web viewalanisa kadar bioetanol pencampuran air kelapa dan air nira aren hasil proses destilasi...
TRANSCRIPT
i
ALANISA KADAR BIOETANOL PENCAMPURAN AIR KELAPA DAN AIR
NIRA AREN HASIL PROSES DESTILASI DENGAN VARIASI WAKTU
FERMENTASI
Proposal Penelitian
Disusun Oleh:
NAMA : Yopi Riyanto
NIM : H1F114226
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
i
TERIMA KASIH KEPADA
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama
dan Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc
Kepala Prodi Teknik Mesin
Achmad Kusairi S, ST,. MT., MM.
Mahasiswa
Yopi Riyanto
Wakil Rektor Bidang Akademik
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M,Sc
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.d
Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd.
Hyp, ST, M.Kes.
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT
Rektor Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya sehingga proposal penelitian yang berjudul “ALANISA KADAR
BIOETANOL PENCAMPURAN AIR KELAPA DAN AIR NIRA AREN HASIL
PROSES DESTILASI DENGAN VARIASI WAKTU FERMENTASI” dapat
terselesaikan. Penyususnan proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi
tugas Pada Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Program Studi
Teknik Mesin Banjarbaru.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikan proposal ini. Penulis menyadari bahwa
proposal ini tidak serta merta hadir tanpa bantuan dan dukungan dari semua
pihak. Semoga segala sesuatu yang telah diberikan menjadi bermanfaat dan
bernilai ibadah dihadapan Allah SWT. Penulis memahami sepenuhnya bahwa
proposal ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata dengan segala keikhlasan hati mengucapkan terima kasih.
Semoga proposal ini dapat memberikan inspirasi bagi pembaca dan semoga
proposal penelitian ini bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Oktober 2016
Penulis
Yopi Riyanto
iii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vi
BAB I Pendahuluan ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………. 2
1.3 Batasan Masalah ……………………………………………….. 3
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………. 3
1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………… 3
BAB II Dasar teori ….. ................................................................... 5
2.1 Penelitan Terdahulu .............................................................. 5
2.2 Kelapa…….. ………………………….…………………………. 8
2.3 Air kelapa……………….…………………..………………….. 10
2.4 Air Nira …………………………………..……..……………….. 11
2.5 Hidrolisis…………………………..………………...…………… 13
2.6 Fermentasi……….. …………………………………..………… 14
2.7 Destilasi……………………………………………..…………... 17
2.8 Standar Nasional Indonesia (SNI) Bioetanol ……………….. 19
iv
BAB III Metode Penelitian................................................................... 23
3.1 Objek Penelitian ……………............................................. 23
3.2 Alat dan Bahan Penelitian …………...................................... 23
3.3 Teknik Pengumpulan Data …………..................................... 23
3.4 Diagram Alir Penelitian ………. ………………………………. 25
3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………………………………. 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 27
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 2.1 Pohon kelapa 9
Gambar 2.2 Pohon Aren 13
Gambar 2.3 Fermentasi Sederhana 16
Gambar 2.4 Destilasi Sederhana 18
Gambar 2.5 Destilasi Uap 19
Gambar 2.6 Destilasi Vakum 20
Gambar 2.7 Destilasi Sederhana 20
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1 Kandungan Mineral Pada Air Kelapa 11
2.2 Komposisi Kimia Nira Aren 12
2.3 Standar Nasional Bioetanol Terdenaturasi 22
3.1 Jadwal Tugas Akhir 26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Energi mrupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Banyak
Negara berperang untuk mendapatkan atau mempertahankan sumber –
sumber energy tersebut. Energi sudah menjelma menjadi roh bagi suatu
negar. Jika tidak ada lagi sumber energi disuatu negara, bisa dipastikan
Negara itu akan lumpuh. Saat ini sumber energy utama manusiadiperoleh
dari bahan bakar fosil. Masalahnya sekarang, bahan bakar fosil merupakan
sumberdaya yang tak terbarukan dan suatu saat akan habis. Lebih dari 90%
kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan bakar fosil. Jika terus
berkelanjutan diekploitasi diperkirakan sumber energi fosil akan habis dalam
setengah abad mendatang. Bisa dibayangkan kehidupan manusia kelak jika
bahan bakar fosil yang menjadi bahan bakar utama umat manusia habis.
