangterdiri dari empat pulau yaitu Pahawang Besar dan Pahawang Kecil
milikmasyarakat setempat, Pulau Kelagian Besar dan Pulau Kelagian Kecil
milik TNIAngkatan Laut. Rata-rata kesediaan membayar pengunjung untuk
satu spotwisata sebesar Rp26.375,00, dua spot wisata sebesar Rp45.500,00,
tiga spotwisata sebesar Rp68.375,00 dan empat spot wisata sebesar
Rp90.750,00. Rata- ratabiaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung
adalah sebesar Rp459.726,00.Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi
kunjungan responden taman wisataPulau Pahawang adalah jarak dan biaya
perjalanan. Totalperhitungan nilai ekonomi dengan menggunakan metode
TCM pada taman wisata Pulau Pahawang sebesar Rp6.944.262.295.082,00.
Indriasary (2017) melakukan penelitian tentang “Valuasi Ekonomi Jasa
Hidrologis Taman Hutan Raya Nipa-Nipa”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan model valuasi ekonomi sumber daya alam spasial berbasis
penyebaran kondisi sumber daya alam dan kondisi sosial ekonomi. Untuk
mengetahui perhitungan nilai ekonomi dengan menggunakan metode WTP
(Willingnes To Pay). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Nilai ekonomi
air dari kawasan hutan Tahura Nipa-Nipa untuk kecamatan Kendari dan
36
kecamatan Kendari Barat merupakan kawasan yang menggunakan jasa
hidrologis dimana ada biaya pengadaan. Nilai ekonomi air dari Kawasan
Tahura Nipa- Nipa dalam setahun = 76.948 m3, sedangkan nilai yang
dikeluarkan oleh masyarakat untuk biaya pengadaan meliputi biaya
pengadaan alat dan bahan (pipa, sambungan pipa, lem pipa, bak penampung,
biaya tenaga kerja, biaya pengelolaan air, dan biaya kerusakan sebesar Rp
15.000/bulan atau Rp 900.000/tahun untuk 60 KK. Kesediaan membayar
oleh 60 kepala keluarga yang menempati kawasan sekitar hutan WTP rata-
rata/m3 sebesar Rp 4.211.914.286 x (banyaknya responden yang bersedia
membayar, banyaknya responden yang diwawancarai) x Jumlah populasi
yaitu 4.211.914.286 x (21 : 21) x 105 KK = Rp 44.251.000/tahun.
Sedangkan nilai air bersih dari Kawasan Tahura Nipa- Nipa/tahun = nilai air
PDAM/tahun – biaya pengadaan air/tahun dimana Rp 472.320.000 – Rp
1.575.000 = Rp 470.745.000. biaya pengadaan air yang dikeluarkan oleh
masyarakat sebanyak Rp 15.000/bulan jika dikalikan 60 KK maka jumlah
yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk ketersediaan air Kawasan Tahura
Nipa-Nipa sebesar Rp 1.575.000/bulan atau Rp 18.900.000/tahun. Rata-rata
kesediaan membayar masyarakat atas potensi air yang ada sangat rendah
yaitu berkisar Rp 4.211.914.286/tahun.
Prasetio (2016) melakukan penelitian tentang ” Valuasi Ekonomi Hutan
Mangrove di Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu : Studi Konservasi
Berbasis Green Economy”.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
valuasi ekonomi hutan mangrove di Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu Analisis
37
Kuantitatif, Pendekatan harga pasar, pendekatan biaya perjalanan, contingent
valuation method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, peningkatan
kebutuhan di era globalisasi menyebabkan terjadinya peningkatan
permintaan kebutuhan. Peningkatan tersebut menimbukan tekanan terhadap
hutan semakin tinggi, salah satunya adalah hutan mangrove. Hutan
mangrove merupakan salah satu hutan paling produktif di dunia dan sangat
bermanfaat baik dalam fungsi fisik, ekonomi, maupun ekologi. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat nilai ekonomi hutan mangrove yang ada di kawasan
Pulau Untung Jawa. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan
bahwa total nilai ekonomi dari hutan mangrove di Pulau Untung Jawa adalah
sebesar Rp 7.895.726.912 yang merupakan penjumlahan dari nilai guna dan
nilai non guna. Hasil tersebut menjadi salah satu bukti dari implementasi
ekonomi hijau dimana total nilai valuasi ekonomi hutan mangrove mampu
dijadikan sebagai salah satu penggerak pemerintah dan masyarakat untuk
melakukan langkah konservasi hutan.
Halomoan (2012) melakukan penelitian tentang “Valuasi Ekonomi Danau
Sentani di Kabupaten Jayapura”. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan
informasi tentang nilai ekonomi Danau Sentani sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam pemanfaatan Danau Sentani untuk peningkatan kapasitas
pengelolaan lingkungan hidup serta pembangunan berkelanjutan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai ekonomi Danau Sentani sebagai
budidaya perikanan mencapai Rp7.507.500.000. Nilai ekonomi Danau
Sentani sebagai produsen ikan tangkap Rp 27.256.250.000/ tahun. Nilai
ekonomi Danau Sentani sebagai sumber air minum masyarakat sebesar Rp
38
13.305.500.000. Sebagai obyek wisata alam mencapai Rp
790.759.200/tahun, ditambah dengan pelaksanaan Festival Danau Sentani
sebesar Rp 1.750.000.000. Nilai ekonomi Danau Sentani sebagai transportasi
yakni Rp 569.921.500/tahun. Nilai ekonomi total Danau Sentani sebesar Rp
51.179.921.700/ tahun.Dari keseluruhan hasil penelitian yang telah
dilakukanmenunjukkan bahwa nilai ekonomi memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap perekonomian daerah. Nilai ekonomi tersebut dapat
menjelaskan sektor pariwisata yang dapat dijadikan sebagai salah satu sektor
strategis dalam pembangunan daerah.
Fitriana (2017) melakukan penelitian tentang “Estimasi Permintaan Dan
Nilai Ekonomi Taman Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta Utara”.Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahuifaktor yang mempengaruhi
frekuensi kunjunganwisatawan, nilai ekonomi dan faktor
yangmempengaruhi daya tarik Taman Wisata AlamAngke Kapuk. Variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian yaitu biaya perjalanan wisata,
pendidikan pengunjung, umur, pendapatan, jarak, jumlah tanggungan
keluarga, jumlah kelompok kunjungan, keadaan hutan mangrove. Variabel
terikat pada jurnal ini adalah jumlah pengunjung. Metode analisis yang
digunakan pada penelitian ini yaitu metode biaya perjalanan, analisis
deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Frekuensi
kunjungan wisatawan ke Taman WisataAlam Angke Kapuk dipengaruhi
oleh biayaperjalanan, umur, pendapatan, keadaan hutanmangrove, fasilitas,
pelayanan, daya tarik dan harikunjungan wisata. Nilai ekonomi Taman
WisataAlam Angke Kapuk adalah Rp10.606.271.602 pertahun. Daya tarik
39
wisata Taman Wisata AlamAngke Kapuk dipengaruhi secara langsung
olehkeindahan dan secara tidak langsung dipengaruhioleh kesejukan dan
kebersihan.
