vitrectomy

29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus dilapisi membran hyaloid yang normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat- serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata (Vaughan, 2010). Di awal kehidupan, vitreus melekat kuat pada kapsul lensa dan caput nervi optici, tetapi segera berkurang di kemudian hari. Fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar dapat tetap bulat. Perannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina (Ilyas, 2009). Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konstensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air (Vaughan, 2010). Kebeningan vitreus disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya 1

Upload: andre-eka-putra-prakosa

Post on 31-Dec-2015

478 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Vitrectomy

TRANSCRIPT

Page 1: vitrectomy

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk

dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa,

retina, dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus dilapisi membran hyaloid yang

normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat-

serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreus

mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana

dan retina tepat di belakang ora serrata (Vaughan, 2010).

Di awal kehidupan, vitreus melekat kuat pada kapsul lensa dan caput nervi

optici, tetapi segera berkurang di kemudian hari. Fungsi badan kaca sama dengan

fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar dapat tetap bulat. Perannya

mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina (Ilyas, 2009).

Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen,

kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konstensi mirip gel pada

vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air (Vaughan, 2010). Kebeningan

vitreus disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak

terdapatnya kekeruhan vitreus akan memudahkan melihat bagian retina pada

pemeriksaan oftalmoskopi (Ilyas, 2009).

Vitreous opacity adalah perubahan struktur vitreus dari transparan menjadi

struktur yang tidak transparan dan menyebabkan timbulnya gejala seperti gambaran

benang-benang, jaring laba-laba, objek-objek serupa piring-piring kecil atau sebuah

cincin tembus pandang yang tampak di lapangan pengelihatan seseorang (Khurana,

2007).

Perubahan struktur gel vitreus seiring bertambahnya usia menyebabkan

pencairan vitreus pada bagian sentral. Yang termasuk penyebab pencairan vitreus

antara lain degeneratif seperti usia tua, miopia, retinitis pigmentosa, post inflamasi

terutama uveitis, Trauma mekanis pada vitreus (trauma tumpul seperti perforasi), efek

panas pada vitreus yang disebabkan oleh diathermi, fotokoagulasi dan cryokoagulasi,

serta efek radiasi yang menyebabkan pencairan gel vitreus (Khurana, 2007).

1

Page 2: vitrectomy

Karena adanya pencairan sentral pada vitreus mengakibatkan terjadinya

kolapsnya jaringan kolagen sentral seta korteks vitreus lepas dari membran yang

berbatasan dengan retina. Gejala-gejala dari kolapsnya vitreous adalah adanya kilatan

sinar (fotopsia) karena tertariknya retina yang disebabkan lepasnya korteks dari

membran pembatas. Munculnya bintik-bintik hitam menandakan terjadinya opasitas

dari bagian permukaan posterior vitreus, yang nampak melayang-layang di depan

retina. Vitreus yang kolaps dapat dilihat secara klinis dengan adanya zona bersih

“clear zone” di depan retina. Bentuk perlekatan vitreus ke batas diskus optikus dapat

dilihat sebagai gambaran cincin opaque yang melayang di ruang vitreus (Crick, 2003).

Bila terdapat kekeruhan di dalam badan kaca maka akan terjadi gangguan

penglihatan. Gangguan ini dapat berupa suatu bercak hitam yang mengapung dan

bergerak (muscae volilantes) (Ilyas, 2009). Floaters adalah bayangan-bayangan

seperti benang-benang melayang-layang di lapangan penglihatan (Vaughan, 2009).

Keadaan ini dapat disebabkan oleh setiap benda yang menutupi masuknya

sinar (jalan sinar) ke dalam bola mata. Keadaan yang sekecil sekalipun dapat

memberikan keluhan seperti ini. Kadang-kadang walaupun dengan pemeriksaan

sangat telitipun tidak dapat ditemukan kelainan dalam vitreus. Bila kekeruhan lebih

tebal akan memberikan keluhan yang lebih besar. Kadang-kadang terlihat sebagai pita

yang melayang-layang yang mengganggu lapangan penglihatan. Bila kekeruhan ini

menutupi seluruh masuknya sinar ke daerah makula, maka penglihatan akan sangat

menurun (Ilyas, 2009).

