vaskularisasi ekstremitas inferior dan pembekuan darah
DESCRIPTION
Problem base learning yang menjelaskan informasi tentang fisiologi pendarahan pada tungkai kaki dan cara pembekuan darah, untukTRANSCRIPT
Vaskularisasi Ekstremitas Inferior dan Pembekuan Darah
Vinsensia Dini Bayuari
102013334/A5
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: [email protected]
Abstrak
Sistem Kardiovaskuler merupakan system transportasi dalam tubuh yang berfungsi
menghantarkan berbagai nutrisi, oksigen, air dan elektrolit menuju jaringan tubuh dan
membawa berbagai sisa metabolisme jaringan ke alat eksresi. Komponen utama dari system
kardiovaskuler adalah Jantung yang berfungsi sebagai pompa untuk memompakan darah
keseluruh tubuh, pembuluh darah yang berperan sebagai saluran dan darah yang menjadi
media transportnya. Darah yang disalurkan ke bagian bawah tubuh akan melewati beberapa
arteri besar hingga cabang-cabangnya yang kemudian akan membentuk vaskularisasi
ekstremitas inferior. Jika pembuluh darah terpotong, maka pendarahan akan dihentikan
(hemostasis), jika endotel yang melapisi pembuluh mengalami gangguan, maka darah akan
membeku (trombosis). Darah sendiri memiliki peranan yang sangat penting dalam tubuh.
Didalam darah terdapat hemoglobin yang terdiri dari heme dan globin.
Kata kunci: vaskularisasi ekstremitas inferior, hemostasis, trombosis
Abstract
Cardiovascular system is the transportation system in the body that function delivers a wide
range of nutrients, oxygen, water and electrolytes to the body tissues and carries a variety of
tools to the network of metabolic waste excretion. The main components of the
cardiovascular system is functioning heart as a pump to pump blood throughout the body, the
blood vessels that act as channels and blood into the transport medium. Blood is supplied to
the lower part of the body will pass through several major arteries to the branches which
would then form the inferior extremity vascularity. If a blood vessel is cut off, it will stop
bleeding (hemostasis), if the endothelium that lines the vessel to crash, then the blood will
1
clot (thrombosis). Blood itself has a very important role in the body. Hemoglobin in the blood
are made up of heme and globin.
Keywords: inferior extremity vascularity, hemostasis, thrombosis
Pendahuluan
Sistem sirkulasi berperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagai sistem
transportasi tubuh. Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah yang dipompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2 dan nutrient, menyingkirkan zat-zat
sisa dan penyampaian sinyal homon. Arteri yang sangat elastic mengangkut darah dari
jantung ke jaringan dan berfungsi sebagai reservoir tekanan untuk terus mendorong darah ke
depan sewaktu jantung sedang mengalami relaksasi dan pengisian. Tekanan darah arteri rata-
rata diatur secara ketat agar penyampaian darah ke jaringan adekuat. Jumlah darah yang
mengalir melalui suatu jaringan bergantung pada caliber ateriol (pembuluh yang banyak
mengandung otot) yang memperdarahi jaringan tersebut. Caliber arteriol dapat diubah-ubah
sehingga distribusi curah jantung dapat secara terus-menerus disesuaikan untuk secara
maksimum memenuhi kebutuhan tubuh setiap saat. Kapiler yaitu pembuluh beridinding tipis
dan berpori-pori, merupakan tempat sesungguhnya untuk pertukaran antara darah dan
jaringan disekitarnya. Vena yang sangat lentur mengembalikan darah dari jaringan ke jantung
dan juga berfungsi sebagai reservoir darah.1 Di dalam darah sendiri mengandung hemoglobin.
Hemoglobin ini terdiri dari heme dan protein globin. Heme adalah gugus prostetik yang
terdiri dari atom besi yang terdapat di tengah-tengah cincin organik heterosiklik yang luas
yang disebut porfirin. Tidak semua porfirin mengandung besi, tapi fraksi metalloprotein yang
mengandung porfirin memiliki heme sebagai gugus protetiknya; ini kemudian dikenal
sebagai hemoprotein. Heme banyak dikenal dalam perannya sebagai komponen Hemoglobin,
namun heme juga merupakan komponen dari sejumlah hemoprotein lainnya.
