viktor frankl - logotherapy (indonesian)

22
BIOGRAFI Viktor E. Frankl dilahirkan di Wina, Austria pada tanggal 26 Maret 1905. Frankl menikah pada 1942 dengan istri pertamanya, Tilly Grosser. Pada bulan September tahun 1942 Frankl, istri , ayah, ibu, dan saudaranya ditangkap dan dibawa ke kamp konsentrasi di Theresienstadt, Bohemia. Ayah Frankl meninggal di sana karena kelaparan, ibu dan saudara Frankl tewas di Auschwitz pada tahun 1944. Istri Frankl meninggal di Bergen-Belsen tahun 1945. Pada bulan April 1945, Frankl dibebaskan setelah tiga tahun mendekam di kamp konsentrasi, dan ia kembali ke Wina. Pada 1945 ia menulis bukunya yang terkenal di seluruh dunia yang berjudul "Ein Psychologe erlebt das Konzentrationslager " Terjemahan bahasa Inggrisnya: Man's Search for Meaning atau, “Manusia mencari Makna”). Pada 1946 ia ditunjuk untuk mengelola Poliklinik neurology di Wina, dan ia bekerja di tempat tersebut hingga 1971. Frankl menerbitkan lebih dari 30 buah judul buku dan menjadi terkenal, terutama sebagai pendiri logoterapi. Hobinya termasuk mendaki gunung, dan di usia 67 tahun dia memperoleh lisensi pilot. Frankl memegang Sertifikat Penerbangan Solo dan lencana Pemandu Gunung dari Klub Alpine "Donauland". Pada 1930, Frankl menerima gelar doktor dalam bidang kedokteran. Frankl menikah untuk kedua kalinya pada tahun 1947 dengan Eleonore "Elly" Schwindt, dan memiliki seorang putri, Gabriele. Pada tahun 1948, Frankl menerima gelar Ph.D. dalam filsafat. Pada tahun yang sama, Frankl

Upload: nuchi

Post on 31-Oct-2014

121 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Frankl and his Logotherapy.

TRANSCRIPT

Page 1: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

BIOGRAFI

Viktor E. Frankl dilahirkan di Wina, Austria pada tanggal 26 Maret 1905. Frankl

menikah pada 1942 dengan istri pertamanya, Tilly Grosser. Pada bulan September tahun 1942

Frankl, istri , ayah, ibu, dan saudaranya ditangkap dan dibawa ke kamp konsentrasi di

Theresienstadt, Bohemia. Ayah Frankl meninggal di sana karena kelaparan, ibu dan saudara

Frankl tewas di Auschwitz pada tahun 1944. Istri Frankl meninggal di Bergen-Belsen tahun

1945. Pada bulan April 1945, Frankl dibebaskan setelah tiga tahun mendekam di kamp

konsentrasi, dan ia kembali ke Wina. Pada 1945 ia menulis bukunya yang terkenal di seluruh

dunia yang berjudul "Ein Psychologe erlebt das Konzentrationslager" Terjemahan bahasa

Inggrisnya: Man's Search for Meaning atau, “Manusia mencari Makna”).

Pada 1946 ia ditunjuk untuk mengelola Poliklinik neurology di Wina, dan ia bekerja di

tempat tersebut hingga 1971. Frankl menerbitkan lebih dari 30 buah judul buku dan menjadi

terkenal, terutama sebagai pendiri logoterapi. Hobinya termasuk mendaki gunung, dan di usia 67

tahun dia memperoleh lisensi pilot. Frankl memegang Sertifikat Penerbangan Solo dan lencana

Pemandu Gunung dari Klub Alpine "Donauland". Pada 1930, Frankl menerima gelar doktor

dalam bidang kedokteran. Frankl menikah untuk kedua kalinya pada tahun 1947 dengan

Eleonore "Elly" Schwindt, dan memiliki seorang putri, Gabriele. Pada tahun 1948, Frankl

menerima gelar Ph.D. dalam filsafat. Pada tahun yang sama, Frankl diangkat menjadi profesor

neurologi dan psikiatri di Universitas Wina.