Banyak Negara mulai mengembangkan bahan bakar alternatif,
sumber energi baru yang terbarukan, ramah lingkungan dan relatif mudah
untuk dibuat. Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil adalah
bioethanol. Bioethanol adalah bahan bakar nabati yang tidak pernah habis
selama matahari masih bersinar, air tersedia, oksigen berlimpah dan kita
mau melakukan budidaya pertanian. Sumber bioethanol dapat berupa
singkong, ubi – ubian, jagung, kentang, sorgum, nipah, sagu, aren, kelapa,
lontar, eceng gondok dan padi. Sumber bioethanol yang cukup potensial
untuk dikembangkan di Indonesia adalah air kelapa dan air nira aren.
Pengembangan bioethanol diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi
2
terbarukan dan dapat memanfaatkan air kelapa yang di campur dengan air
nira aren sebagai bahan baku pembuatan bioethanol. Menutur Dominggus
malle, I.B.D. Kapelle, dkk. (2012), melakukan penelitian dengan judul
“Pembuatan Bioethanol Dari Limbah Air Kelapa Melalui Proses Fermentasi”.
Berdasarkan tujuan, hasil, penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa bioetanol yang merupakan alkohol dihasilkan dari cairan fermentasi
air kelapa (Cocous Nucifera), berupa cairan bening dan memiliki kadar etanol
sebesar 73 % kadar etanol dari air kelapa belum memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI) bioethanol.
Dari penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
“ ALANISA KADAR BIOETANOL PENCAMPURAN AIR KELAPA DAN AIR
NIRA AREN HASIL PROSES DESTILASI DENGAN VARIASI WAKTU
FERMENTASI”
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaiman pengaruh variasi waktu fermentasi 24 jam, 32 jam, 48 jam dan
60 jam terhadap kadar bioethanol pencampuran air kelapa dan air nira
aren
b. Apakah bioethanol pencampuran air kelapa dan air nira aren pada
penelitian ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.3 Tujuan Penelitian
Penulis tugas akhir yang memuat gagasan dan ide ini memiliki tujuan
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu fermentasi terhadap kadar
bioethanol air kelapa dan air nira aren.
3
b. Untuk menentukan pada waktu berapa diantara 24 jam, 32 jam, 48 jam
dan 60 jam bioethanol terbaik didapatkan sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI).
1.4 Batasan Masalah
Batasa masalah dalam penelitian dan pengujian ini dilakukan dengan
rencana awal data yang ditetapkan sebagai berikut, yaitu :
a. Pembahasan dilakukan pada hal – hal yang hanya berkaitan dengan
pembuatan bioethanol pencampuran air kelapa dan air nira aren.
b. Pembuatan bioethanol encampuran air kelapa dan air nira aren dengan
menggunakan proses destilasi.
c. Menggunakan variasi waktu fermentasi untuk dijadikan perbandingan.
d. Menggunakan temperatur destilasi ± 90ºC.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari proposal ini adalah sebagai
berikut :
a. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini peneliti dapat menambah
wawasan khususnya dalam bidang energi baru terbarukan atau lebih
khusus dalam pembuatan bioethanaol.
b. Bagi Universitas Lambung Mangkurat khususnya Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Mesin, dengan adanya penelitian ini akan
meningkatkan akreditasi program studi Teknik Mesin serta dikenal
masyarakat luas.
4
c. Bagi masyarakat, dengan adanya penilitian ini limbah air kelapa yang
biasanya dibuang begitu saja dan nira aren yang biasanya hanya
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan gula merah bisa menjadi nilai
guna dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioethanol.
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Penilitian Terdahulu
Dominggus malle, I.B.D. Kapelle, dkk. (2012), melakukan penelitian
dengan judul “Pembuatan Bioethanol Dari Limbah Air Kelapa Melalui Proses
Fermentasi”. Pada penelitian ini tahap fermentasi sebanyak 500 ml filtrate
dimasukan ke dalam botol fermentor kemudian ditambahkan 0,875 gram
K2HPO4 (Kalium Hidrogen) dan ditambahkan 30 gram ammonium sulfat
diaduk hingga larut. Kemudian ditambahkan 8,7 gram ragi diaduk selanjutnya
dilakukan inkubasidengan cara menutup rapat botol fermentor pada suhu 30
ºC, pengambilan cuplikan dilakukan disetiap variasi waktu pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya sampai proses fermentasi berhenti. Berdasarkan
tujuan, hasil, penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa bioetanol
yang merupakan alkohol dihasilkan dari cairan fermentasi air kelapa (Cocous
Nucifera), berupa cairan bening dan memiliki kadar etanol sebesar 73 %
kadar etanol dari air kelapa belum memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI) bioethanol.
I Made Anom Sutrisna Wijaya, I Gusti Ketut Arya Arthawan, dkk.
