vol. 1, no. 1, agustus 2020
TRANSCRIPT
Saluran Pemasaran Karet di Desa Tebing Batu, Kecamatan Sebawi,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat
S Sandi, Bambang Somantri
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada
Program Corporate Social Responsibility
Nur Asiah, Sri Haryanti, Z Zulkarnain
Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian
HP iPhone
Sri Mulyati, Umban Adi Jaya
Kemampuan ROA dan NPM dalam Memengaruhi Return Saham
Melly Fuji Astuti, Z Zulkarnain
Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Secara Online
Agus Sobandi, Bambang Somantri
Pengaruh Kedisiplinan Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja
di PT Glostar Indonesia
Anisa Maharani, Mariati Tirta Wiyata
Pengaruh Net Income, Cash Flow from Operations, dan Company Size
Terhadap Dividend Policy
Elis Natasya, Z Zulkarnain
Pengaruh Kemudahan dan Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian
Secara Online pada Platform E-Commerce Lazada Indonesia
Inggri Septianie, Mariati Tirta Wiyata
VOL. 1, NO. 1, agustus 2020
ISSN 2723-8709
i
KATA PENGANTAR EDITOR
Bismillahirrohmaanirrohiim,
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya tim editor dapat
menyelesaikan penulisan untuk Edisi Perdana Volume 1, Nomor 1, Tahun 2020 Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Institut Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI) yang diberi nama Winter Journal:
IMWI Student Research Journal. Lahirnya jurnal ini sebagai media publikasi karya riset
mahasiswa IMWI yang berkolaborasi dengan dosen pembimbing di program studi, sebagai bentuk
pelaksanaan Tridharma penelitian di lingkungan Institut Manajemen Wiyata Indonesia. Winter
Journal insya Allah akan rutin mempublikasikan karya riset mahasiswa IMWI seputar teknologi,
sains komunikasi, desain komunikasi visual, akuntansi, dan manajemen bisnis sebanyak tiga kali
dalam setahun, yaitu setiap bulan Agustus, Desember, dan April.
Ucapan terima kasih Kami sampaikan kepada para kontributor (penulis) yang telah
mengirimkan naskah untuk diterbitkan pada Edisi Perdana Winter Journal ini. Penerimaan naskah
baru akan berlangsung sepanjang tahun. Kami sangat terbuka untuk menerima naskah dari para
mahasiswa dan dosen. Diharapkan melalui media publikasi ini dapat memberi kontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, demi kemajuan bangsa dan Negara.
Sukabumi, Agustus 2020
Editor-in-Chief
Zulkarnain, S.E., M.Si.
ii
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
WINTER JOURNAL
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL
PELINDUNG : Ketua Yayasan Wiyata Indonesia
PENANGGUNG JAWAB : Rektor Institut Manajemen Wiyata Indonesia
KETUA DEWAN REDAKSI : Zulkarnain (SINTA ID: 6692379)
ANGGOTA DEWAN REDAKSI : Umban Adi Jaya (SINTA ID: 6701991)
PRODUKSI : B.J. Zaenal Abidin
PEMASARAN : Nur Asiah
ANGGOTA REVIEWER : - Bambang Somantri Wijaya (Institut Manajemen
Wiyata Indonesia) (SINTA ID: 6703398)
- Mariati Tirta Wiyata (Institut Manajemen Wiyata
Indonesia) (SINTA ID: 6730190)
- Fahrurrazi (Institut Manajemen Wiyata Indonesia)
(SINTA ID: 6733246)
iii
WINTER JOURNAL
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL
Volume 1, Nomor 1, Agustus 2020
Daftar Isi Halaman
Saluran Pemasaran Karet di Desa Tebing Batu, Kecamatan Sebawi,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat
1 - 8
S Sandi, Bambang Somantri
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada Program
Corporate Social Responsibility
9 β 21
Nur Asiah, Sri Haryanti, Z Zulkarnain
Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian
HP iPhone
22 β 30
Sri Mulyati, Umban Adi Jaya
Kemampuan ROA dan NPM dalam Memengaruhi Return Saham 31 β 40
Melly Fuji Astuti, Z Zulkarnain
Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Secara
Online
41 β 52
Agus Sobandi, Bambang Somantri
Pengaruh Kedisiplinan Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja di
PT Glostar Indonesia
53 β 62
Anisa Maharani, Mariati Tirta Wiyata
Pengaruh Net Income, Cash Flow from Operations, dan Company Size
Terhadap Dividend Policy
63 β 72
Elis Natasya, Z Zulkarnain
Pengaruh Kemudahan dan Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian Secara
Online pada Platform E-Commerce Lazada Indonesia
73 β 82
Inggri Septianie, Mariati Tirta Wiyata
ISSN 2723-8709
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
1
Saluran Pemasaran Karet di Desa Tebing Batu, Kecamatan Sebawi, Kabupaten
Sambas, Kalimantan Barat
S Sandi1, Bambang Somantri2
1,2Program Studi Manajemen, Institut Manajemen Wiyata Indonesia
Article Information Abstract
IMWI STUDENT RESEARCH
JOURNAL
This research discusses the rubber marketing channels in Tebing Batu
Village, where the Tebing Batu Village has a majority as farmers, one of
which is rubber farmers. The purposes of this research are: 1) to
analyze the rubber marketing channel, 2) to analyze farmer's share, 3)
to see the level of marketing efficiency in the rubber marketing channel
in Tebing Batu Village. The method used in this research is survey
research method with a sample of 72 rubber farmers from a population
of 257 rubber farmers. The results of the research are 1) there are two
marketing channels used, namely marketing channel I (farmers selling
directly to consumers) and marketing channel II (farmers selling rubber
to collectors and then to consumers), 2) The farmer's share is the same
for both marketing channels. , 3) the research results show that the two
existing marketing channels are efficient, seen from the level of
marketing efficiency below 33%, namely the I marketing channel with a
marketing efficiency level of 10.63% and the second marketing channel
with a marketing efficiency level of 9.18%.
Volume 1, Nomor 1
Agustus β Nopember 2020
Hlm.: 1-8
Institut Manajemen Wiyata
Indonesia,
Jl. Gudang No. 7-9,
Kota Sukabumi,
Jawa Barat.
Keywords:
rubber, marketing channels,
farmer's share and marketing
efficiency.
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai saluran pemasaran karet yang
terdapat di Desa Tebing Batu, yang mana Desa Tebing Batu
masyarakatnya bermayoritas sebagai petani, salah satunya yaitu petani
karet. Tujuan penelitian ini adalah : 1) untuk menganalisis saluran
pemasaran karet, 2) untuk menganalisis farmerβs share, 3) untuk melihat
tingkat efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran karet yang terdapat
di Desa Tebing Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian survei dengan sampel 72 orang petani karet
dari populasi 257 orang petani karet. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung kepada petani dan pedagang
sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang terkait
dengan penelitian. Hasil dari penelitian yaitu 1) terdapat dua saluran
pemasaran yang digunakan yaitu saluran pemasaran I (petani menjual
langsung kepada konsumen/pabrik) dan saluran pemasaran II (petani
menjual karet kepada pedagang pengumpul lalu ke konsumen/pabrik),
2) Adapun farmerβs share adalah sama untuk kedua saluran pemasaran,
3) hasil penelitian diketahui bahwa kedua saluran pemasaran yang ada
sudah efisien, dilihat dari tingkat efisiensi pemasaran dibawah 33%,
yaitu saluran pemasaran I dengan tingkat efisiensi pemasaran 10,63%
dan saluran pemasaran II dengan tingkat efisiensi pemasaran 9,18%.
Corresponding Author:
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
2
PENDAHULUAN
Tanaman karet memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Negara Indonesia, dimana luas
areal perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,6 juta heektar dan menempatkan Indonesia mengalahkan
Thailand dan Malaysia (Direktorat Jenderal Perkebunan, dalam (Matondang et al., 2018). Hasil dari sadapan
karet mempunyai banyak kegunaan dan mempunyai nilai ekonomi sehingga komoditas ini dibudidayakan
dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri.
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang mempunyai lahan karet
yang luas. Kabupaten Sambas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang
mempunyai perkebunan karet cukup luas. Luas total tanaman karet di Kabupaten Sambas yaitu 54.233 Ha
dan dengan jumlah produksi karetnya sebesar 17.755 Ton (BPS, 2016).
Tabel 1
Luas Area Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya di Kabupaten Sambas Tahun 2016
No Jenis Tanaman Petani (Orang) Luas Tanaman (Ha)
1 Cengkeh 25 6
2 Kakao 1.359 422
3 Kemiri 12 5
4 Kopi 3.795 2.027
5 Karet 39.966 54.278
6 Kelapa Dalam 12.234 22.483
7 Kelapa Hybrida 469 123
8 Kelapa Sawit 8.719 85.406
9 Lada 4.902 1.406
10 Sagu 2.320 879
11 Tebu 1.157 325
12 Pinang 363 56
Sumber: (BPS, 2016)
Kabupaten Sambas mempunyai beberapa kecamatan yang masyarakatnya mayoritas sebagai petani
karet, yang mana salah satu kecamatannya yaitu Kecamatan Sebawi yang memiliki luas kebun pada tahun
2016 yaitu 2.329 Ha, dan untuk produksinya adalah sebesar 752 Ton. Salah satu desa penghasil karet di
Kecamatan Sebawi yaitu Desa Tebing Batu disamping itu ada juga tanaman lainnya seperti kelapa sawit,
kopi, dan lada. Berdasarkan data dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sebawi Tahun 2016, luas area
dan produksi tanaman perkebunan di Desa Tebing Batu dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2
Luas Area Dan Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya Di Desa Tebing Batu
No. Jenis Tanaman Luas Tanaman (Ha) Produksi (Ton)
1 Karet 532 250
2 Kelapa Sawit 8 19,5
3 Kopi 7 1,5
4 Lada 3 0,5
Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sebawi, 2016
Penelitian ini bertujuan antara lain: 1). Untuk menganalisis saluran pemasaran karet di Desa Tebing
Batu, Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas. 2). Untuk menganalisis farmerβs share, 3). Tingkat efisiensi
pemasaran pada saluran pemasaran karet yang terdapat di Desa Tebing Batu.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
3
TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas Karet
Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang yang lumayan besar yang mana
mengandung getah yang dinamakan lateks. Tinggi pohon karet dewasa hingga 15-25 m pohon tegak, kuat,
berdaun lebat, dan bisa mencapai umur 100 tahun. Pohon karet biasanya tumbuh lurus memiliki percabangan
yang tinggi diatas. Di beberapa kebun karet, arah tumbuh tanaman karet terdapat kecondongan agak miring
(Riati, 2017).
Karet juga mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai bahan baku
industri yakni dalam pembuatan barang-barang seperti aneka ban kendaraan (sepeda, motor, mobil, traktor
hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak untuk mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel,
isolator, dan bahan-bahan yang digunakan untuk membungkus logam (Riati, 2017).
Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses yang disertai dengan manajerial yang membuat individu yang terkait
atau suatu kelompok yang berusaha untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan cara
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang memiliki nilai jual kepada suatu pihak yang
lain atau segala sesuatu yang menyangkut penyampaian produk atau jasa dari produsen sampai konsumen
(Shinta, 2011).
Menurut Kotler dalam Riati (2017), pemasaran memiliki definisi secara sosial maupun secara
manajerial. Adapun secara sosial yaitu pemasaran merupakan suatu proses sosial yang mana melibatkan
individu maupun suatu kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang memiliki nilai jual kepada pihak yang
lain. Sedangkan secara manajerial. Pemasaran digambarkan sebagai seni menjual produk, namun penjualan
bukan merupakan bagian paling penting dari pemasaran.
Menurut Asmarantaka dalam Riati (2017) menjelaskan untuk menganalisis suatu sistem dalam
pemasaran dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan Fungsi
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui berbagai fungsi pemasaran yang diterapkan
dalam suatu sistem pemasaran dalam upaya untuk menciptakan efisiensi pemasaran serta mencapai
suatu tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
2. Pendekatan Kelembagaan
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui para pelaku serta pihak-pihak yang terlibat
dalam suatu sistem pemasaran, yang kemudian dikelompokkan dalam kelembagaan pemasaran yang
berarti berbagai organisasi bisnis atau kelompok bisnis yang melaksanakan aktivitas bisnis berupa
kegiatan-kegiatan produktif melalui pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran.
3. Pendekatan Sistem
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui efisiensi serta kontinuitas dari pelaksanaan
suatu sistem pemasaran, yang terdiri dari input-output system, power system, communications system,
and the behavioral system for adapting to internal-external change.
Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk dilakukan dengan cara merencanakan,
mengimplementasikan (mengorganisasikan, mengarahkan, serta mengkoordinir suatu kegiatan) dan serta
mengawasi maupun mengendalikan kegiatan pemasaran yang terdapat dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang diinginkan secara efisien dan efektif (Shinta, 2011). Sedangkan menurut
Kotler & Keller dalam Shinta (2011), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
4
konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah sekelompok lembaga yang melakukan kerja sama untuk mencapai suatu
tujuan yang terdiri atas beberapa pedagang maupun agen yang melakukan kegiatan untuk mencapai pasar-
pasar tertentu yang menjadi tujuan akhir dari kegiatan saluran yang didalamnya terdapat kegiatan
penggolongan produk berdasarkan jenisnya dan juga pendistribusian produknya (Swasta, dalam Riati
(2017)). Ada juga yang menjelaskan bahwa saluran pemasaran adalah sebuah sistem individu dan organisasi
yang didukung oleh fasilitas, perlengkapan dan informasi untuk mengarahkan arah bergeraknya barang dan
jasa dari produsen agar sampai ke konsumen (Tjiptono & Chandra, dalam Widya et al. (2018)).
Menurut Kotler & Keller dalam Widya et al. (2018), tingkat saluran pemasaran terbagi atas beberapa
macam, yaitu:
1) Saluran nol-tingkat atau saluran pemasaran langsung (zero levels channel or direct marketing channel)
Merupakan saluran pemasaran yang paling pendek dan biasa disebut saluran pemasaran langsung.
Saluran pemasaran ini dipergunakan oleh produsen jika melakukan transaksi penjualan kepada pemakai
industri atau konsumen dalam relatif yang cukup besar cukup besar.
2) Saluran satu-tingkat (one level)
Saluran pemasaran ini digunakan oleh produsen dengan barang-barang jenis perlengkapan
aksesoris kecil yang mana memerlukan perantara seperti pedagang besar atau grosir untuk menyalurkan
produknya agar sampai ke tangan konsumen.
3) Saluran dua-tingkat (two leves)
Saluran pemasaran ini biasa digunakan oleh perusahaan selaku produsen hanya melayani
pembelian produk dalam jumlah yang besar dan hanya menjual kepada pedagang besar maupun grosir
dan tidak melayani penjualan kepada pengecer.
4) Saluran tiga-tingkat (three level)
Saluran pemasaran ini digunakan oleh perusahaan dengan pertimbangan bahwa unit penjualannya
terlalu kecil untuk dijual secara langsung, selain itu faktor penyimpangan pada saluran pemasaran perlu
dipertimbangkan juga, dalam hal ini cabang penjualan produsen sangatlah penting peranannya.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Tebing Batu Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Tebing Batu
merupakan salah satu desa yang paling banyak kebun karet di Kecamatan Sebawi. Mata pencarian
masyarakat di daerah ini adalah petani karet sekitar 257 orang. Penelitian ini dilakukan Bulan Februari 2018
sampai Agustus 2018.
Metode Pengambilan Sampel dan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yang mana berarti suatu metode
yang menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan dan memperoleh informasi dari responden (Morissan,
2012). Sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin dengan tingkat error sebesar 10% dari jumlah
populasi (257 Orang) yaitu sebanyak 72 orang petani karet. Sedangkan untuk pedagang pengumpul
ditentukan dengan sengaja yaitu berjumlah 6 orang.
Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung kepada petani dan pedagang sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan atau
kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang terkait dengan penelitian.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
5
Analisis Data
Data primer yang telah didapatkan akan ditabulasikan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
dilanjutkan dengan analisa. Data analisa dengan biaya pemasaran, keuntungan pemasaran, marjin pemasaran,
bagian yang diterima petani, efisiensi pemasaran. Tujuan dari penelitian ini dijawab menggunakan analisa
secara deskriptif. Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam analisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Farmerβs share
Farmerβs share digunakan untuk menganalisis efisiensi saluran pemasaran dengan membandingkan
seberapa besar bagian yang diterima oleh petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
(Asmarantaka, dalam Iswahyudi & Sustiyana (2019)). Adapun rumus untuk menghitung tingkat farmerβs
share yaitu sebagai berikut (Kohls dan Uhl, dalam Iswahyudi & Sustiyana (2019)):
FS = pf
x 100% pk
Keterangan :
Fs = Persentase yang diterima petani karet (%)
Pf = Harga di tingkat petani (Rp)
Pk = Harga di tingkat konsumen akhir (Rp)
Efisiensi Pemasaran
Suatu saluran pemasaran dapat dikatakan efisien jika seluruh lembaga pemasaran yang terlibat dalam
kegiatan tersebut memperoleh kepuasan (Limbong dan Sitorus, dalam Riati (2017)). Menurut Soekartawi
dalam Riati (2017) rumus untuk menghitung tingkat efisiensi saluran pemasaran dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:
Epb = TBpb
x 100% TNpb
Keterangan :
Epb = Efisiensi Pemasaran Karet (%)
TBpb = Total Biaya Pemasaran Karet (Rp)
TNpb = Total Nilai Penjualan Karet (Rp)
Dengan asumsi :
1. 0 β 33% = Efisiensi
2. 34 β 67% = Kurang Efisien
3. 68 β 100% = Tidak Efisien
HASIL DAN PEMBAHASAN
Saluran Pemasaran Karet
Pemasaran karet di Desa Tebing Batu hanya melibatkan pedagang pengumpul, yang mana pedagang
pengumpul langsung menjual karet tersebut ke pabrik atau konsumen akhir dari saluran pemasaran. Adapun
pola pemasaran karet di Desa Tebing Batu dapat dilihat melalui saluran pemasaran karet pada gambar 1.
Saluran Pemasaran I
Saluran Pemasaran II
Gambar 1. Saluran Pemasaran Karet di Desa Tebing Batu
Petani Karet Konsumen /
Pabrik
Pedagang
Pengumpul
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
6
Gambar 1 menunjukkan rantai pemasaran karet di Desa Tebing Batu terdiri dari 2 saluran pemasaran,
yaitu saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II. Petani responden 89% menggunakan saluran pemasaran
II dan ada juga petani responden tersebut sebanyak 11% juga menggunakan saluran pemasaran I dengan
alasan karena harga beli yang tinggi yang dilakukan oleh konsumen/pabrik. Adapun yang menggunakan
saluran pemasaran II ber alasan dapat menghemat waktu dan juga hasilnya cepat diperoleh yang mana hasil
tersebut akan digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Saluran Pemasaran 1
Pada saluran pemasaran ini petani menjual karet langsung ke konsumen/pabrik. Petani karet tidak
banyak yang menggunakan saluran pemasaran ini, hal ini dikarenakan jarak antara lokasi petani karet dengan
lokasi konsumen/pabrik lumayan jauh dan juga memerlukan waktu yang tidak sedikit. Petani yang menjual
karet ke konsumen/pabrik ini disebabkan oleh faktor ada perbedaan harga antara jual ke pedagang
pengumpul dengan menjual langsung ke konsumen/pabrik ketika menjual dalam jumlah yang banyak.
Saluran Pemasaran 2
Pada saluran pemasaran ini petani menjual karet ke pedagang pengumpul, dan pedagang pengumpul
menjual karet ke konsumen/pabrik. Petani lebih banyak menggunakan saluran pemasaran ini dikarenakan
beberapa faktor 1) lokasi cukup mudah dijangkau dan tidak memerlukan banyak waktu untuk melakukan
proses jual beli karet dengan pedagang pengumpul, 2) karena hasil dari penjualan karet akan digunakan
untuk membeli berbagai keperluan sehari-hari oleh karena itu petani sangat suka menjual karet kepada
pedagang pengumpul.
Farmerβs Share
Farmerβs Share atau bagian yang diterima oleh petani merupakan persentase perbandingan harga yang
diterima oleh petani dengan harga pada tingkat konsumen/pabrik. Pemasaran karet untuk kedua saluran
pemasaran karet yaitu saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II, dimana petani menjual karet dengan
harga Rp 7.000 /kg dan harga karet ditingkat pabrik adalah sebesar Rp 9.000 /kg. Dari data ini dapat
diketahui bahwa bagian harga yang diterima oleh petani adalah sebesar 77,78%. Dengan demikian untuk
kedua saluran pemasaran bagian harga yang diperoleh oleh petani adalah sama. Dari hasil perhitungan
menunjukkan bahwa petani karet adalah sebagai penerima harga.
Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran karet tergantung pada total biaya pemasaran dan total nilai produk. Menurut
Soekartawi dalam Riati (2017) menyatakan bahwa efisiensi pemasaran dapat dinyatakan sebagai persentase
perbandingan total biaya pemasaran dengan nilai penjualan karet. Dengan asumsi 0 β 33% dikatakan efisien,
34 β 67% dikatakan kurang efisien, dan dengan 68 β 100% dikatakan tidak efisien. Untuk mengetahui
tingkat efisiensi saluran pemasaran karet dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Tingkat Efisiensi Pemasaran Karet Saluran Pemasaran I di Desa Tebing Batu
Uraian Keterangan Nilai
Petani Karet Harga Jual (Rp) 7.000
Biaya Pemasaran (Rp) 956,88
Keuntungan (Rp) 1.043,12
Efisiensi Pemasaran (%) 10,63
Konsumen Harga Beli (Rp) 9.000
Sumber : Data Primer
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
7
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat keuntungan bila petani karet menjual langsung ke
konsumen/pabrik, dan keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp 1.043,12 per kg. Adapun tingkat efisiensi
bila menjual langsung ke konsumen/pabrik yaitu sebesar 10,63% yang mana sudah termasuk efisien dalam
hal pemasaran.
Tabel 4
Tingkat Efisiensi Pemasaran Karet Saluran Pemasaran II di Desa Tebing Batu
Uraian Keterangan Nilai
Pedagang Pengumpul Harga Beli (Rp) 7.000
Harga Jual (Rp) 9.000
Biaya Pemasaran (Rp) 826,07
Keuntungan (Rp) 1.173,93
Efisiensi Pemasaran (%) 9,18
Konsumen Harga Beli (Rp) 9.000
Sumber : Data Primer
Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul yaitu
sebesar Rp 1.173,93 per kg. Adapun tingkat efisiensi pemasaran yaitu sebesar 9,18% yang mana sudah
termasuk efisien dalam hal pemasaran dari saluran pemasaran I.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat dua saluran pemasaran karet di Desa Tebing Batu, yaitu :
a) Saluran Pemasaran I : Petani > Konsumen/pabrik
b) Saluran Pemasaran II : Petani > Pedagang Pengumpul > Konsumen/pabrik
2. Adapun farmerβs share adalah sama untuk kedua saluran pemasaran.
3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kedua saluran pemasaran yang ada sudah efisien, dilihat
dari tingkat efisiensi pemasaran dibawah 33%, yaitu saluran pemasaran I dengan tingkat efisiensi
pemasaran 10,63% dan saluran pemasaran II dengan tingkat efisiensi pemasaran 9,18%.
Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sebaiknya petani karet yang ada di Desa Tebing Batu
menjual karetnya ke konsumen/pabrik secara langsung apabila ingin mendapatkan keuntungan yang besar,
hal ini dikarenakan biaya pemasaran yang dikeluarkan akan berkurang dan sebaliknya mendapatkan
keuntungan yang lebih jika dibandingkan dengan menjual ke pedagang pengumpul.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. (2016). Kabupaten Sambas Dalam Angka 2016.
Iswahyudi, & Sustiyana. (2019). Pola Saluran Pemasaran dan Farmerβs Share jambu Air CV Camplong.
Jurnal Hexagro, 3(2), 33β38.
Matondang, N., Tatik, A., & Nusifera, S. (2018). Pengaruh Pemberian Stimulan Etefon dan Pemupukan
Terhadap Hasil Lateks Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Klon PB 260. J.Floratek, 13(1),
23β36.
Morissan, M. A. (2012). Metode Penelitian Survei (Vol. 426). Kencana.
Riati. (2017). Analisis Pemasaran Karet di Desa Bayas Jaya Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir.
Menara Ilmu, XI(78), 108β121.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
8
Shinta, A. (2011). Manajemen Pemasaran. UB Press.
Widya, A., Ananda, N., Yuzril, R., Mulya, R., Dianti, S. N., Dinniyah, T., Parquinda, L., Prastyo, B., &
Roziqin, K. (2018). Analisis Fungsi dan Saluran Pemasaran Komoditas Jeruk (Studi pada Petani Jeruk
Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang). Cakrawala Journal, 12(1), 1β11.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
9
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada Program Corporate Social
Responsibility
Nur Asiah1, Sri Haryanti2, Z Zulkarnain3
1,2,3Program Studi Akuntansi, Institut Manajemen Wiyata Indonesia
Article Information Abstract
IMWI STUDENT RESEARCH
JOURNAL
This research discusses the application of the principles of GCG through the
CSR program and tries to examine the various policies applied in various
countries in implementing CSR as an illustration for Indonesia in
implementing policies so that CSR can be focused and directed. The
research was conducted using a literature review approach. Literature
search through an online search engine from the Google Scholar database,
Directory of Open Access Journals (DOAJ), Elsevier, and Wiley Online
Library. The conclusion from the results of this study is that Indonesia is
right to use a mandatory system, if CSR is only based on voluntary
principles, this certainly cannot be carried out effectively and measurably
in the application of CSR. CSR should have binding legal force and legal
certainty as well as an obligation that must be carried out by the company.
The obligation that must be carried out by the company is in the form of an
obligation to issue the results of CSR activity reports to the public. In
addition, it needs an important first step in implementing GCG, the
Indonesian government can form a special agency or institution that is
tasked with implementing the concept of GCG and implementing CSR in
Indonesia. So, it is hoped that the implementation of CSR will be more
focused and focused.
Volume 1, Nomor 1
Agustus β Nopember 2020
Hlm.: 9-21
Institut Manajemen
Wiyata Indonesia,
Jl. Gudang No. 7,
Kota Sukabumi,
Jawa Barat.
Keywords:
Good Corporate
Governance, Corporate
Social Responsibility
Abstrak
Penelitian ini membahas penerapan prinsip-prinsip GCG melalui program
CSR dan mencoba menelaah berbagai kebijakan yang diterapkan di berbagai
negara dalam penerapan CSR sebagai gambaran bagi Indonesia dalam
menerapkan kebijakan agar CSR dapat fokus dan terarah. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kajian literatur. Penelusuran
literatur melalui mesin pencari online dari database Google Scholar,
Directory of Open Access Journals (DOAJ), Elsevier, dan Wiley Online
Library. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Indonesia tepat
menggunakan system mandatory, apabila CSR hanya didasarkan pada
prinsip sukarela, hal ini tentu tidak dapat dijalankan dengan efektif dan
terukur dalam penerapan CSR. CSR sebaiknya memiliki kekuatan hukum
yang mengikat dan kepastian legal serta menjadi sebuah kewajiban yang
harus dijalankan perusahaan. Kewajiban yang harus dijalankan perusahaan
berupa kewajiban dalam mengeluarkan hasil laporan kegiatan CSR kepada
masyarakat. Selain itu perlu langkah awal yang juga penting dalam
penerapan GCG, pemerintah Indonesia dapat membentuk badan ataupun
lembaga khusus yang bertugas dalam menjalankan konsep GCG dan
pengimplementasian CSR di Indonesia. Sehingga diharapkan penerapan
CSR akan lebih terfokus dan terarah.
Corresponding Author:
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
10
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia usaha abad 21 memerlukan penerapan Good Corporate Governance (GCG).
Istilah βcorporate governanceβ mulai diperkenalkan pada tahun 1922 di Inggris oleh Cadbury Committee.
Penerapan konsep GCG penting untuk melihat dan mengukur praktik tata kelola perusahaan. Oleh karena itu,
GCG merupakan suatu yang mesti diterapkan dalam rangka menciptakan kondisi perusahaan yang resisten dan
konstan dalam menyikapi situasi persaingan global seperti ini (Agus & Ardana, 2009).
GCG yang baik dapat sangat memengaruhi keberlangsungan hidup perusahaan. Beberapa perusahaan di
Indonesia tidak lagi meneruskan usahanya akibat mengimplementasikan praktik pengaturan dan penerapan
tatakelola perusahaan yang buruk atau bad corporate governance. Kasus PT Toba Pulp Lestari (PT
TPL/eks.PT Inti Indorayon Utama) yang mencuat adalah bukti kegagalan penerapan GCG. PT Indorayon
sendiri adalah perusahaan penggilingan kertas Indonesia yang didirikan pada tahun 1989, di Porsea, Sumatra,
Indonesia (Agus & Ardana, 2009).
Kebangkrutan PT Indorayon disebabkan oleh buruknya pengelolaan hutan pinus yang menjadi sumber
utama bahan baku kertas perusahaan ini. Pengelolaan hutan pinus yang buruk menimbulkan kerusakan
lingkungan hutan, mengganggu sistem tata air dan kualitas udara di sekitar Danau Toba. Permukaan air Sungai
Asahan sempat mengalami penurunan yang berdampak negatif terhadap pariwisata, pengusaha dan nelayan.
Hal ini mempengaruhi penghasilan masyarakat yang berprofesi sebagai peternak ikan di sekitar Danau Toba.
Masyarakat setempat berpendapat bahwa perusahaan telah mencemari daerah tersebut, melakukan deforestasi
besar-besaran dan perampasan tanah yang tidak adil. Masyarakat secara paksa menuntut perusahaan
menghentikan aktivitas di sekitar Danau Toba tersebut. Hubungan perusahaan dengan masyarakat yang tidak
baik menyebabkan PT Indorayon tidak bisa beroperasi kembali (Haboddin, 2008).