Bintik-bintik dan floaters di mata adalah tidak berbahaya dan hanya

mengganggu penglihatan. Kebanyakan akan hilang dengan sendirinya dan menjadi

kurang mengganggu. Beberapa orang tertarik untuk operasi pengangkatan floaters,

tetapi dokter menyarankan agar operasi dilakukan bila penglihatan benar-benar

terhalang. Pada keadaan ini, cara yang hanya dapat dilakukan untuk membersihkan

vitreus dari bintik-bintik dan jaringan-jaringan adalah dengan mengangkat substansi

gel dari mata melalui prosedur vitrektomi (www.allaboutvision.com).

Vitrektomi adalah operasi pengangkatan vitreous pada mata sehingga retina

dapat dioperasi dan penglihatan dapat diperbaiki (www.uhb.nhs.uk).

Awalnya, vitrectomy digunakan terutama untuk membersihkan kekeruhan

pada vitreous yang diakibatkan oleh adanya darah. Namun, kemajuan teknologi

dengan sistem vitrectomy yang lebih baik dan instrumentasi canggih memungkinkan

2

Page 3: vitrectomy

prosedur ini digunakan untuk tindakan aplikatif lain yang lebih banyak. Saat ini,

operasi vitrectomy adalah operasi cukup rutin bagi ahli bedah vitreoretinal dan

biasanya dapat dilakukan dengan aman sebagai prosedur rawat jalan dengan hasil

yang sangat baik (Chirag, 2013).

3

Page 4: vitrectomy

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi Bola Mata

TRAKTUS UVEALIS

Traktus uvealis terdiri atas iris, corpus ciliare dan koroid. Bagian ini merupakan lapisan

vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Struktur ini ikut mendarahi retina

(Vaughan, 2010).

Gambar 2.1 Traktus uvealis (Khurana, 2007)

Iris

Iris adalah perpanjangan dari corpus cilliare ke anterior. Iris mengendalikan banyaknya

cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan

antara konstriksi akibat parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus cranialis III dan dilatasi

yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatis (Vaughan, 2010).

Corpus cilliare

Corpus cilliare, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,

membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Corpus cilliare

terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang

datar, pars plana (4 mm). Processus cilliares terutama berasal dari pars plicata yang terbentuk

dari kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vortikosa. Processus cilliares dan epitel

4

Page 5: vitrectomy

cilliaris pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aqueous humour . Muskulus ciliaris

tersusun dari gabungan serat-serat longitudinal, sirkular, dan radial (Vaughan, 2010).

Gambar 2.2 Penampang Bola Mata

Koroid

Koroid adalah segmen posterior uvea di antara retina dan sklera. Koroid tersusun atas 3

lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang, dan kecil (Vaughan, 2010).

VITREUS

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk 2/3

volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan discus

opticus. Permukaan luar vitreus – membran hyaloid – normalnya berkontak denga struktur-

struktur berikut :

kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici.

Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana

dan retina tepat di belakang ora serrata (Vaughan, 2010).

Vitreus mengandung (Ilyas, 2009):

1. Air (99%)

2. Serat kolagen

3. Molekul besar asam hyaluronat

5

Page 6: vitrectomy

4. Hyalosit

5. Garam anorganik

6. Gula

7. Asam askorbat

1.2 Patologi Perubahan Vitreus

Perubahan struktur gel vitreus seiring bertambahnya usia menyebabkan pencairan vitreus

bagian sentral. Yang termasuk penyebab pencairan vitreus adalah (Khurana, 2007) :

1. Degeneratif seperti usia tua, miopia, dan hal-hal yang berhubungan dengan retinitis

pigmentosa.

2. Post inflamasi terutama uveitis

3. Trauma mekanis pada vitreus (trauma tumpul seperti perforasi)

4. Efek panas pada vitreus yang menyebabkan diathermi, fotokoagulasi dan cryokoagulasi.

5. Efek radiasi yang menyebabkan pencairan.

1.3 Vitreous Opacity

Vitreous opacity adalah perubahan struktur vitreus dari transparan menjadi struktur

yang tidak transparan dan menyebabkan timbulnya gejala seperti gambaran benang-benang,

jaring laba-laba, objek-objek serupa piring-piring kecil atau sebuah cincin tembus pandang

yang tampak di lapangan pengelihatan seseorang (Khurana, 2007).

Floaters digambarkan sebagai benang-benang, jaring laba-laba, objek-objek serupa

piring-piring kecil atau sebuah cincin tembus pandang. Sebanyak 70 % populasi mengeluhkan

gejala ini. Gambaran ini muncul akibat adanya serat-serat dan permukaan kolagen vitreous

yang telah ada sebelumnya. Adanya eritrosit dan kadang-kadang sel-sel radang dalam vitreus

dapat menyebabkan pasien dapat melihat floaters yang digambarkan sebagai objek mirip

piring. Floaters seperti cincin biasanya terlihat saat memvisualisasikan daerah korteks vitreus

posterior yang sebelumnya melekat pada nervus opticus (Vaughan, 2010).

Floaters sentral yang relatif tidak bergerak akan menganggu dan bahkan dapat

menghalangi penglihatan. Floaters di bagian perifer sering tidak disadari, karena umumnya

intermiten dan memerlukan gerakan mata besar atau posisi khusus agar terlihat. Floaters

sangat sering terjadi pada pengidap miopia dan pasien sineresis (Vaughan, 2010)

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan vitreous opacity (Khurana, 2007):

1. Muscae volitantes

Ini adalah suatu keadaan fisiologi opasitas dan merupakan residu dari hyaloid

primitive pembuluh darah. Pandangan pasien seperti titik halus dan filamen, yang sering

6

Page 7: vitrectomy

hanyut kedalam dan keluar dari lapangan visual, dengan latar belakang terang (misalnya,

biru langit).

2. Persistent hyperplastic primary vitreous (PHPV)

Ini merupakan hasil dari gagalnya struktur vitreous primer untuk mengurangi

hubungan dengan hipoplasia dari bagian posterior vaskular. Secara klinis

dikarakteristikkan dengan adanya refleks putih pupil (leukokoria) yang dapat dilihat

setelah lahir. Berhubungan dengan anomali-anomali seperti katarak kongenital,

glaukoma, proses- proses yang terjadi pada siliaris yang lama dan luas, mikropthalmus

dan perdarahan vitreus. Pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi dan

computerised tomography (CT) dapat membantu dalam mendiagnosis.

3. Inflammatory vitreous opacities

Ini terdiri dari eksudat yang dialirkan ke vitreous pada pasien dengan anterior

uveitis (iridocyclitis), uveitis posterior (choroiditis), pars planitis, pan uveitis, dan

endophthalmitis.

4. Vitreous aggregates and condensation with liquefaction

Merupakan penyebab utama kekeruhan vitreus. Terjadi kondensasi jaringan

kolagen saraf sebagai akibat degenerasi vitreus karena usia tua, miopia, pasca trauma,

atau pasca inflamasi.

5. Amyloid degeneration

Merupakan kondisi yang jarang dimana terjadi penumpukan material amiloid di

vitreus pada amiloidosis. Kekeruhan lensa sejalan dengan terjadinya perlengketan

membran pada retina dan pada permukaan posterior lensa. Kondisi ini merupakan suatu

kelainan turunan autosomal dominan yang mulai terjadi pada usai 20 tahun, bersifat

progresif, dan pada akhirnya akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan.

6. Asteroid hyalosis

Ditandai dengan badan kecil, putih dan bulat tersuspensi yang mengelilingi gel

vitreus, yang merupakan akumulasi kalsium yang mengandung kalsium lipid. Asteroid

hyalosis biasanya unilateral dan asimptomatik pada pasien tua dengan vitreus sehat.

Tetapi, ini dipengaruhi secara genetik pada pasien diabetes dan hiperkolesterolemia.

Tidak diketahui secara genesis dan tidak ada pengobatan yang efektif.

7. Synchysis scintillans

Merupakan suatu kondisi dimana vitreus diisi oleh badan angular putih dan

kristallin yang dibentuk dari kolesterol. Hal ini mengakibatkan kerusakan pada mata

dimana didapat dari trauma, perdarahan vitreus atau riwayat penyakit inflamasi. Dalam

kondisi ini vitreous menjadi cair dan Kristal-kristal tenggelam ke bawah, tapi dengan

setiap gerakan kristal-kristal akan naik lagi dan bila dalam keadaan tidak bergerak akan

7

Page 8: vitrectomy

kembali turun ke bawah. Fenomena ini muncul sebagai pancuran yang indah berupa

hujan emas pada pemeriksaan ophthalmoscopik. Dari hasil pemeriksaan ophtalmoskopi

didapati phenomena seperti hujan emas. Karena kondisi terjadi di mata rusak, dapat

terjadi pada usia berapa pun. Kondisi ini umumnya tanpa gejala, tetapi tidak dapat

diobati.

8. Red cell opacities

Disebabkan perdarahan kecil atau masif pada vitreus.

9. Tumour cells opacities

Terlihat seperti gambaran opak yang mengapung pada beberapa pasien dengan

retinoblastoma dan sarkoma sel retikulum.

1.4 Definisi Vitrektomi

Vitrektomi adalah operasi pengangkatan vitreous pada mata sehingga retina dapat

dioperasi dan penglihatan dapat diperbaiki. (www.uhb.nhs.uk)

Gambar 2.3 Vitrectomy

1.5 Indikasi Vitrektomi

Vitrectomi dikerjakan antara lain pada (Jakarta Eye Center, 2009):

1) Ablasio retina (retinal detachment). Ablasio retina umumnya disebabkan oleh robekan pada

retina akibat: faktor bawaan, benturan, dan lain lain. Ablasio retina dapat menyebabkan kebutaan

apabila retina tidak dilekatkan kembali dalam waktu relatif singkat.

8

Page 9: vitrectomy

Gambar 2.4 Ablatio Retina

2) Mengkerutnya makula (macular pucker). Makula adalah bagian retina yang digunakan untuk

membaca dan penglihatan halus. Pada penderita macular pucker, tumbuh jaringan ikat pada

permukaan makula yang menyebabkan pengkerutan makula. Akibatnya penglihatan mengalami 

distorsi sehingga garis lurus akan tampak  berkelok-kelok.

3)  Retinopati diabetik (diabetic retinopathy) adalah penyakit retina akibat diabetes mellitus atau

kencing manis. Pada fase awal,  retinopati diabetik dapat diatasi dengan laser saja. Pada kasus

lanjut, kadang-kadang perlu dilakukan operasi vitrektomi untuk membersihkan vitreus yang keruh

akibat perdarahan, dan untuk memotong jaringan ikat pada permukaan retina.

Gambar 2.5 Retinopati Diabetik

4)  Infeksi bola mata (endophthalmitis). Infeksi bakteri yang masuk kedalam rongga bola mata

sangat berbahaya bagi penglihatan dan memerlukan penanganan cepat. Pada kasus yang berat

mungkin diperlukan operasi vitrektomi untuk mengeluarkan vitreus yang terinfeksi dan untuk

menyuntikkan antibiotika kedalam bola mata.

9

Page 10: vitrectomy

Gambar 2.6 Endophtalmitis

5) Trauma mata (benturan atau luka pada bola mata). Pada kasus trauma mata dimana terjadi

perdarahan vitreus atau ablasio retina  mungkin diperlukan operasi vitrektomi untuk

membersihkan darah dan melekatkan kembali retina. Bila ada benda asing yang masuk kedalam

rongga bola mata, umumnya disepakati bahwa perlu dikeluarkan dengan operasi vitrectomy.

6) Kekeruhan vitreus. Vitreus dapat menjadi keruh karena berbagai sebab, antara lain akibat

perdarahan, radang dan sebagainya. Tujuan membersihkan vitreus dengan operasi vitrektomi

(lihat dibawah) selain untuk memungkinkan cahaya mencapai retina, juga untuk memungkinkan

tindakan pada retina, misalnya laser atau tindakan lainya. Tindakan-tindakan tersebut tidak

mungkin dilakukan apabila retina tidak dapat dilihat karena media yang keruh.

Gambar 2.7 Perdarahan Vitreus

10

Page 11: vitrectomy

7) Lobang makula (macular hole). Terjadinya lobang ini biasanya berhubungan dengan

terjadinya macular pucker, dimana gaya sentripetal menyebabkan terjadinya lubang di fovea.

Makin dini dilakukan operasi makin besar kemungkinan rehabilitasi penglihatan.

8)  Dislokasi lensa intraokuler atau katarak. Lensa intraokuler (IOL) yang ditanam pada operasi

katarak kadang-kadang dapat bergeser dan jatuh kebelakang. Operasi vitrektomi dilakukan untuk

mengeluarkan lensa yang jatuh. Apabila mungkin, lensa intraokuler dapat dipasang kembali;

apabila tidak mungkin, penanaman lensa dikerjakan pada operasi lain dikemudian hari. Pada

katarak yang terlalu tua atau mengalami trauma, lensanya dapat  jatuh ke rongga vitreous juga.

Gambar 2.8 Dislokasi Lensa Okuler

9) Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO) atau sumbatan cabang vena sentralis retina. Kelainan

ini dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan akibat perdarahan dan oedem

(pembengkakkan) makula.  Secara konvensional, penanganan kasus BRVO dilakukan dengan

terapi fotokoagulasi laser. Terapi fotokoagulasi laser bertujuan untuk mengurangi kemungkinan

komplikasi BRVO, seperti perdarahan vitreous, tetapi tidak memperbaiki tajam penglihatan atau

lapangan pandang penderita. Terapi baru adalah dengan melakukan operasi dekompresi vena yang

tersumbat, melalui operasi vitrectomy. Tidak semua kasus BRVO cocok untuk operasi ini.

Umumnya operasi ini dikenal sebagai operasi dekompresi vena retina. Operasi ini masih cukup

baru, dan di Jakarta Eye Center sampai  dengan bulan Januari 2001 telah dilakukan 5 operasi

dekompresi vena retina dengan hasil yang baik. Operasi ini membawakan harapan yang lebih baik

bagi perbaikan tajam penglihatan dan lapangan pandang bagi penderita BRVO dibanding dengan

terapi konvensional. Tentunya pasien tetap dihadapkan dengan kemungkinan komplikasi operasi

vitrectomy pada umumnya.

11

Page 12: vitrectomy

10) Perdarahan dibawah makula retina. Pada penderita dengan tekanan darah tinggi atau usia

lanjut, dapat terjadi perdarahan dibawah retina. Apabila perdarahan ini terjadi dibawah makula,

akan terjadi penurunan tajam penglihatan yang mendadak. Secara konvensional, tidak dilakukan

tindakan untuk kasus-kasus seperti ini. Sekarang ada suatu operasi baru yang pada kasus-kasus

tertentu dapat membantu penderita seperti ini. Tindakan ini berupa penyuntikan gelembung gas

bersamaan dengan enzim tissue plasminogen activator. Enzim tersebut memecahkan gumpalan

darah, sedangkan gelembung gas akan menekan gumpalan darah tersebut keluar dari daerah

makula.

1.6 Kontraindikasi Vitrektomi

Vitrektomi memiliki kontraindikasi pada kasus suspek atau aktif retinoblastoma atau

pada beberapa kasus choroidal melanoma aktif karena insisi dari mata dapat berhubungan dengan

penyebaran sistemik (Chirag, 2013).

Pada kasus tertentu seperti pengambilan membran epiretinal atau terapi pada macular

hole, penggunaan obat untuk pengenceran darah sistemik (seperti warfarin, atau aspirin) adalah

kontraindikasi relatif. Untuk mengurangi kemungkinan perdarahan intra atau postoperatif pasien

sebaiknya konsultasi dengan dokter dan menghentikan penggunaan obat tersebut (Chirag, 2013).

1.7 Tipe Vitrektomi

Ada 3 tipe Vitrektomi (Khurana, 2007) :

1. Anterior vitrectomy. Ditujukan untuk pengangkatan bagian anterior dari vitreus.

2. Core vitrectomy. Ditujukan untuk pengangkatan bagian central dari vitreus. Biasanya pada

endoftalmitis.

3. Subtotal and total vitrectomy. Pengangkatan seluruh vitreus.

1.8 Persiapan dan teknik Vitrektomi

Anastesi

Anastesi lokal dengan sedasi intravena (IV) diperlukan pada sebagian besar kasus. Untuk

memblok retrobulbar, cairan yang digunakan terdiri dari campuran lidocain 2% dan bupivacain

0,75% yang sama banyak, dapat ditambahkan hyaluronidase untuk membantu penyebaran

jaringan (Chirag, 2013).

Sebelum memblok retrobulbar , propofol IV 5-6 ml dapat diberikan oleh anastesiologist

untuk sedasi jangka pendek . Setelah retrobulbar blok , tekanan dan kepadatan dari mata haru

dimonitor. Kekakuan dari bola mata adalah tanda perdarahan retrobulbar (Chirag, 2013).

Pada beberapa kasus , anastesi umum mungkin diperlukan. Ini dipertimbangkan pada

pasien pediatric dan pasien dengan kecemasan berlebihan . Anastesi umum juga dipertimbangkan

12

Page 13: vitrectomy

ketika waktu operasi lebih lama dari yang diperkirakan atau lebih lama dari biasa atau

permintaan oleh pasien (Chirag, 2013).

Posisi

Pasien dibawa ke ruang operasi pada tempat tidur untuk operasi mata yang mempunyai

bantalan dan pergelangan tangan untuk diistirahatkan. Tempat tidur tersebut diposisikan

disamping mikroskop yang sedang digunakan dengan posisi terkunci. Tempat tidur yang

digunakan rata dan posisi pasien juga rata sehingga kepala dapat terbaring nyaman pada bantalan

kepala (Chirag, 2013).