Pada tahun 1950, Frankl mendirikan dan menjadi presiden Kedokteran Masyarakat

Austria untuk Psikoterapi. Frankl terus mengajar di Universitas Wina hingga 1990, dalam usia

85 tahun. Pada tahun 1992, teman-teman dan anggota keluarga mendirikan Viktor Frankl

Institute. Pada tahun 1995, Frankl menyelesaikan autobiografinya, dan pada tahun 1997, ia

menerbitkan karya terakhirnya, Man's Search for Ultimate Meaning. Frankl memiliki 32 buku

atas namanya yang telah diterjemahkan ke dalam 27 bahasa. Tahun 1929 Frankl dikenal sebagai

dokter muda pendiri Pusat Bimbingan Remaja di Wina.

Dari 1933 hingga 1937 Frankl memimpin apa yang dinamakan "Selbstmörderpavillon"

(pavilyun bunuh diri) di Rumah Sakit Umum di Wina. 1937 hingga 1940 ia melakukan praktik

pribadi sebagai neuro-psikiater dan mengamalkan pendekatan logoterapi. 1940 hingga 1942 ia

Page 2: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

memimpin departemen neurologi dari Rumah Sakit Rothschild. Pada tahun 1977 berdiri the

Victor Frankl Library and Memorabilia” di the Graduate Theological Union di Barkeley,

Amerika Serikat. Tanggal 2 September 1997 Viktor Emile Frankl, pendiri logoterapi meninggal

dunia di Wina karena gagal jantung, dalam usia 92 tahun. Di saat-saat terakhirnya, Frankl sempat

berkata kepada Elisabeth Lukas (logoterapis terkenal dari Jerman yang dianggap putri

mahkotanya Frankl) “tenang saja bila satu saat engkau menghadapi kematian. Lihatlah, ini

mudah, engkau tak perlu merasa takut”. Logoterapi mendapat julukan kehormatan sebagai The

Third Viennese School of Psychotherapy sebagai aliran mapan setelah Psikoanalisis (Sigmund

Freud) dan Psikologi Individual (Alfred Adler).

Page 3: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

Dimensions of the Human Being

Menurut Frankl, manusia merupakan makhluk natural yang memiliki dimensi yang saling

berhubungan, yaitu:

1. Dimensi somatis (somatic)

2. Dimensi mental

3. Dimensi spiritual (noetic)

Dimensi somatis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh (soma) dan bersifat

biologis. Dimensi somatis banyak mendapatkan perhatian karena adanya pengaruh hereditas dan

faktor-faktor natural yang dihubungkan, seperti sistem endokrin manusia, dan fungsi-fungsi

neurologis.

Dimensi mental adalah tempat dimana proses-proses psikologis berlangsung. Di level inilah

mental disorder (gangguan mental) ditemukan, terutama karena dimensi mental adalah kajian

utama dari model psikologi tradisional. Seperti dimensi somatis, dimensi mental juga

dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat natural. Walaupun dimensi mental tidak dapat diubah

menjadi dimensi biologis, namun dimensi mental juga dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis.

Dimensi spiritual atau noological dimension merupakan dimensi yang paling sedikit

mendapatkan perhatian dari bidang psikiatri maupun psikologi. Istilah noological dimension

lebih cenderung digunakan karena menurut Frankl, istilah spiritual dalam bahasa Inggris

mengisyaratkan hubungan dengan hal yang bersifat religius, sementara dalam bahasa Jerman,

istilah geistig tidak mengisyaratkan hal yang religius, sebab lainnya adalah karena istilah

noological dimension sangat jarang digunakan.

Dimensi spiritual bersifat mirip dengan dimensi mental karena bersifat immateril, namun

memiliki beberapa perbedaan, yaitu:

1. Dimensi spiritual merupakan satu-satunya dimensi dimana kebebasan dan tanggung

jawab berada. Ketika orang-orang terpaku kepada dimensi somatis dan mental, logoterapi

Page 4: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

menemukan adanya "Trotzmacht des Geistes" atau kekuatan roh yang menyimpang, yaitu

kemampuan untuk mengambil tindakan terhadap nasib dan hal-hal lain yang terjadi di

sekeliling manusia secara bebas.

2. "The conscience" atau kata hati yang disebut sebagai organ yang berfungsi untuk

menemukan makna (meaning) bekerja dalam dimensi spiritual.

