· web viewjumlah dan kualitas tenaga fungsional di bidang diklat utamanya widyaiswara, pengembang...
TRANSCRIPT
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH
1. Pendidikana) APK PAUD baru mencapai 71,21% sehingga ada lagi 28,79% anak yang
berumur 0- 6 tahun belum tertampung pada lembaga PAUD .
b) Pendidikan Menengah Universal (PMU) 12 tahun masih menemui beberapa
kendala dengan capaian angka lama sekolah 8,11 tahun dan masih terdapat
anak putus sekolah pada jenjang SD sejumlah 380 siswa atau 0,09% dari
jumlah siswa 422.895 orang sedangkan pada jenjang SMP sebanyak 292
siswa atau 0,15% dari jumlah siswa 190.672 orang, siswa SMA sebanyak
159.648 dengan angka putus sekolah mencapai 739 orang atau sekitar
0,46%. Ditinjau dari sudut angka putus sekolah secara umum jumlah total
siswa untuk tahun pelajaran 2013/2014 berjumlah 773.215 siswa dan terjadi
putus sekolah sebanyak 1.411 siswa dengan angka putus sekolah mencapai
0,18%.
c) Penyerahan kewenangan pengelolaan pendidikan menengah SMA dan SMK
ke provinsi dengan jumlah guru 7.659 yang terdiri dari : tenaga guru PNS
sebanyak 5.095 (sertifikasi) orang, guru tetap yayasan sebanyak 771
(sertifikasi) orang, guru tidak tetap sebanyak 634 (sertifikasi) orang,
sedangkan guru tetap PNS belum bersertifikasi sebanyak 1.142 orang, guru
tetap yayasan yang belum bersertifikasi sebanyak 1.506 orang dan guru tidak
tetap yang belum bersertifikasi sebanyak 5.011 orang.
d) Masih ditemui gedung sekolah rusak serta sarana pendidikan berupa alat
praktek dan buku pelajaran yang tidak memadai.
e) Jumlah guru yang belum memenuhi kwalifikasi pendidikan S1/D4 masih cukup
banyak yakni 21.13 %
f) Prosentase angka buta aksara penduduk usia 15-59 tahun cukup banyak,
dengan angka sebesar 5,33 %
g) Guru kejuruan pada SMK masih kurang terutama guru yang mempunyai
keahlian masing-masing jurusan sehingga akibatnya proses PBM tidak
berjalan sesuai harapan karena dibimbing oleh guru yang belum memenuhi
kwalifikasi dan kompetensi guru.
2. Kesehatan a) Dalam proses integrasi JKBM ke JKN, kab/kota belum siap terutama dalam
hal data cakupan kepesertaan by name by addres (data PPLS 2015
memerlukan verifikasi lanjutan) sehingga tidak ada masyarakat dengan
menggunakan PBI yang tercecer
b) Belum optimalnya sistem rujukan, berdampak Kekurangan tempat tidur kelas
III di layanan tersier
c) Masih rendahnya konsumsi garam beryodium akibat distribusi pasar serta
pemahaman masyarakat masih rendah tentang dampak kekurangan yodium
d) Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi relatif masih menjadi masalah
akibat kompetensi tenaga kesehatan masih kurang dan Pemantauan Wilayah
Setempat belum optimal
e) Pemberian ASI eksklusif pada bayi umur < 6 bln masih rendah serta
pemahaman tentang ASI eksklusif masih kurang
f) Masih ditemukan kasus balita gizi buruk terutama pada daerah diluar
jangkauan Puskesmas
g) Kurangnya pemahaman tentang pola konsumsi makan dan penyakit yang
menyertai sehingga kecendrungan peningkatan penyakit regeneratif
h) Kasus HIV-AIDS terutama penularan melalui hubungan seksual cenderung
meningkat
i) Belum optimalnya pemahaman dan pengetahuan tentang pencegahan
penanggulangan HIV-AIDS di masyarakat desa pakraman.
j) Belum bersinerginya komponen masyarakat, LSM dan jajaran terkait dalam
pembinaan masyarakat dalam rangka pencegahan penanggulangan HIV-AIDS
di Provinsi Bali.
k) Masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV-AIDS
(ODHA) di masyarakat se-Bali.
l) Bangunan fisik RS Indera Jalan Angsoka belum memadai untuk pelayanan
kesehatan indera secara paripurna oleh karena jumlah kunjungan yang terus
meningkat dan belum memenuhi Permenkes No.340 Tahun 2010 tentang
klasifikasi RS
m)Belum optimalnya peran pelayanan kesehatan primer dalam upaya
penanganan kesehatan jiwa, sehingga informasi dan data tentang penderita
gangguan jiwa belum optimal, akses dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan jiwa menjadi masalah
3. Pekerjaan Umum a) Penyebaran sumber air baku di kabupaten/ kotatidak merata dengan kuantitas
dan kualitas yang semakin menurun.
b) Meningkatnya kebutuhan air untuk berbagai aktivitas (irigasi, air minum dan
pariwisata) menyebabkan terjadinya konflik pemanfaatan air.
c) Rendahnya cakupan pelayanan air bersih diperkotaan dan perdesaan akibat
terbatasnya air baku.
d) Terjadinya abrasi pantai yang dapat mengancam kawasan permukiman,
tempat suci dan fasilitas publik lainnya.
e) Daya tampung TPA semakin terbatas, pengadaan lahan semakin sulit,
pengelolaan sampah dengan sanitary landfil tidak terlaksana dengan optimal.
f) Rendahnya cakupan pelayanan air limbah akibat sistem jaringan yang
tersedia belum manjangkau seluruh wilayah perkotaan Denpasar dan Badung,
serta kesadaran masyarakat untuk beralih dari dari sistem komunal ke sistem
terpusat belum maksimal.
g) Belum optimalnya pembangunan sistem draenase (utama, skunder dan
tersier) dan berkurangnya daerah resapan menyebabkan terjadinya banjir di
kawasan permukiman.
4. Perumahan a) Berkembangnya bangunan baru yang tidak sesuai dengan konsep arsitektur
Bali yang disebabkan oleh belum semua kabupaten / kota menerapkan
peraturan daerah tentang bangunan gedung.
b) Munculnya kawasan kumuh baru diperkotaan akibat tingginya urbanisasi dan
mahalnya harga lahan.
5. Penataan Ruang a) Belum lengkapnya peraturan pendukung pelaksanaan penataan ruang,
seperti pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Provinsi dan Kab./Kota dan Pedoman Peninjauan Kembali Rencana Tata
Ruang dan Rencana Rincinya dalam bentuk Peraturan Menteri.
b) Kurangnya komitmen pemerintah daerah (SKPD) terhadap pentingnya
rencana tata ruang dalam proses perencanaan pembangunan.
c) Belum memadainya ketersediaan dan kompetensi sumber daya manusia
dibidang penataan ruang.