2
Vaskularisasi Extremitas Inferior
Ekstremitas inferior diperdarahi oleh A. femoralis yang merupakan lanjutan dari A.
illiaca externa. Setelah melewati canalis adductorius, A.femoralis selanjutnya disebut sebagai
A. poplitea. Pada ujung-ujung distal popliteae A. poplitea bercabang menjadi A.tibialis
anterior dan A. tibialis posterior.2
Pada A. tibialis anterior menembus membrane interossea dan tiba di region cruris
anterior, dimana pembuluh ini menuju kearah distal disisi lateral dari M. tibialis anterior.
Dimana cabang-cabangnya meliputi A. recurrens tibialis anterior, A. recurrens tibialis
posterior, A. malleolaris medialis anterior, A. malleolaris lateralis anterior, dan berakhir
sebagai A. dorsalis pedis.
Sedangkan pada A. tibialis posterior mempercabangkan ramus fibularis untuk rete
articularis genus dan A. peronea, lalu berjalan dibawah arcus tendineus m. solei dan dengan
demikian terletak antara lapisan otot-otot flexor dangkal dan lapisan otot-otot flexor dalam.
Yang menjadi cabang-cabang dari A. tibialis posterior meliputi A. malleolaris medialis
posterior untuk rete malleolare dipercabangkan di daerah malleoli, ramus calcaneus medialis
posterior bercabang dua dan berakhir sebagai A. plantaris medialis dan A. plantaris lateralis,
A peronea mengikuti fibula ke distalis, tertutup oleh M. flexor hallucis longus. A. tibialis
posterior berakhir sebagai r. calcaneus lateralis.2
Gambar 1. Vaskularisasi ekstremitas inferior3
3
Kaki
Secara topografik, pada kaki dapat dibedakan dorsum pedis dan plantar pedis.
Peredaran darah arterialis di kaki biasanya diurus oleh A. tibialis anterior dan A. tibialis
posterior. A. tibialis anterior di dorsum pedis disebut A. dorsalis pedis. Di sisi medial kaki
dipercabangkan Aa. Tarseles mediales dan untuk sisi lateral kaki dipercabangkan A. tarsalis
lateralis. Dibagian distal dipercabangkan A. arcuata yang berjalan dibawah otot-otot kaki
kearah lateral dan berhubungan dengan A. tarsea lateralis untuk membentuk rete dorsalis
pedis.
Dari rete dorsalis pedis berasal cabang-cabang yang terkenal sebagai Aa. Metatarseae
dorsales. Tiap A. metatarsea dorsalis memberi satu ramus perforans yang berhubungn dengan
pembuluh-pembuluh diplantar pedis, lalu tiap A. metatarsea dorsalis bercabang dua menjadi
Aa. Digitales dorsales. A. dorsalis pedis sendiri menembus spatium interosseum I sebagai
ramus plantaris profundus.
A. Tibialis posterior bercabang menjadi A. plantaris medialis dan A. plantaris
lateralis. A. plantaris medialis yang lebih kecil dan berjalan kearah distal disisi medialis kaki.
A. plantaris medialis mengikuti otot-otot jari I kearah distal, lalu bercabang menjadi ramus
superficialis dan ramus profundus. Ramus profundus a. plantaris medialis mengadakan
anastomosis dengan ramus plantaris profundus. A. dorsalis pedis dan ramus profundus a.
plantaris lateralis. Dan dengan demikian membentuk arcus plantaris. Dari arcus plataris
dipercabangkan Aa. Metatarseae plantares. Tiap A. metatarsea plantaris mempercabangkan
ramus perforans posterior yang berhubungan dengan A. metatarsea dorsalis, ramus perforans
anterior yang berhubungan dengan pembuluh nadi di permukaan dorsalis jari, lalu bercabang
dua membentuk Aa. Digitales plantares.2
Gambar 2. Vaskularisasi kaki3
4
Vaskularisasi Regio Planta Pedis
Dari canalis malleolaris A. plantaris medialis dan A. plantaris lateralis serta saraf-
saraf yang bersenama masuk ke dalam ruangan plantaris tenga. Pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf ini mengikuti perjalanan urat-urat otot-otot flexor panjang dorsal dari M. abductor
hallucis. A. plantaris medialis biasanya adalah kecil dan merupakan lanjutan A. tibialis
posterior. Pembuluh ini berjalan bersama-sama dengan N. plantaris medialis di antara M.
flexor digitorum brevis dan M. abductor hllucis dalam sulcus plantaris medialis. Setinggi os
metatarsea I pembuluh tadi mengadakan annatomosis dengan A. plantaris lateralis dan A.
plantaris profundus dan dengan demikian membentuk arcus plantaris. A. plantaris lateralis
berjalan kea rah lateral antara M. flexor digitorum brevis dan M. quadrates plantae, lalu
membelok kea rah distal dan berjalan antar otot-otot dari jari V dan M. quadrates plantae
sampai setinggi garis Lisfranc.2
Pada tempat ini pembuluh tadi membelok kea rah medial dan masuk lagi ke ruangan
plantaris tengah, lalu berjalan kea rah dorsal sampai pada fascia interossea plantaris. Dalam
bidang ini A. plantaris lateralis menuju ke spatium interosseum I, dimana pembuluh ini
mengadakan anastomosis denga A. plantaris medialis dan denga demikian membentuk arcus
plantaris, dari arcusplantaris dipercabangkan Aa. Metatarseae plantares. Masing-masing A.
metatarsa plantaris kemudian bercabang dua menjadi Aa. Digitales plantares untuk jari-jari.
Tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik yang senama. Kedua pembuluh balik
dalam mengadakan hubunga denga Vv. Plantares dangkal dan juga denga pembuluh-
pembuluh balik di dorsum pedis melalui spatial interoseae.2
Pembuluh Balik Extremitas Inferior
Di jaringan subkutan di bagian anterior dapat dikemukakan v. saphena magna, yang
pada fossa ovalis menembus fascia cribrosa dan bermuara ke dalam v. femoralis. Selain
pembuluh ini terdapat pula beberapa pembuluh balik lain, yang membelok ke dalam pada
fossa ovalis, yakni v. epigastrica superficialis, v. circumflexa ilium superficialis, Vv.
Pudendae externae. Masing-masing pembuluh balik ini mengikuti perjalanan pembuluh nadi
yang sesuai dengan namanya. Biasanya tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik,
kecuali: A. profunda femoris, yang hanya mempunyai satu v.profunda femoris.2
5
Pembuluh Balik Regio Cruris
Di jaringan subkutan berjalan 2 venae dangkal, yakni v. saphena magna dan v.
saphena parva. V. saphena magna sampai di regio cruris dengan berjalan anterior dari
malleolus medialis. Lalu menuju ke proximal disisi medial tungkai bawah. V. saphne parva
berasal dari bagian lateral dorsum pedis, berjalan posterior dari malleolus lateralis dan
menuju ke fossa poplitea di pertengahan permukaan posterior tungkai bawah. Pada umumnya
tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik senama.2
Pembuluh Balik Kaki
Tiap pasang v. digitalis dorsalis pedis pada setiap jari akan bersatu menjadi satu v.
metatarsea dorsalis, yang menyalurkan darahnya kedalam arcus venosus dorsalis pedis. Arcus
venosus dorsalis pedis berhubungan dengan rete venosum dorsales pedis, yang terletak
subkutan dan menyalurkan darahnya melalui v. saphena magna dan v. saphena parva.
Di planta pedis tiap-tiap vv. Digitales plantares pedis bersatu menjadi satu v.
metatarsea plantaris yang bermuara ke dalam arcus venosus plantaris. Lengkung ini terletak
berdekatan pada arcus plantaris arteriosum. Systema venosum di dorsum pedis dan di planta
pedis dihubungkan satu dengan yang lain oleh vv. Intercapitulariae. Dalam jaringan subkutan
pedis terletak satu rete venosum plantare.2
Pembuluh darah
Dalam mempelajari dinding pembuluh darah hendaknya selalu diingat 3 lapisan
utama yaitu tunika intima, tunika media dan tunika adventisia.4
a. Tunika intima.
