vol.07, no. 04, agustus 2018 published: 2018-08-08

19
1

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

1

Page 2: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

2

Vol.07, No. 04, Agustus 2018

Published: 2018-08-08

Articles

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM

Ni Ketut Ayu Suwandewi, Made Nurmawati

1-15

o PDF

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNA OBAT PCC DI INDONESIA

Ni Putu Ari Apriani, I Nengah Suharta

1-15

o PDF

SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN ANAK (Di

Wilayah Pengadilan Negeri Denpasar)

I Nyoman Arya Wira Temaja, Ida Bagus Surya Dharma Jaya, I Gusti Ngurah Parwata

1-16

o PDF

KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI MENANGANI OBSTRUCTION OF JUSTICE

DALAM PERKARA KORUPSI

I Nyoman Darma Yoga, I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti, A.A Ngurah Oka Yudistira Darmadi

1-14

o PDF

PROSES PERSIDANGAN PENYIARAN SECARA LANGSUNG (LIVE) DI TELEVISI PERSPEKTIF

HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

Diah Vina Laoka Boru Sitorus, I Gede Artha, I Ketut Sudjana

1-14

o PDF

KRIMINALISASI HUBUNGAN SEKSUAL SESAMA JENIS YANG DILAKUKAN OLEH LESBIAN, GAY,

BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER (LGBT) DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM

PIDANA

I Nengah Maliarta, Ida Bagus Surya Dharma Jaya, Sagung Putri M.E Purwani

1-16

o PDF

PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI KEJAKSAAN SEBAGAI TIM PENGAWAL DAN PENGAMAN

PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENCEGAHAN KORUPSI DI

KEJAKSAAN NEGERI DENPASAR

Putu Deneil Pradipta Intaran, I Gusti Ketut Ariawan, I Gusti Agung Ayu Dike Widhyaastuti

1-17

o PDF

Page 3: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

3

TINJAUAN YURIDIS URGENSI KEBIJAKAN CONJUGAL VISIT SEBAGAI PEMENUHAN HAK BAGI

NARAPIDANA

Ni Nyoman Ome Tania Langden, I Nengah Suantra

1-15

o PDF

IMPLEMENTASI MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI

DINAS TENAGA KERJA PROVINSI BALI

Dewa Gede Sai Pandu Rangga Vitala, Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, I Ketut Tjukup

1-16

o PDF

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA JASA PROSTITUSI ONLINE MENURUT HUKUM

POSITIF DI INDONESIA

Ni Komang Ayu Gendis Saraswati, Made Subawa

1-15

o PDF

PENERAPAN PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM

COURT) DI PENGADILAN NEGERI (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR

Sakina Sakina, Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati

1-15

o PDF

PELAKSANAAN DIVERSI TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DI KEPOLISIAN

RESOR GIANYAR

I Gusti Ngurah Yudha Adi Pradana, I Gede Artha, I Ketut Sudjana

1-14

o PDF

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEMAMPUAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM

PASAL 44 KUHP

Ni Made Raditya Pawani Peraba Sugama, Suatra Putrawan

1-13

o PDF

ANALISIS YURIDIS PEMBEBANAN UANG PENGGANTI TERHADAP KORPORASI DALAM

UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI?

Agung Satria Palguna, I Gusti Ketut Ariawan

1-15

o PDF

TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP KEJAHATAN YANG DILAKUKAN OLEH PREMAN DI

POLDA BALI

omang Adiyuda Pradipta, I Wayan Suardana

1-14

o PDF

TINDAK PIDANA PROSTITUSI ONLINE DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI

Alfi Ardiansyah Harahap, I Gusti Ngurah Parwata

1-11

o PDF

TINJAUAN MENGENAI SANKSI REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM

KONTEKS PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

Page 4: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

4

Fajar Dewantoro, I Ketut Markeling

1-10

o PDF

IMPLEMENTASI KATA ‘MENENTUKAN’ DALAM PASAL 67 UU RI NOMOR 3/2009 TERKAIT

NOVUM SEBAGAI ALASAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI (Studi Kasus di Pengadilan

Negeri Denpasar)?

