volume 11/2011 - photo.reqnews.com filepimpin kpk dengan hati 42 kami bukan komisi pelindung...

41
1 Volume 11/2011

Upload: lammien

Post on 09-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

1

Volume 11/2011

Page 2: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

3

Volume 11/2011

Page 3: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

4

NAMA RUBRIK

54

DAFTAR ISI

INSPIRASI 54 Mawas Diri Di Hari Bhakti Adhyaksa

SOSOK 58 Kejari Pontianak Pilot Project Quick Wins 60 Menimba Ilmu Dari Fadil Zumhana

KOLOM 64 Risiko Menjadi Polisi 66 Memimpin Dengan Hati

JALAN-JALAN 68 Surga Di Delta Kapuas

TOKOH 70 Saya Cinta Kejaksaan

76 LENSA

Foto cover: Dok. Req

Founders:Persatuan Jaksa IndonesiaDr. (HC) Hendarman Supandji

Board of Editors:NyomanandaGabriel MahalJaya LaksanaChuck Suryosumpeno

Chairman:Edwin P. Situmorang

Chief Editor:William Syukur

Reporter:Bosco Nambut

Albert RebongIman Khilman

Creative:Hari MulyantoRindy Atmoko

Photographer:Kresno AdjiGunas

Chief Operating Officer:R Ayu Retno Kusumastuti

Sales & Marketing:Dessy E. Triyono

Publisher:REQ Publisher

Contributors:Prof. H.R. Djokomoelyo, M. SH. APUDr. Chryshnanda DL

Address:Graha Pena Lt. 8Jl. Kebayoran Lama No. 12Jakarta Selatan 12210Phone: (6221) 53670958Fax: (6221) 53671658email: [email protected]

50

26

4212

21

The Government Seems Unserious About BPJS Bill

The House Insists Sanctions be Given to PSCs

The

Hou

se D

eman

ds R

evisi

on

of T

he La

w N

o. 3

9/ 2

004

Kam

i BuK

an K

omis

i Pel

indu

ng K

eKua

saan

6 EDITORIAL

8 FACEBOOK CORNER

10 KABAR ADHYAKSA

SOROTAN 12 Pemerintah Kurang Serius Tuntaskan RUU BPJS 18 Pemerintah Tertibkan Izin Tambang 21 DPR Desak Kontraktor Migas Diberi Sangsi 23 Revisi Bagi Hasil Tambang 26 DPR Tuntut Revisi UU No. 39 Tahun 2004 31 DPR Pangkas Kewenangan MK 36 Media Kritik RUU Keamanan Nasional

LAPORAN UTAMA 38 Tak Peduli Pencitraan, Pimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK

FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di Tengah Komoditi Pencitraan

MahalnyaKejujuran,DitengahKoMoDitiPencitraan

Page 4: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

7

Volume 11/2011

6

EDITORIAL

Kebanyakan dari kita tidak habis pikir, dan mungkin juga tidak bisa menerima secara akal sehat, mengapa skandal-skandal korupsi tak kunjung berkurang, meski

media massa tak henti-hentinya memberitakan upaya paksa yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap para koruptor? Bahkan karena saking banyaknya dan juga karena saking hebohnya, tidak sedikit isu dan perkara korupsi yang hilang ditelan angin karena tidak sempat tertangani oleh lembaga superbody itu. Makin hari makin banyak kasus yang terungkap dengan sensasi yang tidak kalah seru dari perkara-perkara terdahulu. Bukan hanya jumlah dana yang dikorupsi yang fantastis, juga bukan terutama karena pelakunya, melainkan modus operandi-nya bisa berbeda-beda.

Kita patut mempertanyakan, apa saja yang dikerjakan KPK selama ini? Jelang 10 tahun usianya, berbagai kalangan menilai performa lembaga penegak hukum tersebut tidak menunjukkan hasil yang maksimal dalam rencana besar pemberantasan korupsi di Indonesia. KPK sibuk menangkap para koruptor, tetapi tindak pidana korupsi bukannya berkurang melainkan cenderung meningkat.

KPK sampai sekarang dinilai terlalu sibuk melakukan penindakan terhadap para koruptor, sehingga terkesan mengabaikan tugasnya yang tak kalah penting dalam mencegah atau mencari akar permasalahan tindak pidana korupsi di tanah air. Sesuai UU No. 32 Tahun 2002, selain penindakan tugas pokok KPK adalah bagaimana melakukan pencegahan, termasuk mencari akar permasalahan korupsi yang menggerogoti semua

lapisan masyarakat. Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) sesungguhnya merupakan tonggak baru dalam upaya penegakan hukum di Indonesia, terutama dalam menumpas tindak pidana korupsi. Berbagai kalangan berharap, kehadiran lembaga “independen” itu mampu membersihkan negeri ini dari wabah korupsi yang diakui sudah bersifat sistemik.

Tentu saja tidak bisa ditampik bahwa KPK sudah melakukan tugasnya sesuai amanat undang-undang (UU No. 32 Tahun 2002 tentang KPK). Bukan tidak mungkin, eskalasi perkara korupsi di era reformasi ini bukan karena kegagalan KPK dalam menjalankan tugasnya, melainkan sebagai hasil dari kerja kerasnya. Sebab itu, sudah sepatutnya kita mengapresiasi keberadaan KPK.

Sejalan dengan itu, kita mendukung rencana revisi Undang-Undang No 32 Tahun 2002 yang sedang dikerjakan Komisi II DPR RI. Mudah-mudahan revisi itu tidak dimaksudkan untuk memangkas kewenangan KPK, melainkan justru semakin menyempurnakannya sehingga menjadi lembaga penegakan hukum yang benar-benar kuat dan kredible serta berfungsi secara optimal.

Undang-Undang hasil revisi itu juga diharapkan memberikan penekanan pada tugas KPK untuk melaksanakan fungsi pencegahan. KPK melalui kerja sama dengan berbagai pihak perlu mengajarkan masyarakat Indonesia tentang pentingnya hidup bersih dari korupsi. Proses pendidikan seperti itu dapat menanamkan sikap anti korupsi dalam kehidupan masyarakat kita. Kita yakin upaya pencegahan dan penindakan yang tegas, KPK dapat menciptakan Indonesia yang bebas dari korupsi. ***

Optimalisasi KpK

Page 5: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

8

FACEBOOK CORNER

9

Volume 10/April 2011

Insan-insan Adhyaksa seluruh Indonesia menaruh harapan yang tinggi pada Jaksa Agung yang baru, Bapak Basrief Arief. Akun Facebook

Majalah Requisitoire, menerima banyak komentar, masukkan, usul atau saran dan tentu saja ucapan selamat untuk Bapak Basrief Arief.

Tidak semua kami masukkan/tampilkan komentar, usul atau saran yang dimaksud, lantaran keterbatasan ruang. Oleh karena itu kami

mohon maaf. Terima kasih pula untuk semua anggota yang telah berkomentar atau berpartisipasi. Terima kasih juga untuk semua anggota

yang telah bergabung dengan akun Facebook majalah Requisitoire. Bagi yang belum bergabung, silahkan ketik saja: “majalah Requisitoire” pada

bagian search di facebook Anda. Terima kasih.

Rasulullah SAW bersabda; “Pemimpin suatu kaum adalah PENGABDI (PELAYAN) mereka.” (HR.Abu Na’im).

Adrian Putra

***

Pemimpin yang diharapkan di dunia hukum adalah pemimpin yang tidak sekedar punya konsep, program dan bicara sebagaimana yang terjadi selama ini, namun pemimpin yang mampu mewujudkan apa yang diprogramkan dan dibicarakannya. Jadi kalau sang pemimpin memiliki

agenda reformasi birokrasi, ayo buktikan dan reformasi itu harus menyeluruh sampai ke akar-akarnya, sampai ke daerah.

Sulwahidah Sultan

***

Pemimpin yang diharapkan di bidang hukum adalah pemimpin yang dapat memberikan keteladanan. Keteladanan seperti apa? Pemimpin yang tegas, memiliki integritas (jujur), memiliki komitmen, sederhana, tidak korupsi alias tidak mau disogok, tidak nepotis, benar-benar profesional.

Pemimpin yang semacam itu dirindukan, diharapkan, dibanggakan, dikenang sepanjang masa, diteladani dan pasti masuk surga. Sebaliknya pemimpin yang jahat, yang tidak baik, pasti cepat masuk neraka.

Vaks Yayan

*** Pemimpin ideal di dunia hukum

adalah, pemimpin yang mampu melihat keadilan dengan mata hati, bijaksana dalam sikap, menjadi teladan dalam setiap tutur kata dan perbuatannya, menjunjung tinggi

pemimpin yang ideal dalam dunia HuKum

“Pemimpin seperti apa, yang bagaimana, yang ideal dalam dunia penegakkan hukum

Indonesia?” demikian status facebook majalah REQuisitoire pada bulan Juni lalu. Status

tersebut bersifat ‘pertanyaan’ tidak semata-mata ditujukan untuk kepemimpinan

di dunia Kejaksaan, melainkan bersifat umum ditujukan untuk seluruh pemimpin

dunia hukum Indonesia. Sejumlah 30-an anggota alias facebooker memberikan respon

dan sebagian besar anggota korps Adhyaksa. Komentar-komentarnya beragam

dan menarik untuk disimak serta direnungkan. Ada yang normatif, tetapi ada

pula yang menohok, tajam, kritis, bahkan ada yang sinis. Selamat membaca!

kejujuran dan mau korbankan diri untuk tegaknya tiang-tiang keadilan dalam penegakkan hukum Indonesia.

Suwaskito Wibowo, SH., MH., Jaksa Fungsional pada Kejari Selong

***

Kita merindukan pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik, khususnya di dunia hukum itu adalah pemimpin yang bisa mengayomi dan membesarkan semangat serta mampu memberikan motivasi untuk seluruh insan hukum yang dipimpinnya.

Barrack Mesiu

*** Seperti apa pemimpin yang baik

dalam bidang hukum? Pemimpin yang mau dan bersedia hidup mandiri. Mandiri artinya, setiap kali mengambil keputusan yang baik untuk institusi, selalu mengacu kepada kewenangan dan tupoksinya, tanpa diintervensi oleh kepentingan orang lain atau golongan. Pemimpin juga harus mampu mandiri dalam kehidupan sosial, tidak menggantungkan kebutuhannya pada orang lain untuk di cukupi. Terima kasih.

Herik Raihanna

***

Pemimpin dalam penegakkan hukum adalah pemimpin yang harus memiliki integritas, moral, kepribadian dan komitmen dalam menegakkan hukum.

Sandy Satria

***

Saya mengharapkan pemimpin yang : ‎1. Memiliki iman & keyakinan yang

kuat. 2. Memiliki kepribadian yang baik.3. Memiliki mental yg hebat.

4. Memiliki disiplin yang kokoh.5. Memiliki pemikiran yang kreatif

dan inovatif.6. Memiliki hati nurani yang bagus.

Pertanyaan selanjutnya apakah ada orang yang sempurna untuk menjadi pemimpin ideal dalam dunia penegakkan hukum sebagaimana kriteria di atas?

Gey Iman Biliton

***

Pemimpin yang baik dalam ranah hukum adalah pemimpin yang benar-benar merasakan sakitnya jadi bawahan. Pemimpin semacam itu, niscaya dapat menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan.

Hayatina Junaedi

*** Pemimpin hukum yang ideal

adalah pemimpin yang dapat diibaratkan nakoda yang mampu dan berani untuk berlayar mengendalikan kapal di tengah ombak yang besar.

Ogie Marboen

***

Pemimpin yang mampu mencontohkan kepemimpinan Rasullulah yang selalu memikirkan umatnya.

Filah Fairuz Riady

***

Pemimpin yang didambakan di dunia hukum adalah pemimpin yang tegas, adil, berwibawa dan pastinya bijaksana.

Widiyani Ambar Adinugraha

*** Begitulah masalahnya kalau

penilaian terbaik menurut redaksi,

ya sangat subyektif dong, harusnya terbaik menurut sunnah & aturan kepemimpinan yang benar dong. Untuk para pemimpin di bidang hukum, teladani dan contohi-lah Rasululloh : Sidiq, Amanah, Tabliq, Fatonah. Mengapa harus banyak berteori?

Ifud Syaifullah

***

PEMIMPIN : P = pemikiran cerdas. E = extraordinary person.M = mampu menjadi teladan. I = istiqomah.M = mental baja.P = pantang menyerah. I = iman yang kuat. N = netral dalam melihat suatu masalah.

Aldy Harahap

*** Pemimpin yang ideal dalam dunia

penegakkan hukum di Indonesia adalah pemimpin yang benar-benar mampu menegakkan hukum sebagai panglima, bukan ikut arus dengan permainan politik. (Kalau hukum sudah dimasuki oleh politik tidak ada nilainya lagi dan inilah yg terjadi sekarang ini).

Sofyan Rauf

***

Jadi pemimpin itu gampang (bagi yang punya modal dan koneksi).

Andri Jaksa Oposan

***

Pemimpin hukum adalah pemimpin yang adil & bijaksana, tidak pandang bulu menyatakan salah itu salah, benar itu benar, walaupun itu terhadap keluarga, kerabat atau sahabatnya. Pemimpin

Page 6: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

10

FACEBOOK CORNER

11

Volume 11/2011

di bidang hukum harus tegas terhadap penegakkan hukum, dalam mengambil keputusan/kebijakan dan yang terpenting adalah takut kepada ALLAH SWT. Hanya kepada Dia kita akan mempertanggungjawabkan segala sesuatunya.

Firmansyah Raden

***

Pemimpin di dunia hukum:1. Pemimpin yang tidak buta : bisa

membedakan antara hak dan yang batil.

2. Pemimpin yang tidak bisu : bisa memberikan solusi/kepastian hukum.

3. Pemimpin yang tidak tuli : responsif, peduli, tanggap/untuk Korps Adhyaksa serta memperhatikan anggota (jangan komandan yang kenyang, anggotanya lapar).

Micky Putra, Calon Jaksapada Kejari Takengon-Aceh Tengah.

***

Pemimpin yang bisa menjadi akar rumput dan juga bisa menjadi suri teladan bagi bawahannya!

Cahya Wiwied Eva, Kejari Labuan Bajo.

***

Pemimpin yang ‘takut akan TUHAN’ yang ‘Pancasilais’ yang arif, adil, tegas, lugas, bijaksana, menjadi panutan, dapat menilai sesuatu hal dari bobot, bebet, bibit, babat maupun bubut yang tersurat ataupun yang tersirat, terima kasih!

S.Bunti Lan Simanjuntak

***

Pemimpin dalam penegakan hukum : pemimpin yang dapat menegakkan hukum secara adil dan

dapat menjadikan hukum sebagai panglima di NKRI.

Pri Dp

***

Pemimpin yang Beriman, Bersahaja, Bijaksana, Berintegritas, Responsif, Berani, Cakap, Rela Berkorban dan Bekerja mengharapkan ridho Allah SWT serta mempunyai pembisik-pembisik yang baik untuk menunjang kepemimpinannya, sehingga tercipta sistem yang baik untuk kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

Afriadi Asmin

***

Pemimpin di dunia hukum adalah pemimpin yang takut (takut kepada Tuhan, takut berbuat dosa dan takut berbuat zalim).

Agus Adi Atmaja

*** Pemimpin di bidang hukum

merupakan pemimpin yang tegas dan berani dalam mengambil kebijakan, beriman dan beraklak mulia, bijaksana, jujur, mau mengakui kesalahan apabila dia salah, mau menerima pendapat dan saran dari bawahan, tidak mudah dipengaruhi oleh orang-orang yang punya kepentingan, rendah hati dan selalu memperhatikan kesejahteraan bawahannya serta mempunyai keinginan untuk memajukan lembaga yang dipimpinnya.

Anto Mafhudiyanto

***

Kita sangat mengharapkan pemimpin yang berkeadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia sesuai amanat Pancasila. Memiliki komitmen serta konsisten dalam menegakkan

keadilan yang bermartabat sebagai bentuk tanggung jawab terhadap amanat dari negara dan Tuhan yang Mahaesa. Semoga.

Fathur Maman

***

Kita membutuhkan pemimpin yang tidak sering mengeluh keadaan yang terjadi di negerinya termasuk dirinya ditekan oleh lawan-lawan. Kita juga membutuhkan pemimpin yang cerdas, tidak licik, pemimpin yang perasa terhadap keadaan rakyatnya, pemimpin yang berani bahkan berani mati membela kebenaran dan keadilan.

Oyi Buchori

***

Hukum itu berhubungan erat dengan moralitas, karena hukum itu sendiri berbicara tentang moralitas, tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Karena itu pemimpin yang dibutuhkan dalam penegakkan hukum haruslah pemimpin yang memiliki integritas dan moralitas yang dapat diandalkan.

Hendri Edison

***

Pemimpin di bidang hukum itu adalah pemimpin yang tidak mau menerima suap dan gratifikasi.

Pram Santo

***

Pemimpin di dunia hukum itu adalah pemimpin yang selalu memperjuangkan kesejahteraan anggotanya dan tidak hanya menuntut anggotanya profesional dengan gaji amatir.

Hartana Marjasuwita

***

Page 7: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

12

SOROTAN / HIGHLIGHT

13

Volume 11/2011

Rieke Dyah Pitaloka

pemeRintaHKuRang seRiustuntasKan Ruu BpJs

Alotnya pembahasan Rancangan Undang-Undang Badan Pelaksana Jaminan Sosial (RUU BPJS) disebabkan adanya perbedaan pandangan

antara Pemerintah dengan Komisi X DPR RI. Sejumlah substansi yang menyebabkan alotnya pembahasan RUU BPJS tersebut meliputi bentuk BPJS tunggal atau majemuk, RUU BPJS sebatas penetapan atau sekaligus pengaturan, dan pelaksanaan SJSN berdasarkan program atau segmentasi. Komisi X berpandangan, RUU BPJS merupakan sebuah keniscayaan di tengah keberadaan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) yang sudah lima tahun berjalan. Badan Pelaksana ini nantinya akan menjadi pelaksana UU SJSN yang sudah ada. Berikut wawancara Majalah Requisitoire dengan salah seorang anggota Panitia Kerja (Panja) DPR RI Komisi X Rieke Dyah Pitaloka.

Bagaimana pandangan Fraksi Anda soal RUU BPJS?

Kami berpandangan bahwa jaminan sosial merupakan sesuatu yang wajib diterima oleh masyarakat. Kita sudah lama memiliki peraturan soal jaminan sosial dengan terbitnya Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN), sekitar lima tahun silam. UU ini memang mengatur semua hak konstitusi rakyat di bidang pemenuhan kebutuhan kesejahteraan sosial, sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Namun kelemahannya, sampai saat ini kita tidak memiliki perangkat yang bisa mengendalikan dan melaksanakan UU SJSN ini, dan

The Government Seems Unserious About BPJS Bill

Session on the Social Insurance Management Agency (BPJS) bill has been dragging on the back of different views between the House and the government. They differ on wether

the agency is a single body or should be more than one. Other issue is wether the bill is merely to define problems or to regulate them accordingly.Implementation of national social security system (SJSN) is also still in debate. Requisitoire recently held an inteterviw with Rieke Dyah Pitaloka, member of House Commission X working committe .

How your faction sees the BPJS bill?

We are of the opinion that social insurance is mandatory involving the whole society as recipient. We already have National Social Insurance System Law which regulates social security and defines that social security is constitutional right of the people mandated by the l945 Constitution. However, still we have no instruments in place to control and implement the law while a profit oriented institution is appointed to carry out this job. As such, corporate interests then simply undermine people’s right for social security.

We do hope that the government will change this misperception and begins to seriously conclude the bill. It is important in order that people will immediately get their constitutional rights such as health, education, accident insurances and old age risks. Most of the time we are aggresive when talking about corporate ineterests and do just to the opposite when we come to pro-people policy.

Page 8: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

14

SOROTAN / HIGHLIGHT

15

Volume 11/2011

menyerahkan pengelolaannya kepada sebuah lembaga yang profit. Akibatnya, kita lebih disibukkan dengan kepentingan korporat daripada memperjuangkan kepentingan masyarakat.

Kita berharap pemerintah mau mengubah pandangan yang keliru ini dengan serius menuntaskan pembahasan Rancangan Undang Undang (RUU) Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial (BPJS) itu. Ini penting, agar rakyat sebagai objek utama undang-undang tersebut segera bisa menikmati hak-haknya sesuai amanat konstitusi, yakni adanya jaminan kesehatan, pendidikan, kecelakaan hingga jaminan hari tua. Kita mestinya jangan terkesan bermalas-malasan ketika berbicara tentang kepentingan dan kebijakan pro-rakyat, lalu rajin jika tengah menggolkan UU mengenai kepentingan korporat.

Anda pernah mengusulkan agar pembahasan RUU ini tidak dilakukan di luar kota, tapi kenapa anda malah menyetujui pembahasannya di sebuah hotel mewah di Jakarta?

Tadinya kita berharap bahwa dengan pembahasan di Jakarta ini, maka seluruh elemen masyarakat bisa memantau dan mengawal RUU ini agar nantinya sesuai dengan aspirasi masyarakat, dan media juga bisa menyampaikan informasi yang paling update kepada khalayak. Soal kepindahan tempat pembahasan ke sebuah hotel bintang lima, terus terang itu bukan

keputusan saya. Saya hanya mengikuti keputusan komisi yang beranggotakan para wakil rakyat dari banyak partai lainnya juga.

Pemerintah menargetkan untuk menyelesaikan UU SJSN ini pada 15 Juli 2011. Apakah target tersebut bisa tercapai?

Ya harus optimis. Tapi semuanya juga tidak bisa dilepaskan dari keputusan 19 anggota Panja RUU BPJS lainnya. Saya meyakini, persoalan kebutuhan jaminan sosial merupakan kebutuhan masyarakat luas, maka harus diperjuangkan oleh seluruh elemen masyarakat. Selain itu, jaminan sosial yang terdapat dalam RUU BPJS sebenarnya merupakan pengejawantahan konstitusi bagi upaya pemenuhan hak-hak rakyat guna memperoleh pelayanan kesehatan layak, pendidikan gratis, serta jaminan sosial lainnya, sepertinya belum memperoleh atensi serius dari pemerintah.

Tapi bagaimana dengan keseriusan pemerintah sendiri dalam menuntaskan rancangan tersebut?

Saya sampai sekarang masih khawatir dengan sikap pemerintah, jangan-jangan mereka tidak serius menuntaskan pembahasan RUU ini sehingga terus-terusan di-pending. Lihat saja bagaimana sikap pemerintah seperti kurang serius menuntaskan pengesahan undang-undang ini. Percuma ada delapan

You once insisted that the session on the bill should take place here but you lately agreed to move to a luxorious hotel.

We actually believe that with Jakarta selected as the center for such discussion, many more people will monitor the process including the press that will provide most update information to the public. Moving to five star hotel to do this job is not my decission. It is my comission ( with various factions) that decided to do so.

The government sets the target to accompolish the National Social Security System Law in July 15, 2011. Are sure about that?

Yes, we have to be optimistic but the working comittee consists of 9 people with different views. But l personally believe that social security affair is people’s need and all elements should fight for this. Social security found in the bill is, in fact, the manifestation of constitution that guarrantees people’s rights to have health service, free education and other social service but deserve but minor attention from the government.

Is the government really serious about this?

I am afraid that the government is basically unserious about this now that it is put in a halt. Eight ministries

mandated to go through the bill seem to be bussy with non substantial matters. They even do not realize that the social security agency(ies) should be non profit instituion(s).

Chairman of AAJSNI(Indonesian Social Security Insurance Association) told the government and the House not to be in a hurry with bill. What do you say?

It depends on our perspective. It makes no sense at all to talk about implementation as the four state enterprises appointed to carry the social security insurance show no ideal jobs at all. Their perfomances are measured by the profit they make and not by their success in protecting workers.

Rumors have, it the House has joined hands with foreign partners for the session of the bill.

It is a junk issue. We are accused of partnering with World Bank and Asia Development Bank, while in fact we refuse the government’s draft that allows foreign parties to step in. It is but a junk issue to safeguard Jamsostek Board of Directors, not for the interests of the members.

Your concept about Social Insurance Management Agency (BPJS)?

Saya sampai sekarang masih khawatir dengan sikap pemerintah, jangan-

jangan mereka tidak serius menuntaskan pembahasan RUU ini sehingga

terus-terusan di-pending. Lihat saja bagaimana sikap pemerintah seperti

kurang serius menuntaskan pengesahan undang-undang ini. Percuma

ada delapan kementerian yang diturunkan untuk urun rembug mem-

bahas RUU ini, tetapi motifnya tak mendorong percepatan penuntasan

RUU ini jadi UU.

I am afraid that the government is basically unserious about this now

that it is put in a halt. Eight ministries mandated to go through the

bill seem to be bussy with non substantial matters. They even do

not realize that the social security agency(ies) should be non profit

instituion(s).

