vol.07, no. 04, agustus 2018 published: 2018-08-08
TRANSCRIPT
1
2
Vol.07, No. 04, Agustus 2018
Published: 2018-08-08
Articles
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM
Ni Ketut Ayu Suwandewi, Made Nurmawati
1-15
o PDF
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNA OBAT PCC DI INDONESIA
Ni Putu Ari Apriani, I Nengah Suharta
1-15
o PDF
SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN ANAK (Di
Wilayah Pengadilan Negeri Denpasar)
I Nyoman Arya Wira Temaja, Ida Bagus Surya Dharma Jaya, I Gusti Ngurah Parwata
1-16
o PDF
KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI MENANGANI OBSTRUCTION OF JUSTICE
DALAM PERKARA KORUPSI
I Nyoman Darma Yoga, I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti, A.A Ngurah Oka Yudistira Darmadi
1-14
o PDF
PROSES PERSIDANGAN PENYIARAN SECARA LANGSUNG (LIVE) DI TELEVISI PERSPEKTIF
HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA
Diah Vina Laoka Boru Sitorus, I Gede Artha, I Ketut Sudjana
1-14
o PDF
KRIMINALISASI HUBUNGAN SEKSUAL SESAMA JENIS YANG DILAKUKAN OLEH LESBIAN, GAY,
BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER (LGBT) DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM
PIDANA
I Nengah Maliarta, Ida Bagus Surya Dharma Jaya, Sagung Putri M.E Purwani
1-16
o PDF
PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI KEJAKSAAN SEBAGAI TIM PENGAWAL DAN PENGAMAN
PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENCEGAHAN KORUPSI DI
KEJAKSAAN NEGERI DENPASAR
Putu Deneil Pradipta Intaran, I Gusti Ketut Ariawan, I Gusti Agung Ayu Dike Widhyaastuti
1-17
o PDF
3
TINJAUAN YURIDIS URGENSI KEBIJAKAN CONJUGAL VISIT SEBAGAI PEMENUHAN HAK BAGI
NARAPIDANA
Ni Nyoman Ome Tania Langden, I Nengah Suantra
1-15
o PDF
IMPLEMENTASI MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI
DINAS TENAGA KERJA PROVINSI BALI
Dewa Gede Sai Pandu Rangga Vitala, Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, I Ketut Tjukup
1-16
o PDF
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA JASA PROSTITUSI ONLINE MENURUT HUKUM
POSITIF DI INDONESIA
Ni Komang Ayu Gendis Saraswati, Made Subawa
1-15
o PDF
PENERAPAN PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM
COURT) DI PENGADILAN NEGERI (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR
Sakina Sakina, Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati
1-15
o PDF
PELAKSANAAN DIVERSI TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DI KEPOLISIAN
RESOR GIANYAR
I Gusti Ngurah Yudha Adi Pradana, I Gede Artha, I Ketut Sudjana
1-14
o PDF
ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEMAMPUAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM
PASAL 44 KUHP
Ni Made Raditya Pawani Peraba Sugama, Suatra Putrawan
1-13
o PDF
ANALISIS YURIDIS PEMBEBANAN UANG PENGGANTI TERHADAP KORPORASI DALAM
UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI?
Agung Satria Palguna, I Gusti Ketut Ariawan
1-15
o PDF
TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP KEJAHATAN YANG DILAKUKAN OLEH PREMAN DI
POLDA BALI
omang Adiyuda Pradipta, I Wayan Suardana
1-14
o PDF
TINDAK PIDANA PROSTITUSI ONLINE DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI
Alfi Ardiansyah Harahap, I Gusti Ngurah Parwata
1-11
o PDF
TINJAUAN MENGENAI SANKSI REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM
KONTEKS PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA
4
Fajar Dewantoro, I Ketut Markeling
1-10
o PDF
IMPLEMENTASI KATA ‘MENENTUKAN’ DALAM PASAL 67 UU RI NOMOR 3/2009 TERKAIT
NOVUM SEBAGAI ALASAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI (Studi Kasus di Pengadilan
Negeri Denpasar)?