6. Perencanaan Pembangunan a) Kesesuaian sasaran dan indikator sasaran antara dokumen perencanan
b) Keselarasan perencanaan SKPD dengan perencanaan prioritas
c) Ketersediaan data pendukung untuk penyusunan rencana pembangunan
masih belum optimal
d) Kesulitan dalam pengumpulan data-data dasar untuk perencanaan sebagai
pengaruh dari Otonomi Daerah.
e) Kualitas sumber daya manusia belum optimal.
f) Tenaga fungsional peneliti, fungsional perencana dan tenaga yang berlatar
belakang pendidikan statistik yang ada kurang memadai jumlahnya
g) Dalam Penyusunan Program sulit merencanakan anggaran dengan
terbatasnya pagu, tetapi dalam pelaksanaanya banyak belanja yang tidak
terduga harus didanai sehingga sulit tercapainya efisiensi.
h) Penempatan pegawai yang belum sesuai dengan kualifikasi pendidikan
i) Monitoring pada beberapa kegiatan khususnya prasarana wilayah tidak dapat
dilakukan dengan optimal karena kurangnya dukungan sarana mobilitas.
7. Perhubungan a) Pembangunan jalan baru tidak mampu mengimbangi peningkatan jumlah
kendaraan yang sangat pesat hingga mencapai 12% per tahun, sedangkan
pembangunan jalan baru hanya ± 1% per tahun;
b) Kondisi jalan belum sepenuhnya mantap, terutama untuk ruas jalan provinsi
dan kabupaten masing-masing baru mancapai 80% dan 50%;
c) Terjadinya kemacetan lalu lintas terutama di daerah perkotaan dan pusat-
pusat kegiatan ekonomi dengan kecepatan rata – rata ruas jalan berada di
bawah 40 km/jam;
d) Masih tingginya kecelakaan lalu lintas di Provinsi Bali, dimana rata – rata
korban jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 1,5 jiwa/hari;
e) Program penataan angkutan umum Trans Sarbagita belum beroperasi secara
optimal dan belum melayani seluruh jaringan trayek yang direncanakan;
f) Rendahnya penggunaan angkutan umum, dimana pangsa pasar angkutan
umum sebesar 5% masih berada jauh dibawah prosentase ideal sebesar 70
% dari total perjalanan;
g) Kemampuan jalan masih terbatas, untuk dibeberapa ruas jalan masih dilalui
oleh kendaraan yang melebihi kemampuan jalan;
h) Penggunaan prasarana jalan banyak yang tidak sesuai dengan fungsinya,
akibat pengembangan di sekitar atau sepanjang jalan tidak sesuai dengan
peruntukan dan pemanfaatannya;
i) Kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana transportasi dalam mendukung
aksesbilitas arus barang dan penumpang belum dilaksanakan secara optimal;
j) Kemampuan pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi yang
handal dan terintegrasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
keseimbangan pembangunan dan konektivitas antar wilayah, dan mendorong
potensi ekonomi di daerah perdesaan masih terbatas;
k) Realisasi pembangunan bandar udara Bali Utara belum optimal sebagai
penyeimbang pembangunan antara Bali Selatan dengan Bali Utara.
8. Lingkungan Hidup a) Menurunnya kuantitas sumber daya air;
b) Pencemaran air sungai, laut, danau, dan tanah akibat pembuangan limbah
komersial, domestik dan sampah;
c) Penurunan kualitas udara di daerah perkotaan;
d) Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dan limbah masih relatif
rendah;
e) Sarana, prasarana, dan SDM laboratorium lingkungan belum memadai;
f) Meningkatnya kerusakan di wilayah pesisir dan laut;
g) Kerusakan ekosistem dan keanekaragaman hayati;
h) Belum optimalnya pengawasan dan penegakan hukum lingkungan.
9. Pertanahana) Terdapat Barang Milik Daerah (BMD) dimanfaatkan oleh pihak lain tanpa ijin.
b) Terdapat aset tanah belum bersertifikat.
c) Beberapa pengurus barang/pembantu pengurus barang yang ada di SKPD
belum mengikuti diklat pengelolaan BMD.
d) Penyampaian laporan BMD beberapa SKPD tidak tepat waktu, sehingga
mempengaruhi rekapitulasi akhir laporan BMD tingkat provinsi.
10. Kependudukan dan Catatan Sipila) Belum on-line nya data yang ada pada server provinsi ke Kabupaten/Kota
dan ke Pusat.
b) Kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur pengelola administrasi
kependudukan belum memadai dengan perkembangan teknologi informasi.
c) Kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk melaporkan peristiwa
penting dan peristiwa kependudukan kepada Dinas Dukcapil
Kabupaten/Kota masih kurang.
d) Pelaporan orang asing yang tinggal tetap atau tinggal sementara di Provinsi
Bali serta WNI yang akan pindah keluar negeri seringkali hanya berkaitan
dengan dokumen kependudukan di Kantor Imigrasi.
11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak a) Terbatasnya sumber daya manusia, sarana dan prasarana kurang memadai.
b) Belum tersedia data terpilah tentang gender.
c) Rendahnya pemahaman konsep gender dan PUG di kalangan aparatur dan
di masyarakat.
d) Belum optimalnya perencanaan dan penganggaran responsip gender
e) Masih kurangnya akses, partisipasi, control dan manfaat kepada kaum
perempuan dalam pembangunan.
f) Masih banyak kasus kekerasan termasuk didalamnya KDRT yang tidak
dilaporkan.
g) Kurangnya fasilitas dan sarana pendukung Provinsi Layak Anak (PROVILA)
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahteraan a) Kurangnya kesadaran, pengertian serta pemahaman masyarakat kurang
mampu akan pentingnya berpartisipasi dalam program KB dalam
mewujudkan Keluarga Sejahtera;
b) Kurangnya dukungan politis, sosial, budaya serta belum optimalnya
advokasi, KIE dan akses bagi masyarakat kurang mampu terhadap informasi
maupun pelayanan KB.
13. Sosial a) Terbatasnya SDM pada Dinas Sosial Provinsi Bali baik kuantitas dan
kualitasnya
b) Banyaknya masyarakat miskin yang menghuni Rumah Tak Layak
Huni (RTLH) yang masih memerlukan bantuan Bedah Rumah
c) Belum optimalnya penanganan PMKS
14. Ketenagakerjaan a) Kesempatan kerja tidak sebanding dengan Kualifikasi dan jumlah pencari
kerja.
b) Belum dapat dimanfaatkannya peluang kerja ke luar negeri secara optimal
karena belum semua tenaga kerja memenuhi kualifikasi standar yang
ditentukan.
c) Belum optimalnya perencanaan tenaga kerja, analisa kebutuhan pelatihan
dan analisa kebutuhan pemagangan tenaga kerja.
d) Belum optimalnya upaya sertifikasi tenaga kerja.
e) Belum optimalnya jiwa wirausaha bagi tenaga kerja sebagai perluasan
kesempatan kerja.
f) Belum sepenuhnya dipahami hakekat hubungan industrial oleh pengusaha
dan karyawan.