(2012), melakukan penelitian dengan judul “Potensi Nira Kelapa Sebagai
Bahan Baku Bioethanol” pada penelitian ini nira difermentasikan menjadi
tuak selam kurang lebih dua hari, proses fermentasi dilakukan pada suhu
ruang (26 -28 ºC). kemudian proses selanjutya didestilasi berulang – ulang
sebanyak 14 kali pada suhu 78 ºC, sampai volume hasil destilasi sebanyak
6
75% dari volume awal. Rata – rata kadar etanol yang didapatkan dari
destilasi sebanyk 14 kali 95,13%. Hal ini berarti kadar etanol dari nira kelapa
memenuhi SNI bioetanol yaitu sebesar 9,4 %.
Melyyani budiarni dan Togu Gultom. (2013). Melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Variasi Waktu Fermentasi Dan Berat Ragi Terhadap
Kadar Alkohol Pada Pembuatan Bioethanol Limbah Padat Tapioka (Onggok).
Subjek penelitian adalah limbah padat tapioka (onggok). Objek penelitian
adalah kadar alkohol dari tepung limbah padat tapioka (onggok) yang
difennentasi dengan variasi penambahan ragi 0,6 gram; 0,8 gram dan 1,0
gram dan lama fennentasi 24 jam, 48 jam, 72 jam, 96 jam dan 120 jam. Pada
penelitian ini, analisis kualitatif glukosa dengan menggunakan uji Molisch, uji
Benedict dan uji Barfoed. Uji kuantitatif glukosa yang dihasilkan pada proses
fennentasi tepung limbah padat tapioka (onggok) menggunakan
spektrofotometer dengan metode Nelson-Somogyj. Sedangkan untuk
mengetahui kadar etanol yang dihasilkan dengan menggunakan GC (
Chromatograpy Gas). Pengaruh waktu fennentasi dan berat ragi diuji secara
statistik dengan menggunakan ANAVA One Way dan dilanjutkan dengan uji
Tukey's HSD untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan. Hasil uji
kualitatif menunjukkan bahwa hasil fennentasi tepung limbah padat tapioka
(onggok) dengan menggunakan ragi roti mengandung etanol. Hasil uji
statistik dengan ANAVA One Way dan uji Tukey's HSD menunjukkan adanya
perbedaan kadar etanol hasil fermentasi tepung limbah padat tapioka
(onggok) pada variasi penambahan ragi dan waktu fennentasi. Kadar etanol
7
tertinggi dicapai pada penambahan ragi 1 gram dan lama fermentasi 120 jam
dengan kadar etanol 0,276%.
Diah Restu Setiawati, Anastasia Rafika Sinaga, dkk. (2013),
melakukan penelitian dengan judul “Proses Pembuatan Bioethanol Dari Kulit
Pisang Kepok” pada penelitian ini kulit pisang kapok merupakan salah satu
limbah pertanian yang belum banyak dimanfaatkan masyarakat. Salah satu
kemungkinan pemanfaatannya adalah diubah menjadi sumber energi berupa
bioetanol. Dalam kandungan karbohidrat yang cukup tinggi (yaitu 18,5%)
limbah kulit pisang kepok mengandung monosakarida terutama glukosa
sebesar 8,16 %, oleh karena itu limbah kulit pisang kepok berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol melalui
proses fermentasi. Penelitian ini mempelajari proses pembuatan bioetanol
dengan mencari kondisi operasi terbaik. Variabel yang digunakan adalah
jenis ragi roti dan ragi tape, konsentrasi ragi (1, 2, 3, 4, dan 5% berat
umpan), pH (2, 3, 4, 5, dan 6), lama fermentasi (1, 2, 3, 4, dan 5 hari), dan
perebusan sebelum fermentasi. Hasil terbaik yang diperoleh dari proses
fermentasi kulit pisang kepok ini dengan variable yang digunakan adalah
yeast Saccharomyces cerevicae (ragi roti), konsentrasi 3% berat umpan, pH
4, lama fermentasi 2 hari, dan dilakukan perebusan umpan terlebih dulu yaitu
sebesar 9,7917%.
Mohammad Ikbal Yonas, Ishak Isa, dkk. (2013), melakukan penelitian
dengan judul “Pembuatan Bioethanol Berbasis Sampah Organik Batang
Jagung” pada penelitian ini Sampah organik batang jagung merupakan
sumber lignoselulosa yang belum termanfaatkan secara efektif, dan dapat
dijadikan sebagai bahan pembuatan bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk
8
mengetahui lama waktu fermentasi dan kadar etanol yang optimal yang
dihasilkan dari proses fermentasi. Kegiatan penelitian diawali dengan
penghalusan batang jagung, menjadi tepung dengan ukuran ± 40 mesh.