I Gde Satya Adhi Wicaksana, Ni Nengah Adiyaryani, I Ketut Sudjana
1-15
o PDF
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PENYANDANG DISABILITAS YANG
MENGEDARKAN NARKOTIKA DALAM SISTEM PERADILAN ANAK DI INDONESIA
Gusti Agung Darna Dewi, A.A.Ngurah Wirasila
1-20
o PDF
TINDAK PIDANA ABORSI DALAM KONTEKS PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA
Putu Ayu Sega Tripiana, I Gusti Ngurah Parwata
1-13
o PDF
KEBIJAKAN FORMULASI PENGATURAN PIDANA PENGAWASAN DALAM KONSEP
RANCANGAN KUHP TAHUN 2015
April Lia Krisdayanti, I Nyoman Suyatna
1-15
o PDF
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TERKAIT CAIRAN ROKOK ELEKTRIK YANG
TIDAK MENCANTUMKAN TANGGAL KADALUARSA
I Made Kresnayana, I Wayan Parsa
1-14
o PDF
PELAKSANAAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA JASA PARKIR ATAS TERJADINYA
KEHILANGAN KENDARAAN BERMOTOR MILIK KONSUMEN DI KOTA DENPASAR
I Made Eri Prastikanala Sastrawan, A.A Sri Indrawati, I Made Dedy Priyanto
1-11
o PDF
PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA KLINIK KESEHATAN PADMA BAHTERA
MEDICAL CENTRE DENPASAR DENGAN DOKTER
Dewa Ayu Mas Candra Pramadianthi, Ida Bagus Putra Atmadja, A.A. Sri Indrawati
1-15
o PDF
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA PERTAMINI SEBAGAI PENJUAL BAHAN BAKAR MINYAK
ECERAN DI KOTA DENPASAR
Ni Made Widiantari Riyasti, I Made Subawa
1-15
o PDF
PELAKSANAAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) PADA PROSES
PERSALINAN YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN DI KLINIK CITRA ASRI YOGYAKARTA
Intan Pratiwi, Ida Bagus Putra Atmadja, I Nyoman Bagiastra
5
1-15
o PDF
TANGGUNG JAWAB UD. LUIGI’S VESPA SEBAGAI SUPPLIER TERKAIT DENGAN CACAT PRODUK
BARANG
Hardy Pranata, Dewa Gde Rudy
1-12
o PDF
PENETAPAN HAK ASUH ANAK TERKAIT DENGAN PERCERAIAN ORANG TUA (studi kasus
perkara No. 182/Pdt.G/2017/PN.Sgr)
Ni Putu Sari Wulan Amrita, Desak Putu Dewi Kasih, Ni Putu Purwanti
1-15
o PDF
IMPLEMENTASI KETENTUAN RESTRUKTURISASI KREDIT OLEH BANK BRI CABANG
KARANGASEM
Verjenia Beatriks Regon, Dewa Gde Rudy, I Nyoman Mudana
1-12
o PDF
PENGATURAN CONFIDENTIALITY AGREEMENT TERHADAP PERLINDUNGAN RAHASIA
DAGANG
o PDF
AKIBAT HUKUM DAN UPAYA PENYELESAIAN ATAS MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA
DALAM PERJANJIAN KREDIT
Komang Gede Palguna Gautama, I Nengah Suantra
1-12
o PDF
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA DENGAN PERJANJIAN KERJA WAKTU
TERTENTU (PKWT) PADA PERUSAHAAN OUTSOURCING CV. ARBY JAYA, NUSA DUA, BALI
I Ketut Alit Adi Saputra, I Made Udiana, I Ketut Markeling
1-15
o PDF
PENGATURAN GANTI RUGI BAGI KONSUMEN BERKAITAN DENGAN VAKSIN PALSU
I Komang Kertiyasa, I Made Pujawan
1-15
o PDF
IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KECELAKAAN KERJA BAGI PEKERJA
MINI MARKET(STUDI KASUS : INDOMARET KEBO IWA DENPASAR)
Eka Prasetya Purnomo, I Ketut Markeling, I Nyoman Darmadha
1-13
o PDF
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN TERKAIT CACAT TERSEMBUNYI
PADA BARANG ELEKTRONIK DALAM TRANSAKSI ONLINE