Page 9: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

16

NAMA RUBRIK

17

Volume 11/2011

kementerian yang diturunkan untuk urun rembug membahas RUU ini, tetapi motifnya tak mendorong percepatan penuntasan RUU ini jadi UU. Malah terus menggiring pembahasan ke materi tak substansial. Misalnya saja, pihak wakil Pemerintah belum sadar soal bentuk badan-badan penyelenggara jaminan sosial itu (Taspen, Askes, Jamsostek dan Asabri) yang harus berujud lembaga nirlaba. Agaknya mereka ingin seluruh rakyat jadi miskin dulu baru dijalankan amanat konstitusi bahwa rakyat berhak atas pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis serta jaminan sosial kemanusiaan hingga hari tuanya.

Beberapa waktu lalu Ketua Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AAJSNI), menyatakan bahwa pemerintah dan DPR jangan terburu-buru mengesahkan RUU ini karena dikhawatirkan tidak implementatif?

Saya kira semuanya tergantung pada perspektif mana kita melihatnya. Saya pandang kekhawatiran itu sebagai alasan yang mengada-ada? Apakah selama ini sistem yang dijalankan oleh empat BUMN sudah implementatif dan ideal? Boleh dibilang konsep jaminan sosial selama ini jauh dari nilai-nilai ideal, karena jaminan kesehatan misalnya tidak mencakup seluruh penyakit dan biaya. Jangan hanya pentingkan segelintir orang dan direksi lalu mempertahankan Jamsostek dalam bentuk BUMN. Keberhasilan Jamsostek sekarang ini bukan dinilai dari keberhasilan melindungi pekerja, tapi dari investasi dan keuntungan yang dihasilkan.

Soal isu bahwa DPR melakukan kerja sama dengan pihak asing dalam penyusunan RUU ini?

Itu isu murahan yang dibuat oleh pihak berkepentingan dengan RUU ini. Mereka menuduh kita melakukan konsultasi dengan World Bank dan Asia Development Bank (ADB). Padahal jangankan kerja sama, konsultasi saja tidak ada. Kita malah menolak draft bikinan pemerintah yang isinya membolehkan kerjasama dengan asing. Jadi, itu isu murahan, agar Jamsostek tetap ada demi direksi bukan demi anggotanya.

Sebenarnya bagaimana konsep Anda terkait BPJS tersebut?

Kami mengkonsepkan bahwa nantinya BPJS itu bersifat nirlaba, bukan berbentuk BUMN dan tidak di bawah Menteri Keuangan. Kepesertaan dan iuran menjadi kunci dari BPJS. Jika dihapuskan, maka tidak akan jelas apa yang menjadi tugas dan kewajiban BPJS terhadap peserta, dalam hal ini seluruh rakyat. Selain itu, BPJS harus memperjuangkan prinsip-prinsip gotong-royong yang merupakan nilai dari SJSN. Prinsip gotong-royong mencerminkan solidaritas sosial yang harus menjadi spirit dari BPJS. Agar BPJS menyadari bahwa dana yang dikelola adalah dana gotong-royong seluruh rakyat yang disebut Dana Amanat. Jika prinsip ini dihilangkan, maka ini sebetulnya menjawab argumen pemerintah kenapa definisi Dana Amanat hendak dihilangkan. Dengan demikian, untuk selanjutnya, BPJS akan diartikan bukan sebagai badan yang mengelola asuransi sosial tetapi badan yang mengelola asuransi swasta.

Sejauh ini bagaimana perkembangan Panja BPJS itu sendiri?

Pada Rapat Kerja (Raker) beberapa waktu silam di Jakarta misalnya, kita sudah mencapai kesepakatan atas tujuh hal krusial yang selama ini menjadi perdebatan antara Panja DPR RUU BPJS dengan Pemerintah. Pertama, definisi BPJS, yang mengikuti ketetapan raker Pansus DPR.

Kedua, Bentuk Badan Hukum BPJS yang tetap sesuai dengan sembilan prinsip SJSN, dan telah disepakati pada raker Panja tanggal 30 Mei lalu. Ketiga, tentang Jumlah BPJS. Jumlahnya akan terdiri dari dua BPJS, yakni BPJS untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, dan Jaminan Kematian; dan satu BPJS lagi yang akan menyelenggarakan program Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua. Keempat, Organ BPJS – akan ada Pengawas BPJS yang berunsurkan Tripartit. Sedangkan Pelaksana atau Direksi BPJS adalah dari kalangan profesional.

Kelima, terkait Masa Peralihan atau Transisi

Our concept suggests that the agency should be non proft oriented and not state enterprises and not under the Finance Ministry. Membership and contribution become the key to make sure that the agency holds the responsibility for the people. Mutual cooperation is the spirit that differentiates social insurance from private insurance.

And the progress achieved so far?

We have reached a concensus on seven crucial points. First is the definition of BPJS. Second, the legal entity for BPJS. Thirdly, we suggest two agencies with the one tasked to organize health, work accident and death assurance programs while the other is to execute pension and old age risk assurance programs.

Fourthly, concerning BPJS elements, we suggest tripartit supervisory body and BPJS board to consist of professionals.

Fifthly, During transfer, transition and transformation period, the government has been in agreement that transformation should involve the program, membership, asset and institutions (PT. Askes, PT. Jamsostek, PT. Asabri and PT. Taspen).

Points six and seven examine the membership, contribution, sanctions and related clauses.

We have at least identified no less than 263 issues to be clarified, 90 of which have been taken up, leaving around 170 to be examined. During a recent working meeting l have as well urged the commision to work at the building of the House in order that people and the press have the access to guard the issue.**

dan Transformasi, Pemerintah menyatakan setuju melaksanakan transformasi terhadap Program, Kepesertaan, Aset, dan Kelembagaan dari PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT Asabri (Persero), dan PT Taspen (Persero) ke dalam BPJS. Masalah keenam dan ketujuh menyangkut ‘Bab Kepesertaan dan Iuran’, serta ‘Bab Sanksi’. “Ketentuan atas Kepesertaan, Iuran dan Sanksi disepakati diatur dalam RUU BPJS.

Adapun penentuan Bab, Pasal dan Ayat masih akan dibahas lebih lanjut dalam Rapat Panja DPR dan Pemerintah berikutnya. Setidaknya hingga saat ini sudah ada 263 Daftar Inventarisir Masalah (DIM) terdiri dari pasal-pasal dan ayat-ayat dalam RUU BPJS. Dengan disepakatinya tujuh hal tersebut, berarti kurang lebih ada 90 DIM yang sudah diselesaikan, bersisa sekitar 170 DIM.

Dalam raker kemarin juga, saya mendesak, tempat pembahasan dilaksanakan di Gedung DPR saja, sehingga masyarakat dan media dapat terus mengawalnya. ***

Page 10: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

18

SOROTAN / HIGHLIGHT

19

Volume 11/2011

Pemerintah akan menertibkan sekitar 6.000 perizinan perusahaan pertambangan yang tumpang tindih.

The government will fix around 6.000 overlapping mining permits

pemeRintaH teRtiBKanizin tamBang

The Governmentto Fix Mining Permit

Pemerintah rupanya sudah semakin gerah dengan ulah sebagian besar perusahaan tambang. Tidak hanya merusak lingkungan, kontribusi mereka terhadap negara disinyalir

tidak sebanding dengan keuntungan yang mereka keruk dari perut bumi Indonesia. Sebab itu, pemerintah akan melakukan audit terhadap bisnis pertambangan dan menertibkan sejumlah besar perizinan yang tumpang tindih.

Menurut data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), saat ini terdeteksi sekitar 6.000 dari total 8.000 perizinan yang dimiliki perusahaan tambang yang akan ditertibkan. Rencananya, pemerintah akan membentuk satu tim di bawah Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui koordinasi dengan Kementrian Dalam Negeri.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, tumpang tindih perizinan berdampak merugikan

The government was captured in resentfulness seeing a lot number of miners display but poor compliance to the existing laws and regulations. Harming the

environment through their operations apart, most of them seem to contribute less to the state compared to the profits that go to their own pockets. Against that background that the government has been firmed to fix mining licenses that overlap one to another.

Data form Energy and Mineral Resources Ministry (ESDM) show that there are around 6.000 out of a total 8.000 mining licenses that need fixing. A team is to be formed under the ESDM Ministry and under the coordination with Home Affairs Ministry to carry out the job.

The Coordinating Minister for the Economy Hatta Rajasa said overlapping permits have significanly contributed to the state income and have the potency to damage the surrounding environment and need to be

terhadap penerimaan negara, dan berpotensi mengancam keseimbangan lingkungan di sekitar pertambangan. Sebab itu, perlu dilakukan penertiban.

“Intinya, kita tidak ingin lingkungan kita rusak. Kita ingin laporan kerja. Kita ingin tingkatkan penerimaan negara, tingkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, tapi kita tidak ingin kerusakan lingkungan,” tandasnya seusai memimpin rapat koordinasi di Jakarta, Senin (23/5).

Tim yang dipimpin oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tersebut akan melakukan audit terhadap ribuan izin tambang tersebut. Hal ini penting untuk melihat apakah operasi perusahaan pemegang izin telah berjalan sesuai aturan, misalnya tidak merusak lingkungan dan tidak membuka lahan tambang di kawasan hutan lindung.

Penyebab tumpang tindih perizinan, menurut Hatta, terutama karena tidak ada koordinasi antara pusat dan daerah. Ia mencontohkan perusahaan tambang yang telah memegang izin dari Pemda, tetapi kemudian mengalihkan izin itu kepada perusahaan lain ketika pemimpin daerah di wilayah itu diganti. Idealnya, setiap izin yang akan dikeluarkan oleh pemerintah daerah juga harus sepengetahuan pemerintah pusat, sehingga setiap izin dapat diinventarisir administrasinya secara baik.

Selain problem koordinasi, masalah lainnya adalah kurangnya pengawasan dari pemerintah pusat terhadap segala aktivitas pertambangan di daerah. Keberadaan UU No.4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang memberikan kewenangan bagi Bupati/Walikota maupun Gubernur untuk mengeluarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) berpotensi memperburuk keadaan, termasuk potensi kerugian keuangan negara.

Kewenangan itu, menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto, menyebabkan pengawasan dari pemerintah pusat menjadi lemah. “Mekanisme pengendalian dan pengawasan dalam operasionalnya lemah,” ujar Agung.

Dia merujuk pada data yang dimilikinya mengenai adanya perubahan radikal sebagai dampak masifnya penerbitan kegiatan izin tambang di daerah. Data menunjukkan, jumlah Kuasa Pertambangan (KP) yang sebelum otonomi daerah tahun 2.000 hanya sekitar 597 KP, pada Agustus 2010 lalu sudah menembus 10.245 KP.

Menurutnya, lonjakan jumlah KP ini berpotensi

immediately fixed.“ The point is that we don not want to see the

degradation of our environment. We want performance report. We need to leverage the state income and to improve local people’s welfare but not on the back of the damaged environment,” he stated after a coordinating meeting in Jakarta, Monday (23/5).

The team led by the ESDM Minister will do the auditing on thousands of mining permits to make sure that mining companies involved have adequately complied to the existing regulations. In practise, the audit is to see how they treat the environment and if they mine out protected forests.

Hatta said overlapping permits exist on the basis that there were no coordination between the central and the local governments. Quoting an example, he said certain mining companies divert their mining licenses to other companies in time there was a change in regional authority. For the sake of a good administration, the central government has to be informed about any mining licenses issued by the regional governments.

Coordination problem apart, supervision from the central government on mining activities througut the regions is also a question. The Law No. 4/2009 on Mineral and Coal Mining providing regents and mayors with the right to issue mining licenses (IUP) has then worsended the situation with a potency to bring loss to the state.

Executive Director of ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto said in fact, such authority has weakened

Foto: lensaindonesia.com

Page 11: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

20

SOROTAN / HIGHLIGHT

21

Volume 11/2011

menyumbang kerusakan lingkungan karena tidak dijalankannya operasi tambang yang benar. “Karena itu, sebaiknya pemerintah meninjau kembali kewenangan daerah untuk mengeluarkan IUP,” ucapnya berharap.

Dirjen Minerba, Thamrin Sihite, pihaknya sudah melakukan inventarisasi izin-izin pertambangan di daerah dan akan dilakukan penertiban. “Semua IUP akan diinventarisir dan ditertibkan,” katanya.

Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden No. 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Inpres ini diteken Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 20 Mei lalu. Melalui Inpres ini, Pemerintah mencanangkan moratorium penebangan hutan selama dua tahun sejak awal 2011.

Disebutkan dalam Inpres enam halaman dan satu lampiran berupa peta indikatif penundaan izin baru ini, tak akan ada penerbitan izin baru selama dua tahun. Artinya, pembukaan hutan untuk kegiatan tambang minerba pun tidak dapat dilakukan selama dua tahun ke depan.

Sekretaris Kabinet Dipo Alam berharap, dalam masa jeda itu, dilakukan penyempurnaan tata kelola hutan dan lahan gambut. “Tujuannya mendukung suksesnya penurunan emisi dari deforestasi,” tuturnya.

Inpres ini seharusnya bisa melengkapi aturan yang menjaga lingkungan hutan di Indonesia. Sebelumnya, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyatakan kegiatan pertambangan di kawasan hutan yang bukan diperuntukkan sebagai kawasan tambang merupakan suatu tindak pidana. Kegiatan ini, menurutnya, melanggar ketentuan dalam UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Zulkifli bahkan berjanji tak segan-segan membawa kasus tersebut ke ranah hukum. Ia mencontohkan, apabila ada perusahaan tambang yang mendapatkan izin pertambangan dari pemerintah daerah namun ternyata tidak sesuai dengan UU No 41 Tahun 1999 tentang Pertambangan, maka perusahaan itu tidak bisa mendapatkan perpanjangan izin pertambangan. “Jika izin perpanjangan tersebut tetap diberikan, maka tindakan itu merupakan tindak pidana,” katanya. (Req)

the supervisory function of the central government. “ Supervision and control from the central government were made criple in the implementation phase,” he cautioned.

Referring to data he said mining rights rose from 597 in the year 2000 to 10.245 in 2010 after the regional autonomy era with all cosequences brought with it.

Massive licences have contributed to the environmental damages in the absence of right mining practice, he said. “ It is advisable, therefore, for the government to revise regional authorities in issuing mining permits,” he cautioned.

Director General of Mineral and Coal at ESDM Thamrin Sihite said inventorying all the mining permits has been done and neccessary actions will be in place soon. “ We will fix them,” he said.

A Presidential Instruction No. 10 Year 2011 on procastination of new mining licences and the Management of Primary Forest and Peatlands was signed by President Susilo Bambang Yudhoyono in May last. The instruction has signaled a moratorium to forest logging for a two year period starting from early of 2011.

The Presidential Instruction contains an indicative map showing the procastination of new mining permits in two year time ahead, meaning consquently, that there will be no new logging for mining operation during two years ahead.

Cabinet Secretary Diplo Alam hoped there will be improvments on forest and peatlands management during this two year interval. “ That will contribute to lower the emmission from deforestation,” he said.

The Presidential Instruction should have been an impetus in safeguaring Indonesian forests. Forestry Minister Zulkifli Hasan has even stated that companies operating in forest restrcited for mining activities have comitted criminal act. It is against the Law No 41/1999 on forestry, he contended.

Zukifli even promised to bring negligent companies to face legal consequences. “ There should not be extension of mining permits for companies obtaining their permits from regional governments that, in fact, contradictive to the Law No. 41/1999 on Mining. It is criminal to extend such mining rights,” he reiterated. (Req).

dpR desaKKOntRaKtOR migas

diBeRi sanKsi

Gagalnya pencapaian target lifting disinyalir karena manajemen kontraktor migas buruk. DPR minta Badan Pelaksana Kegiatan Usaha

Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) untuk melakukan evaluasi.

The failure in meeting the oil lifting target this year is blamed on Production Sharing Contract Contractors (PSCs) poor management. The House has demanded

the Upstream Oil and Gas Agency BP Migas to conduct immediate evaluation.

Dinilai telah gagal ikut mendukung pencapaian target lifting migas, Komisi VII DPR RI meminta BP Migas untuk memberikan sanksi pada kontraktor

minyak dan gas (migas) yang gagal mencapai target produksi.

Sebagai informasi, target lifting yang dibebankan kepada pemerintah untuk tahun 2011 tak bisa dipenuhi oleh BP Migas sebagai lembaga yang paling berwenang. Dari target 970 barel per hari (Bph), saat ini rata-rata lifting minyak periode Januari-Maret 2011 hanya sekitar 872 Bph.

Pemerintah beralasan, sulitnya mencapai target

Seen as part of the failure in meeting the oil and gas lifting target, House Commission VII has asked BP Migas to impose sanctions to PSCs that failed to reach their production

target. The lifting target was set at 970 bopd for this year

while average oil lifting stood merely at 872 bopd during January-March 2011 with BP Migas holding the full responsibility behind this gap.

The government has as well come to explain that the failure in meeting the oil lifting target was due to the fact almost all oilfields faced production decline due to a

The House Insists Sanctions be Given to PSCs

Fot

o: te

nder

-indo

nesi

a.co

m

Page 12: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

22

SOROTAN / HIGHLIGHT

23

Volume 11/2011

Kementerian Kehutanan mengusulkan revisi terhadap Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2011 tentang Bagi Hasil Tambang Bawah

Tanah demi meningkatkan kontribusi sektor pertambangan.

Forestry Ministry proposes a revision on the Government Ordinance (PP) No. 68/2001 pertaining Underground Mining Profit Sharing

in a bid to leverage contribution from mining sector.

lifting karena terjadinya penurunan produksi hampir di seluruh sumber minyak. Penurunan ini juga disebabkan banyak faktor, seperti belum optimalnya sumur-sumur baru, terbatasnya investasi di sektor migas, keterbatasan peralatan dan tekhnologi saat ini, cuaca buruk dan perubahan iklim serta dampak penerapan asas cabotage.

Selain itu, pemerintah juga menyebutkan kendala turunnya lifting minyak, yang disebutnya sebagai faktor alamiah. Bukan hanya karena penundaan fasilitas produksi saja, tapi juga kurangnya fasilitas produksi apung serta terjadinya kebocoran pipa serta kerusakan pada anjungan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akibat tabrakan.

Kepala BP Migas, R. Priyono, mengatakan banyaknya kendala yang dialami 29 kontraktor kontrak kerja sama (K3S). Misalnya, kendala yang dialami Kodeco Energy Co. Ltd, yaitu adanya keterlambatan perpanjangan kontrak Production Sharing Contract (PSC) dan blackout di Public Private Partnership (PPP).

Begitu juga dengan Chevron Pacific Indonesia (CPI). Sebanyak 368 sumur CPI ditutup karena terjadi pengentalan minyak di pipa serta terhentinya injeksi uap pada saat kebocoran pipa. Bahkan, ada 45 sumur minyak yang gagal dibor karena kendala pembebasan lahan.

“Ada 29 K3S yang belum mencapai target produksi anggaran 2011. Selain Kodeco dan CPI, ada juga Conocophilips, Pertamina EP dan Total E & P Indonesia,” kata Priyono. Namun, pihaknya juga memberi apresiasi pada produksi 14 K3S yang melebihi target anggaran 2011. Seperti Chevron Indonesia Co. Mobile Cepu Ltd,

Menanggapi permintaan DPR, Priyono mengatakan akan mengkaji sanksi itu. Menurutnya, meski target BP Migas tidak tercapai, namun setoran ke negara sudah 12,164 miliar dolar AS. Berdasarkan data yang disampaikan di depan anggota Komisi VII, hingga April penerimaan dari sektor migas sebanyak 92 persen dari target atau 90 persen penerimaan dari minyak dan 94 persen dari gas. (Req)

number of factors such as limitted investment, inadequate technology, bad climate and excess of cabotage principle. New oilfields running below the capacity contributes to this difficulty.

Other than that, limitted floating storages, pipe linkages and damages in oil rigs caused by collision have hindered oil lifting besides other natural factors.

BP Migas Chairman R. Priyono said a bulk of constraints hindered PSCs from performing. Kodeco Energy Co.Ltd has to wait for its contract extension and problem encountered in the black out of Public Private Partnership (PPP).

Chevron Pacific Indonesia (CPI) has to close down 386 wells due to oil coagulation during piping process besides pipe linkage that stops steam injection. Spud in 45 oil wells failed to commence due to land acquistion proccess, he noted.

“At least 29 PSCs are yet to reach their production target for 2011 including Conocophilips, Pertamina EP dan Total E & P Indonesia,” said Priyono. Deserving the government’s appreciation are 14 PSCs who exeed their 2011 target, to note Chevron Indonesia Co. Mobile Cepu Ltd, in particular.

Responding to the demand form the House, Priyono said he will exercise such sanctions. Yet, he said, oil and gas sector has contributed much of USD 12.164 billlion to the sate cover amidst the falling oil lifting. As of April 2011, state income from oil reach 90% and 94% from gas, (Req).

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan, eksplorasi sumber daya alam belum memberi manfaat bagi negara, baik nikel

emas, bijih besi, batubara, dan lain-lain. “Yang diterima negara masih jauh dari seharusnya,” katanya pada saat peringatan hari keanekaragaman hayati Kebun Raya Cibodas, Bogor, Senin (23/5).

Dia mengatakan, kewajiban bagi hasil tambang yang berpedoman pada PP Nomor 68 Tahun 2011 hanya memberikan pendapatan kepada pemerintah dari sektor Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Padahal, dana bagi hasil pertambangan sendiri bisa memberikan kontribusi lebih besar dari itu.

Kewajiban perusahaan tambang untuk memberikan PNBP diperkuat juga oleh Peraturan Pemerintah No 2 tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan negara Bukan Pajak yang berasal dari Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kepentingan Pembangunan di

Forestry Minister Zulkifli Hasan expressed his concern saying that mining sector gives no significant contribution to the state, both through exploration of nickel, gold, iron ore,

coal and others. “ The state has received less than it should have,” he said when officiating at the commemoration of biodiversities day at Cibodas, Bogor on Monday ( 23/5)

He further said that profit sharing in mining sector stipulated in the PP has provided the state with royalty, non-tax revenue (PNBP), whereas state revenues from mining sector can be higher than that.

The PP that obliges mining companies with non tax revenue was further endorsed by the PP No.2/2008 on kind and tariff on PNBP from forest utilization for non forestry activities.

The Forestry Minister has come with the proposal to revise the PP in abid to bring welfare to the majority of people. The proposal was under scrutiny at the office of the Coordinating Ministry for the Economy.

Mining Profit Sharing Needs Revision

ReVisiBagi HasiltamBang

Foto: koransuroboyo.com

Fot

o: m

edia

indo

nesi

a.co

m

Page 13: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

24

SOROTAN / HIGHLIGHT

25

Volume 11/2011

Luar Kegiatan Kehutanan yang Berlaku pada Departemen Kehutanan.

Kementerian Kehutanan sudah mengajukan agar peraturan tersebut direvisi agar juga mengatur kesejahteraan untuk masyarakat yang lebih besar. Usulan revisi PP 68/2011 sedang dalam pembahasan di Kementerian Koordinator Ekonomi. “Sekarang bagi hasil tambang masih 85-15 persen. Apakah ini nanti akan direvisi, sekarang masih dibicarakan. Harus ada pengaturan ulang,” imbuhnya.

Selama ini pembagian dana bagi hasil pertambangan terkesan tidak fair dan cenderung merugikan negara. Zuklifli membandingkannya dengan sektor minyak dan gas (migas) yang sudah memiliki sistem bagi hasil yang jelas, yaitu 85-15 persen. Namun untuk tambang, hal tersebut kurang jelas pembagiannya. Untuk produk nikel dan biji besi saja misalnya, kontribusinya sangat kecil yaitu sekitar 1 atau 2% saja.

Pembagian tersebut juga tidak mencerminkan adanya manfaat yang optimal dari nikel, emas, bijih besi, batubara maupun hasil tambang lainnya bagi kesejahteraan masyarakat. Padahal sesuai dengan amanat UUD 1945 usaha pengelolaan sumber daya alam harus memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia.

“Sekarang bagi hasil tambang masih 85-15 persen. Apakah ini nanti akan direvisi, sekarang masih dalam pembicaraan. Namun kita menilai, ini harus ada pengaturan ulang agar lebih fair,” lanjutnya.

Zulkifli juga menyesalkan banyaknya perusahaan tambang yang tidak mengantongi izin resmi, sehingga tidak memberikan kontribusi pada negara. Apalagi dari 9.000 perusahaan tambang yang beroperasi saat ini hanya 3.000 tambang yang berizin, sehingga kontribusi kepada negara semakin sulit diawasi.

