vitamin c

22
Nilai = 85 (nilai sudah saya catat, dan nilai akan saya tulis di “halaman penilaian” laporan akhir yang sudah dijilid lem) Laporan ini tinggal di print aja (di print mulai dari halaman yang ada tanda ACC dari coass) Disatukan dengan laporan acara lain, untuk kemudian di jilid lem, di kumpulkan saat responsi.

Upload: monika-gitarani-andriyana

Post on 07-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

laporan praktikum evaluasi gizi dalam pengolahan pangan yaitu evaluasi kadar vitamin c berbahan dasar buah tomatmenghitung bagaimana kadar vitamin c pada berbagai perlakuan

TRANSCRIPT

Nilai = 85(nilai sudah saya catat, dan nilai akan saya tulis di halaman penilaian laporan akhir yang sudah dijilid lem)

Laporan ini tinggal di print aja (di print mulai dari halaman yang ada tanda ACC dari coass)Disatukan dengan laporan acara lain, untuk kemudian di jilid lem, di kumpulkan saat responsi.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUMEVALUASI GIZI DALAM PENGOLAHAN PANGANEVALUASI KADAR VITAMIN C SARI BUAH

Disusun Oleh:Kelompok 8:1. Maya Puspita F.H09110372. Natalia Chris D.H09110443. Nurma Retha D.H09110474. Nurmalita FatmalaH09110485. Rizki NovitasariH09110546. Rizky Nirmala K. H09110557. Roch Galih S.H09110568. Thira AzizaH09110629. Tri Nur HayatiH0911063