Komang Bulan Tri Laksmi Devi, Ni Ketut Supasti Dharmawan
1-14
o PDF
AKIBAT HUKUM LEWATNYA JANGKA WAKTU PERMOHONAN PENDAFTARAN JAMINAN
FIDUSIA BERBASIS ELEKTRONIK
6
Ni Wayan Ponik, Putu Tuni Cakabawa Landra
1-16
o PDF
DEPOSITO BERJANGKA SEBAGAI JAMINAN GADAI PADA BANK DALAM PERJANJIAN KREDIT
Ni Putu Via Nita Ika Santi, I Made Dedy Priyanto
1-14
o PDF
EKSISTENSI SURAT PERINGATAN KREDITUR KEPADA DEBITUR TERKAIT KREDIT MACET DAN
EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN MELALUI LELANG
Ni Made Shinta Teja Paramitha, I Ketut Markeling
1-16
o PDF
KEDUDUKAN PENYEDIA APLIKASI TERKAIT KETIDAKSESUAIAN BARANG YANG DITERIMA
OLEH KONSUMEN DALAM JUAL BELI MELAUI INTERNET DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
I Made Dwija Di Putra, Ida Ayu Sukihana
1-15
o PDF
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KURATOR DALAM MELAKSANAKAN TUGAS
PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA DEBITOR PAILIT
Ida Bagus Adi Wiradharma, Ida Ayu Sukihana
1-14
o PDF
PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN
ATAS PELANGGARAN PERJANJIAN TERAPEUTIK BERDASARKAN HUKUM PERDATA
Sagung Ayu Yulita Dewantari, Putu Tuni Cakabawa Landra
1-16
o PDF
KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
Ni Kadek Wulan Suryawati, I Wayan Bela Siki Layang
1-15
o PDF
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH MENGENAI PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT
GUNA MENINGKATKAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA BANK PEMBANGUNAN
DAERAH BALI CABANG KABUPATEN TABANAN
I Dewa Made Wisnu Adi Kesawa P, I Made Udiana
1-16
o PDF
INDIKASI DISKRIMINASI HARGA DERAJAT II PADA PASAR TRADISIONAL
Nyoman Mya Ariastuti Dewi, I Ketut Markeling
1-15
o PDF
PERAN BURSA EFEK INDONESIA TERHADAP PENGAWASAN PERDAGANGAN WARAN
Ni Putu Sunari Dewi, I Ketut Markeling
1-16
7
o PDF
PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB JUAL-BELI TENAGA LISTRIK PT. PLN (PERSERO) RAYON
SINGARAJA AKIBAT PEMADAMAN LISTRIK SECARA SEPIHAK
Nyoman Asri Premasanti, Putu Tuni Cakabawa Landra
1-18
o PDF
AKIBAT HUKUM DAN UPAYA PENYELESAIAN ATAS MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM
PERJANJIAN KREDIT
Oleh : Komang Gede Palguna Gautama
I Nengah Suantra Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana
ABSTRAK Musnah atau hilangnya objek jaminan fidusia dalam perjanjian
kredit akan berdampak pada hapusnya jaminan fidusia tersebut berdasarkan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Fidusia. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai musnahnya benda atau objek jaminan fidusia dalam perjanjian kredit. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui musnah atau hilangnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, yaitu kepustakaan yang beranjak dari adanya permasalahan dalam norma atau asas hukum meliputi konflik norma, kekaburan norma, atau norma kosong. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis peraturan perundang-undangan.