15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah a) Kemampuan SDM koperasi dan UMKM dalam bidang Manajemen
Kewirausahaan dan Penguasaan Teknologi masih terbatas
b) Kemampuan Koperasi dan UMKM untuk mengakses permodalan kelembaga
keuangan masih lemah
c) Kemampuan Pemasaran Produk Unggulan Koperasi dan UMKM masih
lemah
d) Penyampaian laporan keragaan koperasi dan UMKM dari Dinas Koperasi
dan UMKM Kabupaten/Kota belum tertib.
e) Petugas Pelaksana Penilai Kesehatan KSP/USP koperasi yang memenuhi
persyaratan sesuai ketentuan sangat kurang.
16. Penanaman Modal a) Belum meratanya sebaran investasi antar wilayah dan antar sektor.
b) Masalah penyediaan lahan dan insentif daerah bagi penanaman modal.
c) Belum optimalnya kegiatan promosi investasi secara terpadu antar
Kabupaten/Kota.
d) Belum memadainya informasi potensi investasi di masing-masing
Kabupaten/Kota.
e) Belum memadainya insfrastruktur di masing-masing Kabupaten, khususnya
di wilayah Bali Utara, Bali Timur dan Bali Barat
17. Kebudayaan a) Kecendrungan terjadinya konflik atau sengketa di Desa Pakraman dipicu
oleh masalah-masalah yang terkait dengan pemanfaatan Laba, Tapal batas
desa, Pemanfaatan Setra, Pemekaran Desa Pakraman, Prilaku krama yang
dianggap bertentangan dengan Desa Kala Patra/kesepakatan Krama
setempat.
b) Lemahnya perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)
sebagai akibat belum dapat sepenuhnya dilakukannya inventarisasi dan
penetapan status hukum hasil karya seni dan budaya.
18. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
a) Jumlah dan kualitas tenaga fungsional di bidang diklat utamanya
Widyaiswara, pengembang kurikulum, ahli media pembelajaran, dan ahli
evaluasi diklat masih sangat terbatas untuk menjangkau target peserta yang
besar.
b) Penyelenggaraan diklat aparatur yang belum sepenuhnya dikaitkan dengan
pola pembinaan karier, baik dalam penempatan jabatan maupun penilaian
prestasi kerja.
c) Belum terintegrasinya penyelenggaraan diklat yang dilaksanakan SKPD
sehingga kebijakan diklat satu pintu oleh lembaga yang memiliki tugas
pokok dan fungsi penyelenggaraan diklat belum berjalan optimal.
d) Pengelolaan keuangan dan aset daerah sering menjadi temuan hasil
pemeriksaan BPK RI serta penanganan tindak lanjut yang belum maksimal
e) Pelaksanaan program unggulan Pemerintah Provinsi Bali yang sudah
berjalan masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya
f) Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur dalam melaksanakan tugas
Penegakan Perda , menangani ketentraman dan ketertiban umum,
g) Belum optimalnya koordinasi internal dan eksternal dalam melaksanakan
tugas operasional
h) Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas
operasional Satpol PP.
19. Ketahanan Pangan a) Sebagaian masyarakat masih memiliki daya beli yang rendah.
b) Harga pangan pada saat hari besar keagamaan cenderung meningkat.
c) Belum optimalnya penganekaragaman pola konsumsi pangan masyarakat.
d) Sebagian besar masyarakat masih bergantung pada konsumsi beras.
20. Pemberdayaan Masyarakat Desa a) Kurangnya kemampuan aparat pemerintah desa/kelurahan yang
mengakibatkan lemahnya kerjasama antar lembaga kemasyarakatan yang
bermuara pada kurang maksimalnya pemberdayaan dan pelayanan
masyarakat.
b) Belum optimalnya sinergitas pelaksanaan program/kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan pemerintahan desa antara pemerintah provinsi dengan
Pemerintah Kab/Kota sehingga sasaran belum dapat dicapai secara optimal.
c) Belum optimalnya upaya pengembangan usaha ekonomi perdesaan
d) Perlu pemantapan kegiatan Gerbang Sadu Mandara (GSM) sebagai program
prioritas pemerintah provinsi Bali.
21. Statistik a) Masih lambatnya proses pengumpulan data dalam rangka Pengolahan,
Updating serta Analisis Data dan Statistik Daerah yang disebabkan kurang
responnya dari SKPD dan Instansi Pemerintah.
b) Data yang dirilis oleh beberapa sumber terkadang lag datanya masih jauh,
Sehingga saat mengadakan evaluasi menjadi kurang optimal.
c) Kelengkapan data dari beberapa sumber masih belum optimal.
22. Kearsipan a) Belum terwujudnya pemerataan pembinaan kearsipan di lingkungan provinsi
Bali.
b) Kekurangan dana yang mendukung berbagai kegiatan.
c) Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan.
23. Komunikasi dan Informatika a) Masih rendahnya kemampuan SDM aparatur pemerintah dalam penguasaan
Teknologi Informasi (TI).
b) Keberadaan jumlah menara telekomunikasi (tower) yang ada di Bali sudah
melebihi kebutuhan sehingga sangat mengganggu keserasian dan
keamanan lingkungan.
c) Masih rendahnya akses informasi kepada masyarakat sehingga kurang
optimalnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
d) Pemahaman warga masyarakat terhadap manfaat penyiaran yang sehat
relatif rendah namun keinginan masyarakat untuk mengikuti siaran dari
lembaga penyiaran relatif tinggi.
e) Dukungan dalam pelaksanaan sosialisasi kebijakan publik dan peraturan
perundang-undangan di bidang penyiaran belum memadai, sehingga belum
mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
f) Keterbatasan jumlah kanal/frekuensi dan penyebarannya tidak merata di
seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
24. Perpustakaan a) Minat baca masyarakat masih rendah.
b) Belum terwujudnya secara menyeluruh penyediaan bahan pustaka baik untuk
perpustakaan umum maupun sekolah.
c) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung.
d) Membaca belum menjadi kegemaran atau budaya bagi masyarakat.
e) Kompetensi Pustakawan perlu ditingkatkan dan terbatasnya jumlah
Pustakawan.
f) Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan terkait perpustakaan belum
optimal.
g) Pemberdayaan Perpustakaan kurang optimal.
h) Apresiasi penyelamatan dan pemberdayaan naskah kuno sebagai warisan
budaya masih rendah.
i) Diversifikasi layanan perpustakaan belum memnuhi kebutuhan pemustaka.