Gaib (2017) melakukan penelitian tentang “Valuasi Ekonomi Pariwisata
Bahari Di Pesisir Pantai Desa Angsana Kecamatan Angsana Kabupaten
Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis valuasi ekonomi pariwisata bahari di pesisir pantai Desa
Angsana kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan, rekomendasi pemerintah untuk peningkatan PAD dan model
pariwisata bahari dipesisir pantai Desa Angsana, Model Pariwisata. Metode
analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu Analisis kuantitatif
pendekatan biaya perjalanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Jumlah pengunjung selama empat bulan yakni dari bulan Januari sampai
bulan April tahun 2016 sebanyak 26.719 dengan pengunjung terbanyak pada
bulan Januari 2016 sebanyak 13.717, banyaknya pengunjung pada bulan
Januari karena libur tahun baru dan jugadiadakan konser musik untuk
menarik perhatian pengunjung kepantai Angsana, Biaya rata-rata yang
dikeluarkan per orang pada saat berkunjung kepantai Angsana adalah Rp
4.118.000, Total Valuasi Ekonomi Wisata Bahari Pantai Angsana adalah
sebesar Rp 110.028.842.000. jumlah ini jika dilihat dari perkembangan
pantai Angsana yang baru saja merintis sebagai pariwisata bahari
dibandingakan dengan Valuasi Ekonomi pariwisata yang telah berkembang
sebelumnya, nilainya sangat besar dan berpotensi sebagai pariwisata
berkelanjutan dan mampu disejajarkan dengan pariwisata yang telah
40
berkembang lainnya, dan berdasarkan pemantaun lapangan, pengamatan
serta wawancara dengan pengunjung dan pemerintah terkait pantai wisata
Angsana bisa menjadi rekomendasi untuk peningkatan pendapatan asli
daerah (PAD) dan juga bisa dilakukan model pariwisata yang bisa
memberikn perkembangan bagi pariwisata Bahari Angsana.
Djijono (2002) meneliti tentang “Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode
Travel CostTaman Wisata Hutan Di Taman Wan Abdul Rachman, Provinsi
Lampung”.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kesediaan
membayar wisatawan terhadap taman wisata Hutan Raya Wan Abdul
Rachman, dan mengetahui surplus konsumen.Variabel bebas penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah biaya perjalanan (transportasi, karcis,
konsumsi, dll), biaya transportasi,pendapatan, jumlah penduduk kecamatan
asal pengunjung, pendidikan, waktu kerja per minggu, dan waktu luang per
minggu, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini yaitu jumlah
kunjungan per 1000 penduduk. Metode analisis yang digunakan pada
penelitian ini yaitu metode biaya perjalanan, pendugaan nilai ekonomi, nilai
ekonomi wisata. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwarata- rata nilai
kesediaan berkorban sebesar Rp 11.517 per kunjungan, nilai
yangdikorbankan sebesar Rp 7.298 per kunjungan dan surplus konsumen
sebesar Rp 4.219 per kunjungan, dan berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh rata-rata kesediaan berkorban, nilai yangdikorbankan dan surplus
konsumen masing-masing adalah Rp 25.320,558 per1000 penduduk, Rp
16.045,3443 per 1000 penduduk dan Rp 9.275,2137 per 1000penduduk.
41
Setelah melihat dan mengolah pada hasil- hasil penelitian terdahulu tidak
serta merta hanya digunakan untuk bahan acuan penulis dalam melakukan
penelitian, sehingga dapat menambah teori- teori yang akan digunakan untuk
mendukung penelitian yang akan penulis lakukan. Terdapatnya perbedaan
dan persamaan pada hasil- hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang
akan penulis lakukan merupakan bukti untuk mendukung penelitian yang
akan dilakukan dengan melihat teori- teori dan pembahasan yang terdapat
didalamnya. Sebagai contohnya pada perbedaan yang terdapat secara
mendasar dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada
jenis objek wisata yang diteliti, latar belakang, lokasi penelitian, variabel dan
tujuan penelitian. Pada persamaan penelitian yang akan dilaksanakan
dengan penelitian terdahulu terdapat pada persamaan penggunaan alat
analisisberupa metode WTP atau CVM dan TCM yang digunakan dalam
penelitianAnita (2017), Rofiiqoh (2017), Halomoan (2012),Djijono (2002),
dan Arwis (2017).Terdapat pula kesamaan pada penggunaan alat analisis
untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi frekuensi pengunjung
yaitu menggunakan alat analisis regresi poisson yaitu yang terdapat pada
penelitian Vana (2017) dan Khoirudin, Khasanah (2018). Kesamaan-
kesamaan tersebut hanya dijadikan sebagai referensi pada penelitian ini.
2.3. Kerangka Pemikiran
Taman hutan raya (TAHURA) merupakan kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis
asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai
42
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan. Salah satu provinsi di
Indonesia yang memiliki TAHURA tersebut yaitu berada di Provinsi
Lampung. Keberadaan TAHURA yang berada di Provinsi Lampung itu
sendiri menjadikan ciri khas yang dimiliki oleh masyarakat sekitar. Potensi
besar yang dimiliki oleh TAHURA bagi kepentingan masyarakat sekitar
khususnya dalam hal wisata, sehingga dengan sadarnya akan memiliki
potensi tersebut dengan bantuan pemerintah dan masyarakat sekitar berusaha
untuk merubah dan mengoptimalkan TAHURA tersebut untuk dijadikan
sebagai lokasi wisata yang memiliki daya tarik bagi masyarakat sekitar untuk
menjadi destinasi utama bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Wisata Youth Camp di TAHURA WAR merupakan lokasi salah satu
ekowisata berbasis ekosistem hutan konservasi. Ekowisata pada wisata
Youth Campdi TAHURA WAR tidak hanya mengelola kegiatan wisata,
pihak pengelola dan masyarakat sekitar juga ikut melakukan kegiatan
konservasi terhadap ekosistem hutan konservasi di TAHURA WAR, jadi
manfaat yang akan didapat tidak hanya keuntungan dari lokasi wisata namun
dapat juga untuk kelestarian ekosistem hutan konservasi.
Manfaat tersebut dapat dilakukan untuk menghitug valuasi ekonomi non
pasar untuk mengetahui besarnya nilai ekonomi dari wisata Youth Camp
pada kawasan TAHURA WAR. Perhitungan untuk pengukuran nilai manfaat
ekonomi dengan menentukan nilai surplus konsumen dari wisatawan, maka
dapat digunakan metode biaya perjalanan yaitu dengan memperhitungkan
biaya yang dikeluarkan dalam satu kali perjalanan menuju wisata Youth
43
Campdi TAHURA WAR. Biaya perjalanan tersebut diantaranya biaya
transportasi, konsumsi, karcis, parkir, perkemahan, dokumentasi, serta biaya
lain- lainnya.
Metode biaya perjalanan memunculkan biaya perjalanan sebagai
pengeluaran aktual pengunjung dalam menilai suatu tempat wisata
berdasarkan model permintaan. Pengeluaran aktual pengunjung tidak selalu
sama dengan keinginan membayar yang sebenarnya dari pengunjung,
sehingga untuk memperoleh nilai kesediaan membayar yang sebenarnya dari
pengunjung diperlukan analisis lain dengan pendekatan CVM. Analisis ini
diharapkan dapat menghasilkan harga tiket yang sebenarnya ingin dibayar
oleh pengunjung dan dapat diimplikasikan dengan pengembangan wisata
yang diinginkan pengunjung, agar manfaat yang dirasakan wisatawan
terhadap potensi yang terdapat pada wisata Youth Camp di TAHURA WAR
terkadang sepadan dengan harga tiket masuk yang ditawarkan.
Frekuensi kunjungan wisatawan padawisata Youth Campdi TAHURA WAR
jika dilihat dari tiga tahun terakhir mengalami fluktuatif yang signifikan.
Hal ini karena konsep ekowisata yang diterapkan pemerintah untuk
mengubah status TAHURA WAR dari hutan konservasi menjadi destinasi
wisata, tetapi tidak didukung dengan keunggulan daya saing wisata Youth
Camp di TAHURA WAR dengan pesaing wisata disekitarnya. Berbagai
macam faktor- faktor yang mempengaruhi yang menjadi dasar sebagai tidak
menentunya kunjungan wisatawan, tetapi sampai saat ini belum dapat
diketahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kunjungan wisatawan
44
ke taman wisata alam di TAHURA WAR. Pernyataan- pernyataan diatas
dapat dijadikan salah satu acuan untuk mengembangkan obyek wisata yang
dapat dirasakan lebih baik bagi pihak pengelola, wisatawan maupun
masyarakat sekitar lokasi wisata. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 3.