I Gde Satya Adhi Wicaksana, Ni Nengah Adiyaryani, I Ketut Sudjana

1-15

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PENYANDANG DISABILITAS YANG

MENGEDARKAN NARKOTIKA DALAM SISTEM PERADILAN ANAK DI INDONESIA

Gusti Agung Darna Dewi, A.A.Ngurah Wirasila

1-20

o PDF

TINDAK PIDANA ABORSI DALAM KONTEKS PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

Putu Ayu Sega Tripiana, I Gusti Ngurah Parwata

1-13

o PDF

KEBIJAKAN FORMULASI PENGATURAN PIDANA PENGAWASAN DALAM KONSEP

RANCANGAN KUHP TAHUN 2015

April Lia Krisdayanti, I Nyoman Suyatna

1-15

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TERKAIT CAIRAN ROKOK ELEKTRIK YANG

TIDAK MENCANTUMKAN TANGGAL KADALUARSA

I Made Kresnayana, I Wayan Parsa

1-14

o PDF

PELAKSANAAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA JASA PARKIR ATAS TERJADINYA

KEHILANGAN KENDARAAN BERMOTOR MILIK KONSUMEN DI KOTA DENPASAR

I Made Eri Prastikanala Sastrawan, A.A Sri Indrawati, I Made Dedy Priyanto

1-11

o PDF

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA KLINIK KESEHATAN PADMA BAHTERA

MEDICAL CENTRE DENPASAR DENGAN DOKTER

Dewa Ayu Mas Candra Pramadianthi, Ida Bagus Putra Atmadja, A.A. Sri Indrawati

1-15

o PDF

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA PERTAMINI SEBAGAI PENJUAL BAHAN BAKAR MINYAK

ECERAN DI KOTA DENPASAR

Ni Made Widiantari Riyasti, I Made Subawa

1-15

o PDF

PELAKSANAAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) PADA PROSES

PERSALINAN YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN DI KLINIK CITRA ASRI YOGYAKARTA

Intan Pratiwi, Ida Bagus Putra Atmadja, I Nyoman Bagiastra

Page 5: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

5

1-15

o PDF

TANGGUNG JAWAB UD. LUIGI’S VESPA SEBAGAI SUPPLIER TERKAIT DENGAN CACAT PRODUK

BARANG

Hardy Pranata, Dewa Gde Rudy

1-12

o PDF

PENETAPAN HAK ASUH ANAK TERKAIT DENGAN PERCERAIAN ORANG TUA (studi kasus

perkara No. 182/Pdt.G/2017/PN.Sgr)

Ni Putu Sari Wulan Amrita, Desak Putu Dewi Kasih, Ni Putu Purwanti

1-15

o PDF

IMPLEMENTASI KETENTUAN RESTRUKTURISASI KREDIT OLEH BANK BRI CABANG

KARANGASEM

Verjenia Beatriks Regon, Dewa Gde Rudy, I Nyoman Mudana

1-12

o PDF

PENGATURAN CONFIDENTIALITY AGREEMENT TERHADAP PERLINDUNGAN RAHASIA

DAGANG

o PDF

AKIBAT HUKUM DAN UPAYA PENYELESAIAN ATAS MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA

DALAM PERJANJIAN KREDIT

Komang Gede Palguna Gautama, I Nengah Suantra

1-12

o PDF

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA DENGAN PERJANJIAN KERJA WAKTU

TERTENTU (PKWT) PADA PERUSAHAAN OUTSOURCING CV. ARBY JAYA, NUSA DUA, BALI

I Ketut Alit Adi Saputra, I Made Udiana, I Ketut Markeling

1-15

o PDF

PENGATURAN GANTI RUGI BAGI KONSUMEN BERKAITAN DENGAN VAKSIN PALSU

I Komang Kertiyasa, I Made Pujawan

1-15

o PDF

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KECELAKAAN KERJA BAGI PEKERJA