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2014

ACC29-4-2014ACARA IEVALUASI KADAR VITAMIN C SARI BUAH

A. Latar BelakangVitamin C menarik perhatian dari komunitas riset dan konsumen sebagai nutrisi dengan aktivitas biologis yang luas dan pentingnya untuk kesehatan manusia. Vitamin C adalah antioksidan dan, dalam air, itu mudah mengoksidasi pertama yang asam dehidroaskorbat, lalu ke diketogulonic, oksalat, dan asam threonic. Reaksi pertama adalah reversibe, namun tidak untuk reaksi selanjutnya. Oleh karena itu, pada bahan pagan dapat menurunkan kadarnya selama proses pengolahannya makanan dan penyimpanan. Asam askorbat diakui menjadi salah satu nutrisi paling sensitif terhadap panas dalam makanan. Vitamin C atau asam askorbat adalah salah satu vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai buah dan sayur. Vitamin C adalah berwarna bening kristal membentuk senyawa organik, dan dapat dipadukan dari glukosa atau mengekstrak dari sumber alami tertentu, seperti sari jeruk. Buah dan sayur, seperti jeruk, sayuran hijau, tomat, kentang, dan buah beri adalah sumber utama dari vitamin C untuk manusia.Pada praktikum acara I Evaluasi Kadar Vitamin C Sari Buah, dilakukan uji iodometri pada berbagai sampel sari buah yang dinilai mengandung vitamin C yang tinggi untuk mengetahui dan mengevaluasi kadarnya pada beberapa sampel tersebut dan mengetahui pengaruh pemanasan terhadap kadar vitamin C pada sari buah pada berbagai sampel yang diuji. Aplikasi dalam industri makanan adalah mengetahui pengaruh proses pengolahan dengan pemanasan terhadap kadar vitamin yang terdapat pada buah atau sayuran sehingga dapat memprediksi berapa suhu yang digunakan saat proses pemanasan.B. Tujuan PraktikumTujuan praktikum Acara I Evaluasi Kadar Vitamin C sari Buah adalah :1. Untuk mengevaluasi kadar vitamin C sari buah dengan metode titrasi iodometri.2. Untuk mengetahui pengaruh pemanasan terhadap kadar vitamin C sari buah.C. Tinjauan PustakaVitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolism dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Kebanyakan vitamin-vitamin ini tidak dapat disintesis tubuh. Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau, buah-buahan (perlu diketahui, bahwa rasa asam pada buah tidak selalu sejalan dengan kadar vitamin C dalam buah tersebut, karena rasa asam disebabkan oleh asam-asam lain yang terdapat dalam buah bersama dengan vitamin C). Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti : a) pemanasan, yang menyebabkan rusak/ berbahayanya struktur. b) pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu. c) adanya alkali atau suasana asam selama proses pengolahan. d) membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C. Pemanasan sayuran hendaknya dilakukan sebentar saja dengan mendidihkan air terlebih dahulu (Poedjiadi, 2006). Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling sederhana berupa zat organik yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah kecil, untuk memelihara fungsi metabolisme. Vitamin C tidak dapat disintesis di dalam tubuh manusia, sehingga diperlukan vitamin C dari luar tubuh (Masfuftun, 2012).Vitamin C atau asam askorbat adalah salah satu vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai buah dan sayur. Vitamin C adalah berwarna putih, kristal membentuk senyawa organik, dan dapat dipadukan dari glukosa atau mengekstrak dari sumber alami tertentu, seperti sari jeruk. Buah dan sayur, seperti jeruk, sayuran hijau, tomat, kentang, dan buah beri adalah sumber utama dari vitamin C untuk manusia. Satu-satunya sumber dari protein hewani adalah susu dan hati (Rahmawati dan Bundjali, 2009).Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksinya yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam, terutam Cu dan Ag. Sumber Vitamin C di dalam bahan makanan terutama buah-buahan segar dan dengan kadar yang lebih rendah juga di dalam sayuran segar. Di dalam buah, vitamin C terdapat dengan konsentrasi tinggi di bagian kulit buah, agak lebih rendah terdapat di dalam daging buah dan lebih rendah lagi di dalam bijinya. Struktur kimia vitamin C terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat (Septiani, 2010).Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen interseluler. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang,dentin, dan vasculair endothelium. Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin. Vitamin C juga memiliki peran dalam berbagai fungsi yang melibatkan respirasi sel dan kerja enzim yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti, peran-peran itu adalah oksidasi fenilanin menjadi tirosin, reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran pencernan sehingga besi lebih mudah terserap, melepaskan besi dari transferin dalam plasma agar dapat bergabung ke dalam feritin jaringan, serta pengubah asam folat menjadi bentuk yang aktif asam folinat.diperkirakan vitamin C juga berperan dalam pembentukan hormon steroid dan kolesterol (Winarno, 2004). Vitamin C pada buah tomat berperan dalam memelihara kesehatan gigi dan gusi, mempercepat sembuhnya luka-luka, menghindarkan penyakit yang dikenal dengan nama Scurvy (skorbut), serta melawan kecondongan kepada pendarahan pembuluh darah yang halus (Budiyati dan Haryani, 2004).Buah jambu (Psidium guajava L) termasuk dalam family Myrlaceae, kelas Dycotyledoneae. Tanaman ini sering disebut sebagai jambu batu atau jambu klutuk. Buah jambu biji ini biasannya dimakan dalam keadaan segar. Selain itu dapat diolah menjadi sari buah dan digunakan dalam pembuatan kue. Daging buah jambu biji yang telah dipisahkan dari bijinya dapat dibuat selai, sari buah, jelli atau nectar. Buah segar maupun olahan jambu biji mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol (Pujimulyani, 2009). Buah mengandung berbagai zat gizi, khususnya vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Komposisi jenis gizi dalam setiap jenis buah berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan waktu panen, kondisi selama pemeraman dan kondisi penyimpanan (Clydesdale dalam Rahayu dkk, 2010).Fitter dan Hay dalam Fatchurrozak (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan metabolisme tanaman dipengaruhi oleh perubahan temperatur lingkungan, temperatur lingkungan tergantung pada ketinggian di atas permukaan tanah. Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan terlihat pada penampilan morfologi tanaman dan fisiologi tanaman. Tanaman yang biasa hidup di daerah elevasi tinggi adalah jenis yang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi iklim yang temperaturnya rendah, kelembaban tinggi dan intensitas matahari kurang. Faktor-faktor ini berpengaruh terhadap fotosintesis dan kegiatan fisiologi lainnya. D. Tempat dan WaktuPraktikum Acara I Evaluasi Kadar Vitamin C sari Buah dilaksanakan di Laboraturium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada hari Rabu tanggal 26 Maret 2014.E. Alat dan Bahan1. Alat a. Labu takar 100 ml (Pyrex)b. Gelas beker 50 ml (Herma)c. Mortar besar d. Buret 25 ml (Witeg)e. Pipet volum 10 ml (Pyrex)f. Kertas saring Whatman 41g. Corong penyaringh. Neraca analitiki. Erlenmeyer (Pyrex)j. Kompork. Panci2. Bahan a. Nanas 50 gramb. Tomat 50 gramc. Jambu biji 50 gramd. Cabe merah segar 50 grame. Cabe rawit 50 gramf. Aquadesg. Amilum 1%h. Iodin 0,01 N