3. Dimensi spiritual hanya dimiliki oleh manusia dan merupakan pembatas yang

membedakan manusia dengan hewan.

4. Menurut Frankl, Seorang manusia sebagai makhluk spiritual tidak dapat menjadi sakit;

manusia hanya menjadi sakit dalam dimensi somatis dan mental saja.

5. Dimensi spiritual berinteraksi dengan dimensi somatis dan mental.

Page 5: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

Realitas Spiritual

Menurut Frankl, dimensi spiritual memiliki kekuatan untuk mempertahankan kesehatan, dan

dapat membantu menyembuhkan diri baik dalam tubuh, pikiran, dan jiwa. Dimensi spiritual

terdiri dari will to meaning, kreativitas, orientasi pada tujuan, imajinasi, kata hati, kesetiaan,

kepercayaan, cinta yang merupakan hal yang berada jauh di atas aspek fisik dan seksual,

kapasitas untuk berkomitmen, tanggung jawab, dan kemampuan untuk bebas memilih.

Meaning

Frankl menganggap bahwa orang-orang hanya melihat nilai-nilai dan makna dalam konteks

mekanisme pertahanan ego seperti sublimasi dan reaksi formasi. Frankl menyadari adanya

pengaruh dari segi sosial, biologis, dan psikologis, namun tetap menekankan bahwa manusia

memiliki kekuatan untuk memilih dan menanggung semua konsekuensinya. Bagaimanapun sulit

dan tertutupnya situasi seseorang, manusia tetap memiliki area untuk menentukan sikap,

perilaku, dan pengalaman.

Kekuatan personal ini mencakup:

1. Kemungkinan untuk berubah dan mengubah: Menolak lingkungan

2. Insting: Menentang segala situasi yang terjadi di sekeliling manusia

Konsep Frankl mengenai meaning atau makna mencakup ultimate meaning dan day-to-day

meaning. Menurut Frankl, manusia tidak akan mencapai ultimate meaning walaupun ada saat-

saat tertentu dimana manusia mendekatinya. Hal ini disebabkan oleh kehidupan sendiri yang

merupakan ajang pencarian yang tak habis-habis. Manusia dapat menemukan alur kehidupan dan

mengabaikannya, melawannya, atau mengikutinya. Frankl berpendapat bahwa kebenaran yang

mutlak tidak dapat diperoleh, dan bahwa orang yang mengaku memilikinya adalah orang yang

berbahaya.

Page 6: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

Manusia Makhluk Unik

Manusia menjalani hidup sejak terlahir ke dunia hingga ajal menjemput. Setiap situasi dan

kejadian merupakan momen yang tidak akan pernah terulang lagi yang menawarkan potensi

yang berbeda-beda.

"Jika aku tidak melakukannya, siapa yang akan melakukannya? Jika aku tidak melakukannya

sekarang, kapan aku harus melakukannya? Dan jika aku melakukannya untuk diriku sendiri, jadi

apakah aku ini?" merupakan kuotasi Hillel yang diadaptasi Frankl untuk mengilusterasikan

logoterapi sebagai berikut:

1. Setiap individu adalah makhluk yang unik dan tak tergantikan.

2. Setiap momen tidak dapat terulang kembali.

3. Menjadi manusia bukan berarti hanya melakukan sesuatu untuk diri sendiri.

Page 7: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

Frankl's Values

Sama halnya dengan Freud, Frankl juga memiliki nilai-nilai yang diyakini dapat membantu

manusia bertumbuh dan memahami makna dalam hidup. Menurut Frankl, manusia dapat

menemukan meaning melalui love, work (actions), dan suffering (cinta, perbuatan, dan

penderitaan), seperti perkataannya, "What we do, whom we love, and how we suffer." Yang

berarti, "Apa yang kita perbuat, siapa yang kita cintai, dan bagaimana kita menderita.".