MINI MARKET(STUDI KASUS : INDOMARET KEBO IWA DENPASAR)

Eka Prasetya Purnomo, I Ketut Markeling, I Nyoman Darmadha

1-13

o PDF

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN TERKAIT CACAT TERSEMBUNYI

PADA BARANG ELEKTRONIK DALAM TRANSAKSI ONLINE

Komang Bulan Tri Laksmi Devi, Ni Ketut Supasti Dharmawan

1-14

o PDF

AKIBAT HUKUM LEWATNYA JANGKA WAKTU PERMOHONAN PENDAFTARAN JAMINAN

FIDUSIA BERBASIS ELEKTRONIK

Page 6: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

6

Ni Wayan Ponik, Putu Tuni Cakabawa Landra

1-16

o PDF

DEPOSITO BERJANGKA SEBAGAI JAMINAN GADAI PADA BANK DALAM PERJANJIAN KREDIT

Ni Putu Via Nita Ika Santi, I Made Dedy Priyanto

1-14

o PDF

EKSISTENSI SURAT PERINGATAN KREDITUR KEPADA DEBITUR TERKAIT KREDIT MACET DAN

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN MELALUI LELANG

Ni Made Shinta Teja Paramitha, I Ketut Markeling

1-16

o PDF

KEDUDUKAN PENYEDIA APLIKASI TERKAIT KETIDAKSESUAIAN BARANG YANG DITERIMA

OLEH KONSUMEN DALAM JUAL BELI MELAUI INTERNET DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

I Made Dwija Di Putra, Ida Ayu Sukihana

1-15

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KURATOR DALAM MELAKSANAKAN TUGAS

PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA DEBITOR PAILIT

Ida Bagus Adi Wiradharma, Ida Ayu Sukihana

1-14

o PDF

PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN

ATAS PELANGGARAN PERJANJIAN TERAPEUTIK BERDASARKAN HUKUM PERDATA

Sagung Ayu Yulita Dewantari, Putu Tuni Cakabawa Landra

1-16

o PDF

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1

TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Ni Kadek Wulan Suryawati, I Wayan Bela Siki Layang

1-15

o PDF

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH MENGENAI PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT

GUNA MENINGKATKAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA BANK PEMBANGUNAN

DAERAH BALI CABANG KABUPATEN TABANAN

I Dewa Made Wisnu Adi Kesawa P, I Made Udiana

1-16

o PDF

INDIKASI DISKRIMINASI HARGA DERAJAT II PADA PASAR TRADISIONAL

Nyoman Mya Ariastuti Dewi, I Ketut Markeling

1-15

o PDF

PERAN BURSA EFEK INDONESIA TERHADAP PENGAWASAN PERDAGANGAN WARAN

Ni Putu Sunari Dewi, I Ketut Markeling

1-16

Page 7: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

7

o PDF

PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB JUAL-BELI TENAGA LISTRIK PT. PLN (PERSERO) RAYON

SINGARAJA AKIBAT PEMADAMAN LISTRIK SECARA SEPIHAK

Nyoman Asri Premasanti, Putu Tuni Cakabawa Landra

1-18

o PDF

AKIBAT HUKUM DAN UPAYA PENYELESAIAN ATAS MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM

PERJANJIAN KREDIT

Oleh : Komang Gede Palguna Gautama

I Nengah Suantra Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana

ABSTRAK Musnah atau hilangnya objek jaminan fidusia dalam perjanjian

kredit akan berdampak pada hapusnya jaminan fidusia tersebut berdasarkan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Fidusia. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai musnahnya benda atau objek jaminan fidusia dalam perjanjian kredit. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui musnah atau hilangnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, yaitu kepustakaan yang beranjak dari adanya permasalahan dalam norma atau asas hukum meliputi konflik norma, kekaburan norma, atau norma kosong. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis peraturan perundang-undangan.