Intima terdiri atas satu lapis sel endotel, yang ditopang oleh lapisan subendotel jaringan
ikat longgar yang kadang-kadang mengandung sel otot polos. Pada arteri, intima
dipisahkan dari tunika media oleh lamina elastika intena yaitu komponen terluar dari
intima lamina ini terdiri atas elastin, memiliki celah-celah yang memungkinkan terjadi
difusi zat untuk memberikan nutrisi ke sel-sel bagian dinding pembuluh. Karena tekanan
darah dan kontraksi pembuluh tidak terjadi pada saat kematian, tunika intima arteri pada
umumnya tampak berombak-omba pada sedian jaringan.4
6
b. Tunika media .
Tunika media terutama terdiri atas lapisan kosentris sel-sel otot polos yang tersusun
secara berpilin. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat dan lamela elastin, serat
retikulin, proteoglikan, dan glikopotein dalam jumlah bervariasi. Sel otot polos menjadi
sumber sel dari matriks ekstrasel ini. Pada arteri, tunika media memiliki lamina elastika
eksterna yang lebih tipis, yang memisahkannya dari tunika adventisia.4
c. Tunika adventisia
Tunika adventisia terutama terdiri atas serat kolagen dan elastin. Kolagen dalam
adventisia berasal dari tipe 1. lapisan adventisia berangsur menyatu dengan jaringan ikat
organ tempat pembuluh darah berada.4
GambarGambar 3. Lapisan pembuluh darah4
Terdapat 3 jenis pembuluh darah, yaitu:
1. Kapiler darah
Sebagai tempat pertukaran zat lumen kapiler hanya dapat dilalui oleh 1
eritrosit saja. Pada kapiler terdapat sel endotel menonjol ke dalam lumen dan sel
perisit menonjol keluar lumen. Kapiler memiliki dinding selapis sel endotel / hanya
tunika intima dengan fungsinya yaitu sebagai tempat pertukaran bahan secara difusi
melalui ruang antar sel.4
Bagian ini terdapat 3 jenis yaitu kapiler tipe viseral yang berpori (fenestrated
capillary) dimana beberapa sel endotel mempunyai pori-pori, banyak pori ditutupi
membran, sangat permeabel. Biasanya terdapat di pankreas, usus, kelenjar endokrin,
7
dan glomerulus ginjal. Kapiler tipe muskular atau kapiler utuh (continuous capillary)
dan kapiler ini memiliki sel endotel yang kontinu dan juga sinusoid (discontinous
capillary) merupakan bagian yang berbentuk rongga. Lumen pada kapiler ini lebih
besar daripada kapiler lainnya dan dilalui oleh darah dan cairan limf.
2. Arteri
Arteri sendiri berfungsi sebagai sistem distribusi, yang dibagi atas:
a. Arteri besar dikenal juga sebagai arteri tipe elastis Berfungsi menyalurkan darah,
meredam tekanan yang disebabkan sistol jantung, menjaga agar aliran darah
berjalan mulus yang disebut conducting arteries.
Arteri ini mempunyai 3 lapisan pada dindingnya yaitu tunika intima, media, dan
adventisia. Arteri intima:
Tunika Intima
Endotel dengan lamina basalis
Subendotel: jaringan ikat kolagen, elastin, otot polos
Lamina elastika interna
Tight junction dan gap junction
Tunica Media
Lapisan lebih tebal
Serat elastin, kolagen & sel-sel otot polos
Beberapa fibroblast
Tunica Adventisia
Terdiri dari jaringan ikat dan fibroblas
Lebih tipis daripada tunica media
Beberapa serat elastin
Terdapat vasa vasorum dan serat saraf
b. Arteri sedang dikenal juga sebagai arteri tipe muskular berfungsi membagi darah
ke organ yang membutuhkannya; disebut sebagai distributing arteries. Tidak
seperti arteri besar, pada arteri ini tunika elastika interna dan eksterna tampak
jelas.