45
\
TAHURA
Pemanfaatan
Sumber daya
Langsung
Tidak langsung :
Keindahan dan
Wisata
Nilai ekonomi
wisata rendah Persepsi pengunjung
terhadap tempat wisata
Youth Camp di TAHURA
WAR
WTP pengunjung terhadap
harga tiket wisata Youth
Camp TAHURA WAR
(dengan CVM)
Dasar kebijakan
pengembangan tempat
wiata Youth Camp di
TAHURA WAR
Nilai ekonomi
wisata Youth
Camp di
TAHURA
WAR diketahui
Surplus
konsumen
Frekuensi
kunjungan
Metode biaya
perjalanan
Valuasi
Ekonomi
Obyek wisata Youth
Camp di TAHURA
WAR
Faktor yang mempengaruhi :
X1 = Biaya Perjalanan
X2 = Umur
X3 = Jarak
X4 = Pendapatan
X5 = Pendidikan
X6 = Kelompok Kunjungan
X7 = Jumlah Tanggungan
D1 = Fasilitas
- -- - : tidak dianalisis
Gambar 3. Kerangka pemikiran valuasi ekonomi wisata Youth Camp di TAHURA WAR
46
2.4. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga variabel biaya perjalanan, umur, jarak, pendapatan, pendidikan,
kelompok kunjungan, jumlah tanggungan, pengetahuan lokasi, dan fasilitas
berpengaruh nyata terhadap frekuensi kunjungan.
2. Diduga nilai WTP lebih besar dari harga pasar dan berpengaruh signifikan
terhadap variabel x
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menghitung valuasi ekonomi pada
taman wisata alam di TAHURA WAR adalah metode survei. Menurut
Sugiyono (2011), metode survei merupakan metode yang digunakan untuk
mendapatkan data dari suatu tempat tertentu tetapi peneliti melakukan
perlakuan dalam pengumpulan data misal dengan mengedarkan kuesioner,
wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam
eksperimen). Metode survei ini juga dapat digunakan dalam penelitian
dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat
baik populasi besar atau kecil. Tujuan dari metode ini adalah untuk
memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili
populasi tertentu.
3.2. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan
pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis
sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam
penelitian ini adalah :
48
Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau
bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, sebagai fasilitas yang menunjang
budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Wisata alam adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik alam dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik itu alami maupun budidaya.
Pengunjung adalah semua orang yang mengunjungi kawasan wisata Youth
Camp di TAHURA WAR dengan berbagai tujuan.
Respondenadalahpengunjung wisata Youth CampTAHURA WAR yang
pernah melakukan kegiatan wisata di lokasi tersebut minimal satu kali dan
tidak melakukan multitrip yang akandijadikansebagaiobyekpenelitian.
Frekuensi kunjungan adalah jumlah kunjungan pengunjung ke wisata Youth
Camp di TAHURA WAR yang diukur dalam kurun waktu satu tahun
terakhir.
Kesediaan membayar adalah jumlah maksimal kesanggupan seseorang mau
membayar terhadap kondisi lingkungan untuk menghindari terjadinya
penurunan kualitas lingkungan.
49
Kesediaan membayar tiket adalah jumlah maksimal seseorang bersedia
membayar tiket atas manfaat yang didapatkan serta untuk menghindari
terjadinya penurunan atas manfaat yang didapat di ukur dalam satuan rupiah
per kali kunjungan.
Permintaan adalahjumlah kunjungan wisatawan ke wisata Youth Camp di
TAHURA WAR pada tingkat harga tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor dalam kurun waktu tertentu.
Valuasi ekonomiadalah nilai yang dirasakan oleh pengunjung terhadap
sumber daya alam yang dilihat dari manfaat tidak langsung wisataYouth
Camp di TAHURA WAR yang diukur dengan satuan rupiah.
Batasan operasional dari variabel yang berkaitan analisis valuasi ekonomi
dengan metode travel cost dapat dilihat pada Tabel 1. Batasan operasional
variabel yang berkaitan dengan frekuensi kunjungan dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 1. Batasan operasional variabel yang berhubungan dengan valuasi
ekonomiYouth Camp di TAHURA WAR
No Variabel Definisi Satuan
1 Biaya
transportasi
Biaya yang dikeluarkan oleh
responden untuk mencapai
lokasi wisata dan kembali ke
tempat asal setiap satu kali
perjalanan.
Rp/Kunjungan
(Rp/Knj)
2 Biaya
konsumsi
Biaya yang dikeluarkan
konsumen dalam memenuhi
kebutuhan konsumsinya dalam
Rp/Kunjungan
(Rp/Knj)
3 Biaya parkir Biaya yang dikeluarkan oleh
pengunjung untuk biaya
Rp/Kunjungan
(Rp/Knj)
50
No Variabel Definisi Satuan
kendaraan selama melakukan
perjalanan
4 Biaya
dokumentasi
Biaya yang harus dikeluarkan
oleh responden untuk
mendapatkan dokumentasi
selama kegiatan wisata
Rp/Kunjungan
(Rp/Knj)
Tabel 2. Batasan operasional variabel yang berhubungan dengan frekuesnsi
kunjungan wisatawan padaYouth Camp di TAHURA WAR
No Variabel Definisi Satuan
1 Biaya perjalanan
Biaya total yang dikeluarkan
oleh responden secara tunai
untuk dalam satu kali perjalan.
Rp/Kunjungan
(Rp/Knj)
2 Umur
Usia responden saat melakukan
wawancara. responden harus
berusia ≥ 15 tahun.
Tahun (thn)
3 Jarak
Jarak yang ditempuh oleh
responden dari tempat asal ke
tujuan lokasi wisata Youth Camp
di TAHURA WAR
Kilometer
(Km)
4 Pendapatan
Rata-rata pendapatan per bulan
yang diterima oleh responden.
Rupiah per
bulan
(Rp/Bln)
5 Kelompok
kunjungan
Total jumlah anggota yang ikut
dalam satu kali kunjungan.
Orang (org)
6 Jumlah tanggungan
Keseluruhan anggota keluarga
responden yang tidak atau belum
bekerja yang secara finansial
ditanggung oleh responden.
Orang (org)
7 Pendidikan Pendidikan terakhir yang
ditempuh oleh responden
Tahun (thn)
8 Fasilitas Persepsi responden terhadap
ketersediaan fasilitas yang
terdapat pada wisata Youth
Camp di TAHURA WAR
D=1
(Memadai)
D=0 (Tidak
memadai)
51
3.3. Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada wisata Youth Camp di TAHURA WAR,
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Lokasi ini dipilih secara
purposive artinya peneliti mengambil lokasi penelitian secara sengaja dengan
dilakukan prasurvei lokasi. Alasan dipilihnya lokasi ini karena adanya
masalah yang sesuai dan berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
peneliti selain bahwa wisata Youth Camp di TAHURA WAR telah menjadi
objek wisata yang diunggulkan di Provinsi Lampung dan dikenal oleh
masyarakat lokal maupun internasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung wisata Youth Camp di
TAHURA WAR yang melakukan kunjunganwisata. Menurut Nawawi
(2001), Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik non-probability sampling yaitu teknik yang tidak memberikan
peluang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi sampel,
jenispengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling,
yaituteknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa
saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan
karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai
sampel (Riduwan dan Akon, 2013).Penentuan ukuran sampel menggunakan
rumus yang merujuk pada teori Issac dan Michael (1995), yaitu:
52
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
= Variasi sampel (5% = 0,05)
Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)
d = derajat penyimpangan (5% = 0,05)
Berdasarkan data yang diperolehdariBadan Pusat Statistik Pesawaran (2018),
jumlahpengunjung wisata Youth Camp di TAHURA WAR tahun 2017 adalah
3.690 orang. Jumlahtersebutdihitungdenganrumus Issac dan
Michael,sehinggadiperolehperhitungansepertidibawah ini :
Berdasarkanperhitungantersebut,diketahuibahwasampel yang akanditeliti
adalah 75 orang wisatawan wisata Youth Camp di TAHURA WAR. Setelah
melakukan turun lapang dan mengetahui hasilnya, terdapat 2 responden yang
hasilnya kurang memuaskan, sehingga dihilangkan dan respondennya
menjadi 73 orang wisatawan.