Akibat hukum dan upaya penyelesaian atas musnahnya objek

jaminan fidusia dalam perjanjian kredit adalah debitur tetap

bertanggungjawab atas pengembalian dana atau pinjaman kredit yang telah dimintanya walaupun benda jaminan tersebut diansuransikan atau tidak. Namun kedudukan hukum kreditur

dalam hal ini menjadi kreditur konkuren, karena tidak ada jaminan lagi dalam kredit yang diberikan kepada debitur. Dan untuk upaya

penyelesaian yang dapat dilakukan kreditur adalah dengan melakukan sita eksekutorial atas harta kekayaan debitur dan merupakan

permintaan dari kreditur. Kata Kunci : Jaminan Fidusia, Perjanjian Kredit, Musnahnya.

Page 8: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

8

ABSTRACT The destruction or loss of the object of fiduciary guarantee in

the credit agreement will have an impact on the abolition of the fiduciary guarantee based on Article 25 paragraph (1) of the Fiduciary Law. The problem raised in this study is regarding the destruction of objects or objects of fiduciary guarantee in a credit agreement. This

Page 9: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

9

research is important to know about the disappearance or loss of

objects that are objects of fiduciary guarantee. This study uses a type of normative legal research, namely

literature that goes from the existence of problems in the norms or principles of law including norm conflicts, obscurity of norms, or empty norms. The approach used in this study is the analysis of legislation.

Legal consequences and efforts to resolve the destruction of

the object of fiduciary collateral in the credit agreement is that the debtor is still responsible for the refund or credit loan requested even

if the insurance object is insured or not. However, the legal position of the creditor in this case becomes a concurrent creditor, because there is no longer guarantee in the credit given to the debtor. And for the

settlement effort that can be done by the creditor is to carry out an executive confiscation of the debtor's assets and is a request from the

creditor. Keywords: Fiduciary Assurance, Credit Agreement, the Damage.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan dari Negara Republik Indonesia berdasarkan

UUD NRI Tahun 1945 adalah menciptakan keadaan masyarakat yang

sejahtera, adil, dan makmur. Dalam mewujudkan tujuan tersebut,

dibutuhkan suatu kegiatan pembangunan nasional khususnya

pembangunan di bidang ekonomi. Di Indonesia terdapat beberapa

lembaga keuangan yang memberikan pinjaman kredit, seperti

lembaga pegadaian, lembaga keuangan bukan bank, dan lembaga

keuangan bank baik milik pemerintah maupun swasta. Menurut O.P.

Simorangkir, bank adalah salah satu badan usaha lembaga

keuangan yang memiliki tujuan untuk memberikan kredit dan jasa

kepada nasabahnya. Adapun pemberian kredit tersebut dilakukan oleh

pihak bank, baik dengan modal sendiri atau dengan dana yang

Page 10: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

10

dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan cara mengedarkan

alat pembayaran berupa uang.1

Dalam pemberian kredit, lembaga keuangan dapat memberikan

kredit dengan jaminan atau tanpa jaminan. Akan tetapi, kredit tidak

ada jaminan berbahaya bagi posisi lembaga keuangan, karena jika

debitur mengalami macet kredit dalam pembayaran kredit maka

lembaga keuangan tersebut akan sulit untuk menutupi kerugian kredit

yang telah disalurkan. Sebaliknya, jika peminjaman kredit dilakukan

dengan jaminan maka posisi lembaga keuangan relatif lebih aman

karena jika terdapat kemacetan dalam pembayaran kredit maka dapat

ditutupi oleh jaminan tesebut.2

Perjanjian kredit dalam Undang-Undang Perbankan dan Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata tidak terdapat aturan mengenai

perjanjian kredit tersebut dibuat secara tertulis atau lisan, tetapi

pada umumnya hal yang terjadi di setiap lembaga keuangan dalam

hal ini bank adalah setiap debitur yang meminjam uang di bank

harus mengajukan permohonan kredit dan permohonan tersebut

diajukan secara tertulis kepada pihak bank, tanpa melihat berapa

jumlah kredit yang diminta.3

Adanya jaminan kredit tersebut dapat menjamin agar utang

dibayarkan tepat waktu sesuai dengan perjanjian antara pihak

debitur dengan pihak kreditur dan jika pihak debitur ingkar janji

dalam pelunasan utang, maka benda atau objek yang dijadikan

1O.P, Simorangkir, 1998, Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada

Indonesia, Jakarta, hal. 10.