F. Prosedur Kerja

Ditimbang sampel sebanyak 50 gram

Sampel dihancurkan dengan mortar sampai halusUntuk perlakuan perebusan dan pengukusan dilakukan selama 5 menit dengan air sebanyak 2 gelasDiberi perlakuan sesuai dengan ketentuan (tidak riberi perlakuan/segar, direbus, dikukus)

Dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan ditambah aquades hingga tanda tera Dikocok sampai rata dan disaring dengan kertas saring Whatman 41 kemudian diambil sebanyak 25 mlDitambah 1 ml indikator amilum 1% dan ditrasi dengan Iodin0,01 Nhingga muncul warna biru

Ditentukan kadar vitamin C nya

G. PembahasanTabel 1.1 Kadar Vitamin C pada Sari BuahNo.SampelKadar Vitamin C (%)

1.Tomat segar0,039424

2.Tomat rebus0,02464

3.Nanas segar0,04576

4.Nanas rebus0,02112

5.Jambu biji segar1,288

6.Jambu biji rebus0,13847

7.Nanas rebus0,01385

8.Nanas kukus0,01466

9.Cabe merah segar0,08959

10.Cabe rawit segar0,06923

Sumber : Laporan SementaraMenurut Masfuftun (2012) vitamin C atau yang disebut asam askorbat, adalah vitamin dengan jumlah yang paling kecil yang di dibutuhkan oleh manusia yang digunakan untuk memelihara fungsi metabolisme. Namun keberdaaanya di dalam tubuh tidak dapat disintesis sendiri, sehingga diperlukan asupan vitamin C dari luar tubuh manusi. Sumber vitamin C dapat diperoleh dari berbagai macam buah dan sayur, namun rasa asam di dalam buah tidak selalu mengiringi adanya kandungan vitamin C di dalam buah.Vitamin C sangat mudah larut dalam air (1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 gram larut dalam 50 ml alkohol absolute atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzene, eter, chloroform, minyak dan sejenisnya. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksinya yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam, terutam Cu dan Ag. Sumber Vitamin C di dalam bahan makanan terutama buah-buahan segar dan dengan kadar yang lebih rendah juga di dalam sayuran segar. Di dalam buah, vitamin C terdapat dengan konsentrasi tinggi di bagian kulit buah, agak lebih rendah terdapat di dalam daging buah dan lebih rendah lagi di dalam bijinya. Struktur kimia vitamin C terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat. Berikut ini gambar rumus bangun vitamin C