1. Pertanian 1.1.Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan
a) Lahan usaha tani sempit karena adanya alih fungsi lahan.
b) Rendahnya penguasaan lahan oleh petani (rata-rata kurang dari 0,50 Ha).
c) Kelembagaan, permodalan dan ketersediaan sarana prasarana bagi petani
terbatas.
d) Kesuburan tanah dan ketersediaan air cenderung menurun.
e) Kualitas SDM petani relative rendah dan jumlah penyuluh pertanian
lapangan (PPL) belum memadai sehingga adopsi teknologi pertanian belum
sesuai harapan.
f) Adanya Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT), dan perubahan iklim
tidak menentu menyebabkan terganggunya proses produksi tanaman yang
mengakibatkan hasil tanaman tidak optimal sehingga dapat menurunkan
kualitas dan hasil produksi.
g) Pendapatan Petani masih rendah, sedangkan upah tenaga kerja relative
mahal.
h) Akses pemasaran dan permodalan petani masih lemah.
1.2.Sub Sektor Perkebunana) Pemanfaatan potensi pengembangan perkebunan masih kurang
b) Produksi dan produktivitas perkebunan masih kurang.
c) Mutu produk dan pemasaran masih rendah.
d) Pertumbuhan dan perkembangan usaha produktif pada subak abian masih
kurang.
1.3. Sub Sektor Peternakan a) Masih adanya penyakit hewan menular strategis dan zoonosis.
b) Belum optimalnya peningkatan populasi dan produktivitas peternakan.
c) Masih rendahnya daya saing usaha peternakan.
d) Masih adanya pengeluaran Sapi bibit yang illegal dan pengeluaran sapi
potong melebihi kapasitas produksi.
2. Kehutanan a. Hutan dan lahan belum berfungsi secara optimal baik secara ekologis
(perlindungan tata air dan tanah), sosial (penyediaan lapangan kerja) maupun
ekonomi (produksi) karena masih luasnya lahan kritis, baik di dalam dan di
luar kawasan hutan;
b. Pelestarian hutan belum optimal baik dari segi biodiversity (keanekaragaman
hayati) maupun plasma nutfah karena masih tingginya kerusakan hutan
berupa kebakaran hutan disamping di beberapa lokasi masih terjadi
perambahan kawasan hutan untuk budidaya tanaman semusim dan
penebangan liar (illegal logging);
c. Penataan batas kawasan hutan belum optimal sehingga belum sepenuhnya
dapat memberikan kepastian, baik secara fisik maupun secara hukum di
lapangan karena masih panjangnya jalur tata batas yang kurang jelas;
d. Penatausahaan hasil hutan belum optimal sehingga belum sepenuhnya
menjamin legalitas kayu hasil hutan karena masih rendahnya tertib tata usaha
kayu industri hasil hutan.
3. Energi dan Sumber Daya Mineral a. Kegiatan pertambangan tanpa Izin, tidak mengindahkan tata cara
penambangan yang baik dan benar serta mengabaikan keselamatan kerja.
b. Kerusakan lahan akibat kegiatan pertambangan batuan, termasuk pada
kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan Geopark Batur.
c. Pengambilan/eksploitasi Air Tanah tanpa izin.
d. Pemanfaatan Air Tanah yang berlebih pada daerah tepian pantai dan
kawasan pemukiman/wisata, mengakibatkan turunnya muka air tanah, intrusi
air laut, serta degradasi lingkungan.
e. Meningkatnya kebutuhan listrik dan dilain pihak terbatasnya kapasitas
pasokan.
f. Rasio Elektrifikasi Bali 2015 89,16 % dan masih terdapat beberapa dusun
yang belum mendapat listrik.
g. Terbatasnya pemanfaatan energi baru terbarukan setempat (PLTBayu,
PLTSurya, PLTMH, Biogas) yang ramah lingkungan, berkelanjutan dan dapat
mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca.
h. Belum tersedianya Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Bali.
i. Belum tersedianya Peraturan Daerah tentang ketenagalistrikan, Air Tanah dan
Pertambangan bahan galian batuan.
j. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah, terkait pembagian
urusan di sektor ESDM dan tindak lanjutnya di Provinsi Bali
4. Pariwisata a) Kurang optimalnya promosi pariwisata Bali sebagai destinasi pariwisata
secara terpadu.
b) Lemahnya kualitas sumber daya pariwisata.
5. Kelautan dan Perikanan a) Belum optimalnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan
yang memiliki komoditas unggulan
b) Belum optimalnya pangsa pasar (market share) produk perikanan di pasar laut
luar negeri
c) Belum optimalnya peran sektor kelautan dan perikanan dalam menunjang
pendapatan daerah
d) Masih rendahnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan
e) Penurunan kualitas ekosistem pesisir dan laut
6. Perdagangan a) Pelayanan Kemetrologian di Kab/Kota belum terwujudnya tertib ukur karena
keterbatasan sumber dayamanusia, sarana prasarana dan rendahnya
pemahaman pelaku usaha akan ketepatan hasil pengukuran
b) Pelayanan pengujian mutu barang yang ada di laboratorium UPT-BPSMB
masih sangat terbatas
c) Peningkatan pengetahuan aparatur /eksportir terhadap kebijakan ekspor/impor
masih terbatas
7. Industri a) Hasil karya cipta dari perajin milik perorangan pendaftaran HaKI sudah
menunjukan peningkatan namun hasil karya cipta masyarakat Bali (Foklor)
masih perlu perhatian serius.
b) Pembangunan gedung mesin pengolahan pupuk organik tidak dapat
direalisasikan karena masalah lokasi yang belum disepakati oleh PemKab
Buleleng dan lahan yang rencananya akan digunakan telah diserahkan untuk
pembangunan Rumah Sakit Pratama oleh Pemerintah Provinsi kepada
Pemerintah Kabupaten Buleleng.
ISU STRATEGIS
Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau
belum dapat diselesaikan pada tahun sebelumnya dan memiliki dampak jangka panjang
bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu diatasi secara bertahap.
Isu strategis pembangunan daerah Provinsi Bali Tahun 2017, yaitu :
1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berbasis pada penguatan ekonomi
kerakyatan yang kokoh dan dinamis dengan memperhatikan ketimpangan
pembangunan antar wilayah, sektor ekonomi dan masyarakat;
2. Peningkatan mutu sarana dan layanan bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat
serta penuntasan persiapan pengalihan kewenangan urusan pendidikan;
3. Optimalisasi kapasitas lembaga adat;
4. Ketahanan pangan dan penganekaragaman sumber karbohidrat non beras;
5. Optimalisasi pembangunan infrastruktur (akses pelabuhan, jaringan jalan, air minum,
listrik, dan sanitasi);
6. Peningkatan pengelolaan sampah serta penanganan alih fungsi lahan;
7. Pembangunan sumber daya manusia melalui Revolusi Mental secara menyeluruh
yang dimulai dari akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah Provinsi Bali untuk
meningkatkan kualitas Daya Saing Daerah yang Belum Optimal;
8. Mewujudkan sinergitas pembangunan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota se-Bali yang dimulai dari perencanaan; serta
9. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan yang memperhatikan daya dukung
lingkungan yang meliputi sumber daya air, udara dan tanah.