Kemudian dihidrolisis secara asam menggunakan H2SO4 2%, selanjutnya
filtrat hasil hidrolisis di fermentasi menggunakan mikroba Saccharo-myches
Cerevisiae, dengan variasi waktu fermentasi tiga, lima, dan tujuh hari. Hasil
penelitian menunjukan bahwa waktu fermentasi optimal diperoleh pada
variasi waktu fermentasi tiga hari dengan kadar etanol yang dihasilkan adalah
5,34%.
2.2 Kelapa (Cocos Nucifera)
Kelapa merupakan sumber daya alam Indonesia yang sangat
potensial. Pohon kelapa dapat tumbuh dengan baik dihampir seluruh
wilayah Indonesia. Masyarakat pada umumnya sangat akrab dengan
kelapa karena dapat digunakan sebagai santan pada masakan sehari – hari,
ataupun sebagai minyak kelapa. Sebut saja dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku kosmetik, kopra putih, pernak – pernik barang seni, bahan
pembuatan shampoo, margarin, karbon aktif, bahan baku obat – obatan dan
lain sebagainya. Karena begitu ragamnya manfaat dari kelapa ini, maka
tidaklah mengherankan kelapa mendapat julukan sebagai pohon kehidupan
(the tree of life). Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari pesisir samudera
Hindia di sisi Asia, namun kini sudah menyebar luas di seluruh pantai
tropika dunia. Pengolahan kelapa secara industry biasanya menyisakan sisa
air kelapa yang tidak dimanfaatkan atau dibuang (limbah). Namun air kelapa
masih mengandung gula – gula sederhana yang dapat dikonversi menjadi
9
bioethanol melalui proses fermentasi. (Dominggus Malle, I.B.D. Kapelle,
dkk. 2012).
Kelapa (cocos Nucifera) merupakan salah satu anggota tanaman
palmae yang paling dikenal dan banyak tersebar didaerah tropis. Daunnya
panjang dapat mencapai sekitar 3-4 m3ter dengan sirip – sirip lidi yang
menopang pada setiap helaian. Dalam taksonomi tumbuh – tumbuhan maka
tanaman kelapa masuk dalam klasifikasi sebagai berikut :
a. Kingdom : Plantae
b. Division : Spermatophyte
c. Sub – division : Angiospermae
d. Class : Monocotyledo
e. Ordo : Palmales
f. Family : Palmae
g. Genus : Cocos
h. Spesies : Cocos Nucifera
10
Gambar 2.1 Pohon Kelapa (Cocos Nucifera)
(Sumber : merdeka.com)
2.3 Air kelapa
Air kelapa merupakan ssalah satu produk dari tanaman kelapa yang
belum banyak dimanfaatkan. Air kelapa muda meruapakn minuman yang
sangat populer dan air kelapa dari buah yang tua juga dikembangkan
sebagai produk industri namun pemasarannya masih terbatas. Air kelapa
jumlahnya berkisar antara 25% dari komponen buah kelapa. Secara umum
air kelapa mengandung 4,7% total padatan, 2,6% gula, 0,55% protein, 0,74%
lemak, serta 0,46% mineral. Kandungan gula terbanyak pada air kelapa ialah
sewaktu buah masih muda, sehingga air kelapa muda terasa manis dan
semakin tua buah kelapa maka semakin berkurang rasa manis pada airnya.
Jumlah air kelapa makin berkurang sesuai dengan bertambahnya umur
buah, yaitu 18 gram setiap buah sebelum buah berdaging, 30 gram setiap
buah muda dan 8 – 10 gram setiap buah yanag sudah tua. Demikian pula
warna airnya, makin tua airnya maka airnya semakin keruh (Suhardiman,
1999).
Semantara itu kadar protein dalam air kelapa persentasenya sangat
sedikit, sama halnya dengan kadar lemak. Menurut Tenda, (1992). Bahwa air
kelapa muda mengandung kadar protein sebesar 0,13%, sedangkan untuk
kelapa tua mengandung kadar protein sebesar 0,29%. Berdasarkn data dari
LIPI (1992) bahwa kadar protein pada air kelapa muda sebesar 0,20%,
sedangkan untuk kelapa tua kandungan proteinnya sebesar 0,14%.