Akibat hukum dan upaya penyelesaian atas musnahnya objek
jaminan fidusia dalam perjanjian kredit adalah debitur tetap
bertanggungjawab atas pengembalian dana atau pinjaman kredit yang telah dimintanya walaupun benda jaminan tersebut diansuransikan atau tidak. Namun kedudukan hukum kreditur
dalam hal ini menjadi kreditur konkuren, karena tidak ada jaminan lagi dalam kredit yang diberikan kepada debitur. Dan untuk upaya
penyelesaian yang dapat dilakukan kreditur adalah dengan melakukan sita eksekutorial atas harta kekayaan debitur dan merupakan
permintaan dari kreditur. Kata Kunci : Jaminan Fidusia, Perjanjian Kredit, Musnahnya.
8
ABSTRACT The destruction or loss of the object of fiduciary guarantee in
the credit agreement will have an impact on the abolition of the fiduciary guarantee based on Article 25 paragraph (1) of the Fiduciary Law. The problem raised in this study is regarding the destruction of objects or objects of fiduciary guarantee in a credit agreement. This
9
research is important to know about the disappearance or loss of
objects that are objects of fiduciary guarantee. This study uses a type of normative legal research, namely
literature that goes from the existence of problems in the norms or principles of law including norm conflicts, obscurity of norms, or empty norms. The approach used in this study is the analysis of legislation.
Legal consequences and efforts to resolve the destruction of
the object of fiduciary collateral in the credit agreement is that the debtor is still responsible for the refund or credit loan requested even
if the insurance object is insured or not. However, the legal position of the creditor in this case becomes a concurrent creditor, because there is no longer guarantee in the credit given to the debtor. And for the
settlement effort that can be done by the creditor is to carry out an executive confiscation of the debtor's assets and is a request from the
creditor. Keywords: Fiduciary Assurance, Credit Agreement, the Damage.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan dari Negara Republik Indonesia berdasarkan
UUD NRI Tahun 1945 adalah menciptakan keadaan masyarakat yang
sejahtera, adil, dan makmur. Dalam mewujudkan tujuan tersebut,
dibutuhkan suatu kegiatan pembangunan nasional khususnya
pembangunan di bidang ekonomi. Di Indonesia terdapat beberapa
lembaga keuangan yang memberikan pinjaman kredit, seperti
lembaga pegadaian, lembaga keuangan bukan bank, dan lembaga
keuangan bank baik milik pemerintah maupun swasta. Menurut O.P.
Simorangkir, bank adalah salah satu badan usaha lembaga
keuangan yang memiliki tujuan untuk memberikan kredit dan jasa
kepada nasabahnya. Adapun pemberian kredit tersebut dilakukan oleh
pihak bank, baik dengan modal sendiri atau dengan dana yang
10
dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan cara mengedarkan
alat pembayaran berupa uang.1
Dalam pemberian kredit, lembaga keuangan dapat memberikan
kredit dengan jaminan atau tanpa jaminan. Akan tetapi, kredit tidak
ada jaminan berbahaya bagi posisi lembaga keuangan, karena jika
debitur mengalami macet kredit dalam pembayaran kredit maka
lembaga keuangan tersebut akan sulit untuk menutupi kerugian kredit
yang telah disalurkan. Sebaliknya, jika peminjaman kredit dilakukan
dengan jaminan maka posisi lembaga keuangan relatif lebih aman
karena jika terdapat kemacetan dalam pembayaran kredit maka dapat
ditutupi oleh jaminan tesebut.2
Perjanjian kredit dalam Undang-Undang Perbankan dan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata tidak terdapat aturan mengenai
perjanjian kredit tersebut dibuat secara tertulis atau lisan, tetapi
pada umumnya hal yang terjadi di setiap lembaga keuangan dalam
hal ini bank adalah setiap debitur yang meminjam uang di bank
harus mengajukan permohonan kredit dan permohonan tersebut
diajukan secara tertulis kepada pihak bank, tanpa melihat berapa
jumlah kredit yang diminta.3
Adanya jaminan kredit tersebut dapat menjamin agar utang
dibayarkan tepat waktu sesuai dengan perjanjian antara pihak
debitur dengan pihak kreditur dan jika pihak debitur ingkar janji
dalam pelunasan utang, maka benda atau objek yang dijadikan
1O.P, Simorangkir, 1998, Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada
Indonesia, Jakarta, hal. 10.