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
Berpedoman pada strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka
menengah Provinsi Bali Tahun 2013-2018 serta prioritas pembangunan daerah
yang ditetapkan, maka strategi dan kebijakan pembangunan tahun 2017 disusun
sebagai berikut :
1. Meningkatkan Akses Pendidikan dan Mengimplementasikan Sistem Pendidikan Disesuaikan dengan Kebutuhan Pasar Kerja
Suatu perbaikan sistem memerlukan perencanaan yang holistik terhadap
seluruh pelaku sistem, baik aspek manajemen (organisasi, prosedur, dan
pengendalian), aparatur (tenaga pendidik dan kependidikan), sarana dan
prasarana, faktor penunjang lain bagi peserta didik, dan infrastruktur
pendidikan, dan komponen lainnya. Suatu perbaikan sistem diharapkan dapat
mengefisiensikan biaya dan mengefektifkan tujuan sistem pendidikan antara
lain menghasilkan siswa yang bermutu dan sesuai kriteria. Arah kebijakan
pembangunan yang dilaksanakan, yaitu :
a. Meningkatkan kualitas SDM lahir dan bathin dengan meningkatkan kualitas
dan akses pendidikan melalui wajib belajar 12 tahun, serta meningkatkan
penguasaan dan penerapan IPTEK.
b. Memantapkan paradigma baru pembangunan pendidikan yang bertumpu
pada tiga pilar utama, yakni: kemandirian dalam pengelolaan, akuntabilitas
(accountability) dan jaminan mutu (quality assurance).
c. Mensinergikan pembangunan pendidikan yang mengacu pada 2 dimensi
dasar, yakni: dimensi lokal yang menekankan pada keharusan untuk
mengakomodir dan mengintegrasikan unsur-unsur akuntabilitas, relevansi,
kualitas, otonomi dan jaringan kerjasama; sementara dimensi global
menuntut agar segala aktivitas didasari oleh aspek kompetitif, kualitas dan
jaringan kerjasama.
d. Mengembangkan pembangunan pendidikan berbudaya sejalan dengan
kekhasan yang dimiliki masyarakat Bali.
e. Mengupayakan untuk memperkokoh lembaga-lembaga pendidikan sebagai
pusat pengembangan kebudayaan dan memelihara kelestarian budaya yang
adiluhung.
f. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan termasuk kualitas
pengelolanya, serta memberikan perhatian khusus (bea sisiwa) kepada
penduduk yang kurang mampu dan pendidikan berkebutuhan khusus.
g. Mengembangkan pendidikan berbasis kejuruan sesuai kebutuhan pasar.
h. Meminimalkan ketimpangan kualitas pendidikan antar sekolah antar
kabupaten/kota.
i. Meningkatkan kualifikasi guru dan kualitas proses pembelajaran.
2. Mengembangkan Upaya-upaya Preventif, Promotif, Kuratif yang Seimbang dan Berkesinambungan dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
Langkah mendasar strategi ini adalah antara lain peningkatan kapasitas
kinerja tenaga kesehatan hingga perbaikan infrastruktur kesehatan untuk
mempercepat penjaminan kesehatan masyarakat Bali secara merata. Adapun
arah kebijakan pembangunan yang ditempuh, yaitu :
a. Meningkatkan upaya-upaya pencegahan primer (edukasi dan regulasi),
sekunder (deteksi dini dan pengobatan tepat) maupun pencegahan tersier
(pembatasan ketidak mampuan dan rehabiltasi) penyakit-penyakit tidak
menular (degeneratif) dan penyakit-penyakit menular terutama HIV/AIDS,
TBC, demam dengue, TBC dan rabies.
b. Meningkatkan intensitas upaya-upaya pencegahan untuk menurunkan angka
kematian bayi, angka kematian balita dan angka kematian ibu.
c. Meningkatkan upaya pencarian (case finding) anak balita dengan gizi buruk
dan gizi kurang.
d. Meningkatkan pengamatan (surveilans) terhadap emerging diseases seperti
avian influenza, SARS, dan lain-lainnya.
e. Mengembangkan kesehatan wisata (travel health) dalam hal pencegahan
penyakit pada wisatawan dan pelayanan kesehatan bagi wisatawan yang
sakit.
f. Meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan.
g. Meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga serta sarana dan
prasarana kesehatan.
h. Memantapkan integrasi JKBM kedalam JKN terutama dalam masa transisi
dengan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
i. Meningkatkan ruang rawat inap kelas III di rumah sakit dan peningkatan
Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap.
3. Meningkatkan Peran Perempuan dalam Pembangunan Strategi ini merupakan upaya untuk mendukung capaian sasaran yang
akan dilakukan pada tujuan misi pertama dimana peran wanita dalam
pembangunan perlu dilakukan guna meningkatkan kualitas pembangunan di
Bali. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya melakukan advokasi untuk
mengurangi stigma dan diskrimininasi pada perempuan Bali sehingga
perempuan Bali memiliki kesetaraan gender disegala bidang pembangunan di
Bali.
4. Meningkatkan Peran Lembaga Adat dalam Mengembangkan Nilai-nilai Budaya dan Kearifan Lokal
Pemerintah daerah berupaya melindungi kelestarian budaya dan eksistensi
lembaga-lembaga adat yang ada, memperkuat kelembagaan tradisional
kemasyarakatan guna mengusung dan mengawal pelestarian dan
pengembangan kebudayaan Bali sesuai dengan dinamika dan perubahan
lingkungan strategis yang terjadi dan meningkatan Pemberdayaan Desa
Pekramaan dan Subak/Subak Abian. Pelestarian budaya adat Bali secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pula pada pelestarian
pariwisata di Bali sebagai lokomotif pembangunan ekonomi di Bali. Arah
kebijakan pembangunan yang ditempuh, yaitu :
a. Memberikan perlindungan dan insentif khusus kepada lembaga, perorangan,
yang benar-benar mengabdikan dirinya pada kelestarian budaya.
b. Meningkatakan kuantitas maupun kualitas pelestarian nilai-nilai budaya dan
apresiasi terhadap kearifan budaya lokal dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Memperkuat kelembagaan tradisional kemasyarakatan guna mengusung dan
mengawal pelestarian dan pengembangan kebudayaan Bali, sesuai dengan
dinamika dan perubahan lingkungan strategis yang terjadi.
d. Meningkatkan peran desa pakraman dalam melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat.
e. Memberdayakan peran subak dalam melestarikan dan mengembangkan nilai-
nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat subak.
f. Memberdayakan peran sekaa dalam melestarikan dan mengembangkan seni
budaya.
g. Meningkatkan peran Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP), Majelis Madya
Desa Pakraman (MMDP), dan Majelis Alit Desa Pakraman (MADP) dalam
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kearifan lokal masyarakat.
h. Memberdayakan Sekaa Teruna Teruni dalam melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai budaya, kesenian dan kearifan lokal masyarakat.
5. Mengintensifkan Pelaksanaan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik Dalam peningkatan kapasitas aparatur dan standar operasional birokrasi,
tidak dapat dipungkiri bahwa profesionalitas aparatur dan efektivitas
kelembagaan sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pembangunan.
Strategi ini juga menekankan perbaikan tata laksana, akuntabilitas, dan
terbebasnya penyelenggaraan pemerintahan daerah dari KKN. Arah kebijakan
pembangunan yang ditempuh, yaitu
a. Meningkatkan profesionalisme aparat pemerintah, mulai dari tingkat desa,
kecamatan, kabupaten/kota sampai pada tingkat provinsi melalui pendidikan,
pelatihan, dan koordinasi yang lebih baik, guna meningkatkan kinerja dan
pelayanan kepada masyarakat.
b. Mengupayakan Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan yang berbasisi
teknologi informasi/komputerisasi dalam rangka meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan akurasi data sebagai sumber
informasi dalam pembuatan kebijakan.
c. Peningkatan kinerja aparatur dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
d. Penguatan manajemen dan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik.
e. Mewujudkan pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat.
6. Mengendalikan Tingginya Pertumbuhan Penduduk dan Ketimpangan Sebaran Penduduk Antar Kabupaten/Kota
Masalah kependudukan akan menjadi sumber berbagai masalah yang sudah
dan akan terjadi di Bali, antara lain: masalah infrastruktur, perumahan, alih fungsi
lahan, tata ruang, sosial-budaya, kriminalitas, layanan kesehatan, pendidikan
dan lain-lainnya. Pertumbuhan penduduk di Bali meningkat hampir dua kali lipat
yaitu dari 1,26% dalam satu tahun pada periode 1990-2000 menjadi 2,15% pada
periode 2000-2010. Arah kebijakan pembangunan yang ditempuh, yaitu
a. Mengendalikan pertumbuhan, persebaran, dan administrasi kependudukan.
b. Mengembangkan sentra-sentra ekonomi dan infrastruktur pendukungnya di
Bali Utara, Bali Timur dan Bali Barat.
c. Meningkatkan nilai tukar hasil pertanian dalam upaya untuk mengurangi arus
urbanisasi.
d. Meningkatkan intensitas program keluarga berencana terutama dalam hal
pengembangan layanan kontrasepsi jangka panjang (IUD, tubektomi,
vasektomi dan implant).
e. Peningkatan akses pelayanan KB bagi pasangan usia subur (PUS) muda
yang memiliki 2 anak, PUS dari keluarga miskin, PUS di wilayah kumuh, PUS
di wilayah padat penduduk pendatang.
f. Penguatan kapasitas kelembagaan dan program kependudukan dan KB di
kabupaten/kota.
7. Penataan Ruang, Pengendalian Lingkungan Hidup, dan Pengelolaan Bencana
Strategi penataan ruang memiliki prioritas penting karena akan menjadi
pedoman dalam implementasi program pembangunan pemanfaatan ruang dan
program kewilayahan. Strategi ini mengedepankan pemetaan berbagai potensi
pengembangan kawasan sehingga arah pembangunan daerah dapat ditentukan
lebih awal dengan mempertimbangkan sentra-sentra pengembangan wilayah.
Strategi ini juga mengedepankan pengendalian lingkungan hidup sebagai
syarat pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan limbah harus dapat berjalan
dengan baik di masyarakat sehingga kerusakan-kerusakan lingkungan di Bali
dapat ditekan. Bali yang hijau dan bersih dapat diupayakan terwujud dalam
setiap gerak pembangunan yang dilakukan.
Strategi dalam pengelolaan bencana dilaksanakan dengan memberi prioritas
pada Pengurangan Resiko Bencana dengan melaksanakan kegiatan secara
menyeluruh baik pada saat Pra bencana, saat Bencana dan Pasca Bencana.
Adapun arah kebijakan pembangunan yang ditempuh,
yaitu :
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) dengan maksud memberikan arahan dalam penyusunan Rencana
Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP).
b. Pencegahan, penanggulangan, pemulihan pencemaran, dan kerusakan
lingkungan hidup melalui optimalisasi pengawasan pembuangan limbah ke
media lingkungan dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
c. Pengelolaan keanekaragaman hayati dengan melibatkan kelompok-kelompok
pelestari sumber daya alam dan revitalisasi kearifan lokal.
d. Pengendalian dan pengawasan terhadap penyimpan dan pengumpul limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
e. Pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang memiliki dampak penting dan
besar terhadap lingkungan serta kegiatan yang secara teknologi dapat dikelola
melalui Ijin Lingkungan dan Ijin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH).
f. Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan lingkungan hidup
kepada lembaga/kelompok/perorangan yang peduli terhadap lingkungan
hidup.
g. Memberikan insentif/reward kepada lembaga/kelompok/perorangan yang
peduli terhadap lingkungan hidup.
h. Penegakan hukum lingkungan terhadap usaha/kegiatan yang ijin lingkungan
dan ijin PPLH dikeluarkan oleh Provinsi.
i. Meningkatkan peran masyarakat dan pelaku usaha dalam pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
j. Menurunkan luas lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan.
k. Mengurangi kerusakan hutan.
l. Meningkatkan kejelasan jalur tata batas kawasan hutan.
m.Meningkatkan tertib tata usaha kayu industri hasil hutan.
n. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya hutan.
o. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan.
p. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan penangkaran/lembaga konservasi
serta peredaran flora dan fauna.
q. Meningkatkan profesionalisme SDM kehutanan dan pelayanan.
r. Meningkatkan sosialisasi, monitoring dan pengawasan di sektor
Pertambangan dan Energi.
s. Memprioritaskan penyusunan regulasi/Peraturan Daerah dan turunannya di
sektor Pertambangan dan Energi.
t. Melestarikan dan meningkatkan kapasitas resapan air tanah pada kawasan
pegunungan, hutan, danau, sawah dan kawasan terbuka hijau lainnya.
u. Mengintensifkan upaya-upaya konservasi air tanah untuk menjamin
ketersedian potensi air tanah secara berkelanjutan.
v. Mengurangi dampak negatif kegiatan pertambangan batuan serta melakukan
upaya-upaya rehabilitasi atas kerusakan lahan akibat kegiatan pertambangan
secara lebih komprehensif.
w. Meningkatkan potensi energi daerah, meningkatkan rasio rumah tangga
berlistrik, serta meningkatkan pemakaian energi baru terbarukan yang lebih
ramah lingkungan.
x. Meningkatkan koordinasi antara Pemerintah Pusat (Kementerian ESDM),
BUMN, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota, sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing.
y. Penanggulangan bencana dengan prioritas pada pengurangan resiko bencana
(PRB), peningkatan kapasitas respon, pemberdayaan masyarakat dan
peningkatan kemampuan pemulihan pasca bencana.
8. Menjaga Ketentraman, Ketertiban dan Keamanan Sektor keamanan sangat berperan aktif dalam menjaga stabilitas daerah
sehingga pertumbuhan ekonomi tetap dapat berlangsung dengan baik. Dalam
strategi ini memfokuskan bagaimanana menjaga Bali tetap aman sehinggga
pekembangan pariwisata berjalan dengan baik. Arah kebijakan pembangunan
yang ditempuh, yaitu :
a. Memujudkan kehidupan politik dan pemerintahan yang bersih dan berwibawa,
mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat luas, serta mampu
memberikan pelayanan prima, sejalan dengan prinsip Clean Government dan
Good Governance.
b. Mengupayakan peningkatan kecerdasan dan kedewasaan masyarakat dalam
berpolitik, melalui pendidikan politik yang teratur dan berkesinambungan serta
bekerjasama dengan lembaga pendidikan, LSM, Media massa dan partai
politik.
c. Mengembangkan sistem keamanan yang berstandar internasional dengan
sarana dan prasarana yang memadai, terukur dan dikelola secara profesional.
d. Memantapkan penegakan hukum dalam rangka menciptakan kepastian
hukum dan menegakkan supremasi hukum dalam pembangunan yang
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, untuk menciptakan rasa aman dan
damai lahir bathin.
e. Meningkatkan dan memantapkan koordinasi dengan DPRD, kepolisian,
kejaksaan, TNI, lembaga tradisional, LSM dan masyarakat luas, dalam hal
pembuatan, pelaksanaan tertib hukum, yang dapat meningkatkan citra dan
wibawa pemerintah dan pengawasan produk-produk hukum agar benar-benar
aspiratif.
f. Melibatkan masyarakat dan lembaga-lembaga adat sejak awal, berkaitan
dangan pembuatan ataupun sosialisasi produk-produk hukum.
g. Meningkatkan kualitas SDM dan profesionalisme aparat penegak hukum dan
juga senantiasa melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran hukumnya.
h. Menguatkan fungsi lembaga tradisional Bali yang ada dengan
mengedepankan kemandirian, sikap toleransi dan tenggang ras, kepedulian
sosial, saling hormat menghormati dan meningkatkan rasa kekeluargaan serta
persaudaraan dalam konteks NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila.
i. Mewujudkan ketentraman, kedamaian, kenyamanan dan kerukunan hidup
bermasyarakat dalam kemajemukan, serta meminimalkan dampak patologi
sosial, dengan mengoptimalkan peran dan fungsi lembaga tradisional
penunjang kebudayaan daerah, seperti: desa pekraman, banjar dan berbagai
sekaa.
j. Meningkatkan pemahaman masyarakat berkaitan dengan heterogenitas etnis
dan agama di Indonesia dan Bali khususnya, sehingga tidak terjebak dan
dimanfaatkan sebagai pilar-pilar untuk menyangga kepentingan politik aliran
ataupun sektaran.
k. Mewujudkan penyelesaian kasus sosial dan adat di Bali secara damai.
l. Menciptakan keamanan yang kondusif dan kewaspadaan dini.
9. Peningkatan Pengembangan Pariwisata Budaya dan Ekonomi Kreatif Pembangunan pariwisata yang sangat pesat di Bali, merupakan salah satu
keberhasilan masyarakat Bali dalam mempertahankan sendi-sendi budaya lokal.
Pemerintah daerah akan proaktif memfasilitasi proses dan agenda
pembangunan yang dapat memelihara nilai-nilai budaya daerah, serta
memberikan kesempatan ruang gerak yang lebih banyak untuk pembangunan
yang berorientasi pada pengembangan budaya lokal dan ekonomi kreatif. Arah
kebijakan pembangunan yang ditempuh, yaitu :
a. Pengembangan kepariwisataan yang berkualitas, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan dan menjunjung kearifan lokal guna memperluas kesempatan kerja
dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
b. Mengembangkan “pariwisata kerakyatan” di wilayah pedesaan dan
mengintegrasikan dengan sektor pertanian seperti pembangunan jogging track
dan agrowisata pedesaan sehingga dapat memberikan efek ganda (multiflier
effect) bagi sebagian besar masyarakat lokal Bali.
c. Melakukan demokratisasi usaha pariwisata, dalam rangka lebih
memberdayakan masyarakat lokal, seperti: memberikan kesempatan kepada
masyarakat lokal melalui koperasi untuk mengelola peningkatan kontribusi
dunia pariwisata terhadap pelestarian budaya.
d. Menggali dan menemukan gagasan baru atau inovasi agar terjadi rejuvenation
atau penemuan kembali aktivitas kehidupan pariwisata, sehingga terhindar
dari stagnasi dan penurunan drastis (decline) kegiatan pariwisata.
e. Mewujudkan suasana dan kondisi yang kondusif bagi perkembangan industri
pariwisata Bali, yang didukung oleh bersinerginya berbagai komponen
pariwisata.
f. Meningkatakan kuantitas maupun kualitas sarana dan prasarana,
pemeliharaan obyek baik keaslian maupun kebersihannya, menjaga
kelestarian dan keamanannya, memberdayakan dan memberikan manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat sekitar obyek wisata sebagai
penyangga utamanya.
g. Peningkatan pengelolaan destinasi, pemasaran dan SDM pariwisata
Pengembangan ekonomi kreatif.