Love and Work

Pendapat Frankl mengenai cinta, "Cinta merupakan satu-satunya cara untuk merengkuh

seseorang sampai ke titik yang terdalam, dan menyadari dengan betul akan maknanya" (hal. 176,

Man's Search of Meaning). Termasuk ke dalamnya kesadaran akan potensi-potensi orang-orang

yang kita cintai dan membantu mereka mengaktualisasikannya. Frankl menekankan bahwa cinta

bukanlah semata epifenomena dari dorongan seksual dan insting, melainkan "Sex is a way of

expressing the ultimate togetherness that is called love." (Frankl, 1959) yang berarti bahwa

hubungan seksual adalah suatu cara untuk mengekspresikan kebersamaan terkuat yang disebut

cinta.

Suffering

Frankl percaya bahwa suffering atau penderitaan dapat membantu proses perkembangan

manusia. Frankl tidak menganjurkan untuk mencari penderitaan dean sengaja karena penderitaan

yang tidak alami hanya bersifat masokis. Menurut Frankl, yang terpenting dari penderitaan

adalah menemukan meaning di dalamnya. Perilaku dan sikap kita sebaiknya tetap berada dalam

pengendalian sendiri, walaupun situasi dan lingkungan kita tak dapat dikendalikan.

Frankl melihat tujuan hidup sebagai self-transcendence (becoming more) atau menjadi lebih

daripada self-actualization (aktualisasi diri) yang Frankl lihat hanya membiarkan seseorang

menjadi apa yang sudah ditakdirkan. "kebahagiaan, kepuasan, kedamaian diri dan aktualisasi diri

Page 8: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

hanyalah sedikit efek dari pencarian makna." (Frankl, 1980). Frankl melihat bahwa "sehat"

bukanlah keadaan seimbang yang statis, melainkan tumbuh, berkembang dan mencari makna

hidup, dan dalam proses inilah manusia seringkali menemukan konflik mengenai nilai-nilai yang

ditemukan dan terkadang hal inilah yang menjadi isu utama dalam terapi.

Page 9: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

LOGOTHERAPY

Pengertian Logoterapi

Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-

psikiater). Logoterapi berasal dari kata “logos” yang dalam bahasa Yunani berarti makna

(meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan.

Logoterapi masuk dalam aliran eksistensialisme dan secara umum dapat digambarkan sebagai

corak psikologi/ psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping

dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan

hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna

meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya.

Ada tiga asas utama logoterapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu:

1. Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan

kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan

didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan

hidup.

2. Setiap manusia memiliki kebebasan – yang hampir tidak terbatas – untuk menentukan

sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas setiap peristiwa yang

terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif atupun makna yang negatif. Makna positif

ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.

3. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap peristiwa tragis

yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.  

Tujuan Logoterapi

Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:

a) Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada

setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;

Page 10: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

b) Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan

diabaikan bahkan terlupakan;

c) Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu

tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk

meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

Ajaran Logoterapi

Ketiga asas itu tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi manusia dan makna hidup

sebagai berikut:

a) Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu

mempunyai makna.

b) Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.

c) Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi

untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.

d) Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga  nilai kehidupan, yaitu nilai-

nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai

bersikap (attitudinal values).

Teknik dalam Logoterapi

Frankl sangat selektif dalam memilih metode dalam terapinya dan memiliki sedikit persamaan

dengan Carl Jung dan Assagioli, seperti meminta pasien menggambar sesuatu, membaca puisi,

dan sebagainya jika menurutnya akan membantu proses terapi. Menurut Frankl, konflik-konflik

akan nilai dapat diselesaikan jika seseorang menyertakan dimensi spiritual.

Contoh dari tuntutan Frankl pada istri pertamanya ketika mereka terpisah di Auschwitz yaitu:

"Tetaplah hidup bagaimanapun caranya. Lakukan apapun semampumu untuk bertahan."

Frankl menginginkan istrinya untuk merasa bebas, walaupun mereka terikat tali pernikahan,

untuk berusaha bertahan menggunakan kecantikannya jika ada penjaga kamp yang tertarik

padanya, maupun dengan cara apapun. Bagi Frankl, kehidupan memiliki prioritas yang lebih

Page 11: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

tinggi daripada "Thou shalt not adultery." atau "Jangan lakukan hubungan seksual ektramarital."

(hal. 61, The Pursuit of Meaning).

Frankl berpendapat bahwa pertanyaan seperti "Siapa (atau apa) yang dapat tergantikan?" dan

"Siapa (atau apa) yang unik dan berbeda dalam situasi ini?" dapat membantu memecahkan

konflik nilai.