Pergelangan tangan diposisikan sedemikian rupa sehingga pergelangan tangan setinggi

zygoma pasien . Lengan pasien dijaga agar tidak menggantung dari tempat tidur, dapat pula

digunakan sprei untuk melilit batang tubuh pasien untuk mencegah gerakan yang tidak disengaja

selama prosedur (Chirag, 2013).

Gambar 2.9 Posisi Vitrectomy

Teknik

Teknik untuk melakukan Vitrektomi, dibagi menjadi 2 cara (Khurana, 2007) :

1. Open-sky vitrectomy

Teknik ini dipakai untuk vitrektomi anterior. Adapun indikasi pemakaian teknik ini

adalah :

Kehilangan vitreus saat ekstraksi katarak

Aphakic keratoplasty

Rekonstruksi bilik anterior pasca trauma yang menyebabkan hilangnya vitreus

13

Page 14: vitrectomy

Pemindahan lensa yang mengalami subluksasi atau dislokasi ke anterior.

Teknik operasi open-sky vitrectomy adalah melalui luka primer untuk mengatasi

vitreous yang terganggu selama operasi katarak atau aphakic keratoplasty. Untuk

melakukan operasi ini digunakan mesin vitrektomi automatis. Akan tetapi, jika mesin

vitrektomi tidak tersedia, operasi ini dapat dilakukan dengan bantuan triangular cellulose

sponge dan de Wecker’s scissors (sponge vitrectomy).

2. Close vitrectomy (Pars plana vitrectomy)

Penggunaan teknik ini adalah untuk core vitrectomy, subtotal and total vitrectomy.

Adapun indikasinya adalah untuk :

Endoftalmitis dengan abses vitreus

Vitreous haemorrhage

Proliferative retinopathies seperti yang berhubungan dengan diabetes, Easle’s

disease, retinopati pada prematuritas dan retinitis proliferans.

Kasus komplikasi akibat retinal detachment seperti pada kasus yang berhubungan

dengan giant retinal tears, dialisis retinal dan traksi vitreus masiv

Pengangkatan benda asing intraokuler

Persistent primary hyperplastic vitreous

Pengangkatan nucleus atau lensa intraokuler dari vitreus

Teknik operasi pars plana vitrectomy merupakan operasi mikro yang rumit yang

dapat dilakukan dengan 2 tipe sistem :

1. Full function system vitrectomy

Teknik ini saat ini jarang dipakai. Untuk melakukannya membutuhkan

sistem multifungsi yang jadi satu, terdiri dari vitreous infusion, suction, cutter

dan illumination (VISC).

2. Divided system approach

Teknik ini adalah yang paling sering dilakukan dalam vitrektomi

modern. Dalam teknik ini dilakukan 3 insisi yang terpisah pada regio pars

plana. Karena itulah prosedur ini juga disebut three-port pars plana vitrectomy.

Fungsi memotong dan aspirasi termasuk dalam satu pemeriksaan. Illumination

terdapat pada pemeriksaan fiberoptic yang terpisah dan infusion terdapat pada

sebuah kanula yang dimasukkan melewati insisi pars plana yang ketiga.

14

Page 15: vitrectomy

Gambar 2.10 three-port pars plana vitrectomy menggunakan divided system

approach (Khurana, 2007).

Keuntungan dari teknik diantaranya adalah karena alatnya yang kecil,

mudah diatur, lebih baik visualisasinya, menggunakan teknik bimanual dan

infusion adekuat dari kanula yang terpisah.

1.9 Substitusi vitreus

Substitusi vitreus atau disebut juga tamponading agent. Substitusi vitreus pasca

viktrektomi bertujuan untuk (Khurana, 2007) :

Mengembalikan tekanan intraokuler

Sebagai tamponade intraokuler

Substitusi vitreus yang ideal seharusnya :

Mempunyai tekanan permukan yang tinggi

Secara optik jernih

Tidak bereaksi secara biologis

Jika tidak ada substitusi yang ideal, kita dapat menggunakan :

1. Udara biasanya digunakan untuk tamponade internal pada kasus yang tidak

memiliki komplikasi. Substitusi ini diserap dalam 3 hari.

2. Larutan fisiologis seperti ringer laktat atau NaCl dapat digunakan setelah

vitrektomi untuk kasus endoftalmitis atau perdarahan vitreus yang tidak memiliki

komplikasi.

15

Page 16: vitrectomy

3. Expanding gases lebih dipilih daripada udara pada kasus kompleks yang

membutuhkan tamponade intraocular lebih lama. Gas-gas ini dipakai sebagai 40%

campuran dengan udara, contohnya adalah :

Sulfur hexafluoride (SF6). Volume-nya dua kali lipat dan bertahan untuk 10

hari.

Perfluoropropane. Volume-nya empat kali lipat dan bertahan untuk 28 hari.

Gas berguna untuk membantu perlekatan retina yang lepas. Mengatur posisi kepala

pasien setelah operasi sangat penting ketika kita menggunakan gas. Penglihatan

pasien menjadi buruk sampai 50% gas mulai terabsorbsi. Penglihatannya menjadi

ganda dan silau. 

Komplikasi gas intraokuler : berkembang menjadi katarak dan glaukoma.

Tidak aman untuk melakukan penerbangan saat gas masih ada di mata

(www.myeyeworld.com).

Mata memproduksi cairan jernih yang disebut aqueous humour, yang mana

ketika gas substitusi sudah terserap, cairan ini akan secara bertahap mengisi ruang

vitreus (Turner, 2012).

4. Perflurocarbon liquids (PFCL) merupakan cairan berat yang terutama digunakan

untuk :

Pengangkatan nucleus atau lensa dari cavitas vitreus.

Untuk membuka lipatan pada giant retinal tear.

Untuk menstabilkan bagian posterior retina selama mengelupas membran

epiretinal.

5. Minyak silikon digunakan untuk tamponade intraokuler yang membutuhkan waktu

lebih lama setelah operasi karena retinal detachment.

keuntungan(www.myeyeworld.com): 

a. lebih tahan lama dan berguna untuk retinal detachment  yang memiliki

komplikasi

b. tidak seperti gas, pasien dapat melihat jelas melalui minyak silikon yang jernih

c. mengatur posisi menjadi tidak terlalu penting, sehingga biasanya digunakan untuk

pasien yang tidak bisa diposisikan setelah operasi, misalnya anak-anak

kekurangan :

a. silicon tetap berada didalam mata, sehingga memerlukan operasi kedua

b. dapat menyebabkan glaukoma dan katarak, serta dapat menyebabkan kerusakan

pada kornea jika terjadi kontak.

16

Page 17: vitrectomy

1.10 Komplikasi Vitrektomi

Seiring dengan komplikasi yang biasa setelah operasi, seperti infeksi, vitrectomi

dapat mengakibatkan ablasi retina. Komplikasi lebih umum adalah tekanan intraokular tinggi,

pendarahan di mata, dan katarak, yang merupakan komplikasi yang paling sering akibat

operasi vitrectomy. Banyak pasien yang akan berkembang menjadi katarak dalam beberapa

tahun pertama setelah operasi (Benson, 1988).

1.11 Pemulihan setelah Vitrectomi

Pasien menggunakan obat tetes mata selama beberapa minggu atau lebih untuk

menyembuhkan permukaan mata. Dalam beberapa kasus angkat berat dihindari selama

beberapa minggu. Sebuah gelembung gas dapat ditempatkan di dalam mata untuk menjaga

retina di tempat. Jika gelembung gas yang digunakan, kadang-kadang posisi kepala tertentu

harus dipertahankan, seperti telungkup atau tidur di sisi kanan atau kiri. Hal ini sangat penting

untuk mengikuti petunjuk khusus dokter. Gelembung gas akan larut dari waktu ke waktu, tapi

ini memakan waktu beberapa minggu. Terbang harus dihindari saat gelembung gas masih

ada. Masalah-masalah seperti pengembalian kondisi asli, perdarahan, atau infeksi dari operasi

mungkin memerlukan pengobatan tambahan atau dapat mengakibatkan kebutaan. Dalam hal

ini pasien akan perlu untuk tetap menghadap ke bawah setelah operasi, sistem pendukung

vitrectomy bisa disewa untuk membantu bantuan selama waktu pemulihan. Peralatan ini

khusus dapat digunakan untuk sesedikit lima hari untuk selama tiga minggu (MacHemer,

1995).