8
Tunika Intima
Lapisan endotel dengan lamina basalis
Subendotel: sedikit jaringan ikat
Terdapat lamina elastika interna
Tunika Media
Otot polos sirkular, kolagen, bbrp serat elastin
Tidak ada fibroblas
Terdapat lamina elastika eksterna
Tunika Adventisia
Tebal lapisan jaringan ikat kira-kira sama dengan tebal tunica medianya
Kandungan kolagen yg tinggi dengan fibroblas
Serat elastik terkonsentrasi di lamina elastika eksterna
c. Arteri kecil disebut juga sebagai arteriol besar. 1-2 lapis pada tunica media
merupakan arteriol, dan 3-8 lapis otot polos pada tunica media merupakan arteri
kecil.
d. Arteriole adalah jenis arteri terkecil. Lumen pembuluh relatif sempit dan
dindingnya tebal. Derajat tekanan dalam sistem arterial terutama diatur melalui
ketegangan otot polos dalam dinding arteriol.
3. Vena
Vena berfungsi sebagai collecting system yang mengantar darah dari kapiler
balik ke jantung. Vena pulmonal besar berbeda karena pembuluh ini membawa darah
yang kaya akan oksigen, dari paru-paru ke jantung. Dinding vena lebih tipis daripada
dinding arteri yang diiringinya, berhubung dengan tekanan darah dalam sistem vgena
yang lebih rendah.
Vena dibedakan menjadi 3 jenis: kecil, sedang, dan besar. Vena berukuran
sedang memiliki katup-katup yang memungkinkan darah mengalir ke arah jantung,
tetapi tidak sebaliknya. Berkas otot polos memanjang merupakan sifat khas adventitia
dan terbentuk dengan baik pada vena besar. Vena yang mengiringi arteri profunda,
9
disebut vena comitans. Pada vena sistemik dijumpai lebih banyak variasi dibanding
pada arteri, dan juga terjadi lebih banyak anastomosis pada vena.
Hemostasis dan Trombosis
Hemostasis adalah penghentian pendarahan akibat pembuluh darah yang terpotong
atau robek, bertujuan untuk menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri dan vena, mencegah
kehilangan darah karena luka, memperbaiki aliran darah selama proses penyembuhan luka.
Hemostasis juga bertujuan untuk menghentikan dan mengontrol perdarahan dari pembuluh
darah yang terluka. Mekanisme hemostasis dipengaruhi 4 faktor yaitu trombosit, pembuluh
darah, faktor pembekuan darah dan sistem fibrinolitik/inhibitor.
Sedangkan trombosis terjadi jika edotel yang melapisi pembuluh darah mengalami
kerusakan atau terlepas. Trombosis adalah formasi jendalan darah (blood clot) didalam
sirkulasi yang membentuk sumbatan pembuluh darah. Trombosis merupakan deposit
intravaskular yang tersusun atas fibrin dan elemen yang terbentuk dari darah. Pembentukan
sumbat trombosit terjadi melalui beberapa tahap yaitu adesi trombosit, agregasi trombosit dan
reaksi pelepasan. Sumbat trombosit yang terjadi dapat menyempitkan luka untuk
menghentikan perdarahan. Proses-proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan
melibatkan pembuluh darah agregasi trombosit, serta protein plasma yang menyebabkan
pembentukan atau disolusi agregat trombosit.5
Pada hemostasis, mula-mula terjadi vasokonstriksi pembuluh yang cedera sehingga
aliran darah ke bagian distal dari tempat cedera berkurang. Kemudian hemostasis dan
trombosis mengalami tiga fase yang sama:
1. Pembentukan agregat trombosit yang longgar dan sementara ditempat cedera.
Trombosit berikatan dengan kolagen dibagian dinding pembuluh darah yang cedera,
dan mengeluarkan ADP dan membentuk romnoskan A2 yang mengaktifkan trombosit
lain yang mengalir disekitar tempat cedera. Trombin, yang terbentuk sewaktu
koagulasi ditempat yang sama, jugamengaktifkan trombosit. Jika diaktifkan,
trombosit berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, akan bergumpal untuk
membentuk sumbat hemostatik (pada hemostasis) atau trombus (pada trombosis).
2. Pembentukan jaring fibrin yang mengikat agregat trombosit, membentuk sumbat
hemostatik atau trombus yang lebih stabil.