(Septiani, 2010).Buah mengandung berbagai zat gizi, khususnya vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Komposisi jenis gizi dalam setiap jenis buah berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan waktu panen, kondisi selama pemeraman dan kondisi penyimpanan (Clydesdale dalam Rahayu dkk, 2010). Hal tersebut juga berlaku dalam kandungan vitamin C yang terdapat pada berbagai sampel yang diuji seperti buah tomat, nanas, jambu biji dan cabe rawit, perbedaan kadar vitamin C yang terkandung pada faktor-faktor diatas sehingga ketika diuji kadar vitaminnya setiap buah berbeda-beda. Selain itu Fitter dan Hay dalam Fatchurrozak (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan metabolisme tanaman dipengaruhi oleh perubahan temperatur lingkungan, temperatur lingkungan tergantung pada ketinggian di atas permukaan tanah. Pertumbuhan dan proses metabilisme ini juga akan mempengaruhi produksi vitamin C dalam buah sehingga faktor-faktor tersebut juga berpengaruh besar terhadap kadar vitamin C yang berbeda pada setiap buah- buahan.Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil, keberadaan vitamin C dalam tubuh manusia memiliki peran penting.Menurut Winarno (2004)vitamin C berperan dalam proses pembentukan kolagen interseluler,pembentukan hormon steroid dan kolesterol serta proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin. Selain itu adanya vitamin C diperlukan dalam respirasi sel dan kerja enzim yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti seperti oksidasi fenilanin menjadi tirosin, reduksi ion feri menjadi fero sehingga besi lebih mudah terserap dalam saluran pencernan, melepaskan besi daritransferin dalam plasma agar dapat bergabung ke dalam feritin jaringan, serta pengubah asam folat menjadi bentuk asam folinat yang aktif. Tidak hanya itu, menurut Budiyati dan Haryani (2004) vitamin C juga memiliki peran dalam memelihara kesehatan gigi dan gusi, mempercepat sembuhnya luka-luka, serta menghambat pendarahan pada pembuluh darah yang halus.Pada praktikum ini digunakan beberapa macam sari buah dalam keadaan segar dan dengan perlakuan panas (perebusan dan pengukusan) untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin C nya. Sampel yang digunakan adalah tomat segar, tomat rebus, nanas segar, nanas rebus, nanas kukus, jambu biji segar, jambu biji rebus, cabe merah segar dan cabe rawit segar yang kemudian diambil sarinya. Pengujian kadar vitamin C dilakukan dengan metode titrasi Iod, prinsip titrasi Iod pada penentuan kadar vitamin C adalah iodin akan mengadisi ikatan rangkap pada atom C nomor dua dan tiga dari vitamin C, setelah semua vitamin C dalam bahan telah teradisi iod akan berikatan dengan indicator amilum membentuk kompleks warna biru sebagai tanda pencapaian titik ekuivalen. Semakin banyak iod yang digunakan untuk titrasi menandakan bahwa jumlah vitamin C yang harus diadisi oleh iod semakin besar sebelum membentuk kompleks warna biru dengan amilum, hal tersebut berarti dalam bahan tersebut kadar vitamin C nya semakin tinggi. Berikut ini merupakan gambar mekanisme proses adisi vitamin C oleh iodin menurut Rahman (2007) dalam Yuliana (2011)

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui kandungan vitamin C buah jambu biji segar adalah 1,288%, hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian Pujimulyani (2009) menyatakan bahwa kandungan vitamin C dalam jambu segar adalah 0,043%. Kadar vitamin C pada buah nanas segar yang dihasilkan adalah 0,04576%, hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Chris (2008) dalam Dewi (2012) bahwa kadar vitamin C buah nanas adalah 0,024%. Hasil kadar vitamin C pada buah tomat segar adalah 0,039424%, hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan kadar vitamin C menurut Direktorat Gizi Depkes RI 1979 dalam Budiyati dan Haryani (2004) bahwa kadar vitamin C buah tomat adalah 0,03%. Hasil kadar vitamin C pada cabe rawit segar adalah 0,06923, hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Cahyono (2003) dalam Rachmawati (2009) yang menunjukkan kadar vitamin C buah tomat sebesar 0,07%. Sedangkan hasil kadar vitamin C pada cabe merah adalah 0,08959%, hasil tersebut tidak sesuai dengan kadar vitamin C menurut Departemen Kesehatan RI 1981 dalam Sembiring (2009) bahwa kadar vitamin C cabe merah segar adalah 0,018%. Secara umum kadar vitamin C hasil praktikum menunjukkan penyimpangan, penyimpangan tersebut dikarenakan kemungkinan kesalahan pembacaan dalam buret, selain itu kemungkinan bahan yang tidak tersaring sempurna juga dapat mengakibatkan selisih dalam pengukuran kadar vitamin C dalam buah. Berdasarkan Tabel 1.1 Kadar Vitamin C pada Sari Buah adalah untuk sampel tomat segar adalah 0,039424, pada tomat rebus adalah 0,02464, nanas segar adalah 0,04576, pada nanas rebus adalah 0,02112, pada jambu biji segar 1,288 pada jambu biji rebus adalah 0,13847, pada nanas rebus sampel lainya 0,01385, pada nanas kukus adalah 0,01466 pada cabe merah segar 0,08959 dan pada cabe rawit segar adalah 0,06923. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kadar vitamin C pada sampel tomat, nanas dan jambu biji dalam keadaan segar lebih tinggi dari pada setelah diberi perlakuan panas berupa perebusan maupun pengukusan. Selain itu, pada Tabel 1.1 Kadar Vitamin C pada Sari Buah dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C tertinggi adalah pada sampel jambu biji segar yaitu 1,288% sedangkan kadar vitamin C terendah adalah pada sampel nanas rebus yaitu 0,01385%. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Gaman (1993) vitamin C bersifat mudah teroksidasi dan oksidasinya sangat cepat pada suhu tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah vitamin C akan semakin menurun. Vitamin C mudah teroksidasi karena senyawanya mengandung gugus fungsi hidroksi (OH) yang sangat reaktif. Pada proses perebusan penurunan kadar vitamin C lebih tinggi daripada pada proses pengukusan, hal ini disebabkan pada proses perebusan bahan mengalami kontak langsung dengan air karena vitamin C bersifat sangat mudah larut dalam air maka jumlah vitamin C dalam bahan yang direbus akan pengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan teori Rahayu dan Pribadi (2012) bahan makanan yang langsung terkena air rebusan akan menurun nilai gizinya terutama vitamin-vitamin larut air (B kompleks dan C), pengukusan juga akan mengurangi zat gizi namun tidak sebesar pada proses perebusan.