2Kasmir, 2001, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi 2001),

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 102. 3Hermansyah, 2003, Hukum Perbankan Indonesia, Cet. II, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hal. 68.

Page 11: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

11

jaminan oleh debitur dapat dijual oleh pihak kreditur untuk mengganti

utang yang tidak bisa dibayarkan. Menurut Sri Soedewi Masjchoen

Sorwan, sebuah jaminan bersifat accessoir, di mana perjanjian

accessoir merupakan tambahan dari perjanjian pokok yang merupakan

perjanjian pinjaman uang.4

Dalam praktiknya, perjanjian kredit yang dilakukan antara

pihak debitur dengan pihak kreditur terkadang mengalami kendala

dan hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, seperti

benda yang menjadi jaminan untuk peminjaman kredit terutama

pada jaminan benda bergerak, seperti kendaraan bermotor, peralatan

mesin yang dibebani jaminan fidusia ternyata musnah dan nilai dari

benda tersebut mengalami penyusutan atau penurunan setiap

tahunnya. Hal tersebut dapat terjadi karena benda yang menjadi

jaminan musnah atau hilang akibat terjadinya bencana alam,

kebakaran, dan kecelakaan, yang dikarenakan adanya keadaan

memaksa.5

1.2 Tujuan Penelitian

Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

akibat hukum dan cara penyelesaian terhadap objek jaminan fidusia

yang hilang atau musnah dalam perjanjian kredit.

II. ISI MAKALAH

2.1 Metode Penelitian

4Sri Soedewi Masjchoen Sorwan, 2000, Hukum Perdata Hukum Benda

(Selanjutnya disebut Sri Soedewi Masjchoen I), Liberty, Yogyakarta, hal. 97. 5Ida Bagus Gde Surya Pradnyana, 2016, Tanggung Jawab Debitur Terhadap

Musnahnya Jaminan Objek Fidusia Dalam Perjanjian Kredit, Jurnal Fakultas

Hukum Universitas Udayana, Denpasar, hal.2.

Page 12: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

12

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, di

mana penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum

doktrinal ataupun penelitian hukum teoritis.

2.2 Hasil dan Analisis

2.2.1 Akibat Hukum Atas Musnahnya Jaminan Fidusia Dalam

Perjanjian Kredit

Dalam perjanjian kredit dan praktik perkreditan, untuk

mengamankan kepentingan kreditur, maka pihak kreditur akan

meminta jaminan kepada pihak debitur. Jaminan tersebut

dimaksudkan untuk meyakinkan pihak bank selaku kreditur bahwa

debitur akan mengembalikan utang tepat waktu sesuai dengan

jumlah utang yang diminta dan sesuai dengan kesepakatan bersama.

Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi dampak negatif (risiko) yang

akan terjadi dari sebuah perjanjian kredit, di mana dengan adanya

jaminan tersebut diharapkan praktik perkreditan antara debitur

dengan kreditur dapat berjalan sesuai dengan kesepakatan bersama.

Ada beberapa risiko yang dapat terjadi jika debitur menggunakan

benda bergerak sebagai jaminan kredit. Di mana pihak debitur

mungkin saja melakukan fidusia ulang tanpa sepengetahuan pihak

kreditur dengan cara mengalihkan hak kepemilikan benda bergerak

yang menjadi jaminan kredit kepada pihak lain. Selain itu, risiko

lainnya yang dapat terjadi adalah benda bergerak yang menjadi objek

jaminan fidusia dapat musnah atau hilang yang mengakibatkan

benda bergerak tersebut tidak dapat diperjual- belikan kembali.

Hal tersebut dapat terjadi akibat benda bergerak yang dijaminkan

musnah atau hilang karena bencana alam, seperti banjir, gempa bumi,

kecelakaan, atau kebakaran.

Page 13: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

6

Sehingga, sesuai dengan Pasal 25 ayat (1) huruf c Undang-

Undang Fidusia yang menyatakan bahwa “Hapusnya jaminan fidusia

dikarenakan musnahnya objek jaminan fidusia.” Selanjutnya dalam

Pasal 25 ayat (2) menyatakan “Musnahnya objek jaminan fidusia

tidak menghapus klaim asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 huruf b.” Sehingga, jika benda bergerak yang menjadi jaminan

kredit diasuransikan, maka klaim asuransi dari benda bergerak

tersebut dapat menjadi pengganti objek jaminan fidusia.

Ketetapan mengenai hapusnya jaminan fidusia dengan musnah

atau hilangnya objek jaminan fidusia tersebut sejalan dengan

ketetapan yang diatur dalam Pasal 1444 KUHPerdata yang menyatakan

“Jika barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian itu musnah, tidak

dapat lagi diperdagangkan sedemikian rupa sehingga sama sekali tidak

diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya,

asal barang itu musnah di luar salahnya siberutang, dan sebelum ia

lalai menyerahkannya.”

Dari ketetapan-ketetapan tersebut, maka akibat hukum yang

muncul atas musnahnya objek jaminan fidusia adalah hapusnya

jaminan fidusia yang dikarenakan musnahnya objek jaminan fidusia.

Namun, sesuai dengan Pasal 10 sub. b Undang-Undang Fidusia yang

menyatakan bahwa “Jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam

hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia diasuransikan.”

Dari ketetapan di atas, jika objek yang menjadi jaminan kredit

diasuransikan musnah atau hilang, maka benda atau objek tersebut

digantikan secara langsung (otomatis) dengan uang asuransi (klaim

asuransi) dan jika terjadi atau terdapat kerugian maka pihak

asuransi akan menanggung kerugian tersebut. Uang yang didapat

dari klaim asuransi benda yang menjadi jaminan kredit akan

Page 14: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

7

diterima oleh pihak kreditur (penerima fidusia) dan uang tersebut

digunakan sebagai pelunasan atau pembayaran utang dari pihak

debitur (pemberi fidusia). Apabila uang asuransi yang diterima oleh

pihak kreditur dapat melunasi utang dari pihak debitur, maka utang

pihak debitur tersebut dinyatakan telah berakhir (lunas). Namun,

apabila uang asuransi tersebut tidak mencukupi untuk melunasi utang

pihak debitur kepada pihak kreditur, maka sisa utang tersebut tetap

ditanggung oleh pihak debitur. Akan tetapi dalam hal tersebut,

kedudukan pihak kreditur berubah menjadi kreditur konkuren.

Dengan demikian, apabila benda yang menjadi objek jaminan

kredit (jaminan fidusia) musnah atau hilang, maka benda tersebut

tidak dapat digunakan sebagai pengganti utang pihak debitur kepada

pihak kreditur atau dengan kata lain perjanjian fidusia hapus. Akan

tetapi, perjanjian kredit yang telah disetujui antara pihak kreditur

dengan pihak debitur tetap berjalan sesuai dengan kesepakatan

bersama, di mana pihak debitur tetap bertanggung jawab atas utang

yang dimilikinya. Hal tersebut dikarenakan perjanjian pokoknya tetap

ada dan tidak akan merubah posisi pihak debitur sebagai pemberi

fidusia. Kedudukan atau posisi kreditur yang tagihannya dijaminkan

dengan fidusia tetapi objeknya hilang, maka kedudukannya berubah

menjadi kreditur konkuren dengan jaminan umum, yaitu berupa

benda-benda yang dimiliki atau yang akan dimiliki oleh pihak debitur

seperti yang tertuang dalam Pasal 1131 KUHPerdata.

2.2.2 Upaya Penyelesaian Atas Musnahnya Jaminan Fidusia

Dalam Perjanjian Kredit

Dalam pemberian kredit, pihak kreditur harus memiliki

keyakinan kepada pihak debitur bahwa debitur mampu dan sanggup

untuk mengembalikan pinjamannya sesuai dengan apa yang telah

Page 15: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

8

disepakati bersama. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, apabila

pihak kreditur akan memberikan kredit kepada pihak debitur, maka

kreditur diwajibkan untuk melakukan beberapa hal agar pembayaran

utang dapat berjalan dengan baik, seperti pihak kreditur harus

melaksanakan penilaian yang baik dan cermat terhadap pihak

debitur dengan cara melihat kemampuan, karakter, prosepek usaha,

dan modal yang dimiliki oleh pihak debitur.

Menurut H. Salim H.S. perjanjian kredit merupakan sebuah

perjanjian yang dibuat atau dilakukan antara pihak kreditur dengan

pihak debitur, di mana dalam perjanjian tersebut pihak kreditur

memiliki kewajiban untuk memberikan uang dalam bentuk kredit

kepada pihak debitur dan pihak debitur memiliki kewajiban untuk

membayar atau melunasi pinjaman pokok berupa uang dan bunga

serta biaya lainnya sesuai dengan jumlah dan jangka waktu tertentu

yang telah disepakati bersama.6

Apabila memperhatikan pendapat dari H. Salim H.S., suatu

perjanjian kredit yang menimbulkan kewajiban pasti terdapat risiko

di dalamnya, sehingga salah satu cara untuk mengurangi risiko

tersebut dan memberikan keamanan bagi pihak kreditur adalah

dengan adanya jaminan. Dalam Pasal 1131 KUHPerdata secara umum,

semua benda (kebendaan) milik seseorang atau yang dimiliki oleh

seseorang dapat menjadi jaminan dalam sebuah perjanjian. Jaminan

merupakan sarana perlindungan terhadap pihak kreditur karena

berfungsi untuk menanggulangi utang atau menimbulkan rasa

keyakinan pihak kreditur kepada pihak debitur untuk

memastikan akan pelunasan utangnya.

6Salim, Hs, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata

(selanjutnya disebut Salim HS II), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 80.

Page 16: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

9

Dalam Buku II KUHPerdata diatur mengenai jaminan, di mana

jaminan merupakan hak kebendaan. Selain jaminan yang diatur dalam

Buku II, terdapat pengaturan mengenai jaminan dalam Buku III

KUHPerdata, di mana dalam Buku III mengatur tentang bortoght, yaitu

perjanjian penanggungan dan merupakan jaminan perorangan. Maka

dari itu, pihak debitur juga dapat terlindungi karena adanya jaminan

tersebut (jaminan perorangan dan jaminan kebendaan).

Ketetapan umum mengenai jaminan fidusia diatur dalam Pasal

1131 hingga Pasal 1138 KUHPerdata, di mana pasal-pasal tersebut

mengatur tentang posisi pihak kreditur mengenai tagihannya kepada

pihak debitur serta mengatur mengenai prinsip-prinsip dan tanggung

jawab pihak debitur terhadap pinjaman atau utang-utangnya kepada

pihak kreditur.7

Berbagai macam cara dilakukan oleh pihak kreditur untuk

menjamin dipenuhinya tagihan serta memberikan kewajiban kepada

pihak debitur untuk memberikan harta kekayaannya, jika pihak

debitur mengalami kemacetan dalam melunasi utangnya kepada

pihak kreditur. Pengaturan mengenai pihak debitur wajib

memberikan harta kekayaannya diatur dalam Pasal 1131 dan Pasal

1132 KUHPerdata. Dua pasal tersebut menyatakan seluruh benda

yang ada maupun yang akan ada, baik yang bergerak maupun tidak

bergerak dapat menjadi jaminan dalam suatu perjanjian. Sehingga

benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pihak

kreditur, di mana pihak kreditur boleh menjual benda-benda jaminan

tersebut dan uang dari penjualannya dapat digunakan untuk

pelunasan utang pihak debitur kepada pihak kreditur. Pembayaran

7J. Satrio, 2016, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra

Bakt, Bandung, hal.27.