17

Page 18: vitrectomy

Gambar 2.11 Posisi pasien setelah Vitrectomy

1.12 Visus setelah Vitrectomi

Kembalinya penglihatan setelah vitrectomy tergantung pada kondisi yang mendasari

yang mendorong kebutuhan untuk operasi. Jika mata sehat tapi penuh dengan darah, maka

vitrectomy dapat mengakibatkan pengembalian 20/20 penglihatan. Dengan masalah yang

lebih serius, seperti retina yang terlepas beberapa kali, pandangan akhir mungkin hanya cukup

untuk aman berjalan (visi rawat jalan) atau kurang (MacHemer, 1995).

BAB 3

KESIMPULAN

1. Vitrektomi adalah pengangkatan vitreus secara bedah untuk menyingkirkan perdarahan

vitreus sehingga memungkinan dilakukannya terapi ablatio retinae atau penyakit vascular

retina atau untuk mengatasi infeksi atau peradangan intraocular.

2. Vitrectomi dikerjakan antara lain pada kasus Ablasio retina (retinal detachment),

mengkerutnya makula (macular pucker), Retinopati diabetik (diabetic

retinopathy), infeksi bola mata (endophthalmitis), trauma mata (benturan atau luka pada

bola mata), kekeruhan vitreus, lobang makula (macular hole), dislokasi lensa intraokuler

atau katarak, Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO) atau sumbatan cabang vena

sentralis retina, dan perdarahan dibawah makula retina. Kontraindikasi pada kasus suspek

atau aktif retinoblastoma atau pada beberapa kasus choroidal melanoma aktif.

3. Ada 3 tipe Vitrektomi yaitu: Anterior vitrectomy (ditujukan untuk pengangkatan bagian

anterior dari vitreus), Core vitrectomy (ditujukan untuk pengangkatan bagian central dari

vitreus, biasanya pada endoftalmitis), dan Subtotal and total vitrectomy (pengangkatan

seluruh vitreus).

4. Komplikasi akibat operasi, seperti infeksi, vitrectomi juga dapat mengakibatkan ablasi

retina. Komplikasi lebih umum adalah tekanan intraokular tinggi, pendarahan di mata,

18

Page 19: vitrectomy

dan katarak, yang merupakan komplikasi yang paling sering akibat operasi vitrectomy.

Banyak pasien yang akan berkembang menjadi katarak dalam beberapa tahun pertama

setelah operasi.

5. Kembalinya penglihatan setelah vitrectomy tergantung pada kondisi yang mendasari yang

mendorong kebutuhan untuk operasi. Jika mata sehat tapi penuh dengan darah, maka

vitrectomy dapat mengakibatkan pengembalian 20/20 penglihatan. Dengan masalah yang

lebih serius, seperti retina yang terlepas beberapa kali, pandangan akhir mungkin hanya

cukup untuk aman berjalan (visi rawat jalan) atau kurang.

19

Page 20: vitrectomy

DAFTAR PUSTAKA

1. Benson WE, Brown GC, Tasman W, McNamara JA (1988). "Complications of vitrectomy for non-clearing vitreous hemorrhage in diabetic patients". Ophthalmic surgery 19 (12): 862–4.

2. Chirag C. Patel, 2013. Pars Plana Vitrectomy. http://emedicine.medscape.com/article/1844160-overview#showall

3. http:/www.allaboutvision.com/conditions/spotsfloats.htm

4. http://www.myeyeworld.com/files/vitrectomy.htm

5. Ilyas, S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI. 2009.

6. Jakarta Eye Center, 2009. Operasi Vitreoretinal. http://www.oocities.org/sgtahija/operasi_vitreoretinal.html

7. Khurana A. Comprehensive Opthalmology. Edisi 4. New Age International. 2007

8. MacHemer, R (1995). "The development of pars plana vitrectomy: a personal account". Graefe's archive for clinical and experimental ophthalmology = Albrecht von Graefes Archiv fur klinische und experimentelle Ophthalmologie 233 (8): 453–68. 

9. Roth, M; Trittibach, P; Koerner, F; Sarra, G (2005). "Pars plana vitrectomy for idiopathic vitreous floaters". Klinische Monatsblätter für Augenheilkunde 222 (9): 728–32. 

10. Surgical Technology for the Surgical Technologist (2 ed.). Delmar Learning. 2004. pp. 580–581.

11. Vaughan D G, Asbury T, Riodan-Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: ECG. 2010

12. Wang, CC; Charles, S (1984). "Microsurgical instrumentation for vitrectomy: Part II". Journal of clinical engineering 9 (1): 63–71.

13. www.uhb.nhs.uk

20