Namun Zulkifli juga menegaskan bahwa revisi terhadap PP Nomor 68 tahun 2011 ini juga harus dilakukan secara bersamaan dengan revisi UU Mineral dan Batu Bara (Minerba) yang sekarang ini juga masih ada di Kementrian Koordinator Perekonomian.

Pengaturan ulang kedua peraturan tersebut dilakukan guna mencari keselarasan agar antara peraturan yang satu dengan yang lainnya tidak saling tumpang tindih, sehingga pelaku di lapangan kebingungan untuk menerapkannya.

Kurang Koordinasi

Usulan untuk merevisi PP Nomor 68 Tahun 2011 dan mewajibkan perusahaan tambang untuk membayar dana

konservasi dinilai oleh Irwandy Arif dinilai sah-sah saja. Menurut Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) pembayaran dana konservasi tersebut bisa saja dijalankan, asal tidak bertabrakan dengan aturan pokok pertambangan yang sudah ada.

Selain itu, ia pun berharap nantinya kewajiban ini tidak merugikan pengusaha tambang yang selama ini sudah banyak dikenai kewajiban. “Asal tidak merugikan pengusaha tambang, saya kira sah-sah saja pemerintah memberlakukan kewajiban tersebut,” ujarnya.

Berbeda dengan Irwandy Arif, pengusaha pertambangan Jeffrey Mulyono keberatan dengan rencana Kementrian Kehutanan tersebut. Menurutnya, langkah Kementrian Kehutanan yang memungut dana konservasi di luar setoran para pengusaha tambang melalui PNBP dinilai sebagai langkah kurang tepat.

Mantan Ketua Umum APBI-ICMA ini juga menilai kebijakan tersebut menunjukan kurangnya koordinasi antar lembaga kementrian yang ada. Akibat kurangnya koordinasi tersebut, Jeffrey mengkhawatirkan pungutan tersebut tidak jelas dan akan menjadi pungutan liar yang tidak diketahui oleh lembaga lainnya.

“Kalau dana konservasi jadi diberlakukan, maka itu sama saja dengan pungutan liar yang dilegalkan,” katanya.

Kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintah, lanjut Jeffrey terlihat dari adanya keinginan untuk mengelola dana konservasi tersebut oleh Kementrian Kehutanan atau lembaga inde penden yang ditunjuk

“Bukankah Menteri Keuangan sudah melarang adanya pos-pos pungutan di luar ketentuan yang ada? Ini jelas terlihat kurang koordinasi,” lanjutnya.

Menurut Jeffrey selama ini pengusaha tambang sebenarnya sudah banyak dibebani oleh beragam kewajiban. Selain harus membayar PNBP sektor kehutanan yang digariskan dalam PP Nomor 2 Tahun 2008, pengusaha tambang juga harus merogoh saku untuk membayar kewajiban lainnya seperti pembayaran dana royalti pertambangan dan pajak penghasilan badan/pengusahaan.

Bila Kementrian Kehutanan membutuhkan dana konservasi hutan, tegas Jeffrey sebaiknya lembaga ini menggunakan dana setoran PNBP penguasaha tambang. Selama ini pemerintah sendiri dinilai kurang transfaran dalam menggunakan PNBP tersebut sehingga muncul kecurigaan banyak pihak. “Harusnya pemerintah lebih transparan dalam penggunaannya,” lanjut Jeffrey. (Req)

“Profit sharing formula is 85-15% at present. It has to be revised but the issue is still under debate,” he added.

Profit sharing in mining sector seems unfair this far and has created loss to the state. Oil and Gas sector has consistently applied 85-15 formula while it is unclear in mining sector with nickel and iron ore contributing only 1 to 2%, said Zuklifli.

Such formula also reflects no significant benefit earned from nickel, gold and coal production for the benefit of the people, as against the constitutional mandate to prosper all the people .

”we insist a fairer rearrangement,” he disclosed, adding that a lot number of mining companies have been illegally operating and contribute nothing to the state. “Only 3.000 mining companies out of a total of 9.000 have the mining license, making it harder for the government to monitor the revenues from mining sector.

Zulkifli, however, reiterated that revision on PP No. 68/2011 should be made in parallel with the revision of Mineral and Coal Law being processed at the office of the Coordinating Ministry for the Economy.

Sincronization of such regulations will prevent overlaps that will further send businessmen to confusion.

Poor Coordination

The proposal to ammend PP No.68/2011 and obliging

mining companies to pay conservation royalty is legitimate as long as there is no contradiction with mining basic rules, according to Irwandy Arif, then chairman of Mining Expert Association (Perhapi).

Yet, he noted, such rules should not give extra burden to miners being exposed to numerous obligations so far.

Differing from Irwandy Arif, Jefrrey Mulyono, mining businessman, expressed his objection to the Forestry Ministry’s proposal saying that charging mining companies with conservation fee outside royalty and non tax revenues is ambivalent. It only shows a poor coordination between institutions and ministries involved.

“It is to legalize illegal levies should the government go on with conservation fund, “ cautioned Jeffrey, ex Coal Mining Association’s chairman.

The Forestry Ministry has the will to manage conservation fund by itself and it shows but a poor coordination, according to Jeffrey.

“ Finance Minister has been clear that levies made outside the exisiting rules are prohibited,” he reiterated, adding that miners have been burdned with numerous obligations so far such as mining royalty and income tax.

The forestry Ministry can use the PNBP funds from mining companies to cover forest conservation costs and the goverment should be more transparaant about the PNBP funds received from mining companies.

“ Suspiscions are there in the absence of government’s transparancy,” Jeffrey contended. (ReQ)

“Sekarang bagi hasil tambang

masih 85-15 persen. Apakah ini

nanti akan direvisi, sekarang

masih dalam pembicaraan. Na-

mun kita menilai, ini harus ada

pengaturan ulang agar lebih

fair,”

“Profit sharing formula is 85-

15% at present. It has to be re-

vised but the issue is still under

debate,”

Page 14: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

26

SOROTAN / HIGHLIGHT

27

Volume 11/2011

Tragedi yang menimpa Ruyati kembali menguatkan keinginan Komisi IX DPR RI untuk merevisi UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri. Revisi lebih diutamakan terhadap pemberian perlindungan yang maksimal kepada pejuang devisa negara tersebut.

Ruyati’s tragedy gives a strong reason for the House Commission IX to revise the Law No.39 Year 2004 on the Placement and Protection of Indonesian Laborers Abroad( TKI). Revision is meant to offer maximum protection to those foreign exchange warriors.

DPRTunTuTRevisiuu no. 39Tahun 2004

Keinginan para wakil rakyat itu dikemukakan oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR Irgan Chairul Mahfiz dalam Jakarta Lawyer Club (JLC) di Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut politisi

yang juga Sekjen Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP) ini, pihaknya mengecam hukuman mati yang dialami oleh Ruyati di Mekkah, Arab Saudi karena diduga membunuh istri majikannya pada 12 Januari 2010.

Irgan yang juga Koordinator Tim Khusus DPR untuk Penanganan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi menegaskan kasus Ruyati membuktikan bahwa penempatan dan perlindungan TKI di Saudi masih bermasalah dan terkesan sangat lemah. “Ini membuktikan perlindungan terhadap TKI masih sangat lemah,” katanya kepada Requisitoire.

Agar kasus serupa tidak terulang, Irgan menyarankan kepada pemerintah untuk memperbaiki pelayanan penempatan dan perlindungan TKI ke negara penempatan. Perbaikan itu harus ditunjukan oleh pemerintah dalam sebuah komitmen yang kuat.

Tak cukup sampai di sini, untuk memberikan perlindungan yang maksimal kepada TKI, Irgan juga menjanjikan bahwa komisinya yang membidangi masalah tersebut akan mendorong untuk merevisi UU No.39/2004 yang selama ini dijadikan sebagai dasar hukum dalam memberikan perlindungan kepada TKI.

Irgan melihat UU tersebut secara de facto lebih banyak mengatur soal bisnis penempatan TKI daripada perlindungan substansial bagi TKI. “Substansi UU ini juga sarat dengan kepentingan bisnis penempatan dan menomorduakan perkara perlindungan TKI. Dampaknya,

The House Demands Revision of The Law No. 39/ 2004

Such concern recently come from Vice Chairman the House Comission IX’ Irgan Chairul Mahfiz at the Jakarta Lawyer Club (LJC). Irgan, a politician and the Secretary

General of the United Development Party (PPP), said members of the House Comission IX condemn the death penalty faced by Ruyati in Mekkah, Saudi Arabia, upon the allegation that Ruyati has killed wife of her master in January 12, 2010.

On his position as the coordinator of the special team formed to deal with TKI issues in Saudi Arabia, Irgan further said Ruyati’s case strongly uncovered a weak and problematic protection towards Indonesian workers in Saudi Arabia. “ It simply shows that the protection is very weak,” he told Requisitoire.

To prevent such case from reoccuring, Irgan insisisted the governmnet to improve services on placement and protection of Indonesian laborers in the destination countries. It has to be strong commitment to do this, he says.

To go way beyond, he also promised that the House Commission IX will endorse a revision on the Law No. 39/2004 , so far serves as the legal basis for TKI protection.

He was of the opinion that, de facto, the Law merely deals with the buisness aspects of laborer placement rather than substantial protection to them. “ The law has too much concerns on business intersests and grossly neglects the protection aspect. A such its has paved the way for trafficking,” he argues.

Legal instruments and regulations on TKI are overlapping and there has been power struggle between the National

Foto: arsipberita.com

Page 15: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

28

SOROTAN / HIGHLIGHT

29

Volume 11/2011

bisnis penempatan TKI banyak membuka peluang bagi praktek perdagangan manusia (trafficking),” paparnya.

Selama ini, lanjut dia, aturan dan perangkat hukum penempatan TKI masih tumpang tindih. Apalagi, terjadi perebutan kewenangan antara BNP2TKI dengan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) yang berujung pada tuntutan ke Mahkamah Agung (MA).

Sementara itu, anggota Komisi IX lainnya dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP) Rieke Dyah Pitaloka mengatakan selama ini UU No.39 Tahun 2004 itu masih sumir. Pasal-pasal dalam UU tersebut terlalu banyak membicarakan masalah penempatan.

Persoalan perlindungan TKI yang seharusnya menjadi titik bahasan penting sangat minim diulas oleh UU tersebut. “Pengiriman TKI selama ini selalu dipandang sebagai potensi bisnis yang bertujuan memperbanyak pengiriman tenaga kerja. Hal ini tentu saja mencerminkan Indonesia menjadi negara yang melegalkan perbudakan modern. Seharusnya, bukan pengiriman yang diperbanyak, tetapi ditekankan pada perlindungannya,” tegasnya.

Rieke juga tidak menyetujui rencana revisi terhadap UU Nomor 39 Tahun 2004 itu. Menurutnya, yang lebih penting sebelum dilakukan revisi terhadap UU tersebut adalah melakukan ratifikasi Konvensi Buruh Migran 1990 dan Konvensi Penata Laksana Rumah Tangga yang dibuat oleh International Labour Organization (ILO).

”Menurut saya lebih dulu harus dilakukan ratifikasi yang nantinya akan menjadi acuan payung hukum untuk perbaikan UU tersebut,” lanjutnya.

Rencana Komisi IX DPR yang akan merevisi UU Nomor 39 Tahun 2004 mendapat dukungan dari Kementrian Negara Pemerdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Menurut Linda Gumelar, revisi terhadap UU Nomor 39 Tahun 2004 perlu segera dilakukan karena selama ini keberadaan UU tersebut belum bisa diharapkan guna menjaga keberadaan

TKI yang berkerja di luar negeri. Revisi itu perlu dilakukan sebagai salah satu solusi agar kasus seperti Ruyati tidak terulang kembali.

Dalam UU tersebut, masalah perlindungan hanya diatur dalam sembilan pasal. Sementara hal-hal yang spesifik seperti masalah tenaga kerja perempuan, perlindungan terhadap TKI termasuk mengenai masalah hukum, secara khusus tidak disinggung. Padahal, lanjut Linda, kedua masalah tersebut merupakan masalah besar dalam hal TKI.

Revisi UU No. 39 Tahun 2004 juga harus menghasilkan rumusan pasal-pasal yang kongkrit dan tegas khususnya aspek perlindungan TKI. Namun upaya peningkatan perlindungan TKI ke luar negeri tidak akan terjadi apabila tidak ada perubahan dalam cara pandang berbagai pihak terkait perlindungan TKI. Selama ini kegiatan perlindungan cenderung dipahami sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan penempatan TKI.

Hal senada diungkapkan oleh Direktur Migrant Care, Anis Hidayah. Ia berpendapat selama UU No. 39 Tahun 2004 belum diubah, maka tak berdampak apapun terhadap jaminan perlindungan TKI.

Anis juga menyetujui langkah politisi PDIP Rieke Dyah Pitaloka. Menurutnya, revisi UU Nomor 39 Tahun 2004 yang lebih menitikberatkan pada aspek perlindungan TKI harus mengacu pada konvensi ILO tentang Perlindungan Buruh Migran dan Anggota Keluarganya.

Moratorium TKI

Peristiwa tragis yang menimpa Ruyati, selain menguatkan perlunya dilakukan revisi terhadap UU Nomor 39 Tahun 2004, juga memunculkan gagasan untuk dilakukannya moratorium atau penghentian penempatan TKI ke Arab Saudi.

Board for Placment and Protection of Indonesian Labors Abroad (BNP2TKI) and Manpower and Transmigration Ministry that ended in the Supreme Court room.

Rieke Dyah Pitaloka, member of House Commision IX added the Law No.39/2004 was too sublim. There were too much articles regulating placement.

Protection for TKI which has to be the main concern of the law gets but minor portion. “ Sending TKI abroad has merely met business considertation with an aim to send more and more people. To some extent, it shows that Indonesia has legalized the modern slavery. It must not the quantity but the protection that matters, “ she cautioned.

Differing from other comission members, Reike said revision of the Law No. 39/2004 is not the point. More important is to rectify the 1990 Convention on Migrant Workers and the Convention on House Maid issued by International Labour Oraganization (ILO).

“Ratifications of those conventions will serve as legal reference with wich to do the revision of the Law,”she argued.

However, the plan from the House Commission IX to revise the Law No.39/2004 gets positive response from State Ministry for Woman Empowerment and Children Protection. Linda Gumelar says the revision is highly recommended as the Law has failed to offer any protection to Indonesia workers abroad. The revision is a must to prevent similar cases from happening.

The Law has 9 articles regulating the TKI protection. There are no special concern on women labors and legal service for Indonesian workers abroad. In fact, those two aspects have been the big problems faced by our TKI.

The revision of the law has to produce concrete articles on TKI protection. Yet, there will be no significant result in protecting TKI otherwise there is a change in people’s mindset.

Migrant Care Director Anis Hidayah shared the view in saying that nothing will happen for the protection of the TKI before the law is revised.

Yet, Anis refrained Pitaloka and said the revision of the law should refer to ILO’s Convention on Migrant Workers and Their Families.

Moratorium

The tragedy that fell on Ruyati has not merely raised the concern to revise the Law No 29/2004 but has as well triggered the move towards a moratorium to sending Indonesians workers to Saudi Arabia.

Yet, still is not clear wether we need a total or temporary moratorium. To go through the idea, the House Commision IX summoned Muhaimin Iskandar, The Manpower and Transmigration Minister and BNP2TKI chairman , Jumhur Hidayat .

Other than that, the House has also asked for clarifications from the Foreign Affairs Minister along with his envoy, Indonesian Ambassador to Saudi Arabia Gatot Abdullah Mansyur

During a pleno in June 21, 2011, the House has come with clear stand, insisting a moratorium on sending indonesian workers to countries that have not rectified memorandum of understanding with Indonesia including Saudi Arabia.

The pleno has produced 5 recommendations for the government to pursue: First, insisiting the government to temporarily halt the placement of Indoensian workers in Middle East countries that have no exisiting legal protection mechanism towards Indonesian workers and have no cooperation agreement with Indonesia as it is stipulated in the Law No 39/2004.

Secondly, insisting the government to only end the

“ The law has too much concerns on business intersests and grossly

neglects the protection aspect. A such its has paved the way for

trafficking,”

“Substansi UU ini juga sarat dengan kepentingan bisnis penempatan

dan menomorduakan perkara perlindungan TKI. Dampaknya, bisnis

penempatan TKI banyak membuka peluang bagi praktek perdagangan

manusia (trafficking),”

Page 16: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

30

SOROTAN / HIGHLIGHT

31

Namun usulan penghentian itu masih belum jelas, apakah penghentian sementara atau penghentian total. Untuk membahas soal usul moratorium, Komisi IX memanggil Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar dan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat.

Selain kedua pihak tersebut, DPR juga meminta klarifikasi kepada Kementerian Luar Negeri, termasuk Duta Besar RI untuk Arab Saudi Gatot Abdullah Mansyur, menyangkut masalah itu.

Namun, dalam sidang paripurna DPR yang digelar pada Selasa, 21 Juni 2011, sikap politik DPR sudah sangat tegas menyepakati moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia ke negara-negara yang belum menandatangani nota kesepahaman dengan Indonesia, termasuk Arab Saudi.

Dalam sidang paripurna DPR tersebut, ada lima rekomendasi untuk pemerintah. Pertama, mendesak pemerintah untuk melakukan penghentian sementara (moratorium) pengiriman TKI ke seluruh negara di wilayah Timur Tengah yang belum memiliki mekanisme perlindungan hukum dan perjanjian kerja sama dengan Indonesia sebagaimana amanat UU Nomor 39 Tahun 2004.

Kedua, mendesak agar pemerintah hanya akan mengakhiri moratorium di atas setelah negara-negara tersebut menandatangani nota kesepahaman dan Pemerintah memperbaiki kinerja dari lembaga-lembaga yang mengurus mengenai TKI, terutama Menakertrans dan BNP2TKI, dan menuntaskan revisi UU Nomor 39 Tahun 2004.

Ketiga, meminta pemerintah supaya membentuk task force dengan penugasan khusus menangani 303 orang TKI yang saat ini terancam hukuman mati, terutama di Arab Saudi dan Malaysia.

Keempat, DPR meminta supaya Pemerintah menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga almarhumah serta memastikan semua hak almarhumah dan keluarga terpenuhi sepenuhnya, termasuk pemulangan jenazah Ibu Ruyati.

Kelima, Tim Khusus Penanganan TKI di Saudi Arabia meminta Kemenlu untuk melakukan koordinasi dengan Kemennakertrans dan Kementerian Agama, Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan HAM, dalam merespons banyaknya TKI ilegal yang berasal dari umrah dan haji. (LQ/Req).

moratorium in time those countries have signed the memorandum of understanding with the Indonesian government and only after the improvements made on the performance of the Manpower and Transmigration Ministry and and BNP2TKI and to complete the revison of the law.

Thirdly, insisting the government to form a task force mandated to take care 303 Indonesian workers in the brink of death penalty in Malaysia and Saudi Arabia.

Fourthly, the House has demanded the government to deliver an apology to the families of the late Ruyati and to make sure that the late has all she deserves, including the reaptariation of her body.

Fifthly, the special team overseeing TKI in Saudi Arabia request the Foreign Affairs Ministry to do the coordination with the Manpower and Transmigration Ministry , Religion Ministry, Social Affairs Ministry and the Ministry of Law and Human Rights to rigthly give response to illegal wokers coming through umrah and hajj pilgrimages. (LQ/Req)

dpR pangKasKeWenangan mK

Dalam sidang paripurna yang digelar Selasa, 21 Juni 2011, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menghasilkan beberapa keputusan. Salah satunya adalah

merevisi UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Keputusan ini dianggap sebagai bentuk deligitimasi terhadap MK.

In a plenno in June 21, 2011, the House Representatives announced a number of consclussions among which is is to revise the Law No. 24 Year 2003 on Constitutional

Court. A move to deligitimate the very existence of MK, according to many.

Tak jelas kenapa DPR berkeinginan melakukan revisi terhadap keberadaan UU Nomor 24 Tahun 2003 tersebut. Namun, alasan bahwa DPR akan memangkas

kewenangan lembaga hukum tertinggi di Indonesia itu dianggap rasional. Lembaga wakil rakyat itu berpendapat Mahkamah Konstitusi (MK) tidak lebih tinggi dari lembaga mana pun sehingga keputusan yang nantinya dihasilkan bukanlah keputusan final atau harga mati. “Keputusannya masih debatable,” ujar salah seorang anggota DPR dalam sidang tersebut.

Ketua Panitia Kerja (Panja) yang menangani revisi UU MK, Dimyati Natakusumah, menjelaskan setidaknya terdapat tujuh hal substansial dalam revisi undang-

The House Trims MK’s Authority

While questions are abound on the motif behind such move, the House sees it as rational in nature. The House was

of the opinion that MK was not higher than any other institutions and any decisions produced by MK are not final. “Decisions made by MK are subject to debate,” said a House member.

Chairman of working commitee in charge of the revision Dimyati Natakusumah disclosed at least there were seven substantial matters seen by the House and insisited on the revision of the law. The tenure of MK chairman and vice chairman would be 2.5 years and the candidate(s) should have doctorate or magister degree

Foto: serpihandebudiblogger.blogspot.com

Page 17: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

32

SOROTAN / HIGHLIGHT

33

Volume 11/2011

undang yang merupakan inisiatif DPR. Masa jabatan Ketua dan Wakil Ketua MK menjadi 2,5 tahun, dengan syarat pendidikan doktor atau magister, dengan S1 di bidang hukum.

Selain masalah usia, revisi tersebut juga membahas tentang komposisi keanggotaan Majelis Kehormatan Hakim MK yang terdiri dari lima unsur: Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, DPR, dan pemerintah.

Sebelumnya, anggota Majelis Kehormatan Hakim yang berjumlah 5 orang terdiri dari 3 orang hakim konstitusi dan 2 orang dari unsur luar yang dinilai berkompeten. Namun, berdasarkan revisi yang telah diketuk palu di Badan Legislatif DPR, Selasa (14/7/2011, Majelis Kehormatan Hakim terdiri dari hakim konstitusi (1 orang), hakim agung (1), unsur pemerintah (1), unsur Komisi Yudisial (1) dan anggota DPR yang membidangi hukum.

Banyak pengamat hukum yang menilai dengan berubahnya komposisi Majelis Kehormatan Hakim ini, terutama dengan memasukkan unsur politisi, maka MK tidak bisa lagi mengeluarkan putusan ultra petita. Ini dinilai sebagai bentuk pemangkasan kewenangan MK. Selain itu, masa jabatan pimpinan MK juga dibatasi menjadi 2 tahun 6 bulan, serta MK tidak lagi menangani sengketa pemilihan kepala daerah (pilkada).

Pandangan tersebut ditentang oleh Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Saan Mustofa. Menurutnya, revisi terhadap UU MK tersebut bukan merupakan bentuk intervensi DPR terhadap lembaga peradilan, melainkan merupakan tugas pengawasan yang dimiliki lembaganya. “Perubahan ini bukan untuk mengintervensi MK. Itu bagian

dari pengawasan,” ujarnya ketika dihubungi Requisitoire beberapa waktu lalu.

Soal perubahan komposisi keanggotaan Majelis Kehormatan MK, menurutnya, hal itu karena 3 orang hakim MK dipilih oleh DPR. Saan juga membantah jika perubahan UU MK ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi. “Tidak sembunyi-sembunyi karena tiap pembahasan undang-undang berbeda responsnya. Ada yang jadi perhatian publik dan media,” sambungnya.

Ia menegaskan, untuk pemilihan 3 hakim konstitusi dari DPR, dirinya mendorong hakim konstitusi dari masyarakat, bukan lagi dari partai politik. “Supaya tidak ada keraguan nantinya,” ujarnya.

Mistrust publik

Namun tanggapan berbeda datang dari kalangan akademisi yang melihat upaya revisi terhadap UU MK ini merupakan bentuk pemangkasan kewenangan seperti larangan bagi MK untuk mengeluarkan putusan ultra petita (melebihi permohonan), di samping dengan masuknya unsur politisi ke lembaga ini.

Pengamat hukum Leo Tukan mempertanyakan latar belakang DPR segera mensahkan RUU MK menjadi UU. “Sebenarnya apa maunya mereka,” kata Leo dalam diskusi hukum di Hotel Mahakam, Jakarta.

Leo juga menduga, revisi terhadap UU Nomor 24 Tahun 2003 tersebut lebih disebabkan karena MK sering mengangkangi kewenangan DPR. “Itulah DPR mengapa tiba-tiba merevisi UU MK,” sambungnya.

Namun Leo melihat masih ada peluang sebelum UU

with srata 1 in law as basis. The revison also suggested the composition of MK’s

Honorary Council that would consist of five elements: Constitutional Court, Supreme Court, Judicial Commission, the House and the Government.

Previously, members of MK Honorary Council consist of 5people; 3 constitutional judges and the other two are competent figures from outside MK cricle. The composition was changed by the House legal arm to consist of one(1) constitutional judge, one (1) supreme judge, one(1) from the government, one (1) from Judicial Commission and one (1) from the House member overseeing legal affairs.

Law observers, however, were concerned about political element injected into MK honorary council saying that MK, as such, will nomore in position to produce ultra petita decision. It is but a way to curb MK’s authority, they say. Also, with this revision the MK Board term of office is shortened to two years and six months while MK is restricted to deal with regional election dispute.

Saan Mustofa member of Demokrat faction at the House was against such concerns in saying that the revision is not a form of the House intervention into court authority. It is but a supervisory function inherent with the House.

“ Such changes are not meant to intervene MK. It is part of supervisory function of the House,” Mustofa told Requisitoire.

Mustofa further said the new composition of MK Honorary Council was based on the fact that three of MK judges were elected by the House.

“ We do not play hide and find game. Public response

differs when we examine certain law,” he cautioned, saying that he has highy recommended the House to select the 3 MK judges from non political circle in an effort to erase any doubt brought with it.

Public Mistrust

Academicians, however, stick to the point that revision of MK Law is but an endeavour to curb MK’s authority as to the point than MK is prohibited to issue any ultra petita decissions and the injection of political element into MK’s Honorary Council.

Law observer Leo Tukan said it is questionable that the House insists on rectifying the draft of law to become the law. “ What is in their mind?, “ he asked an audience during a discussion in Jakarta. It must have something to do with the fact that MK has surpassed the House authority in many cases, most of the time, he argued.

Yet he was sure there was still a chance before the House comes with final decision. It is in the hands of non governmental organizations, academicians and the press to put an eye at the legal product to be issued by the House. “ The cost will be too high should the house go on with the ratification of MK new law,” Leo believes.

Airlangga University’s Muchammad Zaidun shared the same concerns and said the House has betrayed its own legal product. The Law No.10/2004 on the formation of law clearly stated that it should take 30 days for the public to examine certain drafts of law before the drafts are turned into law.

“ The House has been in a hurry with the revision of

CIDES’ Indra Samego went his way and said the revision of law has too

much vested interests. “The House sems to feel that the presence of

MK has hampered its existence,” Indra opined. “MK’s Judicial review

has been the reason for the House to insist on revising the MK Law,”

he added.

Pandangan yang agak politis datang dari pengamat politik CIDES, Indria

Samego. Menurut Indria, revisi UU Mahkamah Konstitusi (MK) sebe-

narnya banyak mengandung kepentingan. Salah satunya adalah adanya

kepentingan DPR yang terganggu sejak keberadaan lembaga MK ini.

“Tampaknya DPR selama ini terganggu dengan keberadaan MK,” kata dia.

Page 18: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

34

SOROTAN / HIGHLIGHT

35

Volume 11/2011

MK versi DPR itu resmi diputuskan. Ia menyerukan kepada masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), praktisi hukum, akademisi, dan pers supaya secara massif menyoroti produk hukum DPR itu. Jika legislator itu mengabaikannya, ia yakin biaya yang harus ditanggung DPR terlalu besar jika memaksakan UU MK baru itu dilaksanakan.

Pandangan yang sama diutarakan oleh Dekan FH Universitas Airlangga (Unair), Muchammad Zaidun yang juga hadir dalam acara tersebut. Ia menilai DPR mengkhianati produk hukum yang dibuatnya sendiri. Hal itu mengingat sesuai UU 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan UU, tahapan sebelum disahkan harus disampaikan ke publik untuk meminta masukan selama 30 hari.

Sementara DPR, kata dia, tak melakukannya dan secara tiba-tiba bersegera merevisi UU MK. “Jika diteruskan DPR bisa menambah referensi mistrust publik ke lembaga negara,” Zaidun mengingatkan.

Staf pengajar fakultas hukum Unair ini pun mengkritisi, model pergantian ketua MK setiap 2,5 tahun yang tak lazim. Hal itu hanya berlaku di dunia organisasi dengan model kepemimpinan presidium yang bersifat giliran. Dijelaskannya, kepemimpinan di MK itu berbeda, sebab otoritas ketua bukan penentu kebijakan. Apalagi pengangkatan masa jabatan ketua MK itu diatur dalam konstitusi, dengan memberi kepercayaan penuh hingga akhir periode.

Pandangan yang agak politis datang dari pengamat

MK Law and it will create another public mistrust towards public institutions should it procced with the revision target,” he said.

He further said changing MK board in every 2.5 year is something uncommon as to the fact that the appoinment of MK chairman is regulated in the constitution on the basis of trust for him or her to offciate throghout the official term.

CIDES’ Indra Samego went his way and said the revision of law has too much vested interests. “The House sems to feel that the presence of MK has hampered its existence,” Indra opined. “MK’s Judicial review has been the reason for the House to insist on revising the MK Law,” he added. Yet he said he was in support of such revision on the basis that it is for an improved reform and not to serve the interests of the House.

All those opinions apart, Irman Putra Sidin, constitutional law observer said the revision of MK Law is not a too big deal and will not pose a structural effect. “ Judicial review is the mechanism to exercise wether or not the revision is against the constitution and MK is on the position to revoke it,” he said.

It has been on the news that Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS) and PUKAT( Anti Corrpuption Analysis Center) will take this judicial review option.

In a press release received by Requisitoire, IHCS stated

politik CIDES, Indria Samego. Menurut Indria, revisi UU Mahkamah Konstitusi (MK) sebenarnya banyak mengandung kepentingan. Salah satunya adalah adanya kepentingan DPR yang terganggu sejak keberadaan lembaga MK ini. “Tampaknya DPR selama ini terganggu dengan keberadaan MK,” kata dia.

Maka dari itu, dirinya tak begitu kaget ketika ada berita bahwa DPR akan melakukan revisi terhadap UU MK ini. Menurut Indria, DPR tak suka jika kewenangan MK terlalu besar. Ia menyebut, kewenangan MK melakukan judicial review hasil produk hukum pemerintah dan DPR menjadi alasannya. Indria mendukung revisi UU MK asal tujuannya bukan untuk kepentingan anggota DPR. “Yang penting DPR jangan selfish. Kalau untuk perbaikan reformasi tak masalah,” jelas Indria. Terlepas dari semua analisa, menurut pengamat hukum tata negara, Irman Putra Sidin, revisi UU MK oleh DPR bukanlah isu besar yang harus dikhawatirkan. Walau pun dalam revisi tersebut DPR memangkas kewenangan MK untuk membuat keputusan ultra petita, namun tak banyak pengaruhnya secara kelembagaan. Jika revisi ini bertentangan dengan konstitusi, Irman menyarankan agar masyarakat mengajukan judicial review terhadap UU tersebut. “Atau MK juga bisa membatalkannya, jika ini dianggap bertentangan dengan konstitusi,” sarannya.

Menanggapi tindakan DPR yang merevisi UU MK, beberapa lembaga seperti Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS) dan Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) Universitas Gadjah Mada akan melakukan judicial review terhadap revisi UU MK.

Dalam siaran pers yang diterima Requisitoire, IHCS menilai UU MK yang baru ini sarat kepentingan politik. IHCS menilai, sebagai lembaga pengawal konstitusi, seharusnya MK berkewajiban menjaga, mengawal, dan menginterpretasikan konstitusi di setiap UU. Maka dari itu ultra petita sangat dimungkinkan di Mahkamah Konstitusi karena sesuai dengan filosofi pendirian MK itu sendiri.

Sementara itu, Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) Universitas Gadjah Mada akan mengajukan gugatan terhadap Undang-Undang Mahkamah Konstitusi (MK) yang baru saja disahkan. “Undang-undang ini sangat buruk. Kami sedang pelajari lebih dalam dan akan mengajukan “judicial review”, ujar Direktur PUKAT Zainal Arifin Mochtar dalam rilisnya.

Terkait dengan pemangkasan kewenangan MK soal ultra petita, Zainal mengatakan hal tersebut menunjukkan bahwa DPR tak paham soal MK. Ia mengatakan, “Semua sejarah judicial review di dunia ini dimulai dari ultra petita atau disebut juga judicial activism,” ujarnya. Karena itu, pembatasan ultra petita ini merupakan sesuatu yang tak dapat diterima. (LQ/ReQ)

the new MK Law is full of political interests. As the guard of Constitution MK has the right for ultra petita that reflects the philosophy behind the estabilishment of the Constitutional Court.

PUKAT’s Director Zainal Arifin Mochtar said” We will go with judicial review as MK new Law is out of standard as the House itself seems miss the very essence of ultra petita as the basis for judicial review, known also as judicial activism”. (Lq/ReQ)

Fot

o: m

edia

indo

nesi

a.co

m

Fot

o: m

.kom

huku

m.c

om &

war

ta.a

sia

Indria Samego

Zainal Arifin Mochtar

Irman Putra Sidin

Page 19: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

36

SOROTAN / HIGHLIGHT

37

Volume 11/2011

Meski draf RUU Keamanan Nasional (Kamnas) sudah diserahkan kepada DPR dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) sebagai inisiatif pemerintah, namun pada kenyataannya banyak kalangan yang memandang RUU tersebut

minim mengakomodasi nilai-nilai hak asasi manusia (HAM). RUU ini sekarang sedang digodok DPR dan bertengger di nomor urut 101 Daftar RUU Program Legislasi Nasional (Prolegnas) DPR periode 2010-2014.

Minimnya akomodasi nilai-nilai HAM dalam RUU tersebut menyebabkan banyak kalangan yang menilai RUU ini bisa membawa Indonesia kembali ke zaman orde baru. “RUU ini terlalu

luas dan karet, juga akan menghidupkan kembali haatzai artikelen (pasal penghasutan, red.),” ujar Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Dewan Pers Wina Armada Sukardi dalam acara diskusi di Jakarta.

Wina melanjutkan, RUU Kamnas juga berpotensi membahayakan kemerdekaan pers. Ancaman itu berasal dari Pasal 54 huruf e tentang pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem keamanan nasional.

Pangkal persoalannya bukan pada rumusan Pasal 54 huruf e, melainkan pada bagian penjelasan yang berbunyi “Kuasa khusus yang dimiliki oleh unsur Keamanan Nasional berupa hak menyadap, memeriksa, menangkap dan melakukan tindakan paksa sah lainnya pengawasannya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan”.

Keberadaan pasal ini juga akan melegitimasi penyadapan atau tindakan paksa lainnya kepada pers dengan dalih berpotensi mengancam keamanan nasional. Selain itu, penjelasan Pasal 54 huruf e melanggar aturan pembentukan peraturan perundang-undangan.

Di samping itu, secara substansi RUU ini banyak yang salah kaprah dengan banyaknya kekeliruan dalam pengaturan sistem manajemen keamanan nasional serta manajemen hubungan antara presiden dengan institusi yang tugasnya berkaitan dengan keamanan nasional.

Misalnya, dalam pasal 54 huruf e, ada unsur kesengajaan dengan menyelipkan klausul bermasalah dalam bagian penjelasan. Apalagi, ada indikasi rumusan tentang kewenangan penyadapan adalah duplikasi dari RUU Intelijen.

Sementara itu, di lain pihak Ketua Dewan Pers Bagir

Keberadaan pasal-pasal Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional (Kamnas) tak hanya dianggap bermasalah bagi pegiat demokrasi. Kalangan

pers juga menilai RUU ini berpotensi mengekang kinerja mereka.

Manan mengatakan bahwa kemerdekaan pers adalah hak asasi paling penting dalam bangunan negara demokrasi. “Kemerdekaan pers menjadi pilar kelima dari demokratisasi yang harus ditegakkan,” ujarnya ketika membuka diskusi.

Untuk memelihara kemerdekaan pers yang kondusif, Bagir mengharapkan setiap peraturan perundang-undangan seharusnya tidak boleh menciderai kemerdekaan pers itu sendiri.

Terkait dengan penyadapan yang terdapat dalam RUU Kamnas, Bagir menegaskan kewenangan tersebut kalau memang dipandang perlu harus diadakan namun harus dengan mekanisme dan aturan yang jelas.

Aturan dan mekanisme tersebut misalnya, jangan hanya memuat ketentuan pemberian kewenangan penyadapan saja. Namun juga perlu diatur adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan pejabat yang menjalankan kewenangan penyadapan itu agar nantinya menciderai hak asasi.

Wartawan senior Harian Kompas Budiarto Shambazy juga juga hadir dalam acara tersebut memiliki pandangan sama. Menurutnya, RUU Kamnas tidak diperlukan dalam konteks Indonesia saat ini. Apalagi, jika substansinya bermasalah seperti yang sekarang diajukan ke DPR oleh pemerintah.

Budiarto menilai keberadaan RUU ini sama saja dengan RUU Intelijen, RUU Rahasia Negara, dan RUU Komponen Cadangan Negara yang ingin menekan media massa. “Pasal 54 huruf e karet dan sangat berbahaya. Jelas itu represif, berarti langkah mundur ke orde baru,” paparnya. (LQ/Req)

“Pasal 54 huruf e karet dan sangat berbahaya. Jelas itu represif, berarti

langkah mundur ke orde baru,”

Page 20: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

38

LAPORAN UTAMA

39

Volume 11/2011

Busyro nampaknya akan selalu membuat bingung. Ketika Dosen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu terpilih menjadi Pimpinan KPK, banyak orang

sempat terhenyak. “Bagaimana mungkin, orang yang pernah diperiksa KPK kemudian menjadi pimpinan KPK?” kata banyak orang ketika itu.

Kini, setelah enam bulan berada di KPK, Busyro kembali mendapatkan kejutan. Jabatannya diperpanjang hingga empat tahun dari sebelumnya yang hanya setahun. Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan uji materi pasal 34 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Namun, hingga saat ini, Keppres yang mengatur jabatan ketua KPK belum juga turun.

Lagi-lagi, Busyro bikin pusing. Ketidakjelasan nasib Keputusan Presiden (Keppres) yang mengatur tentang masa jabatan Ketua KPK Busyro Muqoddas ternyata juga membuat pusing panitia seleksi (Pansel) Pimpinan KPK. Sebab, tim yang dipimpin Patrialis Akbar itu masih bingung untuk menentukan berapa jumlah nama calon pimpinan KPK yang akan diserahkan ke DPR.

“Kalau Keppres itu sudah dikeluarkan, maka kami tidak bingung lagi. Kami hanya mengirim delapan nama ke DPR,” kata Sekretaris Pansel Pimpinan KPK Achmad Ubbe. Menurut Ubbe, pihaknya akan mengirim delapan nama lantaran sudah jelas bahwa masa jabatan Busyro sebagai pimpinan KPK akan berakhir hingga 2014. Nah, dari delapan nama itulah nantinya para politisi Senayan akan memilih empat

nama untuk menjadi pimpinan KPK mendampingi Busyro. Ubbe lalu mengatakan bahwa sebenarnya sangat bijaksana jika Keppres yang mengatur jabatan Busyro itu segera dikeluarkan. Menurutnya, hingga kini banyak pihak yang mempertanyakan kepada pansel tentang berapa nama yang akan dikirim ke DPR.

Memang sebelumnya Ketua Pansel Pimpinan KPK Patrialis Akbar mengatakan bahwa pihaknya sangat menghormati keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan permohonan uji materi pasal 34 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Seperti diketahui MK memutuskan bahwa pimpinan KPK, baik pimpinan pengganti yang diangkat untuk menggantikan

pimpinan yang berhenti dalam masa jabatannya maupun yang dipilih secara bersama-sama, memiliki masa jabatan empat tahun. Dengan begitu Busyro yang dipilih untuk menggantikan Antasari Azhar pun berhak meneruskan jabatannya sebagai pimpinan KPK hingga 2014.

Tapi, lanjut Ubbe, meski sudah diputuskan MK, jumlah calon pimpinan yang akan dikirim ke DPR masih bisa diperdebatkan. Sebab, sebelum Keppres untuk Busyro keluar, maka perpanjangan masa jabatan Busyro itu belum berkekuatan hukum. Jadi, kata dia, wajar saja jika DPR masih ngotot untuk meminta delapan nama ke pansel. “Memang menurut undang-undang DPR menyeleksi sepuluh nama,” ucapnya. Nah, jika nantinya Keppres sudah dikeluarkan, maka pansel pun sepenuhnya akan mematuhi Keppres dan akan mengirim delapan nama. “Pokoknya kalau sudah (Keppres) keluar kerja kami menjadi jelas,” imbuhnya.

Sebelumnya, Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam mengatakan bahwa istana masih belum menerbitkan Keppres untuk perpanjangan masa jabatan Ketua KPK Busyro Muqoddas dari satu tahun menjadi empat tahun. Menurutnya, pihaknya masih menunggu salinan surat putusan dari Mahkamah Konstitusi (MK). Padahal, Ketua MK Mahfud M.D mengaku salinan itu sudah diserahkan kepada wakil pemerintah paska sidang. Perwakilan pemerintah yang dimaksud Mahfud adalah Kemenkum dan HAM.

Terpisah, Kepala Biro Humas Kemenkum HAM, Martua Batubara, mengaku dirinya belum pernah melihat putusan tersebut. Namun, kata dia, jika Mahfud memang menyatakan bahwa salinan tersebut sudah diserahkan ke Kemenkum HAM, bisa jadi surat tersebut sudah ada di bagian tata usaha Menkum HAM. “Tapi yang jelas saya belum pernah melihat putusan itu,” katanya.

Bukan Lembaga Pencitraan

Tugas KPK sebagai pemburu koruptor memang tidak ringan. Apalagi, dari sekian banyak kasus yang diburu KPK hampir semuanya melibatkan orang-orang penting, seperti politisi, partai politik, penguasa hingga mantan penguasa. Sudah menjadi rahasia umum, tidak mudah untuk mencokok politisi apalagi yang sedang berkuasa. Sebab, salah-salah justru akan menjadi perkara.

Namun, sebagai ketua baru yang menggantikan Antasari Azhar, Busyro mengaku tidak takut dengan berbagai kondisi yang mengancam. “Kita ini bekerja sesuai dengan UU. Jika semua persyaratan sudah terpenuhi, buat apa takut,” katanya. Toh Busyro mengakui, tidak mudah untuk menetapkan seseorang menjadi target KPK. Meski begitu ia menjamin, pimpinan KPK masih solid dan memiliki komitmen yang kuat untuk mengemban amanah dalam memberantas Korupsi.

Busyro Muqoddas

taK pedulipencitRaan,pimpin KpK dengan HatiDi tengah badai kritik dan skeptis masyarakat terhadap independensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), posisi Busyro Muqoddas justru diperpanjang, menyusul dikabulkannya permohonan uji materi pasal 34 Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Akankah Busyro mampu menepis keraguan maupun sikap skeptis masyarakat tentang pemberantasan korupsi?

Fot

o: D

ok. R

eq

Page 21: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

40

LAPORAN UTAMA

41

Volume 11/2011

Busyro mengakui, bila kinerja lembaga yang dipimpinnya masih terkesan lamban. “Hal itu memang sudah menjadi stigma di masyarakat, dan itu harus kami terima,” ujarnya saat menerima tim Requisitoire di kantornya akhir pekan silam. Soal kesan lambannya kinerja KPK, Busyro pun berkilah. Menurutnya, proses pengumpulan barang bukti menjadi biang segala kelambanan kinerjanya. “Kita butuh mengumpulkan informasi, data, fakta, kemudian barang bukti, alat bukti. Barang bukti bisa menjadi alat bukti atau juga tidak. Proses-proses itu yang bikin lama,” papar pria penggemar Tiwul - makanan khas Gunung Kidul Yogyakarta itu. Ia menambahkan, pengumpulan bukti merupakan proses baku yang tidak bisa dilewati begitu saja.

Mantan ketua Komisi Yudisial (KY) itu pun menyadari, harapan masyarakat terhadap KPK dalam memberantas korupsi sangat besar. Apalagi, jika kasus itu melibatkan orang-orang publik figur atau politisi Senayan. “Semuanya cepat ingin tuntas,” ujarnya. “Tetapi, percayalah bahwa saya dan keempat teman kami sampai saat ini masih sangat solid dan komit dalam memberantas korupsi. Tidak ada yang main-main, dan kalau pers atau media mencurigai ada yang mencoba bermain di luar, silakan bongkar,” tantang Busyro.

Busyro mengaku tanpa beban apa pun dalam memimpin KPK. “Saya tidak peduli dengan siapa pun, dan siapa pun mereka yang terbukti korupsi akan saya tangkap,” ujarnya. Ia juga mengaku tidak takut dirinya akan bernasib sama dengan Antasari Azhar. “Kalau itu untuk kebenaran,

mengapa harus takut,” kata mantan aktifis dan pegiat HAM itu dengan mimiknya yang khas.

Bener Pak? “Latar belakang saya ini sebagai pengacara jalanan. Soal menerima ancaman, sudah bukan hal baru, dulu di zaman Pak Harto saya sudah cukup kenyang dengan ancaman maupun intimidasi. Dan apa sekarang situasinya lebih seram dari zaman Pak Harto? Kan tidak.” Ia mengaku, selama enam bulam memimpin KPK belum pernah mendapatkan ancaman dari siapa pun. Termasuk dari politisi Demokrat, Nazaruddin, yang dikabarkan sempat mengancam Busyro. “Belum ada sms apa pun dari Nazaruddin maupun kelompoknya. Juga dari tersangka lain, saya belum mendapatkan ancaman apa-apa,” katanya.

Meski ingin menjadi lembaga yang galak soal korupsi, Busyro merasa tidak harus merubah style-nya yang kalem seperti layaknya orang Jawa. “Galak sebagai lembaga itu beda dengan galak secara pribadi. Ya kalau penampilan saya tetap saja akan seperti ini,” ungkapnya.

Toh begitu, Busyro sebenarnya juga bisa menunjukkan sikap galak yang sebenarnya. Sebagai contohnya, ketika ditanya soal pentingnya pencitraan dalam percaturan pemimpin sekarang. “Jangan coba-coba, KPK dijadikan lembaga pencitraan. Bisa kacau. Bisa ajur. Siapa yang coba-coba membangun pencitraan di lembaga ini, pasti ajur (hancur, Red),” sergah Busyro dengan mimik serius. Serius galak.

Alkhasil, keberadaan Busyro di KPK memang selalu mendapatkan dukungan. Selain dari keluarga, juga dari

sejumlah pihak termasuk LSM. Dan dukungan keluarga besar telah membesarkan nyalinya. Bukan hanya itu, Forum Rektor yang sejak semula memang mendukung Busryo di KPK juga terus memberikan support. Beberapa pekan sebelum keluarnya putusan MK, Forum Rektor juga sudah menyuarakan agar Busyro mencalonkan kembali menjadi pimpinan KPK.

Tantangan Busyro

Hingga akhir semester pertama 2011, memang sudah beberapa kasus KPK yang dituntaskan oleh Pengadilan Tipikor. Utamanya adalah kasus cek pelawat pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda Goeltom. Kasus yang tersangkanya adalah para politisi Senayan sudah beberapa di antaranya divonis, seperti Panda Nababan, Dodi Makmun Murod dan beberapa politisi lainya.

Kini yang masih hangat adalah kasus suap Wisma Atlet SEA GAMES XXVI Jakkabaring, Palembang, Sumatera Selatan. Kasus yang sudah menjerat tiga tersangka Sesmenpora Wafid Muharrom, Direktur Marketing PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang, dan Manajer Pemasaran PT Duta Graha Muhammad El Idris. Kasus ini menjadi perhatian masyarakat, karena juga melibatkan sejumlah politisi Senayan seperti Nazaruddin. Belakangan, politisi yang juga bendahara umum Partai Demokrat itu sudah dinyatakan sebagai tersangka menyusul status buron-nya. Nazaruddin, yang kini dikabarkan tengah berada di negeri Jiran Singapura beberapa kali membuat bulan-bulanan KPK. Ia bertahan mangkir dalam tiga kali panggilan KPK. “Ya, kami akan melakukan jemput paksa terhadap Nazaruddin.”

Namun, untuk bisa melakukan jemput paksa, KPK harus terlebih dahulu menetapkan Nazaruddin sebagai tersangka.”Agar bisa bekerja sama dengan penegak hukum setempat, statusnya harus tersangka,” kata Busyro menjelaskan. Nazaruddin sudah tiga kali mangkir dari panggilan penyidik, yakni pada 10, 13, dan 27 Juni 2011. Anggota Komisi Energi DPR itu beralasan masih menjalani pengobatan di Singapura. Nazaruddin sempat minta KPK agar memeriksanya di kantor pengacaranya di Singapura. Namun, KPK hingga kini tak memberi sinyal menuruti permintaan Nazaruddin.

“Kalau sebagai saksi, upaya paksa bagaimana kalau tempatnya di luar negeri? Itu di luar yuridiksi kita,” jelas Busyro.”Misalnya seperti Nunun Nurbaetie (tersangka kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia), kami bisa minta tolong penegak hukum di luar negeri karena statusnya tersangka.”