Kandungan mineral dalam air kelapa cukup tinggi terutama pada ion kalium
11
dan ion natrium. Kandungan beberapa mineral pada air kelapa disajikan
seperti tabel 2.1 sebagai berikut :
Mineral Mineral Kandungan (mg/100ml)
Kalium (K) 312 312
Natrium (N) 105 105
Kalsium (Ca)29 29
Magnesium (Mg) 30 30
Besi (Fe) 0,10 0,10
Tembaga (Cu) 0,04 0,004
Fosfor (P) 37 37
Sulfur (S) 37 24
Klorida (Cl) 184 184
Tabel : 2.1 Kandungan mineral pada air kelapa
Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdangan (1996)
2.4 Air Nira
Menurut Effendi (2010), aren adalah salah satu tumbuhan yang
memiliki potensi sebagai sumber bahan baku pembuatan bioethanol.
Tanaman aren termasuk jenis palme yang multifungsi, karena seluruh bagian
12
tanaman ini dapat dimanfaatkan. Produk yang bernilai ekonomis dari
tanaman aren adalah air sadapannya yaitu nira. Akan tetapi pemanfaatan
dan pemahaman masyarakat setempat tentang produksi nira aren sebagai
bahan baku bioethanol sebagai pengganti BBM masih sangat terbatas.
Selain itu tanaman aren bukan merupakan bahan pangan pokok,sehingga
tanaman aren dapat dengan leluasas digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bioetanol tanpa harus khawatir terjadi persaingan untuk bahan
pangan dan tanaman aren (Wahongan dan Gosal, 2013). Dalam keadaan
segar nira berasa manis, berbau khas nira dan tidak berwarna. Nira aren
mengandung beberapa zat gizi antara lain karbohidrat, protein, lemak dan
mineral. Rasa manis pada nira disebabkan karena kandungan gulanya
mencapai 11,18% (Rumokoi, 1990). Hasil analisa komposisi kimia nira aren
segar disajikan pada tabel 2.2 sebagai berikut :
Komponen Kandungan (%)
Karbohidrat 11,8
Glukosa 3,70
Fruktosa 7,48
Protein 0,28
Lemak Kasar 0,01
Kalsium (Ca) 0,06
Abu 0,35
13
Posfor (P2O5) 0,07
Vitamin C 0,01
Air 89,13
Tabel 2.2 Komposis kimia nira aren
Sumber : Rumokoi, (1990)
Gambar 2.2 Pohon aren (Arenga pinnata)
Sumber : (www.petaniku.com)
Nira aren selanjutnya akan dikembangkan menjadi bahan baku
pembuatan bioetanol dengan cara difermentasikan menggunakan
mikroganisme.
2.5 Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul menjadi
dua bagian dengan penambahan molekul air (H2O), dengan tujuan untuk
mengkonversi polisakarida menjadi monomer-monomer sederhana. Satu
bagian dari molekul memiliki ion hidrogen (H+) dan bagian lain memiliki ion
hidroksil (OH). Umumnya, hidrolisis ini terjadi saat garam dari asam lemah
14
atau basa lemah (atau keduanya) terlarut di dalam air. Reaksi umumnya
yakni sebagai berikut :
AB + H2O → AH + BOH
Akan tetapi, dalam kondisi normal hanya beberapa reaksi yang dapat
terjadi antara air dengan komponen organik. Penambahan asam, basa atau
enzim umumnya dilakukan untuk membuat reaksi hidrolisis dapat terjadi
pada kondisi penambahan air tidak memberikan efek hidrolisis,. Asam, basa
maupun enzim dalam reaksi hidolisis disebut sebagai katalis, yakni zat yang
dapat mempercepat terjadinya reaksi (Lowry, 1951)
2.6 Fermentasi
Arti kata fermentasi selama ini berubah – ubah. Kata fermentasi
berasal dari bahasa latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti kata
dari bahasa latin tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan
bergelembung dan mendidih. Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas ragi
pada ekstraksi buah-buahan atau biji-bijian (Suprihatin, 2010). Ragi
mengubah gula menjadi etanol dan karbondioksida sesuai rumus di bawah
ini :
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2
Gelembung – gelembung karbondioksida dihasilkan dari katabolisme
anaerobik terhadap kandungan gula. Fermentasi mempunyai arti yang
berbeda bagi ahli biokimia dihubungkan dengan pembangkitan energi oleh
katabolisme senyawa organik. Pada bidang mikrobiologi industri, fermentasi
mempunyai arti yang lebih luas, yang menggambarkan setiap proses untuk
menghasilkan produk dari pembiakan mikroorganisme. Perubahan arti kata
fermentasi sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Arti
15
kata fermentasi berubah pada saat Gay Lussac berhasil melakukan
penelitian yang menunjukkan penguraian gula menjadi alkohol dan
karbondioksida. Selanjutnya Pasteur melakukan penelitian mengenai
penyebab perubahan sifat bahan yang difermentasi, sehingga dihubungkan
dengan mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim. Untuk berapa lama
fermentasi terutama dihubungkan dengan karbohidrat, bahkan sampai
sekarang pun masih sering digunakan.