Cara spesifik lain yang digunakan Frankl termasuk dalam improvisasi dan psychodrama.

Melukis, berimajinasi, dan analisis mimpi juga sering digunakan.

Metode-metode lain yang dikembangkan oleh Frankl adalah:

a) Socratic Dialogue

Pendapat Socrates mengenai pengajaran adalah bahwa pengajaran bukanlah memasukkan

informasi ke dalam pikiran murid, melainkan membantu murid menyadari apa yang telah

mereka ketahui selama hidup secara mendalam. Dalam Socratic dialogue, terapis

memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan sedemikian rupa sehingga klien menjadi

sadar akan impian-impian mereka yang ter-represi, harapan-harapan bawah sadar dan

hasrat terpendam. Dialog dapat menjelajahi masa lalu dan impian masa depan klien.

Metode ini dapat membangkitkan pengalaman-pengalaman penting dan pencapaian yang

terabaikan. Situasi-situasi yang tampak tak bermakna akan ditelaah kembali. Socratic

dialogue membantu klien untuk tetap berhubungan dengan tujuan-tujuan yang tidak

disadari adanya.

b) Paradoxical Intent

Frankl menerapkan paradoxical intent terutama terhadap penderita phobia dan klien-

klien yang menderita obsessive-compulsive. Metode ini dapat digunakan untuk mengubah

pola perilaku yang tidak diinginkan: ketakutan akan berbicara di depan public, muka

memerah, berkeringat, dan sebagainya. Frankl berpijak pada kapasitas manusia untuk

humor dan self-detachment. Klien akan diminta untuk melakukan sesuatu yang mereka

takuti, bahkan hanya untuk waktu yang sesaat. Hal ini dapat mematahkan siklus

anticipatory anxiety yang dapat meningkatkan perasaan tidak nyaman dan ketakutan.

Humor digunakan dengan berlebihan dan mengolok-olok ketakutan.

Page 12: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

Contoh: “Ayo, tunjukkan seberapa banyak kata yang bisa kamu katakan dengan tergagap-

gagap!”

Paradoks ini dilakukan untuk menunjukkan pada klien bahwa mereka memiliki kontrol

yang penuh akan gejala dan gangguan yang mereka alami. Franl juga mengajarkan teori

paradoxical intent pada klien dan meminta mereka untuk mempelajari formulasinya.

Contoh: “Akan kutunjukkan pada bos-ku seberapa lama aku bisa berbicara gagap!”

Dengan latihan sebelum situasi sesungguhnya terjadi, ketakutan akan hilang, dan

membantu klien merasakan sense of power and control.

Frankl sangat menyukai humor dan mengutip ucapan Gordon Allport: “Seorang neurotik

yang belajar untuk menertawakan diri sendiri mungkin berada dalam proses self-

management, malah mungkin penyembuhan.” (hal. 139, The Pursuit of Meaning)

Frankl juga mengingatkan bahwa paradoxical intent harus dilakukan dengan hati-hati

karena dalam konteks negatif, paradoxical intent dapat membantu seseorang yang

terobsesi (secara tidak realistis) dengan pikiran untuk membunuh dirinya sendiri dengan

mengatakan pada dirinya: “Aku akan pulang ke rumah dan menembak diriku sendiri.”

Metode ini akan sangat berbahaya bagi orang-orang yang mengalami depresi dengan

kecenderungan untuk bunuh diri untuk mengikuti formulasi ini.

c) De-reflection

Metode ketiga dari Frankl adalah de-reflection yang digunakan ketika masalah yang

dihadapi terfokus secara mendalam kepada suatu hal, biasanya berkaitan dengan fungsi

tubuh. Frankl paling sering menggunakan metode ini dalam terapi seksual. Frankl

menunjuk bahwa banyak dari disfungsi seksual yang disebabkan oleh anticipatory

anxiety, perhatian yang berlebih pada detail dari pengalaman seksual, seringkali juga

disebabkan oleh kecemasan berlebih terhadap performa seksual. Frankl berusaha untuk

mengubah fokus itu. Klien dijauhkan dari observasi diri (self-observation) yang

Page 13: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

berlebihan. Teknik yang biasa dilakukan adalah dengan membuat klien berfokus pada

partner-nya.