Busyro menilai peluang memanggil paksa Nazaruddin

masih terbuka. Asalkan, KPK sudah mengantongi cukup bukti keterlibatan Nazaruddin dalam kasus suap Wisma Atlet Jakabaring. “Kalau nanti misalnya suatu saat alat buktinya cukup, tak menutup kemungkinan kami cari cara untuk melakukan upaya paksa.”

Aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) Tama S Lengkuh mengingatkan tugas KPK untuk terus menuntaskan kasus-kasus korupsi masih harus dipacu speed-nya. “Saat ini memang masih lamban. Ini yang membuat kami kecewa,” kata Lengkuh dalam sebuah kesempatan.

Ia mencontohkan penyidikan kasus Kehutanan Riau, yang sudah mangkrak selama tiga tahun. “Kasus ini seperti hilang ditelan bumi. Sudah ada orang yang ditetapkan sebagai tersangka, namun juga tak kunjung ditahan.”Kami mempertanyakan, di mana masalahnya. Bupati Kampar Burhanudin Husin hingga kini belum juga ditahan,” kata Tama Lengkuh. Tama menerangkan, Burhanudin sudah menjadi tersangka sejak Juni 2008 bersama mantan Kepala Dinas Kehutanan Riau Syuhada Tasman dan Asrar Rahman. Mereka diduga terkait dugaan korupsi pemberian izin kehutanan di Kabupaten Pelalawan senilai Rp 1,3 triliun. Penetapan ketiga tersangka itu menyusul vonis 11 tahun untuk Bupati Pelalawan Tengku Azmun Jaafar. Dia mengingatkan jangan sampai tersangka kasus dugaan korupsi bisa memimpin pemerintahan. Atau sebaiknya KPK segera mengambil keputusan terkait nasib Burhanudin. Abdullah Dahlan, yang juga dari ICW mengingatkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan Busyro Muqoddas sebagai pimpinan KPK. “Salah satunya adalah praktik-praktik calo anggaran di DPR,” ujarnya. Dahlan menduga sejumlah legislator Senayan diduga menjadi mafia anggaran program Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID). “

Mereka yang terlibat ada yang anggota Badan Anggaran, Pimpinan DPR atau Komisi,” papar Dahlan. Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Nurcholis Hidayat mengaku menemukan beberapa kejanggalan antara lain; program DPID pada 2011 untuk 298 kabupaten dan kota ini tidak terdistribusi secara merata. Sebab pada mulanya diusulkan sebanyak 424 daerah penerima, namun sebagian hilang pada tingkat pembahasan berikutnya. “Ada forum-forum ilegal yang dilakukan oleh orang-orang tertentu,” kata Nurcholis.

Semua kasus ini akan menjadi tantangan bagi Busyro Muqoddas sebagai pimpinan KPK. “Masih ada sisa waktu bagi Busyro untuk lebih aktif dalam menuntaskan kasus-kasus korupsi. Dan saya percaya, Busyro mampu kalau memang ada kemauan untuk benar-benar membumi hanguskan para koruptor di negeri ini,” kata Nurcholis bersemangat. (req)

“Latar belakang saya ini sebagai pengacara jalanan. Soal menerima

ancaman, sudah bukan hal baru, dulu di zaman Pak Harto saya sudah

cukup kenyang dengan ancaman maupun intimidasi. Dan apa sekarang

situasinya lebih seram dari zaman Pak Harto? Kan tidak.”

Page 22: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

42

LAPORAN UTAMA

43

Volume 11/2011

Busyro Muqoddas tidak perlu bersusah payah mengikuti seleksi ulang demi mempertahankan posisinya di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pasalnya, Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan uji materi pasal pasal 34 tentang masa jabatan Ketua KPK Busyro Muqoddas dari satu tahun menjadi

empat tahun.Namun, tak ada kegirangan di wajah dosen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta

itu saat merespon putusan MK. ”Saya hargai putusan itu,” ujarnya dingin tanpa ekspresi berlebihan. “Saya akan menjalankan tugas sebaik mungkin,” ia menambahkan.

Sekalipun di KPK, mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) itu memikul beban yang cukup berat.

Ada suara sinis untuk mengangkat citra KPK yang sempat terpuruk sejak kasus Antasari muncul. Hantaman dan kritikan terus mengarah ke KPK. Namun Busyro tak mau ambil pusing. Baginya, memimpin KPK tidak bisa dengan pencitraan. ”Remuk kalau hanya peduli citra,” ujarnya.

Ia membantah di bawah kepemimpinannya KPK cenderung lembek. Ia juga membantah lebih mengedepankan kasus-kasus yang di-order pihak-pihak tertentu demi melindungi penguasa. “KPK itu bukan Komisi Pelindung Kekuasaan,” ujarnya.

Dalam sebuah kesempatan Busyro menerima Requisitoire untuk mewawancarainya. Ia membeberkan beragam hal, mulai dari hal-hal ringan di masa mudanya hingga masalah-masalah serius. Teh manis mengawali setiap sesi wawancara. “Sayang ini nggak ada tiwulnya,” kata pria penyuka tiwul itu. Sesekali, dia menyodorkan syarat off the record. Berikut sebagian kutipan wawancaranya;

Enam bulan memimpin KPK, apa yang menurut Anda sudah dilakukan di sini?

Menguatkan budaya organisasi. Tentunya itu sudah ada sebelum saya masuk. Tetapi bagaimana agar penguatan organisasi itu makin menguatkan KPK pada posisi profesional, independen dan transparan. Teman-teman kami yang berempat memiliki visi yang sama dengan kami-kami semua. Saya menilai di antara kami tidak ada kepentingan-kepentingan tertentu, tidak ditunggangi oleh siapa pun. Kalau ada yang menemukan kemungkinan di antara kami yang ditunggangi dengan kepentingan

tertentu ya silakan bongkar saja. Tidak usah pandang bulu. Itu pula bentuk tantangan saya ke DPR dan juga LSM yang selama ini selalu mengkritisi kami.

Ada kesan KPK makin lambat dalam menangani beberapa dugaan korupsi yang sudah menjadi sorotan publik ?

Dalam menangani setiap perkara, kami selalu mengedepankan profesionalisme. Bagaimanapun profesionalisme dan transparansi itu juga dibarengi dengan prinsip prudential. Konsekuensi prinsip prudential itu memang membuat kita harus cermat betul, meski risikonya lantas dianggap lambat. Tapi kami memang harus profesional dan hati-hati karena KPK tak mengenal SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan).

Kasus Gayus sekarang juga jalan di tempat?

Gayus itu kan terkait pengadilan pajak. Hakim pajak itu kan mewakili negara, jadi juga mewakili pemerintah. Tapi bagaimana jika kasus pajak yang bermain juga hakim pajak? Pertanyaannya, siapa yang akan ada di dalam peradilan itu yang betul-betul independen? Hakim itu kan tidak boleh mewakili pemerintahan. Hakim itu dalam konsep negara, dia yudikatif. Tapi di sini hakim pajak itu direkrut oleh aparat pemerintah.

Jadi apakah itu kesulitan mengungkap kasus Gayus?

Pertama ada masalah dalam sistem administrasi mengenai data yang diperlukan untuk bisa segera di-

Kami BuKan KOmisipelindung KeKuasaan

“Saya menilai di antara kami tidak ada kepentingan-kepentingan ter-

tentu, tidak ditunggangi oleh siapa pun. Kalau ada yang menemukan

kemungkinan di antara kami yang ditunggangi dengan kepentingan

tertentu ya silakan bongkar saja.”

Fot

o: D

ok. R

eq

Page 23: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

44

LAPORAN UTAMA

45

Volume 11/2011

collect KPK. Sistem pendataannya bermasalah. Tapi untuk ini tidak semata-semata itu, juga disebabkan oleh masalah integritas. Jadi data yang kemarin belum belum bisa di-sharing dalam kertas, dan ini masih dalam penyaringan, masih dalam proses. Kesulitannya ada di kantor-kantor pajak. Jadi ini memang ada hikmahnya, bahwa administrasi mengenai data perpajakan itu harus dirombak total.

Kedua, karena kasus pajak itu lebih banyak pada konflik-konflik tentang peradilan pajak, maka lembaga peradilan pajaknya harus dirombak fundamentalnya, dan itu harus melalui UUD. Hukum acaranya harus standar. Pihak-pihak yang berperkara harus transparan. Peradilan pajak harus segera diubah formatnya secara fundamental agar kurang lebih sama dengan peradilan-peradilan khusus di bawah MA.

Rekrutmen hakim pajak juga harus diletakkan dalam prinsip profesional. Apakah harus sarjana hukum, atau harus sarjana hukum plus matrikulasi ilmu-ilmu tentang akuntansi. Itu yang nggak pernah ada.

Beralih ke kasus Century, kesannya Pak Busyro mengesampingkan rekomendasi DPR yang meyakini bahwa ada permukafatan jahat di dalamnya.....

Rekomendasi DPR itu rekomendasi politik, bukan rekomendasi hukum. Sebelum saya masuk (jadi ketua KPK), kasus Century itu kan sudah ada di sini. Begitu saya masuk saya intens, minta penjelasan-penjelasan di meja ini dengan unsur pimpinan-pimpinan lain, deputi, hingga direktur. Kasusnya diekspos terus berulang kali.

Atau karena ada campur tangan politik sehingga masih berkutat di penyelidikan?

Teman kami yang berempat (empat wakil ketua KPK) itu kan sama, artinya tidak ada indikasi sedikitpun konteks-konteks politik. Kalau ada kecurigaan kepentingan politik, ya diawasi saja, kalau memang nanti dalam pengawasan ada indikasi kepentingan parpol. Saya berani memberi garansi bahwa tekanan politik tidak ada, interest politik tidak ada.

Kalau tekanan politik tidak ada, bagaimana dengan dugaan permainan politik yang membuat KPK tidak segera melangkah?

Permainan politik itu bagaimana. Kalau itu di luar kantor ini, tidak menjadikan variabel yang berpengaruh. Permainan politik jelas ada dan kental sekali. Tapi itu kan tidak relevan, dan tidak ada muatan yuridisinya. Dan permainan politik itu ketika dibawa ke sini (KPK), itu tidak ada kualitas yuridisinya.

Jadi KPK melihat kasus Century seperti apa? Hanya kasus permainan politik atau ada kasus hukum yang urgent untuk diselesaikan?

Sudut pandang hukum harus bebas dari sudut pandang politik dan kepentingan politik. Dan akan mental kalau ada yang mengintervensi.

Tetapi selalu ada kesan di luar bahwa ada pesanan politik

dulu, baru ada tindakan dari KPK. Bagaimana menurut Anda?

Penilaian-penilaian seperti itu tidak sampai pada tahapan stigma sehingga membuat kami merasa terganggu. Sama sekali tidak. Tapi itu kami nilai sebagai bentuk komitmen dan cara media untuk memicu KPK supaya lebih cepat. Jadi, positif saja pandangan kami. Yang penting bagaimana kami terus memperkuat komitmen kami untuk tetap independen. Indepedensi itu artinya ya bebas dari apapun, sambil tetap diawasi.

Tapi soal Nazaruddin kok KPK cekatan. Sesmenpora belum tuntas sudah disambung dengan di Kemendiknas. Seolah-olah KPK kan menjalankan agenda tertentu dari sebuah kekuatan politik...

Itu kan logika formil. Itu logika yang dalam teori menyimpulkan yang tidak selalu benar secara kualitas. Namanya saja logika formal, benarnya juga hanya secara formal saja. Tapi substansinya, logika yang dalam arti substansif itu menuntut rangkaian fakta-fakta, dan fakta itu sudah diverifikasi. Hasil verifikasi fakta itu satu dengan yang lain ada korelasi, lalu baru bisa disimpulkan.

Atau jangan-jangan karena tekanan kemudian untuk kasus Nazarudin dikebut? Apalagi Ketua MK Mahfud MD terus melempar ”bom” membuka soal Nazaruddin.

Bom Pak Mahfud yang mana? Bomnya Pak Mahfud kalau yang kasus Sekjen (Sekjen MK Janedri M Gaffar yang

menerima uang dari Nazaruddin) sampai sekarang kan belum berani.

Tapi saat kasus Sesmenpora belum tuntas, KPK sudah membuka lagi kasus korupsi di Kemendiknas yang juga disebut-sebut ada Nazaruddin di sana...

Kalau dugaan korupsi di Kemendiknas itu sudah masuk mulai Maret. Dan memang tidak diekspos, karena kalau diekspos mengganggu proses penyelidikan. Jadi itu bukan karena desakan publik lalu cepet-cepet kreatif kita paksakan untuk umumkan, tidak berani kalau begitu. Kalau cepat-cepat diumumkan ternyata ada alat buktinya lemah, kan ampun-ampun kita.

Kasus yang ditangani KPK ini kan sering melebar ke ranah politik. Bagaimana Anda menyikapi kasus-kasus yang melibatkan tokoh-tokoh politik?

Kami bekerja tidak pernah mempertimbangkan desakan-desakan dari siapa pun juga, desakan apapun juga. Kalau sudah saatnya untuk kasus apa pun ternyata ada orang-orang tertentu yang secara struktur ada kaitannya dengan fungsi struktural dan berdasarkan alat bukti cukup orang-orang itu nyangkut, ya kami proses. Tapi kalau tidak, ya kami berhenti.

Atau ada rasa khawatir dan kapok sebagai Ketua KPK?

Background saya itu pengacara jalanan yang selalu membongkar bobroknya pemerintah di era Soeharto dulu.

Kami bekerja tidak pernah mempertimbangkan desakan-desakan dari

siapa pun juga, desakan apapun juga. Kalau sudah saatnya untuk kasus

apa pun ternyata ada orang-orang tertentu yang secara struktur ada

kaitannya dengan fungsi struktural dan berdasarkan alat bukti cukup

orang-orang itu nyangkut, ya kami proses.

Page 24: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

46

LAPORAN UTAMA

47

Volume 11/2011

Saya diuber-uber intel. Malah sering saat kasus Petrus (Penembakan Misterius) diuber intel polisi. Tapi itu track record saya dan saya bersyukur. Tidak ada kamus kapok.

Teman-teman Anda mendukung anda tetap memimpin KPK. Koneksi Pak Busyro di UII yang sekarang di posisi penting seperti Pak Mahfud misalnya...

Seribu Mahfud tidak ada pengaruhnya bagi saya.

Ke depan, apa yang akan dilakukan selama sisa waktu di KPK?

Ya kasus yang alat buktinya mencukupi, kasus besar kalau sampai hari ini alat buktinya tidak mencukupi ya belum bisa (dinaikkan ke penyidikan).

Apakan pernah diancam juga oleh calon tersangka?

Tidak pernah, paling cuma diunek-unekke (dicaci) lewat SMS atau telepon.

Tapi ada yang mengeluh, sejak KPK menangani kasus suap Sesmenpora, tender proyek SEA Games sebagian macet karena panitianya khawatir dengan KPK....

Kembali kepada pihak-pihak yang terkait tender itu, kalau mereka benar kenapa takut? Jalan saja. Saya juga pernah punya pengalaman diperiksa KPK (kasus suap terhadap komisioner KY Irawadi Yunus). Di sini (KPK) diperiksa sekali, di Pengadilan Tipikor sekali. Waktu itu kan

banyak orang yang curiga, jangan-jangan ini struktural, gak mungkin seorang Irawadi Yunus tidak lapor Busyro. Tapi saya tenang saja dipanggil KPK. Saya bisa membuktikan sendiri, bahwa itu tidak ada kaitannya. KPK tidak bisa menyangkut-nyangkutkan.

Demikian juga setelah saya masuk sini, kalau menyangkut-nyangkutkan justru tidak profesional. Kalau begitu artinya justru KPK bekerja dalam ranah politik dan itu harus dihindari.

Jadi Pak Busyro agak dendam dengan KPK?

Bahwa saya pernah diperiksa KPK itu saya akui. Itu sisi menarik. Nambah data riwayat hidup saya he he he.... Cuma sebagai saksi kan? Itu perintah agama loh, jadilah kamu saksi.

Ada godaan selama memimpin KPK? Lewat keluarga misalnya?

Alhamdulillah sampai sekarang di KPK, baik itu dari keluarga dalam arti istri anak, saudara itu tidak ada. Dulu saat di KY, ada saudara jauh, kontraktor. Dia tahu ketika KY akan membangun gedung dan menemui saya minta diikutkan. Saya jawab, kalau seperti ini melanggar dan anda tahu saya kan. Jadi, nggak usah ikut.

Di sini juga clean. Insyaallah itu akan saya jaga, tidak ada yang ngrecokkin, apalagi dari pihak keluarga karena sejak awal mau masuk sudah rembukan dengan keluarga.

Lantas bagaimana menanggapi keragu-keraguan

terhadap KPK?

Dalam arti sensitifitasnya, (memimpin KPK) itu sensitif banget. Sehingga orang bisa melihat KPK dari berbagai sudut pandang, termasuk dalam sudut pandang adakah kasus-kasus seperti Nazaruddin yang lolos kemudian kinerjanya dianggap tidak profesional. Kalau lantas disebut KPK itu Komisi Pelindung Kepentingan. Itu lumrah. Karena apa, karena logika formil, logika publik, dan itu tidak perlu disalahkan. Tapi kami bukan Komisi Pelindung Kepentingan.

Kembali lagi pada kami berlima, kami cukup paham dan memahami dengan jiwa besar. Tetapi itu tidak pernah menyurutkan niat kami. Kami tidak merasa pernah dikucilkan peran-peran kami. Dan bukan juga karena itu kami harus membesar-besarkan peran. Itu harus kami hindari.

Apakah khawatir diganggu seperti yang dialami Bibit dan Chandra?

Kami berlima ini tetap menjaga ritme kehati-hatian prodentialitas, terutama untuk menakar bukti-bukti itu memang ekstra.

Jadi pimpinan KPK dikriminalkan itu banyak celahnya?

Kalau menurut saya tidak. Menurut anda banyak celah ya. Kalau kasus Anggodo mengapa bukti bisa dibikin, itu kan Anggodo tidak bikin sendiri. Ada faktor-faktor di luar Anggodo. Apakah masih mau dicoba cara

yang tidak beradab itu?

Tidak takut di-Antasarikan?

Kalau bekerja sudah diawali dengan perasaan takut, itu tidak usah masuk KPK. Jadi kalau takut jangan mendaftar, tapi jangan juga masuk dengan emosi harus begini-begini, itu juga nanti cenderung sombong, arogan, dan itu bisa berimplikasi buruk. Lalu membangun pencitraan, wah gawat kalau KPK untuk sarana pencitraan. Bisa remuk, orang itu remuk, dan KPK juga akan remuk.

Jadi menurut Anda pimpinan KPK harus low profile?

Itu paling bagus

Tapi kalau dilihat waktu KPK melakukan penangkapan-penangkapan, sepertinya waktunya menjelang akhir pekan atau libur panjang. Jadi bisa mendominasi saat pemberitaan sepi dan mendongkrak pencitraan.

Kalau misalnya hasil monitoringnya nanti jam 12 malam sementara besok Idul Fitri atau Natal, lalu apakah kami batalkan (penangkapan) demi Idul Fitri. Nanti dibilang pencitraan lagi.

Kan pimpinan KPK ini bisa jadi batu lompatan. Siapa tahu nanti diusung jadi Wapres?

Sebagai dosen dan aktifis HAM saja saya sudah enjoy. (req)

Kalau bekerja sudah diawali dengan perasaan takut, itu tidak usah

masuk KPK. Jadi kalau takut jangan mendaftar, tapi jangan juga masuk

dengan emosi harus begini-begini, itu juga nanti cenderung sombong,

arogan, dan itu bisa berimplikasi buruk.

Page 25: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

48

LAPORAN UTAMA

49

Volume 11/2011

Bagi yang belum kenal dekat, Busyro Muqoddas mungkin terlihat sebagai sosok pendiam dan serius. Tapi jangan salah, pria kelahiran Yogyakarta 17 Juli 1952 yang duduk di pucuk pimpinan KPK itu ternyata sosok humoris.

Busyro yang menghabiskan sebagian besar masa hidupnya di Yogyakarta, tak jarang bercanda khas warga Kota Gudeg itu. ”Kalau bertemu teman-temannya, Pak Busyro sering ndagel,” kata Johan Budi, juru bicara KPK mengomentari atasannya itu.

Jauh sebelum berkiprah di Komisi Yudisial (KY) hingga akhirnya berlabuh sebagai pemberangus koruptor di KPK. Uniknya, ketika memimpin KY Busyro pernah diperiksa sebagai saksi di KPK terkait kasus Korupsi yang terjadi di lembaganya. “Ini merupakan pengalaman buat saya. Selama ini ada stigma, kalau bawahan korupsi atasannya pasti kebagian atau terlibat. Nah, saya sudah mengalami hal ini, dan nyatanya kan tidak,” ujarnya.

Lantas, bagaimana perasaannya, ketika dia pernah diperiksa para penyidik KPK dan kemudian memimpin KPK? “Pengalaman ini akan memperpanjang CV saya. Pernah diperiksa sebagai saksi kasus korupsi di KPK, sekarang malah menjadi ketua KPK,” kata Busyro lantas tertawa lepas.

Busyro muda dikenal sebagai sosok pejuang HAM. Ia pernah mengadvokasi serangkaian kasus pelanggaran HAM. Di antaranya adalah Sugianto, keluarga korban Penembakan Misterius (Petrus) asal Jombang, Jawa Timur pada dasawarsa 1980-an.

Sugianto harus diadvokasi Busyro lantaran diburu aparat, setelah menyaksikan langsung ayahnya ditembak aparat akibat kebijakan Petrus. Di rumah Busyro, Sugianto disembunyikan dan diganti namanya.

Intel pun terus menerus menguntitnya. Namun, Busyro tak kehilangan akal. Saat dikejar intel polisi, dia justru menemui seorang perwira di Kodam Brawijaya. ”Namanya Kolonel Iskandar. Dia perwira yang humanis hingga akhirnya Sugianto bisa kita kembalikan ke keluarganya dalam keadaan selamat meski agak terganggu jiwanya,” kenangnya.

Busyro juga pernah mengadvokasi pihak-pihak yang dituduh terlibat Komando Jihad yang menurutnya sarat kejanggalan. Karenanya Busyro pun tak terkejut ketika akhir-akhir ini juga marak kasus NII. Baginya, aparat pemerintah tahu betul siapa di balik NII. ”Kaset baru lagu lama saja itu,” ujarnya.

Karenanya jika ditanya soal teror, Busyro mengaku sudah kenyang. ”Dikejar-kejar intel itu hal biasa. Dulu ada yang pura-pura wawancara saya padahal mau menjebak,” ucapnya. Tapi justru saat di KPK, Busyro malah tak pernah diteror. “Paling diunek-unekke (dimarahi) lewat SMS.”

Karena posisinya di KPK pula, Busyro tak mau terjebak pada kepentingan politik. Ia juga tak mau membatasi diri dengan terafiliasi pada partai politik tertentu. Karenanya saat ditanya soal obsesi politik, Busyro selalu punya pilihan tersendiri sebagai jawaban.

“Saya ini sudah terbiasa hidup dalam relasi-relasi multikultural. Sejak awal saya tidak punya riwayat parpol. Jadi, dengan siapa pun tidak ada apa-apanya. Makanya saya tidak pernah mau masuk parpol. Kalau katanya mau jadi ini atau itu, potongan saja tidak ada, jahitan apalagi,” ujarnya terkekeh.

Yang pasti, sikap kritis Busyro pada ketidakadilan sudah dimulai sejak belia. Jauh sebelum bergabung dengan para pembela HAM di Lembaga Konsultasi dan

Bantuan Hukum (LKBH) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Busyro sudah menjadi “pemberontak” di saat menempuh pendidikan di SMA 1 Muhammadiyah Yogjakarta.

Bersama Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun, Busyro menggalang kekuatan dari rekan-rekannya untuk menggusur guru di SMA yang tenar dengan sebutan SMA Muhi itu. Alasannya, karena Pak Guru tak bersikap demoktratis. ”Kebetulan Emha ketua IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) di Muhi dan saya sekretarisnya. Akhirnya guru itu diberhentikan setelah kami demo,” ujar Busyro.

Namun soal asmara, Busyro muda memang tak selihai Cak Nun. ”Kalau soal itu saya sering diakali (dipecundangi) Emha,” ucapnya sambil tertawa. Busyro juga tak peduli soal citra dalam memimpin KPK. Menurutnya, citra tak lebih dari gincu di bibir. ”Kalau memimpin dengan citra, ya remuk. Citra itu kan ibarat gincu, kudanan (terkena air hujan) saja hilang,” katanya.

Karenanya Busyro tak canggung ketika harus menyambangi pedagang kaki lima yang tak jauh dari Tugu di tengah kota Yogyakarta. “Saya ada langganan tukang jual tiwul di situ. Tiwulnya enak. Saat masih di KY saya sering bawa kalau sehabis pulang Jogja,” ucapnya memuji makanan kesukaannya yang terbuat dari ketela pohon itu. (req)

peRnaHdipeRiKsa KpK,Kini pimpin KpK

”Dikejar-kejar intel itu hal biasa. Dulu ada yang pura-pura wawancara

saya padahal mau menjebak,” ucapnya. Tapi justru saat di KPK, Busyro

malah tak pernah diteror. “Paling diunek-unekke (dimarahi) lewat SMS.”

Foto: Dok. Req

Page 26: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

50

FEATURE

51

Volume 11/2011

Di era yang serba global, sebuah kejujuran menjadi mahal. Ketika pencitraan menjadi sebuah komoditi, nilai-nilai kejujuran pun banyak ditinggalkan. Kasus Contek-mencontek saat ujian Nasional di SD Negeri Gadel 2 Surabaya menjadi contoh betapa negeri ini telah dihinggapi anggapan betapa

pentingnya pencitraan itu, sehingga harus menghalalkan berbagai cara demi meraih predikat berprestasi.

Siang itu, Kamis (9/6), ratusan warga Gadel Surabaya berkumpul di halaman Balai Rw02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes Surabaya. Emosi, jengkel dan berteriak: “Usir.... usir, dia tak punya hati nurani. Usir....!” Ratusan orang yang sebagian besar adalah kaum ibu-ibu

itu sedang terbalut emosi. Di antara mereka tidak sedikit yang menggendong bayi balita. Mereka kalut, karena nasib pendidikan anak mereka terancam. Sementara, wanita berkerudung yang berada di hadapan warga, hanya bisa menangis pilu. Suara permintaan maaf sang Ibu melalui pengeras suara desah nyaris tak terdengar, di tengah gemuruh dan hujatan caci-maki warga.

Itulah kisah tragis Ibu Siami, yang dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya, sudah lima kali, warga menggelar aksi serupa. Puncaknya hari itu, Kamis (9/6). Seratusan warga Gadel bergerak Sari, dan sejumlah wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampung halaman mereka. Mereka tidak menolerir perbuatan Siami yang telah melaporkan kasus contek mencontek masal di SDN Gadel 2 Surabaya. “Pokoknya, dia harus pergi dari kampung ini,” teriak seorang warga penuh luapan emosi. Siami dituding sok pahlawan setelah melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga merancang kerjasama contek-mencontek dengan menggunakan anaknya sebagai sumber contekan.

Agenda pertemuan tersebut sebenarnya mediasi antara warga dan wali murid dengan Siami. Namun, rembukan yang difasilitasi Muspika (Musyarah Pimpinan Kecamatan Tandes) itu malah berbuah pengusiran. Mediasi itu sendiri digelar untuk menuruti tuntutan warga agar keluarga Siami minta maaf di hadapan warga dan wali murid.

Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei silam, atau empat hari setelah UN selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Alif, anaknya, diplot memberikan contekan. Alif sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan ‘taktik kotor’ itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Alif, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum UN sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah berbagai bujukan, Alif akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.

Siami kemudian menemui kepala sekolah. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah hanya menyampaikan permohonan maaf. Ini tidak memuaskan Siami. Dia penasaran, apakah skenario contek-mencontek itu memang didesain pihak sekolah, atau hanya dilakukan secara pribadi oleh guru kelas VI. Setelah itu, dia mengadu pada Komite Sekolah, namun tidak mendapat respons memuaskan, sehingga akhirnya dia melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan serta berbicara kepada media, sehingga kasus itu menjadi perhatian publik.

Alhasil, warga dan wali murid malah menyalahkan Siami dan puncaknya adalah aksi pengusiran terhadap Siami pada Kamis kemarin. Situasi panas sebenarnya sudah terasa sehari menjelang pertemuan. Demo itu mendesak

MahalnyaKejujuran,DitengahKoMoDiti

Pencitraan

Fot

o: ta

war

kan.

co.tv

Page 27: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

52

FEATURE

53

Volume 11/2011

Ny Siami meminta maaf secara terbuka. Namun, Siami berjanji menyampaikannya pada hari berikutnya.

Pertemuan juga dihadiri Ketua Tim Independen, Prof Daniel M Rosyid, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dindik Tandes, Dakah Wahyudi, Komite Sekolah, dan sejumlah anggota DPRD Kota Surabaya. Satu jam menjelang mediasi, sudah banyak massa terkonsentrasi di beberapa gang kampung. Pukul 09.00 WIB, tampak Ny Siami ditemani kakak dan suaminya, Widodo dan Saki Edi Purnomo mendatangi Balai RW.

Mereka berjalan kaki karena jarak rumah dengan balai pertemuan ini sekitar 100 meter. Massa yang sudah menyemut di sekitar balai RW langsung menghujat keluarga Siami. Mereka langsung mengepung keluarga ini. Beberapa polisi yang sebelumnya memang bersiaga langsung bertindak. Mereka melindungi keluarga ini untuk menuju ruang Balai RW. Warga kian menyemut dan terus memadati balai pertemuan. Ratusan warga terus merangsek. Salah satu ibu nekat menerobos. Namun, karena yang diizinkan masuk adalah perwakilan warga, perempuan ini harus digelandang keluar oleh petugas.

Mediasi diawali dengan mendengarkan pernyataan Kepala UPT Tandes, Dakah Wahyudi. Ia menyatakan bahwa seluruh kelas VI SDN Gadel 2 tidak akan kena sanksi mengulang UN. Ucapan Dakah sedikit membuat warga tenang. Namun, situasi kembali memanas. Apalagi Ny Siami tidak segera diberi kesempatan menyampaikan permintaan maaf secara langsung. Kemudian warga diminta kembali mendengarkan paparan yang disampaikan Prof Daniel Rosyid. Ketua tim independen pencari fakta bentukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini berusaha menyejukkan warga dengan menyebut dirinya asli Solo. Dikatakan bahwa Solo, Surabaya adalah juga Indonesia, sehingga setiap warga tidak berhak mengusir warga Indonesia.

Kemudian dia berusaha berdialog santai dengan warga. Ada salah satu warga menyeletuk. “Kalau kita dikatakan menyontek massal. Lantas, kenapa saat menyontek pengawas membiarkannya,” ucap salah satu ibu yang mendapat tepukan meriah warga lain. Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus.

Mendengar hal ini, Daniel kemudian memperingatkan bahwa perbuatan menyontek adalah budaya buruk. Di masyarakat manapun, perbuatan curang dan tidak jujur ini tidak bisa ditoleransi. ”Menyontek adalah awal dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau

demikian,” sindir Daniel. Kemudian mediasi dilanjutkan dengan menghadirkan Kepala SDN Gadel 2, Sukatman. Akibat kasus contekan massal di sekolahnya, Sukatman dan dua guru kelas VI dicopot. Sukatman menyampaikan permintaan maaf kepada wali murid. Namun wali murid menyambut dengan teriakan bahwa Sukatman tidak salah. Yang dianggap salah adalah keluarga Siami karena membesar-besarkan masalah. Warga pun kembali berteriak: “Usir… usir.” Namun warga mulai tenang karena Sukatman tampak menghampiri Ny. Siami dan suaminya. Mantan Kasek ini langsung meraih tangan ibunda Al dan saling meminta maaf. Namun, setelah itu warga kembali riuh rendah.

Setelah Siami diberi kesempatan berbicara, keributan langsung pecah. Suara massa di luar balai RW terus membahana, menghujat keluarga Siami. Padahal saat itu, Siami sedang menyiapkan mental dengan berdiri di hadapan warga.Meski sudah berusaha tegar, namun ibu dua anak ini mulai lemah. Dia tampak berdiri merunduk sementara kedua matanya sudah mengeluarkan air mata. “Saya minta maaf kepada semua warga…” ucap Siami yang tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya. Namun, sang suami terus membimbing, membuat perempuan ini kembali melanjutkan pernyataan maaf. Namun, suasana kian ricuh karena massa terus berteriak: “Usir….” Baik petugas polisi maupun tokoh masyarakat berusaha menenangkan situasi. Baru kemudian kembali terdengar suara Siami. Dengan tangan gemetar dan ketegaran yang dipaksakan, Siami kembali berucap, “Saya tidak menyangka permasalahan akan seperti ini. Saya hanya ingin kejujuran ada pada anak saya. Saya sebelumnya sudah berusaha menyelesaikan persoalan dengan baik-baik.”

Pernyataan tulus Siami tidak juga membuat massa tenang, sampai akhirnya polisi memutuskan untuk mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami diarahkan ke mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Namun massa tetap berusaha merangsek, ingin meraih tubuh Siami. Sejumlah warga bahkan sempat menarik-narik kerudung Siami hingga hampir terlepas. Siami akhirnya berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes.

Baik Ny Siami dan suaminya enggan memberi komentar usai kericuhan. Namun, kakak kandung Siami, Saki, mengakui bahwa adiknya saat ini dalam tekanan yang luar biasa. “Dia tak tahan lagi dengan tekanan warga. Sampai tidak mau makan hari-hari ini. Nanti kami akan merasa tenang jika di Gresik,” kata Saki. Benjeng, Gresik adalah daerah asal Siami. Saat ini Al, anak Siami yang dipaksa memberi contekan, juga diungsikan ke Benjeng

setelah rumahnya beberapa kali didemo warga. Akhirnya keluarga Siami memang mengosongkan rumahnya. Mereka mengungsi ke rumah orang tuanya di Dusun Lumpang, Desa Sedapurklagen, Kecamatan Benjeng, Gresik.

Prof Daniel M Rosyid yang juga Penasihat Dewan Pendidikan Jatim, menyesalkan tindakan warga Gadel yang berencana mengusir keluarga Siami, ibunda Alif. “Tuntutan warga untuk mengusir keluarga Alif tidak masuk akal. Itu tidak bisa dituruti,” katanya. Ia menilai tuntutan warga tersebut sudah tidak rasional. Perbuatan benar yang dilakukan ibu Al, Siami, dinilai warga justru malah salah. Tindakan menyontek rupanya sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bahkan budaya di masyarakat. “Warga ternyata sakit,” katanya. Lagi pula Kepala Sekolah Sukatman dan dua guru kelas VI, Fatkhur Rohman dan Prayitno, sudah legowo dan menerima keputusan sanksi yang diberikan. “Saya kira ini kalau dibiarkan masyarakat akan sakit terus. Orang jujur malah ajur, ini harus kita cegah,” papar Daniel.

Budaya Sakit

Kasus Siami mengundang banyak simpati. Di Jakarta, lahir Koalisi Masyarakat Pendukung Kejujuran. Gerakan ini dimotori sejumlah tokoh, seperti Todung Mulya Lubis, Anies Baswedan dan Imam Prasodjo. Selain juga sejumlah LSM ada di dalamnya, ICW,Kontras maupun LBH. Gerakan ini, mengusung jargon “Jujur itu Hebat”, dengan menempatkan Siami sebagai ikon kejujuran itu. Setiap orang yang hadir dalam acara ini, termasuk tokoh-tokoh diminta memberikan tanda tangan dukungan untuk Siami di sebuah papan merah tua yang bergambar wajah Siami.

Anis Baswedan yang juga mewakili tokoh di bidang pendidikan, mengungkapkan, kasus yang dialami Siami merupakan kesalahan dari sebuah sistem pendidikan. Ia percaya masih banyak guru yang jujur, tapi ada pada kondisi sistem yang tidak pernah menghargai sebuah kejujuran. “Pemerintah harusnya memberikan insentif bagi mereka guru-guru yang mengedepankan kejujuran. Kalau kejujuran hilang di sekolah bagaimana, kita harapkan kejujuran dalam bangsa ini,” jelas Anies.

Anggota Komisi X DPR dari Partai Golkar, Rully Chairul Azwar, mengaku sangat prihatin dengan apa yang dialami oleh Siami. “Sekalipun Mendiknas Muhammad Nuh sudah memastikan tidak ada kasus contek massal, namun apa yang terjadi di Gadel cukup membuat kami miris. Kita benar-benar sedang sakit. Budaya sakit,” ungkap Rully.

Rully mengaku belum puas dengan pernyataan Mendiknas, M Nuh. Karena itu, ia meminta agar

Kemendiknas kembali mengusut kasus ini hingga tuntas. “Tidak cukup hanya dengan menyatakan tidak ada contekan massal,” kata Rully. Desakan serupa juga disampaikan oleh anggota Fraksi PDI Perjuangan, Rieke Dyah Pitaloka. Anggota DPR yang sempat dujuluki sebagai Oneng ini mendesak akan adanya perbaikan sistem pendidikan. “Ini ada sistem yang salah, dan itu harus segera dibenahi,” ujarnya.

Menurut Rieke, ujian nasional untuk tingkat SD sudah tidak diperlukan lagi. Menuyusul kebijakan pemerintah soal wajib belajar 9 tahun. “Saya kira ujian nasional untuk tingkat SD harus dikaji ulang.”

Lulus Terbaik

Derita Siami setelah diusir warga sedikit terobati. Karena Alif anaknya, yang diperintahkan memberikan contekan masal, berhasil meraih ranking pertama. Alif yang memiliki nomor ujian 1-11-05-01-528-041-8 ini mendapatkan nilai total rata-rata 9,1. Angka itu terdiri dari Bahasa Indonesia 9,6; nilai sekolah 8,75; serta nilai akhir 9,3. Siami, yang kini berada di rumah orang tuanya di Dusun Lumpang, Desa Sedapurklagen, Kecamatan Benjeng, Gresik mengatakan, sejak kelas I Alif memang selalu rangking I. “Ya Alhamdulillah bila anak saya mendapat nilai terbaik,” kata Siami.

Alif yang sempat menjadi sorotan dalam kasus contek massal di SD tersebut, terlihat cuek. Dia asyik bermain-main air bersama adiknya, Enggar Galih Waskita, 3 tahun, di halaman rumah neneknya yang terletak di tepi sawah itu. “Senang,” kata Alif pendek saat ditanya perasaannya.

Menurut Siami, bila nilainya bagus, Alif ingin melanjutkan ke SMP Negeri 3 Surabaya. SMP Negeri 3 yang terletak di Jalan Praban memang termasuk sekolah favorit. “Enggak tahu kok anak saya memilih sekolah di situ,” ujar Siami.

Siami juga merasa gembira karena semua teman Alif lulus dengan nilai yang baik. Menurut ibu berusia 32 tahun ini, selama ini dia merasa terbebani dengan kejadian contek massal di SD tersebut. “Sekarang beban saya berkurang,” ujarnya.

Siami berencana balik ke Surabaya, tapi kemungkinan tidak ke rumah lamanya di Gadel Sari Barat II. Siami mengaku trauma hidup di lingkungan itu karena sikap masyarakat sekitarnya makin sinis sejak dia membuka kasus contek massal. “Saya akan cari kos-kosan di tempat lain, rumah itu akan saya kontrakkan saja,” katanya.(req)

Page 28: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

54

INSPIRASI

55

Volume 11/2011

menyumbangkan darah, Wakil PM I Hardi yang merangkap Menteri Luar Negeri Ad. Interim langsung mengirim berita kepada semua Duta Besar di luar negeri, sementara itu di New York Ketua Sidang Umum PBB Sir Leslie Munro hari Senin tanggal 02 Desember khusus menjumpai Pemimpin Delegasi Indonesia Ali Sastroamidjoyo menyatakan perasaan lega dan syukur bahwa Presiden Soekarno terhindar dari percobaan pembunuhan tersebut. (Antara No.335/A-B. Dalam Negeri Minggu 1-12-1957-sp-).

Untuk mengadili kasus peristiwa Cikini itu, Hakim Letkol Gunawan terpilih menjadi Ketua Sidang Pengadilan Militer Jakarta dengan Jaksa Penuntut Umum Mayor Suryosediono. Musibah hampir saja terjadi, sewaktu Mr. Gunawan mempersiapkan vonnis menginap di Hotel Segara dekat Istana Merdeka, tiba-tiba sejumlah orang tak dikenal masuk melalui jendela membawa parang hendak membunuh, namun beliau tertolong Pengawal; karena kejadian itulah maka Wakil KASAD Kolonel Gatot Subroto

Setiap tahun pada tanggal 22 Juli warga Korp Kejaksaan selalu memperingati Hari Bhakti, memperingati hari lahir dan berdirinya Korp Adhyaksa. Walaupun eksistensi Lembaga

Kejaksaan sudah sejak berdirinya Negara RI (sejak dilantiknya Mr. Gatot Tarunamihardja menjadi Jaksa Agung pertama pada tanggal 19 Agustus 1945) tetapi pada saat itu Kejaksaan masih berada dibawah Departemen Kehakiman. Untuk meningkatkan peran aktif Kejaksaan dalam sidang Kabinet tanggal 15 Agustus 1960 atas usul Jaksa Agung Mr. Gunawan, Presiden Soekarno langsung menyetujui Kejaksaan menjadi Departemen tersendiri dibawah Menteri Jaksa Agung (dengan Keputusan Presiden Nomor 204 tahun 1960, berlaku surat mulai tanggal 22 Juli 1960). Itulah sebabnya mengapa setiap tanggal tersebut warga Kejaksaan memperingati hari sejarah berdirinya Korp, dan pada Han Bhakti itu pulalah waktunya warga introspeksi, mawasdiri mengukur sampai dimana keberhasilan warganya dalam mengabdi kepada masyarakat bangsa dan Negara, utamanya melihat kekurangan¬kekurangannya.

Nama Mr. Gunawan terpatri dengan tinta emas oleh Korp Kejaksaan. Karirnya dimulai dari seorang Hakim: Pria kelahiran Pati Jawa Tengah itu, menarik perhatian Presiden Soekarno karena Mr. Gunawan sangat pemberani, jujur, tegas dan lebih dari itu dikenal miskin. Apabila bertugas, beliau tak gentar menghadapi ancaman apapun, dalam

mengadili suatu kasus vonis yang dijatuhkan tak jarang berbeda dengan kebiasaan Hakim lain. Tidak jarang para Hakim menghindar dan menolak mengadili kasus-kasus besar yang penuh resiko, Hakim Gunawan justru menawarkan diri untuk menyidangkan.

Sebagai contoh, teror percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno dari kelompok NII Kartosuwiryo yang saat itu dilakukan secara membabi buta hendak meruntuhkan Negara, sangat menarik perhatian Hakim Gunawan. Teror yang terjadi tanggal 30 Nopember 1957 pada acara lustrum Malam Dana Perguruan Cikini Jakarta, disaat Bung Karno menjemput kedua anaknya, Mohammad Guntur dan Megawati yang hadir di Perguruan itu, sewaktu Presiden akan kembali ke Istana hendak memasuki mobil merk Chrysler Republik 1, tepat jam 20.55 disaat suasana tenang karena Komandan Pasukan Pengawal memberi aba-aba .....“Hormat ..........“ detik itu pula sebuah granat meledak 7 meter dari Presiden, disusul granat tangan lainnya bertubi-tubi sampai 6 kali. Sebanyak 9 orang langsung tewas ditempat, yakni seorang Ibu, 2 orang Polisi Lalu Lintas Brigadir Muhammad dan Ahmad Bin Udi yang bertugas sebagai “voorryders” Presiden, juga Irwan (10) murid kelas III SR Tjikini kemenakan Kepala Kepolisian Negara Soekamto, dan seorang anak murid SR Tjikini keturunan India. 147 orang dewasa dan anak-anak luka parah dilarikan ke Rumah Sakit, termasuk Sumadji

Direktur Perguruan Cikini, Ngationo pengawal Guntur dan Megawati serta Mayor Sudharto Ajudan Presiden. Presiden Soekarno selamat dan tak cidera, beliau didekap, dirangkul robohkan oleh Ajung Inspektur Sudio. (Antara No.344/A-B.1.12.1957-sp-).

Pada Saat terjadi peristiwa mencekam tersebut banyak Pejabat penting Negara turun tangan dilapangan antara lain; Jaksa Agung Soeprapto, Kepala Jawatan Reserse Pusat Mr. Seno Adji, Kepala Polisi Jakarta Raya Komisaris Besar Djen Mohammad Suryopranoto, Komandan KBDR Letkol Dahyar dan Pimpinan DPKN langsung menangani peristiwa yang menggemparkan dunia itu. Jaksa Agung Soeprapto atas pernyataan pers beliau menjawab dengan satu kalimat : “ Kejadian yang ernstig sekali “. Sementara itu GKS atau Gabungan Kepala Staf mengadakan pembicaraan dengan KASAD Jend. Mayor AH. Nasution, sedangkan Kolonel Dr. Sumarno Direktur Rumah Sakit Angkatan Darat menyerukan kepada seluruh penduduk untuk

maWas diRidi HaRi BHaKti adHyaKsa

Oleh: Djokomoelyo

Dari kiri, Penulis, Jaksa Agung AS Bob Kennedy dan Pangdam Siliwangi Kol. Ibrahim Ajidi Bandung pada tahun 1962

Fot

o: D

ok. P

ribad

i

Page 29: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

56

INSPIRASI

57

Volume 11/2011

meminta agar beliau pindah kerumah Pimpinan Angkatan Darat. (Sejarah Jaksa Agung Muda Mr.Muhono,2001)

Sidang kasus yang menghadirkan terdakwa Yusuf bin Ismail, Tasrif bin Nurdin, Saadon bin Muhammad dan Tasin para pelaku asal Sumbawa itu, berlangsung sejak tanggal 28 April sampai pertengahan bulan Agustus 1958, Penulis bersama para Jaksa dan Hakim Pengadilan Negeri Pati selalu mengikuti jalannya sidang dengan mendengarkan melalui pesawat radio, antusias ingin mengetahui apa hukuman yang akan dijatuhkan oleh Hakim kebanggaan masyarakat Pati itu. Pada saat-saat terakhir menjatuhkan hukuman kami semua merinding saat Hakim Gunawan sebagai Ketua sidang dengan suara keras lantang dan melengking berteriak :” .....menghukum karenanya ..... terdakwa Tasrif bin Nurdin ..... dengan hukuman ..... mati”.

Tentang peristiwa Cikini itu Bung Karno dalam otobiografinya mencatat:

• Kutundukan kepala, mengenang korban koban yang tidak berdosa dikubur kedalam tanah. Aku mengingat sembilan orang anak dan seorang perempuan hamil kullhat sendiri jatuh tersungkur tidak bernyawa didekatku. Karena seorang fanatik NIl hendak membunuhku, mereka harus rnemberikan nyawanya”.

Bung Karno juga mengenang Kartosuwiryo : “Ditahun 1918, ia seorang kawanku yang balk. Karni bekerja bahu membahu bersama Pak Tjokroaminoto, derni kejayaan tanah air. Dimasa tahun dua puluhan di Bandung karni tinggal bersama, makan bersama bahkan mimpi bersama-sama. Akan tetapi ketika aku bergerak dengan landasan kebangsaan, ia berjuang semata-mata menurut azas agama Islam.” (H.Maulwi Saelan hlm 154 ‘Dari Revolusi ‘45 sampai Kudeta ‘66. ISBN 979-96535-0-9).

Setelah menyidangkan Peristiwa Cikini , pada tanggal 31 September 1959 Mr. Gunawan diangkat menjadi Jaksa Agung menggantikan Mr. Gatot Tarunamihardja dan langsung melakukan gebrakan, memerintahkan para Jaksa untuk sepenuhnya meningkatkan prestasi memperbaiki ekonomi masyarakat dengan rnelaksanakan UU No.5/PNPS 1959 tentang Wewenang Jaksa Agung/ Jaksa Tentara Agung memperberat Ancaman Hukuman Terhadap Tindak Pidana Yang Membahayakan Pelaksanaan Sandang Pangan, mernberantas penyelundupan dan pelanggaran devisa diantaranya kasus orang terkaya Indonesia Oei Tiong Ham dengan rnerampas seluruh kekayaannya baik sejumlah besar rumah. tanah dan pabrik gula, memeriksa

kasus dugaan penyelundupan yang dilakukan oleh Kolonel Soeharto Panglima Teritorium IV Diponegoro, sampai Panglima lengser dari jabatan.

Bila kita evaluasi langkah-langkah Mr. Gunawan yang rnenonjol adalah:1. Mengadili kasus peristiwa Cikini dan menjatuhkan

hukuman mati terhadap para terdakwa percobaan pembunuhan Presiden Soekarno tahun 1958;

2. Memberantas penyelundupan dan tindak pidana ekonomi Oei Tiong Ham tahun 1959;

3. Menjadikan Lembaga Kejaksaan suatu Departemen sendiri tahun 1960;

4. Melahirkan Undang-Undang No.15 Th. 1961 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kejaksaan dan Undang.Undang No.16 Th. 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi.

5, Dan yang tidak kalah pentingnya adalah rnengundang Jaksa Agung Arnerika Serikat Bob Kennedy (Adik Presiden Kennedy), ke Indonesia tahun 1962, kedua Jaksa Agung R.I dan Arnerika Serikat menghadap Presiden Soekarno, menerima penjelasan tentang situasi politik dan petunjuk agar Presiden Kennedy mendorong Pemerintah Belanda menyerahkan kekuasaannya atas Irian Barat kepada Pemerintah Indonesia, tidak lama setelah Jaksa Agung Bob Kennedy kembali kenegerinya, Belanda menyerahkan kekuasaan atas Irian Barat

6. Jaksa Agung Gunawan menyerahkan sejumlah besar emas untuk tugu emas Monumen Nasional Jakarta tahun 1960-1962.

Pada saat kunjungan Jaksa Agung Bob Kennedy berkesempatan mengunjungi Kampus Universitas Indonesia, Jaksa Agung Gunawan marah karena melihat Jaksa Agung Amerika itu dilempar telur busuk oleh Mahasiswa. Mr. Gunawan langsung memerintahkan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa barat Mr. Priyatna Abdurrasyid agar mengawal ketat Tamu Negara yang esok harinya akan berkunjung ke Kampus ITB Bandung. Pada saat itulah Penulis sebagai Jaksa Kejaksaan Tinggi Bandung diberi kepercayaan mengawal VVIP tersebut saat berkunjung di Kampus ITB tempat Ir. Soekarno menyelesaikan kuliahnya. Kunjungan Tamu Agung berlangsung aman, saat berpisah dilapangan terbang Husain Sastranegara Bandung, Bob Kennedy menyempatkan memberi ucapan terima kasih dan menyematkan peniti lambang Amerika pada jas Penulis. (Djokomoelyo, Catatan Harian Seorang Jaksa, Dahara Prize hlm. 38, 1992).

Prof. Mr. Gunawan Gautama telah tiada, beliau wafat karena usia sepuh, dimakamkan di Makam Puri Pati. Setiap tahun berbondong-bondong warga Korp dan masyarakat berziarah, berdo’a, semoga beliau, keluarga besar serta sesepuh lainnya yang telah wafat diampuni kekhilafannya, arwahnya mendapat tempat yang lapang dan tenang di Surga, disisi Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Kepada Jaksa Agung Basrief Arief SH. MH bersama keluarga besar yang ditinggalkan diberi kekuatan untuk meneruskan jejak dan teladan para sesepuh,selalu meningkatkan iman, ilmu dan prestasi yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat bangsa dan negara, mensukseskan program Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, melakukan pemberantasan korupsi yang makin marak dilakukan oleh para pejabat baik Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif, dengan mengutamakan pembersihan kedalam terlebih

dahulu. Sekaligus mengikuti pepatah kuo, seperti yang ditulis dan dilaksanakan Jaksa Agung Ismail Saleh : “Kalau Engkau ingin cepat mendapat hasil, tanamlah palawija seperti singkong dan jagung. Tapi kalau Engkau ingin mendapat hasil yang lebih lama, tanamlah tanaman keras seperti kopi, karet, jati. Sedangkan kalau Engkau ingin mendapat hasil seumur hidup, tanamlah manusianya. (Curahan Pikir Ismail Saleh, hlm. 47. Juli 2006 ISBN 979-3258-55-@).

Dirgahayu Hari Bhakti Adhyaksa 2011

*Penulis adalah Riset Profesor, mantan Kajati Lampung, Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Page 30: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

58

SOSOK

59

Volume 11/2011

Kejaksaan Negeri Pontianak kian memperlihatkan prestasinya baik dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat maupun dalam penanganan tindak pidana korupsi. Pada tahun 2010, institusi yang dipimpin oleh Gerry Yasid itu ditunjuk menjadi pilot project program percepatan reformasi

birokrasi Kejaksaan RI. Selain itu, Kejari Pontianak juga berhasil menduduki peringkat ke-12 dalam penanganan tindak pidana korupsi.

Sejak menjadi nahkoda Kejari Pontianak tahun 2009 silam, Gerry banyak melakukan pembenahan dan memperlihatkan perkembangan yang pesat. Hal ini terlihat dari bangunan Kantor Kejari Pontianak yang lebih bersih, tertata dan lebih megah.

’’Saya ingin menciptakan suasana nyaman untuk meningkatkan kinerja,’’ ungkap Gerry.

Selain dari segi fisik bangunan dan halaman kantor, di era keterbukaan informasi publik ini Gerry membuat terobosan. Sistem informasi diterapkan dan kini sudah ada 8 (delapan) komputer di berbagai bidang yang terhubung satu sama lain. Salah satu komputer khusus disediakan di depan ruang piket untuk akses bagi masyarakat yang haus akan informasi.

’’Kalau ada masyarakat atau wartawan ingin mengetahui informasi Kejari Pontianak, tinggal klik di komputer depan ruangan piket,’’ kata mantan Asintel Aceh itu.

Untuk memberikan pengawasan melekat terhadap para pegawainya, empat buah CCTV dipasang. Salah satu CCTV dipasang di ruang pemeriksaan penanganan perkara tindak pidana korupsi. Selain itu, komputer yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhubung dengan komputer di ruang Kajari. Hal itu memungkinkan Kajari Pontianak mengetahui dan mengawasi setiap tahap dalam penanganan perkara Tipikor.

Dalam hal penanganan perkara tindak pidana korupsi, pada tahun 2010, tercatat 9 perkara dalam penyidikan dan 8 perkara sampai tahap penuntutan. Dalam penanganan perkara Tipikor tahun lalu, Kejari Pontianak berhasil menduduki peringkat ke-12 tingkat nasional. Yang menarik dalam semua penanganan perkara tindak pidana di Kejari Pontianak, dari 16 Jaksa yang ada, 6 jaksa pria

KeJaRi pOntianaKpilOt pROJect QuicK Wins

sebagai pejabat struktural, selebihnya 10 Jaksa fungsional merupakan perempuan.

Berbagai perbaikan dan peningkatan kinerja membuat Kejari Pontianak mendapat apresiasi dari Kejaksaan Agung RI. Pada tahun 2010, melalui Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP– 014/A/JA/02/2010, Kejari Pontianak terpilih menjadi salah satu dari 14 (empat belas) Kejaksaan Negeri di seluruh Indonesia yang ditunjuk menjadi Pilot Project Program Percepatan Reformasi Birokrasi Kejaksaan RI tahun 2010.

’’Penunjukan menjadi Pilot Project membuat kami bangga dan terpacu untuk berbuat yang lebih baik lagi,’’ tutur pria yang pernah menjabat sebagai Kajari Tanjung Selor itu.

Berbagai prestasi membanggakan yang diraih Kejari Pontianak tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Menurut Gerry, untuk mencapai sasaran ke depan Kejari Pontianak berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah dibuat. Selain itu, diperlukan komitmen dan dedikasi seluruh pegawai untuk berubah ke arah yang lebih baik. ’’Caranya harus selalu memotivasi SDM dan mengoptimalkan potensi yang ada,’’ ujar Gerry.

Gerry sadar apa yang telah diraih Kejaksaan Negeri Pontianak bukan kinerjanya seorang diri. ’’Semua yang telah dicapai Kejari Pontianak merupakan prestasi semua pegawai,’’ tambah Gerry. Di akhir pertemuan, Gerry bertekad tahun ini harus lebih baik dari apa yang telah dicapai tahun 2010.

Dalam penanganan perkara Tipikor tahun lalu, Kejari

Pontianak berhasil menduduki peringkat ke-12 ting-

kat nasional. Yang menarik dalam semua penanganan

perkara tindak pidana di Kejari Pontianak, dari 16

Jaksa yang ada, 6 jaksa pria sebagai pejabat struktural,

selebihnya 10 Jaksa fungsional merupakan perempuan.

Fot

o: C

huck

Page 31: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

60

SOSOK

61

Volume 11/2011

Malam nan sedih di Kantor Kejaksaan Negeri Surabaya, di Jalan Raya Suko Manunggal Jaya 1 Surabaya, pada Selasa (19/4)

malam silam. Mengapa? Kepala Kejaksaan Negeri Surabaya, Fadil Zumhana, SH., MH., dimutasi menjadi Asisten Pidana Khusus (Aspidsus), Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat. Keluarga besar Kejari Surabaya kehilangan Fadil.

Kesedihan itu berurai air mata. Ada yang menangis. Suasana tersebut, tak pelak membuat Fadil yang malam itu berbusana batik, larut dalam kesedihan mendalam. Kajari baru, pengganti Fadil, yakni, Mukri, SH., MH., ikut sedih dan terharu. “Bagaimana kita tidak sedih, Pak Fadil telah menjadi sutradara yang hebat selama ini di Kejari Surabaya hingga kita meraih prestasi gemilang di tahun 2010. Tetapi meski sedih, kami juga merasa bangga telah bersama-sama dengan Pak Fadil, menjadi muridnya,” ungkap Kasi Pidsus Danang Surya Wibowo, SH.,LLM.

Kemudian Danang yang kini menjabat sebagai Kasubag Jenjang Karir di Kejaksaan Agung, menilai kepemimpinan Fadil. “Pak Fadil itu sosok pimpinan yang visioner dan menjunjung tinggi profesionalitas. Dia menguasai seluruh bidang tugasnya, berperan sebagai manajer yang handal, selalu memotivasi kami para bawahannya dan selalu

memback-up dalam setiap tugas.” Ekspresi kesedihan itu sudah selayaknya. Fadil tidak

sekedar menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Surabaya selama 1 tahun 5 bulan 10 hari. Lebih dari itu, ia telah meraih sejumlah prestasi gemilang. Di antara 10 Kejaksaan Negeri yang berprestasi mewujudkan program penanganan perkara korupsi 2010, Kejaksaan Negeri Surabaya bertengger di peringkat pertama. Seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Surabaya, berhasil menyelamatkan uang negara sebesar Rp 14.261.455.000 dan mencatat 36 kasus korupsi yang masuk tahap penuntutan.

Di tahun 2010, Kejari Surabaya juga menjadi salah satu Kejari yang meraih piagam penghargaan Citra Pelayanan Prima tingkat Madya dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan). Piagam itu merupakan prestasi dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik di bidang Pelayanan Administrasi Pemerintahan Umum dan Hukum 2010.

Di tahun 2010, Kejari Surabaya juga sukses dalam bidang Pidana Umum. Tercatat, tidak ada tunggakan perkara. Bidang Intelijen juga berhasil membuat call centre dan website. Dengan mudah, kita dapat membuka http://kejari-surabaya.go.id dan di sana akan dijumpai beragam informasi tentang Kejari Surabaya, dari profil,

menimBa ilmu daRiFadil zumHana

“Pak Fadil itu sosok pimpinan yang visioner dan men-

junjung tinggi profesionalitas. Dia menguasai seluruh

bidang tugasnya, berperan sebagai manajer yang han-

dal, selalu memotivasi kami para bawahannya dan

selalu memback-up dalam setiap tugas.”

Fot

o: C

huck

Page 32: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

62

SOSOK

63

Volume 11/2011

berita hingga perkara yang sedang ditangani. Di tahun 2010, Kejari Surabaya juga sukses dalam bidang Datun, antara lain, menyelamatkan keuangan negara sebesar Rp 1,1 miliar. Adapun bidang Pembinaan berhasil membangun Si-Madu Kenes (Sistem Informasi Manajemen Kejari Surabaya).

Dua kali Requisitoire mewawancarai Fadil. Pertama, pada akhir Januari lalu di sela-sela kunjungan resmi Jaksa Agung Basrief Arief. Wawancara kedua, dilakukan setelah dia menjabat sebagai Aspidsus Kejati Jawa Barat. Berikut petikan wawancara dengan jaksa yang pernah bertugas di Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Tenggara itu.

Anda meninggalkan Surabaya dan menjabat sebagai Asisten Pidsus Kejati Jawa Timur. Bagaimana perasaannya?

Sedih juga meninggalkan teman-teman, tetapi sebenarnya saya lebih sedih kalau teman-teman tidak bisa mempertahankan prestasi Kejari Surabaya yang sudah diraih selama tahun 2010. Saya mendorong mereka semua agar kinerjanya ditingkatkan lagi. Tugas baru sebagai Aspidsus di Kejati Jawa Barat merupakan tantangan tersendiri, itu kepercayaan besar dari pimpinan dan saya

akan bekerja keras mengemban tugas tersebut.

Anda benar-benar sukses di tahun 2010 sebagai Kajari Surabaya. Apa kiat-kiatnya?

Ini semua adalah hasil kerja sama dan kerja keras dari seluruh jaksa dan staf-staf saya di Kejari Surabaya. Tidak lupa atas bimbingan Kepala Kejaksaan Tinggi, Pak Farella (Muhamad Farella, SH., MH., kini menjabat sebagai Sekretaris Jamdatun Kejaksaan Agung). Yang paling tinggi juga adalah karena bimbingan Allah SWT. Kita bisa begini karena pertolongan Tuhan. Apa pun yang kami peroleh merupakan berkat Allah. Saya dan teman-teman tidak punya kekuatan apa-apa. Ketika memulai, saya buat program-program unggulan agar tercapai dan terbentuk public trust, pelayanan penanganan perkara yang cepat, misalnya, cukup satu hari untuk perkara sederhana dan tiga hari perkara yang agak rumit. Setiap produk atau bidang, ada acuan atau SOP-nya yang jelas. Apa gunanya? Ya sebagai acuan para jaksa dalam bekerja.

Karena prestasi tersebut, banyak Kejari lain yang belajar ke Surabaya.

Itu perintah Pak Farella. Dia minta agar kami di Kejari Surabaya mampu menularkan apa yang kami capai selama ini kepada rekan-rekan jaksa di Jawa Timur, khususnya para kasi Se-Jatim. Bekal yang kami beri antara lain, bagaimana meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat, bagaimana membuat dan mengelola website, call center, Sistem Administrasi Intelijen, yang tadinya berupa buku, kami pindahkan ke CD, termasuk sistem administrasi perkara lainnya, ya macam-macam.

Apakah teman-teman jaksa yang lain dapat menerima dan mau belajar dari Surabaya?

Sebenarnya tidak enak juga. Saya sendiri menyadari bahwa apa yang kami capai selama ini, sebenarnya masih jauh dari harapan, harapan pimpinan dan masyarakat. Kita masih harus bekerja keras, meningkatkan yang ada pada saat ini. Masih butuh belajar. Masih jauh dari sempurna. Masih jauh dari yang maksimal dan kami belum puas. Namun bagaimana pun, apa yang sudah dicapai, patut disyukuri. Yang diharapkan adalah perubahan besar dalam dunia penengakkan hukum, masyarakat sungguh-sungguh merasakan adanya kepastian hukum. Kepastian hukum contohnya, kami di Kejari Surabaya dalam proses

penyelidikan, tidak lama, dua Minggu, karena penyidikan itu sebagaimana kata Jaksa Agung, tidak boleh berulang tahun, harus cepat, tidak mengambang, tidak menyiksa para pihak berperkara, bolak-balik dipanggil, kasihan. Kalau tidak cukup bukti, harus berani memutuskan untuk berhenti.

Apa contoh kasus yang yang tidak cukup bukti diputuskan berhenti?

Begini, kalau kasusnya cuma korupsi kecil, sementara biaya penyelidikan, penyidikannya lebih besar, kan negara yang rugi. Di Kejaksaan Negeri Surabaya, saya batasi. Kalau kerugian negara di atas 100 juta, maka kita akan tindaklanjuti. Tetapi kalau di bawah 100 juta, diambil langkah hukum lain, misalnya penyelidikan dihentikan apabila kerugian negara telah dipulihkan. Saya lebih senang melakukan tindakan preventif terhadap tindak pidana korupsi. Untuk itu, kami bekerja sama dengan Pemda, memberikan masukkan, peringatan dini kepada Pemda yang mengurus proyek-proyek yang memiliki potensi dan kecenderungan penyimpangan. Ada lima kasus yang berhasil kami beri peringatan atau pencegahan di tahun 2010. (Req)

Ini semua adalah hasil kerja sama dan kerja keras dari

seluruh jaksa dan staf-staf saya di Kejari Surabaya.

Tidak lupa atas bimbingan Kepala Kejaksaan Tinggi,

Pak Farella (Muhamad Farella, SH., MH., kini menjabat

sebagai Sekretaris Jamdatun Kejaksaan Agung). Yang

paling tinggi juga adalah karena bimbingan Allah SWT.

Kita bisa begini karena pertolongan Tuhan. Apa pun

yang kami peroleh merupakan berkat Allah.

Fot

o: C

huck

Page 33: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

64

KOLOM

65

Volume 11/2011

Aipda Sugiyantoro, anggota Polres Bekasi Kota, tewas seketika setelah diberondong senjata laras panjang oleh 5 orang tidak dikenal di Jalan Raya Mes AL, Kampung Raden, Jati Rangon, Bekasi, sekitar pukul 03.00 WIB, Rabu (1/6/2011). Usai menembak, para pelaku yang menggunakan mobil Avanza

melarikan diri ke arah Cibubur.Sebelumnya, Rabu (25/5/2011), tiga polisi yang berjaga di depan BCA Palu, Sulawesi Tengah,

diberondong sekelompok orang, dengan senjata laras panjang. Akibat penembakan itu dua polisi yakni Bripda Irbar dan Bripda Yustidar tewas. Mereka kena tembak di kepala dan dada. Sedangkan Bripda Dedy Anwar luka tembak di kaki. Anggota Polrestabes Bandung, Briptu Taufik Asril, meregang nyawa setelah ditembak pelaku curanmor di daerah Sadang serang, Bandung, Jumat (11/2/2011). Daftar polisi yang menjadi korban kejahatan itu masih panjang.

Menjadi polisi memang penuh resiko. Ibarat kaki kanan di rumah sakit dan kaki kiri di kuburan. Berbuat baik disalahkan, kondisi aman dibentur-benturkan, dipolitisasi demi kepentingan segelintir orang atau elit politik. Dihajar habis-habisan kalau salah. Di dalam pun kadang-kadang masih saling tikam dan saling berebut kekuasaan dan jabatan. Sekarang ditambah lagi bonus bagi polisi yang lalai dihabisi atau bahkan dihargai murah nyawanya oleh

para begundal teroris atau oleh penjahat yang tidak bisa bergerak akibat ketatnya pengawasan polisi.

Tatkala polisi mati, hancur, tatkala polisi jatuh, dipreteli dan kehilangan kewenangan, maka yang ada hanyalah penyesalan, duka lara, meratap-ratap, saling menyalahkan dan saling tuding. Lupa pada saat senang, saling menjatuhkan pada saat aman, dan saling mencari kambing hitam jika terjadi kesalahan. Susah melihat orang senang, dan senang melihat orang susah.

Melihat kematian demi kematian para anggota polisi yang menjadi korban seakan diratapi sebagai nasib dan takdir Tuhan. Memikirkan apa yang harus dilakukan ke depan memang masih jauh dari harapan. Mungkin benar kata David Bayley dalam bukunya Police For The Future (1996) yang menyatakan bahwa sebagian besar dari polisi tidak melakukan pencegahan. Bagi polisi yang sudah baik seperti dewa dan ksatria pandawa tidaklah perlu mengernyitkan dahi dan kepala, tetapi mari kita buka mata dan telinga lebar-lebar dan mulailah berpikir bijaksana. Benarkah semua itu? Kalau benar, apa yang harus dilakukan? Kalau tidak benar, mengapa polisi selalu menjadi sasaran, dan belakangan ini menjadi bulan-bulanan para terosis dan penjahat?

Apakah perlu asuransi bagi polisi? Apakah diperlukan komitmen dan integritas dari setiap pemimpin di semua lini? Apakah diperlukan keberanian menjungkir-balikkan tatanan feodal di institusi kepolisian? Perlukah mengembalikan dan memperjuangkan kewenangan

institusi yang semakin digerogoti? Apa yang perlu dilakukan agar polisi tetap jaya, berwibawa dan dipercaya? Seabrek PR bagi polisi yang harus dikerjakan. Apakah semuanya itu dikerjakan sendiri oleh institusi kepolisian ataukah dibiarkan nanti dikerjakan sendiri oleh sang waktu?

Resiko menjadi polisi memang menang ora kondang yen kalah malah wirang (kalau menang tidak terkenal tetapi kalau kalah malah memalukan), baik tidak dipuji salah sudah pasti dicaci maki. Itu ungkapan jaman kolobendhu, jaman gila, jaman tidak waras. Di jaman sekarang yang penuh rasional dan modern tidak lagi seperti itu, kecuali kalau polisinya memang jadul, tidak berubah, katrok, feodal, diawaki para penjilat dan kelompok-kelompok yang tidak profesional, maka ungkapan-ungkapan atau parodi-parodi jaman kolobendhu akan terus menjadi label dan stigma polisi.

Para polisi yang menjadi korban kejahatan, baik yang meninggal maupun yang cacat, apa apresiasi institusi bagi mereka? Apa yang diberikan kepada mereka? Apa jaminan bagi keluarga yang ditinggalkan? Apa jaminan pengembangan karier bagi mereka yang masih bisa bekerja meski cacat? Apakah jaminannya sebatas memberi karitas atau sedekah saja? Bagaimana dengan pengembangan dan pembinaan bagi anak-anak mereka? ***

*) Dosen Pasca Sarjana Kajian Ilmu Kepolisian

Universitas Indonesia

RISIKO MENJADI POLISI

Menjadi polisi memang penuh resiko. Ibarat kaki kanan di ru-

mah sakit dan kaki kiri di kuburan. Berbuat baik disalahkan,

kondisi aman dibentur-benturkan, dipolitisasi demi kepentingan

segelintir orang atau elit politik. Dihajar habis-habisan kalau

salah. Di dalam pun kadang-kadang masih saling tikam dan sal-

ing berebut kekuasaan dan jabatan.

Oleh CHRYSHNANDA DWILAKSANA *)

Page 34: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

66

KOLOM

67

Volume 11/2011

Leaders lead only people and nothing else …. merupakan jawaban yang sangat tepat mengapa para pemimpin harus melakukannya dengan hati. Mereka tidak akan memimpin aset, uang atau apapun. Sebab, yang mereka pimpin adalah manusia Pemimpin yang unggul adalah mereka yang tidak hanya profesional, namun

memiliki rasa kasih sayang dan kesetiaan pada individu yang dipimpinnya. Inilah yang disebut compassionate leaders.

Compassionate leadership

Seorang compassionate leader akan selalu berniat membimbing, memajukan dan mendidik bawahannya tanpa merasa khawatir akan terkalahkan karena ilmu yang diturunkannya. Bahkan mereka harus mampu bertindak sebagai orangtua, guru dan sahabat bagi bawahannya sesuai dengan proporsi serta tatanan. Maksudnya adalah terdapat garis merah yang membedakan antara ranah profesi dan ranah individu (pribadi), sehingga tidak “rancu” dalam berhubungan dengan bawahannya.

Kesetiaan pemimpin dapat terlihat jelas saat menghadapi situasi kritis. Seorang compassionate leader tidak akan demikian mudahnya mengorbankan bawahan, melainkan melindungi dengan sepenuh hati.

Pemimpin harus mampu berlaku tegas dengan terukur dan terstruktur. Dalam kondisi apapun, ia diharuskan untuk dapat mengatur emosi. Sebab, serendah apapun pangkat bawahan, mereka memiliki harga diri yang harus dihormati. Dengan kata lain, marahlah pada kesalahannya dan jangan pada individu pribadinya.

Tak dapat dipungkiri bahwa para pemimpin dituntut untuk belajar tentang seni dan pengetahuan mengenai perilaku manusia, terutama sekelompok individu yang dipimpinnya. Dengan pemahaman yang mendalam tentang perilaku manusia akan tercipta sinergi yang optimal dalam mencapai tujuan institusi.

Kebersihan nurani

Peter Drucker (1996) melakukan pengamatan terhadap para pemimpin dunia yang diidolakan para pengikutnya dan berhasil menarik garis merah persamaan karakter di antara mereka seperti berikut ini.

Pemimpin bukanlah seseorang yang selalu dipuja dan dicintai, namun mereka adalah individu yang berhasil menjadikan para pengikutnya melakukan hal yang benar. Sebab, kepemimpinan sangatlah berbeda dengan popularitas dan memimpin adalah amanah, kewajiban serta bukan hak absolut. Oleh karena itu, para pemimpin diharuskan memiliki kebersihan nurani.

Kebersihan nurani inilah yang akan membedakan antara compassionate leader dengan pemimpin yang munafik, berlaku tegas di hadapan bawahannya namun bermain kotor di belakang.

Pemimpin haruslah berdiri di garda paling depan dalam

peperangan dan di tempat tertinggi saat memberikan instruksi kepada pasukannya. Inilah implementasi dari ing ngarso sung tulodo menurut Ki Hadjar Dewantara.

Memimpin adalah memberi contoh. Ada hikmah yang dapat dipetik dari sepenggal kisah saat pertempuran merebut Milan di Italia. Prajurit Prancis yang berhasil digempur habis oleh pasukan Italia dan Austria mengalami kemerosotan moral yang amat sangat, terutama saat melihat makanan yang mereka terima, yaitu dua potong kentang rebus dan satu telur mata sapi. Rapuhnya mental menyulut kemarahan. Mereka bahkan mulai menyalahkan Sang Panglima, yang tak lain adalah Napoleon Bonaparte. Apa yang dilakukan Napoleon? Ia lalu memanggil koki dan menyuruhnya mengambilkan makanan yang biasa dimakannya, karena ia ingin makan di antara para prajurit. Betapa terkejutnya mereka saat tahu apa yang ada di atas piring Napoleon, yang ternyata tidak lebih bersih dan lebih bagus dari piring mereka. Tergolek satu potong kentang rebus dan setengah potong telur mata sapi.

Napoleon memberi teladan bahwa seorang pemimpin tidak harus mendapatkan perlakuan dan jatah yang lebih baik serta lebih banyak dari pasukannya. Pada saat yang sama ia tidak hanya berhasil mendapatkan kembali kepercayaan dari pasukannya. Lebih dari itu, ia memperoleh prajurit-prajurit yang memiliki moral tangguh.

Sejujurnya, kepemimpinan tipe compassionate ini adalah perpaduan yang unik antara pemimpin, sahabat dan guru yang sebenarnya tidak sulit untuk dijalankan dan telah terbukti sangat efektif, persoalannya adalah: Apakah para Pemimpin kita mau dengan sukarela melakukannya? Let’s wait and see…. ***

memimpindengan Hati

R. Ayu Retno Kusumastuti Suryosumpeno

Pemimpin yang unggul adalah

mereka yang tidak hanya profe-

sional, namun memiliki rasa kasih

sayang dan kesetiaan pada indi-

vidu yang dipimpinnya.

Page 35: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

69

Volume 11/2011

68

JALAN-JALAN

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas budaya, produk-produk kerajinan dan makanan. Kekayaan alam yang melimpah, tanah nan subur pemandangan alam yang indah serta berbagai tradisi lokal yang unik memungkinkan daerah-daerah itu menjadi destinasi favorit para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Salah satu obyek wisata yang sedang menjadi tren di masyarakat kita saat ini adalah wisata kuliner, seperti ketika kami berkunjung di daerah Kalimantan Barat beberapa waktu lalu.

Menelusuri kuliner Kalimantan Barat tentu tidak lepas dari kota Pontianak. Kota seluas 107,82 km2 ini sangat masyur dengan pisang goreng yang sengaja diiris seperti kipas dan diolesi selai kaya rasa pada saat akan dihidangkan sehingga menciptakan rasa legit. Aroma khas pisang ini sangat menggoda.

Ada satu kebiasaan yang menarik dari masyarakat yang bermukim di kota yang disebut kota Katulistiwa ini - karena letaknya yang dilalui oleh garis lintang nol derajat bumi, yaitu selalu menyempatkan diri untuk meluangkan waktu pada pagi hari bersosialisasi dengan sanak saudara dan teman-teman di kedai kopi yang tersebar hampir di seluruh pelosok kota.

Terdapat beberapa kedai kopi tua yang menyediakan kopi nikmat beraroma khas, karena mereka masih mempertahankan cara-cara meracik kopi dari leluhur, sehingga kenikmatan kopi Pontianak tidak pernah berkurang walaupun sudah beberapa generasi.

Beragamnya suku yang bermukim di kota ini seperti Dayak, Tionghoa, Melayu, Bugis, Jawa dan Madura turut berperan membentuk budaya, adat istiadat, gaya hidup dan cita rasa makanan yang beragam. Jenis makanan yang dijajakan di kota ini sangat beragam. Itulah sebabnya Pontianak sering pula disebut sebagai surga bagi pecinta kuliner.

Makanan-makanan yang terkenal di kota Pontianak, antara lain Sotong Pangkong (yang hanya tersedia setiap bulan Ramadhan), Sambal Goreng Tempoyak, Pacri Nenas, Lemang, Bubur Padas, Kwe Tiau, Tau Swan, Sio Bi dan tentu saja Kopi “O” khas Pontianak yang ditemani lapis legit durian atau pisang goreng kipas.

Kedai-kedai kopi di kota Pontianak sudah buka sejak pukul 06.00 pagi dan akan tutup sekitar pukul 11.00. Salah satu warung kopi yang menjadi favorit masyarakat adalah kedai kopi tertua yang terletak di jalan Merapi. Keharuman kopi di kedai ini dapat terhirup sejak di ujung jalan itu.

Cara pengolahan kopi di kedai ini benar-benar unik. Pemilik kedai berperan sebagai barista yang handal. Tangannya begitu cekatan mengolah minuman hingga tersaji sebelum kepulan asap hilang dari pandangan. Karena itulah, pria berusia 52 tahun ini selalu memilih bertelanjang dada saat mempraktekkan kemahirannya, sungguh suatu pemandangan yang sangat jarang

di delta KapuassuRga

R. Ayu Retno Kusumastuti Suryosumpeno

didapatkan di kota besar seperti Jakarta.Dengan kehadiran beberapa chained hotel berbintang,

seperti Aston, Mercure, Santika dan masih banyak lagi yang lain, serta beberapa maskapai penerbangan kota Pontianak layak menjadi salah satu tujuan wisata di belahan bumi Borneo.

Jadi, bila Anda masih belum memiliki agenda liburan, coba rencanakan perjalanan ke kota Pontianak bersama keluarga. Nikmati keindahan sorga di delta Kapuas ini sembari sambil berselancar lidah dengan keanekaragaman makanan khas Pontianak, atau sekedar menikmati aroma mistis kopi Pontianak yang bisa membuat Anda ketagihan. Selamat berlibur…..

Foto: Chuck

Page 36: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

70

TOKOH

71

Volume 11/2011

Dua puluh satu tahun sudah mengabdi dan tinggal sembilan bulan lagi pensiun tidak membuat Oshari, Kaur Kepegawaian Kejaksaan Negeri (Kejari) Pontianak

bekerja seadanya. Semangat dan rasa bangga seperti saat pertama kali diterima sebagai pegawai Kejaksaan masih tampak di wajahnya yang mulai menua. Dedikasi dan pengabdian dilakukan Oshari sebagai wujud betapa besar rasa cintanya pada korps Adhyaksa.

Kecintaan Oshari dimulai pada tahun 1989. Saat itu, pria asli Pontianak itu diminta membantu sebagai pegawai honorer oleh Kasi Intelijen Kejari Pontianak, (alm) Idris Daeng Macalo. ’’Saat itu saya menjadi tukang ketik beliau,’’ kenang pria Melayu itu. Mengenal dunia Kejaksaan, Oshari mempunyai impian dan bertekad untuk menjadi pegawai Kejaksaan.

Lima tahun manjadi pegawai honorer, kesempatan menjadi pegawai Kejaksaan datang. Pada tahun 1989, Kejaksaan membuka penerimaan pegawai. Tanpa pikir panjang, Oshari mendaftar dengan ijasah SMAnya dan melakukan serangkaian tes penerimaan. Impian menjadi kenyataan, saat namanya tercantum dan dinyatakan

sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Kejaksaan. ’’Saat itu menjadi saat yang tidak akan saya lupakansepanjang hidup saya,’’ kata bapak dua anak itu.

Pengabdian Oshari sebagai insan adhyaksa dimulai. Sebagai pegawai, Oshari pernah mejalankan tugas di semua bidang. Mulai dari Intelijen, saat masih menjadi CPNS, Tindak Pidana Umum (Pidum), Tindak Pidana Khusus (Pidsus), Perdata dan Tata Usaha Negara, hingga saat ini menjadi Kaur Kepegawaian pada bidang Pembinaan. ’’Sudah sebelas tahun saya menjadi Kaur Kepegawaian, Pjs. Kaur Kepegawaian dengan pangkat IIc, hingga sekarang pangkat saya IIIb,’’imbuhnya.

Pengalaman di berbagai bidang itulah yang membuat Oshari menjadi salah satu dari dua orang yang dipercaya mewakili Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat dalam diklat SOP. Dalam diklat tersebut, sebagai Kaur Kepegawaian Oshari memaparkan SOP tentang Sertifikasi Tugas Pembantuan Jaksa yang sudah diterapkan di Kejari Pontianak. SOP itu ditujukan kepada tata usaha yang akan mengikuti tes menjadi seorang Jaksa.

Oshari menerangkan untuk mendapat sertifikasi, tata usaha membantu Jaksa pembimbing yang ditunjuk melalui surat perintah oleh Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Pontianak. Setelah selesai, hasil kegiatannya dimintakan tanda tangan oleh Kepala Seksi (Kasi). Kemudian kumpulan hasil kegiatan dalam berbagai bidang itu diintakan rekomendasi kepada Kepala Sub Bagian Pembinaan (Kasubbagbin) dan melalui Kaur Kepegawaian dibuatkan nodis untuk dibuatkan Sertifikasi kepada Kajari. ’’Setelah selesai melakukan pemaparan, banyak yang minta soft copy presentasi saya untuk diterapkan pada Kejari masing-masing,’’ ucap Oshari bangga.

Semangat dan dedikasi Oshari diakui oleh Kajari Pontianak, Gerry Yasid. Menurut Gerry selain rajin bekerja, Oshari juga taat beribadah. Salah satu ruangan di Kejari Pontianak yang dulunya berisi tempat tidur untuk istirahat disulap dan dikelola Oshari menjadi sebuah mushalla. ’’Karena rajin, Istri Oshari saya panggil untuk membuka kantin kejaksaan,’’ tutur Gerry.

Diakhir masa tugasnya, Oshari berharap Kejaksaan menjadi lebih baik seiring dengan semangat reformasi birokrasi. Menurutnya, perubahan untuk menjadi lebih baik harus dimulai dari diri kita sendiri, mulai saat ini. ’’Walaupun saya sudah pensiun nanti apabila Kejari Pontianak masih memerlukan tenaga danpikiran saya, saya siap membantu, karena saya cinta Kejaksaan,’’ papar (Req)

saya cintaKeJaKsaan

Foto: Chuck

Page 37: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

SURVEY PEMBACADalam rangka meningkatkan kualitas sajian Requisitoire dan mendapatkan profil pembaca, maka kami mengajak Anda

untuk memberi umpan balik kepada kami melalui polling ini. Sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Anda, kami menyediakan sejumlah suvenir. Batas Pengiriman Polling 22 Agustus 2011

Terima Kasih

Profil Pembaca

Nama : …………………………………………………………………………………………………………………………................................................

No KTP : …………………………………………………………………………………………………………………………................................................

Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

Usia : ……………… Tahun

Status : a. Lajang b. Menikah c. Janda / Duda

Alamat Rumah : …………………………………………………………………………………………………………………………................................................

Kecamatan: ………………………………………. Kelurahan: ………………………………………….

No Telp Rumah : …………………………………………………………………………………………………………………………................................................

Mobile Phone : …………………………………………………………………………………………………………………………................................................

E-mail : …………………………………………………………………………………………………………………………................................................

Berikan tanda (•) pada pilihan jawaban Anda dibawah ini:Status tingkat pendidikan terakhir:

a. ≤ SMUb. Diplomac. Sarjana (S1)d. Sarjana (S2)e. Lainnya, sebutkan (___________________________)

Pekerjaan Anda saat ini:a. Pelajar/mahasiswab. Pegawai Swastac. Pegawai Negeri d. Pegawai BUMN / BUMDe. Wiraswasta / Pengusahaf. Lainnya, sebutkan (___________________________)

Pengeluaran perbulan:a. ≤ 3 jutab. 3,1 – 5 jutac. 5,1 – 7 jutad. 7,1 – 9 jutae. > 9 juta

Jumlah Anggota Keluarga inti (tidak termasuk diri Anda):a. ≤ 2 orangb. 3 orangc. 4 orangd. 5 orange. > 5 orang

1.Pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan Aktivitas Anda sehari-hari. Berikan tanda (•) pada pilihan jawaban Anda, yaitu (1 = Sangat Tidak Setuju; 2= Tidak Setuju; 3= Netral; 4= Setuju; 5= Sangat Setuju)

1 Dalam bekerja saya banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 2 Dalam bekerja saya merasa senang dan menikmati pekerjaan saya

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o3 Saya lebih suka menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan

umum menuju ke kantor 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

4 Saya memiliki waktu untuk menyalurkan hobi saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

5 Saya memiliki hobi yang berkaitan dengan seni & kreatifitas, penge-tahuan dan teknologi (membaca, musik, melukis, kuliner, desain, fotografi,main game,dll) 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

6 Saya memiliki hobi yang berkaitan dengan olahraga dan petualangan (sepakbola, tenis, mendaki gunung, bersepeda, traveling, dll)

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o7 Saya memiliki waktu untuk melakukan kegiatan sosial

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o8 Saya senang terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 9 Rasa solidaritas dan tanggung jawab sosial adalah faktor yang mendor-

ong saya untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

10 Akhir pekan merupakan waktu yang paling tepat untuk berlibur 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 11 Saya memiliki uang untuk berlibur

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o12 Saya sering berlibur bersama keluarga atau teman. 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o13 Tempat berlibur favorit saya adalah tempat yang mewah dengan fasilitas

hiburan yang lengkap. 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

14 Sesekali saya menghabiskan waktu berlibur ke luar negeri 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

15 Televisi adalah sumber hiburan utama bagi saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

16 Saya lebih suka menghabiskan waktu di rumah daripada harus pergi ke pesta atau bersantai di luar. 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

17 Sesekali saya mencari hiburan dengan pergi ke bioskop atau kelab malam

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o18 Saya adalah anggota yang aktif dalam sebuah komunitas atau klub

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o19 Saya rutin mengikuti kegiatan yang diadakan oleh komunitas/klub.

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o20 Saya memiliki waktu untuk mengikuti kegiatan komunitas/klub

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o21 Saya memiliki uang untuk mengikuti kegiatan komunitas/klub

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o22 Dalam berbelanja faktor harga merupakan orientasi yang utama bagi

saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o23 Dalam berbelanja faktor merek merupakan orientasi yang utama bagi

saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o24 Dalam berbelanja faktor kualitas merupakan orientasi yang utama bagi

saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o25 Saya lebih suka berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar modern (mall,

shopping center,dll) daripada di pasar tradisional 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

26 Dalam berbelanja saya memiliki pola pembelian yang rutin atas sebuah atau beberapa produk

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o27 Dalam seminggu saya memiliki waktu untuk berolahraga secara rutin

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o28 Olahraga favorit saya adalah outdoor sport (di luar ruangan)

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o29 Saya bersedia mengeluarkan uang untuk berolahraga

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 2 Pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan Interest/minat Anda. Berikan tanda (•) pada pilihan jawaban Anda, yaitu (1 = Sangat Tidak Setuju; 2= Tidak Setuju; 3= Netral; 4= Setuju; 5= Sangat Setuju)

1 Keluarga adalah segalanya bagi saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

2 Saya selalu menyediakan waktu untuk berkumpul dan berinteraksi den-gan anggota keluarga

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 3 Bagi saya kuantitas dan kualitas komunikasi dalam keluarga adalah sama

pentingnya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o4 Bagi saya rumah adalah lebih dari sekadar tempat tinggal 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 5 Rumah merupakan salah satu sumber inspirasi untuk saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o6 Saya suka mengamati rumah secara mendetail 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o7 Saat ini saya memiliki mInat yang sesuai dengan pekerjaan saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o8 Saya sering menemukan hal baru dalam pekerjaan saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o9 Saya memiliki rencana jangka panjang terhadap pekerjaan saya saat ini 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o10 Saya memiliki minat untuk berkumpul dan bersosialisasi dalam sebuah

komunitas 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 11 Saya berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan komunitas yang saya ikuti 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o12 Saya senang dapat bergabung sebagai anggota dari sebuah komunitas 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o13 Saya bergabung dengan lebih dari 1 (satu) komunitas 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o14 Saya selalu menyempatkan diri untuk berekreasi dengan teman atau

keluarga 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o15 Berekreasi merupakan kebutuhan primer untuk saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o16 Saya tertarik dengan fashion dan mode terbaru dalam berpenampilan 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o17 Saya selalu mengikuti tren fashion dan mode di berbagai media dan

event (majalah, televisi, fashion show,dll) 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o18 Saya sering mengkonsumsi makanan & minuman junk food (hamburg-

er, pizza, fried chicken, coke, dll) sehari-hari 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o19 Tempat makan & minum favorit saya adalah restoran dengan citarasa

western atau traditional modern. 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o20 Saya tetap suka mengkonsumsi makanan & minuman tradisional Indo-

nesia. 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o21 Motif untuk mendapatkan informasi adalah salah satu faktor yang mem-

pengaruhi saya dalam mengkonsumsi media 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o22 Motif untuk menemukan bahan percakapan dengan orang lain adalah

faktor lain yang mempengaruhi saya dalam mengkonsumsi media 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o23 Motif untuk memperoleh nilai-nilai baru adalah faktor lain yang mem-

pengaruhi saya dalam mengkonsumsi media 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o24 Motif untuk mendapatkan hiburan dan mengisi waktu luang adalah fak-

tor lain yang mempengaruhi saya dalam mengkonsumsi media 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o25 Teman adalah salah satu aktor yang mempengaruhi saya dalam meng-

konsumsi media 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o26 Keluarga adalah aktor lain yang mempengaruhi saya dalam mengkon-

sumsi media 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o27 Atasan adalah aktor lain yang mempengaruhi saya dalam mengkonsumsi

media 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o28 Komunitas adalah aktor lain yang mempengaruhi saya dalam mengkon-

sumsi media 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o29 Berprestasi merupakan kebutuhan bagi saya 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o30 Saya selalu ingin melampaui target dan sasaran yang diberikan kepada

saya dalam berbagai bidang. 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

Pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan merek produk yang Anda gunakan. Berikan tanda (•) pada pilihan jawaban Anda.3 Sebutkan merek sepatu yang Anda gunakan (Jawaban boleh lebih dari satu):

a. Converse e. Adidasb. Reebok f. Filac. Nike g. Pierod. Bata h. Lainnya, Sebutkan ....................................

Page 38: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

75

Volume 11/2011

4 Sebutkan merek Simcard yang Anda gunakan (Jawaban boleh lebih dari satu):a. Simpati h. Flexib. Kartu Halo i. Axisc. Mentari j. Smartd. IM3 k. Threee. Matrix l. Frenf. XL m. Kartu Asg. Esia n. Lainnya, Sebutkan ...............................

5. Sebutkan merek Hanphone yang Anda gunakan (Jawaban boleh lebih dari satu):a. NOKIA f. LGb. Sony Ericsson g. Blackberryc. Samsung h. i-Phoned. Motorola i. Oe. Siemens j. Lainnya, Sebutkan ...............................

6. Sebutkan merek Mobil yang Anda gunakan (Jawaban boleh lebih dari satu):a. KIA f. Nissanb. Honda g. Daihatsuc. Kijang h. Isuzud. Suzuki i. Chevrolete. Toyota j. Lainnya, Sebutkan ...............................

7. Sebutkan merek Notebook yang Anda gunakan (Jawaban boleh lebih dari satu):a. Toshiba e. Acerb. HP f. Lenovoc. Dell g. Lainnya, Sebutkan ...............................d. Sony

8. Sebutkan merek Pakaian yang Anda gunakan (Jawaban boleh lebih dari satu):a. Nevada i. Monacob. Billabong j. Invioc. Hammer k. Gaudid. Giordano l. The Executivee. Roxy m. Accentf. Adidas n. Polog. Bloop o. Lainnya, Sebutkan ...............................h. Nayla

9. Sebutkan merek Surat Kabar yang Anda baca (Jawaban boleh lebih dari satu):a. Warta Kota g. Indo Postb. Kompas h. Seputar Indonesia (Sindo)c. Investor Daily i. Rakyat Merdekad. Media Indonesia j. Koran Tempoe. Koran Jakarta k. Jakarta Globef. The Jakarta Post l. Lainnya, Sebutkan ...............................

10. Sebutkan merek Jam Tangan yang Anda pakai (Jawaban boleh lebih dari satu):a. Casio g. Quartsb. Guess h. Speedoc. Alba i. Q & Qd. Seiko j. Tag Heure. Gucci k. Expeditionf. Swatch l. Lainnya, Sebutkan ...............................

11. Sebutkan merek Bank yang Anda gunakan (Jawaban boleh lebih dari satu):a. BNI f. Bank Niagab. BCA g. Bank Danamonc. Bank Mandiri h. Bank Saudarad. Bank DKI i. BTNe. Bank Buana j. Lainnya, Sebutkan ...............................

Q12. Sebutkan merek Sepeda Motor yang Anda gunakan (Jawaban boleh lebih dari satu):

a. Yamaha e. Bajajb. Honda f. TVSc. Suzuki g. Kanzend. Kawasaki h. Lainnya, Sebutkan ...............................

13. Pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan frekeuensi membaca Rubrikasi pada Majalah Requisitoire. Berikan tanda (•) pada pilihan jawaban Anda, yaitu (1 = Tidak Pernah; 2= Sesekali; 3= Jarang; 4= Sering; 5= Sangat Sering)

1 Rubrik facebook corner 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 2 Rubrik kabar Adhyaksa 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 3 Rubrik Laporan Utama 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o4 Rubrik Sorotan 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o5 Rubrik Lintas Berita 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o6 Rubrik Inspirasi 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o7 Rubrik Gelar Perkara 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o8 Rubrik Sosok 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o9 Rubrik Profil 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o10 Rubrik Kolom 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o11 Rubrik Jalan-jalan 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o12 Rubrik peristiwa 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o13 Rubrik REQ Talk 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o14 Rubrik Opini 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o15 Rubrik Lensa 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

14. Pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan Ekspektasi Anda terhadap sebuah produk Majalah Life Style. Berikan tanda (•) pada pilihan jawaban Anda, yaitu (1 = Sangat Tidak Setuju; 2= Tidak Setuju; 3= Netral; 4= Setuju; 5= Sangat Setuju)

1 Menampilkan narasumber yang berkompeten untuk memberi informasi mengenai isu yang diangkat

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o2 Tampilan majalah lebih fresh dan exclusive dengan warna yang elegan

(soft) 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 3 Komposisi tulisan artikel dengan gambar / foto seimbang 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o4 Ukuran font yang proporsional (tidak terlalu kecil atau terlalu besar) 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o5 Menyajikan info grafis dalam bentuk tabel, ilustrasi gambar, data statis-

tik, dll 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o 6 Menjaga Konsistensi rubrik 1. o 2. o 3. o 4. o 5. o7 Lebih banyak mengupas masalah tren gaya hidup masyarakat

1. o 2. o 3. o 4. o 5. o

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA

Page 39: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

76

LENSA

77

Volume 11/2011

KunJungan KeRJa JaKsa agungKe nusa tenggaRa BaRat

16 - 17 Juni 2011

Foto-foto: Gunas

Page 40: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

78

NAMA RUBRIK

79

Volume 11/2011

Mohon dikirim Requisitoire untuk atas nama :

Nama :

Alamat :

Tlp. :

e-mail :

Mulai berlangganan:

Edisi s/d

Sirkulasi Majalah Requisitoire : Eko & IvieGraha Pena Lt. 8 Jl. Kebayoran Lama No. 12Jakarta Selatan 12210

email: [email protected]. 021-53670958, Fax. 021-53671658

Periode Harga Normal Disc Stl Disc

6 bln Rp. 288.000,- 10% Rp. 259.200,-

(6 edisi)

1 tahun Rp. 576.000,- 20% Rp. 460.800,-

(12 edisi)

Mohon dilengkapi dan dikirim melalui fax disertai bukti transfer.Majalah akan dikirim setelah kami terima bukti pembayaran Anda.

*** Untuk pelanggan di luar Jakarta dikenakan ongkos kirim

FormulirBerlangganan

REQuisitoire adalah majalah penegakan hukum dan keadilan yang membawa citra baru penegakan hukum di Indonesia.

Majalah REQuisitoire terbit setiap bu-lan, menyajikan beragam informasi hu-kum yang dapat menjadi referensi anda.

SPECIAL PROMO:BonusT-Shirt Menarikuntuk langganan 1 tahun

Page 41: Volume 11/2011 - photo.reqnews.com filePimpin KPK Dengan Hati 42 Kami Bukan Komisi Pelindung Kekuasaan 48 Pernah Diperiksa KPK, Kini Pimpinan KPK FEATURE 50 Mahalnya Kejujuran, Di

80

NAMA RUBRIK

A Restaurantwith the great servicesand different atmosphere

Casual Food, Casual Place, Great Services