Pengambilan data dilakukan pada harimingguselamaduabulan, dimana
padaharitersebut terdapat perbedaan dari sisi banyaknya pengunjung yang
datang ke wisata Youth Camp di TAHURA WAR. Hal ini dilakukan agar
responden sesuai dengan kriteria penelitian.Kriteria responden pada
penelitian ini adalah responden pengunjung wisata Youth Camp di TAHURA
WAR yang memiliki umur minimal 17 tahun, usia tersebut telah mencapai
usia remaja akhir yang memiliki kemampuan mental untuk membuat suatu
keputusan dan berfikir untuk melakukan perjalanan wisata, responden yang
53
menghabiskan waktu minimal dua jam,
karenadianggapsudahmerasakanseluruhpotensi wisata Youth Camp di
TAHURA WAR daribiayaperjalanan yang
dikeluarkan.Respondentidakmelakukanmultitripatauresponden hanya
melakukan perjalanan tunggal ke wisata Youth Campdi TAHURA WAR.
3.4. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan data primer dan data
sekunder.Data primer merupakan sumber data penelitian secara langsung dari
sumber asli atau tidak melalui perantara.Data primer diambil dengan
menggunakan kuisioner yang diberikan kepada pengunjung atau dapat
diperoleh secara khusus dari hasil wawancara yang melakukan kegiatan
wisata pada wisata Youth Camp di TAHURA WAR.Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pihak pengelola wisata Youth
Campdi TAHURA WAR. Data tersebut berupa gambaran umum lokasi
penelitian dan jumlah kunjungan pengunjung setiap tahun. Data sekunder
didapatkan dari berbagai literatur baik buku maupun jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data kuantitatif yaitu data
yang berbentuk angka- angka seperti data mengenai jumlah biaya perjalanan,
pendapatan individu, jumlah kunjungan individu.Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan, dokumentasi,
wawancara menggunakan kuesioner, dan obeservasi.
54
3.5. Metode Analisis Data
3.5.1. Metode Biaya Perjalanan
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama dari
penelitian ini yaitu metode biaya perjalanan. Biaya perjalanan adalah
biaya total yang dikeluarkan oleh responden secara tunai untuk dalam
satu kali perjalan. Biaya– biaya tersebut antara lain biaya transportasi,
biaya konsumsi selama berwisata, biaya karcis, biayadokumentasi,
dan biaya lain- lainnya. Secara keseluruhan dihitung dengan rumus:
BPT = BT + BK + BKa + BD + BL
Keterangan:
BPT = Biaya perjalanan total (Rp)
BT = Biaya transportasi (Rp)
BK = Biaya konsumsi (Rp)
BKa = Biaya karcis (Rp)
BD = Biayadokumentasi (Rp)
BL = Biaya lain-lain (Rp)
3.5.2. Analisis Regresi Poisson
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan kedua adalah
analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan alat analisis
regresi Poisson. Regresi poisson merupakan analisis regresi nonlinier
dari distribusi poisson, dimana analisis ini sangat cocok digunakan
dalam menganalisis data diskrit (Susilowati, 2015). Analisis regresi
adalah kumpulan teknik statistika untuk memodelkan dan menyelidiki
hubungan antara sebuah variabel respon misalkan dan sebuah
55
himpunan variabel bebas atau penjelas x1, x2,..., xk[1].Secara umum
model regresi linear dapat dimodelkan sebagai berikut:
yi = β0 +Ʃ jk =1βjxij + ɛ i.............................................(1)
Denganβ0, β1, β2,.... βk adalah parameter atau koefisien regresi, xi1,
xi2,..., xikadalah variabel bebasatau predictor, dan Ɛ i = galat yang
bersifat acak dan saling bebas yang menyebar normal (Ɛ i ~ N(0,ƃ 2))
serta i = 1,2,..,n.
Model regresi poisson merupakan model regresi yang termasuk dalam
Generalized Linier Models (GLM) yang menggambarkan hubungan
antara variabel respon Y data diskrit berdistribusi Poisson dengan
variabel prediktor X. Menurut Yulianingsih (2012), menyatakan
bahwa fungsi model linier tergeneralisasi dapat dinyatakan sebagai
berikut [2]:
a. y1, y2,..., ynadalah respon bebas yang mengikuti sebuah distribusi
peluang anggota keluarga eksponensial, dengan . E{yi} = µi
b. Sebuah prediktor linear berdasarkan pada variable bebas yang
digunakan, dinotasikan denganxi'β :
xi'β =β0 + Ʃ j
k =1βjxij............................................(2)
c. Fungsi pemetaan yang menghubungkan prediktor linear dan mean
respon:
xi'β =g (µi)......................................(3)
56
Dalam memodelkan fungsi regresi Poisson yang terkandung pada
model linier tergeneralisasi dapat digunakan pemetaan log sebagai
berikut:
G(µi) =lnµi = xi’β....................................(4) .
Dari persamaan (3) dan (4), maka hubungan antara mean respon
dengan prediktor linear dalam regresi Poisson adalah
µi = g-1
(xi’β) = eβo + Ʃ jk
=1βj xij ...(5)
Pendugaan parameter dalam regresi Poisson menggunaka metode
Maximum Likelihood Estimation (MLE).
Analisis regresi Poisson ini memiliki tujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel biaya perjalanan, umur, jarak, pendapatan,
pendidikan, kelompok kunjungan, jumlah tanggungan, fasilitas wisata
Youth Camp di TAHURA WAR.Hasil dari analisis dengan regresi
Poisson yaitu berupa model dalam bentuk log linier, fungsi log
menjamin bahwa nilai variabel yang diharapkan dari variabel
responnya akan bernilai nonnegatif (Sundari, 2012). Model log-linier
yang terbentuk dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y = exp (β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +β6X6 + β7X7+β8D1+
µ), sehingga
LnY = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5+β6X6 + β7X7+β8D1 + µ
Keterangan :
Y = Frekuensi kunjungan
X1 = Biaya perjalanan
X2 = Umur
X3 = Jarak
57
X4 = Pendapatan
X5 = Pendidikan
X6 = Kelompok kunjungan
X7 = Jumlah tanggungan
D1 = Fasilitas
Β0- β8 = Koefisien regresi
µ = error
Sundari (2012) mengatakan bahwa, untuk menguji kesesuaian model
regresi, digunakan deviance statistic. Berikut adalah hipotesis
pengujian kesesuaian model regresi poisson.
H0: β1= β2 = . . . = βk = 0 (artinya tidak satupun peubah bebas
berpengaruhterhadap Y )
H1: βj ≠ 0, j = 1, 2, 3, . . . ,k (artinya paling tidak satu peubah
yang berpengaruh terhadap Y )
Statistik uji yang digunakan sebagai berikut:
dengan adalah fungsi kemungkinan maksimum untuk model
lengkap dengan melibatkan variabel prediktor dan ) adalah
fungsi kemungkinan maksimum untuk model sederhana tanpa
melibatkan variabel prediktor. Kriteria untuk pengujian ini adalah
tolak H0pada taraf signifikansi α, jika G >x2 (n-k-1)(α), dengan n
adalah banyak pengamatan dan k adalah banyak parameter.Untuk
mengetahui pengaruh yang diberikan setiap variabel prediktor
tersebut, dilakukan pengujian parameter dengan menggunakan
hipotesis sebagai berikut.
58
H0 : βj = 0 (pengaruh variabel ke-j tidak signifikan)
H1 : βj≠0 (pengaruh variabel ke-j signifikan)
Statistik uji yang digunakan:
Kriteria pengujiannya adalah Tolak H0jika thit >t(α/2;v) dimana α
adalah tingkat signifikan dan v adalah derajat bebas.Dalam metode
regresi Poisson diasumsikan bahwa mean dan varian responnya sama.
Pada suatu waktu adakalanya nilai varian lebih besar dari nilai mean
(overdispersi) atau varian lebih kecil dari mean respon (underdispersi)
(Yulianingsih, 2012).
Menurut Safitri (2014) mengatakan bahwa, overdispersi adalah
kondisi pada saat ragam dari peubah respon lebih besar dari nilai
tengah peubah respon. Overdispersi dapat terjadi karena banyaknya
jumlah pengamatan yang bernilai nol pada peubah respon. Ada atau
tidaknya overdispersi dapat dilihat dari nilai Deviance atau Pearson
Chi-square yang dibagi dengan derajat bebasnya. Apabila nilai
Pearson Chi-square dibagi dengan derajat bebas lebih besar daripada
1, ini menunjukkan nilai varians yang lebih besar daripada nilai
meannya. Hal ini menunjukkan overdispersi pada data.
3.5.3. Valuasi Ekonomi Youth Camp di TAHURA WAR
Metode yang digunakan untuk menghitung valuasi ekonomi dan
menjawab tujuan ketiga dari penelitian ini yaitu menggunakan metode
59
biaya perjalanan. Travel cost method merupakan sebuah
pengembangan pariwisata dengan memperhitungkan besarnya biaya
yang akan dikeluarkan oleh wisatawan untuk mengunjungi suatu
daerah. Menurut peraturan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 15
tahun 2012 tentang panduan valuasi ekonomi ekosistem hutan,
pendekatan biaya perjalanan menganggap bahwa biaya perjalanan
yang dikorbankan wisatawan untuk menuju obyek wisata dianggap
sebagai nilai lingkungan.
Penilaian yang dilakukan dengan menggunakan metode biaya
perjalanan yaitu dengan menghitung nilai surplus konsumen
perindividu pertahun. Untuk menghitung nilai surplus konsumen,
menggunakan formulasi sebagai berikut :
Keterangan:
SK = Surplus konsumen
X = Jumlah kunjungan responden (kali/tahun)
β5 = Koefisien biaya perjalanan pada persamaan.
Keterangan:
SK’ = Surplus konsumen/ individu/ kunjungan
n = Jumlah responden
Keterangan:
EV = Nilai ekonomi per tahun
K = Estimasi kunjungan per tahun (Marsinko, Zawacki, dan
Bowker, 2002).
60
3.6. Diagram Alur Penelitian
Gambar 4. Diagram Alur Penelitian
Persiapan
Penentuan Sampel
Penyusunan Kuisioner
TCM& CVM
Contingent
Valuation Method
Primer Sekunder
Pengambilan Data
Analisis Statistik
Regresi
Pengolahan Data
Entry Data
Travel Cost
Method
Analisis WTP
(Willingness to Pay)
Analisis WTP
(Willingness to Pay)
Total Nilai Ekonomi
Kawasan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR)
Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam yang
dibangun untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan,
jenis asli dan bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan
rekreasi (UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan).TAHURA WAR
sebelumnya sebagai kawasan hutan lindung register 19 Gunung Betung
dengan luas 22.249,31 Ha. Ditetapkan menjadi TAHURA WAR dengan SK
Menhut Nomor : 408/Kpts-II/93. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang
kepariwisataan, TAHURA bertujuan untuk : koleksi tumbuhan dan satwa
yang alami atau buatan, jenis asli dan bukan asli yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
budaya pariwisata dan rekreasi.
TAHURA WAR memiliki luas 22.249 ha. Secara geografis Tahura WAR
berada pada posisi 105⁰ 02’ 42,01” s/d 105⁰ 13’ 42,09” BT dan 05⁰ 23’
47,03” s/d 05⁰ 30’ 34,86” LS. Berdasarkan administrasi pemerintahan
kawasan ini berada di lintas Kota Bandarlampung dan Kabupaten Pesawaran
(dahulu masuk Kabupaten Lampung Selatan), dengan 7 (tujuh) wilayah
62
kecamatan. Kawasan TAHURA yang masuk Kota Bandarlampung ± seluas
300 ha di wilayah Kec. Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara dan Kec.
Kemiling. Selebihnya ± 21.949,31 ha berada di Kab. Pesawaran, meliputi
Kec. Padang Cermin, Kec. Gedong Tataan, Kec. Way Lima dan Kec.
Kedondong (UPTD Tahura WAR, 2009).
Kawasan TAHURA WAR dibagi habis menjadi blok-blok pengelolaan
(UPTD TAHURA WAR, 2009), yaitu:
1. Blok koleksi tumbuhan, sesuai dengan fungsi TAHURA pada blok ini
diarahkan untuk koleksi tanaman asli dan bukan asli serta langka atau
tidak langka.
2. Blok pemanfaatan, bentuk pemanfatan dalam kawasan TAHURA adalah
untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan wisata alam, pada blok ini juga
dapat dibangun sarana dan prasarana kegiatan tersebut (Maksimal 10%
dari luas blok pemanfatan)
3. Blok Perlindungan, bagian dari kawasan TAHURA sebagai tempat
perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem serta penyangga
kehidupan.
4. Blok lainnya (pendidikan, penelitian, dan social forestry), pada blok ini
dapat dilakukan aktivitas pendidikan dan penelitian serta pengelolaan
hutan bersama masyarakat terbatas dengan tetap memperhatikan kaidah-
kaidah konservasi.
Adapun untuk struktur organisasi di TAHURA WAR tahun 2019 yaitu
1. Kepala UPTD TAHURA WAR (Bapak Sumardi, S.Hut, MM.)
63
2. Seksi Tata Usaha (Ibu Evi Yulidar, SE.)
3. Seksi Perencanaan (Bapak Ariyadi Agustiono, S.Hut, M.Si)
4. Seksi Pemanfaatan dan Evaluasi (Plt. Banyumas Askeri, SP, MH)
5. Kelompok Jabatan Fungsional
6. Rayon-rayon dilapangan : Rayon Pd. Cermin, Kedondong dan, Gedong
Tataan dan Kota Bandar Lampung
Setiap seksi di kepengurusan TAHURA WAR memiliki tugas khusus
masing-masing. Seksi yang berfokus dalam mengurus tempat wisata yaitu
saksi perensanaan. Salah satu tugas dari seksi perencanaan UPTD TAHURA
WAR yaitu pengelolaan tempat-tempat wisata yang termasuk dalam unit
TAHURA WAR. Ada banyak spot-spot wisata yang menjadi potensi wisata
di TAHURA seperti panorama alam hutan, pegunungan dan bukit, air terjun
(± 20 titik lokasi), gua alam 3 lokasi, sumber aitr panas 3 titik lokasi, keaneka
ragaman flora & fauna, batu lapis, lembah & sungai, penangkaran rusa dan
youth camp. Saat ini yang dikelola dengan baik oleh pihak UPTD TAHURA
WAR hanya Penangkaran Rusa dan Youth Camp. Youth Camp sendiri, dari
pihak UPTD hanya mempekerjakan 2 orang pengelola yaitu Bapak Ishadi
selaku pengelola TAHURA dan Bapak Fuad sebagai tenaga kebersihan.
Berikut struktur organisasi yang menggambarkan alur kerja dari TAHURA ke
Youth Camp.
64
Gambar 5. Struktur organisasi TAHURA WAR
4.2. Sejarah dan Profil Youth Camp
Youth camp atau yang biasa dikenal dengan bumi perkemahan remaja
pertama kali dibentuk pada tahun 1990 oleh DEPARPOSTEL (Departemen
Pariwisata, Pos dan Telepon). Sebelum Departemen Pariwisata, Pos dan
Telepon membentuk Youth Campkawasan ini telah dijadikan tempat
perkemahan oleh sekolah-sekolah dan masyarakat sekitar. Sehingga
pemerintah melalui deparpostel membina dan mengembangkan kawasan
tersebut untuk tempat penelitian, perkemahan, budidaya, budaya dan
pariwisata. Untuk menunjang tujuan tersebut, deparpostel membangun
beberapa fasilitas seperti lapangan volly, lapangan basket, laboratorium,
kantor, aula, ruko untuk cinderamata, penangkaran burung dan lainnya
dengan harapan Youth Camp akan menjadi pusat perkemahan remaja
bermanfaat untuk masyarakat luas secara umum dan khususnya untuk
UPTD TAHURA WAR
(Sumardi, S.Hut, MM.)
SEKSI TATA
USAHA
(Evi Yulidar, SE)
SEKSI PEMANFAATAN DAN
EVALUASI
(Plt. Banyumas Askeri, SP,
MH)
SEKSI
PERENCANAAN
(Ariyadi Agustiono,
S.Hut, M.Si)
PENANGKARAN
RUSA
(Aryana)
YOUTH CAMP
(Ishadi dan Fuad)
65
masyarakat hurun. Tujuan pemerintah menjadikan Youth Camp sebagai bumi
perkemahan dan tempat wisata berhasil. Hal ini ditandai dengan ramainya
pengunjung Youth Camp dan menjadi wisata yang naik daun karena tidak
adanya pesain serupa. Seiring berjalannya waktu fasilitas-fasilitas tersebut
mulai rusak dan habis karena hanya terbuat dari kayu (belum bangunan
permanen) dan tidak adanya perawatan dari pihak pemerintah. Sehingga yang
tersisa saat ini hanya gedung cinderamata dan sekarang dijadikan kantor
Youth Camp. Munculnya wisata serupa yang lebih dengan tampilan yang
lebih bagus dan penambahan atraksi wisata membuat youth camp semakin
ditinggalkan pengunjung. Untuk penangkaran burung dikembalikan kepada
BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) pada tahun 2012
dikarenakan kekurangan tenaga kerja untuk merawat penangkaran tersebut.
Youth Camp berdiri di atas lahan yang luasnya kurang lebih 3.822,13 ha yang
beralamat di jalan Raya Way Ratay, Hurun, Padang cermin, Kabupaten
Pesawaran, Provinsi Lampung. Sehingga untuk urusan administrasi Youth
Camp berkaitan erat dengan Desa Hurun. Termasuk untuk data
kependudukan Youth Camp menggunakan data dari Desa Hurun.Youth camp
berada di Desa Hurun tepatnya di Dusun Penyandingan RT 02. Berikut peta
lokasi yang menunjukkan posisi Youth Camp di Desa Hurun.
66
Gambar 6. Peta lokasi Youth Camp di TAHURA WAR
4.3. Struktur Organisasi Youth Camp di TAHURA WAR
Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap
bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya. Terwujudnya visi dan misi dari suatu institusi
sangat bergantung terhadap struktur organisasi yang dibentuk untuk mencapai
tujuan institusinya tersebut. Salah satu fungsi dengan adanya struktur
organisasi yaitu untuk mengatur hubungan antar orang, kelompok, dan
kepentingan.
Struktur organisasi yang diterapkan padaYouth Camp di TAHURA WAR
adalah struktur organisasi berbentuk lini yang dimana kekuasaan dan
tanggung jawab berjalan dari atas sampai ke bawah yang masih bersifat
sederhana. Youth Campdi TAHURA WAR dipimpin oleh Bapak Supriono
sebagai kepala pengelola. Dibawah pimpinan terdapat petugas bagian dari
masing-masing pekerjaan yaitu Bapak Ishadi sebagai petugas pengelolaan
dan Bapak Fuad sebagai petugas kebersihan Youth Campdi TAHURA WAR.
67
Pada Gambar 6disajikan struktur organisasi Youth Camp di TAHURA
WARsecara sederhana.
Gambar 7. Struktur organisasi Youth Camp di TAHURA WAR
4.4. Sarana dan Prasarana Youth Camp diTAHURA WAR
Setiapobyekwisatamemilikisaranadanprasarana yang
menunjangkeberlangsungankegiatanpadaobyekwisatatersebut.Youth Camp di
TAHURA WAR memilikiberagamsaranaprasarana yang
menjadidayatarikwisataedukasiitusendiri. Saranadanprasarana yang
disediakanolehkawasaninimeliputi:
1. Wisata Air terjun
Air terjun diYouth Camp terdi dari dua bagian, yaitu air terjun kanan dan
air terjun kiri. Air terjun kanan terdiri dari tujuh tingkatan,air terjun
pertama hingga air terjun keenam dinamai dengan air terjun Gunung
Minggu. Air terjun pada tingkat ketujuh memiliki nama berbeda yaitu air
terjun Curup Kuda. Menurut legenda yang beredar dimasyarakat yang
tinggal didaerah sekitar air terjun, mereka sering mendengar suara
ringkikan kuda saat tengah hari dan waktu maghrib dari arah air terjun
Kepala Pengelola
Pak Supriono
Petugas Pengelolaan
Pak Ishadi
Petugas Kebersihan
Pak Fuad
68
ketujuh ini. Cerita ini menyebar dan melekat menjadi nama air terjun
tersebut. hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan,
khususnya bagi mereka yang menyukai hal-hal mistis.
Air terjun sebelah kiri hanya terdiri dari satu air terjun saja yang
dinamakan dengan air terjun Abah Uban. Nama ini ditentukan dari nama
pimpinan provinsi saat Youth Camp pertama didirikan, yang
kesehariannya dipanggil dengan Abah Uban. Untuk menghargai jasa
beliau maka air terjun kiri ini dinamai dengan air terjun Abah Uban.
Meskipun hanya satu air terjun, bukan berarti air terjun kiri ini sepi
peminat. Air terjun Abah Uban merupakan air terjun paling tinggi
diantara delapan air terjun yang ada di Youth camp. Untuk menuju ke air
terjun ini sangat mudah bahkan untuk pemula sekalipun karena telah
dilengkapi dengan penunjuk arah dan jalan setapaknya telah diperbaiki.
tidak mengurangi keindahan alamnya karena pengunjung masih dapat
menikmati suasana alam yang asri dan melewati sungai-sungai kecil,
sehingga membuat perjalanan ke air terjun tetap menyenangkan.
Gambar 8. Air Terjun Gunung Minggu di Youth Camp
69
2. Pasar Tahura
Selain Air terjun, Pasar Tahura merupakan salah satu objek wisata yang
banyak diminati di Youth Camp. Pasar Tahura dibentuk pada akhir 2017
atas kerjasama pihak tahura dengan Genpi (Generasi Pesona Indonesia).
Pasar Tahura tidak seperti pasar pada umumnya, di pasar ini pedagang
menjual jajanan-jajanan dan makanan khas daerah dan umum, namun
pedagang tidak dibayar dengan uang Rupiah melainkan mata uang pasar
tahura. Mata uang Pasar Tahura berupa stik yang dapat dibeli dengan
uang Rupiah dengan kelipatan Rp 2.500 dan Rp 5.000. Mata uang Pasar
Tahura ini dapat diuangkan kembali jika tidak habis dipasar sehingga
konsumen tidak akan dirugikan. Selain mata uangnya yang unik, tempat
makan dipasar tahura juga menjadikan pasar ini beda dari pasar pada
umumnya, disini konsumen bebas memilih tempat makannya, ada yang
lesehan, di atas air, di alam terbuka, bahkan di atas pohon. Semua tempat-
tempat tersebut telah diatur sedemikian rupa sehingga pengunjung
menjadi nyaman menikmati hidangan sembari menikmati suasana alam
yang masih asri (Pengelola Pasar Tahura, 2018).
Gambar 9. Pintu masuk Pasar TAHURA
70
3. Aula
Aula merupakan salah satu bangunan yang tersisa dari awal pembangunan
Youth Camp.Awal dibentuknya Youth Camp oleh Departemen Pariwisata,
Pos dan Telepon dibangun beberapa sarana yang dapat menunjang
kegiatan di Youth Camp, salah satunya adalah aula. Pertama didirikan
bangunan masih berupa bangunan belum permanen yang terbuat dari
kayu, sehingga lama-kelaman mengalami kerusakan karena tidak ada
perbaikan yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Ketika Youth Camp
dikelola oleh TAHURA dilakukan perbaikan sehingga keadannya sudah
jauh lebih baik dan layak untuk digunakan. Pada saat ini aula Youth
Camp sudah berupa bangunan permanen yang biasa digunakan oleh
pengunjung, umumnya pengujung rombongan. Pengunjung bisa
menggunakan gedung aula ini dengan membayar Rp 1.500.000 untuk 2
sampai 3 hari penggunaan.
Gambar 10. Gedung aula Youth Camp
71
4. Gladiator
Gladiator merupakan sebuah lapangan mirip stadion mini dengan tempat
duduk bertingkat mengelilingi lapangan. Tempat ini biasanya digunakan
oleh pengunjung rombongan untuk acara kumpul-kumpul, pertunjukan
maupun api unggun. Gladiator ini cukup luas untuk menampung
beberapa ratus orang. Jika pengunjung ingin menggunakan gladiator
untuk api unggun, mereka bisa menggunakan jasa petugas Youth Camp
untuk menyiapkan kayu bakar dengan membayar sesuai kesepakatan
ataupun mencari sendiri kering yang biasanya tersebar di hutan Youth
camp. Keunggulan gladiator ini adalah tempat ini berada agak
diketinggian dan tidak terlihat dari jalan-jalan setapak Youth Camp,
sehingga pengunjung yang melakukan pelatihan disini atau kegiatan
lainnya privasinya lebih terjaga.
Gambar 11. Gladiator Youth Camp
72
5. Toilet
Toilet di Youth Camp terdapat 5 bangunan yang disebar di beberapa
tempat untuk memudahkan pengunjung karena kawasan Youth Camp
yang cukup luas, agar tidak terlalu jauh jika ingin menggunakan toilet.
Untuk menggunakan toilet, pengunjung perorangan dan keluarga biasanya
dikenakan tarif Rp 2.000 untuk satu kali penggunaan. Berbeda untuk
pengunjung rombongan dan sifatnya menginap, biasanya mereka
dikenakan biaya paket tergantung kesepakatan pengunjung dengan
petugas. Petugas tidak mematok berapa harga yang harus dibayarkan oleh
pengunjung kelompok, lebih kepada sukarela dan kesadaran pengunjung
rombongan sebagai imbalan kepada petugas yang telah membersihkan
toilet. Pengunjung rombongan bisa menggunakan toilet sepuasnya jika
sudah memberikan harga paket untuk rombongan. Biasanya di pintu
masuk toilet terdapat kotak kayu tempat memasukkan uang. Hal ini
menuntut kejujuran dari pengunjung karena tidak semua toilet terdapat
penjaganya.
Gambar 12. Salah satu toilet Youth Camp
73
6. Mushola
Youth Camp juga memiliki mushola sederhana yang bisa digunakan
pengunjung yang beragama islam untuk melakukan ibadah sholat.
Mushola ini berada diantara kantor Youth Camp dan Pasar TAHURA.
Pada mushola ini juga disediakan beberapa mukenah, sajadah, kain sarung
dan Al-Quran. Mushola Youth Camp juga dilengkapi tempat wudhu
didepannya. Meskipun kurang terawat, namun tempat wudhu ini masih
layak digunakan. Hal yang sangat disayangkan karena beberapa kali
peneliti mendatangi mushola youth camp, ada waktu-waktu mushola ini
terlihat kotor karena dedaunan, debu dan tanah dilantai mushola
(walaupun tidak selalu demikian). Hal ini sangat kurang pantas karena
mushola merupakan tempat beribadah dan diharuskan selalu bersih.
Kemungkinan ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kebersihan di Youth
Camp dan kurangnnya kesadaran pengunjung untuk menjaga mushola ini
agar tetap bersih dan layak digunakan untuk tempat beribadah.
Gambar 13. Mushola Youth Camp Gambar 14. Tempat berwudhu
7. Lapangan parkir
Lapangan parkir yang ada sekarang merupakan lapangan yang baru
dibangun oleh pihak tahura. Lapangan parkir ini berada didekat pintu
74
masuk tahura dan dipisahkan oleh sungai kecil dengan kawasan wisata
Youth Camp. Pengunjung perorangan dan keluarga dikenakan biaya Rp
2000/motor dan Rp 3000/mobil. Pengunjung yang statusnya rombongan
dan membawa banyak kendaraan, bisa melakukan lobby saat
membooking tempat agar mendapat harga yang lebih murah.
Gambar 15. Lapangan parkir Youth Camp
8. Kantor Youth Camp
Bangunan yang saat ini dijadikan sebagai kantor Youth Camp dulunya
merupakan gedung yang digunakan sebagai toko cinderamata, sehingga
terdapat beberapa ruangan untuk digunakan oleh pedagang berjualan
oleh-oleh yang menjadi ciri khas youth camp dan Lampung. Karena tidak
berjalan lancar, akhirnya gedung tersebut dialih fungsikan menjadi kantor
Youth Camp dan tempat tinggal keluarga Bapak Isadi selaku petugas
Youth Camp.
Sarana dan prasarana yang telah dijabarkan sebelumnya terdapat beberapa
fasilitas seperti saung, penunjunk arah, jalan-jalan setapak yang telah
dipaving hingga ke air terjun, air mancur, taman dan sungai yang
melengkapi Youth Camp dan memberi nilai lebih dibandingkan wisata
75
lain yang serupa. Fasilitas ini dibangun oleh pihak tahura bertujuan untuk
kepuasan pengunjungnya sehingga lebih nyaman ketika menghabiskan
waktunya di Youth Camp.
Gambar 16. Air mancur Gambar 17. Penunjuk arah wisata
Gambar 18. Saung Youth Camp Gambar 19. Jalan setapak
4.5. Tata LetakYouth Camp di TAHURA WAR
Letak Youth Camp di TAHURA WAR berada sekitar ± 500 meter dari rumah
penduduk. Youth Camp di TAHURA WAR berdekatan dengan Rumah
76
Makan Ika, dengan jarak hanya 50 meter dari gapura Tahura WAR tersebut.
Luas lahan yang dimiliki olehTAHURA WAR secara keseluruhan
mencapai22.249,31 ha, luas lahan tersebut mencakup wilayah Kecamatan
Gedong Tataan, Way Lima, Kedondong dan Padang Cermin. Seluas kurang
lebih 3.822,13 ha yang digunakan untuk pengelolaan wisata Youth Camp di
TAHURA WAR dari total keseluruhan luas TAHURA WAR. Luas lahan
3.822,13 ha tersebut dibagi menjadi beberapa spot yaitu spot untuk area
perkemahan remaja,wisata air terjun tujuh tingkatan, pelestarian fauna dan
flora, edukasi, dan keamanan. Berikut adalah tata letak dari Youth Camp di
TAHURA WAR dalam Gambar 20.
77
Skala 1:100
Gambar 20. Tata letak Youth Camp di Tahura WAR
Keterangan:
A :Pos masuk I : Musholla Q : Lahan Kemah
B : Parkir Mobil J : Tempat wudhu R : Air terjun TK 1
C : Parkir Motor K : Toilet S : Air terjun TK 2
D : Lahan flora L : Kolam air mancur T : Air terjun TK 3
E : Aula Youth Camp M : Gazebo U : Air terjun TK 4
F : Kantin N : Lahan pasar Tahura V : Air terjun TK 5
G : Rumah dinas staf O : Toilet & tempat bilas W : Air terjun TK 6
H : Kantor Youth Camp P : Gladiator X : Air terjun TK 7
: Gerbang/Pintu masuk
A
B
D
C
E
F
G
H
I
J
K P
R
S
T
U
V W
X
L
N
M
O
Q
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pembahasan tentang valuasi ekonomi Youth Camp di
TAHURA WAR, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung wisata Youth Camp di
TAHURA WAR menempatkan pada biaya konsumsi sebagai alokasi
biaya perjalanan tertinggi, dan terendah terdapat pada klasifikasi biaya
dokumentasi dan biaya lain- lain.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan wisatawan ke
Youth Camp di TAHURA WAR secara signifikan ialah biaya perjalanan,
pendapatan, jarak dan fasilitas. Faktor- faktor yang tidak berpengaruh
nyata terhadap frekuensi kunjungan yaitu pendidikan, umur, jumlah
tanggungan dan jumlah kunjungan.