Page 17: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

10

terhadap pihak kreditur akan didahulukan apabila memiliki alasan

yang sah menurut hukum.

Jika pihak debitur tidak dapat melunasi utangnya, di sini berarti

pihak debitur telah melakukan suatu tindakan wanprestasi, maka

setiap keterlambatan pihak debitur dalam pembayaran utang dapat

dikenakan uang paksa dan uang paksa tersebut wajib dibayarkan

kepada pihak kreditur. Apabila pihak debitur tetap tidak dapat

melunasi pembayaran utangnya, maka pihak kreditur dapat

melakukan sita eksekutorial berdasarkan putusan hakim.

Apabila pihak debitur masih memiliki harta kekayaan berupa

benda yang dapat dijual maka sita eksekutorial ini dapat dilakukan.

Sita eksekutorial tersebut diikuti dengan pelelangan harta benda dari

pihak debitur. Di sisi lain, jika terdapat beberapa kreditur melakukan

gugatan secara bersama-sama maka hasil penjualan benda atau

barang debitur dibagi rata atau merata kepada kreditur. Akan tetapi,

hal tersebut dapat mengakibatkan ketidakamanan yang dirasakan oleh

pihak kreditur sehingga lembaga penjamin dibutuhkan dalam kasus

tersebut.

III. Penutup

3.1 Kesimpulan

Akibat hukum dan upaya atau usaha penyelesaian atas

musnah atau hilangnya objek jaminan fidusia dalam perjanjian kredit

adalah pihak debitur tetap bertanggungjawab atas pengembalian

dana atau pinjaman kredit yang telah dimintanya walaupun benda

yang menjadi jaminan tersebut diasuransikan ataupun tidak.

Namun, kedudukan atau posisi hukum pihak kreditur menjadi

kreditur konkuren karena tidak ada jaminan lagi dalam kredit yang

diberikan oleh pihak debitur. Dalam upaya penyelesaian

Page 18: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

11

permasalahan tersebut hal yang dapat dilakukan oleh pihak kreditur

adalah dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan apabila debitur

melakukan wanprestasi. Gugatan dilakukan agar debitur dapat

mengganti rugi ats utangnya kepada debitur. Dengan adanya gugatan

tersebut dan telah diputuskan oleh pengadilan, maka harta debitur

yang tidak dijadikan jaminan fidusia dapat dijadikan alat ganti rugi

kepada kreditur.

Saran

Diharapkan kepada pembuat peraturan (undang-undang) agar

memperjelas setiap pasal yang dianggap membutuhkan penjelasan,

hal ini dikarenakan agar tidak terjadi multitafsir terhadap pasal-pasal

yang dianggap kurang jelas dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 Tentang Jaminan Fidusia.

Daftar Pustaka

Buku :

Hermansyah, 2003, Hukum Perbankan Indonesia, Cet. II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

HS, Salim, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan DI Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, 2001, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi 2001), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Satrio J., 2016, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Simorangkir, O.P, 1998, Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada Indonesia, Jakarta.

Soedewi Masjchoen Sorwan, Sri, 2000, Hukum Perdata Hukum

Benda, Liberty, Yogyakarta.

Jurnal :

Ida Bagus Gde Surya Pradnyana, 2016, Tanggung Jawab Debitur

Terhadap Musnahnya Jaminan Objek Fidusia Dalam Perjanjian Kredit, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar.

Perundang-Undangan :

Page 19: Vol.07, No. 04, Agustus 2018 Published: 2018-08-08

12

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Burgerlijk Wetboek, 2014, diterjemahkan oleh Soedharyo Soimin, Cetakan ke-13, Sinar

Grafika, Jakarta. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.