Hal yang sama juga terjadi pada kasus PT Lapindo Brantas. Perusahaan tersebut melakukan
kecerobohan dalam melakukan pencarian gas dan minyak di Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tanggal 26 Mei 2006,
dari rekahan tanah terdapat semburan lumpur panas yang berjarak kurang lebih 200 m dari sumur Banjar Panji-
1 milik PT Lapindo Brantas. Semburan lumpur yang masih belum berhasil dihentikan sampai dengan bulan
Oktober 2006 telah menyebabkan kurang dari 10 pabrik tutup dan 90 hektare sawah serta pemukiman
penduduk tidak bisa digunakan dan ditempati lagi. Bukan saja telah mengakibatkan pencemaran dan merusak
lingkungan pada area yang sangat luas, tetapi juga mematikan sumber pencaharian sebagian masyarakat di
daerah yang tercemar tersebut. Hal ini mengancam keberadaan perusahaan tersebut (Haboddin, 2008). Kasus
PT Indorayon dan PT Lapindo Brantas, dalam hal ini, terjadi karena kegagalan tata kelola perusahaan tersebut.
GCG memiliki lima prinsip, sebagaimana yang dinyatakan oleh National Committee on Governance
(NCG, 2006) diantaranya: transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibility), independensi (independency) dan kesetaraan (fairness). Salah satu implementasi prinsip
responsibilitas atau yang lebih dikenal dengan prinsip tanggung jawab, adalah prinsip di mana setiap pengelola
perusahaan harus memberikan pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan dalam mengelola
perusahaan. Tanggung jawab ini memiliki lima dimensi yaitu: ekonomi, hukum, moral, sosial, dan spiritual
(Agus & Ardana, 2009).
Dalam dimensi sosial berkenaan dengan sejauhmana perusahaan telah melaksanakan CSR sebagai
kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam di lingkungan perusahaan. John Elkington
(1997) mengemukakan konsep The Triple Bottom Line, yang menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan
tidak hanya berpijak pada single bottom line yaitu nilai perusahaan (financial) atau mengejar profit semata
melainkan tanggung jawab perusahaan harus berpedoman pada The Triple Bottom Line, yang dikenal dengan
istilah 3P yaitu profit, people, dan planet agar perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan (sustainable). Maka
GCG dalam prinsip responsibilitas dimensi sosial diterapkan dalam wujud tanggung jawab sosial perusahaan
yang disebut dengan CSR (Umarella, 2020).
Pelaksanaan CSR diharapkan agar perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan. Perusahaan sebelum
melakukan kegiatan usahanya, harus berdasarkan atas keputusan yang tidak hanya berorientasi pada aspek
ekonomi saja, tetapi harus memikirkan dampak sosial yang ditimbulkan oleh keputusan tersebut. Akan tetapi
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
11
kenyataan di lapangan beberapa perusahaan tidak mampu untuk melaksanakan CSR, dikarenakan CSR
berkaitan erat dengan moral dan etika bisnis. Maka dari itu, penerapan prinsip-prinsip GCG yang di dalamnya
terdapat prinsip responsibilitas atau tanggung jawab terhadap pemangku kepentingan agar dapat mewujudkan
Praktek CSR dengan baik, karena implementasi dari tanggung jawab sosial perusahaan tidaklah terlepas dari
penerapan GCG itu sendiri, yang akan mendorong manajemen agar dapat mengelola perusahaannya secara
baik termasuk mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya (Umarella, 2020). Oleh karena pentingnya
penerapan GCG dan CSR pada semua jenis badan usaha termasuk jasa menarik minat peneliti untuk
mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada program Corporate
Social Responsibility dan mencoba menelaah berbagai kebijakan yang diterapkan diberbagai negara dalam
penerapan CSR sebagai gambaran bagi Indonesia dalam menerapkan kebijakan agar CSR dapat fokus dan
terarah.
TINJAUAN PUSTAKA
Good Corporate Governance (GCG)
Stakeholders theory atau teori pemangku kepentingan pertama diperkenalkan oleh Freeman (1984),
mengemukakan bahwa perusahaan adalah organ yang saling terhubung dengan pihak lainnya yang
berkepentingan, baik internal maupun eksternal perusahaan. Penjelasan lain mengenai teori pemangku
kepentingan yang mengatakan bahwa, perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun
harus memberikan manfaat bagi pemangku kepentingannya. Tanggung Jawab perusahaan terhadap pemangku
kepentingan ditunjukkan dengan menerapkan GCG. Sukrisno Agoes (2006) mendefinisikan GCG adalah
sistem yang mengatur hubungan antara peran Dewan Komisaris, pemegang saham, direksi dan pemangku
kepentingan lainnya.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh National Committee on Governance (NCG, 2006) mengenai
Penerapan GCG, ada lima prinsip diantaranya:
a. Kewajaran (fairness) adalah prinsip agar para pengelola perusahaan memperlakukan pemangku
kepentingan dengan adil dan setara.
b. Prinsip Transparansi adalah kewajiban pengelola perusahaan untuk bersikap terbuka dalam pengambilan
keputusan dan penyampaian informasi kepada pemangku kepentingan. Informasi yang disampaikan harus
benar, lengkap dan tepat waktu, tidak ada yang ditutup-tutupi, dirahasiakan ataupun disembunyikan.
c. Prinsip Akuntabilitas yaitu pengelola perusahaan harus membina sistem akuntansi yang efektif dalam
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
d. Prinsip Responsibilitas, dimana pengelola perusahaan harus memberikan pertanggungjawaban atas
tindakan dalam mengelola perusahaan tersebut. Tanggung jawab perusahaan ini memiliki 5 dimensi
diantaranya:
β Dimensi hukum, artinya tanggung jawab perusahaan harus diwujudkan dalam bentuk ketaatan
terhadap peraturan yang ada dan hukum yang berlaku.
β Dimensi moral, artinya perusahaan bertanggungjawab atas tindakan manajemen dan manajemen
bersikap adil kepada seluruh pemangku kepentingan.
β Dimensi social, artinya sejauh mana perusahaan telah melaksanakan CSR sebagai kepedulian terhadap
kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat di lingkungan perusahaan
e. Kemandirian, prinsip ini sebagai tambahan dalam mengelola BUMN, artinya pengelola dalam mengambil
keputusan harus mandiri, bebas dari tekanan/pengaruh yang bertentangan dengan UU yang berlaku, bebas
dari konflik kepentingan dan professional.
Fenomena saat ini adanya tuntutan publik atas transparansi serta akuntabilitas perusahaan sebagai wujud
implementasi GCG. Salah satu implementasi dari penerapan GCG di perusahaan adalah penerapan prinsip
responsibilitas yang diimplementasikan dalam bentuk CSR.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
12
Corporate Social Responsibility
Munculnya kerusakan lingkungan, pencemaran air akibat limbah perusahaan yang beracun, pencemaran
udara, penipisan lapisan ozon, maupun isu pemanasan global adalah dampak negatif dari aktivitas bisnis yang
tidak bertanggung jawab, tanpa mempedulikan lingkungan masyarakat dan bumi ini, yang hanya berorientasi
pada keuntungan semata. Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
menggambarkan CSR sebagai komitmen dalam bisnis yang berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup bersama. Mardikanto (2014) juga berpendapat bahwa CSR
menyiratkan sikap publik terhadap sumber daya untuk manusia dan ekonomi yang tidak terbatas atas
kepentingan perusahaan maupun kepentingan pribadi, namun untuk tujuan sosial yang luas (Mardikanto,
2014). Konsep CSR muncul atas dasar tindakan perusahaan yang tidak bertanggung jawab sehingga merusak
alam juga merugikan masyarakat sekitar. Konsep CSR ini mengacu kepada konsep 3P yang dikemukakan oleh
John Elkington, yang memadukan 3 konsep fungsi perusahaan, yaitu:
a. Fungsi ekonomis adalah perusahaan menjalankan usahanya berorientasi untuk mendapatkan keuntungan
(profit);
b. Fungsi sosial adalah perusahaan menjalankan fungsi sosial ini untuk memberdayakan manusianya, dalam
hal ini para pemangku kepentingan perusahaan (stakeholder/people). Melalui fungsi sosial, perusahaan
harus ikut serta menjaga keadilan dalam membagi manfaat dan menanggung beban akibat aktivitas
perusahaan tersebut;
c. Fungsi alamiah adalah perusahaan harus ikut serta dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar
perusahaan (planet).
Lawrence, Weber dan Post (2005) mengemukakan 2 prinsip CSR yaitu: stewardship principles dan
charity principles atau bisa diartikan prinsip pelayanan dan prinsip amal. Prinsip pelayanan adalah tindakan
bisnis harus mempertimbangkan semua pemangku kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan dan
keputusan perusahaan, sedangkan prinsip amal adalah bisnis harus memberikan bantuan sukarela dan
memberikan banyak manfaat kepada sekitar.
METODE PENELITIAN
Gambar 1
Alur Penelitian
Indentifikasi
Literatur
Pencarian di Database
Artikel Jurnal (2009-2020)
Kata Kunci:
CSR, GCG
Seleksi Artikel
Review dan
Analisis Kesimpulan
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
13
Jenis dan Sumber Data
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan studi literatur,
sebagaimana digambarkan pada Gambar 1. Melalui studi literatur ini diharapkan, pertama dapat
menggambarkan penerapan GCG melalui program CSR di berbagai negara, untuk selanjutnya dapat menjadi
pandangan untuk penerapan di Indonesia. Jenis data adalah artikel jurnal. Penelusuran artikel melalui mesin
pencari online yang didapatkan di Google Scolar, Directory of Open Access Journals-DOAJ (https://doaj.org/),
Scopus, Elsevier (https://www.elsevier.com/), Wiley Online Library (http://onlinrlibrary.wiley.com/) ataupun
Sinta. Untuk pencarian artikel menggunakan kata kunci GCG dan CSR.
HASIL
Penulis menemukan 13 (tiga belas) artikel jurnal yang membahas mengenai Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), artikel tersebut dipublikasikan
dalam kurun waktu 2009-2020, dari 13 (tiga belas) artikel sebanyak 7 (tujuh) artikel dipublikasikan
menggunakan Bahasa Inggris dan 6 (enam) artikel dipublikasikan dalam Bahasa Indonesia. Berikut adalah
klasifikasi artikel dalam jurnal dan tahun sebagai berikut:
Tabel 1
Klasifikasi Artikel dalam Tahun dan Nama Jurnal
No Nama Jurnal Tahun
2009 2010 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Calyptra: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas
Surabaya (Yapiter et al., 2013)
1
2 Jurnal Legesi Indonesia (Daniri
& Hakim, 2009)
1 1
3 Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM (Sefriani & Wartini,
2017)
1
4 Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan (Wibowo,
2010)
1
5 e-Proceeding of Management
(Andriani & Arwiyah, 2019)
6 Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi (Susanti & Riharjo,
2013)
7 Indonesian Journal of Business
and Entrepreneurship
(Listyaningsih et al., 2018)
1
8 UC Davis Business Law
Journal (Rana & Afsharipour,
2014)
1
9 Australasian Accounting,
Business and Finance Journal
(Worokinasih & Zaini, 2020)
1
10 International Journal of Social
Science and Business (Ilmi et
al., 2017)
1
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
14
No Nama Jurnal Tahun
2009 2010 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
11 Accounting Analysis Journal
(Purbopangestu & Subowo,
2014)
1
12 Journal of Financial Economics
(Dyck et al., 2019)
1
13 Journal of Management and
Governance (Sahut et al., 2019)
1
PEMBAHASAN
Good Corporate Governance di Indonesia
Perusahaan di Indonesia memiliki tanggung jawab dalam menerapkan GCG, penerapan GCG
merupakan aspek utama dalam membangun fundamental perusahaan yang kokoh. Penerapan GCG di
Indonesia relatif tertinggal (Primadhyta, 2017), banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang terpaksa
menerapkan GCG karena dorongan regulasi dan semata untuk menghindari sanksi, bukan sebagai kultur yang
harus diterapkan suatu perusahaan. Pencapaian Indonesia dalam penerapan GCG masih tertinggal
dibandingkan negara-negara di kawasan ASEAN, berikut kondisi penerapan GCG pada perusahaan-
perusahaan di Indonesia:
a. Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA) pada tahun 2001 melakukan survei terhadap 495 perusahaan di 25
negara berkembang, dan menunjukan Indonesia memperoleh skor 36,81 dari skala 0,00-100,00. Skor
Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan Negara di Kawasan Asia yang lain (Wibowo, 2010);
b. CLSA pada tahun 2002 berkolaborasi dengan Asian Corporate Governance Association (ACGA) dalam
melakukan survei terhadap penerapan GCG pada 380 perusahaan di 10 negara di Asia. Indonesia mendapat
skor 43,00 dari skala 0,00-100,00. Skor ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, namun tetap saja
posisi Indonesia masih rendah dibanding negara di Asia yang lainnya lainnya (Wibowo, 2010);
c. Tahun 2004 CLSA kembali melakukan survey yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dengan
menggunakan 5 aspek penilaian yaitu: aspek hukum dan praktik, aspek penegakan hukum, aspek
lingkungan politik, aspek standar-standar akuntansi dan audit, serta aspek budaya corporate governance.
Hasil survei ini menunjukkan Indonesia memiliki skor 40,00. Hal ini masih rendah jika dibandingkan
negara-negara di Kawasan Asia yang lain, seperti Singapura 75,00 dan Hongkong dengan skor 67,00
lainnya (Wibowo, 2010);
d. CLSA dan ACGA pada tahun 2005 kembali melakukan survei, hasil survei ini menunjukan skor Indonesia
sebesar 37,00 dan masih menempati posisi yang terendah;
e. Hasil survei Asian Corporate Governance Association (ACGA) dalam bidang GCG pada tahun 2007
terhadap 582 perusahaan di 11 Negara di Asia, memberikan nilai rendah kepada perusahaan-perusahaan
di Indonesia dengan skor 37,00 dari hasil survey ini Indonesia menempati peringkat ke 11 setelah China
dan Filipina. (Worokinasih & Zaini, 2020);
f. Hasil survei ACGA pada tahun 2010 Indonesia mendapatkan persentase 3 poin, kinerja regulator Indonesia
semakin membaik sehingga mengalami peningkatan dari Filipina (Yapiter et al., 2013);
g. Namun, dalam survei ACGA pada tahun 2012 yang kembali merilis hasil survei dari berbagai negara, dan
Indonesia mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010 dengan persentase minus 3 poin dan
menempati peringkat terbawah (Yapiter et al., 2013);
h. Pada tahun 2013 dalam pemeringatan yang dilakukan oleh ASEAN Capital Market Forum (ACMF),
Indonesia menempati urutan ke-2 terendah sebelum Vienam, peringkat GCG perusahaan Indonesia ini
masih rendah di tingkat ASEAN, dan peringkat GCG tertinggi diraih oleh Thailand (Hasniawati & Cicilia,
2015);
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
15
i. Pada ajang ASEAN Corporate Governance Awards 2015 yang digelar di Filipina, hanya dua perusahaan
dari Indonesia yang masuk dalam daftar 50 Emiten Terbaik dalam Praktik GCG di ASEAN. Pencapaian
Indonesia ini masih sangat jauh dengan negara-negara di Kawasan ASEAN yang lain, seperti Thailand
yang mampu menempatkan 23 perusahaan, Filipina 11 perusahaan, Singapura 8 perusahaan dan Malaysia
6 perusahaan (Primadhyta, 2017).
Dari hasil survei diatas, menunjukan rendahnya skor penerapan GCG di Indonesia, sebagian besar
perusahaan di Indonesia masih memiliki pemahaman yang rendah tentang pentingnya penerapan GCG
(Worokinasih & Zaini, 2020).
CSR sebagai Penerapan GCG di Indonesia
Pengungkapan CSR sebagai penerapan GCG penting diterapkan agar meningkatkan nilai perusahaan,
untuk mewujudkan fundamental perusahaan yang kokoh. Pengungkapan CSR bagi perusahaan yang telah go
public diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Pasal 66 ayat 2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan
perusahaan publik untuk mengungkapkan kegiatan CSR dalam laporan tahunan. Peraturan tersebut
menekankan bahwa perusahaan menerima respons positif dari manajer, sehingga jumlah perusahaan yang
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya meningkat dan jumlah dan jenis
pengungkapan dalam kegiatan tanggung jawab sosial meningkat (Ilmi et al., 2017).
Tidak hanya itu pemerintah Indonesia juga mengeluarkan beberapa regulasi CSR di Indonesia
diantaranya: UU Dasar 1945, UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi, UU No 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU No 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Selain regulasi, beberapa kementerian juga berperan dalam menyusun panduan pelaksanaan CSR di Indonesia
diantaranya: Kementerian Sosial, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang berupaya agar memperjelas pelaksanaan
program CSR di Indonesia.
Peraturan mengenai CSR ini memang sudah diatur dalam perundang-undangan, namun masih belum
memberikan kejelasan maupun kepastian hukum dalam penerapannya, karena tidak adanya sanksi dan
mekanisme pengawasan dalam penerapan CSR di Indonesia (Andriani & Arwiyah, 2019). Kurangnya
sinkronisasi, harmonisasi serta sinergi dari kementerian-kementerian, yang membuat kebijakan CSR ini
seolah-olah berjalan sendiri-sendiri. Dibutuhkan pula sinkronisasi dan sinergi antara program pemerintah pusat
maupun daerah, para pelaku bisnis dan juga masyarakat.
Perusahaan tidak hanya fokus untuk memaksimalkan keuntungan, namun perlu memperhatikan berbagai
kepentingan internal maupun eksternal perusahaan, aspek kelestarian lingkungan perusahaan juga
pemberdayaan masyarakat. Mekanisme GCG dan pengungkapan CSR merupakan faktor penting dalam
meningkatkan nilai perusahaan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan internal
maupun eksternal perusahaan. (Worokinasih & Zaini, 2020).
Penerapan GCG melalui program CSR jika dilakukan secara berkelanjutan akan memberikan banyak
manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungannya
dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan, kinerja perusahaan pun akan meningkat,
mengurangi biaya operasi, meningkatkan citra dan reputasi, meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, serta
meningkatkan produktivitas dan kualitas perusahaan (Susanti & Riharjo, 2013).
CSR di Indonesia memang sudah jelas diatur dalam perundang-undangan, namun tetap saja
memunculkan problematika penerapan CSR di Indonesia. Perundangan ini lebih menekankan pada kewajiban,
keamanan kepentingan bisnis, porsi dana dan sanksi. Tidak menyinggung mengenai nilai, makna dan cita-cita
dalam pembangunan berkelanjutan. Reaksi pihak perusahaan mengenai CSR seringkali menunjukan
penolakan dengan alasan masalah dana, dan berpikir CSR hanya tambahan pengeluaran anggaran perusahaan.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
16
Perusahaan meyakini bahwa peran dari pihak eksternal dapat mendukung eksistensi perusahaan dan survival
perusahaan. Namun, keseriusan perusahaan dalam penerapan GCG melalui program CSR ini tidak terjadi di
keseluruhan perusahaan, hanya sekitar 30 % yang meyakini orientasi terhadap pihak eksternal perusahaan
(pemangku kepentingan) dapat menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk dapat survive. Lainnya, masih
sebatas pemenuhan standar aturan, dan menghindari sanksi (Amerta, 2018).
Penyebab GCG dan CSR belum Berjalan secara Optimal di Indonesia
Perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mampu sepenuhnya dalam melaksanakan GCG, hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahaman dari pelaku bisnis mengenai konsep GCG juga adanya kendala yang
dihadapi perusahaan-perusahaan tersebut. Penerapan GCG di Indonesia para pelaku bisnis memandang hanya
sebuah regulasi, untuk menghindari sanksi bukan atas dasar kebutuhan perusahaan yang memang harus
menjalankan bisnis sesuai dengan konsep GCG. Pada saat perusahaan berupaya dalam menerapkan GCG,
perusahaan dihadapkan berbagai kendala, diantaranya kendala dari internal, eksternal maupun dari struktur
kepemilikan perusahaan itu sendiri, dalam (Wibowo, 2010).
a. Kendala internal, dalam penerapan GCG kendala yang muncul adalah dari internal perusahaan. Dimana
perusahaan dihadapkan pada rendahnya pemahaman pimpinan akan pentingnya GCG, kurangnya
komitmen dari pimpinan perusahaan dan karyawannya mengenai prinsip-prinsip GCG, memandang GCG
hanya sebatas regulasi dan untuk menghindari sanksi, pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di perusahaan
pun dianggap hal yang lumrah serta belum efektifnya pengendalian internal perusahaan tersebut;
b. Kendala eksternal yang terjadi dalam penerapan GCG terkait dengan seperangkat aturan dan penegakan
hukum di Indonesia. Di Negara Indonesia sudah jelas adanya ketentuan hukum yang mengatur GCG,
namun penegakan nya masih sangat lemah. Kendala internal dan eksternal penting untuk diatasi, jika
kendala internal perusahaan bisa diatasi, maka kendala eksternal akan mudah pula untuk diatasi;
c. Kendala yang berasal dari struktur kepemilikan perusahaan, akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat
mewujudkan prinsip keadilan. Kendala ini bisa diatasi dengan menerapkan pengendalian internal
perusahaan yang baik, seperti menjamin adanya keadilan dalam pendistribusian hak-hak dan tanggung
jawab di berbagai pemangku kepentingan, perusahaan dapat membentuk komisaris independen agar
mampu mendorong dan menciptakan iklim yang lebih independen, menempatkan keadilan yang
memperhatikan berbagai pemangku kepentingan dan objektif, agar dapat mendorong penerapan GCG.
CSR Dalam Upaya Perwujudan GCG di Berbagai Negara
GCG tidak hanya sebatas masalah ekonomi dan bisnis, namun terkait juga dengan aspek sosial dan
politik (aspek dalam CSR). GCG dan CSR memiliki keterkaitan satu sama lain oleh titik pusat tentang
tanggung jawab kepada pemangku kepentingan di perusahaan. Perbedaannya adalah GCG berfokus kepada
memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan, perusahaan harus berusaha untuk menciptakan nilai
tambah produk dan menjaga nilai tambah tersebut. Semakin baik perusahaan dalam menerapkan GCG, maka
akan semakin luas cakupan CSR perusahaan tersebut. Penerapan GCG akan memudahkan proses manajemen
dan juga membuat pemantauan proses menjadi lebih efektif. (Purbopangestu & Subowo, 2014) menyatakan
bahwa tingkat pengawasan manajemen dapat memaksa manajemen untuk mengungkapkan informasi sosial
oleh perusahaan. GCG dapat membuat CSR menjadi lebih terarah, focus, terstruktur, dan sebagai evaluasi
untuk perbaikan perusahaan agar menjadi lebih baik dari tahun ke tahunnya
Dalam (Dyck et al., 2019) Di 41 negara di dunia, menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Dimana perusahaan dimotivasi oleh
pengembalian finansial dan sosial. Investor meningkatkan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan setelah
adanya fakta yang mengungkapkan manfaat keuangan untuk peningkatan aspek sosial dan lingkungan
perusahaan. Investor meningkatkan kinerja sosial dan lingkungannya ini untuk memperoleh kepercayaan yang
kuat dari public. Berikut fenomena-fenomena perusahaan mengenai penerapan aspek sosial dan lingkungan
atau yang disebut CSR di berbagai Negara (Dyck et al., 2019).
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
17
Inggris
Perusahaan-perusahaan di Inggris menerapkan CSR sebagaimana adanya pengaturan di Negara tersebut
yaitu dalam Companies Act 2006. Di Negara tersebut pemerintah mewajibkan setiap perusahaan di samping
melaporkan kinerja usaha, juga melaporkan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Laporan kinerja ini
sifatnya terbuka dan public dapat mengakses, mempertanyakan dan mengamati langsung realisasi kegiatan
CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Pemerintah Inggris juga memiliki bagian khusus dalam bidang CSR ini,
yaitu di bawah Departemen Perdagangan dan Perindustrian. Selain itu, ada tiga kementerian negara yang
bertanggung jawab dalam inovasi, bisnis dan lingkungan di Inggris yaitu: the Department for Business,
Innovation and Skills, the Department for Environment, Food and Rural Affairs, the Department for
Communities and Local government-community cohesion.
Pemerintah Inggris memiliki strategi yang digunakan dalam bidang CSR ini, diantaranya (Widjaja, G.,
& Yeremia, 2008):
1. Promote business activities that bring simultaneous economic, social and environmental benefits.
2. Work in partnership with the private sector, community bodies, unions, consumers and other stakeholders.
3. Encourage innovative approaches and continuing development and application of best practice
4. Ensure we have decent minimum levels of performance in areas such as healthy and safety, the
environment and equal opportunities.
5. Encourage increased awareness, open constructive dialogue and trust.
6. Create a policy framework which encourages and enables responsible behaviour by business.
Negara Inggris menerapkan model kebijakan CSR yaitu melalui pendekatan transparansi laporan
(Prinsip GCG). Perusahaan-perusahaan di negara ini diikat dengan etika/kode etik usaha. Meskipun Inggris
memiliki berbagai aturan ataupun kebijakan CSR, namun Inggris tidak memiliki UU khusus tentang penerapan
CSR. Dalam praktik bisnisnya, perusahaan di Inggris tidak lepas dari pengamatan public, public bisa
menyampaikan keberatannya kepada perusahaan yang merugikan sekitarnya. Pemerintah berupaya mendorong
adanya transparansi dan tanggung jawab perusahaan, maka dengan ini perusahaan perlu meningkatkan
kinerjanya, karena adanya persaingan usaha yang terjadi dapat memberikan disinsentif bagi perusahaan yang
kurang dalam penerapan CSR. Pemerintah juga memiliki kewenangan dalam memeriksa kebenaran laporan
yang disampaikan perusahaan, dan mengatur mengenai konsekuensi apabila dalam laporan kinerja yang
disampaikan perusahaan terdapat kebohongan yang dilakukan.
Perancis
Perusahaan di Perancis selama periode 2009-2014 yang terdaftar pada indeks SBF 120 menunjukkan
bahwa kualitas CSR di Perancis relatif rendah tetapi cenderung meningkat selama periode sampel. Mereka
juga menunjukkan bahwa keragaman gender dewan, audit lingkungan, dan kinerja lingkungan menjelaskan,
sebagian besar, kualitas pengungkapan CSR di Negara ini (Sahut et al., 2019).
Dalam penerapan CSR di Negara Perancis, pemerintah Perancis serius dalam menangani GCG dan
penerapan CSR, di Negara ini difokuskan kepada dua kementerian yang bertanggungjawab dalam bidang CSR,
yaitu Ministry of Solidarity and Social Cohesion dan the Ministry of Ecology, Sustainable Development,
Transports and Housing (Ionescu, 2012).
Pajak yang ditetapkan pemerintah Perancis terhadap perusahaan-perusahaan cukup besar, dan sebesar
40% dari pendapatan pajak tersebut difokuskan pemerintah untuk perlindungan sosial, Kesehatan dan dana
pensiun. Beberapa perusahaan di Perancis menganggarkan untuk pembayaran pajak cukup tinggi, yaitu Rhone
Poulenc, Elf Aquitaine dan Generale des Eaux. Tingginya pembayaran pajak yang Sebagian besar difokuskan
untuk kegiatan sosial, menyebabkan perusahaan beranggapan secara tidak langsung sudah melaksanakan CSR.
Sama halnya dengan Negara Inggris, di Perancis sistem transparansi laporan juga diterapkan Pemerintah
Perancis kepada perusahaan perusahaan di Perancis. Perusahaan harus melaporkan secara detail dampak dari
kegiatan perusahaan tersebut terhadap aspek lingkungan dan sosial, bagi perusahaan yang terdaftar di bursa
diharuskan membuat laporan tahunan CSR (Daniri & Hakim, 2009)
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
18
Kanada
Penerapan CSR di Negara Kanada memiliki kesamaan dengan Negara Inggris, dimana pemerintah
Kanada tidak membuat undang-undang khusus mengenai CSR, namun pemerintah bertindak tegas dengan
berbagai kebijakan terkait aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Berbagai kebijakan atau regulasi khusus
dibuat oleh Pemerintah Kanada di bawah Bidang Departemen Perindustrian.
Pedoman yang digunakan di Kanada dalam pelaksanaan kegiatan CSR disusun melalui panduan umum
yang terperinci didalamnya memuat mulai dari konsep CSR, bagaimana mengembangkan dan menerapkan
CSR, menyusun suatu strategi penerapan CSR, hingga tahap evaluasi pelaksanaan CSR serta penyusunan
laporan kinerja perusahaan terkait CSR.
Praktik bisnis di berbagai perusahaan di Kanada yang menerapkan CSR seperti: perusahaan harus
menjunjung tinggi etika dan menerapkan prinsip-prinsip GCG, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat,
pengelolaan lingkungan perusahaan yang aman dan sehat, masalah HAM, perlindungan konsumen, antikorupsi
dan laporan kinerja perusahaan yang transparan serta bertanggung jawab. Pemerintah Kanada juga berupaya
dalam menggalakan pelaksanaan CSR oleh perusahaan dengan mensosialisasikan keuntungan yang diperoleh
perusahaan dari menerapkan kegiatan CSR (Widjaja, G., & Yeremia, 2008)
Belgia
Negara Belgia memiliki model kebijakan CSR dengan menyediakan label khusus bagi perusahaan yang
dalam praktik bisnisnya telah sesuai dengan delapan konvensi ILO. Di Negara Belgia cukup banyak
kementerian yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan CSR, yaitu: the Federal Public Service Economy,
Federal Public Service for Employment, SMEs, the Federal Public Service for Programming covering the
following areas: Social integration and Social Economy and Poverty reduction, Sustainable development,
Science policy, Labour and Social Dialogue, Middle Classes and Energy, and, finally Protection of consumers.
Amerika Serikat
Negara Eropa, Amerika, Australia dan Kanada telah mengadopsi code of conduct CSR yang meliputi
berbagai aspek diantaranya aspek lingkungan hidup, HAM, gender, hubungan industrial, dan korupsi. Negara
mengembangkan regulasi yang berbasis pada aspek-aspek tersebut. Di Negara Australia, pemerintah negara
tersebut mewajibkan setiap perusahaan mengatur berbagai standar lingkungan hidup, HAM dan juga hubungan
industrial serta membuat laporan tahunan CSR. Sementara pemerintah di Kanada mengatur CSR dalam aspek
hubungan industrial, penyelesaian masalah sosial, aspek Kesehatan dan proteksi lingkungan. Sementara di
Negara Uni Eropa, parlemen negara tersebut mengeluarkan resolusi dengan judul βCorporate Social
Responsibility: A new partnershipβ pada tanggal 13 Maret 2007, yang bertujuan untuk mendesak Komisi
Eropa agar meningkatkan akuntabilitas perusahaan, pelaporan kinerja perusahaan aspek lingkungan dan sosial.