10.Peningkatan Investasi, Pengembangan Industri Kecil, Koperasi dan UMKM Pertumbuhan ekonomi di Bali sangat ditentukan oleh pertumbuhan industri
kecil dan menengah. Industri ini umumnya bersifat industri rumah tangga, dan
masih banyak mengalami kesulitan dalam permodalan. Dalam strategi ini lebih
difokuskan untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan, meningkatkan
kualitas manajemen dan permodalan untuk mendorong tumbuhnya investasi di
daerah. Arah kebijakan pembangunan yang ditempuh, yaitu :
a. Pengembangan industri kecil dan rumah tangga berdaya saing tinggi, melalui
berbagai usaha perbaikan mutu disain dan akses pasar dengan
memanfaatakan kemajuan teknologi olahan terkini yang sesuai.
b. Mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi dengan meminimalisir resiko kredit
modal kerja dan kredit investasi.
c. Mewujudkan ekonomi kerakyatan yang tangguh sehingga mampu
mengembangkan ekonomi kerakyatan yang mantap dan stabil, serta
terwujudnya distribusi, komposisi yang berimbang, dan terwujudnya iklim
berinvestasi yang sehat.
d. Merevitalisasi pasar tradisional di perdesaan sehingga terkesan lebih modern
e. Penyederhanaan kebijakan dan aturan main berinvestasi, sehingga dapat
menarik investor yang dibutuhkan.
f. Peningkatan Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida).
g. Peningkatan dan pemerataan iklim investasi.
h. Peningkatan dukungan terhadap pengusaha lokal dan kemitraan pemasaran
hasil industri kecil dan menengah.
i. Peningkatan kualitas dan kuantitas ekspor.
j. Peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM.
11.Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran Walaupun capaian angka kemiskinan di Bali sudah sangat jauh menurun,
tetapi di masa yang akan datang jumlah penduduk miskin di Bali masih tetap
ada. Langkah mendasar strategi ini adalah bagaimana penurunan penduduk
miskin dapat terus ditingkatkan dan bagaimana tidak terjadi lagi penduduk miskin
baru akibat kurangnya kesempatan bekerja atau karena hal lainnya. Arah
kebijakan pembangunan yang ditempuh, yaitu :
a. Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam
Bali secara profesional, proporsional dan berkelanjutan.
b. Menetapkan dan meningkatkan serta mengawasi pelaksanaan upah minimum
kabupaten/kota agar dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja membuka
lapangan kerja baru untuk mengurangi jumlah pengangguran.
c. Meningkatkan pengembangan pembangunan berbasis Desa Terpadu
(Gerbangsadu).
d. Melakukan peningkatan pembangunan Rumah Layak Huni (Bedah Rumah).
e. Melakukan penanganan yang lebih intensif terhadap penduduk miskin dan
penyandang masalah sosial (PMKS).
f. Melakukan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan dan perluasan lapangan
kerja bagi masyarakat seperti; mendorong Investasi PMA dan PMDN yang
berbudaya local dan perizinan.
g. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang lebih merata antar wilayah.
h. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan,
termasuk kualitas pengelolanya, serta memberikan perhatian khusus kepada
penduduk yang kurang mampu.
i. Mensinergikan program kegiatan untuk menangani kantong-kantong
kemiskinan.
12.Pengembangan Infrastruktur Salah satu pijakan utama strategi ini adalah berkaitan dengan permasalahan
utama pembangunan ekonomi Bali yang masih belum merata, sehingga masih
terdapat ketimpangan pembangunan antar wilayah utara, selatan, dan barat
serta timur Bali.
Pengembangan dan peningkatan infrastruktur yang baik diseluruh
kawasan/wilayah Bali, diharapkan akan dapat mempercepat pembangunan
ekonomi terutama potensi-potensi yang ada di pelosok-pelosok pedesaan atau di
pusat-pusat ekonomi kerakyatan yang ada di daerah di Provinsi Bali.
Arah kebijakan pembangunan yang ditempuh, yaitu :
a. Mewujudkan penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sumber daya air,
pelayanan air minum dan sanitasi serta fungsi jaringan irigasi untuk
mendukung derajat kesejahteraan masyarakat.
b. Pengembangan prasarana dan sarana publik yang memadai, terutama pada
wilayah Bali Utara, Barat dan Timur guna memperluas dan mendistribusikan
pusat pertumbuhan ekonomi, agar terjadi keseimbangan antara daerah Bali
bagian Selatan, Tengah, Timur dan Utara.
c. Perbaikan infrastruktur penunjang pariwisata, menjaga lingkungan alam
secara berkelanjutan atau sustainable untuk meningkatkan kualitas dan daya
saing, serta dengan lebih mengutamakan quality tourism.
d. Mewujudkan pengambangan jasa konstruksi untuk menjamin kualitas
infrastruktur yang akan dibangun.
e. Mewujudkan prasarana dan sarana transportasi yang handal dan terintegrasi,
guna mendukung terciptanya keseimbangan pembangunan antar wilayah dan
konektivitas wilayah.
f. Melakukan upaya-upaya penanganan kemacetan lalu lintas.
13.Mempercepat Peningkatan Produksi Pertanian dalam Memantapkan Ketahanan Pangan Daerah serta Meningkatkan Pendapatan Petani
Strategi ini mengupayakan langkah-langkah meningkatkan produksi pangan
di daerah baik melalui perlindungan lahan pertanian maupun intensifikasi
pertanian dalam arti luas, sehingga dapat menekan alih fungsi lahan.
Peningkatan peran sektor pertanian dalam perekonomian Bali terutama dalam
memperkokoh ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani melalui
optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan sdm Bali, penguatan
kelembagaan, memperbaiki akses petani terhadap permodalan, teknologi,
pemasaran dan fasilitas penunjang lainnya. Arah kebijakan pembangunan yang
ditempuh, yaitu :
a. Peningkatan peran sektor pertanian dalam perekonomian Bali terutama dalam
memperkokoh ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani
melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan SDM Bali, penguatan
kelembagaan, memperbaiki akses petani terhadap permodalan, teknologi,
pemasaran dan fasilitas penunjang lainnya.
b. Pengembangkan pertanian dalam arti luas, yang tangguh menuju
kemandirian, kesejahteraan dan keadilan.
c. Penetapan kebijakan untuk memberikan insentif bagi petani dalam usaha
meningkatkan produksi hasil pertanian, seperti: keringanan pajak, subsidi
pupuk, subsidi pakan ternak, subsidi benih dan bibit ternak, kemudahan kredit,
terutama yang ada dalam jalur hijau atau kawasan wisata.
d. Peningkatan kerjasama penelitian dan pengembangan budidaya pertanian,
disertai dengan pelatihan pemanfaatan kemajuan teknologi, termasuk
pengembangan penanganan pasca panen, guna memberi nilai tambah
terhadap hasil industri pertanian.
e. Peningkatan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri).
f. Pengembangan dan pemantapan komoditas andalan/unggulan pertanian.
g. Peningkatan produktivitas dan produksi pertanian dalam arti luas.
h. Peningkatan pengelolaan sumber daya ikan serta ekosistem perairan, pesisir
dan daratan.
i. Penuntasan kasus penyakit asal hewan dan penyakit ternak.
j. Peningkatan peran sektor kelautan dan perikanan terhadap kesejahteraan
masyarakat Bali.