Padahal pengertian fermentasi tersebut lebih luas lagi menyangkut
juga perombakan protein dan lemak oleh aktivitas mikroorganisme. Meskipun
fermentasi sering dihubungkan dengan pembentukan gas yang disebabkan
oleh mikroorganisme hidup, pada saat ini pembentukan gas maupun
terdapatnya sel mikroorganisme hidup tidak merupakan kriteria esensial.
Dalam beberapa proses fermentasi misalnya fermentasi asam laktat,
tidak ada gas yang dibebaskan. Fermentasi dapat juga berlangsung
(meskipun jarang terjadi) dapat menggunakan ekstrak enzim yang berfungsi
sebagai katalisator reaksi. Dari uraian di atas dapat disarikan bahwa
fermentasi mempunyai pengertian suatu proses terjadinya perubahan kimia
pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (Suprihatin, 2010).
Untuk hidup, semua mikroorganisma membutuhkan sumber energi
yang diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana mikroorganisme
berada di dalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan oleh
mikroorganisme adalah glukosa. Dengan adanya oksigen beberapa
mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, karbondioksida
dan sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh. Ini adalah
16
metabolisme tipe aerobik. Akan tetapi beberapa mikroorganisme dapat
mencerna bahan baku energinya tanpa adanya oksigen dan sebagai
hasilnya bahan baku energi ini hanya sebagian yang dipecah. Bukan air,
karbondioksida dan sejumlah besar energi yang dihasilkan, tetapi hanya
jumlah kecil energi, karbondioksida, air dan produk akhir metabolik organik
lain yang dihasilkan.
Zat – zat produk akhir ini termasuk sejumlah besar asam laktat, asam
asetat dan etanol serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya, alkohol
dan ester dari alkohol tersebut. Pertumbuhan yang terjadi tanpa adanya
oksigen sering dikenal sebagai fermentasi.
Gambar 2.3 Fermentasi sederhana
(Sumber : www.indobioethanol.com)
Faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses fermentasi ragi
adalah sebagai berikut :
a. Nutrisi
Dalam kegiatannya ragi memerlukan penambahan nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakannya, yaitu unsur C, unsur N, unsur
P, mineral dan Vitamin.
b. Keasaman (pH)
17
Untuk fermentasi alkohol, ragi memerlukan media dengan suasana
asam, yaitu antara pH 4,8-5,0. Pengaturan pH dapat dengan
penambahan asam sulfat jika substratnya basa atau natrium bikarbonat
jika substratnya asam
c. Suhu
Suhu optimum untuk perumbuhan dan perkembangbiakan adalah
28oC -30oC
d. Udara
Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerobic, namun demikian
udara diperlukan pada proses pembibitan sebelum fermentasi untuk
perkembangbiakan ragi.
2.7 Destilasi
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali
uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu
dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang
diembunkan kembali disebut destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat
cair pada titik didihnya, dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang
terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih
cairan murni. Pada destilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah
tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang
tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses
destilasi adalah sama dengan titik didih destilat (Sahidin, 2008).
18
Gambar 2.4 Destilasi sederhana
(Sumber : analisakimia.com)
Maksud dari proses destilasi adalah untuk memisahkan etanol dari
campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen – komponen
yang berbeda nyata suhu didihnya, destilasi merupakan cara yang paling
mudah dioperasikan dan juga merupakan cara pemisahan yang secara
thermal adalah efisien. Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 100oC dan
etanol mendidih pada sekitar 77oC. Perbedaan pada titik didih inilah yang
memungkinkan pemisahan campuran etanol air. Prinsipnya jika larutan
campuran etanol air dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul etanol
menguap daripada air. Jika uap – uap ini didinginkan (dikondensasi), maka
konsentrasi etanol dalam cairan yang dikondensasikan itu akan lebih tinggi
daripada dalam larutan aslinya. Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan
kemudian dikondensasikan, maka konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi.
Proses ini diulang terus, sampai sebagian dari etanol
dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Namun hal ini ada batasnya. Pada
larutan 96% etanol, didapatkan suatu campuran dengan titik didih yang sama
(azeotrop). Pada keadaan ini, jika larutan 96% alkohol ini dipanaskan, maka
19
rasio molekul air dan etanol dalam kondensat akan tetap konstan sama. Jika
dengan cara destilasi ini, alkohol tidak bisa lebih pekat dari 96% (Harahap,
2003)
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terdapat beberapa
macam proses destilasi, macam – macam proses tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Destilasi Uap
Proses penyaringan suatu campuran air dan bahan yang tidak larut
sempurna atau larut sebagian dengan menurunkan tekanan sistem sehingga
didapatkan hasil penyulingan jauh di bawah titik didih awal.
Gambar 2.5 Destilasi uap
(Sumber : arifchemistryproduction.com)
b. Destilasi vakum
Untuk memurnikan senyawa yang larut dalam air dengan titik didih
tinggi sehinggal tekanan lingkungan harus diturunkan agar tekanan sistem
turun. Destilasi ini tekanan operasinya 0,4 atm (<300 mmHg absolut).
Proses destilasi dengan tekanan di bawah tekanan atmosfer.
20
Gambar 2.6 Destilasi vakum
(Sumber : theprinces9208.wordpress.com)
c. Destilasi biasa
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan
kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan
titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi
biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa - senyawa yang
terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih
masing – masing.
Gambar 2.7 Destilasi sederhana
(Sumber : nurul.kimia.upi.edu)
21
2.8 Standar Nasional Indonesia (SNI) Bioetanol
Pemanfaatan bioetanol diarahkan untuk memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap bauran energi nasional terutama sebagai bahan bakar
pencampur ataupun pensubstitusi bensin. Pemerintah melalui Dewan
Standarisasi Nasional (DSI) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) untuk bioetanol dengan tujuan melindungi konsumen (dari segi mutu),
produsen dan mendukung perkembangan industri bioetanol di Indonesia.
Standar Nasional Indonesia (SNI) bioetanol disusun oleh Panitia
Teknis Energi Baru dan Terbarukan (PTEB) melalui tahapan – tahapan baku
tata cara perumusan standar nasional. Penyusunan SNI bioetanol
Terdenaturasi untuk gasohol ini dilakukan dengan memperhatikan standar
sejenis yang berlaku di negara – negara lain yang pemakaian bioetanolnya
sudah luas dan mencapai tahap komersial. Faktor lain yang juga
diperhatikan adalah keberagaman bahan baku bioetanol di tanah air (Badan
Standar Indonesia, 2012).
SNI ini disusun oleh Panitia Teknis Perumusan Standar Nasional
Indonesia 27-04: Bioenergi melalu proses/prosedur perumusan standar dan
terakhir dibahas dalam Forum Konsensus Panitia Teknis Bioenergi di Bali
pada tanggal 1 Desember 2011, yang dihadiri oleh anggota panitia teknis
dan narasumber terkait.
SNI bioetanol ini merupakan revisi dari SNI 7390:2008, bioetanol
terdenaturasi untuk gasohol, yang disusun dengan memperhatikan masukan
dari konsumen, produsen dan penyalur serta standar sejenis yang sudah
berlaku di negara – negara lain yang memakai bioetanolnya sudah luas dan
mencapai tahap komesial. Secara substansial perubahan dari SNI 7390:2008
22
adalah perubahan syarat kadar metanol, penambahan denaturan baru
denatonium benzoat, perubahan kadar air, perubahan kadar klorin dan
penghapusan parameter pHe.
Tabel 2.3 Standar Nasional Indonesia Bioetanol Terdenaturasi
(Sumber : Badan Standarisasi Nasional Indonesia)
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pencampuran air
kelapa dan air nira yang akan diproduksi menjadi bioetanol dengan metode
fermentasi dan destilasi dengan variasi waktu fermentasi.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Balon
b. Botol
c. Destilator
d. Gelas ukur
e. Termokopel
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Air kelapa tua
b. Air nira aren
c. Fermipan (Ragi)
3.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Pengolahan Bahan
1. Air kelapa dan nira aren dicampur ± 8 liter dan disaring dari kotoran.
2. Memasukan air campuran kelapa dan nir aren kedalam botol, masing –
masing 1 liter.
24
3. Campurkan fermipan (ragi) dalam campuran larutan air kelapa dan air
nira aren 5 gram/liter, kemudian pasangkan balon kebotol.
4. Fermentasi campuran larutan air kelapa dan air nira aren yang sudah di
diamkan selama 24 jam, 32 jam, 48 jam dan 60 jam.