Adanya pelaporan pelaksanaan CSR yang diwajibkan oleh berbagai negara, muncul kesulitan dalam
memperoleh kesepakatan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam aspek sosial maupun lingkungan, namun
tetap saja pelaporan tetap harus dilakukan oleh perusahaan. Merespon hal ini, beberapa perusahaan
menggunakan audit eksternal untuk memastikan kebenaran laporan tahunan tersebut yang didalamnya
mencakup kontribusi perusahaan dalam pengembangan dan pembangunan berkelanjutan.
Perusahaan di AS menunjukkan bahwa para investor sudah aktif dan berhasil mendorong perusahaan-
perusahaan AS untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam aspek sosial dan lingkungan perusahaan (Dyck
et al., 2019). Perusahaan di AS melakukan berbagai kegiatan CSR yang diperuntukan bagi para pekerjanya
seperti turut serta memperbaiki tempat hidup/perumahan, memperhatikan kesejahteraan, Kesehatan,
transportasi, Pendidikan serta rekreasi para pekerja nya. Bagi Perusahaan Amerika yang beroperasi di luar
Negara Amerika diharuskan menerapkan CSR dengan melaksanakan Sullivan Principal, yaitu: tidak ada
pemisahan ras dalam fasilitas kerja maupun bantuan hidup pekerja, sama dan adil dalam melaksanakan
pekerjaan, serta pembayaran upah yang sama untuk pekerjaan yang sebanding.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
19
China
Perusahaan di China telah menerapkan CSR sejak tahun 1994, dimana dalam pengaturan
pelaksanaannya telah mengalami banyak sekali perubahan. Tidak hanya memprioritaskan profit sebagai tujuan
utama perusahaan melainkan juga menekankan moral dan kesejahteraan. Hal tersebut merupakan peraturan
yang ada di Undang-undang baru China dalam Company Law 2006 yang mencakup larangan untuk
mempekerjakan anak dibawah umur dan tenaga kerja paksa, larangan pada diskriminasi, peraturan honoring
sesuai dengan jam kerja, perlindungan lingkungan, pelecehan dan penyalahgunaan, jaminan kesehatan dan
keselamatan kerja, menerapkan etika bisnis yang baik serta membantu pemerintah dalam mensejahterakan
masyarakat dan negara dimana perusahaan tersebut beroperasi. Model kebijakan hukum CSR di China bersifat
mandatory dan yang diharapkan dapat memperbaiki beberapa permasalahan di China yang cukup besar seperti
masalah kemiskinan, urbanisasi, kesenjangan penghasilan, perubahan demografi dan masalah kerusakan
lingkungan (Rana & Afsharipour, 2014).
India
CSR telah lama dipraktikkan oleh perusahaan besar di india dengan nama lain Corporate Philanthropy,
meskipun tidak diatur dalam Undang-undang secara khusus. Dalam pandangan India untuk mendapatkan
peluang menuju perubahan signifikan perusahaan kearah yang lebih baik, sangat penting bagi perusahaan di
india untuk memperkuat tata kelola perusahaan dan kesejahteraan sosial dan lingkungan melalui Company Act
2013. Model kebijakan hukum CSR di India sama halnya dengan China yang bersifat mandatory dan
menjadikan CSR sebagai bagian dari GCG perusahaan, serta besaran CSR di Negara ini sudah fix sebesar 2%
dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Aturan mengenai CSR tersebut sebelumnya telah mengalami
perubahan pada tahun 2009 dan 2011 dimana CSR hanyalah bersifat sukarela. Masalah tingginya angka
kemiskinan, pengangguran, rendahnya tingkat pendidikan, kematian bayi dan ibu yang melahirkan, dan
tingginya kesenjangan sosial yang merupakan alasan India merubah aturan dalam pengaplikasian CSR di
perusahaan yang dianggap dapat membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut. Pemerintah
India pada April 2013 memberlakukan Guidelines on Corporate Social Responsibility and Sustainability for
Central Public Sector Enterprises. Dengan adanya aturan ini pemerintah India menetapkan setiap Central
Public Sector Enterprises (CPSEs) harus memiliki minimal 1 proyek besar yang diperuntukan untuk
pengembangan wilayah yang terbelakang (Rana & Afsharipour, 2014).
Pengaturan CSR di berbagai negara masih sedikit yang sudah diatur dalam UU, beberapa negara seperti
Spanyol dan Belanda masih sebatas rancangan dan kegiatannya yang bersifat sukarela. Sebagai contoh Negara
Amerika Serikat, dimana pengaturan CSR masih bersifat sukarela, namun dapat berjalan dengan baik, karena
terdapat korelasi antara pasar dan perusahaan di negara tersebut. Apabila perusahaan tidak memiliki
kepedulian akan tanggung jawabnya terhadap publik, maka perusahaan tersebut otomatis dijauhi konsumen.
Di Indonesia meski pengaturan CSR sudah diatur dalam perundang-undangan, namun tetap saja
menimbulkan berbagai persoalan yang perlu diperhatikan, kurangnya sinkronisasi, sinergi dan harmonisasi
antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat menjadikan seolah-olah kebijakan CSR ini berjalan sendiri-
sendiri. Filosofi CSR yang masih belum dimaknai oleh para pelaku bisnis yang hanya menjalankan CSR
sebatas kewajiban dan menghindari sanksi, serta perusahaan di Indonesia juga dihadapkan pada berbagai
persoalan masyarakat yang berbeda di setiap wilayahnya. Diperlukan harmonisasi dan sinkronisasi agar CSR
dapat dijalankan dalam terwujudnya kesuksesan pelaksanaan program yang berkelanjutan dan memberikan
manfaat untuk sekitar (Sefriani & Wartini, 2017).
Perbedaan dalam penerapan CSR di negara maju maupun negara berkembang disebabkan pada
perbedaan latar belakang masing-masing negara tersebut. Di Negara yang sudah maju, hak-hak konsumen dan
penegakan hukum sudah diterapkan dengan baik. Namun di Negara-negara berkembang masih belum efektif
dan perlu terobosan dalam penerapan CSR agar perusahaan di Indonesia mampu bertanggungjawab akan
tanggung jawab sosial, lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar. (Sefriani & Wartini, 2017).
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
20
SIMPULAN DAN SARAN
Penerapan CSR merupakan salah satu implementasi GCG. Perusahaan sebagai entitas bisnis bukan
hanya berorientasi kepada keuntungan tetapi juga memiliki tanggung jawab kepada lingkungan dan
masyarakat, sudah seharusnya perusahaan mengimplementasikan GCG berdasarkan atas lima prinsip GCG.
Perusahaan diharapkan komitmen dalam menjalankan prinsip GCG, karena sangat berkaitan dengan penerapan
CSR, dan diharapkan terwujudnya program-program yang berkelanjutan terkait pelaksanaan CSR.
Pengaturan GCG dalam penerapan CSR di setiap Negara berbeda-beda, dan pengaturan CSR ini
membutuhkan pengawasan dari negara maupun masyarakat. Dari penjelasan di atas mengenai berbagai
penerapan CSR di berbagai Negara, hal ini tentu dapat menjadi contoh bagi negara Indonesia dalam penerapan
CSR di Indonesia. Indonesia dapat mencontoh Negara maju seperti Negara Inggris dan Amerika agar negara
Indonesia dapat efektif dalam pengimplementasian GCG serta CSR. Menurut penulis system mandatory yang
tepat diterapkan di Indonesia, apabila CSR hanya didasarkan pada prinsip sukarela, hal ini tentu tidak dapat
dijalankan dengan efektif dan terukur dalam penerapan CSR.
CSR sebaiknya memiliki kekuatan hukum yang mengikat dan kepastian legal serta menjadi sebuah
kewajiban yang harus dijalankan perusahaan. Kewajiban yang harus dijalankan perusahaan berupa kewajiban
dalam mengeluarkan hasil laporan kegiatan CSR kepada masyarakat. Selain itu perlu langkah awal yang juga
penting dalam penerapan GCG, pemerintah Indonesia dapat membentuk badan ataupun lembaga khusus yang
bertugas dalam menjalankan konsep GCG dan pengimplementasian CSR di Indonesia. Sehingga diharapkan
penerapan CSR akan lebih terfokus dan terarah. CSR tidak sebatas konsep untuk mendapatkan citra yang baik
bagi perusahaan, namun benar-benar kesadaran perusahaan dan bentuk realisasi niat baik perusahaan sebagai
bagian dari masyarakat.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mampu sepenuhnya dalam melaksanakan GCG, hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahaman dari pelaku bisnis mengenai konsep GCG juga adanya kendala yang
dihadapi perusahaan-perusahaan tersebut. Penerapan GCG di Indonesia para pelaku bisnis memandang hanya
sebuah regulasi, untuk menghindari sanksi bukan atas dasar kebutuhan perusahaan yang memang harus
menjalankan bisnis sesuai dengan konsep GCG. Dengan ini penulis menyarankan agar top manajemen
perusahaan memberikan kesempatan pada bawahan untuk terlibat dalam proses penyusunan anggaran guna
mendorong tercapainya tujuan perusahaan.
Pemilik dan manajemen perusahaan hendaknya menumbuhkan budaya kuat yang mampu mendorong
karyawan untuk bersikap agresif, inovatif dan loyalitas tinggi pada perusahaan. Selain itu peran pemerintah
diperlukan dalam mensosialisasikan konsep GCG kepada seluruh lapisan masyarakat. Bentuk regulasi yang
ditetapkan pemerintah harus akomodatif dan dapat merespon kebutuhan publik. Publik belum memiliki
pemahaman yang sama terkait CSR, namun mereka sepakat bahwa CSR penting untuk diterapkan karena
sebagai wujud penerapan prinsip GCG dengan adanya akuntabilitas publik serta untuk menciptakan iklim
usaha yang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, S., & Ardana, I. C. (2009). Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya.
Salemba Empat. https://doi.org/10.20884/1.sar.2017.2.2.591
Amerta. (2018). Perkembangan CSR di Indonesia. https://www.amerta.id/2018/04/25/1304/perkembangan-
csr-di-indonesia.php
Andriani, S., & Arwiyah, M. Y. (2019). Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Mencapai
Good Corporate Governance (GCG) Studi di PT Kereta Api Indonesia (Persero). E-Proceeding of
Managementβ―: Vol.6, No.3 Desember 2019, 6(3), 5991β5998.
Daniri, M. A., & Hakim, M. (2009). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Legesi Indonesia, 6(2), 1β12.
Dyck, A., Lins, K. V., Roth, L., & Wagner, H. F. (2019). Do institutional investors drive corporate social
responsibility? International evidence. Journal of Financial Economics, 131(3), 693β714.
https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2018.08.013
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
21
Haboddin, M. (2008). Perlawanan LSM Terhadap PT Indorayon. Jurnal 1lmu Sosial Dan Ilrnu Politik, 12(1),
79β100.
Hasniawati, A. P., & Cicilia, S. (2015). GCG rendah, OJK panggil 100 emiten.
https://investasi.kontan.co.id/news/gcg-rendah-ojk-panggil-100-emiten
Ilmi, M., Kustono, A. S., & Sayekti, Y. (2017). Effect of Good Corporate Governance, Corporate Social
Responsibility Disclosure and Managerial Ownership to the Corporate Value with Financial Performance
as Intervening Variables: Case on Indonesia Stock Exchange. International Journal of Social Science
and Business., 1(2), 75β88.
Ionescu, M. I. (2012). Corporate Social Responsibility: Optional or Regulatory. Challenges of the Knowledge
Society. Legal Sciences, 2, 561β574.
Listyaningsih, E., Dewi, R., & Baiti, N. (2018). The Effect of Good Corporate Governance on Corporate Social
Responsibility Disclosure on Jakarta Islamic Index. Indonesian Journal of Business and
Entrepreneurship, 4(3), 273β281. https://doi.org/10.17358/ijbe.4.3.273
Mardikanto, T. (2014). Tanggung Jawab Sosial Korporasi. Alfabeta.
Primadhyta, S. (2017). OJK: Praktik GCG Perusahaan Indonesia Masih Tertinggal.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170920070153-78-242846/ojk-praktik-gcg-perusahaan-
indonesia-masih-tertinggal
Purbopangestu, H. W., & Subowo, S. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Intervening. Accounting Analysis
Journal, 3(3), 321β333.
Rana, S., & Afsharipour, A. (2014). The Emergence of New Corporate Social Responsibility Regimes in China
and India. UC Davis Business Law Journal, 14, 175β230.
Sahut, J. M., Peris-Ortiz, M., & Teulon, F. (2019). Corporate Social Responsibility and Governance. Journal
of Management and Governance, 23(4), 901β912. https://doi.org/10.1007/s10997-019-09472-2
Sefriani, & Wartini, S. (2017). Model Kebijakan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia.
Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 24(1), 1β28. https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss1.art1
Susanti, S., & Riharjo, I. B. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Corporate Social
Responsibility pada Perusahaan Cosmetics and Household. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 1(1), 152β
167.
Umarella, B. (2020). Implementasi Tata Kelola Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility
Pada Bank Btn Cabang Ambon. Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora Implementasi, 1(6), 72β78.
Wibowo, E. (2010). Implementasi Good Corporate Governance. Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 10,
129β138.
Widjaja, G., & Yeremia, A. P. (2008). Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR. Forum Sahabat.
Worokinasih, S., & Zaini, M. L. Z. B. M. (2020). The mediating role of corporate social responsibility (CSR)
disclosure on good corporate governance (GCG) and firm value. Australasian Accounting, Business and
Finance Journal, 14(1), 88β96. https://doi.org/10.14453/aabfj.v14i1.9
Yapiter, M. P., Sugiati, Y., & Eriandani, R. (2013). Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
pada Program Corporate Social Responsibility Hotel X Kupang. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabayaniversitas Surabaya, 2(2), 1β17.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
22
Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian HP iPhone
Sri Mulyati1, Umban Adi Jaya2
1,2Program Studi Manajemen, Institut Manajemen Wiyata Indonesia
Article Information Abstract
IMWI STUDENT RESEARCH
JOURNAL
This study aims to examine the effect of product quality and price on
purchasing decisions for iPhone brand HP products in Sukabumi City.
This type of research is categorized as a descriptive study using a
quantitative approach. The population of this research is iPhone users in
Sukabumi City. The research sample consisted of 100 respondents. Data
collection using a questionnaire. Testing the quality of the instrument
using the validity test and reliability test. The next test is testing the
fulfillment of classical assumptions and multiple linear regression
analysis, including t statistical testing and F statistics. The results of the
study found that partially and simultaneously product quality and price
variables have a positive and significant effect on purchasing decision
variables. Respondents view the performance of the HP iPhone brand is
very good, the price is in accordance with the quality and benefits
provided.
Volume 1, Nomor 1
Agustus β Nopember 2020
Hlm.: 22-30
Institut Manajemen
Wiyata Indonesia,
Jl. Gudang No. 7,
Kota Sukabumi,
Jawa Barat.
Keywords:
Product Quality, Price,
Purchasing Decision.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas produk dan
harga terhadap keputusan pembelian produk HP merek iPhone di Kota
Sukabumi. Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yang
bersifat deskriftif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi
penelitian ini adalah pengguna HP merek iPhone di Kota Sukabumi.
Sampel penelitian berjumlah 100 orang responden. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Pengujian kualitas instrumen menggunakan uji
validitas dan uji reliabilitas. Pengujian berikutnya adalah pengujian
pemenuhan asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda, mencakup
pengujian statistik t dan statistik F. Hasil penelitian menemukan bahwa
secara parsial dan simultan variabel kualitas produk dan harga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan
pembelian. Responden memandang kinerja HP merek iPhone sangat baik,
harga telah sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diberikan.
Corresponding Author:
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
23
PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan teknologi handphone semakin hari semakin pesat, baik kehandalan, fasilitas serta
fitur-fiturnya terus ditingkatkan untuk memajukan pemiliknya. Sebagai sebuah produk teknologi maka setiap
produsen handphone tidak akan pernah berhenti untuk terus meningkatkan kemampuannya, karena berhenti
berinovasi berarti mati dan pasar akan direbut oleh produsen merek lain.
Kualitas produk, harga dan citra merek merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dan sering
dievaluasi terlebih dahulu oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Keputusan
pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli
(Kotler & Armstrong, 2016). Menurut Kotler et al. (2018) proses pengambilan keputusan pembelian melalui
lima tahap, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian.
Dalam hal untuk memengaruhi keputusan pembelian konsumen banyak faktor-faktor yang perlu dikaji
dalam pemasaran. Faktor-faktor yang dimaksud disini adalah produk dan harga. Apple IPhone merupakan
merek ternama yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan kualitas produk yang telah dipercaya dan
sebagai produk yang paling diminati masyarakat baik dari segi kualitas produk, desain produk maupun harga.
Saat ini IPhone merupakan smartphone terlaris di dunia, salah satunya Indonesia yang menjadikan IPhone
produk andalan yang banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia.
Apple IPhone terus berinovasi dalam menciptakan produk-produk smartphone yang berkualitas dan
canggih yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern saat ini. Di antara inovasi yang dilakukan yaitu
menyangkut layar, daya tahan baterai, teknologi kamera, dan chipset. Perlombaan inovasi dilakukan bersama
merek pesaing, yaitu Samsung (Patrick, 2020). Apple terus menyasar supaya IPhone dapat semakin diminati
oleh masyarakat Indonesia baik dari kalangan masyarakat ekonomi atas maupun ekonomi menengah. Di satu
sisi produk merek IPhone memang tergolong lebih mahal dibanding merek lain. Namun kemudian murah atau
mahalnya harga suatu produk menawarkan spesifikasi, keunggulan dan kualitas masing-masing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas produk dan harga berpengaruh secara
signifikan atau tidak terhadap keputusan pembelian. Penelitian oleh Budianti & Anjarwati (2017) menemukan
bahwa kualitas produk dan harga berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Konsumen
memperhatikan indikator kualitas produk dari daya tahan dan keandalan produk, serta indikator harga dari
kesesuaian harga dengan manfaat yang diberikan.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Kualitas Produk (X1)
Kotler et al. (2018) mendefinisikan kualitas produk sebagai kemampuan produk untuk memenuhi atau
melebihi ekspektasi dari pelanggan, sehingga menimbulkan keputusan untuk membeli. Ekspektasi dari
pelanggan tentu bermacam-macam. Perhatian pelanggan terhadap kualitas produk juga bermacam-macam.
Maka kemudian pihak produsen menyiasati dengan menyediakan produk dalam berbagai model dan versi.
Indikator dari variabel kualitas produk, diantaranya (Triwahyuni, 2017):
1. Kesesuaian dengan spesifikasi
2. Variasi produk banyak
3. Rancangan produk sesuai dengan trend pasar
Konsep Harga (X2)
Menurut Kotler & Armstrong (2016), harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu
barang atau jasa atau jumlah dari nilai uang yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki
atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga dikatakan murah atau mahal bersifat relatif. Penghargaan
yang berbeda-beda diantara beberapa orang terhadap nilai suatu barang atau jasa akan membuat relatifnya
kadar murah atau mahal harga suatu produk atau jasa.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
24
Indikator dari variabel harga, diantaranya (Triwahyuni, 2017):
1. Harga yang sesuai dengan kualitas produk
2. Keterjangkauan harga
3. Perbandingan tingkat harga dengan produk lain.
Keputusan Pembelian (Y)
Menurut Kotler & Armstrong (2016), keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pembelian
dimana konsumen benar-benar membeli. Keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan yang penting,
karena di dalam proses keputusan pembelian tersebut memuat berbagai langkah yang terjadi secara berurutan
sebelum konsumen mengambil keputusan lebih lanjut (Somantri et al., 2020).
Indikator dari variabel keputusan pembelian, diantaranya (Triwahyuni, 2017):
1. Keyakinan dalam membeli
2. Sesuai dengan keinginan
3. Merekomendasikan kepada orang lain
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independen) yaitu kualitas produk (X1) dan harga
(X2), serta satu variabel terikat (dependen) yaitu keputusan pembelian (Y). Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Dalam penelitian survei, informasi yang dikumpulkan dari
responden dengan menggunakan kuesioner. Lokasi penelitian adalah di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Subjek
penelitian adalah pengguna aktif smartphone merek iPhone. Sampel penelitian ditetapkan sebanyak 100 orang
responden.
Penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya digolongkan dalam penelitian asosiatif dan jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data kuesioner yang diperoleh dari para responden
diuji kualitasnya untuk membuktikan validitas dan reliabilitas. Selanjutnya untuk menguji bagaimana
pengaruh variabel kualitas produk dan harga (independen) terhadap variabel keputusan pembelian (dependen)
dilakukan dengan menggunakan alat uji analisis regresi linier berganda. Sebelumnya dilakukan pengujian
pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan pengujian variabel independen sebagai estimator atas variabel
dependen tidak mengalami bias.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya kuesioner. Pengujian signifikan dilakukan
dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikan 0,05 dengan uji 1 sisi. Hasil uji validitas variabel
kualitas produk disajikan pada tabel 1, variabel harga pada tabel 2, dan variabel keputusan pembelian pada
tabel 3, sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk
Item r hitung r tabel Keterangan
X1_1 0,544 0,165 Valid
X1_2 0,718 0,165 Valid
X1_3 0,629 0,165 Valid
X1_4 0,263 0,165 Valid
X1_5 0,733 0,165 Valid
X1_6 0,528 0,165 Valid
X1_7 0,573 0,165 Valid
X1_8 0,303 0,165 Valid
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
25
Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel kualitas produk dengan seluruh pernyataan
dikatakan valid (r hitung > r tabel).
Tabel 2
Hasil Uji Validitas Variabel Harga
Item r hitung r tabel Keterangan
X2_1 0,902 0,165 Valid
X2_2 0,864 0,165 Valid
X2_3 0,910 0,165 Valid
X2_4 0,877 0,165 Valid
X2_5 0,356 0,165 Valid
X2_6 0,573 0,165 Valid
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel harga dengan seluruh pernyataan dikatakan valid
(r hitung > r tabel).
Tabel 3
Hasil Uji Validitas Keputusan Pembelian
Item r hitung r tabel Keterangan
Y_1 0,715 0,165 Valid
Y_2 0,762 0,165 Valid
Y_3 0,547 0,165 Valid
Y_4 0,684 0,165 Valid
Y_5 0,816 0,165 Valid
Y_6 0,762 0,165 Valid
Y_7 0,773 0,165 Valid
Y_8 0,820 0,165 Valid
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untk variabel keputusan pembelian dengan seluruh pernyataan
dikatakan valid (r hitung > r tabel).
Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dikatakan reliabel jika
hasilnya a > 0,06. Berikut ini disajikan tabel hasil uji reliabilitas:
Tabel 4
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbachβs
Alpha
Cronbachβs Alpha
yang disyaratkan
Keterangan
Kualitas Produk 0,635 >0,600 Reliabel
Harga 0,850 >0,600 Reliabel
Keputusan Pembelian 0,878 >0,600 Reliabel
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Hasil uji reliabilitas dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbachβs Alpha atas kualitas produk
sebesar 0,635, variabel harga 0,850 dan variabel keputusan pembelian 0,878. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa semua item pernyataan setiap variabel ini reliabel karena mempunyai nilai Cronbachβs
Alpha lebih dari 0,6.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
26
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov dan grafik normal pp-plot, disajikan sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 4.02321759
Most Extreme Differences Absolute .063
Positive .039
Negative -.063
Test Statistic .063
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Dari hasil tabel di atas menunjukkan bahwa hasil dari Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0,200 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal.
Gambar 1 Grafik P-P Plot
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Dapat dilihat bahwa hasil grafik p-p plot di atas titik titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model regresi
layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
27
Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Nilai cut off yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolonieritas
adalah nilai toleran β€ 0,10 atau sama dengan nilai VIF β€ 10.
Tabel 6
Hasil Uji Multikolonieritas
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi antar variabel bebas/independen,
yaitu variabel X1 (Kualitas Produk) dan variabel X2 (Harga) mempunyai nilai output VIF yang sama yaitu
sebesar 1.918 dan nilai output tolerance masing-masing variabel menunjukkan angka yang sama pula yaitu
0,521. Setiap variabel bebas mempunyai nilai VIF < 10 dan nilai tolerance >0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi multikolonieritas antara variabel bebas dalam model regresi ini.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari suatu residual pengamatan ke pengamatan lain atau tidak.
Gambar 2 Grafik P-P Plot
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant
)
.945 2.975
.318 .751
Total_X1 .464 .145 .323 3.205 .002 .521 1.918
Total_X2 .647 .150 .435 4.322 .000 .521 1.918
a. Dependent Variable: Total_Y
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
28
Hasil Uji t
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan kaidah keputusan statistik:
1. Jika t hitung > t tabel maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak.
2. Jika t hitung β€ t tabel maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
Terdapat dua hipotesis alternatif pada penelitian ini, yaitu Ha1: Kualitas produk berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian, dan Ha2: Harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Hasil
pengujian statistik t disajikan pada tabel 7 berikut ini:
Tabel 7
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant
)
.945 2.975
.318 .751
Total_X1 .464 .145 .323 3.205 .002
Total_X2 .647 .150 .435 4.322 .000
a. Dependent Variable: Total_Y
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Model regresi linier ini adalah: Y= 0,945 + 0,465 (X1) + 0,647 (X2), dimana:
β’ Konstanta: 0,945 besarnya variabel keputusan pembelian yang tidak dipengaruhi variabel kualitas
produk dan harga, atau variabel bebas = 0, maka nilai keputusan pembelian sebesar 0,945.
β’ Koefisien kualitas produk sebesar 0,464 menunjukkan bahwa jika variabel kualitas produk
ditingkatkan makan akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0,464 dengan asumsi variabel
lain konstan.
β’ Koefisien harga sebesar 0,647 menunjukkan bahwa jika variabel harga ditingkatkan maka akan
meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0,647 dengan asumsi variabel lain konstan.
Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 7 diperoleh hasil sebagai berikut:
β’ Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Hasil pengujian yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel kualitas produk memiliki
tingkat signifikan 0,002 atau lebih kecil dari 0,05, dan nilai t hitung 3.205 > t tabel 1.660. Hal ini
menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap variabel
dependen. Sehingga Ha1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh
positif signifikan terhadap keputusan pembelian.
β’ Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Hasil pengujian yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel Harga memiliki tingkat
signifikan sebesar 0,000 atau lebih besar dari 0,05, dan nilai t hitung 4.322 > t tabel 1.660. Hal ini
menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap variabel
dependen. Sehingga Ha2 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel harga berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan pembelian.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
29
Hasil Uji F
Sebagai tambahan, pengujian statistik F untuk menguji pengaruh simultan kualitas produk dan harga
terhadap keputusan pembelian dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Apabila nilai probabilitas lebih kecil
dari 0,05 maka kedua variabel independen dinyatakan berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen, begitupun sebaliknya apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka kedua variabel
independen dinyatakan tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
Tabel 8
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1524.798 2 762.399 46.150 .000b
Residual 1602.442 97 16.520
Total 3127.240 99
a. Dependent Variable: Total_Y
b. Predictors: (Constant), Total_X2, Total_X1
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar
46,150 > F tabel sebesar 3.09 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05 maka menerima bahwa kualitas produk dan harga berpengaruh secara simultan (bersama-sama)
terhadap keputusan pembelian.
PEMBAHASAN
Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian
Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk HP merek
iPhone di Kota Sukabumi. Semakin tinggi kualitas yang dimiliki produk iPhone tersebut, maka semakin baik
atau tinggi pula keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan analisis pada butir pernyataan di kuesioner,
responden mempertimbangkan indikator kualitas produk paling tinggi pada kesesuaian dengan spesifikasi,
yaitu pada pernyataan βSaya tertarik membeli smartphone merek iPhone karena keandalan produk yang sudah
menggunakan perangkat berbasis iOSβ dan pernyataan βSaya membeli smartphone merek iPhone karena
kinerja perangkat yang berbasis iOS, pemakaian aktif dibandingkan smartphone merek lainβ.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Budianti & Anjarwati, 2017; Triwahyuni, 2017;
Utami & Ratna, 2019) yang menemukan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian. Kualitas produk yang baik dapat memberikan rasa puas bagi konsumen, baik dalam
pemakaian, maupun pengalaman, sehingga di masa akan datang diharapkan dapat melakukan pembelian ulang.
Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian
Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk HP merek iPhone di Kota
Sukabumi. Semakin baik, terjangkau, atau sesuai harga produk iPhone tersebut, maka semakin baik atau tinggi
pula keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan analisis pada butir pernyataan di kuesioner, responden
mempertimbangkan indikator harga paling tinggi pada kesesuaian harga dengan kualitas produk, yaitu pada
pernyataan βSaya membeli smartphone merek iPhone karena harga sesuai dengan kualitas produk yang
dimilikiβ dan pernyataan βSaya membeli smartphone merek iPhone karena harga yang ditawarkan sesuai
dengan manfaat produk yang saya terimaβ.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
30
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Budianti & Anjarwati, 2017; Triwahyuni, 2017; Jaya
& Sriningsih, 2018) yang menemukan bahwa harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian. Harga yang ditawarkan untuk smartphone merek iPhone memang relatif lebih mahal dibanding
smartphone merek lain, namun kelebihan pada kualitas dan manfaat menjadi modal produk tersebut dapat
diterima dengan baik di masyarakat.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai pengaruh kualitas produk dan harga terhadap
keputusan pembelian HP merek iPhone di Kota Sukabumi, dapat diambil simpulan bahwa pertama, kualitas
produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian HP merek iPhone di Kota Sukabumi.
Responden mempertimbangkan indikator kualitas produk paling tinggi pada kesesuaian dengan spesifikasi.
Kedua, harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian hp merek iPhone di Kota Sukabumi. Responden
mempertimbangkan indikator harga paling tinggi pada kesesuaian harga dengan kualitas produk.
Saran diberikan untuk kepentingan penelitian di masa mendatang, yaitu dapat mempertimbangkan untuk
mengkaji pengaruh variabel lain yang dapat memengaruhi keputusan pembelian, diantaranya lifestyle (Jaya &
Sriningsih, 2018), kepercayaan merek (Wiyata & Awaliah, 2019), citra merek (Somantri et al., 2020), dan
customer experience (Wiyata et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Budianti, A. C., & Anjarwati, A. L. (2017). Pengaruh Kualitas Produk dan Harga terhadap Keputusan
Pembelian Smartphone Xiaomi Redmi 1s (Studi Pada Pengunjung Wtc Surabaya). Jurnal Ilmu
Manajemen, 5(1), 1β9.
Jaya, U. A., & Sriningsih, W. (2018). Pengaruh Lifestyle dan Price Terhadap Buying Intention Produk
Smartphone Samsung pada Pelajar di Kota Sukabumi. Cakrawala, 1(2), 15β27.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2016). Principle of Marketing. 15tβ edition. New Jersay. Pearson Prentice Hall.
Kotler, P., Keller, K. L., Ang, S. H., Tan, C. T., & Leong, S. M. (2018). Marketing Management: An Asian
Perspective. Pearson.
Patrick, J. (2020). Lomba Kasta Teratas Teknologi Apple dan Samsung.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200320155726-185-485392/lomba-kasta-teratas-teknologi-
apple-dan-samsung
Somantri, B., Afrianka, R., & Fahrurrazi, F. (2020). Pengaruh Gaya Hidup dan Citra Merek Terhadap
Keputusan Pembelian Produk iPhone. Cakrawala, 3(1), 1β10.
Triwahyuni, N. (2017). Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian HP
OPPO pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UN PGRI Kediri. Jurnal. Program Studi Manajemen.
Fakultas Ekonomi. Universitas Nusantar PGRI Kediri.
Utami, S. A. R., & Ratna, N. W. (2019). Pengaruh Brand Image dan Product Quality terhadap Purchasing
Decision Produk Lipstik Wardah di Kota Sukabum. Cakrawala, 2(2), 40β49.
Wiyata, M. T., & Awaliah, N. N. (2019). Pengaruh Budaya dan Kepercayaan Merek Terhadap Pengambilan
Keputusan Mahasiswa Memilih Kuliah di Institut Manajemen Wiyata Indonesia. Cakrawala, 2(1), 32β
46.
Wiyata, M. T., Putri, E. P., & Gunawan, C. (2020). Pengaruh Customer Experience, Ease of Use, dan Customer
Trust Terhadap Repurchase Intention Konsumen Situs Jual Beli Online Shopee. Cakrawala, 3(1), 11β
21.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
31
Kemampuan ROA dan NPM dalam Memengaruhi Return Saham
Melly Fuji Astuti1, Z Zulkarnain2
1,2Program Studi Akuntansi, Institut Manajemen Wiyata Indonesia
Article Information Abstract
IMWI STUDENT RESEARCH
JOURNAL
Return is what investors who invest their capital expect. ROA is used to
determine company performance based on the company's ability to utilize
its assets, this can lead to appreciation and depreciation of stock prices.
NPM calculates the extent to which the company's ability to generate net
income at a certain sales level. A high ratio gives confidence to investors
to own company shares which can increase stock returns in the future.
This study aims to determine: (1) the effect of return on assets (ROA) on
stock returns, (2) the effect of net profit margin (NPM) on stock returns,
and (3) the effect of return on assets (ROA) and net profit margin ( NPM)
on stock returns simultaneously. The research subjects were
manufacturing companies in the food and beverage sub-sector on the IDX
2012-2016. The data used are secondary data. The data analysis
technique used in this study is Multiple Linear Regression Analysis. The
results showed that (1) return on assets (ROA) has no effect on stock
returns. (2) net profit margin (NPM) has no effect on stock returns. 3)
simultaneous return on assets (ROA) and net profit margin (NPM) has no
effect on stock returns.
Volume 1, Nomor 1
Agustus β Nopember 2020
Hlm.: 31-40
Institut Manajemen
Wiyata Indonesia,
Jl. Gudang No. 7,
Kota Sukabumi,
Jawa Barat.
Keywords:
Return on Assets (ROA),
Net Profit Margin (NPM),
Stock Return.
Abstrak
Return merupakan hal yang diharapkan para investor yang menanamkan
modalnya. ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan
berdasarkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset yang
dimiliki, hal ini dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham.
NPM menghitung sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio yang tinggi memberikan
keyakinan kepada para investor untuk memiliki saham perusahaan yang
nantinya dapat meningkatkan return saham di masa yang akan datang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh return on asset
(ROA) terhadap return saham, (2) pengaruh net profit margin (NPM)
terhadap return saham, dan (3) pengaruh return on asset (ROA) and net
profit margin (NPM) terhadap return saham secara simultan. Subyek
penelitian adalah perusahaan manufaktur subsektor makanan dan
minuman di BEI periode 2012-2016. Data yang digunakan adalah data
sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) return on asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap return saham. (2)
net profit margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap return saham. 3)
return on asset (ROA) dan net profit margin (NPM) secara simultan tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Corresponding Author:
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
32
PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi di negara berkembang dapat dilihat dari kondisi pasar modalnya. Pasar modal
menjadi sarana efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui
mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor produktif.
Pengumpulan dana tersebut dalam berbagai bentuk sekuritas. Bagi pemegang sekuritas (investor), memiliki
harapan untuk memperoleh pendapatan/keuntungan atau peningkatan atas nilai investasi awal (modal) dan
bertujuan untuk memaksimalkan hasil (return) di masa mendatang (Anoraga & Pakarti, 2001).
Seorang investor akan memilih produk sekuritas seperti saham yang memberikan return yang tinggi
karena tujuan mereka untuk mendapatkan return yang maksimal dengan risiko yang rendah (Arisandi, 2014).
Return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Return dapat dihitung
dari selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang
diinvestasikan.
Banyak faktor yang memengaruhi return saham, diantaranya adalah informasi yang bersifat
fundamental maupun teknikal. Penggunaan model menjadi sangat penting untuk menilai harga saham dan
membantu investor dalam merencanakan dan memutuskan investasi secara efektif (Sudiyatno, 2011). Para
investor menggunakan teknik analisis fundamental untuk menilai kinerja perusahaan untuk mengestimasi
return, pendekatan tersebut terutama ditujukan pada faktor yang pada umumnya berada di luar pasar modal.
Faktor fundamental dari perusahaan yang dapat menjelaskan kekuatan dan kelemahan kinerja keuangan
perusahaan diantaranya adalah rasio-rasio keuangan. Rasio yang digunakan salah satunya yaitu rasio
profitabilitas. Rasio profitabilitas yang berfungsi untuk memprediksi harga saham atau return saham adalah
Return on Asset (ROA), dan Net Profit Margin (NPM). ROA dan NPM dinyatakan dapat memengaruhi dengan
arah positif terhadap return saham. ROA menggambarkan seberapa besar laba yang dapat diperoleh
perusahaan dengan menggunakan seluruh asetnya. NPM menggambarkan rasio perbandingan jumlah laba
bersih setelah pajak terhadap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan (Raharjaputra, 2011).
Berikut ini informasi 3 (tiga) perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman di BEI, beserta
fenomena data yang terjadi:
Tabel 1
Informasi Return saham, ROA dan NPM
Beberapa Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016
2012 0,27 8,5% 3,06%
2013 0,12 5,0% 2,11%
2014 0,02 6,3% 2,87%
2015 -0,2 4,2% 2,91%
2016 0,53 6,1% 3,79%
2012 0,4 9,0% 2,05%
2013 0,3 10,0% 2,85%
2014 -0,19 4,0% 0,84%
2015 0,45 11,0% 2,63%
2016 -0,94 11,0% 2,49%
2012 1,18 6,6% 2,58%
2013 0,32 6,9% 2,53%
2014 0,46 5,1% 2,07%
2015 -0,42 4,1% 2,05%
2016 0,6 7,8% 3,29%
TAHUNRETURN
SAHAMROA NPM
1
2
3
NAMA PERUSAHAAN
Indofood Sukses
Makmur Tbk.
(INDF)
Mayora Indah Tbk.
(MYOR)
Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk.
(AISA)
NO.
Sumber: www.idx.co.id (2018)
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
33
Tabel 1 di atas menunjukkan fluktuatifnya pergerakan ROA dan NPM terhadap return saham. Sekilas
diperhatikan pergerakan naik-turun ROA dan NPM tidak selaras dengan pergerakan naik-turun return saham.
Apakah ini menunjukkan ROA dan NPM tidak memiliki kemampuan memengaruhi return saham? Beberapa
penelitian terdahulu menghasilkan simpulan yang berbeda-beda dalam menyatakan kemampuan ROA dan
NPM memengaruhi return saham (Ginting, 2013; Putra & Kindangen, 2016; Zalmi & Yani, 2014). Penelitian
ini kembali dilakukan untuk menyajikan bukti apakah ROA dan NPM memiliki/tidak memiliki kemampuan
memengaruhi return saham?
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tinjauan Pustaka
Pasar Modal
Istilah pasar modal bagi orang awam mungkin kurang memahaminya, namun bagi mereka yang bergelut
dalam industri keuangan bukanlah hal yang asing. Apa sebenarnya pasar modal itu? Pasar modal adalah tempat
dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan
tersebut nantinya dipergunakan sebagai tambahan dana atau memperkuat modal perusahaan (Fahmi, 2012).
Pasar modal berperan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.
Selain memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia, pasar modal juga menjalankan dua
fungsi yaitu pertama sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan
dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada
instrumen keuangan (Martalena & Malinda, 2011). Instrumen yang ada di pasar modal Indonesia yaitu efek
yang terdiri dari saham, obligasi dan obligasi konversi, bukti right, dan warrant.
Saham
Pada saat ini banyak orang berburu saham untuk berinvestasi keuangan, yang disebabkan bahwa
investasi pada saham dapat memberikan pasive income. Saham didefinisikan menurut Fahmi (2012) sebagai:
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan
kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.
c. Persediaan yang siap untuk dijual.
Saham pada umumnya dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang
biasa yang disebut emiten. Seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia memiliki
perusahaan tersebut. Pemegang saham berhak atas dividen, jika dividen tersebut dibayarkan (Fahmi, 2012).
Return Saham
Return merupakan hal yang diharapkan para investor yang menanamkan modalnya, maka return
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor
berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya (Eduardus, 2010). Untuk mengetahui secara pasti besarnya return saham yang dapat diperoleh
dari suatu investasi saham di masa yang akan datang tidaklah mudah. Arti pentingnya memahami risiko dalam
investasi adalah untuk menghindari atau mengantisipasi serta meminimalisir terjadinya kerugian dalam
investasi (Didit, 2013).
Ada 2 (dua) return yaitu return yang telah terjadi (realized return) dan return yang diharapkan (expected
return). Ketika investor menginvestasikan dananya, investor akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan
jika periode investasi telah berlalu investor akan dihadapkan dengan tingkat return yang sesungguhnya yang
diterima. Mungkin saja berbeda antara return yang diharapkan dengan return realisasi. Perbedaan tersebut
merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan investor dalam proses investasi (Didit, 2013).
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
34
Return on Assets (ROA)
ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat aset tertentu (Hanafi &
Halim, 2012). ROA dapat digunakan sebagai alat ukur tingkat kesehatan dari kinerja keuangan sebuah
perusahaan (Eduardus, 2010). ROA dapat dihitung dengan cara menghitung laba sebelum pajak dibagi total
aset dan dikalikan 100%. ROA menjadi daya tarik investor untuk membeli saham perusahaan sehingga
berdampak pada peningkatan harga saham dan pada akhirnya diikuti oleh peningkatan return saham.
Net Profit Margin (NPM)
NPM mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasional
pokok perusahaan. NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian laba bersih terhadap penjualan bersih.
Nilai yang dihasilkan mengindikasikan seberapa baik perusahaan dalam menggunakan biaya operasional
karena menghubungkan laba bersih dengan penjualan bersih. NPM sering digunakan untuk mengevaluasi
efisiensi perusahaan dalam mengendalikan beban yang berkaitan dengan penjualan (Gitman et al., 2015).
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh ROA terhadap Return Saham
Investor memiliki orientasi sangat ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi dari investasi yang
ditanamnya (Zulkarnain et al., 2020). ROA menunjukkan kemampuan keuangan perusahan dalam
menghasilkan laba bersih dari aset yang salah satunya terbentuk dari investasi investor dan digunakan dalam
operasional perusahaan. ROA yang tinggi menjadi sinyal positif bagi investor karena menunjukkan kinerja
yang baik dari perusahaan (Zulkarnain & Farida, 2018).
ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aset yang dimiliki, hal ini dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Kinerja
keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak kepada
pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin bertambah menggambarkan kinerja keuangan perusahaan
yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh
Watung & Ilat (2016) menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan
uraian tersebut, dikembangkan hipotesis penelitian pertama sebagai berikut:
H01 : ROA tidak berpengaruh terhadap Return Saham.
Ha1 : ROA berpengaruh positif terhadap Return Saham.
Pengaruh NPM terhadap Return Saham
NPM menghitung sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. NPM yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu. NPM yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu.
Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidak-efisienan manajemen. Artinya semakin besar rasio
akan semakin baik, karena dianggap perusahaan mendapatkan laba bersih yang tinggi. Hal tersebut
memberikan keyakinan terhadap para investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut yang nantinya dapat
meningkatkan return saham di masa yang akan datang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari (2016)
menemukan bahwa NPM berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian tersebut,
dikembangkan hipotesis penelitian kedua sebagai berikut:
H02 : NPM tidak berpengaruh terhadap Return Saham.
Ha2 : NPM berpengaruh positif terhadap Return Saham.
METODOLOGI
Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sumber data yang digunakan
berupa data sekunder. Data sekunder yang digunakan oleh penulis diperoleh dari hasil studi kepustakaaan yang
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
35
meliputi buku-buku dan data lain yang relevan dengan subjek penelitian. Tentu saja data yang utama untuk
dianalisis adalah data Laporan Keuangan dari Bursa Efek Indonesia pada perusahaan Manufaktur Subsektor
Makanan dan Minuman periode 2012-2016.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sektor
Manufaktur subsektor Makanan dan Minuman periode 2012-2016. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan
metode purposive sampling. Adapun kriteria dalam pertimbangan pengambilan sampel sebagai berikut:
a. Perusahaan terdaftar secara penuh di BEI periode 2012-2016 dan tidak pernah delisted.
b. Perusahaan tersebut secara periodik mengeluarkan laporan keuangan setiap tahunnya dan memiliki
kelengkapan data selama periode pengamatan.
Berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud, terdapat 13 perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini, diantaranya:
Tabel 2
Daftar Nama Perusahaan yang Digunakan Sebagai Sampel Penelitian
No Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
1. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
2. ALTO Tri Banyan Tirta Tbk.
3. DLTA Delta Djakarta Tbk.
4. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
5. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
6. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
7. MYOR Mayora Indah Tbk.
8. PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk.
9. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.
10. SKBM Sekar Bumi Tbk.
11. SKLT Sekar Laut Tbk.
12. STTP Siantar Top Tbk.
13. ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
Sumber: www.idx.ac.id (2018)
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Return Saham
Return saham merupakan hal yang diharapkan para investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk
saham. Return saham dapat dihitung dari selisih harga saham sekarang dengan harga saham periode
sebelumnya, dengan rumus sebagai berikut (Hartono, 2015):
Keterangan:
Pt = Harga saham sekarang
Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya
Return on Assets (ROA)
ROA merupakan proksi yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. ROA diukur
dengan membandingkan laba bersih dengan total aset (Eduardus, 2010). ROA menggunakan skala rasio.
Rumus menghitung ROA sebagai berikut:
ROA = Net Income/Total Assets
Return Saham = ππ‘βππ‘β1
ππ‘β1
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
36
Net Profit Margin (NPM)
NPM mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasional
pokok perusahaan. NPM sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengendalikan
beban-beban yang berkaitan dengan penjualan (Gitman et al., 2015). NPM dapat hitung sebagai berikut:
NPM = Net Income/Sales
Metode Analisis Data
Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai arah hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen, dalam hal ini antara varibel ROA dan NPM terhadap varibel return
saham. Sebelum melakukan uji regresi linier berganda, metode ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi
klasik guna mendapatkan hasil terbaik (Ghozali, 2016). Dalam penggunaan regresi berganda, pengujian
hipotesis harus menghindari adanya kemungkinan penyimpangan asumsi-asumsi klasik. Tujuan pemenuhan
asumsi klasik ini dimaksud agar variabel independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak
mengalami bias.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan pengujian statistik yang bertujuan untuk melihat distribusi data dari
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Pada Tabel 3 di bawah ini disajikan ringkasan hasil uji
statistik deskriptif dari variabel penelitian yang terdiri dari variabel dependen Return Saham, dan variabel
independen ROA dan NPM.
Tabel 3
Statistik Deskriptif
N Mean Std. Dev Min Max
Return Saham 61 0,1315 0,3210 -0,4224 1,0208
ROA 61 0,1425 0,1577 -0,0532 0,8850
NPM 61 0,1115 0,1086 -0,1291 0,4427
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik
Dalam proses pengumpulan data menjadi sampel penelitian ditemukan bahwa dari rencana 65 sampel
penelitian terdapat 4 sampel outlier, sehingga pengujian dilanjutkan dengan menguji 61 sampel penelitian. Tabel
3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata return saham dari seluruh sampel yang diuji menunjukkan nilai yang
rendah yaitu diangka 13,15%. Standar deviasi yang lebih tinggi dari nilai rata-rata menandakan bahwa terdapat
perbedaan yang cukup tinggi perolehan return saham diantara sampel penelitian. Pada saat terdapat
perusahaan yang mencapai nilai maksimum return saham sebesar 102,08%, terdapat perusahaan dengan nilai
minimum return saham sebesar minus 42,24%.
Rata-rata ROA juga menunjukkan nilai yang rendah sebesar 14,25%. Nilai standar deviasi 15,77% yang
tidak terlalu tinggi melebihi nilai rata-rata ROA menunjukkan penyimpangan atau perbedaan yang tidak terlalu
tinggi diantara sampel penelitian. Nilai minimum ROA sebesar minus 5,32% terjadi pada Prasidha Aneka
Niaga Tbk. di tahun 2015 dan nilai maksimum ROA sebesar 88,50% terjadi pada Multi Bintang Indonesia
Tbk. di tahun 2013.
Rata-rata NPM juga menunjukkan nilai yang rendah sebesar 11,15%. Nilai standar deviasi menunjukkan
nilai yang lebih rendah dari nilai rata-rata yaitu sebesar 10,86% yang menunjukkan tidak terjadi penyimpangan
atau perbedaan yang tinggi diantara sampel penelitian. Nilai minimun NPM sebesar minus 12,91% terjadi pada
Tri Banyan Tirta Tbk. di tahun 2015 dan nilai maksimum NPM sebesar 44,27% terjadi pada Multi Bintang
Indonesia Tbk. di tahun 2013.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
37
Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi liner berganda, data penelitian perlu dilakukan uji asumsi klasik
yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi untuk
memastikan bahwa model regresi layak untuk digunakan dalam penelitian. Berdasarkan uji asumsi klasik yang
telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data penelitian telah lolos dari semua uji yang dipersyaratkan. Oleh
karena itu data yang tersedia telah memenuhi syarat pula untuk digunakan dalam analisis regresi linear
berganda.
Hasil Uji Hipotesis
Pada Tabel 4 berikut ini disajikan hasil uji hipotesis dengan menggunakan regresi linear berganda:
Tabel 4
Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel Ξ Sig.
(Constant) 0,096 0,126
ROA 0,129 0,875
NPM 0,266 0,811
Nilai F 0,456 0,636
Dependent Variable: Return Saham
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik
Berdasarkan hasil uji regresi berganda pada tabel 4 di atas dapat disusun persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
Return Saham = 0,096 + 0,129 ROA + 0,266 NPM + Ξ΅
Dalam persamaan di atas ditunjukkan pengaruh ROA dan NPM terhadap return saham. Pada parameter
koefisien Ξ² ROA dengan tanda (+) menunjukkan pengaruh searah antara ROA dan return saham. Apabila ROA
meningkat 1 satuan maka akan mengakibatkan return saham meningkat pula sebesar 0,129, dengan asumsi
konstanta dan koefisien regresi variabel lainnya sama dengan nol. Pada parameter koefisien Ξ² NPM dengan
tanda (+) juga menunjukkan pengaruh searah antara NPM dan return saham. Apabila NPM meningkat 1 satuan
maka akan mengakibatkan return saham meningkat sebesar 0,266.
Berikut ini seperangkat hasil uji hipotesis, dimulai dari hasil uji koefisien determinasi, hasil uji t Parsial,
dan hasil uji F Simultan:
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Berikut ini tabel hasil uji
koefisien determinasi (R2):
Tabel 5
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .124a .015 -.018 .3258078
a. Predictors: (Constant), NPM, ROA
b. Dependent Variable: ReturnSaham
Pada tabel 5 di atas menunjukkan nilai R2 sebesar 0,015 atau 1,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa
variabel return saham yang terjadi pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman
di tahun 2012-2016 dapat dijelaskan oleh variabel independen ROA dan NPM sebesar 1,5%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor lain di luar model penelitian ini.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
38
2. Hasil Uji t Parsial
Dari hasil uji t Parsial pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari kedua variabel independen keduanya
memiliki nilai sig di atas 0,050 yang dapat diartikan bahwa variabel-variabel tersebut tidak memenuhi kriteria
memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Variabel ROA memiliki nilai sig sebesar 0,875, dan
variabel NPM memiliki nilai sig sebesar 0,811. Keduanya jauh di atas syarat signifikansi 0,050, yang dapat
diartikan bahwa variabel ROA secara parsial dan variabel NPM secara parsial tidak memenuhi kriteria
memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
3. Hasil Uji F Simultan
Dari hasil uji F simultan pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig F-nya. Besaran nilai sig
F nya 0,636b (0,636>0,05) yang dapat disimpulkan bahwa variabel ROA dan NPM secara simultan tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Kedua hasil uji t Parsial dan uji F simultan ini menjawab hipotesis penelitian yang disajikan dalam Tabel
6 sebagai berikut:
Tabel 6
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Kode Hipotesis Penelitian Hasil
Ha1 ROA berpengaruh positif terhadap return saham Ditolak
Ha2 NPM berpengaruh positif terhadap return saham Ditolak
Pembahasan
Ha1: ROA berpengaruh positif terhadap return saham
Berdasarkan hasil uji t Parsial pengaruh ROA terhadap return saham menghasilkan nilai sig sebesar
0,875 (0,875>0,05) dengan nilai Ξ² sebesar 0,129. Dengan hasil uji t Parsial ini dapat disimpulkan bahwa
hipotesis penelitian pertama ditolak, yaitu ROA tidak berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil ini
membantah pendapat bahwa semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula return saham.
Hasil ini tidak konsisten dengan teori Modigliani & Miller (1958) yang menyatakan bahwa nilai
perusahaan yang tercermin dari harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aset yang dimiliki. Trend fluktuasi ROA pada perusahaan-perusahaan di sub sektor makanan dan minuman
pada periode 2012-2016 ini tidak menentukan minat investor untuk menanamkan modal pada perusahaan,
sehingga tidak berdampak pada naiknya permintaan dan meningkatnya harga saham. Jika sekali lagi dilihat
dari hasil uji koefisien determinasi (R2) dapat dikatakan bahwa memang lebih banyak faktor lain yang
mempengaruhi minat investor untuk bertransaksi membeli saham sehingga dapat meningkatkan harga saham
sekaligus return saham .
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosa & Mulyani (2013) dan Susilowati &
Turyanto (2011) bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh terhadap return saham.
Hasil statistik memberikan makna bahwa informasi profitabilitas yang digambarkan oleh ROA yang
dipublikasikan dalam laporan keuangan kurang informatif bagi investor dalam mengestimasi return. Rasio
ROA belum menggambarkan laba operasional yang sesungguhnya, karena perhitungan ROA menggunakan
laba hasil pencatatan akrual basis (Kurnia & Isynuwardhana, 2015).
Ha2: NPM berpengaruh positif terhadap return saham
Berdasarkan hasil uji t Parsial pengaruh NPM terhadap return saham menghasilkan nilai sig sebesar
0,811 (0,811>0,05) dengan nilai Ξ² sebesar 0,266. Dengan hasil uji t Parsial ini dapat disimpulkan bahwa
hipotesis penelitian kedua juga ditolak, yaitu NPM tidak berpengaruh positif terhadap return saham. Dapat
disimpulkan bahwa peningkatan NPM tidak dapat digunakan untuk mencerminkan peningkatan pada return
saham.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
39
Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa para pemegang saham cenderung tidak memperhatikan
besar kecilnya NPM dalam keputusan investasi dalam saham. Fenomena ini bisa terjadi karena besar laba
bersih suatu perusahaan tidak sepenuhnya menjadi indikator bahwa suatu perusahaan telah memiliki kinerja
yang baik selama periode tertentu (Khoir, 2013). NPM hanya memberikan informasi mengenai besarnya
keuntungan atas setiap penjualan, tidak seperti earning per share yang memberikan gambaran secara langsung
mengenai proporsi keuntungan atas setiap lembar saham (Saputro & Astuti, 2018). Investor masih melihat
banyak faktor lain dalam menentukan keputusan investasi pembelian saham.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Aryanti & Mawardi, 2016) yang
menyatakan bahwa NPM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, sehingga NPM tidak
dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan strategi investasi para investor dalam menanamkan
sahamnya di pasar modal. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Susilowati & Turyanto (2011) yang
menyatakan bahwa NPM tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan uji hipotesis dan analisis yang dilakukan disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a) Secara parsial variabel ROA tidak berpengaruh terhadap return saham. Fluktuasi pada ROA tidak
mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modal pada perusahaan melalui pembelian saham,
yang seharusnya dapat meningkatkan permintaan dan meningkatkan harga saham, serta seharusnya
dapat memberikan return berupa gain dari selisih harga saham bagi pemegang saham.
b) Secara parsial variabel NPM tidak berpengaruh terhadap return saham. Naik/turunnya NPM tidak
menjadi perhatian utama investor dalam melakukan keputusan investasi pada saham. Investor tidak
hanya melihat laba bersih sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu. NPM
tidak dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan strategi investasi para investor dalam
menanamkan sahamnya di pasar modal.
c) Secara simultan variabel ROA dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil ini
bisa mengindikasikan bahwa masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi return saham.
Perhatian investor pada faktor-faktor selain ROA dan NPM sangat besar dalam pengembalian
keputusan investasi pada saham.
Saran
Sejumlah saran disampaikan oleh penulis untuk kepentingan pengembangan penelitian pada masa-masa
yang akan datang, diantaranya:
a) Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan rendahnya kemampuan variabel ROA dan NPM
dalam mempengaruhi variabel return saham. Penelitian berikutnya dapat menggunakan variabel-
variabel lain untuk mengukur pengaruhnya terhadap return saham.
b) Investor dalam melakukan keputusan investasi pada saham dapat berdasar pada keinginan untuk
mendapatkan return dari investasi saham ataupun berdasar pada harapan untuk mendapatkan
kepemilikan atau fungsi kontrol pada perusahaan sesuai besaran investasi yang dilakukan. Harapan
untuk mendapatkan kepemilikan atau fungsi kontrol dapat muncul dari investor-investor pribadi,
perusahaan, ataupun manajerial perusahaan. Penelitian berikutnya dapat memperhatikan faktor-faktor
ini selain faktor kinerja keuangan berupa ROA dan NPM.
c) Besarnya return saham dapat dilihat dari besarnya gain dari selisih harga saham dalam periode waktu
tertentu. Besarnya return saham dapat pula dilihat dari besarnya pembagian dividen yang dilakukan
perusahaan. Penelitian ini mengukur besarnya return saham dari gain dari selisih harga saham.
Penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan penggunaan informasi pembagian dividen sebagai alat
ukur/indikator return saham.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
40
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P., & Pakarti, P. (2001). Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta.
Arisandi, M. (2014). Pengaruh ROA, DER, CR, Inflasi dan Kurs terhadap Return Saham (Studi Kasus Industri
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012). Jurnal Dinamika Manajemen, 2(1),
34β46.
Aryanti, A., & Mawardi, M. (2016). Pengaruh ROA, ROE, NPM dan CR terhadap Return Saham pada
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). I-Finance: A Research Journal on Islamic
Finance, 2(2), 54β71.
Didit, H. (2013). Manajemen Investasi Plus Jurus Mendeteksi Investasi Bodong. Gosyen Publishing.
Eduardus, T. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Kanisius.
Fahmi, I. (2012). Pengantar Pasar Modal. Alfabeta.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ginting, S. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil: JWEM, 3(2), 61β70.
Gitman, L. J., Juchau, R., & Flanagan, J. (2015). Principles of Managerial Finance. Pearson Higher Education.
Hanafi, M. M., & Halim, A. (2012). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat. UPP STIM YKPN.
Hartono, J. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kesepuluh. BPFE.
Khoir, V. B. (2013). Pengaruh Earning per Share, Return on Assets, Net Profit Margin, Debt to Assets Ratio
dan Long Term Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Subsektor
Perdagangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis,
5(1).
Kurnia, A., & Isynuwardhana, D. (2015). Pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan
Size Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Property dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014). EProceedings of Management, 2(3).
Martalena, & Malinda, M. (2011). Pengantar Pasar Modal. Edisi Pertama. Penerbit Andi.
Modigliani, F., & Miller, M. H. (1958). The Cost of Capital, Corporation Finance and the Theory of
Investment. The American Economic Review, 48(3), 261β297.
Putra, F. E. P. E., & Kindangen, P. (2016). Pengaruh Return on Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan
Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (Periode 2010-2014). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis
Dan Akuntansi, 4(3).
Raharjaputra, H. (2011). Buku Panduan Praktis: Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Salemba Empat.
Rosa, M., & Mulyani, E. (2013). Pengaruh Profitabilitas, OCF, dan EVA Terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Wahana Riset Akuntansi, 1(2).
Saputro, D. D., & Astuti, S. (2018). Pengaruh Cash Flow dan NPM Terhadap Stock Price (Studi Empiris pada
Perusahaan LQ 45 di BEI). Cakrawala, 1(2), 42β52.
Sari, L. R. (2016). Pengaruh NPM, ROE, dan EPS terhadap Return Saham pada Perusahaan Farmasi di BEI.
Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen (JIRM), 5(12).
Sudiyatno, B. (2011). Menguji Model Tiga Faktor Fama dan French dalam Mempengaruhi Return Saham Studi
pada Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 18(2).
Susilowati, Y., & Turyanto, T. (2011). Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap
Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan Dan Perbankan, 3(1), 17β37.
Watung, R. W., & Ilat, V. (2016). Pengaruh Return on Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan Earning
Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2015. Jurnal EMBA, 4(2), 518β529.
Zalmi, Z., & Yani, F. Y. (2014). Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA) dan Net
Profit Margin (NPM) Terhadap Return Saham Pada PT Bpr Swadaya Anak Nagari. Jurnal Apresiasi
Ekonomi, 2(3), 171β182.
Zulkarnain, Z., & Farida, R. (2018). Peran Profitability dan Capital Structure dalam Memengaruhi Firm Value.
Cakrawala, 1(2), 89β99.
Zulkarnain, Z., Syahara, R., & Novitasari, Y. (2020). Pengaruh ROA dan DER Terhadap Stock Price pada
Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2017. Cakrawala, 3(1), 22β32.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
41
Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online
Agus Sobandi1, Bambang Somantri2
1Program Studi Administrasi Bisnis, Institut Manajemen Wiyata Indonesia 2Program Studi Manajemen, Institut Manajemen Wiyata Indonesia
Article Information Abstract
IMWI STUDENT RESEARCH
JOURNAL
Trust is the main capital for the success of online buying and selling
transactions because buyers have limitations to directly reach the physical
conditions of the goods being traded and cannot meet face to face with the
seller directly. This research was conducted to dig deeper and present
empirical data, whether consumer trust affects online purchasing
decisions. The research method used in this research is quantitative, by
conducting explanatory research to determine the causal relationship
between the variables studied. Data collection was carried out by survey
techniques through a research instrument in the form of a questionnaire
and addressed to 100 UMMI student respondents. Testing the quality of
the instrument was carried out through validity and reliability tests.
Hypothesis testing is done using regression analysis test tools. The test
results show that consumer trust has a positive and significant effect on
students' online purchasing decisions. The dimension of integrity
underlies respondents' trust in e-commerce transactions or online buying
and selling.
Volume 1, Nomor 1
Agustus β Nopember 2020
Hlm.: 41-52
Institut Manajemen
Wiyata Indonesia,
Jl. Gudang No. 7,
Kota Sukabumi,
Jawa Barat.
Keywords:
Purchasing Decision,
Customer Trust, E-
Commerce.
Abstrak
Kepercayaan menjadi modal utama untuk berhasilnya transaksi jual-beli
secara online dikarenakan pembeli memiliki keterbatasan untuk
menjangkau langsung kondisi fisik barang yang diperjualbelikan dan tidak
dapat bertatap muka secara langsung dengan penjual. Penelitian ini
dilakukan untuk menggali lebih dalam dan menyajikan data empiris,
apakah kepercayaan konsumen berpengaruh terhadap keputusan
pembelian secara online. Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini yaitu kuantitatif, dengan melakukan penelitian eksplanatori
untuk mengetahui hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey melalui instrumen
penelitian berupa kuesioner dan ditujukan kepada 100 orang responden
mahasiswa UMMI. Pengujian kualitas instrumen dilakukan melalui uji
validitas dan uji reliabilitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan alat uji analisis regresi. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa kepercayaan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian secara online mahasiswa. Dimensi integritas
mendasari kepercayaan responden akan transaksi e-commerce atau jual
beli secara online.
Corresponding Author:
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
42
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dari yang bersifat sederhana menjadi lebih modern dan serba cepat
berdampak pada perubahan perilaku informasi pada segala bidang. Informasi yang disajikan dapat dengan
cepat dan mudah diperoleh konsumen. Dinamika persaingan bisnis gaya baru pun terjadi dalam
perkembangan dunia teknologi informasi yang semakin maju. Industri perdagangan beralih dari yang
tertumpu oleh interaksi fisik menjadi tak terbatas dan dapat dilakukan secara maya atau daring.
Penggunaan internet yang marak melahirkan electronic commerce (e-commerce). E-commerce dapat
terjadi antara organisasi bisnis dengan konsumen menggunakan layanan world wide web. Konsumen tidak
perlu berkunjung langsung ke toko (display) untuk memilih produk yang dapat dibeli dan bagi toko
(perusahaan) dapat melakukan transaksi selama full 24 jam. Dari segi keuangan, konsumen dapat
memperoleh penghematan biaya dalam upaya memperoleh barang, dan bagi toko (pengusaha) dapat
melakukan penghematan pada biaya promosi, termasuk dapat memasarkan ke wilayah yang lebih luas
(Maulana et al., 2015).
Bentuk e-commerce dengan istilah yang lebih popular adalah online shop atau toko online. Di
kalangan masyarakat secara umum saat ini sudah sangat dikenal, apalagi mahasiswa. Banyaknya beragam
kemudahan berbelanja dan bermacam produk atau jasa yang ditawarkan, membuat masyarakat Indonesia
menjadikan toko online sebagai tempat berbelanja baru selain pusat perbelanjaan yang ada. Hal ini membuat
para penjual toko online berlomba-lomba menawarkan produk dengan berbagai cara dalam menarik
konsumen berbelanja, dengan memanfaatkan keadaan di mana online shop sedang sangat digandrungi atau
diminati oleh masyarakat dan telah mendapatkan kepercayaan sebagai sarana berbelanja yang aman
(Rosdiana & Haris, 2018).
Kepercayaan memang menjadi modal utama untuk berhasilnya transaksi jual-beli secara online
dikarenakan pembeli memiliki keterbatasan untuk menjangkau langsung kondisi fisik barang yang
diperjualbelikan dan tidak dapat bertatap muka secara langsung dengan penjual. Termasuk pula terkait
layanan logistik atau pengiriman barang. Survei iPrice Group dan Parcel Perform menunjukkan, 35%
konsumen masih melihat pengiriman sebagai masalah paling besar dalam e-commerce. Selain itu, lebih dari
90% tanggapan negatif dan keluhan dari pelanggan, biasanya terkait dengan keterlambatan proses
pengiriman atau terkait kurangnya komunikasi mengenai status pengiriman (Rachmatunnisa, 2019).
Kepercayaan konsumen adalah keyakinan konsumen bahwa individu tertentu memiliki integritas,
dapat dipercaya, dan orang yang dipercayai akan memenuhi semua kewajiban dalam melakukan transaksi
sebagaimana yang diharapkan (Khotimah & Febriansyah, 2018). Kepercayaan konsumen terhadap suatu
produk dapat dibentuk dengan memberikan atau menyampaikan produk sebagaimana spesifikasi yang
diiklankan pada situs/website perusahaan. Minimnya kepercayaan konsumen pada situs/website
mengakibatkan konsumen takut untuk melakukan pembelian secara online.
Observasi awal penulis yang dilakukan terhadap sepuluh orang mahasiswa yang pernah berbelanja
secara online menemukan bahwa sebagian besar mengeluhkan ketidaksesuaian antara barang yang dilihat di
iklan website perusahaan dengan barang yang diterima. Lalu tiga dari sepuluh orang mahasiswa tersebut juga
mengeluhkan terkait lama pengiriman barang, yang pada awalnya dijanjikan lama pengiriman hanya
membutuhkan waktu tiga hari, namun pada kenyataannya sampai berminggu-minggu. Hal ini menyebabkan
rasa kekecawaan yang mendalam dari para mahasiswa tersebut, trauma, hingga akan berpikir berkali-kali
bila harus melakukan belanja online kembali.
Penelitian ini dilakukan untuk menggali lebih dalam dan menyajikan data empiris, apakah
kepercayaan konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian secara online? Beberapa penelitian
menemukan terdapat pengaruh tersebut (Hamdani & Mawardi, 2018; Kurniawan et al., 2018; Pratama &
Santoso, 2018; Zulfa & Hidayati, 2018). Penelitian ini berupaya untuk kembali menguji dengan subjek
penelitian berbeda, yaitu mahasiswa di Kota Sukabumi. Pada bagian selanjutnya akan disampaikan landasan
teoritis atau tinjauan pustaka, metode, hasil, dan pembahasan, serta simpulan sebagai rangkuman dari hasil
penelitian, dan saran untuk penelitian di masa mendatang.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
43
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian adalah tahapan evaluasi dari konsumen terhadap suatu preferensi atau pilihan
sehingga membentuk maksud untuk membeli barang/jasa (Kotler, 2018). Keputusan konsumen merupakan
suatu kegiatan yang penting, karena di dalam proses keputusan konsumen tersebut memuat berbagai langkah
yang terjadi secara berurutan sebelum konsumen mengambil keputusan lebih lanjut (Somantri et al., 2020).
Elemen keputusan pembelian pada umumnya terdiri dari beberapa dimensi, antara lain (Kotler, 2018):
1) Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai pada saat pembeli menyadari suatu kebutuhan dipicu oleh rangsangan baik
internal atau eksternal. Dengan rangsangan internal, seseorang dalam membeli sebuah produk tentunya
memikirkan kebutuhannya terlebih dahulu, sedangkan rangsangan eksternal seseorang dalam membeli
produk hanya keinginannya saja yang dibutuhkan bukan kebutuhannya dalam pembelian produk.
2) Pencarian informasi
Ternyata konsumen mencari jumlah informasi yang sifatnya terbatas. Pencarian ini dapat membedakan
diantara dua tingkat keterlibatan pencarian. Kondisi pencarian yang lebih rendah disebut pencarian
tajam. Pada tingkat berikutnya seseorang dapat melakukan pencarian informasi aktif.
3) Evaluasi alternatif
Beberapa konsep dasar dapat membantu memahami proses evaluasi, pertama konsumen berusaha
mencapai pemuasan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen berupaya mencari manfaat tertentu dari
produk. Ketiga, konsumen melihat produk dengan kemampuan mengantarkan manfaat yang
diperlukan dalam pemuasan kebutuhan.
4) Keputusan Pembelian
Pada tahap evaluasi, konsumen mempertimbangkan preferensi antar merek pada merek yang paling
disuka. Dalam tahapan melaksanakan maksud pembelian, membentuk lima subkeputusan di antaranya,
merek, kuantitas, penyalur, waktu, dan metode pembayaran.
5) Perilaku pasca pembelian
Pasca pembelian, konsumen dapat mengalami konflik pada saat melihat fitur tertentu atau mendengar
sesuatu yang lebih baik tentang merek lain. Komunikasi pemasaran memastikan untuk memperkuat
pilihan konsumen, merasa nyaman terhadap merek yang telah dibeli. Pemasar bertugas tidak berakhir
sampai dengan pembelian. Pengamatan pasca pembelian harus dilakukan untuk memastikan kepuasan
pasca pembelian, upaya tindakan pasca pembelian, serta penggunaan produk pasca pembelian.
Konsep Kepercayaan Konsumen
Kepercayaan konsumen adalah keyakinan konsumen bahwa individu tertentu memiliki integritas,
dapat dipercaya, dan orang yang dipercayai akan memenuhi semua kewajiban dalam melakukan transaksi
sebagaimana yang diharapkan (Khotimah & Febriansyah, 2018). Kepercayaan melibatkan kesediaan
individu bertingkah laku dengan keyakinan bahwa mitra dapat memberikan yang diharapkan. Kata, janji,
atau pernyataan orang tersebut dapat diperlihatkan sehingga membentuk sebuah kepercayaan. Kesediaan
yang berlandaskan pada kepercayaan akan berlanjut pada kemauan membayar lebih, melakukan pembelian
ulang, memiliki komitmen dan rasa yang tinggi terhadap produk/jasa (Jaya et al., 2020).
Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk dapat dibentuk dengan memberikan atau
menyampaikan produk sebagaimana spesifikasi yang diiklankan pada situs/website perusahaan. Minimnya
kepercayaan konsumen pada situs/website mengakibatkan konsumen takut untuk melakukan pembelian
secara online. Saat konsumen menerima barang atau jasa yang sesuai dengan iklan perusahaan di website,
maka akan menumbuhkan rasa percaya konsumen pada perusahaan. Selain rasa percaya, termasuk pula
motivasi untuk melakukan atau menyelesaikan transaksi pembelian secara online (Wiyata et al., 2020).
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
44
Kepercayaan konsumen dapat juga dibentuk dengan kejujuran pemasar atau produsen menyampaikan
karakteristik produk yang dijual secara detail kepada konsumen. Pemberian jaminan dari perusahaan atau
garansi dari pemasar kepada konsumen paska pembelian akan berkontribusi membangun kepercayaan
konsumen (Rosdiana & Haris, 2018).
Indikator kepercayaan konsumen terdiri dari tiga komponen (Mayer et al., 1995; Yu et al., 2018),
yaitu:
1) Integritas (Integrity)
Adalah persepsi konsumen dan keyakinan bahwa perusahaan mengikuti prinsip seperti menepati janji,
jujur, dan berperilaku sesuai etika. Integritas perusahaan dapat dilihat dari konsistensi perusahaan pada
masa lalu, bagaimana komunikasi kredibel atau tidak kredibel perusahaan kepada suatu kelompok, dan
apakah tindakan perusahaan selalu sesuai janjinya atau kata-kata atau iklan yang diucapkan.
2) Kebaikan (Benevolence)
Didasarkan pada kepercayaan kemitraan yang mempunyai tujuan dan motivasi untuk menjadi
kelebihan organisasi tersebut, pada suatu saat kondisi baru muncul, yaitu sebuah kondisi dimana
komitmen belum terbentuk.
3) Kompetensi (Competence)
Adalah kemampuan memecahkan permasalahan konsumen, dan untuk memenuhi segala keperluannya.
Kemampuan ini mengacu pada keahlian atau karakteristik yang memungkinkan memiliki pengaruh
yang dominan.
Pengembangan Hipotesis
Kepercayaan konsumen atas produk atau layanan yang ditawarkan perusahaan harus dijaga dan
senantiasa dibina dengan baik. Kepercayaan atas produk tersebut dapat menjadi faktor yang kemudian akan
mendorong konsumen melakukan keputusan pembelian pada produk atau layanan yang dipercaya tersebut.
Setiap pengambilan keputusan, konsumen akan dihadapkan dengan mempertimbangkan layak atau tidaknya
suatu produk/jasa berdasarkan informasi-informasi yang mereka dapatkan atau terima, dan proses
pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta beberapa pilihan alternatif yang ada (Munhiar & Jalillah, 2018).
Keputusan pembelian menyangkut tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana
konsumen benar-benar membeli (Kotler & Armstrong, 2008; Utami & Ratna, 2019). Tahapan tersebut
mencakup terbentuknya kepercayaan oleh konsumen. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa
terdapat pengaruh kepercayaan konsumen terhadap keputusan pembelian (Hamdani & Mawardi, 2018;
Kurniawan et al., 2018; Pratama & Santoso, 2018; Zulfa & Hidayati, 2018). Atas dasar tersebut diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0: Kepercayaan Konsumen tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian.
Ha: Kepercayaan Konsumen berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Suatu penelitian harus disusun
berdasarkan metode penelitian agar tujuan dalam penelitian tersebut bisa tercapai. Sugiyono (2017)
berpendapat bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu (Sugiyono, 2017).
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuantitatif, dengan melakukan penelitian
eksplanatori untuk mengetahui hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti. Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik survey melalui instrumen penelitian berupa kuesioner, untuk kemudian dilakukan
penafsiran atas data tersebut. Penyajian di dalam paper akan berbentuk tabel-tabel dengan kandungan angka-
angka di dalamnya (Arikunto, 2017).
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
45
Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian, Populasi, dan Sampel
Lokasi penelitian adalah di perguruan tinggi (PT) Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI)
yang beralamatkan di Jl. R. Syamsudin, S.H. No. 50, Cikole, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat.
Subjek penelitian adalah mahasiswa PT tersebut. Populasi mahasiswa yang terdapat di PT tersebut yaitu
sebanyak 4.600 orang mahasiswa. Sampel diambil dari 100 orang mahasiswa sebagai responden.
Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel adalah suatu konsep atau proses yang menjelaskan spesifikasi atau ciri-ciri
variabel secara tegas dalam suatu penelitian. Operasionalisasi variabel memiliki tujuan untuk menjelaskan
kepada peneliti tentang bagaimana cara mengukur variabel independen dan variabel dependen.
Operasionalisasi variabel juga bisa memberikan petunjuk untuk mengembangkan operasionalisasi variabel
yang diperlukan dalam penelitian guna untuk mendefinisikan variabel, menentukan dimensi variabel,
menentukan jenis indikator dan skala dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian (Arikunto,
2017). Di bawah ini disajikan tabel operasionalisasi variabel, sebagai berikut:
Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel dan Konsep Dimensi Indikator Skala
Keputusan Pembelian:
adalah tahapan evaluasi
dari konsumen terhadap
suatu preferensi atau
pilihan sehingga
membentuk maksud
untuk membeli produk
atau jasa (Kotler, 2018).
1. Pengenalan
Masalah
a. Informasi dalam ingatan terhadap produk
b. Pemahaman perusahaan akan kebutuhan
produk
Ordinal
2. Pencarian
Informasi a. Sumber Pribadi yang dimiliki produsen
b. Sumber Komersil yang dimiliki produsen
3. Evaluasi
Alternatif a. Kepercayaan terhadap produk
b. Tindakan evaluasi alternatif konsumen
terhadap produk
4. Keputusan
Pembelian a. Pilihan produk konsumen sesuai yang
diinginkan
b. Tenggang Waktu pembelian konsumen
5. Perilaku
Pasca
Pembelian
a. Kepuasan setelah melakukan pembelian
b. Bersedia merekomendasikan pasca pembelian
produk
Kepercayaan Konsumen:
adalah keyakinan
konsumen bahwa individu
tertentu memiliki
integritas, dapat
dipercaya, dan orang yang
dipercayai akan
memenuhi semua
kewajiban dalam
melakukan transaksi
sebagaimana yang
diharapkan (Khotimah &
Febriansyah, 2018).
1. Integritas
(Integrity) a. memenuhi apa yang diharapkan pelanggannya
b. selalu menjaga reputasinya.
Ordinal
2. Kebaikan
(Benevolence) a. memberikan pelayanan terbaik bagi
pelanggannya
b. memiliki itikad baik untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggannya.
3. Kompetensi
(Competence)
a. menyediakan barang yang berkualitas bagi
pelanggan
b. mampu mengirim barang tepat pada waktunya
Sumber: (Kotler, 2018), (Khotimah & Febriansyah, 2018).
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
46
Metode Analisis Data
Analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menyederhanakan data yang sudah
terkumpul ke dalam bentuk lain agar data tersebut bisa lebih mudah dimengerti. Cara yang digunakan dalam
analisis data diantaranya, mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, melakukan
tabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2017).
Data kuesioner yang didapatkan dari sampel responden harus terbukti valid dan reliabel, maka
kemudian dilakukan uji kualitas instrumen, diantaranya yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Selanjutnya
untuk menguji bagaimana pengaruh variabel kepercayaan konsumen (independen) terhadap variabel
keputusan pembelian (dependen) dilakukan dengan menggunakan alat uji analisis regresi, dimana
sebelumnya dilakukan pengujian pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan pengujian variabel
independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak mengalami bias.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Penelitian dilakukan terhadap 100 orang mahasiswa UMMI. Peneliti memperoleh gambaran tentang
profil responden penelitian yang dideskripsikan berdasarkan usia dan gender sebagai berikut:
a. Usia
Tabel 2 dan gambar 1 di bawah ini menunjukkan pengelompokan kategori usia dan jumlah responden
pada masing-masing kategori usia, sebagai berikut:
Tabel 2
Usia Responden
Umur Jumlah (Orang) Persentase
18-22 80 80,0%
22-27 20 20,0%
Total 100 100%
Gambar 1
Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Usia
Sumber: Hasil Olah Data
80%
20%
Usia
18-22
22-27
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
47
b. Gender
Tabel 3 dan gambar 2 di bawah ini menunjukkan pengelompokan kategori gender dan jumlah
responden pada masing-masing kategori gender. Ditemukan bahwa jumlah responden mahasiswa perempuan
lebih banyak dibandingkan jumlah mahasiswa laki-laki, sebagai berikut:
Tabel 3
Gender Responden
Gender Jumlah Persentase
Laki-laki 27 27,0%
Perempuan 73 73,0%
Total 100 100%
Gambar 2
Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Gender
Sumber: Hasil Olah Data
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Ghozali (2016) mengemukakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas item di sini
menggunakan korelasi Pearson yaitu dengan cara mengorelasikan skor item dengan skor total item,
kemudian pengujian sigifikansi dilakukan dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat sigifikansi 0,05
dengan uji 2 sisi. Jika nilai positif r hitung β₯ r tabel maka dapat dinyatakan valid, dan jika r hitung β€ r tabel
maka item dinyatakan tidak valid.
Variabel kepercayaan konsumen terdiri dari 6 item pernyataan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
seluruh item pernyataan yang dijadikan sebagai indikator adalah valid dan mampu untuk mengukur variabel
kepercayaan konsumen. Selanjutnya variabel keputusan pembelian terdiri dari 10 item pernyataan. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan yang dijadikan sebagai indikator menunjukkan data
yang valid. Seluruh indikator tersebut mampu mengukur variabel keputusan pembelian. Nilai korelasi
seluruh indikator terhadap nilai totalnya lebih besar dari 0,361 (nilai r hitung > r tabel).
Ghozali (2016) mendefinisikan uji realibilitas sebagai alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hasil uji reliabilitas dengan
memperhatikan nilai Cronbach Alpha menemukan bahwa semua nilai Cronbach Alpha dari kedua variabel
sudah memasuki kondisi reliabel.
73%
27%
Gender
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
48
Deskripsi Penilaian Responden terhadap Kepercayaan Konsumen
Gambaran penilaian responden terhadap kepercayaan konsumen merupakan pemaparan hubungan
antara indikatorβindikator dalam kuesioner dengan bobot penilaian responden. Variabel kepercayaan
konsumen ini diwakili oleh 6 (enam) pernyataan yang bernilai positif. Tanggapan responden terhadap
masing-masing pernyataan dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4
Penilaian Responden Terhadap Kepercayaan Konsumen
Indikator
Penilaian renponden
Jml STS=
1
TS=2 N=3 S=4 SS=5
a. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce
memiliki kemampuan untuk menyediakan barang
yang berkualitas bagi pelanggan.
1 6 0 77 16 100
b. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce
mempunyai pengalaman sehingga mampu mengirim
barang tepat pada waktunya.
2 1 0 57 40 100
c. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce
memiliki perhatian untuk memberikan pelayanan
terbaik bagi pelanggannya.
0 6 0
54 40 100
d. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce
memiliki itikad baik untuk memberikan kepuasan
kepada pelanggannya.
1 7 0 71 21 100
e. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce
akan memenuhi apa yang diharapkan oleh
pelanggannya.
0 4 0 55 41 100
f. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce
akan selalu menjaga reputasinya.
1 8 0 54 37 100
Jumlah 5 32 0 368 195 600
Persentase (%) 1 5 0 61 33 100
Sumber: Hasil Olah Data
Tabel di atas menunjukkan bahwa 33% responden menyatakan sangat setuju dengan indikator-
indikator yang memengaruhi kepercayaan konsumen. Responden yang menyatakan setuju sebanyak 61%,
responden yang menyatakan netral sebanyak 0% dan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 5%
sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1%. Peneliti juga melakukan penelitian untuk
menemukan sub-variabel mana yang paling memengaruhi kepercayaan konsumen. Hasil perhitungan
tersebut dapat dilihat dalam gambar histogram berikut ini:
Gambar 3
Grafik Histogram Kepercayaan Konsumen
Sumber: Hasil Olah Data
83% 83%
85%
82%
83%
83%
84%
84%
85%
85%
86%
KEMAMPUAN KEBAIKAN INTEGRITAS
KEMAMPUAN
KEBAIKAN
INTEGRITAS
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
49
Hasil data grafik di atas menunjukkan bahwa persentase yang paling tinggi yaitu sebesar 85%
mewakili jumlah dimensi integritas dengan pernyataan yang diajukan kepada responden, sebagai berikut:
βSaya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce memiliki kemampuan untuk menyediakan barang yang
berkualitas bagi pelangganβ dan βSaya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce mempunyai pengalaman
sehingga mampu mengirim barang tepat pada waktunyaβ. Kedua pernyataan tersebut merupakan faktor yang
paling memengaruhi kepercayaan konsumen mahasiswa UMMI. Integritas bahwa vendor penyedia e-
commerce memiliki kemampuan untuk menyediakan barang yang berkualitas bagi pelanggan dan vendor
penyedia e-commerce mempunyai pengalaman sehingga mampu mengirim barang tepat pada waktunya yang
memengaruhi para mahasiswa dalam kepercayaan konsumen. Integritas merupakan sub variabel yang paling
memengaruhi variabel kepercayaan konsumen dibandingkan dengan sub kebaikan dan kemampuan.
Deskripsi Penilaian Responden terhadap Keputusan Pembelian
Gambaran penilaian responden terhadap keputusan pembelian merupakan pemaparan hubungan antara
indikatorβindikator dalam kuesioner dengan bobot penilaian responden. Variabel keputusan pembelian ini
diwakili oleh 10 (sepuluh) pernyataan yang bernilai positif. Tanggapan responden terhadap masing-masing
pernyataan dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5
Penilaian Responden Terhadap Keputusan Pembelian
Indikator
Penilaian renponden
Jml STS=
1
TS=2 N=3 S=4 SS=5
a. Memiliki informasi dalam ingatan terhadap produk 4 3 16 63 14 100
b. Memiliki pemahaman perusahaan akan kebutuhan
konsumen
4 1 24 54 17 100
c. Akan mencari sumber pribadi yang dimiliki produsen 2 5 29
51 13 100
d. Akan mencari sumber komersil yang dimiliki
produsen
2 4 27 55 12 100
e. Selalu memberikan kepercayaan terhadap produk 2 3 22 59 14 100
f. Memberikan tindakan evaluasi alternatif konsumen
terhadap produk
2 3 19 62 14 100
g. Dengan pilihan produk konsumen sesuai yang
diinginkan
2 3 16 55 24 100
h. Ada tenggang waktu pembelian produk 4 7 19 59 11 100
i. Anda puas setelah melakukan pembelian 3 2 17 62 16 100
j. Bersedia merekomendasikan pasca pembelian produk 3 2 21 60 14 100
Jumlah 28 33 210 580 149 100
0
Persentase (%) 3 3 21 58 15 100
Sumber: Hasil Olah Data
Hasil olah data di atas menunjukkan bahwa sebanyak 58% responden memberikan tanggapan setuju
dengan pernyataan yang menjadi indikator yang memengaruhi keputusan pembelian, sedangkan responden
yang memberikan tanggapan sangat setuju mempunyai persentase sebesar 15%, untuk tanggapan netral
sebanyak 21% dan responden yang memilih tanggapan tidak setuju hanya sebanyak 3% sedangkan yang
memilih tanggapan sangat tidak setuju sebanyak 3%. Histogram di bawah ini menunjukkan sub-variabel
mana yang paling memengaruhi keputusan pembelian:
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
50
Gambar 4
Grafik Histogram Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Olah Data
Hasil grafik di atas menunjukkan bahwa dimensi perilaku pasca pembelian dengan pernyataan βAnda
puas setelah melakukan pembelianβ dan βBersedia merekomendasikan pasca pembelian produkβ yang
diajukan kepada responden memberikan pengaruh yang paling tinggi yang berpotensi untuk menghasilkan
keputusan pembelian yang baik. Hasil persentase perilaku pasca pembelian sebesar 77%.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, data penelitian perlu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk
memastikan bahwa model regresi layak untuk digunakan dalam penelitian. Berdasarkan pengujian asumsi
klasik diperoleh hasil bahwa data penelitian telah lolos dari semua uji yang dipersyaratkan. Oleh karena itu
data yang tersedia telah memenuhi syarat pula digunakan dalam analisis regresi.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pada Tabel 6 berikut ini disajikan hasil uji hipotesis dengan menggunakan alat uji analisis regresi,
sebagai berikut:
Tabel 6
Hasil Uji Analisis Regresi
Variabel Ξ Sig.
(Constant) ,217 ,380
Kepercayaan Konsumen ,219 ,049
Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik
Dari hasil uji pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari variabel independen kepercayaan konsumen
memiliki nilai sig di bawah 0,050 (0,049<0,050) yang dapat diartikan bahwa variabel tersebut memenuhi
kriteria memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, dalam hal ini dengan arah pengaruh
positif.
Pembahasan
Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Diketahui nilai signifikansi dari hasil uji analisis regresi untuk variabel kepercayaan konsumen adalah
sebesar 0,049<0,05, dan nilai B positif, yang memiliki arti menerima Ha dan menolak H0 atau dengan kata
76% 74% 76% 76% 77%
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
PENGENALANMASALAH
PENCARIANINFORMASI
EVALUASIALTERNATIF
KEPUTUSANPEMBELIAN
PERILAKUPASCA
PEMBELIAN
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
51
lain hasil pengujian menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian secara online. Apabila konsumen (dalam hal ini konsumen mahasiswa) semakin percaya dengan
transaksi jual-beli secara online, maka akan meningkatkan keputusan untuk melakukan pembelian secara
online. Begitu pun sebaliknya, bisa tidak ada kepercayaan, maka tidak ada keputusan pembelian.
Dimensi dari variabel kepercayaan konsumen yang memiliki pengaruh paling tinggi adalah dimensi
integritas. Responden merasa bahwa vendor penyedia e-commerce memiliki kemampuan untuk menyediakan
barang yang berkualitas bagi pelanggan dan vendor penyedia e-commerce mempunyai pengalaman sehingga
mampu mengirim barang tepat pada waktunya. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Hamdani & Mawardi
(2018), Kurniawan et al. (2018), Pratama & Santoso (2018), dan Zulfa & Hidayati (2018).
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan konsumen terhadap keputusan
pembelian secara online mahasiswa di Kota Sukabumi, dalam hal ini mahasiswa UMMI. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian secara online mahasiswa. Dimensi integritas mendasari kepercayaan responden akan transaksi e-
commerce atau jual beli secara online.
Penelitian ini tidak mengkhususkan pada platform e-commerce tertentu dalam pengujiannya, termasuk
pada kelompok produk/jasa tertentu pula. Penelitian berikutnya disarankan dapat lebih spesifik menguji pada
platform e-commerce lokal misalnya, dengan kelompok produk/jasa yang dekat dengan keseharian
mahasiswa. Selain pengujian pengaruh faktor kepercayaan konsumen, dapat juga menambahkan faktor lain
seperti lifestyle (Somantri et al., 2020), kepercayaan merek (Wiyata & Awaliah, 2019), dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2017). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hamdani, M. Y., & Mawardi, M. K. (2018). Pengaruh Viral Marketing Terhadap Kepercayaan Konsumen
Serta Dampaknya Terhadap Keputusan Pembelian (Survei pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawiijaya Angkatan 2015/2016 yang pernah Melakukan Pembelian Online melalui Media
Sosial Ins. Jurnal Administrasi Bisnis, 60(1), 163β171.
Jaya, U. A., Bagja, S. I., & Somantri, B. (2020). Pengaruh Price dan Product Quality Terhadap Costumer
Loyalty Internet Indosat Ooredo di Sukabumi. Cakrawala, 3(1), 33β42.
Khotimah, K., & Febriansyah, F. (2018). Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Kepercayaan Konsumen dan
Kreativitas Iklan terhadap Minat Beli Konsumen Online-Shop. Jurnal Manajemen Strategi Dan
Aplikasi Bisnis, 1(1), 19β26.
Kotler, P. (2018). Manajemen Pemasaran, Edisi 13, Jilid 1. Erlangga.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1. Erlangga.
Kurniawan, R., Kusumawati, A., & Priambada, S. (2018). Pengaruh Kualitas Website (Webqual 4.0)
Terhadap Kepercayaan Dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Pada Website E-Commerce (Studi
pada Konsumen PT. B). Jurnal Administrasi Bisnis, 62(1), 198β206.
Maulana, S. M., Susilo, H., & Susilo, H. (2015). Implementasi E-commerce sebagai Media Penjualan Online
(Studi Kasus pada Toko Pastbrik Kota Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 29(1), 1β9.
Mayer, R. C., Davis, J. H., & Schoorman, F. D. (1995). An integrative model of organizational trust.
Academy of Management Review, 20(3), 709β734.
Munhiar, A., & Jalillah, Z. (2018). Pengaruh Retailing Mix dan Service Quality Terhadap Purchase Decision
Pada PT Akur Pratama (Toserba Yogya) Sukabumi. Cakrawala, 1(2), 1β15.
Pratama, D. W., & Santoso, S. B. (2018). Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian melalui Kepercayaan Konsumen pada Produk Stuck Original. Diponegoro
Journal of Management, 7(2), 139β149.
Rachmatunnisa. (2019). Keluhan Pelanggan e-Commerce: 90% Soal Status Pengiriman Barang.
Inet.Detik.Com. https://inet.detik.com/business/d-4611659/keluhan-pelanggan-e-commerce-90-soal-
status-pengiriman-barang
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
52
Rosdiana, R., & Haris, I. A. (2018). Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Minat Beli Produk Pakaian
Secara Online. International Journal of Social Science and Business, 2(3), 169β175.
Somantri, B., Afrianka, R., & Fahrurrazi, F. (2020). Pengaruh Gaya Hidup dan Citra Merek Terhadap
Keputusan Pembelian Produk iPhone. Cakrawala, 3(1), 1β10.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, cetakan ke-25. Alfabeta.
Utami, S. A. R., & Ratna, N. W. (2019). Pengaruh Brand Image dan Product Quality terhadap Purchasing
Decision Produk Lipstik Wardah di Kota Sukabum. Cakrawala, 2(2), 40β49.
Wiyata, M. T., & Awaliah, N. N. (2019). Pengaruh Budaya dan Kepercayaan Merek Terhadap Pengambilan
Keputusan Mahasiswa Memilih Kuliah di Institut Manajemen Wiyata Indonesia. Cakrawala, 2(1), 32β
46.
Wiyata, M. T., Putri, E. P., & Gunawan, C. (2020). Pengaruh Customer Experience, Ease of Use, dan
Customer Trust Terhadap Repurchase Intention Konsumen Situs Jual Beli Online Shopee. Cakrawala,
3(1), 11β21.
Yu, M.-C., Mai, Q., Tsai, S.-B., & Dai, Y. (2018). An empirical study on the organizational trust, employee-
organization relationship and innovative behavior from the integrated perspective of social exchange
and organizational sustainability. Sustainability, 10(3), 864.
Zulfa, L., & Hidayati, R. (2018). Analisis Pengaruh Persepsi Risiko, Kualitas Situs Web, dan Kepercayaan
Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen E-commerce Shopee di Kota Semarang.
Diponegoro Journal of Management, 7(3), 1β11.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
53
Pengaruh Kedisiplinan Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja di PT Glostar
Indonesia
Anisa Maharani1, Mariati Tirta Wiyata2
1,2Program Studi Administrasi Bisnis, Institut Manajemen Wiyata Indonesia
Article Information Abstract
IMWI STUDENT RESEARCH
JOURNAL
This study aims to examine the effect of employee discipline on work
productivity at PT Glostar Indonesia 1 Cikembar Sukabumi. The
research method used is a survey method with a quantitative approach.
Data collection methods to obtain primary data in the field using a
questionnaire. The quality of the questionnaire data obtained from the
respondents was tested to prove its validity and reliability. Furthermore,
to test how the influence of employee discipline variables (independent)
on work productivity variables (dependent) was carried out using
regression analysis test tools. Respondents in this study were 50
employees in the B3 Building (Automation Floor) PT Glostar Indonesia
1 Cikembar Sukabumi. Based on the results of data processing and
analysis, the authors found that there was a positive influence between
employee discipline and work productivity at PT Glostar Indonesia 1
Cikembar Sukabumi. To be able to increase employee discipline, it is
necessary to consider the provision of a comfortable and conducive
workspace, not too many rules for employees, and the application of a
fair reward and punishment scheme. Meanwhile, to increase work
productivity, in addition to building employee discipline, it can also
provide a good work environment and provide training or training to
employees.
Volume 1, Nomor 1
Agustus β Nopember 2020
Hlm.: 53-62
Institut Manajemen Wiyata
Indonesia,
Jl. Gudang No. 7,
Kota Sukabumi,
Jawa Barat.
Keywords:
Employee Discipline, Work Productivity.
Abstrak
Penelitian berbertujuan untuk menguji pengaruh kedisiplinan karyawan
terhadap produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1 Cikembar
Sukabumi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey
dengan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data untuk
mendapatkan data primer di lapangan dengan menggunakan kuesioner.
Data kuesioner yang diperoleh dari para responden diuji kualitasnya
untuk membuktikan validitas dan reliabilitas. Selanjutnya untuk menguji
bagaimana pengaruh variabel disiplin karyawan (independen) terhadap
variabel produktivitas kerja (dependen) dilakukan dengan menggunakan
alat uji analisis regresi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 50
orang karyawan di Gedung B3 (Automation Floor) PT Glostar Indonesia
1 Cikembar Sukabumi. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data,
penulis menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara kedisiplinan
karyawan dengan produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1
Cikembar Sukabumi. Untuk dapat meningkatkan kedisiplinan karyawan
perlu mempertimbangkan penyediaan ruang kerja yang nyaman dan
kondusif, tidak terlalu banyak aturan kepada karyawan, dan penerapan
skema reward dan punishment yang fair. Sedangkan untuk
meningkatkan produktivitas kerja, selain membangun kedisiplinan
karyawan, juga dapat memberikan lingkungan kerja yang baik, dan
memberikan pelatihan atau training kepada karyawan.
Corresponding Author:
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
54
PENDAHULUAN
Era modern ini merupakan suatu hasil dari perkembangan zaman yang di mana persaingan di dalam
dunia usaha khususnya didunia industri semakin ketat. Suatu perusahaan atau industri didirikan dengan
maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, yang pada umumnya adalah
bertahan hidup, berkembang dan menghasilkan laba. Pihak manajemen perusahaan harus mampu mengelola
dan mengoptimalkan faktor yang dimiliki perusahaan seperti sumber daya manusia, karena manusia
merupakan sumber daya yang sangat penting bagi perusahaan. Perkembangan terbaru memandang pegawai
atau karyawan bukan hanya sebagai sumber daya, melainkan berupa aset bagi perusahaan atau organisasi. Oleh
karena itu muncul istilah baru setelah HR (Human Resources), yaitu HC (Human Capital). SDM dapat dilihat
sebagai aset utama yang bernilai dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan, bahkan dilipatgandakan,
dan bukan sebagai liability (cost, beban). SDM yang berkembang merupakan investasi bagi perusahaan atau
organisasi untuk lebih maju.
SDM atau bisa disebut karyawan pada hakikatnya sebagai perencana, pemikir, dan faktor penggerak
untuk mencapai tujuan perusahaan. Agar karyawan yang handal dan berkualitas maka perusahaan perlu
menerapkan manajemen SDM secara efektif dan efisien. Dengan adanya manajemen SDM salah satunya yaitu
untuk memperbaiki produktivitas kerja karyawan guna mencapai hasil produksi yang lebih baik, sesuai
harapan perusahaan. Produktivitas merupakan sikap mental untuk selalu berusaha dan memiliki pandangan
bahwa kualitas kehidupan hari ini seharusnya lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok seharusnya lebih
baik daripada hari ini (Pasolong, 2015). Fungsi produksi adalah terkait dengan pertanggungjawaban dalam
pengolahan atau pentransformasian masukan (input) menjadi keluaran (output) berupa produk atau jasa yang
dapat memberi hasil pada pendapatan perusahaan (Assauri, 2018).
Tujuan utama dari peningkatan produktivitas kerja adalah menjadikan karyawan yang efektif, efisien
dan produktif. Karyawan yang produktif adalah yang terampil, dan mampu menghasilkan produk atau jasa
sebagaimana mutu yang ditetapkan dalam waktu yang singkat, sehingga mencapai produktivitas kerja yang
tinggi. Dalam peningkatan produktivitas kerja dipengaruhi oleh fungsi-fungsi manajemen SDM yang salah
satunya adalah kedisiplinan.
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan individu menaati peraturan di perusahaan serta norma
sosial yang berlaku. Kedisiplinan perlu ditegakkan di perusahaan. Perusahaan akan sulit mewujudkan
tujuannya apabila karyawan tidak memiliki kedisiplinan yang tinggi. Kedisiplinan dikatakan sebagai kunci
menuju keberhasilan pada perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya (Hasibuan, 2016). Kedisplinan juga
sangat mempengaruhi tenaga kerja dalam hal itu diharapkan dapat mendorong perusahaan untuk lebih
meningkatkan produktivitas kerja para karyawan sesuai dengan sasaran yang telah direncanakan. Pernyataan
yang dikemukakan oleh Sinungan (2018) bahwa disiplin mendorong produktivitas atau disiplin merupakan
sarana penting untuk mencapai produktivitas (Sinungan, 2018).
Tujuan perusahaan tidak akan tercapai tanpa peran aktif dari karyawan yang terampil dan disiplin,
meskipun alat yang berada di perusahaan begitu canggih, namun untuk mengatur karyawan sangat sulit dan
kompleks karena manusia itu mempunyai pemikiran, perasaan, status, keraguan dan latar belakang heterogen
(Sinungan, 2018). Sehingga tenaga kerja tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin,
maka dari itu pihak manajemen harus mengatur berbagai strategi dalam meningkatkan produktivitas kerja
sehingga output yang dihasilkan juga tinggi.
PT Glostar Indonesia (GSI) merupakan perusahaan Industri Manufaktur yang bergerak dibidang
produksi sepatu olahraga dan kasual untuk pemegang merek asli seperti Adidas. PT Glostar Indonesia berdiri
sejak tahun 2007 pada lahan seluas 20 Ha dan memilik 14.000 karyawan. Perusahan ini merupakan salah satu
cabang dari kelompok perusahaan raksasa yang berpusat di Taiwan yang bernama Pou Chen Group.
Perusahaan ini berperan aktif dalam mensukseskan program pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan
berupaya untuk memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan serta berusaha untuk memasuki peluang
pasar ditengah-tengah persaingan dengan menonjolkan nilai tambah kualitas produk di mata pesaing.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
55
Terdapat permasalahan produktivitas pada karyawan PT Glostar Indonesia. Sebagai gambaran ditunjuk-
kan pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1
Data Produktivitas Kerja
NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL SEP
Target C2B PPH 1.78 2.15 1.98 1.80 2.25 2.11 1.80 1.85 2.30 2.35 2.03
C2B Actual PPH 1.55 1.97 1.65 1.75 2.15 1.87 1.40 1.47 1.78 1.98 1.75
C2B Target
Achievement87% 91% 83% 97% 95% 88% 55% 79% 77% 84% 86%
Sumber: PT Glostar Indonesia (GSI)
KPIBULAN Rata-
rata
Top manajemen dari PT Glostar Indonesia menargetkan pencapain output yang relatif tinggi yaitu
sebesar 2,03. Salah satu upaya dan strategi untuk mencapai target ouput tersebut adalah dengan meningkatkan
produktivitas kerja para karyawan. Namun data di atas menunjukan target yang tidak tercapai. Salah satu
masalah yang timbul di PT Glostar Indonesia khususnya di ADIDAS Factory adalah absensi karyawan yang
sulit untuk diminimalisir sehingga berpengaruh terhadap pencapain target produksi.
Banyak karyawan yang tidak disiplin terhadap absensi bahkan secara sengaja dilanggar yang dapat
menimbulkan penurunan target produksi, khususnya bagi pihak perusahaan serta kerugian begitupun bagi
karyawan tersebut. Contohnya masih banyak karyawan yang sering datang terlambat, pulang lebih awal, tidak
masuk kerja tanpa alasan yang jelas, tidak masuk kerja dengan alasan sakit yang dibuat-buat dengan cara
memalsukan surat keterangan sakit atau surat dokter. Terkait dengan hal itu berikut disampaikan data absensi
karyawan pada PT. Glostar Indonesia pada salah satu departemen yang berada di gedung B3 (Automation
Floor), sebagai berikut:
Tabel 2
Data Absensi
Uraian
Absen NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL SEP
A 3.9% 4.0% 2.7% 3.0% 5.0% 3.0% 3.1% 4.9% 2.5% 3.0% 3.5%
I 0.5% 0.5% 0.6% 0.7% 0.7% 0.6% 0.5% 0.5% 0.5% 0.5% 0.6%
CT 0.8% 0.8% 0.8% 0.8% 0.8% 0.7% 0.8% 0.8% 0.7% 0.5% 0.8%
S 0.8% 0.7% 0.8% 0.8% 0.7% 0.7% 0.7% 0.8% 0.8% 0.7% 0.8%
SD 4.1% 3.9% 4.0% 4.0% 4.0% 4.0% 3.9% 3.9% 4.0% 4.0% 4.0%
TL 3.5% 3.4% 3.6% 3.6% 3.6% 3.6% 3.6% 3.6% 3.5% 3.6% 3.6%
PC 0.1% 0.1% 0.2% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1%
Sumber: Absensi Gedung B3 (Automation Floor) PT.Glostar Indonesia
BULAN Rata-
rata
Berdasarkan data di atas terkait absensi karyawan terjadi masalah sebagai berikut:
1. A (Alpa) rata-rata mencapai 3,51%.
2. I (Ijin) rata-rata mencapai 0,56%.
3. CT (Cuti Tahunan) rata-rata mencapai 0,76%.
4. S (Sakit Tanpa Surat Dokter) rata-rata mencapai 0,76%.
5. SD (Surat Dokter) rata-rata mencapai 3,99%.
6. TL (Terlambat) rata-rata mencapai 3,56%.
7. PC (Pulang Cepat) rata-rata mencapai 0,08%.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
56
Merujuk pada masalah di atas dapat dilihat bahwa permasalahan berkaitan dengan kedisiplinan yang
dominan diantaranya ada pada masalah Alpa (3.51%) dan Terlambat (3.56%), sehingga total summary
permasalahan indisipliner di atas sebesar 7.07%. Disiplin kerja yang kurang bertanggung jawab dan nantinya
akan sangat berpengaruh bagi perusahaan. Menyadari bahwa betapa pentingnya kedisiplinan karyawan bagi
suatu perusahaan, dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas kerja, maka dalam hal inilah membuat
peneliti tertarik untuk melakukan studi dan penelitian di perusahaan ini. Penelitian dimaksud bertujuan untuk
menguji pengaruh kedisiplinan karyawan terhadap produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1 Cikembar
Sukabumi.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Kedisiplinan
Disiplin adalah sikap mental individu yang tercermin baik dalam perbuatan maupun tingkah laku
individu tersebut, kelompok, atau masyarakat yang berupa perkataan (obedience) terhadap peraturan yang
ditetapkan atau etika, norma serta kaidah yang terdapat di masyarakat (Sinungan, 2018). Kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan individu dalam menaati peraturan perusahaan atau organisasi dan norma sosial yang
ada (Abdurrahmat, 2013).
Seseorang dikatakan disiplin apabila bersedia memenuhi peraturan yang ada, serta melaksanakan tugas-
tugasnya, baik secara sukarela ataupun terpaksa (wajib). Kedisiplinan dapat digambarkan ketia karyawan
selalu datang tepat waktu, tidak pulang sebelum waktunya, melaksanakan pekerjaannya dengan baik, menaati
semua peraturan norma yang berlaku. Disiplin yang baik dapat mencerminkan rasa tanggungjawab individu
terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya. Kedisiplinan kemudian mendorong gairah dan semangat kerja,
terwujudnya tujuan perusahaan, serta beriringan terwujudnya tujuan karyawan dan masyarakat. Oleh karena
itu, para pimpinan senantiasa berupaya jajarannya memiliki disiplin yang baik (Hasibuan, 2016).
Indikator kedisiplinan sebagaimana menurut Hasibuan (2016) antara lain:
a) Tujuan dan kemampuan
Hal ini ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Apa yang menjadi tujuan yang akan diraih
harus jelas, serta ditetapkan dengan ideal, dan cukup menantang kemampuan karyawan. Tujuan
(pekerjaan) yang dilimpahkan pada karyawan mempertimbangkan kemampuan karyawan, agar dapat
bekerja dengan kesungguhan dan muncul kedisiplinan dalam melaksanakan tugas.
b) Teladan Pimpinan
Pimpinan memberikan contoh yang baik, berlaku disiplin, jujur, adil, berbuat sesuai perkataan. Melalui
teladan pimpinan, diharapkan kedisiplinan bawahan dapat mengikuti. Pimpinan tidak dapat
mengharapkan kedisiplinan karyawan baik apabila pimpinan sendiri tidak disiplin. Perilaku pimpinan
akan dicontoh oleh bawahan. Pimpinan harus menjadi yang pertama mengaplikasikan kedisiplinan yang
baik.
c) Balas Jasa (Gaji dan Kesejahteraan)
Hal ini dapat pula mempengaruhi kedisiplinan karyawan, terkait kepuasan dan rasa cinta karyawan
terhadap pekerjaannya. Apabila kecintaaan semakin baik pada pekerjaan, maka kedisiplinan diharapkan
semakin baik pula. Dalam upaya mewujudkan kedisiplinan karyawan, perusahaan harus menyediakan
balas jasa yang baik. Kedisiplinan karyawan dalam beberapa kasus tidak dapat dicapai pada saat balas
jasa yang diterima kurang memuaskan. Karyawan sulit disiplin pada saat kebutuhan primer mereka tidak
terpenuhi sebagaimana mestinya.
d) Keadilan
Hal ini ikut mendorong kedisiplinan karyawan. Ego dan sifat individu selalu merasa dirinya adalah
penting dan hendak diperlakukan sama dengan individu lainnya. Manajer atau pimpinan yang cakap
memimpin akan selalu berusaha berlaku adil kepada semua bawahannya. Diharapkan kedisiplinan dapat
tercapai dengan terpenuhinya prinsip keadilan tersebut.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
57
e) Waskat (pengawasan melekat)
Melalui waskat, pimpinan harus aktif, langsung mengawasi perilaku, sikap, moral, dan gairah kerja,
serta prestasi kerja bawahannya. Pimpinan harus selalu hadir di tempat kerja supaya dapat mengawasi
dan memberi petunjuk, apabila bawahan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan. Waskat
efektif merangsang disiplin dan moral kerja. Karyawan merasa memperoleh perhatian, petunjuk,
bimbingan, dan pengarahan, serta pengawasan dari pimpinannya.
f) Sanksi Hukuman
Hal ini dapat berperan pula dalam memelihara kedisiplinan. Melalui sanksi yang berat, karyawan akan
takut untuk melanggar peraturan perusahaan. Perilaku, sikap, dan tindakan indisipliner dapat berkurang.
Namun sanksi hukuman ditetapkan melalui pertimbangan logis, diinformasikan dengan jelas kepada
karyawan. Sanksi dapat diskemakan tidak terlalu berat atau terlalu ringan supaya sanksi tersebut tetap
mendidik karyawan mengubah perilaku. Sanksi hendaknya cukup wajar dan dapat menjadi alat motivasi
dalam memelihara kedisiplinan di perusahaan.
g) Ketegasan
Pimpinan harus tegas dan berani melakukan tindakan hukumam bagi karyawan yang melakukan
tindakan indisipliner sesuai yang telah ditetapkan. Pimpinan yang tidak mampu bersikap tegas dalam
menindak atau menghukum kepada yang melanggar, sebaiknya tidak perlu membuat aturan atau tata
tertib di perusahaan.
h) Hubungan kemanusiaan
Dalam hal ini yang harmonis di antara karyawan yang dapat menciptakan budaya kedisiplinan di
perusahaan. Hubungan kemanusiaan ini dapat bersifat vertikal ataupun horizontal, dalam bentuk direct
single relationship, direct group relationship, maupun cross relationship. Pimpinan berupaya
membangun suasana yang serasi, mengikat, baik vertikal ataupun horizontal diantara karyawan. Human
relationship yang serasi mewujudkan lingkungan kerja dan suasana yang lebih nyaman, berdampak
dalam memotivasi kedisiplinan di perusahaan.
Konsep Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja pada dasarnya adalah konsep universal, berlaku pada semua sistem, dimana setiap
kegiatan atau aktivitas memerlukan produktivitas. Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara
capaian hasil dengan total/keseluruhan sumberdaya yang digunakan. Produktivitas memiliki dua dimensi, yaitu
(Hasibuan, 2016):
1) Efektivitas, merupakan ukuran yang memberi gambaran seberapa jauh output (target) dapat dicapai.
2) Efisiensi, merupakan suatu ukuran perbandingan antara input yang direncanakan terhadap input yang
sebenarnya.
Sedangkan indikator produktivitas kerja menurut Gomes (2013) diantaranya sebagai berikut:
1) Pengetahuan (Knowledge), merupakan kemampuan individu yang dinilai dari pengetahuan terkait suatu
hal berhubungan dengan tugas/pekerjaan, kemampuan teknis, dan penggunaan alat kerja atas
pekerjaannya.
2) Ketrampilan (Skills), merupakan kecakapan secara spesifik yang dimiliki individu berkenaan dengan
kemampuan menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat.
3) Kemampuan (Abilities), merupakan kapasitas atau sifat individu, dibawa sedari lahir ataupun dipelajari
yang memungkinkan individu tersebut melakukan atau menyelesaikan berbagai tugas atau pekerjaan.
4) Sikap (Attitudes), merupakan keteraturan perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang bertindak
pada aspek-aspek di lingkungannya.
5) Perilaku (Behaviors), merupakan keteraturan perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang bertindak
pada aspek-aspek di lingkungannya.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
58
Pengembangan Hipotesis
Disiplin kerja merupakan salahsatu faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja. Keberadaan
disiplin kerja diperlukan, karena dalam suasana disiplin, karyawan mampu melaksanakan program kerja dalam
upaya mencapai target sasaran. Dalam kenyataannya disiplin kerja karyawan masih rendah, dimana masih
terdapat karyawan yang datang terlambat, sering absen, dan pulang lebih awal.
Disiplin kerja adalah salahsatu syarat untuk dapat membantu karyawan bekerja produktif yang akan
membantu meningkatkan produktivitas kerja. Disiplin kerja karyawan dapat terwujud apabila karyawan
bersikap sadar atau memiliki kerelaan dalam melaksanakan tugas dan aturan di perusahaaan, mematuhi norma-
norma yang berlaku tentang peraturan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para karyawan
selama dalam perusahaan dan sebagai acuan dalam bersikap, dan bertanggungjawab kemampuan menjalankan
tugas dan aturan dalam perusahaan (Hasibuan, 2016). Seseorang akan melaksanakan tugas dengan baik,
memiliki rasa tanggung jawab jika memiliki kedisiplinan yang tinggi. Demi terbinanya sikap kedisiplinan yang
tinggi, diperlukan aturan dan hukuman yang tepat di dalam perusahaan.
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan pengaruh disiplin karyawan terhadap produktivitas kerja,
diantaranya Aspiyah & Martono (2016) yang menemukan variabel disiplin karyawan sebagai variabel yang
paling dominan memengaruhi produktivitas kerja. Perilaku disiplin dapat tercermin dalam kepatuhan terhadap
jam kerja, kepatuhan berpakaian seragam, taat peraturan dan perintah, serta bekerja sesuai prosedur. Penelitian
oleh Agustini & Dewi (2019) juga menemukan hasil serupa bahwa banyaknya tuntutan konsumen dapat
membuat karyawan bekerja lebih tepat waktu, tidak boleh bekerja semena-mena, selalu fokus dan serius,
datang ke tempat kerja sesuai jam kerja, serta istirahat sesuai jam istirahat. Atas dasar tersebut diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kedisiplinan karyawan terhadap produktivitas kerja.
Ha: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kedisiplinan karyawan terhadap produktivitas kerja.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Kegiatan
penelitian ini dapat dikatakan merupakan upaya untuk menggambarkan variabel yang menyangkut hubungan
yang berkaitan antara disiplin karyawan dengan produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1 Cikembar
Sukabumi. Metode pengumpulan data untuk mendapatkan data primer di lapangan dengan menggunakan
kuesioner. Dalam kuesioner tersusun butir pernyataan yang berkaitan dengan variabel dan indikator variabel.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu
variabel yang berupa urarian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih
memudahkan operasionalisasi dari suatu penelitian (Arikunto, 2017). Penelitian ini terdiri dari dua variabel
yaitu variabel Kedisiplinan Karyawan (X), dan Produktivitas Kerja (Y). Operasionalisasi variabel disajikan
pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Indikator Item
1 Kedisiplinan
Karyawan
(Hasibuan, 2016)
1. Tujuan dan Kemampuan
2. Teladan Pimpinan
3. Balas jasa
4. Keadilan
5. Waskat
6. Sanksi Hukuman
7. Ketegasan
8. Hubungan kemanusiaan
1,2,3,
4,5,
6,7
8,9
10,11
12
13
14,15
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
59
No Variabel Indikator Item
2 Produktivitas Kerja
(Gomes, 2013)
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Ketrampilan (Skills)
3. Kemampuan (Abilities)
4. Sikap (Attitudes)
5. Perilaku (Behaviors)
1,2,3,4
5,6,7
8,9,10,
11,12,13
14,15
Metode Analisis Data
Data kuesioner yang diperoleh dari para responden diuji kualitasnya untuk membuktikan validitas dan
reliabilitas. Selanjutnya untuk menguji bagaimana pengaruh variabel disiplin karyawan (independen) terhadap
variabel produktivitas kerja (dependen) dilakukan dengan menggunakan alat uji analisis regresi. Sebelumnya
dilakukan pengujian pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan pengujian variabel independen sebagai
estimator atas variabel dependen tidak mengalami bias.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang karyawan di Gedung B3 (Automation Floor) PT
Glostar Indonesia 1 Cikembar Sukabumi, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 35 orang perempuan. Usia
responden berkisar antara 20 tahun sampai dengan 30 Tahun. Tingkat pendidikan para responden adalah SMP
berjumlah 5 orang dan SMA berjumlah 45 orang.
Pengujian Kualitas Instrumen Pengukuran
Butir-butir pernyataan diuji validitas dan reliabilitas. Butir pernyataan dikatakan valid bila r hitung> rtabel.
Pada output (SPSS) Statistical Package for the Sosial Sciences akan tampak bahwa pada analisis validitas
nilai rhitung adalah nilai yang terdapat pada kolom Corrected Total-Item Correlation. Pengujian validitas
menunjukkan bahwa semua butir pernyataan dinyatakan valid.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah skala yang dibuat pada kuesioner sudah konsisten
atau belum, untuk itu dilakukan pengujian konsistensi skala dengan menggunakan uji reliabilitas dengan
menggunakan rumus lalu dilanjutkan dengan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Berdasarkan hasil perhitungan ditemukan bahwa instrumen penelitian dinyatakan reliabel.
Pengujian Hipotesis
Pada Tabel 4 berikut ini disajikan hasil uji hipotesis dengan menggunakan alat uji analisis regresi,
sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil Analisis Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.719 2.354 2.430 .019
Kedisiplinan Karyawan .736 .067 .845 10.956 .000
a. Dependent Variable: Produktivitas Kerja
Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kedisiplinan karyawan dengan
produktivitas kerja diuji dengan analisis regresi sederhana. Perhitungan analisis regresi sederhana diperoleh
persamaan regresi ΕΆ=5.719+0. 736X dengan arah koefisien regresi sebesar 0.736 dan konstanta sebesar 5.719.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
60
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi (uji t) bahwa t hitung > t tabel (2.430 > 2.000) dan nilai sig. lebih kecil
dari 0,05 (0,00<0,05). Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil ini menyatakan terdapat pengaruh positif
dan signifikan antara kedisiplinan karyawan terhadap produktivitas kerja.
Pada Tabel 5 berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .845a .714 .708 3.349
a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan Karyawan
b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja
Koefisien determinan R Square (r2y) sebesar 0,714 yang berarti faktor kedisiplinan karyawan (X) berperan
atau memberikan kontribusi sebesar 71,4 % terhadap produktivitas kerja (Y), sedangkan sisanya 28,6 %
dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel penelitian.
Pembahasan
Dari hasil analisa data diperoleh kenyataan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kedisiplinan
karyawan terhadap produktivitas kerja. Kedisiplinan karyawan mengandung arti tanggungjawab terhadap apa
yang menjadi kewajiban sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam memajukan perusahaan. Karyawan perlu
menjaga berinteraksi dengan yang lain senantiasa menjaga hubungan agar tetap berlangsung dalam suasana
yang kondusif. Interaksi yang dilakukan karyawan bertujuan agar karyawan dan perusahaan mampu bertahan
hidup (survive) dan berkembang (growth). Selanjutnya dalam meningkatkan produktivitas kerja perlu adanya
usaha dari perusahan agar dapat menjaga suasana kerja yang nyaman, agar karyawan tidak mudah stress dalam
menerima beban pekerjaan yang diberikan perusahaan.
Hasil temuan yang positif juga menuntut tercapainya peningkatan kedisiplinan karyawan untuk
menghasilkan produktivitas kerja, yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Upaya meningkatkan Kedisiplinan karyawan.
Kedisiplinan karyawan merupakan salah satu penentu pendukung kemajuan suatu perusahaan.
Oleh karena itu harus ada upaya dalam meningkatkan kedisiplinan, diantaranya sebagai berikut:
a. Ruang kerja yang nyaman dan kondusif
Salah satu mimpi karyawan dalam bekerja bukan hanya sekedar mendapatkan gaji yang besar,
namun juga menginginkan ruang kerja yang nyaman dan kondusif untuk mereka bekerja. Ruang
kerja ramah dapat memberikan kesempatan karyawan untuk bekerja secara nyaman. Oleh karena
itu setiap ruang kerja alangkah lebih baik memperhatikan hal tersebut.
b. Tidak terlalu banyak membuat aturan kepada karyawan
Kebijakan memperbanyak aturan bukan cara baik dalam meningkatkan kedisiplinan karyawan,
dikhawatirkan justru memperburuk kondisi karyawan. Aturan yang tidak terlalu banyak dapat
membantu karyawan membangun kreativitas kerja. Aturan dapat ditetapkan secukupnya.
c. Reward dan Punishment
Dalam beberapa kondisi, karyawan berupaya mencapai target tertentu agar mendapatkan bonus
atau reward, dan cenderung berupaya menghindari punishment walaupun sifatnya ringan. Hal
terpenting dalam menjalankan skema reward dan punishment adalah diupayakan reward tidak
membuat karyawan melaksanakan tugas dengan tergesa-gesa, dan hanya berorientasi
mendapatkan hadiah. Jangan pula punishment ditetapkan terlalu berat. Punishment terlalu berat
dapat menjatuhkan mental kerja karyawan. Punishment yang ringan dapat ditetapkan, bertujuan
untuk membangun.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
61
2. Upaya meningkatkan Produktivitas Kerja
Agar karyawan memiliki produktivitas kerja yang tinggi, upaya-upaya yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Memberikan lingkungan kerja yang baik
Strategi ini merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas para karyawan
dalam perusahaan. Lingkungan kerja tersebut dapat berupa suasana kerja, fasilitas kerja, interaksi
sesama karyawan, keselamatan, dan keamanan kerja. Dengan begitu karyawan merasa optimis
dan nyaman dalam bekerja.
b. Memberikan pelatihan
Pelatihan atau training dapat berpengaruh besar terhadap kinerja karyawan. Dengan adanya
pelatihan mampu menambah pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam bekerja selain itu
juga untuk meningkatkan pola pikir dari karyawan tersebut. Cara meningkatkan produktivitas
karyawan dengan pelatihan sangat penting supaya dapat bekerja secara profesional, terutama pada
karyawan baru.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari pengolahan dan analisis data, penulis menemukan bahwa terdapat pengaruh positif
antara kedisiplinan karyawan dengan produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1 Cikembar Sukabumi.
Semakin tinggi kedisiplinan karyawan, maka akan semakin tinggi pula produktivitas kerja. Untuk dapat
meningkatkan kedisiplinan karyawan perlu mempertimbangkan penyediaan ruang kerja yang nyaman dan
kondusif, tidak terlalu banyak aturan kepada karyawan, dan penerapan skema reward dan punishment yang
fair. Sedangkan untuk meningkatkan produktivitas kerja, selain membangun kedisiplinan karyawan, juga dapat
memberikan lingkungan kerja yang baik, dan memberikan pelatihan atau training kepada karyawan.
Penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan untuk mengkaji pengaruh variabel lain yang dapat
memengaruhi produktivitas kerja, diantaranya kompensasi (Aziz & Aglesia, 2020; Wiyata & Haryanto, 2018),
motivasi (Somantri & Aga, 2018), budaya organisasi (Chrisulianti & Hanifah, 2019; Noer & Dahyanti, 2018),
quality of work life (Gunawan & Fauzianingsih, 2018), kepuasan kerja (Maulana & Munandar, 2019),
financial dan non-financial incentive (Wiyata et al., 2019), dan transformational leadership (Abdurahman &
Septiana, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, F. I., & Septiana, I. (2018). Pengaruh Transformational Leadership dan Motivation terhadap
Employee Performance (Studi Kasus pada PT. Glostar Indonesia 1 Cikembar). Cakrawala, 1(1), 30β41.
Abdurrahmat, F. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta.
Agustini, N. K. I., & Dewi, A. (2019). Pengaruh Kompensasi, Disiplin Kerja dan Motivasi Terhadap
Produktivitas Karyawan. E-Jurnal Manajemen Unud, 8(1), 7191β7219.
Arikunto, S. (2017). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.
Aspiyah, M., & Martono, S. (2016). Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja dan Pelatihan pada
Produktivitas Kerja. Management Analysis Journal, 5(4).
Assauri, S. (2018). Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Aziz, A., & Aglesia, F. R. (2020). Pengaruh Compensation dan Motivation Terhadap Employee Performance
PTPN VIII Parakan Salak. Cakrawala, 3(1), 43β52.
Chrisulianti, R., & Hanifah, R. U. (2019). Pengaruh Organizational Culture dan Motivation Terhadap
Employee Performance pada RSUD Soreang Kabupaten Bandung. Cakrawala, 2(2), 17β25.
Gomes, F. C. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Andi.
Gunawan, W. I., & Fauzianingsih, L. (2018). Pengaruh Quality of Work Life dan Motivation terhadap
Employee Performance (Studi Kasus Pegawai Desa Cidahu Kabupaten Sukabumi). Cakrawala.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
62
Hasibuan, M. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.
Maulana, M. A., & Munandar, A. T. (2019). Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT
Glostar Indonesia 2 Departemen Gudang. Cakrawala, 2(1), 47β65.
Noer, A. M., & Dahyanti, A. (2018). Pengaruh Organizational Culture dan Job Involvement Terhadap
Employee Commitment di Perum Perhutani KPH Sukabumi. Cakrawala, 1(1), 1β14.
Pasolong, H. (2015). Kepemimpinan Birokrasi, Cetakan Keempat. Alfabeta.
Sinungan, M. (2018). Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara.
Somantri, B., & Aga, A. S. (2018). Pengaruh Motivation dan Job Satisfaction terhadap Employee Performance
Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama (KSP-SB) di Kota Sukabumi. Cakrawala, 1(1), 15β29.
Wiyata, M. T., & Haryanto, F. (2018). Pengaruh Compensation dan Motivation terhadap Employee
Performance (Studi Kasus pada CV Sumber Milik Farm). Cakrawala, 1(1), 42β57.
Wiyata, M. T., Nuraeni, N., & Somantri, B. (2019). Work Motivation: Peran Financial Incentive dan Non-
Financial Incentive. Cakrawala, 2(2), 1β16.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
63
Pengaruh Net Income, Cash Flow from Operations, dan Company Size Terhadap
Dividend Policy
Elis Natasya1, Z Zulkarnain2
1,2Program Studi Akuntansi, Institut Manajemen Wiyata Indonesia
Article Information Abstract
IMWI STUDENT RESEARCH
JOURNAL
This study was conducted to determine the effect of net income, cash flow
from operations, and company size on dividend policy on basic and
chemical sub-sector manufacturing companies listed on the Indonesia
Stock Exchange for the period 2012-2016. The test was carried out using
multiplle linear regression test with SPSS version 21. The study was
conducted on 35 observations from annual reports of 7 companies
samples from the selection by purposive sampling. Independent net
income (X1), cash flow from operations (X2), and company size (X3) to
dividend policy (Y). Companies that earn profits do not directly distribute
dividends but are used for reinvestment. Companies with a limited amount
of cash can distribute dividends in the from of stock dividends and large
companies do not always distribute dividends because the economy is not
stable so that the management of company funds is not effective. This
situation makes the company prioritize the companyβs growth.
Volume 1, Nomor 1
Agustus β Nopember 2020
Hlm.: 63-72
Institut Manajemen
Wiyata Indonesia,
Jl. Gudang No. 7,
Kota Sukabumi,
Jawa Barat.
Keywords:
Dividend Policy, Net
Income, Cash Flow from
Operations, Company Size.
Abstrak
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh net income,
cash flow from operations, dan company size terhadap dividend policy
pada perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016. Pengujian
dilakukan menggunakan uji regresi linier berganda dengan alat bantu
SPSS versi 21. Penelitian dilakukan pada 35 observasi dari laporan
tahunan dari 7 perusahaan sampel hasil dari pemilihan secara purposive
sampling. Dalam pengujian signifikansi secara parsial (Uji-t) menunjukan
tidak terdapatnya pengaruh masing-masing variabel independen net
income (X1), cash flow from operations (X2), dan company size (X3)
terhadap dividend policy (Y). Perusahaan yang memperoleh laba tidak
langsung membagikan dividend namun digunakan untuk reinvestasi.
Perusahaan dengan jumlah kas terbatas dapat membagikan dividend dalam
bentuk stock dividend. Dan perusahaan besar tidak selalu membagikan
dividend dikarenakan perekonomian yang belum stabil sehingga
mengakibatkan pengelolaan dana perusahaan tidak efektif. Keadaan
tersebut membuat perusahaan lebih memprioritaskan pada pertumbuhan
perusahaan.
Corresponding Author:
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
64
PENDAHULUAN
Pasar modal dalam sebuah negara merupakan salah satu dari beberapa sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan modal dalam menjalankan operasi usahanya. Dengan adanya pasar modal masyarakat diajak
untuk ikut andil sebagai investor, ikut berkontribusi dalam pengembangan perusahaan dan pertumbuhan
ekonomi negara secara umum. Bagi para investor akan disediakan pembagian atau pembayaran di saat
perusahaan memperoleh laba atau keuntungan.
Pembayaran dimaksud dapat berupa dividend. Pembayaran devidend dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu cash dan stock . Cash yaitu dividend yang dibayarkan dalam bentuk kas, sedangkan Stock merupakan
pembayaran dalam bentuk lembar saham (Khanal & Mishra, 2017).
Hak untuk mendapatkan dividend melekat pada diri seorang investor tetapi tidak semua laba yang
dihasilkan oleh perusahaan pada periode tertentu dapat dibagikan seluruhnya sebagai dividend karena
perusahaan dapat mempertimbangkan untuk diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan (Puspitaningtyas,
2017). Selain itu ketika perusahaan memutuskan untuk membagikan laba yang diperolehnya sebagai
dividend maka secara tidak langsung akan mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya akan mengurangi
sebagian sumber dana yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan (Bahri, 2017). Untuk dapat
memastikan bahwa perusahaan akan membagikan sebagian labanya itu dapat dilihat dari posisi kas, semakin
kuat posisi kas maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividend (S. Ginting, 2018).
Beberapa faktor yang memengaruhi besar kecilnya dividend yang akan dibayarkan oleh perusahaan
(disebut sebagai kebijakan dividend) kepada pemegang saham diantaranya: posisi solvabilitas perusahaan,
posisi likuiditas perusahaan, dividend payout ratio, pertumbuhan pendapatan perusahaan, stabilitas
pendapatan perusahaan, tingkat keuntungan yang diharapkan tinggi, ketersediaan sumber dana dan biaya
alternatif, kebutuhan untuk melunasi utang, rencana perluasan, kesempatan investasi, preferensi pemegang
saham, stabilitas pendapatan, harapan mengenai kondisi bisnis umumnya, pembatasan yang diberikan
kreditur, pengawasan terhadap perusahaan (Bahri, 2017). Selain itu, faktor laba bersih, kas bersih dari
aktivitas operasi, dan ukuran perusahaan juga berpengaruh terhadap kebijakan dividend.
Berikut ini informasi laba bersih, arus kas bersih dari aktivitas operasi, dan dividend yang dibagikan
dari tiga perusahaan manufaktur sub sektor bahan dasar dan kimia dalam laporan keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016:
Tabel 1
Informasi Laba Bersih Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri Dasar dan Kimia 2012-2016
(Yang Disajikan dalam Satuan Miliar Rupiah)
NoKode
Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016
1 SMCB Profit for the Year 1,350.79 952.31 668.87 175.13 -284.58
Cash from Operations 1,692.11 2,262.25 1,709.44 533.79 983.56
Dividends 490.43 651.23 666.67 237.55 114.94
2 KIAS Profit for the Year 71.04 75.36 92.24 -144.64 -252.50
Cash from Operations 131.13 195.02 53.81 -56.75 25.24
Dividends 3.58 3.58 22.64 23.14 0.00
3 LION Profit for the Year 85.37 64.76 49.00 46.02 42.35
Cash from Operations 66.61 52.56 61.83 49.51 53.30
Dividends 15.60 20.81 20.81 20.81 20.81
Sumber: Laporan Tahunan, 2012-2016 Dalam Tabel 1 pada subsektor semen yaitu PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) pada tahun 2012
memiliki laba bersih sebesar Rp1.350,79 M dan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp1.692,11 M
membagikan dividend sebesar Rp490,43 M. Pada tahun 2013 memiliki laba bersih yang menurun menjadi
Rp952,31 M dan arus kas bersih dari aktivitas operasi meningkat menjadi Rp2.262,25 M membagikan
dividend meningkat menjadi Rp651,23 M. Lalu pada tahun 2014 memiliki laba bersih yang kembali
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
65
menurun menjadi Rp668,87 M dan arus kas bersih dari aktivitas operasi juga menurun menjadi Rp1.709,44
M membagikan dividend masih meningkat menjadi Rp666,67 M. Di tahun 2015 baik laba bersih, arus kas
bersih dari aktivitas operasi, dan dividend yang dibagikan semuanya menurun.
Pada sektor keramik, porselen & kaca yaitu perusahaan Keramik Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS)
pada tahun 2012-2014 laba bersih berturut-turut mengalami kenaikan, arus kas bersih dari aktivitas operasi
meningkat dari tahun 2012 ke 2013 lalu menurun di tahun 2014, membagikan dividend yang sama untuk dua
tahun pertama, lalu meningkat di tahun ketiga. Pada tahun 2015 mengalami kerugian dan arus kas bersih dari
aktivitas operasi yang minus, tetap membagikan dividend dengan jumlah yang meningkat dari tahun
sebelumnya. Hingga di tahun 2016 kerugian kembali meningkat, arus kas bersih dari aktivitas operasi sudah
kembali positif, namun tidak membagikan dividend. Sedangkan yang ketiga pada Lion Metal Works Tbk
(LION), laba bersih dalam lima tahun (2012-2016) cenderung mengalami penurunan, arus kas bersih dari
aktivitas operasi fluktuatif, membagikan dividend pada empat tahun terakhir (2013-2016) relatif sama.
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi
memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividend (Masrifah, 2014; Mulyaningsih &
Rahayu, 2016; Sari & Budiasih, 2016; Wenas et al., 2017; Wulandari & Suardana, 2017). Peningkatan laba
bersih dan arus kas dari aktivitas operasi dikatakan dapat meningkatkan dividend yang dibagikan. Namun
informasi dari tiga perusahaan tersebut di atas memunculkan fenomena yang berbeda. Ada kalanya laba
bersih menurun, namun dividend yang dibagikan meningkat. Ataupun arus kas bersih dari aktivitas operasi
fluktuatif, namun dividend yang dibagikan tetap.
Penelitian ini bertujuan untuk kembali menguji pengaruh laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi
terhadap kebijakan dividend, termasuk pula pengujian pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan
dividend, pada perusahaan manufaktur subsektor dasar dan kimia tahun 2012-2016.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tinjauan Pustaka
Kebijakan Dividend
Dividend merupakan hasil dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham (penanam
modal). Tidak setiap laba bersih dibagikan kepada para pemegang saham, adakalanya perusahaan
menginvestasikan kembali laba tersebut sebagai laba ditahan yang akan perusahaan gunakan untuk
membiaya operasi di tahun selanjutnya. Perusahaan akan menetapkan mengenai laba yang akan dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai dividend atau sebagai laba ditahan (Hasnawati, 2017).
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi besar kecilnya dividend yang akan dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham (dinamakan Kebijakan Dividend), diantaranya (Tangkilisan, 2003):
a. Posisi solvabilitas perusahaan: Apabila perusahaan mengalami kondisi kurang menguntungkan, maka
perusahaan tidak akan membagikan laba.
b. Posisi likuiditas perusahaan: Cash merupakan dana segar yang diperlukan untuk operasional
perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividend dengan cash maka harus ada uang
cadangan sebagai penggantinya.
c. Dividend payout ratio: Rasio ini akan menunjukan presentase dari setiap keuntungan yang diperoleh
yang akan didistribusikan pada pemegang saham.
d. Pertumbuhan pendapatan perusahaan: Ketika pendapatan perusahaan tumbuh, maka secara umum laba
perusahaan juga bertambah. Hal ini dapat berpotensi meningkatkan pembayaran dividend.
e. Stabilitas pendapatan perusahaan: Apabila stabilitas perusahaan sedang dalam kondisi tidak stabil,
maka perusahaan sangat berhati-hati dalam memberikan sejumlah pembayaran dividend pada para
pemegang saham.
f. Tingkat keuntungan yang diharapkan tinggi: Apabila perusahaan diperkirakan akan mendapatkan laba
tinggi, maka para pemegang saham rela untuk mendapatkan pembayaran rendah karena diharapkan
akan mendapatkan capital gain di masa depan dengan kenaikan harga saham.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
66
g. Ketersediaan sumber dana dan biaya alternatif: Hal ini akan timbul apabila pinjaman perusahaan
tinggi.
h. Kebutuhan untuk melunasi uutang: Salah satu sumber dana dalam perusahaan adalah dari kreditor
yaitu berupa utang jangka panjang dan utang jangka pendek. Dalam melunasi utang-utangnya tersebut
maka dibutuhkan persediaan dana yang memadai, ini akan mengakibatkan berkurangnya potensi yang
akan dibayarkan kepada para pemegang saham.
i. Rencana perluasan: Semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, maka dibutuhkan suatu perluasan dan
ini akan membutuhkan biaya yang sangat besar bahkan pemilik seringkali menambahkan modalnya.
j. Kesempatan investasi: Semakin banyaknya peluang investasi maka semakin kecil potensi dividend
yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk kesempatan berinvestasi.
k. Pembatasan yang diberikan kreditur: Dalam hal ini biasanya para kreditur memberikan batasan pada
perusahaan untuk membayarkan dividend. Tujuannya agar perusahaan dapat membayar sebagian
utangnya.
Laba Bersih
Laba bersih didapatkan dari kelebihan penjualan terhadap harga pokok penjualan dipotong beban
operasi dan pajak penghasilan dalam periode tertentu. Laba bersih yang dihasilkan dapat memperbesar
kepemilikan aset perusahaan dan ekuitas para pemegang saham. Apabila laporan laba rugi perusahaan
disediakan dengan baik maka akan mampu menarik minat para investor baru untuk menanamkan modalnya
dengan tujuan untuk mendapatkan dividend di masa mendatang. Tujuan pelaporan laba menurut Suwardjono
(2005):
a. Merupakan suatu pengukuran prestasi kinerja manajemen;
b. Sebagai alat pengendali untuk debitur dalam kontrak utang;
c. Dasar penentuan penilaian kelayakan perusahaan di mata publik;
d. Dasar penentuan besarnya pajak yang harus dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode;
e. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan; dan
f. Dasar pembagian dividend.
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi dapat dilihat dari laporan arus kas perusahaan yang di dalamnya
menjelaskan aliran kas masuk dan keluar untuk kebutuhan operasi perusahaan. Arus kas dari aktivitas
operasi dipengaruhi oleh berbagai transaksi di antaranya, penerimaan kas dari bunga dan dividend,
penerimaan utang dari pelanggan dan semua transaksi yang dihasilkan bukan dari kegiatan investasi (Brealey
et al., 2017). Penerimaan kas dari aktivitas operasi dapat digunakan untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar dividend dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan
pada sumber pendanaan dari luar (IAI, 2016).
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dilihat dari seberapa besar aset perusahaan. Apabila perusahaan memiliki total aset
yang cukup besar itu artinya perusahaan sudah ada pada tahap kedewasaan, karena dalam tahap ini
perusahaan sudah mempunyai prospek yang cukup baik dalam jangka waktu yang relatif lama dan
menunjukan bahwa perusahaan itu cukup stabil dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan
dengan aset kecil (Berry, 2016).
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Net Income Terhadap Dividend Policy
Pembagian dividend sangat mengacu pada hasil laba bersih (net income) (Masrifah, 2014;
Mulyaningsih & Rahayu, 2016; Wenas et al., 2017). Dari informasi/sinyal perolehan laba bersih, para
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
67
penanam modal dapat mengetahui seberapa besar atau seberapa kecil atau mengestimasikan berapa besar
dividend yang akan didapatkan (Kurniawan et al., 2013). Berdasarkan uraian tersebut, dikembangkan
hipotesis penelitian pertama sebagai berikut:
H01 : Net Income tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy.
Ha1 : Net Income berpengaruh positif terhadap Dividend Policy.
Pengaruh Cash Flow from Operations Terhadap Dividend Policy
Arus kas dari aktivitas operasi yang diperoleh pada tiap periode oleh perusahaan dapat menunjukkan
sinyal positif bagi para investor dengan keyakinan bahwa perusahaan mampu untuk tumbuh dan
berkembang, mampu menunaikan kewajiban (utang) baik jangka pendek maupun panjang, dan mampu
memberikan return berupa dividend (Wulandari & Suardana, 2017). Perusahaan diyakini akan membayarkan
dividend apabila terdapat kelebihan kas dari aktivitas operasi yang tinggi (Sari & Budiasih, 2016).
Berdasarkan uraian tersebut, dikembangkan hipotesis penelitian kedua sebagai berikut:
H02 : Cash flow from Operations tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy.
Ha2 : Cash flow from Operations berpengaruh positif terhadap Dividend Policy.
Pengaruh Company Size Terhadap Dividend Policy
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki. Apabila perusahaan dinilai berukuran
besar dianggap memiliki prospek kemajuan yang melebihi perusahaan berukuran kecil dan dianggap mampu
membayarkan dividend dengan jumlah relatif besar pada para pemegang sahamnya (Dhira et al., 2014).
Perusahaan berukuran besar juga dianggap dapat dengan mudah mengakses pasar modal untuk mendapatkan
dana demi menunjang operasional perusahaan. Hal tersebut berpotensi memberikan kesempatan perusahaan
menghasilkan laba yang lebih besar sehingga mampu untuk membayar dividend yang lebih tinggi dibanding
perusahaan kecil (Nerviana, 2016). Berdasarkan uraian tersebut, dikembangkan hipotesis penelitian ketiga
sebagai berikut:
H03 : Company Size tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy.
Ha3 : Company Size berpengaruh positif terhadap Dividend Policy.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada sub sektor Dasar dan Kimia, dan data yang penulis peroleh adalah data yang
diambil dari berbagai sumber yang mendukung. Adapun data yang menjadi fokus dalam objek penelitian ini
adalah laba bersih, arus kas bersih dari aktifitas operasi, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividend.
Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini penulis mengambil populasi yang dapat dihitung jumlahnya dan populasi yang
diambil dari laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sektor dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan kurun waktu lima tahun, yaitu dari tahun 2012 sampai 2016. Sampel ditetapkan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Berikut ini merupakan kriteria yang ditetapkan dalam
penelitian ini:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mempublikasikan laporan
keuangan selama lima tahun yaitu dari tahun 2012 sampai 2016.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
68
2. Perusahaan manufaktur yang telah membayarkan dividend nya selama periode pengamatan yaitu dari
tahun 2012 sampai 2016.
3. Perusahaan manufaktur yang tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu
dari tahun 2012 sampai 2016.
4. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan yaitu dari tahun 2012 sampai
2016.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia tercatat ada 29 perusahaan manufaktur sub
sektor dasar dan kimia, namun yang memenuhi kriteria sebagaimana di atas hanya tujuh perusahaan. Ketujuh
perusahaan tersebut diantaranya, Indocement Tunggal Prakasa Tbk, Semen Batu Raja (Persero) Tbk, Holcim
Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, Wijaya Karya Beton Tbk, Lion Metal Works Tbk, dan
Lionmesh Prima Tbk. Total keseluruhan data yang menjadi objek penelitian yaitu sebanyak 35 data laporan
keuangan perusahaan manufaktur sub sektor dasar dan kimia periode tahun 2012-2016.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Kebijakan Dividend
Dividend merupakan return yang diperoleh pemegang saham dalam kegiatan menanam modal di
sebuah perusahaan. Pembagian dividend dilakukan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham
yang dipegang oleh masing-masing dan jumlah yang dibagikan tergantung dari kebijakan dividend masing-
masing perusahaan yang ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam penelitian ini
variabel kebijakan dividend diukur dengan rumus dividend payout ratio sebagai berikut (Fahmi, 2012):
π·ππ£πππππ πππ¦ππ’π‘ π ππ‘ππ (π·ππ ) =π·ππ£πππππ πππ πβπππ
πΈππππππ πππ πβπππ
Laba Bersih
Pemegang saham mengharapkan kinerja perusahaan mengalami peningkatan yang ditandai dengan
peningkatan laba bersih karena peningkatan laba bersih akan meningkatkan return kepada pemegang saham.
Dengan mengetahui pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan, pemakai laporan keuangan akan
mengetahui terjadi peningkatan atau penurunan kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini variabel
laba bersih diukur dengan rumus pertumbuhan laba sebagai berikut (Harahap, 2013):
ππππ‘π’πππ’βππ πΏπππ =Laba Bersih Tahun ini β Laba Bersih Tahun Lalu
Laba Bersih Tahun Lalu
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi dapat dilihat dari laporan arus kas perusahaan. Laporan arus kas
digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung, dan
merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di masa yang akan datang. Laporan arus kas juga
digunakan oleh kreditur dan investor dalam menilai tingkat likuiditas maupun potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba. Dalam penelitian ini variabel arus kas dari aktivitas operasi diukur dengan rasio
kemampuan kas dari aktivitas operasi membiayai kewajiban lancar, dengan rumus sebagai berikut (Ashari &
Darsono, 2010):
π ππ ππ π΄ππ’π πΎππ ππππ π΄ππ‘ππ£ππ‘ππ ππππππ π (π΄πΎπ) =π΄ππ’π πΎππ ππππ π΄ππ‘ππ£ππ‘ππ ππππππ π
πΎππ€ππππππ πΏπππππ
Keterangan:
Jika AKO >1= Baik
Jika AKO <1= Tidak Baik
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
69
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk dipergunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan. Perusahaan yang besar lebih diminati dibanding perusahaan kecil. Jika
perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang
ada di perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini variabel ukuran perusahaan diukur dengan log natural dari
total aset (Sartono, 2010).
Metode Analisis Data
Untuk menguji bagaimana pengaruh laba bersih, arus kas dari aktifitas operasi, ukuran perusahaan
terhadap kebijakan dividend yang laporan keuangannya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
tahun 2012 sampai 2016 yaitu dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Sebelum melakukan uji
regresi linier berganda, metode ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil
terbaik (Ghozali, 2016). Dalam penggunaan regresi berganda, pengujian hipotesis harus menghindari adanya
kemungkinan penyimpangan asumsi-asumsi klasik. Tujuan pemenuhan asumsi klasik ini dimaksud agar
variabel independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak mengalami bias.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi liner berganda, data penelitian perlu dilakukan uji asumsi klasik
yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi untuk
memastikan bahwa model regresi layak untuk digunakan dalam penelitian. Berdasarkan uji asumsi klasik
yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data penelitian telah lolos dari semua uji yang dipersyaratkan.
Oleh karena itu data yang tersedia telah memenuhi syarat pula untuk digunakan dalam analisis regresi linear
berganda.
Hasil Uji Hipotesis
Berikut ini seperangkat hasil uji hipotesis, yaitu hasil uji koefisien determinasi dan hasil uji t Parsial:
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Berikut ini tabel hasil
uji koefisien determinasi (R2):
Tabel 2
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .205a .042 -.051 .7115821
a. Predictors: (Constant), Company Size, Cash Flow from Operations,
Net Income.
b. Dependent Variable: Dividend Policy
Pada tabel 2 di atas menunjukkan nilai R2 sebesar 0,042 atau 4,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa
variabel kebijakan dividend dapat dijelaskan oleh variabel independen laba bersih, arus kas dari operasi,
ukuran perusahaan sebesar 4,2%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor lain di luar
model penelitian ini.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
70
2. Hasil Uji t Parsial
Pada Tabel 3 berikut ini disajikan hasil uji hipotesis dengan menggunakan regresi linear berganda:
Tabel 3
Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel Ξ Sig.
(Constant) ,015
Net Income -,093 ,530
Cash Flow from Operations ,044 ,834
Company Size ,156 ,294
Nilai F ,452 ,718
Dependent Variable: Dividend Policy
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik
Dari hasil uji t Parsial pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari ketiga variabel independen ketiganya
memiliki nilai sig di atas 0,050 yang dapat diartikan bahwa variabel-variabel tersebut tidak memenuhi
kriteria memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividend.
3. Hasil Uji F Simultan
Dari hasil uji F simultan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig F-nya. Besaran nilai
sig F nya 0,718b (0,718>0,05) yang dapat disimpulkan bahwa variabel laba bersih, arus kas dari operasi, dan
ukuran perusahaan secara simultan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend.
Pembahasan
Pengaruh Net Income Terhadap Dividend Policy
Diketahui nilai signifikansi untuk pengaruh Net Income (X1) adalah sebesar 0,530 > 0,05 sehingga
menolak Ha1 yang berarti Net Income (X1) tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy (Y). Apabila
perusahaan menerima laba bersih yang tinggi pada suatu periode tidak serta dividend dapat dibagikan pada
periode tersebut. Ada kemungkinan laba ditahan terlebih dahulu untuk dibayarkan pada periode berikutnya
(Rachmah & Riduwan, 2019).
Laba bersih yang tinggi pula tidak langsung mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kas yang
cukup untuk membayar dividend, mengingat perusahaan bisa saja memiliki laba bersih namun laba bersih
tersebut diperoleh dari transaksi non kas (W. A. Ginting & Munawarah, 2019). Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Masrifah (2014), Mulyaningsih & Rahayu (2016), dan Wenas et al. (2017)
dimana hasilnya menunjukan bahwa laba bersih berpengaruh terhadap kebijakan dividend.
Pengaruh Cash Flow from Operations Terhadap Dividend Policy
Diketahui nilai signifikansi untuk pengaruh Cash Flow from Operations (X2) terhadap Y adalah
sebesar 0.838 > 0,05 sehingga menolak Ha2 yang berarti Cash Flow from Operations (X2) tidak berpengaruh
terhadap Dividend Policy (Y). Stice et al. (2010) dalam Wahjudi (2019) memberikan sebuah pernyataan
bahwa arus kas yang positif mengindikasikan bahwa bisnis perusahaan dapat terus berjalan untuk saat ini.
Namun, jika arus kas yang dimiliki oleh perusahaan tidak memadai dan pada waktu tertentu perusahaan tidak
memiliki alternatif pembiayaan dalam waktu yang sangat cepat, maka pada saat itulah perusahaan tidak
dapat leluasa memanfaatkan kas sebagai dasar untuk membayar dividend.
Dengan demikian tidak semua perusahaan yang menghasilkan arus kas dari aktivitas operasi yang baik
dapat membayarkan dividend kepada para pemegang saham pada setiap tahunnya. Hasil dari penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari & Budiasih (2016) yang menemukan bahwa
variabel arus kas dari aktivitas operasi operasi berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividend.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
71
Pengaruh Company Size Terhadap Dividend Policy
Diketahui nilai signifikansi untuk pengaruh Company Size (X3) terhadap Y adalah sebesar 0.249 >
0,05 sehingga menolak Ha3 yang berarti Company Size (X3) tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy (Y).
Perusahaan yang berukuran besar dari segi kepemilikan aset belum tentu dapat dengan mudah membayar
dividend. Pada suatu kondisi perusahaan manufaktur yang berukuran besar cenderung jarang membayar
dividend, karena akan digunakan untuk investasi proyek. Sedangkan perusahaan kecil, di lain sisi,
cenderung tetap membayar dividend dalam rangka menarik minat investor (Darmayanti & Mustanda, 2016).
Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dhira et al., 2014) dan (Nerviana,
2016) yang menemukan bahwa variabel Company Size berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan
dividend. Seharusnya perusahaan yang berukuran besar dengan kelebihan lebih mudah mendapatkan akses
untuk mendapatkan dana demi menunjang operasional perusahaan, lebih berkesempatan menghasilkan laba
yang lebih besar sehingga mampu membayar dividend yang lebih tinggi dibanding perusahaan kecil.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, analisis, dan pembahasan disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Variabel laba bersih (X1) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend. Semakin besar laba bersih
yang dihasilkan oleh perusahaan, tidak berarti dividend yang dibagikan juga semakin besar, mengingat
bisa saja perusahaan memiliki laba bersih namun laba bersih tersebut diperoleh dari transaksi non-kas.
2. Variabel arus kas dari aktivitas operasi (X2) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend. Apabila
perusahaan pada suatu kondisi tidak memiliki alternatif pembiayaan dalam waktu yang sangat cepat,
maka pada saat itulah perusahaan tidak dapat dengan leluasa memanfaatkan kas sebagai dasar untuk
membayar dividend.
3. Variabel ukuran perusahaan (X3) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend. Perusahaan yang
berukuran besar yang seharusnya lebih besar dalam membayarkan dividend, justru memanfaatkan laba
bersih periode berjalan untuk investasi proyek. Sedangkan perusahaan kecil, di lain sisi, cenderung
tetap membayar dividend dalam rangka menarik minat investor.
Saran
Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan untuk dapat digeneralisir secara umum oleh keterbatasan
jumlah sampel perusahaan yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Penelitian berikutnya dapat
mempertimbangkan untuk memperluas cakupan dari segi jumlah, jenis industri, maupun jumlah angka tahun.
Penggunaan definisi operasional dan pengukuran variabel yang lain dapat memperkaya khasanah keilmuan
pengujian variabel.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, & Darsono. (2010). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan (Tips Bagi Investor, Direksi
dan Pemegang Saham). Penerbit Andi.
Bahri, S. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. JRAK: Jurnal Riset Akuntansi Dan
Komputerisasi Akuntansi, 8(1), 63β84.
Berry, Y. (2016). Hubungan Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan pada Tahap Mature dan Growth.
JRAK: Jurnal Riset Akuntansi & Komputerisasi Akuntansi, 7(1), 65β73.
Brealey, R. A., Myers, S. C., & Marcus, A. J. (2017). Fundamentals of Corporate Finance. McGraw-Hill
Education.
Darmayanti, N. K. D., & Mustanda, I. K. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Jaminan Aset, dan
Ukuran Perusahaan terhadap KebijakanDdividen pada Sektor Industri Barang Konsumsi. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana, 5(8).
Dhira, N. S. O., Wulandari, N., & Wahyuni, N. I. (2014). Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Listed Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi Akuntansi Dan Manajemen, 13(2).
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
72
Fahmi, I. (2012). Pengantar Pasar Modal. Alfabeta.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ginting, S. (2018). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas. Dan Leverage Terhadap Kebijakan Deviden Pada
Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016. Jurnal Wira Ekonomi
Mikroskil: JWEM, 8(2), 195β204.
Ginting, W. A., & Munawarah, M. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Kajian
Akuntansi, 20(2), 147β158.
Harahap, S. S. (2013). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 11. Rajawali Pers.
Hasnawati, S. (2017). Kebijakan Dividen Di Bursa Efek Indonesia Pada Perusahaan Kelompok Lq 45.
Jurnal Manajemen, 21(01), 132β145.
IAI. (2016). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 2: Laporan Arus Kas. Ikatan Akuntan
Indonesia.
Khanal, A. R., & Mishra, A. K. (2017). Stock Price Reactions to Stock Dividend Announcements: A Case
from a Sluggish Economic Period. The North American Journal of Economics and Finance, 42, 338β
345.
Kurniawan, J., Tan, Y., & Linuwih, S. (2013). Prediksi Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap
Dividen Badan Usaha Sektor Manufaktur Di BEI Periode 2008-2011. Calyptra, 2(1), 1β16.
Masrifah, I. (2014). Analisis Hubungan Laba Bersih, Arus kas Operasi dan RUPS dengan Dividen Tunai
Pada Industri Manufaktur. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 10(2), 113β123.
Mulyaningsih, N., & Rahayu, D. (2016). Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dharma
Ekonomi, 23(43).
Nerviana, R. (2016). The Effect of Financial Ratios and Company Size on Dividend Policy. The Indonesian
Accounting Review, 5(1), 23β32.
Puspitaningtyas, Z. (2017). Efek Moderasi Kebijakan Dividen Dalam Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan. JURNAL AKUNTANSI, EKONOMI Dan MANAJEMEN BISNIS| e-ISSN: 2548-9836, 5(2),
173β180.
Rachmah, O. S., & Riduwan, A. (2019). Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Free Cash Flow Terhadap
Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 8(1).
Sari, N. K. A., & Budiasih, I. G. A. (2016). Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional,
Free Cash Flow Dan Profitabilitas Pada Kebijakan Dividen. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
15(3), 2439β2466.
Sartono, A. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat. BPFE.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, cetakan ke-25. Alfabeta.
Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE.
Tangkilisan, H. N. S. (2003). Good Corporate Governance. Balairung.
Wahjudi, E. (2019). Factors Affecting Dividend Policy in Manufacturing Companies in Indonesia Stock
Exchange. Journal of Management Development.
Wenas, D. D., Manossoh, H., & Tirayoh, V. Z. (2017). Analisis pengaruh arus kas operasi dan laba bersih
terhadap dividen kas pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 5(1).
Wulandari, D. U., & Suardana, K. A. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Kesempatan Investasi, Free Cash Flow
dan Debt Policy Pada Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 20(1), 202β230.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
73
Pengaruh Kemudahan dan Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian Secara Online
pada Platform E-Commerce Lazada Indonesia
Inggri Septianie1, Mariati Tirta Wiyata2
1,2Program Studi Administrasi Bisnis, Institut Manajemen Wiyata Indonesia
Article Information Abstract
IMWI STUDENT RESEARCH
JOURNAL
This study aims to examine the effect of ease of use and customer trust
on online purchase intentions on the Lazada Indonesia e-commerce
platform. The research method used is quantitative. Data collection
techniques through surveys. The research location is in Sukabumi City,
West Java. Research respondents consisted of 100 visitors to the Lazada
Indonesia e-commerce platform. Information was collected from
respondents using a questionnaire. Testing the quality of the instrument
(questionnaire) using the validity test and reliability test. Hypothesis
testing used multiple linear regression analysis, consisting of t test and F
test. The results showed that partially and simultaneously the ease of use
and customer trust variables had a positive and significant effect on the
purchase intention variable. Respondents stated that Lazada Indonesia's
e-commerce platform is easy to use. Respondents also stated that Lazada
Indonesia is able to provide the products needed and Lazada Indonesia
will always protect its reputation (integrity).
Volume 1, Nomor 1
Agustus β Nopember 2020
Hlm.: 73-83
Institut Manajemen
Wiyata Indonesia,
Jl. Gudang No. 7,
Kota Sukabumi,
Jawa Barat.
Keywords:
Ease of Use, Customer
Trust, Purchase Intention.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kemudahan dan
kepercayaan terhadap niat pembelian secara online pada platform e-
commerce Lazada Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui survei.
Lokasi penelitian adalah di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Responden
penelitian terdiri dari 100 orang pengunjung platform e-commerce
Lazada Indonesia. Informasi dikumpulkan dari responden dengan
menggunakan kuesioner. Pengujian kualitas instrumen (kuesioner)
menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian hipotesis
menggunakan analisis regresi linier berganda, terdiri dari uji t dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan
variabel kemudahan dan kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel niat pembelian. Responden menyatakan bahwa
platform e-commerce Lazada Indonesia mudah digunakan. Responden
juga menyatakan bahwa Lazada Indonesia mampu menyediakan produk
yang dibutuhkan dan Lazada Indonesia akan selalu melindungi
reputasinya (berintegritas).
Corresponding Author:
septianieinggri @gmail.com
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
74
PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya zaman, teknologi pun semakin berkembang pesat. Hal ini membuat dunia
perdagangan khususnya jual beli mengalami kemajuan. Teknologi yang membantu kemajuan dalam dunia
perdagangan ini salah satunya adalah internet. Internet dapat diakses oleh siapapun baik melalui handphone,
gadget atau laptop, tentunya dapat berpartisipasi dalam kegiatan jual beli online ini baik sebagai penjual atau
sebagai pembeli.
Banyaknya perusahaan e-commerce yang ada di Indonesia menyebabkan kompetisi yang ketat untuk
menarik niat seseorang untuk berkunjung dan melakukan pembelian melalui platform e-commerce miliknya.
Banyaknya perusahaan e-commerce yang muncul beberapa tahun ke belakang menunjukan bahwa pasar
Indonesia sangat potensial. Hal ini disebabkan karena masyarakat di Indonesia semakin tertarik
menggunakan layanan e-commerce yang ada (Damar, 2020).
Berbelanja online memiliki kelebihan akan kepraktisannya (Nasution & Raharjo, 2019). E-commerce
dikatakan pada saat ini semakin memberikan berbagai kemudahan bagi konsumen untuk berbelanja secara
online (Kumalasari, 2020). Kemudahan berimplikasi pada perilaku. Perilaku pembelian dapat meningkat
apabila didukung oleh kemudahan dalam melakukan transaksi pembelian. Sebagai pengusaha e-commerce
harus mempertimbangkan terkait kemudahan ini dalam upaya untuk menarik niat pembelian konsumen.
Selain kemudahan, faktor lainnya yang dapat pula memengaruhi niat pembelian konsumen adalah
kepercayaan. Kepercayaan konsumen akan e-commerce merupakan salah satu faktor kunci melakukan
kegiatan jual beli secara online (Imari et al., 2017; Istanti, 2017; Utama & Yuniarwati, 2017). Kepercayaan
merupakan salah satu pondasi dari bisnis apapun, suatu transaksi bisnis antara dua belah pihak atau lebih
akan terjadi apabila masing-masing pihak saling mempercayai.
Penelitian ini dilakukan pada platform e-commerce Lazada Indonesia, yang didirikan pada tahun 2012
dan merupakan salah satu cabang dari jaringan retail online Lazada di Asia Tenggara. Lazada Asia Tenggara
merupakan cabang anak perusahaan jaringan Rocket Internet, perusahaan asal Jerman. Semenjak tahun 2012
tersebut, Lazada mampu merebut perhatian sebagian besar masyarakat internet (netizen) Indonesia. Dalam
beberapa tahun setelahnya, terjadi fluktuatif jumlah orang yang berkunjung maupun berbelanja melalui
platform e-commerce Lazada Indonesia. Grafik di bawah ini dapat menunjukkan fluktuatif pengunjung
Lazada dari tahun 2017-2019:
Gambar 1
Grafik Jumlah Pengunjung Platform E-Commerce Lazada Indonesia Tahun 2017-2019
Sumber: databoks.katadata.co.id (2019)
0
20
40
60
80
100
120
140
TahunMar 2017
Tahun Jun2017
TahunSep 2017
TahunDes 2017
TahunMar 2018
TahunJun 2018
TahunSep 2018
Tahun2019
Pengunjung Lazada Indonesia Tahun TW 1 2017 - 2019 (dalam juta)
51,1
58,3
96,3131,8
117,6
50 36,4
28
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
75
Berdasarkan grafik pada gambar 1 di atas menunjukan penurunan pengunjung platform e-commerce
Lazada Indonesia dari tahun 2017-2019. Hal tersebut menjadi permasalahan dalam perusahaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul βPengaruh Kemudahan dan Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian Secara Online
pada Platform E-Commerce Lazada Indonesiaβ.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Kemudahan (X1)
Kemudahan (Easy of Use) adalah suatu tingkatan anggapan seseorang bahwa sebuah teknologi dapat
digunakan dengan mudah. Kemudahan menggunakan teknologi dapat menentukan keputusan seseorang
untuk melakukan keputusan pembelian (Istanti, 2017). Sebuah sistem online yang sering digunakan dapat
menunjukkan bahwa sistem online tersebut lebih mudah dikenal, lebih mudah dioperasikan serta lebih
mudah digunakan oleh penggunanya (Istanti, 2017).
Beberapa indikator kemudahan diantaranya (Istanti, 2017; Wiyata et al., 2020):
1. Teknologi Informasi (IT) mudah dipelajari.
2. Teknologi informasi mengerjakan dengan mudah apa yang diiinginkan oleh pengguna.
3. Keterampilan pengguna akan bertambah ketika menggunakan teknologi informasi.
4. Teknologi informasi mudah untuk dioperasikan.
5. Seseorang tidak harus membuang banyak waktu.
Konsep Kepercayaan (X2)
Kepercayaan (Customer Trust) adalah komponen sentral dalam melakukan pembelian melalui media
online. Hanya pelanggan yang memiliki kepercayaan yang berani melakukan transaksi pembelian melalui
media online (Istanti, 2017).
Beberapa indikator kepercayaan diantaranya (Istanti, 2017; Wiyata et al., 2020):
1. Kemampuan (Ability)
2. Kebaikan Hati (Benevolence)
3. Integritas (Integrity).
Konsep Niat Pembelian (Y)
Dalam proses pembelian, niat beli atau niat pembelian ulang konsumen berkaitan erat dengan motif
yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu (Kotler & Keller, 2016). (Abdullah &
Tantri, 2016) menyatakan niat pembelian merupakan komponen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan
responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.
Niat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut (Kotler & Keller, 2016):
1. Niat transaksional
2. Niat referensial
3. Niat preferensial
4. Niat preferensial
5. Niat eksploratif
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independen) yaitu kemudahan (X1) dan
kepercayaan (X2), serta satu variabel terikat (dependen) yaitu niat pembelian (Y). Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Dalam penelitian survei, informasi yang dikumpulkan
dari responden dengan menggunakan kuesioner. Lokasi penelitian adalah di Kota Sukabumi, Jawa Barat.
Subjek penelitian adalah pengunjung e-commerce Lazada. Sampel penelitian ditetapkan sebanyak 100 orang
responden.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
76
Penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya digolongkan dalam penelitian asosiatif dan jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data kuesioner yang diperoleh dari para responden
diuji kualitasnya untuk membuktikan validitas dan reliabilitas. Selanjutnya untuk menguji bagaimana
pengaruh variabel kemudahan dan kepercayaan (independen) terhadap variabel niat pembelian (dependen)
dilakukan dengan menggunakan alat uji analisis regresi linier berganda. Sebelumnya dilakukan pengujian
pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan pengujian variabel independen sebagai estimator atas variabel
dependen tidak mengalami bias.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya kuesioner. Pengujian signifikan dilakukan
dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikan 0,05 dengan uji 1 sisi. Hasil uji validitas ketiga
variabel secara berturut-turut yaitu variabel kemudahan disajikan pada tabel 1, variabel kepercayaan pada
tabel 2, dan variabel niat pembelian pada tabel 3, sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Validitas Variabel Kemudahan (X1)
Kode Item r hitung r tabel Keterangan
X1_1 0,824 0,165 Valid
X1_2 0,876 0,165 Valid
X1_3 0,825 0,165 Valid
X1_4 0,758 0,165 Valid
X1_5 0,861 0,165 Valid
X1_6 0,854 0,165 Valid
X1_7 0,825 0,165 Valid
X1_8 0,908 0,165 Valid
X1_9 0,911 0,165 Valid
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel kemudahan dengan seluruh pernyataan dikatakan
valid (r hitung > r tabel).
Tabel 2
Hasil Uji Validitas Variabel Kepercayaan (X2)
Kode Item r hitung r tabel Keterangan
X1_1 0,584 0,165 Valid
X1_2 0,801 0,165 Valid
X1_3 0,768 0,165 Valid
X1_4 0,807 0,165 Valid
X1_5 0,778 0,165 Valid
X1_6 0,840 0,165 Valid
X1_7 0,835 0,165 Valid
X1_8 0,748 0,165 Valid
X1_9 0,708 0,165 Valid
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
77
Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untk variabel kualitas kepercayaan dengan seluruh pernyataan
dikatakan valid (r hitung > r tabel).
Tabel 3
Hasil Uji Validitas Variabel Niat Pembelian (Y)
Kode Item r hitung r tabel Keterangan
Y1 0,450 0,165 Valid
Y2 0,746 0,165 Valid
Y3 0,514 0,165 Valid
Y4 0,827 0,165 Valid
Y5 0,822 0,165 Valid
Y6 0,837 0,165 Valid
Y7 0,687 0,165 Valid
Y8 0,735 0,165 Valid
Y9 0,801 0,165 Valid
Y10 0,815 0,165 Valid
Y11 0,668 0,165 Valid
Y12 0,704 0,165 Valid
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untk variabel niat pembelian dengan seluruh pernyataan
dikatakan valid (r hitung > r tabel).
Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dikatakan reliabel jika
hasilnya a > 0,06. Berikut ini disajikan tabel hasil uji reliabilitas:
Tabel 4
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbachβs
Alpha
Cronbachβs Alpha
yang disyaratkan
Keterangan
Kemudahan 0,955 >0,600 Reliabel
Kepercayaan 0,910 >0,600 Reliabel
Niat Pembelian 0,915 >0,600 Reliabel
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Hasil uji reliabilitas dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbachβs Alpha atas variabel
kemudahan sebesar 0,910, variabel kepercayaan 0,955 dan variabel niat pembelian sebesar 0,915. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa semua item pernyataan setiap variabel ini reliabel karena mempunyai nilai
Cronbachβs Alpha lebih dari 0,6.
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov dan grafik normal pp-plot, yang disajikan sebagai berikut:
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
78
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 4.05853977
Most Extreme
Differences
Absolute .039
Positive .039
Negative -.035
Test Statistic .039
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Dari hasil tabel di atas menunjukkan bahwa hasil dari Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0,200 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal.
Gambar 2 Grafik P-P Plot
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Dapat dilihat bahwa hasil grafik p-p plot di atas titik titik menyebar disekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari kedua grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
79
Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Nilai cut off yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai toleran β€ 0,10 atau sama dengan nilai VIF β€ 10.
Tabel 6
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.359 3.628 .375 .709
kepercayaan 1.042 .074 .810 14.102 .000 1.000 1.000
kemudahan .185 .063 .169 2.947 .004 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi antar variabel
bebas/independen, yaitu variabel X1 (kemudahan) dan variabel X2 (kepercayaan) mempunyai nilai output
VIF yang sama yaitu sebesar 1.000 dan nilai output tolerance masing-masing variabel menunjukkan angka
yang sama pula yaitu 1.000. Setiap variabel bebas mempunyai nilai VIF < 10 dan nilai tolerance >0,1. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antara variabel bebas dalam model regresi ini.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari suatu residual pengamatan ke pengamatan lain atau tidak. Di bawah ini
disajikan hasil uji heteroskedastisitas:
Gambar 3 Grafik Scatterplot
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
80
Hasil Uji t
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan kaidah keputusan statistik:
1. Jika t hitung > t tabel maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak.
2. Jika t hitung β€ t tabel maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
Terdapat dua hipotesis alternatif pada penelitian ini, yaitu Ha1: Kemudahan berpengaruh positif
terhadap niat pembelian, dan Ha2: Kepercayaan berpengaruh positif terhadap niat pembelian. Hasil pengujian
statistik t disajikan pada tabel 7 berikut ini:
Tabel 7
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.359 3.628 .375 .709
Kepercayaan 1.042 .074 .810 14.102 .000
Kemudahan .185 .063 .169 2.947 .004
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Dari hasil di atas, model regresi linier dapat disusun sebagai berikut:
Y= 1,359 + 1,042 (X1) + 0,185 (X2), dimana:
β’ Konstanta: 1,359 besarnya variabel niat pembelian yang dipengaruhi variabel kemudahan dan
kepercayaan, atau variabel bebas = 0, maka nilai niat pembelian sebesar 1,359.
β’ Koefisien kemudahan sebesar 1,042 menunjukkan bahwa jika variabel kemudahan ditingkatkan
maka akan meningkatkan niat pembelian sebesar 1,042 dengan asumsi variabel lain konstan.
β’ Koefisien kepercayaan sebesar 0,185 menunjukkan bahwa jika variabel kepercayaan ditingkatkan
maka akan meningkatkan niat pembelian sebesar 0,185 dengan asumsi variabel lain konstan.
Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 7 dapat disimpulkan sebagai berikut:
β’ Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh Kemudahan Terhadap Niat Pembelian
Hasil pengujian yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel kemudahan memiliki
tingkat signifikan 0,002 atau lebih kecil dari 0,05, dan nilai t hitung 14.102> t tabel 1.660. Hal ini
menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap variabel
dependen. Sehingga Ha1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel kemudahan berpengaruh
positif signifikan terhadap niat pembelian.
β’ Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian
Hasil pengujian yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel kepercayaan memiliki
tingkat signifikan sebesar 0,000 atau lebih besar dari 0,05, dan nilai t hitung 2.947> t tabel 1.660.
Hal ini menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap
variabel dependen. Sehingga Ha2 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel harga
berpengaruh positif signifikan terhadap niat pembelian.
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
81
Hasil Uji F
Selanjutnya, uji F dilakukan untuk menguji pengaruh simultan variabel kemudahan dan kepercayaan
terhadap niat pembelian, yang dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Apabila nilai probabilitas lebih kecil
dari 0,05 maka kedua variabel independen dinyatakan berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen, begitupun sebaliknya apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka kedua variabel
independen dinyatakan tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
Tabel 8
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3461.257 2 1730.629 102.944 .000b
Residual 1630.703 97 16.811
Total 5091.960 99
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Sumber: Hasil Olah Data (2020)
Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar
102.944 > F tabel sebesar 3.09 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05 maka menerima bahwa variabel kemudahan dan kepercayaan berpengaruh secara simultan
(bersama-sama) terhadap niat pembelian.
PEMBAHASAN
Pengaruh Kemudahan Terhadap Niat Pembelian
Dari hasil uji t memperlihatkan bahwa variabel kemudahan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap niat pembelian. Kemudahan berkaitan dengan kemudahan dalam konsumen ketika melakukan
pembelian di situs web. Berdasarkan analisis pada butir pernyataan di kuesioner, responden menyatakan
bahwa aplikasi Lazada mudah digunakan, melakukan transaksi juga mudah, dan kemudahanβkemudahan lain
yang tidak menyulitkan konsumen ketika akan melakukan pembelian di platform e-commerce Lazada
Indonesia ini.
Indikator kemudahan apabila dirata-rata sesuai kriteria (sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang
setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5)) sebagaimana di bawah ini:
β’ Jumlah item pertanyaan kuesioner : 10
β’ Jumlah responden : 100
β’ Nilai Minimum : 1.000
β’ Nilai Maksimum : 5.000
β’ Range : 4.000
β’ Rentang : (Range/5) 800
β’ Skor Ideal Kemudahan : 5.000
β’ Skor Aktual Kemudahan : 4.068
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
82
Rentang Interval Penilaian Aspek Kemudahan
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
50001000 1800 2600 3400 4200
Tanggapan responden terhadap indikator kemudahan mendapat nilai 4.068. Nilai tersebut berada pada
rentang inverval 3.400 β 4.200. Hasil tersebut menunjukkan para responden berada pada level setuju akan
kemudahan dalam penggunaan aplikasi/platform e-commerce Lazada Indonesia.
Pengaruh Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian
Dari hasil uji t memperlihatkan bahwa variabel kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap niat pembelian. Kepercayaan berkaitan dengan kemauan konsumen mempercayai merek dengan
segala risikonya karena adanya harapan yang dijanjikan oleh merek dalam memberikan hasil yang positif
bagi konsumen. Berdasarkan analisis pada butir pernyataan di kuesioner, responden menyatakan Lazada
Indonesia mampu menyediakan produk yang dibutuhkan dan Lazada akan selalu melindungi reputasinya
(berintegritas).
Indikator kepercayaan apabila dirata-rata sesuai kriteria (sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2),
kurang setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5)) sebagaimana di bawah ini:
β’ Jumlah item pertanyaan kuesioner : 9
β’ Jumlah responden : 100
β’ Nilai Minimum : 900
β’ Nilai Maksimum : 4.500
β’ Range : 3.600
β’ Rentang : (Range/5) 720
β’ Skor Ideal Kepercayaan : 4.500
β’ Skor Aktual Kepercayaan : 3.372
Rentang Interval Penilaian Aspek Kepercayaan
4500900 1620 2340 3060 3780
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Tanggapan responden terhadap indikator kepercayaan mendapat nilai 3.372. Nilai tersebut berada
pada rentang inverval 3.060 β 3.780. Hasil tersebut menunjukkan para responden berada pada level setuju
akan kepercayaan dalam penggunaan aplikasi/platform e-commerce Lazada Indonesia.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai pengaruh kemudahan dan kepercayaan terhadap
niat pembelian secara online pada platform e-commerce Lazada Indonesia, dapat diambil simpulan bahwa
pertama, kemudahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian secara online pada platform
WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020
IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709
83
e-commerce Lazada Indonesia. Responden menyatakan bahwa platform e-commerce Lazada Indonesia
mudah digunakan. Kedua, kepercayaan berpengaruh terhadap niat pembelian secara online pada platform e-
commerce Lazada Indonesia. Responden menyatakan bahwa Lazada Indonesia mampu menyediakan produk
yang dibutuhkan dan Lazada Indonesia akan selalu melindungi reputasinya (berintegritas).
Saran diberikan untuk kepentingan penelitian di masa mendatang, yaitu dapat mempertimbangkan
untuk mengkaji pengaruh variabel lain yang dapat memengaruhi niat pembelian, diantaranya customer
experience (Wiyata et al., 2020), dan customer satisfaction (Fahrurrazi et al., 2019), dalam hal ini dalam
penggunaan platform e-commerce Lazada Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T., & Tantri, F. (2016). Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada.
Damar, A. M. (2020). Riset: Masyarakat Indonesia Makin Percaya Bertransaksi di E-commerce.
https://www.liputan6.com/tekno/read/4322456/riset-masyarakat-indonesia-makin-percaya-bertransaksi-
di-e-commerce
Fahrurrazi, F., Khoirunnisa, S., & Somantri, B. (2019). Pengaruh Marketing Mix Terhadap Customer
Loyalty Melalui Customer Satisfaction Kerudung di Outlet Rabbani. Cakrawala, 2(2), 26β39.
Imari, S., Lubis, P. H., & Chan, S. (2017). Pengaruh Orientasi Belanja, Kepercayaan Online dan Pengalaman
Pembelian Sebelumnya Terhadap Niat Pembelian Konsumen secara Online dengan Perbedaan Gender
Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Perspektif Manajemen Dan Perbankan, 8(3).
Istanti, F. (2017). Pengaruh Harga, Kepercayaan, Kemudahan Berbelanja dan E-Promosi Terhadap
Keputusan Pembelian Belanja Online di Kota Surabaya. Jurnal Bisnis Teknologi, 4(1), 14β22.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing Management (15th global ed.). Pearson.
Kumalasari, D. A. (2020). Minat Belanja Online Meningkat di Tengah Pandemi.
https://www.suara.com/yoursay/2020/04/18/110712/minat-belanja-online-meningkat-di-tengah-
pandemi?page=all
Nasution, D. D., & Raharjo, B. (2019). Belanja Online Dinilai Lebih Cepat dan Praktis.
https://republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/19/01/15/plddd9415-belanja-online-dinilai-lebih-cepat-
dan-praktis
Utama, L., & Yuniarwati, Y. (2017). Pengaruh Merek, Kepercayaan dan Pengalaman Terhadap Niat
Konsumen Dalam Melakukan Transaksi Secara Online. Jurnal Ekonomi, 21(3), 420β435.
Wiyata, M. T., Putri, E. P., & Gunawan, C. (2020). Pengaruh Customer Experience, Ease of Use, dan
Customer Trust Terhadap Repurchase Intention Konsumen Situs Jual Beli Online Shopee. Cakrawala,
3(1), 11β21.