3. Valuasi ekonomi Youth Camp di TAHURA WAR dengan menggunakan
metode biaya perjalanan tergolong tinggi yaitu sebesar
Rp1,924,199,823,454.41, sehingga keberadaan Youth Camp di TAHURA
WAR perlu dipertahankan.
110
6.2. Saran
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau saran dalam
meningkatkan nilai ekonomi objek wisata Youth Camp di TAHURA WAR,
diantaranya sebagai berikut:
1. Pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat pada Youth Camp di
TAHURA WAR perlu dilakukan secara optimal agar para pengunjung
mendapatkan kepuasan tersendiri dalam melakukan kegiatan wisata setara
dengan manfaat ekonomi yang tinggi, sehingga hal tersebut dapat
menimbulkan rasa ingin kembali berkunjung ke wisata tersebut pada
waktu yang akan datang.
2. Pihak pengelola Youth Camp di TAHURA WAR perlu melakukan
peningkatan sarana dan prasarana dalam penunjang lokasi wisata untuk
melakukan kegiatan wisata, perawatan terhadap lokasi wisata,
penambahan ide kreatif dalam menawarkan keunggulan lokasi wisata,
serta perbaikan dalam sistem publikasi atau pemasarannya sehingga dapat
menambah jumlah pengunjung yang datang.
3. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut, terkait analisis dampak
lingkungan dan dampak sosial bagi masyarakat sekitar dengan adanya
keberadaan wisata Youth Camp di TAHURA WAR.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, dan Riduwan. 2013. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika,
Alfabeta. Bandung.
Badan Pusat Statistik. 2016.Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB. Badan
Pusat Statistik. Jakarta.Berita.\
Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2009. Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman. http://dishut.lampungprov.go.id/home. Diakses pada tanggal 20
November 2017 pukul 19.00 WIB.
Dinas UPTD Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. 2018. Perkembangan
Jumlah Pengunjung Wisata Youth Camp di TAHURA
WAR.http://dishut.lampungprov.go.id/home. Diakses pada tanggal 15 April
2018 pukul 10.00 WIB.
Ekwarso. 2010. Nilai ekonomi lingkungan dan faktor- faktor yang
mempengaruhi permintaan objek wisata air panas Pawan di Kabupaten
Rokan Hulu (pendekatan biaya perjalanan). Jurnal Ekonomi. Vol 18 (3),
Pp: 103- 200.
Fandeli, C dan Mukhlison. 2002. Perencanaan Kepawisitaan Alam. UGM
Press. Yogyakarta.
Fauzi, A. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Cetakan ketiga.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fitriana, V., Abidin, Z., Endaranto, T,. 2017. “Estimasi Permintaan dan Nilai
Ekonomi Taman Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta Utara”. JIIA, Vol 5
(3), Pp: 267-274, Agustus 2017.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIIA/article/view/139. Diakses pada
tanggal 05 Januari 2018.
Gravitiani, E. 2010. “Aplikasi Individual Travel Cost Method Di Area Publik”.
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol 11 (1), Pp: 30-37, April 2010.
http:///media.neliti.com/media/publications/79878. Diakses pada tanggal 20
Desember 2019.
112
Handoko, W. 2011.Valuasi Ekonomi Sumberdaya Arkeologi dan Penerapannya di
Indonesia.iaaipusat.wordpress.com/2012/04/19/valuasi-ekonomi-
sumberdaya-arkeologi-dan-penerapannya-di-indonesia/.Diakses pada
tanggal 26 Februari 2018.
Hasibuan, B. 2014. “Valuasi Ekonomi Lingkungan Nilai Gunaan Langsung dan
Tidak Langsung Komoditas Ekonomi”. Signifikan, Vol 3 (2), Pp: 113- 126,
Oktober 2014. Journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan/article/view/2055.
Diakses pada tanggal 21 Desember 2019.
Hellerstein, D dan R. Mandelsohn. 1993. A Theoretical Foundation for Count
Data Models. https://mpra.ub.uni-
muenchen.de/.../MPRA_paper_25265.pdf.[10 Mei 2019]
Husni, M. 2018. Analisis Valuasi Ekonomi Sungai Walannae Kecamatan
Ajangale Kabupaten Bone. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar. Makassar.
Isaac, S dan W.B. Michael. 1995. Handbook in Research and Evaluation.
EdITS Publishers. San Diego.
Marsinko, A., W.T Zawacki., J.M Bowker. 2002. Use Travel Cost Model in
Planning: A Case Study. Tourism Analysis. Vol. 6(1).
Mavsar, R., F Herreros, E Varela, F Gouriveau dan M Duclercq. 2016. Draft
Report : Methods and Tools for Sosio-economic Assessment of Goods and
Services Provided by Mediterania Forest Ecosystems. FAO.
http://www.fao.org/forestry/40011-03b4431fea5475c3d5b7d9ad39e1ab
9fd.pdf. [20 Februari 2018]
Mubarok, A.H. dan Ciptomulyono, U., 2012, “Valuasi Ekonomi Dampak
Lingkungan Tambang Marmer Di Kabupaten Tulungagung Dengan
Pendekatan Willingness To Pay dan Fuzzy MCDM”,Jurnal Teknik ITS Vol.
1, No. 1, September 2012 ISSN: 2301-9271.
Nawawi, H. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Safitri, A. I. R., HG dan D., Devianto. 2014. Penerapan Regresi Poisson dan
Binomial Negatif dalam Memodelkan Jumlah Kasus Penderita AIDS di
Indonesia Berdasarkan Faktor Sosiodemografi. Jurnal Matematika UNAND.
3(4) : 58-65 [02 Maret 2018]
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2017. Sektor Pariwisata Penggerak
Pembangunan Indonesia. http://setkap.go.id/tahun-2017-kita-genjot-
pariwisata/. Diakses pada tanggal 06 Januari 2018 pukul 18.30 WIB.
113
Siregar, S. 2012. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Raja Grafindo Persada
Jakarta
Siwi, Y. 2010. Valuasi Ekonomi Wisata Alam Gunung Mahawu. Sam Ratulangi
Press. Manado.
Soemarno, 2010, Metode Valuasi Ekonomi Sumberdaya Lahan Pertanian,
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/METODE-VALUASI-
EKONOMI-LAHAN-PERTABNIAN. Diakses pada tanggal 26Februari
2018.
Stabler, M., Papatheudorou, A. & Sinclair, M. T. 2010. The Economic of
Tourism. Routledge. London.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Sundari, I. 2012. Regresi Poisson dan Penerapannya UntukMemodelkan
Hubungan Usia dan PerilakuMerokok Terhadap Jumlah Kematian
PenderitaPenyakit Kanker Paru-Paru.
jmua.fmipa.unand.ac.id/index.php/jmua/article/download/20/17. Diakses
pada tanggal 01 Maret 2018.
Susilowati, U. 2015. Penanganan Overdispersi pada Pemodelan Data Cacahan
Menggunakan Regresi Binomial Negatif pada Rcim (Row Column
Interaction Model). Jember Press. Jember.
United Nations Environment Programme. 2014. Membangun Modal Alam:
Bagaimana REDD + dapat Mendukung Ekonomi Hijau.
www.resourcepanel.org/file/398/download?token=ZmbTvXVE. Diakses
pada tanggal 11 Desember 2017 pukul 10.00 WIB.
Yulianingsih, K. A. 2012. “Penerapan Regresi Poisson untuk Mengetahui
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jumlah Siswa Sma/Smk yang Tidak
Lulus Un di Bali”. e-Jurnal Matematika, Vol 1(1), Agustus 2012. Pp: 59-
63.