H. KesimpulanKesimpulan dari acara I Evaluasi Kadar Vitamin C Sari Buah adalah1. Prinsip titrasi iod adalah iodin akan mengadisi ikatan rangkap pada atom C nomor dua dan tiga dari vitamin C, setelah semua vitamin C dalam bahan telah teradisi iod akan berikatan dengan indicator amilum membentuk kompleks warna biru sebagai tanda pencapaian titik ekuivalen.2. Kadar vitamin C pada sampel tomat segar, tomat rebus, nanas segar, nanas rebus, jambu biji segar, jambu biji rebus, nanas rebus, nanas kukus, cabe merah segar, dan cabe rawit berturut-turut adalah 0,039424%, 0,02464,%, 0,04576%, 0,02112%, 1,288%, 0,13847%, 0,01385%, 0,01466, 0,08959% dan 0,06923.3. Kadar vitamin C tertinggi adalah pada sampel jambu biji segar yaitu 1,288% sedangkan kadar vitamin C terendah adalah pada sampel nanas rebus yaitu 0,01385%.

DAFTAR PUSTAKABudiyati, C. Sri dan K. Haryani. 2004. Pengaruh Suhu terhadap Kadar Vitamin C Pada Pembuatan Tepung Tomat. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses ISSN : 1411 - 4216.Dewi, Yeni. R. 2012. Uji Efektivitas Air Perasan Buah Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr.) terhadap Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida Darah Mencit (Mus Musculus L.) Serta Sumbangannya pada Pembelajaran Biologi di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya.Fatchurrozak dkk. 2013. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Kandungan Vitamin C dan Zat Antioksidan Pada Buah Carica pubescens Di Dataran Tinggi Dieng. Jurnal Pasca Panen EL-VIVO, Vol.1, No., hal 15-22, September 2013 (ISSN : 2339-1908).Gaman, P.M dan K. B Sherrington. 1993. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikro Biologi. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.Masfufatun, dkk. 2012. Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan terhadap Vitamin C dalam Jambu Biji. Jurnal Teknologi Pangan.Poedjiaji, Anna. 2006. Dasar dasar Biokimia.Universitas Indonesia. Jakarta. Pujimulyani, Dwiyati. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-sayuran dan Buah-buahan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.Rahayu dkk. 2010. Perbandingan Kadar Vitamin dan Mineral dalam Buah Segar dan Manisan Basah Karika Dieng (Carica pubescens Lenne & K. Koch). Biosaintifika Vol. 2 No. 2, September 2010, ISSN 2085-19IX, Hal 90-100.Rachmawati, Rani dkk. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kandungan Vitamin C pada Cabai Rawit Putih (Capsicum Frustescens). Jurnal Biologi XIII (2) : 36 40.Rahmawati, Sitti dan B. Bundjali. 2009. Kinetics of The Oxidation of Vitamin C. Prosiding Seminar Kimia Bersama UKM-ITB VIII. FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Indonesia. Sembiring, Naomi. N. 2009. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Kualitas Produk Cabai Merah Segar Kemasan selama Penyimpanan Dingin. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara.Septiani, Dian. 2010. Pengaruh Perebusan Berulang Daun Bayam terhadap Kandungan Zat Besi dan Vitamin C. Skripsi. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IKIP PGRI Semarang.Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.Yuliana. 2011. Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Melon (Cucumis Melo) Secara Volumetri dengan 2,6 Diklorofenol Indofenol. Skripsi. Program Ekstensi Sarjana Farmasi.Universitas Sumatera Utara.

LAMPIRAN

Perhitungan kadar vitamin C pada sari buah nanas kukus: