vol : i no: 5 januari 2015 jurankunman (jurnal akuntansi ... filebadan hukumnya dan perusahaan...
TRANSCRIPT
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
PENGARUH PENILAIAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA DAN PAJAK PADA
PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM
THORMAN LUMBANRAJA, S.E., MSi
(SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SURYA NUSANTARA)
ABSTRAK
PT Inalum adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufacturing dan merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dibidang industry peleburan aluminium. Persediaan adalah harta perusahaan yang termasuk penting karena banyak dana tertanam didalamnya. Metode penilaian persediaan ada beberapa jenis yaitu, fifo, lifo, dan avarage tetapi metode penilaian yang diperkenankan dalam pasal 10 ayat (6) UU No. 10 tahun 1983 jo. UU No.10 tahun 1994 dan ED PSAK 14 (Revisi 2008) adalah dengan metode fifo dan avarage. PT Inalum menerapkan metode penilaian persediaan average. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh penilaian persediaan terhadap pajak dan bagaimana pengaruh penilaian persediaan terhadap laba dan pajak dan untuk mengetahui metode penilaian manakah yang digunakan serta alasannya. Berdasarkan hasil penelitian bawa metode penilaian persediaan mempunyai pengaruh terhadap laba dan pajak yang disebabkan perbedaan perhitungan harga pokok perjualan dari masing-masing metode dan akan mempengaruhi pajak. Pengaruh penilaian persediaan terhadap laba yaitu apabila harga pokok penjualan rendah (average) maka laba perusahaan akan tinggi yang diakibatkan karena perhitungan nilai persediaan akhir dari keempat metode tersebut rendah. Metode average digunakan karena dapat mengurangi inflasi dan meningkatkan minat investor menanamkan sahamnya di perusahaan.
Keyword : penilaian persediaaan, laba, pajak dan inflasi.
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
44
PENDAHULUAN
Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan kerja sama faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian pengusaha) yang menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau melayani kepentingan masyarakat, dengan tujuan memperoleh laba atau keuntungan.
Penggolongan perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu perusahaan menurut badan hukumnya dan perusahaan menurut operasinya. Perusahaan menurut badan hukumnya ada lima yaitu perusahaan perseorangan, firma, persekutuan komanditer, perseroan terbatas dan koperasi. Sedangkan perusahaan menurut operasinya ada tiga yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan industri (manufaktur).
Semua perusahaan mempunyai persediaan yang merupakan investasi terbesar dalam aktiva lancar, baik pada perusahaan jasa, dagang maupun manufaktur. Pada perusahaan jasa tidak semuanya mempunyai persediaan, hanya sebagian perusahaan jasa saja yang mempunyai persediaan seperti perusahaan jasa transportasi. Pada perusahaan dagang, persediaan yang terdiri dari berbagai macam dan jenis dan hanya dikenal satu klasifikasi persediaan yang disebut dengan persediaan barang dagangan, dimana persediaan tersebut
adalah milik perusahaan dan siap untuk dijual kepada konsumen.
Sedangkan pada perusahaan manufaktur, tidak semua persediaan siap untuk dijual. Berbeda halnya dengan persediaan barang dagangan, persediaan pada perusahaan manufaktur diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu : persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
Persediaan dalam pengertian akuntansi menunjukkan nilai suatu barang yang diproduksi untuk dijual atau dikonsumsi. Rekening persediaan juga menunjukkan nilai total kekayaan dalam bentuk persediaan dalam proses.
Pada umumnya persediaan dinilai berdasarkan biaya. Besarnya biaya atau ongkos persediaan tergantung pada prosedur akuntansi yang ditetapkan oleh perusahaan dalam menilai persediaan.
Metode akuntansi yang digunakan untuk menilai persediaan sangat penting, karena akan mempengaruhi terhadap nilai rupiah persediaan dan biaya barang yang dijual. Tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah untuk menentukan
laba rugi periodik yaitu melalui proses mempertemukan antara harga pokok barang dijual dengan hasil penjualan dalam satu periode akuntansi dan menentukan jumlah persediaan. Dalam hal ini disamping adanya penggolongan persediaan sesuai dengan jenisnya, juga sangat penting artinya penilaian terhadap penilaian persediaan itu sendiri.
Penilaian persediaan dianggap penting, karena secara tidak langsung metode yang digunakan dalam menilai persediaan akan mempengaruhi laba dan Pajak Perusahaan, sedangkan semua perusahaan menginginkan laba yang optimal. Berdasarkan uraian tersebut, maka judul dari penelitian ini adalah “PENGARUH PENILAIAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA DAN PAJAK PADA PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM.‟
Pegertian Persediaan Persediaan (Inventories) adalah harta perusahaan yang termasuk penting karena banyak dana tertanam di dalamnya. Peranan persediaan cukup besar dalam suatu usaha, maka baik manajemen perusahaan maupun fiskus sangat memperhatikannya. Demikian pentingnya persediaan ini, sehingga ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam perpajakan. Secara umum persediaan diartikan sebagai keseluruhan harta benda yang berwujud yang dimaksud untuk dijual selama operasi normal perusahaan, dan barang
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
45
dalam proses serta bahan baku yang akan digunakan dalam usaha menghasilkan barang dan jasa yang tersedia untuk dijual selama operasi normal perusahaan. Menurut Akuntansi Pajak (1996:189), persediaan (inventories) adalah harta perusahaan yang termasuk penting karena banyak dana tertanam di dalamnya. Menurut (Standar Akuntansi Keuangan, 1999) Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2006:452), persediaan (Inventory) digunakan untuk mengidentifikasikan barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan tertentu. Menurut Ristono (2009), persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan kembali atau dijual pada periode yang akan datang. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan hanya didapati didalam perusahaan dagang maupun perusahaan Manufaktur. Hal itu dikarenakan persediaan berupa barang dalam tempat atau gudang, dan barang tersebut akan mengalami pemasukan maupun pengeluaran sesuai dengan permintaan pelanggan. Suatu perusahaan akan mengadakan persediaan apabila permintaan yang terjadi sangat banyak dan menguntungkan. Dengan adanya persediaan, maka akan timbul biaya seperti biaya variabel dan biaya yang lainnya. Akibat biaya tersebut, pada akhirnya akan mempengaruhi harga pokok penjualan barang dagang atau harga pokok produksi dan akan mempengaruhi Laba dan Pajak suatu Perusahaan. Pengertian Persediaan dalam Akuntansi adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang nilainya cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan. Pengertian persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan, 1999 adalah : 1. Aktiva Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2. Aktiva Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan 3. AktivaDalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Alasan diperlukannya persediaan menurut Freddy Rangkuti (1996:2) adalah: 1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk
memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2. Untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya. Manfaat persediaan menurut Freddy Rangkuti adalah : 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang
dibutuhkan perusahaan 2. Menghilangkan resiko dari materi yang dipesan tidak berkualitas atau tidak baik
sehingga harus dikembalikan 3. Mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara
musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam Pasar
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
46
4. Mempertahankan Aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran proses produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan
pelanggan pada suatu waktu dapat terpenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya
Fungsi dan manfaat persediaan menurut Handoko, antara lain : a. Fungsi decoupling ialah persediaan ini memungkinkan
dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut: 1. Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak
sepenuhnya tergantung penyedianya pada suplier dalam hal kuantitas dan pengiriman.
2. Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat lebih leluasa dalam berbuat.
3. Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.
b. Fungsi Economic Lot Sizing Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar
perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat mengurangi biaya per unit produk.
c. Fungsi Antisipasi Perusahaan sering menghadapi ketidak pastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra. Persediaan antisipasi ini penting agar proses produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan Seasonal Inventory (persediaan musiman).
Adapun manfaat dari persediaan adalah menjamin kebebasan atau kelancaran kegiatan operasional Internal dan Eksternal sehingga permintaan pelanggan dapat terpenuhi tanpa tergantung Pemasok. Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun laporan rugi laba. Oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki selama periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dapat dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan rugi laba yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam neraca.
Jenis persediaan Barang menurut Akuntansi Pajak (1996:189),”terdiri dari : 1. Bahan baku dan bahan pelengkap
Bahan baku (raw material) diperoleh langsung dari alam atau dari pihak ketiga. 2. Barang dalam Pengolahan
Barang dalam pengolahan (work in process) adalah barang yang masih dalam tahap penyelesaian.
3. Barang Jadi Barang jadi (finished goods) adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual. Metode Penilaian Persediaan Barang Menurut Earl K. Stice., dkk (2004:666-672)
pada akhir periode akuntansi, total biaya persediaan harus dialokasikan ke persediaan yang masih ada (untuk dilaporkan di neraca sebagai aktiva) dan ke persediaan yang terjual selama periode tersebut (untuk dilaporkan dilaporan laba rugi sebagai beban ”harga pokok penjualan”).
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
47
Metode Penilaian Persediaan Penilaian Persediaan dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti :
1. First-In, First-Out FIFO atau First-in, First-out menganggap barang yang masuk terdahulu akan dikeluarkan terlebih dahulu juga.
2. Last-In, First-Out LIFO adalah metode penilaian yang berlawanan dari FIFO. Metode LIFO menetapkan nilai persediaan dengan anggapan bahwa barang yang masuk terakhir akan dikeluarkan terlebih dahulu. Menurut PSAK 14 (1994) Dikatakan bahwa persediaan dapat dinilai dengan metode FIFO, LIFO dan Weighted Average. Sedangkan pada ED PSAK 14 (Revisi 2008) menyatakan bahwa persediaan dinilai dengan FIFO dan Average method saja.
3. Metode Rata-Rata Metode rata-rata atau average cost method adalah penghitungan saldo persediaan akhir dan harga pokok penjualan dengan harga rata-rata per unit dari persediaan yang tersedia untuk dijual.
Tujuan dari metode penilaian persediaan adalah untuk mengalokasikan total biaya persediaan ke harga pokok penjualan dan persediaan. Yang akan mempengaruhi laba dan Pajak Perusahaan.
Ketiga metode ini akan di ilustrasikan memakai contoh sederhana dari Usaha Dairi. Contoh 1
Persediaan awal Rp 500,00 Pembelian Rp 1.300,00 Persediaan akhir Rp 400,00 Biaya umum Rp 200,00 Biaya penjualan Rp 100,00 Penjualan Rp 2.300,00 PajakPenghasilan Rp 150,00
Cara penyusunan perhitungan rugi-laba dalam rangka perpajakan sama saja dengan cara penyusunan menurut akuntansi.
Contoh 2 Penjualan Rp 2.300,00 Persediaan awal Rp 150,00 Pembelian Rp 1.300,00 Barang tersedia dijual Rp 1.800,00 Persediaan Akhir Rp 400,00 Laba Bruto Rp 900,00 Biaya umum Rp 200,00 Biaya Penjualan Rp 100,00 Laba sebelum PPh Rp 600,00 Pajak Penghasilan Rp 150,00 Laba bersih Rp 450,00
Contoh 3
Pembelian Jumlah unit
Biaya per
unit
Total
biay
a
Persediaan 1 Mei
400
1,00
400,00
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
48
Pembelian 10 Mei
300
1,10
330,00
Pembelian 20 Mei
300
1,20
360,00
Jumlah brg tersedia
1.000 1.090,00
Saldo akhir, 31 mei
600 unit
? ?
HPP 400 unit
? ?
Karena anggapan dalam metode FIFO ialah barang yang terdahulu Masuk akan
terdahulu dikeluarkan, saldo persediaan sebesar 600 unit dinilai dengan harga perolehan yang terbaru : (a) pembelian tanggal 10 Mei sebanyak 300 unit dengan harga Rp 1,10 (b) pembelian tanggal 20 Mei sebanyak 300 unit dengan harga Rp 1,20 Nilai saldo akhir persediaan dapat dihitung sebagai berikut : Saldo akhir persediaan dengan metode FIFO
300 unit Rp 1,20 = Rp 360,00 300 unit Rp 1,10 = Rp 330,00 600unit Rp 690,00
Harga barang yang tersedia untuk dijual sebesar Rp 1.090,00 Maka Harga Pokok Penjualan pada metode FIFO adalah Rp 1.090,00 – Rp 690,00 = Rp 400,00 Dengan menggunakan Metode Rata-rata : Jumlah Persediaan yang tersedia untuk dijual selama bulan Mei ialah 1.000 unit dengan jumlah harga sebesar Rp 1.090,00. Artinya, harga pokok rata-rata per unit Rp 1,09 Dengan harga rata-rata perhitungan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan ialah sebagai berikut :
Persediaan tersedia untuk dijual Rp 1.090,00 Less: ending inventory 600 @ Rp 1,09Rp 654,00 Harga pokok penjualan Rp 436,00
Perhitungan rugi-laba menurut masing-masing metode adalah sebagai berikut :
FIFO Rata-Rata
Penjualan Rp 1.000,00 Rp 1.000,00 HPP Rp 400,00 Rp 436,00 Laba Rp 600,00 RP 564,00
Sistem Persediaan Menurut Earl k. Stice., dkk (2004:656-659), Ingatlah pembelian terakhir yang anda buat. Apakah perusahaan dimana anda melakukan pembelian menyimpan sebuah catatan mengenai apa yang mereka jual kepada anda, atau apakah mereka hanya mencatat harga jual, sehingga penjual tidak mempunyai catatan mengenai berapa banyak unit dari jenis persediaan tertentu yang telah terjual. Akuntan menyebut jenis sistem ini sebagai sistem persediaan periodik, karena satu-satunya cara untuk mengecek persediaan apa yang terjual dan persediaan apa yang tersisa adalah dengan melakukan perhitungan fisik secara periodik. Sistem Pencatatan Persediaan
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
49
Menurut Akuntansi Pajak (1996:191), Dalam akuntansi dikenal dua sistem pencatatan persediaan, yaitu: (1) Sistem periodik
Dalam sisitem periodik, persediaan dihitungdengan melakukaninventarisasi pada setiap akhir periode. Hasil penghitungan tersebut dapat dipakai untuk menghitung harga pokok penjualan, yang pada gilirannya dipakai guna menyusun laporan keuangan. Sistem ini cocok diterapkan
pada perusahaan yang jenis dan jumlah persediaannya tidak banyak. Sistem ini tidak bertentangan dengan ketentuan Perpajakan, karena penilaian
persediaan dalam sistem ini berdasarkan perhitungan yang benar. (2) Sistem perpetual
Sistem ini dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan harga pokok penjualan secara terus-menerus tanpa inventarisasi. Hal ini dapat dilaksanakan karena setiap transaksi yang berhubungan dengan persediaan selalu dicatat sedemikian rupa, sehingga rekening persediaan senantiasa menyajikan saldo persediaan fisik. Dengan sistem periodik, nilai persediaan hanya dapat diketahui jika inventarisasi fisik dilakukan. Sekalipun dalam sistem perpetual tidak dipersyaratkan inventarisasi, namun perusahaan sering pula melakukannya agar perhitungan harga pokok persediaan lebih akurat. Sistem perpetual tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Cara yang tidak sesuai dengan prinsip Perpajakan ialah jika persediaan dinilai berdasarkan penaksiran atau perkiraan.
Dalam pasal 10 Ayat (6) UU No.7 Tahun 1983 jo. UU No.10 Tahun 1994 disebutkan bahwa “Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama”. Dan menurut ED PSAK 14 (Revisi 2008) menyatakan bahwa persediaan dinilai dengan fifo dan average method saja.Penilaian berdasarkan konsep konservatisme atas persediaan dalam perpajakan tidak diperkenankan. Jadi, kerugian akibat penurunan harga persediaan yang belum terjual tidak boleh dikurangkan sebagai biaya. Tetapi,jika ada penghapusan persediaan karena rusak atau hilang, penghapusannyaharus dilengkapi dengan berita acara penghapusan yang disahkan oleh pejabat perusahaan yang berwenang (bukan petugas Pajak).