3. Disolusi sumbat hemostatik atau trombus secara parsial atau total oleh plasmin.
10
Trombus
Diketahui terdapat tiga jenis trombus atau bekuan. Ketiganya mengandung fibrin
dengan proporsi berbeda-beda.5
1. Trombus putih, terdiri dari trombosit dan fibrin serta relatif kurang mengandung
eritrosit. Trombus ini terbentuk di tempat cedera atau dinding pembuluh abnormal,
terutama dibagian yang aliran darahya deras (arteri).
2. Trombus merah, terutama terdiri dari sel darah merah dan fibrin. Trombus ini secara
morfologis menyerupai bekuan yang terbentuk ditabung reaksi dan dapat terbentuk in
vivo dibagian yang aliran darahnya terhambat atau stasis (misalnya vena) dengan atau
tanpa cedera vaskular, atau trombus ini dapat terbentuk ditempat cedera atau disuatu
pembuluh abnormal yang disertai dengan terbentuknya sumbat trombosit awal.
3. Tipe ketiga adalah endapan fibrin deseminata dipembuluh darah halus atau kapiler.
Porfirin
Porfirin adalah senyawa siklik yang dibentuk
oleh ikatan empat cincin pirol melalui jembatan
metin ( HC ). Sifat khas porfirin adalah
pembentukan kompleks dengan ion logam yang
terikat pada atom nitrogen cincin pirol. Contohnya
adalah porfirin besi, misalnya heme pada
hemoglobin dan porfirin yang mengandung
magnesium, yaitu klorofil (pigmen fotosintesis pada
tumbuhan).5 Gambar 4. Molekul Porfirin5
Di alam metaloporfirin akan terkonjugsi dengan protein sehingga akan membentuk
senyawa penting dalam proses biologi di dalam tubuh seperti:
1. Hemoglobin merupakan porfirin besi yang berkonjugasi dengan protein globin
berfungsi untuk transpor oksigen dalam darah.
2. Mioglobin memiliki struktur serupa dengan hemoglobin untuk menyimpan cadangan
oksigen di otot.
3. Sitokrom berperanan sebagai pemindah elektron pada proses oksidasi-reduksi.
11
4. Katalase, triptofan pirolase, Eritrokruorin.
Sintesis Heme
Penggabungan besi (Fe2+) ke dalam protoporfirin heme, dikatalisis oleh enzim heme
sintetase/ferokelatase. Terjadi di mitokondria. Biosintesis heme terjadi di sebagian besar
jaringan, kecuali Eritrosit dewasa. Sebagai enzim pengendali adalah enzim amlev sintetase
(ala sintetase).5
Senyawa yang mempengaruhi enzim amlev sintetase adalah insektisida, bahan
karsinogen dan obat-obatan dimana bahan-bahan tersebut dimetabolisme di hati dengan
bantuan enzim Sitokromz P450 sehingga apabila bahan ini banyak masuk ke dalam tubuh
maka memerlukan heme dalam jumlah besar sehingga menyebabkan konsentrasi heme di
dalam sel berkurang maka terjadi peningkatan aktivitas enzim amlev sintetase.5
Glukosa dapat mencegah induksi enzim, sedangkan besi dan steroid dapat
meningkatkan sintesis enzim amlev sintetase. Tetapi jika kadar Heme cukup tinggi
merupakan inhibitor bagi enzim Amlev sintetase.5
Katabolisme Heme
Umur eritrosit ± 120 hari, kemudian akan didegradasi di dalam RES ( limpa, hati dan
sum-sum tulang ) terjadi pada mikrosom dari sel retikuloendotelial. Protein globin dipakai
kembali sebagai protein / asam amino, sedangkan besi masuk dalam pool besi. Hasil akhirnya
diekskresi sebagai biliverdin (berwarna hijau) pada burung dan amfibi, sebagai bilirubin
(berwarna kuning) pada mamalia.5
Tahap pertama dilakukan oleh kompleks enzim heme oksigenase, dimana Fe++
dioksidasi menjadi Fe3+ sehingga membentuk hemin kemudian bergabung albumin
membentuk Methalbumin.5
Oleh aktivitas enzim tersebut, maka cincin tetra pirol pecah sehingga terbentuk
biliverdin yang berwarna hijau, kemudian biliverdin oleh enzim biliverdin reduktase diubah
menjadi bilirubin yang berwarna kuning.5
12
Selanjutnya bilirubin akan diekskresikan, tetapi oleh karena bilirubin kurang larut