5. Fermentasi berhasil apabila terjadi tekanan udara akibat munculnya
karbondioksida yang ditandai dengan membesarnya balon.
b. Prosedur Destilasi
1. Siapkan alat destilasi.
2. Menyalakan pemanas alat destilasi.
3. Tunggu beberapa saat sampai suhu yang diinginkan telah dicapai.
Dalam proses destilasi, suhu yang ditetapkan yaitu 86oC
4. Suhu dipertahankan sesuai lama proses destilasi.
5. Setelah sampel didapatkan, kemudian sampel tersebut ditampung di
dalam gelas ukur untuk diuji kadar etanolnya.
c. Analisa kandungan bioetanol
Bioetanol hasil proses destilasi diuji di Laboratorium Teknik Kimia
Universitas Gadjah Mada dengan menggunakan alat Kromatografi Gas untuk
mengetahui kadar bioetanol terbaik dari 4 variasi waktu fermentasi tersebut
menurut standar SNI (Standar Nasional Indonesia).
25
3.4 Diagram alir penelitian
Tidak
Iya
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Alat dan Bahan
Fermentasi Fermentasi Gagal
Pengolahan Bahan
Destilasi Suhu 86oC
Pengujian Kadar Bioetanol
Analisa Data dan Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Destilasi Berulang
Fermentasi selama 24, 32, 48, 60
jam
26
3.4 Jadwal Penelitian
Dalam penelitian ini memerlukan waktu sekitar 4 bulan seperti yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Kegiatan
Oktober 2016 November
2016
Desember
2016
Januari
2017
Minggu Minggu Minggu Minggu
I II II
I
IV I II III I
V
I II II
I
IV I II III IV
Studi Literatur
Pengumpulan
Data
Presentasi
Proposal
Pengolahan Data
Menyusun
Laporan
Seminar Hasil
Sidang Akhir
27
Daftar pustaka
Badan Standarisasi Indonesia. 2006. Standar Nasional Indonesia Bioetnol
Terdenaturasi. BSN. Jakarta
Departemen Perindustrian dan perdangan. 1996. Balai Penelitian dan
pengembangan
Industri . Deperindag. Jakarta
Diah Restu Setiawati, Anastasia Rafika Sinaga, dkk. 2013. Proses Pembuatan
Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok. Universitas Sriwijaya. Palembang
Dominggus Malle, I.B.D. Kapelle, dkk. 2012. Pembuatan Bioetanol Dari Limbah Air
Kelapa Melalui Proses Fermentasi. Universitas Patimura. Ambon
Effendi, D.S. 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren Mendukung Kebutuhan
Bioetanol di Indonesia. Jurnal Persefektif
Harahap. 2003. Karya Ilmiah Produksi Alkohol. Unhalu. Kendari
I Made Anom Sutrisna Wijaya, I Gusti Ketut Arya Arthawan, dkk. 2012. Potensi Nira
Kelapa Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Universitas Udayana. Bali
Lowry, O. H. N. J. Rosebrough, A. L.Farr, R. J. Randall. 1951. Protein Meaurement
whith the folin phenol reagent. Journal Of Biology And Chemistry. 193 – 265
Melyyani Budiarni dan Togu Gultom. 2013. Pengaruh Variasi Waktu Fermentasi Dan
Berat Ragi Terhadap Kadar Alkohol Pada Pembuatan Bioetanol Limbah
Padat Tapioka (Onggok). Universitas Negeri Yogyakarta. Jogjakarta
28
Melyyani Budiarni dan Togu Gultom. 2013. Pengaruh Variasi Waktu Fermentasi Dan
Berat Ragi Terhadap Kadar Alkohol Pada Pembuatan Bioetanol Limbah
Padat Tapioka (Onggok). Universitas Negeri Yogyakarta. Jogjakarta
Mohammad Ikbal Yonas, Ishak Isa, dkk. 2013. Pembuatan Bioetanol Berbasis
Sampah Organik Batang Jagung. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo
Rumokoi, M. 1990. Manfaat Tanaman Aren. Blutin Balai Penelitian Kelapa. Manado
Sahidin. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Unhalu. Kendari
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Cetakan Pertama. PT. Unesa Press.
Jakarta
Suhardiman. 1998. Bertanam Kelapa Hibrida. Cetakan Ke II. PT. Penebar swadaya.
Jakarta
Tenda, E. T., Kamaunang. J., Tulalo, M. 1992. Sifat Fisika – Kimia Daging dan Air
Buah Beberapa Aksesi Plasma Nutfah Kelapa. Prossiding Simposium
Penelitian dan Perkembangan Perkebunan. Bogor
Wahogan. C. R. S. dan P. H. Gosal. 2013. Aplikasi Bioetanol Sebagai Hasil
Fermentasi Nira Aren Untuk Peneranga Rumah Tinggal Pedesaan di
Minahasa Tenggara. Jurnal Media Matrasai
Wijaya, I Made, A, S., dkk. 2012. Potensi Nira Kelapa Sebagai Bahan Baku
Bioetanol. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 1. Jurusan Teknik Pertanian
Udayan Bali
29