2Kasmir, 2001, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi 2001),
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 102. 3Hermansyah, 2003, Hukum Perbankan Indonesia, Cet. II, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hal. 68.
11
jaminan oleh debitur dapat dijual oleh pihak kreditur untuk mengganti
utang yang tidak bisa dibayarkan. Menurut Sri Soedewi Masjchoen
Sorwan, sebuah jaminan bersifat accessoir, di mana perjanjian
accessoir merupakan tambahan dari perjanjian pokok yang merupakan
perjanjian pinjaman uang.4
Dalam praktiknya, perjanjian kredit yang dilakukan antara
pihak debitur dengan pihak kreditur terkadang mengalami kendala
dan hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, seperti
benda yang menjadi jaminan untuk peminjaman kredit terutama
pada jaminan benda bergerak, seperti kendaraan bermotor, peralatan
mesin yang dibebani jaminan fidusia ternyata musnah dan nilai dari
benda tersebut mengalami penyusutan atau penurunan setiap
tahunnya. Hal tersebut dapat terjadi karena benda yang menjadi
jaminan musnah atau hilang akibat terjadinya bencana alam,
kebakaran, dan kecelakaan, yang dikarenakan adanya keadaan
memaksa.5
1.2 Tujuan Penelitian
Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
akibat hukum dan cara penyelesaian terhadap objek jaminan fidusia
yang hilang atau musnah dalam perjanjian kredit.
II. ISI MAKALAH
2.1 Metode Penelitian
4Sri Soedewi Masjchoen Sorwan, 2000, Hukum Perdata Hukum Benda
(Selanjutnya disebut Sri Soedewi Masjchoen I), Liberty, Yogyakarta, hal. 97. 5Ida Bagus Gde Surya Pradnyana, 2016, Tanggung Jawab Debitur Terhadap
Musnahnya Jaminan Objek Fidusia Dalam Perjanjian Kredit, Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Udayana, Denpasar, hal.2.
12
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, di
mana penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum
doktrinal ataupun penelitian hukum teoritis.
2.2 Hasil dan Analisis
2.2.1 Akibat Hukum Atas Musnahnya Jaminan Fidusia Dalam
Perjanjian Kredit
Dalam perjanjian kredit dan praktik perkreditan, untuk
mengamankan kepentingan kreditur, maka pihak kreditur akan
meminta jaminan kepada pihak debitur. Jaminan tersebut
dimaksudkan untuk meyakinkan pihak bank selaku kreditur bahwa
debitur akan mengembalikan utang tepat waktu sesuai dengan
jumlah utang yang diminta dan sesuai dengan kesepakatan bersama.
Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi dampak negatif (risiko) yang
akan terjadi dari sebuah perjanjian kredit, di mana dengan adanya
jaminan tersebut diharapkan praktik perkreditan antara debitur
dengan kreditur dapat berjalan sesuai dengan kesepakatan bersama.
Ada beberapa risiko yang dapat terjadi jika debitur menggunakan
benda bergerak sebagai jaminan kredit. Di mana pihak debitur
mungkin saja melakukan fidusia ulang tanpa sepengetahuan pihak
kreditur dengan cara mengalihkan hak kepemilikan benda bergerak
yang menjadi jaminan kredit kepada pihak lain. Selain itu, risiko
lainnya yang dapat terjadi adalah benda bergerak yang menjadi objek
jaminan fidusia dapat musnah atau hilang yang mengakibatkan
benda bergerak tersebut tidak dapat diperjual- belikan kembali.
Hal tersebut dapat terjadi akibat benda bergerak yang dijaminkan
musnah atau hilang karena bencana alam, seperti banjir, gempa bumi,
kecelakaan, atau kebakaran.
6
Sehingga, sesuai dengan Pasal 25 ayat (1) huruf c Undang-
Undang Fidusia yang menyatakan bahwa “Hapusnya jaminan fidusia
dikarenakan musnahnya objek jaminan fidusia.” Selanjutnya dalam
Pasal 25 ayat (2) menyatakan “Musnahnya objek jaminan fidusia
tidak menghapus klaim asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 huruf b.” Sehingga, jika benda bergerak yang menjadi jaminan
kredit diasuransikan, maka klaim asuransi dari benda bergerak
tersebut dapat menjadi pengganti objek jaminan fidusia.
Ketetapan mengenai hapusnya jaminan fidusia dengan musnah
atau hilangnya objek jaminan fidusia tersebut sejalan dengan
ketetapan yang diatur dalam Pasal 1444 KUHPerdata yang menyatakan
“Jika barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian itu musnah, tidak
dapat lagi diperdagangkan sedemikian rupa sehingga sama sekali tidak
diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya,
asal barang itu musnah di luar salahnya siberutang, dan sebelum ia
lalai menyerahkannya.”
Dari ketetapan-ketetapan tersebut, maka akibat hukum yang
muncul atas musnahnya objek jaminan fidusia adalah hapusnya
jaminan fidusia yang dikarenakan musnahnya objek jaminan fidusia.
Namun, sesuai dengan Pasal 10 sub. b Undang-Undang Fidusia yang
menyatakan bahwa “Jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam
hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia diasuransikan.”
Dari ketetapan di atas, jika objek yang menjadi jaminan kredit
diasuransikan musnah atau hilang, maka benda atau objek tersebut
digantikan secara langsung (otomatis) dengan uang asuransi (klaim
asuransi) dan jika terjadi atau terdapat kerugian maka pihak
asuransi akan menanggung kerugian tersebut. Uang yang didapat
dari klaim asuransi benda yang menjadi jaminan kredit akan
7
diterima oleh pihak kreditur (penerima fidusia) dan uang tersebut
digunakan sebagai pelunasan atau pembayaran utang dari pihak
debitur (pemberi fidusia). Apabila uang asuransi yang diterima oleh
pihak kreditur dapat melunasi utang dari pihak debitur, maka utang
pihak debitur tersebut dinyatakan telah berakhir (lunas). Namun,
apabila uang asuransi tersebut tidak mencukupi untuk melunasi utang
pihak debitur kepada pihak kreditur, maka sisa utang tersebut tetap
ditanggung oleh pihak debitur. Akan tetapi dalam hal tersebut,
kedudukan pihak kreditur berubah menjadi kreditur konkuren.
Dengan demikian, apabila benda yang menjadi objek jaminan
kredit (jaminan fidusia) musnah atau hilang, maka benda tersebut
tidak dapat digunakan sebagai pengganti utang pihak debitur kepada
pihak kreditur atau dengan kata lain perjanjian fidusia hapus. Akan
tetapi, perjanjian kredit yang telah disetujui antara pihak kreditur
dengan pihak debitur tetap berjalan sesuai dengan kesepakatan
bersama, di mana pihak debitur tetap bertanggung jawab atas utang
yang dimilikinya. Hal tersebut dikarenakan perjanjian pokoknya tetap
ada dan tidak akan merubah posisi pihak debitur sebagai pemberi
fidusia. Kedudukan atau posisi kreditur yang tagihannya dijaminkan
dengan fidusia tetapi objeknya hilang, maka kedudukannya berubah
menjadi kreditur konkuren dengan jaminan umum, yaitu berupa
benda-benda yang dimiliki atau yang akan dimiliki oleh pihak debitur
seperti yang tertuang dalam Pasal 1131 KUHPerdata.
2.2.2 Upaya Penyelesaian Atas Musnahnya Jaminan Fidusia
Dalam Perjanjian Kredit
Dalam pemberian kredit, pihak kreditur harus memiliki
keyakinan kepada pihak debitur bahwa debitur mampu dan sanggup
untuk mengembalikan pinjamannya sesuai dengan apa yang telah
8
disepakati bersama. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, apabila
pihak kreditur akan memberikan kredit kepada pihak debitur, maka
kreditur diwajibkan untuk melakukan beberapa hal agar pembayaran
utang dapat berjalan dengan baik, seperti pihak kreditur harus
melaksanakan penilaian yang baik dan cermat terhadap pihak
debitur dengan cara melihat kemampuan, karakter, prosepek usaha,
dan modal yang dimiliki oleh pihak debitur.
Menurut H. Salim H.S. perjanjian kredit merupakan sebuah
perjanjian yang dibuat atau dilakukan antara pihak kreditur dengan
pihak debitur, di mana dalam perjanjian tersebut pihak kreditur
memiliki kewajiban untuk memberikan uang dalam bentuk kredit
kepada pihak debitur dan pihak debitur memiliki kewajiban untuk
membayar atau melunasi pinjaman pokok berupa uang dan bunga
serta biaya lainnya sesuai dengan jumlah dan jangka waktu tertentu
yang telah disepakati bersama.6
Apabila memperhatikan pendapat dari H. Salim H.S., suatu
perjanjian kredit yang menimbulkan kewajiban pasti terdapat risiko
di dalamnya, sehingga salah satu cara untuk mengurangi risiko
tersebut dan memberikan keamanan bagi pihak kreditur adalah
dengan adanya jaminan. Dalam Pasal 1131 KUHPerdata secara umum,
semua benda (kebendaan) milik seseorang atau yang dimiliki oleh
seseorang dapat menjadi jaminan dalam sebuah perjanjian. Jaminan
merupakan sarana perlindungan terhadap pihak kreditur karena
berfungsi untuk menanggulangi utang atau menimbulkan rasa
keyakinan pihak kreditur kepada pihak debitur untuk
memastikan akan pelunasan utangnya.
6Salim, Hs, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata
(selanjutnya disebut Salim HS II), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 80.
9
Dalam Buku II KUHPerdata diatur mengenai jaminan, di mana
jaminan merupakan hak kebendaan. Selain jaminan yang diatur dalam
Buku II, terdapat pengaturan mengenai jaminan dalam Buku III
KUHPerdata, di mana dalam Buku III mengatur tentang bortoght, yaitu
perjanjian penanggungan dan merupakan jaminan perorangan. Maka
dari itu, pihak debitur juga dapat terlindungi karena adanya jaminan
tersebut (jaminan perorangan dan jaminan kebendaan).
Ketetapan umum mengenai jaminan fidusia diatur dalam Pasal
1131 hingga Pasal 1138 KUHPerdata, di mana pasal-pasal tersebut
mengatur tentang posisi pihak kreditur mengenai tagihannya kepada
pihak debitur serta mengatur mengenai prinsip-prinsip dan tanggung
jawab pihak debitur terhadap pinjaman atau utang-utangnya kepada
pihak kreditur.7
Berbagai macam cara dilakukan oleh pihak kreditur untuk
menjamin dipenuhinya tagihan serta memberikan kewajiban kepada
pihak debitur untuk memberikan harta kekayaannya, jika pihak
debitur mengalami kemacetan dalam melunasi utangnya kepada
pihak kreditur. Pengaturan mengenai pihak debitur wajib
memberikan harta kekayaannya diatur dalam Pasal 1131 dan Pasal
1132 KUHPerdata. Dua pasal tersebut menyatakan seluruh benda
yang ada maupun yang akan ada, baik yang bergerak maupun tidak
bergerak dapat menjadi jaminan dalam suatu perjanjian. Sehingga
benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pihak
kreditur, di mana pihak kreditur boleh menjual benda-benda jaminan
tersebut dan uang dari penjualannya dapat digunakan untuk
pelunasan utang pihak debitur kepada pihak kreditur. Pembayaran
7J. Satrio, 2016, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra
Bakt, Bandung, hal.27.