Perbedaan mendasar yang paling menarik antara paradoxical intent dan de-reflection

adalah metode de-reflection berusaha untuk mengurangi kecenderungan seseorang untuk

memperhatikan dirinya sendiri dengan menghilangkan self-observation, sedangkan

paradoxical intent tidak hanya menggunakan kemampuan seseorang untuk

mengobservasi diri sendiri, namun juga menertawakan kelainan atau perilaku unik

mereka.

Langkah-langkah dalam Logoterapi

1. Langkah pertama dalam logoterapi adalah dengan membantu klien memisahkan diri dari

gejala dan konflik yang dialami, membuat klien sadar bahwa mereka bukanlah suatu

kesatuan dengan inferioritas, depresi, atau konflik lain yang mereka alami. Hubungan

antara terapis dan klien haruslah sangat dekat, seperti istilah "I-Thou" (Aku-Kamu) yang

digunakan Martin Buber. Empati dan kepedulian terhadap klien merupakan elemen yang

penting, dan dalam konteks suportif tersebut, terapis menunjukkan bahwa klien memiliki

pilihan, walaupun hanya pilihan untuk menentukan sikap. Setelah terapis dan klien

memasuki dimensi spiritual, kekuatan spiritual klien akan muncul, dan klien dapat secara

perlahan keluar dari posisi yang tak tertolong. Klien didorong untuk menentukan pilihan,

mengambil langkah walaupun hanya langkah kecil, menerima tanggung jawab dan

komitmen, dan membuat perubahan.

2. Langkah kedua adalah modification of attitudes atau modifikasi sikap. Setelah klien

menjauh dari gejala-gejala hang dialami, modifikasi sikap akan lebih mudah dilakukan.

Frankl menekankan untuk tetap berada di antara sudut pandang klien, dan tidak

memaksakan suatu sikap terhadap klien. Terapis haruslah waspada terhadap petunjuk-

petunjuk yang tidak terlalu terlihat mengenai keinginan-keinginan bawah sadar dan arah

yang diinginkan klien, perubahan yang diinginkan klien dengan menggunakan teknik-

teknik logoterapi.

3. Langkah ketiga adalah mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala yang dialami klien.

Klien yang telah memiliki sikap yang baru akan melihat apa yang tadinya tampak tidak

Page 14: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

dapat dihadapi menjadi dapat diatur sedemikian rupa. Klien cenderung mendapat respon

positif dari perubahan sikap, yang dapat membantu memperkuat perubahan.

4. Langkah keempat adalah mempertimbangkan untuk meningkatkan kesehatan di masa

yang akan datang. Terapis dan klien mendiskusikan mengenai nilai-nilai potensial yang

ada dalam hidup klien dan situasi-situasi tertentu. Pandangan dunia akan semakin meluas

dan diperkaya. Klien akan memahami hierarki dari nilai-nilai yang ada sehingga dapat

menghindari konflik-konflik dan frustasi akan nilai di masa yang akan datang. Klien akan

belajar untuk menerima tanggung jawabnya. Klien yang merasakan kekuatan, kendali,

dan tanggung jawab atas hidupnya, dan yang terus mencari makna dalam dunianya akan

dapat beradaptasi secara efektif dengan dunia.

Pandangan Logoterapi terhadap Manusia

a) Menurut Frankl, manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan

spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.

b) Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi dengan

dimensi ragawai dan kejiwaan. Perlu dipahami bahwa sebutan “spirituality” dalam

logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimens ini dimiliki manusia

tanpa memandang ras, ideology, agama dan keyakinannya. Oleh karena itulah Frankl

menggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak

disalahpahami sebagai konsep agama.

c) Dengan adanya dimensi noetic ini manusiamampu melakukan self-detachment, yakni

dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai

dirinya sendiri.

d) Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksi

dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah

lingkungan fisik di sekitarnya.

Page 15: Viktor Frankl - Logotherapy (Indonesian)

Logoterapi sebagai Teori Kepribadian

Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat

digambarkan sebagai berikut:

Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi,

kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan

seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang

berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran 

(reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang

tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta

merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup

yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan

neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis

(conformism).