Pengertian laba laba adalah pendapatan bersih dari suatu organisasi atau badan setelah dikurangi dengan biaya-biaya dan pajak.
Pengertian Pajak Pajak ialah iuran Rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang(sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Jadi, pajak merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) atau badan untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung berdasarkan undang-undang. Menurut UUD mulai tahun pajak 2010, menurut UU tarif PPh Badan menganut sisitem tarif tunggal atau single tax yaitu 25%. Khusus untuk perusahaan terbuka yang memenuhi syarat tertentu, tarif PPh Badan nya adalah 5% lebih rendah dari tarif umum.
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
50
METODE PENCATATAN PERSEDIAAN Dilihat dari banyaknya jumlah dan jenis-jenis Persediaan yang dimiliki oleh PT Inalum,
maka metode pencatatan ersediaan memakai metode buku atau perpetual sangat efisien. Dikatakan sangat efisien karena penggunaan metode buku ini memudahkan dalam penyusunan neraca dan rugi laba untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Penggunaan metode buku haruslah diikuti dengan pengecekan fisik terhadap barang-barang yang ada di dalam gudang. Apabila tidak diikuti dengan pengecekan fisik maka pihak Perusahaan tidak akan dapat mengetahui apakah jumlah barang yang ada di dalam gudang sesuai dengan jumlah rekening persediaan. Pengecekan fisik dapat dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan fisik dengan jumlah di dalam rekening persediaan. Bila terdapat selisih jumlah Persediaan antara hasil perhitungan fisik dengan saldo rekening persediaan, maka dapat diadakan penelitian dengan cara menelusuri sebab-sebab terjadinya perbedaan. Fungsi dari pengecekan ini untuk mengetahui apakah selisih yang terjadi itu normal, dalam arti susut atau rusak, ataukah tidak normal dalam arti hilang atau diselewengkan. Apabila PT Inalum menggunakan metode buku atau perpetual haruslah diikuti dengan pengecekan fisik terhadap barang-barang yang ada di dalam gudang, karena dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan adanya karyawan yang tidak jujur dalam melakukan tugas dan banyak hal yang tidak terduga akan terjadi seperti terjadi Kerusakan, hilang dan lain-lainnya.
Jenis- Jenis Persediaan Adapun jenis-jenis Persediaan yang dimiliki oleh PT Inalum adalah sebagai berikut : 1. Finished Goods
Aluminium ingot merupakan hasil terakhir dari proses produksi dan merupakan produk PT Inalum yang siap untuk dijual ke Pasar. 2. By Product Solidified Bath adalah sisa pemakaian/produksi dari Perusahaan. 3. Semifinish Goods a) Green Anode Block, adalah anoda yang dihasilkan dari green plant yang siap untuk dibakar di Baking plant. b) Baked Anode Block, adalah anoda yang dihasilkan dari Baking plant yang siap dibawa ke Rooding plant. c) Anode Assembly, adalah anoda yang sudah diberi tangkai di Rooding plant dan siap untuk digunakan dalam proses elektrolisasi di reduction. d) Molten Aluminium, merupakan alumina cair yang didapat setelah diadakan proses elektrolisasi alumina dan karbon yang terjadi dan merupakan hasil dari reduction plant. 4. Work In Process a) Molten Aluminium, merupakan alumina cair yang didapat setelah diadakan proses elektrolisasi alumina dan karbon yang terjadi di reduction plan, kemudian akan dibawa ke casting shop dengan menggunakan MTC (MoltenTransportation Car) untuk di cetak. b) Baked Anode Block, adalah anoda yang telah selesai dibakar di Baking Plant dan kemudian dibawa ke Rodding untuk di beri tangkai. 5. Raw Material a) Alumina, merupakan bahan baku utama dalam proses peleburan aluminium. Alumina di impor dari Australia. b) Petroleum Coke ( kokas ), merupakan bahan baku untuk industri pabrik peleburan aluminium. Petroleum Coke di impor dari Amerika dan Jepang. c) Pitch Coke, merupakan bahan baku untuk industri pabrik aluminium dan di impor dari Jepang.
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
51
d) Coal Tar Pitch, merupakan bahan baku dalam curah untuk industri pabrik peleburan aluminium dan di impor dari China. e) Aluminium Fluoride, digunakan sebagai anti crylite dalam proses produksi. f) Ceramic Ball ( bola keramik ), berfungsi untuk mempertahankan panas pada tungku pemanggangan. g) Others, seperti Perlite, Soda Ash, Natural Graphite, Pig iron, Ferro Silicon, Ferro-Manganese, Ferro-phosphorus, De-Inclusion Flux ( Coveral 1000 AL), Dross Treatment Flux (Coveral 100 A), Caustic Soda ( Liquid ), dan Heavy Oil.
Metode Penilaian Persediaan Metode penilaian persediaan yang dipakai PT Inalum adalah metode Average. Metode ini digunakan karena penggunaannya sangat sederhana dan untuk menghindari fluktuasi harga yang tidak stabil serta sesuai dengan PSAK No.14 mengenai akuntansi persediaan. Metode penilaian Persediaan yang digunakan ini selalu konsisten dengan periode-periode akuntansi sebelumnya, hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia. Dalam pembahasan masalah ini, penulis akan mencoba menggunakan semua metode yang sudah diuraikan pada bab bab 2,dan dengan menggunakan metode pencatatan perpetual atau metode buku. Setelah membahas setiap metode penilaian persediaan, maka penulis akan membandingkan metode mana yang lebih efektif dan efisien untuk digunakan dalam menentukan harga pokok penjualan, laba dan penghematan Pajak dengan ke-2 metode penilaian persediaan tersebut. Dan dalam penilaian persediaan, oleh karena begitu banyaknya Persediaan yang dimiliki oleh PT Inalum, maka penulis memilih hanya menilai 4 item persediaan untuk mewakili dalam kaitannya terhadap laba dan Pajak. Berikut digunakan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian pada PT Inalum.
Tabel 3.1 Data Persediaan Bahan Baku Alumina pada PT Inalum fiscal year 2011
Jan-01
Beginning
39.798.171
Rp 806,71
Rp 32.105.582.527,4
1
Purchase 41.219.000
Rp 652,40
Rp 26.891.275.600,0
0
Consumption
39.330.254
Rp 806,71
Rp 31.728.109.204,3
4
Feb-01
Purchase 40.969.000
Rp 725,20
Rp 29.710.718.800,0
0
Consumption
55.000.000
Mar-01
Purchase 41.418.000
Rp 793,00
Rp 32.844.474.000,0
0
Consumption
37.030.254
Apr-01
Purchase 41.214.000
Rp 625,
Rp 25.758.7
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
52
00 50.000,00
Consumption
29.330.254
May-01
Purchase 40.910.000
Rp 345,00
Rp 14.113.950.000,0
0
Consumption
44.700.000
Jun-01
Purchase 40.834.000
Rp 428,00
Rp 17.476.952.000,0
0
Consumption
40.830.254
Jul-01
Purchase 41.109.000
Rp 523,52
Rp 21.521.383.680,0
0
Consumption
44.830.254
Aug-01
Purchase 41.109.000
Rp 435,40
Rp 17.898.858.600,0
0
Consumption
39.655.254
Sep-01
Purchase 41.084.000
Rp 426,32
Rp 17.514.930.880,0
0
Consumption
38.730.254
Oct-01
Purchase 41.074.000
Rp 443,60
Rp 18.220.426.400,0
0
Consumption
38.605.254
Nov-01
Purchase 41.089.000
Rp 545,00
Rp 22.393.505.000,0
0
Consumption
40.055.254
Dec-01
Purchase 41.099.000
Rp 342,00
Rp 14.055.858.000,0
0
Consumption
38.605.254
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
53
Tabel 3.2 Data Persediaan Bahan WIP Aluminium Molten (IN POT) fiscal year 2011
Jan-01
Beginning
5.796.000
Rp1.670
9.679.320.000
Purchase
117.000
Rp1.960
229.320.000
Consumption
1.040.000
Feb-01
Purchase
100.000
Rp1.960
196.000.000
Consumption
2.000.000
Mar-01
Purchase
134.000
Rp1.960
262.640.000
Consumption
2.850.000
Apr-01
Purchase
120.000
Rp1.960
235.200.000
Consumption
110.000
May-01
Purchase
114.000
Rp1.960
223.440.000
Consumption
98.000
Jun-01
Purchase
119.000
Rp1.960
233.240.000
Consumption
120.000
Jul-01
Purchase
115.000
Rp1.960
225.400.000
Consumption
288.000
Aug-01
Purchase
175.000
Rp1.960
343.000.000
Consumption
98.000
Sep-01
Purchase
59.000 Rp1.960
115.640.000
Consumption
110.000
Oct-01
Purchase
180.000
Rp1.960
352.800.000
Consumption
130.000
Nov-01
Purchase
54.000 Rp1.960
105.840.000
Consumption
78.000
Dec-
Purchase
117.000
Rp1.960
229.320.000
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
54
01 Consumption
104.000
Tabel 3.3 Data persediaan Petroleum coke fiscal year 2011
Jan-01
Beginning
13.970.597
4.310 60.213.273.070
Purchase
5.440.437,17
5.401
29.383.801.155
Consumption
5.069.158,25
4.310
21.848.07
2.057
Feb-01
Purchase
5.440.437,17
5.402,
32 29.390.98
2.532
Consumption
10.000.000
Mar-01
Purchase
3.420.000
5.420,
34
18.537.562.800,00
Consumption
5.440.437
Apr-01
Purchase
7.460.874
5.450,
25
Rp40.663.628.518,5
0
Consumption
8.150.000
May-01
Purchase
4.000.000
5.455,
22
21.820.880.000
Consumption
4.000.000
Jun-01
Purchase
6.880.874
5.435,
30
37.399.614.452,20
Consumption
5.800.000
Jul-01
Purchase
4.950.000
5.425,
90
26.858.205.000
Consumption
7.000.000
Aug-01
Purchase
5.930.874
5.525,
45
32.770.747.743,30
Consumption
7.000.000,00
Sep-01
Purchase
3.995.667
5.845,
40
23.356.271.881,80
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
55
Consumption
6.250.000
Oct-01
Purchase
6.885.207
5.743,
00
39.541.743.801
Consumption
6.880.000
Nov-01
Purchase
5.335.000
5.843,
00
31.172.405.000
Consumption
6.000.000
Dec-01
Purchase
5.545.874
5.782,
65
32.069.848.286
Consumption
7.243.000
Tabel 3.4
Data persediaan Finished Goods Aluminium INGOT 99% for fiscal year 2011
Jan-01
Beginning
2.771.689
22.55
0
62.501.586
.950
Purchase
117.000
22.30
0
2.609.100.