10
terhadap pihak kreditur akan didahulukan apabila memiliki alasan
yang sah menurut hukum.
Jika pihak debitur tidak dapat melunasi utangnya, di sini berarti
pihak debitur telah melakukan suatu tindakan wanprestasi, maka
setiap keterlambatan pihak debitur dalam pembayaran utang dapat
dikenakan uang paksa dan uang paksa tersebut wajib dibayarkan
kepada pihak kreditur. Apabila pihak debitur tetap tidak dapat
melunasi pembayaran utangnya, maka pihak kreditur dapat
melakukan sita eksekutorial berdasarkan putusan hakim.
Apabila pihak debitur masih memiliki harta kekayaan berupa
benda yang dapat dijual maka sita eksekutorial ini dapat dilakukan.
Sita eksekutorial tersebut diikuti dengan pelelangan harta benda dari
pihak debitur. Di sisi lain, jika terdapat beberapa kreditur melakukan
gugatan secara bersama-sama maka hasil penjualan benda atau
barang debitur dibagi rata atau merata kepada kreditur. Akan tetapi,
hal tersebut dapat mengakibatkan ketidakamanan yang dirasakan oleh
pihak kreditur sehingga lembaga penjamin dibutuhkan dalam kasus
tersebut.
III. Penutup
3.1 Kesimpulan
Akibat hukum dan upaya atau usaha penyelesaian atas
musnah atau hilangnya objek jaminan fidusia dalam perjanjian kredit
adalah pihak debitur tetap bertanggungjawab atas pengembalian
dana atau pinjaman kredit yang telah dimintanya walaupun benda
yang menjadi jaminan tersebut diasuransikan ataupun tidak.
Namun, kedudukan atau posisi hukum pihak kreditur menjadi
kreditur konkuren karena tidak ada jaminan lagi dalam kredit yang
diberikan oleh pihak debitur. Dalam upaya penyelesaian
11
permasalahan tersebut hal yang dapat dilakukan oleh pihak kreditur
adalah dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan apabila debitur
melakukan wanprestasi. Gugatan dilakukan agar debitur dapat
mengganti rugi ats utangnya kepada debitur. Dengan adanya gugatan
tersebut dan telah diputuskan oleh pengadilan, maka harta debitur
yang tidak dijadikan jaminan fidusia dapat dijadikan alat ganti rugi
kepada kreditur.
Saran
Diharapkan kepada pembuat peraturan (undang-undang) agar
memperjelas setiap pasal yang dianggap membutuhkan penjelasan,
hal ini dikarenakan agar tidak terjadi multitafsir terhadap pasal-pasal
yang dianggap kurang jelas dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia.
Daftar Pustaka
Buku :
Hermansyah, 2003, Hukum Perbankan Indonesia, Cet. II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
HS, Salim, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan DI Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kasmir, 2001, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi 2001), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Satrio J., 2016, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Simorangkir, O.P, 1998, Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada Indonesia, Jakarta.
Soedewi Masjchoen Sorwan, Sri, 2000, Hukum Perdata Hukum
Benda, Liberty, Yogyakarta.
Jurnal :
Ida Bagus Gde Surya Pradnyana, 2016, Tanggung Jawab Debitur
Terhadap Musnahnya Jaminan Objek Fidusia Dalam Perjanjian Kredit, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar.
Perundang-Undangan :
12
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Burgerlijk Wetboek, 2014, diterjemahkan oleh Soedharyo Soimin, Cetakan ke-13, Sinar
Grafika, Jakarta. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.