dalam air maka bilirubin dimetabolisme di dalam hati dengan tujuan untuk mengubah
bilirubin yang tidak larut dalam azzir menjadi lebih larut dalam air. Metabolisme bilirubin di
dalam hati meliputi:5
1. Uptake bilirubin oleh sel hati
Bilirubin sedikit larut dalam plasma. Bilirubin dari limpa dan sum-sum tulang
dibawa ke hati melalui sirkulasi darah dengan cara diikat oleh albumin, kemudian di
dalam hati ikatan tersebut lepas sehingga bilirubin dapat diambil oleh permukaan
sinusoid hepatosit (carrier mediated saturated system) tidak terpengaruh keadaan
patologis, tetapi sangat dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan hati dalam memetabolisme
bilirubin. Artinya Uptake bilirubin tergantung kecepatan proses metabolisme bilirubin
selanjutnya di dalam hati.5
2. Konjugasi bilirubin
Di dalam hati bilirubin akan diubah menjadi bilirubin diglukuronida dengan cara
dikonjugasikan dengan asam glukuronat. Proses ini berlangsung dalam retikulum
endotelial halus sel hati dikatalisis oleh enzim Uridin Difosfat Glukoronil
Transferase ( UDP-Glukoronil Transferase ). Sebagai intermediate aktifnya adalah
UDP-Glukoronat yang didapat dari oksidasi UDP-glukosa.5
3. Sekresi bilirubin ke dalam empedu
Sekresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu melawan gradien konsentrasi, dan
sebagai rate limiting prosesnya adalah metabolisme bilirubin di hati. Pada keadaan
normal, semua bilirubin di empedu dalam keadaan terkonjugasi (bilirubin
conjugated).5
Sekresi Bilirubin
Sekresi bilirubin ke dalam empedu melalui mekanisme pengangkutan aktif. Dalam
keadaan fisiologis, seluruh bilirubin yang diekskresikan ke dalam empedu dalam bentuk
terkonjugasi. Setelah bilirubin sampai di ileum dan usus besar, glukoronida dilepaskan oleh
enzim b glukuronidase (enzim bakteri intestinal), dan bilirubin direduksi flora feses menjadi
13
urobilinogen (senyawa yang tidak berwarna). Pada ileum terminal, sebagian kecil
urobilinogen diserap kembali dibawa ke hati sehingga terbentuk siklusurobilinogen
enterohepatik.5
Urobilinogen yang tidak berwarna, yang terbentuk dalam kolon oleh flora feses akan
teroksidasi menjadi urobilin (senyawa berwarna kuning) dan diekskresikan melalui feses.
Warna feses akan berubah menjadi hitam ketika dibiarkan terpapar udara disebabkan oleh
oksidasi urobilinogen sisa menjadi urobilin.5
14
Kesimpulan
Ekstremitas inferior mendapat vaskularisasi yang berasal dari jantung, begitu pula
dengan ekstremitas atas. Jantung berfungsi sebagai pompa untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh, dengan pembuluh sebagai salurannya, dan darah yang menjadi media
transportnya. Didalam darah terdapat hemoglobin. Hemoglobin ini sendiri terdiri dari heme
dan globin, dimana heme merupakan gabungan dari porfirin dengan besi (Fe2+). Porfirin
adalah senyawa siklik yang dibentuk oleh ikatan empat cincin pirol melalui jembatan metin.
Sedangkan jika pembuluh darah megalami kerusakan atau gangguan maka akan terjadi
hemostasis atau trombosis untuk mengkompensasi agar kerusakan tidak berlangsung terus-
menerus.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2001.
2. Winami W, Kindangen K, Listiwati E. Buku ajar anatomi sistem kardiovaskular 1.
Jakarta;2010.
3. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia jilid 1. Ed 23. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2013.
4. Yatim W. Biologi modern histologi. Bandung: PT Tarsito ; 2007.
5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Ed 27. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2013.
15