000
Consumption
1.040.000
22.55
0
23.452.000
.000
Feb-01
Purchase
1.586.497
20.30
0
32.205.889
.100
Consumption
1.000.000
Mar-01
Purchase
1.500.000
20.35
0
30.525.000
.000
Consumption
1.468.419
Apr-01
Purchase
1.786.498
19.80
0
35.372.660
.400
Consumption
2.133.418
May-01
Purchase
1.554.000
19.75
0
30.691.500
.000
Consumption
1.450.000
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
56
Jun-01
Purchase
1.732.497
20.00
0
34.649.940
.000
Consumption
1.683.418
Jul-01
Purchase
1.720.000
19.88
0
34.193.600
.000
Consumption
1.824.000
Aug-01
Purchase
1.566.497
20.12
4
31.524.185
.628
Consumption
2.168.926
Sep-01
Purchase
1.324.500
19.77
0
26.185.365
.000
Consumption
1.436.000
Oct-01
Purchase
1.961.998
19.55
3
38.362.946
.894
Consumption
1.697.418
Nov-01
Purchase
1.456.000
18.79
9
27.371.344
.000
Consumption
3.000.000
Dec-01
Purchase
1.830.498
18.50
0
33.864.213
.000
Consumption
1.830.498
Tabel 3. 5
Perbandingan harga Pembelian dari 4 Persediaan PT Inalum
Aluminium
Molten(WIP
)
Alumina Petrole
um coke
Ingot 99%
Beginnin
g
Rp806,71
1.670 Rp4.3100
Rp22.550
Jan-01
Rp652,40
1.960 Rp5.401 Rp22.300
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
57
Feb-01
Rp725,20
1.960 Rp5.402,32
Rp20.300
Mar-01
Rp793,00
1.960 Rp5.420,34
Rp20.350
Apr-01
Rp625,00
1.960 Rp5.450,25
Rp19.800
May-01
Rp345,00
1.960 Rp5.455,22
Rp19.750
Jun-01
Rp428,00
1.960 Rp5.435,30
Rp20.000
Jul-01
Rp523,52
1.960 Rp5.425,90
Rp19.880
Aug-01
Rp435,40
1.960 Rp5.525,45
Rp20.124
Sep-01
Rp426,32
1.960 Rp5.845,40
Rp19.770
Oct-01
Rp443,60
1.960 Rp5.743,00
Rp19.553
Nov-01
Rp545,00
1.960 Rp5.843,00
Rp18.799
Dec-01
Rp342,00
1.960 Rp5.782,65
Rp18.500
KESIMPULAN 1. Bahwa penilaian persediaan mempunyai pengaruh terhadap laba karena berbedanya
Harga pokok penjualan dari masing-masing metode. 2. Pengaruh penilaian persediaan terhadap laba yaitu apabila harga pokok penjualan rendah
(metode Average) maka laba Perusahaan akan tinggi, itu diakibatkan karena persediaan akhir dari ke-empat item persediaan tersebut rendah atau apabila harga pokok penjualan tinggi (metode FIFO) maka laba Perusahaan akan rendah, itu disebabkan oleh karena persediaan akhir dari ke-empat item persediaan tersebut tinggi.
3. Jenis metode penilaian Persediaan yang digunakan di PT Inalum adalah metode Average, untuk mengurangi inflasi dan meningkatkan minat Investor untuk menanamkan sahamnya di perusahaan ini.
4. Bila persediaan tersebut dinilai berdasarkan metode Fiifo dan Averagea maka laba yang diperoleh sebesar Rp3.864.796.331.383 dan Rp 3.866.737.220.350
5. Bila persediaan tersebut dinilai berdasarkan metode Fifo maka akan menghemat Pajak sebesar Rp 646.962.989 untuk periode 2011
SARAN Berdasarkan pengamatan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Kiranya PT Inalum dapat meningkatkan sistem penilaian persediaan yang telah dipakai untuk menekan inflasi dan menarik minat Investor untuk berinvestasi. Sehingga perusahaan ini akan tetap bertumbuh di dalam perdagangan Aluminium dan memberikan nilai tambah terhadap sektor-sektor lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Eldon, S., dan Nugroho, W. (1991). Teori Akuntansi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga. Stice, E. K., Stice, j. D., Skousen, K. F. 2004). Akuntansi Intermediate. Edisi Lima belas.
Jakarta: Salemba Empat. Wibowo., Abubakar, Arif. (2004). Pengantar Akuntansi. Jakarta : PT Grasindo.
Vol : I No: 5 Januari 2015 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
58
S. R. Soemarso. (2004). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Lima. Jakarta : Salemba Empat.
Drs. Loran Tambunan, Ak., MBA. (1999). Akuntansi Biaya. Edisi 2. Medan: Universitas HKBP Nommensen.